mikro

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak bumi saat ini menjadi bahan yang dicari bagi seluruh masyarakat dunia, dikarenakan banyak kegiatan manusia di bidang pertanian, perdagangan, industri, dan ekonomi membutuhkan minyak bumi sebagai salah satu bahan pendukungnya. Selama ini banyak cara yang digunakan untuk menemukan keberadaan minyak bumi, salah satunya dengan mengamati keberadaan protozoa tertentu. Dalam hal ini, protozoa yang biasa digunakan sebagai indikator keberadaan minyak bumi adalah kelompok Foraminifera. Foraminifera planktonik biasa digunakan untuk mengetahui umur relative suatu lapisan/batuan. Bolli (1957), Berger & Winterer (1974) dan Berggeren (1972) dalam Rositasari (2010), telah menyusun biokronologi batuan berdasarkan keberadaan foraminifera planktonik penciri. Foraminifera bentik yang hidup di lapisan permukaan sedimen dasar perairan sehingga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan mikro maupun lingkungan makronya, oleh karena itu jenis-jenis ini digunakan oleh para ahli geologi sebagai

Upload: wayan-yudistira-syaputra

Post on 23-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangMinyak bumi saat ini menjadi bahan yang dicari bagi seluruh masyarakat dunia, dikarenakan banyak kegiatan manusia di bidang pertanian, perdagangan, industri, dan ekonomi membutuhkan minyak bumi sebagai salah satu bahan pendukungnya. Selama ini banyak cara yang digunakan untuk menemukan keberadaan minyak bumi, salah satunya dengan mengamati keberadaan protozoa tertentu. Dalam hal ini, protozoa yang biasa digunakan sebagai indikator keberadaan minyak bumi adalah kelompok Foraminifera. Foraminifera planktonik biasa digunakan untuk mengetahui umur relative suatu lapisan/batuan. Bolli (1957), Berger & Winterer (1974) dan Berggeren (1972) dalam Rositasari (2010), telah menyusun biokronologi batuan berdasarkan keberadaan foraminifera planktonik penciri. Foraminifera bentik yang hidup di lapisan permukaan sedimen dasar perairan sehingga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan mikro maupun lingkungan makronya, oleh karena itu jenis-jenis ini digunakan oleh para ahli geologi sebagai penciri lingkungan pengendapan. Lingkungan pengendapan oleh para ahli geologi adalah tipe perairan, sebagai contoh perairan payau, laut dangkal, laut dalam, abisal, batial dan lainnya. Penggunaan foraminifera secara luas dalam eksplorasi minyak oleh para ahli geologi dimulai sejak paska perang dunia I, saat revolusi industri dimulai, pada saat itu dunia membutuhkan sumber minyak untuk berbagai aktivitas ekonomi.

1BAB IIIDENTIFIKASI FOSIL2.1 Pengidentifikasian fosil foram diidentifikasi dan diklasifikasikan dan Kebanyakan tes berkapur, terdiri dari kalsium karbonat . Dalam foram lain tes dapat terdiri dari bahan organik, yang terbuat dari potongan-potongan kecil dari sedimen disemen bersama-sama (agglutinated), dan dalam satu genus dari silika.Misalnya, batu kapur yang membentuk piramida Mesir terdiri hampir seluruhnya dari Foraminifer bentik nummulitic. Penelitian genetik telah mengidentifikasi amoeba telanjang "Reticulomyxa" dan aneh xenophyophores sebagai foraminiferans tanpa tes. Sebuah amoeboids beberapa lainnya menghasilkan pseudopods reticulose, dan sebelumnya diklasifikasikan dengan foram sebagai Granuloreticulosa, tapi ini tidak lagi dianggap sebagai kelompok alami, dan sebagian besar kini ditempatkan antara Cercozoa.Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis foraminifera planktonik yang terawetkan dalam sedimen dasar laut beserta pemanfaatan menggunakan teknologi system informasi geografis untuk pemetaan lokasi pengambilan sampel. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data mikrofauna khususnya foraminifera planktonik (preparasi, pengamatan dan identifikasi) Hasil identifikasi menunjukan jenis sampel sedimen antara lain pasir lempungan dengan genus yang dominan Neogloboquadrina Dutertrei, Globorotalia Menardii dan Globorotalia Tumida sedangkan untuk Lempungan genus yang dominan Globigerinella Calida pasir lumpuran genus yang dominan Neogloboquadrina Humerosa.

2

2.2 Pengelompokan fosilBerdasarkan cara hidupnya Foraminifera terbagi menjadi 2, yaitu:- foraminifera plantonik- foraminifera bentonik Cara hidup foraminifera planktonialah mengambang di permukaan (secara planktonik), jadi dia terhampar luas di lautan. sehingga saat ia mati dan mengendap ia terendapkan secara menghampar luas sehingga dapat menjadi penentu umur. Tetapi jika benthonik merambat di dasar laut pada kedalaman tertentu saja ditemukanya dan bisa dibuat sebagai petunjuk lingkungan batimetri (kedalaman). Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di permukaan laut dan fosil plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geologi, antara lain: Sebagai fosil petunjuk Korelasi Penentuan lingkungan pengendapanForam plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi pada kedalaman tertentu: Hidup antara 30 50 meter Hidup antara 50 100 meter Hidup pada kedalaman 300 meter Hidup pada kedalaman 1000 meterBerdasarkan keseragaman susunan kamar dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Uniformed, Biformed dan triformed. Susunan disebut Uniformed jika disusun oleh satu jenis susunan kamar, misal uniserial saja atau biserial saja. Sedangkan Biformed apabila disusun oleh dua macam susunan kamar yang berbeda, missal diawalnya triserial kemudian menjadi biserial. 3Contoh: Heterostomella dan disebut Triformed apabila terdiri dari tiga susunan kamar yang berbeda. Contoh: Valvulina. Merupakan lobang utama pada cangkang yang biasanya terdapat pada bagian kamar terakhir (Roger, 1988).

2.2 kegunaan fosil foraminiferaKeanekaragaman Foraminifera yang melimpah dan memiliki morfologi yang kompleks, fosil Foraminifera berguna untuk biostratigrafi dan memberikan tanggal relative yang akurat terhadap batuan. Sedangkan industri minyak sangat tergantung pada Foraminifera yang dapat menentukan deposit minyak potensial (Ryo, 2010). Fosil Foraminifera terbentuk dari elemen yang di temukan di laut sehingga fosil ini berguna dalam paleoklimatologi dan paleoceanografi. Fosil Foraminifera ini dapat digunakan untuk merekonstruksi iklim masa lalu dengan memeriksa isotop stabil rasio oksigen dan sejarah siklus karbon dan produktivitas kelautan dengan memeriksa rasio isotop karbon.Selain itu, menurut Muhtarto dan Juana (2001), Foraminifera dapat digunakan untuk menentukan suhu air laut dari masa ke masa sejarah bumi. Semakin rendah suhu pada zaman mereka hidup maka semakin kecil dan semakin kompak ukuran selnya dan lubang untuk protoplasma makin kecil. Dengan mempelajari cangkang forams dari sampel yang diambil dari dasar laut dan menghubungkan kedalaman sampel dengan waktu maka suhu samudra dapat diperkirakan sepanjang sejarah. Hal ini membantu menghubungkannnay dengan zaman es di bumi dan memahami pola cuaca umum yang terjadi di masa lalu.

4Pada pola geografis fosil Foraminifera juga digunakan untuk merekonstruksi arus laut. Ada beberapa jenis Foraminifera tertentu yang hanya ditemukan di lingkungan tertentu sehingga ini dapat digunakan untuk mengetahui jenis lingkungan di mana sedimen laut kuno disimpan (Ryo, 2010). Selain itu, Foraminifera juga digunakan sebagai bioindikator di lingkungan pesisir termasuk indicator kesehatan terumbu karang. Hal ini dikarenakan kalsium karbonat rentan terhadap pelarutan dalam kondisi asam, sehingga Foraminifera juga terpengaruh pada perubahan iklim dan pengasaman laut. Pada arkeologi beberapa jenis merupakan bahan baku batuan. Beberapa jenis batu seperti Rijang, telah ditemukan mengandung fosil Foraminifera. Jenis dan konsentrasi fosil dalam sampel batu dapat digunakan untuk mencocokkan bahwa sampel diketahui mengandung jejak fosil yang sama (Ryo, 2010).

5BAB IIIKESIMPULAN

Bahwa identifkasi meliputi beberapa tahap dan memakan waktu yang cukup lama dan membutuhkan orang ynag ahli dalam bidangnya dan fosil foraminifera juga dapat digunak dalam pekerjaan penambangan seperti saat dilakukan tahap eksplorasi dalam menemukan sumber minyak bumi. fosil foraminfera juga di bagi kedalam beberapa golongan ataupun keluarga yang berbeda sesuai dengan bentuk, nama, tempat hidup, dan waktu dimana fosil tersebut pernah hidup, dalam hal ini telah diketahui bahwa foraminifera dominan hidup di dalam air, adapun yang hidup di permukaannya maupun yang hidup di bawah permukaan air laut dengan kedalaman yang bepariasi seperti halnya yang hidup dalam kedalaman 30 meter bahkan ada pula yang hidup dalam kedalam 1000 meter di bawah permukaan air laut.

FORAMINIFERA BENTOSForaminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara hidup secara vagile (merambat/merayap) dan sessile (menambat). Alatyang digunakan untuk merayap pada benthos yang vagile adalahpseudopodia. Terdapat yang semula sesile dan berkembang menjadivagile serta hidup sampai kedalaman 3000 meter di bawah permukaanlaut. Material penyusun test merupakan agglutinin, arenaceous, khitin,gampingan. Foraminifera benthonik sangat baik digunakan untuk indikatorpaleoecology dan bathymetri, karena sangat peka terhadap perubahanlingkungan yang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologi dariforaminifera benthonic ini adalah : -Kedalaman laut- Suhu/temperature- Salinitas dan kimia air- Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis Pengaruh gelombang dan arus (turbidit, turbulen)- Makanan yang tersedia- Tekanan hidrostatik dan lain-lain.- Faktor salinitas dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipedari lautan yang mengakibatkan perbedaan pula bagi ekologinya. Streblusbiccarii adalah tipe yang hidup pada daerah lagoon dan daerah dekatpantai. Lagoon mempunyai salinitas yang sedang karena merupakanpercampuran antara air laut dengan air sungai. Foraminafera benthos yang dapat digunakan sebagai indikator lingkunganlaut secara umum (Tipsword 1966) adalah :- Pada kedalaman 0 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius,banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina,Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dindingcangkangnya dibuat dari pasiran.- Pada kedalaman 15 90 m (3-16 C), dijumpai genus Cilicides,Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina danTriloculina.- Pada kedalaman 90 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna,Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides dan Textularia. Pada kedalaman 300 1000 m (5-8 C), dijumpai Listellera, Bulimina.Perairan terbagi dalam perairan dalam dan perairan lepas pantai (Perairan laut). Perairan pedalaman umumnya tawar tetapi ada yang payau, dengn sifatnya mengalir atau menggenang. Pada praktikum kali ini dibahas mengenai perairan laut, lebih khususnya mengenai mahluk hidup invertebrata yang ada di perairan laut. Makhluk hidup ini di kenal dengan sebutan bentos. Bidang ilmu yang melatarbelakangi tentang pembelajaran bentos yaitu Oseanografi untuk jurusan biologi. Dengan mempelajari berbagai macam bentos, akan diketahui berbagai macam mahluk hidup yang ada di perairan laut. Kehidupan bentos dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Adapun faktor yang memepengaruhi yaitu tipe sedimen, salinitas dan kedalaman di bawah permukaan sehingga menyebabkan bermacam-macam bentos yang ada (Sahala,1985)Bentos dapat dibedakan dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan cara mengidentifikasi ukuran dari bentos tersebut, pengklasifikasian menurut ukuran mereka dibagi menjadi 3 yaitu: Microfauna: hewan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm, seluruh protozoa masuk dalam golongan ini Meiofauna: golongan hewan-hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm. Ini termasuk protozoa yang bergolongan besar, cnidaria, cacing-cacing yang berukuran sangat kecil, dan beberapa crustacea yang berukuran sangat kecil. Macrofauna: Hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih besar dari 1,0 mm. Ini termasuk golongan echinodermata, crustacea, annelida, mollusca dan beberapa anggota phylum yang lain. Selain itu juga bentos dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat hidupnya, dalam hal ini bentos dibagi menjasi 2 macam yaitu:Epifauna : hewan yang hidupnya di atas permukaan dasar lautan. Contoh hewan epifauna diantara nya yaitu kepiting berduri Spiny stonecrab, siput laut (Sea slug), bintang laut (Brittlle star), Infauna : hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasar lautan. Contoh hewan infauna yaitu cacing (Lugworm), tiram (Cockle), macoma, Remis (clam) Hewan-hewan bentos yang sering ada dalam grup dan mempunyai sifat yang khas dikenal sebagai communities (Masyarakat). Dimana hali ini berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang spesifik. Communities biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan (species) dari mana mereka dikena, yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominan. Sebagai contoh masyarakat venus yang banyak dijumpai di lingkungan pasir, di lepas panatai di dominasi oleh bivalse moluska Venus striatula. Biasanya mereka dapat dijumpai bersama-sama dengan polychaeta dan ampphipod crustacean. Masyarakat Brissopsis/Amphiura dijumpai di lingkungan lumpurlepas pantai, mempunyai dua dominasi spesies yaitu Brissopsis lyrifera dan Amphiura chiaje. Hewan subdomina yang hidup bersama-sama mereka adalah beberapa golongan bivalve moluska dan polychaeta (Sahala,1985). Diantara benthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobenthos (Rosenberg, 1993). Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit (Odum, 1993).Ekosistem merupakan kumpulan faktor biotik dan abiotik dan saling berinteraksi. Faktor biotik terdiri dari hewan, tumbuhan, manusia dan mikroba. Sedangkan faktor abiotik meliputi air, tanah, oksigen, kelembaban, suhu, pH dan karbondioksida. Pada ekosistem laut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi darat juga. Mahluk hidup yang ada di perairan laut yaitu benthos, benhtos hidup pada suatu substrat dasar dari suatu perairan, baik dengan cara melekat maupun hidup secara bebas. Benthos dibagi menjadi dua macam berdasarkan tempat hidupnya yaitu: Epifauna benthos yang hidup diatas permukaan substrat dan infauna benthos yang hidup meliang di substrat. Bentos bermanfaat bagi biota laut maupun untuk manusia. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata. Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu karena hewan bentos terus menerus berada dalam air yang kualitasnya berubah-ubah. Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos dan interaksi spesies serta pola siklus hidup dari masing-masing spesies dalam komunitas. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar.Aplikasi ForaminiferaMasalah masalah Geologi yang menghubungkan dengan umur suatubatuan sampai sekarang masih mempergunakan foraminifera planktonikdi samping juga mengunakan metode metode lain yang lebih teruji danlebih tepat.Penentuan kisaran umur dengan mengunakan foraminifera planktonik,dilakukan degan langkah langkah sebagai berikut :a. Mengenalisa fosil foraminifera palakton dari suatu batuan sampai ketingkat spesiesnya.b. Mempergunakan acuan Blow (1969) dalam penetuan kisaran umumdari fosil foram plankton yang telah diamati dan dianalisa.c. Menetukan kisaran umur fosil foram plankton yang muncul akhir danumur yang punah awal.d. Maka umur batuan yang didapatkan merupakan suatu range dari hasilnomor CSebagai fosil petunjuk Korelasi Penentuan lingkungan pengendapan

Foram plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi pada kedalaman tertentu: Hidup antara 30 50 meter Hidup antara 50 100 meter Hidup pada kedalaman 300 meter Hidup pada kedalaman 1000 meterAda golongan Foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di dasar laut, sedangkan di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai contoh adalah Globigerina pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30 sampai 50 meter, sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup pada kedalaman 200 sampai 300 meter.5.1.1 Susunan Kamar Foraminifera PlanktonSusunan kamar Foraminifera plankton dibagi menjadi: Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh: Hastigerina. Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama. Contohnya: Globigerina. Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh: Pulleniatina.

Gambar 2.12 Beberapa bentuk kamar khas Foraminifera planktonik 5.1.2 Aperture Foraminifera PlanktonAperture adalah lubang utama dari test Foraminifera yang terletak pada kamar terakhir. Khusus Foraminifera plankton mempunyai bentuk aperture maupun variasinya lebih sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture utama interiomarginal yang terletak pada dasar (tepi) kamar terakhir (septal face) dan melekuk kedalam, terdapat pada bagian ventral (perut).Macam-macam aperture yang dikenal pada Foraminifera plankton:1. Primary aperture interiomarginal, yaitu: Primary aperture interiomarginal umbilical adalah aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilical atau pusat putaran. Contoh: Globigerina. Primary aperture interiomarginal umbilical extra umbilical yaitu aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilicus melebar sampai peri-peri. Contohnya: Globorotalia. Primary aperture interiomarginal equatorial yaitu aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah equator, dengan ciri-ciri dari samping terlihat simetri dan hanya dijumpai pada susunan kamar planispiral. Equator merupakan batas putaran akhir dengan putaran sebelumnya pada peri-peri. Contohnya: Hestigerina.2. Secondary aperture/supplementary aperture Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil atau lubang tambahan dari aperture utama.contoh: Globigerinoides.3. Accessory aperture Yaitu aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory atau aperture tambahan. Contohnya: Catapsydrax.

5.1 Planktonik (mengambang), ciri-ciri: Susunan kamar trochospiral. Bentuk test bulat. Komposisi test Hyaline.

Gambar 2.11 Bentuk test beberapa Foraminifera planktonik utamaForaminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di permukaan laut dan fosil plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geologi, antara lain:

Sebagai fosil petunjuk Korelasi Penentuan lingkungan pengendapan

Foram plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi pada kedalaman tertentu: Hidup antara 30 50 meter Hidup antara 50 100 meter Hidup pada kedalaman 300 meter Hidup pada kedalaman 1000 meterAda golongan Foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di dasar laut, sedangkan di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai contoh adalah Globigerina pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30 sampai 50 meter, sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup pada kedalaman 200 sampai 300 meter.5.1.1 Susunan Kamar Foraminifera PlanktonSusunan kamar Foraminifera plankton dibagi menjadi: Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh: Hastigerina. Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama. Contohnya: Globigerina. Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh: Pulleniatina.

Gambar 2.12 Beberapa bentuk kamar khas Foraminifera planktonik 5.1.2 Aperture Foraminifera PlanktonAperture adalah lubang utama dari test Foraminifera yang terletak pada kamar terakhir. Khusus Foraminifera plankton mempunyai bentuk aperture maupun variasinya lebih sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture utama interiomarginal yang terletak pada dasar (tepi) kamar terakhir (septal face) dan melekuk kedalam, terdapat pada bagian ventral (perut).Macam-macam aperture yang dikenal pada Foraminifera plankton:1. Primary aperture interiomarginal, yaitu: Primary aperture interiomarginal umbilical adalah aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilical atau pusat putaran. Contoh: Globigerina. Primary aperture interiomarginal umbilical extra umbilical yaitu aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilicus melebar sampai peri-peri. Contohnya: Globorotalia. Primary aperture interiomarginal equatorial yaitu aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah equator, dengan ciri-ciri dari samping terlihat simetri dan hanya dijumpai pada susunan kamar planispiral. Equator merupakan batas putaran akhir dengan putaran sebelumnya pada peri-peri. Contohnya: Hestigerina.2. Secondary aperture/supplementary aperture Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil atau lubang tambahan dari aperture utama.contoh: Globigerinoides.3. Accessory aperture Yaitu aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory atau aperture tambahan. Contohnya: Catapsydrax.