untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/perspektif270_oktober2018.pdf ·...

36
| | BAHAN SAAT TEDUH EDISI NO. 270 OKTOBER 2018 270 | | 二零 “... berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." [1 Korintus 15:58]

Upload: lekhanh

Post on 05-Jun-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

| |BAHAN SAAT TEDUH EDISI NO. 270 OKTOBER 2018

270 || 二零

“... berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalampekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." [1 Korintus 15:58]

Page 2: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kem-bali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!

PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memper-oleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.

Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat meng-ikuti saran-saran praktis sebagai berikut:

Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat meng-ganggu konsentrasi Anda.Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan.Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah.Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)

SARAN-SARANPRAKTIS

BERSAAT TEDUH

Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria SurabayaAlamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907Email: [email protected] Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria

www.gkagloria.or.idPERSPEKTIF

Penulis edisi 270Alex Gunawan, Alfred Jobeanto, Andree Kho, Anggiat M. PandianganBambang Alim, Bambang Tedjokusumo, David S. Kosasih, Elok ChrisinarHerty Togatorop, Lim Supianto, Liona Margareth, Lucky Pudja A.Natanael Thamrin, Rohani, Sahala Marpaung, Yohanes SudiartoPenerjemah: Tertiusanto

Page 3: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

EDITORIAL

Hidup Bergaul dengan Allah

enokh adalah pribadi yang spesial yang dicatat oleh Alkitab dalam

HKejadian 5:21-24. Mengapa Henokh dikatakan sebagai pribadi yang spesial? Karena ada satu hal penting yang tercatat di dalam

Alkitab, yakni: karena Henokh memiliki perilaku yang istimewa, yaitu: Hidup bergaul dengan Allah (Kejadian 5:22, 24).

Alkitab menjelaskan bahwa Henokh hidup bergaul dengan Allah. Frase “Hidup bergaul” dalam bahasa Ibrani adalah “wayyithallek”; kata ini ditulis di dalam bentuk hitpael imperfek yang dapat diartikan secara harafiah, “walk constantly with God” – Berjalan terus-menerus dengan/bersama Allah. Jadi dapat kita simpulkan, bahwa “Henokh hidup bergaul dengan Allah” berarti “Henokh berjalan terus-menerus bersama dengan Allah.”

Alkitab mencatat, dari 365 tahun Henokh hidup, 300 tahun lamanya Henokh hidup berjalan bersama dengan Allah. Ibrani 11:5 menjelaskan akan hal ini: “Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.” Jadi yang disebut “Hidup bergaul dengan Allah” atau “Hidup yang berjalan bersama dengan Allah” adalah “seluruh kehidupannya yang didasarkan kepada iman.” Alkitab mencatat, selama 300 tahun setelah anaknya, Metusalah lahir, Henok hidup bergaul/berjalan bersama dengan Allah. Ini tidak berbicara satu titik tertentu di dalam kehidupan Henokh, di mana ia bergaul dengan Allah, melainkan seluruh kehidupan Henokh yang menunjukkan bahwa ia telah bergaul dengan Allah.

Bagaimana caranya kita dapat bergaul dengan Allah dalam konteks masa kini? Kita dapat bergaul dalam konteks masa kini melalui perenungan akan Firman TUHAN dan berkomunikasi dengan TUHAN melalui doa, supaya kita dapat mengerti kehendak-Nya di dalam hidup kita.

Page 4: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

01SENIN

OKTOBER 2018

Bacaan hari ini: Ester 6Bacaan setahun: Mazmur 148-150, Amsal 1

GR adalah singkatan dari Gede Rasa. “Gede” berasal dari bahasa Jawa yang artinya besar; dan kata “rasa” berhubungan dengan perasaan seseorang. Jadi GR atau Gede Rasa bisa berarti merasa tersanjung yang tidak pada tempatnya; merasa penting atau terlalu percaya diri bahkan salah paham; bisa juga berarti perasaan senang dalam jumlah besar (gede = besar) atau berlebihan. Dari kata ini kemudian timbul kata benda ke-GR-an, yang berarti perasaan disanjung atau dianggap penting padahal tidak demikian kenyataannya. Inilah yang dirasakan Haman, pada saat raja menanyakan kepadanya mengenai perlakuan yang pantas diberikan kepada seorang yang dihormati oleh raja. Orang yang raja maksudkan adalah Mordekhai, tetapi Haman menyangka bahwa dirinyalah yang dimaksudkan raja. Sehingga Haman menyebutkan segala penghargaan yang dia ingin dapatkan dari raja. Pada akhirnya Haman merasa kecewa karena justru penghormatan ini didapatkan oleh orang yang tidak disukainya, Mordekhai. Mudah sekali bagi Haman untuk menjadi salah sangka, karena memang Haman adalah orang kepercayaan raja. Kisah ini memperlihatkan kepada kita bahwa Tuhan berdaulat atas kehidupan seseorang. Tidak satupun hal yang direncanakan seseorang dapat berhasil, jika Tuhan tidak menghendakinya. Allah menunjukkan bahwa segala rencana yang dipikirkan Haman, justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Kitapun mungkin pernah mengalami hal yang sama dalam relasi kita dengan Tuhan, yaitu ketika kita berpikir bahwa seharusnya kita lah yang mendapat pujian, namun akhirnya orang lain lah yang malah menerimanya. Namun, bukankah Tuhanlah yang meninggikan dan merendahkan seseorang? Oleh karena itu, bagi orang percaya, seharusnya bukan pujian yang menjadi tujuan akhir, namun berbuat kebenaran sebagai ketaatan kepada Tuhanlah, tujuannya. Pujian dan kehormatan adalah sesuatu yang dianugerahkan, bukan sesuatu yang dicari atau dijadikan motivasi dalam melakukan sesuatu. Biarlah segala pujian kembali kepada Tuhan.

“Lalu Haman mengambil pakaian dan kuda itu, dan dikenakannya pakaian itu kepada Mordekhai, kemudian diaraknya Mordekhai...

Haman bergesa-gesa pulang ke rumahnya dengan sedih hatinya dan berselubung kepalanya.” (Ester 6:11-12)

GEDE RASA - GR

Berdoalah: Tuhan Yesus, ajarkanlah kepada kami, supaya di dalam melakukan segala sesuatu di dalam hidup ini, hanya nama-Mu lah yang ditinggikan dan dimuliakan, Amin.

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Haman berpikir bahwa dialah yang dimaksudkan oleh Raja? (2) Pelajaran rohani penting apakah yang kita dapat dari bagian ini? Jelaskanlah!

Page 5: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SELASA

02

umerang adalah senjata lempar khas suku Aborigin dari Australia,

Byang digunakan untuk berburu. Jika bumerang dilemparkan dengan cara yang tepat, maka setelah dilemparkan menuju sasaran, senjata

ini bisa kembali kepada si pelempar. Gambaran ini seringkai digunakan untuk merujuk pada sebuah perbuatan yang direncanakan bagi orang lain, tetapi justru berdampak sebaliknya pada si perencana. Hal ini bisa terlihat dalam kisah tentang Haman. Ratu Ester yang mengetahui rencana jahat Haman memikirkan sebuah cara, supaya dia dan bangsanya luput dari kemaitan. Undangan pesta dari ratu Ester bukanlah sebuah undangan pesta biasa, tetapi bagian dari rencana Ester supaya raja ikut campur tangan untuk menyelesaikan pergumulan bangsanya. Haman menghadiri undangan ratu Ester tanpa mengetahui ada rencana yang disusun untuk menggagalkan rencananya. Tuhan memberikan hikmat dan bijaksana sehingga Ester menunggu waktu yang sangat tepat sampai suasana hati raja dalam keadaan baik. Akhirnya raja berkenan kepada Ester, sehingga apapun yang Ester kehendaki, akan diberikan, bahkan setengah kerajaannya raja tawarkan. Namun, Ester tidak serta merta mengutarakan keinginannya, Ester menyampaikan dengan cara yang baik. Sehingga ketika raja mendengar kegelisahan ratunya, sangat marahlah dia. Kemarahannya makin disulut karena melihat Haman yang sedang mengemis pengampunan kepada Ester. Akhirnya raja memutuskan penghukuman bagi Haman. Tiang setinggi tujuh puluh lima kaki di halaman rumah Haman, yang bahkan bisa kelihatan dari Istana, akhirnya digunakan untuk menyulakan Haman. “Barang siapa menggali lubang, ia sendiri terperosok ke dalamnya,” berarti bahwa “siapapun yang hendak melakukan perbuatan jahat, maka dialah yang akan mendapat celaka akibat perbuatannya itu.” Peribahasa ini cukup tepat menggambarkan kisah Haman yang “kena batunya” karena rencana jahat yang dia siapkan untuk orang Yahudi. Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana (Amsal 22:8a).

Bacaan hari ini: Ester 7Bacaan setahun: Amsal 2, Kidung Agung 1-3

“… Karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba...”

(Ester 7:3)

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Ester bisa mendapatkan perkenanan raja? (2) Apakah yang harus kita lakukan jika menghadapi pergumulan dalam hidup?

Pokok Doa: Berdoalah supaya setiap anak Tuhan, termasuk kita, diberikan Tuhan hikmat dalam menghadapi segala pergumulan dalam hidup ini sehingga kita boleh menang bersama pimpinan-Nya.

OKTOBER 2018

BUMERANG

Page 6: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

03RABU

“Orang Yahudi telah beroleh kelapangan hati dan sukacita, kegirangan dan kehormatan.”

(Ester 8:16)

Pokok Doa: Marilah setiap kita memohon kepada Tuhan agar perlindungan dan pimpinan tangan Tuhan selalu menaungi kita dari segala ancaman dunia ini, sehingga kita boleh terselamatkan darinya.

TUHAN MELEPASKAN UMAT-NYAalam sebuah monumen yang didirikan untuk Lord Lawrence di

DWestminster Abbey dituliskan “He feared man so little because he feared God so much,” (rasa takutnya akan manusia begitu kecil

karena rasa takutnya akan Allah jauh lebih besar). Keberanian bukanlah tidak adanya rasa takut; melainkan penguasaan atas rasa takut. Ratu Ester bukan tidak takut mendengar petaka yang akan menimpa bangsanya, tapi dia berhasil menguasai rasa takutnya dengan iman bahwa Tuhan akan menyelamatkan bangsa yang dipilih-Nya sejak semula. Puasa yang Ester dan seluruh bangsa Yahudi lakukan adalah bukti pengharapannya kepada Allahnya. Kematian Haman tidak berarti membatalkan perintah yang telah dimaterai raja untuk membinasakan orang Yahudi. Oleh karena itu, Ester kembali memohonkan belas kasihan raja supaya mengeluarkan perintah kedua bahwa orang Yahudi berhak untuk mempertahankan nyawa mereka dari orang yang mencoba membunuh mereka bahkan berhak untuk menyerang balik. Perintah ini tentu membuat musuh ketakukan dan tidak berani menyentuh orang Yahudi karena titah raja yang dikeluarkan melalui Ester, ratunya. Iman Ester lebih besar dari rasa takut yang dia miliki karena ancaman Haman. Ester telah menunjukkan imannya bahwa Tuhan pasti akan membebaskan bangsanya dari ancaman kematian. Hidup orang Yahudi yang tadi dalam ketakutan dan kesedihan berubah menjadi sukacita, sebab sekarang keselamatan mereka dijamin. Dulunya mereka sangat takut kepada musuh, sekarang keadaan berbeda, mereka ditakuti musuh. Ini adalah bukti bahwa Tuhan begitu mengasihi umat-Nya. Umat yang dipilih-Nya, dilindungi-Nya dan tidak dibiarkan dimusnahkan oleh musuh. Sebagai peringatan atas anugerah Tuhan karena lepasnya orang Yahudi dari kematian yang direncanakan Haman, diperingati sebagai hari raya Purim yang masih dirayakan orang Yahudi sampai hari ini. Manusia bisa saja mereka-rekakan yang jahat kepada sesamanya, namun Tuhan juga yang berdaulat. Jika Tuhan berkata tidak, siapa yang bisa memaksakan keinginan-Nya?

Bacaan hari ini: Ester 8Bacaan setahun: Amsal 3, Kidung Agung 4-5

OKTOBER 2018

STUDI PRIBADI: Siapakah yang melepaskan orang Yahudi dari ancaman kematian?

Page 7: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

04KAMIS

MUSIBAH BERBALIK MENJADI KEMENANGANerada dalam pembuangan, tentunya bukan situasi menguntungkan.

BSebagai bangsa minoritas, rasanya hanya menunggu waktu di saat musibah datang menimpa. Itulah yang terjadi dengan bangsa Israel

di kerajaan Ahasyweros. Karena perasaan iri dan dengki Haman terhadap Mordekhai, maka nyawa bangsa Israel dipertaruhkan. Tetapi sekali lagi, di dalam sejarah umat-Nya, Tuhan tidak tinggal diam. Tuhan menyatakan karya pemeliharaan-Nya melalui raja Ahasyweros dan ratu Ester. Mordekhai, seorang yang tadinya hanyalah rakyat jelata, sekarang diangkat menjadi pembesar yang sangat disegani dan memiliki kekuasaan yang besar di istana raja sehingga musuh-musuh orang Yahudi menjadi gentar. Dan orang-orang Yahudi berkumpul untuk membunuh orang-orang yang berikhtiar mencelakakan mereka. Sangat menarik sekali, pada ayat 10, 15, 16 disebutkan berulang-ulang, “...tetapi kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan...” Hal ini menunjukkan bahwa ”pembantaian” yang dilakukan orang Yahudi ini dalam rangka melindungi dan mempertahankan nyawa mereka sendiri bukan untuk merampas atau memperkaya diri. Kisah yang menegangkan dari kehidupan umat Tuhan di pembuangan berakhir indah. Musibah yang harusnya menimpa mereka, Tuhan ubahkan menjadi kemenangan. Bagaimanakah mereka menyikapi kemenangan ini? Mereka bersukacita dan berbagi makanan satu dengan lainnya. Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu tertentu, mungkin saja ada orang yang “bermusuhan” dengan kita, berusaha menjatuhkan kita. Pada saat itu terjadi, datanglah kepada Tuhan dan percayakanlah hidup kita pada pemeliharaan Tuhan. Jangan bertindak gegabah, semau sendiri demi keuntungan pribadi, tetapi biarkanlah Tuhan yang bertindak bagi kita. Dan pada saat kita dilepaskan dari ”musuh” kita, ingatlah untuk selalu bersyukur kepada-Nya dengan cara melakukan kebaikan kepada sesama kita. Kiranya Tuhan Yesus yang menolong kita sekalian. Amin.

“Oleh sebab itu orang Yahudi yang di pedusunan, yakni yang diam di perkampungan merayakan hari yang keempat belas bulan Adar

itu sebagai hari sukacita dan hari perjamuan, dan sebagai hari gembira untuk antar-mengantar makanan.” (Ester 9:19)

STUDI PRIBADI: Apakah yang dilakukan oleh orang Yahudi kepada musuh-musuhnya dan mengapa mereka bertindak demikian? (band. ayat 16).

Pokok Doa: Berdoalah agar jemaat Tuhan sungguh-sungguh belajar untuk hidup bersandar dan senantiasa mengandalkan Tuhan ketika menghadapi ”musuh-musuh” dalam hidup mereka.

Bacaan hari ini: Ester 9Bacaan setahun: Amsal 4, Kidung Agung 6-8

OKTOBER 2018

Page 8: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

05JUMAT

HARI RAYA PURIMeristiwa pelepasan orang Yahudi dari pembantaian musuh-musuh

Pmereka ditetapkan untuk dirayakan oleh seluruh orang Yahudi di seluruh negeri itu untuk mengingatkan mereka bahwa pada hari-hari

itulah orang Yahudi mendapat keamanan terhadap musuhnya, dan dalam bulan itu dukacita mereka berubah menjadi sukacita, dan hari perkabungan menjadi hari gembira. Dan peringatan itu ditandai dengan perjamuan dan sukacita dan antar-mengantar makanan dan untuk bersedekah kepada orang-orang miskin (ayat 22). Hari peringatan itu disebut dengan Purim, yang berasal dari kata pur yang berarti undi untuk mengingat bagaimana Haman yang membuang undi/pur untuk membinasakan orang Yahudi, tetapi Tuhan mengubahnya menjadi hari kemenangan dan sukacita bagi orang Yahudi dan kebinasaan bagi Haman dan keluarganya. Peringatan hari Purim ini ditetapkan untuk terus dirayakan dari angkatan ke angkatan, zaman ke zaman sehingga mereka tidak melupakan karya Tuhan atas mereka. Hari raya Purim menjadi sebuah peringatan bagi umat Israel bahwa sekalipun Tuhan tidak terlihat, Tuhan tetap memegang kendali dan berkarya. Semua yang terjadi tidaklah berada di luar kedaulatan dan kemahakuasaan-Nya. Bagaimanakah kita menyikapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita? Apakah kita menyadari bahwa Tuhan itu memegang kendali dan tidak ada satu hal pun bisa terjadi tanpa sepengetahuan dan seizin-Nya. Mengingat peristiwa yang Tuhan kerjakan, yang menjadi titik balik dari hidup kita, entah itu hal yang menyakitkan atau menyenangkan, adalah satu hal yang penting untuk dilakukan. Karena dengan mengingatnya, kita dimampukan untuk menghadapi masa depan dengan penuh harapan. Apalagi kalau peringatan itu disertai dengan tindakan positif yang menjadi berkat bagi orang lain seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi (ayat 22). Amin.

“Bahwa hari-hari itu akan diperingati dan dirayakan di dalam tiap-tiap angkatan, di dalam tiap-tiap kaum, di tiap-tiap daerah, di tiap-tiap kota, sehingga hari-hari Purim itu tidak akan lenyap

dan peringatannya tidak akan berakhir...” (Ester 9:28)

Pokok Doa: Berdoalah agar jemaat Tuhan tidak mudah bersungut-sungut dan melupakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya, sehingga kasih mereka tidak menjadi kendur.

Bacaan hari ini: Ester 9Bacaan setahun: Amsal 5, Yesaya 1-3

OKTOBER 2018

STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan oleh Mordekhai agar orang Yahudi tidak melupakan peristiwa Haman ini?

Page 9: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SABTU

06

STUDI PRIBADI: (1) Apa hubungan Mordekhai dengan Ahasyweros? (2) Apa yang membuat Mordekhai dihormati oleh orang Yahudi?

antan presiden Amerika, John F. Kennedy pernah berkata:

M“Jangan tanyakan apa yang dapat negara Anda lakukan untuk Anda, tanyakan apa yang dapat Anda lakukan untuk negara Anda”.

Pernyataan ini mengajak orang-orang untuk tidak hanya memikirkan keuntungan diri sendiri, tetapi juga kepentingan orang banyak. Hal inilah yang ditunjukkan oleh Mordekhai. Mengetahui bangsanya berada dalam ancaman pemusnahan masal, dia tidak lari sendiri tetapi berupaya untuk menyelamatkan bangsanya. Perikop-perikop yang lalu dalam kitab Ester telah mengisahkan bagaimana kemudian bangsa Israel diluputkan dari genosida. Mordekhai berperan besar dalam hal ini, karena itulah namanya dikenal oleh orang-orang Yahudi. Melalui perbuatan Mordekhai, bangsa Yahudi selamat dan ia menjadi orang kedua di kerajaan di bawah raja Ahasyweros. Nama Mordekhai bisa berarti little man. Tapi sejarah mencatat bahwa Mordekhai bukan little man, melainkan great man. Karena perbuatannya, Mordekhai dihormati dan disukai oleh sanak saudaranya. Hari raya Purim yang masih diperingati oleh orang Yahudi sampai saat ini ada sebagai hasil dari tindakan kepahlawanan Mordekhai. Namun sesungguhnya yang hebat bukanlah Mordekhai, tetapi Tuhan. Dalam kitab Ester, nama Tuhan memang tidak disebutkan, tapi kisah dalam kitab ini menyaksikan pemeliharaan Tuhan atas bangsa pilihan-Nya. Di tengah bangsa Israel yang melupakan Tuhan dan ada dalam pembuangan, Tuhan tidak melupakan umat-Nya. Tuhan memakai Mordekhai dan Ester untuk meluputkan orang-orang Yahudi dari pemusnahan massal. Apabila Tuhan bisa memakai Mordekhai untuk menyelamatkan satu bangsa, Tuhan juga bisa memakai kita untuk menjadi berkat bagi bangsa kita. Pertanyaannya, apakah kita memiliki kepekaan seperti Mordekhai untuk melihat krisis di tengah negara kita? Maukah kita menjadi alat di tangan Tuhan untuk memberkati bangsa kita? Siapkah jika Tuhan memakai hidup kita untuk menyatakan kemuliaan-Nya?

Pokok Doa: Marilah setiap kita berdoa untuk bangsa kita, Indonesia, supaya kemuliaan Tuhan boleh dinyatakan di negeri ini. Tuhan boleh berbelas kasih dan negeri ini melihat kemuliaan dan kemurahan-Nya.

ALAT DI TANGAN TUHAN

“…sebab ia mengikhtiarkan yang baik bagi bangsanya dan berbicara untuk keselamatan

bagi semua orang sebangsanya.” (Ester 10:3)

Bacaan hari ini: Ester 10Bacaan setahun: Amsal 6, Yesaya 4-6

OKTOBER 2018

Page 10: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

MINGGU

SEMUA MILIK TUHAN

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan mengizinkan Iblis untuk mencobai Ayub? (2) Mengapa Ayub mengoyakkan jubah dan mencukur kepalanya?

“Katanya: Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya.

Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayub 1:21)

Pokok Doa: Berdoalah dan mintalah kerendahan hati pada Tuhan supaya kita sungguh-sungguh menyadari bahwa segala yang ada pada kita adalah milik Tuhan.

07Bacaan hari ini: Ayub 1Bacaan setahun: Amsal 7, Yesaya 7-9

alam hidup, kita terbiasa menganggap bahwa apa yang ada pada

Dkita adalah milik kita. Entah kita mendapatkannya dengan bekerja keras atau tidak, tetap kita meyakini bahwa apa yang ada pada kita

adalah milik kita. Karena milik kita, kita merasa punya hak penuh atasnya. Sehingga ketika apa yang ada pada kita itu diambil tanpa persetujuan kita, kita merasa tidak terima dan marah. Itulah respons manusia umumnya. Dan respons itu juga yang seringkali ditujukan manusia pada Tuhan. Ketika hal-hal dalam kehidupan tidak berjalan sesuai harapan seseorang, ia akan protes dan marah pada Tuhan. Dalam bacaan hari ini, kita melihat kehidupan seorang pria yang mulanya tampak memiliki hal-hal yang diinginkan sebagian besar orang: keluarga yang utuh dan kekayaan yang melimpah. Namun suatu tragedi terjadi dalam kehidupannya yang selama ini tenang-tenang saja, dan dalam sekejap waktu ia kehilangan semua itu. Umumnya, ketika�manusia�mengalami hal demikian akan mengalami berbagai gejolak emosi dalam dirinya dan di tengah tekanan�berat itu ia akan marah terhadap keadaan dan mempersalahkan Tuhan. Apalagi jika sebelumnya ia merasa telah berusaha hidup saleh di hadapan Tuhan. Jika tidak marah, sangat mungkin orang tersebut akan mempertanyakan Tuhan. Namun Ayub menunjukkan respons yang sama sekali berbeda. Ayub mengucapkan satu kalimat yang menunjukkan pemahamannya bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan. Tuhan memiliki hak dan kendali penuh terhadap segala sesuatu. Sehingga di dalam segala kehilangannya, Ayub tetap berbesar hati dan tidak berbuat dosa terhadap Allah. Kita memahami bahwa Tuhan adalah pemilik segala sesuatu. Yang ada pada kita saat ini hanyalah titipin Tuhan yang dipercayakan kepada kita sebagai penatalayan. Namun apakah pemahaman itu sungguh-sungguh kita hidupi, sehingga ketika menghadapi kehilangan dengan tulus kita bisa seperti Ayub yang berkata, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!”

OKTOBER 2018

Page 11: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SENIN

08

lkitab hanya mencatat bahwa Ayub adalah seorang yang berasal

A dari tanah Us dan kehidupan rohaninya sangat saleh dan jujur; ia hidup takut akan Tuhan.

Berbicara tentang kesetiaan, seseorang dapat dikatakan setia jika hidupnya tetap konsisten di waktu senang maupun di waktu yang susah. Kesetian akan teruji ketika orang itu telah mengalami kesusahan atau penderitian dalam hidupnya. Begitu juga dengan kesetian yang dimilki oleh Ayub. Kesetian Ayub teruji ketika ia mengalami suatu pergumulan dan penderitaan. Apabila dalam pasal 1 menggambarkan penderitaan karena kehilangan harta, maka dalam pasal 2, menggambarkan penderitaan fisik yang harus di alami oleh Ayub sendiri (ay. 7). Ketika Ayub diizinkan mengalami suatu pendertiaan fisik, ia tetap taat dan setia kepada Allah. Ketaatan Ayub kepada Allah nampak ketika Ayub meresponi nasihat dari istrinya. Peran sang istri seharusnya memberikan nasihat atau solusi ketika sang suami mengalamai kesusahan. Namun nasihat yang dilakukan istrinya kepada Ayub merupakan nasihat yang salah. Ayub, di dalam ayat 9 mengatakan bahwa istrinya “berbicara seperti perempuan gila”, yang memiliki arti bodoh dan lawan kata dari kata bodoh adalah hikmat: yang berarti bahwa istri Ayub memberi suatu nasihat yang bodoh, bukan nasihat hikmat. Respons Ayub terhadap nasihat istrinya adalah, “apakah kita hanya mau menerima yang baik dari Allah dan tidak menerima yang buruk dari Allah?” Pelajaran yang dapat kita renungkan dari kisah ini adalah bahwa orang yang setia pada Tuhan tidak terlepas dari penderitaan dan pencobaan di dalam hidupnya. Namun melalui penderitaan yang mungkin kita alami, kita boleh meneladani Ayub. Ayub tidak menyalahkan dan meninggalkan Tuhan tetapi Ayub menerima pendertiaan itu dan dia tetap hidup kudus dan setia kepada Tuhan. Ketika Tuhan mengizinkan pencobaan itu hadir dalam hidup kita maka sudah selayaknya kita tidak bersungut-sungut atau menyalahkan Tuhan tetapi kita boleh tetap hidup setia kepada Tuhan.

STUDI PRIBADI: (1) Apa respons Ayub terhadap nasihat dari istrinya? (2) Apa yang dapat Anda teladani dari kisah Ayub pada bagian ini?

“Tetapi jawab Ayub kepadanya: ‘Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah,

tetapi tidak mau menerima yang buruk?’ Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.” (Ayub 2:10)

Berdoalah: Ajari kami Tuhan untuk menjadi pribadi yang tetap setia kepada Engkau di tengah pendertiaan yang mungkin sedang kami alami. Mampukan kami untuk tetap tunduk akan Engkau di tengah penderitaan kami.

Bacaan hari ini: Ayub 2Bacaan setahun: Amsal 8, Yesaya 10-11

OKTOBER 2018

KESETIAAN AYUB DALAM PENDERITAAN

Page 12: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

09SELASA

RATAPAN AYUBebuah lagu berjudul “It is well with my soul” atau “Nyamanlah Jiwaku”

Sditulis oleh seorang Kristen penganut Presbytarian bernama Horatio Gates Spafford. Lagu ini tercipta di tengah laut Samudra Atlantik,

ketika Spafford meminta kepada kapten kapal untuk berhenti sebentar, karena kapal yang sedang ditumpangi ada di kawasan kapal tenggelam yang telah merenggut nyawa keempat anaknya. Spafford meratapi kehilangannya. Dengan memuji Tuhan, di tengah Samudra Atlantik, kesedihan dan kepedihan terasa dalam hati Spafford. Secara manusiawi, sangat sulit untuk tetap memuji Tuhan, tetapi Spafford, di tengah-tengah rasa dukanya yang mendalam, ia sanggup mengatakan, “S’lamatlah jiwaku” atau yang diterjemahkan sebagai “Nyamanlah jiwaku.” Spafford tidak menyalahkan Tuhan, Spafford tidak mengutuk Tuhan, tetapi memuji Tuhan. Kisah ini tidak jauh berbeda dengan kisah Ayub dalam pasal 2. Ayub tidak menyalahkan Allah, Ayub juga tidak mengutuki Allah di tengah-tengah pendertiaan berat yang ia alami. Pendertiaan yang berat yang dialami Ayub membuat Ayub meratapi hidupnya. Ayub ingin tidak pernah dilahirkan agar ia tidak merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan Ayub berharap mati ketika masih bayi atau ketika ia dilahirkan sehingga ia tidak perlu menanggung himpitan rasa sakit. Dalam ratapan Ayub tersirat rasa marah kepada Tuhan, tetapi ia tidak mengutuki Allah, ia tidak melawan Allah, dan bahkan Ayub tidak berbuat dosa di hadapan Allah. Ketika seseorang mengeluh, meratapi, dan menangisi, itu merupakan sebuah ungkapan yang wajar secara manusiawi atas kondisi penderitaan hidupnya. Menjadi tidak wajar ketika sikap ini dilakukan dengan menyalahkan Tuhan dan melawan Tuhan, karena itu adalah sebuah perbuatan dosa. Sebaliknya, ketika ratapan disertai dengan pengakuan kedaulatan Allah dan pujian kepada Allah, maka hal itu menjadi sebuah pernyataan iman di dalam Tuhan.

STUDI PRIBADI: (1) Apakah Ayub mengutuki Tuhan ketika ia meratapi pendertiaan yang sedang ia alami? (2) Bagaimanakah sikap Anda ketika sedang meratapi penderitaan hidup Anda?

“Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan. Biarlah hari itu menjadi

kegelapan, janganlah kiranya Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya.” (Ayub 3:3-4)

Pokok Doa: Berdoa untuk sikap kita dalam meratapi segala perkara dalam hidup kita agar ratapan kita tidak mempersalahkan Tuhan atau bahkan berbuat dosa di hadapan Tuhan, melainkan tetap mengagungkan Tuhan.

Bacaan hari ini: Ayub 3Bacaan setahun: Amsal 9, Yesaya 12-14

OKTOBER 2018

Page 13: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

RABU

10

ulai Ayub pasal 4 sampai 31, kita membaca dialog Ayub dengan

Msahabat-sahabatnya: Elifas - orang Teman, Bildad - orang Suah, Zofar - orang Naama. Mereka awalnya datang untuk menghibur

Ayub, kemudian mulai bertindak seperti hakim yang memeriksa kondisi Ayub. Elifas memulainya pertama kali untuk berbicara kepada Ayub. Elifas mulai dengan sebuah keyakinan bahwa Ayub telah melakukan dosa sehingga ia harus mengalami penderitaan (4:17). Ayub dinasihatinya untuk meninggalkan kebodohan dan kejahatan (5:2-6). Semua penderitaan ini merupakan disiplin Allah terhadapnya (5:17). Kemudian Elifas mendesak agar Ayub mengakui dosanya dan bertobat supaya Allah memulihkannya (5:18-27). Secara umum, yang disampaikan Elifas memang benar, tapi memutlakkan bahwa seluruh penderitaan diakibatkan karena dosa, maka ini perlu kita kaji kembali. Kita perlu melihat penderitaan bukan hanya dari satu sudut pandang saja seperti Elifas. Dalam kasus Ayub, Allah mengizinkan Ayub mengalami penderitaan untuk menyatakan kemuliaan-Nya di dalam hidup Ayub. Juga tidak semua bencana, penderitaan yang kita alami, mutlak karena dosa kita sendiri. Sikap yang tepat pada saat menghadapi kesulitan dan penderitaan adalah tidak bersikap “hitam atau putih” saja dan sibuk mencari-cari kesalahan. Baiklah kita belajar berserah kepada Tuhan di saat kita tidak dapat memahami seluruh rencana dan kehendak-Nya di dalam hidup kita. Tetap dan teruslah percaya bahwa jika Allah mengizinkan kita menghadapi penderitaan, maka Allah juga akan memberikan kekuatan bagi kita untuk menanggungnya dan mengalami kemuliaan Allah pada akhirnya. Biarlah sebuah lagu yang menggambarkan kebenaran ini menolong setiap kita untuk terus percaya dan berharap hanya kepada Allah yang tidak pernah meninggalkan setiap kita: Kekuatan serta penghiburan diberikan Tuhan padaku. Tiap hari aku dibimbing-Nya; tiap jam dihibur hatiku. Dan sesuai dengan hikmat Tuhan 'ku dib'rikan apa yang perlu. Suka dan derita bergantian memperkuat imanku.

STUDI PRIBADI: (1) Apa dasar keyakinan Elifas untuk menegur dan menasihati Ayub? (2) Berkat rohani apa yang dapat kita pelajari dan terapkan dari perenungan Firman Tuhan ini?

“Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

(Matius 11:28)

Pokok doa: Berdoalah untuk setiap pemimpin gereja agar tahan uji dalam menghadapi berbagai kesulitan dan pergumulan hidupnya, supaya tetap menjadi kesaksian di tengah-tengah dunia ini, Amin.

Bacaan hari ini: Ayub 4-5Bacaan setahun: Amsal 10, Yesaya 15-17

OKTOBER 2018

HITAM PUTIH PENDERITAAN

Page 14: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

KAMIS

11

yub 6-7 merupakan perkataan Ayub menanggapi Elifas sahabatnya.

A Secara khusus, Ayub 6:1-13 mengungkapkan ketidak-mengertian Ayub akan tindakan Allah kepadanya. Ayub merasa telah menjadi

musuh Allah (6:4) dan ia merasa Allah meninggalkannya (6:13). Kita bisa mendengar keluhannya yang terdalam kepada Allah saat ia memohon agar meremukkannya serta mengambil nyawanya (6:9-10). Namun di tengah-tengah penderitaan dan kesakitannya, Ayub belajar untuk tidak menyangkal Allah dan Firman-Nya (6:10). Selanjutnya, pasal 6:14-30, Ayub menumpahkan kekesalan hatinya kepada para sahabatnya yang telah menuduhnya berbuat dosa. Ayub menilai para sahabatnya tidak mau memahaminya. Terhadap tuduhan bahwa Ayub telah berbuat dosa, maka Ayub membela dirinya. Ayub berkata bahwa ia telah menjaga hidupnya tetap bersih. Dalam kata-kata Ayub sendiri, ia tidak pernah meminta uang suap (ayat 22), jujur (ayat 25), tidak berdusta atau curang (ayat 28, 30), saleh dalam hubungan sosialnya (ayat 23, 24). Kita menangkap tidak ada nada kesombongan sedikitpun dari Ayub saat ia berkata demikian. Ayub hanya meminta sahabat-sahabatnya mau belajar memahami Ayub saat itu. Teks hari ini menantang setiap kita untuk memikirkan dan mengambil keputusan sewaktu kita berhadapan dengan berbagai masalah kehidupan: Akankah kita lebih mendekat atau menjauh dari Allah? Seringkali di dalam ketidakmengertian, mudah sekali kita merasa bahwa Allah meninggalkan dan tidak mempedulikan kita lagi. Tidak, Allah tetap peduli dan mengasihi kita. Maukah kita seperti Ayub yang tetap bertahan dan tidak menyangkal Tuhan serta Firman-Nya? Di sisi yang lain, jika kita melihat dan tahu bahwa sahabat kita tengah mengalami kesusahan, marilah kita berlaku bijak. Belajarlah untuk mendengarkan keluhannya tanpa menyalahkannya dulu. Seringkali orang-orang di sekitar membutuhkan kita sebagai “pendengar” dan mau agar kita berdoa bersamanya di dalam ketidakmengertian dan penderitaannya. Bersediakah kita menjadi sahabat bagi sesama kita?

STUDI PRIBADI: (1) Alasan apa yang membuat Ayub membela dirinya teman-temannya? (2) Pelajaran rohani apa yang dapat kita ambil dan terapkan di dalam kehidupan kita?

“Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang

berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” (Ulangan 31:6)

Pokok Doa: Berdoalah untuk setiap jemaat Tuhan agar jemaat dapat menjadi penolong dan penyalur kasih Allah, bagi saudara-saudara seiman yang hidup di dalam kesulitan dan pergumulan, Amin.

MENDEKAT ATAU MENJAUH DARI TUHAN

Bacaan hari ini: Ayub 6Bacaan setahun: Amsal 11, Yesaya 18-20

OKTOBER 2018

Page 15: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

JUMAT

12

alam pelayanan pastoral, sering dengar jemaat curhat,–bila tidak

Dmau dikatakan mengeluh, bahwa hidup yang dijalani terasa begitu berat. LAI memberi judul perikop firman ini “Hidup itu berat”. Beban

berat ini bisa berkaitan dengan kesulitan ekonomi, gangguan kesehatan, masalah rumah tangga atau yang lainnya. Sebenarnya, setiap pribadi yang masih hidup takkan luput dengan apa yang dinamakan beban hidup yang harus ditanggungnya, meskipun dalam bentuk dan porsi yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Yang membedakan adalah respons dari pribadi dalam menghadapi atau menjalani hidup yang dikatakan berat itu. Di dalam Ayub 7:1-21, kita akan melihat respons Ayub dalam menghadapi beban berat yang menimpa dirinya, ini tentunya berbanding terbalik atau berbeda 180 derajat dari sikap istrinya. Ayub tidak menunjukkan sikap putus asa dan menyerah pada keadaan. Tidak berprasangka buruk atau mencurigai Tuhan, sebaliknya Ayub tetap percaya kepada kebaikan Tuhan. Inilah yang patut kita teladani, supaya ketika diperhadapkan dengan beban hidup yang berat, kita tetap kuat dan tidak gampang menyerah, apalagi sampai menyalahkan Tuhan atau menyangkali Tuhan. Hari ini, mungkin di antara kita ada yang sedang menanggung beban berat dalam menjalani hidup, baik itu berkenaan dengan masalah keluarga, kesehatan, keuangan atau lainnya. Ingatlah akan undangan Tuhan Yesus, ketika Ia berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Tuhan Yesus adalah Pribadi yang dapat kita andalkan pada saat hidup terasa berat, Dia berjanji akan memberikan kelegaan, sentosa kepada yang datang kepada-Nya dan mau senantiasa mengandalkan-Nya. Rasul Paulus adalah rasul yang telah mengalami janji undangan Tuhan Yesus, sehingga ia berkata, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13). Maukah Anda mengalami janji Tuhan ini? Datanglah kepada-Nya sekarang juga!

Pokok Doa: Berdoalah bagi setiap jemaat agar Tuhan memberikan kekuatan dan hikmat-bijaksana untuk menjalani dan melewati berbagai pergumulan hidupnya, Amin.

HIDUP ITU BERAT

Bacaan hari ini: Ayub 7Bacaan setahun: Amsal 12, Yesaya 21-23

“Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?”

(Ayub 7:1) OKTOBER 2018

STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah Ayub menggambarkan penderitaan kehidupannya? (2) Makna rohani apakah yang dapat kita pelajari dari perenungan Firman Tuhan ini?

Page 16: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SABTU

MENILAI PENDERITAAN

“Masakan Allah membengkokkan keadilan? Masakan Yang Mahakuasa membengkokkan kebenaran?”

(Ayub 8:3)13

Bacaan hari ini: Ayub 8Bacaan setahun: Amsal 13, Yesaya 24-26

etika melihat penderitaan, ada kecenderungan dalam diri

K seseorang untuk bertanya, Siapakah yang bersalah atau berdosa? Bahkan dia akan langsung menyimpulkan bahwa yang menderita

pasti telah melakukan dosa. Dengan cara pikir yang sama, Bildad menilai sahabatnya, Ayub, yang sedang menderita. Ketika memberikan nasihat, Bildad langsung menyimpulkan bahwa Tuhan sedang memberikan ganjaran kepada Ayub atas segala dosanya. Untuk itu, ia menyarankan Ayub untuk meminta pengampunan dari Tuhan agar Tuhan menunjukkan kasih karunia-Nya dan memulihkan Ayub (ayat 5-7). Bildad menggunakan analogi dan mencoba meyakinkan Ayub tentang pendapatnya (11-13). Dengan gambaran itu, Bildad ingin mengatakan bahwa Ayub telah meninggalkan Tuhan sebagai sumber hidup dan berkat. Karena itu, Bildad menasihati temannya itu untuk tidak melupakan Tuhan. Apakah pandangan Bildad ini benar? Ternyata tidak. Nasihat Bildad tidak sesuai dengan apa yang sesungguhnya dialami oleh Ayub. Teori bahwa penderitaan selalu disebabkan oleh dosa justru memperlihatkan betapa sempit pemikiran Bildad. Walaupun harus diakui bahwa penderitaan yang dialami oleh Ayub merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami menurut konteks keagamaan pada waktu itu. Kesalahan dari penilaian Bildad: Pertama, tidak memberi tempat bagi tindakan Tuhan dalam memproses atau memurnikan hidup manusia yang dikasihi-Nya. Kedua, menyimpulkan kondisi moral-spiritual seseorang dari kondisi lahiriah yang sedang dialaminya adalah keliru (ayat 6). Seharusnya menilai kondisi moral-spiritual seseorang didasarkan pada fakta konkret kehidupan moral-spiritualnya. Seperti diungkapkan oleh Asaf, “Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain” (Mzm. 73:3-5). Karena itu, jangan terlalu cepat menilai bahkan menghakimi ketika melihat penderitaan.

Pokok Doa: Berdoalah untuk setiap orang Kristen agar dapat membantu saudara-saudaranya yang lain, yang sedang mengalami pergumulan dan kesulitan di dalam hidupnya, Amin.

STUDI PRIBADI: Menurut Bildad, apakah yang harus dilakukan oleh Ayub terkait dengan apa yang dialaminya?

OKTOBER 2018

Page 17: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

MINGGU

14

MESKI BENAR, AKU TIDAK MEMBANTAH

“Walau aku benar, aku tidak mungkin membantah Dia, malah aku harus memohon belas kasihan kepada

yang mendakwa aku.” (Ayub 9:15)

Bacaan hari ini: Ayub 9Bacaan setahun: Amsal 14, Yesaya 27-28

asal sembilan merupakan respons Ayub kepada Bildad, sahabatnya

Pyang mendakwanya telah bersalah, sehingga dihukum Allah, “Kalau engkau bersih dan jujur, maka tentu Ia akan bangkit demi engkau

dan Ia akan memulihkan rumah yang adalah hakmu” (Ayub 8:6). Di dalam pasal ini, Ayub bukan mengakui bahwa ia telah bersalah maka akibatnya Ayub dihukum Allah. Namun Ayub mau katakan, walau kita benar namun Allah punya hak sepenuhnya atas diri kita, ciptaan-Nya. Dia yang benar dan tak terbantahkan kuasa dan kebenaran-Nya (bnd. Ay. 9:15). Ayub melihat, di dalam keterbatasan kita sebagai manusia, bagaimana mungkin kita bisa benar di hadapan Allah, mana mungkin kita bisa membantah Allah. Bila kita yang merasa benar dihukum Allah, maka Allah yang benar dan tidak pernah bersalah itu mesti punya alasan-Nya tersendiri yang tepat, meskipun kita belum bisa mengerti. Tidak ada artinya selalu menganggap diri ini benar, walaupun pada kenyataannya kita juga tidak melakukan kesalahan. “Sekalipun aku benar, mulutku sendiri akan menyatakan aku tidak benar; sekalipun aku tidak bersalah, Ia akan menyatakan aku bersalah. Aku tidak bersalah! Aku tidak pedulikan diriku, aku tidak hiraukan hidupku!” (Ayub 9:20-21). Dari sini kita belajar dua hal penting, yaitu: jika ada orang mengalami musibah, jangan cepat-cepat menghakimi dia bahwa orang ini pasti sudah berbuat salah dan dosa. Banyak hal yang kita tidak mengerti, dan banyak rahasia Allah belum terungkap. Hal yang kedua adalah, jangan seperti teman-teman Ayub yang selalu merasa diri benar. Apalah artinya kebenaran kita di hadapan Allah? Apa karena kita lebih baik di dalam hal tidak melakukan kesalahan maka kita mengganggap diri kita sudah benar? Benar atau tidaknya kita, hanya Allah yang lebih tahu. Namun Alkitab memberitahukan kita bahwa semua manusia telah berbuat berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Karena itu, berhentilah menghakimi orang lain, apalagi ukuran kita menghakimi orang lain adalah diri kita yang merasa lebih baik dan tidak melakukan kesalahan, Amin.

STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dirasakan Ayub terkait pernyataan Bildad? (2) Bagaimana pandangan Ayub terkait apa yang terjadi atas hidupnya?

Pokok Doa: Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tetap berjuang untuk setia kepada Allah dan bertindak benar, meski menghadapi kesulitan dan pergumulan hidup, Amin.

OKTOBER 2018

Page 18: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SENIN

15

AKU TELAH BOSAN HIDUP

“Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.”

(Ayub 10:1)

Bacaan hari ini: Ayub 10Bacaan setahun: Amsal 15, Yesaya 29-30

alam kehidupan ini banyak hal terjadi, ada yang bisa kita mengerti,

Ddan ada yang sama sekali tidak bisa dimengerti, dicari jawabannya juga tidak pernah ada, menjadi sebuah misteri. Apabila menyangkut

masalah baik, yang menyenangkan hati, yang membawa kebahagiaan, walau tidak dimengerti tidak masalah, yang penting kita diuntungkan. Tetapi sebaliknya, apabila kita tidak pernah merasa bersalah, sudah hidup baik namun harus menanggung penderitaan, inilah yang sulit dimengerti. Kita bertanya, mengapa harus menjadi seperti ini? Celakanya, kita tidak pernah mendapat jawaban. Seperti itulah kondisi yang Ayub alami. Ayub berkata: “Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku. Aku akan berkata kepada Allah: Jangan mempersalahkan aku; beritahukanlah aku, mengapa Engkau beperkara dengan aku” (Ayub 10:1-2). Dalam keadaan demikian ini, Ayub bertanya apakah Allah seperti manusia, punya mata dan bisa melihat dari sudut kaca mata kita, sehingga Ia tahu mana yang benar mana yang salah? Apakah Allah punya hati dan perasaan, apa Allah juga menjalani hari demi hari seperti manusia sehingga Ia mengerti kita? Pertanyaan Ayub mungkin juga menjadi pertanyaan yang pernah kita tanyakan. Pada akhir ketidak-mengertiannya, Ayub berkata: “Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan? Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku! Maka aku seolah-olah tidak pernah ada; dari kandungan ibu aku langsung dibawa ke kubur” (Ayub 10:18-19). Inilah gambaran keputus-asaan Ayub. Jika tahu akhirnya harus begini, lebih baik aku tidak pernah ada. Bukankah hidup itu singkat? Mengapa tidak biarkan manusia bergembira sejenak, sebelum hidup itu berakhir. Inilah gambaran penderitaan yang dialami Ayub. Mungkin juga kita mengalami hal yang sama seperti Ayub. Namun apapun kondisi Ayub, di dalam ketidak-mengertiannya dan pertanyaan-pertanyaannya yang tidak ada jawaban, Ayub tetap hidup setia pada kebenaran, tetap bergumul dan berseru henya kepada Allah.

STUDI PRIBADI: Mengapa Ayub putus asa menghadapi penderitaan dan pergumulannya? Apakah yang menjadi alasannya, sehingga Ayub berada dalam kondisi demikian?

Pokok Doa: Tuhan berikanlah semangat dan kekuatan bagi jemaat-Mu yang mengalami kesukaran dan penderitaan, agar mereka tidak mudah menyerah dengan semua yang dihadapinya, Amin.

OKTOBER 2018

Page 19: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SELASA

16 “Apakah orang harus diam terhadap bualmu? Dan kalau engkau mengolok-olok, apakah tidak ada

yang mempermalukan engkau?” (Ayub 11:3)

Bacaan hari ini: Ayub 11Bacaan setahun: Amsal 16, Yesaya 31-33

agian firman Tuhan ini adalah nasihat Zofar terhadap Ayub yang

Bkemudian lebih nampak sebagai tuduhan terhadap Ayub. Zofar tidak tahan akan perkataan Ayub yang mempertanyakan Tuhan yang

mendatangkan penderitaan dalam hidup Ayub. Zofar menilai Ayub tidak pantas mempertanyakan Tuhan, seakan Ayub lebih berhikmat daripada Allah. Hakekat dan hikmat Allah begitu tinggi dan dalam sehingga tak terselami pikiran manusia. Zofar malahan menasihati Ayub untuk merendahkan dirinya dan menengadahkan tangan kepada Allah, tanda berserah kepada-Nya. Ayub diminta untuk menjauhi kejahatan dan kecurangan sehingga kehidupannya yang sulit ini akan diubahkan menjadi baik. Permasalahannya adalah nasihat itu malah menjadi tuduhan yang tidak mendasar terhadap Ayub. Nasihat Zofar sering menjadi pendapat umum bahkan pemahaman dalam diri orang-orang Kristen, yaitu bahwa penderitaan dalam hidup seseorang adalah karena orang tersebut berbuat jahat atau curang di hadapan Tuhan. Sehingga Tuhan mendatangkan hukuman atas hidupnya sesuai dengan besar-kecilnya kejahatan yang dilakukan. Satu hal yang harus kita sadari adalah memang penderitaan dan kesulitan hidup bisa terjadi karena konsekuensi dari kejahatan atau kecurangan kita, tetapi tidak semua penderitaan terjadi karena kejahatan seseorang. Apa yang Zofar lakukan menjadi pelajaran buat kita ketika menghadapi teman yang sedang menderita. Ketika seseorang menderita dan mempertanyakan Tuhan, maka hendaknya kita berhati-hati dalam berkata dan memberi nasihat. Jangan sampai nasihat kita justru bukannya menguatkan imannya di dalam Tuhan, tetapi malahan menjadi tuduhan yang salah baginya. Jangan kita cepat menghakimi bahwa penderitaan yang dialaminya adalah karena kejahatannya, terutama ketika kita tidak tahu dengan jelas apa yang terjadi. Kiranya hikmat Tuhan yang menolong dan memampukan kita untuk menjadi saudara seiman yang membangun ketika berhadapan dengan mereka yang sedang menderita.

Pokok doa: Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar ditolong oleh Tuhan untuk menjadi saudara seiman yang menguatkan saudara seiman lainnya ketika menghadapi penderitaan hidup.

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa tuduhan dan nasihat Zofar terhadap Ayub tidak tepat? (2) Apa yang dapat kita pelajari dari bagian firman Tuhan ini?

OKTOBER 2018

ZOFAR MENDAKWA AYUB

Page 20: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

RABU

“Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.”

(Ayub 12:13)17

ALLAH TIDAK TERSELAMI

Bacaan hari ini: Ayub 12Bacaan setahun: Amsal 17, Yesaya 34-36

Pokok doa: Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar diberikan kekuatan dan pertolongan untuk berjalan bersama Tuhan dalam kesulitan dan pergumulan hidup sekalipun.

asal ini adalah jawaban Ayub terhadap Zofar, yang pada bagian

Psebelumnya menasihati Ayub. Zofar menasihati Ayub untuk tidak mempertanyakan Tuhan atas penderitaannya, seakan-akan Ayub

lebih berhikmat daripada Tuhan. Sebaliknya, Ayub diminta untuk bertobat dan menjauhi kejahatan agar hidupnya dipulihkan. Mendengar nasihat Zofar ini malahan membuat Ayub menjawab dengan sedikit tajam, yaitu Ayub juga mengetahui hal yang dinasihatkan Zofar tersebut, bahkan Ayub mengatakan bahwa banyak orang juga mengetahui hal itu. Tetapi Ayub mengakui hikmat Allah memang tidak mudah dipahami, dan Ayub menyatakannya dengan menunjukkan beberapa hal yang justru berlawanan dengan yang Zofar nyatakan. Zofar menasihatkan agar Ayub bertobat dan menjauhi kejahatan agar hidupnya baik. Tetapi Ayub melihat bahwa kehidupan orang yang jahat justru nampak baik, “Tetapi amanlah kemah para perusak, dan terteramlah mereka yang membangkitkan murka Allah (ay. 6),” demikian tanya Ayub. Lebih dari itu, Ayub juga menunjukkan beberapa hal negatif yang terjadi dalam kehidupan manusia dan di dalam dunia ini yang tidak dapat dimengerti dengan mudah. Setiap hal negatif tidak dengan mudah dimengerti bahwa penyebabnya adalah karena dosa seseorang. Hal ini membawa Ayub mengakui bahwa “pada Allahlah ada hikmat dan kekuatan, dan Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian” (ay. 13). Jawaban Ayub terhadap Zofar membuat kita melihat satu realita dalam kehidupan ini. Percaya kepada Tuhan dan hidup berkenan kepada-Nya tidak berarti hidup kita akan dilepaskan dari berbagai kesulitan hidup. Sebaliknya, ada orang-orang yang jahat dan merusak, tetapi hidupnya tetap aman dan tenteram. Hal ini tidak mudah dipahami, tetapi di sanalah kita belajar untuk menundukkan diri kita di dalam hikmat Tuhan yang melampaui hikmat manusia. Kita tidak dengan mudah menghakimi orang lain yang menderita, juga kita belajar untuk bergumul dan berjalan bersama Tuhan yang Maha Hikmat dalam perjalanan kehidupan dan pergumulan kesulitan kita, Amin.

STUDI PRIBADI: Apakah realita yang dinyatakan Ayub kepada Zofar?

OKTOBER 2018

Page 21: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

KAMIS

18

MEMBELA ALLAH?alam gereja, ada sekelompok orang yang memiliki semangat

Dsangat tinggi dalam hal membela Tuhan, membela Alkitab, baik itu terjadi pada waktu ada orang yang menyerang kebenaran Alkitab,

atau pada pribadi seorang yang dalam kesusahan dan mempertanyakan tentang kasih dan keadialan Allah. Sehingga kelompok orang ini berusaha dengan pelbagai macam argumentasi, studi Alkitab, dan perumpamaan untuk membela Alkitab, membela kebaikan Allah; dan juga “menyalahkan” pihak lain bahwa mereka lah yang “salah” dalam memahami kebenaran tentang Allah maupun tentang Allah. Dalam kasus ini, teman-teman Ayub menyalahkannya, bahwa semua yang terjadi pada dirinya adalah karena dosa kesalahan Ayub. Ayub harus rendah hati mengakuinya serta bertobat dari semua kesalahannya. Di satu sisi kelihatan benar, dosa menyebabkan penderitaan dan penghukuman dari Allah. Namun di sisi lain, kita yang ada di dalam karunia Tuhan Yesus, juga melihat bahwa tidak semua penderitaan disebabkan oleh karena dosa manusia, melainkan karena ada rencana Tuhan yang hendak dijalankan melalui penderitaan dan kesusahan manusia, untuk kemuliaan Allah. Ayub dalam penderitaannya, menyakini bahwa dirinya tidak bersalah. Ayub tahu apa yang juga diketahui teman-temannya (ayat 1). Ayub sadar dirinya manusia berdosa (Ayub 14:1-4). Dia tidak bersalah dalam kejadian yang menimpa dirinya, seperti disalah-pahamkan teman-temannya. Hal ini mempertajam dan memperuncing perdebatan di antara mereka. Ini dapat menyebabkan perasaan menjadi panas dan saling melontarkan perkataan yang keras. Oleh sebab itu, sebagai orang Kristen, ketika kita mengetahui dengan jelas ada saudara kita memiliki masalah dan pergumulan atas apa yang dideritanya, kita belajar untuk dapat memahami kondisinya dengan cara mendoakannya, dan bukan menghakiminya. Terburu-buru menilai dan menghakimi hanya akan memperkeruh suasana serta membuat hubungan menjadi tidak baik. Marilah kita dengan sabar menuntun saudara kita, supaya ia dapat keluar dari masalah yang dihadapinya, Amin.

STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kita menolong mereka yang ada dalam penderitaan untuk memahami pergumulan mereka? (2) Bagaimana sikap kita menghadapi penderitaan?

“Sesungguhnya, semuanya itu telah dilihat mataku, didengar dan dipahami telingaku.”

(Ayub 13:1)

Berdoalah: Tuhan, jadikanlah kami alat di tangan-Mu untuk dapat menolong saudara-saudara kami yang ada dalam kesulitan agar melalui kami, mereka dapat mengenal-Mu dengan benar, Amin.

Bacaan hari ini: Ayub 13Bacaan setahun: Amsal 18, Yesaya 37-39

OKTOBER 2018

Page 22: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

JUMAT

alam permulaan kitab Ayub, Ayub mengalami segala berkat Tuhan.

DAyub sendiri hidup saleh, juga termasuk keluarganya, dan Ayub menikmati berkat Tuhan yang luar biasa, hasil ladang, hasil ternak,

keluarga yang sempurna, semuanya begitu indah dan didambakan oleh semua orang. Namun itu bukan tujuan hidup manusia yang utama, karena kehidupan manusia juga memiliki sisi lain, yaitu penderitaan, kesusahan, keterbatasan. Ini juga harus dipahami serta dialami oleh manusia yang hidup di dalam dunia ini. Oleh sebab itu, Tuhan mengizinkan Ayub mengalami pencobaan hidup ini, untuk menyadari kefanaan hidup, keterbatasan manusia dalam usia pendek, dalam penderitaan, dan sebagainya. Hidup manusia bagaikan bunga rumput, tidak melebihi tumbuh-tumbuhan. Karena pohon, walaupun ditebang, masih memiliki harapan karena tunasnya akan dapat bertumbuh kembali, sedangkan manusia sama sekali tidak dapat melakukannya (ayat 12). Dalam kondisi perasaan yang minder saat itu, Ayub menyadari bahwa manusia memang berdosa di hadapan Tuhan, dan Tuhan sepenuhnya mengetahui tentang keberdosaan manusia (ayat 16-17). Bahkan Tuhan menyimpan dosa-dosa manusia dalam materai Tuhan, sehingga pada saat penghakiman Tuhan akan membalas dan menghakimi dosa manusia dalam murka Tuhan (ayat 17-20). Hal ini sungguh mengerikan bagi umat manusia. Pada umumnya, manusia dapat bersikap seperti Ayub, bila kondisinya lancar dan berhasil; kita mengira keberhasilan itu adalah karena kesalehan kita, karena kebaikan kita, karena mungkin selama ini kita hidup mengikuti Tuhan dengan taat, kira merasa pantas diberkati. Namun kejadian Ayub mengajarkan kepada kita bahwa semua itu hanya anugerah-Nya semata. Tuhan tetap mengizinkan penderitaan, kesusahan menimpa kita, walaupun mungkin bukan karena dosa kita, melainkan agar kita lebih memaknai hidup ini, lebih belajar mengenal Tuhan sebagai pribadi yang dekat kepada Tuhan, bukan hanya untuk memperoleh berkat-berkat-Nya.

“Demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga,

dan tidak bangun dari tidurnya.” (Ayub 14:12)

Berdoalah: Tuhan, ajarkanlah kami mensyukuri segala hal yang terjadi di dalam hidup kami, dan mampukan kami untuk bersandar dan berharap hanya kepada-Mu, Amin.

19

STUDI PRIBADI: (1) Ada kemiripan apa pergumulan Anda dan Ayub, bagaimana mencari jalan keluarnya? (2) Teladan Tuhan Yesus (Filipi 2:1-10) berbicara tentang apa bagi Anda?

MAKNA HIDUP MANUSIA

Bacaan hari ini: Ayub 14Bacaan setahun: Amsal 19, Yesaya 40-41

OKTOBER 2018

Page 23: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SABTU

20 “Orang fasik menggeletar sepanjang hidupnya, demikian juga orang lalim selama tahun-tahun

yang disediakan baginya.” (Ayub 15:20)

Bacaan hari ini: Ayub 15Bacaan setahun: Amsal 20, Yesaya 42-43

asal 15 ini merupakan nasihat yang ke-2 Elifas kepada Ayub.

PPendapat Elifas tetap sama seperti nasihata yang pertama, bahwa Ayub telah berdosa dan saat ini Tuhan sedang menghukumnya

dengan penderitaan yang dialami Ayub. Sebagai seorang sahabat, Elifas melontarkan kata-kata yang tajam yang menuduh Ayub sebagai orang fasik (tidak takut dan hormat kepada Allah, ay. 4; mulut licik, ay. 5-6; sombong, ay. 7-10; menentang Allah, ay. 11-13). Ini tentunya tuduhan yang tidak main-main, begitu keras dan menusuk. Kemudian Elifas melanjutkan pada ay. 20-35, bahwa orang fasik akan mengalami penderitaan yang amat sangat, ketakutan dan akhirnya binasa. Mengapa Elifas yang adalah sahabat Ayub dapat berkesimpulan dan menuduh demikian tajam kepada Ayub? Padahal Allah sendiri mengakui bahwa tidak ada seorangpun yang seperti Ayub, yang demikian saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:8). Apakah selama ini Elifas tidak mengenal pribadi dan kehidupan Ayub? Pandangan Elifas ini seperti pemikiran manusia pada umumnya yang mengatakan: “Orang baik akan hidup enak, sebaliknya orang yang jahat akan hidup menderita.” Jadi penderitaan identik dengan hukuman Tuhan karena hidup manusia yang jahat. Benarkah pandangan ini? Memang Alkitab seringkali mencatatkan ketika bangsa Israel meninggalkan Tuhan dan menyembah berhala, maka Tuhan menghukum mereka dengan menyerahkannya kepada bangsa lain. Demikian juga penderitaan yang dialami Ayub, bukan merupakan hukuman Tuhan atas dosa Ayub, tetapi karena Tuhan mengizinkan Iblis menguji kesalehan dan iman Ayub (Ayub 1:12). Marilah kita menyikapi dengan bijak dan benar terhadap penderitaan yang kita atau orang lain alami. Janganlah langsung menuduh itu adalah hukuman Tuhan karena dosa yang dilakukan, namun sebaiknya berdoa, instrospeksi diri dan mintalah petunjuk Tuhan, apa maksud Tuhan dengan penderitaan ini? Dengan demikian kita akan dapat mengambil langkah yang tepat dalam menghadapi penderitaan tersebut.

STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Elifas memandang penderitaan? (2) Apakah nasihat Elifas adalah nasihat yang tepat dan membangun? Bagaimana seharusnya nasihat diberikan?

Pokok Doa: Berdoalah agar setiap anak Tuhan memandang dan meresponi penderitaan dengan konsep yang benar, demikian juga ketika memberikan nasihat kepada orang lain yang sedang mengalami penderitaan.

OKTOBER 2018

PENDERITAAN: HUKUMAN TUHAN?

Page 24: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

MINGGU

21

TERTUJU KEPADA ALLAH

“Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis,

supaya Ia memutuskan perkara antara manusia dengan Allah, dan antara manusia dengan sesamanya.” (Ayub 16:20-21)

Bacaan hari ini: Ayub 16Bacaan setahun: Amsal 21, Yesaya 44-45

etiap orang pasti membutuhkan orang lain, dimana ia dapat berkeluh

Skesah, berbagi suka dan duka. Harapannya, ia akan mendapatkan kelegaan, penghiburan, kekuatan atau mungkin jalan keluar untuk

persoalan yang dihadapinya. Namun hal tersebut tidaklah dialami oleh Ayub. Ayub memang punya tiga sahabat yang setia menemani masa-masa penderitaannya. Namun, ketiga sahabatnya itu tidak memberikan apa yang ia butuhkan saat itu. Justru sebaliknya menambah masalah baru dan penderitaan bagi Ayub, karena Ayub harus meladeni tuduhan-tuduhan yang tidak benar dari para sahabatnya. Bahkan istrinya yang adalah orang terdekat Ayub juga malah mencemooh dan menyuruhnya untuk mengutuki Allah (Ayub 1:9). Dalam keadaan yang sepertinya “sendirian”, tidak ada orang yang bisa memahami dan menguatkannya, bersyukur Ayub sadar bahwa ia masih punya sahabat sejati, yaitu Allah. Ayub menyatakan bahwa matanya tetap terarah kepada Allah. Ayub terus berkomunikasi, menangis, mencurahkan isi hatinya kepada Allah. Ayub pun sempat mengeluhkan perlakuan Allah (ay. 7-17), namun Ayub percaya Allah akan menyelesaikan masalah yang dia alami, baik masalah Ayub dengan Allah maupun masalah Ayub dengan rekan-rekannya. Allahlah yang akan menyatakan kebenarannya. Ke manakah kita akan mengarahkan hati dan mata kita ketika masalah datang? Apakah kita mengandalkan manusia (orang terdekat, orang yang ahli, dsb). Memang mereka bisa dipakai Tuhan menjadi alat menyatakan pertolongan Tuhan. Namun harus kita ingat bahwa mereka tetap manusia biasa, yang juga bisa salah. Namun kabar baiknya adalah kita memiliki sahabat sejati yang tidak mungkin salah dan mengecewakan kita. Dia yang paling mengerti kita. Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Dia selalu ada, memberikan kekuatan, penghiburan dan pertolongan bagi kita. Dialah Allah kita. Mari kita datang kepada-Nya, sampaikanlah segala isi hati kita dengan satu kerendahan hati untuk taat pada-Nya. Dan nantikanlah jawaban Allah yang terbaik bagi kita.

STUDI PRIBADI: Apakah yang Allah harapkan dari setiap kita orang percaya, setelah Allah menuntun, memelihara dan menjaga hidup kita?

Pokok Doa: Berdoalah agar setiap kita, umat yang percaya kepada-Nya, dapat berlaku setia kepada-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita hari lepas hari, karena anugerah-Nya yang cukup.

OKTOBER 2018

Page 25: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SENIN“Semangatku patah, umurku telah habis, dan bagiku

tersedia kuburan. Sesungguhnya, aku menjadi ejekan; mataku terpaksa menyaksikan tantangan mereka.”

(Ayub 17:1-2) 22

PENDERITAAN ORANG SALEH

Bacaan hari ini: Ayub 17Bacaan setahun: Amsal 22, Yesaya 46-48

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Ayub di dalam pasal ini tampak seperti kehilangan pengharapan? (2) Apakah yang menjadi alasan dasarnya?

Pokok Doa: Berdoalah bagi setiap jemaat Tuhan agar mereka tetap memiliki pengharapan di dalam Kristus, melewati berbagai pergumulan, tantangan serta kesulitan hidup, Amin.

yub kembali mengulangi situasi yang menyedihkan. Kita melihat di

A ayat 1-4, Ayub menuduh teman-temannya sebagai para pengejek atau pencela. Karena begitu hebat ejekan itu, Ayub dengan berani

berkata bahwa Allah menjadi JAMINAN Ayub (ayat 3). Sahabat-sahabat Ayub tidak bersedia menolongnya (6:22-23). Karena itu, Ayub memohon kepada Allah untuk membayar uang muka yang menjadi jaminan bahwa ia tidak bersalah. Perjanjian seperti ini sering dimateraikan dengan jabatan tangan dan pertukaran uang atau harta. Dan Ayub menawarkan hidupnya sebagai jaminan ketidak-bersalahannya. Meskipun Ayub menjadi target cemoohan, Ayub bertekad untuk tetap teguh berpegang pada keyakinannya bahwa ia benar (ayat 5-9), ”Meskipun begitu orang yang benar tetap pada jalannya, dan orang yang bersih tangannya bertambah-tambah kuat.” Tetapi sementara itu, Ayub mulai mengekspresikan kembali: hilangnya pengharapan dalam hidupnya, di mana Ayub menyambut kuburan sebagai rumahnya (ayat 10-16), yang digambarkan sebagai keadaan yang sunyi-senyap, di mana tidak ada seorangpun yang mengetahui atau merasakan apapun. Ayub ingin pergi ke tempat ini, supaya ia dapat beristirahat dengan damai, bebas dari semua penderitaannya, sama seperti budak yag bebas ketika tuannya mati. Ketika membaca uraian di atas, kita dapat merasakan betapa putus asa-nya Ayub, bukan hanya penderitaan dialaminya, tetapi lebih dari itu, sahabat-sahabatnya bukannya datang untuk memberikan kekuatan dan penghiburan yang maksimal kepada Ayub, malahan menuduh Ayub berbuat dosa atas penderitaan yang sedang dialaminya dengan hebatnya, sampai-sampai Ayub kehilangan pengharapannya, dan Ayub tidak lagi mengharapkan apa-apa dari sahabat-sahabatnya. Betapa pentingnya sebuah nasihat yang membangun dari Tuhan Allah, bukannya nasihat-nasihat yang mencelakakan. Sebab nasihat yang berasal dari Tuhan itu akan mampu menuntun dan mengangkatmu ke dalam kemuliaan sorgawi.

OKTOBER 2018

Page 26: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SELASA

23

espons Bildad kepada Ayub, dimana Ayub berpikir bahwa ia lebih

Rbijak dari teman lainnya, yang dianggapnya binatang yang bodoh. Maka Bildad mendiskripsikan tentang orang yang fasik (=jahat).

Dalam bagian ini, Bildad menggunakan beberapa metafora tentang keadaan orang jahat, yaitu: pertama, terperangkap dalam jaring (ay. 8-10); kedua, ada rasa takut terus-menerus (ay. 12); Dalam argumentasinya ini, Ayub direndahkan seperti orang fasik, digambarkan “seperti pohon yang dicabut” (ay. 10) serta seperti kota yang diserang (ay. 11-12). Nasib yang dialami oleh orang fasik mencakup: pertama, kehilangan semua yang dimilikinya (ay. 15); kedua, mati sebagai orang yang dilupakan (ay. 17); ketiga, dilemparkan ke dalam kegelapan (ay. 18), dan keempat, tidak mempunyai keturunan (khususnya anak laki-laki) yang meneruskan nama keluarga (ay. 19). Hal ini bisa dianggap sebagai satu bencana besar. Betapa menyedihkan dan kecewanya Ayub mendengar nasihat dari para sahabatnya yang seperti ini. Kondisi seperti yang Ayub alami sangat membutuhkan penghiburan dan pengharapan dalam jiwanya, tetapi yang diterimanya adalah sebaliknya, Ayub seperti orang fasik, meskipun Bildad tidak berbicara secara jelas bahwa Ayub adalah seorang berdosa, namun dia tidak dapat menoleransi argumentasi Ayub tentang ketidak-berdosaan dirinya. Belajar dari perenungan firman ini, hidup orang Kristen yang paling menyedihkan bukanlah kematian karena sakit-penyakit, tetapi yang paling menyedihkan adalah kehilangan pengharapan, yaitu pengharapan kepada Kristus. Firman Tuhan dalam Yehezkiel 37:11, Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel. Sungguh, mereka sendiri mengatakan: Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang.” Juga Roma 15:4, “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada PENGHARAPAN oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci .”

STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana respons sahabat-sahabat Ayub, khususnya Bildad kepada Ayub? (2) Apakah pendapat Ayub terhadap respons mereka?

“Bagaimanapun juga terang orang fasik tentu padam, dan nyala apinya tidak tetap bersinar.”

(Ayub 18:5)

NASIHAT BAGI ORANG FASIK

Pokok Doa: Berdoalah bagi orang Kristen, agar dimanapun mereka berada, mereka tetap hidup benar di dalam jalan Tuhan, dan memiliki pengharapan hanya kepada-Nya, Amin.

Bacaan hari ini: Ayub 18Bacaan setahun: Amsal 23, Yesaya 49-50

OKTOBER 2018

Page 27: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

RABU

24

BERHARAP PADA KEADILAN ALLAHagaimanakah perasaan Anda jika diperlakukan tidak adil oleh orang-

Borang terdekat? Tidak mengenakkan dan juga menyakitkan, bukan? Demikian juga Ayub. Pada saat Ayub mengalami kesusahan dan

penderitaan, baik secara lahir mapun batin, sahabat-sahabat Ayub datang menghiburnya. Namun sayang sekali, mereka memperlakukannya dengan sangat tidak adil. Penghiburan yang mereka berikan, bukanlah kata-kata penghiburan bagi Ayub. Kata-kata mereka begitu keras, tajam menikam perasaannya. Perkataan mereka cenderung memojokkan dan bahkan menyalahkan Ayub. Perkataan mereka telah menyiksa, mematahkan dan mencelanya sehingga kata-kata mereka bukannya membuat keadaan menjadi semakin membaik, tetapi membuat keadaan menjadi semakin bertambah buruk adanya (ayat 1-2). Terlebih lagi, Ayub juga mengalami perlakuan yang tidak adil dari keluarga serta teman-temannya (ayat 13-22). Orang-orang terdekatnya, yang diharapkan dapat menguatkan serta menghiburnya, justru berada paling jauh darinya. Orang-orang yang seharusnya menunjukkan hormat kepadanya, malah mencemoohnya. Boleh jadi, Ayub adalah orang yang kesepian, yang berteriak memohon belas kasihan, tetapi tak seorang pun menjawabnya. Walaupun demikian, Ayub tidak kecewa, apalagi menyalahkan atau mengutuki Tuhan atas apa yang terjadi pada dirinya. Ayub tetap percaya dan berharap kepada Tuhan! Dengan iman Ayub berkata, “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Sesudah kulit tubuhku sangat rusak tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain” (ayat 25-27). Kita telah melihat hidup Ayub. Jika demikian, bagaimanakah dengan kita? Marilah kita belajar dari Ayub untuk tidak mudah kecewa, apalagi menyalahkan Tuhan atas keadaan yang kita alami. Biarlah kita tetap mau menaruh percaya kepada Tuhan, Penebus kita yang hidup itu akan memberi keadilan (Yoh. 11:25-26; 1 Kor. 15:50-58).

“Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.”

(Ayub 19:25)

Berdoalah: Tuhan Yesus, Allah Pencipta kami, mampukanlah kami untuk menghadapi berbagai pergumulan yang sulit di dalam hidup ini, sehingga kami boleh tetap setia kepada-Mu, Amin.

Bacaan hari ini: Ayub 19Bacaan setahun: Amsal 24, Yesaya 51-53

OKTOBER 2018

STUDI PRIBADI: (1) Gambarkan kondisi Ayub dalam menghadapi penderitaan di pasal ini? (2) Pelajaran rohani apakah yang dapat kita pelajari dan terapkan dalam kehidupan kita?

Page 28: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

KAMIS

25

DAHSYATNYA SALAH PAHAM

“Langit menyingkapkan kesalahannya, dan bumi bangkit melawan dia. Hasil usahanya yang ada di rumahnya diangkut,

semuanya habis pada hari murka-Nya. Itulah ganjaran Allah bagi orang fasik....” (Ayub 20:27-29)

Bacaan hari ini: Ayub 20Bacaan setahun: Amsal 25, Yesaya 54-56

yub mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari “sahabat-

A sahabatnya,” khususnya dalam bagian ini, Zofar, yang mencela dan menuduhnya bahwa apa yang sedang Ayub alami tersebut adalah

akibat kehidupannya yang fasik. Zofar mencoba menggunakan logika untuk membungkam Ayub (Ayub 18-20). Zofar memiliki pemikiran bahwa Tuhan memberkati orang-orang benar, tetapi membuat orang-orang jahat menderita. Saat ia melihat Ayub menderita, menurutnya, Ayub telah berbuat jahat dengan berlaku fasik. Demikianlah Ayub, telah disalah-mengerti atas hal yang sedang dialaminya. Mengapa semuanya itu bisa terjadi? Pertama, karena Zofar tidak tahu dan mengerti apa sesungguhnya yang sedang terjadi dengan Ayub. Zofar hanya tahu bahwa orang fasik akan mendapatkan hukuman dari Allah. Meskipun ucapan Zofar ini tidak tepat untuk Ayub, kebenarannya perlu kita terima. Sebab tidak seorang fasik pun dapat luput dari perbuatan dosa-dosanya sendiri. Allah akan menghukum orang fasik sesuai perbuatannya. Kedua, karena Zofar tidak tahu bahwa sesungguhnya Ayub mengalami kesusahan dan penderitaan oleh karena ulah si jahat, yang meminta izin kepada Tuhan untuk menguji dan membuktikan akan kasih dan kesetiaan Ayub kepada Tuhan selama ini. Dari bagian ini kita belajar bahwa kita pun seringkali sama seperti Zofar yang gagal paham terhadap apa yang sedang dialami oleh orang lain. Dari bagian firman ini kita juga belajar bahwa seringkali orang lain bisa saja salah memahami apa yang sedang kita alami, sehingga celaan, hujatan, bahkan fitnahan yang menuduh dilontarkan kepada kita. Biarlah melalui bagian ini kita belajar untuk memahami kesalah-pahaman mereka dan tidak membalas dengan berlaku sama seperti mereka. Sebaliknya, marilah kita belajar untuk memaafkan mereka dan menyerahkan semuanya itu kepada keadilan dan kebenaran Tuhan saja, karena hanya Tuhan yang Mahatahu dan adil, yang akan menyatakan kebenaran dan keadilan-Nya kepada kita semua, pada waktunya. Amin.

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Zofar salah memahami tentang apa yang dialami oleh Ayub? (2) Dalam konteks hari ini, apa yang harus kita pahami agar tidak salah menilai orang lain?

Berdoalah: Tuhan Yesus, tolong kami agar kami tidak berlaku pasif terhadap lingkungan sekitar kami dan mampukanlah kami untuk memberikan respons yang tepat terhadap kebenaran.

OKTOBER 2018

Page 29: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

JUMAT

26

enjawab pendapat Zofar bahwa sejak dahulu orang fasik akan

Msegera menuai akibat kefasikan yang dilakukannya, Ayub menjawab bahwa pada kenyataannya kehidupan orang fasik tidak

bisa digambarkan seperti itu. Ada bagian misteri tentang kehidupan manusia yang tidak bisa dijelaskan dengan teori yang bersifat “hitam-putih”; bahwa orang yang perilakunya baik akan hidup dalam keadaan baik, sehat, makmur, dan hidup panjang. Sedangkan orang jahat akan segera menuai buah-buah kejahatannya. Kenyataannya, cukup sering terjadi bahwa orang jahat justru seolah mendapat segala kelancaran dan tidak tersentuh hal buruk; keberuntungan seolah selalu berpihak pada mereka. Dalam sebuah Mazmur, Asaf menulis: Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu pada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik, kemudian dijabarkan dengan lebih rinci apa yang dimaksudkan (Mzm.73:2-10). Itulah fakta lain yang juga terjadi dalam kehidupan. Teori “hitam-putih” itulah yang nampaknya dipakai Zofar untuk menilai Ayub; bahwa Ayub mengalami semua kesusahan dan penderitaan seberat itu, pasti karena perbuatan fasiknya. Bahwa di balik kesalehannya, Ayub hidup secara fasik dan oleh karenanya, kemalangan menimpa dia. Dan Ayub berargumen bahwa ada hal yang tidak mudah untuk dimengerti tentang kehidupan orang baik dan orang jahat. Ada rumusan jelas bahwa orang benar diberkati dan orang fasik dihukum (Ul.27-28), tetapi Allah bisa membiarkan orang fasik hidup berjaya, bukan sebagai upah kebaikannya tapi justru sebagai hukuman sehingga orang tersebut semakin terjerumus dalam kelancaran sampai ajalnya. Sebaliknya, orang benar mengalami kesusahan dan penderitaan, bukan karena Allah menghukum tetapi justru untuk menguji, memurnikan, menarik orang makin dekat dan bersandar pada-Nya. Karena itu, marilah kita jalani kehidupan kita – senang ataupun susah – dengan fokus kepada relasi dan kedekatan kita dengan TUHAN.

Berdoalah: Tuhan nyatakanlah kebenaranmu atas semua pergumulan dan masalah yang disebabkan oleh kefasikan yang ada di dalam dunia ini, Amin.

MISTERI KEMUJURAN ORANG FASIK

STUDI PRIBADI: Apakah pendapat Ayub terhadap orang fasik dan kenyataan penderitaan yang dialaminya?

Bacaan hari ini: Ayub 21Bacaan setahun: Amsal 26, Yesaya 57-59

“Belum pernahkah kamu bertanya-tanya kepada orang-orang yang lewat di jalan? Dapatkah kamu menyangkal petunjuk-petunjuk

mereka, bahwa orang jahat terlindung pada hari kebinasaan, dan diselamatkan pada hari murka Allah?” (Ayub 21:29-30) OKTOBER 2018

Page 30: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SABTU

27

TUDUHAN ELIFASlifas berpendapat, kesalehan manusia seringkali diupayakan demi

Ekeuntungan dirinya saja, sebab bagi Allah tidak ada keuntungan yang Dia dapatkan dari manusia. Elifas beranggapan bahwa Ayub

telah memanipulasi Allah untuk membangun kesalehan yang palsu, karena meskipun Ayub tidak melakukan kejahatan positif seperti yang dilakukan oleh orang-orang fasik, dia telah melakukan berbagai kejahatan yang lebih tersamar. Ayub dituduh menekan orang lemah dan merampas hak orang miskin, mengabaikan kebutuhan orang-orang miskin yang seharusnya dapat dia bantu, termasuk kaum janda dan anak-anak yatim piatu. Itulah alasannya kenapa Ayub mengalami kesusahan dan penderitaan seperti itu, karena apa yang dia anggap terang kini telah berubah menjadi kegelapan. Dan dalam kondisi seperti itupun, Ayub tetap tidak menyadari. Karena itu, Elifas menyarankan agar Ayub kembali kepada TUHAN dan bertobat di hadapan-Nya. Janganlah lagi bersandar pada harta kekayaan tapi dekatlah kepada Allah, dan Allah akan memulihkan keadaannya. Sama dengan Zofar, Elifas juga berbicara melalui pemahamannya yang terbatas dan subyektif. Penderitaan yang dialami oleh Ayub, memang sulit dipahami. Tetapi yang pasti adalah bahwa proses tersebut masih berlangsung dan belum selesai, belum final. Dan sesuatu yang masih di dalam proses, tidak bisa disimpulkan terburu-buru. Hanya Allah yang tahu persis semua rahasia, kita bukan Allah dan karena itu kita tidak punya kapasitas untuk mengetahui misteri kehidupan sehingga tidak punya kewenangan untuk menghakimi orang lain secara mutlak. Bagi saudara kita yang sedang dalam kesusahan dan penderitaan, lebih baik kita mendoakan, menemani dan memberi dukungan, dan bukan menyerangnya dengan tuduhan-tuduhan yang terdengar rohani tetapi sesungguhnya bukan saja tidak bermanfaat, yang malah justru menambah tekanan dan penderitaan kepada yang bersangkutan. Doakanlah saudara kita yang sedang menderita, dan janganlah menghakiminya.

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang menjadi alasan dasar tuduhan Elifas terhadap Ayub? (2) Bagaimanakah cara pandang Elifas terhadap kehidupan orang benar?

Pokok Doa: Berdoalah bagi setiap jemaat Tuhan agar tetap hidup taat dan setia meski hidup dengan banyak kesukaran. Dan kita sebagai teman, dapat bersikap dengan tepat dan bijaksana.

“Terimalah apa yang diajarkan mulut-Nya, dan taruhlah firman-Nya dalam hatimu.”

(Ayub 22:22)

Bacaan hari ini: Ayub 22Bacaan setahun: Amsal 27, Yesaya 60-62

OKTOBER 2018

Page 31: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

MINGGU

28

etisi dapat diartikan sebagai pernyataan yang disampaikan kepada

Ppenguasa untuk mengambil tindakan tehadap suatu hal, agar dibela dan diperjuangkan. Situasi sulit yang dihadapi Ayub serta respons

sahabat-sahabatnya yang disebutnya sebagai “penghibur sialan” (Ayub 16:2) menjadikan Ayub memberanikan diri untuk berbicara kepada Allah meminta keadilan-Nya. Perikop kita hari ini adalah catatan tentang reaksi dan respons Ayub terhadap tuduhan Elifas yang bertanya dengan nada mengejek, “Apakah mungkin Allah menghukum Ayub bila ia takut akan Allah?” (22:4). Keyakinan Elifas akan sebuah kejahatan yang tersembunyi yang dilakukan Ayublah yang menyebabkan Ayub mengalami penderitaan dan Azab dari Tuhan (ay. 5). Keluhan Ayub, “Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia” merupakan ungkapan keputus-asaan Ayub akan sikap sahabat-sahabatnya. Bukannya memberikan penghiburan dan kekuatan, mereka justru lebih banyak menyalahkan Ayub dan memperburuk situasi. Pemikiran Elifas bisa jadi merupakan pemikiran kebanyakan orang Kristen yang cenderung melihat segala sesuatunya dengan cara: taat berarti berkat, salah berbuah kutuk, sehingga mengabaikan sifat kasih dan kemurahan Allah. Dapat diyakini bahwa situasi yang dihadapi oleh Ayub berada dalam kendali dan otoritas Tuhan, namun demi meluruskan masalahnya, Ayub pun menyatakan keinginannya untuk dapat membela diri di hadapan Allah; keberanian Ayub didasarkan pada keyakinannya akan kejujurannya, dia mengibaratkan dirinya seperti emas yang timbul karena sangat teruji. Kehidupan orang percaya juga tidak imun terhadap masalah; alih-alih mendapatkan penghiburan sejati, sangat mungkin ada orang-orang seperti Elifas yang hadir, menyalahkan dan memperburuk situasi. Seperti Ayub, hal terbaik yang harus dilakukan adalah dengan datang kepada Tuhan semesta alam yang mahatahu dan dengan yakin berkata, “Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku...” (Ayub 23:14). Ya, Tuhan sendirilah yang akan menyelesaikannya bagi orang percaya!

STUDI PRIBADI: (1) Apa yang akan Anda lakukan menghadapi “penghibur” seperti Elifas? (2) Apakah kita berani jujur menyatakan perasaan kita yang sesungguhnya kepada Tuhan?

“Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia, dan boleh datang ke tempat Ia bersemayam. Maka akan kupaparkan perkaraku

di hadapan-Nya, dan kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan.” (Ayub 23:3-4)

Berdoalah: Tuhan, Engkau adalah Allah yang adil dan mahabenar. Biarlah keadilan dan kebenaran-Mu nyata atas setiap pergumulan dan masalah yang kami alami, Amin.

Bacaan hari ini: Ayub 23Bacaan setahun: Amsal 28, Yesaya 63-64

OKTOBER 2018

PETISI DI HADAPAN ALLAH

Page 32: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SENIN

29

embaga Alkitab Indonesia (LAI) memberikan judul untuk fasal 24 dari

Lkitab Ayub ini adalah “Allah seakan-akan acuh tak acuh terhadap kejahatan.” Bagian ini merupakan kelanjutan dari banding yang Ayub

ajukan di hadapan Tuhan. Dari rangkaian pledoi yang dibacakan ini, Ayub sesungguhnya menanyakan bagaimana mungkin Allah bisa berdiam dan berlaku tidak adil terhadap kejahatan dan kecurangan yang terjadi, seperti menggeser batas tanah, merampas ternak termasuk milik yatim-piatu, dan seterusnya (ay. 2-23). Orang-orang yang demikian seakan-akan memiliki bumi dan menguasainya dan tetap dapat hidup nyaman dengan menikmati hasil kejahatannya dan berhasil dalam segala usaha mereka. Tetapi benarkah Allah tidak peduli terhadap kejahatan dan penindasan yang dilakukan oleh orang fasik? Alih-alih Allah menjatuhkan hukuman dan menegakkan keadilan-Nya, dalam ayat 23 dituliskan bahwa, “Allah memberinya keamanan yang menjadi sandarannya, dan mengawasi jalan-jalannya.” Ayub seakan-akan menarik kesimpulan bahwa Allah sungguh-sungguh sedang berdiam diri dan tidak peduli akan situasi tersebut. Namun dalam ayat 24, bagaimana kemudian Ayub menggambarkan orang-orang yang demikian sebenarnya hanya sesaat saja menikmati semua itu karena mereka kemudian akan luruh, lisut seperti rumput, dikerat seperti hulu tangkai gandum. Metafora ini hendak menggambarkan bagaimana tidak bergunanya semua yang sudah mereka dapatkan melalui kejahatan, kecurangan, penindasan, dan perampasan. Jadi sesungguhnya Allah tidak pernah berdiam diri, Ia peduli, bahkan amat sangat peduli karena Ia adalah Tuhan yang dapat dipercayai, tidak ada sesuatupun yang terjadi dalam kehidupan ini ada di luar kontrol Tuhan. Tuhan megizinkan semua itu terjadi untuk mengajarkan kepada umat-Nya apa artinya bersandar dan mengandalkan Tuhan dan setiap orang percaya dapat meyakini bahwa Tuhan tidak pernah memberikan ujian melebihi kekuatan manusia.

STUDI PRIBADI: (1) Ketika Allah “terlihat berdiam diri,” langkah apa yang Anda ambil? (2) Ketika melihat kejahatan dan keberhasilan orang fasik, menurut Anda, benarkah Tuhan benar-benar berdiam diri dan berlaku tidak adil terhadap orang benar?

“Hanya sebentar mereka meninggikan diri, lalu tidak ada lagi; mereka luruh, lalu menjadi lisut seperti segala sesuatu, mereka

dikerat seperti hulu tangkai gandum.” (Ayub 24:24)

Berdoalah: Tuhan Yesus, tolonglah kami untuk tetap mengandalkan-Mu di saat kami menghadapi pergumulan dan kesulitan yang kami sedang hadapi, Amin.

Bacaan hari ini: Ayub 24Bacaan setahun: Amsal 29, Yesaya 65-66

OKTOBER 2018

ALLAH YANG DIAM

Page 33: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

SELASA

30

udah jatuh tertimpa tangga, itulah gambaran yang terjadi dan

Sdirasakan Ayub. Ayub membutuhkan pengertian dan belas kasihan dari para sahabatnya, tapi justru hal sebaliknya yang Ayub dapatkan,

yaitu kata-kata yang penuh sindiran dan ejekan. Sungguh ironis, seorang penafsir mengatakan, “Ayub terluka karena kekasaran mereka, sakit hati karena kecaman mereka, lelah oleh karena celaan mereka, dan digerakkan masuk ke dalam kebencian oleh argumen-argumen mereka.” Pernyataan dan tuduhan-tuduhan dari para sahabat Ayub begitu pedas dan menusuk, bahkan tanpa menempatkan diri mereka dalam kondisi Ayub. Demikianlah sahabat-sahabat Ayub berbicara. Keadaan semakin memburuk ketika Bildad mulai berpendapat tentang penderitaan Ayub. Di awal pasal 8, Bildad telah memaparkan pendapatnya yang menuduh Ayub telah berdosa, sehingga ia layak menerima semua penderitaan ini, sebagai akibat penghukuman Allah karena dosanya itu (Ayub 8:4). Ia mendesak Ayub untuk merenungkan kembali karakter Allah. Dengan kata lain, ia ingin berkata bahwa Ayub adalah seorang munafik, sebab Ayub tidak memiliki pengenalan akan Allah. Dalam pasal 25 ini, Bildad tak henti-hentinya memandang kehidupan ini secara hitam-putih, benar-salah, adil-tidak adil. Bildad berpikir bahwa Allah itu adil, memberkati orang benar dan menghukum orang jahat (Ayub 25:4). Dalam kasus Ayub, penderitaannya menunjukkan bahwa ia orang yang berbuat jahat di mata Allah. Bildad tidak memiliki argumentasi kembali untuk menyerang Ayub, sehingga ia berbicara secara umum mengenai Allah. Bildad merasa diri benar dengan semua perkataannya itu, tetapi hal itu tidak memberi ketenangan dan penghiburan bagi Ayub sedikit pun. Alkitab mengajarkan agar kita menjadi saudara seiman yang saling bertolong-tolongan dalam menanggung beban (Galatia 6:2). Oleh sebab itu, jadilah sahabat-sahabat yang menentramkan hati mereka yang penat, menghibur mereka yang berkesusahan, dan menjadi saudara bagi mereka yang membutuhkan pertolongan.

Bacaan hari ini: Ayub 25Bacaan setahun: Amsal 30, Yeremia 1-3

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

(Amsal 17:17)

STUDI PRIBADI: (1) Apa yang akan Anda lakukan jika melihat saudara seiman mengalami pergumulan dan penderitaan? (2) Sudahkah Anda menjadi sahabat yang baik?

Berdoalah: Tuhan, jadikanlah aku sahabat yang baik dan dapat menjadi penolong bagi saudara-saudara seiman yang sedang dalam kesusahan dan penderitaan, Amin.

OKTOBER 2018

JADILAH SAHABAT

Page 34: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

31RABU

OKTOBER 2018

Bacaan hari ini: Ayub 26Bacaan setahun: Amsal 31, Yeremia 4-6

etika orang benar mengalami penderitaan, secara manusiawi

K mereka sulit memahami pergumulan dalam penderitaan tersebut. Melalui pergumulan itu, kebanyakan orang akan bertanya kepada

Tuhan, “Mengapa semuanya ini dapat terjadi?” Beberapa orang kemudian menyimpulkan bahwa Tuhan itu tidak Mahakuasa, Tuhan tidak adil, atau manusia terlalu bodoh untuk mengerti penderitaan tersebut. Di sini, Ayub memperlihatkan respons yang berbeda dengan orang pada umumnya. Charles Swindoll mengatakan bahwa Ayub adalah orang yang begitu tabah dan sabar dalam menahan penderitaan yang ia alami. Ayub menghadapi Bildad dengan penjelasan yang menakjubkan mengenai alam semesta ini. Ayub ingin menunjukkan kepada Bildad bahwa jika manusia tidak dapat mengerti keagungan alam semesta ini, bagaimana manusia dapat menjelaskan keagungan Allah yang tiada bandingnya. Sesungguhnya Ayub ingin berkata bahwa, “Allah memegang kendali atas semua ini, Ia tahu segala hal ini, Ia mengerti, Ia ada di tengah-tengah ini semua dan bertanggung jawab penuh atas semua ini. Tidak ada satu pun hal yang mengejutkan bagi Allah yang hidup” (Ayub 26:5-6). Ayub bukan hanya seorang yang tabah dan tegar, tetapi juga bijak. Ayub ingin mengajarkan kepada Bildad bahwa dia bisa bersandar kepada Allah untuk penderitaan yang dia sedang alami, Ayub juga menyadari ada penghiburan yang besar ketika dia bersandar kepada Allah dalam iman yang sederhana (Ayub 26:14b). Kegagalan terbesar bukan disebabkan oleh penderitaan yang berat; kegagalan yang terbesar terjadi apabila manusia selalu mempertanyakan kuasa dan keberadaan Allah di dalam penderitaan yang sedang dihadapi. Ayub memilih untuk mempercayai Allah, di dalam ketidak-mengertiannya. Banyak hal dalam hidup ini, yang tidak dapat dijelaskan dengan pengetahuan dan pemikiran manusia, namun di atas semua itu marilah kita tetap mempercayai Allah yang berdaulat penuh atas semua hal yang terjadi di dalam dunia ini.

“Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan

bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

ALLAH BERDAULAT ATAS HIDUP

Berdoalah: Ajarlah aku Tuhan, untuk memiliki hati yang selalu mempercayai-Mu di saat aku tidak melihat jalan dan rencana-Mu. Aku percaya Tuhan, ada rancangan-Mu yang indah menanti, Amin.

STUDI PRIBADI: (1) Apakah saudara merasa sulit untuk melihat pertolongan Tuhan? (2) Sharingkan pengalaman saudara, ketika ditolong oleh Tuhan dalam kesulitan?

Page 35: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu

PROYEK KETAATANSaya berjanji akan lebih...

Berikan tanda apabila sudah terlaksana.

Pengertian-pengertian kebenaran yang saya peroleh bulan ini:

Page 36: Untitled-1 [gkagloria.or.id]gkagloria.or.id/perspektif_pdf/2018/Perspektif270_Oktober2018.pdf · Dalam hidup ini, sekalipun kita berusaha hidup damai dengan semua orang, pada waktu