minyak atsiri
DESCRIPTION
docTRANSCRIPT
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIKUM
PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI
OLEH:
KELOMPOK 3
ALVIN VALENTINO G (N 111 13 021)
NURHIDAYAH NURDIN (N 111 13 023)
SELVA NATSIR (N 111 13 319)
GOLONGAN : KAMIS SIANG (A)
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Minyak atsiri merupakan senyawa mudah menguap yang tidak larut
dalam air yang berasal dari tanaman aromatik. Minyak bersifat mudah
menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
dengan bau tanaman penghasilnya, dan tidak larut dalam air.
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil),
minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), serta minyak
aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud
cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari
wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam
perdagangan, hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit
minyak wangi.
Beberapa metode isolasi minyak atsiri yaitu dengan penyulingan,
pengempaan/pengapresan, ekstraksi dengan pealrut, enflurasi, dan
maserasi. Isolasi minyak atsiri pada tanaman dapat dilakukan pada jaringan
tanman di daun, bunga, batang, akar, biji, buah, dan kulit buah. Masing-
masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dalam memilih
proses, metode pemisahan (isolasi) minyak atsiri yang cocok ditentukan
berdasarkan sifat bahan, sifat minyak atsiri, dan kadar minyak yang
terkandung dalam bahan, sehingga dapat menghasilkan minyak atsiri dalam
jumlah yang optimal dan bermutu baik. Proses pengolahan akan menentukan
mutu minyak atsiri, mulia dari proses penangan bahan proses isolasi, hingga
proses penyimpanan.
Selain itu, penanganan yang baik sangat diperlukan agar
meminimalisasi kehilangan minyak atsiri karena sifatnya yang mudah rusak
dan menguap. Adapun minyak atsiri yang telah diekstrak, umumnya
digunakan untuk industri pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, perasa
makanan dan minuman, dan sebagainya. Minyak atsiri merupakan salah satu
komoditas ekspor agroindustri potensial yang dapat menjadi andalan bagi
Indonesia. Indonesia baru menghasilkan sembilan jenis minyak atsiri yaitu:
minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak nilam, minyak akar wangi, minyak
pala, minyak kayu putih dan minyak sereh wangi. Hingga saat ini teknologi
pengolahan minyak atsiri masih tertinggal dibanding negara lain, sehingga
kebanyakan masih dijual dalam bentuk minyak kasar dan rendeman yang
rendah. Untuk efisiensi proses produksi, perlu dipelajari kondisi yang
optimum dari proses isolasi minyak atsiri sehingga didapatkan rendeman
yang tinggi.
I.2. Maksud Percobaan
1. Mengetahui dan memahami cara penggunaan destilator pada
penetapan kadar minyak atsiri.
2. Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar minyak atsiri dari
suatu sampel.
3. Mengetahui kadar minyak atsiri yang terkandung dalam sampel
Ocimum sanctum L.
I.3. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui penggunaan destilator dalam penentuan kadar minyak
atsiri.
2. Mengetahui cara penentuan kadar minyak atsiri dari suatu sampel.
3. Mengetahui kadar minyak atsiri yang terkandung dalam sampel
Ocimum sanctum L.
I.4. Prinsip Percobaan
Menentukan kadar minyak atsiri dari sampel daun jeruk besar (Citrus
maxima L.) menggunakan destilator.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
Minyak atsiri merupakan suatu zat berbau yang terkandung dalam
tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak
esensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai
karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan
segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada
penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya,
minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi
penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri atau disebut juga volatil oil atau essential oil adalah istilah
yang digunakan untuk minyak mudah menguap dan diperoleh dalam
tanaman (daun, bunga, buah, kulit batang dan akar) dengan cara destilasi.
Minyak atsiri bukanlah senyawa murni, akan tetapi merupakan campuran
senyawa organik yang seringkali tersusun lebih dari 25 senyawa atau
komponen yang berlainan. Sebagian komponen minyak atsiri adalah
senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen, atau karbon, hidrogen,
dan oksigen yang tidak bersifat aromatik. Senyawa-senyawa ini secara
umum disebut terpenoid.
Minyak atsiri telah digunakan untuk mengatasi dyspepsia, gastritis,
gangguan sirkulasi darah dan penyakit inflamatori di banyak negara sejak
zaman dahulu kala. Aktivitas yang signifikan dari minyak atsiri sebagai
antialergi, antipiretik, anaestetik dan analgesik dari berbagai varietas yang
telah diteliti. Di Indonesia sendiri minyak atsiri sudah banyak dimanfaatkan,
mulai dari pemanfaatan bau dari minyak atsiri itu sendiri sampai penggunaan
minyak atsiri sebagai obat-obatan dan aditif makanan.
Pada umumnya faktor-faktor perbedaan komposisi minyak atsiri
disebabkan perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat
tumbuh, umur panenan, metode ekstraksi yang digunakan dan cara
penyimpanan minyak. Kemudian dalam satu spesies yang sama, namun
lokasi tumbuh berbeda, komposisi kimia yang dihasilkan cukup variatif. Hal ini
disebabkan adanya hubungan kimiawi antara komponen kimia minyak atsiri
dengan proses metabolisme sekunder yang terjadi dalam tanaman. Proses
ini dipengaruhi oleh ekosistem dan tantangan alam seperti iklim, cuaca, dan
kondisi tanah.
Penentuan kadar minyak atsiri dapat melalui metode destilasi. Secara
umum proses penyulingan dikenal dengan dengan 3 (tiga) cara yaitu
penyulingan dengan air (water distillation), penyulingan dengan air dan uap
(steam and steam distillation), penyulingan dengan uap (steam distillation).
Pada dasarnya prinsip dari ketiga proses penyulingan tersebut diatas adalah
sama, hanya berbeda pada cara penyulingannya saja. Dalam penyulingan
minyak atsiri bahan yang terpenting dan yang banyak digunakan adalah air,
disamping fungsinya sebagai penghasil uap atau steam juga diperlukan untuk
bahan pendingin pada kondensor.
Prinsip kerja dari penyulingan dengan air yaitu distilasi dengan kontak
langsung antara bahan dengan air. Cara penyulingan seperti ini disebut juga
dengan penyulingan langsung (Direct Destillation). Bahan yang disuling
direbus dengan air didalam sebuah tangki atau labu. Minyak Sereh Wangi
akan turut menguap bersama dengan uap air (steam volatile). Air pendingin
(kondensor) dialirkan melalui sebuah pipa sehingga uap yang terbentuk
berubah menjadi air kembali dan kemudian cairan ini ditampung pada sebuah
wadah atau tangki pemisah. Pada tangki pemisah inilah terjadi pemisahan
antara minyak dengan air yang disebabkan oleh adanya perbedaan berat
jenis dari masing-masing cairan.
Kelebihan penyulingan dengan air (water distillation) adalah
kemudahan prosesnya karena menggunakan metode yang sangat sederhana
yaitu perebusan dan waktu yang dibutuhkan singkat, bahan yang akan
disuling dimasukkan ke dalam ketel berisi air lalu dipanaskan.
Kekurangannya adalah tidak baik digunakan untuk bahan–bahan yang fraksi
sabun, bahan yang larut dalam air karena dapat membuat peluang terjadinya
hidrolisa pada konstituen minyak sangat besar. Selain itu,resiko terjadinya
hangus atau gosong sangat tinggi bila pemanasan tidak dilakukan secara
merata, alat atau ketel yang digunakan lebih besar dan bahan bakarnya
banyak.
Selanjutnya untuk penyulingan dengan air dan uap (water and steam
distillation). Penyulingan dengan cara ini dapat dianalogikan dengan proses
mengukus saat memasak. Pada cara ini bahan baku tidak berhubungan
langsung dengan air (Indirect Destillation). Bahan diletakkan diatas piringan
yang bentuknya menyerupai ayakan, dan kemudian dimasukkan kedalam
ketel yang telah berisi air kira-kira 0,25 bagian dari tinggi ketel. Uap air yang
berasal dari air yang telah mendidih dan keluar dari lubang-lubang piringan
serta mengalir melalui sela-sela bahan akan membawa minyak sereh wangi
yang dikandung oleh bahan, dan kemudian dialirkan kedalam corong pisah
melalui pipa yang berhubungan dengan kondensor.
Kelebihan metode penyulingan dengan air-uap (water and steam
distillation) adalah membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu
proses penyulingan dan alatnya sederhana namun dapat menghasilkan
minyak atsiri dalam jumlah yang cukup banyak sehingga efisien dalam
penggunaan. Metode ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat
yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel
agar meminimkan kehilangan air dan mengurangi biaya produksi. Disisi lain,
sistem kohobasi ini juga lebih menguntungkan karena terbebas dari proses
hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak dengan
air panas karena bahan tidak berhubungan langsung dengan air yang
mendidih. Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik
dibandingkan dengan metode uap langsung (steam distillation).
Metode penyulingan air-uap ini dapat menghasilkan uap dan panas
yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan. Uap berpenetrasi secara
merata kedalam jaringan bahan dan uap air yang dihasilkan dalam keadaan
jenuh basah (tekanan rendah) dan akan naik melalui bahan sehingga dapat
mempertahankan suhu sampai 100°C. Kekurangannya adalah metode ini
tidak cocok untuk minyak atsiri yang rusak oleh panas uap air, serta
membutuhkan waktu destilasi yang lebih panjang untuk hasil yang lebih
banyak.
Untuk penyulingan dengan uap langsung (steam Destillation), pada
dasarnya prinsip kerja dari penyulingan dengan uap ini hampir sama dengan
prinsip kerja dengan air dan uap (water and steam distillation).
Perbedaannya adalah pada destilasi ini antara ketel bahan baku dan ketel
tempat air terpisah. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau lewat jenuh
pada tekanan 1 atmosfer dimana uap tersebut dialirkan melalui pipa ke tangki
bahan baku. Minyak yang ada pada bahan baku akan terbawa bersama uap
dan dialirkan ke alat pendingin dan selanjutnya dialirkan ke alat pemisah.
Penyulingan dengan uap langsung memiliki kelebihan dibandingkan
dengan penyulingan air dan penyulingan air-uap. Hal ini dikarenakan waktu
penyulingan relatif lebih singkat dan rendemen yang dihasilkan cukup tinggi
bila dibandingkan dengan dua metode penyulingan lainnya. Namun,
penyulingan dengan uap langsung membutuhkan peralatan yang relatif
kompleks dan mahal (Hersipa 2011).
Pemilihan metode penyulingan yang akan digunakan pun harus
memperhatikan beberpa faktor penting terkait bahan yang akan disuling.
Penerapan penggunaan metode tersebut didasarkan atas beberapa
pertimbangan seperti jenis bahan baku tanaman, karakteristik minyak, proses
difusi minyak dengan air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas,
efisiensi produksi dan alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi.
II.2. Deskripsi Sampel
Kemangi adalah tumbuhan tahunan yang tumbuh tegak dengan cabang yang
banyak. Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai 100 cm. Bunganya
tersusun di tandan yang tegak. Daunnya panjang, tegak, berbentuk taji atau bulat telur,[1]
berwarna hijau muda dan berbau harum.[2] Ujung daun bisa tumpul atau bisa juga tajam,
panjangnya mencapai 5 cm. Permukaan bergerigi atau juga rata. Wanginya seperti cengkeh
dan rasanya pahit
Jika ditinjau dari morfologi, Kemangi merupakan tumbuhan terna yang tegak, tinggi
tanaman antara 0,3–0,6 m. Sistem perakaran pada kemangi adalah akar tunggang dan
warna akarnya putih kotor. Batang kemangi berkayu, segiempat, beralur, dan bercabang.
Batang muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna kecoklatan. Batang kemangi
memiliki bulu hijau halus. Daunnya tunggal, berwarna hijau, dan memiliki pertulangan
menyirip. Letak daun berhadapan; tangkai daun berwarna hijau dan panjangnya antara 0,5–
2 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur, ujungnya meruncing dan pangkalnya tumpul,
serta tampak menggelombang. Pada sebelah menyebelah ibu tulang daun terdapat 3–6
tulang cabang.
Berikut ini adalah morfologi tanaman Citrus maxima L. :
Daun
Daun tanaman berbentuk bulat telur dan berukuran besar, dengan bagian
puncak atau ujung tumpul dan bagian tepi hampir rata, serta bagian dekat
ujung agak berombak. Letak daun terpencar dengan tangkai daun
bersayap lebar, warna kekuningan, dan berbulu agak suram.
Batang
Batang tanaman agak kuat, garis tengah 10-30 meter, berkulit agak tebal,
kulit bagian luar berwarna coklat kekuningan, bagian dalam berwarna
kuning. Pohon jeruk mempunyai banyak cabang yang terletak saling
berjauhan dan merunduk pada bagian ujungnya. Cabang yang masih
muda bersudut dan berwarna hijau, namun lama-lama menjadi berbentuk
bulat dan berwarna hijau tua. Tanaman citrus memiliki batang yang
tergolong dalam batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasanya
keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri dari kayu. Batangnya
berbentuk bulat (teres), berduri (spinosus) pendek, kaku dan juga tajam.
Selain itu arah tumbuh batangnya mengangguk (nutans), dimana
batangnya tumbuh tegak lurus ke atas tetapi ujungnya lalu membengkok
kembali ke bawah.
Buah
Buah berukuran besar dan berkulit tebal, Buahnya berbentuk bulat atau
bola yang tampak tertekan.
Daging Buah
Warna daging buah merah muda atau merah jambu. Daging buah memiliki
tekstur keras sampai lunak, rasa manis sampai sedikit asam, dan berbiji
sedikit.
Bunga
Bunga jeruk bali majemuk (inflorescentia), tersusun dalam malai yang
keluar dari ketiak daun, bunga berbentuk bintang, diameter 1.5 – 2.5 cm,
bunga berwarna putih, dan baunya harum.
Akar
Akar tanaman jeruk merupakan akar tunggang.
Citrus maxima L. memiliki beberapa kandungan, diantaranya likopen,
pectin, flavonoid dan vitamin C.
Likopen
Likopen merupakan pigmen karotenoid yang membawa warna merah.
Pigmen ini termasuk ke dalam golongan senyawa fitokimia yang mudah
ditemui pada tomat, jeruk, dan buah-buahan lain yang berwarna merah.
Selain itu, pigmen ini juga terdapat di dalam darah manusia, yaitu 0,5
mol/liter darah. Nama likopen diambil dari spesies tomat yaitu Solanum
lycopersicum. Likopen bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit
kanker, terutama kanker prostat. Sebagai anti radikal bebas, likopen dapat
masuk ke dalam aliran darah lalu menangkap radikal bebas pada sel-sel
tua dan memperbaiki sel-sel yang telah mengalami kerusakan. Struktur
likopen sangat mendukung potensinya sebagai antioksidan. Struktur kimia
likopen sangat berbeda dengan jenis karoteniod pada umumnya. Struktur
likopen tidak dapat dikonversi menjadi vitamin A dan diketahui lebih efisien
dalam menangkap radikal bebas dibandingkan dengan karetonoid lain.
Jika bersinergi dengan β-karoten (provitamin A) yang banyak terdapat
pada jeruk bali, likopen bisa berperan sebagai antioksidan. Likopen
mempunyai rumus kimia C40H56 yang terdiri dari banyak ikatan rantai
ganda yang saling berkonjugasi. Kandungan likopen pada jeruk bali cukup
tinggi, yaitu 350 µg/100 g daging buah.
Aktivitas antioksidan likopen dua kali lebih kuat dibandingkan β-karoten
dan sepuluh kali lipat lebih kuat dibandingkan vitamin E. Jadi reaksi
likopen sebagai antioksidan di dalam tubuh lebih baik daripada vitamin A,
C, E, maupun mineral lainnya. Selain itu, likopen diduga sangat
bermanfaat untuk meningkatkan kualitas seks. Likopen diyakini dapat
meningkatkan jumlah sperma, memperbaiki struktur sperma, dan
meningkatkan agresivitasnya. Dengan demikian, likopen otomatis dapat
meningkatkan fertilitas seorang pria. Likopen juga dilaporkan dapat
mengatasi kanker lambung yang disebabkan oleh infeksi Helicobacter
pylori. Kehadiran likopen sangat bermanfaat untuk menghambat oksidasi
yang disebabkan oleh bakteri tersebut.
Pektin
Jeruk bali mengandung pektin jauh lebih banyak dibandingkan dengan
jenis jeruk. Satu jus jeruk bali mengandung lebih dari 3,9% pektin. Setiap
15 gram pektin dapat menurunkan 10% tingkat kolesterol. Hal ini
menunjukkan bahwa jeruk bali dapat menurunkan risiko penyakit jantung.
Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdapat pada teh, buah-
buahan, sayuran, anggur, bir dan kecap. Aktivitas antioksidan flavonoid
tergantung pada struktur molekulnya terutama gugus prenil (CH3)2C=CH-
CH2-. Gugus prenil flavonoid dikembangkan untuk pencegahan atau terapi
terhadap penyakit-penyakit yang diasosiasikan dengan radikal bebas.
Vitamin C / Asam askorbat
Kadar vitamin C pada jeruk bali adalah 43 mg/100 g daging buah. Vitamin
C juga merupakan antioksidan yang cukup baik. Vitamin C di dalam tubuh
kan bersinergi dengan vitamin E, yaitu berperan sebagai antioksidan untuk
menangkal serangan radikal bebas. Vitamin C dapat bersinergi dengan
vitamin E dan mudah dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Dengan
demikian maka vitamin C juga berperan dalam menghambat reaksi
oksidasi yang berlebihan dalam tubuh dengan cara bertindak sebagai
antioksidan.
II.3. Klasifikasi Sampel
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Familia : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus maxima L.
II.4. Spesifikasi Bahan
1. Aquadest
Nama resmi : Aquadestillata
Nama lain : Air suling, aquadest
RM / BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
BAB III
METODE KERJA
III.1. Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
Alat yang digunakan adalah destilator,penangas, labu alas bulat,
pompa, dan pipet tetes.
III.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun jeruk besar (Citrus maxima L.)
dan aquadest.
III.2. Cara Kerja
1. Sampel dicuci terlebih dahulu lalu disobek-sobek kecil
2. Dimasukkan ke dalam labu bulat
3. Diletakkan di atas penangas
4. Dipasang alat destilator dan pompa
5. Dinyalakan penangas
6. Ditunggu hingga minyak atsiri tertampung sesuai yang diinginkan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1. GAMBAR PENGAMATAN
IV.2. PERHITUNGAN
% ( vb )kadar minyak atsiri= volumeminyak atsiri(ml)bobot sampel(gr )
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, penentuan kadar minyak atsiri pada sampel Citrus
maxima L. dilakukan dengan metode destilasi. Secara garis besar, destilasi
atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap ini
kemudian di dinginkan kembali dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Sampel yang digunakan adalah daun Citrus maxima L. yang diisi
kurang lebih hingga leher labu alas bulat. Sebelum dilakukan penyulingan,
dilakukan perlakuan pendahuluan (penanganan sampel) dengan beberapa
cara seperti pengeringan, pencucian dan perajangan. Pengeringan dapat
mempercepat proses ekstraksi dan memperbaiki mutu minyak, namun
selama pengeringan kemungkingan sebagian minyak akan hilang karena
penguapan dan oksidasi oleh udara. Pencucian biasanya dilakukan untuk
bahan-bahan yang berasal dari tanah seperti akar wangi, dan rimpang.
Tujuannya adalah untuk membersihkan bahan dari kotoran yang menempel,
mencegah hasil minyak agar tidak kotor, dan efisiensi pemuatan bahan
dalam ketel suling. Sedangkan perajangan bertujuan untuk memudahkan
penguapan minyak atsiri dari bahan, memperluas permukaan suling dari
bahan dan mengurangi sifat kamba. Pada umumnya perajangan dilakukan
pada ukuran 20 – 30 cm.
. Pada praktikum yang dilakukan, penentuan kadar minyak dilakukan
dengan cara destilasi uap. Prinsip destilasi uap adalah perbedaan titik didih
dari zat-zat cair dalam campuran zat cair sehingga zat yang memiliki titik
didih terendah akan menguap terlebih dahulu. Zat yang menguap apabila
didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai destilat. Destilasi uap
terjadi berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap
dengan fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan diakhiri
dengan kondensasi fase uap campuran menjadi destilat air bersama
senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian.
Kelebihan destilasi uap adalah dapat menetapkan kadar minyak atsiri yang
diperoleh secara langsung dengan mengukur volume minyak atsiri yang
terukur pada alat. Pada praktikum pengujian kadar minyak digunakan air
karena air memiliki titik didih lebih tinggi daripada minyak atsiri sehingga
distilasi dapat dilakukan.
Adapun waktu yang dibutuhkan untuk mengambil minyak atsiri dari
suatu sampel membutuhkan waktu yang lama. Karena minyak atsiri berada
dalam sel tumbuhan sehingga untuk mengambilnya sel tumbuhan harus
rusak terlebih dahulu agar minyak atsiri dapat keluar. Hal ini juga bergantung
pada bentuk sampel saat dilakukan destilasi. Semakin halus sampel misalnya
dalam bentuk serbuk maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk
mengambil minyak atsiri dibandingkan masih dalam bentuk yang kasar
seperti haksel atau sobekan-sobekan daun.
Terdapat beberapa kesalahan yang mungkin terjadi saat praktikum
sehingga minyak atsiri yang didapatkan tidak maksimal yaitu selisih waktu
antara pengambilan sampel dan percobaan yang terlalu lama dapat
menyebabkan kadar minyak atsiri berkurang karena sifat minyak atsiri yang
mudah menguap. Selain itu, kasar halusnya sampel saat dilakukan
percobaan juga mempengaruhi minyak atsiri yang didapatkan.
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
1. Minyak atsiri dapat diperoleh melalui proses destilasi.
2. Penyulingan minyak atsiri berdasarkan prinsip destilasi di mana zat
yang memiliki titik didih lebih rendah (minyak atsiri) lebih mudah
menguap dan akan terpisah dari zat yang memiliki titik didih yang lebih
tinggi (air).
3. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil minyak atsiri yang diperoleh.
VI.2. Saran
1. Asisten sudah cukup baik dalam menjelaskan materi yang
disampaikan, hanya mungkin dari segi peralatan yang belum cukup
sehingga kurang efektif dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Anonim. 1977. Materia Medika Indonesia. Jilid I. Departemen Kesehatan
RI.
(2) Anonim. 1980. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Departemen
Kesehatan RI.
(3) Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
(4) Harbone. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB.
(5) Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai
Pustaka
(6) Kastianti N dan Amalia Z.Q. 2008.Laporan Penelitian Pengambilan
Minyak Atsiri Kulit Jeruk dengan Metode Ekstraksi
Vakum.Semarang: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.