daun coklat

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tumbuhan Daun Coklat 1. Klasifikasi Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisi o : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Subclaas : Dialypetalae Ordo : Malvales Family : Sterculiaceae Genus : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L. 2. Morfologi 1. Daun Berdasarkan percabangannya, daun kakao bersifat dimorfisme, yakni tumbuh pada dua tunas (ortotrop dan plagiotrop). Daun yang tumbuh pada tunas ortotrop, tangkai daunnya berukuran 7,5 – 10 cm, sedangkan yang tumbuh pada tunas plagiotrop berukuran sekitar 2,5 cm. tangkai daun kakao berbentuk silinder dan bersisik halus. Sudut daun yang dibentuk adalah 30 - 80° terhadap batang/cabang tempat tumbuhnya, tergantung pada tipenya.

Upload: rahma-yumiwaki

Post on 31-Oct-2014

540 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

teori kakao

TRANSCRIPT

Page 1: daun coklat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tumbuhan Daun Coklat

1. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisi o : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Subclaas : Dialypetalae

Ordo : Malvales

Family : Sterculiaceae

Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao L.

2. Morfologi

1. Daun

Berdasarkan percabangannya, daun kakao bersifat

dimorfisme, yakni tumbuh pada dua tunas (ortotrop dan

plagiotrop). Daun yang tumbuh pada tunas ortotrop, tangkai

daunnya berukuran 7,5 – 10 cm, sedangkan yang tumbuh pada

tunas plagiotrop berukuran sekitar 2,5 cm. tangkai daun kakao

berbentuk silinder dan bersisik halus. Sudut daun yang dibentuk

adalah 30 - 80° terhadap batang/cabang tempat tumbuhnya,

tergantung pada tipenya.

Pada pangkal dan ujung tangkai daun terjadi pembesaran dan

sering disebut sebagai persendian daun (articulation). Dengan

adanya persendian ini, daun kakao mampu membuat gerakan

sebagai respon terhadap arah datangnya sinar matahari.

Ciri-ciri morfologi daun secara umum adalah sebagai berikut:

Helai daun berbentuk bulat memanjang (oblongus), ujung daun

meruncing (acuminatus), dan pangkal daun runcing (acutus).

Page 2: daun coklat

Susunan tulang daun menyirip dan menonjol ke permukaan

bawah helai daun.

Tepi daun rata, daging daun tipis, tetapi kuat seperti perkamen

Daun dewasa berwarna hijau tua, tergantung pada kultivarnya

dengan lebar 10 cm dan panjang bias mencapai 30 cm.

Permukaan daun licin/mengkilap.

Pertumbuhan daun pada cabang plagiotrop berlangsung

serempak, tetapi berkala. Walaupun belum memiliki klorofil, daun

muda tersebut banyak mengandung pigmen antosianin, karoten,

dan xantofil sehingga warna daunnya cenderung merah atau oranye

(tergantung pada kultivar). Klorofil baru akan mulai terbentuk

setelah daun mencapai ukuran yang sempurna, yakni setelah

berumur 3-4 minggu. Setelah masa bertunas selesai, kuncup-

kuncup daun kemudian akan kembali dorman selama periode

tertentu.

Ujung kuncup daun yang dorman tertutup oleh sisik (scales) dan

stipula. Daun pada tunas ortotrop tersusun menurut rumus 3/8,

sedangkan pada cabang plagiotrop menurut rumus 1/2.

Ketebalan daun tanaman coklat turut dipengaruhi oleh

intensitas cahaya yang diterimanya, yakni terkait dengan

keberadaan klorofil. Daun yang barada di bawah naungan berat

akan berukuran lebih luas dan lebih hijau, tetapi lebih tipis

daripada daun yang mendapat cahaya penuh.

Page 3: daun coklat

2. Batang dan Cabang

Dari aspek tunas vegetative,

tanaman kakao memiliki sifat seperti

halnya daun, yakni dimorfisme, artinya

mempunyai dua bentuk tunas

vegetative. Tunas yang arah

pertumbuhannya ke atas disebut tunas

ortotrop, sedangkan tunas yang arah

pertumbuhannya ke samping disebut

plagiotrop, cabang kipas atau fan.

Pada ujung tunas, stipula,

kuncup ketiak daun, serta tunas daun

juga tidak berkembang lagi. Dari ujung perhentian tersebut,

selanjutnya tumbuh 3-6 cabang yang arah pertumbuhannya

condong kesamping membentuk sudut 0-60° terhadap bidang

horizontal. Cabang-cabang itu disebut cabang primer yang bersifat

palgiotrop. Dari cabang primer akan tumbuh cabang sekunder,

sementara dari cabang sekunder akan tumbuh cabang tersier dan

seterusnya yang semuanya bersifat plagiotrop.

Dari tunas plagiotrop, biasanya hanya tumbuh tunas-tunas

plagiotrop, tetapi terkadang juga dapat tumbuh tunas ortotrop. Pada

tanaman coklat dewasa, sepanjang batang pokok tumbuh banyak

wiwilan (tunas air/chupon) yang bersifat ortotrop sehingga pasti

akan membentuk jorket. Tunas air menyebabkan tanaman kakao

berbatang ganda dan memiliki tajuk yang bersusun hingga

tanamannya tinggi.

Page 4: daun coklat

3. Akar

Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh

cepat, yakni mencapai 1 cm pada umur 1 minggu, 16-18 cm pada

umur satu bulan, dan 25 cm pada umur tiga bulan. Laju

pertumbuhannya kemudian melambat dan untuk mencapai panjang

50 cm diperkirakan memakan waktu dua tahun. Kadalaman akar

tunggang menembus tanah dipengaruhi oleh kondisi air tanah dan

struktur tanah.

Tanaman kakao memiliki system perakaran yang dangkal

karena sebagian besar akar lateral berkembang dekat permukaan

tanah yaitu pada jeluk 0-30 cm.

4. Bunga

Tanaman kakao asal benih mulai berbunga setelah berumur

tiga tahun. Perkembangan bunga kakao bersifat kauliflori, yakni

bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun. Tempat

tumbuh bunga perlahan-lahan akan membesar dan menebal

membentuk bantalan bunga.

Bunga coklat mengikuti rumus K5C5A5+5G(5) yang

berarti bunga tersusun atas 5 daun kelopak bunga yang tidak terkait

satu sama lain, 5 daun mahkota, 1o tangkai sari (tersususn dalam 2

lingkaran) masing-masing tersiri dari 5 tangkai sari dan 5 daun

buah yang bersatu.

Ciri-ciri umum dari morfologi bunga kakao adalah sebagai

berikut:

Berwrna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat

terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga

ini khas untuk setiap kultivar

Tangkai bunga kecil, tetapi panjang dengan ukuran 1-1,5

cm.

Daun mahkota berukuran panjang 6-8 mm dan terdiri dari

dua bagian, yakni dibagian pangkal menyerupai kuku

Page 5: daun coklat

binatang dan dibagian ujung berbentuk lembaran tipis

berwarna putih yang fleksibel.

Benang sari pada lingkaran luar disebut staminodia bersifat

steril, sedangkan 5 benang sari di lingkaran dalam bersifat fertile

(stamen). Letak benang sari berhadapan dengan daun mahkota.

Sepuluh benang sari tersebut bersatu pada pangkalnya. Tangkai

sari yang fertile membengkok keluar sehingga kepala sari

tersembunyi di dalam “mangkuk” yang dibentuk oleh mahkota

bunga.

Struktur bunga kakao. Staminodes (a), pistil (b), stamen (c), petal

(d), dan sepal (e).

Page 6: daun coklat

Bunga pada tanaman coklat memiliki kelamin dua

(hermaproditus), yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari

maupun putik. Bunga ini seringkali dinamakan bunga lengkap,

karena mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak (calyx)

dan mahkota (corolla). Kelopaknya (calyx) berwarna putih dengan

panjang 6-8 mm. kelopak ini berguna sebagai pelindung bunga.

Mahkota bunganya (corolla) mempunyai panjang 8-9 mm. Benang

sarinya (stamen) berbentuk periuk. Stamodia berwarna ungu tua.

Bakal buahnya (ovarium) beruang banyak (multilocularis) yaitu

bakal buah yang tersusun atas banyak daun buah yang berlekatan

dan membentuk banyak sekat-sekat sehingga terjadi banyak ruang-

ruang. Warna bunganya adalah merah.

5. Buah dan biji

Bentuk buah dan warna kulit buah sangat bervariasi,

tergantung pada kultivarnya. Namun pada dasarnya hanya ada dua

macam warna yaitu:

Buah yang ketika muda berwrna hijau/hijau agak putih, bila

sudah masak berwarna kuning, dan

Buah yang ketika masih muda berwarna merah, bila sudah

masak berwarna oranye.

Permukaan kulit buah ada yang halus da nada yang kasar,

tetapi pada dasarnya kulit buah beralur 10 yang letaknya berselang-

seling.

Page 7: daun coklat

3. Kandungan Kimia

Tanaman kakao kaya akan senyawa-senyawa kimia, antara lain :

asam asetat, alanin, alkaloid, arginin, asam askorbat, asam askorbat

oksidase, beta-karoten, kafein, katekin, katekol, selulosa, asam sitrat,

kumarin, sianidin, epigalokatekin, glukosa, glikosida, epikatekin,

leusin, lipase, nitrogen, asam hidroksifenil asetat, polifenol-oksida,

polifenol, asam stearat, sukrosa, tannin

Kulit buah kakao mengandung theobromin sekitar 0,4% b/b dan

kalium 3-4% b/b dalam sampel kering, pigmen kakao (campuran dari

flavanoid terpolimerasi atau terkondensasi meliputi antosianidin,

katekin, leukoantosianidin) yang kadang berikatan dengan glukosa,

karbohidrat berbobot molekul besar (polisakarida) dan berbobot

molekul rendah (monosakarida). Kulit buah kakao mengandung

polisakarida meliputi pektin, gom, dan selulosa

Selain itu coklat mengandung komponen fitokimia yang membantu

melawan radikal bebs yang dihasilkan oleh proses dalam tubuh,

terutama ketika sel dalam tubuh menggunakan oksigen untuk

menghasilkan energy. Sekitar 60% polifenol dalam bentuk

procyanidin, yang termasuk kelas flavonoid.

Polifenol kakao sebagai antioksidan menurut penelitian Arts dan

kawan-kawan tahun 1999 di Belanda, cokelat merupakan contributor

yang signifikan terhadap kandungan flavonoid dalam diet. Dalam

penelitian lain juga telah membuktikan manfaat procyanidin terhadap

kesehatan manusia.

Penelitian telah membuktikan kalau antioksidan dalam kakao

sangat stabil dan biasa dimetabolisme oleh tubuh. Biji kakao

mengandung 10.000 miligram per 100 gram antioksidan flavonol.

Artinya cokelat mengandung 10% konsentrasi kadar antioksidan.

Inilah membuat kakao merupakan sumber antioksidan terkaya

dibanding yang lain.

Page 8: daun coklat

Secara garis besar, biji cokelat mengandung lemak 31%,

karbohidrat 14% dan protein 9%. Protein cokelat kaya akan asam

amino triptofan, fenilanalin dan tyrosin. Meski cokelat mengandung

lemak tinggi namun relative tidak mudah tengik karena coklat juga

mengandung polifenol 6% yang berfungsi sebagai antioksidan

pencegah ketengikan. Cokelat juga mengandung karbohidrat (pati dan

bermacam-macam gula), lemak, protein, kalium, magnesium, kalsium,

natrium, zat besi, krom, dan vitamin A, B1 (tiamin), B2 (riboflavin),

D, dan E, juga mengandung kafein dan phenyletilamine.

Senyawa Polifenol

Polifenol adalah suatu senyawa yang mempunyai beberapa gugus

hidroksil (-OH) pada cincin aromatiknya. Polifenol kakao utamanya

flavonoid mempunyai potensi sebagai bahan antioksidan alami (6).

Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol alam yang dalam

tumbuhan merupakan aglikon mengandung 15 atom karbon yang

terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan menjadi satu oleh

rantai linier terdiri dari 3 atom C6 dan 3 atom karbon sehingga

mempunyai struktur dasar C6-C3-C6. Setiap atom C6 yang merupakan

cincin benzene yang dihubungkan dengan tiga karbon (C3) rantai

alifatis yang dapat pula membentuk cincin ketiga. Susunan ini dapat

menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau flavonoid,

1,2-diarilpropan atau isoflavonoid, dan 1,1-diarilpropan atau

neoflavonoid (25).

Gambar 1. Struktur Polifenol

Page 9: daun coklat

4. Kegunan

Selain memperbaiki fungsi peredaran darah, cokelat sebagai

sumber zat bioaktif antioksidan polifenol, khususnya flavonoid

memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Biji cokelat mengandung

banyak monomer epicatechin (flavonol), dan molekul procyanidin

(bentuk polimer). Fungsi flavonoid pada pada cokelat juga sebagai

antioksidan melalui mekanisme penangkapan senyawa radikal bebas

dan menghambat oksidasi enzim-enzim, seperti lipoxygenase. Dalam

hal ini procyanidin adalah penangkap radikal bebas yang efektif.

Selain memiliki efek antioksidan, cokelat juga mampu merangsang

system kekebalan tubuh, dengan memproduksi lebih banyak sitokin

(protein yang diproduksi sebagai bagian dari system imun tubuh)

B. Uraian Tumbuhan Keji Beling

1. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisi o : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Subclaas : Asteridae

Ordo : Scrophulariales

Family : Acanthaceae

Genus : Strobilanthes

Spesies : Strobilanthes sripus

2. Morfologi

Keji beling tumbuh liar di hutan, tepi sungai, tebinh-tebing dan

sering ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan atau taman.

Tanaman ini terdapat dari Madagaskar sampai Indonesia, yang tumbuh

pada ketinggian 50 m sampai 1.200 m pdl.

Tumbuhan semak ini memiliki tinggi 0,5-1 m. batang beruas,

berbentuk bulat, bercabang-cabang, berambut kasar dan berwarna

Page 10: daun coklat

hijau. Percabangan yang menyentuh tanah akan keluar akar sehingga

bias dipisahkan dari tanaman induk. Daun tunggal, bertangkai pendek,

dengan letak berhadapan. Helaian daun lanset memanjang atau hamper

jorong, tepi bergerigi atau beringgit, ujung meruncing, pangkal

runcing, kedua permukaan kasar, pertulangan menyirip, panjang 9-18

cm, lebar 3-8 cm, dan berwarn hijau. Perbungaan majemuk, berkumpul

dalam bulir padat. Mahkota bunga berbentuk corong, terbagi 5,

panjang 1,5-2 cm, berambut dan berwarna kuning. Buah berbentuk

gelendong, berisi 2-4 biji. Biji bulat, pipih, kecil-kecil, berwarna

coklat. (Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 4; 38-40)

Kulit luar berwarna ungudengan bintik-bintik hijau dan apabila

menjadi tua berubah menjadi coklat.Daun ngokilo berbentuk bulat

telur, pada tepinya bergerigi dengan jarak agak jarang, berbulu halus

hampir tak kelihatan. Panjang helaian daun (tanpatangkai) berkisar

antara 5 - 8 cm (ukuran normal) dan lebar daun kira-kira 2 -5 cm.

Tumbuhan ini mudah berkembang biak pada tanah subur,

agak terlindung dan di tempat terbuka.

Syarat tumbuh:

a. Iklim

Ketinggian tempat: 1 m-1000 m di atas permukaan laut

Curah hujan tahunan: 2.500 mm-4000 mm/tahun

Bulan basah (diatas 100 mm/bulan): 8 bulan-9 bulan

Suhu udara : 200-250°C

Kelmbapan: sedang

Penyinaran : sedang

b. Tanah

Tekstur : pasir sampai liat

Drainase : sedang

Kedalaman air tanah : 25 cm dari permukaan tanah

Page 11: daun coklat

Kedalaman perakaran : 5 cm dari permukaan tanah

Kemasaman : 5,5-7

(Daftar Tananam Obat Indonesia)

3. Kandungan Kimia

Daun keji beling mengandung saponin, flavonoid, glikosida, sterol,

golongan terpen,lemak dan mineral (kalium dengan kadar tinggi, asam

silikat, natriun, kalsium). Kalium bersifat diurretik kuat serta dapat

melarutkan batu yang terbentuk dari garam kalsium oksalat dan

kalsium karbonat pada kandung empedu, kandung kencing dan ginjal.

Asam silikat dapat merangsang lambung sehingga penderita sakit

lambung (gastritis) tidak dapat meminum rebusan tanaman ini.

(Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 4; 39)

4. Kegunan

Tanaman keji beling diambil daunnya yang diolah menjadi simplisia

atau sebagai daun segar, digunakan sebagai bahan racikan jamu atau

obat-obat tradisional. Sebagai tanaman obat, keji beling bisa

menyembuhkan beberapa jenis penyakit antara lain batu ginjal, batu

empedu,diabetes,ambeien,kholesterol,sembelit,dll.

Kalium pekat yang terkandung dalam keji beling bisa meluruhkan batu

ginjal dan batu empedu. Unsur-unsur yang terkandung dalam daun keji

beling yang bersifat diuretic dapat memperlancar sekresi gula dalam

darah, menghancurkan gumpalan kholesterol dalam darah, membantu

memperlancar proses pembuangan tinja yang keras sehingga bisa

berfungsi sebagai pencahar. Disamping itu kandungan anti racun yang

disinyalir terdapat dalam daun keji beling dapat menyembuhkan sakit

akibat gigitan ular berbisa atau semut hitam.

Daun keji beling dapat digunakan untuk mengobati beberapa

penyakit sebagai berikut:

Page 12: daun coklat

1. Batu ginjal

Cuci 50 g daun keji beling, 7 batang meniran segar dan 7

lembar daung ungu sampai bersih, lalu rebus dengan 4 gelas air

sampai menjadi 2 gelas. Setelah dingin, saring air rebusan dan

minum tiga kali sehari masing-masing 2/3 gelas.

2. Batu kandung kencing

Cuci segenggam daun keji beling dan 1 tongkol jagung

muda, lalu rebus dengan 2 liter air bersih sampai tersisa 1 liter.

Setelah dingin saring air rebusan dan minum pada pagi hari dan

sore hari masing-masing ½ gelas.

3. Batu kandung empedu

Cuci 5 lembar daun keji beling segar, 7 lembar daun ungu

segar, sampai bersuh, lalu rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 2

gelas air. Air rebusan diminum seperti teh.

4. Kencing kurang lancer

Cuci 25 g daun keji beling segar sampai bersih kemudian

direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin, saring

air rebusan lalu minum sekaligus. Lakukan pada pagi hari atau

siang hari.

5. Kencing manis

Rebus 40 g daun keji beling segar, dengan 6 gelas air

sampai air tersisa 3 gelas (untuk 3 hri). Setelah dingin saring air

rebusan dan diminum tig kali sehari masing-masing 1 gelas.

6. Sembelit

Cuci setengah genggam daun keji beling segar sampai

bersih, lalu rebus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah

dingin, saring air rebusan dan minum dua kali sehari masing-msing

½ gelas.

Page 13: daun coklat

7. Wasir

Rebus 40 g daun keji beling segar, dengan 6 gelas air sampai air

tersisa 3 gelas (untuk 3 hri). Setelah dingin saring air rebusan dan

diminum tig kali sehari masing-masing 1 gelas.

(Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 2;21-22)

Selain itu keji beling juga dapat mengobati tumor, diabetes

mellitus, lever, kolesterol, maag,kena bias ulat dan semut hitam.

Contoh pemanfaatannya untuk penyakit tumor, diabetes mellitus

dan lever daun keji beling mentah dan segar 3 lembar dimakan

sebagai lalapan setiap hari dan secara teratur.

(Daftar Tanaman Obat Indonesia)

Page 14: daun coklat

DAFTAR PUSTAKA

Panggabean, T. Wahyudi, T.R dan Pujiyanto. Panduan Lengkap Kakao.Penebar

Swadaya:Jakarta.2008

Hariana,Arief. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Penebar Swadaya:

Jakarta.2008.

Dalimartha,Setiawan.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4 Volume 4.Puspa

Swara:Jakarta.2006

Tim CoData Indonesia. Daftar Tanaman Obat Indonesia.2000

Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putman, J. E., Jacbsen, L. B., Nicols, D. E., and

McLaughlin, J. L. Brine Shrimp : A Comvenient general Bioassay

For Active Plant Constituents. Plant Medica : 1982

Darmono, dkk. Sensitivitas Metode Bioautografi Kontak dan Agar Overlay dalam

Penentuan Senyawa Antikapang. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.

Jakarta: 2008

Khurniasari, D. W.. Potensi antikanker Senyawa Bioaktif Ekstrak Kloroform Dan

Metanol Makroalgae Sargassum duplicatum J. Agardh. Skripsi,

Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Jogjakarta. Jogjakarta:

2004

Wag man , G .H . dan We i ns t e in , M. J . 1973 . Chr oma tog rap hy o f

An t ib io t i c s . Journal of Chromatography, Elsifier, scientic

Publishing company: New York

Zweig,G.and J.R.Whitaker, Paper Chromatography and Electrophoresis,volume

2, Academic Press, New York and London.1971