bab iii deskripsi wilayah 3.1 deskripsi umum lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/bab iii.pdf ·...

17
42 BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 3.1.1 Deskripsi Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro memiliki luas sejumlah 230.706 Ha, dengan jumlah penduduk sebesar 1.176.386 jiwa merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur dengan jarak kurang lebih 110 Km dari ibu kota Propinsi Jawa Timur dan terletak pada 111o 25’ dan 112o 09’ BT serta 6o 59’ dan 7o 37’ LS. Topografi Kabupaten Bojonegoro menunjukan bahwa disepanjang daerah aliran sungai Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah, sedangkan di bagian selatan merupakan dataran tinggi disepanjang Gunung Pandan, Kramat dan Gajah. Dari wilayah seluas di atas, sebanyak 40, 15 persen merupakan hutan negara, sedangkan yang digunakan untuk sawah tercatat sekitar 32, 58 persen. Kabupaten Bojonegoro memiliki perbatasan dengan daerah lain yaitu: Utara : Kabupaten Tuban Timur : Kabupaten Lamongan Selatan : Kabupaten Madiun, Jombang dan Nganjuk Barat : Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah). (N.N, Kondisi Geografis Kabupaten Bojonegoro. Tersedia dalam www.bojonegorokab.go.id. Diakses pada 22 Juni 2019.

Upload: others

Post on 30-Apr-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

42

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH

3.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

3.1.1 Deskripsi Kabupaten Bojonegoro

Kabupaten Bojonegoro memiliki luas sejumlah 230.706 Ha,

dengan jumlah penduduk sebesar 1.176.386 jiwa merupakan bagian

dari wilayah Propinsi Jawa Timur dengan jarak kurang lebih 110 Km

dari ibu kota Propinsi Jawa Timur dan terletak pada 111o 25’ dan

112o 09’ BT serta 6o 59’ dan 7o 37’ LS. Topografi Kabupaten

Bojonegoro menunjukan bahwa disepanjang daerah aliran sungai

Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah, sedangkan di

bagian selatan merupakan dataran tinggi disepanjang Gunung Pandan,

Kramat dan Gajah.

Dari wilayah seluas di atas, sebanyak 40, 15 persen merupakan

hutan negara, sedangkan yang digunakan untuk sawah tercatat sekitar

32, 58 persen. Kabupaten Bojonegoro memiliki perbatasan dengan

daerah lain yaitu:

Utara : Kabupaten Tuban

Timur : Kabupaten Lamongan

Selatan : Kabupaten Madiun, Jombang dan Nganjuk

Barat : Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah).

(N.N, Kondisi Geografis Kabupaten Bojonegoro. Tersedia dalam

www.bojonegorokab.go.id. Diakses pada 22 Juni 2019.

Page 2: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

43

3.1.2 Deskripsi Wilayah Kecamatan Kedewan

Kecamatan Kedewan termasuk wilayah geografis Kabupaten

Bojonegoro yang terdiri dari lima desa dan terletak di sebelah barat pusat

pemerintahan Kabupaten Bojonegoro. Desa tersebut adalah Kawengan,

Wonocolo, Hargomulyo, Kedewan, Beji. Luas wilayah 56,51 Km2 terdiri dari

dataran tinggi di sepanjang Bengawan Solo, yang dihuni oleh 3.316 kepala

keluarga dan berpenduduk 12.619 jiwa.

Adapun batas-batas adminitrasi kecamatan kedewan adalah sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

Sebelah Timur : Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro

Sebelah Selatan : Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro.

Sebelah Barat : Kecamatan Cepu Kabupaten Blora.

3.1.3 Deskripsi Wilayah Wonocolo

a. Letak Geografis

Dari Letak Geografis sendiri, Wonocolo salah satu desa

yang ada di Kecamatan Kedewan. Wonocolo ini terletak di dataran

yang tinggi atau dipegunungan yang memiliki luas 140.002 Ha

atau 11,37km2, berjarak 5 km dari Kecamatan Kedewan dan 58km

dari Kota Bojonegoro, dan memiliki sawah 5 hektare dan tanah

yang kering sekitar 1.113Ha.

Page 3: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

44

Adapun batas-batas desa Wonocolo sebagai berikut :

Tabel 3.1

Batas Wilayah Desa Wonocolo

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Kaligede Senori-Tuban

Sebelah Selatan Sekaran Kasiman

Sebelah Timur Kawengan Kedewan

Sebelah Barat Kedewan Kedewan Sumber : Daftar Isian Tingkat Potensi dan Tingkat Perkembangan desa dan

kelurahan Wonocolo Tahun 2015.

Tanah sawah yang tidak luas mengakibatkan Masyarakat tidak

memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi Penambang minyak

tradisional. Sawah sebagai penghasilan bahan makanan pokok berupa

beras seharusnya mampu menopang perekonomian masyarakat, namun

struktur tanah didesa Wonocolo adalah tandus dan berkapur sehingga

hanya cocok ditanami oleh pohon-pohon besar dan berkayu. Letak

pemukiman yang dikelilingi oleh hutan pohon jati banyak membantu

kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan

daun-daun jati yang dijual sebagai bungkus ketika berbelanja, akar-akar

pohon yang sudah mati (rencek) dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar

untuk memasak minyak mentah.

b. Prasarana Umum Desa

Jalan lingkungan yang menghubungkan anatar dukuh didesa

Wonocolo sebagaian sudah diaspal, sebagian sudah dicor dan ada juga

jalan masih makadam. Fasilitas pendidikan yang ada terdiri dari sebuah

Playgroup, TK dan SD untuk melanjutkan sekolah setingkat SMP, anak-

anak desa Wonocolo harus keluar dari desa Wonocolo. SMP nya berada di

Page 4: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

45

Kedewan atau di Kasiman, untuk tingkat SMA biasanya anak-anak desa

Wonocolo melanjutkan SMA nya di Kecamatan Kasiman, Kota Cepu atau

Kota Bojonegoro, karena dikecamatan Kedewan tidak tersedia. Fasilitas

kesehatan yang ada didesa Wonocolo yaitu Puskesmas. Pembantu dan

sebuah Balai Pengobatan. Sedangkan Posyandu yang ada sebanyak 2

buah. Sedangkan fasilitas olahraga berupa lapangan sepak bola.

3.2 Gambaran Umum Tentang Penambang Minyak Tradisional

Wonocolo secara administrasi masuk wilayah Kabupaten

Bojonegoro, ±17 Km sebelah Timur Laut Kota Cepu. Sumur-sumur minyak

bumi yang ada di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten

Bojonegoro telah ada sejak Jaman Belanda pada tahun 1894, sumur-sumur

minyak tua di Wonocolo merupakan salah satu saksi penjajahan yang

dilakukan oleh Belanda kepada Indonesia. Sumur-sumur tersebut digunakan

dan dioperasikan fungsinya oleh Belanda sejak pada jaman penjajahan,

Setelah Belanda kalah perang dan sebelum meninggalkan Indonesia,

Belanda menimbun sumur-sumur minyak itu dengan tanah karena Belanda

tidak ingin bangsa Indonesia menggunakan dan menikmati hasil minyak

dari sumur-sumur itu. Akhirnya dengan berbekal peta lama yang memuat

denah dengan lokasi titik-titik sumur minyak, warga dengan bekerja secara

berkelompok dan bersama-sama kemudian mencari, menggali, dan

menambang sumur minyak itu.

Penambangan minyak tradisional yang dilakukan oleh rakyat

Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro tidak bisa lepas

dari sejarah pertambangan Blok Cepu, sejak zaman Belanda pada tahun

Page 5: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

46

1894. Pemerintahan Kolonial Belanda masih melakukan penambangan

minyak tradisonal di Wonocolo banyak menggunakan tenaga kerja

penduduk lokal dengan memanfaatkan warga setempat, secara turun

temurun warga setempat melakukan usaha penambangan minyak

tradisional. Setelah ditinggalkan Belanda karena pindah ke Kawengan,

sumur di Wonocolo tersebut ditambang oleh warga sampai sekarang.

Proses pertama yang dilakukan dalam penambangan adalah proses

pembukaan sumur tua. Masyarakat desa yang tergabung dalam kelompok

penambangan melakukan pembukaan sumur secar gotong royong, dalam

kelompok pembukaan sumur terdapat 30-70 Penambang. Proses

pembukaan sumur tua memerlukan waktu yang sangat panjang dari satu

bulan sampai satu tahun bahkan lebih. Pada masa-masa pembukaan inilah

yang dirasakan sangat berat bagi penambang, selain menerima resiko

kegagalan, mereka belum menikmati hasilnya sama sekali. Oleh karena itu

masyarakat Desa Wonocolo yang tergabung dalam kelompok penambang

mengatur jadwal kerja pembukaan sumur tua disesuaikan dengan

kesibukan yang pada umumnya adalah petani.

Sumur tua yang ada di Desa Wonocolo sebenarnya banyak yang

sudah dibor sebelum tahun 1969. Penambang berpendapat bahwa jumlah

sumur tua di Desa Wonocolo mencapai ratusan tetapi sumur tua tersebut

tidak dapat diketemukan keseluruhannya walapun sudah dilakukan

pencarian, karena pipa pipa baja sebagai penanda sudah tidak ada, sebagian

lainnya ditemukan karena adanya tanda khusus di sekitar sumur biasanya

ada bekas cor-coran semen, cesing penutup sumur ada juga yang

Page 6: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

47

menyembul dipermukaan tanah. Meski menyengsarakan rakyat Indonesia

namun penjajah Belanda ada baiknya juga, karena sumur minyak yang

penah dibor tidak langsung secra permanen, tetapi hanya ditutup dengan

tutup semen cor sehingga masih dapat dikenali bahwa itu sumur bekas

pengeboran pada zaman Belanda.

3.2.1 Lokasi

3.1 Gambar

Lokasi Penambangan Minyak Tradisional

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Lokasi penambangan minyak tradisional yang ada di Desa

Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro disinilah

para penambang minyak tradisional mengeksplorasi minyak

mentah dan memasak minyak mentah tersebut, para penambang

minyak tradisional merupakan penduduk lokal atau masyarakat

setempat. Hampir semua penduduk lokal bekerja sebagai

penambang.

Page 7: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

48

3.2.2 Kondisi Ekosistem

a. Sungai

Keberadaan sungai akibat aktifitas penambangan sumur

minyak tua atau minyak mentah yang ditengarai dari sumur

minyak tua di Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro,

Jawa Timur mencemari sungai yang bermuara di Bengawan

Solo.

Sungai tersebut berada di perbatasan antara Desa

Batokan, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro dengan

Kelurahan Ngelo, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa

Tengah. Lantung itu mengalir bercampur dengan aliran sungai

sehingga menjadikan warna air berubah kecokelatan dan

menimbulkan bau tak sedap. Namun hingga saat ini belum ada

pihak terkait yang bisa dimintai keterangan terkait tercemarnya

air sungai oleh lantung yang diduga berasal dari penambangan

sumur minyak tua tersebut.

b. Tanah

Jenis tanah yang berada di Desa Wonocolo merupakan

jenis tanah kapur. Para Petani di Desa Wonocolo berbeda

dengan petani pada umumnya, karena struktur tanah di Desa

Wonocolo adalah tanah kapur yang tidak cocok digunakan

untuk lahan pertanian, maka yang dimaksudkan petani disini

adalah penduduk yang bekerja dengan memanfaatkan hasil

Page 8: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

49

hutan seperti ranting kayu, akar pohon yang sudah mati yang

dipergunakan untuk membantu proses penyulingan minyak

mentah.

c. Udara

Produksi minyak bumi yang dilakukan secara

tradisional tanpa adanya pengelolaan sesuai standart

operasional procedure akan menimbulkan dampak di

lingkungan sekitar. Menurut Pertamina (2012), eksploitasi

produksi minyak bumi melibatkan aspek kegiatan yang

beresiko terjadi pencemaran. Eksploitasi dalam membongkar

permukaan bebatuan atau tanah dengan kegiatan proses

pengambilan bijih dan peleburan serta penyulingan minyak

dapat menyebabkan hamburan dan penimbunan sejumlah besar

logam seperti HG, Cd, Pb dan As ke saluran pembuangan

disekitarnya (Nur, 2013).

Minyak bumi serta turunannya merupakan salah satu

contoh dari hidrokarbon yang banyak digunakan oleh manusia

dan berpotensi mencemari lingkungan (Notodarmojo 2005).

Menurut Hadi (2004), minyak bumi mengandung senyawa

belerang 0-6%, nitrogen 0-0.5%, dan oksigen 0-3.5%, dimana

senyawa belerang yang ada dapat menyebabkan korosi dan

pencemaran udara.

Kualitas udara yang berada di Desa Woncolo berupa

logam berat yang diemisikan ke udara berbentuk partikel-

Page 9: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

50

partikel kecil yang disebabkan oleh pemuaian dengan suhu

tinggi. Sifat logam serta perpindahannya ke udara bergantung

pada sifat fisik dan kimia yang dimiliki oleh masing-masing

logam, ukuran partikel, perubahan angin dan kecepatan angin

serta kondisi cuaca. Logam berat yang berbentuk partikel

sebagian akan menempel pada tanaman, salah satunya pada

bagian daun, partikel tersebut akan terserap ke dalam ruang

stomata (Dahlan, 2003). Pencemaran logam berat oleh gas yang

dihasilkan kegiatan pertambangan selain dapat berpengaruh

terhadap kehidupan hewan dan manusia juga dapat

mempengaruhi fisiologis tanaman secara langsung.

Kemampuan masing-masing tanaman dalam menyesuaikan

lingkungannya terhadap pencemaran yaitu berbeda-beda

sehingga dapat menyebabkan perbedaan tingkat kepekaan.

Menurut Solichatun (2007), salah satu cara pemantauan

pencemaran udara adalah dengan menggunakan tanaman

bioindikator yang umumnya adalah tanaman yang dalam suatu

ekosistem berinteraksi dengan lingkungan dengan

menunjukkan perubahan pada morfologi, anatomi, biokimia

maupun fisiologi. Perubahan yang terlihat dapat berupa

nekrosis, klorosis, perubahan bentuk daun, atau yang dapat

secara cepat terlihat dan terukur mendeteksi keberadaan

polutan di dalam jaringan tanaman.

3.2.3 Kondisi Sosial

Page 10: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

51

a. Mata Pencaharian

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Kerja (10 Tahun keatas) menurut Jenis

Usaha ditiap Desa dalam Wilayah Kecamatan Kedewan

Tahun 2009

Mata Pencaharian Desa Wonocolo

Karyawan/ABRI 13

Tani 229

Pedagang 37

Pertambangan 130

Buruh Tani 72

Pertukangan 28

Industri 12

Lainnya 58

Jumlah 579

“Sumber BPS Kecamatan Kedewan”

Dilihat dari tabel diatas yang ada di Desa Wonocolo

selain menambang kehidupan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan tercermin dari aktifitas warga dan keberadaan

masyarakat Wonocolo untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

Dalam tabel diatas jumlah penambang ada 130 orang dibagi 6

kelompok, 1 kelompok penambang terdiri 25 orang dan jumlah

pengepul terdiri dari 6 pengepul. Dampak ekonomi yang

terlihat dari adanya penambangan tidak begitu munonjol karena

hasil yang diperoleh oleh warga sebagai penambang harus

diserahkan ke PT. Pertamina dengan harga yang mengikuti

kebijakan Pertamina melalui KUD Sumber Pangan sebagai

mitra Pertamina dalam melakukan eksplorasi penambangan

minyak pada sumur-sumur tua.

b. Tradisi

Page 11: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

52

Kebudayaan di Indonesia yang beraneka khususnya

yang ada di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten

Bojonegoro, adat atau tradisi kebudayaan yang masih ada

hingga saat ini di desa maupun di perkampungan, apalagi

daerah yang adat istiadatnya masih kental.

Tradisi yang berada di Wonocolo adalah tradisi

manganan atau sedekah bumi atau bisa disebut nyaderan yang

pelaksanaannya dengan nenek moyang yang dulunya menganut

kepercayaan animisme dan dinamisme, ada juga yang

mengakulturasi antara kebudayaan nenek moyang dengan

ajaran islam. Manganan sendiri ini merupakan adat yang

dilakukan masyarakat Wonocolo dengan sesaji yang ditaruh ke

punden. Sebagai tradisi peninggalan nenek moyang ditengah-

tengah keadaan manusia yang sudah modern dan bagaimana

perkembangan tradisi manganan sebagai tradisi yang kental

oleh masyrakat Wonocolo.

Untuk sejarah manganan ini sendiri berasal dari orang

terdahulu, khususnya masyarakat petani yang bersyukur atas

nikmat yang diberikan oleh Allah SWT atas hasil panen yang ia

miliki. Ciri khas manganan ini sendiri adalah diadakan

ditempat dimana berkeramat , ini bertujuan untuk pelaksanaan

tradisi manganan dengan mengucapakan rasa syukur atas

karunia Tuhan dari hasil panen dan memohon untuk panen

selanjutnya bisa melimpah.

Page 12: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

53

Akan tetapi saat ini masyarakat Wonocolo menganut

ajaran Islam yang melarang menyembah Tuhan selain Allah

SWT, jadi sekarang tradisi ini diselipkan dengan pembacaan

do’a kepada Allah SWT, karena nenek moyang dulu mengantu

ajaran animisme dan dinamisme. Penyelengaraan manganan ini

sendiri ini berbeda DesaWonocolo sendiri melakukan

manganan ditempat keramat, dimana tempat ini merupakan

makam nenek moyang dulu dengan meletakkan sesaji lalu ada

tokoh desa yang memimpin ritual yang mengucap mantra

dalam bahasa daerah yang bermakna untuk memohon

keselamatan desa dan keberkahan desa, setelah itu dilanjutkan

oleh pementasan Wayang atau tayub.

Adat kebudayaan merupakan identitas disetiap wilayah

dan daerah, secara tidak langsung adat atau tradisi ini sendiri

mencerminkan bagaimana situasi dan kondisi daerah itu

sendiri. Hal ini merupakan manganan sebagai salah satu

budaya yang sampai saat ini masih dilaestaraikan adalah

cerminan identitas Desa Wonocolo.

3.2.4 Kondisi Politik

a. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro

Fokus kebijakan tata kelola penambangan kawasan

sumur tua Wonocolo selama ini terbatas pada aspek formal

kelembagaan ekonomi dan prinsip tata kelola pertambangan

Page 13: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

54

yang baik (good mining governance). Kebijakan penataan

penambangan dan pelaku penambang belum memperhatikan

hubungan sosial kultural yang hidup dalam masyarakat.

Kebijakan tata kelola pelaku penambang belum mengadopsi

rantai produksi tradisional yang sudah berjalan di Wonocolo.

Penambangan minyak secara tradisional di kawasan

sumur tua di Wonocolo telah berlangsung sejak lama. Peralihan

kekuasaan dari pemerintah kolonial Belanda telah

meninggalkan teknologi perminyakan yang penggunaannya

kemudian dikembangkan oleh masyarakat Wonocolo.

Pengelolaan minyak secara mandiri yang awalnya kekuasaan

berpusat di Kepala desa, kemudian melahirkan aktor-aktor kuat

lokal yang sentral dalam pengelolaan dan penataan sarana

produksi minyak mentah secara tradisional. Walaupun

demikian, sejak dikeluarkannya Permen No. 1 Tahun 2008,

Keberadaan KUD Bogo Sasono yang dibentuk oleh paguyuban

penambang kemudian berperan sebagai lembaga ekonomi

formal yang melakukan proses angkut hasil minyak mentah ke

Pertamina. Sejak 2017, Melalui BUMD, selain menjalankan

perannya sebagai lembaga ekonomi formal dalam proses

angkat angkut minyak di Wonocolo.

Pemerintah daerah juga menerapkan tata kelola

pertambangan yang baik, yang selama ini dianggap belum

dilakukan dalam rantai produksi minyak mentah di Wonocolo.

Page 14: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

55

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran BUMD belum

bisa secara maksimal ‘merangkul’ semua penambang di

kawasan sumur minyak tua. Hal ini dikarenakan Pemda melalui

BUMD kurang memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang

terbentuk di Wonocolo, dimana jaringan-jaringan hubungan

produksi ekonomi dalam aktivitas penambangan sumur-sumur

tua bekerja dalam hubungan sosial tradisional yang berkaitan

dengan ketergantungan dan penguasaan oleh aktor kuat lokal.

Sementara itu, inisiasi pariwisata berbasis tambang

yang dikembangkan oleh warga lokal, didukung oleh Pertamina

dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, sejauh ini mampu

membangun komunikasi dan menggalang dukungan bagi

pengembangan pariwisata dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

kertas kebijakan ini akan memberikan rekomendasi ke

Pemerintah Daerah untuk mengambil fungsi yang lebih

minimal dan berperan sebagai fasilitator yang tugas utamanya

adalah memudahkan warga dalam mendorong pembangunan

dan pengelolaan kawasan sumur minyak tua di Wonocolo.

b. Kebijakan Penambangan

Kebijakan mencakup deskripsi tentang kebijakan dan

bagaiamana ia berkembang dalam hubungannya dengan

kebijakan sebelumnya (Parsons, 2008). Berbagai kebijakan

yang berkaitan tentang pengelolaan sumur tua diterapkan untuk

Page 15: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

56

dapat melihat bagaimana implementasi dan implikasi

dilapangan dapat membantu dalam penyusunan strategi

kebijakan dalam pengelolaan sumur tua.

a. Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

Pada tanggal 23 Nopember 2001 telah diundangkan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan

Gas Bumi. Pasal 4 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa

penguasaan atas migas tetap berada pada Negara, namun

pelaksanaanya diselengarakan oleh pemerintah sebagai

pemegang kuasa pertambangan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1

angka , kuasa pertambangan adalah wewenang yang diberikan

negara kepada pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan

Eksplorasi dan Eksploitasi Pertamina sesuai dengan Undang-

Undang tersebut berperan sebagai pelaksana usaha mulai hulu

sampai hilir.

Secara khusus persoalan sumur tua diatur dalam

Permen ESDM no. 01 tahun 2008 tentang Pengusahaan

Pertambangan Minyak Bumi pada sumur tua yang memberikan

peluang kepada KUD atau BUMD untuk mengelola sumur tua

setelah menjalin perjanjian kerjasama dengan kontraktor yang

diketahui oleh Badan Pelaksana dalam Permen tersebut juga

disebutkan bahwa semua produksi dari sumur tua harus

diserahkan kepada kontraktor dengan mutu dan spesifikasi

Page 16: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

57

tertentu. Kedua hal tersebut sulit dilaksanakan saat ini karena

kemampuan yang terbatas dari penambang tradisional dalam

hal mutu hasil minyak mentah yang diproduksi.

b. Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi

Usaha hilir minyak bumi meliputi pengolahan,

pemurnian, pengangkutan, penyimpanan dan niaga seperti yang

ditentukan oleh Undang-Undang no. 22 tahun 2001 pada pasal

23. Dalam undang-undang tersebut disebutkan Pertamina

merupakan pelaksana usaha dari kegiatan sesuai yang

disebutkan pasal 23.

Penyulingan yang dilakukan oleh masyarakat pada

kasus pengelolaan sumur tua di Desa Wonocolo pada dasarnya

merupakan usaha pengolahan seperti yang disebutkan pada

Undang-Undang no. 22 tahun 2001. Usaha ini secara kebijakan

hanya bisa dilakukan oleh Pertamina sebagai kuasa

pertambangan di wilayah blok Cepu, oleh karena itu semua

uasha penyulingan/pengolahan minyak mentah hasil

pertambangan rakyat di Desa Wonocolo merupakan kegiatan

Ilegal.

Distrusi/pengangkutan dan niaga/perdagangan minyak

olahan juga merupakan kegiatan usaha hilir dari pertambangan

minyak bumi yang telah diatur dalam pasal 23 Undang-Undang

no. 22 tahun 2001. Usaha hilir ini juga menetapkan bahwa

Page 17: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Deskripsi Umum Lokasi ...eprints.umm.ac.id/50387/4/BAB III.pdf · kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang

58

Pertamina merupakan pelaksana usahanya. Masalah yang

terjadi bukan masalah kegiatan pengangkutan dan

perdagangannya saja akan tetapi masalah standart mutu minyak

hasil olahan yang dilakukan secara tradisional ini belum pernah

dilakukan pengujian, jika ternyata standar mutunya tidak sesuai

dengan standart mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah

hal ini akan merugikan konsumen dan jika hal tersebut terjadi

maka Pertamina sebagai badan uasaha yang berwenang akan

menjadi pihak yang dirugikan.