meningkatkan motivasi belajar materi penghematan energi...

179
ISBN: 978 602 1150 17 7 617 MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF BERBANTUAN MEDIA PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI NGAGLIK 04 KOTA BATU Yudhi Herdianto SDN Ngaglik 04 Kota Batu [email protected] Abstrak: Tujuan pendidikan IPA adalah meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan, kebanggaan nasional, dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, memahami dan mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep IPA (Sains) dan saling keterkaitannya, menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah, dan mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Penelitian ini bertujuan membangkitkan minat balajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan penggunaan media pembelajaran yang menarik. Dengan menggunakan metode kooperatif dapat meningkatkan minat belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pada siklus I dengan 61% dan pada siklus II 82%; (2). Penggunaan media yang tepat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang menunjukkan partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran dan rata-rata jawaban siswa dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa merasa senang dengan penggunaan metode kooperatif berbantuan media sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar. Kata kunci : pembelajaran kooperatif, media Pembelajaran IPA (Sains) di Sekolah Dasar bertujuan mempelajari perilaku kehidupan benda dan energi serta keterkaitan konsep dan penerapannya dalam kehidupan nyata. Pembelajaran IPA (Sains) di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa dapat meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan, kebanggaan nasional, dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, memahami dan mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep IPA (Sains) dan saling keterkaitannya, menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah, dan mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. (Depdikbud,1993:1) Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu disiplin ilmu yang dapat membantu mengembangkan potensi siswa dalam proses belajar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Nasution dan Budiastra (Dalam Ekawati, 2010: 8) mendefinisikan; “IPA sebagai pendekatan untuk mengerti kejadian-kejadian yang langsung di alam semesta. Mengubah kejadian yang sangat kompleks menjadi lebih sederhana. Jadi yang perlu diperhatikan disini bahwa IPA cenderung untuk menyederhanakan kejadian-kejadian yang kompleks di alam semesta kedalam begian-bagian yang lebih kecil dan sederhana sehingga lebih mudah untuk mempelajarinya dan lebih mudah di mengerti” Dengan demikian untuk menciptakan pembelajaran yang tepat dibutuhkan suatu formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja menyeluruh dalam arti proses belajar melibatkan aktivitas siswa. Menurut Kauchak dan Eggen (dalam Prihatiningsih) pembelajaran kooperatif

Upload: trankiet

Post on 06-Feb-2018

271 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

617

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENGGUNAKAN

METODE KOOPERATIF BERBANTUAN MEDIA PADA SISWA KELAS III

SEKOLAH DASAR NEGERI NGAGLIK 04 KOTA BATU

Yudhi Herdianto

SDN Ngaglik 04 Kota Batu

[email protected]

Abstrak: Tujuan pendidikan IPA adalah meningkatkan kesadaran akan kelestarian

lingkungan, kebanggaan nasional, dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang

Maha Esa, memahami dan mengembangkan keterampilan proses untuk

memperoleh konsep-konsep IPA (Sains) dan saling keterkaitannya, menumbuhkan

nilai dan sikap ilmiah, dan mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Penelitian ini bertujuan

membangkitkan minat balajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang

tepat dan penggunaan media pembelajaran yang menarik. Dengan menggunakan

metode kooperatif dapat meningkatkan minat belajar siswa yang ditandai dengan

peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pada

siklus I dengan 61% dan pada siklus II 82%; (2). Penggunaan media yang tepat

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil

pengamatan yang menunjukkan partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran

dan rata-rata jawaban siswa dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa

merasa senang dengan penggunaan metode kooperatif berbantuan media sehingga

mereka lebih termotivasi untuk belajar.

Kata kunci : pembelajaran kooperatif, media

Pembelajaran IPA (Sains) di Sekolah Dasar bertujuan mempelajari perilaku kehidupan

benda dan energi serta keterkaitan konsep dan penerapannya dalam kehidupan nyata. Pembelajaran

IPA (Sains) di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa dapat meningkatkan kesadaran akan kelestarian

lingkungan, kebanggaan nasional, dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, memahami

dan mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep IPA (Sains) dan saling

keterkaitannya, menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah, dan mengembangkan daya penalaran untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. (Depdikbud,1993:1)

Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Salah satu disiplin ilmu yang dapat membantu mengembangkan potensi siswa dalam proses belajar

yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Nasution dan Budiastra (Dalam Ekawati, 2010: 8) mendefinisikan; “IPA sebagai pendekatan

untuk mengerti kejadian-kejadian yang langsung di alam semesta. Mengubah kejadian yang sangat

kompleks menjadi lebih sederhana. Jadi yang perlu diperhatikan disini bahwa IPA cenderung untuk

menyederhanakan kejadian-kejadian yang kompleks di alam semesta kedalam begian-bagian yang

lebih kecil dan sederhana sehingga lebih mudah untuk mempelajarinya dan lebih mudah di mengerti”

Dengan demikian untuk menciptakan pembelajaran yang tepat dibutuhkan suatu formula

bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja menyeluruh dalam arti proses belajar melibatkan

aktivitas siswa. Menurut Kauchak dan Eggen (dalam Prihatiningsih) pembelajaran kooperatif

Page 2: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

618

merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam

mencapai tujuan. Begitu juga Slavin (dalam Prihatiningsih 2003) mengemukakan bahwa dalam

pembelajaran kooperatif siswa siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang merupakan gabungan

murid-murid yang berbeda kemampuan, menggunakan berbagai macam aktifitas pembelajaran guna

meningkatkan pemahaman mereka terhadap suatu subyek. Setiap angota tim tidak hanya bertanggung

jawab untuk mempelajari apa yang diajarkan, tapi juga membantu teman setimnya untuk

belajar.Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode dimana siswa belajar bersama-sama dalam

kelompok dan anggota dan anggota kelompok tersebut saling bertanggung jawab satu dengan yang

lain (Wahyudi Siswanto. Subanji. 2010). Setelah berakhirnya proses pembelajaran biasanya diperoleh

hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi pembelajaran. Dari sisi guru tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak dari

proses belajar(Dimyati, 1999:3 dalam Purwanto J-TEQIP; 2010). Hasil belajar merupakan perubahan

tingkah laku yang berasal dari proses belajar hal ini sejalan dengan Sudjana(1999:25) yang

mengemukakan bahwa belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku atau ketrampilan yang

berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan aspek lain lewat serangkaian kegiatan membaca,

mengamati, mendengar, menulis dan lain-lain.

Hasil belajar dapat digolongkan pada hasil yang bersifat penguasaan sesaat dan penguasaan

berkelanjutan. Pengetahuan sesaat contohnya pengetahuan tentang fakta, teori, istilah-istilah pendapat

dan sebagainya. Hasil belajar berkelanjutan harus dilakukan secara terus menerus dalam hampir setiap

kegiatan belajar. Penguasaan berkelanjutan misalnya ketrampilan tertentu dalam mengolah suatu

produk, menyelesaikan perhitungan dan sebagainya. Dian Saputra(J-teqip:2011) Menurut kamus besar

bahasa Indonesia Motivasi berarti Dorongan. Sedangkan menurut Roosita(1995: 102) Motivasi adalah

dorongan dasar yang menggerakan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri

seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu. Menurut Dahar (1985:8) motivasi berfungsi

mengikat perhatian siswa, menggiatkan semangat belajar, menyediakan kondisi yang optimal untuk

belajar. Motivasi juga dapat berfungsi untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya, khususnya untuk menemukan jalan dalam mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini

diharapkan siswa dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dalam kelompoknya mengenai materi

pelajaran yang dipelajarinya.

Berdasarkan penyebab timbulnya ada dua jenis motivasi yaitu motivasi ekstrinsik dan

motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu sedangkan

motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari individu sendiri tanpa ada penegaruh tekanan dari

luar individu.Motivasi instrinsik jauh lebih kuat dari pada motivasi ekstrinsik karena timbulnya

motivasi instrinsik sepenuhnya disadari oleh individu yang terlibat tanpa desakan atau dorongan

apapun.

Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik

antara lain kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk

meningkatkan mutu belajarnya, berusaha memperbaiki hasil mutu yang telah dicapai sebelumnya dan

mengatasi mutu orang lain. Dengan demikian diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi

yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari laur, misalnya

adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai

motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan

menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan

meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah perubahan energi

dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

tujuan.

Page 3: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

619

Karakteristik siswa kelas III sebagian besar kurang memilki semangat belajar terutama pada

pelajaran IPA. Hal ini tentu tidak sebanding dengan semangat orangtuanya untuk membantu siswa

belajar. Pembelajaran yang dilakukan selama kurang memanfaatkan media walau telah banyak media

pembelajaran namun karena kurangnya pengetahuan guru dalam mengoprasikan peralatan/media

belajar membuat guru kesulitan dalam belajar.Metode yang digunakan selama ini kurang dapat

menyentuh pada pembelajaran yang memang diperlukan anak-anak, dimana anak belajar terlihat

apatis, bosan, dan tidak bersemangat.Sadiman (2012: 7) berpendapat bahwa media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga

proses belajar terjadi. Berdasarkan batasan mengenai media di atas, maka dapat dikatakan bahwa

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya

proses belajar.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada siswa kelas III SDN Ngaglik 04

Kecamatan Batu, diperoleh informasi bahwa penguasaan konsep dan pemahaman meteri penghematan

energi mata pelajaran IPA pada siswa kelas III SDN Ngaglik 04 masih rendah karena belum mencapai

KKM (Kriteia Ketuntasan Minimal). KKM untuk mata pelajaran IPA KELAS III SDN Ngaglik 04

adalah 7,00. Dari 23 siswa yang ada hanya 10 siswa atau 43 % yang memenuhi KKM. Keadaan ini

diduga disebabkan oleh ketidak efektifan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru. guru belum

menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didik, sehingga berdampak

kurangnya minat bulajar siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Kurang minatnya siswa

dalam pembelajaran IPA juga dipengaruhi oleh kurang menariknya media pembelajaran yang

digunakan dalam proses pembelajaran.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian dengan ciri-ciri (1)

mempunyai latar alamiah sebagai sumber data langsung yakni situasi kelas penelitian bersifat wajar

sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi; (2) lebih mementingkan proses daripada hasil karena hal-hal

yang diteliti akan terlihat jelas dalam proses; (3) analisis data secara mendalam; (4) merupakan hal

yang esensial karena perhatian peneliti terpusat pada siswa

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan

gambaran secara jelas tentang fenomena yang tampak selama pembelajaran berlangsung. Fenomena

yang dimaksud adalah situasi kelas dan perilaku siswa yang berkaitan dengan kemampuan bekerja

ilmiah selama proses pembelajaran.

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) yaitu suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek yaitu: perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagi langkah-langkah yang statis, terselesaikan

dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut

perencanaan, tindakan, pengamatan,dan refleksi (Kemmis & Mc Taggart, 1993).. Dalam hal ini

Penelitian tindakan bukan berarti penelitian yang dilanjutkan dengan tindakan atau kegiatan tindakan

yang diikuti oleh penelitian, melainkan tindakan sambil meneliti atau meneliti sambil bertindak.

Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan

tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran (Arikunto, 2003:3). Untuk

meningkatkan penguasaan materi pembelajaran Pendidikan IPA materi penghematan energi, maka

dilaksanakan perbaikan dengan membimbing siswa yang kesulitan dalam mengerjakan soal,

memotivasi keaktifan siswa dengan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan.

Tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan di kelas III SDN Ngaglik 04 Kota Batu dengan

jumlah siswa 23 orang, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 12 perempuan mulai bulan Februari sampai

Page 4: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

620

Maret 2016. Dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus dilakukan observasi yang dibantu oleh teman

sejawat.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2

pertemuan (@ 2 jam pelajaran x 35 menit). Siklus pertama dilakukan pada tanggal 19 Februari 2016

dan siklus kedua dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016. Setiap akhir siklus dilakukan refleksi, untuk

mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan memperbaikinya untuk siklus berikutnya.Dalam

penelitian ini peneliti terlibat secara langsung mulai dari awal sampai berakhirnya penelitian.

Penelitian ini mengacu pada konteks (tempat) penelitian. Oleh karena penelitian dilaksanakan di

dalam konteks kelas dan bertujuan memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Pelaksanaan

penelitian berlangsung dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Siklus penelitian tindakan kelas tersebut dapat

digambarkan pada Gambar.1.

Penulis selaku peneliti melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas

melalui penggunaan media yang sesuai, sehingga membuat anak berminat dalam pembelajaran IPA.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap prestasi siswa.pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan

dalam 2 siklus.

Hasil Dan Pembahasan

Dalam tahap perencanaan, pertama kali yang harus dilakukan adalah penyusunan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam penelitian ini,RPP dikembangkan berdasarkan Standar

Kompetensi 4, “Memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan sumber

energi”. Dengan Kompetensi Dasar ”Menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-

hari”. Kemudian dari standar kompetensi dan kompetensi dasar dikembangkan menjadi indikator-

indikator, antara lain 1) Siswa dapat menjelaskan pentingnya menghemat energi; 2) Siswa dapat

memberi contoh cara menghemat energi di lingkungan rumah, 3) Siswa dapat menerapkan cara

menghemat energi di sekolah; 4) Siswa dapat menyebutkan cara menghemat energi dalam kehidupan

sehari-hari.

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Perencanaan

Pengamatan

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Page 5: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

621

Sesuai nengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, peneliti

melaksanakan pembelajaran terbagi dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup.

Dalam kegiatan inti proses pembelajaran terbagi menjadi tiga macam, yaitu kegiatan

eksploraso, kegiatan kolaborasi, dan kegiatan konfirmasi.Dalam kegiatan eksplorasi, kegiatan yang

dilakukan antara lain : 1) Mengamati video pentingnya menghemat energi; 2) Siswa mencatat hal

penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan contoh cara penghematan energi di rumah; 4)

Guru menaggapi pendapat siswa; 5) Siswa mencatat beberapa cara penghematan energi di rumah.

Dalam kegiatan elaborasi, kegiatan yang dilakukan antara lain : 1) memfasilitasi peserta didik melalui

pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; 2)

memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, berdiskusi kelompok, dan tanpa rasa takut; 3)

memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; 4) memfasilitasi peserta

didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual

maupun kelompok. Dan pada kegiatan konfirmasi, kegiatan yang dilakukan antara lain : 1) bertanya

jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; 2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

Pengamatan/ Pengumpulan data

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa

(LKS) sebagai bahan evaluasi. Dengan menggunakan teknik tes untuk mengukur hasil belajar berupa

tes lisan, dan tes tertulis serta berupa non tes yaitu melalui pengamatan terhadap perilaku siswa

selama pembelajaran. Dalam proses pembelajaran untuk mempermudah kegiatan iswa mengerjakan

LKS yang disediakan guru dan mengerjakan beberapa pertanyaan berupa soal uraian, dan berdiskusi

secara kelompok mengerjakan lembar pengamatan.

Berdasarkan hasil pengamatan dari teman sejawat mengenai rancangan proses perbaikan

pembelajarran, ditemukan beberapa kelemahan pada rencana perbaikan pembelajaran pada siklus

pertama ,yaitu :

a. Karena terlalu asyik menikmati video yang ditampilkan sehingga menyebabkan siswa lupa untuk

mencatat hal-hal penting yang terdapat dalam video yang diputar;

b. Guru tidak menyampaikan prosedur pengerjaan tugas kelompok yang seharusnya disampaikan

dahulu sebelum siswa mengerjakan tugas kelompoknya.

c. Penggunaan media video hanya memotivasi siswa untuk melihat videonya tetapi tidak pada isi

sehingga pesan yang ada dalamnya kurang dapat tersampaikan, sehingga penggunaan media video

dinilai kurang efektif

d. Dalam diskusi kelompok tidak dapat dapat berjalan dengan efektif karena sebagian siswa lebih

sibuk menceritakan apa yang ada dalam video, daripada mengerjakan tugas yang telah diberikan

Berdasarkan refleksi siklus I, hal yang perlu diperbaiki adalah media pembelajaran yang

digunakan dirubah agar proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif. Dalam tahap perencanaan,

pertama kali yang harus dilakukan adalah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Dalam siklus II penelitian ini,RPP dikembangkan tetap berdasarkan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang sama dengan siklus I

Sesuai nengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, peneliti

melaksanakan pembelajaran terbagi dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup.

Dalam kegiatan inti proses pembelajaran terbagi menjadi tiga macam, yaitu kegiatan

eksploraso, kegiatan kolaborasi, dan kegiatan konfirmasi.Dalam kegiatan eksplorasi, kegiatan yang

dilakukan antara lain :

Dengan bimbingan guru, siswa menutup semua jendela dengan kain hitam

Page 6: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

622

G : “dengan ditutup semua jendela, kita ibaratkan ini adalah malam hari. Nah, anak anak ketika

malam hari seperti ini energi apakah yang kita butuhkan untuk melihat benda di sekitar kita ?

S : cahaya

G : apa saja yang bisa digunakan sebagai sumber energi cahaya di malam hari

S : “senter…”.

S : “lilin…”.

S : “lampu…”.

G : nah, sekarang bapak bisa minta tolong menyalakan lampunya ?

S : bisa pak. (salah satu siswa menghidupkan lampu dengan menekan saklar).......

G : ”Nah sekarang kita ibaratkan lagi kita berada di rumah, tepatnya didalam ruangan yang tertutup

pada waktu siang hari. Dalam kondisi seperti ini apa yang kalian lakukan untuk menghemat

energi?”

S : ”buka pintunya pak”

S : ”buka jendelanya pak”

S : ”buka selambunya pak”

G : ”nah sekarang kita coba, apakah dengan membuka pintu, jendela, dan tirainya kita bisa

menghemat energi?”

Beberapa siswa membuka pintu, dan tirai yang menutup jendela.

G : ”dalam kondisi seperti sekarang ini, apakah kita sudah menghemat energi?”

S : ”beluuum”

G : ” kenapa kok belum?”

S : ”karena lampunya masih nyala pak”

(kemudian siswa mematikan lampunya)

Karena kondisi ruangan yang kurang begitu terang kemudian Guru bertanya

G : ”dari beberapa alat yang telah di sediakan, bagaimana kita bisa membuat ruangan ini lebih terang

tanpa harus menggunakan energi listrik?”

S : memasang kain putih dan memberikan alumunium foil

Dalam kegiatan elaborasi, kegiatan yang dilakukan antara lain : 1) memfasilitasi peserta didik melalui

pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; 2)

memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, berdiskusi kelompok, dan tanpa rasa takut; 3)

memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; 4) memfasilitasi peserta

didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual

maupun kelompok. Dan pada kegiatan konfirmasi, kegiatan yang dilakukan antara lain : 1) bertanya

jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; 2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

Pengamatan/ Pengumpulan data

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa

(LKS) sebagai bahan evaluasi. Dengan menggunakan teknik tes untuk mengukur hasil belajar berupa

tes lisan, dan tes tertulis serta berupa non tes yaitu melalui pengamatan terhadap perilaku siswa

selama pembelajaran. Dalam proses pembelajaran untuk mempermudah kegiatan iswa mengerjakan

LKS yang disediakan guru dan mengerjakan beberapa pertanyaan berupa soal uraian, dan berdiskusi

secara kelompok mengerjakan lembar pengamatan.

Ketuntasan Hasil belajar siswa

Melalui hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa penggunaan metode kooperatif berbantuan

media memiliki dampak positif dalam meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar

Page 7: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

623

meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-masing 66,09 dan 75,22 Ketuntasan belajar siswa secara

klasikal telah tercapai. Hasil penelitian dapat dirangkum dalam tabel berikut :

Tabel 1. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II

Siklus Prosentase siswa yang tuntas Prosentase siswa yang tidak

tuntas

Siklus I 61 % 39 %

Siklus II 82 % 18 %

Gambar 1. Grafik presentase ketuntasan siklus I dan siklus II

Aktifitas Guru Dan Siswa Dalam Pembelajaran

Gambar 2. Proses pembelajaran siklus I

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

siklus I siklus II

prsentasesiswa tuntas

presentasesiswa tidaktuntas

Page 8: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

624

Gambar 2. Proses pembelajaran siklus II

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA tentang

“Penghematan Energi” dengan penggunaan metode kooperatif berbantuan media yang paling

dominan adalah diskusi antar siswa, antar siswa dengan guru, serta aktifitas siswa dalam

“memanipulasi” media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Siswa sangat dalam diskusi baik

itu antar siswa, antara siswa dengan guru, serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga

menunjukan motivasi yang tinggi.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama Dua siklus, dan berdasarkan

seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1).

Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif dapat meningkatkan minat belajar siswa yang

ditandai dengan peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pada siklus

I dengan 61% dan pada siklus II 82%; (2). Penggunaan media yang tepat dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa hasil pengamatan yang

menunjukkan partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran dan wawancara yang menyatakan

bahwa siswa merasa senang dengan penggunaan metode kooperatif berbantuan media sehingga

mereka lebih termotivasi untuk belajar.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPA

lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa , maka perlu disampaikan saran

sebagai berikut: (1). Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA,

guru hendaknya dapat memilih media pembelajaran yang sesuai yang sesuai, sehingga nantinya siswa

mudah untuk memahami materi, menemukan pengetahuan baru, memperoleh ketrampilan, sehingga

siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. (2). Perlu adanya

Page 9: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

625

penelitian yang lebi lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas III SDN NGAGLIK 04

Batu Tahun Pembelajaran 2015-2016.

Daftar Rujukan

Depdiknas. 2006. Permendiknas RI No 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:Depdiknas

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran IPA SD, Jakarta:

Depdiknas.Haryanto, 2007. Sains untuk SD kelas V. Jakarta : Erlangga

Nafsri,Luluk. 2014. Penerapan Strategi Smaal Group Discussion untuk Meningkatkan Hasil Belajar

IPA siswa Kelas IVB Tanah Grogot j Teqip Tahun V nomer 1, Mei, (hal 55-61)

Zubaidah, Siti, Mahanal, Susriyati, dan Yuliati, Lia. 2013. Ragam Model Pembelajaran IPA Sekolah

Dasar. Malang: universitas Negeri Malang

Marwan,2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Dengan

Model Kooperatif Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Sosial

Pada Siswa Sekolah Dasar, Prosiding Seminar Teqip 2015, Okober, (hal 594 – 605)

Page 10: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

626

PENGEMBANGAN MEDIA SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA

PADA SISWA KELAS VC SDN PENDEM 01

Nanik Endarwati, S.Pd

Sekolah DasarNegeri Pendem 01

Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian pengembangan ini bertujuan mengembangkan media pembelajaran

sederhana untuk materi pesawat sederhana dengan memanfaatkan bahan limbah (bekas)

yang melibatkan siswa dalam proses pembuatannya. Dari kegiatan ini diharapkan proses

pembelajaran akan lebih menarik apabila peserta didik turut aktif dalam pembuatan media

tersebut sehingga tercapai pemahaman yang baik tentang konsep pesawat sederhana, serta

meningkatkan kreativitas dan juga sikap kepedulian terhadap lingkungan. Pengembangan

media pembelajaran ini dilakukan dengan model 4-D. Secara singkat, tahapan dalam

penelitian ini antara lain Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), dan Develop

(Pengembangan), Desimination (desiminasi). Pada tahap pendefinisian diperoleh informasi

tentang kebutuhan yang ada di lapangan untuk membantu mengembangkan media

pembelajaran sebelumnnya. Tahap Perencanaan dilakukan dengan merancang prototipe

produk pengembangan. Prototipe diartikan sebagai rancangan awal yang merupakan bentuk

dasar dari produk pengembangan. Selanjutnya pada tahap pengembangan dilakukan

modifikasi prototipe produk yang dilakukan dengan melakukan evaluasi dan revisi sebelum

menjadi produk yang efektif. Tahap desiminasi dilakukan uji coba terbatas pada siswa kelas

VC SDN Pendem 01.

Objek dalam penelitian ini adalah media pesawat sederhana. Subjek dalam penelitian ini

dibagi menjadi dua yaitu subjek untuk validasi media dan pemahaman konsep materi serta

subjek untuk uji coba terbatas. Validasi media dan pemaman konsep materi dilakukan oleh

2 guru kelas VA dan VB. Sedangkan uji coba terbatas dilakukan pada siswa kelas V-C

SDN Pendem 01 yang terdiri dari 31 siswa. Uji coba I dilaksanakan pada tanggal 16

Februari 2016 untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan dan keefektifan media. Uji coba 2

dilakukan pada tanggal 1 Maret 2016 untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan dan

keefektifan media setelah dilakukan perbaikan.

Hasil Uji Coba I menunjukkan kevalidan media 3,30 dan pemahaman konsep 3,25

dan keefektifan 79,4. Pada Uji Coba II kevalidan media meningkat menjadi 3,95 dan

pemahaman konsep 3,90 dan keefektifan 81,9. Sedangkan dari uji kepraktisan yang

diperoleh dari angket siswa, media pesawat sederhana cukup praktis untuk digunakan

setelah diadakan perbaikan pada uji coba II.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media sederhana materi pesawat

sederhana yang telah dikembangkan layak digunakan untuk siswa kelas V SDN

Pendemdem 01.

Kata Kunci: Media pembelajaran, pemahaman konsep, pesawat sedehana.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1

angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(DIKNAS, 2013). Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka beberapa prinsip

pembelajaran yang digunakan adalah dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari

tahu. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber

belajar; dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.

Page 11: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

627

Upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, mengajukan beberapa saran

yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran sebagai berikut : 1) Memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan bahas sendiri. 2) Memberi kesempatan

kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan

imajinatif. 3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru. 4. Memberi

pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. 5) Mendorong siswa

untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. 6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

(Tytler, 1996: 20). Dalam pembelajaran IPA seharusnya memberi kesempatan maksimal kepada

siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya, untuk mengemukakan pendapatnya atau berpikir

tentang pengalamannya, mencoba gagasan baru serta mendorong siswa untuk memikirkan

perubahan gagasan mereka. Untuk mencapai hal tersebut di atas maka dibutuhkan ketrampilan

proses yang baik oleh seorang guru. Guru akan selalu membutuhkan alat bantu berupa media

pembelajaran untuk menanamkan pemahaman yang baik kepada siswa. Tidak jarang guru juga

melibatkan siswa untuk pengadaan media tersebut sehingga menambah pemahaman dan memacu

kreativitas peserta didik.

Dari hasil studi awal di lapangan, guru menyampaikan konsep tanpa disertai pemahaman

yang cukup, demikian pula dengan media yang digunakan kurang menarik. Media yang

disampaikan seringkali kurang dipamami oleh siswa karena guru jarang melibatkan siswa dalam

penyedian media tersebut. Guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan kreativitasnya. Siswa kurang terbiasa menggunakan daya nalarnya, tetapi justru

terbiasa dengan cara menghafal. Siswa akan terpaku pada buku sumber saja sehingga kurang bisa

mengaplikasikan konsep tersebut pada kehidupan sehari-hari. Ketrampilan proses kurang nampak

dalam pembelajaran di sekolah dengan alasan untuk mengejar target kurikulum. Karena

pemahaman konsep yang tidak cukup siswa seringkali mendapatkan nilai di bawah KKM. Hasil

ulangan harian dari 31 siswa yang ada di kelas, hanya 18 siswa yang mendapatkan nilai di atas 67.

Berdasarkan kondisi di atas, dipandang perlu adanya perbaikan terhadap proses pembelajaran di

kelas.

Penelitian dan pengembangan ini bertujuan mengembangkan media pembelajaran

sederhana memanfaatkan bahan limbah (bekas) untuk membuat pesawat sederhana dengan

melibatkan siswa dalam proses pembuatannya. Dari kegiatan ini diharapkan proses pembelajaran

akan lebih menarik apabila peserta didik turut aktif dalam pembuatan media tersebut sehingga

tercapai pemahaman yang baik tentang konsep pesawat sederhana, serta meningkatkan kreativitas

dan juga sikap kepedulian terhadap lingkungan.

Metodologi

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Menurut Gay (1990), penelitian

pengembangan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk

digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori. Penelitian ini mengembangkan media pesawat

sederhana yang terdiri dari pengungkit (pengungkit jenis I, II, III), bidang miring, katrol (katrol

tetap dan katrol bebas) dan roda berporos. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pendem 01,

Kecamatan Junrejo, Kota Batu pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 selama 5 minggu yang

dimulai 9 Februari 2016 sampai 13 Maret Februari 2016. Objek dalam penelitian ini adalah media

pesawat sederhana. Subjek dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu subjek untuk validasi

media dan pemahaman konsep materi serta subjek untuk uji coba terbatas. Validasi media dan

pemaman konsep materi dilakukan oleh 2 guru kelas VA dan VB. Sedangkan uji coba terbatas

dilakukan pada siswa kelas V-C SDN Pendem 01 yang terdiri dari 31 siswa. Uji coba I

dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2016 untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan dan

keefektifan media. Uji coba 2 dilakukan pada tanggal 1 Maret 2016 untuk mengetahui kevalidan,

kepraktisan dan keefektifan media setelah dilakukan perbaikan.

Prosedur pengembangan yang dilakukan merujuk pada model pengembangan 4-D yang

dikemukakan oleh Thiagarajan, semmel dan semmel (Trianto, 2009) yang meliputi 4 tahap, yaitu

define, design, develop, dan disseminate. Penelitian ini menggunakan pendekatan 4D yaitu Define

(pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan) dan Disseminate (desiminasi).

Pada tahap pendefinisian diperoleh informasi tentang kebutuhan yang ada di lapangan untuk

membantu mengembangkan media pembelajaran sebelumnnya. Tahap Perencanaan dilakukan

Page 12: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

628

dengan merancang prototipe produk pengembangan. Prototipe diartikan sebagai rancangan awal

yang merupakan bentuk dasar dari produk pengembangan. Selanjutnya pada tahap pengembangan

dilakukan modifikasi prototipe produk yang dilakukan dengan melakukan evaluasi dan revisi

sebelum menjadi produk yang efektif. Tahap desiminasi dilakukan uji coba terbatas pada siswa

kelas VC SDN Pendem 01.

Validasi media dan penanaman konsep materi dilakukan oleh 2 guru kelas VA dan VB. Untuk

mengukur tingkat kevalidan produk pengembangan, digunakan teknik analisis perhitungan nilai

rata-rata. Penentuan teknik analisis nilai rata-rata berdasarkan pada pendapat dari Arikunto (2002:

216) yang menyatakan bahwa: ”untuk mengetahui peringkat nilai akhir untuk butir yang

bersangkutan, jumlah nilah tersebut harus dibagi dengan banyaknya responden yang menjawab

angket tersebut”. Rumus untuk menghitung nilai rata-rata adalah sebagai berikut:

= ∑

Keterangan:

X = Nilai rata-rata ∑ = Jumlah total nilai jawaban dari validator

N = Jumlah validator

Pada penelitian ini, dimana 1 sebagai skor terendah dan 5 sebagai skor tertinggi.

Penentuan rentang dapat diketahui melalui rentang skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi

dengan skor tertinggi. Berdasarkan penentuan rentang tersebut diperoleh rentang 0,8. Adapun

kriteria validitas analisis rata-rata yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Rata-rata Kriteria validasi

Rata-rata Kriteria Validasi

4,2 ≤ x ≤ 5 Sangat Valid/ dapat digunakan tanpa revisi

3,4 ≤ x < 4,2 Valid/ dapat digunakan tanpa revisi

2,6 ≤ x < 3,4 Cukup Valid/ dapat digunakan dengan sedikit revisi

1,8 ≤ x < 2,6 Kurang valid/ dapat digunakan dengan banyak revisi

1 ≤ x < 1,8 Tidak valid/ revisi total, belum dapat digunakan

Selanjutnya, uji kepraktisan dilaksanakan kepada 31 siswa kelas V-C, dengan tujuan

untuk menguji tingkat kepraktisan produk pengembangan. Instrumen yang digunakan untuk

mengetahui tingkat kepraktisan produk pengembangan ini adalah angket.

Uji keefektifan dilaksanakan kepada siswa 31 siswa kelas V-C. Uji keefektifan ini

bertujuan untuk menguji apakah produk pengembangan sudah efektif. Untuk mengukur tingkat

keefektifan produk pengembangan, dilihat dari perbandingan hasil tes siswa dari uji coba I dan II.

Jika perolehan rata-rata hasil evaluasi belajar ≥ 67, maka diasumsikan media yang digunakan

telah berhasil meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Hasil Validasi Media

Setelah pelaksanaan uji coba I dan II, hasil validasi media dari dua guru kelas VA dan VB

diuraikan dalam tabel 3 (terlampir) sebagai berikut:

Hasil rata-rata dari validasi media pada uji coba I adalah 3,30. Hal ini menunjukkan

bahwa media sederhana yang dibuat adalah cukup valid atau dapat digunakan dengan sedikit

revisi. Untuk hasil lebih maksimal diadakan perbaikan pada uji coba II yaitu perbaikan pada

bahan media pengungkit jenis I. Pada lengan kuasa dan lengan beban dari bahan sedotan diganti

dengan batang bambu agar bisa menahan beban yang berat. Pada Pengungkit II dan III dilakukan

perbaikan pada benang dan klip pada dinamometer buatan. Selanjutnya dilakukan perbaikan pada

tempat untuk meletakkan beban sehingga beban tidak mudah keluar. Perbaikan media juga

dilakukan pada katrol tetap dan katrol bebas, dimana bahan benang yang digunakan diganti

dengan benang yang lebih besar sehingga memudahkan dalam pengoperasian. Selain itu, pada uji

Page 13: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

629

coba II ini diadakan perbaikan tampilan media sehingga lebih menarik siswa. Hasil validasi media

pada uji coba II adalah 3,95.

Gambar 1. Hasil Validasi Media

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa validasi media pada uji coba I adalah 3,30

dan uji coba II adalah 3,95. Hal ini menunjukkan bahwa media sederhana yang digunakan adalah

valid atau dapat digunakan tanpa revisi.

Setelah diadakan validasi media, selanjutnya dilaksanakan validasi materi yaitu tentang

pemahaman konsep siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pengembanga

media pesawat sederhana. Hasil validasi pemahaman konsep diuraikan dalam tabel 4 (terlampir)

sebagai berikut :

Pada uji coba I diperoleh hasil 3,25. Hal ini menunjukkan bahwa media sederhana yang

dibuat adalah cukup valid atau dapat digunakan dengan sedikit revisi. Seperti dijelaskan pada uji

validasi media pada uji coba I, media yang dibuat masih sedikit ditemukan kelemahan khususnya

pada pengungkit dan katrol. Hal ini mempengaruhi pemahaman konsep yang diperoleh siswa.

Selanjutnya pada uji coba II dilakukan perbaikan media sehingga diperoleh peningkatan hasil

menjadi 3,90.

Gambar 2. Hasil Validasi Pemahaman Konsep Siswa

Berdasarkan gambar 2 dapat dikatakan bahwa penggunaan media sederhana dalam pembelajaran

materi pesawat sederhana dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini dibuktikan

adanya peningkatan nilai rata-rata dari uji coba I yaitu 3,25 meningkat menjadi 3,90 pada uji

coba II. Hasil nila rata-rata tersebut menunjukkan bahwa media sederhana yang dibuat itu adalah

valid atau dapat digunakan dengan tanpa revisi.

2,5

3

3,5

4

uji coba I uji coba II

valid

asi m

ed

ia

Validasi media

2,8

3

3,2

3,4

3,6

3,8

4

Uji coba I Uji coba II

Validasi pemahaman konsep

Page 14: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

630

2. Hasil Uji Kepraktisan

Hasil uji kepraktisan diperoleh dari hasil angket dari 31 siswa kelas V-C, dengan

tujuan untuk menguji tingkat kepraktisan produk pengembangan. Dari hasil angket diperoleh hasil

sebagai berikut:

- Siswa mudah untuk mendapatkan bahan yang digunakan untuk membuat media pesawat

sederhana. Hal ini karena, bahan – bahan tersebut berasal dari bahan limbah (bekas) yang mudah

dijumpai dalam kehidupan sehari.

- Media yang digunakan ramah linggkungan karena siswa menggunakan limbah bekas sebagai

bahan dasar pembuatan media

- Media yang digunakan cukup aman untuk digunakan.

- Siswa merasa mudah untuk membuat media pesawat sederhana karena pembuatannya cukup

sederhana

- Karena pembuatannya cukup sederhana, siswa hanya membutuhkan waktu yang tidak lama untuk

pembuatan media. Pembuatan media dilakukan dalam satu kelompok. Kelompok masing –

masing terdiri dari 5- 6 siswa. Masing –masing siswa mendapatkan tugas untuk membuat salah

satu media dari keenam pesawat sederhana.

- Media yang digunakan mudah untuk dioperasikan setelah diadakan perbaikan pada uji coba II

- Media yang digunakan cukup praktis dari segi kemudahan untuk dipindahkan dan ukuran

- Media yang digunakan cukup menarik dari segi bentik dan warna selah diaadakan perbaikan

pada uji coba II

-

3. Hasil Uji Keefektifan Media

Hasil uji kefektifan diperoleh dari hasil tes tulis uji coba I dan II. Masing-masing uji coba

terdiri dari 2 pertemuan. Masing-masing pertemuan terdapat pre test dan post tes. Hasil uji

kefektifan media dapat diuraikan pada tabel 6 (terlampir) sebagai berikut:

Pada pra uji coba diperoleh hasil 66,6 sedangkan KKM yang harus dicapai adalah 67,0. Pada pra uji

coba ini guru memberikan tes sebelum menggunakan media pesawat sederhana. Selanjutnya pada

uji coba I penggunaan media, diperoleh peningkatan hasil menjadi 79,4. Setelah diadakan

perbaikan media pada uji coba II diperoleh hasil 81,9.

Gambar 4. Hasil Pemahaman Konsep Siswa (Tes Tulis)

Berdasarkan gambar 4 dapat disimpulkan bahwa media sederhana yang digunakan bisa

meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang pesawat sederhana. Hal ini dibuktikan

peningkatan dari hasil tes pada tiap uji coba.

0

20

40

60

80

100

Pra ujicoba

Uji coba I Uji coba II

Pemahaman konsep siswa

Page 15: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

631

Hasil Revisi Media

NO UJI COBA I UJI COBA II

1. Pengungkit Jenis I :

- Bahan sedotan yang diapakai

untuk lengan beban dan lengan

kuasa terlalu lentur sehingga

tidak bisa menahan beban

yang berat

- Bahan karton yang digunakan

terlalu tipis sehingga tidak bisa

menahan beban dengan baik

khususnya untuk karton yang

berada pada titik tumpu

- Bentuk tempat untuk

meletakkan beban kurang tepat

sehingga beban mudah keluar

dari tempatnya

- Warna media yang digunakan

kurang menarik

- Bahan sedotan untuk lengan

beban dan lengan kuasa

diganti dengan batang bambu

sehingga bisa menahan beban

yang berat

- Bahan karton diganti dengan

karton yang lebih keras yaitu

dari bahan kardus makanan

bekas sehingga bisa menopang

beban

- Bentuk tempat dibentuk kotak

sehingga beban tidak mudah

keluar dari tempatnya

- Pengungkit buatan sudah

diberikan warna yang lebih

menarik

2 Pengungkit jenis II dan III

- Pada lengan beban dan lengan

- Pada lengan beban dan lengan

kuasa diberikan sekatdengan

Page 16: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

632

kuasa tidak ada sekat sehingga

beban dan kuasa yang

diberikan dari klip pada

dinamometer buatan selalu

bergeser

- Klip yang digunakan pada

dinamometer buatan terlalu

kecil sehingga mudah terlepas

- Tampilan warna media kurang

menarik

menggunakan karet, sehingga

beban dan kuasa yang

diberikan tidak bergeser

- Digunakan klip yang lebih

besar sehingga dinamometer

buatan tidak mudah terlepas

dari lengan beban dan lengan

kuasa

- Pemberian warna pada media

sehingga tampilannya lebih

menarik

3 Bidang miring

- Warna kurang menarik

- Pemberian warna media

membuat tampilan lebih

menarik

4 Katrol tetap

- Benang yang digunakan terlalu

kecil sehingga agak sulit

dalam pengoperasian

- Tampilan warna media kurang

menarik

- Benang yang digunakan sudah

lebih besar sehingga

memudahkan dalam

pengoperasian

- Tampilan warna lebih menarik

5 Katrol Bebas

Page 17: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

633

- Benang yang digunakan terlalu

kecil sehingga agak sulit

dalam pengoperasian

- Tampilan dan warna kurang

menarik

- Benang yang digunakan sudah

lebih besar sehingga

memudahkan dalam

pengoperasian

- Tampilan dan warna lebih

menarik. Sebagai alternative

lain, juga bisa digunakan yoyo

bekas sebagai katrolnya

6. Roda Berporos

-

- Tampilan dan warna kurang

menarik

- Tampilan dan warna lebih

menarik

Simpulan Dan Saran

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengembangan media pembelajaran media sederhana

materi pesawat sederhana ini adalah media sederhana materi pesawat sederhana yang telah

dikembangkan layak digunakan. Hal ini karena penilaian dari para validator dan nilai tes siswa

serta hasil observasi kegiatan siswa menunjukkan tanggapan yang positif. Dengan produk media

sederhana materi pesawat sederhana yang telah dikembangkan, diharapkan siswa dapat lebih

memahami konsep dengan baik, kreatif dan juga memiliki sikap kepedulian terhadap lingkungan.

Beberapa saran sebagai masukan untuk perkembangan selanjutnya yang dapat disampaikan,

antara lain: guru dapat memanfaatkan media pesawat sederhana yang telah dikembangkan ini

untuk memberikan alternatif media untuk pengajaran materi pesawat sederhana, guru bisa

membuat media sederhana dengan pemanfaatan limbah untuk materi lain.

Daftar Rujukan

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement; Competencies for Analysis and

Application Second edition. New York: Macmillan Publishing Compan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan

Implementasi Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media

Group.

Tytler, R.1996, Constructivism and Conceptual Change View of Learning in Science.

MajalahPendidikan IPA: Khasanah Pengajaran IPA. Bandung: IMAPIPA

Page 18: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

634

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN BANTUAN MEDIA

MANIPULATIF MATERI SISTEM TATA SURYA DAN POSISI

PENYUSUNANNYA DI KELAS VI SDN NGAGLIK 02 BATU

Tri Pangestuti

Guru SDN Ngaglik 02 Batu

[email protected]

Abstrak: Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar siswa kelas IV SD

Negeri Ngaglik 02 tentang sifat tata surya. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan

prestasi belajar siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan media manipulative

tentang tata surya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

dengan dua siklus tindakan. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan atau 2 x 35 menit.

Langkah penelitian adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek

penelitian adalah siswa kelas VI a SD Negeri Ngaglik 02 yang berjumlah 35 siswa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 65 dengan

persentase ketuntasan belajar 66 % dari rentangan nilai 0-100. Rata-rata siklus II adalah

75dengan persentase ketuntasan belajar 83% Hal ini menunjukkan terdapat peningktan

hasil belajardari siklus I ke siklus II. Disimpulkan bahwa pembelajaran dengan bantuan

media manipulatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kata kunci : Prestasi belajar, media manipulatif

Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem pembelajaran yang mengandung sejumlah

komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran secara

tuntas. Dalam mengembangkan suatu kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya memperhatikan

materi, metode dan evaluasi saja, tetapi harus memperhatikan terciptanya proses pembelajaran

yang membelajarkan siswa (pembelajaran aktif/active learning). Menurut Sardiman dalam

(Mudin 1999:2) dalam pelaksanaan belajar secara aktif pada guru akan terlihat adanya usaha

mendorong dan membina gairah belajar/partisipasi secara efektif. Guru perlu mampu

menjalankan fungsi/peranan sebagai guru inkuiri. Guru tidak mendominir kegiatan dan proses

belajar siswanya. Memberi kesempatan kepada siswanya untuk belajar menurut keadaan, cara.

dan kemampuan masing-masing. Menggunakan berbagai jenis strategi belajar mengajar serta

pendekatan multimedia.

Berdasarkan hasil observasi awal di lapangan diketahui bahwa proses pembelajaran yang

berlangsung di Kelas VI SDN Ngaglik 02 Kota Batu saat ini masih dominan menggunakan

metode ceramah. Guru masih belum tepat memilih metode dan media yang sesuai, sehingga

menyebabkan siswa kurang aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Demikian pula

halnya dengan prestasi siswa belum mencapai ketuntasan ( 71 ).

Untuk meningkatkan orkestrasi pembelajaran IPA di atas diperlukan situasi kondusif agar

proses pembelajaran berlangsung ideal dengan sebanyak mungkin melibatkan siswa ( Student

Centre Learning )

Salah satu komponen dalam pembelajaran berbasis siswa aktif adalah tersedianya media manipulatif

Media manipulatif digunakan dalam pembelajaran karena dapat meningkatkan aktifitas

dan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, alat peraga manipulatif (manipulative) merupakan

benda-benda, alat-alat, model, atau mesin yang dapat digunakan untuk membantu dalam

memahami selama proses pemecahan masalah yang berkaitan dengan suatu konsep atau topik

IPA.Menurut Hardiyana (2011 : 8 ), pentingnya penggunaan alat peraga manipulatif dalam

Page 19: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

635

pembelajaran IPA, menuntut guru untuk menyediakan dan menggunkan alat peraga manipulatif

sesuai dengan standar-standar yang diacu agar pembelajaran IPA lebih efektif dan mampu

meningkatkan prestasi siswa.

Pengertian Alat Peraga Manipulatif dalam hal ini merupakan bagian dari media pembelajaran yang

berupa alat.

Hardiyana (2011:8):”Alat peraga manipulatif (manipulatif material) adalah alat bantu

pelajaran yang digunakan oleh guru dalam menerangkan materi pelajaran dan berkomunikasi

dengan siswa, sehingga mudah memberi pengertian kepada siswa tentang konsep materi yang

diajarkan dengan menggunakan benda-benda yang didesain seperti benda nyata yang dekat

dengan kehidupan siswa sehari-hari, seperti buah-buahan, binatang, alat transportasi berupa

mainan dan manik-manik yang dengan mudah diutak-atik diubah-ubah.’’

Rahmawati (2008):’’Alat peraga manipulatif adalah suatu benda yang dimanipulasi oleh

guru dalam menyampaikan pelajaran IPA agar siswa mudah memahami suatu konsep.’’

Media dalam penelitian ini berupa globe dari steroform, bola basket , bola kasti, dan

macam-macam bola plastik kecil sampai besar.

Untuk itulah dilakukan penelitian tindakan kelas di SDN Ngaglik 02 Batu dengan judul “

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Bantuan Media Manipulatif Materi Sistem

Tata Surya dan Posisi Penyusunannya pada Siswa Kelas VI SDN Ngaglik 02 Batu

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dilaksanakan secara kolaborasi antara

penulis yang bertindak selaku pelaksana tindakan perbaikan pembelajaran dengan observer selaku

pengamat penelitian tindakan kelas. Kolaborasi tersebut adalah suatu bentuk penelaahan yang bersifat

reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan

praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Penelitian ini meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Siklus I

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi:

a. Mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP, alat peraga dan bahan-bahan lainnya yang

diperlukan.

b. Menetapkan materi yang akan diberikan selama pembelajaran yaitu tentang sistem tata surya

dan penyusunannya termasuk membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).

c. Membuat panduan observasi untuk memantau kegiatan guru dan siswa selama proses pembela-

jaran berlangsung.

d. Mempersiapkan instrumen penelitian yang berupa pedoman, pengamatan, catatan lapangan, dan

tes.

e. Membuat soal tes evaluasi belajar.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat,

mempersiapkan LKS, lembar observasi serta alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk

menunjang proses pembelajaran. Adapun pembelajaran yang dilaksanakan berikut ini.

a. Guru memulai pembelajaran dengan mengadakan tanya jawab tentang tata surya.

G : Siapa yang kemarin melihat gerhana matahari total ?

S : Saya

G : di mana ?

S : di televisi

Page 20: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

636

S : di internet

b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 – 6 siswa dan menunjuk

ketua dan sekretaris kelompok.

c. Guru menugaskan kepada siswa untuk mengamati gambar planet-planet dan media manipulatif

dalam sistem tata surya

d. Guru menginstruksikan setiap kelompok mendiskusikan pengamatannya.

e. Guru memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi.

f. Guru menginstruksikan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil

diskusinya lewat kunjung karya.

g. Klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut guru.

3. Observasi

Observasi dilakukan terhadap seluruh aktivitas pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran,

baik siswa maupun guru menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi

Peneliti melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, kemudian memperbaiki pelaksanaan

tindakan sesuai hasil refleksi untuk digambarkan pada siklus berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan

Guru membuat perencanaan dengan berpedoman pada hasil revisi siklus I.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Guru memulai pembelajaran dengan tanya jawab tentang terjadinya gerhana.

b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 – 6 siswa dan menunjuk

ketua dan sekretaris kelompok.

c. Guru menugaskan kepada siswa untuk mendemontrasikan terjadinya gerhana melalui media

manipulatif.

d. Guru menginstruksikan setiap kelompok mendiskusikan pengamatannya.

e. Guru memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi.

f. Guru menginstruksikan setiap kelompok untuk melakukan kunjung karya ke kelompo lain

g. Klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut guru.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Siklus I

Siswa mengikuti pembelajaran dengan mengamati gambar charta dan model sistem tata surya.

Guru menugaskan kepada siswa untuk mengamati gambar tata surya dan benda manipulatif. Guru

membimbing setiap kelompok untuk mendiskusikan pengamatannya dengan menyebutkan nama-

nama platet dalam tata surya dan memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam

diskusi. Guru menugaskan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil

diskusinya di kelompok lain. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. Hasil tes pada siklus 1

ditunjukkan pada Tabel 1 ( terlampir )

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil nilai pada siklus I sebagai berikut.

Nilai rata-rata pada siklus 1 adalah 65, Dari 35 siswa, 23 siswa tuntas dan 12 siswa belum tuntas

dalam pembelajaran. Hasil penelitian pada siklus 1 belum maksimal. Aktivitas siswa selama

pembelajaran pada siklus I kurang mendapat respon dari siswa, karena mereka hanya mengenal materi

lewat gambar dan media manipulatif yang terbatas, siswa bosan karena terlalu sedikit media

manipulatif yang menarik minat siswa terhadap materi yang mereka pelajari. Dari kondisi hasil

belajar ini, dapat dianalisis bahwa, ternyata pembelajaran yang berlangsung selama ini kurang

Page 21: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

637

menarik dan siswa masih kebingungan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terbukti tingkat

ketuntasan belajar siswa yang masih rendah, yaitu 66%.

Berdasarkan refleksi yang dilakukan, terdapat beberapa kelemahan masalah penggunaan

media manipulatif pada proses pembelajaran sehingga pemahaman siswa pada materi pelajaran belum

maksimal. Ada beberapa siswa yang masih kebingungan dalam mengerjakan soal dan belum terbiasa

mengunakan media manipulatif dalam pembelajaran. Pembelajaran pada siklus I belum mencapai

nilai yang diinginkan dan belum maksimal. Nilai rata-rata pada siklus I baru mencapai 65, sehingga

penelitian dilanjutkan ke siklus II.

Gambar 1. Guru mendemontstrasikan media pembelajaran dan siswa berdiskusi

Refleksi

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran

Kelebihan : Dengan adanya media sederhana siswa dapat mengikuti proses pembelajaran

pembelajaran hingga selesai .

Kelemahan : pembelajaran memerlukan waktu lebih lama, demikian juga persiapannya

Penyebab : Jumlah media manipulatif terlalu sedikit dan masih kurang menarik

Alternatif perbaikan : menambah media manipulatif yang lebih banyak dan lebih menarik dengan

melibatkan siswa dan produksi media.

Siklus II

Guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi, memperlihatkan gambar tata surya

dan media manipulatif. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 – 6 siswa

dan menunjuk ketua dan sekretaris kelompok. Guru menugaskan kepada siswa untuk mengamati

gambar tata surya dan media manipulatif buatan siswa sendiri. Guru membimbing setiap kelompok

untuk mendiskusikan pengamatannya dan memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif

dalam diskusi.Guru menugaskan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil

diskusinya di kelompoknya masing -masing

Gambar 2. Siswa memperagakan media ciptaan sendiri.

Page 22: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

638

Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. Sebelum LKS dikerjakan, guru

membimbing siswa dengan memberi latihan dalam menjawab soal. Guru menjelaskan prosedur

pengisian jawaban soal sehingga siswa tidak kebingungan dalam mengerjakan soal. Hasil test pada

siklus 2 ditunjukkan pada Tabel 2 ( terlampir )

Hasil nilai rata-rata pada siklus II 78. Dari 35 siswa, 24 siswa tuntas dalam pembelajaran.

Hasil penelitian pada siklus II sudah mencapai ketuntasan karena ketuntasan belajar siswa telah

mencapai 83%.

Aktivitas dalam pembelajaran tergolong baik karena dapat memahami tujuan pembelajaran,

mendengarkan penjelasan dan pengarahan dari guru. Metode diskusi dalam kelompok kecil pun

membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang baik jika dibandingkan

dengan siklus I. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa. Rata-rata hasil belajar siswa mengalami

peningkatan. Terjadi peningkatan dari rata-rata siklus I yaitu sebesar 65 sedangkan pada siklus II

meningkat menjadi 78. Hasil belajar siswa sudah memuaskan, sehingga peneliti bersama observer

memutuskan untuk menghentikan pembelajaran sampai siklus II.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran

Kelebihan : siswa lebih aktif dan kreatif yang menunjukkan minat belajar yang lebih tinggi.

Kelemahan : waktu pembelajaran lebih lama dan persiapan lebih lama dan cermat

Penyebab : media pembelajaran lebih banyak sehingga waktu pembuatan lebih lama

Alternatif perbaikan : pembuatan media pembelajaran dibagi kelompok-kelompok

Pembahasan

Dari hasil penelitian diperoleh perbandingan prestasi siswa pada siklus 1 dan siklus 2

serta ketuntasan belajar pada setiap siklus, seperti terlihat pada tabel 3.

Tabel 3

No. Siklus Nilai Rata -rata Ketuntasan

1 I 65 66%

2 II 78 83%

Selanjutnya dapat digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut :

Gambar 3. Diagram nilai rata-rata siklus 1 dan siklus 2

Page 23: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

639

Dari histogram di atas dapat dibaca bahwa perlakuan pada siklus 2 secara signifikan efektif dalam

meningkatkan prestasi dan ketuntasan belajar siswa.

Gambar 4. Diagram ketuntasan belajar siswa.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan : Metode Belajar kelompok dengan menggunakan media manipulatif buatan siswa

dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi sistem tata surya dan penyusunannya di kelas VI

SDN Ngaglik 02 Batu. Pada siklus I nilai rata-rata siswa hanya 65 dan ketuntasan belajar 66%. Pada

siklus II nilai rata-rata siswa naik menjadi 78 dan ketuntasan belajar 83%.

Saran :

Dari hasil penelitian ini diharapkan guru dapat mengembangkan berbagai alternatif pembelajaran

untuk meningkatkan hasil dan ketuntasan belajar siswa. Keterlibatan siswa dalam membuat

media manipulatif dapat menambah semangat belajar siswa. Hal ini terlihat pada hasil produksi

media siswa yang lebih bervariasi dan lebih efektif dalam membantu proses pembelajaran

.

Daftar Rujukan

Haryanto, 2007. Sains untuk SD kelas VI. Jakarta : Erlangga

Nafsri,Luluk. 2014. Penerapan Strategi Smaal Group Discussion untuk Meningkatkan Hasil Belajar

IPA siswa Kelas IVB Tanah Grogot j Teqip Tahun V nomer 1, Mei, (hal 55-61).

Zubaidah, Siti, Mahanal, Susriyati, dan Yuliati, Lia. 2013. Ragam Model Pembelajaran IPA Sekolah

Dasar. Malang: universitas Negeri Malang

Hardiyana (2011:8):”Alat peraga manipulatif’

Rahmawati (2008):’’Alat peraga manipulatif adalah suatu benda yang dimanipulasi oleh guru dalam

menyampaikan pelajaran IPA agar siswa mudah memahami suatu konsep.’’

0

20

40

60

80

100

Siklus 1 Siklus 2

Nilai Ketuntasan Siklus 1 Nilai Ketuntasan Siklus 2 -

Page 24: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

640

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENYEBAB BENDA

BERGERAKDENGAN BANTUAN MEDIA BENDA KONGKRIT

BAGI SISWA KELAS I MI TARBIYATUL ULUM KOTA BATU

Aminingsih

MI TARBIYATUL ULUM Kota Batu Jawa Timur

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar materi penyebab benda bergerak dengan bantuan media benda

kongkrit. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari satu

pertemuan. Subyek penelitian adalah siswa kelas I MI Tarbiatul Ulum sejumlah 28 siswa

dengan rincian 15 putra dan 13 putri. Dalam pembelajaran siswa menggunakan benda

kongkrit misalnya baterai, pegas, dorongan tangan dan kipas angin untuk mempelajari

gerak benda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siklus I adalah 71.

Hal ini masih kurang dari nilai KKM 75. Siswa yang telah tuntas sebanyak 20 siswa atau 71

%, sedangkan siswa belum tuntas 8 siswa atau 29 %. Rata-rata hasil belajar siklus II adalah

78 ini berarti telah mencapai KKM. Namun masih ada 6 siswa yang belum mencapai KKM.

Kesimpulan bahwa penggunaan media kongkrit dapat meningkatkan hasil belajar pada

materi penyebab benda bergerak.

Kata Kunci: hasil belajar, media benda kongkrit

Dalam dunia pendidikan sangat dibutuhkan perhatian semua pihak. Pemerintah selaku

pembuat regulasi kependidikan hendaknya selalu memperbaharui peraturan dan kebijakan agar sesuai

dengan kebutuhan. Hal ini sangat diperlukan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, seperti yang

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan terus dilakukan pemerintah. Diantaranya, pemerintah

menerbitkan Undang Undang No 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan

pemberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. KTSP merupakan

pengembangan dari kurikulum 2004, KTSP menggunakan pembelajaran berbasis kompetensi, artinya

siswa dituntut menyelesaikan pembelajaran sesuai kompetensi yang telah ditentukan. KTSP adalah

kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan

yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang No. 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 (Mulyasa, 2007:12).

Pengembangan KTSP dilakukan oleh sekolah berdasarkan Standar Isi yang sudah ditetapkan

pemerintah. KTSP member peluang bagi sekolah untuk mengembangkan kurikulumnya berdasar-kan

kebutuhan daerah dan karakteristik siswa. KTSP memberikan kebebasan pada masing-masing sekolah

untuk mengatur dan mengembangkan kurikulum yang digunakannya. Ciri-ciri KTSP menurut

Siskandar (dalam Nurhadi, 2004:5) antara lain: (1) menekankan pada ketercapaian siswa baik secara

individual maupun klasikal, (2) berorientasi pada hasil dan keberagaman, (3) penyampaian dalam

pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, (4) sumber belajar bukan hanya

guru tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsure edukatif, dan (5) penilaian menekankan

pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi.

Implementasi KTSP yang paling dirasakan oleh guru dan siswa adalah proses pembelajaran.

Pembelajaran dalam KTSP mengacu pada pembelajaran kreatif. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran

dan guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Artinya, dalam pembelajaran guru mendorong

siswa untuk berkreatif dalam pembelajaran dan diberi kesempatan untuk mengeksplorasi (menggali)

materi yang sedang dipelajari secara mandiri.

Page 25: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

641

Pelaksanaan pembelajaran di sekolah sering tidak sesuai dengan pembelajaran yang

diharapkan KTSP. Seperti yang terjadi di MI Tarbiyatul Ulum Proses pembelajaran IPA dikelas I MI

Tarbiyatul Ulum selama ini menggunakan metode ceramah. Hal ini berdampak pada hasil belajar

IPA. Pencapaian belajar siswa umumnya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), motivasi

belajar siswa rendah, siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru, jarang ada siswa yang bertanya

kepada guru mengenai materi IPA yang diajarkan. Bahkan, pada saat guru memberikan ulangan

individu masih banyak siswa yang mengontek pada temannya.

Pencapaian hasil belajar yang kurang memuaskan yang muncul di kelas I menunjukkan

permasalahan yang harus segera diatasi. Pelaksanaan pembelajaran yang kurang interaktif membuat

pembelajaran menjenuhkan, minat siswa untukbelajar IPA kurang dan hasil belajar siswa belum

sesuai standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu ada tindakan untuk mengatasi

permasalahan pembelajaran IPA di kelas tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran

dengan menggunakan media benda kongkrit

Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dianggap mampu

mengakomodasi tujuan pendidikan untuk membangun kesadaran kritis sehingga siswa mampu

memahami sebuah peristiwa dari berbagai perspektif, membangun analisis yang logis mampu

mengambil keputusan yang tepat dan mampu mempertanggung jawabkan.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti perlu membuat rumusan masalah sehingga apa

yang dibahas pada bab berikutnya bisa dipahami adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut ;

1) Bagaimanakah cara meningkatkan belajar siswa pada materi penyebab benda bergerak dengan

bantuan 2) Bagaimanakah penerapan-penerapan penggunaan alat peraga benda kongkrit dalam

neningkatkan pemahaman mengenai penyebab benda bergerakdan prestasi siswa kelas I MI

Tarbiyatul Ulum? Adapun tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui keefektifan alat peraga

benda kongkrit dalam meningkatkan pemahaman mengenai penyebab benda bergerak bagi siswa

kelas I MI Tarbiyatul Ulum Temas Kecamatan Batu. 2) Untuk mengetahui penerapan penggunaan alat

peraga benda kongkrit dapat meningkatkanprestasi dan motivasi belajar mengenai penyebab benda

bergerak pada siswa kelas I MI Tarbiyatul Ulum Temas Batu.

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai

berikut : 1) untuk meningkatkan kreatifitas, inovatif, dan efektifitas guru dalam melakukan

pembelajaran. 2) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mencapai prestasi yang baik

terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Khususnya mengenai penyebab benda

bergerak seperti yang tertera pada standar kompetensi yaitu “Mengenal berbagai bentuk energi

dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Dan kompetensi dasar Mengidentifikasi penyebab

pergerakan benda (baterai, per, pegas, dorongan tangan, magnet) 3) sebagai dasar dari penelitian-

penelitian yang akan dikembangkan di kemudian hari.

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi: 1.siswa kelas I MI Tarbiyatul UlumTemas

Batu semester II tahun pelajaran 2015-2016. 2.Bahan mata pelajaran Ilmu Pengetehuan Alam

(IPA),Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas I semester II ,Standar Kompetesi : (4)

Mengenal berbagai bentuk energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, Kompetensi

Dasar : (4.2) Mengidentifikasi penyebab benda bergerak (bateri, per, pegas, dorongan tangan,

magnet) 3. Model pembelajaran yang diterapkan adalah permainan dengan menggunakan alat

peraga benda kongkrit.

Benda kongkrit adalah sesuatu yang nyata, yang dapat dipegang,dirasakan,dilihat

ataupun didengar,dalam hal ini yang dimaksud alat peraga benda kongkrit yaitu alat-alat yang

digunakan untuk praktukum atau percobaan merupakan benda-benda yang berada di alam sekitar,

yang mudah ditemui oleh siswa disekelilingnya. misalnya baterai, per, pegas, magnet, dan

sebagainya tergantung tentang pemahaman mengenai materi yang akan dibahas.

METODE

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

menggunakan dua siklus tindakan model PTK yang digunakan adalah model kemmis dan Mc

Page 26: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

642

Taggart (1982) dalam Arikunto (2006) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1 penelitian

tindakan dilakukan dalam siklus spiralyang terdiri dari 4 tahapan yaitu 1) perencanaan (plaining)

2) tindakan (acting) 3) pengamatan (observing) dan 4) refleksi (reflection)

Data yang dilaporkan dalam bentuk skor nilai dalam tabel dalam setiap siklus,skor nilai dari

satu siklus adalah mendiskripsikan makna dari tindakan siklus tersebut,bukan tindakan pada siklus

berikutnya.skor nilai dalam bentuk angka yang diperoleh pada siklus I belum tentu menggambarkan

secara keseluruhan hasil penelitian ini.

Gambar 1 Siklus PTK Menurut Kemmis dan Mc Taggart

(Arikunto, 2006: 16)

Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan menyusun silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran(RPP) yang diterapkan di kelas dengan menggunakan media pembelajaran berupa

benda kongkrit untuk diamati siswa

Pada tahap pelaksanaan dilakukan penerapan RPP yang sudah disusun pada tahap

perencanaan dalam pembelajaran.pada tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan pengamatan

oleh observer dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan.instumen penelitian

adalah butir-butir soal evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.dari butir-butir soal tersebut

diperoleh informasi apakah media yang digunakan dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil

belajar siswa atau belum.untuk evaluasi dilakukan diakhir pembelajaran apabila

diperolehprosentase keberhasilan siswa kurang dari 75% maka akan dilaksanakan pembelajaran

siklus II. Penelitian akan dihentikan apabila prosentase keberhasilan siswa telah mencapai 75%

atau lebih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan

Sebelum kegiatan belajar berlangsung peneliti menyiapkan materi pembelajaran sesuai

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu silabus Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) penilaian, jurnal dan sarana prasarana pada materi yang akan

disajikan.karana RPP merupakan suatu rencana pembelajaranyang akan dlaksanakan saat

mengajar.RPP yang disusun ini mencakup KD 4.2 tentang mengidentifikasi penyebab benda

bergerak. Kemudian KD 4.2ini dikembangkan menjadi lima indikator

Langkah berikutnya adalah menyusun langkah-langkah pembelajaran yang

pegas,dorongan tangan magnet,listrik dan makanan, selanjutnya guru mempersiapkan Lembar

Kerja Siswa (LKS). Terakhir yang direncanakan adalah penyusunan pedoman observasi tentang

keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS 1

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS 2

Page 27: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

643

Pelaksanaan

Pada pelaksanaaan pembelajaran pada awal pelajaran ,kegiatan pertama guru

mengecek kehadiran siswa,kedua guru bertanya tentang apa penyebab benda bergerak, ketiga

guru memberitahukan tentang tujuan pembelajaran hari ini Keempat guru memberitahukan

kegiatan yang akan dilakukan siswa yaitu mengamati benda yang sudah tersedia untuk

didiskusikan

Siswa Berdiskusi Siswa presentasi hasil diskusi

Siswa mengerjakan LKS Hasil lembar kerja siswa

Selesai berdiskusi salah satu perwakilan siswa mempresetasikan hasil diskusi

,kelompok yang lain mendengarkan dan mencocokkan dengan hasil diskusi kelompok masing-

masing,dan melengkapi bila menemukan bagian yang belum dipresentasikan.

Dalam kegiatan penutup guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang

diajarkan,guru memeriksa dan membahas pekerjaan siswa,terakhir gurubersama siswa

menyimpulkan materi yang telah diajarkan yaitu materi penyebab benda bergerak.

Page 28: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

644

Tabel 1 : Daftar Nilai Siswa pada Siklus I

Jumlah : 2044

Rata-rata : 73

Nilai tertinggi : 100

Nilai terendah : 20

NO NAMA NILAI KETERANGAN

1 BAGAS F 40 Belum Tuntas

2 ANIS M 100 Tuntas

3 ARIF R 80 Tuntas

4 ARIVIA VELENSIA 30 Belum Tuntas

5 AZIZAH A 85 Tuntas

6 AURA WIFI 100 Tuntas

7 CARISSA 80 Tuntas

8 DEWI K 100 Tuntas

9 FAIQ M 80 Tuntas

10 FAIRUZ N 95 Tuntas

11 FAIZUL A 85 Tuntas

12 KEYSYA 80 Tuntas

13 KHOLISAH R 80 Tuntas

14 GANES 95 Tuntas

15 HILDAN M 70 BelumTuntas

16 MONICA 80 Tuntas

17 MUBAROK R 100 Tuntas

18 M ANHARUL 40 Belum Tuntas

19 M HAMDAN 30 Belum Tuntas

20 MU FAHRI 100 Tuntas

21 M WAHYU 70 BelumTuntas

22 M TRI A 85 Tuntas

23 M TEGAR 20 Belum Tuntas

24 RAIHAN 75 Tuntas

25 RENDRA 75 Tuntas

26 SALSABILLA 80 Tuntas

27 WAFIQ A 80 Tuntas

28 DIFIRGO W 20 Belum Tuntas

Page 29: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

645

Pengamatan

Dari hasil pengamatan tentang keaktifan siswa ,diperoleh data bahwa sebagian besar

siswa lebih aktif dalam menjawab pertanyaan guru.mencari contoh-contoh penyebab benda

bergerak.ketika berdiskusi siswa terlihat lebih aktif mengeluarkan pendapatnya,ada sebagian kecil

siswa yang kurang aktif dan perlu bimbingan,sedangkan untuk ketrampilan bertanya siswa masih

belum mampu bertanya dengan kemauannya sendiri guru masih harus memancing dengan

pertanyaan untuk menggali informasi dari siswa.

Dari hasil prestasi siswa ,pada siklus I ini jumlah siswa yang mendapat nilai

diataskriteri ketuntasan minimal(KKM) ada 8 siswa dari 28 siswa,berarti ada 8 siswa yang belum

tuntas,sehingga presentasi keberhasilan yang dicapai adalahkemungkinan ketidak tuntasan siswa

disebabkan karena media yang kurang sesuai dengan minat mereka

Dalam pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terdapat beberapa permasalahan

terutama pada siswa kelas I semester II,dengan : Standar Kompetensi (4) Mengenal berbagai

bentuk energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.kompetensi Dasar (4.2)

Mengidentifikasi penyebab bendabergerak. Indikator 1) Menjelaskan penyebab benda bergerak.

2) Mendata mainan atau alat yang menggunakan baterai sebagai sumber energi. 3) Mendata

mainan atau alat yang menggunakan per,pegas sebagai sumber energi. 4) Mendata alat-alat yang

digerakkan oleh tenaga manusia. 5) Melakukan percobaan unutk mengetahui panyebab benda

bergerak.Materi pokok : Penyebab Benda Bergerak.

Terdapat permasalahan diantaranya adalah :1) siswa kurang memahami mengenai penyebab

benda bergerak.2) tidak termotivasinya siswa untuk lebih mempelajari mengenai penyebab benda

bergerak.3) tingkat prestasi siswa pada stsndar kompetensi dan kompetensi dasar kurang bagus.

Tindakan kelas sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dalam

pembelajaran,dalam hal ini adalah melakukan aspek-aspek penelitian yang lebih teliti.

Refleksi

Dari pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar siswa masih belum maksimal,karena presentase keberhasilan belum mencapai 75%maka

masih perlu diadakan lagi pembelajaran siklus II dengan media yang lebih kongkrit,sehingga

dapat meningkatkan presentase keberhasilan siswa.

Siklus II

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perencanaan.

Guru membuat perencanaan dengan berpedoman pada hasil revisi siklus I

Pelaksanaan

Guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi memperlihatkan gambar banjir, tanah

longsor dan kekeringan kepada siswa ,guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang

terdiri dari 4-5 siswa ,Guru menugaskan kepada siswa untuk mengamati gambar tersebut .guru

membimbing setiap kelompok untuk mendiskusikan pengamatannya dengan menentukan mana

yang termasuk akibat dari musim kemarau dan akibat dari musim hujan dan memastikan setiap

anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi.Guru menugaskan setiap anggota kelompok

untuk bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. Setelah selesai guru membagikan lembar LKS

kepada siswa untuk dikerjakan.

Page 30: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

646

Guru membimbing siswa diskusi Siswa berdiskusi

Siswa presentasi diskusi Hasil lembar kerja siswa

Tabel 2 : Daftar Nilai Siswa pada siklus II

NO NAMA NILAI KETERANGAN

1 BAGAS F 50 Belum Tuntas

2 ANIS M 100 Tuntas

3 ARIF R 70 BelumTuntas

4 ARIVIA V 90 Tuntas

5 AZIZAH A 70 BelumTuntas

6 AURA WIFI 100 Tuntas

7 CARISSA 100 Tuntas

8 DEWI KI 100 Tuntas

9 FAIQ M 80 Tuntas

10 FAIRUZ N 100 Tuntas

11 FAISUL A 100 Tuntas

12 KEYSYA 60 BelumTuntas

13 KHOLISAH R 100 Tuntas

14 GANES 80 Tuntas

15 HILDAN M 90 Tuntas

16 MONICA 70 BelumTuntas

17 MUBAROK RAFA 100 Tuntas

Page 31: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

647

Jumlah : 2408

Rata-rata : 86

Nilai tertinggi : 100

Nilai terendah : 50

Hasil nilai rata-rata pada siklus II 86. Dari 28 siswa, 22 siswa tuntas dalam pembelajaran.

Hasil penelitian pada siklus II sudah mencapai ketuntasan karena ketuntasan belajar siswa telah

mencapai 78.Aktifitas dalam pembelajaran tergolong baik karena dapat an silmemahami tujuan

pembelajaran, mendengarkan penjelasan dan pengarahan dari guru, metode diskusi dalam

kelompok kecilpun membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang baik jika dibandingkan

dengan siklus I, hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa, rata-rata hasil belajar siswa

mengalami peningkatan.Hasil penelitian dapat dirangkum dalam tabel berikut :

Tabel 1. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II

Siklus Prosentase siswa

yang tuntas

Prosentase siswa

yang tidak

tuntas

Nilai Rata-rata

Siklus I 71 % 29 % 73

Siklus II 78 % 22 % 86

18 M NHARUL 100 Tuntas

19 M HAMDAN 90 Tuntas

20 M FAHRI ZUDAN 100 Tuntas

21 M WAHYU 80 Tuntas

22 M TRI AGUS 90 Tuntas

23 M TEGAR 50 Belum Tuntas

24 RAIHAN 100 Tuntas

25 RENDRA 100 Tuntas

26 SALSABILLA 80 Tuntas

27 WAFIQ A 80 Tuntas

28 DIFIRGO W 80 Tuntas

Page 32: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

648

Grafik I Hasil Belajar Siswa

Terjadi peningkatan dari rata-rata 71 pada siklus I menjadi 78 pada siklus II, hasil belajar

siswa sudah memuaskan, sehingga peneliti bersama observer memutuskan untuk menghentikan

pembelajaran sampai siklus II.

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan. stategi pembelajaran dengan menggunakan media benda kongkrit dapat

meningkatkan hasil belajar IPA pada materi penyebab benda bergerak dan pengaruh musim pada

kegiatan manusia dan penyusunannya di kelas I MITarbiyatul Ulum Batu.pada siklus I

nilai rata-rata siswa hanya 73 dan ketuntasan belajar 71% Pada siklus II nilai rata-rata naik

menjadi 86 dan ketuntasan belajar 78%

Saran guru mengembangkan berbagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan nilai

hasil belajar siswa.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

siswa tuntas siswa tidak tuntas rata-rata

SIKLUS I

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

siswa tuntas siswa tidak tuntas rata-rata

SIKLUS II

Page 33: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

649

DAFTAR PUSTAKA.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Mulyasa, E. 2009. Implementasi KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas

Negeri Malang.

Undang – Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Page 34: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

650

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK

DENGAN MENGGUNAKAN PhET PADA SISWA KELAS V

SDN BULUKERTO 01 KOTA BATU

Hadi Yuliansyah

SDN Bulukerto 01 Kecamatan Bumiaji Kota Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang rangkaian

listrik dengan menggunakan PhET. Penelitian dilakukan dengan rancangan PTK yang

dilaksanakan di kelas V SDN Bulukerto 01 Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun Pelajaran

2015-2016 dengan siswa sejumlah 23 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan PhET terbukti dapat meningkatan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan

PhET siswa lebih antusias dan menyenangkan serta mudah dalam memahami materi

pelajaran terutama tentang rangkaian listrik.Karena dalam PhET siswa dapat melihat

bagaimana arus listrik itu mengalir dan bagaimana siswa belajar mencoba membuat

rangkaian listrik sambil bermain,yang pada akhirnya dapat berimbas pada hasil belajarnya.

Hal itu dapat dilihat dari peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu

43,78% pada siklus I menjadi 82,61% pada siklus II.

Kata Kunci: hasil belajar , IPA , rangkaian listrik, PhET.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagai dampak dari globalisasi

dan era digital yang serba cepat, maka perlu sikap dan pemikaran yang positif terhadap perubahan

tersebut. Begitu juga halnya dalam dunia pendidikan saat ini yang sudah dihadapkan oleh

kemajuan tekhnologi, sehingga dalam proses pembelajaran juga sudah mulai menggunakan

komputerisasi. Guru sebagai salah satu komponen utama pendidikan mempunyai fungsi, peran

dan kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional dibidang pendidikan. Dalam undang-

undang No. 14 Tahun 2005 menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi pedagogik,

kepribadian, sosial dan profesional. Oleh karena itu, guru diharapkan bisa mengikuti perubahan

yang terjadi dan berusaha untuk meningkatkan kualitas dalam hal pembelajaran di kelas.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut mampu memberikan yang terbaik untuk

siswanya.Untuk mewujudkan hal tersebut seorang guru dapat melibatkan siswa secara aktif,

memotivasi siswa, menggunakan metode dan media yang tepat , sehingga tercipta proses

pembelajaran yang dapat menyenangkan, menarik, kreatif dan efektif yang pada akhirnya akan

berdampak pada hasil belajar siswa. Menurut Winkel (dikutip oleh Purwanto) hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Guru sebagai pendidik diaharpakan bisa merubah sikap dan tingkah laku siswa ke hal-hal

yang lebih baik khususnya dalam hal belajar. Disamping itu hasil belajar menurut Dimyati dan

Mudjiono (2006) menyatakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka

atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh

siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran. Oleh

sebab itu, keberhasilan siswa dalam belajar sehingga memperoleh nilai belajar yang diharapkan,

harus ada perubahan sikap dan tingkah laku dalam proses belajar mengajar baik itu oleh guru

maupun siswanya.

Keberhasilan belajar siswa di sekolah menjadi salah satu tujuan guru melaksanakan

pembelajaran dan salah satu ilmu yang harus dikuasai oleh siswa adalah Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA). IPA yang merupakan salah satu dari beberapa cabang ilmu pendidikan yang disampaikan

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar ,serta dapat dikembangkan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.Secara ringkas dapat dikatakan IPA merupakan usaha

manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada

sasaran,serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang

sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal:

Page 35: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

651

proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan

prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul) (Leo Sutrisno, dkk, 1-19).

Berdasar hal diatas, maka dalam pembelajaran IPA harus melalui proses dimana siswa

diajak untuk berinteraksi dengan alam melalui pengamatan dan berusaha untuk membuat

kesimpulan tentanng apa yang diamati, tentu saja dengan bahasa dan kemampuan individu

masing-masing terutama pada jenjang Sekolah Dasar. Sehingga dalam proses pembelajarannya

harus ada media yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam belajarnya.

Sementara itu, dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi ada

beberapa tujuan dalam mata pelajaran IPA yaitu 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran

Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2)

Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan

kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mem-pengaruhi antara IPA, lingkungan,

tekhnogi dan masyarakat, 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, 5) Meningkatkan kesadaran untuk

berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, 6) Meningkatkan

kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7)

Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan

pendidikan ke SMP/MTS.

Sehubungan dengan tujuan mata pelajaran IPA tersebut, maka untuk menumbuhkan

kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran hendaknya lebih menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan media dan pengembangan keterampilan

proses yang ilmiah. Standar Isi tertulis “Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam

sekitar secara ilmiah” (BNSP, 2007: 14)

Banyak materi yang dipelajari dalam IPA diantaranya adalah tentang listrik. Dalam

kehidupan sehari-hari listrik merupakan suatu kebutuhan yang sering dipakai. Oleh karena itu

perlu pemahaman tentang listrik, terutama pada siswa tingkat Sekolah Dasar agar mengetahui

bagaimana arus listrik itu mangalir, bentuk rangkaian listrik serta kegunaan listrik dalam

kehidupan sehari-hari

Pembelajaran IPA tentang rangkaian listrik di Sekolah Dasar dibutuhkan sebuah media

untuk memahaminya ,sebab arus listrik tidak bisa diamati secara langsung. Adapun rangakaian

listrik adalah suatu kumpulan komponen elektronika yang saling di hubungkan atau di rangkai

dengan sumber tegangan menjadi satu kesatuan yang memiliki fungsi dan kegunaan tertentu.

Untuk memahami tentang rangkaian listrik tentunya harus ada media yang dapat memudahkan

siswa memahaminya. Maka dari itu, guru harus kreatif dalam menentukan,membuat dan

menggunakan media yang sesuai. Diantara sekian banyak media, salah satunya adalah dengan

menggunakan teknologi informasi (TI). Menurut kamus Oxford (1995) dalam Arsa (2007: 1-33)

teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika,terutama komputer untuk

menyimpan, menganalisa,dan mendistribusikan apa saja, termasuk kata, bilangan dan gambar.

Pengguanaan TI juga bisa dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.

Salah satu program yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran melalui TI adalah

PhET. Physics Education Technology atau PhET merupakan sebuah ikhtiar sistematis yang

tanggap terhadap perkembangan teknologi pembelajaran. PhET dikembangkan oleh Universitas

Colorado di Boulder Amerika (University of Colorado at Boulder) dalam rangka menyediakan

simulasi pengajaran dan pembelajaran fisika berbasis laboratorium maya (virtual laboratory) yang

memudahkan guru dan siswa jika digunakan untuk pembelajaran di ruang kelas. Simulasi PhET

sangat mudah untuk digunakan. Dengan kata lain, simulasi-simulasi PhET merupakan simulasi

yang ramah pengguna. Simulasi-simulasi dalam PhET tersedia secara gratis dan dapat diunduh di

alamat http://www.phet.colorado.edu

Bertolak pada hal di atas, maka siswa diharapkan memperoleh pengalaman belajar yang

menyenangkan dan harus mencapai kriteria ketuntasan minimum,kenyataan di lapangan

menunjukkan hasil yang belum memuaskan. Berdasarkan hasil pembelajaran di kelas V SDN

Bulukerto 01 tentang rangkaian listrik,motivasi dan hasil belajarnya masih kurang memuaskan.

Hal ini di karenakan media yang digunakan oleh guru kurang variatif. Salah satu kesulitan siswa

Page 36: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

652

dalam memahami konsep listrik adalah gejala kelistrikan yang tidak bisa diamati secara langsung.

Pada tingkatkan Sekolah Dasar membuat rangkaian listrik dengan benda riil, terutama

menggunakan baterai ada beberapa kelemahan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi

pembelajaran siswa kelas V tahun pelajaran 2014/2015 dalam praktik menggunakan baterai

banyak lampu yang putus atau tidak menyala, sehingga konsep tentang rangkaian listrik masih

baur.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti mencoba menggunakan PhET Interactive

Simulation sebagai media alternatif pengganti benda nyata dengan tujuan untuk mempermudah

siswa kelas V SDN Bulukerto 01 memahami tentang rangkaian listrik.

Metode Penelitan

Penelitiaan ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

dengan pendekatan kualitatif. Desain PTK yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart

(1990) dalam Sa’dun Akbar (2012:12). Penelitian tindakan dilakukan dalam siklus spiral, yang terdiri

atas: perencanaan (planning), tindakan dan pengamatan (action and observing) yang dilakukan dalam

waktu relatif bersamaan, dan refleksi (reflection) yang dilakukan berdasarkan hasil observasi untuk

menemukan kekurangan-kekurangan terhadap pelaksanaan tindakan, sehingga diperoleh jalan keluar

untuk memperbaiki proses berikutnya. Alur PTK pada model penelitan yang kembangkan oleh

Kemmis dan Mc. Taggart (1990) dalam Sa’dun Akbar (2012:12), dapat dilihat pada gambar di bawah

ini.

Gambar 1. Model PTK menurut

Kemmis dan Mc Taggart

(Sa’dun Akbar, 2012:12)

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengatasi masalah pembelajaran, yaitu pembelajaran IPA

tentang rangakaian listrik. Penelitian ini menggunakan media PhET dengan pendekatan saintifik, yang

nanti hasilnya dapat diketahui setelah membandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan

media nyata yang terdiri dari baterai, bohlam, kabel dan saklar yang sebenarnya

Planning

Siklus 1

Reflection

Revise Plan Action and Observing

dst

Siklus dst

Planning

Siklus 2

Reflection

Revise Plan Action and Observing

Page 37: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

653

Subyek penelitian adalah peserta didik kelas V SDN Bulukerto 01 Kecamatan Bumiaji Kota

Batu Tahun Pelajaran 2015-2016. Jumlah siswa sebanyak 23 anak, dengan 16 anak laki-laki dan 7

anak perempuan.

Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrument utama yang didukung oleh lembar

observasi, dan alat evaluasi (lembar tes tertulis). Peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana,

observer, penganalisis, menyajikan data dan akhirnya sebagai penyusun laporan penelitian.

Peneliti akan merancang pembelajaran untuk memperoleh kondisi nyata di kelas sebagai berikut:

Rancangan Siklus I

Observasi Awal

Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi permasalahan dan menganalisis masalah dalam

pembelajaran IPA tentang rangakaian listrik di kelas V SDN Bulukerto 01.

Menyusun Rencana Tindakan

Pada tahap ini peneliti menyiapkan beberapa hal :1) menentukan materi yang akan diajarkan

yaitu tentang rangkaian listrik. 2) Membuat persiapan mengajar dengan langkah-langkah sebagai

berikut: (a) Menyusun tujuan pembelajaran (b) menentukan materi pelajaran disesuaikan dengan

tujuan yang hendak dicapai. (c) merumuskan materi pelajaran yang akan diajarkan dari buku paket

dan buku penunjang lainnya. (d) merumuskan kegiatan belajar mengajar, sebagai berikut: kegiatan

awal, kegiatan inti, kegiatan penutup. (e) menentukan media pembelajaran berupa baterai, bohlam,

kabel,saklar dan program PhET. (f) menyusun alat pengumpul data berupa: lembar pengamatan dan

catatan lapangan tentang pelaksanaan proses pembelajaran. (g) Menyusun rencana pengolahan data.

Pelaksanaan tindakan

Peneliti sebagai guru kelas, melaksanakan rencana pembelajaran sebagaimana tertuang

dalam satuan pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung dengan langkah-langkah sebagai

berikut: 1) Kegiatan awal: (a) guru mengondisikan siswa untuk siap belajar, (b) guru memberi

apersepsi yang mengarah pada materi rangkaian listrik. (c) guru menyampaikan tujuan

pembelajaran. 2) Kegiatan Inti: (a) siswa membentuk kelompok terdiri dari 4-5 siswa tiap

kelompok. (b) setiap siswa mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan ragkaian

listrik. (c) dalam kelompok siswa bekerja sama merangkai alat-alat listrik menjadi suatu

rangkaian yang terdiri dari: rangkaian seri, paralel dan campuran. (d) masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. (e) tiap kelompok diwakili oleh satu siswa

mendemonstrasikan dengan menggunakan PhET. 3) Kegiatan Penutup: guru bersama siswa

merumuskan kesimpulan pembelajaran, dan pemberian tindak lanjut pembelajaran.

Pengamatan Tindakan

Pengumpulan data pada penelitian tindakan ini dilakukan dengan pengamatan pada proses

pembelajaran yang meliputi aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru dibantu teman sejawat

mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung, mencatat data-data yang muncul pada

lembar catatan lapangan. Peningkatan hasil belajar diukur dengan mengembangkan antara menilai

hasil pengerjaan LKS di akhir siklus dan hasil belajar sebelumnya.

Refleksi

Analisis data dan refleksi dilakukan dalam kegiatan tersendiri dengan teman sejawat setelah

pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi dicatat dan menghasilkan rancangan tindakan pada siklus II dan

rancangan ulang. Peneliti melakukan analisis, pemaknaan, interpretasi dan penyimpulan data yang

telah dikumpulkan, hasilnya berupa temuan-temuan. Daftar permasalahan/ kekurangan yang telah

ditemukan selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk melakukan perancangan ulang di siklus II.

Rancangan Siklus II

Rencana Tindakan

Berdasarkan refleksi siklus I, maka rancangan tindakan sebagai berikut: 1) Bahan pelajaran

yang akan di bahas pada siklus II adalah tentang rangkaian listrik dengan fokus pada penggunaan

PhET sebagai media alternatif. 2) menyusun persiapan mengajar dengan langkah-langkah sebagai

berikut : (a) Menyusun tujuan pembelajaran (b) Menentukan materi pelajaran disesuaikan dengan

tujuan yang hendak dicapai. (c) Merumuskan materi pelajaran yang akan diajarkan dari buku paket

Page 38: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

654

dan buku penunjang lainnya. (d) Merumuskan kegiatan belajar mengajar, sebagai berikut: kegiatan

awal, kegiatan inti, kegiatan penutup. (e) Menentukan media pembelajaran program baterai, bohlam,

kabel, saklar dan program PhET (f) Menyusun alat pengumpul data berupa: lembar pengamatan dan

catatan lapangan tentang pelaksanaan proses pembelajaran. (g) Menyusun rencana pengolahan data.

Pelaksanaan tindakan

Peneliti sebagai guru kelas, membuat rencana pembelajaran siklus II yang merupakan

penyempurnaan dari siklus I. Proses pembelajaran berlangsung dengan langkah-langkah sebagai

berikut: 1) Kegiatan awal: (a) guru membangkitkan semangat siswa dengan meneriakkan “yel-

yel”. (b) guru memberi apersepsi yang mengarah pada materi rangkaian listrik. (c) guru

menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti: (a) siswa membentuk kelompok terdiri dari

4-5 siswa tiap kelompok. (b) setiap siswa mengidentifikasi permasalahan yang terdapat rangkaian

listrik. c) dalam kelompok siswa bekerja sama merangkai alat-alat listrik menjadi suatu rangkaian

yang terdiri dari: rangkaian seri, paralel dan campuran. (d) masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. (e) tiap kelompok diwakili 3 siswa

mendemonstrasikan dengan menggunakan PhET dalam membuat rangkain listrik stelah itu semua

siswa bergantian melakukan hal yang sama. 3) Kegiatan Penutup: guru bersama siswa

merumuskan kesimpulan pembelajaran, dan pemberian tindak lanjut pembelajaran.

Pengamatan Tindakan

Pengamatan proses pembelajaran meliputi aktifitas siswa dan guru dalam kegiatan

pembelajaran. Guru dibantu teman sejawat mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung,

mencatat data-data yang muncul kemudian mentranskripkannya. Selain dalam prose pengamatan juga

dilihat darai dokumen yang dianalisis dari hasil pengerjaan evaluasi oleh siswa selama pembelajaran.

Refleksi

Hasil pengamatan siklus II dicatat, didiskusikan dan dibandingkan dengan siklus I. Kemudian

penulis melakukan analisis, pemaknaan, interpretasi, penjelasan dan penyimpulan data yang

terkumpul. Temuan dan permasalahan yang muncul selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk

melakukan perancangan ulang untuk siklus berikutnya. Akan tetapi jika hasil dari siklus II

menunjukkan hasil yang positif dalam artian sesuai dengan target ketuntasan belajar klasikal maka

tujuan penelitian dianggap sudah tercapai, oleh sebab itu peneliti tidak perlu perancangan ulang siklus

berikutnya.

Hasil Penelitian

Pra Tindakan

Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mengadakan observasi awal. Tujuannya untuk

mengetahui lebih mendalam kondisi sekolah, sebagai kelas yang akan mendapat perlakuan.

Kondisi tersebut mencakup kondisi fisik kelas, kondisi siswa, guru, proses pembelajaran dan

kegiatan belajar mengajar di kelas serta sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di kelas

maupun di sekolah. Pada observasi awal kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga tahapan, 1)

kegiatan awal, 2) kegiatan inti, dan 3) penutup.

Pada kegiatan ini peneliti mengidenfikasi masalah yang akan diteliti dan dikenakan tindakan.

Penliti mengajukan beberapa pertanyaan awal tentang listrik sebelum melakukan tindakan. Berikut

pertanyaan-pertanyaan itu :

Guru :”Apakah nama benda ini?”(sambil

menunjukan baterai)

Siswa ; ”Baterai”

Guru : “Apa gunanya atau fungsinya?”

Siswa : ”Untuk menyalakan lampu, menghasilkan listrik,sumber energi”

Guru : ”Apakah nama benda ini?”(sambil

kabel)

Siswa : “ Kabel”

Page 39: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

655

Guru : : “Apa gunanya atau fungsinya?”

Siswa :”Untuk menyalakan lampu, menyalurkan listrik dari baterai”

Guru : ”Apakah nama benda ini?”(sambil

lampu)

Siswa : “ lampu”

Guru : “Apa gunanya atau fungsinya?”

Siswa :”Untuk menerangi ruangan”

Guru : ”Apakah nama benda ini?”(sambil

sakalar)

Siswa : “ Cetekan(bahasa yang biasa digunuakan siswa)”

Guru : “Apa gunanya atau fungsinya?”

Siswa :”Untuk mematikan dan menghidupkan lampu”

Selanjunya guru merangkai kabel, baterai dan lampu jadi rangkaian listrik, serta

menagajukan pertanyaan.

Guru : “Apa terjadi pada lampu?” (merangkai alat alat listrik seperti pada gambar di bawah ini)

Siswa :”Menyala”

Guru : “Apa terjadi pada lampu?” (merangkai alat alat listrik seperti pada gambar di bawah ini)

Siswa :”Mati”

Setelah dilakukan percobaan ternyata lampu dapat menyala.

Guru : “ Apa yang menyebabkan lampu menyala?”

Siswa : “Karena ada baterai, kabel ,lampu

Siswa :”Kabel dihubungkan ke baterai dan lamapu”

Dari gambaran di atas bahwa pemahaman siswa tentang arus listrik dapat mengalir

melalui rangkaian tertutup belum sepenuhnya dipahami oleh siswa. Hasil penelitian tindakan

kelas yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan media nyata yang terdiri dari baterai,

kabel, bohlam dan saklar tanpa menggunakan media PhET , menunjukkan kurang jelasnya siswa

kelas V SDN Bulukerto 01 Kecamatan Bumiaji kota Batu memahami tentang rangkaian listrik.

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kegiatan setiap siklus akan diuraikan

sebagai berikut:

Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari observasi awal, peneliti memberi tindakan siklus I

untuk lebih mendapatkan data yang diinginkan. Kegiatan siklus I pada penelitian ini berdasarkan

catatan dan observasi dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dapat dipaparkan dari

hasil belajar siswa kelas V SDN Bulukerto 01 dengan hasil sebagai berikut:

Page 40: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

656

Aktifitas Siswa Siklus I, (tabel pada lampiran).

Dari perhitungan dengan tabel, bahwa keaktifan siswa di kelas dalam pembelajaran

mencapai 57,78% dengan predikat cukup. Aktifitas siswa yang diamati oleh pengamat selama

proses pembelajaran dinilai cukup aktif. Namun masih banyak yang masih asik bermain sendiri

selama proses pembelajaran karena media yang digunakan masih sulit untuk dirangkai oleh siswa

sehingga siswa masih banyak yang kebinggungan dalam merangkai alat-alat istrik menjadi suatu

rangkaian.

Hasil kreatifitas siswa dalam membuat komentar pada siklus I. (tabel pada lampiran)

Dalam hal kreatifitas siswa merangkai alat-alat listrik menjadi rangkaian listrik, secara

umum siswa masih kurang. Hal ini disebabkan karena media yang digunakan terbatas dan

penjelasan guru tentang rangkaian listrik terlalu singkat. Sementara siswa hanya merangkai

berdasarkan gambar yang telah disediakan oleh guru. Dan dari hitungan pada tabel (lampiran)

dapat dilihat, bahwa masih banyak siswa yang mendapatkan skor rendah, dengan rincian : siswa

yang mendapat nilai kurang 3 anak, 12 anak mendapat skor cukup dan 8 anak mendapat nilai

baik. Dengan persentase kreatifitas siswa sebesar 55%.

Hasil Belajar Siswa Siklus I. (table pada lampiran)

Berdasarkan hasil belajar pada evaluasi siklus I,diperoleh nilai siswa dengan rincian 8 siswa

mendapat nilai yang sudah memenuhi KKM atau 34,78%, sedangakan 15 siswa mendapat nilai

kurang dari KKM atau 65,22%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal siswa

masih belum tuntas belajar.Sedangkan ketuntasan indidu adalah minimal mendapat nilai 70 dengan

ketuntasan kelas 70%.

Oleh sebab itu, dari hasil evaluasi siklus I dinilai masih banyak kekurangan, diantaranya

karena media alat-alat lisrtrik yang digunakan masih sulit untuk dirangkai, banyak lampu yang

putus, saklar tidak digunakan, sumber energi listrik yang ada di baterai muali melemah. Selain itu

pada siklus I ini juga sudah ada tindakan peneliti dengan menggunakan media PhET tetapi

kurang maksimal, karena siswa masih asing dengan PhET dan kurang bisa mengopersionalkan.

Sehingga konsep tentang rangkaian listrik masih kurang dipahami oleh siswa.

Berdasarkan hasil dan masalah yang ditemukan peneliti di lapangan pada siklus I, maka

peneliti perlu melanjutkan pada siklus II. Tujuannya adalah untuk memperbaiki proses

pembelajaran dan hasil belajar yang telah dilakukan pada siklus I.

Siklus II

Pada siklus II, peneliti memberikan tindakan seperti pada siklus I, namun dalam

pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran, guru memberikan tekanan pada penggunaan PhET

sebagai media pembelajarannya. Dalam proses pembelajaran ini guru memberi contoh dengan

mendemonstrasikan bagaimana cara mengoperasionalkan PhET kepada siswa. Selanjtunya siswa

secara bergantian membuat rangkaian listrik dengan menggunakan PhET.

Dengan bantuan PhET sebagai media alternatif pengganti alat-alat listrik yang

sesungguhnya, ternyata membuat siswa antusias mencoba dan mengikuti pembelajaran tentang

rangkaian listrik, karena di dalam PhET itu anak mengetahui bagaimana arus litrik itu mengalir

serta siswa mudah untuk mengoperasionalkan. Selain itu, dengan bantuan media PhET hasil

belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 1. Berikut paparan hasil belajar

siswa pada siklus II :

Aktifitas Siswa Siklus II, (tabel pada lampiran).

Pada siklus II ini, semua siswa diberi kesempatan untuk merangkai rangkaian listrik

dengan mengunakan PhET. Berdasarkan pengamatan, siswa sangat antusias untuk mencoba,

sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.Dan dari perhitungan dengan

tabel, bahwa keaktifan siswa di kelas dalam pembelajaran mencapai 84,44% dengan predikat

sangat baik.

Hasil kreatifitas siswa dalam membuat komentar pada siklus II. (tabel pada lampiran)

Dilihat dari kreatifitas dalam membuat rangkaian listrik, ternyata siswa lebih kreatif

dibandingkan dengan menggunakan alat-alat listrik yang sebenarnya, hal ini disebabkan siswa

bisa merangkai dalam bentuk yang dinginkan oleh siswa itu sendiri. Dari tabel (pada lampiran)

Page 41: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

657

57,78%

84,44%

55%

87%

34,78%

82,61%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

Siklus I Siklus II

Aktifitas Siswa

Kreatifitas siswa

Ketuntasan Belajar

dapat dilihat, ada peningkatan pemahaman tentang rangkaian, dengan rincian: siswa yang

mendapat skor baik 12 anak, 11 anak mendapat skor sangat baik. Dengan persentase kreatifitas

siswa hanya sebesar 87%.

Hasil Belajar Siswa Siklus II. (table pada lampiran)

Hasil belajar siswa ini merupakan salah satu indikator berhasil tidaknya suatu pembelajaran.

Dengan menggunakan PhET, siswa lebih memahami tentang listrik yang di dalamnya antara ada

ilustrasi arus listrik dan bagaimana cara membuat rangkaian listrik. Berdasar hasil belajar pada

evaluasi siklus II ini diperoleh nilai siswa dengan rincian 17 siswa mendapat nilai yang sudah

memenuhi KKM atau 82,61% yang berarti sudah tuntas, sedangakan 6 siswa mendapat nilai kurang

dari KKM atau 17,39% belum tuntas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara

klasikal siswa sudah tuntas, sedangkan yang belum tuntas diberi bimbingan tersendiri.

PEMBAHASAN

Menurut Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku

pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih

baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

Dilihat dari pengertian hasil belajar tersebut, pada siswa kelas V SDN Bulukerto 01

terdapat perubahan hasil belajar, hal ini didasarkan pada tindakan yang telah dilakukan oleh

peneliti yang dimulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Tindakan yang dimaksudkan disini

adalah dengan menggunakan PhET sebagai media pembelajaran untuk menunjang dari media

sebenarnya yang berupa alat-alat listrik.

Dengan menggunakan PhET siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, hal ini

dikarenakan siswa sekarang sudah terbiasa menggunakan peralatan elektronik atau tekhnolgi

informasi.Dan berdasarkan hasil belajar siswa pada tindakan siklus I dan II dapat dilihat pada

diagram batang di bawah ini

Gambar : Perbandingan hasil belajar pada siklus I dan siklus II

Diagram di atas menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan dari siklus I dan siklus II

terjadi perubahan hasil belajar dengan rincian sebagai berikut: aktifitas siswa yang mengalami

kenaikan, pada siklus I nilai aktifitas siswa 57,78% naik menjadi 84,44% pada siklus II ,dengan

persentase kenaikan sebesar 26,66%. Begitu juga kreatifitas siswa dalam membuat rangkaian

listrik juga mengalami kenaikan, yang sebelumnya pada siklus I hanya sebesar 55%, pada siklus

II menjadi 87% dengan persentase kenaikan sebesar 32%. Sehingga berpengaruh pada hasil

belajar siswa yang juga mengalami kenaikan, dapat dilihat dari nilai ketuntasan kelas pada siklus I

hanya 34,78%, pada siklus II menjadi 82,61% dengan persentase kenaikan sebesar 47,83%.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan PhET

sebagai media alternatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Dan berdasarkan dari target

ketuntasan klasikal 70% dari 23 siswa sudah tuntas, maka penelitian ini hanya dibatasi oleh 2

siklus saja, sedangkan yang belum tuntas diberikan bimbingan dan remidi tersendiri.

Page 42: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

658

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa proses belajar mengajar yang dilakukan dengan menggunakan PhET

sebagai media alternatif penunjang dari media riil atau benda yang sesungguhnya pada

pembelajaran tentang rangkaian listrik di SDN Bulukerto 01 dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Di samping itu dengan menggunakan PhET, siswa lebih antusias untuk mengikuti

pembelajaran karena dapat melihat bagaimana arus listrik itu mengalir serta mudah untuk

mengoperasikannya .

Dilihat dari hasil belajarnya ada peningkatkan dari siklus I yang fokus menggunakan

media alat listrik yang sebenarnya dengan siklus II yang fokus menggunakan PhET sebagai media

alternatif. Adapun kenaikan hasil belajar dapat dilihat dari hasil evalusi siklus I yang mencapai

persentase sebesar 34,78% menjadi 82,61%. Dengan demikian,peneliti berharap semoga

penelitian ini bermanfaat bagi : 1) guru sebagai peneliti, karena dengan menggunakan berbagai

media terutama PhET dapat membuat siswa antusias dalam mengikuti pelajaran serta

memudahkan siswa dalam memamahami pelajaran tentang rangkaian listrik. 2) siswa, sebagai

subyek pembelajaran dengan menggunakan berbagai media terutama PhET siswa lebih mudah

memahami pelajaran, karena siswa pada tingkat Sekolah Dasar membutuhkan media yang dapat

mengkonkritkan benda yang abstrak. 3) pendidik, semoga penelitian ini dapat diajdikan inspirasi

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. 4) sekolah, PhET ini bisa digunakan sebagai

media pembelajaran dengan cara mendownload di alamat http://www.phet.colorado.edu

DAFTAR RUJUKAN

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Umbara

Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007. Tentang Standar Proses Pendidikan dasar dan Menengah.

Jakarta:BNSP

Leo Sutrina.Hery Kresnadi. Kartono. 2007.Pengembangan Pembelajaran IPA SD.Depdiknas

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta:Depdiknas

Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007. Tentang Standar Proses Pendidikan dasar dan Menengah.

Jakarta:BNSP

Arsa. Deni Darmawan. Cepi Rian. 2007,Komputer dan Media Pembelajaran di SD,Depdiknas

Akbar,Sa’dun.2012.Modul Pengembangan Penelitian Tindakan Kelas dan Karya Ilmiah. Malang:

Universitas Negeri Malang.

https://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/definisi-hasil-belajar-menurut-para-ahli/. diunduh 19

Januari 2016

http://rachmadresmi.blogspot.co.id/2009/03/phet-simulasi-fisika-untuk-membantu.html. diunduh 19

Januari 2016

Page 43: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

659

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

MATERI MEMAHAMI BERBAGAI BENTUK ENERGI DAN CARA

PENGGUNAANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI–HARI DENGAN

METODE JIGSAW DI KELAS IV SD

Maulana Akbar Sasputra

SDN Oro – oro Ombo 02

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendeskripsikan: 1) penerapan model

pembelajaran tipe jigsaw, 2) hasil belajar siswa.merupakan penelitian deskriptif kualitatif

dengan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Tiap

siklusnya terdiri dari satu pertemuan. Data diambil dari lembar pengamatan aktivitas guru

dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, hasil belajar siswa dan aktivitas

siswa. Setiap akhir pertemuan dilakukan tes untuk mengukur hasil belajar siswa.

Penerapan model pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran IPA dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II

diatas KKM. Guru dapat menggunakan model pembelajaran jig saw untuk meningkatkan

hasil belajar IPA. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan model pembelajaran jigsaw

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan memperbaiki kekurangan pada diskusi

kelompok ahli dan evaluasi.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Jigsaw, IPA, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar

Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar dapat lebih mudah dalam memahami alam

sekitar. Untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung melalui praktik diperlukan partisiasi

dan keaktifan siswa sebagai pebelajar. Mengacu pada hal tersebut sangat diperlukan model

pembelajaran IPA yang sesuai. Karena model pembelajaran IPA yang sesuai sangat membantu guru

dan siswa dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Bagi siswa, dengan penerapan model

pembelajaran yang sesuai akan mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran yang

diajarkan oleh guru.

Tujuan pendidikan IPA di SD selain memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam

merencanakan dan melakukan kerja ilmiah juga untuk membentuk sikap ilmiah. Jadi dalam kegiatan

pembelajaran IPA sebaiknya guru memberikan sejumlah kegiatan yang memberikan peluang kepada

peserta didik untuk mengarah pada tujuan pendidikan IPA. Dengan demikian pendidikan dapat

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan cara membentuk guru yang berkualitas

pula. Menurut Mulyasa (2007:11), guru profesional harus mampu mengembangkan budaya dan iklim

organisasi pembelajaran yang bermakna, kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis, sehingga

menyenangkan bagi peserta didik maupun guru dalam pembelajaran. Jadi untuk menjadi seorang guru

profesional, motivasi diri untuk meningkatkan kualitas diri seorang guru harus selalu ditingkatkan.

Kelas IV dipilih karena berdasarkan hasil pengamatan ditemukan fakta bahwa kegiatan

pembelajaran IPA di SDN Oro–oro Ombo 02 Batu masih terdapat banyak masalah. Dalam

pelaksanaan pembelajaran IPA kelas IV di SDN Oro – oro Ombo 02 Batu, hasil belajar siswa juga

masih tergolong kurang memuaskan. Dari hasil yang didapatkan pada tahun pelajaran 2015/2016

bahwa nilai IPA peserta didik kelas IV SD masih dibawah KKM, hal ini dilihat dari nilai rata-rata

kelas tes awal yaitu 59,60. Karena guru kurang kreatif dalam memanfaatkan alat peraga yang ada

dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berusaha menerapkan model pembelajaran jigsaw pada

pelajaran IPA khususnya pada kompetensi dasar menjelaskan hubungan antara struktur akar

tumbuhan dan fungsinya. Materi ini dipilih karena dalam pembelajaran menggunakan model jigsaw

Page 44: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

660

siswa akan mengalami sendiri dengan cara melakukan pengamatan secara langsung untuk

membuktikan bagian tumbuhan dan fungsinya sehingga siswa benar-benar menemukan sendiri

pengetahuannya. Dengan demikian pada pembelajaran ini diharapkan dapat menimbulkan keaktifan

dan keantusiasan siswa dalam belajar, khususnya dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan melibatkan siswa dalam

menemukan pengetahuannya sendiri melalui pemberian pengalaman langsung kepada siswa dengan

model pembelajaran jigsaw. Dalam model pembelajaran cooperative learning type jigsaw ini siswa

memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat

dan dapat meningkatkan komunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan

kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada

kelompoknya Rusman, (2008.203 ).

Proses pemecahan masalah dilakukan secara kolaborasi. Kolaborasi dilakukan antara peneliti

dengan rekan sejawat sesama guru, peneliti, bersama kolaborator bekerja secara tim mulai dari

persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Berdasarkan observasi dan diskusi dengan teman sejawat diketahui adanya beberapa masalah

yang menyebabkan rendahnya pencapaian kompetensi dasar tersebut. Identifikasi masalahnya adalah

sebagai berikut :

a) Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami berbagai bentuk energi dan cara

penggunaannya dalam kehidupan sehari – hari

b) Kurangnya media alat peraga yang mendukung dalam pembelajaran IPA

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat disimpulkan beberapa faktor analisis permasalahan,

diantaranya :

a) Guru belum menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran yang

dilaksanakan

b) Guru belum memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan percobaan atau

pengamatan langsung

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti bagaimanakah penerapan model

pembelajaran jig saw pada materi pokok struktur bagian tumbuhan dan fungsinya yang dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Oro – oro Ombo 02 Batu, Oleh karena

itu, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “ Meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPA materi memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam

kehidupan sehari – hari dengan metode jigsaw di kelas IV SDN Oro – oro Ombo 02 Batu Tahun

Pelajaran 2015 / 2016 ”.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya (Arends, 1997).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif

dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan

bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian

materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota

kelompok yang lain (Arends, 1997).

Hasil Dan Pembahasan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah penerapan jig saw dalam

pelajaran IPA untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi memahami berbagai

bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari – hari kelas IV SDN Oro – oro Ombo

02 Batu”. Oleh karena itu dibawah ini akan dipaparkan data tes materi memahami berbagai bentuk

energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari – hari pada pembelajaran IPA dengan jumlah

siswa 25 siswa. Mulai dari penilaian prasiklus, siklus 1, dan siklus

Page 45: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

661

Analisis Data Siklus 1

Hasil analisa siklus 1 dapat dilihat pada tabel dan grafik yang peneliti sajikan sebagai berikut :

Tabel 4.4 Daftar Nilai Siswa Siklus 1

NO NAMA SISWA NILAI ANALISIS

NILAI KET

1 AAN NUR ANDIKA 50 Sangat Kurang Tidak Tuntas

2 FARHANDIKA DWI P 50 Sangat Kurang Tidak Tuntas

3 IZZA SHYLA A 60 Kurang Tidak Tuntas

4 MUHAMAD RAMZY 60 Kurang Tidak Tuntas

5 NOVIA

RAHMADANI

60 Kurang Tidak Tuntas

6 ADAM JULIANSYAH 60 Kurang Tidak Tuntas

7 AFRIZAL DINDA F 60 Kurang Tidak Tuntas

8 AGUNG PUTRA S 90 Baik Tuntas

9 AINA ZASKIA A 70 Cukup Tuntas

10 ALFI RIZALDI IBRA 70 Cukup Tuntas

11 AL'IM ARDIANSYAH 80 Baik Tuntas

12 ALVIAN RAMA K 70 Cukup Tuntas

13 ALY HAKIM A 60 Kurang Tidak Tuntas

14 AMALIYA RIZKA W 70 Cukup Tuntas

15 ANNISA EKA PUTRI 70 Cukup Tuntas

16 ARIF INDRA S 70 Cukup Tuntas

17 ATA DHIYA FARIN Z 70 Cukup Tuntas

18 AULIA PUTRI M 60 Kurang Tidak Tuntas

19 AULIA RAHMA A 70 Cukup Tuntas

20 AULIA SIFA N 50 Sangat Kurang Tidak Tuntas

21 DAFID PUTRA R 60 Kurang Tidak Tuntas

22 DEBITA ALVIA N 60 Kurang Tidak Tuntas

23 EKA ARY WIJAYA 60 Kurang Tidak Tuntas

24 FEBI TRI W 70 Cukup Tuntas

25 FEBRIANA TRI W 70 Cukup Tuntas

Rata-rata 64,80

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 50

Hasil evaluasi diklasifikasikan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Presentasi Nilai Siswa Siklus 1

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

SK K C B SB

1 0

2 10

3 20

4 30

5 40

6 50 3 12

Page 46: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

662

7 60 10 40

8 70 10 40

9 80 1 4

10 90 1 4

11 100 0

Jumlah 25 28 36 36 4 4

Bila disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat seperti dibawah ini :

Tabel 4.6 Presentase Nilai Siswa Siklus 1

Kriteria Jumlah siswa Persentase

Sangat Kurang 3 12%

Kurang 10 40%

Cukup 10 40%

Baik 1 4%

Sangat Baik 1 4%

Jumlah 25 100%

Dalam bentuk grafik seperti dibawah ini :

Gambar 4.2 Grafik Nilai Siswa Siklus 1

Refleksi

Berdasarkan dari tabel dan grafik analisis nilai hasil evaluasi siklus 1 diperoleh data 3 siswa

(12%) mendapat nilai sangat kurang, 10 siswa (40%) mendapat nilai kurang, 10 siswa (40%)

mendapat nilai cukup dan 1 siswa (4%) yang mendapat nilai baik serta 1 siswa (4%) mendapatkan

nilai sangat baik. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa terjadi peningkatan nilai dari pra siklus ke

siklus 1, meski pada siklus 1 masih belum tercapai sepenuhnya, untuk itu perlu diadakan perbaikan

pembelajaran.

Analisis Data Siklus 2

Hasil analisa siklus 2 dapat dilihat pada tabel dan grafik yang peneliti sajikan sebagai berikut :

Tabel 4.7 Daftar Nilai Siswa Siklus 2

NO NAMA SISWA NILAI ANALISIS

NILAI KET

1 AAN NUR ANDIKA 70 Cukup Tuntas

2 FARHANDIKA DWI 70 Cukup Tuntas

Page 47: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

663

3 IZZA SHYLA A 70 Cukup Tuntas

4 MUHAMAD RAMZY 70 Cukup Tuntas

5 NOVIA RAHMADAN 70 Cukup Tuntas

6 ADAM JULIANSYAH 80 Baik Tuntas

7 AFRIZAL DINDA F 80 Baik Tuntas

8 AGUNG PUTRA S 100 Sangat baik Tuntas

9 AINA ZASKIA A 100 Sangat baik Tuntas

10 ALFI RIZALDI IBRA 80 Baik Tuntas

11 AL'IM ARDIANSYAH 100 Sangat baik Tuntas

12 ALVIAN RAMA K 80 Baik Tuntas

13 ALY HAKIM A 80 Baik Tuntas

14 AMALIYA RIZKA W 90 Sangat baik Tuntas

15 ANNISA EKA PUTRI 100 Sangat baik Tuntas

16 ARIF INDRA S 90 Sangat baik Tuntas

17 ATA DHIYA FARIN Z 90 Sangat baik Tuntas

18 AULIA PUTRI M 80 Baik Tuntas

19 AULIA RAHMA A 90 Sangat baik Tuntas

20 AULIA SIFA N 60 Kurang Tidak Tuntas

21 DAFID PUTRA R 80 Baik Tuntas

22 DEBITA ALVIA N 80 Baik Tuntas

23 EKA ARY WIJAYA 80 Baik Tuntas

24 FEBI TRI

WULANDARI

100 Sangat baik Tuntas

25 FEBRIANA TRI W 90 Sangat baik Tuntas

Rata-rata 83,20

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 60

Hasil evaluasi diklasifikasikan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Presentasi Nilai Siswa Siklus 2

No Nilai Frekuensi Persentase (%)

SK K C B SB

1 0

2 10

3 20

4 30

5 40

6 50

7 60 1 4

8 70 5 20

9 80 9 36

10 90 5 20

11 100 5 20

Jumlah 25 4 20 36 40

Bila disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat seperti dibawah ini :

Page 48: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

664

Tabel 4.9 Presentase Nilai Siswa Siklus 2

Kriteria Jumlah siswa Persentase

Sangat Kurang 0 0%

Kurang 1 4%

Cukup 5 20%

Baik 9 36%

Sangat Baik 10 40%

Jumlah 25 100%

Dalam bentuk grafik seperti dibawah ini :

Grambar 4.3 Grafik Nilai Siswa Siklus 2

a. Refleksi

Berdasarkan dari tabel dan grafik analisis nilai hasil evaluasi siklus 2 diperoleh data tidak ada

siswa yang mendapat nilai sangat kurang, hanya 1 siswa (4%) mendapat nilai kurang, 5 siswa (20%)

mendapat nilai cukup dan 9 siswa (36%) yang mendapat nilai baik serta 10 siswa (40%) mendapatkan

nilai sangat baik. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan nilai

dari pra siklus sampai siklus 2.

A. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dalam bentuk tabel grafik dibawah ini :

Tabel 4.10 Daftar Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus dan Siklus 2

NO NAMA SISWA SIKLUS

Siklus 1 Siklus 2

1 AAN NUR ANDIKA 50 70

2 FARHANDIKA DWI

P

50 70

3 IZZA SHYLA A 60 70

4 MUHAMAD RAMZY 60 70

5 NOVIA

RAHMADANI

60 70

Page 49: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

665

6 ADAM

JULIANSYAH

60 80

7 AFRIZAL DINDA F 60 80

8 AGUNG PUTRA S 90 100

9 AINA ZASKIA A 70 100

10 ALFI RIZALDI IBRA 70 80

11 AL'IM

ARDIANSYAH

80 100

12 ALVIAN RAMA K 70 80

13 ALY HAKIM A 60 80

14 AMALIYA RIZKA W 70 90

15 ANNISA EKA PUTRI 70 100

16 ARIF INDRA S 70 90

17 ATA DHIYA FARIN

Z

70 90

18 AULIA PUTRI M 60 80

19 AULIA RAHMA A 70 90

20 AULIA SIFA N 50 60

21 DAFID PUTRA R 60 80

22 DEBITA ALVIA N 60 80

23 EKA ARY WIJAYA 60 80

24 FEBI TRI W 70 100

25 FEBRIANA TRI W 70 90

Rata-rata 64,80 83,20

Nilai tertinggi 90 100

Nilai terendah 50 60

Analisis Nilai Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

Tabel 4.11 Analisis Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus dan Siklus 2

Kriteria Siklus 1 Siklus 2

Sangat Kurang 3 0

Kurang 10 1

Cukup 10 5

Baik 1 9

Sangat Baik 1 10

Jumlah 25 25

Berdasarkan dari tabel dan grafik analisis nilai hasil evaluasi Pra Siklus diperoleh 7 siswa

mendapat nilai sangat kurang, 9 siswa mendapat nilai kurang, 8 siswa mendapat nilai cukup dan 1

siswa mendapat nilai baik. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa tujuan pembelajaran belum

tercapai sepenuhnya, untuk itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran yang

peneliti lakukan untuk menindaklanjuti ada 2 siklus yang terdiri dari siklus 1 dan 2.

Berdasarkan dari tabel dan grafik analisis nilai hasil evaluasi siklus 1 diperoleh data 3 siswa

mendapat nilai sangat kurang, 10 siswa mendapat nilai kurang, 10 siswa mendapat nilai cukup, 1

siswa mendapat nilai baik dan 1 siswa mendapat nilai sangat baik. Dari data tersebut dapat diartikan

Page 50: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

666

sudah terjadi peningkatan nilai dari pra siklus ke siklus 1, meski pada siklus 1 tujuan pembelajaran

masih belum tercapai sepenuhnya, untuk itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran.

Berdasarkan dari tabel dan grafik analisis nilai evaluasi siklus 2 diperoleh diperoleh data tidak

ada siswa yang mendapatkan nilai sangat kurang, hanya 1 siswa mendapat nilai kurang, 5 siswa

mendapat nilai cukup, 9 siswa mendapat nilai baik, dan 10 siswa mendapat nilai sangat baik. Dari data

tersebut dapat diartikan sudah terjadi peningkatan yang signifikan nilai dari pra siklus sampai siklus 2

dan tujuan pembelajaran sudah tercapai.

Nilai rata-rata pada pra siklus 61,20, kemudian meningkat pada siklus 1 yakni 64,80 dan

meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 83,20, dapat diartikan bahwa tindakan perbaikan pembelajaran

yang peneliti lakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi memahami berbagai

bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari – hari yang menggunakan metode jig

saw, pengamatan pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Oro – oro Ombo 02 Batu.

Gambar 1. Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti dalam menerapkan model Jig Saw pada

mata pelajaran IPA dengan materi memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam

kehidupan sehari – hari kelas IV SDN Oro – oro Ombo 02 Batu dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut,

1. Penerapan model pembelajaran Jig Saw pada mata pelajaran IPA dengan materi memahami berbagai

bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari – hari pada siswa kelas IV di SDN

Oro – oro Ombo 02 Batu telah dilaksanakan sesuai dengan langkah dari model pembelajaran model

Jig Saw.

2. Penerapan model pembelajaran Jig Saw pada mata pelajaran IPA dengan materi memahami berbagai

bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari – hari pada siswa kelas IV di SDN

Page 51: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

667

Oro – oro Ombo 02 Batu dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa meningkat dari

pra siklus, siklus 1 sampai siklus 2.

3. Hasil belajar siswa yang diperoleh adalah pemahaman konsep, keterampilan kerja sama yaitu diskusi

kelompok, pembimbingan teman sejawat, dan kualitas gagasan yang diberikan kepada teman dalam

satu kelompok. Peningkatan tersebut dapat diketahuidengan peningkatan skor siswa dari hasil tes.

Selain itu dengan adanya penerapan pembelajaran koperatif model jig saw memberi respon positif

terhadap pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan antusiasme siswa dalam pembelajaran

dengan adanya minat untuk belajar, sehingga meningkatkan hasil belajar.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan beberapa saran

dalam menerapkan model pembelajaran Jig Saw sebagai berikut.

1. Bagi Guru

a) Guru hendaknya lebih memperhatikan pengorganisasian waktu agar pembelajaran tidak

melebihi batas waktu yang telah ditetapkan.

b) Guru hendaknya memberikan bimbingan kepada individu maupun kelompok secara merata.

c) Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan model Jig Saw, guru hendaknya menjelaskan

langkah-langkah terlebih dahulu agar siswa mengetahui apa yang harus mereka kerjakan

dalam pembelajaran.

2. Bagi Peneliti

Penggunaan metode pembelajaran koperatif model jig saw perlu dikembangkan lebih lanjut,

lebih kreatif dan lebih bervariatif untuk memperbaiki kekurangan dan memperoleh hasil yang

memuaskan.

3. Bagi Siswa

Setelah melaksanakan pembelajaran model jig saw, hendaknya siswa dapat berkolaborasi dan

bekerja sama dengan teman dalam memcahkan masalah, sehingga siswa akan lebih mudah

memahami materi pelajaran yang disampaikan karena berkaitan dengan kehidupan sehari-har

Daftar Rujukan

Arends, 1997. Perkembangan Jigsaw

https://www.google.co.id/search?q=Arends+%281997%29+&oq=Arends+%281997%29+&g

s_l=serp.3...140134.140134.0.140892.1.1.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.64.serp..1.0.0.vPZhuPBk

QQQ Djojosoediro 2004 Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD,

https://www.google.co.id/search?site=&source=hp&q=Djojosoediro+%282004%3A5%29&o

q=Djojosoediro+%282004%3A5%29&gs_l=hp.3...10682.10682.0.11600.1.1.0.0.0.0.550.550.

5-1.1.0....0...1c.1.64.hp..0.0.0.90xQbGMqJMk

Doolittle, 2002. Model Pembelajaran Jigsaw

https://www.google.co.id/search?q=Doolittle+%282002+%29+&oq=Doolittle+%282002+%2

9+&gs_l=serp.3...127429.129208.0.129915.13.6.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.64.serp..13.0.0.Tk4

e8lFMULo

Huriyati, 2010. Tujuan Pendidikan IPA di SD

https://www.google.co.id/search?q=Huriyati+%282010%3A1%29&oq=Huriyati+%282010%

3A1%29&gs_l=serp.3..0i71l2.0.0.0.13548.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c..64.serp..0.0.0.ytiOtSG

F3qs

Kurniawan, 2007. karakteristik siswa SD

https://www.google.co.id/search?q=Kurniawan+%282007%3A1%29+&oq=Kurniawan+%28

2007%3A1%29+&gs_l=serp.3...158851.158851.0.159592.1.1.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c..64.serp

..1.0.0.evK-0wI-Fnc

Lie,A.,1994. Bekerja Sama Secara Kooperatif

https://www.google.co.id/search?q=Lie%2C+A.%2C+%281994%29.&oq=Lie%2C+A.%2C+

Page 52: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

668

%281994%29.&gs_l=serp.3..0i22i30.51470.51470.0.52273.1.1.0.0.0.0.266.266.2-

1.1.0....0...1c..64.serp..0.1.265.nvolzOdF7qk Mulyasa, 2007. Guru Profesional

https://www.google.co.id/search?q=Mulyasa+%282007%3A11%29&oq=Mulyasa+%282007

%3A11%29&gs_l=serp.3...478110.478110.0.478901.1.1.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.64.serp..1.

0.0.naYJob_3htI Rusman, 2008. Cooperative Learning Type Jig Saw

https://www.google.co.id/search?q=Rusman+%282008%3A203%29&oq=Rusman+%282008

%3A203%29&gs_l=serp.3...43500.43500.0.44195.1.1.0.0.0.0.409.409.4-

1.1.0....0...1c.1.64.serp..0.0.0._phwJgSyUMs

Sutrisno, 2007. Teori IPA

https://www.google.co.id/search?site=&source=hp&q=SUTRISNO+%282007%3A1%29&oq=SUTR

ISNO+%282007%3A1%29&gs_l=hp.3...1679.17026.0.17733.19.15.1.0.0.0.561.3357.2-

3j6j0j1.10.0....0...1c.1.64.hp..8.9.2710.LcasMevASK8

Page 53: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

669

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA TENTANG KENAMPAAN

PERMUKAAN BUMI DENGAN MEDIA MANIPULATIF

PADA SISWA KELAS III SDN SISIR O2

Hendri Setiawan

SDN Sisir 02 Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian dilakukan dengan Tindakan Kelas, dilaksanakan dalam dua siklus.

Bertujuan untuk mengetahui hasil belajar IPA materi kenampaan permukaan bumi di kelas

III SDN Sisir 02 Kota Batu menggunakan media manipulatif. Tahapan penelitian ini

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun kelas yang diteliti

adalah kelas III dengan jumlah siswa 23 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media

manipulatif dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 69 dan

ketuntasan belajar 65%. Pada siklus II nilai rata-rata naik menjadi 78 dan ketuntasan belajar

87 %. Disamping itu diperoleh fakta bahwa dengan media manipulatif aktivitas kinerja

siswa meningkat secara signifikan.

Kata Kunci: media manipulatif, hasil belajar, IPA

Undang-undang No. 2 Pasal 13 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

“Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta

memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat

serta mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan dalam masyarakat dan mempersiapkan untuk

mengikuti pendidikan menengah dalam masyarakat. Upaya mengembangkan sikap, kemampuan,

pengetahuan dari tugas dan tanggung jawab guna untuk melaksanakan proses belajar mengajar”.

Dalam metode khusus pengajaran IPA menyatakan bahwa “Kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi membuat pengembangan Siswa SD dalam bidang IPA yang amat diperlukan untuk

melanjutkan belajar ke sekolah yang lebih tinggi maupun untuk mengembangkan bakat, minat

dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Melatih keterampilan anak untuk berfikir secara kreatif

dan inovatif. IPA merupakan latihan bagi anak untuk berfikir kritis dalam mengembangkan daya

cipta dan minat Siswa secara dini tentang alam sekitarnya” (Depdikbud. 1996).

Dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta saran dan pendapat para

guru maka pembelajaran sains disajikan dengan menerapkan berbagai pendekatan sehingga

relevan dengan tujuan pembelajaran IPA yakni:menyajikan berbagai fakta maupun percobaan

sehingga dapat menambah pengalaman anak didik baik di rumah maupun disekolah.

Membangkitkan minat siswa untuk dapat menyelidiki gejala-gejala alam disekitarnya melalui

pengamatan serta mengembangkan keterkaitan antara pengetahuan dan teknologi. Pengertian

Minat Belajar Siswa menurut para ahli sebagai berikut: 1) menurut Kartono (1995), minat

merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu

obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-

elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat

terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk

mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri

pribadi. 2) menurut Buchori (1985), minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Seseorang yang

berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam

atau yang mempelajari peristiwa yang terjadi di alam. IPA adalah sistem tentang alam semesta

Page 54: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

670

yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi dan eksperimen terkontrol. IPA juga

didefinisikan sebagai pengkajian dan penterjemahan pengalaman manusia tentang dunia

fisik,mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode sain-tifik,tidak terbatas

pada fakta dan proses sain-tifik, tetapi juga berbagai aplikasi pengetahuan dan prosesnya seperti

pengamatan,perkiraan dan penilaian serta interprestasi.Dengan demikian IPA adalah produk atau

hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai tertentu

(Sahono,2010,dari beberapa sumber). Sadiman (2012: 7) berpendapat bahwa media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi. Berdasarkan batasan mengenai media di atas, maka dapat

dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga

dapat mendorong terjadinya proses belajar. Jika program media didesain dan dikembangkan

secara baik, maka fungsi tersebut akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan

pengajar. Selain itu, media juga dapat merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perhatian

dan kemauan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri

pembelajar. Menurut Dra.Roestiyah.N.K.(1989:1),guru harus memiliki strategi agar anak didik

dapat belajar secara efektif dan efesien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Lebih lanjut

Purnomo, J.P (2013) menjelaskan bahwa pemilihan alat peraga untuk menunjang proses belajar

dan mengajar sangat penting. Karena itu dalam pembelajaran patut menggunakan media.

Penggunaan alat peraga yang tepat akan dapat meningkatkan hasil belajar dan membuat proses

belajar menjadi aktif, inovatif, efektif, menarik dan menyenangkan. Pembelajaran juga akan

menjadi lebih efektif ketika dilakukan secara berkelompok.

Dalam pemahaman dan kemampuan pembelajaran IPA khususnya tentang materi

kenampaan alam menjadi masalah bagi siswa kelas III SDN Sisir 02 Batu, yaitu siswa kurang

berminat dan sulit dalam mendeskripsikan atau mendefinisikan kenampaan alam. Berdasarkan

hasil observasi awal yang dilakukan ,diperoleh informasi bahwa tingkat penguasaan dan

pemahaman mata pelajaran IPA menunjukkan prestasi belajar masih sangat rendah. Hasil nilai

mata pelajaran IPA di kelas III SDN Sisir 02 materi “Kenampaaan Alam” dinyatakan belum

tuntas karena belum mencapai KKM, KKM IPA kelas III SDN Sisir 02 adalah 65,dari 21 siswa

yang memperoleh nilai 60 keatas hanya 10 anak atau hanya 30% siswa yang mendapat nilai sesuai

dengan KKM.Sementara 70% siswa dinyatakan belum tuntas dalam pembelajaran.Keadaan ini

diduga disebabkan oleh ketidakefektifan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan, guru belum

menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didik,Kurang minatnya

siswa dalam pembelajaran IPA juga dipengaruhi oleh minimnya fasilitas di sekolah utamanya

TIK. Disamping itu penggunaan media pembelajaran masih sangat sederhana, khususnya tentang

kenampaan alam. Hanya berupa gambar dan foto saja.

Untuk itu guru berupaya meningkatkan minat belajar siswa melalui penggunaan media

pembelajaran, salah satu media pembelajran yang tepat adalah media manipulative.Gatot

Muhsetyo, dkk (2007: 2. 31) mendefinisikan bahwa “Bahan manipulatif adalah bahan yang dapat

dimanipulasikan dengan tangan, diputar, dipegang, dibalik, dipindah, diatur atau ditata atau

dipotong-potong”. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa bahan manipulalatif yaitu bahan

yang dapat dimain-mainkan dengan tangan. Alat ini terkait langsung dan bagian dari penjelasan

konsep uraian-uraian materi yang disampaikan. Bahan manipulatif berfungsi untuk

menyederhanakan konsep-konsep yang sulit atau sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak

menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkrit, menjelaskan sifat-

sifat tertentu yang terkait dengan pengerjaan hitung dan sifat-sifat bangun geometri, serta

memperlihatkan fakta-fakta (Gatot Muhsetyo, dkk, 2007: 2. 20). Contoh bahan manipulatif,

Page 55: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

671

jenisnya kertas, karton, kelereng, kerikil, manik-manik, buku, pensil, butiran, kayu, kawat, lidi atu

bungkus makanan (Gatot Muhsetyo, dkk, 2007: 4. 21).

METODE PENELITIAN

Untuk meningkatkan penguasaan materi pembelajaran Pendidikan IPA materi kenampaan

alam, maka dilaksanakan perbaikan dengan membimbing siswa yang kesulitan dalam

mengerjakan soal, memotivasi keaktifan siswa dengan menggunakan alat peraga yang sesuai

dengan kebutuhan. Metode penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research) yaitu suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek yaitu: perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagi langkah-langkah yang statis, terselesaikan

dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut

perencanaan, tindakan, pengamatan,dan refleksi (Kemmis & Mc Taggart, 1993).

Tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan di kelas III SDN Sisir 02 Kota Batu dengan

jumlah siswa 23 orang, yang terdiri dari 16 laki-laki dan 7 perempuan mulai bulan Februari

sampai Maret 2016. Dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus dilakukan observasi yang dibantu

oleh teman sejawat. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing

siklus terdiri dari 2 pertemuan (@ 2 jam pelajaran x 35 menit. Siklus pertama dilakukan pada

tanggal 2 dan 10 Maret 2016 dan siklus kedua dilakukan pada tanggal 5 April dan 12 April 2016.

Setiap akhir siklus dilakukan refleksi, untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan

memperbaikinya untuk siklus berikutnya.

Gambar 1 Siklus PTK Menurut Kemmis dan Mc Taggart

(Arikunto, 2006: 16)

Gambar 1 : Alur penelitian tindakan kelas

Oleh karena itu penulis selaku peneliti melakukan perbaikan pembelajaran melalui

penelitian tindakan kelas melalui penggunaan media yang sesuai, sehingga membuat anak

berminat dalam pembelajaran IPA. Sebagai bentuk kepedulian terhadap prestasi

siswa.pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 siklus.

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS 1

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS 2

Page 56: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

672

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I Pertemuan I

Perencanaan Kegiatan

Dalam tahap perencanaan, pertama kali yang harus dilakukan adalah penyusunan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam tahap ini terlebih dahulu ditentukan SK dan

KD yang akan dicapai. Dalam penelitian ini,RPP dikembangkan berdasarkan SK 6 ”.Memahami

kenampaan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia serta hubungannya dengan

cara manusia memelihara dan melestarikan alam” dan KD.6.1 “ Mendeskripsikan kenampaan

permukaan bumi di lingkungan”. Selanjutnya dari SK dan KD dikembangkan ke dalam indikator-

indikator . Adapun Indikator dari SK dan KD diatas yaitu: (1). Mengidentifikasi berbagai bentuk

permukaan bumi (daratan dan sebaran air), (2).Menjelaskan melalui pengamatan model bahwa

sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, (3). Menyimpulkan melalui pengamatan model

bahwa bentuk bumi tidak datar tetapi bulat pepat.

Dari indikator-indikator tadi dikembangkan tujuan pembelajaran. Adapun tujuan

pembelajarrannya adalah

1).Dengan memperhatikan gambar seri kenampaan permukaan bumi pada siswa dapat menjelaskan

bentuk bumi dengan benar.

2). Melalui kerja kelompok memadukan gambar seri, siswa dapat memberikan nama bagian-bagian

yang termasuk daratan.

3).Melalui tugas rumah tentang kenampaan permukaan bumi, siswa dapat membuat bentuk tiruan

bumi dari plastisin dengan bagus. Materi pokok dalam pembelajaran ini adalah (1).Kenampaan

permukaan bumi,(2).Membuat benda tiga dimensi.

Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan RPP ini terdiri dari 3 kegiatan yaitu ; kegiatan Awal,inti dan

penutup. Kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit, Dalam kegiatan ini yang dilakukan adalah

melakukan doa bersama, mengabsen dan apersepsi.Untuk mengantarkan pada materi yang akan

dibelajarkan,dengan mengajak siswa menyanyikan lagu “bumi saya bulat”. Kemudian dilanjutkan

kegiatan inti yang dilaksanakan selama 35 menit,kegiatannya antara lain

G :” Anak-anak perhatikan,apa yang bapak pegang ini”!

S : “ Buah jeruk Pak..

G : “Ya. Bagimana bentuk buah jeruk ini anak-anak”?

S : “ Bulat pak.”

Dari beberapa dialog diatas. Guru memberikan gambaran bahwa bentuk bumi kita adalah berbentuk

bulat pepat.

1).Tahap Eksplorasi a). Menunjukkan gambar seri kenampaan permukaan bumi dan siswa mengamati.

Gambar 2 : Guru menunjukkan gambar seri kenampaan permukaan bumi.

G : “ Anak-anak perhatikan gambar berikut.!

S : “ Ya pak..

Page 57: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

673

G : “ Bagian-bagian apa saja yang termasuk daratan? “

S : “Gunung, Bukit, sungai pak…

G : “ Ya kalian betul anak-anak. Coba sekarang perhatikan bagian bumi yang termasuk daratan yang

lain.?”

b).Siswa bertanya jawab tentang kenampaan permukaan bumi.

c).Guru memberikan penjelasan singkat dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok, prosedur

kerja serta menentukan batas waktu.

2).Tahap Elaborasi a). Memandu siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa dalam

kelompok.b).Siswa mengerjakan lembar kegiatan. 3).Tahap konfirmasi dalam tahap ini kegiatan

yang dilaksanakan adalah a). Memandu siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.

b).Memandu siswa untuk menyimpulkan hasil kerja kelompok.c).Memberi kesempatan bertanya

kepada siswa.

Gambar 3 : Ketua kelompok mempresentasikan hasil diskusi.

Pada tahap pembelajaran berikutnya adalah kegiatan akhir dilaksanakan selama 20 menit.

Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah memberi tugas rumah kepada siswa dan pada

akhir pembelajaran menyisakkan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

G : “ Anak-anak. Bapak ada tugas buat kalian di rumah!”

S : “ Ya pak..

G : “ Buatlah bentuk tiruan bumi dari tanah liat atau plastisin dengan bagus”.

S : “ Baik pak..

Pengamatan

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan Lembar Kerja

Siswa (LKS) sebagai bahan evaluasi. Dengan menggunakan tekhnik tes berupa Non tes (lisan)

yaitu melalui pengamatan terhadap perilaku siswa selama pembelajaran dan Tertulis untuk

mengukur hasil belajar. Adapun bentuk tes berupa tes lisan,tes dan tertulis. Siswa mengerjakan

LKS dengan memadukan gambar seri kenampaan permukaan bumi (daratan) yang disediakan

guru dan mengerjakan beberapa pertanyaan berupa soal uraian, dan mengerjakan lembar

pengamatan.

Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan dari teman sejawat mengenai rancangan proses perbaikan

pembelajarran, ditemukan beberapa kelemahan pada rencana perbaikan pembelajaran pada siklus

pertama ,yaitu

a) Pada saat dilaksanakan pengamatan, alokasi waktu hanya sedikit sehinggga waktu hanya

dihabiskan untuk demonstrasi saja.

b) Hanya sebagian siswa yang mendapat kesempatan untuk melakukan pengamatan.

c) Secara klasikal guru dan siswa tidak menyimpulkan hasil percobaan, sehingga dari beberapa

pertanyaan dalam tes formatif tidak terjawab dengan benar.

Page 58: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

674

Siklus I Pertemuan II

Perencanaan Kegiatan Siklus I

Pembelajaran dilakukan dalam waktu 2 x 35 menit. Dalam kegiatan pendahuluan guru

melakukan aktivitas menanyakan kembali materi minggu lalu, kepada siswa tentang

kenampaan permukaan bumi dan nama bagian-bagian yang termasuk daratan. . Memotivasi

siswa dengan cara bernyanyi tentang kenampaan permukaan bumi “Bumi kita bulat”.

Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini, yaitu siswa dapat menyebutkan nama bagian-bagian

bumi yang termasuk perairan.

Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

Pembelajaran diawali dengan tanya jawab antara guru dan siswa untuk menggali pengetahuan awal

dan menelusuri kesiapan siswa dalam belajar.

G : “Anak-anak kemarin kita sudah belajar IPA dengan menggunakan bantuan gambar seri kenampa-

an permukaan bumi. Bagaimana perasaan kalian ?”

S : “Senang pak ...”

G : “ Masih ingatkah kalian materi minggu yang lalu?”

S : “ Masih pak. Tentang bagian bumi yang berupa daratan”

G : “Pada pertemuan ini, kita juga akan belajar tentang kenampaan permukaan bumi dan nama

bagian-bagian bumi yang termasuk perairan.Jadi hari ini kita akan belajar apa anak-anak ?”

S : “Bagian-bagian bumi yang termasuk perairan. pak...”

Dari dialog tersebut menunjukkan bahwa siswa telah siap belajar IPA khususnya materi kenampaan

permukaan bumi tentang nama-nama bagian yang termasuk perairan. Selanjutnya guru

menunjukkan globe/bentuk tiruan bumi tentang kenampaan permukaan bumi yang berupa

perairan pada siswa.

Gambar 4 : Guru menunjukkan bentuk tiruan bumi.

Dari globe yang di tunjukkan oleh guru, kemudian guru mengajak siswa menyebutkan bagian-

bagian bumi yang termasuk perairan melalui dialog berikut :

G: “Anak-anak perhatikan, apa nama bagian bumi dalam gambar ini?”

S: “Lautan, Pak...”

G: “Iya... coba tuliskan bagian-bagian apa saja yang terdapat di dalam laut?. “

Beberapa siswa maju ke depan berebut ingin menuliskan jawabannya. Guru menunjuk salah satu

siswa untuk menuliskannya di papan tulis.

G: “Sekarang coba perhatikan nama bagian-bagian bumi yang lain.”

S: “baik pak .....”

Setelah memperhatikan contoh di papan tulis. Siswa dibagi dalam 4 kelompok yang

beranggotakan 5 anak. Pada fase pembentukan kelompok, siswa aktif terlibat dalam kegiatan

kelompok. Lembar tugas yang diberikan membantu siswa untuk aktif bekerja mencobakan

pembelajaran yang baru diterimanya. Beberapa kelompok antusias untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan. Antusias tersebut bisa juga terjadi karena kelompok ingin

Page 59: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

675

menyelesaikan tugas lebih dulu dari kelompok lainnya. Dari hasil evaluasi yang diperoleh bahwa

kelompok semangat telah selesai menyelesaikan tugasnya dengan mendapat skor 100, kelompok

sehat mendapat skor 80, pintar mendapat skor 75 dan kelompok luar biasa mendapat skor 60.

Dari kegiatan pembelajaran terlihat bahwa pembelajaran belum sesuai dengan harapan

karena masih ada satu kelompok yang nilainya di bawah kriteria ketuntasan minimal, dan setelah

direfleksikan ada beberapa langkah pembelajaran yang perlu diperbaiki, antara lain : perlu

bimbingan khusus pada anak yang kemampuannya di bawah rata-rata, dan bimbingan pada

kelompok yang belum aktif perlu diintensifkan.

Pengamatan

Pada kegiatan akhir guru bersama siswa coba merefleksikan pembelajaran dan pemberian

lembar evaluasi untuk dikerjakan oleh masing-masing siswa di rumah. Dari kegiatan

pembelajaran siklus I pertemuan 2 siswa belum kelihatan antusias, aktif dan senang dalam

mengikuti proses pembelajaran,.Adapun selama proses pembelajaran pada siklus I ditemukan

beberapa masalah antara lain:

1. Kurang tertibnya siswa dalam mengerjakan Lembar kerja siswa, dan masih ada siswa yang

berjalan-jalan dan bertanya dengan kelompok lain.

2. Pada pelaksanaan pembelajaran ada beberapa siswa yang tidak tertib saat berdiskusi misalnya

bergurau dengan teman sebangkunya.

3. Dalam diskusi kelompok ada siswa yang masih diam dan tidak aktif dalam berdiskusi, bahkan

membiarkan temannya sendiri yang mengerjakan Lembar Kerja.

4. Guru belum sempurna dalam menyampakan pelajaran.

Siklus II Pertemuan I

Perencanaan

Kegiatan proses belajar mengajar pada siklus 2, materi yang dipelajari masih materi mengidentifikasi

berbagai bentuk permukaan bumi (daratan dan sebaran air). Pada pelaksanaan pembelajaran ini,

penulis masih didampingi oleh teman sejawat untuk melakukan pengamatan saat berlangsungnya

kegiatan pembelajaran. Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus 2 adalah guru memberikan

beberapa pertanyaan kepada siswa.

G :”Anak-anak masih ingatkah kalian dengan materi minggu yang lalu?tentang apa anak-anak?”

S :” Masih pak tentang bentuk permukaan bumi yang berupa periran”.(Hanya sebagian siswa yang

menjawab)

G :” Baik sekarang coba sebutkan bagian-bagian permukaan bumi yang berbentuk perairan?”

S :”Laut, selat, tanjung, palung..

G :”Pintar sekali anak-anak. Sekarang coba sekarang perhatikan

Dari beberapa pertanyaan yang diberikan. Guru berusaha untuk mengetahui tingkat penguasaan materi

yang diterima siswa pada pertemuan berikutnya.

Pelaksanaan

Selanjutnya guru melanjutkan pembelajaran dengan menunjukkan peta dunia kepada siswa.

G :” anak-anak coba dilihat apa yang sekarang bapak bawa?”

S :” Peta pak..(siswa menjawab dengan serempak)

Dari kegiatan awal tersebut. Kemudian guru memberikan penjelasan singkat tentang bentuk bumi.

Kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.Memberikan penjelasan singkat serta

prosedur kerja dan menentukan batas waktu. Guru memandu siswa mengerjakan lembar kegiatan

siswa, untuk mengidentifikasi warna-warna yang terdapat pada peta. Adapun langkah-langkah

sebagai berikut:

Page 60: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

676

1. Bersama kelompokmu amatilah peta dunia, bentuk kenampaan permukaan bumi yang berupa

daratan dan perairan.

2. Identifikasi warna-warna yang terdapat pada peta tersebut.

3. Jelaskan melalui pengamatan arti dari masing-masing warna yang terdapat pada peta.

4. Simpulkan melalui pengamatan, bahwa bentuk bumi tidak datar tetapi bulat pepat.

Selanjutnya, Guru memandu siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok yang diwakili

ketua kelompok di bawah bimbingan guru. Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa.

Pengamatan

Pada akhir kegiatan pebelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat

melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan siswa. Dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan

adapun data hasil hasil penelitian pada siklus II pertemuan I adalah sebagai berikut:

Siklus 2 pertemuan 2

Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana

Perbaikan Pembelajaran pertemuan 2, LKS, soal tes formatif dan alat-alat pengajaran yang

mendukung.

Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 2 pertemuan 2 dilaksanakan pada

tanggal 12 April 2016 di kelas III SDN Sisir 02 Batu, dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal

ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada Rencana

Perbaikan Pembelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus 2 pertemuan 1, sehingga

kesalahan atau kekurangan pada siklus 2 pertemuan 1 tidak terulang lagi pada siklus 2 pertemuan

2. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.Adapun

kegiatan belajar mengajar pada siklus 2 pertemuan 2 ini , guru mengawali dengan beberapa

pertanyaan:

G :” Anak-anak masih ingatkah kalian dengan materi minggu lalu ?’

S :” masih pak.

G :” Baik kalau begitu minta tolong salah satu dari kalian untuk menjawab pertanyaan ini, Sebutkan

bagian permukaan bumi yang berupa daratan?”

S :”Gunung,lembah,jurang,danau,sungai.( siswa menjawab dengan serempak dan tidak beraturan).

G :” Sekarang coba sebutkan bagian permukaan bumi yang berupa perairan?”

S :”Laut, selat, tanjung, palung, (siswa menjawab dengan serempak dan tidak beraturan)

G :” Baik, sekarang coba jelaskan apa yang dimaksud dengan gunung?”

S : “(siswa diam tidak ada yang menjawab)

G :”Jelaskan apa yang dimaksud dengan selat?’

S : “(siswa diam tidak ada yang menjawab)”

Selanjutnya guru memberikan penjelasan singkat tentang nama bagian-bagian bumi yang berupa

perairan. Dari beberapa pertanyaan yang diberikan guru. Guru ingin mengetahui tingkat

penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Selanjutnya guru melanjutkan pembelajaran

dengan membagi siswa menjadi 4 kelompok, di mana masing-masing kelompok terdiri dari 4-5

siswa. Pada saat pembagian kelompok siswa sudah bisa menerima pembagian kelompok yang

ditentukan oleh guru. Guru menyampaikan secara garis besar materi. Siswa begitu antusias

mendengarkan,siswa selalu bertanya pada saat mereka tidak memahami apa yang disampaikan

oleh guru (siswa lebih aktif). Hal ini dikarenakan, guru memakai alat peraga yang berupa media

tiga dimensi bentuk kenampaan permukaan bumi yang telah disiapkan. Pada saat guru

Page 61: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

677

menunjukkan alat peraga siswa begitu senang dengan alat peraga yang mereka lihat. Hal ini

disebabkan mungkin alat peraga ini terbuat dari bahan fiber dengan warna yang cerah dan tampak

seperti bentuk aslinya.

Gambar 5 : Guru menunjukkan alat peraga.

Guru meminta setiap kelompok untuk mengerjakan lembar kerja kelompok, sesuai langkah-langkah

yang ada. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Bersama kelompokmu amatilah bentuk kenampaan permukaan bumi yang berupa daratan dan

perairan.

2. Identifikasi nama bagian-bagian bentuk permukaan bumi.

3. Jelaskan melalui pengamatan masing

Gambar 6 : Siswa mengamati bentuk permukaan bumi.

Gambar 7 : Siswa berdiskusi bersama kelompoknya

Selanjutnya, Guru memandu siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok yang diwakili

ketua kelompok di bawah bimbingan guru.

Gambar 8 : Setelah masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi, kemudian guru

memberi kesempatan bertanya kepada siswa.

Pengamatan

Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa, penulis menggunakan tes formatif untuk

mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

Page 62: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

678

Refleksi

Berdasarkan pengamatan hasil belajar siswa siklus kedua ini, ada beberapa kekuatan dan hampir

tidak ada kelemahan pada rencana perbaikan pembelajaran siklus kedua. Adapun kekuatan yang

muncul pada perbaikan pembelajaran siklus kedua pertemuan 2 ini adalah:

1. Seluruh siswa terlibat aktif dalam kegiatan percobaan dan pengamatan karena hamper seluruh

siswa mendapat kesempatan untuk melakukan pengamatan dengan menggunakan media

manipulatif.

2. Masing-masing kelompok tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan pengamatan.

3. Setiap pertanyaan dapat dijawab dengan benar oleh siswa.

4. Tingkat penguasaan siswa materi pembelajara mencapai 80 %

5.

Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar siswa

Melalui hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa penggunaan media manipulatif

memiliki dampak positif dalam meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan

belajar meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-masing 69 dan 78 Ketuntasan belajar siswa

secara klasikal telah tercapai.

Hasil penelitian dapat dirangkum dalam tabel berikut :

Tabel 1. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II

Siklus Prosentase siswa

yang tuntas

Prosentase siswa

yang tidak

tuntas

Nilai Rata-rata

Siklus I 65 % 35 % 69

Siklus II 87% 13% 78

Perbandingan hasil belajar siswa antara siklus I dan siklus II dideskripsikan sebagai

berikut: Pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 69 dan pada siklus II adalah 78. Hal ini berarti

terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 13%. Dengan melihat prosentase hasil belajar,

pada siklus 1 prosentase siswa yang tuntas 65 % dan prosentase siswa yang tidak tuntas 35 %

sedangkan pada siklus 2 prosentase siswa yang tuntas 87 % dan prosentase siswa yang tidak

tuntas 13 %. Terjadi peningkatan prosentase siswa yang tuntas sebesar 22 %.

65

35

69

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3

Chart Title

Page 63: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

679

2. Aktifitas Guru dan Siswa dalam pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA

tentang “Kenampaan Permukaan Bumi” dengan penggunaan media manipulative yang paling

dominan adalah mendengarkan /memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antar

siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktifitas siswa dapat dikatagorikan aktif.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama Dua siklus, dan

berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut: (1). Pembelajaran dengan menggunakan media manipulative memiliki dampak positif

dalam meningkatkan minat belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar

siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (69%) dan siklus II (78). (2). Penerapan metode

demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan mptivasi belajar siswa yang

ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa hasil wawncara yang menyatakan bahwa siswa

tertarik dan berminat dengan metode demonstrasi sehingga mereka termotivasi untuk belajar.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar

IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bai siswa , maka perlu disampaikan

saran sebagai berikut: (1). Untuk melaksanakan belajar mengajar IPA guru memerlukan persiapan

yang cukup matang , sehinggga guru harus mampu menentukan atau memilih topic yang benar-

benar bisa diterapkan, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. (2). Dalam rangka

meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA, guru hendaknya dapat memilih

aalt perraga yang sesuai, sehingga nantinya siswa mudah untuk memahami materi, menemukan

pengetahuan baru, memperoleh ketrampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya. (3). Perlu adanya penelitian yang lebi lanjut, karena hasil

penelitian ini hanya dilakukan di kelas III SDN Sisir 02 Batu Tahun Pembelajaran 2015-2016.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar.Jakarta:BSNP.

Kemmis,S.&Mc.Taggart,R.1998.The action Research Planer.Third Editioan Geelong:Deakin

University

Latuheru, John. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta:

DEPDIKBUD Dirjen Dikti.

Kemendikbud, (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Pemerintah.

Kemendikbud, (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:

Pemerintah.

Slavin,R.E.1995.Cooperative Learning.Theory,Research, and Practise.Second Edition.

Massachusetts:Allyn & Bacon.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003.Tentang Pendidikan Nasional.Jakarta:Arms Duta Jaya.

Zubaidah, dkk. 2012. Ragam Model dan Metode Pembelajaran IPA. Malang: PT. Pertamina

(Persero) - Universitas Negeri Malang.

Rohman, Fatchur., Diantoro, Markus., Hidayat, Arif., Ibrohim. 2012. Pendalaman Materi IPA SD.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Page 64: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

680

PENGGUNAAN METODE PERCOBAAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 02 BATU KONSEP

KALOR DAN PERPINDAHANNYA

Sri Puji Rahayu

SMPN 02 Batu

[email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar

siswa kelas VII E melalui metode percobaan pada topik kalor dan perpindahannya.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015-2016 dengan 2 siklus

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus I diterapkan pada

sub topik perubahan wujud dan faktor yang mempengaruhi kenaikan suhu suatu benda jika

dipanaskan. Siklus II diterapkan pada sub topik perpindahan kalor secara konduksi,

konveksi, dan radiasi. Data motivasi diambil menggunakan angket motivasi (yang

diberikan pada awal dan akhir pembelajaran) dan pengamatan keaktifan siswa selama

proses pembelajaran. Data hasil belajar diambil menggunakan tes objektif pilihan ganda

(yang diberikan dua kali, sebagai pretest dan posttes), dan kuis yang diberikan pada setiap

akhir percobaan. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan metode percobaan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Rata-rata

skor motivasi siswa meningkat dari 76 ke 78. Rata-rata skor hasil belajar siswa meningkat

dari 58,1 menjadi 76,3. Skor kuis siswa meningkat dari 56,1 pada siklus I menjadi 86,6

pada siklus II.

Kata Kunci : metode percobaan, motivasi, prestasi belajar

Menurut PERMENDIKBUD RI no 81 A tahun 2013 kegiatan pembelajaran dilaksanakan

mengikuti prinsip-prinsip (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta

didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika,

logika serta kinestetika dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui

penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan antara lain metode

demontrasi dan metode percobaan dengan harapan pada saat pembelajaran berlangsung lebih

efektif, efisien, dan bermakna. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman

belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik

dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan

pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.

Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang mengajarkan mengenai kumpulan teori,

penerapannya berlandaskan pada teori dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan

eksperimen (Cooper 2001). Mata pelajaran IPA di SMP pada saat ini menggunakan sistem

keterpaduan, yaitu memadukan antara ilmu fisika, kimia dan biologi yang berkaitan langsung dengan

alam disekitar. Pendekatan yang diterapkan harus memadukan antara pengalaman proses sains dan

pemahaman produk teknologi dalam bentuk pengalaman yang berdampak pada sikap siswa dalam

mempelajari IPA. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar memahami alam secara ilmiah.

Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran IPA di kelas VII E SMPN 02 Batu belum

tercapai secara optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama dalam

penyampaian materi, guru lebih sering menerapkan metode ceramah dan hanya sesekali

mengadakan praktikum, yang artinya pembelajaran IPA terpusat pada guru sehingga pada saat

pembelajaran berlangsung siswa menjadi pasif dalam menyampaikan pendapat. Faktor kedua

yaitu kesulitan siswa dalam memahami materi yang dipelajari, siswa menganggap IPA merupakan

mata pelajaran yang sulit karena harus menghafal rumus dan menghitung sehingga menyebabkan

motivasi dan keaktifan belajar siswa berkurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa saat

UAS Semester Ganjil pada tanggal 01 Desember 2015 sebesar 30% belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75 untuk mata pelajaran IPA.

Page 65: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

681

Mengacu pada kondisi nyata diatas maka perlu adanya tindakan yang dapat mengubah

metode pembelajaran yang melibatkan siswa lebih aktif. Pembelajaran yang diharapkan adalah

siswa dapat bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Tidak hanya sekedar

mendengar dan mencatat pengetahuan dari guru tetapi juga dapat melibatkan siswa dalam

melakukan percobaan. Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode percobaan konsep kalor

dan perpindahannya dapat mengurangi ketidak kondusifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Dalam mempelajari konsep kalor dan perpindahannya ini, siswa harus memahami materi

tersebut, sehingga dapat mengetahui bagaimana pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud zat serta

bagaimana kalor berpindah. Kalor merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepas dari kehidupan

manusia. Diharapkan setelah mempelajari kalor siswa tidak hanya memahami materinya saja,

tetapi juga bisa memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari, dapat memberikan pengalaman

pembelajaran yang menyenangkan, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran serta dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) karena penelitian dilakukan untuk

memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus yaitu

siklus 1 dan siklus ke 2. Kedua siklus tersebut mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan pengolahan data dan refleksi. Skema pelaksanaan penelitian tindakan kelas

(PTK) dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Skema Pelaksanaan PTK

Tahap perencanaan yang dilakukan adalah menyusun dan membuat rencana pembelajaran,

membuat instrumen penelitian (instrumen yang digunakan meliputi angket, lembar observasi, kuis,

LKS dan soal), serta menyiapkan alat dan bahan pembelajaran.

Tahap pelaksanaan sebelum pembelajaran siklus I dan setelah pembelajaran siklus II, siswa

diberi angket motivasi yang bertujuan untuk mengetahui motivasi awal dan motivasi akhir siswa

terhadap pembelajaran IPA. Pertanyaan pada angket yang diberikan ada 10 pernyataan. Setiap

jawaban siswa pada angket diberi skor 1-5 dengan nilai tertinggi 50 (yang akan dikalikan 2 untuk

memudahkan penilaian penskoran). Untuk pernyataan yang mendukung diberi skor 1-5 dengan

perincian skor sebagai berikut: Sangat tidak setuju pada skor 1, Tidak setuju pada skor 2, Ragu-ragu

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN

REFLEKSI

SIKLUS I

SIKLUS II

Page 66: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

682

pada skor 3, Setuju pada skor 4, dan Sangat setuju pada skor 5. Untuk pernyataan yang tidak

mendukung diberi skor sebaliknya yaitu 5-1 dengan perincian sebagai berikut: Sangat tidak setuju

pada skor 5, Tidak setuju pada skor 4, Ragu-ragu pada skor 3, Setuju pada skor 2 dan Sangat setuju

pada skor 1. Angket ini berisi pernyataan kesan pertama pembelajaran IPA pada item 1, merasa

senang dengan kegiatan pembelajaran pada item 2,4,5,6, mengikuti pembelajaran dengan antusias

pada item 3,6,7 dan sikap siswa dengan pertanyaan dan penjelasan guru pada item 9,10. Angket ini

dapat menunjukkan motivasi masing-masing siswa dalam mempelajari konsep kalor dan

perpindahannya (Djihad, 2014:114).

Pemberian soal pre-test dan soal post-test bertujuan untuk mengukur kemampuan awal dan

kemampuan akhir siswa tentang kalor dan perpindahannya. Soal pre-test dan pos-test ini berisi 20 soal

dengan betul semua nilai 100. Dengan indikator seperti a) Menjelaskan pengertian kalor, soal nomor;

1. b) Menentukan kalor untuk perubahan suhu, soal nomor; 2,3,5,7. c) Menentukan kalor untuk

perubahan wujud, soal nomor; 4,6,8,9,10,11. d) Konduksi, soal nomor; 12,13,14,16,17 e) Konveksi

dan Radiasi soal nomor; 15,18,19.(Dit.PLP,Ditjen Dikdasmen,Depdiknas,2004:8)

Setelah selesei baru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP,

dimana langkah terakhir pada tiap pertemuan pembelajaran diberi kuis yang berisi pertanyaan yang

masih berkaitan dengan praktikum. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan terhadap sub

konsep. Penilaian soal kuis betul semua nilai 100 dengan jumlah soal yaitu 4-10 soal untuk setiap

pertemuan pembelajaran dan akan dirata-rata sebagai nilai siklus I dan siklus II.

Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan tahap observasi yang dilaksanakan untuk

merekam segala aktivitas siswa, yang pelaksanaannya dibantu oleh observer yaitu seorang rekan

sejawat. Selama kegiatan pembelajaran, observer mencatat berbagai temuan sebagai bahan refleksi

pada pelaksanaan siklus I dan siklus II dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah

disediakan.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

- Siklus I

Pembelajaran dalam siklus I merupakan kegiatan percobaan siswa yang dilaksanakan melalui

kondisi belajar di kelas. Dilakukan dalam dua kali pertemuan membahas tentang sub konsep

perubahan wujud zat padat, cair dan gas yang dilaksanakan pada pertemuan pertama yaitu tanggal 3

maret 2016, masing-masing pertemuan 2 kali 40 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal

3 maret 2016. Pertemuan kedua membahas sub konsep kalor pada perubahan suhu yang dilaksanakan

tanggal 7 maret 2016. Pelaksanaan tindakan dengan diawali pemberian salam dan menanyakan

absensi siswa dapat dipaparkan sebagai berikut:

Pertemuan Pertama

Guru memberikan motivasi dan menyiapkan pengetahuan awal siswa yang relevan dengan

topik bahasan dan mengajukan pertanyaan “apa yang akan terjadi jika es dipanaskan?” Ternyata anak

menjawab dengan kompak “akan mencair pada suhu 0°C”. Untuk membuktikan kebenaran jawaban

siswa maka siswa diajak melakukan percobaan, dengan diawali penyampaian tujuan pembelajaran,

yaitu tentang mempelajari perubahan wujud zat dari padat menjadi cair dan gas .

Pada kegiatan ini guru membagi siswa menjadi 6 kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 5-6

siswa dengan kemampuan yang heterogen, yaitu ada anak yang kemampuannya tinggi, sedang, dan

rendah. Untuk siswa yang memiliki kemampuan tinggi dijadikan sebagai ketua kelompoknya. Ketua

kelompok yang sudah ditunjuk mengambil lembar kerja siswa (LKS) sesuai dengan jumlah siswa

dalam kelompok serta mengambil alat dan bahan untuk keperluan praktikum yang telah disediakan

dimeja guru. Guru mengarahkan kepada siswa untuk pembagian tugas kerja dalam kelompoknya

masing-masing yaitu ada 3 anak yang melakukan percobaan, ada 1 anak yang mencatat hasil

Page 67: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

683

percobaan, dan 1 anak membantu mendiktekan hasil percobaan. Disini guru memberikan batasan

waktu untuk melakukan percobaan dan diskusi hasil percobaan kurang lebih 40 menit..

Percobaan yang dilakukan siswa adalah mengamati dan mencatat suhu : saat es mencair dan

saat air dipanaskan hingga mendidih dengan rangkaian percobaan sebagaimana ditunjukkan pada

Gambar 1. Selama proses pemanasan, siswa mencatat suhunya Apakah terjadi perubahan suhu?

Apabila terus dipanaskan apakah terjadi pengurangan volume? apabila jawaban ya, kemanakah air

tersebut?. Dalam percobaan ini siswa akan mengetahui suhu es, suhu es saat mencair, suhu air

mendidih, suhu saat air mendidih yang terus dipanaskan dan mengetahui perubahan volume hingga

apa yang menyebabkan es mengalami perubahan wujud. Rangkain percobaan perubahan wujud es

menjadi uap dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Rangkain percobaan perubahan wujud es menjadi uap

Setelah percobaan selesai, siswa melakukan diskusi kelompok untuk menjawab hasil

pengamatan, dilanjutkan dengan presentasi yang disampaikan oleh ketua kelompoknya . Ada 2

kelompok yang mempresentasikan hasil percobaan, kelompok yang presentasi ditentukan oleh guru.

Saat ketua kelompok yang ditunjuk mempresentasikan selesei maka kelompok lain dipersilahkan

untuk memberi masukan atau memberi tanggapan tentang praktikum perubahan wujud zat.

Pada akhir kegiatan siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan yang masih ada kaitannya

dengan praktikum perubahan wujud zat untuk mengetahui penguasaan terhadap sub konsep, baru

dibuat kesimpulan dengan dibimbing oleh guru.

Pertemuan kedua

Guru memberikan motivasi dan menyiapkan pengetahuan awal siswa yang relevan dengan

topik bahasan, dengan mengajukan pertanyaan “mana yang lebih cepat panas minyak kelapa atau

air?” Ternyata siswa ada yang menjawab “minyak dulu yang panas“dan sebagian yang lain

menjawab “air dulu yang panas”. Untuk membuktikan kebenaran dari jawaban siswa maka siswa

diajak melakukan percobaan dengan terlebih dahulu guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai

yaitu materi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan suhu benda karena pemberian kalor.

Pada percobaan ini pembagian kelompoknya seperti pada pertemuan pertama. Ketua

kelompok yang diberi tugas untuk mengambil lembar kerja siswa (LKS) sesuai dengan jumlah siswa

dalam kelompok serta mengambil alat dan bahan untuk keperluan praktikum yang telah disediakan

dimeja guru. Guru mengulangi lagi dalam mengarahkan kepada siswa untuk pembagian tugas kerja

dalam kelompoknya seperti kegiatan percobaan pada pertemuan pertama, disini guru memberikan

batasan waktu untuk melakukan percobaan dan diskusi hasil percobaan kurang lebih 40 menit

Page 68: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

684

Percobaan yang dilakukan siswa adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan suhu

benda karena pemberian Qalor. Dimulai dengan menyiapkan 40 ml air dan 40 ml minyak kelapa, ukur

suhu mula-mula air dan minyak kelapa kemudian panaskan hingga suhunya 60°C. Catat waktu yang

diperlukan untuk mencapai suhu 60°C dengan rangkaian percobaan yang dilakukan terhadap air dan

minyak sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Rangkaian Percobaan Faktor-faktor yang mempengaruhi Kenaikan Suhu Benda Karena

Pemberian Kalor

Ulangi langkah tersebut untuk air dan minyak kelapa dengan volume masing-masing 60 ml.

Catatlah waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 60°C dan selama proses percobaan siswa

mengisi tabel keterkaitan antara massa, suhu dan banyaknya energi panas yang dikandung benda

berdasarkan data pengamatan. Dalam percobaan ini siswa akan mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kenaikan suhu benda karena pemberian kalor dan dapat membuat persamaan rumus

kalor.

Setelah percobaan selesei, siswa melakukan diskusi kelompok untuk menjawab hasil

pengamatan dilanjutkan dengan presentasi. Seperti pada pertemuan pertama ada 2 kelompok yang

akan mempresentasikan hasil percobaan yang ditentukan oleh guru selain kelompok yang pernah

mempresentasikan sebelumnya. Apabila kelompok yang ditunjuk mempresetasikan telah selesei maka

kelompok lain dipersilahkan untuk memberi masukan atau memberi tanggapan tentang praktikum

perubahan wujud zat.

Pada akhir kegiatan siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan yang masih ada kaitannya

dengan praktikum yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan suhu benda karena pemberian

kalor Untuk mengetahui penguasaan terhadap sub konsep, baru dibuat kesimpulan dengan dibimbing

oleh guru. Selama proses tindakan pembelajaran berlangsung, observasi dilaksanakan untuk merekam

segala aktivitas siswa, yang pelaksanaannya dibantu oleh seorang pengamat dengan berpedoman pada

lembar observasi yang telah disediakan

Dari hasil penilaian skor sikap yang didapat dari angket yang diberikan ke masing-masing

siswa diperoleh rata-rata jumlah skor pada siklus I adalah 76, disini menunjukkan motivasi siswa

untuk mengikuti pembelajaran konsep kalor dan perpindahannya dengan metode percobaan cukup

bagus. Nilai pre-test yang diperoleh rata-rata adalah 58.1 ini masih dibawah KKM yang sudah

ditentukan yaitu 75. Anak yang memperoleh nilai diatas KKM 75 keatas hanya 5 anak (15,6%)

sedangkan yang nilainya dibawah KKM 27 anak (84,4%) dari jumlah 32 siswa. Nilai rata-rata hasil

kuis pertemuan pertama dan pertemuan kedua adalah 67,1 dengan perincian 9 anak yang tuntas

belajar (28,1%) sedangkan yang tidak tuntas belajar 23 anak (71,9%)

Kegiatan terakhir pada siklus I adalah refleksi yang diperoleh dari hasil observasi yang

dilakukan pengamat menunjukkan siswa antusias melakukan pengamatan hanya pada awal percobaan

Page 69: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

685

saja setelah itu diselingi dengan mengobrol sendiri kususnya pada kelompok yang mayoritas laki-laki.

Sedangkan yang aktif melakukan percobaan dalam kelompoknya hanya 1-2 siswa yang lain hanya

melihat saja.

- Siklus II

Pada siklus I jumlah anggota kelompok masih besar yaitu 5-6 siswa. Jumlah anggota

kelompok yang besar ini ternyata kurang efektif, sebab dari hasil pengamatan teman sejawat, dengan

anggota yang besar pembagian kerja tidak merata dan siswa kecenderungan untuk mengobrol apabila

percobaan yang dilakukan sudah selesei sedangkan yang bekerja mengerjakan dan menjawab hasil

percobaan hanya anak yang ditunjuk. Hasil refleksi pada siklus pertama digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk menetukan tindakan memperbaiki pada siklus ke 2.

Kegiatan pembelajaran pada siklus II, dilaksanakan sama dengan siklus I yaitu 2 kali

pertemuan, masing-masing pertemuan 2 kali 40 menit. Pertemuan pertama membahas sub konsep

perpindahan kalor secara konduksi yang dilaksanakan tanggal 21 maret 2016.. Pertemuan kedua

membahas sub konsep perpindahan kalor secara konveksi dan radiasi yang dilaksanakan tanggal 24

maret 2016. Berikut dipaparkan pelaksanaa tindakan dengan diawali pemberian salam dan

menanyakan absensi siswa.

Pertemuan Pertama

Guru memberikan motivasi dan pengetahuan awal siswa yang relevan dengan topik bahasan,

dengan menunjukkan gambar wajan yang terbuat dari logam dan pegangannya yang terbuat dari kayu,

kemudian mengajukan pertanyaan “apa yang akan terjadi jika wajan ini dipanaskan?” Ternyata siswa

menjawab dengan kompak “ Wajan menjadi panas” . Guru bertanya lagi “bagus, tetapi siapa yang

bisa menjelaskan lebih lengkap lagi” salah satu siswa yang bernama Imam mengangkat tangan dan

menjawab “wajan menjadi panas karena terbuat dari logam sedangkan pegangannya tidak panas

karena terbuat dari kayu”. Untuk membuktikan kebenaran dari jawaban siswa maka siswa diajak

melakukan percobaan dengan terlebih dahulu guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai yaitu

materi tentang Perpindahan Kalor secara Konduksi.

Pada perbaikan kegiatan ini guru membagi siswa menjadi 8 kelompok. Tiap kelompok terdiri

atas 4 siswa ( jumlah siswa tiap kelompok lebih kecil dibanding pada siklus 1) dengan memiliki

kemampuan yang heterogen, yaitu ada anak yang kemampuannya tinggi, sedang, dan rendah. Untuk

siswa yang memiliki kemampuan tinggi dijadikan sebagai ketua kelompoknya. Ketua kelompok yang

sudah ditunjuk mengambil lembar kerja siswa (LKS) sesuai dengan jumlah siswa dalam kelompok

serta mengambil alat dan bahan untuk keperluan praktikum yang telah disediakan dimeja guru. Guru

mengarahkan kepada siswa dalam pembagian tugas kerja pada kelompoknya masing-masing yaitu ada

2 anak yang melakukan percobaan dan mendiktekan hasil percobaan, 1 anak mencatat waktu, dan 1

anak mencatat hasil percobaan. Disini guru memberikan batasan waktu untuk melakukan percobaan

dan diskusi hasil percobaan kurang lebih 40 menit.

Percobaan yang dilakukan siswa adalah Perpindahan Kalor secara Konduksi dengan

rangkaian percobaan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.

Page 70: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

686

Gambar 4. Rangkaian percobaan Perpindahan Kalor Secara Konduksi

Rangkaian percobaan yang pertama dimulai dengan menyiapkan sendok logam, sendok

plastik dan stik es krim yang berukuran hampir sama.Tempelkan paku payung pada masing-

masing pegangan sendok dan stik es krim dengan menggunakan mentega. Lalu, Berdirikan

sendok-sendok itu pada gelas ukur yang berisi air 40 ml. Jika mentega meleleh maka paku payung

akan jatuh, lalu prediksikan urutan jatuhnya paku payung tersebut jika air dipanaskan dan

panaskan gelas ukur yang telah berisi air tersebut. Amati urutan jatuhnya paku payung sambil

diukur waktunya dan mengisi data pengamatan tersebut kedalam tabel. Dalam percobaan ini

siswa akan mengetahui bahan yang menteganya cepat / tidak cepat jatuh, pengertian konduktor /

isolator. Setelah percobaan selesei, siswa melakukan diskusi kelompok untuk menjawah hasil

pengamatan dilanjutkan dengan presentasi

Pada akhir kegiatan siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan yang masih ada kaitannya

dengan praktikum perpindahan kalor secara konduksi untuk mengetahui penguasaan terhadap sub

konsep, baru dibuat kesimpulan dengan dibimbing oleh guru

Pertemuan Kedua

Guru memberikan motivasi dan menyiapkan pengetahuan awal siswa yang relevaan

dengan topik bahasan, dengan mengajukan pertanyaan “Apa yang kita rasakan saat tangan

dicelupkan kedalam air yang mulai dipanaskan?” Ternyata siswa kompak menjawab “panas“

kemudian pertanyaan diulangi lagi dan ada anak yang menjawab “Mula-mula dingin lama-

kelamaan menjadi panas”.dilanjutkan dengan pertanyaan “Apa yang dirasakan saat kita dekat

kompor yang menyala” siswa menjawab “panas” untuk membuktikan kebenaran dari jawaban

siswa maka siswa diajak melakukan percobaan dengan terlebih dahulu guru menyampaikan tujuan

yang akan dicapai yaitu materi tentang perpindahan kalor secara secara konveksi dan radiasi

Pada kegiatan percobaan ini pembagian siswa dalam kelompok sama dengan percobaan

sebelumnya. Ketua kelompok yang sudah ditunjuk mengambil lembar kerja siswa (LKS) sesuai

dengan jumlah siswanya, serta mengambil alat dan bahan untuk keperluan praktikum yang telah

disediakan dimeja guru. Guru mengingatkan kembali kepada siswa dalam pembagian tugas kerja

tiap kelompoknya serta waktu pelaksanaan percobaan.

Percobaan yang dilakukan siswa adalah Perpindahan Kalor secara Konveksi dan Radiasi

dengan rangkaian percobaan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.

Page 71: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

687

Gambar 5. Rangkaian percobaan Perpindahan Kalor Secara Konveksi dan Radiasi

Rangkaian percobaan pertama dimulai dengan masukkan air kedalam gelas ukur 40 ml lalu

panaskan bagian pojok gelas ukur, lalu masukkan 1 sendok serbuk gergaji kayu kedalam gelas ukur,

kemudian amati dan catat waktu pergerakan serbuk gergaji. Dalam percobaan ini siswa akan

mengetahui mengapa air serbuk gergaji naik dan disebut apa perpindahan kalor semacam ini. Setelah

percobaan selesei dilanjutkan percobaan berikutnya yaitu: (1) Membungkus termometer 1 dengan

plastik warna hitam dan termometer 2 dengan plastik warna putih lalu gulung dan isolasi biar tidak

lepas (usahakan tidak menutupi skala termometer), (2) Dekatkan kedua termometer pada pembakar

spiritus yang menyala dengan jarak yang sama dan (3) Mencatat perkembangan kenaikan suhu tiap 2

menit. Dalam percobaan ini siswa akan mengetahui termometer mana yang lebih tinggi kenaikan

suhunya (benda berwarna gelap menyerap panas yang baik dan benda berwarna cerah menyerap panas

yang buruk), dan perpindahan kalor secara langsung. Setelah percobaan selesei siswa melakukan

diskusi kelompok untuk menjawah hasil pengamatan dilanjutkan dengan presentasi seperti percobaan

sebelumnya.

Pada akhir kegiatan siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan yang masih ada kaitannya

dengan praktikum perpindahan kalor secara konveksi dan radiasi untuk mengetahui penguasaan

terhadap sub konsep, baru dibuat kesimpulan dengan dibimbing oleh guru. Setelah selesei

pelaksanaan pembelajaran, siswa diberi angket motivasi untuk mengetahui motivasi akhir siswa

terhadap pembelajaran IPA, pertanyaan pada angket yang diberikan ada 10 pernyataan dengan

pemberian skor yang penilaiannya sama seperti pada tahap awal sebelum pembelajaran.

Dari hasil penilaian skor sikap yang didapat dari angket yang diberikan ke masing-masing

siswa diperoleh rata-rata jumlah skor pada siklus II adalah 78, disini menunjukkan motivasi siswa

untuk mengikuti pembelajaran konsep kalor dan perpindahannya dengan metode percobaan sudah

bagus. Nilai postes yang diperoleh rata-rata adalah 76,3 ini sudah diatas KKM yang sudah ditentukan

yaitu 75. Anak yang memperoleh nilai diatas KKM 75 keatas 22 anak (68,8%) sedangkan yang

nilainya dibawah KKM 10 anak (31,2%) dari jumlah 32 siswa. Nilai rata-rata hasil kuis pertemuan 1

dan pertemuan ke 2 pada siklus II adalah 86,6 dengan perincian 28 anak yang tuntas belajar (87,5%)

sedangkan yang tidak tuntas belajar 4 anak (12,5%)

Kegiatan terakhir pada siklus II adalah refleksi yang diperoleh dari hasil observasi yang

dilakukan pengamat menunjukkan siswa sangat antusias dan senang melakukan pengamatan dan

percobaan dari awal hingga akhir percobaan. Siswa tidak ada yang bermain dan mengobrol sendiri

karena pembagian kerja sudah merata dan pembagian kelompok heterogen. Dalam membahas hasil

percobaanpun semua siswa ikut aktif berdiskusi kelompok. Pada siklus II ini jumlah anggota

kelompok 4 siswa. Dengan Jumlah anggota kelompok yang kecil ternyata sangat efektif yaitu dapat

meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.

Page 72: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

688

Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan grafik hasil dari pemberian angket motivasi

sebelum dan sesudah pembelajaran konsep kalor dan perpindahannya sebagai berikut. Grafik hasil

rata-rata motivasi sebelum dan sesudah pembelajaran dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Grafik hasil rata-rata motivasi sebelum dan sesudah pembelajaran

Dari data hasil rata-rata pemberian angket motivasi yang diberikan sebelum dan sesudah

pembelajaran konsep kalor dan perpindahannya, diperoleh adanya peningkatan motivasi pada

siswa kelas 7E. Skor yang didapatkan sebelum pembelajaran diperoleh hasil rata-rata sebesar 76

kemudian setelah diberi pembelajaran didapatkan skor rata-rata sebesar 78.

Hasil test awal dan test akhir pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan

awal dan kemampuan akhir siswa, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Test Awal dan Test Akhir Pembelajaran Siswa

No Kelas VII E Pre-Test Post-Test

1. Rata-rata 58,1 76,3

2. Diatas KKM ( ≥75 ) 5 anak ( 15,6 % ) 22 anak ( 68,8 % )

3. Dibawah KKM ( ≤75 ) 27 anak ( 84,4 % ) 10 anak ( 31,2 % )

Dari data diatas didapat rata-rata hasil pretes 58,1 dengan nilai Diatas KKM ( ≥ 75) diperoleh 5

anak (15,6 %) dan Dibawah KKM ( ≤ 75 ) diperoleh 27 anak (84,4 %). Perolehan nilai pretes ini

masih belum memuaskan karena kriteria ketuntasan minimal masih dibawah rata-rata. Setelah

dilakukan perbaikan pembelajaran, ternyata ada peningkatan hasil belajar siswa yaitu rata-rata hasil

postes diperoleh 76,3 dengan nilai Diatas KKM ( ≥75) diperoleh 22 anak (68,8 %) dan Dibawah

KKM ( ≤ 75 ) diperoleh 10 anak (31,2 %). Berarti Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil

karena nilai rata-rata sudah diatas nilai kriteria ketuntasan minimal.

Hasil rata-rata nilai kuis pada siklus I dan siklus II yang dilaksanakan untuk mengetahui

penguasaan materi tiap sub konsep yang diberikan pada setiap akhir pertemuan pembelajaran

diperoleh data sebagai berikut:

50

60

70

80

90

100

sebelum sesudah

Kelas 7E 76 78

Kelas 7E

Page 73: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

689

Tabel 2. Rata-rata hasil Kuis Siklus I dan Siklus II

No Kelas VII E Kuis Siklus I Kuis Siklus II

1 Rata-rata 67,1 86,6

2 Diatas KKM ( ≥ 75) 9 anak (28,1 %) 28 anak (87,5 %)

3 Dibawah KKM ( ≤ 75) 23 anak ( 71,9 %) 4 anak (12,5 %)

Dari data diatas didapat rata-rata hasil kuis siklus pertama adalah 67,1 dengan nilai Diatas

KKM ( ≥ 75) diperoleh 9 anak (28,1 %) dan Dibawah KKM ( ≤ 75 ) diperoleh 23 anak ( 71,9 %).

Perolehan rata-rata nilai kuis siklus I ini masih belum memuaskan karena masih dibawah kriteria

ketuntasan minimal, Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran, ternyata ada peningkatan penguasaan

terhadap sub konsep belajar siswa yaitu rata-rata hasil nilai kuis siklus II diperoleh 86,6 dengan nilai

Diatas KKM ( ≥ 75) diperoleh 28 anak (87,5 %) dan Dibawah KKM (≤ 75) diperoleh 4 anak (12,5 %).

Berarti Penelitian Tindakan Kelas ini sesuai dengan tujuan perbaikan dikatakan telah berhasil.

Kegiatan terakhir adalah refleksi yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan

pengamat, pada siklus I menunjukkan siswa antusias melakukan pengamatan hanya pada awal

percobaan saja setelah itu diselingi dengan mengobrol sendiri kususnya pada kelompok yang

mayoritas laki-laki. Pada siklus II siswa sangat antusias dan senang melakukan pengamatan dan

percobaan dari awal hingga akhir percobaan. Siswa tidak ada yang bermain dan mengobrol sendiri

karena pembagian kerja sudah merata dan pembagian kelompok sudah heterogen. Sedangkan pada

siklus I yang aktif melakukan percobaan dalam kelompoknya hanya 1-2 siswa yang lain hanya

melihat saja. Untuk membahas hasil percobaan sebagian berdiskusi sebagian mengorol. Jumlah

anggota kelompok masih besar yaitu 5-6 siswa. Jumlah anggota kelompok yang besar ini ternyata

kurang efektif, sebab dari hasil pengamatan teman sejawat, dengan anggota yang besar pembagian

kerja tidak merata dan siswa kecenderungan untuk mengobrol apabila percobaan yang dilakukan

sudah selesei sedangkan yang bekerja mengerjakan dan menjawab hasil percobaan hanya siswa yang

ditunjuk. Pada siklus II dalam membahas hasil percobaan semua siswa ikut aktif berdiskusi kelompok.

Jumlah anggota kelompok 4 siswa, dengan Jumlah anggota kelompok yang kecil ternyata sangat

efektif yaitu dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil rata-rata skor motivasi, pretes dan postes, nilai kuis dan aktifitas belajar

siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada peningkatan motivasi belajar siswa klas VII

E dengan penggunaan metode percobaan pada konsep kalor dan Perpindahannya, (2) Ada peningkatan

hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai postes yang lebih tinggi dari nilai pre-test, (3) Ada

peningkatan penguasaan terhadap sub konsep pembelajaran dengan nilai rata-rata kuis siklus II lebih

tinggi dari siklus I, (4) Adanya peningkatan aktifitas belajar siswa.

.

Daftar Rujukan

Abadi, Rinawan dkk. 2013. Pegangan Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII Semester 2.

Klaten: PT Intan Pariwara.

Arikunto, S. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Cooper, Christopher. 2001. Jendela IPTEK pada Materi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Balai

Pustaka.

Depdiknas. 2003. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sains SMP/ MTs . Dilihat 29 Februari 2016.

http://www.puskur.net/inc/si/SMP/PengetahuanAlam.pdf

Depdiknas Dtjen Dikdasmen Dit PLP.2004. Panduan Penilaian Pelajaran Pengetahuan Alam,Jakarta

Pusat: Proyek Peningkatan Mutu SLTP Jakarta.

Page 74: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

690

Djihad. 2014. Mudahnya Melaksanaan PTK. Malang: UM Press

N. Sudirman dkk. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: Penerbit Remadja Karya CV.

Partana, C.F 2008. Pembelajaran Kreatif IPA di SMP/MTs. Yogyakarta: Pendidikan Kimia UNY

Prasodjo, B. 2002. Panduan Fisika Untuk Kelas 1 SLTP Semester Pertama dan Kedua. Jakarta:

Yudhistira.

Purwanto, Ngalim. 1987. Psikologi Pendidikan, Bandung: Penerbit Remaja Karya CV.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada

Media.

Slameto, 2013. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudibyo, Elok dkk. 2003. Fisika Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas 2 Edisi ke 1. Batu:

Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjana, N. 2009. Dasar-dasar Prose Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset

Suryatin. 2008. IPA Terpadu. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Wasis. 2008. Contextual Teaching and Learning IPA SMP Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan

Depdiknas.

Widodo, Wahono dkk. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam Edisi Revisi. Jakarta: Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan.

Winarsih, A. dkk. 2008. IPA Terpadu Untuk SMP Kelas VII. Jakarta; Yudhistira

Page 75: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

691

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATERI

GERAK BENDA DI KELAS 1 DENGAN BANTUAN MEDIA MANIPULATIFDI

MI IHYAUL ULUM

Chusnul Chotimah

Guru MI IHYAUL ULUM KOTA BATU

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa pada materi gerak benda kelas I dengan

bantuan media manipulatif. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Masing-

masing siklus terdiri dari satu kali pertemuan 2 X 35 menit. Langkah penelitian ini

melalui perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa

kelas I MI IHYAUL ULUM yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan

12 siswa perempuan. Hasil penelian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan

psikomotorik pada siklus I sebesar 71%. Hal ini masih kurang dari nilai KKM 75 % . Siswa

yang telah tuntas sebanyak 15 siswa atau 71 % sedangkan siswa yang belum tuntas 6 siswa

atau 29 %. Rata-rata prosentase ketuntasan belajar pada siklus II adalah 86 %, ini berarti

telah mencapai KKM. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan

psikomotorik dari siklus I ke siklus II. Kesimpulanya bahwa penggunaan media manipulatif

dapat meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa pada materi gerak benda.

Kata Kunci: kemampuan psikomotorik, media manipulative

Proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang sangat berperan dalam

meningkatkan mutu hasil belajar. Guru sebagai pengelola pembelajaran di kelas bertanggung

jawab atas keberhasilan pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa. Dalam proses pembelajaran sebaiknya guru senantiasa berupaya meningkatkan kualitas

pembelajaran menjadi lebih efektif. Dalam proses belajar mengajar sangat diharapkan terjadinya

komunikasi timbal balik, dan pada umumnya dalam komunikasi dibutuhkan adanya media

khususnya dalam komunikasi interaktif, edukatif. Media pendidikan/ pembelajaran mempunyai

arti yang sangat penting terutama dalam upaya mengingkatkan mutu pendidikan secara kuantitatif

maupun kualitatif (Elizabeth, 2002).

Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan terus dilakukan pemerintah. Diantaranya,

pemerintah menerbitkan Undang Undang No 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional,

dan pemberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006.

KTSP merupakan pengembangan dari kurikulum 2004, KTSP menggunakan pembelajaran

berbasis kompetensi, artinya siswa dituntut menyelesaikan pembelajaran sesuai kompetensi yang

telah ditentukan. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan

oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan

memperhatikan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36

(Mulyasa, 2007:12).

Implementasi KTSP yang paling dirasakan oleh guru dan siswa adalah proses

pembelajaran. Pembelajaran dalam KTSP mengacu pada pembelajaran kreatif. Siswa lebih aktif

dalam pembelajaran dan guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Artinya, dalam

pembelajaran guru mendorong siswa untuk berkreatif dalam pembelajaran dan diberi kesempatan

untuk mengeksplorasi (menggali) materi yang sedang dipelajari secara mandiri.

Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya mengarahkan bagaimana proses belajar

mengajar itu dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, guru seharusnya dapat membuat suatu

pengajaran menjadi lebih efektif dan menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan

membuat siswa merasa senang dan bersemangat dalam belajar.

Pelajaran IPA di SD dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mempunyai

tujuan antara lain; (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

Page 76: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

692

berdasarkan keberadaan, kein-dahan dan keteraturan alam Ciptaan-Nya; (2) mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari; (3) mengembang kan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat;

(4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah

dan membuat keputusan; (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam; (6) mening-katkan kesadaran untuk menghargai alam

dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) memperoleh bekal pengetahuan,

konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya

(Depdik-nas, 2006).

Peningkatan kualitas pendidikan terus dilakukan oleh guru selaku pelaksana pendidikan

dan pembelajaran di sekolah. Hal ini juga dilakukan guru yang bertujuan mendidik siswanya

untuk dapat dibanggakan, baik dalam bidang akademik maupun ekstra kulikuler. Upaya

peningkatan hasil belajar siswa dilakukan berdasarkan hasil belajar yang sudah dicapai selama

ini.

Dalam pembelajaran IPA, guru dituntut lebih kreatif dalam menggunakan model dan

metode pembelajaran inovatif. Model dan metode tersebut diharapkan dapat membuat siswa lebih

bersemangat dalam belajar.

Media sebagai sumber belajar, belajar adalah proses aktif dan konstruktif melalui suatu

pengalaman dalam memperoleh informasi. Dalam proses aktif tersebut, media pembelajaran

berperan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa. Artinya melalui media peserta didik

memperoleh pesan dan informasi sehingga membentuk pengetahuan baru pada siswa. Dalam

batas tertentu, media dapat menggantikan fungsi guru sebagai sumber informasi/pengetahuan bagi

peserta didik. Media pembelajaran sebagai sumber belajar merupakan suatu komponen system

pembelajaran yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, yang dapat

mempengaruhi hasil belajar peserta didik. (Mudhoffir,dalam Munadi, 2008). Latuheru(1988:14),

menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru

dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut,

media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi

pelajaran.(http://www.guruit07.blogspot.com/2009/01/pengertian-mediaPembelajaran.htm).

Pada umumnya media yang digunakan dalam pembelajaran IPA di MI IHYAUL ULUM,

khususnya materi membedakan gerak benda yang mudah bergerak dan benda yang sulit bergerak

hanya menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya contoh : bola, penghabus, gelas,

penggaris, buah-buahan dan lain-lain. Sehingga siswa yang dapat nilai di atas KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal ) hanya dicapai 71 % saja dari jumlah siswa. Sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa maka perlu dilakukan perbaikan metode

pembelajaran yang sesuai yaitu menggunakan media manipulatif karena dengan menggunakan

media manipulatif dapat meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa dalam proses belajar.

Gatot Muhsetyo, dkk (2007: 2. 31) mendefinisikan bahwa “Bahan manipulatif adalah

bahan yang dapat dimanipulasikan dengan tangan, diputar, dipegang, dibalik, dipindah, diatur

atau ditata atau dipotong-potong”. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa bahan

manipulalatif yaitu bahan yang dapat dimain-mainkan dengan tangan. Alat ini terkait langsung

dan bagian dari penjelasan konsep uraian-uraian materi yang disampaikan.Bahan manipulatif

berfungsi untuk menyederhanakan konsep-konsep yang sulit atau sukar, menyajikan bahan yang

relatif abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkrit,

menjelaskan sifat-sifat tertentu yang terkait dengan pengerjaan hitung dan sifat-sifat bangun

geometri, serta memperlihatkan fakta-fakta (Gatot Muhsetyo, dkk, 2007: 2. 20).

Menurut Staton yang dikutip dalam buku Sagala, S. (2010:12) yang berjudul Konsep dan

Makna Pembelajaran, Psikomotorik adalah kemampuan yang mengutamakan keterampilan

jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,

penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Sedangkan menurut Djemari M ( 2004 : 4-5 ) dalam bukunya yang berjudul Penyusunan

Tes Hasil Belajar, Keterampilan psikomotorik berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan

yang memerlukan kordinasi antara syaraf dan otak.Jadi, dapat disimpulkan bahwa psikomotorik

Page 77: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

693

adalah kemampuan individu yang berorientasi kepada gerakan-gerakan secara fisik dan kerja otot

yang memunculkan hasil kerja.

Dalam penelitian ini kemampuan psikomotorik siswa yang diteliti adalah kemampuan

siswa dalam menyiapkan alat, keterampilan menggunakan alat, dan ketepatan mengikuti langkah

kerja.

METODE PENELIIAN

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

menggunakan dua siklus tindakan model PTK yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart

(1982) dalam Arikunto (2006: 16) seperti yang ditunjukkan pada gambar I penelitian tindakan

dilakukan dalam siklus spiral yang terdiri dari 4 tahapan yaitu 1) perencanaan (planning), 2) tindakan

(acting), 3) pengamatan (observing), dan 4) refleksi (reflection).

Gambar 1 Siklus. PTK Menurut Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2006: 16)

Pada tahap perencanaan, dilakukan kegiatan menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang diterapkan di kelas dengan menggunakan media pembelajaran berupa

media manipulatif untuk diamati siswa. Pada tahap pelaksanaan, dilakukan penerapan RPP yang

sudah disusun pada tahap perencanaan dalam pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran

dilakukan pengamatan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan.

Instrumen penelitian adalah butir-butir soal tersebut diperoleh informasi apakah pada materi gerak

benda di kelas 1 dengan bantuan media manipulatif dapat meningkatkan kemampuan psikomotorik

siswa. Media yang digunakan dalam pembelajaran apakah sudah dapat meningkatkan hasil belajar

siswa atau belum. Untuk evaluasi dilakukan diakhir pembelajaran apabila diperoleh prosentase

keberhasilan siswa kurang dari 75 % maka akan dilaksanakan pembelajaran pada siklus II.

Penelitian akan dihentikan jika hasil ketuntasan tingkat keberhasilan nilai rat-rata siswa mengalami

peningkatan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kulitatif.

Data yang dilaporkan dalam bentuk tulisan, bukan dalam bentuk angka-angka. Akan tetapi, sebagian

data dilaporkan dalam bentuk skor nilai dalam tabel pada setiap siklus. Skor nilai dalam bentuk

angka yang diperoleh pada siklus I belum tentu menggambarkan secara keseluruhan hasil penelitian

ini. Penelitian ini dilaksanakan di kelas I MI IHYAUL ULUM Kecamatan Batu Kota Batu.

Penelitian ini dilaksanakan selama dua hari.

Subyek penelitian ini adalah siswa siswi kelas I yang berjumlah 21 anak di sekolah MI IHYAUL

ULUM Kecamatan Batu Kota Batu.Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing

siklus terdiri atas; perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Secara rinci prosedur

penelitian mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS 1

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS 2

Page 78: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

694

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan Sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung disusun rencana pelaksanaan pembelaja-

ran ( RPP ), karena RPP merupakan suatu rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan saat

mengajar. Proses penyusunan RPP melalui beberapa tahab diantaranya tahab penelaahan standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi ajar, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,

alat dan sumber belajar dan penilaian. Dalam penyusunan RPP ini dikembangkan indikator-

indikator dari kompetensi dasar. Pada materi gerak benda kelas I semester 2 kompetensi dasarnya

adalah 4.1. membedakan gerak benda yang mudah bergerak dengan yang sulit bergerak melalui

percobaan. Dari kompetensi dasar tersebut dikembangkan menjadi 4 indikator yaitu

1).mengelompokkan berbagai bentuk gerak benda, 2). mengelompokkan benda yang mudah

bergerak dengan benda yang sulit bergerak, 3). menyebutkan bentuk gerak benda, dan 4).

melakukan kegiatan mengamati gerak benda yang mudah bergerak dan benda yang sulit bergerak.

Dari indikator kita akan mengembangkan menjadi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran

pada indikator tersebut adalah 1). Siswa dapat mengelompokkan berbagai bentuk gerak benda, 2).

Siswa dapat mengelompokkan benda yang mudah bergerak dengan benda yang sulit bergerak, 3).

Siswa dapat menyebutkan bentuk gerak benda, dan 4). Siswa dapat melakukan kegiatan

mengamati gerak benda yang mudah bergerak dan benda yang sulit bergerak. Setelah melakukan

tujuan pembelajaran peneliti akan menulis materi yang akan diajarkan. Materi pada gerak benda

meliputi macam-macam benda. Macam-macam benda tersebut ada benda yang berbentuk

lingkaran, kubus , kotak, balok, segitiga dan macam-macam buah-buahan. Benda yang mudah

bergerak meliputi permukaan benda yang berbentuk bola, ringan dan benda berukuran kecil.

Benda yang sulit bergerak meliputi permukaan benda berbentuk kotak, tidak beraturan, berat dan

ukuranya. Sedangkan bentuk gerak benda meliputi benda bergerak lurus, benda bergerak

memutar, dan benda bergerak melayang. Metode pembelajaran menggunakan metode ceramah,

tanya jawab, pemberian tugas, dan demonstrasi. Selanjutnya menyusun lembar kerja siswa untuk

evaluasi secara kelompok maupun individu dan terakhir yang direncanakan adalah penyususnan

pedoman observasi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan di kelas I semester II MI

IHYAUL ULUM Kecamatan Batu Kota Batu tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 21

anak. Pada siklus I dilaksanakan pada hari selasa tanggal 15 maret 2016 jam 07.00 sampai 08.10.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran yang telah direncanakan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan

dengan pelaksanaan belajar mengajar. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru yang dikerjakan berkelompok dan

tugas yang harus dikerjakan secara individu. Pembelajaran kali ini memerlukan waktu 70 menit (2

X 35 menit ) diantaranya apersepsi selama 10 menit meliputi :

1). Pada awal pelajaran siswa diajak berdoa bersama-sama 2). Guru mengabsen keberadaan siswa dan

menanyakan kondisi siswa saat ini.

Guru :”anak-anak pada pagi hari bagaimana kabar kalian?”

Siswa : “Alhamdulillah sehat luar biasa ALLAHUAKBAR”

Guru : “hari ini siapa teman kalian yang tidak masuk?”

Siswa : “masuk semua bu guru”

3). Agar siswa tidak bosan dan merasa senang siswa diajak bernyanyi.

Guru : “anak-anak coba kalian semua berdiri kita akan bernyanyi “topi saya

bundar” dan ikuti gerakan seperti yang dicontohkan bu guru.

Siswa:”iya bu guru”

4). kemudian dengan bimbingan guru siswa melakukan tanya jawab tentang benda apa saja yang

mudah bergerak dan benda apa saja yang sulit bergerak.

Guru:” Anak-anak sebutkan benda apa saja yang ada di dalam kelasmu yang mudah bergerak?”

Siswa:”Galon air, keranjang sampah, gelas”

Guru:”Sebutkan juga benda apa saja yang ada di dalam kelasmu yang sulit bergerak ?”

Page 79: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

695

Siswa:”meja, kursi, buku, penghabus

5). Guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran pada hari itu.

Guru:”Anak-anak tujuan pembelajaran pada hari ini adalah untuk mengelompokkan benda yang mudah

bererak dan benda yang sulit bergerak, menyebutkan bentuk gerak benda, dan melakukan

kegiatan mengamati gerak benda yang mudah bergerak dan yang sulit bergerak dari percobaan

dan

6). Guru menginformasikan pada siswa tugas yang akan dikerjakan, baik tugas kelompok maupun

individu.

Guru :”tugas kelompok kalian kerjakan kelompok dan yang tugas individu kerjakan sendiri (tugas

sudah terlampir)

Setelah itu peneliti melakukan kegiatan inti yang meliputi:

Setelah itu guru melakukan kegiatan inti

1). Guru menjelaskan pada siswa contoh benda apa saja yang mudah bergerak dan yang sulit

bergerak.

Guru :”Anak-anak berikan contoh benda yang mudah bergerak?”

Siswa:”gelas.

Guru :”mengapa gelas mudah bergerak?”

Siswa:”karena berbentuk lingkaran dan permukaannya halus”

Guru :”Berikan pula contoh benda yang sulit bergerak?”

Siswa:”meja”

Guru :”Mengapa meja sulit bergerak?”

Siswa:”Karena berbentuk kotak”

2). Kemudian Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang masing-masing kelompok

terdiri dari 5 anak dengan cara siswa berhitung 1 sampai 5.

Guru:”anak-anak mulai dari depan sampai kebelakang coba kalian berhitung satu sampai lima

setelah itu berkumpul sesuai dengan nomornya masing-

masing.

Siswa:”berhitung 1,2,3,4,5....” sehingga diperoleh 4 kelompok

3). Masing-masing kelompok mengeluarkan benda yang telah dibawanya dari rumah ( bola,

penghabus, kardus, kaleng, dan buah-buahan ) 3). Dengan bimbingan guru masing-masing

kelompok berdiskusi untuk mengelompokkan benda yang mudah bergerak dan benda yang sulit

bergerak bedasarkan hasil dari percobaan sesuai dengan lembar kerja. Percobaan ini dilakukan

secara bergantian dengan benda yang berbeda.

Guru:” bahan-bahan yang kalian bawa dari rumah tolong kalian keluarkan dan kelompokan benda

mana yang mudah bergerak dan benda mana yang sulit bergerak dengan melalui pengamatan.

Siswa:”bagaimana caranya bu?”

Guru:”kalian ikuti petunjuknya yang sudah diberikan pada kalian (format terlampir)kalian lempar

satu persatu benda yang kalian bawa kemudian kamu kelompokkan benda mana yang mudah

bergerak dan benda mana yang sulit bergerak lakukan pada semua benda yang kalian bawa

4) siswa mengisi lembar pengamatan secara berkelompok.

5) siswa mengisi lembar kerja individu yang telah disediakan guru

6). Dengan bimbingan guru siswa menuliskan hasil dari percobaan tersebut dan mengoreksinya

7). Secara bergantian masing-masing kelompok maju satu persatu untuk presentasi sedangkan

kelompok yang lain menyimak jawabannya benar apa salah.

8) siswa menempelkan hasil karyanya didinding. Lembar tugas yang diberikan membantu siswa

untuk aktif bekerja mencobakan pembelajaran yang baru diterimanya. Beberapa kelompok

antusias untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Antusias tersebut bisa juga terjadi

karena kelompok ingin menyelesaikan tugas lebih dulu dari kelompok lainnya.Selanjutnya guru

melakukan tanya jawab hal-hal apa saja yang belum diketahui siswa pada materi tersebut. Langkah

berikutnya yaitu penutup dengan bimbingan guru siswa mencatat kesimpulan dari materi tersebut

dan melakukan refleksi umpan balik dari siswa apa yang menyenangkan dan apa yang

membosankan.

Guru:” Anak-anak apakah pelajaran hari ini menyenangkan?”

Siswa:”iya bu”

Guru:”apa yang membuat kalian senang?”

Page 80: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

696

Siswa:”bisa mengetahui gerak benda melalui praktek”. ,

Siswa aktif dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran, walau demikian masih ada siswa yang

kurang aktif karena siswa tersebut pendiam, belum bisa membaca sehingga sulit untuk memahami

perintah dari guru. Berdoa untuk menutup pelajaran.

Gambar 1. Siswa melakukan percobaan Gambar 2. Siswa melakukan diskusi

Gambar 3. Siswa presentasi hasil diskusi Gambar 4. Siswa menempel hasil karya

Pengamatan

Pada tahab ini peneliti melakukan pengamatan untuk mengetahui psikomotorik siswa

dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui 1). Kemampuan menyiapkan alat dan

bahan. 2). Kemampuan menggunakan alat. 3). Ketepatan mengikuti langkah kerja terhadap materi

yang dipelajari. Dari hasil pengamatan tentang psikomotorik siswa, diperoleh data bahwa

sebagian besar siswa saat melakukan percobaan sangat senang karena mereka langsung mencoba

dengan menggunakan benda-benda yang dibawanya dari rumah sedangkan kemampuan dalam

menggunakan media yang ada kurang kreatif, begitu pula saat mengikuti langkah kerja yang

sudah disediakan (format terlampir) sebagian antusias namun kurang teliti.Walaupun masih ada

beberapa siswa yang kurang aktif karena kurang faham dengan petunjuk guru dan belum bisa

membaca. Ketika praktek masih ada sebagian kecil siswa yang bermain sendiri. Siswa seperti itu

perlu bimbingan dari guru. Dari hasil presentasi siswa pada siklus 1 ini jumlah siswa yang

mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimum (KKM) ada 15 siswa dari 21 siswa, berarti ada

6 siswa yang belum tuntas, sehingga presentasi keberhasilan yang dicapai kurang kemungkinan

ketidak tuntasan siswa disebabkan karena media yang kurang sesuai dengan minat mereka dan

masih ada beberapa siswa yang belum bisa membaca sehingga sulit memahami perintah dari

guru.

Page 81: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

697

Refleksi

Dari pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dapat disimpulkan bahwa:

1) Ada sebagian siswa yang kurang mampu menyiapkan alat dan bahan,

2) Kemampuan siswa dalam menggunakan alat kurang memadai.

3) Ketepatan mengikuti langkah kerja terhadap materi yang dipelajari

kurang faham. Dalam pembagian kelompok mungkin terlalu banyak karena tiap kelompok terdiri

dari 5 anak sehingga saat pembelajaran berlangsung anak-anak kurang memperhatikan dan banyak

bermain sendiri. Guru terlalu banyak menggunakan metode ceramah sehingga sebagian anak pasif.

Masih ada beberapa siswa yang belum bisa membaca sehingga belum faham tugas yang diberikan

guru. Saat pembentukan kelompok lebih diperkecil dari satu kelompok 5 siswa bisa diperkecil

menjadi 4 siswa sehingga siswa lebih mudah dalam mengerjakan tugas dari guru dan lebih

berkonsentrasi sehingga dapat meningkatkan presentasi keberhasilan siswa. Pada siklus 1 dari 21

siswa masih ada 6 siswa yang belum mencapai KKM, mereka rata-rata nilai terendah 50

sedangkan nilai tertinggi 90. karena hasil belajar siswa pada siklus pertama masih belum maksimal

dan presentasi keberhasilan belum mencapai 75 % maka masih perlu diadakan lagi pembelajaran

siklus II dengan media manipulatif yang lain.

Siklus 2

Perencanaan

Berdasarkan refleksi siklus I ditemukan beberapa kekurangan dalam pelaksanaan

pembelajaran serta target yang diharapkan dalam penelitian belum tercapai. Upaya perbaikan

siklus I pada siklus II diperlukan untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, yaitu untuk

meningkatkan psikomotorik siswa dan upaya memperbaiki kekurangan pada siklus I maka

pembagian kelompok harus lebih diperkecil. Guru perlu membimbing siswa terutama yang belum

bisa membaca agar lebih aktif saat pembelajaran berlangsung, mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari : perencanaan pembelajaran, LKS, soal tes formatif, alat-alat

pengajaran yang mendukung pelaksanaan pembelajaran dan dengan menggubah jumlah

kelompok yang awalnya satu kelompok berjumlah 5 siswa diubah menjadi satu kelompok

menjadi 4 siswa tujuanya agar para siswa terlibat aktif sepenuhnya dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan Pada siklus II dilaksanakan pada hari selasa tanggal 5 April 2016 jam 07.00 sampai 08.10.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran yang telah direncanakan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan

dengan pelaksanaan belajar mengajar. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru yang dikerjakan berkelompok dan

tugas yang harus dikerjakan secara individu. Pembelajaran kali ini memerlukan waktu 70 menit (2

X 35 menit ). Pembelajaran diawali dengan

1) tanya jawab antara guru dan siswa untuk menggali pengetahuan siswa tentang pembelajaran

sebelumnya. Tanya jawab tentang materi minggu lalu tentang gerak benda

Guru :”Gerakan baling-baling mainan helikopter bergerak dengan cara apa?

Siswa: “memutar“

kemudian kegiatan pembelajaran masuk pada kegiatan inti, dilakukan dengan mengajak siswa untuk

tanya jawab tentang penyebab benda bergerak

Guru :” sebutkan benda-benda yang ada di dalam kelasmu yang digerakkan oleh baterai?”

Siswa:”jam bu”

Guru:”mengapa jam bisa bergerak?”

Siswa:”karena jam berisi batrai”

Guru :”selain jam apa lagi?” Siswa:”mobil mainan bu”

Guru :”coba batrai pada jam dan mobil-mobilanmu kamu lepas apa yang terjadi?” Siwa:”mobil mati,

mobil tidak bisa bergerak.

Page 82: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

698

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini, yaitu tujuan pembelajaran kali ini untuk

menjelaskan penyebab benda bergerak , contoh gerobak dapat bergerak karena dorongan tangan

manusia.

3) Menginformasi tugas yang akan dikerjakan.

4) Dengan bimbingan guru siswa melakukan tanya jawab tentang penyebab benda bergerak

Guru : “sebutkan benda-benda yang ada di dalam kelasmu yang digerakkan oleh Baterai?”

Siswa :” jam, mobil mainan”

5) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (masing-masing kelompok 4 anak)

6) Masing-masing kelompok mengeluarkan benda-benda yang telah dibawa dari rumah ( bola,

batrai, magnet, ketepel, mobil-mobilan, batu, dan jam )

7) Dengan bimbingan guru masing-masing kelompok melakukan kegiatan sebagai berikut (rublik

terlampir ).Kemudian memberikan evaluasi kepada siswa berupa soal berbentuk essay sebanyak

10 soal, kemudian guru memberikan tindak lanjut berupa penjelasan tentang soal yang tidak

dipahami siswa.

Kegiatan akhir dilakukan dengan mengajak siswa berdialog sebagai berikut :

Guru: “Bagaimana perasan kalian setelah melakukan percobaan tadi dan juga menyelesaikan soal

evaluasi ini ?”

Siswa: “Senang, Bu...”

Guru: “Apa ada kesulitan dalam pembelajaran materi gerak benda yang telah kita lakukan dengan

menggunakan media bola, batrai, magnet, ketepel, mobil-mobilan, batu, dan jam

Siswa:“(Ada siswa yang diam dan ada yang menjawab tidak) kalau pembelajarannya menggunakan

media seperti ini, saya jadi senang pada waktu pelajaran IPA. Besok seperti ini lagi ya bu ?”

Dari dialog diatas terlihat bahwa pada proses pembelajaran seluruh siswa terlibat aktif, menyenangkan

dan menikmati percobaan ini.

Siklus II pertemuan 1 ini diakhiri dengan refleksi. Dari hasil evaluasi yang diperoleh

siswa pada siklus II didapat nilai rata-rata 86. Siswa yang tuntas belajar sejumlah 18 anak ( 86 %)

dan siswa yang tidak tuntas belajar sejumlah 3 anak ( 14 %). Secara umum siswa telah mampu

memahami materi gerak benda dan energi, namun masih perlu ditingkatkan agar hasil yang

didapat lebih baik lagi.

Pengamatan

Pada tahab ini peneliti melakukan pengamatan untuk mengetahui psikomotorik siswa

dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui 1). Kemampuan menyiapkan alat dan

bahan. 2). Kemampuan menggunakan alat. 3). Ketepatan mengikuti langkah kerja terhadap materi

yang dipelajari. Dari hasil pengamatan tentang psikomotorik siswa, diperoleh data bahwa

sebagian besar siswa saat melakukan percobaan sangat senang karena mereka langsung mencoba

dengan menggunakan benda-benda yang dibawanya dari rumah sedangkan kemampuan dalam

menggunakan media sudah kreatif walaupun masih perlu bimbingan guru, begitu pula saat

mengikuti langkah kerja yang sudah disediakan (format terlampir) mereka sangat antusias karena

ingin cepat selesai dan mengerjakan tugas yang lainya. Dari hasil presentasi siswa pada siklus 2

ini jumlah siswa yang mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimum (KKM) ada 18 siswa

dari 21 siswa, berarti ada 3 siswa yang belum tuntas

Refleksi

Dari pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat disimpulkan bahwa siswa

sudah mampu menyiapkan alat dan bahan secara mandiri, menggunakan alat dan mengikuti

langkah kerja terhadap materi yang dipelajari sudah faham. Dalam pembagian kelompok sudah

maksimal masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa sehingga siswa lebih mudah dalam

mengerjakan tugas dari guru dan lebih berkonsentrasi sehingga dapat meningkatkan presentasi

keberhasilan siswa. Pada siklus II dari 21 siswa masih ada 3 siswa yang belum mencapai KKM,

mereka rata-rata nilai terendah 55 sedangkan nilai tertinggi 90. karena hasil belajar siswa pada

siklus kedua sudah maksimal dan presentasi keberhasilan mencapai 86 % maka tidak perlu

diadakan lagi pembelajaran siklus berikutnya dan anak yang nilainya kurang dilakukan perbaikan.

Page 83: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

699

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Hasil belajar pada siklus I: Rata-rata kelas : 74, Nilai tertinggi : 90, Nilai terendah : 50.

Refleksi

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran

Kelebihan: dengan adanya media sederhana siswa dapat mengikuti proses pembelajaran hingga

selesai

Kelemahan : pembelajaran memerlukan waktu yang lebih lama, demikian pula persiapannya, jumlah

siswa dalam satu kelompok terlalu besar

Penyebab: jumlah media manipulatif sedikit, dan masih kurang menarik

Alternatif perbaikan: menambah media manipulatif yang lebih banyak dan menarik sehingga kemam-

puan psikomotorik siswa dapat meningkat.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil nilai pada siklus 1 sebagai

berikut:

Nilai rata-rata pada siklus 1adalah 71% dari 21 siswa, 15 siswa yang tuntas dan 6 siswa yang belum

tuntas. Hasil penelitian pada siklus 1 belum maksimal. Aktivitas siswa selama pembelajaran pada

siklus 1 kurang menarik karena mereka hanya mengenal materi lewat media manipulatif yang

terbatas dan siswa merasa bosan karena media manipulatif yang sedikit sehingga kurang menarik

minat siswa terhadap materi yang mereka pelajari. Dari kondisi hasil belajar ini, dapat dianalisis

bahwa ternyata pembelajaran yang berlangsung selama ini kurang menarik. Hal ini terbukti

tingkat ketuntasan belajar siswa masih rendah, yaitu 71 %.

Siklus II

Hasil belajar pada siklus II: Rata-rata kelas : 80, Nilai tertinggi : 90, Nilai terendah : 55.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran

Kelebihan: siswa lebih aktif dan kreatif yang menunjukkan minat belajar yang lebih tinggi dan

pembagian kelompok sudah maksimal

Kelemahan: waktu pembelajaran lebih lama dan siswa harus lebih teliti saat melakukan praktek

Penyebab: media pembelajaran yang banyak

Alternatif perbaikan: mencari media pembelajaran yang lain

Pembahasan

Hasil penelitian dapat dirangkum dalam tabel berikut :

Tabel 1. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II

Siklus Prosentase siswa

yang tuntas

Prosentase siswa

yang tidak

tuntas

Nilai Rata-rata

Siklus I 67 % 33 % 74

Siklus II 86 % 14 % 80

Page 84: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

700

Gambar 5. Grafik I Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1

Gambar 6. Grafik Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Gambar 7. Grafik Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan II

67 siswa tuntas

33 siswa belum

tuntas

74 rata-rata

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3

Series1

86 siswa tuntas

14 siswa belum

tuntas

80 rata-rata nilai

siswa

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4

Series1

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3

Series1

Series2

Page 85: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

701

Pelaksanaan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang baik jika dibandingkan

dengan siklus I. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa. Rata-rata hasil belajar siswa

mengalami peningkatan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil nilai pada

siklus II sebagai berikut:

Nilai rata-rata pada siklus 1I adalah 86% dari 21 siswa, 18 siswa yang tuntas dan 3 siswa

yang belum tuntas. Hasil penelitian pada siklus II sudah maksimal. Aktivitas siswa selama

pembelajaran pada siklus II sangat antusias karena mereka mengenal materi gerak benda melalui

media manipulatif yang banyak variasinya dan siswa tidak merasa bosan karena mereka langsung

praktek menggunakan media manipulatif. Karena hal tersebut minat siswa terhadap materi yang

mereka pelajari meningkat. Dari kondisi hasil belajar ini, dapat dianalisis bahwa ternyata

pembelajaran yang berlangsung selama ini sangat menarik. Hal ini terbukti tingkat ketuntasan

belajar siswa tinggi, yaitu 86%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan

seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Pada

siklus I nilai rata-rata kelas adalah 74 dan pada siklus II adalah 80. Hal ini berarti terjadi

peningkatan nilai rata-rata kelas. Dengan melihat prosentase hasil belajar, pada siklus I prosentase

siswa yang tuntas 71% dan prosentase siswa yang tidak tuntas 29 % sedangkan pada siklus II

prosentase siswa yang tuntas 86% dan prosentase siswa yang tidak tuntas 14%. Terjadi

peningkatan prosentase siswa yang tuntas sebesar 15 %.

Dengan meningkatnya prosentase kemampuan belajar siswa maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa target keberhasilan dalam penggunaan media manipulatif sudah tercapai dan

hasil belajar siswa sudah memuaskan, sehingga peneliti bersama observer memutuskan untuk

menghentikan pembelajaran sampai siklus II.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka guru mata

pelajaran IPA disarankan untuk menggunakan berbagai media manipulatif lainnya pada materi

gerak benda karena melalui penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat dibuktikan

bahwa media manipulatif ini mampu meningkatkan psikomotorik siswa serta prestasi belajar

siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. KTSP: Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar dan Madrasah

Ibtidayah. Jakarta: Pusat Kurikulum. Pendidikan Dasar dan Menengah.

Mulyasa, E. 2009. Implementasi KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas

Negeri Malang.

Undang – Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(www.M-edukasi .web.id/2012/04/) Media pendidikan. Desain PTK model Kemmis & Mc Taggart,

diakses Oktober 2014

Perdana, Andrean (2016), Pengertian, Fungsi, dan Contoh Media Bahan Manipulatif.

http://hirarkiinside-fungsi-dan contoh media.html.

Kemmis & McTaggart. 1990. Action Research Planner. Deakin University.

Page 86: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

702

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING

PADA MATERI SIFAT – SIFAT CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA KELAS V DI SDN GUNUNGSARI 01

Denny Dias Rahayu

SDN Gunungsari 01

[email protected]

Abstrak: Pembelajaran sifat – sifat cahaya tahun lalu dikatakan belum berhasil dan

mencapai harapan sesuai nilai yang ditentukan yaitu hanya mencapai 63%, artinya 17 dari

27 siswa yang berhasil mencapai KKM. Hal ini disebabkan metode yang digunakan adalah

metode ceramah (teacher learning centered). Metode ceramah cenderung pembelajaran

yang terpusat pada guru. Selama ini, siswa tidak pernah mengalami pengalaman secara

nyata, dan belajar individual. Tujuan penelitian ini meningkatkan hasil belajar siswa kelas

V SDN Gunungsari 01 pada materi sifat – sifat cahaya dengan menerapkan model

pembelajaran discovery learning. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian

tindakan kelas. Hasil PTK menunjukkan peningkatan dari siklus I diperoleh ketuntasan

48%, artinya dari dari 27 siswa ada 13 siswa yang dapat mencapai KKM. Pada siklus II,

diperoleh ketuntasan 74,01%, artinya dari 27 siswa ada 20 siswa yang dapat mencapai

KKM. Dapat disimpulkan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

Kata kunci: discovery learning, pembelajaran sifat – sifat cahaya, hasil belajar

Pendidikan di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting untuk

meningkatkan sumber daya manusia pada masa mendatang, karena merupakan pondasi awal

bagi pendidikan selanjutnya. Pendidikan mempunyai tujuan untuk memperbaiki tingkah laku

siswa baik moral maupun spiritual. Pendidikan tidak bisa terlepas dari peran penting seorang

guru. Guru memegang peranan penting dalam terlaksananya proses pembelajaran yang efektif,

sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Oleh karena itu jika guru salah memilih model

atau metode dalam pembelajaran maka akan berakibat fatal terhadap hasil belajar siswa.

Hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Gunungsari 01 khususya materi pembelajaran

sifat-sifat cahaya pada tahun sebelumnya belum mencapai harapan. Dimana hasil belajar siswa

belum dapat mencapai KKM yang ditetapkan, ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 63%

artinya dari jumlah siswa 27 anak hanya 17 anak yang berhasil. Hal ini dikarenakan guru belum

secara optimal menggunakan model pembelajaran yang dapat melatih siswa belajar secara

mandiri untuk menemukan suatu konsep. Sehingga ketika siswa sudah berada di kelas VI, siswa

banyak yang lupa akan konsep yang mereka dapatkan di kelas V. Siswa kesulitan membedakan

sifat cahaya yang satu dengan sifat cahaya yang lain. Dalam materi sifat – sifat cahaya, Guru

yang melakukan demonstrasi secara penuh, sedangkan siswa hanya memperhatikan. Siswa tidak

mengalami sendiri, tidak mencoba sendiri, hanya guru yang banyak melakukan proses. Guru

lebih menekankan pada pengetahuan konsep sebagai tolak ukur tercapainya materi pembelajaran.

Jika ditarik kesimpulan, kegiatan pembelajaran IPA khususnya materi sifat – sifat cahaya pada

tahun lalu masih belum mengarah pada aktivitas siswa untuk mendapatkan pengalaman secara

nyata, melakukan proses sendiri hingga mereka bisa menemukan suatu konsep, sehingga tidak

menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Oleh karena itu diperlukan inovasi

pembelajaran melalui salah satu model pembelajaran discovery learning.

Pada Discovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk

final akan tetapi pesera didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui

dilanjutkan dengan mencari imformasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk apa

yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam bentuk akhir. Penggunaan Discovery Learning,

ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran

Page 87: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

703

yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository (siswa menerima

informasi secara keseluruhan dari guru) ke modus Discovery siswa menemukan informasi.

(Susilawati, 2015:500).

Model discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang melibatkan

siswa dalam mempelajari materi pembelajaran atau memecahkan masalah yang disajikan

tidak dalam bentuk final dengan harapan siswa dapat mengorganisasi dan menemukan sendiri

substansi materi pembelajaran dan/atau solusi masalah melalui multi aktivitas-interaktif

belajarnya, sementara guru lebih banyak berperan sebagai stimulator, motivator, fasilitator, dan

pembimbing belajar siswa (Galib,2014). Karena guru berperan sebagai stimulator, motivator,

fasilitator, dan pembimbing siswa, pada model discovery learning menuntut guru dan siswa

saling terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru membimbing siswa untuk dapat

menjawab atau memecahkan masalah, serta menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif agar

siswa dapat terlibat secara aktif dalam menemukan pengetahuan sendiri. Sementara Hosnan

(2014:282) dalam Nurlitasari Ningsih (2015:6) mengemukakan discovery learning adalah suatu

model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,

maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Apa yang dinyatakan

Hosnan ini sejalan dengan harapan guru, yaitu konsep sifat – sifat cahaya pada siswa kelas V

SDN Gunungsari 01 hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Sehingga

kelak ketika berada di kelas VI ataupun jenjang selanjutnya, siswa masih ingat dengan konsep

sifat – sifat cahaya yang didapat di kelas V. Fase-Fase atau langkah-langkah operasional model

discovery learning seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Fase-fase Operasional Model Discovery Learning (Galib, 2014)

Kajian model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran sifat-sifat cahaya

telah dilakukan sebelumnya oleh Hartina (2015) dengan pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan scientific. Dalam penelitian tersebut data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dianalisis secara diskriptif. Hasil analisisnya menunjukkan: (1) rata-rata nilai

penguasaan konsep siswa sebesar 76,12 dengan standar deviasi (sd) = 8,82 serta 31 orang (97%)

tuntas belajar dan 1 orang (3%) tidak tuntas; (2) keterampilan proses sains siswa yang

dikembangkan adalah mengamati, bertanya, melakukan percobaan, mengolah dan menganalisis

data, menarik kesimpulan, dan melaporkan hasil percobaan; (3) siswa mengembangkan sikap

jujur, teliti, hati-hati, tekun, kerjasama, dan bertanggung jawab; dan (4) siswa memberi

tanggapan positif terhadap proses pembelajaran melalui model discovery learning dengan

pendekatan scientific.

Berdasar penerapan kajian discovery learning di atas, maka perlu dilakukan kajian

pembelajaran IPA tentang sifat – sifat cahaya dengan menerapkan model pembelajaran

discovery learning pada pada siswa kelas V SDN Gunungsari 01. Paradigma metode

pembelajaran yang selama ini diterapkan yang notabene berorientasi pada guru (teacher

centere learning) dapat dirubah menjadi berorientasi pada siswa (student center learning).

Pembelajaran tidak hanya mengandalkan guru sebagai satu – satunya sumber pengetahuan,

FASE 1: PEMBERIAN

RANGSANGAN

(STIMULATION)

FASE 2: IDENTIFIKASI

MASALAH

(PROBLEM STATEMENT)

FASE 3:

PENGUMPULAN DATA

(DATA COLLETION)

FASE 6: MENARIK

KESIMPULAN

(GENERALIZATI

ON)

FASE 4: PENGOLAHAN

DATA

(DATA PROCESSING)

FASE 5: PEMBUKTIAN

(VERIFICATION)

FASE 2: IDENTIFIKASI

MASALAH

(PROBLEM STATEMENT)

Page 88: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

704

tidak mendasarkan pengetahuan konsep sebagai tolak ukur tercapainya sebuah materi. Namun

pembelajaran yang membimbing siswa untuk secara mandiri dan aktif membangun

pengetahuannya terhadap materi pembelajaran berdasar pengetahuan yang dimilikinya,

pembelajaran yang mengubah kondisi pasif siswa menjadi aktif, siswa mengalami proses

secara nyata, dimana peran guru sebagai stimulator, fasilitator, mitivator dan pembimbing

siswa, sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, setia, dan tahan lama

dalam ingatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu penelitian yang dapat dilakukan

oleh guru sebagai pendidik, dalam rangka meningkatkan profesionalisme. Dalam kegiatan

pembelajaran sehari – hari, guru tidak terlepas dari masalah baik yang dialami di dalam kelas

berkaitan dengan siswa, hasil belajar siswa, maupun dengan lingkungan sekolah. Penelitian

tindakan kelas adalah salah satu jembatan yang dapat dimanfaatkan guru untuk dapat

menyelesaikan beberapa permasalahan tersebut. Contoh permasalahan yang dialami guru dengan

siswanya ketika berada di kelas antara lain: hasil belajar siswa yang tidak sesuai KKM, siswa

yang lambat belajar, kesalahan dalam memilih metode atau model pembelajaran, dan

sebagainya.

Ebbut (1985) dalam Kasbolah, 1997 mendefinisikan bahwa “penelitian tindakan kelas

sebagai studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktek – praktek dalam

pendidikan dengan melakukan tindakan – tindakan praktis serta refleksi – refleksi dari tindakan

tersebut. Kasbolah (1997/1998:8) mengemukakan bahwa PTK merupakan salah satu upaya

untuk memperbaiki mutu program pembelajaran di semua jenjang pendidikan termasuk di

sekolah dasar.

Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan salah satu tindakan yang

dapat dilakukan oleh guru untuk menyelesaikan permasalahan maupun memperbaiki

pembelajaran di kelas, agar dapat meningkatkan profesionalimenya.

Adapun tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas yaitu: (1) Perencanaan (2)

pelaksanaan (3) pengamatan tindakan (observasi) (4) refleksi tindakan. Hasil refleksi tindakan

yang diperoleh sebagai dasar perencanaan memperbaiki proses tindakan selanjutnya hingga

diperoleh hasil yang diharapkan. Metode penelitian tindakan kelas dan siklusnya dapat dilihat

dalam Gambar 2.

Pra Siklus

Peneliti merasa hasil pembelajaran yang dicapai siswa kelas V SDN Gunungsari pada

tahun lalu belum sesuai dengan harapan. Hal ini dikarenakan pembelajaran belum terpusat pada

siswa (student centre learning). Pembelajaran yang diterapkan terpusat pada guru (teacher

centre learning), tidak melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, dan tidak memberikan

pengalaman secara nyata pada siswa, sehingga tidak menghasilkan pembelajaran yang bermakna

bagi siswa. Ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 63%, dari dari 27 siswa hanya 17 yang

dapat mencapai nilai standar KKM. Bertolak dari permasalahan ini, peneliti menggunakan

metode discovery learning dalam pembelajaran sifat – sifat cahaya untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

Page 89: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

705

Gambar 2. Metode Penelitian Tindakan Kelas dan Siklusnya (Kasbollah, 1998)

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2015 pada tahun

pelajaran 2015/2016, dengan subyek guru dan siswa kelas V SDN Gunungsari 01. Adapun

jumlah siswa kelas V adalah 27 anak, 9 siswa berjenis kelamin laki – laki dan 18 siswa berjenis

kelamin perempuan. Penelitian tindakan kelas ini melibatkan teman sejawat dalam satu sekolah

sebagai observer.

Data dikumpulkan selama penelitian dengan teknik non tes dan tes dengan lembar

pengamatan untuk mengetahui kinerja guru, sikap, keterampilan proses siswa. Serta lembar tes

untuk mengukur ketercapaian siswa terhadap materi yang diterima dalam bentuk soal tes. Data

yang diperoleh dianalisis dengan teknik kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian dianggap berhasil apabila daya serap pembelajaran dapat mencapai ≥70%.

Dengan standard nilai KKM kelas untuk mata pelajaran IPA adalah ≥7,00.

Siklus I

Perencanaan

Pada tahap perencaan ini peneliti melakukan beberapa tahap yaitu: (a) Peneliti menyusun

silabus dan RPP yang berkaitan dengan materi sifat – sifat cahaya, (b) Peneliti menyusun

skenario pembelajaran sifat – sifat cahaya dengan menerapkan model pembelajaran discovery

learning yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, (c) Peneliti merumuskan alat

pengumpul data yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam penelitian, yang

berupa lembar observasi dan lembar tes.

Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi: (a) Peneliti memberikan

tujuan dan penjelasan materi secara umum, memberikan motivasi kepada siswa selama proses

pembelajaran, memfasilitasi siswa selama kegiatan demonstrasi bersama kelompoknya,

mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan bersama kelompoknya, mengamati siswa selama

kegiatan pembelajaran dan mencatat dalam lembar observasi, mengumpulkan lembar soal tes

yang diberikan pada siswa, serta menganalisa hasil tes belajar siswa, (b) Peneliti melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah disusun sebelumnya, mencatat kejadian –

kejadian unik yang ditemukan selama proses pembelajaran, (c) Peneliti memberikan evaluasi

Perencanaan pelaksanaan

observasi refleksi

Rencana Tindakan Siklus I

Perencanaan pelaksanaan

observasi refleksi

Rencana Tindakan Siklus II

Indikator tercapai

selesai

Masalah

Page 90: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

706

pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa, serta memberikan penguatan dan pendalaman

materi.

Observasi

Peneliti beserta teman sejawat mengamati dan mencatat semua peristiwa yang terjadi

selama proses pembelajaran, hal – hal unik yang ditemukan dalam pembelajaran, serta

menanyakan siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran tentang kesulitannya dalam

pembalajaran.

Refleksi

Peneliti menganalisa hasil kerja yang diberikan pada siswa serta hasil observasi pada

siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Apabila hasil refleksi pada siklus I nilai

ketuntatasan belajar siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan, maka penelitian dilanjutkan

pada siklus II.

Siklus II

Menindaklanjuti hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan karena belum mencapai

KKM yang diharapkan. Hal ini dimungkinkan dikarenakan antara lain: (1) ada beberapa

kelompok yang salah menafsirkan petunjuk pada langkah demonstrasi, (2) persepesi yang salah

dalam penyiapan bahan dan alat demonstrasi, (3) siswa kurang aktif dan ramai, dan (4) kurang

adanya tanggung jawab dalam kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya, maka peneliti

perlu mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II, dengan menitik beratkan pada

permasalahan - permasalahan yang dihadapi pada siklus I.

Perencanaan

Pada tahap perencaan ini peneliti melakukan beberapa tahap yaitu: (a) Peneliti menyusun

silabus dan RPP yang berkaitan dengan materi sifat – sifat cahaya, (b) Peneliti menyusun

skenario pembelajaran sifat – sifat cahaya dengan menerapkan model pembelajaran discovery

learning dengan menekankan beberapa perbaikan hasil dari siklus I, (c) Peneliti merumuskan

alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam penelitian, yang

berupa lembar observasi dan lembar tes. Pada tahap perencanaan ini, peneliti membuat beberapa

perbaikan dalam langkah – langkah pembelajaran, diantaranya: (a) menuliskan petunjuk pada

Lembar Kerja Siswa dengan kalimat yang benar – benar mudah dipahami dan jelas agar siswa

tidak salah menafsirkan petunjuk, (b) memberikan batasan yang jelas pada alat dan bahan

demonstrasi yang harus disiapkan siswa agar tidak terjadi salah persepsi lagi, dan diikuti

penjelasan guru pada hari sebelum pelaksanaan demonstrasi, (c) mengantisipasi siswa tidak aktif

dan tidak ramai dengan mendampingi serta membimbingnya selama kegiatan demonstrasi, dan

(d) untuk mengatasi kurang bertanggung jawabnya kelompok dalam mempresentasikan hasil

kerjannya, peneliti mewajibkan seluruh anggota kelompok untuk maju dan mempresentasikan

hasil diskusinya di depan kelas.

Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi: (a) memberikan tujuan dan

penjelasan materi secara umum, memberikan motivasi kepada siswa selama proses

pembelajaran, memfasilitasi siswa selama kegiatan demonstrasi bersama kelompoknya,

mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan bersama kelompoknya, membimbing siswa dalam

langkah – langkah demonstrasi, memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada yang

tidak dimengerti dalam lembar kerja kelompoknya, mengamati siswa selama kegiatan

pembelajaran dan mencatat dalam lembar observasi, mengumpulkan lembar soal tes yang

diberikan pada siswa, serta menganalisa hasil tes belajar siswa, (b) Peneliti melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah disusun sebelumnya, mencatat kejadian –

kejadian unik yang ditemukan selama proses pembelajaran, dan menerapkan beberapa langkah

perbaikan siklus I yang telah direncanakan sebelumnya, (c) Peneliti memberikan evaluasi pada

siswa untuk mengetahui pemahaman siswa, serta memberikan penguatan dan pendalaman

materi.

Page 91: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

707

Observasi

Peneliti beserta teman sejawat mengamati dan mencatat semua peristiwa selama proses

pembelajaran, hal – hal unik yang ditemukan dalam pembelajaran, serta menanyakan siswa yang

tidak aktif dalam pembelajaran tentang kesulitannya dalam pembalajaran.

Refleksi

Peneliti menganalisa hasil kerja yang diberikan pada siswa serta hasil observasi pada

siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Apabila hasil refleksi pada siklus II dapat

mencapai nilai KKM ≥ 70 dengan ketuntasan ≥ 70%, maka pembelajaran dikatan berhasil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan menggunakan teknik observasi dan tes. Adapun proses pembelajaran

model pembelajaran discovery learning pada materi sifat – sifat cahaya dideskripsikan sebagai

berikut:

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama dua siklus. Siklus I pertemuan I

dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2016 pukul 07.15 – 09.00 dengan materi sifat – sifat

cahaya dapat merambat lurus dan dapat menembus benda bening, pertemuan II pada tanggal 12

Februari 2016 pukul 09.00 – 10.40 dengan materi cahaya dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan.

Dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran siklus I, ada beberapa temuan yang

dapat dideskripsikan sebagai berikut: (1) kelompok salah menafsirkan petunjuk pada langkah

demonstrasi, (2) persepesi yang salah dalam penyiapan bahan dan alat demonstrasi, (3) siswa

kurang aktif dan ramai, dan (4) kurang adanya tanggung jawab dalam kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerjanya.

Adanya beberapa kelompok yang salah menafsirkan petunjuk pada langkah demonstrasi

dimungkinkan karena faktor kurangnya tingkat pemahaman siswa dalam menafsirkan petunjuk,

dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Tingkat pemahaman siswa berkorelasi terhadap

hasil belajarnya. Menurut Bloom seperti yang dikutip Rosyada pemahaman adalah “kemampuan

untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide

tanpa harus mengaitkannya dengan idelain, dan juga tanpa harus melihat ide itu secara

mendalam.” Menurut Bloom dalam Sagala “Pemahaman (comprehension), aspek pemahaman ini

mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui

atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari.” Dapat dikatakan

memahami bukanlah sekedar mengetahui dan mengingat tetapi benar – benar mengerti dan dapat

menggambarkan dengan jelas konsep yang telah dipahami. Seseorang yang telah memahami

suatu konsep maka akan mengerti maksud dari konsep tersebut. Menurut Sardiman,

“Pemahaman diartikan menguasari sesuatu dengan pikiran yaitu memahami maksudnya dan

menangkap maknanya.” Tujuan belajar dapat tercapai jika siswa dapat memahami konsep yang

telah diberikan kepadanya. Bloom mengemukakan bahwa pemahaman dapat dibedakan menjadi

tiga kategori, yaitu: 1) Penerjemah (translation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menerjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk kalimat yang lain,

misalnya dari lambang ke arti, 2) Penafsiran (interpretation) yaitu pemahaman yang berkaitan

dengan kemampuan siswa dalam menentukan konsep–konsep yang tepat untuk digunakan dalam

menyelesaikan soal, 3) Ekstrapolasi (extrapolation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui.

Timbulnya perspesi yang salah dalam penyiapan bahan dan alat demonstrasi,

dimungkinkan dikarenakan karena guru tidak memberikan batasan yang jelas terhadap alat dan

bahan yang harus disiapkan siswa sehingga alat dan bahan tidak sesuai dengan harapan guru.

Dalam melihat suatu benda yang sama, orang mempunyai cara yang berbeda-beda. Perbedaan

tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya pengetahuan, pengalaman dan sudut

pandangnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan)

langsung dari sesuatu. Sugihartono, dkk (2007:8) mengemukakan bahwa persepsi adalah

kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus

yang masuk ke dalam alat indera manusia. Jalaludin Rakhmat (2007:51) menyatakan bahwa

persepsi adalah pengamatan tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh

Page 92: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

708

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Miftah Toha (2003:154)

faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah: (1) faktor internal: perasaan,

sikap, dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses

belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi, (2)

faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan

sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal – hal baru dan familiar atau

ketidak asingan suatu objek.

Faktor penyebab siswa ramai dan kurang aktif, dimungkinkan karena sebagian besar

anggota dalam satu kelompok memiliki motivasi belajar yang rendah. Rendahnya motivasi

belajar tersebut memicu siswa tidak aktif dalam kelompok, ramai sendiri, bosan, tidak mau

terlibat dalam kerjasama dengan kelompoknya, bermain sendiri, bahkan ngobrol sendiri.

Motivasi dalam diri seseorang merupakan faktor pendorong untuk mencapai tujuan yang ingin

dicapainya. Motivasi bagi siswa merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat

keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi belajar menurut Sudirman AM (2001:70) adalah

merupakan faktor-faktor psikis yang bersifat intelektual, perannya yang khas adalah dalam

penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Seberapa pun hebatnya seorang

guru menerapkan strategi maupun model pembelajaran, tetapi jika motivasi dalam diri siswa

tidak ada maka pembelajaran bagi siswa tidak berhasil. Belajar tanpa motivasi sulit untuk

mencapai keberhasilan secara optimal (Oemar Hamalik,2005:108). Berdasar pengalaman dan

pengamatan sehari-hari kita dapat mengetahui apabila anak tidak memiliki motivasi belajar,

maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Motivasi belajar anak yang

rendah umumnya diasumsikan bahwa prestasi anak tersebut akan rendah dan besar kemungkinan

ia tidak akan mencapai tujuan belajar.

Faktor penyebab kurang adanya tanggung jawab dalam kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerjanya, dimungkinkan dikarenakan kurangnya rasa kebersamaan,

kekompakan, dan rasa memiliki dalam kelompok. Siswa cenderung saling menunjuk teman yang

lain ketika mendapat giliran untuk maju ke depan kelas untuk mewakili kelompoknya melakukan

presentasi. Setiap siswa seharusnya memiliki rasa tanggung jawab terhadap setiap tugas yang

diberikan, melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik, saling bekerjasama dalam kelompok.

Hal ini sejalan dengan pendapat Samani (2011:105), tanggung jawab merupakan sikap seseorang

dalam menanggapi sebuah tindakan yang dilakukan dengan cara yang pantas dan layak. Dalam

setiap tugas dan kewajiban harus diikuti oleh adanya tanggung jawab, baik tanggung jawab

secara moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maupun tanggung jawab sosial terhadap sesama

manusia (Syarbaini, 2011:213). (rujukan 7 laptop)

Pelaksanaan Siklus I

Proses pembelajaran pada siklus I, dilaksanakan guru sesuai dengan RPP yang telah

dirancang sebelumnya. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pada pertemuan

pertama siswa mendemonstrasikan sifat – sifat cahaya dapat merambat lurus dan dapat

menembus bening. Sebelum demonstrasi dilaksanakan, guru menjelaskan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai, memberikan motivasi pada siswa melalui apersepsi yang berkaitan dengan

materi dan memberikan penjelasan materi awal tentang cahaya dan sifat -sifatnya. Pada kegiatan

inti siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa, siswa membaca peta

konsep tentang sifat-sifat cahaya. Guru membagikan lembar kerja kelompok serta menjelaskan

langkah-langkah dalam melaksanakan demonstrasi. Siswa melaksanakan demonstrasi sesuai

lembar kerja dengan bantuan dan bimbingan guru. Selama pelaksanaan demonstrasi, guru

melakukan pengamatan terhadap segala aktivitas siswa dalam kelompok. Diakhir kegiatan

demonstrasi, siswa mempresentasikan hasil demonstrasi di depan kelas.Diakhir pembelajaran,

siswa diberikan lembar soal evaluasi dan refleksi untuk mengukur hasil belajarnya.

Materi pembelajaran pada pertemuan kedua adalah demonstrasi sifat-sifat cahaya cahaya

dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan. Pada pertemuan kedua ini, siswa dibagikan lembar kerja

kelompok, melakukan langka-langkah demonstrasi, dan mempresentasikan hasil demonstrasi di

depan kelas. Di akhir pembelajaran siswa mengerjakan lembar soal evaluasi dan refleksi.

Ditinjau dari hasil belajar siswa pada siklus I, siswa belum mencapai KKM sesuai

harapan. Hasil belajar siswa diperoleh dari tugas kelompok dan tes akhir yang dikerjakan secara

Page 93: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

709

individu dalam bentuk soal. Pada tugas kelompok skor diperoleh berdasarkan kegiatan dan

kinerja siswa dalam kelompoknya. Diakhir pembelajaran guru memberikan tes akhir yang

dikerjakan secara individu untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi atau

konsep pembelajaran yang telah diperolehnya. Hasil belajar siswa pada siklus I dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Hasil belajar siswa siklus 1

No Rentang skor Jumlah

siswa % Ketuntasan

1 90-100 5 18,5 % Tuntas

2 70-89 8 29,6 % Tuntas

3 60-69 6 22,2 % Belum tuntas

4 < 59 8 29,6 % Belum tuntas

Sumber: hasil belajar siswa SDN Gunungsari 01

Hasil pembelajaran siklus I pada Tabel 1. di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa

belum mencapai harapan sesuai dengan KKM yang diinginkan. Hasil belajar menunjukkan rata –

rata siswa mencapai 63,33 dengan jumlah 14 siswa yang belum mencapai KKM dan sebanyak

13 siswa yang sudah mencapai KKM dengan ketuntasan 48%. Menurut Sudjana (2004:22), hasil

belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Hasil belajar belajar siswa pada siklus I diperoleh dari tes akhir masing – masing

siswa untuk mengukur ketercapaian materi, tercapai atau tidak tujuan pembelajaran, serta

berhasil tidaknya seorang guru dalam menyampaikan pembelajaran. Terdapat tiga macam hasil

belajar menurut Howart Kingsley (dalam Sudjana, 2004:22): (1) Keterampilan dan kebiasaan,

(2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita. Menurut Muhaimin (dalam Pupuh

Faturrohman dan Sorby Sutikno, 2010:142) program evaluasi yang dilakukan diterapkan dalam

rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi

pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi,

metode, fasilitas dan sebagainya. Temuan – temuan dan kelemahan yang dilakukan pada siklus I

oleh peneliti diperbaiki pada siklus II.

Pelaksanaan Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 29 Februari 2016 pada pukul 07.15 – 09.00 dengan

materi sifat – sifat cahaya dapat diuraikan. Siklus II dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah

dirancang dengan menekankan perbaikan-perbaikan dari siklus I. Sebelum demonstrasi

dilakukan, guru memberikan penjelasan materi dan langkah-langkah demonstrasi yang akan

dilakukan. Pada siklus II demonstrasi dilakukan di luar ruangan dengan bantuan sinar matahari.

Demonstrasi menguraikan cahaya matahari pada siklus II dapat diamati pada Gambar 1 dan 2

Gambar 1 dan 2. Siswa Melakukan Demonstrasi Penguraian Cahaya

Page 94: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

710

Pada Gambar 1 siswa melakukan demonstrasi dengan memasukkan cermin datar ke dalam

baskom berisi air. Hasil pemantulan cermin ditangkap pada selembar kertas putih dan dihasilkan

warna warni pelangi yang menunjukkan penguraian cahaya matahari. Gambar 2. menunjukkan

siswa melakukan demonstrasi menguraikan sifat-sifat cahaya menggunakan media compact disc

(cd). Pada siklus II guru lebih meningkatkan peran sertanya dalam pembelajaran, yaitu dengan

memberikan batasan pada setiap penjelasan agar tidak terjadi salah persepsi, menyajikan lembar

kerja menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami agar tidak terjadi salah penafsiran,

mendampingi kelompok dengan porsi yang sama agar siswa mau aktif dan tidak ramai, serta

memberikan kesempatan kepada seluruh anggota dari tiap – tiap kelompok untuk maju ke depan

kelas melakukan presentasi. Dapat dilihat pada Gambar 2. setiap anggota kelompok maju ke

depan kelas untuk melakukan presentasi.

Gambar 2. Siswa Melakukan Presentasi di Depan Kelas

Pada Gambar 2. tampak siswa melakukan presentasi di depan kelas dan memberikan

penjelasan hasil demonstrasi yang dilakukan bersama kelompoknya. Diakhir pembelajaran siswa

diberikan tes individu berupa lembar soal untuk dikerjakan, dan membuat refleksi. Pada siklus II

pembelajaran terlihat lebih menyenangkan bagi siswa karena dilakukan di luar ruangan, dan lebih

mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran karena kegiatan pembelajaran lebih menarik.

Hasil belajar siswa pada siklus II diperolah dari hasil tes yang dikerjakan masing-masing

siswa dalam bentuk soal yang diberikan di akhir pembelajaran. Hasil belajar siswa pada siklus II ini

telah sesuai dengan KKM dan dapat mencapai target yang ditetapkan. Adapun hasil belajar siswa

pada siklus II dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil belajar siswa siklus II

No Rentang skor Jumlah

siswa % Ketuntasan

1 90-100 7 18,5 % Tuntas

2 70-89 13 29,6 % Tuntas

3 60-69 2 22,2 % Belum tuntas

4 < 59 5 29,6 % Belum tuntas

Sumber: hasil belajar siswa SDN Gunungsari 01

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pada siklus II ketuntasan yang dicapai yaitu 74,07 % dari

70% ketuntasan yang diharapkan. Artinya, sebanyak 20 siswa dapat mencapai nilai ≥70 dan 7

siswa belum dapat mencapai KKM ≤70. Dengan rata – rata yang diperoleh 74,07. Hasil dan

Page 95: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

711

aktivitas siswa, peran serta guru pada siklus II ini cenderung meningkat. Tetapi masih ditemukan

beberapa kekurangan pada siklus II, diantaranya masih ada beberapa siswa yang ramai karena

pembelajaran dilakukan di luar ruangan.

Perbandingan hasil siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 3 dan Diagram 1.

Tabel 3 Hasil siklus I dan II

No Rentang

skor

Jumlah

siswa

siklus I

%

Jumlah

siswa

siklus

II

% Ket

1 90-100 5 18,51 % 7 25,93 %

2 70-89 8 29,62 % 13 48,15 %

3 60-69 6 22,22 % 2 7,41 %

4 < 59 8 29,62 % 5 18,51 %

Diagram 1. Perbedaan hasil siklus I dan II

Dapat dilihat pada Diagram 1 di atas bahwa terjadi kenaikan hasil belajar siswa pada

siklus I dan II. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai ≥70 sejumlah 13 siswa sedangkan pada

siklus II sejumlah 20 siswa, sedangkan siswa yang mendapat nilai ≤70 pada siklus I sejumlah 14

siswa, pada siklus II sejumlah 7 siswa. Ketuntasan pada siklus I diperoleh 48 % dan pada siklus

II diperoleh ketuntasan sebesar 74,01%. Dapat disimpulkan penerapan model discovery learning

pada pembelajaran IPA khususnya materi sifat – sifat cahaya dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas V SDN Gunungsari 01 Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Hal ini sejalan dengan

pendapat Johson dan Johson, (1999) model pembelajaran discovery learning mendorong siswa

lebih bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran sehingga siswa telibat aktif dan

memiliki usaha yang besar.

KESIMPULAN & SARAN

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan model discovery learning dapat

meningkatkan hasil belajar siswa SDN Gunungsari 01 Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Disarankan kepada guru sekolah dasar menggunakan model pembelajaran Guru sebaiknya

menerapkan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar pada

sifat-sifat cahaya.

0

2

4

6

8

10

12

14

90-100 70-89 60-69 < 59

Jumlah siswa siklus I

Jumlah siswa siklusII

Page 96: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

712

DAFTAR RUJUKAN

Galib, L.M., (2014). Best Prectice: Mengapa, Bagaimana? Materi Sajian Pada Workshop

Implementasi Kurikulum 2013 Bagi Guru MTs Se- Sulawesi Tenggara, di Hotel

Clarion, Kendari, 20-8-2014

Haryanto.2004. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Erlangga.

Hartina.2015.Penerapan Model Discovery Learning Dengan Pendekatan Scientific Dalam

Pembelajaran Sifat –Sifat Cahaya Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Poasia.

Kumpulan Makalah Prossiding 2015, File: kelompok –IPA. Hal 416.

Susilawati.2015.Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas

Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Fluida Dinamis. Kumpulan Makalah Prossiding

2015,File: kelompok –IPA. Hal 499.

Dede Rosyada.2004.Paradigma Pendidikan Demokratis. Sebuah Model Pelibatan Masyarakat

Dalam Penyelenggaraan Pendidikan.Jakarta: Kencana.

Rahmawati, Ika.2011.Penigkatan Pemahaman Siswa Dengan Metode Penugasan Peta Konsep Pada

Konsep Sistem Peredaran Darah. Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah

Pupuh Fatturohman dan Moh.Sorby Sutikno.2010. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman

Konsep Umum dan Islami. Bandung:PT Rineka Cipta

Miftah,Toha.2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:PT Rineka Cipta

Sardiman A.M.2010 Interaksi dan Motivasi Belajar, cet ke-18.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara.

Samani, M & Hariyanto.2011. Konsep dan Model Pendidika Karakter.Bandung:PT Remaja

Rosdakarya

Page 97: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

713

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN ILMIAH, SIKAP ILMIAH, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PADA KELAS VII B SMP NEGERI 01 BATU

Ester Yuli Erawati

Smp Negeri 01 Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap ilmiah, keterampilan ilmiah,

dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 01 Batu. Penelitian ini

merupakan penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran inkuiri. Penelitian ini

dilakukan dengan 2 siklus. Pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi untuk

mengetahui peningkatan sikap dan keterampilam ilmiah, dan tes untuk mengetahui prestasi

belajar. Penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keterampilan ilmiah,

sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 01 Batu.

Kata kunci: Model pembelajaran inkuiri, keterampilan ilmiah, sikap ilmiah dan prestasil

belajar siswa.

SMP Negeri 01 Batu bertujuan menjadi sekolah yang terbaik yang berbudaya, cerdas,

cakap dan kompetitif dengan dasar iman dan takwa yang sesuai dengan visinya, akan tetapi

kenyataan anak–anak SMP Negeri 01 Batu dalam bidang akademik terutama dalam

keterampilan ilmiah, sikap ilmiah dan pemahaman konsep masih kurang, hal ini dapat di lihat

dari ketercapaian hasil belajarnya masih ada yang di bawah KKM yaitu 78. Demikian juga

dengan hasil belajar siswa kelas VIIB yang menjadi subyek dalam penelitian ini memiliki

keterampilan ilmiah dan pemahaman konsep yang masih kurang.

Berdasarkan hasil pengalaman yang dilakukan di SMP Negeri 01 Batu pada pembelajaran

IPA menunjukkan sikap dan keterampilan siswa untuk mengikuti pembelajaran juga tidak terlalu

tinggi dan terkesan masih malas untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan

rendahnya siswa dalam mengerjakan tugas-tugas serta ketidak aktifan siswa ketika melakukan

kegiatan praktikum.

Pelaksanaan pembelajaran IPA idealnya melatih dan mengembangkan aspek

pengetahuan, keterampilan proses dan sikap ilmiah. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan

dalam Lampiran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014, bahwa “pembelajaran IPA sebaiknya

dilaksanakan secara inkuiri (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,

bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya, pembelajaran IPA juga menekankan

pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan

keterampilan proses dan sikap ilmiah”, (Kemendikbud, 2014: 433). Berdasarkan pengalaman ini perlu dicari solusi tentang pengelolaan pembelajaran

yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran, sehingga diharapkan meningkatkan

keterampilan ilmiah, sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa terhadap materi yang diajarkan.

Salah satu strategi pembelajaran tersebut adalah strategi inkuiri. Oleh karena itu, pada

semester 2 tahun ajaran 2015/2016 di kelas VII B pada pembelajaran IPA diujicobakan

menggunakan model pembelajaran inkuiri.

Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung

dalam pembelajaran IPA yaitu inkuiri. Pembelajaran berbasis inkuiri melibatkan siswa untuk

mencari informasi dan membuat penjelasan dari pengalaman langsung dengan bimbingan

guru (Chiappetta & Koballa, 2010: 125). Pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing memberikan

pengalaman langsung pada siswa. Melalui pengalaman langsung, peserta didik dapat

menemukan fakta-fakta, sehingga mereka dapat belajar menemukan pengetahuan, melatih

KPS, kemampuan berpikir dan sikap ilmiah. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Buxton &

Provenzo (2011: 68) “…simple hands-on experiments become critical means by which

learners can enter into the process of discovering science”, maksudnya percobaan sederhana

menjadi sarana penting bagi siswa dapat masuk ke dalam proses menemukan ilmu

Page 98: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

714

pengetahuan. Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale, pengalaman langsung akan

memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang

terkandung dalam pengalaman itu, karena melibatkan panca indera siswa untuk melakukan

learning by doing yang memberikan dampak langsung terhadap perolehan dan

penumbuhkembangan pengetahuan, KPS dan sikap ilmiah (Arsyad, 2013: 13-14)

Model inkuiri memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: siswa lebih dilibatkan aktif

dalam mengkonstruksi pengetahuan, memperoleh informasi, mengorganisasi informasi,

memecahkan masalah, dan mencari kebenaran atau pengetahuan, daripada mengkonsumsi

pengetahuan.

Berdasarkan keunggulan dari model pembelajaran inkuiri, maka dilakukanlah penelitian

menggunakan penelitian tindakan kelas di kelas VIIB SMP Negeri 01 Batu dengan tujuan untuk

meningkatkan keterampilan ilmiah, sikap ilmiah dan pemahaman konsep pada pembelajaran IPA.

Secara ringkas dalam pembelajaran inkuiri kegiatan yang dilakukan sebagai berikut : 1). pada

saat identifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah, guru memberikan masalah, siswa

mengidentifikasi dan merumuskan masalah, 2). Pada tahap merencanakan dan memprediksi hasil,

guru memberikan prosedur langkah – demi langkah setiap tahap untuk diikuti, siswa membaca

dan mengikuti arah sesuai dengan lembar kegiatan. Setelah itu guru menyediakan alat dan

bahan seperti yang tercantum pada lembar kegiatan, 3) pada tahap penyelidikan untuk

mengumpulkan data, guru membimbing dan memastikan semua siswa pada tugas dan

memahami prosedur, siswa menggunakan keterampilan ilmiah untuk menggumpulkan data.

4) Pada tahap interpretasi data dan mengembangkan kesimpulan, guru mendorong siswa

untuk bekerja sama dalam kelompok dan mencatat hasil pengamatan mengorganisasi data yang

terkumpul. 5) Pada tahap kesimpulan guru mendorong siswa untuk berpikir atau melakukan

refleksi pada pengetahuan yang baru mereka temukan, siswa melakukan evaluasi terhadap

proses inkuiri yang telah dilakukan. Setelah itu siswa menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan hasil penyelidikan

METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sedangkan

jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan di

kelas VIIB SMP Negeri 01 Batu. Alamat SMP Negeri 01 Batu adalah di Jl. K.H Agus Salim no

55 Batu, Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

Jumlah siswa 32 orang, 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

Data dalam penelitian ini meliputi data keterampilan ilmiah, data sikap siswa dan hasil

prestasi siswa terhadap konsep kalor. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

angket dan tes.

Analisis data dilakukan menitikberatkan pada keterampilan ilmiah yang dilakukan pada

saat melakukan pengamatan, data keterampilan ilmiah yaitu melakukan pengamatan dengan

pemberian skor 1 jika pengamatan tidak cermat, 2 pengamatan cermat, tetapi mengandung

inferensi, 3 pengamatan cermat, dan bebas inferensi, mencatat data kuantitatif atau kualitatif, 4

pengamatan cermat, dan bebas inferensi, mencatat data kuantitatif dan kualitatif. Untuk

kemampuan menunjukkan rasa ingin tahu pemberian skor 1 tidak menunjukkan antusias dalam

pengamatan, sulit terlibat aktif dalam kegiatan kelompok walaupun telah didorong untuk terlibat,

2 menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias, dan baru terlibat aktif dalam

kegiatan kelompok ketika disuruh, 3 menunjukkan rasa ingin tahu, antusias, namun kurang

terlibat aktif dalam kegiatan kelompok dan 4 menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, antusias,

aktif dalam dalam kegiatan kelompok. Untuk kemampuan melakukan analisis data dan

menyimpulkan pemberian skor 1 jika tidak mampu, 2 dilakukan dengan bantuan guru, 3 merujuk

padaliteratur , dilakukan secara mandiri (individual atau kelompok), 4 berdasarkan data, dan

merujuk pada literatur, dilakukan secara mandiri (individual atau kelompok). Untuk kemampuan

penguasaan konsep sains yang disampaikan pemberian skor 1 tidak menguasai konsep IPA

dengan sangat baik, istilah-istilah yang digunakan tidak tepat, 2 kurang menguasai konsep IPA,

istilah-istilah yang digunakan kurang tepat, 3 menguasai konsep IPA dengan baik, istilah-istilah

yang digunakan benar, 4 menguasai konsep IPA dengan sangat baik, istilah-istilah yang

digunakan benar dan tepat. Dan untuk kemampuan dalam presentasi hasil pemberian skor 1

Page 99: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

715

penyampaian tidak mudah dipahami, 2 tidak komunikatif dengan audiens, penyampaian tidak

mudah dipahami, kurang komunikatif dengan audiens, kurang memberi, 3 penyampaian mudah

dipahami, komunikatif dengan audiens, kurang memberi, dan 4 penyampaian mudah dipahami,

sangat komunikatif dengan audiens.

Data yang akan dianalisis untuk sikap ilmiah diperoleh dari angket sikap siswa. Data

sikap diklasifikasikan menjadi: kejujuran, ketelitian, tanggung jawab. Selanjutnya masing-masing

butir diberikan skor dengan rentang skala 1 sampai dengan 3. Untuk kiteria kejujuran dengan

pemberian skor 1 sikap jujur dalam hal melakukan pengamatan, 2 sikap jujur dalam hal

melakukan pengamatan dan mencatat data/mendeskripsikan hasil pengamatan , 3 sikap jujur

dalam hal melakukan pengamatan, mencatat data/mendeskripsikan hasil pengamatan, dan

menyusun laporan. Untuk kriteria ketelitian pemberian skor 1 sikap teliti dalam hal melakukan

pengamatan, 2 sikap teliti dalam hal melakukan pengamatan dan mencatat data/mendeskripsikan

hasil pengamatan, 3 sikap teliti dalam hal melakukan pengamatan, mencatat data/mendeskripsikan

hasil pengamatan, dan menyusun laporan. Dan kriteria tanggung jawab pemberian skor 1 sikap

tanggung jawab dalam hal melakukan pengamatan, 2 sikap tanggung jawab dalam hal melakukan

pengamatan dan mencatat data/mendeskripsikan hasil pengamatan, 3 sikap tanggung jawab dalam

hal melakukan pengamatan, mencatat data/mendeskripsikan hasil pengamatan, dan menyusun

laporan

Data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes pemahaman konsep di tiap akhir siklus.

Ketuntasan belajar siswa ditentukan dengan membandingkan persentase penguasaan konsep siswa

dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM untuk IPA kelas VII SMP Negeri 1 Batu

adalah 78.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mendeskripsikan Pembelajaran Siklus I

Siklus I terdiri dari 3 pertemuan yang terdiri dari 2 tatap muka dan 1 kali tes tertulis.

Masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu merumuskan masalah

dengan janya jawab untuk membuat hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan dan

menganalisis data, membuat kesimpulan.

Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama membahas materi kalor pada perubahan suhu. Tujuan

pembelajarannya siswa dapat menyelidiki faktor-faktor yang memengaruhi kenaikan suhu benda

akibat pemberian kalor melalui percobaan. Di awal pembelajaran guru memberi salam dan berdoa

untuk memulai pelajaran. Kegiatan pembelajaran diawali dengan pendahuluan sebagai motivasi

awal pembelajaran yaitu dengan melakukan tayangan terhadap pengamatan gambar panci yang

berisi air dan dipanaskan. Guru menunjukkan air dan minyak kemudian mengajukan pertanyaan

“Jika dengan massa sama kemudian dipanaskan, mana yang lebih cepat panas, air atau minyak?”

guru meminta siswa menyampaikan pendapatnya. Siswa menjawab pertanyaan guru yaitu

minyak, kemudian guru bertanya kembali jika air dipanaskan dengan jumlah massa yang berbeda

mana yang lebih cepat panas untuk mencapai suhu 600C? Kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selanjutnya guru juga mengenalkan beberapa karakter

yang akan dikembangkan beserta indikator dari masing-masing karakter, yaitu rasa ingin tahu,

jujur, teliti, dan tanggung jawab.

Pada kegiatan inti guru meminta siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-

masing dan salah satu anggota kelompok untuk mengambil alat percobaan yang telah disediakan,

kemudian meminta semua siswa untuk melakukan kegiatan pengamatan dengan teliti, jujur dan

tanggung jawab. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa dan siswa dibimbing untuk melakukan

pengamatan serta berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing.

Tahap inkuiri yang dilalui adalah sebagai berikut.

1. Tanya Jawab dan Hipotesis

Tanya jawab guru dimaksudkan untuk memfokuskan masalah sekaligus untuk menyusun

hipotesis siswa. Guru bertanya untuk membimbing siswa dalam merumuskan masalah. Beberapa

pertanyaan yang diajukan guru yaitu:

Page 100: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

716

G: Bagaimana waktu ketika air dengan jumlah massa yang berbeda dipanaskan?”

S: Membutuhkan waktu yang berbeda

G: Bagaimana jika jumlah air sedikit dan jumlah air banyak dipanaskan?

S: Jika jumlah air lebih sedikit maka waktu yang dibutuhkan juga sedikit, jika jumlah air

banyak maka waktu yang dibutuhkan juga lebih lama untuk memanaskan sampai suhu

tertentu.

G: Bagaimana waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan air, minyak, dan santan untuk

mencapai suhu 60 0C?

S: Jika bahan berbeda maka waktunya juga berbeda, minyak lebih cepat daripada air

Berdasarkan tanya jawab dan diskusi maka didapatlah rumusan masalah yaitu

menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kenaikan suhu akibat pemberian kalor

2. Melaksanakan Percobaan

Siswa diminta menguji hipotesisnya melalui percobaan. Dibantu Lembar Kerja Siswa maka

siswa melakukan percobaan. a) Menyusun alat seperti di LKS. b) menyiapkan bahan yaitu air, minyak

dan santan dan menuangkan ke beaker glass. c) menyalakan bunsen. d) menghitung waktu untuk

mencapai suhu 600C dengan jenis berbeda dan massa yang berbeda. Guru selalu menghimbau agar

dalam melakukan kegiatan selalu bersikap jujur, teliti, tanggung jawab serta rasa ingin tahu yang

tinggi. Selama kegiatan berlangsung guru berkeliling mengunjungi masing-masing kelompok untuk

memberikan bimbingan, arahan, dan pengawasan terhadap kerja siswa. Pada saat siswa melakukan uji

hipotesisnya dan melihat kenaikan suhu benda yang berbeda, siswa melakukan dengan sikap jujur,

teliti dan tanggung jawab terhadap data yang akan dicatat. Serta ketika siswa menguji hipotesis antara

minyak dengan santan, siswa sangat antusias/rasa ingin tahunya tinggi, hal ini terlihat ekspresi siswa

yang langsung melihat dan berkomentar wah ternyata minyak lebih cepat mencapai suhu 60 0C

daripada santan.

Pada saat melakukan kegiatan pengamatan, ada siswa yang melihat tetapi pengamatan tidak

cermat, hal ini terbukti ketika melihat suhu pada thermometer tidak pada posisi pas/ dilihat dari

samping. Ada juga siswa dalam melakukan pengamatan melakukan dengan cermat, serta mengandung

inferensi, terbukti bahwa siswa teliti dalam pengamatan terhadap waktu untuk mencapai suhu 600C

pada setiap bahan yang berbeda. Serta ada juga yang melakukan sudah cermat, dan bebas inferensi,

serta mencatat data dengan tepat, hal ini terbukti ketika sudah melakukan pengamatan siswa langsung

mencatat data yang diperoleh dengan jujur, teliti dan tangggung jawab terhadap hasil pengamatan.

Kegiatan pengamatan terhadap waktu untuk mencapai suhu 600C pada bahan yang berbeda seperti

pada gambar berikut.

3. Mengumpulkan Data dan Menganalisis Data

Gambar 1

Siswa mengamati

minyak goreng yang

dipanaskan

Gambar 2

Siswa mengamati santan

yang dipanaskan

Gambar 3

Siswa mengamati air

yang dipanaskan

Page 101: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

717

Siswa diminta saling bekerjasama dalam kelompok untuk menuliskan data hasil percobaan

dalam tabel pengamatan di dalam Lembar Kerja Siswa dengan jujur sesuai hasil percobaan yang telah

dilakukan. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan

kelompoknya dalam melakukan analisis data seperti yang telah dituliskan dalam Lembar Kerja Siswa

yaitu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan suhu benda karena pemberian kalor yaitu

volume benda/massa benda, jika jumlah banyak maka membutuhkan waktu lama daripada jumlah

volume benda/massa benda yang sedikit membutuhkan waktu yang lebih sedikit pula untuk mencapai

suhu 600C. Selain massa benda jenis bahan juga mempengaruhi kenaikan suhu. Hal ini terbukti ketika

siswa memanaskan air, minyak dan santan ternyata untuk mencapai suhu 600C, waktu yang

diperlukan juga berbeda. Data dari hasil pengamatan tersebut seperti pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Data hasil pengamatan kelompok 2

Jenis zat Massa

(g)

Waktu untuk mencapai suhu

60 0C

air 50 3 menit 14 detik

100 5 menit 21 detik

minyak 50 1 menit 34 detik

100 2 menit 53 detik

santan 50

100 4 menit 7 detik

Pada saat melakukan kegiatan mengumpulkan data dan menganalisis data harus dilakukan

dengan sikap kejujuran, ketelitian, dan tanggung jawab dalam mencatat hasil pengamatan.

4. Membuat Kesimpulan

Tahap kesimpulan dilakukan oleh masing-masing kelompok dan dituliskan dalam Lembar

Kerja Siswa yang telah disediakan dengan disertai sikap jujur, teliti, tanggung jawab serta rasa

ingin tahu. Meskipun beberapa kelompok masih ada yang belum memfokuskan kesimpulan

berdasarkan rumusan masalah yang telah dituliskan.

Adapun data yang diperoleh oleh kelompok I yaitu: volume mempengaruhi kecepatan memanas,

kecepatan memanas tergantung jenis bahan dan massa suhu, kelompok II menyimpulkan bahwa

massa, bahan mempengaruhi waktu untuk mencapai suhu yang ditentukan yaitu 60 0C.

Setelah siswa melakukan kegiatan pengamatan dan berdiskusi dalam kelompok, perwakilan

kelompok mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok tersebut. Pada akhir kegiatan guru

membimbing siswa untuk menyimpulkan kembali apa saja yang telah dipelajari hari ini yaitu

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan suhu karena pemberian kalor yaitu:

Kalor untuk menaikkan suhu benda bergantung pada jenis benda itu

Makin besar kenaikan suhu benda, kalor yang diperlukan makin besar pula.

Makin besar massa benda, kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu makin besar pula.

Jika kesimpulanmu ini dirumuskan secara matematis, dapat ditulis:

kalor yang diperlukan untuk kenaikan suhu = massa benda x kalor jenis x kenaikan suhu

Q = m x c x ∆t

Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua membahas materi kalor dan perubahan wujud zat. Tujuan

pembelajaran siswa dapat menyelidiki karakteristik suhu benda pada saat benda mengalami

perubahan wujud melalui pengamatan. Di awal pembelajaran guru memberi salam dan berdoa

untuk memulai pelajaran. Sebagai motivasi awal pembelajaran, guru menunjukkan video tentang

perubahan wujud yaitu es yang dipanasi, guru bertanya “Bagaimana dengan suhu benda pada saat

itu?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari konsep kalor dan

perubahan wujud zat. Selanjutnya guru juga mengenalkan beberapa karakter yang akan

Page 102: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

718

dikembangkan beserta indikator dari masing-masing karakter, yaitu rasa ingin tahu, jujur, teliti,

dan tanggung jawab.

Pada kegiatan inti guru menyampaian informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu

melakukan kegiatan “Kalor dan perubahan wujud zat”. Kemudian membagi siswa menjadi 5

kelompok yang terdiri dari 6 siswa dan ada yang 7 siswa. Selanjutnya meminta siswa

berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing dan salah satu anggota kelompok untuk

mengambil alat yang telah disediakan, kemudian meminta semua siswa untuk melakukan

pengamatan “bagaimana suhu benda saat terjadi perubahan wujud?”. Guru memberikan Lembar

Kerja Siswa dan siswa dibimbing untuk melakukan pengamatan serta diskusi dalam kelompoknya

masing-masing.

Tahap inkuiri yang dilalui adalah sebagai berikut.

1. Tanya Jawab dan Hipotesis

Tanya jawab guru dimaksudkan untuk memfokuskan masalah sekaligus untuk menyusun

hipotesis. Guru bertanya untuk membimbing siswa dalam merumuskan masalah. Beberapa pertanyaan

yang diajukan guru yaitu:

G: Bagaimana ketika es dipanaskan?”

S: Mencair bu

G: Bagaimana jika air dipanaskan terus menerus?

S: Air akan menguap

G: Bagaimana suhu ketika es seluruhnya mencair?

S: Tetap. Ada juga yang menjawab naik bu.

G: Bagaimana suhu jika air terus dipanaskan hingga menguap?

S: Naik terus dan suatu saat bisa berhenti bu

Berdasarkan tanya jawab dan diskusi maka didapatlah rumusan masalah yaitu bagaimana suhu benda

pada saat terjadi perubahan wujud?

2. Melaksanakan Percobaan

Siswa diminta menguji hipotesisnya melalui percobaan. Dibantu Lembar Kerja Siswa maka

siswa melakukan percobaan. a) Menyusun alat seperti di LKS. b) menyiapkan alat dan bahan yaitu es,

gelas kimia, pembakar spiritus, korek api, thermometer. c) Isilah gelas kimia dengan es batu hingga

¼ bagian gelas. Mencatat suhu mula-mula es tersebut. d) Nyalakan pembakar spiritus, mengamati

dan mencatat perubahan suhu yang terjadi pada termometer tiap 1 menit. Guru selalu menghimbau

agar dalam melakukan kegiatan selalu jujur, teliti, tanggung jawab serta rasa ingin tahu yang tinggi.

Selama kegiatan berlangsung guru berkeliling mengunjungi masing-masing kelompok untuk

memberikan bimbingan, arahan, dan pengawasan terhadap kerja siswa. Pada saat siswa melakukan uji

hipotesisnya dan melihat kenaikan suhu benda yang berbeda, siswa melakukan dengan sikap jujur,

teliti dan tanggung jawab terhadap data yang akan dicatat.

Pada saat melakukan kegiatan pengamatan, ada siswa yang melihat termometer tetapi tidak

cermat dengan ada tidaknya perubahan suhu, hal ini terbukti ada siswa ketika melakukan pengamatan

terhadap perubahan suhu tidak teliti sehingga siswa tetap menganggap ada perubahan suhu ketika es

mencair semua. Ada juga siswa yang kurang teliti dalam menghitung waktu tiap satu menitnya

sehingga mempengaruhi data yang diperoleh. Begitu juga ada siswa yang sangat teliti dalam

melakukan pengamatan terhadap kenaikan suhu benda serta antusias dalam kegiatan pengamatan. Hal

ini terbukti ketika siswa melihat perubahan suhu pada thermometer ketika es dipanaskan hingga

mendidih seperti pada Gambar 4 dan 5 berikut.

Page 103: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

719

3. Mengumpulkan Data dan Menganalisis Data

Siswa diminta saling bekerjasama dalam kelompok untuk menuliskan data hasil

percobaan dalam tabel pengamatan di dalam Lembar Kerja Siswa dengan jujur sesuai hasil

percobaan yang telah dilakukan. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk berdiskusi dan

bekerjasama dengan kelompoknya dalam melakukan analisis data seperti yang telah dituliskan

dalam Lembar Kerja Siswa yaitu bagaimana suhu benda pada saat terjadi perubahan wujud?

Pada saat siswa mencatat data yang diperoleh dari hasil pengamatan ada kelompok yang

memperoleh data bahwa suhu naik terus ketika es dipanaskan hingga mendidih. Hal ini disebabkan

karena tidak telitinya ketika membaca thermometer ketika harus mencatat kenaikan suhu setiap

menitnya. Namun ada juga kelompok yang mendapatkan data bahwa pada waktu tertentu suhu tidak

mengalami perubahan/tetap. Setelah siswa mendapat data dari hasil pengamatan, siswa menggambar

grafik dan mendiskusikan hasil dari pengamatanya. Adapun gambar grafik hubungan antara waktu

pemberian kalor dengan kenaikan suhu seperti pada Gambar 6 berikut.

4. Membuat Kesimpulan

Tahap kesimpulan dilakukan oleh masing-masing kelompok dan dituliskan dalam Lembar

Kerja Siswa berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan dengan disertai sikap jujur,

teliti, tanggung jawab serta rasa ingin tahu. Pada saat membuat kesimpulan ada 2 kelompok yang

mendapatkan bahwa ketika es dipanaskan terjadi perubahan wujud es mencair dan suhunya tetap

serta pada saat air dipanaskan hingga mendidih terjadi perubahan wujud menguap dan suhunya

juga tetap. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi perubahan wujud, suhu tidak mengalami

perubahan namun tetap.

Setelah siswa melakukan kegiatan pengamatan, perwakilan kelompok mempresentasikan

hasil dari diskusi kelompok. Pada akhir kegiatan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan

yang telah dipelajari hari ini yaitu kalor dan perubahan wujud zat.

Gambar 4

Siswa mengamati es

yang dipanaskan

Gambar 5

Siswa mengamati air

yang dipanaskan

Gambar 6

Grafik hubungan antara waktu dengan

kenaikan suhu

Page 104: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

720

Pertemuan Ketiga

Melakukan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa tentang kator dan perubahan wujud

zat.

Refleksi Siklus I

Kendala Penyebab Alternatif

Kurang teliti dalam

melakukan pengamatan

terhadap kenaikan suhu

Dalam menggambar grafik

ada kesalahan

Siswa kurang kreatif

dalam menulis rumusan

masalah, karena hanya

melalui tanya jawab

Membaca thermometer

dari arah samping tidak

lurus sehingga

mempengaruhi data

Ketika menggambar grafik

harus memperhatikan

skalanya

Pada LKS tidak

dicantumkan fakta dalam

orientasi masalah untuk

menentukan rumusan

masalah

Mengingatkan jika membaca

thermometer harus teliti dan

posisi harus lurus

Mengingatkan skala dalam

membuat grafik

Sebaiknya pada LKS

dicamtumkan fakta dalam

orientasi masalah sehingga

siswa dapat merumuskan

masalah sesuai dengan diskusi

kelompoknya

Dari hasil refleksi pada siklus 1 maka kekurangan pada Lembar Kerja Siswa perlu dicantumkan

fakta dalam orientasi masalah sehingga siswa dapat merumuskan masalah berdasarkan fakta

yang diungkap pada Lembar Kerja Siswa. Kelebihan dari siklus 1, dengan pembelajaran inkuiri

maka siswa dapat merumuskan masalah, berhipotesis, mengumpulkan data, menganalisa dan

menarik kesimpulan.

Mendeskripsikan Pembelajaran Siklus II

Siklus II terdiri dari 2 pertemuan yang terdiri dari 1 tatap muka dan 1 kali tes tertulis.

Masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu merumuskan masalah

dengan janya jawab untuk membuat hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan dan

menganalisis data, membuat kesimpulan.

Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama membahas materi perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi.

Tujuan pembelajaran siswa a) Siswa dapat menyelidiki pengaruh jenis bahan terhadap

kemampuan menghantarkan kalor pada peristiwa konduksi. b) Siswa dapat membedakan

konduksi dan konveksi. c) Siswa menjelaskan contoh konduksi dan konveksi dalam kehidupan

sehari-hari. Di awal pembelajaran guru memberi salam dan berdoa untuk memulai pelajaran.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan menayangkan video peristiwa konduksi dan konveksi.

Siswa memperhatikan video tersebut kemudian mendiskusikan apa yang membedakan

perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi. Guru meminta siswa untuk menyampaikan

tanggapannya terhadap fenomena tersebut. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dilaksanakan serta mengenalkan beberapa karakter yang akan dikembangkan beserta

indikator dari masing-masing karakter, yaitu rasa ingin tahu, jujur, teliti, dan tanggung jawab.

Pada kegiatan inti guru meminta siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-

masing dan salah satu anggota kelompok untuk mengambil alat percobaan yang telah disediakan,

kemudian meminta semua siswa untuk melakukan pengamatan perpindahan kalor pada konduksi

dan konveksi. Guru memberikan Lembar Kerja Sswa dan siswa dibimbing untuk melakukan

diskusi dalam kelompoknya masing-masing. Lembar Kerja Siswa memuat fakta, rumusan

masalah, hipotesis, desain eksperimen, masalah dan kesimpulan. Tahap inkuiri yang dilalui adalah

sebagai berikut.

Page 105: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

721

1. Rumusan Masalah

Guru memberikan Lembar Kerja Siswa dan mengarahkan kepada siswa untuk membaca fakta

yang telah diungkapkan pada LKS. Setelah membaca fakta maka siswa mendiskusikan masalah apa

yang muncul pada pernyataan tersebut kemudian masing-masing kelompok membuat rumusan

masalahnya.

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus dibuktikan dari rumusan masalah

yang sudah dibuat pada masing-masing kelompok. Rumusan masalah tersebut diantaranya: bagaimana

arus konveksi pada zat cair dan zat gas, bagaimana perpindahan kalor pada berbagai bahan

3. Melakukan percobaan

Siswa diminta menguji hipotesisnya melalui percobaan. Dibantu Lembar Kerja Siswa maka

siswa melakukan percobaan. a) perpindahan kalor secara konduksi b) perpindahan kalor secara

konveksi pada zat cair dan zat gas. Guru selalu menghimbau agar dalam melakukan kegiatan selalu

jujur, teliti, tanggung jawab serta rasa ingin tahu yang tinggi. Selama kegiatan berlangsung guru

berkeliling mengunjungi masing-masing kelompok untuk memberikan bimbingan, arahan, dan

pengawasan terhadap kerja siswa. Pada saat siswa melakukan uji hipotesisnya dan perpindahan kalor,

siswa melakukan dengan sikap jujur, teliti dan tanggung jawab terhadap data yang akan dicatat.

Pada saat melakukan kegiatan pengamatan pada perpindahan kalor secara konduksi guru

mengingatkan untuk bersikap teliti karena jika tidak mentaati langkah kerja maka data bisa salah,

contohnya jika bahan yang baru digunakan tidak didinginkan dulu, maka akan mempengaruhi hasil

penelitian siswa. Begitu juga pada kegiatan perpindahan kalor secara konveksi pada zat cair, siswa

memperhatikan arus ketika es yang berwarna di masukkan pada air. Ada juga kelompok yang sangat

kreatif mencoba menaburkan zat warna pada air, kemudian memanaskan air tersebut. Ternyata siswa

dapat menemukan alur arus konveksi pada zat cair tersebut. Pada kegiatan perpindahan kalor secara

konveksi pada zat gas siswa dapat menemukan gerakan asap pada cerobong ketika salah satu

cerobong diberi lilin dan cerobong yang lain diberi asap. Dengan demikian siswa sangat antusias

dalam pengamatan konveksi pada zat cair maupun zat gas . Hal yang perlu diperhatikan yaitu

keterampilan ilmiah siswa dan sikap ilmiah siswa pada saat pengamatan. Kegiatan pengamatan pada

kegiatan perpindahan kalor secara konduksi dapat dilihat pada Gambar 7, kegiatan pengamatan pada

perpindahan kalor secara konveksi pada zat gas dapat dilihat pada Gambar 8, dan kegiatan

pengamatan pada perpindahan kalor secara konveksi pada zat cair dapat dilihat pada Gambar 8

berikut.

Gambar 7

Siswa mengamati

perpindahan kalor

secara konduksi

Gambar 8

Siswa mengamati

perpindahan kalor

secara konveksi pada

zat gas

Gambar 9

Siswa mengamati

perpindahan kalor

secara konveksi pada

zat cair

Page 106: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

722

4. Mengumpulkan dan menganalisis data

Siswa diminta saling bekerjasama dalam kelompok untuk menuliskan data hasil percobaan

pada di Lembar Kerja Siswa dengan jujur sesuai hasil percobaan yang telah dilakukan. Guru

menginstruksikan kepada siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan kelompoknya dalam

melakukan analisis data seperti yang telah dituliskan dalam Lembar Kerja Siswa yaitu menyelidiki

perpindahan kalor secara konduksi pada berbagai jenis logam dan menyelediki perpindahan kalor

secara konveksi pada zat cair dan zat gas. Pada perpindahan kalor secara konduksi di dapat bahwa

partikelnya tidak mengalami perpindahan namun merambat. Hal ini dibuktikan dengan memanaskan

logam dengan jenis yang berbeda, ternyata lilin yang meleleh tidak bersamaan.

Pada kegiatan pengamatan konveksi pada zat cair ternyata partikel ikut berpindah, hal ini

terbukti ketika es batu yang diberi pewarna di masukkan pada air ternyata mengalami perpindahan

arus yang mengalir. Begitu juga ada kelompok yang mencoba air di beri zat pewarna kemudian

dipanaskan dengan posisi api yang berbeda, ternyata arus alirannya juga mengalami perubahan

bergantung letak apinya. Hal ini membuktikan bahwa aliran di dalam gelas disebabkan karena

perbedaan massa jenis zat. Air yang menyentuh bagian bawah gelas yang dipanasi, air yang

dipanaskan akan memiliki massa jenis menurun sehingga mengalir naik ke atas dan air yang lebih

rapat pada bagian atas akan turun.

Pada kegiatan pengamatan konveksi pada zat gas didapatkan data bahwa asap akan turun pada

cerobong yang tidak dipanaskan, kemudian naik ke cerobong yang ada lilinnya. Hal ini disebabkan

karena pada cerobong yang dipanaskan tekanan udara kecil sehingga asap akan bergerak naik ke atas.

5. Membuat kesimpulan.

Tahap kesimpulan dilakukan oleh masing-masing kelompok dan dituliskan dalam Lembar

Kerja Siswa yang telah disediakan dengan disertai sikap jujur, teliti, tanggung jawab serta rasa ingin

tahu. Setelah siswa melakukan kegiatan pengamatan, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil

dari diskusi kelompok. Pada akhir kegiatan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan yang telah

dipelajari hari ini yaitu konduksi adalah perpindahan panas melalui bahan tanpa disertai perpindahan

partikel-partikel bahan itu. Contoh: memanaskan ujung logam dengan lilin, panas kopi yang tahan

lama pada gelas kaca. Perpindahan konveksi adalah perpindahan kalor dari satu tempat ke tempat lain

bersama dengan gerak partikel-partikel bendanya. Konveksi pada zat cair karena perbedaan massa

jenis zat, contohnya pemanasan air, aliran air panas. Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara,

contohnya terjadinya angin darat dan angin laut, cerobong asap pabrik.

Pertemuan Kedua

Melakukan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa tentang perpindahan kalor secara

konduksi dan konveksi.

Refleksi Siklus II

Kendala Penyebab Alternatif Pemecahan

Sulit mengamati aliran es

yang diberi pewarna dan

dimasukkan pada air

Aliran asap pada cerobong

sedikit terlihatnya

Ada perolehan data yang

berbeda-beda

Es yang diberi pewarna yang

kurang pekat dan

dimasukkan pada air mudah

mencair

Dalam membuat asap pada

cerobong kurang banyak,

sehingga asap cepat habis

Dalam melakukan

pengamatan kurang teliti

dan kurang cermat

Menggunakan zat pewarna

yang lebih pekat

Hendaknya membuat asap

yang banyak dan segera

dimasukkan pada cerobong

Selalu mengingatkan pada

siswa, jika dalam

melakukan kegiatan

pengamatan harus teliti

dan cermat

Page 107: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

723

Dari hasil refleksi pada siklus II maka kekurangan pada kegiatan pengamatan perpindahan kalor

secara konveksi pada zat cair lebih baik menggunakan zat pewarna pekat supaya terlihat arah

alirannya. Kelebihan dari siklus II, dengan pembelajaran inkuiri maka siswa lebih dilibatkan

secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan, memperoleh informasi, memecahkan

masalah, dan mencari kebenaran atau pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada siswa

kelas VIIB SMP negeri 01 Batu dapat meningkatkan keterampilan ilmiah, sikap ilmiah, dan

prestasi belajar siswa. Dari data angket siswa di dapat hasil peningkatan keterampilan ilmiah

dari siklus I ke siklus II. Peningkatan itu dapat dilihat pada tabel dan diagram di bawah ini:

Tabel 2. Peningkatan Keterampilan Ilmiah persiklus

pengamatan

rasa ingi

n tahu

analisis data kesimpulan presentasi

siklus 1 3.78 3.75 3.56 3.09 3.00

siklus 2 3.93 3.82 3.61 3.68 3.14

Data di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya peningkatan keterampilan ilmiah siswa persiklus.

Keterampilan ilmiah siswa pada siklus I dengan rata-rata 3,44 dan pada siklus II dengan rata-

rata 3,64. Hal ini disebabkan karena pada siklus I siswa dalam melakukan analisis data tidak

merujuk pada literatur, rasa ingin tahunya juga tidak terlalu antusias dan baru terlibat aktif

dalam kegiatan kelompok ketika disuruh.

Penggunakan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VIIB SMP negeri 01 Batu juga

dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa. Dari data angket siswa di dapat peningkatan sikap

ilmiah dari siklus I ke siklus II. Peningkatan itu dapat dilihat pada tabel dan diagram di bawah

ini:

0,000,501,001,502,002,503,003,504,004,50

siklus 1

siklus 2

Page 108: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

724

Tabel 3. Peningkatan Sikap Ilmiah persiklus

kejujuran ketelitian tanggung jawab

siklus 1 2.66 2.44 2.59

siklus 2 2.96 2.57 2.71

Data di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya peningkatan sikap ilmiah siswa persiklus. Sikap

ilmiah pada siklus I dengan rata-rata 2,56 dan pada siklus II dengan rata-rata 2,75. Hal ini

disebabkan karena kurang teliti dalam melakukan pengamatan dan mencatat data, demikian juga

kurang bertanggungjawab dalam melakukan pengamatan, mencatat data serta dalam menyusun

laporan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri di kelas VIIB SMP Negeri 01 Batu telah terlaksana

dengan baik yaitu merumuskan masalah, hipotesis, pengumpulan data, menganalisis data dan

membuat kesimpulan. Pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keterampilan ilmiah yaitu

pengamatan, rasa ingin tahu, menganalisis data, dan presentasi dengan rata-rata 3,44 pada siklus I

dan 3,64 pada siklus II. Untuk sikap ilmiah pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 01 Batu juga

mengalami peningkatan yaitu sikap kejujuran, ketelitian dan tanggung jawab dengan rata-rata

2,56 pada siklus I dan 2,75 pada siklus II. Prestasi belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 01 Batu

juga mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata tes 80,13 pada siklus I dan nilai rata-rata tes

91,50 pada silus II.

Saran yang bisa diberikan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Model

pembelajaran inkuri dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif cara dalam proses pembelajaran

dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran agar pelajaran IPA menjadi

lebih menarik dan menghasilkan hasil belajar yang tinggi. 2) Jumlah dan jenis alat praktikum

yang memadai sehingga saat melakukan percobaan tidak mengalami kesulitan dan berjalan lancar.

3) Siswa kelas VIIB SMP Negeri 01 Batu harus lebih teliti dalam pengambilan data dan berlatih

mengemukakan pendapat dan berkomunikasi saat melakukan diskusi.

DAFTAR PUSTAKA

Agustanti, T.H. 2012. Implementasi Metode Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi.

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol. 1, No. 1, Hal 16-20 (April 2012).

Depdiknas. 2007. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran IPA SMP-SBI. Jakarta: Direktorat

Pembinaan SMP.

Fitriyati, Ida. 2015. Motivasi Belajar dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA Kelas VIIIB SMP

Negeri 3 Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Bantuan Media Untuk

Meningkatkan Keterampilan Ilmiah, Sikap Ilmiah Sanggau. Prosiding Seminar Nasional

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

kejujuran ketelitian tanggung jawab

siklus 1

siklus 2

Page 109: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

725

Exchange of Experiences Teacher Quality Improvement Program (TEQIP). Malang, 31

Oktober 2015 halaman 92.

Kemendikbud. 2017. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII Semester 2. Jakarta: Pusat Perbukuan

Depdiknas.

Madawati, T.R. & Sunarti, T. 2012. Penerapan Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Cahaya Kelas VIII-C di

SMP Negeri 4 Kediri. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol. 1, No. 1, Hal. 278-284 (2012).

Marwan. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri dengan

Model Kooperatif Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains dan Keterampilan Sosial

pada Siswa Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Exchange of Experiences Teacher

Quality Improvement Program (TEQIP). Malang, 31 Oktober 2015 halaman 183.

Mustafa, S. 2010. Penerapan Strategi Inkuiri Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Parepare. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Malang:

PPS Universitas Negeri Malang

Prasojo. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains. Prosiding Seminar Nasional Exchange of

Experiences Teacher Quality Improvement Program (TEQIP). Malang, 31 Oktober 2015

halaman 100.

Wasis, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning. Ilmu Pengetahuan Alam. Sekolah Menengah

Pertama Kelas VII (BSE). Jakarta: Pusat Perpukuan Depdiknas.

Page 110: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

726

Penggunaan Peta Konsep Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Motivasi

dan Hasil Belajar IPA Materi Klasifikasi Makhluk Hidup pada Siswa Kelas VII

Semester Ganjil SMPN Satu Atap Pesanggrahan 2 Batu

Tahun Pelajaran 2015-2016”.

Agustini

SMPN Satu Atap Pesanggrahan 2

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan peta konsep

berbantuan media gambar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA materi

Klasifikasi Makhluk Hidup pada siswa kelas VII semester ganjil SMPN Satu Atap

Pesanggrahan 2 Batu Tahun Pelajaran 2015-2016. Penelitian ini merupakan Penelitian

Tindakan Kelas dalam 2 siklus. Penilaian motivasi belajar siswa dilakukan melalui

observasi dan dianalisa secara kualitatif, sedangkan penilaian hasil belajar siswa dilakukan

melalui pemberian ter tertulis, dan dianalisa secara kuantitatif. Hasil penilaian motivasi

belajar siswa untuk aspek keaktifan dalam kelompok meningkat dari 57,14% pada siklus 1

menjadi 71,43% pada siklus 2. Untuk aspek kerjasama dalam kelompok meningkat dari

61,90% pada siklus 1 menjadi 71,43% pada siklus 2.Begitu juga pada aspek tepat waktu

meningkat dari 52,38% pada siklus 1 menjadi 66,67% pada siklus 2. Begitu juga pada hasil

penilaian hasil belajar siswa, ketuntasan belajar klasikal meningkat dari 57,14% pada siklus

1 menjadi 90,48% pada siklus 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan peta

konsep berbantuan media gambar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Peta konsep, motivasi, hasil belajar, Klasifikasi Makhluk Hidup.

Cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari yang sederhana ke hal-hal yang

lebih kompleks. Belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta, tetapi

merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih

utuh. Konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Belajar akan

lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Ausubel (1963) dalam Andri (2011), agar pemahaman

materi pelajaran dapat lebih mudah dipelajari hendaknya setiap orang belajar secara bermakna

yaitu dengan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui sebelum-

nya. . Karena itu pembelajaran bermakna penting untuk dilaksanakan oleh guru.

Salah satu alat pembelajaran yang berdasarkan belajar bermakna adalah peta konsep (Siti

Zubaidah: 1999). Lebih lanjut Herawati Susilo (1998) menyatakan bahwa peta konsep sebagai

alat pembelajaran, membantu siswa aktif berpikir untuk memusatkan pada sejumlah ide pokok

(berupa konsep-konsep) dari suatu pokok bahasan.

Pembelajaran bermakna akan mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu. Anak-anak

pada dasarnya bersifat ingin tahu, senang belajar, dan memiliki banyak talenta. Mereka kreatif,

penuh perhatian, dan dapat berpikir untuk diri mereka sendiri.

Pada pembelajaran IPA materi Klasifikasi Makhluk Hidup, siswa tidak hanya dituntut

menghafalkan fakta-fakta dan konsep-konsep, melainkan juga mengerti dan membangun sistem

berpikirnya sendiri. Guru perlu mengubah filosofi pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi

pembelajaran berpusat pada siswa yang berlandaskan filosofi konstruktivisme, dimana siswa

dapat menyusun sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya (Susilo, 2004).

Pembelajaran IPA, masih belum berjalan menurut kaidah belajar bermakna. Untuk itu

dipandang perlu dilakukan suatu tindakan yang bisa menghasilkan perubahan yang berarti pada

siswa. Dalam hal ini tugas guru adalah memfasilitasi siswa untuk belajar bermakna sesuai

tuntutan materi.

Salah satu bentuk memfasilitasi siswa dalam belajar adalah membuat peta konsep

berbantuan media gambar. Pembelajaran dengan peta konsep sudah dikaji oleh beberapa peneliti

(Susilo,1988, Andri, 2011; Zubaidah, 2011).

Page 111: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

727

Novak (dalam Kadir: 2007) menyatakan, pemetaan konsep adalah suatu proses yang

melibatkan identifikasi konsep-konsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep-konsep

tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari yang paling umum, kurang umum dan konsep-konsep

yang lebih spesifik. Pemetaan konsep sangat efektif untuk membantu siswa belajar bermakna,

yaitu memahami hubungan logika antara konsep yang satu dengan konsep yang lain

(Mardiningsih: 2001). Secara rinci Novac dan Gowin dalam Susilo (1999) menjelaskan

penggunaan peta konsep bagi siswa adalah untuk (1) mengeksplorasi apa yang telah diketahui

oleh pembelajar (2) memberikan arah pembelajaran seperti peta jalan (3) membantu mambaca

materi dari buku pelajaran (4) membantu siswa mencapai hasil pembelajaran yang tinggi serta

bermakna karena membantu siswa mengingat informasi dan keterkaitan antar konsep (5)

membantu siswa menggabungkan ide yang satu dengan ide yang lainnya.

Dalam penelitian ini menggunakan peta konsep berbantuan media sederhana berupa

gambar untuk memahami materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Media sederhana berupa gambar

dipilih agar tidak menyulitkan siswa mencari contoh, karena gambar praktis tinggal menempelkan

saja. Hal ini dilakukan karena siswa kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2015-2016 SMPN

Satu Atap Pesanggrahan 2 mengalami kesulitan dalam memahami materi –materi yang bersifat

hafalan dan memiliki banyak penjelasan. Siswa mengalami kesulitan mendeskripsikan kelompok

monera,Protista, Fungi, Plantae dan Animalia. Dampaknya siswa mengalami kesulitan ketika

mengkasifikasikan dan mendeskripsikan ciri-ciri yang dimilikinya.

Kesulitan – kesulitan siswa dalam mempelajari materi Klasifikasi Makhluk Hidup

nampaknya juga akibat dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Selama ini pembelajaran

yang dilakukan guru adalah memberikan penjelasan materi, siswa mengerjakan soal di LKS, dan

memberikan tes. Pembelajaran semacam ini membuat siswa menjadi bosan dan menjenuhkan.

Pembelajaran yang membosankan mengakibatkan penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran IPA menjadi rendah salah satunya pada materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Ini terlihat

dari rata-rata hasil ulangan harian tahun pelajaran 2014-2015 yang tuntas hanya 40% dan yang

tidak tuntas 60%. Sementara standart kelulusan (KKM) Sekolah adalah 70.

Berdasarkan berbagai alasan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas

pada materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan mengambil judul “Penggunaan Peta Konsep

berbantuan media gambar untuk meningkatkan Motivasi dan hasil belajar IPA materi

Klasifikasi Makhluk Hidup pada siswa kelas VII semester ganjil SMPN Satu Atap

Pesanggrahan 2 Batu tahun pelajaran 2015-2016”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mendiskripsikan pengaruh peta konsep terhadap motivasi dan hasil belajar

siswa berbantuan media sederhana yaitu gambar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas yang dilakukan dengan 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus 1 dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan yang

membahas materi kelompok Monera dan kelompok Protista, Fungi dan Plantae dan satu

pertemuan untuk tes tertulis akhir siklus. Siklus kedua dilakukan dua kali pertemuan yang

mempelajari kelompok Animalia, dan satu kali pertemuan tes tertulis akhir siklus.

Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII semester ganjil SMPN Satu Atap

Pesanggrahan 2 Batu tahun pelajaran 2015-2016, dengan jumlah 21 siswa yang terdiri dari 7

siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Subyek memiliki kemampuan yang heterogen.

Mengingat kemampuan siswa heterogen, maka metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode kooperatif yaitu diskusi kelompok, dengan desain pembelajaran diatur

sedemikian rupa sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa, dan pada akhirnya meningkatkan

hasil belajarnya.

Untuk mengukur motivasi siswa digunakan instrument berupa lembar observasi siswa,

mencakup aspek keaktifan, kerjasama dan ketepatan waktu. Data hasil observasi ini diperoleh

pada saat proses pembelajaran berlangsung, sedangkan untuk mengukur hasil belajar digunakan

instrumen berupa soal tertulis yang diperoleh pada setiap akhir siklus. Selanjutnya pengolahan

data proses belajar dilakukan secara kualitatif, sedangkan pengolahan data hasil belajar diolah

secara kuantitatif.

Page 112: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

728

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pembelajaran Siklus I

Siklus I ini terdiri dari 3 pertemuan, dimana 2 kali pertemuan tatap muka dan 1 kali

pertemuan tes tertulis. Pertemuan pertama membahas kelompok Monera dan Protista. Dan

pertemuan kedua membahas kelompok Fungi dan Plantae. Berikut dipaparkan kegiatan

pembelajaran tiap pertemuan.

Pertemuan I

Siswa diberikan apersepsi untuk mengingat kembali pengetahuan sebelumnya yang

relevan dengan topik, yaitu tentang mahluk hidup, utamanya tentang ciri-ciri mahluk hidup.

Apersepsi dilakukan melalui dialog sebagai berikut.

Guru : Masih ingatkah kalian apa saja ciri-ciri makhluk hidup?

Siswa : Bergerak, bernafas, berkembang biak, tumbuh dan berkembang, peka terhadab rangsang.

Guru : Bagaimana apabila tidak memiliki ciri-ciri seperti yang telah kalian sebutkan?

Siswa : Bukan makhluk hidup bu”

Guru : Betul sekali

Guru : Makhluk hidup di dunia ini sangat beraneka ragam jenisnya. Bagaimana kita bias

mengenalinya? Misalnya bagaimana kita bisa mengatakan hewan itu adalah burung?

Guru : Baiklah anak-anak ….hari ini kita akan mempelajari Klasifikasi Makhluk Hidup

Dari dialog di atas terlihat siswa sudah siap belajar. Selanjutnya guru menunjukkan

sejumlah kertas warna (merah, kuning, hijau, biru) dengan berbagai bentuk (lingkaran, segitiga,

segiempat). Secara berkelompok siswa diminta mengelompokkan kertas-kertas tersebut (gambar

1) dan menempelkannya di papan (gambar 2). Kurang dari 5 menit siswa sudah menyelesaikan

pekerjaannya (gambar 3). Ada kelompok yang mengklasifikasikan kertas-kertas warna tersebut

berdasarkan warna dan ada kelompok yang mendasarkan pada bentuk.

Dokumen kegiatan mengklasifikasikan kertas.

Gambar 1. Siswa bekerja dalam kelompok memilah kertas warna

Gambar 2. Siswa memempelkan kertas warna dan memberikan penjelasan

Page 113: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

729

Gambar 3. Hasil kerja siswa

Berdasarkan proses mengelompokan kertas-kertas tersebut, guru bertanya kepada siswa

bagaimana cara mengelompokkan mahluk hidup. Siswa menjawab “berdasarkan ciri-cirinya”

seperti ditunjukkan pada petikan dialog berikut.

Guru : Bagaimana cara mengklasifikasikan makhluk hidup?

Siswa : Dengan mengenali ciri-cirinya dan persamaannya bu?

Guru : Hampir betul jawaban kalian” Nah sekarang secara berkelompok, klasifikasikan kelompok

Monera dan Protista.

Mengawali kegiatan inti, guru menjelaskan ciri-ciri kelompok Monera dan Protista.

Setelah itu siswa diminta belajar secara berkelompok. Setiap kelompok diberi sejumlah gambar

makhluk hidup, dan diminta menetapkan termasuk kelompok apa tiap-tiap makhluk hidup

tersebut. Siswa diijinkan membaca buku siswa dan menggali informasi sebanyak-banyaknya

tentang kelompok Monera dan Protista. Selanjutnya siswa menempelkan gambar-gambar tersebut,

menuliskan ciri-ciri yang dimilikinya, pada peta konsep yang sudah terpampang di papan tulis

(gambar 4). Masing-masing kelompok harus membuat peta konsep secepat mungkin dan setepat

mungkin; beradu cepat dengan kelompok yang lain (gambar 5). Hasil kerja siswa disajikan pada

gambar berikut.

Gambar 4. Siswa menempelkan gambar Gambar 5. Hasil kerja siswa

dan menuliskan ciri-cirinya

Langkah selanjutnya adalah guru memeriksa hasil kerja masing-masing kelompok. Tugas

Guru selaku fasilitator, melalui beberapa penguatan, membantu siswa menemukan kesimpulan

secara klasikal. Pembelajaran pertemuan 1 masih belum semua anggota kelompok berpartisipasi,

kerja terkesan lambat karena masih belum memahami prosedur kerja. Sehingga proses dan hasil

belajar masih belum tercapai sesuai harapan.

Page 114: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

730

Pertemuan II

Siswa diberikan apersepsi untuk mengingat kembali pengetahuan sebelumnya yang

relevan dengan topik, yaitu tentang klasifikasi makhluk hidup. Apersepsi dilakukan melalui

dialog sebagai berikut.

Guru : Masih ingatkah kalian apa yang mendasari klasifikasi makhluk hidup?

Siswa : Persamaan ciri-ciri dan sifat yang dimilikinya bu!

Guru : Betul sekali. Bagaimana klasifikasi Monera?

Siswa : Monera memiliki ciri-ciri monoseluler

Guru : Betul…

Guru : Baiklah anak-anak ….hari ini kita akan membuat Klasifikasi kelompok Fungi dan Plantae

Dari dialog di atas terlihat bahwa siswa sudah siap belajar. Mengawali pembelajaran

pertemua 2, Guru memberikan beberapa penjelasan kelompok Fungi dan Plantae, setelah itu siswa

diminta bekerja secara berkelompok. Setiap kelompok diberi sejumlah gambar makhluk hidup

dan siswa diminta menetapkan termasuk kelompok mana tiap makhluk hidup tersebut. Siswa

diijinkan mambaca buku siswa dan menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang kelompok

Fungi dan Plantae (gambar 5). Selanjutnya siswa menempelkan gambar-gambar tersebut,

menuliskan ciri-ciri ang dimilikinya, pada peta konsep yang sudah terpampang di papan tulis.

(gambar 6). Masing-masing kelompok harus membuat peta konsep secepat mungkin dan setepat

mungkin; beradu cepat dengan kelompok lain. Berikut hasil kerja siswa pada pembelajaran

pertemuan 2.

Gambar 5. Guru memberikan penjelasan Gambar 6. Hasil kerja siswa

Langkah selanjutnya adalah guru memeriksa hasil kerja masing-masing kelompok. Tugas

Guru selaku fasilitator, melalui beberapa penguatan, membantu siswa menemukan kesimpulan

secara klasikal.

Pembelajaran pertemuan 2 ada peningkatan jumlah siswa yang berpartisipasi aktif

menempelkan hasil kerjanya. Kerja kelompok sudah lebih cepat, karena siswa sudah paham

prosedur kerja. Sehingga proses dan hasil belajar mulai ada peningkatan.

Penilaian motivasi belajar siswa

Untuk mengetahui motivasi siswa selama proses pembelajaran pada siklus I (pertemuan 1

dan pertemuan 2) dilakukan penilaian proses dengan aspek penilaiannya meliputi (1) Keaktifan,

(2) kerja sama, (3) tanggung jawab (4) ketepatan waktu.

Tabel 1. Motivasi siswa selama proses Pembelajaran

Aspek Skor

Siklus I

Pertemuan 1 Pertemuan 2

frekuensi % frekuensi %

Keaktifan

4 11 52.38 12 57.14

3 9 42.86 9 42.86

2 1 4.76 0 0

Kerjasama

4 11 52.38 13 61.90

3 10 47.62 8 38.10

2 - - -

Page 115: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

731

Ketepatan waktu

4 7 33.33 9 42.86

3 11 52.38 11 52.38

2 3 14.29 1 4.76

Berdasarkan hasil analisis tabel 1 dapat diuraikan sebagai berikut.

Aspek Keaktifan Dalam Kelompok Pada elemen ini mempunyai indikator yaitu siswa sangat aktif tidak akan berhenti

sampai selesai, siswa yang mengerjakan tugas aktif mengenal waktu, siswa jarang mengerjakan

tugas. Hasil analisis angket belajar siswa pada siklus tindakan I diketahui bahwa taraf

keberhasilan tertinggi pada indikator siswa sangat aktif tidak akan berhenti sampai selesai sebesar

52,38% (11 siswa) pada pertemuan I meningkat jumlahnya menjadi sebesar 57,14%(12 siswa)

pada pertemuan II. Sedangkan pada indikator siswa yang mengerjakan tugas aktif mengenal

waktu sebesar 42,86% (9 siswa) pada pertemuan I meningkat jumlahnya menjadi sebesar

61,90%(13 siswa) pada pertemuan II. Sedangkan untuk siswa jarang mengerjakan tugas sebesar

4,76% (1 siswa) pada pertemuan I, sebanyak 0% (0siswa) pada pertemuan II. Artinya pada

pertemuan II mengalami peningkatan keaktifan di bandingkan pada pertemuan I.

Walaupun secara umum pada pertemuan II ketiga aspek mengalami peningkatan proses

belajar dibanding pada pertemuan I, masih perlu ditingkatkan pada siklus II, dikarenakan masih

ada siswa yang belum selesai mengerjakan tugas tepat pada waktunya.

.Aspek Kerja Sama Dalam Kelompok

Pada elemen kerja sama tim ini ada 3 indikator yaitu, siswa selalu bekerja dengan timnya

dalam mengerjakan tugas, siswa tidak selalu bekerja dengan timnya dalam mengerjakan tugas,

siswa tidak menghiraukan teman dalam kelompoknya. Hasil analisis motivasi siswa dalam

bekerja dengan timnya sebesar 52,38% (11 siswa) pada pertemuan I, meningkat menjadi sebesar

61,90%(13 siswa) pada pertemuan II. Elemen ini menempati taraf tertinggi, karena siswa sudah

memliki kemauan kerjasama yang besar dalam mengerjakan tugas. Siswa tidak selalu bekerja

dengan timnya dalam mengerjakan tugas sebesar 47,62% (10 siswa) pada pertemuan I, sedangkan

pada pertemuan II menjadi sebesar 38,10% (8 siswa). Sedangkan siswa yang tidak mau

menghiraukan timnya sebesar 0% pada kedua pertemuan.Masih perlu ditingkatkan kerjasama

siswa dalam timnya dalam mengerjakan tugas pada siklus 2, karena hampir 50% siswa masih

belum konsisten/tidak selalu bekerja dalam timnya dalam mengerjakan tugas.

Aspek ketepatan waktu

Elemen tepat waktu dalam mengerjakan tugas ada 3 indikator yitu, siswa mengerjakan

tepat waktu yang ditentukan, siswa mengerjakan dengan tambahan waktu, siswa tidak pernah

selesai dengan waktu yang telah ditentukan. Hasil analisis siswa mengerjakan tepat waktu yang

ditentukan sebesar 33,33% (7 siswa) pada pertemuan I, mengalami peningkatan sebesar 42,86%

(9 siswa) pada pertemuan II. Tetapi ini masih tergolong rendah, sehingga perlu ditingkatkan lagi

pada siklus II. Siswa yang menyelesaikan dengan tambahan waktu sebesar 52,38% (11 siswa)

baik pada pertemuan I maupun pada pertemuan II. Kenyataan ini perlu diperhitungkan atau

ditinjau kembali jumlah tugas dan waktu yang ditentukan. Sedangkan siswa tidak selesai

menegerjakan tugas 14,29% (3 siswa) pada pertemuan I, mengalami penurunan sebesar 4,76% (1

siswa) pada pertemuan II. Dalam hal ini siswa perlu bimbingan dan dorongan.

Berdasarkan hasil analisa diatas motivasi siswa selama proses belajar perlu ditingkatkan,

terlihat dari hasil yang sering muncul (modus) berikut.

Tabel 2. Rekapitulasi motivasi belajar siswa selama proses Pembelajaran

No Aspek Hasil Taraf keberhasilan

1 Keaktifan dalam kelompok 57,14 C

2 Kerja sama dalam kelompok 61,90 C

3 Tepat waktu 52,38 C

Jumlah 171,42

Rata-rata 57,14 C

Page 116: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

732

Keterangan :

SB = Sangat Baik = 81 - 100%

B = Baik = 61 – 80 %

C = Cukup = 41 – 60 %

K = kurang = 21 - 40 %

SK = sangat kurang = 0 - 20 %

Penilaian Hasil belajar siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus 1 ini digunakan instrument berupa soal

tes tertulis pilihan ganda sebanyak 10 butir. Dari hasil tes diperoleh rata – rata nilai siswa 60 ,

dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30 dan ada 12 anak yang sudah tuntas ( 57,14%) ,

anak yang belum tuntas 8 anak ( 42,86%).

Tabel 3. Tabel jumlah siswa dan persentase siswa pada penilaian hasil belajar siklus I

No. Nilai Sebaran Nilai Jumlah siswa Persentase (%) Keterangan

1 1 (D) 1 – 30 2 9,52 Tidak lulus

2 2 (C) 31 – 69 10 47,62 Tidak lulus

3 3 (B) 70 – 80 9 42,86 Lulus

4 4 (A) 81 – 100 0 0 Lulus

Persentase ketuntasan belajar masih di bawah 70%, artinya pembelajaran pada siklus 1

belum tercapai secara maksimal. Melihat kenyataan ini, perlu di lakukan refleksi kelemahan-

kelemahan dan kendala-kendala yang dihadapi pada siklus 1. Selanjutnya ditentukan solusi atas

permasalahan pada siklus 1, sehingga pada siklus 2 diperoleh progess.

Untuk itu perlu dilaksanakan siklus 2 untuk materi berikutnya yaitu Kelompok Animalia.

Refleksi

Dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran dengan mengkaji hal-hal yang masih

menjadi kendala dalam pembelajaran. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki pembelajaran

pada siklus berikutnya.

Ringkasan hasil refleksi disajikan sebagai berikut.

Tabel 4. Tabel hasil refleksi siklus 1

Kendala dalam

pembelajaran

Penyebabnya Alternatif perbaikan

Kurang kepercayaan diri siswa

untuk menyampaikan

pendapatnya

Kurang bekerja sama dengan teman

dalam kelompoknya

Ketepatan waktu menyelesaikan

pekerjaan kurang

Takut salah,

Kurangnya partisipasi dalam

kelompok

Minimnya Informasi yang

dimiliki

Memberikan

reward

Kelompok yang tercepat

mengerjakan tugas

mendapat nilai terbaik

Membuat

potongan-potongan

kecil kertas, yang

bertuliskan ciri-ciri

kelompok makhluk

hidup sehingga

siswa tinggal

menempelkan

tanpa menulis

Page 117: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

733

Melihat hasil refleksi di atas, dipandang perlu untuk dilaksanakan siklus 2 untuk materi berikutnya

yaitu Kelompok Animalia

SIKLUS 2

Deskripsi Pembelajaran Siklus II

Siklus II ini terdiri dari 2 pertemuan, 1 kali pertemuan tatap muka dan 1 kali pertemuan

tes tertulis. Pada pertemuan ini membahas kelompok Animalia. Berikut dipaparkan kegiatan

pembelajaran siklus 2.

Pada tahap awal, siswa diberikan apersepsi untuk mengingat kembali pengetahuan

sebelumnya yang relevan dengan topik, yaitu tentang kelompok Fungi dan Plantae. Apersepsi

dilakukan melalui dialog sebagai berikut.

Guru : Masih ingatkah kalian apa saja ciri-ciri kelompok Fungi?

Siswa : Tubuh tersusun atas hifa, berkembangbiak dengan spora

Guru : Bagaimana cara berkembang biak kelompok Fungi….?

Siswa : Dengan spora bu….

Guru : Betul ! Bagaimana cara berkembang biak Kerbau, Cacing, Udang, bintang laut….?

Dari dialog di atas terlihat bahwa siswa mampu mengingat materi pertemuan

sebelumnya. Saat Guru bertanya cara perkembangbiakan kerbau, cacing, udang dan bintang laut,

siswa penasaran untuk mengetahuinya. Melihat kondisi tersebut menggambarkan siswa siap

untuk belajar materi berikutnya, yaitu kelompok Animalia.

Guru memberikan beberapa gambar makhluk hidup kepada siswa untuk diklasifikasikan

ke dalam kelompok Animalia. Siswa mendapatkan informasi tentang kelompok Animalia selain

dari guru juga melalui kajian pustaka (gambar 8).

Setelah berdiskusi dalam kelompoknya, siswa segera menempelkan gambar-gambar

tersebut dan juga menuliskan ciri-ciri yang dimilikinya ke dalam bagan peta konsep yang

terpampang di papan tulis (gambar 9). Masing-masing kelompok memiliki peta konsep yang

harus diselesaikan secepat mungkin dan setepat mungkin. Jadi beradu cepat dengan kelompok

yang lain (gambar 10). Berikut dokumen kegiatan pembelajaran pada siklus 2

Gambar 8. Guru memberikan penjelasan Gambar 9. Siswa menempelkan gambar

Gambar 10. Hasil kerja siswa

Page 118: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

734

Langkah selanjutnya adalah guru memeriksa hasil kerja masing-masing kelompok. Tugas

Guru selaku fasilitator, melalui beberapa penguatan, membantu siswa menemukan kesimpulan

secara klasikal.

Penilaian Motivasi belajar siswa

Seperti pada siklus I, untuk mengetahui motivasi siswa selama proses pembelajaran pada

siklus II dilakukan penilaian proses dengan aspek penilaiannya meliputi (1) Keaktifan, (2) kerja

sama, (3) ketepatan waktu.

Tabel 4. Tabel hasil penilaian motivasi belajar siswa

Aspek Skor Siklus II

frekuensi %

Keaktifan

4 15 71.43

3 6 28,57

2 0 0

Kerjasama

4 15 71.43

3 6 28.57

2 0 0

Ketepatan waktu

4 14 66.67

3 7 33.33

2 0 0

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.4 dapat diuraikan sebagai berikut.

Aspek Keaktifan Dalam Kelompok

Pada elemen ini mempunyai indikator yaitu siswa sangat aktif tidak akan berhenti sampai

selesai, siswa mengerjakan tugas aktif mengenal waktu, siswa jarang mengerjakan tugas. Hasil

analisis angket belajar siswa pada siklus tindakan I diketahui bahwa taraf keberhasilan tertinggi

masih pada indikator siswa sangat aktif tidak akan berhenti sampai selesai sebesar 71.43% (15

siswa) sedangkan pada indikator siswa yang mengerjakan tugas aktif mengenal waktu sebesar

14,29% (5 siswa) dan untuk siswa jarang mengerjakan tugas sebesar 0% (0 siswa) menempati

taraf keberhasilan terendah.

Pada siklus ini tidak ada lagi siswa yang jarang mengerjakan tugas, dengan artian semua

siswa sudah mengerjakan tugas. Secara umum pada aspek keaktifan dalam kelompok mengalami

peningkatan.

Aspek Kerja Sama Dalam Kelompok

Pada elemen kerja sama tim ini ada 3 indikator yaitu, siswa selalu bekerja dengan timnya

dalam mengerjakan tugas, siswa tidak selalu bekerja dengan timnya dalam mengerjakan tugas,

siswa tidak menghiraukan teman dalam kelompoknya. Hasil analisis motivasi siswa dalam

bekerja dengan timnya sebesar 52,38% (11 siswa) elemen ini menempati taraf tertinggi. Hal ini

dikarenakan siswa sudah memliki kemauan kerjasama yang besar dalam mengerjakan tugas,

siswa yang tidak selalu bekerja dengan timnya dalam mengerjakan tugas sebesar 47,62% (10

siswa) dan siswa yang tidak mau menghiraukan timnya sebesar 0%.

Pada siklus II secara umum aspek kerja sama dalam kelompok mengalami peningkatan.

Aspek ketepatan waktu

Elemen tepat waktu dalam mengerjakan tugas ada 3 indikator yitu, siswa mengerjakan

tepat waktu yang ditentukan, siswa mengerjakan dengan tambahan waktu, siswa tidak pernah

selesai dengan waktu yang telah ditentukan. Hasil analisis diperoleh siswa mengerjakan tepat

waktu yang ditentukan sebesar 33,33% (7 siswa) tergolong rendah, siswa yang menyelesaikan

dengan tambahan waktu sebesar 52,38% (11 siswa) menempati taraf tertinggi. Ini perlu

diperhitungkan atau ditinjau kembali jumlah tugas dan waktu yang ditentukan. Siswa tidak selesai

Page 119: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

735

menegerjakan tugas sebesar 14,29% (3 siswa) menempati taraf rendah, sehingga dalam siswa

perlu bimbingan dan dorongan.

Motivasi siswa selama proses belajar pada siklus II terlihat dari hasil yang sering muncul

(modus) sebagai berikut.

Tabel 5. Tabel rekapitulasi penilaian motivasi belajar siswa siklus 1

No Aspek Hasil Taraf keberhasilan

1 Keaktifan dalam kelompok 71,43 B

2 Kerja sama dalam kelompok 71,43 B

3 Tepat waktu 66,67 B

Jumlah 209,53

Rata-rata 69,84 B

Keterangan :

SB = Sangat Baik = 81 - 100%

B = Baik = 61 – 80 %

C = Cukup = 41 – 60 %

K = kurang = 21 - 40 %

SK = sangat kurang = 0 - 20 %

Penilaian Hasil belajar siswa

Penilaian hasil belajar siswa pada siklus 2 dilakukan dengan memberikan 10 butir soal tes

tertulis pilihan ganda. Dari hasil tes diperoleh rata – rata nilai siswa 80 , dengan nilai tertinggi 100

dan nilai terendah 70. Terdapat 19 anak yang sudah tuntas ( 90,48%), dan 2 anak yang belum

tuntas ( 9,52%). Adapun jumlah dan prosentase hasil belajar siswa dapat dilihat pada table

di bawah ini.

Tabel 6. Tabel penilaian hasil belajar siklus I

No. Nilai Sebaran Nilai Jumlah siswa Persentase (%) Keterangan

1 1 (D) 1 – 30 0 0 Tidak lulus

2 2 (C) 31 – 69 2 9,52 Tidak lulus

3 3 (B) 70 – 80 17 80,95 Lulus

4 4 (A) 81 – 100 2 9,52 Lulus

ANALISA HASIL PENELITIAN

Penilaian motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada siklus 1 dan siklus 2 diperoleh data

sebagai berikut.

Analisa hasil penilaian motivasi belajar siswa siklus 1 dan siklus 2

Analisa hasil penilaian motivasi belajar siswa siklus 1 dan siklus 2 dipaparkan pada table di

bawah ini

Tabel 7. Analisa hasil penilaian motivasi belajar siswa siklus 1 dan siklus 2

No Aspek Siklus 1 Siklus 2

Frekuensi % Frekuensi %

1 Keaktifan dalam kelompok 12 57,14 15 71,43

2 Kerja sama dalam kelompok 13 61,90 15 71,43

3 Tepat waktu 9 52,38 14 66,67

Jumlah 171,42 209,53

Rata-rata 57,4 69,84

Page 120: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

736

Dari table di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan frekuensi dan persentase pada ketiga

aspek penilaian pada siklus 1 dan siklus 2.

Analisa hasil penilaian hasil belajar siswa siklus 1 dan siklus 2

Analisa hasil penilaian hasil belajar siswa siklus 1 dan siklus 2 dipaparkan pada table di

bawah ini.

Tabel 8. Tabel hasil penilaian hasil belajar siswa siklus 1 dan siklus 2

Dari table di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa tidak lulus mengalami penurunan dari

8 siswa pada siklus 1 menjadi 2 siswa pada siklus 2. Sedangkan jumlah siswa yang lulus mengalami

kenaikan dari 12 siswa pada siklus 1 menjadi 19 siswa pada siklus 2.

Sementara itu ketuntasan klasikal mengalami kenaikan dari 57,14% pada siklus 1 menjadi

90,48% pada siklus 2.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Melalui penelitian yang dilakukan dalam dua siklus, dari hasil kegiatan ini dapat disimpulkan:

1. Pembuatan peta konsep berbantuan media gambar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

2. Pembuatan peta konsep berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang

ditunjukkan dengan hasil tes akhir siklus yang meningkat dari siklus 1 menuju siklus 2

Saran

1. Pembuatan peta konsep berbantuan media gambar dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa pada pelajaran yang lain

2. Pembuatan peta konsep berbantuan media gambar dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada pelajaran yang lain

DAFTAR PUSTAKA

Andri. 2011. Penerapan Metode Peta Konsep Terhadap Peningkatan hasil Belajar Siswa IPA di

MTs Negeri 1 Cirebon Kota, PTK tidak diterbitkan. Cirebon.

Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis

Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:

Depdiknas.

Hadikoswara, R. 1998. Hubungan Antara Kemampuan Menyusun Peta Konsep dan Hasil Jailani.

2001. Pengaruh Strategi Belajar dengan Peta Konsep Melalui Kerja Kelompok Terhadap

Hasil Belajar Biologi pada SMU Diponegoro Tumpang Kabupaten Malang. Tesis tidak

diterbitkan. PPS Universitas Negeri Malang.

Mardiningsih, L. 2001. Pembelajaran dengan Menggunakan Teknik peta konsep Suatu Upaya Untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep-Konsep Fisika. Pelangi Pendidikan, Volume 4 No.1.

Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nur, M. 1996. Konsep Tentang Arah Pengembangan Pendidikan IPA SMP dan SMU Lima Tahun

yang Akan Datang. Jakarta: Depdikbud Direktorat

N

o

.

Nilai Sebaran Nilai Jumlah siswa Persentase (%) Ket

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

1 1 (D) 1 – 30 2 0 9,52 0 TL

2 2 (C) 31 – 67 6 2 47,62 9,52 TL

3 3 (B) 68 – 80 10 17 42,86 80,95 L

4 4 (A) 81 – 100 2 2 0 9,52 L

Ketuntasan Klasikal 12 19 57,14 90,48

Page 121: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

737

Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat

Pendidikan Menengah Umum. Indonesia, Jakarta.

Ratnaningsih, D., 2003. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Jigsaw Terhadap

Prestasi Belajar Matematika SMU Negeri 1 Ngunut Kabupaten Tulungagung. Skripsi, tidak

diterbitkan. Malang: FMIPA UM.

Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali

Susilo, Herawati. 1988. Penggunaan Peta Konsep dalam Pengajaran Biologi.MIPA: 9-16

Susilo, Herawati. 1997. Peta Konsep: Alat Pembelajaran yang Penting Untuk

Zubaidah, Siti. 1999. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SLTP Laboratorium Universitas Negeri

Malang Melalui Peta Konsep. Prosiding Seminar Nasional.

Page 122: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

738

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA

MELALUI KARTU PERTANYAAN SISWA KELAS VIII-F MATERI

PENDENGARAN DAN SISTEM SONAR

SMP NEGERI 01 BATU.

Elisa Mariana Magnani

SMP Negeri 01 Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian bertujuan untuk mendIskripsikan peningkatan kemampuan siswa bertanya

melalui media kartu pertanyaan kelas VIII-F SMP Negeri 01 Batu tahun pelajaran 2015-

2016 pada materi Indera Pendengaran dan sistem sonar pada makhluk hidup. Penelitian ini

dilakukan dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas dalam 2 siklus. Pada materi sebelumnya,

siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM adalah sejumlah 20 siswa dari 33 siswa. KKM

IPA untuk SMPN 1 Batu sebesar 78. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya

kurangnya antusias siswa pada materi pelajaran dan motivasi bertanya siswa sangat rendah.

Siswa tidak ada yang bertanya baik saat guru memberikan kesempatan bertanya atau pada

saat presentasi kelas. Melalui penggunaan kartu pertanyaan diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan bertanya siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan kartu pertanyaan dapat meningkatkan kemampuan

bertanya sebesar

Kata Kunci: Kemampuan, Bertanya, kartu pertanyaan

Saat ini upaya perbaikan pendidikan dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: perubahan

kurikulum, perbaikan mutu/kualitas guru dan siswa, peningkatan alokasi dana untuk pendidikan, serta

peningkatan sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan. Salah satu perubahan tersebut antara

lain penyempurnaan kurikulum dari kurikulum KTSP menuju kurikulum 2013. Di dalam kurikulum

2013 diharapkan para pelaksana pendidikan khusunya guru merubah mindset dari paradigma

pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher center Learning) ke paradigma yang berpusat pada

peserta didik (student center learning). Oleh karena itu, guru tidak hanya sebagai penerima

pembaharuan, tetapi juga bertanggung jawab dan berperan aktif dalam melakukan pembaharuan

pendidikan, serta mengembangkan pengetahuan pendidikan dan keterampilan, khususnya dalam

pengelolaan pembelajaran di kelas. Pelaksanaan pembelajaran IPA idealnya melatih dan

mengembangkan aspek pengetahuan, keterampilan proses sains, dan sikap ilmiah. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam Lampiran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014,

bahwa “pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri (scientific inquiry) untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya,

pembelajaran IPA juga menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah”, (Kemendikbud, 2014: 433).

Oleh karena itu diperlukan suatu proses pembelajaran yang bisa lebih bervariatif yang dapat

membuat siswa dapat berpikir kritis yang disesuaikan dengan materi dan keadaan kelas sebagai

upaya meningkatkan hasil belajar terhadap materi yang dibahas untuk mendapatkan prestasi peserta

didik yang lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan acuan kurikulum yang baru, Kurikulum 2013

menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke

siswa. siswa adalah subyek yang memiliki kemampuan untuk aktif mencari, mengolah,

mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan, guru berperan sebagai fasilitator. Peserta didik yang

berpikir kritis biasanya merupakan siswa yang aktif bertanya sekaligus dapat menyusun argumen

yang logis guna mendukung pertanyaan yang disampaikan. Pertanyaan yang disampaikan tersebut

bisa berupa kata tanya apa, siapa, dimana, atau bisa yang lebih membutuhkan jawaban kompleks

seperti mengapa, bagaimana, seberapa penting. Selain itu Bertanya adalah salah satu cermin dari rasa

ingin tahu yang merupakan sikap ilmiah dalam belajar IPA.

Page 123: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

739

Berdasarkan refleksi penulis pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, siswa memang terlihat

aktif dalam melakukan praktikum, tetapi pada saat diberi kesempatan bertanya, hampir tidak ada

seorangpun yang bertanya, terutama bertanya pada saat diskusi kelas atau presentasi. siswa kurang

mempunyai inisiatif sendiri ingin bertanya atau menjawab, kecuali ditunjuk langsung oleh guru untuk

bertanya atau menjawab. Kalaupun ada hanyalah 1 atau 2 siswa yang memang terbiasa bertanya . Hal

ini tentu saja membuat siswa yang lain hanya sebatas menjadi penerima materi pembelajaran saja dari

apa yang diberikan oleh guru atau mendengarkan jawaban teman yang itu-itu saja. Akibatnya

interaksi pembelajaran hanya berlangsung satu arah dan ternyata dari hasil ulangan harian juga masih

banyak yang belum memenuhi KKM padahal mereka terlihat aktif dalam kegiatan eksperimen.

Upaya memotivasi peserta didik agar mampu bertanya, diperlukan suatu proses pembelajaran

bermakna yang dapat membuat peserta didik berpikir kritis, dengan menemukan konsep sendiri

melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Dengan demikian siswa dilatih untuk menemukan ide atau

mengkonstruksi kembali konsep-konsep yang telah didapat melalui kegiatan tanya jawab baik secara

lisan maupun tulisan. Untuk membuat siswa berani bertanya, bisa dimulai dari membiasakan mereka

bertanya melalui tulisan terlebih dahulu, karena beberapa siswa beralasan tidak berani bertanya

dengan angkat tangan karena takut salah, malu dan tidak tahu apa yang mau ditanyakan. Selain itu

kegiatan pembelajaran juga belum memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir dan kurang

diberi kesempatan untuk bertanya.

Munandar (dalam Mulyana, 2012) mengatakan bahwa bertanya dapat diartikan sebagai

keinginan mencari informasi yang belum diketahui. Menurut Sadiman (dalam Hamzah. 2006: 170)

bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang

diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Berdasarkan

pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa bertanya merupakan proses mencari informasi agar

memahami suatu.

Berdasarkan permasalahan diatas, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang mampu

meningkatkan kemampuan bertanya siswa yaitu melalui penggunaan kartu pertanyaan. Setiap siswa

yang ingin bertanya dapat bertanya secara tertulis pada kartu pertanyaan yang didalamnya terdapat

gambar yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas tanpa harus menangung malu atau

takut salah bahkan siswa yang sebelumnya tidak punya ide bertanya menjadi dapat menuliskan

pertanyaan karena sudah dibantu dengan gambar yang berhubungan dengan tema. Selanjutnya

diharapkan setelah siswa terbiasa bertanya secara tertulis, siswa akan lebih berani bertanya secara

lisan, lebih jauh dengan aktifnya bertanya diharapkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran

akan lebih meningkat.

Metode Penelitian

Penelitian ini mendiskripsikan tentang penerapan kartu pertanyaan pada kelas VIII-F. Jenis

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan 2 siklus, masing-masing siklus

terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, pada setiap siklus terdiri dari 2

pertemuan. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai tanggal 26 Pebruari – 10 April 2016. Tema

yang digunakan adalah Indera pendengaran. Pada siklus 1 sub materi yang digunakan mengenai

struktur telinga dan getaran sedangkan pada siklus 2 tentang konsep getaran dan gelombang.

Peningkatan kemampuan bertanya siswa pada penelitian ini dianalisa berdasarkan banyaknya siswa

bertanya, frekuensi bertanya tiap siswa dan tingkat pertanyaan siswa, selanjutnya siswa diberi ulangan

harian untuk dianalisis tingkat pemahaman siswa yang dicapai.

Hasil Dan Pembahasan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari

dua kali pertemuan dan satu kali tes tulis. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F di

SMPN 1 Batu tahun ajaran 2015/2016 semester genap dengan jumlah siswa 33 orang.

Deskripsi Pembelajaran Siklus I

Page 124: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

740

Pada setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada pertemuan I (selama 3 x 40 menit)

bertujuan untuk mengetahui syarat-syarat terdengarnya bunyi, dan konsep bunyi. Pertemuan II

(2x40 menit) untuk memahami konsep struktur telinga dan proses mendengar . Berikut

dideskripsikan pokok-pokok pembelajaran pada masing-masing pertemuan.

Pertemuan pertama

Kegiatan pendahuluan(10 menit)

Pembelajaran diawali dengan pemberian motivasi berupa tayangan video kelelawar yang

mencari mangsa di malam hari tanpa cahaya. Tujuan penayangan

ini adalah untuk mengantarkan siswa memahami konsep indera pendengaran, selain itu juga untuk

memotivasi siswa mau bertanya dengan inisiatif sendiri. Berikut gambar kegiatan siswa saat

kegiatan motivasi

Gambar 1. Foto saat motivasi

Kemudian setelah mengamati tayangan video tersebut, siswa di minta untuk

menyampaikan apa yang mereka ingin tanyakan seputar tayangan tersebut. Namun tidak ada

pertanyaan yang muncul. Selanjutnya dilakukan tanya jawab untuk mengantarkan siswa belajar

tentang bunyi. Berikut cuplikan tanya-jawab.

G : Apa yang dilakukan kelelawar di dalam video?

S : Mencari makan

G : Pada saat kapan kelelawar mencari mangsa?

S : pada saat malam hari?

Setelah itu guru memberikan kesempatan lagi untuk siswa bertanya atau menyampaikan

pemahamannya mengenai tayangan tersebut. Namun, masih saja tidak ada satupun siswa yang

mau mengangkat tangannya untuk bertanya atau menyampaikan pendapatnya. Selanjutnya guru

memberikan pertanyaan lagi.

G : kelelawar mencari mangsa pada malam hari dalam gelap gulita? Menurut kalian kelelawar

tersebut menggunakan apa untuk menemukan mangsanya?

S : bunyi. satu peserta didik yang mengangkat tangan dan menjawab sistem sonar bu?

G : apa sebenarnya sonar itu? Peserta didik tidak ada yang menjawab, guru melanjutkan

menjelaskan bahwa sonar itu merupakan salah satu pemanfaatan bunyi.

Kegiatan tayangan video tadi dimaksudkan untuk memicu pertanyaan yang dapat

ditindaklanjuti dalam pembelajaran. Namun, sebagaimana telah disebutkan, tidak ada pertanyaan

yang diajukan siswa. Untuk membantu siswa merumuskan masalah, atau mengajukan pertanyaan,

siswa diberi kartu gambar tentang tema bunyi dan indera pendengaran, kemudian siswa diminta

mengajukan pertanyaan terkait dengan gambar. Ada empat macam gambar yang disajikan

(Gambar 2). Siswa bekerja secara individu. Ternyata dalam waktu hanya 10 menit semua siswa

sudah menuliskan pertanyaan. Selanjutnya salah satu siswa ditunjuk untuk membacakan kartu

pertanyaannya, kemudian guru menanyakan kepada siswa yang lain apakah ada pertanyaan yang

sejenis, atau yang menggunakan kata tanya yang sama.

Page 125: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

741

Gambar 2. Kartu pertanyaan

Semua siswa berhasil merumuskan pertanyaannya. Berikut contoh-contoh pertanyaan

siswa terkait masing-masing tema lihat Tabel 1.

Tabel 1. Rangkuman hasil pertanyaan siswa pada siklus I

Tema gambar Contoh pertanyaan siswa

Permainan telepon kaleng Mengapa pada saat kita berbicara, dengan

menggunakan telepon kaleng teman kita mendengar

suara kita? (6 siswa)

Apa yang terjadi jika anak yang berbaju hijau

mendekat/jaraknya dekat dengan anak yang berbaju

merah? (1 siswa)

Apakah siswa kita terdengar dari kejauhan di dalam

kaleng karena adanya getaran dari benang? (1 siswa)

Jam beker yang diletakkan di

dalam di kotak dan di luar

kotak

Mengapa saat jam beker di masukkan kotak bunyinya

tidak keras, sedangkan saat di luar kotak bunyinya

keras? (5 siswa)

Apakah jam ini menghasilkan getaran? (1 siswa)

Mengapa terkadang orang yang tertidur pulas, sampai-

sampai tidak dapat mendengar jam yang berbunyi? (1

siswa)

Anak bermain gitar Mengapa gitar itu jika dipetik akan mengeluarkan

bunyi? (3 siswa)

Apa fungsi ruangan yang ada di bawah senar? (2

siswa)

Berapa jumlah gelombang bunyi yang dapat diterima

oleh telinga manusia? (1 siswa)

Mengapa bunyi gitar dapat didengar oleh telinga kita?

(2 siswa)

Apakah bunyi yang dihasilkan gitar termasuk hasilnya

senar yang dipetik? ( 1 siswa)

Anak yang berteriak di antara

tebing

Kenapa saat kita berteriak di suatu tempat yang luas

suaranya menggema? (4 siswa)

Nama : ...................... No Abs : Materi : Indera pendengaran

Buku Sumber untuk dosen LPTK

Amati gambar di atas!

Buatlah 1 pertanyaan sehubungan dengan materi dan gambar di atas

......................................

......................................

.....................................

Nama : ...................... No Abs :

Materi : Indera pendengaran

Buku BSE IPA

Amati gambar di atas!

Buatlah 1 pertanyaan sehubungan dengan materi dan gambar di atas

....................................

........................................................................

Nama : ...................... No Abs : Materi : Indera pendengaran

Sumber:

www.img.blogcu.c

om (buku BSE)

Amati gambar di atas!

Buatlah 1 pertanyaan sehubungan dengan materi dan gambar di atas

......................................

......................................

..........................................

Nama : .................... No Abs : Materi : Indera pendengaran

Buku BSE kelas 2 Diana p.

Amati gambar di atas!

Buatlah 1 pertanyaan sehubungan dengan materi dan gambar di atas

.........................................................................................................

Page 126: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

742

Mengapa gema bisa terjadi? ( 2 siswa)

Apakah suara yang dihasilkan anak tersebut, juga

termasuk sonar atau gema? ( 1 siswa)

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa “kartu pertanyaan” dapat membantu siswa

merumuskan pertanyaan. Siswa tidak takut salah untuk bertanya karena siswa menuliskan

pertanyaannya menurut ide atau pemahaman mereka sendiri melalui bantuan gambar di dalam

kartu.

Berikut beberapa contoh hasil tulisan siswa pada kartu pertanyaan.

Gambar 3. siswa menuliskan pertanyaan pada kartu

Selanjutnya guru menyampaikan fokus pembelajaran hari ini, yaitu untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan berikut.

1. Bagaimana bunyi bisa terdengar oleh telinga kita? Apa syaratnya?

2. Bagaimana bunyi dihasilkan?

3. Bagaimanakah struktur telinga kita sehingga kita bisa mendengar bunyi?

Kegiatan Inti ( 40 menit)

Siswa dibagi dalam 8 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 siswa. Setiap kelompok

diminta untuk menyelesaikan LKS. Pada pertemuan 1 siswa mengerjakan LKS 1 tentang

“permainan telepon kaleng” untuk mengetahui syarat-syarat terdengarnya bunyi , LKS 2 “

mengetahui sumber bunyi”, dan LKS 3 pengertian getaran. Untuk ketiga LKS tersebut secara

berurutan dapat di selesaikan selama 20 menit, 15 menit dan 15 menit.

Setelah berdiskusi di dalam kelompoknya, siswa menuliskan hasil diskusinya ke dalam LKS yang

telah disediakan. Berikut kegiatan siswa saat mengerjakan kegiatan berkelompok.

Gambar 4. kegiatan permainan telepon kaleng Gambar 5. kegiatan mengetahui sumber bunyi

Pada percobaan permainan telepon kaleng di LKS 1 bertujuan untuk menemukan syarat-

syarat terdengarnya bunyi, harapannya siswa dapat menjelaskan komponen-komponen yang

terdapat pada permainan tersebut sekaligus menjelaskan fungsinya masing-masing hingga sampai

pada kesimpulan syarat terdengarnya bunyi, yaitu: ada sumber bunyi, ada zat perantara/medium

dan ada penerima bunyi.

Setelah siswa berdiskusi di dalam kelompoknya, salah satu kelompok membacakan hasil

diskusi kelompoknya di depan kelas dan kelompok lain menanggapi dan memberikan saran atau

kritikan.

Page 127: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

743

Adapun hasil diskusi siswa di Lembar Kerja Siswa ( LKS) 1 terdapat 3 kelompok yang

hasil kesimpulannya sesuai dengan tujuan LKS, sedangkan 2 kelompok hampir sesuai dan 3

kelompok belum sesuai dengan tujuan LKS.

LKS 2 bertujuan untuk mengetahui konsep bunyi dan sumber bunyi. Bahwa bunyi itu merupakan

hasil dari benda yang bergetar, dan bunyi merupakan hasil dari benda yang bergetar. Pada LKS 2

terdapat 6 kelompok menyimpulkan sesuai tujuan LKS sedangkan 2 kelompok belum sesuai

dengan kelompok

Pada LKS 3 bertujuan untuk mengetahui konsep getaran. Adapun hasilnya terdapat 7 kelompok

yang sudah dapat menyimpulkan sesuai tujuan LKS dan 1 kelompok belum sesuai LKS.

Penutup

Pada kegiatan penutup, siswa di beri kesempatan untuk menuliskan kesimpulan hasil

pembelajaran hari ini di bukunya masing-masing, dengan penguatan dari guru

Pertemuan kedua

Kegiatan pendahuluan (15 menit)

Pembelajaran diawali dengan tanya jawab mengenai syarat-syarat terdengarnya bunyi yang

didapatkan pada materi pertemuan sebelumnya.

G : apakah syarat terdengarnya bunyi?

S : ada pendengar, ada sumber dan ada medium penghantar

G : apakah alat yang digunakan untuk mendengar pada percobaan kemarin?

S : telinga

G : siapa yang bisa menyebutkan bagian-bagian telinga kita?

S : daun telinga, gendang telinga.

G : baiklah sekarang kita akan lebih belajar mengenai bagaimana struktur telinga kita dan apa

fungsi masing-masing dari bagian telinga tersebut

Kemudian siswa berkelompok, untuk mendiskusikan LKS tentang struktur telinga dan fungsinya

serta bagaimana proses mendengar.

Kegiatan inti ( 60 menit)

Pada saat siswa berkelompok diminta untuk menyelesaikan serta menuliskan hasil diskusinya ke

dalam LKS. Setelah itu dua kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya didepan

kelas dan kelompok lain menanggapi. Adapun hasilnya semua kelompok sudah bisa menggambar

dan menjelaskan struktur telinga dan menjelaskan fungsinya. Sedangkan pada saat menjelaskan

proses mendengar ada 2 kelompok yang masih belum menjawab dengan benar.

Gambar 6. kegiatan membuat struktur telinga Gambar 7. kegiatan saat presentasi

Kegiatan penutup (15 menit)

Pada kegiatan penutup, siswa diberi kesempatan untuk menuliskan kesimpulan hasil

pembelajaran hari ini di bukunya masing-masing dengan penguatan dari guru. Kemudian guru

menugaskan siswa untuk membaca dirumah tentang materi getaran dan gelombang untuk

pertemuan berikutnya.

Pembahasan dan Hasil siklus I

Adapun hasil frekuensi dan kemampuan bertanya siswa pada siklus I yang diambil pada

saat kegiatan awal setelah pemberian motivasi adalah sebagai berikut. Siswa pada pertemuan

pertama yang bertanya dengan lisan sebanyak 2 siswa, dan pada pertemuan ke dua sebanyak 4

siswa. Sedangkan kemampuan bertanya melalui kartu pertanyaan sebanyak 12 siswa mampu

merumuskan pertanyaan tingkat rendah, 12 siswa merumuskan pertanyaan tingkat sedang, dan 9

siswa mampu merumuskan pertanyaan tingkat tinggi. Berikut beberapa contoh hasil tulisan siswa

pada kartu pertanyaan.

Page 128: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

744

( a) (b) (c)

Gambar 8 : (a) pertanyaan tingkat rendah

(b) pertanyaan tingkat sedang

(c) pertanyaan tingkat tinggi

Refleksi pembahasan siklus I

Dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran dengan mengkaji hal-hal yang masih menjadi kendala

dalam pembelajaran. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus

berikutnya. Adapun ringkasan hasil refleksi disajikan sebagai berikut.

Tabel 2. Kendala dan solusi untuk perbaikan rencana pembelajaran pada siklus II

Kendala dalam

pembelajaran

Penyebabnya Alternatif perbaikan

Kurang kepercayaan

diri siswa untuk

menyampaikan

pendapatnya

Takut salah dalam

menyampaikan pendapat atau

pertanyaan

Takut diketawakan teman

Siswa tidak tahu apa yang

akan ditanyakan

Tidak bisa menyusun kalimat

yang baik

Guru kurang memberikan

motivasi dan reward

Keyakinan guru tentang

kemampuan siswa

Guru memberikan reward

berupa nilai

Memberikan gambar yang

lebih menarik dan sesuai

dengan tema materi yang

akan dibahas

Menekankan pada semua

siswa untuk selalu

menghargai pendapat

teman

Melatih siswa menulis

kalimat pertanyaan

kemudian membiasakan

bertanya

Memberikan strategi

pembelajaran yang dapat

membuat siswa mempunyai

rasa ingin tahu dan ingin

bertanya

Memberikan nama

kelompok menggunakan

istilah yang sesuai tema

Page 129: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

745

Deskripsi pembelajaran siklus II

Pada pertemuan I di siklus II (selama 3 x 40 menit) bertujuan untuk mengetahui

variabel getaran. pertemuan II (2x40 menit) untuk memahami konsep gelombang . Berikut

dideskripsikan pokok-pokok pembelajaran pada masing-masing pertemuan.

Pertemuan 1

Pembelajaran diawali dengan penayangan video menyanyi dengan diiringi permainan

gitar. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menanggapi

fenomena tersebut sehubungan dengan materi getaran. Ada dua siswa yang menanggapi dan

bertanya.

G : peristiwa apa yang berhubungan dengan tema belajar kita?

S : suara yang kita dengar adalah hasil dari senar yang bergetar

G : ada yang ingin ditanyakan terkait video ini?

S : tidak ada yang bertanya/menanggapi

G : mengapa adik kecil tadi bisa bersuara?

S : karena pita suaranya bergetar

G : Setelah itu guru menjelaskan bahwa hari ini kita akan belajar menentukan frekuensi getaran,

tetapi sebelum itu kalian akan diberikan kartu pertanyaan terkait dengan tema kita hari ini

S : semua siswa bekerja dan berhasil merumuskan pertanyaan dalam waktu ± 5 menit.

G : meminta salah satu siswa untuk menyampaikan (sebelumnya siswa ditanya gambar apa yang

kamu dapat?)

S : anak main ayunan . apakah tinggi ayunan tetap kalau dorongan awalnya tidak sama?

G : apakah sama gerakan ayunan tersebut dengan senar yang dipetik?

S : ada yang menjawan ya ada yang menjawab tidak

G : gerakan ayunan sesuai gefinisi getaran adalah sama. apakah semua getaran menghasilkan

bunyi?

S : ada yang menjawab ya ada yang menjawab tidak

Setelah itu guru mendemonstrasikan mengetarkan penggaris yang dirubah panjang pendeknya.

Ada yang berbunyi keras dan tinggi ada yang berbunyi lemah dan rendah.

G : apa yang kamu amati?

S : penggaris bergetar, ada yang bunyi ada yang tidak

G : semakin kecil getarannya semakin keras bunyinya. (kecil/keras yang dimaksud adalah

amplitudo)

G : frekuensi getaran penggaris terlalu cepat sehingga sulit dihitung, maka dari itu kita amati

dengan bandul ayunan. Sekarang lakukan secara berkelompok.sebelum melakukan kegiatan

berkelompok siswa di beri kartu pertanyaan

Nama : ...................... No Abs : Materi : Getaran dan

gelombang

Sumber: buku BSE

Nama : ...................... No Abs :

Materi : getaran dan gelombang

Mastugino.blogspot.com

Nama : ...................... No Abs : Materi : Getaran dan

gelombang

Mastugino.blogspot.com

Nama : ...................... No Abs :

Materi : Getaran dan gelombang

Sumber: buku BSE

Page 130: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

746

Gambar 9. Kartu pertanyaan siklus II

Kemudian siswa diminta mengajukan pertanyaan terkait dengan gambar. Ada empat

macam gambar yang diajukan (Gambar 9). Siswa bekerja secara individu. Ternyata dalam waktu

hanya 6 menit semua siswa sudah mampu menuliskan beberapa pertanyaan. Selanjutnya salah

satu siswa ditunjuk untuk membacakan kartu pertanyaannya, kemudian guru menanyakan kepada

siswa yang lain apakah ada pertanyaan yang sejenis, atau yang menggunakan kata tanya yang

sama. siswa masih saja belum berani untuk mengutarakan pendapatnya. Kemudian guru

membagikan kartu pertanyaan. Siswa mengerjakan secara individu. Ada empat macam gambar

yang disajikan. Dalam waktu 5 menit semua siswa sudah mampu menuliskan beberapa

pertanyaan

Gambar 10. Siswa menuliskan pertanyaan pada kartu

Adapun beberapa contoh pertanyaan siswa secara tertulis pada kartu pertanyaan sebagai

berikut.

Tabel 3. Hasil rangkuman beberapa pertanyaan siswa pada siklus II

Tema gambar Contoh pertanyaan siswa

Permainan ayunan Manakah yang dimaksud dengan simpangan pada

gambar? (3 siswa)

Page 131: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

747

Apakah ayunan tersebut termasuk getaran?(1 siswa)

Apakah ketinggiannya sama setelah kita ayunkan

beberapa menit? (2 siswa)

Bandul jam Apakah jam ini menghasilkan getaran?(2 siswa)

Berapakah waktu bandul jam bergerak dalam satu

getaran?(1 siswa)

Bermain selancar Apakah gelombang air laut itu sama dengan

gelombang yang dihasilkan oleh bunyi?(2 siswa)

Bagaimana gelombang air laut terjadi?(2 siswa)

Termasuk dalam gelombang apakah pada gambar

diatas? (1 siswa)

Pengendara motor yang

melewati dua orang

Mengapa suara mesin motor bisa terdengar hingga

telinga kita? (2 siswa)

Mengapa orang didepan motor menerima gelombang

lebih banyak dibanding yang dibelakang? (2 siswa)

Berdasarkan tulisan pertanyaan siswa, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan

keterampilan bertanya, baik dari segi bahasa maupun tingkat pertanyaan. Selanjutnya guru

menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menemukan variabel getaran dan menentukan

jenis-jenis gelombang.

Kegiatan inti

Siswa bekerja dalam kelompok untuk melakukan percobaan menentukan periode dan frekuensi

getaran. Kemudian mendiskusikan dan menuliskanannya kedalam LKS.

Gambar 11. kegiatan praktik getaran

Adapun hasil diskusi kelompok sebagai berikut.

Kelompok Sonar belum paham menentukan 1 getaran, kesimpulan masih belum tepat

mengenai hubungan antara panjang tali dan besar periodenya, Kelompok Frekuensi sudah mampu

menentukan 1 getaran, Sudah mampu menjelaskan hubungan antara periode dan frekuensi dan

menyimpulkan kesimpulan masih kurang tepat, Kelompok Getaran belum mampu menentukan 1

getaran dan belum mampu menghitung periode 10 getaran, Kelompok bunyi, sudah mampu

menentukan 1 getaran, mampu menghitung periode getaran dan frekuensi, masih belum mampu

megaitkan antara periode dan frekuensi, menarik kesimpulan masih belum benar, Kelompok

Amplitudo sudah mampu menentukan 1 getaran dan kesimpulan kurang benar, kelompok

Gelombang belum bisa mengaitkan hubungan antara periode dan frekuensi, kesimpulan belum

tepat dan

Kelompok Resonansi hasil pengambilan data sudah benar, kesimpulan masih kurang tepat

sedangkan kelompok periode hasil pengambilan data benar, menarik kesimpulan benar

Penutup

Page 132: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

748

Pada kegiatan penutup, guru melakukan tanya jawab tentang definisi getaran, periode,

frekuensi, dan rumusnya. Kemudian untuk persiapan materi selanjutnya siswa diminta membaca

tentang gelombang.

Pertemuan ke dua

Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi mengenai konsep getaran dan variabelnya.

Kemudian guru bertanya mengenai macam-macam gelombang yang diketahui siswa.

G : suara untuk sampai ketelinga kita menggunakan medium apa?

S : udara

G : berbentuk apakah udara tersebut untuk sampai ketelinga kita?

S : gelombang

G : kalau begitu apakah yang dimaksud dengan gelombang?

S : naik turun

G : benarkah naik turun? Siswa diam. Baiklah kita akan membuktikan macam gelombang

berdasarkan bentuknya dan arah rambatannya.

Kegiatan Inti

Pada pembelajaran kali ini, siswa berkelompok menggunakan alat slinki dan tali untuk menentukan

jenis gelombang berdasarkan arah rambatannya dan bentuknya

Kemudian siswa mendiskusikannya dan menuliskan ke dalam LKS.

penutup

Pada kegiatan penutup, guru melakukan tanya jawab tentang definisi gelombang, jenis-jenis

gelombang, variaelnya dan bagaimana menyelesaikan soal menggunakan rumus gelombang.

Refleksi hasil pembahasan siklus II

Adapun hasil frekuensi dan kemampuan bertanya siswa pada siklus II yang diambil pada

saat kegiatan awal setelah pemberian motivasi adalah sebagai berikut.

Pada pertemuan 1 siswa yang bertanya secara lisan sebanyak 5 siswa, sedangkan pada

pertemuan 2 sebanyak 8 siswa

Sedangkan kemampuan bertanya melalui kartu pertanyaan sebanyak 8 siswa mampu

merumuskan pertanyaan tingkat rendah, 14 siswa merumuskan pertanyaan tingkat sedang, dan 11

siswa mampu merumuskan pertanyaan tingkat tinggi. Berikut beberapa contoh hasil tulisan

pertanyaaan siswa pada kartu pertanyaan.

(a) (b) (c)

Gambar 12. (a) pertanyaan tingkat rendah

(b) Pertanyaan tingkat sedang

(c) Pertanyaan tingkat tinggi

Pembahasan Dan Hasil Pelaksanaan

Page 133: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

749

Berdasarkan lembar observasi pengamatan guru pada saat kegiatan awal setelah motivasi

diperoleh hasil sebagai berikut.

Siswa yang mampu bertanya secara lisan pada siklus 1 terjadi peningkatan sebesar 6 %

Siswa yang mampu bertanya secara lisan pada siklus II terjadi peningkatan sejumlah 9 %

Berdasarkan data yang diperoleh diatas terjadi peningkatana kemampuan bertanya secara lisan sebesar

3 %.

Siklus I

siswa yang mampu merumuskan pertanyaan tingkat rendah secara tertulis sebesar = 12 Siswa

Prosentase pencapaian:

Siswa yang mampu merumuskan pertanyaan tingkat sedang sebesar 12 siswa

Prosentase pencapaian:

Siswa yang sudah mampu menuliskan pertanyaan tingkat tinggi sebesar 9 siswa

Prosentase pencapaian:

Siklus II

Siswa yang sudah mampu menuliskan pertanyaan tingkat rendah sebesar 8 siswa

Prosentase pencapaian:

Siswa yang sudah mampu menuliskan pertanyaan tingkat sedang sebesar 14 siswa

Prosentase pencapaian:

Siswa yang sudah mampu menuliskan pertanyaan tingkat tinggi sebesar 11 siswa

Prosentase pencapaian:

Berdasarkan data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa dengan kartu pertanyaan dapat

meningkatkan kemampuan bertanya siswa secara tertulis. Refleksi dari hasil prosentasi tiap siklus

yaitu pertanyaan tingkat rendah terjadi penurunan dari siklus II sebesar 12.12 % dengan siklus I,

sedangkan pertanyaan tingkat sedang terjadi kenaikan sebesar 6.06 % dan pertanyaan tingkat

tinggi terjadi kenaikan sebesar 6.06 % dari siklus I yang pada akhirnya ini juga ternyata

berdampak pada hasil belajar siswa dilihat dari hasil ulangan siswa mengalami kenaikan 33% dari

hasil ulangan pada materi sebelumnya

Kesimpulan

Kemampuan bertanya siswa dapat ditingkatkan melalui kartu pertanyaan agar siswa

terbiasa berpikir kritis dan melatih siswa untuk berani bertanya dengan lisan. Kegiatan ini diawali

dengan perencanaan kemudian dilaksanakan. Pengamatan dilakukan oleh guru menggunakan

lembar observasi pada saat kegiatan pendahuluan. Hasil keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

kartu pertanyaan tersebut mampu meningkatkan kemampuan bertanya siswa secara tertulis utnuk

membiasakan siswa berpikir kritis.

Saran

Kegiatan menanya pada pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah hal

yang sangat penting untuk ditumbuhkan kepada siswa agar siswa mampu berpikir kritis yang pada

akhirnya meningkatkan hasil belajar, untuk itu diharapkan guru dapat selalu meningkatkan

motivasi bertanya siswa.

Daftar Pustaka

Farida, wa Ode.2015.penerapan metode bervariasi dengan berbantuan media kartu berpasangan

pada materi alat pencernaan makanan pada manusia SDN 17 Baruga.Prosiding 2015.

Page 134: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

750

Kemendikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014

Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.

Mulyana, Aina. 2012. Kemampuan Bertanya Pada Siswa. Dalam

http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/kemampuan bertanya pada siswa. html [diakses

tanggal 24 maret 2016].

Roekhan, 1999. Kemandekan Kreativitas Pengarang di Balik Kemapanan. Makalah Seminar tentang

Sastra dan Pengajarannya di IKIP Malang, 10 Oktober 1999.hal 64-69

Suyitno, Imam. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: YA3.

Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Zubaidah, S., Mahanal, S., Yuliati, L., & Sigit, D. (2014). Buku guru, Ilmu Pengetahuan Alam

SMP/MTs kelas VIII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 135: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

751

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MEDIA

SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKANAN PADA

SISWA KELAS VIII E SMP MA’ARIF BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Erni Dwi S

Smp Ma’arif Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penerapan pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar kelas VIII-E MA’ARIF

BATU materi tekanan. Penelitian ini dilakukan dengan desain Penelitian Tindakan Kelas

yang dilakukan dalam 2 siklus. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah: (1) penjelasan guru.(2) kelompok, (3)siswa

melaksanakan pengamatan dan penyelesaian soal (4) memberikan tes (evaluasi) dan (5)

pemberian penghargaan dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus 1 rata–rata 49,2 menjadi 71,77 pada

siklus 2

Kata Kunci: Kooperatif , STAD, Media sederhana ,hasil belajar, Tekanan

Dewasa ini telah dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran kooperatif untuk

menghasilkan tujuan belajar yang baik. Mengapa harus kooperatif? menurut Suherman, dkk

(2000:218) dengan pembelajaran kooperatif siswa akan termotivasi untuk belajar dengan baik, siap

dengan pekerjaannya, penuh perhatian selama kegiatan pembelajaran berlangsung, serta dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis. Diharapkan dengan

pembelajaran kooperatif akan ada peningkatan aktivitas siswa dalam pelajaran karena siswa adanya

susasana kekeluargaan dalam belajar. Dengan suasana yang demikian itu, siswa tidak lagi merasa

malu atau kurang percaya diri dalam belajar.

Salah satu model pembelajaran koopeatif yang paling luas aplikasinya adalah model STAD

(Student Teams-Achievement Division). STAD (Student Teams-Achievement Division) merupakan

model pembelajaran kooperatif yang paling mudah diantara beberapa model pembelajaran kooperatif

yang lain, sehingga model ini sangat cocok bagi guru pemula yang belum terbiasa dengan metode

pembelajaran kooperatif. STAD (Student Teams-Achievement Division) efektif untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa, karena STAD (Student Teams-Achievement Division) ini mementingkan

struktur penghargaan sebagai bentuk penguatan (reinforcement) terhadap apa yang telah dilakukan

oleh siswa. Peghargaan tersebut merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan motivasi.

Disamping pemilihan model pembelajaran yang tepat penggunaan media sangat diperlukan

dalam pembelajaran IPA. Melalui media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat

meningkatkan minat belajarnya dan proses belajar yang lebih aktif. Menurut Melinda (2012) dalam

Wahyuni (2015), kegiatan pembelajaran dengan bantuan alat sederhana yang ada disekitar siswa,

membuat siswa berlatih melakukan kegiatan ilmiah yang dapat menemukan konsep yang dilakukan

melalui percobaan. Sehingga siswa diberi kesempatan mengamati sendiri, meneliti suatu proses,

mengamati suatu objek keadaan atau proses sesuatu, dengan demikian siswa dituntut untuk

menemukan kebenaran konsep sendiri mencari suatu kebenaran sendiri, membuktikan suatu

hukum dan dalil sendiri dan dapat menarik kesimpulan atas proses yang mereka alami.

Menurut Hamidjojo dalam Nuryani (2008) secara umum media adalah semua bentuk

perantara yang dipakai orang penyebar ide sehingga gagasan itu sampai pada penerima. Serta

ditegaskan oleh Blake dan Horalsen dalam Nuryani media adalah saluran atau medium yang

Page 136: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

752

digunakan untuk membawa atau menyampaikan sesuatu pesan berjalan alat dengan mana suatu pesan

berjalan antara komunikator dengan komunikan.

Media pembelajaran merupakan sumber belajar yang dapat meningkatkan perhatian

siswa terhadap materi belajar dan mempermudah guru dalam mengajar sehingga tercipta

lingkungan belajar efisien dan kondutif. Fungsi utama media adalah sebagai alat bantu

mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar. dengan adanya

media siswa lebih termotivasi mengikuti pembelajaran tanpa motivasi, sangat mungkin

pembelajaran tidak menghasilkan belajar. Media sederhana yang dapat dikembangkan dari

lingkungan siswa terkait dari materi tekanan : kayu, batu, botol aqua, alat suntik bekas, selang,

kantong plastik, dan garam.

Pembelajaran IPA di SMP Ma”arif Batu Metode ceramah masih tetap dominan digunakan

karena guru menganggap metode ceramah tersebut masih cukup efisien dipergunakan untuk

memahamkan siswa. Penerapan metode ceramah tersebut membuat siswa cenderung bersifat pasif,

ramai, tidak bersemangat, kurang responsive dalam belajar, tidak berani bertanya, siswa kurang

kreatif dalam membuat soal maupun dalam memecahkan soal serta kurang memperhatikan apa yang

telah disampaikan oleh guru. Guru juga belum memiliki perangkat pembelajaran yang baik,

karena perangkat pembelajaran yang ada saat ini merupakan perangkat pembelajaran hasil

mengunduh dari internet yang belum sesuai dengan karakteristik peserta didik, materi pelajaran,

sarana dan prasarana yang ada disekolah. Sehingga penguasaan konsep dan hasil belajar peserta

didik rendah. Peserta didik juga belum bisa menemukan pengetahuan sendiri, karena belum terbiasa

dalam melakukan observasi dan percobaan.

Terkait dengan permasalahan tersebut perlu adanya perbaikan atau tindakan, maka peneliti

mengadakan penelitian tindakan kelas pada materi tekanan dengan mengambil judul

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MEDIA SEDERHANA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKANAN PADA SISWA KELAS VIII-E SMP MA’ARIF BATU

tahun pelajaran 2015/2016

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Fitriani (2015) dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri dengan bantuan media meningkatkan hasil belajar. Selain dari yang sudah

disebutkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2015) penggunaan media

meningkatkan hasil belajar. Penelitian Fitriyanti (2015) penggunaan model kooperatif tipe stad untuk

meningkatkan hasil belajar. Penelitian Juga dilakukan oleh Supartiningsih dan Ferdinad Ratu (2015)

bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD meningkatkan motivasi belajar siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mendiskripsikan tentang penggunaan media sederhana pada kelas VIII E

dengan model pembelajaran STAD. Penelitian dilakukan selama 2 bulan 26 februari sampai 10 April

2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan 2 siklus, masing-

masing siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, siklus 1 dilakukan 3 kali

pertemuan yang membahas materi tekanan oleh zat padat dan tekanan pada zat cair terfokus pada

tekanan hidrostatis, siklus kedua dilakukan 2 kali pertemuan yang membahas Hukum pascal dan

archimedes. Data yang diperoleh berupa praktek pembelajaran yang dianalisis secara kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Pembelajaran Siklus I

Proses pembelajaran pada siklus 1 terdiri dari 3 pertemuan, masing-masing pertemuan 2 jam

pelajaran. Pertemuan 1 membahas tekanan oleh zat padat, pertemuan ke-2 membahas zat cair

terfokus pada tekanan hidrostatis serta pertemuan ke-3 evaluasi. Berikut dipaparkan pokok-pokok

pembelajaran pada setiap pertemuan.

Page 137: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

753

Pertemuan I

Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama adalah siswa membandingkan tekanan yang dihasilkan

zat padat dengan ukuran luas bidang tekan yang berbeda. Pembelajaran diawali dengan apersepsi

dengan cara guru menancapkan 2 paku yang berbeda ukurannya pada plastisin dengan kekuatan yang

sama. Siswa mengamati bahwa kedalaman paku berberda: paku kecil menancap lebih dalam daripada

paku besar. Berdasarkan fenomena tersebut, guru memberikan informasi bahwa tekanan yang

dihasilkan kedua pakau berbeda. Paku besar memberikan tekanan lebih kecil daripada paku kecil.

Selanjutnya guru menginformasikan bahwa tekanan didefinisikan sebagai gaya tiap satu satuan luas,

dan dapat dirumuskan sebagai p = F/A; dimana p menyatakan tekanan, F menyatakan gaya dan A

menyatakan luas bidang tekan (luas penampang). Tampak siswa dapat memahami informasi tersebut.

Untuk membantu siswa memahami lebih baik tentang konsep tekanan, siswa diminta bekerja

kelompok untuk membandingkan tekanan yang dihasilkan balok dengan posisi yang berbeda.

Adapun kegiatan praktikum diawali dengan menandai posisi balok yang berbeda, dilanjutkan

mengukur panjang dan lebar balok serta menghitung luasnya beserta konversi ke satuan meter, serta

menghitung tekanan yang dihasilkan balok jika ukuran luas bidang tekan yang berbeda.

Selama kegiatan praktikum berlangsung siswa masih kesulitan dalam menghitung luas

penampang, terutama ketika mengkonversikan satuan dari cencimeter meter. Guru menjelaskan

kembali cara kerja dan proses penghitungan tekanan. Hasil pengukuran bukan bilangan bulat, siswa

kesulitan didalam menyelesaikan lembar kerja. Contoh hasil kerja siswa tentang hubungan tekanan

dan luas penampang disajikan pada Gambar 1.(a) dan (b)

Gambar 1. (a) contoh benar,

(b) contoh salah

Akibatnya kegiatan praktikum belum berjalan maksimal dan siswa cenderung belum aktif

dalam melakukan kegiatan. Dari 5 kelompok hanya satu kelompok yang selesai mengerjakan Lembar

kerja dan melakukan presentasi.

Tahap akhir pembelajaran melalui tanya jawab bersama siswa membahas kembali konsep

tekanan pada zat padat adalah gaya yang bekerja persatuan luas. Menginggat kembali tentang

konversi satuan, satuan luas dan satuan gaya dan tekanan, melalui contoh soal yang dibahas bersama

guru.

Pertemuan 2

Kegiatan kedua diawali dengan menginggatkan kembali bahwa tekanan adalah gaya yang

bekerja persatuan luas. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mempelajari

tekanan dihasilkan oleh zat cair diam (hidrostatis). Pembelajaran diawali siswa mengamati pancaran

air yang keluar dari lubang botol dengan tinggi titik lubang yang berbeda. Kegiatan motivasi tekanan

hidrostatis disajikan pada gambar 2 a dan b.

a b

Page 138: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

754

(a) (b)

Gambar : 2. (a) pancaran air pada volume botol yang sama

(b) Pancaran air pada volume yang berbeda

Hasil pengamatan terjadi perbedaan jarak pancaran air: titik lubang yang rendah pancaran air lebih

jauh dibanding dengan titik lubang yang tinggi. Berdasar pengamatan tersebut guru menyampaikan

informasi bahwa tekanan hidrostatis terjadi: di setiap titik pada bidang datar di dalam zat cair sejenis

yang berada dalam kesetimbangan adalah sama.

Sifat-sifat tekanan zat cair pada dinding tabung antara lain sebagai berikut.

a. Zat cair menekan ke segala arah.

b. Semakin dalam letak suatu titik dari permukaan zat cair, tekanannya semakin besar.

c. Tekanan zat cair tidak tergantung pada bentuk wadahnya, melainkan tergantung kedalaman dari

permukaan zat cair.( kedalaman diukur dari permukaan )

d. Tekanan zat cair bergantung pada massa jenis zat cair.

Sehingga tekanan hidrostatis dapat dirumuskan p = ρ . g . h. Dimana ; ρ = masa jenis zat. Guru

mengingatkan kembali tentang satuan kedalaman meter. Siswa tampak memahami informasi tersebut.

Untuk menguatkan pemahaman informasi tentang tekanan hidrostatis siswa diminta

melakukan praktikum dengan media botol air mineral dari volume yang berbeda. Dengan volume

botol yang sama namun dengan tinggi yang berbeda. Langkah kedua botol dengan volume yang

berbeda namun tinggi lubang sama. Pada kegiatan ini siswa mengadakan pengamatan jarak pancaran

air yang keluar dari lubang dari masing-masing perlakuan disajikan pada gambar 3 (a) dan (b).

Gambar 3 : (a) kegiatan siswa melakukan praktikum botol sama tinggi lubang berbeda

(b) Kegiatan siswa melakukan praktikum botol berbeda tinggi lubang sama

Tabel 1. hasil pengamatan kelompok :

Kelompok Perlakuan 1

(volome sama tinggi beda )

Perlakuan 2

(volume beda tinggi sama)

1. lubang yang lebih tinggi jarak lebih pendek Jarak yang dihasilkan sama

2. lubang yang lebih tinggi jarak lebih pendek Botol volume kecil lebih jauh

3. lubang yang lebih tinggi jarak lebih pendek Botol volume besar lebih jauh

4. lubang yang lebih tinggi jarak lebih pendek Jarak yang dihasilkan sama

(a) (b)

Page 139: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

755

5. lubang yang lebih tinggi jarak lebih pendek Jarak yang dihasilkan sama

Dari hasil pengamatan didapat ada perbedaan pada kelompok 2 dan kelompok 3 pada perlakuan 2.

Guru mengali informasi siswa mengapa terjadi permasalahan tersebut

G :Anak-anak coba perhatikan mengapa ada perbedaan hasil pengamatan pada perlakuan 2

dikelompok 2 dan 3 ?

S : Kedudukan botol berbeda, bu

S : Besar lubang pada botol tidak sama, bu

Berdasar dialog guru memberikan penguatan informasi bahwa tekanan hidrostatis dipengaruhi

oleh kedalaman serta tekanan pada zat cair gaya yang terjadi kesamping dan ke bawah. Permasahan

terjadi saat meletakkan posisi botol yang tidak sama menyebabkan kedalaman zat juga tidak sama

sehingga jarak pancaran berbeda.Untuk memperjelas tentang tekanan hidrostatis melalui contoh soal.

Guru menggali imformasi tentang pemahaman siswa.

G : Dari contoh soal di LCD ada pertanyaan ?

S : Ada bu. Apakah h (kedalam) satuan harus meter.

G : Bagaimana anak-anak ? apakah kedalaman satuannya harus meter.

S : Iya, bu

G : Bagus, karena tekanan hidrostatis dirumuskan p = ρ . g . h. Dimana ρ = masa jenis zat cair

(kg/m3), g = grafitasi (m/s

2), h = kedalaman (m)

Berdasarkan dialog tersebut siswa sudah memahami konsep kedalaman, massa jenis zat.

Siswa diminta mengerjakan LK berupa soal tentang tekanan hidrostatis secara berkelompok. Terlihat

setiap kelompok antusias mengerjakan soal sehingga 4 soal yang di LK diselesaikan dengan benar

semua oleh masing-masing kelompok.

Tahap akhir pembelajaran bersama siswa membuat simpulan tentang konsep kedalaman pada

tekanan hidrostatis. Mengingatkan kembali konsep pengukuran kedalaman diukur dari permukaan

wadah zat cair, serta prinsip tekanan pada zat cair adalah tekanan terjadi ke dasar dan ke samping

wadah.

Pertemuan 3

Kegiatan pokok pada pertemuan ini adalah tes. Sebelum tes dilakukan guru mereview materi

sebelumnya, yaitu tekanan adalah gaya persatuan luas dan tekanan hidrostatis p= ρ . g . h. Dimana ρ

= masa jenis zat cair (kg/m3), g = grafitasi (m/s

2), h = kedalaman (m). Guru mengingatkan kembali

kedalaman diukur dari permukaan. Prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari dapat

kita temui pada teko, penyipat bidang datar dan aliran air dari tandon air sampai pada titik kran air.

Siswa mengerjakan tes terdiri 10 soal pilihan ganda dan 2 soal isian. Adapun indikator soal pilihan

ganda; membedakan besar tekanan benda pada no 1,2 dan 3; menentukan besarnya tekanan di soal

nomor 4 dan 5; menentukan tekanan hidrostatik pada nomor 6 ,7,8, 9 dan 10. Sedangkan soal isian

menentukan besar tekanan. Hasil evaluasi dari 26 siswa dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 : Hasil prestasi belajar siklus 1

No Perolehan Nilai Jumlah Presentase Rata-rata

1. > 71 9 ( siswa ) 34,61 %

49,69

2. 60 – 71 2 ( siswa ) 7,7 %

2. 46 - 59 5 ( siswa ) 19,2 %

3. 26 - 45 6 ( siswa ) 23,07 %

4. 0 - 25 4 ( siswa ) 15,39 %

Page 140: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

756

Refleksi siklus I

Dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran dengan mengkaji hal-hal yang masih menjadi

kendala dalam pembelajaran. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki pembelajaran. Ringkasan

hasil refleksi disajikan pada tabel 3.

Tabel 3 : Hasil refleksi siklus 1

Kendala Penyebab Alternatif pemecahan

1.tekanan pada zat padat

(pertemuan 1)

- siswa masih bermain

- mengerjakan tugas

bergantung pada

teman

- Hasil pengukuran bukan

bilangan utuh, siswa

belum bisa konversi

satuan dari cm ke m

- Tidak adanya reward,

sehingga tidak

termotivasi belajar

- belum melakukan post

tes dan pree tes

- Dalam penghitungan menggunakan

bilangan utuh.

- Perlu adanya reward pada setiap.

- Melakukan tindakkan pree tes dan

post tes

2. tekanan hidrostatis

( pertemuan 2 )

Pemahaman konsep

kedalaman belum benar

(kedalaman suatu zat

diukur dari permukaan)

- Pemberian latihan soal tentang

hidrostatis lebih banyak sehingga

terjadi penguatan tentang konsep

takanan pada zat cair

Perolehan hasil belajar siswa diperoleh skor rata-rata adalah 49,27 % dari 26 siswa.

Perolehan nilai yang melampaui KKM yang ditentukan adalah 72 baru 34,62 % . Hasil ini

membuktikan bahwa proses pembelajaran pada siklus I masih jauh dari harapan, hal ini menunjukan

bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal sehingga perlu adanya perbaikan pada

proses pembelajaran. Hasil refkleksi menunjukan rendahnya hasil belajar siswa dapat disimpulkan 1)

saat kegiatan praktikum siswa masih banyak yang bermain dan tidak memperhatikan 2) pemahaman

konsep konversi satuan dan tekanan masih lemah 3) masih rendahnya reward dari guru sehingga

siswa kurang termotivasi untuk belajar.

Diskripsi Pembelajaran Siklus II

Proses pembelajaran pada siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan, masing-masing pertemuan 2 jam

pelajaran. Pertemuan 1 pembelajaran tekanan pada zat cair, hukum pascal, pertemuan ke-2

pembelajaran zat cair terfokus pada hukum archimedes serta dilakukan evaluasi. Untuk lebih jelasnya

bisa dilihat pada paparan berikut.

Pertemuan 1

Diawali dengan memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan atau dialog seperti berikut.

G : Anak-anak masih ingat sifat tekanan zat cair pada dinding tabung?

S : Menekan ke segala arah bu

G : Untuk membuktikan sifat tekanan pada zat cair, silakan kalian bentuk kelompok , lakukan LK 1

diluar kelas dalam waktu maksimal 10 menit.

Kegiatan ini siswa dimotivasi dengan melakukan pengamatan pada LK 1 (tekanan pada kantong

plastik). Pada kegiatan ini siswa sangat gaduh. Setelah siswa kembali keruang kelas melakukan

dialog seperti berikut :

G : Anak-anak kalian sudah melakukan pengamatan dari LK 1. Bagaimana air yang memancar dari

kantong plastik ?

S : Memancar dari setiap lubang bu

G : Bagaimana Arah pancarannya ?

S : Memancar ke segala arah bu, tergantung dari besar lubang.

Page 141: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

757

Berdasarkan dialog tersebut siswa sudah memiliki materi prasyarat untuk pembelajaran pertemuan 1

dimana siswa sudah memahami tentang tekanan zat cair pada ruang tertutup. Karena itu guru

melanjutkan kegiatan inti, guru melalui tanya jawab menjelaskan tentang tekanan zat cair pada

ruang tertutup (hukum pascal), dengan cara menggunakan media aplikasi hukum pascal yang

terbuat dari selang dan alat suntik. Penjelasan penggunaan alat aplikasi pascal dari bahan selang dan

alat suntik disajikan pada gambar 4.

Gambar 4 : guru menjelaskan prinsip kerja hukum pascal dari bahan selang dan alat suntik)

Untuk menguatakan konsep yang dipunyai siswa guru meminta siswa melakukan percobaan dengan

menekan alat suntik besar dan kecil secara bergantian disajikan pada gambar 5.

(gambar 5 : kegiatan siswa melakukan percobaan pascal dari alat suntik)

Dari hasil indentifikasi siswa merasakan bahwa gaya pada alat suntik besar lebih kuat dari alat

suntik kecil. Melalui penjelasan guru kegiatan tersebut dapat disimpulkan dengan memberi gaya kecil

pada pengisap kecil dihasilkan gaya yang lebih besar pada pengisap besar. Jika pengisap kecil (luas

penampang =A1)dengan gaya F1, tekanan pada pengisap kecil p1 =

apabila tekanan air diteruskan ke pengisap besar (alat suntik besar) luas penampang besar = A2, maka

p1 = p2

=

Hukum Pascal , “Tekanan yang diberikan kepada zat cair di dalam ruangan tertutup diteruskan ke

segala arah dan sama besar”.

Secara matematis Hukum Pascal dapat dituliskan: p1 = p2

Untuk membantu siswa memahami lebih baik tentang konsep hukum pascal, siswa diminta

bekerja kelompok untuk menyelesaikan soal latihan. Selama kegiatan berlangsung siswa lebih

semangat mengerjakan , sehingga proses pembelajaran lebih aktif hal ini dibuktikan dari hasil lembar

kerja siswa didapat nilai yang baik .

Tahap akhir pembelajaran bersama siswa membuat simpulan hukum pascal. Dilanjutkan

siswa mengerjakan soal pos tes. Hasil pos tes 69 % siswa mendapat nilai diatas KKM dengan nilai

tertinggi 100, nilai terendah 25 dan 31 %, belum tuntas.

Page 142: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

758

Pertemuan 2

Diawali dengan memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan atau dialog seperti berikut:

G : Anak-anak masih ingat pertemuan kemarin tentang hukum pascal ?

S : Saya bu, tekanan yang diberikan kepada zat cair di dalam ruangan tertutup diteruskan ke segala

arah dan sama besar.

G : Bagus ! buktinya apa

S : Tekanan air pada kantong plastik.

G : Ada yang lain

S : Tekanan zat cair pada alat suntik bu

G : Bagus.

Kegiatan pada hari ini kita lanjutkan mendiskripsikan hukum archimedes pada zat cair.

Namun untuk mengali informasi pengetahuan siswa dilakukan pre tes selama 10 menit dengan

mengerjakan 4 soal.

Dilanjutkan dengan memotivasi siswa, memasukkan telur pada beker glas berisi air dengan dialog:

G : Anak- anak coba perhatikan yang ibu lakukan ? Apa yang terjadi dengan telur yang ada di beker

glas ?

S : Tenggelam bu

G : Mengapa tenggelam ?

S : Berat telur lebih besar dari air

G : Bagus. Ada jawaban lain ?

S : Saya bu, masa jenis telur lebih besar dari air

G : Bagus.

Berdasarkan dialog tersebut siswa sudah memiliki materi prasyarat untuk pembelajaran

pertemuan 2 dimana siswa sudah memahami prinsip benda terapung, tenggelam dan melayang.

Karena itu guru melanjutkan kegiatan inti, guru melalui tanya jawab menjelaskan tentang tekanan zat

cair pada hukum archimedes. Selanjutnya membagikan LKS. Siswa bergabung pada kelompok

masing-masing. Kegiatan siswa dalam melaksanakan praktikum hukum Archimedes dengan alat

neraca, batu, telur, garam dan beker glas disajikan pada gambar 6 : a dan b.

Gambar 6 : (a) siswa mengukur benda di air untuk mengetahui gaya tekan keatas air (Fa)

(b) siswa mengamati telur saat terapung dan tenggelam .

Sambil melakukan observasi bertanya kepada siswa :

G : Ada permasalahan dengan prosedur kerja

S : Ada bu, cara menentukan berat air yang tumpah

G : Baik, anak-anak pada LK kalian ada Kolom Wudara , Wair , Fa dan Vair yang tumpah. Bagaimana kalian

menemtukan Fa ?

S : Wudara – Wair

G : Baik, coba perhatikan pejelasan saya

W = m.g dimana m = ρ . V sehingga W = ρ . V .g

Wair yang tumpah = Vair yang tumpah . ρ . g

(a) (b)

Page 143: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

759

= Wudara – Wair,

Fa = Vair yang tumpah . ρ . g, dimana (Fa = gaya tekan keatas).

Untuk memberikan penguatan tentang konsep gaya tekan keatas guru menjelaskan kembali dengan

contoh soal. Siswa kembali mengerjakan soal yang ada di Lk. Sambil berkeliling guru menyampaikan

waktu penyelesaian LK 1 habis.

G : Kelompok siapa yang selesai ? dan silahkan angkat tangan

S : Kelompok 2 bu, kelompok 3 bu.

G : Bagus kelompok 2 diberi poin 5, kelompok 3 diberi poin 4 dan silahkan kelompok 3 presentasikan

hasilnya.

Dari hasil presentasi siswa dapat disimpulkan :

- Berkurangnya berat benda diair karena gaya tekan ke atas air

- Besarnya gaya ke atas air sama dengan berat air yang terdesak ( tumpah )

Untuk mengetahui pemahaman anak dari kesimpulan yang ada guru melakukan tanya jawab dari

praktikum yang telah dilakukan.

G : Coba oscar apabila diketahui Wudara = 10 N dan Wair = 7 N maka W air yang tumpah berapa ? Silakan

kerjakan ke depan

S : Siswa mengerjakan ke depan, didapatkan hasil 3 N

G : Bagaimana andri jawaban dari oscar ?

S : Benar bu

G : Apabila benda dengan volume 50 cm3 ditimbang

diudara beratnya beratnya 4N dan ditimbang

diair beratnya 3,5 N berapa berat air yang terdesak (tumpah). Coba udan wahyu ?

S : 4 N – 3,5 N = 0,5 N.

G : Bagus. Coba Zakki sekarang hitung Gaya tekan keatas air dari volume benda 50 cm3. Masa jenis

air 1000 kg/m3 dan grafitasi 10 N/kg. Ingat volume benda satuan ubah menjadi m

3.

G : Hermansyah, berapa 50 cm3diubah menjadi m

3 ?

S : 0,00005 m3.

G : Bagus. Bagaimana Zaki, sudah selesai, berapa besar (Fa) dari soal tersebut ?

S : 0,5 N

Berdasarkan dialog dari 4 siswa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman siswa pada

topik gaya tekan keatas (Fa).telah terserab dengan baik. Selanjutnya tiap kelompok mengerjakan LK

2. peristiwa tenggelam, melayang dan mengapung , pada LK ini siswa tampak lebih semangat dalam

mengerjakan. Semua kelompok dapat mengerjakan dengan baik, siswa tampak heran disaat

memasukan garam kedalam gelas terkait dengan perubahan kedudukan telur.

G : Ada pertanyaan ?

S : Nomer 11 (dari kelompok 3)

G : menjelaskan maksud dari pertanyaan adalah prinsip kerja kapal selam, bukan kesimpulan dari

peristiwa melayang , terapung dan tenggelam.

G : Kelompok yang sudah selesai ? kelompok yang selesai pertama dapat reward nilai 5, kedua 4.

Ketiga 3 keempat , kelima dan keenam mendapat nilai 2

S : Ada Kelompok 3

G : Kelompok 3 beri nilai 5, silakan presentasikan kegiatan 2.2

Dari hasil presentasi didapatkan kesimpulan benda :

- Melayang apabila masa jenis benda sama dengan masa jenis air atau gaya tekan ke atas air sama

dengan berat benda

- Terapung apabila masa jenis benda lebih kecil lebih kecil dari masa jenis zat cair (gaya tekan

keatas air lebih besar dari berat benda

Page 144: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

760

- Tenggelam masa jenis benda lebih besar dari masa jenis zat cair (gaya tekan keatas air lebih kecil

dari berat benda)

Untuk mengetahui pemahaman anak dari kesimpulan yang ada guru melakukan tanya jawab

dari praktikum yang telah dilakukan. Dilanjutkan tes formatif. Siswa mengerjakan 10 soal pilihan

ganda dan 2 soal isian. Adapun indikator soal pilihan ganda; menghitung besarnya salah satu gaya

yang bekerja pada kempa hidrolik pada soal no1, 2, 3, 4 dan 5 ; menentukan peristiwa terapung,

melayang dan tenggelam nomor 6 dan 7; menentukan gaya tekan keatas air (Fa) pada nomor 8, 9 dan

10. Sedangkan soal isian menentukan prinsip kerja benda terapung, melayang dan tenggelam. Hasil

evaluasi dari 26 siswa dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 :Hasil ulangan Harian Siklus 2

No Perolehan Nilai Jumlah Presentase Rata-rata

1. > 71 14 ( siswa ) 53, 85 %

71,77

2. 60 – 71 5 ( siswa ) 19,23 %

2. 46 - 59 4 ( siswa ) 15,49 %

3. 26 - 45 3 ( siswa ) 11,54 %

4. 0 - 25 0 ( siswa ) 0 %

Perolehan hasil belajar siswa diperoleh skor rata-rata adalah 71,77 dari 26 siswa. Perolehan

nilai yang melampaui KKM yang ditentukan adalah 53,85 %. Dengan nilai tertinggi 98 dan nilai

terendah 34. Hasil ini menunjukan bahwa proses pembelajaran pada siklus 2 sudah ada peningkatkan

sebesar sebesar 19,24 % dari siklus 1.

Refleksi siklus 2

Dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran dengan mengkaji hal-hal yang masih menjadi

kendala dalam pembelajaran dan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi digunakan

untuk menarik kesimpulan. Adapun kendala yang masih terlihat saat praktikum tekanan zat cair pada

tempat tertutup siswa masih banyak yang bermain mengganggu teman, setelah mendapat teguran dari

guru siswa kembali mengerjakan. Tampak lebih aktif dalam mengerjakan LK. Sehingga siswa

termotivasi untuk belajar, berdampak pada hasil belajar siswa terjadi peningkatan dari siklus 1 ke

siklus 2

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan bantuan

media pada siswa kelas VIII-E SMP Ma’arif Batu dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dalam

pembelajaran siswa menjadi lebih aktif dalam melaksanakan praktikum, meningkatkan minat

belajar siswa dalam mempelajari IPA karena banyak menggunakan media sederhana yang ada

disekitar mereka seperti botol aqua, alat suntik, selang, telur, garam, gelas, kantong plastik, lebih

menciptakan suasana belajar yang lebih aktif karena pembelajarannya banyak melibatkan siswa

serta dapat meningkatkan percaya diri siswa dalam menyampaikan hasil diskusi yang didapat

dalam praktikum didepan kelas.

Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan bantuan media pada

materi tekanan dapat meningkatkan nilai rata-rata kelas pada siklus I ke siklus II sebesar 22,08 dengan

rata-rata siklus 1 sebesar 49,69 dan nilai rata-rata kelas sebesar 71,77. Sedangkan ketuntasan

minimal pada siklus 1 sebanyak 34,61 % dan pada siklus 2 sebanyak 53,85% atau 14 siswa dari 26

siswa terjadi peningkatan 19,24 %.

Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan bantuan media pada

pelajaran IPA dapat melatih siswa untuk bisa menemukan informasi berkaitan dengan materi

Page 145: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

761

pembelajaran. Hal ini lebih bermanfaat agar siswa terbiasa menemukan dan mendriskripsikan

suatu konsep IPA sendiri dengan bimbingan guru. Dengan model kooperatif tipe STAD membuat

siswa terbiasa untuk mengemukan hasil pembelajarannya didepan kelas. Pada saat akhir

pembelajaran guru membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan akhir dari pelaksanaan

pembelajaran. Dengan adanya media sederhana seperti botol aqua bekas, selang, alat suntik, batu,

kayu, ada disekitar siswa yang digunakan dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa dan memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa benda-benda yang ada disekitar dapat

digunakan sebegai media belajar.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut. (1)

mengingat pelaksanaan penelitian ini baru berjalan dua siklus, maka peneliti/ guru lain

diharapkan dapat melanjutkan untuk mendapat hasil yang lebih signifikan. (2) instrumen tes yang

digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat sederhana. Penelitian

selanjutnya dapat mencoba dengan instrumen yang lebih standar. (3) sebaiknya dalam menerapkan

Model kooperatif tipe STAD secara urut dan sistematis.

Daftar Rujukan

Fitriyati. 2015. Penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan bantuan media untuk meningkatkan

keterampilan ilmiah, sikap ilmiah ,motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada

pembelajaran IPA kelas VIII B smp negeri 3 sanggau. artikel Prosiding Seminar Nasional

TEQIP 2015

Ida Fitriyani. (2015). Penggunaan model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar IPA

siswa di SMP. artikel Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015

Nuryani. 2008. Belajar dan Mengajar Biologi. Malang. Universitas Negeri Malang

Rita Wahyuni. 2015.Perancangan media pembelajaran bandul sederhana, artikel Prosiding Seminar

Nasional TEQIP 2015

Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembalajarn Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Supartiningsih dan Ferdinad Ratu.2013 Peningkatan motivasi belajar siswa pada konsep

pertumbuhan dan perkembangan melalui penerapan model kooperatif tipe STAD di kelas 8,

artikel Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2013

Tim abdi guru, 2007. Ipa Terpadu. Jakarta : Penerbit Erlangga

Page 146: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

762

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP PGRI 01 BATU

MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

GUIDED DISCOVERY LEARNING.

Sri Dewi

SMP PGRI 01 BATU

Abstrak: Pemahaman konsep IPA siswa kelas VII SMP PGRI 01 Batu relatif masih

rendah. Hal ini disebabkan selama ini model pembelajaran yang sering digunakan masih

konvensinal yaitu ceramah yang berpusat pada guru. Selain itu selama pembelajaran

berlangsung tidak menggunakan media pembelajaran yang menunjang kegiatan belajar

siswa. Penerapan guided discovery merupakan salah satu model pembelajaran untuk

memberi motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam proses belajar untuk meningkatkan

pemahaman materi IPA dan mencapai hasil belajar yang baik. Penelitian ini bertujuan

untuk meningkatkan hasil belajar. Subyek penelitian adalah siswa SMP PGRI 01 Batu

kelas VII B dengan jumlah siswa 33 siswa. Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan

kuantitatif, selanjutnya dianalisis secara diskriptif. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan

ini meliputi dua siklus pada materi “organisasi kehidupan ” . Hasil penelitian diperoleh

data pada siklus I, dari 33 siswa yang mencapai KKM adalah 0 siswa atau 0 %, dan pada

siklus II sebanyak 20 siswa (60,6%) dapat mencapai KKM dan 13 siswa (39,4%) siswa

belum mencapai KKM. Terjadi peningkatan hasil belajar materi organisasi kehidupan siswa

kelas VII B SMP PGRI 01 BATU setelah diterapkan model guided discovery learning . Hal

ini tergambar dari hasil belajar dimana siklus I hasil belajar siswa yang mencapai

ketuntasan belajar (0%) setelah dilakukan siklus II, meningkat menjadi (60,6% ).

Kata kunci : Model guided discovery learning, hasil belajar

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran di SMP yang harus diikuti oleh

siswa. Belajar IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar dapat memahami alam sekitar secara ilmiah .Pembelajaran IPA di SMP harus dapat

menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikan sebagai

aspek penting kecakapan hidup. Selain itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan

proses dan sikap ilmiah (BNSP).

Pada pembelajaran Biologi seringkali siswa merasa kesulitan memahami pelajaran yang

diberikan guru, Hasil belajar siswa SMP PGRI 01 Batu kelas 7 menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa belum tuntas menguasai materi yang diajarkan . Siswa yang mencapai ketuntasan 30 % saja

dan sisanya 70 % belum tuntas. Hal ini menunjukkan siswa belum memahami materi pelajaran

Biologi dengan baik. Siswa masih cenderung pasif hanya menerima saja apa yang diberikan guru.

Siswa tidak memiliki motivasi belajar hal ini nampak kurang bergairah, kurang semangat dan kurang

siap dalam mengikuti pembelajaran .ebab kegiatan pembelajaran berpusat pada guru dengan metode

ceramah. Dengan demikian dampaknya adalah prestasi belajar tidak mencapai KKM yang telah

ditetapkan.

Dengan metode ceramah yang sudah dilakukan oleh pengajar dalam proses pembelajaran di

kelas membuat siswa hanya memahami konsep-konsep Biologi terbatas pada ranah kognitif saja.

Padahal di pelajaran sains termasuk Biologi siswa diharapkan selain mencapai ranah kognitif juga

dapat mencapai ranah afektif dan psikomotor. Jika pembelajarn di kelas di dominasi dengan metode

ceramah maka akan menjadi mata pelajaran yang membosankan dan siswa tidak akan terlatih untuk

memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 147: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

763

Dari pengalaman proses belajar mengajar ini peneliti ingin meningkatkan pembelajaran materi

keragaman pada sistem organisasi kehidupan. Model pembelajaran ini diharapkan dapat menggali

pengetahuan dan kemampuan siswa dalam memahami materi keragaman pada sistem organisasi

kehidupan. Atas dasar di atas penulis mencoba meningkatkan kemampuan pemahaman materi

keragaman pada sistem organisasi kehidupan dengan model guided discovery kelas VII SMP PGRI

01 Batu.

Metode discovery yang mungkin dilaksanakan pada siswa SMP adalah guided discovery. Hal

ini dikarenakan siswa SMP masih memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu murni. Oleh

sebab itu model discovery(penemuan ) yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

discovery terbimbing (guided discovery). Dicovery learning merupakan sebuah metode pengajaran

yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu

disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa

pembelajaran sejati melalui personal discovery (penemuan pribadi)

Pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning) , guru memberikan petunjuk

pada siswa , sehingga siswa bekerja lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Bimbingan guru bukan semacam resep yang harus diikuti tetapi hanya merupakan arahan

tentang prosedur kerja yang diperlukan

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP PGRI 01 BATU dengan menggunakan model

guided discovery learning dengan jumlah 38 orang. Adapun pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini

dilakukan sebanyak dua siklus yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2015. Rancangan

penelitian yang digunakan berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan tahapan,

yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Dengan penjelasan setiap tahapan adalah berikut ini.

Tahap perencanaan :

Pada tahab ini penulis melakukan persiapan yang akan dilaksanakan pada tahab pelaksanaan.

Persiapan itu antara lain mempersiapkan dan menetapkan pokok bahasan yanga akan diberikan pada

siswa, menyusun rencana pembelajaran tentang organisasi kehidupan. Dalam menyusun rencana

pembelajaran, kegiatan inti mengikuti langkah-langkah model guided discovery learning meliputi

identifikasi masalah, observasi, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis, verifikasi dan

generalisasi. Selanjutnya menyusun lembar kegiatan siswa tentang pengamatan sel tentang perbedaan

sel hewan dan tumbuhan, pengamatan jaringan tumbuhan dan hewan dan pengamatan organ

tumbuhan serta hewan. Dan yang terakhir menyusun soal ulangan untuk setiap siklus pembelajaran.

Soal ulangan meliputi pilihan ganda dan uraian.

Dalam tahab ini penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak

dua siklus. Hal ini bertujuan untuk melaksanakan perbaikan terhadap proses belajar dan hasil nilai

belajar dengan mengunakan model guided discovery learning.

Menyusun lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan tes tertulis. Data hasil

penelitian bersifat kualitatif dan data kuantitatif, dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai rencana atau skenario pembelajaran dan hal-hal

selama proses pembelajaran dicatat. Melaksanakan observasi terhadap aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung meliputi

(1) mengamati keterampilan proses sains siswa yang dikembangkan. Keterampilan proses sains

tersebut meliputi: pengamatan, mengolah dan menganalisis data hasil pengamatan, dan membuat

kesimpulan serta melaporkannya.

Page 148: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

764

(2) mengamati sikap-sikap yang dikembangkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung

misalnya kejujuran, teliti dan tanggung jawab dan

(3) melaksanakan tes tertulis, siswa menjawab soal yang diberikan guru, berupa soal pilihan ganda

dan uraian.

Tahap Pengamatan dan Pengumpulan data

Pada tahab ini penulis dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer untuk

mengumpulkan data penelitian. Data yang diperlukan adalah (1)ketrampilan proses meliputi

kemampuan pengamatan, mengolah dan menganalisis data hasil pengamatan serta membuat

kesimpulan.(2) hasil ujian.

Data hasil dari ketrampilan proses, diperoleh dari pengamatan secara langsung terhadap

kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil ujian diperoleh dengan memberikan

ulangan tertulis pada siswa, soal pilihan ganda dan uraian. Dari data yang diperoleh, dikumpulkan

untuk selanjutnya dianalisis.

Pada tahap pelaksanaan telah berhasil mengetahui masalah yang ada di kelas dengan cepat

dan tepat melalui teknik pengumpulan data berupa pengamatan langsung terhadapa proses belajar dan

tes tertulis dengan mengunakan model guided discovery learning. Dari pengamatan ini penulis

berhasil mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang sudah penulis ungkapkan di

dalam latar belakang penelitian ini.

Tahap refleksi

Langkah selanjutnya yang dilakukan untuk mengatasi masalah pembelajaran siswa ini,

penulis melakukan refleksi untuk mengingat kembali apa masalah yang telah terjadi di dalam kegiatan

pembelajaran. Dengan dibantu oleh teman sejawat penulis melakukan perbaikan pembelajaran melalui

dua siklus, dengan mengunakan model guided discovery learning. Mendiskusikan hasil observasi dan

evaluasi dengan sesama guru pengajar IPA untuk selanjutnya melaksanakan tindak lanjut.

Hasil Dan Pembahasan

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan pembelajaran model guided discovery learning

pada siswa kelas VII di SMP PGRI 01 Batu dideskripsikan sebagai berikut.

Siklus I

Siklus I terdiri atas tiga kali pertemuan yang terdiri atas 2 kali pertemuan untuk pembelajaran

dan satu kali untuk tes. Pertemuan pertama membahas sel bawang merah dan sel pipi, pertemuan

kedua membahas bagian-bagian sel dan fungsinya.Masing-masing pertemuan menggunakan tahapan

pembelajaran meliputi identifikasi masalah, observasi, pengumpulan data, pengolahan data dan

analisis, verifikasi dan generalisasi.Berikut dipaparkan pelaksanaan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan.

Pertemuan pertama

Tampak pada gambar 1 , guru sedang mempersiapkan siswa untuk belajar, menyampaikan

tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai, apersepsi dengan cara tanya jawab tentang

materi pembelajaran yang akan diajarkan, selanjutnya memotivasi siswa untuk belajar, kegiatan ini

guru membagikan LKS yang akan dikerjakan dan diamati oleh siswa.

Page 149: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

765

Gambar 1 : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada kegiatan pendahuluan.

Pada kegiatan inti pertemuan pertama adalah mengamati sel tumbuhan dan hewan dengan

menggunakan mikroskop. Diharapkan siswa dapat menemukan bentuk sel hewan dan tumbuhan,

menggambarkan kembali hasil pengamatannya , dan membedakan sel hewan dan tumbuhan.

Siswa belajar secara kelompok terdiri dari 3 siswa. Kegiatan dipandu dengan LKS yang berisi

langkah-langkah membuat membuat preparat sel bawang merah dan sel pipi. Kemudian mengamati

dengan mikroskop. Sebelum melakukan percobaan, siswa membaca dan mendiskusikan cara kerja

untuk mengamati sel bawang merah dan sel pipi termasuk cara menyiapkan preparat.

Tahab 1 identifikasi masalah

Pada tahab ini guru memberikan permasalahan berupa pertanyaan untuk dijawab setelah

melalui kegiatan observasi. Pertanyaan yang merupakan permasalahan tersebut adalah bagaimana

bentuk sel tumbuhan dan bagian-bagiannya, bagaimana bentuk sel hewan dan bagian-bagiannya,

apakah perbedaan sel hewan dan tumbuhan.

Tahab 2 observasi dan pengumpulan data

Secara umum, kegiatan siswa mencakup (1) menyiapkan preparat, (2) mengamati preparat

dengan mikroskop, (3) menggambar hasil observasi, dan (4) ferivikasi hasil observasi.

Membuat preparat

Sebelum melakukan pengamatan siswa membuat preparat basah untuk obyek pengamatan.

Kegiatan tampak pada gambar berikut ini.

Gambar 2 Gambar 3

Gambar 2. Siswa membuat preparat sel pipi

Gambar 3. Siswa membuat preparat sel bawang merah.

Page 150: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

766

Ada dua jenis preparat yang dibuat siswa, yaitu preparat sel bawang merah dan sel pipi. Pada

tahap membuat preparat sel bawang merah, siswa diminta mengikuti langkah-langkah berikut. (1)

Melepaskan kulit umbi bawang merah dengan silet sehingga diperoleh kulit tipis transparan yang

merupakan bagian epidermis, (2) meletakkan epidermis bawang merah di atas kaca benda, (3)

menetesi air di atas lapisan epidermis bawang merahdan (4) menutup dengan kaca penutup. Secara

umum, semua kelompok dapat membuat preparat dengan baik dalam waktu ± 10 menit. Dalam

pembuatan preparat sel bawang merah ada kelompok yang masih kurang tepat dalam mengambil

selapis sel bawang merah. Selaput yang diambil adalah kulit yang tebal sehingga tidak dapat diamati

di bawah mikroskop. Sebagian besar sudah tepat dalam mengambil selapis sel bawang merah

sehingga bisa diamati di bawah mikroskop. Cara meletakkan epidermis bawang merah sebagian besar

kelompok sudah tepat namun masih banyak yang tidak rata sehingga sewaktu ditetesi air masih

banyak terlihat gelembung air pada saat diamati. Menutup dengan kaca penutup sebagian besar

kelompok sudah benar.

Pembuatan preparat sel pipi dilakukan dengan urutan kerja sebagai berikut

(1) Mengorek sel pipi dengan ujung tusuk gigi,

(2) meletakkan sel pipi di atas kaca benda,

(3) menetesi air dan metilen biru di atas sel pipi, dan

(4) menutup dengan kaca penutup. Sebagian besar kelompok sudah benar dalam membuat preparat,

namun ada kelompok saat memberi metilen biru terlalu banyak sehingga preparat tampak kotor

sekali.

Mengamati preparat sel bawang merah dan sel pipi

Tahab setelah membuat preparat adalah melakukan pengamatan terhadap preparat.

Gambar 4 Gambar 5

Gambar 4. Siswa melakukan pengamatan preparat

Gambar 5. Siswa mengambil gambar hasil pengamatan dengan handpon

Tahapan dalam menggunakan mikroskop meliputi. (1) Mengatur pencahayaan pada bidang

pandang mikroskop, (2) memasang praparat pada mikroskop (3) mengatur fokus lensa mikroskop

sehingga diperoleh gambar yang paling tajam, (4) mengamati preparat dalam mikroskop, (5)

menggambarkan kembali bayangan objek yang terlihat dalam mikroskop, dan (6) merapikan kembali

mikroskop. Kesulitan umum yang dialami adalah dalam mencari gambar yang paling jelas. Hal ini

disebabkan siswa masih ragu dalam memilih lensa obyektif dengan perbesaran yang lebih besar

terutama untuk mengamati sel pipi. Sebagian besar sudah kelihatan gambar selnya namun tampak

kelihatan kecil.

Pada tahab pengamatan gambar sel dengan mikroskop, sebagian anggota kelompok yang lain

tampak masih ngomong sendiri, ramai sendiri mondar-mandir tidak fokus di kelompoknya. Hal ini

Page 151: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

767

disebabkan siswa penasaran ingin secepatnya menggunakan mikroskop sehingga sering mendekati

kelompok yang sedang melakukan observasi.

Menggambar hasil observasi:

Setelah menemukan gambar sel bawang merah dan sel pipi dengan mikroskop, setiap kelompok

mengambil gambar melalui lensa okuler dengan handphone dan kamera. Berdasarkan rekaman

melalui kamera atau handphone, siswa menggambarkan kembali di LKS.

Hasil gambar sel bawang merah :

Hasil gambar sel bawang merah setiap kelompok tidak sama walaupun ada yang mirip. Pada gambar

1, terlihat gambar 4 kelompok memiliki kemiripan dalam menggambar bentuk sel epidermis

bawang merah yaitu bagian ujung sel runcing.

Namun ada perbedaan diantara keempatnya, ada yang berbentuk segienam dan segiempat. Dalam

menggambar inti sel, ada yang digambar sebagian saja, tidak digambar dan digambar terletak pada

dinding sel.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 6 : Sel epidermis bawang merah hasil kerja siswa (a) kelompok 2 (b) kelompok 3 (c)

kelompok 7 (d) kelompok 13.

Pada gambar 2 terlihat gambar 4 kelompok memiliki kemiripan dalam menggambar bentuk

sel yaitu sel bentuk segiempat seperti pada dinding yang tersusun dari batu bata. Namun ada

perbedaan diantara empat kelompok dalam menggambar inti sel diantaranya inti sel tidak digambar,

sebagian saja inti sel digambar di bagian tengah, dan ada inti sel digambar pada bagian dinding sel.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 7 : Sel epidermis bawang merah hasil kerja siswa (a) kelompok 4 (b) kelompok 5 (c)

kelompok 9 (d) kelompok 12.

Pada gambar 3 terlihat gambar 2 kelompok memiliki kemiripan dalam menggambar bentuk

sel yaitu sel bentuk lonjong seperti telur, rapat dan padat. Namun ada perbedaan diantara dua

kelompok dalam menggambar inti sel diantaranya inti sel tidak digambar, dan sebagian saja inti sel

digambar di bagian tengah. Dalam gambar kelompok 4 air juga digambar panjang sepanjang daerah

lapang pandang.

(a) (b)

Gambar 8 : Sel epidermis bawang merah (a) kelompok 1 (b) kelompok 6

Page 152: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

768

Gambar kelompok 8, 10 dan 11 menunjukkan perbedaan dengan kelompok lainnya. Gambar hasil

pengamatan dari kelompok 8 gambar sel padat dan rapat pada bidang lapang pandang, bentuk sel

seperti kulit kacang tanah dengan sebagian bulatan yang ada di tengah sel. Gambar kelompok 10

hanya berupa bulatan-bulatan saja yang renggang dan penuh pada bidang lapang pandang. Kelompok

11 gambar bentuk kotak dengan bulatan-bulatan pada tepi sel.

(a) (b) (c)

Gambar 9: Sel epidermis bawang merah (a) kelompok 8 (b) kelompok 10 (c)

kelompok 11

Hasil gambar pipi :

Dalam menggambar sel pipi sebagian besar kelompok menggambar sel berupa bulatan-bulatan kecil

yang renggang dan berwarna hitam. Ada yang diberi garis keluar pada selnya seperti serabut, ada

gambar bulatan air, ada yang berupa titik-titik hitam. Hanya hasil kelompok 1 saja gambar sel pipi

sudah tepat walaupun tampak sangat kecil.

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g) (h)

(i) (j) (k) (l)

(m)

Gambar 10: Sel pipi (a) kelompok 1 (b) kelompok 2 (c) kelompok 3 (d) kelompok 4 (e) kelompok 5

(f) kelompok 6 (g) kelompok 7 (h) kelompok 8 (i) kelompok 9 (j) kelompok 10 (k)

kelompok 11 (l) kelompok 12 (m) kelompok 13.

Page 153: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

769

Mengidentifikasi bagian-bagian sel bawang merah dan sel pipi :

Setelah menggambar hasil pengamatan setiap kelompok mengidentifikasi bagian-bagian sel

bawang merah dan sel pipi. Sebelum mengidentifikasi bagian-bagian sel, siswa mengamati tayangan

gambar bagian-bagian sel epidermis bawang merah dan sel pipi lewat LCD. Setelah mengamati

tayangan gambar sel epidermis bawang merah dan sel pipi siswa melengkapi bagian-bagian sel pada

gambar hasil pengamatan.

Bagian-bagian sel bawang merah:

Pemberian keterangan gambar bagian sel sebagian besar kelompok masih kurang tepat,

walaupun ada kelompok yang sudah benar. Pemberian keterangan bagian sel yang tampak terdiri

dari dinding sel, vakuola, sitoplasma dan inti sel.

Pemberian keterangan dinding sel sebagian kelompok sudah benar, namun ada yang di bagian

pinggir daerah lapang pandang dan sebagian tidak diberi keterangan. Pemberian keterangan vakuola

sebagian kelompok sudah benar, ada yang memberi keterangan bagian dinding sel atau inti sel dan

ada yang tidak diberi keterangan. Sitoplasma, siswa memberi keterangan pada bagian dinding sel,

bagian tepi daerah lapang pandang dan sebagian tidak diberi keterangan. Pemberian keterangan inti

sel sel 3 kelompok sudah tepat namun kelompok lain tidak diberi keterangan.

Bagian-bagian sel pipi

Dalam memberikan keteranan bagian-bagian sel pipi hanya kelompok 1 yang memberikan

keterangan dengan tepat walaupun gambar tampak kurang jelas.. Kelompok lainnya memberi

keterangan gambar kurang tepat misalnya membran sel pada bagian tepi daerah lapang pandang,

bulatan air sebagai vakuola, bintik hitam sebagai intisel dan ruang antar sel sebagai sitoplasma.

Pemberian keterangan gambar hampir semua kelompok mengalami kesulitan, hal ini disebabkan

karena buku siswa yang menjelaskan sel hewan dan sel tumbuhan tidak lengkap. Sehingga dalam

memberikan keterangan gambar siswa masih belum tepat .Setelah penayangan gambar sel tumbuhan

dan hewan lewat LCD pun belum bisa sepenuhnya membatu siswa dalam memberi keterangan

gambar secara tepat.

Membedakan sel epidermis bawang merah dan sel pipi.

Setelah identifikasi bagian-bagian sel bawang merah dan sel pipi kemudian siswa

membedakan sel bawang merah dan sel pipi. Beberapa kelompok mengalami kesulitan dalam

membedakan sel hewan dan tumbuhan hal ini tampak pada LKS tidak dijawab yaitu kelompok

4,9,10,11 dan 13. Untuk kelompok lainnya sudah berusaha membedakan tapi masih kurang tepat.

Dalam membedakan sel hewan dan sel tumbuhan kelompok mengalami kesulitan sebab dari awal

siswa sudah merasa kesulitan dalam memberikan keterangan gambar, sehingga dalam membedakan

sel hewan dan tumbuhan juga mengalami kesulitan.

Pengolahan data dan analisis:

Tampak pada gambar 11, wakil salah satu kelompok mempresentasikan hasil pengamatan di

depan kelas.

Gambar 11: Salah satu wakil kelompok mempresentasikan hasil pengamatan.

Page 154: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

770

Setelah kegiatan observasi dan pengumpulan data kegiatan selanjutnya adalah presentasi hasil

observasi. Salah satu kelompok menyampaikan hasil observasi di depan kelas. Kelompok ini

menyajikan gambar di papan tulis dan menjelaskan bagian-bagian sel epidermis bawang merah dan

sel pipi. Kelompok ini belum menjelaskan perbedaan sel epidermis bawang merah dan sel pipi.Siswa

yang lain belum kelihatan antusisas terhadap presentasi kelompok yang maju di depan. Hal ini dapat

terlihat dengan tidak ada pertanyaan ataupun tanggapan dari kelompok lain. Siswa hanya mendengar

saja apa yang disampaikan oleh kelompok yang presentasi. Pada tahab ini rencananya semua

kelompok bisa mempresentasikan hasil observasi, namun waktu tidak mencukupi sehingga setiap

kelompok tidak mempunyai kesempatan untuk menampilkan hasil observasinya.Kegiatan banyak

tersita di kegiatan observasi dan menggambar hasil observasi. Sehingga pada tahab pengolahan data

dan analisis ini kurang maksimal.

Verifikasi generalisasi

Tahab berikutnya adalah tahab membuat kesimpulah hasil dari observasi dan pengumpulan

data. Setelah presentasi salah satu kelompok, siswa mengamati gambar sel pipi dan sel epidermis

bawang merah dilayar LCD. Gambar yang diamati adalah sel epidermis bawang merah hasil foto

dengan kamera dan gambar dari pustaka atau dari buku penunjang. Pertama siswa melihat gambar sel

epidermis bawang merah dan sel pipi hasil foto dengan kamera berikutnya mengamati gambar dari

pustaka. Setelah mengamati keduanya siswa membuat kesimpulan bagian-bagian sel epidermis

bawang merah dan sel pipi kemudian perbedaan sel epidermis bawang merah dan sel pipi dengan

bimbingan guru.

Kesimpulan menunjukkan bagian-bagian sel tumbuhan yang tampak pada sel epidermis

bawang merah adalah dindingsel, inti sel, sitoplasma dan vakuola. Bagian-bagian sel pipi adalah

membran sel, inti sel, sitoplasma dan vakuola kecil. Perbedaan sel tumbuhan dan hewan adalah sel

tumbuhan memilki dinding sel, vakuola besar, kloroplas, sedangkan sel hewan tidak memilki tiga

organel tersebut namun memiki sentriol yang tidak dimilki oleh sel tumbuhan.

Pertemuan kedua

Di kegiatan inti pada pertemuan kedua bertujuan untuk pemantapan dan pendalaman materi

tentang sel. Setiap kelompok mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru untuk mengamati organel-

organel dan fungsinya melalui gambar yang ada di LKS. Pada pertemuan ini siswa dibagi dalm 15

kelompok tiap kelompok . Pada kegiatan ini diharap siswa lebih mengenal dan memahami semua

organel sel. Siswa menggambar kembali 14 organel-organel sel hewan dan sel tumbuhan secara

lengkap untuk melengkapi kesimpulan pertemuan awal dari siklus satu. Setelah menggambar lengkap

organel-organel sel siswa memberi keterangan gambar organel-organel sel dan menjelaskan fungsi

masing-masing organel sel dengan merujuk pada buku pustaka dan penunjang. Semua kelompok

menggambar orgnel-organel sel namun ada 6 kelompok, gambar tidak diberi nomor untuk keterangan

gambar. Dalam pemberian keterangan gambar dengan mengisi kolom yang tersedia di LKS 3 ada 2

kelompok tidak lengkap, satu kelompok tidak mengerjakan dan 13 kelompok lengkap didisi nama

organel dan fungsinya. Setelah semua kelompok memberikan keterangan gambar dan menjelaskan

fungsinya selesai, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi secara klasikal.Selanjutnya

dengan bimbingan guru diskusi kelas dilakukan. Setelah selesai diskusi kemudian dengan bimbingan

guru siswa menyimpulkan macam-macam organel-organel sel seperti pada gambar dan fungsinya.

Hasil ulangan :

Hasil ulangan pada siklus 1 menunjukkan hasil ulangan sebagian besar belum mencapai

KKM yang ditentukan yaitu 70. Hasil analisis data diperoleh bahwa (1) dari 33 siswa yang mencapai

KKM, 0 siswa ( 0 % ) dan sebanyak 33 siswa ( 100 %) belum mencapai KKM. Hal ini

Page 155: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

771

menunjukkan bahwa pada siklus 1 masih banyak kekurangan dalam proses pembelajaran sehingga

perlu untuk revisi. Revisi pembelajaran perlu dilakukan beberapa tahaban agar dapat meningkatkan

kualitas dan hasil pembelajaran pada siklus ke dua. Perbaikan yang pertama yaitu di proses

pengamatan dengan mikroskop. Siswa diharapkan dapat menemukan gambar yang besar dengan

menggunakan perbesaran yang kuat agar gambar mudah untuk diamati bagiannya. Selanjutnya dalam

menggambar siswa diharapkan mengamati betul hasil observasi kemudian menggambarkannya. Tidak

hanya sekilas pengamatan kemudian di gambar, hal ini akan menghasilkan gambar yang kurang

benar, sehingga pemahaman terhadap materipun kurang.

Dalam pembahasan hasil pengamatan, perlu ada perbaikan. Pada siklus pertama pembahasan

materi masih kurang maksimal sebab waktu tidak mencukupi untuk pembahasan. Hanya satu

kelompok saja yang mempresentasikan, sedang kelompok lain belum membahas materi. Hal ini

menyebabkan siswa belum memahami betul materi yang dipelajari, sehingga ulangan hasilnya tidak

memenuhi KKM. Pada siklus 2, perbaikan yang akan dilakukan adalah pembahasan materi akan

dilakukan oleh beberapa kelompok agar materi lebih mudah dipahami oleh siswa. Pembahasanpun

lebih dimantapkan dan diulang kembali agar siswa lebih paham dan selalu ingat apa yang sudah

dipelajari.

Refleksi siklus I :

Kendala :

1. Siswa kurang teliti dalam pengamatan, sehingga diperoleh gambar pengamatan yang diperoleh

kurang tepat dan bermacam-macam.

2. Sebagian siswa tidak tertib dalam mengikuti pelajaran, karena harus menunggu menggunakan

mikroskop bergantian dengan kelompok lain.

3. Saat diskusi tampak sebagian besar siswa tidak aktif, diskusi tidak berjalan dengan lancar,

sehingga pembahasan materi kurang dipahami siswa.

Penyebab :

1. Siswa dalam melakukan pengamatan hanya sekilas saja, kemudian di foto sehingga dalam

pemindahan menjadi gambar menjadi kurang tepat. Hal ini disebabkan waktu yang terbatas untuk

melakukan pengamatan, sebab harus bergantian dengan kelompok lain.

2. Mikroskop jumlahnya terbatas dan harus bergantian dalam menggunakan mikroskop untuk

mengamati gambar, sehingga harus menunggu giliran kelompok lain.

3. Buku penunjang kurang, hal ini menyebabkan kelompok kesulitan dalam memberi keterangan

gambar dan analisis hasil pengamatan, sehingga enggan untuk berdiskusi.

Alternatif pemecahan masalah :

1. Waktu pengamatan ditambah, agar siswa betul-betul melakukan pengamatan dengan baik sehingga

diperoleh gambar yang tepat.

2. Pembahasan materi yang dipelajari dalam pembelajaran lebih ditekankan lagi agar siswa paham

betul apa yang sudah dipelajari.

Siklus II

Siklus II terdiri atas tiga kali pertemuan yang terdiri atas 2 kali pertemuan untuk pembelajaran

dan satu kali untuk tes. Pertemuan pertama membahas jaringan tumbuhan dan hewan, pertemuan

kedua membahas organ dan sistem organ .Masing-masing pertemuan menggunakan tahapan

pembelajaran meliputi identifikasi masalah, observasi, pengumpulan data, pengolahan data dan

analisis, verifikasi dan generalisasi.Berikut dipaparkan pelaksanaan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan.

Page 156: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

772

Pertemuan pertama :

Kegiatan inti pertemuan pertama adalah mengamati jaringan tumbuhan dan hewan dengan

menggunakan mikroskop. Diharapkan siswa dapat menemukan macam jaringan hewan dan

tumbuhan, menggambarkan kembali hasil pengamatannya.

Siswa belajar secara kelompok terdiri dari 3 siswa. Kegiatan dipandu dengan LKS yang berisi

langkah-langkah mengamati preparat kering dengan mikroskop kemudian menggambarkan hasil

pengamatan jaringan pada daun, batang dan jaringan otot. Sebelum melakukan percobaan, siswa

membaca dan mendiskusikan cara kerja untuk mengamati jaringan tumbuhan dan hewan dengan

preparat kering.

Kegiatan inti dari siklus 2 ini, adalah meliputi :

Tahab 1 Identifikasi masalah :

Pada tahab ini guru memberikan permasalahan berupa pertanyaan untuk dijawab setelah

melalui kegiatan observasi. Pertanyaan yang merupakan permasalahan tersebut adalah apa sajakah

jaringan yang menyususn tubuh tumbuhan dan hewan. Bagaimana bentuk jaringan penyusun daun,

batang dan jaringan otot pada hewan.

Tahab 2 observasi dan pengumpulan data

Secara umum, kegiatan siswa mencakup (1) mengamati preparat kering jaringan tumbuhan

dan hewan dengan mikroskop, (2) menggambar hasil observasi, dan (3) ferivikasi hasil observasi.

Mengamati preparat kering.

Pada tahab ini siswa tidak membuat preparat, sebab preparat kering sudah ada tinggal mengamati

langsung. Dalam tahab menggunakan miikroskop sama dengan tahaban saat mengamti sel bawang

merah dan sel pipi.

Preparat awetan yang diamati meliputi preparat kering jaringan pada daun, batang dan jaringan hewan

yaitu jaringan otot.

Menggambar hasil observasi:

Setelah menemukan gambar jaringan pada daun, batang dan otot dari mikroskop, setiap

kelompok mengambil gambar melalui lensa okuler dengan handphone dan kamera. Berdasarkan

rekaman melalui kamera atau handphone, siswa menggambarkan di LKS. Hasil rekaman gambar

yang ada di handpon dan kamera tidak begitu jelas untuk preparat kering ini , sehingga siswa

mengalami kesulitan dalam menggambar. Pada akhirnya siswa menggambar melalui pengamatan

langsung pada mikroskop dengan masing-masimg wakil kelompok secara bergantian.

Hasil gambar jaringan tumbuhan :

Gambar jaringan pada daun

Hasil gambar jaringan setiap kelompok tidak sama walaupun ada kemiripan. Ada 2 kelompok

menggambar bagian parenkim bunga karang saja , sedangkan jaringan lainnya tidak digambar.

(a) (b)

Gambar 12: Gambar jaringan daun kelompok (a) kelompok 1 (b) kelompok (3)

Page 157: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

773

Tiga kelompok menggambar hanya bagian tepi daun berupa garis seperti gambar tulang.

Hasil gambar ini belum menunjukkan gambar jaringan penyusun daun, sehingga belum jelas jaringan

apa saja yang menyusun organ daun.

(a) (b) (c)

Gambar 13 . Gambar jaringan daun (a) kelompok 4 (b) kelompok 8 (c) kelompok9

Sedangkan kelompok lain menggambar sudah tampak jaringan-jaringan penyusun daun dari

bagian atas sampai bagian bawah. Meliputi jaringan epidermis, palisade dan bunga karang. Namun

belum tampak jelas perbedaan jaringan yang menyusun daun terutama jaringan pengangkut.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 14: Gambar jaringan daun (a) kelompok 2 (b) kelompok 5 (c) kelompok 6 (d) kelompok 7

(e) kelompok 11 (f) kelompok 12

Ada 2 kelompok jaringan yang sudah digambar tamapak sel-selnya sama dari atas sampai

bawah, sehingga belum tampak perbedaan jaringan penyusun daun.

(a) (b)

Gambar 15: Gambar jaringan daun (a) kelompok 10 (b) kelompok 13

Gambar jaringan pada batang

Hasil gambar jaringan pada batang dikotil tampak 4 kelompok sel-sel penyusun jaringan

bentuk bulat dan tersusun renggang, ada jarak antar sel dalam jaringan. Tiga kelompok bentuk sel

bulat dan satu kelompok bentuk sel persegi. Pada kelompok 13 tampak jaringan pengangkut bentuk

seperti mahkota bunga.

Page 158: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

774

(a) (b) (c)

(d)

Gambar 16: Gambar jaringan batang (a) kelompok 4 (b) kelompok 5 (c) kelompok 10 (d) kelompok

13

Hasil gambar lima kelompok tampak susunan sel pada jaringan sangat rapat tanpa ruang antar

sel, dan bentuk sel adalah persegi. Dari gambar juga tampak sel-sel yang ukuran kecil rapat dan ada

penebalan pada dinding sel tampak seperti jaringan pengangkut yaitu xilem dan floem.

(a) 9 (b) 8 (c) 7

(d) 12 (e) 11

Gambar 17: Gambar jaringan batang (a) kelompok 9 (b) kelompok 8 (c) kelompok 7 (d) kelompok

12 (e) kelompok 11

Sedangkan kelompok 1 dan 3 tampak bagian pinggir yaitu jaringan epidermis, dan parenkim

bentuk bulat dan rapat. Tampak jaringan pengangkut dengan penebalan pada bagian tepi sel.

(a) (b)

Gambar 18: Gambar jaringan batang (a) kelompok 1 (b) kelompok 3

Kelompok 2 dan 6 tampak gambar sel sangat besar, berbeda dengan kelompok lainnya.

Gambar jaringan pada otot

Hasil gambar sel otot polos ada 6 kelompok, gambar berupa kotak-kotak dengan bulatan-

bulatan kecil di bagian tengahnya.

Page 159: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

775

(a) (b)

(11) (12)

Gambar 19 Gambar jaringan otot polos (a) kelompok 3 (b) kelompok 7 (c) kelompok 11 (d)

kelompok 12

Ada dua kelompok berupa arsiran hitam belum tampak jelas bentuk sel maupun inti sel.

(a) (b)

Gambar 20: Gambar jaringan otot polos (a) kelompok 1 (b) kelompok 4

Hasil gambar tiga kelompok menggambar jaringan otot lurik, tampak garis-garis tipis panjang dengan

inti ada ditepi dalam jumlah yang banyak.

(a) (b) (c)

Gambar 21: Gambar jaringan batang (a) kelompok 5 (b) kelompok 10 (c) kelompok 13

Sedangkan kelompok 2 dan 6 gambar jaringan tampak persegi tanpa inti sel.

(a) (b)

Gambar 22: Gambar jaringan batang(a) kelompok 2 (b) kelompok (6),

Kelompok 8 dan 9 tidak menggambar hasil observasi sel otot disebabkan siswa dalam pengamatan

mengalami kesulitan sehingga tidak digambar hasil pengamatannya.

Page 160: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

776

Setelah kegiatan observasi dan pengumpulan data kegiatan selanjutnya adalah presentasi hasil

observasi. Setiap kelompok menyampaikan satu macam jaringan pada tumbuhan atau hewan di papan

tulis kemudian dibahas bersama. Selanjutnya giliran kelompok lain sampai semuanya dibahas

bersama.

Tahab berikutnya adalah tahab membuat kesimpulah hasil dari observasi dan pengumpulan

data. Setelah presentasi kelompok, siswa mengamati gambar jaringan tumbuhan, hewan, di layar

LCD. Gambar yang diamati adalah jaringan tumbuhan dan hewan lewat preparat kering dan melalui

pustaka atau dari buku penunjang. Untuk memperjelas bagian-bagian yang belum dimengerti oleh

siswa.

Pertemuan kedua :

Tahab 1 Identifikasi masalah :

Pada tahab ini guru memberikan permasalahan berupa pertanyaan yang merupakan suatu

permasalahn yang harus dijawab siswa setelah melalui kegiatan observasi. Pertanyaan yang

merupakan permasalahan tersebut adalah apa sajakah organ yang menyusun tubuh tumbuhan dan

fungsinya . Apa sajakah organ dan sistem organ yang menyusun tubuh manusia.

Tahab 2 observasi dan pengumpulan data

Secara umum, kegiatan siswa mencakup (1) mengamati organ tubuh tumbuhan dan hewan ,

(2) menggambar hasil observasi, dan (3) ferivikasi hasil observasi.

Mengamati organ tubuh tumbuhan.

Siswa mengamati organ pada tumbuhan dan hewan yang membentuk sistem organ secara

berkelompok. Observasi organ tumbuhan yang dilakukan siswa meliputi akar, batang dan daun

dengan obyek langsung pada tumbuhan yang sudah dibawa. Sedangkan bunga dan buah tidak diamati

sebab siswa hanya membawa tumbuhan dengan 3 bagian saja yaitu akar, batang dan daun. Hampir

semua kelompok menggambar organ tumbuhan sudah benar dan menjelaskan fungsinyapun juga

sebagian besar sudah benar.

Mengamati organ dan sistem organ tubuh manusia

Selanjutnya secara berkelompok mengamati organ tubuh manusia dengan model torso

manusia. Tiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda dalam menggambar organ dan sistem

organ. Ada yang menggambar sistem pencernaan makanan, sistem pernafasan, sistem saraf, sistem

indra, sistem gerak, dan sistem ekskresi. Jadi tiap kelompok hanya menggambar satu sistem organ

manusia, sebab waktu tidak mencukupi. Dalam menggambar organ dan sistem organ hasil

pengamatan sebagian kelompok dalam menggambar tidak lengkap. Misalnya sistem saraf, kelompok

hanya maenggambar otak saja, sedangkan saraf tepi dan tulang belakang tidak digambar sebab dalam

torso tidak tampak. Sistem indra hanya sebagian saja yang digambar misalnya telinga dan hidung saja.

Sistem peredaran darahpun tidak lengkap, yang digambar hanya jantung saja, sedangkan pembuluh

darah atau peredaran darah tidak digambar.

Setelah kegiatan observasi dan pengumpulan data kegiatan selanjutnya adalah pengolahan

data dan analisis data. Pada tahab ini siswa memberi keterangan nama organ tumbuhan beserta

fungsinya dan macam-macam sistem organ manusia yang serta menjelaskan fungsinya. Selanjutnya

setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Untuk dibahas bersama dan mempelajari

hal-hal yang belum dimengerti.

Tahab berikutnya adalah tahab membuat kesimpulah hasil dari observasi dan pengumpulan

data. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru macam organ tubuh tumbuhan dan macam-

macam sistem organ manusia dan fungsinya.

Page 161: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

777

Hasil Ulangan .

Hasil ulangan pada siklus 2 menunjukkan peningkatan dari siklus 1. Pada ulangan kedua ini

siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 20 (60,6 %) siswa dan yang tidak tuntas 13 (39,4%)

siswa. Sedangkan pada siklus 1 , tidak ada siswa yang tuntas (0 %) . Hal ini menunjukkan bahwa

penerapan model guided discovery learning di SMP PGRI 01 Batu kelas VII B dapat meningkatkan

hasil belajar siswa untuk materi organisasi kehidupan.

Refleksi siklus 2 :

Kendala pada siklus 2, gambar yang dihasilkan oleh siswa bermacam-macam dan sebagian

kurang tepat. Penyebabnya adalah gambar pada preparat sangat tipis, sehingga siswa masih kesulitan

dalam menggambar hasil pengamatan. Sehingga pemahaman siswa tentang jaringan masih kurang.

Kesimpulan

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP PGRI 01 BATU melalui model pembelajaran

guided discory learning , dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar materi IPA siswa

kelas VII SMP PGRI 01 BATU setelah diterapkan model guided discovery learning . Hal ini

tergambar dari hasil belajar dimana siklus I hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan belajar

(0%) setelah dilakukan siklusI I, meningkat menjadi (60,6 % ).

Saran

Pembelajaran IPA di SMP sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang memotivasi

siswa untuk belajar lebih aktif dan menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung

melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah misalnya dengan

model guided discovery learning.

Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional.2008.Ilmu Pengetahuan Alam VII. Jakarta : Pemerintah.

Istamar Syamsuri. 2004. Sains Biologi SMP Untuk kelas VII. Jakarta :Erlangga

Sumarwan. Dkk.1994. IPA-BIOLOGI JILID 1. Jakarta : Erlangga.

Prasetya Budi Sukmana.2009. https://prasetyabudisukmana.wordpress.com/2009/07/22/model-

pembelajaran-guided-discovery-pennemuan-terbimbing/. Diakses tanggal 7 April 2016.

Page 162: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

778

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN METODE TEKA-

TEKI SILANG DI KELAS IV SDN 023 SEPAKU

Panggih

SDN 023 SEPAKU

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 023 Sepaku dengan menerapkan

metode pembelajaran Teka-Teki Silang untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 023 Sepaku sebanyak 30 siswa. Penelitian ini

berlangsung dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Teknik

pengumpulan data menggunakan observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Jenis data

yang dikumpulkan adalah data hasil belajar siswa. Teknik analisis data yang digunakan

yaitu teknik data kualitatif yang terdiri dari penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila 75% jumlah siswa kelas IV

memiliki nilai minimal 75 sesuai kurikulum SDN 023 Sepaku. Hasil penelitian dapat

disimpulkan adalah Penerapan metode pembelajaran Teka-teki Silang dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan persentase siswa yang mencapai nilai KKM

pada siklus I sebesar 36,67% meningkat menjadi 63,33% pada siklus II. Selanjutnya masih

mengalami peningkatan menjadi 83,33% pada siklus III. Hal ini berarti bahwa jumlah siswa

yang mencapai nilai KKM (75) telah melampaui kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu

75%.

Kata Kunci: Teka-teki Silang, Hasil Belajar Siswa, Pembelajaran IPA

Pendidikan merupakan proses untuk pengembangan diri manusia. Hal ini sesuai dengan

amanat Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan tujuan pendidikan

dalam Undang-Undang tersebut, maka sudah seharusnya berbagai hal yang berkaitan dengan proses

pendidikan dan pembelajaran mendapatkan perhatian yang lebih serius dalam upaya peningkatan

sumber daya manusia yang berkualitas.

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup

dan merupakan modal besar dalam menghadapi persaingan di saat ini. Sekolah merupakan lembaga

pendidikan yang menjadi salah satu faktor penentu tercapai tidaknya tujuan pendidikan di

Indonesia. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar jika komponen-komponen yang ada pada

sekolah terpenuhi dan berfungsi sebagaimana mestinya. Ada beberapa komponen yang berpengaruh

dalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah guru, sarana dan prasarana, metode pembelajaran,

kurikulum dan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan. Antara komponen yang satu

dengan yang lain harus saling mendukung dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Penggunaan metode pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran mempunyai pengaruh

yang besar dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran mempunyai peranan yang

sangat penting karena metode pembelajaran menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran.

Tanpa metode yang tepat, maka suatu proses pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif dan

efisien. Metode pembelajaran tersebut harus mampu mengikutsertakan semua siswa untuk berperan

aktif dalam proses pembelajaran, mampu mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis

Page 163: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

779

sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga prestasi belajar

siswa diharapkan akan meningkat.

Kenyataanya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan seperti

yang telah disampaikan di atas ternyata tidaklah mudah. Begitupula yang terjadi pada pembelajaran

IPA. Proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal

informasi dan tidak diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang

dimiliki (Wina Sanjaya, 2008: 1-2). Pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran

guru (teacher oriented). Pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga kurang memberikan

kesempatan pada siswa untuk belajar aktif dalam pembelajaran di kelas. Penggunaan metode ceramah

merupakan pilihan utama dalam pembelajaran. Dalam metode ceramah, guru menyampaikan

informasi dan pengetahuan secara lisan kepada siswa, sehingga siswa cenderung pasif dalam

pembelajaran karena hanya mencatat dan mendengarkan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SDN 023 Sepaku khususnya di kelas IV pada

pelajaran IPA, siswa cenderung diam dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran hal tersebut

dimungkinkan karena guru kurang bervariasi dalam penggunaan metode. Terlihat siswa terkadang

merasa jenuh dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan dan rendahnya minat siswa dalam

mengikuti pelajaran yang tercermin dari sebagian siswa yang cenderung ramai dan tidak

memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Hasil Belajar dikelas ini juga tergolong rendah

karena hanya 63% dari jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 75. Apabila keadaan yang

demikian terus terjadi, tujuan pendidikan akan semakin jauh untuk dicapai. Untuk mengatasi hal

tersebut, perlu dikembangkan strategi pembelajaran yang lebih menarik yang dapat menambah minat

belajar siswa untuk mengikuti proses pembelajaran tanpa adanya rasa keterpaksaan. Salah satu cara

pembelajaran yang dianggap cocok untuk memecahkan permasalahan di atas adalah Metode Teka-

Teki Silang.

Metode Teka-Teki Silang dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan

menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung (Himsyah Zaini. 2012 : 71).

Metode dan media pembelajaran aktif seperti ini yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan

yang terjadi pada pelajaran IPA kelas IV SDN 023 Sepaku.

Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian

yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Metode Teka-Teki Silang di Kelas IV

SDN 023 Sepaku”.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang

berkaitan dengan proses pembelajaran IPA di kelas IV SDN 023 Sepaku sebagai berikut:

1. Pembelajaran belum sepenuhnya terpusat pada siswa.

2. Penggunaan metode ceramah yang dominan tanpa ada variasi dengan metode lain sehingga

pembelajaran cenderung membosankan.

3. Beberapa siswa lebih asik berbicara pada temannya saat pembelajaran berlangsung.

4. Hasil belajar pada kelas ini masih tergolong rendah.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, mengingat begitu luasnya permasalahan yang ada

dan dengan mempertimbangkan tenaga, waktu, biaya, dan kemampuan, maka peneliti hanya

memfokuskan permasalahan pada rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti akan

mencoba menerapkan metode Teka-Teki Silang untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang masih

rendah. Untuk itu, masalah yang hendak dipecahkan melalui penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut: Apakah penerapan metode Teka-Teki Silang pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan

minat dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 023 Sepaku Prambanan?

Page 164: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

780

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode Teka-Teki

Silang pada pembelajaran IPA di kelas SDN 023 Sepaku.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, Sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahauan

khususnya berkaitan dengan penerapan metode Teka-teki Silang. Pada bidang mata pelajaran IPA

dan dapat dijadikan literatur untuk penelitian yang relevan selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah yang mengarah pada minat belajar khususnya mata pelajaran IPA.

b. Bagi Guru

Dapat memberikan masukan bagi para guru IPA dan guru mata pelajaran lain,

bahwa dengan penerapan metode Teka-teki Silang dapat mengatasi masalah rendahnya

minat belajar siswa. Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan bagi sesama guru IPA untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelasnya.

c. Bagi Siswa

Penerapan metode dan media dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

minat belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA sehingga dapat mengubah perolehan

prestasi belajar yang lebih baik.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD

1. Pengertian pembelajaran

Oemar Hamalik (2010: 57) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur. Suatu kombinasi tersebut saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Unsur manusia yang terlibat dalam pembelajaran terdiri dari siswa, guru, dan

tenaga lainnya. Unsur material antara lain adalah buku-buku, papan tulis, dan kapur. Unsur

fasilitas dan perlengkapan antara lain mencakup ruangan kelas dan perlengkapan visual.

Unsur yang terakhir adalah prosedur. Prosedur dapat meliputi jadwal dan model penyampaian

informasi.

Selanjutnya, Isjoni (2010: 14) menyatakan bahwa pembelajaran pada dasarnya

merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan suatu kegiatan belajar. Tujuan

pembelajaran adalah terwujudnya efsiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan

oleh siswa. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah guru dan siswa yang

berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya

Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu

kondisi lingkungan belajar yang di desain secara sengaja oleh pendidik agar tercipta sebuah

interaksi aktif edukatif antara guru dan siswa dalam pemindahan sikap, keterampilan dan

pengetahuan.

2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPA)

IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data

dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang

sebuah gejala yang dapat dipercaya. Carin dan Sund (1993) dalam Puskur-Depdiknas (2006)

Page 165: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

781

mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur,

berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.

3. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPA)

Menurut permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi pembelajaran Mata Pelajaran

IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan

yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan

masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai

salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Metode Pembelajaran Teka-Teki Silang

1. Pengertian Metode Pembelajaran Teka-Teki Silang

Metode pembelajaran Teka-Teki Silang merupakan sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan pada siswa untuk mengingat pelajaran yang berlangsung baik secara

individu maupun dengan bekerja sama. Teka-teki silang dapat digunakan sebagai strategi

pembelajaran yang baik dan menyenangkan tanpa meninggalkan esensi belajar yang sedang

berlangsung (Hisyam Zaini, 2008: 71-72). Proses pembelajaran tidak harus berasal dari guru

menuju siswa, tetapi antar siswa juga dapat saling mengajar. Pembelajaran oleh rekan sebaya

ternyata lebih efektif dari pembelajaran oleh guru (Anita Lie, 2008: 31). Dengan demikian

proses belajar dapat diperoleh dari bertukar pikiran antar siswa sehingga mereka dapat

memahami pelajaran dan dapat mencapai keberhasilan dalam belajar.

Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode Teka-Teki Silang

merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang berguna untuk mengingat pelajaran

sedang berlangsung baik secara individu maupun kelompok, metode ini juga dapat dijadikan

strategi pembelajaran yang asyik dan menyenangkan tanpa menghilangkan esensi belajar

yang sedang berlangsung.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Teka-Teki Silang

(Mel Silberman, 2005: 246) Adapun langkah-langkah metode Teka-Teki Silang

sebagai berikut:

a. Langkah pertama adalah mencurahkan gagasan beberapa istilah atau nama-nama

kunci yang berkaitan dengan pelajaran studi yang telah disampaikan.

b. Susunlah pertanyaan sederhana, yang mencakup item-item sebanyak yang kita

dapat. Hitamkan kotak-kotak yang tidak diperlukan.

c. Buatlah contoh-contoh item-item, gunakan diataranya dengan definisi pendek,

kategori dan lawan kata.

Page 166: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

782

d. Bagikan teka-teki kepada peseta didik, baik secara individual maupun secara

kelompok atau tim.

e. Tentukan batasan waktu untuk menyelesaikan tersebut.

f. Serahkan hadiah kepada individu atau tim yang menang dengan benda yang

bermanfaat.

3. Kenggulan dan kelemahan metode pembelajaran Teka-Teki Silang

(Mel Silberman, 2005: 101)Penggunaan metode pembelajaran aktif dapat melibatkan

sisiwa secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga akan terjadi interaksi langsung

antara siswa dan guru, salah satunya melalui metode Teka-Teki Silang. Adapun kelebihan

dari metode ini:

a. Mengajak siswa untuk belajar berdiskusi yang menyenangkan (Stimulating

Discussion).

b. Mengajak siswa untuk belajar kelompok (Colaborative Learning)

c. Mengajak siswa untuk belajar dengan sebaya atau teman satu kelas (Perr

Teaching)

d. Mengajak siswa untuk belajar mandiri (Independent Learning)

Selain mempunyai keunggulan metode ini juga mempunyai kelemahan dalam

prosesnya siswa memerlukan waktu yang relatif lama untuk memikirkan dan mengisi teka

teki silang baik secara individu maupun kelompok.

Hasil Belajar

1) Pengertian Hasil Belajar

Proses belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam

proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan

tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan siswa

dalam belajar.

Agus Suprijono (2012: 5) berpendapat bahwa hasil belajar adalah polapola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya

dijelaskan oleh Gagne, bahwa hasil belajar dapat berupa informasi verbal, keterampilan

intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Dimyati dan Mudjiono

(2010: 210) menjelaskan bahwa hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar

biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Lebih dalam lagi, Nana Sudjana

(2011: 22) memberikan pengertian bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang mengacu pada

perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkam bahwa hasil belajar merupakan

hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan

nilai tes yang diberikan oleh guru sehingga terdapat perubahan tingkah laku dari siswa

tersebut.

1) Jenis-jenis Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan aspek yang penting dalam proses pembelajaran. Kita

dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap pemberian materi melalui

hasil belajar. Hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan penilaian.

Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2011: 22-33) mengklasifikasikan jenis jenis

hasil belajar, sebagai berikut:

a) Ranah Kognitif

Page 167: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

783

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di

dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,

mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Ketercapaian hasil belajar dalam ranah

kognitif akan terlihat dari hasil tes yang diujikan. Terdapat enam tingkat di dalam

hasil belajar ranah kognitif, yaitu: 1) Tipe hasil belajar: Pengetahuan; 2) Tipe hasil

belajar: Pemahaman; 3) Tipe hasil belajar: Aplikasi; 4) Tipe hasil belajar: Analisis;

5)Tipe hasil belajar: Sintesis; 6)Tipe hasil belajar: Evaluasi.

b) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan

bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah

memiliki penguasaan kognitif tinggi. Hasil belajar ranah afektif akan tampak pada

siswa dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannya terhadap pembelajaran

IPA, keaktifan dalam pembelajaran, motivasi yang tinggi, serta penghargaan dan

rasa hormat kepada guru mata pelajaran. Yang termasuk dalam ranah afektif adalah:

1) Receiving/ attending; 2) Responding (Jawaban); 3) Valuing (Penilaian); 4)

Organisasi; 5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai

c) Ranah Psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotoris berhubungan dengan aktivitas

fisik. Ada enam tingkatan dalam ranah psikomotoris, yaitu: 1) Gerakan reflex; 2)

Keterampilan pada gerakan gerakan dasar; 3) Kemampuan perceptual; 4)

Kemampuan di bidang fisik; 5) Gerakan-gerakan skill; 6) Kemampuan yang

berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan

interpretatif.

Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Rahayu Dwi Prastiti 2010 yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Motivasi dan

Prestasi Belajar Sejarah melalui Metode Pembelajan Crossword puzzle di kelas XI IPA I

Semester II SMA N I Ngemplak Tahun ajaran 2009/2010. Penelitian relevan di atas

menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti. Persamaan dengan penelitian antara lain adalah metode pembelajaran yang

digunakan sama-sama menggunakan metode Croosword puzzle (Teka-Teki Silang).

2. Penelitian Andi Dwi Suciato 2012 yang berjudul “Upaya Meningkatkan MInat dan

prestasi Belajar IPS Menggunakan Metode Teka Teki Silang di kelas VIII C SMP

Negeri 2 Prambanan pada Tahun Ajaran 2012/2013.

Kerangka Pikir

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan belajar dikelola secara sengaja oleh

pendidik untuk melibatkan peran aktif siswa dalam pemindahan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. Kurangnya minat belajar siswa khususnya pelajaran IPA berdapak pada situasi

belajar yang kurang aktif yang akan berdampak pada nilai akhir atau hasil belajar yang tidak

sesuai yang diharapkan.

Setelah memperhatikan keadaan kelas di atas, maka peneliti mencoba menggunakan

metode pembelajaran Teka-teki silang untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dengan demikian,

uraian kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 168: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

784

Gambar 1: Kerangka berfikir

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan uraian kerangka berpikir, hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah penerapan metode Teka-teki silang dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran IPA di kelas IVSDN 023 Sepaku.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan CAR

(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah

kelas secara bersama (Suharsimi, dkk., 2008: 3).

Penelitian ini menggunakan model Lesson Study yang berorientasi praktik (Saito, 2005)

terdiri daritiga komponen, yaitu: perencanaan (Plan), tindakan (Do), dan refleksi (See). Ketiga

komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Pengertian siklus dalam

hal ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Desain penelitian tersebut divisualisasikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:

Kondisi Awal Pembelajaran IPA SDN 023 Sepaku

Pemanfaat Metode Yang Kurang Maksimal

Pembelajaran Terpusat Pada Guru

Penerapan Metode Teka-teki silang dalam Pembelajaran IPA

Hasil Belajar Belum tercapai KKM

Kondisi Akhir Pembelajaran IPA

(Hasil Belajar Meningkat)

Page 169: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

785

PERENCANAAN

(PLAN)

Penggalian

akademik

Perencanaan

pembelajaran

Penyiapan alat-

PELAKSANAAN

(DO)

- Pelaksanaan

Pembelajaran

- Pengamatan oleh

rekan sejawat.

REFLEKSI

(SEE)

Refleksi dengan

rekan sejawat

Gambar 2. Daur Lesson study yang Terorientasi pada Praktik (Saito, 2005)

Berikut ini langkah-langkah rancangan penelitian yang dilakukan yaitu :

Siklus I

1. Perencanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan sebagai berikut:

a. Peneliti dan guru IPA menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

memuat serangkaian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Teka-Teki

Silang.

b. Menyiapkan instrumen penelitian

c. Melakukan koordinasi dengan guru.

2. Tindakan

Pada tahap ini, rancangan model dan skenario pembelajaran akan diterapkan.

Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam bentuk pembelajaran dan siklus. Tiap pembelajaran

dilakukan dengan materi yang berbeda. Tahap-tahap yang dilakukan dalam implementasi

tindakan dalam setiap sikus adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Pendahuluan (Alokasi waktu 10 menit)

(1) Pelajaran diawali dengan berdoa

(2) Memeriksa kehadiran peserta didik, kebersihan dan kerapihan kelas

(3) Apersepsi

(4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik

b) Kegiatan Inti (Alokasi waktu 50 menit)

(1) Guru memberikan bahan ajar dan menerangkan materi tersebut, siswa

membaca dan mempelajari bahan ajar yag telah diberikan.

(2) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok @ kelompok 5 siswa

(3) Guru membagikan Teka-teki Silang pada tiap-tiap kelompok

(4) Setiap kelompok mengerjakan sesuai dengan kelompoknya masing

masing

(5) Guru membatasi siswa dalam mengerjakan

(6) Setiap kelompok mempersentasikan hasil kelompok di depan kelas

(7) Guru menjelaskan materi untuk memberi penguatan dalam menyim-

pulkan.

(8) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.

c) Kegiatan Penutup (Alokasi waktu 10 menit)

(1) Peserta didik bersama dengan guru membuat kesimpulan

Page 170: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

786

hasil presentasi

(2) Peserta didik menerima materi yang akan dipelajari pada pertemuan

selanjutnya

(3) Guru mengucapkan salam penutup untuk mengakhiri pertemuan.

3. Refleksi

Hasil observasi atau pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dijadikan bahan

analisis (refleksi) untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa. Peneliti dan kolaborator

melakukan refleksi untuk mengetahui apakah yang terjadi sesuai dengan rancangan skenario,

apakah tidak terjadi penyimpangan atau kesalahan prosedur, apakah prosesnya seperti yang

diharapkan. Hasil pemikiran reflektif ini selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam

menentukan putaran atau siklus berikutnya, apakah tindakan yang diberikan akan diteruskan,

dimodifikasi, atau disusun rencana yang sama sekali baru jika ternyata belum mencapai

kriteria keberhasilan tindakan.

Siklus II, dan seterusnya

Hasil refleksi pada siklus I sangat menentukan perencanaan tindakan pada siklus ke II.

Jika sudah terjadi peningkatan sesuai dengan ketercapaian indikator keberhasilan, siklus II hanya

sebagai pemantapan pada siklus I. Namun jika peningkatan belum sesuai dengan indikator

keberhasilan maka pada siklus II tahap kerjanya seperti siklus I. Namun pada siklus II rencana

penelitian disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. siklus ini juga dilakukan untuk

memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus III

apabila pada siklus II target belum tercapai. Siklus ini akan di hentikan jika tercapainya tujuan

penelitian ini yaitu meningkatnya hasil belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan.

Setting Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 023 Sepaku Tahun Ajaran 2015/2016.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2015.

Pemilihan kelas IV SDN 023 Sepaku sebagai tempat penelitian, didasarkan pada

pertimbangan atas adanya permasalahan yang muncul terkait dengan kurangnya minat dan

hasil belajar siswa yang baru mencapai KKM sebesar 63% pada pelajaran IPA.

2. Subjek Penelitian

Pengambilan subjek penelitian ini didasarkan pada hasil observasi awal dan

kesepakatan dengan guru kelas sebagai rekan sejawat. Subjek dalam penelitian ini adalah

kelas IV SDN 023 Sepaku. Berdasarkan pengamatan kelas ini memiliki permasalahan hasil

belajar yang rendah saat proses pembelajaran berlangsung serta dalam proses pembelajaran

siswa terlihat pasif. Hal ini ditandai dengan kondisi siswa dalam proses pembelajaran IPA

cenderung tidak mendengarkan dan bahkan asik ngobrol dengan teman sebangku tanpa

mmemperhatikan guru yang mengajar, sehingga siswa tidak mempunnyai minat untuk

mengajukan pertanyaan, jawaban maupun menyampaikan ide yang berdapak pada hasil

belajar siswa.

Teka-Teki Silang

Teka-Teki Silang merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang berguna

untuk mengingat pelajaran sedang berlangsung baik secara individu maupun kelompok,

metode ini juga dapat dijadikan strategi pembelajaran yang asyik dan menyenangkan tanpa

menghilangkan esensi belajar yang sedang berlangsung. Langkah-langkah metode Teka-Teki

Silang adalah sebagai berikut:

Page 171: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

787

3. Langkah pertama adalah mencurahkan gagasan beberapa istilah atau nama-nama kunci yang

berkaitan dengan pelajaran studi yang telah disampaikan.

4. Susunlah pertanyaan sederhana, yang mencakup item-item sebanyak yang kita dapat.

Hitamkan kotak-kotak yang tidak diperlukan.

5. Buatlah contoh-contoh item-item, gunakan diataranya dengan definisi pendek, kategori dan

lawan kata.

6. Bagikan teka-teki kepada peseta didik, baik secara individual maupun secara kelompok atau

tim.

7. Tentukan batasan waktu untuk menyelesaikan tersebut.

8. Serahkan hadiah kepada individu atau tim yang menang dengan benda yang bermanfaat.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu sebagai

berikut:

1. Observasi (pengamatan)

Kegiatan obsevasi dilakukan di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung untuk

memperoleh data tentang situasi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas yang diobservasi.

Data dari observasi ini dicatat dan kemudian ditindaklanjuti dalam pelaksanaan tindakan kelas.

Menurut Wina Sanjaya (2010: 86), observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara

mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dengan mencatatnya dengan alat observasi

tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data

mengenai proses pembelajaran, hasil belajar siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan

menggunakan metode Teka-Teki Silang.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2008: 240). Dalam penelitian

ini, teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai sekolah, jumlah siswa, dan

dokumen-dokumen lain yang mendukung dalam proses pembelajaran. Dokumen yang digunakan

antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi, daftar nama siswa,

daftar nilai siswa. Proses pembelajaran dicatat dalam catatan lapangan dan didokumentasikan

dalam bentuk foto sehingga dapat digunakan untuk membantu proses refleksi.

3. Catatan Lapangan

Salah satu sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian adalah catatan lapangan.

Catatan lapangan dalam penelitian ini adalah catatan yang dibuat oleh peneliti sebagai observer.

Teknik Analisis Data

Data yang berhasil dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan catatan lapangan

dianalisis dengan menggunakan metode analisis dari Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009:

337-345). Secara jelas analisis data terdiri dari tiga tahapan kegiatan yaitu:

a. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data adalah proses merangkum, memilih, dan memfokuskan data pada

hal-hal yang penting, sehingga memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah

peneliti dalam mengumpulkan data.

b. Penyajian Data (data display)

Setelah dilaksanakan reduksi data, maka selanjutnya barulah dilakukan penyajian

data. Penyajian data adalah proses untuk menyusun, mengorganisasikan data supaya lebih

mudah untuk dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat,

bagan, dan sejenisnya.

Page 172: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

788

c. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing)

Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan suatu temuan baru. Temuan ini juga

merupakan suatu hal yang bisa dijadikan sesuatu untuk mengungkap hal yang

sebelumnya masih belum jelas, sehingga jadi jelas yang bisa berupa teori, hipotesis,dan

interaksi.

Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil berhasil apabila mampu mencapai kriteria yang telah

ditentukan. Zainal Aqib (2009: 41) menyatakan bahwa kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa

sebesar 75% sudah tergolong tinggi. Oleh karena itu, untuk mengukur keberhasilan tindakan

dalam penelitian ini adalah apabila 75% jumlah siswa kelas IV memiliki nilai minimal 75 pada

mata pelajaran IPA. Hal ini berdasarkan kurikulum SDN. 023 Sepaku mengenai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA yaitu 75.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus. Data hasil siklus I dan II disimpulkan

belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang ditetapkan, sedangkan pada siklus III

sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang ditetapkan. Berikut ini jabaran data-

data yang diperoleh pada masing-masing siklus.

a. Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada Rabu 28 Oktober 2015 dimana satu pertemuannya 2

Jam Pelajaran (JP) atau 2 x 35 menit. Siklus I dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan

dengan melanjutkan materi pelajaran yang sebelumnya disampaikan oleh guru. Selama

pelaksanaan tindakan, Guru mata pelajaran IPA sebagai pengajar sedang Observer

mengamati serta mencatat pelaksanaan tindakan pada proses pembelajaran. Berikut ini

diuraikan hasil penelitian sebagai berikut:

1) Perencanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap ini dilakukan persiapan dan perencanaan penerapan metode

pembelajaran Teka-Teki Silang. Berikut ini disajikan langkah-langkah

perencanaan yang diterapkan pada siklus I:

a) Peneliti dan guru IPA menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang memuat serangkaian kegiatan dengan menggunakan metode

pembelajaran Teka-Teki Silang dan media yang disesuaikan dengan materi

pelajaran dan model pembelajaran.

b) Membuat soal pilihan untuk dijawab oleh siswa. Soal ini digunakan saat

proses pembelajaran Teka-Teki Silang berlangsung.

c) Menyiapkan instrumen yang digunakan peneliti untuk meneliti peningkatan

minat dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Teka-Teki Silang.

d) Melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran dan teman sejawat yaitu

mahasiswa.

e) Memberikan pelatihan kepada guru IPA yang bertindak sebagai pengajar

dalam pelaksanaan penerapan metode Teka-Teki Silang.

Page 173: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

789

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober

2015. Pembelajaran berlangsung pada jam ke 4-5 selama 2 x 35 menit dengan

Standar Kompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan

dengan fungsinya dan Kompetensi Dasar 2.3. Menjelaskan hubungan antara

struktur daun tumbuhan dengan fungsinya.

3) Refleksi

Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran dan catatan lapangan setelah

pelaksanaan pembelajaran siklus I, pada awal sampai pertengahan proses

pembelajaran, perhatian siswa belum sepenuhnya terpusat pada materi pelajaran.

Siswa masih belum paham dengan model pembelajaran yang diterapkan.

Antusiasme siswa masih kurang. Penerapan metode pembelajaran Teka-Teki

Silang pada siklus I belum sepenuhnya dapat dilaksanakan secara optimal.

Beberapa kendala yang ditemukan pada siklus I antara lain:

a) Guru belum optimal dalam menjelaskan dan mengondisikan pembelajaran

dengan metode Teka-Teki Silang.

b) Guru belum dapat mengkontrol kelas dengan baik pada saat penerapan metode

Teka-Teki Silang.

c) Guru belum dapat memanfaatkan waktu secara optimal dan efektif pada saat

pembelajaran di kelas berlangsung.

d) Guru kurang tegas menegur siswa yang membuat keributan di kelas.

e) Rata-rata persentase indikator minat belajar belum mencapai kriteria

keberhasilan tindakan karena baru mencapai 67 %.

Berdasarkan data-data dan kendala-kendala di atas, maka upaya

meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan

metode pembelajaran Teka-Teki Silang di kelas SDN 023 Sepaku pada siklus I

dapat dikatakan belum berhasil. Rata-rata indikator minat belajar siswa pada

siklus I adalah 67% sehingga belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang

telah ditetapkan yaitu 75%. Selain itu, persentase siswa kelas IV yang mencapai

nilai KKM baru ada sebesar 36,67%. Padahal kriteria keberhasilan yang harus

dicapai adalah 75%. Untuk itu perlu disusun rencana tindakan yang diperbaiki,

rencana tindakan yang baru, ataupun yang dimodifikasi dari siklus sebelumnya

pada siklus II agar mencapai kriteria keberhasilan tindakan.

Untuk itu perlu disusun rencana tindakan yang diperbaiki, rencana tindakan

yang baru, ataupun yang dimodifikasi dari siklus sebelumnya pada siklus II agar

mencapai kriteria keberhasilan.

b. Siklus II

Pembelajaran mata pelajaran IPA pada siklus II ini merupakan perbaikan dari

pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan metode pembelajaran

Teka-Teki Silang. Adapun tahapannya sebagai berikut:

1) Perencanaan Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka hal-hal yang perlu disiapkan

dalam pembelajaran siklus II ialah:

Page 174: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

790

a) Menyusun RPP yang akan digunakan guru sebagai acuan dalam

melaksanakan pembelajaran IPA dengan metode pembelajaran Teka-Teki

Silang.

b) Menyiapkan media lembar kertas yang berisi tentang Teka-Teki Silang yang

berhubungan dengan materi yang akan di ajarkan .

c) Menyiapkan instrumen yang digunakan peneliti untuk meneliti peningkatan

minat dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Teka-Teki Silang.

d) Melakukan koordinasi dengan guru sejawat yang bertindak sebagai observer.

Berdasarkan permasalahan atau kelemahan yang muncul pada siklus I,

maka peneliti sebagai observer dan guru IPA sebagai pengajar membuat tambahan

perencanaan pada pembelajaran siklus II sebagai berikut:

a) Peningkatan kemampuan dalam menjelaskan kegiatan pembelajaran ke-

pada siswa dengan meninyiapkan materi

b) Peningkatan mengkontrol kelas dengan baik pada saat penerapan metode

Teka-Teki Silang dengan memberi perhatian lebih pada siswa yang ramai

saat proses belajar mengajar.

c) Peningkatan dalam memanfaatkan waktu secara optimal dan efektif pada

saat pembelajaran di kelas berlangsung.

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober

2015. Pembelajaran berlangsung pada jam ke 1-2 selama 2 x 35 menit dengan

Standar Kompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan

dengan fungsinya dan Kompetensi Dasar 2.3. Menjelaskan hubungan antara

struktur daun tumbuhan dengan fungsinya.

3) Refleksi

Berdasarkan hasil obsevasi kegiatan pembelajaran dan catatan lapangan

setelah pelaksanaan pembelajaran siklus II, dapat diperoleh kesimpulan bahwa

upaya peningkatan minat belajar siswa dengan metode pembelajaran Teka-Teki

Silang lebih baik dari siklus I. Akan tetapi, guru masih kurang optimal dalam

penyampaian materi di awal pembelajaran, dalam memberikan motivasi kepada

siswa masih belum optimal.

Hasil refleksi siklus II ini adalah rata-rata persentase indikator hasil belajar

siswa pada siklus II masih belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan

yaitu 75% karena baru mencapai 74,83%. Selain itu, persentase siswa yang

mencapai nilai KKM belum mencapai 75% sesuai dengan kriteria keberhasilan

yang telah ditetapkan. Persentase siswa yang mencapai nilai KKM pada siklus II

adalah sebesar 63,33%.

Beberapa tindakan yang mengakibatkan kegagalan pada siklus II ini adalah

sebagai berikut.

a) Pengelolaan kelas belum sepenuhnya berhasil.

b) Beberapa siswa masih ramai pada saat pembelajaran di kelas, terutama siswa

laki-laki.

c) Peningkatan minat belajar siswa melalui penggunaan gambar belum optimal.

d) Hanya sedikit siswa yang berani bertanya dan menanggapi pertanyaan dari

guru.

Page 175: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

791

Berdasarkan data-data di atas dan dengan melihat masih ada kendala-

kendala yang dihadapi pada saat penerapan metode pembelajaran Teka-Teki

Silang di kelas IV pada siklus II, maka secara umum dapat dikatakan bahwa upaya

perbaikan yang dilakukan di siklus II belum berhasil. Untuk itu perlu disusun

rencana tindakan yang diperbaiki, rencana tindakan yang baru, ataupun yang

dimodifikasi dari siklus sebelumnya pada siklus III agar mencapai kriteria

keberhasilan tindakan.

c. Siklus III

Pembelajaran mata pelajaran IPA pada siklus III ini merupakan perbaikan dari

pelaksanaan pembelajaran pada siklus sebelumnya. Untuk lebih jelasnya akan

dijabarkan sebagi berikut.

1) Perencanaan Tindakan Siklus III

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II maka hal-hal yang perlu disiapkan

pada siklus III antara lain:

a) Menyusun RPP yang akan digunakan oleh guru sebagai acuan dalam

melaksanakan penerapan metode pembelajaran TekaTeki Silang.

b) Menyiapkan instrumen yang digunakan peneliti untuk meneliti

peningkatan minadan hasil belajar siswa dengan mengunakan metode

Teka-Teki Silang.

c) Melakukan koordinasi dengan guru.

Berdasarkan permasalahan atau kelemahan yang muncul pada siklus II, maka

peneliti sebagai observer dan guru sebagai pengajar membuat tambahan

perencanaan pada pembelajaran siklus III sebagai berikut:

a) Mengelola kelas harus lebih baik dan harus dengan ketegasan, dengan menegur

dan menindak lanjuti.

b) Memberikan motivasi kepada siswa secara optimal dengan memberikan

perhatian yang lebih khusunya pada siswa yang ramai.

c) Memberikan reward untuk siswa yang bertanya dan memecahkan soal atau

menanggapi pertanyaan guru.

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus III

Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilaksanakan pada tanggal 4 November

2015. Pembelajaran berlangsung pada jam ke 4-5 selama 2 x 35 menit dengan

Standar Kompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan

dengan fungsinya dan Kompetensi Dasar 2.4. Menjelaskan hubungan antara bunga

tumbuhan dengan fungsinya.

3) Refleksi

Guru sudah dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik.

Pengelolaan kelas yang dilakukan dalam siklus III ini jauh lebih baik dibandingkan

siklus II. Guru mampu menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran aktif

dengan metode Teka-Teki Silang secara lebih baik. Selain itu juga sudah

memberikan motivasi kepada siswa agar lebih berperan aktif di dalam kelas.

Respon siswa juga sangat baik. Siswa terlihat senang dan sangat

bersemangat. Suasana kelas menjadi menyenangkan dan kondusif. Minat siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran sudah terlihat dalam setiap tahap

pembelajaran serta banyak dari siswa yang sudah fokus dengan pembelajaran yang

dilakukan.

Page 176: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

792

Pada siklus III rata-rata kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 75%

bahkan melebihi. Persentase siswa kelas IV yang berhasil mencapai nilai 75

adalah 83,33%.Selain itu, persentase siswa yang mencapai nilai 75 pada siklus ini

sudah mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 75% bahkan

melebihi. Persentase siswa kelas IV yang berhasil mencapai nilai 75 adalah 80%.

Hal ini didukung dengan pengakuan sebagian besar siswa yang mengaku lebih

menyenangkan dan mudah memahami materi setelah diterapkannya metode

pembelajaran Teka-Teki Silang.

Pembahasan

Pada siklus I guru kurang dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru

kurang mampu menjelaskan dan mengorganisasikan penerapan metode pembelajaran Teka-Teki

Silang. Guru belum dapat mengontrol kelas dengan baik. Pada awal pembelajaran guru tidak

melakukan apersepi. Guru pun tidak memberikan penguatan dan menyimpulkan materi pelajaran

di akhir pembelajaran.

Peningkatan hasil belajar siswa terjadi setelah diterapkannya metode pembelajaran Teka-

Teki Silang dengan ditambah gambar dalam lembar TekaTeki Silang sebagai motivasi dan untuk

menarik perhatian siswa. Selain itu juga karena guru sudah mampu menjelaskan dan

mengorganisasikan pembelajaran dengan metode Teka-Teki Silang dengan lebih baik dari siklus

I. Beberapa tindakan yang mengakibatkan kegagalan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1)

Pengelolaan kelas belum sepenuhnya berhasil; 2) Beberapa siswa masih ramai pada saat

pembelajaran di kelas, terutama siswa laki-laki; 3) Peningkatan motivasi siswa melalui

penggunaan gambar belum optimal; 4) Hanya sedikit siswa yang berani bertanya dan

menanggapi pertanyaan dari guru

Berdasarkan permasalahan atau kelemahan yang muncul pada siklus II, maka peneliti dan

guru IPA membuat tambahan perencanaan pada pembelajaran siklus III yaitu mengelola kelas

harus lebih baik dengan ketegasan, memberikan motivasi kepada siswa secara optimal dengan

menggunakan gambar yang lebih menarik.

Pada akhirnya, pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus III menunjukkan bahwa

guru sudah dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik. Pengelolaan kelas yang

dilakukan oleh guru dalam siklus III ini jauh lebih baik dibandingkan siklus II. Guru mampu

menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran dengan metode Teka-Teki Silang secara baik.

Selain itu guru juga memberikan dorongan kepada siswa agar lebih berperan aktif di dalam

kelas.

Pada siklus III, minat belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus II sebesar 18%

menjadi 88%. Hal tersebut dikarenakan pada III ini guru menerapkan metode pembelajaran

Teka-Teki Silang ditambah dengan gambar. Selain itu, kendala atau kelemahan yang

mengakibatkan kegagalan pada siklus II berhasil diatasi pada siklus III. Untuk memperjelas

peningkatan minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPA, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1. Nilai hasil Belajar Siswa siklus I, siklus II, dan Siklus III

NO

KELOMPOK NIS NISN NAMA NILAI

1

NILAI

2

NILAI

3

1 AKAR 470 0063160994 Ahmad Fauzan Naufaly 70 70 75

2 400 0065907093 Ahmad Purwono Aji 35 50 70

3 395 0057748833 Aidil Fahrianur 80 80 90

4 403 0069346424 Angga Risdiyanto 65 75 80

5 398 0064997126 Ariel Febrian Sugiarto 60 75 80

6 BATANG 399 0052547908 Ayuningtiyas Fitriani 40 60 75

Page 177: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

793

7 378 0053391201 Bima Angga Pratama 60 70 80

8 408 0051817269 Desiana Tria Saputri 85 85 85

9 375 0053391205 Dian Indrian 85 85 85

10 383 0053391190 Diva Ayu Diya Puspita 35 60 60

11 DAUN 396 0064051299 Farel Bagus Saputra 70 80 85

12 415 0065517011 Farel Maulana 70 70 70

13 414 0054358871 Indi Novita Sari 65 80 85

14 413 0064793019 Muhammad Muhaimin 80 85 85

15 389 0053391200 Muhammad Rizky 55 80 80

16 BUNGA 387 0053391198 Mutipa Alran 50 75 80

17 416 0054626692 Nanda Uswatun Hasah 80 80 80

18 397 0067476657 Natasya Yunita 90 90 100

19 376 0046665808 Niko 65 70 75

20 424 0067114503 Nur Intan 65 70 80

21 BUAH 409 0061300425 Rifqi Fadil 60 75 80

22 423 0069845475 Rindiani 55 50 70

23 542 0059623755 Salma Nurluri 75 75 80

24 543 0057381987 Salwa Nurluri 65 80 80

25 417 0044834956 Satina 60 60 70

26 BIJI 401 0069481821 Seviera Aulia 60 70 75

27 407 0067715033 Siti Mauliya Azzahroh 90 95 95

28 404 0041049905 Siti Mayanti 80 85 85

29 343 0047536443 Solihin 75 80 80

30 406 0053643839 Ulfa Habibah 85 85 85

Jumlah 2010 2245 2400

Rata-rata 67 74.83 80.00

Nilai Terendah 35 50 60

Nilai Tertinggi 90 95 100

Jumlah Siswa Tuntas 19 11 5

Jumlah siswa Belum Tuntas 11 19 25

Prosentasi Ketuntasan dari KKM 36.67 63.33 83.33

Penelitian ini dikatakan berhasil juga apabila 75% dari siswa kelas IV memiliki nilai

minimal 75 pada mata pelajaran IPA. Hal ini berdasarkan kurikulum SDN 023 Sepaku mengenai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA yaitu 75.

Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa pada hasil belajar siswa siklus I,

persentase siswa yang mencapai nilai 75 belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu 75% karena

baru mencapai 36,67%. Hal yang sama juga terjadi pada hasil siklus II. Persentase siswa yang

mencapai nilai 75 belum mencapai kriteria keberhasilan karena baru mencapai 63,33% sehingga

perlu ditingkatkan lagi pada siklus III. Pada hasil siklus III siswa yang mencapai nilai 75 sudah

mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan bahkan melebihi. Hasil siklus III

menunjukkan bahwa besarnya persentase siswa yang telah mencapai nilai 75 adalah 80%. Untuk

lebih jelas lagi, dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Page 178: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

794

Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Temuan Penelitian

Selama pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti telah mengumpulkan data-data

penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil observasi atau pengamatan dan wawancara. Pada

saat penelitian, ada beberapa pokok-pokok temuan penelitian antara lain yaitu:

1. Penerapan metode pembelajaran Teka-Teki Silang dapat meningkatkan pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran IPA.

2. Penerapan metode pembelajaran Teka-Teki Silang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Penerapan metode pembelajaran Teka-Teki Silang menjadikan proses pembelajaran berpusat

pada siswa (student centered) sehingga tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered) dan

guru hanya sebagai fasilitator dan motivator.

4. Dalam penerapan metode pembelajaran Teka-Teki Silang, siswa tidak lagi hanya sebagai

objek pembelajaran tetapi sebagai subjek pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil Deskripsi dan paparan dalam penelitian ini dapat dikemukakan

simpulan penelitian adalah Penerapan metode pembelajaran Teka-Teki Silang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan persentase siswa yang mencapai

nilai KKM pada siklus I sebesar 36,67 % meningkat menjadi 63,33 % pada siklus II. Selanjutnya

masih mengalami peningkatan menjadi 83,33 % pada siklus III. Hal ini berarti bahwa jumlah

siswa yang mencapai nilai KKM (75) telah melampaui kriteria keberhasilan yang ditetapkan

yaitu 75%.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka peneliti mempunyai beberapa

saran sebagai berikut:

1. Dalam penerapan metode pembelajaran Teka-Teki Silang, guru sebaiknya lebih kreatif dalam

menyampaikan materi dan lebih memotivasikan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran

19

11

36,67

67

11

19

63,33

74,83

5

25

83,33 80

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Belum Tuntas Tuntas Prosentasi ketuntasan Nilai Rata Rata

Grafik Hasil Belajar Siswa

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Page 179: MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI ...apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-4-pp.-617-795.pdf · penting tentang hemat energi; 3) Siswa memberikan con

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

795

dengan baik, sehingga setiap siswa lebih siap dalam mengikuti proses pembelajaran dengan

menggunakan metode Teka-Teki Silang.

2. Guru hendaknya menindak siswa yang membuat keributan atau keramaian dalam proses

pembelajaran di kelas secara tegas sehingga dalam penerapan metode ataupun model

pembelajaran aktif dapat berjalan lancar dan mencapai target yang di inginkan.

3. Agar siswa lebih senang dalam mengikuti KBM, supaya terjalin komunikasi yang baik

dengan sesama teman dalam memecahkan suatu masalah yang ditemui. Karena dengan rasa

senang terhadap pelajaran dapat meningkatkan hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2012). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ibrohim (2010). Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG. Malang: PT Pertamina (Persero),

Universitas Negeri Malang

Lie, Anita (2008). Cooperative Learning, Grasindo: Jakarta

Moleong, Lexy J.(2005). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Muhibbin Syah. (2002). Psikologi Pendidikan dalam Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Nana Sudjana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Offset.

Ngalim Purwanto. (2004). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sardiman. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Silberman, Mel. (2005). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktive Yogyakarta: Pustaka

iInsane madani

Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Somantri, M. N. (2001). Mengagas pembaharuan pendidikan IPA. Bandung: PT. rosda karya.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Edisi Kedua.

Yogyakarta: PT. Indeks.

Wina Sanjaya.(2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Prenada Media Group

Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.