mkalah dsp 9
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Pada kasus 1 tutorial DSP 9 yang pertama kali ini, terdapat kasus yang erat
kaitannya dengan pedodonsia. Pedodonsia cabang ilmu kedokteran gigi yang
mencakup diagnosis, pencegahan, perawatan, pengobatan, dan restorasi gigi anak-
anak. Dalam kasus ini didapati pasien anak perempuan bernama Aisyah umur 8
tahun, dengan di antar orangtuanya datang ke klinik kedokteran gigi anak RSGM
dengan keluhan gigi belakang kiri atas berlubang, sering sakit berdenyut hingga tidak
bisa tidur, selain itu beberapa bulan sebelumnya gigi belakang atas kanan di cabut.
Orang tua Aisyah juga mengeluh mengenai gigi baru aisyah tumbuhnya renggang.
Kasus ini juga akan membahas mengenai masalah yang terdapat pada gigi dan
jaringan sekitarnya terkait kasus, dan uraian hipotesis atas masalah pada gigi aisyah,
serta informasi yang diperlukan untuk mendukung hipotesis pada kasus ini.
1. Tinjauan Kasus dan Anamnesis
Delapan bulan yang lalu Aisyah menderita sakit gigi yang hebat berdenyut hampir
setiap saat terutama pada malam hari pada gigi belakang atas, hingga bengkak ke
daerah pipi kanan. Aisyah kemudian ke dokter gigi dan di beri obat kemudian gigi
tersebut akhirnya dilakukan pencabutan. Keluhan pasien mengenai gigi belakang kiri
atas yang berlubang dan sering sakit berdenyut memerlukan pemeriksaan intraoral
untuk menegakkan diagnosisnya. Pemeriksaan intraoral yang perlu dilakukan antara
lain adalah tes vitalitas dan tes membran periodontal. Tes tersebut sangat diperlukan
untuk menegakkan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat untuk gigi
1
tersebut. Sementara untuk gigi belakang kanan atas yang baru dicabut beberapa bulan
yang lalu, perlu dicurigai terjadinya premature loss karena pasien masih berusia 8
tahun. Gigi sulung belakang kanan atas yang hilang akan digantikan oleh gigi
premolar yang baru akan tumbuh di usia 11-12 tahun.
Keluhan lain pasien yaitu mengenai gigi dewasanya yang tumbuh renggang. Pada
usia 8 tahun, gigi permanen yang sudah tumbuh adalah gigi seri. Gigi seri yang
renggang pada usia tersebut merupakan hal yang wajar, yang disebut dengan ugly-
duckling stage. Diastema ini akan merapat kembali saat gigi kaninus mulai tumbuh.
Berdasarkan tinjauan kasus tersebut diatas, maka didapati:
1. Gigi kanan atas berlubang (6.4,6.5)
2. Sakit berdenyut hingga tidak bisa tidur (pulpitis irreversible)
3. Beberapa bln sebelumnya gigi post kanan atas tumbuh renggang (5.4,5.5)
Diagnosa
1. Pulpitis irreversible 6.5,6.4
2. Premature loss 5.4,5.5
3. Diastema 1.1 dan 2.1
Anamnesis
1. pemeriksaan subjektif , pada pemeriksaan ini diketahui bahwa pasien tidak
memiliki kelainan sistemik.
2. pemeriksaan ekstra oral,pada pemeriksaan ini wajah pasien tampak normal tidak
ada kelainan.
3. pemeriksaan intra oral
2
Pada pemeriksaan intraoral pada rahang atas terdapat karies profunda
pada gigi 6.4,6.5 dengan gejala nyeri spontan,perkusi tekan positif, nyeri
berdenyut sesuai denyut nadi. Didapatkan premature loss 5.4,5.5 sudah terjadi
penyempitan ruangan, gigi molar pertama tetap terlihat bergeser kearah depan.
Diastema pada 11 dan 21. Frenulum labialis terlihat sedikit rendah.
Analisis radiologi
Pemeriksaan radiologis menunjukkan pada regio 5.4,5.5 terdapat benih gigi tetap
yang masih di dalam kurang lebih 5mm di bawah puncak tulang alveolar. Regio
6.4,6.5 terdapat karies yang besar, daerah trifurkasi dan periapikal tampak dalam
batas normal, resorpsi akar gigi tersebut minimal.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan, akan dibahas mengenai diagnosis dan rencana perawatan
berdasarkan hasil diagnosa terhadap pasien.
2.1 Pemeriksaan
Sebelum penarikan sebuah diagnosis, seorang dokter gigi harus melakukan pemeriksaan
terhadap pasien untuk pengisian rekam medis dan untuk mempermudah menentukan
diagnosis.
Pemeriksaan dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan subjektif dan objektif. Pemeriksaan
subjektif didapatkan dengan mendengarkan baik-baik apa yang diceritakankan dan
dikeluhkan oleh pasien. Sedangkan pemeriksaan subjektif merupakan hal-hal yang dapat
diamati oleh operator.
Pemeriksaan klinik meliputi:
1. Keadaan umum : tinggi badan, berat badan, cara berjalan, cara berbicara.
Vital signs: suhu, tekanan darah, denyut nadi, pernafasan.
2. Pemeriksaan oral
Ekstra oral : ukuran dan bentuk wajah, asimetri, tmj, telinga, mata, hidung, tonus
bibir, kelenjar limfe.
Intra oral: bibir, mukosa, saliva, ginggiva, lidah, sublingual, palatum, faring dan
tonsil, gigi.
3. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan radiografi: dapat meliputi foto rontgen periapikal, cephalometrik
dan panoramic.
Laboratorium: merupakan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium klinik.
Dapat meliputi pemeriksaan darah dan urin.
Pemeriksaan Subjektif
4
Pemeriksaan subjektif didapat dari hasil anamnesis dokter pada pasien. Anamnesis
merupakan proses tanya jawab yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien untuk
menggali semua informasi mengenai keluhan sakit atau kelainan yang dirasakan pasien.
Anamnesis dimulai dengan menanyakan identitas pasien , seperti nama, umur, jenis
kelamin, alamat, status, agama, pekerjaan dan suku. Kemudian dilanjutkan dengan
pertanyaan mengenai keluhan pasien yang sekurang-kurangnya terdiri dari pertanyaan
perihal: keluhan utama, lokasi keluhan, kualitas dan kuantitas keluhan, kapan mulai
timbulnya, bagaimana kronologis perkembangannya, apa yang meringankan dan
memberatkan keluhan, serta gejala yang menyertai keluhan.
Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Vital signs
Pemeriksaan vital signs yang biasa dilakukan oleh dokter gigi terdiri dari empat
macam, yaitu pemeriksaan tekanan darah, pernafasan, denyut nadi dan suhu tubuh.
Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sphygmometer & stetoskop.
Tekanan darah normal manusia berkisar antara 120/80 mmHg, namun tekanan
darah normal ini bisa saja berbeda-beda tergantung umur.
Apabila tekanan darah pasien tinggi (hipertensi) maka kemungkinan pembuluh
darahnya mengalami vasokontriksi, sehingga apabila dilakukan tindakan
pembedahan atau pencabutan, dapat mengakibatkan perdarahan. Penanganan
untuk pasien ini, biasanya terlebih dahulu dilakukan observasi, apabila
tekanan darahnya tidak kunjung normal, maka sebaiknya dirujuk ke dokter
umum terlebih dahulu.
Apabila tekanan darah pasien rendah (hipotensi) maka kemungkinan
pembuluh darahnya mengalami vasodilatasi, sehingga apabila dilakukan
tindakan pembedahan atau pencabutan, dapat syok hipovolemik.
Penanganannya mirip dengan pasien hipertensi di atas.
Pemeriksaan pernafasan
Dapat digunakan dua cara, yaitu:
a. Inspeksi: dengan cara visual. Operator menghitung jumlah naik turunnya
dada pasien dengan cara melihat selama satu menit.
5
b. Pertama-tama pasien diminta bersandar dan bernafas normal, kemudian
tangan operator diletakkan pada dada pasien lalu dihitung jumlah naik
turunnya dada selama satu menit.
Jumlah pernafasan yang normal yaitu 16-24 kali/menit. Apabila pernafasan
pasien tidak normal, maka kemungkinan pasien tersebut menderita suatu
kelainan pernafasan atau pasien dalam keadaan tegang.
Pemeriksaan denyut nadi
Dilakukan dengan cara menghitung denyut nadi pasien pada pergelangan
tangannya selama satu menit.
Apabila denyut nadi pasien terlalu kencang, maka kemungkinan terjadi
vasokonstriksi pada pembuluh darah.
Apabila denyut nadi pasien terlalu lambat, maka kemungkinan terjadi
vasodilatasi pada pembuluh darah.
Pemeriksaan suhu tubuh
Suhu tubuh pasien diukur dengan menggunakan termometer. Atau dapat
menggunakan anamnesis, dengan menanyai apakah pasien merasa demam
atau tidak. Suhu nomal manusia berkisar antara 37°C. Apabila pasien
menderita demam, maka tindakan yang berhubungan dengan pembedahan atau
pencabutan sebaiknya ditunda.
Pada kasus I ini pemeriksaan tanda-tanda vital pasien dalam keadaan normal.
2. Pemeriksaan Intra oral
Pemeriksaan intra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap gigi, gusi,
lidah, palatum, dasar mulut, uvula, tonsil, dan jaringan di dalam mulut lainnya,
Pemeriksaan dalam mulut dilakukan dengan bantuan alat dasar seperti sonde, kaca
mulut, pinset, ekskavator, dan probe; untuk memperjelas pandangan dapat digunakan
kamera intra oral yang dihubungkan oleh monitor.
Pemeriksaan intra oral yang akan dibahas pada makalah ini yaitu pemeriksaan gigi
yang meliputi pemeriksaan jaringan pulpa, jaringan periradikular dan periodontal.
Pemeriksaan ini dilakukan pada gigi 5.4 dan 5.5 yang mengalami karies profunda.
Tes Pulpa
Tes pulpa ini dilakukan untuk mengetahui apakan pulpa pasien masih dalam
keadaan vital atau non vital, sehingga tes ini juga biasa disebut tes vitalitas.
6
Untuk mengetes vitalitas pulpa ini dapat digunakan empat cara, yaitu tes
dingin, tes panas, Electric Pulp Test (EPT), dan tes lainnya seperti tes kavitas
dan tes anestesi.
a. Tes dingin
Bahan-bahan yang dapat digunakan yaitu batangan es, carbon dioxide,
chlor ethyl.
Terdapat dua macam cara:
Pada gigi tanpa karies: bersihkan dan keringkan terlebih dahulu bagian
servikal pada gigi, kemudian tempelkan cotton pellet yang telah
disemprot chlor ethyl pada bagian serviks tersebut. Apabila pasien
masih merasakan rangsangan, maka pulpanya masih vital.
Pada gigi yang berkaries: bersihkan dan keringkan terlebih dahulu gigi
yang mengalami sakit, kemudian tempelkan cotton pellet yang telah
disemprot chlor ethyl pada bagian serviks atau pada daerah berlubang
di gigi tersebut. Apabila pasien masih merasakan rangsangan, maka
pulpanya masih vital.
Interpretasi tes dingin:
• respon hebat & lama à pulpitis irreversible
• tak ada respon à nekrosis pulpa
b. Tes panas
Bahan-bahan yang dapat digunakan yaitu air panas, gutaperca panas, karet
poles dan alat lain. Tes panas ini cukup jarang digunakan, namun dapat
berguna bila keluhan sulit dilokalisir giginya.
Apabila respon hebat & menetap à pulpitis irreversible.
c. EPT
Merupakan suatu alat untuk menguji apakah pulpa memberi respons atau
tidak.
7
Tes Periradikular
Tes periradikular dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Tes perkusi
Dilakukan untuk memberikan petunjuk adanya inflamasi ligamen
periodontal.
Tes ini dilakukan dengan cara mengetukkan ujung kaca mulut pada gigi
yang sakit, untuk mengkonfirmasi adanya inflamasi maka dapat dilakukan
dengan cara menekankan ujung jari pada gigi yang sakit.
Intensitas respon:
hebat +++
sedang ++
ringan +
negatif (-)
b. Tes palpasi
Tes ini dilakukan untuk menunjukkan tingkat keparahan inflamasi dengan
menggunakan ujung jari pada daerah apex.
Pemeriksaan periodontal
Pemeriksaan periodontal dilakukan dengan dua cara:
a. Probing
Merupakan suatu metode untuk mengukur kedalaman poket periodontal.
Alat yang digunakan berupa probe, dengan cara dimasukkan ke dalam
8
attached gingiva, kemudian diukur kedalam poket periodontal dari gigi
pasien yang sakit.
b. Mobilitas
Kelainan endodontik yang luas dapat menyebabkan mobilitas yang nyata.
Mobitity yang berasal dari periodontal biasanya memiliki prognosis yang
buruk.
3. Pemeriksaan Extra oral
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar mulut bagian luar. Meliputi
bibir, TMJ, kelenjar limfe, hidung, mata, telinga, wajah, kepala dan leher.
Pemeriksaan extra oral dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang terlihat
secara visual, atau terdeteksi dengan palpasi. Seperti adanya kecacatan,
pembengkakan, benjolan, luka, cedera, memar, fraktur, dislokasi lain sebagainya.
Pemeriksaan ekstra oral yang dilakukan oleh seorang dokter gigi banyak macamnya:
Pemeriksaan TMJ
a. Inspeksi: merupakan pemeriksaan secara visual.
b. Palpasi: pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba daerah sekitar TMJ
pasien, apabila terdapat sesuatu yang abnormal seperti benjolan atau fluktuasi,
maka kemungkinan terdapat kelainan pada TMJ-nya.
c. Auskultasi
Untuk metode ini diperlukan suatu alat bantu, yaitu stetoskop. Dilakukan
dengan cara meletakkan ujung stetoskop pada daerah tragus, kemudian
9
mendengarkan dengan seksama apakah terdapat bunyi (berupa klik atau yang
lainnya) yang abnormal atau tidak Apabila terdapat bunyi abnormal tersebut,
maka kemungkinan terdapat kelainan pada TMJ.
Pemeriksaan tonus bibir
Dengan cara inspeksi, apabila hipertonus maka biasanya bibir terlihat tegang,
apabila hipotonus maka bibir akan terlihat kendur.
Pemeriksaan Kelenjar limfe
Dilakukan dengan cara palpasi pada sekitar kelenjar limfe. Apabila pasien
merasakan nyeri, terdapat fluktuasi, maka kemungkinan terjadi ainflamasi.
Abses periodontal dan periapikal dapat terlihat pada kelenjar limfe yang
mengalami inflamasi.
Pada kasus I ini, pemeriksaan ekstra oral pasien dalam keadaan normal dan tidak
ditemukan adanya kelainan.
2.2 Pulpitis Irreversible
Pulpitis Irreversible ada keadaan ketika vitalitas jaringan pulpa tidak dapat dipertahankan,
tetapi gigi masih dapat dipertahankan dalam rongga mulut setelah perawatan endodonti
dilakukan.
Yang termasuk pulpitis irreversible adalah :
- Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
- Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
- Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
- Pulpitis kronis radikularis dengan nekrosis
- Pulpitis kronis eksaserbasi akut
Termasuk pada kelompok pulpitis irreversible apabila hasil tes sensibilitas positif, tetapi
sudah terjadi peradangan pada pulpa dan biasanya rasa sakit dapat menjalar ke telinga
10
atau mata. Rasa sakit tersebut harus dibedakan dengan herpes zoster, proses keganasan,
atau peradangan pada jaringan periodontal.
Gejala yang mirip dengan diagnosis pulpitis irreversible adalah :
- Rasa sakit terus menerus dan memancar sampai ke telinga/mata
- Rasa sakit jika minum panas, tetapi tidak begitu sakit bila terpajan dingin.
- Berdenyut
- Rasa sakit muncul spontan
Kalau jaringan periodontal telah terkena dengan perkusi dan palpasi rasa sakit itu akan
terasa. Terutama pada gigi dengan akar ganda, tanda-tanda tersebut harus diperhatikan
benar-benar.
Pada pulpitis irreversible belum terjadi kelainan apikal. Sebelum dilakukan perawatan,
perlu ditanyakan kepada pasien apakah ia hanya ingin menghilangkan rasa sakitnya atau
dilanjutkan dengan perawatan saluran akar. Terapi terbaik adalah segera mengekstirpasi
ke seluruh jaringan pulpa, membersihkan dan memperlebar saluran akar.
Devitalisasi Pulpotomi
Pada kasus 1 ini, gigi 6.4 dan 6.5 yang mengalami pulpitis irreversible dilakukan
perawatan devitalisasi pulpotomi.
Prinsip kerja dari devitalisasi ini sendiri yaitu dengan mengambil jaringan di kamar pulpa
& meninggalkan jaringan pulpa di saluran akar dalam keadaan steril dan non vital
dengan obat-obatan mumifikasi.
Indikasi:
Pulp capping gagal
11
Pulpa vital, sakit meradang, belum abses
Agak sakit berdenyut
Makan manis & dingin terasa ngilu
Prosedur:
Kunjungan I
1. Siapkan instrumen dan bahan
Gunakan bur, kapas dan peralatan lain yang steril.
2. Isolasi gigi
Pasang rubber dam. Jika rubber dam tidak dapat digunakan, isolasi dengan kapas
dan saliva ejector.
3. Preparasi kavitas
4. Eksavasi karies yang dalam
Dengan perlahan-lahan buang karies dengan menggunakan ekskavator, mula-mula
dengan menghilangkan karies tepi, kemudian berlanjut ke arah pulpa.
5. Berikan pasta formaldehid
Pastikan bahwa bagian yang terbuka bebas dari debris. Siapkan kapas dengan ukuran
cukup besar untuk menutupi bagian yang terbuka, tetapi tidak sampai melebihi tepi
kavitas. Masukkan pasta formaldehid dan kapas.
6. Tutup kavitas dengan tambalan sementara
Tutup kavitas dengan campuran zinc oxide eugenol.
Kunjungan II (setelah 1-2 minggu)
1. Buang tumpatan sementara
12
Isolasi gigi, kemudian keluarkan tumpatan sementara dan pasta formaldehid. Sondasi
pulpa pada tempat yang terbuka (tidak boleh terdapat darah atau rasa sakit). Jika
ditemukan bahwa pulpa masih vital, ulangi kembali pemberian pasta formaldehid.
2. Buang atap kamar pulpa
Gunakan bur fisur. Masukkan bur ke dalam bagian yang terbuka dan gerakkan ke
mesial dan distal seperlunya untuk membuang atap pulpa.
3. Buang pulpa bagian corong
Hilangkan pulpa bagian corong dengan menggunakan ekskavator atau bur bundar
dengan kecepatan perlahan.
4. Cuci dan keringkan kamar pulpa
Semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril. Keringkan dan kontrol perdarahan
dengan kapas steril.
13
5. Berikan bahan antiseptik
Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan formokresol dengan jumlah
yang sama dan juga zinc oxide.
6. Restorasi gigi
Tempatkan semen basis sebelum menambal dengan amalgam atau penuhi dengan
semen sebelum preparasi gigi untuk stainless steel crown.
Stainless Steel Crown (SSC)
Apabila gigi molar sulung terserang karies yang luas yang tidak mungkin dilakukan
preparasi kavitas yang memuaskan untuk tumpatan amalgam, maka Stainless Steel Crown
merupakan restorasi yang ideal.
Terdapat 6 ukuran mahkota untuk setiap gigi molar sulung, dan mahkota tersebut dapat
dibentuk agar sesuai dengan margin gingiva.
Pada kasus 1 ini, setelah gigi dirawat endodontik, gigi direstorasi dengan menggunakan
stainless steel crown.
Prosedur pembuatan stainless steel crown:
1. Siapkan peralatan
14
Alat-alat yang dibutuhkan yaitu tapered diamond, straight diamond, jangka pengukur,
tang pembentuk, pemotong mahkota yang melengkung, stone besar, rubber wheel,
dan tongue blade kayu.
2. Hilangkan karies
Sebelumnya berikan analgesik lokal dan pasang rubber dam terlebih dahulu.
Kemudian hilangkan karies dengan ekskavator atau bur bundar kecepatan rendah. Jika
karies dalam dan kemungkinan pulpa dapat terbuka, lakukan dulu preparasi kavitas
yang mempunyai retensi sebelum melanjutkan membuang karies yang dalam.
3. Preparasi gigi
Gunakan hand piece berkecepatan tinggi.
Preparasi permukaan oklusal, permukaan aproksimal, dan permukaan bukal dan
lingual gigi.
Permukaan oklusal:
Tembus fisur oklusal dengan straight diamond sampai kedalaman 1-1,5 mm. perluas
melalui pit dan fisur pada kedalaman ini ke arah permukaan bukal, lingual dan
aproksimal.
Kemudian lakukan reduksi cusp sebesar 1-1,5 mm. periksa oklusi untuk melihat
apakah jarak antar rahang cukup besar.
15
Permukaan aproksimal:
Tempatkan bur tapered sampai berkontak dengan gigi di embrasur bukal atau lingual
dengan sudut 20° dan ujung bur pada tepi gingiva. Lakukan pengurangan sebanyak 2
mm.
Permukaan bukal dan lingual:
Dengan menggunakan bur tapered, kurangi permukaan bukal dan lingual sebanyak 1
mm setinggi tepi gingiva. Kemudian bulatkan sudut antara permukaan ini serta
permukaan aproksimal.
4. Pilih mahkota
Tempatkan ujung jangka pada permukaan mesial dan distal gigi pada batas margin
gingiva.
16
Dari 6 ukuran yang tersedia pilih sebuah mahkota dengan ukuran mesio distal yang
sama seperti yang dinyatakan pada pengukur.
5. Try in mahkota
Cobalah mahkota yang dipilih pada gigi. Dengan sonde periksa apakah tepi mahkota
terletak di dalam sulkus gingiva. Jika mahkota terlalu lebar, potong mahkota pada
daerah tersebut dengan pisau dan kurangi dengan stone.
6. Bentuk mahkota
Bentuk sepertiga gingival dengan tang Johnson No. 114. Gerakkan tang di sekitar tepi
mahkota, tekan dan lepaskan secara berulang-ulang. Coba mahkota pada gigi sekali
lagi dan periksa kerapatannya.
7. Poles mahkota
Poles tepi-tepi mahkota dengan stone atau rubber wheel.
8. Semen mahkota
Bersihkan dan keringkan gigi dan mahkota, kemudian isolasi gigi dengan saliva
ejector dan cotton roll. Gunakan semen adhesif (misal polikarboksilat), alirkan ke
dalam dinding-dinding mahkota sampai hampir penuh. Letakkan mahkota pada gigi
dari lingual ke bukal dan tekan dengan kuat dengan jari, kemudian selipkan tongue
blade kayu dan pasien diminta menggigitnya. Setelah semen mengeras, buang
kelebihan semen dengan menggunakan sonde atau dental floss.
17
2.3 Diastema
Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi yang
berdekatan yang terjadi karena ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan lengkung
rahang. Secara singkat, diastema disebabkan oleh berbagai factor,diantaranya :
o Sementara yaitu sebab bervariasi, dan biasanya akan terkoreksi dengan sendirinya
o Gigi sulung mengakomodasi gigi permanen yang ukurannya lebih besar
o Diskrepansi rahang yaitu panjang lengkung rahang lebih besar dari ukuran gigi
o Frenulum karena frenulumnya abnormal yang terlalu rendah
o Kebiasaan seperti thumb sucking,menghisap ibu jari
o Midline patologi terdapat kista di midline rongga mulut
o Iatrogenik terjadi saat prosedur terapeutik, misal Rapid maxillary espansi
o Ras pada orang kulit hitam.
Pada kasus ini, dimana usia aisha 8 tahun, gigi permanen yang sudah tumbuh adalah
gigi seri. Gigi seri yang renggang pada usia tersebut merupakan hal yang wajar, yang
disebut dengan ugly-duckling stage. Diastema ini akan merapat kembali saat gigi
kaninus mulai tumbuh.
2.4 Premature Loss
Pencabutan gigi incicivus susu yang mengurangi estetik anak tetapi hanya sedikit bahkan
tidak mempunyai pengaruh pada perkembangan gigi geligi tetap. Pencabutan gigi kaninus
atau molar susu dapat mengakibatkan pergerakan gigi ke mesial atau distal dari gigi
sebelahnya ke ruang yang di tinggalkan akibat pencabutan tadi.
Pergerakan gigi molar pertama tetap ke mesial memperkecil ruangan yang di perlukan
untuk erupsi premolar,pergerakan tetap ke distal memperpendek ruang kaninus.
18
Jika terjadi pergeseran distal pada satu sisi setelah pencabutan unilateral gigi susu pada
waktu yang bersamaan garis vertical rahang atas dan garis tengah rahang bawah hilang,
sehingga terjadi perubahan garis tengah hal ini tidak diinginkan karena menggagu setiap
perawatan ortodonti yang mungkin diperlukan nantinya.
Faktor utama yang mempengaruhi besar rata-rata pergerakan ke mesial dan distal dari
gigi adaalah derajat crowding pada lengkung gigi, jenis susu yang di cabut dan usia
pasien.
Derajat crowding.
Besar dan kecepatan pergeseran berhubungan langsung dengan derajat crowding pada
lengkung gigi. Pada lengkung yang tidak berjejal-jejal mungkin terdapat pergerakan atau
tidak berjejal-jejal, gigi-gigi sekitarnya dengan cepat bergerak kea rah ruang yang terjadi
akibat pencabutan gigi.
Gigi yang di cabut.
Kehilangan molar kedua susu menimbulkan masalah yang sangat serius karena mungkin
akan terjadi pergerakan kea rah mesial dari gigi molar pertama tetap karena tidak adanya
hambatan akan tetapi, perubahan garis tengah hanya terjadi pada lengkung yang sangat
berjejal-jejal. Sebaliknya pencabutan gigi kaninus susu memungkinkan insisivus tetap
bergerak ke distal, tetapi pergerakan ke arah mesial dari gigi-gigi tersebut sedikit sekali.
Pencabutan molar pertama susu memungkinkan terjadinya pergerakan ke mesial dan
distal.
Ringkasan jumlah relatif pergerakan kea rah mesial dan distal yang dapat di harapkan
terjadi setelah pencabutan gigi-gigi molar pertama tetap cenderung lebih besar pada
rahang atas dari pada rahang bawah.
19
Usia pasien
Umumnya makin dini gigi susu dicabut, makin besar kemungkin pergeseran gigi-gigi,
namun modotnya gigi antagonis akan membatasi pergerakan tersebut. Jika molar susu
dicabut sebelum molar pertama tetap bererupsi, pergeseran ke mesial dari molar pertama
tetap tidak bisa di hindari, walaupun pada lengkung rahang yang tidak berjejal-jejal.
2.5 Rencana Perawatan
Berdasarkan tinjauan kasus tersebut, dengan pertimbangan indikasi dan kontraindikasinya
rencana perawatan yang dilakukan yaitu pembuatan space regainer. Dengan tujuan untuk
mendapatkan ruang yang cukup bagi benih gigi tetap yang tertanam di bawah gigi yang
mengalami prematur loss. Sehingga, lengkung gigi dan fungsional normal serta oklusi
yang baik dapat dicapai.
Space Regainer
Definisi spece regainer adalah alat cekat atau lepasan untuk menggeser gigi permanen
kearah lengkung rahang yang tepat. Adapun fungsi space regainer antara lain :
Untuk mendapatkan kembali ruang yamg pernah ada tapi bukan menciptakan
ruangan baru
Menegakkan kembali gigiyang miring akibat tipping ke arah yang kosong akibat
kehilangan gigi yang terlalu dini
Indikasi pemakaian space regainer
Space regainer dibutukan untuk mendapatkan kembali ruangan sekitar 3mm atau kurang.
Kontraindikasi pemakaian space regainer
Apabila terdapat ruang yang cukup bagi benih gigi permanen untuk erupsi
20
Macam-Macam Space Reginers
Macam space regainer ada lepasan dan cekat juga unilateral dan bilateral.
Space regainer lepasan terdiri dari:
a. Komponen retentif seperti klammer adams
b. Komponen aktif berupa sekrup atau pegas
c. Lempeng atau plat akrilit
Berikut ini adalah macam-macam space regainer lepasan:
1. Recurved helical coil finger spring space regainer
2. Split sddle acrylic space regainer
3. Sling short regainer
4. Expansion screw space regainer
5. Sliding joke space regainer
6. Knee spring space regainer
Untuk space regainer lepasan waktu diperlukan untuk medapatkan kembali ruangan 3mm
sekitar 3 sampai 4 bulan.
Kelebihan dan kekurangan space regainer antara lain:
Kelebihan Removable Space Regainer :
21
• Mudah dalam pengerjaannya
• working timenya pendek
Kekurangan Removable Space Regainer :
• Memerlukan kooperasi dari si pasien
• Pergerakan yang dilakukan adalah tipping
• Mudah patah dan hilang
• Kawat dapat melukai gusi
Adapun macam-macam space regainer cekat terdiri dari:
1. Looped coil space regainers
Di desain untuk menggeser gigi premolar kearah mesial. Tidak direomendasikan
untuk menggeser gigi molar kearah distal.
2. Sliding Loop Space Regainer
Alat ini menggunakan pegas coil untuk menggeser gigi premolar ke arah mesial
dan menggeser gigi molar kearah distal.
22
2. Jackscrew Space Regainer
Alat ini digunakan untukmengeser gigi molar kearah distal tanpa adanya rotasi.
4.Halterman Appliance
Alat ini digunakan ketika gigi molar akan erupsi tetapi terperangkap. Rantai
elastic menghubungkan hook pada ikatan kecil di molar.
23
Kelebihan Fixed Space Regainer :
• Tidak mudah patah/berubah bentuk
• Tekanan dapat dikontrol
• Tidak akan mudah hilang
• Dapat dipaai pada asien tidak kooperatif
Kekurangan Fixed Space Regainer :
• Sulit untuk dibersihkannya sehingga menjadikan OH buruk
• Sulit diperbaiki
• Harga lebih mahal
• Pembuatannya butuh waktu lama
BAB III
KESIMPULAN
1. Gigi aisyah 6.4,6.5 terdapat karies profunda dengan gejala nyeri spontan,
tekan positif, nyeri berdenyut sesuai denyut nadi dari diagnosis kita simpulkan
pulpitis irreversible. Kemudian perwatannya dengan devitalisasi.
24
2. Di dapatkan premature loss 5.5,5.4 sudah terjadi penyimpitan ruangan, gigi
molar terlihat bergeser kea rah depan. Dan juga ada diastema pada gigi 11 dan
21. Kita simpulkan perawatannya menggunakan space regainer.
LAMPIRAN DISKUSI
1. Bagaimana proses kerja dari jackscrew space regainer?
25
Pada jackscrew space regainer terdapat 4 komponen, terdiri dari male yang
terletak pada gigi 5.3, jemale yang terletak pada gigi 1.6, pegas, dan tab yang terdapat
pada gigi 1.6. Jadi kembali lagi ke fungsi jackscrew space regainer adalah menggeser
gigi molar ke arah distal tanpa adanya rotasi. prinsip kerja dari jackscrew space
regainer yaitu menggerakkan 2 mahkota gigi melalui pegas yg tertanam pd 1.6 yang
mengakibatkan gigi 1.6 bergerak ke arah distal dan gigi 5.3 secara tidak langsung
tertarik ke arah distal juga.
2. Apakah terdapat opsi perawatan selain SSC untuk merestorasi gigi Aisyah?
Karena kariesnya sudah luas, maka tidak mungkin direstorasi dengan
menggunakan amalgam atau pun komposit, opsi lain yaitu menggunakan onlay.
3. Pada karies profunda ekskavasasi dilakukan hingga pulpa, apakah dilakukan
anestesi?
Apabila ekskavasi dilakukan sampai mengenai pulpa, hal ini dapat mengakibatkan
rasa sakit, oleh karena itu sebelum perawatan dapat diberikan anestesi local.
4. Apa akibatnya jika setelah kunjungan 1 pasien tidak datang kembali dalam
perawatan pulpotomi devitalisasi?
26
Gas yang dihasilkan oleh formaldehid bersifat menekan, sehingga apabila tidak
dikeluarkan dapat menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya, seperti
periodontitis dan juga abses.
27