anbis minyak atsiri

55
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUK MINYAK AROMATIK MEREK FLOSH ( Studi Kasus Pada UKM Marun Aromaterapi ) Oleh KASMAN SYARIF H24087097 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: setiawan-tectona

Post on 25-Jun-2015

729 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anbis minyak atsiri

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUK MINYAK AROMATIK

MEREK FLOSH

( Studi Kasus Pada UKM Marun Aromaterapi )

Oleh

KASMAN SYARIF

H24087097

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: Anbis minyak atsiri

RINGKASAN

KASMAN SYARIF. H24087097. Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi), Bogor. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.

Kehadiran minyak angin generasi baru, minyak angin aromatherapy saat ini merubah pandangan tentang kegunaan dari produk minyak angin biasa menjadi barang yang terkesan lebih eklusif dan lebih modern dengan kemasan roll on. Hal ini melatar belakangi para pengusaha minyak angin aromatik untuk mendirikan usaha ini. Produk minyak angin aromatherapy generasi baru, memiliki bermacam varian aroma yang memanjakan penggunanya, sehingga produk baru ini laris dipasaran. Pendirian usaha minyak angin aromatik oleh pelaku usaha termasuk UKM Marun Aromaterapi merupakan sebuah solusi untuk memenuhi permintaan akan produk ini, maka diperlukan studi kelayakan untuk mengetahui kelayakan usaha yang dimaksud. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non keuangan (yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan); (2) Menganalis tingkat kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi apabila dilihat dari aspek keuangan ; (3) Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) pada Marun Aromaterapi, apabila terjadi perubahan bahan baku, kombinasi kenaikan bahan baku dan penentuan harga jual ke konsumen,

Penelitian ini dilakukan di UKM Marun Aromaterapi yang terletak di Jl. Cimanggu Kecil No. CC 3 Komplek Puslitbangtri Bogor. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usaha berdasarkan nilai IRR, PI, NPV, BEP, PP, R/C Ratio dan analisis sensitivitas.

Hasil analisis kelayakan, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif menunjukkan usaha ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut salah satunya ditunjukkan dengan analisis finansial yang menghasilkan nilai NPV yang positif yaitu sebesar Rp. 659.100.845,-, nilai IRR 79.50 persen dimana nilai ini lebih besar dari suku bunga pinjaman (14 persen). Net B/C 2.50, BEP Rp. 133.149.038 dan PBP 1.25 tahun yang bearti usaha ini sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Hasil analisis sensitivitas dengan skenario peningkatan biaya variabel 10 persen menunjukkan usaha ini menjadi tidak layak. Berbeda dengan skenario penurunan volume penjualan 20 persen menunjukkan usaha ini masih layak untuk dijalankan.

Page 3: Anbis minyak atsiri

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUK MINYAK AROMATIK

MEREK FLOSH

(Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

KASMAN SYARIF

H24087097

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPERTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 4: Anbis minyak atsiri

Judul : Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)Nama : Kasman SyarifNIM : H24087097

Menyetujui,Dosen Pembimbing

(Farida Ratna Dewi, SE.MM)NIP. 19710307 200501 2 001

Mengetahui,Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc)NIP. 1961101231986011002

Tanggal Lulus :

Page 5: Anbis minyak atsiri

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 04 Juni 1986 di Simpang, kp.padang Kec.

Bonjol Kab. Pasaman, Sumbar. Penulis adalah anak ke enam dari enam

bersaudara. Penulis lulus tahun 1999 dari SD Negeri 27 Simpang, Sumbar.

Melanjutkan ke MTsN 1 Bonjol, Sumbar. Selama sekolah di MTsN, penulis

pernah menjabat sebagai Ketua OSIS. Saat kenaikan kelas tiga penulis pindah

sekolah ke SLTP Negeri 11 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2002. Penulis lulus

dari SMU Negeri 2 Kota Bogor pada tahun 2005. Penulis juga tetap aktif di

organisasi Rohis SMUNDA Bogor. Melanjutkan kuliah di Institut Pertanian

Bogor (IPB), Program Diploma Perencanaan Pengendalian Produksi Manufaktur/

Jasa dan lulus pada tahun 2008.

Penulis tetap aktif selama kuliah di diploma di organisasi Rohis sebagai

Sekretaris dan juga aktif di organisasi BEM-J Diploma dan menjabat sebagai

Mahkamah Organisasi. Tahun 2008 penulis melanjutkan kuliah di Program

Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saat kuliah hingga sekarang penulis

menyenangi wirausaha dan bercita-cita menjadi pengusaha muda sukses dunia

akhirat. Amiiiin.

Page 6: Anbis minyak atsiri

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

yang telah diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,

beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.

Skripsi ini berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak

Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)”, Bogor.

Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

dorongan dari semua pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Farida Ratna Dewi,SE.MM selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan nasihat dan bimbingan kepada penulis dengan penuh semangat

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Pegawai dan staf sekretariat Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang

selalu menjebatani setiap kegiatan perkuliahan dan masa bimbingan.

3. Segenap anggota keluarga Dr.Ir.H.Darwis SN dan Ibuku Rahmah Darwis yang

telah memberikan dukungan moral dan materil, semua kakak-kakakku yang

telah memberikan semangat.

4. Teman-teman dan sahabat dekat yang memberikan dukungan dan dorongan.

Page 7: Anbis minyak atsiri

v

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP..................................................................................... iii

KATA PENGANTAR................................................................................. iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................. 11.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 21.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 31.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 41.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5

2.1. Definisi Obat .................................................................................... 52.1.2 Bahan Baku Minyak Angin Aromatherapy........................... 52.2.2 Industri Minyak Angin ......................................................... 5

2.2. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis ..................................................... 62.3. Pengertian Produk.......................................................................... 62.4. Klasifikasi produk............................................................................ 72.5. Keputusan Merek ............................................................................. 72.6. Pengemasan dan Label .................................................................... 72.7. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ............................................. 8

2.1.7 Aspek Pasar dan Pemasaran ................................................... 82.2.7 Aspek Teknik dan Teknologi ................................................ 92.3.7 Aspek Manajemen .................................................................. 92.4.7 Aspek Sumber Daya Manusia ................................................ 102.5.7 Aspek Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik................... 102.6.7 Aspek Finansial ...................................................................... 112.7.7 Analisis Kriteria Investasi ...................................................... 122.8.7 Analisis Sensitivitas................................................................ 122.9.7 Penelitian Terdahulu............................................................... 13

III. METODE PENELITIAN ................................................................. 15

3.1. Kerangka Pemikiran......................................................................... 15

Page 8: Anbis minyak atsiri

vi

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 173.3. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 173.4. Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 173.5. Asumsi ............................................................................................ 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 21

4.1. Sejarah Pendirian Usaha Marun Aromaterapi (Flosh Minyak Angin Aromatherapy) ................................................................................. 214.2. Gambaran Umum Perusahaan.......................................................... 234.3. Analisis Kelayakan Usaha Marun Aromaterapi............................... 23

4.3.1 Aspek Yuridis ......................................................................... 234.3.2 Aspek Teknikal....................................................................... 244.3.3 Aspek Pasar dan Pemasaran ................................................... 274.3.4 Aspek Manajemen ................................................................. 314.3.5 Aspek Lingkungan.................................................................. 324.3.6 Analisis Keuangan.................................................................. 324.3.7 Analisis Kriteria Investasi ...................................................... 35

1. Net Present Value (NPV) ................................................... 36 2. Internal Rate of Return (IRR)............................................. 36

3. Net Benefit/Cost (Net B/C)................................................. 364. Breack Even Poin (BEP) .................................................... 375. Payback Period (PBP)........................................................ 37

4.3.8 Analisis Sensitivitas ................................................................. 37a. Kenaikan Harga Bahan Baku.............................................. 37

b. Penurunan Harga Jual Produk ............................................ 38c. Kenaikan Harga Bahan Baku dan Penurunan Harga Jual Produk................................................................................. 39

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 40

1. Kesimpulan ............................................................................................... 402. Saran ......................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 41

LAMPIRAN................................................................................................. 42

Page 9: Anbis minyak atsiri

vii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Peralatan yang digunakan dalam memproduksi Minyak Angin Aromatherapy pada UKM Marun Aromaterapi................................................................ 262. Klasifikasi perhitungan bagi hasil dari keuntungan bersih penjualan produk. 323. Proyeksi Analisis Usaha Pembuatan Minyak Angin Marun..................... 334. Nilai R/C ratio, Break Even Poin (BEP), dan Payback Period ................ 345. Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi Marun Aromaterapi..................... 346. Nilai kriteria penilaian investasi Marun Aromaterapi............................... 377. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Sebesar 9 persen dan 10 persen................................................................. 388. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Penurunan Harga Jual Produk Sebesar 20 persen dan 21 persen............................................................... 399. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Dan penurunan Harga Jual Produk ........................................................... 39

Page 10: Anbis minyak atsiri

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka operasional penelitian............................................................. 162. Alur proses produksi ............................................................................... 263. Struktur organisasi Flosh Marun Aromaterapi ....................................... 31

Page 11: Anbis minyak atsiri

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner penelitian ............................................................................. 422. Asumsi untuk analisis keuangan usaha marun aromaterapi ................... 453. Biaya investasi usaha marun................................................................... 464. Biaya variabel usaha marun aromaterapi ................................................ 485. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha marun aromaterapi ................ 486. Biaya tetap usaha marun aromaterapi ..................................................... 497. Proyeksi rugi laba usaha (Rp) pada usaha marun aromaterapi ............... 508. Proyeksi arus kas usaha marun aromaterapi ........................................... 519. Analisis sensitivitas................................................................................. 52

Page 12: Anbis minyak atsiri

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan ekonomi dewasa ini, menyebabkan makin

meningkatnya kebutuhan manusia akan berbagai jenis barang dan jasa. Hal ini

karena kebutuhan dan selera konsumen yang berubah, teknologi baru, daur hidup

produk yang pendek dan persaingan yang semakin meningkat sehingga banyak

produsen yang bersaing dalam menciptakan produk baru untuk mengikuti selera

konsumen. (www.sipfarma.com 2010) Terdapat delapan macam produk minyak

angin aromatherapy merek X berbeda di pasaran. Produk minyak angin

aromatherapy merek X hanya memiliki satu aroma saja. Selain itu juga adanya

perubahan daya beli masyarakat yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Adanya pergeseran pola pikir masyarakat tentang produk minyak angin yang

dulunya hanya mementingkan khasiat sebagai obat masuk angin yang beraroma

bau, seperti cap kapak, telah bergeser kepada trend baru yang muncul, disaat

beredarnya produk generasi baru minyak angin aromatherapy dengan berbagai

pilihan aroma. Dengan adanya pilihan terhadap tipe aroma yang ditawarkan oleh

produsen, konsumen dapat memilih aroma sesuai selera dan kebutuhannya. Harga

perbotol minyak angin aromatherapy ini, yang harus dibayarkan oleh konsumen

cukup terjangkau, berkisar antara Rp.15.000,- hingga Rp.24.000,- untuk pasar

dalam negeri. Melihat keadaan seperti ini, maka industri seperti minyak angin di

Indonesia dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh

berubahnya pola pemakaian obat masuk angin ini yang tadinya hanya

mementingkan fungsinya saja bergeser kepada kemasan roll on dan beraroma

seperti minyak wangi.

Lahirnya merek Flosh minyak angin aromatherapy diluncurkan pada

pertengahan bulan April 2010, UKM Marun Aromaterapi selaku produsen baru,

yang bergerak dibidang produksi minyak angin aromatherapy melihat peluang

pasar produk sejenis yang ada dipasaran dengan merek dagang X. Menyadari

keadaan pasar tersebut, UKM Marun Aromaterapi membuat formula baru dengan

jenis aroma yang berbeda dari produk minyak angin aromatherapy yang beredar

Page 13: Anbis minyak atsiri

2

di pasaran. Minyak angin aromatherapy generasi baru dengan aroma yang lebih

bervariasi dan harga yang bersaing diproduksi oleh UKM Marun Aromaterapi

untuk memenuhi selera konsumen terhadap varian baru minyak angin

aromatherapy yang sudah beredar terlebih dahulu dipasaran.

1.2. Rumusan Masalah

Usaha produksi minyak angin aromatherapy merek Flosh pada UKM Marun

Aromaterapi di Bogor mulai dirintis sejak pertengahan bulan April 2010, namun

awal produksi perbulannya belum stabil karena masih melihat peluang pasar dari

produk itu sendiri dengan kapasitas produksi saat itu dibawah 1000 botol/bulan

dan diperuntukan sebagian produk yang diproduksinya sebagai biaya promosi

karena produk ini dibagikan secara gratis kepada keluarga terdekat, teman kantor,

dan para distributor/agen maupun toko obat, produk ini bermerek dagang Flosh

dan menggunakan modal pribadi pemilik, dimana sejak saat itu hanya

memproduksi untuk memenuhi permintaan pasar sekitar Bogor. Seiring tingginya

minat pasar terhadap produk minyak angin aromatherapy generasi baru ini, maka

dengan berjalannya waktu hingga saat ini, permintaan minyak angin

aromatherapy merek Flosh semakin meningkat dari berbagai daerah yang tersebar

diseluruh wilayah Indonesia seperti daerah Aceh, Medan, Padang, Bukittinggi,

Riau, Lampung, Jakarta, Bogor, Bandung, Malang, NTT, Samarinda, Sulawesi

dan Papua.

Melihat prospek pasar yang cukup bagus Marun Aromaterapi sebagai UKM

yang memproduksi minyak angin aromatherapy meluncurkan tiga aroma baru

yang berbeda dari produsen lainnya yang hanya memiliki satu aroma mind saja.

Dengan adanya aroma baru yang di tawarkan oleh Marun seperti aroma daun

yaitu aroma green tea, aroma lemon, aroma buah apple dan aroma bunga

lavender, telah dapat menjawab permintaan konsumen akan adanya variasi atau

pilihan aroma baru untuk menghindari kejenuhan terhadap aroma yang ada

sebelumnya. Sebelumnya UKM Marun Aromaterapi belum pernah melakukan

studi kelayakan pengembangan usaha, dimana UKM Marun Aromaterapi hanya

melihat dari segi pasar produk yang beredar dan data penjualan, atas dasar

tersebut dalam penelitian ini penulis akan melakukan analisa kelayakan

pengembangan usaha terhadap produk minyak angin aromatherapy yang

Page 14: Anbis minyak atsiri

3

diproduksi oleh UKM Marun Aromaterapi. Karena dengan adanya studi

kelayakan usaha akan mengkaji semua aspek-aspek non keuangan, keuangan dan

analisisis sensitivitasnya. Dari latar belakang yang telah diutarakan maka

perumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun

Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non

keuangan (yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan) ?

2. Bagaimana tingkat kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi

apabila dilihat dari aspek keuangan ?

3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas dalam persentase) pada Marun

Aromaterapi, terhadap kombinasi kenaikan bahan baku dan penentuan

harga jual ke konsumen, distributor, dan agen ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun

Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non

keuangan (yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan).

2. Menganalis tingkat kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi

apabila dilihat dari aspek keuangan.

3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) pada Marun Aromaterapi,

apabila terjadi perubahan bahan baku, kombinasi kenaikan bahan baku dan

penentuan harga jual ke konsumen, distributor, dan agen.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan sebagai bahan masukan atau pertimbangan yang dapat

digunakan sebagai dasar membuat kebijaksanaan mengenai

pengembangan usaha selanjutnya.

2. Bagi pihak lain diharapkan dapat menjadi suatu sumbangan pemikiran dan

pengetahuan di bidang studi kelayakan usaha minyak angin aromatherapy.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, serta untuk menjaga

supaya tidak menyimpang dari segi tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka

Page 15: Anbis minyak atsiri

4

dilakukan beberapa batasan. Adapun ruang lingkup penelitian ini berfokus pada

kegiatan usaha yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi. Selanjutnya pembahasan

mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha dilakukan dengan

mempertimbangkan berbagai aspek non keuangan (pasar, manajemen, keuangan,

teknikal, yuridis dan lingkungan), menggunakan metoda analisis usaha aspek

keuangan PI, NPV, IRR, BEP dan analisis kepekaan (sensitivitas).

Page 16: Anbis minyak atsiri

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Obat

Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71. “Obat ialah suatu bahan

atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan

diagnosis, mencegah, mengurangkan,menghilangkan, menyembuhkan penyakit

atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau

hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan

manusia’.

2.1.2 Bahan Baku Minyak Angin Aromatherapy

Menurut Ketaren (1985), minyak Atsiri yang disebut juga minyak eteris,

minyak terbang atau essential oil dipergunakan bahan dalam industri misalnya

pada industri farfum, kosmetik, industri farmasi. Peranan minyak atsiri di

kehidupan manusia telah mulai sejak beberapa abad silam. Minyak yang terdapat

dalam alam dibagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral (mineral oil),

minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak atsiri

(essential oil). Minyak Atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan

kosmetik, farfum, antiseptic, obat-obatan, dalam bahan pangan atau minuman dan

sebagai pecampur rokok kretek.

2.2.2 Industri Minyak Angin

Menurut www.sipfarma 2010, produk minyak Angin Aromatherapy sudah

beredar sekitar 4 tahun yang lalu, namun masyarakat masih kurang mengenalnya,

hal ini di karenakan mungkin dari segi pemasaran yang belum efektif dari pihak

perusahaan, kemasannya yang berbeda dengan yang lain seperti minyak angin cap

kapak, ditambah lagi dengan aromanya. Sepertinya produk Minyak Angin

aromatherapy baru banyak beredar di daerah Jawa. Minyak Angin aromatherapy

adalah minyak angin aromatik yang dikemas dalam botol rool on 8 ml, dan unik.

Jadi produk ini memiliki dua keunikan, yaitu minyak angin dengan tambahan

aromatherapy dan kemasan rool on. Kandungan Minyak Angin Aromatherapy

adalah Menthol, Champhor dan Essential dengan kombinasi tertentu, yang

tentunya merupakan rahasia besar dari perusahaan.

Page 17: Anbis minyak atsiri

6

2.2. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis

Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis, ada beberapa tahapan studi

yang hendak dikerjakan. Tahapan-tahapan yang dikerjakan ini bersifat umum

seperti di bawah ini.

1. Penemuan Ide. Produk yang akan dibuat haruslah laku dijual dan

menguntungkan. Oleh karena itu, penelitian terhadap kebutuhan pasar dan

jenis produk dari proyek harus dilakukan. Produk dibuat untuk memenuhi

kebutuhan pasar yang masih belum dipenuhi.

2. Tahapan Penelitian. Dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah

data berdasarkan teori yang relevan, menganalisis dan

menginterpresentasikan hasil pengolahan data dengan alat analisis yang

sesuai, menyimpulkan hasil sampai pada pekerjaan membuat laporan hasil

penelitian tersebut.

3. Tahap Evaluasi. Pertama, mengevaluasi usulan proyek yang didirikan;

kedua, mengevaluasi proyek yang sedang dibangun; dan ketiga

mengevaluasi bisnis yang telah dioperasionalkan secara rutin.

4. Tahap Pengurutan. Usulan yang Layak. Membuat prioritas dari sekian

banyak rencana bisnis.

5. Tahap Rencana Pelaksanaan. Menentukan jenis pekerjaan, waktu yang

dibutuhkan untuk jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga

pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan manajemen,

dan lain-lain.

6. Tahap Pelaksana. Setelah semua pekerjaan telah selesai disiapkan, tahap

berikutnya adalah merealisasikan pembangunan proyek tersebut.

2.3. Pengertian Produk

Pengertian produk menurut Kotler (2005) produk adalah apapun yang

dapat ditawarkan untuk pasar yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan

tertentu. Produk yang dipasarkan dapat berupa barang, jasa, pengalaman orang,

tempat, properti, organisasi, informasi dan ide.

Page 18: Anbis minyak atsiri

7

2.4. Klasifikasi produk

Kotler (2005), menyatakan bahwa produk dapat diklasifikasikan menjadi

tiga kelompok berdasarkan daya tahan dan keterlihatannya :

1. Barang-barang cepat habis (nondurable goods) merupakan atau

barang terlihat yang biasanya dikonsumsi karena satu atau manfaat

lebih.

2. Barang-barang tahan lama (durable goods) adalah barang yang terlihat

memiliki banyak kegunaan contohnya lemari es.

3. Jasa (service) adalah produk yang tak terlihat, tak terpisahkan,

beragam dan cepat ditinggalkan.

2.5. Keputusan Merek

Kotler (2005), merek didefinisikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol,

atau desain atau kombinasinya yang ditujukan agar dapat mengenali barang atau

jasa dari satu atau sekolompok penjual dan membedakannya dari produk dan jasa

para pesaing. Merek berbeda dengan asset lainya seperti hak paten atau hak cipta,

yang memiliki tanggal kadarluasa.

Merek merupakan simbol yang bias menyampaikan enam tingkat pesan, yaitu :

1. Sifat (Attribut), contoh menunjukkan mobil kelas mahal.

2. Manfaat (benefit), contoh tahan lama.

3. Nilai (values), keamanan dan pretise yang tinggi.

4. Budaya (culture).

5. Kepribadian (personalty).

6. Pengguna (user), merek juga juga bisa menggambarkan konsumen

seperti apa yang membeli produk tersebut.

2.6. Pengemasan Dan Pelabelan

Pengemasan (packaging) didefinisikan sebagai semua kegiatan merancang

dan memproduksi wadah untuk sebuah produk. Kemasan yang dirancang dengan

baik dapat menciptakan nilai tambah dan promosi. Pelabelan bisa jadi etiket

sederhana yang ditempel pada produk atau grafik yang secara cermat didesain

sebagai bagian dari kemasan. Label tersebut bisa hanya memuat nama merek atau

informasi yang banyak. Pengemasan dan pelabelan berguna untuk menunjukkan

Page 19: Anbis minyak atsiri

8

ciri khas produk yang di pasarkan, konsumen akan lebih tertarik membeli produk

dengan kemasan dan pelabelan yang bagus, dibandingkan dengan produk tanpa

kemasan.

2.7. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

2.1.7 Aspek Pasar dan Pemasaran

Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada bisnis yang

berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa. Aspek pasar bertujuan antara

lain untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan

market-share dari produk bersangkutan. Bagaimana kondisi persaingan antar

produsen dan siklus hidup produk juga penting untuk dianalisis. Permintaan dapat

diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai

kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Penawaran diartikan

sebagai kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran :

1. Harga barang-barang lain. Pada permintaan barang, ada yang saling

bersaing (jika merupakan barang pengganti) dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat.

2. Biaya faktor produksi.

3. Tujuan perusahaan. Jika tujuan perusahaan adalah memaksimumkan

keuntungan, dapat saja ia tidak berusaha menggunakan kapasitas

produksinya secara maksimal, tetapi pada tingkat kapasitas yang

memaksimumkan keuntungannya.

(Rangkuti,1997) Kemampuan analisis pemasaran sangat penting untuk

keberhasilan perusahaan. Jika suatu perusahaan dapat menjual lebih banyak

produk yang sama, dengan kualitas yang sama, dengan harga yang lebih mahal,

atau dapat mengembangkan produk baru yang lebih berhasil, perusahaan tersebut

relatif telah berhasil menggunakan kemampuan analisis pemasarannya.

Evaluasi parameter pemasaran meliputi :

1. Lingkungan pemasaran, seperti pasar, konsumen, kesan, pesaing,

kecenderungan ekonomi, iklim usaha, dan konsisi sosial serta perubahan.

2. Kegiatan pemasaran, seperti produk, harga, saluran distribusi, iklan, penjualan

tatap muka, publisitas dan promosi.

Page 20: Anbis minyak atsiri

9

3. Manajemen pemasaran, seperti tujuan, organisasi, pengendalian, dan program.

Bauran pemasaran adalah empat komponen dalam pemasaran yang terdiri dari

4P yakni :

1. Product (produk) adalah barang atau jasa yang dapat diperjual belikan.

Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah

pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Dalam

tingkat pengecer, produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam

manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai

barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti metal atau hasil

pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.

2. Price (harga) adalah suatu nilai tukar yang bisa di samakan dengan uang

atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa

bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

3. Place (tempat, termasuk juga distribusi)

4. Promotion (promosi) adalah upaya untuk memberitahukan atau

menawarkan produk atau jasa pada dengan tujuan menarik calon

konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya

promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka

penjualan.

2.2.7 Aspek Teknik dan Teknologi

(Umar,2009) Manajemen operasional adalah suatu fungsi atau kegiatan

manajemen yang meliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi,

pengarahan dan pengawasan terhadap operasi perusahaan. Ada tiga masalah

pokok yang dihadapi perusahaan yaitu masalah penentuan posisi perusahaan,

masalah desain dan masalah operasional.

Proses pemilihan teknologi untuk produksi, penentuan kapasitas produksi

yang optimal, letak pabrik dan layout-nya dan letak usaha. Rencana pengendalian

persedian bahan baku dan barang jadi. Pengawasan kualitas produk, baik dalam

bentuk barang ataupun jasa.

2.3.7 Aspek Manajemen

Tujuan aspek manjemen adalah untuk mengetahui apakah pembagunan

dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan,

Page 21: Anbis minyak atsiri

10

sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Tiga bentuk

perencanaan :

a) Perencanaan Jangka Panjang. Perencanaan semacam ini menjangkau

waktu sekitar 20-30 tahun kedepan.

b) Perencanaan Jangka Menengah. Biasanya akan menjangkau waktu

sekitar 3-5 tahun. Perencanaan jangka panjang akan di pecah-pecah

menjadi beberapa kali pelaksanaan perencanaan jangka menengah.

c) Perencanaan Jangka Pendek. Perencanaan waktu ini akan menjangkau

watu paling lama satu tahun. Perencanaan ini lebih konkret dan rinci.

2.4.7 Aspek Sumber Daya Manusia

(Umar,2009) Studi aspek sumber daya manusia bertujuan untuk

mengetahui apakah dalam pembangunan dan implementasi bisnis diperkirakan

layak dari ketersediaan SDM. Analisis jumlah karyawan yang dibutuhkan,

penentuan deskripsi pekerjaan, produktivitas kerja, program pelatihan dan

pengembangan, penentuan prestasi kerja dan konpensasi, perencanaan karier,

keselamatan dan kesehatan kerja dan mekanisme PHK.

(Simamora,2004) Manajemen sumber daya manusia adalah

pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan

individu anggota organisasi atau kelompok karyawan. Ada empat hal penting

yang berkaitan dengan sumber daya manusia :

a) Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengintegrasian berbagai

kebijakan.

b) Tanggung jawab pengelolaan tidak hanya terletak pada majaner khusus.

c) Perubahan fokus dari hubungan serikat pekerja-manajemen menjadi hubungan

manajemen karyawan.

d) Terdapat aksentuasi pada komitmen dan melatih inisiatif di mana manajer

berperan sebagai pengerak dan fasilitator.

2.5.7 Aspek Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Aspek ekonomi, cukup banyak data makroekonomi yang tersebar di

berbagai media yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dimafaatkan

perusahaan. Data makroekonomi tersebut banyak yang dapat dijadikan sebagi

indikator ekonomi yang dapat diolah menjadi informasi penting dalam rangka

Page 22: Anbis minyak atsiri

11

studi kelayakan bisnis. Misalnya: PDB, investasi, inflasi, kurs valuta asing, kredit

perbankan, aggaran pemerintah, pengeluaran pembangunan, perdagangan luar

negeri.

Aspek sosial, hendaknya bisnis memiliki manfaat-manfaat sosial yang

hendaknya diterima oleh masyarakat seperti :

a) Membuka lapangan kerja baru

b) Meningkatkan mutu hidup

c) Melaksanakan alih teknologi (peningkatan skill pekerja)

d) Pengaruh positif, semakin baiknya lingkungan fisik seperti jalan, jembatan

dan lingkungan psikis mereka.

diciptakan pemerintah akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu

produk, baik itu produk barang atau jasa.

2.6.7 Aspek Finansial

Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal)

dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing

sumber dana yang dipakai dalam investasi. Aspek finansial merupakan suatu

gambaran yang bertujuan untuk menilai kelayakan suatu usaha untuk dijalankan

atau tidak dijalankan dengan melihat dari beberapa indikator yaitu keuntungan,

R/C Ratio, Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP) yang dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Keuntungan suatu perusahaan didapatkan dari hasil penjualan produk setelah

dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

memproduksi produk tersebut. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui

besarnya keuntungan dari usaha yang dilakukan dan semakin besar

keuntungan maka semakin bagus.

2. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio), bertujuan untuk melihat

seberapa jauh biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha yang dilakukan

dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya.

3. Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup

kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan

aliran kas, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa lama modal yang telah

ditanamkan bias kembali dalam satuan waktu.

Page 23: Anbis minyak atsiri

12

4. BEP (Break Event Point) analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai

batas mana usaha yang dilakukan bias memberikan keuntungan atau pada

tingkat tidak rugi dan tidak untung. Estimasi ini digunakan dalam kaitannya

antara pendapatan dan biaya.

2.7.7 Analisis Kriteria Investasi

Menurut Umar,(2009) studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu

menganalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Beberapa kriteria

investasi yang digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya sesuatu

usulan usaha sebagai berikut :

1. Net Present Value (NPV) merupakan ukuran yang digunakan untuk

mendapatkan hasil neto (net benefit) secara maksimal yang dapat dicapai

dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Analisis ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yag diperoleh selama umur

ekonomi proyek. Proyek dinyatakan layak dilaksanakan jika nilai B/C Rasio

yang diperoleh lebih besar atau sama dengan satu, dan merugi dan tidak

layak dilakukan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih kecildari satu.

2. Net Benefit/ Cost Ratio, perbandingan antara present value dari net benefit

positif dengan present value dari net benefit negative. Analisis ini bertujuan

untuk mengetahui berapa besarnya keuntungan dibandingkan dengan

pengeluaran selama umur ekonomis proyek.

3. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat suku bunga yag dapat

membuat besarnya nilai NPV dari suatu usaha sama dengan nol (0) atau

yang dapat membuat nilai Net B/C Ratio sama dengan satu dalam jangka

waktu tertentu.

2.8.7 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dapat digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian

yang peka memerlukan pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang

diharapkan akan lebih menguntungkan perekonomian. Membantu menemukan

variabel (unsur) input atau output yang sangat berpengaruh dalam proyek

sehingga dapat menentukan hasil usaha dan juga dapat membantu mengarahkan

perhatian orang pada unsur input atau output yang penting untuk memperbaiki

perkiraan dan meperkecil bidang ketidakpastian.

Page 24: Anbis minyak atsiri

13

2.9.7 Penelitian Terdahulu

Yulianto (2009), melakukan penelitian Analisis Pengembangan Usaha dan

Kredit Usaha Pembuatan Sandal Wanita (Studi Kasus Pengrajin Sandal Wanita

Indra Jaya Ciomas Bogor). Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti kelayakan

usaha dan pengembangan usaha dengan menggunakan analisis usaha, analisis

kriteria investasi dan analisis sensitivitas. Dari hasil penelitiannya, penulis

mengungkapkan bahwa apabila ditinjau dari segi berbagai aspek kelayakan usaha

layak untuk dilaksanakan, Usaha Indera Jaya layak untuk diberikan kredit sebagai

modal usaha dari pihak perbankan, yang berdasarkan pada laporan keuangan

(laporan laba rugi dan neraca) pada tahun 2008 dan juga hasil perhitungan rasio

keuangan. Didapatkan nilai NPV 175.781.905,- . Nilai Net B/C sebesar 1,53 dan

IRR 32,97 persen pertahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha

ini layak untuk dilakukan.

Zakaria (2010), melakukan penelitian Studi Kelayakan Bisnis

Pengembangan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss

Farfum Bogor. Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti kelayakan usaha dan

pengembangan usaha dengan menggunakan analisis usaha. Hasil dari analisis

kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi dan aspek

manajemen dan operasional menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk

dilaksanakan. Sedangkan hasil analisis aspek financial menunjukkan nilai NPV

positif (Rp. 57.494.38 5,-), nilai IRR 21 persen dimana nilai ini lebih besar dari

nilai suku bunga pinjaman yang diigunakan (13 %), Net B/C 1,24, BEP

Rp.391.161.287,- dan PBP 1,12 tahun yang bearti usaha ini sudah dapat menutupi

biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Semua perhitungan pada

analisis finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan.

Muhamadjen (2008), menganalisis kelayakan Usaha Kapsul Ekstrak Di

Taman Sringanis Bogor (Kasus Untuk Esktrak Pegagan dan Sambiloto).

Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti kelayakan usaha dan pengembangan

usaha dengan menggunakan analisis usaha dan swiching value, usaha kapsul

ekstrak pegagan dan sambiloto ini di taman sringanis secara finansial layak

dilakukan. Hasil analisis kelayakan usaha tersebut menunjukkan nilai NPV

sebesar Rp. 319.479.932,09 artinya nilai ini lebih besar dari nol bearti usaha

Page 25: Anbis minyak atsiri

14

kapsul ekstrak pegagan daan sambiloto di taman sringanis masih layak untuk

dilaksanakan. IRR sebesar 31.07 persen, dibandingkan dengan tingkat diskonto

berlaku saat ini 16 % maka dari tingkat pengembalian modal usaha rumah jamu

ini layak dilaksanakan. NCBR sebesar 1.97 artinya setiap pengeluaran biaya

sebesar Rp.1,00 akan memberikan keuntungan Rp. 1,97.

Page 26: Anbis minyak atsiri

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Marun Aromaterapi yang bergerak di bidang produksi minyak angin

Aromatherapy didirikan untuk mengambil peluang yang ada dan untuk memenuhi

kebutuhan konsumen akan produk ini yang digunakan sebagai obat masuk angin

yang memberikan aroma yang segar bagi pemakainya. Dalam pendirian usaha

produksi minyak angin aromatherapy pada UKM Marun Aromaterapi ini belum

pernah dilakukan analisis terhadap kelayakan setiap aspek dalam usahanya. Studi

kelayakan bisnis membahas mengenai kelayakan dari berbagai segi aspek

kelayakan bisnis yaitu, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan

operasional, aspek pasar dan pemasaran, serta aspek finansial atau keuangan.

Studi kelayakan bisnis dapat memberikan masukan mengenai target atau

pencapaian yang harus diwujudkan untuk mempertahankan kegiatan usaha yang

didirikan agar tetap berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Saat ini usaha

minyak angin aromatherapy sudah mulai banyak bermunculan dengan berbagai

merek dagang baru yang terdapat diberbagai toko di pasaran. Hal ini

menyebabkan persaingan yang harus dihadapi oleh UKM Marun Aromaterapi

untuk bisa bertahan dan bersaing dalam menjalankan usahanya.

Hal tersebut disadari dengan keinginan dari UKM Marun Aromaterapi untuk

membuat atau melakukan sebuah studi kelayakan usaha pada produksi minyak

angin aromatherapy yang dijalankan. Adapun harapan yang diharapkan dari

dibuatnya sebuah analisis tentang kelayakan usaha pada pendirian produksi

minyak angin aromatherapy merek dagang Flosh adalah agar dapat menimbulkan

rasa optimis dan rencana pengembangan usahanya kedepan, strategi yang akan

dilakukan untuk memajukan usaha produksi minyak angin aromatherapy merek

Flosh ini dimasa yang akan mendatang dan bermanfaat sebagai pedoman bagi

UKM Marun Aromaterapi untuk memperbaiki usahanya ke depan, sehingga dapat

memberikan kontribusi positif terciptanya usaha minyak angin aromatherapy

merek Flosh dalam memenuhi permintaan produknya di pasaran. Kerangka

pemikiran dalam penelitia ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 27: Anbis minyak atsiri

16

Gambar 1. Kerangka operasional penelitian

Aspek Teknis dan Teknologi

1. Lokasi Perusahaan

2. Proses produksi

3. Pemilihan Teknologi

4. Kapasitas Produksi

Aspek Non Keuangan

Pengembangan Usaha

Evaluasi

Aspek Keuangan

Aspek pasar

1.Potensi

Pasar

2. Strategi

Pemasaran

Tidak LayakLayak

Marun Aromaterapi

KelayakanUsaha

Aspek Manajemen dan Hukum

(Yuridis)

1. SIUP

2. NPWP

3. LEGAL

Aspek Finansial

1. IRR, NPV,

2. BEP,PP,PI

3. Sensitivitas

Tidak Layak Layak

Evaluasi

Page 28: Anbis minyak atsiri

17

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UKM Marun Aromaterapi Jln. Cimanggu Kecil

No. CC 3 Komplek Puslitbangtri Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini secara

sengaja, dengan pertimbangan bahwa Marun Aromaterapi yang merupakan

produsen minyak angin aromatik yang sangat memperhatikan kualitas produknya

sehingga dapat bersaing dengan perusahaan sejenis. Penelitian ini dilakukan mulai

bulan April-Mei 2011.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan seluruh data

yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara yang

meliputi :

1.Wawancara :

Pihak-pihak yang diwawancarai terutama adalah manajemen bagian produksi,

keuangan, pemasaran serta pihak lain yang berhubungan langsung dengan UKM

ini, guna memperoleh data primer ini akan diambil bentuk wawancara tidak

terstruktur dengan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga memberikan

keleluasaan bagi responden untuk memberi pandangan secara bebas dan

memungkinkan peneliti untuk mengajukan perntanyaan secara mendalam.

2. Observasi

Melihat secara langsung obyek yang akan diteliti terutama terhadap praktek-

praktek yang dilakukan perusahaan.

3. Studi literatur dan kepustakaan

Bertujuan untuk dapat menganalisa secara teoritis terhadap masalah-masalah yang

berhubungan dengan penulisan dengan membaca skripsi, studi kepustakaan

dilakukan dengan membaca berbagai text book, jurnal jurnal pemasaran, artikel

artikel yang relevan, sumber-sumber lain guna memperoleh data sekunder.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Informasi dan data yang di dapatkan dari dilakukannya penelitian ini,

diolah dan dianalisis. Analisis diawali dengan mengidentifikasi apa saja yang

menjadi faktor internal dan eksternal dari lingkungan perusahaan pada Marun

Page 29: Anbis minyak atsiri

18

Aromaterapi. Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis usaha berdasarkan nilai IRR, PI, NPV, BEP, PP, R/C Ratio dan analisis

sensitivitas.

1. Break Even Point (BEP)

Penentuan titik impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan

pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba. Penentuan

titik impas dengan pendekatan grafis dilakukan dengan cara mencari titik

potong antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu

grafik yang disebut grafik impas. Penentuan titik impas dengan teknik

persamaan dapat dilakukan dengan dua cara yakni sebagai berikut:

a. Laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya atau

dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

Y = cx – bx – a……………………………………………………………(1)

Keterangan :

Y : Laba

a : Biaya tetap

b : Biaya variabel per satuan

c : Harga jual per satuan

x : Jumlah produk yang dijual

b. Persamaan dinyatakan dalam bentuk laporan rugi laba dengan metode variabel

costing, persamaan tersebut berbentuk sebagai berikut:

Y = cx – bx – a…………………………………………………........….(2)

Keterangan :

Y : Laba bersih

a : Biaya tetap

bx : Biaya variabel

cx : Pendapatan penjualan

2. Payback Period (PP) : Nilai Investasi x 1 tahun …………………….…(3)

Kas Masuk Bersih

3. Net Present Value adalah perbedaan antara nilai sekarang dari benefit

(keuntungan) dengan nilai sekarang biaya, yang besarnya dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

Page 30: Anbis minyak atsiri

19

o

….............................................................……(4)

Keterangan :

Bt = Benefit bruto proyek pada tahun ke –t

Ct = Biaya bruto proyek pada tahun ke-t

n = Umur ekonomis proyek

i = Tingkat bunga modal (%)

t = Periode per tahun

Apabila dalam perhitungan NPV diperoleh lebih besar dari nol atau

positif, maka proyek yang bersangkutan diharapkan menghasilkan tingkat

keuntungan, sehingga layak untuk diteruskan. Jika nilai hasil bersih lebih kecil dari

nol atau negatif, maka proyek akan memberikan hasil yang lebih kecil dari pada

biaya yang dikeluarkan atau akan merugi (ditolak).

4. Internal Rate of Return dari suatu investasi adalah suatu nilai tingkat bunga

yang menunjukan bahwa nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah

seluruh ongkos investasi proyek. IRR dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

……………………………………….(5)

Keterangan :

I positif = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif

I negatif = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negative

NPV positif = NPV pada tingkat suku bunga i positif

NPV negatif = NPV pada tingkat suku bunga I negatif

Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku

(IRR>1), maka suatu perencanaan proyek dinyatakan layak untuk dilanjutkan,

dan sebaliknya jika IRR<1, maka proyek ditolak.

5. Analisis Net B/C bertujuan untuk mengetahui beberapa besarnya keuntungan

dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomisnya. Adapun rumus

akan yang dipakai sebagai berikut :

Page 31: Anbis minyak atsiri

20

Keterangan :

Net B/C ≥ 1 : usaha layak dilaksanakan

Net B/C < 1: usaha tidak layak dilaksanakan

3.5. Asumsi

1. Usaha yang dilakukan adalah usaha mandiri. Dimana Marun

Aromaterapi membeli bahan baku setengah jadi dari pemasok untuk

dijual kembali ke konsumen. Umur proyek ditetapkan selama 3 tahun

karena dianggap telah dapat merepresentasikan kondisi usaha yang

dijalankan.

2. Biaya investasi di asumsikan dikeluarkan pada tahun ke-0.

3. Modal investasi awal berasal dari modal sendiri, dalam hal ini adalah

pembentukan Marun Aromaterapi berupa lahan usaha, bangunan, dan

peralatan yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha.

4. Daftar nilai investasi awal (lahan, bangunan, dan peralatan produksi)

adalah daftar harga sekarang (2011) berdasarkan keterangan pemilik

Marun Aromaterapi.

5. Biaya reinvestasi alat produksi dikeluarkan untuk alat produksi yang

memiliki umur teknis kurang dari 3 tahun.

6. Jangka waktu yang digunakan dalam perhitungan cash flow adalah

pertahun.

7. Tahun dasar analisa kelayakan usaha menggunakan data penjualan

Minyak Angin Aromaterapi dari marun .

8. Harga jual Flosh perbotol ditetapkan Rp. 18.000,- oleh Marun

Aromaterapi (harga tahun 2011).

9. Perhitungan biaya bahan baku mengikuti harga yang diberlakukan oleh

toko bahan pemasok (harga tahun 2011).

………………………………………………(6)

Page 32: Anbis minyak atsiri

21

10. Harga seluruh input dan selama masa penelitian di asumsikan tetap

(harga bahan baku tahun 2011) dan perubahan yang terjadi

diperhitungkan dalam analisis sensitivitas.

11. Informasi perubahan (kenaikan/penurunan) harga pada analisis

sensitivitas didapatkan dari pemilik Marun Aromaterapi) dengan

mengacu pada tahun 2010 dan pada harga tahun 2011.

12. Faktor-faktor yang akan diteliti dalam analisis sensitivitas adalah

perubahan harga bahan baku, penurunan harga jual produk dan

kombinasi perubahan harga bahan baku serta harga jual produk.

Perubahan harga bahan baku dan harga jual akan memberikan dampak

yang besar dalam perhitungan cash flow.

13. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi di

asumsikan tetap setiap bulannya berdasarkan siklus produksi flosh,

dengan kapasitas produksi flosh yaitu 3000 botol perbulan.

14. Peningkatan jumlah penjualan produk di asumsikan naik sebesar 9 %

pada setiap tahunnya.

15. Biaya promosi hanya dikeluarkan pada tahun pertama.

16. Hasil analisis finansial disajikan dalam cash flow pengembangan usaha.

17. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan

pada penelitian ini adalah suku bunga kredit Bank Mandiri yaitu sebesar

14 %.

18. Pajak penghasilan diasumsikan sebesar 0 %, karena UKM Marun

Aromaterapi belum memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) Badan

Usaha.

Page 33: Anbis minyak atsiri

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Pendirian Usaha Marun Aromaterapi (Flosh Minyak Angin Aromatherapy)

Marun Rumah Aromaterapi dimulai pada pertengahan tahun 2007,nama

pengurus dan penanggung jawab adalah Rahmi Fitria. Marun Aromaterapi

memiliki jumlah karyawan 2 orang pada awalnya menu yang dihadirkan adalah

jasa pijat refleksi dan body message dengan menggunakan essential oil

(aromatherapy), segmen pasar yang dibidik adalah kaum wanita dan terapis

semua adalah wanita. Usaha ini menghadirkan konsep sehat dan cantik dengan

aromatherapy, segarkan dan rawatlah tubuh anda dalam suasana home spa. Dalam

perkembangannya jasa pelayanan sudah mencakup kepada perawatan tubuh.

Sehubungan dengan lokasi usaha yang terletak didalam komplek perumahan

(bukan jalan utama) maka pemilik menyadari usaha ini akan berkembang dari

mulut ke mulut. Pada tahun 2010 usaha Marun Aromaterapi mulai dikembangkan

dengan memproduksi minyak angin aromatik dan balsam aromatik dimana

produksi perdananya pada awal pertengahan april 2010 kedua produk ini diberi

merk dagang “Flosh” Minyak angin bermanfaat untuk masuk angin, flu, pusing,

pegal, sekaligus memberikan sensasi kesegaran dengan wangi aroma, lavender,

green tea, apple, dan lemon. Produk ini muncul dengan slogan “Flosh Minyak

Aromatik Double Action” produk flosh aromatik berupa cairan dalam bentuk roll

on dengan volume 8 ml untuk setiap botol. Untuk menjaga kualitas produk, maka

fragrances (bahan baku) Impor dari Australia dan Eropa. Harga ecerannya di

patok adalah 18.000 per botolnya. Sedangkan ide minyak angin ini di produksi,

karena melihat hadirnya produk sejenis safe care, melihat potensi pasar yang

menjanjikan produk ini masih terbilang baru dan kebetulan ahli untuk minyak

atsiri di Indonesia adalah orang tua pemilik sendiri, maka formula ini di buat.

Tenaga ahli adalah pegawai negeri yang bekerja di Balittro (Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat) yang berada di pusat kampus penelitian pertanian

cimanggu Bogor, yang sudah alang melintang selama puluhan tahun dalam

bidangnya dan merupakan ahli peneliti utama dalam bidang minyak atsiri dan

Page 34: Anbis minyak atsiri

23

juga bekerja sebagai konsultan lepas untuk berbagai perusahaan pemanfaatan

minyak atsiri.

Pemilik mendaftarkan usahanya ke Departemen Perindustrian pada tahun

2010, Perdagangan dan Koperasi (Deperindagkop) agar usaha ini memiliki

kekuatan hukum dan jaminan legalitas. Hal ini sejalan dengan kriteria UKM

menurut Inpres No. 10 tahun 1998, dimana suatu usaha harus memiliki segala

persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat dan Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP). Marun Aromaterapi salah satu jenis perusahaan

perorangan, karena kepemilikannya dimiliki oleh satu orang, yang bermodal kecil,

terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja atau buruh yang

sedikit dan menggunakan alat produksi teknologi sederhana.

4.2. Gambaran Umum Perusahaan

Marun Aromaterapi berlokasi di Jln. Cimanggu Kecil No. CC 3 Komplek

Puslitbang dan merupakan perusahaan keluarga yang bergerak di bidang produksi

minyak angin aromatherpy. Dalam melakukan usahanya, Marun Aromaterapi

memiliki visi untuk menjadi produk yang dapat bersaing dan diserap oleh

konsumen di berbagai wilayah provinsi di Indonesia. Misi yang akan dijalankan

oleh Marun Aromaterapi adalah : (1) Menjaga kualitas bahan baku komponen

utama minyak angin; (2) Menggunakan botol yang berkualitas tinggi; (3)

Kemasan yang menarik dan terkesan mewah; (4) Membuka dan membina

distributor beserta agen sebanyak mungkin di setiap provinsi di Indonesia untuk

melayani permintaan.

4.3. Analisis Kelayakan Usaha Marun Aromaterapi

4.3.1 Aspek Yuridis

Marun Aromaterapi telah memiliki legalitas usaha yaitu dengan telah

memiliki surat-surat perijinan yang dibutuhkan oleh suatu usaha, seperti Surat Ijin

Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil No : 517/16/MIKRO/BBPPT/VIII/2010, Surat

Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perorangan No : 10.04.5.52.01418 dan Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pribadi No Reg : 87.374.388.4-404.000. Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan Usaha belum dimiliki oleh Marun

Page 35: Anbis minyak atsiri

24

Aromaterapi, sehingga tidak dikenakan pajak penghasilan bagi wajib pajak badan

usaha.

Lahan dan lokasi yang dipergunakan untuk kegiatan produksi oleh Marun

Aromaterapi telah memiliki legalitas hukum yang jelas. Karena dengan

dimilikinya Surat Izin Pendirian Bangunan, dan telah memiliki surat PBB (Pajak

Bumi dan Bangunan).

4.3.2 Aspek Teknikal

Aspek teknikal membicarakan mengenai bagaimana cara Marun

Aromaterapi mengelola kegiatan produksi baik alur produksi, peralatan yang

digunakan, kapasitas produksi, pengawasan kualitas, letak pabrik beserta tata letak

peralatan. Kegiatan produksi saat ini masih berada di Jln. Cimanggu Kecil

RT.01/11 Komp.Puslitbang Kav CC-3 Bogor, karena lokasi saat ini masih

menyatu dengan rumah tinggal, sehingga direncanakan pembuatan pabrik baru

yang khusus yang akan digunakan untuk proses produksi akan dipindahkan ke

lokasi baru yang mana bagunan pabrik baru ini, baru akan bisa digunakan dalam

jangka waktu 2-3 bulan kedepan. Pembuatan pabrik secara khusus juga menjadi

harapan Marun Aromaratepi untuk mendapatkan izin dari Badan Pengawasan

Obat dan Makanan (BPOM), karena diantara syarat untuk mendapatkan izin

BPOM sendiri harus memiliki tata letak peralatan mesin produksi, memiliki

kamar mandi karyawan pria dan wanita secara khusus. Penataan tata letak

peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi dikelompokkan berdasarkan

jenis pekerjaannya. Pengelompokkan peralatan dilakukan sesuai dengan alur

proses produksi minyak angin aromatik, sehingga akan mempermudah para

pekerja untuk mengambil bahan kerjaannya dan menyalurkannya setelah selesai

untuk tahap proses selanjutnya. Peralatan yang digunakan untuk produksi sudah

bagus, terlihat dengan adanya mesin pengaduk bahan baku utama, sedangkan

peralatan pengisian minyak angin kedalam botol masih sederhana karena belum

menggunakan mesin, tetapi masih menggunakan alat Gelas Ukur dan Suntikan

yang dibuat sedemikian rupa yang berfungsi untuk memasukan minyak angin ke

dalam botol yang memerlukan perlakuan khusus. Dalam pencatatan transaksi

untuk pembelian dan penjualan yang dilakukan di catat dalam buku berisi kolom

nama barang, jumlah, dan harga yang selanjutnya akan di input kedalam komputer

Page 36: Anbis minyak atsiri

25

untuk pengolahan lebih lanjut seperti mengetahui jumlah pendapatan dan

pengeluaran, selain itu juga berfungsi sebagai data penyimpanan data (database)

bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

Bahan baku (komposisi) yang digunakan untuk proses produksi minyak angin

aromatik adalah Menthol, Methyl Salicylate, Camphor, Essential Oils,

Fragrances, Carrier yang diperoleh dari pemasok tetap dan memiliki kualitas

yang telah terjamin. Pemilihan baku ini dilakukan langsung oleh pemilik usaha

Marun Aromaterapi berdasarkan kebutuhan akan mutu, aroma dan harga akan

bahan tersebut.

Botol yang digunakan sebagai kemasan merupakan salah satu produk impor

dari luar negeri dan salah satu produk penting yang harus dijaga ketersediaannya

serta harus terjaga akan kualitas botolnya. Marun Aromaterapi sengaja

mengimpor botol dari luar karena pengalaman sebelumnya menggunakan botol

buatan lokal yang tidak memuaskan sehingga banyak mendapatkan keluhan dari

konsumen akan kualitas botol yang bocor dan merembes. Cara yang ditempuh

oleh UKM Marun Aromaterapi dalam mendapatkan botol sesuai keinginan

dengan mencari di internet untuk penyedia botol unggulan. Pemesanan awal

sedikit, hanya dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut benar-

benar dapat dipercaya dengan jumlah pemesanan botol yang terbatas. Setelah

beberapa kali transaksi memalui internet dengan produsen pembuat botol, UKM

Marun Aromaterapi melakukan pemesanan botol dalam jumlah yang banyak

hingga sekali order untuk kebutuhan botol polos mencapai 30.000 botol/ order.

Berdasarkan kerjasama yang baik dengan pemasok botol, importir

bersedia membuat botol yang sudah disablon berdasarkan desain yang UKM

Marun berikan dan dikenakan penambahan biaya sablon untuk perordernya. Biaya

pembelian akan bisa ditekan jika jumlah pemesanan botol semakin banyak, maka

biaya perunit botolnya akan semakin murah. Alur proses produksi pembuatan

minyak angin aromatik dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Page 37: Anbis minyak atsiri

26

Gambar 2. Alur Proses Produksi

Tabel 1. Peralatan yang digunakan dalam memproduksi Minyak Angin Aromatherapy pada UKM Marun Aromaterapi.

No Keterangan Satuan Jumlah (unit)1 Botol kaca ukuran 5 liter unit 22 Botol kaca ukuran 2 liter unit 43 Timbangan digital unit 14 Gelas ukuran 10 ml unit 45 Gelas ukuran 50 ml unit 36 Gelas ukuran 100 ml unit 27 Gelas ukuran 250 ml unit 38 Timbangan biasa unit 19 Alat produksi lainnya unit 1

Sumber : Marun Aromaterapi, 2011

Fokus kegiatan operasional Marun Aromaterapi adalah penjualan minyak

angin aromatherapy, oleh karena itu, proses produksi hanya dilakukan bila

terdapat permintaan dari konsumen atau terjadi. Pemesanan botol kembali

dilakukan bila persediaan botol sudah hampir habis. Botol dikirim setelah

pembayaran dilakukan dan botol, baru diterima oleh UKM Marun Aromaterapi

dalam jangka waktu 2 bulan dari tanggal pesan. Tahapan dalam proses pemasukan

dan pencampuran bahan produksi di Marun Aromaterapi dalam pembuatan

minyak angin aromatik adalah :

Penimbangan(menggunakan alat timbang dan gelas ukur)

Penyimpanan

Pengemasan(packaging)

Feeling(menggunakan feeler manual)

Pencampuran/ Pengadukan(dilakukan di dalam drum, botol, alat pengaduk stirer)

Page 38: Anbis minyak atsiri

27

1) Pemilihan aroma minyak angin

Pemilihan minyak angin berdasarkan aroma yang akan di klasifikasikan

berdasarkan aroma yang ada yang akan di masukan ke dalam botol yang

telah dilabel berdasarkan pembagian aroma seperti apple, lemon, green

tea, lavender.

2) Pengukuran dan Pencampuran Bahan minyak angin kedalam botol 8 ml

yang telah berlabel berdasarkan aroma.

3) Pengemasan Minyak Angin berdasarkan label aroma dan di paket dalam

plastik berisi satu lusin. Paket dapat berisi 4 aroma berdasarkan

permintaan dari konsumen yaitu, 3 aroma apple, 3 aroma lavender, 3

aroma green tea, dan 3 aroma lemon. Namun bisa disesuaikan dengan

permintaan konsumen jika dalam sati lusin hanya terdapat satu aroma saja.

Kemudahan dalam memilih aroma ini diberikan kepada konsumen untuk

membina kerjasama yang lebih intensif sehingga diharapkan konsumen

Marun Aromaterapi lebih setia terhadap pelayanan produk ini.

4.3.3 Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran dibutuhkan dalam menilai sejauh mana

potensi usaha dapat dijalankan. Analisis terhadap aspek ini menjadi perhatian

pertama agar dapat diketahui sejauh mana pangsa pasar dan peluang yang tersedia

dan dapat melihat kondisi pasar yang terjadi, sehingga dapat diperkirakan

anggaran usaha.

a. Bentuk Pasar

Bentuk pasar produsen untuk minyak angin aromaterapi adalah pasar

persaingan sempurna. Pasar konsumen yang dipilih adalah pasar

penjualan melalui distributor, agen, dan penjualan langsung (direct

selling), karena Marun Aromaterapi memiliki tempat yang tetap di garasi

rumah untuk memajang produknya.

b. Segmen konsumen yang ingin dicapai oleh Marun Aromaterapi adalah

penduduk Kota Bogor dan warga Indonesia yang tersebar dalam beberapa

provinsi umumnya, kalangan menengah keatas, terutama yang

membutuhkan minyak angin aromatik yang terkesan mewah dengan

desain kemasan yang unik, menarik, berkualitas, dan harga yang

Page 39: Anbis minyak atsiri

28

ditawarkan cukup bersaing dari produsen minyak angin aromatherapy

lainnya. Dalam beberapa bulan penjualan untuk produk ini mencapai rata-

rata penjualan sebanyak 3000 botol/bulan.

c. Analisis persaingan

Dengan semakin banyaknya bermunculan merek baru dalam usaha minyak

angin aromatherapy , saat ini dapat ditemukan lebih dari 8 item merek

yang beredar di pasaran. UKM Marun Aromaterapi memiliki kelebihan

tersendiri yang tidak dimiliki oleh produsen merek lain dalam segi aroma

yang ditawarkan lebih bervariasi dan lebih hangat, dengan kemasan botol

roll on 8 ml yang telah teruji mutunya. Marun Aromaterapi bahkan

memberikan garansi jika terdapat kebocoran pada botol dapat ditukarkan

kembali dengan syarat dan ketentuan bersama yang telah disepakati.

Marun Aromaterapi menyadari bahwa konsumen akan memilih produk

yang unggul dari segi kemasan, kualitas dan pelayanan yang ramah

terhadap konsumennya dan harga yang dapat bersaing. Strategi pemasaran

yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi dalam rangka memasarkan

produknya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Produk

Marun Aromaterapi menghasilkan produk berupa minyak angin

aromatik berlabel merek flosh sesuai dengan merek dagang yang

dijalankan oleh UKM Marun Aromaterapi. Akan tetapi tidak menutup

kemungkinan untuk menggunakan merek lain bila ada permintaan lain

dari konsumen. Produk minyak angin yang dihasilkan tersedia dalam

berbagai varian aroma yaitu apple, green tea, lavender dan lemon.

Komposisi utama dari produk ini yaitu : Menthtol, Methyl Salicylate,

Camphor, Essential Oils, Fragrances, Carier. Sedangkan untuk

perbandingan bahan bakunya merupakan rahasia perusahaan, bukan

untuk dipublikasikan. Strategi produk yang digunakan oleh Marun

Aromaterapi selaku produsen minyak angin aromatherapy adalah

dengan menggunakan bahan baku yang memiliki kualitas yang telah

terjamin dan memenuhi standar yang ada di UKM Marun Aromaterapi.

Page 40: Anbis minyak atsiri

29

2. Harga

Harga yang ditetapkan oleh Marun Aromaterapi untuk setiap botol 8

ml yang berupa kemasan roll on adalah Rp 18.000,-. Penentuan harga

jual eceran tersebut, berdasarkan pada biaya penggunaan bahan baku,

upah tenaga kerja, dan keuntungan yang ingin didapatkan. Harga untuk

distributor yang diberikan sebesar Rp 10.300,- perbotol, dengan

ketentuan dan kesepakatan yang di tandatangani oleh kedua pihak

dengan surat perjanjian hitam diatas putih. Pengambilan jumlah

minimal untuk distributor sendiri adalah 30 lusin perbulan. Sedangkan

harga agen telah ditetapkan sebesar Rp.12.600,- perbotol dengan

pengambilan minimal pembelian 3 lusin perorder. Harga titip jual pada

toko dan outlet yang melakukan kerja sama dengan UKM Marun

Aromaterapi juga sebesar Rp 12.600,- /botol. Harga yang diberikan

tersebut belum termasuk ongkos kirim barang dari pabrik ke lokasi

masing-masing konsumen diluar kota Bogor. Strategi harga yang

dilakukan oleh Marun Aromaterapi adalah dengan tidak mengambil

keuntungan yang besar dalam kegiatan usahanya sehingga perputaran

modal usaha berjalan lancar dan perusahaan diharapkan akan bisa

melakukan produksi dengan jumlah yang lebih besar jika ada

permintaan lebih.

3. Distribusi

Saluran distribusi produk minyak angin aromatherapy pada UKM

Marun Aromaterapi dilakukan secara langsung untuk wilayah Kota

Bogor, dan menggunaka fasiltas kargo untuk pengiriman wilayah luar

Bogor seperti jasa TIKI, POS, Bus, Dakota dan jasa pengiriman barang

lainnya. Biaya kirim barang untuk luar kota Bogor sepenuhnya

ditanggung oleh pembeli produk ini. Namun UKM Marun siap

membantu memberikan referensi kargo dengan tarif kirim termurah

ataupun mengirim barang melalui referensi yang diberikan oleh

konsumen. Pembayaran dapat dilakukan setelah barang diterima oleh

pelanggan yang sudah melakukan kerja sama dengan modal

kepercayaan sebelumnya. Sedangkan bagi pelanggan baru, harus

Page 41: Anbis minyak atsiri

30

melakukan pembayaran di awal untuk mengirim sejumlah uang sesuai

pembelian yang dilakukan dan melakukan konfirmasi setelah

mentransfer uang ke rekening pemilik Marun Aromaterapi, kemudian

pihak Marun Aromaterapi melakukan penggecekan apakah uang sudah

masuk atau belum, jika hal tersebut sudah dijalankan maka pengiriman

barang akan dilakukan hari itu juga. Jika ternyata pembelian

bersangkutan dilakukan pada hari libur nasional maka pengiriman

barang dari UKM Marun ke konsumen diluar daerah Kota Bogor

dilakukan pengiriman barang pada hari berikutnya. Strategi yang

digunakan dalam kegiatan distribusi untuk wilayah Bogor adalah

UKM Marun Aromaterapi untuk wilayah dalam kota Bogor

memberikan ongkos kirim secara gratis dan dilakukan secara langsung

dengan menggunakan sepeda motor dan mobil pemilik Marun

Aromaterapi.

4. Promosi

Kegiatan promosi dilakukan oleh UKM Marun dalam rangka

memasarkan produknya yaitu dengan membuat socket (tempat

memajang produk), brosur, banner, kartu nama, membuat blog produk

serta membuat website produk. Awal mula promosi dilakukan dengan

membagikan sample/tester produk secara gratis kepada teman terdekat,

teman kantor dan tetangga. Kemudian pembagian sample produk

beserta brosur dan kartu nama kepada toko apotik, toko herbal, outlet,

hotel, koperasi kantor, dan distributor/ agen obat lainnya. Promosi juga

dilakukan dengan pemberian diskon dengan jumlah pembelian tertentu

pada bulan tertentu. Misalnya UKM Marun Aromaterapi melakukan

harga promo di website untuk bulan Juli setiap pembelian 3 lusin,

mendapatkan gratis 1 lusin. Untuk para distributor diberikan fasilitas

brosur produk, socket dan banner. Untuk socket dan banner bisa

didapatkan dengan membayar sebesar 50 % dari harga sebenarnya, hal

ini dilakukan oleh UKM Marun Aromaterapi untuk membina para

distributor baru yang akan bergabung dengan tujuan menjangkau pasar

yang lebih luas. Mempertahankan hubungan baik dengan para

Page 42: Anbis minyak atsiri

31

distributor guna memperlancar peredaran barang ke konsumen.

Adapun syarat bagi distributor yang ditetapkan oleh Marun

Aromaterapi adalah :

Ketentuan umum

1. Memiliki data nama dan alamat yang jelas.

2. Patuh pada peraturan dan tata terbit keagenan.

3. Disertakan surat keagenan dan distributor resmi.

4. Menerapkan harga jual produk yang sama diseluruh Indonesia.

5. Memiliki komitmen yang sama untuk mengembangkan

kewirausahaan.

6. Pembayaran Cash langsung atau melalui transfer via Bank.

7. Biaya kirim ditanggung oleh agen dan distributor.

8. Order setelah transfer/ pembayaran tidak dapat dibatalkan.

4.3.4 Aspek Manajemen

Marun Aromaterapi dipimpin oleh pemilik usaha tersebut dan bertugas

mengelola jalannya usaha pembuatan minyak angin aromatherapy. Kegiatan

pengelolaan keuangan, produksi, pemasaran, dan sumberdaya manusia telah

dibagi berdasarkan tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai perannya.

Dalam menjalankan kegiatan usahannya, pemilik usaha menerapkan sistem

kekeluargaan dengan setiap anggota keluarga yang sekaligus berfungsi sebagai

karyawan. Namun dalam hal pengelolaan dan pembagian tugas masing-masing

dilakukan secara professional. Struktur organisasi yang terdapat pada UKM

Marun Aromaterapi dalam pembuatan minyak angin aromatik bisa dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Struktur organisasi Flosh Marun Aromaterapi

Karyawan

Bagian keuangan

Karyawan

Bagian pemasaran

Karyawan

Pemilik

Bagian produksi

Page 43: Anbis minyak atsiri

32

Marun Aromaterapi mengenal pembagian hasil keuntungan dengan sistem

yang dibuat berdasarkan peran di organisasi yaitu, pendiri, pelaksana, dan

pemodal. Pembagian hasil dari keuntungan penjualan yang diperoleh oleh Marun

Aromaterapi dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Klasifikasi perhitungan bagi hasil dari keuntungan bersih penjualan produk

No Nama Peran dalam Organisasi Keuntungan Jumlah

1 Pendiri 40 % 5 orang

2 Pelaksana 45% 5 orang

3 Pemodal 15% 3 orang

Sumber : Data primer Marun Aromaterapi, 2011

Pemberian gaji kepada karyawan dihitung berdasarkan tingkat

kedatangannya ketempat kerja yaitu diberikan konpensasi sebesar 30.000,-

perhari. Dalam seminggu terdapat 4 hari kerja. Jam kerja dimulai dari pukul 08.00

hingga pukul 16.00 WIB tiap harinya. Sedangkan gaji untuk satu orang apoteker

untuk Marun Aromaterapi diberikan sebesar 1.500.000,- perbulan. Keberadaan

apoteker sendiri adalah hal wajib yang harus dipenuhi sebagai persyaratan

dikeluarkannya izin BPOM. Selain pemberian upah kerja, UKM Marun

Aromaterapi juga memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada setiap

pekerjanya sebesar 500.000,- dan diberikan bantuan biaya pengobatan apabila ada

pekerja yang sakit.

4.3.5 Aspek Lingkungan

Usaha pembuatan minyak angin aromatherapy yang dilakukan oleh Marun

dapat dikatakan turut serta membantu perekonomian masyarakat sekitar, hal

tersebut tercemin dari penggunaan tenaga kerja yang berasal dari lingkungan

pabrik. Selain itu, limbah yang dihasilkan dari sisa produksi minyak angin tidak

berdampak negatif terhadap lingkungan, karena sebagian besar bahan baku

tersebut habis terpakai.

4.3.6 Aspek Keuangan

Aspek keuangan bertujuan untuk menentukan perkiraan besarnya dana

yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha produksi minyak angin aromatherapy

Page 44: Anbis minyak atsiri

33

ini. Dana yang di butuhkan untuk usaha memproduksi minyak angin

aromatherapy digunakan untuk modal investasi dan modal kerja.

Analisis usaha pembuatan minyak angin Marun Aromaterapi

menggunakan data tahun 2011 yang dipergunakan sebagai dasar untuk membuat

perhitungan analisis usaha dari tahun ke 1 sampai tahun ke 3.

Berdasarkan data tahun 2011, total nilai investasi (tempat usaha dan

peralatan) adalah sebesar Rp. 217.015.000.000,-. Total biaya tetap yang

dikeluarkan sebesar Rp. 37.760.000,-. Total biaya variabel yang dikeluarkan

adalah sebesar Rp. 139.008.000,- dan jumlah keuntungan yang didapatkan

setelah pajak adalah sebesar Rp. 296.583.667,-. Pesanan minyak angin yang

diterima Marun dari konsumen sebanyak 3000 botol dengan nilai sebesar Rp.

518,400,000,-. Analisis usaha proyeksi pendapatan minyak angin Marun tahun

2011 dapat dilihat pada Lampiran 7.

Proyeksi analisis usaha pembuatan minyak angin Marun Aromaterapi dari

tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-3 dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan tabel proyeksi analisis usaha pembuatan minyak angin Marun

Aromaterapi dalam jangka waktu selama 3 tahun, maka didapatkan nilai R/C

ratio, nilai Break Even Poin (BEP) dan nilai Payback Period yang tersaji pada

Tabel 4.

Tabel 3. Proyeksi Analisis Usaha Pembuatan Minyak Angin Marun

Keterangan Tahun ke

1 2 3

Produksi(btl) 36.000 39.240 42.772

Harga (btl) 18.000,- 18.000,- 18.000,-

Biaya prod/btl 8000,- 8.400,- 8.820,-

Penerimaan 648.000.000,- 706.320.000,- 769.896.000,-

Pengeluaran 288.000.000,- 329.616.000,- 377.249.040,-

Keuntungan 360.000.000,- 376.704.000,- 392.646.960,-

Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011

Page 45: Anbis minyak atsiri

34

Tabel 4. Nilai R/C ratio, Break Even Poin (BEP), dan Payback Period

Keterangan R/C ratio BEP (nilai) BEP

(produk)

Payback

Period

Nilai 247.577.163,- 113.149.038,- 6286 1.25 tahun

Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011

Analisis usaha merupakan suatu gambaran untuk menilai kelayakan suatu

usaha dengan melihat dari beberapa hal yaitu keuntungan, R/C Ratio, Break Event

Point (BEP) dan Payback Period (PP).

Tabel 5. Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi Marun Aromaterapi

Jenis Jumlah (Rp.)

A. Aktiva

Bangunan Pabrik dan Instalasi 210.000.000,-

Tanah 207.000.000,-

Etalase 5.000.000,-

Peralatan 7.015.000,-

Perlengkapan 8.9 00.000,-

Perizinan 1.000.000,-

Jumlah Aktiva (A) 438.915.000,-

B.Modal Kerja

Bahan Baku Produksi 32.000.000,-

Biaya kemasan 10.000.000,-

Biaya tenaga kerja 23.360.000,-

Biaya lain - lain 200.000,-

Jumlah Modal Kerja (B) 65.560.000,-

TOTAL BIAYA KERJA (A+B) 504.575.000,-

Sumber : Data primer Marun Aromaterapi, 2011

Kebutuhan investasi merupakan modal yang dikeluarkan pada awal

periode usaha untuk pembelian sarana dan prasarana yang mendukung

berjalannya usaha tersebut dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga

secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis

sudah tidak dapat digunkan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau yang

disebut dengan reinvestasi. Total rencana kebutuhan modal pada periode pertama

Page 46: Anbis minyak atsiri

35

usaha ini adalah Rp. 504.575.000,- terdiri dari kebutuhan investasi tahun ke nol

Rp. 438.915.000,- dan perkiraan modal kerja Rp. 65.560.000,-.

Bahan baku produksi terdiri dari alkohol, bahan baku utama (Menthol,

Methyl Salicylate, Camphor, Essential Oils, Fragrances, Carrier ), dan botol.

Sedangkan kemasan yang digunakan adalah kemasan plastik berlogo agar dapat

digunakan sebagai salah satu sarana promosi. Biaya lain–lain terdiri dari biaya

tagihan listrik, air, telepon dan penyusutan. Perhitungan biaya penyusutan dapat

dilihat dalam Lampiran 2. Sumber pendapatan untuk usaha produksi minyak

angin Marun Aromaterapi seluruhnya berasal dari modal sendiri. Bangunan rumah

merupakan tempat yang dimiliki keluarga pemilik yang sengaja dijadikan untuk

melakukan usaha ini. Pendapatan yang akan diterima dari hasil penjualan produk.

Pada tahun pertama Marun Aromaterapi ditargetkan mampu menjual 36.000 botol

minyak angin aromatherapy. Hal itu berarti dalam satu bulan Marun Aromaterapi

dapat menjual 3000 botol minyak angin. Seluruh penjualan tersebut diperkirakan

akan naik 9 persen pada tahun berikutnya. Dengan harga modal yang

diperkirakan naik 5 persen, maka dapat diproyeksikan penerimaan Marun

Aromaterapi selama 3 tahun analisis.

4.3.7 Analisis Kriteria Investasi

Kelayakan usaha Marun dapat dilihat dengan menggunakan lima penilaian

kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, Net B/C, BEP dan PBP. Hasil perhitungan

kriteria investasi secara komprehensif dapat dilihat pada lampiran 2 dan 7. Nilai

dari kriteria penilaian investasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai kriteria penilaian investasi Marun Aromaterapi

Kriteria Investasi Nilai

Net Present Value (NPV) Rp. 659,100,845-

Internal Rate of Return (IRR) 79,50%

Net Benefit/Cost (Net B/C) 2.50

Breack Even Poin (BEP) Rp. 113.149.038,-

Payback Period (PBP) 1.25 tahun

Sumber : Diolah dari data primer, 2010

Page 47: Anbis minyak atsiri

36

1) NPV

Kriteria NPV didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke

nilai sekarang. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV untuk

Marun Aromaterapi adalah Rp. 659.100.845-. Nilai tersebut merupakan

penerimaan kas bersih yang diterima usaha UKM minyak angin Marun

Aromaterapi selama lima tahun periode analisis. Dari data tersebut

didapatkan nilai positif yang menunjukkan bahwa nilai arus kas masuk

lebih besar daripada nilai kas keluar, sehingga usaha produksi minyak

angin aromatherapy ini layak untuk dilanjutkan.

2) IRR

Menurut Rangkuti (1997), IRR adalah suatu metode untuk mengukur

tingkat investasi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari

Marun Aromaterapi 79.50 persen, nilai ini lebih besar dari nilai suku

bunga pinjaman yang digunakan dalam perhitungan (14 persen). Hal ini

berarti, tingkat pengembalian yang hasilkan dari investasi pada

pengembangan usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat

pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank.

Dengan demikian, kriteria untuk usaha produksi minyak angin dapat

dinilai layak.

3) NET B/C

Net B/C atau Rasio Keuntungan/Biaya sama dengan Profitability index

(PI) menunjukkan kemampuan menghasilkan laba per satuan niali

investasi. Hasil perhitungan untuk Marun Aromaterapi menunjukkan nilai

2.50. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar

daripada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya, atau

dengan kata lain usaha produksi minyak angin aromatherapy akan

mendapatkan tambahan penerimaan Rp 2.50 dari setiap pengeluaran Rp.

1,00 dan karena nilai Net B/C ini lebih besar dari 1 (PI > 1), maka usaha

Marun Aromatrapi ini layak untuk dilanjutkan.

4) BEP

BEP merupakan suatu keadaan dimana pendapatan usaha mencapai titik

impas, artinya tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.

Page 48: Anbis minyak atsiri

37

Berdasarkan hasil perhitungan,usaha minyak angin Marun Aromaterapi

mencapai titik impas pada Rp. 113.149.038. Artinya pendapatan Marun

Aromaterapi harus melebihi nilai tersebut untuk mendapatkan margin atau

keuntungan.

5) PBP

Periode pengembalian (PBP) adalah jangka waktu yang diperluka

mengembalikan modal usaha investasi, yang dihitung dari arus kas bersih.

Dari hasil perhitungan inididapat nilai 1,25 tahun. Hal ini bearti usaha ini

sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha

berakhir, maka usaha

p��������������������������������������

��������������������������������������

��������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

Page 49: Anbis minyak atsiri

38

������������������������������������������

������������������������������������������

���������������������������� investasi setelah

dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin

aromatherapy Marun dapat dilihat pada Tabel 7.

4.3.8 ��������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������ investasi setelah dilakukannya

analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin aromatherapy Marun

dapat dilihat pada Tabel 7.

���������������������������������������

������������������������������������������

Page 50: Anbis minyak atsiri

39

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

����������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

��� investasi setelah dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi

minyak angin aromatherapy Marun dapat dilihat pada Tabel 7.

a) ����������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

���������������� investasi setelah dilakukannya analisis sensitivitas

pada usaha produksi minyak angin aromatherapy Marun dapat dilihat pada Tabel

7.

Page 51: Anbis minyak atsiri

40

����������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

������������������������������������������

�������������������������������� investasi setelah

dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin

aromatherapy Marun dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Sebesar 9 persen dan 10 persen

No Kriteria

Investasi

Sebelum

Kenaikan

Setelah

Kenaikan (9%)

Setelah

Kenaikan (10%)

1 NPV 659.100.845 1.941.335 (1.212.221)

2 Net B/C 2.50 1.06 0.96

3 IRR 79.50 23.10 18.05

Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011

Kenaikan harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi oleh Marun

Aromaterapi adalah sebesar 9 persen, dimana akan menghasilkan nilai NPV

sebesar 1.941.335, nilai Net B/C sebesar 1.06, dan nilai IRR sebesar 23.10.

Berdasarkan nilai NPV, Net B/C dan IRR tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa usaha pembuatan minyak angin aromatherapy Marun masih layak untuk

dijalankan. Usaha pembuatan minyak angin Marun akan menjadi tidak layak

untuk dijalankan apabila kenaikan harga bahan baku telah mencapai sebesar 10

persen. Nilai NPV yang didapatkan sebesar (1.212.221), nilai kriteria investasi

akibat perubahan harga bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 9.

b) Penurunan Harga Jual Produk

Page 52: Anbis minyak atsiri

41

Penentuan harga jual produk sangat penting dilakukan demi kelangsungan

hidup perusahaan. Penurunan harga jual produk dapat terjadi karena pembeli

melakukan penawaran terhadap harga yang telah diajukan, oleh sebab itu pihak

penjual perlu mengetahui sampai sebatas mana harga jual yang ditetapkan akan

mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Nilai kriteria investasi

setelah dilakukan analisis sensitivitas pada usaha pembuatan minyak angin Marun

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Penurunan Harga Jual Produk Sebesar 20 persen dan 21 persen

No Kriteria

Investasi

Sebelum

Kenaikan

Setelah Penurunan

(20%)

Setelah

Penurunan (21%)

1 NPV 659.100.845 574,687 (912,746)

2 Net B/C 2.50 1.02 0.97

3 IRR 79.50 20.92 18.53

Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011

Berdasar perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual

sebesar 20 persen, usaha pembuatan minyak angin aromatherapy Marun masih

layak untuk dilakukan. Nilai NPV yang didapatkan sebesar 574.687, nilai Net B/C

sebesar 1.02 dan nilai IRR sebesar 20.92. Apabila terjadi penurunan harga jual

produk sebesar 21 persen, maka perhitungan analisis sensitifitas akan

menghasilkan nilai NPV sebesar (912.746), nilai Net B/C sebesar 0.97 dan nilai

IRR sebesar 18.53. Hal tersebut akan menyebabkan usaha pembuatan minyak

angin aromatherapy pada UKM Marun menjadi tidak layak untuk dijalankan.

Perubahan nilai kelayakan investasi akibat penurunan harga jual tersebut dapat

dilihat pada Lampiran 9.

c) Kenaikan Harga Bahan Baku dan Penurunan Harga Jual Produk

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, nilai kenaikan harga

bahan baku dan penurunan harga jual produk yang menyebabkan usaha Marun

Aromaterapi menjadi masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 6 persen dan 6

persen. Nilai NPV sebesar 2.477.408, nilai Net B/C sebesar 1.08, dan nilai IRR

sebesar 23.95. Usaha pembuatan minyak angin Marun akan menjadi tidak layak

apabila terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 7 persen dan penurunan harga

Page 53: Anbis minyak atsiri

42

jual sebesar 7 persen, dimana menghasilakan nilai NPV sebesar (2,163,582) nilai

Net B/C sebesar 0.93, dan nilai IRR sebesar 16.52. Nilai kriteria investasi setelah

dilakukan analisis sensitivitas pada usaha pembuatan miinyak angin Marun dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Dan penurunan Harga Jual Produk

Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011

Perubahan nilai kelayakan investasi akibat kenaikan harga bahan baku dan

penurunan harga jual tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Hasil analisis kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan

teknologi dan aspek manajemen dan operasional menunjukkan bahwa usaha

minyak angin ini layak untuk dilaksanakan.

b. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial menunjukkan nilai NPV positif (Rp.

659.100.845,-), nilai IRR 79.50 persen dimana nilai ini lebih besar dari nilai

suku bunga pinjaman yang digunkan (14 persen), Net B/C 2.50, BEP Rp.

113.149.038,-, dan PBP 1.25 tahun yang berarti usaha ini sudah dapat

menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Semua hasil

perhitungan pada analisis finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini layak

untuk dijalankan.

c. Kenaikan harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi oleh Marun

Aromaterapi adalah 9 persen, dimana akan menghasilkan nilai NPV sebesar

1.941.335, nilai Net B/C sebesar 1.06, dan nilai IRR sebesar 23.10. Penurunan

harga jual sebesar 20 persen, usaha pembuatan minyak angin aromatherapy

No Kriteria

Investasi

Sebelum

Kenaikan

Setelah

Naik/Turun

(6 % / 6%)

Setelah

Naik/Turun

(7%/7%)

1 NPV 659.100.845 2,477,408 (2,163,582)

2 Net B/C 2.50 1.08 0.93

3 IRR 79.50 23.95 16.52

Page 54: Anbis minyak atsiri

43

Marun masih layak untuk dilakukan. Nilai NPV yang didapatkan sebesar

574.687, nilai Net B/C sebesar 1.02 dan nilai IRR sebesar 20.92. Nilai

kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual produk usaha Marun

Aromaterapi masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 6 persen dan 6

persen. Nilai NPV sebesar 2.477.408, nilai Net B/C sebesar 1.08, dan nilai

IRR sebesar 23.95.

2. Saran

Sebaiknya UKM Marun ini mempromosikan produknya lebih intensif.

Dengan memaksimalkan penggunaan website produk, membuat iklan atau artikel

pada media cetak (koran, majalah bisnis), media elektronik radio, dan tv. Karena

hingga saat ini UKM Marun belum berpromosi melalui media cetak dan

elektronik, kecuali website.

Page 55: Anbis minyak atsiri

DAFTAR PUSTAKA

Ketaren. 1985. Mengkaji Manfaat Minyak Atsiri. Edisi pertama. Indeks Jakarta.

Kotler,P.2004. Manajemen Pemasaran (Sudut Pandang Asia). Edisi Ketiga. Indeks Jakarta.

Moore,C.2008. Kewirausahaan (Manajemen Usaha Kecil). Salemba Empat. Jakarta.

Muhamadjen,E. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Kapsul Ekstrak Di Taman Sringganis Bogor. Skripsi pada Depertemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Insitut Pertanian Bogor, Bogor .

Porter,M.2009. Keunggulan Bersaing. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rangkuti,F.1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21). PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi III. Yogyakarta.

Umar,H.2009. Studi Kelayakan Bisnis. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yulianto, A. 2009. Analisis Pengembangan Usaha dan Kredit Usaha Pembuatan Sandal Wanita (Studi Kasus Pengrajin Sandal Wanita Indra Jaya Ciomas Bogor). Skripsi pada Depertemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Zakaria,M. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pengembangan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Farfum, Bogor. Skripsi pada Depertemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Insitut Pertanian Bogor, Bogor .

http://grosir-sipfarma.com [2 April 2010]