penerapan pembelajaran kooperatif tipe...

274
ISBN: 978 602 1150 21 4 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI MIKROORGANISME SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BATU Mohammad Qodri [email protected] Guru SMA Negeri 1 Batu Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa untuk materi mikroorganisme dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Tahapan pembelajaran pada metode ini adalah; (1) materi mikroorganisme dibagi dalam sub-sub topic, sesuai dengan banyaknya kelompok ahli yang akan ditentukan, (2) siswa dibagi dalam kelompok-kelompok (asal) yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 -8 siswa, (3) setiap anggota kelompok (kelompok asal) kemudian menggabungkan diri dengan anggota kelompok lain dalam kelompok ahli, yang jumlahnya disesuaikan dengan pembagian materi, masing-masing kelompok ahli mempunyai tugas mempelajari satu sub materi, kemudian masing-masing anggota kelompok ahli kembali kepada kelompok asalnya, untuk menjelaskan materi yang telah dipelajari dari kelompok ahli, dan (4) melakukan presentasi kelompok dan diskusi klasikal untuk pemantapan materi, refleksi dan reward (5) memberikan post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tingkat pemahaman siswa (perolehan nilai rata-rata kelas) terhadap materi mikroorganisme sebesar 9,14 dan peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 17,65 %. Kata kunci : pemahaman, jigsaw Pendidikan merupakan proses terus menerus yang bertujuan menghantarkn siswa secara individu maupun sosial mampu merubah sikap, perilaku dan kemampuan akademik lebih baik, sehingga diharapkan terbentuk masyarakat semakin hari semakin meningkat kualitasnya. Untuk itu siswa sebaga subyek pendidikan harus mau belajar secara terus menerus. Belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya. Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna diperlukan komponen- komponen pendukung yang memadai, baik kualitas pendidik, sarana dan prasarana, perangkat pembelajaran, dan dukungan lingkungan serta kesiapan siswa juga harus baik, jika salah satu dari komponen di atas kurang baik akan mengurangi makna proses dan hasil pendidikan. Menurut Subanji (2013) pembelajaran bermakna, dapat mendorong siswa: (1) mengonstruksi pengetahuan (materi) baru melalui pengaitan dengan pengetahuan lama, (2) memahami materi lebih dari sekedar tahu, (3) menjawab apa, mengapa, dan bagaimana; (4) menginternalisasi pengetahuan ke dalam diri sedemikian hingga membentuk perilaku, dan (5) mengolah perilaku menjadi karakter diri. Materi biologi yang selama ini dianggap cukup sulit dipahami siswa antara lain adalah materi mikroorganisme. Rendahnya pemahaman materi mikroorganisme pada siswa kelas X di SMAN 1 Batu dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas dan tingkat ketuntasan ulangan KD, sebagaimana tampak pada Tabel 1.

Upload: vuhanh

Post on 06-Feb-2018

314 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI MIKROORGANISME

SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BATU

Mohammad Qodri

[email protected]

Guru SMA Negeri 1 Batu

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa untuk materi

mikroorganisme dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Tahapan pembelajaran pada metode ini adalah; (1) materi mikroorganisme dibagi dalam

sub-sub topic, sesuai dengan banyaknya kelompok ahli yang akan ditentukan, (2) siswa

dibagi dalam kelompok-kelompok (asal) yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 -8

siswa, (3) setiap anggota kelompok (kelompok asal) kemudian menggabungkan diri

dengan anggota kelompok lain dalam kelompok ahli, yang jumlahnya disesuaikan

dengan pembagian materi, masing-masing kelompok ahli mempunyai tugas mempelajari

satu sub materi, kemudian masing-masing anggota kelompok ahli kembali kepada

kelompok asalnya, untuk menjelaskan materi yang telah dipelajari dari kelompok ahli,

dan (4) melakukan presentasi kelompok dan diskusi klasikal untuk pemantapan materi,

refleksi dan reward (5) memberikan post tes untuk mengukur tingkat pemahaman

siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tingkat pemahaman siswa

(perolehan nilai rata-rata kelas) terhadap materi mikroorganisme sebesar 9,14 dan

peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 17,65 %.

Kata kunci : pemahaman, jigsaw

Pendidikan merupakan proses terus menerus yang bertujuan menghantarkn siswa secara

individu maupun sosial mampu merubah sikap, perilaku dan kemampuan akademik lebih

baik, sehingga diharapkan terbentuk masyarakat semakin hari semakin meningkat

kualitasnya. Untuk itu siswa sebaga subyek pendidikan harus mau belajar secara terus

menerus. Belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta, tetapi merupakan

kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh.

Konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Belajar akan

lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya.

Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna diperlukan komponen-

komponen pendukung yang memadai, baik kualitas pendidik, sarana dan prasarana,

perangkat pembelajaran, dan dukungan lingkungan serta kesiapan siswa juga harus baik, jika

salah satu dari komponen di atas kurang baik akan mengurangi makna proses dan hasil

pendidikan. Menurut Subanji (2013) pembelajaran bermakna, dapat mendorong siswa: (1)

mengonstruksi pengetahuan (materi) baru melalui pengaitan dengan pengetahuan lama, (2)

memahami materi lebih dari sekedar tahu, (3) menjawab apa, mengapa, dan bagaimana; (4)

menginternalisasi pengetahuan ke dalam diri sedemikian hingga membentuk perilaku, dan (5)

mengolah perilaku menjadi karakter diri.

Materi biologi yang selama ini dianggap cukup sulit dipahami siswa antara lain adalah

materi mikroorganisme. Rendahnya pemahaman materi mikroorganisme pada siswa kelas X

di SMAN 1 Batu dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas dan tingkat ketuntasan ulangan KD,

sebagaimana tampak pada Tabel 1.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

2

Tahun

Kelas XMIPA1 Kelas XMIPA2

Rerat

a

Nilai

Tingkat

Ketuntas

an

Rerat

a

Nilai

Tingkat

Ketuntas

an

2014-

2015 68 58 % 64

53 %

2015-

2016 72 67 % 62

61 %

Tabel 1. Nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan

Kondisi ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain; mikroorganisme merupakan

material yang cukup sulit diamati karena ukurannya ekstra kecil, dan peralatan (mikroskop)

yang dimiliki sekolah belum mampu untuk mengidentifikasi mikroorganismedengan

memadai, sehingga pemahaman siswa diperoleh dari informasi buku-buku yang juga masih

terbatas, disamping itu minat siswa untuk menghafal istilah-istilah latin yang cukup banyak

dan asing masih rendah.

Berdasarkan wawancara dengan sesama guru pengajar dan beberapa siswa di SMAN 1

Batu deperoleh informasi bahawa metode pembelajaran yang selama ini diterapkan yaitu

ceramah dan diskusi kelas kurang cocok untuk diterapkan untuk materi mikroorganisme.

Karena itu untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi mikroorganisme perlu

diupayakan mencari alternatif metode pembelajaran yang lebih baik dan sesuai untuk materi

tersebut.

Beberapa metode pembelajaran kooperatif yang berkembang saat ini

1. Tipe STAD (Student Team Achievement Division)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD),

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut: 1)

Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode

pembelajaran. 2) Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan

kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi,

membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. 3) Tes. Setelah kegiatan

presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam

menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. 4) Peningkatan skor individu.

Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan

memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. 5) Penghargaan

kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan penghargaan.

2. Tipe Think-Pair-Share

Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai berikut; 1)

Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan

siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri. 2)

Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan

mengenai apa yang telah dipikirkan. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5

menit untuk berpasangan. 3) Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

3

pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan

mengenai apa yang telah mereka bicarakan.

3. Tipe Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-

temannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di

Universitas John Hopkins. Arends (1997) dalam bukunya menyimpulkan dengan kutipan

sebagai berikut.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran

kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil masing-masing terdiri dari

4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan

menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok.

4. Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (Kepala

Bernomor) dikembangkan Spencer Kagan.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads

togetherantara lain: 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok

mendapat nomor. 2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok me-

ngerjakannya. 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya/menge-tahui jawabannya. 4) Guru memanggil

salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. 5)

Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

5. Tipe GI (Group Investigation)

Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai

berikut: 1) Tahap Pengelompokan (Grouping), Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan

diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai

5 orang. 2) Tahap Perencanaan (Planning), Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-

tugas pembelajaran. 3) Tahap Penyelidikan (Investigation) Tahap Investigation, yaitu tahap

pelaksanaan proyek investigasi siswa. 4) Tahap Pengorganisasian (Organizing), Yaitu tahap

persiapan laporan akhir. 5) Tahap Presentasi (Presenting), Tahap presenting yaitu tahap

penyajian laporan akhir. 6) Tahap Evaluasi (Evaluating), Pada tahap evaluating atau

penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.

Metode Jigsaw, kelebihan dan kelemahannya.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sering digunakan adalah Kooperatif

Tipe Jigsaw (Iran, 2015; Masdalifa 2013; Viktorino 2013). Iran (2015) menemukan bahwa

pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa. Menurut Masdalifa

(2013), pada pembelajaran model Kooperatif Tipe Jigsaw setiap siswa adalah anggota dari

dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Prinsipnya guru

membagi topik besar menjadi sub-sub topik. Siswa memulai pelajaran dalam kelompok-

kelompok asal. Pada Kooperatif Tipe Jigsaw, setiap anggota kelompok asal diberi tanggung

jawab untuk menyelesaikan dan memahami salah satu sub topik. Untuk memahami sub-sub

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

4

topik setiap anggota tim harus berkerja sama dengan anggota kelompok lain untuk berbagi

pengetahuan secara efektif. Selanjutnya setiap siswa menjadi “ahli” dan mengajarkan ke

anggota kelompok asalnya.

Menurut Viktorino Teddy Loong (2013), pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

memiliki langkah-langkah: (1) penjelasan dari guru, (2) siswa bekerja di kelompok ahli untuk

menyelesaikan masalah yang berbeda, (3) siswa kembali ke kelompok asal untuk saling

menjelaskan hasil pekerjaan di kelompok ahli kepada temannya, (4) kuis, dan (5) pemberian

penghargaan. Dalam kooperatif Jigsaw para siswa dimotivasi untuk mempelajari materi

pembelajaran yang diberikan sebaik mungkin dan bekerja keras di dalam kelompok ahli

sehingga dapat membantu anggota kelompok lainnya.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, menurut Ibrahim (Evairawati, 2012: 26)

bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa kelebihan : 1) Dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain, 2) Siswa dapat

menguasai pelajaran yang disampaikan, 3) Setiap anggota berhak menjadi ahli dalam

kelompoknya, 4) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif, 5)

Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain. Sedangkan kekurangannya, sebagai berikut

: 1) Membutuhkan waktu yang lama, 2) Siswa cenderung tidak mau apabila ia sendiri yang

pandai dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya

yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.

Menurut Budairi (2012:1) kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw antara

lain sebagai berikut: 1) Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir

serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya, 2) Mendorong siswa

untuk berfikir kritis dan dinamis, 3) Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan

mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa

lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru, 4) Diskusi tidak didominasi oleh

siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

Sedangkan kekurangannya adalah : 1) Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih

banyak waktu dibanding metode yang lain, 2) Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan

lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda.

Berdasakan pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi

kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu : (1) siswa dapat bekerjasama

dengan teman kelompoknya, (2) siswa bertanggungjawab terhadap tugas diberikan, (3) siswa

dapat menguasai materi lebih dari satu, (4) siswa lebih aktif dan antusias dalam

mengembangkan kemampuan berbicara terhadap anggota kelompoknya.

Sedangkan kelemahannya dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Jiigsaw yaitu: (1) membutuhkan waktu yang cukup lama, (2) memerlukan rencana yang

matang dan kemampuan yang lebih dari guru untuk mempersiapkan pembelajarannya.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh

Elliot Aronson dan kawan-kawannya (1978) dari Universitas Texas, dan kemudian

diadaptasikan oleh Slavin dkk. (1986) di Universitas John Hopkins sebagai metode

Cooperative Learning. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bisa digunakan dalam pengajaran

membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara bahkan bisa digunakan dalam beberapa

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

5

mata pelajaran seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika,

Agama, dan Bahasa.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, guru memperhatikan skema atau latar

belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemat ini agar bahan

pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam

suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi, (Lie, 2010: 69). Sedangkan menurut Ibrahim

(2000: 73) bahwa : Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6

orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota

bertanggungjawab untuk mempelajarai masalah tertentu dari materi yang diberikan dan

menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Lebih lanjut, Slavin (2009: 237) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan

pembelajaran koperatif tipe Jigsaw, para siswa bekerja dalam tim yang heterogen seperti

dalam STAD dan TGT, para siswa tersebut diberi tugas untuk membaca beberapa bab atau

unit, dan diberikan “lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus

menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua

anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang

sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh

menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian

mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir adalah para siswa

menerima penilaian yang mencakup seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim,

seperti dalam STAD”.

Johnson (Ayuksumadewi, 2013: 1) menyatakan bahwa “Pembelajaran

Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja

sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun

pengalaman kelompok”. Senada dengan itu Ryashingwa (2013: 3) mengemukakan bahwa

“Pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw adalah satu jenis pembelajaran kooperatif yang terdiri

dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian

materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya”.

Gambar 1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Kelompok Asal (1)

A-1, B-1. C-1, D-1

Kelompok Asal (2)

A-2, B-2. C-2, D-2

Kelompok Asal (3)

A-3, B-3. C-3, D-3

Kelompok Asal (4)

A-4, B-4. C-4, D-4

Kelompok Ahli (1)

A-1, A-2. A-3, A-4

Kelompok Ahli (2)

B-1, B-2. B-3, B-4

Kelompok Ahli (3)

C-1, C-2. C-3, C-4

Kelompok Ahli (4)

D-1, D-2. D-3, D-4

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

6

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw adalah suatu model pembelajaran kerjasama yang terdiri dari beberapa anggota

dalam satu kelompok yang bertanggung jawab terhadap materi yang

dipelajari dan dapat mengajarkannya kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Berdasarkan berbagai alasan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian tindakan

kelas pada materi mikroorganisme dengan mengambil judul Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Mikroorganisme Siswa

Kelas X SMA Negeri 1 Batu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelaaran

kooperatif tipe jigsaw, dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

1) Tahap Perencanaan, pada tahap ini penerliti bekerjasama dengan rekan guru sejawat

menyusun perangkat yang diperlukan antara lain : a) rencana pelaksanaan pembelajaran,

b) lembar kerja siswa, c) pedoman penilaian, d) butir-butir soal, e) lembar observasi, f)

lembar respon siswa, g) lembar penilaian diskusi, h) pengembangan media, i) mennyusun

sumber belajar.

2) Tahap Tindakan (Pengumpulan Data), pada tahap ini peneliti dibantu observer

melaksanakan semua rencana yang telah ditentukan, peneliti melaksanakan kegiatan

pembelajaran sementara observer melakukan pengamatan proses pembelajaran, penelitian

ini dibagi dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan dan setiap pertemuan

berlangsung selama 3 jam pelajaran.

Pada setiap pertemuan pembelajaran, dilakukan tahapan sebagai berikut :

a) Kegiatan pembukaan.

Kegiatan ini diawali dengan memberikan salam yang dilanjutkan dengan berdoa

bersama, kemudian guru melakukan apersepsi dan presensi, menjelaskan indikator dan

tujuan pembelajaran, memberikan soal pretes dan terakhir menjelaskan rencana kegiatan

pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu.

b) Kegiatan inti.

Membagi siswa dalam kelompok-kelompok asal, Memberikan sumber materi dan

Lembar Kerja Ssiswa kepada setiap kelompok asal, Menentukan kelompok-kelompok

ahli, Membimbing siswa dalam diskusi kelompok ahli, Membimbing siswa dalam

kelompok asal, Mengatur proses presentasi dan diskusi kelas.

c) Kegiatan penutup.

Memberikan penguatan materi pembelajaran, dan menjawab pertanyaan-pertnyaan dari

siswa, kemudian memberikan post test dan tugas untuk pertemuan berikutnya, terakhir

mengakiri kegiatan pembelajaran dengan memberikan salam.

Siklus I dilakukan 2 kali pertemuan, yaitu pertemua ke-1 pada hari selasa, tanggal 04

Oktober 2016 selama 2 jam pelajaran dan Sabtu, tanggal 08 Oktober 2016 selama 1 jam

pelajaran. Sedangkan pertemuan ke-2 pada hari selasa 11 Oktober 2016 selama 2 jam

pelajaran dan hari Rabu, tanggal 12 Oktober 2016 selama1 jam pelajaran. Demikian juga

dengan siklus II dilakukan 2 kali pertemuan, yaitu pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

7

Rabu, tanggal 26 Oktober 2016 selama 2 jam pelajaran dan Sabtu, tanggal 29 Oktober 2016

selama 1 jam pelajaran. Sedangkan pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Rabu, 02

November 2016 selama 2 jam pelajaran dan hari sabtu, tangga 05 November 2016 selama 1

jam pelajaran.

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, observer mencatat segala hal yang

dianggap penting dan berkaitan dengan proses pembelajaran, terutama aktifitas siswa. Hasil

observasi menjadi bahan diskusi antara peneliti dan observer, untuk mengevaluasi proses

pembelajaran yang telah direncanakan dan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran

berikutnya.

3) Tahap Analisa data

Data yang diperoleh dari siklus I adalah data-data yang menggambarkan tingkat

pemahaman siswa kelas X-MIPA-1 dalam aspek kognitif, aspek psikomotor dan aspek

sikap siswa terhadap pembelajaran biologi dengan metode kooperatif tipe Jigsaw. Nilai

aspek kognitif diperoleh dari nilai pre test dan post test, nilai aspek psikomotor diperoleh

dengan mengobservasi jalannya diskusi kelas, dan nilai sikap diperoleh dengan

memberikan tabel respon siswa terhadap proses pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perencanaan

Pada tahap perencanaan dilakukan beberapa kegiatan yaitu; menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tipe Jigsaw, media pembelajaran, lembar kerja siswa,

format pedoman dan instrumen penilaian, menyusun format observasi yang dilakukan

bersama dengan teman guru sejawat pembina mata pelajaran biologi, hal ini dilakukan untk

menyamakan persepsi dan tindakan dalam proses pembelajaran pada level kelas yang sama

yaitu kelas X semester gasal.

Tahap perencanan pembelajaran siklus I diawali dengan peneliti menyusun RPP model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk mencapai 4 indikator kompetensi materi mikro

organisme, yaitu: (a) mendeskripsikan ciri-ciri, struktur, bentuk, ukuran, (b) menggambarkan

struktur tubuh, (c) menjelaskan cara hidup, (d) menjelaskan cara replikasi, dan (e)

menjelaskan klasifikasinya. Selanjutnya, peneliti menyusun media pembelajaran berupa : (1).

gambar-gambar ragam bentuk dan struktur mikroorganisme, (b) diagram replikasi

mikroorganisme, (c) gambar-gambar penyakit yang disebabkan mikroorganisme, serta (c)

video yang berkaitan dengan proses replikasi dan penularan penyakit oleh mikroorganisme.

Disamping itu peneliti juga menyusun LKS sesuai dengan jumlah kelompok ahli yang

dibentuk yaitu lima buah: (1) LKS tentang sejarah penemuan mikroorganisme, (2) LKS

tentang struktur tubuh mikroorganisme, (3) LKS tentang cara replikasi mikroorganisme, dan

(4) LKS tentang perbedaan siklus litik dan siklus lisogenik, serta (5) LKS tentang

klasifikasi mikroorganisme.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka perencanaan pembelajaran pada siklus II

telah dilakukan beberapa perubahan utnuk pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: 1) pada

awal pembelajaran dilakukan apersepsi lebih baik, sehingga siswa diarahkan lebih focus pada

proses pembelajaran yang akan dilakukan, 2) akan dilakukan persiapan sarana dan prasarana

lebih baik, 3) membagi materi pembelajaran menjadi 7 bagian, sehingga kelompok ahli

menjadi 7 kelompok, 4) soal-soal pre tes dan postes dibuat uraian terstruktur.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

8

Selanjutnya guru menyiapkan LKS sesuai dengan jumlah kelompok ahli yaitu: (1) LKS

tentang ciri-ciri archaebacteria, (2) LKS tentang ciri-ciri eubacteria, (3) LKS tentang

perbedaan sel archaebacteria dan eubacteria, (4) LKS tentang struktur sel eubakteria, (5)

LKS tentang penggolongan archaebacteria, (6) LKS tentang penggolongan eubacteria, (7)

LKS tentang cara hidup bakteri.

Dalam penelitian ini pengetahuan kognitif siswa diukur dengan instrumen penilaian kognitif

berupa soal-soal pre tes dan post tes dengan rubrik dan skala penilaian masing-masing yang

disusun oleh peneliti sendiri. Aspek sikap diukur dengan lembar observasi respon siswa.

Sedangkan aspek psikomotor dengan lembar observasi diskusi kelas yang dipegang oleh

observer selama proses pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran dikatakan berhasil jika telah mencapai target minimal : (1) pada aspek kognitif

jika nilai rata-rata kelas minimal 70, dan tingkat ketuntasan mencapai 80%, (2) untuk aspek

psikomotor nilai rata-rata kelas minimal 75, dan (3) untuk aspek sikap nilai rata-rata kelas

minimal 80.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dan sikus II pada dasarnya sama, yaitu diawali

dengan kegiatan pembukaan, dimana guru memberikan salam dan menanyakan kondisi siswa

secara umum, lalu guru memberikan apersepsi berupan informasi tentang Kompetensi Dasar

dan indikator yang akan dicapai, lalu menyajikan data atau gambar atau video fenomena yang

yang berkaian dengan mikroorganisme serta memberikan beberapa pertanyaan yang

berkaitan dengan tayangan, kemudian guru memberikan pretes. Terakhir guru menjelaskan

proses pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan ini; (1) membagi siswa dalam

kelompok-kelompok (kelompok asal), (2) menentukan kelompok ahli, (3) membagi sumber

belajar dan LKS.

Setelah kelompok asal ditentukan maka siswa dari masing-masing kelompok asal akan

menuju ke kelompok ahli untuk mendiskusikan materi masig-masing kelompok ahli yang

telah ditentukan. Saat siswa melakukan diskusi di kelompok ahli untuk membahas atau

menjawab pertayaan-pertanaan yang ada di LKS guru senantiasa memberikan bantuan dan

penjelasan mengenai hal-hal yang belum atau tidak dimengerti oleh siswa, dengan

mengacungkan tangan dan mengemukakan pertanyaan kepada guru, selanjutnya guru akan

memberikan penjelasan kepada kelompok tersebut.

Siswa pada kelompok ahli masing-masing harus menyelesaikan semua pertanyaan

yang ada di LKS dengan benar dan lengkap, karena hasil diskusi pada kelompok ahli akan

dibawa ke kelompok asal masing-masing dan harus dibelajarkan kepada kelompoknya, dalam

diskusi kelompok asal. Setelah diskusi di kelompok asal selesai maka masing-masing

kelompok mengirimkan wakilnya untuk melakukan presentasi dan diskusi klasikal, masing-

masing wakil kelompok mempresentasikan satu sub materi di depan kelas, kemudian

dilakukan diskusi yang dipandu oleh moderator atau guru pembina.

Pada kegiatan penutup peneliti memberikan pemantapan terhadap materi yang

dipelajari oleh siswa, dan memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya. Terakhir dilakukan

post test menggunakan soal uraian terstruktur.

Selama proses pembelajaran berlangsung observer mencatat segala hal yang dianggap

perlu untuk digunakan dalam memperbaiki pelaksanaan pembelajaran berikutnya. Adapun

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

9

hasil perolehan nilai rata-rata siswa pada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama

pembelajaran siklus I adalah sebagai beikut:

1) Rata-rata nilai pre test dan post test siklus I dan siklus II (Nilai kognitif)

Nilai Siklus I Siklus II Selisih

Pretes Postes Pretes Postes Pretes Postes

Rata-rata 58.51 67.10 65.81 76.24 7.30 9.14

Tertinggi 75.23 78.96 75.23 88.00 0.00 9.04

Terendah 39.43 52.08 44.67 56.32 5.24 4.24

Tingkat ketuntasan kelas 47.06 67.65 73.53 85.29 26.47 17.65

Tabel 2. Perolehan nilai kogntif siklus I daa sikus II

2) Rata-rata nilai respon siswa terhadap pembelajaran (Nilai sikap)

NO PERNYATAAN TS KS S SS

Jml % Jml % Jml % Jml %

1. Materi pelajaran yang dipelajari menjadi

lebih mudah di fahami 2 6.25 4 12.5 20 62.5 6 18.8

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang

digunakan dapat membantu memahami

materi pelajaran

1 3.13 4 12.5 21 65.6 6 18.8

3. Suasana Belajar di kelas lebih

menyenangkan 2 6.25 2 6.25 23 71.9 5 15.6

4. Model pembelajaran yang digunakan

guru (Jigsaw) membantu untuk lebih

memahami materi pelajaran

0 0 1 3.13 24 75 7 21.9

5. Model pembelajaran yang digunakan

guru (Jigsaw) cocok untuk memahami

materi biologi selanjutnya

2 6.25 3 9.38 19 59.4 8 25

Tabel 3. Perolehan nilai afektif siklus I daa sikus II

3) Rata-rata nilai hasil observasi diskusi kelas ( Nilai Psikomotor)

Klp.

Menyatakan

pendapat Menanggapi Argumentasi Jumlah Skor Nilai

Skl-

1

Skl-

2

Skl-

1

Skl-

2

Skl-

1

Skl-

2

Skl-

1

Skl-

2

Skl-

1

Skl-

2

1 3 3 - 3 3 - 2 3 1 8 9 1 67 75 8

2 3 3 - 2 4 2 3 4 1 8 11 3 67 92 25

3 3 4 1 3 3 - 3 3 - 9 10 1 75 83 8

4 4 4 - 2 2 - 2 3 1 8 9 1 67 75 8

5 4 4 - 3 3 - 4 4 - 11 11 - 92 92 -

Rerata 3.4 3.6 1 2.6 3 2 2.8 3.4 1 8.8 10 1.5 73 83 10

Tabel 4. Perolehan nilai kogntif siklus I dan sikus II

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

10

Pengamatan

Pengamatan pada siklus I dilakukan oleh beberapa orang observer dari teman sejawat,

beberapa temuan hasil observasi yang dilakukan selama proses pmbelajaran dapat dijelaskan

sebagai berikut : (1) siswa pada awal pembelajaran kurang terfokus, tetapi pada saat

selanjutnya semua siswa bisa fokus pada pembelajaran, (2) masih banyak waktu yang

digunakan untuk mempersiapkan sarana pembelajaran yang dibutuhkan, misalnya pengaturan

meja perkelompok, pemberian label meja untuk masing-masing kelompok, (3) sebagian besar

anggota dari kelompok ahli belum menyelesaikan atau menjawab semua persoalan yang

diajukan dalam LKS, (4) soal-soal uraian yang diberikan ( pre tes dan post tes ) terlalu

terbuka, sehingga hasil rekaman (5) pembagian atau pembentukan kelompok yang langsung

dilakukan memerlukan waktu yang cukup banyak.

Pada siklus II pengamatan dilakukan oleh 2 orang observer dari teman sejawat,

beberapa temuan hasil observasi yang dilakukan selama proses pmbelajaran dapat dijelaskan

sebagai berikut : (1) siswa pada awal pembelajaran sudah lebih fokus, tetapi pada saat

selanjutnya semua siswa bisa fokus pada pembelajaran, (2) sebagian besar anggota dari

kelompok ahli telah menyelesaikan atau menjawab semua persoalan yang diajukan dalam

LKS, (3) soal-soal uraian yang diberikan (pre tes dan post tes) lebih terstruktur sehingga

hasil sehingga siswa tidak ada yang Tanya tentang maksud butir-butir soal, (4) pembagian

atau pembentukan kelompok yang langsung dilakukan memerlukan waktu yang lebih baik

dari pada siklus I.

Refleksi

Refleksi telah dilakukan dengan berdiskusi bersama teman sejawat mendapatkan hasil

sebagai berikut :

Pada siklus I : (1) siswa pada awal pembelajaran tidak dapat fokus pada pembelajaran

disebabkan oleh kurangnya guru peneliti dalam melakukan apersepsi; guru pada saat

apersepsi hanya menunjukkan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan di capai, guru

tidak memberikan fenomena atau kasus yang dapat menarik siswa unuk lebih focus pada

proses pembelajaran, oleh karena hal ini merupakan kelemahan dalam pelaksanaan siklus I.

(2) masih banyaknya waktu yang digunakan untuk mempersiapkan sarana pembelajaran yang

dibutuhkan (terutama susunan meja untuk diskusi), hal ini disebabkan oleh dekatnya waktu

antara pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran berikutnya, sehingga persiapan untuk

pelaksanaan pembelajaran kurang maksimal, kondisi ini mengakibatkan berkurangnya

alokasi waktu untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran berikutnya (baik pembukaan, inti

maupun penutup). Kelemahan ini akan diperbaiki dalam pelaksanaan siklus II. (3) sebagian

besar anggota dari kelompok ahli belum menyelesaikan atau menjawab semua persoalan

yang diajukan dalam LKS.

Adapun sebab-sebab terjadinya permasalahan pada pelaksanan siklus I yang ditemukan

adalah (a) terlalu banyaknya anggota kelompok ahli untuk satu permasalahan, sehingga

proses diskusinya kurang bisa berjalan dengan baik, (b) terlalu luasnya cakupan permasalah

pada satu kelompok ahli, sehingga waktu yang disediakan kurang memadai, (c) sumber

belajar yang jumlahnya terbatas, sehingga satu buku untuk 2-3 siswa, sehingga setiap siswa

kurang mendapatka akses dari sumber belajar yang memadai. (d) soal-soal uraian yang

diberikan ( pre tes dan post tes ) terlalu terbuka, hal ini mengakibatkan perolehan nilai siswa

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

11

kurang atau tidak optimal. (e) pembagian atau pembentukan kelompok yang langsung

dilakukan memerlukan waktu yang cukup banyak, hal ini mengakibatkan banyak waktu yang

tersita, sehigga mengurangi alokasi waktu untuk pembahasan materi.

Hasil refleksi pelaksanaan siklus I tampak bahwa masih banyak ditemukan kelemahan-

kelemahan, sebagaimana telah disajikan pada paragraph di atas. Oleh karena itu perlu

diadakan perencanaan dan pelaksanaan yang lebih baik pada siklus II. Pada siklua II telah

dilakukan perbaikan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan, perbaikan-perbaikan tersebut

antara lain adalah : (1) pada saat apersepsi guru memberikan fenomena atau kasus yang

dapat menarik siswa untuk lebih fokus pada proses pembelajaran, (2) guru telah menata

sarana untuk pelaksanaan pembeajaran lebih baik (penataan meja kelompok, nomor

kelompok asal, nomor kelompok ahli, pembagian LKS, pembagian kelompok asal), (3) guru

telah memecah materi pembelajaran menjadi bagian-bagian yang lebih banyak yaitu 7 sub

bahasan, sehingga jumlah kelompok ahli akan lebih banyak tetapi cakupan materi setiap

kelompok ahli lebih sedikit, diharapkan dengan demikian alokasi waktu yang tersedia cukup

untuk membahas soal atau masalah di kelompok ahli, (4) guru telah menyusun soal-soal pre

dan post test uraian terstruktur, tidak terbuka.

Simpulan

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilakukan baik dari siklus I dan siklus II

dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Bahwa secara akademik penerapan metode kooperatf tipe Jigsaw dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi mikroorganisme;

2. Dari aspek afektif, metode kooperatf tipe Jigsaw dapat meningkatkan katertarikan siswa

terhadap materi mikroorganisme;

3. Pada aspek psikomotor, metode kooperatf tipe Jigsaw dapat meningkatkan keterampilan

siswa terhadap materi mikroorganisme.

Saran

Dalam hal pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Kooperatif tipe Jigsaw

maka peneliti mempnyai saran-saran sebagai berikut:

1. Hendaknya segala hal yang menjadi sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran

disiapkan dengan benar, agar tidak menjadi hambatan pelaksanaan pembelajaran;

2. Hendaknya pembagian kelompok-kelompok ahli memperhatikan cakupan materi yang

akan dipecahkan oleh kelompok tersebut dan waktu yang tersedia;

3. Hendaknya sumber-sumber belajar ( buku-buku, hand out, web site, dll.) disediakan

dengan baik, begitu pula lembar kerja mesti disediakan dengan cukup;

4. Hendaknya perencanaan waktu masing-masing tahapan pembelajaran diperhatikan

dengan baik, sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran tidak terjadi permasalahan;

5. Hendaknya hasil refleksi dari siklus sebelumnya benar-benar dijadikan pertimbangan

untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan siklus berikutnya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

12

DAFTAR RUJUKAN

Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill

Companies

Ayukusumadewi.2013. PembelajaranKooperatifTipejigsaw, (Online),(http://ayukusumadewi.

wordpress.com/2013/02/08/pembelajaran-kooperatif tipe-jigsaw/. Diakses 15

September 2016)

Budairi, A. 2012. Pendidikan/ Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw dan

STAD, Diakses 15 Januari 2014.

Ibrahim, M., Fida R., Nur, M. dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa

Press.

Lie, A., 1994. Jigsaw: A Cooperative Learning Method for the Reading Class.Waco, Texas:

Phi Delta Kappa Society.

Marlina, 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Opeasi Hitung Campuran

Melalui Model Pembelajaran Koopeatif Tipe Jigsaw. J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2,

2014 Jurnal Peningkatan Kualitas Guru.

Ryashingwa.2013. ModelPembelajaranTipeJigsaw, (Online), (http://riyashingwa.blogspot.co

m/2013/05/model-pembelajaran-tipe-jigsaw.html, Diakses 15 September 2016).

Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory. Second Edition. Massachusetts: Allyn and

Bacon Publisher.

Subanji, 2013. Revitalisasi Pembelajaran Bermakna dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Matematika Sekolah. Proseding seminar Nasional J-TEQIP 2011.

Viktorino Teddy Loong, 2013. Peningkatan Prestasi Belajar Materi Kesebangunan dan

Kongruensi Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Pada Siswa

Kelas IXA SMP Negeri 4 Tahun Pelajaran 2013/2014. Prosiding Seminar Nasional

J-TEQIP 2013.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATERI JARINGAN

TUMBUHAN PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 BATU

Siti Sulichah

[email protected]

SMK Negeri 2 Batu

Abstark : Materi jaringan tumbuhan sulit dipahami oleh siswa karena banyak memuat

nama nama dan tampilan gambar jaringan yang hampir sama, sehingga siswa sulit

mengingat dalam mendeskripsikan materi tersebut. Untuk itu diperlukan metode yang

mampu mengatasi hal itu. Penelitian ini menggunakan pendekatan “Make and Match”

untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa melalui mengingat nama-nama

jaringan tumbuhan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan pembelajaran

kooperatif model Make and Match terdapat kenaikan meningkatkan keaktifan siswa pada

siklus I dengan nilai rata-rata 56,9 mengalami peningkatan pada siklus II dengan nilai rata-

rata 75,1, meningkatkan hasil belajar siswa yaitu pada siklus I dengan nilai rata-rata 60

mengalami peningkatan pada siklus II dengan nilai rata-rata 78,9. Prosentase peningkatan

pada keaktifan siswa sebesar 18,2% dan prosentase peningkatan pada hasil belajar siswa

sebesar 18,9%.

Kata Kunci : jaringan tumbuhan, make and match

Jaringan tumbuhan adalah sekelompok sel yang memiliki fungsi, asal dan struktur

yang sama. Jaringan dipelajari secara khusus dalam ilmu histologi. Dalam arti sempit,

Pengertian jaringan tumbuhan adalah apabila sel-sel berkumpul pada tumbuhan. Jaringan

pada tumbuhan dibagi menjadi 2 macam yaitu: jaringan meristem, yaitu jaringan yang sel-

selnya aktif membelah dan jaringan permanen/dewasa, yaitu jaringan yang sudah mengalami

pengkhususan/spesialisasi, selnya sudah tidak mengalami perubahan lagi (Syamsuri, Istamar.

2004).

Materi Jaringan tumbuhan ini merupakan materi yang harus dikuasai siswa dengan

baik karena materi ini penting dan prasyarat bagi siswa untuk lebih mendalami materi lainnya

yang terkait dengan program keahlian agribisnis yang mereka masuki. Kenyataan di

lapangan, meskipun materi ini merupakan materi prasyarat, siswa cenderung kurang aktif dan

tidak antusias dalam menerima pembelajaran di kelas. Hal ini berakibat tidak tercapainya

tujuan pembelajaran dan KKM yang sudah ditetapkan. Guru dengan berbagai cara telah

mengusahakan agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran standar

juga telah dilaksanakan, berbagai media pembelajaran yang ada di sekolah telah

dimanfaatkan, berbagai bentuk penugasan telah diberikan untuk dilaksanakan oleh siswa,

baik di dalam maupun di luar kelas, mulai dari tugas melakukan observasi, melakukan

eksperimen, membuat laporan singkat hasil eksperimen atau hasil observasi, mengerjakan

LKS, dan lain sebagainya. Namun demikian, dalam berbagai kesempatan tanya jawab,

diskusi kelas, maupun ulangan harian, prestasi belajar mereka masih sangat rendah.

Berdasarkan catatan guru, aktivitas siswa dalam tanya jawab dan diskusi kelas

masing-masing hanya sebesar 30% dan 35% dari 24 siswa yang ada. Sebagian besar dari

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

14

siswa justru memperlihatkan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti

kelihatan bengong dan melamun, kurang bergairah, kurang memperhatikan, bermain-main

sendiri, berbicara dengan teman ketika dijelaskan, canggung berbicara atau berdialog dengan

teman waktu diskusi, dan lain sebagainya. Sementara itu dari hasil ulangan harian prestasi

belajar mereka hanya sebesar 45% yang berhasil mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal). Padahal KKM yang ditetapkan bagi Kelas X SMK Negeri 2 Batu Tahun Pelajaran

2016/2017 untuk mata pelajaran biologi hanya sebesar 75.

Melihat data aktivitas dan prestasi belajar siswa yang demikian rendah tersebut jelas

hal itu mengindikasikan adanya permasalahan serius dalam kegiatan pembelajaran yang harus

segera dicarikan pemecahannya. Bertolak dari permasalahan tersebut kemudian dilakukan

refleksi dan konsultasi dengan guru sejawat untuk mendiagnosis faktor-faktor yang mungkin

menjadi penyebab timbulnya masalah. Dari situ diperoleh beberapa faktor kemungkinan

penyebab, di antaranya adalah: (1) faktor rendahnya minat dan motivasi belajar siswa; (2)

faktor penyampaian materi dari guru; (3) faktor pengelolaan kelas; dan (4) faktor kesulitan

adaptasi dan kerjasama di antara siswa.

Dari berbagai faktor kemungkinan penyebab tersebut Guru lebih condong pada faktor

ke-2, yaitu faktor penyampaian materi dari guru, diantaranya adalah pembelajaran yang

terpusat pada guru, dimana guru dominan menggunakan metode ceramah sehingga

pengetahuan yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun sendiri secara

bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri, selain itu, kemampuan guru dalam

menyampaikan materi kurang memadai sehingga pembelajaran terasa kurang menarik dan

cenderung membosankan.

Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi

adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana

belajar yang aktif, menyenangkan, membantu siswa memahami materi pelajaran yang sulit,

dan membantu guru mengajarkan materi yang kompleks, adalah metode pembelajaran Make

and Match , Model pembelajaran Make and Match atau mencari pasangan dikembangkan

oleh Lorna Curran (1994). Pembelajaran kooperatif tipe Make and Match merupakan salah

satu model pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan sarana dan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan bagi

semua golongan siswa yang terlibat bekerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas

akademiknya.

Banyak model dalam pembelajaran kooperatif. Salah Satu diantaranya adalah model

Make and Match (Istarani: 2015). Menurut Rohendi (2010), langkah langkah penerapan

make a match sebagai berikut: a) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa

konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya

kartu jawaban, b) setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban,

c) tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya, d) setiap siswa

mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya, e) setiap siswa yang dapat

mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi nilai, f) jika siswa tidak dapat

mencocokkan kartunya dengan temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu

jawaban) akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama, g) setelah satu babak,

kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian

seterusnya, h) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

15

pelajaran. Model pembelajaran make a match dipilih karena model ini memiliki keunggulan

yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam

suasana yang menyenangkan. Diharapkan dengan menerapkan model Make and Match akan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari pasangan dan merespon serta saling

kerja sama satu sama lain, sehingga kegiatan pembelajaran lebih kondusif, sederhana,

bermakna, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Sholihah,

2010). Metode pembelajaran Make and Match digunakan untuk menyelesaikan masalah

yang dihadapi karena metode pembelajaran ini dapat memupuk kerja sama siswa dalam

menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses

pembelajaran lebih menarik dimana tampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti

proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan

kartunya masing-masing, dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan fakta tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan menerapkan metode pembelajaran Make and Match dalam mata pelajaran biologi

pada materi ”Struktur & Fungsi Jaringan pada tumbuhan” kompetensi dasar Memahami

konsep keterkaitan antara struktur sel pada jaringan dengan fungsi organ pada tumbuhan dan

hewan di kelas X Semester ganjil SMK Negeri 2 Batu Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

tindakan pendekatan kooperatif metode Make and Match. Penelitian ini dilaksanakan di SMK

Negeri 2 Batu pada bulan Oktober tahun 2016, adapun yang menjadi subyek dalam penelitian

ini adalah siswa kelas X APT A, dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang.

Penelitian dilakukan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 2 siklus dengan uraian

sebagai berikut,

1. Siklus I

- Persiapan

Membuat RPP dengan metode Make and Match

- Tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP

- Observasi

Melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran dikelas.

Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi dengan metode make and match.

- Refleksi

Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan

2. Siklus II

Dilakukan seperti siklus I dengan pembenahan dari hasil refleksi siklus II

3. Kesimpulan

Diambil setelah siklus I dan II didapatkan hasilnya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

16

Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan disajikan pada Gambar 1.

Ya

Belum

Gambar 1 : Alur penelitian tindakan kelas

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Persiapan

Tahap persiapan dilakukan dengan penyusunan RPP yang disesuaikan dengan metode

pembelajaran yang digunakan yaitu Make and Match, membuat media pembelajaran berupa

kartu soal dan jawaban, membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun evaluasi

disertai pedoman penilaiannya.

Tindakan

Tahap tindakan berupa pelaksanaan RPP yang meliputi tiga kegiatan, yaitu kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan diawali memberi

salam, memberi pertanyaan untuk mengaitkan dengan pembelajaran sebelumnya,

menanyakan apakah siswa di rumah sudah membaca dan mempelajari materi sebelumnya,

dan menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari ini serta sintak dari metode yang digunakan

yaitu metode Make and Match.

Model Make and Match di awali oleh guru dengan mengocok kartu kemudian

membagikan kepada semua siswa, secara bersama-sama siswa membuka dan membaca

kartunya kemudian siswa akan mencari pasangan dari kartunya, setelah lengkap dan benar

siswa melaporkan kepada guru dan guru akan memberikan penilaian. Kegiatan ini dilakukan

dua kali. Pada saat pencarian kartu pasangan, guru juga melakukan pengamatan untuk

menilai keaktifan ketelitian dan kejujuran siswa, setelah semua siswa mendapatkan kartu

pasangannya (empat orang), siswa yang memperoleh kartu dalam satu kelompok jaringan

bergabung dalam satu kelompok, masing masing kelompok mempresentasikan nama,

gambar, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada kartu yang didapatnya, kelompok yang lain

bertindak sebagai penyanggah dan penanya.

Pada kegiatan penutup guru dan siswa Guru bersama-sama membuat rangkuman

/simpulan pelajaran, guru melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan, guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,

Ber-

hasil

?

Observasi awal

siklus perencanaan

Observasi

pelaksanaan

Refleksi dan analisis

data

Pelaksanaan tindakan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

17

Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya, yaitu melanjutkan

kegiatan presentasi ,

Pada pertemuan ke dua, kegiatan pendahuluan diawali dengan pemberian salam ,

mengingatkan tentang kegiatan pembelajaran minggu lalu, dilanjutkan dengan kegiatan inti

yaitu presentasi dari kelompok yang belum tampil, pada kegiatan penutup guru bersama

siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran dipertemuan ke dua dan melaksanakan kegiatan

post test.

Observasi

Pada kegiatan observasi dan monitoring ada beberapa temuan dari observer antara

lain sebagai berikut 1) pada awal sampai akhir kegiatan siswa berkonsentrasi dan antusias

dalam mengikuti permainan, meskipun ada juga yang tidak memperhatikan dan beraktifitas

sendiri atau bercanda dengan temannya bukan tentang pelajaran, 2). beberapa siswa ada yang

salah memasangkan karena tidak membaca materi yang sebelumnya sudah diberikan , 3)

pada saat presentasi kelompok beberapa siswa masih ramai dan tidak mendengarkan 4) pada

saat guru merefleksi kegiatan pembelajaran dengan bertanya kepada siswa tentang materi,

ada beberapa siswa yang tidak bisa menjawabnya.

Refleksi

Kegiatan refleksi berupa diskusi dilakukan bersama observer setelah kegiatan

observasi dilaksanakan, hasil dari diskusi adalah sebagai berikut: 1) Pada kegiatan awal tidak

semua siswa berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru, sehingga perlu adanya

pemberian motivasi yang menarik, terkait dengan materi pembelajaran agar siswa lebih

berkonsentrasi, 2) pada awal kegiatan inti siswa antusias tapi lama kelamaan antusias siswa

berkurang mungkin karena waktu bermain memasangkan kartu hanya sebentar dimana

setelah siswa mendapatkan kartu pasangannya permainan sudah selesai, meskipun kegiatan

tersebut diulang dua kali. 3) Siswa hanya memahami secara mendalam pada satu atau dua

macam jaringan saja, karena metode Make and Match yang digunakan secara klasikal

akibatnya ketika tahap penutup dan guru memberi pertanyaan beberapa siswa tidak dapat

menjawabnya.

Dari hasil refleksi pada siklus 1, dapat disimpulkan bahwa peneliti belum berhasil,

perlu ada revisi pada RPP yang sudah disusun, antara lain pada kegiatan pendahuluan yaitu

pada pemberian motivasi, pada kegiatan inti dimana permainan tidak dilaksanakan secara

klasikal tapi secara kelompok dengan harapan pemahaman siswa pada materi bisa

menyeluruh. Kegiatan presentasi ditiadakan di gantikan dengan mengerjakan LKS.

Rencana Siklus II

Persiapan

Siklus II dilakukan untuk memperbaiki siklus I, karena pada siklus I ada banyak

temuan masalah yang menyebabkan hasil belum maksimal, baik pada RPP maupun

pelaksanaan RPP. Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran pada siklus I, maka dibuatlah

perencanaan tindakan siklus II. Bentuk perencanaan tersebut meliputi:1) Penentuan topik

bahasan lanjutan, 2) Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) perbaikan yang

disesuaikan dengan pokok bahasan dan refleksi yang pertama, 3) Pembuatan lembar

observasi kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran Biologi berbasis saintifik dengan

model Make and Match, 4) Pembuatan Kartu Permainan (berupa kartu soal dan jawaban) dan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

18

perangkat penunjang, 5) membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun evaluasi

disertai pedoman penilaiannya.

Tindakan

Tindakan II dan observasi II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 Nopember 2016.

Tahap tindakan berupa pelaksanaan RPP yang meliputi tiga kegiatan, yaitu kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan diawali memberi

salam, memberi pertanyaan untuk mengaitkan dengan pembelajaran sebelumnya,

menanyakan apakah siswa di rumah sudah membaca dan mempelajari materi sebelumnya,

dan menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari ini serta sintak dari metode yang digunakan

yaitu metode Make and Match, dilanjutkan dengan menanyangkan video tentang penyakit-

penyakit pada jaringan hewan

Kegiatan inti dimulai dengan kegiatan permainan, guru membagi siswa melalui

kelompok-kelompok, tiap-tiap kelompok mendapat satu set kartu, salah satu siswa mengocok

kartu dan membagi ke anggota kelompoknya masing-masing satu dan membiarkan satu kartu

terbuka, selanjutnya siswa memeriksa kartu masing-masing apakah kartunya cocok dengan

kartu yang terbuka (seperti permainan domino atao omben) diikuti dengan siswa lain, yang

kartunya tidak cocok mengambil kartu lagi demikian seterusnya sampai kartu habis, siswa

dengan kartu yang habis terlebih dahulu akan mendapat reward, permainan kartu ini

dilakukan sampai tiga kali putaran, setelah putaran terakhir siswa mengerjakan LKS dan

dikumpulkan sebagai bagian dari penilaian guru. Pada kegiatan penutup guru bersama siswa

melakukan refleksi tanya jawab dan mengambil kesimpulan, dilanjutkan dengan mengerjakan

post test

Observasi

Pada kegiatan observasi dan monitoring ada beberapa temuan dari observer antara

lain sebagai berikut 1) pada awal sampai akhir siswa berkonsentrasi dan antusias dalam

mengikuti permainan, karena mereka mempunyai aktivitas sendiri-sendiri yang

membutuhkan konsentrasi, dibandingkan kegiatan pembelajaran pada siklus I, dimana

kegiatan permainan dilakukan secara klasikal 2). Pada kegiatan permainan beberapa siswa

masih ada yang salah memasangkan karena tidak membaca materi yang sebelumnya sudah

diberikan tapi sudah di atasi oleh adanya kunci pemasangan kartu yang bisa dilihat untuk

memastikan kecocokan kartu , 3) pada saat mengerjakan LKS beberapa siswa ada yang sibuk

mengerjakan sendiri tanpa diskusi dengan kelompoknya seperti yang diinstruksikan guru 4)

pada saat refleksi pembelajaran siswa sudah menjawab dengan baik dan benar 5) pada saat

guru melakukan post test siswa tertib menjawab soal post test.

Refleksi

Kegiatan refleksi berupa diskusi bersama observer, setelah kegiatan observasi

dilaksanakan, hasil dari diskusi adalah sebagai berikut: 1) Pada kegiatan awal semua siswa

berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru, 2) kegiatan berikutnya berupa penayangan

video yang membuat siswa lebih berkonsentrasi memperhatikan dan menjawab pertanyaan

guru terkait tayangan tersebut 3) pada awal sampai akhir kegiatan inti siswa antusias dalam

melakukan permainan, ada kekurangan permainan putaran pertama beberapa siswa kurang

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

19

memahami peraturan kegiatan permainan sehingga perlu adanya penjelaskan peraturan

permainan dalam bentuk tertulis dan dibagikan perkelompok, tetapi diputaran berikutnya

sudah mulai lancar, 4) penjelasan guru lebih ditekankan agar pada saat mengerjakan LKS

sesuai dengan instruksi yang diberikan, 5) pada saat post test siswa mengerjakan dengan baik

dan tertib.

Hasil dari refleksi pada siklus II terdapat peningkatan prosentase aktifitas siswa

dibanding pada siklus I, dengan rincian 4 siswa memperoleh nilai keaktifan 88%, 12 siswa

77% dan 8 siswa 66% , dengan rata-rata 77%, nilai post test pada siklus II juga terdapat

peningkatan dibandingkan dengan nilai post test pada siklus I. Dari hasil post test yang

diperoleh siswa pada siklus II didapat nilai rata-rata 78,9. Siswa yang tuntas belajar sejumlah

21 anak ( 87,5%) dan siswa yang tidak tuntas belajar sejumlah 3 anak ( 12,5 %). Secara

umum siswa telah mampu memahami konsep, macam, letak dan fungsi jaringan hewan ,

namun masih perlu ditingkatkan agar hasil yang didapat lebih lagi.

Secara hasil penelitian dapat dirangkum dalam tabel berikut :

Tabel 1. Prosentase keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II

Siklus Prosentase siswa

yang tuntas

Prosentase siswa

yang tidak tuntas Nilai Rata-rata

Siklus I 25 % 75 % 56,9

Siklus II 77 % 23 % 75,1

Perbandingan peningkatan aktifitas siswa antara siklus I dan siklus II dideskripsikan

sebagai berikut: Pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 56,9 dan pada siklus II adalah 75,1

Hal ini berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 18,2%. Dengan melihat

prosentase aktifitas siswa, pada siklus I prosentase siswa yang tuntas 25% dan prosentase

siswa yang tidak tuntas 75 % sedangkan pada siklus II prosentase siswa yang tuntas 77% dan

prosentase siswa yang tidak tuntas 23%. Terjadi peningkatan prosentase siswa yang tuntas

sebesar 52%.

Tabel 1. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II

Siklus Prosentase siswa

yang tuntas

Prosentase siswa

yang tidak tuntas Nilai Rata-rata

Siklus I 8,3 % 91,6 % 60

Siklus II 87,5 % 12,5 % 78,9

Perbandingan hasil belajar siswa antara siklus I dan siklus II dideskripsikan sebagai

berikut: Pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 60 dan pada siklus II adalah 78,9 Hal ini

berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 18,9%. Dengan melihat prosentase

hasil belajar, pada siklus I prosentase siswa yang tuntas 8,3% dan prosentase siswa yang tidak

tuntas 91,6 % sedangkan pada siklus II prosentase siswa yang tuntas 87,5% dan prosentase

siswa yang tidak tuntas 12,5%. Terjadi peningkatan prosentase siswa yang tuntas sebesar

79,2%.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

20

KESIMPULAN

Berdasarkan paparan, analisis data hasil penelitian, mulai dari siklus I dan siklus II

maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Make and Match dapat

meningkatkan keaftifan dan hasil belajar materi jaringan tumbuhan pada siswa kelas X SMK

Negeri 2 Batu.

Saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan keaftifan dan hasil belajar,

disarankan kepada guru bidang studi IPA/Biologi untuk me-nerapkan pembelajaran Make

and Match pada materi tertentu yang sekarakter dengan materi jaringan tumbuhan.

DAFTAR RUJUKAN

Istarani, 2014. 58 Model Pembelajaran.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi untuk SMA kelas XI. semester 1. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Sholihah, Barid. 2010. Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif dalam Pembelajaran IPA

dengan Model Make a Match pada Siswa kelas 2 SDN 01 Pulosari Kebakkramat

Karanganyar. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Rohendi, D. 2010. Penerapan Cooperative Learning Tipe Make A Match untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Kelas VII Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi PTIK. ISSN

1979-9462 Vol. 3 No.1/Juni 2010.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

21

PENERAPAN MODEL KOOPERATIFTHINK PAIR SHARE (TPS) BERBANTUAN

KEMASAN MINUMAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SPLDV

BAGI SISWA KELAS X TEKNIK KIMIA SMK NEGERI 2 BATU

Suhermin Rahayu

SMK Negeri 2 Batu Jawa Timur Indonesia

[email protected]

Abstrak :Berdasakan pengalaman, hasil belajar siswa tentang SPLDV masih rendah.

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki hasil belajar SPLDV. Jenis penelitian adalah

penelitian tindakan kelas dengan dua siklus dan 2 kali pertemuan. Subyek penelitian adalah

29 orang, 15 laki-laki dan 14 perempuan, siswa kelas X Teknik Kimia SMK Negeri 2

Batu.Pembelajaran dilaksanakan pada minggu ke 3 bulan Oktober 2016, dengan

menerapkan model kooperatif TPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan ketuntasan dari 65% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II. Juga terjadi

peningkatan keaktifan dan percaya diri siswa.

Kata Kunci :TPS, SPLDV

Standar proses dalam Kurikulum 2013 mensyaratkan bahwa pembelajaran harus

berorientasi pada Student Center (siswa sebagai subyek aktif). Hal ini dimaksudkan agar

siswa lebih antusias dan aktif juga kreatif apabila sebagai pemeran utama. Untuk membuat

siswa menjadi aktif diperlukan ada sebuah metode pembelajaran yang dapat mewadahinya.

Observasi awal yang dilakukan oleh penulis di Kelas X Teknik Kimia SMK Negeri 2

Batu diperoleh fakta bahwa pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas selama ini: (1) guru

menjelaskan, siswa mendengarkan, (2) guru memberi contoh, siswa mencatat setiap contoh

yang disampaikan,(3) guru memberilatihan soal dari buku,dan siswa mengerjakan,dan(4)

pemberian tes. Pembelajaran dengan model tersebut membuat siswa menjadi bosan. Siswa

hanya mampu meniru contoh yang diberikan oleh guru. Ketika soal yang diberikan berbeda

(meskipun hanya sedikit), siswa sudah tidak bisa menyelesaikan. Akibatnya hasil belajar

siswa rendah dan banyak yang tidak tuntas, dari 29 siswa di kelas X Teknik Mesin hanya

30% yang mengalami ketuntasan. Guru dan siswa hanya sebagai pendengar yang tentunya

sangat membosankan dan tidak menarik. Pembelajaran yang terpusat pada Guru kurang

memberikan peluang siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasannya (terlalu monoton). Hal

senada yang dilakukan rekan sejawat yang sama-sama menggunakan metode ceramah

hasilnya tidak jauh berbeda dengan pengalaman penulis.

Proses pembelajaran yang dapat mengedepankan keaktifan siswa adalah dengan

metode lain yang lebih terpusat pada siswa. Hal ini juga didukung oleh Ningsih (2015), bawa

pembelajaran yang dilakukan dengan dominasi guru bisa menghambat proses belajar siswa.

Karena itu perlu perbaikan pembelajaran, salah satunya dengan metode TPS. Pembelajaran

TPS telah dikaji oleh beberapa peneliti (Ningsih, 2015; Subanji,2015;Siti,2012; Sukarmin

dan Zulkifli,2013; Atik 2007). Ningsih (2015) melakukan penelitian tentang penerapan model

Kooperatif tipe Think Pair Share dengan alat peraga KOTIF mampu meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

22

Menurut Subanji (2013), pembelajaran bermakna merupakan suatu proses sistematis dan

terencana yang dirancang oleh guru untuk membelajarkan siswa sehingga terjadi kon-struksi

pengetahuan melalui pengaitan pe-ngetahuan baru dengan pengetahuan lama dan siswa

mampu: memahami materi lebih dari sekedar tahu; menjawab apa, mengapa, dan bagaimana;

menginternalisasi pe-ngetahuan ke dalam diri sedemikian hingga membentuk perilaku; dan

mengolah pe-rilaku menjadi karakter diri. Frank Lyman(dalam Siti,2012) menyatakan

bahwa TPS memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir dan merespon serta saling

bantu satu sama lain, keungulan lain dari pembelajar ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

Kagan (dalam Atik, 2007) menyatakan manfaat TPS sebagai berikut : 1. Para siswa

menggunakan waktu lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan mendengarkan satu sama

lain ketika mereka terlibat dalam TPS lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka

untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mengingat secara lebih

sering penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, 2. Para

guru juga mempunyai waktu yg lebih banyak untuk berfikir ketika menggunakan TPS,

mereka lebih konsentrasi mendengarkan jawaban siswa mengamati reaksi siswa dan

mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.

Menurut Sukarmin dan Zulkifli (2013) penerapan cooperative learning TPS dalam

pembelajaran matematika pada diskusi klasikal semua siswa terlihat antusias, siswa

mendapatkan pengalaman langsung tidak hanya membayangkan saja. Hal ini ternyata

menimbulkan kesenangan pada siswa dan juga meningkatkan pemahaman siswa. Artikel ini

membahas hasil penelitian tindakan kelas tentang penerapan model kooperatif Think Pair

Share (TPS) berbantuan kemasan minunan yang dapat meningkatkan hasil belajar SPLDV

siswa Kelas X Teknik Kimia SMK Negeri 2 Batu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam kegiatan bentuk PTK (Penelitian Tindakan Kelas).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua siklus yang diadopsi dari metode Kemmis &

McTaggart. Tahapan dari tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi, dan refleksi (Sutarto, 2013). Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan

disajikan pada Gambar 1.

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan

tindakan I tindakan I

Siklus I

Refleksi Pengumpulan

tindakan I data tindakan

Perencanaan Pelaksanaan

tindakan II tindakan II

Siklus II

Refleksi Pengumpulan

tindakan II

data tindakan

Laporan PTK

Gambar 1. Alur Penelitan Tindakan Kelas

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

23

Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Pelaksanaan

tahapan pada setiap siklus dilakukan di SMKN 2 Batu. Materi pada siklus 1 adalah sistem

persamaan linier dua variabel dan materi pada siklus 2 adalah system pertidaksamaan linier.

Di akhir siklus 1 dilakukan refleksi untuk perencanaan tahapan pada siklus 2. Refleksi yang

dilakukan difokuskan pada aspek kegiatan guru dan kegiatan siswa, termasuk mencermati

tahapan pembelajaran kooperatif model TPS mulai dari pendahuluan, kegiatan inti, maupun

dalam kegiatan penutup.

Garis besar pembelajaran TPS dimulai dengan penyajian masalah realistik kepada

siswa untuk dipikirkan (Think), dilanjutkan pembagian pasangan (Pair) untuk mendiskusikan

masalah yang diberi oleh guru, kemudian diakhiri dengan presentasi hasil kerja kelompok

(Share). Untuk pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 siswa dengan

kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok

berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Saat

kerja individu maupun kelompok guru selalu berusaha untuk membantu siswa belajar,

mengarahkan untuk membuat rangkuman, dan memberikan penegasan di akhir pertemuan.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu dengan 3 orang teman sejawat

sebagai observer. Intrumen penelitian berupa tes dengan materi sistem persamaan dan

pertidaksamaan linear, tes hasil belajar. Observasi kegiatan siswa dilaksanakan selama proses

pembelajaran secara menyeluruh di dalam kelas dengan mencatat dan mendokumentasikan

kegiatan siswa dalam pembelajaran meliputi kemampuan kerja sama, keaktifan, dan capaian

hasil belajar. Instrumen angket respon siswa diberikan kepada peserta didik setelah Siklus 2

berakhir untuk memberikan jawaban sejumlah pertanyaan yang terkait dengan pembelajaran.

Pada tahap akhir dilakukan analisis data secara kualitatif dari data yang terkumpul dari tiap-

tiap siklus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Pelaksanaan penelitian Siklus I : Selasa, tanggal 11 Oktober 2016 sampai dengan hari

Rabu, tanggal 17 Oktober 2016. Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X Teknik

Kimia SMK Negeri 2 Kota Batu pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016-2017 sebanyak

29 siswa terdiri atas 15 laki-laki dan 14 perempuan.

Perencanaan

Persiapan yang dilakukan oleh guru untuk proses pada pembelajaran siklus I diawali

dengan kegiatan: (1) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam dua kali

pertemuan, (2) menyusun skenario pembelajaran, (3) memilih media yang akan digunakan

pada proses pembelajaran, (4) membuat soal-soal berupa kuis, (5) membuat aturan /

kesepakatan, (6) menyiapkan kelengkapan media pembelajaran, (7) menyusun test evaluasi,

dan (8) menyusun lembar pedoman observasi .

Penyusunan RPP diawali dengan 1) menentukan Kompetensi Dasar (KD) yaitu KD.

Mendeskripsikan konsep sistem persamaan linier dua variabel dan mampu menerapkan

berbagai strategi yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta memeriksa

kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika. Membuat model matematika

berupa SPLDV dari situasi nyata dan matematika, serta menentukan jawab dan menganalisis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

24

model sekaligus jawabnya.2) Selanjutnya peneliti menyusun scenario pembelajaran dengan

menentukan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Adapun kegiatan pendahuluan sebagai berikut : a) guru menyiapkan peserta didik

secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran membuka dengan salam dan

melakukan presensi peserta didik, b) guru mengajak siswa menyerukan yel-yel untuk

menumbuhkan semangat ,memberi motivasi belajar secara kontekstual sesuai manfaat dan

aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengingatkan dan bertanya kepada

siswa tentang materi SPLDV di SMP, dan mengembangkan pertanyaan yang bisa dikaitkan

dengan SPLDV seperti pertanyaan berikut ini : Bila kalian memperoleh 1 teh kotak dan 1

ultramilk dengan membelanjakan Rp 10.000 tanpa sisa. Berapakah harga dua ultramilk dan

dua teh kotak ? dengan mengarahkan siswa untuk membuat model matematika dari

permasalahan realistik tersebut, c) guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran

menyelesaikan SPLDV dengan menggunakan media manipulatif minuman kemasan.

Kegiatan inti sebagai berikut : a) guru mengorganisasi siswa membagi siswa menjadi

kelompok yang berpasangan (anggota pasangan ditentukan oleh guru dan bersifat heterogen),

karena metode TPS maka anggota kelompok hanya terdiri dari 2 orang., b) guru membagikan

aturan permainan kemasan teh kotak dan ultramilk pada masing-masing kelompok.

Guru menjelaskan aturan permainan dan siswa mencermati. Kemudian pada kegiatan

inti guru meminta salah salah satu anggota kelompok untuk mengambil nomor undian dan

mengambil amlop sesuai nomor undian. Guru meminta siswa dalam kelompok untuk

berdiskusi menyelesaikan masalah dalam amplop dan menuliskan persamaan linearnya .

Guru mengamati diskusi kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

Guru meminta salah satu anggota kelompok untuk bertukar pada kelompok yang telah

ditetapkan. Guru meminta siswa dalam kelompok baru untuk saling menjelaskan masalah dan

solusi masalah pada kelompok semula. Guru meminta siswa yang bertukar kembali pada

kelompok semula. Guru meminta siswa dalam kelompok diskusi menentukan solusi yang

sama dari dua persamaan linear yang telah didapat. Guru membimbing jalannya diskusi

dalam kelompok. Guru meminta 7 kelompok dengan masalah yang berbeda untuk

mempresentasikan hasil diskusinya. Guru meminta siswa untuk memberi tepuk tangan pada

siswa yang telah presentasi.

Kegiatan penutup Salah satu siswa diminta untuk menyimpulkan dari apa yang telah

dipelajari (ciri-ciri, definisi serta model permasalahan dari SPLDV). Guru memberi

penguatan bahwa solusi yang sama dari dua persamaan linear tersebut adalah solusi dari Guru

memberikan Kuis 1 dan dikumpulkan (Soal penilaian Kuis 1). Pada bagian akhir kgiatan

penutup, guru menyampaikan jawaban kuis 1 dan memberikan tugas rumah, serta dilanjutkan

dengan guru menutup pelajaran dengan salam.

Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini dibagi dalam tiga tahap yaitu (1). Kegiatan

pendahuluan (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup.

Pelaksanaan pada pendahuluan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan

yang dilakukan dengan mengungkap pengetahuan awal siswa dengan melakukan tanya jawab

sebagai berikut:

G: “Apa yang kalian bawa jika pergi ke Alfamart ata Indomart ?

S: “ Uang bu…

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

25

G: “Untuk apa ?

S: “Belanja bu beli-beli snack dan lain-lain”

G :”Jika ada hari ini saya bagikan uang kepada kalian sebesar Rp. 10.000,- dan

saya minta kalian untuk membeli Teh kotak dan Ultra milk hingg uang itu tak

bersisa apa kalian sanggup…?

S : “Sanggup….

G: “Baiklah coba masing- masing memikirkan belanjaan dengan tanpa sisa…

Gambar 1. siswa memainkan uang mainan

Dari dialog tersebut tampak bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal terkait

materi SPLDV. Tindakan dilanjutkan dengan kegiatan inti sesuai dengan langkah-langkah

TPS, yaitu pembentukan kelompok sesuai dengan metode TPS jumlah kelompok ada 2 orang

dan pasangan ditentukan oleh guru ( 14 pasang siswa), kemudian masing-masing kelompok

mengambil nomor undian dan mengambil amplop yang berisi tugas, pemberian tugas untuk

dipikirkan sendiri,dan selanjutnya diselesaikan berdua dengan pasangannya. Kemudian dari

masing-masing pasangan kelompok bertukar anggota dengan pasangan lain untuk

menyelesaikan dan menemukan solusi dari dua persamaan dengan cara mengeliminasi untuk

menentukan harga teh kotak (x) dan ultramilk (y).

Dari kegiatan bertukar pasangan dan memasangkan dua persamaan yang berbeda

masing-masing pasangan baru menemukan bahwa harga teh kotak (x) adalah Rp. 3000,- dan

ultramilk (y) sebesar Rp. 5.000,-.dari 14 pasangan baru ditemukan 2 pasang kelompok

seberapa pasang yaitu kelompok 1 bertemu dengan kelompok 12 tidak menghasilkan harga

yang sama dengan kelompok lain. Ternyata setelah diselidiki bahwa penyebab dari perbedaan

tersebut bukan karena kesalahan siswa menghitung dan bukan siswa tidak teliti, tetapi karena

soal pada kelompok 1 kurang tepat, sebagaimana tampak pada Gambar 2.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

26

Gambar 2. soal tak tepat

Setelah masing-masing pasangan menyelesaikan permasalahan dan menemukan solusinya,

diminta pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

Pada tahapan penutup, masing-masing siswa mengerjakan kuis untuk keperluan

evaluasi, guru memantau siswa untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang dialami

siswa dari kesulitan dan temuan baru. Dari hasil tes diperoleh 65% siswa mengerjakan soal

kuis dengan benar.

Pengamatan

Pada saat kegiatan pembelajaran, peneliti didampingi 3 teman sejawat sebagai observer

yang melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dari

hasil pengamatan tersebut, observer mengemukakan bahwa saat membuka pelajaran, peneliti

sudah memberikan motivasi, apersepsi, dan tujuan pembelajaran. Kemudian pada kegiatan

inti, peneliti mengikuti langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS yang

meliputi: penyajian masalah realistik kepada siswa untuk dipikirkan (Think), dilanjutkan

pembagian pasangan (Pair) untuk mendiskusikan masalah yang diberi oleh guru, kemudian

diakhiri dengan presentasi hasil kerja kelompok (Share). Pada kegiatan inti ini, peneliti juga

mengamati dan melakukan penilaian terhadap aspek afektif siswa yang meliputi kemampuan

kerja sama dalam berdiskusi, menjawab pertanyaan, serta mengkomunikasikan secara lisan.

Dari hasil pengamatan, peserta didik ikut terlibat secara aktif dan tidak terlalu

menggantungkan kepada guru, tetapi mereka merasa bertanggung jawab, bekerja sama, dan

mempunyai rasa percaya diri yang kuat dalam diri peserta didik bahwa mereka mampu

menjadi sumber belajar bagi temannya.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

27

Gambar 3. siswa presentasi

Refleksi

Refleksi dilakukan sebagai bagian akhir dari Siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan

guru dan observer terhadap sikap siswa menunjukkan masih ada beberapa siswa yang kurang

aktif dan tidak serius dalam diskusi kelompok, serta adanya beberapa siswa yang merasa

kebingungan dikarenakan belum terbiasa bekerja sama dengan kelompok diskusi. Hasil test

siklus I ternyata baru 65% siswa yang memenuhi KKM (lebih dari 80). Hal tersebut

disebabkan karena ada sejumlah 6 siswa yang hasil testnya masih memprihatinkan karena

tidak memahami materi pelajaran. Untuk lebih meningkatkan persentase nilai ketuntasan

belajar siswa, maka perlu dilakukan beberapa revisi terhadap tindakan-tindakan yang telah

dilakukan pada Siklus I. Revisi tindakan tersebut selanjutnya akan diterapkan pada Siklus II.

Adapun revisi tindakan yang akan dilakukan adalah: (1) memvariasikan metode pembelajaran

kooperatif tipe TPS dengan pemberian kuis yang pelaksanaannya dilakukan setelah presentasi

kelas, dimana setiap siswa bekerja sendiri-sendiri menjawab pertanyaan kuis sehingga siswa

akan menjadi lebih aktif, (2) mengamati keaktifan siswa saat melaksanakan kegiatan diskusi

melalui lembar observasi, serta (3) dengan meningkatkan kerjasama siswa dalam kegiatan

diskusi.

Siklus II

Pelaksanaan penelitian Siklus I : Selasa, tanggal 1 November 2016 sampai dengan hari

Rabu, tanggal 9 November 2016. Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X Teknik

Kimia SMK Negeri 2 Kota Batu pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016-2017 sebanyak

31 siswa terdiri atas 15 laki-laki dan 14 perempuan. Secara prinsip langkah-langkah

pelaksanaan skilus II sama dengan pelaksanaan siklus I, perbedaan terletak pada materi dan

fokus pengamatan kepada siswa sebagimana saran perbaikan hasil refleksi siklus I.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

28

Perencanaan

Persiapan yang dilakukan oleh guru untuk proses pada pembelajaran siklus II diawali

dengan kegiatan: (1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam dua kali

pertemuan, (2) Menyusun skenario pembelajaran, (3) Memilih media yang akan digunakan

pada proses pembelajaran, (4) Membuat soal-soal berupa kuis, (5) Membuat aturan /

kesepakatan, (6) Menyiapkan kelengkapan media pembelajaran, (7) Menyusun test evaluasi,

dan (8) Menyusun lembar pedoman observasi.

Penyusunan RPP diawali dengan 1) Menentukan Kompetensi Dasar (KD) yaitu KD.

Mendeskripsikan konsep sistem pertidaksamaan linier dua variabel dan mampu menerapkan

berbagai strategi yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta memeriksa

kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika. Membuat model matematika

berupa SPtLDV dari situasi nyata dan matematika, serta menentukan jawab dan menganalisis

model sekaligus jawabnya.2) Selanjutnya peneliti menyusun scenario pembelajaran dengan

menentukan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Adapun kegiatan pendahuluan sebagai berikut : a) Guru mengajak siswa menyerukan

yel-yel untuk menumbuhkan semangat, memberi motivasi belajar secara kontekstual sesuai

manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengingatkan dan

bertanya kepada siswa tentang materi SPtLDV di SMP, dan mengembangkan pertanyaan

yang bisa dikaitkan dengan SPtLDV seperti pertanyaan berikut ini: Bila harga teh kotak Rp

2000,- per kotak dan harga ultramilk Rp3000,- per kotak. Selidikilah banyak teh kotak dan

ultramilk yang bisa didaptkan bila kalian hanya memiliki uang Rp 10.000,- ?, c) Guru

memberikan penjelasan tujuan pembelajaran menyelesaikan SPtLDV dengan menggunakan

media manipulatif minuman kemasan.

Kegiatan inti sebagai berikut : a) Guru mengorganisasi siswa membagi siswa menjadi

kelompok yang berpasangan (anggota pasangan ditentukan oleh guru dan bersifat heterogen),

karena metode TPS maka anggota kelompok hanya terdiri dari 2 orang., b) Guru

membagikan aturan permainan kemasan teh kotak dan ultramilk pada masing-masing

kelompok.

Guru menjelaskan aturan permainan dan siswa mencermati. Kemudian pada kegiatan

inti Guru meminta salah salah satu anggota kelompok untuk mengambil nomor undian dan

mengambil amlop sesuai nomor undian. Guru meminta siswa dalam kelompok untuk

berdiskusi menyelesaikan masalah dalam amplop dan menuliskan pertidaksamaan linearnya.

Guru mengamati diskusi kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

Guru meminta salah satu anggota kelompok untuk bertukar pada kelompok yang telah

ditetapkan. Guru meminta siswa dalam kelompok baru untuk saling menjelaskan masalah dan

solusi masalah pada kelompok semula. Guru meminta siswa yang bertukar kembali pada

kelompok semula. Guru meminta siswa dalam kelompok diskusi menentukan solusi yang

sama dari dua pertidaksamaan linear yang telah didapat. Guru membimbing jalannya diskusi

dalam kelompok. Guru meminta 7 kelompok dengan masalah yang berbeda untuk

mempresentasikan hasil diskusinya. Guru meminta siswa untuk memberi tepuk tangan pada

siswa yang telah presentasi.

Kegiatan penutup salah satu siswa diminta untuk menyimpulkan dari apa yang telah

dipelajari (ciri-ciri, definisi serta model permasalahan dari SPtLDV). Guru memberi

penguatan bahwa solusi dari dua pertidaksamaan linear tersebut berupa pasangan banyak

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

29

tehkotak dan ultramilk yang bisa diperoleh dengan uang tertentu. Guru memberikan Kuis 2

dan dikumpulkan (Soal penilaian Kuis 2). Guru menyampaikan jawaban kuis 2 dan

memberikan tugas rumah, tentang cara menyelesaikan SPtLDV untuk dipelajari pada

pertemuan berikutnya. Guru menutup pelajaran dengan salam.

Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan ini dibagi dalam tiga tahap yaitu (1). kegiatan pendahuluan

(2) kegiatan inti, (3) kegiatan penutup.

Pelaksanaan kegiatan pendahuluan pembelajaran diawali dengan mengungkap pengetahuan

awal siswa melalui tanya jawab sebagai berikut.

G: Harga teh kotak Rp 2000,- per kotak dan harga ultramilk Rp 3000,- per kotak.

Bila Bu Eni memiliki uang Rp 10.000,- , Selidikilah berapa banyak teh kotak dan

ultramilk yang bisa dibeli Bu Eni ?

S: Ya macam-macam bu !

G: Jika kalian sebagai Bu Eni apa yang kalian lakukan ?

S : Mencoba satu per satu dari masing-masing teh kotak dan ultramilk.

G: Apakah ada syaratnya ?

S: Ada Bu......, yaitu total harganya tidaklebih dari Rp 10.000,-

G: “Baiklah coba masing- masing menentukan banyak teh kotak dan ultramilk yang

mungkin bisa dibeli Bu Eni.........

Berdasarkan dialog tersebut nampak bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal

terkait materi SPtLDV. Tindakan berikutnya adalah kegiatan inti yang disesuaikan dengan

langkah-langkah TPS, yaitu pembentukan kelompok sesuai dengan metode TPS jumlah

kelompok ada 2 orang sebanyak 6 pasang , dan sepasang beranggotakan 3 siswa dan

pasangan ditentukan oleh guru ( 14 pasang siswa), kemudian masing-masing kelompok

mengambil nomor undian dan mengambil amplop yang berisi tugas, pemberian tugas untuk

dipikirkan sendiri, dan selanjutnya diselesaikan berdua dengan pasangannya. Kemudian dari

masing-masing pasangan kelompok bertukar anggota dengan pasangan lain untuk

menyelesaikan dan menemukan solusi dari dua pertidaksamaan dengan memisalkan banyak

teh kotak adalah dan banyak ultramilk .

Pada kegiatan bertukar pasangan dan memasangkan dua pertidaksamaan yang berbeda

masing-masing pasangan baru menemukan bahwa banyak teh kotak (x) dan banyak ultramilk

(y) memperoleh hasil yang berbeda-beda sesuai dengan banyak uang yang ada dalam amplop.

Dan harga masing-masing teh kotak dan ultramilk. Setelah masing-masing pasangan

menyelesaikan permasalahan dan menemukan solusinya, diminta pasangan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya.

Pada tahapan penutup, masing-masing siswa mengerjakan kuis untuk keperluan

evaluasi, guru memantau siswa untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang dialami

siswa dari kesulitan dan temuan baru. Ternyata siswa sudah lebih 80 % bisa mengerjakan

soal kuis yang diberikan oleh guru.

Pengamatan

Pada saat kegiatan pembelajaran, peneliti didampingi 3 teman sejawat sebagai observer

yang melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dari

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

30

hasil pengamatan tersebut, observer mengemukakan bahwa saat membuka pelajaran, peneliti

sudah memberikan motivasi, apersepsi, dan tujuan pembelajaran. Kemudian pada kegiatan

inti, peneliti mengikuti langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS yang

meliputi: penyajian masalah realistik kepada siswa untuk dipikirkan (Think), dilanjutkan

pembagian pasangan (Pair) untuk mendiskusikan masalah yang diberi oleh guru, kemudian

diakhiri dengan presentasi hasil kerja kelompok (Share). Pada kegiatan inti ini, peneliti juga

mengamati dan melakukan penilaian terhadap aspek afektif siswa yang meliputi kemampuan

kerja sama dalam berdiskusi, menjawab pertanyaan, serta mengkomunikasikan secara lisan.

Dari hasil pengamatan, peserta didik ikut terlibat secara aktif dan tidak terlalu

menggantungkan kepada guru, tetapi mereka merasa bertanggung jawab, bekerja sama, dan

mempunyai rasa percaya diri yang kuat dalam diri peserta didik bahwa mereka mampu

menjadi sumber belajar bagi temannya.

Refleksi

Refleksi dilakukan sebagai bagian akhir dari Siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan

guru dan observer terhadap sikap siswa menunjukkan masih ada beberapa siswa yang kurang

aktif dan tidak serius dalam diskusi kelompok, serta adanya beberapa siswa yang merasa

kebingungan dikarenakan belum terbiasa bekerja sama dengan kelompok diskusi. Hasil test

siklus I ternyata baru 65% siswa yang memenuhi KKM (lebih dari 80). Hal tersebut

disebabkan karena ada sejumlah 6 siswa yang hasil testnya masih memprihatinkan karena

tidak memahami materi pelajaran. Untuk lebih meningkatkan persentase nilai ketuntasan

belajar siswa, maka perlu dilakukan beberapa revisi terhadap tindakan-tindakan yang telah

dilakukan pada Siklus I. Revisi tindakan tersebut selanjutnya akan diterapkan pada Siklus II.

Adapun revisi tindakan yang akan dilakukan adalah: (1) memvariasikan metode pembelajaran

kooperatif tipe TPS dengan pemberian kuis yang pelaksanaannya dilakukan setelah presentasi

kelas, dimana setiap siswa bekerja sendiri-sendiri menjawab pertanyaan kuis sehingga siswa

akan menjadi lebih aktif, (2) mengamati keaktifan siswa saat melaksanakan kegiatan diskusi

melalui lembar observasi, serta (3) dengan meningkatkan kerjasama siswa dalam kegiatan

diskusi.

KESIMPULAN

Dari pembahasan dapat disimpulkan: (1) Metode pembelajaran betuk Ceramah sangatlah

tidak effektif dan menghambat keaktifan, serta kecerdasan siswa. (2) Perlunya perubahan

konsep pembelajaran bermakna menjadi hal penting agar dapat secara utuh memandang

pembelajaran tidak berpusat pada guru tetapi sebaliknya.(3) dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan metode TPS sebagai pembangkit belajar, pemicu, berpikir,daya tarik

dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran (3) Penerapan pembelajaran TPS dalam

matematika sekolah mampu mendorong siswa: (a) mengonstruksi pengetahuan (materi) baru

melalui pengaitan dengan pengetahuan lama, (b) memahami materi lebih dari sekedar tahu,

(c) menjawab apa, mengapa, dan bagaimana; (d) menginternalisasi pengetahuan ke dalam diri

sedemikian hingga membentuk perilaku.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyarankan agar guru matematika yang

lain mencoba menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan media

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

31

manipulatif berupa minuman kemasan pada materi-materi Matematika yang sulit dipahami

oleh siswa karena strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat menumbuhkan rasa

percaya diri yang kuat dalam diri siswa dalam mengemukakan pendapatnya,

mengkomunikasikan jawaban, bahkan mereka mampu menjadi sumber belajar bagi

temannya, yang semua itu akan berdampak pada peningkatkan hasil belajar siswa.

Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk menilai aspek lain yang dapat

ditingkatkan melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS selain dapat meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar kognitif peserta didik.

DAFTAR RUJUKAN

Ningsih, D., C., 2015. Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Menggunakan Alat Peraga Kartu Positif Negatif dalam Meningkatkan Aktivitas dan

Hasil Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Padang Ulak Tanding.

Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal. 378-384.

Subanji,2015. PENINGKATAN KINERJA GURU INDONESIA SEBUAH REFLEKSI 5

TAHUN PERJALANAN TEQIP Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal. 97-

109.

Sukarmin dan Zulkifli.2013.Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share dengan Media

Bangun Datar pada Materi Simetri Lipat di Kelas V-A SDN 338 Batahan Mandailing

Natal. . Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal. 770-777

Siti, 2012. Pembelajaran dngan menggunakan TPS, untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Sunarto, 2013. Alur penelitian tindakan kelas dengn tahapan tiap siklus yang terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan tindakan kelas, observasi dan refleksi.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

32

PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA DENGAN

METODA STAD MELALUI KEGIATAN LABORATURIUM

Sukrawati Arni

[email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan aktifitas belajar siswa

pada mata pelajaran kimia pokok bahasan laju reaksi dengan penerapan model pembelajarn

kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivemen Division) melalui kegiatan laboratorium.

Rancangan penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Subyek

penelitian terdiri dari 32 siswa MAN Batu kelas XI IPA 1. Data yang diperoleh berupa hasil

tes formatif (kuantitatif) dan lembar observasi kegiatan belajar mengajar (kualitatif). Dari

hasil analis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I

sampai siklus II yaitu, siklus I (50 %), siklus II (90,6 %). Dari data kualitatif diperoleh

penerapan pembelajaran kooperatif model STAD melalui kegiatan laboratorium dapat

meningkatkan aktifitas dan hasil belajar mata pelajaran kimia materi laju reaksi pada siswa

kelas XI IPA 1 MAN Batu.

Kata kunci: Model kooperatif STAD, Kerja laboratorium, Hasil Belajar.

Perkembangan kebijakan pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan di

Indonesia dewasa ini ditandai dengan Permendikbud No.104 tahun 2014 yang menekankan

bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap

satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran

serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

ketercapaian kompetensi lulusan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut

diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi

lulusan. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan

bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau

dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Prinsip pembelajaran yang digunakan antara lain, dari peserta didik diberi tahu menuju

peserta didik mencari tahu; dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar

berbasis aneka sumber belajar; dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan

penggunaan pendekatan ilmiah; dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran

berbasis kompetensi; dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; dari

pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang

kebenarannya multi dimensi; dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan

mental (softskills); pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan

peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

33

dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo

mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran

(tut wuri handayani); pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di

masyarakat; pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja

adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; Pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan Pengakuan atas

perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Dari hasil studi lapangan diperoleh data bahwa nilai peserta didik masih banyak yang

berada dibawah nilai KKM. Demikian pula dengan kinerja guru dalam pembelajaran, masih

menggunakan model konvensional sehingga pembelajaran terasa membosankan dan tidak

menarik bagi siswa, belum sesuai dengan PAIKEM. Menurut pendapat siswa diperoleh

masukan bahwa pembelajaran seharusnya menarik, menyenangkan, efektif, kreatif dan

inovatif. Untuk itu guru dituntut untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan

keinginan siswa sehingga dicapai hasil yang maksimal.

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Von Metternikh (2013); Halid (2013),

meyimpulkan bahwa Pembelajaran dengan metode Koopratif model STAD memiliki dampak

positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklusnya. Penerapan metode Pembelajaran koopratif

model STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan minat belajar siswa

yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa hasil wawancara yang menyatakan bahwa

siswa tertarik dan berminat dengan metode Koopratif model STAD sehingga mereka menjadi

termotivasi untuk belajar.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan prestasi dan aktifitas peserta didik dengan

menerapkan metode STAD dikolaborasikan dengan kegiatan laboratorium. Kreatifitas dan

kepedulian guru sangat diperlukan untuk mengubah iklim pembelajaran yang dirasakan

belum tepat dan memuaskan, menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan

menyenangkan. Untuk itu diperlukan sarana dan prasarana pendukung berupa peralatan dan

bahan serta media pembelajaran yang memadai. Dari pemikiran di atas, dilakukan upaya

meningkatkan aktifitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan metoda

STAD dipadukan dengan kegiatan laboratorium. Teknik ini diharapkan dapat melibatkan

siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman nyata

(autentik). Prestasi belajar siswa dengan kondisi ini dapat dijamin ikut meningkat.

Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sebagai berikut : (1) Fase 1

penyampaian Tujuan Pembelajarn dan motivasi Guru menyampaikan Tujuan Pembelajaran

dan materi pembelajaran, (2) Fase 2 presentasikan materi pembelajaran, Guru

mempresentasikan materi yang akan didiskusikan pada setiap kelompok, (3) Fase 3 mengatur

siswa dalam kelompok belajar, Guru menjelaskan kepada siswa untuk membentuk kelompok

belajar dan kerjasama kelompok itu dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep,

(4) Fase 4 Membantu siswa belajar dan bekerja kelompok, Guru membantu kelompok

belajar pada saat siswa mengerjakan dalam tugas, (5) Fase 5 Umpan balik/resitasi/evaluasi,

Guru memberikan umpan balik/resitasi/evaluasi materi pelajaran atau masing- masing

kelompok menyampaikan hasil pekerjaan mereka, (6) Fase 6 Pemberian penghargaan, Guru

memberikan cara untuk menghargai hasil dan usaha baik individu maupun kelompok.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

34

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan mengacu pada

model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu

berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi

planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).

Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan

yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan

kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Alur PTK

Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen

penelitian dan perangkat pembelajaran. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang

dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran koopratif model

STAD melalui kegiatan laboratorium. Pada kegiatan refleksi mengkaji, melihat dan

mempertimbangkan hasil atau dampak dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan

berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Hasil refleksi ini selanjutnya

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk langkah perbaikan pembelajaran

berikutnya.

Observasi dibagi dalam dua putaran, setiap putaran dikenai perlakuan dengan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif. Dibuat dalam dua

putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Silabus, yaitu seperangkat

rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian

hasil belajar, 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat

pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap

putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,

tujuan pembelajaran, dan kegiatan belajar mengajar, 3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS),

lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

35

hasil pengamatan, dan 4) Tes formatif, tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep laju reaksi.

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPA 1 MAN Batu Tahun Pelajaran

2016/2017, mata pelajaran kimia, materi laju reaksi dan faktor faktor yang mempengaruhi

laju reaksi.

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi

pengolahan belajar dengan metode Pembelajaran koopratif model STAD, observasi aktivitas

siswa dan guru, dan tes formatif. Data yag diperoleh dianalisis dengan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan

atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh, dengan tujuan untuk mengetahui prestasi

belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengalisis tingkat

keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses pembelajaran setiap

putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes tertulis pada setiap akhir

putaran. Salah satu kreteria untuk menentukan keberhasilan pembelajaran adalah ketuntasan

belajar siswa. Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara

klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2013, keberhasilan

tindakan diukur berdasarkan pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 75. Jika

siswa memperoleh nilai <75 dikatakan belum tuntas, jika siswa mendapat nilai ≥75 dikatakan

tuntas. Dan kelas disebut tuntas belajar bila dikelas tersebut terdapat 85% yang telah

mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 75. Analisis ini dilakukan setiap akhir

siklus pembelajaran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Hasil Perencanaan

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil tes , data observasi berupa pengamatan

pengelolaan belajar dengan pembelajaran koopratif model STAD dan pengamatan aktivitas

siswa dan guru pada saat pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Siklus

I diawali dengan tahap perencanaan, yaitu peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1, Lembar Kerja Siswa (LKS) 1,

Lembar Pengamatan Siswa 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Pelaksanaan Tindakan & Observasi

Tahapan berikutnya adalah kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada

tanggal 19 Oktober 2016 di Kelas XI IPA 1 dengan jumlah siswa 33 siswa. Dalam hal ini

peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar. Pada pertemuan pertama, pembelajaran dilaksanakan didalam

kelas dengan sarana yang terbatas, dimana siswa belajar didalam kelas tidak menggunakan

meja. Tapi hal ini tidak membatasi semangat para siswa untuk belajar. Kegiatan belajar tetap

berlangsung dengan lancar. Pertemuan berikutnya sarana didalam kelas yaitu meja belajar

sudah tersedia, para siswa antusias mengikuti pembelajaran.

Pada kegiatan pendahuluan berkaitan dengan kesiapan belajar siswa menurut pengamat

observer bahwa semua siswa sudah siap menerima pelajaran dengan baik. Hal ini terlihat

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

36

pada saat guru melakukan apersepsi dengan menanyakan contoh dari reaksi kimia yang

berlangsung cepat dan contoh reaksi kimia yang berlangsung lambat, siswa antusias

menjawab. Kemudian guru menunjukkan gambar/video paku berkarat, potongan apel yang

mengalami pencoklatan dan ledakan petasan. Terjadi dialog antara siswa dan guru :

Guru : “Anak-anak, reaksi apa yang berlangsung dengan cepat? “

Siswa A : “Petasan bu”

Siswa B : “Bom bu”

Guru : “ Ada lagi jawaban lain?”, Iya jawabannya benar!” Nah sekarang, reaksi apa yang

berlangsung lambat?”

Siswa C : “Pembuatan Tape”

Siswa D : “Perkaratan besi”

Guru : “ Ya benar, coba nanti cari contoh yang lain”

Ketika ditayangkan video dan gambar, terjadi dialog :

Siswa A : “ mengapa ada reaksi yang berlangsung cepat, ada yang lambat?”.

Guru : jawabannya akan kita temukan setelah kita mengerjakan LKS, Untuk itu kita akan

berdiskusi dan dilakukan secara berkelompok.

Kemudian guru membagikan LKS sebagai media pembelajaran berupa lembar kerja yang

akan di diskusikan. Pada kegiatan inti terkait interaksi siswa dengan siswa terjadi pada saat

pembentukan kelompok sampai saat siswa mengerjakan tugas berkelompok. Dalam kerja

kelompok menurut observer terjadi interaksi antara siswa dalam kelompok saat guru

memberikan perintah agar mendiskusikan LKS yang sudah diterima. Kerja kelompok

berjalan dengan lancar, beberapa kali terdapat perbedaan pendapat. Interaksi guru dengan

siswa terjadi ketika guru berkeliling mendatangi kelompok diskusi.

Pada kegiatan ini, menurut pengamatan/observer siswa sangat bersemangat menerima

pelajaran dari guru model, siswa aktif menjawab pertanyaan dari guru dan terlibat langsung

dalam pembelajaran. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru menggiring pemahaman

siswa dari reaksi kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan kegiatan inti

pembelajaran.

Pada pertemuan berikutnya yang dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2016 diawali

dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu mempelajari teori tumbukan kemudian guru

memutarkan video tentang tumbukan. Para siswa mencermati tayangan tersebut. Setelah

selesai tayangan tersebut guru memberi kesempatan para siswa untuk bertanya:

Siswa A : “Bu, apakah setiap tumbukan selalu menghasilkan reaksi ?”

Guru : “Anak-anak apa ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut?”

Siswa B : “Saya coba menjawab ya, Bu!

Guru : “Ayo, coba jelaskan!”

Siswa B : “Tumbukan itu akan selalu menghasilkan reaksi.”

Guru : Ada yang punya pendapat lain?”

Siswa C : “ Saya bu”

Guru : “ ya, silahkan”

Siswa C : “tidak selalu bu”

Guru : “Ok, untuk lebih jelasnya, kita akan diskusikan dengan kelompok yang sudah kita

susun pada pertemuan terdahulu”

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

37

Guru kemudian membagi handout dan LKS. Siswa mulai membentuk kelompok dan

memulai diskusi. Siswa dengan aktif berdiskusi bersama teman sekelompok. Kemudian guru

membagikan LKS sebagai media pembelajaran berupa lembar kerja yang akan di diskusikan.

Dalam kerja kelompok menurut observer terjadi interaksi antara siswa dalam kelompok

segera setelah guru memberikan perintah agar mendiskusikan LKS yang sudah diterima.

Kerja kelompok berjalan dengan lancar. Interaksi guru dengan siswa terjadi ketika guru

berkeliling mendatangi kelompok diskusi. Akan tetapi, pada pertemuan kedua terdapat satu

kelompok diskusi yang kurang bersemangat. Karena salah seorang anggota kelompok tiga

tidak hadir. Hal itu mengakibatkan ketidak kompakan kelompok tersebut. Sehingga guru

kemudian melakukan interaksi pada kelompok tersebut. Pada akhirnya kegiatan diskusi pada

hari itu berjalan dengan cukup baik.

Pada akhir pembelajaran siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data

hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:.

Tabel 1. Hasil evaluasi formatif 1.

No Uraian Hasil Siklus 1

1

2

3

4

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang mengikuti tes

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang tidak tuntas

73,96

28

14 (50 %)

14 (50 %)

Dari tabel 1 terlhat bahwa nilai rata-rata siswa 73,96 masih dibawah KKM (75). Jumlah siswa

yang tuntas 14 (50%) dan jumlah siswa yang tidak tuntas 14 (50%). Hal ini menggambarkan

bahwa proses pembelajaran belum tuntas.

Aktifitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus 1 ditayangkan pada gambar

berikut:

Gambar 1: Kegiatan siswa ketika mengerjakan dan mendiskusikan LKS secara berkelompok

Refleksi

Setiap akhir pembelajaran, selalu dilakukan tahapan refleksi, untuk mengetahui tingkat

keberhasilan proses dan hasil belajar yang diharapkan. Pada tahap ini dikaji apa yang telah

terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan pembelajaran kooperatif model STAD melalui kegiatan laboratorium.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

38

Pembelajaran kooperatif STAD pada mata pelajaran Kimia di Kelas XI IPA 1 pada siklus 1

menunjukkan peningkatan pada hal-hal berikut. 1) Peningkatan aktifitas siswa dalam proses

pembelajaran Kimia yang ditandai dengan antusiasnya siswa dalam menyelesaikan tugas

menentukan tentang teori tumbukan dan hubungannya dengan laju reaksi (Gambar 1-3). (2)

Terjadi interaksi siswa dan siswa yang ditandai dengan kerjasama antar siswa dalam

kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok. (3) Keberanian peserta didik untuk

menyampaikan pendapat pada waktu diskusi kelas serta menjawab pertanyaan dari guru.

Peningkatan tersebut disebabkan penerapan pembelajaran kooperatif STAD melalui kegiatan

laboratorium. Pembelajaran yang berlangsung sangat interaktif baik sesama siswa, guru, dan

penggunaan media. Pertanyaan guru cepat direspon oleh siswa, demikian juga tugas yang

diberikan guru dalam LKS tentang teori tumbukan dan hubungannya dengan laju reaksi,

segera dilaksanakan. Dari hasil observasi ditemukan beberapa kendala yaitu : ketika membuat

kelompok masih terjadi kegaduhan, sarana tempat belajar yang masih kurang memadai,

pengelolaan waktu yang masih belum efektif, dan pengaturan tempat duduk juga belum

efisien. Untuk itu dibuat rancangan siklus II untuk menyempurnakan kekurangan yang terjadi

pada siklus I.

Siklus II

Hasil Perencanaan :

Berdasarkan hasil refleksi siklus I dilakukan perencanaan untuk perbaikan

pembelajaran di siklus II, antara lain penyempurnaan RPP, LKS, media pembelajaran,alat

evaluasi, dan manajemen kelas.

Pelaksanaan Tindakan & Observasi :

Pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran dimulai pada tanggal 26 Oktober 2016. Proses

pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disusun dan disempurnakan

berdasarkan perbaikan pada siklus I. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada kegiatan pendahuluan dimulai dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan

dilanjutkan dengan apersepsi yaitu dengan menanyakan kembali materi sebelumnya tentang

teori tumbukan dan laju reaksi.

Guru : “ Bagaimana anak-anak, masih ingat materi yang kita pelajari pada pertemuan yang

lalu?”

Siswa : “Ingat bu”

Siswa A : “ tentang hubungan antara reaksi kimia dengan tumbukan.”

Guru : “ Faktor apa yang menentukan terjadinya tumbukan efektif ?”

Siswa B : “arah atau orientasi yang tepat saat tumbukan, bu”

Siswa C : “dan energi kinetik partikel yang bertumbukan.”

Guru : “ ya, benar.”

Guru : “ Nah kali ini, ibu akan menampilkan data hasil percobaan tentang perubahan

konsentrasi dan laju reaksinya.”

Kemudian guru menampilkan data hasil lima percobaan tentang perubahan konsentrasi dan

pengaruhnya pada laju reaksi. Guru mengajak siswa untuk menganalisa data tersebut. Siswa

mendengarkan penjelasan guru tentang perumusan laju reaksi, cara menentukan orde reaksi,

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

39

berdasarkan data percobaan tersebut. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok dengan

melaksanakan diskusi dengan bantuan media pembelajaran LKS.

Hasil evaluasi formatif II terangkum dalam tabel 2:

Tabel 2. Hasil evaluasi formatif 2.

No Uraian Hasil Siklus 1

1

2

3

4

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang mengikuti tes

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang tidak tuntas

80,78

32

29 (90,6%)

3 (9,4%)

Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar menjadi lebih efektif dibuktikan

dengan hasil rata-rata tes meningkat dari 73,96 menjadi 80,78. Ketuntasan belajar siswa

90,65% (29 siswa), sedangkan yang belum tuntas 3 siswa. Dari hasil ini dapat disimpulkan

bahwa proses pembelajaran sudah mencapai ketuntasan.

Dari hasil pengamatan beberapa observer dan hasil refleksi siklus 2 pelaksanan

pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut: 1) selama proses belajar mengajar guru telah

melaksanakan semua pembelajaran dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek c ukup besar, 2)

berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar

berlangsung, 3) kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan

peningkatan sehingga menjadi lebih baik, 4) hasil belajar siswa pada siklus II mencapai

ketuntasan (harapan).

Aktifitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus 1I ditayangkan pada gambar berikut:

Gambar 2: Kegiatan siswa ketika melakukan eksperimen dan demonstrasi.

Pada siklus II guru telah menerapkan belajar dengan metode pembelajaran kooperatif

model STAD melalui kegiatan laboratorium dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta

hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka

tidak diperlukan perbaikan, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah

memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada sehingga dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

40

STAD melalui kegiatan laboratorium, pada pembelajaran Kimia kelas XI IPA 1 MAN Batu

memiliki dampak positif dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat

dilihat dari semakin meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

guru, yaitu; Siklus I (50 %), dan pada siklus II (90,6 %). Hal ini berarti ketuntasan belajar

siswa secara klasikal telah tercapai. Kemampuan Guru dalam mengelola pembelajaran

meningkat, Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi

belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang

terus mengalami peningkatan. Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, dengan

penerapan pembelajaran kooperatif model STAD melalui kegiatan laboratorium adalah

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa atau antara siswa

dengan guru dan bekerja dalam kelompok memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dapat

dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan

langkah-langkah belajar dengan metode pembelajaran kooperatif model STAD dengan baik.

Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan

mengamati siswa dalam mengerjakan LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi

umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

Refleksi :

Pada kegiatan refleksi siklus 2, berdasarkan observasi pengamat terlihat peningkatan

keaktifan siswa, ditandai dengan keseriusan siswa melakukan eksperimen. Kelas dibagi 8

kelompok, dengan pembagian setiap dua kelompok melakukan satu percobaan yang sama

yaitu kelompok Pengaruh Konsentrasi, kelompok Pengaruh luas permukaan , kelompok

Pengaruh Temperatur dan kelompok Pengaruh Katalis terhadap laju reaksi. Pada akhir

pembelajaran, wakil kelompok pengujian melakukan demonstrasi singkat untuk memberikan

pengalaman belajar yang tidak dimiliki kelompok yang lain. Sehingga diharapkan siswa

memiliki mengalaman belajar yang merata.

Adapun data hasil penelitian dalam bentuk tabel hasil evaluasi dan jumlah peserta yang

sesuai pada tiap-tiap siklus adalah sebagai sebagai berikut:

Tabel 3: Perbandingan Hasil Siklus I dan Siklus II

No Uraian Hasil Siklus I Hasil Siklus II

1

2

3

4

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang belum tuntas

Persentase ketuntasan belajar

73,96

14

14

50 %

80,78

29

3

90,60 %

Dari pembahasan diatas menunjukkan tanggung jawab masing-masing anggota untuk

menyelesaikan tugas kelompok. Seperti yang disampaikan Slavin (2005, dalam Zubaidah,

dkk. 2013) yaitu dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling

menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar, baik

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

41

secara individu maupun kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing

siswa menyelesaikan tugasnya. Pada pelaksanaan pembelajaran semua aktif karena masing-

masing siswa mendapat tugas yang jelas. Menurut Joni (1980, dalam Zubaidah, dkk. 2013)

kelompok yang efektif ditandai oleh suasana yang hangat dan produktivitas yang tinggi

dalam pemenuhan tugas, tanpa adanya anggota kelompok yang dikorbankan atau ditonjolkan.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam kelompok diperlukan pula adanya rasa

tanggungjawab perorangan terhadap pembelajaran, sehingga diantara anggota kelompok

tidak ada yang menggantungkan diri kepada anggota yang lain. Guru memberi pujian atau

penghargaan kepada kelompok yang menyelesaikan tugas dengan cepat dan benar.

Penghargaan kelompok ini bertujuan memberi motivasi pada siswa. Seperti yang

disampaikan Zubaidah, dkk. (2013) adanya sistem penghargaan ini memicu munculnya

motivasi anggota kelompok untuk memperolehnya. Salah satu unsur pembelajaran kooperatif

adalah akuntabilitas individu. Akuntabilitas individu dapat berarti keberhasilan kelompok

tergantung pada hasil semua anggota kelompok. Akuntabilitas berfokus pada kegiatan saling

membantu antar anggota kelompok dan mempersiapkan semua anggota kelompok untuk

mengikuti penilaian. Kesetaraan kesempatan untuk memperoleh kesuksesan berarti bahwa

siswa memberikan sumbangan bagi keberhasilan kelompoknya dengan meningkatkan

kemampuannya sendiri. Hal ini membuktikan bahwa siswa yang berbeda tingkat

kemampuannya tertantang untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan sumbangan dari

seluruh anggota kelompok menjadi sangat berarti.

Pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan

secara efektif. Penerapan pembelajaran kooperatif STAD harus dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk

ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh

sebab itu, perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok (Kompasiana,

2013)

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan

berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut: 1) Pembelajaran dengan metode Kooperatif model STAD melalui kegiatan

laboratorium memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang

ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I

(50%), siklus II (90,6 %), dan 2) Penerapan metode Pembelajaran koopratif model STAD

melalui kegiatan laboratorium mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan minat

belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa hasil wawancara yang

menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode Kooperatif model STAD

sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar

mengajar Kimia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka

disampaikan saran sebagai berikut: 1) Untuk melaksanakan pembelajaran memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik

yang benar-benar bisa diterapkan, misalnya pembelajaran kimia materi laju reaksi dan faktor-

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

42

faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan penerapan pembelajaran Kooperatif model

STAD melalui kegiatan laboratorium dapat diperoleh hasil yang optimal, dan 2) Dalam

rangka meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih

siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya

dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Daftar Rujukan :

Halid, 2015. Pengalaman Mengajar Dengan Pembelajaran Kooperatif STAD Pada

Matapelajaran Ipa Materi Susunan Alat Pencernaan Di Sdn 1 Singkawang Tengah,

Jurnal TEQIP,Universitas Negeri Malang.

Von Metternikh, 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student

Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI

SD Negeri 02 Kaur Utara Kabupaten Kaur Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal

TEQIP,Universitas Negeri Malang.

Sri Haryati, 2015. Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Tumbuhan Hijau Melalui

Pembelajaran Kooperatif Model Stad Pada Siswa Kelas Va Sdn 002 Tanah Grogot

2013, Jurnal TEQIP,Universitas Negeri Malang.

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin

University Press.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

43

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TWO STAY TWO

STRAY (TSTS) MATERI VIRUS UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF DAN

AFEKTIF SISWA KELAS X- 4 SMAN 3 BATU

Sumono

[email protected]

Sma Negeri 3 Batu

Abstrak : Kemampuan siswa yang beragam dalam memahami materi pelajaran rata-rata

masih rendah terbukti dengan hasil penilaian belum memuaskan. Kemampuan dalam

komunikasi, bekerja sama, dan berinteraksi dalam memecahkan permasalahan materi

pelajaran masih sangat kurang, sehinggan terkesan ada kelompok yang mampu dan

kelompok yang tidak mampu yang cenderung mengakibatkan terganggunya situasi kelas.

Model pembelajaran kooperatif two stay two stray (TSTS) memberikan ruang yang besar

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Pada model ini, guru berperan sebagai

fasilitator sehingga peran aktif guru menjadi berkurang. Tahapan pembelajaran TSTS

adalah persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, presentasi kelas dan evaluasi. Untuk

mengukur peningkatan kognitif dan afektif siswa dilakukan dengan lembar observasi. Hasil

dari penerapan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model two stay

two stray (TSTS) mampu meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa yaitu,

dengan cara memberikan suasana belajar diskusi yang menyenangkan, kesempatan kepada

siswa untuk belajar aktif melakukan pertukaran informasi dan materi dengan sesama teman,

menyampaikan gagasan kepada teman, menyampaikan jawaban dan pertanyaan terhadap

permasalahan diskusi, serta membutuhkan kerjasama dalam kelompok.

Kata kunci : TSTS, kognitif, dan afektif

Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berfikir, mengetahui dan

memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang menyanngkut aktivitas otak

adalah termasuk dalam rana kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan

berfikir, termasuk idalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikaskan,

menganaliasis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.

Ada tiga komponen dasar dalam belajar yaitu: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya belajar, (2) faktor-faktor bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip mana yang

dilaksanakan, (3) faktor hasil belajar dua komponen pertama berkenaan dengan proses belajar

yang sangat terkait dengan faktor ketiga. Dengan demikian bagaimana peristiwa terjadinya

proses belajar akan menentukan hasil belajar siswa.

Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup

watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif

akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Dalam pembelajaran selama ini guru mencoba memfokuskan pada upaya

menuangkan pengetahuan yang dimiliki guru sebanyak mungkin kepada siswa. Waktu yang

digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi biologi 2 x 45 menit, kemudian

memberikan sub pokok bahasan dan penjelasan seperlunya kepada siswa, setelah itu

dilanjutkan dengan latihan-latihan soal. Pada saat guru menjelaskan materi ada beberapa

siswa yang mendengarkan, sebagian siswa yang duduk dibelakang terlihat ramai dan

bergurau dengan temannya. Mereka berbicara sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

44

guru. Apabila mereka diawasi oleh guru, maka siswa tersebut seolah-olah sedang

mendengarkan penjelasan guru dengan membuka-buka buku paketnya dan serius

memperhatikan pelajaran. Sebagian siswa juga ada yang mendengarkan penjelasan guru

dengan mencocokkan catatan yang ditulis oleh guru di papan tulis dengan buku paket yang

mereka miliki. Pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa sebatas menanyakan bagaimana cara

menyelesaikan jawaban soal-soal yang diberikan. Hasil akhir dari pembelajaran masih belum

sesuai dengan harapan KKM 75 dengan distribusi 50 % dibawah KKM, 20 % sama dengan

KKM dan hanya 10 % diatas KKM.

Upaya untuk meningkatkan aspek kognitif maupun aspek afektif siswa dapat

dilakukan dengan pembelajaraan kooperatif, menurut Holubec pembelajaran koperatif

(cooperative learning) merupakan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok

kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dan mencapai tujuan

belajar. Menurut Johson pada umumnya hasil penelitian dari penggunaan metode

pembelajaran kooperatif akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih

positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh

dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa.

Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli

pendidikan. Menurut Holubec (2003) pembelajaran koperatif (cooperative learning)

merupakan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dan mencapai tujuan belajar. Menurut

Johson (2004) pada umumnya hasil penelitian dari penggunaan metode pembelajaran

kooperatif akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan

penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan

persaingan.

Sedangkan cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberikan

kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas

terstruktur. Lie (2005) juga menyebut “cooperative learning sebagai sistem pembelajaran

gotong-royong”. Dalam sistem pembelajaran ini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator.

Dengan ringkas Abdurahman dan Bintoro (2005) mengatakan bahwa “pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi

yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam

masyarakat nyata.”

Salah satu teknik atau model pembelajaran kooperatif adalah model two stay two stray

(TSTS) atau dua tinggal dua tamu. Model pembelajaran dua tinggal dua tamu ini

dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992, dua tinggal dua tamu memberi

kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal

ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-

kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa

yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan sehari hari dan kerja

manusia saling bergantung satu sama lainnya.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

45

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran two stay two stray

(TSTS) pada mata pelajaran Biologi materi Virus, dan diharapkan dapat mendeskripsikan

peningkatan hasil belajar siswa kelas X- 4 di SMA Negeri 3 Kota Batu

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS)

atau dua tinggal dua tamu adalah sebagai berikut : (1) Siswa bekerjasama dalam kelompok

secara heterogen seperti biasa, (2) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok

akan meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain.

Alur pembelajaran dengan two stay two stray (TSTS) dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Alur Diskusi dengan Model Two Stay Two Stray (TSTS).

Keterangan:

1A, 2A : Siswa yang tetap tinggal di kelompok awal

3A, 4A : Siswa yang bertamu ke kelompok lain.

1. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan infomasi

mereka ketamu mereka.

2. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain.

1A 2A

3A 4A

1B 2B

3B 4B

1A 2C

3C 4C

1I 2I

3I 4I

1H 2H

3H 4H

1G 2G

3G 4G

I

II

III IV

V

VI

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

46

Pola model pembelajaran kooperatif adalah model two stay two stray (TSTS), guru

berperan sebagai fasilitator, artinya tidak ada campur tangan guru yang terlalu jauh dalam

penyampaian materi terhadap siswa. Siswa diharapkan keaktifannya dalam diskusi untuk

memecahkan masalah dari materi yang dipelajarinya. Kemampuan akademik siswa yang

heterogen dimanfaatkan sebagai acuan untuk membentuk kelompok belajar kooperatif.

Tahapan dalam pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS) adalah persiapan,

presentasi guru, kegiatan kelompok, presentasi kelas dan evaluasi.

Penjelasan atas masing-masing tahapan adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran), sistem penilaian, menyiapkan LKS (lembar kerja siswa) dan

membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4

siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi

belajar.

2. Presentasi guru

Pada tahap ini, guru menyampaikan indikator pembelajaran dan menjelaskan materi secara

garis besarnya sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.

3. Kegiatan kelompok

Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-

tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima

lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep

materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu

mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing

kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka

sendiri. Masing-masing siswa boleh mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan

dari temannya. Kemudian dua dari empat anggota dari masing-masing kelompok

meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah,

sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota

yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan

temuan dari kelompok lain serta mencocokkan hasil kerja mereka.

4. Presentasi kelompok

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah

satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau

didiskusikan dengan kelompok lainnya. Dalam hal ini masing-masing siswa boleh

mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban atapun tanggapan kepada kelompok

yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya. Kemudian guru membahas dan

mengarahkan siswa ke jawaban yang benar.

5. Evaluasi kelompok dan penghargaan

Pada tahap evaluasi ini, untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam

memahai materi yang telah diberikan dapat dilihat dari seberapa banyak pertanyaan yang

diajukan dan ketepatan jawaban yang telah diberikan atau diajukan

Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan

dari pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS) adalah sebagai berikut dapat

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

47

diterapkan pada semua kelas / tingkatan, 2) kecenderungan belajar siswa menjadi lebih

bermakna, 3) lebih berorientasi pada sikap dan keaktifan, 4) membantu meningkatkan

prestasi belajar.

Sedangkan kekurangan dari pembelajaran kooperatif model two stay two stray (TSTS)

adalah sebagai berikut: 1) membutuhkan waktu yang relatif cukup lama, 2) siswa cenderung

tidak mau belajar kelompok dan menyerahkan tugas kepada satu siswa dalam kelompk

tersebut, 3) bagi guru membutuhkan banyak persiapan materi, tenaga, dan waktu. 4) guru

cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Cara mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model dua tiggal dua tamu, maka

sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-

kelompok yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Dari

sisi jenis kelamin, ada dua kelompok yang terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuannya.

Dari hal kemampuan akademis, dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan

akademis tiggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu orang berkemampuan

kurang. Dengan pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling

mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan

adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan dapat membatu

anggota kelompoknya.

Adapun teknik pengumpulan datannya menggunakan tes, observasi catatan lapangan

dan dokumentasi. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar.

Sedang observasi dan catatan lapangan digunakan untuk menggali data tentang adanya

peningkatan aktivitas siswa, respon siswa dan guru pada proses pembelajaran Biologi pada

materi Virus kelas X- 4 SMA Negeri 3 Batu.

Analisis data menggunakan kualitatif, data yang digunakan mencakup reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila

penguasaan materi siswa mencapai 75% dari tujuan yang seharusnya dicapai, dengan nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal 75%.

Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 2 : Alur penelitian tindakan kelas

Ya

Belum

Ber-

hasil

?

Observasi awal

siklus perencanaan

Observasi

pelaksanaan

Refleksi dan analisis

data

Pelaksanaan tindakan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

48

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari dua siklus, yaitu :

1. Siklus I

1. Perencanaan, membuat RPP tentang Virus yang dirancang dengan menggunakan

model two stay two stray (TSTS)

2. Tidakan dan pengamatan

Pelaksanaan pembelajaran dengan sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan

model two stay two stray (TSTS)

3. Refleksi

Melakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan, dan menarik kesimpulan untuk

penyempurnaan pada siklus II.

2. Siklus II,

Siklus II dilakukan dengan tahapan yang seperti siklus I, yang didasarkan pada

penyempurnaan dari refleksi siklus I, yaitu :

1. Perencanaan, membuat RPP tentang Virus yang dirancang dengan menggunakan

model two stay two stray (TSTS), dengan menambah beberapa perubahan pembagian

kelompok.

2. Tidakan dan pengamatan

Pelaksanaan pembelajaran dengan sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan

model two stay two stray (TSTS)

3. Refleksi

Melakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan.

4. Kesimpulan

Setelah siklus II selesai dilanjutkan dengan pengumpulan data pada siklus I dan II,

pengolahan dan analisis data, sehingga mendapatkan hasilpenelitian dan selanjutnya

menarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN

Siklus I

Perencanaan

Tahap Perencanaan pada siklus I ini disiapkan perangkat pembelajaran yang sudah

mengacu pada permasalahan yang menjadi kendala dalam kegiatan belajar mengajar.

Rencana Program Pembelajaran disusun disesuaikan dengan tujuan untuk memecahkan

masalah untuk meningkatkan hasil dari proses belajar pengembangan dilakukan untuk

mempermudah siswa memahami materi, sehingga dalam pembahasan dapat lebih menarik

dan membangkitkan motivasi rasa ingin tahu terhadap permasalahan pada materi. Media

pembelajaran menggunakan gambar/charta. Lembar Kerja Siswa diberikan untuk

mempermudah mendapatkan jawaban dari permasalahan pada materi. Hasil dari proses

pembelajaran dilakukan eveluasi dalam bentuk tes tulis. Target hasil pembelajaran pada

siklus I siswa memperoleh nilai minimal sama dengan KKM yaitu 75

Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan 1 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal

12 Oktober 2016 di kelas X- 4 SMA Negeri 3 Batu. Pelaksanaan pembelajaran terbagi dalam

tiga kegiatan, yaitu: kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

49

pembuka siswa diajak berdo’a bersama, peneliti membagi siswa dalam kelas menjadi 6

kelompok masing-masing beranggotakan 4 siswa yang heterogen. Masing-masing kelompok

melaksanakan tugas untuk mendapatan hasil diskusi bersama kelompok lain. Kelompok

dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang

bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang

diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan

terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa. Anggota kelompok berkumpul kembali dan

menyampaikan hasil bertamu di kelompok lain, dilanjutkan diskusi kelompok untuk

memantapkan jawaban. dilanjutkan apersepsi untuk mengetahui kesiapan materi prasarat

dengan menanyakan materi yang sudah diajarkan. Peneliti menjelaskan model pembelajaran

Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pendekatan Cooperative Learning dilaksanakan 2 x 45

menit atau 2 JP.

Kegiatan ditutup meminta siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok, dilanjutkan tes

tulis dan diinformasikan materi yang akan dipelajari pertemuan berikutnya.

Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan observer selama pelaksanaan kegiatan ada beberapa

temuan yang menarik pada aktivitas siswa antara lain : 1) Memperhatikan ketika pembagian

kelompok, tetapi ada yang terkesan tidak respon ketika mendapatkan nama yang kurang pas,

2) Sebagian besar semangat mengikuti kegiatan dengan melakukan diskusi dan bertanya pada

kelompok lain, 3) Ada anggota kelompok yang kurang aktif dalam dalam merespon hasil

yang disampaikan temannya. 4) Ada siswa yang sibuk mencari jawaban melalui browsing. 5)

Ketika refleksi, masih ada menjawab yang menjawab salah.

Refleksi

Kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan melalui diskusi dangan observer dan guru

yang lain, adapun hasil diskusi antara lain sebagai berikut : 1) Pada awal siswa

memperhatikan penjelasan guru, 2) Fenomena yang disampaikan melalui tayangan

memotivasi rasa ingin tahu siswa, 3) Awal kegiatan tampak antosias, tetapi pada

pertengahan kunjungan kelompok petugas tuan rumah (two stray) mulai menurun. 4) Waktu

2 x 45 menit membatasi kreativitas bertanya dan menjawab. 5) Refleksi menunjukan bahwa

siswa yang tidak aktif karena sesuatu mulai awal pembagian kelompok kurang memahami

materi. 7). Hasil tes menunjukkan tingkat keberhasilan masih kurang, ada 10 siswa nilainya

masih dibawah KKM dan Hasil observasi yang menunjukan perubahanan afektif siswa

selama mengikuti pembelajaran.

Dari hasil refleksi siklus I disimpulkan, penelitian ini belum berhasil meningkatkan

kognitif dan afektif, masih perlu revisi RPP berkaitan dengan pembagian kelompok mengacu

pada kemampuan dan gender, memberikan tata tertib dan waktu .

Siklus II

Perencanaan

Tahap Perencanaan pada siklus II ini disiapkan perangkat pembelajaran yang sudah

mengacu pada permasalahan yang menjadi kendala dalam kegiatan belajar mengajar.

Rencana Program Pembelajaran disusun disesuaikan dengan tujuan untuk memecahkan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

50

masalah untuk meningkatkan hasil dari proses belajar pengembangan dilakukan untuk

mempermudah siswa memahami materi, sehingga dalam pembahasan dapat lebih menarik

dan membangkitkan motivasi rasa ingin tahu terhadap permasalahan pada materi. Media

pembelajaran menggunakan gambar/charta. Lembar Kerja Siswa diberikan untuk

mempermudah mendapatkan jawaban dari permasalahan pada materi. Hasil dari proses

pembelajaran dilakukan eveluasi dalam bentuk tes tulis. Target hasil pembelajaran pada

siklus II siswa memperoleh nilai minimal sama dengan KKM.

Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan 1 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal

9 Nopember 2016 di kelas X-4 SMA Negeri 3 Batu. Pelaksanaan pembelajaran terbagi dalam

tiga kegiatan yaitu : kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan

pembuka siswa diajak berdo’a bersama, Peneliti membagi siswa dalam kelas menjadi 6

kelompok masing-masing beranggotakan 4 siswa yang heterogen dengan memperhatikan

hasil penilaian sebelumnya dan membagi rata antara laki laki dan perempuan dalam jumlah

sama. Masing masing-masing kelompok melaksanakan tugas untuk mendapatan hasil diskusi

bersama kelompok lain. Kelompok dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang

diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan

dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan

rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.

Anggota kelompok berkumpul kembali dan menyampaikan hasil bertamu di kelompok lain,

dilanjutkan diskusi kelompok untuk memantapkan jawaban. dilanjutkan apersepsi untuk

mengetahui kesiapan materi prasarat dengan menanyakan materi yang sudah diajarkan.

Peneliti menjelaskan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pendekatan

Cooperative Learning dilaksanakan 2 x 45 menit atau 2 JP.

Kegiatan ditutup meminta siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok, dilanjutkan tes

tulis dan diinformasikan materi yang akan dipelajari pertemuan berikutnya.

Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan observer selama pelaksanaan kegiatan ada beberapa

temuan yang menarik pada aktivitas siswa antara lain : 1) Memperhatikan ketika pembagian

kelompok yang sudah sesuai dengan kemampuan dan pemerataan jumlah gender, 2) Sebagian

besar semangat mengikuti kegiatan dengan melakukan diskusi dan bertanya pada kelompok

lain, 3) Ada anggota kelompok lebih aktif dalam merespon hasil yang disampaikan temannya.

4) Setelah diterapkannya tata tertib tidak ada lagi siswa yang sibuk mencari jawaban melalui

browsing. 5) Ketika refleksi, semua sudah menjawab dengan benar, 6) Pada saat tes tulis

siswa mengerjakan dengan penuh percaya diri.

Refleksi

Kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan melalui diskusi dangan observer dan guru

yang lain, adapun hasil diskusi antara lain sebagai berikut : 1) Pada awal siswa

memperhatikan penjelasan guru, 2) Fenomena yang disampaikan melalui tayangan

memotivasi rasa ingin tahu siswa, 3) Awal kegiatan tampak antusias sampai jam pelajaran

berakhir. 4) Efektivitas pemanfaatan waktu 2 x 45 menit mendorong kreativitas bertanya dan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

51

menjawab lebih meningkat. 5) Refleksi menunjukan bahwa siswa aktif mulai awal

pembagian kelompok mampu memahami materi. 7). Hasil tes menunjukkan tingkat

keberhasilan 96.88 % nilainya diatas KKM

Dari hasil refleksi siklus II disimpulkan, penelitian ini berhasil dengan diterapkannya

revisi RPP berkaitan dengan pembagian kelompok mengacu pada kemampuan dan gender,

memberikan tata tertib dan efektifitas waktu .

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Sikl

us

Jumlah

total siswa

Jumlah siswa

yang tuntas

Prosentase

siswa yang

tuntas

Jumlah

siswa yang

tidak tuntas

Prosentase

siswa yang

tidak

tuntas

Nilai rata-

rata

I 32 22 68,75 10 31.25 78,25

II 32 31 96,88 1 3,13 82,28

KESIMPULAN

Dengan melihat hasil dan paembahasan baik siklus I maupun siklus 2, dapat disimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pendekatan

Cooperative Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi

pelajaran. Kemampuan dalam komunikasi, bekerja sama, dan berinteraksi dalam

memecahkan permasalahan materi pelajaran yang selama ini menjadi hambatan siswa kelas

X-4 SMAN 3 Batu dalam belajar. Model pembelajaran kooperatif two stay two stray (TSTS)

memberikan ruang yang besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Pada model

ini, guru berperan sebagai fasilitator sehingga peran aktif guru menjadi berkurang. Hasil dari

penerapan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model two stay two

stray (TSTS) mampu meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa yaitu, dengan cara

memberikan suasana belajar diskusi yang menyenangkan, kesempatan kepada siswa untuk

belajar aktif melakukan pertukaran informasi dan materi dengan sesama teman,

menyampaikan gagasan kepada teman, menyampaikan jawaban dan pertanyaan terhadap

permasalahan diskusi, serta membutuhkan kerjasama dalam kelompok.

SARAN

Demi kesempurnaan penelitian ini, peneliti menyarankan pemberian materi berupa

hand out dan tugas membaca literature lain dirumah yang berkaitan dengan materi serta

memahami model pembelajaran kooperatif two stay two stray (TSTS), pada saat pelaksanaan

siswa sudah meiliki gambaran langkah yang akan dilakukan sebagai pemberi informasi serta

pencari informasi dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan materi.

Daftar Rujukan

Arikunto, suharsimi.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Djamarah, Syaiful Bahri.2006. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Lie, Anita. 2002. Mempraktekkan Cooperative learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT.

Gramedia.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

52

MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA DENGAN

METODE STAD MELALUI SISTEM DELEGASI KELOMPOK PADA

PEMBELAJARAN KIMIA UNSUR

Zaerina

Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan

menggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Devision . .

Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus, setiap siklus melalui tahap

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas

XII IPA SMA Islam Batu. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan lembar

tes. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, dokumentasi, tes.

Analisis data dilakukan secara deskriptif mencakup rata-rata nilai dan persentase

ketuntasan belajar klasikal. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini yaitu:1) pada siklus I

diperoleh rata-rata hasil belajar 74,31 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 68,18%.

Pada sikus II rata-rata hasil belajar 82,55 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar

81,82%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Devision . dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPA SMA Islam batu

Kata-kata kunci : pembelajaran kooperatif type STAD, Kimia Unsur,

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2016 Tentang Standar Nasional Pendidikan, proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif,serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta

didik. Untuk itu maka prinsip pembelajaran yang diginkan adalah peserta didik diberi tahu

menuju peserta didik mencari tahu, guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar

berbasis aneka sumber belajar, pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan keteladanan

(ing ngarso sung tulodo), membangin kemauan (ing madyo mangun karso), dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri Handayani)

pembelajarn berlangsung di rumah, disekolah dan di masyarakat, pembelajaran yang

menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik dan dimana

saja adalah kelas, dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

efisiensi dan efektifitas pembelajaran.

Kondisi awal di sekolah penelitian sesuai dengan hasil yang didapatkan bahwa proses

belajar mengajar berlangsung secara konvensional atau dengan menggunakan strategi

pembelajaran tradisional artinya guru mentransformasi ilmu pengetahuannya dengan

menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran berpusat pada guru, kurangnya

aktifitas siswa dalam pembelajaran dan rata-rata nilai hasil ulangan tidak mencapai kriteria

ketuntasan minimal.

Pada umumnya guru dalam mengajar tidak merencanakan proses pembelajaran

yang akan disajikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar apalagi mengenai

model dan teknik-teknik serta media yang akan digunakan dalam pembelajaran.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

53

Pembelajaran akan membosankan bagi siswa sebab dalam kegiatan belajar tidak

tersedia lembar kerja siswa apalagi media pembelajaran yang memadai. Guru lebih suka

menyajikan pelajaran dengan berceramah sehingga materi yang disampaikan tidak

menarik. Media pembelajaran kerap kali terabaikan dengan berbagai macam alasan seperti

tidak ada biaya, tidak ada waktu, sulit dicari dan sebagainya. Kondisi yang nyata siswa

banyak mengalami kesulitan belajar kimia.

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Seri Erliati, Sari kristanti, (2013),

Suraji (2013) dan Supartiningsih, Ferdinad Ratu (2013), menyimpulkan bahwa Pembelajaran

kooperatif STAD ditandai dengan struktur, tugas, tujuan dan penghargaan bersama sehingga

siswa-siswa kelompok atas dan bawah akan meningkat hasil akademiknya.

Pembelajaran model kooperatif dengan strategi STAD dikembangkan untuk

mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil akademiknya, penerimaan

terhadap keragaman atau perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial.

Atas dasar itu maka untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, guru dituntut

mampu memilih dan menggunakan media dan model kegiatan pembelajaran yang cocok

dengan materi pelajaran dan kondisi sekolah saat ini. Hal demikian perlu dilakukan

mengingat bervariasinya kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Media dan alat

pembelajaran lain yang tepat dapat membantu proses komonikasi dalam belajar,

sehingga siswa dapat menerima pesan dan informasi yang disampaikan oleh guru.

Salah satu upaya menyelesaikan permasalahan di atas, adalah dengan melaksanakan

penerapan pembelajaran inovatif yang dapat memberikan pengalaman secara langsung

pada siswa . Pembelajran inovatif tersebut adalah pembelajaran Cooperative Student

Team Achievement Division atau pembelajaran kooperatif STAD.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus pembelajaran masing-masing

siklus terdiri atas empat langkah yaitu (1) Perencanaan, (2) Tindakan Pembelajaran

Kooperatif, (3) Pengamatan, (4) Refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMA

Islam Batu dengan jumlah siswa 22 (6 laki-laki dan 16 perempuan).

Masalah penelitian yang diajukan yaitu apakah dengan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan sistem delegasi kelompok dapat meningkatkan

prestasi dan aktifitas siswa sehingga pada akhirnya juga meningkatkan ketuntasan belajar

siswa .

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

metode STAD dengan melalui delegasi kelompok. Menurut Imas Kurniasih dan Berlin

sani(2016) Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut

Fase 1 :Menyampaikan tujuan Pembelajarn dan motivasi siswa

Pada tahap ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta

memotivasi siswa.

Fase 2 :Guru menyajikan informasi kepada siswa untuk membentuk kelompok

yang beranggotakan 3-5 orang siswa kemudian mempresentasikan

materi pembelajaran yang akan didiskusikan pada setiap kelompok

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

54

dan menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan

Fase 3 :Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-

anggota kelompok dan kerjasama kelompok itu dapat membantu siswa

dalam memahami suatu konsep.

Fase 4 :Membantu siswa belajar dan bekerja kelompok

Guru membantu kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan dalam

tugas

Fase 5 :Umpan balik/resitasi/evaluasi

Guru memberikan umpan balik/resitasi/evaluasi materi pelajaran atau

masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaan mereka.

Fase 6 :Pemberian penghargaan

Guru memberikan cara untuk menghargai hasil dan usaha baik individu

maupun kelompok.

Dalam hal ini Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua siklus. Tiap-tiap siklus

dilaksanakan sesuai perubahan yang ingin dicapai.

Menurut Haryono (2015), prosedur tindakan siklus I dan siklus II terdiri dari empat

tahap yang merupakan serangkaian kegiatan dengan urutan langkah-langkah sebagai berikut

: (a) Rancangan / Perencanaan yaitu dengan menyusun rumusan masalah, menentukan tujuan

dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan. (b) Tindakan dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya perubahan/perbaikan pembelajaran yang dilakukan. (c) Observasi dilakukan

dengan mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap siswa. (d)

Refleksi, pada tahap ini peneliti mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari

tindakan yang dilakukan.

Ya

Belum

Gambar 1 : Alur penelitian tindakan kelas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan

Dari perangkat pembelajaran yang telah dipersiapkan guru melakukan persiapan

kegiatan kelas terdiri dari rancangan pelaksanaan pembelajaran 1, penyiapan LCD untuk

presentasi siswa, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Ber-

hasil

?

Observasi awal

siklus perencanaan

Observasi

pelaksanaan

Refleksi dan analisis

data

Pelaksanaan tindakan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

55

Pelaksanaan Tindakan

Tahapan berikutnya adalah kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

pada tanggal 12 Oktober 2016 di Kelas XII IPA dengan jumlah siswa 22 Orang.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu

pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

Pada awal pembelajaran guru memberi salam, mengkondisikan siswa untuk siap

mengikuti pelajaran. Apersepsi diberikan pada saat materi akan disampaikan. Pada tahap ini

guru memotivasi siswa dengan memberi pertanyaan:

Guru: “Apa yang kamu ketahui tentang garam dapur dan kegunaannya ?

Siswa: “ wujudnya padat bu, warnanya putih, rasanya asin dan kegunaannya untuk memberi

rasa sedap dan gurih pada makanan”.

Guru: “ Apakah kalian tahu unsur apa yang menyusun garam dapur tersebut?” Siswa :

(mengacungkan tangan dan menjawab) “Tahu bu, unsur Natrium dan Chlor”.

Guru: “Anak-anak berkaitan dengan itu maka kita hari ini mempelajari unsur-unsur yang

seperiode dengan Nartium dan Chlor tersebut”.

Pada kegiatan inti guru menyampaikan materi pokok yaitu unsur periode ketiga

sistem periodik dan tujuan pembelajaran . Selanjutnya guru membagi kelompok secara

heterogen yang setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa karena jumlah siswanya 22 orang.

Terdapat 6 Kelompok ( Kelompok A, B, C, D, E dan F), setelah itu guru memberikan

penjelasan tentang langkah kerja yang harus dilakukan oleh siswa. Kemudian guru

menyampaikan karena materi unsur periode ketiga banyak jika tidak selesai hari ini bisa

dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Setelah melakukan diskusi kelompok, salah satu

kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan menggunakan hand out,

kelompok yang lain menanggapinya. Selanjutnya guru memberikan penjelasan akhir untuk

pemantapan. Pada akhir kegiatan guru bersama siswa memberikan kesimpulan sementara

tentang pembelajaran hari ini.

Pada pertemuan berikutnya tanggal 15 Oktober 2016. Diawal pembelajaran guru

memberi salam, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran, lalu memberikan

motivasi siswa dengan menayangkan gambar logam-logam, kemudian bertanya, Guru: “Apa

yang kamu ketahui tentang pasir ?,

Siswa: “pasir itu berupa butiran-butiran kecil dan mengkilap”

Guru: “Apakah kalian tahu mengapa mengkilap?’’

Siswa: “Tahu bu, karena mengandung Silikon.’’

Guru: “Pertemuan hari ini kita melanjutkan presentasi dari kelompok E yang kemarin belum

selesai dengan menggunakan power point , sedang kelompok lain menanggapinya.’’.

Kemudian guru menyampaikan, nah berkaitan dengan itu silahkan kelompok E melanjutkan

presentasi hasil kerja kelompoknya. Setelah

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan menggunakan power point (LCD), dan

kelompok yang lain menanggapinya, Selanjutnya guru memberikan penjelasan akhir untuk

pemantapan. Pada akhir kegiatan guru bersama siswa memberikan kesimpulan tentang

pembelajaran hari ini dan menyampaikan informasi bahwa pertemuan berikutnya tanggal 18

Oktober 2016 diadakan tes formatif.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

56

Pengamatan

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada

tahap ini peneliti berkolaborasi dengan seorang guru sebagai pengamat (observer) yang

bertugas mengamati siswa belajar dan mencatat seluruh hasil pengamatannya dalam

lembar observasi.

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil observasi /pengamatan pengelolaan belajar

dengan pembelajaran koopratif model STAD serta pengamatan aktivitas siswa dan guru

pada saat pembelajaran, didukung data tes formatif siswa

Gb.2. Kegiatan siswa dalam diskusi kelompok Gb.3 .Kegiatan siswa presentasi hasil diskusi

Adapun data hasil evaluasi formatif dan aktifitas siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif 74,31

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15

3 Persentase ketuntasan belajar 68,18 %

Tabel 2. Aktivitas Siswa Dalam KBM

Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

No Aspek Yang Diamati

Jumlah

Siswa

yang Aktif

Aktifitas

Siswa

(%)

1 Mendengarkan /memperhatikan penjelasan guru 16 72,73

2 Membaca buku siswa 12 54,55

3 Menulis yang relevan dengan KBM 15 68,19

4

Berlatih melakukan keterampilan kooperatif

(mengajukan pertanyaan menjawab pertanyaan,

menanggapi, menyampaikan ide / pendapat,

mendengarkan secara aktif dan berada dalam tugas)

9 40,91

5 Berdiskusi antar siswa dan guru 0 0

6 Berdiskusi / bertanya antar siswa 14 63,64

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

57

7 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 13 59,09

8 Perilaku yang tidak relevan dalam KBM 4 18,18

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode

Pembelajaran koopratif model STAD diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 74,31 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari 22 siswa

sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara

klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya

sebesar 68,18 % lebih kecil dari prosentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80 %. Hal ini disebabkan karena siswa

belum memahami penerapan pelaksanaan metode pembelajaran Koopratif model STAD.

Lebih lanjut dari hasil observasi diperoleh data bahwa dari tabel 2 dapat dilihat adanya

beberapa siswa ada yang tidak mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru , minat

membacanya kurang, Ada sebagian siswa yang tidak mengikuti kegiatan pembelajaran

dengan baik, umumnya belum bisa berlatih melakukan keterampilan kooperatif , tidak

satupun siswa yang mau bertanya kepada guru tentang hal-hal yang kurang jelas dan sebagian

siswa kurang respon pada kegiatan pembelajaran .

Refleksi

Dari pengamatan aktivitas siswa dihasilkan bahwa dalam belajar, siswa belum menerapkan

belajar kelompok kooperatif. Hal ini dibuktikan dengan 40,91 % siswa belum berlatih

keterampilan kooperatif dengan baik. Dalam mempresentasikan hasil diskusi siswa masih

belum sepenuhnya menguasai materinya. Hal ini mungkin guru tidak terlalu banyak

membimbing siswa yang mengalami kesulitan sebab berdampak kurang baik pada siswa,

yaitu siswa kurang mandiri dan akan bergantung pada penjelasan guru.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2016 di kelas XII SMA Islam Batu

dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi

pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada

siklus II

Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi siklus I dilakukan perencanaan untuk perbaikan

pembelajaran di siklus II antara lain penyempurnaan RPP, media pembelajaran berupa hand

out produk siswa, alat evaluasi dan manajemen kelas.

Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus II proses pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang telah

disusun dan disempurnakan berdasarkan perbaikan di siklus I.

Diawal pembelajaran guru memberi salam, mengkondisikan siswa untuk siap

mengikuti pelajaran, kemudian penyampaian tujuan pembelajaran dan dilanjutkan dengan

apersepsi yaitu dengan mengaitkan materi sebelumnya,

selanjutnya memberikan motivasi siswa dengan menayangkan gambar logam-logam,

lalu bertanya, Guru: “Apa yang kamu ketahui tentang logam zink ?,

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

58

Siswa: “Zink itu logam yang digunakan sebagai bahan bangunan”

Guru: “Apakah kalian tahu sifat fisik nya?’’

Siswa: “Tahu bu, zink merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau dan bersifat

diamagnetik.’’

Guru: “Hari ini gilirannya kelompok F yang mempresentasikan hasil diskusinya, dan

kelompok lain menanggapinya.” Kemudian guru menyampaikan, nah berkaitan dengan itu

silahkan kelompok F untuk presentasi . Pada kegiatan inti guru menyampaikan materi

pokok yaitu unsure transisi periode keempat sistem periodik dan tujuan pembelajaran. Setelah

kelompok F mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan menggunakan hand out,

dan kelompok yang lain menanggapinya, Selanjutnya guru memberikan penjelasan akhir

untuk pemantapan. Pada akhir kegiatan guru bersama siswa memberikan kesimpulan tentang

pembelajaran hari ini dan menyampaikan informasi bahwa pertemuan berikutnya tanggal 22

Oktober 2016 diadakan tes formatif.

Pengamatan

Pengamatan (observasi) dilaksanakan, siswa bersamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar. Pada tahap ini observer kembali mengamati siswa belajar, dan mencatat

seluruh hasil pengamatannya dalam lembar observasi.

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil observasi /pengamatan pengelolaan belajar

dengan pembelajaran koopratif model STAD serta pengamatan aktivitas siswa dan guru

pada saat pembelajaran, didukung data tes formatif siswa yang ke dua.

Gb .4.Kegiatan siswa presentasi hasil b.5 .Kegiatan siswa dalam diskusi kelompok

diskusi kelompok

Adapun data hasil evaluasi formatif dan aktifitas siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 3: Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 Nilai rata-rata tes formatif 82,55

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 18

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

59

3 Persentase ketuntasan belajar 81.82 %

Tabel 4: Aktivitas Siswa Dalam KBM Siklus II

Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

No Aspek Yang Diamati

Jumlah

Siswa

yang Aktif

Aktifitas

Siswa

(%)

1 Mendengarkan /memperhatikan penjelasan guru 16 72,73

2 Membaca buku siswa 17 77,27

3 Menulis yang relevan dengan KBM 19 86,36

4

Berlatih melakukan keterampilan kooperatif

(mengajukan pertanyaan menjawab pertanyaan,

menanggapi, menyampaikan ide / pendapat,

mendengarkan secara aktif dan berada dalam tugas)

15 68,18

5 Berdiskusi antar siswa dan guru 6 27,27

6 Berdiskusi / bertanya antar siswa 0 0

7 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 18 81,82

8 Perilaku yang tidak relevan dalam KBM 2 9,09

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 % dan dari

22 siswa yang telah tuntas sebanyak 18 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan

belajar.

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 81,82%

(kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus

I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar dengan penerapan

pembelajaran koopratif model STAD sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan

pembelajaran seperti ini demikian juga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang

telah diberikan.

Refleksi

Setiap akhir pembelajaran, selalu dilakukan tahapan refleksi, untuk mengetahui tingkat

keberhasilan proses dan hasil belajar yang diharapkan. Pada tahap ini dikaji apa yang

telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan pembelajaraaan kooperatif model STAD. Dari hasil pengamatan

beberapa observer dan hasil refleksi pelaksanan pembelajaran dapat diuraikan sebagai

berikut: 1) selama proses belajar mengajar guru telah dilaksanakan semua

pembelajaran dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi

persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar, 2) berdasarkan data

hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung, 3)

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

60

kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan

sehingga menjadi lebih baik, 4) hasil belajar siswsa pada siklus II mencapai ketuntasan.

Pada siklus II guru telah menerapkan belajar dengan metode pembelajaran

koopratif model STAD dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan

perbaikan, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah

memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada sehingga dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran koopratif model STAD

pada pembelajaran Kimia kelas XII SMA Islam Batu memiliki dampak positif dalam

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin

meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, yaitu; Siklus I (

68,18 %), dan pada siklus II (81.82 %)

sebagaimana yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 5. Perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II

No Uraian Siklus I Siklus II

1 Nilai rata-rata tes formatif 74,31 82,55

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15 18

3 Persentase ketuntasan belajar 68,18 % 81.82 %

Tabel 6: Perbandingan Aktivitas Siswa Dalam KBM pada Siklus I dan Siklus II

Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

No Aspek Yang Diamati Siklus I Siklus II

1 Mendengarkan /memperhatikan penjelasan guru 72,73 72,73

2 Membaca buku siswa 54,55 77,27

3 Menulis yang relevan dengan KBM 68,19 86,36

4

Berlatih melakukan keterampilan kooperatif

(mengajukan pertanyaan menjawab pertanyaan,

menanggapi, menyampaikan ide / pendapat,

mendengarkan secara aktif dan berada dalam tugas)

40,91 68,18

5 Berdiskusi antar siswa dan guru 0 27,27

6 Berdiskusi / bertanya antar siswa 63,64 0

7 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 59,09 81,82

8 Perilaku yang tidak relevan dalam KBM 18,18 9,09

Dari tabel hasil belajar dan aktivitas pembelajaran membuktikan bahwa ketuntasan

belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Kemampuan Guru dalam Mengelola

Pembelajaran, Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap

prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

61

setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. Aktivitas guru dan siswa dalam

pembelajaran, dengan penerapan pembelajaran koopratif model STAD adalah

mendengarkan /memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa, antara siswa

dengan guru dan bekerja dalam kelompok memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dapat

dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah belajar dengan metode pembelajaran koopratif model

STAD dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya

aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan menemukan konsep,

menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas

di atas cukup besar (76.14%)

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan

berdasarkan seluruh pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)

Pembelajaran dengan metode Koopratif model STAD memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar

siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (81,82%), dan 2) Penerapan

metode pembelajaran koopratif model STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan minat belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa hasil

wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode

Koopratif model STAD sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar

mengajar kimia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa,

maka disampaikan saran sebagai berikut: 1) untuk melaksanakan pembelajaran

memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan

atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan, misalnya pembelajaran kimia dengan

penerapan pembelajaran Koopratif model STAD dapat diperoleh hasil yang optimal, dan

2) dalam rangka meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang sederhana,

dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan

keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

62

Daftar Rujukan

Gustia Andika, 2013. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement

Divisions Dalam Konteks Lesson Study Pada Pembelajaran Ipa Kelas Vii Mts

Surya Buana, Jurnal TEQIP, Universitas Negeri Malang

Haryono, 2015. Bimbingan Teknik Menulis Penelitian Tndakan Kelas (PTK), Amara

Books.Yogyakarta

Imas Kurniasih, Berlin Sani, 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.

Kata Pena.Yogyakarta

Seri Erliati, Sari kristanti, 2013. Penerapan Pembelajaran Cooperative Stad Dengan Lesson

Study Pada Materi Rangka Manusia Kelas IV Sd Negeri 12 Sabang , Jurnal

TEQIP, Universitas Negeri Malang

Supartiningsih,Ferdinad Ratu, 2013. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Konsep

Pertumbuhan Dan Perkembangan Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe

STAD Di Kelas 8, Jurnal TEQIP, Universitas Negeri Malang

Suraji, 2013. Pembelajaran Alat Pencernaan Pada Manusia Melalui Bermain Dengan

Media Puzzle: Studi Kasus Di Sdn 004 Kota Kabupaten Paser Kalimantan

Timur, Jurnal TEQIP, Universitas Negeri Malang

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

63

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

64

PENERAPAN METODE PICTURE TO PICTURE UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN TENTANG KLASIFIKASI JAMUR PADA PESERTA DIDIK

KELAS X-A SMA SPI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Abdi Riskiyanto

[email protected]

SMA Selamat Pagi Indonesia

Abstrak: Materi klasifikasi fungi merupakan materi yang sangat sulit dipahami peserta

didik karena banyakya bahasa ilmiah yang digunakan, serta motivasi peserta didik untuk

menghafal bahasa ilmiah sangat rendah sehingga diperlukan metode yang mampu

meningkatkan dua hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

peserta didik tentang klasifikasi fungi dengan menggunakan metode picture/gambar.

Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriftif kualitatif . penelitian ini dilakukan

selama 3 bulan dengan dua siklus setiap siklus duakali pertemuan. Penilitian ini

dilaksanakan di SMA selamat pagi indonesia kota batu kelas X-A tahun pelajaran

2016/2017. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan isntrumen

ketertarikan peserta didik terhadap model picture to picture, instrumen aktivitas guru dan

peserta didik,LKS, pretes dan postest,serta nilai hasil belajar. Hasil penelitian adalah

penerapan metode picture to picture untuk meningkatkan pemahaman tentang klasifikasi

jamur pada peserta didik kelas x-a SMASPI tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini ditandai

dengan meningkatya pemahaman pembelajaran yakni dari nilai 50-70 sebanyak 11 (42%)

peserta didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 12 (48%) peserta didik dan yang

mendapat nilai 86-100 sebanyak 3 (12%) peserta didik. Dan pada sikkus II perolehan nilai

hasil belajar meningkat dari yang nilai 50-70 sebanyak 4 (16%) peserta didik yang

mendapat nilai 71-85 sebanyak 7 (28%) peserta didik dan yang mendapat nilai 86-100

sebanyak 14 (56%) peserta didik. Dari hasil ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi guru matapelajaran biologi yang mengajara klasifikasi jamur atau klasifikasi yang lain

denganmenggunakan metode picture and picture akan lebih memudahkan peserta didik

cepat memahami dan membuat peserta didik lebih aktif.

Kata kunci: klasifikasi jamur, picture to picture

Menurut Basri (2012:1) sekolah merupakan sarana tempat terjadinya interatif belajar

mengajar antara guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, dimana guru sebagai

pemegang peranan utama, kedua elemen ini sangat menentukan terjadinya proses belajar

mengajar di sekolah, guru sebagai tenaga pengajar tentu akan berfikir keras tentang

bagaimana pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa agar dapat dimengerti dan

dipahami oleh mereka dengan cepat. Tentunya ini tidak lepas dengan strategi pembelajaran

yang diterapkan oleh guru tersebut. Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh dua

faktor yaitu faktor internal dan faktor eskternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal

dari dalam diri peserta didik sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri peserta didik

misal kondisi kelas yang dirancang sedemikian rupa oleh guru. Proses pembelajaran

dikatakan berhasil jika seluruh peserta didik dapat memahami materi pembejaran dengan baik

hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi dari 2 tahun terakhir pada peserta didik kelas x materi

tentang fungi selalu mendapatkan rata rata nilai yang kurang dari kkm khususnya pada materi

tentang klasifikasi fungi, peserta didik kesulitan dalam hal mengelompokkan jenis jamur dan

peranan yang dimilikinya. Dari keberagaman jamur yang terdapat dialam para ahli biologi

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

65

sudah mengklasifikasikannya dalam 4 kelas yaitu kelas zygomycota, ascomycota,

basidiomycota dan deuteromycota, (istamar, 2015). Setiap anggota memiliki nama ilmiah

sendiri sendiri dimana nama ilmiah ini sangat sulit di hafalkan oleh peserta didik sehingga

ketika menemukan jenis jamur tertentu peserta didik kesulitan untuk mengelompokkannya.

Nama ilmiah ini memang menjadi masalah tersendiri dalam proses pembelajaran

sehingga perlu metode pembelajaran yang menarik dan mudah diingat oleh siswa. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode pembelajaran picture and picture, dengan

menggunakan metode ini diharapkan peserta didik dapat lebih bergairah dalam belajar. Peran

guru dalam proses pembelajaran perlu lebih menekankan pada proses membangkitkan peserta

didik untuk belajar. Guru berperan mengondisikan dan memfasilitasi peserta didik agar

mampu belajar, selalu berpikir, mampu menghadapi tantangan, dan mampu memecahkan

masalah dalam kehidupannya. Agar bisa menjadi pembangkit belajar yang baik, guru perlu

selalu ditingkatkan kompetensinya. (Subanji 2015) Picture and Picture merupakan

pembelajaran kooperatif yang menggunakan media gambar, sehingga memudahkan peserta

didik mengingat dan menarik perhatian siswa. Levin dan mayer (1933) juga mengatakan

bahwa gambar sangatlah membantu pada teks yang komplek.

Agus Suprijono (2009: 92) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan Picture and Picture diawali dengan guru membagi kelas menjadi kelompok-

kelompok, kemudian didepan kelas guru menunjukkan beberapa gambar yang harus

diurutkan oleh peserta didik pada tiap kelompok.,tiap kelompok berdiskusi memikirkan

urutan gambar menjadi suatu urutan materi. Guru memangil tiap kelompok untuk

mempresentasikan hasil urutan tersebut dan menanyakan dasar urutan gambar tersebut. Guru

dapat mengembangkan jalannya diskusi secara mendalam, sehingga terbentuk suatu

kesimpulan materi. Penerapan pembelajaran kooperatife picture and picture diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman peserta didik tentang klasifikasi Jamur.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action research).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif yang dilaksanakan dalam dua siklus

dimana masing masing siklus terdiri dari tahap perencanaan meliputi; menentukan jadwal,

menyiapkan perangkat dan materi pembelajaran secara lengkap; menyiapkan fasilitas dan

sarana pendukung dan menyiapkan cara merekam proses pembelajaran tahap pelaksanaan

atau tindakan meliputi; kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup dan

pengamatan proses pembelajaran tahap observasi meliputi; (1) observasi terbuka dalam

observasi ini observer mengamati kegiatan peserta didik dan guru model (2) observasi

tertutup dimana dalam tahap observasi ini peserta didik diberikan posttes dan preetes,

angket ketertarikan pembelajaran; dan tahap refleksi meliputi; analisis data , menjelaskan

dan menyimpulkan.

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X-A SMA Selamat Pagi Indonesia

yang berjumlah 26 peserta didik yang terdiri dari 15 perempuan dan 11 laki-laki. Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen aktivitas peserta didik,

pretest dan postest serta tes akhir pada KD jamur. Indikator keberhasilan dalam penelitian

Tindakan kelas ini adalah jika seluruh peserta didik dapat mengklasifikasikan dengan benar

(100%) dan mendapatkan nilai hasil belajar diatas kkm (70) sebesar 85% dari peserta didik.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

66

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles dan

Huberman. Dalam model ini analisis kualitatif di bagi dalam tiga alur kegiatan yang terjadi

secara bersamaan. Ketiga alur yang dimaksud adalah (Patilima, 2007:96): 1. Reduksi data,

adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data yang muncul dari catatan-catatan lapangan; 2. Penyajian data, adalah

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan; 3. Penarikan kesimpulan.

Perencanaan

Tahap perencanaan diawali dengan guru menentukan jadwal kegiatan siklus I,

pelaksanaan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 Oktober 2016, menyiapkan RPP

model Picture to Picture yang dilengkapi dengan sintak sebagai berikut: (1) guru

menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) menyajikan materi sebagai pengantar, (3)

guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, (4) guru

menunjuk/memanggil peserta didik secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-

gambar menjadi urutan yang logis, (5) guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan

gambar tersebut, (6) guru memulai menanamkan konsep/materi berdasarkan alasan/urutan

gambar tersebut, dan (7) guru bersama peserta didik menyusun kesimpulan/rangkuman.

Selanjutnya, guru merancang soal pretes dan postest, lembar kerja siswa, rubrik penilaian,

media gambar-gambar jamur, angket, dan powerpoint. Di bagian akhir tahap perencanaan,

guru menetapkan target keberhasilan pembelajaran.

Pelaksanaan:

Tahap pelaksanaan tindakan dibagi dalam 3 bagian, yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal guru menyampaikan KD yang akan

dicapai melalui slide powerpoint, dilanjutkan dengan menanyangkan beberapa gambar

jamur, selanjutya memberikan pretest kepada peserta didik untuk mengukur tingkat

pengetahuan awal peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan.

Pada kegiatan inti, guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok sesuai dengan

klasifikasi pada jamur yaitu kelompok ascomycota, zygomycota, basiodiomycota dan

deuteromycota. Selanjutya guru memanggil peserta didik satu persatu dan membagikan

gambar jamur secara acak pada masing masing peserta didik. Peserta didik yang sudah

menerima gambar kembali ke kelompok masing masing untuk mendiskusikan dengan

kelompok dengan batas waktu 20 menit. Langkah berikutya guru kembali memanggil peserta

didik satu persatu untuk menempelkan gambar pada kertas/karton yang ditempel di depan

kelas. Dari hasil kegiatan menyusun gambar peserta didik yang telah dibagi sesuai kelompok

mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan pembagian kelompoknya di depan kelas.

Kegiatan penutup guru memberikan tanggapan hasil kegiatan peserta didik dan

memberikan kesimpulan, kemudian guru memberikan posttest kepada peserta didik dan

mengumpulkannya. Guru juga menyampaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan

selanjutya.

Dari kegiatan pada siklus I dari hasil pengamatan observer ada beberapa anak yang

masih kebingunan dalam hal mencari sumber belajar karena tidak membawa buku sehingga

kesulitan untuk mencari dan meletakkan gambar yang diterimanya. Diskusi dalam kelompok

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

67

sangat aktif sekali, setiap peserta didik mencari nama dan gambar yang diterima dan berusaha

meletakkan gambar pada divisinya masing masing.

Dalam menempelkan gambar ke depan kelas peserta didik sangat antusias dan sangat

senang. Pada saat di berikan pertayaan tentang gambar yang disusun peserta didik dapat

menjawab dengan lancar.

Observasi

Dalam tahap observasi dibagi menjadi dua bagian yaitu observasi terbuka dan observasi

tertutup. Observasi terbuka dalam hal ini adalah pengamatan terhadap kegiatan peserta didik

dimana observer diberikan instrumen pengamatan peserta didik (terlampir) dan isntrumen

pengamatan guru (terlampir). Pada observasi tertutup peserta didik diberikan soal pretest

postest, angket ketertarikan pembelajaran (terlampir) dan test akhir KD tentang jamur.

Refleksi siklus I

Indikator keberhasilan dalam penilaian ketepatan menyusun/meletakkan gambar

dikatakan berhasil jika 100% peserta didik dapat meletakkan gambar dengan benar.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pada lembar instrumen tentang ketepatan peserta

didik menyusun/meletakkan gambar ada 5 orang anak dari 2 kelompok yang tidak tepat

meletakkan gambarnya. Hal ini disebabkan anak tersebut tidak membawa sumber belajar.

Sedangkan dari hasil pretest yang dilaksanakan pada siklus I ada 45 % peserta didik yang

dapat menjawab dengan tepat sedangkan 55% tidak dapat menjawab dengan tepat. Hasil dari

postest di hasilkan 75% bisa menjawab dengan tepat dan 25 % belum bisa menjawab dengan

tepat. Untuk angket ketertarikan peserta didik pada model pembelajaran Picture and Picture

95 % peserta didik sangat senang dan tertarik. Untuk penilan test akhir KD jamur yang

mendapat nilai 50-70 sebanyak 11 (42%) peserta didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak

12 (48%) peserta didik dan yang mendapat nilai 86-100 sebanyak 3 (12%) peserta didik.

Berdasarkan target yang ingin dicapai pada KD jamur dan indikator keberhasilan pada model

Picture and Picture pada siklus I dikatakan belum berhasil karena masih ada peserta didik

yang belum tepat menempatkan gambar dan perolehan nilai yang masih 50% dibawah rata-

rata KKM sehingga diperlukan siklus II dengan beberapa perbaikan yaitu kesiapan sumber

belajar, pengaturan waktu pada kegiatan ini dan motivasi guru untuk mengoptimalkan diskusi

kelompok.

Rancangan kegiatan siklus II

Tahap perencanaan

Sesuai dengan kelemahan pada siklus I yaitu kurangya sumber belajar yang ada ditiap

Kelompok guru menyiapkan sumber belajar pada tiap kelompok sebanyak jumlah tiap

kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 6 - 7 buku.

Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam siklus II dibagi dalam 3 bagian, yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal guru menyampaikan KD yang akan

dicapai melalui slide powerpoint, dilanjutkan dengan menanyangkan beberapa gambar

manfaat positif dan negatif dari jamur , selanjutya memberikan pretest kepada peserta didik

untuk mengukur tingkat pengetahuan awal peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan.

Pada kegiatan inti, guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok sesuai dengan

klasifikasi pada jamur yaitu kelompok ascomycota, zygomycota, basiodiomycota dan

deuteromycota,(kelompok tidak dirubah). Selanjutya guru memanggil peserta didik satu

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

68

persatu dan membagikan gambar peranan jamur baik yang positif maupun yang negatif

secara acak pada masing masing peserta didik. Peserta didik yang sudah menerima gambar

kembali ke kelompok masing masing untuk mendiskusikan dengan kelompok dengan batas

waktu 20 menit. Langkah berikutya guru kembali memanggil peserta didik satu persatu

untuk menempelkan gambar pada kertas/karton yang ditempel di depan kelas. di akhir

kegiatan intipeserta didik yang telah dibagi sesuai kelompok mempresentasikan hasil diskusi

sesuai dengan pembagian kelompoknya tempat masing masing.

Kegiatan penutup guru memberikan tanggapan hasil kegiatan peserta didik dan

memberikan kesimpulan, kemudian guru memberikan posttest kepada peserta didik dan

mengumpulkannya. Guru juga menyampaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan

selanjutya. Dari kegiatan pada siklus II Diskusi dalam kelompok sangat aktif sekali, setiap

peserta didik mencari jenis jamur dan manfaatya dan gambar yang diterima dan berusaha

meletakkan gambar pada divisinya masing masing. Dalam menempelkan gambar kedepan

kelas peserta didik sangat antusias dan sangat senang. Pada saat di berikan pertayaan tentang

gambar yang disusun peserta didik dapat menjawab dengan lancar.

Observasi

Dalam tahap observasi masih sama seperti pada siklus I dibagi menjadi dua bagian

yaitu observasi terbuka dan observasi tertutup. Observasi terbuka dalam hal ini adalah

pengamatan terhadap kegiatan peserta didik dimana observer diberikan instrumen

pengamatan peserta didik (terlampir) dan isntrumen pengamatan guru (terlampir). Pada

observasi tertutup peserta didik diberikan soal pretest postest, dan test akhir KD tentang

jamur.

Hasil refleksi siklus II

Indikator keberhasilan dalam penilaian ketepatan menyusun/meletakkan gambar

dikatakan berhasil jika 100% peserta didik dapat meletakkan gambar dengan benar.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II pada lembar instrumen tentang ketepatan

peserta didik menyusun/meletakkan gambar seluruh peserta didik dapat menempatkan

dengan benar semua gambar tentang peranan positif dan negatif jamur . Sedangkan dari hasil

pretest yang dilaksanakan pada siklus II ada 85 % peserta didik yang dapat menjawab dengan

tepat sedangkan 15 % tidak dapat menjawab dengan tepat. Hasil dari postest di hasilkan 90%

bisa menjawab dengan tepat dan 10 % belum bisa menjawab dengan tepat. Untuk angket

ketertarikan peserta didik pada model pembelajaran Picture and Picture 100% peserta didik

sangat senang dan tertarik. Untuk penilan test akhir KD jamur yang mendapat nilai 50-70

sebanyak 4 (16%) peserta didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 7 (28%) peserta didik

dan yang mendapat nilai 86-100 sebanyak 14 (56%) peserta didik.

Berdasarkan target yang ingin dicapai pada KD jamur dan indikator keberhasilan pada

model Picture and Picture pada siklus II dikatakan berhasil karena masih peserta didik sudah

dapat menempatkan gambar dengan tepat dan perolehan nilai yang masih 4 % dibawah rata-

rata KKM sehingga tidak diperlukan siklus III.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

69

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat

Tempat penelitian adalah di SMA Selamat Pagi Indonesia yang belokasi di jl.

Pandanrejo no 2 kec. Bumiaji Kota Batu. sekolah ini merupakan sekolah boarding school

yang peserta didiknya dari seluruh indonesia.

B. Data Hasil Penelitian

Penelitian ini berlangsung sebanyak 2 (dua) siklus yaitu siklus I dan siklus II, setiap

siklus terdiri dari dua pertemuan. Ada 4 tahapan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas,

antara lain: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi.

Penelitian ini mengambil tempat di kelas X-A. Jumlah peserta didik 26, yang terdiri dari 15

orang peserta didik perempuan dan 11 peserta didik laki-laki.Dari 26 peserta didik yang

tercatat sebagai peserta didik kelas X-A, sebagian dari peserta didik masih kurang paham

tentang klasifikasi jamur, hal ini disebabkan dalam menyampaikan materi pelajaran guru

masih menggunakan metode yang kurang menarik yaitu slide power point, pelaksanaan

pembelajaran ini didominasi oleh guru yang aktif tanpa memperdulikan kondisi kelas

maupun peserta didik, sehingga peserta didik merasa jenuh dan bosan.

Pembelajaran Biologi materi pokok jamur dengan menggunakan model pembelajaran

Picture and Picture, diharapkan peserta didik lebih aktif dan lebih memahami materi

pelajaran biologi.

Penelitian yang telah dilaksanakan akhirnya didapatkan data-data penelitian. Data-data yang

didapat pada setiap siklus diuraikan sebagai berikut:

1. Pra Siklus

Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan penyebaran angket ketertarikan

pembelajaran klasifikasi jamur dengan menggunakan metode ceramah, slide power point atau

metode picture to picture pada seluruh siswa kelas X-A, X-B, X-C.. Hal ini juga dipertegas

dengan pengisian angket untuk mengetahui seberapa besar minat peserta didik dalam mata

pelajaran Biologi. Sebagaimana hasil angket yaitu : kelas X-A ceramah (0%), slide

powerpoint 10% dan picture to picture 80%, kelas X-B ceramah 5%, slide powerpoint 40%

dan picture to picture 55%, kelas X-C ceramah (3%), slide powerpoint 50% dan picture to

picture 47%. Sehingga peneliti memilih kelas X-A untuk dijadikan objek penelitian.

2. Hasil Penelitian Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 12 dan 19 Oktober 2016.

Pada proses pembelajaran siklus I, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran Picture and Picture sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang

telah disusun yaitu dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disertai

dengan LKS. Dalam penerapan model pembelajaran Picture to Picture dengan cara

pengajaran biasa yang dilakukan oleh guru. Dalam tahap ini peneliti melakukannya dengan

cukup baik sehingga peserta didik mengikutinya dengan antusias. dilanjutkan dengan diskusi

kelompok dengan lembar kerja yakni berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan materi

untuk dirangkai (terlampir). Secara rinci hasil dari pembelajaran pada siklus I dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Hasil pengamatan aktivitas peserta didik

Tahap selanjutnya dari model pembelajaran Picture and Picture adalah pelaksanaan diskusi

kelompok untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan oleh guru.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

70

Peserta didik selama 20 menit untuk berdiskusi dengan sangat aktif , ada beberapa peserta

didik yang bertaya kepada guru. Dan beberapa ada yang kebingunan mencari sumber

belajar karena tidak membawa. Sehingga harus bergantian dengan teman sekelompoknya.

dari hasil pretest yang dilaksanakan pada siklus I ada 45 % peserta didik yang dapat

menjawab dengan tepat sedangkan 55% tidak dapat menjawab dengan tepat. Hasil dari

postest di hasilkan 75% bisa menjawab dengan tepat dan 25 % belum bisa menjawab

dengan tepat. Untuk penilan test akhir KD jamur yang mendapat nilai 50-70 sebanyak 11

(42%) peserta didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 12 (48%) peserta didik dan yang

mendapat nilai 86-100 sebanyak 3 (12%) peserta didik.

b. Hasil pengamatan terhadap tindakan guru

Disamping pengamatan terhadap aktivitas belajar peserta didik juga ada pengamatan

terhadap pengelolaan guru dalam menerapkan model pembelajaran Picture to Picture.

Berdasarkan hasil pengamatan siklus I, diperoleh data kinerja guru kurang optimal

(terlampir). Hal ini terbukti pelaksanaan proses pembelajaran belum terlaksana secara

utuh, masih terdapat langkah-langkah pembelajaran dalam rencana pembelajaran yang

masih belum dilaksanakan yaitu kurang memberikan motivasi belajar pada peserta didik

sehingga peserta didik kurang bersemangat dalam pembelajaran, tidak membimbing

peserta didik dalam menyimpulkan materi yang telah di sampaikan dan rendah nya

pengelolaan waktu pembelajaran. Pada saat diskusi kelompok guru kurang memberikan

bimbingan kepada setiap anggota kelompok secara menyeluruh lebih terfokus pada

kelompok tertentu dan kurangnya evaluasi guru dalam hasil diskusi sehingga masih

terdapat peserta didik yang belum faham terhadap materi yang dipelajari.

c. Hasil refleksi

Berdasarkan hasil observasi siklus I kemudian dilakukan refleksi terhadap langkah-

langkah yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut:

Guru harus memberi motivasi peserta didik agar lebih semangat dan aktif dalam proses

pembelajaran. Guru diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan waktu dalam kegiatan

pembelajaran sehingga lebih terencana. Guru harus lebih maksimal dan merata dalam

membimbing peserta didik untuk menyelesaikan tugas kelompok. memastikan setiap

individu mempuyai sumber belajar masing masing, Guru harus lebih optimal dalam

mengevaluasi pembelajaran supaya pemahaman peserta didik lebih mendalam. Aktivitas

dan hasil belajar peserta didik dalam kegiatan embelajaran belum mencapai indikator

keberhasilan yang telah ditentukan sehingga perlu diadakan siklus II.karena beberapa

peserta didik tidak tepat menempatkan gambar dan rendahnya nilai hasil belajar siswa

3. Hasil Penelitian Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada Rabu, 02 dan 09 November 2016.

Untuk tindakan pembelajaran pada siklus II dengan sub materi peranan positif dan negatif

jamur (peranan jamur). Tahap awal yang dilakukan dengan guru memberikan motivasi

belajar kepada peserta didik supaya peserta didik semangat dalam proses pembelajaran,

kemudian guru memberi sedikit penjelasan materi yang akan dipelajari kepada peserta

didik. Dilanjutkan dengan diskusi kelompok dengan lembar kerja yaitu merangkai gamba

gambar yang berkaitan dengan materi (terlampir), dengan bimbingan oleh guru. Pada

siklus II ini guru sudah mampu melakukan pembelajaran dengan baik sehingga peserta

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

71

didik dapat mengikuti dengan antusias dan senang. Secara rinci siklus II dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Hasil Pengamatan Aktivitas Peserta Didik

Dari pengamatan selama proses pembelajaran, pada pembelajaran siklus II ini sudah

mengalami peningkatan peserta didik sudah dapat menempatkan semua gambar dengan

baik pada masing masing divisi, kegiatan diskusi dan interaksi tanya jawab dengan guru

sudah berkembang dan banyak. Setiap peserta didik sudah mempunyai sumber belajar

masing masing sehingga nilai hasil belajar pada siklus II sudah meningkat dari hasil

pretest yang dilaksanakan pada siklus II ada 85 % peserta didik yang dapat menjawab

dengan tepat sedangkan 15 % tidak dapat menjawab dengan tepat. Hasil dari postest di

hasilkan 90% bisa menjawab dengan tepat dan 10 % belum bisa menjawab dengan tepat.

Untuk penilan test akhir KD jamur yang mendapat nilai 50-70 sebanyak 4 (16%) peserta

didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 7 (28%) peserta didik dan yang mendapat nilai

86-100 sebanyak 14 (56%) peserta didik

b. Hasil pengamatan terhadap tindakan guru

Disamping pengamatan terhadap aktivitas belajar peserta didik juga ada pengamatan

terhadap pengelolaan guru dalam menerapkan model pembelajaran Picture to Picture.

Berdasarkan hasil pengamatan siklus II, diperoleh data pengeloaan kelas oleh guru sudah

lebih baik, guru sudah merata dalam membimbing dan memotivasi peserta didik pada tiap

kelompok. Interaksi tanya jawab sudah semakin berkembang.

C. Pembahasan

Pembahasan yang diuraikan di sini didasarkan atas hasil pengamatan yang telah dilakukan

dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa :

1. Siklus I

Selama proses pembelajaran siklus I berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Picture and Picture, peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan yang

dirancang sesuai dengan silabus dan RPP. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus I

antara lain sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan

selama proses penelitian berlangsung, diantaranya yaitu : Membuat daftar nama peserta

didik (untuk absensi).Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran pada materi yang

telah direncanakan.Menyiapkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi sebagai

bahan pembelajaran.Menyiapkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi sebagai

bahan pembelajaran. Menyiapkan foto untuk dokumentasi

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and

Picture adalah sebagai berikut :

a) Pertemuan pertama

Untuk pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan ini dipusatkan untuk penyampaian

materi pokok dunia jamur. Guru mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam

kepada semua peserta didik, dilanjutkan dengan menyampaikan kompetensi yang akan

dicapai sebelum masuk pada penjelasan materi, guru melakukan apersepsi dan kemudian

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

72

dilanjutkan dengan penyampaian sedikit materi sebagai pengantar. Setelah penyampain

materi selesai guru menjelaskan kepada peserta didik tentang model pembelajaran

kooperatif tipe Picture and Picture dan kemudian menunjukkan gambar-gambar yang

berkaitan dengan materi. Selanjutnya guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok

yang masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 peserta didik serta membagikan gambar

kepada masing-masing kelompok untuk dirangkai, Setiap kelompok berdiskusi untuk

merangkai dan membahas gambar yang telah diberikan oleh guru sampai waktu yang telah

ditentukan. Setelah selesai berdiskusi, guru menunjuk/memanggil peserta didik secara

acak untuk mengurutkan/merangkai gambar-gambar menjadi urutan/gambar yang logis

dan menanyakan alasan pemikiran gambar tersebut. Karena sisa waktu tinggal sedikit

maka waktu digunakan guru untuk mengevaluasi hasil pembelajaran dan memotivasi

peserta didik untuk tetap belajar di rumah, kemudian guru mengingatkan untuk pertemuan

berikutya langsung membentuk kelompok yang sama dan mengakhiri pembelajaran

dengan mengucapkan salam.

b) Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua, proses pembelajaran difokuskan pada guru pada pembahasan

kembali materi pada pertemuan pertama dan evaluasi. Guru mengawali pembelajaran

dengan mengucapkan salam kepada peserta didik,melakukan apersepsi guru menempelkan

kembali gambar hasil kegiatan pertemuan pertama kemudian guru meminta tiap kelompok

untuk mempresentasikanya di depan kelas.

c. Pengamatan

1) Observasi terhadap peserta didik

Peneliti mengamati aktivitas peserta didik pada saat pelaksanaan pembelajaran yang

disajikan oleh guru dan pada saat peserta didik mengerjakan lembar diskusi kelompok.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data bahwa peserta didik kurang

aktif dan dalam kerja kelompok peserta didik yang pandai cenderung mendominasi

kelompoknya.

2) Observasi terhadap guru

Peneliti mengamati guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model

pembelajaran picture and picture pada siklus I, diperoleh hasil:

Guru kurang menciptakan suasana pembelajaran yang aktif. b) Guru kurang memotivasi

dan membimbing kinerja kelompok baik secara individu maupun klasikal. Guru kurang

mengamati jalannya diskusi kelompok

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, maka peneliti dan observer bersama-sama

melakukan refleksi guna memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Hasil refleksi tersebut antara lain: 1) Guru harus lebih memotivasi dan membimbing kinerja

kelompok baik secara individu maupun klasikal. 2) Guru harus lebih menciptakan suasana

pembelajaran yang aktif.

.

2. Siklus II

Selama proses pembelajaran siklus II berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Picture to Picture, peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan yang dirancang

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

73

sesuai dengan silabus dan RPP. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus II antara lain

sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti mempersiapkan dan memperabaiki segala sesuatu yang

dibutuhkan selama proses penelitian berlangsung, diantaranya yaitu :

1) Membuat daftar nama peserta didik (untuk absensi), 2) Menyiapkan rencana pelaksanaan

pembelajaran pada materi yang telah direncanakan, dan diserahkan kepada guru mata

pelajaran Biologi.3) Menyiapkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi sebagai

bahan pembelajaran.4) Menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik.5) Menyusun

lembar observasi kinerja guru.6) Menyiapkan foto untuk dokumentasi

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and

Picture adalah sebagai berikut :

Untuk pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan ini dipusatkan untuk penyampai materi

pokok tentang peranan jamur . Guru mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam

kepada semua peserta didik, dilanjutkan dengan menyampaikan kompetensi yang akan

dicapai sebelum masuk pada penjelasan materi, guru melakukan apersepsi serta memberikan

motivasi untuk membangkitkan semangat belajar peserta didik dan kemudian dilanjutkan

dengan penyampaian sedikit materi sebagai pengantar. Setelah penyampain materi selesai

guru menjelaskan kepada peserta didik tujuan model pembelajaran kooperatif tipe Picture

and Picture dan kemudian menunjukkan gambargambar yang berkaitan dengan materi.

Selanjutnya guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang masing-masing

kelompok terdiri dari 6-7 peserta didik serta membagikan gambar kepada masing-masing

kelompok untuk dirangkai, pada siklus II guru memastikan semua peserta didik membawa

sumber belajar sendiri sendiri, hal ini bertujuan agar peserta didik aktif dalam kinerja

kelompok dan peserta didik yang pandai tidak mendominasi kelompoknya. Setiap kelompok

berdiskusi untuk merangkai dan membahas gambar yang telah diberikan oleh guru sampai

waktu yang telah ditentukan. Dalam diskusi kelompok guru membimbing kinerja kelompok

baik secara individu maupun klasikal secara proporsianal serta mengamati jalannya diskusi

kelompok. Setelah selesai berdiskusi, guru menunjuk/memanggil peserta didik secara acak

untuk mengurutkan/merangkai gambar-gambar menjadi urutan/gambar yang logis dan

menanyakan alasan pemikiran gambar tersebut.

Selanjutnya guru mulai menanamkan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai,

agar pemahaman peserta didik terhadap materi peranan jamur meningkat guru dan peserta

didik melakukan kegiatan tanya jawab dan kemudian guru menyimpulkan hasil

pembelajaran. Untuk kegiatan selanjutnya masih ada sisa waktu 20 menit, guru melakukan

postest.Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam

memahami materi peranan jamur. Setelah tugas selesai dikerjakan oleh peserta didik,

sebelum menutup pembelajaran guru mememberikan memotivasi peserta didik untuk giat

belajar, kemudian guru menutup pelajaran.

c. Pengamatan

1) Observasi terhadap peserta didik

Peneliti mengamati aktivitas belajar baik peserta didik dengan guru maupun peserta didik

dengan peserta didik dalam proses pembelajaran picture and picture materi pokok peranan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

74

jamur. Peneliti mengamati aktivitas peserta didik pada saat pelaksanaan pembelajaran yang

disajikan oleh guru dan pada saat peserta didik mengerjakan lembar diskusi kelompok. Dari

hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus II diperoleh data bahwa peserta didik

lebih aktif dari siklus I dan dalam kinerja kelompok seluruh peserta didik mengikuti diskusi

tanpa adanya peserta didik yang lebih pandai mendominasi kelompoknya. Hal ini

dikarenakan pada saat diskusi kelompok siklus II guru lebih membimbing kinerja kelompok

baik secara individu maupun klasikal dan guru mengamati jalanya diskusi.

2) Observasi terhadap guru

Peneliti mengamati guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model

pembelajaran picture and picture pada siklus I, diperoleh hasil:

Guru sudah menciptakan suasana pembelajaran yang aktif. b) Guru memotivasi dan

membimbing kinerja kelompok baik secara individu maupun klasikal. c) Guru mengamati

jalannya diskusi kelompok

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, maka peneliti dan guru bersama-sama melakukan

refleksi. Hasil refleksi tersebut antara lain:

1) Guru sudah melakukan pengelolaan pembelajaran dengan baik.

2) Hasil , seluruh peserta didik sudah dapat meletakkan gambar dengan benar pada tiap

divisinya, nilai hasil belajar sudah mengalami peningkatan dan sudah melebihi nilai KKM

yaitu; nilai 50-70 sebanyak 4 (16%) peserta didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 7

(28%) peserta didik dan yang mendapat nilai 86-100 sebanyak 14 (56%)sehingga tidak perlu

dilaksanakan pembelajaran siklus III.

KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA Selamat Pagi Indonesia

dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture membawa dampak positif

terhadap pemahaman klasifikasi yang rendah menjadi meningkat Hal ini ditandai dengan

meningkatya pemahaman pembelajaran yakni dari nilai 50-70 sebanyak 11 (42%) peserta

didik yang mendapat nilai 71-85 sebanyak 12 (48%) peserta didik dan yang mendapat

nilai 86-100 sebanyak 3 (12%) peserta didik pada siklus I . Dan pada sikkus II perolehan

nilai hasil belajar meningkat dari yang nilai 50-70 sebanyak 4 (16%) peserta didik yang

mendapat nilai 71-85 sebanyak 7 (28%) peserta didik dan yang mendapat nilai 86-100

sebanyak 14 (56%) peserta didik.

2. B. Saran

Berdasarkan penelitian tersebut penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam proses belajar mengajar Biologi guru harus mampu memilih model dan metode

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan supaya peseta didik

tidak bosan dan lebih aktif dalam proses pembelajaran.

2. Model pembelajaran Picture and Picture dapat pemahaman klasifikasi jamur pada

peserta didik sehingga perlu dikembangkan pada materi pokok yang lain.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

75

Daftar Rujukan

Basri, Mohd. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatakan Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 006 Rantau Panjang Kanan Kecamatan Kubu

Kabupaten Rokan Hilir/. Pekanbaru: (Skripsi) Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Riau.

Subanji, 2015. Peningkatan Pedagogical Content Knowledge Guru Mate-matika dan

Praktiknya dalam Pem-belajaran melalui Model Pelatihan TEQIP. Jurnal Ilmu

Pendidikan. Edisi 21 Nomor 1

Suprijono A. 2009.Cooperatife learning. Yogyakarta: pustaka pelajar

Miles. M. B dan A.M. Huberman. 1992. Analisis data kualitatif: buku sumber tentang

metode metode baru (judul asli Qualitative data analysis, diterjemahkan oleh

tjeptjep rohandi rohidi). Jakarta UI Press

Istamar syamsuri dkk. Buku Biologi sma

Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabheta

Wigatiningsih, (2012). Penerapan metode picture and picture untuk meningkatkan minat

belajar ipa pada siswa kelas IV SDN 03 Sidomulyo ampel Boyolali tahun

pelajaran 2012/2013

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

76

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

MATERI PROTISTA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS

X DI MAN KOTA BATU

Diah Rahmawati

MAN Batu, Malang Jawa Timur

[email protected]

Abstrak: Hasil belajar siswa kelas X-5 masih terbilang rendah. Rendahnya hasil belajar

siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan yang belum mencapai KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) dan kurang aktifnya siswa dalam kegiatanpembelajaran. Masalah

tersebut dapat diatasi dengan melaksanaka pembelajaran menggunakan model

pembelajaran tipe STAD (Student Team-Achievement Divisions), yaitu pembelajaran yang

dapat mebuat siswa menjadi lebih termotivasi dan aktif ketika belajar di kelas.Jenis

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus dengan

subyek penelitian adalah siswa kelas X-5 MAN Batu semester I tahun pelajaran

2016/2017. Siswa berjumlah 31 orang terdiri dari 7 orang siswa putra dan 24 orang siswa

putri. Pokok bahasan Protista. Hasil mepenilitian menunjukkan adanya peningkatan hasil

belajar berupa nilai hasil evaluasi yang diperoleh siswa sudah mencapai nilai di atas KKM.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat yang dapat diamati misalnya keaktifan

melakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas, mengerjakan lembar kerja sampai selesai.

Kata kunci: Pembelajaran kooperatif STAD, Protista, hasil belajar.

Kurikulum 13 menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam

menanggapi setiap pembelajaran yang diajarkan. Ketika siswa belajar secara aktif berarti

peran guru berubah dari mengajar menjadi motivator dan fasilitator. Sehingga pembelajaran

berlangsung secara efektif dan sefisien. Dalam pembelajaran hendaknya dapat menimbulkan

rasa ingin tahu siswa, disesuaikan dengan tingkat berpikir mereka dan dikaitkan dengan

kehidupan sehari-hari yang akan menimulkan sikap positif terhadap biologi. Belajar dapat

didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut

perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), maupun yang

menyangkut nilai sikap (afektif) (Sadirman, 2003)

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan yang dicapai siswa setelah

melakukan kegiatan pembelajaran khususnya dalam pelajaran biologi yang menghasilkan

nilai tertentu yang didapat dari hasil belajar. Dalam mata pelajaran biologi hasil belajar siswa

masih belum memuaskan. Banyak siswa masih mengalami kesulitan dalam belajar biologi,

dalam hal ini antara lain belajar Protista. Belajar Protista sangat penting karena sangat dekat

dengan kehidupan manusia. Beberapa anggota Protista sangat merugikan manusia karena

dapat menimbulkan penyakit, tetapi banyak pula yang bermanfaat, dan dapat menjaga

keseimbangan ekosistem. Protista merupakan makhluk hidup bersel satu atau bersel banyak

dan telah memiliki membran inti (selnya bersifat eukariot). Protista bukan merupakan hewan

ataupun tumbuhan, tetapi hanya mempunyai sifat yang menyerupai hewan, menyerupai

tumbuhan, ataupun menyerupai jamur. Kelompok makhluk hidup Protista yang menyerupai

tumbuhan adalah ganggang (Algae), kelompok Protista yang menyerupai hewan adalah

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

77

Protozoa, sedangkan kelompok Protista yang menyerupai jamur adalah jamur lendir dan

jamur air.

Protista adalah kingdom dalam makhluk hidup yang anggotanya cukup besar dengan

nama-nama latin yang sulit dihafalkan oleh siswa. Hal tersebut yang menyebabkan siswa

kurang semangat untuk belajar Protista dan cenderung merasa bosan. Protista juga

merupakan makhluk hidup kecil yang tidak tampak jika dilihat dengan mata tanpa bantuan

mikroskop, sehingga bagi siswa materi protista masih bersifat abstrak. Menurut Dra.

Roestiyah. N.K. (1989:1), Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara

efektif dan efisien, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Masalah-masalah

yang ditemukan dalam proses pembelajaran selama ini adalah siswa kesulitan menjawab

soal-soal latihan pada tes akhir, rendahnya respon siswa terhadap penjelasan guru, dan masih

ada siswa pasif dalam mengikuti proses belajar. Dari sini timbul pemikiran penulis tentang

cara dan kiat untuk menyampaikan materi ajar pada siswa, dan membantu siswa untuk

memahami apa yang sedang dipelajarinya. Salah satu cara menurut Sindra James (2013)

menjelaskan untuk membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran maka guru harus

memiliki inovasi baru dalam menerapkan model pembelajaran inovatif dan bermakna dengan

penggunaan media pembelajaran yang kreatif. Salah satu cara yang penulis anggap tepat

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar Protista adalah menggunakan

model pembelajaran kooperatif STAD. Menurut Subanji ( 2013 ) bahwa model pembelajaran

kooperatif merupakan suatu metode dimana siswa belajar bersama-sama dalam kelompok dan

anggota dalam kelompok itu saling bertanggung jawab satu dengan yang lain. Dalam

pembelajaran kooperatif peranan guru adalah mendorong dan mengkondisikan kelas sehingga

siswa bekerjasama dalam satu tugas bersama, dan mereka harus mengkondisikan usahanya.

Menurut Thomson ( dalam Karuru, 2007:2 ) pendekatan kooperatif adalah “ Kegiatan siswa

belajar bersama-sama dalam kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas di susun

dalam kelompok yang terdiri 4 atau 5 siswa, dengan jenis yang heterogen”

Pendekatan kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar di dalam

kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan tugas

kelompok, siswa saling bekerja sama dan membantu memahami bahan pelajaran. Melalui

pendekatan kooperatif ini di harapkan siswa dapat belajar lebih aktif dan suasana yang

kondusif untuk mengembangkan pengetahuan, nilai sikap, keaktifan, serta ketrampilan sosial

seperti ketrampilan bekerjasama. sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat.

Dengan menggunakan pendekatan kooperatif diharapkan dapat menumbuhkan kegairahan

siswa dalam belajar. Karena dengan pendekatan kooperatif kompetensi-kompetensi yang

dimiliki akan menjadikan suasana belajar yang saling mengisi dari segi pengetahuan dan

keahlian. Pembelajaran kooperatif STAD merupakan pembelajaran yang paling sederhana

diantara pembelajaran kooperatif lain yang dikembangkan oleh Slavin, sehingga cukup baik

digunakan oleh guru yang pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif. Slavin (2005

dalam Zubaidah dkk, 2011:102) menyatakan bahwa STAD dapat digunakan untuk berbagai

macam kajian seperti bahasa inggris, ilmu sosial, matematika, geografi, sains dan berbagai

kajian lain dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Metode ini adalah paling sederhana

diantara metode-metode pembelajaran kooperatif lain. Menurut Arends (2004, Zubaidah dkk,

2011:102), guru yang menggunakan STAD, melalui pembelajarannya dengan memberikan

informasi akademik baru kepada siswa, baik secara verbal maupun melalui bahan bacaan.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

78

Siswa dalam kelas dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota masing-masing 4

sampai 5 siswa, yang diatur secara heterogen, mewakili jenis kelamin, kelompok ras atau

etnis, dan kemampuan akademik (siswa berprestasi rendah, sedang, tinggi). Anggota tim

menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi

dengan saling membantu satu sama lain melalui belajar bersama, saling bertanya atau

berdiskusi,

Model pembelajaran kooperatif STAD telah diteliti oleh beberapa orang dan berhasil

meningkatkan hasil belajar siswa, seperti yang telah dilakukan oleh Rosnidar -Lingkung

dalam penelitiannya menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi

dan prestasi belajar siswa. dan juga dilakukan oleh Wahyudansyah, Kotawaringin Timur,

Kalimantan Tengah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian dilakukan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif STAD materi

Protista. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 di kelas X-5

MAN Batu. Dalam penelitian ini untuk memperoleh langkah-langkah kooperatif model

STAD yang akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Protista dilakukan dalam

dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai.

Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian dilaksanakan dalam empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah pembuatan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) materi Protista, dan membuat

alat evaluasi berupa soal-soal, serta membuat lembar observasi tentang motivasi belajar siswa

dan lembar observasi kegiatan guru. Langkah -langkah pada saat pelaksanaan adalah sebagai

berikut,

a. guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam

b. guru memeriksa kehadiran siswa

c. guru melakukan apresepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa dengan mengkaitkan

materi dengan kehidupan yang dialami siswa

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

79

d. guru menyampaikan topic pembelajaran dan tujuan pembelajaran melalui LCD

e. guru menayangkan video dunia protista untuk bahan amatan siswa sebelum memulai

pembelajaran ddan merangsang rasa ingin tahu siswa

f. guru memberi kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan hal yang belum diketahui

tentang materi yang akan dipelajari

g. guru membagi siswa dalam kelompok heterogen masing-masing terdiri dari 4-5 orang

dan usahakan setiap kelompok hetrogen

h. guru menyampaikan langkah-lagkah pembelajaran model STAD

i. guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok dan

membimbing mereka mengerjakan LKS

j. setiap kelompok berdiskusi mengumpulkan data dalam bahan diskusi di lembar kerja

siswa

k. guru memperhatikan setiap kelompok pada saat berdiskusi

l. siswa melakukan presentasi secara klasikal untuk melaporkan hasilnya

m. guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi klasikal yang dilakukan oleh siswa

n. siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

o. diadakan tes secara individual diakhir diskusi untuk melihat hasil pembelajaran.

p. guru membuat nilai tes dan nilai rata-rata kelompok.

q. guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan skor yang diperoleh.

Tahap observasi, peneliti melakukan observasi tindakan yang dilakukan dilapangan

dibantu oleh 2 orang observer. Observasi terhadap motivasi belajar siswa dan keterlaksanaan

tindakan guru dalam menggunakan model pembelajaran STAD. Tahap refleksi, guru

melakukan refleksi setiap akhir siklus. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan dan

penyempurnaan tindakan siklus II. Refleksi tersebut meliputi keaktifan siswa mengikuti

pembelajaran model STAD, kemampuan guru melaksanakan setiap langkah penbelajaran

model STAD untuk mencapai target penelitian yaitu meningkatan hasil belajar siswa. Data

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (a) data kuantitatif berupa hasil skor pemahan

konsep siswa, (b). data kualitatif berupa hasil interaksi siswa dan guru dalam proses

pembelajaran dalam hal keterlaksanaan tindakan penelitian.

Kemudian data dianalisis secara deskriptif untuk menunjukan hasil belajar siswa dan

kesimpulan hasil observasi sebagai kinerja pembelajaran. Analisis data dilakukan pada setiap

siklus tindakan sampai perbaikan pembelajaran dianggap optimal. Target optimal

dimaksudkan baik untuk peningkatan kinerja guru maupun hasil belajar siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Perencanaan

Tahap perencanaan dimulai dengan penyusunan perangkat pembelajaran, yaitu RPP

model pembelajaran STAD, LKS, intrumen pengamatan, dan soal evaluasi berupa kuis

berserta pedoman penilaian. Dan diakhiri dengan menentukan target keberhasilan berupa

peningkatan motivasi belajar dan pemahaman materi.

Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan terbagi dalam 3 (tiga) kegiatan, yaitu kegiawan awal, kegiatan

inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan menayangkan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

80

video dunia Protista. Siswa mencermati video dan mencatat cara gerak protista, warna, dan

bentuk, serta habitatnya. Siswa sangat menaruh perhatian pada tayangan video, karena dunia

Protista yang masih sangat asing dan belum pernah dijumpai.Hal tersebut dianggap sebagai

fenomena yang menarik dan merangsanag rasa ingin tahu pada siswa. Dari kegiatan awal ini

guru sudah dapat memotivasi siswa untuk mempelajari Protista lebih dalam. Kemudian guru

memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dari hasil amatan pada tayangan video.

Seoarng siswa mengajukan pertanyaan: “Di mana tempat hidup Protista?”. Guru

mengembalikan pada siswa pertanyaan tersebut, karena dalam tayangan sudah diperlihatkan

tempat hidup Protista, seorang temannya menjawab, :Ada yang hidup di air, dan ada yang

parasit. Guru mengajukan pertanyaan untuk memotivasi pembelajaran yang akan dilakukan,

“Dari tayangan dalam video tadi, bisa kita ketahui ada berapa macam Protista?” Siswa

mengacungkan jarinya ingin menjawab, guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab.

Siswa menjawab, ”Ada tiga, yaitu protista mirip hewan, protista mirip tumbuhan, dan protista

mirip jamur”

Kegiatan Inti dimulai dengan guru menetapkan siswa menjadi 8 kelompok. Setiap

kelompok beranggotakan 4 orang. Siswa diberikan penjelasan dan petunjuk mengenai

kegiatan yang akan dilakukan dan selanjutnya guru membagikan LKS pada masing-masing

kelompok. Tampak siswa berdiskusi dan tekun menyelesaikan semua bahan diskusi yang ada

di LKS. Setelah batas waktu diskusi kelompok berakhir, guru mengajak siswa berdiskusi

kelas. Guru menunjuk kelompok 1 menyampaikan hasil dsikusi, yaitu pada bagian bahan

diskusi no 1 sampai nomor 3. Mengenai ciri-ciri Protozoa, dasar pengelompokkan Protozoa,

dan menyebutkan 4 macam divisi Protozoa. Kelompok yang lain menanggapi atau

mengajukan pertanyaan. Setelah itu guru melanjutkan dengan menunjuk kelompok 6 maju ke

depan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dengan bahan diskusi nomor 4

sampai nomor 6. Mengenai cara hidup Protozoa, cara reproduksi, dan contoh-contoh protozoa

dari ke 4 divisi. Setelah selesai diskusi kelas, guru memberi penguatan materi dan mengajak

siswa menyusun kesimpulan.

Sebagai kegiatan penutup guru membagikan soal untuk dikerjakan secara individual.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan penilaian terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran

siklus I, diperoleh gambaran keaktifan siswa dan motivasi siswa sangat baik, dan tercatat

hanya dua orang siswa yang masaih belum fokus dalam belajar yaitu masih mengajak teman

satu kelompok berbicara di luar topik pelajaran. Dalam diskusi kelompok sudah ada

kerjasama antar anggota dengan saling memberikan pendapat, dan semua bahan diskusi

dalam LKS dapat diselesaikan . Kerika presentasi dan diskusi kelas, semua siswa

memberikan perhatian pada jalannya diskusi, siswa bertanya atau menjawab menunjukkan

sikap saling menghargai pendapat teman. Hasil evaluasi pada siklus I berdasarkan nilai

pengetahuan yang diperoleh dari tes secara individual rata-rata sudah di atas KKM. Guru

telah cukup berhasil membuat rancangan pembelajaran dengan model STAD, guru dapat

melaksanakan semua langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan pada siswa, kekurangan

guru adalah pada perhatian kepada siswa yang masih kurang menyeluruh, sehingga masih ada

siswa yang tidak fokus karena kekurangan pahaman pada bahan diskusi dalam LKS.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

81

Siklus 2

Perencanaan

Tahap perencanaan dimulai dengan penyusunan perangkat pembelajaran, yaitu RPP

model pembelajaran STAD, LKS, intrumen pengamatan, dan soal evaluasi berupa kuis

berserta pedoman penilaian. Dan diakhiri dengan menentukan target keberhasilan berupa

peningkatan motivasi belajar dan pemahaman materi.

Pelaksanaan tindakan

Seperti halnya pada siklus 1, pelaksanaan tindakan terbagi dalam 3 (tiga) kegiatan,

yaitu kegiawan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal guru melakukan

apresepsi untuk memotivasi belajar siswa dengan menanyakan materi sebelumnya, “Apa

yang membedakan protista mirip hewan dan mirip tumbuhan?” siswa bersemangat menjawab

pertanyaan guru, “yang membedakan protista mirip hewan dengan mirip tumbuhan adalah

adanya alat gerak, klorofil, dan dinding sel” dengan demikian guru mudah mengajak siswa

mempelajari materi lebih lanjut. Selanjutnya guru menyampaikan topic pembelajaran dan

tujuan pembelajaran melalui LCD.

Pada kegiatan inti, guru meminta siswa berkumpul lagi denga kelompoknya yang sudah

terbentuk. Selanjutnya guru membagikan LKS. Semua siswa tekun dan berdiskusi untuk

menyelesaikan permasalahan dalam LKS, yaitu mencari ciri-ciri protista mirip jamur,

klasifikasi, cara hidup protista mirip jamur. Siswa juga diberikan bahan diskusi peran protista

bagi kehidupan. Guru lebih memusatkan perhatian ke seluruh siswa, guru mendatangi setiap

kelompok secara merata, dan membantu kelompok yang kesulitan memahami pertanyaan

dalam LKS. Siswa yang sebelumnya kurang fokus dalam diskusi oleh guru dibantu untuk

lebih mudah mencara data dalam literature. Setelah diskusi kelompok, guru menunjuk

kelompok siswa yang dinilai masih kurang aktif untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

Dengan demikian setiap siswa menjadi terpacu untuk lebih meningkatkan aktivitas

belajarnya. Siswa melakukan diskusi kelas, dan guru memberi penguatan di akhir diskusi.

Kemudian guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

Pada kegiatan penutup guru meminta siswa menutup buku dan membagikan soal untuk

dijawab secara individu.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan penilaian hasil belajar siswa siklus II, diperoleh

gambaran keaktifan dan motivasi siswa sangat baik. Sudah tidak ada lagi siswa yang tidak

focus dalam belajar. Nilai rata-rata hasil evaluasi berupa nilai pengetahuan mencapai nilai

rata-rata di atas KKM dan ada peningkatan dibandingkan nilai pada siklus I, hanya satu orang

yang masih memperoleh nilai di bawah KKM. Guru dapat melaksanakan semua langkah-

langkah dalam RPP dengan model STAD.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan modei pembelajaran

STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan motivasi belajar siswa

pada topik Protista di kelas X-5 MAN Batu.

2. Tindakan pembelajaran menggunakan model STAD dapat mengoptimalkan kinerja guru

untuk mengembangkan keterampilan proses, yaitu mengobservasi meliputi penggunaan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

82

indera dan mencatat hasil pengamatan, berkomunikasi meliputi berkomunikasi

mengajukan dan menjawab pertanyaan, serta melaporkan hasil pengamatan secara lisan

dan tulisan.

3. Pembelajaran model STAD dapat mengembangkan keterampilan kinerja pengelolaan

pembelajaran terutama dalam hal memberikan bahan diskusi maupun bahan amatan yang

relevan dengan tuntutan konsep untuk meningkatkan motivasi siswa dalam

pembelajaran, membimbing siswa agar terfasilitasi dalam kegiatan diskusi ,dan ketepatan

serta keefektifan penyediaan/ penggunaan lembar kegiatan siswa.

SARAN

Berdasarkan pengalaman ini guru sebagai peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Faktor penting yang harus dipersiapkan guru adalah mematangkan keterampilan dalam

mengelola proses pembelajaran di kelas menggunakan model STAD dengan bantuan

menyajikan fenomena menarik yang erat dengan kehidupan siswa agar siswa termotivasi.

2. Perlu penelitian lanjutan bagi guru MAN Batu untuk mengembangkan penelitian dan

meningkatkan kualitas pembelajaran pada setiap mata pelajaran.

Daftar Rujukan

Kasbolah. K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Supardi. 2008 . Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research): Beserta Sistematika

Proposal dan Laporannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Zubaidah dkk, 2013. Pembelajaran IPA menjadi pembelajaran bermakna. Depdiknas.

Ibrohim, 2015 Panduan Pelaksanan Lesson Study. Malang : Universitas Negeri Malang

kerjasama dengan PT Pertamina ( Persero )

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

83

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

TENTANG SISTEM ORGAN HEWAN VERTEBRATA DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN MAKE AND MATCH PADA SISWA KELAS X DI SMK

MUHAMMADIYAH 1 BATU

Ainur Rosidha

SMK Muhammadiyah 1 Batu

[email protected]

Abstrak: Pelajaran Biologi dianggap pelajaran yang rumit, karena harus mempelajari

materi yang komplek dengan bahasa latin yang sulit untuk dipahami, salah satunya adalah

sistem organ pada hewan vertebrata, sehingga sangat membosankan dan menyebabkan

hasil belajar siswa tidak memenuhi KKM. Untuk itu perlu dilakukan pembelajaran yang

menyenangkan dan membuat semua siswa aktiv untuk mengikuti pelajaran. Penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan model

pembelajaran “Make and Match”. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X-ATU sejumlah

28 siswa. Hasil penelitian yang dengan menggunakan model make a match menunjukkan

adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada post tes siklus I dan post tes

siklus II. Hal ini dapat diketahui dari semua siswa terlibat aktiv dan sangat antusias

mengikuti pembelajaran dengan model make and match dan hasil belajar siswa meningkat

dari nilai rata-rata 62,5 % dengan nilai rata-rata 62,5 pada post tes siklus I , meningkat lagi

menjadi 82 % dengan nilai rata-rata 82 pada post tes siklus II.

Kata Kunci: Sistem organ hewan vertebrata, make and match

Salah satu tujuan pendidikan adalah memajukan bangsa, mengantarkan siswa pada

perubahan tingkah laku baik moral maupun intelektual yang dapat dijadikan bekal hidup

sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa

berinteraksi dengan lingkungan belajar yang telah dibimbing oleh guru melalui suatu proses

yaitu kegiatan belajar mengajar.

Pendidikan sangat bergantung kepada kompetensi guru, salah satu kompetensi guru

yang harus dikembangkan adalah kompetensi pedagogik, dimana guru harus bisa mengelola

pembelajaran di kelas. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila dilakukan secara bermakna,

siswa aktif dalam pembelajaran, adanya motivasi untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam

pembelajaran, nilai siswa baik dan tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM),

siswa menjadi reatif dan kritis, serta tumbuh karakter yang baik pada diri siswa, terutama

pada pembelajaran matematika.

Dari observasi awal pengamatan data, hasil ulangan harian tentang pembelajaran

biologi di SMK Muhammadiyah 1 Batu kelas X masih banyak yang belum memenuhi KKM.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa sikap siswa terhadap

pelajaran biologi rendah, dimana siswa malas mengikuti pelajaran dan kurang menyukai

pelajaran biologi. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa menunjukkan masih tergolong

rendah rendah karena belum mencapai nilai KKM. Selain itu, banyak faktor yang

menyebabkan hal tersebut terjadi, salah satu diantaranya adalah pembelajaran masih terpusat

pada guru, dimana guru dominan dalam proses pembelajaran, sehingga pelajaran terasa

kurang menarik dan cenderung membosankan. Pada bagian lain rendahnya hasil belajar

biologi siswa juga disebabkan materi yang dipelajari bersifat kompleks sehingga siswa

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

84

kesulitan memahami materi. Salah satu materi yang bersifat kompleks adalah materi sistem

organ pada hwan vertebrata karena siswa harus mempelajari semua sistem organ pada semua

hewan vertebrata.

Materi sistem organ pada hewan vertebrata ini sangat penting untuk melanjutkan materi

berikutnya dan sangat mendukung pada pelajaran produktif khususnya dasar eternakan dan

kesehatan ternak di SMK Muhammadiyah 1 Batu yang mempunyai program keahlian

Agribisnis Ternak Unggas. Siswa diharapkan memahami materi ini dengan baik sesuai

dengan tujuan pembelajaran.

Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi adalah

dengan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang

aktif, menyenangkan, membantu siswa memahami materi pelajaran yang rumit, dan

membantu guru mengajarkan materi yang kompleks, adalah metode pembelajaran make and

match. Penerapan metode pembelajaran ini dilakukan dengan cara bermain yaitu siswa

disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktu yang

ditentukan. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

Rusman (2011) Make and Match adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif,

metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan metode ini

adalah peserta didik bermain dengan mencari pasangan kartu sambil belajar tentang

konsep/topik dalam suasana yang menyenangkan.

Beberapa hasil penelitian yang terkait dengan model make and match adalah Rahayu

dkk (2013), bahwa suasana positif yang timbul dari pembelajaran dengan metode Make and

Match memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan guru. Menurut

Nurul Hikmah (2011), Asiyatin (2013), Iryani (2013), Kartika dan Sulistyowati (2015)

menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan fakta tersebut maka sangat

diperlukan aplikasi pembelajaran dengan model make and match untuk diterapkan pada

materi sistem organ pada hewan vertebrata.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mendeskripsikan

peningkatan aktivitas siswa dan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran make and match. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Batu,

pada Kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Pemilihan siswa kelas X- ini

dikarenakan jam pelajaran di akhir yang menyebabkan minat siswa untuk mengikuti

pelajaran berkurang sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran sangat rendah.

Adapun teknik pengumpulan datanya menggunakan tes, wawancara, observasi, catatan

lapangan, dan dokumentasi. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil

belajar. Sedangkan observasi, wawancara, dan catatan lapangan digunakan untuk menggali

data tentang adanya peningkatan aktivitas siswa, respon siswa, keadaan siswa dan guru pada

proses pembelajaran Biologi Pada Materi Sistem Organ Hewan Vertebarata di Kelas X di

SMK Muhammadiyah 1 Batu.

Analisis data menggunakan analisis kualitatif, data yang digunakan mencakup reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini

apabila penguasaan materi siswa mencapai 75% dari tujuan yang seharusnya dicapai, dengan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

85

nilai Kriteria Ketuntasan Minimal 75. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Ya

Belum

Gambar 1 : Alur penelitian tindakan kelas

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari dua siklus, yaitu :

1. Siklus I

1. Perencanaan, membuat RPP tentang sistem organ pada hewan vertebrata yang dirancang

dengan menggunakan Metode Make and Match

2. Tindakan dan pengamatan

Pelaksanaan pembelajaran dengan sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan metode

Make and Match

3. Refleksi

Melakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan, dan menarik kesimpulan untuk

pembenahan pada siklus II.

2. Siklus II,

Siklus II dilakukan dengan tahapan yang seperti siklus I, yang didasarkan pada pembenahan

dari refleksi siklus I, yaitu :

1. Perencanaan, membuat RPP tentang sistem organ pada hewan avertebrata yang dirancang

dengan menggunakan Metode Make and Match yang dimodifikasi

2. Tindakan dan pengamatan

Pelaksanaan pembelajaran dengan sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan metode

Make and Match

3. Refleksi

Melakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan,

4. Kesimpulan

Setelah siklus II selesai dilanjutkan dengan pengumpulan data pada siklus I dan II,

pengolahan dan analisis data, sehingga mendapatkan hasil penelitian dan selanjutnya

menarik kesimpulan.

Ber-

hasil

?

Observasi awal

siklus perencanaan

Observasi

pelaksanaan

Refleksi dan analisis

data

Pelaksanaan tindakan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

86

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan Siklus I

Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan kegiatan pembelajaran dengan

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran

Make and Match, membuat media pembelajaran berupa kartu soal jawaban, membuat

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun evaluasi beserta pedoman penilaiannya.

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada Hari Sabtu tanggall 8 dan 15 Oktober 2016

pada kelas X ATU-1 di SMK Muhammadiyah 1 Batu. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan,

dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutup.

Pada kegiatan pembukaan, siswa dikondisikan dengan membaca basmalah /berdo’a dan

menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran hari ini dengan memberikan pertanyaan

pada siswa tentang materi pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, menanyakan apakah

siswa sudah mempelajari materi hari ini di rumah sebagaimana telah peneliti sampaikan pada

pertemuan sebelumnya dan menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari itu. Peneliti juga

menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menjelaskan sintak dari

pembelajaran model Make and Match.

Kegiatan inti dilakukan sesuai sintak model Make and Match yaitu: guru mengocok

kartu yang ada dan membagikan pada semua siswa, masing-masing siswa mendapat satu

kartu, siswa membaca kartunya dalam waktu yang bersamaan, selanjutnya semua siswa

bertanya pada temannya untuk menemukan kartu pasangannya. Setelah siswa yang

mennemukan pasangan segera melapor kepada guru dan guru akan mengecek pasangan kartu

tersebut dengan menanyakan kembali kepada siswa dan dicatat. Siswa yang mendapat

pasangan kartu terlebih dahulu akan mendapatkan reward, salah satu dari voucer, buku,

bolpoin, atau permen. Pada kegiatan pencarian pasangan kartu, guru mengamati siswa dan

melakukan penilaian aktivitas siswa, ketelitian dan rasa ingin tahu pada siswa. Selanjutnya

masing-masing pasangan siswa membacakan kartunya secara bergantian dan didengar oleh

seluruh siswa. Setelah semua kartu dibaca, kartu dikumpulkan kembali ke guru.

Terkumpulnya seluruh kartu pada guru menandai berakhirnya babak pertama. Selanjutnya

dimulailah babak kedua, ketiga, dan keempat dengan langkah seperti babak pertama.

Pengulangan babak dilakukan dengan harapan masing-masing siswa mendapatkan 4 kartu

yang berbeda atau lebih.

Di akhir pembelajaran/kegiatan penutup, siswa dan guru melakukan refleksi dengan

cara tanya jawab, dilanjutkan dengan melakukan post test pada siswa. Sebelum dikhiri guru

mengingatkan siswa untuk mengerjakan LKS secara individu di rumah masing-masing dan

dikumpulkan pertemuan berikutnya, serta memberi tugas siswa untuk mempelajari materi

pertemuan selanjutnya.

Pengamatan Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan observer, selama kegiatan pembelajaran ada beberapa

temuan yang menarik pada aktivitas siswa, antara lain : a) Pada awal sampai akhir permainan

semua siswa antusias mengikuti proses pembelajaran, b) Ada beberapa siswa yang kurang

memahami materi, sehingga salah memasangkan kartunya, c) Pada saat membacakan kartu

pasangan suasana masih ramai karena ada beberapa siswa yang masih bingung, sehingga

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

87

yang lain juga terpengaruh dan kurang konsentrasi, d) Pada saat refleksi pembelajaran ada

beberapa siswa yang masih salah menjawab pertanyaan, e) Ada siswa yang masih main HP

dan berjalan ke meja temannya, f) Pada saat post test, masih ada siswa yang bertanya pada

temannya.

Refleksi Siklus I

Kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan dalam bentuk diskusi bersama dengan

observer dan beberapa guru yang lain, adapun hasil diskusi tersebut antaraa lain adalah

sebagai berikut : a) Pada kegiatan pembukaan belum semua siswa konsentrasi mendengar

penjelasan guru, b) Perlu adanya fenomena yang menarik yang ditampilkan agar siswa lebih

terkonsentrasi, c) Pada saat kegiatan inti, di permainan awal memang semua siswa antusias,

tetapi lama kelamaan mereka bosan, mungkin karena harus berpindah-pindah tempat karena

ruangan juga sempit, jadi ada beberapa siswa yang akhirnya pasip dalam mencari pasangan,

d) pada saat pembacaan kartu secara berpasangan kondisi kelas yang masih ramai sehingga

menyebabkan siswa yang lain tidak mendengar apa yang dibacakan temannya, sehingga saat

refleksi dan post test masih kebingungan, e) Saat mendapat kartu pasangan tidak semua siswa

mendapat semua kartu sehingga hanya kartu yang mereka pegang yang dipahami, dan kartu

yang belum mereka pegang jadi tidak tahu, sehingga siswa belum paham dengan baik, f) Saat

post test siswa belum paham dengan baik pada materi yang sudah dipelajari, sehingga masih

ada beberapa siswa yang masih bingung dan bertanya pada temannya. Nilai post tes juga

belum menunjukkan hasil yang signifikan lebih dari 30 % yang masih dibawah KKM.

Dari hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan, penelitian belum berhasil secara

maksimal, perlu direvisi sedikit pada RPP yang sudah disusun, khususnya pada kegiatan inti

kartu dtidak dibagi secara klasikal, tetapi dibentuk kelompok – kelompok yang lebih kecil

lagi sehingga materi bisa dipahami dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Siklus II

Perencanaan Siklus II

Siklus II dilakukan untuk memperbaiki kegiatan pada siklus I yang sudah dilakukan

dan belum mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Siklus II dilakukan berdasarkan hasil

temuan masalah pada siklus I dan kemungkinan pemecahannya. Dengan melakukan

perbaikan pada siklus II diharapkan tujuan penelitian bisa dicapai dengan baik. Revisi RPP

pada siklus I, dilakukan pada bagian kegiatan pembukaan, inti dan penutup.

Pada kegiatan pembukaan setelah menyiapkan siswa untuk belajar selanjutnya

ditayangkan sebuah fenomena dari LCD proyektor untuk menarik perhatian siswa dan

membantu siswa berkonsentrasi pada materi yang akan dibahas (pada siklus I belum ada),

selain itu siswa juga bisa mengeksplore pengetahuan yang sudah didapatkan sebelumnya.

Pada kegiatan inti, yang sebelumnya pada siklus I model Make and Match dilakukan

secara klasikal, pada siklus II dilakukan secara berkelompok, sehingga penerapan model

make and Match dilakukan pada lingkup yang lebih kecil lagi (terdiri dari 5 – 6 orang). Hal

ini dilakukan agar siswa lebih memahami materi yang dibahas, sehingga diharapkan saat

presentasi siswa benar-benar sudah menguasai materi, demikian juga pada saat post tes siswa

akan dengan mudah mengerjakan soal dengan harapan nilai siswa memenuhi KKM yang

ditentukan (lebih dari 80% jumlah siswa). Selanjutnya siswa akan diskusi secara

berkelompok dan mengerjakan LKS masing-masing.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

88

Pada kegiatan penutup, siswa melakukan refleksi pembelajaran bersama dengan guru

untuk menyimpulkan apa yang sudah dipelajari pada pertemuan tersebut. Selanjutnya guru

melakukan pos tes untuk menguji kemampuan siswa. Dan guru mengakhiri pembelajaran.

Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal l November

2016 pada kelas X ATU-1 di SMK Muhammadiyah 1 Batu. Pelaksanaan tindakan yang

dilakukan, dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan

penutup. Pada kegiatan pembukaan, siswa dikondisikan dengan cara guru memberi salam

pada siswa dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan memberikan

pertanyaan pada siswa tentang materi pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, menanyakan

apakah siswa sudah mempelajari materi hari ini di rumah sebagaimana telah peneliti

sampaikan pada pertemuan sebelumnya dan menjelaskan topik dan tujuan pembelajaran pada

hari itu. Peneliti juga menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan

menjelaskan sintak model Make and Match.

Kegiatan inti dilakukan sesuai sintak model Make and Match yaitu : guru membagi

kelompok siswa (menjadi 5 kelompok), selanjutnya wakil tiap kelompok maju untuk

mengambil nama kelompok dan perangkat permainan yang terdiri dari 1 set kartu, aturan

permainan, kata kunci, lembar prestasi. Sebelum permainan dimulai peneliti membacakan

dan menjelaskan aturan permainan dan semua siswa mendengarkan. Selanjutnya guru

mempersilahkan masing-masing kelompok untuk memulai permainan sesuai sintak dan

aturan permainan. Peneliti mengamati jalannya permainan dan memberi bimbingan pada

siswa jika ada yang ditanyakan. Setelah semua kelompok melakukan permainan sampai 3

kali putaran, guru membagikan LKS dan siswa mengerjakannya secara individu dengan

berdiskusi dalam kelompoknya.

Di akhir pembelajaran/kegiatan penutup, siswa dan guru melakukan refleksi dengan

cara tanya jawab, selanjutnya dilanjutkan dengan melakukan post test pada siswa. Sebelum

dikhiri guru meminta siswa mengumpulkan LKS, dan menjelaskan tugas kelompok yang

harus dikerjakan di rumah yaitu membuat poster tentang hewan vertebrata sesuai dengan

kelompoknya untuk dikumpulkan minggu depan, dan mengingatkan siswa menyiapkan diri

mengikuti uji kompetensi materi pertemuan hari ini.

Pengamatan Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan observer, selama kegiatan pembelajaran ada beberapa

temuan yang menarik pada aktivitas siswa, antara lain : a) Pada awal sampai akhir permainan

semua siswa antusias mengikuti proses pembelajaran, b) Ada beberapa siswa yang

kurang memahami aturan permainan dan materi, sehingga salah dalam mencari pasangan

kartunya, namun setelah diberi pengarahan dan bimbingan permainan menjadi lancar c)

Semua siswa konsentrasi pada kartunya masing-masing dan merasa tertantang untuk mencari

pasangan, namun siswa yang menang duluan menjadi kurang aktif dan hanya diam saja

menonton temannya d) Pada saat mengerjakan LKS ada beberapa siswa yang masih melihat

dan mencontoh jawaban temannya tanpa diskusi, namun hanya beberapa saja d) Pada

saat refleksi pembelajaran siswa telah menjawab dengan benar dan tertib e) Pada saat post

test dilaksanakan dengan cara tanta jawab dan masing-masing perwakilan kelompok

menjawab soal yang diberikan guru dengan benar dan tertib.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

89

Refleksi Siklus II

Kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan dalam bentuk diskusi bersama dengan

observer, adapun hasil diskusi tersebut antaraa lain adalah sebagai berikut : a) Pada Kegiatan

pembukaan semua siswa konsentrasi mendengar penjelasan guru, b) Dengan ditayangannya

fenomena siswa lebih berkonsentrasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan

peneliti sehubungan dengan tayangan tersebut, c) Pada saat kegiatan inti, di permainan awal

masih ada beberapa siswa yang belum memahami dengan baik aturan permainan serta materi

sehingga masih ada kesalahan dalam mencari pasangan kartu, namun setelah putaran kedua

dan ketiga permainan berjalan dengan lancar, sebaiknya penjelasan aturan permainan lebih

diperjelas agar siswa lebih paham dan siswa menyiapkan diri dengan materi yang akan

dibahas dengan baik di rumah. Untuk menambah pengetahuan siswa peneliti bisa membuat

hand out tentang materi tersebut untuk dipelajari siswa di rumah. d) Pada saat mengerjakan

LKS masih ada yang menncontoh temannya dan mencatat penjelasan temannya saat refleksi

pembelajaran, sebaiknya LKS dikumpulkan sebelum melakukan refleksi pembelajaran e)

Saat post test siswa sudah paham dengan baik pada materi yang sudah dipelajari, sehingga

beberapa siswa sudah bisa menjawab dengan baik dan benar.

Nilai post tes yang dilakukan ada pertemuan berikutnya sudah menunjukkan

peningkatan dan semua siswa sudah mendapat nilai diatas KKM (75). Tugas kelompok yang

telah diberikan guru juga sudah dikerjakan dengan baik oleh siswa dan sudah dikumpulkan

tepat waktu.

Adapun hasil analisis data yang telah dilakukan baik data pada siklus I maupun II

adalah sebagai berikut :

Tabel. 1. Aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II

Siklus Siswa Aktiv Siswa tidak aktiv

Siklus I 73 % 27 %

Siklus II 93 % 7 %

Tabel. 2. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II

Siklus Prosentase siswa

yang tuntas

Prosentase siswa

yang tidak tuntas Nilai Rata-rata

Siklus I 62 % 38 % 68,5

Siklus II 82 % 18 % 83

Perbandingan aktivitas belajar siswa dideskripsikan sebagai beikut : pada siklus I ada

73 % dari 26 orang siswa yang aktiv saat mengikuti proses pembelajaran sedangkan yang 27

% atau 7 orang siswa masih kurang aktiv mengikuti pembelajaran, pada siklus II ada 93 %

siswa yang aktiv saat mengikuti proses pembelajaran sedangkan yang 7 % atau 2 orang siswa

masih kurang aktiv mengikuti pembelajaran. Hal ini berarti terjadi peningkatan aktivitas

belajar siswa. Sedangkan perbandingan hasil belajar siswa antara siklus I dan siklus II

dideskripsikan sebagai berikut : pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 68,5 dan pada siklus

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

90

II adalah 83. Hal ini berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 14,5. Dengan

melihat prosentase hasil belajar, pada siklus I prosentase siswa yang tuntas 62% dan

prosentase siswa yang tidak tuntas 38 % sedangkan pada siklus II prosentase siswa yang

tuntas 82% dan prosentase siswa yang tidak tuntas 18%. Terjadi peningkatan prosentase

siswa yang tuntas sebesar 20 %.

Dari hasil analisis data dan refleksi baik pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan,

penelitian sudah berhasil dengan baik, walaupun masih ada beberapa kekurangan untuk

penyempurnaan penelitian dengan model make and match.

KESIMPULAN

Dengan melihat hasil dan pembahasan baik dari siklus I maupun siklus II, maka

dapat dikesimpulan bahwa penelitian dengan menggunakan model make and match pada

pembelajaran biologi dengan materi sistem organ pada hewan vertebrata di kelas X ini bisa

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Selain meningkatkan motivasi dan hasil

belajar siswa model pembelajaran Make and match dapat menumbuhkan kerjasama diantara

siswa, disiplin, kejujuran dan jiwa kompetisi yang sehat untuk memenangkan permainan. Dan

yang lebih penting siswa bisa belajar sambil bermain, siswa bisa menguasai materi dengan

permainan yang menyenangkan.

SARAN

Demi kesempurnaan penelitian ini, peneliti memberikan saran untuk memberikan

materi berupa hand out atau tugas membaca di rumah tentang materi tersebut sebelum

pertemuan dilaksanakan, agar mereka bisa mengetahui apa yang akan dipelajari pada

pertemuan selanjutnya. Selain itu sebelum memulai permainan atau pembelajaran dengan

metode make and match, perlu dijelaskan aturan permainan sampai semua siswa

memahaminya, sehingga saat pembelajaran berlangsung tidak terjadi salah pasangan yang

akhirnya akan merusak permainan. Model pembelajaran make and match bisa dimodifikasi

dan dikembangkan dalam model-model permainan kartu yang lain yang penting tetap

mencari pasangan kartu.

Daftar Rujukan

Asiyatin, (2013) Peningkatan Prestasi Belajar biologi melalui pendekatan kooperatif dengan

metode make and match siswa kelas 8 g SMPN 1 Saradan Kabupaten Madiun Tahun

pelajaran 2012 – 2013. Jurnal Bioma edisi 1 Desember 2015.

Iryani Sri, 2013. Penerapan Model pembelajaran kooperatif make and match untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas 2 di SMA Negeri 1

Pekanbaru. Journal Biogenesis (Jurnal pendidikan sain dan biologi) Vol.9 No.2

(2013).

Kartikasari, A.D. dan Sulistiyowati, 2015. Pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Make and Match terhadap hasil belajar siswa materi pokok gaya mata

pelajaran fisika kelas VIII SMP Negeri 7 Blitar. Jurnal Mahasiswa Teknologi

Pendidikan Vol 1 No.2 (2015).

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

91

Nurul Hikmah, (2011)”Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem

pencernaan makanan melalui penerapan metode Make and Match pada kelas XI di

SMA Negeri 39 Jakarta Timur. Jurnal Bioma

Rahayu dkk (2013) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make and Match untuk

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV B SD Negeri 163 Pekanbaru

Rusman, 2011. Model-mdel Pembelajaran–Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali

Press. Jakarta 12

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

92

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA MADRASAH ALIYAH

BILINGUAL BATU PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

Rikha Mas’ulah

[email protected]

MA Bilingual Batu

ABSTRAK : Penelitian ini dilatarbelakangi karena minimnya guru biologi dalam

menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi yang

akan diajarkan sehingga berpengaruh pada kualitas pembelajaran dan hasil belajar di kelas.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran yang

menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Dengan metode ini siswa dapat

mengembangkan segala kemampuan yang ia miliki serta seluruh siswa berperan aktif

dalam pembelajaran. Tipe penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dan terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflection) dan jumlah subjek berjumlah 32 orang.

Instrumen yang digunakan yaitu tes dan lembar observasi. Tes digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa dan observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Teknik

analisis data yang digunakan secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh

bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi sistem pencernaan pada manusia di kelas XI IPA., Hal ini

ditunjukkan dari hasil pelaksanaan tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Pada pelaksanaan

tes awal jumlah siswa yang tuntas sebanyak 5 orang dengan persentase 15,625%

mengalami peningkatan sebesar 40,625% pada siklus I menjadi 18 siswa yang tuntas

belajar dengan persentase 56,25% dan kembali meningkat sebesar 40,625% pada siklus II

menjadi 31 orang siswa yang tuntas belajar dengan persentase ketuntasan belajar sebesar

96,875%.

Kata Kunci : STAD, Hasil Belajar

Peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan menggerakkan seluruh komponen

yang menjadi sub sistem dalam suatu sistem pendidikan, subsistem yang pertama dalam peningkatan

mutu pendidikan adalah guru, yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan pembelajaran yang

bermutu sekaligus bermakna sebagai pemberdayaan kemampuan (ability) dan kesanggupan

(capability) peserta didik, tanpa guru yang profesional mustahil suatu sistem pendidikan dapat mencapai

hasil sebagaimana diharapkan.

Oleh karena itu, prasyarat utama yang harus dipenuhi bagi keberlangsungnya proses belajar

mengajar yang menjamin optimalisasi hasil pembelajaran ialah tersedianya guru dengan kualifikasi dan

kompetensi yang mampu memenuhi tututan tugasnya. Mutu pendidikan pada hakikatnya adalah

bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas berlangsung secara bermutu dan

bermakna. Jadi mutu pendidikan ditentukan di kelas melalui proses belajar mengajar. Banyak persoalan

pembelajaran baik itu yang berhubungan dengan pemehaman materi, penggunaan metode, media, alat

peraga maupun alat evaluasi. Untuk itu diperlukan upaya melakukan tindakan-tindakan secara sistematis,

terarah dalam suatu proses, sehingga ada perubahan dan perbaikan.

Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang

selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk mutu proses belajar mengajar di kelas harus selalu

dilakukan salah satunya adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Berkaitan dengan hal itu,

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

93

perlu adanya variasi pengajaran yang dapat merangsang dan melibatkan siswa aktif dalam belajar,

penggunaan azas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena itu : Para siswa mencapai

pengalaman diri dan langsung memahami sendiri. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek

pribadi siswa secara integral. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa.Para siswa bekerja

menurut minat dan kemampuan sendiri. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antar orangtua dan guru.

Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktifitas dalam kehidupan bermasyarakat.

Selain itu ada persepsi yang salah dalam pembelajaran. Guru kadangkala menganggap bahwa

semua siswa memiliki kemampuan yang sama. Kenyataanya setiap siswa dalam satu kelas itu berbeda-

beda, baik dari segi biologis yaitu pemikiran, fisiologis bentuk fisik dan fisiologis yaitu karakter atau

tingkah laku. Perbedaan itu menyebabkan kemampuan dalam menangkap dan memahami suatu pelajaran

pun beragam, ada yang cepat, sedang, dan ada juga yang lambat, bagi siswa yang cepat dalam menangkap

dan memahami pelajaran tidak begitu kesulitan dalam mencpai tujuan belajar, seadangkan bagi siswa yang

lambat tentunya akan memerlukan lebih banyak waktu dalam mencapai tujuan belajar. Hal ini menjadi

dasar kuat bagi siswa utnuk berkelompok.. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa, jadi kegiatan belajar berpusat

pada siswa dan guru menjadi motifator dan fasilitator didalamnya agar suasana kelas menjadi baik.

Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa, baik faktor

dari dalam (internal) yaitu kecerdasan, minat, motovasi dan kesiapan. Maupun faktor dari luar (eksternal)

yaitu lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat.

Menurut berberapa ahli bahwa faktor internal meliputi faktor psikologis dan faseglogis sedangkan faktor

eksternalnya adalah lingkungan.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan

aktifitas pembelajaran kelompok dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil

untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Artinya siswa bekerjasama dalam

kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Dan setiap anggota kelompok saling memberikan

kekuatan-kekuatan sosial antar satu sama lain untuk satu tujuan yang nantinya juga dirasakan bersama-

sama. Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu

tipe dalam pembelajaran kooperatif dan dalam pelaksanaannya siswa dikelompokkan ke

dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang dengan kemampuan heterogen serta

menggunakan kuis untuk menentukan skor perkembangan dan untuk memperoleh

penghargaan (E. Slavin).

Tujuan utama dari pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara

berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan

menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok, Misalnya. dalam pembelajaran

matematika materi teorema phytagoras bukan hanya menekankan pada apa itu teorema

phytagoras tetapi juga bagaimana menemukan teorema phytagoras tersebut dan bagaimana

pembuktiannya dalam matematika sehingga menjadi lebih benar-benar bernilai. Dengan

kooperatif tipe stad tidak hanya menghafal dan diingat, melainkan ada sesuatu yang dapat di

praktekkan dan dilatihkan dalam situasi nyata dan terlibat dalam pemecahan masalah teorema

phytagoras.

Dengan demikian, kooperatif akan dapat mengusir rasa jenuh dan bosan. Menurut

Ausubel pemecahan masalah yang cocok adalah lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

94

model yang efisien dalam pembelajaran. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan

masalah dalam pembelajaran matematika terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil

peran pada kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan

lansung dari guru, baik lisan maupun contoh tindakan. Sedangkan siswa diberi kebebasan

untuk membangun pengetahuannya sendiri. Pada hakikatnya kooperatif sama dengan kerja

kelompok. oleh sebab itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam

kooperatif, karena tidak setiap kerja kelompok dikatakan kooperatif. Menurut Bennet ada

lima unsur dasar yang dapat memebedakan kooperatif dengan kerja kelompok yaitu: pertama,

poAldive interdependence merupakan hubungan timbal balik yang didasari adanya

kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan

seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya untuk menciptakan suasana

tersebut, guru perlu merancang struktur dan tugas- tugas kelompok yang memungkinkan

setiap individu untuk belajar, mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dan kemampuan

memahami bahan pelajaran. Kedua, interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung

terjadi' antara siswa tanpa ada perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang

ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan

oleh adanya saling hubungan timbal batik yang bersifat poaldif sehingga dapat

mempengaruhi basil pendidikan dan pengajaran. ketiga, adanya tanggung jawab pribadi

mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa memotivasi untuk

membantu temannya.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,

hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar

merupakan ukuran untuk mengetahui seberapa jauh pelajaran dapat diserap oleh siswa.

Menurut Degeng yang dikutip oleh Wena Hasil belajar adalah semua efek yang dapat

dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah

kondisi yang berbeda.

Menurut Bloom dalam Suprijono, hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),

analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan tipe penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh

guru di kelas melalui refleksi ,dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil

belajar siswa semakin meningkat. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah

Bilingual Batu yang dilaksanakan selama 1 bulan yakni dimulai sejak tanggal 30 September 2016

sampai dengan 30 Oktober 2016. Dalam penelitian ini untuk memperoleh langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe STAD yang meningkatkan pememahaman siswa materi Sistem

pencernaan dilakukan dalam dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang dicapai. Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan disajikan pada

Gambar 1.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

95

Gambar 1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas (adaptasi dari Hopkins, 1993)

(Sumber: Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999)

Langkah-langkah penelitian tindakan kelas yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati

dan refleksi.

1. Rencana tindakan: merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum proses pembelajaran

diharapkan rencana tersebut berpandang ke depan serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang

tak terduga dan secara dini kita dapat mengatasi hambatan.

2. Pelaksanaan tindakan: merupakan perencanaan yang telah dibuat berupa suatu penerapan model

pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki pada tingkat ketuntasan dengan cara

melakukan pemebelajaran sebagai upaya meningkatkan kemampuan belajara siswa pada tingkat

ketuntasan dengan cara melakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD pada materi Sistem Pencernaan Manusia .

3. Observasi atau pengamatan: untuk melihat dan mengamati pengaruh-pengaruh oleh tindakan

kelas berupa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hasil dari pengamatan ini

merupakan dasar dari refleksi.

4. Refleksi: untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan data yang

dikumpulkan kemudian dilakukan evaluasi guna melakukan tindakan selanjutnya.

Data yang diperoleh dalam penelitian adalah :

a. Data kuantitatif berupa hasil skor pemahan konsep siswa

b. Data kualitatif berupa hasil observasi siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

Kemudian data dianalisis secara deskriftif untuk menunjukkan hasil belajar siswa

dan kesimpulan hasil observasi sebagai kinerja pembelajaran. Analisis data dilakukan

pada setiap siklus tindakan sampai perbaikan pembelajaran dianggap optimal. Target

optimal dimaksudkan baik untuk peningkatan kinerja guru maupun hasil belajar siswa.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

96

HASIL DAN PEMBAHASAN

SIKLUS I

Pelaksanaan Tindakan

Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terlebih dahulu

melaksanakan tes awal untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi

sistem pencernaan pada manusia. Hasil tes awal tersebut akan dijadikan patokan ketika akan

menerapkan model pembelajaran koperatif tipe STAD.

Hasil tes kemampuan awal siswa terhadap materi sistem pencernaan pada manusia

dalam pelaksanaan tes awal dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Nilai tes awal siswa

Nilai Nilai Tes Awal Persentase

(%) Kategori Frekuensi

Tidak Tuntas 27 84,375

Tuntas 5 15,625

Jumlah 32 100%

Sumber: Hasil tes awal siswa, 2014.

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa dari 32 siswa yang mengikuti pelaksanaan

tes awal siswa yang memperoleh nilai tes dalam kategori tuntas atau mencapai KKM secara

individual yakni 75 sebanyak 5 siswa (15,625%) dan siswa yang memperoleh hasil tes dalam

kategori tidak tuntas sebanyak 27 orang dengan persentase (84,375). Nilai rata-rata kelas

yang diperoleh yaitu 51,41.

Hasil tes awal di atas, terlihat bahwa kemampuan dan pemahaman siswa terhadap

materi sistem pencernaan pada manusia terlihat masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari hasil

tes yang diperoleh yakni siswa yang memperoleh nilai tes dalam kategori tuntas hanya 5

orang dengan persentase 15,625%. Atas dasar tersebut maka peneliti melakukan berbagai

persiapan dan koordinasi dengan guru mata pelajaran Biologi untuk menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada

materi tersebut.

1. Pelaksanaan Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Setelah ditetapkan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dalam mengajarkan pokok bahasan sistem pencernaan pada manusia, maka

kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat

pelaksanaan tindakan. Setelah berkonsultasi dengan kolaborator, peneliti melakukan

hal-hal sebagai berikut:

1) Membuat silabus dan RPP untuk tindakan siklus I. Membuat lembar observasi

terhadap siswa maupun guru untuk memantau keadaan mereka selama proses

belajar mengajar berlangsung, sebagaimana. Merancang alat evaluasi untuk tes

tindakan siklus I.Meminta guru untuk menjadi observer dalam dalam mengamati

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

97

kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

b. Pelaksanaan Tindakan

Proses pembelajaran diawali dengan memberikan salam serta memperkenalkan

diri oleh guru kepada siswa. Setelah itu peneliti mengatur siswa untuk bersiap

mengikut kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pembelajaran dimulai

dengan penyampaian standar kompetensi, kompetensi dasar, serta tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dan diikuti dengan pemberian motivasi dan

pembagian kelompok oleh guru yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5

orang secara heterogen agar siswa dapat termotivasi dan serius dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

Setelah dirasa cukup peneliti menyampaikan materi singkat tentang materi

sistem pencernaan pada manusia. Peneliti memberikan gambaran-gambaran umum

tentang materi tersebut dan siswa nantinya yang akan bertugas untuk memecahkan

masalah-masalah yang terdapat dalam proses pembelajaran melalui pembelajaran

secara berkelompok.

Dalam memberikan permasalahan dan soal-soal latihan yang akan diselesaikan

oleh siswa melalui pembelajaran kelompok. Pada tahap ini peneliti bertugas untuk

mengarahkan siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang telah dibagikan. Siswa secara

serius berusaha untuk menyelesaikan soal tersebut. Untuk mengetahui pemahaman

siswa secara lisan, maka peneliti memberikan kuis-kuis kepada setiap kelompok dan

setiap kelompok diminta untuk melakukan presentasi di depan kelas. Kelompok yang

melakukan presentasi dengan baik maka diberikan penghargaan oleh guru dan

kelompok lain berupa tepuk tangan dan sebagainya.

Untuk mengetahui hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi sistem

pencernaan pada manusia secara individual, maka dilakukan tes akhir pada seluruh

siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Hasil belajar yang diperoleh siswa

dalam pelaksanaan tes siklus I ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Nilai tes siklus I

Nilai Nilai Tes Awal

Persentase Kategori Frekuensi

Tidak Tuntas 14 43,75%

Tuntas 18 56,25%

Jumlah 32 100%

Sumber: Hasil tes siklus I, 2014.

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa dari 32 siswa yang mengikuti

pelaksanaan tes siklus I siswa yang memperoleh nilai tes dalam kategori tuntas atau

mencapai KKM secara individual yakni 75 sebanyak 18 siswa (56,25%) dan siswa

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

98

yang memperoleh hasil tes dalam kategori tidak tuntas sebanyak 14 orang dengan

persentase (43,75%). Nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 63,59.

Hasil tes di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memperoleh hasil

yang cukup baik serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem

pencernaan pada manusia. Hal tersebut terlihat dari persentase ketuntasan siswa yang

dicapai pada tes siklus I. Pada pelaksanaan tes awal siswa yang tuntas hanya

mencapai persentase 15,625% sementara pada siklus I jumlah siswa yang tuntas

mencapai persentase 56,25%. Dengan demikian terjadi peningkatan persentase

ketuntasan belajar siswa dari tes awal ke tes siklus I yakni sebesar 40,625%.

Hasil tes siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang

dicapai pada siklus I. Namun dikarenakan persentase belajar siswa pada siklus I hanya

mencapai 56,25%, berarti persentase tersebut belum mencapai KKM secara klasikal

yakni ketuntasan belajar siswa harus mencapai 75%. Dengan demikian proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD harus

dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan memperbaiki berbagai kekurangan yang

terdapat pada pelaksanaan siklus I.

c. Observasi/Pengamatan

1) Observasi pada guru

Guru menguasai materi dengan sangat baik. Guru belum dapat memberikan

penguatan dan motivasi kepada siswa dengan baik, sehingga siswa tidak serius

dalam belajar. Waktu yang digunakan dalam belajar belum sesuai dengan RPP.

Guru memberikan materi dengan baik melalui model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Guru belum dapat mengarahkan siswa ketika belajar di dalam

kelompok. Guru tidak memberikan pertanyaan maupun soal latihan yang sesuai

untuk mengetahui kemampuan siswa. Siswa belum dapat mempresentasikah

hasil kerja kelompoknya ketika proses belajar berlangsung. Guru tidak

memberikan penghargaan kepada kelompok yang melakukan presentasi dengan

baik.

2) Observasi pada siswa

a) Ketik proses pembelajaran dimulai siswa tidak terlalu menyiapkan diri untuk

mengikuti pembelajaran.

b) Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD

pejalan tidak maksimal.

c) Siswa tidak terlalu merasa terbimbing ketika mengikuti proses pembelajaran.

d) Interaksi antara siswa belum berjalan maksimal.

e) Siswa belum berani menyampaikan pendapatnya untuk bertanya maupun

menjawab pertanyaan dari guru.

f) Kelompok yang melakukan presentasi belum dapat menyampaikan materi

dengan baik.

d. Refleksi

Pada tahap ini, bersama guru secara kolaboratif menilai dan mendiskusikan

kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

99

tindakan siklus I untuk kemudian diperbaiki dan dilaksanakan pada tindakan siklus II.

Pada tindakan siklus I berdasarkan persentase pelaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, terlihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini belum maksimal/belum sempurna mengingat model pembelajaran ini baru

pertama kalinya dilaksanakan di kelas XI IPA MA Bilingual Batu.

Berdasarkan hasil observasi, berasumsi bahwa siswa belum menunjukkan

aktivitas pembelajaran yang seharusnya ada pada model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Secara umum dari aspek-aspek yang diamati, hampir semua aspek dari

simulasi ini belum terlaksana dengan baik. Akibatnya terdapat siswa yang belum

mampu dalam menjawab soal-soal ketika dilakukan tes tindakan siklus I.

Untuk mengatasi hal ini, maka peneliti bersama guru melakukan beberapa hal

antara lain:

1) guru mengarahkan siswa dengan memberikan gambaran pada konsep yang benar

dari permasalahan yang diberikan.

2) Guru bekerja sama dengan peneliti membantu mengarahkan siswa dengan cara

membimbing siswa dalam proses pembelajaran kelompok maupun proses diskusi.

3) Guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis yang sesuai dengan konsep

yang benar, dan guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan dari data-

data yang diperolehnya.

4) Guru membimbing siswa agar bisa menyesuaikan diri dengan teman belajarnya.

5) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar mampu menyampaikan

pendapatnya ketika proses pembelajaran berlangsung.

Dengan melihat banyaknya kekurangan-kekurangan yang ada serta hasil belajar

Biologi siswa pada tindakan siklus I yang belum memenuhi indikator keberhasilan

dalam penelitian ini, maka penelitian ini dilanjutkan pada tindakan siklus II.

SIKLUS II

Pelaksanaan Tindakan

Sama halnya dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, pembelajaran yang

berlangsung dalam tahap siklus II tidak jauh berbeda. Hanya saja pada pembelajaran siklus II

peneliti mulai memperbaiki peran dalam proses pembelajaran dan beberapa kekurangan yang

terjadi pada siklus I. Tahapan yang dilaksanakan pada siklus II yakni sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

Hal-hal yang dipersiapkan pada tahap perencanaan tindakan yakni sebagai

berikut:

1) Mempersiapkan RPP dan silabus yang akan dipergunakan dalam proses

pembelajaran pada siklus II.

2) Menyiapkan lembar observasi peserta didik dan peneliti.

3) Menyiapkan soal tes untuk mengetahui pemahaman peserta didik pada materi

sistem pencernaan pada manusia.

4) Meminta guru mata pelajaran untuk menjadi observer.

b. Tahap pelaksanaan

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu memberikan motivasi kepada

peserta didik, sehingga peserta didik dapat serius dalam melaksanakan proses

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

100

pembelajaran. Selain itu menyampaikan hasil tes pada siklus I serta hasil refleksi

pembelajaran pada siklus I, sehingga diharapkan dapat menimbulkan kesadaran dalam

diri peserta didik untuk belajar.

Proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus II, sama halnya proses

pembelajaran pada siklus I yakni dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD pada kegiatan belajarnya. Hanya saja pada siklus II, peneliti lebih

memberikan motivasi serta memperbaiki berbagai kekurangan yang terdapat pada

pembelajaran siklus I, sesuai dengan hasil refleksi. Proses pengelolaan kelas,

penggunaan waktu pada RPP, mengaktifkan peserta didik pada proses pemecahan

masalah menjadi fokus dalam pembelajaran di siklus II, sehingga diharapkan dapat

memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.

Tabel 4.3 Nilai tes siklus II

Nilai Nilai Tes Awal

Persentase Kategori Frekuensi

Tidak Tuntas 31 96,875%

Tuntas 1 3,125%

Jumlah 32 100%

Sumber: Hasil tes awal siswa, 2014.

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa dari 32 siswa yang mengikuti

pelaksanaan tes siklus II siswa yang memperoleh nilai tes dalam kategori tuntas atau

mencapai KKM secara individual yakni 75 sebanyak 31 siswa (96,875%) dan siswa

yang memperoleh hasil tes dalam kategori tidak tuntas sebanyak 1 orang dengan

persentase (3,125%). Nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 78,28.

Hasil tes di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II

memperoleh hasil yang cukup baik serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa

pada materi sistem pencernaan pada manusia. Hal tersebut terlihat dari persentase

ketuntasan siswa yang dicapai pada tes siklus II. Pada pelaksanaan tes siklus I siswa

yang tuntas hanya mencapai persentase 56,25% sementara pada siklus II jumlah siswa

yang tuntas mencapai persentase 96,875%. Dengan demikian terjadi peningkatan

persentase ketuntasan belajar siswa dari tes siklus I ke tes siklus II yakni sebesar

40,625%.

Hasil tes siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang

dicapai pada siklus II. Persentase belajar siswa pada siklus II mencapai 96,8755%,

berarti persentase tersebut telah mencapai KKM secara klasikal yakni ketuntasan

belajar siswa harus mencapai 75%. Dengan demikian proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD harus tidak dilanjutkan pada

siklus berikutnya.

c. Observasi/Pengamatan

1) Observasi pada guru

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

101

Guru menguasai materi dengan sangat baik. Guru dapat memberikan penguatan

dan motivasi kepada siswa dengan baik, sehingga siswa serius dalam belajar.

Waktu yang digunakan dalam belajar sesuai dengan RPP.Guru memberikan

materi dengan baik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.Guru

dapat mengarahkan siswa ketika belajar di dalam kelompok. Guru memberikan

pertanyaan maupun soal latihan yang sesuai untuk mengetahui kemampuan siswa.

Siswa dapat mempresentasikah hasil kerja kelompoknya ketika proses belajar

berlangsung. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang melakukan

presentasi dengan baik.

2) Observasi pada siswa

Ketika proses pembelajaran dimulai siswa menyiapkan diri untuk mengikuti

pembelajaran. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

tipe STAD berjalan maksimal. Siswa merasa terbimbing ketika mengikuti proses

pembelajaran. Interaksi antara siswa berjalan maksimal.Siswa berani

menyampaikan pendapatnya untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan dari

guru. Kelompok yang melakukan presentasi dapat menyampaikan materi dengan

baik.

d. Refleksi

Setelah selesai melakukan tes akhir siklus II dan selesai memeriksa hasil tes

peserta didik kemudian melakukan refleksi. Adapun hasil refleksi siklus II sebagai

berikut :

1) Peneliti sudah memperhatikan dan memberikan bimbingan kepada peserta didik agar

lebih fokus pada penjelasan guru agar nilai yang didapat memuaskan dan pada waktu

proses pembelajaran di kelas sudah menjadi tenang dibandingkan siklus sebelumnya.

2) Hasil tes akhir siklus II menunjukkan nilai > 75 sebanyak 31 peserta didik

(96,875%), sedangkan nilai < 75 sebanyak 1 peserta didik (3,125%) dengan

demikian persentase peserta didik yang telah melewati KKM klasikal yaitu 75 %

sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terlihat bahwa siswa sangat serius dan antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa di kelas, siswa saling berinteraksi

untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh pada setiap kelompok dan

siswa berusaha untuk menyelesaikannya.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, guru dan siswa belum melakukan kegiatan

pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik. Masih terdapat

kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki. Dalam pelaksanaan tindakan siklus I,

menunjukkan bahwa siswa masih merasa bingung dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Hal ini terlihat pada siswa yang masih terlihat kaku dan kurang memahami

prosedur dari kegiatan pembelajaran ini sehingga untuk menghindarinya guru memberikan

informasi yang lebih jelas kepada siswa ketika siswa mulai bingung dan terlihat gaduh.

Pemberian informasi dan motivasi ini terbukti dapat mengurangi tingkat kegaduhan siswa

pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

102

Selain itu, proses diskusi yang berlangsung juga sangat interaktif, siswa seluruh siswa

terlibat dalam kegiatan diskusi, baik kelompok yang melakukan presentasi maupun siswa dari

kelompok lain. Hal ini mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa yang tinggi sehingga

siswa selalu berusaha untuk memahami materi pelajaran yang dipelajari. Pemberian

penghargaan oleh guru kepada siswa semakin membuat siswa antusias untuk belajar, sebab

selama ini proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran

seperti ini belum pernah dilaksanakan oleh guru Biologi di MA Bilingual Batu.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I, terlihat adanya peningkatan

prestasi belajar Biologi setelah diterapkan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 18 siswa atau sekitar 56,25% meskipun

14 siswa lainnya belum mencapai nilai 75, dengan nilai rata-rata kelas yaitu 63,59.

Untuk lebih memotivasi siswa agar bekerja dengan baik maka guru dan peneliti

bersepakat untuk memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu melakukan presentasi

dengan baik. Hal ini terbukti dengan semakin aktifnya siswa dalam bekerja untuk mencari

dan menemukan dari permasalahn yang diberikan.

Bertitik tolak dari kekurangan-kekurangan yang dapat dilihat dari minimnya aktivitas

pada saat pembelajaran dan hasil belajar siswa pada tindakan siklus I yang belum memenuhi

indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu minimal 75% siswa telah memperoleh nilai

minimal 75, maka penelitian ini dilanjutkan pada tindakan siklus II. Pada siklus II, model

pembelajaran kooperatif tipe STAD kembali dilaksanakan. Siswa tetap berada dalam

kelompoknya masing-masing sebagaimana pembagian kelompok pada tindakan siklus I.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar siswa

yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 31 orang siswa atau sekitar 96,875% dengan nilai rata-

rata 78,28. Hal ini menandakan bahwa prestasi belajar Biologi siswa tiap siklus mengalami

peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa tidak lepas dari keberhasilan guru dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang dapat dilihat dari persentase

pelaksanaan model pembelajaran ini yang selalu meningkat pada tiap siklus. Karena indikator

keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai, dalam hal ini minimal 75% siswa telah

mencapai nilai ≥ 75, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Ini berarti bahwa hipotesis

tindakan telah terjawab yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan pada manusia

di kelas. XI IPA Bilingual Batu.

Berdasarkan hal di atas, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada kelas XI IPA Bilingual Batu memberikan dampak yang sangat

baik terhadap hasil belajar siswa. Siswa mampu belajar untuk mencari dan menemukan

permasalahan dari materi yang hendak diajarkan dan dengan penuh percaya diri mampu

bertanggung jawab terhadap penemuan dari hasil simulasinya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

sistem pencernaan pada manusia di kelas XI IPA MA Bilingual Batu., Hal ini ditunjukkan

dari hasil pelaksanaan tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Pada pelaksanaan tes awal

jumlah siswa yang tuntas sebanyak 5 orang dengan persentase 15,625% mengalami

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

103

peningkatan sebesar 40,625% pada siklus I menjadi 18 siswa yang tuntas belajar dengan

persentase 56,25% dan kembali meningkat sebesar 40,625% pada siklus II menjadi 31 orang

siswa yang tuntas belajar dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 96,875%.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Kepada guru diharapkan dapat mengetahui, memahami dan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya peningkatan hasil belajar IPA siswa

utamanya pada pokok bahasan sistem pencernaan pada manusia

2. Mengingat pentingnya model pembelajaran yang berfungsi sebagai alat pertukaran

informasi yang dimiliki oleh siswa dan guru guna mencapai tujuan pembelajaran, maka

peneliti juga menyarankan kepada guru untuk bisa menggunakan model pembelajaran

yang bervariasi sesuai dengan kondisi di lapangan.

3. Kepada para peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menyesuaikan penggunaan berbagai

tipe pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi yang akan

diajarkan di dalam kelas.

Daftar Rujukan

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 2009).

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2012).

Jihad, Asep dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. (Jakarta: Multi Presindo, 2008).

Johnson. Jurus Berpikir dan Bertindak Seorang CEO. (Jakarta: Erlangga. 1998).

Kunandar. Guru Profesional. (Jakarta: Andi Publisher, 2009).

_______, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Sukses dalam Sertifikasi Guru. ((Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008).

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pendidikan untuk Membantu Memecahkan Problematika

Belajar dan Mengajar. (Bandung: Alfabeta, 2006).

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta : Rineka Cipta, 2010).

Slavin, Robert E. Coomperativ Learning Teori Riset Dan Praktik. (Bandung :Nusa Media,

2008)

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. (Bandung: Rosda, 2001).

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

104

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

MATERI SISTEM GERAK KELAS XI IPS-2 MAN BATU

Wijiasih

[email protected]

MAN Batu

Abstrak: Sistem gerak merupakan materi pelajaran yang rumit, karena melibatkan macam-

macam jenis otot, tulang, persendian, mekanisme gerak, dan kelainan yang terjadi pada

system gerak. Pembelajaran dengan metode klasik belum mampu mengatasi kerumitan ini.

Hal ini menyebabkan siswa sulit memahami materi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk

menerapakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw untuk meningkatkan aktifitas dan

hasil belajar pada materi sitem gerak pada siswa kelas XI IPS-2 MAN BATU, yang

berjumlah 28 (13 putra dan 15 putri). Pembelajaran dilaksanakan dengan tahapan membagi

siswa dalam beberapa kelompok kecil (8 kelompok asal dengan 4 anggota untuk

mengerjakan tugas yang berbeda untuk setiap siswa ), setiap siswa dari kelompok asal

yang memiliki tugas yang sama berkumpul pada kelompok ahli (4 kelompok ahli dengan 8

anggota dengan tugas yang sama), selanjutnya setiap anak dari kelompok ahli kembali ke

kelompok asal untuk menjelaskan pada anggota kelompok asal, masing-masing anak

secara bergantian menjelaskan hasil diskusi/pembahasan dari kelompok ahli pada

kelompok asal, setiap siswa pada kelompok asal mencatat keterangan dari temannya, dan

bertanya jika ada yang belum dimengerti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa kelas XI IPS-2 MAN BATU materi sistem gerak. Hal tersebut dapat ditunjukkan

bahwa pada siklus I diperoleh gambaran keaktifan dan hasil belajar siswa yang baik, 25

dari 28 ( 89 % ) siswa belajar dengan aktif dan 3 anak kurang aktif. Dan dari hasil tes

diperoleh rata-rata nilai 84 dengan ketuntasan kelas 82 % ( 23 anak tuntas dan 5 anak tidak

tuntas dengan nilai KKM = 75 ). Pada siklus II diperoleh data 100 % anak belajar aktif dan

dari hasil tes diperoleh rata-rata nilai 93 dengan ketuntasan kelas 96 % ( 27 tuntas dan 1

tidak tuntas dengan nilai KKM = 75 )

Kata kunci : Jigsaw, system gerak, rumit, keatifan siswa, hasil belajar

Materi tentang system gerak merupakan KD 3.5 : Menganalisis hubungan antara

struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak dan mengaitkan dengan bioprosesnya

sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi

pada sistem gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.dan

salah satu SKL penting dalam pelajaran biologi, yang soalnya sering pula keluar dalam UN,

misalnya tercantum pada standar kompetensi lulusan no. 5, yaitu menjelaskan struktur dan

fungsi system organ manusia serta kelainan/penyakit yang mungkin terjadi pada organ

tersebut, dengan salah satu indikatornya adalah menjelaskan mekanisme gerak otot, tulang

dan sendi pada manusia.

Selain itu system gerak sangatlah penting pada semua mahluk hidup untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, terutama bagi manusia. Dan pada dasarnya, setiap makhluk hidup

dibekali dengan kemampuan gerak. Akan tetapi, ada makhluk hidup yang memiliki gerak

aktif dengan mobilitas yang tinggi, ada yang hanya mampu menggerakkan bagian tubuh

tertentu, bahkan ada yang hanya dapat bergerak secara pasif.Tubuh manusia mampu bergerak

secara aktif. Hal ini karena pada tubuh manusia memiliki dua alat gerak utama, yaitu tulang

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

105

dan otot. Tulang-tulang yang menyusun tubuh manusia disebut alat gerak pasif, sedangkan

otot disebut alat gerak aktif.

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses

pembelajaran. Berikut ini dapat dikemukakan beberapa pengertian dari keaktifan belajar

siswa, menurut: 1. Sardiman (2001:98): aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik

maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat

dipisahkan, 2. Rohani (2004:6-7): belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam

aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah siswa giat-aktif dengan

anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan

mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan)

adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka

pembelajaran. Saat siswa aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu

juga sebaliknya, 3. Hermawan (2007:83): keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain

adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun

pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan

pembelajaran, 4. Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31): belajar aktif adalah

“Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental

intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek

koqnitif, afektif dan psikomotor”. Muhibbin Syah (2012: 146) mengatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi tiga macam,

yaitu faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar

peserta didik), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Hal yang sama

dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2008: 78) bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan

belajar peserta didik diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni: (1) faktor intern (faktor dari

dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi faktor fisiologis dan psikologi; serta (2) faktor

ektern (faktor dari luar manusia) yang meliputi faktor sosial dan non sosial. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan peserta didik

dalam proses belajar adalah faktor internal (faktor dari dalam peserta didik) dan faktor

eksternal (faktor dari luar peserta didik).

Pengertian Hasil Belajar. Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan

belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan

bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai

oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang

diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.Untuk mengetahui perkembangan

sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan

evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang

mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar

pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar

siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan

yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam

bentuk angka.Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar

Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti

ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam

menentukan keberhasilan siswa.Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

106

bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar

mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki

pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi

sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan,

antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran

dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.Untuk mengetahui

tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada

setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui

sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi

penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki

proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.

Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi

tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.

Indikator Hasil Belajar Siswa.Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah

sebagai berikut: 1. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan,

baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya

dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM), 2. Perilaku yang

digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual

maupun kelompok.Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain

(dalam buku Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai

tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus

meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses

pembelajaran terutama dalam penerapan teknik pembelajaran kooperatif diantaranya adalah

sebagai berikut: 1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran

kooperatif, 2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap

proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena

kelas, yang lain hanya sebagai penonton, 3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang

teknik pembelajaran kooperatif, 4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran. 5.

Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung

proses pembelajaran. Agar pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik,

maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Guru senantiasa mempelajari

teknik-teknik penerapan teknik pembelajaran kooperatif di kelas dan menyesuaikan dengan

materi yang akan diajarkan, 2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas

merupakan kelas heterogen, 3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik

pembelajaran kooperatif, 4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku

sumber, 5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi

yang dapat mendukung proses pembelajaran.

Materi system gerak termasuk materi yang rumit karena itu dibutuhkan metode

pembelajaran yang dapat memudahkan anak untuk lebih aktif belajar dan mencapai hasil

belajar yang baik pada materi tersebut. Pada kurikulum 2013, pembelajaran berpusat pada

siswa. Tidak lagi berpusat pada guru, guru berperan sebagai fasilitator di kelas.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

107

Salah satu bentuk memfasilitasi siswa dalam belajar adalah mengondisikan siswa

dalam belajar kooperatif teknik Jigsaw. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan

oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh

Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).Teknik mengajar

Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode pembelajaran kooperatif

(Cooperative Learning). Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,

mendengarkan, ataupun berbicara.Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar

belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan

pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam

suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah

suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,

1997).Teknik pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw merupakan teknik pembelajaran

kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara

heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas

ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut

kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan

demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara

kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie Anita, 1994).Para anggota dari

tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling

membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.

Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada

anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada

pertemuan tim ahli.Pada teknik pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw, terdapat kelompok

asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan

siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal

merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri

dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami

topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk

kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.Hubungan antara kelompok asal dan

kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) :

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

108

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut : 1. Guru

membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4–6

siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah

anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang

akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam teknik

Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran

tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam

kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa

mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana

menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh

Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa

dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari

5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang

beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota

kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh

atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada

pada kelompok ahli maupun kelompok asal, 2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli

maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau

dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang

telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah

didiskusikan, 3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual, 4. Guru memberikan

penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya, 5. Materi

sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran, 6. Perlu

diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu

dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

109

Pembelajaran kooperatif sudah dikaji oleh beberapa peneliti (Sunaryatin, 2013; Per-

madi, 2013; Khairani, 2013). Sunaryatin (2013) menemukan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan suatu metode dimana siswa belajar bersama-sama dalam kelompok dan anggota

dalam kelompok tersebut saling bertanggung jawab satu dengan yang lain. Permadi (2013)

menemukan dalam teknik pembelajaran kooperatif memang ada celah bagi siswa untuk

kehilangan kesempatan untuk berinteraksi multiarah (interaksi dengan teman satu kelompok,

teman antar kelompok, interaksi dengan sumber belajar, interaksi dengan guru). Menurut

Khairani (2013), belajar kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam kelompok dan

anggota kelompok bertanggung jawab terhadap satu dengan yang lain. Salah satu kooperatif

yang sering digunakan adalah Kooperatif Tipe Jigsaw (Iran, 2015; Masdalifa 2013; Viktorino

2013). Iran (2015) menemukan bahwa pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktifitas dan

kreatifitas siswa.

Berdasarkan berbagai alasan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian tindakan

kelas pada materi system gerak dengan mengambil judul Penerapan pembelajaran

Kooperatif Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa KELAS XI

IPS 2 MAN BATU Materi System Gerak

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil data pada pembelajaran yang

dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas yang pelaksanaannya adalah dengan

tahap,Perencanaan, Tindakan dan Refleksi , di klas XI IPS-2 MAN BATU, yang di

laksanakan dalam 2 siklus. Siswa yang terlibat sejumlah 34 anak dengan kemampuan

akademik yang heterogen. Data diambil dengan merekam/mencatat setiap hal yang terjadi

dalam proses pembelajaran pada kegiatan lesson studay.Data yang terkumpul dianalisis

dengan tahap-tahap pembelajaran, sehingga penelitian ini tergolong diskripsi kwalitatif.

Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus, yaitu: a. Siklus I, meliputi tahap

perencanaan, membuat RPP tentang sistem gerak/peredaran darah yang dirancang dengan

menggunakan model pembelajaran jigsaw, 2. Tindakan dan pengamatan dengan melakukan

pengamatan terhadap keaktifan siswa pada saat pembelajaran yang dilakukan oleg guru

model bersama observer, 3. Refleksi dengan mendiskusikan hasil pengamatan pada proses

pembelajaran sistem peredaran darah dengan menggunakan model jigsaw, tentang apa saja

yang dianggap baik dan perlu dipertahankan, perlu dihindari atau perlu dimunculkan pada

saat pembelajaran. b. Siklus II, dilakukan dengan tahap yang sama dengan tahapan pada

siklus I, degan mengacu pada perbaikan dari hasil refleksi siklus I.

Penelitian ini mendiskripsikan tentang penerapan pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw

dikelas XI IPS-2 MAN BATU. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang

dilakukan dengan 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi, siklus 1 dilakukan 2 kali pertemuan yang membahas materi fungsi

rangka, macam- macam tulang berdasar jenis, dan bentuknya, rangka penyususn tubuh

manusia, macam-macam sendi dan proses osifikasi. Dan siklus kedua dilakukan 2 kali

pertemuan yang membahas materi tentang fungsi otot, otot polos, otot rangka, otot jantung,

dan mekanisme kontraksi otot. Data yang diperoleh berupa praktik pembelajaran yang

dianalisis secara kualitatif. Kesimpulan dilakukan setelah memperoleh data hasil kegiatan

siklus I dan siklus II

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

110

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan

Perencanaan penelitian lilakukan dengan cara menyusun RPP dengan menerapkan

model pembelajaran Jigsaw, membuat lembar kerja siswa, menyusun evaluasi, dan

menyiapkan media pembelajaran

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan dilakukan dengan mengamati/ observasi pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan di kelas XI IPS-2 MAN BATU yang dimulai dengan langkah kegiatan

pendahuluan, dilanjutkan dengan kegiatan inti inti, dan diakhiri dengan kegiatan penutup.

Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan langkah: 1, guru memberikan salam dan

berdoa bersama (sebagai implementasi nilai religius), 2. guru mengabsen, mengondisikan

kelas dan pembiasaan (sebagai implementasi nilai disiplin), 3. apersepsi: guru menggali

pengetahuan siswa tentang sistem gerak misalnya bertanya jawab: G: apakah anak-

anak tahu apa yang menyebabkan tubuh kita bisa berdiri tegak? S : tulang G : Apa

yang tejadi seandainya kita tidak punya rangka? S : tubuh akan lemas tidak berbentuk, G :

apa fungsi rangka? S : menegakkan tubuh, memberi bentuk tubuh, melindungi organ

penting dalam tubuh misalnya otak, jantung, paru-paru,

4. Memotivasi: guru menyampaikan bahwa system gerak sangat penting bagi kehidupan

manusia , 5. guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan inti dilakukan dengan langkah: 1. Mengamati, Guru mengajak murid

untuk mengamati video system gerak, 2. Menanya, a. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menanya materi yang berhubungan dengan sistem gerak, b. Siswa yang lainnya

bisa mencoba memberikan jawaban sementara.3. Mengumpulkan data dengan mencari

informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan sitem gerak, dengan langkah: a.

guru menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran sesuai model kooperatif tipe jigsaw,

b. guru mengelompokan siswa ke dalam beberapa kelompok (8 kelompok asal ), serta

membagikan LKS pada masing-masing kelompok, c. tiap siswa yang medapat tugas yang

sama berkelompok pada kelompok ahli , 4. Mengasosiasikan, a. tiap siswa dalam kelompok

ahli mempelajari dan mengerjakan soal yang sama, b. siswa bekerja dengan teman

sekelompoknya untuk menganalisis dan mendiskusikan tugasnya dan menjawab soal LKS, c.

Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar kegiatan, d. setiap siswa dari kelompok

ahli kembal pada kelompok asal, e. masing-masing siswa dari kelompok ahli menjelaskan

materi yang telah dipelajari pada teman-temannya di kelompok asal secara bergantian, f.

siswa-siswa lain dikelompok asal meperhatikan penjelasan kelompok ahli, bertanya jika ada

materi pelajaran yang belum dimengerti dan membuat kesimpulannya, 5.

Mengomunikasikanm a. beberapa kelompok asal mempresentasikan hasil diskusinya

sesuai bagian/materi yang telah ditentukan guru secara bergantian dalam diskusi kelas,

kelompok yang lain menanggapi dan bertanya jika ada yang belum dimengeti, b. siswa

melakukan diskusi kelas, c. guru memberi penguatan, d. guru memberikan kuis, e. guru

memberikan hadiah pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, f. guru memberikan

soal latihan

Kegiatan penutup, dilakaukan dengan langkah: a. guru membimbing siswa

menyimpulkan materi yang telah dipelajari, b. Siswa menyimpulkan tentang materi yang

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

111

telah dipelajari, c. guru memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya, d. siswa

mendengarkan tugas yang diberikan oleh guru, e. guru membimbing siswa untuk berdoa dan

mengucapkan salam penutup.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap aktifitas siswa selama

pembelajaran siklus I, diperoleh gambaran keaktifan dan hasil belajar siswa yang baik, 25

dari 28 anak atau 89 % anak belajar dengan aktif dan 3 anak kurang aktif. Dan dari hasil tes

diperoleh rata-rata nilai 84 dengan ketuntasan kelas 82 % ( 23 anak tuntas dan 5 anak tidak

tuntas dengan nilai KKM = 75 )

Refleksi

Refleksi dilakukan dengan mendiskusikan hasil pengamatan pada proses pembelajaran

sistem peredaran darah dengan menggunakan model jigsaw, tentang apa saja yang dianggap

baik dan perlu dipertahankan, pengalaman apa yang dapat dipetik , dan hal-hal apa saja yang

tidak perlu ada dan harus dihindari atau perlu dimunculkan pada saat pembelajaran. Refleksi

pembelajaran juga dilakukan dengan mengaji hal-hal yang masih menjadi kendala dalam

pembelajaran. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki pembelajaran. Ringkasan hasil

refleksi disajikan sebagai berikut:

Tabel 1. Ringkasan Hasil Refleksi

Kendala dalam

Pembelajaran

Penyebabnya Alternatif perbaikan

Kurang

kepercayaan diri

siswa untuk

menyampaikan

pendapatnya

Takut ditertawakan teman, Guru

kurang memberikan motivasi

dan reward kurang menarik

Kenyakinan guru tentang

kemampuan siswa

Menekankan pada semua

siswa untuk selalu

menghargai pendapat

teman.

Guru memberikan reward

yang lebih menarik

Beberapa anak

masih tampak

kurang aktif dalam

belajar

Penyebabnya anak tersebut

masih kurang bertanggung

jawab dalam melaksanakan

tugasnya dan kurang menghargai

teman yang sedang menjelaskan

Diberi motivasi agar lebih

bertanggung jawab dan

menghargai teman dalam

kelompoknya

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

112

materi pelajarannya

Siswa kesulitan

membedakan antara

struktur penyususn

tulang keras dengan

tulang rawan,

sangat banyak jenis

tulang penyususn

rangka

Siswa kurang sabar dalam

memahami dan mengenal

struktur dan macam-macam

jenis tulang

Perlu penekanan kembali

tentang kosep struktur

tulang rawan dan tulang

keras, mengenal jenis-jenis

tulang dengan meraba dan

menyebut bagian bagiag

tubuhnya sendiri

Siklus II

Perencanaan

Perencanaan penelitian lilakukan dengan cara menyusun RPP dengan menerapkan

model pembelajaran Jigsaw, membuat lembar kerja siswa, menyusun evaluasi, dan

menyiapkan media pembelajaran dengan mengadakan beberapa perbaikan sesuai hasil

refleksi pada siklus I

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan dilakukan dengan mengamati/ observasi pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan di kelas XI IPS-2 MAN BATU yang dimulai dengan langkah kegiatan

pendahuluan, dilanjutkan dengan kegiatan inti inti, dan diakhiri dengan kegiatan penutup.

Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan langkah: 1, guru memberikan salam dan

berdoa bersama (sebagai implementasi nilai religius), 2. guru mengabsen, mengondisikan

kelas dan pembiasaan (sebagai implementasi nilai disiplin), 3. apersepsi: guru menggali

pengetahuan siswa tentang otot, misalnya menayakan,

G: apakah anak-anak tahu apa yang menyebabkan tubuh kita bisa bergera? S : karena

kita punya otot, G: apa yang tejadi seandainya kita tidak punya otot?S : kiita tidak bisa

bergeak, G:apa

fungsi otot?S: sebagai alat gerak aktif,

4. Memotivasi: guru menyampaikan bahwa otot sangat penting bagi kehidupan manusia 5.

guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan inti dilakukan dengan langkah: 1. Mengamati, Guru mengajak murid untuk

mengamati video tentang mekanisme kontraksi otot, 2. Menanya, a. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menanya materi yang berhubungan dengan otot, b. Siswa

yang lainnya bisa mencoba memberikan jawaban sementara.3. Mengumpulkan data dengan

mencari informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan otot, dengan langkah: a.

guru menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran sesuai model kooperatif tipe jigsaw,

b. guru mengelompokan siswa ke dalam beberapa kelompok (8 kelompok asal ), serta

membagikan LKS pada masing-masing kelompok, c. tiap siswa yang medapat tugas yang

sama berkelompok pada kelompok ahli , 4. Mengasosiasikan, a. tiap siswa dalam kelompok

ahli mempelajari dan mengerjakan soal yang sama, b. siswa bekerja dengan teman

sekelompoknya untuk menganalisis dan mendiskusikan tugasnya dan menjawab soal LKS, c.

Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar kegiatan, d. setiap siswa dari kelompok

ahli kembali pada kelompok asal, e. masing-masing siswa dari kelompok ahli menjelaskan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

113

materi yang telah dipelajari pada teman-temannya di kelompok asal secara bergantian, f.

siswa-siswa lain dikelompok asal meperhatikan penjelasan kelompok ahli, bertanya jika ada

materi pelajaran yang belum dimengerti dan membuat kesimpulannya, 5.

Mengomunikasikanm a. beberapa kelompok asal mempresentasikan hasil diskusinya sesuai

bagian/materi yang telah ditentukan guru secara bergantian dalam diskusi kelas, kelompok

yang lain menanggapi dan bertanya jika ada yang belum dimengeti, b. siswa melakukan

diskusi kelas, c. guru memberi penguatan, d. guru memberikan kuis, e. guru memberikan

hadiah pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, f. guru memberikan soal latihan

Kegiatan penutup, dilakaukan dengan langkah: a. guru membimbing siswa

menyimpulkan materi yang telah dipelajari, b. Siswa menyimpulkan tentang materi yang

telah dipelajari, c. guru memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya, d. siswa

mendengarkan tugas yang diberikan oleh guru, e. guru membimbing siswa untuk berdoa dan

mengucapkan salam penutup.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap aktifitas siswa selama

pembelajaran siklus II, diperoleh gambaran keaktifan dan hasil belajar siswa sangat baik, 28

anak atau 100 % anak belajar dengan aktif . Dan dari hasil tes diperoleh rata-rata nilai 93

dengan ketuntasan kelas 96 % ( KKM = 75 )

Refleksi

Refleksi dilakukan dengan mendiskusikan hasil pengamatan pada proses pembelajaran sistem

peredaran darah dengan menggunakan model jigsaw, tentang apasaja yang terjadi, dan

diperoleh hasil bahwa pembelajaran materi system rangka dapat berjalan dengan sangat baik

dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw.

KESIMPULAN

Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

materi system gerak pada siswa kelas XI IPS-2 MAN BATU

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

114

Daftar Pustaka

Khairani, 2013. Penerapan Kooperatif STAD dalam Menemukan Rumus Luas Trapesium

Siswa Kelas V SD 071 Tanjung Mompang, Prosiding Seminar Nasional TEQIP

2013.

Sunariyatin, 2013.Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Penemuan pada Materi Keliling

Persegi Panjang di Kelas III A SD Negeri Inpres Kartika. Prosiding Seminar

Nasional, J-TEQIP 2013.

W. Winkel. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Winarno Surakhmad. 1980 Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Jemmars

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Novi Emildadiany. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Teknik Jigsaw, artikel 2008

Iran, 2015. Penerapan Metode Jigsaw Berbantuan Media Dakon untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Materi FPB dan KPK. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015.

Viktorino Teddy Loong, 2013. Peningkatan Prestasi Belajar Materi Kesebangunan dan

Kongruensi Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Pada Siswa

Kelas IXA SMP Negeri 4 Tahun Pelajaran 2013/2014. Prosiding Seminar Nasional

J-TEQIP 2013

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

115

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 008

BULANG MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULASI ORIGAMI PADA KONSEP

TUMBUHAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

Desi Fitri Astuti, S.Pd SD

SD Negeri 008 Bulang Kota Batam

[email protected]

Abstrak: dilakukannya Penelitian tindakan kelas (PTK) ini untuk mengatasi rendahnya

hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN. 008 BULANG, pada Tema Peduli Terhadap

Makhuk Hidup Sub Tema Tumbuhan di Lingkungan Rumahku. PTK dilakukan dalam 2

siklus menggunakan model pembelajaran Kooperatif Think Pair Shere (TPS). Hasil PTK

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I yaitu 60 % ke siklus II

presentasenya menjadi 95%.

Kata Kunci : model pembelajaran Kooperatif Think Pair Shere (TPS) meningkatkan hasil

belajar.

Dunia pendidikan secara terus menerus mengalami proses perubahan dan

perkembangan. Perubahan kurikulum berganti dari KTSP menjadi Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 saat ini menuntut proses pembelajaran dapat berlangsung melalui interaksi

yang efektif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan sumber belajar.

Guru harus memiliki kompetensi yang baik agar dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi

aktif dalam mengembangkan potensi individunya secara optimal. Pada pembelajaran IPA,

guru tidak cukup hanya memberikan penjelasan materi tanpa memberi kesempatan pada

siswa untuk mengalami sendiri masalah yang dipelajarinya melalui pengamatan. Siswa tidak

belajar dengan mendengarkan informasi melainkan harus terlibat langsung dalam berbagai

kegiatan.

Proses belajar mengajar berperan penting dalam mengoptimalkan siswa menjadi

lebih aktif. Menurut Bell-Gredler (1986:1) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang

dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap yang

diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari bayi hingga masa tua melalui

rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Belajar merupakan usaha penguasaan materi ilmu

pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran merupakan suatu tantangan yang

harus dilakukan oleh setiap guru. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mencapai

keberhasilan siswa dalam menguasai dan memahami materi pembelajaran dengan baik. Salah

satu cara yang dapat dilakukan guru adalah melalui penggunaan model pembelajaran

kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang

asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak

hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis

mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan

kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.

Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Menurut Johnson

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

116

dalam Ismail (2002:12), model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni

kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai suatu pembelajaran. Pembelajaran

melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan

kondisi belajar agar mencapai tujuan belajar (Holubec, 2001). Dalam pembelajaran di kelas

kita sebagai guru harus membuat siswa merasa nyaman dan merasa senang terhadap materi

yang sedang kita sampaikan. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi

menyenangkan adalah dengan model- model pembelajaran salah satunya yaitu model

pembelajaran think pair share. Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif. Model ini mengedepankan siswa untuk berperan aktif

bersama dengan teman kelompoknya dengan cara berdiskusi untuk memecahkan suatu

permasalahan. Pembelajaran TPS membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab

individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya. Prosedur tersebut telah

disusun dan dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak

kepada siswa untuk dapat berpikir dan merespon yang nantinya akan membangkitkan

partisipasi siswa.

TPS mampu mengarahkan siswa untuk bekerja saling membantu dalam kelompok

kecil dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual

(Ibrahim dkk: 2000: 3). TPS mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan model

pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat

menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan siswa. Salah

satu strategi guru memfasilitasi siswa belajar selain memanfaatkan model pembelajaran juga

menggunakan media media.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya

pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para

guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan

tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan

tuntutan zaman. Media adalah sebagai alat bantu atau bahan selain buku tulis yang dapat

digunakan untuk menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar. Guru sekurang-

kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan

dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Penggunaan media yang menarik

juga membantu dalam proses belajar. Guru harus kreatif mengasah kemampuan dan

keterampilannya dalam merancang media pembelajaran walaupun tidak tersedia di sekolah.

Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik

yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi

komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya

guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam

memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran.

Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada

kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.Sedangkan Sudjana,

dkk. (2002:2) menyatakan manfa’at media adalah: 1) pengajaran akan lebih menarik

perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi. 2) bahan pelajaran akan lebih jelas

maknanya sehingga dapat lebih dipahami. 3) metode mengajar akan lebih bervariasi, dan 4)

siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Media pembelajaran sangat beragam,

misalnya media audio, media audio-visual, media realia, media manipulatif, dll. Guru harus

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

117

mempersiapkan dengan baik agar media yang dipilih dapat berjalan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasai siswa.

Berdasarkan hasil observasi di SDN 008 Bulang Kota Batam, peneliti menemukan

permasalahan bahwa siswa kurang aktif dalam kegiatan kelompok, dilihat dari banyaknya

siswa bermain sendiri, mengganggu temannya, diam saja dan berjalan dikelas hal ini

disebabkan siswa masih kurang memahami pembelajaran, tidak berani mengemukakan

pendapat menganggap diskusi membosankan dan permasalahan ini juga disebabkan guru

yang kurang mempersiapkan materi dan langkah-langkah pembelajaran yang baik serta media

yang menarik, kurangnya penguasaan kelas sehingga berimbas pada hasil belajar yang

kurang memuaskan. Fakta menunjukkan bahwa hanya terdapat 30% siswa yang tuntas dalam

menguasai materi IPA.

Peneliti selanjutnya berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model

pembelajaran kooperatif TPS.

METODE

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan dua siklus, masing-masing

siklus terdiri dari tahapan: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) observasi

pembelajaran, dan (4) refleksi. Pelaksanaan PTK dilakukan terintegrasi dengan lesson study.

Penelitian dilakukan pada kelas IV semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 di SDN 008

Bulang Kota Batam dengan Tema Tumbuhan di Lingkungan Rumah dan siswa yang menjadi

sabyek peneliti dengan memanfaatkan media manipulatif origami. Origami dipilih dengan

pertimbangan mudah didapat, murah dan warnanya menarik.

Pelaksanaan lesson study terbagi dalam dua siklus. tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan.

Pertemuan pertama dilaksanakan proses pembelajaran, pertemuan kedua dilaksanakan tes

akhir siklus, tahap pelaksaanan dimulai dari 1) Plan (perencanaan), 2) Do (pelaksanaan

pembelajaran), 3) See (refleksi pembelajaran )

HASIL PEMBAHASAN

Dalam melakukan PTK peneliti merancang dan mempersiapkan beberapa bahan ajar dan

media agar dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I dan II berjalan dengan lancar.

Siklus I

Rencana tindakan yang disusun pada siklus I antara lain :

Pelaksanaan Plan (Perencanaan) yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 1-8 -2016

bersama dengan 1 orang observer. Yang dilakukan adalah : 1) menyiapkan perangkat

pembelajaran silabus dan RPP. 2) menyiapkan bahan ajar dan media. 3) Menyediakan materi

tentang tumbuhan dilingkungan rumah dan LKS. 4) membawah lembar pengamatan untuk

observer (lembar pengamatan untuk siswa). 5) membawah lembar pengamatan keaktifan

siswa 6) menyiapkan soal tes yang dilaksanakan di akhir pembelajaran, apabila waktu tidak

mencukup maka diadakan pada pertemuan selanjutnya.

Pelaksanaan Do ( Melaksanakan Pembelajaran ) dilakukan pada hari rabu 3 - 8 - 2016,

Pelaksanaan pegiatanyang dilakukan 1) guru mengajar di kelas sesuai dengan scenario

pembelajaran pada RPP yang didiskusikan pada saat plan (1-8 -2016) 2) selama mengajar,

ada 1 orang observer yang akan mengamati kegiatan siswa didalam kelas.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

118

Pada awal kegiatan pembelajaran guru mempersiapkan kondisi kelas dan siswa untuk

belajar, dilanjutkan dengan mengaitkan pembelajaran tentang tumbuhan serta kaitannya

dengan kehidupaan sehari hari “ Apakah anak-anak pernah menanam tumbuh tumbuhan?”

siswa sumua menjawab pernah. Guru mengaitkan pertanyaan dengan Tema “Peduli

Terhadap Makhluk Hidup” Sub Tema “Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku”

materi bentuk luar tumbuhan dan fungsinya.

Pada kegiatan inti siswa dibagi dalam 4 kelompok yang terdiri dari 5 siswa dan

setiap kelompok mengamati bentuk luar tumbuhan yang ada dalam buku siswa. Saat

mengamati siswa bertanya apakah bentuk luar tumbuhan hanya ada tiga saja? Guru mengajak

siswa mengamati tumbuhan yang telah disiapkan dan setiap kelompok menyebutkan bagian-

bagian apa yang tampak, perwakilan kelompok membacakan hasil pengamatan yang di

peroleh ada 4 bagian tumbuhan akar, batang, daun dan bunga . siswa diajak mengamati lebih

rinci dan mencatat fakta apa saja yang mereka temukan, mulai dari bentuk, warna, ukuran

dan fungsi.

Secara berkelompok Guru membagi LKS 1 yang harus dikerjakan oleh siswa melalui

diskusi kelompok saat melakukan diskusi siswa masih bingung untuk menentukan fungsi dari

setiap bagian tumbuhan untuk memudakan siswa guru menyarankan mencari dan membaca

buku yang releven diperpustakaan. Siswa dapat mengajukan pertanyaan pembelajaran yang

belum dipahami, melakukan klarifikasi, serta menggali informasi lebih jauh.Untuk

mengetahui pemahaman siswa tentang bagian-bagian luar tumbuhan guru mengadakan

evaluari untuk mengetahui apakah tujuan yang dilakukan telah tercapai.

Pada kegiatan penutup Siswa dibimbing guru menyimpulkan pembelajaran hari ini

dan Guru memberikan penguatan agar siswa mengulangi pembelajaran dirumah dengan

bertanya pada orang tuanya tumbuhan yang berkhasiat untuk kesehatan.

Pelaksanaan See ( Refleksi Pembelajaran ) dilakukan pada hari rabu 3 - 8 -2016.

Penulis meminta bantuan teman sejawat (observer ) untuk mengidentifikasi kelemahan-

kelemahan yang ditemui dalam pelaksanaan tindakan Siklus I. Pada siklus I observer

menyampaikan hasil pengamatannya yang dilakukan pada siswa, ada beberapa kekurangan

yang terjadi ini harus dicari solusinya. Kekurangan yang terjadi selama proses belajar

mengajar, yaitu: (1) banyaknya siswa bermain saat belajar kelompok karena siswa belum

paham dengan apa yang harus dilakukan dikarenakan siswa hanya diajak untuk mengamati

saja, (2) Ada beberapa siswa yang mendominasi pembelajaran sehingga siswa yang kurang

pandai hanya pasif selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru seharusnya

merencanakan pembelajaran teman sebaya (3) Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap

materi pelajaran IPA sehinggah rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa masih kategori

cukup, (4) alokasi waktu yang ditentukan kurang.

Pada siklus pertama, diperlukan perbaikan-perbaikan untuk tindakan pada siklus

selanjutnya. tindakan perbaikan ini harus dilakukan oleh guru antara lain : (a) guru mengajak

seluruh siswa agar lebih disiplin dan bekerjasama dalam melakukan diskusi kelompok setiap

siswa harus lebih aktif agar diskusi menjadi hidup. (b) guru memberikan bimbingan kepada

siswa secara merata tentang pembelajaran apa yang belum dipahami. (c)guru mengajak siswa

untuk lebih serius, cermat dan konsentrasi dalam mengerjakan LKS dan soal evaluasi yang

diberikan. (d) guru memberikan motivsi siswa dengan belajar semangat kita menjadi hebat,

agar memperhatikan pembelajaran supaya waktu yang telah ditentukan dapat terlalokasi

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

119

dengan baik (e) memfokuskan perhatian siswa agar tidak mengganggu proses pembelajaran

dengan mengajak siswa bertepuk tangan. Selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengatasi

masalah pembelajaran siswa ini, penulis berusaha melakukan refleksi untuk mengingat

kembali apa masalah yang telah terjadi di dalam kegiatan pembelajaran, karena itu dengan

dibantu oleh teman sejawat penulis melakukan pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui

siklus ke dua dengan menggunakan media origami untuk membuat bunga dan model

pembelajaran Think Pair Shere (TPS).

Siklus II

Rencana tindakan yang disusun pada siklus II antara lain :

Pelaksanaan Plan (Perencanaan), dilakukan pada hari rabu 10 - 8 – 2016 pada siklus

kedua hasil yang diperoleh sangat memuaskan, dibandingkan siklus pertama guru telah

melakukan tindakan perbaikan sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan ketuntasan hasil

belajar siswa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi: (1). Menyiapkan

rencana persiapan pembelajaran (RPP) dan Silabus. (2). menyiapkan media manipulasi dari

origami agar siswa lebih aktif dan kreatif membuat bunga dalam pembelajaran, (3)

menyiapkan materi Bagian-bagian Bunga dan fungsinya yang akan disampaikan (4)

Menyiapkan lembar pengamatan bagi guru dan siswa (5) menyiapkan buku tema dan buku-

buku yang releven. ( 6 ). menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) ( 7 ). Menyiapkan lembar

soal tes evaluasi belajar.

Pelaksanaan Do ( Melaksanakan Pembelajaran ) dilakukan pada hari kamis 11 - 8 -

2016. Hasil observasi pada siklus II sangat meningkat, Siswa lebih antusias baik pada saat

melakukan demonstrasi dan melaksanakan pembelajaran dengan model Think Pair Shere

(TPS). Persiapan dan kemampuan guru juga menentukan keberhasilan siswa dalam

pembelajaran. Adapun persiapan yang dilakukan adalah:

Kegiatan Awal guru mengkondisikan siswa untuk belajar dengan membaca doa.

Untuk mengaitkan pembelajaran siswa diajak bernyanyi kebunku. Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu tentang bagian-bagian bunga dan fungsinya

dengan bertanya benda apa yang berbau harum yang ada dikebun? Siswa menjawab bunga.

Kegiatan Inti siswa melakukan demonstrasi membuat bunga dengan menggunakan

kertas origami dengan bimbingan guru, siswa sangat bersemangat dan antusias mengikuti

pembelajaran hanya beberapa siswa yang kesulitan melakukan kegiatan ini dikarenakan

kurang focus, guru melakukan bimbingan dengan mengajarkan secara perlahan-lahan agar

siswa mampu membuat bunga dengan benar. Siswa menyebutkan bagian-bagian yang

terdapat pada bunga yang dibuat dan menuliskan dipapan tulis. Siswa dibagi menjadi

kelompok kecil terdiri dari 5 siswa, bersama kelompok siswa mendiskusikan dan mencari

tahu tentang bagian-bagian bunga dari membaca buku teks. Guru membagikan LKS

pengamatan yang akan dilakukan kelompok. Siswa mengamati bagian bagian bunga yang

telah telah didiskusikan bersama kelompok saat pengamatan Guru memberikan pertanyaan

apa manfaat dari bagian-bagian bunga kepada siswa kemudian siswa diberikan waktu untuk

berpikir untuk memperoleh jawaban. Setelah selesai melakukan pengamatan dan diskusi

siswa menyampaikan hasil kerja kelompok didepan kelas kelompok lain boleh memberikan

tanggapannya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

120

Kegiatan Penutup Siswa dibimbing guru dalam menyimpulkan pembelajaran dan

meluruskan jawaban atas tanggapan yang siswa. Guru memberikan penguatan agar siswa

lebih giat dan bersemangat untuk belajar dirumah dengan membedakan bunga lengkap dan

tak lengkap.

Pelaksanaan See ( Refleksi Pembelajaran ) yang dilakukan Pada tahap ini, peneliti

bersama observer mendiskusikan kembali hasil tindakan pada siklus II dengan melihat

langkah-langkah yang sudah dicapai dan melihat kekuarangan-kekurangan dari langkah-

langkah/ tindakan yang sudah dilakukan. Bila dilihat dari hasil soal tes siswa mengalami

peningkatkan pahaman yang sangat baik terhadap materi yang diajarkan. Kemampuan guru

dalam membimbing dan mengelola kelas sudah dinilai sangat baik siswa yang biasanya ribut,

sekarang cukup menikmati kegiatan pembelajaran dalam membuat bunga dari origami

sehingga pembelajaran berlangsung dengan lancar. siswa juga terlihat kompak dalam

melakukan Kerjasama saat diskusi. Peran guru dalam pembelajaran disekolah sangat

dibutuhkan untuk bisa membantu dan mengarahkan peserta didik, ini merupakan tuntutan

perubahan yang harus dipenuhi oleh guru agar tujuan pembelajaran tercapai. Dalam

melakukan tindakan, mulai dari pengumpulan data, pengolahan data sampai pada penyusunan

laporan ini. Sehingga tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekeliruan dalam penulisan

laporan ini. Oleh sebab itu informasi dan saran masih sangat diperlukan agar laporan ini dapat

menjadi lebih baik.

Penilaian evaluasi yang dilakukan Sebelum proses siklus I dan II dilaksanakan hasil

pembelajaran siswa SDN 008 Bulang masih terlihat rendah dan belum mencapai nilai KKM

IPA yaitu 67. Rendahnya penguasaan materi ditunjukan dengan hasil tes hanya 6 siswa yang

tuntas dan 14 siswa yang belum tuntas, dari jumlah 20 siswa dengan prosentase 30% rata-

rata nilai 53 sehingga perlu diadakan penelitian Tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan

sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan, pada siklus pembelajaran

pertama penelitih menggunakan metode diskusi, terlihat beberapa siswa kurang aktif dalam

pembelajaran dikarenakan media yang digunakan kurang menarik, media yang digunakan

berupa gambar sehingga membuat siswa masih ada yang bermain saat belajar, partisipasi

siswa masih terlihat kurang dan penguasaan materi siswa mulai terlihat ada peningkatan

ditunjukkan dengan hasil tes IPA hanya12 siswa yang tuntas sedangkan 8 belum

tuntaspresentase 60 % dan nilai rata-ratanya 68,50. peran guru harus lebih memotivasi agar

siswa dapat berperan aktif dan kreatif. Dalam pertemuan kedua pelaksanaan tindakan

mengunakan metode demonstrasi dengan media origami supaya siswa tertarik dan termotifasi

dalam pembelajaran, dapat terlihat adanya peningkatan kwalitas pada hasil belajar siswa

yang dilaksanakan pada tes akhir siklus II diperoleh 19 siswa tuntas dan 1 siswa belum tuntas

presentase 95% dan nilai rata-rata 86,50.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

121

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 008 Bulang Sebelum dan sesudah penelitian.

Hasil Sebelum

Perbaikan

Jumlah Siswa

Siklus I

Jumlah Siswa

Siklus II

Jumlah Siswa

30 2 50 4 60 1

40 5 60 4 70 -

50 4 70 5 80 9

60 3 80 5 90 5

70 6 90 2 100 5

NO Hasil Belajar Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Rata-rata 53,00 68,50 86,50

2 Peresentase 30 60 95

Dari data yang telah dilakukan sebelum dan sesudah penelitian tampak mengalami perbaikan

dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Adanya peningkatan nilai yang diperoleh

siswa pada setiap siklus, selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum terlihat sempurna,

tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. Kekurangan pada

siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan

sehingga menjadi lebih baik.

SIMPULAN

Pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan

bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.

Pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share (TPS) adalah model pembelajaran

kooperatif yang mengembangkan pertisipasi siswa dalam kelas dengan berdiskusi dan

meningkatkan pemahaman konsep. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang

dilakukan , penulis mengambil kesimpulan “ Pengunaan Model Pembelajaran Kooperatif

Think Pair Shere (TPS) “ dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 008

0

20

40

60

80

100

Pra Siklus Siklus I Siklus II

pe

rse

nta

si N

ilai

Grafik Hasil Belajar Siswa

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

122

Bulang tahun pelajaran 2016/ 2017yang ditunjukkan dengan jumlah 1.060 rata rata kelas 53

ketuntasan 30% pada pra siklus. Jumlah 1.370 Rata-rata kelas pada siklus I sebesar 68,50

ketuntasan belajar klasikal sebesar 60% dan meningkat pada siklus II dengan jumlah 1.730

nilai rata-rata 86,50 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 95%.

SARAN

Pengunaan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Shere (TPS) dapat dilakukan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dan media yang menarik juga dapat menjadi motivasi untuk

siswa lebih aktif dalam belajar sehingga memberikan hasil yang obtimal.

Guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan pembuat media walaupun yang sederhana,

sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, dan

mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Daftar Pustaka

Bell-Gredler, M.E. (1986). Learningand Instruction. New York: Macmillan Publishing

Estiti, M. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS.

Ibrohim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Ismail. 2002. Model-model pembelajaran. Jakarta depdiknas

Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud

Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran. (Bandung: Sinar Baru, 1991), hlm. 43

Sumber: Haryalesmana, David 2008. Pengertian Media Pembelajaran

(http://www.guruit07.blogspot.com/2009/01/pengertian-mediapeNana

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

123

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII SMPN 10

SANGGAU

Efra Juniarti Panasix

Emai: [email protected]

SMP Negeri 10 Sanggau

Abstrak: Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kepada siswa kelas VIII SMP

Negeri 10 Sanggau ditemukan permasalahan penguasaan konsep materi pada mata

pelajaran IPA yaitu materi pertumbuhan dan perkembangan dan sistem gerak pada

manusia. Untuk itu, perlu diadakan penelitian agar dapat memecahkan masalah tersebut.

Penelitian ini menerapkan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan hasil

belajar IPA para siswa. Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus. Ketuntasan belajar

siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 77,42% dengan nilai rata-rata klasikal

siswa 70,54 dan pada siklus II sebesar 93,55% dengan nilai rata-rata klasikal siswa 76,13.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Jigsaw, Hasil Belajar

Perkembangan pendidikan sekarang berbagai upaya telah dikembangkan agar

pembelajaran IPA bukan saja menjadi pembelajaran yang menyenangkan, tetapi juga menjadi

pembelajaran yang bermakna bagi para siswa. Pembelajaran selalu dikaitkan dengan

kehidupan para siswa sehari-hari agar para siswa lebih mudah memahami materi pelajaran.

Menurut teori Ausubel, kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih

menarik, lebih bermanfaat dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur materi yang

disampaikan akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat peserta didik

(Saminanto, 2010). Untuk mendukung tercapainya pembelajaran IPA yang menyenangkan

dan bermakna tersebut tentunya tidak terlepas dari interaksi belajar sehari-hari para siswa di

sekolah.

Menurut Sudjana (2000:10) belajar adalah suatu proses yang dilandasi dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu

yang belajar. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku

berkat adanya pengalaman. Proses interaksi belajar mengajar adalah inti dari kegiatan

pendidikan, sedangkan tujuan pendidikan tidak akan tercapai apabila proses interaksi belajar

mengajar tidak pernah berlangsung dalam pendidikan. Guru dan siswa merupakan unsur yang

terlibat langsung dalam proses itu. Guru memiliki peranan sebagai informator bagi siswa

sekaligus berperan sebagai fasilisator. Jika guru mampu memegang kedua peran tersebut

dengan mudah guru dapat mengembangkan kemampuan siswa. Untuk mengembangkan

kemampuan siswa, guru harus lebih kreatif agar pembelajaran yang diterapkan guru menarik

minat siswa untuk belajar.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, parasiswa bekerja dalam tim yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

124

heterogen agar dapat berbagi pengetahuan satu sama lain. Dalam pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw, para siswa merupakan anggota dari kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal

dan kelompok ahli. Setiap kelompok asal diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan dan

memahami salah satu sub topik. Untuk memahami sub-sub topik setiap anggota tim harus

bekerjasama dengan anggota kelompok lain untuk berbagi pengetahuan secara efektif dan

menyelesaikan tugas atau memahami topik, dengan kata lain, setiap siswa menjadi “ahli” dan

mengajarkannya ke anggota kelompok asalnya (Zubaidah dkk, 2013). Teknik Jigsaw

memiliki langkah-langkah sebagai berikut (Saminanto, 2010) Siswa dibagi ke dalam

kelompok asal, terdiri atas 4-6 siswa, di mana setiap siswa dalam kelompok asal mempelajari

satu sub topik pelajaran. Anggota tim yang berbeda mempelajari sub topik yang sama

membentuk kelompok ahli untuk mendiskusikan sub topik mereka. Setelah selesai diskusi,

sebagai tim ahli setiap anggota kelompok kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan

topik hasil diskusi dari kelompok ahli. Siswa lain memiliki kesempatan untuk mengajukan

pertanyaan klarifikasi. Presentasi ke kelompok asal juga merupakan diskusi dan setiap

kelompok memiliki rangkuman hasil diskusi. Perwakilan setiap kelompok menyampaikan

hasil diskusi kelompok masing-masing. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi.

Materi pembelajaran yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran ini adalah materi

pertumbuhan dan perkembangan dan sistem gerak pada manusia. Kedua materi ini dipilih

karena, secara umum kedua materi ini merupakan materi yang bersifat hafalan dan

memerlukan pemahaman konsep yang cukup baik. Dari pengalaman pada tahun-tahun

sebelumnya, pada materi pertumbuhan dan perkembangan, kebanyakan siswa kurang paham

mengenai perbedaan konsep antara pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup dan

perbedaan antara metagenesis pada tumbuhan paku dan lumut. Sedangkan pada materi sistem

gerak pada manusia kebanyakan siswa sulit mengingat tulang penyusun rangka tubuh,

sehingga biasanya pada beberapa sesi guru merasa kesulitan untuk mendiskusikan materi ini

bersama dengan siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar

IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Sanggau pada mata pelajaran pertumbuhan dan

perkembangan dan sistem gerak pada manusia.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), dengan menggunakan dua

siklus. Prosedur penelitian meliputi empat tahap tindakan yaitu perencanaan, tindakan,

observasi dan refleksi. Tempat penelitian di SMPN 10 Sanggau. Obyek penelitian adalah

siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Sanggau dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa. Siswa

sebanyak 18 dan siswi sebanyak 13. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus

2016 dengan dua siklus dengan empat kali tatap muka dan berkolaborasi dengan seorang

kolaborator. Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan penelitian:

Deskripsi Pelaksanaan Tindakan pada Siklus 1

Siklus 1 berlangsung selama 6 jam pelajaran, yaitu 6 x 40 Menit. Setiap pertemuan

terdiri dari 2 x 40 menit. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 dan 26 Juli 2016 dan 6

Agustus 2016. Berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan siklus 1:

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan meliputi kegiatan penyusunan RPP, menentukan point observasi

yang akan dilakukan terhadap guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung dan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

125

rencana perbaikan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan

guru bersama dengan kolaborator.

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan sesuai dengan RPP yang telah disusun olah guru dan

kolaborator.

c. Pengamatan

Tahap pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, dalam

pelaksanaan pembelajaran ini, peneliti bertindak sebagai guru dan ditemani seorang

kolaborator. Kolaborator mengamati dan menilai sesuai dengan instrument yang

diberikan dan memberikan skor sesuai dengan deskripsi yang ada pada lembar observasi.

Selain itu, kolaborator juga melihat kelemahan yang ditemui selama pembelajaran

berlangsung untuk menjadi materi masukan kepada peneliti.

Pada kegiatan awal, guru mempersiapkan mental siswa agar siap mengikuti pembelajaran,

mengecek kehadiran para siswa, memberikan soal pretes untuk mengamati kemampuan

dasar kelompok asal siswa dan mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok asal

agar dapat berbagi mengenai materi yang diperoleh dalam kelompok ahli.

Pada kegiatan inti, para siswa bergabung dalam kelompok asal dan berdiskusi mengenai

materi pertumbuhan dan perkembangan yang diangkat pada saat itu. Setiap kelompok

memiliki satu siswa ahli dalam materi yang diangkat pada saat pembelajaran berlangsung

dan diharapkan mampu mengarahkan teman-teman dari kelompok asal agar mampu

menguasai materi yang diampu. Masing-masing siswa ahli mengarahkan kelompok

dengan bantuan media dua dimensi yang telah dibuat pada saat pertemuan sebelumnya.

Media ini dirancang para siswa untuk mempermudah penguasaan materi. Setiap

kelompok merangkum hasil diskusi dan membaginya kepada kelompok lainnya dalam

bentuk presentasi kelompok. Setelah forum diskusi diantara para siswa, guru meluruskan

konsep para siswa dan bersama-sama merangkum materi pertumbuhan dan

perkembangan. Pada pertemuan terakhir siklus satu, guru memberikan soal evaluasi untuk

mengetahui daya serap siswa terhadap keseluruhan materi yang dibahas pada siklus satu.

d. Refleksi

Dari pengamatan yang dilakukan pada siklus satu, guru dan kolaborator mengevaluasi

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan jika terdapat kekurangan

pada siklus satu maka guru dapat menentukan langkah perbaikan pada siklus dua.

Deskripsi Tindakan pada Siklus Kedua

Siklus dua dilaksanakan pada tanggal 13, 14 dan 20 Agustus 2016, dilaksanakan

dalam waktu 6 jam pelajaran, yaitu 6 x 40 Menit. Setiap pertemuan terdiri dari 2 x 40 menit.

Berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan siklus dua:

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan meliputi kegiatan penyusunan RPP dimana materi yang diangkat

pada siklus ini adalah mengenai sistem gerak pada manusia, rencana perbaikan pada

siklus dua untuk mengatasi segala kendala pada siklus satu.

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan sesuai dengan RPP yang telah disusun olah guru dan

kolaborator.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

126

c. Pengamatan

Tahap pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, dalam

pelaksanaan pembelajaran ini, peneliti bertindak sebagai guru dan ditemani seorang

kolaborator. Kolaborator mengamati dan menilai sesuai dengan instrument yang

diberikan dan memberikan skor sesuai dengan deskripsi yang ada pada lembar observasi.

Selain itu, kolaborator juga melihat kelemahan yang ditemui selama pembelajaran

berlangsung, untuk menjadi materi masukan kepada peneliti.

Pada kegiatan awal, guru mempersiapkan mental siswa agar siap mengikuti pembelajaran,

mengecek kehadiran para siswa, memberikan soal pretes untuk mengamati kemampuan

dasar kelompok asal siswa dan mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok asal

agar dapat berbagi mengenai materi yang diperoleh dalam kelompok ahli.

Pada kegiatan inti, para siswa bergabung dalam kelompok asal dan berdiskusi mengenai

materi rangka dan otot yang diangkat pada saat itu. Setiap kelompok memiliki satu siswa

ahli dalam materi yang diangkat pada saat pembelajaran berlangsung dan diharapkan

mampu mengarahkan teman-teman dari kelompok asal agar mampu menguasai materi

yang diampu. Masing-masing siswa ahli mengarahkan kelompok dengan bantuan media

dua dimensi yang dibuat pada pertemuan sebelumnya. Media dua dimensi ini dirancang

para siswa untuk mempermudah penguasaan materi. Setiap kelompok merangkum hasil

diskusi dan membaginya kepada kelompok lainnya dalam bentuk presentasi kelompok.

Setelah forum diskusi diantara para siswa, guru meluruskan konsep para siswa dan

bersama-sama merangkum materi system gerak pada manusia. Pada pertemuan terakhir

siklus dua, guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui daya serap siswa terhadap

keseluruhan materi yang dibahas pada siklus dua.

d. Refleksi

Dari pengamatan yang dilakukan pada siklus kedua ini kemudian dikomunikasikan

dengan observer, untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Pada tahap evaluasi, kami mengadakan analisis dan evaluasi pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Pada tahap ini data dan masalah dicari letak permasalahannya dan solusi untuk

memperbaikinya. Setelah itu, maka dirancang penelitian untuk siklus berikutnya, agar

diperoleh hasil yang cukup memuaskan. Dalam penelitian ini pengumpulan data

menggunakan observasi dan tes.

1. Analisis data hasil observasi

Analisis data hasil observasi diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh

observer selama proses pembelajaran berlangsung di setiap siklus. Analisis data data hasil

observasi dilakukan untuk melihat perkembangan belajar siswa dan cara guru

membawakan pembelajaran. Dari data tersebut, peneliti dapat menentukan kelebihan dan

kelemahan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan, hal ini menjadi dasar bagi peneliti

untuk melaksanakan pembelajaran akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Analisis

yang dilakukan adalah analisis aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran.

Analisis lembar observasi ini merupakan analisis data kualitatif.

2. Analisis data hasil tes

Pada penelitian ini, pembelajaran yang dilakukan para siswa menggunakan dua dimensi

yang mereka buat sendiri untuk memudahkan para siswa menyampaikan materi

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

127

pembelajaran yang akan dibawakan. Pada akhir siklus dilakukan evaluasi untuk melihat

hasil pembelajaran. Pada penelitian ini, instrumen penulisan yang digunakan berupa data

keterampilan berpikir siswa melalui hasil test yang diadakan setelah pembelajaran.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hasil belajar

kognitif siswa. Untuk mendapatkan analisis hasil belajar klasikal siswa digunakan rumus:

Keterangan:

= Rata-rata hasil belajar klasikal siswa

∑ = Jumlah keseluruhan hasil belajar siswa

n = Jumlah siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian pada siklus satu mengangkat materi mengenai pertumbuhan dan

perkembangan. Selama pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa sudah dapat

merepresentasikan perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan dan perbedaan antara

metagenesis pada tumbuhan paku dan lumut. Hal ini terlihat dari hasil diskusi kelompok dan

pertanyaan acak yang disampaikan guru diakhir pembelajaran. Selain itu, selama proses

diskusi terasa para siswa lebih bersemangat dan mengerti mengenai topik yang dibicarakan

sehingga suasana kelas terasa begitu hidup.

Pada saat proses pembelajaran, siswa masuk ke dalam kelompok asal di mana setiap

kelompok asal ini memiliki siswa yang mengampu satu materi. Siswa ahli tersebut

mendiskusikan materi yang diampunya dengan teman di kelompok asal menggunakan media

dua dimensi berupa gambar atau peta konsep untuk memaksimalkan proses diskusi siswa.

Pada akhir pembelajaran, setiap kelompok mempresentasikan materi yang dibahas pada hari

itu.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

128

Gambar 3. Perwakilan kelompok mempresentasikan diskusi kelompok pada siklus satu

Berdasarkan hasil penelitian, pada kegiatan pengamatan pelaksanaan pembelajaran

melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPA

siswa kelas VIII SMP negeri 10 sanggau menunjukkan bahwa perolehan hasil pembelajaran

adalah 80,65% atau 25 siswa tuntas dengan skor perolehan rata-rata kelas 70,54. Persentase

siswa yang tidak tuntas pada siklus ini adalah 9,35% atau 6 siswa, mengindikasikan

pembelajaran siklus satu ini belum maksimal sehingga perlu diadakan perbaikan kendala-

kendala yang ditemui selama pembelajaran berlangsung. Berikut ini adalah diagram

kemajuan hasil belajar siswa dari prasiklus sampai pada siklus dua

Grafik 1 Persentase ketuntasan belajar IPA siswa kelas VIII SMPN Sanggau

Grafik 2 Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas VIII SMPN 10 Sanggau

Dari diagram di atas terlihat adanya peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar

IPA siswa kelas VIII SMPN 10 Sanggau. Pada pengamatan prasiklus terlihat hanya 54,84%

saja siswa yang tuntas sementara 45,16% siswa atau 14 orang belum tuntas, dengan nilai rata-

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

129

rata siswa sebesar 57,09 dan belum berhasil. Pada siklus 1 terlihat adanya peningkatan

persentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 77,42 % atau 24 siswa yang tuntas dengan nilai

rata-rata 70,54. Kendala yang dihadapi pada siklus satu yaitu beberapa siswa ahli terlihat

canggung menyampaikan informasi kepada kelompok asalnya dan pada saat diskusi ada

anggota kelompok yang pasif atau sebagai pendengar saja. Setelah bertukar pendapat dengan

observer, maka untuk mengatasi kedua masalah tersebut pada siklus kedua guru memberikan

pengarahan kepada siswa yang terlihat canggung dan mendampingi siswa tersebut . Untuk

siswa yang hanya sebagai pendengar saja, guru menyampaikan motivasi yang membangun

para siswa agar berperan aktif dalam kelompok dan memberikan pujian kepada para siswa

yang aktif agar teman yang lain merasa termotivasi juga untuk aktif berdiskusi dalam

kelompok.

Pada siklus kedua materi yang diangkat adalah sistem gerak pada manusia. Setiap

kelompok ahli pada siklus kedua ini mempersiapkan media dua dimensi seperti pada siklus

satu, baik berupa gambar maupun peta konsep, agar memudahkan siswa dalam proses diskusi

kelompok . Kemudian, siswa ahli mulai mempresentasikan hasil diskusi di kelompok ahli ke

kelompok asal, seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4. Siswa melakukan diskusi di kelompok asal

Hasil diskusi ini kemudian dirangkum dan menjadi bahan presentasi kelompok, setiap

kelompok pada saat presentasi diwakili oleh seorang siswa (terlihat pada gambar 5)

Gambar 5. Siswa mempresentasikan hasil kelompok

Pada tahap awal pengamatan pada siklus ini, guru memfokuskan pengamatan pada

karakter belajar siswa, di mana guru berusaha menyemangati dan mendampingi siswa yang

terlihat canggung agar berani berperan sebagai siswa ahli dalam kelompoknya. Pada siklus

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

130

kedua ini terlihat para siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran, semuanya terlihat aktif

berdiskusi dalam kelompok. Hal ini menjadi salah satu point yang baik terhadap keberhasilan

siswa pada siklus ini, mereka sangat bertanggung jawab terhadap materi yang mereka ampu.

Rasa tanggung jawab menumbuhkan rasa percaya diri bahwa mereka mampu memerankan

tanggung jawab sebagai siswa ahli. Rasa percaya diri siswa tersebut juga terlihat dengan

adanya keberanian semua siswa sebagai anggota kelompok ketika harus mempresentasikan

hasil belajar kelompoknya. Penguasaan dasar siswa mengenai sistem gerak pada manusia

juga mengalami peningkatan, di mana sebagian besar kelompok sudah dapat memaparkan

materi secara jelas dan menuangkannya dalam hasil catatan kelompok. Selain itu dari

pertanyaan acak yang diajukan guru, sebagian besar siswa sudah mampu menjawab sesuai

dengan harapan.

Dari hasil penilaian terlihat adanya peningkatan persentase siswa yang tuntas dari

siklus sebelumnya, yaitu sebesar 93,55% atau 29 siswa dengan perolehan rata – rata kelas

sebesar 76,13. Walaupun perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus kedua ini tidak signifikan

peningkatannya dengan siklus 1, tetapi ini merupakan awal yang baik untuk mengasah

kemampuan para siswa lebih baik lagi. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran IPA

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di setiap siklus hasil belajar siswa

mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIII

SMPN 10 Sanggau.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan penulis dapat menyimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dapat meningkatkan hasil

belajar siswa SMP Negeri 10 Sanggau pada materi pertumbuhan dan perkembangan dan

sistem gerak pada manusia. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan

mulai dari siklus I sebanyak 77,42% dengan rata-rata kelas 70,54, kemudian pada siklus II

sebanyak 93,55% dengan rata-rata kelas 76,13.

Saran

Sebaiknya guru dapat mengembangkan model pembelajaran tipe Jigsaw atau model

pembelajaran lainnya agar siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Daftar Pustaka

Aprila, Hielaria. 2014. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Kelas IX SMPN 02 Kembayan. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah

Raga Pemerintah Kabupaten Sanggau: Bunga Rampai Artikel Pendidikan TEQIP

SMP Kabupaten Sanggau Tahun 2014, (56-61)

Hasbiati. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPA Materi Cahaya dan Sifatnya di Kelas

V SDN 002 Tanah Grogot 2013/2014. J-TEQIP: Jurnal Peningkatan Kualitas

Guru, IV(1) Mei (18-25)

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

131

Masdalifah. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIIB SMPN 05 Sanggau. J-

TEQIP: Jurnal Peningkatan Kualitas Guru, IV(2) November (261-269)

Saminanto, 2010. Ayo Praktik PTK. Semarang: RaSAIL Media Group

Saputra, Dian. 2011. Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SDN 09

Kepahiang Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. J-TEQIP: Jurnal

Peningkatan Kualitas Guru , II(1) Mei (43-50)

Sudjana, Nana. 2000. CBSA: Dasar-Dasar Proses belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar

Baru Algeandra

Wardhani, IGAK dan Wihardit, Kuswaya. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Zubaidah, S., Yuliati, L., Mahana, S. 2013. Model dan Metode Pembelajaran SMP IPA

(TEQIP). Malang: Universitas Negeri Malang.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

132

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIG

SAW PADA MATERI STRUKTUR FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN DENGAN

MEDIA OBJEK LANGSUNG DI KELAS IV SD NEGERI 014 GALANG

Efrizal

SDN 014 Galang Kota Batam

[email protected]

Abstrak: Pembelajaran IPA dengan materi alat struktur bagian tumbuhan dan fungsinya

dengan metode Jigsaw dan penggunaan media langsung ternyata mampu meningkatkan

keaktifan siswa dan sangat antusias dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan

kerjasama antar siswa dan membuat suasana belajar lebih menyenangkan sehingga

mendapatkan hasil yang lebih baik.

Kata kunci: jigsaw,media langsung

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-

undang No.20, Tahun 2003).

Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru

yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap

materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang dirinci sebagai

berikut 1).Mendidik adalah usaha sadar untuk meningkatkan dan menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan

datang. 2). Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

dirimelalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. Peserta didik adalah

anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pendidikan pada

jalur dan jenjang pendidikan tertentu. (Ngalim Purwanto, 1997: 42)

Untuk merealisasikan fungsi pendidikan Nasional dalam hal ini Dinas Pendidikan telah

melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Salah satu

upayanya meningkatan Mutu Guru agar dapat mencapai hasil yang maksimal di dalam setiap

pembelajaran di sekolah. Salah satunya adalah pelatihan TEQIP yang sedang dilaksanakan

ini. Berbagai kegiatan yang juga langsung ditujukan pada siswa sepertihalnya pemberian

buku dan peralatan sekolah gratis dan juga pemberian beberapa jenis beasiswa.

Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi

yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa

sangatlah penting, hal ini sesuai dengan pendapat Muhamad Ali, (1983 : 12) yang

menyebutkan bahwa kadar pembelajaran akan bermakna apabila 1). Adanya keterlibatan

siswa dalam proses belajar mengajar. 2). Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa

baik melalui kegiatan menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap. 2). Adanya

keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk

berlangsungnya proses belajar mengajar.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

133

Dalam pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 014 Galang seringnya terjadi

ketidaktuntasan dalam pencapaian hasil belajar. Sebagai guru yang profesional udah barang

tentu menginginkan pencapaian hasil yang maksimal. Harapan semua guru agar siswa dapat

menguasai pemeblajaran sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan.

Sepertihalnya d kelas IV yang dalam pembelajaran IPA materi Struktur Fungsi Bagian

Tumbuhan mengalami kesulitan untuk ketercapaian KKM yang telah ditetapkan oleh pihak

sekolah. Dari hasil pembelajaran awal setelah dilakukan instrumen penilaian ternyata tingkat

ketuntasan yang dicapai hanya 40 % saja yang mencapai nilai minimal 70 yang ditetapkan

sebagai batas KKM. Dari pencapaian hasil inilah akan dilaksanakan model pembelajaran

kooperatif yang dapat meningkatkan hasil ketuntasan dalam pembelajaran tersebut .

Pembelajaran di SD Negeri 014 Galang pada umumnya masih terpusat pada paparan

atau metode ceramah guru, ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut

dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara

siswa dengan guru sangat jarang sekali terjadi. Siswa kurang merespon atau sungkan untuk

menanyakan hal-hal yang dia belum paham tentang konsep yang diajarkan. Terkadang juga

terjadi keributan dan suara bising karena banyaknya anak yang tidak paham dan merasa

bosan kemudian mengganggu temanya yang lain. Dengan latar belakang dari belum terbiasa

dengan kerja kelompok atau diskusi. Mereka lebih suka belajar sendiri-sendiri. Maka dalam

hal ini dicoba mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini

menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut

Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran

kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan

positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi

proses kelompok (Lie, 2003:30)

Teknik metode pembelajaran Jigsaw atau membentuk kelompok asal dan kelompok

ahli.Masing masing siswa dalam kelompok tadi diberi materi atau konsep yang berbeda.

Kemudian anggota kelompok tadi memencar mencari anggota kelompok lain yang

mempunyai materi yang sama sehingga kumpulan dari anggota yang mempunyai materi tadi

terbentuklah kelompok yang baru yang mereka ini disebut kelompok ahli. Kemudian

kelompok ahli ini membahas dan mendiskusikan materi mereka. Setelah kelompok ahli tadi

selesai mendiskusikan hasil pembahasan materi mereka maka masing masing anggota dari

kelompok ahli kembali pada kelompok asal tadi dan secara bergantian mengajar temanya

mengenai materi yang telah mereka diskusikan di kelompok ahli tadi sedangkan anggota

yang lain mendengarkan secara seksama. Kemudian masing masing kelompok Asal

menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Setelah selesai semua menyampaikan hasil

mereka didepan kelas, guru memberikan LKS per individu untuk diketahui hasilnya.

METODE PENELITIAN

Dari hasil observasi dan pencapaian ketuntasan di kelas IV belum memenuhi standar

KKM yang di harapkan. Maka dari itu perlu adanya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar dengan Menggunakan Metode Jig Saw

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

134

pada Materi Struktur Bagian Tumbuhan dengan Media Langsung di Kelas IV SD Negeri 014

Galang”.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

(PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri atas 2 pertemuan. Penelitian

dilaksanakan di kelas IV yang berjumlah 12 orang,terdiri dari , 7 orang siswa laki-laki dan 5

orang siswa perempuan. Guru model dengan 1 orang guru atau teman sejawat sebagai

observer. Jadwal penelitian dimulai siklus I tanggal 8 dan 11 Agustus 2016 kemudian

dilanjutkan dengan siklus ke dua tanggal 18 dan 21 Agustus 2016.

Prosedur penelitian terdiiri dari empat tahapan penting, yaitu: a) perencanaan

(planning); b) pelaksanaan tindakan (action); c) pengamatan (observation); dan d) refleksi

(reflection)

Prosesdur pelaksanaan penelitian dengan kegiatan sebagai berikut.

Plan ( perencanaan ) Hal yang dilakukan guru model bersama tim selama kegiatan

ini diawali dengan mempersiapkan perencanaan (Plan) yaitu menyusun RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran). Langkah penyusunan ini dimulai dengan memilih Standar

Kompetensi (SK), menetapkan Kompetensi Dasar (KD) menentukan indikator, tujuan

pembelajaran serta materi, media pembelajaran dilanjukan dengan menulis langkah- langkah

pembelajaran kooperatif Jigsaw. Standar Kompetensi yang dipilih yaitu “Memahami

hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya”. Dengan Kompetensi Dasar

“Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya”. Alasan memilih

pembelajaran kooperatif Jigsaw karena merupakan salah satu metode yang paling sederhana

untuk menjalin kerjasama siswa saat melaksanakan tugas-tugasnya saat pembelajaran

berlangsung dan sesuai dengan materi ini sehingga cukup baik digunakan untuk guru

terutama dalam materi ini. Tempat pelaksanaan pada kelas IV SD Negeri 014 Galang, waktu

pelaksanaan pada Hari Senin tanggal 8 Agustus 2016.

Do ( pelaksanaan ) Pelaksanaan pada tanggal 8Agustus 2016 dengan materi. Guru

model mengawali dengan memberi salam dan menanyakan kehadiran dan kesiapan siswa

kemudian dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi

pelajaran yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai,

menjelaskan langkah pembelajaran kooperative Jing Saw . Pada kegiatan inti guru

menanyakan pengetahuan siswa tentang bagian tumbuh-tumbuhan.Guru melanjutkan dengan

pembagian kelompok dengan tema atau konsep yang telah ditetapakan , kemudian siswa

dibagikan kelompok asal terbentuk, anggota kelompok tersebut ditetapkan masing-masing

dibagi sesuai dengan konsep dan akan menjadi tim ahli. Setiap kelompok mendapat LKS

dengan tugas yang sama . Siswa mengerjakan LKS dengan cara diskusi kelompok. Saat

diskusi berlangsung terjalin komunikasi yang sangat baik antara siswa dengan siswa, siswa

dengan guru dan guru dengan siswa. Guru membimbing dan mengarahkan siswa saat

berdiskusi . Setelah siswa menyelesaikan diskusi kelompok dilanjutkan dengan presentasi

hasil kerja kelompok .Masing masing kelompok diberi kesempampatan untuk menanggapi

presentasi kelompok lain dan guru memberi arahan atau meluruskan tanggapan yang kurang

tepat. tugas ini untuk menunjang hasil nilai dalam penyelesaian tugas individu dalam

mengerjakan LKS siswa.Setelah pelaksanaan kuis berakhir, guru model bersama siswa

meriksa tugas individu (kuis). Pelaksanaan ini guru mengarahkan siswa menemukan jawaban

lalu mengumpulkan kembali dan guru model menghitung jumlah nilai kelompok dan nilai

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

135

kuis. Kemudian guru memberikan reward pada siswa yang memperoleh nilai terbaik pada

saat itu. Pada akhir penutupan guru memberikan evaluasi secara lisan kepada setiap siswa dan

guru tak lupa menyampaikan pesan moral Mari kita menjaga lingkungan alam tumbuh-

tumbuhan karena tumbuh-tumbuhan merupakan kebutuhan pokok manusia bagi

kehidupan manusia serta menginformasikan pelajaran pada pertemuan selanjutnya.

See ( refleksi ). Pada tahap refleksi ini guru model memperkenalkan guru/teman

sejawat yang menjadi observer. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

guru dan lembar observasi siswa, kemudian observer dipersilahkan mengemukakan hasil

pengamatannya dan masukannya terhadap guru model yang telah melaksanakan

pembelajaran kooperatif Jig Saw untuk mengetahui apakah pembelajaran yang telah selesai

dilaksanakan sudah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh guru model. Observer

menulis kembali hal yang menjadi permasalahan pada guru model untuk menjadi bahan

pertimbangan saat menyusun suatu perencanaan pembelajaran. Tanggapan dari observer

tentang pembelajaran yang dilakukan oleh guru model, sangat baik dan berguna untuk

mengetahui kekurangan atau kelemahan disaat kita melakukan proses belajar mengajar di

kemudian atau di waktu yang akan datang.

Tahapan penilaian ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penelitian baik

menyangkut penilaian proses (hasil observasi guru dan siswa) maupun hasil belajar. Dalam

penelitian ini data yang dikumpulkan 2 macam yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data

kualitatif dikumpulkan melalui observasi yaitu tentang aktivitas belajar siswa dan aktifitas

guru. Sedangkan data kuantitas dikumpulkan melalui post test disetiap akhir siklus dengan

bentuk tes tertulis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Pembelajaran dimulai dengan salam dari guru kemudian murid menjawab salam dari

guru, lalu guru meminta siswa untuk memimpin doa bersama untuk mengawali

pembelajaran. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa dan bertanyan alasan kenapa

siswa yang tidak hadir .

Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan apakah siswa pernah melihat bentuk

akar dari tumbuhan cabe dan tanaman padi. Anak menjawab cabe pernah pak tapi padi

belum. Kemudian guru mengganti pertanyaan “gimana kalo dengan tumbuhan rumput?

Kemudian anak serentak menjawab sudah pak. Kemudian ditanyakan apakah kalian tau apa

perbedaanya pada akarnya? Anak-anak menjawab “tidak” sebagian yang lain diam dan tidak

menjawab. Dari jawaban siswa menunjukan bahwa siswa belum paham tentang perbedaan

akar pada dua tumbuhan tersebut.

Pembelajaran kemudian dilanjutkan, dengan guru memberikan motipasi pada siswa

dengan menampilkan media berupa gamabar dan peta konsep bagian bagian tumbuhan, serta

menuliskan tujuan pembelajaran. Hal tersebut untuk memotifasi siswa untuk mengikuti

pelajaran lebih lanjut.

Guru menjelaskan mengenai cara metode pembelajaran Jig saw, kemudian

melanjutkan dengan membantu terbentuknya kelompok, siswa dikelompokan menjadi tiga

kelompok utama (disebut kelompok asal) yang masing-masing kelompok terdiri dari empat

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

136

orang , anggota kelompok tersebut ditetapkan masing masing siswa menjadi tim ahli sesuai

dengan konsep.

Diagram 1 . Urutan Pembentukan kelompok asal

Siswa dibagi dalam tiga kelompok yang beranggotakan empat orang disebut kelompok asal,

kemudian masing-masing diberi tanda yang berbeda (dengan warna)

Pada pembelajaran ini ditetapkan konsep yang akan dibahas,kemudian tim ahli akan mencari

teman yang memegang konsep yang sama. Setiap kelompok mendapat lembar kerja

kelompok dengan tugas yang sama .

Diagram 2 .Kelompok belajar atau kelompoh ahli

Siswa mengerjakan tugas dengan cara diskusi kelompok. Saat diskusi berlangsung

terjalin komunikasi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan sebaliknya. Ketika

diskusi tim ahli berlangsung ada peserta dari kelompok yang merasa kebinggungan asik

dengan pekerjaanya sendiri, kemudian ketika ditanya apakah dia sudah memahami tentang

materi yang harus dia kuasai?, anak tersebut menjawab belum. Kemudian guru menjelaskan

lagi bahwa tanggung jawab dia setelah ini harus menguasai materi itu ketika kembali ke

kelompok asalnya nanti dan menjelaskan pada kawan-kawan di kelompok asalnya.

Setelah diskusi kelompok ahli selesai kemudian mereka kembali ke kelompok asal

dan berdiskusi lagi dengan menjelaskaan pada teman-temanya sesuai dengan masing-masing

tugasnya tadi. Guru membimbing dan mengarahkan siswa saat berdiskusi. Dalam diskusi tim

ahli ternyata ada anak yang tidak bisa untuk menyampaikan atau menjelaskan pada teman-

Gambar 2. Kegiatan diskusi kelompok asal Gambar 1. Kegiatan diskusi kelompok ahli

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

137

temanya di kelompok ahli. Setelah siswa menyelesaikan diskusi kelompok dilanjutkan

dengan presentasi hasil kerja kelompok . Guru meminta kelompok yang ingin menyampaikan

hasilnya terlebih dahulu, ternyata tidak ada yang mau lebih dahulu untuk membacakan

hasilnya. Akhirnya guru menunjuk kelompok yang harus membacakan hasil diskusinya.

Guru memberi arahan atau meluruskan penyampaian hasil yang kurang tepat. tugas

ini untuk menunjang hasil dalam penyelesaian tugas individu dalam mengerjakan LKS

siswa. Setelah pelaksanaan penyampaian hasil diskusi berakhir, guru meminta siswa untuk

mengerjakan lembar kerja individu. Pelaksanaan ini guru mengarahkan siswa menemukan

jawaban lalu mengumpulkan kembali dan guru model menghitung jumlah nilai kelompok dan

nilai . Setelah waktu yang diberikan pada siswa untuk mengerjakan lembar individu berakhir

maka tugas tadi dikumpulkan,kemudian bersama siswa guru memeriksa tugas individu

tersebut. Kemudian guru memberikan reward pada siswa yang memperoleh nilai terbaik pada

saat itu. Pada akhir penutupan guru memberikan penguatan tentang materi yang dipelajari

serta menginformasikan pelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Pada siklus I banyak terdapat kelemahan-kelemahan sehingga ,ketuntasan belajar

secara umum belum berhasil. Hal ini disebabkan karena ; 1.Siswa belum terbiasa dengan

metode Jigsaw 2.Siswa belum memahami terutama tanggung jawabnya sebagai kelompok

ahli dalam model Jigsaw, 3.Siswa belum dapat sepenuhnya menyampaikan hasil diskusi pada

kelompok ahli tadi, 4.Kurang menariknya dalam menyampaikan apersepsi, guru kurang

berhasil menumbuhkan rasa percaya diri anak untuk berhasil dalam pembelajaran dan guru

juga belum sepenuhnya dalam penguasaan kelas ketika diskusi berlangsung , 4. Siswa belum

terbiasa dalam menyampaikan hasil diskusi.

Menurut Wigfield (dalam Nur 2008: 24) “bahwa sumbangan bersama dua faktor,

yaitu keyakinan siswa bahwa mereka mampu dan nilai yang mereka berikan terhadap sukses

akademik, lebih besar daripada kemampuan mereka sebenarnya dalam meramalkan hasil

belajar mereka”. antusias teman-temannya yang lain malah asik dengan kegiatan mereka

sendiri ada juga yang bikin topeng-topengan dan ketika guru mencoba untuk bertanya malah

siswa tersebut bengong.Ketika diskusi pada kelompok ahli ada siswa yang tidak bisa

menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahlintadi. Misalnya komentar yang disampaikan

di akhir pembelajaran :

Hendra: teman-teman yang lain banyak bermain, kami jadi terganggu ”, dia tidak ikut

bekerja.

Bagi anak yang betul bekerja menyampaikan: “saya bisa,soal-soal terasa mudah, tapi saya

belum berani maju ke depan, karena saya takut salah”.

Gefira : Pelajaran IPA hari ini bagian-bagian tumbuhan ini menyenangkan, tapi hanya saya

dan Atika yang banyak mengerjakan soal yang ada di. Komentar-komentar dari 3 siswa ini

mewakili tanggapan yang diberikan beberapa siswa setelah melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Kelemahan yang terjadi pada proses pembelajaran di atas merupakan satu

kesatuan yang saling mendukung. Pernyataan ini diperkuat dengan pernyataan bahwa

“keputusan kelompok lebih mudah diterima oleh anggota bila mereka turut memikirkan dan

memutuskan bersama- sama” (Nasution, 2004: 150). Kelemahan-kelemahan yang terdapat

pada siklus I ini bukan menjadi hambatan untuk melaksanakan perbaikan pada siklus II

sehingga pembelajaran pada siklus II bisa mencapai suatu keberhasilan.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

138

Hasil analisis nilai tes pada siklus I disajikan pada tabel berikut ini:

Kategori

Penilaian

Rentang Nilai Hasil

Jumlah siswa Presentase

Amat Baik 86-100 1 8,3%

Baik 70-85 4 33,3%

Cukup 51-69 3 25%

Kurang 0-50 4 33,3%

Rata-rata kelas 59,91

Dari hasil tugas yang dilaksanakan seperti yang tercantum pada tabel di atas dapat

dijelaskan, bahwa dengan menerapkan pembelajaran Jigsaw untuk siklus I dari 12 orang anak

diperoleh nilai untuk 1 orang anak sudah amat baik, 4 orang anak mendapatkan nilai baik ,

sehinga presentase ketuntasan belajar siswa adalah 41,6% dalam hal ini lebih banyak yang

belum menguasai yaitu sebanyak 58,4 % yang belum tuntas. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa pada siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang belum

memperoleh nilai > 70 hanya sebesar 41%. Hal ini disebabkan karena kelemahan kelemahan

yang telah diterakan sebelumnya tadi.

SIKLUS 2

Berpedoman dari kelemahan–kelemahan yang terjadi di siklus I maka di siklus ke II

guru melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran .Sehingga kekurangan-kekurangan

yang ada pada siklus I dapat diminimalisir pada siklus II. Pada siklus ini, pembelajaran

berjalan dengan baik guru sudah memberikan inovasi baru terutama untuk merangsang

semagat dari siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri kepada siswa dengan menggunakan

gaya bahasa dan ekspresi penyampaian yang sangat memotifasi terhadap siswa untuk

mengikuti pembelajaran, yaitu berupa teriakan :” aku semangat, percaya diri, aku bisa”.

Keunggulan pada siklus II juga terkait dengan peragaan media langsung berupa tumbuh-

tumbuhan yang dibawa langsung kedalam kelas untuk masing-masing kelompok dengan

bimbingan guru siswa mengamati media langsung tersebut dengan antusias sehingga

membangkitkan dan terus mempertahankan rasa ingin tahu siswa sepanjang pelajaran itu.

Kemudian guru memperjelas lagi tugas dari kelompok ahli yang harus bisa menguasai

materinya dan apa tanggung jawabnya terhadap kelompok asal nati, dengan memberi

penekanan setelah diadakan kuis maka akan kelihatan materi bagian mana yang banyak

kesalahan dalam kuis tersebut. Pada pembagian kelompok juga ada perobahan, dimana

dengan jumlah siswa kelas IV yang jumlah 12 orang dibagi hanya dua kelompok yang

masing-masing kelompok beranggotakan enam orang, dimana ada dua orang yang bertugas

sebagai tim ahli yang bertugas menguasai satu konsep. Hal ini dilakukan agar ketika kembali

ke kelompok asal mereka bisa saling mendukung untuk menyampaikan hasil diskusinya

dikelompok ahli tadi. Penguatan ketika siswa enggan untuk menyampaikan hasil diskusinya

adalah dengan memotifasi bagi yang lebih dulu menyampaikan hasilnya akan mendapat nilai

atau poin tambahan atau bonus bagi kelompoknya. Penguatan ini bertujuan untuk

meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

139

motivasi belajar . Dari reward yang disampaikan itu maka semua kelompok berlomba untuk

cepat menyelesaikan dan menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas.

Pada hasil pengamatan dengan meminta komentar pada siswa di akhir pembelajaran

seperti yang dimuat berikut ini:

Maulana : “Pelajaran hari ini sangat menyenangkan karena memakai alat peraga yang

langsung dengan tumbuhanya,dikelompok kami semua teman-teman bersemangat

mengamatinya.”

Rahmat : “Saya senang sekali dan saya bangga ternyata kepercayaan diri saya mendapatkan

hasil yang bagus, kemarenya saya takut salah”. Peningkatan kualitas pembelajaran pada

Pembelajaran di siklus II ini ini juga disebabkan karena guru telah mampu menguasai

pembelajaran dengan baik dan telah dapat menjelaskan dan mengarahkan ketika proses

model Jigsaw berlangsung dan dengan pemanfaatan media langsung ternyata lebih

meningkatkat keinginan siswa untuk mengamatinya dengan maksimal.

Berdasarkan uraian data diatas, tergambar bahwa aktivitas guru dan aktivitas siswa

pada

siklus II meningkat dari siklus I yang diikuti dengan peningkatan hasil belajar siswa.

Kesimpulan akhirnya bahwa kualitas proses dan hasil belajar telah berhasil dan mencapai

ketuntasan yang ditetapkan sekolah yaitu belajar dikatakan tuntas bila minimal 70% siswa

mendapat nilai ≥ 70 dan rata- rata kelas ≤ 60, sehingga penelitian ini dapat diakhiri.

Hasil analisis nilai tes pada siklus II tertera seperti Tabel berikut:

Kategori

Penilaian

Hasil siklus I Hasil siklus II

Rentang

Nilai

Jumlah siswa Presentase Jumlah siswa Presentase

Amat Baik 86-100 1 8,3% 3 25%

Baik 70-85 4 33,3% 8 66,6%

Cukup 51-69 3 25% 1 8,3%

Kurang 0-50 4 33,3% - 0

Rata-rata kelas 59,91 78,75

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diambil kesimpulan:dengan

penggunaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan penggunaan alat peraga objek

langsung pada mata pelajaran IPA dengan materi Struktur dan fungsi bagian tumbuhan dapat

Gambar 3: Guru memberi penguatan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

140

meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri 14 Batam, yang ditunjukkan dengan

rata-rata kelas pada siklus I sebesar 59,91 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 41,6%

dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 78,75 dan ketuntasan belajar secara

klasikal mencapai 91,6%.

Berdasarkan kesimpulan diatas ada beberapa saran yang perlu disampaikan seperti

berikut ini: (1). Guru diharapkan bisa menggunakan model jigsaw pada materi-materi lainya.

(2). Guru juga dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan

disampaikan. (3). Menggunakan model pembelajaran lebih baik lagi mengkombinasikan

dengan media pembelajaran yang lebih menarik.

Daftar Pustaka

G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit, .Noehi Nasution, 2004 Penelitian Tindakan Kelas

http://belajarpsikologi.com/model-pembelajaran-kooperatif-

jigsaw/http://www.goodreads.com/book/show/1968615.Prinsip_Prinsip_dan_Teknik

_Evaluasi_Pengajaran

(Nasution, 2004) Penggunaan alat peraga kit ipa melalui Pembelajaran model arias untuk

meningkatkan Hasil belajar siswa pada materi pesawatSederhana

Ngalim Purwanto. 2006. Meningkatkan kemampuan dalam membuat motor Lsitrik elalui

metode praktek bagi siswa kelas VI Sdn.48/ix Sarang Burung .

Zubaidah, Siti dkk. 2013. Ragam Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Malang:

Universitas Negeri Malang.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

141

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK

MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP MOL

DI KELAS X JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMK BRAWIJAYA BATU

Lilik Suryantini

SMK Brawijaya Batu

[email protected]

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas belajar kimia siswa

dengan penerapan pendekatan metode pembelajaran problem solving. Metode penelitian

yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang secara umum terdiri dari

dua siklus, masing-masing siklus terdapat 4 (empat) tahapan yaitu perencanaan, tindakan,

observasi, refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X Teknik Pemesinan yang

berjumlah 28 siswa. Penelitian ini di fokuskan pada materi konsep mol yang mencakup

konversi jumlah mol ke dalam jumlah partikel, jumlah massa, jumlah volume, hipotesis

Avogadro, rumus empiris, rumus molekul dalam senyawa. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah tes, lembar observasi dan angket siswa. Dari hasil penelitian pada siklus

II terjadi peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa dari siklus I yaitu. Pada siklus II,

diperoleh rata –rata nilai post test siswa 77,26 dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa

mencapai 89,29% siswa mencapai nilai 70. Dan dari hasil angket siswa serta hasil

observasi terhadap pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan metode

problem solving memberikan dampak yang positif bagi siswa dalam proses belajar

mengajar.

Kata kunci: Konsep Mol, aktifitas belajar,pendekatan problem solving.

Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia diwujudkan dalam Permendikbud No

103 th 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Prinsip-

prinsip pengembangannya antara lain peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu, peserta

didik belajar dari berbagai sumber belajar, pemebelajaran berbasis kompetensi, pembelajar

yang mengutamakan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar, sepanjang hayat,

pembelajaran yang berlansung dirumah, di sekolah dan masyarakat, pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran.

Kondisi di sekolah saat ini jumlah siswa klas X TPM SMK Brawijaya berjumlah 30 laki laki

semua, berdasarkan pengamatan selama pembelajaran,dari data hasil tes awal, pada konsep

mol, kemampuan siswa klas X teknik pemesinan menunjukan kemampuan yang rendah dari

28 siswa, ditemukan hanya 8 orang ( 26,4%) yang berhasil mencapai KKM 70, dan sisanya

yang telah ditetapkan guru dibawah KKM (70) artinya siswa kelas X TPM mengalami

masalah dalam memahami konsep mol. Rendahnya kemampuan siswa pada konsep Mol

tersebut ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: kurangnya perhatiaan dalam mengikuti

pembelajaran, siswa kurang fokus disaat pembelajaran, berlangsung, siswa tidak aktif, dan

sebagian besar hanya diam mendengar penjelasan guru, siswa kurang respon dalam

mengerjakan LKS minimnya kemampuan siswa, siswa masih bingung melaksankan perintah

guru, siswa tidak banyak mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab pertanyaan.

Menyadari belum optimalnya kemampuan siswa pada konsep mol yang ditandai dengan

rendahnya kemampuan siswa menuntut guru melakukan perbaikan pembelajaran, agar

kemampuan siswa terhadap materi konsep mol dpat meningkat.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

142

Selama ini guru hanya menyajikan pembeljaran tentang konsep mol hanya dengan

menggunakan ceramah dan metode penugasan tanpa refleksi sehingga siswa tidak aktif dan

tidak mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan pengalamn sehari-hari,

oleh karena itu kemampuan dan aktifitas siswa perlu ditingkatkan.

Salah satu upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

tentang konsep mol adalah dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.

Metode pembelajaran problem solving adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan

siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Metode ini menuntut

kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi program, mencari hubungan antara

berbagai data yang terkumpul kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil

pemecahan masalah. Menurut Yusuf Djajadisastra (1985:98) metode pembelajaran problem

solving sebagai metode berfikir yang merupakan suatu cara mengajar yang merangsang

seseorang untuk menganalisis dan melakukan sintesis dalam kesatuan struktur atau situasi di

mana masalah itu berada atas inisiatif sendiri. Sedangkan menurut Mu’Qodin (2002)

mengatakan bahwa problem solving adalah merupakan suatu keterampilan yang meliputi

kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentikasi masalah dengan

tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif

tersebut sehubungan dengan hasil yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana

dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

Metode pembelajaran problem solving dipilih dan digunakan sebagai solusi dalam

meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa dalam pembelajaran kimia tentang materi

konsep mol karena (a) dapat memberikan kemampuan siswa bagaimana cara memecahkan

masalah-masalah secara objektif dan tahu benar apa yang dihadapi; (b) melatih siswa untuk

bisa memecahkan soal-soal kimia secara sistematis dan mampu mengaitkan konsep yang satu

dengan yang lain; (c) membantu siswa memahami konsep-konsep kimia dan saling

keterkaitannya dan juga penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalm kehidupan sehari-

hari dan teknologi. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Sanjaya (2009) bahwa pemberian

masalah akan merangsang pemikiran siswa untuk membuktikannya. Dengan demikian, siswa

terdorong untuk mencari pemecahan masalah dengan cara menentukan rumusan masalah

yang akan dipecahkan, mencari teori-teori yang mendukung untuk solusi pemecahan

masalah, menguji sendiri kebenaran teori yang telah dipilih sebagai solusi pemecahan

masalah, serta menyimpulkan hasil pembelajaran dalam bentuk konsep baru sebagai jawaban

pemecahan masalah. Berdasarkan pemikiran di atas, untuk mengetahui efektivitas

penggunaan metode pembelajaran problem solving dalam meningkatkan hasil belajar siswa

kelas X Jurusan Teknik Pemesinan SMK Brawijaya Batu pada materi konsep mol, dan

menuangkan dalam suatu laporan penelitian tindakan kelas Laporan PTK) dengan judul

“Penerapan metode pembelajaran problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa

pada materi konsep mol di kelas X Jurusan Teknik Pemesinan SMK Brawijaya Batu.

METODE PENELITIAN

Pemecahan masalah untuk meningkatkan masalah rendahnya hasil belajar siswa pada

materi konsep mol yang ditandai dengan rendahnya hasil belajar yang akan dilakukan peneliti

adalah dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving. Dengan menggunakan

metode pembelajaran problem solving tersebut diharapkan adanya perbaikan proses

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

143

pembelajaran sehingga hasil belajar serta aktivitas siswa pada materi konsep mol dapat

meningkat.

Metode pembelajaran problem solving dalam pembelajaran pada materi konsep mol di

kelas X Jurusan Teknik Pemesinan SMK Brawijaya Batu dilaksanakan dengan tahapan-

tahapan sebagai berikut: (1) analisis, (2) perencanaan, (3) perhitungan, dan (4) pengecekan.

Penelitian Tindakan Kelas ini secara umum bertujuan untuk mengetahui upaya guru

dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep mol dengan menggunakan

metode pembelajaran problem solving di kelas X Jurusan Teknik Pemesinan SMK Brawijaya

Batu, serta meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep mol dengan menggunakan

metode pembelajaran problem solving.

Langkah-langkah PTK dijabarkan sebagai berikut:

Prosedur penelitian setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut

Siklus 1;

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan

adalah:

1) Membuat skenario pembelajaran.

2) Membuat slide presentasi.

3) Membuat lembar observasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilaksanakan guru dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario

pembelajaran yang telah direncanakan. Untuk setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali

pertemuan.

c. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan secara langsung dan secara teliti terhadap suatu

peristiwa/kejadian dalam situasi disuatu tempat, dengan atau tanpa alat Bantu Pengamatan

yang dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi aktivitas guru dan

aktivitas siswa.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti bersama guru mendiskusikan hasil tindakan yang telah

dilaksanakan, kemudian bila perlu merevisi tindakan berikutnya. Data yang diperoleh melalui

pengamatan dan tes hasil belajar disusun, dijelaskan dan akhirnya dianalisis dengan cara

mendeskripsikan atau menyajikan dalam bentuk perbandingan rata-rata untuk setiap siklus.

Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti membuat skenario pembelajaran berdasarkan desain

pembelajaran disertai soal-soal kimia dan siswa mempersiapkan persentasi pembelajaran

menggunakan power point. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi untuk

mengamati jalannya proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

144

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP dan skenario pembelajaran

yang telah dipersiapkan. Siswa melakukan presentasi sesuai dengan materi masing-masing

secara berkelompok.Siswa mendiskusikan hasil presentasi kelompok.

c. Observasi

Proses observasi pada siklus II, meliputi kegiatan guru dalam menyajikan materi,

mengelola kelas dan membimbing siswa. Selain itu diamati juga aktivitas siswa ketika

presentasi materi secara berkelompok, demikian pula dengan aktivitas diskusinya.

d. Refleksi

Hasil siklus II didiskusikan dan hasilnya dipergunakan untuk laporan dan

pertimbangan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil tes , data observasi berupa pengamatan

pengelolaan belajar dengan pembelajar model problem solving dan pengamatan aktivitas

siswa dan guru pada saat pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Siklus

I diawali dengan tahap perencanaan, yaitu peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1, Lembar Kerja Siswa (LKS) 1,

Lembar Pengamatan Siswa 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Tahapan berikutnya adalah kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada

tanggal 17 oktober 2016 di SMK Brawijaya Batu dengan subyek penelitian adalah siswa

kelas X TPM, yang berjumlah 28 orang. Pada penelitian ini guru yang bertindak sebagai

peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran problem solving guna meningkatkan

aktivitas belajar kimia siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan pembelajaran.

Gambar 1. Guru melaksanakan pembelajaran. Gambar 2. Guru membimbing saat diskusi.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

145

Pada akhir pembelajaran siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun data hasil

penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Perhitungan Hasil Post Test Siklus I

Skor per tahap

Skor

tiap soal Nilai Anali-sis

(1)

Peren-

canaan

(0,5)

Perhi-

tungan

(3)

Penge-

cekan

(0,5)

Persentase

per tahap 96% 95% 61% 89% 75%

Jumlah Nilai 2087

Rata-rata Nilai 74,52

Nilai Maks 87

Nilai Min 43

Jumlah Peserta 28

Jumlah Tuntas 20

Jumlah Tidak Tuntas 8

Persentase 71,43%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Pembelajaran

Problem solving .diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 74,52 dan ketuntasan

belajar mencapai 71,43 % atau ada 20 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar,

karena siswa sepenuhnya belum memahami penerapan pelaksanaan metode pembelajaran

problem solving.

Hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dijadikan bahan untuk perbaikan proses

pembelajaran pada siklus II. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016 di kelas X TPM. Dengan jumlah siswa 28.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu

pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan siswa bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Gambar 3. Guru menyampaikan motivasi. Gambar 4.Guru membimbing diskusi.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

146

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 2 dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Perhitungan Hasil Post Test Siklus II

Skor per tahap

Skor

tiap soal Nilai Anali-sis

(1)

Peren-

canaan

(0,5)

Perhi-

tungan

(3)

Penge-

cekan

(0,5)

Persentase

per tahap 96% 99% 65% 89% 77%

Jumlah Nilai 2163

Rata-rata Nilai 77,26

Nilai Maks 90

Nilai Min 50

Jumlah Peserta 28

Jumlah Tuntas 25

Jumlah Tidak Tuntas 3

Persentase 89,29%

Berdasarkan data diatas yang diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,26 dan

dari 28 siswa yang telah tuntas sebanyak 25 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan

belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 89,29 % (kategori

tuntas).

Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya

peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan

guru dalam menerapkan belajar dengan penerapan pembelajaran Pendekatan Problem

Solving, sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga

siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Setiap akhir pembelajaran,

selalu dilakukan tahapan refleksi, untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses dan hasil

belajar yang diharapkan. Pada tahap ini dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun

yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaraaan

pendekatan problem solving. Dari hasil pengamatan beberapa observer dan hasil refleksi

pelaksanan pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut:

Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran

dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase

pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar

Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses

belajar berlangsung, siswa merasa senang selama proses pembelajaran dengan

metode problem solving karena mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka

dengan latihan latihan yang diberikan.

Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan

peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

147

Hasil pada siklus II diperoleh ketuntasan dan aktivitas belajar siswa yang meningkat

dan telah mencapai indikator keberhasilan indikator yang telah ditetapkan.Oleh

karena itu peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian pada siklus II ini.

Pada siklus II guru telah menerapkan belajar dengan metode pembelajaran pendekatan

problem solving, dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan

perbaikan, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan

dan mempertahankan apa yang telah ada sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

dalam proses pembelajaran. Sehingga melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa

pembelajaran pendekatan problem solving pada pembelajaran Kimia pada kelas X TPM di

SMK Brawijaya Batu. memiliki dampak positif dalam meningkatkan minat dan hasil belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi

yang disampaikan guru, yaitu; Siklus I (71,43%), dan pada siklus II (89,29%). Hal ini berarti

ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran, Berdasarkan analisis data,

diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat

ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus

mengalami peningkatan.

Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, penerapan pembelajaran pendekatan

problem solving adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu

masalah agar dipecahkan. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah belajar dengan metode pembelajaran pendekatan problem

solving. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing

dan mengamati siswa dalam mengerjakan LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi

umpan balik/evaluasi/tanya jawab .

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat

diambil kesimpulan bahwa: Hasil belajar kimia siswa pada materi konsep mol dari siklus I ke

siklus II mengalami peningkatan, nilai rata rata hasil yang dilakukan pada siklus I dengan

hasil postest adalah 74,52 dan persentase siswa yang mencapai nilai 70 adalah 71,43%.

Setelah dilakukan perbaikan–perbaikan pada tahap–tahap penyelesaian masalah, ringkasan

materi yang diberikan kepada siswa,cara penyampaian materi oleh guru, metode

pembelajaran yang dilakukan pada siklus II, rata – rata hasil pos test siswa mencapai 77,26

dan persentasi siswa yang mendapatkan nilai 70 adalah 89,29%. Angka ini sudah cukup

dari batas ketercapaian yang ditentukan artinya bahwa penelitian ini dapat dikatakan berhasil.

Aktifitas pembelajaran pada kedua siklus mengalami peningkatan yang segnifikan.

Pada siklus I siswa masih banyak yang belum tuntas belajarnya, karena pelum paham benar

prosedur dan langkah-langkah efektif untuk problem solving. Pada siklus II siswa sudah

mendapat pengalaman tentang pendekatan problem solving sehingga pembelajaran berjalan

efektif dan efisien sesuai RPP.

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini,peneliti mencoba memberikan beberapa

saran sebagai berikut: (1). Penerapan pembelajaran problem solving dapat dikolaborasikan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

148

dengan model pembelajaran kooperatif sehingga siswa dapat lebih aktif dalam dalam proses

pembelajaran. Kelengkapan media pembelajaran juga dapat membantu guru dalam

menerapkan pembelajaran problem solving ini sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai

dengan lebih baik.

Daftar Pustaka

Djajadisastro, Y. 1985. Pengaruh Penerapan Metode Problem Solving. Bandung Aksara

Mentari. 2012. Modul Untuk Kimia Kelas X. CV Graha Pustaka Jakarta Selatan.

Metternikh, V. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student

Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI

SD Negeri 02 Kaur Utara Kabupaten Kaur Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal MIPA.

Muqodin. 2002. Problem Solving dan Masalahnya.

Sanjaya. 2009. Indikator dalam Pemahaman Konsep. Prenada Media Group Jakarta.

Saidah, A, Michael, P. 2012. Kimia Untuk Kelas X. Penerbit Erlangga.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

149

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN PADA MATERI PEMASARAN

KELAS XI TP4-B SEMESTER 3 TAHUN PELAJARAN 2016-2017 DI SMK NEGERI

3 BATU

Anik Atifah

SMK Negeri 3 Batu

[email protected]

Abstrak : Hasil belajar yang masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di

kelas XI TP4-B SMK Negeri 3 Batu merupakan dampak dari permasalahan yang timbul

pada proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu perlu adanya inovasi

pembelajaran yang dapat meningkatkaan hasil belajar siswa.Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode bermain peran

pada materi pemasaran siswa kelas XI TP4-B di SMK Negeri 3 Batu.Penelitian ini

menggunakan setting penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam bentuk siklus, dimana

dalam setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi.Subyek dari penelitian ini adalah 25 siswa kelas XI TP4-B yang

terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.Hasil dari penelitian menunjukkan

bahwa melalui metode bermain peran pada materi pemasaran dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas XI TP4-B di SMK Negeri 3 Batu. Terbukti dapat meningkatkan hasil

belajar siswa sebesar 28 % dari siklus 1sebesar 56% ke siklus 2 sebesar 84% siswa yang

tuntas. Langkah pembelajaran bermain peran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa

meliputi (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2) menyusun naskah

drama (3) memilih partisipan/peran, (4) menyusun tahap-tahap peran, (5) menyiapkan

pengamat, (6) pemeranan, (7) diskusi dan evaluasi, (8) membagi pengalaman dan

mengambil kesimpulan.

Kata Kunci : Hasil Belajar , Metode Bermain Peran , Materi Pemasaran

Pendidikan di Indonesia pada dasarnya merupakan proses menuju masyarakat yang

unggul dalam persaingan global. Salah satu faktor pendukung keberhasilan bidang

pendidikan dipengaruhi cara belajar dan mengajar yang ada pada saat ini (Suwarni. 2015).

Menurut Lie (di dalam Suwarni. 2015) paradigma lama dalam dunia pendidikan

menganggap bahwa belajar mengajar adalah memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa.

Tugas seorang guru adalah memberi, sedangkan tugas siswanya adalah menerima. Guru

memberikan informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya . Hal ini

tidak relevan dengan tuntutan pendidikan saat ini yang mengganggap bahwa “belajar

merupakan suatu proses aktif, pelajar mengkonstruksi arti, yang berupa teks, dialog, dan

pengalaman. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang

mereka lihat, dengar, rasakan dan alami”.

Mengacu pada landasan teknik penyusunan KTSP Sekolah Menengah Kejuruan,

tercantum jelas bahwa satu landasannya yaitu Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang

Standar Proses untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa :

“Proses pendidikan pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif , menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”(Depdiknas. 2009).

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

150

Kenyataan menunjukkan bahwa banyak guru yang masih menggunakan cara

pengajaran dengan paradigma lama sebagaimana dikatakan Suwarni (2015) bahwa metode

yang sering digunakan guru adalah ceramah dan tugas, sehingga aktivitas peserta didik sangat

rendah, karena tidak menutup kemungkinan tugas yang diberikan hanya berupa hasil

mencontek teman. Jadi guru hanya memberikan informasi .Fenomena ini juga masih banyak

terjadi di SMK Negeri 3 Batu.Paradigm lama ini membuat siswa bosan dan berdampak pada

hasil belajarnya menjadi rendah atau kurang memuaskan.Begitu juga pelajaran

kewirausahaan yang disampaikan kepada siswa di SMK Negeri 3 Batu selama ini masih

banyak yang menggunakan metode ceramah, sehingga pesan yang disampaikan tidak banyak

memiliki makna bagi siswa sehingga hasil belajar siswa secara umum masih rendah (kurang

dari KKM).

Berangkat dari pemikiran di atas maka perlu upaya peningkatan hasil belajar

khususnya pada mata pelajaran kewirausahaan dengan melibatkan siswa untuk ikut serta aktif

dalam pembelajaran.Metode pembelajaranyang dapat digunakan untuk membuat siswa

memahami materi dan memberi makna pada siswa salah satunya adalah dengan metode

bermain peran .

Menurut Mulyasa (2006) (dalam Sari, 2009), bermain peran (Role Playing) diarahkan

pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarmanusia, terutama yang

menyangkut kehidupan peserta didik. Sedangkan menurut Nawawi (dalam Liza. 2015)

menyatakan bahwa bermain peran adalah mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-

orang tertentu dalam posisi yang membedakan peranan masing-masing dalam suatu

organisasi atau kelompok di masyarakat.Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan

bahwa metode bermain peranadalah suatu metode pembelajaran dimana penguasaan bahan

pelajaran melalui penghayatan siswa dengan cara bermain peran sehingga pembelajaran

lebih bermakna dan siswa lebih aktif.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model bermain peran menurut Shaftel

(dalam Suwarni. 2015) adalah : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2)

menyusun naskah drama (3) memilih partisipan/peran, (4) menyusun tahap-tahap peran, (5)

menyiapkan pengamat, (6) pemeranan, (7) diskusi dan evaluasi, (8) membagi pengalaman

dan mengambil kesimpulan.

Beberapa peneliti telah melakukan kajian tentang pembelajaran yang menerapkan

model bermain peran. Diantaranya adalah Suwarni (2015) dan Liza (2015).Suwarni (2015)

mengatakan bahwa guru perlu mengupayakan pembelajaran yang dapat melibatkan peran

aktif peserta didik dalam pembelajaran, bekerjasama dengan sesama peserta didik dalam

tugas-tugas terstruktur dan saling berinteraksi dengan sesama agar tercipta pembelajaran yang

aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang salah satunya melalui metode bermain

peran.Liza (2015) mengatakan bahwa metode bermain peran dapat meningkatkan

kemampuan berbicara siswa pada matapelajaran Bahasa Inggris.Dengan demikian metode

bermain peran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran.

Oleh karena itu penting untuk melakukan kajian tentang penerapan metode bermain

peran untuk meningkatkan hasil belajar kewirausahaan pada materi pemasaran untuk siswa

kelas XI TP4-B semester 3 SMK Negeri 3 Batu.

METODE

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

151

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan prosedur Penelitian Tindakan Kelas, yaitu

berlangsung dalam dua siklus. Waktu pelaksanaan penelitian siklus pertama adalah tanggal

14 Oktober 2016 dan 21 Oktober 2016.Sedangkan waktu pelaksanaan siklus kedua adalah 4

Nopember 2016 dan 11 Nopember 2016.

Mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran

Kewirausahaan pada materi pemasaran.

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Batu , yang dilaksanakan pada semester 3

tahun pelajaran 2016/2017. Rentang waktu pelaksanaan mulai dari bulan Oktober sampai

dengan Nopember 2016.Subjek penelitian tindakan ini siswa kelas XI TP4-B dengan jumlah

siswa 25 siswa yang terdiri dari15 laki-laki dan 10 perempuan.

Pada tahap perencanaan yang disiapkan adalah :(1) menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) beserta skenario yang akan dilaksanakan, (2) menyiapkan materi, (3)

menyusun pedoman pengamatan aktivitas siswa maupun guru dalam pembelajaran, serta (4)

menyiapkan lembar tes .Setelah tahap perencanaan ada tahap pelaksanaan sekaligus

pengamatan tindakan penelitian yang meliputi : (1) Guru membentuk kelompok yang terdiri

dari 4-5 siswa per kelompok; (2) Guru meminta kelompok menyusun naskah drama atau

skenario yang akan ditampilkan; (3) Guru meminta siswa untuk mempelajari naskah/skenario

yang sudah dibuat sebelum KBM; (4) Guru meminta kelompok secara bergantian untuk

mensimulasikan atau memerankan skenario yang sudah dibuat; (5) Guru menyampaikan hal-

hal terkait dengan peran dan pesan yang akan disampaikan; (6) Guru meminta kepada semua

siswa yang tidak tampil untuk mengamati penampilan kelompok pemeran ; (7) Guru dan

siswa yang tidak tampil mengamati kelompok pemeran; (8) Guru membimbing siswa untuk

melakukan diskusi dan evaluasi terhadap hasil pengamatan drama; (9) Guru membimbing

siswa membuat kesimpulan dari hasil diskusi dan evaluasi yang telah dilakukan .

Pada tahap pelaksanaansiklus 1 bulan Oktober 2016, siklus 2 bulan Nopember 2016.Waktu

yang diperlukan setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran x 45 menit untuk satu

kali pertemuan.

Pada siklus 1, di pertemuan pertama guru meminta siswa untuk mempelajari

materi.Kemudian guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang masing-masing

kelompok terdiri dari 4-5 siswa.Tiap-tiap kelompok diberikan tugas menyusun naskah drama

yang bertemakan pelayanan prima.Pada pertemuan kedua, guru meminta siswa untuk

mensimulasikan atau memerankan naskah yang sudah disusun pada pertemuan sebelumnya

dan memberikan tes tentang pelayanan prima.Pada siklus 2 langkah pertemuan pertama

maupun kedua sama dengan siklus 1, hanya materinya yang berbeda yaitu promosipersonal

selling dengan menggunakan teknik menjual teori AIDAS.

Pada tahap Observasidilaksanakan oleh seorang observer yaitu teman sejawat dengan

menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.Selanjutnya tahap

refleksi dilakukan, kegiatan yang baik hendaknya dipertahankan dan kegiatan yang

mengalami kekurangan dapat diperbaiki agar tidak terulang kembali.

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah skor hasil belajar siswa dan skor hasil

pengamatan kegiatan pembelajaran guru. Penelitian dikatakan berhasil apabila 80% siswa

memperoleh skor di atas atau sama dengan 75 yang merupakan KKM dari mata pelajaran

kewirausahaan kelas XI SMK Negeri 3 Batu, dan skor lembar pengamatan kegiatan

pembelajaran guru memiliki kategori sangat baik.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

152

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus dan 4 kali pertemuan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa kelas XI TP4-B SMK Negeri 3 Batu. Berikut siklus-siklus serta deskripsi

kegiatannya diuraikan sebagai berikut .

Siklus I

Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan

/pengumpulan data dan refleksi.

Perencanaan

Kegiatan perencanaan dilakukan dalam 5 (lima) aktifitas. Pertama, menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta skenario yang akan dilaksanakan dengan materi

pemasaran pada sub materi pelayanan prima. RPP pada siklus 1 ini terdiri dari dua

pertemuan. Pertemuan pertama berisi langkah bermain peran menyusun naskah, langkah yang

lain muncul pada pertemuan ke dua. Kedua, menyiapkan fasilitas pendukung yang

dibutuhkan, dalam hal ini naskah drama yang disusun oleh siswa (secara

kelompok).Ketiga,menyiapkan buku untuk mengumpulkan data saat pelaksanaan

pembelajaran.Keempat,menyiapkan lembar pengamatan/pedoman penilaian langkah

pembelajaran bermain peran dan penilaian hasil belajar, serta menyusun tes untuk

mengetahui hasil belajar siswa. Kelima,mengadakan pertemuan dengan teman sejawat dalam

rangka memaksimalkan validasi data yang diambil oleh peneliti pada saat pelaksanaan.

Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Tahapan selanjutnya adalah tindakan berdasarkan perencanaan dan persiapan yang telah

disusun sekaligus pengamatan. Pelaksanaan tindakan pertemuan pertama dan kedua, masing-

masing dilakukan tanggal14 dan 21 Oktober 2016. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2

jam pelajaran.

Pada pertemuan ke 1

Pada kegiatan awal, guru mengecek kehadiran siswa, memberikan apersepsi terkait dengan

bentuk pelayanan prima pada pelanggan dan memberikan motivasi terkait dengan pentingnya

kemampuan penyusunan naskah. Salah satu kompetensi keahlian jurusan TP4 (Broadcasting)

adalah menyusun naskah/scrip film. Kegiatan motivasi dilakukan sepertiGambar 1.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

153

Gambar 1.Pemberianmotivasi terkait pentingnya kemampuan penyusunan naskah

Pada kegiatan awal guru melakukan tanya jawab untuk memotivasi siswa belajar

bermain peran.

G: Pada materi ini, kalian harus menyusun naskah drama yang berisikan tentang pelayanan

prima. Sekarang silahkan kalian pelajari materi pelayanan prima, kemudian nanti kalian

buat naskah dramanya dalam bentuk kerja kelompok.Saya yakin pasti kalian bisa karena

kalian anak-anak Broadcasting yang sudah pasti terbiasa membuat scrip film.Bagaimana

anak-anak…siap?

S: Siap bu…(jawaban serempak)

G: Baiklah anak-anak, setelah naskah kalian buat secara berkelompok, nantinya haruskalian

simulasikan/perankan di depan kelas.

S: Baik bu…siap…(jawaban serempak)

Dari dialog tersebut nampak bahwa siswa menjadi termotivasi belajar bermain peran.

Kemudian guru memberikan pengarahan pada kelompok pada saat penyusunan naskah drama

seperti tampak pada gambar 2.

Gambar 2.Guru memberikan pengarahan pada saat diskusi kelompok menyusun naskah drama

Kegiatan inti diawali dengan pembentukan kelompok dengan miminta siswa berkelompok

menjadi 5 kelompok dengan tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa.Setiap kelompok

menyusun naskah drama yang berisikan tentang pelayanan prima dan dikumpulkan untuk

disimulasikan pada pertemuan berikutnya. Pada saat penyusunan naskah yang dikerjakan

melalui diskusi kelompok ada salah satu siswa pada satu kelompok yang bertanya kepada

guru sebagai berikut :

S: Bu…apa pada naskah yang kami susun ini harus ada naratornya?

G : Oh ya benar, maaf saya lupa tadi menyampaikan. Terima kasih sudah menanyakan ini.

Anak-anak, jangan lupa naskah kalian harus ada naratornya ya…narator ini maksudnya

untuk apa anak-anak?

S : Agar penonton memahami jalannya cerita dengan baik bu….

G : Bagus …

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

154

Berdasarkan dialog di atas, siswa dapat memahami pentingnya narator agar penonton dapat

memahami pesan dan jalannya cerita pada naskah yang ditampilkan.

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama ditutup dengan mengumpulkan naskah yang

sudah disusun setiap kelompok, menyampaikan agenda pada pertemuan berikutnya yaitu

mensimulasikan/memerankan naskah drama yang sudah disusun.

Pertemuan ke 2

Kegiatan awal,dimulai dengan memberikan apersepsi oleh guru. Dilanjutkan dengan

menyemangati dan memotivasi siswa untuk menampilkan peran yang baik dalam simulasi.

Bentuk motivasi yang dilakukan guru seperti tampak pada dialog berikut ini.

G: Anak-anak, hari ini kalian akan mensimulasikan naskah pelayanan prima yang sudah

disusun pada pertemuan sebelumnya. Naskah yang sudah disusun akan menjadi nilai

kelompok, sedangkan nilai individu akan ibu ambil dari simulasi yang kalian tampilkan

sesuai peran masing-masing. Paham anak-anak…

S : Paham bu…(jawaban serempak)

Kegiatan inti:Pertama,guru menunjuk kelompok yang harus maju mensimulasikan naskah

drama yang telah disusun. Kedua, guru menyampaikan hal-hal yang terkait dengan peran dan

pesan yang akan disampaikaan sesuai perannya. Berikut adalah dialog guru dan siswa terkait

dengan tampilan yang harus dimunculkan dalam bermain peran.

G : Maksimalkan penampilan kalian sesuai peran masing-masing, terutama ekspresi wajah

dan bahasa yang kalian gunakan harus baik dan komunikatif.

S : Baik bu…(jawaban serempak)

Pemberian penekanan terkait dengan penampilan yang harus dimunculkan dalam bermain

peran dilakukan guru dengan cara meminta kelompok yang ditunjuk bermain peran untuk

maju ke depan dan diberikan pengarahan sekaligus pesan yang terkait dengan isi naskah yang

harus diperankan, seperti gambar 3.

Gambar 3.Guru menyampaikan hal-hal yang terkait dengan peran dan pesan yang akan disampaikaan

sesuai perannya

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

155

Ketiga, meminta semua siswa yang tidak tampil untuk mengamati simulasi kelompok

pemeran.

G : Untuk siswa yang tidak tampil, tugas kalian adalah mengamati simulasi dengan cermat,

perhatikan ekspresi serta bahasa yang digunakan oleh para pemeran.

S : Siap bu…(jawaban serempak)

Keempat, guru mengamati siswa yang tampil sesuai peran masing-masing seperti tampak

pada gambar 4.

Gambar 4. Gurubeserta siswa mengamati kelompok yang sedang simulasi sesuai peran masing-

masing

Pada saat pengamatan ada kelompok yang tidak memperhatikan dengan baik kelompok

penampil.Nampaknya mereka sibuk mempersiapkan naskah dan peran yang harus mereka

tampilkan nanti. Guru segera mendekati kelompok tersebut dan meminta kelompok untuk

memperhatikan penampilan kelompok di depan. Kelima, guru membimbing dan

mengarahkan diskusi dan evaluasi dari hasil pengamatan.Diskusi dilakukan setiap kali

kelompok selesai tampil mensimulasikan naskah masing-masing.Keenam, guru membimbing

siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi dan evaluasi hasil simulasi.

Kegiatan penutup :guru menutup pelajaran dan menyampaikan agenda pembelajaran

pada pertemuan berikutnya yaitu promosi personal sellingdengan teknik menjual teori

AIDAS.

Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran pada siklus 1 dilakukan tes akhir siklus 1 dengan

cara memberikan soal tentang pelayanan prima sebanyak tiga soal dalam bentuk essay

(uraian) yang harus diselesaikan dalam waktu 20 menit.

Refleksi

Dari hasil pengamatan pelaksaanaan siklus 1 dapat ditemukan.Pertama,ada kelompok yang

kurang aktif mengamati simulasi/bermain peran yang dilakukan kelompok lain karena sibuk

mempersiapkan penampilan kelompoknya. Hal ini menyebabkan kelas menjadi agak gaduh

dan tidak semua siswa terkonsentrasi pada penampilan kelompok pemeran.Kedua, siswa

tidak dapat mengatur waktu secara efektif dan efisien, sehingga waktu yang terambil tidak

sesuai dengan yang direncanakan.Ketiga, ketika semua kelompok (lima kelompok) tampil,

waktu tidak mencukupi. Keempat, ada kelompok yang belum siap / belum hafal dengan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

156

peran yang harus dimainkan. Kelima, beberapa siswa yang bermain peran kurang menghayati

perannya dengan baik, sehingga pesan tidak tersampaikan dengan baik.Keenam, evaluasi

untuk mengetahui hasil belajar siswa menurut rencana diberikan di akhir pertemuan ke dua

ternyata harus diberikan di pertemuan berikutnya karena kehabisan waktu.

Pertemuan berikutnya dilakukan tes untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa.

Dari hasil tes diperoleh bahwa 44% siswa tidak tuntas atau kurang dari 75 yang merupakan

KKM dari mata pelajaran Kewirausahaan kelas XI SMK Negeri 3 Batu. Untuk itu perlu

dilakukan perbaikan-perbaikan oleh guru diantaranya, (1) memberikan pengarahan tentang

perlunya pengelolaan waktu dengan baik, (2) untuk menghemat waktu guru perlu mengurangi

jumlah kelompok yang menyusun naskah dan memerankan dramayang pada siklus 1 semua

siswa pada tiap kelompok harus tampil, maka menjadi dua kelompok saja pada siklus 2 .

Sementara siswa lainberperan sebagai pengamat dan memberi pendapat serta masukan.

Berdasarkan hasil tes siklus 1 diperoleh nilai rata-rata 76,2. Siswa yang tuntas belajar

sejumlah 14 siswa (56%) dan siswa yang tidak tuntas belajar sejumlah 11 siswa (44%) . Oleh

karena masih terdapat 44% siswa yang belum mencapai KKM dan berdasarkan hasil refleksi

masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan pembelajaran, maka penelitian

ini perlu dilanjutkan pada siklus 2.

Siklus 2

Siklus ke dua ini juga terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan/pengumpulan data dan refleksi.

Perencanaan

Kegiatan perencanaan dilakukan dalam 5 (lima) aktifitas. Pertama, menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta skenario yang akan dilaksanakan dengan materi

pemasaran pada sub materi promosi personal selling menggunakan teknik menjual teori

AIDAS. RPP pada siklus 2 ini terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama berisi langkah

menyusun naskah untuk bermain peran, sedangkan pertemuan kedua digunakan untuk

memunculkan langkah yang lain.Kedua, menyiapkan fasilitas pendukung yang dibutuhkan,

dalam hal ini naskah drama yang disusun oleh siswa (secara kelompok).Jika pada siklus 1

semua siswa (dalam kelompok) menyusun naskah dan memerankan, maka pada siklus 2 ini

ditunjuk beberapa siswa yang tergabung dalam dua kelompok untuk menyusun naskah drama

sekaligus memerankannya.Ketiga,menyiapkan bukuatau diktatuntuk mengumpulkan data saat

pelaksanaan pembelajaran. Keempat,menyiapkan lembar pengamatan/pedoman penilaian

langkah pembelajaran bermain peran dan penilaian hasil belajar, serta menyusun tes untuk

mengetahui hasil belajar siswa. Kelima, mengadakan pertemuan dengan teman sejawat dalam

rangka memaksimalkan validasi data yang diambil oleh peneliti pada saat pelaksanaan.

Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Tahapan selanjutnya adalah tindakan dan pengamatan berdasarkan perencanaan dan

persiapan yang telah disusun.Pelaksanaan tindakan pertemuan pertama dan kedua, masing-

masing dilakukan tanggal4 Nopemberdan 11 Nopember 2016. Setiap pertemuan

dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan siklus 2 ini

dibantu oleh 2(dua) orang teman sejawat yang membantu melakukan pengamatan.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

157

Pada pertemuan ke 1

Pada kegiatan awal, guru mengecek kehadiran siswa, memberikan apersepsi terkait dengan

bentuk promosi personal selling dengan menggunakan teknik menjual teori AIDAS. Hal ini

tampak pada dialog berikut ini :

G : Anak-anak, hari ini kita melanjutkan pembelajaran minggu yang lalu, yaitu materi

Personal selling dengan teknik menjual menggunakan teori AIDAS. Kalian pernah

didatangi sales di rumah kalian?

S : Pernah bu…

G : Pengalaman apa yang kalian peroleh ketika menerima sales di rumah kalian?

S : Itu bu…mereka menawarkan barang mereka dengan berbagai cara/upaya supaya kita

mau beli…”

G : Ya seperti itulah cara yang dilakukan penjual untuk menawarkan barang pada pembeli.

Baiklah anak-anak, tujuan pembelajaran kita kali ini adalah ….(siswa mencatat)

Kegiatan inti diawali dengan pembentukan kelompok dengan meminta siswa berkelompok

untuk menyusun naskah drama .Bedanya dengan pertemuan sebelumnya (pada siklus 1)

pertemuan kali ini guru meminta sukarelawan untuk menyusun naskah dan bermain

peran.Ada 12 siswa mengacungkan tangan dan siap melaksanakan tugas.Dari 12 siswa

tersebut dibentuk menjadi dua kelompok. Kegiatan tersebut tampak pada dialog berikut :

G :Silahkan sekarang kalian buka diktat yang sudah di foto copy, buka materi tentang bentuk

promosi personal selling, teknik menjual dengan teori AIDAS, dan tentang seni menjual.

S :Baik bu…

G :Berikutnya jika sudah dibaca, sekarang ibu minta ada 2 kelompok sukarelawan untuk

menyusun naskah sekaligus nanti minggu depan kalian memerankan / mensimulasikan

naskah tersebut. Bagaimana…ada yang bersedia?

S :Saya bu….saya bu… (beberapa anak mengacungkan tangan)

G : Hm ya…ada 12 anak. Baiklah 12 siswa silahkan buat dua kelompok. Jadi ada dua

naskah drama dengan tema promosi personal selling dengan teknik menjual teori AIDAS

dan dua kelompok ini pula yang akan memerankan naskah tersebut minggu depan.

Untuk dua kelompok yang siap tampil akan ibu beri tambahan nilai dari hasil belajar

pada materi ini.

S : Bagaimana dengan siswa yang tidak tergabung pada kelompok dan tidak tampil bu…

G :Untuk yang tidak tampil , kegiatan kalian sekarang adalah mempelajari ulang materi

sampai benar-banar paham. Kalian juga boleh memberikan masukan di penyusunan

naskahnya pada kelompok yang akan tampil. Minggu depan pada saat kelompok

memainkan peran , kalian mengamati dan memberikan masukan saat diskusi

berlangsung.

S :Siap bu…

Berdasarkan dialog di atas, siswa dapat memahami peranan masing-masing. Baik peran

dalam kelompok maupun peran sebagai pengamat.

Guru menuju pada salah satu kelompok . Salah satu siswa pada kelompok tersebut ada yang

bertanya :

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

158

S :Bu…apakah penjualnya boleh ada 2?

G :Boleh…tidak masalah

S :Ya bu terimakasih

G :Ada pertanyaan lain?

S :Tidak bu…

Guru mendekat pada kelompok yang satunya, dan bertanya :

G :Ada kesulitan?

S :Sementara tidak bu…eh ada yang mau kami tanyakan, bolehkah ketika kami tampil besok

bawa property?

G :Tentu saja boleh, itu kan lebih menyempurnakan penampilan kalian.

Dari dialog di atas menunjukan bahwa yang membuat siswa belum paham sudah teratasi

melalui jawaban guru. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama ditutup dengan

mengumpulkan naskah yang sudah disusun setiap kelompok, menyampaikan agenda pada

pertemuan berikutnya yaitu memerankan naskah drama yang sudah disusun.

Pertemuan ke 2

Kegiatan awal dimulai dengan memberikan apersepsi oleh gurudengan memberikan contoh-

contoh promosi di televisi, dan lain-lain. Dilanjutkan dengan menyemangati dan memotivasi

siswa untuk menampilkan peran yang baik dalam simulasi. Bentuk motivasi yang dilakukan

guru seperti tampak pada dialog berikut ini.

G :Anak-anak , hari ini kalian akan memerankan naskah promosi personal selling dengan

teknik menjual teori AIDAS. Kalian harus bisa memerankan peran kalian dengan

baikdan lebih maksimal.Bahkan bisa lebih baik dari penampilan yang kemarin.Ibu yakin

kalian bisa tampil lebih total lagi.Naskah yang sudah disusun akan menjadi nilai

kelompok, sedangkan nilai individu akan diambil dari peran yang kalian tampilkan.

Untuk kelompok pengamat, tugas kalian juga tidak mudah.Kalian harus mengamati

dengan baik dan nantinya memberikan komentar pada kelompok pemeran.Setiap

masukan akan diperikan nilai. Bagaimana semua siap?

S :Siap bu…(jawaban serempak)

G :Baiklah, persiapkan diri kalian…baik yang akan tampil maupun yang mengamati. Atur

posisi kalian yang rapi. Kelompok yang mau tampil silahkan di deret depan, kelompok

pengamat di deret belakangnya.

S :Baik bu…

Kegiatan inti :Pertama, guru meminta kesediaan kelompok yang siap tampil .Kedua, guru

menyampaikan hal-hal yang terkait dengan peran dan pesan yang akan disampaikaan sesuai

perannya. Berikut adalah dialog guru dan siswa terkait dengan tampilan yang harus

dimunculkan dalam bermain peran.

G :Kelompok mana yang siap tampil?

S :Kelompok kami bu…(salah satu kelompok mengacungkan tangan)

G:Baiklah, kelompok tri cahya dkk. Silahkan maju duluan.Jangan lupa perkenalkan diri

kalian beserta peran masing-masing.Maksimalkan penampilan kalian sesuai peran

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

159

masing-masing, terutama ekspresi wajah dan bahasa yang kalian gunakan harus baik dan

komunikatif.

S : Baik bu…(jawaban serempak)

Pemberian penekanan terkait dengan penampilan yang harus dimunculkan dalam bermain

peran dilakukan guru dengan cara meminta kelompok yang bermain peran untuk maju ke

depan dan diberikan pengarahan sekaligus pesan yang terkait dengan isi naskah yang harus

diperankan.

Ketiga, meminta semua siswa yang tidak tampil untuk mengamati simulasi kelompok

pemeran, seperti tampak pada dialog berikut:

G : Untuk siswa yang tidak tampil, tugas kalian seperti yang sudah ibu sampaikan di awal

adalah mengamati simulasi dengan cermat, perhatikan ekspresi serta bahasa yang

digunakan oleh para pemeran.

S : Siap bu…(jawaban serempak)

Keempat, guru mengamati siswa yang tampil sesuai peran masing-masing.Pada saat

pengamatan ada beberapa siswa yang bicara sendiri. Guru menegur dan meminta mereka

untuk fokus kembali. Kelima, guru membimbing dan mengarahkan diskusi dan evaluasi dari

hasil pengamatan.Diskusi dilakukan setiap kali kelompok selesai tampil mensimulasikan

naskah masing-masing.Setiap selesai penampilan, guru dan siswa memberikan tepuk tangan

.Keenam, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi dan evaluasi hasil

simulasi/pemeranan.

Kegiatan penutup : guru menutup pelajaran dan menyampaikan agenda pembelajaran pada

pertemuan berikutnya yaitu Kd. 3.3 Menyusun Proposal Usaha.

Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran pada siklus 2 dilakukan tes akhir siklus 2 dengan

cara memberikan soal tentangbentuk promosi personal selling dengan teknik menjual teori

AIDAS sebanyak tiga soal dalam bentuk essay (uraian) yang harus diselesaikan dalam waktu

20 menit.

Refleksi

Dari hasil pengamatan pelaksaanaan siklus 2 dapat ditemukan.Pertama, kelompok yang

pertama tampil kurang keras suaranya pada saat dialog, sehingga pengamat kurang jelas

mendengarnya.Dengan keadaan seperti itu maka guru meminta penampil ke dua untuk

memperkeras suaranya pada saat dialog.Kedua, beberapa siswa yang bermain peran kurang

menghayati perannya dengan baik, sehingga pesan tidak tersampaikan dengan baik.

Dari hasil tes siklus 2 diperoleh nilai rata-rata 86,48. Siswa yang tuntas belajar sejumlah 21

siswa (84%) dan siswa yang tidak tuntas belajar sejumlah 4 siswa (16%). Secara umum siswa

telah mengalami peningkatan hasil belajar dari 56% menjadi 84% siswa yang tuntas. Jadi ada

kenaikan 28%, maka penelitian dianggap berhasil karena sudah lebih dari 80% siswa tuntas

dan memperoleh skor di atas atau sama dengan 75 yang merupakan KKM dari mata

pelajaran kewirausahaan kelas XI SMK Negeri 3 Batu.

Hasil penelitian dapat dirangkum dalam tabel 1 berikut :

Tabel 1. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

160

Siklus Prosentase siswa

yang tuntas

Prosentase siswa

yang tidak tuntas Nilai Rata-rata

Siklus I 56 % 44 % 76,2

Siklus II 84 % 16 % 86,48

SIMPULAN

Langkah pembelajaran kewirausaahaan dengan menggunakan metode bermain peran

pada metode pemasaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa meliputi (1)

menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2) menyusun naskah drama (3)

memilih partisipan/peran, (4) menyusun tahap-tahap peran, (5) menyiapkan pengamat, (6)

pemeranan, (7) diskusi dan evaluasi, (8) membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.

Peningkatan hasil belajar siswa pada materi pemasaran pelajaran kewirausahaan

dengan menggunakan metode bermain peran sebesar 28% dari siklus 1 sebesar 56% ke siklus

2 sebesar 84%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari hasil belajar

materi pemasaran dan penelitian dianggap berhasil.

Materi pemasaran pada mata pelajaran kewirausahaan bersifat aplikatif.Terjadi

peningkatan hasil belajar siswa untuk materi pemasaran dengan diterapkan model bermain

peran.Oleh karena itu untuk materi yang bersifat aplikatif sangat cocok apabila

menggunakaan metode bermain peran.Materi-materi negosiasi, pengurusan izin usaha,

mengajukan modal/kredit ke bank, adalah materi yang sifatnya aplikatif, sebaiknya

pembelajaran materi tersebut dapat dicobakan dengan menggunakan metode bermain peran.

Daftar Rujukan

Depdiknas.2009. Teknik Penyusunan KTSP SMK. Sosialisasi KTSP/Pelatihan.

Liza, Yeni. 2015. Menggunakan Role Playing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Siswa Di Kelas XI SMA Negeri 5 Batam. Prosiding Seminar Nasional TEQIP.

Suwarni.2015. Penerapan Metode Bermain Peran Dalam Matapelajaran Bahasa Indonesia

Materi Pokok Menyampaikan Pesan Melalui Telepon.Jurnal Ilmu Pendidikan dan

Pembelajaran.

Sari, A. W. 2009..Studi Komparasi Antara Metode Diskusi Dengan Metode Role Playing

Ditinjau Dari Kreatifitas Siswa Pada Pembelajaran PKn Kelas VII SMP N 16

Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

161

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA TOPIK

MENJALANKAN USAHA KECIL UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR KELAS XII BUSANA BUTIK1 SMKN 1 BATU

Arini

SMKN 1 Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengaji penerapan pembelajaran kooperatif STAD

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII Busana Butik SMKN 1 Batu. Desain

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus.

Masing-masing siklus memuat tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar. dari

siklus I sebesar 65,45 meningkat menjadi 76,82.

Kata Kunci : STAD, Hasil Belajar, Kewirausahaan

Proses pembelajaran di kelas pada umumnya hanya menekankan pada pencapaian

kurikulum dengan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan

belajar dan membangun individu, akibatnya siswa bersifat pasif dan nilai yang diperoleh

kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan daya serap kurang standar. .Sebagai

guru merasa prihatin dan ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencoba suatu

pendekatan pembelajaran yang bernuansa aktif, kreatif, realistik, dan menyenangkan.

Menurut pengamatan terhadap proses pembelajaran sebagian besar guru di SMKN 1

Batu masih terbiasa dengan cara caramengajar konvensional, selama ini proses pembelajaran

kebanyakan melakukan pembelajaran yang berpusat kepada guru, karena menggunakan

metode ceramah sehingga masih belum memaksimalkan peran serta peserta didik. Guru

merasa telah melaksanakan tugas mengajar dengan baik, bila isi kurikulum dalam silabus

telah disampaikan sesuai alokasi waktu yang disediakan. Pada pihak lain guru menyadari

bahwa dengan cara mengajar konvensional, sangat sulit meningkatkan hasil belajar peserta

didik, lebih lebih hasil belajar yang berhubungan aspek kognitif tingkat tinggi. Namun karena

alasan tertentu guru tidak mampu mengembangkan budaya mengajar yang lebih baik.

Penggunaan metode pembelajaran konvensional yang tidak terstruktur mengakibatkan hasil

belajar peserta didik rendah. Berdasarkan data hasil pembelajaran peserta didik, menurut

pengamatan hasil belajar peserta didik masih banyak yang dibawah KKM (75) , sekitar 40 %

masih belum mencapai KKM rata rata pada setiap kelas, Gambaran hasil belajar yang

demikian hampir tidak berubah dari tahun ke tahun.

Kondisi demikian menunjukkan bahwa kegiatan proses pembelajaran dalam mata

pelajaran Kewirausahaan di SMKN 1 Batu mengalami permasalahan yang serius, sehingga

perlu adanyainovasi pembelajaran yang tidak berpusat pada guru saja agar prestasi hasil

belajarnya meningkat menjadi lebih baik. Upaya mengatasi permasalahan pembelajaran yang

berpusat pada guru perlumenerapkan berbagai pilihan motode pembelajaran yang dapat

lebih mengembangkan keaktifan peserta didik, antara lain dengan Kooperatif learning atau

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

162

pembelajaran berkelompok.Salah satu pembelajaran Kooperatif learning tersebut adalah

kooperatif learning model STAD (Students Team Achievment Divisions)

Pembelajaran kooperatif merupakan gabungan tehnik instruksional dan filsafat

mengajar yang mengembangkan kerja sama antar peserta didik untuk memaksimalkan

pembelajaran peserta didik sendiri dan belajar dari temannya. (Killen,1998). Ada dua

komponen penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu “a co-operative task” yaitu bekerja

sama atas dasar latar belakang tugas (which is a feature ofmost group work) dan “a co-

operative incentive structure”yaitu bekerja sama atas dasar latar belajar peserta didik (which

is unique to co-operativelearning).

Slavin (2008) mengientifikasi sintaks umum dalam pembelajaran kooperatif tipe

STAD, umumnya terdapat enam fase atau tahapan pembelajaran yang tertera pada table

berikut. Dalam hai ini untuk prilaku guru disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang

diinginkan. Tahapan umum model STAD dapat dijabarkan seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Tahapan Umum Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

No Fase Perilaku Guru

1. Menyediakan obyek dan

perangkat

Guru mengemukakan tujuan, memotivasi

peserta didik untuk belajar, menyediakan

obyek

dan membuat perangkat pembelajaran

2. Menghadirkan/

menyajikan informasi

Guru memfasilitasi, menghadirkan informasi /

menyajikan informasi oleh peserta didik baik

secara presentasi verbal ataupun dengan tulisan

3. Mengorganisasi perserta

didik dalam belajar

kelompok

Guru menjelaskan pada peserta didik

bagaimana

membentukkelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan transisi secara

efisien

4. Membimbing bekerja dan

belajar

Guru membimbing kelompok belajar ketika

mereka sedang bekerja menyelesaikan tugas

bersama

5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang dipelajari atau masing-masing kelompok

menyajikan hasil kerjanya

6. Mengenali prestasi Guru mencari cara untuk mengenali baik usaha,

dan prestasi individu juga kelompoknya dan

memberi penghargaan terhadap usaha usaha

kelompok maupun individu.

Ada beberapa alasan penting mengapa pembelajaran STAD ini perlu diterapkan di SMK N 1

Batu, karena seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi sosial yang

mengharuskan sekolah untuk menyiapkan peserta didik dengan ketrampilan keterampilan

baruuntuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.

Keuntungan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut. 1)Meningkatkan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

163

kerja sama, kebaikan budi, kepekaan dan toleransi yang tinggi antar sesama anggota

kelompok; 2)Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; 3)Meningkatkan harga diri dan

dapat memperbaiki sikap ilmiah; 4)Memperbaiki kehadiran peserta didik; 5) Penerimaan

terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar; 6) Konflik pribadi menjadi berkurang; 7)

Meningkatkan pemahaman pada materi pelajaran; 8) Apabila mendapat penghargaan,

motivasi belajar peserta didik akan menjadi lebih besar; 9)Hasil belajar lebih tinggi.

Menurut Slavin(2005), “The main idea behind Students Team – Achievment Divisions is to

motivate students to encourage and help each other master skills presented by the teacher ”.

Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling

mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan

guru”.

Menurut Zujbaidah, Dkk. (2013) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen, yang merupakan campuran menurut

tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,

penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Slavin (2008) mengemukakan terdapat tiga konsep penting dalam pembelajaran kooperatif

tipe STAD yaitu : 1). Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai

kriteria yang ditentukan. 2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa kesuksesan tim

bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. 3. Kesempatan sukses

yang sama, bermakna bahwa semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara

meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa

dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan

yang terbaik, dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.

Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain

pola-pola kita mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material dan

perangkat pembelajaran. Setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran

untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

Slavin (2008) menyatakan belajar kooperatif adalah siswa belajar bersama dalam

kelompok dan anggota kelompok bertanggung jawab terhadap satu dengan yang lain

(Wasiah, 2013). Belajar kooperatif memungkinkan siswa belajar dalam kelompok yang

heterogen. Kenyataan di kelas XII Busana Butik 1 SMKN 1 Batu.menunjukkan tingkat

kemampuan dan minat siswa bervariasi. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif STAD

diduga dapat meningkatkan antusiasme belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gagasan utama dari model

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling

mendukung dan membantu satu sama lain sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar,

yang pada akhirnya hasil belajar pun akan meningkat. Pelaksanaannya siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok kecil bersifat heterogen yang bekerja sama saling membantu dengan

tetap memperhatikan hasil kerja kelompok dan individu.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 disempurnakan Kurikulum

Pendidikan tahun 2013 telah menyebutkan beberapa kompetensi masa depan yang diharapkan

dipunyai oleh siswa yaitu kemampuan berkomunikasi, berpikir jernih dan kritis,

mempertimbangkan moral, dan memahami perbedaan pandangan/pendapat. Oleh karena itu,

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

164

semua mata pelajaran harus berkontribusi dalam pembentukan sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Selanjutnya, karakterisitik proses pembelajarannya adalah menggunakan

pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan

mengkomunikasikan; menuntun peserta didik untuk mencari tahu dan bukan diberitahu;

menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi pengetahuan dan berfikir logis,

sistematis, dan kreatif.

Dalam pembelajaran kooporatif terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dan

langkah langkahnya sedikit bervariasi tergantung pada pendekatan yang digunakan .

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat

beberapa variasi dari model pembelajaran tersebut misalnya dengan guru memfasilitasi

peserta didik dalam diskusi kelompok yang materi disampaikan dengan menggunakan power

point oleh peserta didik itu sendiri (Meier. 2005). Karerna setiap peserta didik mempunyai

kesempatan meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran, pada pembelajaran ini

diwajibkan tiap kelompok membuat power point dari bagian materi menjalankan usaha kecil

sebagai tugas kelompok yang dilakukan diluar jam pelajaran, yang nantinya dipresentasikan

sebagai materi diskusi kelas sebagai kelompok penyaji. Bagi peserta diskusi wajib

menyiapkan pertanyaan sesuai dengan topik yang akan disajikan, untuk ditanyakan pada

waktu diskusi kelas berlangsung, agar pembelajaran lebih bermakna.

Menurut Slavin (2008) pembelajaran bermakna, dapat mendorong siswa: (1)

mengonstruksi pengetahuan (materi) baru melalui pengaitan dengan pengetahuan lama, (2)

memahami materi lebih dari sekedar tahu, (3) menjawab apa, mengapa, dan bagai-mana; (4)

menginternalisasi pengetahuan ke dalam diri sedemikian hingga mem-bentuk perilaku, dan

(5) mengolah peri-laku menjadi karakter diri.

Berdasarkan permasalahan yang muncul di kelas XII busana butik 1 dan

kajian teori dari beberapa peneliti maka penting untuk melakukan penelitian terkait

penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada topik menjalankan usaha kecil

untuk meningkatkan hasil belajar kelas XII busana butik1 SMKN 1 Batu

METODE PENELITIAN.

Penelitian ini mendeskripsikan pembelajaran kooperatif STAD materi menjalankan

usaha kecil yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena itu penelitian ini tergolong

pada penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan rancangan penlitian tindakan kelas

(PTK) model Kemmis & Mc Taggart (dalam Arikunto.2006). Jenis penelitian yang

dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terfokus

pada upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang kearah yang diharapkan (Improvement

Oriented).Penelitian dilaksanankan dalam dua siklus yang masing-masing melalui empat

tahapan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan pembelajaran dan refleksi.

Setiap siklus dilaksanakan 2 pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 45 menit setiap

pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII Busana Butik 1 SMKN 1 Batu

Menurut Kemmis & Taggart (dalam Arikunto.2006) penelitian tindakan kelas

(PTK) mempunyai langkah-langkah strategis berulang yang disebut siklus. Alur siklus dalam

PTK dapat ditunjukkan seperti dalam bagan berikut :

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

165

Gambar 1. Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart

Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun rencana pembelajaran yang mengacu

pada sintak STAD dilanjutkan dengan mengembangkan media berupa power point.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di kelas XII Busana Butik 1 SMKN 1 Kota Batu

dengan jumlah siswa 22 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober

sampai November 2016. Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti dibantu teman sejawat

sebagai observer.

Jenis dan cara pengambilan data yang didapat adalah data kuantitatif dan data

kualitatif yaitu :Data pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari hasil pengamatan selama

pelaksanaan tindakan tiap siklus dengan menggunakan instrument lembar observasi aktivitas

saat pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar diperoleh dengan cara pemberian tes

kepada peserta didik setelah selesai siklus

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dipaparkan berdasarkan tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif

STAD. Dalam hal ini dilakukan dalam dua siklus.

Siklus 1

Siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan (satu kali pembelajaran dan satu kali tes).

Pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut :

Siklus 1 pertemuan 1

Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, dilakukan persiapan kelengkapan instumen penelitan tindakan

kelas berupa RPP dan kelengkapannya sesuai model pembelajaran STAD (Student Teams

Achievement Division).Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran, untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus yang

dilengapi dengan soal, skor dan kunci jawaban..Instumen penelitian yang lain berupa lembar

pengamatan peserta didik, lembar kegiatan siswa,,lembar tes serta media yang digunakan

dalam pembelajaran.Lembar Kegiatan Siswa, Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa

untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar. Tes ,tes ini

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

166

disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur

kemampuan pemahaman konsep Kewirausahaan pada materi menjalankan usahakecil. tes

ini diberikan setiap akhir siklus. Bentuk soal yang diberikan adalah subyektif.Sebelum

pelaksanaan tindakan, seminggu sebelumnya dibentuk kelompok secara heterogen, tujuannya

peserta didik lebih siap dalam kekompok untuk membuat power point sesuai dengan

undiannya serta membuat pertanyaan setiap individu untuk ditanyakan dalam diskusi kelas .

Pelaksanaan Tindakan

Siklus 1 pertemuan 1

Pembelajaran dilakukan dalam waktu 2 x 45 menit. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

untuk siklus 1pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2016 Kelas Kelas XII

Busana Butik 1 dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar oleh

guru sebagai peneliti dan dibantu guru lain Ibu Umi Sholikah sebagai observer.

Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tahapan pendahuluan, kegiatan inti, dan

penutup. Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan memberikan apersepsi kepada siswa

dengan melalui tanya jawab.

G: Kali ini kita akan membahas materi Menjalankan Usaha Kecil, topik apa yang

akan kita bahas lebih dahhulu ?

S: Mengelola bahan dan fasilitas Bu…

G: Bagus !. Berarti kalian sudah siap belajar seperti kesepakatan kita minggu lalu

yaitu belajar dengan kelompok. Sudah siap tiap kelompok dengan tugasnya masing-

masing ? (Minggu lalu dibagi kelompok secara heterogen dengan tiap kelompok

mempersiapkan topik yang sudah dipilih /dipersiapkan)

S: Sudah siap Bu….

G: Baiklah, tempat duduknya berdasar kelompok yang sudah dibentuk

Berdasarkan dialog tersebut, nampak bahwa siswa telah siap, memiliki pengetahuan

awaltentang materi pelajaran mengenai pengertian bahan,dan fasilitas perusahaan yang akan

didiskusikan di kelas.

. Desain pembelajaran adalah kooperatif learning model STAD. Teknik pengumpulan

data adalah melalui catatan dari lembar observasi yang diisi oleh observer dan hasil tes siswa.

Langkah-langkah Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah sebagai

berikut : 1) kegiatan pendahuluan, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan penutup. Pada kegiatan

pendahuluan,peserta didik diajak mengawali pelajaran dengan apersepsi dan motivasi

selanjutnya peserta didik yang mendapat giliran mempersiapkan power point sebagai

kelompok penyaji yang ditayangkan dengan menggunakan LCD. berkaitan dengan

Mengelola bahan dan fasilitas.Kegiatan inti dilakukan dengan guru menjelaskan aturan

pembelajaran model STAD yang akan dilaksanakan dengan dialog sebagai berikut :

G : Kita membahas materi ini dengan diskusi kelas, siapkan semuanya menurut tugas

kelompok masing-masing dan penyaji siap didepan untuk menyajikanhasil power

poinnya.

S: Baik Bu ( Peserta didik mengatur tenmpat duduknya sesuai dengan aturan ).

Peserta didik terbagi menjadi enam kelompok secara heterogen, yang anggotannya terdiri dari

3-4 orang, satu kelompok sebagai penyaji kelompok lainnya sebagai peserta diskusi..

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

167

Kelompok I melaksanakan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan menyajikan

power pointnya dengan topik “Mengelola bahan dan fasilitas”setelah materi disampaikan

setiap kelompok (I-VI)diberi kesempatan bertanya kelompok penyaji menjawab pertanyaan

serta dibuka kesempatan kelompok lain untuk menambahkan, ataupun menyanggah, ini

dilakukan dengan lima kali pertanyaan, meliputi dua sesi. Setelah sesi kedua berakhir

kelompok penyaji menutup presentasinya kemudian kembali ke tempat duduk disertai

applaus dari kelas untuk kelompok penyaji.Guru memberikan penghargaan berupa pujian

kepada kelompok karena kinerjanya bagus sudah bekerja dalam teamnya.

Pada kegiatan penutup, guru mereview kembali materi-materi yang telah dipelajari, dengan

mengadakan tanya jawab. Kegiatanpenutup ini dilakukan guru denganmemberievaluasi

pelaksanaan diskusi, meluruskan hasil diskusi. Peserta didik menarik kesimpulan

denganbimbingan guru. Dilanjutkan dengan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah,

dan menginformasikan tentang materi yang akan dibuat untuk tes.

Dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus dilakukan observasi oleh teman sejawat dan

direkam menggunakan kamera. Observasi dan perekaman pembelajaran dimaksudkan untuk

menangkap data secara utuh terkait proses pembelajaran.

Siklus 1 pertemuan 2

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I pertemuan ke 2 dilaksanakan pada

tanggal 19Oktober 2016 di Kelas Kelas XII Busana Butik 1SMKN 1Batu dengan jumlah

siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah belajar mengajar

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua anak-anak diberikan tes dengan soal sejumlah

sepuluh berbentuk esai. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus 1 adalah sebagai berikut; dari 22 siswa

terdapat 12 siswa yang tuntas dan masih terdapat 10 siswa tang belum tuntas. ini

menunjukkan 55,45 % yang belum tuntas.Oleh karena itu penelitian harus dilanjutkan pada

siklus ke 2.

Siklus 2

Siklus 2 pertemuan 1

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelajaran 2, soal tes 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 2 dilaksanakan pada Rabu

tanggal 26 Oktober2016 di Kelas XII Busana Butik 1 dengan jumlah siswa 22 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu

pada rencana pelajaran model STAD dengan memperhatikan revisi pada siklus 1,

sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus 1 tidak terulang lagi pada siklus 2

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Siklus 2 pertemuan 2

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I pertemuan ke 2 dilaksanakan

pada tanggal 2 November 2016 di Kelas Kelas XII Busana Butik 1SMKN 1 Batu dengan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

168

jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan yaitu melaksanakan tes 2.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar

Pada akhir siklus 2 siswa diberi tes 2 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif 2. Adapun data hasil penelitian pada siklus 2 adalah sebagai

berikut: dari 22 siswa terdapat 19 siswa yang tuntas dan masih terdapat 3 siswa tang belum

tuntas. ini menunjukkan 13,6 % yang belum tuntas.Ini berarti terdapat 86, 4% yang sudah

tuntas. Berdasarkan indicator keberhasilan penelitian maka penelitian tidak perlu dilanjutkan

pada siklus berikutnya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini pembelajaran kewirausahaan dengan model

pembelajaran kooperatif Students Team Achievment Divisions(STAD) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa yaitu pada siklus 1 dengan nilai rata-rata 65,45mengalami peningkatan

pada siklus 2 dengan nilai rata-rata 76.82. Prosentase peningkatan11,37%Selain itu tingkat

keaktifan, motivasi dan semangat siswa menjadi meningkat dengan diterapkannya kombinasi

antara model pembelajaran STAD dengan media pembelajaran berupa power point.

Daftar Rujukan

Arikunto, S, 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Meier, D, 2005, The Accelerated Learning Handbook, Bandung, MMU

Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset Dan Praktek), terj. Nurulita. Bandung:

Nusa Media

Wasiah, A. 2013. Penggunaan Media LCD dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Untuk Meningkatkan Hasik Belajar Matematika Mengenai Konsep Luas Layang-

Layang Pada Kelas V SD Negeri 07 Ranai. J TEQIP. Jurnal Peningkatan Kualitas

Guru. 2 Nopember 2013.

Zubaidah, S., Yuliati L., dan Mahanal, L., 2013, Model dan Metode Pembelajaran SMP IPA.

Malang, Universitas Negeri Malang.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

169

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

(TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TKJ SMK

ISLAM BATU PADA MATERI KWU

Isnaini

SMK Islam Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrisikan pembelajaran kooperatif TSTS

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa keas XI TKJ SMK Islam Batu. Jenis

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tahapan perencanaan,

pelaksanaan dan observasi, serta refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif TSTS yang dilakukan dengan langkah-langkah: (1) siswa bekerja

sama dalam kelompok berempat seperti biasa, (2) setelah selesai, dua siswa dari masing-

masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke

kelompok yang lain, (3) dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, (4) tamu mohon diri dan kembali ke

kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, dan (5)

kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Kata Kunci : Two Stay Two Stray, Hasil Belajar, KWU

Seiring dengan kemajuan Ipteks dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki

keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan tuntutan jaman. Secara tidak langsung hal ini

juga menuntut lembaga-lembaga pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya manusia

yang berkualitas dan diharapkan tidak hanya profesional dalam bidangnya saja melainkan

harus mampu menjawab tantangan jaman yang semakin komplek teriring dengan pengaruh

global perkembangan IPTEK dan budaya. (Saputri dan Nurhakiki. 2016)

Kenyataannya siswa SMK Islam Batu masih belum siap untuk memanfaatkan

kecanggihan teknologi secara baik dan benar, dengan bukti bahwa siswa yang memiliki

fasiltas canggih contohnya H P Smart, lap top masih banyak digunakan untuk kegiatan-

kegiatan yang tidak berkaitan dengan tugas sekolah dan banyak digunakan untuk bermain

game dan mengakses hal-hal yang mengganggu pelajaran sehingga membawa dampak hasil

belajarnya rendah.

Siswa SMK masih menyukai kegiatan pembelajaran yang mengutamakan

keterampilan dari pada teori. Contohnya pada saat materi produktif siswa lebih senang

langsung praktik dan jarang mau membaca materinya. Padahal untuk dapat membuat siswa

terampil, diperlukan teori yang mendasari kegiatan praktik tersebut. Sebagi seorang pelajar,

siswa SMK dituntut agar dapat berprestasi pada bidang teori dan praktik (Putrid an Anwar.

2016)

Berdasarkan pengamatan di SMK Islam Batu, pembelajaran masih berpusat pada

guru, meskipun ada kegiatan diskusi namun yang dilakukan masih diskusi secara umum.

Pembelajaran masih berorientasi “hanya” pada buku. Guru masih berperan sebagai

penyampai materi yang ada di buku. Dengan model kegiatan pembelajaran yang seperti ini,

membawa dampak siswa hanya sebagai pendengar dan tanpa banyak beraktifitas, sehingga

kesempatan belajarnya menjadi sangat kurang. Akibat dari kesempatan belajar yang kurang,

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

170

maka hasil belajarnya menjadi rendah. Hal ini ditunjukkan dari data hasil ulangan untuk

siswa kelas XI TKJ yang berjumlah 20 orang yaitu terdiri dari 2 perempuan dan 18 laki-laki

yang mendapat nilai di atas KKM hanya 8 siswa.

Oleh karena itu perlu ada inovasi pembelajaran yang membuat siswa aktif agar hasil

belajarnya meningkat. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah

“ Kooperatif tipe Two Stay Two Stray ( TSTS). Langkah-langkah model pembelajara TSTS

menurut Meier (2005) adalah: (1) siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti

biasa, (2) setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain, (3) dua siswa yang tinggal

dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, (4)

tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka

dari kelompok lain, dan (5) kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terkait pembelajaran Kooperatif tipe

Two Stay Two Stray diantaranya: Spencer Kagan (1992), Khasanah (2009). Spencer dan

Kagan (1992) mengatakan model TSTS adalah salah satu dari model kooperatif learning,

Khasanah (2009) mengatakan bahwa kooperatif learning model TSTS dapat meningkatkan

aktifitas dan hasil belajar. Oleh karena itu kooperatif learning model TSTS dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Oleh karena itu penting untuk melakukan kajian tentang penerapan pembelajaran

kooperatif learning model two stay two stray untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI

TKJ SMK Islam Batu pada materi KWU.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI TKJ SMK Islam Batu, semester 3 tahun

ajaran 2016 – 2017 tepatnya bulan Oktober sampai bulan Nopember 2016 dengan jumlah

siswa 20 orang, 2 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki.

Penelitian ini menggunakan seting penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam

2 siklus,pada setiap siklus ada 4 tahap meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi. Mata pelajaran penelitian adalah kewirausahaan dengan materi peluang usaha.

Kegiatan perencanaan dilaksanakan atas dasar hasil observasi awal terhadap pelaksanaan

pembelajaran kewirausahaan sebelum perbaikan dilakukan. Kegiataan perencaan meliputi:

(1) menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) beserta skenario yang akan

dilaksanakan dengan materi Produksi dalam pengelolaan usaha, (2) menyiapkan fasilitas atau

sarana pendukung yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti menyiapkan media berupa buku

bahan ajar atau modul. (3) menyiapkan buku untuk mengumpulkan data saat pelaksanaan

perbaikan. (4) menyusun pedoman penilaian proses pembelajaran untuk kemudian

digunakan dalam kegiatan analisis dan refleksi pada siklus 2. (5) membangun kolaborasi

dengan teman sejawat dengan tujuan memaksimalkan falidasi data yang diambil oleh guru

pada saat pelaksanaan perbaikan.

Kegiatan pelaksanaan tindakan tanggal 21 Oktober 2016 selama 2 x 45 menit (2 jam

pelajaran). Langkahnya antara lain Guru menyampaikan materi yang akan disajikan; Guru

membentuk kelompok yang terdiri dari 4 siswa; Masing-masing kelompok diberi satu lembar

bahan diskusi; Memantau kegiatan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, mengarahkan

serta membantu kelompok yang mengalami kesulitan; Mengevaluasi kinerja kelompok

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

171

Pelaksanaan perbaikan siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2016

selama 2 x 45 menit (2 jam pelajaran). Dalam hal ini peneliti sekaligus bertindak sebagai

guru membangun kolaborasi dengan teman sejawat untuk memaksimalkan validasi data yang

diambil. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah

direncanakan. Pengamatan dilaksanakan bersama dengan proses belajar mengajar.

Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan selama

pembelajaran berlangsung. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan

keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada siklus kedua dibuat

perencanaan yang lebih baik dari siklus pertama. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila

80% siswa memperoleh nilai hasil belajar lebih dari atau sama dengan 78 yang merupakan

KKM dari materi pembelajaran KWU kelas XI TKJ SMK Islam Batu. Alur penelitian

tindakan kelas menurut Arikunto (2006) disajikan pada Gambar 1.

Ya

Belum

Gambar 1 : Alur penelitian tindakan kelas

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian dipaparkan berdasarkan tahapan pelaksanaan pembelajaran Kooperatif

tipe Two Stay Two Stray ( TSTS). Dalam hal ini dilakukan dalam dua siklus.

Siklus 1

Siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan ( dua kali pembelajaran dan satu kali tes. Pelaksanaan

tes akhir siklus 1 dilaksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran ke 2). Pelaksanaan

pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut :

Siklus 1 pertemuan 1

Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan yang disiapkan antara lain : menyusun RPP, menyiapkan alat peraga,

lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, lembar tes.

Ber-

hasil

?

Observasi awal

siklus perencanaan

Observasi

pelaksanaan

Refleksi dan

analisis data

Pelaksanaan

tindakan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

172

Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1 adalah tanggal 21 Oktober 2016. Waktu yang

diperlukan setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 Menit).

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum pada RPP. Pada

kegiatan awal guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, tanya

jawab tentang “produk dan barang, jenis dan kualitas ” , menjelaskan materi secara singkat

membentuk kelompok yang anggotanya masing-masing 4 orang secara heterogen. Pembagian

kelompok secara heterogen dalam pembelajaran dengan model Two Tsyay Two Tray nampak

seperti gambar 1

Gambar 1 : Kegiatan pembagian kelompok Kooperatif tipe Two Stay Two Stray ( TSTS) .

Pada kegiatan inti pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas

yang harus di pelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Masing-masing kelompok

menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri dan guru hanya

membantu jika ada kelompok yang kesulitan seperti nampak pada gambar 2

Gambar 2 : Kegiatan guru meberikan bimbingan kegiatan kerja kelompok siswa.

Pada saat guru berkeliling nampak kelompok 3 mengalami kesulitan dalam

berdiskusi,oleh karena itu guru menghampiri kelompok 3 untuk memberikan bimbingan.

Berikut adalah cuplikan dialok antara antara guru dan siswa dikelompok 3.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

173

S :”Bu, jasa yang menyangkut orang pada personal service itu contohnya apa?”

G :”jasa yang diberikan untuk pelayanan perseorangan, contohnya jasa Hotel, penjahit,

dokter dan lain-lain”

S :”Oh ya bu kalau begitu untuk yang lain sudah bisa, terima kasih ”

Berdasarkan dialok taersebut nampak bahwa siswa dikelompok 3 sudah mulai memahami

tentang jasa personal service yang sifatnya individu seperti contohnya pelayanan di hotel,

penjahit,maupun yang lainnya.

Setelah kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, kemudian dua dari empat anggota

dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang

lain, sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil

kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang

tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan

temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Setelah belajar dalam

kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah-satu kelompok

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan

dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa kebentuk

formal.

Kegiatan akhir dilakukan dengan cara guru bersama siswa menyimpulkan

pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan meminta siswa untuk mempelajari materi tentang

Siklus Hidup Produk untuk pertemuan yang berikutnya.

Tahap Pengamatan

Kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan 1 diamati oleh 2 teman guru sebagai

observer. Pengamatan pembelajaran ditekankan pada aktivitas guru dan juaktivitas siswa.

Observer dibekali dengan lembar observasi untuk mengamati kegiatan pembelajaran. Hasil

observasi yang diperoleh pada pembelajaran 1 siklus 1 adalah siswa masih kebingungan

dalam mengikuti proses pembelajaran karena baru pertama kali mereka mengalami

pelaksanaan pembelajaran TSTS.

Refleksi

Bahan pertimbangan untuk pelaksanaan refleksi adalah lembar observasi dan hasil tes

formatif siswa. Berikut adalah hasil refleksi siklus 1 pertemuan pertama; saat pertama kali

dibagi kelompok suasana kelas masih gaduh , siswa nampak asing dengan model

pembelajaran TSTS yang diterapkan guru, namun guru mencoba memberi pemahaman

terhadap siswa. Siswa tidak sesuai dengan absensi karena ada 2 orang yang tidak masuk

sehingga dalam pembagian kelompok ada yang anggotanya hanya 3 orang. Didalam diskusi

kelompok topiknya yang didiskusikan siswa masih belum fokus, Solusi dari masalah yang

ditemukan pada saat refleksi adalah memberika arahan sebelum proses pembelajaran

dilaksanakan dengan menjelaskan proses pembelajaran yang menerapkan kooperatif learning

tipe TSTS.

Siklus 1 pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 28 oktober 2016. Pada pertemuan kedua ini

tahapan yang dilakukan terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

174

Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun RPP, dengan topik Siklus hidup produk,

menyusun lembar kerja, soal tes akhir siklus.

Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus 1 pertemuan 2 adalah tanggal 28 Oktober 2016. Waktu yang

diperlukan setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 Menit).

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum pada RPP. Pada

kegiatan awal guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, tanya

jawab tentang “Siklus hidup Produk” , menjelaskan materi secara singkat, membentuk

kelompok yang anggotanya masing-masing 4 orang secara heterogen.

Pada kegiatan inti pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas

yang harus di pelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Masing-masing kelompok

menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri dan guru hanya

membantu jika ada kelompok yang kesulitan.Pada saat guru berkeliling nampak kelompok 2

mengalami kesulitan dalam berdiskusi, oleh karena itu guru menghampiri kelompok 2 untuk

memberikan bimbingan. Berikut adalah cuplikan dialok antara guru dan siswa dikelompok 2

S :”Apa yang dimaksud dengan FIFO dan LIFO itu bu?”

G :”FIFO adalah ada kaitannya dengan barang yang dimasukan kedalam gudang

pertama kali dan akan dikeluarkan juga yang pertama. Sedangkan LIFO, yaitu

barang yang pertama dimasukan dalam gudang tetapi dikeluarkan yang terakhir”.

S :”trimakasih bu”

Berdasarkan dialok taersebut nampak bahwa siswa dikelompok 2 sudah mulai mahami

tentang apa yang dimaksud dengan FIFO dan LIFO pada proses penyimpanan dan

pengeluaran barang produksi dalam gudang.

Setelah kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, kemudian dua dari empat anggota

dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang

lain, sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang tinggal,

tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta

mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Setelah belajar dalam kelompok dan

menyelesaikan permasalah yang diberikan, salah satu kelompok ditunjuk untuk

menyampaikan hasil diskusinya. Kegiatan akhir dilakukan dengan cara guru bersama siswa

menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan meminta siswa untuk kembali

pada tempat duduknya masing-masing dan mempelajari materi yang sudah dipelajari hari ini

serta minggu kemarin, karena sisa waktu yang ada digunakan untuk melaksanakan evaluasi

belajar/pos tes.

Refleksi

Bahan pertimbangan untuk pelaksanaan refleksi adalah lembar observasi dan hasil tes

formatif siswa. Berikut adalah hasil refleksi siklus 1 pertemuan kedua; (1)selama proses

kegiatan guru telah melaksanakan pemebelajaran dengan baik meskipun ada beberapa aspek

yang belum sempurna. Tetapi prosentase peningkatan untuk tiap-tiap aspek sudah cukup

baik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan prosentase hasil belajar yang dicapai pada

perbaikan siklus pertama sebesar 25%,menjadi 70%pada perbaikan siklus 1. Didalam diskusi

kelompok topiknya yang didiskusikan siswa mulai tampak lebik baik dan fokus. (2)kegiatan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

175

belajar semakin menyenangkan, (3)kegiatan kelompok tidak memberikan konribusi yang

berarti pada aspek afektif siswa karena waktu yang digunakan hanya sedikit sehingga tidak

memungkinkan siswa berkomunikasi dengan lebih intensif.

Pelaksanaan tes akhir siklus 1 pada hari Senin tanggal 24 Oktober 2016. Tes akhir

siklus 1 berbentuk soal esai sebanyak 10 item. Berdasarkan hasil pemeriksaan pekerjaan

siswa untuk tes akhir siklus 1 diperoleh data bahwa dari 20 siswa yang menjadi subjek

penelitian terdapat 9 siswa yang belum mencapai nilai KKM. Hal ini menunujukkan terdapat

11 siswa yang sudah mencapai KKM atau baru 55% siswa yang mencapai KKM. Ini berarti

kurang dari 75% siswa yang mencapai KKM. Sehingga indikator keberhasilan dari penelitian

belum tercapai, sehingga penelitian akan dilanjutkan pada siklus 1.

SIKLUS 2

Siklus kedua terdiri dari 2 pertemuan ( dua kali pembelajaran dan satu kali tes. Pelaksanaan

tes akhir siklus 2 dilaksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran ke 2). Pelaksanaan

pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut :

Siklus 2 pertemuan 1

Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan yang disiapkan antara lain : menyusun RPP, menyiapkan lembar

observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, lembar tes.

Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus 2 pertemuan 1 adalah tanggal 31 Oktober 2016, sedangkan

pertemuan kedua pada tanggal 7 Nopember 2016 pada jam ke 1-2. Waktu yang diperlukan

setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 Menit). Pelaksanaan perbaikan

pembelajaran ini sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh peneliti dan dibantu teman

sejawat dengan cara mengisi lembar pengamatan yang sudah disediakan.Pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum pada RPP. Pada kegiatan awal

guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, tanya jawab tentang

“Menganalisis Aspek-aspek Adsministrasi Usaha ” , menjelaskan materi secara singkat.

Kegiatan awal menyampaikan tujuan pemebelajaran tentang pentingnya siswa memahami

tata cara pengurusan ijin usaha dan persyaratan-persyaratan untuk kepengurusan SITU, SIUP

dan lain-lain. Pada kegiatan inti pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi

tugas-tugas yang harus di pelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Masing-masing

kelompok menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri dan guru hanya

membantu jika ada kelompok yang kesulitan. Pada saat guru berkeliling nampak kelompok ..

mengalami kesulitan dalam berdiskusi, oleh karena itu guru menghampiri kelompok 1

untuk memberikan bimbingan. Berikut adalah cuplikan dialok antara guru dan siswa

dikelompok 1

S :”Apa yang dimaksud dengan HO bu?”

G :”HO, kalau kepanjangannya adalah Hidden Ordinnatie (bahasa Belanda), atau ijin

gangguan. Contohnya, yang tadinya lingkungan tenang sebelum ada usaha/pabrik,

setelah ada kegiatan usaha lingkungan menjadi bising karena kendaraan yang keluar

masuk tempat usaha/pabrik, polusi udara jika usahanya mengolah makanan, limbah

yang ditimbulkan, dan lain-lain.

S :” jadi kalau mau buka usaha saat pengurusan SITU maka harus juga mengurus HO

ya Bu?”

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

176

G :” Ya, sudah paham sekarang”.

S : sudah.

Berdasarkan dialok taersebut nampak bahwa siswa dikelompok 1 maupun kelompok yang

lainnya sudah mulai memahami tentang apa yang dimaksud dengan HO.

Permasalahan kolompok 1 selesai masih ada kelompok 4 yang mengalami kesulitan, berikut

adalah dialok antara guru dan siswa kelompok 4:

S :”kenapa jaman sudah canggih tetapi surat yang ditulis secara manual masih

dibutuhkan?

G :”sebelum saya menjawab, mungkin ada kelompok lain yang bisa memberikan

pendapatnya?

S : kelompok 3, ya tentunya masih dibutuhkan karena uuntuk kepentingan yang khusus dan

sifatnya mendadak maka membuatnya ya ditulis secara manual. Contohnya surat ijin.

G : ya betul, jawaban kelompok 3 itu salah satu contohnya. Yang lainnya memo, surat

pesanan,dan lain-lain.

Setelah kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, kemudian dua dari empat anggota

dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang

lain, sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang tinggal,

tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta

mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Setelah belajar dalam kelompok dan

menyelesaikan permasalah yang diberikan, salah satu kelompok ditunjuk untuk

menyampaikan hasil diskusinya. Kegiatan akhir dilakukan dengan cara guru bersama siswa

menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan meminta siswa untuk kembali

pada tempat duduknya masing-masing. Guru bersama siswa bersama-sama menyimpulkan

pembelajaran hari ini, guru menginformasikan pada siswa agar belajar materi berikutnya

yaitu tentang pencatatan transaksi barang dan jasa.

Tahap Observasi

Pada siklus 2 pertemuan 1 berlangsung peneliti meminta bantuan observer untuk

mengamati proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi

lembar observer yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi item untuk

mengamati aktifitas guru dalam pengelolaan pembelajaran dan motifasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui kelemahan dan

kelebihan selama pembelajaran berlangsung.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada RPP dengan memperhatikan revisi

pada siklus 1, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus 1 tidak terulang lagi pada

siklus 2. Pengamatan (observasi) dilaksanakan berwsamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 2 dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswadalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Instrumen yang digunakan adalah tes formaatif 2.

Dari hasil siklus 2 diperoleh data yaitu dari 20 siswa tuntas 35% dan yang tidak

tuntas 65%. rata-rata hasil belajar dari postes siklus 1 dari 20 siswa total 1575 : 20 = 78,75

dan daya serapnya : 11: 20 X 100% = 55%. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan

pembelajaran oleh guru maupun siswa agar pada siklus 2 diharapkan dapat kategori baik.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

177

Tahap Refleksi

Bahan pertimbangan untuk pelaksanaan refleksi adalah lembar observasi dan hasil tes

formatif siswa. Berikut adalah hasil refleksi siklus 2 pertemuan pertama; saat pembagian

kelompok suasana kelas sudah mulai tertib , siswa nampak lebih antusias dengan model

pembelajaran TSTS yang diterapkan guru, guru memberi pemahaman terhadap siswa dalm

pembagian kelompok tidak lagi geterogen tetapi dibagi menurut nomor absen yaitu

kelppompok 1 nomor absen 1,2,3,4, kelompok 2, nomor absen 5,6,7,8, dan seterusnya sampai

terbentuk menjadi 4 kelompok. Didalam diskusi kelompok topiknya yang didiskusikan siswa

sudah mulai fokus dengan pembagian kerja yang rata, setelah diskusi kelompok selesai dan

waktunya dua dari empat orang harus bertamu siswa juga langsung merespon dengan tertip.

Solusi dari masalah yang ditemukan pada saat refleksi adalah guru memberikan pembatasan

waktu diskusi dan waktu bertamu, sehingga pelaksanaan diskusi kelompok lebih cepat dapat

diselesaikan dan masing-masing kelompok dapat presentasi.

Siklus 2 pertemuan kedua

Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan yang disiapkan antara lain : menyusun RPP, menyiapkan lembar

observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, lembar tes.

Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus 2 pertemuan 2 adalah tanggal, 7 Nopember 2016 pada jam ke

1-2. Waktu yang diperlukan setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2 x 45

Menit). Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini sesuai dengan rencana yang telah disusun

oleh peneliti dan dibantu teman sejawat dengan cara mengisi lembar pengamatan yang sudah

disediakan. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum pada

RPP. Pada kegiatan awal guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran, tanya jawab tentang “Pencatatan Transaksi Barang dan Jasa” , menjelaskan

materi secara singkat. Kegiatan awal menyampaikan tujuan pemebelajaran tentang

pentingnya siswa memahami tata cara pencatatan transaksi dan bukti transaksi, pencatatan

transaksi keuangan dan lain-lain. Pada kegiatan inti pembelajaran menggunakan lembar

kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus di pelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu

kelompok. Masing-masing kelompok menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara

mereka sendiri dan guru hanya membantu jika ada kelompok yang kesulitan. Pada saat guru

berkeliling nampak kelompok 2

mengalami kesulitan dalam berdiskusi, oleh karena itu guru menghampiri kelompok 2

untuk memberikan bimbingan. Berikut adalah cuplikan dialok antara guru dan siswa

dikelompok 2

S :”Apakah bentuk kwitansi untuk semua instansi itu sama bu?”

G :”pada dasarnya sama, tetapi biasanya masing-masing instansi ada yang membuat

kwitansi sendiri menurut kepentingannya. Kwitansi yang kamu terima dari sekolah

saat membayar uang sragam sekolah. Sama apa tidak dengan kwitansi umumnya?”

S :” tidak?”

G :” Ya, sudah paham sekarang”.

S : sudah bu, trima kasih.

Berdasarkan dialok tersebut nampak bahwa siswa dikelompok 2 maupun kelompok yang

lainnya sudah mulai memahami tentang apa yang dimaksud dengan bentuk kwitansi.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

178

Permasalahan kolompok selesai masih ada kelompok 4 yang mengalami kesulitan, berikut

adalah dialok antara guru dan siswa kelompok 4:

S :”kalau cek, ada yang disebut cek kosong itu apa maksudnya?

G :”sebelum saya menjawab, mungkin ada kelompok lain yang bisa memberikan

pendapatnya?

S : kelompok 3, cek yang tidak dapat dicairkan karena uang pemilik tidak mencukupi.

G : ya betul, jawaban kelompok 3, 100 nilainya. Contoh Ali membuat cek untuk

membayar transaksi pembelian barang senilai Rp 60.000.000,- kepada Gugun. Dan setelah

Gugun membawa cek tersebut pada Bank yang ditunjuk, ternyata cek tersebut tidak dapat

dicairkan karena ternyata saldo simpanan Ali di Bank tidak mencukupi.

Setelah kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, kemudian dua dari empat anggota dari

masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain,

sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampikan hasil kerja dan

informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang tinggal,

tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta

mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Setelah belajar dalam kelompok dan

menyelesaikan permasalah yang diberikan, salah satu kelompok ditunjuk untuk

menyampaikan hasil diskusinya. Kegiatan akhir dilakukan dengan cara guru bersama siswa

menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan meminta siswa untuk kembali

pada tempat duduknya masing-masing. Guru bersama siswa bersama-sama menyimpulkan

pembelajaran hari ini.

Kesimpulan

Adapun kelebihan dari model TSTS adalah, dapat diterapkan pada semua tingkat,

kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan,

diharapkan siswa berani mengungkapkan pendapatnya, menambah kekompakan dan rasa

percaya diri, kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan, membantu meningkatkan minat

dan prestasi belajar.

Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah, membutuhkan waktu yang lama,

siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, bagi guru, membutuhkan banyak

persiapan(materi,dana dan tenaga), guru cenderung agak kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka sebelum

pembelajaran guru lebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok belajar yang

heterogen ditinjau dari kemampuan akademis. Pembentukan kelompok heterogen

memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga

memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan

akademis tinggi diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

179

Daftar Rujukan

Arikunto, S, 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Meier, D, 2005, The Accelerated Learning Handbook, Bandung, MMU

Putri, A. F. Dan Anwar, L. 2016 . Penerapan Problem Based-Learning untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep Persamaan dan Fungsi Kuadrat Siswa Kelas X BB-2 SMK Negeri

5 Malang. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya. 2016.

Saputri. C.D. dan Nurhakiki, R. 2016. Pembelajaran Matematika Menggunakan Model

Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Timbangan pada Materi Persamaan

dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kelas VII-8 SMP Negeri 21 Malang. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan

Pembelajarannya. 2016.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

180

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH

DAN MEDIA KREATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS X PMS DI SMK ISLAM KOTA BATU

Sumroh

SMK Islam Batu Kota Batu Jawa Timur

[email protected],

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran siswa

diantaranya kurang aktif, motivasi rendah, nilai pencapaian siswa sebagian masih di bawah

KKM. Melalui penerapan pembelajaraan kooperatif Make A Match dan media kreatif siswa

kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu sebanyak 38 siswa. Metode yang digunakan melalui

penilitian tindakan kelas dengan dua siklus, masing-masing siklus melalui tahapan yaitu

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi hasil tindakan. Hasil yang dicapai dalam

pembelajaran pada siklus I prosentase ketuntasan siswa mencapai 50% meningkat pada

siklus II menjadi 92%. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan nilai rata-rata pre test

67, nilai rata-rata post test 72 dan meningkat pada siklus II menjadi 81

Kata Kunci : metode kooperatif, make a match, media kreatif, hasil belajar

Ruang lingkup dari pemasaran yang dimaksud mengacu pada apa yang telah

didefinisikan oleh Asosiasi Pemasaran Amerika (American Marketing Association), bahwa

pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola

hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemegang sahamnya.

SKKNI ini bertujuan untuk menstandarisasi kompetensi dari tenaga pemasar yang tugas dan

fungsinya terbatas berkaitan dengan melakukan aktivitas 5 pejualan (sales), pengelolaan

layanan (service), dan pengelolaan merek.

Salah satu topik pembelajaran Strategi Pemasaran di SMK jurusan pemasaran adalah

Bauran Pemasaran (Kurikulum K-13). Salah satu tujuan pembelajaran yang diharapkan

adalah dapat menyebutkan variable bauran pemasaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa

perlu terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga bermakna bagi dirinya. Dalam

konteks ini, Zubaidah. 2015: 38) menyatakan ”Untuk menciptakan pembelajaran bermakna,

guru hendaknya menggalakkan siswa dalam pembelajaran aktif, konstruktif, intentional atau

reflktif, autentik dan kooperatif” Dengan demikian dalam proses belajar mengajar sangat

dibutuhkan aktivitas belajar. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan dalam proses belajar

mengajar yang dapat menunjang prestasi belajar.

Di dalam kelas X PMS terdapat permasalahan dimana pembelajaran siswa kurang

aktif, motivasi rendah, nilai pencapaian siswa sebagian masih di bawah KKM. Dengan

demikian dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan pembelajaran bagi siswa yang

aktif dan menarik.

Salah satu model pembelajaran aktif adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif menekankan kerjasama antar siswa dan kelompok untuk mencapai tujuan belajar

dan mengurangi persaingan yang cenderung mengarah pada pola kalah dan menang

(Zubaidah 2015:87). Pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan bagi semua golongan

siswa yang terlibat bekerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas akademiknya. Banyak

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

181

model dalam pembelajaran kooperatif. Salah Satu diantaranya adalah model make a match

(Erni. 2015). Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make

a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu-kartu berisi pertanyaan-

pertanyaan dan kartukartu lainnya berisi dari jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Pada pembelajaran Strategi pemasaran dengan make a match guru membagi

komunitas kelas menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa

kartu-kartu berisi soal. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi

jawaban. Upayakan antara kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. Jika

masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru

membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kedua saling bergerak.

Mereka bertemu, mencari pasangan yang cocok. Aktivitas berlomba-lomba ini diyakini akan

menyenangkan siswa. Mereka menjadi tertarik pada pembelajaran tersebut. Dampaknya,

tanpa disadari mereka telah belajar.

Pembelajaran kooperatif Make A Match telah dikaji oleh beberapa peneliti (Ridwan,

Dkk. 2013 ; Erni. 2015) Ridwan, Dkk. (2013) menemukan bahwa pembelajaran Make A

Mach dapat meningkatkan hasil belajar. Erni (2015) menunjukkan pembelajaran kooperatif

model make a match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Liza, Dkk. (2013)

mengatakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih efektif meningkatkan

kompetensi kognitif (pengetahuan) bila dibandingkan dengan pembelajaran ceramah dalam

meningkatkan hasil belajar.

Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Aktivitas siswa

berlari-lari mencari pasangan, ditunjang rasa penasaran siapa teman yang menjadi

pasangannya, membuat proses pembelajaran ini menjadi semakin menyenangkan. Hal inilah

yang membuat siswa bersemangat dalam belajar.

Berangkat dari permasalahan tersebut, guru selaku peneliti melakukan penelitian

tindakan kelas dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Make A

Match Dan Media Kreatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Pemasaran Di

SMK Islam Kota Batu ”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses penerapan pembelajaran make

a match pada mata pelajaran Strategi Pemasaran (Bauran Pemasaran) Kelas X Program

Keahlian Pemasaran di SMK Islam Batu. Dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar

siswa dengan pembelajaran make a match pada mata pelajaran Strategi Pemasaran (Bauran

Pemasaran) Kelas X Program Keahlian Pemasaran di SMK Islam Batu.

Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan bahwa bagaimana proses penerapan

pembelajaran make a match pada mata pelajaran Strategi Pemasaran (Bauran Pemasaran)

Kelas X Program Keahlian Pemasaran di SMK Islam Batu? Dan bagaimana peningkatan

hasil belajar siswa dengan pembelajaran make a match pada mata pelajaran Strategi

Pemasaran (Bauran Pemasaran) Kelas X Program Keahlian Pemasaran di SMK Islam Batu?

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian Siswa kelas

X Program Keahlian Pemasaran SMK Islam Batu terdiri dari 38 siswa.Metode pengambilan

data menggunakan metode observasi, dokumentasi dan tes.Berdasarkan rancangan Kemmis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

182

dan Taggart (dalam Sutarto, 2013) dalam Fitriani (2015) langkah – langkah penelitihan

tindakan kelas meliputi perencanaan (plan), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan

refleksi (reflecting).

Pada tahap perencanaan guru mengidentifikasi masalah yang terjadi, kemudian

membuat (1) menetukan tujuan pembelajaran (2) Membuat scenario pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Make A Match (3) Menyiapkan LKS (4) Membuat kartu

soal dan kartu jawaban (5) Menyusun soal test. Tahap pelaksanaan dengan (1) penyajian

materi (2) diskusi kelompok (3) Melaksanakan pembelajaran model Make A Match . Pada

tahap pengamatan dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung dengan

menggunakan lembar observasi dari beberapa observer, selanjutnya tahap refleksi yaitu (1)

berdiskusi untuk kelebihan dan kekurangan pada Siklus (2) mereflesi hasil data dari siklus 1

sebagai pedoman unuk mengusun tindakan pada siklus berikut nya

HASIL DAN PEMBAHASAN SIKLUS I

Perencanaan

Perencanaan siklus I terdiri atas : (1) menyusun ( RPP ) sesuai dengan kurikulum K-

13, (2) menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung , (3) pemilihan metode pembelajaran

yang hendak diterapkan, dan (4) menyiapkan lembar penilaian dan alat dokumentasi

Penyiapan RPP meliputi menyusun KI/KD, IPK, Tujuan Pembelajaran,

Pendekatan/Model/Metode, Langkah pembelajaran, penilaian,remedial dan pengayaan,

media, alat dan sumber belajar. Penyiapan fasilitas dan sarana pendukung berupa tayangan

video sehubungan dengan materi bauran pemasaran, kartu soal dan kartu jawaban. Metode

pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaraan kooperatif make a match dan

media kreatif. Lembar evaluasi yang berupa penilaian diskusi berupa table

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan tanggal 12 Oktober 2016 di SMK Islam Batu

dengan materi memahami Bauran Pemasaran. Guru mengimplementasikan pembelajaran

sesuai dengan skenario yang dibuat yaitu mengacu pada langkah-langkah dalam RPP dengan

strategi kooperatif Make A Match. Pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran meliputi

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

183

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Setiap kegiatan tersebut diuraikan sebagai

berikut.

Kegiatan awal, guru memberikan salam dan mempresensi kehadiran siswa. Setelah

itu melakukan apersepsi dengan memberi gambaran tentang materi dan memberikan motivai,

sehingga terjadi interaksi sebagai berikut.

Guru : Apakah anak – anak pernah membeli produk?

Siswa : Pernah bu.

Guru : Apa nama merk produk tersebut ?

Siswa : .air mineral aqua bu

Guru : Benar, lalu apa slogan dari produk tersebut

Siswa : Kebaikan dari alam.

Guru : Benar, nah anak – anak dari kalian siapa yang bisa menggambar

lambang yang ada pada produk aqua di papan tulis .

Guru : Saya Pak, nah tadi yang kita bahas adalah variable bauran produk

dan bauran produk adalah salah satu dari bauran pemasaran.

Kegiatan inti , pada kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan mengamati tayangan

video dari media LCD. Selesai penayangan video guru menanyakan kepada siswa tentang

produk dalam tayangan, sehingga terjadi interaksi antara guru dan siswa sebagai berikut.

Guru : Anak-anak apa nama produk dalam tayangan video tadi?

Siswa 1 : Sari roti bu.

Guru : Lalu apa nama slogan produk sari roti tersebut?

Siswa 2 : Empuk bergizi, lezat berisi bu

Guru : Benar, lalu siapa dari kalian yang bisa menggambar lambang

yang ada pada produk sari roti di papan tulis .

Siswa 3 : Saya bu.

Guru : Ya betul, lambang sari roti itu membentuk lingkaran, dan apa

warna lambang sari roti itu anak-anak?

Siswa 4 : Warna biru bu.

Guru : Betul anak-anak.

Guru melanjutkan penyampaian materi pokok tentang bauran pemasaran yang terdiri

dari 4 variable yaitu: produk, price, promotion dan place. Kerangka konsep materi dapat

digambarkandalam Gambar 1.

Gambar 1 : Bauran pemasaran

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

184

Melalui tayangan video dan paparan materi siswa menjadi lebih antusias dalam

mengikuti pembelajaran dan terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Beberapa interaksi

yang menarik adalah sebagai berikut:

Guru : Anak-anak dari tayangan video tadi adakah hubungannya

dengan materi yang barusan ibu bahas?

Siswa 1 : Ada bu, tayangan tadi kayaknya merupakan salah satu dari

bauran pemasaran.

Guru : Iya betul, tayangan tadi adalah bauran produk salah satu dari

bauran pemasaran

Setelah itu guru melanjutkan pemberian materi dari variable pemasaran yang

berikutnya yaitu variable price (harga), variable promotion (promosi) dan variable place

(tempat/distribusi )pemberian materi selesai, guru membagi kelas menjadi 6 kelompok

dengan anggota masing-masing kelompok 6 siswa . Setiap kelompok di berikan tugas dalam

bentuk LKS untuk dibahas dalam diskusi kelompok, dan bergantian tiap kelompok

mempresentasikan kedepan (seperti tampak pada Gambar 2 dan Gambar 3)

Gambar 2 : Diskusi kelompok Gambar 3 : Presentasi

Kemudian kelas di bagi 2 yang mana satu bagian diberi kartu soal dan bagian lainnya

diberi kartu jawaban (seperti tampak pada Gambar 4 dan 5) , lalu masing-masing anak

mencari pasangan dengan mencocokkan kartu yang dia pegang seperti tampak pada Gambar

6 dan 7

Gambar 4 : Kartu soal Gambar 5 : Kartu jawaban

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

185

Gambar 6 : Membagi kartu Gambar 7 : Siswa lagi mencari pasangan

Guru memberi penilaian kebenaran untuk pasangan kartu soal dan kartu jawaban,dan

memberi reward (seperti tampak pada Gambar 8) kelompok berdasar jumlah anggota

kelompok yang banyak memperoleh kebenaran untuk pasangan kartu soal dan kartu jawaban.

Gambar 8 : Pemberian reward

Pada Kegiatan Penutup guru memberikan evaluasi secara lisan kepada siswa,

selanjutnya siswa mengerjakan soal post test pertama untuk mengetahui penguasaan

kompetensi siswa. Penilaian menggunakan pembobotan terhadap unsure nilai

diskusi/presentasi 40%, test tulis 60% dengan penetapan KKM 78.

Aktivitas belajar terlihat dalam proses pembelajaran. Seluruh siswa secara umum

terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Di awal pembelajaran, siswa sudah terpancing

dengan kartu soal dan kartu jawaban yang dibagikan. Di kegiatan inti siswa berebut

mengambil kartu dan sibuk mencari kartu pasangan. Dalam mencocokkan kartu berpasangan

ini, siswa menemukan informasi terkait dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan tujuan

pembelajaran terkait keaktifan siswa yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan

harapan ketercapaian KKM (78) maka ada 19 siswa dari 38 siswa yang nilainya tidak

memenuhi KKM karena nilainya kurang dari 78

Selama pembelajaran berlangsung dan diakhir pembelajaran Siswa mampu

menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Hasil pengamatan observer menyatakan dalam

proses belajar mengajar terjadi aktivitas siswa dengan siswa dan aktivitas siswa dengan guru.

Kegiatan yang dilakukan pada siklus1 anak-anak diberikan tes,dengan soal sejumlah 5

berbentuk tes isian, dengan hasil sebagai berikut:

Hasi Belajar Siswa Pada Siklus 1 sebagai berikut

Nilai Kurang dari 78 sebanyak : 19 siswa

Nilai Lebih dari 78 sebanyak : 19 siswa

Nilai Rata-rata kelas : 72

Ketuntasan Belajar : 50%

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

186

Penerapan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar karena hasil pre

test menunjukkan yang belum tuntas sebanyak 23 siswa dan yang tuntas sebanyak 15 siswa

dengan prosentase ketuntasan siswa mencapai 39%

Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif

Make A Match sebagian besar siswa antusias mengikuti pembelajaran, tetapi masih ada siswa

yang masih tidak focus pada pembelajaran . Diakhir pembelajaran Siswa mampu menjawab

pertanyaan yang diajukan guru.Siswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan bauran

produk, deferensiasi produk

Refleksi

Hasil pengamatan observer menyatakan dalam proses belajar mengajar terjadi

aktivitas siswa dengan siswa dan aktivitas siswa dengan guru. Melalui hasil refleksi

terungkap bahwa guru merasakan mengalami peningkatan dalam menyampaikan

pembelajaran dan lebih percaya diri. Hal ini sebab guru telah berhasil menerapkan strategi

kooperatif Make A Match berbantuan media kreaktif.

Tetap ada masalah yang timbul disebabkan faktor-faktor antara lain,karena jumlah

siswa dalam kelompok tidak idial, maka suasana kelas agak terlalu ramai saat siswa

melakukan kerja kelompok, bahkan ada siswa yang asyik membicarakan hal-hal di luar

materi pembelajaran. Siswa masih ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan. Siswa masih

enggan dan takut untuk mengajukan pendapat.

SIKLUS II

Perencanaan

Perencanaan siklus II terdiri atas : (1) menyusun ( RPP ) sesuai dengan kurikulum K-

13, (2) menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung , (3) pemilihan metode pembelajaran

yang hendak diterapkan, dan (4) menyiapkan lembar penilaian dan alat dokumentasi

Penyiapan RPP meliputi menyusun KI/KD, IPK, Tujuan Pembelajaran,

Pendekatan/Model/Metode, Langkah pembelajaran, penilaian,remedial dan pengayaan,

media, alat dan sumber belajar. Penyiapan fasilitas dan sarana pendukung berupa tayangan

video sehubungan dengan materi deferensiasi produk, kartu soal dan kartu jawaban. Metode

pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaraan kooperatif make a match dan

media kreatif. Lembar evaluasi yang berupa penilaian diskusi berupa tabel

Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan siklus II ini dilakukan pada tanggal 2 Nopember 2016 dalam satu

kali pertemuan yang terdiri dari tiga jam pelajaran. Satu jam pelajaran digunakan untuk

memberikan materi mata pelajaran startegi pemasaran Pokok Bahasan deferensiasi produk,

sedangkan dua jamnya lagi digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran make a match. Proses

pembelajaran pada siklus II ini hampir sama dengan tahapan-tahapan siklus I. Tidak ada

perubahan dalam kelompok-kelompok siswa, dan yang membedakan hanyalah perbaikan-

perbaikan tindakan agar dalam pelaksanaan siklus II dapat lebih optimal.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

187

Guru mengimplementasikan pembelajaran sesuai dengan skenario yang dibuat yaitu

mengacu pada langkah-langkah dalam RPP dengan strategi kooperatif Make A Match. Pada

kegiatan pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

Setiap kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut.

Kegiatan awal, guru memberikan salam dan mempresensi kehadiran siswa. Setelah

itu melakukan apersepsi dengan memberi gambaran tentang materi dan memberikan motivai,

sehingga terjadi interaksi sebagai berikut.

Guru : Apakah anak – anak pernah membeli produk?

Siswa 1 : Pernah bu.

Guru : Apakah produk yang kalian beli beda atau dengan produk lain?

Siswa 2 : Kayaknya sama bu

Guru : Dari kalian smua siapa yang pernah beli produk yang lain dari

yang lain

Siswa3 : saya bu.

Guru : Coba jelaskan kenapa produk yang kamu beli lain dari yang

lain

Siswa 3 : Biasanya saya beli pembersih dan penyegar jadi 2 skarang ada

produk pembersih dan penyegar jadi 1

Kegiatan inti , pada kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan mengamati tayangan

dari media LCD. Selesai penayangan video guru menanyakan kepada siswa tentang produk

dalam tayangan, sehingga terjadi interaksi antara guru dan siswa sebagai berikut.

Guru : Anak-anak dari gambar di depan apakah ada yang berbeda?

Siswa 1 : Ya bu.

Guru : Lalu apa yang berbeda tersebut?

Siswa 2 : Apel yang did pan semua warnanya hijau tetapi ada yang satu-

satunya yang merah

Guru : Benar, anak-anak, apakah kalian tahu mengapa apel yang satu

itu warnanya merah sendiri

Siswa 3 : karena ingin berbeda dengan yang lainnya bu agar bisa

menarik.

Guru : Betul sekali

Guru melanjutkan penyampaian materi pokok tentang deferensiasi produk . Kerangka

konsep materi dapat digambarkan dalam Gambar 9.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

188

Gambar 9 : Deferensiasi produk

Setelah itu guru melanjutkan pemberian materi dari variable pemasaran yang

berikutnya yaitu variable price (harga), variable promotion (promosi) dan variable place

(tempat/distribusi )pemberian materi selesai, guru membagi kelas menjadi 6 kelompok

dengan anggota masing-masing kelompok 6 siswa . Setiap kelompok di berikan tugas dalam

bentuk LKS untuk dibahas dalam diskusi kelompok, dan bergantian tiap kelompok

mempresentasikan kedepan (seperti tampak pada Gambar 10 dan Gambar 11)

Gambar 10 : Diskusi kelompok Gambar 11 : Presentasi

Kemudian kelas di bagi 2 yang mana satu bagian diberi kartu soal dan bagian lainnya

diberi kartu jawaban (seperti tampak pada Gambar 12), lalu masing-masing anak mencari

pasangan dengan mencocokkan kartu yang dia pegang seperti tampak pada Gambar 13

Gambar 12 : Membagi kartu Gambar 13 : Siswa lagi mencari pasangan

Guru memberi penilaian kebenaran untuk pasangan kartu soal dan kartu jawaban,dan

memberi reward kelompok berdasar jumlah anggota kelompok yang banyak memperoleh

kebenaran untuk pasangan kartu soal dan kartu jawaban.

Pada Kegiatan Penutup guru memberikan evaluasi secara lisan kepada siswa,

selanjutnya siswa mengerjakan soal post test kedua untuk mengetahui penguasaan

kompetensi siswa.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

189

Berdasarkan hasil dari dari siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan

metode make a match nilai rata-rata naik 81 yang semula pada siklus 1 sebanyak 72, jumlah

siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 35 siswa dan di bawah KKM sebanyak 3

siswa, presentase ketuntasan belajar siswa mencapai 92% . Berdasarkan data yang ada siswa

mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel

1 berikut:

Tabel 1 :Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Jenis Test Ketuntasan

Pre tes 39%

Post tes I (tes akhir siklus I) 50%

Post tes II (tes akhir siklus II) 92%

Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif

Make A Match sebagian besar siswa antusias mengikuti pembelajaran, pada siklus II ini

siswa lebih tenang dalam pembelajaran, karena sudah terbiasa mencari pasangannya. Kedua

siswa sudah lebih percaya diri maju ke depan kelas untuk mempresentasikan. Ketiga Siswa

sangat senang belajar sambil bermain mencari pasangan, sehingga tidak hanya duduk saja

yang menyebabkan rasa jenuh. Keempat sebagian besar siswa sudah mampu belajar dengan

aktif tanpa rasa malu dan melaksanakan tugasnya dengan baik.

Diakhir pembelajaran Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru.Siswa dapat

menjelaskan apa yang dimaksud dengan bauran produk, deferensiasi produk

Refleksi

Hasil pengamatan observer menyatakan dalam proses belajar mengajar terjadi

aktivitas siswa dengan siswa dan aktivitas siswa dengan guru. Melalui hasil refleksi

terungkap bahwa guru merasakan mengalami peningkatan dalam menyampaikan

pembelajaran dan lebih percaya diri. Hal ini sebab guru telah berhasil menerapkan strategi

kooperatif Make A Match berbantuan media kreaktif. Tetapi masih ada sebagian kecil siswa

yang asyik membicarakan hal-hal di luar materi pembelajaran. Siswa masih ragu-ragu untuk

mengajukan pertanyaan. Siswa masih enggan dan takut untuk mengajukan pendapat.

SIMPULAN

Proses pembelajaran make a match pada mapel Strategi Pemasaran Pokok bahasan

Bauran pemasaran, deferensiasi produk pada siswa Kelas X Pemasaran SMK Islam Batu

dilaksanakan dengan cara: (a) Guru menyiapkan materi mata pelajaran Strategi Pemasaran

Pokok bahasan Bauran pemasaran, deferensiasi produk (b) Dengan pendekatan saintific Guru

menjelaskan secara garis besar materi mata pelajaran Strategi Pemasaran Pokok bahasan

Bauran pemasaran, deferensiasi produk Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban (c)

Masing-masing Siswa dalam kelompok secara kooperatif mencocokkan antara kartu soal dan

kartu jawaban (d) Setelah secara kooperatif siswa mengerjakan tugas dengan baik, guru

melakukan evaluasi terhadap hasil kerja siswa dan menjelaskan kekurangan-kekurangan

apabila ada.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

190

Pembelajaran make a match pada pembelajaran Strategi Pemasaran Pokok bahasan

Bauran pemasaran, deferensiasi produk dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMK Islam

Batu. Hal ini dapat diketahui dari indicator keberhasilan yang berupa nilai hasil belajar siswa

dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan menentukan tingkat hasil belajar siswa.

Nilai ketuntasan belajar siswa pada siklus I yakni sebesar 50%, yang sebelumnya pada

pelaksanaan pre-test hanya sebesar 32%, dan selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi

92%. Nilai hasil belajar ini berada pada tingkat keberhasilannya berada pada kriteria yang

sangat baik. Hal ini menunjukkan siswa telah mampu menguasai materi mata pelajaran

pembelajaran Strategi Pemasaran Pokok bahasan Bauran pemasaran, deferensiasi produk

dengan baik.

Daftar Rujukan :

Erni, F, Ridwan, E.S., Dadang, K., Saur, T. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Make A Match Pada Mata Pelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar. Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement

Program) dengan tema “ Membangun Generasi Kreatif Melalui Pembelajaran

Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama, Batu. Halaman 448–454

Erni, F. 2015. Penerapan Pembelajaran Make-A Match Prosiding Seminar Nasional TEQIP

(Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “ Membangun Generasi

Kreatif Melalui Pembelajaran Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama,

Batu. Halaman 448–454

Liza, K.S., Prihastuti, E. 2013. Penerapan Metode Demonstrasi dalam memahamkan

pembelajaran kooperatif berbantuan media tata siswa materi revolusi bulan

memahamkan surya dengan ketrampilan proses untuk memahamkan siswa materi

revolusi bulan. Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement

Program) dengan tema “ Membangun Generasi Kreatif Melalui Pembelajaran

Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama, Batu. Halaman 448–454

Zubaidah. 2015: Ragam Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Prosiding Seminar

Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “

Membangun Generasi Kreatif Melalui Pembelajaran Bermakna” pada 31 Oktober

2015 di Hotel Purnama, Batu. Halaman 437–440

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

191

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) DENGAN MEDIA KREATIF PADA MATERI PENGELOLAAN BUKU

JURNAL UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENCATAT DATA

KEUANGAN AKUNTANSI KELAS X AK

SMK ISLAM BATU

Eka Erny Setyaningsih

SMK Islam Batu Kota Batu Jawa Timur Indonesia

[email protected].

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas

diantaranya : kurangnya konsentrasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran

,tidak meratanya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan ,

kurangnya minat untuk mengikuti keseluruhan kegiatan pembelajaran pada materi yang

memiliki tingkat kesulitan tinggi, KKM yang dihasilkan siswa masih rendah. Metode yang

digunakan melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan melalui 2 Siklus , masing masing

siklus meliputi perencanaan ,pelaksanaan,observasi dan refleksi. Penelitian Dilakukan di

SMK Islam Kota Batu dengan subyek penelitian adalah 40 siswa pada kelas X Ak 1. Tahun

ajaran 2016 /2017. Hasil yang diperoleh bahwa terjadi peningkatan proses pembelajaran

siswa menjadi lebih aktif dan kreatif ,ditunjukkan dari capaian hasil belajar siswa di siklus I

yang mencapai KKM sebesar 88 % dan capaian hasil belajar siswa di siklus II yang

mencapai KKM sebesar 98 %

Kata kunci : Problem Based Learning , Media kreatif ,Ketrampilan Mencatat

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan, Standar kompetensi lulusan terdiri atas

kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah

menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah. Proses belajar mengajar bertujuan mencetak peserta didik yang paham dan

menguasai materi pengetahuan maupun ketrampilan sehingga pada saat terjun di dunia usaha

dapat berkompetisi dan dapat diterima dalam suatu perusahaan atau instansi, sehingga lulusan

peserta didik bisa diserap dan diterima di dunia usaha dan industri (DU/I) dalam jumlah yang

besar. Keterserapan lulusan di DU/I merupakan tolok ukur keberhasilan pembelajaran di

sekolah.

Namun demikian untuk mencapai keberhasilan di atas, dalam pembelajaran produktif

sering kali mengalami kesulitan dalam peningkatan kemampuan peserta didik untuk

mencapai nilai yang sesuai dengan KKM. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang

masih kurang beragam digunakan oleh guru sebagai penyampai materi pembelajaran, yang

sering terjadi guru sebagai pusat pembelajaran. Hal tersebut juga terjadi di kelas X SMK

Islam Batu bahwa pembelajaran dan hasilnya belum optimal disebabkan oleh beberapa hal

sebagai berikut: (1) Kurangnya konsentrasi peserta didik dalam mengikuti proses

pembelajaran ,(2) Tidak meratanya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang

disampaikan , (3) Kurangnya minat untuk mengikuti keseluruhan kegiatan pembelajaran pada

materi yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, (4) KKM yang dihasilkan siswa masih rendah,

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

192

Fakta empiris menunjukkan hasil nilai yang diperoleh peserta didik atas Uji Teori Kejuruan

pada Ujian Nasional Tahun 2015 yang lalu ,dimana hasilnya hanya 60 % yang mencapai

KKM sisanya masih belum mencapai KKM maka pendidik perlu mengevaluasi cara

mengajar konvensional / cara lama menjadi konstruksional sebagai bentuk perubahan cara

mengajar. Untuk itu perlu penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL)

dengan media kreatif.

Pendekatan pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL)

dipusatkan kepada masalah-masalah yang disajikan oleh guru dan siswa menyelesaikan masalah

tersebut dengan seluruh pengetahuan dan keterampilan mereka dari berbagai sumber yang dapat

diperoleh. Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada hasil penelitian Barrow and Tamblyn

(1980, Barret, 2005)

Lavy & Shariki (2008) mendefinisikan PBM sebagai “The learning that results from

the process of working towards the understanding of a resolution of a problem. The problem

is encountered first in the learning process.” Sementara Mulyani (2015) mengatakan PBL

adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengguanakan masalah dunia nyata sebagai

suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari

materi pelajaran.

Pelaksanaan PBLmenurut Jauhari (2015) memiliki ciri tersendiri berkaitan dengan

langkah pembelajarannya menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan PBM sebagai berikut :

(1) Siswa diberi permasalahan oleh guru (atau permasalahan diungkap dari pengalaman

siswa), (2) Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan melakukan hal-hal berikut,

(3) Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang harus

diselesaikan. Mereka dapat melakukannya dengan cara mencari sumber di perpustakaan,

database, internet, sumber personal atau melakukan observasi, (4) Siswa kembali kepada

kelompok PBM semula untuk melakukan tukar informasi, pembelajaran teman sejawat, dan

bekerjasama dalam menyelesaikan masalah, (5) Siswa menyajikan solusi yang mereka

temukan, dan (6) Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh

kegiatan pembelajaran. Hal ini meliputi sejauh mana pengetahuan yang sudah diperoleh oleh

siswa serta bagaiman peran masing-masing siswa dalam kelompok.

Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan dalam

pelaksanaannya ,tidak berbeda dengan model pembelajaran (PBL) ,masih perlu pula

dilakukan pengamatan untuk tingkat keberhasilannya. Menurut Nisak & Annisa (2013)

sebagai suatu strategi pembelajaran PBL memiliki beberapa keunggulan diantaranya (1)

pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi

pelajaran;(2) pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan

kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa;(3) pemecahan masalah dapat

meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa;(4) pemecahan masalah dapat membantu siswa

bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan

nyata;(5) pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan

barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran dalam pembelajaran yang mereka

lakukan.Disamping itu , pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan

evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya;(6)pemecahan masalah

dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa;(7) pemecahan masalah dapat

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

193

mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan

baru;pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan nyata.

Kelemahan dari penerapan model PBL adalah sebagai berikut :(1) manakala siswa

tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit

untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba; (2) keberhasilan

strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan;(3) tanpa

pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari,

maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Pembelajaran dengan metode PBL dengan berbantuan media kreatif diharapkan dapat

meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasilnya. Media Kreatif adalah media yang

mendukung pembelajaran sehingga peserta didik lebih mudah dalam pemahaman materi

.Kelebihan :(1)peserta didik lebih mudah memahami dikarenakan langsung melihat secara

nyata sesuai dalam kehidupan sehari hari ;(2) dapat langsung mempraktekkan ;(3) tidak asing

ketika menemui permasalahan bukti transaksi di DU/I .Temuan:(1)media yang sama dengan

kondisi yang sesungguhnya sulit diperoleh ,(2) menghabiskan waktu pembelajaran yang lebih

banyak.

Berdasarkan permasalah di atas diperlukan kajian penelitian dengan judul : Penerapan

Problem Based Learning Dengan Media Kreatif Pada Materi Pengelolaan Buku Jurnal Untuk

Meningkatkan Ketrampilan Mencatat Data Keuangan Akuntansi Kelas X AK SMK Islam

Batu

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X Akuntansi SMK Islam Batu dengan

menggunakan metode PBL dengan jumlah ( X AK) 40 orang. Adapun pelaksanaan perbaikan

pembelajaran ini dilakukan sebanyak dua siklus yang dilaksanakan pada bulan Oktober

sampai Nopember 2016.

Rancangan penelitian yang digunakan berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas melalui

tahapan perencanaan ,pelaksanaan,pengamatan,dan refleksi ,dengan menggunakan metode

diskusi yang mudah dipahami dan diikuti oleh peserta didik , sehingga memotivasi guru

menggunakan media saat mengajar.Materi yang diajarkan adalah Menganalisa Bukti transaksi. Saat

guru membuka dengan salam kemudian mengecek kehadiran siswa yang berjumlah 40 orang, yang

terdiri dari 6 orang peserta didik laki-laki dan 34 orang perempuan, peserta didik sangat antusias dan

memperhatikan bahan atau media yang ada di depan kelas dengan penuh tanda tanya, ada pesertta

didik yang aktif ada juga yang hanya duduk diam, ada yang ingin segera mengetahui kegiatan apa

yang akan dikerjakan, ada satu peserta didik yang sangat aktif dan bertanya kepada guru kegiatan apa

yang akan dilakukan. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dan memberi tugas untuk

memahami prosedur kerja yang ada LKS. Guru membantu langkah kerja yang akan dilakukan dalam

diskusi , kemudian setiap peserta didik dalam kelompok melakukan kegiatan analisis sesuai prosedur

kerja pada LKS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model

Penelitian Tindakan Kelas, dengan menggunakan empat langkah, yaitu sebagai berikut(1)

Perencanaan, pada tahap perencanaan ini dipilih kelas yang akan dijadikan obyek penelitian

berdasarkan hasil pre test yang telah dilakukan. Selanjutnya memilih metode yang sesuai untuk

penyampaian materi Menganalisa Bukti transaksi; (2) Pelaksanaan, pada tahap ini guru

mempersiapkan perangkat demi terlaksananya pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

194

Pembelajaran, skenario pembelajaran, soal tes yang akan diberikan; (3) Observasi/Pengamatan, pada

tahap ini akan diamati sejauh mana keberhasilan dari metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi pelajaran; (4) Refleksi/Perbaikan Pembelajaran, pada tahap ini akan diidentifikasi hal-hal yang

dapat dilakukan sebagai perbaikan untuk tindakan lanjut pada siklus.Penelitian ini dilaksanakan pada

siswa kelas X Ak 1 SMK Islam Batu dengan jumlah peserta didik 40 orang. Pengumpulan data

dengan teknik observasi/pengamatan oleh guru dan pemberian LKS.Setelah melaksanakan observasi

dan pengumpulan hasil LKS maka penulis mengambil kesimpulan hasil penelitian telah menunjukkan

hasil yang memuaskan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I.

Perencanaan

Dengan dibantu oleh teman sejawat sebagai observer, penulis melaksanakan

perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak dua siklus.

Kegiatan Perencanaan Tindakan Siklus I , dimulai dengan : (1) membuat rencana

pembelajaran (RPP) dengan Kompetensi Dasar : Menganalisa Bukti Transaksi;(2)

menyiapkan materi pembelajaran mengenai macam macam bukti transaksi dan melakukan

pencatatan transaksi keuangan ke dalam Bukti transaksi ;(3) menyiapkan media

pembelajaran ( bukti transaksi ) ;(4) menyiapkan lembar kerja (transaksi teks book );(5)

instrumen penilaian hasil diskusi;(6) lembar aktifitas siswa;(7) membuat instrumen soal tulis,

Pada tahapan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi :(1) kompetensi

yang ditentukan dengan Kompetensi Dasar :Mengelola Bukti Transaksi dengan rincian waktu

2 x 45 menit ,dilaksanakan di kelas Xak 1 dengan tahapan kegiatan : (1) kegiatan

apersepsi;(2)kegiatan inti;(3)kegiatan penutup ,dengan tujuan pembelajaran aspek

pengetahuan peserta didik mampu mengenal macam macam bukti transaksi , mampu

memahami macam macam transaksi keuangan yang terjadi di perusahaan jasa,aspek

ketrampilan peserta didik mampu membuat bukti transaksi , mampu membukukan transaksi

keuangan perusahaan jasa.

Untuk mengefisienkan waktu peserta didik diberikan materi pembelajaran macam

macam bukti transaksi dan cara melakukan pencatatan ke dalam bukti transaksi sehingga

akan dipakai sebagai bahan bacaan untuk peserta didik dan memberikan peserta didik

kemudahan dalam pemahaman materi , serta mencari sumber informasi yang lain setelah

penjelasan yang diberikan oleh guru.

Agar pemahaman peserta didik lebih bagus dari sebelumnya dan lebih mengenal

bukti transaksi yang sebenarnya di dunia kerja maka disediakan media pembelajaran Bukti

bukti transaksi yang konkrit yaitu Faktur , Nota Kontan , Kwitansi kecil dan Kwitansi besar ,

Bukti Kas Keluar , Bukti Kas Masuk , Nota debet , Bukti Memo yang nantinya akan

digunakan peserta didik sebagai media untuk mengerjakan tugas di lembar kerja siswa (

LKS) yang berbentuk soal teksbook

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

195

Pelaksanaan Tindakan

Proses pembelajaran pada hari : Jum‟at ,14 Oktober 2016 jam ke 1 dan 2 di kelas X

Ak 1 sebagai proses pelaksanaan tindakan . Kegiatan utama terbagi menjadi tiga : (1)

kegiatan Pendahuluan ;(2) kegiatan Inti dan ;(3) kegiatan penutup .

Dalam kegiatan pendahuluan , guru meminta peserta didik membaca surat yasin , doa

mau belajar, Peserta didik membaca surat yasin dan doa mau belajar,guru mengucapkan

salam , peserta didik menjawab salam ,guru melakukan presensi, dan menanyakan kondisi

peserta didik . Setelah yakin dengan kondisi peserta didik yang siap mengikuti PBM , Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini serta menghubungkan dengan materi

terdahulu , Saat memanfaatkan waktu kegiatan pendahulua pembelajaran guru

menyampaikan ruang lingkup materi dan arah pembelajaran yang bersifat apersepsi.

Apersepsi yang diberikan guru dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk membentuk

motivasi peserta didik.Ketika guru mengajukan pertanyaan, ada beberapa peserta didik yang

menjawab dengan bersemangat sehingga terbentuk dialog interaksi antara guru dengan siswa

sebagai berikut:

Guru : “ Dalam siklus akuntansi perusahaan jasa, kegiatan akan dimulai bila perusahaan

sudah memiliki yang di sebut Dokumen Sumber yaitu Bukti Transaksi .Ada berapa

bukti transaksi yang kalian ketahui “

Siswa 1: “ Ada 5 bukti transaksi : Kwitansi,Nota ,Faktur , Cek,dan Bilyet Giro.”

Guru : “ Bagus jawabannya , adakah yang bisa melengkapi atas jawaban temanmu “

Siswa 2: “ Bukti memo, Nota debet , Nota kredit.”

Guru : “ Hebat , atas jawabanmu nak “

Kegiatan Inti, menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ditentukan

dengan langkah langkah / Sintaksnya sebagai berikut :(1) Orientasi pada masalah; mengamati

masalah yang menjadi objek pembelajaran,(2) Pengorganisasian kegiatan pembelajaran;

menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap masalah kajian,(3) Penyelidikan

mandiri dan kelompok; melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka

menyelesaikan masalah yang dikaji,(4) Pengembangan dan Penyajian hasil; mengasosiasi data yang

ditemukan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber,(5) Analisis dan evaluasi proses

pemecahan masalah.

Di kegiatan inti guru menampilkan tayangan video dan menugasi kepada peserta didik untuk

mengamati tayangan tersebut sehingga terjadi dialog sebagai berikut :

Guru : “ dari tayangan tadi apa yang bisa anak anak ceritakan “

Siswa 1 :“ macam macam bukti transaksi yang ada dalam kegiatan keuangan suatu perusahaan “

Guru : “ Bagus , berarti kamu memperhatikan benar benar tayangan tadi nak, ada yang bisa menambahkan

kira kira apalagi yang lain yang dapat disebutkan “

Siswa 2 : “transaksi transaksi keuangan yang biasa terjadi di perusahaan “

Guru : “ ya betul , adakah yang tahu apa yang dimaksud dengan Faktur ?

Siswa 3 : ” saya bu , faktur adalah bukti transaksi yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian secara

kredit “

Guru : “ bagus , siapa yang bisa menjawab apabila saya melakukan pembayaran atas gaji karyawan, bukti

transaksi apa yang digunakan untuk mencatat transaksi tersebut ?”

Siswa 4: “ Kwitansi buu “

Guru : “ ya bagus jawabanmu , untuk identifikasi transaksi ayo kalian membagi diri menjadi 6 kelompok. “

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

196

Untuk mendalami materi Guru menetapkan peserta didik menjadi 6 kelompok dan

setiap kelompok dibagikan LKS. Sebagai penjelasan guru menyampaikan atas langkah

langkah yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok.Sehingga terjadi dialog interaksi

sebagai berikut :

Guru :”dalam LKS ada transaksi keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan”

Siswa 1 :”di halaman berapa buu”

Guru :”halaman ke 2 ,kemudian kalian analisis serta tentukan transaksi tersebut akan dicatat ke dalam bukti

transaski apa”

Siswa 2 :”Siap bu”

Guru :” Bila sudah teridentifikasi silahkan mengambil bukti transaksi yang ada di depan”.

Siswa 3 :”Apakah semua transaksi yang ada dalam LKS buu”

Guru :”Pilihlah 10 transaksi dari data yang ada”

Guru memberikan pendampingan dan penguatan kepada siswa dalam

melakukan pengamatan, ternyata siswa menjadi aktif dan mandiri. Siswa bersemangat,

konsentrasi, dan mengerjakan tugas dengan mengisi LKS dan terjadi interaksi dialog antara

guru dan siswa untuk mendeskripsikan Transaksi keuangan yang akan dicatat dalam bukti

transaksi .

Peserta didik dan guru membahas hasil diskusi yang telah dilakukan dengan

membandingkan dengan materi yang ada di literatur. Pada kegiatan ini guru dan peserta didik

melakukan tanya jawab. Guru mempersilakan perwakilan kelompok untuk menyampaikan

hasil diskusi dan analisa tentang transaksi keuangan secara bergantian. Peserta didik

melakukan kegiatan analisa ini diberikan penguatan dengan kegiatan unjuk kerja dengan

menghasilkan produk yang selanjutnya dikumpulkan sebagai hasil kerja individu.

Kegiatan penutup pembelajaran dilakukan penyimpulan bersama peserta didik

tentang transaksi keuangan dicatat dalam bukti transaski . Guru memberi penekanan tentang

kesimpulan Bukti Transaksi . Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan

kompetensi siswa. Penilaian menggunakan pembobotan terhadap unsur nilai pengetahuan

40%, ketrampilan 50%,

dan presentasi 10%, dengan penetapan KKM 80.

Berdasarkan hasil tes pengetahuan dan ketrampilan di hasilkan nilai KKM siswa rata-

rata kelas 84, jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 34 siswa, dibawah

KKM sebanyak 6 siswa, presentase ketuntasan belajar peserta didik mencapai 86 %.

Pengamatan

Berdasarkan pengamatan guru dan teman sejawat sebagai observer , pelaksanaan

kegiatan awal pembelajaran siswa sangat bersemangat, aktif, dan menjadi mandiri setelah

diberikan tugas melalui LKS, tetapi ada peserta didik acuh tak acuh bahkan mengantuk ketika

diberi penjelasan oleh guru dan ada yang mengobrol dengan temannya, hal ini dimungkinkan

ada siswa yang belum paham dengan hal hal yang dilakukan dalam kegiatan proses. Pada saat

pelaksanaan diskusi menganalisa transaksi keuangan diketahui ada beberapa peserta didik

yang tidak aktif bahkan diam tidak menganalisa transaksi keuangan .

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

197

Refleksi

Selesai pembelajaran, peneliti melakukan refleksi terhadap semua kegiatan yang

berhubungan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Hasil refleksi diketahui ada

beberapa kendala dan penyebab selama proses pembelajaran, yang terinci dalam ringkasan

sebagai berikut (Tabel 2) :

Tabel 2. Kendala, penyebab, dan alternatif selama proses pembelajaran

Kendala Penyebab Alternatif perbaikan

Masih ada beberapa

peserta didik yang belum

mampu secara maksimal

menyimpulkan hasil

pengamatan

Buku referensi tentang

pengertian macam macam

bukti transaksi yang diberikan

guru kepada peserta didik

masih terbatas (satu

kelompok hanya 2 bendel

referensi)

Perlu memperbanyak jumlah

referensi yang dibutuhkan

dari setiap kegiatan diskusi

pengamatan

Terdapat peserta didik

yang belum mampu

mengidentifikasi transaksi

keuangan

peserta didik masih kurang

mampu memahami tentang

macam macam bukti

transaksi

Meminta siswa untuk

membaca dan mencetak

referensi tentang macam

macam bukti transaksi

melalui internet

Peserta didik belum dapat

membedakan Bukti

transaksi yang diterbitkan

pihak Intern dan pihak

ekstern

Peserta didik belum mampu

memahami tentang Bukti

transaksi yang diterbitkan

pihak Intern dan pihak

ekstern

Meminta peserta didik

menganalisa dengan teliti

tentang Bukti transaksi yang

diterbitkan pihak Intern dan

pihak ekstern

Hasil refleksi menunjukkan bahwa guru perlu melakukan perbaikan pada

pembelajaran berikutnya. Hal-hal yang perlu ditingkatkan untuk siklus berikutnya adalah

tentang bagaimana peserta didik mampu membuat kesimpulan hasil kegiatan proses,

dengan menambah referensi tentang Bukti transaksi yang diterbitkan pihak Intern dan

pihak ekstern.

Siklus II .

Perencanaan

Kegiatan Perencanaan Tindakan Siklus 2 , dimulai dengan : (1) membuat rencana

pembelajaran (RPP) dengan Kompetensi Dasar : Mencatat transaksi keuangan ke dalam

jurnal umum; (2) menyiapkan materi pembelajaran mengenai mencatat transaksi keuangan ke

dalam jurnal umum dan melakukan pencatatan transaksi keuangan ke dalam bukti transaksi ;

(3) menyiapkan media pembelajaran ( bukti transaksi dan format jurnal umum );(4)

menyiapkan lembar kerja (LKS );(5) instrumen penilaian hasil diskusi;(6) lembar aktifitas

siswa; (7) membuat instrumen soal tulis,

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

198

Pada tahapan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi :(1) Kompetensi

yang ditentukan dengan Kompetensi Dasar : mencatat transaksi keuangan ke dalam jurnal

umum dengan rincian waktu 2 x 45 menit ,dilaksanakan di kelas XAk 1 dengan tahapan

kegiatan : (1) kegiatan apersepsi;(2)kegiatan inti;(3)kegiatan penutup ,dengan tujuan

pembelajaran aspek pengetahuan peserta didik mampu memahami fungsi jurnal umum

,aspek ketrampilan peserta didik mampu menganalisa transaksi keuangan , mampu

membukukan transaksi keuangan ke dalam jurnal umum dalam perusahaan jasa.

Untuk mengefisienkan waktu peserta didik diberikan materi pembelajaran macam

macam bukti transaksi dan cara melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal sehingga akan

dipakai sebagai bahan bacaan untuk peserta didik dan memberikan kemudahan bagi peserta

didik dalam memahami materi , serta mencari sumber informasi yang lain setelah penjelasan

yang diberikan oleh guru .

Pelaksanaan Tindakan :

Proses pembelajaran pada hari : Jum‟at ,28 Oktober 2016 jam ke 1 dan 2 di kelas X

Ak 1 sebagai proses pelaksanaan tindakan . Kegiatan utama terbagi menjadi 3; (1) kegiatan

awal ;(2) kegiatan inti dan ;(3) kegiatan penutup .

Dalam kegiatan awal , guru bersama peserta didik membaca surat yasin dan doa mau

belajar , guru mengucapkan salam , peserta didik menjawab salam ,guru melakukan presensi,

dan menanyakan kondisi peserta didik . Setelah yakin dengan kondisi peserta didik yang siap

mengikuti PBM , guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini serta

menghubungkan dengan materi terdahulu , untuk memanfaatkan waktu di kegiatan awal

pembelajaran , guru menyampaikan ruang lingkup materi dan arah pembelajaran yang

bersifat apersepsi. Apersepsi yang diberikan guru dengan melontarkan pertanyaan sebagai

langkah untuk memberi motivasi peserta didik. Ketika guru mengajukan pertanyaan, ada

sebagian peserta didik yang menjawab dengan antusias sehingga terbentuk dialog interaksi

antara guru dengan siswa sebagai berikut:

Guru : “ transaksi tunai akan diterbitkan bukti transaksi apa? “

Siswa 1 : “ kwitansi.”

Guru : “ Bagus jawabannya , bukti transaksi lainnya ? “

Siswa 2 : “ Nota tunai .”

Guru : “ Betul sekali , atas jawabanmu nak , untuk pihak intern apa yang akan dibuat?“

Siswa 3 : “ Bukti Kas Keluar”

Guru : “ Hebat , jawabanmu nak .“

Pada kegiatan inti, digunakan model pembelajaran Problem Based Learning

ditentukan dengan Sintaks sebagai berikut :(1) orientasi pada masalah; mengamati masalah

yang menjadi objek pembelajaran;(2) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; menyampaikan

berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap masalah kajian;(3) penyelidikan mandiri dan

kelompok; melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menyelesaikan

masalah yang dikaji;(4) pengembangan dan penyajian hasil; mengasosiasi data yang ditemukan

dengan berbagai data lain dari berbagai sumber;(5) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Di kegiatan inti guru menampilkan tayangan power point sedangkan peserta didik diberikan

tugas untuk mengamati tayangan tersebut sehingga terjadi dialog interaksi sebagai berikut :

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

199

Guru : “ apa yang dapat anak anak ceritakan dari tayangan tadi “

Siswa 1 : “ Jurnal umum dan mekanisme debat kredit buu “

Guru : “ ya betul , adakah yang tahu apa yang dimaksud dengan Debet ?

Siswa 2 : ” pencatatan yang dilakukan dengan akunyang ada di sebelah kanan atau ditulis lebih

dahulu “

Guru : “ betul sekali,sedangkan untuk kredit apa anak anak ?”

Siswa 4 : “ pencatatan akun yang ada di sebelah kiri atau ditulis yang ke 2. “

Guru : “ ya bagus jawabanmu .”

Untuk mendalami materi Guru menetapkan peserta didik menjadi 10 kelompok

dan setiap kelompok dibagikan LKS. Sebagai penjelasan guru menyampaikan atas

langkah langkah yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok.

Guru memberikan pendampingan dan penguatan kepada siswa dalam melakukan

pengamatan dan analisa , sehingga peserta didik aktif dan mandiri. Peserta didik

bersemangat dan konsentrasi dalam mengerjakan tugas dengan mengisi LKS.

Peserta didik dan guru membahas hasil diskusi yang telah dilakukan . Pada kegiatan

ini guru dan peserta didik melakukan tanya jawab. Guru mempersilakan perwakilan

kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja . Peserta didik diberikan penguatan pada

kegiatan unjuk kerja dengan menghasilkan produk yang selanjutnya dikumpulkan sebagai

hasil kerja individu.

Pada kegiatan penutup ,peserta didik beserta guru menyimpulkan transaksi yang

dicatat dalam jurnal umum beserta penentuan akun akan dicatat di sebelah debet atau di

sebelah kredit. Sekaligus diberikan penekanan mengenai mekanisme debet dan kredit .

kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa. Penilaian

menggunakan pembobotan terhadap unsur nilai pengetahuan 40%, ketrampilan 50%,dan

presentasi 10%, dengan penetapan KKM 78. Hasil penilaian dapat digambarkan pada

pencapaian nilai evaluasi.

Berdasarkan hasil penilaian pengetahuan , ketrampilan dan presentasi dapat

disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode diskusi peserta didik memperoleh nilai

rata-rata kelas 84, jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 36 siswa,

dibawah KKM sebanyak 4 siswa, presentase ketuntasan belajar peserta didik mencapai 90 %.

Pengamatan

Berdasarkan pengamatan guru dan teman sejawat sebagai observer , pelaksanaan

kegiatan awal pembelajaran siswa sangat antusias, aktif, dan menjadi mandiri setelah

diberikan tugas melalui LKS, tetapi ada peserta didik diam dan mengantuk ketika diberi

penjelasan oleh guru dan ada yang mengobrol dengan temannya, hal ini dimungkinkan ada

siswa yang belum paham dengan hal hal yang dilakukan dalam kegiatan proses. Pada saat

pelaksanaan diskusi menganalisa transaksi keuangan semua peserta didik aktif dan

bersemangat menganalisa transaksi keuangan .

Refleksi

Selesai pembelajaran, peneliti melakukan refleksi terhadap semua kegiatan yang

berhubungan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran.Hasil refleksi diketahui ada

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

200

beberapa kendala dan penyebab selama proses pembelajaran, yang terinci dalam ringkasan

sebagai berikut (Tabel 3) :

Tabel 3. Kendala, penyebab, dan alternatif selama proses pembelajaran

Hasil refleksi menunjukkan bahwa guru perlu memperbanyak latihan untuk ketrampilan

pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan ketrampilan proses yang disusun dengan

langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan aktivitas diskusi dan memfasilitasi

aktivitas ketrampilan proses siswa. Tindakan pembelajaran dalam rangka mengoptimalkan

kinerja guru menggunakan metode diskusi untuk mengembangkan ketrampilan proses

dilakukan dengan pembatasan jenis ketrampilan proses, yaitu mengobservasi meliputi

penggunaan indera dan mencatat hasil pengamatan, berkomunikasi mengajukan dan

menjawab pertanyaan, serta melaporkan hasil pengamatan.

Upaya untuk mengembangkan ketrampilan proses siswa yang dilakukan guru dengan

cara mengoptimalkan kinerja pengelolaan pembelajaran terutama dalam hal tuntutan konsep

dan keterlibatan siswa mendeskripsikan hasil pengamatan untuk mengaktifkan siswa dalam

pembelajaran, membimbing siswa agar termotivasi melakukan ketrampilan proses, dan

ketepatan serta keefektifan penggunaan lembar pengamatan oleh siswa.

Dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa, terjadi peningkatan KKM dari siklus I

sebesar 79% menjadi 82% pada siklus II. Masih terdapat siswa yang belum tuntas maka akan

dilakukan remidi.

Kendala Penyebab Alternatif perbaikan

Masih ada

beberapa peserta

didik yang agak

lambat

menyimpulkan

hasil diskusi

mekanisme

debet dan kredit

Peserta didik kurang dalam

literasi materi pengelolaan

jurnal umum

Perlu memperbanyak jumlah referensi

yang dibutuhkan dari setiap kegiatan

diskusi pengamatan

Terdapat peserta

didik yang

belum mampu

mengidentifikasi

akun debet

kredit

peserta didik masih

kurang mampu

memahami perubahan

akun di debet dan di kredit

Menugasi peserta didik untuk mencetak

materi tambahan mekanisme debet dan

kredit

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

201

Daftar Rujukan

Jauhari, Mohammad , 2015 . Menemukan Pecahan Senilai dengan Pendekatan Saintifik

melalui Metode Problem Based Learning . Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015.

Hal .327 – 334.

Lavy, Ilana & Shriki ,2008 . Investigating changes in prospective teachers‟ views of a „good

teacher‟ while engaging in computerized project-based learning J Math Teacher Educ

(2008) 11:259–284

Mulyani, Fitri, 2015. Best Practice Problem Based Learning Belajar Aktif, Kreatif,

Menyenangkan dengan Permainan Lurah – Lurahan pada Materi Operasi

Penjumlahan Bilangan Bulat Kelas VII.1 SMP N 1 Bunguran Tengah Kabupaten

Natuna Tahun Pelajaran 2014/2015. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal

.56 – 60

Nisak, Choirun & Annisa, Ratna Sari, 2013. Penerapan Model Problem Based Learning

Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Akuntansi, Jurnal Pendidikan

Akuntansi Indonesia, Vol. XI, No. 1

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

202

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK

PAIR-SHARE)UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI

ORGANISASI USAHA SEDERHANA SISWA KELAS XIPROGRAM KEAHLIAN

AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN DI SMK NEGERI 2 BATU

Febry Tunggal Adijaya

SMK N 02 BATU

[email protected]

Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk implementasi model pembelajaran

kooperatif tipe tps (think pair-share)untuk meningkatkan hasil belajar materi organisasi

usaha sederhana siswa kelas xiprogram keahlian agribisnis produksi tanaman di smk negeri

2 batu. Penelitian ini menggunalkan seting penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

dilakukan dalam bentuk siklus yang setiap siklusnya terdiri dari emapat tahapan yaitu tahap

perencanaan, taahaap pelaksanaan, tahap observasi dan taahap refleksi. Subyek dari

penelitian ini adalah 24 siswa kelas XI AG b yang terdiri dari 5 siswa laki laki dan 19 siwa

perempuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan kooperatif lerarning

tipe TPS tahapan 1) Langkah Think (berpikir), 2) langkah Pair (berpasangan), 3) langkag

share (berbagi) dapat meningkatkan hasil belajar siswa..

Kata kunci : TPS, Hasil belajar, Organisasi usaha sederhana

Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat diera global harus dapat

memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya keterampilan intelektual, sosial dan

personal.Keterampilan-keterampilan tersebut dibangun tidak hanya dengan landasan rasio

dan logika saja, tetapi juga inspirasi, kreativitas, moral, intuisi (emosi) dan spiritual.

Dalam mengajar guru hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode-metode

pembelajaran yang sesuai dengan keadaan serta kondisi lingkungan dimana guru tersebut

mengajar. Penentuan dan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

materi yang diajarkan akan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut. Selain itu

siswa lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar

Aktivitas hidup lebih banyak bermula dan berlangsung pada interaksi-interaksi antar

individu yang diprakarsai individu itu sendiri.Setiap individu diera global dituntut

mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif dan mengadaptasikan diri kedalam

situasi global yang amat bervariasi dan cepat berubah.Setiap individu dituntut melakukan

daya nalar kreatif dan kepribadian yang tidak simple, melainkan kompleks. Untuk itu

ketrampilan yang harus dimiliki individu adalah keterampilan intelektual,sosial, dan personal.

Selama ini siswa selalu terkondisikan untuk menerima informasi apa adanya, sehingga

siswa cenderung pasif dan menunggu diberi informasi tanpa berusaha menemukan informasi

tersebut. Hal itu menyebabkan siswa hanya mampu untuk menghafal tanpa memahami materi

yang telah diterimanya.

Maka dari itu agar siswa lebih bisa mengasah kreatifitasnya diperlukan suatu metode

pembelajaran baru yang menekankan kreatifitas siswa. Dengan diterapkannya variasi metode

pembelajaran diharapkan akan menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam proses belajar

mengajar untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu metode pembelajaran yang

bervariasi akan lebih meningkatkan keaktifan siswa serta membuat siswa dapat lebih

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

203

memahami materi yang diberikan sehingga bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa adalah metode

pembelajaran kooperatif model TPS (think-pair-share).

Think-pair-share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam

kelompok kecil (2-6 orang) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif daripada

penghargaan individual (Ibrahim dkk: 2000:3). Untuk lebih mengetahui keefektifan metode

tersebut peneliti mencoba untuk melakukan penelitian tindakan kelas di SMK Negeri 2 Batu.

Sekolah ini dipilih karena peneliti termasuk guru di sekolah tersebut yang mengasuh mata

pelajaran kewirausahaan.

Susilo, menyebutkan tahapan demi tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan Think

Pair Share, antara lain:

Tahap satu, think (berpikir).

Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran.Proses TPS

dimulai pada saat ini, yaitu guru mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke

seluruh kelas.Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan

dijawab dengan berbagai macam jawaban.

Tahap dua, pair (berpasangan).

Pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan

dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru tadi dalam waktu

tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru berdasarkan pemahaman guru terhadap

siswanya, sifat pertanyaanya, dan skedul pembelajaran.Siswa disarankan untuk menulis

jawaban atau pemecahan masalah hasil pemikirannya.

Tahap 3, share(berbagi).

Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua maju bersama untuk

melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap terakhir ini siswa seluruh kelas

akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai

konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.

Tabel pembelajaran Think Pair Share adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Pembelajaran Think Pair Share

Tahapan Guru Siswa

1.

Thinking

Guru memberikan waktu kepada siswa

untuk berpikir

tentang pertanyaan atau masalah yang

diberikan

Siswa berpikir sendiri untuk

menemukan jawaban atas pertanyaan

atau masalah yang diajukan

2.

Pairing

Guru memberikan tanda kepada siswa

untuk mulai berpasangan dengan

siswa lain

Siswa mulai mencari pasangan untuk

mendiskusikan dan mencapai

kesepakatan atas jawaban pertanyaan

yang diajukan guru

3.

Sharing

Guru meminta pasangan pasangan

tersebut untuk berbagi jawaban atas

pertanyaan atau permasalahan yang

Siswa berbagi jawaban atas pertanyaan

atau permasalahan yang diajukan guru

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

204

diajukan guru

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terkait denagn tipe pembelajran ( THINK

PAIRSHARE) diantaranya Dewi 2015, Ningsih 2015, Syafyarnita 2015, Dewi 2015,

mengatakan bahwa model pembelajran Think Pair Share dapat meningkatkan pemecahan

masalah.pembelaajaaran menulis pantun menggunakan kartu rumpung, Ningsih (2015)

Menggunakan Alat Peraga Kartu Positif Negatif dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Pembelajaran Matematika, Syafyarnita (2015) mengatakan pembelajaran membaca puisi

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian model pembelajaran model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pare Share pada mata pelajaran kewirausahaan materi organisasi usaha

sederhana kelas XI Program Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman.

Metode

Rancangan penelitian adalah pedoman bagi peneliti dalam melakukan

penelitian.Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Reseach).

Istilah penelitian tindakan kelas (PTK) dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action

Research (CAR).Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung didalamnya, yaitu

sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas.

Namun menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi

sekelompok peserta didik yang sedang belajar.Dengan demikian penelitian tindakan kelas

dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi dimana saja tempatnya, yang penting ada

sekelompok siswa yang sedang belajar.Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata

inti, yaitu (1) Penelitian, (2) Tindakan, dan (3) Kelas.Dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. (Arikunto,

Suhardjono, Supardi. 2008:2)

Ciri-ciri penelitian tindakan kelas (PTK) adalah adanya tindakan yang nyata, tindakan

dilakukan pada situasi yang alami (bukan dalam laboratorium), ditujukan untuk memecahkan

permasalahan praktis.Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam rangkaian siklus kegiatan.Ada beberapa ahli

yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun

secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) Perencanaan, (2)

Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-

masing tahap adalah seperti bagain 1 berikut :

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

205

Bagan 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mencakup:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Pertemuan I

Perencanaan

Dalam perecanaan ini dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui pelaksanaan

pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan khususnya materi Organisasi Usaha Sederhana

kelas XIAgribisnis Produksi TanamanSMKN 2 Batu.

Beberapa kegiatan yang dilakukan selama studi pendahuluan, kegiatan tersebut antara lain:

a) Mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah SMKN 2 Batu, untuk memohon ijin

melakukan penelitian tindakan kelas.

b) Melakukan dan mengamati secara langsung proses pembelajaran yang dilakukan di

dalam kelas, termasuk mengamati masalah yang mungkin terjadi dalam proses

pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan khususnya materi administrasi usaha.

Setelah studi pendahuluan selesai, dilanjutkan dengan tahap perencanaan yang meliputi

beberapa kegiatan, yaitu:

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

206

a) Merancang kegiatan pembelajaran berupa penyusunan rencana pembelajaran dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share)

b) Menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian.

Kegiatan pertama, menyusun rancangan pembelajaran, dituangkan dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal-hal yang termuat dalam RPP tersebut adalah satuan

pendidikan, mata pelajaran, pokok bahasan, sub pokok bahasan, kelas/semester, alokasi

waktu, hari/tanggal pelaksanaan, guru/Pembina, standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator kompetensi, tujuan pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah kegiatan

pembelajaran, dan evaluasi. RPP dirancang dalam dua siklus.Tiap siklus terdiri dari satu

RPP.Tiap RPP dirancang untuk dilaksanakan dua kali pertemuan (karena waktu satu siklus

tidak memungkinkan untuk dilaksanakan satu kali pertemuan), dengan alokasi waktu 2 x 35

menit. RPP siklus II pada dasarnya sama dengan RPP yang dirancang untuk siklus I, tetapi

ada beberapa revisi dan modifikasi yang disesuaikan dengan temuan dan refleksi pada siklus

I.

PELAKSANAAN TINDAKAN

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari tahap perencanaan .Pada tahap

ini, peneliti melaksanakan pembelajaran kewirausahaan khususnya materi organisasi usaha

sederhana, dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-

Share).Tahap-tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam dua pertemuan.Setiap

pertemuan memerlukan waktu 2 x 45 menit.Selesai dilaksanakan tindakan, dilakukan analisa

terhadap tindakan dan hasil tindakan yang telah dilaksanakan.Hasil analisa tersebut dijadikan

refleksi tindakan.Hasil refleksi tindakan tersebut digunakan untuk menyusun rancangan

tindakan pada siklus berikutnya.Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, rancangan

pembelajaran yang telah disusun kemudian dilaksanakan oleh peneliti.

Pada kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru mengulas materi

yang sebelumnya secara sekilas, guru memberikan motivasi diawal pembelajaran, guru

memberikan pengetahuan awal siswa digali dengan mengaitkan materi dengan realita

dimasyarakat siswa terlibat merespot dan mengikuti pembelajaran.

Pada kegiatan Inti guru masih mendominasi dalam pembelajaran, materi yang

dijelaskan belum begitu jelas, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga

anak lebih mudah merespon. Pengelolaan sumber belajar/media LCD belum dimanfaatkan

secara sepenuhnya persiapan dan siswa cukup merespon terhadap media atau sumber belajar.

Strategi pembelajran berjalan lancar dan sesuai dan ada komunikasi dua arah antar guru,

siswa dan sumber belajar sesuai alur yang direncanakan, siswa cenderung aktif mengikuti

kegiatan dengan menggunaklan media yang mendorong kegiatan berfikir, ada 1-2 siswa yang

tidak aktif yang kemungkinan adanya sifat siswa itu sendiri.

Pada kegiatan penutup, guru membuat refleksi, guru manyampaikan rencana

pembelajaran untuk materi yang akan datang, tahap evaluasi belum ada kegiatan penilaian

tetapi sudah memberikan evaluasi dengan baik.

PENGAMATAN

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan pembelajaran

kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share). Pengamatan dilakukan secara intensif

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

207

untuk merekam gejala-gejala yang muncul baik yang mendorong maupun yang menghambat

proses pembelajaran. Hasil pengamatan ditulis melalui alat pengumpulan data. Kegiatan

pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Dalam

kegiatan ini, semua indikator berusaha dikenali, didokumentasi, dan dicatat.

Pengamatan dilakukan secara terus-menerus mulai dari pertemuan pertama sampai

pertemuan terakhir. Hasil pengamatan dapat digambarkan sebagai berikut; didalam

pembelajaran masih ada siwa yang belum aktif, guru memberikan perhatian penuh kepada

seluruh siswa didalam semua kelompok, kegitan share masih belum berjalan dengan baik dan

masih kurang terkontrol, terdapat dua anggota kelompok 4 yang tidak ,melakukan think dan

pair, langkah pembelajaran yang dilakukan belum sesuai dengan RPP.

REFLEKSI

Kegiataan refleksi dilaksanakan pada hari rabu tanggal 19 Oktober 2016 setelah

selesai melakukan kegitan pembelajaran I. Kegiatan refleksi diikuti peneliti, 4 obsever yang

membantu melakukan obsevasi pada kegiatan penelitian.

Hasil refleksi yang diperoleh pada kegiatan refleksi adalah mencari solusi dari

masalh-masalh yang ditemui oleh obsever dan peneliti pada saat melakukan penelitian,

diantaranya 1) dalam pembelajaran masih ada siwa yang belum aktif solusinya guru

mendekati dan menayakan apakah ada kesulitan dalam memecahkan solusi dalam kelompok

2) guru memberikan gambaran tentang pokok masalah yang akan diskusikan agar dalam

kelompok saling komunikasi dalam memecahkan masalah.

Hasil refleksi ini akan digunakan untuk perbaikan pelaksaan pembelajaran siklus

pertama untuk pertemuan ke dua

PERTEMUAN II

PERENCANAAN

Pada siklus pertama pertemuan kedua, peneliti melakukan perencanaan terkait setting

kelas tidak menggunakan letter U karena peneliti merasa kurang leluasa untuk lebih dekat

dengan siswa baik pengawasan maupun dalam mendampingi siswa. Setting kelas yang dipilih

adalah setting kelas klasikal. Pada siklus pertama pertemuan kedua ini peneliti masih

menggunakan model pembelajaran TPS tetapi hanya menggunakan sekali sesi diskusi,

sedangkan untuk membangun konsep awal peserta didik peneliti menggunakan tayangan

video dari pertemuan pertama dan menggunakan power point untuk memberikan pemahaman

konsep peserta didik

PELAKSANAAN TINDAKAN

Pada kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru mengulas materi

yang sebelumnya secara sekilas, guru memberikan motivasi diawal pembelajaran, guru

memberikan pengetahuan awal siswa digali dengan mengaitkan materi dengan realita

dimasyarakat siswa terlibat merespon dan mengikuti pembelajaran.

Pada kegiatan inti guru masih mendominasi dalam pembelajaran, materi yang

dijelaskan belum begitu jelas, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga

anak lebih mudah merespon. Pengelolaan sumber belajar/media LCD belum dimanfaatkan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

208

secara sepenuhnya persiapan dan siswa cukup merespon terhadap media atau sumber belajar.

Strategi pembelajaran berjalan lancar dan sesuai dan ada komunikasi dua arah antar guru,

siswa dan sumber belajar sesuai alur yang direncanakan, siswa cenderung aktif mengikuti

kegiatan dengan menggunakan media yang mendorong kegiatan berfikir.

Pada kegiatan penutup, guru membuat refleksi, guru menyampaikan rencana

pembelajaran untuk materi yang akan datang, tahap evaluasi masih belum dilakukan oleh

guru

Membangun konsep peserta didik dengan memberikan pertanyaan yang sesuai dengan

materi pembelajaran yang diberikan, pembagian kelompok kecil yang terdiri dari dua orang,

memberikan tugas (LKS) berdasarkan dari tayangan video, memberikan pertanyaan yang

sesuai dengan materi

PENGAMATAN

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan pembelajaran

kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share). Pengamatan dilakukan secara intensif

untuk merekam gejala-gejala yang muncul baik yang mendorong maupun yang menghambat

proses pembelajaran. Hasil pengamatan ditulis melalui alat pengumpulan data. Kegiatan

pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Dalam

kegiatan ini, semua indikator berusaha dikenali, didokumentasi, dan dicatat.

Pengamatan dilakukan secara terus-menerus mulai dari pertemuan petama sampai

pertemuan terakhir. Hasil pengamatan dapat digambarkan sebagai berikut; kegiatan diskusi

berjalan dengan lancar dan kondusif, siswa hampir semua melakukan kegiatan diskusi, guru

memimpin dan mendampingi diskusi dengan baik.

REFLEKSI

Kegiataan refleksi dilaksanakan pada hari rabu tanggal 28 Oktober 2016 setelah

selesai melakukan kegiatan pembelajaran II. Kegiatan refleksi diikuti peneliti, 4 obsever yang

membantu melakukan obsevasi pada kegiatan penelitian.

Hasil refleksi yang diperoleh pada kegiatan refleksi adalah mencari solusi dari

masalah-masalah yang ditemui oleh obsever dan peneliti pada saat melakukan penelitian,

diantaranya 1) dalam pembelajaran masih ada siswa yang belum aktif solusinya guru

mendekati dan menanyakan apakah ada kesulitan dalam memecahkan solusi dalam kelompok

2) guru memberikan gambaran tentang pokok masalah yang akan diskusikan agar dalam

kelompok saling komunikasi dalam memecahkan masalah.

Hasil refleksi ini akan digunakan untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran siklus

pertama untuk pertemuan ke dua.

SIKLUS II

PERTEMUAN I

PERENCANAAN

Dalam perecanaan ini dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui pelaksanaan

pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan khususnya materi Organisasi Usaha Sederhana

kelas XI Agribisnis Produksi Tanaman SMKN 2 Batu.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

209

Beberapa kegiatan yang dilakukan selama studi pendahuluan, kegiatan tersebut antara

lain: a) Mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah SMKN 2 Batu, untuk memohon ijin

melakukan penelitian tindakan kelas.. b) Melakukan dan mengamati secara langsung proses

pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, termasuk mengamati masalah yang mungkin

terjadi dalam proses pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan khususnya materi

administrasi usaha.

Setelah studi pendahuluan selesai, dilanjutkan dengan tahap perencanaan yang meliputi

beberapa kegiatan, yaitu: a) Merancang kegiatan pembelajaran berupa penyusunan rencana

pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-

Share) b) Menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian.

Kegiatan pertama, menyusun rancangan pembelajaran, dituangkan dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal-hal yang termuat dalam RPP tersebut adalah satuan

pendidikan, mata pelajaran, pokok bahasan, sub pokok bahasan, kelas/semester, alokasi

waktu, hari/tanggal pelaksanaan, guru/Pembina, standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator kompetensi, tujuan pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah kegiatan

pembelajaran, dan evaluasi. RPP dirancang dalam dua siklus.Tiap siklus terdiri dari satu

RPP.Tiap RPP dirancang untuk dilaksanakan dua kali pertemuan (karena waktu satu siklus

tidak memungkinkan untuk dilaksanakan satu kali pertemuan), dengan alokasi waktu 2 x 35

menit. RPP siklus II pada dasarnya sama dengan RPP yang dirancang untuk siklus I, tetapi

ada beberapa revisi dan modifikasi yang disesuaikan dengan temuan dan refleksi pada siklus

I.

PELAKSANAAN TINDAKAN

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari tahap perencanaan .Pada tahap

ini, peneliti melaksanakan pembelajaran kewirausahaan khususnya materi organisasi usaha

sederhana, dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-

Share).Tahap-tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam dua pertemuan.Setiap

pertemuan memerlukan waktu 2 x 35 menit.Selesai dilaksanakan tindakan, dilakukan analisa

terhadap tindakan dan hasil tindakan yang telah dilaksanakan.Hasil analisa tersebut dijadikan

refleksi tindakan.Hasil refleksi tindakan tersebut digunakan untuk menyusun rancangan

tindakan pada siklus berikutnya.Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, rancangan

pembelajaran yang telah disusun kemudian dilaksanakan oleh peneliti.

Pada kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru mengulas materi

yang sebelumnya secara sekilas, guru belum memberikan motivasi diawal pembelajaran, guru

memberikan pengetahuan awal siswa digali dengan mengaitkan materi dengan realita

dimasyarakat siswa terlibat merespon dan mengikuti pembelajaran. Sebelum melakukan inti

dari kegiatan pembelajaran, guru memberikan pre-test kepada siswa untuk menggali

pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diajarkan dan guru membahas jawaban

dari soal pre-test yang telah dikerjakan oleh siswa.

Pada kegiatan Inti guru menayangkan kembali video dan mengaitkan dengan materi,

materi yang dijelaskan belum begitu jelas, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-

hari sehingga anak lebih mudah merespon. Pengelolaan sumber belajar/media LCD sudah

dimanfaatkan secara sepenuhnya persiapan dan siswa cukup merespon terhadap media atau

sumber belajar. Berdasarkan hasil pengamatan observer, terdapat kelemahan dengan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

210

pemanfaatan dari tayangan video yang digunakan karena dalam pelaksanaannya siswa

diperintahkan untuk melakukan dua kegiatan secara bersamaan yaitu melihat tayangan video

dan melakukan diskusi. Hal ini sangat tidak efektif untuk dilakukan karena siswa menjadi

tidak fokus pada kegiatan diskusi yang dilakukan. Strategi pembelajaran berjalan lancar dan

sesuai dan ada komunikasi dua arah antar guru, siswa dan sumber belajar sesuai alur yang

direncanakan, siswa cenderung aktif mengikuti kegiatan dengan menggunalan media yang

mendorong kegiatan berfikir, ada 1-2 siswa yang tidak aktif yang kemungkinan adanya sifat

siswa itu sendiri.

Pada kegiatan penutup, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyimpulkan materi yang telah diajarkan, sedangkan guru memberikan penguatan materi

agar tidak terjadi kesalahan konsep. Setelah itu guru menyampaikan rencana pembelajaran

untuk materi yang akan datang. Tahap evaluasi akhir tidak dilakukan karena guru telah

melakukan pre-test di awal pembelajaran.

PENGAMATAN

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan pembelajaran

kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share). Pengamatan dilakukan secara intensif

untuk merekam gejala-gejala yang muncul baik yang mendorong maupun yang menghambat

proses pembelajaran. Hasil pengamatan ditulis melalui alat pengumpulan data. Kegiatan

pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Dalam

kegiatan ini, semua indikator berusaha dikenali, didokumentasi, dan dicatat.

Pengamatan dilakukan secara terus-menerus mulai dari pertemuan pertama sampai

pertemuan kedua. Hasil pengamatan dapat digambarkan sebagai berikut; didalam

pembelajaran masih ada siswa yang belum aktif, guru memberikan perhatian penuh kepada

seluruh siswa didalam semua kelompok, kegitan share masih belum berjalan dengan baik dan

masih kurang terkontrol, terdapat dua anggota kelompok 4 yang tidak ,melakukan think dan

pair, langkah pembelajaran yang dilakukan belum sesuai dengan RPP.

REFLEKSI

Kegiataan refleksi dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 November 2016 setelah

selesai melakukan kegitan pembelajaran I. Kegiatan refleksi diikuti peneliti, 2 obsever yang

membantu melakukan obsevasi pada kegiatan penelitian.

Hasil refleksi yang diperoleh pada kegiatan refleksi adalah mencari solusi dari

masalah-masalah yang ditemui oleh obsever dan peneliti pada saat melakukan penelitian,

diantaranya 1) dalam pembelajaran masih ada siwa yang belum aktif solusinya guru

mendekati dan menayakan apakah ada kesulitan dalam memecahkan solusi dalam kelompok

2) guru memberikan gambaran tentang pokok masalah yang akan diskusikan agar dalam

kelompok saling komunikasi dalam memecahkan masalah. Saran yang disampaikan observer

terhadap guru model adalah pada kegiatan inti guru belum menyampaikan motivasi kepada

siswa dan manajemen waktu perlu diperhatikan karena pada saat diskusi yaktu yang

digunakan terlalu singkat.

Hasil refleksi ini akan digunakan untuk perbaikan pelaksaan pembelajaran siklus

pertama untuk pertemuan ke dua

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

211

PERTEMUAN II

PERENCANAAN

Pada siklus kedua pertemuan kedua, peneliti melakukan perencanaan terkait setting

kelas dengan menggunakan letter U. Hal ini dikarenakan ruang kelas yang digunakan sudah

disetting letter U. Terdapat kelemahan dari penggunaan setting kelas dengan letter U karena

peneliti merasa kurang leluasa untuk lebih dekat dengan siswa baik pengawasan maupun

dalam mendampingi siswa. Setting kelas yang dipilih adalah setting kelas klasikal. Pada

siklus kedua pertemuan kedua ini peneliti masih menggunakan model pembelajaran TPS

tetapi hanya menggunakan sekali sesi diskusi, sedangkan untuk membangun konsep awal

peserta didik peneliti menggunakan tayangan video dari pertemuan pertama untuk

memberikan pemahaman konsep peserta didik

PELAKSANAAN TINDAKAN

Pada kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru mengulas materi

sebelumnya secara sekilas, guru tidak memberikan motivasi diawal pembelajaran, guru

memberikan pengetahuan awal siswa digali dengan mengaitkan materi dengan realita di

masyarakat siswa terlibat merespon dan mengikuti pembelajaran.

Pada kegiatan inti guru sudah mulai tidak mendominasi dalam pembelajaran, materi

yang dijelaskan belum begitu jelas, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari

sehingga anak lebih mudah merespon. Pengelolaan sumber belajar/media LCD sudah

dimanfaatkan secara sepenuhnya persiapan dan siswa cukup merespon terhadap media atau

sumber belajar. Strategi pembelajaran berjalan lancar dan sesuai dan ada komunikasi dua

arah antar guru, siswa dan sumber belajar sesuai alur yang direncanakan, siswa cenderung

aktif mengikuti kegiatan dengan menggunakan media yang mendorong kegiatan berfikir.

Dari hasil pengamatan observer yang telah dilakukan guru langsung memberikan tugas untuk

berdiskusi tanpa memberikan penjelasan awal terlebih dahulu.

Pada kegiatan penutup, guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah

didiskusikan dan guru memberikan penguatan agar tidak terjadi miskonsepsi. Guru tidak

menyampaikan rencana pembelajaran untuk materi yang akan datang dan tidak memberikan

tugas atau pekerjaan rumah kepada siswa.

Tes akhir siklus 2 dilaksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran siklus 2 pertemuan

2 selesai dilaksanakan. Bentuk soal pada tes ahir siklus dua soal uraian yang terdiri dari lima

aitem semua siwa dimita mengerjakan lima aitem tersebut.

PENGAMATAN

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan pembelajaran

kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share). Pengamatan dilakukan secara intensif

untuk merekam gejala-gejala yang muncul baik yang mendorong maupun yang menghambat

proses pembelajaran. Hasil pengamatan ditulis melalui alat pengumpulan data. Kegiatan

pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Dalam

kegiatan ini, semua indikator berusaha dikenali, didokumentasi, dan dicatat.

Pengamatan dilakukan secara terus-menerus mulai dari pertemuan pertama sampai

pertemuan terakhir. Hasil pengamatan dapat digambarkan sebagai berikut; kegiatan diskusi

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

212

berjalan dengan lancar dan kondusif, siswa hampir semua melakukan kegiatan diskusi, guru

memimpin dan mendampingi diskusi dengan baik.

REFLEKSI

Kegiataan refleksi dilaksanakan pada hari rabu tanggal 11 November 2016 setelah

selesai melakukan kegiatan pembelajaran II. Kegiatan refleksi diikuti peneliti, 2 obsever yang

membantu melakukan obsevasi pada kegiatan penelitian.

Hasil refleksi yang diperoleh pada kegiatan refleksi adalah mencari solusi dari

masalah-masalah yang ditemui oleh obsever dan peneliti pada saat melakukan penelitian,

diantaranya 1) dalam pembelajaran masih ada siswa yang belum aktif solusinya guru

mendekati dan menanyakan apakah ada kesulitan dalam memecahkan solusi dalam kelompok

2) guru memberikan gambaran tentang pokok masalah yang akan diskusikan agar dalam

kelompok saling komunikasi dalam memecahkan masalah.

Saran yang diberikan observer kepada guru model adalah pembagian kelompok sebaiknya

jangan selalu dengan teman sebangku, sebisa mungkin pembentukan kelompok diacak agar

terjadi pembentukan kelompok secara heterogen, karena diharapkan semua anggota

kelompok terlibat semua dalam pelaksanaan diskusi sehingga tidak ada salah satu anggota

yang lebih mendominasi

Berdasarkan hasil pererikasaan tes ahir siklus dua diperoleh data semua siswa

memperoleh skor lebih dari atau sama dengan 75. Ini menunjukkan bahwa semua siswa

sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Sesuai indikator kenerhasialn penelitian yang

menatakan bahwa penelitian dikatakan berhasil apabila semua siswa mencapai nilai lebih

bedsar atau sama dengan kriteria ketuntaan minimal maka penelitian ini sudah dapat

dikatakan berhasil. Dan penelitian ini tidak dilanjukan siklus brikutnya.

KESIMPULAN

Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pair-share) untuk

meningkatkan hasil belajar materi organisasi usaha sederhana siswa kelas xi program

keahlian agribisnis produksi tanaman adalah; 1) Tahap think (berpikir). yaitu guru

memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran. Proses TPS dimulai pada saat

ini, yaitu guru mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke seluruh kelas.

Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan dijawab dengan

berbagai macam jawaban., 2) Tahap pair (berpasangan)yaitu siswa berpikir secara individu.

Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau

masalah yang diberikan guru tadi dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru

berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaanya, dan skedul

pembelajaran.Siswa disarankan untuk menulis jawaban atau pemecahan masalah hasil

pemikirannya. 3) Tahap share(berbagi).yaitusiswa secara individu mewakili kelompok atau

berdua maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap

terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan

berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh

individu yang berbeda.

Penerapan pembelajaran kooperatif lerning tipe TPS berhasil meningkatkan hasil

belajar siswa untuk topik materi organisasi usaha sederhana. Padahal topik tentang materi

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

213

organisasi usaha sederhana adalah suatu materi yang sifatnya teoritis. Oleh karena itu

penerapan kooperatif learning tipe TPS sangat cocok apabila diterapkan untuk topok topik

yang lain yang sifatnya teoritis.

Daftar Rujukan

Dewi, A.W.K. 2015. Pembelajaran Menulis Pantun Menggunakan Kartu Rumpang dengan

Model Think Pair Share di Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 15 Batam, .Prosiding Seminar

Nasional TEQIP tahun 2015.

Ningsih, T.D.C . 2015. Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Menggunakan Alat Peraga Kartu Positif Negatif dalam Meningkatkan Aktivitas dan

Hasil Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Padang Ulak Prosiding

Seminar \nasional TEQIP Tahun 2015.

Syafyarnita. 2015. Pembelajaran Membaca Puisi dengan Metode Think Pair Share di Kelas V

SDN 24 Sungai ,Cubadak Kabupaten Agam Terintegrasi Lesson StudyProsiding

Seminar Nasional TEQIP Tahun 2015.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

214

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK TENTANG INDEKS HARGA

DAN INFLASI MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY KOMBINASI JIGSAW

PADA PESERTA DIDIK KELAS XI LINTAS MINAT

TAHUN PELAJARAN 2016-2017 DI SMA NEGERI 1 BATU

Nuraeni

SMA Negeri 1 Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan

di kelas XI Lintas Minat C SMAN Negeri 1 Batu dengan subjek penelitian 31 siswa yang

terdiri dari 11 laki-laki dan 20 perempuan dengan latar belakang dari jurusan Bahasa 6

orang dan jurusan IPA 25 orang. Hasil penelitian penerapan pembelajaran Inquiry

kombinasi Jigsaw menunjukkan bahwa: (1) keterampilan bertanya seorang guru sangat

menentukan keberhasilan penerapan pembelajaran inquiry, (2) sumber belajar yang relevan

sangat menentukan keefektifan pembelajaran inquiry. (3) terjadi peningkatan hasil belajar

siswa, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan rerata skor hasil belajar dari kondisi pra

penelitian 77, 42 % atau 24 dari 31 siswa masih berada dibawah KKM 75 dengan nilai

rata-rata 61,55, pada siklus I menjadi 54,39 % atau 7 dari 31 siswa masih berada dibawah

KKM 75 dengan nilai rata-rata 65,68 dan terjadi peningkatan lagi pada siklus II yang

ditujukkan bahwa dari 31 siswa yang belum melewati KKM sebanyak 5 orang (16, 13%).

Kata kunci: peningkatan hasil belajar, Indeks Harga dan Inflasi, Inquiry, Jigsaw

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1

angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan Negara.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang

Implementasi Kurikulum Lampiran IV Pedoman Umum Pembelajaran, menyebutkan bahwa

Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi

yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan

kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana dan apa yang

diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan

penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang

mengacu pada Silabus.

Ilmu Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi barang

dan jasa dalam rangka mencapai kesejahteraan. Dalam kajian ilmu pengetahuan, ekonomi

menjadi bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), karena kajian ilmu ekonomi berkaitan

dengan perilaku manusia yang menjadi kajian ilmu sosial.

Mata pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut. (1) Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah

ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

215

tangga, masyarakat, dan Negara. (2) Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep

ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi (3) Membentuk sikap bijak,

rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu

ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga,

masyarakat, dan negara. (4) Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai

sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun

internasional

Merujuk pada tujuan pembelajaran ekonomi maka pembelajaran yang dilaksanakan

dalam satuan pendidikan hendaklah berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut (1)

tidak hanya bersifat verbal tapi aplikatif. (2) sumber belajar tidak hanya guru tetapi berbagai

sumber belajar (3) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai keteladanan, membangun

kemauan dan mengembangkan kreatifitas peserta didik (4) siapa saja adalah guru, siapa saja

adalah peserta didik dan dimana saja adalah kelas.

Dalam kenyataanya kendala dalam pembelajaran yang dilakukan selama ini adalah

sebagai berikut. Pertama, guru sering menggunakan metode ceramah yang penuh dengan

ungkapan-ungkapan verbal. Metode ini menyebabkan dominasi guru yang membuat

partisipasi peserta didik kurang optimal. Kedua, pembelajaran yang monoton hanya

menggunakan komunikasi satu arah. Komunikasi antar peserta didik tidak berjalan dengan

baik, komunikasi peserta didik dengan guru tidak ada sehingga peserta didik cenderung pasif.

Ketiga, guru kurang memberikan motivasi untuk melibatkan keaktifan peserta didik, kurang

bisa membangun kemauan peserta didik dalam belajar. Dalam hal ini siwa hanya sebagai

pendengar dan penonton, yang pada akhirnya memicu terjadinya kejenuhan. Keempat guru

kurang mememperhatikan fokus peserta didik dalam belajar. Kurangnya fokus dalam belajar

akan berdampak pada prestasi hasil belajar rendah, banyak waktu terbuang sia-sia, sehingga

pembelajaran tidak bermakna.

Untuk itu perlu dirancang pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut,

dalam hal ini penulis menerapkan model pembelajaran Inquiry. Pembelajaran yang mampu

memberikan ruang bagi peserta didik untuk bisa mengembangkan kreatifitas pesrta didik,

pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggali dan

menganalisa konsep secara dalam, serta mengaitkannya dengan fakta dalam kehidupan

sehari-hari yang pada akhirnya menciptakan peserta didik yang terampil dalam penerapan

konsep dalam mengambil keputusan yang rasional.

Perkembangan paradigma pendidikan dari behaviorisme ke konstruktivisme telah

menjadi tuntutan pembelajaran. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa manusia sebagai

makhluk yang memiliki kemampuan berpikir “mengontruksi” pengetahuan secara aktif.

Konstruktivisme juga telah menggeser peran guru dari pemberi pengetahuan menjadi

fasilitator dalam pembelajaran. Karena itu ada perubahan dari teachers centre ke student

centre, dari berbasis konten ke berbasis kompetensi. Perkembangan paradigma konstruk-

tivisme seharusnya diikuti dengan praktik pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme merupakan konstruksi pengetahuan.

Proses pembelajaran, otak menyimpan informasi, mengolahnya, dan mengubah konsepsi-

konsepsi yang ada sebelumnya. Pembelajaran bukan hanya menyerap informasi, gagasan, dan

keterampilan, karena materi-materi baru tersebut dikonstruksi oleh otak.Menurut Lindstrom

dalam Salis Ahda (2016) menjelaskan bahwa:

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

216

Constructivism is an answer to this question, one which has established itself as the

overarching framework of how learning is viewed within the modern education

research community. Although constructivism has many flavours, one can sum up the

core principle simply “knowledge is constructed in the mind of the learner”. This

construction and organisation of knowledge builds cognitive structures called

schemata. Schemata are essentially the structures which compose a person’s beliefs,

understandings and explanations. Schemata represent one’s necessarily subjective

knowledge of the world.

Bahwa hal utama dalam konstruktivisme adalah pengetahuan dikonstruksi di dalam

pikiran siswa dan bukan dibentuk oleh pengajar. Pengetahuan dibangun dan diorganisasi di

dalam pikiran siswa yang disebut dengan schemata.

Salah satu pembelajaran yang berorientasi pada pandangan konstruktivisme adalah

pembelajaran inquiry (Lindstrøm & Sharma, 2009) dalam Salis Ahda (2016). Peserta didik

diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau teori dengan menggunakan metode ilmiah.

Inquiry adalah suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik dalam memahami pengetahuan dan masalah-masalah ilmiah

sebagaimana para ilmuwan memperoleh pengetahuan.

Menurut Ali (2009) dalam Salis Ahda (2016), inquiry merupakan proses bertanya dan

mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah

adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek

pertanyaan. Karena itu, inquiry dapat diartikan sebagai proses memperoleh informasi dengan

melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah

terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis

dan logis (Amri & Ahmadi, 2010) dalam Salis Ahda (2016). Inquiry sebenarnya merupakan

prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi

tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan

menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari.

Wenning (2005) dalam Salis Ahda (2016) mengusulkan suatu metode proses inquiry

dengan hipotesis (Hypothetical Inquiry Process). Langkah-langkah dalam proses inquiry

dengan hipotesis adalah: siswa memberikan gagasan, selanjutnya gagasan tersebut diuji

melalui kegiatan terencana dan penelaahan, siswa melakukan dan mengamati kegiatan

terencana, siswa memformulasikan hipotesis dengan berdasarkan kegiatan terencana dan

penelahaan, peserta didik melakukan eksperimen atau percobaan untuk menguji hipotesis,

peserta didik mengumpulkan data eksperimen, peserta didik menafsirkan data untuk

mendapatkan temuan, akhirnya peserta didik mendapatkan pembenaran dari hipotesis mereka

atau jika gagal,mereka mengajukan ulang hipotesis yang baru.

Beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa penerapan pembelajaran inquiry

telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pengembangan pembelajaran yang

bermakna. Haryati dan Fandi (2016) menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry

berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Robih (2016) menenemukan

bahwa (1) ada perbedaan tanggung jawab belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran

inquiry terbimbing berbasis kearifan lokal dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional (2) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

217

inquiry terbimbing berbasis kearifan lokal dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional (3) terdapat perbedaan yang simultan antara siswa yang mengikuti

pembelajaran inquiry terbimbing berbasis kearifan local dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional, Widianti (2013) menyatakan bahwa terjadi peningkatan aktivitas

belajar peserta didik dengan penggunakan model pembelajaran inquiry.

Artikel ini adalah laporan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMA

Negeri 1 Batu. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah (1). Bagaimana pembelajaran

iquiry dapat meningkatkan interaksi antara guru dengan peserta didik dalam proses

pembelajaran. (2) Bagaimana penggunaan model inquiry dapat meningkatkan hasil belajar

pada materi Indeks harga dan Inflasi peserta didik.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di

kelas XI Lintas Minat C SMAN Negeri 1 Batu dengan subjek penelitian 31 siswa yang terdiri

dari 11 laki-laki dan 20 perempuan dengan latar belakang dari jurusan Bahasa 6 orang dan

jurusan IPA 25 orang. Penelitian inidilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus

dilakukan tahapan: perencanaan, tindakan; observasi; dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Perencanaan

Hasil belajar pada pembelajaran sebelumnya menunjukkan bahwa 77, 42 % dari 31

siswa kelas XI Lintas Minat masih berada dibawah KKM 75 dengan nilai rata-rata 61,55

untuk itu perlu direncanakan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa untuk

bisa meningkatkan prestasi belajarnya. Terdapat lima kegiatan dilaksanakan dalam tahap

perencanaan: (1) menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP), (2) menyiapkan media

pembelajaran, (3) mengembangkan lembar kerja siswa (LKS) dan lembar kerja kelompok

(LKK), (4) mengembangkan pedoman observasi, dan (5) mengembangkan alat evaluasi.

Lima kegiatan itu menyertakan teman sejawat dari kelompok musyawarah guru mata

pelajaran sejenis 3(MGMP) MAN 2 Batu.

Dalam menyusun RPP, peneliti mengembangkan kompetensi dasar “Indeks Harga dan

Inflasi” menjadi enam indikator, yakni ( a ) menjelaskan pengertian Indeks harga (b)

mengidentifikasi macam-macam indeks harga (c) menjelaskan tujuan dan peranan indeks

harga dalam perekonomian (4) menghitung besarnya indeks harga tidak tertimbang (5)

menyusun laporan hasil analisis indeks harga (6) mempresentasikan temuan hasil analisis

indeks harga

Media pembelajaran yang dipilih adalah gambar-gambar dan tabel data terkait

dengan Indeks Harga dan Inflasi, power point.

Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkah hasil penelitian yang dilaksanakan dikelas XI Lintas Minat pada hari

Kamis tanggal 20 Oktober 2016 pada pukul 12.35- 14.05, beberapa hasil temuan yang

didapat adalah: Pembelajaran di kelas dilengkapi dengan fasilitas yang memadai antara lain

LCD proyektor, papan tulis, peralatan tulis, kertas manila, lembar kerja yang harus dikerjakan

oleh siswa dalam kelompok dan siswa secara mandiri. Pembelajaran ini melibatkan satu guru

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

218

model dan 3 orang observer. Pada pukul 12.35 guru memasuki ruang diiringi oleh beberapa

observer, guru model langsung menempatkan diri di posisi depan siswa dan mempersiapkan

peralatan pembelajaran yang diperlukan, sementara itu para observer menempatkan diri di

posisi belakang siswa.

Guru model memulai pembelajaran dengan mengkondisikan siswa untuk fokus dalam

belajar diawali dengan do‟a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas. Selanjutnya guru

menampilkan tujuan pembelajaran hari ini yang disajikan dalam power point, seluruh siswa

merespoon dengan baik. Setelah itu guru menyajikan tayangan tentang kondisi ekonomi

Indonesia dalam bentuk grafik terkait dengan Inflasi berdasarkan indeks Harga Konsumen

tahun 2006 sampai dengan 2014. Guru memberikan penjelasan tentang grafik tersebut dan

melakukan Tanya jawab, siswa merespon dengan baik terbukti dari sebagian besar perhatian

mereka terpusat pada guru dan tayangan LCD. Selanjutnya guru juga menyampaikan

tayangan tentang inflasi dalam bentuk tabel yang bersumber dari data Bank Indonesia dan

Bank Dunia tentang target dan realisasi inflasi Indonesia mulai tahun 2008 dan 2014, guru

memberikan sedikit penjelasan. Berikut ini adalah petikan tanya jawab antara guru dengan

peserta didik.

Guru : Anak-anak apa yang kalian lihat dalam tayangan tadi?

Siswa : Grafik tentang inflasi di Indonesia bu.

Guru : Benar sekali, coba kalian amati sekali lagi keterangan yang ada dalam

grafik. Coba sebutkan keterangan tentang apa?

Siswa : Tentang sumber data bu

Guru : Ya tepat sekali, tapi sekali lagi perhatikan dengan baik keterangan yang ada

di bagian atas grafik !coba sebutkan pernyataan tentang apa?

Siswa : Pernyataan tentang perubahan % tahunan pada indeks harga konsumen

Guru : Bagus…kalian bisa mengamati data dengan baik. Sekarang coba perhatikan

apakah yang dimaksud inflasi?

Siswa : Belum tau bu

Guru : Apa pula yang dimaksud dengan indeks harga? Serta bagaimana cara

menghitungnya ?

Siswa : Belum tau bu

Guru : Apakah ada hubungan antara indeks harga dan Inflasi?

Siswa : Belum tau bu

Berdasarkan respon yang masuk dari siswa maka dirumuskan beberapa permasalahan.

Untuk menjawab semua permasalahan tersebut maka kelas dibagi dalam 6 kelompok yaitu:

kelompok merah, kuning, hijau, biru,orange dan ungu, masing-masing kelompok terdiri dari

5 orang siswa.Masing-masing kelompok mendapat tugas untuk meyelesaikan permasalahan

yang tertulis dalam lembar kerja kelompok. Dalam memecahkan masalah siswa menggali

informasi berdasar buku sumber yang ada, guru melakukan pantauan terhadap proses belajar

siswa dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dipresentasikan oleh 3 kelompok sedangkan3

kelompok lain sebagai kelompok pembanding yang harus memberi tanggapan. Berdasarkan

paparan yang disampaikan, muncul beda pendapat tetapi pada akhirnya ada kesepakatan

terkait permasalahan pada “apakah ada hubungan antara indeks harga dan inflasi”, kelompok

hijau menyampaikan bahwa “jika indeks harga tinggi inflasi tinggi”, tetapi kelompok biru

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

219

menyampaikan bahwa “indeks harga dipakai dasar untuk menghitung inflasi”. Pernyataan

bahwa “indeks harga dipakai sebagai dasar untuk menghitung inflasi “ ini merupakan konsep

awal dari teori indeks harga yang harus dikuasi siswa sebagai prasyarat untuk menguasai

materi berikutnya. Paparan dari kelompok orange menyampaikan tentang cara menghitung

indeks harga dan indeks kuantitas metode agrigatif sederhana. Untuk materi ini dua

kelompok memiliki pendapat yang sama.

Selanjutnya siswa diberi kesempatan merangkum materi secara individu.tentang

paparan masing-masing kelompok dan dikumpulkan. Kemudian guru menyampaikan rencana

kegiatan untuk pertemuan berikutnya, siswa diminta mempelajari materi tentang metode

perhitungan indeks harga, setelah itu guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin

berdoa.

Pada pelaksanaan siklus I pertemuan pertama ada beberapa catatan hasil refleksi dari

para observer menyatakan bahwa (1).diawal kegiatan guru belum memperjelas langkah-

langkah pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa. (2) penerapan model pembelajaran

belum nampak secara sempurna mencerminkan pembelajaran inquiry karena perumusan

masalah berawal dari permasalahan yang disampaikan guru, (3) pada awal kegiatan inti siswa

mengikuti dengan baik, tapi pada saat berdiskusi ada beberapa siswa yang kurang fokus

dalam pembelajaran dan lepas dari pengamatan guru.

Berdasarkan catatan dalam refleksi pertemuan kesatu maka dirancang pembelajaran

untuk pertemuan kedua dengan memperhatikan pembenahan pada lembar kerja yang semula

hanya dibagikan kepada tiap kelompok, maka pada pertemuan kedua diberikan kepada

seluruh anggota kelompok agar seluruh siswa terlibat dalam proses belajar. Pada pertemuan

kesatu guru hanya memberikan penjelasan singkat, maka pada pertemuan kedua guru lebih

banyak mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata. Berikut dialog antara guru dan

siswa:

Guru : Apakah yang telah kita pelajari dalam pertemuan sebelumnya?

Siswa : Indeks harga bu

Guru : Tepat sekali, kalian masih ingat. Pertemuan sebelumnya kita bicarakan

juga tentang hubungan indeks harga dan inflasi, tolong dijelaskan!

Siswa : Indeks harga dipakai sebagai dasar menghitung inflasi bu

Guru : Baik, apakah kalian juga masih ingat macam-macam indeks harga?

Siswa : Indeks harga konsumen bu

Guru : Baik, yang lain?

Siswa : Indeks perdagangan besar, indeks harga produsen bu

Guru : Tepat sekali kalian sudah banyak menguasai tentang konsep awal indeks

harga dan inflasi. Berikutnya tolong diperhatikan beberapa tayangan ini

Dialog diatas menggambarkan upaya guru untuk membangun konsep awal yang harus

dikuasi oleh siswa, beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan baik, maka dapat

disimpulkan bahwa siswa telah menguasai beberapa konsep awal tentang indeks harga.

Selanjutnya guru menayangkan data tentang indeks harga dan inflasi di Indonesia mulai

tahun 2010 sampai dengan 2014. Berikut ditampilkan data tentang indeks harga dan iflasi

yang disampaikan kepada siswa

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

220

Selanjutnya guru memerintahkan kepada masing-masing kelompok mengamati data

dan merumuskan permasalahan, pada tahap ini siswa sudah dikelompokkan seperti pada

pertemuan pertama. Beberapa perwakilan kelompok menyampaikan permasalahan yang

ditulis di papan tulis sebagai berikut:

Kelompok merah : Mengapa indeks harga mempengaruhi inflasi ?

Kelompok Kuning : Mengapa inflasi bernilai negatif misal pada bulan maret tahun

2010?

Kelompok Hijau : Apakah jika IHK naik, inflasi juga naik ?

Kelompok Biru : Kenapa IHK setiap bulan naik ? dari tahun ke tahun semakin

tinggi, dan apa hubungannya dengan tahun dasar?

Kelompok Orange : Bagaimana menghitung indeks harga ?

Kelompok Ungu : Apakah kalau IHK naik Inflasi juga tinggi?

Berdasarkan permasalahan yang beragam dari masing-masing kelompok guru

mengidentifikasi permasalahan yang harus diselesaikan pada kegiatan pembelajaran hari ini

dengan membimbing siswa merumuskan hipotesis antara lain: ( 1) jika harga naik maka

indeks harga naik, (2) untuk menghitung indeks harga maka perlu ditetapkan tahun dasar

sebagai tahun pembanding (3) untuk menghitung indeks harga tahun tertentu harus ada data

tentang harga pada tahun tertentu dan harga pada tahun dasar.

Untuk menjawab hipotesis yang ada selanjutnya guru membentuk kelompok baru,

dengan membagi kelompok asal menjadi 5 kelompok ahli: kelompok ahli 1 (Indeks harga

metode Laspeyres ), kelompok ahli 2 (Indeks harga metode Paasche ), kelompok ahli 3

(Indeks harga metode Drobisch and Bowley), Kelompok ahli 4 (Indeks harga metode Irving

Fisher ), kelompok ahli 5 ( Indeks harga metode Marshal Edgward). Setiap anggota

kelompok diberi Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang harus didiskusikan bersama selam 20

menit, dalam kesempatan ini berdasarkan buku sumber dan sumber lain yang relevan mereka

menyelesaikan permasalahan tentang perhitungan indeks harga dengan berbagai metode .

Setelah itu anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan hasil

diskusi pada kelompok sebelumnya. Seluruh anggota kelompok asal menyelesaikan

permasalahan dalam LKK.

Berikutnya guru memberikan kesempatan kepada salah satu anggota dalam kelompok

asal secara acak untuk mempresentasikan cara perhitungan indeks harga metode laspeyres

untuk ditanggapi kelompok lain, setelah itu kelompok asal yang lain mempresentasikan cara

perhitungan indeks harga metode Paasche, ditanggapi juga oleh kelompok lain, demikian

seterusnya hingga perhitungan indeks harga metode Marshal Edward. Guru memberikan

tanggapan atas presentasi seluruh anggota kelompok, dan memberikan pertanyaan yang untuk

mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atas pembelajaran hari ini.

Pada tahap selanjutnya guru memberikan lembar kerja yang harus dikerjakan oleh

seluruh siswa, dalam hal ini siswa diberi 5 permasalahan untuk diselesaikan dalam waktu 15

menit. Setelah selesai siswa mengumpulkan kepada guru, kemudian guru mengakhiri

kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan rencana pembelajaran

berikutnya tentang Inflasi. Berikutnya guru memerintahkan salah satu siswa memimpin do‟a.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

221

Pengamatan

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer menunjukkan bahwa pada kondisi

awal seluruh siswa sangat antusias dengan permasalahan yang disampaikan oleh guru,

Beberapa saat kemudian beberapa siswa mulai kurang fokus dalam pembelajaran. Guru

belum memberikan respon yang baik atas kondisi ini. Dalam aktivitas kerja kelompok

beberapa siswa mengerjakan tugas dengan penuh semangat, tetapi ada beberapa siswa yang

acuh tak acuh.

Hal-hal penting dapat dikemukakan terkait dengan kegiatan pengamatan. Pertama,

siswa begitu antusias mengikuti pembelajaran karena guru menggunakan media yang

menarik. Sebaliknya, ketika media sudah tidak digunakan perhatian siswa mulai berkurang.

Kedua, kegiatan tanya-jawab kurang berlangsung secara optimal. Akibatnya, kelas tidak

dapat berjalan secara optimal.

Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan siklus I pertemuan pertama sintaks

pembelajaran inquiry masih kurang tampak, peran guru dalam mengembangkan sikap kritis

siswa masih kurang hal ini disebabkan karena guru hanya secara singkat memberikan ulasan

materi, tanya jawab dengan siswa untuk merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir

memecahkan masalah masih kurang. Tetapi pada pertemuan kedua guru sudah banyak upaya

untuk mengembangkan keterampilan bertanya untuk merangsang kemampuan berpikir logis

siswa, namun pengambilan kesimpulan yang dikaitkan dengan hipotesis awal belum nampak.

Hasil postes menunjukkan bahwa dari 31 siswa yang tidak tuntas sebanyak 17 siswa.

Artinya, masih diperlukan lagi kegiatan perbaikan pembelajaran KD “indeks harga dan

inflasi” pada siklus selanjutnya, yakni siklus II.

Siklus II

Perencanaan

Berdasarkan refleksi pada siklus I yang menunjukkan bahwa jumlah siswa yang

belum tuntas sebanyak 53, 17% , berdasarkan pengamatan diketahui bahwa peserta didik

masih belum bisa membedakan pengertian antara “angka indeks” dan “indeks harga” maka

perencanaan berikutnya guru perlu memberikan penekanan pada konsep indeks harga,

selanjutnya tindakan yang lebih mengarah pada upaya peningkatan keaktifan siswa dalam

belajar, penyesuaian lembar kerja siswa, dan model diskusi kelompok.

Secara umum persiapan pada siklus II hampir sama dengan siklus I. Perbedaan

pertama adalah jumlah lembar kerja siswa yang dibagikan kepada seluruh siswa setiap orang

satu lembar kerja. Perbedaan kedua adalah penggunaan media video dalam menampilkan

orientasi permasalahan.

Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus 2 guru menggunakan metode pembelajaran inquiry, ada yang

membedakan dengan siklus 1. Pembelajaran diawali dengan apersepsi dengan melakukan

tanya jawab tentang materi sebelumnya tentang indeks harga, kemudian guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang dilanjutkan dengan tanya jawab yang mengaitkan materi indeks

harga dan inflsi, selanjutnya guru menayangankan video terkait inflasi yang terjadi di

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

222

Indonesia. Tayangan video berisi tentang inflasi daerah menyumbang 80% inflasi nasional,

target inflasi Indonesia tahun 2015, 4 langkah (4K) pemerintahan Jokowi mengatasi inflasi,

termasuk pembentukan tim pengendali inflasi daerah (TPID) tahun 2015, dampak inflasi

dalam perekonomian nasional.

Dari tayangang video guru memerintahkan kepada siswa untuk mengajukan

pertanyaan atau permasalahan. Beberapa permasalahan dari perwakilan kelompok antara lain:

Kelompok merah : Apakah hanya dengan pembangunan infrastruktur di bidang

konektivitas , pangan, dan energi sudah cukup untuk menekan

tingkat inflasi?

Kelompok kuning : Mengapa inflasi diatasi dengan pemotongan nilai rupiah? Dan Apa

hubungannya pemotongan nilai rupiah dengan inflasi?

Kelompok hijau : Apa pengaruhnya pembangunan infrastruktur untuk mengendalikan

kenaikan inflasi?

Kelompok biru : Apakah pengendalian melalui pembangunan infrastruktur dapat

menurunkan inflasi dengan baik ?

Kelompok orange : bagaimana cara supaya (ketersediaan pasokan, keterjangkauan

harga, konektivitas, dan komunikasi (4K) bisa terealisasi dengan

baik?

Kelompok ungu : Bagaimana jika jurus pengendalian inflasi (4k) tidak berjalan

dengan baik?

Berdasarkan permasalahan yang muncul, guru bersama siswa mengidentifikasi

permasalahan terkait dengan materi yang dinyatakan dalam hipotesis (1) tingkat inflasi

dipengaruhi oleh indeks harga, (2) ada beberapa faktor penyebab inflasi, (3) tingkat inflasi

merupakan indikator keberhasilan ekonomi, (4) inflasi berdampak bagi masyarakat, (5) ada

beberapa cara mengatasi inflasi?

Selanjutnya untuk membuktikan hipotesis, guru membentuk 5 kelompok ahli:

kelompok ahli 1 (menjelaskan pengertian inflasi dan faktor penyebab inflasi), kelompok ahli

2 (menggambarkan grafik dan menjelaskan terjadinya inflasi karena naiknya permintaan

(demand pull inflation)), kelompok ahli 3 (menggambarkan grafik dan menjelaskan

terjadinya inflasi karena naiknya biaya produksi (cost push inflation), Kelompok ahli 4

(menjelaskan inflasi yang sering terjadi di Indonesia ), kelompok ahli 5 (menghitung laju

inflasi berdasarkan data beberapa harga komoditi). Setiap anggota kelompok diberi Lembar

Kerja Kelompok (LKK) yang harus didiskusikan bersama selam 20 menit, dalam kesempatan

ini berdasarkan buku sumber dan sumber lain yang relevan mereka menyelesaikan

permasalahan tentang perhitungan indeks harga dengan berbagai metode . Setelah itu anggota

kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan hasil diskusi pada

kelompok sebelumnya. Seluruh anggota kelompok asal menyelesaikan permasalahan dalam

LKK.

Berikutnya guru memberikan kesempatan kepada salah satu anggota dalam kelompok

asal secara acak untuk mempresentasikan permasalahan dari tim ahli 1untuk ditanggapi

kelompok lain, berikutnya kelompok asal yang lain mempresentasikan , ditanggapi juga oleh

kelompok lain, demikian seterusnya hingga perhitungan laju inflasi. Guru memberikan

tanggapan atas presentasi seluruh anggota kelompok, dan memberikan pertanyaan yang

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

223

dikaitkan dengan hipotesis awal untuk mengetahui sejauh mana pemahan siswa atas

pembelajaran hari ini.

Pengamatan

Hasil pengamatan menunjukkan sebagai berikut. Pertama, siswa sangat antusias saat

melihat tayangan video tentang inflasi di Indonesia. Beberapa permasalahan muncul dari

perwakilan kelompok saat guru memberikan kesempatan. Bahkan, siswa juga tampak

bersemangat memecahkan permasalahan berdasar lembar kerja yang diberikan guru. Hal ini

tampak dalam aktivis siswa dalam mencari referensi dan berdiskusi dalam kelompok.

Refleksi

Berdasarkan refleksi hasil obeservasi dari para observer pembelajaran siklus II sudah

mencerminkan pembelajaran yang menerapkan fase-fase pembelajaran inquiry yang

ditunjukkan oleh tayangan video tentang inflasi (Observasi untuk menemukan masalah),

tanya jawab guru dan siswa untuk merumuskan masalah dan mengajukan hipotesis,

merencanakan pemecahan masalah (melalui melalui lembar kerja yang disediakan guru),

melaksanakan eksperimen (melalui melalui lembar kerja yang disediakan guru), melakukan

pengamatan dan pengumpulan data (melalui melalui lembar kerja yang disediakan guru),

analisis data, penarikan kesimpulan dan penemuan.

Hasil postes menunjukkan bahwa dari 31 siswa yang belum melewati KKM sebanyak 5

orang (16, 13%), yang di atas KKM sebanyak 26 siswa. Forum refleksi memutuskan bahwa

yang 5 orang akan dilayani dalam pembelajaran remedial. Pembelajaran ini dilaksanakan di

luar jam reguler. Oleh karena itu, pelaksanaan siklus II dihentikan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pembelajaran Inquiry kombinasi Jigsaw dapat

disimpulkan bahwa: (1) keterampilan bertanya seorang guru sangat menentukan keberhasilan

penerapan pembelajaran inquiry, (2) sumber belajar yang relevan sangat menentukan

keefektifan pembelajaran inquiry. (3) terjadi peningkatan hasil belajar siswa, hal ini

ditunjukkan dengan peningkatan rerata skor hasil belajar dari kondisi pra penelitian 77, 42 %

atau 24 dari 31 siswa masih berada dibawah KKM 75 dengan nilai rata-rata 61,55, pada

siklus I menjadi 54,39 % atau 7 dari 31 siswa masih berada dibawah KKM 75 dengan nilai

rata-rata 65,68 dan terjadi peningkatan lagi pada siklus II yang ditujukkan bahwa dari 31

siswa yang belum melewati KKM sebanyak 5 orang (16, 13%).

Mengingat pentingnya peran guru dalam membimbing siswa merumuskan

permasalahan, membimbing siswa dalam menentukan hipotesis, dan pengambilan

kesimpulan berdasarkan hipotesis atas sebuah materi dalam pembelajaran inquiry maka guru

sebagai perancang pembelajaran dan penentu keberhasilan pelaksanaan pembelajaran perlu

mempersiapkan secara matang tentang pemahaman konsep, sumber belajar yang relevan,

teknik bertanya, serta media dan alat yang digunakan termasuk lembar kerja yang

mendukung.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

224

Daftar Rujukan

Haryati, T. dan Fandi, AK. 2016. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Ekonomi Pokok Bahasan pasar dan Menerapkan Metode Pembelajaran Inquiry.

Universitas Negeri Semarang.

Permendikbud Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Kurikulum 2013.

Robih, M. W. 2016. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inquiry dan Kemampuan

Berfifir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMK Negeri 1 Lamongan.

Universitas Negeri Surabaya.

Salis, A. 2016. Penerapan model pembelajaran Inquiry Hipotik untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa SMA Negeri 4 Malang: prosiding Seminar Nasional

TEQIP 2016.

Widianti, N. 2013. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Terhadap Motivasi

Belajar dan Hasil Belajar Siswa. Jakarta: Universtas Pendidikan Indonesia.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

225

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN KERJA KELOMPOK

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENGELOLAAN

USAHA PEMASARAN PADA SISWA KELAS X PMS I SMK ISLAM BATU

Siti Zulaichah,

SMK Islam Batu Kota Batu Jawa Timur

[email protected],

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang terjadi di kelas

diantaranya menurunnya aktivitas belajar sehingga menyebabkan penurunan hasil belajar

pada mata pelajaran pengelolaan usaha pemasaran melalui penerapan model problem

based learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

selama dua siklus, dimana setiap siklus meliputi proses perencanaan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Islam Batu dengan subjek

penelitian adalah 38 siswa pada kelas X PMS 1 Tahun Ajaran 2016/2017. Hasil penelitian

menunjukkan peningkatan aktivitas siswa sehingga meningkatkan hasil belajar siswa dari

siklus 1 menunjukkan capaian hasil belajar siswa diatas KKM sebesar 45% dan siklus II

capaian hasil belajar siswa diatas KKM sebesar 86 %.

Kata Kunci : Problem based learning (PBL), Kerja kelompok, Hasil belajar

Sesuai Ketentuan dalam Peraturan Presiden No 8 Tahun 2012, yang menyatakan bahwa

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka

perjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan

mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja

dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di

berbagai sektor industri. Dan mengingat tenaga pemasar berada di garis depan hampir di setiap

sektor industri, khususnya perdagangan, dan belum adanya alat untuk dapat mengukur

kompetensi setiap individu yang ada, maka diperlukan penyusunan standard kompetensi yang

dapat mengukur hal tersebut.

Tenaga penjual memiliki peranan penting dalam semua perusahaan. Mereka

seringkali dianggap sebagai ujung tombak dan mendorong penghasilan bagi badan usaha.

Tenaga penjual memiliki peran untuk menyediakan komunikasi dua arah dan menjalin

interaksi sosial dengan konsumen. Untuk itu tenaga penjual mendengarkan, mengidentifikasi

kebutuhan konsumen, menyediakan solusi, mengurangi kompleksitas, menangani keluhan

konsumen, meciptakan nilai, dan menyediakan pelayanan jangka panjang yang berkelanjutan.

Dalam banyak kondisi, tenaga penjual dituntut untuk bersikap fleksibel, mereka dapat

melakukan modifikasi pada penawaran produk, bekerja sama dengan pihak penjual lain, dan

berusaha meningkatkan loyalitas konsumen.

Namun demikian untuk mencapai kompetensi tersebut masih mengalami hambatan.

Berdasarkan hasil pengamatan di kelas X PMS 1 di SMK Islam Batu terjadi penurunan

aktivitas belajar yang berdampak pada penurunan hasil belajar.

Data perolehan nilai pada KD sebelumnya memperlihatkan bahwa persentase ketuntasan

siswa X PMS 1 kurang dari 70%. Data menunjukkan bahwa kelas X PMS 1 yang terdiri dari 38

siswa, sekitar 40% (15 siswa dari 38 siswa) sudah tuntas belajar dengan nilai minimum 78

sedangkan 60% (23 siswa dari 38 siswa) sisanya tidak tuntas belajar. Untuk itu dibutuhkan suatu

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

226

metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat belajar dengan maksimal sehingga tidak

banyak siswa yang nilainya di bawah KKM.

Berkaitan dengan masalah di atas maka diperlukan adanya perubahan dalam kegiatan

proses belajar pengajaran dengan harapan adanya perubahan aktivitas belajar siswa sesuai

dengan implementasi Kurikulum 2013 dimana kegiatan belajar mengajar harus berpusat pada

siswa harus lebih aktif menggali informasi sendiri. Penelitian ini juga dilakukan karena guru

merasa ada sesuatu yang harus dirubah dalam kegiatan pembelajaran di kelasnya yang jika

dibiarkan akan berdampak pada menurunnya hasil belajar siswa. Untuk mengatasi hal

tersebut guru merubah cara lama seperti pembelajaran model konvensional, dimana 40%

siswa kurang menaruh perhatian dari seluruh waktu pembelajaran. Dalam sepuluh menit

pertama siswa hanya dapat 50% dari materi yang disampaikan guru, sedangkan pada sepuluh

menit terakhir hanya mengingat 75% saja. Maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan kerja

kelompok.

Model PBL adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa

pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh

kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan

meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Selviana dan Utami. 2013).

Setiap model pembelajaran yang dilaksanakan mempunyai tujuan yang akan dicapai

begitu juga dengan model PBL. Seperti yang diungkapkan Wildan (2016) bahwa: (1)Tujuan

model PBL adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan

keterampilan pemecahan masalah, (2) PBL juga berhubungan dengan belajar tentang

kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim,

serta kemampuan berpikir reflektif dan evaluatif.

Sedangkan menurut Mulyani (2015) tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu

(1)membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; (2)

belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata;

(3) menjadi para siswa yang otonom atau mandiri.

Langkah-langkah atau sintaksnya model PBL sebagai berikut (1) orientasi pada

masalah; (2)mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran;(3)pengorganisasian

kegiatan pembelajaran; (4)menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap

malasalah kajian;(5)penyelidikan mandiri dan kelompok; melakukan percobaan (mencoba)

untuk memperoleh data dalam rangka menyelesaikan masalah yang dikaji;(6)pengembangan

dan penyajian hasil;(7)mengasosiasi data yang ditemukan dengan berbagai data lain dari

berbagai sumber (8)Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan dalam

pelaksanaannya, begitu juga dengan model pembelajaran PBL , perlu diamati tingkat

keberhasilan dalam pelaksanaannya. Menurut Wulandari dan Dwi (2013) sebagai suatu

strategi pembelajaran PBL memiliki beberapa keunggulan diantaranya: (1) pemecahan

masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran;(2)

pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi siswa; (3) pemecahan masalah dapat meningkatkan

aktivitas pembelajran siswa; (4)pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana

mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata;(5)

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

227

pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan

masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil

maupun proses belajarnya;(6) pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai

siswa (7) pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis

dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru;

(8)pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan nyata.

Kelemahan dari penerapan model PBL adalah sebagai berikut :(1) Manakala siswa

tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit

untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba; (2) Keberhasilan

strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan;(3) Tanpa

pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan maslaah yang sedang dipelajari,

maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Dalam penerapan model PBL dengan pendekatan pembelajaran kerja kelompok

adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group atau

kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut.

Karena itu guru dituntut untuk mampu menyediakan bahan-bahan pelajaran yang secara

manipulasi mampu melibatkan anak bekerjasama dan berkolaborasi dalam kelompok.

Kelebihan pembelajaran kerja kelompok diantaranya, (1) membuat peserta didik aktif

mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya, (2) menggalang kerjasama dan kekompakan

dalam kelompok dan (3) mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran

keterampilan berdiskusi dan proses kelompok.

Penggunaan model PBL, diharapkan dapat meningkatkan penguasaan materi dengan

tingkat pemahaman yang optimal, siswa dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri

dan siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam kerjasama kelompok. Guru hanya

berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dituntut aktif dan

mandiri dalam belajar. Dari meningkatnya aktivitas siswa diharapkan akan meningkatkan

pula hasil belajar siswa, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Choirun dan Annisa (2013),

“hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami

kegiatan belajar”.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

tahapan perencanaan tindakan,pelaksanaan tindakan,observasi dan refleksi. penelitian ini

bertujuan mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model

PBL pada mata pelajaran pengelolaan usaha pemasaran.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X PMS 1 SMK Islam Batu Tahun Ajaran

2016/2017, yang berjunlah 38 siswa yang terdiri atas 28 siswa perempuan dan 10 siswa laki-

laki.

Penelitian berencana menggunakan 2 siklus penelitian meliputi empat tahapan dalam

melaksanakan penelitian tindakan. Suharsimi (2014: 16) menyebutkan tahapan tersebut

adalah (1)perencanaan, (2)pelaksanaan, (3)pengamatan, dan (4)refleksi. Adapun rancangan

penelitian digambarkan pada Gambar 1 sebagai berikut:

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

228

Gambar 1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti berdiskusi dengan sesama guru produktif pemasaran

mengenai kegiatan yang akan dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut, (1)menyusun

RPP kompetensi dasar jenis pengelolaan usaha, (2) menyiapkan materi pembelajaran tentang

jenis pengelolaan usaha, (3)mempersiapkan lembar observasi, lembar wawancara, lembar

kerja siswa dan catatan lapangan, (4)menyediakan sarana dan media pembelajaran yang akan

digunakan dalam setiap pembelajaran, (5)mempersiapkan soal pre-test dan post test dan (6)

membentuk 6 kelompok yang beranggotakan 5 - 6 siswa

Menyusun RPP yang terdiri dari kompetensi inti dan kompentensi dasar

mengidentifikasi jenis-jenis pengelolaan usaha, indikator pencapaian kompetensi, tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, materi pembelajaran, pendekatan pembelajaran

menggunakan scientific, menggunakan model pembelajaran PBL berbantuan metode

pembelajaran kerja kelompok, merancang pembelajaran, menentukan media pembelajaran,

sumber dan alat penilaian.

Materi pembelajaran tentang mengidentifikasi jenis pengelolaan pembelajaran

meliputi: (1) perusahaan dan lingkungan perusahaan dan (2) jenis usaha yang disampaikan

dalam buku modul dengan dilengkapi power point.

Mempersiapkan lembar observasi penilaian sikap selama melakukan kegiatan kerja

kelompok, lembar wawancara siswa sebelum dan setelah dilakukan tindakan, lembar kerja

siswa yang berupa studi kasus dan catatan lapangan yang dilakukan siswa dan guru selama

proses pembelajaran berlangsung serta menyiapkan sarana dan media pembelajaran yang

akan digunakan selama proses pembelajaran serta menyiapkan soal pre-test untuk siswa

yaitu tes yang akan diberikan pada awal pembelajaran dan post-test yang akan diberikan pada

akhir siklus. Pembentukan kelompok diatur berdasarkan tempat duduk (bangku depan dan

belakangnya), sehingga tiap kelompok 5-6 siswa karena jumlah siswa kelas X PMS 1 SMK

Islam Batu sebanyak 38 siswa, maka akan terbentuk 6 kelompok.

Pelaksanaan tindakan (Acting)

Pelaksanaan tindakan siklus I dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah

dibuat dan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Kamis, 27 Oktober 2106

dan Rabu, 2 November 2016 pada kelas X PMS 1 SMK Islam Batu. Sebelum pelaksanaan

pembelajaran dimulai, guru dibantu teman sejawat mengatur para siswa agar siap menerima

pelajaran.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

229

Pada tahap awal, guru g memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam yang di

jawab serempak oleh siswa dan mempresensi siswa, kemudian guru menginformasikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selanjutnya guru memotivasi siswa tentang

pentingnya materi pembelajaran kaitannya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari,

untuk membangkitkan pengetahuan awal siswa disajikan dalam konsep teori sehingga

memancing siswa untuk menanyakan hal-hal yang masih asing dan belum di pahami tentang

jenis pengelolaan usaha dengan mengamati tayangan pada slide/gambar tentang contoh

perusahaan dan badan usaha. Selanjutnya kelas dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari

5 – 6 siswa tiap kelompok kerja sehingga dapat bertukar pikiran dengan anggota kelompok

lainnya serta menjelaskan tugas dan tanggung jawab kelompok. Selanjutnya guru

membagikan kartu yang berisikan materi soal kepada setiap kelompok serta meminta peserta

didik untuk memahaminya. Dialog tersebut dilukiskan sebagai berikut :

Siswa : Bu...tanya

Guru : Ya...silahkan. Ada kesulitan apa ?

Siswa : Bu...Apa perbedaan Perusahaan dan Badan Usaha ?

Guru :Iya...,kalian harus mengetahui tujuan dari perusahaan dan

badan usaha

Siswa :Apa seperti ini Bu..perusahaan untuk menghasilkan barang,kalau

badan usaha mencari keuntungan.

Guru : Betul sekali

Siswa : Apa seperti itu Bu....

Guru :Ya...seperti yang dijelaskan tadi bahwa perusahaan dan badan usaha

perbedaannya dilihat dari tujuannya masing-masing. Bagaimana ada yang

ditanyakan lagi atau sudah faham..?

Berdasarkan dialog tersebut, didukung dengan sebagian siswa masih mengalami

kesulitan dalam menentukan mengidentifikasi perusahaan dan badan usaha. Kemudian

peneliti meminta peserta didik untuk membentuk kelompok secara acak yang beranggotakan

5 - 6 siswa.

Tahap kegiatan inti, guru membagikan lembar diskusi yang berisi soal kasus. Siswa

berorientasi pada masalah dari soal kasus berisi permasalahan. Guru mengarahkan siswa

untuk membaca dan memahami isi kasus. Terlihat siswa sudah mulai bisa menuliskan atau

menyebutkan apa yang diketahui dalam soal studi kasus namum kebanyakan masih kurang

tepat. Guru membantu siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan pengarah (menanya)

untuk mendorong peserta didik dalam memahami masalah.

Siswa mulai berdiskusi pada kelompok belajarnya. Guru mengorganisasi siswa untuk

belajar dalam bentuk diskusi kelompok kecil. Guru membantu siswa dengan menjelaskan

lebih rinci alternatif-alternatif strategi untuk menyelesaikan masalah yang ditentukan. Guru

membebaskan siswa untuk mencari informasi yang digunakan untuk mencari alternative

pemecahan masalah tidak hanya dari literatur modul pengelolaan usaha pemasaran tetapi

boleh mencari informasi dari internet. Pada tahap ini dalam setiap kelompok tidak semua

aktif, ada beberapa anggota kelompok yang melakukan kegiatan diluar kegiatan diskusi.

Siswa melaksanakan kegiatan penyelidikan. Dengan bimbingan dari guru siswa mulai

mengumpulkan informasi (dari buku dan sumber lain/internet). Pada tahap ini siswa hanya

menggunakan beberapa sumber informasi. Pengumpulan data kemudian diklasifikasikan dan

dianalisis guna memecahkan masalah yang ada (mengasosiasi). Disini siswa masih

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

230

kebingungan dalam menghubungkan informasi yang didapat dengan kasus yang diberikan.

Dengan bimbingan guru siswa mulai bisa mencari alternative pemecahan masalah. Kegiatan

diatas dapat dilukiskan dalam dialog sebagai berikut :

Guru : Tugas kelompok mengidentifikasi yang termasuk perusahaan dan badan usaha?

Siswa : Belum terlalu paham bu.. yang dimaksud dengan perusahaan dan badan usaha lain ini yang

bagaimana?

Guru : Maksud soal tadi itu kalian disuruh mencari tujuan, ciri-ciri dan bentuk kepemilikan dan , .

Apakah kamu tahu perbedaan antara gambar tersebut !

Siswa : Berarti saya harus mencari perusahaan dan badan usaha terlebih dulu?

Guru : Iya betul sekali. Terus setelah itu kamu dapatkan dan mengidentifikasi yang termasuk

perusahaan dan badan usaha

Siswa : Iya....Bu

Guru : untuk mencari literatur bisa melalui buku diperpustakaan dan internet.

Gambar 2 Siswa dalam Kerja kelompok

Siswa melakukan kegiatan mengembangkan dan Kerja Kelompok menyajikan hasil

karya. Guru memberi informasi tentang tata cara presentasi di depan kelas. Kelompok yang

terpilih menyajikan (komunikasi) laporannya di depan kelas. Kelompok lain diberi

kesempatan untuk menanggapi dan guru memberi umpan balik. Saat sesi tanya jawab guru

beberapa kali melakukan interupsi karena fokus diskusi tidak terfokus pada materi jenis –

jenis pengelolaan usaha. Kelompok lain memberikan tanggapan maupun sanggahan yang

disampaikan pada kelompok yang melakukan presentasi. Jika diskusi yang dilakukan dirasa

cukup, maka kegiatan diskusi dianggap selesai.

Gambar 3 Presentasi kelompok 1 dan 5

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

231

Siswa melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Guru bersama

siswa menganalisis dan mengevaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dipresentasi

setiap kelompok maupun terhadap seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan.

Kegiatan penutup, setelah diskusi selesai guru memberikan penguatan terkait

penguasaan materi jenis-jenis pengelolaan usaha. Guru hanya berperan sebagai fasilitator

hendaknya memberikan umpan balik atas apa yang telah dipelajari dan seberapa baik hasil

kerja yang telah dilakukan. Kemudian diadakan evaluasi hasil belajar siklus 1. Guru

memberikan soal berupa ilustrasi kasus yang dikerjakan siswa secara individu. Waktu yang

diberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal adalah 15 menit. Ketika waktu yang

diberikan sudah habis siswa diminta segera mengumpulkan lembar jawaban. Selanjutnya

dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa.

Pengamatan

Aktivitas belajar siswa dilihat dari aspek melaksanakan diskusi menunjukkan

persentase sebesar 76 %, sedangkan aspek yang lain persentasenya kurang dari 75%. Jika

diamati berdasarkan lembar observasi Aktivitas Belajar siswa yang telah diisi oleh pengamat,

sebanyak 51% siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Rendahnya Aktivitas Belajar

siswa disebabkan karena pada siklus pertama ini siswa belum terbiasa dengan model PBL

yang dilakukan dengan diskusi dimana siswa harus menentukan sendiri konsep yang sedang

dipelajari. Secara keseluruhan total nilai Aktivitas Belajar siswa menunjukkan pencapaian

51%. Untuk itu perlu diadakan perbaikan dan perencanaan tindakan ulang untuk siklus

berikutnya.

Prestasi Belajar pada siklus I ada peningkatan Prestasi Belajar jumlah persentase siswa

yang sudah mencapai KKM sebanyak 40% (15 siswa) dan 60% (23 siswa) belum mencapai

KKM. Berdasarkan data pengamatan dan analisis data terhadap proses pelaksanaan pembelajaran

melalui model PBL dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai tes evaluasi hasil belajar kelas X PMS 1

belum sesuai indikator keberhasilan yaitu siswa yang memenuhi KKM (78) minimal 75% dari

keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut.

Refleksi (Reflecting)

Penggunaan model PBL pada siklus I belum terlaksana secara optimal. Siswa sudah

dapat menemukan jawaban atau solusi atas setiap kasus atau permasalahan yang disajikan,

namun belum semua anggota kelompok terlibat secara aktif dalam upaya pemecahan

masalah, sehingga belum semua siswa merasakan sendiri atau memperoleh pengalaman

memecahkan kasus atau permasalahan yang disajikan. Hal ini disebabkan karena siswa tidak

terbiasa mengerjakan soal studi kasus secara bersama-sama dalam kelompok. Siswa

cenderung pasif dan melimpahkan tugas yang diberikan kepada teman satu kelompok yang

dianggap mahir dalam menyelesaikan tugas kelompok. Melihat dari beberapa kelemahan

dalam pelaksanaan tindakan siklus I, maka diperlukan upaya perbaikan terhadap pelaksanaan

pembelajaran model PBL agar bisa diterapkan pada siklus II

Kekurangan atau kelemahan yang diperoleh pada siklus I adalah sebagai berikut(a)guru

kurang memberi motivasi pada siswa, sehingga siswa tidak fokus pada kegiatan

pembelajaran;(b)guru kurang jelas menjelaskan langkah-langkah dalam model PBL sehingga

siswa masih mengalami kebingungan dalam melakukan tahapan tahapannya;(c)siswa masih

kesulitan dalam memecahkan masalah/soal yang ada pada lembar diskusi siswa. Hal ini

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

232

karena sumber belajar siswa masih terbatas sehingga informasi yang idapatkan juga terbatas,

selain itu siswa belum terbiasa dalam mengerjakan soal yang bersifat analisis;(d)kerjasama

antar siswa belum terlihat sepenuhnya pada semua kelompok, ada kelompok yang hanya

siswa tertentu saja yang aktif, sedangkan siswa yang lain melakukan aktivitas di luar aktivitas

kegiatan diskusi;(e)saat proses diskusi pemecahan masalah materi yang dibahas siswa terlalu

melebar kurang terfokus pada materi pasar sasaran;(f)pada tahap mengembangkan dan

menyajikan hasil karya interaksi antar siswa belum muncul, suasana kelas belum

hidup;(g)pada tahap mengerjakan soal evaluasi masih ada siswa yang bekerjasama dengan

teman sebangku mereka.

Pada siklus I ini dirasa belum maksimal dalam melaksanakan langkah – langkah

model PBL ini. Berdasarkan kekurangan yang ada pada siklus I, maka akan dilakukan

perbaikan pada siklus II, adapun perbaikan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut

(a)saat kegiatan apersepsi/pendahuluan, guru memberikan motivasi yang menarik agar siswa

terfokus dalam kegiatan pembelajaran;(b)guru menjelaskan lebih detail langkah-langkah

dalam penerapan model pembelajaran PBL kepada siswa, sehigga informasi yang diberikan

membuat siswa mengerti dan siswa dapat melakukan pembelajaran dengan model tersebut

dengan baik;(c)Siswa diminta untuk mempersiapkan sumber belajar yang lebih lengkap

lagi;(d)sumber belajar tidak hanya didapat dari modul yang dibagikan sekolah, tetapi siswa

juga diminta untuk dapat mencari informasi mengenai materi jenis-jenis pengelolaan usaha

melalui media internet atau meminjam buku di perpustakaan;(e)perlu adanya peningkatan

keterampilan guru dalam membimbing kelompok belajar, guru sebagai fasilitator seharusnya

lebih memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan siswa;(f)Guru perlu mengarahkan agar

diskusi yang dilakukan tidak terlalu melebar yaitu terfokus pada materi jenis-jenis

pengelolaan usaha;(g)untuk mengatasi siswa yang mencontek saat kegiatan mengerjakan soal

evaluasi, guru akan memberikan punishment.

Siklus II

Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti berdiskusi dengan sesama guru produktif pemasaran

mengenai kegiatan yang akan dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut, (1)menyusun

RPP kompetensi dasar jenis pengelolaan usaha, (2) menyiapkan materi pembelajaran tentang

jenis pengelolaan usaha, (3)mempersiapkan lembar observasi, lembar wawancara, lembar

kerja siswa dan catatan lapangan, (4)menyediakan sarana dan media pembelajaran yang akan

digunakan dalam setiap pembelajaran, (5)mempersiapkan soal pre-test dan post test dan (6)

membentuk 6 kelompok yang beranggotakan 5 - 6 siswa

Menyusun RPP yang terdiri dari kompetensi inti dan kompentensi dasar

mengidentifikasi jenis-jenis pengelolaan usaha, indikator pencapaian kompetensi, tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, materi pembelajaran, pendekatan pembelajaran

menggunakan scientific, menggunakan model pembelajaran problem based learning

berbantuan metode pembelajaran kerja kelompok, merancang pembelajaran, menentukan

media pembelajaran, sumber dan alat penilaian.

Materi pembelajaran tentang mengidentifikasi jenis pengelolaan pembelajaran

meliputi: (1) Badan Usaha menurut kepemilikan modalnya dan (2) Badan Usaha berdasarkan

bentuk badan hukumnya yang disampaikan dalam buku modul dengan dilengkapi power

point.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

233

Mempersiapkan lembar observasi penilaian sikap selama melakukan kegiatan kerja

kelompok, lembar wawancara siswa sebelum dan setelah dilakukan tindakan, lembar kerja

siswa yang berupa studi kasus dan catatan lapangan yang dilakukan siswa dan guru selama

proses pembelajaran berlangsung serta menyiapkan sarana dan media pembelajaran yang

akan digunakan selama proses pembelajaran serta menyiapkan soal pre-test untuk siswa

yaitu tes yang akan diberikan pada awal pembelajaran dan post-test yang akan diberikan pada

akhir siklus. Pembentukan kelompok diatur berdasarkan secara acak untuk memilih anggota

kelompok, sehingga tiap kelompok 5-6 siswa karena jumlah siswa kelas X PMS 1 SMK

Islam Batu sebanyak 38 siswa, maka akan terbentuk 6 kelompok.

Pelaksanaan tindakan (Acting)

Pelaksanaan tindakan siklus II dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah

dibuat dan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Rabu, 9 November 2016

dan Kamis, 10 November 2016 pada kelas X PMS 1 SMK Islam Batu. Sebelum pelaksanaan

pembelajaran dimulai, guru dibantu teman sejawat mengatur para siswa agar siap menerima

pelajaran.

Pada tahap awal, pelakasanaan proses pembelajaran pada siklus II mengacu pada

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Guru membuka pelajaran dengan

memberi salam dan mengkondisikan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam kegiatan apersepsi guru

memotivasi siswa dengan memberikan contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang

berkaitan dengan materi bentuk-bentuk usaha agar siswa tertarik mengikuti pembelajaran di

kelas. Guru memberikan contoh melalui media gambar. Dilanjutkan dengan memberikan

pertanyaan kepada siswa yang ada hubungannya dengan Badan Usaha berdasarkan bentuk

badan hukumnya. Terlihat siswa antusias dalam bertanya dan berpendapat karena sudah

mengetahui jenis-jenis lapangan usaha terutama dalam penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari. Kegiatan diatas dapat dilukiskan dalam dialog sebagai berikut :

Siswa : Bu...tanya

Guru : Ya...silahkan. Ada kesulitan apa ?

Siswa : Bu...Apa perbedaan antata perjan dan perum ?

Guru : Iya...,kalian harus mengetahui ciri-ciri dan tujuan terlebih dulu

tentang pengelolaan usaha

Siswa :Apa seperti ini Bu..perjan tujuannya memperoleh keuntungan,

kalau Perum tujuan tidak mencari keuntungan.

Guru : Betul sekali

Siswa : Apa seperti itu Bu....

Guru :Ya...seperti yang dijelaskan tadi bahwa perjan dan perum

perbedaannya dilihat dari tujuannya masing-masing. Bagaimana ada

yang ditanyakan lagi atau sudah faham..?

Berdasarkan dialog tersebut, didukung dengan sebagian siswa masih mengalami

kesulitan dalam menentukan mengidentifikasi badan usaha berdasarkan kepemilikan dan

bentuk hukumnya. Selanjutnya guru menjelaskan kembali tentang pelaksanaan model

Problem Based Learning disertai dengan penjelasan langkah-langkahnya secara singkat dan

jelas. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok (kelompok I, II, III, IV, V dan VI), setiap kelompok

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

234

terdiri dari 6 anggota. Pembentukan kelompok dilakukan secara acak dengan memberikan

kesempatan pada siswa untuk memilih teman yang menjadi anggota kelompok.

Tahap awal diskusi guru membagikan lembar diskusi yang berisi soal kasus. Siswa

berorientasi pada masalah dari soal kasus yang berisi permasalahan dibagikan. Guru

mengarahkan siswa untuk membaca dan memahami isi kasus (mengamati). Guru juga

memberikan informasi bahwa setiap keaktifan siswa akan diberikan poin/nilai tambah agar

terbangun suasana aktif dan menyenangkan. Pada tahap ini siswa sudah bisa menuliskan atau

menyebutkan apa yang diketahui dalam soal kasus secara baik. Dengan inisiatif sendiri, siswa

sudah bisa bertanya (menanya) tentang masalah dalam soal kasus.

Pada saat siswa mulai berdiskusi pada kelompok belajarnya. Guru mengorganisasi

siswa untuk belajar dalam bentuk diskusi kelompok kecil. Guru membantu siswa dengan

menjelaskan lebih rinci alternatif-alternatif strategi untuk menyelesaikan masalah yang

ditentukan. Untuk sumber belajar siswa sudah mempersiapkan dari awal yaitu modul

pengelolaan usaha pemasaran dan internet menggunakan sarana handphone dan laptop.

Dalam berdiskusi siswa sudah terlihat tertib dan tidak gaduh. Semua anggota kelompok fokus

memahami masalah dalam soal kasus. Setiap anggota kelompok juga aktif memberikan

ide/pendapat tentang permasalahan.

Siswa juga melaksanakan kegiatan penyelidikan. Dengan bimbingan dari guru siswa

mulai mengumpulkan informasi (dari buku dan sumber lain/internet) yang berkaitan dengan

materi yang diangkat dalam permasalahan (mengumpulkan informasi). Semua anggota

kelompok aktif dalam berdiskusi, memberikan ide/pendapat, serta menganalisis permasalahan

dengan baik. Siswa sudah bisa menemukan alternative-alternative solusi pemecahan masalah

dan menentukan solusi pemecahan masalah yang terbaik. Siswa juga sudah berani dan

percaya diri bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan. Pada tahap ini siswa

menyelesaikan waktu sesuai dengan waktu yang diberikan, berbeda dari siklus I, ada

beberapa kelompok yang menyelesaikan setelah batas waktu yang diberikan.

Siswa sudah melakukan kegiatan mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru

memberi informasi tentang tatacara presentasi di depan kelas. Dengan arahan, bagi siswa

yang melakukan presentasi terlebih dulu dan aktif dalam kegiatan tanya jawab akan diberi

poin/nilai tambah. Kelompok yang terpilih menyajikan (mengkomunikasikan) laporannya di

depan kelas. Kelompok lain diberi waktu untuk menanggapi dan guru memberi umpan balik.

Saat sesi tanya jawab siswa terlihat antusias. Siswa aktif bertanya dan berpendapat atas

alternative solusi pemecahan masalah yang disampaikan saat presentasi. Jika diskusi yang

dilakukan dirasa cukup, maka kegiatan diskusi dianggap selesai.

Selanjutnya siswa melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Guru

bersama siswa menganalisis dan mengevaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang

dipresentasikan setiap kelompok maupun terhadap seluruh aktivitas pembelajaran yang

dilakukan (membentuk jejaring).

Pada tahap akhir kegiatan , setelah diskusi selesai guru memberikan penguatan terkait

penguasaan materi jenis-jenis pengelolaan usaha. Kemudian diadakan evaluasi hasil belajar

siklus II. Guru memberikan soal berupa ilustrasi kasus yang dikerjakan siswa secara

individu.Waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal adalah 15 menit.

Ketika waktu yang diberikan sudah habis siswa diminta segera mengumpulkan lembar

jawaban.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

235

Pengamatan

Pada kegiatan aktivitas belajar siswa pada aspek bekerjasama dalam kelompok dan

melaksanakan diskusi menunjukkan persentase sebesar 84 %, sedangkan aspek yang lain

persentasenya kurang dari 75%. Jika diamati berdasarkan lembar observasi Aktivitas Belajar

siswa yang telah diisi oleh pengamat, sebanyak 84% siswa yang aktif dalam proses

pembelajaran. Rendahnya Aktivitas Belajar siswa disebabkan karena pada siklus kedua ini

siswa sudah mulai terbiasa dengan model PBL yang dilakukan dengan diskusi dimana siswa

harus menentukan sendiri konsep yang sedang dipelajari. Secara keseluruhan total nilai

Aktivitas Belajar siswa menunjukkan pencapaian 63%. Untuk itu tidak perlu dilakukan

tindakan ulang karena siklus II siswa sudah mulai terbiasa melakukan model PBL.

Prestasi Belajar pada siklus II ada peningkatan Prestasi Belajar jumlah persentase siswa

yang sudah mencapai KKM sebanyak 87% (33 siswa) dan 13% (5 siswa) belum mencapai KKM.

Berdasarkan data pengamatan dan analisis data terhadap proses pelaksanaan pembelajaran

melalui model PBL dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai tes evaluasi hasil belajar kelas X PMS 1

belum sesuai indikator keberhasilan yaitu siswa yang memenuhi KKM (78) minimal 75% dari

keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut.

Berdasarkan keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rata-rata kelas X

PMS 1 sudah memenuhi Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan telah memenuhi indikator

keberhasilan yang diharapkan yaitu siswa yang memenuhi KKM sebesar minimal 75% dari

jumlah keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut.

Refleksi Pelaksanaan Tindakan.

Hasil refleksi pada siklus II sebagai berikut (a)penerapan pembelajaran model PBL

dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata skor

aktivitas siswa yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 51% yaitu dari skor 65,40% pada

siklus I kemudian meningkat menjadi 63% pada siklus II;(b)penerapan pembelajaran model

PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan

ketuntasan hasil belajar yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 26,32% yaitu dari

ketuntasan klasikal sebesar 84,21% pada siklus I meningkat menjadi 86,11% pada siklus II.

KESIMPULAN

Hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran PBL dengan lima tahapan yaitu Mengorientasikan siswa pada masalah,

Mengorganisasi siswa untuk belajar, Membimbing pengalaman individual/kelompok ,

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah dan dan penilaian, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X PMS

SMK Islam Batu pada materi pengelolaan usaha pemasaran.

Hasil tes akhir tindakan pada siklus I menunjukkan bahwa terdapat 15 siswa nilainya

sudah diatas KKM sedang masih 33 siswa yang memenuhi KKM. Hasil tes akhir tindakan

pada siklus II menunjukkan bahwa siswa mampu melakukan penyelesaian dengan tepat

dinyatakan oleh hasil tes akhir tindakan siklus II siswa telah mencapai kriteria ketuntasan

minimanl (KKM).

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

236

Daftar Rujukan

Choirun, N. dan Annisa, R.S. 2013. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Akuntansi, Jurnal Pendidikan Akuntansi

Indonesia, Vol. XI, No. 1

Mulyani, F. 2015. Problem Based Learning Belajar Aktif, Kreatif, Menyenangkan dengan

permainan Lurah – Lurahan pada Materi Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat Kelas

VII.1 SMP N 1 Bunguran Tengah Kabupaten Natuna Tahun Pelajaran 2014/2015.

Prosiding Seminar nasional TEQIP 2015. Hal 56-60

Selviana, T. dan Utami, H. 2013 . Penerapan Problem Based Learning Untuk meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Di Kelas VII-A SMP Katolik Frateran Celaket 21 Malang,

Wildan, I. I. 2016. Penerapan Model Problem Based Learning Dalam Meningkatkan

Aktivitas Dan Hasil Belajar Pada Materi Pasar Sasaran Siswa Kelas X Pemasaran 2

SMK N 9 Semarang

Wulandari, B. dan Dwi, S. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar

Ditinjau Dari Motivasi Belajar Plc Di Smk, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3. Hal

171-191

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

237

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Proses

dan Hasil Belajar Siswa Dalam Memecahkan Masalah Pada Mata Pelajaran

Kewirausahaan Kelas XI di SMKN 02 Batu

Syamsul Huda

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Batu

[email protected]

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam

memecahkan masalah pada mata pelajaran kewirausahaan kelas XI di SMKN 02 Batu melalui

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan materi seni menjual, harga jual,

kepuasan pelanggan dan promosi. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan 2

siklus, masing-masing siklus teridiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,

observasi, penilaian dan refleksi, perbaikan perencanaan pembelajaran dari hasil refleksi,

penilaian. Data penelitian dikumpulkan melalui lembar observasi, rekaman video, dokumentasi

hasil kerja siswa, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan penerapa Problem Based

Learning dapat Meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Hasil penilaian pada lembar

pengamatan pada siklus I diperoleh 85 % dan pada siklus II diperoleh 95 % dikategorikan baik dan

sangat baik. Dan melalui lembar penilaian pada siklus I diperoleh 80 % dan pada siklus II 90 %

memperoleh nilai di atas KKM.

Kata kunci: Problem Based Learning, Proses dan hasil Belajar Kewirausahaan

Pembelajaran yang dilakukan guru dengan metode ceramah ternyata memberikan

dampak kurang terampilnya peserta didik dalam memecahkan permasalahan. Hal ini

disebabkan karena metode ceramah menekankan pada pemberian informasi namun tidak

melatih siswa dalam memecahkan masalah. Secara umum pembelajaran yang dilakukan guru

pada saat ini masih menekankan pada metode ceramah. Pada saat melakukan pengamatan di

SMKN 2 Batu ternyata guru juga masih menggunakan metode ceramah dalam pelaksanaan

pembelajaran. Dampak dari kegiatan pembelajaran ini mengakibatkan rendahnya proses dan

hasil belajar peseta didik dalam memecahkan masalah.

Rendahnya proses dan hasil belajar peserta didik di kelas XI SMKN 2 Batu untuk mata

pelajaran kewirausahaan adalah suatu kekurangan yang harus diperbaiki didalam kelas. Hal

ini terlihat dari kurangnya keterampilan peserta didik dalam memberikan analisis pemecahan

masalah yang ada dalam materi pelajaran kewirausahaan dikaitkan dengan permasalahan

yang ada dilapangan dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, peta ataupun peta

konsep. Selama ini penulis menyadari rendahnya motivasi siswa diakibatkan oleh model

pembelajaran yang kurang tepat pada materi yang dapat menggali kreativitas dan aktifitas

peserta didik. Selama ini pembelajaran banyak didominasi metode ceramah, alasan guru

melakukan pembelajaran dengan ceramah adalah masalah waktu yang efisien dan lebih

mudah untuk dilakukan. Dengan ceramah, materi yang banyak bisa diselesaikan dalam waktu

singkat. Hal ini terjadi karena dalam metode ceramah hanya sekedar memberitahukan saja,

tanpa penanaman pemahaman yang baik. Banyak penelitian menunjukkan bahwa metode

ceramah memiliki banyak kelemahan (Pawartani, 2013; Donan, 2013, Fadilah, 2013).

Pawartani (2013) menjelaskan bahwa selama ini keaktifan siswa dalam proses belajar

dirasakan sangat kurang karena selama aktivitas belajar siswa di dalam kelas tidak memicu

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

238

keaktifan siswa karena guru cenderung mengajar dengan metode ceramah. Hal tersebut juga

ditegaskan oleh Donan (2013) bahwa permasalahan yang muncul terkait dengan metode

adalah penggunaan metode ceramah yang lebih dominan karena penggunaan metode ceramah

secara terus menerus tanpa diselingi dengan metode lain akan membuat siswa merasa bosan

sehingga hilang konsentrasinya dalam mengikuti pelajaran. Fadillah (2013) juga mengatakan

bahwa pada umumnya yang melatar belakangi rendahnya hasil belajar dan penguasaan

materi pembelajaran secara praktis salah satunya adalah kurangnya motivasi siswa dalam

menyerap materi pembelajaran dan informasi dari berbagai sumber termasuk guru dan

kurangnya media, guru sangat monoton dan kurang variatif. Dalam hal ini guru banyak

melakukan aktivitas ceramah. Dalam metode ceramah, guru hanya menyalin materi di buku

untuk disampaikan ke siswa. Sehingga cenderung lebih mengutamakan ranah kognitif dan

melupakan ranah psikomotorik terutama dalam peningkatan kreativitas dan aktifitas peserta

didik.

Hal ini bertentangan dengan pembelajaran yang ideal. Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 19, ayat 1 mengamanatkan

bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik

Dalam mengajar, guru hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran

yang sesuai dengan keadaan serta kondisi lingkungan dimana dia mengajar. Pemilihan dan

penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan

diharapkan akan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut. Selain itu siswa bisa

lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan ketrampilan siswa

(Sumarlin. 2015).

Berdasarkan pengamatan di SMK N 2 Batu, selama ini siswa selalu terkondisikan untuk

menerima informasi apa adanya dari guru, sehingga siswa cenderung pasif dan menunggu

dberi informasi tanpa berusaha menemukan informasi tersebut. Hal itu menyebabkan siswa

hanya mampu untuk menghafal tanpa memahami materi yang telah diterimanya. Hal ini

mengakibatkan siswa hanya mampu menghafal materi dan kurang kreatif dalam memecahkan

masalah apabila diberikan suatu permasalahan.

Maka dari itu agar siswa dapat meningkatkan proses dan hasil belajar dalam

memecahkan masalah diperlukan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa

dengan menekankan keaktifan dan kreativitas siswa. Dengan diterapkannya metode

pembelajaran yang berpusat pada siswa diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan minat

siswa dalam proses belajar mengajar seingga kreativitas dalam memecahkan masalah menjadi

meningkat dan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu metode

pembelajaran yang berpusat pada siswa akan lebih meningkatkan keaktifan siswa serta

membuat siswa dapat lebih memahami materi yang diberikan sehingga bisa menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode pembelajaran yang lebih menekankan pada

keaktifan siswa adalah metode pembelajaran Problem Based learning.

Model Problem based learning adalah sebuah model pembelajaran yang didalamnya

melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan masalah dengan melalui beberapa tahap

metode ilmiah sehingga siswa diharapkan mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

239

dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan akan memiliki ketrampilan dan

kreativitas dalam memecahkan masalah.

Model PBL secara umum dapat dikenali dengan adanya enam ciri yang dimilikinya,

adapun keenam ciri tersebut adalah ; 1) Kegiatan belajar dengan model PBL dimulai dengan

pemberian sebuah masalah 2) Masalah yag disajikan berkaitan denan kehidupan nyata para

siswa , 3) Mengorganisasikan pembahasan seputar masalah, bukan membahas seputar disiplin

ilmu, 4) Siswa diberikan tanggung jawab yang maksimal dalam membentuk maupun

menjalankan proses belajar secara langsung, 5) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok

kecil , 6) Siswa dituntut untuk mendemonstrasikan produk atau kinerja yang telah mereka

pelajari.

Adapun langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning: 1) Orientasi

siswa kepada masalah. Kegiatan yang pertama dilakukan dalam model ini adalah

dijelaskannya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru, selanjutnya disampaikannya

penjelasan terkait logistik yang dibutuhkan, Diajukannya suatu masalah yang harus

dipecahkan siswa, memotivasi para siswa agar dapat terlibat secara langsung untuk

melakukan aktivitas pemecahan masalah yang m enjadi pilihannya. 2) Mengorganisasikan

siswa untuk belajar. Guru dapat melakukan perannya untuk membantu siswa dalam

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang terkait dengan masalah yang

disajikan. 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru melakukan

usaha untuk mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi yang relevan, mendorong

siswa untuk melaksanakan eksperimen, dan untuk mendapat pencerahan dalam pemecahan

masalah. 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu para siswa-

siswinya dalam melakukan perencanaan dan penyiapan karya yang sesuai misalnya laporan,

video atau model, serta guru membantu para siswa untuk berbagi tugas antar anggota dalam

kelompoknya. 5) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru

membantu para siswa dalam melakukan refleksi ataupun evaluasi terhadap penyelidikan

mereka dalam setiap proses yang mereka gunakan.

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terkait dengan problem Based di

antaranya: Jauhari. 2015 dan Karokaro. 2015, Jauhari (2015), mengatakan bahwa Problem

Based Learning dapat meningkatkan pemecahan masalah. Karokaro (2015) mengatakan

bahwa dengan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan

ketrampilan siswa.

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian tentang Penerapan Model Pembelajaran Problem

Based Learning Untuk Meningkatkan Ketrampilan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Pada

Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas XI di SMKN 02 Batu

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus.

Kedua siklus tersebut terlihat pada bagan berikut. Rancangan penelitian ini dimulai dengan

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai langkah-langkah strategis berulang yang disebut

siklus. Alur siklus dalam PTK dapat ditunjukkan seperti Gambar 1 berikut :

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

240

Gambar 1 Siklus PTK

Prosedur pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut.

Siklus I

a. Perencanaan. Pada tahap perencanaan kegiatan pembelajaran sebagai berikut (1) guru

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk kompetensi dasar menyajikan laporan

observasi tentang dinamika dan masalah kependudukan serta sumber daya manusia di

Indonesia dengan memperhatikan prinsip-prinsip Geografi dalam bentuk makalah atau

publikasi lainnya. Dengan indikator dapat membuat laporan observasi tentang dinamika

dan masalah kuantitas kependudukan dalam bentuk narasi dan tabel ataupun grafik.

Rencana pelaksanaan pembelajaran mengacu kepada sintaks pembelajaran Problem Based

Learning: Orientasi peserta didik kepada masalah, mengorganisasikan peserta didik

kepada masalah, membimbingpenyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan

menyajikan hasil karya, menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. (2)

menyiapkan lembar pengamatan siswa. (3) menyiapkan lembar pengamatan guru dan

observer. (4) menyiapkan rencana penilaian.

b. Pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung 2 x pertemuan dengan

alokasi waktu 4 x 45‟. Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan

Problem Based Learning. Penerapan tersebut disusun dalam kegiatan pembelajaran yang

meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

c. Observasi. Kegiatan Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Tujuan kegiatan tersebut untuk memperoleh data pelaksanaan tindakan secara mendalam

dan menyeluruh. Observasi dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan satu

kolaborator, yaitu teman sejawat yang bernama Febry Tunggal. Fokus observasi adalah

proses penerapan tindakan yang dilakukan siswa maupun guru. Aktifitas siswa meliputi

pengamatan terhadap materi melalui gambar dan video yang memuat permasalahan,

mengemukakan pendapat dan bertanya. Aktifitas guru meliputi apersepsi, menerapkan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

241

sintaks Problem Based Learning, dan menutup pembelajaran: menyimpulkan, memberi

tugas dan arahan persiapan materi untuk siklus II.

d. Refleksi. Dalam refleksi hasil-hasil observasi dibahas bersama oleh guru dan observer.

Pada akhir siklus I diperoleh gambaran dampak penerapan pembelajaran Problem Based

Learning. Hasil pembahasan yang diperoleh merupakan refleksi dari apa yang telah terjadi

selama penerapan tindakan siklus I. Jika ditemukan permasalahan pada siklus I digunakan

untuk pertimbangan dalam menyusun perencanaan tindakan pada siklus II.

Siklus II

a. Perencanaan. Dalam perencanaan siklus II ini kegiatan yang dilakukan adalah: (1) guru dan

observer mempelajari hasil refleksi dari tindakan siklus I yang menjadi masukan dalam

melakukan tindakan yang lebih efektif pada siklus II, (2) pada prinsipnya persiapan siklus

II sama dengan siklus I perbedaannya hanya pada indikator dapat membuat laporan

observasi tentang dinamika dan masalah kualitas kependudukan dalam bentuk narasi dan

tabel ataupun grafik, (3) mempersiapkan media sesuai dengan indikator.

b. Pelaksanaan tindakan. Pada siklus ke II tindakan yang dilakukan sesuai dengan

perencanaan pada siklus I yang telah direfleksi.

c. Observasi. Tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, hal-hal

yang diamati sesuai dengan siklus I disesuaikan dengan kondisi lapangan dan hasil refleksi

pada siklus I.

d. Refleksi. Hasil pengamatan dibahas oleh guru bersama kolaborator untuk memperoleh

gambaran dampak penerapan model Problem Based Learning. Penelitian ini dilaksanakan

di SMKN 2 BATU. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI yang berjumlah 28

peserta didik. Penelitian dilakukan awal oktober 2016. Pengambilan Data. Data penelitian

ini berupa hasil observasi keterampilan Geografi dan perilaku peserta didik. Data tersebut

dikumpulkan dengan prosedur berikut: (1) portofolio, data ini diperoleh dari karya siswa

secara kelompok. (2) observasi, data ini diperoleh dari keterlaksanaan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dalam penerapan model Problem Based Learning. (3) catatan

lapangan, merupakan data yang diperoleh dari catatan lapangan berupa kegiatan yang

tidak tercantum dalam lembar observasi, seperti jumlah siswa yang tidak hadir, situasi saat

kegiatan pembelajaran berlangsung, kerjasama siswa dalam pembelajaran, dan jumlah

siswa yang memperoleh nilai peningkatan keterampilan kewirausahaan. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: (1) skor keterampilan yang diperoleh dari

lembar penilaian portofolio. (2) skor aktifitas belajar siswa yang diperoleh dengan lembar

observasi pembelajaran. (3) catatan lapangan yang berkaitan dengan aktifitas belajar siswa

dalam proses pembelajaran yang tidak tercakup. Analisis data dilakukan setiap kali

pemberian tindakan berakhir, analisis data tersebut dilakukan secara kuantitatif. selain itu

analisis dilakukan secara deskriptif untuk data yang bersifat kualitatif.

Indikator keberhasilan penelitian ini ada 2 yaitu skor ketrampilan pemecahan

masalah dan skor lembar pengamatan pembelajaran yang dilakukan guru. Skor

ketrampilan pemecahan masalah dikatakan berhasil apabila semua siswa memperoleh skor

ketrampilan pemecaan masalah sama dengan atau lebih dari 76 yang merupakan KKM

dari SMKN Batu. Skor lembar pengamatan pemebelajatran yan dilakukan guru dikatakan

berhasil apabila memiliki criteria baik. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila semua

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

242

siswa memperoleh skor ketrampilan pemecahan masalah sama dengan atau lebi dari 76

dan skor pemgamatan pembelajaran yan dilakukan guru berkategori minimal baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan/pengumpulan data, dan refleksi. Siklus pertama terdiri dari dari 2 kali pertemuan

yaitu pada tanggal 13 Oktober 2016 dan tanggal 20 Oktober 2016.

Siklus I Pertemuan 1

Perencanaan

Hasil penelitian pada siklus I untuk pertemuan 1 dari sisi proses dapat diuraikan sebagai

berikut: Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa pada

pertemuan 1.

Pelaksanaan Kegiatan dan Observasi

Kegiatan awal ; guru membuka pelajaran dengan memberikan salam selamat pagi dan

Assalammualaikum, menanyakan kabar hari ini, memberikan pertanyaan yang mengarah ke

materi pelajaran sebelumnya dan melanjutkan ke materi pelajaran berikutnya, dan

menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan dengan singkat materi yang akan

dibahas melalui ceramah, dilanjutkan dengan memberikan stimulus tentang materi

pentingnya memahami seni penjualan pada aspek pemasaran dan cerita pengusaha yang

sukses memulai usaha kecil dari tenaga penjual asongan. Siswa tampak lebih fokus dan

memperhatikan dan ada peningkatan motivasi belajar.

Selanjutnya membagi siswa kedalam 6 kelompok yang heterogen terdiri atas 4-5 orang,

guru membagikan lembaran kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok yang sudah

dibentuk sebelumnya, dan siswa mengerjakan lembar kerja yang harus didiskusikan serta

mengumpulkan data mengenai pemecahan masalah yang terkait.

Kegiatan inti, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengajukan suatu

masalah, seperti berikut.

Selanjutnya siswa berdiskusi kelompok dan membahas pemecahan masalah yang

terdapat dalam lembar kerja siswa sesuai dengan petunjuk. Sebelum pelaksanaan diskusi

1. Tenaga penjual merupakan lokomotif perusahaan untuk mendatangkan omset

penjualan, memberikan laba, dan mempertahankan bisnis perusahaan agar tetap

berjalan dengan lancer. Namun profesi ini di anggap sebagian besar masyarakat

merupakan pekerjaan yang tidak terhormat dan terkesan rendah. Bagaimana cara

mengatasi permasalahan tersebut ?

2. Pendapatan yang diperoleh oleh tenaga penjual atau sales bergantung pada omset

yang dihasilkan. Oleh karena itu, terkadang gaji tenaga penjual bias jauh lebih besar

dibandingkan dengan tenaga kerja di bagian lain. Bagaimana cara mengatasi

permasalahan tersebut jika ada bagian tenaga kerja lain yang tidak bisa menerima

besarnya gaji yang diberikan ?

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

243

kelompok, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai masalah yang terdapat

dalam lembar kerja. Berikut adalah cuplikan dialog guru dan siswa terkait dengan masalah

pada lembar kerja.

G: Apakah ada kelompok yang belum memahami soalnya ?

S: Apa yang dimaksud dengan lokomotif perusahaan ?

G: Maksud dari lokomotif perusahaan adalah seorang sales merupakan ujung tombak

kemajuan perusahaan, dimana kemajuan perusahaan tergantung juga dari kinerja

karyawan di bagian marketing.

S : Iya pak, jadi profesi sales ini penting sekali peranannya bagi perusahaan

G : Iya benar, baik silahkan dilanjutkan

Berdasarkan dialog nampak bahwa kelompok yang mengalami kesulitan telah

memahami maksud dari permasalahan yang ada, dan melanjutkan diskusi dengan anggota

kelompok lainnya, dan terlihat mampu memecahkan masalah.

Dalam proses diskusi kelompok, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan

informasi yang relevan, dan mendorong siswa untuk memecahkan masalah. Guru

membimbing individu maupun kelompok untuk melaksanakan penyelidikan yang terkait

dengan masalah yang harus dipecahkan. Seperti tampak pada gambar 2

Gambar 2. Guru membimbing Siswa melaksanakan penyelidikan

Pada saat diskusi, ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam memecahkan

masalah, guru mencoba untuk membantu memecahkan masalah dengan melakukan dialog

seperti berikut

G: “Bagaimana anak-anak ada kesulitan dalam mengerjakan soalnya” ?

S: “Iya pak, kami masih belum faham untuk soal nomor 2 “

G: “Untuk soal nomor 2, maksudnya adalah profesi sales selama ini dipandang sebagian

besar masyarakat merupakan pekerjaan yang tidak terhormat dan rendah, tugas anda

adalah bagaimana mengatasi masalah tersebut sehingga profesi ini menjadi pekerjaan

yang lebih terhormat”.

S: Apakah profesi sales ini memiliki gaji yang tinggi ?

G: Iya benar sekali, pendapatan yang diperoleh oleh sales bergantung pada omset yang

dihasilkan. Oleh karena itu, terkadang gaji sales bisa jauh lebih besar dibandingkan

dengan tenaga kerja di bagian lain. Bagaimana, apa sudah bisa difahami ?

S: Iya pak, sekarang kami sudah mengerti maksudnya

G: Ok, silahkan dilanjutkan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

244

Berdasarkan dialog nampak bahwa kelompok yang mengalami kesulitan telah memahami

maksud dari permasalahan yang ada, dan melanjutkan diskusi dengan anggota kelompok

lainnya, dan terlihat mampu memecahkan masalah.

Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya

dalam mengidentifikasi masalah seni penjualan. Dimulai dari kelompok 6 untuk

mempresentasikan hasil diskusinya untuk membahas soal nomor 1, salah satu anggota

kelompok mulai memaparkan masalah konsep pemasaran, selanjutnya ada kelompok 1

memberikan tanggapan dan pertanyaan mengenai konsep pemasaran untuk produk makanan

siap saji. Anggota kelompok 6 memberikan jawaban terkait dengan pertanyaan yang di

ajukan dan nampak antar anggota saling memberikan tambahan jawaban. Selanjutnya

presentasi dilanjutkan kelompok 5 membahas soal nomor 2, kelompok 4 membahas soal

nomor 3 dan kelompok 3 membahas soal nomor 4.

Dari pengamatan pelaksanaan diskusi dan presentasi nampak siswa ada yang sangat

aktif, cukup aktif dan sebagian kurang aktif dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan.

Hal ini bisa dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Kegiatan presentasi dalam kelompok

Kegiatan penutup : Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan dari materi seni

menjual, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Dari hasil

diskusi dapat di simpulkan bahwa profesi tenaga penjual atau sales merupakan pekerjaan

yang terhormat dan memiliki derajat yang tinggi dimata masyarakat. Bersama dengan siswa

mengucapkan: Hidup Sales, Jaya, Luar Biasa.

Refleksi

Hasil refleksi yang dilakukan oleh observer sebagai berikut: (1) Dalam kegiatan diskusi

sebagian besar peserta didik aktif dan sebagian tidak aktif dalam diskusi (2) adanya beberapa

peserta didik yang terlihat tidak fokus pada materi diskusi dan asyik ngobrol dengan

temannya. (3) Siswa menyajikan hasil karyanya dalam bentuk presentasi, dan tidak semua

siswa berani mengemukakan pendapatnya dan menunggu ditunjuk baru bisa mengemukakan

pendapatnya (4) kurangnya wawasan siswa tentang materi penjualan sehingga sulit

menemukan pemecahan masalah.

Maka perbaikan dari hasil refleksi di atas adalah: (1) Guru lebih memperhatikan dan

menegur siswa yang terlihat kurang aktif (2) Guru lebih memperhatikan lagi bagi siswa yang

masih berbicara dengan temannya diluar konteks materi diskusi (3) supaya semua peserta

didik mau mengemukakan pendapat, maka seluruh siswa menuliskan hasil pendapatnya

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

245

dalam kertas (4) memberikan contoh masalah - masalah yang sering terjadi dan bisa dilihat di

lingkungan sekitar dalam bentuk gambar dan video.

Saran observer: (1) kedepannya agar guru lebih mendorong dan memotivasi siswa

untuk berani berpendapat, (2)guru menjelaskan lebih rinci permasalahan yang disajikan

sehingga lebih mudah difahami oleh siswa (3) Guru lebih memperhatikan dan menegur siswa

yang terlihat kurang aktif dan berbicara diluar konteks diskusi.

Siklus I Pertemuan 2

Perencanaan

Hasil penelitian pada siklus I untuk pertemuan 2 dari sisi proses dapat diuraikan sebagai

berikut: Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa pada

pertemuan 2.

Pelaksanaan kegiatan dan observasi

Kegiatan awal ; guru membuka pelajaran dengan memberikan salam selamat pagi dan

Assalammualaikum, menanyakan kabar hari ini, memberikan pertanyaan yang mengarah ke

materi pelajaran sebelumnya tentang memahami seni menjual, dan melanjutkan ke materi

pelajaran berikutnya mengenai menetapkan harga jual, dan menyampaikan tujuan

pembelajaran.

Guru menjelaskan dengan singkat materi yang akan dibahas melalui ceramah,

dilanjutkan dengan memberikan stimulus tentang materi menetapkan harga jual produk pada

aspek pemasaran dan cerita pengusaha yang sukses memulai usaha kecil. Selanjutnya

membagi siswa kedalam 6 kelompok yang heterogen terdiri atas 4-5 orang, guru membagikan

lembaran kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok yang sudah dibentuk sebelumnya,

dan siswa mengerjakan lembar kerja yang harus didiskusikan serta mengumpulkan data

mengenai pemecahan masalah yang terkait.

Selanjutnya siswa berdiskusi kelompok dan membahas pemecahan masalah yang

terdapat dalam lembar kerja siswa sesuai dengan petunjuk. Sebelum pelaksanaan diskusi

kelompok, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai masalah yang terdapat

dalam lembar kerja.

Dalam proses diskusi kelompok, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan

informasi yang relevan, dan mendorong siswa untuk memecahkan masalah. Guru

membimbing individu maupun kelompok untuk melaksanakan penyelidikan yang terkait

dengan masalah yang harus dipecahkan.

Pada saat diskusi, ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam memecahkan

masalah, guru mencoba untuk membantu memecahkan masalah dengan melakukan dialog

seperti berikut

G: “Apakah ada yang belum memahami maksud dari soalnya” ?

S: “Iya pak, kami dari kelompok . Maksud dari soal nomor 1 gimana pak “

G: “Untuk soal nomor 1, maksudnya adalah Menghitung harga jual dan mencari solusi

pemecahan masalah dari kebijakan harga pesaing”.

S: Apa harus membandingkan dengan harga pesaing?

G: Iya bisa juga membandingkan harga dari pesaing?

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

246

S: Iya pak, trimakasih

G: Ok, silahkan dilanjutkan

Berdasarkan dialog nampak bahwa kelompok yang mengalami kesulitan telah memahami

maksud dari permasalahan yang ada, dan melanjutkan diskusi dengan anggota kelompok

lainnya, dan terlihat mampu memecahkan masalah.

Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya

dalam mengidentifikasi masalah menetapkan harga jual. Dimulai dari kelompok 1 dan

kelompok 2 untuk mempresentasikan hasil diskusinya untuk membahas soal nomor 1, salah

satu anggota kelompok mulai memaparkan masalah harga jual, selanjutnya ada kelompok 4

memberikan tanggapan dan pertanyaan mengenai perbandingan harga jual dari pesaing lain

yang ditujukan pada kelompok 2. Anggota kelompok 2 memberikan jawaban terkait dengan

pertanyaan yang di ajukan dan nampak antar anggota saling memberikan tambahan jawaban.

Selanjutnya presentasi dilanjutkan kelompok 3 dan kelompok 4 membahas soal nomor 2,

kelompok 5 dan 6 membahas soal nomor 3.

Dari pengamatan pelaksanaan diskusi dan presentasi nampak siswa ada yang sangat

aktif, cukup aktif dan sebagian kurang aktif dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan.

Kegiatan penutup : Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan dari materi menetapkan

harga jual, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Dari hasil

diskusi dapat di simpulkan bahwa dalam menetapkan harga jual harus menyesuaikan dengan

target pasar, segmen pasar, dan posisi produk di pasar.

Refleksi

Hasil refleksi yang dilakukan oleh observer sebagai berikut: (1) Dalam kegiatan diskusi

sebagian besar peserta didik aktif dan sebagian kecil tidak aktif dalam diskusi (2) Siswa

menyajikan hasil karyanya dalam bentuk presentasi, dan tidak semua siswa berani

mengemukakan pendapatnya dan menunggu ditunjuk baru bisa mengemukakan pendapatnya

Maka perbaikan dari hasil refleksi di atas adalah: (1) Guru lebih memperhatikan,

membimbing dan menegur siswa yang terlihat kurang aktif (2) supaya semua peserta didik

mau mengemukakan pendapat, maka seluruh siswa menuliskan hasil pendapatnya dalam

buku catatan masing-masing.

Saran observer: (1) kedepannya agar guru lebih mendorong dan memotivasi siswa

untuk berani berpendapat, (2)guru menjelaskan lebih rinci permasalahan yang disajikan

sehingga lebih mudah difahami oleh siswa (3) Guru lebih memperhatikan dan menegur siswa

yang terlihat kurang aktif.

Pelaksanaan tes akhir siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2016 Dari hasil

pemeriksaan pekerjaan siswa diperoleh data bahwa dari 27 siswa terdapat 7 siswa yang

memperoleh nilai dibawah 76 yang merupakan KKM dari mata pelajaran kewirausahaan

SMKN 2 Batu dan 20 siswa yang memperoleh nilai diatas 76. Ini menunjukkan bahwa masih

terdapat 25 persen siswa yang masih memperoleh skor dibawah KKM. Berdasarkan

pengamatan kinerja presentasi siswa diperoleh gambaran bahwa terdapat 10 persen siswa

yang memiliki kategori kurang atau cukup. Ini menunjukkan bahwa masih belum semua

siswa berkategori baik atau sangat baik dalam kinerja presentasi.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

247

Berdasarkan hasil refleksi siklus 1 yaitu dari 27 siswa didapatkan perolehan skor tes

akhir siklus 1 yang masih 25 persen siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM, 10 persen

siswa yang memiliki kategori kurang atau cukup dalam kinerja presentasi, hal ini

menunjukkan bahwa penelitian belum mencapai keberhasilan, oleh karena itu penelitian

harus dilanjutkan pada siklus 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus II

Siklus kedua terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan/pengumpulan data, dan refleksi. Siklus kedua terdiri dari dari 2 kali pertemuan

yaitu pada tanggal 3 November 2016 dan tanggal 10 November 2016

Siklus II Pertemuan 1

Perencanaan

Rencana pelaksanaan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Untuk pertemuan

1 rencana yang disusun adalah sebagai berikut: Pembuatan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa serta mempersiapkan media berbentuk produk yang

berupa: dodol buah, keripik buah, sari buah, manisan buah, dan toffee buah. Pada siklus I

hanya menggunakan media permasalahan saja sehingga motivasi siswa.

Pelaksanaan Kegiatan dan Observasi

Kegiatan awal ; guru membuka pelajaran dengan memberikan salam selamat siang dan

Assalammualaikum, menanyakan kabar hari ini. Berikutnya guru memberikan pertanyaan

yang mengarah ke materi pelajaran sebelumnya mengenai materi menetapkan harga jual dan

melanjutkan ke materi yang akan dipelajari, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru

menjelaskan dengan singkat materi yang akan dibahas melalui ceramah, dilanjutkan dengan

memberikan stimulus tentang materi pentingnya menganalisis kepuasan pelanggan pada

aspek pemasaran dan cerita pengusaha olahan makanan dan minuman yang tetap bertahan

dan berkembang ketika selalu memperhatikan kepuasan pelanggan.

Selanjutnya membagi siswa kedalam 6 kelompok yang heterogen terdiri atas 4-5 orang,

guru membagikan lembaran kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok yang sudah

dibentuk sebelumnya, dan siswa mengerjakan lembar kerja yang harus didiskusikan serta

mengumpulkan data mengenai pemecahan masalah yang terkait.

Kegiatan inti, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengajukan suatu

masalah, seperti berikut.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

248

Selanjutnya siswa berdiskusi kelompok dan membahas pemecahan masalah yang

terdapat dalam lembar kerja siswa sesuai dengan petunjuk. Sebelum pelaksanaan diskusi

kelompok, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai masalah yang terdapat

dalam lembar kerja.

Dalam proses diskusi kelompok, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan

informasi yang relevan, dan mendorong siswa untuk memecahkan masalah. Guru

membimbing individu maupun kelompok untuk melaksanakan penyelidikan yang terkait

dengan masalah yang harus dipecahkan.

Pada saat diskusi, ada kelompok 3 yang mengalami kesulitan dalam memecahkan

masalah, guru mencoba untuk membantu memecahkan masalah dengan melakukan

bimbingan. Berdasarkan bimbingan yang dilakukan oleh guru nampak bahwa kelompok yang

mengalami kesulitan telah memahami maksud dari permasalahan yang ada, dan melanjutkan

diskusi dengan anggota kelompok lainnya, dan terlihat mampu memecahkan masalah.

Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya

dalam mengidentifikasi masalah kepuasan pelanggan. Dimulai dari kelompok 5 dan 6 untuk

mempresentasikan hasil diskusinya untuk membahas soal nomor 1, salah satu anggota

kelompok mulai memaparkan masalah melakukan kuisioner kepada pelanggan, selanjutnya

ada kelompok 3 memberikan tanggapan dan pertanyaan mengenai kriteria membuat

pertanyaan kepada pelanggan. Anggota kelompok 6 memberikan jawaban terkait dengan

pertanyaan yang di ajukan dan nampak antar anggota saling memberikan tambahan jawaban.

Selanjutnya presentasi dilanjutkan kelompok 3 dan 4 membahas soal nomor 2, dan kelompok

1 dan 2 membahas soal nomor 3 dan kelompok 3 membahas soal nomor 4.

Kegiatan penutup : Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan dari materi

menganalisis kepuasan pelanggan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi

pembelajaran. Dari hasil diskusi dapat di simpulkan bahwa Kepuasan pelanggan merupakan

suatu hal yang sangat penting, untuk kelangsungan usaha di masa mendatang.

Refleksi

Hasil refleksi yang dilakukan oleh observer sebagai berikut: (1) Dalam kegiatan diskusi

sebagian besar peserta didik sudah aktif dan sebagian kecil saja yang tidak aktif (2) Siswa

menyajikan hasil karyanya dalam bentuk presentasi, dan tidak semua siswa berani

mengemukakan pendapatnya dan menunggu ditunjuk baru bisa mengemukakan pendapatnya.

1. CV ESEMKA ASBIKA yang bergerak dibidang unit produksi olahan makanan dan

minuman mengalami kesulitan di dalam mengukur tingkat kepuasan pelanggan

sehingga banyak terjadi return penjualan. Salah satu meode yang digunakan untuk

mengukur tingkat kepuasan pelanggan adalah dengan Sistem Keluhan dan Saran

yaitu menggunakan kuisioner. Bagaimana cara membuat kuisioner yang baik dan

tepat untuk pelanggan (buat minimal 5 pertanyaan) ?

2. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh penilaian pelanggan terhadap produk dalam

memenuhi harapannya. Pelanggan merasa puas bila harapannya terpenuhi. Apa yang

sebenarnya yang membuat pelanggan puas. Jelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan pelanggan dibawah ini !

a. Kualitas produk :

b. Harga jual :

c. Kualitas pelayanan :

d. Faktor kemudahan :

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

249

Maka perbaikan dari hasil refleksi di atas adalah: (1) Guru lebih bisa memberikan

perhatian lebih terhadap siswa yang terlihat kurang aktif (2) Agar semua peserta didik mau

mengemukakan pendapat, maka seluruh siswa menuliskan hasil pendapatnya dalam bukunya

masing-masing

Saran observer: (1) kedepannya agar guru lebih mendorong dan memotivasi siswa

untuk berani berpendapat, (2) Guru memberikan perhatian yang lebih terhadap siswa yang

terlihat kurang aktif dan berbicara diluar konteks diskusi.

Siklus II Pertemuan 2

Perencanaan

Rencana pelaksanaan siklus II didasarkan pada hasil refleksi pertemuan 1. Untuk

pertemuan 2 rencana yang disusun adalah sebagai berikut: Pembuatan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa serta mempersiapkan media promosi berbentuk brosur

dan media online.

Pelaksanaan kegiatan dan observasi

Kegiatan awal ; guru membuka pelajaran dengan memberikan salam selamat siang dan

Assalammualaikum, menanyakan kabar hari ini, memberikan pertanyaan yang mengarah ke

materi pelajaran sebelumnya tentang menganalisis kepuasan pelanggan, dan melanjutkan ke

materi pelajaran berikutnya mengenai promosi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Guru menjelaskan dengan singkat materi yang akan dibahas melalui ceramah, dilanjutkan

dengan memberikan stimulus tentang materi promosi pada aspek pemasaran dan cerita

pengusaha yang sukses memulai usaha kecil dari promosi media online. Selanjutnya

membagi siswa kedalam 6 kelompok yang heterogen terdiri atas 4-5 orang, guru membagikan

lembaran kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok yang sudah dibentuk sebelumnya,

dan siswa mengerjakan lembar kerja yang harus didiskusikan serta mengumpulkan data

mengenai pemecahan masalah yang terkait.

Selanjutnya siswa berdiskusi kelompok dan membahas pemecahan masalah yang

terdapat dalam lembar kerja siswa sesuai dengan petunjuk. Sebelum pelaksanaan diskusi

kelompok, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai masalah yang terdapat

dalam lembar kerja.

Dalam proses diskusi kelompok, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan

informasi yang relevan, dan mendorong siswa untuk memecahkan masalah. Guru

membimbing individu maupun kelompok untuk melaksanakan penyelidikan yang terkait

dengan masalah yang harus dipecahkan.

Pada saat diskusi, ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam memecahkan

masalah, guru mencoba untuk membantu memecahkan masalah dengan melakukan

bimbingan secara terus menerus sampai siswa memahami permasalahannya.

Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya

dalam mengidentifikasi masalah promosi. Dimulai dari kelompok 1 dan kelompok 2 untuk

mempresentasikan hasil diskusinya untuk membahas soal nomor 1, salah satu anggota

kelompok mulai memaparkan masalah promosi, selanjutnya ada kelompok 4 memberikan

tanggapan dan pertanyaan mengenai promosi yang paling tepat yang ditujukan pada

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

250

kelompok 1. Anggota kelompok 2 memberikan jawaban terkait dengan pertanyaan yang di

ajukan dan nampak antar anggota saling memberikan tambahan jawaban. Selanjutnya

presentasi dilanjutkan kelompok 3 dan kelompok 4 membahas soal nomor 2, kelompok 5 dan

6 membahas soal nomor 3.

Dari pengamatan pelaksanaan diskusi dan presentasi nampak siswa sudah mulai aktif

secara keseluruhan dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan.

Kegiatan penutup : Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan dari materi promosi,

guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Dari hasil diskusi dapat

di simpulkan bahwa dalam menetapkan media promosi harus diperhitungkan cara ang efektif

dan efisien.

Refleksi

Hasil refleksi yang dilakukan oleh observer sebagai berikut: (1) Dalam kegiatan diskusi

sebagian besar peserta didik aktif dan sebagian kecil tidak aktif dalam diskusi (2) Siswa

menyajikan hasil karyanya dalam bentuk presentasi, dan tidak semua siswa berani

mengemukakan pendapatnya dan menunggu ditunjuk baru bisa mengemukakan pendapatnya

Maka perbaikan dari hasil refleksi di atas adalah: (1) Guru lebih memperhatikan,

membimbing dan menegur siswa yang terlihat kurang aktif (2) supaya semua peserta didik

mau mengemukakan pendapat, maka seluruh siswa menuliskan hasil pendapatnya dalam

buku catatan masing-masing.

Saran observer: (1) kedepannya agar guru lebih mendorong dan memotivasi siswa

untuk berani berpendapat(2) Guru lebih memperhatikan dan menegur siswa yang terlihat

kurang aktif.

Pelaksanaan tes akhir siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 November 2016 Dari hasil

pemeriksaan pekerjaan siswa diperoleh data bahwa dari 27 siswa terdapat 3 siswa yang

memperoleh nilai dibawah 76 yang merupakan KKM dari mata pelajaran kewirausahaan

SMKN 2 Batu dan 24 siswa yang memperoleh nilai diatas 76. Ini menunjukkan bahwa masih

terdapat 10 persen siswa yang masih memperoleh skor dibawah KKM. Berdasarkan

pengamatan kinerja presentasi siswa diperoleh gambaran bahwa terdapat 5 persen siswa yang

memiliki kategori kurang atau cukup. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

berkategori baik atau sangat baik dalam kinerja presentasi.

Berdasarkan hasil refleksi siklus II yaitu dari 27 siswa didapatkan perolehan skor tes

akhir siklus II ada 10 persen siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM, 5 persen siswa

yang memiliki kategori kurang atau cukup dalam kinerja presentasi, hal ini menunjukkan

bahwa penelitian sudah mencapai mencapai keberhasilan, oleh karena itu penelitian

dilakukan selasai sampai pada siklus II.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan problem based learning dapat

meningkatan hasil belajar dan kemampuan analisis siswa. Hal itu di duga dapat terjadi karena

beberapa faktor: (1) sintak problem based learnig yang merupakan pedoman penerapan

metode mampu meningkatkan kemanpuan analisis siswa, (2) model problem based learning

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

251

meningkatkan aktifitas dan mandiri siswa, (3) pada saat pembelajaran membawa siswa dalam

dunia nyata.

Hasil penelitian berbasis masalah ini sejalan dengan teori belajar menurut Bruner,yaitu

terdapat dua ciri konsep belajar pertama tentang discovery yaitu mengarahkan agar peserta

didik mandiri dalam menemukan, mengolah, memiliah dan mengembangkan, kedua teori

scodiery bahwa adanya pengulangan-pengulangan terhadap pengetahuan yang sama namun

diulang dengan pembahasan yang lebih luas dan mendalam. Teori Bruner juga

menyatakanproses pembelajaran itu mampu membantu cara belajar peserta didik yang baik,

sehingga peserta memiliki motivasi yang kuat untuk tetap semangat dalam belajar.

Memberikan kepercayaan tersendiri bagi peserta didik karena mampu menemukan,

mengolah, memilah dan mengembangkan pengetahuan sendiri, Konsep ini berpusat pada

peserta didik, dan guru hanya membantu saja.

Menurut Stepien, dkk yang dikutip I Wayan bahwa Problem basedlearning suatu

model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-

tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan

dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Dalam penerapan model problem based learning dapat memberikan respon positif bagi

siswa, karena siswa dapat saling membantu dan mengajarkan dalam memahami materi yang

diajarkan sehingga memudahkan siswa dalam menyerap materi yang diajarkan, selain itu,

respon positif dari model pembelajaran ini dapat menumbuhkan solidaritas dan

tanggungjawab siswa dalam menyelesaikan soal serta memecahkan masalah pada lembar

kerja siswa (Rabiatul, 2008)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa penerapan model

Problem Based Learning dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam

memecahkan masalah pada mata pelajaran Kewirausahaan kelas XI di SMKN 02 Batu. Hasil

penilaian pada lembar pengamatan diperoleh 95 % dikategorikan baik dan sangat baik. Dan

melalui lembar penilaian diperoleh 90 % memperoleh nilai di atas KKM.

Langkah Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning yang dapat

meningkatkan Proses dan hasil Belajar Siswa Dalam Memecahkan Masalah Pada Mata

Pelajaran Kewirausahaan meliputi; 1) Orientasi siswa kepada masalah. 2) Mengorganisasikan

siswa untuk belajar. 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. 4)

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 5) Menganalisa dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

252

Daftar Rujukan

Donan, Henri, 2013 Meningkatkan Kemampuan Dalam Membuat Motor Lsitrik Melalui

Metode Praktek Bagi Siswa Kelas VI SDN.48/Ix Sarang Burung. Prosiding seminar

Nasional TEQIP 2013. Universitas Negeri Malang.

Fadillah, Hairul N, 2013 Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Demonstrasi

Materi Konsep Energi Dan Perubahannya Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar 011

Tanah Grogot Tahun Pembelajaran 2013. Prosiding seminar Nasional TEQIP 2013.

Universitas Negeri Malang.

Jauhari, Mohamad. 2015. Menemukan Pecahan Senilai dengan Pendekatan Saintifik melalui

Metode Problem Based Learning. Prosiding Seminar Nasional TEQIP

Karokaro, Deddy. 2015. Penerapan Problem Based Learning pada Materi Dinamika dan

Masalah Kependudukan untuk Meningkatkan Keterampilan Geografi Kelas XI IIS

SMAN 6 Batam. Prosiding Seminar Nasional TEQIP

Pawartani, Transita, 2013 Penerapan Pendekatan Cooperative Think Pair Share Dengan

Media Pembelajaran Elektronik Pada Pembelajaran IPA Dalam Kegiatan On-Going

Di Kelas IV SD Inpres 13 Arfai Manokwari . Prosiding seminar Nasional TEQIP

2013. Universitas Negeri Malang.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

253

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI TENTANGAPBN DAN

APBDMELALUI MODELPEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED

LEARNING)PADA SISWA KELAS XI IPS. 3 SMAN 02 BATU

Dewa Made Sayang

Guru SMAN 02 Batu

[email protected]

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Ekonomi tentang APBN dan APBD dengan menerapkan model pembelajaran

PBL. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dilakukan 2 siklus. Penelitian ini

dilaksanakan di SMAN 02 Batu kelas XI IPS.3 dengan jumlah siswa 35 anak. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan PBL dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata kunci :peningkatan, pembelajaran PBL, hasil belajar.

Pembelajaran Ekonomi Menurut Kurikulum 2013merupakan ilmu tentang perilaku

dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan

berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi,

konsumsi, dan atau distribusi. Luasnya ilmu ekonomi dan terbatasnya waktu yang tersedia

membuat standar kompetensi dan kompetensi dasar ini dibatasi dan difokuskan kepada

fenomena empiric ekonomi yang ada disekitar peserta didik, sehingga peserta didik dapat

merekam peristiwa ekonomi yang terjadi di sekitar lingkungannya dan mengambil manfaat

untuk kehidupannya yang lebih baik

Dari rumusan tersebut terdapat tiga kegiatan ekonomi yang penting bagi manusia,

yakni produksi, konsumsi, dan distribusi. Kegiatan produksi pada hakekatnya adalah segala

usaha manusia untuk meningkatkan atau menambah nilai guna suatu barang atau

jasa.Sedangkan konsumsi merupakan kegiatan atau aktifitas untuk mengurangi nilai suatu

barang atau jasa, seperti makan, minum dan sebagainya.Distribusi merupakan kegiatan

menyalurkan barang dari produsen ke konsumen.

Tujuan mempelajari mata pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan a). Memahami sejumlah konsep ekonomi untuyk mengkaitkan peristiwa dan

masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan

individu, rumah tangga, masyarakat, dan Negara; b). Menampilkan sikap ingin tahu terhadap

sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi. c). Membentuk

sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan

ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang berfmanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga,

masyarakat, dan negara; dan d). membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-

nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun

internasional.

Mata pelajaran Ekonomi mancakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang

berfkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga

lingkungan terjauh, meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1) Perekonomian; 2).

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

254

Ketergantungan; 3). Spesialisasi dan Pembagian kerja; 4). Perkoperasian; 5). Kewirausahaan;

6). Manajemen.

Karakteristik pembelajaran mata pelajaran Ekonomi adalah:a). Mata pelajaran

Ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata; b).Mata pelajaran Ekonomi

mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan fakta secara rasional; c) Umumnya, analisis

yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode pemecahan masalah; d). Inti dari ilmu

ekonomi adalah memilih alternatif yang terbaik; dan e). Secara umum, subyek dalam

ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikro ekonomi dan

makro ekonomi.

Hasil pembelajaran pra siklus tentang pembelajaran ekonomi dijumpai kelemahan

atau hambatan-hambatan berupa: a). rendahnya minat belajar peserta didik, diantaranya dapat

dilihat dari capaian hasil belajar siswa yang rata-rata masih dibawah KKM, yaitu masih

dibawah 50% yang artinya belum mencapai ketuntasan klasikal. (b). Belum adanya media

pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. (c). Komunikasi dalam

proses pembelajaran yang masih satu arah, yaitu dari guru kepada siswa. (d). Metode

pembelajaran yang digunakan belum atau tidak relevan.

Berdasarkan kelemahan yang dijumpai pada pembelajaran tersebut maka akan dicoba

untuk meningkatkan hasil belajar siswa, melaui penggunaan metode PBL (Problem Bsed

Learning). Problem based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang

menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam

pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata

(real world). Pembelajaran ini menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”,

bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah

yang diberikan mendorong peserta didik memiliki rasa ingin tahu pada pembelajaran itu.

Terdapat 5 Stradegi penerapan model pembelajaran PBL, yaitu: (1). Permasalahan sebagai

kajian. (2). Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman. (3). Permasalahan sebagai contoh.

(4). Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses. (5). Permasalahan sebagai

stimulus aktivitas autentik.

Tujuan dan hasil PBL adalah: (1). Keterampilan berpikir & keterampilan

memecahkan masalah untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. (2).

Pemodelan peranan orang dewasa. Bentuk pembelajaran berbasis masalah menjembatani gap

antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas praksis yang dijumpai di luar

sekolah.Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan :(a) mendorong

kerjasama dalam menyelesaikan tugas; (b) memiliki elemen-elemen magang. Hal ini

mendorong peserta didik secara bertahap memiliki peran dari yang diamatinya; (c)

melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, shg dapat menjelaskan

fenomena dunia nyata. (3). Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning).Pembelajaran

berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus

dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh di bawah bimbingan guru.

Kelebihan PBL adalah (1)Akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang

belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang

dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin

bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didikberhadapan dengan situasi di mana konsep

diterapkan. (2) Peserta didik dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

255

simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.(3)Model ini dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam

bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam

bekerja kelompok.

Adapun langkah-langkah dalam PBL adalah (1).Konsep Dasar (Basic Concept)Fasilitator

memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran

tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan

mendapatkan „peta‟ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. (2).Pendefinisian Masalah

(Defining the Problem)Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau

permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua

anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara

bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat (3). Pembelajaran

Mandiri (Self Learning). Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelasisu yang

sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapatdalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di

perpustakaan,halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi

memiliki dua tujuan utama, yaitu: (a) agar peserta didik mencari informasi dan

mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di

kelas, dan (b) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan

informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami. (4). Pertukaran Pengetahuan

(Exchange knowledge). Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi

dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik

berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi

dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara

peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.(5).

Penilaian (Assessment). Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek

pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap

penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan

dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan

laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran,

baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.Penilaian

dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan

sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan

pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester

(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari

penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan

perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada

penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama

dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut

ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian

dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-

pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu

tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL

dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment. Self-assessment

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

256

merupakan penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan

hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar

itu sendiri dalam belajar.Sedangkan Peer-assessment adalah penilaian di mana pebelajar

berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas

yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Yusuf (2015), Yuniarti (2015) dan Ponco

(2015). Penelitian pertama dilakukan oleh Yusuf (2015), dengan judul Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Mind

Mapping (Peta Pikiran) pada Materi Indeks Harga dan Inflasi Kelas XI IIS SMA Negeri 1

Kertek Wonosobo Tahun Pelajaran 2015/2016, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada

peningkatan hasil belajar setelah perlakuan dengan Model PBL dengan Strategi Mind

Mapping dilihat dari rata-rata nilai pre-test yaitu 55,30 dan post-test sebesar 80,35 ,pada kelas

eksperimen. Selain itu juga menunjukkan adanya perbedaan hasil rata-rata nilai post-test

kelas eksperimen sebesar 80,35 lebih tinggi dibandingkan post-test kelas control sebesar

74,88. Penelitian kedua dilakukan oleh Yuniarti (2015), dengan judul Peningkatan

Kemampuan Analisis Pokok Bahasan Masalah Ekonomi dengan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) siswa SMA Negeri 1 Bandongan Kabupaten Magelang

(Studi Pada Siswa Kelas X IIS 1 Tahun Pelajaran 2014/2015), hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa dari analisis data penelitian tersebut bahwa Model Pembelajaran PBL

terbukti dapat meningkatkan kemampuan analisis serta aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Kemampuan analisis dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mengalami

peningkatan, itu berarti akan berpengaruh pada hasil belajar yang meningkat pula. Penelitian

ketiga dilakukan oleh Ponco ( 2015, dengan judul Efektivitas Metode Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Pasar Modal

Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Bangsri Tahun Pelajaran 2014/2015, hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa penerapan metode Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada kompetensi pasar modal. Kelas eksperimen yang mendapat perlakuan

dengan penerapan metode Problem Based Learning memperoleh hasil belajar lebih tingi

daripada kelas control yang menggunakan metode konvensional.

Dari ketiga hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

PBL (Prolem Base Learning) ini efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan meningkatkan proses dan hasil belajar siswadengan

menggunakan model pembelajaran PBL materi APBN dan APBD, karena itu penelitian ini

tergolong pada penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

tindakan kelas dengan tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan

refleksi.Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun rencana pembelajaran model PBL

untuk membantu siswa mengkonstruksi materi APBN dan APBD. Tahap pelaksanaan

pembelajaran dilakukan di kelas XI IPS.3 SMAN 02 Batu dengan jumlah peserta didik 35

orang, yang terdiri dari 17 laki-laki dan 18 perempuan mulai bulan Oktober 2016 sampai

November 2016. Dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus dilakukan observasi yang

dibantu oleh teman sejawat, yaitu dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif, artinya

peneliti tidak melakukan penelitian sendiri, namun berkolaborasi atau bekerja sama dengan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

257

guru Ekonomi di SMA Negeri 02 Batu. Secara partisipatif bersama-sama dengan mitra,

peneliti akan melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah. Wina Sanjaya (2016: 44)

menyatakan “Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah proses pengkajian masalah

pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah

tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta

menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut”. Desain tindakan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah model Kemmis & Taggart.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri

dari2 pertemuan (@ 2 jam pelajaran x 45menit). Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal

11dan 18 Oktober 2016, sedangkan siklus kedua dilakukan pada tanggal 1 dan 3 November

2016. Setiap akhir siklus dilakukan refleksi, untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran

dan memperbaikinya untuk siklus berikutnya. Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan

disajikan pada Gambar 1.

Ya

Belum

Gambar 1 : Alur penelitian tindakan kelas

Pengumpulan data dilakukan dengan Observasi partisipatif yaitu observasi yang

dilakukan apabila observer ikut serta dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan oleh

observant. Observasi partisipasi dilakukan untuk mengetahui unjuk Aktivitas Belajar siswa

selama pengembangan tindakan dalam pembelajaran Ekonomi serta kondisi kelas saat

pembelajaran dengan menggunakan model Problem Base Learning (PBL).

Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung di kelas oleh

peneliti dan dibantu dengan 2 orang observer dari rekan peneliti yang memiliki latar

belakang yang sama dengan peneliti. Hal ini dilakukan agar observasi siswa lebih fokus.

Terdapat 3 orang observer di dalam kelas dan dari 35 (17 putra dan 18 putri) siswa dibentuk

6 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 6 siswa, sehingga 1 observer akan

bertanggung jawab mengamati 2 kelompok atau 12 siswa. Peneliti dan rekan akan berdiskusi

untuk menyamakan pemahaman agar tujuan observasi tercapai. Observasi menggunakan

lembar penilaian aktivitas siswa yang terdapat indikator-indikator Aktivitas Belajar, berikut

juga dengan pedoman penilaian agar dapat membantu dalam mengamati aktivitas belajar

siswa untuk pemberian skor kepada setiap siswa.

Ber-

hasil ?

Observasi awal

siklus perencanaan

Observasi

pelaksanaan

Refleksi dan

analisis data

Pelaksanaan

tindakan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

258

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah siswa sebagai

dasar untuk menentukan jumlah serta anggota-anggota kelompok dalam Model

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dokumentasi juga berupa data mengenai

gambaran profil sekolah, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar

Observasi Aktivitas, catatan lapangan, hasil wawancara, dan foto selama kegiatan di

sekolah.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan oleh guru Ekonomi kepada beberapa

siswa kelas XI IPS 3 sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dengan

diimplementasikannya Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).Hasil

wawancara digunakan untuk memperkuat hasil observasi selama kegiatan pembelajaran

Ekonomi dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Pra-Tindakan

Peneliti melakukan diskusi dengan guru kolabolator pada tanggal 10 Oktober 2016

untuk membahas permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran.Wawancara

dilanjutnya kepada beberapa siswa yang telah ditentukan sebelumnya sebagai perwakilan

yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah.Dari data yang dikumpulkan,

dapat dianalisis bahwa siswa kurang berpartisipasi dalam pembelajaran Ekonomi, Aktivitas

siswa dan pemanfaatan belajar kelompok belum optimal.Kurangnya inovasi model

pembelajaran dan pembelajaran yang bersifat konvensional yakni ceramah menyebabkan

kurangnya interaksi dalam pembelajaran.

Observasi Awal

Observasi awal dilakukan untuk mengamati Aktivitas Belajar Siswa dalam

pembelajaran di kelas dan memperkuat hasil wawancara. Berdasarkan observasi awal pada

tanggal 2 Oktober 2016, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan pembelajaran pada

kelas XI IPS 3 yaitu masih didominasi metode ceramah dan penugasan sehingga siswa

kurang aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut di cerminkan dengan 37,14% siswa

melakukan Aktivitas Belajar dari keseluruhan siswa di kelas XI IPS 3 sebanyak 35 siswa.

Berikut adalah rincian Aktivitas Belajar Siswa pada pembelajaran konvensional.

Perencanaan Penerapan Problem Based Learning (PBL)

Menetapkan Upaya Peningkatkan Aktivitas Belajar Siswa

Upaya dalam peningkatan Aktivitas Belajar Ekonomi Siswa kelas XI IPS 3 adalah

dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL),pada Kompetensi

DasarMenganalisis APBN dan APBD dalam pembangunan ekonomi. Pembentukan

kelompok dilakukan secara heterogen dilihat dari kemampuan siswa berdasarkan nilai

ulangan harian sebelumnya dan berdasarkan jenis kelamin.

Penyusunan Rencana Tindakan

Rancangan ini disesuaikan dengan komponen pada Model Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL).sebagai upaya untuk meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa. Adapun

penyusunan rencana tindakan yaitu: a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

disesuaikan dengan penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) b)

Membuat perangkat Media Power Point (tentang materi APBN dan APBD, lembar

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

259

pertanyaan beserta kunci jawaban). c) Membuat lembar kerja siswa d) Membuat post-test

untuk siklus pertama e) Menyusun lembar observasi untuk pengamatan Aktivitas Belajar

Siswa disesuaikan dengan indikator yang akan diamati. f) Membuat rancangan catatan

lapangan, membagi siswa secara heterogen ke dalam kelompok, yaitu kelompok 1, 2, 3, 4, 5,

dan 6, g) Membuat name tag untuk mempermudah pengamatan.

Hasil Penelitian Siklus I

Perencanaan Tindakan

Materi yang diajarkan pada siklus I adalah pada Kompetensi Dasar Menganalisis

APBN dan APBD dalam pembangunan ekonomidengan indikator: a). Menjelaskan

pengertian APBN dan asas penyusunannya, b). Mengidentifikasi fungsi dan tujuan, dan c)

Mengidentifikasi belanja Negara atau pengeluaran Negara

Pelaksanaan

Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Oktober 2016 pukul 08.30 –

10.00 WIB di kelas XI IPS 3, SMA Negeri 02 Batu. Siklus I dilakukan sebanyak 2 kali

pertemuan (4 x 45 menit) dengan kompetensi dasar menganalisis APBN dan APBD dalam

pembangunan ekonomiyang kegiatan pembelajaran berorientasi pada aktitivas belajar

siswa.Pengamatan aktivitas belajar siswa dilakukan oleh 2 observer yang mereka juga sama-

sama guru ekonomi SMA Negeri 02 Batu.

Pada kegiatan pendahuluan yang berlangsung 10 menit kegiatan yang dilakukan

adalah: a)Menyiapkan kelasagar lebih kondusif untuk proses belajar

mengajar;kerapiandankebersihanruangkelas, berdoa, presensi(absensi, kebersihan

kelas,menyiapkan media dan alatserta buku yang diperlukan).b)Peserta didik

disinggungtentang materi minggu lalu yaitu Pendapatan suatu negara kemudian

dihubungkan dengan kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan kondisi ekonomi

masyarakat sehari-hari.c)Pesertadidikditegaskankembalitentangtopikdanmenyampaikan

kompetensiyangakandicapai.d)Peserta didikdibagi menjadi enam

kelompok(kelompokI,II,III,IV,V,danVI) dan diberikan waktu untuk diskusi 30 menit.

Pada kegiatan inti yang berlangsung selama 70 menit, dengan kegiatan sebagai

berikut: a)Sebelum pesertadidikmempelajari tentang APBN, peserta didikdiberikan

apersepsi denganmenanyakantentang perbedaan antara pendapatan ansional dengan

penerimaan negara yangmerekaketahui.b)KelompokI, dan II

ditugaskanuntukmelakukankajiantentang pengertian APBN dan asas

penyusunannyamelaluibuku-buku yangtersediatermasukkeperpustakaan.c) KelompokIII,

dan IV ditugaskanuntuk melakukankajiantentang Fungsi dan tujuan APBN dalam

perekonomian melaluibuku-buku yangtersediatermasukkeperpustakaan.d) KelompokV,

dan VI ditugaskanuntuk melakukankajiantentang Sumber-sumber penerimaan Negara dan

jenis belanja negara dalam perekonomian melaluibuku-buku

yangtersediatermasukkeperpustakaan.d)Setiapkelompokharusmembuatlaporansesuaidenga

nmasalah yang dikaji.Hasilkajian itusebaiknyadidukung dengan data ataugambar-

gambaryangrelevan.e)Kelompok I, III dan V ditunjuk oleh guru untuk

mempresentasikan kajiannyakemudiankelompok II, IV, dan VI yangtidakpresentasi dapat

mengajukanpertanyaan.f)Pesertadidikdimintamenuliskanhasildiskusipadalembarkertas

kerja.g)Hasildiskusikelompokkemudian dikumpulkankepada guru.

Kegiatan penutup berlangsung 10 menit dengan egiatan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

260

a)Peserta didik dapat ditanya apakah sudah memahami materi tersebut.

b)Pesertadidikdimintauntukmengumpulkankertaskerja.

c)Gurumenutuppembelajaran mingguke-10ini dengan memberikan ringkasan

tentangmakna APBN, Fungsi dan tujuan APBN, dan Sumber penerimaan Negara dan

belanja negara. Dan mengajak berdoa semoga pembelajaran hari ini bermanfaat untuk

kita semua.

d) Peserta didik diberikan uji pemahaman materi dan tugas mandiri atau tugas kelompok

Pada 10 menit yang pertama, pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal yakni guru

membuka pelajaran dan apersepsi.Di sisni gurumemberikan beberapa pertanyaan yang

berkaitan dengan materi pelajaran sebelumnya. Guru juga menyampaikan materi yang akan

dipelajari, memberikan motivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

Selesai apersepsi siswa dikondisikan untuk menempati kursi sesuai dengan pembagian

kelompok Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL) yang sudah ditentukan

sebelumnya.

Pada saat kegiatan inti, pada 10 menit yang kedua, guru mengawali dengan

mempresentasikan media power point materi APBN dan APBD dengan disertai tanya jawab.

Beberapa siswa berani menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru,

walaupun jawabannya belum benar.

Selanjutnya guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) kepada setiap siswa,

dilanjutkan dengan menjelaskan tata cara mengerjakannya. Waktu yang digunakan untuk

mengerjakan LKS ditetapkan 20 menit. Pada saat siswa kerja kelompok, guru melakukan

pendampingan dengan keliling dari kelompok satu ke kelompok lain secara terus menerus.

Selama kegiatan diskusi seluruh siswa kelihatan sangat aktif dan sangat antusias

mengikutinya dan tidak kelihatan ada siswa yang bermain sendiri atau yang bermalas-

malasan.Namun demikian juga masih ada beberapa siswa yang agak terhambat dalam

memahami materi LKS yang dikerjakan, terutama bagi para siswa yang kategori lower. Juga

terdapat beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi LKS dan

langsung di jawab oleh guru sehingga terjadi dialog, seperti berikut ini:

1 Siswa Maaf Pak Tanya, saya belum faham cara mengerjakannya, tolong diulangi

lagi. Terima kasih.

Guru

Baik saya ulangi lagi, tolong yang lain juga memperhatikan. Cara membuat

analisis adalah dengan menuliskan nama akun yang berubah, bertambah atau

berkurang, di debit atau di kredit, dan disertai jumlahnya. Bagaimana, bisa di

fahami?

2 Siswa Permisi pak mau tanya, transaksi tanggal 8 Desember itu membeli tanah atau

membangun gedung? Terus analisisnya bagaimana pak?

Guru

Silahkan yang lain juga memperhatikan transaksi tanggal 8, itu adalah

transaksi pembelian tanah. Jadi analisisnya adalah (para siswa pada

menjawab) iya benar.

3 Siswa Pak mohon maaf, setelah saya jumlahkan hasilnya kok tidak sama?

Guru

Coba di cek kembali, sepertinya masih ada yang belum tepat. Mungkin

menulis angkanya ada yang salah atau mungkin tempat debit dan kredit

terbalik.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

261

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sebelum dilaksanakannya

kuis individual. guru memberikan waktu 30 menit kepada siswa untuk mengerjakan kuis

individual sebagai post-test. Jawaban dikumpulkan kepada korektor dan dibantu dengan

observer mengkoreksi jawaban siswa, selanjutnya untuk dihitung skor peningkatan

kelompok.Sewaktu itu guru mengkondisikan siswa agar lebih kondusif dengan membahas

soal post-test.

Perhitungan selesai, maka didapat 6 kelompok super, 1 kelompok hebat, 1 kelompok baik,

dan 1 kelompok tidak mendapatkan penghargaan. Dalam hal ini semua kelompok

mendapatkan hadiah, namun untuk menentukan kelompok yang berhak mendapatkan

penghargaan maka dilihat dari skor rata-rata peningkatan yang sempurna dan pengumpulan

kekayaan terbanyak hasil permainan monopoli.

Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa secara klasikal menyimpulkan materi.guru

meyerahkan penghargaan dan motivasi kepada siswa. guru menutup pelajaran dengan

menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

3) Pengamatan

Observer selamakegiatan pembelajaran berlangsung melakukan pengamatan sambil

mengisi format pengamatan dan mencatat hasil dari yang diamati. Dari hasil pengamatan

mengenai Aktivitas Belajar Siswa yang dilakukan observer, maka diperoleh data seperti

tabel 5 berikut:

Tabel 5. Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I

No Indikator yang diamati Persentase

Aktivitas Siswa

1 Memperhatikan apa yang disampaikan guru 68,06 %

2 Bertanya dan menyampaikan pendapat pada saat kegiatan belajar

atau diskusi 53,47 %

3 Bekerja sama dengan teman satu kelompok 66,67 %

4 Membuat perencanaan dan pembagian tugas kelompok 67,36 %

5 Bertanggung jawab terhadap tugas yang telah ditetapkan dalam

kelompok

70,83 %

6 Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar

mengajar 74,31 %

7 Bertukar pendapat antar teman dalam kelompok 68,75 %

8 Memiliki kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok 68,06 %

9 Mengambil keputusan dari pertimbangan anggota 69,44 %

10 Mengerjakan kuis dengan kemampuan sendiri 67,36 %

Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa 67,43 %

(Sumber: Data primer yang diolah)

4) Refleksi

Penerapan model Cooperative Learning Tipe STAD pada siklus I belum dapat

dilaksanakan secara optimal. Hal ini karena siswa belum terbiasa dengan model

pembelajaran tersebut, sehingga Aktivitas Belajar Siswa belum muncul secara utuh.

Berdasarkan hasil tindakan siklus I, beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah:

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

262

a) Petunjuk yang jelas sehingga siswa dapat menyesuaikan diri.

b) Pengendalian guru terhadap jalannya permainan.

c) Kerja sama siswa dalam kelompok.

d) Semangat siswa dalam kelompok, seperti kepedulian dalam kesulitan masing-masing

anggota kelompok.

e) Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dengan kemampuan sendiri.

f) Aktivitas lisan (oral) siswa seperti bertanya dan menyampaikan pendapat pada saat

kegiatan belajar atau diskusi dan bertukar pendapat antar teman dalam kelompok.

Dari hasil refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, maka didapatkan

kelemahan – kelemahan dalam pelaksanaan yakni sebagai berikut:

a) Siswa yang tergabung dalam kelompok hanya memburu untuk menjalankan bidak

permainan, tanpa memperhatikan kesulitan yang di alami oleh teman sesama

kelompoknya.

b) Waktu dalam menjawab kartu-kartu adalah 1 menit dirasakan terlalu singkat.

c) Perayaan kelompok ketika berhasil menjawab pertanyaan dan memenangkan permainan

terlalu ramai, sehingga mengganggu kelompok dan kelas lain.

Usaha yang dilakukan untuk perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a) Memberikan petunjuk yang jelas pada siswa terkait konsep pembelajaran.

b) Memotivasi siswa untuk lebih berperan aktif dalam mengerjakan tugas kelompok.

c) Memberikan pemahaman orientasi permainan bukan sekedar mengumpulkan kekayaan

semata, tetapi lebih kepada interaksi edukatif untuk pemahaman materi.

d) Mengatur ulang waktu pengerjaan dalam menjawab kartu.

2.Pembahasan

Pelaksanaan Tindakan pada siklus I belum bisa dikatakan optimal.Dilihat dari

Aktivitas Belajar Siswa masih ada yang berbicara dengan temannya pada saat guru

mempresentasikan materi, siswa masih enggan bertanya dan menyatakan pendapat kepada

guru ataupun teman kelompoknya. Pada waktu pelaksanaan diskusi melalui permainan, siswa

kurang bekerja sama, masih mengerjakan tanggung jawab tugas sendiri tanpa mempedulikan

kesulitan antar anggota kelompok, namun pada saat pengerjaan soal post-test terlihat

beberapa siswa yang mendiskusikan jawabannya.

Evaluasi pada siklus I dilakukan untuk perbaikan pada pelaksanaan tindakan siklus

II.Perbaikan yang dilakukan adalah memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa,

memotivasi siswa untuk lebih berperan aktif dalam mengerjakan tugas kelompok,

memberikan pemahaman orientasi permainan, dan mengatur ulang waktu pengerjaan tugas

kelompok. Melalui perbaikan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XII IPS 3 SMA Negeri 02 Batu

mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20,63% yaitu dari 67,43% menjadi

88,06% . Data mengenai peningkatan Aktivitas Belajar Siswa dengan penerapan Model

Cooperative Learning Tipe STAD Berbantu Media Power Point pada Kompetensi Dasar

Siklus Akuntansai Perusahaan Jasa pada Kelas XII IPS 3 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Aktivitas Belajar Siswa Kelas XII IPS 3

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

263

No Indikator yang diamati Siklus I Siklus II Pening-

Katan

1 Memperhatikan apa yang disampaikan guru 68,06 % 94,44 % 26,38%

2 Bertanya dan menyampaikan pendapat pada saat

kegiatan belajar atau diskusi 53,47 % 81,94 % 28,47%

3 Bekerja sama dengan teman satu kelompok 66,67 % 88,19 % 21,52%

4 Membuat perencanaan dan pembagian tugas

kelompok

67,36 % 87,50 % 20,14%

5 Bertanggung jawab terhadap tugas yang telah

ditetapkan dalam kelompok 70,83 % 86,81 % 15,98%

6 Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam

kegiatan belajar mengajar 74,31 % 90,97 % 16,66%

7 Bertukar pendapat antar teman dalam kelompok 68,75 % 84,72 % 15,97%

8 Memiliki kepedulian terhadap kesulitan sesama

anggota kelompok 68,06 % 86,11 % 18,05%

9 Mengambil keputusan dari pertimbangan anggota 69,44 % 86,11 % 16,67%

10 Mengerjakan kuis dengan kemampuan sendiri 67,36 % 93,75 % 26,39%

Rata-Rata Aktivitas Belajar 67,43 % 88,06 % 20,63%

(Sumber: Data primer yang diolah)

Dari tabel diatas, Aktivitas Belajar Siswa dengan penerapan Model Cooperative

Learning Tipe STAD Berbantu Media Power Point pada Kompetensi Dasar Siklus

Akuntansai Perusahaan Jasa pada Kelas XII IPS 3 mengalami peningkatan, data peningkatan

dapat dilihat melalui grafik sebagai berikut:

Gambar 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

(Sumber: Data primer yang diolah)

Berdasarkan data diatas, Aktivitas Belajar Siswa mengalami peningkatan pada siklus

II. Siswa yang memperhatikan apa yang disampaikan guru sebesar 68,06% pada siklus I

menjadi 94,44% pada siklus II, siswa yang bertanya dan menyampaikan pendapat pada saat

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

68 , 06

47 , 53

66 , 67 67 36 , 83 70 , , 31 74

68 , 75 06 , 68 69 , 44 , 67 36

94 44 ,

, 81 94 88 19 , 5 , 87 81 , 86 97 , 90

84 72 , , 11 86 11 , 86

75 , 93

P e r s e n t a s e

Indikator Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Siklus I

Siklus II

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

264

kegiatan belajar atau diskusi sebesar 53,47% pada siklus I menjadi 81,94% pada siklus II,

siswa yang bekerja sama dengan teman satu kelompok sebesar 66,67% pada siklus I menjadi

88,19% pada siklus II, siswa yang membuat perencanaan dan pembagian tugas kelompok

sebesar 67,36% pada siklus I menjadi 87,50% pada siklus II, siswa yang bertanggung jawab

tehadap tugas yang telah ditetapkan dalam kelompok sebesar 70,83% pada siklus I menjadi

86,81% pada siklus II, siswa yang mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kegiatan

belajar mengajar sebesar 74,31% pada siklus I menjadi 90,97% pada siklus II, siswa yang

bertukar pendapat antar teman dalam kelompok sebesar 68,75% pada siklus I menjadi

84,72% pada siklus II, siswa yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota

kelompok sebesar 68,06% pada siklus I menjadi 86,11% pada siklus II, siswa yang

mengambil keputusan dari pertimbangan anggota sebesar 69,44% pada siklus I menjadi

86,11% pada siklus II, siswa yang mengerjakan kuis dengan kemampuan sendiri sebesar

67,36% pada siklus I menjadi 93,75% pada siklus II.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan Aktivitas Belajar

dengan penerapan model Cooperative Learning Tipe STAD Berbantu Media Power Point.

Hal ini ditunjukkan pada Aktivitas siswa sebelum menggunakan model Cooperative Learning

Tipe STAD Berbantu Media Power Point sebesar 39,31%, pada pelaksanaan tindakan siklus I

Aktivitas Belajar meningkat menjadi 67,43%, dan selanjutnya pada pelaksanaan tindakan

siklus II meningkat menjadi 88,06%. Peningkatan tersebut sudah mencapai indikator

keberhasilan yang diharapkan yaitu 75% dari jumlah siswa dalam satu kelas telah aktif

selama pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning Tipe STAD.

Hasil penelitian ini membuktikan hipotesis tindakan bahwa Penerapan Model

Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Berbantu Media

Power Point dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Akonomi Siswa Kelas XII IPS 3 SMA

Negeri 02 Batu Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang

disampaikan Isjoni (2010: 74) bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah

satu tipe kooperatif yang menekankan pembelajaran pada adanya aktivitas dan interaksi

diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Model Cooperative Learning Tipe STAD menekankan pengelompokan secara

heterogen sehingga mengupayakan siswa untuk mengajarkan sesuatu dengan baik kepada

siswa lainnya pada waktu yang bersamaan. Adanya diskusi akan tercipta interaksi edukatif,

serta dengan penghargaan dalam metode ini dapat meningkatkan peran serta dan aktivitas

siswa karena masing-masing kelompok termotivasi untuk mendapatkan penghargaan.

Dukungan media pembelajaran monopoli yang dapat membantu siswa dalam membangkitkan

minat dan motivasi siswa yang selanjutnya siswa akan melakukan Aktivitas Belajar.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru dan siswa setelah tindakan,

guru berpendapat bahwa model Cooperative Learning Tipe STAD Berbantu Media Power

Point dapat meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa karena membuat siswa dinamis dalam

belajar. Tanggapan beberapa siswa bahwa mereka menjadi lebih mudah memahami materi

yang diberikan karena disajikan melalui permainan dan diselesaikan bersama teman

kelompoknya yang saling membantu.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

265

Kesimpulan

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) Berbantu Media Power Point dapat meningkatkan Aktivitas Belajar Akonomi pada

kompetensi dasar Menyusun Rekonsiliasi Bank Siswa Kelas XII IPS 3 SMA Negeri 02 Batu

Tahun Pelajaran 2016/2017. Aktivitas Belajar Siswa secara umum mengalami peningkatan

pada siklus I dan siklus II. Sebelum menggunakan Model Cooperative Learning

Daftar Rujukan

Ponco, W. W. 2015,Efektivitas Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Pasar Modal Siswa Kelas XI IPS SMA

Negeri 1 Bangsri Tahun Pelajaran 2014/2015, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang.lib.unnes.ac.id/22552/ 1/7101411330-s. pdf,

diunduh tanggal 8 Oktober 2016 pukul 12.35.WIB.

Yuniarti, T. 2015, Peningkatan Kemampuan Analisis Pokok Bahasan Masalah Ekonomi

dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa SMA Negeri 1

Bandongan Kabupaten Magelang (Studi Pada Siswa Kelas X IIS 1 Tahun Pelajaran

2014/2015, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang. library.um.ac.id/free…/ pembelajaran.doc.pdf, diunduh tanggal 8 Oktober

2016 pukul 10.30. WIB.

Yusuf, R. U. 2015, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based

Learning (PBL) dengan Strategi Mind Mapping (Peta Pikiran) pada Materi Indeks

Harga dan Inflasi Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo Tahun Pelajaran

2015/2016, Jurusan Pendidikan Ekonomi FakultasEkonomi Universitas Negeri

Semarang. eprints.uny.ac.id/…/pasca=5Fsarjana.html.pdf,diunduh tanggal 8 Oktober

2016 pukul 10.05. WIB.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

266

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI MATERI SIKLUS AKUNTANSI

PERUSAHAAN JASA TAHAP PENCATATAN MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK(PROJECT BASED LEARNING) DI KELAS

XII IIS-1 SMA NEGERI 2 BATU TP 2016/2017

Siti Wahyu Hidayati

Guru Ekonomi SMA Negeri 2 Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Ekonomi materi Akuntansi tahap pencatatan melalui pembelajaran berbasis

proyek(Project Based Learning) dengan langkah-langkah yang meliputi: (1) Penentuan

Pertanyaan Mendasar, (2) Mendesain Perencanaan Proyek, (3) Menyusun Jadwal, (4)

Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek,(5) Menguji Hasil,(6) Mengevaluasi

Pengalaman.Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

dilakukan dalam 2 siklus. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Batu kelas XI IIS-1

dengan jumlah siswa sebanyak 36 anak.Langkah-langkah yang dilakukan secara runtut

yaitu penjelasan materi, diskusi kelompok, dan menyusun laporan siklus akuntansi.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek terdapat

peningkatan hasil belajar siswa dari Siklus 1 ke Siklus 2.Siklus 1 dengan rata-rata nilai

89.3.meningkat pada Siklus 2 menjadi 95.1.

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), Peningkatan Hasil

Belajar, Siklus akuntansi tahap pencatatan

Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir,

penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses

pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa

yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting

sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta

perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan.

Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di

bidang pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis

dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Dalam realita

pendidikan yang ada di sekolah, guru berperan penting dalam implementasi Kurikulum 2013

melalui proses belajar mengajar di kelas. Kegiatan pengajaran merupakan salah satu faktor

keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Pola umum kegiatan pengajaran adalah

terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya.Guru

yang mengajar, anak didik yang belajar.Maka guru adalah orang yang menciptakan

lingkungan belajar bagi kepentingan anak didik (Bahri, 2010:114).Upaya Peningkatan

kualitas pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Sebagai pelaksana pendidikan di

lapangan guru terus berupaya meningkatkan hasil belajar siswa, karena keberhasilan siswa di

sekolah akan memberikan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi guru. Keberhasilan

belajar siswa di sekolah menjadi salah satu tujuan guru dalam melak-sanakan pembelajaran.

Segala upaya akan dilakukan guru agar pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan

sehingga akan meningkatkan hasil belajarnya (Ruslah, 2015).

Berdasarkan hasil identifikasi yang ada pada siswa Kelas XII IIS-1 pada saat observasi

awal, terdapat sejumlah masalah antara lain: (1) Siswa memperoleh nilai dibawah KKM lebih

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

267

dari 50%, (2) Kegiatan pembelajaran sering di dominasi oleh guru, sehingga siswa kurang

dalam mengembangkan materi, (3) Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat, (4)

Pemilihan media yang kurang tepat mengakibatkan proses pembelajaran kurang maksimal, (5)

Siswa belum mempelajari akuntansi pada jenjang sebelumnyat. Oleh karena itu, disini guru

berperan penting dalam tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik dengan mengatasi

masalah-masalah tersebut.

Dalam hal ini guru kelas akan mengobati masalah-masalah yang ada pada kelas XII

IIS-1 dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yang berlaku pada Kurikulum

2013 yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Proyek(Project

Based Learning) pada materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Tahap Pencatatan.

Menurut Nanang dan Cucu (2009: 30) model pembelajaran Project Based Learning

adalah pendekatan pembelajaran yang memperkenankan peserta didik untuk bekerja mandiri

dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk

nyata.Sedangkan menurut Menurut Made (2014: 144) model pembelajaran Project Based

Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk

mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek.Dari pengertian diatas,

Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning)sangat cocok diterapkan dalam materi

akuntansi khususnya pada materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Tahap Pencatatan. Guru

dalam hal ini menginstruksikan kepada siswa untuk memposisikan siswa sebagai manajer

sebuah perusahaan jasa dan mengelola perusahaannya sendiri melalui pencatatan akuntansi

yang dilakukan dengan benar. Dengan pernyataan dari guru seperti ini, siswa akan termotivasi

dalam mengelola perusahaannya dengan melakukan pencatatan dengan benar dan akhirnya

akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun kelebihan dan kelemahan model

pembelajaran Pembelajaran Berbasis Proyek (PJBL) sebagai berikut.Kelebihan model PJBL

adalah: (1) meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar, (2) meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah, (3) membuat siswa menjadi lebih aktif, (4) meningkatkan kolaborasi, (5)

membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga siswa maupun guru menikmati

proses pembelajaran. Sedangkan kelemahan model PJBL adalah: (1) guru yang memiliki

kelemahan dalam penelitian atau percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami

kesulitan, (2) kemungkinan adanya siswa yang kurang aktif dalam bekerja jika dibentuk

kelompok, (3) membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan proyek tersebut.

Model pembelajaran berbasis proyek pada penerapannya melalui tahap-tahap: (1)

Penentuan Pertanyaan Mendasar, (2) Mendesain Perencanaan Proyek, (3) Menyusun

Jadwal,(4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek,(5) Menguji Hasil, (6)

Mengevaluasi Pengalaman. Pada penerapannya dalam pembelajaran guru dan siswa dapat

bekerja sama mendesain proyek, merancang perencanaan proyek dan menyusun jadwal.

Untuk memandu pembelajaran ini guru dapat mendesain intrumen-intrumen lembar kerja

peserta didik karena pelaksanaan pembelajarannya umumnya dilakukan sebagai tugas diluar

tatap muka kecuali pelaporan hasil proyek.Untuk penilaiannya guru harus menyiapkan

instrumen penilaian proyek. Berikut ini contoh lembar kerja pelaksanaan tugas proyek

yang akan dilakukan peserta didik.Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun

jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek, antara lain: (1) membuat jadwal untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

268

menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta

didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka

membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk

membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. Menguji hasil (assess the

outcome), penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi kemajuan

masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah

dicapai peserta didik, membantu pengajaran dalam menyusun strategi pembelajaran

berikutnya.

Kajian tentang Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PJBL) sudah dilakukan oleh

beberapa peneliti sebelumnya.

Tabel Penelitian yang relevan

No. Tahun Nama Peneliti Jenis Penelitian Judul

1. 2013 Ramadhani,

Fadilah

Kualitatif

Tindakan Kelas

Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Akuntansi Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based

Learning)

2. 2015 Lestasi, Tutik Kualitatif

Tindakan Kelas

Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar

Menyajikan Contoh-Contoh Ilustrasi dengan

Model Pembelajaran Project Based Learning

Bagi Siswa Kelas XI Multimedia SMK

Muhammadiyah Wonosari

3. 2015 Titu, Maria

Anita

Kualitatif

Tindakan Kelas

Penerapan Model Pembelajaran Project Based

Learning (PJBL)

Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Pada

Materi Konsep Masalah Ekonomi

1. Ramadhani (2013)

Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa “Penerapan

model pembelajaran berbasis proyek(Project Based Learning) terbukti dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran akuntansi pada siswa. Nilai rata-rata kelas pada mata pelajaran

akuntansi dari 72,90 dari pra-siklus menjadi 78,77 pada siklus I dan pada siklus II menjadi

87,86 dengan persentase ketuntasan siswa sebesar 61,91% pada pra siklus, 78,57% dan 100%

pada siklus II.

2. Lestari (2015)

Terdapat peningkatan hasil belajar ranah afektif siswa setelah diterapkannya Model

Pembelajaran Project Based. Pada siklus I, rata-rata persentase hasil belajar afektif sebesar

68,71%. Persentase tersebut meningkat pada siklus II yaitu sebesar 83,22%.

Terdapat peningkatan hasil belajar ranah psikomotorik siswa setelah diterapkannya

Model Pembelajaran Project Based Learning. Pada siklus I, rata-rata persentase peningkatan

hasil belajar psikomotorik sebesar 70,00%. Persentase tersebut meningkat pada siklus II

menjadi 86,85%. Sedangkan hasil psikomotorik kelompok pada siklus I rata-rata presentase

hasil belajar psikomotorik secara kelompok adalah 75,66% dan meningkat pada siklus II

menjadi 84,33%.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

269

3. Titu (2015)

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Project

Based Learning (PJBL) merupakan salah satu model yang mampu mendukung pelaksanaan

pendidikan pada konsep masalah ekonomi karena PJBL mendukung pelaksanaan pendidikan

pada konsep masalah ekonomi karena PJBL mendukung penerapan pembelajaran kehidupan

nyata dan pengalaman (real life and experiental learning) sehingga pendidikan masalah

ekonomi bisa berjalan dengan efektif.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan dalam

dua siklus. Setiap siklus terdapat empat kegiatan: perencanaan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan, dan refleksi.Penelitian ini mendeskripsikan model Pembelajaran Berbasis

Proyek (PJBL) dengan materi siklus akuntansi perusahaan jasa tahap pencatatan yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, karena itu penelitian ini tergolong pada penelitian

kualitatif.Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun rencana pembelajaran yang

mengacu pada sintak pelaporan dan dilanjutkan dengan mengembangkan media berupa

lembar kerja siswa untuk membantu siswa mengkonstruksi materi jurnal umum. Tahap

pelaksanaan pembelajaran dilakukan di kelas XII IIS-1 di SMA Negeri 2 Kota Batu dengan

jumlah siswa 36 siswa, yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 22 perempuan, namun ada 1

siswa laki-laki di kelas XII IIS-1 ini yang pada waktu kegiatan penelitian tidak masuk

sekolah, sehingga rata-rata nilai yang digunakan menjadi 35 siswa, alasan mengapa memilih

subjek penelitian di kelas XII IIS-1 dilandasi oleh alasan karena timbulnya permasalahan

yang ada pada kelas yang bersangkutan yaitu, kualitas belajar siswa yang masih terbilang

rendah, yang dinilai dari proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada saat observasi

awal. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai

November 2016. Dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus dilakukan observasi yang

dibantu oleh teman sejawat (observer).Objek penelitian ini adalah untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran akuntansi melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek

(Project Based Learning). Kualitas pembelajaran dapat dinilai dengan aspek proses

pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus pertama dilakukan

pada tanggal 13 s/d 27 Oktober 2016 yang terdiri dari 3 kali pertemuan dan siklus kedua

dilakukan pada tanggal 10 s/ d 24 November 2016 yang terdiri 1 kali pertemuan yang

memuat evaluasi siswa. Setiap akhir siklus dilakukan refleksi, untuk mengevaluasi

pelaksanaan pembelajaran dan memperbaikinya untuk siklus berikutnya.

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yaitu instrumen perlakuan dan

instrumen pengukuran.Instrumen pengukuran terdiri dari RPP dan Skenario

Pembelajaran.Sedangkan intrumen perlakuan yakni menggunakan pedoman lembar hasil

belajar siswa yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa, lembar

pengamatan, dan catatan lapangan.Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan dan

disajikan pada Gambar 1 berikut.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan

Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

270

Gambar 1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas

HASIL

1. Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dari lembar kerja siswa yang dilaksanakan pada

Siklus 1 dan Siklus 2.

Tabel Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan 2

Siklus Siklus 1 Siklus 2

Nilai (35 siswa) 89.3% 95.1%

Berdasarkan tabel persentase hasil

Planning

Reflection

Observation

Action Siklus 1

Planning

Reflection

Observation

Action Siklus 2

Berhasil

Kesimpulan

(Penyusunan Laporan)

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

271

belajar siswa pada siklus 1 dan 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1

diketahui bahwa hasil belajar siswa sebesar 89.52%, sedangkan untuk hasil belajar siswa

pada siklus 2 sebesar 95,1% yang keduanya masuk dalam kategori sangat baik. Sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 ke

siklus 2. Meskipun hasil kedua siklus sudah diatas KKM yang ditentukan yaitu sebesar 75,

akan tetapi pada Siklus 1 terdapat 15% dari 35 siswa yang hasil belajarnya masih belum

tuntas yang berarti ada 6 anak yang nilainya masih dibawah KKM. Ini yang akan menjadi

perbaikan oleh guru selaku peneliti untuk hasil siklus 2 yang lebih baik lagi.

PEMBAHASAN

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning)Dapat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa padaMateri Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Tahap

Pencatatan di Kelas XII IIS-1 SMA Negeri 2 Batu TP 2016/2017.

Deskripsi Pembelajaran Siklus 1

Siklus 1 terdiri atas 3 kali pertemuan yang disetiap pertemuannya meliputi materi

yang berbeda-beda dalam siklus akuntansi perusahaan jasa dan disetiap pertemuan ada hasil

tugas proyek siswa untuk dijadikan sebagai nilai yang akan dirata-rata pada akhir siklus 1.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dideskripsikan sebagai berikut.

Siklus 1 pertemuan 1

Pembelajaran diawali dengan mengondisikan siswa di dalam kelas dengan

memberikan motivasi dansemangat untuk mengikuti pelajaran ekonomi. Selanjutnya guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan model pembelajaran yaitu Pembelajaran Berbasis

Proyek yang akan diterapkan pada materi akuntansi kali ini. Dalam pertemuan 1 ini guru

menginstruksikan kepada setiap siswa agar setiap siswa memposisikan sebagai manajer

sebuah perusahaan jasa yang akan mengelola perusahaannya sendiri dengan baik. Disinilah

letak esensi model PJBL ini dimana siswa terlibat dalam sebuah proyek yang

direncanakannya sendiri, sehingga dari 35 siswa yang ada di kelas XII IIS-1 mempunyai

transaksi yang berbeda-beda untuk diselesaikan dalam tahap pencatatan akuntansi

perusahaan jasa. Pada pertemuan 1 ini, materi yang dibahas adalah pencatatan dalam Jurnal

Umum.

Siklus 1 pertemuan 2

Pembelajaran pada pertemuan 2 ini langkahnya hampir sama dengan pertemuan 1

namun pada pertemuan 2 ini melanjutkan pencatatan yang dilaksanakan pada pertemuan 1

yaitu memposting Jurnal Umum ke dalam Buku Besar.

Siklus 1 pertemuan 3

Pada pertemuan 3 ini materi yang akan dibahas adalah melakukan rekapitulasi saldo

Buku Besar ke dalam Neraca Saldo yang merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya

yaitu posting Buku Besar.

Hasil yang ditunjukkan pada siklus 1, rata-rata nilai yang diperoleh berdasarkan hasil

kerja pencatatan siswa disetiap pertemuan menunjukkan bahwa dari 3 pertemuan pada siklus

1 menunjukkan nilai 89,3 dari 35 siswa. Hasil yang sudah terbilang tinggi, namun terdapat

15% siswa dari total 35 siswa yang nilainya masih dibawah KKM yaitu sebanyak 6 siswa.

Hal yang diharapkan oleh penulis adalah semua siswa nilainya berada di atas KKM, ini

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

272

berarti menandakan masih ada kekurangan-kekurangan pada siklus 1 sehingga kekurangan

tersebut harus dibenahi kembali agar pada siklus 2 hasil yang diperoleh dengan maksimal.

Siklus 2 pertemuan 1

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 di siklus 2 ini siswa diberikan evaluasi oleh

guru. Sebelumnya di siklus 1, masing-masing siswa membuat transaksi sendiri seolah-olah

mereka merupakan manajer pada suatu perusahaan jasa, namun pada siklus 2 ini siswa

diberikan transaksi yang berbeda dari guru yang sekaligus sebagai peneliti dan siswa harus

menyelesaikan transaksi tersebut mulai dari Jurnal Umum, Buku Besar, hingga Neraca Saldo

dalam 1 pertemuan. Di siklus 1 siswa telah dilatih untuk menyelesaikan transaksinya sendiri

yang otomatis di siklus 2 ini diharapkan siswa dapat lancar mengerjakan evaluasi dari guru.

Hasil yang ditunjukkan pada siklus 2 ini, menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang

didapatkan oleh 35 siswa adalah 95,1. Terjadi peningkatan rata-rata nilai hasil belajar dari

siklus 1 ke siklus 2. Tidak hanya itu, sebelumnya pada siklus 1 terdapat 6 siswa yang nilainya

masih berada di bawah KKM, sedangkan pada siklus 2 ini seluruh siswa (35 siswa) nilainya

berada diatas KKM.

Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 terbukti menunjukkan bahwa

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning)dapat

meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas XII IIS-1 SMA Negeri 2 Batu TP 2016/2017.

Peningkatan tersebut tentunya dilandasi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah

kelebihan dari Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PJBL) itu sendiri yang tercantum pada

buku karangan Suparlan (2015), dalam teori pembelajaran berbasis proyek disebutkan bahwa

kelebihannya adalah model ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar,

membuat siswa menjadi lebih aktif, membuat suasana belajar menjadi menyenangkan

sehingga siswa maupun guru menikmati proses pembelajaran. Pada dasarnya materi

akuntansi merupakan materi yang paling cocok untuk menggunakan model pembelajaran

berbasis proyek karena memang pada materi akuntansi siswa dituntut untuk mempraktekkan

menghitung keuangan suatu perusahaan secara rinci hingga akhir periode perusahaan tersebut

beroperasi. Dengan kelebihan model PJBL, kegiatan pembelajaran akan terasa menarik untuk

diikuti sehingga dengan iklim yang menarik dan menyenangkan tersebut dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Faktor yang kedua adalah motivasi kepada siswa, peneliti dalam hal ini

guru kelas dari awal pembelajaran telah menyampaikan kepada siswa bahwa siswa diminta

untuk seolah-olah menjadi manajer sebuah perusahaan jasa yang telah di dirikan oleh setiap

siswa agar siswa benar-benar menghayati model pembelajaran berbasis proyek yang

diterapkan, sehingga siswa merasa untuk lebih termotivasi menjadi manajer yang sukses

dikelas. Setiap siswa akan saling bersaing secara sehat dalam mengelola perusahaannya

sendiri yaitu dengan cara mengelola pencatatan setiap transaksi secara teliti agar tidak terjadi

kesalahan pencatatan. Dengan adanya motivasi yang sebenarnya sederhana seperti itu, efek

yang dirasakan begitu besar dan output akhirnya adalah peningkatan hasil belajar siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, analisis data, dan pembahasan penelitian yang

dilakukan di Kelas XII IIS-1 SMA Negeri 2 Batu yang bertujuan untuk mengatasi masalah-

masalah yang ada pada kelas tersebut dapat disimpulkan bahwa: (1) Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning) Dapat Meningkatkan Proses Belajar

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4

273

Siswa pada Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Tahap Pencatatan di Kelas XII IIS-1

SMA Negeri 2 Batu TP 2016/2017 Berjalan dengan Baik.(2) Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Proyek(Project Based Learning) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada

Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Tahap Pencatatan di Kelas XII IIS-1 SMA Negeri

2 Batu TP 2016/2017.

Dengan menerapkan perlakuan berupa model PJBL, hasil belajar rata-rata dari 35

siswa pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa tahap pencatatan di kelas XII IIS-1 TP

2016/2017 meningkat dari siklus 1 ke siklus 2, yaitu dari 89,52 menjadi 95,1 sehingga

penerapan model PJBL dalam kelas ini dapat dikatakan berhasil mengatasi masalah-masalah

yang ada.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan, saran yang dapat dikemukakan oleh

penulis adalah sebagai berikut; Bagi guru, khususnya mata pelajaran Ekonomi dapat

menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) untuk mengatasi hasil

belajar siswa. Tetapi, guru diharapkan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan,

karena tidak semua materi dapat menggunakan model ini. Materi akuntansi merupakan salah

satu materi yang sangat tepat dalam penerapan model PJBL ini.Kemudian para guru juga

disarankan untuk memberi motivasi yang lebih kepada siswa agar siswa dapat terdorong

untuk belajar dengan lebih giat. Bagi sekolah, terutama pihak kurikulum dapat

memperkenalkan dan menghimbau para guru untuk menerapkan model pembelajaran Project

Based Learning (PJBL) agar proses pembelajaran menjadi aktif. Bagi peneliti selanjutnya,

dapat menggunakan model pembelajaran PJBL ini sebagai salah satu alternatif pemecahan

masalah pendidikan yang ada di kelas dan mengembangkannya kedalam variasi-variasi yang

lain serta dapat mengurangi keterbatasan penelitian yang ada pada penelitian ini agar dapat

menjadi penelitian yang lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

Bahri, S. D. dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Huda, M.. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Lestasri, T. 2015. Peningkatan

Hasil Belajar Kompetensi Dasar Menyajikan Contoh-Contoh Ilustrasi Dengan

Model Pembelajaran Project BasedLearning Bagi Siswa Kelas XI Multimedia.

Jurnal.Yogyakarta.Universitas Negeri Yogyakarta.

Made, W. 2009. Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: suatu tinjauan konseptual

operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Nanang, H dan Cucu, S. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Suparlan, B. 2015.Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMA/SMK Mata

Pelajaran Ekonomi. Jakarta: PSDMPK-PMP.

Titu, M. A. 2015. Penerapan Model Pembelajaran ProjectBased Learning (PJBL) Untuk

Meningkatkan Kreativitas Siswa Pada Materi Konsep Masalah Ekonomi.Jurnal.

Surabaya.Universitas Negeri Surabaya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan

Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

274

Ramadhani, F. 2013. Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning). Jurnal.

Surakarta.FKIP Universitas SebelasMaret.

Ruslah. 2015. Upaya Meningkatkan Aktifitas Hasil Belajar Siswa Dalam Menentukan

KPK dan FPB Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Bantuan Media Miscin Pada

Kelas VII.Prosiding Seminar Nasional Exchangers of Experiences TEQIP 2015.31

Oktober 2015.