miopia
DESCRIPTION
sgsdTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS REFRAKSI
MIOPIA DAN PRESBIOPIA
Disusun Oleh:
Hana
030.08.112
Pembimbing :
Dr. Azrief A. Ariffin, Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
PERIODE 10 JUNI 2013 – 13 JULI 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
Indera penglihatan manusia adalah mata. Kita dapat melihat dan mengenal suatu benda
yang kita lihat karena adanya kerjasama antara mata dan otak. Rangsangan yang terjadi dibagian
mata akan diteruskan ke otak. Di sini otak mengelola dan menterjemahkan informasi yang
diterima sehingga menghasilkan suatu perwujudan penglihatan.
Miopia adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan
istirahat (tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina. Miopia merupakan
kelainan yang diturunkan dan seringkali ditemukan pada anak-anak ketika mereka berusia 8-12
Tahun, Antara usia 13-19 tahun, ketika tubuh mengalami pertumbuhan yang pesat, miopia
semakin memburuk. Antara usia 20-40 tahun, biasanya terjadi sedikit perubahan.
Pada kelainan myopia penderita akan mengalami keluhan utamanya adalah jika untuk
melihat jauh kabur akan tetapi untuk melihat dekat lebih jelas, adapun keluhan yang lainnya
kadang disertai pusing tidak begitu dirasakan kecuali power dioptri (ukuran) mata kanan dan
mata kiri berbeda, dan tidak nyaman ketika melihat obyek. Kelainan myopia dapat dialami oleh
anak-anak, orang dewasa, ataupun orang yang sudah tua. Ratio kelainan ini cenderung lebih
banyak dibanding orang yang menderita kelainan refraksi lainnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.U
Umur : 53 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Gn. Tangkil RT 01 RW 03 Kec. Leuwiliang, Bogor
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 26/06/2013
B. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada pasien, tanggal 26-06-2013, pukul 12.15 WIB
Keluhan Utama
Kedua mata buram bila melihat jauh sejak 6 bulan SMRS
Keluhan Tambahan
Mata terasa pegal
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli mata RS Marzoeki Mahdi dengan keluhan kedua mata
buram sejak 6 bulan SMRS. Keluhan buram dirasakan bila melihat jauh sehinga benda
terlihat sedikit berbayang. Pasien juga mengeluhkan matanya terasa pegal bila menonton
televisi dan membaca terlalu lama. Pasien terkadang mengeluh sakit kepala, dan
dirasakan membaik bila istirahat. Pasien juga mengeluhkan penglihatannya kurang jelas
bila membaca dalam jarak dekat. Keluhan ini dirasakan sudah 1 tahun yang lalu. Selama
ini pasien tidak pernah memeriksakan matanya ke dokter. Pasien hanya menggunakan
kaca mata untuk membaca yang dibeli di pedagang kaki lima. Keluhan silau saat berada
3
ditempat terang, pandangan seperti ada kabut atau asap disangkal. Riwayat mata merah
dan berair juga disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat darah tinggi dan kencing manis disangkal. Riwayat penyakit mata
sebelumnya disangkal. Riwayat trauma pada mata disangkal, Riwayat operasi mata
sebelumnya disangkal.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak Sehat
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : - Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 80x/mnt
- Respirasi : 16 x/mnt
Status oftalmikus
Mata Kanan Mata Kiri
1,0F Visus 1,0F
S -0,25 add +2,25 Koreksi S -0,25 add +2,25
- Skiaskopi -
- Tonometri (TIO) -
Sentral, normal Kedudukan Sentral, normal
Ke segala arah Pergerakan Ke segala arah
Hiperemi (-), Edema (-) Palpebrae Superior Hiperemi (-), Edema (-)
Hiperemi (-), Edema (-) Palpabrae Inferior Hiperemi (-), Edema (-)
Hiperemi (-) Konjungtiva palpabrae Hiperemi (-)
Hiperemi(-), sekret (-),
pterigium (-)
Konjungtiva bulbi Hiperemi (-), sekret (-),
Pterigium (-)
Hiperemi (-) Konjungtiva Forniks Hiperemi (-)
Putih Sklera Putih
4
Jernih, arcus senilis (-) Kornea Jernih, arcus senilis (-)
Cukup Bilik mata depan Cukup
Warna coklat, kripta (+) Iris Warna coklat, kripta (+)
Jernih Lensa Jernih
Gerak Bola Mata
Bulat, hitam
Letak di pusat mata
Ukuran : + 3 mm
RCL/RCTL (+)/(+)
Pupil
Bulat,hitam
Letak di pusat mata
Ukuran : + 3 mm
RCL/RCTL (+)/(+)
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Refleks Fundus Tidak dilakukan
D. RESUME
Pasien wanita berusia 53 tahun datang dengan keluhan keluhan kedua mata buram
sejak 6 bulan SMRS. Keluhan buram dirasakan bila melihat jauh sehinga benda terlihat
sedikit berbayang. Pasien juga mengeluhkan matanya terasa pegal bila menonton televisi
dan membaca terlalu lama. Pasien terkadang mengeluh sakit kepala, dan dirasakan
membaik bila istirahat. Pasien juga mengeluhkan penglihatannya kurang jelas bila
membaca dalam jarak dekat. Keluhan ini dirasakan sudah 1 tahun yang lalu. Selama ini
pasien tidak pernah memeriksakan matanya ke dokter. Pasien hanya menggunakan kaca
mata untuk membaca yang dibeli di pedagang kaki lima.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, dengan
pemeriksaan mata didapatkan visus ODS 1.0F.
E. DIAGNOSIS
ODS Miopia presbiopia
F. PENATALAKSANAAN
5
1. Resep kacamata bifocal yang progresif:
VOD: 1.0F S - 0,25 1.0
VOS: 1.0F S - 0,25 1.0
Add S + 2.25
PD 58/60
2. Simptomatis :
Vitanorm 2 x 1 tab
Protagenta eye drop 4 tetes/hari ODS
G. PROGNOSIS
ODS: Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
H. ANJURAN
Bila membaca atau menonton TV lama, usahakan agar sesekali berhenti untuk
mengistirahatkan mata.
Bila membaca dan bekerja, gunakan penerangan yang baik
Gunakan kacamata
Periksakan mata secara berkala (kontrol teratur)
BAB III
6
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Myopia adalah bayangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan retina pada
mata yang tidak berakomodasi.5 Myopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan
difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat
dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada
mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Myopia berasal dari bahasa yunani “ muopia”
yang memiliki arti menutup mata. Myopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah
populernya adalah "nearsightedness.6
Myopia atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang
disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu
cekung.7 Myopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata
tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina.3 Myopia merupakan mata dengan
daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tidak terhingga
difokuskan di depan retina.10
Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari
jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik di
depan retina.1
II. Fisiologi penglihatan normal
Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama, pembiasan
sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang berbeda kepadatannya
dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous , lensa, dan humor vitreus. Kedua,
akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek yang
dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga, konstniksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar
cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang
terlalu terang memasukinya atau melewatinya, dan ini penting untuk melindungi mata dari
paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan kedua
bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah objek yang sedang
dilihat.2
7
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata memiliki
sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-ubah (pupil), dan retina yang dapat
disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1) perbatasan
antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea
dan udara, (3) perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalinaa, dan
(4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous. Masing-masing memiliki
indek bias yang berbeda-beda, indek bias udara adalah 1, kornea 1.38, humor aqueous 1.33, lensa
kristalinaa (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34.11
Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan bayangan sebagai
sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat sederhana dan skemanya sering disebut
sebagai reduced eye. Skema ini sangat berguna untuk perhitungan sederhana. Pada reduced eye
dibayangkan hanya terdapat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di depan retina, dan mempunyai
daya bias total 59 dioptri pada saat mata melihat jauh. Daya bias mata bukan dihasilkan oleh
lensa kristalinaa melainkan oleh permukaan anterior kornea. Alasan utama dari pemikiran ini
adalah karena indeks bias kornea jauh berbeda dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa
kristalinaa dalam mata, yang secara normal bersinggungan dengan cairan disetiap
permukaannya, memiliki daya bias total hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira sepertiga dari daya bias
total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil dari mata dan kemudian lingkungannya adalah
udara, maka daya biasnya akan menjadi 6 kali lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena cairan
yang mengelilingi lensa mempunyai indeks bias yang tidak jauh berbeda dari indeks bias lensa.
Namun lensa kristalinaa adalah penting karena lengkung permukaannya dapat mencembung
sehingga memungkinkan terjadinya “akomodasi”.11
Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan oleh lensa kaca
pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat membentuk bayangan di retina. Bayangan ini
terbalik dari benda aslinya, namun demikian presepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan
tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih menangkap
bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.11
8
III. Penglihatan pada miopia
Myopia adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar yang masuk ke bolamata titik
fokusnya jatuh di depan retina.2 Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata
dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina
IV. Patofisiologi
Myopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk
panjangnya bola mata akibat:
1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang
lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial.
9
2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung
atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia
kurvatura/refraktif.
3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.
Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks
4. Miopi Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya
pasca operasi glaukoma.15
V. Klasifikasi Miopia
Klasifikasi miopi berdasarkan laju perubahan besarnya derajat refraksi anomaly secara
klinik, antara lain :
a) Miopia simplex / stasioner / fisiologik
Biasanya timbul pada usia yang masih muda kemudian berhenti. Tetapi
dapat juga naik sedikit kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit pada
masa puber sampai sekitar umur 20 tahun. Besar dioptrinya kurang dari
Spheris –5.00 Dioptri atau Spheris –6.00 Dioptri. Tetapi jika dikoreksi
dengan lensa yang sesuai dapat mencapai tajam penglihatan normal
b) Miopia progresif
Ditemukan pada segala umur. Pada keadaan ini terjadi kelainan fundus
yang khas unutk myopia tinggi ( myopia lebih dari Spheris –6.00 D ).
c) Miopia maligna Disebut juga myopia patologis/degeneratif karena disertai
penuaan dari koroid dan bagian lain dalam bola mata ( lensa kristalin,
coroid, badan siliar ).14
Klasifikasi myopia berdasarkan faktor penyebab dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Miopia\axial
Myopia axial ini dapat terjadi sejak lahir oleh karena faktor herediter, komplikasi
penyakit lain seperti gondok, TBC, dan campak maupun karena konginetal. Selain itu
juga bisa karena anak biasa membaca dalam jarak yang terlalu dekat sehingga mata luar
dan polus posterior yang paling lemah dari bolamata memanjang. Orang yang berwajah
lebar karena akan menyebabkan konvergensi berlebihan saat melakukan pekerjaan dekat,
10
bendungan karena peradangan atau melemahnya lapisan yang mengelilingi bolamata
disertai tekanan yang tinggi. Myopia ini dapat bertambah terus sampai dewasa.14
Miopia axial merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus media refrakta lebih
pendek dibanding sumbu orbitnya. Namun dalam hal ini jarak fokus media refrakta
normal ( 2.6 mm ) sedangkan jarak sumbu orbitnya > 22,6 mm. Menurut Plempius (1622)
bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata disebabkan karena kelainan anatomis.
Sedangkan Donders (1864) berpendapat bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata itu
disebabkan oleh karena sering mendapatkan tekanan otot pada saat konvergensi.
Sedangkan menurut Levinshon (1925) dikemukakan bahwa memanjangnya sumbu orbit
bolamata itu disebabkan oleh karena sering melihat kebawah pada saat bekerja diruang
tertutup sehingga terjadi peregangan pada bolamata, ini berkaitan dengan faktor gravitasi
bumi.14
2) Myopia refraktif
Pada myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi
pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih
kuat.7
Menurut Albert E. Sloane, myopia refraktif dapat terjadi karena :
Kornea terlalu melengkung.
Lensa kristalin terlalu cembung karena terlalu banyak cairan mata yang masuk ke
lensa kristalin sehingga lensa keruh seperti katarak immatura, sehingga sinar
yang masuk dibiaskan terlalu kuat.
Peningkatan index bias cairan bolamata (pada penderita Diabetus Melitus).
Menurut ilmu kedokteran bahwa myopia dapat disebabkan karena kurang gizi,
kegemukan, gangguan endokrin, alergi, kekurangan zat kimia (seperti kalsium
dan vitamin), over koreksi pada kacamata, dan memakai kacamata yang tidak
sesuai dengan hasil pemeriksaan/koreksi anomaly refraksi.14
Klasifikasi myopia berdasarkan besarnya derajat refraksi anomaly, yaitu :
Myopia ringan : Spheris -0.25 Dioptri – Spheris -3.00 Dioptri
Myopya sedang: Spheris -3.25 Dioptri – Spheris -6.00 Dioptri
Myopia tinggi/berat : > Spheris -6.00 Dioptri
11
VI. Gejala klinis
Menurut Albert E. Sloane dalam buku Manual of Refraction, bahwa gejala
myopia adalah sebagai berikut :
a) Gejala tunggal paling penting myopia adalah penglihatan jauh yang
buram.
b) Sakit kepala jarang dialami meskipun ditunjukkan bahwa koreksi kesa-
lahan myopia yang rendah membantu mengurangi sakit kepala akibat
asthenopia (mata cepat lelah).
c) Ada kecenderungan pasien untuk memicingkan mata jika ia ingin
melihat jauh, efek pinhole dari celah palpebra membuat ia melihat
lebih jelas.
d) Penderita rabun jauh biasanya suka membaca karena mudah bagi
mereka sebagai spekulasi yang menarik.
Menurut Prof. Dr. Sidharta Ilyas dalam bukunya Kelainan Refraksi dan
Kacamata, bahwa gejala myopia adalah: :
a) Bahwa penderita myopia yang dikatakan sebagai rabun jauh akan
mengatakan penglihatannya kabur juka melihat jauh dan hanya akan
jelas jika pada jarak dekat.14
Gejala myopia secara umum :
Pada saat membaca selalu mendekatkan benda yang dilihatnya dan
saat melihat jauh selalu menyipitkan matanya.
Saat dilakukan test dengan uji bikromatik unit pasien akan melihat
obyek dengan warna dasar merah lebih terang.
Bola mata agak menonjol
Biasanya penderita akan melihat titik-titik hitam atau benang-benang
hitam (disebut floter) di lapang pandangnya .
Mata cepat lelah, berair, pusing, cepat mengantuk, atau biasanya
disebut dengan asthenopia (mata cepat lelah).
COA ( Camera oculi anterior ) dalam, karena jarang dipakainya otot-
otot akomodasi.
Pupil relatif lebih lebar akibat kurangnya akomodasi ( medriasis ).
12
Corpus vitreum cenderung keruh.
Kekeruhan di polus posterior lensa.
Menjulingkan mata.
Stafiloma posterior fundus tigroid di polus posterior retina
Pendarahan pada corpus vitreum.
Predisposisi untuk ablasi retina.
Atropi berupa kresen myopia.
Ekspresi melotot.14
VII. Diagnosa
Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada mata,
pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:
Refraksi Subyektif
Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Refraksi Subyektif, metode
yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20
kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu
persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-
masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif, bila dengan lensa sferis
negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan
menderita myopia, apabila dengan pemberian lensa sferis negatif menambah kabur penglihatan
kemudian diganti dengan lensa sferis positif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20
maka pasien menderita hipermetropia.3
Refraksi Obyektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati
refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against
movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.3
Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan
komputer.3
VIII. Komplikasi
13
- Ablasio retin a terutama pada myopia yang tinggi.
- Sranbismus
- Ambliopia.12
IX. Penatalaksanaan
1. Pemberian lensa spheris concave ( - )
Penderita myopia dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa spheris concave ( - )
yang terkecil/terlemah agar dapat menghasilkan tajam penglihatan terbaik. Karena dengan
koreksi lensa spheris concave (-) terkecil orang myopia akan dapat membiaskan sinar sejajar
tepat diretina tanpa akomodasi.14
Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif, perlu diingat
bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Karena itu, bila permukaan refraksi
mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada myopia, kelebihan daya bias ini dapat
dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata.11
Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata myopia ditentukan
dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula meletakan sebuah lensa kuat dan kemudian
diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam penglihatan
yang terbaik. 11
Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan
ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.00 dioptri
14
memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka
sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik
setelah dikoreksi.7
2. Pemakaian lensa kontak
Pada pemakaian lensa kontak harus melalui standar medis dan pemeriksaan secara medis.
Karena resiko pemakaian lensa kontak cukup tinggi.14
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari satu
minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan myopia. Kekakuan
lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Tergantung dari respon individu dalam
orthokeratology yang sesekali beruba-ubah, penurunan myopia sampai dengan 3.00 dioptri pada
beberapa pasien, dan rata-rata penurunan yang dilaporkan dalam penelitian adalah 0.75-1.00
dioptri. Beberapa dari penurunan ini terjadi antara 4-6 bulan pertama dari program
orthokeratology, kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki beberapa pemikiran dalam
keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea secara menyeluruh. Dengan followup yang
cermat, orthokeratology akan aman dengan prosedur yang efektif. Meskipun myopia tidak selalu
kembali pada level dasar, pemakaian lensa tambahan pada beberapa orang dalam beberapa jam
sehari adalah umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki refraksi.6
3. Pembedahan/operatif
a) Radial Keratotomy
Merupakan upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan cara
membuat sayatan pada kornea.
b) Photorefractive Keratectomy
Yaitu upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan cara
memotong permukaan depan kornea. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut Excimer Laser.
c) LASIK
Singkatan dari Laser Assistet In-situ Keratomeuleosis, pada Lasik ini
sebenarnya sama tujuannya dengan operasi yang lainnya yaitu mengurangi
kelengkungan daripada kornea hanya saja berbeda dalam tehnis, yaitu
lebih sempurna dengan menggunakan tehnis laser secara mutlak.14
PRESBIOPI
15
Definisi
Presbiopi merupakan kondisi mata dimana lensa kristalin kehilangan fleksibilitasnya
sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada benda yang dekat. Presbiopi adalah suatu bentuk
gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan
makin meningkatnya umur.
Presbiopi merupakan bagian alami dari penuaan mata. Presbiopi ini bukan merupakan
penyakit dan tidak dapat dicegah. Presbiopi atau mata tua yang disebabkan karena daya
akomodasi lensa mata tidak bekerja dengan baik akibatnya lensa mata tidak dapat
menmfokuskan cahaya ke titik kuning dengan tepat sehingga mata tidak bisa melihat yang dekat.
Presbiopi adalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya kemampuan
akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur. Daya akomodasi adalah kemampuan
lensa mata untuk mencembung dan memipih (Wikipedia, 2012). Biasanya terjadi diatas usia 40
tahun, dan setelah umur itu, umumnya seseorang akan membutuhkan kaca mata baca untuk
mengkoreksi presbiopinya.
Epidemiologi
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup yang tinggi.
Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya berhubungan langsung dengan orang-
orang lanjut usia dalam populasinya.
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopi karena onsetnya yang
lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopi terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun.
Studi di Amerika pada tahun 1955 menunjukkan 106 juta orang di Amerika mempunyai kelainan
presbiopi.
Faktor resiko utama bagi presbiopi adalah usia, walaupun kondisi lain seperti trauma,
penyakit sistemik, penyakit kardiovaskular, dan efek samping obat juga bisa menyebabkan
presbiopi dini.
Etiologi
a. Terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut
b. Kelemahan otot-otot akomodasi
16
c. Lensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang elastisitasnya akibat kekakuan (sklerosis)
lensa
Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata
karenaadanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa
menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis)dan
kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung. Dengan demikian kemampuan melihat dekat
makin berkurang.
Klasifikasi
Presbiopi Insipien – tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesa didapati pasien
memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak kelainan bila dilakukan
tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca
Presbiopi Fungsional – Amplitud akomodasi yang semakin menurun dan akan didapatkan
kelainan ketika diperiksa
Presbiopi Absolut – Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi fungsional, dimana
proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali
Presbiopi Prematur – Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan biasanya
berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan
Presbiopi Nokturnal – Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap
disebabkan oleh peningkatan diameter pupil
Gejala
a. Kesulitan membaca tulisan dengan cetakan huruf yang halus / kecil
b. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih. Bisa juga disertai
kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama
c. Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca atau menegakkan punggungnya karena
tulisan tampak kabur pada jarak baca yang biasa (titik dekat mata makin menjauh)
d. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari
e. Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca
17
f. Terganggu secara emosional dan fisik
g. Sulit membedakan warna
Diagnosis Presbiopi
1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopi
2. Pemeriksaan Oftalmologi
Visus – Pemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopi dengan menggunakan Snellen
Chart
Refraksi – Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta untuk
memperhatikan kartu Jaeger dan menentukan kalimat terkecil yang bisa dibaca pada
kartu. Target koreksi pada huruf sebesar 20/30.
Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi – termasuk pemeriksaan duksi
dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi,
dan steoreopsis
Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum – untuk mendiagnosa penyakit-
penyakit yang bisa menyebabkan presbiopia.
Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan warna,
tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen anterior dan
posterior dari mata dan adnexanya. Biasanya pemeriksaan dengan ophthalmoskopi
indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen media dan posterior
Penatalaksanaan Presbiopi
1. Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopi. Tujuan koreksi adalah untuk
mengkompensasi ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek-objek yang dekat
2. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positif sesuai usia dan hasil
pemeriksaan subjektif sehingga pasien mampu membaca tulisan pada kartu Jaeger 20/30
3. Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3.00 D adalah lensa positif terkuat yang dapat
diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada
jarak 33 cm, karena tulisan yang dibaca terletak pada titik fokus lensa +3.00 D
Usia (tahun) Kekuatan Lensa Positif yang dibutuhkan
40 +1.00 D
18
45 +1.50 D
50 +2.00 D
55 +2.50 D
60 +3.00 D
4. Selain kaca mata untuk kelainan presbiopi saja, ada beberapa jenis lensa lain yang digunakan
untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada bersamaan dengan presbiopia. Ini
termasuk:
a. Bifokal – untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang mempunyai garis
horizontal atau yang progresif
b. Trifokal – untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif
c. Bifokal kontak - untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian bawah adalah
untuj membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil koreksinya
d. Monovision kontak – lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan, dan lensa
kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang dominan umumnya adalah mata
yang digunakan untuk fokus pada kamera untuk mengambil foto
e. Monovision modified – lensa kontak bifokal pada mata non-dominan, dan lensa kontak
untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata digunakan untuk melihat jauh dan satu mata
digunakan untuk membaca.
5. Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, LASIK, LASEK, dan keratektomi
fotorefraktif
KESIMPULAN
Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina,
ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif
dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina,
19
tanpa akomodasi. Para penderita mata rabun jauh (myopia) tidak dapat melihat objek atau benda
jarak jauh, namun akan terlihat jelas apabila objek atau benda itu berada dalam jarak dekat.
Sering kali para penderita rabun jauh merasakan pusing pada kepala jika terlalu memaksa
melihat benda yang jauh dari kemampuan jarak pandangnya. Penderita myopia atau rabun jauh
dapat dibantu dengan menggunakan lensa ( corrective lenses ) seperti lensa kontak (contact
lenses), dengan operasi refraktif seperti LASIK atau yang banyak digunakan oleh penderita
rabun jauh adalah kacamata dengan kontak lensa negatif atau minus.
Presbiopi adalah keadaan berkurangnya kemampuan seseorang akibat pengaruh penuaan.
Kondisi ini biasanya terjadi pada usia 40 tahun keatas. Gejala Presbiopi ditandai adanya
kesulitan membaca dan melakukan pekerjaan dalam jarak pandang dekat. Penyebab Presbiopi
adalah gangguan anatomi pada kelengkungan kornea atau diameter bola mata sehingga
mengakibatkan gangguan penglihatan yaitu penglihatan mata menjadi kabur atau tidak jelas alias
rabun. Gangguan mata yang kerap terjadi pada usia diatas 40 ini terjadi akibat menurunnya daya
lentur lensa mata yang diakibatkan oleh faktor usia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wijaya N. Refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-5. Jakarta, 1989.
20
2. Ilmu penyakit mata. Available at :http://library.usu.ac.id/download/fk/pnymata-
halima.pdf.
3. Vaoughan et all, Optalmology Umum.edisi 14.Widya Medika.2000.
4. American Optometric Association, Optometric Clinical Practice Guidline Care of the
Patient with Myopia, 1997
5. Ilyas, S., 2007. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta, FK UI
6. Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-381
7. Mansjoer, A., 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3 Jilid 1. Media Aesculapius.
Jakarta, FK UI
8. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9. 1997.
9. Pedoman diagnosis dan terapi, bag/smf ilmu penyakit mata, 2006 edisi ke III, rumah sakit
umum dokter soetomo, Surabaya
10. Ilyas S. Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi. Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit
Mata. FKUI, Jakarta, 2001, hal.1-18
11. Ilyas S. Kelainan Refraksi dan Kacamata. FKUI, Jakarta, 1997, hal.1-39
12. Akman SM, Ratulangi J. Refraksi subjektif dan Optik : Kelainan-kelainan Refraksi. Edisi
ke-2. Jakarta, 1985.
13. Hollwich F. Optik dan Refraksi. Dalam : Buku Panduan Oftalmologi. Edisi ke-2.
Binarupa aksara. Jakarta, 1993.
14. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Optik dan Refraksi. Dalam: Ilmu
Penyakit mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Ilyas S, Mailangkay
HHB, Taim H, Samar RR, Simamarta M dan Widodo PS, Editor. Edisi ke 2. CV.Agung
Seto. Jakarta; 2002.
21