269 二零 bahan saat teduh | edisi no. 269 | september...

35
| | BAHAN SAAT TEDUH EDISI NO. 269 SEPTEMBER 2018 269 | | 二零 “Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu." [Mazmur 119:10]

Upload: nguyendung

Post on 21-Mar-2019

260 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

| | BAHAN SAAT TEDUH EDISI NO. 269 SEPTEMBER 2018

269 || 二零

“Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu." [Mazmur 119:10]

PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kem-bali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!

PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memper-oleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.

Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat meng-ikuti saran-saran praktis sebagai berikut:

Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat meng-ganggu konsentrasi Anda.Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan.Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah.Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)

SARAN-SARANPRAKTIS

BERSAAT TEDUH

Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria SurabayaAlamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907Email: [email protected] Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria

www.gkagloria.or.idPERSPEKTIF

Penulis edisi 269:Alex Gunawan, Andree Kho, Bambang Alim, Bambang Tedjokusumo, Christine Gabriela, Elok Chrisinar, Hariyono Wong, Hendry HeryantoIe David, Liem Sien Liong, Liona Margareth, Lucky Pudja AdiNatanael Thamrin, Otniol H. Seba, Sahala Marpaung, Timotius Alfa

Penerjemah: Tertiusanto

EDITORIAL

Lectio Divina

emasuki bulan September 2018 ini, tentunya harapan dan doa kita

M adalah tetap setia membangun hubungan dengan Tuhan melalui saat teduh dan berdoa. Meski kita tahu akan ada kesulitan dan

tantangan yang kita hadapi, iman dan pengharapan itu akan menjadi “sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita” dalam menjalani kehidupan pada tahun ini.

Renungan PERSPEKTIF di tahun 2018 ini disusun secara berurutan mulai dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Kiranya PERSPEKTIF dapat menjadi bahan bagi kita untuk “Lectio Divina” sehingga kita dapat mengerti “apakah yang menjadi kehendak Tuhan untuk kita jalani di dalam hidup kita. Pertanyaan yang muncul, apakah yang dimaksud dengan “Lectio Divina”? Apakah manfaatnya bagi kita?

Lectio Divina adalah sebuah kalimat dari bahasa Latin, yang berarti “pembacaan ilahi” atau Pembacaan Kitab Suci. Ini merupakan sebuah cara untuk mempelajari, menyelami, mendengarkan, berdoa dan melakukan sesuatu dari sabda Tuhan di dalam kehidupan kita. Setidaknya ada 4 langkah dalam melakukan Lectio Divina:

Pertama, Lectio (Membaca). Sisihkanlah waktu dan bacalah bagian Alkitab secara perlahan-lahan. Usahakan untuk memahami Firman Tuhan yang sedang dibaca. Baca nas yang sama untuk kedua kalinya. Dengarkan setiap kata atau frasa yang berbicara kepada anda, dan dengarkan dengan hati anda.

Kedua, Meditatio (Merefleksi). Baca kembali nas itu secara perlahan-lahan. Ketika Anda merasakan ada kata atau frasa yang berbicara kepada Anda, ambillah waktu untuk mempertimbangkan kata atau frasa atau nas Firman Tuhan yang mempunyai keterkaitan dengan hidup anda.

Ketiga, Oratio (Merespon). Baca kembali nas itu secara perlahan-lahan. Pertimbangkan sekarang, bagaimana Firman Allah telah berbicara kepada Anda melalui nas itu dan meresponslah kembali kepada-Nya. Pertimbangkan tindakan-tindakan nyata yang akan Anda lakukan dari nas yang Anda baca.

Keempat, Contemplation (Berdiam Diri). Sekarang ambil beberapa waktu untuk tetap diam di hadapan Tuhan.

Mengakhiri editorial ini, perlulah kita merenungkan perkataan bijak ini, “Seek by reading and you will find by meditating. Knock by praying and it will be opened to you in contemplation.” Dikutip dari St. John of The Cross.

01SABTU

SEPTEMBER 2018

Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 35:20-27Bacaan setahun: Mazmur 77-78, Wahyu 1

osia adalah seorang raja yang baik. Pada masa pemerintahannya ia

Ymelakukan banyak hal yang baik pula. Sayang, orang baik hidupnya berakhir dengan tidak baik, Yosia mati terkena panah pasukan raja

Nekho dari Mesir. Seorang raja mati di medan perang adalah hal biasa dan terhormat, tetapi untuk Raja Yosia kasusnya berbeda. Seharusnya ia tidak perlu mati waktu itu, karena Raja Nekho keluar berperang dengan Raja Asyur di Karkemis, di tepi sungai Efrat, utara Yehuda, tidak ada maksud berperang dengan Raja Yosia (ayat 21). Memang, ketika Mesir ke Karkemis harus melewati wilayah Yehuda, namun urusannya bukan dengan Yehuda. Yosia menyamar dan masuk dalam barisan perang. Pemanah-pemanah Mesir menembaki Yosia dan ia terpanah, luka parah dan dibawa ke Yerusalem dengan kereta cadangan, lalu ia mati di sana (ayat 22-24). Di sini kita belajar, kebiasaan hidup yang baik, yakni selalu dekat Allah, bertanya pada Allah bila ada masalah dan kesulitan, pola hidup seperti ini harus dipertahankan. Hal kedua adalah, kita harus belajar untuk tidak suka mencampuri urusan orang, tidak ada artinya berlagak pahlawan membela yang tidak jelas. Bukankah orang itu juga tidak merugikan kita, siapa tahu justru ia sedang dipakai Tuhan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Dalam kisah ini juga ada satu pertanyaan penting untuk direnungkan, Raja Nekho bukanlah orang yang percaya Allah. Tapi ia mengklaim bahwa Allah-lah yang memerintahkan dirinya bertindak, berangkat ke Karkemis memerangi Asyur. Bahkan Nekho telah memperingatkan Yosia, supaya ia jangan ikut campur, dan segera hentikan niatnya menentang Allah yang menyertai Nekho, kalau tidak maka Yosia akan dimusnahkan. Allah kita yang Maha Kuasa bisa memakai dan bebas memakai siapa saja untuk mewujudkan kehendak-Nya, bahkan untuk memperingatkan anak-anak Tuhan sekalipun. Sebagai anak Tuhan kita harus peka dalam mendengar suara Tuhan, mungkin Tuhan berbicara kepada kita melalui anak-anak Tuhan, orang-orang dekat kita, bahkan Tuhan juga bisa berbicara melalui orang yang belum percaya sekalipun.

“Apakah urusanmu dengan aku, raja Yehuda?... Allah memerintahkan aku supaya segera bertindak. Hentikanlah

niatmu menentang Allah yang menyertai aku, supaya engkau jangan dimusnahkan-Nya!” (2 Tawarikh 35:21)

UNTUK MENYATAKAN KEHENDAK ALLAH

Berdoalah: Tuhan, berikanlah hati kepada setiap kami untuk memperhatikan setiap nasihat dan peringatan yang kami telah dengar demi kebaikan dalam hidup kami, Amin.

STUDI PRIBADI: (1) Apa yang menyebabkan Yosia maju berperang dengan Raja Nekho? (2) Apa akibat karena Yosia mengabaikan peringatan Raja Nekho? Apa pelajaran rohaninya?

MINGGU

02

ebagaimana kita telah membaca seluruh kitab Raja-Raja dan

STawarikh, maka sampailah pada akhir kerajaan Yehuda. Karena mereka telah melakukan dosa yang sama seperti yang dilakukan

oleh kerajaan Israel (kerajaan Utara) yang berakhir tragis yang dibuang ke Asyur, maka kerajaan Yehuda akhirnya bernasib “hampir sama”, mereka juga diangkut dan dibuang ke Babel. Karena pada zaman itu, kerajaan Babel bangkit menjadi kerajaan terbesar di masa itu. Namun jika membaca dengan teliti, pembuangan kerajaan Yehuda ke Babel bukan semata-mata karena mereka kalah perang, melainkan karena mereka berdosa terhadap Tuhan. Karena itu tetap masih ada harapan bila mereka sadar akan dosa mereka dan mau berbalik kembali kepada Tuhan, maka Tuhan akan mengampuni dan menerima mereka kembali. Hari ini, kita sebagai umat Tuhan, apabila kita mengalami “musibah/ pergumulan”, dan timbul perasaan terbuang dari hadapan Tuhan, yang disebabkan karena dosa kita, periksa diri kita. Jika dosa itu disebabkan oleh “dosa-dosa” kita, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, kita harus segera bertobat, kembali kepada Tuhan. Bukan mengandalkan diri sendiri untuk mampu kembali, melainkan oleh karena Tuhanlah kita mendapatkan pengampunan dan kekuatan yang memampuan kita untuk kembali dalam kasih karunia Tuhan. Ingat, amarah Tuhan bertujuan untuk mendisiplinkan diri kita, membawa kita kembali, seperti Tuhan telah membawa bangsa Israel kembali. Kita harus sungguh rendah hati, dan mau memeriksa diri kita, apalagi Tuhan telah memberikan Juruselamat yang menangggung upah dosa kita di atas kayu salib. Karena itu, janganlah kita menganggap remeh anugerah-Nya. Terhadap kasih Tuhan yang demikian ajaib, hanya satu respons kita, segeralah bertobat dan kembali ke pangkuan Bapa, persembahkanlah diri seutuhnya di mezbah-Nya sebagai korban syukur yang mau mengasihi dan memuliakan nama-Nya, sehingga hidup kita akan segera dipulihkan.

“Namun TUHAN, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya,

karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya.” (2 Tawarikh 36:15)

STUDI PRIBADI: (1) Periksalah keadaan diri Anda, apakah ada hal yang menghalangi relasi Anda dengan Tuhan? (2) Sudahkah sepenuh hidup Anda dipersembahkan untuk melayani dan mengasihi Tuhan?

Berdoalah: Tuhan, tolonglah setiap kami untuk tetap bersandar kepada-Mu dan senantiasa mengandalkan-Mu dalam setiap perjalanan hidup kami yang penuh pergumulan, Amin.

Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 36Bacaan setahun: Mazmur 79-80, Wahyu 2

SEPTEMBER 2018

DIBUANG NAMUN TIDAK DITINGGALKAN

03SENIN

“Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit.

Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda...” (Ezra 1:2)

Berdoalah: Tuhan, ajar kami untuk bersabar menantikan waktu Tuhan atas kehidupan kami, agar segala pergumulan hidup kami, mendapatkan jalan keluar pada waktunya nanti, Amin.

embuka dari kitab Ezra sama dengan penutup dari kitab 2 Tawarikh.

PSecara tradisi, Ezra adalah penulis dari Kitab Ezra, maka dapat pula disimpulkan bahwa Ezra adalah penulis Kitab Tawarikh. Kitab Ezra

ini ditulis dengan tujuan memberikan semangat kepada bangsa Yehuda yang tertawan di Babel agar mereka mau pulang ke tanah perjanjian, dan membangun bangsa / Kerajaan Israel kembali. Sebagaimana bangsa yang terjajah, bangsa Israel terbuang ribuan kilometer dari kampung halaman mereka. Hal itu seperti mimpi, sebagian besar mereka pasti tidak berani percaya, atau tidak mau ambil resiko untuk pulang ke tanah air mereka. Karena di Kanaan, semuanya tinggal puing-puing rerutuhan. Setelah lewat 70 tahun, keturunan Yehuda di Media-Persia merupakan keturunan kedua atau ketiga dari nenek moyang mereka. Secara budaya sudah campur baur dengan Babel, Media-Persia. Kebiasaan hidup dan bahasa sudah sangat dipengaruhi bahasa Aramik. Jumlah mereka begitu sedikit, dan mereka tersebar di seluruh kerajaan Media-Persia. Sangat kecil harapannya untuk bisa kembali ke Yehuda. Namun tidak bagi Tuhan! Tuhan bertindak mengembalikan Bangsa Israel. Itu sebabnya dalam pembukaan suratnya, Ezra menuliskan bahwa TUHAN-lah yang bertindak. TUHAN Allah nenek moyang bangsa Israel, Allah satu-satunya pencipta langit dan bumi, Allah segenap makhluk di atas bumi, rencana-Nya pasti terlaksana. Baik Ezra, maupun keturunan bangsa Yehuda yang lahir di tanah pembuangan, bahkan raja kafir Koresh, semua adalah hamba Tuhan, dan waktu Tuhan telah datang, maka semua akan bekerja sama untuk menggenapkan rencana Tuhan, untuk membangun kembali identitas Bangsa Yehuda, membawa bangsa pilihan Allah kembali beribadah kepada Allah. Saudaraku, bila kita sedang dalam pergumulan yang berat, mari kita tetap setia menjaga iman kita, menantikan waktu Tuhan untuk melakukan perkara-Nya bagi kita; pada waktu-Nya, semuanya menjadi indah. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

STUDI PRIBADI: (1) Dalam perjalanan iman bersama dengan Tuhan, apakah Anda memiliki kesadaran akan waktu Tuhan? (2) Bagaimana Anda bersikap terhadap waktu Tuhan?

Bacaan hari ini: Ezra 1Bacaan setahun: Mazmur 81-83, Wahyu 3

SEPTEMBER 2018

WAKTU TUHAN

04SELASA

PEMBANGUNAN RUMAH TUHANetelah mengalami masa sulit di pembuangan selama puluhan tahun

Stahun, maka pada tahun 538 SM, rombongan pertama bangsa Israel (sekitar 50.000 orang di bawah pimpinan Zerubabel) mengadakan

perjalanan pulang ke Yerusalem. Mereka pulang karena Tuhan memakai Raja Koresh untuk memerintahkan semua orang Israel di kerajaan Babel kembali ke Yerusalem dan membangun Bait Allah, meskipun tujuan Raja Koresh sebenarnya adalah untuk stabilitas politik negaranya. Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan mereka ketika pulang ke Yerusalem. Yang pasti ada sukacita, ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Namun mereka juga sedih melihat kondisi Yerusalem dan juga Bait Allah yang dihancurkan Nebukadnezar. Jadi bangsa Israel pulang ke Yerusalem bukan dalam kondisi untuk bersenang-senang, namun ada satu tugas dan peran penting bagi mereka, yaitu membangun kembali Bait Allah. Beberapa kepala kaum keluarga bangsa Israel segera meresponi perintah Tuhan dengan memberikan persembahan sukarela. Kita bisa bayangkan kondisi mereka yang baru dari pembuangan. Mereka tidak punya banyak harta, tetapi mereka mau memberikan persembahan dari apa yang mereka punya. Inisiatif membangun Bait Allah memang berasal dari Tuhan, namun pembangunannya adalah tanggung jawab seluruh umat Tuhan. Bagaimanakah dengan kita sebagai umat Tuhan; adakah kita juga peduli dengan rumah Tuhan (gereja)? Tuhan mau setiap kita, umat Tuhan, bertanggung jawab atas keberadaan dan pemeliharaan rumah Tuhan. Ini bukan hanya urusan para hamba Tuhan, majelis, pengurus gereja, namun tanggung jawab semua umat Tuhan. Apa peran yang dapat kita lakukan? Secara sederhana, kita bisa ikut menjaga kebersihan rumah Tuhan, ikut menjaga penggunaan semua sarana yang ada agar tidak mudah rusak, ikut mendukung pembangunan rumah Tuhan, dsb. Jangan berpikir bahwa pasti sudah banyak orang lain yang melakukan, maka saya tidak perlu lakukan! Itu adalah jebakan Iblis agar kita tidak peduli dan tidak ikut bertanggung jawab atas rumah Tuhan.

“Beberapa kepala kaum keluarga, tatkala datang ke rumah TUHAN yang di Yerusalem, mempersembahkan

persembahan sukarela guna pembangunan rumah Allah pada tempatnya semula.” (Ezra 2:68)

STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan menyuruh Israel membangun kembali Bait Allah? (2) Apakah yang bisa Anda lakukan dalam hal tanggung jawab terhadap rumah Tuhan?

Pokok Doa: Berdoalah agar setiap umat Tuhan, dimanapun ia berada dan semua golongan umur, mempunyai rasa tanggung jawab atas keberadaan dan pemeliharaan rumah Tuhan.

Bacaan hari ini: Ezra 2Bacaan setahun: Mazmur 84-86, Wahyu 4

SEPTEMBER 2018

05RABU

MEMAHAMI SEJARAHada saat perletakan dasar Bait Allah dilakukan oleh tukang-tukang

Pbangunan, para imam dengan pakaian keimaman tampil membawa nafiri, sedangkan orang-orang Lewi, bani Asaf membawa ceracap.

Mereka memuji-muji Tuhan dengan nyanyian pujian dan syukur. Seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji Tuhan. Bisa kita bayangkan betapa gegap gempitanya suasana pada saat itu. Semua bersukacita memuji Tuhan karena pembangunan kembali Bait Allah telah dimulai. Namun ada hal yang menarik dicatat dalam ayat 12. Ada sebagian orang yang mengiringi peletakan dasar Bait Allah dengan tangisan yang keras, sedangkan banyak orang bersorak-sorai dengan nyaring karena kegirangan. Mengapa terjadi perbedaan demikian? Ternyata mereka yang menangis itu adalah generasi tua yang pernah melihat Bait Allah yang dahulu didirikan Salomo. Mereka adalah kelompok orang yang mengerti sejarah Bait Allah yang dibangun Salomo dengan begitu megah dan dari bahan-bahan terbaik. Mereka menangis karena mereka sedih mengingat Bait Allah yang begitu megah harus dihancurkan oleh musuh, dan kalaupun kini mereka akan membangun kembali Bait Allah itu, mereka sadar bahwa mereka tidak akan mampu membangun Bait Allah semegah buatan Raja Salomo. Sedangkan mereka yang bersorak-sorai ialah kelompok generasi muda (yang lahir di masa pembuangan) yang belum pernah melihat Bait Allah yang begitu megah sehingga ketika dimulainya pembangunan Bait Suci merekapun bersorak-sorai penuh sukacita. Dari sini kita bisa belajar bahwa kita tetap perlu mengajarkan sejarah kepada generasi muda agar mereka mengerti apa yang dialami, dirasakan, dan dilakukan oleh para pendahulu mereka (misal: pahlawan Indonesia, perintis gereja, dsb). Dengan demikian para generasi muda akan belajar menghargai para pelaku sejarah yang telah berbuat sesuatu, menghargai apa yang telah dikerjakan dan mampu meneruskan serta mengembangkan dengan penuh dedikasi.

“...orang tua-tua yang pernah melihat... menangis dengan suara nyaring, ketika perletakan dasar rumah ini dilakukan di depan

mata mereka, sedang banyak orang bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan.” (Ezra 3:12)

STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana perasaan Bangsa Istarel ketika mereka mulai membangun kembali Bait Allah yang telah runtuh? (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari kisah ini?

Pokok Doa: Berdoalah agar generasi muda Bangsa Indonesia dimampukan untuk menjadi generasi penerus yang dapat melanjutkkan perjuangan para pendahulu mereka.

Bacaan hari ini: Ezra 3Bacaan setahun: Mazmur 87-88, Wahyu 5

SEPTEMBER 2018

KAMIS

06

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dilakukan oleh orang Samaria terhadap orang Israel di Yerusalem? (2) Pelajaran rohani apa yang dapat kita ambil dari bagian Firman Tuhan ini?

rang bijak berkata: selama manusia masih hidup, masih bernafas,

Opasti mempunyai banyak masalah atau hambatan, bahkan dalam menjelang dan menghadapi kematianpun, masalah tidak kunjung

selesai. Apalagi bila meninggalkan hutang. Hidup manusia tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang terkadang membuat kita hampir putus asa, bahkan sudah putus asa. Itulah yang dialami oleh bangsa Israel yang kembali dari pembuangan. Mereka kembali untuk membangun Bait Suci bagi Tuhan di Yerusalem. Tetapi pada saat mereka sedang membangunnya, timbullah hambatan-hambatan yang dilakukan orang-orang Samaria (mereka kawin campur dengan orang-orang Yahudi). Apa yang orang-orang Samaria itu lakukan? (1) Berpura-pura menolong, saat itu mereka mulai melemahkan semangat orang-orang Yehuda dan membuat mereka takut membangun; (2) Mereka menyogok para penasihat untuk melawan orang-orang Yehuda itu untuk menggagalkan rancangan pembangunan Bait Suci; (3) Mereka menulis surat tuduhan kepada Raja Arthasasta (yang sebelumnya sudah dilakukan pada jaman Raja Ahasyweros), yang akhirnya raja mengeluarkan perintah supaya kota Yerusalem jangan dibangun kembali. Maka segeralah mereka berangkat ke Yerusalem, mendapatkan orang-orang Yahudi dan dengan kekerasan mereka memaksa untuk menghentikan pekerjaan itu. Apakah yang menjadi hambatan dalam membangun pelayanan kita? Pada intinya, alasan “tidak punya waktu” dan “tidak mau komitmen” adalah supaya tidak merepotkan diri sendiri dan tidak terjadi gesekan dengan saudara sepelayanan sehingga timbul perselisihan, iri hati, dan konflik. Akhirnya, perlahan-lahan tidak mau melayani lagi karena kelelahan secara fisik dan emosi. Dr. Th. Van den End, dalam bukunya tafsiran kitab Roma, mengatakan: dalam diri orang-orang Kristen, kuasa dosa belum punah. Karena itu, orang Kristen perlu diajak dan diajar firman Tuhan, agar mereka tidak mengendur dalam kehidupan sebagai orang (pelayan) Kristen.

Berdoalah: Ya Tuhan, kiranya setiap hambamu tidak hanya “terlibat” dalam pelayanan, tetapi mempunyai “komitmen” dalam pelayanan, sehingga rela melakukan yang terbaik baginya.

HAMBATAN-(1)

“Oleh sebab itu, keluarkanlah perintah, untuk menghentikan orang-orang itu, supaya kota itu jangan dibangun kembali,

sebelum aku mengeluarkan perintah.” (Ezra 4:21)

Bacaan hari ini: Ezra 4Bacaan setahun: Mazmur 89, Wahyu 6

SEPTEMBER 2018

JUMAT

HAMBATAN-(2)ambatan-hambatan dalam membangun rumah Allah yang ada di

HYerusalem sudah ada sebelum zaman Raja Arthasasta, yaitu pada zaman pemerintahan Darius. Sebagaimana dituliskan Ezra, “Pada

waktu itu terhentilah pekerjaan membangun rumah Allah di Yerusalem, dan tetap terhenti sampai tahun kedua zaman pemerintahan Darius, raja negeri Persia” (Ezra 4:24). Mereka menyogok para penasihat untuk melawan orang-orang Yahuda itu dan menggagalkan rancangan mereka. Tapi orang Yahudi tidak dihentikan dari pekerjaan mereka sampai jawaban kembali dari Raja Darius. Sebab orang Israel dilindungi, diberkati sehingga mereka dapat terus bekerja. Atas penyelidikan oleh Raja Darius di perbendaraan Babel, pada zaman Raja Koresh ditemukan sebuah gulungan yang isinya piagam yang mengizinkan dibangunnya kembali rumah Allah di Yerusalem dengan segala korban dan biaya berasal dari kerajaan dan dari pembesar-pembesar di sekitar Samaria dan Yerusalem, dan bila ada yang melanggar perintah ini, ada hukuman menanti. Tuhan menggerakkan hati Raja Koresh untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini. Tuhan Allah adalah Allah yang setia, yang selalu menepati akan janji-NYA dan takkan pernah terlambat pertolongan Tuhan, tepat pada waktu-NYA dan sesuai dengan kehendak-NYA. Janganlah bimbang dan janganlah ragu bilamana engkau dalam penderitaan dan tekanan hidup yang sangat berat dan rasanya tak kunjung selesai. Tuhan Allah kita berkuasa menggerakkan hati setiap orang untuk menolongmu dengan tidak disangka-sangka, asal engkau tetap mau setia memegang akan Firman-NYA. Firman Tuhan yang tertulis dalam Amsal 21:1, “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini.”

STUDI PRIBADI: (1) Apa hambatan orang Israel membangun kembali tembok Yerusalem? (2) Apakah yang sebenarnya Allah kehendaki ketika melihat ada berbagai kesulitan yang dialami pada waktu kita membangun pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita?

“Pada waktu itu terhentilah pekerjaan membangun rumah Allah yang di Yerusalem, dan tetap terhenti sampai tahun

yang kedua zaman pemerintahan Darius, raja negeri Persia.” (Ezra 4:24)

Berdoalah: Ya Tuhan, terpujilah nama-MU ya Tuhan, ENGKAU Allah yang setia senantiasa menepati janji-MU; ajarlah hamba-MU untuk mempunyai hati yang penuh komitmen untuk melayani-Mu.

07Bacaan hari ini: Ezra 5Bacaan setahun: Mazmur 90-91, Wahyu 7

SEPTEMBER 2018

SABTU

08

SUKACITA DAN SYUKUR ATAS KEHADIRAN TUHANetelah mengalami berbagai macam rintangan dan perlawanan

Sselama bertahun-tahun, akhirnya selesailah pembangunan Bait Allah (ayat 15). Semuanya itu tidak lepas dari peran Tuhan. Dengan

adanya Bait Allah di tengah-tengah umat Israel, itu berarti mereka tidak lagi berada dalam kesendirian. Kini Allah beserta mereka dan memulihkan keadaan mereka. Itulah sebabnya hati mereka bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan. Penyataan sukacita dan syukur mereka tersebut meluap dan terpancar ketika Bait Allah tersebut ditahbiskan. Pada saat itu, bangsa Israel sungguh merasakan kebaikan Tuhan. Kini sukacita mereka melebihi sukacita ketika diletakkannya batu pertama tanda dimulainya pembangunan Bait Allah. Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur. Sebulan kemudian mereka merayakan Paskah dengan membawa korban persembahan kepada Tuhan dan berbakti kepada Tuhan (ayat 19-21). Begitu juga pada hari raya Roti Tidak Beragi, mereka pun merayakan hari raya Roti Tidak Beragi dengan sukacita selama tujuh hari, yang menunjukkan penuhnya sukacita mereka oleh karena Tuhan, dan yang telah memungkinkan hati para raja negeri Asyur bermurah hati kepada mereka sehingga raja membantu mereka dalam pekerjaan membangun Bait Allah, yakni Allah Israel (ayat 22). Dari bagian ini kita belajar: Pertama, pembangunan kembali Bait Allah yang membutuhkan waktu panjang, pada akhirnya selesai di bangun. Allah terus bekerja memulihkan keadaan umat-Nya. Meskipun musuh berupaya untuk menggagalkan, Allah tetap bekerja dalam kedaulatan dan rencana-Nya. Kedua, sudah sepatutnyalah kita bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan atas kehadiran dan kebaikan-Nya di dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, marilah kita membawa persembahan kita kepada-Nya dan berbakti kepada-Nya. Biarlah itu menjadi suatu ungkapan syukur kita atas kebaikan-Nya. Amin.

STUDI PRIBADI: (1) Hal apakah yang membuat umat Israel bersukacita dan memuji Tuhan? (2) Apakah tanda kehadiran Bait Suci di dalam kehidupan bangsa Israel?

“Maka selesailah rumah itu pada hari yang ketiga bulan Adar, yakni pada tahun yang keenam zaman pemerintahan

Raja Darius.” (Ezra 6:15)

Berdoalah: Tuhan Allah Bapa kami, ajarkan kami untuk tetap memandang kepada-Mu, karena segala rencana yang Engkau rancangkan atas hidup kami, adalah baik adanya, Amin.

Bacaan hari ini: Ezra 6Bacaan setahun: Mazmur 92-94, Wahyu 8

SEPTEMBER 2018

09MINGGU

KESETIAAN EZRA DI TENGAH KESULITAN HIDUPzra hidup dalam situasi yang sangat sulit. Ia dan sebagian besar

Eorang sebangsanya hidup di dalam pembuangan. Semua itu terjadi oleh karena umat Isreal telah berbuat dosa dan tidak setia kepada

TUHAN Allah. Namun demikian, menjadi orang buangan tidak selamanya tanpa harapan. Ada saatnya Tuhan mengangkat dan memulihkannya. Itulah yang dialami oleh Ezra. Dalam bacaan ini, kita membaca dua kali menyebutkan bahwa tangan Tuhan melindungi Ezra (ayat 6, 9). Tuhan menyertai, menolong, dan juga memberkati Ezra dalam situasi yang sangat sulit di dalam hidupnya. Mengapa Ezra bisa mengalami perlindungan Tuhan? Jawabnya adalah: karena ia setia kepada Tuhan. Kesetiaan Ezra kepada Tuhan dinyatakannya dengan kesungguhan dirinya dalam mempercayai dan menaati firman Tuhan. Ezra menunjukkan akan tekadnya untuk meneliti hukum-hukum Tuhan serta melakukannya. Ia pun mengajarkan ketetapan dan peraturan firman Tuhan tersebut di antara orang Israel dengan benar. Apa yang firman Allah ajarkan, Ezra terapkan dalam hidupnya (ay. 10). Itulah yang membawanya mengalami pertolongan Tuhan saat ia pulang dari Babel dan tiba di Yerusalem (ayat 1-9). Raja tempat ia dibuang menunjukkan kebaikannya kepada Ezra. Raja memberi dia segala yang diingininya. Kesetiaan dan ketaatannya kepada Tuhan telah membuat raja memberi kuasa kepadanya untuk mengatur kebaktian di dalam rumah Allah. Bahkan, seluruh keperluannya didukung oleh perbendaharaan kerajaan (ayat 15-26). Sungguh luar biasa apa yang dialami oleh Ezra, seorang yang hidup dalam pembuangan, namun tetap taat dan setia kepada Tuhan. Dari bagian ini, marilah kita belajar untuk hidup memelihara kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan. Apapun situasi dan kondisi yang kita sedang hadapi atau alami, marilah kita untuk tetap belajar percaya dan taat kepada firman-Nya. Ingatlah bahwa pertolongan Tuhan akan nyata menyertai umat-Nya yang menunjukkan ketaatan dan kesetiaannya kepada-Nya. Amin.

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang membuat Ezra begitu setia kepada Tuhan? (2) Pelajaran rohani apakah yang dapat kita terapkan dari bagian firman Tuhan ini?

“Ezra ini berangkat pulang dari Babel. Ia adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan TUHAN, Allah

Israel. Dan raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan TUHAN, Allahnya, melindungi dia.” (Ezra 7:6)

Berdoalah: Tuhan jagalah hati kami, agar hati kami tidak menyimpang dari pada-Mu dan juga dari Firman-Mu, tatkala kami menghadapi kesulitan yang menghimpit kami, Amin.

Bacaan hari ini: Ezra 7Bacaan setahun: Mazmur 95-97, Wahyu 9

SEPTEMBER 2018

SENIN

10

angan merupakan bagian yang penting tubuh kita. Setiap saat kita

Tmenggunakan tangan untuk berbagai hal, misal untuk menyentuh, memegang barang, bersalaman, memeluk orang yang kita kasihi,

dll. Tangan juga membantu kita untuk bekerja menghasilkan karya-karya. Dalam Alkitab pun banyak mengilustrasikan tangan Tuhan yang bekerja menghasilkan karya-karya. Tuhan menciptakan alam semesta dengan tangan-Nya, Tuhan melindungi setiap umat kesayangan-Nya. Dalam perjalanan pulang ke Yerusalem, dengan hikmat Tuhan, Ezra mengumpulkan orang-orang Israel dengan teliti untuk pulang bersamanya ke Yerusalem. Perjalanan pulang ke Yerusalem bukanlah hal yang mudah. Pada saat itu belumlah ada google map atau waze yang bisa menolong kita dalam perjalanan, memberitahu jalan yang tepat dan tidak berbahaya di depan kita. Tetapi Ezra percaya perjalannnya ke Yerusalem merupakan rencana Allah dan ia sadar bahwa dirinya adalah alat di tangan Tuhan. Ezra sadar betul akan adanya tangan kemurahan Tuhan yang menyertai bangsa Israel, menuntun bangsa Israel untuk pulang ke Yerusalem (ay. 18). Ezra 7:21-23 menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya tempat perlindungan kita yang menuntun kita di jalan yang benar. Dalam bagian ini Ezra menggambarkannya dengan tangan Tuhan. Ibaratnya kita ada dalam genggaman tangan Tuhan dan kita aman di dalamnya. Oleh sebab itu, apa yang dapat kita lakukan dalam genggaman tangan Tuhan? Dalam genggaman tangan Tuhan kita tidak bisa “memberontak” yang dapat kita lakukan adalah kita berserah kemana Tangan itu akan membawa kita. Dalam pasal ini, Ezra mengajak kita untuk datang dan merendahkan diri di hadapan Allah sebagai bentuk penyerahan diri kita dengan berdoa dan berpuasa memohon kpada Tuhan jalan mana yang harus ditempuh. Sudahkah kita berada dalam genggaman tangan Tuhan? Dan sudahkah kita percaya kepada tangan kemurahan Tuhan yang akan menuntun kita menghadapi jalan-jalan kehidupan kita?

“Tangan Allah kami melindungi semua orang yang mencari Dia demi keselamatan mereka, tetapi kuasa murka-Nya

menimpa semua orang yang meninggalkan Dia.” (Ezra 8:22b)

Pokok Doa: Berdoalah, bersyukurlah dan rendahkanlah setiap diri kita di hadapan Tuhan dan yakinlah bahwa kita aman dalam tangan kemurahan Tuhan, Allah Pencipta kita.

Bacaan hari ini: Ezra 7:28-8:36Bacaan setahun: Mazmur 98-100, Wahyu 10

TANGAN KEMURAHAN TUHAN

SEPTEMBER 2018

STUDI PRIBADI: Mengapa kalimat “tangan Allah kami melindungi” banyak dituliskan dan berulang-ulang?

SELASA

11

ebagai seorang pemimpin Kristen, tentu saja harus seorang Kristen.

SApakah artinya? Kristen = pengikut Kritus. Sebagai seorang Kristen, berarti seorang pemimpin harus menjadi pengikut Kristus. Pengikut

Kristus berarti seseorang yang mengerti isi hati Kristus. Ia adalah seorang yang rajin menyelidiki dan merenungkan firman Tuhan, untuk menemukan apa yang Kristus inginkan. Ia juga akan selalu datang berdoa (menghadap) Tuhannya. Salah seorang pemimpin Kristen yang dapat kita teladani adalah Ezra. Ezra adalah seseorang yang tekun menyelidiki firman Tuhan dan merenungkannya. Bahkan, sebagai pemimpin bangsa Israel pada saat itu, Ezra hancur hati ketika melihat bangsa Israel jatuh dalam dosa. Sepulang dari perbudakan, Ezra melihat bahwa orang-orang Israel menyimpang dari perintah Tuhan. Bangsa Israel, bahkan para imam-imam sekalipun, mengambil perempuan kafir menjadi istri. Perilaku menyimpang ini merupakan kekejian di mata Tuhan (ay. 1-2). Melihat dosa-dosa itu, Ezra berkabung. Ia mengoyakkan pakaian dan jubahnya, mencabut rambut dan janggutnya dan duduk tertegun (ay. 3). Seorang pemimpin yang sejati akan hancur hatinya ketika melihat anak buahnya jatuh dalam dosa. Kehancuran hati merupakan sebuah modal dasar doa yang berkenan di hadapan Tuhan. Memang sering kali kita datang ke hadapan Tuhan, mengakui dosa kita, keluarga kita, anak buah kita, namun apakah kita datang dengan kehancuran hati kepada Tuhan? Di tengah kehancuran hatinya datang kepada Tuhan, Ezra mengingat akan kasih karunia Tuhan yang tidak meninggalkan bangsa Israel sekalipun mereka berdosa (ay. 8). Tuhan kita bukanlah Tuhan yang jahat yang akan meninggalkan kita ketika kita berdosa. Tapi Dia adalah Tuhan yang penuh dengan kasih karunia. Walaupun kita berdosa, kasih karunia Tuhan itu selalu bersama dengan kita. Tetapi bukan berarti bahwa kita bisa dengan seenaknya berbuat dosa terus-menerus. Kita juga harus memiliki kesadaran untuk berubah, menjadi pribadi yang tidak mau mengecewakan Tuhan.

STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dapat kita teladani dari doa Ezra dalam Ezra 9? (2) Sudahkah kita berdoa seperti Ezra?

“Sesudah semua yang kami alami oleh sebab perbuatan kami yang jahat, dan oleh sebab kesalahan kami yang besar, sedangkan

Engkau, ya Allah kami, tidak menghukum setimpal dengan dosa kami, dan masih mengaruniakan...” (Ezra 9:13-14)

Pokok Doa: Berdoalah secara pribadi dengan hati yang hancur datang ke hadapan Tuhan membawa setiap dosa-dosa yang kita ataupun orang yang kita pimpin, serta mohonkanlah pengampunan dari Tuhan kita.

DOSA MANUSIA DAN KASIH KARUNIA TUHAN

SEPTEMBER 2018

Bacaan hari ini: Ezra 9Bacaan setahun: Mazmur 101-102, Wahyu 11

RABU

12

alam bagian ini dikisahkan bahwa penyesalan dan pertobatan atas

Ddosa orang-orang Yahudi dimulai oleh Ezra sendiri: Ezra berdoa, mengaku dosa, menangis sambil bersujud di depan rumah Allah (ay.

1a). Ezra adalah seorang imam dan juga ahli kitab (7:11), yang ikut dalam rombongan bangsa Israel dari negeri Persia, negeri pembuangan, pulang ke Yerusalem. Ketika Ezra mendengar bahwa telah terjadi dosa di antara orang-orang Israel, termasuk kaum Lewi dan para imam (9:1), Ezra merendahkan diri sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dan menyesali perbuatan kaumnya. Perbuatan Ezra itu menggerakkan banyak orang Israel saat itu bergabung dengannya dalam penyesalan akan dosa-dosa mereka di hadapan Tuhan (10:1b). Namun pertobatan dan penyesalan Ezra serta orang-orang Israel saat itu tidak hanya berhenti dalam ritual merendahkan diri dan menangisi dosa di hadapan Tuhan saja. Pertobatan dan penyesalan mereka dilanjutkan dengan pengakuan dosa di hadapan Tuhan. Pengakuan dosa itupun disertai dengan perbuatan nyata, yaitu mengusir istri-istri yang berasal dari bangsa yang tidak mengenal Tuhan, beserta anak-anak yang dilahirkan oleh mereka. Ini adalah perintah Tuhan, yang disampaikan kepada tuan dan orang-orang yang takut akan Tuhan (10:3). Pengusiran istri dan anak, secara manusiawi terlihat kejam dan tidak berperikemanusiaan. Namun, inilah perintah Tuhan kepada orang-orang Israel, yang telah berdosa kepada Tuhan dan tidak menghormati Tuhan sebagai Allahnya. Mereka juga telah menajiskan status mereka sebagai umat pilihan Tuhan dengan mengawini istri-istri dari bangsa-bangsa kafir (9:1). Pertobatan dan penyesalan sejati atas dosa yang telah diperbuat, tidak hanya berhenti sampai pengakuan dosa saja, namun berlanjut pada perbuatan nyata, yakni mau meninggalkan perbuatan dosa dan menuruti perintah Tuhan, serta bersedia menanggung akibat perbuatan dosanya. Adakah dosa yang perlu kita akui di hadapan Tuhan? Jika ya, segeralah bertobat, selagi anugerah Tuhan masih tersedia bagi setiap kita.

“Tetapi sekarang mengakulah di hadapan TUHAN, Allah nenek moyangmu, dan lakukanlah apa yang berkenan kepada-Nya…” (Ezra 10:11a)

Pokok Doa: Berdoalah agar kita sebagai umat Tuhan, senantiasa memiliki kepekaan akan dosa sehingga mau segera bertobat dan berbalik kepada Tuhan, bila jatuh ke dalam dosa.

PERTOBATAN SEJATI

SEPTEMBER 2018

Bacaan hari ini: Ezra 10Bacaan setahun: Mazmur 103-104, Wahyu 12

STUDI PRIBADI: Akuilah dosa Anda, bertobatlah sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa tersebut. Mohonkan anugerah pengampunan-Nya.

KAMIS

DOA YANG TULUS

13

embok kota Yerusalem telah hancur, dengan demikian orang-orang

TYahudi yang tinggal di kota itu dalam keadaan bahaya (ay. 3). Setiap saat mereka bisa diserang oleh bangsa lain, tidak ada lagi keamanan

dan kedamaian di tempat tinggal mereka sendiri. Ini sangat menyedihkan Nehemia. Karena itu, respons Nehemia saat mendengar kabar kaumnya di Yerusalem, ia menangis, berkabung, berpuasa dan berdoa kepada Tuhan. Di tengah-tengah kondisi yang menyedihkan hati, Nehemia tidak lupa untuk berdoa dan menyerahkan kesedihan hatinya kepada Tuhan, sampai-sampai kesedihan hati Nehemia terlihat di wajahnya (Neh. 2:1). Dalam kesedihan hati, Nehemia tetap menunjukkan penyembahannya kepada Tuhan. Dalam doa yang dipanjatkan Nehemia, kita menjumpai sebuah struktur doa yang dapat kita terapkan dalam doa kita: (1) Memuji Tuhan (ay. 5). Nehemia memuji Tuhan karena kebesaran dan kedahsyatan Allah, serta kesetiaan Allah kepada umat-umat-Nya; (2) Permohonan (ay. 6). Nehemia juga memohonkan agar Tuhan mengampuni mereka bila mereka dengan sepenuh hati datang bertobat di hadapan Tuhan; (3) Pengakuan dosa (ay. 6). Nehemia mewakili bangsa Israel memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa mereka. Hasilnya? Doa yang tulus Nehemia ini mendatangkan efek yang besar pada saat itu: (1) Menolong Nehemia untuk mengalami kuasa Allah yang melebihi segalanya bisa untuk berkarya dalam hidupnya; (2) Mendorong Nehemia untuk tahu melakukan apa, sesuai dengan apa yang Tuhan percayakan kepadanya. Nehemia tetap menjadi juru minuman raja, sekalipun dia sedang dalam kesedihan. Dia tidak berdiam diri dalam kesedihan dan kehancuran hatinya. Ketika ada masalah, Nehemia datang kepada Tuhan dan mengalami kebesaran serta karya Tuhan dalam hidupnya. Ketika kita menghadapi masalah, segeralah meresponinya dengan datang ke hadapan Tuhan dan berdoa. Pada saat kita berdoa dengan tulus hati, Tuhan juga yang akan bekerja dan berkarya melalui doa-doa yang kita panjatkan.

STUDI PRIBADI: (1) Apa sajakah yang terkandung dalam doa Nehemia kepada Tuhan? (2) Apakah hal-hal tersebut juga ada dalam doa kita, sekalipun sedang dalam masalah ?

Pokok Doa: Berdoalah agar umat Tuhan memiliki kehidupan doa yang tulus di hadapan Tuhan dan terus bertumbuh dalam kehidupan doa kita sehingga doa kita mengubah kita menjadi lebih baik dan benar.

“Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit.”

(Nehemia 1:4b)SEPTEMBER 2018

Bacaan hari ini: Nehemia 1Bacaan setahun: Mazmur 105, Wahyu 13

JUMAT

14

BELA RASA

“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis.”

(Roma 12:15)

Inilah binatang-binatang yang berhati manusia, demikianlah ungkapan sebuah judul tajuk berita. Salah satu binatang yang dikatakan “berhati manusia” itu adalah semut. Mengapa semut? Semut merupakan serangga yang hidup berkoloni dan lebih mengutamakan kepentingan komunitas di atas kepentingan individu. Bahkan, seorang pengkhotbah bernama John Chrysostom pernah berkata: lebah dipuji bukan hanya karena ia bekerja, melainkan karena ia bekerja bagi sesamanya. Dalam bacaan hari ini, Nehemia adalah seorang pribadi yang nampak mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Keprihatinan yang mendalam terhadap keadaan tembok Yerusalem yang sudah menjadi puing-puing membuat Nehemia gelisah. Kegelisahan itu nampak jelas tergambar melalui raut wajah kesedihan ketika dia sedang melayani raja. Alhasil raja pun bertanya kepadanya: “Mengapa wajahmu muram, walaupun engkau tidak sakit?” (ay. 2). Keprihatinan Nehemia ini bukan sekadar kasihan belaka, melainkan sebuah bentuk empati yang keluar dari sebuah pergumulan dan permohonan kepada Allah. Hal ini terlihat jelas ketika menjawab pertanyaan raja, Nehemia datang berdoa kepada Allah (ay. 3). Singkat kata, Allah bekerja dengan cara melunakkan hari sang raja sehingga menyetujui dan mengijinkan Nehemia untuk mengerjakan dan menuntaskan rasa keprihatinannya terhadap bangsanya. Sekalipun dalam perjalanan untuk memulai pengerjaan pembangunan tembok Yerusalem kembali, Nehemia dihadang oleh beberapa orang atau golongan yang tidak senang. Namun, kesulitan itu tidak menggoyahkan semangat kepedulian Nehemia terhadap bangsanya dan juga tidak meruntuhkan iman percaya Nehemia. Nehemia percaya bahwa Allah yang menyertai akan membuat mereka berhasil (ay. 20). Semangat kepedulian terhadap orang lain perlu kita kobarkan juga dalam diri kita sebagai pribadi di dalam sebuah komunitas yang kita sebut sebagai gereja. Mintalah pimpinan Tuhan senantiasa dalam mengerjakan kepentingan bersama sebagai satu tubuh Kristus.

STUDI PRIBADI: Kontribusi apakah yang kiranya dapat Anda berikan dalam menuntaskan masalah/pergumulan yang sedang dihadapi komunitas/gereja Anda berjemaat saat ini?

Pokok Doa: Berdoalah agar setiap orang percaya tidak lagi mementingkan kepentingan dirinya sendiri, melainkan mengutamakan kepentingan orang lain juga.

SEPTEMBER 2018

Bacaan hari ini: Nehemia 2Bacaan setahun: Mazmur 106, Wahyu 14

SABTU

15

GOTONG ROYONG

“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.”

(Ibrani 10:24)

da yang berkata, salah satu pekerjaan terbaik di dunia adalah

Amenjadi pemain cadangan di sepak bola profesional. Perkataan ini tidak sepenuhnya benar; sekalipun menjadi pemain cadangan

dalam sepak bola profesional, ia tetap menghasilkan uang. Namun dalam kenyataannya, tidak pernah didapati seorang pemain sepak bola menandatangani kontrak untuk selamanya menjadi pemain cadangan dan menonton pertandingan saja. Demikian halnya ketika kita menjadi pengikut Kristus. Kita tidak dipilih untuk menjadi pemain cadangan atau penonton. Kita dipilih menjadi umat Allah supaya kita dapat mengerjakan pekerjaan yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Efesus 2:10 berkata: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Sama halnya dengan apa yang sedang terjadi ketika Nehemia kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali puing-puing tembok Yerusalem. Dalam perikop yang kita baca hari ini, setiap orang mengambil bagian pekerjaannya masing-masing dalam membangun kembali puing-puing itu. Tercatat ada 38 individu yang bekerja dan 42 kelompok yang berbeda, bekerja bersama-sama dalam pembangunan tembok Yerusalem kembali. Warren W. Wiersbe berkata : when it comes to the work of the Lord, there is no place for spectators or self-appointed advisors and critics, but there is always room for workers. Adapun, dalam pekerjaan ini Nehemia sadar bahwa sesungguhnya hal ini dilakukan semuanya untuk Tuhan (bdk. Neh. 2:17). Demikian juga dengan segala hal yang kita lakukan di dalam pelayanan gerejawi. Kita dipanggil bukan untuk sekadar menjadi penonton atau komentator. Kita dipanggil untuk menjadi pekerja dan yang kita kerjakan itu semata-mata untuk kemuliaan Tuhan saja. Rasul Paulus mengingatkan dalam 2 Korintus 4:5, “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.”

STUDI PRIBADI: Cobalah untuk introspeksi diri mengenai kehidupan kekristenan Anda selama ini : apakah Anda lebih banyak menjadi penonton atau pekerja?

Pokok Doa: Berdoalah agar Tuhan memakai Anda sebagai pekerja/pelayan yang dapat menghasilkan buah dan juga memberkati orang banyak, demi kemuliaan Allah semata.

SEPTEMBER 2018

Bacaan hari ini: Nehemia 3Bacaan setahun: Mazmur 107, Wahyu 15

MINGGU

16

BERDOA DAN BERJAGA-JAGA

“Ya, Allah kami, dengarlah bagaimana kami dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa kepala mereka sendiri

dan serahkanlah mereka menjadi jarahan di tanah tempat tawanan.” (Nehemia 4:4)

agian Firman Tuhan ini menjelaskan mengenai “tantangan yang

Bdihadapi oleh Nehemia dan orang-orang Israel ketika membangun tembok Yerusalem.” Tantangan yang dihadapi Nehemia dan orang-

orang Israel datang dari Tobia, Sanbalat, dan para sekutunya. Mereka sepakat untuk menggagalkan rencana pembangunan tembok Yerusalem yang dikerjakan oleh Nehemia dan orang-orang Israel. Bagaimanakah cara Tobia, Sanbalat, serta para sekutunya dalam menggagalkan rencana pembangunan tembok Yerusalem yang dilakukan oleh Nehemia dan orang-orang Israel? Sedikitnya ada 2 cara yang mereka lakukan. Pertama, Tobia, Sanbalat dan para sekutunya melancarkan serangan. Serangan di sini bukanlah serangan secara fisik, melainkan serangan mental, yaitu: intimidasi yang terus-menerus dikumandangkan (bdk. ay. 2-4). Kedua, Tobia, Sanbalat, dan para sekutunya melancarkan propaganda untuk melakukan serangan. Ini yang membuat orang-orang Israel menjadi kecil hati dan kuatir (bdk. ay. 12). Apakah yang dilakukan Nehemia sebagai pemimpin yang memimpin pembangunan tembok Yerusalem? Nehemia melakukan 2 hal ini: Pertama, Nehemia dan orang-orang Israel berdoa kepada TUHAN. Kedua, Nehemia dan orang-orang Israel membagi 2 kelompok, yaitu mereka yang terus bekerja dan yang lainnya terus berjaga. Siap siaga jika ada serangan dari Tobia, Sanbalat dan para sekutunya. Ini yang dilakukan Nehemia sebagai pemimpin, menghadapi musuh-musuhnya. Seorang penafsir menulis: The real test of a leader is how he or she faces crises and reacts to opposition. Nehemia berhasil melewatinya. Belajar dari bagian ini, seharusnya sikap dan keteladanan Nehemia juga bisa menjadi bagian di dalam kehidupan kita. Berdoa dan berjaga-jaga adalah hal yang dibutuhkan saat kita menghadapi dan berperang dengan berbagai macam tantangan dan pergumulan hidup yang kita hadapi saat ini. Tanpa berdoa dan berjaga-jaga, sangat mungkin kita akan kalah oleh tantangan dan pergumulan yang kita hadapi, Amin.

Berdoalah: Tuhan berilah kami kekuatan dan hikmat yang dari pada-Mu, agar kami terus berjuang melawan godaan dunia ini serta mengandalkan-Mu setiap saat.

SEPTEMBER 2018

Bacaan hari ini: Nehemia 4Bacaan setahun: Mazmur 108-110, Wahyu 16

STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Nehemia dan orang Israel menghadapi Tobia, Sanbalat dan para sekutunya? (2) Apa yang Nehemia lakukan sehingga berhasil melawan mereka?

SENIN

17 “Tidaklah patut apa yang kamu lakukan itu! Bukankah kamu harus berlaku dengan takut akan Allah kita untuk menghindarkan diri dari cercaan bangsa-bangsa lain,

musuh-musuh kita?” (Nehemia 5:9)

KEPUTUSAN TEPAT SEORANG PEMIMPIN

STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Nehemia lakukan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di antara orang Israel? (2) Pelajaran rohani apa yang dapat kita teladani dari Nehemia?

Berdoalah: Tuhan Yesus Kristus, Allah kami, tolong setiap pemimpin rohani gereja kami agar mereka dapat mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi, Amin.

ompetensi seorang pemimpin rohani dapat dilihat dari sejauh mana

K dia menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, pada waktu ia memimpin. Kompetensi ini bisa dilihat dari kepemimpinan Nehemia.

Keberhasilan Nehemia mengatasi masalah dengan para lawannya, tidak serta-merta menyelesaikan masalah yang ada di antara orang-orang Israel yang sedang membangun tembok Yerusalem. Persoalan kali ini datang dari orang-orang Israel sendiri terkait dengan keluhan-keluhan yang mereka alami. Para istri yang mengeluhkan soal bahan makanan, pajak dan perlakuan para pemimpin, khususnya para imam yang bertindak semena-mena terhadap anak-anak perempuan dari orang-orang mereka. Mendengar berbagai keluhan yang ada, maka Nehemia melakukan terobosan besar dengan mengumpulkan seluruh umat Israel untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sedikitnya ada 2 hal yang dilakukan oleh Nehemia: pertama, Nehemia mengingatkan para pemimpin Israel, yang notabene adalah para imam tentang sikap dan perilaku mereka yang “seharusnya takut akan Allah” – sehingga mereka tidak melakukan hal yang demikian (ay. 9); Kedua, Nehemia meminta supaya para pemimpin tersebut menghapuskan hutang umat Israel ini dan meminta para imam supaya mereka menepati janjinya (ay. 10-12). Dengan melakukan demikian dan meredakan masalah di antara orang Israel, Nehemia dan orang-orang Israel bisa fokus menyelesaikan pembangunan tembok Yerusalem. Pelajaran rohani dari bagian ini, sering kali menjadi pemimpin tidaklah mudah, khususnya saat menghadapi masalah. Seorang pemimpin rohani bukan hanya dituntut memiliki strategi dan skill yang cukup di dalam kepemimpinannya, tetapi juga diperlukan hikmat yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Keputusan yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dan tidak kompromi dengan segala bentuk kesalahan akan membuat pemimpin tersebut dihormati dan dihargai. Seseorang menuliskan: “Pemimpin rohani yang benar tidak akan pernah kompromi dengan segala bentuk kesalahan dan penyimpangan.”

SEPTEMBER 2018

Bacaan hari ini: Nehemia 5Bacaan setahun: Mazmur 111-113, Wahyu 17

SELASA

18

HAMPIR CELAKAehemia sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas visi

Npembangunan tembok Yerusalem, mengalami tantangan besar dari orang-orang yang tidak senang akan pembangunan tembok

tersebut. Bagian ini mencatat Sanbalat dan Gesyem adalah dua orang yang sangat mengganggu dan tidak setuju dengan pembangunan tembok Yerusalem, sejak awal. Mereka mulai menyebarkan isu-isu pemberontakan kepada Nehemia, dengan satu tujuan, supaya pekerjaan ini dihentikan dan Yerusalem tetap menjadi kota yang dipenuhi reruntuhan. Ada banyak cara yang bisa menghancurkan cita-cita dan harapan kita, khususnya perkataan (informasi) yang negatif terhadap apa yang kita cita-citakan dan harapkan. Namun, ketika tantangan itu datang, Nehemia memberikan respons sangat baik, yang dapat menjadi pelajaran penting dalam kehidupan kita di saat kita menghadapi persoalan. Respons dari Nehemia adalah: pertama, Nehemia sejak awal tidak melarikan diri dari tantangan para lawannya. Justru sebaliknya, Nehemia menghadapi tantangan itu dengan bijaksana. Kedua, Nehemia menerima tantangan tersebut dan justru semakin berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan pembangunan tembok itu (ay. 9b). Di sini Nehemia justru memakai tantangan sebagai batu loncatan dan lebih memotivasi dirinya untuk menyelesaikan pembangunan tembok kota Allah. Ketiga, Nehemia tetap dan terus-menerus berseru kepada Allah untuk menghadapi para musuhnya (ay. 14). Terakhir, Allah melakukan bagian-Nya sehingga pembangunan tembok itu dapat terselesaikan dengan baik. Pergumulan hidup merupakan bagian dari kehidupan di dalam dosa. Namun bukan berarti dengan pergumulan hidup itu, kita menyerah dan menjadi jauh dari pada Allah. Melalui bagian Firman Tuhan hari ini, kita diingatkan bahwa ketika ada pergumulan hidup yang menghampiri kita, maka kita harus menghadapinya, janganlah melarikan diri. Lalu memakai pergumulan hidup itu untuk lebih memastikan diri kita bahwa kita berada dalam rencana-Nya. Tuhan Yesus memberkati.

“Ketika semua musuh kami mendengar hal itu, takutlah semua bangsa sekeliling kami. Mereka sangat kehilangan muka

dan menjadi sadar, bahwa pekerjaan itu dilaksanakan dengan bantuan Allah kami.” (Nehemia 6:16)

Berdoalah: Tuhan, mampukan kami untuk tetap bersandar kepada-Mu, di saat menghadapi berbagai pergumulan dan kesulitan yang kami alami hari lepas hari, Amin.

SEPTEMBER 2018

Bacaan hari ini: Nehemia 6Bacaan setahun: Mazmur 114-115, Wahyu 18

STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Nehemia lakukan ketika musuh-musuhnya menggagalkan pembangunan tembok Yerusalem? (2) Pelajaran apa yang dapat kita ambil dan terapkan?

RABU

ebuah pencapaian yang baik selalu diikuti oleh dua hal yang penting,

Syaitu perencanaan yang matang dan komitmen untuk memelihara apa yang dicapai dengan baik. Apabila kehilangan salah satu dari

dua hal tersebut, maka pencapaian itu akan menjadi rapuh dan akhirnya akan menjadi hancur berantakan. Setelah Nehemia menyelesaikan pembangunan tembok Yerusalem, maka tibalah saatnya Nehemia juga mulai melakukan perencanaan untuk (berkomitmen) memelihara kota Allah Yerusalem. Komitmen Nehemia untuk menjaga dan memelihara Yerusalem, dimulai dengan mengadakan pengawasan terhadap kota Yerusalem, dari pintu gerbang kapan dibuka dan ditutup. Sebab melalui pintu gerbang yang terjaga dengan baik, akan dapat dipantau lebih cepat para musuh yang hendak memasuki Yerusalem. Yang berikutnya, Nehemia juga menempatkan penjaga-penjaga di antara penduduk Yerusalem, di depan rumahnya (ay. 2, 3). Dengan pemahaman bahwa setiap kondisi rumah dan lingkungan orang Israel akan mudah terpantau dan teratasi bila terjadi keributan. Selain itu, Nehemia mulai menghitung dan menempatkan bani Israel pada kota-kota di Yerusalem sehingga keadaan seluruh propinsi dapat terpantau dan terjaga baik (ay. 4-63). Dan yang paling penting adalah Nehemia selalu mengajak jemaah dan orang-orang Israel untuk mengutamakan Tuhan dengan memulai kembali peringatan-peringatan seperti Hari Raya Pondok Daun, di mana dibacakan bagian-bagian Firman Allah bagi umat-Nya. Mari kita sebagai umat Allah juga memperhatikan apa yang dikerjakan oleh Nehemia ini sebagai sebuah strategi kehidupan (pola hidup) yang diperkenan oleh Allah. Mari kita mulai dengan memperhatikan bagaimana kita menjalani kehidupan ini, mulai belajar mendelegasikan rencana dan kehendak Allah kepada yang lain, selalu mengutamakan kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupan. Biarlah Allah akan semakin ditinggikan dan dimuliakan melalui kehidupan kita yang terbatas dan sederhana ini. Tuhan memberkati.

“Pengawasan atas Yerusalem aku serahkan kepada Hanani, saudaraku, dan kepada Hananya, panglima benteng, karena dia

seorang yang dapat dipercaya dan yang takut akan Allah lebih dari pada orang-orang lain.” (Nehemia 7:2)

Pokok Doa: Berdoalah agar setiap jemaat selalu mengingat dan bersyukur untuk momen-momen penting di dalam kehidupannya, dimana Tuhan turut campur tangan dan bekerja di dalam kehidupannya.

19

STRATEGI NEHEMIA

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dilakukan Nehemia untuk menjaga dan memelihara kota Yerusalem? (2) Apakah dampak dari merayakan Hari Raya Pondok Daun bagi umat Israel?

SEPTEMBER 2018

Bacaan hari ini: Nehemia 7Bacaan setahun: Mazmur 116-118, Wahyu 19

KAMIS

20SEPTEMBER 2018

Bacaan hari ini: Nehemia 8Bacaan setahun: Mazmur 119:1-88, Wahyu 20

RINDU DENDAMngkapan di atas sering dipakai para penyair untuk menggambarkan

Usebuah kerinduan yang sangat mendalam. Menurut KBBI, arti dari rindu dendam adalah: sangat merindukan/hasrat yang berkobar-

kobar; menaruh cinta kasih (kepada); dendam yang lama terpendam dalam hati. Dendam dalam ungkapan ini bukan dalam pengertian negatif tetapi suatu kerinduan yang sangat mendalam, harapan dan keinginan yang kuat dalam hati yang bisa disebabkan karena jarak, waktu, dan tempat. Bangsa Israel bahkan sampai menangis di hadapan Tuhan ketika mendengar Taurat Tuhan dibacakan karena rasa haru yang mendalam, kekosongan yang mereka alami bertahun-tahun akibat pembuangan, kehancuran Yerusalem, jauh dari keluarga, ketiadaan ibadah sekaligus tangisan syukur atas pembangunan tembok Yerusalem yang telah diselesaikan oleh karena pertolongan Tuhan, meskipun mereka mendapatkan banyak tantangan dan kesulitan besar hingga ancaman pembunuhan dan karena pembacaan Taurat Tuhan. Mereka sangat haus dan rindu akan kebenaran dan hadirat Tuhan. Blaise Pascal pernah menuliskan: There is a God shaped vacuum in the heart of every man which cannot be filled by any created thing (Ada sebuah ruang kosong (baca: lubang) ciptaan Allah di dalam diri setiap manusia). Ruang kosong dimaksud adalah ada satu kokosongan dalam jiwa/rohani manusia, suatu kekeringan dan kehausan yang selalu rindu untuk dipuaskan, namun sering dengan cara yang salah, seperti bekerja mengumpulkan harta, mencari popularitas dunia, memuaskan kehidupan dengan berbagai macam entertain, dst. Lebih lanjut Pascal mengatakan, but only by God, the Creator, made known through Jesus (yang hanya bisa diisi oleh Yesus Kristus). Ya, kekosongan itu hanya dapat dipuaskan melalui perjumpaan pribadi dengan Kristus, Sang Air Hidup. Inilah kehausan dan kerinduan mendalam akan Tuhan dan kebenaran-Nya, yang membawa umat untuk bersungguh-sungguh dalam mendengarkan Firman Tuhan,dan mencari wajah-Nya.

“Maka serentak berkumpullah seluruh rakyat... Mereka meminta Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab

Taurat Musa... Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan… Semua orang itu menangis...”

(Nehemia 8:1,3b,9b ITB)

Berdoalah: Tuhan, puaskan kami yang dahaga akan firman-Mu dan jangan biarkan kami mencari kepuasan melalui apa yang dunia tawarkan, sehingga kami berbuat dosa, Amin.

STUDI PRIBADI: (1) Pernahkah kita merasakan kekeringan secara rohani, bagaimana kita memuaskannya? (2) Kapankah kita merasakan kepuasan bersama dengan Tuhan?

JUMAT

21

MENGINGAT KASIH SETIA TUHANepanjang pujian yang dipanjatkan orang-orang Lewi, yaitu Yesua,

SKadmiel, Bani, Hasabneya, Serebya, Hodia, Sebanya dan Petahya dalam ibadah doa puasa Israel pasca selesainya pembangunan

tembok Yerusalem, diperdengarkanlah pengagungan akan kebesaran dan kedahsyatan perbuatan Tuhan atas Israel, jejak kebaikan dan kesetiaan Tuhan terlihat sejak dari pemilihan Abram hingga penghukuman bangsa Israel melalui pembuangan akibat ketidaksetiaan mereka. Ayat 26-28a menceritakan bagaimana ketidaksetiaan Israel kepada Tuhan Allah mereka hingga puncaknya mereka ditawan oleh bangsa lain dan dibawa masuk dalam pembungan. Tetapi tidak berhenti di situ, dalam ayat 28b-31 juga dicatatkan bagaimana Tuhan tetap setia, sabar dan tetap berpegang pada perjanjian-Nya. Bertahun-tahun lamanya, bukan hanya sebentar Israel memberontak, namun bertahun-tahun juga Allah tetap mengasihi bangsa Israel. Inilah yang disebut kesetiaan Allah, yang tetap mau mengasihi dan menyayangi walaupun telah dikhianati berulang-ulang, menerima dan mengampuni meskipun telah disakiti berkali-kali, memberkati dan menyertai meskipun telah diabaikan berulang kali dan hanya diingat ketika kesulitan dan aniaya dating menghampiri. Ironis! Mengingat kasih setia Tuhan sepanjang perjalanan hidup akan menolong setiap orang percaya menjalani kehidupan yang tidak semakin mudah saat ini. Orang percaya dapat berpegang pada janji dan kesetiaan Tuhan. Jika dulu Tuhan pernah menolong, Tuhan yang sama, yang setia pada janji-Nya akan menolong dan memelihara sampai selama-lamanya, dan hal ini akan menolong setiap orang percaya untuk terus bersyukur dan berharap kepada Tuhan. Kesetiaan Tuhan ibarat sauh tempat manusia menyandarkan pengharapannya. Sauh yang aman bagi jiwa karena Tuhan sendirilah yang menjadi sandaran kehidupan. Penulis Ibrani berkata, “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia” (Ibrani 10:23).

STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kesetiaan Allah menolong kita untuk tetap bersyukur dan mempercayai-Nya? (2) Apa yang membuat Anda bersyukur akan kesetiaan Allah hari ini?

“Namun bertahun-tahun lamanya Engkau melanjutkan sabar-Mu terhadap mereka. Dengan Roh-Mu Engkau memperingatkan

mereka, yakni dengan perantaraan para nabi-Mu…” (Nehemia 9:30 ITB)

Pokok Doa: Berdoalah bagi segenap umat Tuhan agar senantiasa hidup untuk Tuhan, mengingat akan kasih setia Tuhan yang terus nyata di dalam kehidupan mereka, Amin.

Bacaan hari ini: Nehemia 9Bacaan setahun: Mazmur 119:80-176

SEPTEMBER 2018

SABTU

22 “Mereka bersumpah kutuk untuk hidup menurut hukum Allah yang diberikan dengan perantaraan Musa, hamba Allah itu,

dan untuk tetap mengikuti dan melakukan segala perintah TUHAN...” (Nehemia 10:29b)

JANJI KETAATAN

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dilakukan orang Israel di hadapan Tuhan? (2) Pelajaran rohani apa yang dapat kita ambil dan terapkan di dalam kehidupan kita?

Pokok Doa: Berdoalah bagi segenap jemaat Tuhan agar tetap berkomitmen dalam menjaga kesetiaannya dan kemurnian hati hanya di hadapan Tuhan, Amin.

arena kemurahan dan kasih setia TUHAN, orang-orang Yehuda

Kkembali ke tanah air mereka, membangun kembali tempat ibadah, dan tembok kota yang roboh. Di bawah tekanan dan ancaman

musuh, Allah melindungi dan menyelesaikan semua. Menyadari semua itu, para pemimpin tampil untuk mengadakan ikatan perjanjian yang ditanda-tangani oleh semua pemimpin puak serta para imam dan orang-orang Lewi. Mereka mengikrarkan janji setia dengan sumpah; mereka akan kembali hidup di jalan yang TUHAN telah tetapkan, menjaga kemurnian identitas selaku umat pilihan Allah, menjalankan ibadah dengan serius, mengatur kembali tugas orang Lewi dan memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan memberi perpuluhan sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam Taurat. Intinya; mereka akan kembali hidup dalam relasi yang benar dengan TUHAN. Mereka bersumpah untuk hidup setia kepada-Nya. Di bawah pemimpin rohani yang baik, umat diajak untuk melihat kenyataan hidup yang tidak pernah berubah; menjauh dari TUHAN, mereka akan jatuh ke dalam jerat dosa dan menerima akibat yang menyakitkan. Tetapi karena kasih setia Allah, mereka dipulihkan, diberikan kesempatan untuk kembali ke kampung halaman, membangun kembali rumah TUHAN dan kota suci Yerusalem, yang melalui semua itu mengingatkan bahwa mereka sedang membangun kembali relasi mereka dengan Allah Israel. Relasi itulah yang menjadi inti dari seluruh perjuangan mereka. Atas semua yang sudah mereka alami, yang terjadi karena anugerah dan kasih setia TUHAN, mereka meresponi dengan janji ketaatan kepada apa yang TUHAN sudah nyatakan dalam Taurat. Mereka bersumpah untuk menjadikan Taurat TUHAN sebagai panduan hidup mereka, menjadikan TUHAN sebagai fokus hidup mereka. Adakah kita merasakan gema yang sama dengan perasaan umat Allah pada zaman itu, melalui pengalaman hidup kita yang nyata pada hari ini? Jika benar bahwa kasih setia Allah menyertai kita hingga hari ini, apakah kita juga berjanji untuk setia menaati firman-Nya?

Bacaan hari ini: Nehemia 10Bacaan setahun: Mazmur 120-122

SEPTEMBER 2018

MINGGU

23

ekian puluh ribu orang kembali dari pembuangan, berkumpul di

SYerusalem untuk berjuang bersama membangun kembali rumah Allah, membangun kembali tembok kota. Sekarang pekerjaan

pembangunan sudah selesai, dan saatnya untuk mengatur tempat tinggal mereka, yakni dengan cara membuang undi. Membuang undi, adalah cara yang dipakai dalam Alkitab sejak zaman Yosua ketika membagi dan menentukan milik pusaka bagi ke-12 suku, dilakukan kembali oleh Daud, dicatat dalam Amsal, dan sekali lagi dilakukan untuk menentukan siapa yang tinggal di dalam dan di luar Yerusalem. Tidak ada unsur subyektif, tidak ada kesempatan untuk berkolusi, tidak ada penyuapan, semua diserahkan kepada keputusan Allah melalui undian. Para pemimpin tinggal di Yerusalem bersama para imam, dan yang lain diatur untuk tinggal di luar kota Yerusalem, menempati tanah-tanah yang masih kosong. Imam dan orang Lewi didaftar secara khusus untuk ditentukan tugasnya masing-masing. Tatanan hidup yang baru ditetapkan untuk kepentingan dan kebaikan bersama. Di bawah pimpinan yang bijaksana, umat Allah memulai kehidupan baru dengan tatanan yang baru. Ada yang menjabat sebagai pemimpin, yang lain memulai perjuangan hidup baru, mengolah lahan yang sudah lama terlantar, menanami kembali kebun, membangun negeri yang mereka terima kembali oleh anugerah dan kemurahan Allah. Tidak ada yang perlu saling iri, saling berebut jabatan atau tempat tinggal. Semua diatur dan diterima dengan sukahati. Jika semua yang kita terima adalah berasal dari anugerah Allah, maka rasa syukur akan mengatasi perasaan-perasaan yang bersifat negatif, seperti; kecewa, iri hati, merasa diperlakukan tidak adil dan lainnya. Mari kita terima semua pengaturan Allah dalam kehidupan kita baik secara pribadi maupun sebagai komunitas di dalam Gereja Tuhan, dan melakukan tugas kita masing-masing dengan sukacita, untuk Dia yang kasih setia-Nya tidak pernah berubah.

STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana menentukan tempat tinggal suku-suku Israel? (2) Apakah pelajaran rohani yang dapat kita teladani untuk diterapkan pada kehidupan masa kini?

“Para pemimpin bangsa menetap di Yerusalem, sedang orang-orang lain membuang undi untuk menentukan

satu dari sepuluh orang yang harus menetap di Yerusalem, kota yang kudus itu...” (Nehemia 11:1)

PENATAAN HIDUP BARU

Berdoalah: Tuhan, ajarkan kepada setiap kami untuk senantiasa memiliki hati yang mensyukuri apa yang Tuhan karuniakan di dalam kehidupan kami, Amin.

Bacaan hari ini: Nehemia 11:1-12:26Bacaan setahun: Mazmur 123-125

SEPTEMBER 2018

SENIN

24

SUKACITA YANG BESARada masa Salomo, Yerusalem menjadi kota kebanggaan bangsa

P Israel, sebab di kota itu terdapat Bait Allah dan Nama TUHAN ditegakkan di sana. Namun sayang, karena ketidaksetiaan Salomo,

dan kemudian diikuti oleh ketidaktaatan keturunannya, maka murka Allah memuncak dan membawa mereka ke dalam pembuangan; bahkan kota yang menjadi kebanggan itu dihancurkan, dirampas, dan menjadi puing-puing yang ditinggalkan. Semarak kemuliaan TUHAN tidak nampak lagi. Namun TUHAN setia, sebagian orang yang ada dalam pembuangan di Babel mendapatkan kesempatan kembali ke Yerusalem, dan di antaranya adalah Nehemia. Di tengah segala tantangan yang mereka harus hadapi, pada akhirnya sesuai waktu TUHAN, mereka membangun kembali tembok Yerusalem. Betapa bersyukurnya mereka, sebab pembangunan tembok Yerusalem telah menjadi pertanda baik dan pemulihan bagi mereka; yang terpuruk telah dipulihkan; yang dipermalukan telah mendapat kebanggan. Semua itu dapat terjadi karena TUHAN membela mereka. Maka seperti pada zaman Daud maupun Salomo, dimana para imam dan orang Lewi bertanggung jawab dan bertugas menyanyikan nyayian syukur, maka pada pentahbisan tembok Yerusalem itu, merekapun kembali mendapatkan tugasnya dan tunjangan hidup dari bangsa Israel. Apa yang menjadi pelajaran bagi kita, ketika kita merenungkan narasi ini? Jika TUHAN berkenan dan berkehendak, maka apa yang menjadi reruntuhan dapat dibangun-Nya kembali; karena TUHAN itu setia pada janji-Nya, bahwa setiap umat-Nya yang mau berbalik kepada-Nya, merendahkan diri, maka Ia akan mengampuni dan memulihkan mereka. Itulah sukacita yang besar bagi umat TUHAN, dimana TUHAN berkenan hadir dan memberi sukacita kepada mereka. Tembok yang runtuh telah dibangun kembali. Bagaimana dengan hidup Anda hari ini? Jika Anda telah jauh dari TUHAN, berbaliklah kepada-Nya, sebab Ia adalah TUHAN yang sanggup memulihkan Anda! Bersyukurlah dalam segala hal dan lakukanlah ibadah yang berkenan kepada-Nya! Amin.

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dilakukan Nehemia terhadap orang-orang Lewi dan para Imam? (2) Mengapa Israel bersukacita pada masa itu? Poin apa yang Anda dapat?

“Pada hari itu mereka mempersembahkan korban yang besar. Mereka bersukaria karena Allah

memberi mereka kesukaan yang besar.” (Nehemia 12:43)

Pokok Doa: Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup berkenan di hadapan TUHAN. Jika mereka telah undur dari TUHAN, doakan agar mereka kembali dan dipulihkan TUHAN.

Bacaan hari ini: Nehemia 12:27-47Bacaan setahun: Mazmur 126-128

SEPTEMBER 2018

SELASA

25 “Ya Allahku, ingatlah kepadaku juga karena hal itu dan sayangilah aku menurut kasih setia-Mu yang besar!”

(Nehemia 13:22b)

etika segala aturan kehidupan dan religi bangsa Israel dibangkitkan

Kkembali, segera muncul penyimpangan-penyimpangan, tatkala Nehemia tidak berada di Yerusalem. Munculnya konspirasi Imam

Elyasib dengan Tobia yang mencari keuntungan bagi diri sendiri, membuat orang Lewi yang melayani di pintu gerbang, para imam, dan mereka yang melayani puji-pujian, tidak mendapatkan hak yang seharusnya menjadi milik mereka, sehingga mereka lari ke ladang dan menjadi pekerja upahan. Bahkan masyarakat Yahudi tidak lagi menghargai hari Sabat secara serius dan mengambil istri atau suami dari bangsa lain, yang membuat mereka tidak setia kepada TUHAN. Demi perkenanan di hadapan TUHAN dan kesejahteraan mereka, maka Nehemia kembali membawa mereka kepada hukum Taurat dan setia kepada perintah TUHAN. Nehemia tidak segan-segan memberhentikan mereka yang telah menyimpang dari tugas pelayanan mereka, bahkan ia mengusirnya. Semua ini dilakukan oleh Nehemia, agar TUHAN tidak murka terhadap umat-Nya. Nampaknya, pengalaman pembuangan membuat Nehemia menyadari dan menghormati kekudusan TUHAN. Bagaimana dengan kita hari ini? Sebagai umat TUHAN, sering kali kita masih merelatifkan apa yang seharusnya menjadi perintah TUHAN bagi hidup kita. Kita masih kurang menghargai hari Sabat untuk beribadah kepada TUHAN, kita hidup mengikuti kebiasaan mereka yang tidak takut akan TUHAN, bahkan kita masih menganggap ringan firman TUHAN yang kita dengar setiap ibadah atau persekutuan. Kita perlu reformasi rohani! Jika kita ingin menjadi anak-anak TUHAN yang memperkenankan hati TUHAN, marilah kita hidup selaras dengan firman-Nya. Jangan biarkan cara pikir, perasaan dan sikap kita dicemari dan mengikuti kebiasaan yang buruk dari mereka yang tidak takut akan TUHAN. Paulus pernah berkata, “Pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik!” Kristus telah menebus kita, hiduplah sesuai kasih karunia-Nya, jangan sia-siakan pengorbanan-Nya atas kita. Amin.

STUDI PRIBADI: Bidang apa saja yang telah direformasi oleh Nehemia? (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan dalam renungan ini?

Pokok Doa: Berdoalah bagi jemaat agar mereka memahami disiplin rohani yang membawa mereka pada pertumbuhan rohani dan kesalehan hidup. Doakan agar mereka tidak mengikuti pola hidup duniawi.

Bacaan hari ini: Nehemia 13Bacaan setahun: Mazmur 129-131

REFORMASI ROHANI

SEPTEMBER 2018

RABU

26

itab Ester memiliki sebuah keunikan tersendiri dibandingkan dengan

Kkitab-kitab lain dalam Alkitab. Jika kita perhatikan dengan seksama, tidak ada satupun kata Allah yang muncul di dalam kitab ini. Ini

menimbulkan pertanyaan, apakah kitab Ester ini diinspirasikan oleh Allah atau tidak. Namun, walaupun tidak ada nama Allah tercantum dalam kitab ini, tetapi kita bisa melihat pekerjaan-pekerjaan Allah di dalam kitab ini. Diceritakan dalam pembukaan kitab Ester bahwa pada tahun ketiga pemerintahan Raja Ahasyweros, dia membuat sebuah pesta besar yang ditujukan bagi semua pembesar dan pegawainya. Dalam ayat 4 diceritakan raja yang memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak, berhari-hari lamanya, sampai seratus delapan puluh hari. Setelah pesta itu selesai, raja kembali melakukan sebuah pesta selama 7 hari. Dalam pesta inipun, raja ingin memamerkan kekayaan yang dimilikinya. Puncak pestanya, pada hari yang ketujuh, Raja Ahasyweros ingin memamerkan hartanya yang paling berharga, yaitu istrinya sendiri. Namun Ratu Wasti menolak untuk menghadap raja dan menari di hadapan semua tamu undangan. Jika melihat latar belakang pesta pada zaman itu, penolakan ini dikarenakan Ratu Wasti menolak untuk menari yang bersifat erotis bagi para tamu yang hadir. Ratu Wasti ingin menjaga kehormatannya walaupun harus menentang perintah Raja Ahasyweros. Akibatnya, kedudukan Ratu Wasti dicabut dan akan diberikan kepada orang lain. Hukuman yang diterima oleh Ratu Wasti haruslah kita lihat sebagai campur tangan dan pemeliharaan Allah terhadap bangsa Israel. Keberanian Ratu Wasti menentang raja dan hukuman yang diterimanya bukan terjadi dengan kebetulan, tetapi ada tangan Tuhan yang memakai semuanya untuk mendatangkan kebaikan bagi bangsa Israel yang ada di dalam pembuangan. Demikian pula dalam kehidupan kita, Allah terkadang tidak nampak, kita tidak merasakan kehadiran Allah, tetapi percayalah Allah ada dan menyertai kita senantiasa.

“Jikalau baik pada pemandangan raja, .... Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan

mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya.” (Ester 1:19)

Pokok Doa: Berdoalah bagi setiap jemaat Tuhan agar hidupnya senantiasa dapat dipakai untuk melayani Tuhan dan sesamanya, sebagaimana yang dikehendaki oleh-Nya, Amin

RATU WASTI DAN PEMELIHARAAN ALLAH

STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dilakukan oleh Ratu Wasti? (2) Bagaimanakah akibatnya bagi kedudukan Ratu Wasti di hadapan Ahasyweros?

Bacaan hari ini: Ester 1Bacaan setahun: Mazmur 132-134

SEPTEMBER 2018

KAMIS

27

RATU ESTER DAN PEMELIHARAAN ALLAHiapa pernah menyangka, seorang wanita dari kalangan minoritas,

Syang adalah tawanan perang dan hidup di negeri penjajahnya akan menduduki sebuah posisi yang sangat tinggi dalam sebuah kerajaan

Persia. Ini terdengar seperti dongeng yang indah, tetapi dalam kenyataan hal ini pun terjadi dalam pengalaman seorang wanita bernama Ester. Ratu Wasti telah kehilangan kedudukannya sebagai ratu, sehingga Raja Ahasyweros mencari penggantinya. Dalam bacaan ini kita tahu bahwa raja menempatkan kuasa-kuasa di segenap daerah kerajaannya, supaya mereka mengumpulkan semua gadis, anak-anak dara yang elok rupanya, di dalam benteng Susan, di balai perempuan, di bawah pengawasan Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan untuk menemukan siapa wanita yang terbaik pada pemandangan raja, lalu menjadi ratu pengganti Wasti. Karena elok perawakannya dan cantik parasnya, maka Ester mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kontes pencarian wanita tercantik ini. Pada akhirnya, Esterlah yang menang. Hidupnya berubah dari seorang tawanan di negeri asing, dan sekarang Ester menjadi istri dari orang nomor satu di kerajaan Persia. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apakah karena memang Ester sangat cantik? Atau karena strategi dari pamannya, Mordekhai yang menasihati Ester untuk melakukan ini dan itu? Semua itu adalah benar, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa dalam semua hal yang telah dipersiapkan Ester untuk memenangkan kontes kecantikan itu, ada Allah yang campur tangan di dalam menempatkan Ester di dalam posisi ratu. Dari sini kita bisa belajar satu hal, bahwa dalam kehidupan kita, ketika kita sudah mencapai sebuah kedudukan atau kesuksesan tertentu, ingatlah bahwa semuanya itu ada karena anugerah dan campur tangan Allah yang memelihara kehidupan setiap kita. Bukan karena kepandaian, kecakapan ataupun baik rupa kita, tetapi karena Allah ingin memakai kita sebagai alat-Nya untuk mengerjakan rencana-Nya dalam hidup setiap kita.

STUDI PRIBADI: (1) Siapa yang telah membuat Ester meraih kemenangan dalam kontes kecantikan yang diadakan untuk menggantikan kedudukan Ratu Wasti? (2) Menurut Anda, siapakah yang paling berperan di dalam kemenangan Ester ini?

Pokok Doa: Berdoalah bagi jemaat untuk senantiasa mensyukuri berkat dan anugerah Tuhan yang dilimpahkan-Nya di dalam kehidupan masing-masing jemaat.

“Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda

lebih dari pada semua anak dara lain.... dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti.” (Ester 2:17)

Bacaan hari ini: Ester 2Bacaan setahun: Mazmur 135-137

SEPTEMBER 2018

STUDI PRIBADI: Renungkanlah vokasi yang Tuhan telah berikan kepada setiap kita untuk dikerjakan dengan taat dan setia.

JUMAT

28

ANTARA VOKASI DAN REPUTASIeputasi! Inilah yang sering kali diusahakan manusia demi pangkat

Rdan kedudukan serta kekuasaan. Tidak jarang pula untuk mencapai baiknya reputasi, seseorang mengorbankan keluarga, teman, dan

imannya kepada Tuhan. Semuanya demi mencapai nama baik. Namun sering kali pula, ketika seseorang mencoba melakukan semuanya demi reputasi, malah merusak reputasi itu sendiri. Reputasi bukan diusahakan, tetapi didapatkan oleh anugerah Tuhan. Firman Tuhan yang kita baca menunjukkan bagaimana seorang yang bernama Haman mencoba memperoleh reputasi. Dengan usahanya, ia beroleh kehormatan dan duduk sebagai orang nomor dua di pemerintahan (ay. 1, 10). Namun suatu kali, seorang pegawai raja bernama Mordekhai, orang Yahudi yang menyembah Allah, tidak mau menyembahnya karena yang layak disembah hanyalah Tuhan Allah. Jelas, sebagai orang yang taat kepada Allah, tidak ada yang dapat disembah selain daripada-Nya. Mordekhai mengambil risiko dengan lebih taat pada panggilannya (vokasi) daripada hanya sekedar reputasi. Padahal, apa yang dilakukannya dengan jelas mengancam tidak hanya dirinya, tetapi juga seluruh bangsa. Ia lebih mendahulukan vokasinya daripada reputasinya. Kontras dengan dirinya, Haman yang tidak disembah Mordekhai berikhtiar untuk membunuhnya dan seluruh bangsanya. Haman lebih mendahulukan reputasinya daripada vokasinya. Pada akhirnya, Tuhan menolong dan memberkati Mordekhai, dan mengenyahkan Haman (6:10-11, 7:9-10). Cerita ini memberikan pesan kepada kita untuk menjalani vokasi kita lebih daripada reputasi. Jangan sampai karena kita sangat ingin mencapai reputasi tertentu kemudian mengorbankan vokasi kita. Vokasi kita sebagai anak-anak Allah akan memberikan kepada kita sebuah reputasi di hadapan-Nya. Yang terpenting adalah kita menjalani setiap vokasi yang Tuhan percayakan kepada kita dengan setia. Maukah kita melakukan vokasi kita dengan taat dan setia, bahkan ketika reputasi kita dikorbankan demi Tuhan?

“Dan semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sebab demikianlah

diperintahkan raja tentang dia, tetapi Mordekhai tidak berlutut dan tidak sujud.” (Ester 3:2)

Pokok Doa: Berdoalah untuk jemaat Tuhan agar mereka dikuatkan untuk menjalani vokasi hidup mereka sekalipun terkadang harus mengorbankan reputasi.

Bacaan hari ini: Ester 3Bacaan setahun: Mazmur 138-140

SEPTEMBER 2018

SABTU

29

HIDUP DENGAN TUJUAN TUHANuhan tidak sedang membuang undi! Itulah gambaran Tuhan atas

Thidup kita. Setiap manusia yang diciptakan-Nya diperuntukkan untuk tujuan tertentu bagi-Nya di dalam kehidupan. Celakanya, sering kali

manusia tidak tahu untuk apa ia diciptakan dan menggunakan hidupnya dengan sembarangan dan serampangan saja, hanya untuk menyenangkan dirinya. Firman Tuhan yang kita baca ini menunjukkan, oleh karena ketaatan Mordekhai kepada Allah dengan tidak mau menyembah Haman, seluruh Israel akan menjadi korban pembunuhan. Ini adalah kisah genosida bagi bangsa Israel untuk pertama kalinya yang dicatat di Alkitab. Dalam kondisi yang seperti demikian, Mordekhai, yang sebelumnya menjadi wali Ester (2:7), mengingatkan Ester untuk tidak berdiam diri menghadapi masalah ini. Cepat atau lambat Ester pun akan mengalami bencana ini karena sesungguhnya ia adalah seorang Israel. Di tengah-tengah situasi ini, Mordekhai mengingatkan Ester bahwa ia dipilih menjadi ratu karena ada rencana Allah bagi bangsa Israel untuk menyelamatkan mereka. Ada tangan Allah yang membuat Ester terpilih menjadi ratu dan kelak Mordekhai menjadi petinggi raja (6:11) untuk suatu tujuan yang baik kepada Israel yaitu memelihara suatu bangsa yang besar. Ester menyadarinya, kemudian mengajak seluruh bangsa berpuasa sambil memberanikan diri menghadap raja untuk perihal tersebut walau dengan risiko ia dapat mati. Kisah ini memberitahukan kepada setiap kita bahwa setiap manusia dimaksudkan untuk suatu pekerjaan tertentu bagi Tuhan. Tuhan meminta setiap kita untuk menjalani hidup sesuai tujuan-Nya. Jika kita diberikan posisi tertentu, kekuasaan tertentu, pastilah ada maksud tertentu dari Tuhan untuk kita kerjakan. Mari menggunakan segala kelebihan, talenta, dan kekuasaan kita untuk memuliakan nama Tuhan dengan memberikan dampak dan berkat bagi sekitar kita! Mari berdampak dan berguna bagi keluarga, gereja, dan bagi dunia!

STUDI PRIBADI: Renungkan apa yang dimaksudkan dan tujuan Tuhan dalam hidup setiap kita dalam bakat, talenta, kekayaan, dan kekuasaan yang kita miliki.

“Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti iniengkau beroleh kedudukan sebagai ratu.”

(Ester 4:14b)

Pokok Doa: Berdoalah untuk jemaat Tuhan agar mereka tahu tujuan hidup mereka dan tahu apa yang harus dilakukan dengan segala yang melekat pada diri mereka.

Bacaan hari ini: Ester 4Bacaan setahun: Mazmur 141-144

SEPTEMBER 2018

MINGGU

30SEPTEMBER 2018

PENGHORMATANenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “hormat” identik

Mdengan penghargaan kepada seseorang yang dinyatakan dengan bahasa tubuh tertentu, seperti menyembah atau menunduk.

Dalam konteks zaman Mordekhai, penghormatan diberikan kepada pemimpin atau pejabat negara pemegang kekuasaan dengan berdiri lalu menundukkan kepala atau membungkukkan badan apabila melihat salah seorang ataupun serombongan pejabat negara lewat, khususnya Haman. Ternyata, dalam kasus Haman ini, Alkitab mencatat bahwa Mordekhai tidak bersedia membungkukkan dirinya di hadapan Haman. Inilah yang menjadi pemicu munculnya permasalahan besar bagi Haman, di kemudian hari. Haman kemudian menceritakan perihal itu kepada istri dan teman-temannya. Celakanya, bukannya menenangkan Haman, mereka justru memberikan nasihat yang tidak tepat, yaitu membuatkan tiang sula untuk menggantung Mordekhai, dengan membuat tiang setinggi lima puluh hasta (atau setara dua puluh tiga meter). Padahal dalam pasal sebelumnya, yaitu di Ester 3, Haman sudah meminta ijin dari raja untuk menghabisi seluruh orang Yahudi, termasuk Mordekhai. Namun Haman tidak puas dengan rencana sebelumnya, ia ingin dapat segera menghabisi Mordekhai demi memuaskan rasa haus akan penghormatan yang dia harapkan. Menjadi emosi karena tidak mendapatkan penghargaan sebagaimana yang diinginkan bisa dialami seseorang, namun respons yang berlebihan dapat mengakibatkan hukuman yang tidak sebanding dengan kesalahan. Amsal 21:24 berkata: “Orang yang kurang ajar dan sombong pencemooh namanya, ia berlaku dalam keangkuhan yang tidak terhingga.” Belajar dari sikap Haman ini, kita bisa memahami bahwa keinginan untuk dihargai jika tidak dikendalikan dengan tepat dapat menjadi suatu hal yang justru menghancurkan diri sendiri dan juga mencelakai orang lain. Kiranya Tuhan menolong kita untuk dapat menimbang permasalahan dengan tepat, bukan berdasarkan emosi sesaat, atau hanya untuk memenuhi nafsu haus akan penghormatan.

STUDI PRIBADI: (1) Masalah apa yang sebenarnya terjadi antara Haman dan Mordekhai? (2) Menyikapinya, apa sebaiknya yang kita lakukan jika ada yang tidak menghormati kita?

“Pada hari itu keluarlah Haman... ketika Haman melihat Mordekhai ada di pintu gerbang istana raja, tidak bangkit

dan tidak bergerak menghormati dia, maka sangat panaslah hati Haman kepada Mordekhai!” (Ester 5:9)

Pokok Doa: Kita berdoa, meminta agar Tuhan mengajarkan kita memiliki hati yang rela, mau menghormati orang lain dan dapat bersikap rendah hati satu dengan yang lain, Amin.

Bacaan hari ini: Ester 5Bacaan setahun: Mazmur 145-147

PROYEK KETAATANSaya berjanji akan lebih...

Berikan tanda apabila sudah terlaksana.

Pengertian-pengertian kebenaran yang saya peroleh bulan ini: