miopia simpleks tifano case

30
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. S Umur : 20 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Guru SMP Alamat : Bayongbong Tanggal Pemeriksaan : 26 Juni 2013 II. ANAMNESA Keluhan utama : Penglihatan kedua mata tidak jelas pada saat melihat jarak jauh Anamnesa khusus : Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Slamet garut dengan keluahan penglihatan kedua mata tidak jelas pada saat melihat jarak jauh sejak ± 2 minggu SMRS. Pasien merasa penglihaan kedua matanya kurang jelas saat mengendarai motor atau pada saat melihat orang dari kejauhan, sehingga pasien sering memicingkan mata supaya dapat melihat jelas. Pasien mengaku lebih nyaman apabila melihat sesuatu dari jarak dekat. Keluhan disertai dengan pusing, mata menjadi cepat lelah dan cepat berair. Keluhan 1

Upload: tifanoarian9684

Post on 15-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

oiooioioioioii

TRANSCRIPT

Page 1: Miopia Simpleks Tifano Case

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. S

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Guru SMP

Alamat : Bayongbong

Tanggal Pemeriksaan : 26 Juni 2013

II. ANAMNESA

Keluhan utama : Penglihatan kedua mata tidak jelas pada saat melihat jarak

jauh

Anamnesa khusus :

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Slamet garut dengan keluahan

penglihatan kedua mata tidak jelas pada saat melihat jarak jauh sejak ± 2 minggu

SMRS. Pasien merasa penglihaan kedua matanya kurang jelas saat mengendarai motor

atau pada saat melihat orang dari kejauhan, sehingga pasien sering memicingkan mata

supaya dapat melihat jelas. Pasien mengaku lebih nyaman apabila melihat sesuatu dari

jarak dekat. Keluhan disertai dengan pusing, mata menjadi cepat lelah dan cepat berair.

Keluhan disertai mata merah disangkal. Keluhan tidak disertai dengan melihat pelangi

disekitar cahaya lampu. Penglihatan berkurang saat senja atau gelap disangkal. Keluhan

pandangan tertutup kabut disangkal. Riwayat menderita seperti kencing manis

disangkal. Riwayat trauma disangkal. Riwayat berobat ke dokter diakui. Riwayat

memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 3 tahun yang lalu dan rajin memakai

kacamata setiap harinya sampai saat ini. Riwayat keluarga memakai kacamata

disangkal. Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan sering bermain laptop

diakui pasien.

1

Page 2: Miopia Simpleks Tifano Case

Anamnesa keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

Riwayat penyakit dahulu :

- Riwayat kencing manis disangkal

- Riwayat hipertensi disangkal

- Riwayat trauma pada mata disangkal

Riwayat Sos-Ek : Cukup

Riwayat gizi : Cukup

III. PEMERIKSAAN

1. Keadaan Umum

Kesan sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital :

1. Tekanan darah : 120/80 mmHg

2. Nadi : 80X/menit

3. Suhu : Afebris

4. Pernapasan : 22X/menit

2. Status Oftalmologi

Pemeriksaan Subjektif

Visus OD OSSC 0,5 0,15CC 1,0 1,0STNKoreksi S -2.00 S -2.50AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

2

Page 3: Miopia Simpleks Tifano Case

Pemeriksaan Eksternal

OD OSPalpebra superior T.a.k T.a.kPalpebra inferior T.a.k T.a.kSilia Tumbuh teratur Tumbuh teraturAp. Lakrimalis T.a.k T.a.kKonjungtiva tarsalis Superior Tenang TenangKonjungtiva tarsalis Inferior Tenang TenangKonjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)Kornea Jernih JernihBilik mata depan Sedang SedangPupil Bulat, letak tengah Bulat, letak tengahDiameter pupil 3 mm 3 mmReflek cahaya

direct + + indirect + +

Iris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Shadow test - -Lensa Jernih Jernih

PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)

OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Dalam DalamPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris T.a.k T.a.kLensa Jernih JernihTonometri Normal per palpasi Normal per palpasi

FUNDUSKOPI

Funduskopi OD OSLensa Jernih JernihVitreus Jernih JernihFundus Refleks fundus (+) Refleks fundus (+)Papil Bulat, batas tegas Bulat, batas tegasCDR 0,3 0,3A/V retina sentralis 2:3 2:3Retina Eksudat (-) Eksudat (-)Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)

3

Page 4: Miopia Simpleks Tifano Case

IV. DIAGNOSIS KLINIS

Miopia simpleks ODS

V. DIAGNOSIS BANDING

-

VI. RENCANA PEMERIKSAAN

Refraktometer

VII. TERAPI

Medikamentosa

Vit A Eye Drops 3dd1 ODS

Non Medikamentosa

o Koreksi dengan menggunakan lensa negatif S -2.00 OD dan S-2.50 OS

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanactionam : ad bonam

RESUME

Seorang perempuan, 20 tahun, datang dengan keluhan utama penglihatan kurang

jelas saat melihat jauh, keluhan dirasakan sejak ± 2 minggu SMRS. Penglihatan

menurun dirasakan apabila mengendarai motor ataupun melihat orang dari kejauhan

sehingga penderita sering memicingkan mata agar dapat melihat lebih jelas. Pasien

merasa lebih nyaman melihat sesuatu dari dekat. Pasien mengaku pusing, mata menjadi

cepat lelah dan berair.

4

Page 5: Miopia Simpleks Tifano Case

Riwayat memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 3 tahun sampai saat ini.

Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan sering bermain laptop diakui

pasien. Keluhan pandangan berkabut disangkal. Riwayat penyakit sistemik disangkal.

Riwayat trauma disangkal.

Pemeriksaan Subjektif

Visus OD OSSC 0,5 0,15CC 1,0 1,0STNKoreksi S -2.00 S -2.50AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)

OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Dalam DalamPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris T.a.k T.a.kLensa Jernih JernihTonometri

FUNDUSKOPI

Funduskopi OD OSLensa Jernih JernihVitreus Jernih JernihFundus Refleks fundus (+) Refleks fundus (+)Papil Bulat, batas tegas Bulat, batas tegasCDR 0,3 0,3A/V retina sentralis 2:3 2:3Retina Eksudat (-) Eksudat (-)Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)

5

Page 6: Miopia Simpleks Tifano Case

MIOPIA

I. Definisi

Myopia adalah banyangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan retina pada

mata yang tidak berakomodasi.

Myopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan

retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi

refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di

depan retina, tanpa akomodasi. Myopia berasal dari bahasa yunani “ muopia” yang memiliki

arti menutup mata. Myopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya

adalah "nearsightedness.

Myopia atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata

yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea

yang terlalu cekung. Myopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang

memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Myopia

merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau

datang dari tidak terhingga difokuskan di depan retina.

Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang

dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu

titik di depan retina.

II. Fisiologi penglihatan normal

6

Page 7: Miopia Simpleks Tifano Case

Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama, pembiasan

sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang berbeda kepadatannya

dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous , lensa, dan humor vitreus. Kedua,

akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek

yang dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga, konstniksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil

agar cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila

cahaya yang terlalu terang memasukinya atau melewatinya, dan ini penting untuk melindungi

mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu

pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah

objek yang sedang dilihat.

Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata

memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-ubah (pupil), dan retina yang

dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1)

perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan

posterior kornea dan udara, (3) perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior

lensa kristalinaa, dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous.

Masing-masing memiliki indek bias yang berbeda-beda, indek bias udara adalah 1, kornea

1.38, humor aqueous 1.33, lensa kristalinaa (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34.

Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan bayangan

sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat sederhana dan skemanya

sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini sangat berguna untuk perhitungan sederhana.

Pada reduced eye dibayangkan hanya terdapat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di depan

retina, dan mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata melihat jauh.

7

Page 8: Miopia Simpleks Tifano Case

Daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalinaa melainkan oleh permukaan

anterior kornea. Alasan utama dari pemikiran ini adalah karena indeks bias kornea jauh

berbeda dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa dalam mata, yang secara normal

bersinggungan dengan cairan disetiap permukaannya, memiliki daya bias total hanya 20

dioptri, yaitu kira-kira sepertiga dari daya bias total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil

dari mata dan kemudian lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan menjadi 6 kali

lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena cairan yang mengelilingi lensa mempunyai

indeks bias yang tidak jauh berbeda dari indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah

penting karena lengkung permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan

terjadinya “akomodasi”.

Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan oleh lensa kaca

pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat membentuk bayangan di retina. Bayangan

ini terbalik dari benda aslinya, namun demikian presepsi otak terhadap benda tetap dalam

keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih

menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.

8

Page 9: Miopia Simpleks Tifano Case

III. Penglihatan pada miopia

Myopia adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar yang masuk ke bolamata titik

fokusnya jatuh di depan retina. 2

Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat

(tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina

IV. Patofisiologi

Myopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk

panjangnya bola mata akibat:

1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior

yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia

aksial.

2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu

cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut

miopia kurvatura/refraktif.

9

Page 10: Miopia Simpleks Tifano Case

3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.

Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks

4. Miopi Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke anterior,

misalnya pasca operasi glaukoma.15

V. Klasifikasi Miopia

Klasifikasi miopi berdasarkan laju perubahan besarnya derajat refraksi anomaly

secara klinik, antara lain :

a) Miopia simplex / stasioner / fisiologik

Biasanya timbul pada usia yang masih muda kemudian berhenti. Tetapi

dapat juga naik sedikit kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit

pada masa puber sampai sekitar umur 20 tahun. Besar dioptrinya

kurang dari Spheris –5.00 Dioptri atau Spheris –6.00 Dioptri. Tetapi

jika dikoreksi dengan lensa yang sesuai dapat mencapai tajam

penglihatan normal

b) Miopia progresif

Ditemukan pada segala umur. Pada keadaan ini terjadi kelainan fundus

yang khas unutk myopia tinggi ( myopia lebih dari Spheris –6.00 D ).

c) Miopia maligna Disebut juga myopia patologis/degeneratif karena

disertai penuaan dari koroid dan bagian lain dalam bola mata ( lensa

kristalin, coroid, badan siliar ).

10

Page 11: Miopia Simpleks Tifano Case

Klasifikasi myopia berdasarkan faktor penyebab dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :

1. Miopia aksial

Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang

dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola

mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.

2. Miopia kurfatura

Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokonus dan

kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan miopia

kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. Perubahan kelengkungan

kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri.

3. Miopia indeks refraksi

Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes melitus

yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.

4. Perubahan posisi lensa

Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama glaukoma

berhubungan dengan terjadinya miopia.

Menurut Albert E. Sloane, myopia refraktif dapat terjadi karena :

Kornea terlalu melengkung.

Lensa kristalin terlalu cembung karena terlalu banyak cairan mata yang

masuk ke lensa kristalin sehingga lensa keruh seperti katarak immatura,

sehingga sinar yang masuk dibiaskan terlalu kuat.

Peningkatan index bias cairan bolamata (pada penderita Diabetus Melitus).

Menurut ilmu kedokteran bahwa myopia dapat disebabkan karena kurang

gizi, kegemukan, gangguan endokrin, alergi, kekurangan zat kimia (seperti

kalsium dan vitamin), over koreksi pada kacamata, dan memakai kacamata

yang tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan/koreksi anomaly refraksi.

11

Page 12: Miopia Simpleks Tifano Case

Klasifikasi myopia berdasarkan besarnya derajat refraksi anomaly, yaitu :

Myopia ringan : Spheris -0.25 Dioptri – Spheris -3.00 Dioptri

Myopya sedang: Spheris -3.25 Dioptri – Spheris -6.00 Dioptri

Myopia tinggi/berat : > Spheris -6.00 Dioptri

VI. Gejala klinis

Gejala subjektif miopia antara lain:

a. Kabur bila melihat jauh

b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

akomodasi )

d. Astenovergens

Gejala objektif miopia antara lain:

1. Miopia simpleks :

a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif

lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol

b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat

disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

2. Miopia patologik :

a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks

b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada

1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau

degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang

mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan

kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia

12

Page 13: Miopia Simpleks Tifano Case

2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil

terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen

miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi

oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

Gambar 2. Myopic cresent

3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

perdarahan subretina pada daerah makula.

4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan

retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan

disebut sebagai fundus tigroid.

Gambar 3. Fundus Tigroid

Kesalahan pada saat pemeriksaan refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang

terjadi pada miop tinggi. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan

karena perdarahan makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami

dekompensasi. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh

karena rusaknya membrana Bruch.

13

Page 14: Miopia Simpleks Tifano Case

Dikatakan miop tinggi apabila melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih tinggi lagi

hingga mencapai -35.00 dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan dengan

panjangnya aksial miopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada

normal, sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat.

VII. Diagnosa

Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada

mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:

Refraksi Subyektif

Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Refraksi Subyektif, metode

yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/

20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa

satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan

masing-masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif, bila dengan

lensa sferis negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka

pasien dikatakan menderita myopia, apabila dengan pemberian lensa sferis negatif menambah

kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis positif memberikan tajam

penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita hipermetropia.

Refraksi Obyektif

Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati

refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against

movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.

14

Page 15: Miopia Simpleks Tifano Case

Autorefraktometer (komputer)

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan

komputer.

VIII. Komplikasi

Komplikasi miopia adalah :

a. Abalasio retina

Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0D – (- 4,75) D sekitar 1/6662.

Sedangkan pada (- 5)D – (-9,75) D resiko meningkat menjadi 1/1335. Lebih dari

(-10) D resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan factor resiko pada

miopia rendah tiga kali sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali.

b. Vitreal Liquefaction dan Detachment

Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan 2%

serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-lahan,

namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Hal ini

berhubungan denga hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap awal,

penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada keadaan lanjut,

dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak dengan retina.

Keadaan ini nantinya akan beresiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan

kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya

volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.

c. Miopic makulopati

Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah kapiler

pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapanagn pandang

berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa

menyebabkan kurangnya lapangan pandang.

15

Page 16: Miopia Simpleks Tifano Case

Miop vaskular koroid/degenerasi makular miopic juga merupakan konsekuensi

dari degenerasi makular normal, dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang

abnormal yang tumbuh di bawah sentral retina.

d. Glaukoma

Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang

4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan

stress akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat

penyambung pada trabekula.

e. Katarak

Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang dengan

miopia onset katarak muncul lebih cepat.

IX. Penatalaksanaan

1. Pemberian lensa spheris concave ( - )

Penderita myopia dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa spheris concave (

- ) yang terkecil/terlemah agar dapat menghasilkan tajam penglihatan terbaik. Karena dengan

koreksi lensa spheris concave (-) terkecil orang myopia akan dapat membiaskan sinar sejajar

tepat diretina tanpa akomodasi.

Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif, perlu diingat

bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Karena itu, bila permukaan

refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada myopia, kelebihan daya bias

ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata.

16

Page 17: Miopia Simpleks Tifano Case

Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata myopia ditentukan

dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula meletakan sebuah lensa kuat dan

kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam

penglihatan yang terbaik.

Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang

memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -

3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri,

maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan

baik setelah dikoreksi.

2. Pemakaian lensa kontak

Pada pemakaian lensa kontak harus melalui standar medis dan pemeriksaan secara

medis. Karena resiko pemakaian lensa kontak cukup tinggi.

Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari

satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan myopia.

Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Tergantung dari respon

individu dalam orthokeratology yang sesekali beruba-ubah, penurunan myopia sampai

17

Page 18: Miopia Simpleks Tifano Case

dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien, dan rata-rata penurunan yang dilaporkan dalam

penelitian adalah 0.75-1.00 dioptri.

Beberapa dari penurunan ini terjadi antara 4-6 bulan pertama dari program

orthokeratology, kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki beberapa pemikiran dalam

keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea secara menyeluruh. Dengan followup yang

cermat, orthokeratology akan aman dengan prosedur yang efektif. Meskipun myopia tidak

selalu kembali pada level dasar, pemakaian lensa tambahan pada beberapa orang dalam

beberapa jam sehari adalah umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki refraksi.

3. Pembedahan/operatif

a) Radial Keratotomy

Merupakan upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan

cara membuat sayatan pada kornea.

b) Photorefractive Keratectomy

Yaitu upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan cara

memotong permukaan depan kornea. Hal ini dilakukan dengan

menggunakan alat yang disebut Excimer Laser.

c) LASIK

Singkatan dari Laser Assistet In-situ Keratomeuleosis, pada Lasik ini

sebenarnya sama tujuannya dengan operasi yang lainnya yaitu

mengurangi kelengkungan daripada kornea hanya saja berbeda dalam

tehnis, yaitu lebih sempurna dengan menggunakan tehnis laser secara

mutlak.

18

Page 19: Miopia Simpleks Tifano Case

PEMBAHASAN

Pembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup :

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Miopia Simpleks ODS ?

2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?

3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Miopia Simpleks ODS ?

Pada pasien ini ditemukan :

Gejala subjektif miopia antara lain:

o Kabur bila melihat jauh

o Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

o Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

akomodasi )

Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif, dengan Metoda ‘trial and error’. Jarak

pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan

setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih

dahulu. Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. kemudian

dikoreksi dengan lensa sferis negatif, dan memberikan tajam penglihatan yang

membaik.

Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif dengan snellen chart didapatkan koreksi

kacamata :

VOD : 0,5 S-2.00 = 1.0

VOS : 0,15 S-2.50 = 1.0

19

Page 20: Miopia Simpleks Tifano Case

2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?

Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan sering bermain laptop

diakui pasien.

3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?

Koreksi dengan menggunakan lensa negatif S -2.00 OD S-2.50 OS

Pemberian vitamin untuk kesehatan mata : Vit A eye drops 3 x per hari

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : ad bonam Quo ad sanactionam : ad bonam

20

Page 21: Miopia Simpleks Tifano Case

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.aoa.org/documents/CPG-15.pdf .

2. http://puspasca.ugm.ac.id/files/Abst_ (3769-H-2007).pdf.

3. http://library.usu.ac.id/download/fk/pnymata-halima.pdf .

4. http://fkuii.org/tikidownload_wiki_attachment.php?attId=1167&page=Teguh

%20Sudrajat.

5. Vaoughan et all, Optalmology Umum.edisi 14.Widya Medika.2000.

6. American Optometric Association, Optometric Clinical Practice Guidline Care of the

Patient with Myopia, 1997

7. Ilyas, S., 2007. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta, FK UI

8. www.optiknisna.com/penyebab-mata-butuh-kacamata.html

9. Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-381

10. Mansjoer, A., 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3 Jilid 1. Media

Aesculapius. Jakarta, FK UI

11. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9. 1997.

12. Pedoman diagnosis dan terapi, bag/smf ilmu penyakit mata, 2006 edisi ke III, rumah

sakit umum dokter soetomo, Surabaya

13. www.medicastore.com , ilmu penyakit mata

14. www.refraksioptisi.br.ma

15. Anonim, 2006, http://www.entnet.org/index2.cfm.

16. Ilyas, HS. 2003.Dasar-dasar Pemeriksaan mata dan penyakit mata, Cetakan I. Balai

Penerbit FKUI, Jakarta.

21