merencanakan gedung
DESCRIPTION
teknik sipilTRANSCRIPT
Perencanaan Gedung
Dalam perencanaan gedung di Indonesia di atur oleh Standar Nasional Indonesia.
Oleh karena itu, dalam perencanaan kita harus berpacu pada standar tersebut. Dalam
perencanaan gedung tahan gempa khusus biasanya ada 3 SNI yang kita gunakan.
1. SNI 03-1726-2002-STANDAR PERENCANAAN KETAHANAN GEMPA
2. SNI-03-2847-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung
3. PPIUG 1983 untuk Peraturan Pembebanan
Ada beberapa tahap dalam perencanaan gedung tahan gempa, tahap tersebut antara
lain:
1. Perencanaan Awal atau Preliminary Design
2. Analisis Gempa
3. Perencanaan Elemen Struktur dan Pendetailan
4. Membuat Gambar Perencanaan atau Asplan Drawing
Data Perencanaan
Data perencanaan merupakan hal yang penting untuk dapat merencanakan
suatu struktur bangunan. Data perencanaan ini bisa diperoleh dari Uji laboratorium,
standar mutu bahan maupun lain-lainnya. Untuk data perencanaan dan prelimary
design dapat klik download.
Setelah data perencanaan dan perencanaan awal sudah di download. makan
selanjutnya adalah perencanaan gedung terhadap perkiraan gaya gempa yang akan
terjadi. Untuk memahami perencanaan gempa ini, teman-teman sekalian harus
mengetahui fungsi dari perencanaan ini terlebih dahulu.
Inti dari perencanaan terhadap gaya gempa adalah menemukan atau
memperkirakan kondisi layan dan ulimit pada suatu struktur gedung tahan gempa.
Kondisi layan dan ultimit ini adalah berupa batas simpangan horizontal yang mampu
dipikul struktur gedung.
Batas Layan ditentukan berdasarkan simpangan antar tingkat akibat gempa rencana
dan berfungsi untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang
berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan
penghuni. Dalam bahasa gaulnya, batas layan ini dihitung agar ketika terjadi goyangan
akibat gempa penghuni masih dalam kondisi nyaman (dalam arti penghuni dapat
berjalan untuk melarikan diri). hehehe
Batas Ultimit ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar-tingkat maksimum
struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana dalam kondisi struktur gedung di
ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan
struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah
benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah
dengan sela pemisah (sela dilatasi). Dalam bahasa kerennya batas ultimit yaitu batas
simpangan maksimum kemampuan gedung untuk menahan gaya gempa,
Untuk dapat mengetahui keadaan layan maupun ulitimit suatu gedung, kita perlu
melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut berupa :
1. Memilih Analisis Gempa yang Akan Digunakan
Berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2003 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanaan
Gempa untuk Bangunan Gedung (Beta Version), cara analisa struktur akibat beban
gempa ada dua, yaitu:
1. Analisis statik ekivalen untuk gedung beraturan
2. Analisis respons dinamik untuk gedung tidak beraturan
Untuk perencanaan gedung kali ini, menggunakan analisis statik ekivalen. Secara
umum, berat bangunan yang akan menjadi beban gempa dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Berat total = Beban Mati + Koefisien Reduksi × Beban Hidup
= DL + 0,3LL
Dan berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002, dalam analisis beban gempa berat struktur
harus diletakkan pada suatu pusat massa eksentrisitas rencana yang besarnya telah
ditetapkan pada Pasal 5.4.3.
2. Mencari Berat Struktur yang Akan Direncanakan
Perhitungan beban gempa yang bekerja pada Lantai 1 sampai lantai 3 yang
mana beban yang dihitung adalah Beban Mati (DL) pada tiap lantai tersebut. Beban
mati tiap lantai tersebut dihitung seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Perhitungan Berat Perlantai
Beban mati yang dihitung berupa berat balok, kolom, lantai dan berat mati
tambahan serta beban hidup yang bekerja. namun dalam penambahan beban hidup
perlu dikalikan dengan faktor reduksi beban hidup yang angkanya tergantun pada
keuatamaan struktur bangunan. Selain dengan menghitung manual berat struktur, bisa
juga dihitung secara otomatis dengan program bantu ETABS. Perhitungan manual
mudah saja digunakan jika bentuk bangunan sederhana dan simetris seperti gambar 2.
Jika Bentuk struktur cukup rumit dan ditekan oleh owner agar perencana dapat
merencanakan dengan cepat maka perhitungan secara otomatis bisa dilakukan dengan
program ETABS.
3. Mencari Eksentrisitas Rencana (Ed)
Dalam mencari eksentrisitas rencana perlu diketahui pusat massa dan pusat
rotasi dari suatu struktur. Setelah diketahui pusat massa dan pusat rotasi maka kita
perlu membandingkan keduanya, jika eksentrisitas yang terjadi melebihi batas yang
diijinkan, maka bentuk struktur perlu diganti. Perhitungan eksentrisitas rencana (ed)
antara pusat massa dan pusat kekakuan lantai dapat menggunakan rumus berikut ini:
- Untuk 0 < e ≤ 0,3b
ed = 1,5e + 0,05b atau ed = e – 0,05b
- Untuk e > 0,3b
ed = 1,33e + 0,1b atau ed = 1,17e – 0,1b
4. Perhitungan Waktu Getar Alami
Dalam perhitungan waktu getar alami bangunan terdapat perbedaan di antara
rumus yang digunakan dalam SNI 03 – 1726 – 2002 dengan SNI 03 – 1726 – 2003 dan
SNI 03 – 1726 – 1991. Dalam perencanaan gedung kali ini rumus untuk menghitung
waktu getar alami yang digunakan adalah yang ada pada SNI 03 – 1726 –
2003. Berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002, waktu getar alami fundamental T 1 dari
struktur harus dibatasi, bergantung pada koefisien untuk wilayah gempa tempat
struktur gedung berada dan jumlah tingkat n, dimana koefisien ζ didapat dari tabel
dibawah ini:
Tabel 1. Koefisien pembatas waktu getar alami
Wilayah
Gempa
ζ
1 0,2
0
2 0,1
9
3 0,1
8
4 0,1
7
5 0,1
6
6 0,1
5
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2002
5. Perhitungan Koefisien Gempa Dasar (C)
Setelah diperoleh waktu getar alami bangunannya dengan menggunakan rumus
empiris, maka berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002 Pasal 4.7.6, koefisien gempa dasarnya
untuk jenis tanah dan wilayah gempa didasarkan pada tabel 6
6. Perhitungan Gaya Geser Dasar Horizontal Total Akibat Gempa (V)
7. Analisis Waktu Getar Struktur dengan Cara T-Rayleigh
8. Distribusi Akhir Gaya Geser Dasar Horizontal
9. Analisis Kinerja Batas Layan (Δs)
10. Analisis Kinerja Batas Ultimit (Δm)