“mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong...

36
| | BAHAN SAAT TEDUH EDISI NO. 263 MARET 2018 “...mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" [Yohanes 12:13] 263 | | 二零

Upload: phamdiep

Post on 08-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

| | BAHAN SAAT TEDUH EDISI NO. 263 MARET 2018

“...mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: Hosana! Diberkatilah Dia yang datang

dalam nama Tuhan, Raja Israel!" [Yohanes 12:13]

263 || 二零

PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kem-bali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!

PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memper-oleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.

Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat meng-ikuti saran-saran praktis sebagai berikut:

Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat meng-ganggu konsentrasi Anda.Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan.Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah.Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)

SARAN-SARANPRAKTIS

BERSAAT TEDUH

Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria SurabayaAlamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email: [email protected] Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria

www.gkagloria.or.id

Penulis edisi 263:Alfred Jobeanto, Andree Kho, Bambang Alim, Bambang TedjokusumoElok Chrisinar, Hendry Heryanto, Herty Togatorop, Ie David, Jonatan DP.Liem Sien Liong, Liona Margareth, Lucky Pudja A., Natanael ThamrinOtniol H. Seba, Pinvatanis Gea, Sahala Marpaung, Yohanes SudiartoPenerjemah: Tertiusanto

PERSPEKTIF

EDITORIAL

emasuki bulan Maret ini, tentunya harapan dan doa kita adalah

Mtetap setia membangun hubungan dengan Tuhan melalui saat teduh dan berdoa. Meski kita tahu akan ada kesulitan dan

tantangan yang kita hadapi, iman dan pengharapan itu akan menjadi “sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita” dalam menjalani kehidupan pada tahun ini.

Renungan PERSPEKTIF di tahun 2018 ini disusun secara berurutan mulai dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Kiranya PERSPEKTIF dapat menjadi bahan bagi kita untuk “Lectio Divina” sehingga kita dapat mengerti “apakah yang menjadi kehendak Tuhan untuk kita jalani di dalam hidup kita. Pertanyaan yang muncul, apakah yang dimaksud dengan “Lectio Divina”? Apakah manfaatnya bagi kita?

Lectio Divina adalah sebuah kalimat dari bahasa Latin, yang berarti “pembacaan ilahi” atau Pembacaan Kitab Suci. Ini merupakan sebuah cara untuk mempelajari, menyelami, mendengarkan, berdoa dan melakukan sesuatu dari sabda Tuhan di dalam kehidupan kita. Setidaknya ada 4 langkah dalam melakukan Lectio Divina:

Pertama, Lectio (Membaca). Sisihkanlah waktu dan bacalah bagian Alkitab secara perlahan-lahan. Usahakan untuk memahami Firman Tuhan yang sedang dibaca. Baca nas yang sama untuk kedua kalinya. Dengarkan setiap kata atau frasa yang berbicara kepada anda, dan dengarkan dengan hati anda.

Kedua, Meditatio (Merefleksi). Baca kembali nas itu secara perlahan-lahan. Ketika Anda merasakan ada kata atau frasa yang berbicara kepada Anda, ambillah waktu untuk mempertimbangkan kata atau frasa atau nas Firman Tuhan yang mempunyai keterkaitan dengan hidup anda.

Ketiga, Oratio (Merespon). Baca kembali nas itu secara perlahan-lahan. Pertimbangkan sekarang, bagaimana Firman Allah telah berbicara kepada Anda melalui nas itu dan meresponslah kembali kepada-Nya. Pertimbangkan tindakan-tindakan nyata yang akan Anda lakukan dari nas yang Anda baca.

Keempat, Contemplation (Berdiam Diri). Sekarang ambil beberapa waktu untuk tetap diam di hadapan Tuhan.

Mengakhiri editorial ini, perlulah kita merenungkan perkataan bijak ini, “Seek by reading and you will find by meditating. Knock by praying and it will be opened to you in contemplation.” Dikutip dari St. John of The Cross.

Lectio Divina

01KAMIS

MARET 2018

Bacaan hari ini: 1 Samuel 7:2-17Bacaan setahun: Bilangan 19-20, Lukas 16

udah 20 tahun berlangsung sejak tabut Tuhan ada di Kiryat-Yearim

Sdan Israel masih dalam kondisi yang sulit karena bangsa Filistin, sehingga mereka selalu mengeluh kepada Tuhan. Samuel

kemudian mengajak Israel untuk segera bertobat dengan segenap hati, dengan cara menjauhkan para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengah mereka dan menujukan hati kepada TUHAN dan beribadah hanya kepada-Nya. Nampaknya selama 20 tahun itu bangsa Israel sungguh-sungguh tidak mempedulikan Tuhan dan menghidupi satu pertobatan yang sejati. Padahal mereka telah dikalahkan dan tabut perjanjian sudah direbut (walaupun akhirnya dikembalikan), tetapi mereka tetap tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan dengan segenap hati. Dan itu berlangsung lama hingga 20 tahun. Ketika mereka bersatu hati mencari Tuhan dan memberikan korban kepada Tuhan, di sana Tuhan menunjukkan kuasa dan pertolongan-Nya. Filistin yang mengambil kesempatan untuk menyerang Israel yang sedang berkumpul untuk beribadah kepada Tuhan, diporak-porandakan Tuhan melalui bunyi guntur, sehingga mereka akhirnya dapat dikalahkan Israel. Tuhan menunjukkan satu hal bahwa Dialah sandaran dan sumber kekuatan Israel, dan hanya kepada Dia sajalah mereka harus berbakti dengan segenap hati. Tidak heran setelah peperangan selesai, Samuel kemudian mendirikan batu peringatan yang dinamakan Eben-Haezer, yang artinya adalah “Sampai di sini Tuhan menolong kita.” Bagaimana kehidupan iman kita kepada Tuhan saat ini? Apakah kita bersungguh hati hidup bagi Dia? Kiranya Tuhan memberikan kepekaan rohani kepada kita sehingga kita dijauhkan dari hidup yang mengabaikan Tuhan, walaupun secara nampak mata kita rajin beribadah dan melayani. Sebaliknya, hendaknya kita setia dan sepenuh hati beribadah dan mengikut Tuhan.

Berdoalah bagi jemaat Tuhan, agar dalam setiap kondisi hidup yang mereka hadapi, mereka benar-benar menjaga hatinya untuk setia dan sepenuh hati beribadah kepada Tuhan saja.

TUHAN MENOLONG KITA

“Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer,

katanya: Sampai di sini TUHAN menolong kita.” (1 Samuel 7:12)

STUDI PRIBADI: Apa yang terjadi dengan Israel sehingga Samuel mengajak mereka untuk sungguh-sungguh bertobat?

JUMAT

02“TUHAN berfirman: Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam

segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak,

supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.” (1 Samuel 8:7)

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dikehendaki bangsa Israel? (2) Ceritakanlah peringatan Samuel terhadap bangsa Israel yang mau memilih seorang raja bagi mereka?

Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mau belajar mengikuti kehendak Tuhan di dalam kehidupannya dan bukan mengikuti cara mereka sendiri, karena rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera.

eringkali dalam hidup mengikuti Tuhan, kita lebih memilih mengikuti

Scara yang menurut kita benar ketimbang cara Tuhan. Itu juga terjadi pada Israel pada waktu itu. Anak-anak Samuel berbuat kesalahan,

sehingga bangsa Israel menolak Samuel memimpin mereka, dan tidak mau lagi orang yang dipilih oleh Tuhan untuk memimpin mereka; mereka ingin seorang raja yang mereka pilih sendiri. Sehingga Firman Tuhan berkata bahwa yang mereka tolak bukanlah Samuel dan keluarganya, melainkan Tuhan. Bukankah juga banyak pemimpin yang baik sebelumnya, seperti Musa, Yosua, Eleasar, Gideon, Samuel, dll. Maka mereka bukan menolak orang pilihan Tuhan, melainkan menolak Tuhan sendiri. Natur manusia setelah jatuh dalam dosa adalah dikuasai kedagingan; manusia lebih suka menjalani pilihannya sendiri, yang sesuai dengan ego dan kepentingannya, ia juga sangat mementingkan hal-hal lahiriah. Sekalipun raja yang mereka pilih akan membebani mereka dengan pajak dan tugas yang berat, mereka bangga ada seorang pemimpin yang gagah, seperti bangsa sekitar mereka, memiliki kereta dan kuda untuk perang, daripada mereka menundukkan diri pada Tuhan dan Firman-Nya. Namun bagi Tuhan, tanpa itu semua, Tuhan sanggup memberikan mereka kemenangan. Itulah yang dikisahkan oleh kitab Hakim-hakim dan tokoh-tokoh sebelumnya. Namun, mereka tetap menolak cara Tuhan. Sebetulnya setiap kita pun sama, kita ingin menyelesaikan masalah kehidupan kita dengan cara kita sendiri, atau cara dunia ini, yaitu dengan uang, kekuasaan, kehebatan. Kita enggan harus rendah hati, mengakui dosa di hadapan Tuhan, membaca Firman Tuhan, dan menantikan pertolongan Tuhan. Apalagi bila kita ada masalah atau kepahitan dengan pemimpin gereja tertentu, kita sangat mudah putus asa dan menilai negatif seluruh pemimpin gereja, tidak mau mendengarkan nasihat mereka, dan mau melakukan dengan jalan kita sendiri. Sehingga akibatnya fatal, seperti bangsa Israel hari ini. Mari kita segera sadar, dan merendahkan diri di hadapan Tuhan.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 8:1-22Bacaan setahun: Bilangan 21-22, Lukas 17

MARET 2018

SIAPAKAH PEMIMPIN HIDUPMU?

03SABTU

“Besok kira-kira waktu ini Aku akan menyuruh kepadamu seorang laki-laki dari tanah Benyamin; engkau akan mengurapi

dia menjadi raja atas umat-Ku Israel... Sebab Aku telah memperhatikan sengsara umat-Ku itu...” (1 Samuel 9:16)

Berdoalah bagi orang Kristen agar menjadi teladan dalam melakukan tugas dan panggilannya melayani di manapun berada, selalu bersedia menolong orang lain dan mengasihinya, serta hidup dalam takut akan Tuhan.

ekalipun manusia mengecewakan Tuhan, kasih setia Tuhan

Sterhadap umat-Nya tetap tidak berubah. Itulah kisah hari, di mana Tuhan berinisiatif membantu Israel untuk “menemukan” seorang raja

untuk memimpin mereka. Tujuan menjadi raja ini bukan untuk bersenang-senang menikmati kekuasaannya, dan menikmati fasilitas sebagai seorang raja. Jelas sekali Tuhan memberikan pesan bahwa raja ini mempunyai tugas yang mulia, yaitu menyelamatkan umat Tuhan dari kesengsaraan mereka (1Sam. 9:16), baik itu sengsara karena penjajahan maupun karena sebab-sebab yang lain. Untuk mengemban tugas mulia tersebut, maka tentu tidak bisa sembarangan memilih seorang pemimpin; yang diutamakan oleh Firman Tuhan dari seorang pemimpin adalah karakternya, baik dalam PL maupun dalam PB (1Tim. 3:8-13 dan Titus 1:5-9). Maka kita mendapat sosok Saul; sewaktu ia terpilih adalah pribadi yang rajin bekerja (mencari keledai-keledai ayahnya yang hilang), mau mendengarkan nasihat bujangnya untuk mencari nabi Samuel, walaupun secara manusia merasa itu perkara yang sepele. Pada mulanya, Saul juga adalah seorang yang sangat rendah hati, sadar bahwa dia dari suku Benyamin, suku terkecil di Israel, kaumnya adalah yang paling hina (setelah peristiwa Gibea, Hakim-hakim 19-21). Saul juga seorang yang taat pada semua yang dikatakan oleh Samuel. Kelihatannya, Saul tidak mengerti banyak akan kehidupan spiritual dan mempraktikannya, sehingga Tuhan memasukan dia ke dalam rombongan nabi, agar dia belajar dengan para nabi dan mengenal Tuhan lebih dalam. Sayangnya Saul kurang menekuni hal ini. Kita terpilih dan terpanggil oleh Tuhan sebagai seorang pemimpin, karena itu marilah kita sadar, segera pergi melayani dan menjadi berkat bagi orang lain, menolong mereka yang lemah, dan menjadi teladan. Itulah fungsi orang pemimpin. Tuhan akan menyediakan situasi, karunia yang kita perlukan untuk memperlengkapi kita, bila kita berjalan dalam kerendahan hati dan mau terus dipimpin oleh-Nya untuk menjadi berkat.

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang Tuhan harapkan dari raja Israel? (2) Apakah yang Tuhan harapkan dari kita, sebagai pemimpin, baik itu dalam keluarga, gereja dan lainnya?

TUJUAN HIDUP SEORANG PEMIMPIN

Bacaan hari ini: 1 Samuel 9:1-10:16Bacaan setahun: Bilangan 23-24, Lukas 18

MARET 2018

04MINGGU

ejak semula, sistem pemerintahan bangsa Israel adalah teokrasi,

Sartinya segala keputusan yang diambil berasal dari Tuhan secara langsung, bahkan segala hukum yang dipakai adalah hukum Tuhan.

Namun sayang sekali bangsa Israel kemudian menolak Tuhan, tidak ingin lagi dipimpin oleh Tuhan secara langsung dan justru mereka ingin dipimpin oleh seorang raja seperti bangsa-bangsa lain (ay. 19). Menanggapi “pemberontakan” bangsa Israel tersebut, atas kedaulatan Tuhan, akhirnya Saul dipilih Tuhan menjadi raja pertama Israel. Dalam ayat 24 Samuel berkata: “Sebab tidak ada seorangpun yang sama seperti dia di antara seluruh bangsa itu.” Ada 2 hal yang membuat Saul menjadi berbeda, yakni: (1) Tuhan mengurapi Saul melalui minyak yang dituangkan ke atas kepalanya oleh Samuel (ay. 1). Ini tanda penyertaan dan pimpinan Tuhan kepada Saul. Tuhan memberikan kasih karunia dan karunia yang memungkinkan Saul dapat melaksanakan tugas yang Tuhan percayakan kepadanya. Pengurapan juga menjadikan Saul orang yang kudus (dikhususkan Tuhan). (2) Tuhan mengubah hati Saul (ay. 9). Bisa dipastikan bahwa Tuhan mengubah hatinya menjadi hati yang dikuasai Roh Tuhan, menjadi orang yang sangat bijaksana (Saul tidak menceritakan kepada siapapun termasuk kepada pamannya perihal menjadi raja, karena memang belum waktunya. Saul juga tidak marah ketika orang-orang dursila menghina dia). Dua karya Tuhan atas diri Saul inilah yang menjadikan Saul berbeda dari orang sebangsanya. Belajar dari bagian ini, adakah hidup kita berbeda dengan dunia? Saat kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita juga sudah memiliki Roh Kudus. Namun, apakah hidup kita senantiasa mau dipimpin dan dikuasai Roh Kudus? Ketika Saul hidup dalam panggilan Tuhan (taat pada Tuhan), maka ia menjadi “orang yang berbeda” dan Tuhan memakai serta memberkatinya dengan kemenangan yang luar biasa. Oleh sebab itu, marilah kita setiap saat ingat untuk hidup selalu dipimpin dan dikuasai Roh Kudus, karena di situlah akan nampak perbedaan kita dengan dunia.

“Dan Samuel berkata kepada seluruh bangsa itu: ‘Kamu lihatkah orang yang dipilih TUHAN itu? Sebab tidak ada seorangpun yang

sama seperti dia di antara seluruh bangsa itu.’ Lalu bersoraklah seluruh bangsa itu, demikian: ‘Hidup raja!’” (1 Samuel 10:24)

Berdoalah agar setiap jemaat Tuhan dengan sadar mau hidup dipimpin dan dikuasai Roh Kudus, bukan dikuasai oleh keinginan diri sendiri atau dunia, sehingga kita mampu hidup berbeda dari rancangan dunia.

STUDI PRIBADI: (1) Tantangan apa yang dihadapi Saul sebagai raja pertama Israel? (2) Menurut Anda seberapa pentingkah “hidup berbeda” dengan dunia?

Bacaan hari ini: 1 Samuel 10:17-27Bacaan setahun: Bilangan 25-26, Lukas 19

MARET 2018

SAUL BERBEDA DARI YANG LAIN

05SENIN

eski Saul telah diurapi dan ditetapkan menjadi raja Israel melalui

Mundi, Saul tidak langsung naik takhta menjadi raja. Saul masih bekerja seperti biasa di padang (ay. 5). Tetapi Tuhan memakai

suatu peristiwa untuk membuat nama Saul dikenal dan diakui sebagai raja, yaitu ketika Yabesh-Gilead hendak diserang orang-orang Amon. Yabesh-Gilead adalah kota di daerah suku Yehuda, di sebelah timur sungai Yordan. Saat itu, orang Yabesh-Gilead merasa tidak mampu menghadapi dan hendak mengadakan perjanjian dengan orang Amon. Ketika utusan Yabesh-Gilead sampai di daerah Saul, Gibea, Saulpun mendengar kabar tersebut. Roh Allah berkuasa atas Saul dan Saulpun menjadi sangat marah. Memang ada sejarah “kedekatan” antara suku Benyamin dengan Yabesh-Gilead terkait perang saudara yang pernah terjadi di Israel (Hakim-hakim 20-21). Yabesh-Gilead lemah dan kecil, dan saat ini sedang menghadapi ancaman penindasan dari orang Amon. Maka Saul dalam kuasa Roh Allah melakukan suatu tindakan heroik dengan memotong-motong sepasang lembu dan mengirimkannya ke seluruh daerah Israel dengan maksud mengajak seluruh daerah Israel bersatu menghadapi orang Amon. Apa yang membuat seluruh daerah Israel mau bersatu? Bangsa Israel bisa bersatu karena Tuhan yang melakukannya. Ini adalah peperangan pertama Saul. Saul membuat srategi yang sangat baik, sehingga orang Amon berhasil dikalahkan. Dengan sangat bijaksana, Saul juga tidak mendendam kepada orang-orang yang pernah meremehkan dan menghinanya, karena Saul sadar bahwa kemenangan itu bukan karena kehebatannya, tetapi karena Tuhan yang memberi keselamatan (ay. 13). Awal pelayanan yang manis dilakukan Saul sebagai raja. Dengan demikian Saul diakui sebagai raja atas seluruh Israel. Dari pengalaman Saul ini, sekali lagi kita diingatkan ketika kita hidup dalam kuasa Tuhan, maka kita akan melihat dan merasakan karya Tuhan yang luar biasa. Tuhan memakai kita, memberkati apa yang kita kerjakan, dan menuntun kita seturut kehendak-Nya.

“Ketika Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat.”

(1 Samuel 11:6)

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang membuat Saul menjadi begitu berani menghadapi orang Amon? (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari pengalaman pertama Saul berperang?

Berdoalah agar setiap jemaat Tuhan berani menghadapi setiap “musuh” (tantangan, pergumulan, godaan,dsb) dengan menempatkan kuasa Tuhan atas hidupnya.

SAUL MENDAPATKAN KEMENANGAN

Bacaan hari ini: 1 Samuel 11:1-15Bacaan setahun: Bilangan 27-28, Lukas 20

MARET 2018

SELASA

06

STUDI PRIBADI: (1) Apakah permintaan bangsa Israel kepada Samuel? (2) Bagaimanakah Samuel menasihati Bangsa Israel?

ernahkah kita mengalami suatu luapan kemarahan yang begitu

Prupa, yang kita tujukan pada pasangan, anak, orang-orang terdekat atau orang lain, yang tidak seharusnya mereka menerimanya?

Mereka memandang kita seperti monster dengan wajah beringas, berteriak-teriak dan membentak-bentak, seolah-olah ada suatu kekuatan sedang menguasai kita, penuh otoritas, dan paksaan dalam hidup untuk melakukan sesuatu yang jahat. Bangsa Israel adalah bangsa yang berdosa; Israel dikatakan bangsa yang tegar tengkuk, sampai suatu saat bangsa Israel meminta seorang raja untuk memimpin mereka, yang sebelumnya TUHAN lah, Raja mereka. Permintaan ini berarti bangsa Israel telah menolak Tuhan sebagai Raja atas Israel. Hal ini merupakan kejahatan besar yang bangsa ini perbuat. Mengapa bisa terjadi? (1) Secara politis, Israel berada dalam ancaman bangsa Amon. (2) Secara moral, hidup keagamaan Israel mengalami kemerosotan, bahkan sampai mempengaruhi kehidupan pemimpin rohani mereka. (3) Motivasi pribadi yang salah. Mereka ingin sama seperti bangsa lain. Keputusan minta raja bukanlah keputusan yang diambil berdasarkan kehendak Allah (Ul. 17:14-20), dengan keputusan ini, mereka tidak mau lagi diperintah oleh Tuhan Allah. Maka Nabi Samuel menasihati: “asal saja kamu takut akan TUHAN, beribadah kepada-Nya, mendengarkan firman-Nya dan tidak menentang titah TUHAN, dan baik kamu, maupun raja yang akan memerintah kamu itu mengikuti TUHAN, Allahmu” (bnd. ayat 14 dan 20). Dan berkatalah Samuel kepada bangsa itu: “Jangan takut; memang kamu telah melakukan segala kejahatan ini, tetapi janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu.” Marilah kita berdoa dan membaca Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh serta melakukan Firman Tuhan dalam hidup setiap hari. Markus 14:38 berkata, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Berdoalah untuk setiap jemaat Tuhan supaya mereka berjuang untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan bukan sesuai dengan kehendak diri sendiri.

“Dan berkatalah Samuel kepada bangsa itu: Jangan takut; memang kamu telah melakukan segala kejahatan ini, tetapi

janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu.” (1 Samuel 12:20)

JANGAN BERHENTI MENGIKUT TUHAN

Bacaan hari ini: 1 Samuel 12:1-25Bacaan setahun: Bilangan 29-30, Lukas 21

MARET 2018

07RABU

engan kemenangannya melawan bani Filistin, Saul menjadi sangat

Dterkenal. Dalam hal ini, kemungkinan Saul merasa sanggup mencukupi keperluannya sendiri, sehingga Saul mengambil

keputusan yang bodoh, tanpa bertanya kepada Tuhan: Pertama, perbuatan Saul yang sombong (ay.1-7). Kemenangan Yonatan di Geba menimbulkan kecemburuan Saul, sehingga ia meniupkan sangkakala sebagai tanda bahwa ia telah mengalahkan bangsa Filistin. Sangkakala dapat mengeluarkan berbagai bunyi yang berbeda, untuk menandakan peristiwa penting, bahaya, atau kematian orang penting (Hak. 3:27-28, Neh. 4:18-20 ). Kedua, melanggar hak keimaman (ay.8-9). Dengan mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan, tanpa menunggu Nabi Samuel, seperti telah diperintahkan Samuel. Hal ini disebabkan karena: (a). Rakyat yang berserak-serak; (b). Samuel tidak datang pada waktu yang ditentukan; (c). Orang Filistin telah berkumpul di Mikmas (ay.11). Semua hal ini menimbulkan ketidaksabaran Saul untuk mempersembah-kan korban bakaran kepada Tuhan. Akibat dari tindakan Saul ini, dikatakan, “Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu” (ay.14). Terkadang dan bahkan seringkali, ketidaksabaran kita karena banyaknya tekanan dan masalah hidup, menimbulkan tindakan-tindakan yang bodoh, tidak terkontrol. Dengan luapan amarah kepada siapa saja yang ditemui, yang seharusnya mereka tidak berhak untuk menerimanya. Apalagi mereka mengenal kita sebagai orang Kristen yang rajin ke gereja dan melayani sebagai majelis, pengurus, dan Hamba Tuhan. Marilah kita panjatkan doa permohonan kepada Tuhan agar buah kesabaran itu terus-menerus melekat dalam hidup kita agar kita tidak melakukan hal-hal yang bodoh, yang pada akhirnya mencelakakan diri kita sendiri dan orang lain.

“Kata Samuel kepada Saul: Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu

atas orang Israel untuk selama-lamanya.” (1 Samuel 13:13)

STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dilakukan Saul sehingga Samuel menjadi marah kepadanya? (2) Bagaimanakah dampak ketidaktaatan Saul atas kehidupan bangsa Israel?

Berdoalah bagi setiap jemaat Tuhan agar mereka dapat mengaplikasikan buah kesabaran di dalam kehidupannya, ketika menghadapi kesulitan dan pergumulan yang ada.

PERBUATANMU ITU BODOH

Bacaan hari ini: 1 Samuel 13:1-22Bacaan setahun: Bilangan 31-32, Lukas 22

MARET 2018

KAMIS

08

STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah situasi dan kondisi orang Israel pada waktu itu? (2) Mengapa Yonatan berani menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang Filistin?

“Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin TUHAN akan bertindak untuk

kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.” (1 Samuel 14:6)

Berdoalah bagi orang Kristen, agar dalam segala situasi dan kondisi yang dialaminya, kita tetap percaya, berserah dan mencari pertolongan hanya kepada Allah, Pencipta kita.

rang Filistin berkumpul untuk memerangi bangsa Israel. Dengan

Otiga ribu kereta, enam ribu orang pasukan berkuda, dan pasukan berjalan kaki sebanyak pasir di tepi laut, mereka bergerak maju dan

berkemah di Mikhmas, di sebelah timur Bet-Awen. Kehadiran orang Filistin itu membuat orang-orang Israel menjadi terjepit dan terdesak sehingga larilah mereka bersembunyi di gua, lekuk batu, bukit batu, dan perigi yang ada untuk menghindari dan menyelamatkan diri dari orang Filistin (13:5-6). Namun, tidaklah demikian dengan Yonatan. Dalam bagian ini diceritakan bahwa Yonatan justru maju mendekati mereka, yakni pasukan pengawal orang Filistin tanpa sepengetahuan Saul (14:1). Mengapa Yonatan bertindak demikian? Yonatan bertindak karena ia yakin dan percaya kepada Tuhan, bahwa jika Tuhan mau menolong, maka tidak sukar bagi-Nya untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang (ayat 6). Dengan iman yang demikianlah, ia bersama bujangnya itu maju mendekati, memerangi, dan mengalahkan musuh. Demikianlah Yonatan dan bujangnya itu mengalami kemenangan yang luar biasa dari Tuhan (ayat 14). Suatu kemenangan yang telah menimbulkan kegentaran di perkemahan, di padang dan di juga antara seluruh rakyat. Pasukan pengawal dan penjarah-penjarah menjadi gentar, dan bumi gemetar sehingga kegentaran itu menjadi kegentaran yang dari Allah. Allah membuat mereka menjadi panik (ayat 15). Akibatnya, mereka saling menikam satu sama lain (ayat 19). Demikianlah TUHAN menyelamatkan orang Israel pada hari itu (ayat 23). Bagaimanakah situasi dan kondisi Anda saat ini? Apakah Anda sedang menghadapi tantangan berat yang menghimpit Anda? Apakah Anda sedang didera berbagai kesulitan? Marilah kita belajar dari Yonatan. Saat menghadapi kesulitan, ancaman, dan kondisi yang buruk, Yonatan percaya dan berserah kepada Tuhan. Yonatan tahu bahwa kemenangan dalam peperangan bukan terletak pada besarnya jumlah pasukan, melainkan pada Tuhan yang ada di pihak mereka.

BAGI TUHAN, TIDAK SUKAR UNTUK MENOLONG

Bacaan hari ini: 1 Samuel 13:23-14:23Bacaan setahun: Bilangan 33-34, Lukas 23

MARET 2018

09JUMAT

STUDI PRIBADI: Mengapa Saul memerintahkan rakyatnya untuk tidak makan dan minum, sedangkan mereka dalam kondisi lelah, lapar dan haus?

“Ketika orang-orang Israel terdesak pada hari itu, Saul menyuruh rakyat mengucapkan kutuk, katanya: Terkutuklah orang yang

memakan sesuatu sebelum matahari terbenam dan sebelum aku membalas dendam terhadap musuhku.” (1 Samuel 14:24)

Berdoalah agar para pemimpin gereja, diberikan hikmat dan bijaksana dari Tuhan sehingga berhati-hati sebelum membuat keputusan yang berkaitan dengan kehidupan bergereja.

etika Israel sedang lelah, Saul menyuruh rakyatnya mengucapkan

Kkutuk, katanya: “Terkutuklah orang yang memakan sesuatu sebelum matahari terbenam dan sebelum aku membalas dendam terhadap

musuhku.” Sebab itu, tidak ada seorang pun dari rakyat memakan sesuatu (ayat 24). Sesungguhnya, tindakan Saul ini memperburuk kelelahan yang sedang dialami oleh rakyatnya. Tujuan Saul menyuruh rakyat bersumpah adalah supaya perang atau pengejaran terhadap tentara Filistin tidak terhalang oleh aktivitas makan atau minum. Tetapi, dalam semangatnya untuk berperang, ia lupa bahwa manusia butuh makanan dan minuman. Jelas, tindakan ini dikatakan oleh Yonatan sebagai tindakan yang dapat mencelakakan mereka (ayat 29). Karena mereka tidak mempunyai kemampuan yang baik dan maksimal untuk berperang mengalahkan orang Filistin yang banyak itu. Akibatnya, tidaklah besar kekalahan yang dialami oleh orang Filistin waktu itu (ayat 30). Selain itu, rakyat pun menjadi berdosa. Mengapa? Karena, tidak ada dari rakyat yang berani memakan suatu apa pun (ayat 24b-26). Dari peristiwa ini kita mendapati bahwa sesungguhnya tindakan Saul tersebut adalah tindakan yang sangat ceroboh dan tanpa dipikir panjang. Akibatnya, sangat merugikan dan mencelakakan rakyatnya (bnd. ay 29-30). Rakyat begitu takut melanggar sumpah atau kutuk Saul. Akibatnya, mereka tidak segan-segan untuk melanggar perintah Allah (ayat 31-32). Rakyat menjadi lebih takut terhadap perintah dan larangan raja daripada perintah dan larangan Tuhan. Dari bagian ini, marilah kita, baik sebagai pemimpin keluarga maupun gereja, belajar untuk tidak melakukan tindakan yang ceroboh, apalagi tanpa berpikir panjang dalam mengambil suatu keputusan atau tindakan. Waspadalah, jangan sampai keputusan atau tindakan kita mendatangkan celaka buat orang lain, apalagi jika itu membuat orang lain berdosa karena melanggar perintah Tuhan demi menuruti atau menaati perintah atau tindakan kita tersebut.

KECEROBOHAN YANG MENCELAKAKAN

Bacaan hari ini: 1 Samuel 14:24-52Bacaan setahun: Bilangan 35-36, Lukas 24

MARET 2018

SABTU

STUDI PRIBADI: (1) Ketidaktaatan Saul mengakibatkan penolakan Allah dan rusaknya relasinya dengan Samuel, bagaimanakah dengan kita? (2) Bagaimana langkah konkret kita untuk hidup taat kepada Tuhan?

“Tetapi jawab Samuel kepada Saul: Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak

firman TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel.” (1 Samuel 15:26)

Berdoalah agar kiranya Tuhan Yesus melalui Roh Kudusnya, memampukan setiap kita menjadi menjadi anak-anak Tuhan yang taat dan hidup setia di hadapan-Nya.

10

Nasi sudah menjadi bubur, peribahasa ini dengan sangat tepat menggambarkan situasi Saul saat berhadapan dengan Samuel yang memberitahukan murka dan penolakan Allah atas dirinya. Kemenangan dan tugu peringatan sebagai kebanggaan yang dibangun menjadi hancur dan tak berarti dalam sekejap. Ya, dalam sekejap! Pesta kemenangan menjadi ratapan penyesalan berkepanjangan seumur hidup. Apa yang menyebabkan semua itu terjadi? Ketegaran tengkuk dan ketidaktaatannya terhadap Firman Tuhan (ayat 8, 9, 18-19). Sebenarnya ketidaktaatan Saul ini bukanlah yang pertama kali; di dalam pasal 13 kita dapat melihat bagaimana Saul mempersembahkan korban, meskipun itu bukan haknya. Saul menjadi kehilangan kerendahan hatinya bila tidak hendak menyebutnya rendah diri, seperti pada saat hendak diurapi menjadi raja (1Sam. 9:21; 15:17), serta berubah menjadi bebal, sombong dan tinggi hati. Alih-alih menyesal dan mengakui kesalahan, Saul justru berdalih dan membenarkan dirinya sendiri di hadapan Samuel dengan alasan yang sangat rohani serta merta menyalahkan rakyat yang mengikutinya (ayat 22, 24). Sesungguhnya Saul tidak pernah belajar dari kesalahan yang dibuatnya! Ketidaktaatan berakibat pada penolakan dan penyesalan Allah, “Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku; Dan TUHAN menyesal, karena Ia menjadikan Saul raja atas Israel” (bnd. ayat 11, 35). Jabatan raja yang semula dipegang Saul, dikoyakkan Allah dan diberikan kepada orang lain (ayat 28), Daud (pasal 16). Ketidaktaatan juga menyebabkan rusaknya hubungannya dengan Samuel, nabi yang mengurapi dan yang sangat dihormatinya. Menimbulkan sakit hati dan dukacita yang begitu mendalam. (ayat 11, 35). Bahkan, sampai akhir hidupnya, Samuel tak pernah bertemu Saul lagi (ayat 35). Ironis!

Bacaan hari ini: 1 Samuel 15:1-35Bacaan setahun: Ulangan 1-2, Yohanes 1

MARET 2018

DITOLAK ALLAH

MINGGU

STUDI PRIBADI: (1) Setiakah kita menyediakan waktu saat teduh pribadi dengan Tuhan? (2) Bagaimana pertumbuhan rohani kita mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari?

“....Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang

dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati...” (1 Samuel 16:7)

Berdoalah: Tuhan di dalam menghadapi segala pergumulan hidup, kiranya kami tetap mengasihi-Mu dan setia kepada-Mu melalui ibadah dan ketaatan kami kepada Firman-Mu.

11

DARI DALAM KELUARetelah penolakan Saul akibat ketidaktaatannya, dalam kedukaan

Syang mendalam, Tuhan dalam kepeduliaan-Nya kepada Israel, kemudian memerintahkan Samuel agar bangkit dan pergi

mengurapi anak Isai menjadi raja. Terkejut dan takut, itulah reaksi pertama Samuel. Firman Tuhan tertulis demikian: “Tetapi Samuel berkata: Bagaimana mungkin aku pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.” Firman TUHAN: “Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN” (ayat 2). Memandang paras dan perawakan saudara-saudara Daud yang gagah dan tinggi, membuat Samuel begitu tertegun, seperti juga penilaian orang-orang pada umumnya. Tetapi, apa yang dilihat dan diyakini Samuel rupanya tidak sama dengan apa yang dipandang oleh Allah. Tampilan luar dapat begitu mempesona, namun dalamnya hati, hanya Allah yang tahu. Apakah Daud pernah bermimpi menjadi raja? Rasanya tidak! Daud tidak ada apa-apanya dibandingkan saudara-saudaranya; ia anak bawang, penggembala kambing domba, dan belum berpengalaman (bnd. 1 Sam. 17:13-14), namun begitulah Allah memilih dan mengurapi Daud menjadi raja, bukan melihat kepada tampilan luarnya (ayat 7b). Banyak orang begitu terkagum-kagum dengan bungkus luar, bukan mutunya, kulit daripada isi, yang lahiriah dibandingkan batiniah; intinya, manusia lebih melihat tampilan luar, bukan esensi. Seharusnya, sebagai orang Kristen, tampilan luar terpancar dari keindahan dan keelokan batin yang mengasihi dan takut akan Tuhan. Keluhuran hati dan penghormatan Daud terlihat ketika dengan rendah hati mau melayani, memainkan musik, dan membawakan senjata bagi Saul sekalipun telah diurapi menjadi raja. Keelokan batin Daud juga tidak lepas dari penyertaan dan keintimannya dengan Tuhan. “Sejak hari ia diurapi dan seterusnya, Roh Tuhan berkuasa atas hidupnya” (ayat 13).

Bacaan hari ini: 1 Samuel 16:1-13Bacaan setahun: Ulangan 3-4, Yohanes 2

MARET 2018

SENIN

STUDI PRIBADI: (1) Apakah dampaknya jikalau seseorang dikuasai oleh roh jahat? (2) Bagaimana caranya agar kita bisa menang melawan kuasa jahat?

“Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya;

Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.” (1 Samuel 16:23)

Berdoalah agar setiap orang Kristen dapat hidup dengan iman dan keyakinannya di hadapan Allah sehingga ia tidak dikuasai oleh keinginannya yang akan menjatuhkan dirinya ke dalam dosa.

12

JANGAN TAKUT TERHADAP SETANpakah Anda takut setan? Sikap seperti ini umum terjadi dalam diri

Aorang Kristen. Dalam teologia, ada ajaran sesat yang disebut Dualisme. Jika ajaran ini benar, mungkin kita memang mempunyai

alasan untuk takut kepada setan, karena ajaran ini mengatakan bahwa kuasa baik dan kuasa gelap sama-sama kekal dan sama kuatnya sehingga tidak ada yang bisa saling mengalahkan. Tetapi, Alkitab menyatakan bahwa Tuhan jauh lebih berkuasa dari setan, dan setan terpaksa tunduk kepada Tuhan. Allah jauh lebih berkuasa berkuasa dari setan, dan setan terpaksa tunduk pada apapun yang Allah kehendaki, ini terlihat dengan jelas dari 1Sam. 16:14-23. Pertanyaannya adalah: Mengapa roh jahat itu datang mengganggu Saul? Pertama, Karena Roh Tuhan telah meninggalkan Saul, dan roh jahat menggantikan kedudukan Roh Tuhan itu (ay. 14). Setelah Roh TUHAN mundur dari Saul, maka roh jahat datang, mengganggu dan menguasai Saul (ay. 14). Inilah yang dikatakan dalam Pulpit Commentary, “Pada waktu jiwa berhenti diperintah oleh Allah, jiwa itu terbuka terhadap kuasa setan, dan ada di bawah kuasa pemerintahannya.” Saul telah melakukan dosa di hadapan Tuhan sehingga ia memberikan dirinya dikuasai oleh setan. Kedua, Roh jahat itu diizinkan oleh Allah sebagai hukuman atas dosa Saul. Pada Pulpit Commentary disebutkan ungkapan “roh jahat dari Tuhan ada padanya”, hanya merupakan cara Perjanjian Lama untuk mengatakan bahwa keadaan sedalam mana ia jatuh, sebagian besar sebagai akibat dari perbuatan jahatnya sendiri, bersifat hukuman ilahi. Tuhan membiarkan Saul dikuasai oleh keinginan hatinya sendiri. Setan sama sekali tidak setara dengan Allah, baik dalam hal kekekalan maupun dalam hal kekuatan, setan jauh di bawah Allah. Pada waktu setan menyerang orang yang percaya, ia dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak mungkin menghancurkan ataupun merugikan orang percaya. Tetapi, kita tetap harus waspada terhadapnya, kita tidak boleh takut kepadanya sebagai orang yang telah percaya Yesus Kristus.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 16:14-23Bacaan setahun: Ulangan 5-6, Yohanes 3

MARET 2018

SELASA“Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: Engkau

mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah

segala barisan Israel yang kautantang itu.” (1 Samuel 17:45)

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Daud berani menghadapi Goliat yang kekuatannya jauh lebih hebat daripadanya? (2) Apa yang sedang ingin Tuhan nyatakan melalui kisah ini?

Berdoalah: Tuhan tolong kami untuk mempraktekkan iman kami saat kami menghadapi pergumulan yang berat di dalam hidup kami, agar kami beroleh kemenangan iman yang dapat menjadi kesaksian bagi sesama kami.

13

RAKSASA DITAKLUKKANiapakah Goliat? Goliat adalah panglima tentara Filistin dari Gat.

SGoliat paling ditakuti oleh bangsa-bangsa sekitar bangsa Filistin, dan juga ditakuti tentara Israel. Goliat mungkin adalah keturunan dari

sisa orang Refaim yang terkenal sebagai orang-orang raksasa, namun sebagian telah dibasmi oleh bani Amon. Ulangan 2:20-21 menggambarkan Goliat dengan tinggi badan 3,2 meter, seorang panglima tentara yang kuat dan belum ada yang bisa mengalahkannya. Siapakah Daud? Daud adalah anak bungsu Isai dari delapan bersaudara. Arti nama Daud adalah pemimpin atau kepala. Daud dari kecil, adalah seorang gembala ternak. Daud bertarung dengan Goliat, satu lawan satu, Daud mengalahkan dan membunuh Goliat. Caranya mengalahkan Goliat, bukan dengan pedang-tombak, ataupun anak panah, tetapi dengan ketapel, aneh tapi nyata. Pelajaran apa yang bisa kita renungkan dari Daud dalam ceritera ini? Pertama, Daud mengandalkan Tuhan sebagai kekuatannya, sebagai penyelamatnya. Itulah sebabnya Daud berkata: “engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kau tantang itu. Hari ini Tuhan akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku.” Inilah iman Daud. Kedua, Daud adalah seorang pemuda yang berani menghadapi bahaya apapun, termasuk tidak takut kepada Goliat. Goliat ditantang oleh Daud untuk berduel dengannya. Sebenarnya Daud punya alasan untuk takut kepada Goliat; seperti: Daud bukanlah seorang tentara yang sudah dilatih secara teknik untuk berperang; dia hanyalah seorang gembala ternak saja. Dari sisi usia, dia masih sangat muda, sangat minim pengalaman, apalagi pengalaman untuk berperang. Ketiga, Daud adalah pribadi yang tulus hati dan rendah hati. Karakter inilah yang memikat hati Tuhan sehingga Tuhan memilihnya menjadi raja untuk menggantikan Saul. Keempat, yang bodoh, lemah, hina, dan tidak terpandang oleh dunia ini, dapat dipilih dan dipakai Allah untuk memalukan dunia, untuk menyatakan kuasa dan keagungan Allah.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 17:1-58Bacaan setahun: Ulangan 7-8, Yohanes 4

MARET 2018

RABU

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

(Amsal 17:17)

STUDI PRIBADI: (1) Pernahkah Anda memiliki pengalaman yang indah dengan sahabat? (2) Sudahkah saudara menjadi seorang sahabat yang baik bagi rekan-rekan lainnya?

Berdoalah agar Tuhan menjadikan kita: seorang sahabat yang baik, yang penuh kasih setiap waktu dan menjadi saudara dalam kesukaran, sehingga kita boleh mengalami indahnya persahabatan dalam Kristus.

14

JADILAH SAHABAT YANG BAIKacaan hari ini menampilkan salah satu bentuk persahabatan yang

Btulus. Yonatan dan Daud memiliki relasi persahabatan yang indah dan mendalam. Mengapa persahabatan antara Yonatan dan Daud

dikatakan indah dan mendalam? Persahabatan antara Yonatan dan Daud didasari atas kasih. Kasih itu dinyatakan melalui ikatan sebuah perjanjian. Ikatan perjanjian ini adalah sebuah ikatan janji antara dua pihak, dengan penuh komitmen yang kuat, terpadu, solid, dan tak terpisahkan. Dengan kata lain, ikatan persahabatan ini bahkan dapat dikatakan melebihi ikatan persaudaraan. Alkitab dua kali mengulang frasa, “dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri” (18:1b) dan “karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri” (18:3b). Persahabatan Yonatan dan Daud diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata. Yonatan dengan rela menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud. Waktu itu, Daud hanya seorang gembala biasa, memakai pakaian biasa yang nyaman dipakai. Yonatan, seorang anak raja, ia memakai jubah yang tidak akan usang, pakaian yang terbaik. Firman Tuhan juga menjelaskan bahwa Yonatan memberikan baju perang, pedang, dan ikat pinggangnya. Hal ini menunjukkan bahwa Yonatan memberikan semua yang ia punyai, yang terbaik untuk sahabatnya Daud. Yonatan memberikan semua yang dibutuhkan oleh Daud dalam berperang. Alkitab mencatat bahwa Daud juga seorang yang memiliki kapasitas yang baik dan terpuji. Atas dasar kemampuan Daud yang baik ini, maka Saul mengangkat Daud menjadi kepala tentaranya. Daud membuktikan kepada Saul dan bangsa Israel, bahwa ke mana pun ia pergi, selalu berhasil dan membawa kemenangan. Apa yang dikerjakan dan diperbuat oleh Daud ini dipandang baik oleh seluruh rakyat dan juga oleh pegawai-pegawai Saul (18:5). Dari bagian ini, kita diingatkan agar kita menjadi seorang sahabat yang penuh kasih kepada saudara-saudara seiman kita. Dalam hal mengasihi saudara seiman, kita perlu memancarkan kasih Tuhan yang murni dan tulus.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 18:1-5Bacaan setahun: Ulangan 9-10, Yohanes 5

MARET 2018

KAMIS

“Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.”

(Amsal 14:27)

STUDI PRIBADI: (1) Pergumulan apa yang membuat Anda ketakutan? (2) Apakah Anda sedang mengalami konflik dengan sesama, dan sampai sekarang belum terselesaikan?

Berdoalah agar Tuhan memberikan kekuatan kepada Anda ataupun saudara seiman lainnya, untuk menghadapi pergumulan dan persoalan yang berat untuk diatasi saat ini.

15

ALLAH DI PIHAK KITAirman Tuhan mencatat Daud sebagai kepala pasukan Israel selalu

Fberhasil membawa kemenangan ketika maju berperang melawan Filistin. Pada waktu Daud kembali dari peperangan mengalahkan

bangsa Filistin, para wanita di seluruh kota Israel menyongsongnya dengan nyanyian dan tari-tarian. Hal ini membuat kecurigaan dan ketidaksukaan di hati Saul. Saul melihat bahwa bangsa Israel lebih memuji kehebatan Daud dalam berperang, daripada Saul sendiri. Alkitab mencatat bahwa sejak saat itu, Saul dengki kepada Daud dan merencanakan untuk membunuh Daud. Berikutnya, Saul melemparkan tombaknya kepada Daud ketika Daud berada di istananya, namun Daud dapat menghindar sebanyak dua kali. Saul menjadi takut karena Tuhan menyertai Daud. Saul terus berusaha menjauhkan Daud dari dekatnya, dan mengangkat Daud menjadi kepala pasukan seribu. Di sisi lain, Daud justru semakin hari semakin berhasil dan mendapatkan kasih dari seluruh bangsa Israel serta Yehuda sebab Tuhan menyertai dia. Saul terus berusaha menjatuhkan Daud. Saul menjodohkan Daud dengan anaknya yang tertua, Merab, hanya Daud harus berperang melawan Filistin. Dalam hal ini, Saul merencanakan hal yang jahat kepada Daud. Tetapi pada akhirnya, Merab diberikannya kepada Adriel. Kemudian Saul merencanakan hal yang jahat kembali kepada Daud, ia berencana memberikan Mikhal kepada Daud, asalkan Daud mau kembali berperang melawan Filistin. Sekali ini, Daud kembali berhasil menewaskan bangsa Filistin dan membawa mas kawin yang diminta oleh Saul, untuk Mikhal. Di situlah Saul mengerti bahwa Tuhan memang menyertai Daud, dan Saul tetap menjadi musuh Daud seumur hidupnya. Dari Firman Tuhan hari ini, kita dapat melihat bahwa meskipun Saul berusaha mencelakakan Daud dengan hal-hal yang jahat, Tuhan selalu meluputkan Daud, melepaskan Daud dari semuanya itu. Apabila saat ini saudara sedang mengalami pergumulan yang berat, percayalah bahwa Tuhan selalu menyertai kita dan Ia sanggup melepaskan kita dari segala kesesakan dan pergumulan.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 18:6-30Bacaan setahun: Ulangan 11-12, Yohanes 6

MARET 2018

JUMAT“Ada teman yang mendatangkan kecelakaan,

tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.”

(Amsal 18:24)

Berdoalah: Tuhan, buatlah kami menjadi teman yang benar bagi sesama kami, di mana kami dapat menolong, mendamaikan dan menjadi berkat bagi teman-teman kami, Amin.

16

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dilakukan Yonatan bagi Daud? (2) Ceritakan pengalaman Anda menjadi teman yang benar–mendamaikan dan memulihkan relasi di antara teman?

TEMAN YANG BENARidak semua orang dapat menjadi teman. Ada yang pura-pura baik,

Tnamun lambat laun ketahuan sifat dan karakternya. Orang seperti ini hanya mau berteman dengan seseorang, jika ia ada dalam kondisi

yang baik, kaya, memiliki reputasi dan terkenal. Namun jika temannya ini ada masalah dan kesulitan, maka ia akan mudah meninggalkan orang itu. Namun berbeda dengan apa yang ditunjukkan Yonatan kepada Daud. Yonatan adalah anak Saul, dari keturunan raja, memiliki reputasi yang baik; ia berteman dengan Daud yang diincar Saul untuk dibunuh. Mengapa Saul mau membunuh Daud? Karena Saul takut kepada Daud. Ini terjadi karena keberhasilan Daud dalam perang yang menyebabkan ia dikasihi seluruh orang Israel dan Yehuda dan TUHAN menyertai Daud (bnd. 1Sam. 18:15-16, 28-30). Itulah yang membuat kecemburuan Saul kepada Daud, yang berujung kepada rencana untuk membunuh Daud (bnd. 1 Samuel 19:1). Apakah yang dilakukan Yonatan kepada Daud? Yonatan melakukan 2 hal: Pertama, Yonatan berbicara kepada ayahnya, Saul, tentang kebaikan yang sudah dilakukan oleh Daud. Bahwa Daud tidak melakukan yang buruk terhadap Saul (bnd. 1Sam. 19:4-5). Saul mendengar perkataan Yonatan, sehingga Saul bersumpah untuk tidak membunuh Daud (bnd. 1 Sam. 19:6); Kedua, Yonatan kemudian memanggil Daud dan membawanya untuk bekerja kepada Saul, ayahnya (bnd. 1Sam. 19:7). Kedua hal yang Yonatan lakukan terhadap Daud ini menunjukkan sifat dan karakter dari seorang teman yang benar. Belajar dari bagian ini, seharusnya kita dapat menjadi teman yang benar bagi sesama kita. Kita dapat mendamaikan orang-orang yang bertikai seperti yang dilakukan oleh Yonatan. Kita bisa meredam amarah seseorang dan di sisi yang lain, kita bisa memulihkan hubungan yang retak satu dengan yang lain, persis seperti yang dilakukan Yonatan kepada Saul, demi Daud, sahabatnya. Amsal 18:24, “Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.”

Bacaan hari ini: 1 Samuel 19:1-7Bacaan setahun: Ulangan 13-14, Yohanes 7

MARET 2018

SABTU

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

(Amsal 17:17)

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Daud tidak menghadiri jamuan makan raja Saul? Jelaskan! (2) Apakah yang sudah dilakukan oleh Yonatan sebagai tanda ia berkorban untuk Daud?

Berdoa bagi setiap jemaat Tuhan, agar mereka mau mengutamakan Tuhan di dalam hidup mereka dengan jalan berani untuk melakukan yang benar di dalam kehidupannya, Amin.

17

RELA BERKORBANonatan dan Daud adalah contoh sahabat yang benar, sebagaimana

Ydituliskan Alkitab. Mereka saling mengasihi (bnd. 1Sam. 18:1-5), Yonatan juga telah menolong Daud, dengan berbicara yang baik

tentang Daud, kepada ayahnya (bnd. 1Sam. 19:4-5), dan membawa Daud untuk bekerja kembali kepada Saul (bnd. 1Sam. 16:19 dan 1Sam. 19:7). Dalam bagian yang kita baca ini, kita menemukan bahwa Yonatan kembali menolong Daud dengan memberitahukan rencana Saul untuk membunuhnya. Daud memang tidak mengikuti jamuan raja (karena Daud kuatir ia akan dibunuh Saul, seperti yang pernah Saul lakukan sebelumnya, bnd. 1Sam. 19:10) sementara Yonatan menghadiri jamuan raja untuk memastikan apakah Saul marah kepada Daud atau tidak. Ternyata benar, Saul menjadi marah kepada Yonatan, karena Yonatan dianggap berpihak kepada Daud. Yonatan berbantah dengan Saul tentang Daud, dan oleh karenanya Saul mengambil tombak dan melemparkannya kepada Yonatan. Hal ini kemudian menyebabkan Yonatan meninggalkan jamuan raja karena marah dengan Saul (bnd. 1Sam. 20:32-34). Kemudian Yonatan pergi memberitahukan kepada Daud yang bersembunyi di balik bukit batu di padang (ayat 35-43). Di sini kita bisa melihat dengan jelas bagaimana Yonatan yang berkorban untuk Daud. Ada 2 hal yang dilakukan Yonatan, ia berkorban untuk Daud: Pertama, Yonatan berbantah dengan Saul soal Daud,—yang menyebabkan Yonatan hampir kehilangan nyawanya; Kedua, Yonatan memberitahukan kepada Daud, rencana Saul untuk membunuhnya. Belajar dari bagian ini, seharusnya kita bisa meneladani Yonatan, menjadi sahabat yang rela berkorban bagi sesama. Bukan karena adanya kepentingan dan keuntungan, tetapi karena kebenaran. Yonatan rela berkorban bagi Daud, karena Yonatan melihat hal yang benar di dalam diri Daud. Daud tidak pernah merencanakan yang jahat bagi Saul (ayat 32). Sebaliknya, Saul yang justru merencanakan kejahatan bagi Daud. Biarlah kita bisa belajar meneladani sikap Yonatan yang rela berkorban, Amin.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 20:30-34Bacaan setahun: Ulangan 15-16, Yohanes 8

MARET 2018

MINGGU

“Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.”

(Amsal 14:27)

Berdoalah: untuk setiap orang Kristen, meskipun menghadapi kesulitan dan pergumulan hidup, mereka tetap bersandar dan berharap penuh kepada Tuhan, Sang sumber kehidupan.

18

ehidupan kita selalu mengalami pasang dan surut, artinya kadang

K kita merasa segala kondisi dan keadaan kita baik-baik saja, tetapi kadang kita juga menghadapi kondisi yang penuh dengan kesulitan

dan kesusahan hidup. Kehidupan Daud juga mengalami pasang surut. Pada beberapa pasal sebelum, Daud telah mengalahkan Goliat, tapi Raja Saul telah memberikan perintah untuk membunuh Daud (1Sam. 19:1), sehingga Daud harus mulai penggembaraannya (pelariannya) untuk menghindari kejaran Raja Saul. Menjadi “buron” dari Kerajaan Saul merupakan mimpi buruk bagi Daud. Apalagi jika dirinya (sebenarnya) tidak melakukan kesalahan. Nob adalah tempat kudus yang terletak di sebelah timur Yerusalem. Nob pada waktu itu juga merupakan kota Imam, sebab di sanalah terdapat kemah Suci dan Ibadah yang resmi diadakan. Dalam keadaan yang terdesak itu, Daud memohon kepada Ahimelekh untuk mendapatkan makanan dan senjata bagi dirinya, tetapi situasi ini diketahui mata-mata Raja Saul, yaitu Doeg, orang Edom. Sehingga Imam Ahimelekh dan seluruh anggota keluarganya ditangkap Raja Saul dan dibunuh (1Sam 22:6-23); hanya Abyatar (anak dari Imam Ahimelekh) yang luput dari pembunuhan tersebut dan menjadi pengikut Daud. Berbagai peristiwa yang dialami Daud bisa jadi merupakan salah satu bentuk dari sebuah perjalanan yang melelahkan kehidupan kita. Terkadang kita tidak melakukan sesuatu yang buruk, tetapi harus menanggung kejahatan yang dilakukan oleh orang lain kepada kita. Proses dari sebuah penggembaraan (pelarian) yang melelahkan inilah yang membuat Daud menuliskan Mazmur 56, yang menggambarkan betapa dalam pergumulan hidupnya; Daud belajar mengarahkan hatinya sepenuhnya kepada Tuhan dan berharap akan pertolongan-Nya. Hari ini, dalam setiap perjalanan yang melelahkan dalam kehidupan kita, kiranya membuat kita semakin menyadari bahwa Allah selalu siap untuk menolong setiap umat-Nya yang bersandar kepada-Nya.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 21:1-15Bacaan setahun: Ulangan 17-18, Yohanes 9

MARET 2018

STUDI PRIBADI: Kisah ini merupakan salah satu kisah pelarian Daud, apakah yang dapat kita pelajari dari bagian ini?

PERJALANAN YANG MELELAHKAN

SENIN

“Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”

(Amsal 14:12)

Berdoalah untuk setiap anak Tuhan, supaya diberikan hikmat oleh Tuhan untuk menyelesaikan segala macam persoalan dan pergumulan hidupnya, dengan cara yang baik dan tidak merugikan orang lain.

19

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Daud sampai merasa bersalah atas kematian yang dialami oleh Ahimelekh dan keluarganya? (2) Bagaimanakah seharusnya sikap dan cara kita jika mengalami suatu permasalahan? Ceritakan pengalaman hidupmu secara singkat!

CARA JITU MENYELESAIKAN MASALAHehidupan yang dipenuhi oleh kebahagiaan ternyata bukan karena

K berapa banyak persoalan yang kita hadapi dan tanggung. Karena setiap manusia selalu menghadapi persoalan yang tidak melebihi

kekuatannya. Yang membuat kita kehilangan kebahagiaan adalah karena kita menggunakan cara yang salah untuk menyelesaikan persoalan kehidupan kita, sehingga seolah-olah kita tidak bisa segera menyelesaikan masalah kita. Kehidupan pelarian Daud atas keinginan Raja Saul untuk membunuhnya, membawa Daud kepada dua peristiwa: pertama, ketika Daud berada di Gua Adulam bersama dengan setiap orang yang dalam kesukaran, ada sekitar empat ratus orang mengikutinya. Bisa dibayangkan bagaimana Daud menghadapi perjalanan yang sulit, yang masih ditambah dengan kondisi para pengikutnya yang dipenuhi dengan kemarahan dan putus asa karena kenyataan hidup yang keras. Pertemuan dengan Daud ternyata membawa penghiburan bagi mereka sebagai satu gerombolan yang termobilisasi dengan baik. Kedua, Daud harus mendengar sebuah kabar buruk tentang kematian Ahimelekh dan seluruh anggota keluarganya. Kesedihan yang sangat luar biasa tentunya dirasakan oleh Daud, namun yang paling penting, Daud tidak malu mengakui bahwa dirinya adalah penyebab utama dari kematian seluruh anggota keluarga Ahimelekh (1Sam 22:22). Oleh sebab itu, melalui peristiwa yang dihadapi oleh Daud ini kita dapat belajar: ketika menghadapi pergumulan hidup yang sangat menyesakkan, maka kita perlu untuk hidup dan memiliki sebuah komunitas yang baik, tidak membiarkan pengaruh negatif dalam kehidupan kita dan berani mengoreksi diri untuk mengambil langkah berikutnya yang jauh lebih baik. Dengan demikian cara yang baik untuk menyelesaikan sebuah masalah adalah bergantung kepada bagaimana kita menempatkan hidup (diri) kita dan berani terbuka untuk mengoreksi diri dengan jujur di hadapan Tuhan.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 22:1-23Bacaan setahun: Ulangan 19-20, Yohanes 10

MARET 2018

SELASA

20“...maka bersiaplah Yonatan, anak Saul,

lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah...”

(1 Samuel 23:16)

Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar dapat menjadi seorang teman yang senantiasa memiliki kasih dan kemurahan untuk menolong dan menguatkan saudara seiman yang lemah.

STUDI PRIBADI: (1) Ceritakan bagaimana usaha Yonatan untuk menyelamatkan Daud? (2) Apa yang Tuhan harapkan saat kita membaca dan merenungkan bagian Firman Tuhan ini?

alam perjalanan melarikan diri dari usaha Saul membunuh dirinya,

DDaud mendengar berita tentang kota Kehila yang sedang terancam akan diserang oleh Filistin. Berita tersebut mengusik hati Daud dan

Daud berencana untuk menolong orang Kehila, dan untuk itu dia bertanya dulu kepada TUHAN. Meskipun pengikutnya mengingatkan bahwa mereka sedang dalam pelarian, rasa kepedulian Daud membuat dia tetap pergi setelah mendapat izin dari TUHAN, dan dia pun mengalahkan musuh dan menyelamatkan kota Kehila. Berita Daud di Kehila terdengar oleh Saul, dan segera membangkitkan keinginan untuk membunuhnya. Berangkatlah Saul dengan tentaranya mengejar dan mencari Daud untuk membunuhnya, tapi dari satu tempat ke tempat yang lainnya, Daud terus menghindar. Dia terus mendekat kepada TUHAN dan menempatkan dirinya dalam perlindungan-Nya. Yonatan menjadi penghiburan besar bagi Daud, bahwa satu-satunya teman baiknya ini tidak mengkhianati persahabatan dengannya, meskipun dia adalah anak dari Saul yang begitu membencinya. Dia datang kepada Daud di Koresa, mendukung dan menjadi penghibur bagi teman baiknya ini, meneguhkan hati sahabatnya kepada Allah. Pengejaran Saul terhadap Daud masih akan terus berlangsung, dan Daud masih akan terus lari menyelamatkan diri. Tetapi di dalam semuanya, perlindungan TUHAN juga akan tetap menyertai dirinya. Daud – seorang yang dipilih dan diurapi oleh TUHAN, memperlihatkan kualitas yang sesuai dengan panggilan hidupnya. Dekat dengan TUHAN, peka untuk mendengar, percaya kepada TUHAN dan tidak mendendam. Saul – seorang raja yang secara fisik begitu perkasa tetapi hatinya begitu kecil dan sempit, yang hanya berisi iri hati dan kebencian. Kehormatan dan harga diri adalah segalanya baginya, bukan TUHAN yang telah memberinya kesempatan untuk menjadi pemimpin. Yonatan – seorang yang sederhana, seorang teman yang setia dalam kebenaran.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 23:1-28Bacaan setahun: Ulangan 21-22, Yohanes 11

MARET 2018

DALAM PERLINDUNGAN TUHAN

RABU

21

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang menjadi alasan utama mengapa Daud tidak mau membunuh Saul, meskipun ada kesempatan untuk membalaskan perbuatannya? (2) Ceritakanlah pengalaman hidupmu secara singkat yang menceritakan bagaimana Anda mengampuni musuh Anda!

“... TUHAN sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku dalam gua itu; tetapi aku merasa sayang kepadamu

karena pikirku: Aku tidak akan menjamah tuanku itu, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.” (1 Samuel 24:11)

Berdoalah bagi setiap anak Tuhan agar dengan sungguh mau mengampuni orang yang pernah bersalah kepadanya dengan sungguh-sungguh dan hidup berdamai dengan orang lain.

KEMURAHAN PERTAMA UNTUK SAULerita tentang serangan orang Filistin mengalihkan perhatian Saul,

Btapi hanya untuk sementara saja. Begitu selesai menghalau Filistin, Saul segera melanjutkan pengejarannya atas Daud, yang berada di

En Gedi. Di daerah pegunungan, Saul masuk ke dalam sebuah goa, melepaskan pakaian perangnya untuk membuang hajat. Ini adalah kesempatan yang sangat sulit didapat, di mana musuh sedang dalam keadaan tanpa perlindungan. Daud mengetahui keadaan itu dan dia mendekat, tapi dia bukan mau membunuh Saul melainkan hanya mengerat sepotong kain dari jubah Saul yang ditanggalkan. Dan dia juga melarang pengikutnya untuk membunuh Saul dengan satu alasan saja; dia tidak punya kelayakan atau kewenangan untuk membunuh orang yang diurapi TUHAN. Apa pun yang dilakukan, biarlah TUHAN yang menghakimi, dan bukan dirinya. Ketika Saul keluar dari goa dan pergi, Daud pun menunjukkan dirinya dan menyapa Saul, serta menunjukkan bahwa sebenarnya dia punya kesempatan untuk membunuh Saul, seandainya dia mau. Tapi dia tidak melakukannya, karena dia tidak menganggap Saul sebagai musuh. Tapi dengan tegas, Daud juga mengingatkan Saul akan pengadilan dan penghakiman TUHAN atas apa yang manusia lakukan, baik benar atau salah, pasti akan dinyatakan! Mendengar perkataan Daud, Saul sepertinya insyaf akan kesalahan yang dilakukan dan menyesali rancangan jahatnya, berterima kasih atas kemurahan Daud yang tidak memakai kesempatan emas tersebut untuk membunuh dirinya. Tapi itu sama sekali bukan penyesalan yang tulus dan sungguh-sungguh karena nanti kebencian akan mengasai hatinya kembali. Tapi Daud telah menunjukkan kemurahan kepadanya, pada hari itu. Orang yang sungguh-sungguh dekat dengan TUHAN, mengandalkan TUHAN dalam hidupnya, tidak akan mendendam.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 24:1-23Bacaan setahun: Ulangan 23-24, Yohanes 12

MARET 2018

KAMIS

22“Terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri,

bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri

dalam mencari keadilan.” (1 Samuel 25:33)

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Daud memutuskan membunuh seluruh pria keluarga Nabal? (2) Bagaimana kemarahan Daud yang, pada akhirnya berhasil diredakan? Jelaskan!

Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mereka dapat menahan kemarahan karena dihina atau diperlakukan tidak pantas. Doakan supaya setiap jemaat Tuhan bisa tetap rendah hati dan mengasihi satu dengan yang lainnya.

“Marah” adalah suatu perasaan yang muncul karena perasaan tidak senang akibat dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, ataupun hal-hal lainnya yang mengganggu kenyamanan seseorang. Kemarahan mengakibatkan reaksi yang bermacam-macam. Akibat kemarahan yang tidak terkendali akan menimbulkan masalah yang besar. Bagian yang kita baca hari ini menceritakan mengenai kemarahan Daud akibat perlakuan tidak menyenangkan yang diterimanya dari Nabal. Dikisahkan bahwa Daud dan pasukannya meminta bantuan makanan kepada Nabal, namun Nabal menolak dengan alasan tidak mengenal Daud. Daud merasa dia sudah berjasa selama ini dengan cara menjaga para gembala Nabal sehingga mereka tidak mengalami kerugian ataupun serangan dari pihak lain. Kejadian ini memicu kemarahan Daud, sehingga Daud memutuskan untuk membunuh seluruh pria dalam keturunan Nabal. Namun Tuhan begitu baik, menghindarkan Daud dari tindakan berdosa. Tuhan mengutus Abigail, istri Nabal, untuk mencegah Daud melakukan suatu ketidakadilan besar kepada semua orang Nabal. Abigail datang dan memberikan makanan yang diminta oleh Daud, sambil meminta maaf atas nama suaminya. Daud sadar, betapa salahnya dia dalam merencanakan pembalasan sekejam itu. Pada akhirnya, Tuhan sendiri yang menghukum Nabal dengan kematian karena kebebalannya. Allah bekerja dengan cara yang sangat misterius dalam kehidupan kita. Kadang-kadang Allah mengirim orang lain kepada kita dengan nasihat baik, yang membukakan mata kita dan mengevaluasi keputusan kita. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah dengan rendah hati memper-timbangkan rencana kita dengan terang firman Allah dan pimpinan Roh dalam hati kita. Hal kedua adalah mengingat bahwa setiap pembalasan adalah hak Tuhan (Roma 12:19). Allah tidak menghendaki kita mengambil keputusan berdasarkan keinginan untuk membalas dendam. Hal ketiga adalah mengingat bahwa mengalah bukan berarti kalah, justru seringkali menghindarkan kita dari masalah yang jauh lebih parah.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 25:1-44Bacaan setahun: Ulangan 25-26, Yohanes 13

MARET 2018

MENGENDALIKAN KEMARAHAN

JUMAT

23

enahan diri untuk membalas seseorang yang telah mengakibatkan

Mkerugian kita bukanlah sesuatu yang mudah. Kecenderungan kita adalah saat kita dirugikan atau disakiti, maka kita ingin membalas

supaya orang itu dapat merasakan apa yang kita rasakan. Namun, firman Tuhan hari ini berbicara lain (ayat 10 dan 11, mengaitkan sifat keadilan dan kelemahlembutan Daud). Daud mengetahui bahwa Saul harus mati karena segala ketidakadilan yang dilakukannya kepada dirinya. Tetapi pada ayat 11 mengatakan bahwa dia tetap tidak akan menyentuh orang yang telah diurapi Allah. Daud tetap berpegang pada perasaan takut akan Allah yang terwujud dalam penghormatannya kepada raja yang diurapi Allah. Daud menolak untuk membunuh Saul karena ia telah memperoleh keyakinan bahwa Allah sendiri akan menyingkirkan Saul dan bahwa Daud akan menjadi raja pada saat yang ditetapkan Allah. Saul memang telah membuat hidupnya susah, tetapi ia telah diurapi Tuhan sebagai raja. Daud pun memilih untuk menantikan waktu dan cara Tuhan. Pada saat Daud mendapatkan kesempatan untuk membalas Saul, hal pertama yang diambil oleh Daud adalah tempat minum Saul. Ini menjadi bukti bahwa Daud telah berada begitu dekat dengan Saul, berkesempatan untuk membunuhnya dengan sekali tikaman. Kemudian Daud mengambil tombak Saul. Ini adalah tindakan seorang tentara pada zaman itu setelah dia mengalahkan musuhnya dalam pertempuran (lihat 1Sam. 17:51, 54). Daud telah menyatakan kemenangannya atas Saul, tetapi dia tidak mau membunuh Saul. Cara Tuhan melampaui pikiran manusia. Itulah kali terakhir Saul mengejar-ngejar Daud. Dalam peristiwa ini kita belajar bahwa Tuhan tidak tinggal diam melihat anak-anak-Nya ditindas oleh kelaliman orang-orang yang tidak takut Tuhan. Tuhan punya cara yang lebih baik untuk menolong kita. Pertanyaannya, apakah kita mau percaya, taat dan setia mengikuti cara dan waktu Tuhan? Datanglah kepada Tuhan, mohonlah hikmat-Nya, agar kita tidak terjerat dalam hikmat manusia.

STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dilakukan Daud ketika ia berkesempatan untuk membunuh Saul yang telah membuatnya menderita? (2) Mengapa Daud tidak membalas dendam?

“Tetapi kata Daud kepada Abisai: Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi TUHAN,

dan bebas dari hukuman?” (1 Samuel 26:9)

Berdoalah: Tuhan, ajarkan kami untuk terus-menerus mengampuni musuh-musuh kami, dan juga berdamai dengan pengampunan itu, sebagaimana Engkau telah mengampuni kami, Amin.

MENAHAN DIRI

Bacaan hari ini: 1 Samuel 26:1-25Bacaan setahun: Ulangan 27-28, Yohanes 14

MARET 2018

SABTU

24

etiap orang pasti pernah mengalami masa-masa yang sulit; bahkan

Sterkadang, ia harus pindah dari kota yang satu ke kota yang lainnya, untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, ia tentu harus

mempertimbangkan dengan matang segala keputusannya. Jika tidak, keputusan tersebut dapat saja menjadi persoalan besar yang akan menghancurkan hidupnya. Demikian halnya dengan kondisi Daud. Raja Saul tidak henti-hentinya mengejar Daud; dan kali ini ia merasakan sebuah keadaan yang sangat sulit. Ia harus meninggalkan wilayah Israel demi keselamatan dirinya, dan orang-orang yang menyertainya. Daudpun memililh untuk hijrah ke wilayah orang Filistin, kepada Akhis bin Maokh, raja kota Gat. Di tempat inilah Daud diterima, bahkan sang raja memberinya sebuah tempat bernama Ziklag, ketika Daud meminta suatu daerah bagi kaumnya. Hijrahnya Daud ke tempat orang Filistin tidak serta merta membuatnya kehilangan identitas sebagai orang Israel dan kesadarannya untuk tetap melawan musuh. Ia tetap melakukan perjuangan untuk mengalahkan musuh Israel. Hanya saja, dalam pengasingannya itu, Daud tidak berterus terang dalam menjawab pertanyaan Akhis. Nampaknya, inilah siasat Daud agar ia tidak diketahui sebagai orang yang loyal terhadap masyarakatnya atau bangsanya. Itulah sebabnya Akhis selalu mendukungnya, bahkan merindukan, jikalau dapat, Daud menjadi asistennya selamanya. Narasi kisah perjuangan hidup Daud tersebut mengajarkan kepada kita, bahwa dalam menghadapi keadaan yang sangat sulit, janganlah kita cepat berputus asa, dan pasrah begitu saja. Lakukanlah tindakan yang cermat dan tepat. Jika terpaksa kita harus hijrah ke tempat lain, jangan pula kita gegabah. Pikirkan dengan matang dan berlakulah bijaksana. Jika itu sebuah pilihan yang tepat, di manapun Anda berada; tetaplah bekerja keras. Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Ingatlah selalu akan Tuhan dan hiduplah setia kepada-Nya. Dia Tuhan yang akan memberkati dan membukakan jalan hidup Anda!

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Daud melarikan diri ke wilayah orang Filistin? (2) Pelajaran apakah yang Anda dapatkan dan terapkan dalam kehidupan Anda?

“… Jadi tidak ada yang lebih baik bagiku selain meluputkan diri dengan segera ke negeri orang Filistin …”

(I Samuel 27:1)

Berdoalah agar Anda tidak putus asa, saat menghadapi jalan buntu. Mintalah hikmat kepada Tuhan agar Anda dapat mengambil keputusan yang tepat dan tetap bekerja keras dalam pengharapan dan iman kita kepada Tuhan.

CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI

Bacaan hari ini: 1 Samuel 27:1-12Bacaan setahun: Ulangan 29-30, Yohanes 15

MARET 2018

MINGGU

25 “Mengapa engkau bertanya kepadaku padahal TUHAN telah undur dari padamu dan telah menjadi musuhmu?”

(1 Samuel 28:16)

pakah Anda pernah merasakan berjalan seorang diri, menyusuri

Asebuah jalan panjang di tengah kegelapan malam, diguyur hujan dan tidak dapat melihat jalan di depan dengan jelas? Bagaimanakah

perasaan Anda? Takut, bukan? Apalagi jalan itu terkenal dengan kisah perampokan atau anak-anak nakal yang suka menganggu orang yang berjalan sendirian. Demikianlah keadaan raja Saul. Sekalipun raja Saul memiliki sejumlah tentara, ia tidak memiliki keberanian untuk memenangkan pertempuran. Persoalannya bukan karena ia tidak bisa berperang, tetapi karena ia tahu bahwa Tuhan tidak lagi beserta dengannya. Ia harus menghadapi musuh sendirian, tanpa Tuhan. Ketakutan mencengkeram hatinya. Keputusasaan membebani dirinya, apalagi ketika Samuel, menyatakan bahwa Tuhan telah undur dari padanya. Kemunculan Samuel dalam narasi ini bukan untuk mendukung teologi kembalinya arwah orang mati dalam kehidupan jasmaniah di dunia ini. Ini merupakan kasus khusus, yang terjadi di dalam kehendak Tuhan, untuk menyatakan, bahwa Tuhan telah menolak seseorang (salam hal ini Saul), siapapun, bahkan dalam dunia orang matipun, tidak satupun yang akan dapat mengubah keputusan Tuhan tersebut. Pertolongan terakhir, yang umumnya diharapkan ketika tidak ada jalan lain, adalah bermain okultisme. Namun narasi ini menegaskan, tak satupun sanggup menolong, kecuali Tuhan. Tidak ada pertolongan yang datang dari dunia orang mati. Saulpun menyadari, bahwa dirinya pasti mati karena pertempuran dengan orang Filistin. Tidak ada lagi sumber pertolongan, sebab Tuhan telah undur dari padanya. Bagaimana dengan Anda? Kisah ini sekali lagi mengingatkan kepada kita, bahwa Tuhan adalah satu-satunya penguasa atas kehidupan dan kematian. Dialah satu-satunya tempat pertolongan kita. Janganlah kita mencari pertolongan ke dunia orang mati, semuanya itu akan sia-sia. Takutlah akan Tuhan, sebab Ialah yang mememelihara hidup kita. Tanpa Tuhan, tidak ada harapan.

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa raja Saul mencari Samuel, padahal TUHAN telah undur dari padanya? (2) Pelajaran apa yang kita dapatkan melalui kisah ini?

Berdoalah agar Tuhan menolong kita untuk tetap hidup dalam jalan-Nya dan setia pada firman-Nya. Berdoalah agar Tuhan menguatkan iman kita untuk menghadapi realitas kehidupan dan tidak berpaling dari Tuhan.

TANPA TUHAN, TIDAK ADA HARAPAN

Bacaan hari ini: 1 Samuel 28:1-52Bacaan setahun: Ulangan 31-32, Yohanes 16

MARET 2018

SENIN

26

alam bacaan hari ini, kita melihat Daud sedang menghadapi sebuah

Dhal yang dilematis. Pada satu sisi, Daud telah menjadi sekutu dari pasukan Filistin dan di sisi yang lain menjadi lawan dari bangsa

Israel yang adalah bangsanya sendiri. Dalam kisah ini, Daud diajak oleh Akhis untuk berperang melawan Saul, raja Israel. Daud harus menyetujui ajakan dari Akhis supaya kesetiaan Daud dapat terbukti kepada Akhis yang telah menolong Daud ketika melarikan diri dari Saul. Namun yang menjadi permasalahan adalah: bagaimana mungkin Daud membunuh bangsanya sendiri dan membunuh Saul, raja Israel. Daud tahu bahwa Saul adalah seseorang yang diurapi Tuhan dan dia tidak berhak menjamah Saul. Dilema ini terselesaikan dengan keputusan salah seorang panglima bangsa Filistin. Dikisahkan bahwa pada waktu itu panglima bangsa Filistin melihat Daud, dan ia mempertanyakan kesetiaan Daud. Panglima itu mencurigai Daud bisa berkhianat dalam perang melawan Israel dan berbalik menyerang bangsa Filistin. Terlebih, panglima Filistin itu tahu bahwa Daud terkenal karena lebih banyak membunuh orang-orang Filistin, melebihi dari Saul. Karena itu, panglima ini meminta Akhis untuk meminta Daud pulang dan tidak pergi berperang melawan Israel. Daud mungkin merasa tertolak dan tidak dipercaya oleh bangsa Filistin. Tetapi di sini kita mempercayai pimpinan dan penyertaan Allah kepada Daud. Dengan penolakan ini, Daud tidak harus menjadi lawan Israel, sekaligus tidak harus untuk menjadi sekutu bangsa Filistin yang adalah musuh umat Tuhan. Dari sini kita bisa mempelajari satu hal, bahwa terkadang di dalam penolakan dan ketidakpercayaan orang-orang kepada kita, mungkin itu adalah pimpinan Tuhan untuk kebaikan diri kita. Yang terpenting adalah bagaimana respons kita terhadap penolakan itu? Apakah kita menjadi marah dan kecewa, atau justru bisa bersyukur melihat rencana Tuhan yang indah dalam kehidupan kita.

“Sebab itu, pulanglah, pergilah dengan selamat dan jangan lakukan apa yang jahat di mata raja-raja

kota orang Filistin itu.” (1 Samuel 29:7)

Berdoalah untuk setiap jemaat Tuhan supaya mereka diberikan hikmat untuk dapat mengambil keputusan yang tepat di antara pilihan-pilihan yang sulit dalam segala pergumulan yang dihadapi.

STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah para panglima bangsa Filistin melihat Daud? Apakah yang dilakukannya kepada Daud? (2) Bagaimana Daud lepas dari dilema yang dihadapinya? Berikan penjelasan Anda!

Bacaan hari ini: 1 Samuel 29:1-11Bacaan setahun: Ulangan 33-34, Yohanes 17

MARET 2018

PIMPINAN TUHAN YANG INDAH-(1)

SELASA

27

emarin kita membaca bahwa Daud ditolak oleh panglima bangsa

KFilistin untuk berperang melawan Israel. Sehingga Daud harus pulang kembali ke Ziklag. Ketika sampai di Ziklag, Daud

menemukan bahwa orang Amalek telah menyerbu tanah Negeb dan Ziklag. Ziklag mengalami kekalahan yang sangat buruk. Kotanya dibakar habis serta perempuan-perumpuan dan semua yang ada di sana, tua dan muda, ditawan oleh orang Amalek. Melihat permasalahan ini, Daud segera bertanya kepada Tuhan apakah dia harus mengejar gerombolan Amalek itu atau tidak. Tuhan berfirman supaya Daud mengejar dan menyelamatkan tawanan-tawanan yang ada. Daud kemudian berhasil mengejar dan membawa pulang tawanan-tawanan kembali. Di sini kita melihat bahwa di balik penolakan panglima Filistin kepada Daud, rupanya Tuhan mempunyai sebuah rencana untuk Daud, yaitu untuk menyelamatkan tawanan-tawanan kota Ziklag. Kita bisa membayangkan, jika Daud pergi berperang bersama dengan orang-orang Filistin, maka ia tidak akan sempat untuk mengejar gerombolan yang menyerang Ziklag. Mungkin tawanan-tawanan yang ada sudah mengalami perlakuan yang lebih buruk jika Daud lebih lama datang untuk menyelamatkan mereka. Namun puji Tuhan, rupanya Tuhan punya rencana yang lebih indah untuk Daud dan kota Ziklag. Melalui penolakan panglima Filistin kepada Daud untuk tidak pergi berperang melawan Israel, justru Daud mempunyai waktu dan kesempatan untuk menyelamatkan tawanan-tawanan kota Ziklag. Di sini kita bisa merenungkan satu hal, bahwa pimpinan Tuhan dalam hidup kita jauh melebihi apa yang dapat kita pikirkan. Kita mungkin saja bertanya, bagaimana mungkin hal yang buruk terjadi dalam kehidupan kita secara pribadi—penolakan, sakit penyakit, dan lain-lainnya. Tetapi firman Tuhan jelas mengatakan bahwa rancangan Tuhan bukanlah rancangan manusia. Rancangan Tuhan sangat besar melampaui hikmat manusia dan Tuhan bekerja melalui pergumulan hidup manusia untuk mendatangkan kebaikan bagi orang tersebut, bahkan bagi orang-orang di sekelilingnya.

STUDI PRIBADI: Membaca perenungan ini, pelajaran rohani apa yang dapat kita ambil dan terapkan di dalam kehidupan kita?

Berdoalah untuk jemaat Tuhan supaya mereka menjadi orang-orang yang selalu setia dan senantiasa mengandalkan Tuhan di dalam kehidupannya, hari lepas hari.

“Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb

dan Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis.” (1 Samuel 30:1)

PIMPINAN TUHAN YANG INDAH-(2)

Bacaan hari ini: 1 Samuel 30:1-31Bacaan setahun: Yosua 1-2, Yohanes 18

MARET 2018

RABU

28

eorang pemimpin adalah seorang yang memiliki pengaruh yang

Ssangat besar bagi para bawahannya, terutama dalam melakukan segala sesuatu yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, kualitas hidup

seorang pemimpin sangatlah penting. Apabila seorang pemimpin tidak memiliki kualitas hidup yang baik, maka hal itu akan sangat mempengaruhi kehidupan orang-orang yang dipimpin, bahkan mereka bisa ikut mengalami kemerosotan, baik secara moral, etika, dan aspek lain kehidupan mereka. Hal ini akan berdampak buruk bagi sebuah organisasi. Raja Saul adalah raja yang telah diurapi oleh Allah. Sebagai raja yang telah diurapi Allah, tentunya ia memiliki tugas yang sangat besar, terutama karena orang Israel adalah umat pilihan Allah. Ditambah lagi karena pada saat itu, Israel sedang menghadapi perang besar menghadapi orang Filistin. “Nasib” bangsa Israel terletak di tangan Saul sebagai pemimpin. Hubungan Saul dengan Tuhan sangat mempengaruhi hasil pertempuran itu. Sayangnya, semua tidak berjalan sesuai yang diharapkan, bangsa Israel mengalami kekalahan besar, dan Saul beserta keluarganya tewas dalam perang tersebut. Kekalahan orang Israel merupakan akibat dari pemimpin yang tidak taat kepada Allah. Allah yang sebelumnya telah memilih Saul dan memakai dia untuk menjadi pemimpin orang Israel. Tetapi apa yang dilakukan Saul? Saul melanggar peraturan Allah dalam mempersebahkan korban. Saul mengabaikan Firman Allah demi memuaskan nafsu keserakahannya. Saul juga mengabaikan sumpah nenek moyangnya di hadapan Allah pada zaman Yosua berkaitan dengan orang Gibeon, dan berusaha mencelakai Daud, orang yang diurapi Allah. Kualitas hidup Saul merosot drastis, karena dia durhaka kepada Tuhan. Alhasil, umat Tuhan turut menanggung akibat dosa Saul, sementara Saul sendiri beserta keluarganya harus binasa. Biarlah bagian hidup raja Saul ini menjadi pelajaran penting bagi kita sekalian. Mari kita menyadari bahwa keberhasilan dari hidup kita sangat ditentukan oleh kualitas hidup kita di hadapan Allah.

“Lalu berkatalah Saul kepada Pembawa Senjata: Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang

yang tidak bersunat ini menikam aku dan mempermalukan aku sebagai seorang permainan.” (1 Samuel 31:4)

STUDI PRIBADI: (1) Apakah akibat dari kekalahan raja Saul? (2) Mengapa hidup taat itu penting?

Berdoalah agar jemaat Tuhan memiliki kualitas hidup yang baik, terutama dalam ketaatan kepada Allah sehingga mampu menjadi seorang pemenang dalam setiap masalah hidup.

Bacaan hari ini: 1 Samuel 31:1-13Bacaan setahun: Yosua 3-4, Yohanes 19

MARET 2018

PENTINGNYA KUALITAS HIDUP PEMIMPIN

KAMIS

29

da satu peribahasa lama mengatakan bahwa, “tidak mungkin ada 2

Aharimau jantan yang unggul dalam 1 hutan!” Salah satu pasti akan menyingkirkan yang lain dan bertahan sebagai penguasa utama.

“Hukum rimba” ini seringkali dipakai untuk menggambarkan persaingan untuk menjadi yang utama dalam organisasi dunia. Segala hal dihalalkan untuk mengejar ambisi menjadi orang nomor 1, di puncak kepemimpinan. Peribahasa ini sepertinya tidak berlaku untuk Daud. Sekalipun Saul adalah tantangan utamanya untuk menduduki puncak kepemimpinan di Israel, Daud tidak menganggap Saul sebagai rival yang harus disingkirkan. Mengapa demikian? Karena satu alasan, yaitu karena Saul adalah orang yang telah diurapi Tuhan. Daud menganggap Saul sebagai partner yang dipanggil Tuhan untuk melayani umat-Nya. Inilah yang menjadi alasan Daud tidak pernah dendam kepada Saul dan tidak menghabisi Saul ketika ada kesempatan (1 Samuel 24:1-7); bahkan dalam 2 Samuel pasal 1 ini, dicatat bahwa Daud sangat berduka ketika mendengar Saul mati dan Daud marah serta menghukum mati orang yang telah membunuh Saul tersebut. Daud menghormati kedaulatan Tuhan yang telah memanggil Saul dan mengurapinya sebagai raja atas Israel. Rasa hormat kepada panggilan Allah itu mengalahkan ambisi Daud untuk menduduki puncak kepemimpinan Israel. Peristiwa ini tentunya menjadi satu renungan penting bagi setiap umat Tuhan sekalian, bagaimana dengan kita? Bagaimanakah kita menghormati kedaulatan Allah dalam pribadi orang-orang yang ada di sekeliling kita? Bagaimana kita menganggap dan memperlakukan rekan sekerja kita? Bagaimana kita menganggap dan memperlakukan rekan sepelayanan kita? Biarlah kita meneladani Daud, kita menyingkirkan ambisi kita demi menghormati kedaulatan Allah.

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Daud tidak terburu-buru untuk menjadi raja dan besukacita karena kematian Saul? (2) Apakah komitmen Anda dalam organisasi atau lingkungan pekerjaan setelah membaca renungan ini?

“Kemudian berkatalah Daud kepadanya: Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu

memusnahkan orang yang diurapi TUHAN?” (2 Samuel 1:14)

Doakanlah agar jemaat Tuhan hidup dengan taat, setia dan menghormati kedaulatan Allah sepenuhnya, sehingga menghindari segala kecurangan demi mengejar ambisi menjadi yang utama.

MENGHORMATI KEDAULATAN ALLAH

Bacaan hari ini: 2 Samuel 1:1-27Bacaan setahun: Yosua 5-6, Yohanes 20

MARET 2018

JUMAT

30MARET 2018

“Malu bertanya sesat di jalan.” Peribahasa ini memiliki arti, “Jika segan bertanya, kita akan rugi sendiri karena tidak menemukan jalan keluar dari masalah yang kita hadapi.” Pada ayat pertama bacaan kita, menunjukkan bahwa Daud tidak ingin salah jalan atau tidak menemukan jalan keluar dari pergumulan pahit masa pelariannya, sehingga Daud bertanya dahulu kepada Tuhan, jalan mana yang harus dia tempuh. Kematian Saul tidak serta merta membuat Daud langsung menjadi raja atas seluruh Israel seperti yang Tuhan telah janjikan. Namun Daud tidak haus jabatan, dia tidak mempertanyakan Tuhan kapan dia akan menjadi raja, Daud hanya bertanya apakah dia boleh pulang atau tidak, apakah berakhir sudah masa pelariannya. Tuhan memerintahkan Daud ke Hebron, dan di sana langkah kecil dari proses penggenapan janji Tuhan mulai terlihat. Yehuda mengangkat Daud menjadi raja atas mereka sendiri. Meskipun menjadi raja, Daud tidak ingin berperang melawan Israel dan merebut takhta. Berbeda dengan Abner, ia menentang kehendak Tuhan dengan mengangkat Isyboset menjadi raja Israel, dan proaktif ingin menaklukkan Yehuda. Di ayat 12 terlihat bahwa Abner lah yang terlebih dahulu berinisiatif menyerang Yehuda, sedangkan Yoab dari Yehuda bisa dikatakan mengambil tindakan membela diri karena Abner sudah lebih dahulu bergerak (terlihat dari jarak Hebron ke Gibeon dekat, jadi besar kemungkinan Yoab bergerak setelah Abner maju lebih dulu). Mungkin bagi Abner, yang dilakukannya adalah yang baik, yaitu ingin menegakkan dinasti Saul, tetapi itu tidak sesuai dengan kehendak Allah. Tindakan Abner yang gegabah ini akan menjadi bumerang baginya kelak. Belajar dari kisah hari ini, sebagai orang Kristen tentu kita pernah diperhadapkan dengan beberapa pilihan hidup, sehingga perlu bagi kita untuk bertanya kepada Tuhan, apa yang Tuhan kehendaki kita lakukan. Mendekatkan diri kepada Dia melalui doa dan waktu sendiri kita dengan Tuhan, supaya kita lebih peka mendengar suara-Nya. Bertanya kepada Tuhan sehingga kita tidak salah melangkah.

STUDI PRIBADI: (1) Apakah perbedaan Daud dan Abner dalam mengambil keputusan? (2) Bagaimana cara supaya kita tahu apa yang Tuhan ingin kita lakukan?

“Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN katanya: Apakah aku harus pergi ke salah satu kota di Yehuda?...”

(2 Samuel 2:1)

Berdoalah supaya kita, anak Tuhan, lebih peka mendengar suara Tuhan dan taat sepenuh hati melakukan kehendak-Nya. Kiranya Tuhan menolong serta memampukan kita untuk melakukannya.

Bacaan hari ini: 2 Samuel 2:1-3:1Bacaan setahun: Yosua 7-9, Yohanes 21

BERTANYA KEPADA TUHAN

31SABTU

MARET 2018

Bacaan hari ini: 2 Samuel 3:2-39Bacaan setahun: Yosua 10-12, Kisah Para Rasul 1

ama Abner dicatat 61 kali dalam Alkitab. Abner adalah anak Net,

Nsepupu Saul sekaligus panglima tentaranya yang tertinggi. Abner memberikan kontribusi yang besar di awal kesuksesan Saul. Abner

memiliki keberanian, kesetiaan kepada Saul serta keterampilan militer yang baik. Abner pula yang membawa Daud kepada Saul setelah Daud mengalahkan Goliat. Setelah kematian Saul, pengaruh Abner semakin kuat dalam keluarga Saul. Namun Abner melakukan pemberontakan yang tidak biasa, dia jelas tahu bahwa takhta Saul sudah seharusnya menjadi milik Daud, namun dia mengabaikan perintah Tuhan dengan menegakkan dinasti Saul melalui pengangkatan Isyboset. Pada akhirnya, dia meninggalkan Isyboset karena marah atas tuduhan Isyboset bahwa Abner telah mengambil gundik ayahnya. Dituduh demikian, Abner menunjukkan arogansinya dengan menyatakan bahwa dia terlalu hebat untuk melakukan tindakan sehina itu, namun demikian dia tidak menyangkali tuduhan itu. Abner kemudian bersumpah untuk memberikan takhta Israel kepada Daud seperti yang Tuhan inginkan. Artinya Abner tahu bahwa takhta kerajaan seharusnya adalah milik Daud. Tapi sumpah ini juga sebenarnya bentuk keangkuhan Abner, seolah-olah dia berhak mengambil dan menyerahkan takhta kerajaan kepada siapapun yang dia inginkan. Kedatangan Abner kepada Daud, meski terlihat baik, namun itu karena kekecewaan dan amarah Abner kepada Isyboset. Mungkin juga karena ambisi dan berharap akan keuntungan pribadi yang bisa diambil dari Daud. Meskipun Abner ingin melakukan perintah Tuhan dengan mengembalikan takhta kepada Daud, Tuhan tidak berkenan atas apa yang telah dilakukan Abner. Pembalasan atas segala perbuatannya datang dengan tiba-tiba, karena dia mati di tangan Yoab, panglima tentara Daud. Kisah Abner ini menjadi pengingat bagi kita, bahwa bukan berarti kita tidak boleh berambisi, tetapi kalau kita sudah tahu apa yang benar, yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan, maka bertindaklah sesuai kebenaran itu. Jangan bertindak karena egoisme dalam diri sendiri, karena hal itu akan menghancurkan kita sendiri.

Berdoalah supaya keinginan kita selaras dengan keinginan dan kehendak Tuhan, dan kitapun mengutamakan kehendak Tuhan daripada keinginan kita sendiri, sehingga Tuhan memberkati kehidupan kita.

STUDI PRIBADI: Bolehkah kita sebagai orang Kristen memiliki ambisi pribadi? Mengapa?

AMBISI YANG SIA-SIA

“...Kiranya TUHAN membalas kepada orang yang jahat setimpal dengan kejahatannya.”

(2 Samuel 3:39)

PROYEK KETAATANSaya berjanji akan lebih...

Berikan tanda apabila sudah terlaksana.

Pengertian-pengertian kebenaran yang saya peroleh bulan ini: