print mikro
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Makalah
mikrobiologi yang berjudul “Aktivitas Enzimatis Pada Mikroba”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
makalah ini lebih lanjut, akan penulis terima dengan senang hati.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan
makalah ini penulis telah mencurahkan semua kemampuan, namun penulis sangat
menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan penulis. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari berbagai
pihak
Pekanbaru, 05 Desember 2012
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................. 3
1.2. Rumusan Makalah ............................................................. 3
1.3. Tujuan ............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aktivitas Bakteri ............................................................. 4
2.2. Echericia colli ............................................................. 7
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Uji Enzimatik ............................................................. 9
3.2. Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Aktifitas Enzim ................................ 13
3.3. Pengaruh Suhu Terhadap Aktifitas Enzim ............................................. 13
3.4. Pengaruh pH Teradap Aktifitas Enzim ................................................... 13
3.5. Pengaruh Inhibitor Terhadap Aktifitas Enzim ........................................
13
3.6. Pengaruh Kadar Substrat Terhadap Aktifitas Enzim .............................. 13
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................ 14
4.2. Saran ............................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mikroba seperti makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan.
Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkultivasi,
mengisolasi dan mengidentifikasi mikroba. Mikroba memiliki karakteristik dan ciri
yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa
hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu
hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang
menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.
Media adalah substansi yang memenuhi kebutuhan nutrisi mikroorganisme.
Pertumbuhan suatu mikroba beserta koloninya dalam suatu media dapat dipercepat
dengan menggunakan mikroorganisme lain yang bertindak sebagai enzim atau
katalisator. Enzim ini memiliki aktivitas-aktivitas tertentu sesuai dengan media
tumbuhnya. Oleh karena itu, pada percobaan kali ini dilakukan beberapa uji
aktivitas enzimatis suatu mikroba.
1.2. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang perlu dikaji pada praktikum kali ini yaitu teknik-
teknik apa saja yang dapat digunakan untuk menguji aktivitas enzimatis mikroba
dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aktivitas mikroba.
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari makalah ini yaitu untuk
1. Mengetahui beberapa teknik uji aktivitas enzimatis mikroba.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aktivitas Bakteri
Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk
berbagai reaksi kimia dalam system biologik. Sintesis enzim terjadi di dalam sel
dan sebagian besar enzim dapat diekstrasi dari sel tanpa merusak fungsinya. Oleh
karena peranan yang sangat penting dalam tubuh, maka makalah ini bertujuan
untuk melakukan uji aktifitas enzim α-amilase dalam hidrolisis pati dan
menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi aktifitas enzim. Untuk uji aktifitas
α-amilase saliva menggunakan metode reaksi kualitatif untuk amylase saliva,
metode colorless point, aktifitas amylase. Enzim α-amilase bertujuan untuk
memecah ikatan 1-4 glikosidik yang terdapat dalam amilum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi aktifitas enzim antara lain kadar enzim, suhu, pH, kadar substrat,
dan inhibitor
Bakteri memiliki berbagai aktivitas biokimia dengan menggunakan nutrisi
yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Transformasi biokimia dapat timbul
didalam dan diluar dari bakteri yang diatur oleh enzim. Setiap bakteri memiliki
kemampuan dalam menggunakan enzim yang dimilikinya untuk degradasi
karbohidrat, lemak, protein, dan asam amino, metabolisme ini biasanya
menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk identifikasi dan karakterisasi
bakteri. Pada prinsipnya pengamatan aktivitas biokimia atau metabolisme
mikroorganisme yang diketahui dari kemampuan mikroorganisme untuk
menggunakan dan menguraikan molekul yang kompleks dan molekul-molekul
sederhana. Selain itu, metabolisme seringkali menghasilkan hasil sampingan yang
dapat digunakan untuk identifikasi (Ramaisyah, 2011).
Aktivitas metabolisme tidak terlepas dari adanya enzim. Berdasarkan tempat
bekerjanya, bakteri memiliki juga jenis enzim yaitu endoenzim dan eksoenzim.
Endoenzim yaitu enzim yang berkerja dalam sel. Sistem endoenzim selain bersifat
anabolik dapat juga bersifat katabolik, sedangkan eksoenzim yaitu enzim yang
4
disekresikan ke luar sel dan berdifusi ke dalam media. Sebagian besar eksoenzim
bersifat hidroliktik, yang berarti bahwa eksoenzim menguraikan molekul kompleks
menjadi molekul yang molekul-molekul yang lebih sederhana. Molekul-molekul
yang lebih kecil ini kemudian dapat memasuki sel dan digunakan untuk
kepentingan sel (Waluyo, 2004).
Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri
atau mikroorganisme yang antara lain, uji TSIA, uji Voges-Proskauer, uji Merah
Metil, uji Indol dan lain-lain. Pengujian biokimia merupakan salah satu hal yang
sangat penting dalam dunia mikrobiologi (Lim, 1998).
Uji TSIA (triple sugar iron agar) digunakan untuk membedakan kelompok
atau genus Enterobacter, perbedaan tersebut didasarkan atas perbedaan dalam
fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida oleh beberapa kelompok
bakteri intestinal, uji indol digunakan untuk menguji adanya konversi triptofan
menjadi produk metabolit dan mengalami oksidasi oleh bakteri dengan aktivitas
enzimatik. Kemampuan menghidrolisis triptofan dengan memproduksi indol bukan
merupakan karakteristik semua mikroorganisme, dengan begitu berarti dapat
digunakan sebagai penanda biokimia (Cappucino, 2001).
Uji MR (Metyl Red), yaitu pH indikator akan mendeteksi adanya konsentrasi
produk akhir asam dalam jumlah tinggi. pH asam rendah stabil dan dipelihara oleh
E. coli pada akhir inkubasi. Selama periode inkubasi akhir, E. aerogens mengubah
asam ini menjadi produk akhir non asam seperti 2, 3-butanediol dan asetil-
metilkarbinol yang secara enzimatik (Cappucino, 2001).
Voges-Proskauer dicirikan oleh kemampuan beberapa organisme untuk
memprodukasi produk akhir netral atau non asam (Cappucino, 2001).
Medium pertumbuhan adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba.
Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan
pembangun sel, untuk sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap
mikroba mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu
pula. Susunan kimia sel mikroba relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa
yang terkandung di dalam sel. Dari hasil analisis kimia diketahui bahwa penyusun
5
utama sel adalah unsur kimia C, H, O, N, dan P, yang jumlahnya + 95 % dari berat
kering sel, sedangkan sisanya tersusun dari unsur-unsur lain (Anonim, 2008).
Isolasi mikroba berarti memisahkan satu jenis mikroba dari biakkan
campuran menjadi biakan murni. (populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel
individu). Mikroorganisme dibiakkan dilaboratorium pada bahan nutrien yang
disebut medium. Banyak sekali medium yang tersedia, macamnya yang dipakai
bergantung pada beberapa faktor salah satu diantaranya ialah macam organisme
yang akan ditumbuhkan (Schegel, 1994).
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi
kimia didalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun
katalisator ikut serta dalam reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah
selesai. Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pasa sistem
biologi. sebagian besar reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim. Berbeda dengan
katalisator nonprotein (H+, OH-, atau ion-ion logam), tiap-tiap enzim mengkatalisis
sejumlah kecil reaksi, kerapkali hanya satu. Jadi enzim adalah katalisator yang
reaksi-spesifik karena semua reaksi biokimia perlu dikatalis oleh enzim, harus
terdapat banyak jenis enzim. Sebenarnya untuk hampir setiap senyawa organik,
terdapat satu enzim pada beberapa organisme hidup yang mampu bereaksi dengan
dan mengkatalisis beberapa perubahan kimia. Walaupun aktivitas katalik enzim
dahulu diduga hanya diperlihatkan oleh sel-sel yang utuh (karena itu istilah
enzyme, yaitu, “dalam ragi”), sebagian besar enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa
kehilangan aktivitas biologik (katalik) nya. Oleh karena itu, enzim dapt diselidiki
diluar sel hidup. Ekstrak yang mengandung enzim dipakai pada penyelidikan
reaksi-reaksi metabolik dan pengaturanya, struktur dan mekanisme kerja enzim dan
malahan sebagai katalisator dalam industri pada sintetis senyawa-senyawa yang
biologis aktif seperti hormon dan obat-obatan (Indah, 2004).
Enzim adalah biokatalisator yang merupakan molekul biopolimer dan
tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang
teratur dan tetap. Enzim memiliki peranan yang sangat penting dalam berbagai
reaksi kimia yang terjadi di dalam sel yang mungkin sangat sulit dilakukan oleh
reaksi kimia biasa. Enzim alfa amilase merupakan salah satu jenis enzim yang
6
berperan atau berfungsi menghidrolisis ata memecah molekul-molekul pati menjadi
molekul-molekul lain yang lebih sederhana seperti dekstrin, maltosa, dan glukosa.
Mekanisme kerja dari enzim alfa amilase adalah dengan cara memecah ikatan α-1,4
glikosidik rantai glukan pati dari sebelah dalam (Darmajana et al, 2008).
Enzim merupakan katalisator pilihan yang diharapkan dapat mengurangi
dampak pencemaran dan pemborosan energi karena reaksinya tidak membutuhkan
energi tinggi, bersifat spesifik, dan tidak beracun. Protease menupakan enzim
penting dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena aplikasinya yang sangat
luas. Industri pengguna protease diantaranya ialah industri deterjen, kulit, tekstil,
makanan, hidrolisat protein, pengolahan susu, farmasi, makanan, bir, film, dan
limbah. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila protease yang digunakan
mencapai 60% dari total enzim yang diperjualbelikan di seluruh dunia. Protease
alkalin merupakan jenis protease yang paling banyak diaplikasikan dalam bidang
industri (Akhdiya, 2003).
2.2. Echericia colli
Menurut Fardiaz (1988), Echericia colli adalah suatu bakteri gram negatif
berbentuk batang, bersifat anaerobik fakultatif dan mempunyai flagela peritrikat. E.
colli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia.
Menurut Pelczar dan Chan (1986), E. colli mempunyai morfologi sel yang
berbentuk batang pendek (0,5-1,0 x 1,0-3,0 μm), motil, sel-selnya peritikus yakni
flagela secara merata tersebar di seluruh permukaan sel) atau nonmotil, anaerobik
fakultatif dan merupakan kelompok bakteri gram-negatif. Habitat dari E. colli yaitu
lingkungan aquatik, tanah, makanan, air seni dan tinja serta bersifat patogenik bagi
manusia dan hewan (beberapa patogenik pada tumbuhan). Klasifikasi ilmiah :
Superdomain: Phylogenetica
Filum: Proteobacteria
Kelas: Gamma Proteobacteria
7
Ordo: Enterobacteriales
Famili: Enterobacteriaceae
Genus: Escherichia
Spesies: E. coli
Fase Petumbuhan E. colli adalah waktu yang diperlukan oleh suatu organisme
untuk membelah menjadi dua disebut waktu generasi. Pada beberapa bakteri seperti
E. colli, waktu generasi rata-rata hanya sekitar 20 menit, sedangkan pada jenis
lainnya lamanya sekitar 15 sampai 20 jam. Waktu generasi selama pertumbuhan
aktif bervariasi sesuai dengan jenis bakteri, walaupun kebanyakan kurang dari 1
jam. Laju pertumbuhan bakteri dapat diproyeksikan sebagai logaritma jumlah sel
terhadap waktu pertumbuhan (Volk dan Wheeler ,1988).
8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Uji Enzimatik
Mikroorganisme adalah sumber enzim yang paling banyak digunakan
dibandingkan dengan tanaman dan hewan. Sebagai sumber enzim, mikroorganisme
lebih menguntungkan karena pertumbuhannya cepat dan dapat tumbuh pada
substrat yang murah. Reaksi-reaksi seperti hidrolisa dan oksidasi berlangsung
sangat cepat di dalam sel-sel hidup pada pH kira-kira netral dan pada suhu tubuh.
Ini dapat terjadi karena adanya enzim. Enzim disintesa di dalam sel, tetapi setelah
diekstraksi di luar sel, enzim masih mempunyai aktivitas.
1. Uji amilolitik
Uji amilolitik, uji ini membutuhkan enzim amilase yang akan
menghidrolisis amilum menjadi polisakarida yang lebih pendek (dextrin), dan
selanjutnya menjadi maltosa. Mekanisme kerja dari enzim amilase adalah dengan
cara memecah ikatan α-1,4 glikosidik rantai glukan pati dari sebelah dalam
sehingga menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransport masuk ke dalam sel.
Indikator yang dipakai pada uji amilolitik ini adalah lugol iodin, dimana amilum
akan bereaksi dengan iodin membentuk kompleks berwarna biru hitam yang
terlihat pada media. Warna biru hitam terjadi jika iodin masuk ke dalam bagian
kosong pada amilum yang berbentuk spiral. Sehingga akan terlihat sebagai zona
jernih di sekeliling koloni. Zona jernih ini menunjukan adanya aktivitas dari enzim
amilase dalam menghidrolisis pati.
9
2. Uji katalase
Uji katalase menggunakan kaca objek dengan suspensi bakteri amilolitik
dari media NA dan bakteri proteolitik dari media SMA. Produksi katalase bisa
diidentifikasi dengan menambahkan reagen H2O2 pada suspensi bakteri. Jika
dihasilkan gelembung gas, berarti bakteri tersebut mampu memproduksi enzim
katalase. Jika tidak dihasilkan gelembung gas berarti uji katalase dinyatakan
negatif. Dimana reaksi yang terjadi untuk uji positif yaitu :
3. Uji oksidase
Uji oksidase dimana perlakuannya sama dengan uji katalase, hanya saja
pada uji ini reagen yang digunakan bukan H2O2 tetapi fenilhidrasin klorida.
Kemampuan bakteri dalam memproduksi enzim oksidase dapat diketahui dari
reaksi yang ditimbulkannya setelah pemberian reagen oksidase tersebut pada koloni
10
bakteri. Uji oksidase ditujukan untuk membedakan bakteri nerdasarkan aktivitas
sitokrom oksidase. Enzim-enzim oksidase memainkan peran yang vital dalam
pelaksanaan system transport electron pada respirasi aerob. Sotokrom oksidase
mengkatalisis oksidase dari sitokrom yang tereduksi oleh oksigen molecular (O2),
menghasilkan pembentukan H2O atau H2O2. Bakteri-bakteri aerob, sebagaimana
juga beberapa bakteri anaerob fakultatif dan mikroaerofil, memiliki aktivitas
oksidase. Uji oksidase merupakan alat untuk membedakan antara anggota-anggota
dalam genius Neisseria dan Pseudomonas, yang merupakan oksidase positif, dan
Enterobacteriaceae yang merupakan oksidase negative. Kemampuan bakteri untuk
menghasilkan sitokrom oksidase dapat ditunjukkan dengan penambahan pereaksi
uji, p-aminodimetilanilin oksalat, terhadap koloni-koloni yang ditumbuhkan pada
suatu media agar lempeng. Pereaksi merah muda cerah ini berperan sebagai substrat
buatan, memberikan electron dan karenanya akan teroksidasi menjadi senyawa
berwarna kehitaman dan oksigen bebas. Setelah penambahan pereaksi uji,
terjadinya warna merah muda, kemudian merah marun, dan pada akhirnya warna
kehitaman pada permukaan koloni menandakan dihasilkannya sitokrom oksidase
dan menunjukkan hasil positif. Tidak terjadinya perubahan warna, atau warna
merah muda cerah pada koloni, menandakan tidak adanya aktivitas oksidase,
menunjukkan hasil uji yang negative.
4. Perbenihan TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Perbenihan TSIA digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
memfermentasi gula-gula membentuk asam saja,basa saja, asm dan basa, dengan
disertai/tidak gula-gula pembentukan gas. Uji ini dapat membedakan lebih jauh
kelompok-kelompok atau genus-genus dalam Enterobacteriaceae di mana
seluruhnya merupakan basil gram negatif yang dapat memfermentasi glukosa
dengan memproduksi asam. Pembedaan ini didasarkan pada pola fermentasi
karbohidrat dan produksi gas H2S yang berbeda untuk setiap organisme. Perbenihan
TSIA mengandung tiga macam gula-gula (Triple Sugar) yaitu laktosa 1%,sukrosa
1% dan glukosa 0,1%,indikator asam-basa merah fenol,dan natrium tiosulfat serta
fero sulfat. Adanya pembentukan asam akan merubah warna perbenihan yang
semula berwarna jingga kemerahan menjadi kuning,sedangkan jika basa yang
11
terbentuk maka perbenihan akan berubah menjadi merah. Adanya pembentukan gas
ditandai dengan adanya gelembung/pecahnya agar di daerah tususkan,dan jika gas
yang dihasilkan adalah H2S,maka akan terbentuk endapan hitam fero sulfida (FeS)
di daerah tusukan
5. Uji Proteolitik
Aktivitas proteolitik menghasilkan sedikit penggumpalan. Bakteri proteolitik
adalah bakteri yang memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim
pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel.
Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua
mempunyai enzim protease ekstraseluler. Dekomposisi protein oleh
mikroorganisme lebih kompleks daripada pemecahan karbohidrat dan produk
akhirnya juga lebih bervariasi. Hal ini disebabkan struktur protein yang lebih
kompleks. Mikroorganisme melalui suatu sistem enzim yang kompleks, memecah
protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana.(Durham, 1987)
6. Uji Selulotik
Selulolitik merupakan aktivitas bakteri dalam perombakan selullosa dengan
bantuan enzim selulase. Enzim selulolitik dibentuk oleh sebagian besar
mikroorganisme. Mikroorganisme banyak ditemukan pada fungi, actinomycetes,
myxobacteria dan bakteri sejati (Widyastuti, 2005). Beberapa mikroorganisme
mengeluarkan enzim selulase didalam media kultur. Enzim selulase benar-benar
ekstra selular dalam banyak kasus tingginya aktivitas selulase ditemukan didalam
filtrat pada fase pertumbuhan strasioner dan dapat diduga bahwa enzim dilepaskan
secara otomatis. Secara jelasnya bahwa enzim harus berada diluar sel tetapi enzim
ini masih terikat pada permukaan. Hal ini meimbulkan dugaan bahwa degradasi
selulosa lebih efisien ketika kontak secara langsung antara sel mikroba dan substrat.
Dengan maksud ini konsentrasi enzim dan kondisi ruang yang baik telah terpenuhi.
3.2. Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Aktifitas Enzim
Kadar enzim sangat berpengaruh terhadap aktifitas enzim. Semakin tinggi
kadar enzim maka aktifitas enzim akan semakin meningkat, begitu pula sebaliknya.
Jika kadar enzim berkurang maka aktifitas enzim akan semakin menurun. Pada
12
percobaan ini menggunakan saliva yang diencerkan berkali-kali. Semakin banyak
pengenceran saliva makan aktifitas enzim akan semakin berkurang. Hal itu karena
kadar saliva berkurang, kadar amilum justru bertambah, dan nilai absorbansi akan
semakin besar.
13
3.3. Pengaruh Suhu Terhadap Aktifitas Enzim
Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum
sekitar 37°C. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan ± 60°C
karena terjadi denaturasi. Pada percobaan terdapat kesalahan pada titik 10°C, 37°C,
dan 60°C. Pada percobaan ini di dapatkan suhu optimal adalah 10°C, sedangkan
pada literatur sebenarnya suhu optimal adalah 37°C, sehingga pada suhu 10°C atau
di bawah suhu optimum, enzim masih terinaktivasi. Pada suhu 60°C seharusnya
kurva telah mengalami penurunan, karena pada suhu lebih dari suhu optimal, enzim
telah mengalami denaturasi sehingga kecepatan reaksi enzimatik menurun drastis
3.4. Pengaruh pH Teradap Aktifitas Enzim
Jika pH terlalu asam enzim akan terprotonisasi dan kehilangan muatan
negative dan jika pH terlalu basa enzim akan terionisasi dan kehilangan muatan
positif. pH optimum pada amylase adalah 5,6-7,2.
3.5. Pengaruh Inhibitor Terhadap Aktifitas Enzim
Semakin banyak inhibitor maka akan menurunkan aktifitas kerja enzim.
Pada percobaan ini digunakan inhibitor dari Extract Phaseolamin yang bersifat non
kompettif. Adanya inhibitor extract phaseolamin pada tabung 2 dan 3 membuat
nilai absorbansi tinggi sehingga kecepatan reaksi enzimatik akan berkurang. Lain
halnya pada tabung 4 yang tidak menggunakan inhibitor sehingga nilai
absorbansinya lebih rendah dan kecepatan reaksi semakin meningkat.
3.6. Pengaruh Kadar Substrat Terhadap Aktifitas Enzim
Semakin besar kadar substrat maka kecepatan enzim akan semakin
meningkat. Berdasarkan literatur, nilai absorbansi yang baik adalah 0,2 – 0,8.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan tujuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas enzimatis
mikroba dapat diketahui dengan melakukan uji amilolitik yang ditandai dengan
adanya zona bening disekitar koloni bakteri, uji katalase yang ditandai dengan
adanya gelembung gas, dan uji oksidase yang juga ditandai dengan adanya
gelembung gas, uji TSIA, uji proteolitik dan uji selolitik.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja enzim adalah suhu, pH, kadar enzim,
inhibitor dan kadar substrat.
4.2. Saran
Penulis menyarankan untuk perbaikan-perbaikan lebih lanjut terhadap
pengembangan makalah ini dan dilakukan uji-uji atau percobaan agar hasil yang
diperoleh lebih maksimal
15
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiya, Alina. 2006. “Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin
Termostabil”. Jurnal Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian. Vol.9. No.2.
Anonim, 2008, ” Nutrisi Dan Medium Kultur Mikroba”. Penuntun Praktikum
Mikrobiologi Umum. Universitas Gadjah Mada.
Darmajana, Doddy A., Wawan Agustina, Wartika. 2008. ” Pengaruh Konsentrasi
Enzim α-Amilase Terhadap Sifat Fisik Dan Organoleptik Filtrat Bubur
Buah Pisang (Bahan Pembuatan Tepung Pisang Instan)”. Jurnal Seminar
Nasional Sains dan Teknologi-II.
Indah, Mutiara. 2004. ” Enzim”. Jurnal USU digital library.
Schegel, H., 1994. Mikrobiologi Umum. UGM-Press. Yogyakarta.
16