mikro inves
TRANSCRIPT
TUGAS INVESTASI MIKRO
ANALISIS SINGKAT TERHADAP UNSUR-UNSUR INVESTASI
PADA
PERJANJIAN
KERJASAMA GROSIR PULSA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi saat ini telah mengalami transformasi dalam berbagai macam
benuk dan jenisnya. Terminologi investasi tidak hanya menyangkut pengertian
penanaman modal dalam skala besar, tetapi sudah terkait juga dengan model
investasi dalam skala yang kecil atau mikro. Merujuk pada ketentuan UU
No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal atau investasi dalam pasal 1 butir
1 disebutkan bahwa investasi atau penanaman modal adalah segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia.
Ketentuan yang terdapat dalam pasal 2 di UU No.25 tahun 2007
tentang investasi mengandung terminologi yang luas, terutama tentang definisi
dari investasi itu sendiri. Luasnya lingkup definisi ini dapat mencakup semua
bentuk atau jenis perjanjian yang di dalamnya memuat unsur-unsur investasi
seperti yang diatur dalam UU No.25 tahun 2007.
Unsur-unsur yang dapat dikategorikan sebagai investasi terdapat dalam
pasal I tentang ketentuan umum butir 1 s/d 13. Dari 13 butir tersebut dapat
diketahui bahwa investasi yang dimaksud oleh UU. No 25 tahun 2007 itu
adalah investasi dalam negeri maupun asing berskala kecil atau mikro maupun
besar atau makro, maupun investasi langsung dan tidak langsung, baik
perorangan maupun badan hukum.
1
Aspek perjanjian dalam suatu kegiatan penanaman modal atau
investasi menjadi sangat krusial, karena dari ketentuan yang diatur dalam
perjanjian itulah yang mengatur mekanisme hak dan kewajiban para pihak,
serta konsekuensi hukumnya. Seperti telah disebutkan bahwa setiap
perjanjian yang ada di Indonesia tunduk pada ketentuan KUH Perdata, kecuali
ditentukan lain oleh UU. Termasuk perjanjian investasi baik dari asas-asasnya,
syarat berlakunya, dan norma-normanya harus sesuai dengan KUH Perdata.
Misalnya pasal 1320 KUH Perdata yang mengatur tentang syarat suatu
perjanjian.
Para pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian investasi harus
memenuhi syarat-syarat dan ketentuan dalam pasal 1320 tersebut misalnya
tentang objek perjanjian, subyek perjanjian, sebab yang diperbolehkan, dan
kesepakatan para pihak. Disini akan dianalisis suatu perjanjian, sebab yang
diperbolehkan dan kesepakatan para pihak. Disini juga akan dianalisis suatu
perjanjian investasi mikro tentang usaha investasi bersama tentang pelayanan
jasa transportasi perusahaan grosir pulsa. Dari perjanjian tersebut akan dibahas
baik mengenai asas maupun syarat sahnya perjanjian investasi kerjasama
tentang perusahaan grosir pulsa tersebut.
Selain itu juga akan dibahas mengenai aspek dan substansi dari
perjanjian kerjasama perusahaan grosir pulsa itu dengan konsep investasi.
Investasi yang dimaksud adalah investasi mikro berdasarkan ketentuan UU
No. 25 tahun 2007. Dari hasil pembahasan tersebut nantinya akan dapat
diketahui apakah perjanjian usaha kerjasama perusahaan grosir pulsa tersebut
mempunyai dua unsur dasar dari pokok-pokok pengertian investasi yang
diatur dalam ketentuan umum UU No. 25 tahun 2007.
B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini meliputi :
1. Apakah unsur-unsur perjanjian telah dipenuhi pada perjanjian usaha
kerjasama grosir pulsa tersebut?
2
2. Unsur-unsur investasi seperti diatur dalam UU. No 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal apakah terdapat dalam Perjanjian
Kerjasama tersebut?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Unsur-unsur Perjanjian pada Perjanjian Usaha Kerjasama Perusahaan
Grosir pulsa
Pengertian perjanjian Pada perjanjian terdapat beberapa hal pokok dan
mendasar yang terus menjadi perhatian yaitu tentang syarat sahnya suatu
perjanjian. Hal ini diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata yang meliputi1 :
1. Adanya kata sepakat para pihak
2. Cakap atau kecakapan para pihak
3. Adanya hal tertentu atau objek pejanjian
4. Suatu sebab yang halal atau diperbolehkan
Selain ketentuan pasal tersebut, ada beberapa asas yang terdapat dalam
suatu perjanjian yang meskipun tidak semua asas dicantumkan dalam
ketentuan KUH Perdata, tetapi juga harus tetap dipatuhi oleh para pihak.
Asas-asas tersebut misalnya:
1. Asas Konsesualisme
Asas konsesualisme merupakan asas adanya kesepakatan dari para
pihak yang saling mengikatkan diri dalam suatu hubungan hukum
atau perjanjian.
2. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas ini merupakan asas bilamana suatu perjanjian yang dibuat
oleh para pihak secara sah maka akan mengikat atau berlaku
sebagai undang-undang terhadap para pihak yang membuatnya.
Asas ini memberikan kepastian hukum bagi mereka yang
membuatnya.
1 Abdulkadir Muhammad. 1982. Hukum Perikatan. Bandung : Alumni. Hal 8
4
3. Asas kepribadian
Asas ini menunjukkan subyek perjanjiannya, dimana dalam suatu
perjanjian pada umumnya hanya mengikat para pihak yang
mengadakan perjanjian tersebut.
4. Asas kebebasan berkontrak
Asas ini merupakan asas mendasar dalam suatu perjanjian.
Kebebasan berkontrak berarti setiap orang boleh melakukan
kesepakatan atau perjanjian dengan siapa saja sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang dan terpenuhinya syarat-
syarat sahnya suatu perjanjian.
Untuk mengetahui asas kebebasan berkontrak beserta maknanya, dapat
dilakukan dengan cara melakukan penafsiran menurut sejarahnya. Secara
historis, asas kebebasan berkontrak muncul bersamaan dengan lahirnya paham
ekonomi klasik yang mengagungkan laissez faire, sebagai reaksi terhadap
mercantile system. Seiring dengan berkembangnya laissez faire tersebut,
freedom of contract, ikut pula semakin luas dipergunakan, sebagai prinsip
umum dalam mendukung berlangsungnya persaingan bebas.2
Hal yang hampir samapun diungkapkan oleh Riduan Syahrani (1989 :
51) yang mengatakan bahwa, Code Civil Perancis dan Burgerlijk Wetboek
Belanda yang mengikutinya, dikodifisir diabad dimana orang-orang Eropa
Barat berpegang teguh pada anggapan bahwa, hak azasi manusia
bagaimanapun harus dilindungi dan kebebasan berkontrak dipandang mereka
sebagai salah satu dari hak azasi manusia. Dalam alam pikiran yang demikian,
setiap individu bebas memperjuangkan kepentingannya masing-masing
dengan menggunakan hak azasinya tersebut. Setiap Individu secara bebas
dapat melakukan segala macam perbuatan, sepanjang perbuatan itu
dimungkinkan untuk mencapai apa yang dikehendakinya. Dalam
melaksanakan haknya tersebut manusia bebas pula untuk mengadakan
2 Sutan Remy Sjahdeini. 1993. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi para Pihak Dalam
Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta : Institut Bankir Indonesia. Hal 35
5
perjanjian yang sesuai dengan kehendaknya. Oleh karena itu berlakulah dalil
bahwa membuat persetujuan apa saja diperbolehkan dan persetujuan yang
dibuat secara bebas menurut kehendaknya adalah adil. Dalam alam pikiran
yang demikian itu, tidak ada tempat bagi pikiran bahwa suatu persetujuan
dapat merugikan pihak lain, sebab pihak lain itu pun mempunyai kehendak
yang bebas, kalau ia tahu bahwa suatu persetujuan akan merugikan, maka ia
tentu akan menolak untuk turut membuatnya. Akan tetapi kalau ia tetap mau
membuat persetujuan itu dan ia rugi, maka itu adalah salahnya sendiri
(Sosropranoto, l97l : 58).
Walaupun tidak dirumuskan dengan tegas adanya jaminan kebebasan
berkontrak ini, kebanyakan para sarjana mengatakan, bahwa dasar hukum dari
kebebasan berkontrak ini adalah Pasal l338 ayat (1) KUH Perdata, yang
menetapkan : Semua persetujuan yang dibuat secara sah, berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Apabila disimak isi dari pasal
diatas, tidaklah memberikan pengertian secara jelas tentang apakah
sebenarnya yang dimaksud dengan kebebasan berkontrak itu. Oleh sebab itu
untuk mengetahuinya, dibawah ini akan diuraikan beberapa pendapat dari para
sarjana.
Menurut Rutten (Purwahid Patrik, 1972 : 3) dengan adanya azas
kebebasan berkontrak :
a. Orang bebas membuat atau tidak membuat perjanjian.
b. Orang bebas menentukan isi perjanjian.
c. Orang bebas membuat perjanjian dengan bentuk tertentu atau tidak.
d. Orang bebas memilih undang-undang mana yang akan dipakainya
dalam perjanjian itu.3
Sedangkan menurut A. Pitlo ( J. Satrio, 1988 : 203) berdasarkan Pasal
1338 ayat (1) KUH Perdata :
a. Orang bebas untuk menutup Kontrak.
3 Purwahid Patrik. 1972. Pasal l338 KUH Perdata Sebagai Tiang Dari Hukum Perdata. Majalah Masalah-masalah Hukum No. 2 Thn ke-II. Semarang : Fak Hukum UNDIP. Hal 5
6
b. Orang bebas mengatur sendiri isi pertjanjian yang akan mengikat
pembuatnya.
c. Orang dapat memperjanjikan bahwa ia hanya bertanggung jawab sampai
batas-batas tertentu saja.4
Adapun menurut R. Subekti (1984 : 14), dengan menekankan pada
perkataan "semua", pasal tersebut (maksudnya Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata) seolah-olah memberikan suatu pernyataan kepada masyarakat, bahwa
mereka diperbolehkan membuat perjanjian yang berisi dan macam apa saja.
Dari sekian banyak kebebasan yang diberikan kepada anggota masyarakat
yang akan membuat perjanjian berdasarkan adanya azas kebebasan
berkontrak, maka kebebasan yang erat hubungannya dan sering kali
terpengaruh dengan pencantuman suatu syarat tertentu didalam suatu
perjanjian, adalah adanya kebebasan untuk menentukan isi dari perjanjian
yang akan mereka buat. Dan hal ini untuk selanjutnya, akan berpengaruh pula
pada adanya kebebasan untuk membuat perjanjian dalam bentuk tertentu atau
tidak.5
5. Asas Iktikad Baik
Dalam melakukan suatu perjanjian, setiap orang atau para
pihaknya harus melakukannya dengan iktikad baik. Asas iktikad baik
terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Iktikad baik yang subyektif yang berasal dari pribadi para
pihaknya yang berupa kejujuran dan sikap batin.
b. Iktikad baik yang obyektif dimana pelaksanaan perjanjian harus
didasarkan atas norma keputusan dan kesusilaan yang berlaku
dalam masyarakat.
Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam suatu kontrak atau
perjanjian adalah unsur-unsur dari perjanjian iu sendiri. Unsur merupakan hal
yang menyusun adanya suatu perjanjian. Unsur-unsur sebuah perjanjian
meliputi :4 J Satrio. 1988. Hukum Perjanjian Menurut Kitab Undang Undang Hukum Perdata Indonesia. Purwokerto : Harsa. Hal 185 R. Subekti. 1988. Apek-aspek Hukum Perikatan Nasional. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Hal 13
7
1. Unsur Essensialia
Unsur Essensialia, merupakan unsur yang harus ada dalam suatu perjanjian
atau unsur mutlak. Tanpa adanya unsur ini suatu perjanjian tidak mungkin
ada. Contoh : dalam perjanjian jual beli unsur essensialianya adalah harga
dan barang.
2. Unsure Naturalia
Unsure naturalia adalah unsur yang dlaam ketentuan Undang-Undang sudah
mengaturnya, tetapi para pihak berdasarkan kesepakatan bersamanya dapat
mengambilnya.
3. Unsur Acidentalia
Adalah unsur yang tidak diatur dalam Undang-Undang, tetapi para pihak
dapat menambahkan sesuai dengan isi perjanjian dan kesepakatan para
pihaknya. Contoh : dalam perjanjian jual beli, barang diserahkan dengan
syarat tertentu.6
Berdasarkan konsep tersebut diatas berikut ini akan dianalisis suatu bentuk
perjanjian kerjasama atau investasi berupa penyertaan atau pemberian modal
berupa uang dari pihak pertama pada pihak kedua. Kerjasama investasi
tersebut dalam bidang jasa transportasi perusahaan grosir pulsa di Kabupaten
Yogyakarta. Para pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut adalah Sdr.
Joko Kirmanto selaku pihak I yang menginvestasikan modanlnya kepada Sdr.
Iskanudar Aripin selaku pemilik dan pengelola perusahaan grosir pulsa
bernama GROSIR PULSA LOUISE CELL (Gajah Mungkur Sejahtera).
Deskripsi perjanjian adalah sebagai berikut :
a. Subyek perjanjian
Pada subyeknya tersebut yang menjadi subyek atau para pihaknya adalah
Sdr. Joko Kirmanto selalu pihak II yang akan menyertakan uangnya
sebagai bentuk investasi kepada pihak I yaitu Sdr. Yanu Tri Riska
Suwandhi sebagai pengelola GROSIR PULSA LOUIS SELL yang akan
6 R. Subekti. 1984. Hukum Perjanjian. Jakarta : PT. Intermasa.l 21
8
menerima dan mengelola uang dari pihak pertama untuk
mengembangkan perusahaannya.
Unsur lain yang sudah terpenuhi adalah para pihak telah cakap untuk
bertindak (berusia 28 tahun (pihak I)) dan 28 tahun (pihak II), tidak
dalam pengampuan (curatelle) dan secara sah bertindak untuk dan atas
namanya sendiri.
b. Objek Perjanjiannya
Objek dalam perjanjian tersebut adalah uang sejumlah Rp 10.000.000,-
yang akan diberikan oleh pihak II kepada pihak I sesuai ketentuan dalam
kontraknya. Uang sebagai objek perjanjian diperbolehkan, karena
dibolehkan oleh ketentuan Undang-Undang dan tidak bertentangan
dengan norma kesusilaan, kesopanan, dan kepatutan. Selain itu, yang
menjadi syarat sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUH Perdata
adalah sudah terpenuhi yaitu adanya objek yang diperjanjikan.
c. Kesepakatan Para Pihak
Unsur kesepakatan atau konsensualitas dalam perjanjian itu adalah pihak
II Joko Kirmanto sepakat untuk memberikan uangnya kepada pihak I
Yanu Tri Riska Suwandhi sebagai penyertaan modal investasi.
Kemudian pihak I Yanu Tri Riska Suwandhi juga bersepakat untuk
menerima dan mengelola uang pihak pertama sebagai tambahan modal
untuk mengembangkan perusahaan grosir pulsa serta peningkatan
pelayanannya. Kesepakatan antara para pihak itu ditandai dengan
dibubuhkannya tanda tangan para pihak yang bermaterai sebagai tanda
kesepakatan dan mengikat terhadap para pihaknya.
d. Sebab /causa yang halal atau diperbolehkan
Sebab yang dibolehkan dalam perjanjian tersebut adalah sebab perjanjian
untuk mengembangkan serta meningkatkan pengelolaan dari perusahaan
jasa transportasi GROSIR PULSA LOUISE CELL. Sebab atau cara
itulah yang mendasari munculnya perjanjian kerjasama tersebut dan sifat
dari perjanjian itu adalah diperbolehkan dan tidak bertentangan dengan
9
UU. Sebab dalam hal ini diartikan sebagai alasan yang mendasari atau
melatarbelakangi disepakatinya suatu perjanjian.
Hal lain juga harus diperhatikan dalam pembuatan suatu kontrak atau
perjanjian adalah struktur kontraknya. Sebenarnya tidak ad bentuk baku
mengenai penulisan suatu kontrak, tetapi hendaknya suatu kontrak
mewmenuhi unsur-unsur yang melegkapi pembentukan urutan atau
strukturnya. Stuktur kontrak ini meliputi :
a. Judul Akta
Judul akta dalam perjanjian tersebut adalah perjanjian kerjasama
dengan NOMOR:0023/KK/BHP/2009
b. Awal Akta
Pada kontak itu, awal akta tertuang dalam bentuk penyebutan jenis
kontrak dan tanggal disepakatinya kontak tersebut yaitu Kontrak
Kerjasama (selanjutnya disebut Kontrak) ini ditandatangani pada hari ini,
Senin tanggal lima belas September dua ribu sembilan (15 - 09 - 2009).
Penyebutan personalia perjanjian atau komparisi
Komparisi dalam kontrak itu ditulis dengan susunan pihak I adalah
YANU TRI RISKA SUWANDHI, tempat tanggal lahir di Yogyakarta,
dua puluh delapan Januari seribu sembilan ratus delapan puluh dua (28-
01-1982), Warga Negara Indonesia, Pekerjaan Wiraswasta, berdomisili di
Yogyakarta, bertempat tinggal di Ronodigdayan DN 3/463, Rukun
Tetangga 024, Rukun Warga 007, Kelurahan Bausasran, Kecamatan
Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemegang
Kartu Tanda Penduduk Nomor : 34.7104.280182.0001, dikeluarkan oleh
Kantor Kecamatan Danurejan. Selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.
Kemudian pihak II adalah JOKO KIRMANTO, tempat tanggal lahir di
Kudus, 13 Agustus seribu sembilan ratus delapan puluh dua (13 -08-1982),
Warga Negara Indonesia, Pekerjaan PNS, berdomisili di Yogyakarta,
bertempat tinggal di Blunyah Gede, RT 002, RW 003, Kelurahan Sinduadi,
Kecamatan Mlati , Kabupaten Sleman , Daerah Istimewa Yogyakarta,
Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor : 34.7104.130882.0004,
10
dikeluarkan oleh Kantor Kecamatan Mlati Selanjutnya disebut sebagai
Pihak Kedua.
Premis Akta
Kata sepakat antara para pihak yang dituangkan dalam bentuk
premis pada kontrak ini terdapat pada paragraf di bawah komparisi
dengan menyebutkan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk melakukan
kerjasama tersebut dalam kontrak ditulis Selanjutnya Para Pihak sepakat
untuk melakukan kerjasama penanaman modal GROSIR PULSA
LOUISE CELL. Dimana pihak pertama merupakan pemilik sekaligus
pengelola dan pihak kedua hanya sebagai penanam modal atau
penyandang dana bagi usaha milik Pihak Pertama. Para Pihak Sepakat
untuk mengadakan Kontrak kerjasama ini menurut ketentuan-ketentuan
dan syarat-syarat yang diatur dalam kontrak.
c. Isi Akta
Isi akta pada perjanjian tersebut dituangkan dalam sebelas pasal
mengenai ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan para pihak dalam
melaksanakan kontrak ini termasuk hak dan kewajiban para pihaknya.
d. Penutup Akta
Akhir akta pada perjanjian tersebut meliputi domisili dan pilihan
hukum oleh para pihak jika terjadi sengketa di kemudian hari. Dimana
domisili hukum yang dipilih adalah wilayah pengadilan negeri
Yogyakarta
B. Bagian dari perjanjian Kerjasama yang memuat unsur-unsur investasi
seperti diatur dalam UU. No 25 tahun 2007 tentang Penanaman modal
Unsur-unsur investasi yang terkandung dalam perjanjian itu adalah
sebagai berikut :
Berdasarkan ketentuan pasal I UU No. 25 tahun 2007 butir 2, 5, 7, dan 9.
Ketentuan tersebut mengatur tentang penanaman modal dalam negeri yang
11
dilakukan oleh perorangan dan modalnya berupa uang. Dimana investasi itu
dilakukan oleh seseorang bernama Joko Kirmanto yang menanamkan
modalnya berupa uang Rp 10.000.000,- kepada Yanu Tri Riska Suwandhi
pemilik sekaligus pengelola GROSIR PULSA LOUISE CELL untuk
pengembangan usaha. Melalui penanaman modal itu diharapkan akan dapat
mendorong ekonomi kerakyatan dan akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan (pasal 3 ayat 2 huruf b, f, h) UU No.25 tahun 2007.
Bahwasanya penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam
bentuk perseorangan (pasal 5 ayat 1). Diberikannya penambahan modal
untuk pengembangan perusahaan secara otomatis akan menyerap tenaga
kerja khususnya dari kota Yogyakarta (pasal 10 ayat 1). Selanjutnya adalah
bidang usaha yang akan dilakukan dan dikembangkan adalah jasa penjualan
pulsa yang tidak dinyatakan sebagai daftar negatif investasi (DNI) dan boleh
dilakukan penanaman modal (pasal 12).
Hal-hal tersebut merupakan konsep dan nilai investasi yang terdapat
dalam perjanjian pengembangan usaha perusahaan grosir pulsa GMS yang
terdapat di Yogyakarta, sehingga dari perjanjian tersebut dan apa yang akan
dilakukan dapat dikategorikan sebagai bentuk penanaman modal atau
investasi dalam skala mikro.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di atas disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Bentuk perjanjian usaha GROSIR PULSA LOUISE CELL dilihat dari
syarat sahnya suatu perjanjian telah memenuhi sahnya suatu perjanjian
yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata. Kemudian dari struktur
perjanjiannya juga telah terpenuhi susunan lengkap sebuah perjanjian
yang baik.
2. Perjanjian yang dilakukan oleh Sdr. Joko Kirmanto dengan Sdr. Yanu
Tri Riska Suwandhi tersebut dapat dikategorikan sebagai sebuah bentuk
investasi dalam pasal 1,5,10, dan 12 UU No. 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal.
B. Saran
1. Kepada Investor maupun penerima investasi diharapkan tetap
memperhatikan dan melaksanakan ketentuan dalam pasal 14, 15, 16, 17
tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal.
2. Kepada pemerintah khususnya Pemda Yogyakarta diharapkan
memberikan beberapa kemudahan dalam hal birokrasi dan administrasi,
misal kemudahan memperoleh izin usaha penjualan pulsa dan peraturan
yang jelas mengenai sistem penanaman modal bagibidang usaha
tersebut.
13
Daftar Pustaka
Abdulkadir Muhammad. 1982. Hukum Perikatan. Bandung : Alumni.
B.R.M. Hanindijopoetro Sosropranoto. 1971. Kebebasan Berkontrak Dalam
Hukum Persetudjuan Indonesia. Majalah Hukum Nasional. No. 13 Thn Ke-IV.
Jakarta : Lembaga Pembinaan Hukum Nasional.
J Satrio. 1988. Hukum Perjanjian Menurut Kitab Undang Undang Hukum
Perdata Indonesia. Purwokerto : Harsa.
Purwahid Patrik. 1972. Pasal l338 KUH Perdata Sebagai Tiang Dari Hukum
Perdata. Majalah Masalah-masalah Hukum No. 2 Thn ke-II. Semarang : Fak
Hukum UNDIP.
Riduan Syahrani. 1989. Beberapa Aspek Hukum Mengenai Kebebasan Berkontrak
Dalam Hukum Perjanjian. Majalah OrientasiBanjarmasin : Fak Hukum UNLAM.
Sutan Remy Sjahdeini. 1993. Kebebasan Berkontrol dan Perlindungan yang
Seimbang bagi para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta :
Institut Bankir Indonesia.
R. Subekti. 1984. Hukum Perjanjian. Jakarta : PT. Intermasa.
R. Subekti. 1988. Apek-aspek Hukum Perikatan Nasional. Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti.
Undang-undang NO. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
14