daun selasih

Upload: astuti-al-habsyi

Post on 20-Jul-2015

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Menurut Hamalik (2009: 36) Belajar adalah modifikasi tingkah laku melalui pengalaman. Serangkaian pengalaman dalam belajar ditempuh untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar dapat diperoleh melalui kegiatan praktikum. Praktikum menjadi bagian integral dalam pembelajaran IPA Biologi. Hal ini menunjukkan bahwa praktikum tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajarannya. Keberadaan praktikum banyak didukung oleh para pakar psikologi belajar, pakar IPA maupun pakar pendidikan. Efek praktikum positif terhadap pembelajaran IPA (Adisendjaja, 2008: 57). Setelah melakukan praktikum, pengetahuan yang diperoleh akan lebih mudah dipahami dan diingat karena siswa mengalami pembelajaran secara langsung.Menurut Krischner dalam Dwiyanti dan Siswaningsih (2009: 2), terdapat beberapa manfaat dari praktikum, yaitu praktikum dapat mengembangkan keterampilan tertentu, praktikum merupakan sarana tepat untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan akademis, praktikum dapat memberikan pengalaman langsung dalam mengamati suatu fenomena dan penerapannya. Pembelajaran dengan praktikum

akan mengembangkan keterampilan proses siswa. Pada kegiatan praktikum, siswa dapat melakukan kegiatan mengamati, mengklasifikasikan, menyimpulkan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan keterampilan proses siswa yang dapat dilatih. Keterampilan proses menekankan pada penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik agar mereka mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru dan bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai (Usman & Lilis, 1993: 77). Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses sangat penting dan diharapkan dalam pengembangannya dapat mewujudkan pembelajaran yang bermakna. 1

2

Pembelajaran bermakna menurut Ausubel akan terjadi ketika pengetahuan atau pengalaman baru yang diperoleh siswa dapat berkaitan dengan pengetahuan lama yang telah dimiliki siswa. Jika tujuan selama belajar seorang anak adalah hanya untuk mengingat secara tepat, maka baik proses maupun hasil belajarnya dinyatakan sebagai hafalan atau kurang bermakna (Fadjar, 2009: 2). Dalam pembelajaran dengan menggunakan praktikum, siswa menemukan konsep dan pengalaman baru yang dapat menambah dan memperkuat pengetahuan lama yang telah dimilikinya. Pembuatan ekstrak daun selasih (Ocimum minimum) sebagai antraktan nabati lalat buah (Bactrocera dorsalis) merupakan praktikum sederhana. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini mudah didapatkan. Guru dan siswa dapat bekerja sama dalam penyediaan peralatan dan bahan praktikum sehingga kegiatan praktikum terlaksana dan dapat melatih keterampilan proses siswa.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana keterampilan proses siswa SMAN 1 Pontang dalam kegiatan praktikum pembuatan ekstrak daun selasih sebagai antraktan nabati lalat buah?

1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses siswa SMAN 1 Pontang dalam kegiatan praktikum pembuatan ekstrak daun selasih sebagai antraktan nabati lalat rumah.

3

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian antara lain: a. Bagi siswa, diharapkan lebih tertarik untuk giat belajar khususnya melalui kegiatan praktikum b. Bagi guru, diharapkan dapat menerima informasi mengenai konsep kegiatan praktikum dan dapat menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.

4

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keterampilan Proses Siswa 2.1.1 Definisi Keterampilan Proses Menurut Rusmansyah & Yudha (2001: 2), keterampilan proses merupakan keterampilan intelektual yang membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis dan sistematis dalam menghadapi suatu masalah di semua bidang. Sehingga apabila keterampilan proses tersebut dilatih dan dikembangkan diharapkan akan memberikan kontribusi bagi peningkatan berpikir logis dan sistematis siswa. Guru diharapkan dapat mengembangkan keterampilan proses siswa melalui penemuan dan pengembangan fakta dan konsep ilmu pengetahuan. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan (Dimyati & Mudjiono, 2006: 139).

2.1.2 Jenis-Jenis Keterampilan Proses Keterampilan proses terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari: mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen (Dimyati & Mudjiono, 2006: 140). A. Keterampilan Dasar (Basic Skills) 1. Mengamati 4

5

Melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan pancaindra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasa/pengecap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntut keingintahuan, mempertanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang lingkungan kita dan meneliti lebih lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. 2. Mengklasifikasikan Agar memahami sejumlah besar objek, peristiwa dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar, lebih mudah apabila menentukan berbagai jenis golongan. Dalam menentukan golongan dengan mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan serta pengelompokkan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. 3. Mengkomunikasikan Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk segala yang kita kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram, persamaan matematik dan demonstrasi visual, sama baiknya dengan katakata yang ditulis atau dibicarakan, semuanya adalah cara-cara komunikasi yang seringkali digunakan dalam ilmu pengetahuan. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaian dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual atau suara visual. 4. Mengukur Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh-contoh kegiatan yang menampakkan keterampilan mengukur antara lain: mengukur panjang garis, mengukur berat badan, mengukur temperatur kamar dan kegiatan lain yang sejenis.

6

5. Memprediksi Memprediksi diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu atau hubungan antara fakta, konsep dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. 6. Menyimpulkan Menyimpulkan merupakan suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.

B. Keterampilan Terintegrasi (Integrated Skills) 1. Mengenali Variabel Variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai atau konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mengenali varibel diantaranya adalah menentukan variabel yang ada dalam suatu pernyataan, membedakan suatu pernyataan sebagai variabel bebas atau terikat dan memberikan contoh variabel. 2. Membuat Tabel Data Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan membuat tabel data diantaranya adalah membuat tabel frekuensi, membuat tabel silang. 3. Membuat Grafik Keterampilan membuat grafik adalah kemampuan mengolah data untuk disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada sumber datar dan variabel hasil selalu ditulis sepanjang sumbu vertikal. Data untuk setiap variabel terjadi sebagaimana terjadi pada tabel data. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan membuat grafik diantaranya adalah membaca data dalam tabel, membuat grafik lurus, membuat grafik balok dan membuat grafik bidang lain. 4. Menggambarkan Hubungan antar-Variabel

7

Keterampilan menggambarkan hubungan antar-variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antara variabel termanipulasi dengan variabel hasil/hubungan antara variabel-variabel yang sama. Kegiatan-kegiatan dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menggambarkan hubungan antar-variabel diantaranya adalah menggambarkan hubungan variabel simetris, menggambarkan hubungan varaibel timbal-balik dan hubungan variabel simetris. 5. Mengumpulkan dan Mengolah Data Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan memperoleh informasi/data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara lisan, tertulis atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif sebagai dasar pengujian hipotesis atau penyimpulan. Untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan mengoalah data dapat melalui kegiatan yang diantaranya adalah membuat instrumen pengumpulan data, mentabulasi data, menghitung nilai kai kuadrat, menentukan tingkat signifikasi hasil perhitungan dan kegiatan lain yang sejenis. 6. Menganalisis Penelitian Keterampilan menganalisis penelitian merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian. Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menganalisis diantaranya adalah mengenali variabel, mengenali rumusan hipotesis dan kegiatan lain yang sejenis. 7. Menyusun Hipotesis Keterampilan menyusun hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan dugaan yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam satu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menyusun hipotesis diantaranya adalah menyusun hipotesis kerja, menyusun hipotesis nol, memperbaiki rumusan suatu hipotesis atau kegiatan sejenis lainnya. 8. Mendefinisikan variabel

8

Keterampilan mendefinisikan variabel secara operasional diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan variabel beserta segala atribut sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mengembangkan keterampilan mendefinisikan variabel diantaranya adalah mengenal atribut variabel bebas, mendefinisikan variabel bebas, membatasi lingkup variabel terikat. 9. Merancang penelitian Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspon dalam penelitian secara operasioanl, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Contoh kegiatan yang tercakup dalam keterampilan merancang penelitian adalah mengenal, menentukan dan merumuskan masalah yang diteliti. Kemudian merumuskan satu atau lebih dugaan yang dianggap benar dalam rangka menjawab masalah. Memilih alat/instrumen yang tepat untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dirumuskan. 10. Bereksperimen Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terahadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep dan prinsip ilmu pengethuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu. Keterampilan proses menurut Hamalik (2009: 150) terdiri dari mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan.

9

Tabel 1. Keterampilan Proses Siswa

No. 1. 2.

Keterampilan Mengamati Mengklasifikasikan

Perilaku Melihat, mendengar, meraba, mencium dan merasa Mengenal perbedaan dan persamaan objek pengamatan dan membuat pengelompokkan berdasarkan ciri khusus, tujuan atau kepentingan tertentu Menerapkan konsep yang telah dipelajari dan dikuasai Menghubungkan data, fakta dan informasi Menafsirkan fakta, data, informasi atau peristiwa selama praktikum Menentukan masalah dan variabel-variabel yang akan diteliti, tujuan dan ruang lingkup penelitian, menentukan langkah-langkah kerja, pengumpulan dan pengolahan data serta prosedur melakukan penelitian Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan menyampaikan perolehannya

3. 4. 5. 6.

Menerapkan Meramalkan Menafsirkan Merencanakan Penelitian

7.

Mengkomunikasikan

Penerapan pendekatan keterampilan proses (PKP) dalam pembelajaran bukan merupakan hal yang mengada-ada, akan tetapi merupakan hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh setiap guru dalam pembelajarannya. Untuk dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, kita perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran/bidang studi. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi lebih dari satu macam keterampilan proses. Untuk keterampilan proses dasar yakni mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan pengembangannya tidak berhenti hanya pada jenjang sekolah dasar.

Dalam pembelajaran sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) maupun sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah menegah kejuruan (SMK), penerapan pengembangan keterampilan dasar tetap dilakukan. Penerapan

10

keterampilan dasar PKP pada semua jenjang pendidikan diperlukan untuk mendukung penerapan keterampilan terintegrasi PKP. Dalam penerapan keterampilan dasar PKP tidak diperlukan lagi uraian teorinya bagi siswa SLTP dan sekolah menengah, yang siswa mampu melakukannya (Dimyati & Mudjiono, 2006: 151-152).

2.2 Kegiatan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi Praktikum merupakan suatu metode belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah terhadap gejala-gejala sosial, psikis maupun fisik yang dipelajari dan diteliti melalui percobaan atau penelitian. Dalam praktikum, siswa dilatih untuk kreatif dan aktif serta diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran sains (Yuniarti, 2000: 32). Kegiatan praktikum telah lama digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dengan pengalaman langsung terhadap objek-objek, konsep-konsep dan prosedur eksperimen (Adisendjaja, 2008: 3). Kegiatan praktikum bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dalam teori. Kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA termasuk Biologi merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan seperti yang dijelaskan oleh pakar pendidikan Woolnough & Allsop dalam Adisendjaja (2008: 2), ada empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum, yaitu; pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar bereksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Engkoswara (1982:28) mengatakan bahwa melalui kegiatan praktikum yang biasanya dilakukan di laboratorium, siswa diharapkan dapat mengembangkan berbagai keterampilan secara terintegrasi, mengenal berbagai peralatan laboratorium, mengenal berbagai desain dan peralatan untuk eksperimen, mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menginterprestasikan data, mengembangkan sikap untuk melakukan sesuatu secara tepat dan akurat,

11

mengembangkan keterampilan dalam mengobservasi, mengembangkan kemampuan dalam mengkomunikasikan hasil eksperimen, mengembangkan kecakapan dalam menulis laporan, mengembangkan kemampuan untuk belajar dan melakukan percobaan sendiri, merangsang berpikir siswa melalui eksperimen, mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah dengan berbagai variabel dan berbagai kemungkinan pemecahannya, mengembangkan keberanian untuk mengadakan kerja sama, mengembangkan inisiatif dan menggunakan berbagai sumber, mengembangkan tanggung jawab pribadi dan mengembangkan kecakapan untuk bekerja secara efektif sebagai anggota dari suatu tim. Kegiatan praktikum yang mengacu pada kurikulum yang berlaku dan kebutuhan dalam penyampaian materi, penting untuk dilakukan dengan harapan agar materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik dan diharapkan juga dapat membuat siswa lebih tertarik dan giat dalam kegiatan belajar mengajar.

2.3 Ocimum minimum sebagai Insektisida Nabati 2.3.1 Insektisida Nabati Bahan aktif insektisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beriburibu senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik dan zat -zat kimia sekunder lainnya. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan dari berbagai penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai insektisida nabati. Di Filipina, tidak kurang dari 100 jenis tumbuhan telah diketahui mengandung bahan aktif insektisida. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Insektisida nabati dapat berfungsi sebagai : penghambat nafsu makan (anti feedant), penolak (repellent), penarik (atractant), menghambat perkembangan, menurunkan keperidian, pengaruh langsung sebagai racun dan mencegah peletakkan telur. Untuk membuat insektisida nabati diperlukan bahan-bahan berupa bagian dari tanaman misalnya daun, biji, buah, akar dan lainnya. Bahan-bahan tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam bentuk, antara lain: cairan berupa ekstrak dan minyak, pasta serta bentuk padat berupa

12

tepung atau abu. Sumber potensial insektisida nabati antara lain Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae (Setiani, dkk, 2008: 4-5). 2.3.2 Deskripsi Tanaman Ocimum minimum A. Botani Ocimum minimum Selasih merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik di daerah tropis dan subtropics dengan ketinggian 1-1.100 meter dpl. Pada dasarnya, syarat hidup tanaman selasih sama dengan tanaman yang lainnya, yakni menghendaki tanah yang subur, gembur, pH 7, drainase baik, dan pengairan cukup. Ociumum minimum disebut juga dengan basil bush. Warna daun dan batangnya hijau, sementara bunganya berbeda dengan jenis selasih yang lainnya yang tunggal dan memanjang. Bunga basil bush bergerombol dengan warna agak putih mendekati krem. Yang paling menarik dari jenis selasih ini adalah pada pagi hari (jam 7-11) daun dan bunganya dikerubuti puluhan bahkan ratusan lalat buah. (Kardinan, 2005: 40-46). Diduga tanamanan selasih ini berasal dari india, kemudian masuk ke Eropa pada abad ke-16 dan sekarang sudah menyebar hampir ke seluruh dunia. Berikut ini klasifikasi dari selasih: Kingdom Divisio Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Dicotyledoneae : Lamiales : Lamiaceae : Ocimum : Ocimum minimum

(Sumber: Tjitrosoepomo, 2004: 7)

13

Gambar 1. Ocimum minimum Sumber: http://www.jardin-des-senteurs.ch/photos/ocimumminimum.htm

Tanaman selasih digunakan sebagai obat tradisional, penghasil minyak atsiri (basil oil), bahan pewangi, bahan acara ritual, bahan kosmetik, minyak untuk memandikan jenazah, dan untuk keperluan ziarah. Karena fungsinya beragam tersebut, selasih sering disebut dengan tanaman serbaguna. (Kardinan, 2005: 40).

14

III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional 1. Keterampilan proses siswa merupakan keterampilan fisik dan mental siswa terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan praktikum. Keterampilan proses tersebut diantaranya mengamati, mengklasifikasikan, menyimpulkan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan. 2. Praktikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dalam teori. 3.2 Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan kondisi apa adanya dengan menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi (Sukmadinata, 2008: 73). 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Sebuah populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 2005: 271). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Pontang kelas X semester genap tahun ajaran 2011/2012. 3.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Prisma Serang kelas X SSN yang berjumlah 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengambilan sampel ini berdasarkan keputusan

14

15

subjektif peneliti yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sandjaja & Heriyanto, 2006: 183). Berdasarkan wawancara dengan guru, kelas X SSN memiliki rata-rata prestasi yang tinggi dan aktif saat proses belajar mengajar, sehingga siswa diharapkan dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar melalui praktikum dalam penelitian. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data atau instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Lembar observasi, berfungsi untuk melihat keterampilan proses siswa selama kegiatan praktikum berlangsung. Observasi dilakukan bersama enam orang observer yang sudah diberikan arahan tentang teknik penilaian yang berkaitan dengan kinerja siswa. b. LKS digunakan sebagai data penunjang untuk membuat laporan praktikum. LKS disusun berdasarkan standar penulisan LKS pada panduan pengembangan bahan ajar Depdiknas. Dalam LKS harus memuat; judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, peralatan/bahan, informasi singkat, langkah kerja dan laporan yang harus dikerjakan (Depdiknas, 2009: 23). LKS memiliki tiga aspek utama, yaitu materi, penyajian dan bahasa/keterbacaan (Depdiknas, 2003: 8). Laporan praktikum dikumpulkan satu minggu setelah praktikum. Untuk memudahkan melakukan penilaian laporan, peneliti menggunakan lembar kriteria penilaian laporan praktikum dan standar penilaian laporan praktikum. c. Soal keterampilan proses, berfungsi untuk melihat keterampilan proses siswa setelah kegiatan praktikum. Hasil dari tes soal keterampilan proses akan digunakan sebagai informasi data kedua setelah data yang diperoleh melalui lembar observasi siswa tentang keterampilan proses. d. Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa selama kegiatan praktikum. Sebelum angket digunakan, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

16

3.5 Teknik Pengolahan Data

Untuk menganalisis data hasil penelitian maka penulis menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut: a. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Keterampilan proses siswa yang terdiri dari tahap persiapan sampai dengan tahap akhir dinilai oleh observer dalam bentuk check list pada lembar observasi. Lembar observasi yang terkumpul, dihitung untuk setiap aspek yang muncul, pengolahan datanya dengan cara:

(Depdiknas, 2006: 7)

Tabel 2. Kriteria Lembar ObservasiKriteria 80 % - 100% 66% - 79% 56% - 65% >55% Tingkat Penguasaan Baik sekali Baik Sedang Kurang

[Arikunto, 2007: 269]

Soal keterampilan proses siswa terlebih dahulu diuji coba dan dianalisis dengan menggunakan: 1) Analisis Validitas Untuk mencari indeks validitas soal yaitu dengan teknik korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson.

17

}

}

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan X Y N = Nilai ulangan yang akan dicari validitasnya = Nilai harian = Subjek pada sampel

(Arikunto, 2008: 72)

Kriteria penilaian yang dipakai untuk mengetahui validitas adalah: 0.800 1.00 : Sangat tinggi 0.600 0.799 : Tinggi 0.400 0.600 : Cukup 0.200 0.400 : Rendah 0.000 0.200 : Sangat rendah (tidak valid)

(Arikunto, 2008: 75)

Dari hasil analisis validitas setelah uji coba butir soal, terdapat 17 soal yang valid dari 23 soal.

2) Analisis Reliabilitas Untuk memperoleh indeks reliabilitas soal dengan menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:

18

Keterangan: r11 r1/21/2 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

= Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

(Arikunto, 2008: 93)

Kriteria nilai reliabilitas: 0,91 1,00 0,71 0,90 0,41 0,70 0,21 0,40 negatif 0,20 : Sangat tinggi : Tinggi : Cukup : Rendah : Sangat rendah

(Masidjo, 2008: 209)

Dari hasil analisis reliabilitas setelah uji coba butir soal, diperoleh nilai reliabilitas 0,47.

3) Analisis Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2008: 101). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

19

Keterangan: DP KA KB = Daya pembeda = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

Klasifikasi daya pembeda sebagai berikut: 0,4 1,0 0,3 0,39 0,2 0,29 0,00 0,19 : Diterima baik : Terima, diperbaiki : Revisi : Ditolak

(Depdiknas, 2008: 12)

Dari hasil analisis daya pembeda setelah uji coba butir soal sebanyak 23 soal, diperoleh kriteria soal diterima baik 5 soal, kriteria soal diterima-perbaiki 3 soal, kriteria soal direvisi 3 soal dan kriteria soal ditolak 12 soal.

4) Analisis Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks (Diknas, 2008: 9). Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kriteria acuan untuk tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: 0,00 0,30 0,31 0,70 : Sukar : Sedang

20

0,71 1,00

: Mudah

(Depdiknas, 2008: 9) Dari hasil analisis daya pembeda setelah uji coba butir soal sebanyak 23 soal, diperoleh kriteria soal sedang 7 soal, kriteria soal mudah 16 soal.

Setelah semua nilai soal keterampilan proses diperoleh kemudian diubah dalam bentuk persentase dan dikelompokkan ke dalam kriteria baik sekali, baik, sedang dan kurang.

Tabel 3. Kriteria Acuan Tingkat Penguasaan Keterampilan ProsesKriteria 80 % - 100% 66% - 79% 56% - 65% >55% Tingkat Penguasaan Baik sekali Baik Sedang Kurang

(Diknas, 2006: 7)

b. Laporan yang terkumpul diolah terlebih dahulu dengan mengisi kolom-kolom yang terdapat pada lembar penilain dalam bentuk check list. Peneliti mengolah data tersebut berdasarkan standar penilaian laporan praktikum (lampiran 8) dengan cara:

(Sulastri, 2004: 30)

21

Setelah semua nilai diperoleh kemudian diubah dalam bentuk persentase dan dikelompokkan ke dalam kriteria baik sekali, baik, sedang dan kurang.

(Depdiknas, 2006: 7)

Tabel 4. Kriteria Laporan PraktikumKriteria 80 % - 100% 66% - 79% 56% - 65% >55% Tingkat Penguasaan Baik sekali Baik Sedang Kurang

[Arikunto, 2007: 269]

c. Angket diberikan setelah proses pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap praktikum pembuatan ekstrak daun babadotan sebagai insektisida nabati lalat rumah. Angket menggunakan model skala likert yaitu skala yang disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh tanggapan-tanggapan yang menunjukkan tingkatan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) (Arikunto, 2008:180). Berikut ini penetapan skor untuk pernyataan positif dan negatif dalam skala Likert:

22

Tabel 5. Penetapan skor skala Likert untuk pernyataan positif dan negatif.

Pernyataan sikap Pernyataan positif Pernyataan negative

Sangat setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak setuju (TS) 2

Sangat tidak setuju (STS) 1

1

2

3

4

[Modifikasi dari Djaali dan Pudji M, 2007: 105]

Angket tanggapan siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan: S = Jumlah siswa yang memilih jawaban tertentu N = Jumlah seluruh siswa

(Arikunto, 2008: 208) Selanjutnya data ditafsirkan berdasarkan kriteria sebagai berikut: Tabel 6. Respon SiswaPersentase (%) 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 Kriteria Kurang Sekali Kurang Cukup Baik Sangat Baik

[Arikunto, 2008:200]

23

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja,_Y.H._2008._Kegiatan_Praktikum_Dalam_Pendidikan_Sains._http:/ /File.Upi.Edu/Direktori/Dfpmipa/Jur.Pend.Biologi/195512191980021yusufhil miadisendjaja/Kegiatanpraktikumdlmpend.Sains.Pdf. 11 April 2012. Pk. 22.30. Adisendjaja,_Y.H._2008._Peranan_Praktikum_dalam_Pembelajaran_Biologi._ht tp://file.upi.edu/direktori/sps/prodi.pendidikanipa/195012311979032nuryanir ustaman/perananpraktikumdalampembelajaranBiologi.pdf. 11 April 2007. Pk. 23.52. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta: xi+342 hlm. Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta: x + 506 hlm. Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta: xii + 310 hlm. Depdiknas. 2003. Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta: i + 13 hlm.

Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta: i + 10 hlm. Depdiknas. 2008. Rancangan Penilaian Hasil Belajar. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: ii+90 hlm.m Depdiknas. 2009. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta: i + 29 hlm. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta: x + 298 hlm.

24

Dwiyanti, G & Siswaningsih, W. 2009. Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum._http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e0451_055724_chapt er2.pdf. 22 April 2012. Pk. 14.51.

Engkoswara & Entang, M. 1982. Pembaharuan dalam Metode Pengajaran. Depdikbud. Jakarta: vii + 90 hlm.

Fadjar. 2009. Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika._http://www.depdiknas.go.id/jurnal/29/apa_implikasi_dari_inti_ psikologi_kognitif _terhadap_pembelajaranmatematika.htm. 23 April 2012. Pk. 14.51.

Hamalik, O. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta: ix + 239 hlm.

Masidjo, I. 2008. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Kanisius. Yogyakarta: ix+262 hlm. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta: vii + 544 hlm.

Rusmansyah & Yudha. 2001. Proses Penerapan Pendekatan Sains-TeknologiMasyarakat (STM) dalam pembelajaran kimia di Kalimantan selatan. http://www.depdiknas.go.id/jurnal/29/prospek-penerapan-pendekatansains.htm. 14 April 2012. Pk 09.48. Setiawati, dkk. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian OPT. Dipa Balitsa. Lembang: xi + 203 hlm.

Sukmadinata, N.S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung: iv + 326 hlm.

25

Sulastri. 2004. Kemampuan Siswa dalam Membuat Laporan dan Jurnal Praktikum pada Praktikum Model Wheater & Dunleavy Tipe 2 di SMA dalam Konsep Sistem Ekskresi. Skipsi UPI. Tidak Diterbitkan. Supriyanto.2009. Penggunaan Metode Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya dan Berpendapat Mengenai Materi Pelajaran Hukum Internasional pada Siswa Kelas XI IPA (3) SMAN 7 Surakarta Tahun 2009. http://etd.eprints.ums.ac.id/4562/1/a220050028.pdf. 23 April 2012. Pk. 16.07. Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. viii + 477 hlm. Usman & Lilis. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya. Bandung: x + 202 hlm.