met a fisika, ontologi, epistemologi logika, etik, dan estetika

46
Bab I Metafisika Sejarah Metafisika Apa itu Metafisika? Pertanyaan ini bukanlah pertanyaan baru di kalangan para filsuf yang mencoba mempertanyakan keberadaan Ada (existence). Berhadapan dengan pertanyaan itu, para filsuf mencoba untuk menjelaskan apa itu Ada dengan aneka pemahaman mereka mengenai Ada. Metafisika, dalam Bahasa Yunani berarti: μετά (meta) = "setelah atau di balik" dan φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam". 2 Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakikat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan (existence) atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta? 1 Aristoteles merupakan filsuf yang pertama sekali memahami sejumlah pengetahuan yang sudah dikenal pada masa itu seperti matematika, etika, sosial, pengetahuan alam ataupun logika. Persoalan persoalan yang ditemukan ini disadarinya sebagai inti dari semua yang daripadanya kemudian diketahui hubungan dan keterpisahan persoalan suatu ilmu dengan ilmu yang lainnya. 2 Akibat semakin luasnya persoalan ilmu ini, Aristoteles merasa perlu untuk memisahkan ilmu ini dari ilmu-ilmu yang sudah dikenal saat itu karena ilmu ini memiliki sisi khusus disisi berbagai ilmu lainnya. Hanya saja saat itu Aristoteles tidak memberikan nama untuk jenis ilmu ini sampai dia meninggal. Setelah Aristoteles meninggal, barulah orang- orang mengumpulkan hasil karyanya ini dan disusun dalam sebuah ensiklopedia. Dari sisi urutannya, bahasan yang belum diberi nama tadi 1

Upload: hasra-depiesa-dianika

Post on 20-Jun-2015

1.775 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Bab IMetafisika

Sejarah Metafisika

Apa itu Metafisika? Pertanyaan ini bukanlah pertanyaan baru di kalangan para filsuf yang

mencoba mempertanyakan keberadaan Ada (existence). Berhadapan dengan pertanyaan itu, para filsuf

mencoba untuk menjelaskan apa itu Ada dengan aneka pemahaman mereka mengenai Ada. Metafisika,

dalam Bahasa Yunani berarti: μετά (meta) = "setelah atau di balik" dan φύσικα (phúsika) = "hal-hal di

alam".2 Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakikat objek (fisik) di

dunia. Metafisika adalah studi keberadaan (existence) atau realitas. Metafisika mencoba menjawab

pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat

manusia di dalam semesta? 1

Aristoteles merupakan filsuf yang pertama sekali memahami sejumlah pengetahuan yang sudah

dikenal pada masa itu seperti matematika, etika, sosial, pengetahuan alam ataupun logika. Persoalan

persoalan yang ditemukan ini disadarinya sebagai inti dari semua yang daripadanya kemudian diketahui

hubungan dan keterpisahan persoalan suatu ilmu dengan ilmu yang lainnya.2

Akibat semakin luasnya persoalan ilmu ini, Aristoteles merasa perlu untuk memisahkan ilmu ini

dari ilmu-ilmu yang sudah dikenal saat itu karena ilmu ini memiliki sisi khusus disisi berbagai ilmu

lainnya. Hanya saja saat itu Aristoteles tidak memberikan nama untuk jenis ilmu ini sampai dia

meninggal. Setelah Aristoteles meninggal, barulah orang-orang mengumpulkan hasil karyanya ini dan

disusun dalam sebuah ensiklopedia. Dari sisi urutannya, bahasan yang belum diberi nama tadi terletak

setelah bagian ilmu fisika (ilmu alam).  Berdasarkan pertimbangan pengurutan tadi dan dikarenakan

memang belum diberi nama, maka mereka saat itu memberikan ilmu itu nama yang sesuai dengan

urutannya, yaitu ’setelah fisika’  atau ‘metafisika’ , yang terambil dari kata ‘meta’= setelah dan ‘fisika’ =

fisika.3

Bentuk-bentuk Metafisika

Seringkali istilah metafisika sudah terdapat dalam persepsi awal kita mengenai hal-hal yang bersifat

supranatural seperti ilmu-ilmu perdukunan dan mental-spiritual. Persepsi tersebut sebenarnya tidak dapat

disalahkan, karena dalam arena perebutan makna sebuah istilah, seiring perubahan waktu, dalam konteks

sosio-historis jelas mengalami pergeseran makna yang digunakan oleh masyarakat, terutama masyarakat

awam.

1

Page 2: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Memang hal-hal supranatural juga termasuk atau tercakup dalam definisi metafisika, namun

metafisika tidak dapat diartikan sepenuhnya adalah mengenai supranatural, yang kian lama agaknya

definisi metafisika tidak menunjuk pada objek definitif yang diwakilinya. Hal yang sama seperti ketika

sekarang dalam mempelajari filsafat lebih familiar diketahui adanya ontologi, epistemologi, dan aksiologi

sebagai batang tubuh atau elemen-elemen fundamental kajian filsafat, dan seakan melupakan metafisika.

Lalu apa sebenarnya metafisika, di mana posisinya dalam filsafat, dan apa kegunaannya?

Menurut Cristian Wolf4, metafisika terbagi menjadi dua jenis: metafisika generalis dan spesialis.

Metafisika generalis, yakni ilmu yang membahas mengenai yang ada atau pengada atau yang lebih

dikenal sebagai ontology. Sedangkan metafisika spesialis terbagi menjadi tiga bagian besar:

antropologi, yang menelaah mengenai hakikat manusia, tentang diri dan kedirian, tentang

hubungan jiwa dan raga,

kosmologi, yang membahas asal-usul alam semesta dan hakikat sebenarnya, dan

teologi, membahas mengenai Tuhan secara rasional.

Metafisika dengan Ilmu Pengetahuan

Metafisika mendapat penentangan dari beberapa ilmuwan, antara lain dengan menyatakan bahwa

metafisika tidak bermakna. Alfred J. Ayer4 menyatakan bahwa sebagian besar perbincangan yang

dilakukan oleh para filsuf sejak dahulu sesungguhnya tidak dapat dipertanggungjawabkan dan juga tidak

ada gunanya. Problem yang diajukan dalam bidang metafisika adalah problem semu (pseudo-problems),

artinya permasalahan yang tidak memungkinkan untuk dijawab.

Namun pada kenyataannya banyak ilmuawan besar, terutama Albert Einstein, yang merasakan

perlunya membuat formula konsepsi metafisika sebagai konsekuensi dari penemuan ilmiahnya. Manfaat

metafisika bagi pengembangan ilmu dikatakan oleh Thomas Kuhn4 terletak pada awal terbentuknya

paradigma ilmiah, yakni ketika kumpulan kepercayaan belum lengkap faktanya, maka ia mesti diambil

dari luar, antara lain adalah ilmu pengetahuan lain seperti: peristiwa sejarah, pengalaman personal, dan

metafisika. Sumbangan metafisika terhadap ilmu pengetahuan adalah pada fundamental ontologisnya.

Sumbangan metafisika pada ilmu pengetahuan adalah persinggungan antara metafisika dan/atau ontologi

dengan epistemologi.

Metafisika menuntut orisinalitas berpikir menjadikan para metafisikus menyodorkan cara berpikir

yang cenderung subjektif dan mencipatakn terminologi filsafat yang khas. Situasi semacam ini berkaitan

dengan pembentukan minat intelektual, maka metafisika mengajarkan mengenai cara berpikir yang serius

dan mendalam tentang hakikat-hakikat segala sesuatu yang brersifat enigmatik, hingga pada akhirnya

melahirkan sikap ingin tahu (need for curiosity) yang tinggi sebagaimana mestinya dimiliki oleh para

2

Page 3: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

intelektual. Metafisika mengajarkan pada peminat filsafat untuk mencari prinsip pertama (first principle)

sebagai kebenaran yang paling akhir, misalnya adalah kepastian ilmiah dalam metode skeptis Descartes,

ia hanya dapat diperoleh jika kita bertitik tolak dari premis yang paling kuat (Cogito Ergo Sum).

3

Page 4: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Bab IIOntologi

Latar Belakang

Filsafat merupakan induk semua ilmu pengetahuan, sedangkan ontologi merupakan

bagian dari filsafat ilmu yang berasal dari kata Yunani yang tersusun dari kata philein dalam arti

cinta dan sopbos dalam arti hikmat (wisdom).

Dalam makalah ini akan dikemukakan beberapa hal tentang ontologi oleh karena itu

ontologi merupakan bagian dari metafisika yang mempersoalkan hal-hal yang berkenaan dengan

segala sesuatu yang ada atau the existence khususnya eksistensinya.4

Pengertian Ontologi

Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan Logos =

ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Adapun dalam Kamus Filsafat, ontologi

merupakan suatu studi tentang sisi esensial dari Yang Ada dalam dirinya sendiri berbeda dari

studi-studi tentang hal-hal yang ada secara khusus. Dalam mempelajari yang ada, dalam

bentuknya yang sangat abstrak, studi tersebut melontarkan pertanyaan seperti: ”Apa itu ada

dalam dirinya sendiri?” ”Apa hakekat ada sebagai ada?” dan cabang filsafat tata cara struktur

realitas dalam arti seluas mungkin, yang menggunkan kategori-kategori seperti: ada/menjadi,

aktualitas/potensialitas, nyata/tampak, perubahan, waktu, eksistensi/noneksistensi, esensi,

keniscayaan, yang-ada sebagai yang-ada, hal-hal terakhir, dasar. 5

Sedangkan dalam kamus istilah karya tulis ilmiah, ontologi berasal dari bahasa Yunani,

ontos, yang sedang berada, logos. Kata yang benar dalam bahasa inggris disebut ontology, yaitu :

1). suatu asumsi tentang eksistensi (kehadiran, keberadaan) yang mendasari setiap pola

konseptual atau setiap teori atau sistem idea

2). suatu cabang penelitian metafisika yang berhubungan dengan kajian eksistensi itu sendiri.

Ontologi mengkaji segala sesuatu yang ada sepanjang sesuatu itu ada dan ontologi menjadi dasar

metafisika. 4

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang kuno dan berasal dari Yunani.

Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang

memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada

4

Page 5: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Thales

terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi

terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah

pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka

(sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri). 6

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau

kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Naturalisme

(kenyataan yang bersifat kealaman), Materialisme (kenyataan yang bersifat benda mati),

Idialisme (Kenyataan yan bersifat rohani), Hylomorfisme (yang sungguh ada kecuali berupa

Tuhan dan Malaikat berupa bahan bentuk), Empirisisme logis (segenap pernyataan mengenai

“kenyataan” yang tidak mengandung makna). Itulah istilah-istilah penting terkait dengan

ontologi. 4

Ontologi tentang yang ada (being), yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.

Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta

universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam

rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua

bentuknya.

Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa

aliran berpikir, yaitu: 4

1.Materialisme; Aliran yang mengatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada itu adalah

materi. Sesuatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.

2.Idealisme(Spiritualisme); Aliran ini menjawab kelemahan dari materialisme, yang

mengatakan bahwa hakikat pengada itu justru rohani (spiritual). Rohani adalah dunia ide yang

lebih hakiki dibanding materi.

3.Dualisme;Aliran ini ingin mempersatukan antara materi dan ide, yang berpendapat bahwa

hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber tersebut, yaitu

materi dan rohani.

4.Agnotisisme. Aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil sikap skeptis, yaitu

ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar dan mungkin pula tidak.

5

Page 6: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

O bjek Formal Ontologi dan Metode dalam Ontologi

Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif,

realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan

tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. 5

Laurens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi

fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat

khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi cirri

semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi

dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik. 5

Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua,

yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. 5

Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat;

dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.

Contoh :         Sesuatu yang bersifat lahiriah itu fana (Tt-P)

                        Badan itu sesuatu yang lahiriah                 (S-Tt)

                        Jadi, badan itu fana’                                     (S-P)

Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas

kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan

hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik sebagai berikut:

Contoh :         Gigi geligi itu gigi geligi rahang dinasaurus                    (Tt-S)

                        Gigi geligi itu gigi geligi pemakan tumbuhan            (Tt-P)

                        Jadi, Dinausaurus itu pemakan tumbuhan                     (S-P)

Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang apriori di berangkatkan

dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengahj menjadi sebab dari kebenaran

kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan

subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan. 5

6

Page 7: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Ilmu Pengetahuan Ditinjau dari Ontologi

Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling

kuno. Dimana awal mula alam pikiran orang Yunani telah menunjukkan perenungan dibidang

ontology seperti yang kita kenal “Thales” atas perenungan terhadap air yang merupakan subtansi

terhadap asal mula dari segala sesuatu. Asalnya air dapat di amati dari beberapa bentuknya. Air

dapat menjadi benda halus berbentuk uap, ia juga dapat menjadi cair bahkan dapat menjadi

benda keras berupa es, Secara totalitas air dapat dijadikan sumber kehidupan seluruh makhluk

hidup, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun manusia.

Para filosof selalu mencari apa yang pertama yang ada dibelakang yang ada dan bersifat

hakikih atau dasar yang dibelakang segala yang ada. Berpijak dari alasan Thales, ontology

merupakan cabang filsafat yang mendeskripsikan hakekat wujud. Di mana ilmu pengetahuan dari

segi ontology selalu mengkaji yang telah diketahui atau yang ingin diketahui. Dari fenomena

yang terjadi disekitarnya manusia melakukan berbagai aktifitas untuk mengetahui apa

sebenarnya di balik apa yang diraba oleh pancaindranya, sebab ilmu hanya mengkaji ada bagian

yang bersifat empiris yang dapat diuji oleh pancaindra manusia.

Ontologi merupakan kawasan ilmu yang tidak bersifat otonom, ontology merupan sarana

ilmiah yang menemukan jalan untuk menagani masalah secara ilmiah. Oleh karena itu ontologis

dari ilmu pengetahuan adalah tentang obyek materi dari ilmu pengetahuan itu adalah hal-hal atau

benda-benda yang empiris.

Adapun dalam pemahaman ontology dapat dikemukakan dengan Pandangan Pokok Pikiran

sebagai berikut:

1) Monoisme, Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu adalah

satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang

asal berupa meteri atupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas

dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan

menentukan perkmbangan yang lainnya. Istilah monoisme oleh Thomas Davidson disebut

dengan Block Universe.

7

Page 8: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Paham ini kemudian terbagi kedalam dua aliran.

a. Materialisme, aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani, aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.

b. Idealisme, Sebagai lawan materialisme adalah aliran idialisme yang dinamakan dengan spritualisme. Idealisme berarti serba cita, sedang spritulisme berarti roh.

2). Dualisme, setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monoisme) baik materi ataupun

rohani, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini disebut

dualisme. Aliran ini berpendapat bahwa terdiri dari dua macam hakikat sebgai asal

sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Pendapat ini mula-mula dipakai oleh

Thomas Hyde (1770).

3).Pluralisme, paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.

Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui semua macam bentuk itu adalah semua

nyata. pluralisme dalm Dictionory of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang

mnyatakan bahwa kenyataan ala mini tersusun dari banyak unsure, lebih dari satu atau dua

entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxa goros dan Empedocles yang

menyatakan bahwa subtansi yang ada itu berbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air,

api, dan udara.

4). Nihilisme, bersal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang

tidak mengakui viliditas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan

Tuegeniev dalam novelnya Fathers and Children yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia.

5). Agnosticisme, paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat

benda. baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata Agnosticisme berasal dari bahsa Grik

Agnostos yang berarti unknown. artinya not artinya know. Timbulnya aliran ini karena belum

dapatnya orang menegnal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan

yang berdidri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini menyagkal adanya kenyataan mutlak

yang bersifat transcendent. Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-

tokohnya seperti, Soren Kierkegaan, Hiedegger, Setre dan Jaspers. yang dikenal sebagai

julukan bapak filsafat. 4

8

Page 9: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Bab IIIEpistemologi

Latar Belakang

Epistemologi atau teori pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang

terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ia merupakan cabang filsafat yang

membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana,

metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).7

Berdasarkan penggalan kata dari bahasa Yunani, epistemologi diartikan sebagai “episteme” yang

berarti pengetahuan (knowledge) dan “logi” berarti ilmu (science).8

Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang

dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar. Akal, akal budi, pengalaman, atau

kombinasi akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud

dalam epistemologik, sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme,

empirisme, rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dan sebagainya. Epistemologi juga

membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok

ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah), seperti teori koherensi, korespondesi pragmatis, dan teori

intersubjektif.9

Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan dipercaya. Pengetahuan

bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat

sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan, cenderung

bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji.7,9

Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang

sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis. Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa,

matematika dan statistika. Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif

sehingga menjadi jembatan penghubung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang

harus dilakukan secara empiris sehingga meningkatkakan keabsahannya.9

9

Page 10: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif,

sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang

tidak. Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau juga naluri) dapat diuji, apakah

sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak.9

Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada, dengan

putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya

teori tersebut bagi kehidupan manusia. Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu

pengetahuan maka cara, sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan

tersebut harus benar. Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena

ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati

belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan. Itulah

sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang.9

Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan

keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu dengan buah pemikiran yang lainnya. Atau

dengan perkataan lain, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode

keilmuan.9 Karena ilmu merupakan sebahagian dari pengetahuan, yakni pengetahuan yang

memiliki sifat-sifat tertentu, maka ilmu dapat juga disebut pengetahuan keilmuan. Untuk tujuan

inilah, agar tidak terjadi kekacauan antara pengertian “ilmu” (science) dan “pengetahuan”

(knowledge), maka kita mempergunakan istilah “ilmu” untuk ”ilmu pengetahuan”.7

Ditinjau dari pengetahuan ini, ilmu lebih bersifat merupakan kegiatan daripada sekedar

produk yang siap dikonsumsikan. Kata sifat “keilmuan” lebih mencerminkan hakekat ilmu

daripada istilah ilmu sebagai kata benda. Kegiatan ilmu juga dinamis dan tidak statis. Kegiatan

dalam mencari pengetahuan tentang apapun, selam ahal itu terbatas pada obyek empiris dan

pengetahuan tersebut diperoleh dengan menggunakan metode keilmuan, adalah sah untuk

disebut keilmuan. Orang bisa membahas suatu kejadian sehari-hari secara keilmuan, asalkan

dalam proses pengkajian masalah tersebut, dia memenuhi persyaratan yang telah digariskan.1

Sumber-sumber ilmu pengetahuan bisa didapat melalui persepsi, testimony, pemikiran, intiusi,

pengalaman, ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran.7.9 Sebaliknya

tidak semua yang diasosiasikan dengan eksistensi ilmu adalah keilmuan. Seorang sarjana yang

10

Page 11: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

mempunyai profesi bidang ilmu belum tentu mendekati masalah ilmunya secara keilmuan.

Hakekat ilmu tidak berhubungan dengan titel, profesi atau kedudukan; hakekat keilmuan

ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan menurut persyaratan keilmuan. Ilmu bersifat

terbuka, demokratis dan menjunjung kebenaran diatas segala-galanya.9

Pembagian Epistemiologi

Berdasarkan pendekatannya, epistemology dibagi menjadi:

1. Epistemologi metafisik

2. Epistemologi skeptic

3. Epistemologi kritis.

Berdasarkan objek yang dikaji, epistemology dibagi menjadi:

1. Epistemologi individual

2. Epistemologi social

Berdasarkan pandangan atas realitas, epistemologi dibagi menjadi:

1. Epistemologi idealism (subjektif): kenyataan dunia yang dipersepsi tergantung pada

kesadaran

2. Epistemologi realis (objektif): ada realitas yang bebas dari kesadaran

11

Page 12: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Bab IVLogika

Latar Belakang

Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal

pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut

dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika yang mempelajari kecakapan

untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Dalam bahasa lain, logika adalah ilmu yang

mempelajari metode dan hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang benar dari

penalaran yang salah, atau cara berpikir atau bernalar agar kesimpulannya benar.Pada pengertian

lainnya disebutkan bahwa logika adalah studi tentang kebenaran yang sesungguhnya dan metode

sistematis untuk mengeskpresikan dan mendemonstrasikan kebenaran setepat-tepatnya 10-12

Mengapa logika sangat penting?

Logika adalah salah satu subjek terpenting yang jarang, jikalau pun ada, diajarkan di sekolah.

Studi akan logika dapat membantu seseorang memiliki konstruksi argumentasi yang baik dan

mengkritik argument dari orang lain. Untuk kebanyakan argumentasi popular yang ada, biasanya

masyarakat tidak begitu sadar akan bagaimana argumentasi tersebut disusun. Ketiadaan studi ini

merupakan hal utama banyak terjadinya kesalahan dalam beralasan pada sebuah dasar yang

konstan di setiap aspek kehidupan manusia. Filsafat dan logika akan memberi mata baru pada

kita untuk melihat betapa indahnya ilmu pengetahuan, termasuk ilmu kedokteran.11,13

Logika sebagai ilmu pengetahuan

Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir

(khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang

ditinjau dari segi ketepatannya, dan kegunaannya adalah agar keputusan berpikirnya benar.10,11

12

Page 13: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Logika sebagai cabang filsafat dan matematika murni

Logika adalah salah satu cabang filsafat, sedangkan filsafat adalah ilmu yang mempelajari yang

ada sampai sedalam-dalamnya. Logika adalah filsafat berpikir, sebuah cabang filsafat yang

praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika

lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Logika digunakan untuk melakukan

pembuktian. Logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran.11,14

Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai

cabang matematika. Logika masuk kedalam kategori matematika murni karena matematika

adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu

ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika

tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus

Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.

Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica

tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand

Arthur William Russel (1872 - 1970).14,15

Kegunaan logika

1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,

lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.

2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.

3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.

4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas

sistematis

5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir,

kekeliruan serta kesesatan.

6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

7. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )

8. Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana

tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.16

13

Page 14: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Sejarah Logika

Masa Yunani Kuno

Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan

segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk

memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang

berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.15

Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu yang kemudian disebut logica scientica.

Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta

dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Aristoteles dianggap sebagai "bapak"

logika, karena walaupun sebelumnya ada pembahasan mengenai dasar argumen dan bagaimana

untuk mengevaluasinya, Aristoteles adalah yang pertama kali membuat kriteria sistematis.

Konsepsi logika silogismenya tetap menjadi studi dasar logika sampai saat ini. Menurut

bukunya Richard B.Angel “Reasoning and Logic”. Aristoteles sendiri meninggalkan enam buah

buku khusus yang membicarakan ilmu logika ini yang oleh murid-muridnya diberi nama

“Organon” (organ=alat) dalam bidang ini.11,13,14

Pada masa Aristoteles, logika masih disebut dengan analitica, yang secara khusus meneliti

berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara

khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya.

Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid

Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangan logika.16

Abad pertengahan dan logika modern

Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh

Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-

kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern dengan tokoh-

tokoh seperti:13,16

Petrus Hispanus (1210 - 1278)

Roger Bacon (1214-1292)

14

Page 15: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan

Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.

William Ocham (1295 - 1349)

Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes

(1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay

Concerning Human Understandin. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif

yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873)

melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic.16

Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti: 13,16

Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna

dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan

lebih mempertajam kepastian.

George Boole (1815-1864)

John Venn (1834-1923)

Gottlob Frege (1848 - 1925)

Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar

di John Hopkins University, melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia

memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum

mengenai tanda (general theory of signs). Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun

1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama

Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).

Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-

1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.16

15

Page 16: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Macam-macam logika

a. Dilihat dari sejarah penggunaan lambang dan simbol:

Logika Klasik (yang diperkenalkan oleh Aristoteles)

Logika Modern (yang dikembangkan di  zaman modern)11,17 

b. Dari segi kemampuan untuk berlogika:

Logika Kodratiah /alamiah (kemampuan berlogika bawaan). Logika alamiah adalah

kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi

oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.

Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.

Logika Ilmiah (kemampuan berlogika yang didapatkan  dengan belajar secara

khusus)  Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika

ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam

setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja

dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah

dimaksudkan untuk menghindarkan atau paling tidak mengurangi kesesatan.16.17

c. Dari segi kebenaran yang dihasilkan:

Logika Material (mementingkan kebenaran isi) dan

Logika Formal (mementingkan kebenaran bentuk) Ada kemungkinan suatu

penalaran, dari segi bentuk (formanya) logis dan sahih, namun dari segi isinya

(kesesuaian dengan kenyataan) ternyata salah. Maka apa yang logis itu tidak

selalu benar.17  

d. Dari segi cara menarik kesimpulan, dibedakan:

Logika Induktif (dari khusus ke umum), dan

Logika Deduktif (dari umum ke khusus)11,13-17

Kesimpulan induktif umumnya lebih mengungkapkan tingkat probabilitas

kebenaran; sedang kesimpulan deduktif lebih mengungkapkan kepastian

kebenaran.17

Dasar-dasar Logika

16

Page 17: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas)

sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika

menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau

bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik

modern adalah contoh-contoh dari logika formal.14

Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif—kadang

disebut logika deduktif—adalah penarikan kesimpulan yang bersifat individual dari pernyataan

yang bersifat umum, dengan kata lain menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang

kebenarannya telah diketahui. Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan umum dari kasus

individual.15

1. Logika deduktif

Deduksi adalah jalan pikiran dari keputusan umum ke keputusan khusus. Proses berpikir

deduktif berlangsung dengan berpangakl pada dalil pokok yang sudah dinyatakan benar

atau disepakati kebenarannya kemudian mengambil keputusan tentang sesuatu berkaitan

dengan dalil pokok tersebut.

Perhatikan pernyataan berikut:

(1) Dedi panas karena infeksi bakteri

(2) Pak Tono, 55 tahun, tensi 180/110 mengeluh tiba-tiba sakit pada dada kirinya.

Kemungkinan besar Pak Tonon menderita infark jantung akut.

Contoh:

(1) Dalil Pokok : Infeksi memberikan gejala panas

Yang akan diputuskan : Dedi saat ini panas

Kesimpulan: Dedi menderita infeksi

(2) Dalil Pokok : Gejala infark miokard: Sakit dada kiri

Yang akan diputuskan : Pak Tono 55 tahun, tensi 180/110, nyeri dada kiri

Kesimpulan: Pak Tono menderita infark miokard

Semua manusia mati (premis mayor)

Amin seorang manusia (premis minor)

Amin pasti (akan) mati (konklusi)

17

Page 18: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Alur tersebut dinamakan silogisme. Didalam silogisme terdapat beberapa komponen yaitu

premis mayor dan premis minor yang secara bersama disebut antesedens (mukadimah)

dan komponen kedua adalah konklusi atau konsekuensi. Inti dari logika Aristoteles

adalah silogisme. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau

salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya

merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.11,13,16

2. Logika induktif

Penalaran induktif ialah penalaran dari fakta-fakta yang khusus sampai pada kesimpulan

yang umum atau suatu proses peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada

yang bersifat unniversal (a passage from individual to universal). Premisnya berupa

proposisi-proposisi singular, sedangkan konklusinya sebuah proposisi universal yang

berlaku secara umum. Ada berbagai model penalaran induktif, yaitu induksi generalisasi,

induksi analogi, dan induksi kausalitas (sebab-akibat).11,15

Induksi generalisasi:

Contoh 1:

Melati indah

Mawar indah

Tulip indah

Melati, mawar, tulip adalah bunga.

semua bunga indah.

Adaptasi dari karangan sederhana The Method of Science milik Thomas Henry

Huxley (1825-1895) :

“Seorang ibu datang ke pasar untuk membeli jeruk. Karena akan membeli

banyak, Ibu tersebut diperkenankan untuk mencoba jeruk tersebut. Dia

mengambil jeruk yang kulitanya kasar dan keras, lalu dia kupas.Dia dapatkan

isinya keras dan tawar. Ibu tersebut mencoba jeruk yang kulitnya halus dan

lunak. Dia dapatkan isinya manis. Dia mencoba lagi jeruk yang kulitnya juga

halus dan lunak. Dia dapatkan rasa manis juga. Dia ingin menyakinkan diri

dengan mengambil jeruk keempat yang kulitnya halus dan lunak. Lagi-lagi, isinya

manis. Ibu tersebut mengambil kesimpulan bahwa jeruk yang kulitnya halus dan

18

Page 19: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

lunak isinya manis. Kemudian mengambil keputusan membeli jeruk banyak yang

kulitnya halus dan lunak”11

Jeruk I: Kulit kasar keras tidak manis

Jeruk II: Kulit halus dan lunak manis

Jeruk III: Kulit halus dan lunak manis

Jeruk IV: Kulit halus dan lunak manis

Jeruk V: Kulit halus dan lunak ?? (mestinya manis)

Kesimpulan: berdasarkan penalaran induktif sudah cukup sebagai dasar suatu

keputusan.11

Salah satu kelemahan penalaran induktif, bahwa tingkat kebenarannya

tidak dapat diyakini 100% karena bila ada pengecualian satu dari ribuan akan

menggugurkan kesimpulan. Bagai pepatah “karena nila setitik rusak susu

sebelanga.” Walaupun demikian, ini akan lebih baik daripada tidak berinduksi.

Kesimpulan yang tidak dapat diprediksi 100% kebenarannya diberi istilah

probabilitas. Hal ini juga disebut generalisasi tidak sempurna yang hanya terbatas

pada populasi tertentu, misalnya Jeruk Garut yang kulitnya halus dan isinya

manis. Meskipun tidak mencapai kebenaran mutlak, tetapi masih sangat

bermanfaat. Suatu penalaran masih mungkin mencapai kebenaran 100%, misalnya

nalar bahwa semua orang akan mati, kesimpulannya 100% benar. Hal ini disebut

model induksi generalisasi sempurna.11

Induksi analogi

Dalam proses berpikir, terdapat dua hal (substansi) induksi. Dua hal tersebut,

berdasarkan asas berpikir pertama dan kedua, tentu berbeda. Tapi, dalam

perbedaan ada paersamaan. Persamaan ini menjadi dasar mengambil kesimpulan.

Namun ada persyaratan bahwa persamaannya bersifat prinsipal, artinya dengan

adanya persamaan yang prinsipal tersebut maka mereka (dua substansi atau dua

konsep) akan sama pula dalam aspek-aspek lain yang mengikutinya. Contoh:11

Lingkungan sehat Makanan yang sehat

Manusia sehat

19

Page 20: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Contoh lain:

“Seorang dokter di pedalaman mendapatkan pasien yang panas dan berkeringat.

Berasarkan pengalaman, secara induktif dokter mengambil kesimpulan bahwa

pasien tersebut menderita malaria. Dokter memberi kloroquin. Ternyata pasien

tidak sembuh. Doktermenambahkan antibiotik dan ternyata pasien sembuh. Lain

kali dokter menemui kasus yang sama, ia akan mengingat pengalaman

pertamanya, yaitu pasien tidak sembuh bila diberi kloroquin, baru sembuh

setelah diberi antibiotik. Dia mengambil kesimpulan bahwa pasien dengan panas

banyak keringat, kemungkinan infeksi campuran malaria dan bakteri. Untuk

kasus selanjutnya bila ada pasien panas dan berkeringat selalu terapi kombinasi

kloroquin dan antibiotik.11

Keputusan seperti tersebut diatas disebut keputusan induktif analogi.

Sebagian besar keputusan dokter khususnya dalam hal terapi adalah keputusan

induktif analogi dari pengalaman sebelumnya. Jadi seolah-olah meniru atau

mengikuti yang sebelumnya. Suatu tindakan yang didasari oleh suatu induksi

analogi disebut tindakan model (berdasarkan) empirik. Disebut sebagai konsep

terapi empirik.11

Induksi kausalitas/induksi sebab akibat

Konsep kausalitas (sebab akibat) banyak digunakan dalam ilmu kedokteran. Pada

kedokteran klinik:

(a) Dalam berpikir pada analisis masalah terkandung pengertian masalah tersebut

merupakan bagian dari penyakit apa atau apa sebab dari masalah tersebut

(b) Konsep etiologi penyakit

(c) Konsep faktor-faktor suatu patologi organ.11

Filsuf Yunani, Leucipos, pada 500 SM mengucapkan diktum yang terkenal: “Nihil fit

sine causa” (tidak ada satupun peristiwa yang tidak mempunyai sebab) (Mundiri).11

Ada tiga macam kondisi yang cukup diartikan sebagai sebab:

(1) Kondisi mutlak

(2) Kondisi memadai

(3) Kondisi mutlak dan memadai11

Contoh: kuman TBC

20

Page 21: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Manusia Penyakit TBC

Kekebalan berkurang

Bila tidak ada infeksi kuman TBC maka orang tidak akan berpenyakit

Walaupun demikian, tidak semua orang terinfeksi kuman TBC berpenyakit TBC

Bila kekebalan tubuh seseorang berkurang barulah timbul TBC.

pada kasus ini kekebalan disebut kondisi yang memadai.2

Konsep sebab akibat yang diuraikan di atas dalam logika dirumuskan menjadi berikut ini:

(1) Tidak ada sesuatu disebut sebab apabila ia tidak dijumpai saat akibat terjadi

(2) Tidak ada sesuatu disebut sebab apabila ia dijumpai saat akibat tidak terjadi.11

21

Page 22: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Bab V

Etik

Etika

Etika berasal dari kata mores dan ethos .Kode etik pertama dibuat oleh bangsa Babylon

pada 2500 SM. Hal itu ditampilkan dalam Sumpah Hipocrates yang merupakan pernyataan hidup

yang dijunjung tinggi oleh para dokter sejak 5 SM. Kode etik kedokteran internasional pada

tahun 1949 dibuat dalam World Medical Association di Inggris. Di Indonesia awalnya pada

tahun 1969 pada Musyawarah Kerja Susila Kerja Kedokteran Indonesia di Jakarta.18

Dalam etika terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban, baik dokter maupun

pasien. Hak pasien berdasarkan hak asasi manusia dibagi dua, yaitu hak atas pemeliharaan

kesehatan (The Right to Health Care) dan hak untuk menentukan nasib sendiri (The Right to Self

Determination). Sedangkan hak dan kewajiban dokter berdasarkan Musyawarah 1969 Kode Etik

Kedokteran Indonesia dibagi menjadi kewajiban umum, kewajiban dokter terhadap pasien,

kewajiban dokter terhadap teman sejawat, dan kewajiban dokter terhadap diri sendiri. Hak dokter

dalam melakukan profesinya termasuk hak untuk menolak bekerja di luar standar profesi medis,

hak untuk menolak tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik profesi, hak untuk memilih

pasien dan mengakhiri hubungan dengan pasien, hak atas privacy dokter, dan hak untuk

menerima balas jasa atau honor yang pantas18

Ada empat prinsip untuk mengidentifikasi dan menganalisa masalah-masalah etik:19

1. Menghormati otonomi (autonomy)

2. Berbuat baik (beneficence)

3. Tidak merugikan (non maleficence)

4. Keadilan (justice)

Otonomi

Otonomi berarti mengatur diri sendiri, yaitu bebas dari kontrol oleh pihak lain dan dari

pembatasan pribadi. Menghormati otonomi pasien berarti mengakui hak individu. Otonomi

memberikan dasar moral yang kuat bagi informed consent. Menghormati otonomi pasien, seperti

semua prinsip etika, tak dapat dianggap absolute dan pada suatu saat mungkin terjadi konflik

dengan prinsip lain atau pertimbangan moral lain. Contohnya: adalah seorang ibu yang meminta

22

Page 23: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

dilakukan seksio cesarean (SC). Permintaan SC adalah hak pasien, namun dokter harus

mendiskusikannya mengenai alasan khusus, resiko dan manfaatnya. Jika pasien takut

melahirkan, dokter perlu melakukan konseling.19

Beneficence dan non maleficence

Beneficence berarti berbuat baik. Ini adalah prinsip yang mengharuskan dokter bertindak

dengan cara menguntungkan pasien. Non maleficence berarti tidak merugikan atau menyebabkan

luka. Dikenal dengan maximum primum non nocere. Jika kita tidak bisa berbuat baik kepada

seseorang atau menguntungkan bagi pasien, paling tidak kita tidak merugikannya. Kedua prinsip

ini bersama-sama digunakan dalam pengambilan keputusan klinis sebagai risiko dan manfaat. 19

Justice

Justice (keadilan) adalah prinsip dimana dokter harus memberikan keputusan yang

terbaik padahal memiliki sumber daya yang terbatas. Prinsip keadilan memperlakukan orang lain

dengan perlakuan yang sama berdasarkan kebutuhan dan bukan berdasarkan kekayaan,

kekuasaan, apalagi kedudukan. Misalnya: dengan adanya tempat intensive care unit (ICU) yang

terbatas, maka apabila ada pasien dengan sepsis dan kanker stadium lanjut, maka tempat tersebut

diutamakan kepada pasien dengan sepsis.

Petunjuk untuk pengambilan keputusan etik

Seringkali terdapat benturan prinsi-prinsip etik dan perlud dilakukan seleksi atas dasar

pertimbangan etik. Dokter sebagai seorang individu harus mampu mengembangkan langkah-

langkah pengambilan keputusan dengan cara-cara sebagai berikut:19

1. Identifikasi pengambil keputusan

Langkah pertama adalah menjawab “keputusan siapa itu?” Umumnya pasien dianggap

mempunyai otoritas menerima atau menolak pengobatan. Suatu saat bila kemampuan

pasien untuk mengambil keputusan tidak jelas, maka harus dinilai kemampuan pasien

tersebut untuk mengerti informasi dan konsekuensinya. Jika pasien diperkirakan tidak

mampu mengambil keputusan, wali atau anggota keluarga dapat berperan.

23

Page 24: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

2. Kumpulkan data, tetapkan fakta dan masalahnya. Pengumpulan data harus dilakukan

seobyektif mungkin, gunakan konsultasi bila diperlukan untuk menjamin bahwa semua

datadan informasi tentang prognosis, terapi, diagnosis telah dicapai.

3. Identifikasi semua pilihan tindakan yang cocok. Gunakan konsultasi atau rujukan yang

diperlukan, serta identifikasi pilihan lain.

4. Evaluasi pilihan-pilihan tindakan-tindakan sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip

yang terlibat. Nilai-nilai pengambil keputusan akan menjadi paling penting. Putuskan

apakah ada pilihan yang melanggar prinsip etika, eliminasi pilihan tersebut, periksa ulang

pilihan-pihan yang tersisa menurut kepentingan dan nilai

5. Identifikasi konflik etik dan coba terapkan prioritas.Coba terapkan masalah dalam kaitan

prinsip etika yang terlihat (misalnya beneficence-non maleficence vs autonomy).

Pertimbangkan prinsip-prinsip yang mendasari tiap-tiap argumen yang dibuat. Apakah

salah satu prinsip nampak lebih penting. Apakah salah satu cara tindakan yang diusulkan

nampak lebih baik dari yang lain? Pertimbangkan pilihan tindakan pada kasus yang mirip

sebelumnya dan putuskan apakah bisa digunakan untuk masalah ini? Biasanya,

penyelesaian masalah yang mirip sebelumnya dapat membantu

6. Seleksi pilihan tindakan yang paling baik. Coba dengan penyelesaian masalah yang

paling rasional. Keputusan yang didasarkan informed consent sangat membantu

memberikan perlindungan kepada dokternya.

7. Evaluasi ulang keputusan setelah diimplementasikan. Apakah keputusan terbaik telah

dibuat? Pelajaran apa yang dapat diambil dari diskusi dan penyelesaian masalah tersebut?

Dengan demikian kesimpulan yang dapat diambil mengenai etik dan kedokteran adalah:19

1. Profesi kedokteran adalah profesi kemanusiaan, oleh karena itu etika kedokteran harus

memegang peranan sentral bagi para dokter dalam menjalankan tugas-tugas pengabdiannya

untuk kepentingan masyarakat.

2. Bidang Obstetri Ginekologi merupak bidang yang demikian terbuka untuk kemungkinan

penyimpangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma, sehingga rawan untuk timbulnya

pelanggaran etik kedokteran bahkan pelanggaran hukum. Karena itu diperlukan pedoman

etik dan peraturan perundanga-undangan terkait yang menuntun para dokter / SpOG untuk

berjalan di jalur yang benar.

24

Page 25: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

3. Sanksi terhadap pelanggaran etik kedokteran hendaknya diberikan secara tegass sesuai

dengan berat ringannya pelanggaran, bersifat mendidik dan mencegah terulangnya

pelanggaran yang sama pada masa depan baik oleh yang bersangkutan maupun oleh para

sejawatnya.

4. IDI bersama-sama organisasi profesi dokter spesialis dan organisasi kedokteran seminat

lainnya, hendaknya dapat meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi secara

berkesinambungan, sehingga setiap anggotanya dan masyarakat umumnya dapat memahami,

mengahayati dan mengamalkan etik kedokteran.

25

Page 26: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Bab VIAestetika

Estetika

Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang

membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa

merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang

mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan

rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi. Dalam bahasa lain estetika

disebut juga filosophy of art20.

Istilah estetika diluncurkan di tahun 1753 oleh filsuf Jerman Alexander Gottlieb

Baumgarten, tapi studi atas kodrat keindahan telah dilakukan selama berabad-abad. dI masa lalu

terutama ia merupakan subjek bagi para filsuf. Semenjak abad 19, para seniman juga telah

menyumbangkan pandangannya. Pada masa kini estetika bisa berarti tiga hal, yaitu:

1. Studi mengenai fenomena estetis

2. Studi mengenai fenomena persepsi

3. Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis (20, 24).

Estetika sendiri disebut juga sebagai “filsafat keindahan”(philosophy of beauty). Wilayah

kajian estetika terbagi menjadi dua: “estetika filosofis” di mana filsafat keindahan dan filsafat

seni menjadi cabangnya, dan “estetika ilmiah” termasuk di dalam wilayah kajiannya di

antaranya: ilmu seni, sejarah seni dan teori sejarah seni,ilmu bentuk seni,ilmu kemasyarakatan

seni,logika (ilmu tanda tentang seni), estetika eksperimental, estetika matematis, psikologi

estetis, dan psikologi seni. Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno hingga sekarang

muncul persoalan tentang estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan itu, keindahan yang bersifat

objektif dan subjektif, ukuran keindahan, peranan keindahan dalam kehidupan manusia dan

26

Page 27: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

hubungan keindahan dengan kebenaran. Sehingga dari pertanyaan itu menjadi polemik menarik

terutama jika dikaitkan dengan agama dan nilai-nilai kesusilaan, kepatutan, dan hukum(22,23).

Konsep Estetika

Konsep estetika lebih diapresiasikan pada abad 18, dan dikenalkan oleh teori Edmund

Burke yang menyatakan ‘penelusuran filosofi asal pemikiran kita adalah keagungan dan

keindahan’. keagungan dan keindahan meruapakan dua kata yang menjelaskan tetntang

pengalaman estetika. Frank Sibly membuat artikel berseri pada tahun 1959 yang menyatakan

konsep estetika sebagai satu kesatuan. Bahwa estetika tidak ada aturan tetapi membutuhkan

suatu persepsi, yang biasa disebut sebagai rasa, sensitivitas, atau hukuman. Rudolph Arnheim

dan roger Scruton, mempunyai pandangan yang sama. 24

Pada abad ke-20, para filosof kembali mengacu pada analisis Humean mengenai konsep-

konsep estetik melalui patokan cita rasa kemanusiaan., dan telah mengembangkan pertimbangan

psikologis untuk mencoba melahirkan keunikan epistemologis dan logis mengenai konsep

estetika.

Terdapat beberapa hal mengenai masalah estetika yang penting untuk memahami apa

yang nyata terjadi dalam kehidupan. Pertama, tentang aliran estetis atau aestetisme, sikap

aestetis, dan hubungan estetika, serta etika.

Pengertian pertama adalah aliran filsafat dan orang-orang yang menghadapi

permasalahan apapun atau dalam berkarya apapun, senantiasa mengutamakan dan mendahulukan

nilai-nilai estetis. Pengertian kedua, aestetisme diartikan sebagai teori. Aestetisme merupakan

inti dari l’art pour l’art, bahwa seni memiliki nilai intrinsik.

Budd dalam Craig (2005) menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan sikap aestetisme

adalah cara kita menganggap sesuatu dan jika kita hanya menangkap inti estetis didalamnya. Hal

ini mengasumsikan, bahwa dalam setiap kejadian estetis, setiap objek yang terdapat didalamnya

dinilai secara identik, khas untuk setiap kejadian. 25

Nilai Estetika

Nilai adalah ukuran derajat tinggi-rendah atau kadar yang dapat diperhatikan, diteliti atau

dihayati dalam berbagai objek yang bersifat fisik maupun abstrak. Nilai seni dan nilai estetis

27

Page 28: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

sangat sulit dibedakan dan dipisahkan, karena keduanya menyangkut psikologi seni dan filsafat

seni, dan ada di dalam "dunia" yang sama yakni di dalam karya seni20,21.

Nilai estetika bergantung pada kemampuan kita untuk membedakan panca indra kita.

Penelitian tentang estetika memberikan memberikan efek yang luas terhadap suatu objek atau

fenomena. Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk

suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian

terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan

menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan

sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti

kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda. 20,21

Menurut Immanuel Kant (seorang penggagas aliran kritisisme dalam tradisi filsafat)

mengatakan bahwa nilai estetis terbagi menjadi dua, yaitu: pertama, nilai estetis atau nilai murni.

Oleh karena nilainya murni, maka bila ada keindahan, dikatakan keindahan murni. Keindahan

nilai estetis murni ini terdapat pada garis, bentuk, warna dalam seni rupa. Gerak, tempo, irama

dalam seni tari. Suara, metrum, irama dalam seni musik. Dialog, gerak dalam seni drama. Kedua,

nilai ekstra estetis atau nilai tambahan. Nilai ekstra estetis (nilai luar estetis) yang merupakan

nilai tambahan terdapat pada bentuk-bentuk manusia, alam, dan binatang. Sedangkan nilai seni

terdiri dari: nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik, nilai musikal, nilai makna. 20,21

Pengalaman Estetis (Aesthetic Experience)

pengalaman estetik adalah pengalaman yang dirasakan oleh penikmat terhadap karya

estetik (keindahan). Konteksnya bisa ditujukan untuk penikmatan karya seni dan keindahan

alam. Kant dan beberapa filsuf lain menandaskan bahwa pengalaman estetik bersifat tanpa

pamrih, manusia tidak mencari keuntungan, tidak terdorong pertimbangan praktis. 20,21-25

Teori estetika dari beberapa sumber

1. Gordon Graham,Philosophy of the Arts: An Introduction to Aesthetics (1997). Baginya,

estetika adalah sebuah usaha untuk meneorikan seni,menjelaskan apa itu seni dan apa

saja yang berkaitan dengannya.

2. Dalam Encyclopedia Americana (1973), estetika merupakan cabang filsafat yang

berkenaan dengan keindahan dan hal yang indah dalam alam dan seni.

28

Page 29: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

3. Dalam Dictionary of Philosophy (1975), estetika merupakan cabang filsafat yang

menyangkut keindahan atau halyang indah,khususnya dalam seni,dan dengan cita rasa

serta ukuran-ukuran nilai baku dalam menilai seni.

4. Menurut Baumgarten (1714–1762), seorang filsuf Jerman,estetika dimaknai sebagai ilmu

tentang pengetahuan indrawi yang tujuannya ialah keindahan. Dia membagi pengetahuan

manusia menjadi dua: pengetahuan intelektual (intellectual knowledge) dan pengetahuan

indrawi (sensuous knowledge). Pengetahuan yang pertama bersinggungan secara

langsung dengan masalah logika, di mana nilai pengetahuannya adalah kebenaran.

Sementara pengetahuan yang kedua merupakan bidang garapan estetika yang

menempatkan keindahan sebagai nilai pengetahuannya22-25.

29

Page 30: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

Daftar Pustaka

1. Affandi B. Kuliah filsafat ilmu. Program Pascasarjana-Biomedik, FKUI. Jakarta 1998.2. Anonim. Metafisika. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Metafisika. Diakses 15

Juli 2010. 3. Iman K. Metafisika dan filsafat Diunduh dari http://parapemikir.com/metafisika-dan-

filsafat.html . Diakses 15 Juli 2010 .4. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta, 1996.5. Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu, Penerbit Rake Sarasin, Yogjakarta, 2001  6. Anonim. Ontologi. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ontologi pada tanggal 15

Juli 2010 7. Suriasumantri JS. Tentang Hakekat Ilmu : Sebuah Pengantar Redaksi. Dalam:

Suriasumantri JS (editor). Ilmu dalam Perspetif. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2009. hal 9-10

8. Affandi B. Kuliah Filsafat Ilmu. Program Pascasarjana-Biomedik. FKUI, Jakarta. 19989. Hadi HP. Analogi Pengetahuan. Dalam: Hadi HP (editor). Epistemologi Filsafat

Pengetahuan. Cetakan 11. Yogyakarta: Kanisius Media. 1994. Hal 23-2510. Rapar JH. Pengantar Logika, Asas-asas penalaran sistematis. Jakarta: Kanisius, 1996.11. Bab 9: Logika deduktif dan logika induktif. Dalam: Daldiyono. Bagaimana dokter

berpikir dan bekerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007. p125-73.12. Anonim. The phylosophy of logic. Tersedia di http://www.rbjones.com/rbjpub/philos

/logic/index.htm. 2006. Diakses pada tanggal 15 Juli 2010.13. Cline A. Logic & philosophy of language: thinking, reasoning, communicating. Tersedia

di http://atheism.about.com/od/philosophybranches/p/Logic.htm. 2010. Diakses pada tanggal 15 Juli 2010.

14. Lanur A. Logika Selayang Pandang. Jakarta: Kanisius, 1983. 15. Suriasumantri JS. Ilmu dalam perspektif, cetakan tujuhbelas. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2009. 16. Anonim. Logika. Tersedia di http://id.wikipedia.org/wiki/Logika. 2010. diakses pada

tanggal 15 Juli 2010.17. Anonim. Topik II: logika kodratiah dan logika ilmiah. Diunduh

dari http://repository.binus.ac.id/content/G0822/G082242927.ppt pada tanggal 15 Juli 2010.

18. Daldjoeni N. Hubungan Etika Dengan Ilmu. Dalam: Suriasumantri JS (editor). Ilmu dalam Perpektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2009; hal 233-6.

19. Samil RS. Etika Kedokteran. Jakarta: YayasanSarwono Prawirohardjo; 199320. Anonym, Aesthetic. Diunduh dari.http://en.wikipedia.org/wiki/Aesthetics

30

Page 31: Met a Fisika, Ontologi, Epistemologi Logika, Etik, Dan Estetika

21. Anonym, Pokok Persoalan Estetika. Diunduh Dari http://buntetpesantren.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1338:pokok-persoalan-estetika&catid=24:iptek-dan-kesehatan&Itemid=287

22. Abro RH, Estetika Profetik Seni Islami, Diunduh dari http://uinsuka.info/humas/index.php?option=com_content&task=view&id=60&Itemid=26

23. Anonym, Pengantar Filsafat. Diunduh dari http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1871556-pengantar-filsafat/

24. Anonym, Estetika, Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Estetika25. Wiramihardja SA. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama, 2006, hal 164-167,

31