microteaching sebagai pusat sumber belajar … · c. tujuan masalah 1. untuk mengetahui pengertian...
TRANSCRIPT
MICROTEACHING SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR
MANAJEMEN PUSAT SUMBER BELAJAR
Dosen Pengampuh :
Dafit Satria, M.Pd.I
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Niken Ayu Larasati (1532900120)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................. i
I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................................. 2
II. PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Pengertian Micro teaching ................................................................................. 3
B. Kelebihan dan kekurangan microteaching ......................................................... 4
C. Tujuan microteaching ........................................................................................ 5
D. Manfaat microteaching sebagai sumber belajar................................................. 5
E. Hubungan microteaching dengan PSB .............................................................. 7
F. Sasaran dan konsep pembelajaran microteaching ............................................ 10
III. PENUTUP ........................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru atau pendidik yang baik adalah mereka yang berhasil membawa
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan
memperoleh hasil yang baik sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam suatu
pendidikan. Untuk mencapai efektifitas suatu pembelajaran, tentunya
dibutuhkan seorang guru profesional yang betul-betul memahami tentang
bagaimana melaksanakan suatu pembelajaran dengan baik, serta memiliki
ketrampilan (skill) dasar mengajar yang baik sebelum melaksankan tugas
sebagai seorang pendidik atau guru. Keprofesionalisme seorang pendidik
dapat diperoleh dari pelatihan serta pengalaman belajar. Pelatihan dan
pengalaman itu sendiri dapat diperoleh antara lain dengan mengikuti
pengajaran micro (microteaching).
Pengajaran micro memiliki tujuan untuk membekali para calon pendidik
(guru) agar memiliki beberapa keterampilan dasar dalam mengajar, serta
dapat mendalami makna dan strategi yang akan digunakan pada suatu proses
pembelajaran. Tenaga pendidik (guru) tentunya harus terus berlatih
keterampilan tersebut satu demi satu.
Oleh karena itu, pengajaran mikro sangat dibutuhkan oleh seorang calon
tenaga pendidik (guru) dalam bentuk pembelajaran dengan harapan agar para
calon pendidik sekalius dapat menjadi pengamat bagi teman sesama calon
pendidik, untuk saling memberikan koreksi dan masukan mengenai
penguasaan keterampilan dasar mengajar yang dimilikinya.
Tolak ukur keberhasilan seorang guru adalah tercapainya Tujuan dan
Hasil pembelajaran, untuk mencapai tujuan dan Hasil pembelajaran tersebut
dibutuhkan seorang guru yang benar-benar memiliki kapasitas sebagai tenaga
pendidik professional. 4 Kompetensi Guru harus dipahami untuk kemudian
dikuasai melalui sebuah latihan yang sistematis dan terkontrol, 4 kompetensi
2
tersebut adalah (1) Pedagogi, (2) Kepribadian, (3) Profesional dan (4) Sosial.
Upaya kearah tersebut bisa ditempuh salah satunya dengan cara
mengoptimalkan kegiatanmicro teaching (Pengajaran Mikro).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari microteaching?
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari microteaching?
3. Bagaimana tujuan microteaching?
4. Bagaimana manfaat microteaching sebagai sumber belajar?
5. Bagaimana hubungan microteaching dengan PSB?
6. Bagaimana sasaran dan konsep pembelajaran microteaching?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari microteaching
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan microteaching
3. Untuk mengetahui tujuan microteaching
4. Untuk mengetahui manfaat microteaching sebagai sumber belajar
5. Untuk mengetahui hubungan microteaching dengan PSB
6. Untuk mengetahui sasaran dan konsep pembelajaran microteaching
3
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Microteaching
Pembelajaran merupakan suatu proses terpadu yang terbentuk dari
beberapa unsur untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sebagai seorang
pendidik yang tugasnya adalah melakukan pembelajaran diharapkan
menguasai:
1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
2. Keterampilan menghadapi siswa.
3. Keterampilan menggunakan metode dan media secara tepat.
4. Keterampilan mengelola lingkungan pembelajaran.
5. Keterampilan menjelaskan pembelajaran.
6. Keterampilan bertanya.
7. Keterampilan memberikan penguatan.
8. Keterampilan menggunakan variasi.
Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro
berarti kecil, terbatas, sempit dan teaching berarti pembelajaran secara
terminologis, micro teaching adalah redaksi yang berbeda-beda namun
mempunyai subtansi makna yang sama.
Micro teaching adalah suatu strategi yang telah dimodifikasi secara
khusus untuk memberikan pelatihan mengajar terhadap para calon pendidik
(guru) dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar
seorang calon pendidik, dalam bentuk pengajaran mikro (skala kecil), dengan
menyederhanakan atau memperkecil aspek pembelajarannya seperti jumlah
murid, waktu dan materinya, sehingga para calon pendidik dapat memahami
kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya, serta dapat memperbaiki
kelemahan dan mengembangkan kemampuan tersebut agar dapat menjadi
seorang pendidik (guru) yang professional (sanjaya, 2003, hal. 33-34).
4
Aspek-aspek pembelajaran yang dimaksud adalah dalam segi:
1. Jumlah murid
Jumlah murid pada suatu pembelajaran mikro tentu berbeda dengan
jumlah murid pada sistem pembelajaran makro. Dalam pembelajaran
mikro, jumlah murid disederhanakan menjadi 5-10 orang.
2. Alokasi waktu
Demikian dengan waktu mengajar. Dalam pembelajaran makro (real
teaching), waktu mengajar berkisar dari 45-90 menit, namun pada
pembelajaran mikro waktu mengajar disederhanakan atau diperpendek
menjadi 5-10 menit.
3. Materi/bahan ajar
Materi atau bahan ajar dalam pembelajaran mikro hanya mencakup
1-2 aspek yang telah disederhanakan.
B. Kelebihan dan kekurangan microteaching
1. Kelebihan Microteaching
a. Mengembangkan kemampuan mawas diri, melihat
kelemahan/kelebihan serta mempunyai motivasi untuk
memperbaikinya.
b. Pembelajaran melalui microteaching dapat menunjang pelaksanaan
praktik program pengalaman lapangan (PPL).
2. Kelemahan Microteaching
a. Pembelajaran melalui microteaching menggunakan rekan/teman
sejawat sendiri.
b. sebagai murid, kemungkinan akan dirasakan “sebagai sandiwara” saja,
sehingga tidak.
c. mewujudkan situasi pembelajaran yang wajar.
5
d. Untuk latihan ulangan dengan menggunakan murid yang sama
menggunakan bahan yang sama, akan mengakibatkan menjemukan.
C. Tujuan microteaching
Tujuan pengajaran microteaching (sabri, 2015, hal. 34) dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus:
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari microteaching adalah, mengembangkan atau
meningkatkan keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh seorang
calon pendidik (guru), sehingga mereka memiliki kesiapan dirii untuk
mengajar disuatu lembaga pendidikan (sekolah), dan dalam konteks yang
sesungguhnya.
2. Tujuan khusus
Secara khusus, microteaching memiliki tujuan yaitu:
a. Calon guru mampu menganalisis tingkah laku pembelajaran temannya
dan dirinya sendiri
b. Calon guru mampu melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam
proses pembelajaran
c. Calon guru mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif,
produktif, dan efisien
d. Calon guru mampu bertindak profesional
D. Manfaat microteaching sebagai sumber belajar
(ametrong, 1975, hal. 43), mencatat hasil riset tentang manfaat
pengajaran mikro (microteaching) sebagai berikut:
1. Korelasi antara pengajaran mikro (microteaching) dan praktik keguruan
sangat tinggi. Artinya: calon guru/dosen yang berpenampilan baik dalam
pengajaran mikro (microteaching), akan baik pula dalam praktik mengajar
dikelas.
6
2. Praktikan yang lebih dulu menempuh program pengajaran mikro
(microteaching) ternyata lebih baik/lebih terampil dibandingkan praktikan
yang tidak mengikuti pengajaran mikro (microteaching)
3. Praktikan yang menempuh pengajaran mikro (microteaching)
menunjukkan prestasi mengajar yang lebih tinggi.
4. Bagi praktikan yang telah memiliki kemampuan tinggi dalam pengajaran,
pengajaran mikro (microteaching) kurang bermanfaat.
5. Setelah mengikuti pengajaran mikro (microteaching), praktikan dapat
menciptakan interaksi dengan siswa secara lebih baik.
6. Penyajian model rekaman mengajar lebih baik daripada model lisan
sehingga lebih signifikan dengan keterampilan mengajar.
Manfaat microteaching sebagai sumber belajar pengajaran mikro
bertujuan membekali tenaga pendidik beberapa keterampilan dasar mengajar
dan pembelajaran. Beberapa manfaat pengajaran mikro bagi calon tenaga
pendidik bahwa metode ini akan memberi pengalaman mengajar yang nyata
dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. Selain itu
dapat digunakan untuk sarana mengembangkan keterampilan dasar
mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik.
Memberikan kemungkinan calon tenaga pendidik untuk mendapatkan
bermacam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan
bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran. sehingga pada akhir
masa kuliah mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi (pengetahuan,
keterampilan dan nilai–nilai dasar atau sikap yang direfleksikan dalam
berfikir dan bertindak) sebagai calon pendidik sehingga memiliki pengalaman
melakukan pembelajaran dan kesiapan untuk melakukan praktek pendidikan
di sekolah.
Sementara itu pengajaran mikro dilakukan di program kepedidikan
sebagai wadah latihan calon guru memiliki beberapa manfaat di antaranya :
7
1. Mendapatkan pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah
keterampilan dasar mengajar secara terpisah.
2. Dapat mengembangkan keterampilan dasar mengajar sebeleum terjun ke
kelas yang sebenarnya.
3. Memberikan kemungkinan untuk mendapatkan berbagai macam
keterampilan dasar mengajar lain serta memahami kapan dan bagaimana
keterampilan itu diterapkan.
4. Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu mahasiswa calon
guru dalam mengajar.
5. Keterampilan mengajar terkontrol dan dapat dilatihkan.
6. Perbaikan atau penyempurnaan dapat segera dicermati dengan cepat.
7. Latihan penguasaaan keterampilan mahasiswa calon guru menjadi lebih
baik.
8. Saat latihan berlangsung, calon guru dapat memusatkan perhatian secara
objektif.
9. Meningkatkan efsiensi dan efektivitas program praktek mengajar.
E. Hubungan microteaching dengan PSB
Microteaching adalah suatu kegiatan mengajar dimana segalanya
diperkecil atau disederhanakan, Microteaching juga termasuk dalam pusat
sumber belajar karena termasuk dalam kriteria sebagai berikut:
1. Ekonomis dan murah.
Hendaknya dalam memilih sumber belajar mempertimbangkan segi
ekonomi dalam arti relatif murah, yakni secara nominal uang atau biaya
yang dikeluarkan hanya sedikit.
2. Praktis dan sederhana.
Praktis artinya tidak memerlukan pelayanan dan pengadaan sampingan
yang sulit dan langka sederhana artinya tidak memerlukan pelayanan
khusus yang menyaratkan keterampilan yang rumit dan kompleks.
8
3. Bersifat fleksibel (luwes)
Artinya bahwa sumber belajar dapat dimanfaatkan untuk berbagi tujuan
intruksional dan dapat dipertahankan dalam berbagai situasi dan pengaruh.
4. Komponen-komponen sesuai dengan tujuan
Mungkin satu sumber belajar sangat ideal, akan tetapi salah satu, bahkan
keseluruhan komponen ternyata justru menghambat instruksional.
Dalam berbagai dimensi kehidupan telah banyak pemecahan masalah
yang bersifat rasional dan intelektual, jika dibantu dengan irrasional akan
membangkitkan ide-ide baru. Sehubungan dengan hal itu, aspek-aspek
emosional dan irasional harus dipahami untuk meningkatkan keberhasilan
dalam pemecahan masalah, dan mendongkrak kualitas pembelajaran. Oleh
karena itu jika guru mengharapkan pencapaian kualitas pendidikan dan
pembelajaran di sekolah secara optimal, perlu diupayakan bagaimana
membina diri dan peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosi yang stabil
dengan memahami diri dan lingkungannya secara tepat.
Beberapa hal yang perlu diupayakan untuk mengembangkan sumber
belajar dalam pembelajaran dalam micro teaching antara lain:
1. Bisa memahami lingkungan yang kondusif.
2. Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis.
3. Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang sedang dirasakan
oleh peserta didik.
4. Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang
dihadapi.
5. Melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, baik secara
fisik, sosial, maupun emosional.
6. Merespon setiap perilaku peserta didik secara positif, dan menghindari
respon yang negative.
9
7. Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam
pembelajaran.
Pola komunikasi dalam belajar kelompok, menurut (rowntere, 1982,
hal. 22) dalam bukunya Educational Technologi in Curriculum Development
(1982), menyajikan dua pola komunikasi yang secara umum ditetapkan dalam
belajar yaitu pola :
1. Buzz sessions (diskusi singkat) adalah kemampuan yang diperoleh peserta
didik untuk didiskusikan singkat sambil jalan. Sumber belajar yang
digunakan adalah materi yang digunakan sebelumnya.
2. Controllet discussion (diskusi dibawah kontrol guru), sumber belajarnya
antara lain adalah bab dari suatu buku, materi dari program audio visual,
atau masalah dalam praktek laboratorium.
3. Tutorial adalah belajar dengan guru pembimbing, sumber belajarnya
adalah masalah yang ditemui dalam belajar, harian, bentuknya dapat bab
dari buku, topik masalah dan tujuan instruksional tertentu.
4. Team project (tim proyek) adalah suatu pendekatan kerjasama antar
anggota kelompok dengan cara mengenai suatu proyek oleh tim.
5. Simulasi (persentasi untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya).
6. Micro teaching (proyek pembelajaran yang direkam dengan video).
7. Self helf group (kelompok swamandiri).
Menurut (nusibad, 2018, hal. 61), beberapa hal yang perlu diupayakan
untuk mengembangkan sumber belajar dalam pembelajaran dalam
microteaching antara lain:
1. Bisa memahami linkungan yang kondusif.
2. Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis.
3. Mengembangkan sikap empati dan merasakan apa yang sedang dirasakan
oleh peserta didik.
10
4. Membantu peserta didik menemukan solusi dengan setiap masalah yang
dihadapi.
5. Melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, baik secara
fisik, sosial, maupun emosional.
6. Merespon setiap perilaku peserta didik secara pasif dan menghindari
respon yang negatif.
7. Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam
pembelajaran.
F. Sasaran dan konsep pembelajaran microteaching
Sasaran Micro Teaching adalah :
1. Pendidikan pre service, yaitu bagi calon guru :
a. Sebagai persiapan calon guru sebelum benar-benar mengajar di depan
kelas.
b. Sebagai usaha perbaikan penampilan calon guru.
2. Pendidikan in service, yaitu bagi guru atau penilik :
a. Menemukan kelemahan sendiri untuk diperbaiki
b. Meningaktkan kemampuan supervisor
c. Mencoba metode baru
Micro Teaching atau pembelajaran mikro adalah: “Salah satu praktik
mengajar dalam lingkup yang terbatas (mikro) untuk mengembangkan dasar
keterampilan mengajar (Base Teaching Learning) yang dilaksanakan secara
terisolasidalam situasi yang disederhanakan atau dikecilkan” (setiawan,
2010).
Konsep pembelajaran microteaching dilandasi oleh pokok – pokok
pikiran sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang nyata (dilaksanakan dalam bentuk yang sebenarnya)
tetapi berkonsep mini/kecil.
11
2. Latihan terpusat pada Keterampilan Dasar Mengajar.
3. Mempergunakan Informasi dan Pengetahuan tentang Tingkat Belajar
Siswa sebagai Umpan Balik terhadap Kemampuan calon guru/Dosen.
4. Pembelajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang
berbeda-beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usi
tertentu.
5. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang
diselenggarakan dalam Laboratorium Micro-Teaching.
6. Pengadaan Low-Threat-Situation untuk memudahkan calon guru/dosen
mempelajari Keterampilan Mengajar.
7. Penyediaan Low-Risk-Situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran.
8. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan
dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan umum pengajaran mikro (microteaching) adalah untuk
memberikan kesempatan kepada mahasiswa (calon guru/dosen) untuk berlatih
mempraktikkan beberapa keterampilan dasar mengajar di depan teman-
temannya dalam suasana yang constructive, supportive, dan bersahabat
sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan dan kemampuan
performance yang terintegrasi untuk bekal praktik mengajar sesungguhnya di
sekolah/institusi pendidikan.
Adapun tujuan khusus pengajaran mikro (microteaching) antara lain
sebagai berikut :
1. Mahasiswa terampil untuk membuat persiapan mengajar
2. Membentuk sikap profesional sebagai calon guru/dosen
3. Berlatih menjadi guru yang bertanggung jawab dan berpegang kepada
etika keguruan
4. Dapat menjelaskan pengertian micro teaching
12
5. Dapat berbicara di depan kelas secara runtut dan runut sehingga mudah
dipahami oleh audience atau peserta didik
6. Terampil membuka dan menutup pelajaran
7. Dapat bertanya secara benar
8. Dapat memotivasi belajar siswa/peserta didik
9. Dapat membuat variasi dalam mengajar
10. Dapat menggunakan alat-alat / media pembelajaran dengan benar dan
tepat
11. Dapat mengamati keterampilan keguruan secara obyektif, sistematis, kritis
dan praktis
12. Dapat memerankan sebagai guru/dosen , supervisor, peserta didik,
maupun sebagai observer dengan baik
13. Dapat menerapkan teori belajar dan pembelajaran dalam suasana didaktis,
paedagogis, metodik dan andragogis secara tepat dan menarik
14. Berlatih membangun rasa percaya diri
13
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Microteaching adalah suatu strategi yang telah dimodifikasi secara
khusus untuk memberikan pelatihan mengajar terhadap para calon pendidik
(guru) dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan mengajar
seorang caon pendidik, dalam pentuk pegajaran mikro (skala kecil), dengan
menyederhanakan atau memperkecil aspek pembelajarannya seperti jumlah
murid, waktu dan materinya, sehingga para calon pendidik dapat memahami
kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya. Serta dapat memperbaiki
kelemahan dan mengembangkan kemampuan tersebut agar dapat menjadi
seorang pendidik yang professional.
Pengajaran mikro merupakan pengajaran dalam skala kecil atau
mikro yang dirancang untuk mengembangkan ketrampilan baru dan
memperbaiki ketrampilan yang lama. Tujuan pengajaran mikro bagi
mahasiswa adalah memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan
sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah sedangkan bagi guru
adalah guru mendapatkan pengalaman mengajar yang bersifat individual
demi perkembangan profesinnya. Manfaat pengajaran mikro diantaranya
adalah mengembangkan dan membina keterampilan tertentu calon guru
dalam mengajar dan mempertinggi efisiensi dan efektivitas penggunaan
sekolah dalam waktu praktik mengajar yang relatif singkat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ametrong, B. D. (1975). Micro Teaching. Jerman: Macmillan Publisher.
Nusibad, L. (2018). Proses Pembelajaran Micro Teaching. Jakarta: Rineka Cipta.
Rowntere, D. (1982). Educational Technologi In Curriculum Development. Amerika
Serikat: Harpercollins.
Sabri, A. (2015). Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum
Teaching.
Sanjaya, W. (2003). Micro Teaching. Jakarta: Kencana.
Setiawan, D. A. (2010). Konsep Pengajaran Microteaching. Klaten: Rajawali.