penerapan pembelajaran kooperatif tipe...
TRANSCRIPT
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
1
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI MIKROORGANISME
SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BATU
Mohammad Qodri
Guru SMA Negeri 1 Batu
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa untuk materi
mikroorganisme dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Tahapan pembelajaran pada metode ini adalah; (1) materi mikroorganisme dibagi dalam
sub-sub topic, sesuai dengan banyaknya kelompok ahli yang akan ditentukan, (2) siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok (asal) yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 -8
siswa, (3) setiap anggota kelompok (kelompok asal) kemudian menggabungkan diri
dengan anggota kelompok lain dalam kelompok ahli, yang jumlahnya disesuaikan
dengan pembagian materi, masing-masing kelompok ahli mempunyai tugas mempelajari
satu sub materi, kemudian masing-masing anggota kelompok ahli kembali kepada
kelompok asalnya, untuk menjelaskan materi yang telah dipelajari dari kelompok ahli,
dan (4) melakukan presentasi kelompok dan diskusi klasikal untuk pemantapan materi,
refleksi dan reward (5) memberikan post tes untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tingkat pemahaman siswa
(perolehan nilai rata-rata kelas) terhadap materi mikroorganisme sebesar 9,14 dan
peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 17,65 %.
Kata kunci : pemahaman, jigsaw
Pendidikan merupakan proses terus menerus yang bertujuan menghantarkn siswa secara
individu maupun sosial mampu merubah sikap, perilaku dan kemampuan akademik lebih
baik, sehingga diharapkan terbentuk masyarakat semakin hari semakin meningkat
kualitasnya. Untuk itu siswa sebaga subyek pendidikan harus mau belajar secara terus
menerus. Belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta, tetapi merupakan
kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh.
Konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Belajar akan
lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya.
Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna diperlukan komponen-
komponen pendukung yang memadai, baik kualitas pendidik, sarana dan prasarana,
perangkat pembelajaran, dan dukungan lingkungan serta kesiapan siswa juga harus baik, jika
salah satu dari komponen di atas kurang baik akan mengurangi makna proses dan hasil
pendidikan. Menurut Subanji (2013) pembelajaran bermakna, dapat mendorong siswa: (1)
mengonstruksi pengetahuan (materi) baru melalui pengaitan dengan pengetahuan lama, (2)
memahami materi lebih dari sekedar tahu, (3) menjawab apa, mengapa, dan bagaimana; (4)
menginternalisasi pengetahuan ke dalam diri sedemikian hingga membentuk perilaku, dan (5)
mengolah perilaku menjadi karakter diri.
Materi biologi yang selama ini dianggap cukup sulit dipahami siswa antara lain adalah
materi mikroorganisme. Rendahnya pemahaman materi mikroorganisme pada siswa kelas X
di SMAN 1 Batu dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas dan tingkat ketuntasan ulangan KD,
sebagaimana tampak pada Tabel 1.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
2
Tahun
Kelas XMIPA1 Kelas XMIPA2
Rerat
a
Nilai
Tingkat
Ketuntas
an
Rerat
a
Nilai
Tingkat
Ketuntas
an
2014-
2015 68 58 % 64
53 %
2015-
2016 72 67 % 62
61 %
Tabel 1. Nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan
Kondisi ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain; mikroorganisme merupakan
material yang cukup sulit diamati karena ukurannya ekstra kecil, dan peralatan (mikroskop)
yang dimiliki sekolah belum mampu untuk mengidentifikasi mikroorganismedengan
memadai, sehingga pemahaman siswa diperoleh dari informasi buku-buku yang juga masih
terbatas, disamping itu minat siswa untuk menghafal istilah-istilah latin yang cukup banyak
dan asing masih rendah.
Berdasarkan wawancara dengan sesama guru pengajar dan beberapa siswa di SMAN 1
Batu deperoleh informasi bahawa metode pembelajaran yang selama ini diterapkan yaitu
ceramah dan diskusi kelas kurang cocok untuk diterapkan untuk materi mikroorganisme.
Karena itu untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi mikroorganisme perlu
diupayakan mencari alternatif metode pembelajaran yang lebih baik dan sesuai untuk materi
tersebut.
Beberapa metode pembelajaran kooperatif yang berkembang saat ini
1. Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD),
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut: 1)
Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode
pembelajaran. 2) Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan
kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi,
membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. 3) Tes. Setelah kegiatan
presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam
menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. 4) Peningkatan skor individu.
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. 5) Penghargaan
kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan penghargaan.
2. Tipe Think-Pair-Share
Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai berikut; 1)
Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan
siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri. 2)
Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
mengenai apa yang telah dipikirkan. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5
menit untuk berpasangan. 3) Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
3
pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan
mengenai apa yang telah mereka bicarakan.
3. Tipe Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
temannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins. Arends (1997) dalam bukunya menyimpulkan dengan kutipan
sebagai berikut.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil masing-masing terdiri dari
4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok.
4. Tipe NHT (Numbered Heads Together)
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (Kepala
Bernomor) dikembangkan Spencer Kagan.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads
togetherantara lain: 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor. 2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok me-
ngerjakannya. 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/menge-tahui jawabannya. 4) Guru memanggil
salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. 5)
Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
5. Tipe GI (Group Investigation)
Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai
berikut: 1) Tahap Pengelompokan (Grouping), Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan
diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai
5 orang. 2) Tahap Perencanaan (Planning), Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-
tugas pembelajaran. 3) Tahap Penyelidikan (Investigation) Tahap Investigation, yaitu tahap
pelaksanaan proyek investigasi siswa. 4) Tahap Pengorganisasian (Organizing), Yaitu tahap
persiapan laporan akhir. 5) Tahap Presentasi (Presenting), Tahap presenting yaitu tahap
penyajian laporan akhir. 6) Tahap Evaluasi (Evaluating), Pada tahap evaluating atau
penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.
Metode Jigsaw, kelebihan dan kelemahannya.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sering digunakan adalah Kooperatif
Tipe Jigsaw (Iran, 2015; Masdalifa 2013; Viktorino 2013). Iran (2015) menemukan bahwa
pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa. Menurut Masdalifa
(2013), pada pembelajaran model Kooperatif Tipe Jigsaw setiap siswa adalah anggota dari
dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Prinsipnya guru
membagi topik besar menjadi sub-sub topik. Siswa memulai pelajaran dalam kelompok-
kelompok asal. Pada Kooperatif Tipe Jigsaw, setiap anggota kelompok asal diberi tanggung
jawab untuk menyelesaikan dan memahami salah satu sub topik. Untuk memahami sub-sub
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
4
topik setiap anggota tim harus berkerja sama dengan anggota kelompok lain untuk berbagi
pengetahuan secara efektif. Selanjutnya setiap siswa menjadi “ahli” dan mengajarkan ke
anggota kelompok asalnya.
Menurut Viktorino Teddy Loong (2013), pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
memiliki langkah-langkah: (1) penjelasan dari guru, (2) siswa bekerja di kelompok ahli untuk
menyelesaikan masalah yang berbeda, (3) siswa kembali ke kelompok asal untuk saling
menjelaskan hasil pekerjaan di kelompok ahli kepada temannya, (4) kuis, dan (5) pemberian
penghargaan. Dalam kooperatif Jigsaw para siswa dimotivasi untuk mempelajari materi
pembelajaran yang diberikan sebaik mungkin dan bekerja keras di dalam kelompok ahli
sehingga dapat membantu anggota kelompok lainnya.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, menurut Ibrahim (Evairawati, 2012: 26)
bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa kelebihan : 1) Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain, 2) Siswa dapat
menguasai pelajaran yang disampaikan, 3) Setiap anggota berhak menjadi ahli dalam
kelompoknya, 4) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif, 5)
Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain. Sedangkan kekurangannya, sebagai berikut
: 1) Membutuhkan waktu yang lama, 2) Siswa cenderung tidak mau apabila ia sendiri yang
pandai dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya
yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.
Menurut Budairi (2012:1) kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw antara
lain sebagai berikut: 1) Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir
serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya, 2) Mendorong siswa
untuk berfikir kritis dan dinamis, 3) Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan
mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa
lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru, 4) Diskusi tidak didominasi oleh
siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
Sedangkan kekurangannya adalah : 1) Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih
banyak waktu dibanding metode yang lain, 2) Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan
lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda.
Berdasakan pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu : (1) siswa dapat bekerjasama
dengan teman kelompoknya, (2) siswa bertanggungjawab terhadap tugas diberikan, (3) siswa
dapat menguasai materi lebih dari satu, (4) siswa lebih aktif dan antusias dalam
mengembangkan kemampuan berbicara terhadap anggota kelompoknya.
Sedangkan kelemahannya dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Jiigsaw yaitu: (1) membutuhkan waktu yang cukup lama, (2) memerlukan rencana yang
matang dan kemampuan yang lebih dari guru untuk mempersiapkan pembelajarannya.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh
Elliot Aronson dan kawan-kawannya (1978) dari Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasikan oleh Slavin dkk. (1986) di Universitas John Hopkins sebagai metode
Cooperative Learning. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bisa digunakan dalam pengajaran
membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara bahkan bisa digunakan dalam beberapa
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
5
mata pelajaran seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika,
Agama, dan Bahasa.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, guru memperhatikan skema atau latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemat ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi, (Lie, 2010: 69). Sedangkan menurut Ibrahim
(2000: 73) bahwa : Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota
bertanggungjawab untuk mempelajarai masalah tertentu dari materi yang diberikan dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Lebih lanjut, Slavin (2009: 237) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran koperatif tipe Jigsaw, para siswa bekerja dalam tim yang heterogen seperti
dalam STAD dan TGT, para siswa tersebut diberi tugas untuk membaca beberapa bab atau
unit, dan diberikan “lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus
menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua
anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang
sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh
menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian
mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir adalah para siswa
menerima penilaian yang mencakup seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim,
seperti dalam STAD”.
Johnson (Ayuksumadewi, 2013: 1) menyatakan bahwa “Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja
sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun
pengalaman kelompok”. Senada dengan itu Ryashingwa (2013: 3) mengemukakan bahwa
“Pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw adalah satu jenis pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya”.
Gambar 1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw
Kelompok Asal (1)
A-1, B-1. C-1, D-1
Kelompok Asal (2)
A-2, B-2. C-2, D-2
Kelompok Asal (3)
A-3, B-3. C-3, D-3
Kelompok Asal (4)
A-4, B-4. C-4, D-4
Kelompok Ahli (1)
A-1, A-2. A-3, A-4
Kelompok Ahli (2)
B-1, B-2. B-3, B-4
Kelompok Ahli (3)
C-1, C-2. C-3, C-4
Kelompok Ahli (4)
D-1, D-2. D-3, D-4
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
6
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw adalah suatu model pembelajaran kerjasama yang terdiri dari beberapa anggota
dalam satu kelompok yang bertanggung jawab terhadap materi yang
dipelajari dan dapat mengajarkannya kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Berdasarkan berbagai alasan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian tindakan
kelas pada materi mikroorganisme dengan mengambil judul Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Mikroorganisme Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Batu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelaaran
kooperatif tipe jigsaw, dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
1) Tahap Perencanaan, pada tahap ini penerliti bekerjasama dengan rekan guru sejawat
menyusun perangkat yang diperlukan antara lain : a) rencana pelaksanaan pembelajaran,
b) lembar kerja siswa, c) pedoman penilaian, d) butir-butir soal, e) lembar observasi, f)
lembar respon siswa, g) lembar penilaian diskusi, h) pengembangan media, i) mennyusun
sumber belajar.
2) Tahap Tindakan (Pengumpulan Data), pada tahap ini peneliti dibantu observer
melaksanakan semua rencana yang telah ditentukan, peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran sementara observer melakukan pengamatan proses pembelajaran, penelitian
ini dibagi dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan dan setiap pertemuan
berlangsung selama 3 jam pelajaran.
Pada setiap pertemuan pembelajaran, dilakukan tahapan sebagai berikut :
a) Kegiatan pembukaan.
Kegiatan ini diawali dengan memberikan salam yang dilanjutkan dengan berdoa
bersama, kemudian guru melakukan apersepsi dan presensi, menjelaskan indikator dan
tujuan pembelajaran, memberikan soal pretes dan terakhir menjelaskan rencana kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu.
b) Kegiatan inti.
Membagi siswa dalam kelompok-kelompok asal, Memberikan sumber materi dan
Lembar Kerja Ssiswa kepada setiap kelompok asal, Menentukan kelompok-kelompok
ahli, Membimbing siswa dalam diskusi kelompok ahli, Membimbing siswa dalam
kelompok asal, Mengatur proses presentasi dan diskusi kelas.
c) Kegiatan penutup.
Memberikan penguatan materi pembelajaran, dan menjawab pertanyaan-pertnyaan dari
siswa, kemudian memberikan post test dan tugas untuk pertemuan berikutnya, terakhir
mengakiri kegiatan pembelajaran dengan memberikan salam.
Siklus I dilakukan 2 kali pertemuan, yaitu pertemua ke-1 pada hari selasa, tanggal 04
Oktober 2016 selama 2 jam pelajaran dan Sabtu, tanggal 08 Oktober 2016 selama 1 jam
pelajaran. Sedangkan pertemuan ke-2 pada hari selasa 11 Oktober 2016 selama 2 jam
pelajaran dan hari Rabu, tanggal 12 Oktober 2016 selama1 jam pelajaran. Demikian juga
dengan siklus II dilakukan 2 kali pertemuan, yaitu pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
7
Rabu, tanggal 26 Oktober 2016 selama 2 jam pelajaran dan Sabtu, tanggal 29 Oktober 2016
selama 1 jam pelajaran. Sedangkan pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Rabu, 02
November 2016 selama 2 jam pelajaran dan hari sabtu, tangga 05 November 2016 selama 1
jam pelajaran.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, observer mencatat segala hal yang
dianggap penting dan berkaitan dengan proses pembelajaran, terutama aktifitas siswa. Hasil
observasi menjadi bahan diskusi antara peneliti dan observer, untuk mengevaluasi proses
pembelajaran yang telah direncanakan dan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran
berikutnya.
3) Tahap Analisa data
Data yang diperoleh dari siklus I adalah data-data yang menggambarkan tingkat
pemahaman siswa kelas X-MIPA-1 dalam aspek kognitif, aspek psikomotor dan aspek
sikap siswa terhadap pembelajaran biologi dengan metode kooperatif tipe Jigsaw. Nilai
aspek kognitif diperoleh dari nilai pre test dan post test, nilai aspek psikomotor diperoleh
dengan mengobservasi jalannya diskusi kelas, dan nilai sikap diperoleh dengan
memberikan tabel respon siswa terhadap proses pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan beberapa kegiatan yaitu; menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tipe Jigsaw, media pembelajaran, lembar kerja siswa,
format pedoman dan instrumen penilaian, menyusun format observasi yang dilakukan
bersama dengan teman guru sejawat pembina mata pelajaran biologi, hal ini dilakukan untk
menyamakan persepsi dan tindakan dalam proses pembelajaran pada level kelas yang sama
yaitu kelas X semester gasal.
Tahap perencanan pembelajaran siklus I diawali dengan peneliti menyusun RPP model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk mencapai 4 indikator kompetensi materi mikro
organisme, yaitu: (a) mendeskripsikan ciri-ciri, struktur, bentuk, ukuran, (b) menggambarkan
struktur tubuh, (c) menjelaskan cara hidup, (d) menjelaskan cara replikasi, dan (e)
menjelaskan klasifikasinya. Selanjutnya, peneliti menyusun media pembelajaran berupa : (1).
gambar-gambar ragam bentuk dan struktur mikroorganisme, (b) diagram replikasi
mikroorganisme, (c) gambar-gambar penyakit yang disebabkan mikroorganisme, serta (c)
video yang berkaitan dengan proses replikasi dan penularan penyakit oleh mikroorganisme.
Disamping itu peneliti juga menyusun LKS sesuai dengan jumlah kelompok ahli yang
dibentuk yaitu lima buah: (1) LKS tentang sejarah penemuan mikroorganisme, (2) LKS
tentang struktur tubuh mikroorganisme, (3) LKS tentang cara replikasi mikroorganisme, dan
(4) LKS tentang perbedaan siklus litik dan siklus lisogenik, serta (5) LKS tentang
klasifikasi mikroorganisme.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka perencanaan pembelajaran pada siklus II
telah dilakukan beberapa perubahan utnuk pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: 1) pada
awal pembelajaran dilakukan apersepsi lebih baik, sehingga siswa diarahkan lebih focus pada
proses pembelajaran yang akan dilakukan, 2) akan dilakukan persiapan sarana dan prasarana
lebih baik, 3) membagi materi pembelajaran menjadi 7 bagian, sehingga kelompok ahli
menjadi 7 kelompok, 4) soal-soal pre tes dan postes dibuat uraian terstruktur.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
8
Selanjutnya guru menyiapkan LKS sesuai dengan jumlah kelompok ahli yaitu: (1) LKS
tentang ciri-ciri archaebacteria, (2) LKS tentang ciri-ciri eubacteria, (3) LKS tentang
perbedaan sel archaebacteria dan eubacteria, (4) LKS tentang struktur sel eubakteria, (5)
LKS tentang penggolongan archaebacteria, (6) LKS tentang penggolongan eubacteria, (7)
LKS tentang cara hidup bakteri.
Dalam penelitian ini pengetahuan kognitif siswa diukur dengan instrumen penilaian kognitif
berupa soal-soal pre tes dan post tes dengan rubrik dan skala penilaian masing-masing yang
disusun oleh peneliti sendiri. Aspek sikap diukur dengan lembar observasi respon siswa.
Sedangkan aspek psikomotor dengan lembar observasi diskusi kelas yang dipegang oleh
observer selama proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran dikatakan berhasil jika telah mencapai target minimal : (1) pada aspek kognitif
jika nilai rata-rata kelas minimal 70, dan tingkat ketuntasan mencapai 80%, (2) untuk aspek
psikomotor nilai rata-rata kelas minimal 75, dan (3) untuk aspek sikap nilai rata-rata kelas
minimal 80.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dan sikus II pada dasarnya sama, yaitu diawali
dengan kegiatan pembukaan, dimana guru memberikan salam dan menanyakan kondisi siswa
secara umum, lalu guru memberikan apersepsi berupan informasi tentang Kompetensi Dasar
dan indikator yang akan dicapai, lalu menyajikan data atau gambar atau video fenomena yang
yang berkaian dengan mikroorganisme serta memberikan beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan tayangan, kemudian guru memberikan pretes. Terakhir guru menjelaskan
proses pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan ini; (1) membagi siswa dalam
kelompok-kelompok (kelompok asal), (2) menentukan kelompok ahli, (3) membagi sumber
belajar dan LKS.
Setelah kelompok asal ditentukan maka siswa dari masing-masing kelompok asal akan
menuju ke kelompok ahli untuk mendiskusikan materi masig-masing kelompok ahli yang
telah ditentukan. Saat siswa melakukan diskusi di kelompok ahli untuk membahas atau
menjawab pertayaan-pertanaan yang ada di LKS guru senantiasa memberikan bantuan dan
penjelasan mengenai hal-hal yang belum atau tidak dimengerti oleh siswa, dengan
mengacungkan tangan dan mengemukakan pertanyaan kepada guru, selanjutnya guru akan
memberikan penjelasan kepada kelompok tersebut.
Siswa pada kelompok ahli masing-masing harus menyelesaikan semua pertanyaan
yang ada di LKS dengan benar dan lengkap, karena hasil diskusi pada kelompok ahli akan
dibawa ke kelompok asal masing-masing dan harus dibelajarkan kepada kelompoknya, dalam
diskusi kelompok asal. Setelah diskusi di kelompok asal selesai maka masing-masing
kelompok mengirimkan wakilnya untuk melakukan presentasi dan diskusi klasikal, masing-
masing wakil kelompok mempresentasikan satu sub materi di depan kelas, kemudian
dilakukan diskusi yang dipandu oleh moderator atau guru pembina.
Pada kegiatan penutup peneliti memberikan pemantapan terhadap materi yang
dipelajari oleh siswa, dan memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya. Terakhir dilakukan
post test menggunakan soal uraian terstruktur.
Selama proses pembelajaran berlangsung observer mencatat segala hal yang dianggap
perlu untuk digunakan dalam memperbaiki pelaksanaan pembelajaran berikutnya. Adapun
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
9
hasil perolehan nilai rata-rata siswa pada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama
pembelajaran siklus I adalah sebagai beikut:
1) Rata-rata nilai pre test dan post test siklus I dan siklus II (Nilai kognitif)
Nilai Siklus I Siklus II Selisih
Pretes Postes Pretes Postes Pretes Postes
Rata-rata 58.51 67.10 65.81 76.24 7.30 9.14
Tertinggi 75.23 78.96 75.23 88.00 0.00 9.04
Terendah 39.43 52.08 44.67 56.32 5.24 4.24
Tingkat ketuntasan kelas 47.06 67.65 73.53 85.29 26.47 17.65
Tabel 2. Perolehan nilai kogntif siklus I daa sikus II
2) Rata-rata nilai respon siswa terhadap pembelajaran (Nilai sikap)
NO PERNYATAAN TS KS S SS
Jml % Jml % Jml % Jml %
1. Materi pelajaran yang dipelajari menjadi
lebih mudah di fahami 2 6.25 4 12.5 20 62.5 6 18.8
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
digunakan dapat membantu memahami
materi pelajaran
1 3.13 4 12.5 21 65.6 6 18.8
3. Suasana Belajar di kelas lebih
menyenangkan 2 6.25 2 6.25 23 71.9 5 15.6
4. Model pembelajaran yang digunakan
guru (Jigsaw) membantu untuk lebih
memahami materi pelajaran
0 0 1 3.13 24 75 7 21.9
5. Model pembelajaran yang digunakan
guru (Jigsaw) cocok untuk memahami
materi biologi selanjutnya
2 6.25 3 9.38 19 59.4 8 25
Tabel 3. Perolehan nilai afektif siklus I daa sikus II
3) Rata-rata nilai hasil observasi diskusi kelas ( Nilai Psikomotor)
Klp.
Menyatakan
pendapat Menanggapi Argumentasi Jumlah Skor Nilai
Skl-
1
Skl-
2
Skl-
1
Skl-
2
Skl-
1
Skl-
2
Skl-
1
Skl-
2
Skl-
1
Skl-
2
1 3 3 - 3 3 - 2 3 1 8 9 1 67 75 8
2 3 3 - 2 4 2 3 4 1 8 11 3 67 92 25
3 3 4 1 3 3 - 3 3 - 9 10 1 75 83 8
4 4 4 - 2 2 - 2 3 1 8 9 1 67 75 8
5 4 4 - 3 3 - 4 4 - 11 11 - 92 92 -
Rerata 3.4 3.6 1 2.6 3 2 2.8 3.4 1 8.8 10 1.5 73 83 10
Tabel 4. Perolehan nilai kogntif siklus I dan sikus II
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
10
Pengamatan
Pengamatan pada siklus I dilakukan oleh beberapa orang observer dari teman sejawat,
beberapa temuan hasil observasi yang dilakukan selama proses pmbelajaran dapat dijelaskan
sebagai berikut : (1) siswa pada awal pembelajaran kurang terfokus, tetapi pada saat
selanjutnya semua siswa bisa fokus pada pembelajaran, (2) masih banyak waktu yang
digunakan untuk mempersiapkan sarana pembelajaran yang dibutuhkan, misalnya pengaturan
meja perkelompok, pemberian label meja untuk masing-masing kelompok, (3) sebagian besar
anggota dari kelompok ahli belum menyelesaikan atau menjawab semua persoalan yang
diajukan dalam LKS, (4) soal-soal uraian yang diberikan ( pre tes dan post tes ) terlalu
terbuka, sehingga hasil rekaman (5) pembagian atau pembentukan kelompok yang langsung
dilakukan memerlukan waktu yang cukup banyak.
Pada siklus II pengamatan dilakukan oleh 2 orang observer dari teman sejawat,
beberapa temuan hasil observasi yang dilakukan selama proses pmbelajaran dapat dijelaskan
sebagai berikut : (1) siswa pada awal pembelajaran sudah lebih fokus, tetapi pada saat
selanjutnya semua siswa bisa fokus pada pembelajaran, (2) sebagian besar anggota dari
kelompok ahli telah menyelesaikan atau menjawab semua persoalan yang diajukan dalam
LKS, (3) soal-soal uraian yang diberikan (pre tes dan post tes) lebih terstruktur sehingga
hasil sehingga siswa tidak ada yang Tanya tentang maksud butir-butir soal, (4) pembagian
atau pembentukan kelompok yang langsung dilakukan memerlukan waktu yang lebih baik
dari pada siklus I.
Refleksi
Refleksi telah dilakukan dengan berdiskusi bersama teman sejawat mendapatkan hasil
sebagai berikut :
Pada siklus I : (1) siswa pada awal pembelajaran tidak dapat fokus pada pembelajaran
disebabkan oleh kurangnya guru peneliti dalam melakukan apersepsi; guru pada saat
apersepsi hanya menunjukkan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan di capai, guru
tidak memberikan fenomena atau kasus yang dapat menarik siswa unuk lebih focus pada
proses pembelajaran, oleh karena hal ini merupakan kelemahan dalam pelaksanaan siklus I.
(2) masih banyaknya waktu yang digunakan untuk mempersiapkan sarana pembelajaran yang
dibutuhkan (terutama susunan meja untuk diskusi), hal ini disebabkan oleh dekatnya waktu
antara pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran berikutnya, sehingga persiapan untuk
pelaksanaan pembelajaran kurang maksimal, kondisi ini mengakibatkan berkurangnya
alokasi waktu untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran berikutnya (baik pembukaan, inti
maupun penutup). Kelemahan ini akan diperbaiki dalam pelaksanaan siklus II. (3) sebagian
besar anggota dari kelompok ahli belum menyelesaikan atau menjawab semua persoalan
yang diajukan dalam LKS.
Adapun sebab-sebab terjadinya permasalahan pada pelaksanan siklus I yang ditemukan
adalah (a) terlalu banyaknya anggota kelompok ahli untuk satu permasalahan, sehingga
proses diskusinya kurang bisa berjalan dengan baik, (b) terlalu luasnya cakupan permasalah
pada satu kelompok ahli, sehingga waktu yang disediakan kurang memadai, (c) sumber
belajar yang jumlahnya terbatas, sehingga satu buku untuk 2-3 siswa, sehingga setiap siswa
kurang mendapatka akses dari sumber belajar yang memadai. (d) soal-soal uraian yang
diberikan ( pre tes dan post tes ) terlalu terbuka, hal ini mengakibatkan perolehan nilai siswa
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
11
kurang atau tidak optimal. (e) pembagian atau pembentukan kelompok yang langsung
dilakukan memerlukan waktu yang cukup banyak, hal ini mengakibatkan banyak waktu yang
tersita, sehigga mengurangi alokasi waktu untuk pembahasan materi.
Hasil refleksi pelaksanaan siklus I tampak bahwa masih banyak ditemukan kelemahan-
kelemahan, sebagaimana telah disajikan pada paragraph di atas. Oleh karena itu perlu
diadakan perencanaan dan pelaksanaan yang lebih baik pada siklus II. Pada siklua II telah
dilakukan perbaikan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan, perbaikan-perbaikan tersebut
antara lain adalah : (1) pada saat apersepsi guru memberikan fenomena atau kasus yang
dapat menarik siswa untuk lebih fokus pada proses pembelajaran, (2) guru telah menata
sarana untuk pelaksanaan pembeajaran lebih baik (penataan meja kelompok, nomor
kelompok asal, nomor kelompok ahli, pembagian LKS, pembagian kelompok asal), (3) guru
telah memecah materi pembelajaran menjadi bagian-bagian yang lebih banyak yaitu 7 sub
bahasan, sehingga jumlah kelompok ahli akan lebih banyak tetapi cakupan materi setiap
kelompok ahli lebih sedikit, diharapkan dengan demikian alokasi waktu yang tersedia cukup
untuk membahas soal atau masalah di kelompok ahli, (4) guru telah menyusun soal-soal pre
dan post test uraian terstruktur, tidak terbuka.
Simpulan
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilakukan baik dari siklus I dan siklus II
dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Bahwa secara akademik penerapan metode kooperatf tipe Jigsaw dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi mikroorganisme;
2. Dari aspek afektif, metode kooperatf tipe Jigsaw dapat meningkatkan katertarikan siswa
terhadap materi mikroorganisme;
3. Pada aspek psikomotor, metode kooperatf tipe Jigsaw dapat meningkatkan keterampilan
siswa terhadap materi mikroorganisme.
Saran
Dalam hal pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Kooperatif tipe Jigsaw
maka peneliti mempnyai saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya segala hal yang menjadi sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran
disiapkan dengan benar, agar tidak menjadi hambatan pelaksanaan pembelajaran;
2. Hendaknya pembagian kelompok-kelompok ahli memperhatikan cakupan materi yang
akan dipecahkan oleh kelompok tersebut dan waktu yang tersedia;
3. Hendaknya sumber-sumber belajar ( buku-buku, hand out, web site, dll.) disediakan
dengan baik, begitu pula lembar kerja mesti disediakan dengan cukup;
4. Hendaknya perencanaan waktu masing-masing tahapan pembelajaran diperhatikan
dengan baik, sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran tidak terjadi permasalahan;
5. Hendaknya hasil refleksi dari siklus sebelumnya benar-benar dijadikan pertimbangan
untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan siklus berikutnya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
12
DAFTAR RUJUKAN
Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill
Companies
Ayukusumadewi.2013. PembelajaranKooperatifTipejigsaw, (Online),(http://ayukusumadewi.
wordpress.com/2013/02/08/pembelajaran-kooperatif tipe-jigsaw/. Diakses 15
September 2016)
Budairi, A. 2012. Pendidikan/ Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw dan
STAD, Diakses 15 Januari 2014.
Ibrahim, M., Fida R., Nur, M. dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa
Press.
Lie, A., 1994. Jigsaw: A Cooperative Learning Method for the Reading Class.Waco, Texas:
Phi Delta Kappa Society.
Marlina, 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Opeasi Hitung Campuran
Melalui Model Pembelajaran Koopeatif Tipe Jigsaw. J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2,
2014 Jurnal Peningkatan Kualitas Guru.
Ryashingwa.2013. ModelPembelajaranTipeJigsaw, (Online), (http://riyashingwa.blogspot.co
m/2013/05/model-pembelajaran-tipe-jigsaw.html, Diakses 15 September 2016).
Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory. Second Edition. Massachusetts: Allyn and
Bacon Publisher.
Subanji, 2013. Revitalisasi Pembelajaran Bermakna dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Matematika Sekolah. Proseding seminar Nasional J-TEQIP 2011.
Viktorino Teddy Loong, 2013. Peningkatan Prestasi Belajar Materi Kesebangunan dan
Kongruensi Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Pada Siswa
Kelas IXA SMP Negeri 4 Tahun Pelajaran 2013/2014. Prosiding Seminar Nasional
J-TEQIP 2013.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
13
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATERI JARINGAN
TUMBUHAN PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 BATU
Siti Sulichah
SMK Negeri 2 Batu
Abstark : Materi jaringan tumbuhan sulit dipahami oleh siswa karena banyak memuat
nama nama dan tampilan gambar jaringan yang hampir sama, sehingga siswa sulit
mengingat dalam mendeskripsikan materi tersebut. Untuk itu diperlukan metode yang
mampu mengatasi hal itu. Penelitian ini menggunakan pendekatan “Make and Match”
untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa melalui mengingat nama-nama
jaringan tumbuhan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan pembelajaran
kooperatif model Make and Match terdapat kenaikan meningkatkan keaktifan siswa pada
siklus I dengan nilai rata-rata 56,9 mengalami peningkatan pada siklus II dengan nilai rata-
rata 75,1, meningkatkan hasil belajar siswa yaitu pada siklus I dengan nilai rata-rata 60
mengalami peningkatan pada siklus II dengan nilai rata-rata 78,9. Prosentase peningkatan
pada keaktifan siswa sebesar 18,2% dan prosentase peningkatan pada hasil belajar siswa
sebesar 18,9%.
Kata Kunci : jaringan tumbuhan, make and match
Jaringan tumbuhan adalah sekelompok sel yang memiliki fungsi, asal dan struktur
yang sama. Jaringan dipelajari secara khusus dalam ilmu histologi. Dalam arti sempit,
Pengertian jaringan tumbuhan adalah apabila sel-sel berkumpul pada tumbuhan. Jaringan
pada tumbuhan dibagi menjadi 2 macam yaitu: jaringan meristem, yaitu jaringan yang sel-
selnya aktif membelah dan jaringan permanen/dewasa, yaitu jaringan yang sudah mengalami
pengkhususan/spesialisasi, selnya sudah tidak mengalami perubahan lagi (Syamsuri, Istamar.
2004).
Materi Jaringan tumbuhan ini merupakan materi yang harus dikuasai siswa dengan
baik karena materi ini penting dan prasyarat bagi siswa untuk lebih mendalami materi lainnya
yang terkait dengan program keahlian agribisnis yang mereka masuki. Kenyataan di
lapangan, meskipun materi ini merupakan materi prasyarat, siswa cenderung kurang aktif dan
tidak antusias dalam menerima pembelajaran di kelas. Hal ini berakibat tidak tercapainya
tujuan pembelajaran dan KKM yang sudah ditetapkan. Guru dengan berbagai cara telah
mengusahakan agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran standar
juga telah dilaksanakan, berbagai media pembelajaran yang ada di sekolah telah
dimanfaatkan, berbagai bentuk penugasan telah diberikan untuk dilaksanakan oleh siswa,
baik di dalam maupun di luar kelas, mulai dari tugas melakukan observasi, melakukan
eksperimen, membuat laporan singkat hasil eksperimen atau hasil observasi, mengerjakan
LKS, dan lain sebagainya. Namun demikian, dalam berbagai kesempatan tanya jawab,
diskusi kelas, maupun ulangan harian, prestasi belajar mereka masih sangat rendah.
Berdasarkan catatan guru, aktivitas siswa dalam tanya jawab dan diskusi kelas
masing-masing hanya sebesar 30% dan 35% dari 24 siswa yang ada. Sebagian besar dari
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
14
siswa justru memperlihatkan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti
kelihatan bengong dan melamun, kurang bergairah, kurang memperhatikan, bermain-main
sendiri, berbicara dengan teman ketika dijelaskan, canggung berbicara atau berdialog dengan
teman waktu diskusi, dan lain sebagainya. Sementara itu dari hasil ulangan harian prestasi
belajar mereka hanya sebesar 45% yang berhasil mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal). Padahal KKM yang ditetapkan bagi Kelas X SMK Negeri 2 Batu Tahun Pelajaran
2016/2017 untuk mata pelajaran biologi hanya sebesar 75.
Melihat data aktivitas dan prestasi belajar siswa yang demikian rendah tersebut jelas
hal itu mengindikasikan adanya permasalahan serius dalam kegiatan pembelajaran yang harus
segera dicarikan pemecahannya. Bertolak dari permasalahan tersebut kemudian dilakukan
refleksi dan konsultasi dengan guru sejawat untuk mendiagnosis faktor-faktor yang mungkin
menjadi penyebab timbulnya masalah. Dari situ diperoleh beberapa faktor kemungkinan
penyebab, di antaranya adalah: (1) faktor rendahnya minat dan motivasi belajar siswa; (2)
faktor penyampaian materi dari guru; (3) faktor pengelolaan kelas; dan (4) faktor kesulitan
adaptasi dan kerjasama di antara siswa.
Dari berbagai faktor kemungkinan penyebab tersebut Guru lebih condong pada faktor
ke-2, yaitu faktor penyampaian materi dari guru, diantaranya adalah pembelajaran yang
terpusat pada guru, dimana guru dominan menggunakan metode ceramah sehingga
pengetahuan yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun sendiri secara
bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri, selain itu, kemampuan guru dalam
menyampaikan materi kurang memadai sehingga pembelajaran terasa kurang menarik dan
cenderung membosankan.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana
belajar yang aktif, menyenangkan, membantu siswa memahami materi pelajaran yang sulit,
dan membantu guru mengajarkan materi yang kompleks, adalah metode pembelajaran Make
and Match , Model pembelajaran Make and Match atau mencari pasangan dikembangkan
oleh Lorna Curran (1994). Pembelajaran kooperatif tipe Make and Match merupakan salah
satu model pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan sarana dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan bagi
semua golongan siswa yang terlibat bekerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas
akademiknya.
Banyak model dalam pembelajaran kooperatif. Salah Satu diantaranya adalah model
Make and Match (Istarani: 2015). Menurut Rohendi (2010), langkah langkah penerapan
make a match sebagai berikut: a) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban, b) setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban,
c) tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya, d) setiap siswa
mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya, e) setiap siswa yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi nilai, f) jika siswa tidak dapat
mencocokkan kartunya dengan temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban) akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama, g) setelah satu babak,
kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya, h) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
15
pelajaran. Model pembelajaran make a match dipilih karena model ini memiliki keunggulan
yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan. Diharapkan dengan menerapkan model Make and Match akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari pasangan dan merespon serta saling
kerja sama satu sama lain, sehingga kegiatan pembelajaran lebih kondusif, sederhana,
bermakna, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Sholihah,
2010). Metode pembelajaran Make and Match digunakan untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi karena metode pembelajaran ini dapat memupuk kerja sama siswa dalam
menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses
pembelajaran lebih menarik dimana tampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti
proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan
kartunya masing-masing, dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan fakta tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan menerapkan metode pembelajaran Make and Match dalam mata pelajaran biologi
pada materi ”Struktur & Fungsi Jaringan pada tumbuhan” kompetensi dasar Memahami
konsep keterkaitan antara struktur sel pada jaringan dengan fungsi organ pada tumbuhan dan
hewan di kelas X Semester ganjil SMK Negeri 2 Batu Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
tindakan pendekatan kooperatif metode Make and Match. Penelitian ini dilaksanakan di SMK
Negeri 2 Batu pada bulan Oktober tahun 2016, adapun yang menjadi subyek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas X APT A, dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang.
Penelitian dilakukan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 2 siklus dengan uraian
sebagai berikut,
1. Siklus I
- Persiapan
Membuat RPP dengan metode Make and Match
- Tindakan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP
- Observasi
Melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran dikelas.
Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi dengan metode make and match.
- Refleksi
Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan
2. Siklus II
Dilakukan seperti siklus I dengan pembenahan dari hasil refleksi siklus II
3. Kesimpulan
Diambil setelah siklus I dan II didapatkan hasilnya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
16
Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan disajikan pada Gambar 1.
Ya
Belum
Gambar 1 : Alur penelitian tindakan kelas
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan penyusunan RPP yang disesuaikan dengan metode
pembelajaran yang digunakan yaitu Make and Match, membuat media pembelajaran berupa
kartu soal dan jawaban, membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun evaluasi
disertai pedoman penilaiannya.
Tindakan
Tahap tindakan berupa pelaksanaan RPP yang meliputi tiga kegiatan, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan diawali memberi
salam, memberi pertanyaan untuk mengaitkan dengan pembelajaran sebelumnya,
menanyakan apakah siswa di rumah sudah membaca dan mempelajari materi sebelumnya,
dan menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari ini serta sintak dari metode yang digunakan
yaitu metode Make and Match.
Model Make and Match di awali oleh guru dengan mengocok kartu kemudian
membagikan kepada semua siswa, secara bersama-sama siswa membuka dan membaca
kartunya kemudian siswa akan mencari pasangan dari kartunya, setelah lengkap dan benar
siswa melaporkan kepada guru dan guru akan memberikan penilaian. Kegiatan ini dilakukan
dua kali. Pada saat pencarian kartu pasangan, guru juga melakukan pengamatan untuk
menilai keaktifan ketelitian dan kejujuran siswa, setelah semua siswa mendapatkan kartu
pasangannya (empat orang), siswa yang memperoleh kartu dalam satu kelompok jaringan
bergabung dalam satu kelompok, masing masing kelompok mempresentasikan nama,
gambar, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada kartu yang didapatnya, kelompok yang lain
bertindak sebagai penyanggah dan penanya.
Pada kegiatan penutup guru dan siswa Guru bersama-sama membuat rangkuman
/simpulan pelajaran, guru melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan, guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
Ber-
hasil
?
Observasi awal
siklus perencanaan
Observasi
pelaksanaan
Refleksi dan analisis
data
Pelaksanaan tindakan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
17
Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya, yaitu melanjutkan
kegiatan presentasi ,
Pada pertemuan ke dua, kegiatan pendahuluan diawali dengan pemberian salam ,
mengingatkan tentang kegiatan pembelajaran minggu lalu, dilanjutkan dengan kegiatan inti
yaitu presentasi dari kelompok yang belum tampil, pada kegiatan penutup guru bersama
siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran dipertemuan ke dua dan melaksanakan kegiatan
post test.
Observasi
Pada kegiatan observasi dan monitoring ada beberapa temuan dari observer antara
lain sebagai berikut 1) pada awal sampai akhir kegiatan siswa berkonsentrasi dan antusias
dalam mengikuti permainan, meskipun ada juga yang tidak memperhatikan dan beraktifitas
sendiri atau bercanda dengan temannya bukan tentang pelajaran, 2). beberapa siswa ada yang
salah memasangkan karena tidak membaca materi yang sebelumnya sudah diberikan , 3)
pada saat presentasi kelompok beberapa siswa masih ramai dan tidak mendengarkan 4) pada
saat guru merefleksi kegiatan pembelajaran dengan bertanya kepada siswa tentang materi,
ada beberapa siswa yang tidak bisa menjawabnya.
Refleksi
Kegiatan refleksi berupa diskusi dilakukan bersama observer setelah kegiatan
observasi dilaksanakan, hasil dari diskusi adalah sebagai berikut: 1) Pada kegiatan awal tidak
semua siswa berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru, sehingga perlu adanya
pemberian motivasi yang menarik, terkait dengan materi pembelajaran agar siswa lebih
berkonsentrasi, 2) pada awal kegiatan inti siswa antusias tapi lama kelamaan antusias siswa
berkurang mungkin karena waktu bermain memasangkan kartu hanya sebentar dimana
setelah siswa mendapatkan kartu pasangannya permainan sudah selesai, meskipun kegiatan
tersebut diulang dua kali. 3) Siswa hanya memahami secara mendalam pada satu atau dua
macam jaringan saja, karena metode Make and Match yang digunakan secara klasikal
akibatnya ketika tahap penutup dan guru memberi pertanyaan beberapa siswa tidak dapat
menjawabnya.
Dari hasil refleksi pada siklus 1, dapat disimpulkan bahwa peneliti belum berhasil,
perlu ada revisi pada RPP yang sudah disusun, antara lain pada kegiatan pendahuluan yaitu
pada pemberian motivasi, pada kegiatan inti dimana permainan tidak dilaksanakan secara
klasikal tapi secara kelompok dengan harapan pemahaman siswa pada materi bisa
menyeluruh. Kegiatan presentasi ditiadakan di gantikan dengan mengerjakan LKS.
Rencana Siklus II
Persiapan
Siklus II dilakukan untuk memperbaiki siklus I, karena pada siklus I ada banyak
temuan masalah yang menyebabkan hasil belum maksimal, baik pada RPP maupun
pelaksanaan RPP. Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran pada siklus I, maka dibuatlah
perencanaan tindakan siklus II. Bentuk perencanaan tersebut meliputi:1) Penentuan topik
bahasan lanjutan, 2) Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) perbaikan yang
disesuaikan dengan pokok bahasan dan refleksi yang pertama, 3) Pembuatan lembar
observasi kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran Biologi berbasis saintifik dengan
model Make and Match, 4) Pembuatan Kartu Permainan (berupa kartu soal dan jawaban) dan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
18
perangkat penunjang, 5) membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun evaluasi
disertai pedoman penilaiannya.
Tindakan
Tindakan II dan observasi II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 Nopember 2016.
Tahap tindakan berupa pelaksanaan RPP yang meliputi tiga kegiatan, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan diawali memberi
salam, memberi pertanyaan untuk mengaitkan dengan pembelajaran sebelumnya,
menanyakan apakah siswa di rumah sudah membaca dan mempelajari materi sebelumnya,
dan menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari ini serta sintak dari metode yang digunakan
yaitu metode Make and Match, dilanjutkan dengan menanyangkan video tentang penyakit-
penyakit pada jaringan hewan
Kegiatan inti dimulai dengan kegiatan permainan, guru membagi siswa melalui
kelompok-kelompok, tiap-tiap kelompok mendapat satu set kartu, salah satu siswa mengocok
kartu dan membagi ke anggota kelompoknya masing-masing satu dan membiarkan satu kartu
terbuka, selanjutnya siswa memeriksa kartu masing-masing apakah kartunya cocok dengan
kartu yang terbuka (seperti permainan domino atao omben) diikuti dengan siswa lain, yang
kartunya tidak cocok mengambil kartu lagi demikian seterusnya sampai kartu habis, siswa
dengan kartu yang habis terlebih dahulu akan mendapat reward, permainan kartu ini
dilakukan sampai tiga kali putaran, setelah putaran terakhir siswa mengerjakan LKS dan
dikumpulkan sebagai bagian dari penilaian guru. Pada kegiatan penutup guru bersama siswa
melakukan refleksi tanya jawab dan mengambil kesimpulan, dilanjutkan dengan mengerjakan
post test
Observasi
Pada kegiatan observasi dan monitoring ada beberapa temuan dari observer antara
lain sebagai berikut 1) pada awal sampai akhir siswa berkonsentrasi dan antusias dalam
mengikuti permainan, karena mereka mempunyai aktivitas sendiri-sendiri yang
membutuhkan konsentrasi, dibandingkan kegiatan pembelajaran pada siklus I, dimana
kegiatan permainan dilakukan secara klasikal 2). Pada kegiatan permainan beberapa siswa
masih ada yang salah memasangkan karena tidak membaca materi yang sebelumnya sudah
diberikan tapi sudah di atasi oleh adanya kunci pemasangan kartu yang bisa dilihat untuk
memastikan kecocokan kartu , 3) pada saat mengerjakan LKS beberapa siswa ada yang sibuk
mengerjakan sendiri tanpa diskusi dengan kelompoknya seperti yang diinstruksikan guru 4)
pada saat refleksi pembelajaran siswa sudah menjawab dengan baik dan benar 5) pada saat
guru melakukan post test siswa tertib menjawab soal post test.
Refleksi
Kegiatan refleksi berupa diskusi bersama observer, setelah kegiatan observasi
dilaksanakan, hasil dari diskusi adalah sebagai berikut: 1) Pada kegiatan awal semua siswa
berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru, 2) kegiatan berikutnya berupa penayangan
video yang membuat siswa lebih berkonsentrasi memperhatikan dan menjawab pertanyaan
guru terkait tayangan tersebut 3) pada awal sampai akhir kegiatan inti siswa antusias dalam
melakukan permainan, ada kekurangan permainan putaran pertama beberapa siswa kurang
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
19
memahami peraturan kegiatan permainan sehingga perlu adanya penjelaskan peraturan
permainan dalam bentuk tertulis dan dibagikan perkelompok, tetapi diputaran berikutnya
sudah mulai lancar, 4) penjelasan guru lebih ditekankan agar pada saat mengerjakan LKS
sesuai dengan instruksi yang diberikan, 5) pada saat post test siswa mengerjakan dengan baik
dan tertib.
Hasil dari refleksi pada siklus II terdapat peningkatan prosentase aktifitas siswa
dibanding pada siklus I, dengan rincian 4 siswa memperoleh nilai keaktifan 88%, 12 siswa
77% dan 8 siswa 66% , dengan rata-rata 77%, nilai post test pada siklus II juga terdapat
peningkatan dibandingkan dengan nilai post test pada siklus I. Dari hasil post test yang
diperoleh siswa pada siklus II didapat nilai rata-rata 78,9. Siswa yang tuntas belajar sejumlah
21 anak ( 87,5%) dan siswa yang tidak tuntas belajar sejumlah 3 anak ( 12,5 %). Secara
umum siswa telah mampu memahami konsep, macam, letak dan fungsi jaringan hewan ,
namun masih perlu ditingkatkan agar hasil yang didapat lebih lagi.
Secara hasil penelitian dapat dirangkum dalam tabel berikut :
Tabel 1. Prosentase keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II
Siklus Prosentase siswa
yang tuntas
Prosentase siswa
yang tidak tuntas Nilai Rata-rata
Siklus I 25 % 75 % 56,9
Siklus II 77 % 23 % 75,1
Perbandingan peningkatan aktifitas siswa antara siklus I dan siklus II dideskripsikan
sebagai berikut: Pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 56,9 dan pada siklus II adalah 75,1
Hal ini berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 18,2%. Dengan melihat
prosentase aktifitas siswa, pada siklus I prosentase siswa yang tuntas 25% dan prosentase
siswa yang tidak tuntas 75 % sedangkan pada siklus II prosentase siswa yang tuntas 77% dan
prosentase siswa yang tidak tuntas 23%. Terjadi peningkatan prosentase siswa yang tuntas
sebesar 52%.
Tabel 1. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II
Siklus Prosentase siswa
yang tuntas
Prosentase siswa
yang tidak tuntas Nilai Rata-rata
Siklus I 8,3 % 91,6 % 60
Siklus II 87,5 % 12,5 % 78,9
Perbandingan hasil belajar siswa antara siklus I dan siklus II dideskripsikan sebagai
berikut: Pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 60 dan pada siklus II adalah 78,9 Hal ini
berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 18,9%. Dengan melihat prosentase
hasil belajar, pada siklus I prosentase siswa yang tuntas 8,3% dan prosentase siswa yang tidak
tuntas 91,6 % sedangkan pada siklus II prosentase siswa yang tuntas 87,5% dan prosentase
siswa yang tidak tuntas 12,5%. Terjadi peningkatan prosentase siswa yang tuntas sebesar
79,2%.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
20
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan, analisis data hasil penelitian, mulai dari siklus I dan siklus II
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Make and Match dapat
meningkatkan keaftifan dan hasil belajar materi jaringan tumbuhan pada siswa kelas X SMK
Negeri 2 Batu.
Saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan keaftifan dan hasil belajar,
disarankan kepada guru bidang studi IPA/Biologi untuk me-nerapkan pembelajaran Make
and Match pada materi tertentu yang sekarakter dengan materi jaringan tumbuhan.
DAFTAR RUJUKAN
Istarani, 2014. 58 Model Pembelajaran.
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi untuk SMA kelas XI. semester 1. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Sholihah, Barid. 2010. Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif dalam Pembelajaran IPA
dengan Model Make a Match pada Siswa kelas 2 SDN 01 Pulosari Kebakkramat
Karanganyar. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Rohendi, D. 2010. Penerapan Cooperative Learning Tipe Make A Match untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas VII Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi PTIK. ISSN
1979-9462 Vol. 3 No.1/Juni 2010.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
21
PENERAPAN MODEL KOOPERATIFTHINK PAIR SHARE (TPS) BERBANTUAN
KEMASAN MINUMAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SPLDV
BAGI SISWA KELAS X TEKNIK KIMIA SMK NEGERI 2 BATU
Suhermin Rahayu
SMK Negeri 2 Batu Jawa Timur Indonesia
Abstrak :Berdasakan pengalaman, hasil belajar siswa tentang SPLDV masih rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki hasil belajar SPLDV. Jenis penelitian adalah
penelitian tindakan kelas dengan dua siklus dan 2 kali pertemuan. Subyek penelitian adalah
29 orang, 15 laki-laki dan 14 perempuan, siswa kelas X Teknik Kimia SMK Negeri 2
Batu.Pembelajaran dilaksanakan pada minggu ke 3 bulan Oktober 2016, dengan
menerapkan model kooperatif TPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan ketuntasan dari 65% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II. Juga terjadi
peningkatan keaktifan dan percaya diri siswa.
Kata Kunci :TPS, SPLDV
Standar proses dalam Kurikulum 2013 mensyaratkan bahwa pembelajaran harus
berorientasi pada Student Center (siswa sebagai subyek aktif). Hal ini dimaksudkan agar
siswa lebih antusias dan aktif juga kreatif apabila sebagai pemeran utama. Untuk membuat
siswa menjadi aktif diperlukan ada sebuah metode pembelajaran yang dapat mewadahinya.
Observasi awal yang dilakukan oleh penulis di Kelas X Teknik Kimia SMK Negeri 2
Batu diperoleh fakta bahwa pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas selama ini: (1) guru
menjelaskan, siswa mendengarkan, (2) guru memberi contoh, siswa mencatat setiap contoh
yang disampaikan,(3) guru memberilatihan soal dari buku,dan siswa mengerjakan,dan(4)
pemberian tes. Pembelajaran dengan model tersebut membuat siswa menjadi bosan. Siswa
hanya mampu meniru contoh yang diberikan oleh guru. Ketika soal yang diberikan berbeda
(meskipun hanya sedikit), siswa sudah tidak bisa menyelesaikan. Akibatnya hasil belajar
siswa rendah dan banyak yang tidak tuntas, dari 29 siswa di kelas X Teknik Mesin hanya
30% yang mengalami ketuntasan. Guru dan siswa hanya sebagai pendengar yang tentunya
sangat membosankan dan tidak menarik. Pembelajaran yang terpusat pada Guru kurang
memberikan peluang siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasannya (terlalu monoton). Hal
senada yang dilakukan rekan sejawat yang sama-sama menggunakan metode ceramah
hasilnya tidak jauh berbeda dengan pengalaman penulis.
Proses pembelajaran yang dapat mengedepankan keaktifan siswa adalah dengan
metode lain yang lebih terpusat pada siswa. Hal ini juga didukung oleh Ningsih (2015), bawa
pembelajaran yang dilakukan dengan dominasi guru bisa menghambat proses belajar siswa.
Karena itu perlu perbaikan pembelajaran, salah satunya dengan metode TPS. Pembelajaran
TPS telah dikaji oleh beberapa peneliti (Ningsih, 2015; Subanji,2015;Siti,2012; Sukarmin
dan Zulkifli,2013; Atik 2007). Ningsih (2015) melakukan penelitian tentang penerapan model
Kooperatif tipe Think Pair Share dengan alat peraga KOTIF mampu meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
22
Menurut Subanji (2013), pembelajaran bermakna merupakan suatu proses sistematis dan
terencana yang dirancang oleh guru untuk membelajarkan siswa sehingga terjadi kon-struksi
pengetahuan melalui pengaitan pe-ngetahuan baru dengan pengetahuan lama dan siswa
mampu: memahami materi lebih dari sekedar tahu; menjawab apa, mengapa, dan bagaimana;
menginternalisasi pe-ngetahuan ke dalam diri sedemikian hingga membentuk perilaku; dan
mengolah pe-rilaku menjadi karakter diri. Frank Lyman(dalam Siti,2012) menyatakan
bahwa TPS memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir dan merespon serta saling
bantu satu sama lain, keungulan lain dari pembelajar ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Kagan (dalam Atik, 2007) menyatakan manfaat TPS sebagai berikut : 1. Para siswa
menggunakan waktu lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan mendengarkan satu sama
lain ketika mereka terlibat dalam TPS lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka
untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mengingat secara lebih
sering penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, 2. Para
guru juga mempunyai waktu yg lebih banyak untuk berfikir ketika menggunakan TPS,
mereka lebih konsentrasi mendengarkan jawaban siswa mengamati reaksi siswa dan
mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.
Menurut Sukarmin dan Zulkifli (2013) penerapan cooperative learning TPS dalam
pembelajaran matematika pada diskusi klasikal semua siswa terlihat antusias, siswa
mendapatkan pengalaman langsung tidak hanya membayangkan saja. Hal ini ternyata
menimbulkan kesenangan pada siswa dan juga meningkatkan pemahaman siswa. Artikel ini
membahas hasil penelitian tindakan kelas tentang penerapan model kooperatif Think Pair
Share (TPS) berbantuan kemasan minunan yang dapat meningkatkan hasil belajar SPLDV
siswa Kelas X Teknik Kimia SMK Negeri 2 Batu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam kegiatan bentuk PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua siklus yang diadopsi dari metode Kemmis &
McTaggart. Tahapan dari tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi (Sutarto, 2013). Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan
disajikan pada Gambar 1.
Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan
tindakan I tindakan I
Siklus I
Refleksi Pengumpulan
tindakan I data tindakan
Perencanaan Pelaksanaan
tindakan II tindakan II
Siklus II
Refleksi Pengumpulan
tindakan II
data tindakan
Laporan PTK
Gambar 1. Alur Penelitan Tindakan Kelas
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
23
Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Pelaksanaan
tahapan pada setiap siklus dilakukan di SMKN 2 Batu. Materi pada siklus 1 adalah sistem
persamaan linier dua variabel dan materi pada siklus 2 adalah system pertidaksamaan linier.
Di akhir siklus 1 dilakukan refleksi untuk perencanaan tahapan pada siklus 2. Refleksi yang
dilakukan difokuskan pada aspek kegiatan guru dan kegiatan siswa, termasuk mencermati
tahapan pembelajaran kooperatif model TPS mulai dari pendahuluan, kegiatan inti, maupun
dalam kegiatan penutup.
Garis besar pembelajaran TPS dimulai dengan penyajian masalah realistik kepada
siswa untuk dipikirkan (Think), dilanjutkan pembagian pasangan (Pair) untuk mendiskusikan
masalah yang diberi oleh guru, kemudian diakhiri dengan presentasi hasil kerja kelompok
(Share). Untuk pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 siswa dengan
kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Saat
kerja individu maupun kelompok guru selalu berusaha untuk membantu siswa belajar,
mengarahkan untuk membuat rangkuman, dan memberikan penegasan di akhir pertemuan.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu dengan 3 orang teman sejawat
sebagai observer. Intrumen penelitian berupa tes dengan materi sistem persamaan dan
pertidaksamaan linear, tes hasil belajar. Observasi kegiatan siswa dilaksanakan selama proses
pembelajaran secara menyeluruh di dalam kelas dengan mencatat dan mendokumentasikan
kegiatan siswa dalam pembelajaran meliputi kemampuan kerja sama, keaktifan, dan capaian
hasil belajar. Instrumen angket respon siswa diberikan kepada peserta didik setelah Siklus 2
berakhir untuk memberikan jawaban sejumlah pertanyaan yang terkait dengan pembelajaran.
Pada tahap akhir dilakukan analisis data secara kualitatif dari data yang terkumpul dari tiap-
tiap siklus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Pelaksanaan penelitian Siklus I : Selasa, tanggal 11 Oktober 2016 sampai dengan hari
Rabu, tanggal 17 Oktober 2016. Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X Teknik
Kimia SMK Negeri 2 Kota Batu pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016-2017 sebanyak
29 siswa terdiri atas 15 laki-laki dan 14 perempuan.
Perencanaan
Persiapan yang dilakukan oleh guru untuk proses pada pembelajaran siklus I diawali
dengan kegiatan: (1) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam dua kali
pertemuan, (2) menyusun skenario pembelajaran, (3) memilih media yang akan digunakan
pada proses pembelajaran, (4) membuat soal-soal berupa kuis, (5) membuat aturan /
kesepakatan, (6) menyiapkan kelengkapan media pembelajaran, (7) menyusun test evaluasi,
dan (8) menyusun lembar pedoman observasi .
Penyusunan RPP diawali dengan 1) menentukan Kompetensi Dasar (KD) yaitu KD.
Mendeskripsikan konsep sistem persamaan linier dua variabel dan mampu menerapkan
berbagai strategi yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta memeriksa
kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika. Membuat model matematika
berupa SPLDV dari situasi nyata dan matematika, serta menentukan jawab dan menganalisis
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
24
model sekaligus jawabnya.2) Selanjutnya peneliti menyusun scenario pembelajaran dengan
menentukan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Adapun kegiatan pendahuluan sebagai berikut : a) guru menyiapkan peserta didik
secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran membuka dengan salam dan
melakukan presensi peserta didik, b) guru mengajak siswa menyerukan yel-yel untuk
menumbuhkan semangat ,memberi motivasi belajar secara kontekstual sesuai manfaat dan
aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengingatkan dan bertanya kepada
siswa tentang materi SPLDV di SMP, dan mengembangkan pertanyaan yang bisa dikaitkan
dengan SPLDV seperti pertanyaan berikut ini : Bila kalian memperoleh 1 teh kotak dan 1
ultramilk dengan membelanjakan Rp 10.000 tanpa sisa. Berapakah harga dua ultramilk dan
dua teh kotak ? dengan mengarahkan siswa untuk membuat model matematika dari
permasalahan realistik tersebut, c) guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran
menyelesaikan SPLDV dengan menggunakan media manipulatif minuman kemasan.
Kegiatan inti sebagai berikut : a) guru mengorganisasi siswa membagi siswa menjadi
kelompok yang berpasangan (anggota pasangan ditentukan oleh guru dan bersifat heterogen),
karena metode TPS maka anggota kelompok hanya terdiri dari 2 orang., b) guru membagikan
aturan permainan kemasan teh kotak dan ultramilk pada masing-masing kelompok.
Guru menjelaskan aturan permainan dan siswa mencermati. Kemudian pada kegiatan
inti guru meminta salah salah satu anggota kelompok untuk mengambil nomor undian dan
mengambil amlop sesuai nomor undian. Guru meminta siswa dalam kelompok untuk
berdiskusi menyelesaikan masalah dalam amplop dan menuliskan persamaan linearnya .
Guru mengamati diskusi kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
Guru meminta salah satu anggota kelompok untuk bertukar pada kelompok yang telah
ditetapkan. Guru meminta siswa dalam kelompok baru untuk saling menjelaskan masalah dan
solusi masalah pada kelompok semula. Guru meminta siswa yang bertukar kembali pada
kelompok semula. Guru meminta siswa dalam kelompok diskusi menentukan solusi yang
sama dari dua persamaan linear yang telah didapat. Guru membimbing jalannya diskusi
dalam kelompok. Guru meminta 7 kelompok dengan masalah yang berbeda untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru meminta siswa untuk memberi tepuk tangan pada
siswa yang telah presentasi.
Kegiatan penutup Salah satu siswa diminta untuk menyimpulkan dari apa yang telah
dipelajari (ciri-ciri, definisi serta model permasalahan dari SPLDV). Guru memberi
penguatan bahwa solusi yang sama dari dua persamaan linear tersebut adalah solusi dari Guru
memberikan Kuis 1 dan dikumpulkan (Soal penilaian Kuis 1). Pada bagian akhir kgiatan
penutup, guru menyampaikan jawaban kuis 1 dan memberikan tugas rumah, serta dilanjutkan
dengan guru menutup pelajaran dengan salam.
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini dibagi dalam tiga tahap yaitu (1). Kegiatan
pendahuluan (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup.
Pelaksanaan pada pendahuluan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan
yang dilakukan dengan mengungkap pengetahuan awal siswa dengan melakukan tanya jawab
sebagai berikut:
G: “Apa yang kalian bawa jika pergi ke Alfamart ata Indomart ?
S: “ Uang bu…
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
25
G: “Untuk apa ?
S: “Belanja bu beli-beli snack dan lain-lain”
G :”Jika ada hari ini saya bagikan uang kepada kalian sebesar Rp. 10.000,- dan
saya minta kalian untuk membeli Teh kotak dan Ultra milk hingg uang itu tak
bersisa apa kalian sanggup…?
S : “Sanggup….
G: “Baiklah coba masing- masing memikirkan belanjaan dengan tanpa sisa…
Gambar 1. siswa memainkan uang mainan
Dari dialog tersebut tampak bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal terkait
materi SPLDV. Tindakan dilanjutkan dengan kegiatan inti sesuai dengan langkah-langkah
TPS, yaitu pembentukan kelompok sesuai dengan metode TPS jumlah kelompok ada 2 orang
dan pasangan ditentukan oleh guru ( 14 pasang siswa), kemudian masing-masing kelompok
mengambil nomor undian dan mengambil amplop yang berisi tugas, pemberian tugas untuk
dipikirkan sendiri,dan selanjutnya diselesaikan berdua dengan pasangannya. Kemudian dari
masing-masing pasangan kelompok bertukar anggota dengan pasangan lain untuk
menyelesaikan dan menemukan solusi dari dua persamaan dengan cara mengeliminasi untuk
menentukan harga teh kotak (x) dan ultramilk (y).
Dari kegiatan bertukar pasangan dan memasangkan dua persamaan yang berbeda
masing-masing pasangan baru menemukan bahwa harga teh kotak (x) adalah Rp. 3000,- dan
ultramilk (y) sebesar Rp. 5.000,-.dari 14 pasangan baru ditemukan 2 pasang kelompok
seberapa pasang yaitu kelompok 1 bertemu dengan kelompok 12 tidak menghasilkan harga
yang sama dengan kelompok lain. Ternyata setelah diselidiki bahwa penyebab dari perbedaan
tersebut bukan karena kesalahan siswa menghitung dan bukan siswa tidak teliti, tetapi karena
soal pada kelompok 1 kurang tepat, sebagaimana tampak pada Gambar 2.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
26
Gambar 2. soal tak tepat
Setelah masing-masing pasangan menyelesaikan permasalahan dan menemukan solusinya,
diminta pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Pada tahapan penutup, masing-masing siswa mengerjakan kuis untuk keperluan
evaluasi, guru memantau siswa untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang dialami
siswa dari kesulitan dan temuan baru. Dari hasil tes diperoleh 65% siswa mengerjakan soal
kuis dengan benar.
Pengamatan
Pada saat kegiatan pembelajaran, peneliti didampingi 3 teman sejawat sebagai observer
yang melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dari
hasil pengamatan tersebut, observer mengemukakan bahwa saat membuka pelajaran, peneliti
sudah memberikan motivasi, apersepsi, dan tujuan pembelajaran. Kemudian pada kegiatan
inti, peneliti mengikuti langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS yang
meliputi: penyajian masalah realistik kepada siswa untuk dipikirkan (Think), dilanjutkan
pembagian pasangan (Pair) untuk mendiskusikan masalah yang diberi oleh guru, kemudian
diakhiri dengan presentasi hasil kerja kelompok (Share). Pada kegiatan inti ini, peneliti juga
mengamati dan melakukan penilaian terhadap aspek afektif siswa yang meliputi kemampuan
kerja sama dalam berdiskusi, menjawab pertanyaan, serta mengkomunikasikan secara lisan.
Dari hasil pengamatan, peserta didik ikut terlibat secara aktif dan tidak terlalu
menggantungkan kepada guru, tetapi mereka merasa bertanggung jawab, bekerja sama, dan
mempunyai rasa percaya diri yang kuat dalam diri peserta didik bahwa mereka mampu
menjadi sumber belajar bagi temannya.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
27
Gambar 3. siswa presentasi
Refleksi
Refleksi dilakukan sebagai bagian akhir dari Siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan
guru dan observer terhadap sikap siswa menunjukkan masih ada beberapa siswa yang kurang
aktif dan tidak serius dalam diskusi kelompok, serta adanya beberapa siswa yang merasa
kebingungan dikarenakan belum terbiasa bekerja sama dengan kelompok diskusi. Hasil test
siklus I ternyata baru 65% siswa yang memenuhi KKM (lebih dari 80). Hal tersebut
disebabkan karena ada sejumlah 6 siswa yang hasil testnya masih memprihatinkan karena
tidak memahami materi pelajaran. Untuk lebih meningkatkan persentase nilai ketuntasan
belajar siswa, maka perlu dilakukan beberapa revisi terhadap tindakan-tindakan yang telah
dilakukan pada Siklus I. Revisi tindakan tersebut selanjutnya akan diterapkan pada Siklus II.
Adapun revisi tindakan yang akan dilakukan adalah: (1) memvariasikan metode pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pemberian kuis yang pelaksanaannya dilakukan setelah presentasi
kelas, dimana setiap siswa bekerja sendiri-sendiri menjawab pertanyaan kuis sehingga siswa
akan menjadi lebih aktif, (2) mengamati keaktifan siswa saat melaksanakan kegiatan diskusi
melalui lembar observasi, serta (3) dengan meningkatkan kerjasama siswa dalam kegiatan
diskusi.
Siklus II
Pelaksanaan penelitian Siklus I : Selasa, tanggal 1 November 2016 sampai dengan hari
Rabu, tanggal 9 November 2016. Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X Teknik
Kimia SMK Negeri 2 Kota Batu pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016-2017 sebanyak
31 siswa terdiri atas 15 laki-laki dan 14 perempuan. Secara prinsip langkah-langkah
pelaksanaan skilus II sama dengan pelaksanaan siklus I, perbedaan terletak pada materi dan
fokus pengamatan kepada siswa sebagimana saran perbaikan hasil refleksi siklus I.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
28
Perencanaan
Persiapan yang dilakukan oleh guru untuk proses pada pembelajaran siklus II diawali
dengan kegiatan: (1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam dua kali
pertemuan, (2) Menyusun skenario pembelajaran, (3) Memilih media yang akan digunakan
pada proses pembelajaran, (4) Membuat soal-soal berupa kuis, (5) Membuat aturan /
kesepakatan, (6) Menyiapkan kelengkapan media pembelajaran, (7) Menyusun test evaluasi,
dan (8) Menyusun lembar pedoman observasi.
Penyusunan RPP diawali dengan 1) Menentukan Kompetensi Dasar (KD) yaitu KD.
Mendeskripsikan konsep sistem pertidaksamaan linier dua variabel dan mampu menerapkan
berbagai strategi yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta memeriksa
kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika. Membuat model matematika
berupa SPtLDV dari situasi nyata dan matematika, serta menentukan jawab dan menganalisis
model sekaligus jawabnya.2) Selanjutnya peneliti menyusun scenario pembelajaran dengan
menentukan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Adapun kegiatan pendahuluan sebagai berikut : a) Guru mengajak siswa menyerukan
yel-yel untuk menumbuhkan semangat, memberi motivasi belajar secara kontekstual sesuai
manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengingatkan dan
bertanya kepada siswa tentang materi SPtLDV di SMP, dan mengembangkan pertanyaan
yang bisa dikaitkan dengan SPtLDV seperti pertanyaan berikut ini: Bila harga teh kotak Rp
2000,- per kotak dan harga ultramilk Rp3000,- per kotak. Selidikilah banyak teh kotak dan
ultramilk yang bisa didaptkan bila kalian hanya memiliki uang Rp 10.000,- ?, c) Guru
memberikan penjelasan tujuan pembelajaran menyelesaikan SPtLDV dengan menggunakan
media manipulatif minuman kemasan.
Kegiatan inti sebagai berikut : a) Guru mengorganisasi siswa membagi siswa menjadi
kelompok yang berpasangan (anggota pasangan ditentukan oleh guru dan bersifat heterogen),
karena metode TPS maka anggota kelompok hanya terdiri dari 2 orang., b) Guru
membagikan aturan permainan kemasan teh kotak dan ultramilk pada masing-masing
kelompok.
Guru menjelaskan aturan permainan dan siswa mencermati. Kemudian pada kegiatan
inti Guru meminta salah salah satu anggota kelompok untuk mengambil nomor undian dan
mengambil amlop sesuai nomor undian. Guru meminta siswa dalam kelompok untuk
berdiskusi menyelesaikan masalah dalam amplop dan menuliskan pertidaksamaan linearnya.
Guru mengamati diskusi kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
Guru meminta salah satu anggota kelompok untuk bertukar pada kelompok yang telah
ditetapkan. Guru meminta siswa dalam kelompok baru untuk saling menjelaskan masalah dan
solusi masalah pada kelompok semula. Guru meminta siswa yang bertukar kembali pada
kelompok semula. Guru meminta siswa dalam kelompok diskusi menentukan solusi yang
sama dari dua pertidaksamaan linear yang telah didapat. Guru membimbing jalannya diskusi
dalam kelompok. Guru meminta 7 kelompok dengan masalah yang berbeda untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru meminta siswa untuk memberi tepuk tangan pada
siswa yang telah presentasi.
Kegiatan penutup salah satu siswa diminta untuk menyimpulkan dari apa yang telah
dipelajari (ciri-ciri, definisi serta model permasalahan dari SPtLDV). Guru memberi
penguatan bahwa solusi dari dua pertidaksamaan linear tersebut berupa pasangan banyak
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
29
tehkotak dan ultramilk yang bisa diperoleh dengan uang tertentu. Guru memberikan Kuis 2
dan dikumpulkan (Soal penilaian Kuis 2). Guru menyampaikan jawaban kuis 2 dan
memberikan tugas rumah, tentang cara menyelesaikan SPtLDV untuk dipelajari pada
pertemuan berikutnya. Guru menutup pelajaran dengan salam.
Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan ini dibagi dalam tiga tahap yaitu (1). kegiatan pendahuluan
(2) kegiatan inti, (3) kegiatan penutup.
Pelaksanaan kegiatan pendahuluan pembelajaran diawali dengan mengungkap pengetahuan
awal siswa melalui tanya jawab sebagai berikut.
G: Harga teh kotak Rp 2000,- per kotak dan harga ultramilk Rp 3000,- per kotak.
Bila Bu Eni memiliki uang Rp 10.000,- , Selidikilah berapa banyak teh kotak dan
ultramilk yang bisa dibeli Bu Eni ?
S: Ya macam-macam bu !
G: Jika kalian sebagai Bu Eni apa yang kalian lakukan ?
S : Mencoba satu per satu dari masing-masing teh kotak dan ultramilk.
G: Apakah ada syaratnya ?
S: Ada Bu......, yaitu total harganya tidaklebih dari Rp 10.000,-
G: “Baiklah coba masing- masing menentukan banyak teh kotak dan ultramilk yang
mungkin bisa dibeli Bu Eni.........
Berdasarkan dialog tersebut nampak bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal
terkait materi SPtLDV. Tindakan berikutnya adalah kegiatan inti yang disesuaikan dengan
langkah-langkah TPS, yaitu pembentukan kelompok sesuai dengan metode TPS jumlah
kelompok ada 2 orang sebanyak 6 pasang , dan sepasang beranggotakan 3 siswa dan
pasangan ditentukan oleh guru ( 14 pasang siswa), kemudian masing-masing kelompok
mengambil nomor undian dan mengambil amplop yang berisi tugas, pemberian tugas untuk
dipikirkan sendiri, dan selanjutnya diselesaikan berdua dengan pasangannya. Kemudian dari
masing-masing pasangan kelompok bertukar anggota dengan pasangan lain untuk
menyelesaikan dan menemukan solusi dari dua pertidaksamaan dengan memisalkan banyak
teh kotak adalah dan banyak ultramilk .
Pada kegiatan bertukar pasangan dan memasangkan dua pertidaksamaan yang berbeda
masing-masing pasangan baru menemukan bahwa banyak teh kotak (x) dan banyak ultramilk
(y) memperoleh hasil yang berbeda-beda sesuai dengan banyak uang yang ada dalam amplop.
Dan harga masing-masing teh kotak dan ultramilk. Setelah masing-masing pasangan
menyelesaikan permasalahan dan menemukan solusinya, diminta pasangan untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
Pada tahapan penutup, masing-masing siswa mengerjakan kuis untuk keperluan
evaluasi, guru memantau siswa untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang dialami
siswa dari kesulitan dan temuan baru. Ternyata siswa sudah lebih 80 % bisa mengerjakan
soal kuis yang diberikan oleh guru.
Pengamatan
Pada saat kegiatan pembelajaran, peneliti didampingi 3 teman sejawat sebagai observer
yang melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dari
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
30
hasil pengamatan tersebut, observer mengemukakan bahwa saat membuka pelajaran, peneliti
sudah memberikan motivasi, apersepsi, dan tujuan pembelajaran. Kemudian pada kegiatan
inti, peneliti mengikuti langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS yang
meliputi: penyajian masalah realistik kepada siswa untuk dipikirkan (Think), dilanjutkan
pembagian pasangan (Pair) untuk mendiskusikan masalah yang diberi oleh guru, kemudian
diakhiri dengan presentasi hasil kerja kelompok (Share). Pada kegiatan inti ini, peneliti juga
mengamati dan melakukan penilaian terhadap aspek afektif siswa yang meliputi kemampuan
kerja sama dalam berdiskusi, menjawab pertanyaan, serta mengkomunikasikan secara lisan.
Dari hasil pengamatan, peserta didik ikut terlibat secara aktif dan tidak terlalu
menggantungkan kepada guru, tetapi mereka merasa bertanggung jawab, bekerja sama, dan
mempunyai rasa percaya diri yang kuat dalam diri peserta didik bahwa mereka mampu
menjadi sumber belajar bagi temannya.
Refleksi
Refleksi dilakukan sebagai bagian akhir dari Siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan
guru dan observer terhadap sikap siswa menunjukkan masih ada beberapa siswa yang kurang
aktif dan tidak serius dalam diskusi kelompok, serta adanya beberapa siswa yang merasa
kebingungan dikarenakan belum terbiasa bekerja sama dengan kelompok diskusi. Hasil test
siklus I ternyata baru 65% siswa yang memenuhi KKM (lebih dari 80). Hal tersebut
disebabkan karena ada sejumlah 6 siswa yang hasil testnya masih memprihatinkan karena
tidak memahami materi pelajaran. Untuk lebih meningkatkan persentase nilai ketuntasan
belajar siswa, maka perlu dilakukan beberapa revisi terhadap tindakan-tindakan yang telah
dilakukan pada Siklus I. Revisi tindakan tersebut selanjutnya akan diterapkan pada Siklus II.
Adapun revisi tindakan yang akan dilakukan adalah: (1) memvariasikan metode pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pemberian kuis yang pelaksanaannya dilakukan setelah presentasi
kelas, dimana setiap siswa bekerja sendiri-sendiri menjawab pertanyaan kuis sehingga siswa
akan menjadi lebih aktif, (2) mengamati keaktifan siswa saat melaksanakan kegiatan diskusi
melalui lembar observasi, serta (3) dengan meningkatkan kerjasama siswa dalam kegiatan
diskusi.
KESIMPULAN
Dari pembahasan dapat disimpulkan: (1) Metode pembelajaran betuk Ceramah sangatlah
tidak effektif dan menghambat keaktifan, serta kecerdasan siswa. (2) Perlunya perubahan
konsep pembelajaran bermakna menjadi hal penting agar dapat secara utuh memandang
pembelajaran tidak berpusat pada guru tetapi sebaliknya.(3) dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode TPS sebagai pembangkit belajar, pemicu, berpikir,daya tarik
dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran (3) Penerapan pembelajaran TPS dalam
matematika sekolah mampu mendorong siswa: (a) mengonstruksi pengetahuan (materi) baru
melalui pengaitan dengan pengetahuan lama, (b) memahami materi lebih dari sekedar tahu,
(c) menjawab apa, mengapa, dan bagaimana; (d) menginternalisasi pengetahuan ke dalam diri
sedemikian hingga membentuk perilaku.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyarankan agar guru matematika yang
lain mencoba menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan media
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
31
manipulatif berupa minuman kemasan pada materi-materi Matematika yang sulit dipahami
oleh siswa karena strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat menumbuhkan rasa
percaya diri yang kuat dalam diri siswa dalam mengemukakan pendapatnya,
mengkomunikasikan jawaban, bahkan mereka mampu menjadi sumber belajar bagi
temannya, yang semua itu akan berdampak pada peningkatkan hasil belajar siswa.
Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk menilai aspek lain yang dapat
ditingkatkan melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS selain dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar kognitif peserta didik.
DAFTAR RUJUKAN
Ningsih, D., C., 2015. Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Menggunakan Alat Peraga Kartu Positif Negatif dalam Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding.
Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal. 378-384.
Subanji,2015. PENINGKATAN KINERJA GURU INDONESIA SEBUAH REFLEKSI 5
TAHUN PERJALANAN TEQIP Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal. 97-
109.
Sukarmin dan Zulkifli.2013.Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share dengan Media
Bangun Datar pada Materi Simetri Lipat di Kelas V-A SDN 338 Batahan Mandailing
Natal. . Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal. 770-777
Siti, 2012. Pembelajaran dngan menggunakan TPS, untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Sunarto, 2013. Alur penelitian tindakan kelas dengn tahapan tiap siklus yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan kelas, observasi dan refleksi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
32
PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA DENGAN
METODA STAD MELALUI KEGIATAN LABORATURIUM
Sukrawati Arni
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan aktifitas belajar siswa
pada mata pelajaran kimia pokok bahasan laju reaksi dengan penerapan model pembelajarn
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivemen Division) melalui kegiatan laboratorium.
Rancangan penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Subyek
penelitian terdiri dari 32 siswa MAN Batu kelas XI IPA 1. Data yang diperoleh berupa hasil
tes formatif (kuantitatif) dan lembar observasi kegiatan belajar mengajar (kualitatif). Dari
hasil analis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I
sampai siklus II yaitu, siklus I (50 %), siklus II (90,6 %). Dari data kualitatif diperoleh
penerapan pembelajaran kooperatif model STAD melalui kegiatan laboratorium dapat
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar mata pelajaran kimia materi laju reaksi pada siswa
kelas XI IPA 1 MAN Batu.
Kata kunci: Model kooperatif STAD, Kerja laboratorium, Hasil Belajar.
Perkembangan kebijakan pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia dewasa ini ditandai dengan Permendikbud No.104 tahun 2014 yang menekankan
bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran
serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
ketercapaian kompetensi lulusan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut
diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi
lulusan. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan
bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau
dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan antara lain, dari peserta didik diberi tahu menuju
peserta didik mencari tahu; dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber belajar; dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah; dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasis kompetensi; dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; dari
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi; dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan
mental (softskills); pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
33
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo
mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani); pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di
masyarakat; pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja
adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan Pengakuan atas
perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Dari hasil studi lapangan diperoleh data bahwa nilai peserta didik masih banyak yang
berada dibawah nilai KKM. Demikian pula dengan kinerja guru dalam pembelajaran, masih
menggunakan model konvensional sehingga pembelajaran terasa membosankan dan tidak
menarik bagi siswa, belum sesuai dengan PAIKEM. Menurut pendapat siswa diperoleh
masukan bahwa pembelajaran seharusnya menarik, menyenangkan, efektif, kreatif dan
inovatif. Untuk itu guru dituntut untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan
keinginan siswa sehingga dicapai hasil yang maksimal.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Von Metternikh (2013); Halid (2013),
meyimpulkan bahwa Pembelajaran dengan metode Koopratif model STAD memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklusnya. Penerapan metode Pembelajaran koopratif
model STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan minat belajar siswa
yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa hasil wawancara yang menyatakan bahwa
siswa tertarik dan berminat dengan metode Koopratif model STAD sehingga mereka menjadi
termotivasi untuk belajar.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan prestasi dan aktifitas peserta didik dengan
menerapkan metode STAD dikolaborasikan dengan kegiatan laboratorium. Kreatifitas dan
kepedulian guru sangat diperlukan untuk mengubah iklim pembelajaran yang dirasakan
belum tepat dan memuaskan, menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan
menyenangkan. Untuk itu diperlukan sarana dan prasarana pendukung berupa peralatan dan
bahan serta media pembelajaran yang memadai. Dari pemikiran di atas, dilakukan upaya
meningkatkan aktifitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan metoda
STAD dipadukan dengan kegiatan laboratorium. Teknik ini diharapkan dapat melibatkan
siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman nyata
(autentik). Prestasi belajar siswa dengan kondisi ini dapat dijamin ikut meningkat.
Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sebagai berikut : (1) Fase 1
penyampaian Tujuan Pembelajarn dan motivasi Guru menyampaikan Tujuan Pembelajaran
dan materi pembelajaran, (2) Fase 2 presentasikan materi pembelajaran, Guru
mempresentasikan materi yang akan didiskusikan pada setiap kelompok, (3) Fase 3 mengatur
siswa dalam kelompok belajar, Guru menjelaskan kepada siswa untuk membentuk kelompok
belajar dan kerjasama kelompok itu dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep,
(4) Fase 4 Membantu siswa belajar dan bekerja kelompok, Guru membantu kelompok
belajar pada saat siswa mengerjakan dalam tugas, (5) Fase 5 Umpan balik/resitasi/evaluasi,
Guru memberikan umpan balik/resitasi/evaluasi materi pelajaran atau masing- masing
kelompok menyampaikan hasil pekerjaan mereka, (6) Fase 6 Pemberian penghargaan, Guru
memberikan cara untuk menghargai hasil dan usaha baik individu maupun kelompok.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
34
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan mengacu pada
model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu
berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi
planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan
yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan
kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Alur PTK
Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen
penelitian dan perangkat pembelajaran. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang
dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran koopratif model
STAD melalui kegiatan laboratorium. Pada kegiatan refleksi mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan
berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Hasil refleksi ini selanjutnya
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk langkah perbaikan pembelajaran
berikutnya.
Observasi dibagi dalam dua putaran, setiap putaran dikenai perlakuan dengan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif. Dibuat dalam dua
putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Silabus, yaitu seperangkat
rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian
hasil belajar, 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap
putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran, dan kegiatan belajar mengajar, 3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS),
lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
35
hasil pengamatan, dan 4) Tes formatif, tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep laju reaksi.
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPA 1 MAN Batu Tahun Pelajaran
2016/2017, mata pelajaran kimia, materi laju reaksi dan faktor faktor yang mempengaruhi
laju reaksi.
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi
pengolahan belajar dengan metode Pembelajaran koopratif model STAD, observasi aktivitas
siswa dan guru, dan tes formatif. Data yag diperoleh dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan
atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh, dengan tujuan untuk mengetahui prestasi
belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengalisis tingkat
keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses pembelajaran setiap
putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes tertulis pada setiap akhir
putaran. Salah satu kreteria untuk menentukan keberhasilan pembelajaran adalah ketuntasan
belajar siswa. Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2013, keberhasilan
tindakan diukur berdasarkan pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 75. Jika
siswa memperoleh nilai <75 dikatakan belum tuntas, jika siswa mendapat nilai ≥75 dikatakan
tuntas. Dan kelas disebut tuntas belajar bila dikelas tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 75. Analisis ini dilakukan setiap akhir
siklus pembelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Hasil Perencanaan
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil tes , data observasi berupa pengamatan
pengelolaan belajar dengan pembelajaran koopratif model STAD dan pengamatan aktivitas
siswa dan guru pada saat pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Siklus
I diawali dengan tahap perencanaan, yaitu peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1, Lembar Kerja Siswa (LKS) 1,
Lembar Pengamatan Siswa 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Pelaksanaan Tindakan & Observasi
Tahapan berikutnya adalah kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada
tanggal 19 Oktober 2016 di Kelas XI IPA 1 dengan jumlah siswa 33 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar. Pada pertemuan pertama, pembelajaran dilaksanakan didalam
kelas dengan sarana yang terbatas, dimana siswa belajar didalam kelas tidak menggunakan
meja. Tapi hal ini tidak membatasi semangat para siswa untuk belajar. Kegiatan belajar tetap
berlangsung dengan lancar. Pertemuan berikutnya sarana didalam kelas yaitu meja belajar
sudah tersedia, para siswa antusias mengikuti pembelajaran.
Pada kegiatan pendahuluan berkaitan dengan kesiapan belajar siswa menurut pengamat
observer bahwa semua siswa sudah siap menerima pelajaran dengan baik. Hal ini terlihat
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
36
pada saat guru melakukan apersepsi dengan menanyakan contoh dari reaksi kimia yang
berlangsung cepat dan contoh reaksi kimia yang berlangsung lambat, siswa antusias
menjawab. Kemudian guru menunjukkan gambar/video paku berkarat, potongan apel yang
mengalami pencoklatan dan ledakan petasan. Terjadi dialog antara siswa dan guru :
Guru : “Anak-anak, reaksi apa yang berlangsung dengan cepat? “
Siswa A : “Petasan bu”
Siswa B : “Bom bu”
Guru : “ Ada lagi jawaban lain?”, Iya jawabannya benar!” Nah sekarang, reaksi apa yang
berlangsung lambat?”
Siswa C : “Pembuatan Tape”
Siswa D : “Perkaratan besi”
Guru : “ Ya benar, coba nanti cari contoh yang lain”
Ketika ditayangkan video dan gambar, terjadi dialog :
Siswa A : “ mengapa ada reaksi yang berlangsung cepat, ada yang lambat?”.
Guru : jawabannya akan kita temukan setelah kita mengerjakan LKS, Untuk itu kita akan
berdiskusi dan dilakukan secara berkelompok.
Kemudian guru membagikan LKS sebagai media pembelajaran berupa lembar kerja yang
akan di diskusikan. Pada kegiatan inti terkait interaksi siswa dengan siswa terjadi pada saat
pembentukan kelompok sampai saat siswa mengerjakan tugas berkelompok. Dalam kerja
kelompok menurut observer terjadi interaksi antara siswa dalam kelompok saat guru
memberikan perintah agar mendiskusikan LKS yang sudah diterima. Kerja kelompok
berjalan dengan lancar, beberapa kali terdapat perbedaan pendapat. Interaksi guru dengan
siswa terjadi ketika guru berkeliling mendatangi kelompok diskusi.
Pada kegiatan ini, menurut pengamatan/observer siswa sangat bersemangat menerima
pelajaran dari guru model, siswa aktif menjawab pertanyaan dari guru dan terlibat langsung
dalam pembelajaran. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru menggiring pemahaman
siswa dari reaksi kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan kegiatan inti
pembelajaran.
Pada pertemuan berikutnya yang dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2016 diawali
dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu mempelajari teori tumbukan kemudian guru
memutarkan video tentang tumbukan. Para siswa mencermati tayangan tersebut. Setelah
selesai tayangan tersebut guru memberi kesempatan para siswa untuk bertanya:
Siswa A : “Bu, apakah setiap tumbukan selalu menghasilkan reaksi ?”
Guru : “Anak-anak apa ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut?”
Siswa B : “Saya coba menjawab ya, Bu!
Guru : “Ayo, coba jelaskan!”
Siswa B : “Tumbukan itu akan selalu menghasilkan reaksi.”
Guru : Ada yang punya pendapat lain?”
Siswa C : “ Saya bu”
Guru : “ ya, silahkan”
Siswa C : “tidak selalu bu”
Guru : “Ok, untuk lebih jelasnya, kita akan diskusikan dengan kelompok yang sudah kita
susun pada pertemuan terdahulu”
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
37
Guru kemudian membagi handout dan LKS. Siswa mulai membentuk kelompok dan
memulai diskusi. Siswa dengan aktif berdiskusi bersama teman sekelompok. Kemudian guru
membagikan LKS sebagai media pembelajaran berupa lembar kerja yang akan di diskusikan.
Dalam kerja kelompok menurut observer terjadi interaksi antara siswa dalam kelompok
segera setelah guru memberikan perintah agar mendiskusikan LKS yang sudah diterima.
Kerja kelompok berjalan dengan lancar. Interaksi guru dengan siswa terjadi ketika guru
berkeliling mendatangi kelompok diskusi. Akan tetapi, pada pertemuan kedua terdapat satu
kelompok diskusi yang kurang bersemangat. Karena salah seorang anggota kelompok tiga
tidak hadir. Hal itu mengakibatkan ketidak kompakan kelompok tersebut. Sehingga guru
kemudian melakukan interaksi pada kelompok tersebut. Pada akhirnya kegiatan diskusi pada
hari itu berjalan dengan cukup baik.
Pada akhir pembelajaran siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data
hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:.
Tabel 1. Hasil evaluasi formatif 1.
No Uraian Hasil Siklus 1
1
2
3
4
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang mengikuti tes
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa yang tidak tuntas
73,96
28
14 (50 %)
14 (50 %)
Dari tabel 1 terlhat bahwa nilai rata-rata siswa 73,96 masih dibawah KKM (75). Jumlah siswa
yang tuntas 14 (50%) dan jumlah siswa yang tidak tuntas 14 (50%). Hal ini menggambarkan
bahwa proses pembelajaran belum tuntas.
Aktifitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus 1 ditayangkan pada gambar
berikut:
Gambar 1: Kegiatan siswa ketika mengerjakan dan mendiskusikan LKS secara berkelompok
Refleksi
Setiap akhir pembelajaran, selalu dilakukan tahapan refleksi, untuk mengetahui tingkat
keberhasilan proses dan hasil belajar yang diharapkan. Pada tahap ini dikaji apa yang telah
terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan penerapan pembelajaran kooperatif model STAD melalui kegiatan laboratorium.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
38
Pembelajaran kooperatif STAD pada mata pelajaran Kimia di Kelas XI IPA 1 pada siklus 1
menunjukkan peningkatan pada hal-hal berikut. 1) Peningkatan aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran Kimia yang ditandai dengan antusiasnya siswa dalam menyelesaikan tugas
menentukan tentang teori tumbukan dan hubungannya dengan laju reaksi (Gambar 1-3). (2)
Terjadi interaksi siswa dan siswa yang ditandai dengan kerjasama antar siswa dalam
kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok. (3) Keberanian peserta didik untuk
menyampaikan pendapat pada waktu diskusi kelas serta menjawab pertanyaan dari guru.
Peningkatan tersebut disebabkan penerapan pembelajaran kooperatif STAD melalui kegiatan
laboratorium. Pembelajaran yang berlangsung sangat interaktif baik sesama siswa, guru, dan
penggunaan media. Pertanyaan guru cepat direspon oleh siswa, demikian juga tugas yang
diberikan guru dalam LKS tentang teori tumbukan dan hubungannya dengan laju reaksi,
segera dilaksanakan. Dari hasil observasi ditemukan beberapa kendala yaitu : ketika membuat
kelompok masih terjadi kegaduhan, sarana tempat belajar yang masih kurang memadai,
pengelolaan waktu yang masih belum efektif, dan pengaturan tempat duduk juga belum
efisien. Untuk itu dibuat rancangan siklus II untuk menyempurnakan kekurangan yang terjadi
pada siklus I.
Siklus II
Hasil Perencanaan :
Berdasarkan hasil refleksi siklus I dilakukan perencanaan untuk perbaikan
pembelajaran di siklus II, antara lain penyempurnaan RPP, LKS, media pembelajaran,alat
evaluasi, dan manajemen kelas.
Pelaksanaan Tindakan & Observasi :
Pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran dimulai pada tanggal 26 Oktober 2016. Proses
pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disusun dan disempurnakan
berdasarkan perbaikan pada siklus I. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada kegiatan pendahuluan dimulai dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan
dilanjutkan dengan apersepsi yaitu dengan menanyakan kembali materi sebelumnya tentang
teori tumbukan dan laju reaksi.
Guru : “ Bagaimana anak-anak, masih ingat materi yang kita pelajari pada pertemuan yang
lalu?”
Siswa : “Ingat bu”
Siswa A : “ tentang hubungan antara reaksi kimia dengan tumbukan.”
Guru : “ Faktor apa yang menentukan terjadinya tumbukan efektif ?”
Siswa B : “arah atau orientasi yang tepat saat tumbukan, bu”
Siswa C : “dan energi kinetik partikel yang bertumbukan.”
Guru : “ ya, benar.”
Guru : “ Nah kali ini, ibu akan menampilkan data hasil percobaan tentang perubahan
konsentrasi dan laju reaksinya.”
Kemudian guru menampilkan data hasil lima percobaan tentang perubahan konsentrasi dan
pengaruhnya pada laju reaksi. Guru mengajak siswa untuk menganalisa data tersebut. Siswa
mendengarkan penjelasan guru tentang perumusan laju reaksi, cara menentukan orde reaksi,
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
39
berdasarkan data percobaan tersebut. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok dengan
melaksanakan diskusi dengan bantuan media pembelajaran LKS.
Hasil evaluasi formatif II terangkum dalam tabel 2:
Tabel 2. Hasil evaluasi formatif 2.
No Uraian Hasil Siklus 1
1
2
3
4
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang mengikuti tes
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa yang tidak tuntas
80,78
32
29 (90,6%)
3 (9,4%)
Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar menjadi lebih efektif dibuktikan
dengan hasil rata-rata tes meningkat dari 73,96 menjadi 80,78. Ketuntasan belajar siswa
90,65% (29 siswa), sedangkan yang belum tuntas 3 siswa. Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa proses pembelajaran sudah mencapai ketuntasan.
Dari hasil pengamatan beberapa observer dan hasil refleksi siklus 2 pelaksanan
pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut: 1) selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek c ukup besar, 2)
berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar
berlangsung, 3) kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik, 4) hasil belajar siswa pada siklus II mencapai
ketuntasan (harapan).
Aktifitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus 1I ditayangkan pada gambar berikut:
Gambar 2: Kegiatan siswa ketika melakukan eksperimen dan demonstrasi.
Pada siklus II guru telah menerapkan belajar dengan metode pembelajaran kooperatif
model STAD melalui kegiatan laboratorium dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta
hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan perbaikan, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
40
STAD melalui kegiatan laboratorium, pada pembelajaran Kimia kelas XI IPA 1 MAN Batu
memiliki dampak positif dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat dari semakin meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
guru, yaitu; Siklus I (50 %), dan pada siklus II (90,6 %). Hal ini berarti ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai. Kemampuan Guru dalam mengelola pembelajaran
meningkat, Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi
belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang
terus mengalami peningkatan. Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, dengan
penerapan pembelajaran kooperatif model STAD melalui kegiatan laboratorium adalah
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa atau antara siswa
dengan guru dan bekerja dalam kelompok memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah belajar dengan metode pembelajaran kooperatif model STAD dengan baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
Refleksi :
Pada kegiatan refleksi siklus 2, berdasarkan observasi pengamat terlihat peningkatan
keaktifan siswa, ditandai dengan keseriusan siswa melakukan eksperimen. Kelas dibagi 8
kelompok, dengan pembagian setiap dua kelompok melakukan satu percobaan yang sama
yaitu kelompok Pengaruh Konsentrasi, kelompok Pengaruh luas permukaan , kelompok
Pengaruh Temperatur dan kelompok Pengaruh Katalis terhadap laju reaksi. Pada akhir
pembelajaran, wakil kelompok pengujian melakukan demonstrasi singkat untuk memberikan
pengalaman belajar yang tidak dimiliki kelompok yang lain. Sehingga diharapkan siswa
memiliki mengalaman belajar yang merata.
Adapun data hasil penelitian dalam bentuk tabel hasil evaluasi dan jumlah peserta yang
sesuai pada tiap-tiap siklus adalah sebagai sebagai berikut:
Tabel 3: Perbandingan Hasil Siklus I dan Siklus II
No Uraian Hasil Siklus I Hasil Siklus II
1
2
3
4
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa yang belum tuntas
Persentase ketuntasan belajar
73,96
14
14
50 %
80,78
29
3
90,60 %
Dari pembahasan diatas menunjukkan tanggung jawab masing-masing anggota untuk
menyelesaikan tugas kelompok. Seperti yang disampaikan Slavin (2005, dalam Zubaidah,
dkk. 2013) yaitu dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling
menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar, baik
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
41
secara individu maupun kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing
siswa menyelesaikan tugasnya. Pada pelaksanaan pembelajaran semua aktif karena masing-
masing siswa mendapat tugas yang jelas. Menurut Joni (1980, dalam Zubaidah, dkk. 2013)
kelompok yang efektif ditandai oleh suasana yang hangat dan produktivitas yang tinggi
dalam pemenuhan tugas, tanpa adanya anggota kelompok yang dikorbankan atau ditonjolkan.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam kelompok diperlukan pula adanya rasa
tanggungjawab perorangan terhadap pembelajaran, sehingga diantara anggota kelompok
tidak ada yang menggantungkan diri kepada anggota yang lain. Guru memberi pujian atau
penghargaan kepada kelompok yang menyelesaikan tugas dengan cepat dan benar.
Penghargaan kelompok ini bertujuan memberi motivasi pada siswa. Seperti yang
disampaikan Zubaidah, dkk. (2013) adanya sistem penghargaan ini memicu munculnya
motivasi anggota kelompok untuk memperolehnya. Salah satu unsur pembelajaran kooperatif
adalah akuntabilitas individu. Akuntabilitas individu dapat berarti keberhasilan kelompok
tergantung pada hasil semua anggota kelompok. Akuntabilitas berfokus pada kegiatan saling
membantu antar anggota kelompok dan mempersiapkan semua anggota kelompok untuk
mengikuti penilaian. Kesetaraan kesempatan untuk memperoleh kesuksesan berarti bahwa
siswa memberikan sumbangan bagi keberhasilan kelompoknya dengan meningkatkan
kemampuannya sendiri. Hal ini membuktikan bahwa siswa yang berbeda tingkat
kemampuannya tertantang untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan sumbangan dari
seluruh anggota kelompok menjadi sangat berarti.
Pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan
secara efektif. Penerapan pembelajaran kooperatif STAD harus dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk
ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh
sebab itu, perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok (Kompasiana,
2013)
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1) Pembelajaran dengan metode Kooperatif model STAD melalui kegiatan
laboratorium memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(50%), siklus II (90,6 %), dan 2) Penerapan metode Pembelajaran koopratif model STAD
melalui kegiatan laboratorium mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan minat
belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa hasil wawancara yang
menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode Kooperatif model STAD
sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar Kimia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka
disampaikan saran sebagai berikut: 1) Untuk melaksanakan pembelajaran memerlukan
persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan, misalnya pembelajaran kimia materi laju reaksi dan faktor-
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
42
faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan penerapan pembelajaran Kooperatif model
STAD melalui kegiatan laboratorium dapat diperoleh hasil yang optimal, dan 2) Dalam
rangka meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya
dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Daftar Rujukan :
Halid, 2015. Pengalaman Mengajar Dengan Pembelajaran Kooperatif STAD Pada
Matapelajaran Ipa Materi Susunan Alat Pencernaan Di Sdn 1 Singkawang Tengah,
Jurnal TEQIP,Universitas Negeri Malang.
Von Metternikh, 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI
SD Negeri 02 Kaur Utara Kabupaten Kaur Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal
TEQIP,Universitas Negeri Malang.
Sri Haryati, 2015. Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Tumbuhan Hijau Melalui
Pembelajaran Kooperatif Model Stad Pada Siswa Kelas Va Sdn 002 Tanah Grogot
2013, Jurnal TEQIP,Universitas Negeri Malang.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin
University Press.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
43
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TWO STAY TWO
STRAY (TSTS) MATERI VIRUS UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF DAN
AFEKTIF SISWA KELAS X- 4 SMAN 3 BATU
Sumono
Sma Negeri 3 Batu
Abstrak : Kemampuan siswa yang beragam dalam memahami materi pelajaran rata-rata
masih rendah terbukti dengan hasil penilaian belum memuaskan. Kemampuan dalam
komunikasi, bekerja sama, dan berinteraksi dalam memecahkan permasalahan materi
pelajaran masih sangat kurang, sehinggan terkesan ada kelompok yang mampu dan
kelompok yang tidak mampu yang cenderung mengakibatkan terganggunya situasi kelas.
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray (TSTS) memberikan ruang yang besar
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Pada model ini, guru berperan sebagai
fasilitator sehingga peran aktif guru menjadi berkurang. Tahapan pembelajaran TSTS
adalah persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, presentasi kelas dan evaluasi. Untuk
mengukur peningkatan kognitif dan afektif siswa dilakukan dengan lembar observasi. Hasil
dari penerapan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model two stay
two stray (TSTS) mampu meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa yaitu,
dengan cara memberikan suasana belajar diskusi yang menyenangkan, kesempatan kepada
siswa untuk belajar aktif melakukan pertukaran informasi dan materi dengan sesama teman,
menyampaikan gagasan kepada teman, menyampaikan jawaban dan pertanyaan terhadap
permasalahan diskusi, serta membutuhkan kerjasama dalam kelompok.
Kata kunci : TSTS, kognitif, dan afektif
Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berfikir, mengetahui dan
memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang menyanngkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam rana kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan
berfikir, termasuk idalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikaskan,
menganaliasis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
Ada tiga komponen dasar dalam belajar yaitu: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya belajar, (2) faktor-faktor bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip mana yang
dilaksanakan, (3) faktor hasil belajar dua komponen pertama berkenaan dengan proses belajar
yang sangat terkait dengan faktor ketiga. Dengan demikian bagaimana peristiwa terjadinya
proses belajar akan menentukan hasil belajar siswa.
Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif
akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Dalam pembelajaran selama ini guru mencoba memfokuskan pada upaya
menuangkan pengetahuan yang dimiliki guru sebanyak mungkin kepada siswa. Waktu yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi biologi 2 x 45 menit, kemudian
memberikan sub pokok bahasan dan penjelasan seperlunya kepada siswa, setelah itu
dilanjutkan dengan latihan-latihan soal. Pada saat guru menjelaskan materi ada beberapa
siswa yang mendengarkan, sebagian siswa yang duduk dibelakang terlihat ramai dan
bergurau dengan temannya. Mereka berbicara sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
44
guru. Apabila mereka diawasi oleh guru, maka siswa tersebut seolah-olah sedang
mendengarkan penjelasan guru dengan membuka-buka buku paketnya dan serius
memperhatikan pelajaran. Sebagian siswa juga ada yang mendengarkan penjelasan guru
dengan mencocokkan catatan yang ditulis oleh guru di papan tulis dengan buku paket yang
mereka miliki. Pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa sebatas menanyakan bagaimana cara
menyelesaikan jawaban soal-soal yang diberikan. Hasil akhir dari pembelajaran masih belum
sesuai dengan harapan KKM 75 dengan distribusi 50 % dibawah KKM, 20 % sama dengan
KKM dan hanya 10 % diatas KKM.
Upaya untuk meningkatkan aspek kognitif maupun aspek afektif siswa dapat
dilakukan dengan pembelajaraan kooperatif, menurut Holubec pembelajaran koperatif
(cooperative learning) merupakan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dan mencapai tujuan
belajar. Menurut Johson pada umumnya hasil penelitian dari penggunaan metode
pembelajaran kooperatif akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih
positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh
dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa.
Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli
pendidikan. Menurut Holubec (2003) pembelajaran koperatif (cooperative learning)
merupakan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dan mencapai tujuan belajar. Menurut
Johson (2004) pada umumnya hasil penelitian dari penggunaan metode pembelajaran
kooperatif akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan
penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan
persaingan.
Sedangkan cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
terstruktur. Lie (2005) juga menyebut “cooperative learning sebagai sistem pembelajaran
gotong-royong”. Dalam sistem pembelajaran ini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Dengan ringkas Abdurahman dan Bintoro (2005) mengatakan bahwa “pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi
yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam
masyarakat nyata.”
Salah satu teknik atau model pembelajaran kooperatif adalah model two stay two stray
(TSTS) atau dua tinggal dua tamu. Model pembelajaran dua tinggal dua tamu ini
dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992, dua tinggal dua tamu memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal
ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-
kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa
yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan sehari hari dan kerja
manusia saling bergantung satu sama lainnya.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
45
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran two stay two stray
(TSTS) pada mata pelajaran Biologi materi Virus, dan diharapkan dapat mendeskripsikan
peningkatan hasil belajar siswa kelas X- 4 di SMA Negeri 3 Kota Batu
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS)
atau dua tinggal dua tamu adalah sebagai berikut : (1) Siswa bekerjasama dalam kelompok
secara heterogen seperti biasa, (2) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok
akan meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain.
Alur pembelajaran dengan two stay two stray (TSTS) dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Alur Diskusi dengan Model Two Stay Two Stray (TSTS).
Keterangan:
1A, 2A : Siswa yang tetap tinggal di kelompok awal
3A, 4A : Siswa yang bertamu ke kelompok lain.
1. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan infomasi
mereka ketamu mereka.
2. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain.
1A 2A
3A 4A
1B 2B
3B 4B
1A 2C
3C 4C
1I 2I
3I 4I
1H 2H
3H 4H
1G 2G
3G 4G
I
II
III IV
V
VI
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
46
Pola model pembelajaran kooperatif adalah model two stay two stray (TSTS), guru
berperan sebagai fasilitator, artinya tidak ada campur tangan guru yang terlalu jauh dalam
penyampaian materi terhadap siswa. Siswa diharapkan keaktifannya dalam diskusi untuk
memecahkan masalah dari materi yang dipelajarinya. Kemampuan akademik siswa yang
heterogen dimanfaatkan sebagai acuan untuk membentuk kelompok belajar kooperatif.
Tahapan dalam pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS) adalah persiapan,
presentasi guru, kegiatan kelompok, presentasi kelas dan evaluasi.
Penjelasan atas masing-masing tahapan adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), sistem penilaian, menyiapkan LKS (lembar kerja siswa) dan
membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4
siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi
belajar.
2. Presentasi guru
Pada tahap ini, guru menyampaikan indikator pembelajaran dan menjelaskan materi secara
garis besarnya sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
3. Kegiatan kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-
tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima
lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep
materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu
mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing
kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka
sendiri. Masing-masing siswa boleh mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
dari temannya. Kemudian dua dari empat anggota dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah,
sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
dan informasi mereka ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota
yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan
temuan dari kelompok lain serta mencocokkan hasil kerja mereka.
4. Presentasi kelompok
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah
satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau
didiskusikan dengan kelompok lainnya. Dalam hal ini masing-masing siswa boleh
mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban atapun tanggapan kepada kelompok
yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya. Kemudian guru membahas dan
mengarahkan siswa ke jawaban yang benar.
5. Evaluasi kelompok dan penghargaan
Pada tahap evaluasi ini, untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam
memahai materi yang telah diberikan dapat dilihat dari seberapa banyak pertanyaan yang
diajukan dan ketepatan jawaban yang telah diberikan atau diajukan
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan
dari pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS) adalah sebagai berikut dapat
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
47
diterapkan pada semua kelas / tingkatan, 2) kecenderungan belajar siswa menjadi lebih
bermakna, 3) lebih berorientasi pada sikap dan keaktifan, 4) membantu meningkatkan
prestasi belajar.
Sedangkan kekurangan dari pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS)
adalah sebagai berikut: 1) membutuhkan waktu yang relatif cukup lama, 2) siswa cenderung
tidak mau belajar kelompok dan menyerahkan tugas kepada satu siswa dalam kelompk
tersebut, 3) bagi guru membutuhkan banyak persiapan materi, tenaga, dan waktu. 4) guru
cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Cara mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model dua tiggal dua tamu, maka
sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-
kelompok yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Dari
sisi jenis kelamin, ada dua kelompok yang terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuannya.
Dari hal kemampuan akademis, dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan
akademis tiggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu orang berkemampuan
kurang. Dengan pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling
mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan
adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan dapat membatu
anggota kelompoknya.
Adapun teknik pengumpulan datannya menggunakan tes, observasi catatan lapangan
dan dokumentasi. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar.
Sedang observasi dan catatan lapangan digunakan untuk menggali data tentang adanya
peningkatan aktivitas siswa, respon siswa dan guru pada proses pembelajaran Biologi pada
materi Virus kelas X- 4 SMA Negeri 3 Batu.
Analisis data menggunakan kualitatif, data yang digunakan mencakup reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila
penguasaan materi siswa mencapai 75% dari tujuan yang seharusnya dicapai, dengan nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal 75%.
Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah sebagai berikut :
Gambar 2 : Alur penelitian tindakan kelas
Ya
Belum
Ber-
hasil
?
Observasi awal
siklus perencanaan
Observasi
pelaksanaan
Refleksi dan analisis
data
Pelaksanaan tindakan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
48
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari dua siklus, yaitu :
1. Siklus I
1. Perencanaan, membuat RPP tentang Virus yang dirancang dengan menggunakan
model two stay two stray (TSTS)
2. Tidakan dan pengamatan
Pelaksanaan pembelajaran dengan sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan
model two stay two stray (TSTS)
3. Refleksi
Melakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan, dan menarik kesimpulan untuk
penyempurnaan pada siklus II.
2. Siklus II,
Siklus II dilakukan dengan tahapan yang seperti siklus I, yang didasarkan pada
penyempurnaan dari refleksi siklus I, yaitu :
1. Perencanaan, membuat RPP tentang Virus yang dirancang dengan menggunakan
model two stay two stray (TSTS), dengan menambah beberapa perubahan pembagian
kelompok.
2. Tidakan dan pengamatan
Pelaksanaan pembelajaran dengan sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan
model two stay two stray (TSTS)
3. Refleksi
Melakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan.
4. Kesimpulan
Setelah siklus II selesai dilanjutkan dengan pengumpulan data pada siklus I dan II,
pengolahan dan analisis data, sehingga mendapatkan hasilpenelitian dan selanjutnya
menarik kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PERENCANAAN
Siklus I
Perencanaan
Tahap Perencanaan pada siklus I ini disiapkan perangkat pembelajaran yang sudah
mengacu pada permasalahan yang menjadi kendala dalam kegiatan belajar mengajar.
Rencana Program Pembelajaran disusun disesuaikan dengan tujuan untuk memecahkan
masalah untuk meningkatkan hasil dari proses belajar pengembangan dilakukan untuk
mempermudah siswa memahami materi, sehingga dalam pembahasan dapat lebih menarik
dan membangkitkan motivasi rasa ingin tahu terhadap permasalahan pada materi. Media
pembelajaran menggunakan gambar/charta. Lembar Kerja Siswa diberikan untuk
mempermudah mendapatkan jawaban dari permasalahan pada materi. Hasil dari proses
pembelajaran dilakukan eveluasi dalam bentuk tes tulis. Target hasil pembelajaran pada
siklus I siswa memperoleh nilai minimal sama dengan KKM yaitu 75
Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan 1 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal
12 Oktober 2016 di kelas X- 4 SMA Negeri 3 Batu. Pelaksanaan pembelajaran terbagi dalam
tiga kegiatan, yaitu: kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
49
pembuka siswa diajak berdo’a bersama, peneliti membagi siswa dalam kelas menjadi 6
kelompok masing-masing beranggotakan 4 siswa yang heterogen. Masing-masing kelompok
melaksanakan tugas untuk mendapatan hasil diskusi bersama kelompok lain. Kelompok
dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang
bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang
diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan
terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa. Anggota kelompok berkumpul kembali dan
menyampaikan hasil bertamu di kelompok lain, dilanjutkan diskusi kelompok untuk
memantapkan jawaban. dilanjutkan apersepsi untuk mengetahui kesiapan materi prasarat
dengan menanyakan materi yang sudah diajarkan. Peneliti menjelaskan model pembelajaran
Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pendekatan Cooperative Learning dilaksanakan 2 x 45
menit atau 2 JP.
Kegiatan ditutup meminta siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok, dilanjutkan tes
tulis dan diinformasikan materi yang akan dipelajari pertemuan berikutnya.
Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan observer selama pelaksanaan kegiatan ada beberapa
temuan yang menarik pada aktivitas siswa antara lain : 1) Memperhatikan ketika pembagian
kelompok, tetapi ada yang terkesan tidak respon ketika mendapatkan nama yang kurang pas,
2) Sebagian besar semangat mengikuti kegiatan dengan melakukan diskusi dan bertanya pada
kelompok lain, 3) Ada anggota kelompok yang kurang aktif dalam dalam merespon hasil
yang disampaikan temannya. 4) Ada siswa yang sibuk mencari jawaban melalui browsing. 5)
Ketika refleksi, masih ada menjawab yang menjawab salah.
Refleksi
Kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan melalui diskusi dangan observer dan guru
yang lain, adapun hasil diskusi antara lain sebagai berikut : 1) Pada awal siswa
memperhatikan penjelasan guru, 2) Fenomena yang disampaikan melalui tayangan
memotivasi rasa ingin tahu siswa, 3) Awal kegiatan tampak antosias, tetapi pada
pertengahan kunjungan kelompok petugas tuan rumah (two stray) mulai menurun. 4) Waktu
2 x 45 menit membatasi kreativitas bertanya dan menjawab. 5) Refleksi menunjukan bahwa
siswa yang tidak aktif karena sesuatu mulai awal pembagian kelompok kurang memahami
materi. 7). Hasil tes menunjukkan tingkat keberhasilan masih kurang, ada 10 siswa nilainya
masih dibawah KKM dan Hasil observasi yang menunjukan perubahanan afektif siswa
selama mengikuti pembelajaran.
Dari hasil refleksi siklus I disimpulkan, penelitian ini belum berhasil meningkatkan
kognitif dan afektif, masih perlu revisi RPP berkaitan dengan pembagian kelompok mengacu
pada kemampuan dan gender, memberikan tata tertib dan waktu .
Siklus II
Perencanaan
Tahap Perencanaan pada siklus II ini disiapkan perangkat pembelajaran yang sudah
mengacu pada permasalahan yang menjadi kendala dalam kegiatan belajar mengajar.
Rencana Program Pembelajaran disusun disesuaikan dengan tujuan untuk memecahkan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
50
masalah untuk meningkatkan hasil dari proses belajar pengembangan dilakukan untuk
mempermudah siswa memahami materi, sehingga dalam pembahasan dapat lebih menarik
dan membangkitkan motivasi rasa ingin tahu terhadap permasalahan pada materi. Media
pembelajaran menggunakan gambar/charta. Lembar Kerja Siswa diberikan untuk
mempermudah mendapatkan jawaban dari permasalahan pada materi. Hasil dari proses
pembelajaran dilakukan eveluasi dalam bentuk tes tulis. Target hasil pembelajaran pada
siklus II siswa memperoleh nilai minimal sama dengan KKM.
Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan 1 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal
9 Nopember 2016 di kelas X-4 SMA Negeri 3 Batu. Pelaksanaan pembelajaran terbagi dalam
tiga kegiatan yaitu : kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan
pembuka siswa diajak berdo’a bersama, Peneliti membagi siswa dalam kelas menjadi 6
kelompok masing-masing beranggotakan 4 siswa yang heterogen dengan memperhatikan
hasil penilaian sebelumnya dan membagi rata antara laki laki dan perempuan dalam jumlah
sama. Masing masing-masing kelompok melaksanakan tugas untuk mendapatan hasil diskusi
bersama kelompok lain. Kelompok dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang
diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan
dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan
rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
Anggota kelompok berkumpul kembali dan menyampaikan hasil bertamu di kelompok lain,
dilanjutkan diskusi kelompok untuk memantapkan jawaban. dilanjutkan apersepsi untuk
mengetahui kesiapan materi prasarat dengan menanyakan materi yang sudah diajarkan.
Peneliti menjelaskan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pendekatan
Cooperative Learning dilaksanakan 2 x 45 menit atau 2 JP.
Kegiatan ditutup meminta siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok, dilanjutkan tes
tulis dan diinformasikan materi yang akan dipelajari pertemuan berikutnya.
Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan observer selama pelaksanaan kegiatan ada beberapa
temuan yang menarik pada aktivitas siswa antara lain : 1) Memperhatikan ketika pembagian
kelompok yang sudah sesuai dengan kemampuan dan pemerataan jumlah gender, 2) Sebagian
besar semangat mengikuti kegiatan dengan melakukan diskusi dan bertanya pada kelompok
lain, 3) Ada anggota kelompok lebih aktif dalam merespon hasil yang disampaikan temannya.
4) Setelah diterapkannya tata tertib tidak ada lagi siswa yang sibuk mencari jawaban melalui
browsing. 5) Ketika refleksi, semua sudah menjawab dengan benar, 6) Pada saat tes tulis
siswa mengerjakan dengan penuh percaya diri.
Refleksi
Kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan melalui diskusi dangan observer dan guru
yang lain, adapun hasil diskusi antara lain sebagai berikut : 1) Pada awal siswa
memperhatikan penjelasan guru, 2) Fenomena yang disampaikan melalui tayangan
memotivasi rasa ingin tahu siswa, 3) Awal kegiatan tampak antusias sampai jam pelajaran
berakhir. 4) Efektivitas pemanfaatan waktu 2 x 45 menit mendorong kreativitas bertanya dan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
51
menjawab lebih meningkat. 5) Refleksi menunjukan bahwa siswa aktif mulai awal
pembagian kelompok mampu memahami materi. 7). Hasil tes menunjukkan tingkat
keberhasilan 96.88 % nilainya diatas KKM
Dari hasil refleksi siklus II disimpulkan, penelitian ini berhasil dengan diterapkannya
revisi RPP berkaitan dengan pembagian kelompok mengacu pada kemampuan dan gender,
memberikan tata tertib dan efektifitas waktu .
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Sikl
us
Jumlah
total siswa
Jumlah siswa
yang tuntas
Prosentase
siswa yang
tuntas
Jumlah
siswa yang
tidak tuntas
Prosentase
siswa yang
tidak
tuntas
Nilai rata-
rata
I 32 22 68,75 10 31.25 78,25
II 32 31 96,88 1 3,13 82,28
KESIMPULAN
Dengan melihat hasil dan paembahasan baik siklus I maupun siklus 2, dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pendekatan
Cooperative Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi
pelajaran. Kemampuan dalam komunikasi, bekerja sama, dan berinteraksi dalam
memecahkan permasalahan materi pelajaran yang selama ini menjadi hambatan siswa kelas
X-4 SMAN 3 Batu dalam belajar. Model pembelajaran kooperatif two stay two stray (TSTS)
memberikan ruang yang besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Pada model
ini, guru berperan sebagai fasilitator sehingga peran aktif guru menjadi berkurang. Hasil dari
penerapan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model two stay two
stray (TSTS) mampu meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa yaitu, dengan cara
memberikan suasana belajar diskusi yang menyenangkan, kesempatan kepada siswa untuk
belajar aktif melakukan pertukaran informasi dan materi dengan sesama teman,
menyampaikan gagasan kepada teman, menyampaikan jawaban dan pertanyaan terhadap
permasalahan diskusi, serta membutuhkan kerjasama dalam kelompok.
SARAN
Demi kesempurnaan penelitian ini, peneliti menyarankan pemberian materi berupa
hand out dan tugas membaca literature lain dirumah yang berkaitan dengan materi serta
memahami model pembelajaran kooperatif two stay two stray (TSTS), pada saat pelaksanaan
siswa sudah meiliki gambaran langkah yang akan dilakukan sebagai pemberi informasi serta
pencari informasi dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan materi.
Daftar Rujukan
Arikunto, suharsimi.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Djamarah, Syaiful Bahri.2006. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Lie, Anita. 2002. Mempraktekkan Cooperative learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT.
Gramedia.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
52
MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA DENGAN
METODE STAD MELALUI SISTEM DELEGASI KELOMPOK PADA
PEMBELAJARAN KIMIA UNSUR
Zaerina
Email: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Devision . .
Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus, setiap siklus melalui tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas
XII IPA SMA Islam Batu. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan lembar
tes. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, dokumentasi, tes.
Analisis data dilakukan secara deskriptif mencakup rata-rata nilai dan persentase
ketuntasan belajar klasikal. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini yaitu:1) pada siklus I
diperoleh rata-rata hasil belajar 74,31 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 68,18%.
Pada sikus II rata-rata hasil belajar 82,55 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar
81,82%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Devision . dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPA SMA Islam batu
Kata-kata kunci : pembelajaran kooperatif type STAD, Kimia Unsur,
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2016 Tentang Standar Nasional Pendidikan, proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif,serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta
didik. Untuk itu maka prinsip pembelajaran yang diginkan adalah peserta didik diberi tahu
menuju peserta didik mencari tahu, guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber belajar, pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan keteladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangin kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri Handayani)
pembelajarn berlangsung di rumah, disekolah dan di masyarakat, pembelajaran yang
menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik dan dimana
saja adalah kelas, dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pembelajaran.
Kondisi awal di sekolah penelitian sesuai dengan hasil yang didapatkan bahwa proses
belajar mengajar berlangsung secara konvensional atau dengan menggunakan strategi
pembelajaran tradisional artinya guru mentransformasi ilmu pengetahuannya dengan
menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran berpusat pada guru, kurangnya
aktifitas siswa dalam pembelajaran dan rata-rata nilai hasil ulangan tidak mencapai kriteria
ketuntasan minimal.
Pada umumnya guru dalam mengajar tidak merencanakan proses pembelajaran
yang akan disajikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar apalagi mengenai
model dan teknik-teknik serta media yang akan digunakan dalam pembelajaran.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
53
Pembelajaran akan membosankan bagi siswa sebab dalam kegiatan belajar tidak
tersedia lembar kerja siswa apalagi media pembelajaran yang memadai. Guru lebih suka
menyajikan pelajaran dengan berceramah sehingga materi yang disampaikan tidak
menarik. Media pembelajaran kerap kali terabaikan dengan berbagai macam alasan seperti
tidak ada biaya, tidak ada waktu, sulit dicari dan sebagainya. Kondisi yang nyata siswa
banyak mengalami kesulitan belajar kimia.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Seri Erliati, Sari kristanti, (2013),
Suraji (2013) dan Supartiningsih, Ferdinad Ratu (2013), menyimpulkan bahwa Pembelajaran
kooperatif STAD ditandai dengan struktur, tugas, tujuan dan penghargaan bersama sehingga
siswa-siswa kelompok atas dan bawah akan meningkat hasil akademiknya.
Pembelajaran model kooperatif dengan strategi STAD dikembangkan untuk
mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil akademiknya, penerimaan
terhadap keragaman atau perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial.
Atas dasar itu maka untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, guru dituntut
mampu memilih dan menggunakan media dan model kegiatan pembelajaran yang cocok
dengan materi pelajaran dan kondisi sekolah saat ini. Hal demikian perlu dilakukan
mengingat bervariasinya kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Media dan alat
pembelajaran lain yang tepat dapat membantu proses komonikasi dalam belajar,
sehingga siswa dapat menerima pesan dan informasi yang disampaikan oleh guru.
Salah satu upaya menyelesaikan permasalahan di atas, adalah dengan melaksanakan
penerapan pembelajaran inovatif yang dapat memberikan pengalaman secara langsung
pada siswa . Pembelajran inovatif tersebut adalah pembelajaran Cooperative Student
Team Achievement Division atau pembelajaran kooperatif STAD.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus pembelajaran masing-masing
siklus terdiri atas empat langkah yaitu (1) Perencanaan, (2) Tindakan Pembelajaran
Kooperatif, (3) Pengamatan, (4) Refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMA
Islam Batu dengan jumlah siswa 22 (6 laki-laki dan 16 perempuan).
Masalah penelitian yang diajukan yaitu apakah dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan sistem delegasi kelompok dapat meningkatkan
prestasi dan aktifitas siswa sehingga pada akhirnya juga meningkatkan ketuntasan belajar
siswa .
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
metode STAD dengan melalui delegasi kelompok. Menurut Imas Kurniasih dan Berlin
sani(2016) Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut
Fase 1 :Menyampaikan tujuan Pembelajarn dan motivasi siswa
Pada tahap ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta
memotivasi siswa.
Fase 2 :Guru menyajikan informasi kepada siswa untuk membentuk kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa kemudian mempresentasikan
materi pembelajaran yang akan didiskusikan pada setiap kelompok
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
54
dan menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan
Fase 3 :Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok dan kerjasama kelompok itu dapat membantu siswa
dalam memahami suatu konsep.
Fase 4 :Membantu siswa belajar dan bekerja kelompok
Guru membantu kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan dalam
tugas
Fase 5 :Umpan balik/resitasi/evaluasi
Guru memberikan umpan balik/resitasi/evaluasi materi pelajaran atau
masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaan mereka.
Fase 6 :Pemberian penghargaan
Guru memberikan cara untuk menghargai hasil dan usaha baik individu
maupun kelompok.
Dalam hal ini Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua siklus. Tiap-tiap siklus
dilaksanakan sesuai perubahan yang ingin dicapai.
Menurut Haryono (2015), prosedur tindakan siklus I dan siklus II terdiri dari empat
tahap yang merupakan serangkaian kegiatan dengan urutan langkah-langkah sebagai berikut
: (a) Rancangan / Perencanaan yaitu dengan menyusun rumusan masalah, menentukan tujuan
dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan. (b) Tindakan dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya perubahan/perbaikan pembelajaran yang dilakukan. (c) Observasi dilakukan
dengan mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap siswa. (d)
Refleksi, pada tahap ini peneliti mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan.
Ya
Belum
Gambar 1 : Alur penelitian tindakan kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Perencanaan
Dari perangkat pembelajaran yang telah dipersiapkan guru melakukan persiapan
kegiatan kelas terdiri dari rancangan pelaksanaan pembelajaran 1, penyiapan LCD untuk
presentasi siswa, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Ber-
hasil
?
Observasi awal
siklus perencanaan
Observasi
pelaksanaan
Refleksi dan analisis
data
Pelaksanaan tindakan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
55
Pelaksanaan Tindakan
Tahapan berikutnya adalah kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
pada tanggal 12 Oktober 2016 di Kelas XII IPA dengan jumlah siswa 22 Orang.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pada awal pembelajaran guru memberi salam, mengkondisikan siswa untuk siap
mengikuti pelajaran. Apersepsi diberikan pada saat materi akan disampaikan. Pada tahap ini
guru memotivasi siswa dengan memberi pertanyaan:
Guru: “Apa yang kamu ketahui tentang garam dapur dan kegunaannya ?
Siswa: “ wujudnya padat bu, warnanya putih, rasanya asin dan kegunaannya untuk memberi
rasa sedap dan gurih pada makanan”.
Guru: “ Apakah kalian tahu unsur apa yang menyusun garam dapur tersebut?” Siswa :
(mengacungkan tangan dan menjawab) “Tahu bu, unsur Natrium dan Chlor”.
Guru: “Anak-anak berkaitan dengan itu maka kita hari ini mempelajari unsur-unsur yang
seperiode dengan Nartium dan Chlor tersebut”.
Pada kegiatan inti guru menyampaikan materi pokok yaitu unsur periode ketiga
sistem periodik dan tujuan pembelajaran . Selanjutnya guru membagi kelompok secara
heterogen yang setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa karena jumlah siswanya 22 orang.
Terdapat 6 Kelompok ( Kelompok A, B, C, D, E dan F), setelah itu guru memberikan
penjelasan tentang langkah kerja yang harus dilakukan oleh siswa. Kemudian guru
menyampaikan karena materi unsur periode ketiga banyak jika tidak selesai hari ini bisa
dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Setelah melakukan diskusi kelompok, salah satu
kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan menggunakan hand out,
kelompok yang lain menanggapinya. Selanjutnya guru memberikan penjelasan akhir untuk
pemantapan. Pada akhir kegiatan guru bersama siswa memberikan kesimpulan sementara
tentang pembelajaran hari ini.
Pada pertemuan berikutnya tanggal 15 Oktober 2016. Diawal pembelajaran guru
memberi salam, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran, lalu memberikan
motivasi siswa dengan menayangkan gambar logam-logam, kemudian bertanya, Guru: “Apa
yang kamu ketahui tentang pasir ?,
Siswa: “pasir itu berupa butiran-butiran kecil dan mengkilap”
Guru: “Apakah kalian tahu mengapa mengkilap?’’
Siswa: “Tahu bu, karena mengandung Silikon.’’
Guru: “Pertemuan hari ini kita melanjutkan presentasi dari kelompok E yang kemarin belum
selesai dengan menggunakan power point , sedang kelompok lain menanggapinya.’’.
Kemudian guru menyampaikan, nah berkaitan dengan itu silahkan kelompok E melanjutkan
presentasi hasil kerja kelompoknya. Setelah
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan menggunakan power point (LCD), dan
kelompok yang lain menanggapinya, Selanjutnya guru memberikan penjelasan akhir untuk
pemantapan. Pada akhir kegiatan guru bersama siswa memberikan kesimpulan tentang
pembelajaran hari ini dan menyampaikan informasi bahwa pertemuan berikutnya tanggal 18
Oktober 2016 diadakan tes formatif.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
56
Pengamatan
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada
tahap ini peneliti berkolaborasi dengan seorang guru sebagai pengamat (observer) yang
bertugas mengamati siswa belajar dan mencatat seluruh hasil pengamatannya dalam
lembar observasi.
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil observasi /pengamatan pengelolaan belajar
dengan pembelajaran koopratif model STAD serta pengamatan aktivitas siswa dan guru
pada saat pembelajaran, didukung data tes formatif siswa
Gb.2. Kegiatan siswa dalam diskusi kelompok Gb.3 .Kegiatan siswa presentasi hasil diskusi
Adapun data hasil evaluasi formatif dan aktifitas siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai rata-rata tes formatif 74,31
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15
3 Persentase ketuntasan belajar 68,18 %
Tabel 2. Aktivitas Siswa Dalam KBM
Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
No Aspek Yang Diamati
Jumlah
Siswa
yang Aktif
Aktifitas
Siswa
(%)
1 Mendengarkan /memperhatikan penjelasan guru 16 72,73
2 Membaca buku siswa 12 54,55
3 Menulis yang relevan dengan KBM 15 68,19
4
Berlatih melakukan keterampilan kooperatif
(mengajukan pertanyaan menjawab pertanyaan,
menanggapi, menyampaikan ide / pendapat,
mendengarkan secara aktif dan berada dalam tugas)
9 40,91
5 Berdiskusi antar siswa dan guru 0 0
6 Berdiskusi / bertanya antar siswa 14 63,64
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
57
7 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 13 59,09
8 Perilaku yang tidak relevan dalam KBM 4 18,18
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode
Pembelajaran koopratif model STAD diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 74,31 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari 22 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara
klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya
sebesar 68,18 % lebih kecil dari prosentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80 %. Hal ini disebabkan karena siswa
belum memahami penerapan pelaksanaan metode pembelajaran Koopratif model STAD.
Lebih lanjut dari hasil observasi diperoleh data bahwa dari tabel 2 dapat dilihat adanya
beberapa siswa ada yang tidak mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru , minat
membacanya kurang, Ada sebagian siswa yang tidak mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan baik, umumnya belum bisa berlatih melakukan keterampilan kooperatif , tidak
satupun siswa yang mau bertanya kepada guru tentang hal-hal yang kurang jelas dan sebagian
siswa kurang respon pada kegiatan pembelajaran .
Refleksi
Dari pengamatan aktivitas siswa dihasilkan bahwa dalam belajar, siswa belum menerapkan
belajar kelompok kooperatif. Hal ini dibuktikan dengan 40,91 % siswa belum berlatih
keterampilan kooperatif dengan baik. Dalam mempresentasikan hasil diskusi siswa masih
belum sepenuhnya menguasai materinya. Hal ini mungkin guru tidak terlalu banyak
membimbing siswa yang mengalami kesulitan sebab berdampak kurang baik pada siswa,
yaitu siswa kurang mandiri dan akan bergantung pada penjelasan guru.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2016 di kelas XII SMA Islam Batu
dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II
Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I dilakukan perencanaan untuk perbaikan
pembelajaran di siklus II antara lain penyempurnaan RPP, media pembelajaran berupa hand
out produk siswa, alat evaluasi dan manajemen kelas.
Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus II proses pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang telah
disusun dan disempurnakan berdasarkan perbaikan di siklus I.
Diawal pembelajaran guru memberi salam, mengkondisikan siswa untuk siap
mengikuti pelajaran, kemudian penyampaian tujuan pembelajaran dan dilanjutkan dengan
apersepsi yaitu dengan mengaitkan materi sebelumnya,
selanjutnya memberikan motivasi siswa dengan menayangkan gambar logam-logam,
lalu bertanya, Guru: “Apa yang kamu ketahui tentang logam zink ?,
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
58
Siswa: “Zink itu logam yang digunakan sebagai bahan bangunan”
Guru: “Apakah kalian tahu sifat fisik nya?’’
Siswa: “Tahu bu, zink merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau dan bersifat
diamagnetik.’’
Guru: “Hari ini gilirannya kelompok F yang mempresentasikan hasil diskusinya, dan
kelompok lain menanggapinya.” Kemudian guru menyampaikan, nah berkaitan dengan itu
silahkan kelompok F untuk presentasi . Pada kegiatan inti guru menyampaikan materi
pokok yaitu unsure transisi periode keempat sistem periodik dan tujuan pembelajaran. Setelah
kelompok F mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan menggunakan hand out,
dan kelompok yang lain menanggapinya, Selanjutnya guru memberikan penjelasan akhir
untuk pemantapan. Pada akhir kegiatan guru bersama siswa memberikan kesimpulan tentang
pembelajaran hari ini dan menyampaikan informasi bahwa pertemuan berikutnya tanggal 22
Oktober 2016 diadakan tes formatif.
Pengamatan
Pengamatan (observasi) dilaksanakan, siswa bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Pada tahap ini observer kembali mengamati siswa belajar, dan mencatat
seluruh hasil pengamatannya dalam lembar observasi.
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil observasi /pengamatan pengelolaan belajar
dengan pembelajaran koopratif model STAD serta pengamatan aktivitas siswa dan guru
pada saat pembelajaran, didukung data tes formatif siswa yang ke dua.
Gb .4.Kegiatan siswa presentasi hasil b.5 .Kegiatan siswa dalam diskusi kelompok
diskusi kelompok
Adapun data hasil evaluasi formatif dan aktifitas siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 3: Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus II
1 Nilai rata-rata tes formatif 82,55
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 18
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
59
3 Persentase ketuntasan belajar 81.82 %
Tabel 4: Aktivitas Siswa Dalam KBM Siklus II
Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
No Aspek Yang Diamati
Jumlah
Siswa
yang Aktif
Aktifitas
Siswa
(%)
1 Mendengarkan /memperhatikan penjelasan guru 16 72,73
2 Membaca buku siswa 17 77,27
3 Menulis yang relevan dengan KBM 19 86,36
4
Berlatih melakukan keterampilan kooperatif
(mengajukan pertanyaan menjawab pertanyaan,
menanggapi, menyampaikan ide / pendapat,
mendengarkan secara aktif dan berada dalam tugas)
15 68,18
5 Berdiskusi antar siswa dan guru 6 27,27
6 Berdiskusi / bertanya antar siswa 0 0
7 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 18 81,82
8 Perilaku yang tidak relevan dalam KBM 2 9,09
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 % dan dari
22 siswa yang telah tuntas sebanyak 18 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan
belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 81,82%
(kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus
I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar dengan penerapan
pembelajaran koopratif model STAD sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini demikian juga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang
telah diberikan.
Refleksi
Setiap akhir pembelajaran, selalu dilakukan tahapan refleksi, untuk mengetahui tingkat
keberhasilan proses dan hasil belajar yang diharapkan. Pada tahap ini dikaji apa yang
telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan penerapan pembelajaraaan kooperatif model STAD. Dari hasil pengamatan
beberapa observer dan hasil refleksi pelaksanan pembelajaran dapat diuraikan sebagai
berikut: 1) selama proses belajar mengajar guru telah dilaksanakan semua
pembelajaran dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi
persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar, 2) berdasarkan data
hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung, 3)
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
60
kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik, 4) hasil belajar siswsa pada siklus II mencapai ketuntasan.
Pada siklus II guru telah menerapkan belajar dengan metode pembelajaran
koopratif model STAD dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan
perbaikan, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran koopratif model STAD
pada pembelajaran Kimia kelas XII SMA Islam Batu memiliki dampak positif dalam
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, yaitu; Siklus I (
68,18 %), dan pada siklus II (81.82 %)
sebagaimana yang tertera pada tabel berikut :
Tabel 5. Perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II
No Uraian Siklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata tes formatif 74,31 82,55
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15 18
3 Persentase ketuntasan belajar 68,18 % 81.82 %
Tabel 6: Perbandingan Aktivitas Siswa Dalam KBM pada Siklus I dan Siklus II
Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
No Aspek Yang Diamati Siklus I Siklus II
1 Mendengarkan /memperhatikan penjelasan guru 72,73 72,73
2 Membaca buku siswa 54,55 77,27
3 Menulis yang relevan dengan KBM 68,19 86,36
4
Berlatih melakukan keterampilan kooperatif
(mengajukan pertanyaan menjawab pertanyaan,
menanggapi, menyampaikan ide / pendapat,
mendengarkan secara aktif dan berada dalam tugas)
40,91 68,18
5 Berdiskusi antar siswa dan guru 0 27,27
6 Berdiskusi / bertanya antar siswa 63,64 0
7 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 59,09 81,82
8 Perilaku yang tidak relevan dalam KBM 18,18 9,09
Dari tabel hasil belajar dan aktivitas pembelajaran membuktikan bahwa ketuntasan
belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran, Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
61
setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. Aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran, dengan penerapan pembelajaran koopratif model STAD adalah
mendengarkan /memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa, antara siswa
dengan guru dan bekerja dalam kelompok memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah belajar dengan metode pembelajaran koopratif model
STAD dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya
aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan menemukan konsep,
menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas
di atas cukup besar (76.14%)
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)
Pembelajaran dengan metode Koopratif model STAD memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (81,82%), dan 2) Penerapan
metode pembelajaran koopratif model STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan minat belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa hasil
wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode
Koopratif model STAD sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar kimia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa,
maka disampaikan saran sebagai berikut: 1) untuk melaksanakan pembelajaran
memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan
atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan, misalnya pembelajaran kimia dengan
penerapan pembelajaran Koopratif model STAD dapat diperoleh hasil yang optimal, dan
2) dalam rangka meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang sederhana,
dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
62
Daftar Rujukan
Gustia Andika, 2013. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Divisions Dalam Konteks Lesson Study Pada Pembelajaran Ipa Kelas Vii Mts
Surya Buana, Jurnal TEQIP, Universitas Negeri Malang
Haryono, 2015. Bimbingan Teknik Menulis Penelitian Tndakan Kelas (PTK), Amara
Books.Yogyakarta
Imas Kurniasih, Berlin Sani, 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.
Kata Pena.Yogyakarta
Seri Erliati, Sari kristanti, 2013. Penerapan Pembelajaran Cooperative Stad Dengan Lesson
Study Pada Materi Rangka Manusia Kelas IV Sd Negeri 12 Sabang , Jurnal
TEQIP, Universitas Negeri Malang
Supartiningsih,Ferdinad Ratu, 2013. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Konsep
Pertumbuhan Dan Perkembangan Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe
STAD Di Kelas 8, Jurnal TEQIP, Universitas Negeri Malang
Suraji, 2013. Pembelajaran Alat Pencernaan Pada Manusia Melalui Bermain Dengan
Media Puzzle: Studi Kasus Di Sdn 004 Kota Kabupaten Paser Kalimantan
Timur, Jurnal TEQIP, Universitas Negeri Malang
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
64
PENERAPAN METODE PICTURE TO PICTURE UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN TENTANG KLASIFIKASI JAMUR PADA PESERTA DIDIK
KELAS X-A SMA SPI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Abdi Riskiyanto
SMA Selamat Pagi Indonesia
Abstrak: Materi klasifikasi fungi merupakan materi yang sangat sulit dipahami peserta
didik karena banyakya bahasa ilmiah yang digunakan, serta motivasi peserta didik untuk
menghafal bahasa ilmiah sangat rendah sehingga diperlukan metode yang mampu
meningkatkan dua hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
peserta didik tentang klasifikasi fungi dengan menggunakan metode picture/gambar.
Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriftif kualitatif . penelitian ini dilakukan
selama 3 bulan dengan dua siklus setiap siklus duakali pertemuan. Penilitian ini
dilaksanakan di SMA selamat pagi indonesia kota batu kelas X-A tahun pelajaran
2016/2017. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan isntrumen
ketertarikan peserta didik terhadap model picture to picture, instrumen aktivitas guru dan
peserta didik,LKS, pretes dan postest,serta nilai hasil belajar. Hasil penelitian adalah
penerapan metode picture to picture untuk meningkatkan pemahaman tentang klasifikasi
jamur pada peserta didik kelas x-a SMASPI tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini ditandai
dengan meningkatya pemahaman pembelajaran yakni dari nilai 50-70 sebanyak 11 (42%)
peserta didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 12 (48%) peserta didik dan yang
mendapat nilai 86-100 sebanyak 3 (12%) peserta didik. Dan pada sikkus II perolehan nilai
hasil belajar meningkat dari yang nilai 50-70 sebanyak 4 (16%) peserta didik yang
mendapat nilai 71-85 sebanyak 7 (28%) peserta didik dan yang mendapat nilai 86-100
sebanyak 14 (56%) peserta didik. Dari hasil ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi guru matapelajaran biologi yang mengajara klasifikasi jamur atau klasifikasi yang lain
denganmenggunakan metode picture and picture akan lebih memudahkan peserta didik
cepat memahami dan membuat peserta didik lebih aktif.
Kata kunci: klasifikasi jamur, picture to picture
Menurut Basri (2012:1) sekolah merupakan sarana tempat terjadinya interatif belajar
mengajar antara guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, dimana guru sebagai
pemegang peranan utama, kedua elemen ini sangat menentukan terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah, guru sebagai tenaga pengajar tentu akan berfikir keras tentang
bagaimana pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa agar dapat dimengerti dan
dipahami oleh mereka dengan cepat. Tentunya ini tidak lepas dengan strategi pembelajaran
yang diterapkan oleh guru tersebut. Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eskternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal
dari dalam diri peserta didik sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri peserta didik
misal kondisi kelas yang dirancang sedemikian rupa oleh guru. Proses pembelajaran
dikatakan berhasil jika seluruh peserta didik dapat memahami materi pembejaran dengan baik
hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi dari 2 tahun terakhir pada peserta didik kelas x materi
tentang fungi selalu mendapatkan rata rata nilai yang kurang dari kkm khususnya pada materi
tentang klasifikasi fungi, peserta didik kesulitan dalam hal mengelompokkan jenis jamur dan
peranan yang dimilikinya. Dari keberagaman jamur yang terdapat dialam para ahli biologi
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
65
sudah mengklasifikasikannya dalam 4 kelas yaitu kelas zygomycota, ascomycota,
basidiomycota dan deuteromycota, (istamar, 2015). Setiap anggota memiliki nama ilmiah
sendiri sendiri dimana nama ilmiah ini sangat sulit di hafalkan oleh peserta didik sehingga
ketika menemukan jenis jamur tertentu peserta didik kesulitan untuk mengelompokkannya.
Nama ilmiah ini memang menjadi masalah tersendiri dalam proses pembelajaran
sehingga perlu metode pembelajaran yang menarik dan mudah diingat oleh siswa. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode pembelajaran picture and picture, dengan
menggunakan metode ini diharapkan peserta didik dapat lebih bergairah dalam belajar. Peran
guru dalam proses pembelajaran perlu lebih menekankan pada proses membangkitkan peserta
didik untuk belajar. Guru berperan mengondisikan dan memfasilitasi peserta didik agar
mampu belajar, selalu berpikir, mampu menghadapi tantangan, dan mampu memecahkan
masalah dalam kehidupannya. Agar bisa menjadi pembangkit belajar yang baik, guru perlu
selalu ditingkatkan kompetensinya. (Subanji 2015) Picture and Picture merupakan
pembelajaran kooperatif yang menggunakan media gambar, sehingga memudahkan peserta
didik mengingat dan menarik perhatian siswa. Levin dan mayer (1933) juga mengatakan
bahwa gambar sangatlah membantu pada teks yang komplek.
Agus Suprijono (2009: 92) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan Picture and Picture diawali dengan guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok, kemudian didepan kelas guru menunjukkan beberapa gambar yang harus
diurutkan oleh peserta didik pada tiap kelompok.,tiap kelompok berdiskusi memikirkan
urutan gambar menjadi suatu urutan materi. Guru memangil tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil urutan tersebut dan menanyakan dasar urutan gambar tersebut. Guru
dapat mengembangkan jalannya diskusi secara mendalam, sehingga terbentuk suatu
kesimpulan materi. Penerapan pembelajaran kooperatife picture and picture diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik tentang klasifikasi Jamur.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action research).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif yang dilaksanakan dalam dua siklus
dimana masing masing siklus terdiri dari tahap perencanaan meliputi; menentukan jadwal,
menyiapkan perangkat dan materi pembelajaran secara lengkap; menyiapkan fasilitas dan
sarana pendukung dan menyiapkan cara merekam proses pembelajaran tahap pelaksanaan
atau tindakan meliputi; kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup dan
pengamatan proses pembelajaran tahap observasi meliputi; (1) observasi terbuka dalam
observasi ini observer mengamati kegiatan peserta didik dan guru model (2) observasi
tertutup dimana dalam tahap observasi ini peserta didik diberikan posttes dan preetes,
angket ketertarikan pembelajaran; dan tahap refleksi meliputi; analisis data , menjelaskan
dan menyimpulkan.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X-A SMA Selamat Pagi Indonesia
yang berjumlah 26 peserta didik yang terdiri dari 15 perempuan dan 11 laki-laki. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen aktivitas peserta didik,
pretest dan postest serta tes akhir pada KD jamur. Indikator keberhasilan dalam penelitian
Tindakan kelas ini adalah jika seluruh peserta didik dapat mengklasifikasikan dengan benar
(100%) dan mendapatkan nilai hasil belajar diatas kkm (70) sebesar 85% dari peserta didik.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
66
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles dan
Huberman. Dalam model ini analisis kualitatif di bagi dalam tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan. Ketiga alur yang dimaksud adalah (Patilima, 2007:96): 1. Reduksi data,
adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data yang muncul dari catatan-catatan lapangan; 2. Penyajian data, adalah
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan; 3. Penarikan kesimpulan.
Perencanaan
Tahap perencanaan diawali dengan guru menentukan jadwal kegiatan siklus I,
pelaksanaan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 Oktober 2016, menyiapkan RPP
model Picture to Picture yang dilengkapi dengan sintak sebagai berikut: (1) guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) menyajikan materi sebagai pengantar, (3)
guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, (4) guru
menunjuk/memanggil peserta didik secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis, (5) guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan
gambar tersebut, (6) guru memulai menanamkan konsep/materi berdasarkan alasan/urutan
gambar tersebut, dan (7) guru bersama peserta didik menyusun kesimpulan/rangkuman.
Selanjutnya, guru merancang soal pretes dan postest, lembar kerja siswa, rubrik penilaian,
media gambar-gambar jamur, angket, dan powerpoint. Di bagian akhir tahap perencanaan,
guru menetapkan target keberhasilan pembelajaran.
Pelaksanaan:
Tahap pelaksanaan tindakan dibagi dalam 3 bagian, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal guru menyampaikan KD yang akan
dicapai melalui slide powerpoint, dilanjutkan dengan menanyangkan beberapa gambar
jamur, selanjutya memberikan pretest kepada peserta didik untuk mengukur tingkat
pengetahuan awal peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan.
Pada kegiatan inti, guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok sesuai dengan
klasifikasi pada jamur yaitu kelompok ascomycota, zygomycota, basiodiomycota dan
deuteromycota. Selanjutya guru memanggil peserta didik satu persatu dan membagikan
gambar jamur secara acak pada masing masing peserta didik. Peserta didik yang sudah
menerima gambar kembali ke kelompok masing masing untuk mendiskusikan dengan
kelompok dengan batas waktu 20 menit. Langkah berikutya guru kembali memanggil peserta
didik satu persatu untuk menempelkan gambar pada kertas/karton yang ditempel di depan
kelas. Dari hasil kegiatan menyusun gambar peserta didik yang telah dibagi sesuai kelompok
mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan pembagian kelompoknya di depan kelas.
Kegiatan penutup guru memberikan tanggapan hasil kegiatan peserta didik dan
memberikan kesimpulan, kemudian guru memberikan posttest kepada peserta didik dan
mengumpulkannya. Guru juga menyampaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan
selanjutya.
Dari kegiatan pada siklus I dari hasil pengamatan observer ada beberapa anak yang
masih kebingunan dalam hal mencari sumber belajar karena tidak membawa buku sehingga
kesulitan untuk mencari dan meletakkan gambar yang diterimanya. Diskusi dalam kelompok
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
67
sangat aktif sekali, setiap peserta didik mencari nama dan gambar yang diterima dan berusaha
meletakkan gambar pada divisinya masing masing.
Dalam menempelkan gambar ke depan kelas peserta didik sangat antusias dan sangat
senang. Pada saat di berikan pertayaan tentang gambar yang disusun peserta didik dapat
menjawab dengan lancar.
Observasi
Dalam tahap observasi dibagi menjadi dua bagian yaitu observasi terbuka dan observasi
tertutup. Observasi terbuka dalam hal ini adalah pengamatan terhadap kegiatan peserta didik
dimana observer diberikan instrumen pengamatan peserta didik (terlampir) dan isntrumen
pengamatan guru (terlampir). Pada observasi tertutup peserta didik diberikan soal pretest
postest, angket ketertarikan pembelajaran (terlampir) dan test akhir KD tentang jamur.
Refleksi siklus I
Indikator keberhasilan dalam penilaian ketepatan menyusun/meletakkan gambar
dikatakan berhasil jika 100% peserta didik dapat meletakkan gambar dengan benar.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pada lembar instrumen tentang ketepatan peserta
didik menyusun/meletakkan gambar ada 5 orang anak dari 2 kelompok yang tidak tepat
meletakkan gambarnya. Hal ini disebabkan anak tersebut tidak membawa sumber belajar.
Sedangkan dari hasil pretest yang dilaksanakan pada siklus I ada 45 % peserta didik yang
dapat menjawab dengan tepat sedangkan 55% tidak dapat menjawab dengan tepat. Hasil dari
postest di hasilkan 75% bisa menjawab dengan tepat dan 25 % belum bisa menjawab dengan
tepat. Untuk angket ketertarikan peserta didik pada model pembelajaran Picture and Picture
95 % peserta didik sangat senang dan tertarik. Untuk penilan test akhir KD jamur yang
mendapat nilai 50-70 sebanyak 11 (42%) peserta didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak
12 (48%) peserta didik dan yang mendapat nilai 86-100 sebanyak 3 (12%) peserta didik.
Berdasarkan target yang ingin dicapai pada KD jamur dan indikator keberhasilan pada model
Picture and Picture pada siklus I dikatakan belum berhasil karena masih ada peserta didik
yang belum tepat menempatkan gambar dan perolehan nilai yang masih 50% dibawah rata-
rata KKM sehingga diperlukan siklus II dengan beberapa perbaikan yaitu kesiapan sumber
belajar, pengaturan waktu pada kegiatan ini dan motivasi guru untuk mengoptimalkan diskusi
kelompok.
Rancangan kegiatan siklus II
Tahap perencanaan
Sesuai dengan kelemahan pada siklus I yaitu kurangya sumber belajar yang ada ditiap
Kelompok guru menyiapkan sumber belajar pada tiap kelompok sebanyak jumlah tiap
kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 6 - 7 buku.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dalam siklus II dibagi dalam 3 bagian, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal guru menyampaikan KD yang akan
dicapai melalui slide powerpoint, dilanjutkan dengan menanyangkan beberapa gambar
manfaat positif dan negatif dari jamur , selanjutya memberikan pretest kepada peserta didik
untuk mengukur tingkat pengetahuan awal peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan.
Pada kegiatan inti, guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok sesuai dengan
klasifikasi pada jamur yaitu kelompok ascomycota, zygomycota, basiodiomycota dan
deuteromycota,(kelompok tidak dirubah). Selanjutya guru memanggil peserta didik satu
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
68
persatu dan membagikan gambar peranan jamur baik yang positif maupun yang negatif
secara acak pada masing masing peserta didik. Peserta didik yang sudah menerima gambar
kembali ke kelompok masing masing untuk mendiskusikan dengan kelompok dengan batas
waktu 20 menit. Langkah berikutya guru kembali memanggil peserta didik satu persatu
untuk menempelkan gambar pada kertas/karton yang ditempel di depan kelas. di akhir
kegiatan intipeserta didik yang telah dibagi sesuai kelompok mempresentasikan hasil diskusi
sesuai dengan pembagian kelompoknya tempat masing masing.
Kegiatan penutup guru memberikan tanggapan hasil kegiatan peserta didik dan
memberikan kesimpulan, kemudian guru memberikan posttest kepada peserta didik dan
mengumpulkannya. Guru juga menyampaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan
selanjutya. Dari kegiatan pada siklus II Diskusi dalam kelompok sangat aktif sekali, setiap
peserta didik mencari jenis jamur dan manfaatya dan gambar yang diterima dan berusaha
meletakkan gambar pada divisinya masing masing. Dalam menempelkan gambar kedepan
kelas peserta didik sangat antusias dan sangat senang. Pada saat di berikan pertayaan tentang
gambar yang disusun peserta didik dapat menjawab dengan lancar.
Observasi
Dalam tahap observasi masih sama seperti pada siklus I dibagi menjadi dua bagian
yaitu observasi terbuka dan observasi tertutup. Observasi terbuka dalam hal ini adalah
pengamatan terhadap kegiatan peserta didik dimana observer diberikan instrumen
pengamatan peserta didik (terlampir) dan isntrumen pengamatan guru (terlampir). Pada
observasi tertutup peserta didik diberikan soal pretest postest, dan test akhir KD tentang
jamur.
Hasil refleksi siklus II
Indikator keberhasilan dalam penilaian ketepatan menyusun/meletakkan gambar
dikatakan berhasil jika 100% peserta didik dapat meletakkan gambar dengan benar.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II pada lembar instrumen tentang ketepatan
peserta didik menyusun/meletakkan gambar seluruh peserta didik dapat menempatkan
dengan benar semua gambar tentang peranan positif dan negatif jamur . Sedangkan dari hasil
pretest yang dilaksanakan pada siklus II ada 85 % peserta didik yang dapat menjawab dengan
tepat sedangkan 15 % tidak dapat menjawab dengan tepat. Hasil dari postest di hasilkan 90%
bisa menjawab dengan tepat dan 10 % belum bisa menjawab dengan tepat. Untuk angket
ketertarikan peserta didik pada model pembelajaran Picture and Picture 100% peserta didik
sangat senang dan tertarik. Untuk penilan test akhir KD jamur yang mendapat nilai 50-70
sebanyak 4 (16%) peserta didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 7 (28%) peserta didik
dan yang mendapat nilai 86-100 sebanyak 14 (56%) peserta didik.
Berdasarkan target yang ingin dicapai pada KD jamur dan indikator keberhasilan pada
model Picture and Picture pada siklus II dikatakan berhasil karena masih peserta didik sudah
dapat menempatkan gambar dengan tepat dan perolehan nilai yang masih 4 % dibawah rata-
rata KKM sehingga tidak diperlukan siklus III.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
69
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat
Tempat penelitian adalah di SMA Selamat Pagi Indonesia yang belokasi di jl.
Pandanrejo no 2 kec. Bumiaji Kota Batu. sekolah ini merupakan sekolah boarding school
yang peserta didiknya dari seluruh indonesia.
B. Data Hasil Penelitian
Penelitian ini berlangsung sebanyak 2 (dua) siklus yaitu siklus I dan siklus II, setiap
siklus terdiri dari dua pertemuan. Ada 4 tahapan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas,
antara lain: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi.
Penelitian ini mengambil tempat di kelas X-A. Jumlah peserta didik 26, yang terdiri dari 15
orang peserta didik perempuan dan 11 peserta didik laki-laki.Dari 26 peserta didik yang
tercatat sebagai peserta didik kelas X-A, sebagian dari peserta didik masih kurang paham
tentang klasifikasi jamur, hal ini disebabkan dalam menyampaikan materi pelajaran guru
masih menggunakan metode yang kurang menarik yaitu slide power point, pelaksanaan
pembelajaran ini didominasi oleh guru yang aktif tanpa memperdulikan kondisi kelas
maupun peserta didik, sehingga peserta didik merasa jenuh dan bosan.
Pembelajaran Biologi materi pokok jamur dengan menggunakan model pembelajaran
Picture and Picture, diharapkan peserta didik lebih aktif dan lebih memahami materi
pelajaran biologi.
Penelitian yang telah dilaksanakan akhirnya didapatkan data-data penelitian. Data-data yang
didapat pada setiap siklus diuraikan sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan penyebaran angket ketertarikan
pembelajaran klasifikasi jamur dengan menggunakan metode ceramah, slide power point atau
metode picture to picture pada seluruh siswa kelas X-A, X-B, X-C.. Hal ini juga dipertegas
dengan pengisian angket untuk mengetahui seberapa besar minat peserta didik dalam mata
pelajaran Biologi. Sebagaimana hasil angket yaitu : kelas X-A ceramah (0%), slide
powerpoint 10% dan picture to picture 80%, kelas X-B ceramah 5%, slide powerpoint 40%
dan picture to picture 55%, kelas X-C ceramah (3%), slide powerpoint 50% dan picture to
picture 47%. Sehingga peneliti memilih kelas X-A untuk dijadikan objek penelitian.
2. Hasil Penelitian Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 12 dan 19 Oktober 2016.
Pada proses pembelajaran siklus I, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Picture and Picture sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang
telah disusun yaitu dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disertai
dengan LKS. Dalam penerapan model pembelajaran Picture to Picture dengan cara
pengajaran biasa yang dilakukan oleh guru. Dalam tahap ini peneliti melakukannya dengan
cukup baik sehingga peserta didik mengikutinya dengan antusias. dilanjutkan dengan diskusi
kelompok dengan lembar kerja yakni berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan materi
untuk dirangkai (terlampir). Secara rinci hasil dari pembelajaran pada siklus I dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Hasil pengamatan aktivitas peserta didik
Tahap selanjutnya dari model pembelajaran Picture and Picture adalah pelaksanaan diskusi
kelompok untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan oleh guru.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
70
Peserta didik selama 20 menit untuk berdiskusi dengan sangat aktif , ada beberapa peserta
didik yang bertaya kepada guru. Dan beberapa ada yang kebingunan mencari sumber
belajar karena tidak membawa. Sehingga harus bergantian dengan teman sekelompoknya.
dari hasil pretest yang dilaksanakan pada siklus I ada 45 % peserta didik yang dapat
menjawab dengan tepat sedangkan 55% tidak dapat menjawab dengan tepat. Hasil dari
postest di hasilkan 75% bisa menjawab dengan tepat dan 25 % belum bisa menjawab
dengan tepat. Untuk penilan test akhir KD jamur yang mendapat nilai 50-70 sebanyak 11
(42%) peserta didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 12 (48%) peserta didik dan yang
mendapat nilai 86-100 sebanyak 3 (12%) peserta didik.
b. Hasil pengamatan terhadap tindakan guru
Disamping pengamatan terhadap aktivitas belajar peserta didik juga ada pengamatan
terhadap pengelolaan guru dalam menerapkan model pembelajaran Picture to Picture.
Berdasarkan hasil pengamatan siklus I, diperoleh data kinerja guru kurang optimal
(terlampir). Hal ini terbukti pelaksanaan proses pembelajaran belum terlaksana secara
utuh, masih terdapat langkah-langkah pembelajaran dalam rencana pembelajaran yang
masih belum dilaksanakan yaitu kurang memberikan motivasi belajar pada peserta didik
sehingga peserta didik kurang bersemangat dalam pembelajaran, tidak membimbing
peserta didik dalam menyimpulkan materi yang telah di sampaikan dan rendah nya
pengelolaan waktu pembelajaran. Pada saat diskusi kelompok guru kurang memberikan
bimbingan kepada setiap anggota kelompok secara menyeluruh lebih terfokus pada
kelompok tertentu dan kurangnya evaluasi guru dalam hasil diskusi sehingga masih
terdapat peserta didik yang belum faham terhadap materi yang dipelajari.
c. Hasil refleksi
Berdasarkan hasil observasi siklus I kemudian dilakukan refleksi terhadap langkah-
langkah yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut:
Guru harus memberi motivasi peserta didik agar lebih semangat dan aktif dalam proses
pembelajaran. Guru diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan waktu dalam kegiatan
pembelajaran sehingga lebih terencana. Guru harus lebih maksimal dan merata dalam
membimbing peserta didik untuk menyelesaikan tugas kelompok. memastikan setiap
individu mempuyai sumber belajar masing masing, Guru harus lebih optimal dalam
mengevaluasi pembelajaran supaya pemahaman peserta didik lebih mendalam. Aktivitas
dan hasil belajar peserta didik dalam kegiatan embelajaran belum mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditentukan sehingga perlu diadakan siklus II.karena beberapa
peserta didik tidak tepat menempatkan gambar dan rendahnya nilai hasil belajar siswa
3. Hasil Penelitian Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada Rabu, 02 dan 09 November 2016.
Untuk tindakan pembelajaran pada siklus II dengan sub materi peranan positif dan negatif
jamur (peranan jamur). Tahap awal yang dilakukan dengan guru memberikan motivasi
belajar kepada peserta didik supaya peserta didik semangat dalam proses pembelajaran,
kemudian guru memberi sedikit penjelasan materi yang akan dipelajari kepada peserta
didik. Dilanjutkan dengan diskusi kelompok dengan lembar kerja yaitu merangkai gamba
gambar yang berkaitan dengan materi (terlampir), dengan bimbingan oleh guru. Pada
siklus II ini guru sudah mampu melakukan pembelajaran dengan baik sehingga peserta
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
71
didik dapat mengikuti dengan antusias dan senang. Secara rinci siklus II dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Hasil Pengamatan Aktivitas Peserta Didik
Dari pengamatan selama proses pembelajaran, pada pembelajaran siklus II ini sudah
mengalami peningkatan peserta didik sudah dapat menempatkan semua gambar dengan
baik pada masing masing divisi, kegiatan diskusi dan interaksi tanya jawab dengan guru
sudah berkembang dan banyak. Setiap peserta didik sudah mempunyai sumber belajar
masing masing sehingga nilai hasil belajar pada siklus II sudah meningkat dari hasil
pretest yang dilaksanakan pada siklus II ada 85 % peserta didik yang dapat menjawab
dengan tepat sedangkan 15 % tidak dapat menjawab dengan tepat. Hasil dari postest di
hasilkan 90% bisa menjawab dengan tepat dan 10 % belum bisa menjawab dengan tepat.
Untuk penilan test akhir KD jamur yang mendapat nilai 50-70 sebanyak 4 (16%) peserta
didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 7 (28%) peserta didik dan yang mendapat nilai
86-100 sebanyak 14 (56%) peserta didik
b. Hasil pengamatan terhadap tindakan guru
Disamping pengamatan terhadap aktivitas belajar peserta didik juga ada pengamatan
terhadap pengelolaan guru dalam menerapkan model pembelajaran Picture to Picture.
Berdasarkan hasil pengamatan siklus II, diperoleh data pengeloaan kelas oleh guru sudah
lebih baik, guru sudah merata dalam membimbing dan memotivasi peserta didik pada tiap
kelompok. Interaksi tanya jawab sudah semakin berkembang.
C. Pembahasan
Pembahasan yang diuraikan di sini didasarkan atas hasil pengamatan yang telah dilakukan
dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa :
1. Siklus I
Selama proses pembelajaran siklus I berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Picture and Picture, peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan yang
dirancang sesuai dengan silabus dan RPP. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus I
antara lain sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan
selama proses penelitian berlangsung, diantaranya yaitu : Membuat daftar nama peserta
didik (untuk absensi).Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran pada materi yang
telah direncanakan.Menyiapkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi sebagai
bahan pembelajaran.Menyiapkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi sebagai
bahan pembelajaran. Menyiapkan foto untuk dokumentasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and
Picture adalah sebagai berikut :
a) Pertemuan pertama
Untuk pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan ini dipusatkan untuk penyampaian
materi pokok dunia jamur. Guru mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam
kepada semua peserta didik, dilanjutkan dengan menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai sebelum masuk pada penjelasan materi, guru melakukan apersepsi dan kemudian
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
72
dilanjutkan dengan penyampaian sedikit materi sebagai pengantar. Setelah penyampain
materi selesai guru menjelaskan kepada peserta didik tentang model pembelajaran
kooperatif tipe Picture and Picture dan kemudian menunjukkan gambar-gambar yang
berkaitan dengan materi. Selanjutnya guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok
yang masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 peserta didik serta membagikan gambar
kepada masing-masing kelompok untuk dirangkai, Setiap kelompok berdiskusi untuk
merangkai dan membahas gambar yang telah diberikan oleh guru sampai waktu yang telah
ditentukan. Setelah selesai berdiskusi, guru menunjuk/memanggil peserta didik secara
acak untuk mengurutkan/merangkai gambar-gambar menjadi urutan/gambar yang logis
dan menanyakan alasan pemikiran gambar tersebut. Karena sisa waktu tinggal sedikit
maka waktu digunakan guru untuk mengevaluasi hasil pembelajaran dan memotivasi
peserta didik untuk tetap belajar di rumah, kemudian guru mengingatkan untuk pertemuan
berikutya langsung membentuk kelompok yang sama dan mengakhiri pembelajaran
dengan mengucapkan salam.
b) Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua, proses pembelajaran difokuskan pada guru pada pembahasan
kembali materi pada pertemuan pertama dan evaluasi. Guru mengawali pembelajaran
dengan mengucapkan salam kepada peserta didik,melakukan apersepsi guru menempelkan
kembali gambar hasil kegiatan pertemuan pertama kemudian guru meminta tiap kelompok
untuk mempresentasikanya di depan kelas.
c. Pengamatan
1) Observasi terhadap peserta didik
Peneliti mengamati aktivitas peserta didik pada saat pelaksanaan pembelajaran yang
disajikan oleh guru dan pada saat peserta didik mengerjakan lembar diskusi kelompok.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data bahwa peserta didik kurang
aktif dan dalam kerja kelompok peserta didik yang pandai cenderung mendominasi
kelompoknya.
2) Observasi terhadap guru
Peneliti mengamati guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model
pembelajaran picture and picture pada siklus I, diperoleh hasil:
Guru kurang menciptakan suasana pembelajaran yang aktif. b) Guru kurang memotivasi
dan membimbing kinerja kelompok baik secara individu maupun klasikal. Guru kurang
mengamati jalannya diskusi kelompok
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, maka peneliti dan observer bersama-sama
melakukan refleksi guna memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Hasil refleksi tersebut antara lain: 1) Guru harus lebih memotivasi dan membimbing kinerja
kelompok baik secara individu maupun klasikal. 2) Guru harus lebih menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif.
.
2. Siklus II
Selama proses pembelajaran siklus II berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Picture to Picture, peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan yang dirancang
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
73
sesuai dengan silabus dan RPP. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus II antara lain
sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti mempersiapkan dan memperabaiki segala sesuatu yang
dibutuhkan selama proses penelitian berlangsung, diantaranya yaitu :
1) Membuat daftar nama peserta didik (untuk absensi), 2) Menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran pada materi yang telah direncanakan, dan diserahkan kepada guru mata
pelajaran Biologi.3) Menyiapkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi sebagai
bahan pembelajaran.4) Menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik.5) Menyusun
lembar observasi kinerja guru.6) Menyiapkan foto untuk dokumentasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and
Picture adalah sebagai berikut :
Untuk pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan ini dipusatkan untuk penyampai materi
pokok tentang peranan jamur . Guru mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam
kepada semua peserta didik, dilanjutkan dengan menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai sebelum masuk pada penjelasan materi, guru melakukan apersepsi serta memberikan
motivasi untuk membangkitkan semangat belajar peserta didik dan kemudian dilanjutkan
dengan penyampaian sedikit materi sebagai pengantar. Setelah penyampain materi selesai
guru menjelaskan kepada peserta didik tujuan model pembelajaran kooperatif tipe Picture
and Picture dan kemudian menunjukkan gambargambar yang berkaitan dengan materi.
Selanjutnya guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 6-7 peserta didik serta membagikan gambar kepada masing-masing
kelompok untuk dirangkai, pada siklus II guru memastikan semua peserta didik membawa
sumber belajar sendiri sendiri, hal ini bertujuan agar peserta didik aktif dalam kinerja
kelompok dan peserta didik yang pandai tidak mendominasi kelompoknya. Setiap kelompok
berdiskusi untuk merangkai dan membahas gambar yang telah diberikan oleh guru sampai
waktu yang telah ditentukan. Dalam diskusi kelompok guru membimbing kinerja kelompok
baik secara individu maupun klasikal secara proporsianal serta mengamati jalannya diskusi
kelompok. Setelah selesai berdiskusi, guru menunjuk/memanggil peserta didik secara acak
untuk mengurutkan/merangkai gambar-gambar menjadi urutan/gambar yang logis dan
menanyakan alasan pemikiran gambar tersebut.
Selanjutnya guru mulai menanamkan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai,
agar pemahaman peserta didik terhadap materi peranan jamur meningkat guru dan peserta
didik melakukan kegiatan tanya jawab dan kemudian guru menyimpulkan hasil
pembelajaran. Untuk kegiatan selanjutnya masih ada sisa waktu 20 menit, guru melakukan
postest.Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam
memahami materi peranan jamur. Setelah tugas selesai dikerjakan oleh peserta didik,
sebelum menutup pembelajaran guru mememberikan memotivasi peserta didik untuk giat
belajar, kemudian guru menutup pelajaran.
c. Pengamatan
1) Observasi terhadap peserta didik
Peneliti mengamati aktivitas belajar baik peserta didik dengan guru maupun peserta didik
dengan peserta didik dalam proses pembelajaran picture and picture materi pokok peranan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
74
jamur. Peneliti mengamati aktivitas peserta didik pada saat pelaksanaan pembelajaran yang
disajikan oleh guru dan pada saat peserta didik mengerjakan lembar diskusi kelompok. Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus II diperoleh data bahwa peserta didik
lebih aktif dari siklus I dan dalam kinerja kelompok seluruh peserta didik mengikuti diskusi
tanpa adanya peserta didik yang lebih pandai mendominasi kelompoknya. Hal ini
dikarenakan pada saat diskusi kelompok siklus II guru lebih membimbing kinerja kelompok
baik secara individu maupun klasikal dan guru mengamati jalanya diskusi.
2) Observasi terhadap guru
Peneliti mengamati guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model
pembelajaran picture and picture pada siklus I, diperoleh hasil:
Guru sudah menciptakan suasana pembelajaran yang aktif. b) Guru memotivasi dan
membimbing kinerja kelompok baik secara individu maupun klasikal. c) Guru mengamati
jalannya diskusi kelompok
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, maka peneliti dan guru bersama-sama melakukan
refleksi. Hasil refleksi tersebut antara lain:
1) Guru sudah melakukan pengelolaan pembelajaran dengan baik.
2) Hasil , seluruh peserta didik sudah dapat meletakkan gambar dengan benar pada tiap
divisinya, nilai hasil belajar sudah mengalami peningkatan dan sudah melebihi nilai KKM
yaitu; nilai 50-70 sebanyak 4 (16%) peserta didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 7
(28%) peserta didik dan yang mendapat nilai 86-100 sebanyak 14 (56%)sehingga tidak perlu
dilaksanakan pembelajaran siklus III.
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA Selamat Pagi Indonesia
dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture membawa dampak positif
terhadap pemahaman klasifikasi yang rendah menjadi meningkat Hal ini ditandai dengan
meningkatya pemahaman pembelajaran yakni dari nilai 50-70 sebanyak 11 (42%) peserta
didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 12 (48%) peserta didik dan yang mendapat
nilai 86-100 sebanyak 3 (12%) peserta didik pada siklus I . Dan pada sikkus II perolehan
nilai hasil belajar meningkat dari yang nilai 50-70 sebanyak 4 (16%) peserta didik yang
mendapat nilai 71-85 sebanyak 7 (28%) peserta didik dan yang mendapat nilai 86-100
sebanyak 14 (56%) peserta didik.
2. B. Saran
Berdasarkan penelitian tersebut penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Dalam proses belajar mengajar Biologi guru harus mampu memilih model dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan supaya peseta didik
tidak bosan dan lebih aktif dalam proses pembelajaran.
2. Model pembelajaran Picture and Picture dapat pemahaman klasifikasi jamur pada
peserta didik sehingga perlu dikembangkan pada materi pokok yang lain.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
75
Daftar Rujukan
Basri, Mohd. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatakan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 006 Rantau Panjang Kanan Kecamatan Kubu
Kabupaten Rokan Hilir/. Pekanbaru: (Skripsi) Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau.
Subanji, 2015. Peningkatan Pedagogical Content Knowledge Guru Mate-matika dan
Praktiknya dalam Pem-belajaran melalui Model Pelatihan TEQIP. Jurnal Ilmu
Pendidikan. Edisi 21 Nomor 1
Suprijono A. 2009.Cooperatife learning. Yogyakarta: pustaka pelajar
Miles. M. B dan A.M. Huberman. 1992. Analisis data kualitatif: buku sumber tentang
metode metode baru (judul asli Qualitative data analysis, diterjemahkan oleh
tjeptjep rohandi rohidi). Jakarta UI Press
Istamar syamsuri dkk. Buku Biologi sma
Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabheta
Wigatiningsih, (2012). Penerapan metode picture and picture untuk meningkatkan minat
belajar ipa pada siswa kelas IV SDN 03 Sidomulyo ampel Boyolali tahun
pelajaran 2012/2013
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
76
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
MATERI PROTISTA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS
X DI MAN KOTA BATU
Diah Rahmawati
MAN Batu, Malang Jawa Timur
Abstrak: Hasil belajar siswa kelas X-5 masih terbilang rendah. Rendahnya hasil belajar
siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan yang belum mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) dan kurang aktifnya siswa dalam kegiatanpembelajaran. Masalah
tersebut dapat diatasi dengan melaksanaka pembelajaran menggunakan model
pembelajaran tipe STAD (Student Team-Achievement Divisions), yaitu pembelajaran yang
dapat mebuat siswa menjadi lebih termotivasi dan aktif ketika belajar di kelas.Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus dengan
subyek penelitian adalah siswa kelas X-5 MAN Batu semester I tahun pelajaran
2016/2017. Siswa berjumlah 31 orang terdiri dari 7 orang siswa putra dan 24 orang siswa
putri. Pokok bahasan Protista. Hasil mepenilitian menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar berupa nilai hasil evaluasi yang diperoleh siswa sudah mencapai nilai di atas KKM.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat yang dapat diamati misalnya keaktifan
melakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas, mengerjakan lembar kerja sampai selesai.
Kata kunci: Pembelajaran kooperatif STAD, Protista, hasil belajar.
Kurikulum 13 menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam
menanggapi setiap pembelajaran yang diajarkan. Ketika siswa belajar secara aktif berarti
peran guru berubah dari mengajar menjadi motivator dan fasilitator. Sehingga pembelajaran
berlangsung secara efektif dan sefisien. Dalam pembelajaran hendaknya dapat menimbulkan
rasa ingin tahu siswa, disesuaikan dengan tingkat berpikir mereka dan dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari yang akan menimulkan sikap positif terhadap biologi. Belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), maupun yang
menyangkut nilai sikap (afektif) (Sadirman, 2003)
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan yang dicapai siswa setelah
melakukan kegiatan pembelajaran khususnya dalam pelajaran biologi yang menghasilkan
nilai tertentu yang didapat dari hasil belajar. Dalam mata pelajaran biologi hasil belajar siswa
masih belum memuaskan. Banyak siswa masih mengalami kesulitan dalam belajar biologi,
dalam hal ini antara lain belajar Protista. Belajar Protista sangat penting karena sangat dekat
dengan kehidupan manusia. Beberapa anggota Protista sangat merugikan manusia karena
dapat menimbulkan penyakit, tetapi banyak pula yang bermanfaat, dan dapat menjaga
keseimbangan ekosistem. Protista merupakan makhluk hidup bersel satu atau bersel banyak
dan telah memiliki membran inti (selnya bersifat eukariot). Protista bukan merupakan hewan
ataupun tumbuhan, tetapi hanya mempunyai sifat yang menyerupai hewan, menyerupai
tumbuhan, ataupun menyerupai jamur. Kelompok makhluk hidup Protista yang menyerupai
tumbuhan adalah ganggang (Algae), kelompok Protista yang menyerupai hewan adalah
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
77
Protozoa, sedangkan kelompok Protista yang menyerupai jamur adalah jamur lendir dan
jamur air.
Protista adalah kingdom dalam makhluk hidup yang anggotanya cukup besar dengan
nama-nama latin yang sulit dihafalkan oleh siswa. Hal tersebut yang menyebabkan siswa
kurang semangat untuk belajar Protista dan cenderung merasa bosan. Protista juga
merupakan makhluk hidup kecil yang tidak tampak jika dilihat dengan mata tanpa bantuan
mikroskop, sehingga bagi siswa materi protista masih bersifat abstrak. Menurut Dra.
Roestiyah. N.K. (1989:1), Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara
efektif dan efisien, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Masalah-masalah
yang ditemukan dalam proses pembelajaran selama ini adalah siswa kesulitan menjawab
soal-soal latihan pada tes akhir, rendahnya respon siswa terhadap penjelasan guru, dan masih
ada siswa pasif dalam mengikuti proses belajar. Dari sini timbul pemikiran penulis tentang
cara dan kiat untuk menyampaikan materi ajar pada siswa, dan membantu siswa untuk
memahami apa yang sedang dipelajarinya. Salah satu cara menurut Sindra James (2013)
menjelaskan untuk membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran maka guru harus
memiliki inovasi baru dalam menerapkan model pembelajaran inovatif dan bermakna dengan
penggunaan media pembelajaran yang kreatif. Salah satu cara yang penulis anggap tepat
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar Protista adalah menggunakan
model pembelajaran kooperatif STAD. Menurut Subanji ( 2013 ) bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu metode dimana siswa belajar bersama-sama dalam kelompok dan
anggota dalam kelompok itu saling bertanggung jawab satu dengan yang lain. Dalam
pembelajaran kooperatif peranan guru adalah mendorong dan mengkondisikan kelas sehingga
siswa bekerjasama dalam satu tugas bersama, dan mereka harus mengkondisikan usahanya.
Menurut Thomson ( dalam Karuru, 2007:2 ) pendekatan kooperatif adalah “ Kegiatan siswa
belajar bersama-sama dalam kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas di susun
dalam kelompok yang terdiri 4 atau 5 siswa, dengan jenis yang heterogen”
Pendekatan kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar di dalam
kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan tugas
kelompok, siswa saling bekerja sama dan membantu memahami bahan pelajaran. Melalui
pendekatan kooperatif ini di harapkan siswa dapat belajar lebih aktif dan suasana yang
kondusif untuk mengembangkan pengetahuan, nilai sikap, keaktifan, serta ketrampilan sosial
seperti ketrampilan bekerjasama. sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat.
Dengan menggunakan pendekatan kooperatif diharapkan dapat menumbuhkan kegairahan
siswa dalam belajar. Karena dengan pendekatan kooperatif kompetensi-kompetensi yang
dimiliki akan menjadikan suasana belajar yang saling mengisi dari segi pengetahuan dan
keahlian. Pembelajaran kooperatif STAD merupakan pembelajaran yang paling sederhana
diantara pembelajaran kooperatif lain yang dikembangkan oleh Slavin, sehingga cukup baik
digunakan oleh guru yang pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif. Slavin (2005
dalam Zubaidah dkk, 2011:102) menyatakan bahwa STAD dapat digunakan untuk berbagai
macam kajian seperti bahasa inggris, ilmu sosial, matematika, geografi, sains dan berbagai
kajian lain dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Metode ini adalah paling sederhana
diantara metode-metode pembelajaran kooperatif lain. Menurut Arends (2004, Zubaidah dkk,
2011:102), guru yang menggunakan STAD, melalui pembelajarannya dengan memberikan
informasi akademik baru kepada siswa, baik secara verbal maupun melalui bahan bacaan.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
78
Siswa dalam kelas dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota masing-masing 4
sampai 5 siswa, yang diatur secara heterogen, mewakili jenis kelamin, kelompok ras atau
etnis, dan kemampuan akademik (siswa berprestasi rendah, sedang, tinggi). Anggota tim
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi
dengan saling membantu satu sama lain melalui belajar bersama, saling bertanya atau
berdiskusi,
Model pembelajaran kooperatif STAD telah diteliti oleh beberapa orang dan berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa, seperti yang telah dilakukan oleh Rosnidar -Lingkung
dalam penelitiannya menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar siswa. dan juga dilakukan oleh Wahyudansyah, Kotawaringin Timur,
Kalimantan Tengah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian dilakukan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif STAD materi
Protista. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 di kelas X-5
MAN Batu. Dalam penelitian ini untuk memperoleh langkah-langkah kooperatif model
STAD yang akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Protista dilakukan dalam
dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai.
Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian dilaksanakan dalam empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) materi Protista, dan membuat
alat evaluasi berupa soal-soal, serta membuat lembar observasi tentang motivasi belajar siswa
dan lembar observasi kegiatan guru. Langkah -langkah pada saat pelaksanaan adalah sebagai
berikut,
a. guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
b. guru memeriksa kehadiran siswa
c. guru melakukan apresepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa dengan mengkaitkan
materi dengan kehidupan yang dialami siswa
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
79
d. guru menyampaikan topic pembelajaran dan tujuan pembelajaran melalui LCD
e. guru menayangkan video dunia protista untuk bahan amatan siswa sebelum memulai
pembelajaran ddan merangsang rasa ingin tahu siswa
f. guru memberi kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan hal yang belum diketahui
tentang materi yang akan dipelajari
g. guru membagi siswa dalam kelompok heterogen masing-masing terdiri dari 4-5 orang
dan usahakan setiap kelompok hetrogen
h. guru menyampaikan langkah-lagkah pembelajaran model STAD
i. guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok dan
membimbing mereka mengerjakan LKS
j. setiap kelompok berdiskusi mengumpulkan data dalam bahan diskusi di lembar kerja
siswa
k. guru memperhatikan setiap kelompok pada saat berdiskusi
l. siswa melakukan presentasi secara klasikal untuk melaporkan hasilnya
m. guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi klasikal yang dilakukan oleh siswa
n. siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
o. diadakan tes secara individual diakhir diskusi untuk melihat hasil pembelajaran.
p. guru membuat nilai tes dan nilai rata-rata kelompok.
q. guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan skor yang diperoleh.
Tahap observasi, peneliti melakukan observasi tindakan yang dilakukan dilapangan
dibantu oleh 2 orang observer. Observasi terhadap motivasi belajar siswa dan keterlaksanaan
tindakan guru dalam menggunakan model pembelajaran STAD. Tahap refleksi, guru
melakukan refleksi setiap akhir siklus. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan dan
penyempurnaan tindakan siklus II. Refleksi tersebut meliputi keaktifan siswa mengikuti
pembelajaran model STAD, kemampuan guru melaksanakan setiap langkah penbelajaran
model STAD untuk mencapai target penelitian yaitu meningkatan hasil belajar siswa. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (a) data kuantitatif berupa hasil skor pemahan
konsep siswa, (b). data kualitatif berupa hasil interaksi siswa dan guru dalam proses
pembelajaran dalam hal keterlaksanaan tindakan penelitian.
Kemudian data dianalisis secara deskriptif untuk menunjukan hasil belajar siswa dan
kesimpulan hasil observasi sebagai kinerja pembelajaran. Analisis data dilakukan pada setiap
siklus tindakan sampai perbaikan pembelajaran dianggap optimal. Target optimal
dimaksudkan baik untuk peningkatan kinerja guru maupun hasil belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus 1
Perencanaan
Tahap perencanaan dimulai dengan penyusunan perangkat pembelajaran, yaitu RPP
model pembelajaran STAD, LKS, intrumen pengamatan, dan soal evaluasi berupa kuis
berserta pedoman penilaian. Dan diakhiri dengan menentukan target keberhasilan berupa
peningkatan motivasi belajar dan pemahaman materi.
Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan terbagi dalam 3 (tiga) kegiatan, yaitu kegiawan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan menayangkan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
80
video dunia Protista. Siswa mencermati video dan mencatat cara gerak protista, warna, dan
bentuk, serta habitatnya. Siswa sangat menaruh perhatian pada tayangan video, karena dunia
Protista yang masih sangat asing dan belum pernah dijumpai.Hal tersebut dianggap sebagai
fenomena yang menarik dan merangsanag rasa ingin tahu pada siswa. Dari kegiatan awal ini
guru sudah dapat memotivasi siswa untuk mempelajari Protista lebih dalam. Kemudian guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dari hasil amatan pada tayangan video.
Seoarng siswa mengajukan pertanyaan: “Di mana tempat hidup Protista?”. Guru
mengembalikan pada siswa pertanyaan tersebut, karena dalam tayangan sudah diperlihatkan
tempat hidup Protista, seorang temannya menjawab, :Ada yang hidup di air, dan ada yang
parasit. Guru mengajukan pertanyaan untuk memotivasi pembelajaran yang akan dilakukan,
“Dari tayangan dalam video tadi, bisa kita ketahui ada berapa macam Protista?” Siswa
mengacungkan jarinya ingin menjawab, guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab.
Siswa menjawab, ”Ada tiga, yaitu protista mirip hewan, protista mirip tumbuhan, dan protista
mirip jamur”
Kegiatan Inti dimulai dengan guru menetapkan siswa menjadi 8 kelompok. Setiap
kelompok beranggotakan 4 orang. Siswa diberikan penjelasan dan petunjuk mengenai
kegiatan yang akan dilakukan dan selanjutnya guru membagikan LKS pada masing-masing
kelompok. Tampak siswa berdiskusi dan tekun menyelesaikan semua bahan diskusi yang ada
di LKS. Setelah batas waktu diskusi kelompok berakhir, guru mengajak siswa berdiskusi
kelas. Guru menunjuk kelompok 1 menyampaikan hasil dsikusi, yaitu pada bagian bahan
diskusi no 1 sampai nomor 3. Mengenai ciri-ciri Protozoa, dasar pengelompokkan Protozoa,
dan menyebutkan 4 macam divisi Protozoa. Kelompok yang lain menanggapi atau
mengajukan pertanyaan. Setelah itu guru melanjutkan dengan menunjuk kelompok 6 maju ke
depan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dengan bahan diskusi nomor 4
sampai nomor 6. Mengenai cara hidup Protozoa, cara reproduksi, dan contoh-contoh protozoa
dari ke 4 divisi. Setelah selesai diskusi kelas, guru memberi penguatan materi dan mengajak
siswa menyusun kesimpulan.
Sebagai kegiatan penutup guru membagikan soal untuk dikerjakan secara individual.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan penilaian terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran
siklus I, diperoleh gambaran keaktifan siswa dan motivasi siswa sangat baik, dan tercatat
hanya dua orang siswa yang masaih belum fokus dalam belajar yaitu masih mengajak teman
satu kelompok berbicara di luar topik pelajaran. Dalam diskusi kelompok sudah ada
kerjasama antar anggota dengan saling memberikan pendapat, dan semua bahan diskusi
dalam LKS dapat diselesaikan . Kerika presentasi dan diskusi kelas, semua siswa
memberikan perhatian pada jalannya diskusi, siswa bertanya atau menjawab menunjukkan
sikap saling menghargai pendapat teman. Hasil evaluasi pada siklus I berdasarkan nilai
pengetahuan yang diperoleh dari tes secara individual rata-rata sudah di atas KKM. Guru
telah cukup berhasil membuat rancangan pembelajaran dengan model STAD, guru dapat
melaksanakan semua langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan pada siswa, kekurangan
guru adalah pada perhatian kepada siswa yang masih kurang menyeluruh, sehingga masih ada
siswa yang tidak fokus karena kekurangan pahaman pada bahan diskusi dalam LKS.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
81
Siklus 2
Perencanaan
Tahap perencanaan dimulai dengan penyusunan perangkat pembelajaran, yaitu RPP
model pembelajaran STAD, LKS, intrumen pengamatan, dan soal evaluasi berupa kuis
berserta pedoman penilaian. Dan diakhiri dengan menentukan target keberhasilan berupa
peningkatan motivasi belajar dan pemahaman materi.
Pelaksanaan tindakan
Seperti halnya pada siklus 1, pelaksanaan tindakan terbagi dalam 3 (tiga) kegiatan,
yaitu kegiawan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal guru melakukan
apresepsi untuk memotivasi belajar siswa dengan menanyakan materi sebelumnya, “Apa
yang membedakan protista mirip hewan dan mirip tumbuhan?” siswa bersemangat menjawab
pertanyaan guru, “yang membedakan protista mirip hewan dengan mirip tumbuhan adalah
adanya alat gerak, klorofil, dan dinding sel” dengan demikian guru mudah mengajak siswa
mempelajari materi lebih lanjut. Selanjutnya guru menyampaikan topic pembelajaran dan
tujuan pembelajaran melalui LCD.
Pada kegiatan inti, guru meminta siswa berkumpul lagi denga kelompoknya yang sudah
terbentuk. Selanjutnya guru membagikan LKS. Semua siswa tekun dan berdiskusi untuk
menyelesaikan permasalahan dalam LKS, yaitu mencari ciri-ciri protista mirip jamur,
klasifikasi, cara hidup protista mirip jamur. Siswa juga diberikan bahan diskusi peran protista
bagi kehidupan. Guru lebih memusatkan perhatian ke seluruh siswa, guru mendatangi setiap
kelompok secara merata, dan membantu kelompok yang kesulitan memahami pertanyaan
dalam LKS. Siswa yang sebelumnya kurang fokus dalam diskusi oleh guru dibantu untuk
lebih mudah mencara data dalam literature. Setelah diskusi kelompok, guru menunjuk
kelompok siswa yang dinilai masih kurang aktif untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Dengan demikian setiap siswa menjadi terpacu untuk lebih meningkatkan aktivitas
belajarnya. Siswa melakukan diskusi kelas, dan guru memberi penguatan di akhir diskusi.
Kemudian guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
Pada kegiatan penutup guru meminta siswa menutup buku dan membagikan soal untuk
dijawab secara individu.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan penilaian hasil belajar siswa siklus II, diperoleh
gambaran keaktifan dan motivasi siswa sangat baik. Sudah tidak ada lagi siswa yang tidak
focus dalam belajar. Nilai rata-rata hasil evaluasi berupa nilai pengetahuan mencapai nilai
rata-rata di atas KKM dan ada peningkatan dibandingkan nilai pada siklus I, hanya satu orang
yang masih memperoleh nilai di bawah KKM. Guru dapat melaksanakan semua langkah-
langkah dalam RPP dengan model STAD.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan modei pembelajaran
STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan motivasi belajar siswa
pada topik Protista di kelas X-5 MAN Batu.
2. Tindakan pembelajaran menggunakan model STAD dapat mengoptimalkan kinerja guru
untuk mengembangkan keterampilan proses, yaitu mengobservasi meliputi penggunaan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
82
indera dan mencatat hasil pengamatan, berkomunikasi meliputi berkomunikasi
mengajukan dan menjawab pertanyaan, serta melaporkan hasil pengamatan secara lisan
dan tulisan.
3. Pembelajaran model STAD dapat mengembangkan keterampilan kinerja pengelolaan
pembelajaran terutama dalam hal memberikan bahan diskusi maupun bahan amatan yang
relevan dengan tuntutan konsep untuk meningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran, membimbing siswa agar terfasilitasi dalam kegiatan diskusi ,dan ketepatan
serta keefektifan penyediaan/ penggunaan lembar kegiatan siswa.
SARAN
Berdasarkan pengalaman ini guru sebagai peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Faktor penting yang harus dipersiapkan guru adalah mematangkan keterampilan dalam
mengelola proses pembelajaran di kelas menggunakan model STAD dengan bantuan
menyajikan fenomena menarik yang erat dengan kehidupan siswa agar siswa termotivasi.
2. Perlu penelitian lanjutan bagi guru MAN Batu untuk mengembangkan penelitian dan
meningkatkan kualitas pembelajaran pada setiap mata pelajaran.
Daftar Rujukan
Kasbolah. K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.
Supardi. 2008 . Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research): Beserta Sistematika
Proposal dan Laporannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Zubaidah dkk, 2013. Pembelajaran IPA menjadi pembelajaran bermakna. Depdiknas.
Ibrohim, 2015 Panduan Pelaksanan Lesson Study. Malang : Universitas Negeri Malang
kerjasama dengan PT Pertamina ( Persero )
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
83
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
TENTANG SISTEM ORGAN HEWAN VERTEBRATA DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN MAKE AND MATCH PADA SISWA KELAS X DI SMK
MUHAMMADIYAH 1 BATU
Ainur Rosidha
SMK Muhammadiyah 1 Batu
Abstrak: Pelajaran Biologi dianggap pelajaran yang rumit, karena harus mempelajari
materi yang komplek dengan bahasa latin yang sulit untuk dipahami, salah satunya adalah
sistem organ pada hewan vertebrata, sehingga sangat membosankan dan menyebabkan
hasil belajar siswa tidak memenuhi KKM. Untuk itu perlu dilakukan pembelajaran yang
menyenangkan dan membuat semua siswa aktiv untuk mengikuti pelajaran. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran “Make and Match”. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X-ATU sejumlah
28 siswa. Hasil penelitian yang dengan menggunakan model make a match menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada post tes siklus I dan post tes
siklus II. Hal ini dapat diketahui dari semua siswa terlibat aktiv dan sangat antusias
mengikuti pembelajaran dengan model make and match dan hasil belajar siswa meningkat
dari nilai rata-rata 62,5 % dengan nilai rata-rata 62,5 pada post tes siklus I , meningkat lagi
menjadi 82 % dengan nilai rata-rata 82 pada post tes siklus II.
Kata Kunci: Sistem organ hewan vertebrata, make and match
Salah satu tujuan pendidikan adalah memajukan bangsa, mengantarkan siswa pada
perubahan tingkah laku baik moral maupun intelektual yang dapat dijadikan bekal hidup
sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa
berinteraksi dengan lingkungan belajar yang telah dibimbing oleh guru melalui suatu proses
yaitu kegiatan belajar mengajar.
Pendidikan sangat bergantung kepada kompetensi guru, salah satu kompetensi guru
yang harus dikembangkan adalah kompetensi pedagogik, dimana guru harus bisa mengelola
pembelajaran di kelas. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila dilakukan secara bermakna,
siswa aktif dalam pembelajaran, adanya motivasi untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran, nilai siswa baik dan tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM),
siswa menjadi reatif dan kritis, serta tumbuh karakter yang baik pada diri siswa, terutama
pada pembelajaran matematika.
Dari observasi awal pengamatan data, hasil ulangan harian tentang pembelajaran
biologi di SMK Muhammadiyah 1 Batu kelas X masih banyak yang belum memenuhi KKM.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa sikap siswa terhadap
pelajaran biologi rendah, dimana siswa malas mengikuti pelajaran dan kurang menyukai
pelajaran biologi. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa menunjukkan masih tergolong
rendah rendah karena belum mencapai nilai KKM. Selain itu, banyak faktor yang
menyebabkan hal tersebut terjadi, salah satu diantaranya adalah pembelajaran masih terpusat
pada guru, dimana guru dominan dalam proses pembelajaran, sehingga pelajaran terasa
kurang menarik dan cenderung membosankan. Pada bagian lain rendahnya hasil belajar
biologi siswa juga disebabkan materi yang dipelajari bersifat kompleks sehingga siswa
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
84
kesulitan memahami materi. Salah satu materi yang bersifat kompleks adalah materi sistem
organ pada hwan vertebrata karena siswa harus mempelajari semua sistem organ pada semua
hewan vertebrata.
Materi sistem organ pada hewan vertebrata ini sangat penting untuk melanjutkan materi
berikutnya dan sangat mendukung pada pelajaran produktif khususnya dasar eternakan dan
kesehatan ternak di SMK Muhammadiyah 1 Batu yang mempunyai program keahlian
Agribisnis Ternak Unggas. Siswa diharapkan memahami materi ini dengan baik sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi adalah
dengan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang
aktif, menyenangkan, membantu siswa memahami materi pelajaran yang rumit, dan
membantu guru mengajarkan materi yang kompleks, adalah metode pembelajaran make and
match. Penerapan metode pembelajaran ini dilakukan dengan cara bermain yaitu siswa
disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktu yang
ditentukan. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
Rusman (2011) Make and Match adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif,
metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan metode ini
adalah peserta didik bermain dengan mencari pasangan kartu sambil belajar tentang
konsep/topik dalam suasana yang menyenangkan.
Beberapa hasil penelitian yang terkait dengan model make and match adalah Rahayu
dkk (2013), bahwa suasana positif yang timbul dari pembelajaran dengan metode Make and
Match memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan guru. Menurut
Nurul Hikmah (2011), Asiyatin (2013), Iryani (2013), Kartika dan Sulistyowati (2015)
menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan fakta tersebut maka sangat
diperlukan aplikasi pembelajaran dengan model make and match untuk diterapkan pada
materi sistem organ pada hewan vertebrata.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mendeskripsikan
peningkatan aktivitas siswa dan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran make and match. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Batu,
pada Kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Pemilihan siswa kelas X- ini
dikarenakan jam pelajaran di akhir yang menyebabkan minat siswa untuk mengikuti
pelajaran berkurang sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran sangat rendah.
Adapun teknik pengumpulan datanya menggunakan tes, wawancara, observasi, catatan
lapangan, dan dokumentasi. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil
belajar. Sedangkan observasi, wawancara, dan catatan lapangan digunakan untuk menggali
data tentang adanya peningkatan aktivitas siswa, respon siswa, keadaan siswa dan guru pada
proses pembelajaran Biologi Pada Materi Sistem Organ Hewan Vertebarata di Kelas X di
SMK Muhammadiyah 1 Batu.
Analisis data menggunakan analisis kualitatif, data yang digunakan mencakup reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini
apabila penguasaan materi siswa mencapai 75% dari tujuan yang seharusnya dicapai, dengan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
85
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal 75. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Ya
Belum
Gambar 1 : Alur penelitian tindakan kelas
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari dua siklus, yaitu :
1. Siklus I
1. Perencanaan, membuat RPP tentang sistem organ pada hewan vertebrata yang dirancang
dengan menggunakan Metode Make and Match
2. Tindakan dan pengamatan
Pelaksanaan pembelajaran dengan sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan metode
Make and Match
3. Refleksi
Melakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan, dan menarik kesimpulan untuk
pembenahan pada siklus II.
2. Siklus II,
Siklus II dilakukan dengan tahapan yang seperti siklus I, yang didasarkan pada pembenahan
dari refleksi siklus I, yaitu :
1. Perencanaan, membuat RPP tentang sistem organ pada hewan avertebrata yang dirancang
dengan menggunakan Metode Make and Match yang dimodifikasi
2. Tindakan dan pengamatan
Pelaksanaan pembelajaran dengan sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan metode
Make and Match
3. Refleksi
Melakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan,
4. Kesimpulan
Setelah siklus II selesai dilanjutkan dengan pengumpulan data pada siklus I dan II,
pengolahan dan analisis data, sehingga mendapatkan hasil penelitian dan selanjutnya
menarik kesimpulan.
Ber-
hasil
?
Observasi awal
siklus perencanaan
Observasi
pelaksanaan
Refleksi dan analisis
data
Pelaksanaan tindakan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
86
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Perencanaan Siklus I
Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan kegiatan pembelajaran dengan
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran
Make and Match, membuat media pembelajaran berupa kartu soal jawaban, membuat
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun evaluasi beserta pedoman penilaiannya.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada Hari Sabtu tanggall 8 dan 15 Oktober 2016
pada kelas X ATU-1 di SMK Muhammadiyah 1 Batu. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan,
dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutup.
Pada kegiatan pembukaan, siswa dikondisikan dengan membaca basmalah /berdo’a dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran hari ini dengan memberikan pertanyaan
pada siswa tentang materi pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, menanyakan apakah
siswa sudah mempelajari materi hari ini di rumah sebagaimana telah peneliti sampaikan pada
pertemuan sebelumnya dan menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari itu. Peneliti juga
menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menjelaskan sintak dari
pembelajaran model Make and Match.
Kegiatan inti dilakukan sesuai sintak model Make and Match yaitu: guru mengocok
kartu yang ada dan membagikan pada semua siswa, masing-masing siswa mendapat satu
kartu, siswa membaca kartunya dalam waktu yang bersamaan, selanjutnya semua siswa
bertanya pada temannya untuk menemukan kartu pasangannya. Setelah siswa yang
mennemukan pasangan segera melapor kepada guru dan guru akan mengecek pasangan kartu
tersebut dengan menanyakan kembali kepada siswa dan dicatat. Siswa yang mendapat
pasangan kartu terlebih dahulu akan mendapatkan reward, salah satu dari voucer, buku,
bolpoin, atau permen. Pada kegiatan pencarian pasangan kartu, guru mengamati siswa dan
melakukan penilaian aktivitas siswa, ketelitian dan rasa ingin tahu pada siswa. Selanjutnya
masing-masing pasangan siswa membacakan kartunya secara bergantian dan didengar oleh
seluruh siswa. Setelah semua kartu dibaca, kartu dikumpulkan kembali ke guru.
Terkumpulnya seluruh kartu pada guru menandai berakhirnya babak pertama. Selanjutnya
dimulailah babak kedua, ketiga, dan keempat dengan langkah seperti babak pertama.
Pengulangan babak dilakukan dengan harapan masing-masing siswa mendapatkan 4 kartu
yang berbeda atau lebih.
Di akhir pembelajaran/kegiatan penutup, siswa dan guru melakukan refleksi dengan
cara tanya jawab, dilanjutkan dengan melakukan post test pada siswa. Sebelum dikhiri guru
mengingatkan siswa untuk mengerjakan LKS secara individu di rumah masing-masing dan
dikumpulkan pertemuan berikutnya, serta memberi tugas siswa untuk mempelajari materi
pertemuan selanjutnya.
Pengamatan Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan observer, selama kegiatan pembelajaran ada beberapa
temuan yang menarik pada aktivitas siswa, antara lain : a) Pada awal sampai akhir permainan
semua siswa antusias mengikuti proses pembelajaran, b) Ada beberapa siswa yang kurang
memahami materi, sehingga salah memasangkan kartunya, c) Pada saat membacakan kartu
pasangan suasana masih ramai karena ada beberapa siswa yang masih bingung, sehingga
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
87
yang lain juga terpengaruh dan kurang konsentrasi, d) Pada saat refleksi pembelajaran ada
beberapa siswa yang masih salah menjawab pertanyaan, e) Ada siswa yang masih main HP
dan berjalan ke meja temannya, f) Pada saat post test, masih ada siswa yang bertanya pada
temannya.
Refleksi Siklus I
Kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan dalam bentuk diskusi bersama dengan
observer dan beberapa guru yang lain, adapun hasil diskusi tersebut antaraa lain adalah
sebagai berikut : a) Pada kegiatan pembukaan belum semua siswa konsentrasi mendengar
penjelasan guru, b) Perlu adanya fenomena yang menarik yang ditampilkan agar siswa lebih
terkonsentrasi, c) Pada saat kegiatan inti, di permainan awal memang semua siswa antusias,
tetapi lama kelamaan mereka bosan, mungkin karena harus berpindah-pindah tempat karena
ruangan juga sempit, jadi ada beberapa siswa yang akhirnya pasip dalam mencari pasangan,
d) pada saat pembacaan kartu secara berpasangan kondisi kelas yang masih ramai sehingga
menyebabkan siswa yang lain tidak mendengar apa yang dibacakan temannya, sehingga saat
refleksi dan post test masih kebingungan, e) Saat mendapat kartu pasangan tidak semua siswa
mendapat semua kartu sehingga hanya kartu yang mereka pegang yang dipahami, dan kartu
yang belum mereka pegang jadi tidak tahu, sehingga siswa belum paham dengan baik, f) Saat
post test siswa belum paham dengan baik pada materi yang sudah dipelajari, sehingga masih
ada beberapa siswa yang masih bingung dan bertanya pada temannya. Nilai post tes juga
belum menunjukkan hasil yang signifikan lebih dari 30 % yang masih dibawah KKM.
Dari hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan, penelitian belum berhasil secara
maksimal, perlu direvisi sedikit pada RPP yang sudah disusun, khususnya pada kegiatan inti
kartu dtidak dibagi secara klasikal, tetapi dibentuk kelompok – kelompok yang lebih kecil
lagi sehingga materi bisa dipahami dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Siklus II
Perencanaan Siklus II
Siklus II dilakukan untuk memperbaiki kegiatan pada siklus I yang sudah dilakukan
dan belum mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Siklus II dilakukan berdasarkan hasil
temuan masalah pada siklus I dan kemungkinan pemecahannya. Dengan melakukan
perbaikan pada siklus II diharapkan tujuan penelitian bisa dicapai dengan baik. Revisi RPP
pada siklus I, dilakukan pada bagian kegiatan pembukaan, inti dan penutup.
Pada kegiatan pembukaan setelah menyiapkan siswa untuk belajar selanjutnya
ditayangkan sebuah fenomena dari LCD proyektor untuk menarik perhatian siswa dan
membantu siswa berkonsentrasi pada materi yang akan dibahas (pada siklus I belum ada),
selain itu siswa juga bisa mengeksplore pengetahuan yang sudah didapatkan sebelumnya.
Pada kegiatan inti, yang sebelumnya pada siklus I model Make and Match dilakukan
secara klasikal, pada siklus II dilakukan secara berkelompok, sehingga penerapan model
make and Match dilakukan pada lingkup yang lebih kecil lagi (terdiri dari 5 – 6 orang). Hal
ini dilakukan agar siswa lebih memahami materi yang dibahas, sehingga diharapkan saat
presentasi siswa benar-benar sudah menguasai materi, demikian juga pada saat post tes siswa
akan dengan mudah mengerjakan soal dengan harapan nilai siswa memenuhi KKM yang
ditentukan (lebih dari 80% jumlah siswa). Selanjutnya siswa akan diskusi secara
berkelompok dan mengerjakan LKS masing-masing.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
88
Pada kegiatan penutup, siswa melakukan refleksi pembelajaran bersama dengan guru
untuk menyimpulkan apa yang sudah dipelajari pada pertemuan tersebut. Selanjutnya guru
melakukan pos tes untuk menguji kemampuan siswa. Dan guru mengakhiri pembelajaran.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal l November
2016 pada kelas X ATU-1 di SMK Muhammadiyah 1 Batu. Pelaksanaan tindakan yang
dilakukan, dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan
penutup. Pada kegiatan pembukaan, siswa dikondisikan dengan cara guru memberi salam
pada siswa dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan pada siswa tentang materi pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, menanyakan
apakah siswa sudah mempelajari materi hari ini di rumah sebagaimana telah peneliti
sampaikan pada pertemuan sebelumnya dan menjelaskan topik dan tujuan pembelajaran pada
hari itu. Peneliti juga menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan
menjelaskan sintak model Make and Match.
Kegiatan inti dilakukan sesuai sintak model Make and Match yaitu : guru membagi
kelompok siswa (menjadi 5 kelompok), selanjutnya wakil tiap kelompok maju untuk
mengambil nama kelompok dan perangkat permainan yang terdiri dari 1 set kartu, aturan
permainan, kata kunci, lembar prestasi. Sebelum permainan dimulai peneliti membacakan
dan menjelaskan aturan permainan dan semua siswa mendengarkan. Selanjutnya guru
mempersilahkan masing-masing kelompok untuk memulai permainan sesuai sintak dan
aturan permainan. Peneliti mengamati jalannya permainan dan memberi bimbingan pada
siswa jika ada yang ditanyakan. Setelah semua kelompok melakukan permainan sampai 3
kali putaran, guru membagikan LKS dan siswa mengerjakannya secara individu dengan
berdiskusi dalam kelompoknya.
Di akhir pembelajaran/kegiatan penutup, siswa dan guru melakukan refleksi dengan
cara tanya jawab, selanjutnya dilanjutkan dengan melakukan post test pada siswa. Sebelum
dikhiri guru meminta siswa mengumpulkan LKS, dan menjelaskan tugas kelompok yang
harus dikerjakan di rumah yaitu membuat poster tentang hewan vertebrata sesuai dengan
kelompoknya untuk dikumpulkan minggu depan, dan mengingatkan siswa menyiapkan diri
mengikuti uji kompetensi materi pertemuan hari ini.
Pengamatan Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan observer, selama kegiatan pembelajaran ada beberapa
temuan yang menarik pada aktivitas siswa, antara lain : a) Pada awal sampai akhir permainan
semua siswa antusias mengikuti proses pembelajaran, b) Ada beberapa siswa yang
kurang memahami aturan permainan dan materi, sehingga salah dalam mencari pasangan
kartunya, namun setelah diberi pengarahan dan bimbingan permainan menjadi lancar c)
Semua siswa konsentrasi pada kartunya masing-masing dan merasa tertantang untuk mencari
pasangan, namun siswa yang menang duluan menjadi kurang aktif dan hanya diam saja
menonton temannya d) Pada saat mengerjakan LKS ada beberapa siswa yang masih melihat
dan mencontoh jawaban temannya tanpa diskusi, namun hanya beberapa saja d) Pada
saat refleksi pembelajaran siswa telah menjawab dengan benar dan tertib e) Pada saat post
test dilaksanakan dengan cara tanta jawab dan masing-masing perwakilan kelompok
menjawab soal yang diberikan guru dengan benar dan tertib.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
89
Refleksi Siklus II
Kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan dalam bentuk diskusi bersama dengan
observer, adapun hasil diskusi tersebut antaraa lain adalah sebagai berikut : a) Pada Kegiatan
pembukaan semua siswa konsentrasi mendengar penjelasan guru, b) Dengan ditayangannya
fenomena siswa lebih berkonsentrasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan
peneliti sehubungan dengan tayangan tersebut, c) Pada saat kegiatan inti, di permainan awal
masih ada beberapa siswa yang belum memahami dengan baik aturan permainan serta materi
sehingga masih ada kesalahan dalam mencari pasangan kartu, namun setelah putaran kedua
dan ketiga permainan berjalan dengan lancar, sebaiknya penjelasan aturan permainan lebih
diperjelas agar siswa lebih paham dan siswa menyiapkan diri dengan materi yang akan
dibahas dengan baik di rumah. Untuk menambah pengetahuan siswa peneliti bisa membuat
hand out tentang materi tersebut untuk dipelajari siswa di rumah. d) Pada saat mengerjakan
LKS masih ada yang menncontoh temannya dan mencatat penjelasan temannya saat refleksi
pembelajaran, sebaiknya LKS dikumpulkan sebelum melakukan refleksi pembelajaran e)
Saat post test siswa sudah paham dengan baik pada materi yang sudah dipelajari, sehingga
beberapa siswa sudah bisa menjawab dengan baik dan benar.
Nilai post tes yang dilakukan ada pertemuan berikutnya sudah menunjukkan
peningkatan dan semua siswa sudah mendapat nilai diatas KKM (75). Tugas kelompok yang
telah diberikan guru juga sudah dikerjakan dengan baik oleh siswa dan sudah dikumpulkan
tepat waktu.
Adapun hasil analisis data yang telah dilakukan baik data pada siklus I maupun II
adalah sebagai berikut :
Tabel. 1. Aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II
Siklus Siswa Aktiv Siswa tidak aktiv
Siklus I 73 % 27 %
Siklus II 93 % 7 %
Tabel. 2. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II
Siklus Prosentase siswa
yang tuntas
Prosentase siswa
yang tidak tuntas Nilai Rata-rata
Siklus I 62 % 38 % 68,5
Siklus II 82 % 18 % 83
Perbandingan aktivitas belajar siswa dideskripsikan sebagai beikut : pada siklus I ada
73 % dari 26 orang siswa yang aktiv saat mengikuti proses pembelajaran sedangkan yang 27
% atau 7 orang siswa masih kurang aktiv mengikuti pembelajaran, pada siklus II ada 93 %
siswa yang aktiv saat mengikuti proses pembelajaran sedangkan yang 7 % atau 2 orang siswa
masih kurang aktiv mengikuti pembelajaran. Hal ini berarti terjadi peningkatan aktivitas
belajar siswa. Sedangkan perbandingan hasil belajar siswa antara siklus I dan siklus II
dideskripsikan sebagai berikut : pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 68,5 dan pada siklus
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
90
II adalah 83. Hal ini berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 14,5. Dengan
melihat prosentase hasil belajar, pada siklus I prosentase siswa yang tuntas 62% dan
prosentase siswa yang tidak tuntas 38 % sedangkan pada siklus II prosentase siswa yang
tuntas 82% dan prosentase siswa yang tidak tuntas 18%. Terjadi peningkatan prosentase
siswa yang tuntas sebesar 20 %.
Dari hasil analisis data dan refleksi baik pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan,
penelitian sudah berhasil dengan baik, walaupun masih ada beberapa kekurangan untuk
penyempurnaan penelitian dengan model make and match.
KESIMPULAN
Dengan melihat hasil dan pembahasan baik dari siklus I maupun siklus II, maka
dapat dikesimpulan bahwa penelitian dengan menggunakan model make and match pada
pembelajaran biologi dengan materi sistem organ pada hewan vertebrata di kelas X ini bisa
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Selain meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa model pembelajaran Make and match dapat menumbuhkan kerjasama diantara
siswa, disiplin, kejujuran dan jiwa kompetisi yang sehat untuk memenangkan permainan. Dan
yang lebih penting siswa bisa belajar sambil bermain, siswa bisa menguasai materi dengan
permainan yang menyenangkan.
SARAN
Demi kesempurnaan penelitian ini, peneliti memberikan saran untuk memberikan
materi berupa hand out atau tugas membaca di rumah tentang materi tersebut sebelum
pertemuan dilaksanakan, agar mereka bisa mengetahui apa yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya. Selain itu sebelum memulai permainan atau pembelajaran dengan
metode make and match, perlu dijelaskan aturan permainan sampai semua siswa
memahaminya, sehingga saat pembelajaran berlangsung tidak terjadi salah pasangan yang
akhirnya akan merusak permainan. Model pembelajaran make and match bisa dimodifikasi
dan dikembangkan dalam model-model permainan kartu yang lain yang penting tetap
mencari pasangan kartu.
Daftar Rujukan
Asiyatin, (2013) Peningkatan Prestasi Belajar biologi melalui pendekatan kooperatif dengan
metode make and match siswa kelas 8 g SMPN 1 Saradan Kabupaten Madiun Tahun
pelajaran 2012 – 2013. Jurnal Bioma edisi 1 Desember 2015.
Iryani Sri, 2013. Penerapan Model pembelajaran kooperatif make and match untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas 2 di SMA Negeri 1
Pekanbaru. Journal Biogenesis (Jurnal pendidikan sain dan biologi) Vol.9 No.2
(2013).
Kartikasari, A.D. dan Sulistiyowati, 2015. Pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Make and Match terhadap hasil belajar siswa materi pokok gaya mata
pelajaran fisika kelas VIII SMP Negeri 7 Blitar. Jurnal Mahasiswa Teknologi
Pendidikan Vol 1 No.2 (2015).
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
91
Nurul Hikmah, (2011)”Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem
pencernaan makanan melalui penerapan metode Make and Match pada kelas XI di
SMA Negeri 39 Jakarta Timur. Jurnal Bioma
Rahayu dkk (2013) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make and Match untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV B SD Negeri 163 Pekanbaru
Rusman, 2011. Model-mdel Pembelajaran–Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali
Press. Jakarta 12
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
92
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA MADRASAH ALIYAH
BILINGUAL BATU PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA
Rikha Mas’ulah
MA Bilingual Batu
ABSTRAK : Penelitian ini dilatarbelakangi karena minimnya guru biologi dalam
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi yang
akan diajarkan sehingga berpengaruh pada kualitas pembelajaran dan hasil belajar di kelas.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Dengan metode ini siswa dapat
mengembangkan segala kemampuan yang ia miliki serta seluruh siswa berperan aktif
dalam pembelajaran. Tipe penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dan terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflection) dan jumlah subjek berjumlah 32 orang.
Instrumen yang digunakan yaitu tes dan lembar observasi. Tes digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa dan observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Teknik
analisis data yang digunakan secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi sistem pencernaan pada manusia di kelas XI IPA., Hal ini
ditunjukkan dari hasil pelaksanaan tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Pada pelaksanaan
tes awal jumlah siswa yang tuntas sebanyak 5 orang dengan persentase 15,625%
mengalami peningkatan sebesar 40,625% pada siklus I menjadi 18 siswa yang tuntas
belajar dengan persentase 56,25% dan kembali meningkat sebesar 40,625% pada siklus II
menjadi 31 orang siswa yang tuntas belajar dengan persentase ketuntasan belajar sebesar
96,875%.
Kata Kunci : STAD, Hasil Belajar
Peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan menggerakkan seluruh komponen
yang menjadi sub sistem dalam suatu sistem pendidikan, subsistem yang pertama dalam peningkatan
mutu pendidikan adalah guru, yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan pembelajaran yang
bermutu sekaligus bermakna sebagai pemberdayaan kemampuan (ability) dan kesanggupan
(capability) peserta didik, tanpa guru yang profesional mustahil suatu sistem pendidikan dapat mencapai
hasil sebagaimana diharapkan.
Oleh karena itu, prasyarat utama yang harus dipenuhi bagi keberlangsungnya proses belajar
mengajar yang menjamin optimalisasi hasil pembelajaran ialah tersedianya guru dengan kualifikasi dan
kompetensi yang mampu memenuhi tututan tugasnya. Mutu pendidikan pada hakikatnya adalah
bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas berlangsung secara bermutu dan
bermakna. Jadi mutu pendidikan ditentukan di kelas melalui proses belajar mengajar. Banyak persoalan
pembelajaran baik itu yang berhubungan dengan pemehaman materi, penggunaan metode, media, alat
peraga maupun alat evaluasi. Untuk itu diperlukan upaya melakukan tindakan-tindakan secara sistematis,
terarah dalam suatu proses, sehingga ada perubahan dan perbaikan.
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang
selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk mutu proses belajar mengajar di kelas harus selalu
dilakukan salah satunya adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Berkaitan dengan hal itu,
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
93
perlu adanya variasi pengajaran yang dapat merangsang dan melibatkan siswa aktif dalam belajar,
penggunaan azas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena itu : Para siswa mencapai
pengalaman diri dan langsung memahami sendiri. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek
pribadi siswa secara integral. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa.Para siswa bekerja
menurut minat dan kemampuan sendiri. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antar orangtua dan guru.
Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktifitas dalam kehidupan bermasyarakat.
Selain itu ada persepsi yang salah dalam pembelajaran. Guru kadangkala menganggap bahwa
semua siswa memiliki kemampuan yang sama. Kenyataanya setiap siswa dalam satu kelas itu berbeda-
beda, baik dari segi biologis yaitu pemikiran, fisiologis bentuk fisik dan fisiologis yaitu karakter atau
tingkah laku. Perbedaan itu menyebabkan kemampuan dalam menangkap dan memahami suatu pelajaran
pun beragam, ada yang cepat, sedang, dan ada juga yang lambat, bagi siswa yang cepat dalam menangkap
dan memahami pelajaran tidak begitu kesulitan dalam mencpai tujuan belajar, seadangkan bagi siswa yang
lambat tentunya akan memerlukan lebih banyak waktu dalam mencapai tujuan belajar. Hal ini menjadi
dasar kuat bagi siswa utnuk berkelompok.. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa, jadi kegiatan belajar berpusat
pada siswa dan guru menjadi motifator dan fasilitator didalamnya agar suasana kelas menjadi baik.
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa, baik faktor
dari dalam (internal) yaitu kecerdasan, minat, motovasi dan kesiapan. Maupun faktor dari luar (eksternal)
yaitu lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
Menurut berberapa ahli bahwa faktor internal meliputi faktor psikologis dan faseglogis sedangkan faktor
eksternalnya adalah lingkungan.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan
aktifitas pembelajaran kelompok dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil
untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Artinya siswa bekerjasama dalam
kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Dan setiap anggota kelompok saling memberikan
kekuatan-kekuatan sosial antar satu sama lain untuk satu tujuan yang nantinya juga dirasakan bersama-
sama. Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu
tipe dalam pembelajaran kooperatif dan dalam pelaksanaannya siswa dikelompokkan ke
dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang dengan kemampuan heterogen serta
menggunakan kuis untuk menentukan skor perkembangan dan untuk memperoleh
penghargaan (E. Slavin).
Tujuan utama dari pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara
berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan
menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok, Misalnya. dalam pembelajaran
matematika materi teorema phytagoras bukan hanya menekankan pada apa itu teorema
phytagoras tetapi juga bagaimana menemukan teorema phytagoras tersebut dan bagaimana
pembuktiannya dalam matematika sehingga menjadi lebih benar-benar bernilai. Dengan
kooperatif tipe stad tidak hanya menghafal dan diingat, melainkan ada sesuatu yang dapat di
praktekkan dan dilatihkan dalam situasi nyata dan terlibat dalam pemecahan masalah teorema
phytagoras.
Dengan demikian, kooperatif akan dapat mengusir rasa jenuh dan bosan. Menurut
Ausubel pemecahan masalah yang cocok adalah lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
94
model yang efisien dalam pembelajaran. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil
peran pada kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan
lansung dari guru, baik lisan maupun contoh tindakan. Sedangkan siswa diberi kebebasan
untuk membangun pengetahuannya sendiri. Pada hakikatnya kooperatif sama dengan kerja
kelompok. oleh sebab itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam
kooperatif, karena tidak setiap kerja kelompok dikatakan kooperatif. Menurut Bennet ada
lima unsur dasar yang dapat memebedakan kooperatif dengan kerja kelompok yaitu: pertama,
poAldive interdependence merupakan hubungan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan
seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya untuk menciptakan suasana
tersebut, guru perlu merancang struktur dan tugas- tugas kelompok yang memungkinkan
setiap individu untuk belajar, mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dan kemampuan
memahami bahan pelajaran. Kedua, interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung
terjadi' antara siswa tanpa ada perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang
ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan
oleh adanya saling hubungan timbal batik yang bersifat poaldif sehingga dapat
mempengaruhi basil pendidikan dan pengajaran. ketiga, adanya tanggung jawab pribadi
mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa memotivasi untuk
membantu temannya.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar
merupakan ukuran untuk mengetahui seberapa jauh pelajaran dapat diserap oleh siswa.
Menurut Degeng yang dikutip oleh Wena Hasil belajar adalah semua efek yang dapat
dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah
kondisi yang berbeda.
Menurut Bloom dalam Suprijono, hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),
analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan tipe penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelas melalui refleksi ,dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil
belajar siswa semakin meningkat. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah
Bilingual Batu yang dilaksanakan selama 1 bulan yakni dimulai sejak tanggal 30 September 2016
sampai dengan 30 Oktober 2016. Dalam penelitian ini untuk memperoleh langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang meningkatkan pememahaman siswa materi Sistem
pencernaan dilakukan dalam dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang dicapai. Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan disajikan pada
Gambar 1.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
95
Gambar 1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas (adaptasi dari Hopkins, 1993)
(Sumber: Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999)
Langkah-langkah penelitian tindakan kelas yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati
dan refleksi.
1. Rencana tindakan: merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum proses pembelajaran
diharapkan rencana tersebut berpandang ke depan serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang
tak terduga dan secara dini kita dapat mengatasi hambatan.
2. Pelaksanaan tindakan: merupakan perencanaan yang telah dibuat berupa suatu penerapan model
pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki pada tingkat ketuntasan dengan cara
melakukan pemebelajaran sebagai upaya meningkatkan kemampuan belajara siswa pada tingkat
ketuntasan dengan cara melakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD pada materi Sistem Pencernaan Manusia .
3. Observasi atau pengamatan: untuk melihat dan mengamati pengaruh-pengaruh oleh tindakan
kelas berupa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hasil dari pengamatan ini
merupakan dasar dari refleksi.
4. Refleksi: untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan data yang
dikumpulkan kemudian dilakukan evaluasi guna melakukan tindakan selanjutnya.
Data yang diperoleh dalam penelitian adalah :
a. Data kuantitatif berupa hasil skor pemahan konsep siswa
b. Data kualitatif berupa hasil observasi siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Kemudian data dianalisis secara deskriftif untuk menunjukkan hasil belajar siswa
dan kesimpulan hasil observasi sebagai kinerja pembelajaran. Analisis data dilakukan
pada setiap siklus tindakan sampai perbaikan pembelajaran dianggap optimal. Target
optimal dimaksudkan baik untuk peningkatan kinerja guru maupun hasil belajar siswa.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
96
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIKLUS I
Pelaksanaan Tindakan
Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terlebih dahulu
melaksanakan tes awal untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi
sistem pencernaan pada manusia. Hasil tes awal tersebut akan dijadikan patokan ketika akan
menerapkan model pembelajaran koperatif tipe STAD.
Hasil tes kemampuan awal siswa terhadap materi sistem pencernaan pada manusia
dalam pelaksanaan tes awal dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Nilai tes awal siswa
Nilai Nilai Tes Awal Persentase
(%) Kategori Frekuensi
Tidak Tuntas 27 84,375
Tuntas 5 15,625
Jumlah 32 100%
Sumber: Hasil tes awal siswa, 2014.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa dari 32 siswa yang mengikuti pelaksanaan
tes awal siswa yang memperoleh nilai tes dalam kategori tuntas atau mencapai KKM secara
individual yakni 75 sebanyak 5 siswa (15,625%) dan siswa yang memperoleh hasil tes dalam
kategori tidak tuntas sebanyak 27 orang dengan persentase (84,375). Nilai rata-rata kelas
yang diperoleh yaitu 51,41.
Hasil tes awal di atas, terlihat bahwa kemampuan dan pemahaman siswa terhadap
materi sistem pencernaan pada manusia terlihat masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari hasil
tes yang diperoleh yakni siswa yang memperoleh nilai tes dalam kategori tuntas hanya 5
orang dengan persentase 15,625%. Atas dasar tersebut maka peneliti melakukan berbagai
persiapan dan koordinasi dengan guru mata pelajaran Biologi untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi tersebut.
1. Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Setelah ditetapkan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dalam mengajarkan pokok bahasan sistem pencernaan pada manusia, maka
kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat
pelaksanaan tindakan. Setelah berkonsultasi dengan kolaborator, peneliti melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1) Membuat silabus dan RPP untuk tindakan siklus I. Membuat lembar observasi
terhadap siswa maupun guru untuk memantau keadaan mereka selama proses
belajar mengajar berlangsung, sebagaimana. Merancang alat evaluasi untuk tes
tindakan siklus I.Meminta guru untuk menjadi observer dalam dalam mengamati
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
97
kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
b. Pelaksanaan Tindakan
Proses pembelajaran diawali dengan memberikan salam serta memperkenalkan
diri oleh guru kepada siswa. Setelah itu peneliti mengatur siswa untuk bersiap
mengikut kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pembelajaran dimulai
dengan penyampaian standar kompetensi, kompetensi dasar, serta tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dan diikuti dengan pemberian motivasi dan
pembagian kelompok oleh guru yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5
orang secara heterogen agar siswa dapat termotivasi dan serius dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Setelah dirasa cukup peneliti menyampaikan materi singkat tentang materi
sistem pencernaan pada manusia. Peneliti memberikan gambaran-gambaran umum
tentang materi tersebut dan siswa nantinya yang akan bertugas untuk memecahkan
masalah-masalah yang terdapat dalam proses pembelajaran melalui pembelajaran
secara berkelompok.
Dalam memberikan permasalahan dan soal-soal latihan yang akan diselesaikan
oleh siswa melalui pembelajaran kelompok. Pada tahap ini peneliti bertugas untuk
mengarahkan siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang telah dibagikan. Siswa secara
serius berusaha untuk menyelesaikan soal tersebut. Untuk mengetahui pemahaman
siswa secara lisan, maka peneliti memberikan kuis-kuis kepada setiap kelompok dan
setiap kelompok diminta untuk melakukan presentasi di depan kelas. Kelompok yang
melakukan presentasi dengan baik maka diberikan penghargaan oleh guru dan
kelompok lain berupa tepuk tangan dan sebagainya.
Untuk mengetahui hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi sistem
pencernaan pada manusia secara individual, maka dilakukan tes akhir pada seluruh
siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Hasil belajar yang diperoleh siswa
dalam pelaksanaan tes siklus I ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Nilai tes siklus I
Nilai Nilai Tes Awal
Persentase Kategori Frekuensi
Tidak Tuntas 14 43,75%
Tuntas 18 56,25%
Jumlah 32 100%
Sumber: Hasil tes siklus I, 2014.
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa dari 32 siswa yang mengikuti
pelaksanaan tes siklus I siswa yang memperoleh nilai tes dalam kategori tuntas atau
mencapai KKM secara individual yakni 75 sebanyak 18 siswa (56,25%) dan siswa
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
98
yang memperoleh hasil tes dalam kategori tidak tuntas sebanyak 14 orang dengan
persentase (43,75%). Nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 63,59.
Hasil tes di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memperoleh hasil
yang cukup baik serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem
pencernaan pada manusia. Hal tersebut terlihat dari persentase ketuntasan siswa yang
dicapai pada tes siklus I. Pada pelaksanaan tes awal siswa yang tuntas hanya
mencapai persentase 15,625% sementara pada siklus I jumlah siswa yang tuntas
mencapai persentase 56,25%. Dengan demikian terjadi peningkatan persentase
ketuntasan belajar siswa dari tes awal ke tes siklus I yakni sebesar 40,625%.
Hasil tes siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang
dicapai pada siklus I. Namun dikarenakan persentase belajar siswa pada siklus I hanya
mencapai 56,25%, berarti persentase tersebut belum mencapai KKM secara klasikal
yakni ketuntasan belajar siswa harus mencapai 75%. Dengan demikian proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD harus
dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan memperbaiki berbagai kekurangan yang
terdapat pada pelaksanaan siklus I.
c. Observasi/Pengamatan
1) Observasi pada guru
Guru menguasai materi dengan sangat baik. Guru belum dapat memberikan
penguatan dan motivasi kepada siswa dengan baik, sehingga siswa tidak serius
dalam belajar. Waktu yang digunakan dalam belajar belum sesuai dengan RPP.
Guru memberikan materi dengan baik melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Guru belum dapat mengarahkan siswa ketika belajar di dalam
kelompok. Guru tidak memberikan pertanyaan maupun soal latihan yang sesuai
untuk mengetahui kemampuan siswa. Siswa belum dapat mempresentasikah
hasil kerja kelompoknya ketika proses belajar berlangsung. Guru tidak
memberikan penghargaan kepada kelompok yang melakukan presentasi dengan
baik.
2) Observasi pada siswa
a) Ketik proses pembelajaran dimulai siswa tidak terlalu menyiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran.
b) Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD
pejalan tidak maksimal.
c) Siswa tidak terlalu merasa terbimbing ketika mengikuti proses pembelajaran.
d) Interaksi antara siswa belum berjalan maksimal.
e) Siswa belum berani menyampaikan pendapatnya untuk bertanya maupun
menjawab pertanyaan dari guru.
f) Kelompok yang melakukan presentasi belum dapat menyampaikan materi
dengan baik.
d. Refleksi
Pada tahap ini, bersama guru secara kolaboratif menilai dan mendiskusikan
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
99
tindakan siklus I untuk kemudian diperbaiki dan dilaksanakan pada tindakan siklus II.
Pada tindakan siklus I berdasarkan persentase pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, terlihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini belum maksimal/belum sempurna mengingat model pembelajaran ini baru
pertama kalinya dilaksanakan di kelas XI IPA MA Bilingual Batu.
Berdasarkan hasil observasi, berasumsi bahwa siswa belum menunjukkan
aktivitas pembelajaran yang seharusnya ada pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Secara umum dari aspek-aspek yang diamati, hampir semua aspek dari
simulasi ini belum terlaksana dengan baik. Akibatnya terdapat siswa yang belum
mampu dalam menjawab soal-soal ketika dilakukan tes tindakan siklus I.
Untuk mengatasi hal ini, maka peneliti bersama guru melakukan beberapa hal
antara lain:
1) guru mengarahkan siswa dengan memberikan gambaran pada konsep yang benar
dari permasalahan yang diberikan.
2) Guru bekerja sama dengan peneliti membantu mengarahkan siswa dengan cara
membimbing siswa dalam proses pembelajaran kelompok maupun proses diskusi.
3) Guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis yang sesuai dengan konsep
yang benar, dan guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan dari data-
data yang diperolehnya.
4) Guru membimbing siswa agar bisa menyesuaikan diri dengan teman belajarnya.
5) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar mampu menyampaikan
pendapatnya ketika proses pembelajaran berlangsung.
Dengan melihat banyaknya kekurangan-kekurangan yang ada serta hasil belajar
Biologi siswa pada tindakan siklus I yang belum memenuhi indikator keberhasilan
dalam penelitian ini, maka penelitian ini dilanjutkan pada tindakan siklus II.
SIKLUS II
Pelaksanaan Tindakan
Sama halnya dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, pembelajaran yang
berlangsung dalam tahap siklus II tidak jauh berbeda. Hanya saja pada pembelajaran siklus II
peneliti mulai memperbaiki peran dalam proses pembelajaran dan beberapa kekurangan yang
terjadi pada siklus I. Tahapan yang dilaksanakan pada siklus II yakni sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
Hal-hal yang dipersiapkan pada tahap perencanaan tindakan yakni sebagai
berikut:
1) Mempersiapkan RPP dan silabus yang akan dipergunakan dalam proses
pembelajaran pada siklus II.
2) Menyiapkan lembar observasi peserta didik dan peneliti.
3) Menyiapkan soal tes untuk mengetahui pemahaman peserta didik pada materi
sistem pencernaan pada manusia.
4) Meminta guru mata pelajaran untuk menjadi observer.
b. Tahap pelaksanaan
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu memberikan motivasi kepada
peserta didik, sehingga peserta didik dapat serius dalam melaksanakan proses
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
100
pembelajaran. Selain itu menyampaikan hasil tes pada siklus I serta hasil refleksi
pembelajaran pada siklus I, sehingga diharapkan dapat menimbulkan kesadaran dalam
diri peserta didik untuk belajar.
Proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus II, sama halnya proses
pembelajaran pada siklus I yakni dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada kegiatan belajarnya. Hanya saja pada siklus II, peneliti lebih
memberikan motivasi serta memperbaiki berbagai kekurangan yang terdapat pada
pembelajaran siklus I, sesuai dengan hasil refleksi. Proses pengelolaan kelas,
penggunaan waktu pada RPP, mengaktifkan peserta didik pada proses pemecahan
masalah menjadi fokus dalam pembelajaran di siklus II, sehingga diharapkan dapat
memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.
Tabel 4.3 Nilai tes siklus II
Nilai Nilai Tes Awal
Persentase Kategori Frekuensi
Tidak Tuntas 31 96,875%
Tuntas 1 3,125%
Jumlah 32 100%
Sumber: Hasil tes awal siswa, 2014.
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa dari 32 siswa yang mengikuti
pelaksanaan tes siklus II siswa yang memperoleh nilai tes dalam kategori tuntas atau
mencapai KKM secara individual yakni 75 sebanyak 31 siswa (96,875%) dan siswa
yang memperoleh hasil tes dalam kategori tidak tuntas sebanyak 1 orang dengan
persentase (3,125%). Nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 78,28.
Hasil tes di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II
memperoleh hasil yang cukup baik serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi sistem pencernaan pada manusia. Hal tersebut terlihat dari persentase
ketuntasan siswa yang dicapai pada tes siklus II. Pada pelaksanaan tes siklus I siswa
yang tuntas hanya mencapai persentase 56,25% sementara pada siklus II jumlah siswa
yang tuntas mencapai persentase 96,875%. Dengan demikian terjadi peningkatan
persentase ketuntasan belajar siswa dari tes siklus I ke tes siklus II yakni sebesar
40,625%.
Hasil tes siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang
dicapai pada siklus II. Persentase belajar siswa pada siklus II mencapai 96,8755%,
berarti persentase tersebut telah mencapai KKM secara klasikal yakni ketuntasan
belajar siswa harus mencapai 75%. Dengan demikian proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD harus tidak dilanjutkan pada
siklus berikutnya.
c. Observasi/Pengamatan
1) Observasi pada guru
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
101
Guru menguasai materi dengan sangat baik. Guru dapat memberikan penguatan
dan motivasi kepada siswa dengan baik, sehingga siswa serius dalam belajar.
Waktu yang digunakan dalam belajar sesuai dengan RPP.Guru memberikan
materi dengan baik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.Guru
dapat mengarahkan siswa ketika belajar di dalam kelompok. Guru memberikan
pertanyaan maupun soal latihan yang sesuai untuk mengetahui kemampuan siswa.
Siswa dapat mempresentasikah hasil kerja kelompoknya ketika proses belajar
berlangsung. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang melakukan
presentasi dengan baik.
2) Observasi pada siswa
Ketika proses pembelajaran dimulai siswa menyiapkan diri untuk mengikuti
pembelajaran. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
tipe STAD berjalan maksimal. Siswa merasa terbimbing ketika mengikuti proses
pembelajaran. Interaksi antara siswa berjalan maksimal.Siswa berani
menyampaikan pendapatnya untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan dari
guru. Kelompok yang melakukan presentasi dapat menyampaikan materi dengan
baik.
d. Refleksi
Setelah selesai melakukan tes akhir siklus II dan selesai memeriksa hasil tes
peserta didik kemudian melakukan refleksi. Adapun hasil refleksi siklus II sebagai
berikut :
1) Peneliti sudah memperhatikan dan memberikan bimbingan kepada peserta didik agar
lebih fokus pada penjelasan guru agar nilai yang didapat memuaskan dan pada waktu
proses pembelajaran di kelas sudah menjadi tenang dibandingkan siklus sebelumnya.
2) Hasil tes akhir siklus II menunjukkan nilai > 75 sebanyak 31 peserta didik
(96,875%), sedangkan nilai < 75 sebanyak 1 peserta didik (3,125%) dengan
demikian persentase peserta didik yang telah melewati KKM klasikal yaitu 75 %
sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terlihat bahwa siswa sangat serius dan antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa di kelas, siswa saling berinteraksi
untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh pada setiap kelompok dan
siswa berusaha untuk menyelesaikannya.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, guru dan siswa belum melakukan kegiatan
pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik. Masih terdapat
kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki. Dalam pelaksanaan tindakan siklus I,
menunjukkan bahwa siswa masih merasa bingung dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Hal ini terlihat pada siswa yang masih terlihat kaku dan kurang memahami
prosedur dari kegiatan pembelajaran ini sehingga untuk menghindarinya guru memberikan
informasi yang lebih jelas kepada siswa ketika siswa mulai bingung dan terlihat gaduh.
Pemberian informasi dan motivasi ini terbukti dapat mengurangi tingkat kegaduhan siswa
pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
102
Selain itu, proses diskusi yang berlangsung juga sangat interaktif, siswa seluruh siswa
terlibat dalam kegiatan diskusi, baik kelompok yang melakukan presentasi maupun siswa dari
kelompok lain. Hal ini mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa yang tinggi sehingga
siswa selalu berusaha untuk memahami materi pelajaran yang dipelajari. Pemberian
penghargaan oleh guru kepada siswa semakin membuat siswa antusias untuk belajar, sebab
selama ini proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
seperti ini belum pernah dilaksanakan oleh guru Biologi di MA Bilingual Batu.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I, terlihat adanya peningkatan
prestasi belajar Biologi setelah diterapkan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 18 siswa atau sekitar 56,25% meskipun
14 siswa lainnya belum mencapai nilai 75, dengan nilai rata-rata kelas yaitu 63,59.
Untuk lebih memotivasi siswa agar bekerja dengan baik maka guru dan peneliti
bersepakat untuk memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu melakukan presentasi
dengan baik. Hal ini terbukti dengan semakin aktifnya siswa dalam bekerja untuk mencari
dan menemukan dari permasalahn yang diberikan.
Bertitik tolak dari kekurangan-kekurangan yang dapat dilihat dari minimnya aktivitas
pada saat pembelajaran dan hasil belajar siswa pada tindakan siklus I yang belum memenuhi
indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu minimal 75% siswa telah memperoleh nilai
minimal 75, maka penelitian ini dilanjutkan pada tindakan siklus II. Pada siklus II, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD kembali dilaksanakan. Siswa tetap berada dalam
kelompoknya masing-masing sebagaimana pembagian kelompok pada tindakan siklus I.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar siswa
yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 31 orang siswa atau sekitar 96,875% dengan nilai rata-
rata 78,28. Hal ini menandakan bahwa prestasi belajar Biologi siswa tiap siklus mengalami
peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa tidak lepas dari keberhasilan guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang dapat dilihat dari persentase
pelaksanaan model pembelajaran ini yang selalu meningkat pada tiap siklus. Karena indikator
keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai, dalam hal ini minimal 75% siswa telah
mencapai nilai ≥ 75, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Ini berarti bahwa hipotesis
tindakan telah terjawab yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan pada manusia
di kelas. XI IPA Bilingual Batu.
Berdasarkan hal di atas, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada kelas XI IPA Bilingual Batu memberikan dampak yang sangat
baik terhadap hasil belajar siswa. Siswa mampu belajar untuk mencari dan menemukan
permasalahan dari materi yang hendak diajarkan dan dengan penuh percaya diri mampu
bertanggung jawab terhadap penemuan dari hasil simulasinya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
sistem pencernaan pada manusia di kelas XI IPA MA Bilingual Batu., Hal ini ditunjukkan
dari hasil pelaksanaan tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Pada pelaksanaan tes awal
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 5 orang dengan persentase 15,625% mengalami
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
103
peningkatan sebesar 40,625% pada siklus I menjadi 18 siswa yang tuntas belajar dengan
persentase 56,25% dan kembali meningkat sebesar 40,625% pada siklus II menjadi 31 orang
siswa yang tuntas belajar dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 96,875%.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepada guru diharapkan dapat mengetahui, memahami dan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya peningkatan hasil belajar IPA siswa
utamanya pada pokok bahasan sistem pencernaan pada manusia
2. Mengingat pentingnya model pembelajaran yang berfungsi sebagai alat pertukaran
informasi yang dimiliki oleh siswa dan guru guna mencapai tujuan pembelajaran, maka
peneliti juga menyarankan kepada guru untuk bisa menggunakan model pembelajaran
yang bervariasi sesuai dengan kondisi di lapangan.
3. Kepada para peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menyesuaikan penggunaan berbagai
tipe pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi yang akan
diajarkan di dalam kelas.
Daftar Rujukan
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 2009).
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2012).
Jihad, Asep dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. (Jakarta: Multi Presindo, 2008).
Johnson. Jurus Berpikir dan Bertindak Seorang CEO. (Jakarta: Erlangga. 1998).
Kunandar. Guru Profesional. (Jakarta: Andi Publisher, 2009).
_______, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru. ((Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008).
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pendidikan untuk Membantu Memecahkan Problematika
Belajar dan Mengajar. (Bandung: Alfabeta, 2006).
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta : Rineka Cipta, 2010).
Slavin, Robert E. Coomperativ Learning Teori Riset Dan Praktik. (Bandung :Nusa Media,
2008)
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. (Bandung: Rosda, 2001).
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
104
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
MATERI SISTEM GERAK KELAS XI IPS-2 MAN BATU
Wijiasih
MAN Batu
Abstrak: Sistem gerak merupakan materi pelajaran yang rumit, karena melibatkan macam-
macam jenis otot, tulang, persendian, mekanisme gerak, dan kelainan yang terjadi pada
system gerak. Pembelajaran dengan metode klasik belum mampu mengatasi kerumitan ini.
Hal ini menyebabkan siswa sulit memahami materi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
menerapakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw untuk meningkatkan aktifitas dan
hasil belajar pada materi sitem gerak pada siswa kelas XI IPS-2 MAN BATU, yang
berjumlah 28 (13 putra dan 15 putri). Pembelajaran dilaksanakan dengan tahapan membagi
siswa dalam beberapa kelompok kecil (8 kelompok asal dengan 4 anggota untuk
mengerjakan tugas yang berbeda untuk setiap siswa ), setiap siswa dari kelompok asal
yang memiliki tugas yang sama berkumpul pada kelompok ahli (4 kelompok ahli dengan 8
anggota dengan tugas yang sama), selanjutnya setiap anak dari kelompok ahli kembali ke
kelompok asal untuk menjelaskan pada anggota kelompok asal, masing-masing anak
secara bergantian menjelaskan hasil diskusi/pembahasan dari kelompok ahli pada
kelompok asal, setiap siswa pada kelompok asal mencatat keterangan dari temannya, dan
bertanya jika ada yang belum dimengerti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa kelas XI IPS-2 MAN BATU materi sistem gerak. Hal tersebut dapat ditunjukkan
bahwa pada siklus I diperoleh gambaran keaktifan dan hasil belajar siswa yang baik, 25
dari 28 ( 89 % ) siswa belajar dengan aktif dan 3 anak kurang aktif. Dan dari hasil tes
diperoleh rata-rata nilai 84 dengan ketuntasan kelas 82 % ( 23 anak tuntas dan 5 anak tidak
tuntas dengan nilai KKM = 75 ). Pada siklus II diperoleh data 100 % anak belajar aktif dan
dari hasil tes diperoleh rata-rata nilai 93 dengan ketuntasan kelas 96 % ( 27 tuntas dan 1
tidak tuntas dengan nilai KKM = 75 )
Kata kunci : Jigsaw, system gerak, rumit, keatifan siswa, hasil belajar
Materi tentang system gerak merupakan KD 3.5 : Menganalisis hubungan antara
struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak dan mengaitkan dengan bioprosesnya
sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi
pada sistem gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.dan
salah satu SKL penting dalam pelajaran biologi, yang soalnya sering pula keluar dalam UN,
misalnya tercantum pada standar kompetensi lulusan no. 5, yaitu menjelaskan struktur dan
fungsi system organ manusia serta kelainan/penyakit yang mungkin terjadi pada organ
tersebut, dengan salah satu indikatornya adalah menjelaskan mekanisme gerak otot, tulang
dan sendi pada manusia.
Selain itu system gerak sangatlah penting pada semua mahluk hidup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, terutama bagi manusia. Dan pada dasarnya, setiap makhluk hidup
dibekali dengan kemampuan gerak. Akan tetapi, ada makhluk hidup yang memiliki gerak
aktif dengan mobilitas yang tinggi, ada yang hanya mampu menggerakkan bagian tubuh
tertentu, bahkan ada yang hanya dapat bergerak secara pasif.Tubuh manusia mampu bergerak
secara aktif. Hal ini karena pada tubuh manusia memiliki dua alat gerak utama, yaitu tulang
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
105
dan otot. Tulang-tulang yang menyusun tubuh manusia disebut alat gerak pasif, sedangkan
otot disebut alat gerak aktif.
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses
pembelajaran. Berikut ini dapat dikemukakan beberapa pengertian dari keaktifan belajar
siswa, menurut: 1. Sardiman (2001:98): aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik
maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan, 2. Rohani (2004:6-7): belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam
aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah siswa giat-aktif dengan
anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan)
adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka
pembelajaran. Saat siswa aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu
juga sebaliknya, 3. Hermawan (2007:83): keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain
adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun
pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan
pembelajaran, 4. Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31): belajar aktif adalah
“Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek
koqnitif, afektif dan psikomotor”. Muhibbin Syah (2012: 146) mengatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi tiga macam,
yaitu faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar
peserta didik), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Hal yang sama
dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2008: 78) bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan
belajar peserta didik diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni: (1) faktor intern (faktor dari
dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi faktor fisiologis dan psikologi; serta (2) faktor
ektern (faktor dari luar manusia) yang meliputi faktor sosial dan non sosial. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan peserta didik
dalam proses belajar adalah faktor internal (faktor dari dalam peserta didik) dan faktor
eksternal (faktor dari luar peserta didik).
Pengertian Hasil Belajar. Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan
belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan
bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai
oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang
diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.Untuk mengetahui perkembangan
sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan
evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang
mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar
pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar
siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan
yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam
bentuk angka.Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar
Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti
ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam
menentukan keberhasilan siswa.Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
106
bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki
pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi
sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan,
antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran
dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.Untuk mengetahui
tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada
setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi
penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki
proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi
tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.
Indikator Hasil Belajar Siswa.Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah
sebagai berikut: 1. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan,
baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya
dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM), 2. Perilaku yang
digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual
maupun kelompok.Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
(dalam buku Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai
tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus
meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses
pembelajaran terutama dalam penerapan teknik pembelajaran kooperatif diantaranya adalah
sebagai berikut: 1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran
kooperatif, 2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap
proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena
kelas, yang lain hanya sebagai penonton, 3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang
teknik pembelajaran kooperatif, 4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran. 5.
Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung
proses pembelajaran. Agar pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik,
maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Guru senantiasa mempelajari
teknik-teknik penerapan teknik pembelajaran kooperatif di kelas dan menyesuaikan dengan
materi yang akan diajarkan, 2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas
merupakan kelas heterogen, 3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik
pembelajaran kooperatif, 4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku
sumber, 5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi
yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Materi system gerak termasuk materi yang rumit karena itu dibutuhkan metode
pembelajaran yang dapat memudahkan anak untuk lebih aktif belajar dan mencapai hasil
belajar yang baik pada materi tersebut. Pada kurikulum 2013, pembelajaran berpusat pada
siswa. Tidak lagi berpusat pada guru, guru berperan sebagai fasilitator di kelas.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
107
Salah satu bentuk memfasilitasi siswa dalam belajar adalah mengondisikan siswa
dalam belajar kooperatif teknik Jigsaw. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan
oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh
Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).Teknik mengajar
Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning). Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara.Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah
suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,
1997).Teknik pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw merupakan teknik pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie Anita, 1994).Para anggota dari
tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling
membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.
Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada
anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada
pertemuan tim ahli.Pada teknik pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri
dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.Hubungan antara kelompok asal dan
kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) :
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
108
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Gambar 1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw
Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut : 1. Guru
membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4–6
siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah
anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang
akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam teknik
Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran
tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam
kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa
mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh
Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa
dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari
5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang
beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota
kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh
atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada
pada kelompok ahli maupun kelompok asal, 2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli
maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau
dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang
telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan, 3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual, 4. Guru memberikan
penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya, 5. Materi
sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran, 6. Perlu
diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu
dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
109
Pembelajaran kooperatif sudah dikaji oleh beberapa peneliti (Sunaryatin, 2013; Per-
madi, 2013; Khairani, 2013). Sunaryatin (2013) menemukan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu metode dimana siswa belajar bersama-sama dalam kelompok dan anggota
dalam kelompok tersebut saling bertanggung jawab satu dengan yang lain. Permadi (2013)
menemukan dalam teknik pembelajaran kooperatif memang ada celah bagi siswa untuk
kehilangan kesempatan untuk berinteraksi multiarah (interaksi dengan teman satu kelompok,
teman antar kelompok, interaksi dengan sumber belajar, interaksi dengan guru). Menurut
Khairani (2013), belajar kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam kelompok dan
anggota kelompok bertanggung jawab terhadap satu dengan yang lain. Salah satu kooperatif
yang sering digunakan adalah Kooperatif Tipe Jigsaw (Iran, 2015; Masdalifa 2013; Viktorino
2013). Iran (2015) menemukan bahwa pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktifitas dan
kreatifitas siswa.
Berdasarkan berbagai alasan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian tindakan
kelas pada materi system gerak dengan mengambil judul Penerapan pembelajaran
Kooperatif Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa KELAS XI
IPS 2 MAN BATU Materi System Gerak
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil data pada pembelajaran yang
dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas yang pelaksanaannya adalah dengan
tahap,Perencanaan, Tindakan dan Refleksi , di klas XI IPS-2 MAN BATU, yang di
laksanakan dalam 2 siklus. Siswa yang terlibat sejumlah 34 anak dengan kemampuan
akademik yang heterogen. Data diambil dengan merekam/mencatat setiap hal yang terjadi
dalam proses pembelajaran pada kegiatan lesson studay.Data yang terkumpul dianalisis
dengan tahap-tahap pembelajaran, sehingga penelitian ini tergolong diskripsi kwalitatif.
Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus, yaitu: a. Siklus I, meliputi tahap
perencanaan, membuat RPP tentang sistem gerak/peredaran darah yang dirancang dengan
menggunakan model pembelajaran jigsaw, 2. Tindakan dan pengamatan dengan melakukan
pengamatan terhadap keaktifan siswa pada saat pembelajaran yang dilakukan oleg guru
model bersama observer, 3. Refleksi dengan mendiskusikan hasil pengamatan pada proses
pembelajaran sistem peredaran darah dengan menggunakan model jigsaw, tentang apa saja
yang dianggap baik dan perlu dipertahankan, perlu dihindari atau perlu dimunculkan pada
saat pembelajaran. b. Siklus II, dilakukan dengan tahap yang sama dengan tahapan pada
siklus I, degan mengacu pada perbaikan dari hasil refleksi siklus I.
Penelitian ini mendiskripsikan tentang penerapan pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw
dikelas XI IPS-2 MAN BATU. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dengan 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi, siklus 1 dilakukan 2 kali pertemuan yang membahas materi fungsi
rangka, macam- macam tulang berdasar jenis, dan bentuknya, rangka penyususn tubuh
manusia, macam-macam sendi dan proses osifikasi. Dan siklus kedua dilakukan 2 kali
pertemuan yang membahas materi tentang fungsi otot, otot polos, otot rangka, otot jantung,
dan mekanisme kontraksi otot. Data yang diperoleh berupa praktik pembelajaran yang
dianalisis secara kualitatif. Kesimpulan dilakukan setelah memperoleh data hasil kegiatan
siklus I dan siklus II
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
110
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Perencanaan
Perencanaan penelitian lilakukan dengan cara menyusun RPP dengan menerapkan
model pembelajaran Jigsaw, membuat lembar kerja siswa, menyusun evaluasi, dan
menyiapkan media pembelajaran
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan dengan mengamati/ observasi pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan di kelas XI IPS-2 MAN BATU yang dimulai dengan langkah kegiatan
pendahuluan, dilanjutkan dengan kegiatan inti inti, dan diakhiri dengan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan langkah: 1, guru memberikan salam dan
berdoa bersama (sebagai implementasi nilai religius), 2. guru mengabsen, mengondisikan
kelas dan pembiasaan (sebagai implementasi nilai disiplin), 3. apersepsi: guru menggali
pengetahuan siswa tentang sistem gerak misalnya bertanya jawab: G: apakah anak-
anak tahu apa yang menyebabkan tubuh kita bisa berdiri tegak? S : tulang G : Apa
yang tejadi seandainya kita tidak punya rangka? S : tubuh akan lemas tidak berbentuk, G :
apa fungsi rangka? S : menegakkan tubuh, memberi bentuk tubuh, melindungi organ
penting dalam tubuh misalnya otak, jantung, paru-paru,
4. Memotivasi: guru menyampaikan bahwa system gerak sangat penting bagi kehidupan
manusia , 5. guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan inti dilakukan dengan langkah: 1. Mengamati, Guru mengajak murid
untuk mengamati video system gerak, 2. Menanya, a. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanya materi yang berhubungan dengan sistem gerak, b. Siswa yang lainnya
bisa mencoba memberikan jawaban sementara.3. Mengumpulkan data dengan mencari
informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan sitem gerak, dengan langkah: a.
guru menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran sesuai model kooperatif tipe jigsaw,
b. guru mengelompokan siswa ke dalam beberapa kelompok (8 kelompok asal ), serta
membagikan LKS pada masing-masing kelompok, c. tiap siswa yang medapat tugas yang
sama berkelompok pada kelompok ahli , 4. Mengasosiasikan, a. tiap siswa dalam kelompok
ahli mempelajari dan mengerjakan soal yang sama, b. siswa bekerja dengan teman
sekelompoknya untuk menganalisis dan mendiskusikan tugasnya dan menjawab soal LKS, c.
Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar kegiatan, d. setiap siswa dari kelompok
ahli kembal pada kelompok asal, e. masing-masing siswa dari kelompok ahli menjelaskan
materi yang telah dipelajari pada teman-temannya di kelompok asal secara bergantian, f.
siswa-siswa lain dikelompok asal meperhatikan penjelasan kelompok ahli, bertanya jika ada
materi pelajaran yang belum dimengerti dan membuat kesimpulannya, 5.
Mengomunikasikanm a. beberapa kelompok asal mempresentasikan hasil diskusinya
sesuai bagian/materi yang telah ditentukan guru secara bergantian dalam diskusi kelas,
kelompok yang lain menanggapi dan bertanya jika ada yang belum dimengeti, b. siswa
melakukan diskusi kelas, c. guru memberi penguatan, d. guru memberikan kuis, e. guru
memberikan hadiah pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, f. guru memberikan
soal latihan
Kegiatan penutup, dilakaukan dengan langkah: a. guru membimbing siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari, b. Siswa menyimpulkan tentang materi yang
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
111
telah dipelajari, c. guru memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya, d. siswa
mendengarkan tugas yang diberikan oleh guru, e. guru membimbing siswa untuk berdoa dan
mengucapkan salam penutup.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap aktifitas siswa selama
pembelajaran siklus I, diperoleh gambaran keaktifan dan hasil belajar siswa yang baik, 25
dari 28 anak atau 89 % anak belajar dengan aktif dan 3 anak kurang aktif. Dan dari hasil tes
diperoleh rata-rata nilai 84 dengan ketuntasan kelas 82 % ( 23 anak tuntas dan 5 anak tidak
tuntas dengan nilai KKM = 75 )
Refleksi
Refleksi dilakukan dengan mendiskusikan hasil pengamatan pada proses pembelajaran
sistem peredaran darah dengan menggunakan model jigsaw, tentang apa saja yang dianggap
baik dan perlu dipertahankan, pengalaman apa yang dapat dipetik , dan hal-hal apa saja yang
tidak perlu ada dan harus dihindari atau perlu dimunculkan pada saat pembelajaran. Refleksi
pembelajaran juga dilakukan dengan mengaji hal-hal yang masih menjadi kendala dalam
pembelajaran. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki pembelajaran. Ringkasan hasil
refleksi disajikan sebagai berikut:
Tabel 1. Ringkasan Hasil Refleksi
Kendala dalam
Pembelajaran
Penyebabnya Alternatif perbaikan
Kurang
kepercayaan diri
siswa untuk
menyampaikan
pendapatnya
Takut ditertawakan teman, Guru
kurang memberikan motivasi
dan reward kurang menarik
Kenyakinan guru tentang
kemampuan siswa
Menekankan pada semua
siswa untuk selalu
menghargai pendapat
teman.
Guru memberikan reward
yang lebih menarik
Beberapa anak
masih tampak
kurang aktif dalam
belajar
Penyebabnya anak tersebut
masih kurang bertanggung
jawab dalam melaksanakan
tugasnya dan kurang menghargai
teman yang sedang menjelaskan
Diberi motivasi agar lebih
bertanggung jawab dan
menghargai teman dalam
kelompoknya
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
112
materi pelajarannya
Siswa kesulitan
membedakan antara
struktur penyususn
tulang keras dengan
tulang rawan,
sangat banyak jenis
tulang penyususn
rangka
Siswa kurang sabar dalam
memahami dan mengenal
struktur dan macam-macam
jenis tulang
Perlu penekanan kembali
tentang kosep struktur
tulang rawan dan tulang
keras, mengenal jenis-jenis
tulang dengan meraba dan
menyebut bagian bagiag
tubuhnya sendiri
Siklus II
Perencanaan
Perencanaan penelitian lilakukan dengan cara menyusun RPP dengan menerapkan
model pembelajaran Jigsaw, membuat lembar kerja siswa, menyusun evaluasi, dan
menyiapkan media pembelajaran dengan mengadakan beberapa perbaikan sesuai hasil
refleksi pada siklus I
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan dengan mengamati/ observasi pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan di kelas XI IPS-2 MAN BATU yang dimulai dengan langkah kegiatan
pendahuluan, dilanjutkan dengan kegiatan inti inti, dan diakhiri dengan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan langkah: 1, guru memberikan salam dan
berdoa bersama (sebagai implementasi nilai religius), 2. guru mengabsen, mengondisikan
kelas dan pembiasaan (sebagai implementasi nilai disiplin), 3. apersepsi: guru menggali
pengetahuan siswa tentang otot, misalnya menayakan,
G: apakah anak-anak tahu apa yang menyebabkan tubuh kita bisa bergera? S : karena
kita punya otot, G: apa yang tejadi seandainya kita tidak punya otot?S : kiita tidak bisa
bergeak, G:apa
fungsi otot?S: sebagai alat gerak aktif,
4. Memotivasi: guru menyampaikan bahwa otot sangat penting bagi kehidupan manusia 5.
guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan inti dilakukan dengan langkah: 1. Mengamati, Guru mengajak murid untuk
mengamati video tentang mekanisme kontraksi otot, 2. Menanya, a. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanya materi yang berhubungan dengan otot, b. Siswa
yang lainnya bisa mencoba memberikan jawaban sementara.3. Mengumpulkan data dengan
mencari informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan otot, dengan langkah: a.
guru menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran sesuai model kooperatif tipe jigsaw,
b. guru mengelompokan siswa ke dalam beberapa kelompok (8 kelompok asal ), serta
membagikan LKS pada masing-masing kelompok, c. tiap siswa yang medapat tugas yang
sama berkelompok pada kelompok ahli , 4. Mengasosiasikan, a. tiap siswa dalam kelompok
ahli mempelajari dan mengerjakan soal yang sama, b. siswa bekerja dengan teman
sekelompoknya untuk menganalisis dan mendiskusikan tugasnya dan menjawab soal LKS, c.
Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar kegiatan, d. setiap siswa dari kelompok
ahli kembali pada kelompok asal, e. masing-masing siswa dari kelompok ahli menjelaskan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
113
materi yang telah dipelajari pada teman-temannya di kelompok asal secara bergantian, f.
siswa-siswa lain dikelompok asal meperhatikan penjelasan kelompok ahli, bertanya jika ada
materi pelajaran yang belum dimengerti dan membuat kesimpulannya, 5.
Mengomunikasikanm a. beberapa kelompok asal mempresentasikan hasil diskusinya sesuai
bagian/materi yang telah ditentukan guru secara bergantian dalam diskusi kelas, kelompok
yang lain menanggapi dan bertanya jika ada yang belum dimengeti, b. siswa melakukan
diskusi kelas, c. guru memberi penguatan, d. guru memberikan kuis, e. guru memberikan
hadiah pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, f. guru memberikan soal latihan
Kegiatan penutup, dilakaukan dengan langkah: a. guru membimbing siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari, b. Siswa menyimpulkan tentang materi yang
telah dipelajari, c. guru memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya, d. siswa
mendengarkan tugas yang diberikan oleh guru, e. guru membimbing siswa untuk berdoa dan
mengucapkan salam penutup.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap aktifitas siswa selama
pembelajaran siklus II, diperoleh gambaran keaktifan dan hasil belajar siswa sangat baik, 28
anak atau 100 % anak belajar dengan aktif . Dan dari hasil tes diperoleh rata-rata nilai 93
dengan ketuntasan kelas 96 % ( KKM = 75 )
Refleksi
Refleksi dilakukan dengan mendiskusikan hasil pengamatan pada proses pembelajaran sistem
peredaran darah dengan menggunakan model jigsaw, tentang apasaja yang terjadi, dan
diperoleh hasil bahwa pembelajaran materi system rangka dapat berjalan dengan sangat baik
dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw.
KESIMPULAN
Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
materi system gerak pada siswa kelas XI IPS-2 MAN BATU
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
114
Daftar Pustaka
Khairani, 2013. Penerapan Kooperatif STAD dalam Menemukan Rumus Luas Trapesium
Siswa Kelas V SD 071 Tanjung Mompang, Prosiding Seminar Nasional TEQIP
2013.
Sunariyatin, 2013.Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Penemuan pada Materi Keliling
Persegi Panjang di Kelas III A SD Negeri Inpres Kartika. Prosiding Seminar
Nasional, J-TEQIP 2013.
W. Winkel. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Winarno Surakhmad. 1980 Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Jemmars
Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Novi Emildadiany. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Teknik Jigsaw, artikel 2008
Iran, 2015. Penerapan Metode Jigsaw Berbantuan Media Dakon untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Materi FPB dan KPK. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015.
Viktorino Teddy Loong, 2013. Peningkatan Prestasi Belajar Materi Kesebangunan dan
Kongruensi Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Pada Siswa
Kelas IXA SMP Negeri 4 Tahun Pelajaran 2013/2014. Prosiding Seminar Nasional
J-TEQIP 2013
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
115
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 008
BULANG MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULASI ORIGAMI PADA KONSEP
TUMBUHAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)
Desi Fitri Astuti, S.Pd SD
SD Negeri 008 Bulang Kota Batam
Abstrak: dilakukannya Penelitian tindakan kelas (PTK) ini untuk mengatasi rendahnya
hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN. 008 BULANG, pada Tema Peduli Terhadap
Makhuk Hidup Sub Tema Tumbuhan di Lingkungan Rumahku. PTK dilakukan dalam 2
siklus menggunakan model pembelajaran Kooperatif Think Pair Shere (TPS). Hasil PTK
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I yaitu 60 % ke siklus II
presentasenya menjadi 95%.
Kata Kunci : model pembelajaran Kooperatif Think Pair Shere (TPS) meningkatkan hasil
belajar.
Dunia pendidikan secara terus menerus mengalami proses perubahan dan
perkembangan. Perubahan kurikulum berganti dari KTSP menjadi Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 saat ini menuntut proses pembelajaran dapat berlangsung melalui interaksi
yang efektif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan sumber belajar.
Guru harus memiliki kompetensi yang baik agar dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif dalam mengembangkan potensi individunya secara optimal. Pada pembelajaran IPA,
guru tidak cukup hanya memberikan penjelasan materi tanpa memberi kesempatan pada
siswa untuk mengalami sendiri masalah yang dipelajarinya melalui pengamatan. Siswa tidak
belajar dengan mendengarkan informasi melainkan harus terlibat langsung dalam berbagai
kegiatan.
Proses belajar mengajar berperan penting dalam mengoptimalkan siswa menjadi
lebih aktif. Menurut Bell-Gredler (1986:1) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang
dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap yang
diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari bayi hingga masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Belajar merupakan usaha penguasaan materi ilmu
pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran merupakan suatu tantangan yang
harus dilakukan oleh setiap guru. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mencapai
keberhasilan siswa dalam menguasai dan memahami materi pembelajaran dengan baik. Salah
satu cara yang dapat dilakukan guru adalah melalui penggunaan model pembelajaran
kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang
asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak
hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Menurut Johnson
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
116
dalam Ismail (2002:12), model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni
kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai suatu pembelajaran. Pembelajaran
melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar agar mencapai tujuan belajar (Holubec, 2001). Dalam pembelajaran di kelas
kita sebagai guru harus membuat siswa merasa nyaman dan merasa senang terhadap materi
yang sedang kita sampaikan. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi
menyenangkan adalah dengan model- model pembelajaran salah satunya yaitu model
pembelajaran think pair share. Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif. Model ini mengedepankan siswa untuk berperan aktif
bersama dengan teman kelompoknya dengan cara berdiskusi untuk memecahkan suatu
permasalahan. Pembelajaran TPS membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab
individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya. Prosedur tersebut telah
disusun dan dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak
kepada siswa untuk dapat berpikir dan merespon yang nantinya akan membangkitkan
partisipasi siswa.
TPS mampu mengarahkan siswa untuk bekerja saling membantu dalam kelompok
kecil dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual
(Ibrahim dkk: 2000: 3). TPS mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan siswa. Salah
satu strategi guru memfasilitasi siswa belajar selain memanfaatkan model pembelajaran juga
menggunakan media media.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para
guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan
tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan zaman. Media adalah sebagai alat bantu atau bahan selain buku tulis yang dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar. Guru sekurang-
kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan
dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Penggunaan media yang menarik
juga membantu dalam proses belajar. Guru harus kreatif mengasah kemampuan dan
keterampilannya dalam merancang media pembelajaran walaupun tidak tersedia di sekolah.
Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik
yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi
komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya
guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam
memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran.
Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada
kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.Sedangkan Sudjana,
dkk. (2002:2) menyatakan manfa’at media adalah: 1) pengajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi. 2) bahan pelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami. 3) metode mengajar akan lebih bervariasi, dan 4)
siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Media pembelajaran sangat beragam,
misalnya media audio, media audio-visual, media realia, media manipulatif, dll. Guru harus
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
117
mempersiapkan dengan baik agar media yang dipilih dapat berjalan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasai siswa.
Berdasarkan hasil observasi di SDN 008 Bulang Kota Batam, peneliti menemukan
permasalahan bahwa siswa kurang aktif dalam kegiatan kelompok, dilihat dari banyaknya
siswa bermain sendiri, mengganggu temannya, diam saja dan berjalan dikelas hal ini
disebabkan siswa masih kurang memahami pembelajaran, tidak berani mengemukakan
pendapat menganggap diskusi membosankan dan permasalahan ini juga disebabkan guru
yang kurang mempersiapkan materi dan langkah-langkah pembelajaran yang baik serta media
yang menarik, kurangnya penguasaan kelas sehingga berimbas pada hasil belajar yang
kurang memuaskan. Fakta menunjukkan bahwa hanya terdapat 30% siswa yang tuntas dalam
menguasai materi IPA.
Peneliti selanjutnya berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran kooperatif TPS.
METODE
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan dua siklus, masing-masing
siklus terdiri dari tahapan: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) observasi
pembelajaran, dan (4) refleksi. Pelaksanaan PTK dilakukan terintegrasi dengan lesson study.
Penelitian dilakukan pada kelas IV semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 di SDN 008
Bulang Kota Batam dengan Tema Tumbuhan di Lingkungan Rumah dan siswa yang menjadi
sabyek peneliti dengan memanfaatkan media manipulatif origami. Origami dipilih dengan
pertimbangan mudah didapat, murah dan warnanya menarik.
Pelaksanaan lesson study terbagi dalam dua siklus. tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan proses pembelajaran, pertemuan kedua dilaksanakan tes
akhir siklus, tahap pelaksaanan dimulai dari 1) Plan (perencanaan), 2) Do (pelaksanaan
pembelajaran), 3) See (refleksi pembelajaran )
HASIL PEMBAHASAN
Dalam melakukan PTK peneliti merancang dan mempersiapkan beberapa bahan ajar dan
media agar dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I dan II berjalan dengan lancar.
Siklus I
Rencana tindakan yang disusun pada siklus I antara lain :
Pelaksanaan Plan (Perencanaan) yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 1-8 -2016
bersama dengan 1 orang observer. Yang dilakukan adalah : 1) menyiapkan perangkat
pembelajaran silabus dan RPP. 2) menyiapkan bahan ajar dan media. 3) Menyediakan materi
tentang tumbuhan dilingkungan rumah dan LKS. 4) membawah lembar pengamatan untuk
observer (lembar pengamatan untuk siswa). 5) membawah lembar pengamatan keaktifan
siswa 6) menyiapkan soal tes yang dilaksanakan di akhir pembelajaran, apabila waktu tidak
mencukup maka diadakan pada pertemuan selanjutnya.
Pelaksanaan Do ( Melaksanakan Pembelajaran ) dilakukan pada hari rabu 3 - 8 - 2016,
Pelaksanaan pegiatanyang dilakukan 1) guru mengajar di kelas sesuai dengan scenario
pembelajaran pada RPP yang didiskusikan pada saat plan (1-8 -2016) 2) selama mengajar,
ada 1 orang observer yang akan mengamati kegiatan siswa didalam kelas.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
118
Pada awal kegiatan pembelajaran guru mempersiapkan kondisi kelas dan siswa untuk
belajar, dilanjutkan dengan mengaitkan pembelajaran tentang tumbuhan serta kaitannya
dengan kehidupaan sehari hari “ Apakah anak-anak pernah menanam tumbuh tumbuhan?”
siswa sumua menjawab pernah. Guru mengaitkan pertanyaan dengan Tema “Peduli
Terhadap Makhluk Hidup” Sub Tema “Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku”
materi bentuk luar tumbuhan dan fungsinya.
Pada kegiatan inti siswa dibagi dalam 4 kelompok yang terdiri dari 5 siswa dan
setiap kelompok mengamati bentuk luar tumbuhan yang ada dalam buku siswa. Saat
mengamati siswa bertanya apakah bentuk luar tumbuhan hanya ada tiga saja? Guru mengajak
siswa mengamati tumbuhan yang telah disiapkan dan setiap kelompok menyebutkan bagian-
bagian apa yang tampak, perwakilan kelompok membacakan hasil pengamatan yang di
peroleh ada 4 bagian tumbuhan akar, batang, daun dan bunga . siswa diajak mengamati lebih
rinci dan mencatat fakta apa saja yang mereka temukan, mulai dari bentuk, warna, ukuran
dan fungsi.
Secara berkelompok Guru membagi LKS 1 yang harus dikerjakan oleh siswa melalui
diskusi kelompok saat melakukan diskusi siswa masih bingung untuk menentukan fungsi dari
setiap bagian tumbuhan untuk memudakan siswa guru menyarankan mencari dan membaca
buku yang releven diperpustakaan. Siswa dapat mengajukan pertanyaan pembelajaran yang
belum dipahami, melakukan klarifikasi, serta menggali informasi lebih jauh.Untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang bagian-bagian luar tumbuhan guru mengadakan
evaluari untuk mengetahui apakah tujuan yang dilakukan telah tercapai.
Pada kegiatan penutup Siswa dibimbing guru menyimpulkan pembelajaran hari ini
dan Guru memberikan penguatan agar siswa mengulangi pembelajaran dirumah dengan
bertanya pada orang tuanya tumbuhan yang berkhasiat untuk kesehatan.
Pelaksanaan See ( Refleksi Pembelajaran ) dilakukan pada hari rabu 3 - 8 -2016.
Penulis meminta bantuan teman sejawat (observer ) untuk mengidentifikasi kelemahan-
kelemahan yang ditemui dalam pelaksanaan tindakan Siklus I. Pada siklus I observer
menyampaikan hasil pengamatannya yang dilakukan pada siswa, ada beberapa kekurangan
yang terjadi ini harus dicari solusinya. Kekurangan yang terjadi selama proses belajar
mengajar, yaitu: (1) banyaknya siswa bermain saat belajar kelompok karena siswa belum
paham dengan apa yang harus dilakukan dikarenakan siswa hanya diajak untuk mengamati
saja, (2) Ada beberapa siswa yang mendominasi pembelajaran sehingga siswa yang kurang
pandai hanya pasif selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru seharusnya
merencanakan pembelajaran teman sebaya (3) Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran IPA sehinggah rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa masih kategori
cukup, (4) alokasi waktu yang ditentukan kurang.
Pada siklus pertama, diperlukan perbaikan-perbaikan untuk tindakan pada siklus
selanjutnya. tindakan perbaikan ini harus dilakukan oleh guru antara lain : (a) guru mengajak
seluruh siswa agar lebih disiplin dan bekerjasama dalam melakukan diskusi kelompok setiap
siswa harus lebih aktif agar diskusi menjadi hidup. (b) guru memberikan bimbingan kepada
siswa secara merata tentang pembelajaran apa yang belum dipahami. (c)guru mengajak siswa
untuk lebih serius, cermat dan konsentrasi dalam mengerjakan LKS dan soal evaluasi yang
diberikan. (d) guru memberikan motivsi siswa dengan belajar semangat kita menjadi hebat,
agar memperhatikan pembelajaran supaya waktu yang telah ditentukan dapat terlalokasi
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
119
dengan baik (e) memfokuskan perhatian siswa agar tidak mengganggu proses pembelajaran
dengan mengajak siswa bertepuk tangan. Selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah pembelajaran siswa ini, penulis berusaha melakukan refleksi untuk mengingat
kembali apa masalah yang telah terjadi di dalam kegiatan pembelajaran, karena itu dengan
dibantu oleh teman sejawat penulis melakukan pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui
siklus ke dua dengan menggunakan media origami untuk membuat bunga dan model
pembelajaran Think Pair Shere (TPS).
Siklus II
Rencana tindakan yang disusun pada siklus II antara lain :
Pelaksanaan Plan (Perencanaan), dilakukan pada hari rabu 10 - 8 – 2016 pada siklus
kedua hasil yang diperoleh sangat memuaskan, dibandingkan siklus pertama guru telah
melakukan tindakan perbaikan sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan ketuntasan hasil
belajar siswa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi: (1). Menyiapkan
rencana persiapan pembelajaran (RPP) dan Silabus. (2). menyiapkan media manipulasi dari
origami agar siswa lebih aktif dan kreatif membuat bunga dalam pembelajaran, (3)
menyiapkan materi Bagian-bagian Bunga dan fungsinya yang akan disampaikan (4)
Menyiapkan lembar pengamatan bagi guru dan siswa (5) menyiapkan buku tema dan buku-
buku yang releven. ( 6 ). menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) ( 7 ). Menyiapkan lembar
soal tes evaluasi belajar.
Pelaksanaan Do ( Melaksanakan Pembelajaran ) dilakukan pada hari kamis 11 - 8 -
2016. Hasil observasi pada siklus II sangat meningkat, Siswa lebih antusias baik pada saat
melakukan demonstrasi dan melaksanakan pembelajaran dengan model Think Pair Shere
(TPS). Persiapan dan kemampuan guru juga menentukan keberhasilan siswa dalam
pembelajaran. Adapun persiapan yang dilakukan adalah:
Kegiatan Awal guru mengkondisikan siswa untuk belajar dengan membaca doa.
Untuk mengaitkan pembelajaran siswa diajak bernyanyi kebunku. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu tentang bagian-bagian bunga dan fungsinya
dengan bertanya benda apa yang berbau harum yang ada dikebun? Siswa menjawab bunga.
Kegiatan Inti siswa melakukan demonstrasi membuat bunga dengan menggunakan
kertas origami dengan bimbingan guru, siswa sangat bersemangat dan antusias mengikuti
pembelajaran hanya beberapa siswa yang kesulitan melakukan kegiatan ini dikarenakan
kurang focus, guru melakukan bimbingan dengan mengajarkan secara perlahan-lahan agar
siswa mampu membuat bunga dengan benar. Siswa menyebutkan bagian-bagian yang
terdapat pada bunga yang dibuat dan menuliskan dipapan tulis. Siswa dibagi menjadi
kelompok kecil terdiri dari 5 siswa, bersama kelompok siswa mendiskusikan dan mencari
tahu tentang bagian-bagian bunga dari membaca buku teks. Guru membagikan LKS
pengamatan yang akan dilakukan kelompok. Siswa mengamati bagian bagian bunga yang
telah telah didiskusikan bersama kelompok saat pengamatan Guru memberikan pertanyaan
apa manfaat dari bagian-bagian bunga kepada siswa kemudian siswa diberikan waktu untuk
berpikir untuk memperoleh jawaban. Setelah selesai melakukan pengamatan dan diskusi
siswa menyampaikan hasil kerja kelompok didepan kelas kelompok lain boleh memberikan
tanggapannya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
120
Kegiatan Penutup Siswa dibimbing guru dalam menyimpulkan pembelajaran dan
meluruskan jawaban atas tanggapan yang siswa. Guru memberikan penguatan agar siswa
lebih giat dan bersemangat untuk belajar dirumah dengan membedakan bunga lengkap dan
tak lengkap.
Pelaksanaan See ( Refleksi Pembelajaran ) yang dilakukan Pada tahap ini, peneliti
bersama observer mendiskusikan kembali hasil tindakan pada siklus II dengan melihat
langkah-langkah yang sudah dicapai dan melihat kekuarangan-kekurangan dari langkah-
langkah/ tindakan yang sudah dilakukan. Bila dilihat dari hasil soal tes siswa mengalami
peningkatkan pahaman yang sangat baik terhadap materi yang diajarkan. Kemampuan guru
dalam membimbing dan mengelola kelas sudah dinilai sangat baik siswa yang biasanya ribut,
sekarang cukup menikmati kegiatan pembelajaran dalam membuat bunga dari origami
sehingga pembelajaran berlangsung dengan lancar. siswa juga terlihat kompak dalam
melakukan Kerjasama saat diskusi. Peran guru dalam pembelajaran disekolah sangat
dibutuhkan untuk bisa membantu dan mengarahkan peserta didik, ini merupakan tuntutan
perubahan yang harus dipenuhi oleh guru agar tujuan pembelajaran tercapai. Dalam
melakukan tindakan, mulai dari pengumpulan data, pengolahan data sampai pada penyusunan
laporan ini. Sehingga tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekeliruan dalam penulisan
laporan ini. Oleh sebab itu informasi dan saran masih sangat diperlukan agar laporan ini dapat
menjadi lebih baik.
Penilaian evaluasi yang dilakukan Sebelum proses siklus I dan II dilaksanakan hasil
pembelajaran siswa SDN 008 Bulang masih terlihat rendah dan belum mencapai nilai KKM
IPA yaitu 67. Rendahnya penguasaan materi ditunjukan dengan hasil tes hanya 6 siswa yang
tuntas dan 14 siswa yang belum tuntas, dari jumlah 20 siswa dengan prosentase 30% rata-
rata nilai 53 sehingga perlu diadakan penelitian Tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan
sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan, pada siklus pembelajaran
pertama penelitih menggunakan metode diskusi, terlihat beberapa siswa kurang aktif dalam
pembelajaran dikarenakan media yang digunakan kurang menarik, media yang digunakan
berupa gambar sehingga membuat siswa masih ada yang bermain saat belajar, partisipasi
siswa masih terlihat kurang dan penguasaan materi siswa mulai terlihat ada peningkatan
ditunjukkan dengan hasil tes IPA hanya12 siswa yang tuntas sedangkan 8 belum
tuntaspresentase 60 % dan nilai rata-ratanya 68,50. peran guru harus lebih memotivasi agar
siswa dapat berperan aktif dan kreatif. Dalam pertemuan kedua pelaksanaan tindakan
mengunakan metode demonstrasi dengan media origami supaya siswa tertarik dan termotifasi
dalam pembelajaran, dapat terlihat adanya peningkatan kwalitas pada hasil belajar siswa
yang dilaksanakan pada tes akhir siklus II diperoleh 19 siswa tuntas dan 1 siswa belum tuntas
presentase 95% dan nilai rata-rata 86,50.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
121
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 008 Bulang Sebelum dan sesudah penelitian.
Hasil Sebelum
Perbaikan
Jumlah Siswa
Siklus I
Jumlah Siswa
Siklus II
Jumlah Siswa
30 2 50 4 60 1
40 5 60 4 70 -
50 4 70 5 80 9
60 3 80 5 90 5
70 6 90 2 100 5
NO Hasil Belajar Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Rata-rata 53,00 68,50 86,50
2 Peresentase 30 60 95
Dari data yang telah dilakukan sebelum dan sesudah penelitian tampak mengalami perbaikan
dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Adanya peningkatan nilai yang diperoleh
siswa pada setiap siklus, selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum terlihat sempurna,
tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. Kekurangan pada
siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik.
SIMPULAN
Pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.
Pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share (TPS) adalah model pembelajaran
kooperatif yang mengembangkan pertisipasi siswa dalam kelas dengan berdiskusi dan
meningkatkan pemahaman konsep. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang
dilakukan , penulis mengambil kesimpulan “ Pengunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Think Pair Shere (TPS) “ dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 008
0
20
40
60
80
100
Pra Siklus Siklus I Siklus II
pe
rse
nta
si N
ilai
Grafik Hasil Belajar Siswa
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
122
Bulang tahun pelajaran 2016/ 2017yang ditunjukkan dengan jumlah 1.060 rata rata kelas 53
ketuntasan 30% pada pra siklus. Jumlah 1.370 Rata-rata kelas pada siklus I sebesar 68,50
ketuntasan belajar klasikal sebesar 60% dan meningkat pada siklus II dengan jumlah 1.730
nilai rata-rata 86,50 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 95%.
SARAN
Pengunaan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Shere (TPS) dapat dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan media yang menarik juga dapat menjadi motivasi untuk
siswa lebih aktif dalam belajar sehingga memberikan hasil yang obtimal.
Guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan pembuat media walaupun yang sederhana,
sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, dan
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Daftar Pustaka
Bell-Gredler, M.E. (1986). Learningand Instruction. New York: Macmillan Publishing
Estiti, M. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS.
Ibrohim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Ismail. 2002. Model-model pembelajaran. Jakarta depdiknas
Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud
Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran. (Bandung: Sinar Baru, 1991), hlm. 43
Sumber: Haryalesmana, David 2008. Pengertian Media Pembelajaran
(http://www.guruit07.blogspot.com/2009/01/pengertian-mediapeNana
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
123
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII SMPN 10
SANGGAU
Efra Juniarti Panasix
Emai: [email protected]
SMP Negeri 10 Sanggau
Abstrak: Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kepada siswa kelas VIII SMP
Negeri 10 Sanggau ditemukan permasalahan penguasaan konsep materi pada mata
pelajaran IPA yaitu materi pertumbuhan dan perkembangan dan sistem gerak pada
manusia. Untuk itu, perlu diadakan penelitian agar dapat memecahkan masalah tersebut.
Penelitian ini menerapkan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan hasil
belajar IPA para siswa. Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus. Ketuntasan belajar
siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 77,42% dengan nilai rata-rata klasikal
siswa 70,54 dan pada siklus II sebesar 93,55% dengan nilai rata-rata klasikal siswa 76,13.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Jigsaw, Hasil Belajar
Perkembangan pendidikan sekarang berbagai upaya telah dikembangkan agar
pembelajaran IPA bukan saja menjadi pembelajaran yang menyenangkan, tetapi juga menjadi
pembelajaran yang bermakna bagi para siswa. Pembelajaran selalu dikaitkan dengan
kehidupan para siswa sehari-hari agar para siswa lebih mudah memahami materi pelajaran.
Menurut teori Ausubel, kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih
menarik, lebih bermanfaat dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur materi yang
disampaikan akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat peserta didik
(Saminanto, 2010). Untuk mendukung tercapainya pembelajaran IPA yang menyenangkan
dan bermakna tersebut tentunya tidak terlepas dari interaksi belajar sehari-hari para siswa di
sekolah.
Menurut Sudjana (2000:10) belajar adalah suatu proses yang dilandasi dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu
yang belajar. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman. Proses interaksi belajar mengajar adalah inti dari kegiatan
pendidikan, sedangkan tujuan pendidikan tidak akan tercapai apabila proses interaksi belajar
mengajar tidak pernah berlangsung dalam pendidikan. Guru dan siswa merupakan unsur yang
terlibat langsung dalam proses itu. Guru memiliki peranan sebagai informator bagi siswa
sekaligus berperan sebagai fasilisator. Jika guru mampu memegang kedua peran tersebut
dengan mudah guru dapat mengembangkan kemampuan siswa. Untuk mengembangkan
kemampuan siswa, guru harus lebih kreatif agar pembelajaran yang diterapkan guru menarik
minat siswa untuk belajar.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, parasiswa bekerja dalam tim yang
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
124
heterogen agar dapat berbagi pengetahuan satu sama lain. Dalam pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw, para siswa merupakan anggota dari kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal
dan kelompok ahli. Setiap kelompok asal diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan dan
memahami salah satu sub topik. Untuk memahami sub-sub topik setiap anggota tim harus
bekerjasama dengan anggota kelompok lain untuk berbagi pengetahuan secara efektif dan
menyelesaikan tugas atau memahami topik, dengan kata lain, setiap siswa menjadi “ahli” dan
mengajarkannya ke anggota kelompok asalnya (Zubaidah dkk, 2013). Teknik Jigsaw
memiliki langkah-langkah sebagai berikut (Saminanto, 2010) Siswa dibagi ke dalam
kelompok asal, terdiri atas 4-6 siswa, di mana setiap siswa dalam kelompok asal mempelajari
satu sub topik pelajaran. Anggota tim yang berbeda mempelajari sub topik yang sama
membentuk kelompok ahli untuk mendiskusikan sub topik mereka. Setelah selesai diskusi,
sebagai tim ahli setiap anggota kelompok kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan
topik hasil diskusi dari kelompok ahli. Siswa lain memiliki kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan klarifikasi. Presentasi ke kelompok asal juga merupakan diskusi dan setiap
kelompok memiliki rangkuman hasil diskusi. Perwakilan setiap kelompok menyampaikan
hasil diskusi kelompok masing-masing. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi.
Materi pembelajaran yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran ini adalah materi
pertumbuhan dan perkembangan dan sistem gerak pada manusia. Kedua materi ini dipilih
karena, secara umum kedua materi ini merupakan materi yang bersifat hafalan dan
memerlukan pemahaman konsep yang cukup baik. Dari pengalaman pada tahun-tahun
sebelumnya, pada materi pertumbuhan dan perkembangan, kebanyakan siswa kurang paham
mengenai perbedaan konsep antara pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup dan
perbedaan antara metagenesis pada tumbuhan paku dan lumut. Sedangkan pada materi sistem
gerak pada manusia kebanyakan siswa sulit mengingat tulang penyusun rangka tubuh,
sehingga biasanya pada beberapa sesi guru merasa kesulitan untuk mendiskusikan materi ini
bersama dengan siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar
IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Sanggau pada mata pelajaran pertumbuhan dan
perkembangan dan sistem gerak pada manusia.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), dengan menggunakan dua
siklus. Prosedur penelitian meliputi empat tahap tindakan yaitu perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Tempat penelitian di SMPN 10 Sanggau. Obyek penelitian adalah
siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Sanggau dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa. Siswa
sebanyak 18 dan siswi sebanyak 13. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus
2016 dengan dua siklus dengan empat kali tatap muka dan berkolaborasi dengan seorang
kolaborator. Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan penelitian:
Deskripsi Pelaksanaan Tindakan pada Siklus 1
Siklus 1 berlangsung selama 6 jam pelajaran, yaitu 6 x 40 Menit. Setiap pertemuan
terdiri dari 2 x 40 menit. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 dan 26 Juli 2016 dan 6
Agustus 2016. Berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan siklus 1:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan meliputi kegiatan penyusunan RPP, menentukan point observasi
yang akan dilakukan terhadap guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung dan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
125
rencana perbaikan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan
guru bersama dengan kolaborator.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan sesuai dengan RPP yang telah disusun olah guru dan
kolaborator.
c. Pengamatan
Tahap pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, dalam
pelaksanaan pembelajaran ini, peneliti bertindak sebagai guru dan ditemani seorang
kolaborator. Kolaborator mengamati dan menilai sesuai dengan instrument yang
diberikan dan memberikan skor sesuai dengan deskripsi yang ada pada lembar observasi.
Selain itu, kolaborator juga melihat kelemahan yang ditemui selama pembelajaran
berlangsung untuk menjadi materi masukan kepada peneliti.
Pada kegiatan awal, guru mempersiapkan mental siswa agar siap mengikuti pembelajaran,
mengecek kehadiran para siswa, memberikan soal pretes untuk mengamati kemampuan
dasar kelompok asal siswa dan mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok asal
agar dapat berbagi mengenai materi yang diperoleh dalam kelompok ahli.
Pada kegiatan inti, para siswa bergabung dalam kelompok asal dan berdiskusi mengenai
materi pertumbuhan dan perkembangan yang diangkat pada saat itu. Setiap kelompok
memiliki satu siswa ahli dalam materi yang diangkat pada saat pembelajaran berlangsung
dan diharapkan mampu mengarahkan teman-teman dari kelompok asal agar mampu
menguasai materi yang diampu. Masing-masing siswa ahli mengarahkan kelompok
dengan bantuan media dua dimensi yang telah dibuat pada saat pertemuan sebelumnya.
Media ini dirancang para siswa untuk mempermudah penguasaan materi. Setiap
kelompok merangkum hasil diskusi dan membaginya kepada kelompok lainnya dalam
bentuk presentasi kelompok. Setelah forum diskusi diantara para siswa, guru meluruskan
konsep para siswa dan bersama-sama merangkum materi pertumbuhan dan
perkembangan. Pada pertemuan terakhir siklus satu, guru memberikan soal evaluasi untuk
mengetahui daya serap siswa terhadap keseluruhan materi yang dibahas pada siklus satu.
d. Refleksi
Dari pengamatan yang dilakukan pada siklus satu, guru dan kolaborator mengevaluasi
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan jika terdapat kekurangan
pada siklus satu maka guru dapat menentukan langkah perbaikan pada siklus dua.
Deskripsi Tindakan pada Siklus Kedua
Siklus dua dilaksanakan pada tanggal 13, 14 dan 20 Agustus 2016, dilaksanakan
dalam waktu 6 jam pelajaran, yaitu 6 x 40 Menit. Setiap pertemuan terdiri dari 2 x 40 menit.
Berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan siklus dua:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan meliputi kegiatan penyusunan RPP dimana materi yang diangkat
pada siklus ini adalah mengenai sistem gerak pada manusia, rencana perbaikan pada
siklus dua untuk mengatasi segala kendala pada siklus satu.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan sesuai dengan RPP yang telah disusun olah guru dan
kolaborator.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
126
c. Pengamatan
Tahap pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, dalam
pelaksanaan pembelajaran ini, peneliti bertindak sebagai guru dan ditemani seorang
kolaborator. Kolaborator mengamati dan menilai sesuai dengan instrument yang
diberikan dan memberikan skor sesuai dengan deskripsi yang ada pada lembar observasi.
Selain itu, kolaborator juga melihat kelemahan yang ditemui selama pembelajaran
berlangsung, untuk menjadi materi masukan kepada peneliti.
Pada kegiatan awal, guru mempersiapkan mental siswa agar siap mengikuti pembelajaran,
mengecek kehadiran para siswa, memberikan soal pretes untuk mengamati kemampuan
dasar kelompok asal siswa dan mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok asal
agar dapat berbagi mengenai materi yang diperoleh dalam kelompok ahli.
Pada kegiatan inti, para siswa bergabung dalam kelompok asal dan berdiskusi mengenai
materi rangka dan otot yang diangkat pada saat itu. Setiap kelompok memiliki satu siswa
ahli dalam materi yang diangkat pada saat pembelajaran berlangsung dan diharapkan
mampu mengarahkan teman-teman dari kelompok asal agar mampu menguasai materi
yang diampu. Masing-masing siswa ahli mengarahkan kelompok dengan bantuan media
dua dimensi yang dibuat pada pertemuan sebelumnya. Media dua dimensi ini dirancang
para siswa untuk mempermudah penguasaan materi. Setiap kelompok merangkum hasil
diskusi dan membaginya kepada kelompok lainnya dalam bentuk presentasi kelompok.
Setelah forum diskusi diantara para siswa, guru meluruskan konsep para siswa dan
bersama-sama merangkum materi system gerak pada manusia. Pada pertemuan terakhir
siklus dua, guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui daya serap siswa terhadap
keseluruhan materi yang dibahas pada siklus dua.
d. Refleksi
Dari pengamatan yang dilakukan pada siklus kedua ini kemudian dikomunikasikan
dengan observer, untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Pada tahap evaluasi, kami mengadakan analisis dan evaluasi pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Pada tahap ini data dan masalah dicari letak permasalahannya dan solusi untuk
memperbaikinya. Setelah itu, maka dirancang penelitian untuk siklus berikutnya, agar
diperoleh hasil yang cukup memuaskan. Dalam penelitian ini pengumpulan data
menggunakan observasi dan tes.
1. Analisis data hasil observasi
Analisis data hasil observasi diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh
observer selama proses pembelajaran berlangsung di setiap siklus. Analisis data data hasil
observasi dilakukan untuk melihat perkembangan belajar siswa dan cara guru
membawakan pembelajaran. Dari data tersebut, peneliti dapat menentukan kelebihan dan
kelemahan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan, hal ini menjadi dasar bagi peneliti
untuk melaksanakan pembelajaran akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Analisis
yang dilakukan adalah analisis aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran.
Analisis lembar observasi ini merupakan analisis data kualitatif.
2. Analisis data hasil tes
Pada penelitian ini, pembelajaran yang dilakukan para siswa menggunakan dua dimensi
yang mereka buat sendiri untuk memudahkan para siswa menyampaikan materi
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
127
pembelajaran yang akan dibawakan. Pada akhir siklus dilakukan evaluasi untuk melihat
hasil pembelajaran. Pada penelitian ini, instrumen penulisan yang digunakan berupa data
keterampilan berpikir siswa melalui hasil test yang diadakan setelah pembelajaran.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hasil belajar
kognitif siswa. Untuk mendapatkan analisis hasil belajar klasikal siswa digunakan rumus:
∑
Keterangan:
= Rata-rata hasil belajar klasikal siswa
∑ = Jumlah keseluruhan hasil belajar siswa
n = Jumlah siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian pada siklus satu mengangkat materi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan. Selama pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa sudah dapat
merepresentasikan perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan dan perbedaan antara
metagenesis pada tumbuhan paku dan lumut. Hal ini terlihat dari hasil diskusi kelompok dan
pertanyaan acak yang disampaikan guru diakhir pembelajaran. Selain itu, selama proses
diskusi terasa para siswa lebih bersemangat dan mengerti mengenai topik yang dibicarakan
sehingga suasana kelas terasa begitu hidup.
Pada saat proses pembelajaran, siswa masuk ke dalam kelompok asal di mana setiap
kelompok asal ini memiliki siswa yang mengampu satu materi. Siswa ahli tersebut
mendiskusikan materi yang diampunya dengan teman di kelompok asal menggunakan media
dua dimensi berupa gambar atau peta konsep untuk memaksimalkan proses diskusi siswa.
Pada akhir pembelajaran, setiap kelompok mempresentasikan materi yang dibahas pada hari
itu.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
128
Gambar 3. Perwakilan kelompok mempresentasikan diskusi kelompok pada siklus satu
Berdasarkan hasil penelitian, pada kegiatan pengamatan pelaksanaan pembelajaran
melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas VIII SMP negeri 10 sanggau menunjukkan bahwa perolehan hasil pembelajaran
adalah 80,65% atau 25 siswa tuntas dengan skor perolehan rata-rata kelas 70,54. Persentase
siswa yang tidak tuntas pada siklus ini adalah 9,35% atau 6 siswa, mengindikasikan
pembelajaran siklus satu ini belum maksimal sehingga perlu diadakan perbaikan kendala-
kendala yang ditemui selama pembelajaran berlangsung. Berikut ini adalah diagram
kemajuan hasil belajar siswa dari prasiklus sampai pada siklus dua
Grafik 1 Persentase ketuntasan belajar IPA siswa kelas VIII SMPN Sanggau
Grafik 2 Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas VIII SMPN 10 Sanggau
Dari diagram di atas terlihat adanya peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar
IPA siswa kelas VIII SMPN 10 Sanggau. Pada pengamatan prasiklus terlihat hanya 54,84%
saja siswa yang tuntas sementara 45,16% siswa atau 14 orang belum tuntas, dengan nilai rata-
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
129
rata siswa sebesar 57,09 dan belum berhasil. Pada siklus 1 terlihat adanya peningkatan
persentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 77,42 % atau 24 siswa yang tuntas dengan nilai
rata-rata 70,54. Kendala yang dihadapi pada siklus satu yaitu beberapa siswa ahli terlihat
canggung menyampaikan informasi kepada kelompok asalnya dan pada saat diskusi ada
anggota kelompok yang pasif atau sebagai pendengar saja. Setelah bertukar pendapat dengan
observer, maka untuk mengatasi kedua masalah tersebut pada siklus kedua guru memberikan
pengarahan kepada siswa yang terlihat canggung dan mendampingi siswa tersebut . Untuk
siswa yang hanya sebagai pendengar saja, guru menyampaikan motivasi yang membangun
para siswa agar berperan aktif dalam kelompok dan memberikan pujian kepada para siswa
yang aktif agar teman yang lain merasa termotivasi juga untuk aktif berdiskusi dalam
kelompok.
Pada siklus kedua materi yang diangkat adalah sistem gerak pada manusia. Setiap
kelompok ahli pada siklus kedua ini mempersiapkan media dua dimensi seperti pada siklus
satu, baik berupa gambar maupun peta konsep, agar memudahkan siswa dalam proses diskusi
kelompok . Kemudian, siswa ahli mulai mempresentasikan hasil diskusi di kelompok ahli ke
kelompok asal, seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 4. Siswa melakukan diskusi di kelompok asal
Hasil diskusi ini kemudian dirangkum dan menjadi bahan presentasi kelompok, setiap
kelompok pada saat presentasi diwakili oleh seorang siswa (terlihat pada gambar 5)
Gambar 5. Siswa mempresentasikan hasil kelompok
Pada tahap awal pengamatan pada siklus ini, guru memfokuskan pengamatan pada
karakter belajar siswa, di mana guru berusaha menyemangati dan mendampingi siswa yang
terlihat canggung agar berani berperan sebagai siswa ahli dalam kelompoknya. Pada siklus
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
130
kedua ini terlihat para siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran, semuanya terlihat aktif
berdiskusi dalam kelompok. Hal ini menjadi salah satu point yang baik terhadap keberhasilan
siswa pada siklus ini, mereka sangat bertanggung jawab terhadap materi yang mereka ampu.
Rasa tanggung jawab menumbuhkan rasa percaya diri bahwa mereka mampu memerankan
tanggung jawab sebagai siswa ahli. Rasa percaya diri siswa tersebut juga terlihat dengan
adanya keberanian semua siswa sebagai anggota kelompok ketika harus mempresentasikan
hasil belajar kelompoknya. Penguasaan dasar siswa mengenai sistem gerak pada manusia
juga mengalami peningkatan, di mana sebagian besar kelompok sudah dapat memaparkan
materi secara jelas dan menuangkannya dalam hasil catatan kelompok. Selain itu dari
pertanyaan acak yang diajukan guru, sebagian besar siswa sudah mampu menjawab sesuai
dengan harapan.
Dari hasil penilaian terlihat adanya peningkatan persentase siswa yang tuntas dari
siklus sebelumnya, yaitu sebesar 93,55% atau 29 siswa dengan perolehan rata – rata kelas
sebesar 76,13. Walaupun perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus kedua ini tidak signifikan
peningkatannya dengan siklus 1, tetapi ini merupakan awal yang baik untuk mengasah
kemampuan para siswa lebih baik lagi. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran IPA
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di setiap siklus hasil belajar siswa
mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIII
SMPN 10 Sanggau.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan penulis dapat menyimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dapat meningkatkan hasil
belajar siswa SMP Negeri 10 Sanggau pada materi pertumbuhan dan perkembangan dan
sistem gerak pada manusia. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan
mulai dari siklus I sebanyak 77,42% dengan rata-rata kelas 70,54, kemudian pada siklus II
sebanyak 93,55% dengan rata-rata kelas 76,13.
Saran
Sebaiknya guru dapat mengembangkan model pembelajaran tipe Jigsaw atau model
pembelajaran lainnya agar siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Daftar Pustaka
Aprila, Hielaria. 2014. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Kelas IX SMPN 02 Kembayan. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah
Raga Pemerintah Kabupaten Sanggau: Bunga Rampai Artikel Pendidikan TEQIP
SMP Kabupaten Sanggau Tahun 2014, (56-61)
Hasbiati. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPA Materi Cahaya dan Sifatnya di Kelas
V SDN 002 Tanah Grogot 2013/2014. J-TEQIP: Jurnal Peningkatan Kualitas
Guru, IV(1) Mei (18-25)
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
131
Masdalifah. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIIB SMPN 05 Sanggau. J-
TEQIP: Jurnal Peningkatan Kualitas Guru, IV(2) November (261-269)
Saminanto, 2010. Ayo Praktik PTK. Semarang: RaSAIL Media Group
Saputra, Dian. 2011. Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SDN 09
Kepahiang Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. J-TEQIP: Jurnal
Peningkatan Kualitas Guru , II(1) Mei (43-50)
Sudjana, Nana. 2000. CBSA: Dasar-Dasar Proses belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar
Baru Algeandra
Wardhani, IGAK dan Wihardit, Kuswaya. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Zubaidah, S., Yuliati, L., Mahana, S. 2013. Model dan Metode Pembelajaran SMP IPA
(TEQIP). Malang: Universitas Negeri Malang.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
132
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIG
SAW PADA MATERI STRUKTUR FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN DENGAN
MEDIA OBJEK LANGSUNG DI KELAS IV SD NEGERI 014 GALANG
Efrizal
SDN 014 Galang Kota Batam
Abstrak: Pembelajaran IPA dengan materi alat struktur bagian tumbuhan dan fungsinya
dengan metode Jigsaw dan penggunaan media langsung ternyata mampu meningkatkan
keaktifan siswa dan sangat antusias dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan
kerjasama antar siswa dan membuat suasana belajar lebih menyenangkan sehingga
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Kata kunci: jigsaw,media langsung
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-
undang No.20, Tahun 2003).
Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru
yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang dirinci sebagai
berikut 1).Mendidik adalah usaha sadar untuk meningkatkan dan menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan
datang. 2). Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirimelalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. Peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pendidikan pada
jalur dan jenjang pendidikan tertentu. (Ngalim Purwanto, 1997: 42)
Untuk merealisasikan fungsi pendidikan Nasional dalam hal ini Dinas Pendidikan telah
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Salah satu
upayanya meningkatan Mutu Guru agar dapat mencapai hasil yang maksimal di dalam setiap
pembelajaran di sekolah. Salah satunya adalah pelatihan TEQIP yang sedang dilaksanakan
ini. Berbagai kegiatan yang juga langsung ditujukan pada siswa sepertihalnya pemberian
buku dan peralatan sekolah gratis dan juga pemberian beberapa jenis beasiswa.
Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi
yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa
sangatlah penting, hal ini sesuai dengan pendapat Muhamad Ali, (1983 : 12) yang
menyebutkan bahwa kadar pembelajaran akan bermakna apabila 1). Adanya keterlibatan
siswa dalam proses belajar mengajar. 2). Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa
baik melalui kegiatan menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap. 2). Adanya
keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk
berlangsungnya proses belajar mengajar.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
133
Dalam pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 014 Galang seringnya terjadi
ketidaktuntasan dalam pencapaian hasil belajar. Sebagai guru yang profesional udah barang
tentu menginginkan pencapaian hasil yang maksimal. Harapan semua guru agar siswa dapat
menguasai pemeblajaran sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan.
Sepertihalnya d kelas IV yang dalam pembelajaran IPA materi Struktur Fungsi Bagian
Tumbuhan mengalami kesulitan untuk ketercapaian KKM yang telah ditetapkan oleh pihak
sekolah. Dari hasil pembelajaran awal setelah dilakukan instrumen penilaian ternyata tingkat
ketuntasan yang dicapai hanya 40 % saja yang mencapai nilai minimal 70 yang ditetapkan
sebagai batas KKM. Dari pencapaian hasil inilah akan dilaksanakan model pembelajaran
kooperatif yang dapat meningkatkan hasil ketuntasan dalam pembelajaran tersebut .
Pembelajaran di SD Negeri 014 Galang pada umumnya masih terpusat pada paparan
atau metode ceramah guru, ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut
dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara
siswa dengan guru sangat jarang sekali terjadi. Siswa kurang merespon atau sungkan untuk
menanyakan hal-hal yang dia belum paham tentang konsep yang diajarkan. Terkadang juga
terjadi keributan dan suara bising karena banyaknya anak yang tidak paham dan merasa
bosan kemudian mengganggu temanya yang lain. Dengan latar belakang dari belum terbiasa
dengan kerja kelompok atau diskusi. Mereka lebih suka belajar sendiri-sendiri. Maka dalam
hal ini dicoba mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut
Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran
kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi
proses kelompok (Lie, 2003:30)
Teknik metode pembelajaran Jigsaw atau membentuk kelompok asal dan kelompok
ahli.Masing masing siswa dalam kelompok tadi diberi materi atau konsep yang berbeda.
Kemudian anggota kelompok tadi memencar mencari anggota kelompok lain yang
mempunyai materi yang sama sehingga kumpulan dari anggota yang mempunyai materi tadi
terbentuklah kelompok yang baru yang mereka ini disebut kelompok ahli. Kemudian
kelompok ahli ini membahas dan mendiskusikan materi mereka. Setelah kelompok ahli tadi
selesai mendiskusikan hasil pembahasan materi mereka maka masing masing anggota dari
kelompok ahli kembali pada kelompok asal tadi dan secara bergantian mengajar temanya
mengenai materi yang telah mereka diskusikan di kelompok ahli tadi sedangkan anggota
yang lain mendengarkan secara seksama. Kemudian masing masing kelompok Asal
menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Setelah selesai semua menyampaikan hasil
mereka didepan kelas, guru memberikan LKS per individu untuk diketahui hasilnya.
METODE PENELITIAN
Dari hasil observasi dan pencapaian ketuntasan di kelas IV belum memenuhi standar
KKM yang di harapkan. Maka dari itu perlu adanya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar dengan Menggunakan Metode Jig Saw
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
134
pada Materi Struktur Bagian Tumbuhan dengan Media Langsung di Kelas IV SD Negeri 014
Galang”.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas
(PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri atas 2 pertemuan. Penelitian
dilaksanakan di kelas IV yang berjumlah 12 orang,terdiri dari , 7 orang siswa laki-laki dan 5
orang siswa perempuan. Guru model dengan 1 orang guru atau teman sejawat sebagai
observer. Jadwal penelitian dimulai siklus I tanggal 8 dan 11 Agustus 2016 kemudian
dilanjutkan dengan siklus ke dua tanggal 18 dan 21 Agustus 2016.
Prosedur penelitian terdiiri dari empat tahapan penting, yaitu: a) perencanaan
(planning); b) pelaksanaan tindakan (action); c) pengamatan (observation); dan d) refleksi
(reflection)
Prosesdur pelaksanaan penelitian dengan kegiatan sebagai berikut.
Plan ( perencanaan ) Hal yang dilakukan guru model bersama tim selama kegiatan
ini diawali dengan mempersiapkan perencanaan (Plan) yaitu menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran). Langkah penyusunan ini dimulai dengan memilih Standar
Kompetensi (SK), menetapkan Kompetensi Dasar (KD) menentukan indikator, tujuan
pembelajaran serta materi, media pembelajaran dilanjukan dengan menulis langkah- langkah
pembelajaran kooperatif Jigsaw. Standar Kompetensi yang dipilih yaitu “Memahami
hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya”. Dengan Kompetensi Dasar
“Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya”. Alasan memilih
pembelajaran kooperatif Jigsaw karena merupakan salah satu metode yang paling sederhana
untuk menjalin kerjasama siswa saat melaksanakan tugas-tugasnya saat pembelajaran
berlangsung dan sesuai dengan materi ini sehingga cukup baik digunakan untuk guru
terutama dalam materi ini. Tempat pelaksanaan pada kelas IV SD Negeri 014 Galang, waktu
pelaksanaan pada Hari Senin tanggal 8 Agustus 2016.
Do ( pelaksanaan ) Pelaksanaan pada tanggal 8Agustus 2016 dengan materi. Guru
model mengawali dengan memberi salam dan menanyakan kehadiran dan kesiapan siswa
kemudian dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai,
menjelaskan langkah pembelajaran kooperative Jing Saw . Pada kegiatan inti guru
menanyakan pengetahuan siswa tentang bagian tumbuh-tumbuhan.Guru melanjutkan dengan
pembagian kelompok dengan tema atau konsep yang telah ditetapakan , kemudian siswa
dibagikan kelompok asal terbentuk, anggota kelompok tersebut ditetapkan masing-masing
dibagi sesuai dengan konsep dan akan menjadi tim ahli. Setiap kelompok mendapat LKS
dengan tugas yang sama . Siswa mengerjakan LKS dengan cara diskusi kelompok. Saat
diskusi berlangsung terjalin komunikasi yang sangat baik antara siswa dengan siswa, siswa
dengan guru dan guru dengan siswa. Guru membimbing dan mengarahkan siswa saat
berdiskusi . Setelah siswa menyelesaikan diskusi kelompok dilanjutkan dengan presentasi
hasil kerja kelompok .Masing masing kelompok diberi kesempampatan untuk menanggapi
presentasi kelompok lain dan guru memberi arahan atau meluruskan tanggapan yang kurang
tepat. tugas ini untuk menunjang hasil nilai dalam penyelesaian tugas individu dalam
mengerjakan LKS siswa.Setelah pelaksanaan kuis berakhir, guru model bersama siswa
meriksa tugas individu (kuis). Pelaksanaan ini guru mengarahkan siswa menemukan jawaban
lalu mengumpulkan kembali dan guru model menghitung jumlah nilai kelompok dan nilai
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
135
kuis. Kemudian guru memberikan reward pada siswa yang memperoleh nilai terbaik pada
saat itu. Pada akhir penutupan guru memberikan evaluasi secara lisan kepada setiap siswa dan
guru tak lupa menyampaikan pesan moral Mari kita menjaga lingkungan alam tumbuh-
tumbuhan karena tumbuh-tumbuhan merupakan kebutuhan pokok manusia bagi
kehidupan manusia serta menginformasikan pelajaran pada pertemuan selanjutnya.
See ( refleksi ). Pada tahap refleksi ini guru model memperkenalkan guru/teman
sejawat yang menjadi observer. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
guru dan lembar observasi siswa, kemudian observer dipersilahkan mengemukakan hasil
pengamatannya dan masukannya terhadap guru model yang telah melaksanakan
pembelajaran kooperatif Jig Saw untuk mengetahui apakah pembelajaran yang telah selesai
dilaksanakan sudah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh guru model. Observer
menulis kembali hal yang menjadi permasalahan pada guru model untuk menjadi bahan
pertimbangan saat menyusun suatu perencanaan pembelajaran. Tanggapan dari observer
tentang pembelajaran yang dilakukan oleh guru model, sangat baik dan berguna untuk
mengetahui kekurangan atau kelemahan disaat kita melakukan proses belajar mengajar di
kemudian atau di waktu yang akan datang.
Tahapan penilaian ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penelitian baik
menyangkut penilaian proses (hasil observasi guru dan siswa) maupun hasil belajar. Dalam
penelitian ini data yang dikumpulkan 2 macam yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif dikumpulkan melalui observasi yaitu tentang aktivitas belajar siswa dan aktifitas
guru. Sedangkan data kuantitas dikumpulkan melalui post test disetiap akhir siklus dengan
bentuk tes tertulis.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Pembelajaran dimulai dengan salam dari guru kemudian murid menjawab salam dari
guru, lalu guru meminta siswa untuk memimpin doa bersama untuk mengawali
pembelajaran. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa dan bertanyan alasan kenapa
siswa yang tidak hadir .
Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan apakah siswa pernah melihat bentuk
akar dari tumbuhan cabe dan tanaman padi. Anak menjawab cabe pernah pak tapi padi
belum. Kemudian guru mengganti pertanyaan “gimana kalo dengan tumbuhan rumput?
Kemudian anak serentak menjawab sudah pak. Kemudian ditanyakan apakah kalian tau apa
perbedaanya pada akarnya? Anak-anak menjawab “tidak” sebagian yang lain diam dan tidak
menjawab. Dari jawaban siswa menunjukan bahwa siswa belum paham tentang perbedaan
akar pada dua tumbuhan tersebut.
Pembelajaran kemudian dilanjutkan, dengan guru memberikan motipasi pada siswa
dengan menampilkan media berupa gamabar dan peta konsep bagian bagian tumbuhan, serta
menuliskan tujuan pembelajaran. Hal tersebut untuk memotifasi siswa untuk mengikuti
pelajaran lebih lanjut.
Guru menjelaskan mengenai cara metode pembelajaran Jig saw, kemudian
melanjutkan dengan membantu terbentuknya kelompok, siswa dikelompokan menjadi tiga
kelompok utama (disebut kelompok asal) yang masing-masing kelompok terdiri dari empat
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
136
orang , anggota kelompok tersebut ditetapkan masing masing siswa menjadi tim ahli sesuai
dengan konsep.
Diagram 1 . Urutan Pembentukan kelompok asal
Siswa dibagi dalam tiga kelompok yang beranggotakan empat orang disebut kelompok asal,
kemudian masing-masing diberi tanda yang berbeda (dengan warna)
Pada pembelajaran ini ditetapkan konsep yang akan dibahas,kemudian tim ahli akan mencari
teman yang memegang konsep yang sama. Setiap kelompok mendapat lembar kerja
kelompok dengan tugas yang sama .
Diagram 2 .Kelompok belajar atau kelompoh ahli
Siswa mengerjakan tugas dengan cara diskusi kelompok. Saat diskusi berlangsung
terjalin komunikasi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan sebaliknya. Ketika
diskusi tim ahli berlangsung ada peserta dari kelompok yang merasa kebinggungan asik
dengan pekerjaanya sendiri, kemudian ketika ditanya apakah dia sudah memahami tentang
materi yang harus dia kuasai?, anak tersebut menjawab belum. Kemudian guru menjelaskan
lagi bahwa tanggung jawab dia setelah ini harus menguasai materi itu ketika kembali ke
kelompok asalnya nanti dan menjelaskan pada kawan-kawan di kelompok asalnya.
Setelah diskusi kelompok ahli selesai kemudian mereka kembali ke kelompok asal
dan berdiskusi lagi dengan menjelaskaan pada teman-temanya sesuai dengan masing-masing
tugasnya tadi. Guru membimbing dan mengarahkan siswa saat berdiskusi. Dalam diskusi tim
ahli ternyata ada anak yang tidak bisa untuk menyampaikan atau menjelaskan pada teman-
Gambar 2. Kegiatan diskusi kelompok asal Gambar 1. Kegiatan diskusi kelompok ahli
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
137
temanya di kelompok ahli. Setelah siswa menyelesaikan diskusi kelompok dilanjutkan
dengan presentasi hasil kerja kelompok . Guru meminta kelompok yang ingin menyampaikan
hasilnya terlebih dahulu, ternyata tidak ada yang mau lebih dahulu untuk membacakan
hasilnya. Akhirnya guru menunjuk kelompok yang harus membacakan hasil diskusinya.
Guru memberi arahan atau meluruskan penyampaian hasil yang kurang tepat. tugas
ini untuk menunjang hasil dalam penyelesaian tugas individu dalam mengerjakan LKS
siswa. Setelah pelaksanaan penyampaian hasil diskusi berakhir, guru meminta siswa untuk
mengerjakan lembar kerja individu. Pelaksanaan ini guru mengarahkan siswa menemukan
jawaban lalu mengumpulkan kembali dan guru model menghitung jumlah nilai kelompok dan
nilai . Setelah waktu yang diberikan pada siswa untuk mengerjakan lembar individu berakhir
maka tugas tadi dikumpulkan,kemudian bersama siswa guru memeriksa tugas individu
tersebut. Kemudian guru memberikan reward pada siswa yang memperoleh nilai terbaik pada
saat itu. Pada akhir penutupan guru memberikan penguatan tentang materi yang dipelajari
serta menginformasikan pelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Pada siklus I banyak terdapat kelemahan-kelemahan sehingga ,ketuntasan belajar
secara umum belum berhasil. Hal ini disebabkan karena ; 1.Siswa belum terbiasa dengan
metode Jigsaw 2.Siswa belum memahami terutama tanggung jawabnya sebagai kelompok
ahli dalam model Jigsaw, 3.Siswa belum dapat sepenuhnya menyampaikan hasil diskusi pada
kelompok ahli tadi, 4.Kurang menariknya dalam menyampaikan apersepsi, guru kurang
berhasil menumbuhkan rasa percaya diri anak untuk berhasil dalam pembelajaran dan guru
juga belum sepenuhnya dalam penguasaan kelas ketika diskusi berlangsung , 4. Siswa belum
terbiasa dalam menyampaikan hasil diskusi.
Menurut Wigfield (dalam Nur 2008: 24) “bahwa sumbangan bersama dua faktor,
yaitu keyakinan siswa bahwa mereka mampu dan nilai yang mereka berikan terhadap sukses
akademik, lebih besar daripada kemampuan mereka sebenarnya dalam meramalkan hasil
belajar mereka”. antusias teman-temannya yang lain malah asik dengan kegiatan mereka
sendiri ada juga yang bikin topeng-topengan dan ketika guru mencoba untuk bertanya malah
siswa tersebut bengong.Ketika diskusi pada kelompok ahli ada siswa yang tidak bisa
menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahlintadi. Misalnya komentar yang disampaikan
di akhir pembelajaran :
Hendra: teman-teman yang lain banyak bermain, kami jadi terganggu ”, dia tidak ikut
bekerja.
Bagi anak yang betul bekerja menyampaikan: “saya bisa,soal-soal terasa mudah, tapi saya
belum berani maju ke depan, karena saya takut salah”.
Gefira : Pelajaran IPA hari ini bagian-bagian tumbuhan ini menyenangkan, tapi hanya saya
dan Atika yang banyak mengerjakan soal yang ada di. Komentar-komentar dari 3 siswa ini
mewakili tanggapan yang diberikan beberapa siswa setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Kelemahan yang terjadi pada proses pembelajaran di atas merupakan satu
kesatuan yang saling mendukung. Pernyataan ini diperkuat dengan pernyataan bahwa
“keputusan kelompok lebih mudah diterima oleh anggota bila mereka turut memikirkan dan
memutuskan bersama- sama” (Nasution, 2004: 150). Kelemahan-kelemahan yang terdapat
pada siklus I ini bukan menjadi hambatan untuk melaksanakan perbaikan pada siklus II
sehingga pembelajaran pada siklus II bisa mencapai suatu keberhasilan.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
138
Hasil analisis nilai tes pada siklus I disajikan pada tabel berikut ini:
Kategori
Penilaian
Rentang Nilai Hasil
Jumlah siswa Presentase
Amat Baik 86-100 1 8,3%
Baik 70-85 4 33,3%
Cukup 51-69 3 25%
Kurang 0-50 4 33,3%
Rata-rata kelas 59,91
Dari hasil tugas yang dilaksanakan seperti yang tercantum pada tabel di atas dapat
dijelaskan, bahwa dengan menerapkan pembelajaran Jigsaw untuk siklus I dari 12 orang anak
diperoleh nilai untuk 1 orang anak sudah amat baik, 4 orang anak mendapatkan nilai baik ,
sehinga presentase ketuntasan belajar siswa adalah 41,6% dalam hal ini lebih banyak yang
belum menguasai yaitu sebanyak 58,4 % yang belum tuntas. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa pada siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang belum
memperoleh nilai > 70 hanya sebesar 41%. Hal ini disebabkan karena kelemahan kelemahan
yang telah diterakan sebelumnya tadi.
SIKLUS 2
Berpedoman dari kelemahan–kelemahan yang terjadi di siklus I maka di siklus ke II
guru melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran .Sehingga kekurangan-kekurangan
yang ada pada siklus I dapat diminimalisir pada siklus II. Pada siklus ini, pembelajaran
berjalan dengan baik guru sudah memberikan inovasi baru terutama untuk merangsang
semagat dari siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri kepada siswa dengan menggunakan
gaya bahasa dan ekspresi penyampaian yang sangat memotifasi terhadap siswa untuk
mengikuti pembelajaran, yaitu berupa teriakan :” aku semangat, percaya diri, aku bisa”.
Keunggulan pada siklus II juga terkait dengan peragaan media langsung berupa tumbuh-
tumbuhan yang dibawa langsung kedalam kelas untuk masing-masing kelompok dengan
bimbingan guru siswa mengamati media langsung tersebut dengan antusias sehingga
membangkitkan dan terus mempertahankan rasa ingin tahu siswa sepanjang pelajaran itu.
Kemudian guru memperjelas lagi tugas dari kelompok ahli yang harus bisa menguasai
materinya dan apa tanggung jawabnya terhadap kelompok asal nati, dengan memberi
penekanan setelah diadakan kuis maka akan kelihatan materi bagian mana yang banyak
kesalahan dalam kuis tersebut. Pada pembagian kelompok juga ada perobahan, dimana
dengan jumlah siswa kelas IV yang jumlah 12 orang dibagi hanya dua kelompok yang
masing-masing kelompok beranggotakan enam orang, dimana ada dua orang yang bertugas
sebagai tim ahli yang bertugas menguasai satu konsep. Hal ini dilakukan agar ketika kembali
ke kelompok asal mereka bisa saling mendukung untuk menyampaikan hasil diskusinya
dikelompok ahli tadi. Penguatan ketika siswa enggan untuk menyampaikan hasil diskusinya
adalah dengan memotifasi bagi yang lebih dulu menyampaikan hasilnya akan mendapat nilai
atau poin tambahan atau bonus bagi kelompoknya. Penguatan ini bertujuan untuk
meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
139
motivasi belajar . Dari reward yang disampaikan itu maka semua kelompok berlomba untuk
cepat menyelesaikan dan menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas.
Pada hasil pengamatan dengan meminta komentar pada siswa di akhir pembelajaran
seperti yang dimuat berikut ini:
Maulana : “Pelajaran hari ini sangat menyenangkan karena memakai alat peraga yang
langsung dengan tumbuhanya,dikelompok kami semua teman-teman bersemangat
mengamatinya.”
Rahmat : “Saya senang sekali dan saya bangga ternyata kepercayaan diri saya mendapatkan
hasil yang bagus, kemarenya saya takut salah”. Peningkatan kualitas pembelajaran pada
Pembelajaran di siklus II ini ini juga disebabkan karena guru telah mampu menguasai
pembelajaran dengan baik dan telah dapat menjelaskan dan mengarahkan ketika proses
model Jigsaw berlangsung dan dengan pemanfaatan media langsung ternyata lebih
meningkatkat keinginan siswa untuk mengamatinya dengan maksimal.
Berdasarkan uraian data diatas, tergambar bahwa aktivitas guru dan aktivitas siswa
pada
siklus II meningkat dari siklus I yang diikuti dengan peningkatan hasil belajar siswa.
Kesimpulan akhirnya bahwa kualitas proses dan hasil belajar telah berhasil dan mencapai
ketuntasan yang ditetapkan sekolah yaitu belajar dikatakan tuntas bila minimal 70% siswa
mendapat nilai ≥ 70 dan rata- rata kelas ≤ 60, sehingga penelitian ini dapat diakhiri.
Hasil analisis nilai tes pada siklus II tertera seperti Tabel berikut:
Kategori
Penilaian
Hasil siklus I Hasil siklus II
Rentang
Nilai
Jumlah siswa Presentase Jumlah siswa Presentase
Amat Baik 86-100 1 8,3% 3 25%
Baik 70-85 4 33,3% 8 66,6%
Cukup 51-69 3 25% 1 8,3%
Kurang 0-50 4 33,3% - 0
Rata-rata kelas 59,91 78,75
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diambil kesimpulan:dengan
penggunaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan penggunaan alat peraga objek
langsung pada mata pelajaran IPA dengan materi Struktur dan fungsi bagian tumbuhan dapat
Gambar 3: Guru memberi penguatan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
140
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri 14 Batam, yang ditunjukkan dengan
rata-rata kelas pada siklus I sebesar 59,91 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 41,6%
dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 78,75 dan ketuntasan belajar secara
klasikal mencapai 91,6%.
Berdasarkan kesimpulan diatas ada beberapa saran yang perlu disampaikan seperti
berikut ini: (1). Guru diharapkan bisa menggunakan model jigsaw pada materi-materi lainya.
(2). Guru juga dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan. (3). Menggunakan model pembelajaran lebih baik lagi mengkombinasikan
dengan media pembelajaran yang lebih menarik.
Daftar Pustaka
G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit, .Noehi Nasution, 2004 Penelitian Tindakan Kelas
http://belajarpsikologi.com/model-pembelajaran-kooperatif-
jigsaw/http://www.goodreads.com/book/show/1968615.Prinsip_Prinsip_dan_Teknik
_Evaluasi_Pengajaran
(Nasution, 2004) Penggunaan alat peraga kit ipa melalui Pembelajaran model arias untuk
meningkatkan Hasil belajar siswa pada materi pesawatSederhana
Ngalim Purwanto. 2006. Meningkatkan kemampuan dalam membuat motor Lsitrik elalui
metode praktek bagi siswa kelas VI Sdn.48/ix Sarang Burung .
Zubaidah, Siti dkk. 2013. Ragam Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Malang:
Universitas Negeri Malang.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
141
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK
MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP MOL
DI KELAS X JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMK BRAWIJAYA BATU
Lilik Suryantini
SMK Brawijaya Batu
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas belajar kimia siswa
dengan penerapan pendekatan metode pembelajaran problem solving. Metode penelitian
yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang secara umum terdiri dari
dua siklus, masing-masing siklus terdapat 4 (empat) tahapan yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X Teknik Pemesinan yang
berjumlah 28 siswa. Penelitian ini di fokuskan pada materi konsep mol yang mencakup
konversi jumlah mol ke dalam jumlah partikel, jumlah massa, jumlah volume, hipotesis
Avogadro, rumus empiris, rumus molekul dalam senyawa. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah tes, lembar observasi dan angket siswa. Dari hasil penelitian pada siklus
II terjadi peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa dari siklus I yaitu. Pada siklus II,
diperoleh rata –rata nilai post test siswa 77,26 dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa
mencapai 89,29% siswa mencapai nilai 70. Dan dari hasil angket siswa serta hasil
observasi terhadap pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan metode
problem solving memberikan dampak yang positif bagi siswa dalam proses belajar
mengajar.
Kata kunci: Konsep Mol, aktifitas belajar,pendekatan problem solving.
Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia diwujudkan dalam Permendikbud No
103 th 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Prinsip-
prinsip pengembangannya antara lain peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu, peserta
didik belajar dari berbagai sumber belajar, pemebelajaran berbasis kompetensi, pembelajar
yang mengutamakan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar, sepanjang hayat,
pembelajaran yang berlansung dirumah, di sekolah dan masyarakat, pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran.
Kondisi di sekolah saat ini jumlah siswa klas X TPM SMK Brawijaya berjumlah 30 laki laki
semua, berdasarkan pengamatan selama pembelajaran,dari data hasil tes awal, pada konsep
mol, kemampuan siswa klas X teknik pemesinan menunjukan kemampuan yang rendah dari
28 siswa, ditemukan hanya 8 orang ( 26,4%) yang berhasil mencapai KKM 70, dan sisanya
yang telah ditetapkan guru dibawah KKM (70) artinya siswa kelas X TPM mengalami
masalah dalam memahami konsep mol. Rendahnya kemampuan siswa pada konsep Mol
tersebut ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: kurangnya perhatiaan dalam mengikuti
pembelajaran, siswa kurang fokus disaat pembelajaran, berlangsung, siswa tidak aktif, dan
sebagian besar hanya diam mendengar penjelasan guru, siswa kurang respon dalam
mengerjakan LKS minimnya kemampuan siswa, siswa masih bingung melaksankan perintah
guru, siswa tidak banyak mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab pertanyaan.
Menyadari belum optimalnya kemampuan siswa pada konsep mol yang ditandai dengan
rendahnya kemampuan siswa menuntut guru melakukan perbaikan pembelajaran, agar
kemampuan siswa terhadap materi konsep mol dpat meningkat.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
142
Selama ini guru hanya menyajikan pembeljaran tentang konsep mol hanya dengan
menggunakan ceramah dan metode penugasan tanpa refleksi sehingga siswa tidak aktif dan
tidak mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan pengalamn sehari-hari,
oleh karena itu kemampuan dan aktifitas siswa perlu ditingkatkan.
Salah satu upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
tentang konsep mol adalah dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.
Metode pembelajaran problem solving adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan
siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Metode ini menuntut
kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi program, mencari hubungan antara
berbagai data yang terkumpul kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil
pemecahan masalah. Menurut Yusuf Djajadisastra (1985:98) metode pembelajaran problem
solving sebagai metode berfikir yang merupakan suatu cara mengajar yang merangsang
seseorang untuk menganalisis dan melakukan sintesis dalam kesatuan struktur atau situasi di
mana masalah itu berada atas inisiatif sendiri. Sedangkan menurut Mu’Qodin (2002)
mengatakan bahwa problem solving adalah merupakan suatu keterampilan yang meliputi
kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentikasi masalah dengan
tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif
tersebut sehubungan dengan hasil yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana
dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
Metode pembelajaran problem solving dipilih dan digunakan sebagai solusi dalam
meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa dalam pembelajaran kimia tentang materi
konsep mol karena (a) dapat memberikan kemampuan siswa bagaimana cara memecahkan
masalah-masalah secara objektif dan tahu benar apa yang dihadapi; (b) melatih siswa untuk
bisa memecahkan soal-soal kimia secara sistematis dan mampu mengaitkan konsep yang satu
dengan yang lain; (c) membantu siswa memahami konsep-konsep kimia dan saling
keterkaitannya dan juga penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalm kehidupan sehari-
hari dan teknologi. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Sanjaya (2009) bahwa pemberian
masalah akan merangsang pemikiran siswa untuk membuktikannya. Dengan demikian, siswa
terdorong untuk mencari pemecahan masalah dengan cara menentukan rumusan masalah
yang akan dipecahkan, mencari teori-teori yang mendukung untuk solusi pemecahan
masalah, menguji sendiri kebenaran teori yang telah dipilih sebagai solusi pemecahan
masalah, serta menyimpulkan hasil pembelajaran dalam bentuk konsep baru sebagai jawaban
pemecahan masalah. Berdasarkan pemikiran di atas, untuk mengetahui efektivitas
penggunaan metode pembelajaran problem solving dalam meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X Jurusan Teknik Pemesinan SMK Brawijaya Batu pada materi konsep mol, dan
menuangkan dalam suatu laporan penelitian tindakan kelas Laporan PTK) dengan judul
“Penerapan metode pembelajaran problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi konsep mol di kelas X Jurusan Teknik Pemesinan SMK Brawijaya Batu.
METODE PENELITIAN
Pemecahan masalah untuk meningkatkan masalah rendahnya hasil belajar siswa pada
materi konsep mol yang ditandai dengan rendahnya hasil belajar yang akan dilakukan peneliti
adalah dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving. Dengan menggunakan
metode pembelajaran problem solving tersebut diharapkan adanya perbaikan proses
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
143
pembelajaran sehingga hasil belajar serta aktivitas siswa pada materi konsep mol dapat
meningkat.
Metode pembelajaran problem solving dalam pembelajaran pada materi konsep mol di
kelas X Jurusan Teknik Pemesinan SMK Brawijaya Batu dilaksanakan dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut: (1) analisis, (2) perencanaan, (3) perhitungan, dan (4) pengecekan.
Penelitian Tindakan Kelas ini secara umum bertujuan untuk mengetahui upaya guru
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep mol dengan menggunakan
metode pembelajaran problem solving di kelas X Jurusan Teknik Pemesinan SMK Brawijaya
Batu, serta meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep mol dengan menggunakan
metode pembelajaran problem solving.
Langkah-langkah PTK dijabarkan sebagai berikut:
Prosedur penelitian setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut
Siklus 1;
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan
adalah:
1) Membuat skenario pembelajaran.
2) Membuat slide presentasi.
3) Membuat lembar observasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang dilaksanakan guru dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan. Untuk setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan.
c. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan secara langsung dan secara teliti terhadap suatu
peristiwa/kejadian dalam situasi disuatu tempat, dengan atau tanpa alat Bantu Pengamatan
yang dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi aktivitas guru dan
aktivitas siswa.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti bersama guru mendiskusikan hasil tindakan yang telah
dilaksanakan, kemudian bila perlu merevisi tindakan berikutnya. Data yang diperoleh melalui
pengamatan dan tes hasil belajar disusun, dijelaskan dan akhirnya dianalisis dengan cara
mendeskripsikan atau menyajikan dalam bentuk perbandingan rata-rata untuk setiap siklus.
Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti membuat skenario pembelajaran berdasarkan desain
pembelajaran disertai soal-soal kimia dan siswa mempersiapkan persentasi pembelajaran
menggunakan power point. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi untuk
mengamati jalannya proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
144
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP dan skenario pembelajaran
yang telah dipersiapkan. Siswa melakukan presentasi sesuai dengan materi masing-masing
secara berkelompok.Siswa mendiskusikan hasil presentasi kelompok.
c. Observasi
Proses observasi pada siklus II, meliputi kegiatan guru dalam menyajikan materi,
mengelola kelas dan membimbing siswa. Selain itu diamati juga aktivitas siswa ketika
presentasi materi secara berkelompok, demikian pula dengan aktivitas diskusinya.
d. Refleksi
Hasil siklus II didiskusikan dan hasilnya dipergunakan untuk laporan dan
pertimbangan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil tes , data observasi berupa pengamatan
pengelolaan belajar dengan pembelajar model problem solving dan pengamatan aktivitas
siswa dan guru pada saat pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Siklus
I diawali dengan tahap perencanaan, yaitu peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1, Lembar Kerja Siswa (LKS) 1,
Lembar Pengamatan Siswa 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Tahapan berikutnya adalah kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada
tanggal 17 oktober 2016 di SMK Brawijaya Batu dengan subyek penelitian adalah siswa
kelas X TPM, yang berjumlah 28 orang. Pada penelitian ini guru yang bertindak sebagai
peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran problem solving guna meningkatkan
aktivitas belajar kimia siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan pembelajaran.
Gambar 1. Guru melaksanakan pembelajaran. Gambar 2. Guru membimbing saat diskusi.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
145
Pada akhir pembelajaran siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun data hasil
penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Perhitungan Hasil Post Test Siklus I
Skor per tahap
Skor
tiap soal Nilai Anali-sis
(1)
Peren-
canaan
(0,5)
Perhi-
tungan
(3)
Penge-
cekan
(0,5)
Persentase
per tahap 96% 95% 61% 89% 75%
Jumlah Nilai 2087
Rata-rata Nilai 74,52
Nilai Maks 87
Nilai Min 43
Jumlah Peserta 28
Jumlah Tuntas 20
Jumlah Tidak Tuntas 8
Persentase 71,43%
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Pembelajaran
Problem solving .diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 74,52 dan ketuntasan
belajar mencapai 71,43 % atau ada 20 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar,
karena siswa sepenuhnya belum memahami penerapan pelaksanaan metode pembelajaran
problem solving.
Hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dijadikan bahan untuk perbaikan proses
pembelajaran pada siklus II. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016 di kelas X TPM. Dengan jumlah siswa 28.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan siswa bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Gambar 3. Guru menyampaikan motivasi. Gambar 4.Guru membimbing diskusi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
146
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 2 dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Perhitungan Hasil Post Test Siklus II
Skor per tahap
Skor
tiap soal Nilai Anali-sis
(1)
Peren-
canaan
(0,5)
Perhi-
tungan
(3)
Penge-
cekan
(0,5)
Persentase
per tahap 96% 99% 65% 89% 77%
Jumlah Nilai 2163
Rata-rata Nilai 77,26
Nilai Maks 90
Nilai Min 50
Jumlah Peserta 28
Jumlah Tuntas 25
Jumlah Tidak Tuntas 3
Persentase 89,29%
Berdasarkan data diatas yang diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,26 dan
dari 28 siswa yang telah tuntas sebanyak 25 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan
belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 89,29 % (kategori
tuntas).
Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya
peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan
guru dalam menerapkan belajar dengan penerapan pembelajaran Pendekatan Problem
Solving, sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga
siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Setiap akhir pembelajaran,
selalu dilakukan tahapan refleksi, untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses dan hasil
belajar yang diharapkan. Pada tahap ini dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun
yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaraaan
pendekatan problem solving. Dari hasil pengamatan beberapa observer dan hasil refleksi
pelaksanan pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut:
Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran
dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses
belajar berlangsung, siswa merasa senang selama proses pembelajaran dengan
metode problem solving karena mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka
dengan latihan latihan yang diberikan.
Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
147
Hasil pada siklus II diperoleh ketuntasan dan aktivitas belajar siswa yang meningkat
dan telah mencapai indikator keberhasilan indikator yang telah ditetapkan.Oleh
karena itu peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian pada siklus II ini.
Pada siklus II guru telah menerapkan belajar dengan metode pembelajaran pendekatan
problem solving, dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan
perbaikan, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan
dan mempertahankan apa yang telah ada sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam proses pembelajaran. Sehingga melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran pendekatan problem solving pada pembelajaran Kimia pada kelas X TPM di
SMK Brawijaya Batu. memiliki dampak positif dalam meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan guru, yaitu; Siklus I (71,43%), dan pada siklus II (89,29%). Hal ini berarti
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran, Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, penerapan pembelajaran pendekatan
problem solving adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu
masalah agar dipecahkan. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah belajar dengan metode pembelajaran pendekatan problem
solving. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing
dan mengamati siswa dalam mengerjakan LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab .
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat
diambil kesimpulan bahwa: Hasil belajar kimia siswa pada materi konsep mol dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan, nilai rata rata hasil yang dilakukan pada siklus I dengan
hasil postest adalah 74,52 dan persentase siswa yang mencapai nilai 70 adalah 71,43%.
Setelah dilakukan perbaikan–perbaikan pada tahap–tahap penyelesaian masalah, ringkasan
materi yang diberikan kepada siswa,cara penyampaian materi oleh guru, metode
pembelajaran yang dilakukan pada siklus II, rata – rata hasil pos test siswa mencapai 77,26
dan persentasi siswa yang mendapatkan nilai 70 adalah 89,29%. Angka ini sudah cukup
dari batas ketercapaian yang ditentukan artinya bahwa penelitian ini dapat dikatakan berhasil.
Aktifitas pembelajaran pada kedua siklus mengalami peningkatan yang segnifikan.
Pada siklus I siswa masih banyak yang belum tuntas belajarnya, karena pelum paham benar
prosedur dan langkah-langkah efektif untuk problem solving. Pada siklus II siswa sudah
mendapat pengalaman tentang pendekatan problem solving sehingga pembelajaran berjalan
efektif dan efisien sesuai RPP.
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini,peneliti mencoba memberikan beberapa
saran sebagai berikut: (1). Penerapan pembelajaran problem solving dapat dikolaborasikan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
148
dengan model pembelajaran kooperatif sehingga siswa dapat lebih aktif dalam dalam proses
pembelajaran. Kelengkapan media pembelajaran juga dapat membantu guru dalam
menerapkan pembelajaran problem solving ini sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan lebih baik.
Daftar Pustaka
Djajadisastro, Y. 1985. Pengaruh Penerapan Metode Problem Solving. Bandung Aksara
Mentari. 2012. Modul Untuk Kimia Kelas X. CV Graha Pustaka Jakarta Selatan.
Metternikh, V. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI
SD Negeri 02 Kaur Utara Kabupaten Kaur Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal MIPA.
Muqodin. 2002. Problem Solving dan Masalahnya.
Sanjaya. 2009. Indikator dalam Pemahaman Konsep. Prenada Media Group Jakarta.
Saidah, A, Michael, P. 2012. Kimia Untuk Kelas X. Penerbit Erlangga.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
149
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN PADA MATERI PEMASARAN
KELAS XI TP4-B SEMESTER 3 TAHUN PELAJARAN 2016-2017 DI SMK NEGERI
3 BATU
Anik Atifah
SMK Negeri 3 Batu
Abstrak : Hasil belajar yang masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di
kelas XI TP4-B SMK Negeri 3 Batu merupakan dampak dari permasalahan yang timbul
pada proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu perlu adanya inovasi
pembelajaran yang dapat meningkatkaan hasil belajar siswa.Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode bermain peran
pada materi pemasaran siswa kelas XI TP4-B di SMK Negeri 3 Batu.Penelitian ini
menggunakan setting penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam bentuk siklus, dimana
dalam setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.Subyek dari penelitian ini adalah 25 siswa kelas XI TP4-B yang
terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa melalui metode bermain peran pada materi pemasaran dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI TP4-B di SMK Negeri 3 Batu. Terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa sebesar 28 % dari siklus 1sebesar 56% ke siklus 2 sebesar 84% siswa yang
tuntas. Langkah pembelajaran bermain peran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
meliputi (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2) menyusun naskah
drama (3) memilih partisipan/peran, (4) menyusun tahap-tahap peran, (5) menyiapkan
pengamat, (6) pemeranan, (7) diskusi dan evaluasi, (8) membagi pengalaman dan
mengambil kesimpulan.
Kata Kunci : Hasil Belajar , Metode Bermain Peran , Materi Pemasaran
Pendidikan di Indonesia pada dasarnya merupakan proses menuju masyarakat yang
unggul dalam persaingan global. Salah satu faktor pendukung keberhasilan bidang
pendidikan dipengaruhi cara belajar dan mengajar yang ada pada saat ini (Suwarni. 2015).
Menurut Lie (di dalam Suwarni. 2015) paradigma lama dalam dunia pendidikan
menganggap bahwa belajar mengajar adalah memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa.
Tugas seorang guru adalah memberi, sedangkan tugas siswanya adalah menerima. Guru
memberikan informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya . Hal ini
tidak relevan dengan tuntutan pendidikan saat ini yang mengganggap bahwa “belajar
merupakan suatu proses aktif, pelajar mengkonstruksi arti, yang berupa teks, dialog, dan
pengalaman. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan dan alami”.
Mengacu pada landasan teknik penyusunan KTSP Sekolah Menengah Kejuruan,
tercantum jelas bahwa satu landasannya yaitu Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa :
“Proses pendidikan pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif , menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”(Depdiknas. 2009).
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
150
Kenyataan menunjukkan bahwa banyak guru yang masih menggunakan cara
pengajaran dengan paradigma lama sebagaimana dikatakan Suwarni (2015) bahwa metode
yang sering digunakan guru adalah ceramah dan tugas, sehingga aktivitas peserta didik sangat
rendah, karena tidak menutup kemungkinan tugas yang diberikan hanya berupa hasil
mencontek teman. Jadi guru hanya memberikan informasi .Fenomena ini juga masih banyak
terjadi di SMK Negeri 3 Batu.Paradigm lama ini membuat siswa bosan dan berdampak pada
hasil belajarnya menjadi rendah atau kurang memuaskan.Begitu juga pelajaran
kewirausahaan yang disampaikan kepada siswa di SMK Negeri 3 Batu selama ini masih
banyak yang menggunakan metode ceramah, sehingga pesan yang disampaikan tidak banyak
memiliki makna bagi siswa sehingga hasil belajar siswa secara umum masih rendah (kurang
dari KKM).
Berangkat dari pemikiran di atas maka perlu upaya peningkatan hasil belajar
khususnya pada mata pelajaran kewirausahaan dengan melibatkan siswa untuk ikut serta aktif
dalam pembelajaran.Metode pembelajaranyang dapat digunakan untuk membuat siswa
memahami materi dan memberi makna pada siswa salah satunya adalah dengan metode
bermain peran .
Menurut Mulyasa (2006) (dalam Sari, 2009), bermain peran (Role Playing) diarahkan
pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarmanusia, terutama yang
menyangkut kehidupan peserta didik. Sedangkan menurut Nawawi (dalam Liza. 2015)
menyatakan bahwa bermain peran adalah mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-
orang tertentu dalam posisi yang membedakan peranan masing-masing dalam suatu
organisasi atau kelompok di masyarakat.Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa metode bermain peranadalah suatu metode pembelajaran dimana penguasaan bahan
pelajaran melalui penghayatan siswa dengan cara bermain peran sehingga pembelajaran
lebih bermakna dan siswa lebih aktif.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model bermain peran menurut Shaftel
(dalam Suwarni. 2015) adalah : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2)
menyusun naskah drama (3) memilih partisipan/peran, (4) menyusun tahap-tahap peran, (5)
menyiapkan pengamat, (6) pemeranan, (7) diskusi dan evaluasi, (8) membagi pengalaman
dan mengambil kesimpulan.
Beberapa peneliti telah melakukan kajian tentang pembelajaran yang menerapkan
model bermain peran. Diantaranya adalah Suwarni (2015) dan Liza (2015).Suwarni (2015)
mengatakan bahwa guru perlu mengupayakan pembelajaran yang dapat melibatkan peran
aktif peserta didik dalam pembelajaran, bekerjasama dengan sesama peserta didik dalam
tugas-tugas terstruktur dan saling berinteraksi dengan sesama agar tercipta pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang salah satunya melalui metode bermain
peran.Liza (2015) mengatakan bahwa metode bermain peran dapat meningkatkan
kemampuan berbicara siswa pada matapelajaran Bahasa Inggris.Dengan demikian metode
bermain peran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran.
Oleh karena itu penting untuk melakukan kajian tentang penerapan metode bermain
peran untuk meningkatkan hasil belajar kewirausahaan pada materi pemasaran untuk siswa
kelas XI TP4-B semester 3 SMK Negeri 3 Batu.
METODE
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
151
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan prosedur Penelitian Tindakan Kelas, yaitu
berlangsung dalam dua siklus. Waktu pelaksanaan penelitian siklus pertama adalah tanggal
14 Oktober 2016 dan 21 Oktober 2016.Sedangkan waktu pelaksanaan siklus kedua adalah 4
Nopember 2016 dan 11 Nopember 2016.
Mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran
Kewirausahaan pada materi pemasaran.
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Batu , yang dilaksanakan pada semester 3
tahun pelajaran 2016/2017. Rentang waktu pelaksanaan mulai dari bulan Oktober sampai
dengan Nopember 2016.Subjek penelitian tindakan ini siswa kelas XI TP4-B dengan jumlah
siswa 25 siswa yang terdiri dari15 laki-laki dan 10 perempuan.
Pada tahap perencanaan yang disiapkan adalah :(1) menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) beserta skenario yang akan dilaksanakan, (2) menyiapkan materi, (3)
menyusun pedoman pengamatan aktivitas siswa maupun guru dalam pembelajaran, serta (4)
menyiapkan lembar tes .Setelah tahap perencanaan ada tahap pelaksanaan sekaligus
pengamatan tindakan penelitian yang meliputi : (1) Guru membentuk kelompok yang terdiri
dari 4-5 siswa per kelompok; (2) Guru meminta kelompok menyusun naskah drama atau
skenario yang akan ditampilkan; (3) Guru meminta siswa untuk mempelajari naskah/skenario
yang sudah dibuat sebelum KBM; (4) Guru meminta kelompok secara bergantian untuk
mensimulasikan atau memerankan skenario yang sudah dibuat; (5) Guru menyampaikan hal-
hal terkait dengan peran dan pesan yang akan disampaikan; (6) Guru meminta kepada semua
siswa yang tidak tampil untuk mengamati penampilan kelompok pemeran ; (7) Guru dan
siswa yang tidak tampil mengamati kelompok pemeran; (8) Guru membimbing siswa untuk
melakukan diskusi dan evaluasi terhadap hasil pengamatan drama; (9) Guru membimbing
siswa membuat kesimpulan dari hasil diskusi dan evaluasi yang telah dilakukan .
Pada tahap pelaksanaansiklus 1 bulan Oktober 2016, siklus 2 bulan Nopember 2016.Waktu
yang diperlukan setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran x 45 menit untuk satu
kali pertemuan.
Pada siklus 1, di pertemuan pertama guru meminta siswa untuk mempelajari
materi.Kemudian guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 siswa.Tiap-tiap kelompok diberikan tugas menyusun naskah drama
yang bertemakan pelayanan prima.Pada pertemuan kedua, guru meminta siswa untuk
mensimulasikan atau memerankan naskah yang sudah disusun pada pertemuan sebelumnya
dan memberikan tes tentang pelayanan prima.Pada siklus 2 langkah pertemuan pertama
maupun kedua sama dengan siklus 1, hanya materinya yang berbeda yaitu promosipersonal
selling dengan menggunakan teknik menjual teori AIDAS.
Pada tahap Observasidilaksanakan oleh seorang observer yaitu teman sejawat dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.Selanjutnya tahap
refleksi dilakukan, kegiatan yang baik hendaknya dipertahankan dan kegiatan yang
mengalami kekurangan dapat diperbaiki agar tidak terulang kembali.
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah skor hasil belajar siswa dan skor hasil
pengamatan kegiatan pembelajaran guru. Penelitian dikatakan berhasil apabila 80% siswa
memperoleh skor di atas atau sama dengan 75 yang merupakan KKM dari mata pelajaran
kewirausahaan kelas XI SMK Negeri 3 Batu, dan skor lembar pengamatan kegiatan
pembelajaran guru memiliki kategori sangat baik.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
152
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus dan 4 kali pertemuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI TP4-B SMK Negeri 3 Batu. Berikut siklus-siklus serta deskripsi
kegiatannya diuraikan sebagai berikut .
Siklus I
Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
/pengumpulan data dan refleksi.
Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilakukan dalam 5 (lima) aktifitas. Pertama, menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta skenario yang akan dilaksanakan dengan materi
pemasaran pada sub materi pelayanan prima. RPP pada siklus 1 ini terdiri dari dua
pertemuan. Pertemuan pertama berisi langkah bermain peran menyusun naskah, langkah yang
lain muncul pada pertemuan ke dua. Kedua, menyiapkan fasilitas pendukung yang
dibutuhkan, dalam hal ini naskah drama yang disusun oleh siswa (secara
kelompok).Ketiga,menyiapkan buku untuk mengumpulkan data saat pelaksanaan
pembelajaran.Keempat,menyiapkan lembar pengamatan/pedoman penilaian langkah
pembelajaran bermain peran dan penilaian hasil belajar, serta menyusun tes untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Kelima,mengadakan pertemuan dengan teman sejawat dalam
rangka memaksimalkan validasi data yang diambil oleh peneliti pada saat pelaksanaan.
Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Tahapan selanjutnya adalah tindakan berdasarkan perencanaan dan persiapan yang telah
disusun sekaligus pengamatan. Pelaksanaan tindakan pertemuan pertama dan kedua, masing-
masing dilakukan tanggal14 dan 21 Oktober 2016. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2
jam pelajaran.
Pada pertemuan ke 1
Pada kegiatan awal, guru mengecek kehadiran siswa, memberikan apersepsi terkait dengan
bentuk pelayanan prima pada pelanggan dan memberikan motivasi terkait dengan pentingnya
kemampuan penyusunan naskah. Salah satu kompetensi keahlian jurusan TP4 (Broadcasting)
adalah menyusun naskah/scrip film. Kegiatan motivasi dilakukan sepertiGambar 1.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
153
Gambar 1.Pemberianmotivasi terkait pentingnya kemampuan penyusunan naskah
Pada kegiatan awal guru melakukan tanya jawab untuk memotivasi siswa belajar
bermain peran.
G: Pada materi ini, kalian harus menyusun naskah drama yang berisikan tentang pelayanan
prima. Sekarang silahkan kalian pelajari materi pelayanan prima, kemudian nanti kalian
buat naskah dramanya dalam bentuk kerja kelompok.Saya yakin pasti kalian bisa karena
kalian anak-anak Broadcasting yang sudah pasti terbiasa membuat scrip film.Bagaimana
anak-anak…siap?
S: Siap bu…(jawaban serempak)
G: Baiklah anak-anak, setelah naskah kalian buat secara berkelompok, nantinya haruskalian
simulasikan/perankan di depan kelas.
S: Baik bu…siap…(jawaban serempak)
Dari dialog tersebut nampak bahwa siswa menjadi termotivasi belajar bermain peran.
Kemudian guru memberikan pengarahan pada kelompok pada saat penyusunan naskah drama
seperti tampak pada gambar 2.
Gambar 2.Guru memberikan pengarahan pada saat diskusi kelompok menyusun naskah drama
Kegiatan inti diawali dengan pembentukan kelompok dengan miminta siswa berkelompok
menjadi 5 kelompok dengan tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa.Setiap kelompok
menyusun naskah drama yang berisikan tentang pelayanan prima dan dikumpulkan untuk
disimulasikan pada pertemuan berikutnya. Pada saat penyusunan naskah yang dikerjakan
melalui diskusi kelompok ada salah satu siswa pada satu kelompok yang bertanya kepada
guru sebagai berikut :
S: Bu…apa pada naskah yang kami susun ini harus ada naratornya?
G : Oh ya benar, maaf saya lupa tadi menyampaikan. Terima kasih sudah menanyakan ini.
Anak-anak, jangan lupa naskah kalian harus ada naratornya ya…narator ini maksudnya
untuk apa anak-anak?
S : Agar penonton memahami jalannya cerita dengan baik bu….
G : Bagus …
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
154
Berdasarkan dialog di atas, siswa dapat memahami pentingnya narator agar penonton dapat
memahami pesan dan jalannya cerita pada naskah yang ditampilkan.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama ditutup dengan mengumpulkan naskah yang
sudah disusun setiap kelompok, menyampaikan agenda pada pertemuan berikutnya yaitu
mensimulasikan/memerankan naskah drama yang sudah disusun.
Pertemuan ke 2
Kegiatan awal,dimulai dengan memberikan apersepsi oleh guru. Dilanjutkan dengan
menyemangati dan memotivasi siswa untuk menampilkan peran yang baik dalam simulasi.
Bentuk motivasi yang dilakukan guru seperti tampak pada dialog berikut ini.
G: Anak-anak, hari ini kalian akan mensimulasikan naskah pelayanan prima yang sudah
disusun pada pertemuan sebelumnya. Naskah yang sudah disusun akan menjadi nilai
kelompok, sedangkan nilai individu akan ibu ambil dari simulasi yang kalian tampilkan
sesuai peran masing-masing. Paham anak-anak…
S : Paham bu…(jawaban serempak)
Kegiatan inti:Pertama,guru menunjuk kelompok yang harus maju mensimulasikan naskah
drama yang telah disusun. Kedua, guru menyampaikan hal-hal yang terkait dengan peran dan
pesan yang akan disampaikaan sesuai perannya. Berikut adalah dialog guru dan siswa terkait
dengan tampilan yang harus dimunculkan dalam bermain peran.
G : Maksimalkan penampilan kalian sesuai peran masing-masing, terutama ekspresi wajah
dan bahasa yang kalian gunakan harus baik dan komunikatif.
S : Baik bu…(jawaban serempak)
Pemberian penekanan terkait dengan penampilan yang harus dimunculkan dalam bermain
peran dilakukan guru dengan cara meminta kelompok yang ditunjuk bermain peran untuk
maju ke depan dan diberikan pengarahan sekaligus pesan yang terkait dengan isi naskah yang
harus diperankan, seperti gambar 3.
Gambar 3.Guru menyampaikan hal-hal yang terkait dengan peran dan pesan yang akan disampaikaan
sesuai perannya
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
155
Ketiga, meminta semua siswa yang tidak tampil untuk mengamati simulasi kelompok
pemeran.
G : Untuk siswa yang tidak tampil, tugas kalian adalah mengamati simulasi dengan cermat,
perhatikan ekspresi serta bahasa yang digunakan oleh para pemeran.
S : Siap bu…(jawaban serempak)
Keempat, guru mengamati siswa yang tampil sesuai peran masing-masing seperti tampak
pada gambar 4.
Gambar 4. Gurubeserta siswa mengamati kelompok yang sedang simulasi sesuai peran masing-
masing
Pada saat pengamatan ada kelompok yang tidak memperhatikan dengan baik kelompok
penampil.Nampaknya mereka sibuk mempersiapkan naskah dan peran yang harus mereka
tampilkan nanti. Guru segera mendekati kelompok tersebut dan meminta kelompok untuk
memperhatikan penampilan kelompok di depan. Kelima, guru membimbing dan
mengarahkan diskusi dan evaluasi dari hasil pengamatan.Diskusi dilakukan setiap kali
kelompok selesai tampil mensimulasikan naskah masing-masing.Keenam, guru membimbing
siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi dan evaluasi hasil simulasi.
Kegiatan penutup :guru menutup pelajaran dan menyampaikan agenda pembelajaran
pada pertemuan berikutnya yaitu promosi personal sellingdengan teknik menjual teori
AIDAS.
Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran pada siklus 1 dilakukan tes akhir siklus 1 dengan
cara memberikan soal tentang pelayanan prima sebanyak tiga soal dalam bentuk essay
(uraian) yang harus diselesaikan dalam waktu 20 menit.
Refleksi
Dari hasil pengamatan pelaksaanaan siklus 1 dapat ditemukan.Pertama,ada kelompok yang
kurang aktif mengamati simulasi/bermain peran yang dilakukan kelompok lain karena sibuk
mempersiapkan penampilan kelompoknya. Hal ini menyebabkan kelas menjadi agak gaduh
dan tidak semua siswa terkonsentrasi pada penampilan kelompok pemeran.Kedua, siswa
tidak dapat mengatur waktu secara efektif dan efisien, sehingga waktu yang terambil tidak
sesuai dengan yang direncanakan.Ketiga, ketika semua kelompok (lima kelompok) tampil,
waktu tidak mencukupi. Keempat, ada kelompok yang belum siap / belum hafal dengan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
156
peran yang harus dimainkan. Kelima, beberapa siswa yang bermain peran kurang menghayati
perannya dengan baik, sehingga pesan tidak tersampaikan dengan baik.Keenam, evaluasi
untuk mengetahui hasil belajar siswa menurut rencana diberikan di akhir pertemuan ke dua
ternyata harus diberikan di pertemuan berikutnya karena kehabisan waktu.
Pertemuan berikutnya dilakukan tes untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa.
Dari hasil tes diperoleh bahwa 44% siswa tidak tuntas atau kurang dari 75 yang merupakan
KKM dari mata pelajaran Kewirausahaan kelas XI SMK Negeri 3 Batu. Untuk itu perlu
dilakukan perbaikan-perbaikan oleh guru diantaranya, (1) memberikan pengarahan tentang
perlunya pengelolaan waktu dengan baik, (2) untuk menghemat waktu guru perlu mengurangi
jumlah kelompok yang menyusun naskah dan memerankan dramayang pada siklus 1 semua
siswa pada tiap kelompok harus tampil, maka menjadi dua kelompok saja pada siklus 2 .
Sementara siswa lainberperan sebagai pengamat dan memberi pendapat serta masukan.
Berdasarkan hasil tes siklus 1 diperoleh nilai rata-rata 76,2. Siswa yang tuntas belajar
sejumlah 14 siswa (56%) dan siswa yang tidak tuntas belajar sejumlah 11 siswa (44%) . Oleh
karena masih terdapat 44% siswa yang belum mencapai KKM dan berdasarkan hasil refleksi
masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan pembelajaran, maka penelitian
ini perlu dilanjutkan pada siklus 2.
Siklus 2
Siklus ke dua ini juga terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/pengumpulan data dan refleksi.
Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilakukan dalam 5 (lima) aktifitas. Pertama, menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta skenario yang akan dilaksanakan dengan materi
pemasaran pada sub materi promosi personal selling menggunakan teknik menjual teori
AIDAS. RPP pada siklus 2 ini terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama berisi langkah
menyusun naskah untuk bermain peran, sedangkan pertemuan kedua digunakan untuk
memunculkan langkah yang lain.Kedua, menyiapkan fasilitas pendukung yang dibutuhkan,
dalam hal ini naskah drama yang disusun oleh siswa (secara kelompok).Jika pada siklus 1
semua siswa (dalam kelompok) menyusun naskah dan memerankan, maka pada siklus 2 ini
ditunjuk beberapa siswa yang tergabung dalam dua kelompok untuk menyusun naskah drama
sekaligus memerankannya.Ketiga,menyiapkan bukuatau diktatuntuk mengumpulkan data saat
pelaksanaan pembelajaran. Keempat,menyiapkan lembar pengamatan/pedoman penilaian
langkah pembelajaran bermain peran dan penilaian hasil belajar, serta menyusun tes untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Kelima, mengadakan pertemuan dengan teman sejawat dalam
rangka memaksimalkan validasi data yang diambil oleh peneliti pada saat pelaksanaan.
Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Tahapan selanjutnya adalah tindakan dan pengamatan berdasarkan perencanaan dan
persiapan yang telah disusun.Pelaksanaan tindakan pertemuan pertama dan kedua, masing-
masing dilakukan tanggal4 Nopemberdan 11 Nopember 2016. Setiap pertemuan
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan siklus 2 ini
dibantu oleh 2(dua) orang teman sejawat yang membantu melakukan pengamatan.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
157
Pada pertemuan ke 1
Pada kegiatan awal, guru mengecek kehadiran siswa, memberikan apersepsi terkait dengan
bentuk promosi personal selling dengan menggunakan teknik menjual teori AIDAS. Hal ini
tampak pada dialog berikut ini :
G : Anak-anak, hari ini kita melanjutkan pembelajaran minggu yang lalu, yaitu materi
Personal selling dengan teknik menjual menggunakan teori AIDAS. Kalian pernah
didatangi sales di rumah kalian?
S : Pernah bu…
G : Pengalaman apa yang kalian peroleh ketika menerima sales di rumah kalian?
S : Itu bu…mereka menawarkan barang mereka dengan berbagai cara/upaya supaya kita
mau beli…”
G : Ya seperti itulah cara yang dilakukan penjual untuk menawarkan barang pada pembeli.
Baiklah anak-anak, tujuan pembelajaran kita kali ini adalah ….(siswa mencatat)
Kegiatan inti diawali dengan pembentukan kelompok dengan meminta siswa berkelompok
untuk menyusun naskah drama .Bedanya dengan pertemuan sebelumnya (pada siklus 1)
pertemuan kali ini guru meminta sukarelawan untuk menyusun naskah dan bermain
peran.Ada 12 siswa mengacungkan tangan dan siap melaksanakan tugas.Dari 12 siswa
tersebut dibentuk menjadi dua kelompok. Kegiatan tersebut tampak pada dialog berikut :
G :Silahkan sekarang kalian buka diktat yang sudah di foto copy, buka materi tentang bentuk
promosi personal selling, teknik menjual dengan teori AIDAS, dan tentang seni menjual.
S :Baik bu…
G :Berikutnya jika sudah dibaca, sekarang ibu minta ada 2 kelompok sukarelawan untuk
menyusun naskah sekaligus nanti minggu depan kalian memerankan / mensimulasikan
naskah tersebut. Bagaimana…ada yang bersedia?
S :Saya bu….saya bu… (beberapa anak mengacungkan tangan)
G : Hm ya…ada 12 anak. Baiklah 12 siswa silahkan buat dua kelompok. Jadi ada dua
naskah drama dengan tema promosi personal selling dengan teknik menjual teori AIDAS
dan dua kelompok ini pula yang akan memerankan naskah tersebut minggu depan.
Untuk dua kelompok yang siap tampil akan ibu beri tambahan nilai dari hasil belajar
pada materi ini.
S : Bagaimana dengan siswa yang tidak tergabung pada kelompok dan tidak tampil bu…
G :Untuk yang tidak tampil , kegiatan kalian sekarang adalah mempelajari ulang materi
sampai benar-banar paham. Kalian juga boleh memberikan masukan di penyusunan
naskahnya pada kelompok yang akan tampil. Minggu depan pada saat kelompok
memainkan peran , kalian mengamati dan memberikan masukan saat diskusi
berlangsung.
S :Siap bu…
Berdasarkan dialog di atas, siswa dapat memahami peranan masing-masing. Baik peran
dalam kelompok maupun peran sebagai pengamat.
Guru menuju pada salah satu kelompok . Salah satu siswa pada kelompok tersebut ada yang
bertanya :
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
158
S :Bu…apakah penjualnya boleh ada 2?
G :Boleh…tidak masalah
S :Ya bu terimakasih
G :Ada pertanyaan lain?
S :Tidak bu…
Guru mendekat pada kelompok yang satunya, dan bertanya :
G :Ada kesulitan?
S :Sementara tidak bu…eh ada yang mau kami tanyakan, bolehkah ketika kami tampil besok
bawa property?
G :Tentu saja boleh, itu kan lebih menyempurnakan penampilan kalian.
Dari dialog di atas menunjukan bahwa yang membuat siswa belum paham sudah teratasi
melalui jawaban guru. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama ditutup dengan
mengumpulkan naskah yang sudah disusun setiap kelompok, menyampaikan agenda pada
pertemuan berikutnya yaitu memerankan naskah drama yang sudah disusun.
Pertemuan ke 2
Kegiatan awal dimulai dengan memberikan apersepsi oleh gurudengan memberikan contoh-
contoh promosi di televisi, dan lain-lain. Dilanjutkan dengan menyemangati dan memotivasi
siswa untuk menampilkan peran yang baik dalam simulasi. Bentuk motivasi yang dilakukan
guru seperti tampak pada dialog berikut ini.
G :Anak-anak , hari ini kalian akan memerankan naskah promosi personal selling dengan
teknik menjual teori AIDAS. Kalian harus bisa memerankan peran kalian dengan
baikdan lebih maksimal.Bahkan bisa lebih baik dari penampilan yang kemarin.Ibu yakin
kalian bisa tampil lebih total lagi.Naskah yang sudah disusun akan menjadi nilai
kelompok, sedangkan nilai individu akan diambil dari peran yang kalian tampilkan.
Untuk kelompok pengamat, tugas kalian juga tidak mudah.Kalian harus mengamati
dengan baik dan nantinya memberikan komentar pada kelompok pemeran.Setiap
masukan akan diperikan nilai. Bagaimana semua siap?
S :Siap bu…(jawaban serempak)
G :Baiklah, persiapkan diri kalian…baik yang akan tampil maupun yang mengamati. Atur
posisi kalian yang rapi. Kelompok yang mau tampil silahkan di deret depan, kelompok
pengamat di deret belakangnya.
S :Baik bu…
Kegiatan inti :Pertama, guru meminta kesediaan kelompok yang siap tampil .Kedua, guru
menyampaikan hal-hal yang terkait dengan peran dan pesan yang akan disampaikaan sesuai
perannya. Berikut adalah dialog guru dan siswa terkait dengan tampilan yang harus
dimunculkan dalam bermain peran.
G :Kelompok mana yang siap tampil?
S :Kelompok kami bu…(salah satu kelompok mengacungkan tangan)
G:Baiklah, kelompok tri cahya dkk. Silahkan maju duluan.Jangan lupa perkenalkan diri
kalian beserta peran masing-masing.Maksimalkan penampilan kalian sesuai peran
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
159
masing-masing, terutama ekspresi wajah dan bahasa yang kalian gunakan harus baik dan
komunikatif.
S : Baik bu…(jawaban serempak)
Pemberian penekanan terkait dengan penampilan yang harus dimunculkan dalam bermain
peran dilakukan guru dengan cara meminta kelompok yang bermain peran untuk maju ke
depan dan diberikan pengarahan sekaligus pesan yang terkait dengan isi naskah yang harus
diperankan.
Ketiga, meminta semua siswa yang tidak tampil untuk mengamati simulasi kelompok
pemeran, seperti tampak pada dialog berikut:
G : Untuk siswa yang tidak tampil, tugas kalian seperti yang sudah ibu sampaikan di awal
adalah mengamati simulasi dengan cermat, perhatikan ekspresi serta bahasa yang
digunakan oleh para pemeran.
S : Siap bu…(jawaban serempak)
Keempat, guru mengamati siswa yang tampil sesuai peran masing-masing.Pada saat
pengamatan ada beberapa siswa yang bicara sendiri. Guru menegur dan meminta mereka
untuk fokus kembali. Kelima, guru membimbing dan mengarahkan diskusi dan evaluasi dari
hasil pengamatan.Diskusi dilakukan setiap kali kelompok selesai tampil mensimulasikan
naskah masing-masing.Setiap selesai penampilan, guru dan siswa memberikan tepuk tangan
.Keenam, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi dan evaluasi hasil
simulasi/pemeranan.
Kegiatan penutup : guru menutup pelajaran dan menyampaikan agenda pembelajaran pada
pertemuan berikutnya yaitu Kd. 3.3 Menyusun Proposal Usaha.
Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran pada siklus 2 dilakukan tes akhir siklus 2 dengan
cara memberikan soal tentangbentuk promosi personal selling dengan teknik menjual teori
AIDAS sebanyak tiga soal dalam bentuk essay (uraian) yang harus diselesaikan dalam waktu
20 menit.
Refleksi
Dari hasil pengamatan pelaksaanaan siklus 2 dapat ditemukan.Pertama, kelompok yang
pertama tampil kurang keras suaranya pada saat dialog, sehingga pengamat kurang jelas
mendengarnya.Dengan keadaan seperti itu maka guru meminta penampil ke dua untuk
memperkeras suaranya pada saat dialog.Kedua, beberapa siswa yang bermain peran kurang
menghayati perannya dengan baik, sehingga pesan tidak tersampaikan dengan baik.
Dari hasil tes siklus 2 diperoleh nilai rata-rata 86,48. Siswa yang tuntas belajar sejumlah 21
siswa (84%) dan siswa yang tidak tuntas belajar sejumlah 4 siswa (16%). Secara umum siswa
telah mengalami peningkatan hasil belajar dari 56% menjadi 84% siswa yang tuntas. Jadi ada
kenaikan 28%, maka penelitian dianggap berhasil karena sudah lebih dari 80% siswa tuntas
dan memperoleh skor di atas atau sama dengan 75 yang merupakan KKM dari mata
pelajaran kewirausahaan kelas XI SMK Negeri 3 Batu.
Hasil penelitian dapat dirangkum dalam tabel 1 berikut :
Tabel 1. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
160
Siklus Prosentase siswa
yang tuntas
Prosentase siswa
yang tidak tuntas Nilai Rata-rata
Siklus I 56 % 44 % 76,2
Siklus II 84 % 16 % 86,48
SIMPULAN
Langkah pembelajaran kewirausaahaan dengan menggunakan metode bermain peran
pada metode pemasaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa meliputi (1)
menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2) menyusun naskah drama (3)
memilih partisipan/peran, (4) menyusun tahap-tahap peran, (5) menyiapkan pengamat, (6)
pemeranan, (7) diskusi dan evaluasi, (8) membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.
Peningkatan hasil belajar siswa pada materi pemasaran pelajaran kewirausahaan
dengan menggunakan metode bermain peran sebesar 28% dari siklus 1 sebesar 56% ke siklus
2 sebesar 84%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari hasil belajar
materi pemasaran dan penelitian dianggap berhasil.
Materi pemasaran pada mata pelajaran kewirausahaan bersifat aplikatif.Terjadi
peningkatan hasil belajar siswa untuk materi pemasaran dengan diterapkan model bermain
peran.Oleh karena itu untuk materi yang bersifat aplikatif sangat cocok apabila
menggunakaan metode bermain peran.Materi-materi negosiasi, pengurusan izin usaha,
mengajukan modal/kredit ke bank, adalah materi yang sifatnya aplikatif, sebaiknya
pembelajaran materi tersebut dapat dicobakan dengan menggunakan metode bermain peran.
Daftar Rujukan
Depdiknas.2009. Teknik Penyusunan KTSP SMK. Sosialisasi KTSP/Pelatihan.
Liza, Yeni. 2015. Menggunakan Role Playing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Siswa Di Kelas XI SMA Negeri 5 Batam. Prosiding Seminar Nasional TEQIP.
Suwarni.2015. Penerapan Metode Bermain Peran Dalam Matapelajaran Bahasa Indonesia
Materi Pokok Menyampaikan Pesan Melalui Telepon.Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Pembelajaran.
Sari, A. W. 2009..Studi Komparasi Antara Metode Diskusi Dengan Metode Role Playing
Ditinjau Dari Kreatifitas Siswa Pada Pembelajaran PKn Kelas VII SMP N 16
Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
161
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA TOPIK
MENJALANKAN USAHA KECIL UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR KELAS XII BUSANA BUTIK1 SMKN 1 BATU
Arini
SMKN 1 Batu
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengaji penerapan pembelajaran kooperatif STAD
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII Busana Butik SMKN 1 Batu. Desain
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus.
Masing-masing siklus memuat tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar. dari
siklus I sebesar 65,45 meningkat menjadi 76,82.
Kata Kunci : STAD, Hasil Belajar, Kewirausahaan
Proses pembelajaran di kelas pada umumnya hanya menekankan pada pencapaian
kurikulum dengan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan
belajar dan membangun individu, akibatnya siswa bersifat pasif dan nilai yang diperoleh
kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan daya serap kurang standar. .Sebagai
guru merasa prihatin dan ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencoba suatu
pendekatan pembelajaran yang bernuansa aktif, kreatif, realistik, dan menyenangkan.
Menurut pengamatan terhadap proses pembelajaran sebagian besar guru di SMKN 1
Batu masih terbiasa dengan cara caramengajar konvensional, selama ini proses pembelajaran
kebanyakan melakukan pembelajaran yang berpusat kepada guru, karena menggunakan
metode ceramah sehingga masih belum memaksimalkan peran serta peserta didik. Guru
merasa telah melaksanakan tugas mengajar dengan baik, bila isi kurikulum dalam silabus
telah disampaikan sesuai alokasi waktu yang disediakan. Pada pihak lain guru menyadari
bahwa dengan cara mengajar konvensional, sangat sulit meningkatkan hasil belajar peserta
didik, lebih lebih hasil belajar yang berhubungan aspek kognitif tingkat tinggi. Namun karena
alasan tertentu guru tidak mampu mengembangkan budaya mengajar yang lebih baik.
Penggunaan metode pembelajaran konvensional yang tidak terstruktur mengakibatkan hasil
belajar peserta didik rendah. Berdasarkan data hasil pembelajaran peserta didik, menurut
pengamatan hasil belajar peserta didik masih banyak yang dibawah KKM (75) , sekitar 40 %
masih belum mencapai KKM rata rata pada setiap kelas, Gambaran hasil belajar yang
demikian hampir tidak berubah dari tahun ke tahun.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa kegiatan proses pembelajaran dalam mata
pelajaran Kewirausahaan di SMKN 1 Batu mengalami permasalahan yang serius, sehingga
perlu adanyainovasi pembelajaran yang tidak berpusat pada guru saja agar prestasi hasil
belajarnya meningkat menjadi lebih baik. Upaya mengatasi permasalahan pembelajaran yang
berpusat pada guru perlumenerapkan berbagai pilihan motode pembelajaran yang dapat
lebih mengembangkan keaktifan peserta didik, antara lain dengan Kooperatif learning atau
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
162
pembelajaran berkelompok.Salah satu pembelajaran Kooperatif learning tersebut adalah
kooperatif learning model STAD (Students Team Achievment Divisions)
Pembelajaran kooperatif merupakan gabungan tehnik instruksional dan filsafat
mengajar yang mengembangkan kerja sama antar peserta didik untuk memaksimalkan
pembelajaran peserta didik sendiri dan belajar dari temannya. (Killen,1998). Ada dua
komponen penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu “a co-operative task” yaitu bekerja
sama atas dasar latar belakang tugas (which is a feature ofmost group work) dan “a co-
operative incentive structure”yaitu bekerja sama atas dasar latar belajar peserta didik (which
is unique to co-operativelearning).
Slavin (2008) mengientifikasi sintaks umum dalam pembelajaran kooperatif tipe
STAD, umumnya terdapat enam fase atau tahapan pembelajaran yang tertera pada table
berikut. Dalam hai ini untuk prilaku guru disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang
diinginkan. Tahapan umum model STAD dapat dijabarkan seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Tahapan Umum Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
No Fase Perilaku Guru
1. Menyediakan obyek dan
perangkat
Guru mengemukakan tujuan, memotivasi
peserta didik untuk belajar, menyediakan
obyek
dan membuat perangkat pembelajaran
2. Menghadirkan/
menyajikan informasi
Guru memfasilitasi, menghadirkan informasi /
menyajikan informasi oleh peserta didik baik
secara presentasi verbal ataupun dengan tulisan
3. Mengorganisasi perserta
didik dalam belajar
kelompok
Guru menjelaskan pada peserta didik
bagaimana
membentukkelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien
4. Membimbing bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok belajar ketika
mereka sedang bekerja menyelesaikan tugas
bersama
5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang dipelajari atau masing-masing kelompok
menyajikan hasil kerjanya
6. Mengenali prestasi Guru mencari cara untuk mengenali baik usaha,
dan prestasi individu juga kelompoknya dan
memberi penghargaan terhadap usaha usaha
kelompok maupun individu.
Ada beberapa alasan penting mengapa pembelajaran STAD ini perlu diterapkan di SMK N 1
Batu, karena seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi sosial yang
mengharuskan sekolah untuk menyiapkan peserta didik dengan ketrampilan keterampilan
baruuntuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.
Keuntungan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut. 1)Meningkatkan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
163
kerja sama, kebaikan budi, kepekaan dan toleransi yang tinggi antar sesama anggota
kelompok; 2)Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; 3)Meningkatkan harga diri dan
dapat memperbaiki sikap ilmiah; 4)Memperbaiki kehadiran peserta didik; 5) Penerimaan
terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar; 6) Konflik pribadi menjadi berkurang; 7)
Meningkatkan pemahaman pada materi pelajaran; 8) Apabila mendapat penghargaan,
motivasi belajar peserta didik akan menjadi lebih besar; 9)Hasil belajar lebih tinggi.
Menurut Slavin(2005), “The main idea behind Students Team – Achievment Divisions is to
motivate students to encourage and help each other master skills presented by the teacher ”.
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan
guru”.
Menurut Zujbaidah, Dkk. (2013) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen, yang merupakan campuran menurut
tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin (2008) mengemukakan terdapat tiga konsep penting dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD yaitu : 1). Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan. 2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa kesuksesan tim
bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. 3. Kesempatan sukses
yang sama, bermakna bahwa semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara
meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa
dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan
yang terbaik, dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.
Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain
pola-pola kita mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material dan
perangkat pembelajaran. Setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran
untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Slavin (2008) menyatakan belajar kooperatif adalah siswa belajar bersama dalam
kelompok dan anggota kelompok bertanggung jawab terhadap satu dengan yang lain
(Wasiah, 2013). Belajar kooperatif memungkinkan siswa belajar dalam kelompok yang
heterogen. Kenyataan di kelas XII Busana Butik 1 SMKN 1 Batu.menunjukkan tingkat
kemampuan dan minat siswa bervariasi. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif STAD
diduga dapat meningkatkan antusiasme belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gagasan utama dari model
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lain sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar,
yang pada akhirnya hasil belajar pun akan meningkat. Pelaksanaannya siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil bersifat heterogen yang bekerja sama saling membantu dengan
tetap memperhatikan hasil kerja kelompok dan individu.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 disempurnakan Kurikulum
Pendidikan tahun 2013 telah menyebutkan beberapa kompetensi masa depan yang diharapkan
dipunyai oleh siswa yaitu kemampuan berkomunikasi, berpikir jernih dan kritis,
mempertimbangkan moral, dan memahami perbedaan pandangan/pendapat. Oleh karena itu,
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
164
semua mata pelajaran harus berkontribusi dalam pembentukan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Selanjutnya, karakterisitik proses pembelajarannya adalah menggunakan
pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan; menuntun peserta didik untuk mencari tahu dan bukan diberitahu;
menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi pengetahuan dan berfikir logis,
sistematis, dan kreatif.
Dalam pembelajaran kooporatif terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dan
langkah langkahnya sedikit bervariasi tergantung pada pendekatan yang digunakan .
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat
beberapa variasi dari model pembelajaran tersebut misalnya dengan guru memfasilitasi
peserta didik dalam diskusi kelompok yang materi disampaikan dengan menggunakan power
point oleh peserta didik itu sendiri (Meier. 2005). Karerna setiap peserta didik mempunyai
kesempatan meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran, pada pembelajaran ini
diwajibkan tiap kelompok membuat power point dari bagian materi menjalankan usaha kecil
sebagai tugas kelompok yang dilakukan diluar jam pelajaran, yang nantinya dipresentasikan
sebagai materi diskusi kelas sebagai kelompok penyaji. Bagi peserta diskusi wajib
menyiapkan pertanyaan sesuai dengan topik yang akan disajikan, untuk ditanyakan pada
waktu diskusi kelas berlangsung, agar pembelajaran lebih bermakna.
Menurut Slavin (2008) pembelajaran bermakna, dapat mendorong siswa: (1)
mengonstruksi pengetahuan (materi) baru melalui pengaitan dengan pengetahuan lama, (2)
memahami materi lebih dari sekedar tahu, (3) menjawab apa, mengapa, dan bagai-mana; (4)
menginternalisasi pengetahuan ke dalam diri sedemikian hingga mem-bentuk perilaku, dan
(5) mengolah peri-laku menjadi karakter diri.
Berdasarkan permasalahan yang muncul di kelas XII busana butik 1 dan
kajian teori dari beberapa peneliti maka penting untuk melakukan penelitian terkait
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada topik menjalankan usaha kecil
untuk meningkatkan hasil belajar kelas XII busana butik1 SMKN 1 Batu
METODE PENELITIAN.
Penelitian ini mendeskripsikan pembelajaran kooperatif STAD materi menjalankan
usaha kecil yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena itu penelitian ini tergolong
pada penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan rancangan penlitian tindakan kelas
(PTK) model Kemmis & Mc Taggart (dalam Arikunto.2006). Jenis penelitian yang
dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terfokus
pada upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang kearah yang diharapkan (Improvement
Oriented).Penelitian dilaksanankan dalam dua siklus yang masing-masing melalui empat
tahapan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan pembelajaran dan refleksi.
Setiap siklus dilaksanakan 2 pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 45 menit setiap
pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII Busana Butik 1 SMKN 1 Batu
Menurut Kemmis & Taggart (dalam Arikunto.2006) penelitian tindakan kelas
(PTK) mempunyai langkah-langkah strategis berulang yang disebut siklus. Alur siklus dalam
PTK dapat ditunjukkan seperti dalam bagan berikut :
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
165
Gambar 1. Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart
Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun rencana pembelajaran yang mengacu
pada sintak STAD dilanjutkan dengan mengembangkan media berupa power point.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di kelas XII Busana Butik 1 SMKN 1 Kota Batu
dengan jumlah siswa 22 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
sampai November 2016. Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti dibantu teman sejawat
sebagai observer.
Jenis dan cara pengambilan data yang didapat adalah data kuantitatif dan data
kualitatif yaitu :Data pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari hasil pengamatan selama
pelaksanaan tindakan tiap siklus dengan menggunakan instrument lembar observasi aktivitas
saat pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar diperoleh dengan cara pemberian tes
kepada peserta didik setelah selesai siklus
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dipaparkan berdasarkan tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif
STAD. Dalam hal ini dilakukan dalam dua siklus.
Siklus 1
Siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan (satu kali pembelajaran dan satu kali tes).
Pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut :
Siklus 1 pertemuan 1
Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, dilakukan persiapan kelengkapan instumen penelitan tindakan
kelas berupa RPP dan kelengkapannya sesuai model pembelajaran STAD (Student Teams
Achievement Division).Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran, untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus yang
dilengapi dengan soal, skor dan kunci jawaban..Instumen penelitian yang lain berupa lembar
pengamatan peserta didik, lembar kegiatan siswa,,lembar tes serta media yang digunakan
dalam pembelajaran.Lembar Kegiatan Siswa, Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa
untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar. Tes ,tes ini
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
166
disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur
kemampuan pemahaman konsep Kewirausahaan pada materi menjalankan usahakecil. tes
ini diberikan setiap akhir siklus. Bentuk soal yang diberikan adalah subyektif.Sebelum
pelaksanaan tindakan, seminggu sebelumnya dibentuk kelompok secara heterogen, tujuannya
peserta didik lebih siap dalam kekompok untuk membuat power point sesuai dengan
undiannya serta membuat pertanyaan setiap individu untuk ditanyakan dalam diskusi kelas .
Pelaksanaan Tindakan
Siklus 1 pertemuan 1
Pembelajaran dilakukan dalam waktu 2 x 45 menit. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus 1pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2016 Kelas Kelas XII
Busana Butik 1 dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar oleh
guru sebagai peneliti dan dibantu guru lain Ibu Umi Sholikah sebagai observer.
Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tahapan pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup. Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan memberikan apersepsi kepada siswa
dengan melalui tanya jawab.
G: Kali ini kita akan membahas materi Menjalankan Usaha Kecil, topik apa yang
akan kita bahas lebih dahhulu ?
S: Mengelola bahan dan fasilitas Bu…
G: Bagus !. Berarti kalian sudah siap belajar seperti kesepakatan kita minggu lalu
yaitu belajar dengan kelompok. Sudah siap tiap kelompok dengan tugasnya masing-
masing ? (Minggu lalu dibagi kelompok secara heterogen dengan tiap kelompok
mempersiapkan topik yang sudah dipilih /dipersiapkan)
S: Sudah siap Bu….
G: Baiklah, tempat duduknya berdasar kelompok yang sudah dibentuk
Berdasarkan dialog tersebut, nampak bahwa siswa telah siap, memiliki pengetahuan
awaltentang materi pelajaran mengenai pengertian bahan,dan fasilitas perusahaan yang akan
didiskusikan di kelas.
. Desain pembelajaran adalah kooperatif learning model STAD. Teknik pengumpulan
data adalah melalui catatan dari lembar observasi yang diisi oleh observer dan hasil tes siswa.
Langkah-langkah Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah sebagai
berikut : 1) kegiatan pendahuluan, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan penutup. Pada kegiatan
pendahuluan,peserta didik diajak mengawali pelajaran dengan apersepsi dan motivasi
selanjutnya peserta didik yang mendapat giliran mempersiapkan power point sebagai
kelompok penyaji yang ditayangkan dengan menggunakan LCD. berkaitan dengan
Mengelola bahan dan fasilitas.Kegiatan inti dilakukan dengan guru menjelaskan aturan
pembelajaran model STAD yang akan dilaksanakan dengan dialog sebagai berikut :
G : Kita membahas materi ini dengan diskusi kelas, siapkan semuanya menurut tugas
kelompok masing-masing dan penyaji siap didepan untuk menyajikanhasil power
poinnya.
S: Baik Bu ( Peserta didik mengatur tenmpat duduknya sesuai dengan aturan ).
Peserta didik terbagi menjadi enam kelompok secara heterogen, yang anggotannya terdiri dari
3-4 orang, satu kelompok sebagai penyaji kelompok lainnya sebagai peserta diskusi..
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
167
Kelompok I melaksanakan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan menyajikan
power pointnya dengan topik “Mengelola bahan dan fasilitas”setelah materi disampaikan
setiap kelompok (I-VI)diberi kesempatan bertanya kelompok penyaji menjawab pertanyaan
serta dibuka kesempatan kelompok lain untuk menambahkan, ataupun menyanggah, ini
dilakukan dengan lima kali pertanyaan, meliputi dua sesi. Setelah sesi kedua berakhir
kelompok penyaji menutup presentasinya kemudian kembali ke tempat duduk disertai
applaus dari kelas untuk kelompok penyaji.Guru memberikan penghargaan berupa pujian
kepada kelompok karena kinerjanya bagus sudah bekerja dalam teamnya.
Pada kegiatan penutup, guru mereview kembali materi-materi yang telah dipelajari, dengan
mengadakan tanya jawab. Kegiatanpenutup ini dilakukan guru denganmemberievaluasi
pelaksanaan diskusi, meluruskan hasil diskusi. Peserta didik menarik kesimpulan
denganbimbingan guru. Dilanjutkan dengan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah,
dan menginformasikan tentang materi yang akan dibuat untuk tes.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus dilakukan observasi oleh teman sejawat dan
direkam menggunakan kamera. Observasi dan perekaman pembelajaran dimaksudkan untuk
menangkap data secara utuh terkait proses pembelajaran.
Siklus 1 pertemuan 2
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I pertemuan ke 2 dilaksanakan pada
tanggal 19Oktober 2016 di Kelas Kelas XII Busana Butik 1SMKN 1Batu dengan jumlah
siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah belajar mengajar
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua anak-anak diberikan tes dengan soal sejumlah
sepuluh berbentuk esai. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus 1 adalah sebagai berikut; dari 22 siswa
terdapat 12 siswa yang tuntas dan masih terdapat 10 siswa tang belum tuntas. ini
menunjukkan 55,45 % yang belum tuntas.Oleh karena itu penelitian harus dilanjutkan pada
siklus ke 2.
Siklus 2
Siklus 2 pertemuan 1
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, soal tes 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 2 dilaksanakan pada Rabu
tanggal 26 Oktober2016 di Kelas XII Busana Butik 1 dengan jumlah siswa 22 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran model STAD dengan memperhatikan revisi pada siklus 1,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus 1 tidak terulang lagi pada siklus 2
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Siklus 2 pertemuan 2
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I pertemuan ke 2 dilaksanakan
pada tanggal 2 November 2016 di Kelas Kelas XII Busana Butik 1SMKN 1 Batu dengan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
168
jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan yaitu melaksanakan tes 2.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar
Pada akhir siklus 2 siswa diberi tes 2 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang
digunakan adalah tes formatif 2. Adapun data hasil penelitian pada siklus 2 adalah sebagai
berikut: dari 22 siswa terdapat 19 siswa yang tuntas dan masih terdapat 3 siswa tang belum
tuntas. ini menunjukkan 13,6 % yang belum tuntas.Ini berarti terdapat 86, 4% yang sudah
tuntas. Berdasarkan indicator keberhasilan penelitian maka penelitian tidak perlu dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini pembelajaran kewirausahaan dengan model
pembelajaran kooperatif Students Team Achievment Divisions(STAD) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa yaitu pada siklus 1 dengan nilai rata-rata 65,45mengalami peningkatan
pada siklus 2 dengan nilai rata-rata 76.82. Prosentase peningkatan11,37%Selain itu tingkat
keaktifan, motivasi dan semangat siswa menjadi meningkat dengan diterapkannya kombinasi
antara model pembelajaran STAD dengan media pembelajaran berupa power point.
Daftar Rujukan
Arikunto, S, 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Meier, D, 2005, The Accelerated Learning Handbook, Bandung, MMU
Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset Dan Praktek), terj. Nurulita. Bandung:
Nusa Media
Wasiah, A. 2013. Penggunaan Media LCD dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Untuk Meningkatkan Hasik Belajar Matematika Mengenai Konsep Luas Layang-
Layang Pada Kelas V SD Negeri 07 Ranai. J TEQIP. Jurnal Peningkatan Kualitas
Guru. 2 Nopember 2013.
Zubaidah, S., Yuliati L., dan Mahanal, L., 2013, Model dan Metode Pembelajaran SMP IPA.
Malang, Universitas Negeri Malang.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
169
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY
(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TKJ SMK
ISLAM BATU PADA MATERI KWU
Isnaini
SMK Islam Batu
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrisikan pembelajaran kooperatif TSTS
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa keas XI TKJ SMK Islam Batu. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tahapan perencanaan,
pelaksanaan dan observasi, serta refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif TSTS yang dilakukan dengan langkah-langkah: (1) siswa bekerja
sama dalam kelompok berempat seperti biasa, (2) setelah selesai, dua siswa dari masing-
masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke
kelompok yang lain, (3) dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, (4) tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, dan (5)
kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Kata Kunci : Two Stay Two Stray, Hasil Belajar, KWU
Seiring dengan kemajuan Ipteks dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki
keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan tuntutan jaman. Secara tidak langsung hal ini
juga menuntut lembaga-lembaga pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan diharapkan tidak hanya profesional dalam bidangnya saja melainkan
harus mampu menjawab tantangan jaman yang semakin komplek teriring dengan pengaruh
global perkembangan IPTEK dan budaya. (Saputri dan Nurhakiki. 2016)
Kenyataannya siswa SMK Islam Batu masih belum siap untuk memanfaatkan
kecanggihan teknologi secara baik dan benar, dengan bukti bahwa siswa yang memiliki
fasiltas canggih contohnya H P Smart, lap top masih banyak digunakan untuk kegiatan-
kegiatan yang tidak berkaitan dengan tugas sekolah dan banyak digunakan untuk bermain
game dan mengakses hal-hal yang mengganggu pelajaran sehingga membawa dampak hasil
belajarnya rendah.
Siswa SMK masih menyukai kegiatan pembelajaran yang mengutamakan
keterampilan dari pada teori. Contohnya pada saat materi produktif siswa lebih senang
langsung praktik dan jarang mau membaca materinya. Padahal untuk dapat membuat siswa
terampil, diperlukan teori yang mendasari kegiatan praktik tersebut. Sebagi seorang pelajar,
siswa SMK dituntut agar dapat berprestasi pada bidang teori dan praktik (Putrid an Anwar.
2016)
Berdasarkan pengamatan di SMK Islam Batu, pembelajaran masih berpusat pada
guru, meskipun ada kegiatan diskusi namun yang dilakukan masih diskusi secara umum.
Pembelajaran masih berorientasi “hanya” pada buku. Guru masih berperan sebagai
penyampai materi yang ada di buku. Dengan model kegiatan pembelajaran yang seperti ini,
membawa dampak siswa hanya sebagai pendengar dan tanpa banyak beraktifitas, sehingga
kesempatan belajarnya menjadi sangat kurang. Akibat dari kesempatan belajar yang kurang,
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
170
maka hasil belajarnya menjadi rendah. Hal ini ditunjukkan dari data hasil ulangan untuk
siswa kelas XI TKJ yang berjumlah 20 orang yaitu terdiri dari 2 perempuan dan 18 laki-laki
yang mendapat nilai di atas KKM hanya 8 siswa.
Oleh karena itu perlu ada inovasi pembelajaran yang membuat siswa aktif agar hasil
belajarnya meningkat. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah
“ Kooperatif tipe Two Stay Two Stray ( TSTS). Langkah-langkah model pembelajara TSTS
menurut Meier (2005) adalah: (1) siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti
biasa, (2) setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain, (3) dua siswa yang tinggal
dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, (4)
tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain, dan (5) kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terkait pembelajaran Kooperatif tipe
Two Stay Two Stray diantaranya: Spencer Kagan (1992), Khasanah (2009). Spencer dan
Kagan (1992) mengatakan model TSTS adalah salah satu dari model kooperatif learning,
Khasanah (2009) mengatakan bahwa kooperatif learning model TSTS dapat meningkatkan
aktifitas dan hasil belajar. Oleh karena itu kooperatif learning model TSTS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Oleh karena itu penting untuk melakukan kajian tentang penerapan pembelajaran
kooperatif learning model two stay two stray untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI
TKJ SMK Islam Batu pada materi KWU.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI TKJ SMK Islam Batu, semester 3 tahun
ajaran 2016 – 2017 tepatnya bulan Oktober sampai bulan Nopember 2016 dengan jumlah
siswa 20 orang, 2 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki.
Penelitian ini menggunakan seting penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
2 siklus,pada setiap siklus ada 4 tahap meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Mata pelajaran penelitian adalah kewirausahaan dengan materi peluang usaha.
Kegiatan perencanaan dilaksanakan atas dasar hasil observasi awal terhadap pelaksanaan
pembelajaran kewirausahaan sebelum perbaikan dilakukan. Kegiataan perencaan meliputi:
(1) menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) beserta skenario yang akan
dilaksanakan dengan materi Produksi dalam pengelolaan usaha, (2) menyiapkan fasilitas atau
sarana pendukung yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti menyiapkan media berupa buku
bahan ajar atau modul. (3) menyiapkan buku untuk mengumpulkan data saat pelaksanaan
perbaikan. (4) menyusun pedoman penilaian proses pembelajaran untuk kemudian
digunakan dalam kegiatan analisis dan refleksi pada siklus 2. (5) membangun kolaborasi
dengan teman sejawat dengan tujuan memaksimalkan falidasi data yang diambil oleh guru
pada saat pelaksanaan perbaikan.
Kegiatan pelaksanaan tindakan tanggal 21 Oktober 2016 selama 2 x 45 menit (2 jam
pelajaran). Langkahnya antara lain Guru menyampaikan materi yang akan disajikan; Guru
membentuk kelompok yang terdiri dari 4 siswa; Masing-masing kelompok diberi satu lembar
bahan diskusi; Memantau kegiatan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, mengarahkan
serta membantu kelompok yang mengalami kesulitan; Mengevaluasi kinerja kelompok
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
171
Pelaksanaan perbaikan siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2016
selama 2 x 45 menit (2 jam pelajaran). Dalam hal ini peneliti sekaligus bertindak sebagai
guru membangun kolaborasi dengan teman sejawat untuk memaksimalkan validasi data yang
diambil. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah
direncanakan. Pengamatan dilaksanakan bersama dengan proses belajar mengajar.
Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan selama
pembelajaran berlangsung. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan
keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada siklus kedua dibuat
perencanaan yang lebih baik dari siklus pertama. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
80% siswa memperoleh nilai hasil belajar lebih dari atau sama dengan 78 yang merupakan
KKM dari materi pembelajaran KWU kelas XI TKJ SMK Islam Batu. Alur penelitian
tindakan kelas menurut Arikunto (2006) disajikan pada Gambar 1.
Ya
Belum
Gambar 1 : Alur penelitian tindakan kelas
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian dipaparkan berdasarkan tahapan pelaksanaan pembelajaran Kooperatif
tipe Two Stay Two Stray ( TSTS). Dalam hal ini dilakukan dalam dua siklus.
Siklus 1
Siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan ( dua kali pembelajaran dan satu kali tes. Pelaksanaan
tes akhir siklus 1 dilaksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran ke 2). Pelaksanaan
pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut :
Siklus 1 pertemuan 1
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yang disiapkan antara lain : menyusun RPP, menyiapkan alat peraga,
lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, lembar tes.
Ber-
hasil
?
Observasi awal
siklus perencanaan
Observasi
pelaksanaan
Refleksi dan
analisis data
Pelaksanaan
tindakan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
172
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1 adalah tanggal 21 Oktober 2016. Waktu yang
diperlukan setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 Menit).
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum pada RPP. Pada
kegiatan awal guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, tanya
jawab tentang “produk dan barang, jenis dan kualitas ” , menjelaskan materi secara singkat
membentuk kelompok yang anggotanya masing-masing 4 orang secara heterogen. Pembagian
kelompok secara heterogen dalam pembelajaran dengan model Two Tsyay Two Tray nampak
seperti gambar 1
Gambar 1 : Kegiatan pembagian kelompok Kooperatif tipe Two Stay Two Stray ( TSTS) .
Pada kegiatan inti pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas
yang harus di pelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Masing-masing kelompok
menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri dan guru hanya
membantu jika ada kelompok yang kesulitan seperti nampak pada gambar 2
Gambar 2 : Kegiatan guru meberikan bimbingan kegiatan kerja kelompok siswa.
Pada saat guru berkeliling nampak kelompok 3 mengalami kesulitan dalam
berdiskusi,oleh karena itu guru menghampiri kelompok 3 untuk memberikan bimbingan.
Berikut adalah cuplikan dialok antara antara guru dan siswa dikelompok 3.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
173
S :”Bu, jasa yang menyangkut orang pada personal service itu contohnya apa?”
G :”jasa yang diberikan untuk pelayanan perseorangan, contohnya jasa Hotel, penjahit,
dokter dan lain-lain”
S :”Oh ya bu kalau begitu untuk yang lain sudah bisa, terima kasih ”
Berdasarkan dialok taersebut nampak bahwa siswa dikelompok 3 sudah mulai memahami
tentang jasa personal service yang sifatnya individu seperti contohnya pelayanan di hotel,
penjahit,maupun yang lainnya.
Setelah kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, kemudian dua dari empat anggota
dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang
lain, sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil
kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang
tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan
temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Setelah belajar dalam
kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah-satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan
dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa kebentuk
formal.
Kegiatan akhir dilakukan dengan cara guru bersama siswa menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan meminta siswa untuk mempelajari materi tentang
Siklus Hidup Produk untuk pertemuan yang berikutnya.
Tahap Pengamatan
Kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan 1 diamati oleh 2 teman guru sebagai
observer. Pengamatan pembelajaran ditekankan pada aktivitas guru dan juaktivitas siswa.
Observer dibekali dengan lembar observasi untuk mengamati kegiatan pembelajaran. Hasil
observasi yang diperoleh pada pembelajaran 1 siklus 1 adalah siswa masih kebingungan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena baru pertama kali mereka mengalami
pelaksanaan pembelajaran TSTS.
Refleksi
Bahan pertimbangan untuk pelaksanaan refleksi adalah lembar observasi dan hasil tes
formatif siswa. Berikut adalah hasil refleksi siklus 1 pertemuan pertama; saat pertama kali
dibagi kelompok suasana kelas masih gaduh , siswa nampak asing dengan model
pembelajaran TSTS yang diterapkan guru, namun guru mencoba memberi pemahaman
terhadap siswa. Siswa tidak sesuai dengan absensi karena ada 2 orang yang tidak masuk
sehingga dalam pembagian kelompok ada yang anggotanya hanya 3 orang. Didalam diskusi
kelompok topiknya yang didiskusikan siswa masih belum fokus, Solusi dari masalah yang
ditemukan pada saat refleksi adalah memberika arahan sebelum proses pembelajaran
dilaksanakan dengan menjelaskan proses pembelajaran yang menerapkan kooperatif learning
tipe TSTS.
Siklus 1 pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 28 oktober 2016. Pada pertemuan kedua ini
tahapan yang dilakukan terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
174
Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun RPP, dengan topik Siklus hidup produk,
menyusun lembar kerja, soal tes akhir siklus.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus 1 pertemuan 2 adalah tanggal 28 Oktober 2016. Waktu yang
diperlukan setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 Menit).
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum pada RPP. Pada
kegiatan awal guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, tanya
jawab tentang “Siklus hidup Produk” , menjelaskan materi secara singkat, membentuk
kelompok yang anggotanya masing-masing 4 orang secara heterogen.
Pada kegiatan inti pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas
yang harus di pelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Masing-masing kelompok
menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri dan guru hanya
membantu jika ada kelompok yang kesulitan.Pada saat guru berkeliling nampak kelompok 2
mengalami kesulitan dalam berdiskusi, oleh karena itu guru menghampiri kelompok 2 untuk
memberikan bimbingan. Berikut adalah cuplikan dialok antara guru dan siswa dikelompok 2
S :”Apa yang dimaksud dengan FIFO dan LIFO itu bu?”
G :”FIFO adalah ada kaitannya dengan barang yang dimasukan kedalam gudang
pertama kali dan akan dikeluarkan juga yang pertama. Sedangkan LIFO, yaitu
barang yang pertama dimasukan dalam gudang tetapi dikeluarkan yang terakhir”.
S :”trimakasih bu”
Berdasarkan dialok taersebut nampak bahwa siswa dikelompok 2 sudah mulai mahami
tentang apa yang dimaksud dengan FIFO dan LIFO pada proses penyimpanan dan
pengeluaran barang produksi dalam gudang.
Setelah kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, kemudian dua dari empat anggota
dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang
lain, sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampikan hasil kerja
dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang tinggal,
tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta
mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Setelah belajar dalam kelompok dan
menyelesaikan permasalah yang diberikan, salah satu kelompok ditunjuk untuk
menyampaikan hasil diskusinya. Kegiatan akhir dilakukan dengan cara guru bersama siswa
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan meminta siswa untuk kembali
pada tempat duduknya masing-masing dan mempelajari materi yang sudah dipelajari hari ini
serta minggu kemarin, karena sisa waktu yang ada digunakan untuk melaksanakan evaluasi
belajar/pos tes.
Refleksi
Bahan pertimbangan untuk pelaksanaan refleksi adalah lembar observasi dan hasil tes
formatif siswa. Berikut adalah hasil refleksi siklus 1 pertemuan kedua; (1)selama proses
kegiatan guru telah melaksanakan pemebelajaran dengan baik meskipun ada beberapa aspek
yang belum sempurna. Tetapi prosentase peningkatan untuk tiap-tiap aspek sudah cukup
baik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan prosentase hasil belajar yang dicapai pada
perbaikan siklus pertama sebesar 25%,menjadi 70%pada perbaikan siklus 1. Didalam diskusi
kelompok topiknya yang didiskusikan siswa mulai tampak lebik baik dan fokus. (2)kegiatan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
175
belajar semakin menyenangkan, (3)kegiatan kelompok tidak memberikan konribusi yang
berarti pada aspek afektif siswa karena waktu yang digunakan hanya sedikit sehingga tidak
memungkinkan siswa berkomunikasi dengan lebih intensif.
Pelaksanaan tes akhir siklus 1 pada hari Senin tanggal 24 Oktober 2016. Tes akhir
siklus 1 berbentuk soal esai sebanyak 10 item. Berdasarkan hasil pemeriksaan pekerjaan
siswa untuk tes akhir siklus 1 diperoleh data bahwa dari 20 siswa yang menjadi subjek
penelitian terdapat 9 siswa yang belum mencapai nilai KKM. Hal ini menunujukkan terdapat
11 siswa yang sudah mencapai KKM atau baru 55% siswa yang mencapai KKM. Ini berarti
kurang dari 75% siswa yang mencapai KKM. Sehingga indikator keberhasilan dari penelitian
belum tercapai, sehingga penelitian akan dilanjutkan pada siklus 1.
SIKLUS 2
Siklus kedua terdiri dari 2 pertemuan ( dua kali pembelajaran dan satu kali tes. Pelaksanaan
tes akhir siklus 2 dilaksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran ke 2). Pelaksanaan
pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut :
Siklus 2 pertemuan 1
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yang disiapkan antara lain : menyusun RPP, menyiapkan lembar
observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, lembar tes.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus 2 pertemuan 1 adalah tanggal 31 Oktober 2016, sedangkan
pertemuan kedua pada tanggal 7 Nopember 2016 pada jam ke 1-2. Waktu yang diperlukan
setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 Menit). Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran ini sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh peneliti dan dibantu teman
sejawat dengan cara mengisi lembar pengamatan yang sudah disediakan.Pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum pada RPP. Pada kegiatan awal
guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, tanya jawab tentang
“Menganalisis Aspek-aspek Adsministrasi Usaha ” , menjelaskan materi secara singkat.
Kegiatan awal menyampaikan tujuan pemebelajaran tentang pentingnya siswa memahami
tata cara pengurusan ijin usaha dan persyaratan-persyaratan untuk kepengurusan SITU, SIUP
dan lain-lain. Pada kegiatan inti pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi
tugas-tugas yang harus di pelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Masing-masing
kelompok menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri dan guru hanya
membantu jika ada kelompok yang kesulitan. Pada saat guru berkeliling nampak kelompok ..
mengalami kesulitan dalam berdiskusi, oleh karena itu guru menghampiri kelompok 1
untuk memberikan bimbingan. Berikut adalah cuplikan dialok antara guru dan siswa
dikelompok 1
S :”Apa yang dimaksud dengan HO bu?”
G :”HO, kalau kepanjangannya adalah Hidden Ordinnatie (bahasa Belanda), atau ijin
gangguan. Contohnya, yang tadinya lingkungan tenang sebelum ada usaha/pabrik,
setelah ada kegiatan usaha lingkungan menjadi bising karena kendaraan yang keluar
masuk tempat usaha/pabrik, polusi udara jika usahanya mengolah makanan, limbah
yang ditimbulkan, dan lain-lain.
S :” jadi kalau mau buka usaha saat pengurusan SITU maka harus juga mengurus HO
ya Bu?”
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
176
G :” Ya, sudah paham sekarang”.
S : sudah.
Berdasarkan dialok taersebut nampak bahwa siswa dikelompok 1 maupun kelompok yang
lainnya sudah mulai memahami tentang apa yang dimaksud dengan HO.
Permasalahan kolompok 1 selesai masih ada kelompok 4 yang mengalami kesulitan, berikut
adalah dialok antara guru dan siswa kelompok 4:
S :”kenapa jaman sudah canggih tetapi surat yang ditulis secara manual masih
dibutuhkan?
G :”sebelum saya menjawab, mungkin ada kelompok lain yang bisa memberikan
pendapatnya?
S : kelompok 3, ya tentunya masih dibutuhkan karena uuntuk kepentingan yang khusus dan
sifatnya mendadak maka membuatnya ya ditulis secara manual. Contohnya surat ijin.
G : ya betul, jawaban kelompok 3 itu salah satu contohnya. Yang lainnya memo, surat
pesanan,dan lain-lain.
Setelah kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, kemudian dua dari empat anggota
dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang
lain, sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampikan hasil kerja
dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang tinggal,
tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta
mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Setelah belajar dalam kelompok dan
menyelesaikan permasalah yang diberikan, salah satu kelompok ditunjuk untuk
menyampaikan hasil diskusinya. Kegiatan akhir dilakukan dengan cara guru bersama siswa
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan meminta siswa untuk kembali
pada tempat duduknya masing-masing. Guru bersama siswa bersama-sama menyimpulkan
pembelajaran hari ini, guru menginformasikan pada siswa agar belajar materi berikutnya
yaitu tentang pencatatan transaksi barang dan jasa.
Tahap Observasi
Pada siklus 2 pertemuan 1 berlangsung peneliti meminta bantuan observer untuk
mengamati proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi
lembar observer yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi item untuk
mengamati aktifitas guru dalam pengelolaan pembelajaran dan motifasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui kelemahan dan
kelebihan selama pembelajaran berlangsung.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada RPP dengan memperhatikan revisi
pada siklus 1, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus 1 tidak terulang lagi pada
siklus 2. Pengamatan (observasi) dilaksanakan berwsamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 2 dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswadalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formaatif 2.
Dari hasil siklus 2 diperoleh data yaitu dari 20 siswa tuntas 35% dan yang tidak
tuntas 65%. rata-rata hasil belajar dari postes siklus 1 dari 20 siswa total 1575 : 20 = 78,75
dan daya serapnya : 11: 20 X 100% = 55%. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan
pembelajaran oleh guru maupun siswa agar pada siklus 2 diharapkan dapat kategori baik.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
177
Tahap Refleksi
Bahan pertimbangan untuk pelaksanaan refleksi adalah lembar observasi dan hasil tes
formatif siswa. Berikut adalah hasil refleksi siklus 2 pertemuan pertama; saat pembagian
kelompok suasana kelas sudah mulai tertib , siswa nampak lebih antusias dengan model
pembelajaran TSTS yang diterapkan guru, guru memberi pemahaman terhadap siswa dalm
pembagian kelompok tidak lagi geterogen tetapi dibagi menurut nomor absen yaitu
kelppompok 1 nomor absen 1,2,3,4, kelompok 2, nomor absen 5,6,7,8, dan seterusnya sampai
terbentuk menjadi 4 kelompok. Didalam diskusi kelompok topiknya yang didiskusikan siswa
sudah mulai fokus dengan pembagian kerja yang rata, setelah diskusi kelompok selesai dan
waktunya dua dari empat orang harus bertamu siswa juga langsung merespon dengan tertip.
Solusi dari masalah yang ditemukan pada saat refleksi adalah guru memberikan pembatasan
waktu diskusi dan waktu bertamu, sehingga pelaksanaan diskusi kelompok lebih cepat dapat
diselesaikan dan masing-masing kelompok dapat presentasi.
Siklus 2 pertemuan kedua
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yang disiapkan antara lain : menyusun RPP, menyiapkan lembar
observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, lembar tes.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus 2 pertemuan 2 adalah tanggal, 7 Nopember 2016 pada jam ke
1-2. Waktu yang diperlukan setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2 x 45
Menit). Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini sesuai dengan rencana yang telah disusun
oleh peneliti dan dibantu teman sejawat dengan cara mengisi lembar pengamatan yang sudah
disediakan. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum pada
RPP. Pada kegiatan awal guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran, tanya jawab tentang “Pencatatan Transaksi Barang dan Jasa” , menjelaskan
materi secara singkat. Kegiatan awal menyampaikan tujuan pemebelajaran tentang
pentingnya siswa memahami tata cara pencatatan transaksi dan bukti transaksi, pencatatan
transaksi keuangan dan lain-lain. Pada kegiatan inti pembelajaran menggunakan lembar
kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus di pelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu
kelompok. Masing-masing kelompok menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara
mereka sendiri dan guru hanya membantu jika ada kelompok yang kesulitan. Pada saat guru
berkeliling nampak kelompok 2
mengalami kesulitan dalam berdiskusi, oleh karena itu guru menghampiri kelompok 2
untuk memberikan bimbingan. Berikut adalah cuplikan dialok antara guru dan siswa
dikelompok 2
S :”Apakah bentuk kwitansi untuk semua instansi itu sama bu?”
G :”pada dasarnya sama, tetapi biasanya masing-masing instansi ada yang membuat
kwitansi sendiri menurut kepentingannya. Kwitansi yang kamu terima dari sekolah
saat membayar uang sragam sekolah. Sama apa tidak dengan kwitansi umumnya?”
S :” tidak?”
G :” Ya, sudah paham sekarang”.
S : sudah bu, trima kasih.
Berdasarkan dialok tersebut nampak bahwa siswa dikelompok 2 maupun kelompok yang
lainnya sudah mulai memahami tentang apa yang dimaksud dengan bentuk kwitansi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
178
Permasalahan kolompok selesai masih ada kelompok 4 yang mengalami kesulitan, berikut
adalah dialok antara guru dan siswa kelompok 4:
S :”kalau cek, ada yang disebut cek kosong itu apa maksudnya?
G :”sebelum saya menjawab, mungkin ada kelompok lain yang bisa memberikan
pendapatnya?
S : kelompok 3, cek yang tidak dapat dicairkan karena uang pemilik tidak mencukupi.
G : ya betul, jawaban kelompok 3, 100 nilainya. Contoh Ali membuat cek untuk
membayar transaksi pembelian barang senilai Rp 60.000.000,- kepada Gugun. Dan setelah
Gugun membawa cek tersebut pada Bank yang ditunjuk, ternyata cek tersebut tidak dapat
dicairkan karena ternyata saldo simpanan Ali di Bank tidak mencukupi.
Setelah kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, kemudian dua dari empat anggota dari
masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain,
sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang tinggal,
tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta
mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Setelah belajar dalam kelompok dan
menyelesaikan permasalah yang diberikan, salah satu kelompok ditunjuk untuk
menyampaikan hasil diskusinya. Kegiatan akhir dilakukan dengan cara guru bersama siswa
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan meminta siswa untuk kembali
pada tempat duduknya masing-masing. Guru bersama siswa bersama-sama menyimpulkan
pembelajaran hari ini.
Kesimpulan
Adapun kelebihan dari model TSTS adalah, dapat diterapkan pada semua tingkat,
kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan,
diharapkan siswa berani mengungkapkan pendapatnya, menambah kekompakan dan rasa
percaya diri, kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan, membantu meningkatkan minat
dan prestasi belajar.
Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah, membutuhkan waktu yang lama,
siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, bagi guru, membutuhkan banyak
persiapan(materi,dana dan tenaga), guru cenderung agak kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka sebelum
pembelajaran guru lebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok belajar yang
heterogen ditinjau dari kemampuan akademis. Pembentukan kelompok heterogen
memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga
memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan
akademis tinggi diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
179
Daftar Rujukan
Arikunto, S, 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Meier, D, 2005, The Accelerated Learning Handbook, Bandung, MMU
Putri, A. F. Dan Anwar, L. 2016 . Penerapan Problem Based-Learning untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Persamaan dan Fungsi Kuadrat Siswa Kelas X BB-2 SMK Negeri
5 Malang. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya. 2016.
Saputri. C.D. dan Nurhakiki, R. 2016. Pembelajaran Matematika Menggunakan Model
Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Timbangan pada Materi Persamaan
dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VII-8 SMP Negeri 21 Malang. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pembelajarannya. 2016.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
180
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH
DAN MEDIA KREATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS X PMS DI SMK ISLAM KOTA BATU
Sumroh
SMK Islam Batu Kota Batu Jawa Timur
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran siswa
diantaranya kurang aktif, motivasi rendah, nilai pencapaian siswa sebagian masih di bawah
KKM. Melalui penerapan pembelajaraan kooperatif Make A Match dan media kreatif siswa
kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu sebanyak 38 siswa. Metode yang digunakan melalui
penilitian tindakan kelas dengan dua siklus, masing-masing siklus melalui tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi hasil tindakan. Hasil yang dicapai dalam
pembelajaran pada siklus I prosentase ketuntasan siswa mencapai 50% meningkat pada
siklus II menjadi 92%. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan nilai rata-rata pre test
67, nilai rata-rata post test 72 dan meningkat pada siklus II menjadi 81
Kata Kunci : metode kooperatif, make a match, media kreatif, hasil belajar
Ruang lingkup dari pemasaran yang dimaksud mengacu pada apa yang telah
didefinisikan oleh Asosiasi Pemasaran Amerika (American Marketing Association), bahwa
pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola
hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemegang sahamnya.
SKKNI ini bertujuan untuk menstandarisasi kompetensi dari tenaga pemasar yang tugas dan
fungsinya terbatas berkaitan dengan melakukan aktivitas 5 pejualan (sales), pengelolaan
layanan (service), dan pengelolaan merek.
Salah satu topik pembelajaran Strategi Pemasaran di SMK jurusan pemasaran adalah
Bauran Pemasaran (Kurikulum K-13). Salah satu tujuan pembelajaran yang diharapkan
adalah dapat menyebutkan variable bauran pemasaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa
perlu terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga bermakna bagi dirinya. Dalam
konteks ini, Zubaidah. 2015: 38) menyatakan ”Untuk menciptakan pembelajaran bermakna,
guru hendaknya menggalakkan siswa dalam pembelajaran aktif, konstruktif, intentional atau
reflktif, autentik dan kooperatif” Dengan demikian dalam proses belajar mengajar sangat
dibutuhkan aktivitas belajar. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan dalam proses belajar
mengajar yang dapat menunjang prestasi belajar.
Di dalam kelas X PMS terdapat permasalahan dimana pembelajaran siswa kurang
aktif, motivasi rendah, nilai pencapaian siswa sebagian masih di bawah KKM. Dengan
demikian dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan pembelajaran bagi siswa yang
aktif dan menarik.
Salah satu model pembelajaran aktif adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif menekankan kerjasama antar siswa dan kelompok untuk mencapai tujuan belajar
dan mengurangi persaingan yang cenderung mengarah pada pola kalah dan menang
(Zubaidah 2015:87). Pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan bagi semua golongan
siswa yang terlibat bekerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas akademiknya. Banyak
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
181
model dalam pembelajaran kooperatif. Salah Satu diantaranya adalah model make a match
(Erni. 2015). Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make
a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu-kartu berisi pertanyaan-
pertanyaan dan kartukartu lainnya berisi dari jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Pada pembelajaran Strategi pemasaran dengan make a match guru membagi
komunitas kelas menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa
kartu-kartu berisi soal. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi
jawaban. Upayakan antara kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. Jika
masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru
membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kedua saling bergerak.
Mereka bertemu, mencari pasangan yang cocok. Aktivitas berlomba-lomba ini diyakini akan
menyenangkan siswa. Mereka menjadi tertarik pada pembelajaran tersebut. Dampaknya,
tanpa disadari mereka telah belajar.
Pembelajaran kooperatif Make A Match telah dikaji oleh beberapa peneliti (Ridwan,
Dkk. 2013 ; Erni. 2015) Ridwan, Dkk. (2013) menemukan bahwa pembelajaran Make A
Mach dapat meningkatkan hasil belajar. Erni (2015) menunjukkan pembelajaran kooperatif
model make a match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Liza, Dkk. (2013)
mengatakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih efektif meningkatkan
kompetensi kognitif (pengetahuan) bila dibandingkan dengan pembelajaran ceramah dalam
meningkatkan hasil belajar.
Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Aktivitas siswa
berlari-lari mencari pasangan, ditunjang rasa penasaran siapa teman yang menjadi
pasangannya, membuat proses pembelajaran ini menjadi semakin menyenangkan. Hal inilah
yang membuat siswa bersemangat dalam belajar.
Berangkat dari permasalahan tersebut, guru selaku peneliti melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Make A
Match Dan Media Kreatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Pemasaran Di
SMK Islam Kota Batu ”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses penerapan pembelajaran make
a match pada mata pelajaran Strategi Pemasaran (Bauran Pemasaran) Kelas X Program
Keahlian Pemasaran di SMK Islam Batu. Dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
siswa dengan pembelajaran make a match pada mata pelajaran Strategi Pemasaran (Bauran
Pemasaran) Kelas X Program Keahlian Pemasaran di SMK Islam Batu.
Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan bahwa bagaimana proses penerapan
pembelajaran make a match pada mata pelajaran Strategi Pemasaran (Bauran Pemasaran)
Kelas X Program Keahlian Pemasaran di SMK Islam Batu? Dan bagaimana peningkatan
hasil belajar siswa dengan pembelajaran make a match pada mata pelajaran Strategi
Pemasaran (Bauran Pemasaran) Kelas X Program Keahlian Pemasaran di SMK Islam Batu?
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian Siswa kelas
X Program Keahlian Pemasaran SMK Islam Batu terdiri dari 38 siswa.Metode pengambilan
data menggunakan metode observasi, dokumentasi dan tes.Berdasarkan rancangan Kemmis
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
182
dan Taggart (dalam Sutarto, 2013) dalam Fitriani (2015) langkah – langkah penelitihan
tindakan kelas meliputi perencanaan (plan), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting).
Pada tahap perencanaan guru mengidentifikasi masalah yang terjadi, kemudian
membuat (1) menetukan tujuan pembelajaran (2) Membuat scenario pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Make A Match (3) Menyiapkan LKS (4) Membuat kartu
soal dan kartu jawaban (5) Menyusun soal test. Tahap pelaksanaan dengan (1) penyajian
materi (2) diskusi kelompok (3) Melaksanakan pembelajaran model Make A Match . Pada
tahap pengamatan dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi dari beberapa observer, selanjutnya tahap refleksi yaitu (1)
berdiskusi untuk kelebihan dan kekurangan pada Siklus (2) mereflesi hasil data dari siklus 1
sebagai pedoman unuk mengusun tindakan pada siklus berikut nya
HASIL DAN PEMBAHASAN SIKLUS I
Perencanaan
Perencanaan siklus I terdiri atas : (1) menyusun ( RPP ) sesuai dengan kurikulum K-
13, (2) menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung , (3) pemilihan metode pembelajaran
yang hendak diterapkan, dan (4) menyiapkan lembar penilaian dan alat dokumentasi
Penyiapan RPP meliputi menyusun KI/KD, IPK, Tujuan Pembelajaran,
Pendekatan/Model/Metode, Langkah pembelajaran, penilaian,remedial dan pengayaan,
media, alat dan sumber belajar. Penyiapan fasilitas dan sarana pendukung berupa tayangan
video sehubungan dengan materi bauran pemasaran, kartu soal dan kartu jawaban. Metode
pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaraan kooperatif make a match dan
media kreatif. Lembar evaluasi yang berupa penilaian diskusi berupa table
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan tanggal 12 Oktober 2016 di SMK Islam Batu
dengan materi memahami Bauran Pemasaran. Guru mengimplementasikan pembelajaran
sesuai dengan skenario yang dibuat yaitu mengacu pada langkah-langkah dalam RPP dengan
strategi kooperatif Make A Match. Pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran meliputi
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
183
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Setiap kegiatan tersebut diuraikan sebagai
berikut.
Kegiatan awal, guru memberikan salam dan mempresensi kehadiran siswa. Setelah
itu melakukan apersepsi dengan memberi gambaran tentang materi dan memberikan motivai,
sehingga terjadi interaksi sebagai berikut.
Guru : Apakah anak – anak pernah membeli produk?
Siswa : Pernah bu.
Guru : Apa nama merk produk tersebut ?
Siswa : .air mineral aqua bu
Guru : Benar, lalu apa slogan dari produk tersebut
Siswa : Kebaikan dari alam.
Guru : Benar, nah anak – anak dari kalian siapa yang bisa menggambar
lambang yang ada pada produk aqua di papan tulis .
Guru : Saya Pak, nah tadi yang kita bahas adalah variable bauran produk
dan bauran produk adalah salah satu dari bauran pemasaran.
Kegiatan inti , pada kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan mengamati tayangan
video dari media LCD. Selesai penayangan video guru menanyakan kepada siswa tentang
produk dalam tayangan, sehingga terjadi interaksi antara guru dan siswa sebagai berikut.
Guru : Anak-anak apa nama produk dalam tayangan video tadi?
Siswa 1 : Sari roti bu.
Guru : Lalu apa nama slogan produk sari roti tersebut?
Siswa 2 : Empuk bergizi, lezat berisi bu
Guru : Benar, lalu siapa dari kalian yang bisa menggambar lambang
yang ada pada produk sari roti di papan tulis .
Siswa 3 : Saya bu.
Guru : Ya betul, lambang sari roti itu membentuk lingkaran, dan apa
warna lambang sari roti itu anak-anak?
Siswa 4 : Warna biru bu.
Guru : Betul anak-anak.
Guru melanjutkan penyampaian materi pokok tentang bauran pemasaran yang terdiri
dari 4 variable yaitu: produk, price, promotion dan place. Kerangka konsep materi dapat
digambarkandalam Gambar 1.
Gambar 1 : Bauran pemasaran
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
184
Melalui tayangan video dan paparan materi siswa menjadi lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran dan terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Beberapa interaksi
yang menarik adalah sebagai berikut:
Guru : Anak-anak dari tayangan video tadi adakah hubungannya
dengan materi yang barusan ibu bahas?
Siswa 1 : Ada bu, tayangan tadi kayaknya merupakan salah satu dari
bauran pemasaran.
Guru : Iya betul, tayangan tadi adalah bauran produk salah satu dari
bauran pemasaran
Setelah itu guru melanjutkan pemberian materi dari variable pemasaran yang
berikutnya yaitu variable price (harga), variable promotion (promosi) dan variable place
(tempat/distribusi )pemberian materi selesai, guru membagi kelas menjadi 6 kelompok
dengan anggota masing-masing kelompok 6 siswa . Setiap kelompok di berikan tugas dalam
bentuk LKS untuk dibahas dalam diskusi kelompok, dan bergantian tiap kelompok
mempresentasikan kedepan (seperti tampak pada Gambar 2 dan Gambar 3)
Gambar 2 : Diskusi kelompok Gambar 3 : Presentasi
Kemudian kelas di bagi 2 yang mana satu bagian diberi kartu soal dan bagian lainnya
diberi kartu jawaban (seperti tampak pada Gambar 4 dan 5) , lalu masing-masing anak
mencari pasangan dengan mencocokkan kartu yang dia pegang seperti tampak pada Gambar
6 dan 7
Gambar 4 : Kartu soal Gambar 5 : Kartu jawaban
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
185
Gambar 6 : Membagi kartu Gambar 7 : Siswa lagi mencari pasangan
Guru memberi penilaian kebenaran untuk pasangan kartu soal dan kartu jawaban,dan
memberi reward (seperti tampak pada Gambar 8) kelompok berdasar jumlah anggota
kelompok yang banyak memperoleh kebenaran untuk pasangan kartu soal dan kartu jawaban.
Gambar 8 : Pemberian reward
Pada Kegiatan Penutup guru memberikan evaluasi secara lisan kepada siswa,
selanjutnya siswa mengerjakan soal post test pertama untuk mengetahui penguasaan
kompetensi siswa. Penilaian menggunakan pembobotan terhadap unsure nilai
diskusi/presentasi 40%, test tulis 60% dengan penetapan KKM 78.
Aktivitas belajar terlihat dalam proses pembelajaran. Seluruh siswa secara umum
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Di awal pembelajaran, siswa sudah terpancing
dengan kartu soal dan kartu jawaban yang dibagikan. Di kegiatan inti siswa berebut
mengambil kartu dan sibuk mencari kartu pasangan. Dalam mencocokkan kartu berpasangan
ini, siswa menemukan informasi terkait dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan tujuan
pembelajaran terkait keaktifan siswa yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan
harapan ketercapaian KKM (78) maka ada 19 siswa dari 38 siswa yang nilainya tidak
memenuhi KKM karena nilainya kurang dari 78
Selama pembelajaran berlangsung dan diakhir pembelajaran Siswa mampu
menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Hasil pengamatan observer menyatakan dalam
proses belajar mengajar terjadi aktivitas siswa dengan siswa dan aktivitas siswa dengan guru.
Kegiatan yang dilakukan pada siklus1 anak-anak diberikan tes,dengan soal sejumlah 5
berbentuk tes isian, dengan hasil sebagai berikut:
Hasi Belajar Siswa Pada Siklus 1 sebagai berikut
Nilai Kurang dari 78 sebanyak : 19 siswa
Nilai Lebih dari 78 sebanyak : 19 siswa
Nilai Rata-rata kelas : 72
Ketuntasan Belajar : 50%
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
186
Penerapan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar karena hasil pre
test menunjukkan yang belum tuntas sebanyak 23 siswa dan yang tuntas sebanyak 15 siswa
dengan prosentase ketuntasan siswa mencapai 39%
Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif
Make A Match sebagian besar siswa antusias mengikuti pembelajaran, tetapi masih ada siswa
yang masih tidak focus pada pembelajaran . Diakhir pembelajaran Siswa mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.Siswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan bauran
produk, deferensiasi produk
Refleksi
Hasil pengamatan observer menyatakan dalam proses belajar mengajar terjadi
aktivitas siswa dengan siswa dan aktivitas siswa dengan guru. Melalui hasil refleksi
terungkap bahwa guru merasakan mengalami peningkatan dalam menyampaikan
pembelajaran dan lebih percaya diri. Hal ini sebab guru telah berhasil menerapkan strategi
kooperatif Make A Match berbantuan media kreaktif.
Tetap ada masalah yang timbul disebabkan faktor-faktor antara lain,karena jumlah
siswa dalam kelompok tidak idial, maka suasana kelas agak terlalu ramai saat siswa
melakukan kerja kelompok, bahkan ada siswa yang asyik membicarakan hal-hal di luar
materi pembelajaran. Siswa masih ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan. Siswa masih
enggan dan takut untuk mengajukan pendapat.
SIKLUS II
Perencanaan
Perencanaan siklus II terdiri atas : (1) menyusun ( RPP ) sesuai dengan kurikulum K-
13, (2) menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung , (3) pemilihan metode pembelajaran
yang hendak diterapkan, dan (4) menyiapkan lembar penilaian dan alat dokumentasi
Penyiapan RPP meliputi menyusun KI/KD, IPK, Tujuan Pembelajaran,
Pendekatan/Model/Metode, Langkah pembelajaran, penilaian,remedial dan pengayaan,
media, alat dan sumber belajar. Penyiapan fasilitas dan sarana pendukung berupa tayangan
video sehubungan dengan materi deferensiasi produk, kartu soal dan kartu jawaban. Metode
pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaraan kooperatif make a match dan
media kreatif. Lembar evaluasi yang berupa penilaian diskusi berupa tabel
Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan siklus II ini dilakukan pada tanggal 2 Nopember 2016 dalam satu
kali pertemuan yang terdiri dari tiga jam pelajaran. Satu jam pelajaran digunakan untuk
memberikan materi mata pelajaran startegi pemasaran Pokok Bahasan deferensiasi produk,
sedangkan dua jamnya lagi digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran make a match. Proses
pembelajaran pada siklus II ini hampir sama dengan tahapan-tahapan siklus I. Tidak ada
perubahan dalam kelompok-kelompok siswa, dan yang membedakan hanyalah perbaikan-
perbaikan tindakan agar dalam pelaksanaan siklus II dapat lebih optimal.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
187
Guru mengimplementasikan pembelajaran sesuai dengan skenario yang dibuat yaitu
mengacu pada langkah-langkah dalam RPP dengan strategi kooperatif Make A Match. Pada
kegiatan pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Setiap kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut.
Kegiatan awal, guru memberikan salam dan mempresensi kehadiran siswa. Setelah
itu melakukan apersepsi dengan memberi gambaran tentang materi dan memberikan motivai,
sehingga terjadi interaksi sebagai berikut.
Guru : Apakah anak – anak pernah membeli produk?
Siswa 1 : Pernah bu.
Guru : Apakah produk yang kalian beli beda atau dengan produk lain?
Siswa 2 : Kayaknya sama bu
Guru : Dari kalian smua siapa yang pernah beli produk yang lain dari
yang lain
Siswa3 : saya bu.
Guru : Coba jelaskan kenapa produk yang kamu beli lain dari yang
lain
Siswa 3 : Biasanya saya beli pembersih dan penyegar jadi 2 skarang ada
produk pembersih dan penyegar jadi 1
Kegiatan inti , pada kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan mengamati tayangan
dari media LCD. Selesai penayangan video guru menanyakan kepada siswa tentang produk
dalam tayangan, sehingga terjadi interaksi antara guru dan siswa sebagai berikut.
Guru : Anak-anak dari gambar di depan apakah ada yang berbeda?
Siswa 1 : Ya bu.
Guru : Lalu apa yang berbeda tersebut?
Siswa 2 : Apel yang did pan semua warnanya hijau tetapi ada yang satu-
satunya yang merah
Guru : Benar, anak-anak, apakah kalian tahu mengapa apel yang satu
itu warnanya merah sendiri
Siswa 3 : karena ingin berbeda dengan yang lainnya bu agar bisa
menarik.
Guru : Betul sekali
Guru melanjutkan penyampaian materi pokok tentang deferensiasi produk . Kerangka
konsep materi dapat digambarkan dalam Gambar 9.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
188
Gambar 9 : Deferensiasi produk
Setelah itu guru melanjutkan pemberian materi dari variable pemasaran yang
berikutnya yaitu variable price (harga), variable promotion (promosi) dan variable place
(tempat/distribusi )pemberian materi selesai, guru membagi kelas menjadi 6 kelompok
dengan anggota masing-masing kelompok 6 siswa . Setiap kelompok di berikan tugas dalam
bentuk LKS untuk dibahas dalam diskusi kelompok, dan bergantian tiap kelompok
mempresentasikan kedepan (seperti tampak pada Gambar 10 dan Gambar 11)
Gambar 10 : Diskusi kelompok Gambar 11 : Presentasi
Kemudian kelas di bagi 2 yang mana satu bagian diberi kartu soal dan bagian lainnya
diberi kartu jawaban (seperti tampak pada Gambar 12), lalu masing-masing anak mencari
pasangan dengan mencocokkan kartu yang dia pegang seperti tampak pada Gambar 13
Gambar 12 : Membagi kartu Gambar 13 : Siswa lagi mencari pasangan
Guru memberi penilaian kebenaran untuk pasangan kartu soal dan kartu jawaban,dan
memberi reward kelompok berdasar jumlah anggota kelompok yang banyak memperoleh
kebenaran untuk pasangan kartu soal dan kartu jawaban.
Pada Kegiatan Penutup guru memberikan evaluasi secara lisan kepada siswa,
selanjutnya siswa mengerjakan soal post test kedua untuk mengetahui penguasaan
kompetensi siswa.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
189
Berdasarkan hasil dari dari siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
metode make a match nilai rata-rata naik 81 yang semula pada siklus 1 sebanyak 72, jumlah
siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 35 siswa dan di bawah KKM sebanyak 3
siswa, presentase ketuntasan belajar siswa mencapai 92% . Berdasarkan data yang ada siswa
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel
1 berikut:
Tabel 1 :Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Jenis Test Ketuntasan
Pre tes 39%
Post tes I (tes akhir siklus I) 50%
Post tes II (tes akhir siklus II) 92%
Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif
Make A Match sebagian besar siswa antusias mengikuti pembelajaran, pada siklus II ini
siswa lebih tenang dalam pembelajaran, karena sudah terbiasa mencari pasangannya. Kedua
siswa sudah lebih percaya diri maju ke depan kelas untuk mempresentasikan. Ketiga Siswa
sangat senang belajar sambil bermain mencari pasangan, sehingga tidak hanya duduk saja
yang menyebabkan rasa jenuh. Keempat sebagian besar siswa sudah mampu belajar dengan
aktif tanpa rasa malu dan melaksanakan tugasnya dengan baik.
Diakhir pembelajaran Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru.Siswa dapat
menjelaskan apa yang dimaksud dengan bauran produk, deferensiasi produk
Refleksi
Hasil pengamatan observer menyatakan dalam proses belajar mengajar terjadi
aktivitas siswa dengan siswa dan aktivitas siswa dengan guru. Melalui hasil refleksi
terungkap bahwa guru merasakan mengalami peningkatan dalam menyampaikan
pembelajaran dan lebih percaya diri. Hal ini sebab guru telah berhasil menerapkan strategi
kooperatif Make A Match berbantuan media kreaktif. Tetapi masih ada sebagian kecil siswa
yang asyik membicarakan hal-hal di luar materi pembelajaran. Siswa masih ragu-ragu untuk
mengajukan pertanyaan. Siswa masih enggan dan takut untuk mengajukan pendapat.
SIMPULAN
Proses pembelajaran make a match pada mapel Strategi Pemasaran Pokok bahasan
Bauran pemasaran, deferensiasi produk pada siswa Kelas X Pemasaran SMK Islam Batu
dilaksanakan dengan cara: (a) Guru menyiapkan materi mata pelajaran Strategi Pemasaran
Pokok bahasan Bauran pemasaran, deferensiasi produk (b) Dengan pendekatan saintific Guru
menjelaskan secara garis besar materi mata pelajaran Strategi Pemasaran Pokok bahasan
Bauran pemasaran, deferensiasi produk Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban (c)
Masing-masing Siswa dalam kelompok secara kooperatif mencocokkan antara kartu soal dan
kartu jawaban (d) Setelah secara kooperatif siswa mengerjakan tugas dengan baik, guru
melakukan evaluasi terhadap hasil kerja siswa dan menjelaskan kekurangan-kekurangan
apabila ada.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
190
Pembelajaran make a match pada pembelajaran Strategi Pemasaran Pokok bahasan
Bauran pemasaran, deferensiasi produk dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMK Islam
Batu. Hal ini dapat diketahui dari indicator keberhasilan yang berupa nilai hasil belajar siswa
dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan menentukan tingkat hasil belajar siswa.
Nilai ketuntasan belajar siswa pada siklus I yakni sebesar 50%, yang sebelumnya pada
pelaksanaan pre-test hanya sebesar 32%, dan selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi
92%. Nilai hasil belajar ini berada pada tingkat keberhasilannya berada pada kriteria yang
sangat baik. Hal ini menunjukkan siswa telah mampu menguasai materi mata pelajaran
pembelajaran Strategi Pemasaran Pokok bahasan Bauran pemasaran, deferensiasi produk
dengan baik.
Daftar Rujukan :
Erni, F, Ridwan, E.S., Dadang, K., Saur, T. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Make A Match Pada Mata Pelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar. Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement
Program) dengan tema “ Membangun Generasi Kreatif Melalui Pembelajaran
Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama, Batu. Halaman 448–454
Erni, F. 2015. Penerapan Pembelajaran Make-A Match Prosiding Seminar Nasional TEQIP
(Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “ Membangun Generasi
Kreatif Melalui Pembelajaran Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama,
Batu. Halaman 448–454
Liza, K.S., Prihastuti, E. 2013. Penerapan Metode Demonstrasi dalam memahamkan
pembelajaran kooperatif berbantuan media tata siswa materi revolusi bulan
memahamkan surya dengan ketrampilan proses untuk memahamkan siswa materi
revolusi bulan. Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement
Program) dengan tema “ Membangun Generasi Kreatif Melalui Pembelajaran
Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama, Batu. Halaman 448–454
Zubaidah. 2015: Ragam Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Prosiding Seminar
Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “
Membangun Generasi Kreatif Melalui Pembelajaran Bermakna” pada 31 Oktober
2015 di Hotel Purnama, Batu. Halaman 437–440
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
191
PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) DENGAN MEDIA KREATIF PADA MATERI PENGELOLAAN BUKU
JURNAL UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENCATAT DATA
KEUANGAN AKUNTANSI KELAS X AK
SMK ISLAM BATU
Eka Erny Setyaningsih
SMK Islam Batu Kota Batu Jawa Timur Indonesia
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas
diantaranya : kurangnya konsentrasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
,tidak meratanya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan ,
kurangnya minat untuk mengikuti keseluruhan kegiatan pembelajaran pada materi yang
memiliki tingkat kesulitan tinggi, KKM yang dihasilkan siswa masih rendah. Metode yang
digunakan melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan melalui 2 Siklus , masing masing
siklus meliputi perencanaan ,pelaksanaan,observasi dan refleksi. Penelitian Dilakukan di
SMK Islam Kota Batu dengan subyek penelitian adalah 40 siswa pada kelas X Ak 1. Tahun
ajaran 2016 /2017. Hasil yang diperoleh bahwa terjadi peningkatan proses pembelajaran
siswa menjadi lebih aktif dan kreatif ,ditunjukkan dari capaian hasil belajar siswa di siklus I
yang mencapai KKM sebesar 88 % dan capaian hasil belajar siswa di siklus II yang
mencapai KKM sebesar 98 %
Kata kunci : Problem Based Learning , Media kreatif ,Ketrampilan Mencatat
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan, Standar kompetensi lulusan terdiri atas
kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah
menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Proses belajar mengajar bertujuan mencetak peserta didik yang paham dan
menguasai materi pengetahuan maupun ketrampilan sehingga pada saat terjun di dunia usaha
dapat berkompetisi dan dapat diterima dalam suatu perusahaan atau instansi, sehingga lulusan
peserta didik bisa diserap dan diterima di dunia usaha dan industri (DU/I) dalam jumlah yang
besar. Keterserapan lulusan di DU/I merupakan tolok ukur keberhasilan pembelajaran di
sekolah.
Namun demikian untuk mencapai keberhasilan di atas, dalam pembelajaran produktif
sering kali mengalami kesulitan dalam peningkatan kemampuan peserta didik untuk
mencapai nilai yang sesuai dengan KKM. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang
masih kurang beragam digunakan oleh guru sebagai penyampai materi pembelajaran, yang
sering terjadi guru sebagai pusat pembelajaran. Hal tersebut juga terjadi di kelas X SMK
Islam Batu bahwa pembelajaran dan hasilnya belum optimal disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut: (1) Kurangnya konsentrasi peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran ,(2) Tidak meratanya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang
disampaikan , (3) Kurangnya minat untuk mengikuti keseluruhan kegiatan pembelajaran pada
materi yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, (4) KKM yang dihasilkan siswa masih rendah,
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
192
Fakta empiris menunjukkan hasil nilai yang diperoleh peserta didik atas Uji Teori Kejuruan
pada Ujian Nasional Tahun 2015 yang lalu ,dimana hasilnya hanya 60 % yang mencapai
KKM sisanya masih belum mencapai KKM maka pendidik perlu mengevaluasi cara
mengajar konvensional / cara lama menjadi konstruksional sebagai bentuk perubahan cara
mengajar. Untuk itu perlu penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL)
dengan media kreatif.
Pendekatan pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL)
dipusatkan kepada masalah-masalah yang disajikan oleh guru dan siswa menyelesaikan masalah
tersebut dengan seluruh pengetahuan dan keterampilan mereka dari berbagai sumber yang dapat
diperoleh. Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada hasil penelitian Barrow and Tamblyn
(1980, Barret, 2005)
Lavy & Shariki (2008) mendefinisikan PBM sebagai “The learning that results from
the process of working towards the understanding of a resolution of a problem. The problem
is encountered first in the learning process.” Sementara Mulyani (2015) mengatakan PBL
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengguanakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran.
Pelaksanaan PBLmenurut Jauhari (2015) memiliki ciri tersendiri berkaitan dengan
langkah pembelajarannya menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan PBM sebagai berikut :
(1) Siswa diberi permasalahan oleh guru (atau permasalahan diungkap dari pengalaman
siswa), (2) Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan melakukan hal-hal berikut,
(3) Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang harus
diselesaikan. Mereka dapat melakukannya dengan cara mencari sumber di perpustakaan,
database, internet, sumber personal atau melakukan observasi, (4) Siswa kembali kepada
kelompok PBM semula untuk melakukan tukar informasi, pembelajaran teman sejawat, dan
bekerjasama dalam menyelesaikan masalah, (5) Siswa menyajikan solusi yang mereka
temukan, dan (6) Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh
kegiatan pembelajaran. Hal ini meliputi sejauh mana pengetahuan yang sudah diperoleh oleh
siswa serta bagaiman peran masing-masing siswa dalam kelompok.
Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan dalam
pelaksanaannya ,tidak berbeda dengan model pembelajaran (PBL) ,masih perlu pula
dilakukan pengamatan untuk tingkat keberhasilannya. Menurut Nisak & Annisa (2013)
sebagai suatu strategi pembelajaran PBL memiliki beberapa keunggulan diantaranya (1)
pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran;(2) pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa;(3) pemecahan masalah dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa;(4) pemecahan masalah dapat membantu siswa
bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata;(5) pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.Disamping itu , pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya;(6)pemecahan masalah
dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa;(7) pemecahan masalah dapat
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
193
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru;pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan nyata.
Kelemahan dari penerapan model PBL adalah sebagai berikut :(1) manakala siswa
tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba; (2) keberhasilan
strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan;(3) tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari,
maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Pembelajaran dengan metode PBL dengan berbantuan media kreatif diharapkan dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasilnya. Media Kreatif adalah media yang
mendukung pembelajaran sehingga peserta didik lebih mudah dalam pemahaman materi
.Kelebihan :(1)peserta didik lebih mudah memahami dikarenakan langsung melihat secara
nyata sesuai dalam kehidupan sehari hari ;(2) dapat langsung mempraktekkan ;(3) tidak asing
ketika menemui permasalahan bukti transaksi di DU/I .Temuan:(1)media yang sama dengan
kondisi yang sesungguhnya sulit diperoleh ,(2) menghabiskan waktu pembelajaran yang lebih
banyak.
Berdasarkan permasalah di atas diperlukan kajian penelitian dengan judul : Penerapan
Problem Based Learning Dengan Media Kreatif Pada Materi Pengelolaan Buku Jurnal Untuk
Meningkatkan Ketrampilan Mencatat Data Keuangan Akuntansi Kelas X AK SMK Islam
Batu
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X Akuntansi SMK Islam Batu dengan
menggunakan metode PBL dengan jumlah ( X AK) 40 orang. Adapun pelaksanaan perbaikan
pembelajaran ini dilakukan sebanyak dua siklus yang dilaksanakan pada bulan Oktober
sampai Nopember 2016.
Rancangan penelitian yang digunakan berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas melalui
tahapan perencanaan ,pelaksanaan,pengamatan,dan refleksi ,dengan menggunakan metode
diskusi yang mudah dipahami dan diikuti oleh peserta didik , sehingga memotivasi guru
menggunakan media saat mengajar.Materi yang diajarkan adalah Menganalisa Bukti transaksi. Saat
guru membuka dengan salam kemudian mengecek kehadiran siswa yang berjumlah 40 orang, yang
terdiri dari 6 orang peserta didik laki-laki dan 34 orang perempuan, peserta didik sangat antusias dan
memperhatikan bahan atau media yang ada di depan kelas dengan penuh tanda tanya, ada pesertta
didik yang aktif ada juga yang hanya duduk diam, ada yang ingin segera mengetahui kegiatan apa
yang akan dikerjakan, ada satu peserta didik yang sangat aktif dan bertanya kepada guru kegiatan apa
yang akan dilakukan. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dan memberi tugas untuk
memahami prosedur kerja yang ada LKS. Guru membantu langkah kerja yang akan dilakukan dalam
diskusi , kemudian setiap peserta didik dalam kelompok melakukan kegiatan analisis sesuai prosedur
kerja pada LKS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model
Penelitian Tindakan Kelas, dengan menggunakan empat langkah, yaitu sebagai berikut(1)
Perencanaan, pada tahap perencanaan ini dipilih kelas yang akan dijadikan obyek penelitian
berdasarkan hasil pre test yang telah dilakukan. Selanjutnya memilih metode yang sesuai untuk
penyampaian materi Menganalisa Bukti transaksi; (2) Pelaksanaan, pada tahap ini guru
mempersiapkan perangkat demi terlaksananya pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
194
Pembelajaran, skenario pembelajaran, soal tes yang akan diberikan; (3) Observasi/Pengamatan, pada
tahap ini akan diamati sejauh mana keberhasilan dari metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran; (4) Refleksi/Perbaikan Pembelajaran, pada tahap ini akan diidentifikasi hal-hal yang
dapat dilakukan sebagai perbaikan untuk tindakan lanjut pada siklus.Penelitian ini dilaksanakan pada
siswa kelas X Ak 1 SMK Islam Batu dengan jumlah peserta didik 40 orang. Pengumpulan data
dengan teknik observasi/pengamatan oleh guru dan pemberian LKS.Setelah melaksanakan observasi
dan pengumpulan hasil LKS maka penulis mengambil kesimpulan hasil penelitian telah menunjukkan
hasil yang memuaskan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I.
Perencanaan
Dengan dibantu oleh teman sejawat sebagai observer, penulis melaksanakan
perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak dua siklus.
Kegiatan Perencanaan Tindakan Siklus I , dimulai dengan : (1) membuat rencana
pembelajaran (RPP) dengan Kompetensi Dasar : Menganalisa Bukti Transaksi;(2)
menyiapkan materi pembelajaran mengenai macam macam bukti transaksi dan melakukan
pencatatan transaksi keuangan ke dalam Bukti transaksi ;(3) menyiapkan media
pembelajaran ( bukti transaksi ) ;(4) menyiapkan lembar kerja (transaksi teks book );(5)
instrumen penilaian hasil diskusi;(6) lembar aktifitas siswa;(7) membuat instrumen soal tulis,
Pada tahapan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi :(1) kompetensi
yang ditentukan dengan Kompetensi Dasar :Mengelola Bukti Transaksi dengan rincian waktu
2 x 45 menit ,dilaksanakan di kelas Xak 1 dengan tahapan kegiatan : (1) kegiatan
apersepsi;(2)kegiatan inti;(3)kegiatan penutup ,dengan tujuan pembelajaran aspek
pengetahuan peserta didik mampu mengenal macam macam bukti transaksi , mampu
memahami macam macam transaksi keuangan yang terjadi di perusahaan jasa,aspek
ketrampilan peserta didik mampu membuat bukti transaksi , mampu membukukan transaksi
keuangan perusahaan jasa.
Untuk mengefisienkan waktu peserta didik diberikan materi pembelajaran macam
macam bukti transaksi dan cara melakukan pencatatan ke dalam bukti transaksi sehingga
akan dipakai sebagai bahan bacaan untuk peserta didik dan memberikan peserta didik
kemudahan dalam pemahaman materi , serta mencari sumber informasi yang lain setelah
penjelasan yang diberikan oleh guru.
Agar pemahaman peserta didik lebih bagus dari sebelumnya dan lebih mengenal
bukti transaksi yang sebenarnya di dunia kerja maka disediakan media pembelajaran Bukti
bukti transaksi yang konkrit yaitu Faktur , Nota Kontan , Kwitansi kecil dan Kwitansi besar ,
Bukti Kas Keluar , Bukti Kas Masuk , Nota debet , Bukti Memo yang nantinya akan
digunakan peserta didik sebagai media untuk mengerjakan tugas di lembar kerja siswa (
LKS) yang berbentuk soal teksbook
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
195
Pelaksanaan Tindakan
Proses pembelajaran pada hari : Jum‟at ,14 Oktober 2016 jam ke 1 dan 2 di kelas X
Ak 1 sebagai proses pelaksanaan tindakan . Kegiatan utama terbagi menjadi tiga : (1)
kegiatan Pendahuluan ;(2) kegiatan Inti dan ;(3) kegiatan penutup .
Dalam kegiatan pendahuluan , guru meminta peserta didik membaca surat yasin , doa
mau belajar, Peserta didik membaca surat yasin dan doa mau belajar,guru mengucapkan
salam , peserta didik menjawab salam ,guru melakukan presensi, dan menanyakan kondisi
peserta didik . Setelah yakin dengan kondisi peserta didik yang siap mengikuti PBM , Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini serta menghubungkan dengan materi
terdahulu , Saat memanfaatkan waktu kegiatan pendahulua pembelajaran guru
menyampaikan ruang lingkup materi dan arah pembelajaran yang bersifat apersepsi.
Apersepsi yang diberikan guru dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk membentuk
motivasi peserta didik.Ketika guru mengajukan pertanyaan, ada beberapa peserta didik yang
menjawab dengan bersemangat sehingga terbentuk dialog interaksi antara guru dengan siswa
sebagai berikut:
Guru : “ Dalam siklus akuntansi perusahaan jasa, kegiatan akan dimulai bila perusahaan
sudah memiliki yang di sebut Dokumen Sumber yaitu Bukti Transaksi .Ada berapa
bukti transaksi yang kalian ketahui “
Siswa 1: “ Ada 5 bukti transaksi : Kwitansi,Nota ,Faktur , Cek,dan Bilyet Giro.”
Guru : “ Bagus jawabannya , adakah yang bisa melengkapi atas jawaban temanmu “
Siswa 2: “ Bukti memo, Nota debet , Nota kredit.”
Guru : “ Hebat , atas jawabanmu nak “
Kegiatan Inti, menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ditentukan
dengan langkah langkah / Sintaksnya sebagai berikut :(1) Orientasi pada masalah; mengamati
masalah yang menjadi objek pembelajaran,(2) Pengorganisasian kegiatan pembelajaran;
menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap masalah kajian,(3) Penyelidikan
mandiri dan kelompok; melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka
menyelesaikan masalah yang dikaji,(4) Pengembangan dan Penyajian hasil; mengasosiasi data yang
ditemukan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber,(5) Analisis dan evaluasi proses
pemecahan masalah.
Di kegiatan inti guru menampilkan tayangan video dan menugasi kepada peserta didik untuk
mengamati tayangan tersebut sehingga terjadi dialog sebagai berikut :
Guru : “ dari tayangan tadi apa yang bisa anak anak ceritakan “
Siswa 1 :“ macam macam bukti transaksi yang ada dalam kegiatan keuangan suatu perusahaan “
Guru : “ Bagus , berarti kamu memperhatikan benar benar tayangan tadi nak, ada yang bisa menambahkan
kira kira apalagi yang lain yang dapat disebutkan “
Siswa 2 : “transaksi transaksi keuangan yang biasa terjadi di perusahaan “
Guru : “ ya betul , adakah yang tahu apa yang dimaksud dengan Faktur ?
Siswa 3 : ” saya bu , faktur adalah bukti transaksi yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian secara
kredit “
Guru : “ bagus , siapa yang bisa menjawab apabila saya melakukan pembayaran atas gaji karyawan, bukti
transaksi apa yang digunakan untuk mencatat transaksi tersebut ?”
Siswa 4: “ Kwitansi buu “
Guru : “ ya bagus jawabanmu , untuk identifikasi transaksi ayo kalian membagi diri menjadi 6 kelompok. “
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
196
Untuk mendalami materi Guru menetapkan peserta didik menjadi 6 kelompok dan
setiap kelompok dibagikan LKS. Sebagai penjelasan guru menyampaikan atas langkah
langkah yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok.Sehingga terjadi dialog interaksi
sebagai berikut :
Guru :”dalam LKS ada transaksi keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan”
Siswa 1 :”di halaman berapa buu”
Guru :”halaman ke 2 ,kemudian kalian analisis serta tentukan transaksi tersebut akan dicatat ke dalam bukti
transaski apa”
Siswa 2 :”Siap bu”
Guru :” Bila sudah teridentifikasi silahkan mengambil bukti transaksi yang ada di depan”.
Siswa 3 :”Apakah semua transaksi yang ada dalam LKS buu”
Guru :”Pilihlah 10 transaksi dari data yang ada”
Guru memberikan pendampingan dan penguatan kepada siswa dalam
melakukan pengamatan, ternyata siswa menjadi aktif dan mandiri. Siswa bersemangat,
konsentrasi, dan mengerjakan tugas dengan mengisi LKS dan terjadi interaksi dialog antara
guru dan siswa untuk mendeskripsikan Transaksi keuangan yang akan dicatat dalam bukti
transaksi .
Peserta didik dan guru membahas hasil diskusi yang telah dilakukan dengan
membandingkan dengan materi yang ada di literatur. Pada kegiatan ini guru dan peserta didik
melakukan tanya jawab. Guru mempersilakan perwakilan kelompok untuk menyampaikan
hasil diskusi dan analisa tentang transaksi keuangan secara bergantian. Peserta didik
melakukan kegiatan analisa ini diberikan penguatan dengan kegiatan unjuk kerja dengan
menghasilkan produk yang selanjutnya dikumpulkan sebagai hasil kerja individu.
Kegiatan penutup pembelajaran dilakukan penyimpulan bersama peserta didik
tentang transaksi keuangan dicatat dalam bukti transaski . Guru memberi penekanan tentang
kesimpulan Bukti Transaksi . Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan
kompetensi siswa. Penilaian menggunakan pembobotan terhadap unsur nilai pengetahuan
40%, ketrampilan 50%,
dan presentasi 10%, dengan penetapan KKM 80.
Berdasarkan hasil tes pengetahuan dan ketrampilan di hasilkan nilai KKM siswa rata-
rata kelas 84, jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 34 siswa, dibawah
KKM sebanyak 6 siswa, presentase ketuntasan belajar peserta didik mencapai 86 %.
Pengamatan
Berdasarkan pengamatan guru dan teman sejawat sebagai observer , pelaksanaan
kegiatan awal pembelajaran siswa sangat bersemangat, aktif, dan menjadi mandiri setelah
diberikan tugas melalui LKS, tetapi ada peserta didik acuh tak acuh bahkan mengantuk ketika
diberi penjelasan oleh guru dan ada yang mengobrol dengan temannya, hal ini dimungkinkan
ada siswa yang belum paham dengan hal hal yang dilakukan dalam kegiatan proses. Pada saat
pelaksanaan diskusi menganalisa transaksi keuangan diketahui ada beberapa peserta didik
yang tidak aktif bahkan diam tidak menganalisa transaksi keuangan .
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
197
Refleksi
Selesai pembelajaran, peneliti melakukan refleksi terhadap semua kegiatan yang
berhubungan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Hasil refleksi diketahui ada
beberapa kendala dan penyebab selama proses pembelajaran, yang terinci dalam ringkasan
sebagai berikut (Tabel 2) :
Tabel 2. Kendala, penyebab, dan alternatif selama proses pembelajaran
Kendala Penyebab Alternatif perbaikan
Masih ada beberapa
peserta didik yang belum
mampu secara maksimal
menyimpulkan hasil
pengamatan
Buku referensi tentang
pengertian macam macam
bukti transaksi yang diberikan
guru kepada peserta didik
masih terbatas (satu
kelompok hanya 2 bendel
referensi)
Perlu memperbanyak jumlah
referensi yang dibutuhkan
dari setiap kegiatan diskusi
pengamatan
Terdapat peserta didik
yang belum mampu
mengidentifikasi transaksi
keuangan
peserta didik masih kurang
mampu memahami tentang
macam macam bukti
transaksi
Meminta siswa untuk
membaca dan mencetak
referensi tentang macam
macam bukti transaksi
melalui internet
Peserta didik belum dapat
membedakan Bukti
transaksi yang diterbitkan
pihak Intern dan pihak
ekstern
Peserta didik belum mampu
memahami tentang Bukti
transaksi yang diterbitkan
pihak Intern dan pihak
ekstern
Meminta peserta didik
menganalisa dengan teliti
tentang Bukti transaksi yang
diterbitkan pihak Intern dan
pihak ekstern
Hasil refleksi menunjukkan bahwa guru perlu melakukan perbaikan pada
pembelajaran berikutnya. Hal-hal yang perlu ditingkatkan untuk siklus berikutnya adalah
tentang bagaimana peserta didik mampu membuat kesimpulan hasil kegiatan proses,
dengan menambah referensi tentang Bukti transaksi yang diterbitkan pihak Intern dan
pihak ekstern.
Siklus II .
Perencanaan
Kegiatan Perencanaan Tindakan Siklus 2 , dimulai dengan : (1) membuat rencana
pembelajaran (RPP) dengan Kompetensi Dasar : Mencatat transaksi keuangan ke dalam
jurnal umum; (2) menyiapkan materi pembelajaran mengenai mencatat transaksi keuangan ke
dalam jurnal umum dan melakukan pencatatan transaksi keuangan ke dalam bukti transaksi ;
(3) menyiapkan media pembelajaran ( bukti transaksi dan format jurnal umum );(4)
menyiapkan lembar kerja (LKS );(5) instrumen penilaian hasil diskusi;(6) lembar aktifitas
siswa; (7) membuat instrumen soal tulis,
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
198
Pada tahapan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi :(1) Kompetensi
yang ditentukan dengan Kompetensi Dasar : mencatat transaksi keuangan ke dalam jurnal
umum dengan rincian waktu 2 x 45 menit ,dilaksanakan di kelas XAk 1 dengan tahapan
kegiatan : (1) kegiatan apersepsi;(2)kegiatan inti;(3)kegiatan penutup ,dengan tujuan
pembelajaran aspek pengetahuan peserta didik mampu memahami fungsi jurnal umum
,aspek ketrampilan peserta didik mampu menganalisa transaksi keuangan , mampu
membukukan transaksi keuangan ke dalam jurnal umum dalam perusahaan jasa.
Untuk mengefisienkan waktu peserta didik diberikan materi pembelajaran macam
macam bukti transaksi dan cara melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal sehingga akan
dipakai sebagai bahan bacaan untuk peserta didik dan memberikan kemudahan bagi peserta
didik dalam memahami materi , serta mencari sumber informasi yang lain setelah penjelasan
yang diberikan oleh guru .
Pelaksanaan Tindakan :
Proses pembelajaran pada hari : Jum‟at ,28 Oktober 2016 jam ke 1 dan 2 di kelas X
Ak 1 sebagai proses pelaksanaan tindakan . Kegiatan utama terbagi menjadi 3; (1) kegiatan
awal ;(2) kegiatan inti dan ;(3) kegiatan penutup .
Dalam kegiatan awal , guru bersama peserta didik membaca surat yasin dan doa mau
belajar , guru mengucapkan salam , peserta didik menjawab salam ,guru melakukan presensi,
dan menanyakan kondisi peserta didik . Setelah yakin dengan kondisi peserta didik yang siap
mengikuti PBM , guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini serta
menghubungkan dengan materi terdahulu , untuk memanfaatkan waktu di kegiatan awal
pembelajaran , guru menyampaikan ruang lingkup materi dan arah pembelajaran yang
bersifat apersepsi. Apersepsi yang diberikan guru dengan melontarkan pertanyaan sebagai
langkah untuk memberi motivasi peserta didik. Ketika guru mengajukan pertanyaan, ada
sebagian peserta didik yang menjawab dengan antusias sehingga terbentuk dialog interaksi
antara guru dengan siswa sebagai berikut:
Guru : “ transaksi tunai akan diterbitkan bukti transaksi apa? “
Siswa 1 : “ kwitansi.”
Guru : “ Bagus jawabannya , bukti transaksi lainnya ? “
Siswa 2 : “ Nota tunai .”
Guru : “ Betul sekali , atas jawabanmu nak , untuk pihak intern apa yang akan dibuat?“
Siswa 3 : “ Bukti Kas Keluar”
Guru : “ Hebat , jawabanmu nak .“
Pada kegiatan inti, digunakan model pembelajaran Problem Based Learning
ditentukan dengan Sintaks sebagai berikut :(1) orientasi pada masalah; mengamati masalah
yang menjadi objek pembelajaran;(2) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; menyampaikan
berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap masalah kajian;(3) penyelidikan mandiri dan
kelompok; melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menyelesaikan
masalah yang dikaji;(4) pengembangan dan penyajian hasil; mengasosiasi data yang ditemukan
dengan berbagai data lain dari berbagai sumber;(5) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
Di kegiatan inti guru menampilkan tayangan power point sedangkan peserta didik diberikan
tugas untuk mengamati tayangan tersebut sehingga terjadi dialog interaksi sebagai berikut :
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
199
Guru : “ apa yang dapat anak anak ceritakan dari tayangan tadi “
Siswa 1 : “ Jurnal umum dan mekanisme debat kredit buu “
Guru : “ ya betul , adakah yang tahu apa yang dimaksud dengan Debet ?
Siswa 2 : ” pencatatan yang dilakukan dengan akunyang ada di sebelah kanan atau ditulis lebih
dahulu “
Guru : “ betul sekali,sedangkan untuk kredit apa anak anak ?”
Siswa 4 : “ pencatatan akun yang ada di sebelah kiri atau ditulis yang ke 2. “
Guru : “ ya bagus jawabanmu .”
Untuk mendalami materi Guru menetapkan peserta didik menjadi 10 kelompok
dan setiap kelompok dibagikan LKS. Sebagai penjelasan guru menyampaikan atas
langkah langkah yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok.
Guru memberikan pendampingan dan penguatan kepada siswa dalam melakukan
pengamatan dan analisa , sehingga peserta didik aktif dan mandiri. Peserta didik
bersemangat dan konsentrasi dalam mengerjakan tugas dengan mengisi LKS.
Peserta didik dan guru membahas hasil diskusi yang telah dilakukan . Pada kegiatan
ini guru dan peserta didik melakukan tanya jawab. Guru mempersilakan perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja . Peserta didik diberikan penguatan pada
kegiatan unjuk kerja dengan menghasilkan produk yang selanjutnya dikumpulkan sebagai
hasil kerja individu.
Pada kegiatan penutup ,peserta didik beserta guru menyimpulkan transaksi yang
dicatat dalam jurnal umum beserta penentuan akun akan dicatat di sebelah debet atau di
sebelah kredit. Sekaligus diberikan penekanan mengenai mekanisme debet dan kredit .
kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa. Penilaian
menggunakan pembobotan terhadap unsur nilai pengetahuan 40%, ketrampilan 50%,dan
presentasi 10%, dengan penetapan KKM 78. Hasil penilaian dapat digambarkan pada
pencapaian nilai evaluasi.
Berdasarkan hasil penilaian pengetahuan , ketrampilan dan presentasi dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode diskusi peserta didik memperoleh nilai
rata-rata kelas 84, jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 36 siswa,
dibawah KKM sebanyak 4 siswa, presentase ketuntasan belajar peserta didik mencapai 90 %.
Pengamatan
Berdasarkan pengamatan guru dan teman sejawat sebagai observer , pelaksanaan
kegiatan awal pembelajaran siswa sangat antusias, aktif, dan menjadi mandiri setelah
diberikan tugas melalui LKS, tetapi ada peserta didik diam dan mengantuk ketika diberi
penjelasan oleh guru dan ada yang mengobrol dengan temannya, hal ini dimungkinkan ada
siswa yang belum paham dengan hal hal yang dilakukan dalam kegiatan proses. Pada saat
pelaksanaan diskusi menganalisa transaksi keuangan semua peserta didik aktif dan
bersemangat menganalisa transaksi keuangan .
Refleksi
Selesai pembelajaran, peneliti melakukan refleksi terhadap semua kegiatan yang
berhubungan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran.Hasil refleksi diketahui ada
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
200
beberapa kendala dan penyebab selama proses pembelajaran, yang terinci dalam ringkasan
sebagai berikut (Tabel 3) :
Tabel 3. Kendala, penyebab, dan alternatif selama proses pembelajaran
Hasil refleksi menunjukkan bahwa guru perlu memperbanyak latihan untuk ketrampilan
pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan ketrampilan proses yang disusun dengan
langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan aktivitas diskusi dan memfasilitasi
aktivitas ketrampilan proses siswa. Tindakan pembelajaran dalam rangka mengoptimalkan
kinerja guru menggunakan metode diskusi untuk mengembangkan ketrampilan proses
dilakukan dengan pembatasan jenis ketrampilan proses, yaitu mengobservasi meliputi
penggunaan indera dan mencatat hasil pengamatan, berkomunikasi mengajukan dan
menjawab pertanyaan, serta melaporkan hasil pengamatan.
Upaya untuk mengembangkan ketrampilan proses siswa yang dilakukan guru dengan
cara mengoptimalkan kinerja pengelolaan pembelajaran terutama dalam hal tuntutan konsep
dan keterlibatan siswa mendeskripsikan hasil pengamatan untuk mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran, membimbing siswa agar termotivasi melakukan ketrampilan proses, dan
ketepatan serta keefektifan penggunaan lembar pengamatan oleh siswa.
Dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa, terjadi peningkatan KKM dari siklus I
sebesar 79% menjadi 82% pada siklus II. Masih terdapat siswa yang belum tuntas maka akan
dilakukan remidi.
Kendala Penyebab Alternatif perbaikan
Masih ada
beberapa peserta
didik yang agak
lambat
menyimpulkan
hasil diskusi
mekanisme
debet dan kredit
Peserta didik kurang dalam
literasi materi pengelolaan
jurnal umum
Perlu memperbanyak jumlah referensi
yang dibutuhkan dari setiap kegiatan
diskusi pengamatan
Terdapat peserta
didik yang
belum mampu
mengidentifikasi
akun debet
kredit
peserta didik masih
kurang mampu
memahami perubahan
akun di debet dan di kredit
Menugasi peserta didik untuk mencetak
materi tambahan mekanisme debet dan
kredit
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
201
Daftar Rujukan
Jauhari, Mohammad , 2015 . Menemukan Pecahan Senilai dengan Pendekatan Saintifik
melalui Metode Problem Based Learning . Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015.
Hal .327 – 334.
Lavy, Ilana & Shriki ,2008 . Investigating changes in prospective teachers‟ views of a „good
teacher‟ while engaging in computerized project-based learning J Math Teacher Educ
(2008) 11:259–284
Mulyani, Fitri, 2015. Best Practice Problem Based Learning Belajar Aktif, Kreatif,
Menyenangkan dengan Permainan Lurah – Lurahan pada Materi Operasi
Penjumlahan Bilangan Bulat Kelas VII.1 SMP N 1 Bunguran Tengah Kabupaten
Natuna Tahun Pelajaran 2014/2015. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal
.56 – 60
Nisak, Choirun & Annisa, Ratna Sari, 2013. Penerapan Model Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Akuntansi, Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, Vol. XI, No. 1
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
202
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK
PAIR-SHARE)UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI
ORGANISASI USAHA SEDERHANA SISWA KELAS XIPROGRAM KEAHLIAN
AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN DI SMK NEGERI 2 BATU
Febry Tunggal Adijaya
SMK N 02 BATU
Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe tps (think pair-share)untuk meningkatkan hasil belajar materi organisasi
usaha sederhana siswa kelas xiprogram keahlian agribisnis produksi tanaman di smk negeri
2 batu. Penelitian ini menggunalkan seting penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan dalam bentuk siklus yang setiap siklusnya terdiri dari emapat tahapan yaitu tahap
perencanaan, taahaap pelaksanaan, tahap observasi dan taahap refleksi. Subyek dari
penelitian ini adalah 24 siswa kelas XI AG b yang terdiri dari 5 siswa laki laki dan 19 siwa
perempuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan kooperatif lerarning
tipe TPS tahapan 1) Langkah Think (berpikir), 2) langkah Pair (berpasangan), 3) langkag
share (berbagi) dapat meningkatkan hasil belajar siswa..
Kata kunci : TPS, Hasil belajar, Organisasi usaha sederhana
Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat diera global harus dapat
memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya keterampilan intelektual, sosial dan
personal.Keterampilan-keterampilan tersebut dibangun tidak hanya dengan landasan rasio
dan logika saja, tetapi juga inspirasi, kreativitas, moral, intuisi (emosi) dan spiritual.
Dalam mengajar guru hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode-metode
pembelajaran yang sesuai dengan keadaan serta kondisi lingkungan dimana guru tersebut
mengajar. Penentuan dan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
materi yang diajarkan akan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut. Selain itu
siswa lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar
Aktivitas hidup lebih banyak bermula dan berlangsung pada interaksi-interaksi antar
individu yang diprakarsai individu itu sendiri.Setiap individu diera global dituntut
mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif dan mengadaptasikan diri kedalam
situasi global yang amat bervariasi dan cepat berubah.Setiap individu dituntut melakukan
daya nalar kreatif dan kepribadian yang tidak simple, melainkan kompleks. Untuk itu
ketrampilan yang harus dimiliki individu adalah keterampilan intelektual,sosial, dan personal.
Selama ini siswa selalu terkondisikan untuk menerima informasi apa adanya, sehingga
siswa cenderung pasif dan menunggu diberi informasi tanpa berusaha menemukan informasi
tersebut. Hal itu menyebabkan siswa hanya mampu untuk menghafal tanpa memahami materi
yang telah diterimanya.
Maka dari itu agar siswa lebih bisa mengasah kreatifitasnya diperlukan suatu metode
pembelajaran baru yang menekankan kreatifitas siswa. Dengan diterapkannya variasi metode
pembelajaran diharapkan akan menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam proses belajar
mengajar untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu metode pembelajaran yang
bervariasi akan lebih meningkatkan keaktifan siswa serta membuat siswa dapat lebih
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
203
memahami materi yang diberikan sehingga bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa adalah metode
pembelajaran kooperatif model TPS (think-pair-share).
Think-pair-share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil (2-6 orang) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif daripada
penghargaan individual (Ibrahim dkk: 2000:3). Untuk lebih mengetahui keefektifan metode
tersebut peneliti mencoba untuk melakukan penelitian tindakan kelas di SMK Negeri 2 Batu.
Sekolah ini dipilih karena peneliti termasuk guru di sekolah tersebut yang mengasuh mata
pelajaran kewirausahaan.
Susilo, menyebutkan tahapan demi tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan Think
Pair Share, antara lain:
Tahap satu, think (berpikir).
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran.Proses TPS
dimulai pada saat ini, yaitu guru mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke
seluruh kelas.Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan
dijawab dengan berbagai macam jawaban.
Tahap dua, pair (berpasangan).
Pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan
dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru tadi dalam waktu
tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru berdasarkan pemahaman guru terhadap
siswanya, sifat pertanyaanya, dan skedul pembelajaran.Siswa disarankan untuk menulis
jawaban atau pemecahan masalah hasil pemikirannya.
Tahap 3, share(berbagi).
Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua maju bersama untuk
melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap terakhir ini siswa seluruh kelas
akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai
konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.
Tabel pembelajaran Think Pair Share adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Pembelajaran Think Pair Share
Tahapan Guru Siswa
1.
Thinking
Guru memberikan waktu kepada siswa
untuk berpikir
tentang pertanyaan atau masalah yang
diberikan
Siswa berpikir sendiri untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan
atau masalah yang diajukan
2.
Pairing
Guru memberikan tanda kepada siswa
untuk mulai berpasangan dengan
siswa lain
Siswa mulai mencari pasangan untuk
mendiskusikan dan mencapai
kesepakatan atas jawaban pertanyaan
yang diajukan guru
3.
Sharing
Guru meminta pasangan pasangan
tersebut untuk berbagi jawaban atas
pertanyaan atau permasalahan yang
Siswa berbagi jawaban atas pertanyaan
atau permasalahan yang diajukan guru
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
204
diajukan guru
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terkait denagn tipe pembelajran ( THINK
PAIRSHARE) diantaranya Dewi 2015, Ningsih 2015, Syafyarnita 2015, Dewi 2015,
mengatakan bahwa model pembelajran Think Pair Share dapat meningkatkan pemecahan
masalah.pembelaajaaran menulis pantun menggunakan kartu rumpung, Ningsih (2015)
Menggunakan Alat Peraga Kartu Positif Negatif dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Pembelajaran Matematika, Syafyarnita (2015) mengatakan pembelajaran membaca puisi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Oleh karena itu perlu dilakukan kajian model pembelajaran model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pare Share pada mata pelajaran kewirausahaan materi organisasi usaha
sederhana kelas XI Program Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman.
Metode
Rancangan penelitian adalah pedoman bagi peneliti dalam melakukan
penelitian.Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Reseach).
Istilah penelitian tindakan kelas (PTK) dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action
Research (CAR).Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung didalamnya, yaitu
sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas.
Namun menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi
sekelompok peserta didik yang sedang belajar.Dengan demikian penelitian tindakan kelas
dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi dimana saja tempatnya, yang penting ada
sekelompok siswa yang sedang belajar.Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata
inti, yaitu (1) Penelitian, (2) Tindakan, dan (3) Kelas.Dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. (Arikunto,
Suhardjono, Supardi. 2008:2)
Ciri-ciri penelitian tindakan kelas (PTK) adalah adanya tindakan yang nyata, tindakan
dilakukan pada situasi yang alami (bukan dalam laboratorium), ditujukan untuk memecahkan
permasalahan praktis.Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam rangkaian siklus kegiatan.Ada beberapa ahli
yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun
secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) Perencanaan, (2)
Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-
masing tahap adalah seperti bagain 1 berikut :
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
205
Bagan 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mencakup:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Pertemuan I
Perencanaan
Dalam perecanaan ini dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan khususnya materi Organisasi Usaha Sederhana
kelas XIAgribisnis Produksi TanamanSMKN 2 Batu.
Beberapa kegiatan yang dilakukan selama studi pendahuluan, kegiatan tersebut antara lain:
a) Mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah SMKN 2 Batu, untuk memohon ijin
melakukan penelitian tindakan kelas.
b) Melakukan dan mengamati secara langsung proses pembelajaran yang dilakukan di
dalam kelas, termasuk mengamati masalah yang mungkin terjadi dalam proses
pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan khususnya materi administrasi usaha.
Setelah studi pendahuluan selesai, dilanjutkan dengan tahap perencanaan yang meliputi
beberapa kegiatan, yaitu:
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
206
a) Merancang kegiatan pembelajaran berupa penyusunan rencana pembelajaran dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share)
b) Menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian.
Kegiatan pertama, menyusun rancangan pembelajaran, dituangkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal-hal yang termuat dalam RPP tersebut adalah satuan
pendidikan, mata pelajaran, pokok bahasan, sub pokok bahasan, kelas/semester, alokasi
waktu, hari/tanggal pelaksanaan, guru/Pembina, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator kompetensi, tujuan pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah kegiatan
pembelajaran, dan evaluasi. RPP dirancang dalam dua siklus.Tiap siklus terdiri dari satu
RPP.Tiap RPP dirancang untuk dilaksanakan dua kali pertemuan (karena waktu satu siklus
tidak memungkinkan untuk dilaksanakan satu kali pertemuan), dengan alokasi waktu 2 x 35
menit. RPP siklus II pada dasarnya sama dengan RPP yang dirancang untuk siklus I, tetapi
ada beberapa revisi dan modifikasi yang disesuaikan dengan temuan dan refleksi pada siklus
I.
PELAKSANAAN TINDAKAN
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari tahap perencanaan .Pada tahap
ini, peneliti melaksanakan pembelajaran kewirausahaan khususnya materi organisasi usaha
sederhana, dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-
Share).Tahap-tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam dua pertemuan.Setiap
pertemuan memerlukan waktu 2 x 45 menit.Selesai dilaksanakan tindakan, dilakukan analisa
terhadap tindakan dan hasil tindakan yang telah dilaksanakan.Hasil analisa tersebut dijadikan
refleksi tindakan.Hasil refleksi tindakan tersebut digunakan untuk menyusun rancangan
tindakan pada siklus berikutnya.Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, rancangan
pembelajaran yang telah disusun kemudian dilaksanakan oleh peneliti.
Pada kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru mengulas materi
yang sebelumnya secara sekilas, guru memberikan motivasi diawal pembelajaran, guru
memberikan pengetahuan awal siswa digali dengan mengaitkan materi dengan realita
dimasyarakat siswa terlibat merespot dan mengikuti pembelajaran.
Pada kegiatan Inti guru masih mendominasi dalam pembelajaran, materi yang
dijelaskan belum begitu jelas, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga
anak lebih mudah merespon. Pengelolaan sumber belajar/media LCD belum dimanfaatkan
secara sepenuhnya persiapan dan siswa cukup merespon terhadap media atau sumber belajar.
Strategi pembelajran berjalan lancar dan sesuai dan ada komunikasi dua arah antar guru,
siswa dan sumber belajar sesuai alur yang direncanakan, siswa cenderung aktif mengikuti
kegiatan dengan menggunaklan media yang mendorong kegiatan berfikir, ada 1-2 siswa yang
tidak aktif yang kemungkinan adanya sifat siswa itu sendiri.
Pada kegiatan penutup, guru membuat refleksi, guru manyampaikan rencana
pembelajaran untuk materi yang akan datang, tahap evaluasi belum ada kegiatan penilaian
tetapi sudah memberikan evaluasi dengan baik.
PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan pembelajaran
kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share). Pengamatan dilakukan secara intensif
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
207
untuk merekam gejala-gejala yang muncul baik yang mendorong maupun yang menghambat
proses pembelajaran. Hasil pengamatan ditulis melalui alat pengumpulan data. Kegiatan
pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Dalam
kegiatan ini, semua indikator berusaha dikenali, didokumentasi, dan dicatat.
Pengamatan dilakukan secara terus-menerus mulai dari pertemuan pertama sampai
pertemuan terakhir. Hasil pengamatan dapat digambarkan sebagai berikut; didalam
pembelajaran masih ada siwa yang belum aktif, guru memberikan perhatian penuh kepada
seluruh siswa didalam semua kelompok, kegitan share masih belum berjalan dengan baik dan
masih kurang terkontrol, terdapat dua anggota kelompok 4 yang tidak ,melakukan think dan
pair, langkah pembelajaran yang dilakukan belum sesuai dengan RPP.
REFLEKSI
Kegiataan refleksi dilaksanakan pada hari rabu tanggal 19 Oktober 2016 setelah
selesai melakukan kegitan pembelajaran I. Kegiatan refleksi diikuti peneliti, 4 obsever yang
membantu melakukan obsevasi pada kegiatan penelitian.
Hasil refleksi yang diperoleh pada kegiatan refleksi adalah mencari solusi dari
masalh-masalh yang ditemui oleh obsever dan peneliti pada saat melakukan penelitian,
diantaranya 1) dalam pembelajaran masih ada siwa yang belum aktif solusinya guru
mendekati dan menayakan apakah ada kesulitan dalam memecahkan solusi dalam kelompok
2) guru memberikan gambaran tentang pokok masalah yang akan diskusikan agar dalam
kelompok saling komunikasi dalam memecahkan masalah.
Hasil refleksi ini akan digunakan untuk perbaikan pelaksaan pembelajaran siklus
pertama untuk pertemuan ke dua
PERTEMUAN II
PERENCANAAN
Pada siklus pertama pertemuan kedua, peneliti melakukan perencanaan terkait setting
kelas tidak menggunakan letter U karena peneliti merasa kurang leluasa untuk lebih dekat
dengan siswa baik pengawasan maupun dalam mendampingi siswa. Setting kelas yang dipilih
adalah setting kelas klasikal. Pada siklus pertama pertemuan kedua ini peneliti masih
menggunakan model pembelajaran TPS tetapi hanya menggunakan sekali sesi diskusi,
sedangkan untuk membangun konsep awal peserta didik peneliti menggunakan tayangan
video dari pertemuan pertama dan menggunakan power point untuk memberikan pemahaman
konsep peserta didik
PELAKSANAAN TINDAKAN
Pada kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru mengulas materi
yang sebelumnya secara sekilas, guru memberikan motivasi diawal pembelajaran, guru
memberikan pengetahuan awal siswa digali dengan mengaitkan materi dengan realita
dimasyarakat siswa terlibat merespon dan mengikuti pembelajaran.
Pada kegiatan inti guru masih mendominasi dalam pembelajaran, materi yang
dijelaskan belum begitu jelas, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga
anak lebih mudah merespon. Pengelolaan sumber belajar/media LCD belum dimanfaatkan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
208
secara sepenuhnya persiapan dan siswa cukup merespon terhadap media atau sumber belajar.
Strategi pembelajaran berjalan lancar dan sesuai dan ada komunikasi dua arah antar guru,
siswa dan sumber belajar sesuai alur yang direncanakan, siswa cenderung aktif mengikuti
kegiatan dengan menggunakan media yang mendorong kegiatan berfikir.
Pada kegiatan penutup, guru membuat refleksi, guru menyampaikan rencana
pembelajaran untuk materi yang akan datang, tahap evaluasi masih belum dilakukan oleh
guru
Membangun konsep peserta didik dengan memberikan pertanyaan yang sesuai dengan
materi pembelajaran yang diberikan, pembagian kelompok kecil yang terdiri dari dua orang,
memberikan tugas (LKS) berdasarkan dari tayangan video, memberikan pertanyaan yang
sesuai dengan materi
PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan pembelajaran
kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share). Pengamatan dilakukan secara intensif
untuk merekam gejala-gejala yang muncul baik yang mendorong maupun yang menghambat
proses pembelajaran. Hasil pengamatan ditulis melalui alat pengumpulan data. Kegiatan
pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Dalam
kegiatan ini, semua indikator berusaha dikenali, didokumentasi, dan dicatat.
Pengamatan dilakukan secara terus-menerus mulai dari pertemuan petama sampai
pertemuan terakhir. Hasil pengamatan dapat digambarkan sebagai berikut; kegiatan diskusi
berjalan dengan lancar dan kondusif, siswa hampir semua melakukan kegiatan diskusi, guru
memimpin dan mendampingi diskusi dengan baik.
REFLEKSI
Kegiataan refleksi dilaksanakan pada hari rabu tanggal 28 Oktober 2016 setelah
selesai melakukan kegiatan pembelajaran II. Kegiatan refleksi diikuti peneliti, 4 obsever yang
membantu melakukan obsevasi pada kegiatan penelitian.
Hasil refleksi yang diperoleh pada kegiatan refleksi adalah mencari solusi dari
masalah-masalah yang ditemui oleh obsever dan peneliti pada saat melakukan penelitian,
diantaranya 1) dalam pembelajaran masih ada siswa yang belum aktif solusinya guru
mendekati dan menanyakan apakah ada kesulitan dalam memecahkan solusi dalam kelompok
2) guru memberikan gambaran tentang pokok masalah yang akan diskusikan agar dalam
kelompok saling komunikasi dalam memecahkan masalah.
Hasil refleksi ini akan digunakan untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran siklus
pertama untuk pertemuan ke dua.
SIKLUS II
PERTEMUAN I
PERENCANAAN
Dalam perecanaan ini dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan khususnya materi Organisasi Usaha Sederhana
kelas XI Agribisnis Produksi Tanaman SMKN 2 Batu.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
209
Beberapa kegiatan yang dilakukan selama studi pendahuluan, kegiatan tersebut antara
lain: a) Mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah SMKN 2 Batu, untuk memohon ijin
melakukan penelitian tindakan kelas.. b) Melakukan dan mengamati secara langsung proses
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, termasuk mengamati masalah yang mungkin
terjadi dalam proses pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan khususnya materi
administrasi usaha.
Setelah studi pendahuluan selesai, dilanjutkan dengan tahap perencanaan yang meliputi
beberapa kegiatan, yaitu: a) Merancang kegiatan pembelajaran berupa penyusunan rencana
pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-
Share) b) Menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian.
Kegiatan pertama, menyusun rancangan pembelajaran, dituangkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal-hal yang termuat dalam RPP tersebut adalah satuan
pendidikan, mata pelajaran, pokok bahasan, sub pokok bahasan, kelas/semester, alokasi
waktu, hari/tanggal pelaksanaan, guru/Pembina, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator kompetensi, tujuan pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah kegiatan
pembelajaran, dan evaluasi. RPP dirancang dalam dua siklus.Tiap siklus terdiri dari satu
RPP.Tiap RPP dirancang untuk dilaksanakan dua kali pertemuan (karena waktu satu siklus
tidak memungkinkan untuk dilaksanakan satu kali pertemuan), dengan alokasi waktu 2 x 35
menit. RPP siklus II pada dasarnya sama dengan RPP yang dirancang untuk siklus I, tetapi
ada beberapa revisi dan modifikasi yang disesuaikan dengan temuan dan refleksi pada siklus
I.
PELAKSANAAN TINDAKAN
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari tahap perencanaan .Pada tahap
ini, peneliti melaksanakan pembelajaran kewirausahaan khususnya materi organisasi usaha
sederhana, dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-
Share).Tahap-tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam dua pertemuan.Setiap
pertemuan memerlukan waktu 2 x 35 menit.Selesai dilaksanakan tindakan, dilakukan analisa
terhadap tindakan dan hasil tindakan yang telah dilaksanakan.Hasil analisa tersebut dijadikan
refleksi tindakan.Hasil refleksi tindakan tersebut digunakan untuk menyusun rancangan
tindakan pada siklus berikutnya.Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, rancangan
pembelajaran yang telah disusun kemudian dilaksanakan oleh peneliti.
Pada kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru mengulas materi
yang sebelumnya secara sekilas, guru belum memberikan motivasi diawal pembelajaran, guru
memberikan pengetahuan awal siswa digali dengan mengaitkan materi dengan realita
dimasyarakat siswa terlibat merespon dan mengikuti pembelajaran. Sebelum melakukan inti
dari kegiatan pembelajaran, guru memberikan pre-test kepada siswa untuk menggali
pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diajarkan dan guru membahas jawaban
dari soal pre-test yang telah dikerjakan oleh siswa.
Pada kegiatan Inti guru menayangkan kembali video dan mengaitkan dengan materi,
materi yang dijelaskan belum begitu jelas, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-
hari sehingga anak lebih mudah merespon. Pengelolaan sumber belajar/media LCD sudah
dimanfaatkan secara sepenuhnya persiapan dan siswa cukup merespon terhadap media atau
sumber belajar. Berdasarkan hasil pengamatan observer, terdapat kelemahan dengan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
210
pemanfaatan dari tayangan video yang digunakan karena dalam pelaksanaannya siswa
diperintahkan untuk melakukan dua kegiatan secara bersamaan yaitu melihat tayangan video
dan melakukan diskusi. Hal ini sangat tidak efektif untuk dilakukan karena siswa menjadi
tidak fokus pada kegiatan diskusi yang dilakukan. Strategi pembelajaran berjalan lancar dan
sesuai dan ada komunikasi dua arah antar guru, siswa dan sumber belajar sesuai alur yang
direncanakan, siswa cenderung aktif mengikuti kegiatan dengan menggunalan media yang
mendorong kegiatan berfikir, ada 1-2 siswa yang tidak aktif yang kemungkinan adanya sifat
siswa itu sendiri.
Pada kegiatan penutup, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah diajarkan, sedangkan guru memberikan penguatan materi
agar tidak terjadi kesalahan konsep. Setelah itu guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk materi yang akan datang. Tahap evaluasi akhir tidak dilakukan karena guru telah
melakukan pre-test di awal pembelajaran.
PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan pembelajaran
kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share). Pengamatan dilakukan secara intensif
untuk merekam gejala-gejala yang muncul baik yang mendorong maupun yang menghambat
proses pembelajaran. Hasil pengamatan ditulis melalui alat pengumpulan data. Kegiatan
pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Dalam
kegiatan ini, semua indikator berusaha dikenali, didokumentasi, dan dicatat.
Pengamatan dilakukan secara terus-menerus mulai dari pertemuan pertama sampai
pertemuan kedua. Hasil pengamatan dapat digambarkan sebagai berikut; didalam
pembelajaran masih ada siswa yang belum aktif, guru memberikan perhatian penuh kepada
seluruh siswa didalam semua kelompok, kegitan share masih belum berjalan dengan baik dan
masih kurang terkontrol, terdapat dua anggota kelompok 4 yang tidak ,melakukan think dan
pair, langkah pembelajaran yang dilakukan belum sesuai dengan RPP.
REFLEKSI
Kegiataan refleksi dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 November 2016 setelah
selesai melakukan kegitan pembelajaran I. Kegiatan refleksi diikuti peneliti, 2 obsever yang
membantu melakukan obsevasi pada kegiatan penelitian.
Hasil refleksi yang diperoleh pada kegiatan refleksi adalah mencari solusi dari
masalah-masalah yang ditemui oleh obsever dan peneliti pada saat melakukan penelitian,
diantaranya 1) dalam pembelajaran masih ada siwa yang belum aktif solusinya guru
mendekati dan menayakan apakah ada kesulitan dalam memecahkan solusi dalam kelompok
2) guru memberikan gambaran tentang pokok masalah yang akan diskusikan agar dalam
kelompok saling komunikasi dalam memecahkan masalah. Saran yang disampaikan observer
terhadap guru model adalah pada kegiatan inti guru belum menyampaikan motivasi kepada
siswa dan manajemen waktu perlu diperhatikan karena pada saat diskusi yaktu yang
digunakan terlalu singkat.
Hasil refleksi ini akan digunakan untuk perbaikan pelaksaan pembelajaran siklus
pertama untuk pertemuan ke dua
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
211
PERTEMUAN II
PERENCANAAN
Pada siklus kedua pertemuan kedua, peneliti melakukan perencanaan terkait setting
kelas dengan menggunakan letter U. Hal ini dikarenakan ruang kelas yang digunakan sudah
disetting letter U. Terdapat kelemahan dari penggunaan setting kelas dengan letter U karena
peneliti merasa kurang leluasa untuk lebih dekat dengan siswa baik pengawasan maupun
dalam mendampingi siswa. Setting kelas yang dipilih adalah setting kelas klasikal. Pada
siklus kedua pertemuan kedua ini peneliti masih menggunakan model pembelajaran TPS
tetapi hanya menggunakan sekali sesi diskusi, sedangkan untuk membangun konsep awal
peserta didik peneliti menggunakan tayangan video dari pertemuan pertama untuk
memberikan pemahaman konsep peserta didik
PELAKSANAAN TINDAKAN
Pada kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru mengulas materi
sebelumnya secara sekilas, guru tidak memberikan motivasi diawal pembelajaran, guru
memberikan pengetahuan awal siswa digali dengan mengaitkan materi dengan realita di
masyarakat siswa terlibat merespon dan mengikuti pembelajaran.
Pada kegiatan inti guru sudah mulai tidak mendominasi dalam pembelajaran, materi
yang dijelaskan belum begitu jelas, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga anak lebih mudah merespon. Pengelolaan sumber belajar/media LCD sudah
dimanfaatkan secara sepenuhnya persiapan dan siswa cukup merespon terhadap media atau
sumber belajar. Strategi pembelajaran berjalan lancar dan sesuai dan ada komunikasi dua
arah antar guru, siswa dan sumber belajar sesuai alur yang direncanakan, siswa cenderung
aktif mengikuti kegiatan dengan menggunakan media yang mendorong kegiatan berfikir.
Dari hasil pengamatan observer yang telah dilakukan guru langsung memberikan tugas untuk
berdiskusi tanpa memberikan penjelasan awal terlebih dahulu.
Pada kegiatan penutup, guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah
didiskusikan dan guru memberikan penguatan agar tidak terjadi miskonsepsi. Guru tidak
menyampaikan rencana pembelajaran untuk materi yang akan datang dan tidak memberikan
tugas atau pekerjaan rumah kepada siswa.
Tes akhir siklus 2 dilaksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran siklus 2 pertemuan
2 selesai dilaksanakan. Bentuk soal pada tes ahir siklus dua soal uraian yang terdiri dari lima
aitem semua siwa dimita mengerjakan lima aitem tersebut.
PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan pembelajaran
kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share). Pengamatan dilakukan secara intensif
untuk merekam gejala-gejala yang muncul baik yang mendorong maupun yang menghambat
proses pembelajaran. Hasil pengamatan ditulis melalui alat pengumpulan data. Kegiatan
pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Dalam
kegiatan ini, semua indikator berusaha dikenali, didokumentasi, dan dicatat.
Pengamatan dilakukan secara terus-menerus mulai dari pertemuan pertama sampai
pertemuan terakhir. Hasil pengamatan dapat digambarkan sebagai berikut; kegiatan diskusi
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
212
berjalan dengan lancar dan kondusif, siswa hampir semua melakukan kegiatan diskusi, guru
memimpin dan mendampingi diskusi dengan baik.
REFLEKSI
Kegiataan refleksi dilaksanakan pada hari rabu tanggal 11 November 2016 setelah
selesai melakukan kegiatan pembelajaran II. Kegiatan refleksi diikuti peneliti, 2 obsever yang
membantu melakukan obsevasi pada kegiatan penelitian.
Hasil refleksi yang diperoleh pada kegiatan refleksi adalah mencari solusi dari
masalah-masalah yang ditemui oleh obsever dan peneliti pada saat melakukan penelitian,
diantaranya 1) dalam pembelajaran masih ada siswa yang belum aktif solusinya guru
mendekati dan menanyakan apakah ada kesulitan dalam memecahkan solusi dalam kelompok
2) guru memberikan gambaran tentang pokok masalah yang akan diskusikan agar dalam
kelompok saling komunikasi dalam memecahkan masalah.
Saran yang diberikan observer kepada guru model adalah pembagian kelompok sebaiknya
jangan selalu dengan teman sebangku, sebisa mungkin pembentukan kelompok diacak agar
terjadi pembentukan kelompok secara heterogen, karena diharapkan semua anggota
kelompok terlibat semua dalam pelaksanaan diskusi sehingga tidak ada salah satu anggota
yang lebih mendominasi
Berdasarkan hasil pererikasaan tes ahir siklus dua diperoleh data semua siswa
memperoleh skor lebih dari atau sama dengan 75. Ini menunjukkan bahwa semua siswa
sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Sesuai indikator kenerhasialn penelitian yang
menatakan bahwa penelitian dikatakan berhasil apabila semua siswa mencapai nilai lebih
bedsar atau sama dengan kriteria ketuntaan minimal maka penelitian ini sudah dapat
dikatakan berhasil. Dan penelitian ini tidak dilanjukan siklus brikutnya.
KESIMPULAN
Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pair-share) untuk
meningkatkan hasil belajar materi organisasi usaha sederhana siswa kelas xi program
keahlian agribisnis produksi tanaman adalah; 1) Tahap think (berpikir). yaitu guru
memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran. Proses TPS dimulai pada saat
ini, yaitu guru mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke seluruh kelas.
Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan dijawab dengan
berbagai macam jawaban., 2) Tahap pair (berpasangan)yaitu siswa berpikir secara individu.
Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau
masalah yang diberikan guru tadi dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru
berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaanya, dan skedul
pembelajaran.Siswa disarankan untuk menulis jawaban atau pemecahan masalah hasil
pemikirannya. 3) Tahap share(berbagi).yaitusiswa secara individu mewakili kelompok atau
berdua maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap
terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan
berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh
individu yang berbeda.
Penerapan pembelajaran kooperatif lerning tipe TPS berhasil meningkatkan hasil
belajar siswa untuk topik materi organisasi usaha sederhana. Padahal topik tentang materi
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
213
organisasi usaha sederhana adalah suatu materi yang sifatnya teoritis. Oleh karena itu
penerapan kooperatif learning tipe TPS sangat cocok apabila diterapkan untuk topok topik
yang lain yang sifatnya teoritis.
Daftar Rujukan
Dewi, A.W.K. 2015. Pembelajaran Menulis Pantun Menggunakan Kartu Rumpang dengan
Model Think Pair Share di Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 15 Batam, .Prosiding Seminar
Nasional TEQIP tahun 2015.
Ningsih, T.D.C . 2015. Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Menggunakan Alat Peraga Kartu Positif Negatif dalam Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Padang Ulak Prosiding
Seminar \nasional TEQIP Tahun 2015.
Syafyarnita. 2015. Pembelajaran Membaca Puisi dengan Metode Think Pair Share di Kelas V
SDN 24 Sungai ,Cubadak Kabupaten Agam Terintegrasi Lesson StudyProsiding
Seminar Nasional TEQIP Tahun 2015.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
214
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK TENTANG INDEKS HARGA
DAN INFLASI MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY KOMBINASI JIGSAW
PADA PESERTA DIDIK KELAS XI LINTAS MINAT
TAHUN PELAJARAN 2016-2017 DI SMA NEGERI 1 BATU
Nuraeni
SMA Negeri 1 Batu
Abstrak: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan
di kelas XI Lintas Minat C SMAN Negeri 1 Batu dengan subjek penelitian 31 siswa yang
terdiri dari 11 laki-laki dan 20 perempuan dengan latar belakang dari jurusan Bahasa 6
orang dan jurusan IPA 25 orang. Hasil penelitian penerapan pembelajaran Inquiry
kombinasi Jigsaw menunjukkan bahwa: (1) keterampilan bertanya seorang guru sangat
menentukan keberhasilan penerapan pembelajaran inquiry, (2) sumber belajar yang relevan
sangat menentukan keefektifan pembelajaran inquiry. (3) terjadi peningkatan hasil belajar
siswa, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan rerata skor hasil belajar dari kondisi pra
penelitian 77, 42 % atau 24 dari 31 siswa masih berada dibawah KKM 75 dengan nilai
rata-rata 61,55, pada siklus I menjadi 54,39 % atau 7 dari 31 siswa masih berada dibawah
KKM 75 dengan nilai rata-rata 65,68 dan terjadi peningkatan lagi pada siklus II yang
ditujukkan bahwa dari 31 siswa yang belum melewati KKM sebanyak 5 orang (16, 13%).
Kata kunci: peningkatan hasil belajar, Indeks Harga dan Inflasi, Inquiry, Jigsaw
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum Lampiran IV Pedoman Umum Pembelajaran, menyebutkan bahwa
Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi
yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan
kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana dan apa yang
diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan
penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus.
Ilmu Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi barang
dan jasa dalam rangka mencapai kesejahteraan. Dalam kajian ilmu pengetahuan, ekonomi
menjadi bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), karena kajian ilmu ekonomi berkaitan
dengan perilaku manusia yang menjadi kajian ilmu sosial.
Mata pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut. (1) Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah
ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
215
tangga, masyarakat, dan Negara. (2) Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep
ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi (3) Membentuk sikap bijak,
rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu
ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga,
masyarakat, dan negara. (4) Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai
sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun
internasional
Merujuk pada tujuan pembelajaran ekonomi maka pembelajaran yang dilaksanakan
dalam satuan pendidikan hendaklah berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut (1)
tidak hanya bersifat verbal tapi aplikatif. (2) sumber belajar tidak hanya guru tetapi berbagai
sumber belajar (3) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai keteladanan, membangun
kemauan dan mengembangkan kreatifitas peserta didik (4) siapa saja adalah guru, siapa saja
adalah peserta didik dan dimana saja adalah kelas.
Dalam kenyataanya kendala dalam pembelajaran yang dilakukan selama ini adalah
sebagai berikut. Pertama, guru sering menggunakan metode ceramah yang penuh dengan
ungkapan-ungkapan verbal. Metode ini menyebabkan dominasi guru yang membuat
partisipasi peserta didik kurang optimal. Kedua, pembelajaran yang monoton hanya
menggunakan komunikasi satu arah. Komunikasi antar peserta didik tidak berjalan dengan
baik, komunikasi peserta didik dengan guru tidak ada sehingga peserta didik cenderung pasif.
Ketiga, guru kurang memberikan motivasi untuk melibatkan keaktifan peserta didik, kurang
bisa membangun kemauan peserta didik dalam belajar. Dalam hal ini siwa hanya sebagai
pendengar dan penonton, yang pada akhirnya memicu terjadinya kejenuhan. Keempat guru
kurang mememperhatikan fokus peserta didik dalam belajar. Kurangnya fokus dalam belajar
akan berdampak pada prestasi hasil belajar rendah, banyak waktu terbuang sia-sia, sehingga
pembelajaran tidak bermakna.
Untuk itu perlu dirancang pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut,
dalam hal ini penulis menerapkan model pembelajaran Inquiry. Pembelajaran yang mampu
memberikan ruang bagi peserta didik untuk bisa mengembangkan kreatifitas pesrta didik,
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggali dan
menganalisa konsep secara dalam, serta mengaitkannya dengan fakta dalam kehidupan
sehari-hari yang pada akhirnya menciptakan peserta didik yang terampil dalam penerapan
konsep dalam mengambil keputusan yang rasional.
Perkembangan paradigma pendidikan dari behaviorisme ke konstruktivisme telah
menjadi tuntutan pembelajaran. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa manusia sebagai
makhluk yang memiliki kemampuan berpikir “mengontruksi” pengetahuan secara aktif.
Konstruktivisme juga telah menggeser peran guru dari pemberi pengetahuan menjadi
fasilitator dalam pembelajaran. Karena itu ada perubahan dari teachers centre ke student
centre, dari berbasis konten ke berbasis kompetensi. Perkembangan paradigma konstruk-
tivisme seharusnya diikuti dengan praktik pembelajaran di sekolah.
Pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme merupakan konstruksi pengetahuan.
Proses pembelajaran, otak menyimpan informasi, mengolahnya, dan mengubah konsepsi-
konsepsi yang ada sebelumnya. Pembelajaran bukan hanya menyerap informasi, gagasan, dan
keterampilan, karena materi-materi baru tersebut dikonstruksi oleh otak.Menurut Lindstrom
dalam Salis Ahda (2016) menjelaskan bahwa:
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
216
Constructivism is an answer to this question, one which has established itself as the
overarching framework of how learning is viewed within the modern education
research community. Although constructivism has many flavours, one can sum up the
core principle simply “knowledge is constructed in the mind of the learner”. This
construction and organisation of knowledge builds cognitive structures called
schemata. Schemata are essentially the structures which compose a person’s beliefs,
understandings and explanations. Schemata represent one’s necessarily subjective
knowledge of the world.
Bahwa hal utama dalam konstruktivisme adalah pengetahuan dikonstruksi di dalam
pikiran siswa dan bukan dibentuk oleh pengajar. Pengetahuan dibangun dan diorganisasi di
dalam pikiran siswa yang disebut dengan schemata.
Salah satu pembelajaran yang berorientasi pada pandangan konstruktivisme adalah
pembelajaran inquiry (Lindstrøm & Sharma, 2009) dalam Salis Ahda (2016). Peserta didik
diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau teori dengan menggunakan metode ilmiah.
Inquiry adalah suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam memahami pengetahuan dan masalah-masalah ilmiah
sebagaimana para ilmuwan memperoleh pengetahuan.
Menurut Ali (2009) dalam Salis Ahda (2016), inquiry merupakan proses bertanya dan
mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah
adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek
pertanyaan. Karena itu, inquiry dapat diartikan sebagai proses memperoleh informasi dengan
melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis
dan logis (Amri & Ahmadi, 2010) dalam Salis Ahda (2016). Inquiry sebenarnya merupakan
prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi
tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan
menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari.
Wenning (2005) dalam Salis Ahda (2016) mengusulkan suatu metode proses inquiry
dengan hipotesis (Hypothetical Inquiry Process). Langkah-langkah dalam proses inquiry
dengan hipotesis adalah: siswa memberikan gagasan, selanjutnya gagasan tersebut diuji
melalui kegiatan terencana dan penelaahan, siswa melakukan dan mengamati kegiatan
terencana, siswa memformulasikan hipotesis dengan berdasarkan kegiatan terencana dan
penelahaan, peserta didik melakukan eksperimen atau percobaan untuk menguji hipotesis,
peserta didik mengumpulkan data eksperimen, peserta didik menafsirkan data untuk
mendapatkan temuan, akhirnya peserta didik mendapatkan pembenaran dari hipotesis mereka
atau jika gagal,mereka mengajukan ulang hipotesis yang baru.
Beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa penerapan pembelajaran inquiry
telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pengembangan pembelajaran yang
bermakna. Haryati dan Fandi (2016) menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Robih (2016) menenemukan
bahwa (1) ada perbedaan tanggung jawab belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran
inquiry terbimbing berbasis kearifan lokal dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional (2) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
217
inquiry terbimbing berbasis kearifan lokal dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional (3) terdapat perbedaan yang simultan antara siswa yang mengikuti
pembelajaran inquiry terbimbing berbasis kearifan local dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional, Widianti (2013) menyatakan bahwa terjadi peningkatan aktivitas
belajar peserta didik dengan penggunakan model pembelajaran inquiry.
Artikel ini adalah laporan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Batu. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah (1). Bagaimana pembelajaran
iquiry dapat meningkatkan interaksi antara guru dengan peserta didik dalam proses
pembelajaran. (2) Bagaimana penggunaan model inquiry dapat meningkatkan hasil belajar
pada materi Indeks harga dan Inflasi peserta didik.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di
kelas XI Lintas Minat C SMAN Negeri 1 Batu dengan subjek penelitian 31 siswa yang terdiri
dari 11 laki-laki dan 20 perempuan dengan latar belakang dari jurusan Bahasa 6 orang dan
jurusan IPA 25 orang. Penelitian inidilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus
dilakukan tahapan: perencanaan, tindakan; observasi; dan refleksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus 1
Perencanaan
Hasil belajar pada pembelajaran sebelumnya menunjukkan bahwa 77, 42 % dari 31
siswa kelas XI Lintas Minat masih berada dibawah KKM 75 dengan nilai rata-rata 61,55
untuk itu perlu direncanakan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa untuk
bisa meningkatkan prestasi belajarnya. Terdapat lima kegiatan dilaksanakan dalam tahap
perencanaan: (1) menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP), (2) menyiapkan media
pembelajaran, (3) mengembangkan lembar kerja siswa (LKS) dan lembar kerja kelompok
(LKK), (4) mengembangkan pedoman observasi, dan (5) mengembangkan alat evaluasi.
Lima kegiatan itu menyertakan teman sejawat dari kelompok musyawarah guru mata
pelajaran sejenis 3(MGMP) MAN 2 Batu.
Dalam menyusun RPP, peneliti mengembangkan kompetensi dasar “Indeks Harga dan
Inflasi” menjadi enam indikator, yakni ( a ) menjelaskan pengertian Indeks harga (b)
mengidentifikasi macam-macam indeks harga (c) menjelaskan tujuan dan peranan indeks
harga dalam perekonomian (4) menghitung besarnya indeks harga tidak tertimbang (5)
menyusun laporan hasil analisis indeks harga (6) mempresentasikan temuan hasil analisis
indeks harga
Media pembelajaran yang dipilih adalah gambar-gambar dan tabel data terkait
dengan Indeks Harga dan Inflasi, power point.
Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkah hasil penelitian yang dilaksanakan dikelas XI Lintas Minat pada hari
Kamis tanggal 20 Oktober 2016 pada pukul 12.35- 14.05, beberapa hasil temuan yang
didapat adalah: Pembelajaran di kelas dilengkapi dengan fasilitas yang memadai antara lain
LCD proyektor, papan tulis, peralatan tulis, kertas manila, lembar kerja yang harus dikerjakan
oleh siswa dalam kelompok dan siswa secara mandiri. Pembelajaran ini melibatkan satu guru
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
218
model dan 3 orang observer. Pada pukul 12.35 guru memasuki ruang diiringi oleh beberapa
observer, guru model langsung menempatkan diri di posisi depan siswa dan mempersiapkan
peralatan pembelajaran yang diperlukan, sementara itu para observer menempatkan diri di
posisi belakang siswa.
Guru model memulai pembelajaran dengan mengkondisikan siswa untuk fokus dalam
belajar diawali dengan do‟a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas. Selanjutnya guru
menampilkan tujuan pembelajaran hari ini yang disajikan dalam power point, seluruh siswa
merespoon dengan baik. Setelah itu guru menyajikan tayangan tentang kondisi ekonomi
Indonesia dalam bentuk grafik terkait dengan Inflasi berdasarkan indeks Harga Konsumen
tahun 2006 sampai dengan 2014. Guru memberikan penjelasan tentang grafik tersebut dan
melakukan Tanya jawab, siswa merespon dengan baik terbukti dari sebagian besar perhatian
mereka terpusat pada guru dan tayangan LCD. Selanjutnya guru juga menyampaikan
tayangan tentang inflasi dalam bentuk tabel yang bersumber dari data Bank Indonesia dan
Bank Dunia tentang target dan realisasi inflasi Indonesia mulai tahun 2008 dan 2014, guru
memberikan sedikit penjelasan. Berikut ini adalah petikan tanya jawab antara guru dengan
peserta didik.
Guru : Anak-anak apa yang kalian lihat dalam tayangan tadi?
Siswa : Grafik tentang inflasi di Indonesia bu.
Guru : Benar sekali, coba kalian amati sekali lagi keterangan yang ada dalam
grafik. Coba sebutkan keterangan tentang apa?
Siswa : Tentang sumber data bu
Guru : Ya tepat sekali, tapi sekali lagi perhatikan dengan baik keterangan yang ada
di bagian atas grafik !coba sebutkan pernyataan tentang apa?
Siswa : Pernyataan tentang perubahan % tahunan pada indeks harga konsumen
Guru : Bagus…kalian bisa mengamati data dengan baik. Sekarang coba perhatikan
apakah yang dimaksud inflasi?
Siswa : Belum tau bu
Guru : Apa pula yang dimaksud dengan indeks harga? Serta bagaimana cara
menghitungnya ?
Siswa : Belum tau bu
Guru : Apakah ada hubungan antara indeks harga dan Inflasi?
Siswa : Belum tau bu
Berdasarkan respon yang masuk dari siswa maka dirumuskan beberapa permasalahan.
Untuk menjawab semua permasalahan tersebut maka kelas dibagi dalam 6 kelompok yaitu:
kelompok merah, kuning, hijau, biru,orange dan ungu, masing-masing kelompok terdiri dari
5 orang siswa.Masing-masing kelompok mendapat tugas untuk meyelesaikan permasalahan
yang tertulis dalam lembar kerja kelompok. Dalam memecahkan masalah siswa menggali
informasi berdasar buku sumber yang ada, guru melakukan pantauan terhadap proses belajar
siswa dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dipresentasikan oleh 3 kelompok sedangkan3
kelompok lain sebagai kelompok pembanding yang harus memberi tanggapan. Berdasarkan
paparan yang disampaikan, muncul beda pendapat tetapi pada akhirnya ada kesepakatan
terkait permasalahan pada “apakah ada hubungan antara indeks harga dan inflasi”, kelompok
hijau menyampaikan bahwa “jika indeks harga tinggi inflasi tinggi”, tetapi kelompok biru
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
219
menyampaikan bahwa “indeks harga dipakai dasar untuk menghitung inflasi”. Pernyataan
bahwa “indeks harga dipakai sebagai dasar untuk menghitung inflasi “ ini merupakan konsep
awal dari teori indeks harga yang harus dikuasi siswa sebagai prasyarat untuk menguasai
materi berikutnya. Paparan dari kelompok orange menyampaikan tentang cara menghitung
indeks harga dan indeks kuantitas metode agrigatif sederhana. Untuk materi ini dua
kelompok memiliki pendapat yang sama.
Selanjutnya siswa diberi kesempatan merangkum materi secara individu.tentang
paparan masing-masing kelompok dan dikumpulkan. Kemudian guru menyampaikan rencana
kegiatan untuk pertemuan berikutnya, siswa diminta mempelajari materi tentang metode
perhitungan indeks harga, setelah itu guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin
berdoa.
Pada pelaksanaan siklus I pertemuan pertama ada beberapa catatan hasil refleksi dari
para observer menyatakan bahwa (1).diawal kegiatan guru belum memperjelas langkah-
langkah pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa. (2) penerapan model pembelajaran
belum nampak secara sempurna mencerminkan pembelajaran inquiry karena perumusan
masalah berawal dari permasalahan yang disampaikan guru, (3) pada awal kegiatan inti siswa
mengikuti dengan baik, tapi pada saat berdiskusi ada beberapa siswa yang kurang fokus
dalam pembelajaran dan lepas dari pengamatan guru.
Berdasarkan catatan dalam refleksi pertemuan kesatu maka dirancang pembelajaran
untuk pertemuan kedua dengan memperhatikan pembenahan pada lembar kerja yang semula
hanya dibagikan kepada tiap kelompok, maka pada pertemuan kedua diberikan kepada
seluruh anggota kelompok agar seluruh siswa terlibat dalam proses belajar. Pada pertemuan
kesatu guru hanya memberikan penjelasan singkat, maka pada pertemuan kedua guru lebih
banyak mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata. Berikut dialog antara guru dan
siswa:
Guru : Apakah yang telah kita pelajari dalam pertemuan sebelumnya?
Siswa : Indeks harga bu
Guru : Tepat sekali, kalian masih ingat. Pertemuan sebelumnya kita bicarakan
juga tentang hubungan indeks harga dan inflasi, tolong dijelaskan!
Siswa : Indeks harga dipakai sebagai dasar menghitung inflasi bu
Guru : Baik, apakah kalian juga masih ingat macam-macam indeks harga?
Siswa : Indeks harga konsumen bu
Guru : Baik, yang lain?
Siswa : Indeks perdagangan besar, indeks harga produsen bu
Guru : Tepat sekali kalian sudah banyak menguasai tentang konsep awal indeks
harga dan inflasi. Berikutnya tolong diperhatikan beberapa tayangan ini
Dialog diatas menggambarkan upaya guru untuk membangun konsep awal yang harus
dikuasi oleh siswa, beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan baik, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa telah menguasai beberapa konsep awal tentang indeks harga.
Selanjutnya guru menayangkan data tentang indeks harga dan inflasi di Indonesia mulai
tahun 2010 sampai dengan 2014. Berikut ditampilkan data tentang indeks harga dan iflasi
yang disampaikan kepada siswa
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
220
Selanjutnya guru memerintahkan kepada masing-masing kelompok mengamati data
dan merumuskan permasalahan, pada tahap ini siswa sudah dikelompokkan seperti pada
pertemuan pertama. Beberapa perwakilan kelompok menyampaikan permasalahan yang
ditulis di papan tulis sebagai berikut:
Kelompok merah : Mengapa indeks harga mempengaruhi inflasi ?
Kelompok Kuning : Mengapa inflasi bernilai negatif misal pada bulan maret tahun
2010?
Kelompok Hijau : Apakah jika IHK naik, inflasi juga naik ?
Kelompok Biru : Kenapa IHK setiap bulan naik ? dari tahun ke tahun semakin
tinggi, dan apa hubungannya dengan tahun dasar?
Kelompok Orange : Bagaimana menghitung indeks harga ?
Kelompok Ungu : Apakah kalau IHK naik Inflasi juga tinggi?
Berdasarkan permasalahan yang beragam dari masing-masing kelompok guru
mengidentifikasi permasalahan yang harus diselesaikan pada kegiatan pembelajaran hari ini
dengan membimbing siswa merumuskan hipotesis antara lain: ( 1) jika harga naik maka
indeks harga naik, (2) untuk menghitung indeks harga maka perlu ditetapkan tahun dasar
sebagai tahun pembanding (3) untuk menghitung indeks harga tahun tertentu harus ada data
tentang harga pada tahun tertentu dan harga pada tahun dasar.
Untuk menjawab hipotesis yang ada selanjutnya guru membentuk kelompok baru,
dengan membagi kelompok asal menjadi 5 kelompok ahli: kelompok ahli 1 (Indeks harga
metode Laspeyres ), kelompok ahli 2 (Indeks harga metode Paasche ), kelompok ahli 3
(Indeks harga metode Drobisch and Bowley), Kelompok ahli 4 (Indeks harga metode Irving
Fisher ), kelompok ahli 5 ( Indeks harga metode Marshal Edgward). Setiap anggota
kelompok diberi Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang harus didiskusikan bersama selam 20
menit, dalam kesempatan ini berdasarkan buku sumber dan sumber lain yang relevan mereka
menyelesaikan permasalahan tentang perhitungan indeks harga dengan berbagai metode .
Setelah itu anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan hasil
diskusi pada kelompok sebelumnya. Seluruh anggota kelompok asal menyelesaikan
permasalahan dalam LKK.
Berikutnya guru memberikan kesempatan kepada salah satu anggota dalam kelompok
asal secara acak untuk mempresentasikan cara perhitungan indeks harga metode laspeyres
untuk ditanggapi kelompok lain, setelah itu kelompok asal yang lain mempresentasikan cara
perhitungan indeks harga metode Paasche, ditanggapi juga oleh kelompok lain, demikian
seterusnya hingga perhitungan indeks harga metode Marshal Edward. Guru memberikan
tanggapan atas presentasi seluruh anggota kelompok, dan memberikan pertanyaan yang untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atas pembelajaran hari ini.
Pada tahap selanjutnya guru memberikan lembar kerja yang harus dikerjakan oleh
seluruh siswa, dalam hal ini siswa diberi 5 permasalahan untuk diselesaikan dalam waktu 15
menit. Setelah selesai siswa mengumpulkan kepada guru, kemudian guru mengakhiri
kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan rencana pembelajaran
berikutnya tentang Inflasi. Berikutnya guru memerintahkan salah satu siswa memimpin do‟a.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
221
Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer menunjukkan bahwa pada kondisi
awal seluruh siswa sangat antusias dengan permasalahan yang disampaikan oleh guru,
Beberapa saat kemudian beberapa siswa mulai kurang fokus dalam pembelajaran. Guru
belum memberikan respon yang baik atas kondisi ini. Dalam aktivitas kerja kelompok
beberapa siswa mengerjakan tugas dengan penuh semangat, tetapi ada beberapa siswa yang
acuh tak acuh.
Hal-hal penting dapat dikemukakan terkait dengan kegiatan pengamatan. Pertama,
siswa begitu antusias mengikuti pembelajaran karena guru menggunakan media yang
menarik. Sebaliknya, ketika media sudah tidak digunakan perhatian siswa mulai berkurang.
Kedua, kegiatan tanya-jawab kurang berlangsung secara optimal. Akibatnya, kelas tidak
dapat berjalan secara optimal.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan siklus I pertemuan pertama sintaks
pembelajaran inquiry masih kurang tampak, peran guru dalam mengembangkan sikap kritis
siswa masih kurang hal ini disebabkan karena guru hanya secara singkat memberikan ulasan
materi, tanya jawab dengan siswa untuk merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah masih kurang. Tetapi pada pertemuan kedua guru sudah banyak upaya
untuk mengembangkan keterampilan bertanya untuk merangsang kemampuan berpikir logis
siswa, namun pengambilan kesimpulan yang dikaitkan dengan hipotesis awal belum nampak.
Hasil postes menunjukkan bahwa dari 31 siswa yang tidak tuntas sebanyak 17 siswa.
Artinya, masih diperlukan lagi kegiatan perbaikan pembelajaran KD “indeks harga dan
inflasi” pada siklus selanjutnya, yakni siklus II.
Siklus II
Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus I yang menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
belum tuntas sebanyak 53, 17% , berdasarkan pengamatan diketahui bahwa peserta didik
masih belum bisa membedakan pengertian antara “angka indeks” dan “indeks harga” maka
perencanaan berikutnya guru perlu memberikan penekanan pada konsep indeks harga,
selanjutnya tindakan yang lebih mengarah pada upaya peningkatan keaktifan siswa dalam
belajar, penyesuaian lembar kerja siswa, dan model diskusi kelompok.
Secara umum persiapan pada siklus II hampir sama dengan siklus I. Perbedaan
pertama adalah jumlah lembar kerja siswa yang dibagikan kepada seluruh siswa setiap orang
satu lembar kerja. Perbedaan kedua adalah penggunaan media video dalam menampilkan
orientasi permasalahan.
Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus 2 guru menggunakan metode pembelajaran inquiry, ada yang
membedakan dengan siklus 1. Pembelajaran diawali dengan apersepsi dengan melakukan
tanya jawab tentang materi sebelumnya tentang indeks harga, kemudian guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang dilanjutkan dengan tanya jawab yang mengaitkan materi indeks
harga dan inflsi, selanjutnya guru menayangankan video terkait inflasi yang terjadi di
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
222
Indonesia. Tayangan video berisi tentang inflasi daerah menyumbang 80% inflasi nasional,
target inflasi Indonesia tahun 2015, 4 langkah (4K) pemerintahan Jokowi mengatasi inflasi,
termasuk pembentukan tim pengendali inflasi daerah (TPID) tahun 2015, dampak inflasi
dalam perekonomian nasional.
Dari tayangang video guru memerintahkan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan atau permasalahan. Beberapa permasalahan dari perwakilan kelompok antara lain:
Kelompok merah : Apakah hanya dengan pembangunan infrastruktur di bidang
konektivitas , pangan, dan energi sudah cukup untuk menekan
tingkat inflasi?
Kelompok kuning : Mengapa inflasi diatasi dengan pemotongan nilai rupiah? Dan Apa
hubungannya pemotongan nilai rupiah dengan inflasi?
Kelompok hijau : Apa pengaruhnya pembangunan infrastruktur untuk mengendalikan
kenaikan inflasi?
Kelompok biru : Apakah pengendalian melalui pembangunan infrastruktur dapat
menurunkan inflasi dengan baik ?
Kelompok orange : bagaimana cara supaya (ketersediaan pasokan, keterjangkauan
harga, konektivitas, dan komunikasi (4K) bisa terealisasi dengan
baik?
Kelompok ungu : Bagaimana jika jurus pengendalian inflasi (4k) tidak berjalan
dengan baik?
Berdasarkan permasalahan yang muncul, guru bersama siswa mengidentifikasi
permasalahan terkait dengan materi yang dinyatakan dalam hipotesis (1) tingkat inflasi
dipengaruhi oleh indeks harga, (2) ada beberapa faktor penyebab inflasi, (3) tingkat inflasi
merupakan indikator keberhasilan ekonomi, (4) inflasi berdampak bagi masyarakat, (5) ada
beberapa cara mengatasi inflasi?
Selanjutnya untuk membuktikan hipotesis, guru membentuk 5 kelompok ahli:
kelompok ahli 1 (menjelaskan pengertian inflasi dan faktor penyebab inflasi), kelompok ahli
2 (menggambarkan grafik dan menjelaskan terjadinya inflasi karena naiknya permintaan
(demand pull inflation)), kelompok ahli 3 (menggambarkan grafik dan menjelaskan
terjadinya inflasi karena naiknya biaya produksi (cost push inflation), Kelompok ahli 4
(menjelaskan inflasi yang sering terjadi di Indonesia ), kelompok ahli 5 (menghitung laju
inflasi berdasarkan data beberapa harga komoditi). Setiap anggota kelompok diberi Lembar
Kerja Kelompok (LKK) yang harus didiskusikan bersama selam 20 menit, dalam kesempatan
ini berdasarkan buku sumber dan sumber lain yang relevan mereka menyelesaikan
permasalahan tentang perhitungan indeks harga dengan berbagai metode . Setelah itu anggota
kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan hasil diskusi pada
kelompok sebelumnya. Seluruh anggota kelompok asal menyelesaikan permasalahan dalam
LKK.
Berikutnya guru memberikan kesempatan kepada salah satu anggota dalam kelompok
asal secara acak untuk mempresentasikan permasalahan dari tim ahli 1untuk ditanggapi
kelompok lain, berikutnya kelompok asal yang lain mempresentasikan , ditanggapi juga oleh
kelompok lain, demikian seterusnya hingga perhitungan laju inflasi. Guru memberikan
tanggapan atas presentasi seluruh anggota kelompok, dan memberikan pertanyaan yang
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
223
dikaitkan dengan hipotesis awal untuk mengetahui sejauh mana pemahan siswa atas
pembelajaran hari ini.
Pengamatan
Hasil pengamatan menunjukkan sebagai berikut. Pertama, siswa sangat antusias saat
melihat tayangan video tentang inflasi di Indonesia. Beberapa permasalahan muncul dari
perwakilan kelompok saat guru memberikan kesempatan. Bahkan, siswa juga tampak
bersemangat memecahkan permasalahan berdasar lembar kerja yang diberikan guru. Hal ini
tampak dalam aktivis siswa dalam mencari referensi dan berdiskusi dalam kelompok.
Refleksi
Berdasarkan refleksi hasil obeservasi dari para observer pembelajaran siklus II sudah
mencerminkan pembelajaran yang menerapkan fase-fase pembelajaran inquiry yang
ditunjukkan oleh tayangan video tentang inflasi (Observasi untuk menemukan masalah),
tanya jawab guru dan siswa untuk merumuskan masalah dan mengajukan hipotesis,
merencanakan pemecahan masalah (melalui melalui lembar kerja yang disediakan guru),
melaksanakan eksperimen (melalui melalui lembar kerja yang disediakan guru), melakukan
pengamatan dan pengumpulan data (melalui melalui lembar kerja yang disediakan guru),
analisis data, penarikan kesimpulan dan penemuan.
Hasil postes menunjukkan bahwa dari 31 siswa yang belum melewati KKM sebanyak 5
orang (16, 13%), yang di atas KKM sebanyak 26 siswa. Forum refleksi memutuskan bahwa
yang 5 orang akan dilayani dalam pembelajaran remedial. Pembelajaran ini dilaksanakan di
luar jam reguler. Oleh karena itu, pelaksanaan siklus II dihentikan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pembelajaran Inquiry kombinasi Jigsaw dapat
disimpulkan bahwa: (1) keterampilan bertanya seorang guru sangat menentukan keberhasilan
penerapan pembelajaran inquiry, (2) sumber belajar yang relevan sangat menentukan
keefektifan pembelajaran inquiry. (3) terjadi peningkatan hasil belajar siswa, hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan rerata skor hasil belajar dari kondisi pra penelitian 77, 42 %
atau 24 dari 31 siswa masih berada dibawah KKM 75 dengan nilai rata-rata 61,55, pada
siklus I menjadi 54,39 % atau 7 dari 31 siswa masih berada dibawah KKM 75 dengan nilai
rata-rata 65,68 dan terjadi peningkatan lagi pada siklus II yang ditujukkan bahwa dari 31
siswa yang belum melewati KKM sebanyak 5 orang (16, 13%).
Mengingat pentingnya peran guru dalam membimbing siswa merumuskan
permasalahan, membimbing siswa dalam menentukan hipotesis, dan pengambilan
kesimpulan berdasarkan hipotesis atas sebuah materi dalam pembelajaran inquiry maka guru
sebagai perancang pembelajaran dan penentu keberhasilan pelaksanaan pembelajaran perlu
mempersiapkan secara matang tentang pemahaman konsep, sumber belajar yang relevan,
teknik bertanya, serta media dan alat yang digunakan termasuk lembar kerja yang
mendukung.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
224
Daftar Rujukan
Haryati, T. dan Fandi, AK. 2016. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Ekonomi Pokok Bahasan pasar dan Menerapkan Metode Pembelajaran Inquiry.
Universitas Negeri Semarang.
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Kurikulum 2013.
Robih, M. W. 2016. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inquiry dan Kemampuan
Berfifir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMK Negeri 1 Lamongan.
Universitas Negeri Surabaya.
Salis, A. 2016. Penerapan model pembelajaran Inquiry Hipotik untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa SMA Negeri 4 Malang: prosiding Seminar Nasional
TEQIP 2016.
Widianti, N. 2013. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Terhadap Motivasi
Belajar dan Hasil Belajar Siswa. Jakarta: Universtas Pendidikan Indonesia.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
225
PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN KERJA KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENGELOLAAN
USAHA PEMASARAN PADA SISWA KELAS X PMS I SMK ISLAM BATU
Siti Zulaichah,
SMK Islam Batu Kota Batu Jawa Timur
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang terjadi di kelas
diantaranya menurunnya aktivitas belajar sehingga menyebabkan penurunan hasil belajar
pada mata pelajaran pengelolaan usaha pemasaran melalui penerapan model problem
based learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
selama dua siklus, dimana setiap siklus meliputi proses perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Islam Batu dengan subjek
penelitian adalah 38 siswa pada kelas X PMS 1 Tahun Ajaran 2016/2017. Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan aktivitas siswa sehingga meningkatkan hasil belajar siswa dari
siklus 1 menunjukkan capaian hasil belajar siswa diatas KKM sebesar 45% dan siklus II
capaian hasil belajar siswa diatas KKM sebesar 86 %.
Kata Kunci : Problem based learning (PBL), Kerja kelompok, Hasil belajar
Sesuai Ketentuan dalam Peraturan Presiden No 8 Tahun 2012, yang menyatakan bahwa
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka
perjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja
dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di
berbagai sektor industri. Dan mengingat tenaga pemasar berada di garis depan hampir di setiap
sektor industri, khususnya perdagangan, dan belum adanya alat untuk dapat mengukur
kompetensi setiap individu yang ada, maka diperlukan penyusunan standard kompetensi yang
dapat mengukur hal tersebut.
Tenaga penjual memiliki peranan penting dalam semua perusahaan. Mereka
seringkali dianggap sebagai ujung tombak dan mendorong penghasilan bagi badan usaha.
Tenaga penjual memiliki peran untuk menyediakan komunikasi dua arah dan menjalin
interaksi sosial dengan konsumen. Untuk itu tenaga penjual mendengarkan, mengidentifikasi
kebutuhan konsumen, menyediakan solusi, mengurangi kompleksitas, menangani keluhan
konsumen, meciptakan nilai, dan menyediakan pelayanan jangka panjang yang berkelanjutan.
Dalam banyak kondisi, tenaga penjual dituntut untuk bersikap fleksibel, mereka dapat
melakukan modifikasi pada penawaran produk, bekerja sama dengan pihak penjual lain, dan
berusaha meningkatkan loyalitas konsumen.
Namun demikian untuk mencapai kompetensi tersebut masih mengalami hambatan.
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas X PMS 1 di SMK Islam Batu terjadi penurunan
aktivitas belajar yang berdampak pada penurunan hasil belajar.
Data perolehan nilai pada KD sebelumnya memperlihatkan bahwa persentase ketuntasan
siswa X PMS 1 kurang dari 70%. Data menunjukkan bahwa kelas X PMS 1 yang terdiri dari 38
siswa, sekitar 40% (15 siswa dari 38 siswa) sudah tuntas belajar dengan nilai minimum 78
sedangkan 60% (23 siswa dari 38 siswa) sisanya tidak tuntas belajar. Untuk itu dibutuhkan suatu
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
226
metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat belajar dengan maksimal sehingga tidak
banyak siswa yang nilainya di bawah KKM.
Berkaitan dengan masalah di atas maka diperlukan adanya perubahan dalam kegiatan
proses belajar pengajaran dengan harapan adanya perubahan aktivitas belajar siswa sesuai
dengan implementasi Kurikulum 2013 dimana kegiatan belajar mengajar harus berpusat pada
siswa harus lebih aktif menggali informasi sendiri. Penelitian ini juga dilakukan karena guru
merasa ada sesuatu yang harus dirubah dalam kegiatan pembelajaran di kelasnya yang jika
dibiarkan akan berdampak pada menurunnya hasil belajar siswa. Untuk mengatasi hal
tersebut guru merubah cara lama seperti pembelajaran model konvensional, dimana 40%
siswa kurang menaruh perhatian dari seluruh waktu pembelajaran. Dalam sepuluh menit
pertama siswa hanya dapat 50% dari materi yang disampaikan guru, sedangkan pada sepuluh
menit terakhir hanya mengingat 75% saja. Maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan kerja
kelompok.
Model PBL adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa
pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh
kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Selviana dan Utami. 2013).
Setiap model pembelajaran yang dilaksanakan mempunyai tujuan yang akan dicapai
begitu juga dengan model PBL. Seperti yang diungkapkan Wildan (2016) bahwa: (1)Tujuan
model PBL adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan
keterampilan pemecahan masalah, (2) PBL juga berhubungan dengan belajar tentang
kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim,
serta kemampuan berpikir reflektif dan evaluatif.
Sedangkan menurut Mulyani (2015) tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu
(1)membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; (2)
belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata;
(3) menjadi para siswa yang otonom atau mandiri.
Langkah-langkah atau sintaksnya model PBL sebagai berikut (1) orientasi pada
masalah; (2)mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran;(3)pengorganisasian
kegiatan pembelajaran; (4)menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap
malasalah kajian;(5)penyelidikan mandiri dan kelompok; melakukan percobaan (mencoba)
untuk memperoleh data dalam rangka menyelesaikan masalah yang dikaji;(6)pengembangan
dan penyajian hasil;(7)mengasosiasi data yang ditemukan dengan berbagai data lain dari
berbagai sumber (8)Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan dalam
pelaksanaannya, begitu juga dengan model pembelajaran PBL , perlu diamati tingkat
keberhasilan dalam pelaksanaannya. Menurut Wulandari dan Dwi (2013) sebagai suatu
strategi pembelajaran PBL memiliki beberapa keunggulan diantaranya: (1) pemecahan
masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran;(2)
pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa; (3) pemecahan masalah dapat meningkatkan
aktivitas pembelajran siswa; (4)pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata;(5)
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
227
pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan
masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya;(6) pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai
siswa (7) pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru;
(8)pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan nyata.
Kelemahan dari penerapan model PBL adalah sebagai berikut :(1) Manakala siswa
tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba; (2) Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan;(3) Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan maslaah yang sedang dipelajari,
maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Dalam penerapan model PBL dengan pendekatan pembelajaran kerja kelompok
adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group atau
kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut.
Karena itu guru dituntut untuk mampu menyediakan bahan-bahan pelajaran yang secara
manipulasi mampu melibatkan anak bekerjasama dan berkolaborasi dalam kelompok.
Kelebihan pembelajaran kerja kelompok diantaranya, (1) membuat peserta didik aktif
mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya, (2) menggalang kerjasama dan kekompakan
dalam kelompok dan (3) mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran
keterampilan berdiskusi dan proses kelompok.
Penggunaan model PBL, diharapkan dapat meningkatkan penguasaan materi dengan
tingkat pemahaman yang optimal, siswa dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
dan siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam kerjasama kelompok. Guru hanya
berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dituntut aktif dan
mandiri dalam belajar. Dari meningkatnya aktivitas siswa diharapkan akan meningkatkan
pula hasil belajar siswa, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Choirun dan Annisa (2013),
“hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
kegiatan belajar”.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
tahapan perencanaan tindakan,pelaksanaan tindakan,observasi dan refleksi. penelitian ini
bertujuan mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model
PBL pada mata pelajaran pengelolaan usaha pemasaran.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X PMS 1 SMK Islam Batu Tahun Ajaran
2016/2017, yang berjunlah 38 siswa yang terdiri atas 28 siswa perempuan dan 10 siswa laki-
laki.
Penelitian berencana menggunakan 2 siklus penelitian meliputi empat tahapan dalam
melaksanakan penelitian tindakan. Suharsimi (2014: 16) menyebutkan tahapan tersebut
adalah (1)perencanaan, (2)pelaksanaan, (3)pengamatan, dan (4)refleksi. Adapun rancangan
penelitian digambarkan pada Gambar 1 sebagai berikut:
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
228
Gambar 1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti berdiskusi dengan sesama guru produktif pemasaran
mengenai kegiatan yang akan dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut, (1)menyusun
RPP kompetensi dasar jenis pengelolaan usaha, (2) menyiapkan materi pembelajaran tentang
jenis pengelolaan usaha, (3)mempersiapkan lembar observasi, lembar wawancara, lembar
kerja siswa dan catatan lapangan, (4)menyediakan sarana dan media pembelajaran yang akan
digunakan dalam setiap pembelajaran, (5)mempersiapkan soal pre-test dan post test dan (6)
membentuk 6 kelompok yang beranggotakan 5 - 6 siswa
Menyusun RPP yang terdiri dari kompetensi inti dan kompentensi dasar
mengidentifikasi jenis-jenis pengelolaan usaha, indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, materi pembelajaran, pendekatan pembelajaran
menggunakan scientific, menggunakan model pembelajaran PBL berbantuan metode
pembelajaran kerja kelompok, merancang pembelajaran, menentukan media pembelajaran,
sumber dan alat penilaian.
Materi pembelajaran tentang mengidentifikasi jenis pengelolaan pembelajaran
meliputi: (1) perusahaan dan lingkungan perusahaan dan (2) jenis usaha yang disampaikan
dalam buku modul dengan dilengkapi power point.
Mempersiapkan lembar observasi penilaian sikap selama melakukan kegiatan kerja
kelompok, lembar wawancara siswa sebelum dan setelah dilakukan tindakan, lembar kerja
siswa yang berupa studi kasus dan catatan lapangan yang dilakukan siswa dan guru selama
proses pembelajaran berlangsung serta menyiapkan sarana dan media pembelajaran yang
akan digunakan selama proses pembelajaran serta menyiapkan soal pre-test untuk siswa
yaitu tes yang akan diberikan pada awal pembelajaran dan post-test yang akan diberikan pada
akhir siklus. Pembentukan kelompok diatur berdasarkan tempat duduk (bangku depan dan
belakangnya), sehingga tiap kelompok 5-6 siswa karena jumlah siswa kelas X PMS 1 SMK
Islam Batu sebanyak 38 siswa, maka akan terbentuk 6 kelompok.
Pelaksanaan tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan siklus I dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah
dibuat dan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Kamis, 27 Oktober 2106
dan Rabu, 2 November 2016 pada kelas X PMS 1 SMK Islam Batu. Sebelum pelaksanaan
pembelajaran dimulai, guru dibantu teman sejawat mengatur para siswa agar siap menerima
pelajaran.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
229
Pada tahap awal, guru g memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam yang di
jawab serempak oleh siswa dan mempresensi siswa, kemudian guru menginformasikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selanjutnya guru memotivasi siswa tentang
pentingnya materi pembelajaran kaitannya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari,
untuk membangkitkan pengetahuan awal siswa disajikan dalam konsep teori sehingga
memancing siswa untuk menanyakan hal-hal yang masih asing dan belum di pahami tentang
jenis pengelolaan usaha dengan mengamati tayangan pada slide/gambar tentang contoh
perusahaan dan badan usaha. Selanjutnya kelas dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari
5 – 6 siswa tiap kelompok kerja sehingga dapat bertukar pikiran dengan anggota kelompok
lainnya serta menjelaskan tugas dan tanggung jawab kelompok. Selanjutnya guru
membagikan kartu yang berisikan materi soal kepada setiap kelompok serta meminta peserta
didik untuk memahaminya. Dialog tersebut dilukiskan sebagai berikut :
Siswa : Bu...tanya
Guru : Ya...silahkan. Ada kesulitan apa ?
Siswa : Bu...Apa perbedaan Perusahaan dan Badan Usaha ?
Guru :Iya...,kalian harus mengetahui tujuan dari perusahaan dan
badan usaha
Siswa :Apa seperti ini Bu..perusahaan untuk menghasilkan barang,kalau
badan usaha mencari keuntungan.
Guru : Betul sekali
Siswa : Apa seperti itu Bu....
Guru :Ya...seperti yang dijelaskan tadi bahwa perusahaan dan badan usaha
perbedaannya dilihat dari tujuannya masing-masing. Bagaimana ada yang
ditanyakan lagi atau sudah faham..?
Berdasarkan dialog tersebut, didukung dengan sebagian siswa masih mengalami
kesulitan dalam menentukan mengidentifikasi perusahaan dan badan usaha. Kemudian
peneliti meminta peserta didik untuk membentuk kelompok secara acak yang beranggotakan
5 - 6 siswa.
Tahap kegiatan inti, guru membagikan lembar diskusi yang berisi soal kasus. Siswa
berorientasi pada masalah dari soal kasus berisi permasalahan. Guru mengarahkan siswa
untuk membaca dan memahami isi kasus. Terlihat siswa sudah mulai bisa menuliskan atau
menyebutkan apa yang diketahui dalam soal studi kasus namum kebanyakan masih kurang
tepat. Guru membantu siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan pengarah (menanya)
untuk mendorong peserta didik dalam memahami masalah.
Siswa mulai berdiskusi pada kelompok belajarnya. Guru mengorganisasi siswa untuk
belajar dalam bentuk diskusi kelompok kecil. Guru membantu siswa dengan menjelaskan
lebih rinci alternatif-alternatif strategi untuk menyelesaikan masalah yang ditentukan. Guru
membebaskan siswa untuk mencari informasi yang digunakan untuk mencari alternative
pemecahan masalah tidak hanya dari literatur modul pengelolaan usaha pemasaran tetapi
boleh mencari informasi dari internet. Pada tahap ini dalam setiap kelompok tidak semua
aktif, ada beberapa anggota kelompok yang melakukan kegiatan diluar kegiatan diskusi.
Siswa melaksanakan kegiatan penyelidikan. Dengan bimbingan dari guru siswa mulai
mengumpulkan informasi (dari buku dan sumber lain/internet). Pada tahap ini siswa hanya
menggunakan beberapa sumber informasi. Pengumpulan data kemudian diklasifikasikan dan
dianalisis guna memecahkan masalah yang ada (mengasosiasi). Disini siswa masih
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
230
kebingungan dalam menghubungkan informasi yang didapat dengan kasus yang diberikan.
Dengan bimbingan guru siswa mulai bisa mencari alternative pemecahan masalah. Kegiatan
diatas dapat dilukiskan dalam dialog sebagai berikut :
Guru : Tugas kelompok mengidentifikasi yang termasuk perusahaan dan badan usaha?
Siswa : Belum terlalu paham bu.. yang dimaksud dengan perusahaan dan badan usaha lain ini yang
bagaimana?
Guru : Maksud soal tadi itu kalian disuruh mencari tujuan, ciri-ciri dan bentuk kepemilikan dan , .
Apakah kamu tahu perbedaan antara gambar tersebut !
Siswa : Berarti saya harus mencari perusahaan dan badan usaha terlebih dulu?
Guru : Iya betul sekali. Terus setelah itu kamu dapatkan dan mengidentifikasi yang termasuk
perusahaan dan badan usaha
Siswa : Iya....Bu
Guru : untuk mencari literatur bisa melalui buku diperpustakaan dan internet.
Gambar 2 Siswa dalam Kerja kelompok
Siswa melakukan kegiatan mengembangkan dan Kerja Kelompok menyajikan hasil
karya. Guru memberi informasi tentang tata cara presentasi di depan kelas. Kelompok yang
terpilih menyajikan (komunikasi) laporannya di depan kelas. Kelompok lain diberi
kesempatan untuk menanggapi dan guru memberi umpan balik. Saat sesi tanya jawab guru
beberapa kali melakukan interupsi karena fokus diskusi tidak terfokus pada materi jenis –
jenis pengelolaan usaha. Kelompok lain memberikan tanggapan maupun sanggahan yang
disampaikan pada kelompok yang melakukan presentasi. Jika diskusi yang dilakukan dirasa
cukup, maka kegiatan diskusi dianggap selesai.
Gambar 3 Presentasi kelompok 1 dan 5
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
231
Siswa melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Guru bersama
siswa menganalisis dan mengevaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dipresentasi
setiap kelompok maupun terhadap seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan.
Kegiatan penutup, setelah diskusi selesai guru memberikan penguatan terkait
penguasaan materi jenis-jenis pengelolaan usaha. Guru hanya berperan sebagai fasilitator
hendaknya memberikan umpan balik atas apa yang telah dipelajari dan seberapa baik hasil
kerja yang telah dilakukan. Kemudian diadakan evaluasi hasil belajar siklus 1. Guru
memberikan soal berupa ilustrasi kasus yang dikerjakan siswa secara individu. Waktu yang
diberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal adalah 15 menit. Ketika waktu yang
diberikan sudah habis siswa diminta segera mengumpulkan lembar jawaban. Selanjutnya
dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa.
Pengamatan
Aktivitas belajar siswa dilihat dari aspek melaksanakan diskusi menunjukkan
persentase sebesar 76 %, sedangkan aspek yang lain persentasenya kurang dari 75%. Jika
diamati berdasarkan lembar observasi Aktivitas Belajar siswa yang telah diisi oleh pengamat,
sebanyak 51% siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Rendahnya Aktivitas Belajar
siswa disebabkan karena pada siklus pertama ini siswa belum terbiasa dengan model PBL
yang dilakukan dengan diskusi dimana siswa harus menentukan sendiri konsep yang sedang
dipelajari. Secara keseluruhan total nilai Aktivitas Belajar siswa menunjukkan pencapaian
51%. Untuk itu perlu diadakan perbaikan dan perencanaan tindakan ulang untuk siklus
berikutnya.
Prestasi Belajar pada siklus I ada peningkatan Prestasi Belajar jumlah persentase siswa
yang sudah mencapai KKM sebanyak 40% (15 siswa) dan 60% (23 siswa) belum mencapai
KKM. Berdasarkan data pengamatan dan analisis data terhadap proses pelaksanaan pembelajaran
melalui model PBL dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai tes evaluasi hasil belajar kelas X PMS 1
belum sesuai indikator keberhasilan yaitu siswa yang memenuhi KKM (78) minimal 75% dari
keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut.
Refleksi (Reflecting)
Penggunaan model PBL pada siklus I belum terlaksana secara optimal. Siswa sudah
dapat menemukan jawaban atau solusi atas setiap kasus atau permasalahan yang disajikan,
namun belum semua anggota kelompok terlibat secara aktif dalam upaya pemecahan
masalah, sehingga belum semua siswa merasakan sendiri atau memperoleh pengalaman
memecahkan kasus atau permasalahan yang disajikan. Hal ini disebabkan karena siswa tidak
terbiasa mengerjakan soal studi kasus secara bersama-sama dalam kelompok. Siswa
cenderung pasif dan melimpahkan tugas yang diberikan kepada teman satu kelompok yang
dianggap mahir dalam menyelesaikan tugas kelompok. Melihat dari beberapa kelemahan
dalam pelaksanaan tindakan siklus I, maka diperlukan upaya perbaikan terhadap pelaksanaan
pembelajaran model PBL agar bisa diterapkan pada siklus II
Kekurangan atau kelemahan yang diperoleh pada siklus I adalah sebagai berikut(a)guru
kurang memberi motivasi pada siswa, sehingga siswa tidak fokus pada kegiatan
pembelajaran;(b)guru kurang jelas menjelaskan langkah-langkah dalam model PBL sehingga
siswa masih mengalami kebingungan dalam melakukan tahapan tahapannya;(c)siswa masih
kesulitan dalam memecahkan masalah/soal yang ada pada lembar diskusi siswa. Hal ini
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
232
karena sumber belajar siswa masih terbatas sehingga informasi yang idapatkan juga terbatas,
selain itu siswa belum terbiasa dalam mengerjakan soal yang bersifat analisis;(d)kerjasama
antar siswa belum terlihat sepenuhnya pada semua kelompok, ada kelompok yang hanya
siswa tertentu saja yang aktif, sedangkan siswa yang lain melakukan aktivitas di luar aktivitas
kegiatan diskusi;(e)saat proses diskusi pemecahan masalah materi yang dibahas siswa terlalu
melebar kurang terfokus pada materi pasar sasaran;(f)pada tahap mengembangkan dan
menyajikan hasil karya interaksi antar siswa belum muncul, suasana kelas belum
hidup;(g)pada tahap mengerjakan soal evaluasi masih ada siswa yang bekerjasama dengan
teman sebangku mereka.
Pada siklus I ini dirasa belum maksimal dalam melaksanakan langkah – langkah
model PBL ini. Berdasarkan kekurangan yang ada pada siklus I, maka akan dilakukan
perbaikan pada siklus II, adapun perbaikan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut
(a)saat kegiatan apersepsi/pendahuluan, guru memberikan motivasi yang menarik agar siswa
terfokus dalam kegiatan pembelajaran;(b)guru menjelaskan lebih detail langkah-langkah
dalam penerapan model pembelajaran PBL kepada siswa, sehigga informasi yang diberikan
membuat siswa mengerti dan siswa dapat melakukan pembelajaran dengan model tersebut
dengan baik;(c)Siswa diminta untuk mempersiapkan sumber belajar yang lebih lengkap
lagi;(d)sumber belajar tidak hanya didapat dari modul yang dibagikan sekolah, tetapi siswa
juga diminta untuk dapat mencari informasi mengenai materi jenis-jenis pengelolaan usaha
melalui media internet atau meminjam buku di perpustakaan;(e)perlu adanya peningkatan
keterampilan guru dalam membimbing kelompok belajar, guru sebagai fasilitator seharusnya
lebih memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan siswa;(f)Guru perlu mengarahkan agar
diskusi yang dilakukan tidak terlalu melebar yaitu terfokus pada materi jenis-jenis
pengelolaan usaha;(g)untuk mengatasi siswa yang mencontek saat kegiatan mengerjakan soal
evaluasi, guru akan memberikan punishment.
Siklus II
Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti berdiskusi dengan sesama guru produktif pemasaran
mengenai kegiatan yang akan dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut, (1)menyusun
RPP kompetensi dasar jenis pengelolaan usaha, (2) menyiapkan materi pembelajaran tentang
jenis pengelolaan usaha, (3)mempersiapkan lembar observasi, lembar wawancara, lembar
kerja siswa dan catatan lapangan, (4)menyediakan sarana dan media pembelajaran yang akan
digunakan dalam setiap pembelajaran, (5)mempersiapkan soal pre-test dan post test dan (6)
membentuk 6 kelompok yang beranggotakan 5 - 6 siswa
Menyusun RPP yang terdiri dari kompetensi inti dan kompentensi dasar
mengidentifikasi jenis-jenis pengelolaan usaha, indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, materi pembelajaran, pendekatan pembelajaran
menggunakan scientific, menggunakan model pembelajaran problem based learning
berbantuan metode pembelajaran kerja kelompok, merancang pembelajaran, menentukan
media pembelajaran, sumber dan alat penilaian.
Materi pembelajaran tentang mengidentifikasi jenis pengelolaan pembelajaran
meliputi: (1) Badan Usaha menurut kepemilikan modalnya dan (2) Badan Usaha berdasarkan
bentuk badan hukumnya yang disampaikan dalam buku modul dengan dilengkapi power
point.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
233
Mempersiapkan lembar observasi penilaian sikap selama melakukan kegiatan kerja
kelompok, lembar wawancara siswa sebelum dan setelah dilakukan tindakan, lembar kerja
siswa yang berupa studi kasus dan catatan lapangan yang dilakukan siswa dan guru selama
proses pembelajaran berlangsung serta menyiapkan sarana dan media pembelajaran yang
akan digunakan selama proses pembelajaran serta menyiapkan soal pre-test untuk siswa
yaitu tes yang akan diberikan pada awal pembelajaran dan post-test yang akan diberikan pada
akhir siklus. Pembentukan kelompok diatur berdasarkan secara acak untuk memilih anggota
kelompok, sehingga tiap kelompok 5-6 siswa karena jumlah siswa kelas X PMS 1 SMK
Islam Batu sebanyak 38 siswa, maka akan terbentuk 6 kelompok.
Pelaksanaan tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan siklus II dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah
dibuat dan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Rabu, 9 November 2016
dan Kamis, 10 November 2016 pada kelas X PMS 1 SMK Islam Batu. Sebelum pelaksanaan
pembelajaran dimulai, guru dibantu teman sejawat mengatur para siswa agar siap menerima
pelajaran.
Pada tahap awal, pelakasanaan proses pembelajaran pada siklus II mengacu pada
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Guru membuka pelajaran dengan
memberi salam dan mengkondisikan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam kegiatan apersepsi guru
memotivasi siswa dengan memberikan contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan materi bentuk-bentuk usaha agar siswa tertarik mengikuti pembelajaran di
kelas. Guru memberikan contoh melalui media gambar. Dilanjutkan dengan memberikan
pertanyaan kepada siswa yang ada hubungannya dengan Badan Usaha berdasarkan bentuk
badan hukumnya. Terlihat siswa antusias dalam bertanya dan berpendapat karena sudah
mengetahui jenis-jenis lapangan usaha terutama dalam penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Kegiatan diatas dapat dilukiskan dalam dialog sebagai berikut :
Siswa : Bu...tanya
Guru : Ya...silahkan. Ada kesulitan apa ?
Siswa : Bu...Apa perbedaan antata perjan dan perum ?
Guru : Iya...,kalian harus mengetahui ciri-ciri dan tujuan terlebih dulu
tentang pengelolaan usaha
Siswa :Apa seperti ini Bu..perjan tujuannya memperoleh keuntungan,
kalau Perum tujuan tidak mencari keuntungan.
Guru : Betul sekali
Siswa : Apa seperti itu Bu....
Guru :Ya...seperti yang dijelaskan tadi bahwa perjan dan perum
perbedaannya dilihat dari tujuannya masing-masing. Bagaimana ada
yang ditanyakan lagi atau sudah faham..?
Berdasarkan dialog tersebut, didukung dengan sebagian siswa masih mengalami
kesulitan dalam menentukan mengidentifikasi badan usaha berdasarkan kepemilikan dan
bentuk hukumnya. Selanjutnya guru menjelaskan kembali tentang pelaksanaan model
Problem Based Learning disertai dengan penjelasan langkah-langkahnya secara singkat dan
jelas. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok (kelompok I, II, III, IV, V dan VI), setiap kelompok
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
234
terdiri dari 6 anggota. Pembentukan kelompok dilakukan secara acak dengan memberikan
kesempatan pada siswa untuk memilih teman yang menjadi anggota kelompok.
Tahap awal diskusi guru membagikan lembar diskusi yang berisi soal kasus. Siswa
berorientasi pada masalah dari soal kasus yang berisi permasalahan dibagikan. Guru
mengarahkan siswa untuk membaca dan memahami isi kasus (mengamati). Guru juga
memberikan informasi bahwa setiap keaktifan siswa akan diberikan poin/nilai tambah agar
terbangun suasana aktif dan menyenangkan. Pada tahap ini siswa sudah bisa menuliskan atau
menyebutkan apa yang diketahui dalam soal kasus secara baik. Dengan inisiatif sendiri, siswa
sudah bisa bertanya (menanya) tentang masalah dalam soal kasus.
Pada saat siswa mulai berdiskusi pada kelompok belajarnya. Guru mengorganisasi
siswa untuk belajar dalam bentuk diskusi kelompok kecil. Guru membantu siswa dengan
menjelaskan lebih rinci alternatif-alternatif strategi untuk menyelesaikan masalah yang
ditentukan. Untuk sumber belajar siswa sudah mempersiapkan dari awal yaitu modul
pengelolaan usaha pemasaran dan internet menggunakan sarana handphone dan laptop.
Dalam berdiskusi siswa sudah terlihat tertib dan tidak gaduh. Semua anggota kelompok fokus
memahami masalah dalam soal kasus. Setiap anggota kelompok juga aktif memberikan
ide/pendapat tentang permasalahan.
Siswa juga melaksanakan kegiatan penyelidikan. Dengan bimbingan dari guru siswa
mulai mengumpulkan informasi (dari buku dan sumber lain/internet) yang berkaitan dengan
materi yang diangkat dalam permasalahan (mengumpulkan informasi). Semua anggota
kelompok aktif dalam berdiskusi, memberikan ide/pendapat, serta menganalisis permasalahan
dengan baik. Siswa sudah bisa menemukan alternative-alternative solusi pemecahan masalah
dan menentukan solusi pemecahan masalah yang terbaik. Siswa juga sudah berani dan
percaya diri bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan. Pada tahap ini siswa
menyelesaikan waktu sesuai dengan waktu yang diberikan, berbeda dari siklus I, ada
beberapa kelompok yang menyelesaikan setelah batas waktu yang diberikan.
Siswa sudah melakukan kegiatan mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru
memberi informasi tentang tatacara presentasi di depan kelas. Dengan arahan, bagi siswa
yang melakukan presentasi terlebih dulu dan aktif dalam kegiatan tanya jawab akan diberi
poin/nilai tambah. Kelompok yang terpilih menyajikan (mengkomunikasikan) laporannya di
depan kelas. Kelompok lain diberi waktu untuk menanggapi dan guru memberi umpan balik.
Saat sesi tanya jawab siswa terlihat antusias. Siswa aktif bertanya dan berpendapat atas
alternative solusi pemecahan masalah yang disampaikan saat presentasi. Jika diskusi yang
dilakukan dirasa cukup, maka kegiatan diskusi dianggap selesai.
Selanjutnya siswa melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Guru
bersama siswa menganalisis dan mengevaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang
dipresentasikan setiap kelompok maupun terhadap seluruh aktivitas pembelajaran yang
dilakukan (membentuk jejaring).
Pada tahap akhir kegiatan , setelah diskusi selesai guru memberikan penguatan terkait
penguasaan materi jenis-jenis pengelolaan usaha. Kemudian diadakan evaluasi hasil belajar
siklus II. Guru memberikan soal berupa ilustrasi kasus yang dikerjakan siswa secara
individu.Waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal adalah 15 menit.
Ketika waktu yang diberikan sudah habis siswa diminta segera mengumpulkan lembar
jawaban.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
235
Pengamatan
Pada kegiatan aktivitas belajar siswa pada aspek bekerjasama dalam kelompok dan
melaksanakan diskusi menunjukkan persentase sebesar 84 %, sedangkan aspek yang lain
persentasenya kurang dari 75%. Jika diamati berdasarkan lembar observasi Aktivitas Belajar
siswa yang telah diisi oleh pengamat, sebanyak 84% siswa yang aktif dalam proses
pembelajaran. Rendahnya Aktivitas Belajar siswa disebabkan karena pada siklus kedua ini
siswa sudah mulai terbiasa dengan model PBL yang dilakukan dengan diskusi dimana siswa
harus menentukan sendiri konsep yang sedang dipelajari. Secara keseluruhan total nilai
Aktivitas Belajar siswa menunjukkan pencapaian 63%. Untuk itu tidak perlu dilakukan
tindakan ulang karena siklus II siswa sudah mulai terbiasa melakukan model PBL.
Prestasi Belajar pada siklus II ada peningkatan Prestasi Belajar jumlah persentase siswa
yang sudah mencapai KKM sebanyak 87% (33 siswa) dan 13% (5 siswa) belum mencapai KKM.
Berdasarkan data pengamatan dan analisis data terhadap proses pelaksanaan pembelajaran
melalui model PBL dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai tes evaluasi hasil belajar kelas X PMS 1
belum sesuai indikator keberhasilan yaitu siswa yang memenuhi KKM (78) minimal 75% dari
keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut.
Berdasarkan keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rata-rata kelas X
PMS 1 sudah memenuhi Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan telah memenuhi indikator
keberhasilan yang diharapkan yaitu siswa yang memenuhi KKM sebesar minimal 75% dari
jumlah keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut.
Refleksi Pelaksanaan Tindakan.
Hasil refleksi pada siklus II sebagai berikut (a)penerapan pembelajaran model PBL
dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata skor
aktivitas siswa yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 51% yaitu dari skor 65,40% pada
siklus I kemudian meningkat menjadi 63% pada siklus II;(b)penerapan pembelajaran model
PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
ketuntasan hasil belajar yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 26,32% yaitu dari
ketuntasan klasikal sebesar 84,21% pada siklus I meningkat menjadi 86,11% pada siklus II.
KESIMPULAN
Hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran PBL dengan lima tahapan yaitu Mengorientasikan siswa pada masalah,
Mengorganisasi siswa untuk belajar, Membimbing pengalaman individual/kelompok ,
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah dan dan penilaian, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X PMS
SMK Islam Batu pada materi pengelolaan usaha pemasaran.
Hasil tes akhir tindakan pada siklus I menunjukkan bahwa terdapat 15 siswa nilainya
sudah diatas KKM sedang masih 33 siswa yang memenuhi KKM. Hasil tes akhir tindakan
pada siklus II menunjukkan bahwa siswa mampu melakukan penyelesaian dengan tepat
dinyatakan oleh hasil tes akhir tindakan siklus II siswa telah mencapai kriteria ketuntasan
minimanl (KKM).
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
236
Daftar Rujukan
Choirun, N. dan Annisa, R.S. 2013. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Akuntansi, Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, Vol. XI, No. 1
Mulyani, F. 2015. Problem Based Learning Belajar Aktif, Kreatif, Menyenangkan dengan
permainan Lurah – Lurahan pada Materi Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat Kelas
VII.1 SMP N 1 Bunguran Tengah Kabupaten Natuna Tahun Pelajaran 2014/2015.
Prosiding Seminar nasional TEQIP 2015. Hal 56-60
Selviana, T. dan Utami, H. 2013 . Penerapan Problem Based Learning Untuk meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Di Kelas VII-A SMP Katolik Frateran Celaket 21 Malang,
Wildan, I. I. 2016. Penerapan Model Problem Based Learning Dalam Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Pada Materi Pasar Sasaran Siswa Kelas X Pemasaran 2
SMK N 9 Semarang
Wulandari, B. dan Dwi, S. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Ditinjau Dari Motivasi Belajar Plc Di Smk, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3. Hal
171-191
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
237
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Proses
dan Hasil Belajar Siswa Dalam Memecahkan Masalah Pada Mata Pelajaran
Kewirausahaan Kelas XI di SMKN 02 Batu
Syamsul Huda
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Batu
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam
memecahkan masalah pada mata pelajaran kewirausahaan kelas XI di SMKN 02 Batu melalui
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan materi seni menjual, harga jual,
kepuasan pelanggan dan promosi. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan 2
siklus, masing-masing siklus teridiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
observasi, penilaian dan refleksi, perbaikan perencanaan pembelajaran dari hasil refleksi,
penilaian. Data penelitian dikumpulkan melalui lembar observasi, rekaman video, dokumentasi
hasil kerja siswa, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan penerapa Problem Based
Learning dapat Meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Hasil penilaian pada lembar
pengamatan pada siklus I diperoleh 85 % dan pada siklus II diperoleh 95 % dikategorikan baik dan
sangat baik. Dan melalui lembar penilaian pada siklus I diperoleh 80 % dan pada siklus II 90 %
memperoleh nilai di atas KKM.
Kata kunci: Problem Based Learning, Proses dan hasil Belajar Kewirausahaan
Pembelajaran yang dilakukan guru dengan metode ceramah ternyata memberikan
dampak kurang terampilnya peserta didik dalam memecahkan permasalahan. Hal ini
disebabkan karena metode ceramah menekankan pada pemberian informasi namun tidak
melatih siswa dalam memecahkan masalah. Secara umum pembelajaran yang dilakukan guru
pada saat ini masih menekankan pada metode ceramah. Pada saat melakukan pengamatan di
SMKN 2 Batu ternyata guru juga masih menggunakan metode ceramah dalam pelaksanaan
pembelajaran. Dampak dari kegiatan pembelajaran ini mengakibatkan rendahnya proses dan
hasil belajar peseta didik dalam memecahkan masalah.
Rendahnya proses dan hasil belajar peserta didik di kelas XI SMKN 2 Batu untuk mata
pelajaran kewirausahaan adalah suatu kekurangan yang harus diperbaiki didalam kelas. Hal
ini terlihat dari kurangnya keterampilan peserta didik dalam memberikan analisis pemecahan
masalah yang ada dalam materi pelajaran kewirausahaan dikaitkan dengan permasalahan
yang ada dilapangan dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, peta ataupun peta
konsep. Selama ini penulis menyadari rendahnya motivasi siswa diakibatkan oleh model
pembelajaran yang kurang tepat pada materi yang dapat menggali kreativitas dan aktifitas
peserta didik. Selama ini pembelajaran banyak didominasi metode ceramah, alasan guru
melakukan pembelajaran dengan ceramah adalah masalah waktu yang efisien dan lebih
mudah untuk dilakukan. Dengan ceramah, materi yang banyak bisa diselesaikan dalam waktu
singkat. Hal ini terjadi karena dalam metode ceramah hanya sekedar memberitahukan saja,
tanpa penanaman pemahaman yang baik. Banyak penelitian menunjukkan bahwa metode
ceramah memiliki banyak kelemahan (Pawartani, 2013; Donan, 2013, Fadilah, 2013).
Pawartani (2013) menjelaskan bahwa selama ini keaktifan siswa dalam proses belajar
dirasakan sangat kurang karena selama aktivitas belajar siswa di dalam kelas tidak memicu
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
238
keaktifan siswa karena guru cenderung mengajar dengan metode ceramah. Hal tersebut juga
ditegaskan oleh Donan (2013) bahwa permasalahan yang muncul terkait dengan metode
adalah penggunaan metode ceramah yang lebih dominan karena penggunaan metode ceramah
secara terus menerus tanpa diselingi dengan metode lain akan membuat siswa merasa bosan
sehingga hilang konsentrasinya dalam mengikuti pelajaran. Fadillah (2013) juga mengatakan
bahwa pada umumnya yang melatar belakangi rendahnya hasil belajar dan penguasaan
materi pembelajaran secara praktis salah satunya adalah kurangnya motivasi siswa dalam
menyerap materi pembelajaran dan informasi dari berbagai sumber termasuk guru dan
kurangnya media, guru sangat monoton dan kurang variatif. Dalam hal ini guru banyak
melakukan aktivitas ceramah. Dalam metode ceramah, guru hanya menyalin materi di buku
untuk disampaikan ke siswa. Sehingga cenderung lebih mengutamakan ranah kognitif dan
melupakan ranah psikomotorik terutama dalam peningkatan kreativitas dan aktifitas peserta
didik.
Hal ini bertentangan dengan pembelajaran yang ideal. Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 19, ayat 1 mengamanatkan
bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
Dalam mengajar, guru hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran
yang sesuai dengan keadaan serta kondisi lingkungan dimana dia mengajar. Pemilihan dan
penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan
diharapkan akan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut. Selain itu siswa bisa
lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan ketrampilan siswa
(Sumarlin. 2015).
Berdasarkan pengamatan di SMK N 2 Batu, selama ini siswa selalu terkondisikan untuk
menerima informasi apa adanya dari guru, sehingga siswa cenderung pasif dan menunggu
dberi informasi tanpa berusaha menemukan informasi tersebut. Hal itu menyebabkan siswa
hanya mampu untuk menghafal tanpa memahami materi yang telah diterimanya. Hal ini
mengakibatkan siswa hanya mampu menghafal materi dan kurang kreatif dalam memecahkan
masalah apabila diberikan suatu permasalahan.
Maka dari itu agar siswa dapat meningkatkan proses dan hasil belajar dalam
memecahkan masalah diperlukan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa
dengan menekankan keaktifan dan kreativitas siswa. Dengan diterapkannya metode
pembelajaran yang berpusat pada siswa diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan minat
siswa dalam proses belajar mengajar seingga kreativitas dalam memecahkan masalah menjadi
meningkat dan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu metode
pembelajaran yang berpusat pada siswa akan lebih meningkatkan keaktifan siswa serta
membuat siswa dapat lebih memahami materi yang diberikan sehingga bisa menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode pembelajaran yang lebih menekankan pada
keaktifan siswa adalah metode pembelajaran Problem Based learning.
Model Problem based learning adalah sebuah model pembelajaran yang didalamnya
melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan masalah dengan melalui beberapa tahap
metode ilmiah sehingga siswa diharapkan mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
239
dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan akan memiliki ketrampilan dan
kreativitas dalam memecahkan masalah.
Model PBL secara umum dapat dikenali dengan adanya enam ciri yang dimilikinya,
adapun keenam ciri tersebut adalah ; 1) Kegiatan belajar dengan model PBL dimulai dengan
pemberian sebuah masalah 2) Masalah yag disajikan berkaitan denan kehidupan nyata para
siswa , 3) Mengorganisasikan pembahasan seputar masalah, bukan membahas seputar disiplin
ilmu, 4) Siswa diberikan tanggung jawab yang maksimal dalam membentuk maupun
menjalankan proses belajar secara langsung, 5) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok
kecil , 6) Siswa dituntut untuk mendemonstrasikan produk atau kinerja yang telah mereka
pelajari.
Adapun langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning: 1) Orientasi
siswa kepada masalah. Kegiatan yang pertama dilakukan dalam model ini adalah
dijelaskannya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru, selanjutnya disampaikannya
penjelasan terkait logistik yang dibutuhkan, Diajukannya suatu masalah yang harus
dipecahkan siswa, memotivasi para siswa agar dapat terlibat secara langsung untuk
melakukan aktivitas pemecahan masalah yang m enjadi pilihannya. 2) Mengorganisasikan
siswa untuk belajar. Guru dapat melakukan perannya untuk membantu siswa dalam
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang terkait dengan masalah yang
disajikan. 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru melakukan
usaha untuk mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi yang relevan, mendorong
siswa untuk melaksanakan eksperimen, dan untuk mendapat pencerahan dalam pemecahan
masalah. 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu para siswa-
siswinya dalam melakukan perencanaan dan penyiapan karya yang sesuai misalnya laporan,
video atau model, serta guru membantu para siswa untuk berbagi tugas antar anggota dalam
kelompoknya. 5) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru
membantu para siswa dalam melakukan refleksi ataupun evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dalam setiap proses yang mereka gunakan.
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terkait dengan problem Based di
antaranya: Jauhari. 2015 dan Karokaro. 2015, Jauhari (2015), mengatakan bahwa Problem
Based Learning dapat meningkatkan pemecahan masalah. Karokaro (2015) mengatakan
bahwa dengan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan
ketrampilan siswa.
Oleh karena itu perlu dilakukan kajian tentang Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Untuk Meningkatkan Ketrampilan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Pada
Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas XI di SMKN 02 Batu
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus.
Kedua siklus tersebut terlihat pada bagan berikut. Rancangan penelitian ini dimulai dengan
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai langkah-langkah strategis berulang yang disebut
siklus. Alur siklus dalam PTK dapat ditunjukkan seperti Gambar 1 berikut :
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
240
Gambar 1 Siklus PTK
Prosedur pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut.
Siklus I
a. Perencanaan. Pada tahap perencanaan kegiatan pembelajaran sebagai berikut (1) guru
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk kompetensi dasar menyajikan laporan
observasi tentang dinamika dan masalah kependudukan serta sumber daya manusia di
Indonesia dengan memperhatikan prinsip-prinsip Geografi dalam bentuk makalah atau
publikasi lainnya. Dengan indikator dapat membuat laporan observasi tentang dinamika
dan masalah kuantitas kependudukan dalam bentuk narasi dan tabel ataupun grafik.
Rencana pelaksanaan pembelajaran mengacu kepada sintaks pembelajaran Problem Based
Learning: Orientasi peserta didik kepada masalah, mengorganisasikan peserta didik
kepada masalah, membimbingpenyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. (2)
menyiapkan lembar pengamatan siswa. (3) menyiapkan lembar pengamatan guru dan
observer. (4) menyiapkan rencana penilaian.
b. Pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung 2 x pertemuan dengan
alokasi waktu 4 x 45‟. Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan
Problem Based Learning. Penerapan tersebut disusun dalam kegiatan pembelajaran yang
meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
c. Observasi. Kegiatan Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Tujuan kegiatan tersebut untuk memperoleh data pelaksanaan tindakan secara mendalam
dan menyeluruh. Observasi dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan satu
kolaborator, yaitu teman sejawat yang bernama Febry Tunggal. Fokus observasi adalah
proses penerapan tindakan yang dilakukan siswa maupun guru. Aktifitas siswa meliputi
pengamatan terhadap materi melalui gambar dan video yang memuat permasalahan,
mengemukakan pendapat dan bertanya. Aktifitas guru meliputi apersepsi, menerapkan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
241
sintaks Problem Based Learning, dan menutup pembelajaran: menyimpulkan, memberi
tugas dan arahan persiapan materi untuk siklus II.
d. Refleksi. Dalam refleksi hasil-hasil observasi dibahas bersama oleh guru dan observer.
Pada akhir siklus I diperoleh gambaran dampak penerapan pembelajaran Problem Based
Learning. Hasil pembahasan yang diperoleh merupakan refleksi dari apa yang telah terjadi
selama penerapan tindakan siklus I. Jika ditemukan permasalahan pada siklus I digunakan
untuk pertimbangan dalam menyusun perencanaan tindakan pada siklus II.
Siklus II
a. Perencanaan. Dalam perencanaan siklus II ini kegiatan yang dilakukan adalah: (1) guru dan
observer mempelajari hasil refleksi dari tindakan siklus I yang menjadi masukan dalam
melakukan tindakan yang lebih efektif pada siklus II, (2) pada prinsipnya persiapan siklus
II sama dengan siklus I perbedaannya hanya pada indikator dapat membuat laporan
observasi tentang dinamika dan masalah kualitas kependudukan dalam bentuk narasi dan
tabel ataupun grafik, (3) mempersiapkan media sesuai dengan indikator.
b. Pelaksanaan tindakan. Pada siklus ke II tindakan yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan pada siklus I yang telah direfleksi.
c. Observasi. Tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, hal-hal
yang diamati sesuai dengan siklus I disesuaikan dengan kondisi lapangan dan hasil refleksi
pada siklus I.
d. Refleksi. Hasil pengamatan dibahas oleh guru bersama kolaborator untuk memperoleh
gambaran dampak penerapan model Problem Based Learning. Penelitian ini dilaksanakan
di SMKN 2 BATU. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI yang berjumlah 28
peserta didik. Penelitian dilakukan awal oktober 2016. Pengambilan Data. Data penelitian
ini berupa hasil observasi keterampilan Geografi dan perilaku peserta didik. Data tersebut
dikumpulkan dengan prosedur berikut: (1) portofolio, data ini diperoleh dari karya siswa
secara kelompok. (2) observasi, data ini diperoleh dari keterlaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dalam penerapan model Problem Based Learning. (3) catatan
lapangan, merupakan data yang diperoleh dari catatan lapangan berupa kegiatan yang
tidak tercantum dalam lembar observasi, seperti jumlah siswa yang tidak hadir, situasi saat
kegiatan pembelajaran berlangsung, kerjasama siswa dalam pembelajaran, dan jumlah
siswa yang memperoleh nilai peningkatan keterampilan kewirausahaan. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: (1) skor keterampilan yang diperoleh dari
lembar penilaian portofolio. (2) skor aktifitas belajar siswa yang diperoleh dengan lembar
observasi pembelajaran. (3) catatan lapangan yang berkaitan dengan aktifitas belajar siswa
dalam proses pembelajaran yang tidak tercakup. Analisis data dilakukan setiap kali
pemberian tindakan berakhir, analisis data tersebut dilakukan secara kuantitatif. selain itu
analisis dilakukan secara deskriptif untuk data yang bersifat kualitatif.
Indikator keberhasilan penelitian ini ada 2 yaitu skor ketrampilan pemecahan
masalah dan skor lembar pengamatan pembelajaran yang dilakukan guru. Skor
ketrampilan pemecahan masalah dikatakan berhasil apabila semua siswa memperoleh skor
ketrampilan pemecaan masalah sama dengan atau lebih dari 76 yang merupakan KKM
dari SMKN Batu. Skor lembar pengamatan pemebelajatran yan dilakukan guru dikatakan
berhasil apabila memiliki criteria baik. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila semua
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
242
siswa memperoleh skor ketrampilan pemecahan masalah sama dengan atau lebi dari 76
dan skor pemgamatan pembelajaran yan dilakukan guru berkategori minimal baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/pengumpulan data, dan refleksi. Siklus pertama terdiri dari dari 2 kali pertemuan
yaitu pada tanggal 13 Oktober 2016 dan tanggal 20 Oktober 2016.
Siklus I Pertemuan 1
Perencanaan
Hasil penelitian pada siklus I untuk pertemuan 1 dari sisi proses dapat diuraikan sebagai
berikut: Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa pada
pertemuan 1.
Pelaksanaan Kegiatan dan Observasi
Kegiatan awal ; guru membuka pelajaran dengan memberikan salam selamat pagi dan
Assalammualaikum, menanyakan kabar hari ini, memberikan pertanyaan yang mengarah ke
materi pelajaran sebelumnya dan melanjutkan ke materi pelajaran berikutnya, dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan dengan singkat materi yang akan
dibahas melalui ceramah, dilanjutkan dengan memberikan stimulus tentang materi
pentingnya memahami seni penjualan pada aspek pemasaran dan cerita pengusaha yang
sukses memulai usaha kecil dari tenaga penjual asongan. Siswa tampak lebih fokus dan
memperhatikan dan ada peningkatan motivasi belajar.
Selanjutnya membagi siswa kedalam 6 kelompok yang heterogen terdiri atas 4-5 orang,
guru membagikan lembaran kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok yang sudah
dibentuk sebelumnya, dan siswa mengerjakan lembar kerja yang harus didiskusikan serta
mengumpulkan data mengenai pemecahan masalah yang terkait.
Kegiatan inti, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengajukan suatu
masalah, seperti berikut.
Selanjutnya siswa berdiskusi kelompok dan membahas pemecahan masalah yang
terdapat dalam lembar kerja siswa sesuai dengan petunjuk. Sebelum pelaksanaan diskusi
1. Tenaga penjual merupakan lokomotif perusahaan untuk mendatangkan omset
penjualan, memberikan laba, dan mempertahankan bisnis perusahaan agar tetap
berjalan dengan lancer. Namun profesi ini di anggap sebagian besar masyarakat
merupakan pekerjaan yang tidak terhormat dan terkesan rendah. Bagaimana cara
mengatasi permasalahan tersebut ?
2. Pendapatan yang diperoleh oleh tenaga penjual atau sales bergantung pada omset
yang dihasilkan. Oleh karena itu, terkadang gaji tenaga penjual bias jauh lebih besar
dibandingkan dengan tenaga kerja di bagian lain. Bagaimana cara mengatasi
permasalahan tersebut jika ada bagian tenaga kerja lain yang tidak bisa menerima
besarnya gaji yang diberikan ?
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
243
kelompok, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai masalah yang terdapat
dalam lembar kerja. Berikut adalah cuplikan dialog guru dan siswa terkait dengan masalah
pada lembar kerja.
G: Apakah ada kelompok yang belum memahami soalnya ?
S: Apa yang dimaksud dengan lokomotif perusahaan ?
G: Maksud dari lokomotif perusahaan adalah seorang sales merupakan ujung tombak
kemajuan perusahaan, dimana kemajuan perusahaan tergantung juga dari kinerja
karyawan di bagian marketing.
S : Iya pak, jadi profesi sales ini penting sekali peranannya bagi perusahaan
G : Iya benar, baik silahkan dilanjutkan
Berdasarkan dialog nampak bahwa kelompok yang mengalami kesulitan telah
memahami maksud dari permasalahan yang ada, dan melanjutkan diskusi dengan anggota
kelompok lainnya, dan terlihat mampu memecahkan masalah.
Dalam proses diskusi kelompok, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang relevan, dan mendorong siswa untuk memecahkan masalah. Guru
membimbing individu maupun kelompok untuk melaksanakan penyelidikan yang terkait
dengan masalah yang harus dipecahkan. Seperti tampak pada gambar 2
Gambar 2. Guru membimbing Siswa melaksanakan penyelidikan
Pada saat diskusi, ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah, guru mencoba untuk membantu memecahkan masalah dengan melakukan dialog
seperti berikut
G: “Bagaimana anak-anak ada kesulitan dalam mengerjakan soalnya” ?
S: “Iya pak, kami masih belum faham untuk soal nomor 2 “
G: “Untuk soal nomor 2, maksudnya adalah profesi sales selama ini dipandang sebagian
besar masyarakat merupakan pekerjaan yang tidak terhormat dan rendah, tugas anda
adalah bagaimana mengatasi masalah tersebut sehingga profesi ini menjadi pekerjaan
yang lebih terhormat”.
S: Apakah profesi sales ini memiliki gaji yang tinggi ?
G: Iya benar sekali, pendapatan yang diperoleh oleh sales bergantung pada omset yang
dihasilkan. Oleh karena itu, terkadang gaji sales bisa jauh lebih besar dibandingkan
dengan tenaga kerja di bagian lain. Bagaimana, apa sudah bisa difahami ?
S: Iya pak, sekarang kami sudah mengerti maksudnya
G: Ok, silahkan dilanjutkan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
244
Berdasarkan dialog nampak bahwa kelompok yang mengalami kesulitan telah memahami
maksud dari permasalahan yang ada, dan melanjutkan diskusi dengan anggota kelompok
lainnya, dan terlihat mampu memecahkan masalah.
Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya
dalam mengidentifikasi masalah seni penjualan. Dimulai dari kelompok 6 untuk
mempresentasikan hasil diskusinya untuk membahas soal nomor 1, salah satu anggota
kelompok mulai memaparkan masalah konsep pemasaran, selanjutnya ada kelompok 1
memberikan tanggapan dan pertanyaan mengenai konsep pemasaran untuk produk makanan
siap saji. Anggota kelompok 6 memberikan jawaban terkait dengan pertanyaan yang di
ajukan dan nampak antar anggota saling memberikan tambahan jawaban. Selanjutnya
presentasi dilanjutkan kelompok 5 membahas soal nomor 2, kelompok 4 membahas soal
nomor 3 dan kelompok 3 membahas soal nomor 4.
Dari pengamatan pelaksanaan diskusi dan presentasi nampak siswa ada yang sangat
aktif, cukup aktif dan sebagian kurang aktif dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan.
Hal ini bisa dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Kegiatan presentasi dalam kelompok
Kegiatan penutup : Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan dari materi seni
menjual, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Dari hasil
diskusi dapat di simpulkan bahwa profesi tenaga penjual atau sales merupakan pekerjaan
yang terhormat dan memiliki derajat yang tinggi dimata masyarakat. Bersama dengan siswa
mengucapkan: Hidup Sales, Jaya, Luar Biasa.
Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan oleh observer sebagai berikut: (1) Dalam kegiatan diskusi
sebagian besar peserta didik aktif dan sebagian tidak aktif dalam diskusi (2) adanya beberapa
peserta didik yang terlihat tidak fokus pada materi diskusi dan asyik ngobrol dengan
temannya. (3) Siswa menyajikan hasil karyanya dalam bentuk presentasi, dan tidak semua
siswa berani mengemukakan pendapatnya dan menunggu ditunjuk baru bisa mengemukakan
pendapatnya (4) kurangnya wawasan siswa tentang materi penjualan sehingga sulit
menemukan pemecahan masalah.
Maka perbaikan dari hasil refleksi di atas adalah: (1) Guru lebih memperhatikan dan
menegur siswa yang terlihat kurang aktif (2) Guru lebih memperhatikan lagi bagi siswa yang
masih berbicara dengan temannya diluar konteks materi diskusi (3) supaya semua peserta
didik mau mengemukakan pendapat, maka seluruh siswa menuliskan hasil pendapatnya
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
245
dalam kertas (4) memberikan contoh masalah - masalah yang sering terjadi dan bisa dilihat di
lingkungan sekitar dalam bentuk gambar dan video.
Saran observer: (1) kedepannya agar guru lebih mendorong dan memotivasi siswa
untuk berani berpendapat, (2)guru menjelaskan lebih rinci permasalahan yang disajikan
sehingga lebih mudah difahami oleh siswa (3) Guru lebih memperhatikan dan menegur siswa
yang terlihat kurang aktif dan berbicara diluar konteks diskusi.
Siklus I Pertemuan 2
Perencanaan
Hasil penelitian pada siklus I untuk pertemuan 2 dari sisi proses dapat diuraikan sebagai
berikut: Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa pada
pertemuan 2.
Pelaksanaan kegiatan dan observasi
Kegiatan awal ; guru membuka pelajaran dengan memberikan salam selamat pagi dan
Assalammualaikum, menanyakan kabar hari ini, memberikan pertanyaan yang mengarah ke
materi pelajaran sebelumnya tentang memahami seni menjual, dan melanjutkan ke materi
pelajaran berikutnya mengenai menetapkan harga jual, dan menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Guru menjelaskan dengan singkat materi yang akan dibahas melalui ceramah,
dilanjutkan dengan memberikan stimulus tentang materi menetapkan harga jual produk pada
aspek pemasaran dan cerita pengusaha yang sukses memulai usaha kecil. Selanjutnya
membagi siswa kedalam 6 kelompok yang heterogen terdiri atas 4-5 orang, guru membagikan
lembaran kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok yang sudah dibentuk sebelumnya,
dan siswa mengerjakan lembar kerja yang harus didiskusikan serta mengumpulkan data
mengenai pemecahan masalah yang terkait.
Selanjutnya siswa berdiskusi kelompok dan membahas pemecahan masalah yang
terdapat dalam lembar kerja siswa sesuai dengan petunjuk. Sebelum pelaksanaan diskusi
kelompok, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai masalah yang terdapat
dalam lembar kerja.
Dalam proses diskusi kelompok, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang relevan, dan mendorong siswa untuk memecahkan masalah. Guru
membimbing individu maupun kelompok untuk melaksanakan penyelidikan yang terkait
dengan masalah yang harus dipecahkan.
Pada saat diskusi, ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah, guru mencoba untuk membantu memecahkan masalah dengan melakukan dialog
seperti berikut
G: “Apakah ada yang belum memahami maksud dari soalnya” ?
S: “Iya pak, kami dari kelompok . Maksud dari soal nomor 1 gimana pak “
G: “Untuk soal nomor 1, maksudnya adalah Menghitung harga jual dan mencari solusi
pemecahan masalah dari kebijakan harga pesaing”.
S: Apa harus membandingkan dengan harga pesaing?
G: Iya bisa juga membandingkan harga dari pesaing?
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
246
S: Iya pak, trimakasih
G: Ok, silahkan dilanjutkan
Berdasarkan dialog nampak bahwa kelompok yang mengalami kesulitan telah memahami
maksud dari permasalahan yang ada, dan melanjutkan diskusi dengan anggota kelompok
lainnya, dan terlihat mampu memecahkan masalah.
Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya
dalam mengidentifikasi masalah menetapkan harga jual. Dimulai dari kelompok 1 dan
kelompok 2 untuk mempresentasikan hasil diskusinya untuk membahas soal nomor 1, salah
satu anggota kelompok mulai memaparkan masalah harga jual, selanjutnya ada kelompok 4
memberikan tanggapan dan pertanyaan mengenai perbandingan harga jual dari pesaing lain
yang ditujukan pada kelompok 2. Anggota kelompok 2 memberikan jawaban terkait dengan
pertanyaan yang di ajukan dan nampak antar anggota saling memberikan tambahan jawaban.
Selanjutnya presentasi dilanjutkan kelompok 3 dan kelompok 4 membahas soal nomor 2,
kelompok 5 dan 6 membahas soal nomor 3.
Dari pengamatan pelaksanaan diskusi dan presentasi nampak siswa ada yang sangat
aktif, cukup aktif dan sebagian kurang aktif dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan.
Kegiatan penutup : Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan dari materi menetapkan
harga jual, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Dari hasil
diskusi dapat di simpulkan bahwa dalam menetapkan harga jual harus menyesuaikan dengan
target pasar, segmen pasar, dan posisi produk di pasar.
Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan oleh observer sebagai berikut: (1) Dalam kegiatan diskusi
sebagian besar peserta didik aktif dan sebagian kecil tidak aktif dalam diskusi (2) Siswa
menyajikan hasil karyanya dalam bentuk presentasi, dan tidak semua siswa berani
mengemukakan pendapatnya dan menunggu ditunjuk baru bisa mengemukakan pendapatnya
Maka perbaikan dari hasil refleksi di atas adalah: (1) Guru lebih memperhatikan,
membimbing dan menegur siswa yang terlihat kurang aktif (2) supaya semua peserta didik
mau mengemukakan pendapat, maka seluruh siswa menuliskan hasil pendapatnya dalam
buku catatan masing-masing.
Saran observer: (1) kedepannya agar guru lebih mendorong dan memotivasi siswa
untuk berani berpendapat, (2)guru menjelaskan lebih rinci permasalahan yang disajikan
sehingga lebih mudah difahami oleh siswa (3) Guru lebih memperhatikan dan menegur siswa
yang terlihat kurang aktif.
Pelaksanaan tes akhir siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2016 Dari hasil
pemeriksaan pekerjaan siswa diperoleh data bahwa dari 27 siswa terdapat 7 siswa yang
memperoleh nilai dibawah 76 yang merupakan KKM dari mata pelajaran kewirausahaan
SMKN 2 Batu dan 20 siswa yang memperoleh nilai diatas 76. Ini menunjukkan bahwa masih
terdapat 25 persen siswa yang masih memperoleh skor dibawah KKM. Berdasarkan
pengamatan kinerja presentasi siswa diperoleh gambaran bahwa terdapat 10 persen siswa
yang memiliki kategori kurang atau cukup. Ini menunjukkan bahwa masih belum semua
siswa berkategori baik atau sangat baik dalam kinerja presentasi.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
247
Berdasarkan hasil refleksi siklus 1 yaitu dari 27 siswa didapatkan perolehan skor tes
akhir siklus 1 yang masih 25 persen siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM, 10 persen
siswa yang memiliki kategori kurang atau cukup dalam kinerja presentasi, hal ini
menunjukkan bahwa penelitian belum mencapai keberhasilan, oleh karena itu penelitian
harus dilanjutkan pada siklus 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus II
Siklus kedua terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/pengumpulan data, dan refleksi. Siklus kedua terdiri dari dari 2 kali pertemuan
yaitu pada tanggal 3 November 2016 dan tanggal 10 November 2016
Siklus II Pertemuan 1
Perencanaan
Rencana pelaksanaan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Untuk pertemuan
1 rencana yang disusun adalah sebagai berikut: Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa serta mempersiapkan media berbentuk produk yang
berupa: dodol buah, keripik buah, sari buah, manisan buah, dan toffee buah. Pada siklus I
hanya menggunakan media permasalahan saja sehingga motivasi siswa.
Pelaksanaan Kegiatan dan Observasi
Kegiatan awal ; guru membuka pelajaran dengan memberikan salam selamat siang dan
Assalammualaikum, menanyakan kabar hari ini. Berikutnya guru memberikan pertanyaan
yang mengarah ke materi pelajaran sebelumnya mengenai materi menetapkan harga jual dan
melanjutkan ke materi yang akan dipelajari, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru
menjelaskan dengan singkat materi yang akan dibahas melalui ceramah, dilanjutkan dengan
memberikan stimulus tentang materi pentingnya menganalisis kepuasan pelanggan pada
aspek pemasaran dan cerita pengusaha olahan makanan dan minuman yang tetap bertahan
dan berkembang ketika selalu memperhatikan kepuasan pelanggan.
Selanjutnya membagi siswa kedalam 6 kelompok yang heterogen terdiri atas 4-5 orang,
guru membagikan lembaran kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok yang sudah
dibentuk sebelumnya, dan siswa mengerjakan lembar kerja yang harus didiskusikan serta
mengumpulkan data mengenai pemecahan masalah yang terkait.
Kegiatan inti, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengajukan suatu
masalah, seperti berikut.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
248
Selanjutnya siswa berdiskusi kelompok dan membahas pemecahan masalah yang
terdapat dalam lembar kerja siswa sesuai dengan petunjuk. Sebelum pelaksanaan diskusi
kelompok, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai masalah yang terdapat
dalam lembar kerja.
Dalam proses diskusi kelompok, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang relevan, dan mendorong siswa untuk memecahkan masalah. Guru
membimbing individu maupun kelompok untuk melaksanakan penyelidikan yang terkait
dengan masalah yang harus dipecahkan.
Pada saat diskusi, ada kelompok 3 yang mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah, guru mencoba untuk membantu memecahkan masalah dengan melakukan
bimbingan. Berdasarkan bimbingan yang dilakukan oleh guru nampak bahwa kelompok yang
mengalami kesulitan telah memahami maksud dari permasalahan yang ada, dan melanjutkan
diskusi dengan anggota kelompok lainnya, dan terlihat mampu memecahkan masalah.
Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya
dalam mengidentifikasi masalah kepuasan pelanggan. Dimulai dari kelompok 5 dan 6 untuk
mempresentasikan hasil diskusinya untuk membahas soal nomor 1, salah satu anggota
kelompok mulai memaparkan masalah melakukan kuisioner kepada pelanggan, selanjutnya
ada kelompok 3 memberikan tanggapan dan pertanyaan mengenai kriteria membuat
pertanyaan kepada pelanggan. Anggota kelompok 6 memberikan jawaban terkait dengan
pertanyaan yang di ajukan dan nampak antar anggota saling memberikan tambahan jawaban.
Selanjutnya presentasi dilanjutkan kelompok 3 dan 4 membahas soal nomor 2, dan kelompok
1 dan 2 membahas soal nomor 3 dan kelompok 3 membahas soal nomor 4.
Kegiatan penutup : Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan dari materi
menganalisis kepuasan pelanggan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
pembelajaran. Dari hasil diskusi dapat di simpulkan bahwa Kepuasan pelanggan merupakan
suatu hal yang sangat penting, untuk kelangsungan usaha di masa mendatang.
Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan oleh observer sebagai berikut: (1) Dalam kegiatan diskusi
sebagian besar peserta didik sudah aktif dan sebagian kecil saja yang tidak aktif (2) Siswa
menyajikan hasil karyanya dalam bentuk presentasi, dan tidak semua siswa berani
mengemukakan pendapatnya dan menunggu ditunjuk baru bisa mengemukakan pendapatnya.
1. CV ESEMKA ASBIKA yang bergerak dibidang unit produksi olahan makanan dan
minuman mengalami kesulitan di dalam mengukur tingkat kepuasan pelanggan
sehingga banyak terjadi return penjualan. Salah satu meode yang digunakan untuk
mengukur tingkat kepuasan pelanggan adalah dengan Sistem Keluhan dan Saran
yaitu menggunakan kuisioner. Bagaimana cara membuat kuisioner yang baik dan
tepat untuk pelanggan (buat minimal 5 pertanyaan) ?
2. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh penilaian pelanggan terhadap produk dalam
memenuhi harapannya. Pelanggan merasa puas bila harapannya terpenuhi. Apa yang
sebenarnya yang membuat pelanggan puas. Jelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan dibawah ini !
a. Kualitas produk :
b. Harga jual :
c. Kualitas pelayanan :
d. Faktor kemudahan :
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
249
Maka perbaikan dari hasil refleksi di atas adalah: (1) Guru lebih bisa memberikan
perhatian lebih terhadap siswa yang terlihat kurang aktif (2) Agar semua peserta didik mau
mengemukakan pendapat, maka seluruh siswa menuliskan hasil pendapatnya dalam bukunya
masing-masing
Saran observer: (1) kedepannya agar guru lebih mendorong dan memotivasi siswa
untuk berani berpendapat, (2) Guru memberikan perhatian yang lebih terhadap siswa yang
terlihat kurang aktif dan berbicara diluar konteks diskusi.
Siklus II Pertemuan 2
Perencanaan
Rencana pelaksanaan siklus II didasarkan pada hasil refleksi pertemuan 1. Untuk
pertemuan 2 rencana yang disusun adalah sebagai berikut: Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa serta mempersiapkan media promosi berbentuk brosur
dan media online.
Pelaksanaan kegiatan dan observasi
Kegiatan awal ; guru membuka pelajaran dengan memberikan salam selamat siang dan
Assalammualaikum, menanyakan kabar hari ini, memberikan pertanyaan yang mengarah ke
materi pelajaran sebelumnya tentang menganalisis kepuasan pelanggan, dan melanjutkan ke
materi pelajaran berikutnya mengenai promosi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Guru menjelaskan dengan singkat materi yang akan dibahas melalui ceramah, dilanjutkan
dengan memberikan stimulus tentang materi promosi pada aspek pemasaran dan cerita
pengusaha yang sukses memulai usaha kecil dari promosi media online. Selanjutnya
membagi siswa kedalam 6 kelompok yang heterogen terdiri atas 4-5 orang, guru membagikan
lembaran kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok yang sudah dibentuk sebelumnya,
dan siswa mengerjakan lembar kerja yang harus didiskusikan serta mengumpulkan data
mengenai pemecahan masalah yang terkait.
Selanjutnya siswa berdiskusi kelompok dan membahas pemecahan masalah yang
terdapat dalam lembar kerja siswa sesuai dengan petunjuk. Sebelum pelaksanaan diskusi
kelompok, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai masalah yang terdapat
dalam lembar kerja.
Dalam proses diskusi kelompok, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang relevan, dan mendorong siswa untuk memecahkan masalah. Guru
membimbing individu maupun kelompok untuk melaksanakan penyelidikan yang terkait
dengan masalah yang harus dipecahkan.
Pada saat diskusi, ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah, guru mencoba untuk membantu memecahkan masalah dengan melakukan
bimbingan secara terus menerus sampai siswa memahami permasalahannya.
Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya
dalam mengidentifikasi masalah promosi. Dimulai dari kelompok 1 dan kelompok 2 untuk
mempresentasikan hasil diskusinya untuk membahas soal nomor 1, salah satu anggota
kelompok mulai memaparkan masalah promosi, selanjutnya ada kelompok 4 memberikan
tanggapan dan pertanyaan mengenai promosi yang paling tepat yang ditujukan pada
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
250
kelompok 1. Anggota kelompok 2 memberikan jawaban terkait dengan pertanyaan yang di
ajukan dan nampak antar anggota saling memberikan tambahan jawaban. Selanjutnya
presentasi dilanjutkan kelompok 3 dan kelompok 4 membahas soal nomor 2, kelompok 5 dan
6 membahas soal nomor 3.
Dari pengamatan pelaksanaan diskusi dan presentasi nampak siswa sudah mulai aktif
secara keseluruhan dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan.
Kegiatan penutup : Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan dari materi promosi,
guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Dari hasil diskusi dapat
di simpulkan bahwa dalam menetapkan media promosi harus diperhitungkan cara ang efektif
dan efisien.
Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan oleh observer sebagai berikut: (1) Dalam kegiatan diskusi
sebagian besar peserta didik aktif dan sebagian kecil tidak aktif dalam diskusi (2) Siswa
menyajikan hasil karyanya dalam bentuk presentasi, dan tidak semua siswa berani
mengemukakan pendapatnya dan menunggu ditunjuk baru bisa mengemukakan pendapatnya
Maka perbaikan dari hasil refleksi di atas adalah: (1) Guru lebih memperhatikan,
membimbing dan menegur siswa yang terlihat kurang aktif (2) supaya semua peserta didik
mau mengemukakan pendapat, maka seluruh siswa menuliskan hasil pendapatnya dalam
buku catatan masing-masing.
Saran observer: (1) kedepannya agar guru lebih mendorong dan memotivasi siswa
untuk berani berpendapat(2) Guru lebih memperhatikan dan menegur siswa yang terlihat
kurang aktif.
Pelaksanaan tes akhir siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 November 2016 Dari hasil
pemeriksaan pekerjaan siswa diperoleh data bahwa dari 27 siswa terdapat 3 siswa yang
memperoleh nilai dibawah 76 yang merupakan KKM dari mata pelajaran kewirausahaan
SMKN 2 Batu dan 24 siswa yang memperoleh nilai diatas 76. Ini menunjukkan bahwa masih
terdapat 10 persen siswa yang masih memperoleh skor dibawah KKM. Berdasarkan
pengamatan kinerja presentasi siswa diperoleh gambaran bahwa terdapat 5 persen siswa yang
memiliki kategori kurang atau cukup. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
berkategori baik atau sangat baik dalam kinerja presentasi.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II yaitu dari 27 siswa didapatkan perolehan skor tes
akhir siklus II ada 10 persen siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM, 5 persen siswa
yang memiliki kategori kurang atau cukup dalam kinerja presentasi, hal ini menunjukkan
bahwa penelitian sudah mencapai mencapai keberhasilan, oleh karena itu penelitian
dilakukan selasai sampai pada siklus II.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan problem based learning dapat
meningkatan hasil belajar dan kemampuan analisis siswa. Hal itu di duga dapat terjadi karena
beberapa faktor: (1) sintak problem based learnig yang merupakan pedoman penerapan
metode mampu meningkatkan kemanpuan analisis siswa, (2) model problem based learning
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
251
meningkatkan aktifitas dan mandiri siswa, (3) pada saat pembelajaran membawa siswa dalam
dunia nyata.
Hasil penelitian berbasis masalah ini sejalan dengan teori belajar menurut Bruner,yaitu
terdapat dua ciri konsep belajar pertama tentang discovery yaitu mengarahkan agar peserta
didik mandiri dalam menemukan, mengolah, memiliah dan mengembangkan, kedua teori
scodiery bahwa adanya pengulangan-pengulangan terhadap pengetahuan yang sama namun
diulang dengan pembahasan yang lebih luas dan mendalam. Teori Bruner juga
menyatakanproses pembelajaran itu mampu membantu cara belajar peserta didik yang baik,
sehingga peserta memiliki motivasi yang kuat untuk tetap semangat dalam belajar.
Memberikan kepercayaan tersendiri bagi peserta didik karena mampu menemukan,
mengolah, memilah dan mengembangkan pengetahuan sendiri, Konsep ini berpusat pada
peserta didik, dan guru hanya membantu saja.
Menurut Stepien, dkk yang dikutip I Wayan bahwa Problem basedlearning suatu
model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-
tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Dalam penerapan model problem based learning dapat memberikan respon positif bagi
siswa, karena siswa dapat saling membantu dan mengajarkan dalam memahami materi yang
diajarkan sehingga memudahkan siswa dalam menyerap materi yang diajarkan, selain itu,
respon positif dari model pembelajaran ini dapat menumbuhkan solidaritas dan
tanggungjawab siswa dalam menyelesaikan soal serta memecahkan masalah pada lembar
kerja siswa (Rabiatul, 2008)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa penerapan model
Problem Based Learning dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam
memecahkan masalah pada mata pelajaran Kewirausahaan kelas XI di SMKN 02 Batu. Hasil
penilaian pada lembar pengamatan diperoleh 95 % dikategorikan baik dan sangat baik. Dan
melalui lembar penilaian diperoleh 90 % memperoleh nilai di atas KKM.
Langkah Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning yang dapat
meningkatkan Proses dan hasil Belajar Siswa Dalam Memecahkan Masalah Pada Mata
Pelajaran Kewirausahaan meliputi; 1) Orientasi siswa kepada masalah. 2) Mengorganisasikan
siswa untuk belajar. 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. 4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 5) Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
252
Daftar Rujukan
Donan, Henri, 2013 Meningkatkan Kemampuan Dalam Membuat Motor Lsitrik Melalui
Metode Praktek Bagi Siswa Kelas VI SDN.48/Ix Sarang Burung. Prosiding seminar
Nasional TEQIP 2013. Universitas Negeri Malang.
Fadillah, Hairul N, 2013 Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Demonstrasi
Materi Konsep Energi Dan Perubahannya Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar 011
Tanah Grogot Tahun Pembelajaran 2013. Prosiding seminar Nasional TEQIP 2013.
Universitas Negeri Malang.
Jauhari, Mohamad. 2015. Menemukan Pecahan Senilai dengan Pendekatan Saintifik melalui
Metode Problem Based Learning. Prosiding Seminar Nasional TEQIP
Karokaro, Deddy. 2015. Penerapan Problem Based Learning pada Materi Dinamika dan
Masalah Kependudukan untuk Meningkatkan Keterampilan Geografi Kelas XI IIS
SMAN 6 Batam. Prosiding Seminar Nasional TEQIP
Pawartani, Transita, 2013 Penerapan Pendekatan Cooperative Think Pair Share Dengan
Media Pembelajaran Elektronik Pada Pembelajaran IPA Dalam Kegiatan On-Going
Di Kelas IV SD Inpres 13 Arfai Manokwari . Prosiding seminar Nasional TEQIP
2013. Universitas Negeri Malang.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
253
PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI TENTANGAPBN DAN
APBDMELALUI MODELPEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED
LEARNING)PADA SISWA KELAS XI IPS. 3 SMAN 02 BATU
Dewa Made Sayang
Guru SMAN 02 Batu
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Ekonomi tentang APBN dan APBD dengan menerapkan model pembelajaran
PBL. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dilakukan 2 siklus. Penelitian ini
dilaksanakan di SMAN 02 Batu kelas XI IPS.3 dengan jumlah siswa 35 anak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan PBL dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci :peningkatan, pembelajaran PBL, hasil belajar.
Pembelajaran Ekonomi Menurut Kurikulum 2013merupakan ilmu tentang perilaku
dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan
berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi,
konsumsi, dan atau distribusi. Luasnya ilmu ekonomi dan terbatasnya waktu yang tersedia
membuat standar kompetensi dan kompetensi dasar ini dibatasi dan difokuskan kepada
fenomena empiric ekonomi yang ada disekitar peserta didik, sehingga peserta didik dapat
merekam peristiwa ekonomi yang terjadi di sekitar lingkungannya dan mengambil manfaat
untuk kehidupannya yang lebih baik
Dari rumusan tersebut terdapat tiga kegiatan ekonomi yang penting bagi manusia,
yakni produksi, konsumsi, dan distribusi. Kegiatan produksi pada hakekatnya adalah segala
usaha manusia untuk meningkatkan atau menambah nilai guna suatu barang atau
jasa.Sedangkan konsumsi merupakan kegiatan atau aktifitas untuk mengurangi nilai suatu
barang atau jasa, seperti makan, minum dan sebagainya.Distribusi merupakan kegiatan
menyalurkan barang dari produsen ke konsumen.
Tujuan mempelajari mata pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan a). Memahami sejumlah konsep ekonomi untuyk mengkaitkan peristiwa dan
masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan
individu, rumah tangga, masyarakat, dan Negara; b). Menampilkan sikap ingin tahu terhadap
sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi. c). Membentuk
sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan
ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang berfmanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga,
masyarakat, dan negara; dan d). membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-
nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun
internasional.
Mata pelajaran Ekonomi mancakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang
berfkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga
lingkungan terjauh, meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1) Perekonomian; 2).
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
254
Ketergantungan; 3). Spesialisasi dan Pembagian kerja; 4). Perkoperasian; 5). Kewirausahaan;
6). Manajemen.
Karakteristik pembelajaran mata pelajaran Ekonomi adalah:a). Mata pelajaran
Ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata; b).Mata pelajaran Ekonomi
mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan fakta secara rasional; c) Umumnya, analisis
yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode pemecahan masalah; d). Inti dari ilmu
ekonomi adalah memilih alternatif yang terbaik; dan e). Secara umum, subyek dalam
ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikro ekonomi dan
makro ekonomi.
Hasil pembelajaran pra siklus tentang pembelajaran ekonomi dijumpai kelemahan
atau hambatan-hambatan berupa: a). rendahnya minat belajar peserta didik, diantaranya dapat
dilihat dari capaian hasil belajar siswa yang rata-rata masih dibawah KKM, yaitu masih
dibawah 50% yang artinya belum mencapai ketuntasan klasikal. (b). Belum adanya media
pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. (c). Komunikasi dalam
proses pembelajaran yang masih satu arah, yaitu dari guru kepada siswa. (d). Metode
pembelajaran yang digunakan belum atau tidak relevan.
Berdasarkan kelemahan yang dijumpai pada pembelajaran tersebut maka akan dicoba
untuk meningkatkan hasil belajar siswa, melaui penggunaan metode PBL (Problem Bsed
Learning). Problem based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam
pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata
(real world). Pembelajaran ini menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”,
bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah
yang diberikan mendorong peserta didik memiliki rasa ingin tahu pada pembelajaran itu.
Terdapat 5 Stradegi penerapan model pembelajaran PBL, yaitu: (1). Permasalahan sebagai
kajian. (2). Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman. (3). Permasalahan sebagai contoh.
(4). Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses. (5). Permasalahan sebagai
stimulus aktivitas autentik.
Tujuan dan hasil PBL adalah: (1). Keterampilan berpikir & keterampilan
memecahkan masalah untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. (2).
Pemodelan peranan orang dewasa. Bentuk pembelajaran berbasis masalah menjembatani gap
antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas praksis yang dijumpai di luar
sekolah.Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan :(a) mendorong
kerjasama dalam menyelesaikan tugas; (b) memiliki elemen-elemen magang. Hal ini
mendorong peserta didik secara bertahap memiliki peran dari yang diamatinya; (c)
melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, shg dapat menjelaskan
fenomena dunia nyata. (3). Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning).Pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus
dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh di bawah bimbingan guru.
Kelebihan PBL adalah (1)Akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin
bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didikberhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan. (2) Peserta didik dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
255
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.(3)Model ini dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam
bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok.
Adapun langkah-langkah dalam PBL adalah (1).Konsep Dasar (Basic Concept)Fasilitator
memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran
tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan
mendapatkan „peta‟ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. (2).Pendefinisian Masalah
(Defining the Problem)Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau
permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua
anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara
bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat (3). Pembelajaran
Mandiri (Self Learning). Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelasisu yang
sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapatdalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di
perpustakaan,halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi
memiliki dua tujuan utama, yaitu: (a) agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di
kelas, dan (b) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan
informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami. (4). Pertukaran Pengetahuan
(Exchange knowledge). Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi
dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik
berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi
dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.(5).
Penilaian (Assessment). Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan
dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan
laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran,
baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.Penilaian
dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan
sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan
perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada
penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama
dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut
ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian
dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-
pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu
tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL
dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment. Self-assessment
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
256
merupakan penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan
hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar
itu sendiri dalam belajar.Sedangkan Peer-assessment adalah penilaian di mana pebelajar
berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas
yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Yusuf (2015), Yuniarti (2015) dan Ponco
(2015). Penelitian pertama dilakukan oleh Yusuf (2015), dengan judul Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Mind
Mapping (Peta Pikiran) pada Materi Indeks Harga dan Inflasi Kelas XI IIS SMA Negeri 1
Kertek Wonosobo Tahun Pelajaran 2015/2016, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada
peningkatan hasil belajar setelah perlakuan dengan Model PBL dengan Strategi Mind
Mapping dilihat dari rata-rata nilai pre-test yaitu 55,30 dan post-test sebesar 80,35 ,pada kelas
eksperimen. Selain itu juga menunjukkan adanya perbedaan hasil rata-rata nilai post-test
kelas eksperimen sebesar 80,35 lebih tinggi dibandingkan post-test kelas control sebesar
74,88. Penelitian kedua dilakukan oleh Yuniarti (2015), dengan judul Peningkatan
Kemampuan Analisis Pokok Bahasan Masalah Ekonomi dengan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) siswa SMA Negeri 1 Bandongan Kabupaten Magelang
(Studi Pada Siswa Kelas X IIS 1 Tahun Pelajaran 2014/2015), hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa dari analisis data penelitian tersebut bahwa Model Pembelajaran PBL
terbukti dapat meningkatkan kemampuan analisis serta aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Kemampuan analisis dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mengalami
peningkatan, itu berarti akan berpengaruh pada hasil belajar yang meningkat pula. Penelitian
ketiga dilakukan oleh Ponco ( 2015, dengan judul Efektivitas Metode Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Pasar Modal
Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Bangsri Tahun Pelajaran 2014/2015, hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa penerapan metode Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada kompetensi pasar modal. Kelas eksperimen yang mendapat perlakuan
dengan penerapan metode Problem Based Learning memperoleh hasil belajar lebih tingi
daripada kelas control yang menggunakan metode konvensional.
Dari ketiga hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
PBL (Prolem Base Learning) ini efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan meningkatkan proses dan hasil belajar siswadengan
menggunakan model pembelajaran PBL materi APBN dan APBD, karena itu penelitian ini
tergolong pada penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas dengan tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi.Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun rencana pembelajaran model PBL
untuk membantu siswa mengkonstruksi materi APBN dan APBD. Tahap pelaksanaan
pembelajaran dilakukan di kelas XI IPS.3 SMAN 02 Batu dengan jumlah peserta didik 35
orang, yang terdiri dari 17 laki-laki dan 18 perempuan mulai bulan Oktober 2016 sampai
November 2016. Dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus dilakukan observasi yang
dibantu oleh teman sejawat, yaitu dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif, artinya
peneliti tidak melakukan penelitian sendiri, namun berkolaborasi atau bekerja sama dengan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
257
guru Ekonomi di SMA Negeri 02 Batu. Secara partisipatif bersama-sama dengan mitra,
peneliti akan melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah. Wina Sanjaya (2016: 44)
menyatakan “Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah proses pengkajian masalah
pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta
menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut”. Desain tindakan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model Kemmis & Taggart.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri
dari2 pertemuan (@ 2 jam pelajaran x 45menit). Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal
11dan 18 Oktober 2016, sedangkan siklus kedua dilakukan pada tanggal 1 dan 3 November
2016. Setiap akhir siklus dilakukan refleksi, untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran
dan memperbaikinya untuk siklus berikutnya. Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan
disajikan pada Gambar 1.
Ya
Belum
Gambar 1 : Alur penelitian tindakan kelas
Pengumpulan data dilakukan dengan Observasi partisipatif yaitu observasi yang
dilakukan apabila observer ikut serta dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan oleh
observant. Observasi partisipasi dilakukan untuk mengetahui unjuk Aktivitas Belajar siswa
selama pengembangan tindakan dalam pembelajaran Ekonomi serta kondisi kelas saat
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Base Learning (PBL).
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung di kelas oleh
peneliti dan dibantu dengan 2 orang observer dari rekan peneliti yang memiliki latar
belakang yang sama dengan peneliti. Hal ini dilakukan agar observasi siswa lebih fokus.
Terdapat 3 orang observer di dalam kelas dan dari 35 (17 putra dan 18 putri) siswa dibentuk
6 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 6 siswa, sehingga 1 observer akan
bertanggung jawab mengamati 2 kelompok atau 12 siswa. Peneliti dan rekan akan berdiskusi
untuk menyamakan pemahaman agar tujuan observasi tercapai. Observasi menggunakan
lembar penilaian aktivitas siswa yang terdapat indikator-indikator Aktivitas Belajar, berikut
juga dengan pedoman penilaian agar dapat membantu dalam mengamati aktivitas belajar
siswa untuk pemberian skor kepada setiap siswa.
Ber-
hasil ?
Observasi awal
siklus perencanaan
Observasi
pelaksanaan
Refleksi dan
analisis data
Pelaksanaan
tindakan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
258
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah siswa sebagai
dasar untuk menentukan jumlah serta anggota-anggota kelompok dalam Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dokumentasi juga berupa data mengenai
gambaran profil sekolah, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
Observasi Aktivitas, catatan lapangan, hasil wawancara, dan foto selama kegiatan di
sekolah.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan oleh guru Ekonomi kepada beberapa
siswa kelas XI IPS 3 sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dengan
diimplementasikannya Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).Hasil
wawancara digunakan untuk memperkuat hasil observasi selama kegiatan pembelajaran
Ekonomi dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Pra-Tindakan
Peneliti melakukan diskusi dengan guru kolabolator pada tanggal 10 Oktober 2016
untuk membahas permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran.Wawancara
dilanjutnya kepada beberapa siswa yang telah ditentukan sebelumnya sebagai perwakilan
yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah.Dari data yang dikumpulkan,
dapat dianalisis bahwa siswa kurang berpartisipasi dalam pembelajaran Ekonomi, Aktivitas
siswa dan pemanfaatan belajar kelompok belum optimal.Kurangnya inovasi model
pembelajaran dan pembelajaran yang bersifat konvensional yakni ceramah menyebabkan
kurangnya interaksi dalam pembelajaran.
Observasi Awal
Observasi awal dilakukan untuk mengamati Aktivitas Belajar Siswa dalam
pembelajaran di kelas dan memperkuat hasil wawancara. Berdasarkan observasi awal pada
tanggal 2 Oktober 2016, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan pembelajaran pada
kelas XI IPS 3 yaitu masih didominasi metode ceramah dan penugasan sehingga siswa
kurang aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut di cerminkan dengan 37,14% siswa
melakukan Aktivitas Belajar dari keseluruhan siswa di kelas XI IPS 3 sebanyak 35 siswa.
Berikut adalah rincian Aktivitas Belajar Siswa pada pembelajaran konvensional.
Perencanaan Penerapan Problem Based Learning (PBL)
Menetapkan Upaya Peningkatkan Aktivitas Belajar Siswa
Upaya dalam peningkatan Aktivitas Belajar Ekonomi Siswa kelas XI IPS 3 adalah
dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL),pada Kompetensi
DasarMenganalisis APBN dan APBD dalam pembangunan ekonomi. Pembentukan
kelompok dilakukan secara heterogen dilihat dari kemampuan siswa berdasarkan nilai
ulangan harian sebelumnya dan berdasarkan jenis kelamin.
Penyusunan Rencana Tindakan
Rancangan ini disesuaikan dengan komponen pada Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL).sebagai upaya untuk meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa. Adapun
penyusunan rencana tindakan yaitu: a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
disesuaikan dengan penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) b)
Membuat perangkat Media Power Point (tentang materi APBN dan APBD, lembar
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
259
pertanyaan beserta kunci jawaban). c) Membuat lembar kerja siswa d) Membuat post-test
untuk siklus pertama e) Menyusun lembar observasi untuk pengamatan Aktivitas Belajar
Siswa disesuaikan dengan indikator yang akan diamati. f) Membuat rancangan catatan
lapangan, membagi siswa secara heterogen ke dalam kelompok, yaitu kelompok 1, 2, 3, 4, 5,
dan 6, g) Membuat name tag untuk mempermudah pengamatan.
Hasil Penelitian Siklus I
Perencanaan Tindakan
Materi yang diajarkan pada siklus I adalah pada Kompetensi Dasar Menganalisis
APBN dan APBD dalam pembangunan ekonomidengan indikator: a). Menjelaskan
pengertian APBN dan asas penyusunannya, b). Mengidentifikasi fungsi dan tujuan, dan c)
Mengidentifikasi belanja Negara atau pengeluaran Negara
Pelaksanaan
Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Oktober 2016 pukul 08.30 –
10.00 WIB di kelas XI IPS 3, SMA Negeri 02 Batu. Siklus I dilakukan sebanyak 2 kali
pertemuan (4 x 45 menit) dengan kompetensi dasar menganalisis APBN dan APBD dalam
pembangunan ekonomiyang kegiatan pembelajaran berorientasi pada aktitivas belajar
siswa.Pengamatan aktivitas belajar siswa dilakukan oleh 2 observer yang mereka juga sama-
sama guru ekonomi SMA Negeri 02 Batu.
Pada kegiatan pendahuluan yang berlangsung 10 menit kegiatan yang dilakukan
adalah: a)Menyiapkan kelasagar lebih kondusif untuk proses belajar
mengajar;kerapiandankebersihanruangkelas, berdoa, presensi(absensi, kebersihan
kelas,menyiapkan media dan alatserta buku yang diperlukan).b)Peserta didik
disinggungtentang materi minggu lalu yaitu Pendapatan suatu negara kemudian
dihubungkan dengan kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan kondisi ekonomi
masyarakat sehari-hari.c)Pesertadidikditegaskankembalitentangtopikdanmenyampaikan
kompetensiyangakandicapai.d)Peserta didikdibagi menjadi enam
kelompok(kelompokI,II,III,IV,V,danVI) dan diberikan waktu untuk diskusi 30 menit.
Pada kegiatan inti yang berlangsung selama 70 menit, dengan kegiatan sebagai
berikut: a)Sebelum pesertadidikmempelajari tentang APBN, peserta didikdiberikan
apersepsi denganmenanyakantentang perbedaan antara pendapatan ansional dengan
penerimaan negara yangmerekaketahui.b)KelompokI, dan II
ditugaskanuntukmelakukankajiantentang pengertian APBN dan asas
penyusunannyamelaluibuku-buku yangtersediatermasukkeperpustakaan.c) KelompokIII,
dan IV ditugaskanuntuk melakukankajiantentang Fungsi dan tujuan APBN dalam
perekonomian melaluibuku-buku yangtersediatermasukkeperpustakaan.d) KelompokV,
dan VI ditugaskanuntuk melakukankajiantentang Sumber-sumber penerimaan Negara dan
jenis belanja negara dalam perekonomian melaluibuku-buku
yangtersediatermasukkeperpustakaan.d)Setiapkelompokharusmembuatlaporansesuaidenga
nmasalah yang dikaji.Hasilkajian itusebaiknyadidukung dengan data ataugambar-
gambaryangrelevan.e)Kelompok I, III dan V ditunjuk oleh guru untuk
mempresentasikan kajiannyakemudiankelompok II, IV, dan VI yangtidakpresentasi dapat
mengajukanpertanyaan.f)Pesertadidikdimintamenuliskanhasildiskusipadalembarkertas
kerja.g)Hasildiskusikelompokkemudian dikumpulkankepada guru.
Kegiatan penutup berlangsung 10 menit dengan egiatan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
260
a)Peserta didik dapat ditanya apakah sudah memahami materi tersebut.
b)Pesertadidikdimintauntukmengumpulkankertaskerja.
c)Gurumenutuppembelajaran mingguke-10ini dengan memberikan ringkasan
tentangmakna APBN, Fungsi dan tujuan APBN, dan Sumber penerimaan Negara dan
belanja negara. Dan mengajak berdoa semoga pembelajaran hari ini bermanfaat untuk
kita semua.
d) Peserta didik diberikan uji pemahaman materi dan tugas mandiri atau tugas kelompok
Pada 10 menit yang pertama, pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal yakni guru
membuka pelajaran dan apersepsi.Di sisni gurumemberikan beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran sebelumnya. Guru juga menyampaikan materi yang akan
dipelajari, memberikan motivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
Selesai apersepsi siswa dikondisikan untuk menempati kursi sesuai dengan pembagian
kelompok Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL) yang sudah ditentukan
sebelumnya.
Pada saat kegiatan inti, pada 10 menit yang kedua, guru mengawali dengan
mempresentasikan media power point materi APBN dan APBD dengan disertai tanya jawab.
Beberapa siswa berani menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru,
walaupun jawabannya belum benar.
Selanjutnya guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) kepada setiap siswa,
dilanjutkan dengan menjelaskan tata cara mengerjakannya. Waktu yang digunakan untuk
mengerjakan LKS ditetapkan 20 menit. Pada saat siswa kerja kelompok, guru melakukan
pendampingan dengan keliling dari kelompok satu ke kelompok lain secara terus menerus.
Selama kegiatan diskusi seluruh siswa kelihatan sangat aktif dan sangat antusias
mengikutinya dan tidak kelihatan ada siswa yang bermain sendiri atau yang bermalas-
malasan.Namun demikian juga masih ada beberapa siswa yang agak terhambat dalam
memahami materi LKS yang dikerjakan, terutama bagi para siswa yang kategori lower. Juga
terdapat beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi LKS dan
langsung di jawab oleh guru sehingga terjadi dialog, seperti berikut ini:
1 Siswa Maaf Pak Tanya, saya belum faham cara mengerjakannya, tolong diulangi
lagi. Terima kasih.
Guru
Baik saya ulangi lagi, tolong yang lain juga memperhatikan. Cara membuat
analisis adalah dengan menuliskan nama akun yang berubah, bertambah atau
berkurang, di debit atau di kredit, dan disertai jumlahnya. Bagaimana, bisa di
fahami?
2 Siswa Permisi pak mau tanya, transaksi tanggal 8 Desember itu membeli tanah atau
membangun gedung? Terus analisisnya bagaimana pak?
Guru
Silahkan yang lain juga memperhatikan transaksi tanggal 8, itu adalah
transaksi pembelian tanah. Jadi analisisnya adalah (para siswa pada
menjawab) iya benar.
3 Siswa Pak mohon maaf, setelah saya jumlahkan hasilnya kok tidak sama?
Guru
Coba di cek kembali, sepertinya masih ada yang belum tepat. Mungkin
menulis angkanya ada yang salah atau mungkin tempat debit dan kredit
terbalik.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
261
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sebelum dilaksanakannya
kuis individual. guru memberikan waktu 30 menit kepada siswa untuk mengerjakan kuis
individual sebagai post-test. Jawaban dikumpulkan kepada korektor dan dibantu dengan
observer mengkoreksi jawaban siswa, selanjutnya untuk dihitung skor peningkatan
kelompok.Sewaktu itu guru mengkondisikan siswa agar lebih kondusif dengan membahas
soal post-test.
Perhitungan selesai, maka didapat 6 kelompok super, 1 kelompok hebat, 1 kelompok baik,
dan 1 kelompok tidak mendapatkan penghargaan. Dalam hal ini semua kelompok
mendapatkan hadiah, namun untuk menentukan kelompok yang berhak mendapatkan
penghargaan maka dilihat dari skor rata-rata peningkatan yang sempurna dan pengumpulan
kekayaan terbanyak hasil permainan monopoli.
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa secara klasikal menyimpulkan materi.guru
meyerahkan penghargaan dan motivasi kepada siswa. guru menutup pelajaran dengan
menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
3) Pengamatan
Observer selamakegiatan pembelajaran berlangsung melakukan pengamatan sambil
mengisi format pengamatan dan mencatat hasil dari yang diamati. Dari hasil pengamatan
mengenai Aktivitas Belajar Siswa yang dilakukan observer, maka diperoleh data seperti
tabel 5 berikut:
Tabel 5. Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I
No Indikator yang diamati Persentase
Aktivitas Siswa
1 Memperhatikan apa yang disampaikan guru 68,06 %
2 Bertanya dan menyampaikan pendapat pada saat kegiatan belajar
atau diskusi 53,47 %
3 Bekerja sama dengan teman satu kelompok 66,67 %
4 Membuat perencanaan dan pembagian tugas kelompok 67,36 %
5 Bertanggung jawab terhadap tugas yang telah ditetapkan dalam
kelompok
70,83 %
6 Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar
mengajar 74,31 %
7 Bertukar pendapat antar teman dalam kelompok 68,75 %
8 Memiliki kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok 68,06 %
9 Mengambil keputusan dari pertimbangan anggota 69,44 %
10 Mengerjakan kuis dengan kemampuan sendiri 67,36 %
Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa 67,43 %
(Sumber: Data primer yang diolah)
4) Refleksi
Penerapan model Cooperative Learning Tipe STAD pada siklus I belum dapat
dilaksanakan secara optimal. Hal ini karena siswa belum terbiasa dengan model
pembelajaran tersebut, sehingga Aktivitas Belajar Siswa belum muncul secara utuh.
Berdasarkan hasil tindakan siklus I, beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah:
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
262
a) Petunjuk yang jelas sehingga siswa dapat menyesuaikan diri.
b) Pengendalian guru terhadap jalannya permainan.
c) Kerja sama siswa dalam kelompok.
d) Semangat siswa dalam kelompok, seperti kepedulian dalam kesulitan masing-masing
anggota kelompok.
e) Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dengan kemampuan sendiri.
f) Aktivitas lisan (oral) siswa seperti bertanya dan menyampaikan pendapat pada saat
kegiatan belajar atau diskusi dan bertukar pendapat antar teman dalam kelompok.
Dari hasil refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, maka didapatkan
kelemahan – kelemahan dalam pelaksanaan yakni sebagai berikut:
a) Siswa yang tergabung dalam kelompok hanya memburu untuk menjalankan bidak
permainan, tanpa memperhatikan kesulitan yang di alami oleh teman sesama
kelompoknya.
b) Waktu dalam menjawab kartu-kartu adalah 1 menit dirasakan terlalu singkat.
c) Perayaan kelompok ketika berhasil menjawab pertanyaan dan memenangkan permainan
terlalu ramai, sehingga mengganggu kelompok dan kelas lain.
Usaha yang dilakukan untuk perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a) Memberikan petunjuk yang jelas pada siswa terkait konsep pembelajaran.
b) Memotivasi siswa untuk lebih berperan aktif dalam mengerjakan tugas kelompok.
c) Memberikan pemahaman orientasi permainan bukan sekedar mengumpulkan kekayaan
semata, tetapi lebih kepada interaksi edukatif untuk pemahaman materi.
d) Mengatur ulang waktu pengerjaan dalam menjawab kartu.
2.Pembahasan
Pelaksanaan Tindakan pada siklus I belum bisa dikatakan optimal.Dilihat dari
Aktivitas Belajar Siswa masih ada yang berbicara dengan temannya pada saat guru
mempresentasikan materi, siswa masih enggan bertanya dan menyatakan pendapat kepada
guru ataupun teman kelompoknya. Pada waktu pelaksanaan diskusi melalui permainan, siswa
kurang bekerja sama, masih mengerjakan tanggung jawab tugas sendiri tanpa mempedulikan
kesulitan antar anggota kelompok, namun pada saat pengerjaan soal post-test terlihat
beberapa siswa yang mendiskusikan jawabannya.
Evaluasi pada siklus I dilakukan untuk perbaikan pada pelaksanaan tindakan siklus
II.Perbaikan yang dilakukan adalah memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa,
memotivasi siswa untuk lebih berperan aktif dalam mengerjakan tugas kelompok,
memberikan pemahaman orientasi permainan, dan mengatur ulang waktu pengerjaan tugas
kelompok. Melalui perbaikan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XII IPS 3 SMA Negeri 02 Batu
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20,63% yaitu dari 67,43% menjadi
88,06% . Data mengenai peningkatan Aktivitas Belajar Siswa dengan penerapan Model
Cooperative Learning Tipe STAD Berbantu Media Power Point pada Kompetensi Dasar
Siklus Akuntansai Perusahaan Jasa pada Kelas XII IPS 3 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Aktivitas Belajar Siswa Kelas XII IPS 3
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
263
No Indikator yang diamati Siklus I Siklus II Pening-
Katan
1 Memperhatikan apa yang disampaikan guru 68,06 % 94,44 % 26,38%
2 Bertanya dan menyampaikan pendapat pada saat
kegiatan belajar atau diskusi 53,47 % 81,94 % 28,47%
3 Bekerja sama dengan teman satu kelompok 66,67 % 88,19 % 21,52%
4 Membuat perencanaan dan pembagian tugas
kelompok
67,36 % 87,50 % 20,14%
5 Bertanggung jawab terhadap tugas yang telah
ditetapkan dalam kelompok 70,83 % 86,81 % 15,98%
6 Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam
kegiatan belajar mengajar 74,31 % 90,97 % 16,66%
7 Bertukar pendapat antar teman dalam kelompok 68,75 % 84,72 % 15,97%
8 Memiliki kepedulian terhadap kesulitan sesama
anggota kelompok 68,06 % 86,11 % 18,05%
9 Mengambil keputusan dari pertimbangan anggota 69,44 % 86,11 % 16,67%
10 Mengerjakan kuis dengan kemampuan sendiri 67,36 % 93,75 % 26,39%
Rata-Rata Aktivitas Belajar 67,43 % 88,06 % 20,63%
(Sumber: Data primer yang diolah)
Dari tabel diatas, Aktivitas Belajar Siswa dengan penerapan Model Cooperative
Learning Tipe STAD Berbantu Media Power Point pada Kompetensi Dasar Siklus
Akuntansai Perusahaan Jasa pada Kelas XII IPS 3 mengalami peningkatan, data peningkatan
dapat dilihat melalui grafik sebagai berikut:
Gambar 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II
(Sumber: Data primer yang diolah)
Berdasarkan data diatas, Aktivitas Belajar Siswa mengalami peningkatan pada siklus
II. Siswa yang memperhatikan apa yang disampaikan guru sebesar 68,06% pada siklus I
menjadi 94,44% pada siklus II, siswa yang bertanya dan menyampaikan pendapat pada saat
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
68 , 06
47 , 53
66 , 67 67 36 , 83 70 , , 31 74
68 , 75 06 , 68 69 , 44 , 67 36
94 44 ,
, 81 94 88 19 , 5 , 87 81 , 86 97 , 90
84 72 , , 11 86 11 , 86
75 , 93
P e r s e n t a s e
Indikator Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Siklus I
Siklus II
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
264
kegiatan belajar atau diskusi sebesar 53,47% pada siklus I menjadi 81,94% pada siklus II,
siswa yang bekerja sama dengan teman satu kelompok sebesar 66,67% pada siklus I menjadi
88,19% pada siklus II, siswa yang membuat perencanaan dan pembagian tugas kelompok
sebesar 67,36% pada siklus I menjadi 87,50% pada siklus II, siswa yang bertanggung jawab
tehadap tugas yang telah ditetapkan dalam kelompok sebesar 70,83% pada siklus I menjadi
86,81% pada siklus II, siswa yang mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kegiatan
belajar mengajar sebesar 74,31% pada siklus I menjadi 90,97% pada siklus II, siswa yang
bertukar pendapat antar teman dalam kelompok sebesar 68,75% pada siklus I menjadi
84,72% pada siklus II, siswa yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota
kelompok sebesar 68,06% pada siklus I menjadi 86,11% pada siklus II, siswa yang
mengambil keputusan dari pertimbangan anggota sebesar 69,44% pada siklus I menjadi
86,11% pada siklus II, siswa yang mengerjakan kuis dengan kemampuan sendiri sebesar
67,36% pada siklus I menjadi 93,75% pada siklus II.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan Aktivitas Belajar
dengan penerapan model Cooperative Learning Tipe STAD Berbantu Media Power Point.
Hal ini ditunjukkan pada Aktivitas siswa sebelum menggunakan model Cooperative Learning
Tipe STAD Berbantu Media Power Point sebesar 39,31%, pada pelaksanaan tindakan siklus I
Aktivitas Belajar meningkat menjadi 67,43%, dan selanjutnya pada pelaksanaan tindakan
siklus II meningkat menjadi 88,06%. Peningkatan tersebut sudah mencapai indikator
keberhasilan yang diharapkan yaitu 75% dari jumlah siswa dalam satu kelas telah aktif
selama pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning Tipe STAD.
Hasil penelitian ini membuktikan hipotesis tindakan bahwa Penerapan Model
Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Berbantu Media
Power Point dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Akonomi Siswa Kelas XII IPS 3 SMA
Negeri 02 Batu Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
disampaikan Isjoni (2010: 74) bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah
satu tipe kooperatif yang menekankan pembelajaran pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Model Cooperative Learning Tipe STAD menekankan pengelompokan secara
heterogen sehingga mengupayakan siswa untuk mengajarkan sesuatu dengan baik kepada
siswa lainnya pada waktu yang bersamaan. Adanya diskusi akan tercipta interaksi edukatif,
serta dengan penghargaan dalam metode ini dapat meningkatkan peran serta dan aktivitas
siswa karena masing-masing kelompok termotivasi untuk mendapatkan penghargaan.
Dukungan media pembelajaran monopoli yang dapat membantu siswa dalam membangkitkan
minat dan motivasi siswa yang selanjutnya siswa akan melakukan Aktivitas Belajar.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru dan siswa setelah tindakan,
guru berpendapat bahwa model Cooperative Learning Tipe STAD Berbantu Media Power
Point dapat meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa karena membuat siswa dinamis dalam
belajar. Tanggapan beberapa siswa bahwa mereka menjadi lebih mudah memahami materi
yang diberikan karena disajikan melalui permainan dan diselesaikan bersama teman
kelompoknya yang saling membantu.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
265
Kesimpulan
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) Berbantu Media Power Point dapat meningkatkan Aktivitas Belajar Akonomi pada
kompetensi dasar Menyusun Rekonsiliasi Bank Siswa Kelas XII IPS 3 SMA Negeri 02 Batu
Tahun Pelajaran 2016/2017. Aktivitas Belajar Siswa secara umum mengalami peningkatan
pada siklus I dan siklus II. Sebelum menggunakan Model Cooperative Learning
Daftar Rujukan
Ponco, W. W. 2015,Efektivitas Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Pasar Modal Siswa Kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Bangsri Tahun Pelajaran 2014/2015, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.lib.unnes.ac.id/22552/ 1/7101411330-s. pdf,
diunduh tanggal 8 Oktober 2016 pukul 12.35.WIB.
Yuniarti, T. 2015, Peningkatan Kemampuan Analisis Pokok Bahasan Masalah Ekonomi
dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa SMA Negeri 1
Bandongan Kabupaten Magelang (Studi Pada Siswa Kelas X IIS 1 Tahun Pelajaran
2014/2015, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang. library.um.ac.id/free…/ pembelajaran.doc.pdf, diunduh tanggal 8 Oktober
2016 pukul 10.30. WIB.
Yusuf, R. U. 2015, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based
Learning (PBL) dengan Strategi Mind Mapping (Peta Pikiran) pada Materi Indeks
Harga dan Inflasi Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo Tahun Pelajaran
2015/2016, Jurusan Pendidikan Ekonomi FakultasEkonomi Universitas Negeri
Semarang. eprints.uny.ac.id/…/pasca=5Fsarjana.html.pdf,diunduh tanggal 8 Oktober
2016 pukul 10.05. WIB.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
266
PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI MATERI SIKLUS AKUNTANSI
PERUSAHAAN JASA TAHAP PENCATATAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK(PROJECT BASED LEARNING) DI KELAS
XII IIS-1 SMA NEGERI 2 BATU TP 2016/2017
Siti Wahyu Hidayati
Guru Ekonomi SMA Negeri 2 Batu
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Ekonomi materi Akuntansi tahap pencatatan melalui pembelajaran berbasis
proyek(Project Based Learning) dengan langkah-langkah yang meliputi: (1) Penentuan
Pertanyaan Mendasar, (2) Mendesain Perencanaan Proyek, (3) Menyusun Jadwal, (4)
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek,(5) Menguji Hasil,(6) Mengevaluasi
Pengalaman.Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan dalam 2 siklus. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Batu kelas XI IIS-1
dengan jumlah siswa sebanyak 36 anak.Langkah-langkah yang dilakukan secara runtut
yaitu penjelasan materi, diskusi kelompok, dan menyusun laporan siklus akuntansi.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek terdapat
peningkatan hasil belajar siswa dari Siklus 1 ke Siklus 2.Siklus 1 dengan rata-rata nilai
89.3.meningkat pada Siklus 2 menjadi 95.1.
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), Peningkatan Hasil
Belajar, Siklus akuntansi tahap pencatatan
Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir,
penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses
pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa
yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting
sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta
perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan.
Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di
bidang pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis
dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Dalam realita
pendidikan yang ada di sekolah, guru berperan penting dalam implementasi Kurikulum 2013
melalui proses belajar mengajar di kelas. Kegiatan pengajaran merupakan salah satu faktor
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Pola umum kegiatan pengajaran adalah
terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya.Guru
yang mengajar, anak didik yang belajar.Maka guru adalah orang yang menciptakan
lingkungan belajar bagi kepentingan anak didik (Bahri, 2010:114).Upaya Peningkatan
kualitas pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Sebagai pelaksana pendidikan di
lapangan guru terus berupaya meningkatkan hasil belajar siswa, karena keberhasilan siswa di
sekolah akan memberikan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi guru. Keberhasilan
belajar siswa di sekolah menjadi salah satu tujuan guru dalam melak-sanakan pembelajaran.
Segala upaya akan dilakukan guru agar pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan
sehingga akan meningkatkan hasil belajarnya (Ruslah, 2015).
Berdasarkan hasil identifikasi yang ada pada siswa Kelas XII IIS-1 pada saat observasi
awal, terdapat sejumlah masalah antara lain: (1) Siswa memperoleh nilai dibawah KKM lebih
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
267
dari 50%, (2) Kegiatan pembelajaran sering di dominasi oleh guru, sehingga siswa kurang
dalam mengembangkan materi, (3) Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat, (4)
Pemilihan media yang kurang tepat mengakibatkan proses pembelajaran kurang maksimal, (5)
Siswa belum mempelajari akuntansi pada jenjang sebelumnyat. Oleh karena itu, disini guru
berperan penting dalam tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik dengan mengatasi
masalah-masalah tersebut.
Dalam hal ini guru kelas akan mengobati masalah-masalah yang ada pada kelas XII
IIS-1 dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yang berlaku pada Kurikulum
2013 yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Proyek(Project
Based Learning) pada materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Tahap Pencatatan.
Menurut Nanang dan Cucu (2009: 30) model pembelajaran Project Based Learning
adalah pendekatan pembelajaran yang memperkenankan peserta didik untuk bekerja mandiri
dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk
nyata.Sedangkan menurut Menurut Made (2014: 144) model pembelajaran Project Based
Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek.Dari pengertian diatas,
Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning)sangat cocok diterapkan dalam materi
akuntansi khususnya pada materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Tahap Pencatatan. Guru
dalam hal ini menginstruksikan kepada siswa untuk memposisikan siswa sebagai manajer
sebuah perusahaan jasa dan mengelola perusahaannya sendiri melalui pencatatan akuntansi
yang dilakukan dengan benar. Dengan pernyataan dari guru seperti ini, siswa akan termotivasi
dalam mengelola perusahaannya dengan melakukan pencatatan dengan benar dan akhirnya
akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran Pembelajaran Berbasis Proyek (PJBL) sebagai berikut.Kelebihan model PJBL
adalah: (1) meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar, (2) meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, (3) membuat siswa menjadi lebih aktif, (4) meningkatkan kolaborasi, (5)
membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga siswa maupun guru menikmati
proses pembelajaran. Sedangkan kelemahan model PJBL adalah: (1) guru yang memiliki
kelemahan dalam penelitian atau percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami
kesulitan, (2) kemungkinan adanya siswa yang kurang aktif dalam bekerja jika dibentuk
kelompok, (3) membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan proyek tersebut.
Model pembelajaran berbasis proyek pada penerapannya melalui tahap-tahap: (1)
Penentuan Pertanyaan Mendasar, (2) Mendesain Perencanaan Proyek, (3) Menyusun
Jadwal,(4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek,(5) Menguji Hasil, (6)
Mengevaluasi Pengalaman. Pada penerapannya dalam pembelajaran guru dan siswa dapat
bekerja sama mendesain proyek, merancang perencanaan proyek dan menyusun jadwal.
Untuk memandu pembelajaran ini guru dapat mendesain intrumen-intrumen lembar kerja
peserta didik karena pelaksanaan pembelajarannya umumnya dilakukan sebagai tugas diluar
tatap muka kecuali pelaporan hasil proyek.Untuk penilaiannya guru harus menyiapkan
instrumen penilaian proyek. Berikut ini contoh lembar kerja pelaksanaan tugas proyek
yang akan dilakukan peserta didik.Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun
jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek, antara lain: (1) membuat jadwal untuk
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
268
menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta
didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka
membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk
membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. Menguji hasil (assess the
outcome), penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi kemajuan
masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapai peserta didik, membantu pengajaran dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
Kajian tentang Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PJBL) sudah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya.
Tabel Penelitian yang relevan
No. Tahun Nama Peneliti Jenis Penelitian Judul
1. 2013 Ramadhani,
Fadilah
Kualitatif
Tindakan Kelas
Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Akuntansi Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based
Learning)
2. 2015 Lestasi, Tutik Kualitatif
Tindakan Kelas
Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar
Menyajikan Contoh-Contoh Ilustrasi dengan
Model Pembelajaran Project Based Learning
Bagi Siswa Kelas XI Multimedia SMK
Muhammadiyah Wonosari
3. 2015 Titu, Maria
Anita
Kualitatif
Tindakan Kelas
Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PJBL)
Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Pada
Materi Konsep Masalah Ekonomi
1. Ramadhani (2013)
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa “Penerapan
model pembelajaran berbasis proyek(Project Based Learning) terbukti dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran akuntansi pada siswa. Nilai rata-rata kelas pada mata pelajaran
akuntansi dari 72,90 dari pra-siklus menjadi 78,77 pada siklus I dan pada siklus II menjadi
87,86 dengan persentase ketuntasan siswa sebesar 61,91% pada pra siklus, 78,57% dan 100%
pada siklus II.
2. Lestari (2015)
Terdapat peningkatan hasil belajar ranah afektif siswa setelah diterapkannya Model
Pembelajaran Project Based. Pada siklus I, rata-rata persentase hasil belajar afektif sebesar
68,71%. Persentase tersebut meningkat pada siklus II yaitu sebesar 83,22%.
Terdapat peningkatan hasil belajar ranah psikomotorik siswa setelah diterapkannya
Model Pembelajaran Project Based Learning. Pada siklus I, rata-rata persentase peningkatan
hasil belajar psikomotorik sebesar 70,00%. Persentase tersebut meningkat pada siklus II
menjadi 86,85%. Sedangkan hasil psikomotorik kelompok pada siklus I rata-rata presentase
hasil belajar psikomotorik secara kelompok adalah 75,66% dan meningkat pada siklus II
menjadi 84,33%.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
269
3. Titu (2015)
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Project
Based Learning (PJBL) merupakan salah satu model yang mampu mendukung pelaksanaan
pendidikan pada konsep masalah ekonomi karena PJBL mendukung pelaksanaan pendidikan
pada konsep masalah ekonomi karena PJBL mendukung penerapan pembelajaran kehidupan
nyata dan pengalaman (real life and experiental learning) sehingga pendidikan masalah
ekonomi bisa berjalan dengan efektif.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan dalam
dua siklus. Setiap siklus terdapat empat kegiatan: perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi.Penelitian ini mendeskripsikan model Pembelajaran Berbasis
Proyek (PJBL) dengan materi siklus akuntansi perusahaan jasa tahap pencatatan yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, karena itu penelitian ini tergolong pada penelitian
kualitatif.Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun rencana pembelajaran yang
mengacu pada sintak pelaporan dan dilanjutkan dengan mengembangkan media berupa
lembar kerja siswa untuk membantu siswa mengkonstruksi materi jurnal umum. Tahap
pelaksanaan pembelajaran dilakukan di kelas XII IIS-1 di SMA Negeri 2 Kota Batu dengan
jumlah siswa 36 siswa, yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 22 perempuan, namun ada 1
siswa laki-laki di kelas XII IIS-1 ini yang pada waktu kegiatan penelitian tidak masuk
sekolah, sehingga rata-rata nilai yang digunakan menjadi 35 siswa, alasan mengapa memilih
subjek penelitian di kelas XII IIS-1 dilandasi oleh alasan karena timbulnya permasalahan
yang ada pada kelas yang bersangkutan yaitu, kualitas belajar siswa yang masih terbilang
rendah, yang dinilai dari proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada saat observasi
awal. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai
November 2016. Dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus dilakukan observasi yang
dibantu oleh teman sejawat (observer).Objek penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran akuntansi melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek
(Project Based Learning). Kualitas pembelajaran dapat dinilai dengan aspek proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus pertama dilakukan
pada tanggal 13 s/d 27 Oktober 2016 yang terdiri dari 3 kali pertemuan dan siklus kedua
dilakukan pada tanggal 10 s/ d 24 November 2016 yang terdiri 1 kali pertemuan yang
memuat evaluasi siswa. Setiap akhir siklus dilakukan refleksi, untuk mengevaluasi
pelaksanaan pembelajaran dan memperbaikinya untuk siklus berikutnya.
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yaitu instrumen perlakuan dan
instrumen pengukuran.Instrumen pengukuran terdiri dari RPP dan Skenario
Pembelajaran.Sedangkan intrumen perlakuan yakni menggunakan pedoman lembar hasil
belajar siswa yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa, lembar
pengamatan, dan catatan lapangan.Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan dan
disajikan pada Gambar 1 berikut.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan
Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
270
Gambar 1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas
HASIL
1. Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa diperoleh dari lembar kerja siswa yang dilaksanakan pada
Siklus 1 dan Siklus 2.
Tabel Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan 2
Siklus Siklus 1 Siklus 2
Nilai (35 siswa) 89.3% 95.1%
Berdasarkan tabel persentase hasil
Planning
Reflection
Observation
Action Siklus 1
Planning
Reflection
Observation
Action Siklus 2
Berhasil
Kesimpulan
(Penyusunan Laporan)
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
271
belajar siswa pada siklus 1 dan 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1
diketahui bahwa hasil belajar siswa sebesar 89.52%, sedangkan untuk hasil belajar siswa
pada siklus 2 sebesar 95,1% yang keduanya masuk dalam kategori sangat baik. Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 ke
siklus 2. Meskipun hasil kedua siklus sudah diatas KKM yang ditentukan yaitu sebesar 75,
akan tetapi pada Siklus 1 terdapat 15% dari 35 siswa yang hasil belajarnya masih belum
tuntas yang berarti ada 6 anak yang nilainya masih dibawah KKM. Ini yang akan menjadi
perbaikan oleh guru selaku peneliti untuk hasil siklus 2 yang lebih baik lagi.
PEMBAHASAN
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning)Dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa padaMateri Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Tahap
Pencatatan di Kelas XII IIS-1 SMA Negeri 2 Batu TP 2016/2017.
Deskripsi Pembelajaran Siklus 1
Siklus 1 terdiri atas 3 kali pertemuan yang disetiap pertemuannya meliputi materi
yang berbeda-beda dalam siklus akuntansi perusahaan jasa dan disetiap pertemuan ada hasil
tugas proyek siswa untuk dijadikan sebagai nilai yang akan dirata-rata pada akhir siklus 1.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dideskripsikan sebagai berikut.
Siklus 1 pertemuan 1
Pembelajaran diawali dengan mengondisikan siswa di dalam kelas dengan
memberikan motivasi dansemangat untuk mengikuti pelajaran ekonomi. Selanjutnya guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan model pembelajaran yaitu Pembelajaran Berbasis
Proyek yang akan diterapkan pada materi akuntansi kali ini. Dalam pertemuan 1 ini guru
menginstruksikan kepada setiap siswa agar setiap siswa memposisikan sebagai manajer
sebuah perusahaan jasa yang akan mengelola perusahaannya sendiri dengan baik. Disinilah
letak esensi model PJBL ini dimana siswa terlibat dalam sebuah proyek yang
direncanakannya sendiri, sehingga dari 35 siswa yang ada di kelas XII IIS-1 mempunyai
transaksi yang berbeda-beda untuk diselesaikan dalam tahap pencatatan akuntansi
perusahaan jasa. Pada pertemuan 1 ini, materi yang dibahas adalah pencatatan dalam Jurnal
Umum.
Siklus 1 pertemuan 2
Pembelajaran pada pertemuan 2 ini langkahnya hampir sama dengan pertemuan 1
namun pada pertemuan 2 ini melanjutkan pencatatan yang dilaksanakan pada pertemuan 1
yaitu memposting Jurnal Umum ke dalam Buku Besar.
Siklus 1 pertemuan 3
Pada pertemuan 3 ini materi yang akan dibahas adalah melakukan rekapitulasi saldo
Buku Besar ke dalam Neraca Saldo yang merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya
yaitu posting Buku Besar.
Hasil yang ditunjukkan pada siklus 1, rata-rata nilai yang diperoleh berdasarkan hasil
kerja pencatatan siswa disetiap pertemuan menunjukkan bahwa dari 3 pertemuan pada siklus
1 menunjukkan nilai 89,3 dari 35 siswa. Hasil yang sudah terbilang tinggi, namun terdapat
15% siswa dari total 35 siswa yang nilainya masih dibawah KKM yaitu sebanyak 6 siswa.
Hal yang diharapkan oleh penulis adalah semua siswa nilainya berada di atas KKM, ini
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
272
berarti menandakan masih ada kekurangan-kekurangan pada siklus 1 sehingga kekurangan
tersebut harus dibenahi kembali agar pada siklus 2 hasil yang diperoleh dengan maksimal.
Siklus 2 pertemuan 1
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 di siklus 2 ini siswa diberikan evaluasi oleh
guru. Sebelumnya di siklus 1, masing-masing siswa membuat transaksi sendiri seolah-olah
mereka merupakan manajer pada suatu perusahaan jasa, namun pada siklus 2 ini siswa
diberikan transaksi yang berbeda dari guru yang sekaligus sebagai peneliti dan siswa harus
menyelesaikan transaksi tersebut mulai dari Jurnal Umum, Buku Besar, hingga Neraca Saldo
dalam 1 pertemuan. Di siklus 1 siswa telah dilatih untuk menyelesaikan transaksinya sendiri
yang otomatis di siklus 2 ini diharapkan siswa dapat lancar mengerjakan evaluasi dari guru.
Hasil yang ditunjukkan pada siklus 2 ini, menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang
didapatkan oleh 35 siswa adalah 95,1. Terjadi peningkatan rata-rata nilai hasil belajar dari
siklus 1 ke siklus 2. Tidak hanya itu, sebelumnya pada siklus 1 terdapat 6 siswa yang nilainya
masih berada di bawah KKM, sedangkan pada siklus 2 ini seluruh siswa (35 siswa) nilainya
berada diatas KKM.
Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 terbukti menunjukkan bahwa
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning)dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas XII IIS-1 SMA Negeri 2 Batu TP 2016/2017.
Peningkatan tersebut tentunya dilandasi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah
kelebihan dari Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PJBL) itu sendiri yang tercantum pada
buku karangan Suparlan (2015), dalam teori pembelajaran berbasis proyek disebutkan bahwa
kelebihannya adalah model ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar,
membuat siswa menjadi lebih aktif, membuat suasana belajar menjadi menyenangkan
sehingga siswa maupun guru menikmati proses pembelajaran. Pada dasarnya materi
akuntansi merupakan materi yang paling cocok untuk menggunakan model pembelajaran
berbasis proyek karena memang pada materi akuntansi siswa dituntut untuk mempraktekkan
menghitung keuangan suatu perusahaan secara rinci hingga akhir periode perusahaan tersebut
beroperasi. Dengan kelebihan model PJBL, kegiatan pembelajaran akan terasa menarik untuk
diikuti sehingga dengan iklim yang menarik dan menyenangkan tersebut dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Faktor yang kedua adalah motivasi kepada siswa, peneliti dalam hal ini
guru kelas dari awal pembelajaran telah menyampaikan kepada siswa bahwa siswa diminta
untuk seolah-olah menjadi manajer sebuah perusahaan jasa yang telah di dirikan oleh setiap
siswa agar siswa benar-benar menghayati model pembelajaran berbasis proyek yang
diterapkan, sehingga siswa merasa untuk lebih termotivasi menjadi manajer yang sukses
dikelas. Setiap siswa akan saling bersaing secara sehat dalam mengelola perusahaannya
sendiri yaitu dengan cara mengelola pencatatan setiap transaksi secara teliti agar tidak terjadi
kesalahan pencatatan. Dengan adanya motivasi yang sebenarnya sederhana seperti itu, efek
yang dirasakan begitu besar dan output akhirnya adalah peningkatan hasil belajar siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, analisis data, dan pembahasan penelitian yang
dilakukan di Kelas XII IIS-1 SMA Negeri 2 Batu yang bertujuan untuk mengatasi masalah-
masalah yang ada pada kelas tersebut dapat disimpulkan bahwa: (1) Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning) Dapat Meningkatkan Proses Belajar
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4
273
Siswa pada Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Tahap Pencatatan di Kelas XII IIS-1
SMA Negeri 2 Batu TP 2016/2017 Berjalan dengan Baik.(2) Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Proyek(Project Based Learning) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Tahap Pencatatan di Kelas XII IIS-1 SMA Negeri
2 Batu TP 2016/2017.
Dengan menerapkan perlakuan berupa model PJBL, hasil belajar rata-rata dari 35
siswa pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa tahap pencatatan di kelas XII IIS-1 TP
2016/2017 meningkat dari siklus 1 ke siklus 2, yaitu dari 89,52 menjadi 95,1 sehingga
penerapan model PJBL dalam kelas ini dapat dikatakan berhasil mengatasi masalah-masalah
yang ada.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan, saran yang dapat dikemukakan oleh
penulis adalah sebagai berikut; Bagi guru, khususnya mata pelajaran Ekonomi dapat
menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) untuk mengatasi hasil
belajar siswa. Tetapi, guru diharapkan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan,
karena tidak semua materi dapat menggunakan model ini. Materi akuntansi merupakan salah
satu materi yang sangat tepat dalam penerapan model PJBL ini.Kemudian para guru juga
disarankan untuk memberi motivasi yang lebih kepada siswa agar siswa dapat terdorong
untuk belajar dengan lebih giat. Bagi sekolah, terutama pihak kurikulum dapat
memperkenalkan dan menghimbau para guru untuk menerapkan model pembelajaran Project
Based Learning (PJBL) agar proses pembelajaran menjadi aktif. Bagi peneliti selanjutnya,
dapat menggunakan model pembelajaran PJBL ini sebagai salah satu alternatif pemecahan
masalah pendidikan yang ada di kelas dan mengembangkannya kedalam variasi-variasi yang
lain serta dapat mengurangi keterbatasan penelitian yang ada pada penelitian ini agar dapat
menjadi penelitian yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Bahri, S. D. dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Huda, M.. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Lestasri, T. 2015. Peningkatan
Hasil Belajar Kompetensi Dasar Menyajikan Contoh-Contoh Ilustrasi Dengan
Model Pembelajaran Project BasedLearning Bagi Siswa Kelas XI Multimedia.
Jurnal.Yogyakarta.Universitas Negeri Yogyakarta.
Made, W. 2009. Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: suatu tinjauan konseptual
operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Nanang, H dan Cucu, S. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Suparlan, B. 2015.Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMA/SMK Mata
Pelajaran Ekonomi. Jakarta: PSDMPK-PMP.
Titu, M. A. 2015. Penerapan Model Pembelajaran ProjectBased Learning (PJBL) Untuk
Meningkatkan Kreativitas Siswa Pada Materi Konsep Masalah Ekonomi.Jurnal.
Surabaya.Universitas Negeri Surabaya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan
Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
274
Ramadhani, F. 2013. Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning). Jurnal.
Surakarta.FKIP Universitas SebelasMaret.
Ruslah. 2015. Upaya Meningkatkan Aktifitas Hasil Belajar Siswa Dalam Menentukan
KPK dan FPB Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Bantuan Media Miscin Pada
Kelas VII.Prosiding Seminar Nasional Exchangers of Experiences TEQIP 2015.31
Oktober 2015.