unud-795-1580887002-[mix] tesis.pdf
TRANSCRIPT
TESIS
PENAMBAHAN TEKNIK MANUAL THERAPY PADA
LATIHAN PENDULAR CODMAN LEBIH
MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI PADA
SENDI GLENOHUMERAL PENDERITA FROZEN
SHOULDER
JOHANES SURYA SALIM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
TESIS
PENAMBAHAN TEKNIK MANUAL THERAPY PADA
LATIHAN PENDULAR CODMAN LEBIH
MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI PADA
SENDI GLENOHUMERAL PENDERITA FROZEN
SHOULDER
JOHANES SURYA SALIM
NIM: 1190361037
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
KONSENTRASI FISIOTERAPI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
ii
PENAMBAHAN TEKNIK MANUAL THERAPY PADA
LATIHAN PENDULAR CODMAN LEBIH
MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI PADA
SENDI GLENOHUMERAL PENDERITA FROZEN
SHOULDER
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olah Raga – Konsentrasi Fisioterapi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
JOHANES SURYA SALIM
NIM: 1190361037
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
KONSENTRASI FISIOTERAPI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
iii
Lembar Pengesahan
iv
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 2 Oktober 2013
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No.: 1815/UN.14.4/HK/2013, Tanggal 25 September 2013
Ketua : Prof.Dr.dr.J.Alex Pangkahila,MSc,Sp.And
Anggota :
1. Sugijanto, Dipl.PT, M.Fis
2. Prof. Dr.dr. K.Tirtayasa,MS. AIF
3. Prof. Dr.dr Bagiada
4. Prof. Dr.dr Adiputra
v
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS UDAYANA
Kampus Bukit Jimbaran
Telepon (0361) 701812, 701954, 703138, 703139, Fax.(0361)-701907, 702442
Laman: www.Unud.ac.id
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Johanes Surya Salim
Nim : 1190361037
Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi
Judul tesis : Penambahan Teknik Manual Therapy Pada Latihan Pendular
Codman Lebih Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Pada
Sendi Glenohumeral Penderita Frozen Shoulder
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini , maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 02 Oktober 2013
Pembuat Pernyataan,
(Johanes Surya Salim)
NIM: 1190361037
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji sukur pada Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga penulis di beri kesehatan serta kemampuan untuk
menyelesaikan tesis ini.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Prof.Dr.dr. J.Alex Pangkahila,MSc,Sp.And sebagai
Pembimbing pertama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,
semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program Magister,
khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih pula yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada Sugijanto S.Ft, M.FIS sebagai pembimbing kedua yang
dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran
kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. DR.
dr. Ketut Suastika, Sp.PD, KEMD yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di
Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur
Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka
Sudewi, Sp.S (K) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada ketua Yayasan, direktur
khususnya pak Harijun, S.Pd, S.ST.Ft, M.Fis, Ketua Jurusan Fisioterapi Poltekkes Dr
Rusdi Medan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan program Magister.
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof.
Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And, Ketua Program Studi Magister Fisiologi
Olahraga. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Para Penguji Tesis,
yaitu Prof. dr.Ketut Tirtayasa,MS,AIF. Prof.dr. Nyoman Agus Bagiada,
Prof.DR.dr.N.Adiputra, M.OH yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan,
dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
disertai penghargaan kepada seluruh dosen yang telah mengajar dan membimbing
penulis selama menempuh pendidikan di Program Pascasarjana. Juga penulis
ucapkan terima kasih kepada mama dan papa yang telah mengasuh dan
membesarkan penulis, serta para Saudara Kapusin yang telah memberikan dasar-
dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk
berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada isteri
tercinta Agustina Khoman, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan
kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada team fisioterapi klinik Sriwijaya
Medan yang telah mendukung penelitian sehingga tesis dapat terwujud seperti ini.
Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, khususnya teman-teman
seangkatan serta kepada Natalia, Ahren J.Cody dan kerabat penulis.
vii
ABSTRAK
PENAMBAHAN TEKNIK MANUAL THERAPY PADA LATIHAN
PENDULAR CODMAN LEBIH MENINGKATKAN LINGKUP GERAK
SENDI PADA SENDI GLENOHUMERAL PENDERITA FROZEN
SHOULDER
Keterbatasan gerakan ke segala arah ciri khas dari penderita frozen shoulder,
dan banyak dijumpai di berbagai lahan praktek fisioterapi. Para fisioterapis sering
tertantang karena terapi pada penderita frozen shoulder umumnya memerlukan waktu
yang panjang untuk memperoleh aktivitas fungsional. Akhir-akhir ini Latihan
Pendular Codman diragukan efektivitasnya untuk meningkatkan ROM sendi
glenohumeral pada penderita frozen shoulder. Sebaliknya beberapa penelitian dan
studi kasus membuktikan teknik Manual Therapy efektif memperbaiki hipomobilitas
pada penderita frozen shoulder. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
efektivitas penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman
lebih meningkatkan Lingkup Gerak Sendi pada sendi glenohumeral daripada Latihan
Pendular Codman pada penderita frozen shoulder.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni dengan pre-test dan
post-test control group design. Eksperimen ini dilaksanakan di Praktek Fisioterapi,
“Sriwijaya” Medan. Sampel penelitian berjumlah 16 orang yang dibagi ke dalam 2
kelompok sampel yaitu 8 orang pada kelompok kontrol dan 8 orang pada kelompok
perlakuan. Kelompok kontrol yang diberikan intervensi Latihan Pendular Codman
dan kelompok perlakuan yang diberikan teknik Manual Therapy dan Latihan
Pendular Codman. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
goniometer, dimana goniometer digunakan untuk mengukur lingkup gerak fleksi,
ekstensi, abduksi, eksotorotasi dan endorotasi baik sebelum intervensi maupun
sesudah intervensi.
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-test independent untuk
fleksi, ekstensi, abduksi, endorotasi dan uji Mann-Whitney Test untuk eksorotasi.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
rerata sesudah intervensi ROM fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi
pada sendi glenohumeral kelompok kontrol dan rerata sesudah intervensi ROM
kelompok perlakuan, dengan nilai p < 0,05. Kesimpulan: Penambahan teknik Manual
Therapy pada Latihan Pendular Codman lebih efektif meningkatkan ROM sendi
glenohumeral daripada Latihan Pendular Codman pada penderita frozen shoulder.
Peningkatan ROM sendi glenohumeral secara signifikan akan mengoptimalkan
aktivitas fungsional sendi glenohumeral.
Kata kunci : frozen shoulder, teknik Manual Therapy, Latihan Pendular Codman.
viii
ABSTRACT
THE ADDITIONOF MANUAL THERAPY TECHNIQUES ONCODMAN’S
PENDULUM EXERCISES TO INCREASE THE RANGE OF MOTION FOR
FROZENSHOULDER IN GLENOHUMERAL JOINT PATIENTS
Limitation of movement in all directions is the characteristic of patients with
frozen shoulder, and often found in various fields of physiotherapy practice.The
physiotherapist is often challenged therapy in patients with frozen shoulder; the
patient usually requires a long time to find out the best functional activity.Lately,the
effectiveness of Codman’spendulum exercises wasin doubt as a method to increase
the range of motion for frozen shoulder in glenohumeral joint patients. Instead, some
research and case studies have proven manual therapy techniques effectively repair
hipomobility in patients with frozen shoulder.This study aims to prove the
effectiveness of the addition of manual therapy techniques on Codman’s pendulum
exercises in inreasing the range of motion in patients with frozen shoulder in the
glenohumeral joint.
This study is true experimental research, the methods pre-test and post-test
control group design. The experiment was conducted in Physiotherapy Practice
“ Sriwijaya” Medan. This study sample of 16 people were divided into 2 groups, 8
people in the control group and 8 people in the treatment group. A control group
given Codman’s pendulum exercises and a treatment group who was given the
manual therapy techniques and Codman’s pendulum exercises. The measuring
instrument used for data collection was the goniometer.The goniometer was used to
measure the range of motion of flexion, extension, abduction, exorotation, and
endorotation of both pre-intervention and post-intervention.
Results of the hypothesis were gathered by using the independent t-test for
flexion, extension, abduction, endorotation, and the Mann-Whitney test for
exorotation. Hypothesis testing results showed that significant difference in post-
intervention mean of the control group and the mean of the treatment group for
Range Of Motion (ROM) of the glenohumeral joint in flexion, extension, abduction,
endorotation, exorotation, with a value of p < 0.05. Concluded : The addition of
manual therapy techniques onthe Codman’s pendulum exercise is better than just
Codman’s pendulum exercises in increasing ROM for frozen shoulder in
glenohumeral joint patients. The increased ROM of the glenohumeral joints will
significantly affect the activity of the glenohumeral joint and help it to function
optimally.
Keywords : frozen shoulder, manual therapy techniques, Codman’s pendulum
exercise.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ………………………………………………........................ i
PRASYARAT GELAR …………………………………………………….......... ii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………......................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ……………………………………….......... iv
BEBAS PLAGIAT........................... ……………………………………….......... v
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………….......... vi
ABSTRAK ………………………………………………………………….......... vii
ABSTRACT ………………………………………………………………............ viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………........... x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………........... xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….............. xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ………………………..................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….......... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………………………………….......... 8
2.1 Lingkup Gerak Sendi pada Sendi Glenohumeralis..................... 8
2.1.1 Pengertian....................................................................... 8
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ROM....................... 8
2.1.3 Keterbatasan ROM sendi glenohumeralis...................... 9
2.2 Anatomi Fungsional dan Biomekanik Sendi-sendi Bahu............ 9
2.2.1 Gerakan osteokinematika sendi Glenohumeralis.............11
2.2.2 Gerakan artrokinematika sendi Glenohumeralis..............12
2.2.3 Rotasi eksternal dan rotasi internal tulang Humerus...... 14
2.2.4 Stabilisasi statis sendi glenohumeralis............................ 14
2.2.5 Stabilisasi dinamis sendi glenohumeralis....................... 15
2.2.6 Sendi sternoclavicularis.................................................. 16
2.2.7 Sendi acromioclavicularis............................................... 17
2.2.8 Sendi scapulothoracalis.................................................. 17
2.2.9 Vascularisasi................................................................... 18
2.2.10 Sistem saraf regio bahu.................................................... 19
2.2.11 Sistem limfatik .................................................... ..........24
2.3 Frozen Shoulder.......................................................................... 25
2.3.1 Definisi........................................................................... 25
2.3.2 Fase Adhesiva capsulitis.................................................. 27
2.3.3 Frozen shoulder primer dan sekunder............................. 27
2.4 Assessment Frozen Shoulder....................................................... 29
2.4.1 Anamnesis........................................................................29
2.4.2 Inspeksi............................................................................ 29
x
2.4.3 Pemeriksaan fungsi gerak dasar....................................... 29
2.4.4 Tes khusuus .................................................................... 30
2.4.5 Palpasi.............................................................................. 30
2.4.6 Pemeriksaan medik.......................................................... 30
2.5 Analisa Problematik Fisioterapi Menurut Klasifikasi
ICF............................................................................................... 30
2.5.1 Body structur dan body function impairment.................. 30
2.5.2 Activities limitation......................................................... 32
2.5.3 Participation restrictions................................................. 33
2.6 Latihan Codman Pendular........................................................... 33
2.7 Manual Therapy.......................................................................... 34
2.7.1 Mobilisasi sendi dengan roll-glide...................................36
2.7.2 Manual lymph drainage................................................... 39
2.7.3 Red flags dalami ManualTherapy................................... 40
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS …….......... 41
3.1 Kerangka Berpikir....................................................................... 41
3.2 Konsep ........................................................................................ 44
3.3 Hipotesis...................................................................................... 45
BAB IV METODE PENELITIAN ………………………………………......... 46
4.1 Rancangan Penelitian.................................................................. 46
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 47
4.3 Penentuan Sumber Data...............................................................47
4.4 Variabel Penelitian..................................................................... 50
4.5 Definisi Operasional.................................................................... 50
4.6 Alur Penelitian............................................................................. 57
4.7 Alat Penelitian............................................................................. 58
4.8 Prosedur Penelitian...................................................................... 58
4.9 Prosedur Pengumpulan Data....................................................... 59
4.10 Analisa Data................................................................................. 60
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS............................................. 62
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian................................................... 62
5.2 Analis Deskriptif Pengukuran ROM Sendi glenohumeral...........63
5.3 Uji Nomalitas dan Uji Homogenitas............................................64
5.4 Uji Beda Hipotesis I.................................................................... 66
5.5 Uji Beda Hipotesis II................................................................... 67
5.6 Uji Beda Hipotesis III.................................................................. 68
BAB VI PEMBAHASAN………………………………………........................ 70
6.1 Karakteristik Subjek Penelitian................................................... 70
6.2 Pembahasan Hipotesis I.............................................................. 71
6.3 Pembahasan Hipotesis II............................................................. 72
6.4 Pembahasan Hipotesis III............................................................ 75
xi
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN……………………………………........... 77
7.1 Simpulan..................................................................................... 77
7.2 Saran............................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 79
LAMPIRAN.................................. ………………………………………............. 84
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Roll slide sendi glenohumeralis ............................................ 13
Tabel 2.2 Roll slide sendi sternoklavicularis ......................................... 16
Tabel 2.3 Roll slide sendi acromioklavikularis...................................... 17
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel ............................................................ 62
Tabel 5.2 Sampel Jenis kelamin ........................................................... 63
Tabel 5.3 Analisis Deskriptif Pengukuran ROM Sendi Glenohumeral... 64
Tabel 5.4 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas .................................... 65
Tabel 5.5 Uji Beda Hipotesis I ............................................................. 67
Tabel 5.6 Uji Beda Hipotesis II ............................................................ 68
Tabel 5.7 Uji Beda Hipotesis III ........................................................... 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Regio Bahu ......................................................... 10
Gambar 2.2 Sistem Vascularisasi di Regio Sendi Bahu........................ 19
Gambar 2.3 Sistem Saraf Regio Bahu................................................... 19
Gambar 2.4 Area Dermatom Regio Bahu ............................................. 20
Gambar 2.5 Area Miotom C3 ............................................................... 20
Gambar 2.6 Area Miotom C4 ............................................................... 21
Gambar 2.7 Area Miotom C5 ............................................................... 21
Gambar 2.8 Area Miotom C6 ............................................................... 21
Gambar 2.9 Area Sclerotom Ekstremitas Atas ...................................... 22
Gambar 2.10 Sistem Saraf Otonom ........................................................ 23
Gambar 2.11 Sistem Limfatik ................................................................ 24
Gambar 2.12 Sistem Limfatik Regio Bahu dan Dada .............................. 24
Gambar 3.1 Konsep Penelitian ............................................................. 45
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian ............................................. 46
Gambar 4.2 Pengukuran ROM Fleksi ................................................... 53
Gambar 4.3 Pengukuran ROM Ekstensi ............................................... 53
Gambar 4.4 Pengukuran ROM Abduksi ............................................... 54
Gambar 4.5 Pengukuran ROM Eksorotasi ............................................ 55
Gambar 4.6 Pengukuran ROM Endorotasi ............................................ 56
Gambar 4.7 Alur Penelitian ................................................................... 58
xiv
DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA
SINGKATAN
AAOMT : American Academy of Orthopedic Manual Physical Therapy
APTA : American Physical Therapy Association
BB : Berat Badan
EBP : Evidence Based Practice
ICF : International Classification of Fungtioning, Disability and Health
IMT : Indeks Massa Tubuh
LGS : Lingkup Gerak Sendi
LPP : Loose Pack Position
MLD : Manual Lymph Drainage
MLPP : Maximally Loose Pack Position
ROM : Range of Motion
SB : Simpang Baku
TB : Tinggi Badan
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Informed conscent ............................................................... 84
Lampiran 2 Data Deskriptif Subjek Penelitian ....................................... 85
Lampiran 3 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas ................................... 88
Lampiran 4 Uji Beda Hipotesis I ............................................................ 95
Lampiran 5 Uji Beda Hipotesis II ........................................................... 98
Lampiran 6 Uji Beda Hipotesis III.......................................................... 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adhesive capsulitis sendi bahu atau sering disebut frozen shoulder ialah suatu
patologi yang ditandai dengan nyeri, limitasi gerakan sendi glenohumeralis baik
secara aktif maupun pasif tanpa perubahan radiologis, kecuali adanya osteopenia atau
kalsifikasi tendonitis.
Diperkirakan penderita frozen shoulder 2% orang dewasa. Kebanyakan pada
umur di antara 40 sampai dengan 60 tahun, lebih banyak pada wanita dan individu
yang menderita penyakit hormon, penyakit immun dan penyakit sistemik. Klasifikasi
adhesive capsulitis terdiri dari primary adhesive capsulitis (idiopatik) dan secondary
adhesive capsulitis yang berhubungan dengan post trauma atau akibat penyakit
tertentu, antara lain penyakit diabetes militus (Donatelli, 2004; Durall, 2011;
Robinson et al., 2012).
Frozen shoulder terdiri dari 4 fase meliputi; Fase nyeri berlangsung 0-3 bulan;
fase beku (freezing phase) berlangsung 3-9 bulan; fase kaku (stiffness or frozen
phase) berlangsung 9-15 bulan; fase mencair (thawing) berlangsung 15-24 bulan
(Hannafin, & Chiaia, 2002).
Bermacam- macam strategi terapi telah dilakukan untuk meningkatkan fungsi
sendi di regio bahu di dalam rehabilitasi frozen shoulder. Meliputi; edukasi; obat
analgesik oral/injeksi; nerve blocks; Latihan Pendular Codman; elektroterapi; terapi
ultrasound; terapi panas; latihan peregangan; mobilisasi sendi; mobilisasi jaringan
2
lunak; latihan kekuatan; splint; injeksi cortisone; injeksi calsitonin; manipulasi dalam
pengaruh anastesia dan surgical contracture release. (Brotzman & Manske, 2011;
Kelley et al., 2009; Wies, 2005).
Latihan Pendular Codman adalah teknik terapi latihan menggerakkan sendi
glenohumeral secara pasif melalui pengaruh gravitasi gerakan pendular lengan dan
otot-otot regio sendi glenohumeralis dalam keadaan relaksasi. Latihan pendular
Codman juga merupakan distraksi dan occilasi bertujuan : untuk mengurangi nyeri;
meningkatkan nutrisi pada permukaan sendi; memperlancar mobilisasi sendi;
meningkatkan ekstensibilitas kapsul sendi glenohumeralis pada penderita frozen
shoulder (Ellsworth et al., 2006).
Beberapa peneliti membuktikan bahwa teknik-teknik fisioterapi membutuhkan
waktu yang lama dalam peningkatan aktivitas fungsional penderita frozen shoulder
berkisar antara 12 bulan sampai dengan 24 bulan. Demikian juga dari pengalaman
klinis penulis, sering para fisioterapis tertantang karena tidak dapat dengan cepat
mendapatkan hasil yang signifikan dalam pengobatan frozen shoulder ini. Banyak
pasien mengalami stres karena hasil pengobatan yang lama dan terkadang takut
kembali berobat karena adanya rasa sakit selama pengobatan fisioterapi (Griggs et
al., 2000; Tennent et al., 2003; Diercks & Stevens, 2004; Salim & Siahaan, 2011;
Watson et al., 2009).
Beberapa tahun terakhir, pengalaman klinis penulis bahwa teknik manual
therapy yang terdiri dari teknik mobilisasi sendi grade II di posisi LPP dan teknik
Manual Lymph Drainage. . Teknik Manual Therapy ini mengurangi nyeri dan
meningkatkan ROM (Range of Motion) sendi glenohumeralis pada penderita frozen
3
shoulder secara efektif, sehingga mempengaruhi aktivitas fungsional sendi
glenohumeral berfungsi optimal (Salim & Siahaan, 2011).
Clinical reasoning adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh terapis secara
bertahap, untuk memperoleh informasi tentang penyebab problem pasien. Clinical
reasoning, yang benar dibutuhkan oleh fisioterapis untuk menentukan diagnosa
fisioterapi misalnya menentukan diagnosa fisioterapi pada penderita frozen shoulder,
selanjutnya menentukan perencanaan program terapi dan intervensi fisioterapi yang
efektif (Rohstein et al., 2003; Tennent et al., 2003, Vizniak, 2010).
Evidence-based practice adalah informasi yang didapatkan fisioterapis melalui
riset klinis yang relevan dan berkualitas tinggi. Bukti-bukti (EBP) harus terpadu
dengan pengalaman klinis dan pertimbangan-pertimbangan, kepercayaan, nilai dan
kebudayaan lokal (Herbert et al., 2011).
Mobilisasi sendi terbukti efektif untuk memperbaiki imflamasi sendi kronis,
kontraktur antero superior kapsul, kontraktur antero inferior kapsul, kontraktur otot-
otot rotator cuff dan kemampuan fungsional sekaligus mengurangi nyeri pada frozen
shoulder fase kaku dan beku (Vermeulen et al., 2000; Griggs et al., 2000; Edmond,
2006).
Peregangan ringan efektif untuk perbaikan imflamasi yang bersifat kronik dan
perbaikan fibrosis pada kasus frozen shoulder (Dierchs & Stevens, 2004; Gleyze et
al., 2011 ; Salvo, 2011).
Gliding ke posterior lebih efektif dibandingkan dengan gliding ke anterior untuk
meningkatkan lingkup gerak sendi rotasi eksternal sendi glenohumeral pada
penderita frozen shoulder (Johnson et al., 2007).
4
Didukung oleh beberapa penelitian bahwa gliding ke posterior dan inferior sendi
glenohumeralis lebih efektif dibandingkan anterior gliding atau peregangan rotasi
eksternal untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi rotasi
eksternal sendi glenohumeralis. Dan juga mobilisasi/gliding dengan gerakan
ditambah gliding pada akhir gerakan efektif untuk meningkatkan ROM dan
kemampuan fungsional pada penderita frozen shoulder (Jurgel et al., 2005; Johnson
et al., 2007; Durall, 2011).
Mobilisasi sendi roll-glide efektif meningkatkan ROM sendi glenohumeral
(Yang et al., 2007; Stenvers, 2009).
Manual Lymph Drainage merupakan salah satu teknik Manual Therapy dengan
tekanan ringan yang digunakan untuk merangsang sistem limfe (Holey & Cook,
2008; Vizniak, 2010).
Efek Manual Lymph Drainage membobol stagnasi protein, berupa cytokines dan
ROM sendi glenohumeralis, meningkatkan immnunitas dan menurunkan stres
(Bunker et al., 2000; Foldi, 2005).
Latihan Pendular Codman merupakan intervensi yang sering digunakan oleh
fisioterapis untuk meningkatkan ROM penderita frozen shoulder . Beberapa literatur
dan peneliti meragukan efektivitas Latihan Pendular Codman dalam meningkatkan
ROM pada sendi glenohumeralis penderita frozen shoulder (Bukhart et al., 2003;
Jurgel et al., 2005; Kelley et al., 2009; Neumann et al, 2010).
Berdasarkan Evidence-Based Practice di atas, penulis telah mempraktekkan
penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman kepada
5
beberapa pasien frozen shoulder. Hasilnya ROM sendi glenohumeralis dan
kemampuan fungsional meningkat cepat (Salim & Siahaan, 2010).
Penulis terdorong untuk melakukan penelitian, ”Penambahan teknik Manual
Therapy pada Latihan Pendular Codman lebih meningkatkan ROM pada sendi
glenohumeral penderita frozen shoulder”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Latihan Pendular Codman dapat meningkatkan lingkup gerak sendi
pada sendi glenohumeralis penderita frozen shoulder?
2. Apakah teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman dapat
meningkatkan ROM sendi glenohumeralis penderita frozen shoulder?
3. Apakah penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular
Codman lebih efektif meningkatkan ROM sendi glenohumeralis daripada
Latihan Pendular Codman pada penderita frozen shoulder?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui efektifitas penambahan teknik Manual Therapy pada
Latihan Pendular Codman dalam meningkatkan aktivitas fungsional dan
kualitas hidup penderita frozen shoulder.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui Latihan Pendular Codman dalam meningkatkan
ROM sendi glenohumeral penderita frozen shoulder.
6
2. Untuk mengetahui teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular
Codman dalam meningkatkan ROM sendi glenohumeral penderita frozen
shoulder .
3. Untuk mengetahui penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan
Pendular Codman lebih efektif meningkatkan ROM sendi
glenohumeralis dari pada Latihan Pendular Codman pada penderita
frozen shoulder.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat akademik
1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi dan mengembangkan teori-teori yang didapat dari
perkuliahan dan Evidence-Based Practice dari para peneliti.
2. Memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan ilmu fisioterapi
yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya aplikasi
penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman untuk
meningkatkan ROM sendi glenohumeral penderita frozen shoulder.
1.4.2 Manfaat praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat mengungkapkan seberapa pengaruh
penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman
dalam meningkatkan ROM sendi glenohumeral penderita frozen
shoulder.
7
2. Dengan mengetahui hal-hal yang diteliti tersebut dapat diambil langkah-
langkah yang lebih spesifik dan efisien dalam meningkatkan ROM sendi
glenohumeralis penderita frozen shoulder, sehingga dapat mempercepat
peningkatan kemampuan fungsional penderita frozen shoulder dengan
optimal. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan penelitian
manfaat teknik Manual Therapy dan auto exercise terapi pada kasus-
kasus yang lain.
1.4.3 Bagi peneliti
1. Memperoleh satu tambahan tentang kajian manfaat penambahan teknik
Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman dalam meningkatkan
ROM sendi glenohumeralis pada penderita frozen shoulder.
2. Mendapatkan wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian,
sehingga hasil penelitian dapat menjadi dasar untuk penelitian berikutnya.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Lingkup Gerak Sendi pada Sendi Glenohumeralis
2.1.1 Pengertian
Lingkup Gerak Sendi (LGS) atau Range Of Motion (ROM) adalah gerakan
maksimal yang dapat dilakukan oleh sendi. ROM aktif merupakan aktivitas
fungsional yang diaktifkan oleh sistem neuromuskuler. ROM pasif tergantung pada
ekstensibilitas jaringan kontraktil dan jaringan non kontraktil (Kisner, 2007; Konin &
Brittaney, 2012).
ROM pada osteokinematika sendi glenohumeralis yaitu : fleksi; ekstensi;
abduksi horizontal; adduksi horizontal; rotasi internal; rotasi eksternal,abduksi,
ROM diukur dengan menggunakan alat ukur goniometer (Kisner, 2007; Magee,
2008; Boumans dan Ooy, 2009).
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ROM sendi glenohumeralis
2.1.2.1 Flexibilitas sendi glenohumeralis
Kemampuan jaringan lunak seperti otot, tendon dan jaringan ikat, bergerak
secara bebas dan tampa limitasi sejauh gerak ROM sendi glenohumeralis disebut
flexibilitas (Kisner, 2007; Konin dan Brittaney, 2012).
2.1.2.2 Struktur-struktur di regio sendi glenohumeralis
Apabila sendi glenohumeralis bergerak dari awal sampai akhir ROM, maka
struktur-struktur yang mempengaruhi ROM adalah mm rotator cuff, mm deltoid, mm
bicep, m. latisimus dorsi, m pectoralis major, m teres major ; permukaan sendi antara
9
cavitas glenoidalis dan caput humeri; kapsul sendi; ligamen-ligamen glenohumeralis
superior/tengah/inferior, ligamen coracohumeral, ligamen coracoacromial; fascia;
bursa; pembuluh darah arteri-vena, sistem limfe pada regio sendi glenohumeralis
dan saraf-saraf sendi glenohumeralis (Donatelli, 2004).
2.1.2.3 Kualitas kesehatan
Kualitas kesehatan individu dalam melakukan aktivitas dan gerakan dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut ini : umur, jenis kelamin, index massa tubuh, etnis,
penyakit, kelainan, cedera jaringan lunak yang berulang, faktor psikologis dan pola
hidup sehat (Andrews et al., 2012).
2.1.3 Keterbatasan ROM sendi glenohumeralis pada frozen shoulder
Unsur-unsur yang mempengaruhi keterbatasan ROM sendi glenohumeralis
yaitu: Kekakuan kapsul sendi; perlengketan/adhesi ligamen-ligamen; spasma otot;
kekakuan otot; kekakuan myofascia; nyeri; effusi sendi; problematik skapula ;
ganjalan di tulang (Konin & Brittaney, 2012; Burkhart et al., 2003).
2.2 Anatomi Fungsional dan Biomekanik Sendi-Sendi Bahu
Seorang fisioterapis membutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang
anatomi dan biomekanik fungsional. Kemampuan tersebut dibutuhkan oleh
fisioterapis untuk melakukan assessment atau clinical reasoning, menentukan
hipotesis, perencanaan terapi dan intervensi fisioterapi. Analisis pada gerakan sendi-
sendi bahu merupakan gerakan yang harmonis pada empat sendi; sendi
glenohumeral; sendi scapulothoracalis; sendi sternoclavicularis dan sendi
acromioclavicularis (Magee, 2008; Vizniak, 2010).
10
Gambar 2.1 Anatomi Regio Bahu
(Sumber : Netter, 2010)
11
2.2.1 Gerakan osteokinematika sendi glenohumeralis
Gerakan osteokinematika atau gerakan tulang pada sendi glenohumeralis terdiri
dari gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi eksternal dan rotasi internal.
Gerakan fleksi (1800) dan ekstensi bergerak di bidang sagital dan axis frontal.
Gerakan abduksi (1800) dan adduksi 75
0 bergerak di bidang frontal (coronal) dengan
axis bidang sagital. Gerakan rotasi internal (800-100
0) dan rotasi eksternal (90
0)
bergerak di bidang transversal dan axis vertikal.
Banyak peneliti melakukan penelitian gerakan abduksi pada bidang frontal dan
bidang scapula. Bidang scapula (scaption) adalah elevasi shoulder, 300-45
0 anterior
dari bidang frontal. Scaption ada hubungannya dengan medial tilting dari scapula
dan condong ke bidang sagital. Beberapa penulis percaya, panjang otot dan
kemampuan kontraksi (length-tension) dari otot abduktor/rotator bahu dalam
gerakan elevasi akan optimal serta significan karena bergerak pada bidang scapula
(scaption). Panjang tendon otot yang optimal di regio bahu akan memfascilitasi
kontraksi otot yang optimal. Sebaliknya jikalau otot memendek maka tegangan atau
kontraksi menjadi minimal ( Johnson et al., 2007; Magee, 2008; Gleyze et al., 2011;
Wilk et al., 2012).
Ratio gerakan abduksi-adduksi, rotasi eksternal–rotasi internal lebih tinggi kalau
bergerak dalam posisi scaption. Kemampuan otot rotator bahu (length-tension) akan
meningkat signifikan kalau berlatih di posisi scaption. Latihan pada posisi scaption
akan meningkatkan keharmonisan sendi-sendi regio bahu, diikuti oleh peningkatan
stabilitas statis dan stabilitas dinamis (Cools et al., 2007; Wilk et al., 2012).
12
Posisi scaption berintegrasi dengan resting position atau Maximally Loose Pack
Position sendi gelenohumeralis (550 abduksi, 30
0 horizontal adduksi dan sedikit
lateral rotasi). Pada posisi MLPP, akan mempengaruhi stabilitas sendi glenohumeralis
yang optimal; torsi yang minimal dari scapular; menghindari impingement; stabilitas
dinamis otot-otot regio sendi glenohumeralis; memperkecil kemungkinan trauma
regio bahu ; posisi yang terbaik untuk melakukan mobilisasi sendi regio bahu; posisi
yang terbaik untuk peregangan (streching), pemeriksaan fungsional dan penguatan
otot-otot rotator glenohumeral (Donatelli, 2004).
Pada gerakan abduksi dan elevasi, dapat diobservasi scapulohumeral rhythm
regio bahu. Gerak proporsional humerus-scapula, 2:1. Pada gerakan abduksi 1800
artinya lingkup gerak sendi sendi glenohumeral 1200, gerakan lingkup gerak sendi
scapula 600. Ada 3 fase gerakan abduksi dan elevasi; fase 1, ketika humerus 30
0
abduksi, clavicula bergerak elevasi 00 sd 15
0, dan scapula bergerak minimal; fase 2
ketika humerus bergerak 400 abduksi, scapula bergerak rotasi 20
0, clavicula 30
0-36
0
elevasi; fase 3 humerus bergerak 600 abduksi, 90
0 rotasi lateral, scapula bergerak 30
0
rotasi dan clavicula 300 elevasi, clavicula berotasi ke posterior 30
0-50
0 (Magee,
2008).
2.2.2 Gerakan artrokinematika sendi glenohumeralis
Gerakan artrokinematika adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi,
terdiri dari rolling, sliding dan rotasi. Tiga komponen tersebut berfungsi secara
harmoni pada gerakan-gerakan sendi glenohumeral yang normal di proporsi yang
tidak sama. Permukaan caput humerus yang cembung bergerak pada cavitas
glenoidalis yang cekung. Maka gerakan rolling selalu berlawanan arah dengan
13
gerakan sliding. Contoh; Pada gerakan abduksi, rolling caput humerus ke superior dan
sliding/gliding ke inferior. Dan gerakan lainnya lihat Tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
Roll-Slide sendi glenohumeralis
Gerakan dari tulang humerus Roll Slide
Fleksi (300-60
0) Anterior Posterior
Adduksi horizontal Anterior Posterior
Internal rotasi Anterior Posterior
Abduksi horizontal Posterior Anterior
External rotasi Posterior Anterior
Abduksi Superior Inferior
(Sumber : Kisner, 2007)
Gerakan abduksi 300-60
0 pada bidang scapula (scaption), caput humerus bergerak
superior 3mm, sedikit ke depan di dalam cavitas glenoidalis. Fakta ini, berindikasi
adanya gerakan rolling atau gliding. Gerakan abduksi lebih 600, humerus bergerak
minimal dan mempunyai indikasi bahwa gerakan murni rotasi atau spin (Magee,
2008).
Gerakan flexi , ekstensi, rotasi internal dan rotasi eksternal pada posisi abduksi
900, akan terjadi rotasi atau spin antara caput humerus dan fossa glenoidalis
(Neumann, 2010).
Gerakan-gerakan artrokinematika akan efektif jika interaksi stabilisasi statis dan
dinamis bekerja secara harmonis. Pada gerakan di posisi MLPP atau LPP,
capsuloligamen dalam keadaan longgar dan tegangan otot-otot rotator cuff
dipertahankan, agar caput humerus selalu berada di tengah pada cavitas glenoidalis.
Apabila terjadi tightness pada kapsul bagian anterior maka gerakan di anterior
terbatas (restriksi), mengakibatkan caput humerus bergeser ke posterior pada cavitas
glenoidalis. Dan menyebabkan gerakan permukaan sendi glenohumeralis tidak sesuai
lagi.
14
2.2.3 Rotasi eksternal dan rotasi internal tulang humerus
Rotasi eksternal pada humerus dibutuhkan untuk gerakan pasif dan aktif
abduksi-elevasi anterior pada bidang coronal. Komponen penting untuk elevasi aktif
sendi glenohumeralis yaitu rotasi eksternal. Rotasi eksternal yang maximum di semua
bidang berpengaruh memelihara jarak yang cukup antara tuberositas mayor dengan
acromion, juga antara tuberositas mayor dengan glenoid rim, sekaligus berfungsi
sebagai preventif impigment (Donatelli, 2004).
Rotasi eksternal humerus pada posisi scaption memfascilitasi gerakan tendon
bergerak ke lateral dan meningkatkan muscle performance (kekuatan, power dan daya
tahan) dari serabut superior otot subscapularis. Rotasi eksternal berperan penting
untuk gerakan fungsional regio bahu.
Otot Bicep caput longus berpengaruh pada rotasi eksternal dari humerus, dan
mencegah tendon impigment antara tuberositas mayor dengan labrum glenoidalis.
Rotasi internal pada bidang scaption dibutuhkan meningkatkan elevasi ke posterior
dan meningkatkan kemampuan otot superior infraspinatus.
2.2.4 Stabilisasi statis sendi glenohumeralis
Sendi glenohumeralis disebut juga ball and socket joint. Stabilitas statis sendi
glenohumeral tergantung pada integrasi jaringan lunak dan struktur tulang sendi
glenohumeralis seperti, labrum, ligamen-ligamen glenohumeral (ligamen coraco
humeral, ligamen coracoacromial), kapsuler ligamen (ligamen glenohumeral superior,
ligamen glenohumeral tengah, ligamen glenohumeral inferior) dan tulang glenoid
(Vizniak, 2010; Wilk et al., 2012).
15
Kapsul anteroglenohumeral sangat berperan sebagai stabilitas statis untuk sliding
ke anterior caput humerus dari berbagai posisi. Kapsul ini terbentuk dari bermacam-
macam jaringan kolagen dengan oritentasi dan kekuatan yang berbeda. Kapsul
anteroglenohumeral terdiri dari ligamen glenohumeral superior, ligamen
glenohumeral bagian tengah dan ligamen glenohumeral inferior. Menurut beberapa
penelitian ligamen antero-glenohumeral inferior paling tebal, kuat, konsisten dan
berfungsi untuk stabilisasi gerakan pada extremitas atas (Wilk et al., 2012).
Apabila terjadi tightness pada kapsul anteroglenohumeral, mengakibatkan
gerakan sliding ke anterior terbatas dan menyebabkan caput humerus bergeser ke
posterior (Donatelli, 2004).
2.2.5 Stabilisasi dinamis sendi glenohumeralis
Stabilisasi dinamis sendi glenohumeralis terdiri dari stabilisasi dinamis primer
dan stablisasi dinamis sekunder. Stabilisasi dinamis primer terdiri dari otot-otot
rotator cuff (m supraspinatus, m infraspinatus, m subscapularis dan m teres minor),
mm deltoid, m bicep brachii caput longus. Kontrol neuromuscular berperan dalam
stabilitas dinamis (Gleyze et al., 2011; Kelley et al., 2009).
Stabilisasi dinamis sekunder terdiri dari m. teres major, m latissimus dorsi dan m
pectoralis major. Otot subskapularis berfungsi sebagai stabilisasi dinamis pada
gerakan rotasi external pada posisi abduksi 450. Dan otot ini adalah stabilisator yang
paling kuat di antara otot-otot rotator cuff sendi glenohumeralis. Kemudian diikuti
oleh m.infraspinatus dan m.teres minor ( Andrews et al., 2012; Johnson et al., 2007).
16
M bicep brachii caput longus dan m bicep brachii caput brevis berperanan lebih
penting sebagai stabilisator dari pada otot-otot rotator cuff ketika terjadi penurunan
stabilisasi dari kapsul ligamen sendi glenohumeralis (Donatelli, 2004; Vizniak, 2010).
2.2.6 Sendi sternoclavicularis
Sendi Sternoclavicularis disebut juga sellar joint. Gerak osteokinematika yang
terjadi pada sendi sternoclavicularis adalah gerak elevasi 45° dan gerak depresi 70°,
serta protraksi 30° dan retraksi 30°.
Permukaan sternal lebih besar dari pada permukaan klavikula. Artrokinematika
gerakan protraksi dan retraksi sendi sterno clavicula (permukaan cekung klavikula
bergerak pada permukaan cembung di sternum) gerakan rolling searah dengan
gerakan sliding. Contoh pada gerakan protraksi, rolling ke anterior maka slidingnya
juga ke anterior (Edmond, 2006; Egmond & Schuitemaker, 2006).
Artrokinematika gerakan elevasi dan depresi sendi sternoclavicularis (permukaan
cembung klavikula bergerak pada permukaan cekung di sternum), contoh; pada
gerakan elevasi, rolling ke superior maka slidingnya ke inferior. Gerakan lainnya lihat
tabel di bawah ini.
Tabel 2.2
Roll-slide sendi sternoclavicularis
Gerakan pada clavikula Roll Slide
Protraksi Anterior Anterior
Retraksi Posterior Posterior
Elevasi Superior Inferior
Depresi Inferior Superior
(Sumber : Kisner , 2007)
Stabilisasi sendi sternoclavicularis terdiri diskus sendi, kapsul sendi, ligamen-
ligamen dan m sternokleidomastoid, m sternohyoid, sternothyroid. Kapsul sendi
bagian anterior dan posterior sangat tebal (Snell, 2007). Ligamen-ligamen merupakan
17
stabilisasi statis pada sendiri sendi sternoclavicularis terdiri dari ligamen
costoclaviculare, ligamen interclaviculare, ligamen sternoclaviculare posterior dan
ligamen sternoclaviculare anterior (Magee, 2008).
2.2.7 Sendi acromioclavicularis
Gerak osteokinematika sendi acromioclavicularis selalu berkaitan dengan gerak
pada sendi scapulothoracalis saat elevasi diatas kepala maka terjadi rotasi clavicula
mengitari sumbu panjangnya. Rotasi ini menyebabkan elevasi clavicula, elevasi
tersebut pada sendi sternoclavicularis kemudian 30% berikutnya pada rotasi
clavicula (Edmond, 2006; Egmond & Schuitemaker, 2006).
Gerak artrokinematika sendi acromioclavicularis (permukaan cembung klavikula
bergerak pada permukaan acromion yang cekung). Gerakan rolling selalu berlawanan
arah dengan gerakan sliding (Edmond, 2006; Magee, 2008). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.3
Roll-Slide Sendi Acromioclavicularis
Gerakan pada clavikula Roll Slide
Protraksi Anterior Posterior
Retraksi Posterior Anterior
Elevasi Superior Inferior
Depresi Inferior Superior
(Sumber: Edmond, 2006)
2.2.8 Sendi scapulothoracalis
Bukan merupakan sendi yang sebenarnya, tetapi sendi berperanan penting pada
gerakan regio bahu. Gerak osteokinematika sendi ini meliputi gerakan ke arah medial
lateral dan gerak ke arah cranial-caudal disebut juga dengan gerak elevasi-depresi.
Otot-otot yang berperan untuk mobilisasi dan stabilisasi adalah m serratus anterior,
m upper trapezius, m middle trapezius, m lower trapezius m rhombodeus major, m
18
rhomboideus minor, m levator scapula dan m pectoralis minor. Otot-otot di atas
berperan dalam pergerakan sendi scapulothoracalis, serentak memelihara posisi
scapular yang optimal dan memelihara postur (Boumans, 2009; Wilk et al., 2012).
2.2.9 Vascularisasi
Pada regio bahu ada dua arteri yang berperan penting arteri subclavia dan arteri
axillaris. Arteri subclavia cabangnya; arteri suprascapularis yang mengurus daerah
fossa supraspinata dan infraspinata scapulae; arteri cervicalis superficialis mendarahi
daerah margo medialis. Arteri Axillaris bercabang tiga yaitu arteri subscapularis,
arteri circumflexa humeri anterior dan arteri circumflexa humeri posterior. Arteri
subscapularis mendarahi fossa subscapularis dan infraspinata (Scanlon & Sanders,
2007).
Pada penderita frozen shoulder dapat mengakibatkan tertekannya arteri pada
daerah sendi glenohumeralis dan oklusi lumen. Maka akan terjadi anastomosis (Snell,
2007).
Vena yang berperan pada regio sendi glenohumeralis adalah vena axillaris.
Vena axillaris berawal sebagai lanjutan vena basilica pada tepi kaudal m. teres mayor
dan berakhir pada tepi lateral kosta 1 untuk menjadi vena subklavia. Vena axillaris
menampung banyak cabang yang sesuai dengan cabang arteria axillaris, dan tepi
kaudal m. subscapularis menampung pasangan vena brachialis yang mengikuti arteri
brachialis (Scanlon & Sanders, 2007; Snell, 2007; Netter, 2010).
19
Gambar 2.2 Sistem vascularisasi di regio sendi bahu
(Sumber : Netter, 2010)
2.2.10 Sistem saraf regio bahu
Gambar 2.3 Sistem syaraf regio bahu
(Sumber : Netter, 2010)
20
2.2.10.1 Area dermatom regio bahu
Gambar 2.4 Area dermatom regio bahu
(Sumber : El, 2010)
2.2.10.2 Area miotom dari C3-C6
Kenn Muscle C3-C6; C3; m. Trapezius descendens, m. Levator scapula; C4: m.
Diafragma, m. Trapezius, m. Rhomboideus; C5: m. Deltoideus, m. Supraspinatus; C6:
m. Biceps brachii, m. Ekstensor carpi radialis (El, 2010).
Gambar 2.5 Area miotom C3 (m.Trapezius descendens, m.levator scapulae)
(Sumber : El, 2010)
21
Gambar 2.6 Area miotom C4 (m Diafragma, m Trapezius, m Rhomboideus)
(Sumber : El, 2010)
Gambar 2.7 Area miotom C5 (m deltoideus,m Supraspinatus)
(Sumber : El, 2010)
Gambar 2.8 Area miotom C6 (mm Biceps Brachii, mm Ekstensor carpi radialis)
(Sumber : El, 2010)
22
2.2.10.3 Area sklerotom regio bahu
C4: ventral dan dorsal lateral dari klavikula, scapula bagian medial; C5:
acromion, ventral humerus, lateral scapula; C6: caput humerus dan distal ventral
bagian humerus, radius dan metacarpal.
Gambar 2.9Area skelerotom regio bahu dan ekstremitas atas
(Sumber : El, 2010)
2.2.10.4 Sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis
Sistem saraf otonom dapat dibagi dua bagian yaitu simpatik dan para simpatik.
Keduanya mempunyai serabut saraf aferen dan saraf eferen. Saraf simpatis terdapat
pada substancia gricea medulla spinalis dari Th1-L2. Serabut-serabut saraf eferen
yang masuk ke dalam ganglia truncus symphaticus di daerah thorax bagian atas akan
berjalan sepanjang truncus symphaticus menuju ganglia di daerah leher di sini mereka
akan bersinap dengan sel-sel eksitator. Serabut saraf postganglionik meninggalkan
truncus symphaticus sebagai rami communicans gricea, dan sebagian besar
23
bergabung dengan nervi cervicalis. Dengan perkataan lain cabang saraf simpatis Th
3= C3; Th4=C4 ; Th 5=C5 dan seterusnya (Snell, 2007).
Sistem saraf simpatis berfungsi mempersiapkan tubuh dalam keadaan darurat.
Saraf simpatis mempercepat denyut jantung, menyebabkan kontriksi pembuluh darah
perifer, meningkatkan tekanan darah dan menutup otot sphincter.
Saraf para simpatis terletak di dalam saraf cranial III, VII, IX, X dan S2-S4.
Sistem saraf otonom berfungsi mempertahankan dan memulihkan energi. Saraf ini
memperlambat denyut jantung meningkatkan peristaltik usus dan aktivitas kelenjar
serta membuka otot sphinkter.
Pada penderita penyakit khronis, juga penderita frozen shoulder dibutuhkan
aktivasi para simpatis yang optimal untuk mempercepat proses penyembuhan.
Gambar 2.10 Sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis
(Sumber : Scanlon & Sanders, 2007)
24
2.2.11 Sistem limfatik
Gambar 2.11 Sistem limfatik
(Sumber : Scanlon & Sanders, 2007)
Gambar 2.12 Sistem limfatik regio bahu dan buah dada
(Sumber: Netter, 2003)
25
Sistem limfatik yang merupakan sistem drainase terdapat pada hampir seluruh
jaringan dan organ tubuh. System limfatik terdiri dari: cysterna chili, ductus
thoracicus, kapiler limfe, pembuluh limfe, limfonodi dan organ limfatik.
Kapiler limfe adalah anyaman pembuluh-pembuluh halus yang mengalirkan
limfe dari jaringan. Pembuluh limfe berbentuk tasbih yang disebabkan oleh
keberadaan katub yang banyak di sepanjang perjalanannya. Pembuluh limfe
digerakkan oleh kontraksi otot skletal dan Manual Lymph Drainage. Pembuluh aferen
adalah pembuluh limfe yang membawa cairan limfe ke nodi lymphaticus. Pembuluh
aferen yang terdapat di regio bahu adalah pembuluh limfe pada lengan atas, scapula
posterior, dan daerah dada dekat sendi glenohumeralis. Nodus lymphaticus daerah
bahu disebut nodi lymphoidai axillaris (Wittlinger, 2004; Foldi, 2005).
Pembuluh eferen regio shoulder adalah cairan limfe yang keluar dari nodi
axillaris dan memasuki vena brachiocephalica melalui ductus lymphaticus dextra dan
ductus thoracicus (Snell, 2007).
Fungsi lymphatic system al; Transportasi, mengabsorbsi kelebihan cairan dan
protein dari jaringan interstitial kembali ke peredaran darah; Absorbsi fat dari usus
halus; Immunitas (Zuther, 2009).
2.3 Frozen Shoulder
2.3.1 Definisi
Frozen Shoulder ialah Penyakit kronis, yang kebanyakan pada umur di antara
45-70 tahun, dengan limitasi gerakan sendi bahu. Terdiri dari frozen shoulder primer
(idiopatik) dan frozen shoulder sekunder (Mound et al., 2012).
26
Frozen shoulder adalah kekakuan sendi glenohumeral yang diakibatkan oleh
elemen jaringan non-kontraktil atau gabungan antara jaringan non-kontraktil dan
kontraktil yang mengalami fibroplasia. Baik gerakan pasif maupun aktif terbatas dan
nyeri. Pada gerakan pasif, mobilitas terbatas pada pola kapsular yaitu rotasi eksternal
paling terbatas, diikuti dengan abduksi dan rotasi internal (Hand et al., 2007;
Uhthoff & Boileau, 2007).
Pada penderita frozen shoulder, rotasi eksternal lingkup gerak sendi sendi
glenohumeralis pada posisi neutral menurun. Tanda spesifiknya, kontraktur otot-otot
rotator cuff dan kontraktur ligamen coracohumeralis. Keterbatasan rotasi eksternal
dan elevasi akan meningkatkan kompresi pada otot-otot rotator cuff (Lee et al., 2005;
Jurgel et al., 2005; Dural, 2011).
Walaupun tanda-tanda makroskopis dan histologi dengan adanya kontraktur
kapsul sendi pada frozen shoulder ini sudah dapat diketahui, tetapi proses patologi
yang mendasarinya sampai sekarang masih sulit dimengerti (Robinson et al., 2012).
Namun ada beberapa faktor pencetus timbulnya capsulitis adhesive meliputi;
penyakit-penyakit immun, autonomic neuropati, immobilisasi bahu,trauma,
kelainan/gangguan psikologis, trisomi dari chromosoms 7 dan atau chromosoms 8.
Dapat juga ditimbulkan karena pasien telah menderita penyakit dupuytren’s,
penyakit parkinson, osteoporosis/osteopenia, penyakit kardiorespirasi. Stroke,
hyperlipidemia, post bedah jantung dan post bedah syaraf (Hand et al., 2007; Hsu et
al., 2011; Zuckerman & Rokito, 2011).
27
2.3.2 Fase adhesive capsulitis (Hannafin et al., 2000)
Fase nyeri (Painful): Berlangsung antara 0-3 bulan. Pasien mengalami nyeri
spontan yang seringkali parah dan mengganggu tidur. Pasien takut menggerakkan
bahunya sehingga menambah kekakuan. Pada akhir fase ini, volume kapsul
glenohumeral secara signifikan berkurang.
Fase kaku (Freezing): Berlangsung antara 4-12 bulan. Fase ini ditandai dengan
hyperplasia sinovial disertai proliferasi fibroblastik pada kapsul sendi gleno
humeralis. Rasa sakit seringkali diikuti dengan fase kaku.
Fase beku (frozen): Berlangsung antara 9-15 bulan. Di fase ini patofisiologi
sinovial mulai mereda/membaik tetapi adesi terjadi dalam kapsul diikuti penurunan
volume intra-articular dan kapsul sendi. Pasien mengalami keterbatasan lingkup
gerak sendi dalam pola kapsuler yaitu rotasi eksternal paling terbatas, diikuti dengan
abduksi dan rotasi internal.
Fase mencair (Thawing Phase): Fase ini berlangsung antara 15-24 bulan. Fase
akhir ini digambarkan sebagai mencair ditandai dengan kembalinya ROM secara
berangsur-angsur.
2.3.3 Frozen shoulder primer dan sekunder
Frozen Shoulder Primer (idiopatik): Penyebab yang mendasari atau kondisi yang
berhubungan dengan frozen shoulder ini tidak dapat diidentifikasi Terjadi secara
spontan dengan penyebab yang tidak jelas. Pada idiopatik frozen shoulder
kemungkinan berhubungan dengan gangguan immunologik, biokemikal, atau ketidak
seimbangan hormonal (Uhthoff dan Boileau, 2007; Hsu et al., 2011).
28
Frozen Shoulder Sekunder: Causa yang mendasari atau kondisi yang
berhubungan dengan frozen shoulder ini dapat diidentifikasi. Penyebabnya jelas pada
saat gejala muncul (Zuckerman & Rokito, 2011; Robinson et al., 2012).
Frozen shoulder dibagi menjadi 3 katagori: Intrinsik, ekstrinsik dan sistemik
(Jurgel et al., 2005; Kelley et al., 2009).
Intrinsik, merupakan keterbatasan gerak aktif maupun pasif ROM yang
disebabkan oleh gangguan pada otot-otot rotator cuff (seperti tendonitis, ruptur
parsial atau penuh), tendonitis otot-otot biceps, atau kalsifikasi tendonitis (pada kasus
kalsifikasi tendonitis, temuan radiografi yang diterima termasuk deposit kalsifikasi di
dalam ruang subacromial/tendon-tendon rotator cuff).
Ekstrinsik, merupakan keterbatasan gerak aktif maupun pasif lingkup gerak
sendi yang diketahui disebabkan oleh faktor yang berada di luar bahu yang
mempengaruhi gerakan bahu, sebagai contoh: keterbatasan gerak bahu sehubungan
dengan post operasi kanker payudara ipsilateral, cervical radikulopati, tumor thorax,
akibat kecelakaan cerebrovascular , atau problema ekstrinsik yang lebih lokal
seperti: fraktur shaft humeri, abnormalitas sendi scapulothoracal, arthritis sendi
acromioclavicular dan fraktur clavicula.
Sistemik, merupakan keterbatasan gerak yang disebabkan gangguan sistemik,
tetapi tidak terbatas pada diabetes mellitus, juga hyper/hypothyroidism,
hypoadrenalism, atau kondisi-kondisi lain yang mempunyai hubungan dengan
perkembangan frozen shoulder (Brotzman & Manske, 2011; Zuckerman & Rokito,
2011).
29
2.4 Assessment Frozen Shoulder (Magee, 2008; Hegedeus et al., 2008; Maund
et al., 2012)
2.4.1 Anamnesis
Pasien mengeluhkan gerakan bahu yang kaku ke segala arah dan pada
keterbatasan gerak timbul nyeri. Keluhan lainnya pasien tidak mampu menyisir
rambut atau tidak bisa memakai brest holder (BH) pada wanita dan tidak mampu
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan gerakan lengan ke punggung
belakang.
2.4.2 Inspeksi
Posisi bahu pada sisi yang mengalami frozen shoulder agak lebih tinggi dan
asimetri. Pada tes cepat, abduksi elevasi bahu terjadi gerak humero-scapular rhythm.
2.4.3 Pemeriksaan fungsi gerak dasar
1. Gerak aktif : gerakan abduksi/elevasi, penderita frozen shoulder akan
terlihat reverse scapulohumeral rhythm. Artinya scapula bergerak lebih dari
humerus. Gerakan terbatas pada segala arah, terutama pola kapsuler pada
penderita frozen shoulder yaitu rotasi eksternal lebih terbatas dari abduksi
dan rotasi internal.
2. Gerakan pasif : End feel gerakan pasif sendi glenohumeralis pada penderita
frozen shoulder biasanya elastis dan firm.
3. Gerakan isometrik melawan tahanan
Pemeriksaan isometrik pada penderita frozen shoulder, terutama ditujukan
pada kemampuan muscle performance. Meliputi seberapa jauh penurunan
power, kekuatan dan daya tahan otot-otot regio bahu.
30
2.4.4 Test khusus
1. Joint play movement pada pasien frozen shoulder, meliputi traksi, gliding
dan kompresi
2. Goniometer, digunakan untuk mengukur lingkup gerak sendi pada gerakan
sendi glenohumeralis.
2.4.5 Palpasi
Spasma pada otot-otot regio bahu.
2.4.6 Pemeriksaan medik
Pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI), ditemukan hipertropi
dan peningkatan sirkulasi pada kapsul sendi glenohumeralis (Durall, 2011).
Sonograpi pada penderita frozen shoulder biayanya lebih murah, mesinnya
mudah dibawa dan ionizing radiasi minimal. Hasil sonographic pada penderita frozen
shoulder, menunjukkan penebalan ligamen coracohumeralis, penurunan vascularisasi
pada otot rotator cuff dan keterbatasan tendon supraspinatus akan sliding menekan
acromion (Durall, 2011).
Diagnosa banding : Patologi regio cervical, sindroma Impingement
subakromioalis dan rotator cuff strain (Vizniak, 2010)
2.5 Analisis Problematik Fisioterapi Menurut Klarifikasi ICF
2.5.1 Body structures/body functions impairment
Body structures impairment atau problematik anatomi pada penderita frozen
shoulder yaitu; adhesi dalam kapsul dan kontraktur kapsul anterior superior/inferior;
Kontraktur mm rotator cuff dan spasma/tightness mm deltoideus, mm pectoralis
31
major, m latissimus dorsi, m teres major; imflamasi kronik dan fibrosis; penurunan
volume intra aticular dan kapsul sendi; atrofi otot-otot disekitar bahu (Griggs et al.,
2000; Hsu et al., 2011).
Body functions impairment atau problematik fisiologi pada penderita frozen
shoulder antara lain: hypomobilitas atau problem pola kapsuler sendi glenohumeralis
yaitu ROM rotasi eksternal paling terbatas diikuti keterbatasan ROM abduksi dan
ROM rotasi internal; hipertonus jaringan kontraktil sendi glenohumeralis; gangguan
aliran limfe dan reverse scapulo humeral rhytm (Diercks & Stevens, 2004; Magee,
2008; Brotzman & Manske, 2011).
Hipomobilitas disebabkan volume cairan sinovial menurun dalam sendi, yang
mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam sendi pada waktu ada gerakan.
Selanjutnya jarak permukaan sendi menyempit karena pelumas sendi menipis dan
peningkatan jumlah serabut kolagen yang bersilangan serta susunan tidak teratur.
Serabut kolagen yang kusut akan mengurangi fleksibilitas jaringan ikat dan
membatasi gerakan sendi (Cook, 2007; Durall, 2011; Andrews et al., 2012).
Kontraktur anterosuperior kapsul akan mengakibatkan antero superior tightness,
maka akan membatasi gerakan eksternal rotasi sendi glenohumeralis di posisi
adduksi. Demikian juga kalau terjadi kontraktur kapsul dan ligamen-ligamen antero
inferior sendi glenohumeralis, maka akan membatasi gerakan rotasi eksternal sendi
glenohumeralis di posisi abduksi (Robinson et al., 2012). Kapsul bagian anterior
superior dan anterior inferior yang kaku maka gerakan slide ke anterior terbatas,
mengakibatkan caput humerus bergeser ke posterior pada cavitas glenoidalis. Dan
32
menyebabkan gerakan permukaan sendi glenohumeralis tidak harmonis lagi
(Donatelli , 2004; Johnson et al., 2007; Brotzman & Manske, 2011).
Kekakuan pada frozen shoulder berupa imflamasi yang bersifat kronik,
menimbulkan fibrosis atau perlekatan. Akibatnya terjadi gangguan mikrosirkulasi
peredaran darah, baik yang melayani jaringan kontraktil maupun non kontraktil regio
bahu. Kekakuan dan imflamasi kronik pada regio bahu mengakibatkan gangguan
aliran limfe. Aliran limfe yang terganggu akan mempengaruhi penimbunan (stagnasi)
protein. Stagnasi protein pada jaringan interstitial akan mengakibatkan gangguan
asam basa serta pengeringan sel. Dan timbullah degenerasi sel (Zuther, 2012;
Wittlinger, 2004).
Konsekuensi penurunan kemampuan fisiologis pada regio bahu akibat dari
beberapa faktor yang telah dibahas sebelumnya akan mengakibatkan gangguan
kekuatan otot, daya tahan otot, kordinasi dan perubahan sistem saraf otonom (Cook,
2007; Andrews et al., 2012).
Irama scapulohumeral yang abnormal atau reverse scapulohumeral rhythm
akibat hipomobilitas, problematik anatomi dan fisiologi pada penderita frozen
shoulder.
2.5.2 Activities limitation
Masalah aktivitas yang sering ditemukan pada penderita frozen shoulder adalah
tidak mampu menyisir rambut; kesulitan dalam berpakaian; kesulitan memakai brest
holder (BH) bagi wanita; mengambil dan memasukkan dompet di saku belakang;
gerakan-gerakan lainnya yang melibatkan sendi bahu (Jurgel et al., 2005; Kelley et
al., 2009; Hsu et al., 2011).
33
2.5.3 Participation restrictions
Penderita frozen shoulder akan menemukan hambatan untuk melakukan
aktivitas sosial di lingkungan sosialnya. Hal ini dapat mengakibatkan pasien tidak
percaya diri dan merasa kurang dibutuhkan oleh masyarakat lingkungannya.
2.6 Latihan Pendular Codman
Latihan Pendular Codman adalah tekhnik yang menggunakan efek gravitasi
untuk meningkatkan ROM bahu dengan cara relaksasi otot. Posisi pasien 900 lumbal
flexi, semiflexi lutut. Posisi ini merupakan posisi Loose Pack Position dan scaption.
Gravitasi atau gaya tarik bumi lengan mengakibatkan peregangan kapsul sendi
glenohumeralis. Gerakan lengan kiri kanan , sirkumduksi berasal dari gerakan
pinggul.
Latihan Pendular Codman merupakan distraksi dan occilasi Grade I,II bertujuan
: untuk mengurangi nyeri; meningkatkan nutrisi pada permukaan sendi; memperlancar
mobilisasi sendi; meningkatkan ekstensibilitas kapsul sendi ; meningkatkan ROM
sendi glenohumeralis; memperbaiki fleksibilitas dan stabilitas otot-otot rotator cuff
(Ellsworth et al., 2006).
Latihan Pendular Codman selain di klinik , dilakukan sebagai program di
rumah secara teratur dan benar. Latihan yang agresif dan menimbulkan nyeri harus
dihindari karena akan memperberat imflamasi synovial kronik atau meningkatkan
fibrosis pada penderita frozen shoulder (Durall, 2011).
34
Hasil penelitian Latihan Pendular Codman pada 75 pasien frozen shoulder
idiopatik selain mengurangi nyeri juga meningkatkan ROM sendi glenohumeralis
(Griggs et al., 2000).
Aktivitas otot infraspinatus mengalami relaksasi selama latihan pendular
codman, sedangkan otot supraspinatus dan otot trapezius bagian atas menjadi
aktif/tegang. Tetapi dengan latihan biofeedback yang tekun, otot supraspinatus dan
otot trapezius bagian atas dapat juga relaksasi selama latihan pendular (Ellsworth
et al., 2006).
2.7 Manual Therapy
Perkataan manual berasal dari kata “manus”, bahasa Latin yang artinya tangan,
sedangkan therapy berarti pengobatan. Dari asal katanya Manual Therapy berarti
pengobatan dengan menggunakan tangan.
Manual Therapy adalah teknik terapi dengan menggunakan tangan dengan teknik
yang khusus. Terapi ini tidak hanya terbatas pada teknik mobilisasi sendi atau
manipulasi sendi. Teknik spesifik dengan tangan digunakan oleh fisioterapis untuk
mendiagnosa dan memberikan terapi pada jaringan lunak untuk: meningkatkan
lingkup gerak sendi; mengurangi nyeri; mengurangi dan meminimalisasi imflamasi
jaringan lunak; memberikan relaksasi; meningkatkan pemulihan jaringan kontraktil
dan non kontraktil, meningkatkan ekstensibilitas, meningkatkan stabilitas;
memfascilitasi gerakan dan meningkatkan fungsi tubuh (Holey & Cook, 2008; Salvo,
2011).
35
Manual Therapy diaplikasikan untuk kegunaan macam-macam problematik
anatomi/fisiologi/ biomekanik oleh khiropraktis, fisioterapis, manual terapis
ortopedis, osteopatik dan masaseur. Sehingga pengertian dan pemahaman Manual
Therapy masih dalam perdebatan (Cook, 2007).
Menurut beberapa penelitian teknik mobilisasi sendi roll dan glide, ditambah lagi
glide pada akhir gerakan selain mengurangi nyeri, meningkatkan ROM sendi
glenohumeralis pada penderita frozen shoulder. Peningkatan ROM tersebut
berpengaruh pada peningkatan kemampuan fungsional.
Penelitian lainnya menyimpulkan bahwa peregangan ringan yang terkandung di
dalam mobilisasi sendi dengan gerakan, meningkatkan ROM sendi glenohemuralis
pada penderita frozen shoulder (Gleyze et al., 2011 ; Salvo, 2011).
Pengalaman klinis para terapis MLDV, khususnya kelompok MLDV Medan,
bahwa teknik spesifik MLDV lebih cepat meningkatkan ROM regio bahu, khususnya
sendi glenohumeralis pada penderita frozen shoulder. Didalam teknik spesifik MLDV
selain teknik untuk meningkatkan aliran sistem limfatik dan absorbsi pembuluh darah
vena, juga pada teknik ini terkandung teknik mobilisasi dengan gerakan dan
peregangan yang ringan.
Dalam thesis ini penulis memfokuskan penelitian teknik Manual Therapy yang
terdiri dari Mobilisasi dengan gerakan dan teknik MLD (dipengaruhi oleh teknik
spesifik MLDV tapi tidak lengkap) untuk meningkatkan ROM sendi glenohumeralis
penderita frozen shoulder. Urutan terapi; MLD lalu Mobilisasi sendi dengan gerakan
dan ditutup lagi dengan MLD.
36
2.7.1 Mobilisasi sendi dengan roll-glide
Mobilisasi sendi adalah Gerakan pasif oleh terapis yang terlatih pada sendi atau
jaringan lunak. Teknik ini dilaksanakan dengan bermacam variasi kecepatan dan
amplitudo. Termasuk teknik manipulasi yaitu teknik dengan gerakan yang
beramplitudo kecil dengan kecepatan yang tinggi dan pasien/klien tidak dapat
menghentikan gerakan tersebut (APTA).
Mobilisasi sendi yang dimaksud adalah roll dan glide. Dalam pelaksanaan lebih
dahulu dilakukan glide serta gerakan roll dan pada gerakan akhir kita tambah lagi
glide. Contohnya dilakukan glide pada sendi glenohumeralis ke inferior sekaligus
gerakan rolling abduksi ke superior, dan pada akhir gerakan abduksi ditambah lagi
glide (Egmond & Schuitemaker, 2006).
Maitland salah seorang tokoh Manual Therapy mendasari perkembangan konsep
terapi mobilisasi sendi dan manipulasi. Maitland sangat menganjurkan pemeriksaan
yang teliti pada setiap pasien untuk mengetahui sumber dari tanda dan gejala yang
dialami pasien dalam aktivitas fungsionalnya. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan
gerakan osteokinematika dan artrokinematika untuk menentukan problem yang tepat
dari jaringan spesifik. Hal ini untuk menyusun strategi dan dosis terapi. Maitland
mengembangkan empat Grade (Grade I, II, III, IV) mobilisasi sendi dan Grade V
disebut thrust manipulations. Grade berdasarkan pembagian Maitland teridiri dari:
Grade 1, slow amplitudo kecil, permulaan gerakan; Grade II slow, amplitudo lebih
besar-kapsul mengalami regangan tapi belum limit; Grade III slow, amplitudo lebih
besar, kapsul mengalami tegang dan pada batas limit; Grade IV slow, amplitudo
lebih kecil, kapsul mengalami teregang dan batas limit; grade V amplitudo kecil-
37
thrust. Grade I dan II disebut Low Grade berfungsi untuk mengurangi nyeri dan
meningkatkan lubrikasi pada sendi. Grade III dan IV disebut juga High Grade
terutama berfungsi untuk peregangan peri articular tissue (Edmond, 2006).
Mobilisasi sendi roll-glide efektif meningkatkan lingkup gerak sendi pada sendi
glenohumeralis (Yang et al., 2007; Stenvers, 2009).
2.7.1.1 Traksi sendi glenohumeralis pada posisi LPP
Traksi sendi glenohumeralis adalah peregangan permukaan sendi antara cavitas
glenoidalis dan caput humerus dengan menggerakkan caput humerus yang arahnya
tegak lurus dan menjauhi bidang terapi cavitas glenoidalis. Arah traksi sendi
glenohumeralis latero-ventro kranial.
Traksi sendi glenohumeralis yang merupakan juga peregangan statis. Menurut
beberapa penelitian, peregangan yang ditahan 15-30 detik hasilnya lebih signifikan
dibandingkan dengan peregangan yang ditahan kurang dari 15 detik atau lebih dari
30 detik (Cook, 2007).
Terapi pada penderita frozen shoulder yang gerakan aktif abduksi dan elevasi
sendi glenohumeralnya terbatas, hendaknya menghindari gerakan elevasi yang
menimbulkan nyeri. Terapi pada posisi adduksi, sedikit rotasi external atau posisi
LPP, selain aman dan juga efektif untuk meningkatkan ekstensibilitas serta
peningkatan lingkup gerak sendi elevasi aktif sendi glenohumeralis (Donatelli,
2004). Menurut penelitian Diercks dan Stevens (2004), peregangan di bawah ambang
nyeri pada pasien-pasien frozen shoulder lebih bermakna hasilnya untuk mengurangi
nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi pada sendi glenohumeralis
dibandingkan peregangan di atas ambang nyeri pada pasien-pasien frozen shoulder.
38
Berdasarkan Evidence-Based Practice, traksi yang aman dan efektif adalah
posisi sendi glenohumeralis di posisi MLLP atau LPP dan posisi sendi
scapulothoracalis pada posisi scaption. Grade traksinya yaitu Grade II atau low
grade yang dilakukankan dengan tenang, tidak agresif atau tidak menimbulkan nyeri.
2.7.1.2 Mobilisasi sendi roll-glide untuk pola kapsuler sendi glenohumeralis
Egmond & Schuitemaker (2006) dan Susan L.Edmond (2006), menulis glide ke
anterior efektif untuk meningkatkan lateral rotasi, horizontal abduksi dan ekstensi
sendi glenohumeral.
Johnson et al. (2007), dari hasil penelitiaannya menyimpulkan. Gliding caput
humerus ke posterior dan ke inferior lebih efektif meningkatkan gerakan rotasi
eksternal sendi glenohumeral.
Gliding ke posterior dengan gerakan rotasi internal dan rotasi eksternal. Gliding
ke inferior dengan gerakan adduksi-abduksi. Mobilisasi dengan gerakan dilakukan
dalam posisi LPP: meningkatkan gerakan rotasi eksternal; untuk perengangan otot-
otot rotator cuff; peregangan ligamen coracohumeral; meningkatkan abduksi dan
elevasi sendi glenohumeralis (Durall, 2011).
2.7.1.3 Mobilisasi sendi roll-glide dan reverse scapulohumeral rhythm
Pada penderita reverse scapulohumeral rhythm. Scapula bergerak lebih dari
humerus. Menurut beberapa penulis; periarticular tissue sendi scapulothoracalis
mengalami pemendekan atau impairment, mempengaruhi keterbatasan gerakan bahu
abduksi dan elevasi (Donatelli, 2004).
Memperbaiki impairment sendi scapulothoracalis dengan memfiksasi atau
melakukan gerakan rotasi medial skapula pada posisi scaption, side lying dan
39
gerakan elevasi sendi glenohumeralis pada posisi forward flexi 800-90
0. Dan gerakan
tidak menimbulkan nyeri (Stenvers, 2009).
Mobililasi sendi pada sendi scapulothoracalis dan berlawanan arah dengan
gerakan abduksi sendi glenohumeralis merupakan intervensi peregangan jaringan
lunak dan signifikan untuk kontraktur yang kronis regio skapula dan regio sendi
glenohumeralis. Peregangan dengan intensitas rendah, lebih nyaman, aman dan
pasien lebih relaksasi dibandingkan dengan intervensi peregangan dengan intensitas
yang tinggi. Peregangan dengan intensitas rendah, penderita frozen shoulder, lebih
koperatip ketika fisoterapis melakukan intervensi. Mobilisasi sendi yang dilakukan
dengan durasi sekitar lima menit dan konsisten akan meningkatkan ekstensibilitas
jaringan kontraktil dan non kontraktil regio skapula serta regio sendi
glenohumeralis. Sehingga akan memperbaiki reverse scapulohumeral rhytm, dan
meningkatkan gerakan elevasi dan abduksi sendi glenohumeralis (Kisner, 2007;
Stenvers, 2009).
2.7.2 Manual lymph drainage (MLD)
Manual lymph drainage merupakan salah satu tehnik massase yang digunakan
untuk merangsang sistem limfe. Rangsangan ini diperlukan untuk mempercepat
pengaliran timbunan cairan berisi protein/garam molekul yang besar melalui
pembuluh limfe. Manual limph drainage merupakan tehnik massase dengan
penekanan yang ringan, yang dapat dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Tujuan
dari terapi MLD pada penderita frozen shoulder ialah: melancarkan aliran pembuluh
limfe atau bahkan membobol stagnasi pembuluh limfe akibat frozen shoulder,
meningkatkan immunitas (daya tahan), menurunkan stres. Homeostasis secara
40
langsung dipengaruhi oleh rangsangan pada sistema limfe dan secara tidak langsung
oleh penurunan tingkatan stres dalam tubuh (Foldi, 2005).
Tehnik MLD ini dilakukan dengan penekanan yang ringan, dan berbentuk spiral
pada kelenjar limfe dan pembuluh limfe. Arah gerakan Manual Lymph Drainage
ditentukan oleh arah aliran sistema limfe. Arah gerakan Manual Lymph Drainage
daerah cervical menuju ke terminus. Sedangkan arah gerakan MLD daerah dada,
scapula dan lengan atas menuju nodi axillaris. Selain itu hal penting lainnya ialah
ritme dari pegangan tangan. Ritme harus sesuai dengan pembukaan maupun
penutupan klep didalam pembuluh limfe yang besar maupun kecil, karena hanya
dengan cara itu kelebihan cairan tubuh dapat dialirkan (Wittlinger, 2004).
Penanganan dilakukan diruangan yang mempunyai temperatur yang
menyenangkan dan dalam suasana yang tenang. Untuk mencapai hal tersebut diatas,
dianjurkan selama dalam pengobatan untuk tidak bercakap-cakap dan pasien/klien
berusaha relaksasi, sungguh hadir menikmati terapi. Dengan tujuan untuk
mengaktivasi sistem saraf otonom parasimpatis secara optimal (Zuther, 2009).
Lama waktu teknik terapi manual MLD dan mobiliasi sendi, sekitar 30 menit.
2.7.3 Red flags dalam manual therapy
Red flags dalam Manual Therapy pada regio sendi bahu antara lain : Kanker
regio cervical dan regio bahu; Rheumatik akut; Arthritis septik; Fraktur regio
cervical, regio bahu; ligamen-ligamen yang instabilitas dan lesi spinal cord regio
cervical (Wies, 2005).
41
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Frozen shoulder ialah limitasi gerakan aktif dan pasif sendi glenohumeralis yang
kronis sehingga mempengaruhi keterbatasan aktivitas seperti menyisir rambut,
mengancing BH (brest holder), membersihkan punggung belakang dan aktivitas-
aktivitas yang berkaitan dengan gerakan sendi glenohumeralis. Dan mengakibatkan
keterbatasan penderita dalam berpartisipasi di kegiatan sosialnya.
Frozen shoulder terdiri dari frozen shoulder primari (idiopatik) dan frozen
shoulder sekunder (penyebabnya jelas). Frozen shoulder sekunder terdiri dari
intrinsik, ekstrinsik dan sistemik. Intrinsik adalah keterbatasan akibat gangguan otot-
otot rotator cuff. Ekstrinsik adalah keterbatasan terjadi akibat faktor di luar regio
bahu yang mempengaruhi gerakan bahu. Sistemik adalah keterbatasan gerak ROM
sendi glenohumeralis karena Diabetes Militus dan gangguan hormon.
Body structur/body function impairment pada penderita frozen shoulder yaitu
penebalan dan kontraktur ligamen –ligamen, otot-otot rotator cuff serta jaringan
lunak sekitar sendi glenohumeralis. Keterbatasan gerakan/ perubahan anatomi dan
fisiologis pada sendi glenohumeralis disebut hipomobilitas mengakibatkan volume
cairan sinovial menurun dalam sendi, yang menimbulkan peningkatan tekanan di
dalam sendi pada waktu ada gerakan. Selanjutnya jarak permukaan sendi menyempit
karena pelumas sendi menipis dan peningkatan jumlah serabut kolagen yang
bersilangan serta susunan tidak teratur. Serabut kolagen yang kusut akan mengurangi
42
fleksibilitas jaringan ikat dan membatasi gerakan sendi. Hipomobilitas sendi
glenohumeralis disebut juga keterbatasan pola kapsuler sendi glenohumeralis. ROM
rotasi eksternal lebih terbatas dari abduksi. ROM abduksi lebih terbatas dari rotasi
internal.
Kekakuan pada frozen shoulder berupa imflamasi yang bersifat kronik,
menimbulkan fibrosis atau perlekatan. Akibatnya terjadi gangguan mikrosirkulasi
peredaran darah, baik yang melayani jaringan kontraktil maupun non kontraktil regio
bahu. Kekakuan dan imflamasi kronik pada regio bahu mengakibatkan gangguan
aliran limfe. Aliran limfe yang terganggu akan mempengaruhi penimbunan (stagnasi)
protein. Stagnasi protein pada jaringan interstitial akan mengakibatkan gangguan
asam basa serta pengeringan sel. Dan timbullah degenerasi sel.
Hipomobilitas, gangguan mikrosirkulasi dan gangguan aliran limfe akan
menurunkan volume intrartikuler, volume kapsul sendi dan atrofi otot-otot di sekitar
sendi glenohumeralis. Power, kekuatan dan daya tahan otot-otot yang disebut muscle
performance, menurun. Gangguan anatomi/fisiologis/biomekanik yang spesifik pada
penderita frozen shoulder ini akan mengakibatkan reverse scapulo humeral
rhythm.
Latihan Pendular Codman memperbaiki hipomobilitas pola kapsuler sendi
glenohumeralis, gangguan aliran limfe, dan reverse scapulo humeral rhythm. Dosis
dan teknik yang tepat akan meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada
penderita frozen shoulder.
Kontraktur kapsul dan kontraktur otot-otot rotator cuff mengakibatkan fungsi
retikulum sarkoplasmik yang terdapat pada serabut otot terganggu, diikuti oleh
43
metabolisme lokal yang tidak terkontrol. Terapi peregangan otot dan kapsul sendi,
baik itu latihan pendular codman, traksi maupun mobilisasi dengan gerakan akan
memanjangkan retikulum sarkoplasmik dan memisahkan kepala miosin dan aktin.
Kalau dilakukan dengan dosis tepat dan konsisten akan terjadi relaksasi otot dan
kapsul sendi. Selanjutnya terjadi pemanjangan otot dan struktur jaringan non
kontraktil yang mempengaruhi peningkatan ROM sendi glenohumeralis.
Latihan Pendular Codman dan teknik Manual Therapy yang dilakukan pada
posisi scaption scapula dan posisi LPP sendi glenohumeralis, meningkatkan nutrisi
pada sendi dan otot-otot regio sendi glenohumeralis mengalami relaksasi.
Mobilisasi sendi roll-glide lebih banyak dilakukan dengan glide ke posterior,
untuk meningkatkan rotasi eksternal, karena menurut penelitian Johnson glide ke
posterior lebih efektif untuk meningkatkan ROM ke rotasi eksternal dibandingkan
dengan glide ke anterior. Glide pada pemulaan dilaksanakan dengan low grade dan
serta gerakan rotasi internal-rotasi eksternal. Teknik Manual therapy ini untuk
meningkatkan lubrikasi pada sendi glenohumeralis dan relaksasi otot-otot regio sendi
glenohumeralis. Lima menit terakhir glide-roll-glide pada akhir gerakan ditahan 15-
30 detik. Teknik ini akan meregangkan otot subscapularis, kapsul anterior,
myofascial anterior dan mempengaruhi endorphine dependence system yang
menghasilkan endorpin untuk peningkatan mikrosirkulasi dan penurunan spasma dan
tightness regio sendi glenohumeralis. Mobililasi dengan gerakan pada sendi
scapulothoracalis pada posisi side lying dan berlawanan arah dengan gerakan
abduksi sendi glenohumeralis. Intervensi ditujukan untuk peregangan jaringan lunak
dan signifikan untuk kontraktur yang kronis pada reverse scapulohumeral rhytm.
44
Manual Lymph Drainage merupakan tehnik massase dengan penekanan yang
ringan, berirama, spiral, arah yang sesuai dengan anatomi dan sistem fisiologi limfe,
yang dapat dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Tujuan dari MLD pada
penderita frozen shoulder ialah: melancarkan aliran pembuluh limfe atau bahkan
membobol stagnasi pada jaringan interstial akibat frozen shoulder dan meningkatkan
immunitas (daya tahan). MLD di penilitian ini dilakukan pada pembukaan dan
penutup intervensi terapi.
Dari butir-butir pemikiran tersebut terlihat bahwa untuk meningkatkan ROM
sendi glenohumeralis, khususnya pada gerakan abduksi-elevasi sendi
glenohumeralis. Diutamakan mobilisasi dan gliding dengan dosis yang tepat pada
posisi LPP untuk peningkatan ROM rotasi eksternal. Diperlukan regangan yang
cukup untuk relaksasi pada struktur jaringan lunak terutama bagian anterior, diikuti
regangan jaringan lunak lainnya di regio sendi glenohumeralis. MLD juga
dibutuhkan untuk memperbaiki aliran limfe. Di samping itu terlihat juga bahwa
teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman lebih efektif. Hal ini menjadi
dasar penulis untuk membuat penelitian.
3.2 Konsep Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka, maka konsep yang dapat
disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
45
Gambar 3.1 Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis
Berdasarkan pada landasan teori di atas maka dapat disusun hipotesis dalam
penelitian ini yaitu
1. Latihan Pendular Codman dapat meningkatkan ROM sendi glenohumeralis
pada penderita frozen shoulder.
2. Penerapan teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman
meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada penderita frozen shoulder.
3. Penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman lebih
efektif meningkatkan ROM sendi glenohumeralis dari pada Latihan
Pendular Codman pada penderita frozen shoulder.
46
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian metode eksperimental murni, dengan
rancangan penelitian yang digunakan adalah pre test and post test group design
(Pocock, 2008). Untuk mengetahui makna penambahan Manual Therapy pada
Latihan Pendular Codman dengan hanya pemberian Latihan Pendular Codman.
Subjek penelitian dibagi dua kelompok, Kelompok I adalah subjek yang
mendapatkan pelayanan fisioterapi berupa Latihan Pendular Codman, sedangkan
Kelompok II adalah subjek yang mendapatkan perlakuan penambahan teknik Manual
Therapy dan Latihan Pendular Codman.
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian
Keterangan:
P = Populasi
R = Randomisasi
S = Sampel
RA = Random Alokasi
P1
P2
47
O1 = Kelompok (I) sebelum perlakuan (pre tes) latihan pendular Codman.
P1 = Perlakuan latihan pendular Codman
O2 = Kelompok (I) setelah perlakuan (post tes) Latihan Pendular Codman.
O3 = Kelompok (II) sebelum mendapatkan perlakuan (pre tes) teknik Manual
Therapy dan Latihan Pendular Codman
P2 = Perlakuan teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman.
O4 = Kelompok (II) setelah mendapatkan perlakuan (post tes) teknik Manual
Therapy dan Latihan Pendular Codman.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di praktek fisioterapi-manual ”Sriwijaya” Medan.
Waktu penelitian dan pengambilan data dilaksanakan mulai 18 Maret 2013 hingga
Juni 2013.
4.3 Penentuan Sumber Data
Penentuan sumber data dimulai dari menentukan populasi target yang akan
diteliti, kemudian didapat populasi terjangkau, menentukan sampelnya, kriteria
eligibilitas, besaran sampel dan teknik pengambilan sampel.
4.3.1 Populasi target
Dalam penelitian ini populasi target adalah pasien-pasien frozen shoulder yang
datang ke praktek fisioterapi-manual ”Sriwijaya” Medan dan telah mengalami frozen
shoulder antara 5-12 bulan.
4.3.2 Populasi terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien-pasien frozen shoulder
yang datang ke praktek fisioterapi-manual “Sriwijaya” Medan, bersedia mengikuti
program penelitian ini, yaitu mendapat perlakuan sebanyak 12 x atau 3x satu
minggu.
48
4.3.3 Sampel
Sampel dalam penelitian adalah jumlah sampel yang diambil dari populasi
terjangkau, disesuaikan dengan kriteria inklusi yang dibahas dalam kriteria
eligibilitas.
4.3.4 Kriteria eligibilitas
Kriteria egibilitas adalah kriteria pemilihan yang membatasi karakteristik
populasi terjangkau, yaitu ; Kriteria inklusi, kriteria ekslusi dan kriteria drop out
1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Pasien-pasien frozen shoulder yang berobat di praktek Fisioterapi
Manual Sriwijaya Medan.
b. Pasien dengan umur 45-65 tahun.
c. Telah mengalami frozen shoulder antara 5-12 bulan.
d. Tidak sedang mengikuti program terapi lainnya.
e. Bersedia menjadi sampel dalam penelitian sampai selesai, yaitu dengan
mengikuti program sebanyak 12 kali perlakuan, 3 x seminggu.
f. Mampu mengerti instruksi yang diberikan.
2. Kriteria eksklusi
a. Kanker regio cervical dan regio bahu.
b. Rheumatik akut.
c. Arthritis septik.
d. Fraktur regio cervical, regio bahu.
e. Ligamen-ligamen yang instabil.
f. Lesi spinal cord regio cervical .
49
3. Kriteria drop out
a. Mengundurkan diri pada saat penelitian masih berlangsung.
b. Tidak teratur/tidak sesuai jadwal.
4.3.5 Besaran Sampel
Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berdasarkan rumus Pocock,
2008 :
,
22
12
2
n
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
= Simpang baku
= Tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05)
Interval kepercayaan 95,0)1(
= Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,20)
Tingkat kekuatan uji / power of test 0.80
),( = Interval kepercayaan 7,9
1 = Rerata nilai pada kelompok kontrol
2 = Rerata nilai pada kelompok perlakuan
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Joshua Wies tahun
2005 didapatkan hasil rerata , 1 = 13 derajad, Standar deviasi = 14, rerata 2 =
34 derajad, dengan demikian dapat dihitung sebagai berikut :
9,7
1334
)14(22
2
xn
9,7441
)196(2xn
02.7n
50
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan jadi 8 orang pada setiap
kelompok, jadi total semua sampel berjumlah 16 orang. Untuk menghindari
kemungkinan drop out sample ditambah 20 %, yang berarti jumlah sample 20 orang.
4.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
4.4.1 Variabel terikat: Lingkup gerak sendi pada sendi glenohumeralis
Lingkup gerak sendi pada sendi glenohumeralis adalah gerak maksimal yang
dapat dilakukan oleh sendi glenohumeralis.
4.4.2 Variabel bebas: Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman
1. Manual Therapy dalam penelitian terdiri dari: Mobilisasi sendi dan Manual
Lymph Drainage.
2. Latihan Pendular Codman.
4.5 Definisi Operasional
Teknik Manual Therapy dilakukan selama 30 menit setiap terapi, 3x minggu
selama 4 minggu. Sedangkan Latihan Pendular Codman dilakukan selama 10 menit
setiap terapi, 3x minggu selama 4 minggu. Home program Latihan Pendular Codman
dilakukan selama 10 menit, 3x satu hari selama 4 minggu.
4.5.1 Manual therapy
Teknik Manual Therapy dalam penelitian ini ada dua teknik: Mobilisasi sendi
dan Manual Lymph Drainage.
51
4.5.1.1 Mobilisasi sendi
Mobilisasi sendi meliputi; traksi dengan Grade II dalam posisi LPP, arah traksi
ke lateral- ventro kranial, selama 2 menit. Selanjutnya traksi Grade II ke inferior,
selama 4 menit.
Mobilisasi selanjutnya adalah glide-roll-glide ke posterior dan inferior dalam
posisi LPP dikombinasi dengan gerakan abduksi 300-60
0, rotasi eksternal-rotasi
internal dilakukan dengan menggunakan Grade II selama 2 menit. Selanjutnya rotasi
glide-roll-glide pada akhir gerakan, ditahan 15 detik selama 4 menit. Gliding yang
diberikan adalah tekanan yang sedang, nyaman dan tidak menimbulkan nyeri.
Mobilisasi pada sendi scapulothoracalis. Posisi pasien side lying, fleksi 700 sd
900. Satu tangan terapis memegang lengan yang diterapi dan telapak tangan yang lain
berada di margo lateralis dan angulus inferior scapula Tangan terapis melakukan
glide ke medial scapula berlawanan arah dengan gerakan abduksi sendi
glenohumeralis. Pada dua menit pertama lakukan gliding , Grade II. Setelah itu
lakukan mobilisasi, glide-roll-glide dengan gerakan abduksi sendi glenohumeralis.
Akhir gliding ditahan 15 detik dan gerakan ulangan meregang dilakukan selama 4
menit.
a. Lokasi : sendi glenohumeralis, sendi scapulothoracalis
b. Intensitas gliding : Grade II dan tekanan sedang/nyaman
c. Waktu : 20 menit
d. Frekuensi : 3x minggu, selama 4 minggu
4.5.2 Manual lymph drainage
52
Manual lymph drainage permulaan dilakukan daerah leher pada posisi
terlentang, dengan effleurage yang ringan dan terarah dari profundus ke terminus
selama 2 menit. Kemudian effleurage ringan dan gerakan pompa yang lembut pada
daerah bahu belakang, dada depan dan lengan atas selama 3 menit. Dilakukan 5
menit pada waktu permulaan terapi dan ditutup dengan waktu 5 menit.
a. Lokasi : sistem limfe cervical dan regio bahu
b. Intensitas : sedang-nyaman
c. Waktu : 10 menit
d. Frekuensi : 3x minggu, selama 4 minggu
4.5.3 Latihan pendular Codman
Latihan Pendular Codman dilaksanakan pada posisi berdiri. Lumbal di flexikan
700, dan gunakan tangan yang sehat sebagai tumpuan pada kursi atau meja. Lengan
yang mengalami frozen shoulder menggantung, otot-otot regio scapulothoracalis dan
regio sendi glenohumeralis dalam keadaan relaksasi. Gerakan harus lancar dan
dilakukan selama 30 detik dalam satu arah. Ulangi selama 30 detik dengan arah
sebaliknya. Pada permulaannya gerakan dilakukan dengan membuat lingkaran kecil,
dan secara bertahap tingkatkan ke lingkaran yang lebih besar. Beban yang diberikan
berkisar 1,5 kg – 2,25 kg. Waktu 10 menit. Latihan ini di lakukan 3x 1 hari sebagai
program latihan di rumah. Latihan dilakukan selama 4 minggu (Jurgel et al., 2005;
Ellsworth et al., 2006).
4.5.4 Pengukuran lingkup gerak sendi
Sampel diukur lingkup gerak sendi dengan goniometer dalam posisi fleksi,
ekstensi, abduksi, rotasi eksternal dan rotasi internal. Sendi yang diukur terbebas
53
dari pakaian. Berikan penjelasan dan contoh pengukuran yang akan dilakukan.
Berikan gerakan pasif lebih dahulu untuk menghasilkan relaksasi struktur jaringan
lunak regio sendi glenohumeralis. Sumbu gerak ditentukan dengan cara melakukan
palpasi pada tuberculus major sesuai dengan gerakan angulair yang diharapkan.
Tungkai goniometer yang statis diletakkan paralel dan sumbu longitudinal segmen
tubuh yang bergerak. Pastikan sumbu goniometer tepat pada sumbu gerakan sendi.
Baca dan catat hasil pemeriksaan ROM.
1. Fleksi
Gambar 4.2 Pengukuran ROM Fleksi
a. Posisi pasien ; Tidur terlentang serta sendi lutut di fleksikan. Kedua sendi
siku ekstensi. Kedua lengan bawah dalam posisi netral dan ibu jari
menghadap keatas.
b. Goniometer diletakkan pada tuberculum major di tengah fossa glenoidalis.
Tungkai goniometer yang statis diletakkan sejajar linea axillaris media dan
tungkai goniometer yang bergerak ujungnya diletakkan pada epicondylus
lateralis.
c. Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan agar melakukan gerakan fleksi sendi
glenohumeralis melewati kepala atau sampai batas gerakan yang dapat
dilakukan oleh penderita frozen shoulder.
54
2. Ekstensi
Gambar 4.3 Pengukuran ROM Ekstensi
a. Posisi pasien : Posisi prone lying (telungkup). Kepala rotasi ke arah
kontralateral. Sendi siku sedikit fleksi. Lengan bawah pada posisi antara
supinasi dan pronasi dan telapak tangan berhadapan dengan tubuh pasien.
b. Goniometer diletakkan pada tuberculus major di tengah fossa glenoidalis
pada acromion lateral caudal. Tungkai goniometer yang statis diletakkan
sejajar linea axillaris media dan tungkai goniometer yang bergerak
ujungnya pada epicondylus lateralis.
c. Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan agar melakukan gerakan ekstensi
sendi glenohumeralis sampai batas gerakan yang dapat dilakukan oleh
penderita frozen shoulder.
3. Abduksi
Gambar 4.4 Pengukuran ROM Abduksi
55
a. Posisi pasien : posisi supine lying (terlentang) dan semi fleksikan kedua
lutut. Eksorotasi dari sendi glenohumeralis. Ekstensi sendi siku.
b. Goniometer diletakkan di tengah fossa glenoidalis atau pada acromion
bagian ventral caudal. Tungkai goniometer bagian proksimal statis
diletakkan sejajar dengan tulang sternum. Tungkai goniometer yang
dinamis (bagian distal) diletakkan pada garis tengah humerus bagian
ventral.
c. Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan agar melakukan gerakan abduksi
sendi glenohumeralis sampai batas gerakan yang dapat dilakukan oleh
penderita frozen shoulder.
4. Eksorotasi
Gambar 4.5 Pengukuran ROM Eksorotasi
a. Posisi pasien : posisi supine lying (terlentang) dan semi fleksikan kedua
lutut. Sendi glenohumeralis pada posisi Abduksi 900, sendi
humeroradialis/ulnaris pada posisi fleksi 900. Handuk/bantalan diletakkan
humerus bagian distal. Lengan bawah pronasi dan telapak tangan
menghadap ke arah kaki pasien.
b. Goniometer diletakkan pada tulang olecranon. Tungkai goniometer yang
proksimal (statis) tegak lurus pada tempat tidur dan tungkai goniometer
56
yang distal (bergerak) ujungnya diletakkan pada processus styloideus
dari tulang ulna.
c. Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan agar melakukan gerakan eksorotasi
sendi glenohumeralis sampai batas gerakan yang dapat dilakukan oleh
penderita frozen shoulder.
5. Endorotasi
Gambar 4.6 Pengukuran ROM Endorotasi
a. Posisi pasien : posisi supine lying (terlentang) dan semi fleksikan kedua
lutut. Sendi glenohumeralis pada posisi Abduksi 900, sendi
humeroradialis/ulnaris pada posisi fleksi 900. Handuk/bantalan di
letakkan pada os. humerus bagian distal. Lengan bawah pronasi dan
telapak tangan menghadap ke arah kaki pasien.
b. Goniometer diletakkan pada tulang olecranon. Tungkai goniometer yang
proksimal (statis) tegak lurus pada tempat tidur dan tungkai goniometer
yang distal (bergerak) ujungnya diletakkan pada processus styloideus
dari tulang ulna.
c. Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan agar melakukan gerakan endorotasi
sendi glenohumeralis sampai batas gerakan yang dapat dilakukan oleh
penderita frozen shoulder.
57
4.6 Alur Penelitian
Gambar 4.7 Alur Penelitian
58
4.7 Alat Penelitian
Alat penelitian terdiri dari peralatan yang dipakai dalam perlakuan untuk
mengumpulkan data, yaitu: Tempat tidur untuk terapi; perlengkapan pendukung
terapi; goniometer; formulir pengkajian fisioterapi; lembaran pengukuran lingkup
gerak sendi sendi glenohumeralis; kamera untuk dokumentasi dan komputer
penyimpanan dan pengolahan data.
4.8 Prosedur Penelitian
4.8.1 Tahap persiapan
Studi kepustakaan dari buku-buku, jurnal, internet, mempelajari dokumentasi-
dokumentasi fisoterapi untuk penderita frozen shoulder di praktek fisioterapi manual
Sriwijaya dan dokumentasi-dokumentasi dari kelompok team fisioterapi manual di
Medan.
Menetapkan tempat penelitian yaitu di praktek fisioterapi manual sriwijaya.
Penentuan sampel dilakukan berdasarkan pasien yang datang ke praktek fisioterapi
manual sriwijaya menurut kriteria inklusi dan kriteria drop out.
Petugas fisioterapi yang akan mendukung penelitian ini mendapat perlatihan
tentang konsep teknik Manual Therapy, Latihan Pendular Codman dan pengukuran
goniometer yang diharapkan untuk penelitian ini. Sehingga petugas fisioterapi
mampu memberikan terapi yang optimal dan edukasi kepada sampel mengenai
manfaat, tujuan, bagaimana penelitian ini dilakukan dan pentingnya dilakukan
penelitian ini (Andrews et al., 2012).
59
4.8.2 Tahap pelaksanaan penelitian
Setelah dilakukan clinical reasoning, subjek atau sampel dikelompokkan
menjadi 2 kelompok, yaitu : Kelompok I dan Kelompok II. Kelompok I adalah
kelompok yang memperoleh Latihan Pendular Codman. Kelompok II adalah
kelompok yang memperoleh Teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular
Codman.
Memberikan pengarahan kepada subjek terkait dengan apa yang harus mereka
lakukan dan prosedur yang harus diikuti selama proses penelitian berlangsung.
Selama penelitian berlangsung, subjek dihimbau agar melakukan hal-hal sebagai
berikut; Tidak menjalani pengobatan lain selain intervensi yang diberikan; latihan
pendular codman dilakukan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh petugas
fisioterapi dan pelaksanaannya konsisten; Tetap melakukan kegiatan seperti biasanya
(Jurgel et al., 2005; Ellsworth et al., 2006).
Sebelum dan sesudah dilakukan intervensi, kedua kelompok tersebut sama-sama
dilakukan pengukuran dengan menggunakan goniometer.
Setelah 4 minggu intervensi , dievaluasi dan peneliti sudah mendapatkan data
yang lengkap, kemudian peneliti membandingkan hasilnya pada kedua kelompok
tersebut.
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian dilakukan oleh penulis dan para
fisoterapis yang terlatih. Kolega tersebut mampu memahami metode penelitian ini
dan cukup motivasi mensukseskan penelitian ini (Wilk et al., 2012).
60
Data yang diperoleh dari kolega yang membantu penelitian dalam bentuk
lembaran pengukuran goniometer gerakan sendi glenohumeralis, dikontrol kalau
masih ada kekurangan. Kemudian data dikembalikan kepada kolega untuk
diperbaiki. Kemudian data diperiksa kembali, sebagai langkah akhir dalam
pengumpulan data (Wies, 2005; Wilk et al., 2012).
4.10 Analisis Data
Dalam menganalisis data yang diperoleh, maka peneliti menggunakan beberapa
uji statistik, antara lain: Uji deskriptif; uji normalitas; uji homogenitas dan uji
komparabilitas.
Uji deskriptif digunakan untuk menggambarkan karateristik data yang
didapatkan dari hasil penelitian. Analisis deskriptif dipakai untuk menganalisis
variable identitas data dan beberapa variable lainnya.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari
hasil pengukuran goniometer berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian
normalitas distribusi dengan menggunakan Saphiro Wilk Test dengan p>0,05.
Untuk mengetahui homogenitas distribusi, maka dilakukan pengujian
homogenitas hasil pengukuran goniometer dengan menggunakan Lavene’s test
dengan p>0,05.
Distribusi data normal sebelum dan sesudah terapi pada Kelompok Perlakuan I
(Latihan Pendular Codman) dan Kelompok Perlakuan II (teknik Manual Therapy dan
Latihan Pendular Codman) maka menggunakan paired t test. Data yang berdistribusi
61
normal pada pembandingan hasil pengukuran goniometer antara Kelompok
Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II maka menggunakan t test independent.
Distribusi data tidak normal sebelum dan sesudah terapi pada Kelompok
Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II maka menggunakan Wilcoxon sign rank
test. Data yang berdistribusi tidak normal pada pembandingan hasil pengukuran
goniometer sebelum dan sesudah terapi antara Kelompok Perlakuan I dan Kelompok
Perlakuan II maka menggunakan Mann-Whitney test.
62
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Deskripsi karateristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini
Tabel 5.1
Karakteristik Sampel
Karakteristik
Sampel
Kelompok Perlakuan
Latihan Pendular
Codman (n=8)
Kelompok Perlakuan Penambahan
Manual Therapy pada Latihan Pendular
Codman (n=8)
Rerata ± SB Rerata ± SB
Umur(thn)
TB (cm)
BB (kg)
IMT (kg/m2)
55,13 + 6.010
164,25 + 4,265
64,88 + 6,770
24,00+ 1,604
51,88 + 5,275
159,38 ± 5,208
60,00 + 3,071
23,64 + 1,067
Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa karateristik umur, berat badan, tinggi badan
dan Indeks massa tubuh sebelum intervensi dari kedua kelompok hampir sama dan
tidak terdapt perbedaan yang berarti. Dengan demikian subjek penelitian berjumlah
16 orang subjek yang terbagi dalam dua kelompok, masing-masing memiliki
karakter fisik dan kemampuan yang sama.
Umur subjek pada kelompok Latihan Pendular Codman antara 47-60 tahun
dengan rerata adalah 55,13. Sedangkan umur subjek pada kelompok penambahan
Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman antara 46-61 tahun dengan rerata
adalah 51,88 tahun.
63
Tabel 5.2
Sampel Jenis Kelamin
Sampel
Jenis kelamin
Kelompok Perlakuan
Latihan Pendular Codman
Kelompok Perlakuan teknik manual
therapy dan Latihan Pendular Codman
N % N %
Laki-laki
Perempuan
2
6
25
75
1
7
12,5
87,5
Jumlah 8 100 8 100
Tabel 5.2 memperlihatkan karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin.
Dilihat dari jenis kelamin menunjukkan bahwa laki-laki sebanyak 2 orang (25%) dan
perempuan 6 orang (75%) pada kelompok Latihan Pendular Codman. Kelompok
Perlakuan teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman memperlihatkan
bahwa perempuan sebanyak 7 orang (87,5%) dan laki-laki 1 orang (12,5%).
5.2 Analisis Deskriptif Pengukuran ROM Sendi Glenohumeralis Sebelum
Perlakuan Kedua Kelompok
Sendi glenohumeralis sebelum perlakuan dengan hasil deskriptif rerata
pengukuran fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi pada kelompok
Latihan Pendular Codman : 84,750 + 5,922; 26,63
0 + 4,749; 80,50
0 + 5,529; 37,13
0 +
4,612; 44,000 + 4,408. Sedangkan hasil deskriptif rerata pengukuran fleksi, ekstensi,
abduksi, eksorotasi dan endorotasi pada kelompok penambahan Manual Therapy
dan Latihan Pendular Codman :83,750 + 7,555; 26,38
0 + 3,852; 78,25
0 + 9,254;
38,630+ 5,476 dan 48,63
0 + 7,190 seperti tertera pada Tabel 5.3.
64
Tabel 5.3
Analisis Deskriptif Pengukuran ROM Sendi Glenohumeral Sebelum
Perlakuan Kedua Kelompok
Variabel
Kelompok Latihan
Pendular Codman
(N=8)
Kelompok Penambahan Manual Therapy
dan Latihan Pendular Codman
(N=8)
Rerata SB Rerata SB
Fleksi 84,750 5,922 83,75
0 7,555
Ekstensi 26,630 4,749 26,38
0 3,852
Abduksi 80,500 5,529 78,25
0 9,254
Eksorotasi 37,130 4,612 38,63
0 5,476
Endorotasi 44,000 4,408 48,63
0 7,190
5.3 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Sebagai prasyarat untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan maka
dilakukan uji normalitas dan homogenitas data pengukuran ROM pada sendi
glenohumeralis dengan goniometer sebelum dan sesudah perlakuan kedua kelompok.
Uji normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk, karena data kurang dari 30,
yang hasilnya tertera pada Tabel 5.4
65
Tabel 5.4
Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Lingkup Gerak
Sendi
P. Uji Normalitas
(Saphiro Wilk-Test) P.Uji
Homogenitas
(Lavene’s Test)
(p)
Kelompok
Latihan Pendular
Codman
Kelompok
ManualTherapy dan
Latihan Pendular
Codman
Fleksi Sebelum
Perlakuan
0,278 0,276 0,691
Ekstensi
Sebelum
Perlakuan
0,171 0,925 0,707
Abduksi
Sebelum
Perlakuan
0,718 0,271 0,270
Eksorotasi
Sebelum
Perlakuan
0,165 0,568 0,516
Endorotasi
Sebelum
Perlakuan
0,160 0,731 0,310
Fleksi Setelah
Perlakuan
0,248 0,435 0,017
Ekstensi
Setelah
Perlakuan
0,016 0,778 0,048
Abduksi
Setelah
Perlakuan
0,326 0,230 0,017
Eksorotasi
Setelah
Perlakuan
0,059 0,731 0,522
Endorotasi
Setelah
Perlakuan
0,951 0,080 0,259
Selisih fleksi 0,836 0,317 0,061
Selisih ekstensi 0,403 0,053 0,176
Selisih
abduksi
0,366 0,250 0.016
Selisih
eksorotasi
0,017 0,862 0,016
Selisih
endorotasi
0,928 0,113 0,112
66
Dari hasil uji normalitas dengan Saphiro Wilk Test sebelum intervensi untuk
kelompok Latihan Pendular Codman diketahui nilai p lebih besar dari 0,05 (p >0,05)
yang berarti distribusi data normal. Sedangkan pada hasil uji normalitas sesudah
intervensi untuk kelompok Latihan Pendular Codman diketahui nilai p dari fleksi,
ekstensi, abduksi, eksorotasi, dan endorotasi adalah umumnya p>0,05, berarti uji
normalitasnya berdistribusi normal, kecuali nilai p ekstensi adalah p= 0,016 (p<0,05)
yang distribusinya tidak normal.
Pada uji normalitas dengan Saphiro Wilk Test sebelum intervensi untuk
kelompok Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman diketahui nilai p rata-rata
lebih besar dari 0,05 (p >0,05) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan
pada hasil uji normalitas sesudah intervensi untuk kelompok Manual Therapy dan
Latihan Pendular Codman diketahui nilai p rata-rata lebih besar dari 0,05 ( p>0,05)
yang berarti data berdistribusi normal.
Maka hasil uji normalitas menunjukkan uji ini adalah uji parametrik dan non
parametrik
5.4 Uji Beda Hipotesis I
Uji beda ini bertujuan untuk mengetahui rerata derajad ROM sendi
glenohumeralis sebelum dengan sesudah perlakuan pada kelompok Latihan Pendular
Codman. Untuk mengetahui ROM sendi glenohumeralis fleksi, abduksi, eksorotasi
dan endorotasi sebelum dengan sesudah perlakuan digunakan uji Paired t test. Untuk
mengetahui ROM sendi glenohumeralis ekstensi sebelum dengan sesudah perlakuan
digunakan uji Wilcoxon sign Rank Test.
67
Tabel 5.4
Uji Beda Hipotesis I
Lingkup Gerak Sendi Rerata + SB
p Sebelum Sesudah
Fleksi 84,750 + 5,922 94,63
0 + 4,658 0,001
Abduksi 80,500 + 5,529 90,88
0 + 5,194 0,001
Eksorotasi 37,130 + 4,612 42,00
0 + 4,567 0,001
Endorotasi 44,000+ 4,408 50,63
0 + 5,069 0,002
Ekstensi 26,630+4,749 32,25
0+ 5,203 0,011
Tabel 5.5 menunjukkan beda rerata peningkatan ROM sendi glenohumeralis
fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi sebelum dengan sesudah
perlakuan memiliki rata-rata nilai p< 0,05. Kesimpulannya pada penelitian ini,
Latihan Pendular Codman meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada penderita
frozen shoulder.
5.5 Uji Beda Hipotesis II
Uji ini untuk mengetahui perbedaan peningkatan ROM pada sendi
glenohumeralis sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok teknik Manual
Therapy dan Latihan Pendular Codman. Paired t test digunakan untuk uji ini.
Hasilnya disajikan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 menunjukkan beda rerata peningkatan ROM sendi glenohumeralis
fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi sebelum dengan sesudah
perlakuan memiliki nilai p rata-rata kurang dari 0,05 (p<0,05). Hasil ini
membuktikan bahwa terjadi peningkatan ROM sendi glenohumeralis sebelum dan
sesudah perlakuan pada kelompok teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular
68
Codman, terjadi peningkatan ROM secara bermakna. Kesimpulannya teknik
Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman efektif meningkatkan ROM sendi
glenohumeral penderita frozen shoulder.
Tabel 5.6
Uji Beda Hipotesis II
Lingkup Gerak Sendi
Rerata + SB
p Sebelum
Sesudah
Fleksi 83,750 + 7,555 159,75
0 + 16,816 0,001
Ekstensi 26,380 + 3,852 45,13
0 + 1,959 0,001
Abduksi 78,250 + 9,254 155,13
0 + 15,606 0,001
Eksorotasi 38,630 + 5,476 70,75
0 + 3,495 0,001
Endorotasi 48,630 + 7,190 77,25
0 + 3,370 0,001
5.6 Uji Beda Hipotesis III
Uji beda bertujuan untuk membedakan rerata derajad ROM sendi
glenohumeralis sesudah perlakuan antara kelompok Latihan Pendular Codman
dengan kelompok penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular
Codman. Uji beda ini umumnya menggunakan uji t test independent. Untuk beda
rerata derajad ROM sendi glenohumeralis eksorotasi sesudah perlakuan antara ke
dua kelompok digunakan uji Mann-Whitney Test. Adapun hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 5.7.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t test independent dan uji
Mann-Whitney test untuk eksorotasi seperti pada Tabel 5.7 di atas menunjukkan
bahwa beda rerata ROM sendi glenohumeralis fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi
dan endorotasi sesudah perlakuan antara Kelompok Latihan Pendular Codman dan
Kelompok teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman memiliki nilai
69
p<0,05 , hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna. Disimpulkan bahwa
penambahan teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman lebih efektif
meningkatkan ROM sendi glenohumeralis daripada Latihan Pendular Codman pada
penderita frozen shoulder.
Tabel 5.7
Uji Beda Hipotesis III
Lingkup Gerak
Sendi
Rerata + SB
p Selisih perlakuan
Kelompok Latihan
Pendular Codman
Selisih perlakuan
Kelompok teknik Manual Therapy
dan Latihan Pendular Codman
Fleksi 9,880 + 5,139 76
0 + 13,320 0,001
Ekstensi 5,630 + 2,446 18,75
0 + 3,059 0.001
Abduksi 10,38 + 4,596 76,880 + 15,123 0,001
Endorotasi 6,630 + 3,962 28,63
0 + 8,434 0,001
Eksorotasi 4,880+ 1,246 32,13
0 + 6,175 0,001
70
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk
mengetahui penambahan teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman
lebih meningkatkan ROM sendi glenohumeral penderita frozen shoulder.
6.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Pada penelitian ini jumlah subjek penelitian adalah sebanyak 16 orang yang
menderita frozen shoulder yang datang ke praktek fisioterapi Sriwijaya Medan dari
Maret 2013 hingga Juni 2013. Umur yang terlibat berkisar antara 46-62 tahun.
Jumlah wanita yang terlibat 13 orang. Pada kelompok latihan pendular codman,
wanita 6 orang dan laki-laki 2 orang, sedangkan pada kelompok teknik manual
therapy jumlah wanita yang terlibat 7 orang dan laki-laki 1 orang. Kondisi ini hampir
sama dengan dilaporkan oleh beberapa peneliti (Brotzman dan Manske, 2011; Hsu et
al., 2011; Maund et al., 2012; Robinson et al., 2012), bahwa frozen shoulder
kebanyakan terjadi pada usia 40-65 dan lebih banyak mengenai wanita. Kebanyakan
terjadi pada usia 40-65 tahun, berhubungan dengan proses penuaan tahap klinik.
Pada tahap ini penurunan sistem tubuh berlanjut , khususnya penurunan level
hormon antara lain level hormon Dehydroepian-drosterone, testosteron, growth
hormene dan estrogen (Pangkahila, 2011).
Penderita frozen shoulder lebih banyak mengenai wanita karena wanita pada
usia 45-65 tahun lebih banyak mengalami perubahan hormon, perimenopause dan
71
post menopause yang merupakan salah satu pencetus frozen shoulder (Lee et al.,
2005; Brotzman dan Manske, 2011; Hsu et al., 2011; Maund et al., 2012;
Robinson et al., 2012).
Obesitas merupakan salah satu faktor terjadinya frozen shoulder. Seseorang
dikatakan obes bila mempunyai indek massa tubuh ≥ 30 kg/m2. Berat badan dan
tinggi badan diukur untuk mengetahui indek massa tubuh (IMT), rerata indeks massa
tubuh sebagai sampel penelitihan Kelompok Perlakuan Latihan Pendular Codman
adalah 24,00 kg/m2. Rerata indek masa tubuh pada Kelompok Perlakuan teknik
Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman 23,64 kg/m2. Indeks massa tubuh
menggambarkan status gizi seseorang. Dengan demikian berdasarkan rerata indeks
massa tubuh pada kedua kelompok perlakuan menjelaskan bahwa status gizi sampel
penelitian dalam katagori normal atau sampel tidak obes (Adiatmika, 2002).
6.2 Pembahasan Hipotesis I
Berdasarkan uji paired t test dan uji Wilcoxon sign rank test (p ekstensi <0,05)
menunjukkan beda rerata peningkatan ROM sendi glenohumeralis fleksi, ekstensi,
abduksi, eksorotasi dan endorotasi sebelum dengan sesudah perlakuan memiliki nilai
p< 0,05). Hal ini berarti pada kelompok Latihan Pendular Codman yang dilakukan
selama 4 minggu, terjadi peningkatan ROM secara signifikan.
Menurut Ellsworth et al. (2006) bahwa latihan pendular codman untuk
memelihara dan memperbaiki fleksibilitas dan stabilitas otot-otot rotator cuff.
Latihan Pendular Codman yang dilakukan dengan tekun dan dosis yang tepat akan
merelaksasikan otot supraspinatus dan otot trapezius. Peningkatan fleksibilitas otot-
72
otot tersebut akan meningkatkan ROM sendi glenohumeralis. Hasil penelitian
Latihan Pendular Codman oleh Griggs et al. (2000) pada 75 pasien frozen shoulder
idiopatik, bahwa Latihan Pendular Codman meningkatkan ROM sendi
glenohumeralis . Dengan demikian disimpulkan Latihan Pendular Codman
meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada penderita frozen shoulder.
Di sisi lain peneliti menyadari keterbatasan bahwa home program belum
terbiasa bagi banyak pasien, pasien kurang mengerti atau ragu-ragu dalam
melaksanakan latihan di rumah, kontrol terhadap aktivitas sehari-hari termasuk
pelaksanaan latihan tidak gampang. Permasalahan ini selalu dikomunikasikan kepada
pasien agar penelitian dapat berhasil optimal.
Fisioterapis yang mampu melakukan clinical reasoning dengan baik akan
mampu menggunakan Latihan Pendular Codman secara optimal untuk meningkatkan
aktivitas fungsional akibat hipomobilitas regio sendi bahu pada penderita frozen
shoulder.
6.3 Pembahasan Hipotesis II
Menurut uji Paired t test pada Tabel 5.5 untuk mengetahui perbedaan
peningkatan ROM sendi glenohumeralis sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman didapat nilai p < 0,05 dan
hasilnya signifikan. Hal ini berarti bahwa penerapan teknik Manual Therapy dan
Latihan Pendular Codman signifikan meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada
penderita frozen shoulder.
73
Pada penderita frozen shoulder, gerakan pada sendi glenohumeralis terbatas ke
segala arah karena adanya tightness, adhesi, stres jaringan lunak di regio bahu.
Akibatnya terjadi hiposirkulasi, gangguan absorbsi pembuluh darah vena dan
gangguan aliran sistem limfe. Manual Lymph Drainage (MLD) salah satu jenis
Manual Therapy yang dilakukan dengan teknik yang tepat akan memperlancar
sistem limfe, sistem sirkulasi, mengaktisivasi sistem parasimpatis dan secara tidak
langsung akan menurunkan tingkatan stres dalam tubuh khususnya pada regio bahu
(Wittlinger, 2004; Foldi, 2005).
Setelah tingkatan stres menurun dilakukan traksi sendi glenohumeralis ke arah
lateral sedikit ventro kranial. Traksi sendi glenohumeralis adalah peregangan
permukaan sendi antara cavitas glenoidalis dan caput humerus yang arahnya tegak
lurus dan menjauhi bidang terapi cavitas glenoidalis. Menurut Donatelli (2004)
mobilisasi pada posisi Loose Pack Position (LPP) selain aman dan juga efektif untuk
meningkatkan ektensibilitas lingkup gerak sendi elevasi aktif sendi glenohumeralis.
Teknik ini meregangkan kapsul sendi , kalau dilakukan secara konsisten akan
mengurangi adhesi pada jaringan sekitar sendi bahu, sehingga pada akhirnya terjadi
peningkatan mobilitas pada sendi bahu (Vermeulen et al., 2000; Maund et al.,
2012).
Selanjutnya mobilisasi sendi roll dan glide efektif untuk meningkatkan ROM
(Egmond & Schuitemaker, 2006). Gerakan roll dan glide adalah gerakan yang
alamiah, dilakukan sesuai dengan arthrokinematika pada sendi glenohumeralis.
Teknik mobilisasi ini efektif untuk meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada
penderita frozen shoulder (Yang et al., 2007). Gliding caput humerus ke posterior
74
dan ke inferior efektif meningkatkan rotasi eksternal dan rotasi internal sendi
glenohumeralis (Johnson et al., 2007). Dilakukan juga roll abduksi dan gliding ke
inferior dalam posisi LPP. Roll dan glide pada sendi glenohumeralis akan
meningkatkan ROM sendi ke segala arah, streching otot-otot rot rotator cuff,
streching ligamen-ligamen glenohumeral dan ligamen coracohumeral (Durall, 2011).
Mobilisasi scapula dengan gerakan anguler abduksi sendi glenohumeralis yang
dilakukan secara konsisten dan durasi yang cukup, meningkatkan ekstensibilitas
jaringan kontraktil dan non kontraktil regio scapula serta regio sendi glenohumeralis.
Sehingga memperbaiki reverse scapulohumeral rhythm dan meningkatkan gerakan
elevasi dan abduksi sendi glenohumeralis (Stenvers, 2009).
Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa penambahan Manual Therapy pada
Latihan Pendular Codman dapat meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada
penderita frozen shoulder.
Pelaksanaan Manual Therapy yang efektif tergantung pada skill dari
fisioterapisnya. Keterbatasan lainnya keberhasilan intervensi manual therapy sering
ditentukan oleh penilaian pasien yang sangat subjektif. Oleh karena itu fisioterapis
masa kini ditantang untuk mengobati penderita frozen shoulder secara hollistik.
Pada masa kini banyak metode manual therapy dan terapi latihan yang
berkembang. Fisioterapis ditantang untuk memanfaatkan Evidence-based practice
baik dalam melakukan assessmen, menentukan diagnosa fisioterapis yang tepat
maupun dalam pelaksanaan intervensi fisioterapi yang efektif. Sehingga banyak
fisioterapis mampu mengembangkan macam-macam teknik Manual Therapy dan
75
Exercise untuk meningkatkan ROM sendi glenohumeral maupun kemampuan
fungsional pada penderita frozen shoulder.
6.4 Pembahasan Hipotesis III
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t test independent untuk uji
fleksi, ekstensi, abduksi, endorotasi dan uji Mann-Whitney test untuk eksorotasi
seperti pada Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa beda rerata ROM sendi
glenohumeralis fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi sesudah
perlakuan antara Kelompok Latihan Pendular Codman dan Kelompok teknik Manual
Therapy dan Latihan Pendular Codman memiliki nilai p masing-masing 0,001
(p<0,05), hal ini dapat disimpulkan bahwa penambahan teknik Manual Therapy
pada Latihan Pendular Codman lebih efektif meningkatkan ROM sendi
glenohumeralis dari pada Latihan Pendular Codman pada penerita frozen shoulder.
Nilai rata-rata kelompok teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman
berbeda jauh dengan kelompok hanya Latihan Pendular Codman. Selisih
peningkatan fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi dan endorotasi 80,56%, 49,97%,
85,35%, 70,03% dan 43,78%, (lihat lampiran).
Perbedaaan itu dipengaruhi teknik Manual Therapy dilaksanakan oleh
fisioterapis yang terlatih pada penderita frozen shoulder sedangkan latihan pendular
codman dilakukan oleh penderita frozen shoulder. Teknik Manual Therapy dapat
memfokuskan pada perbaikan jaringan spesifik untuk hipomobilitas rotasi eksternal
pada sendi glenohumeralis, hipomobilitas kesegala arah (Jurgel et al., 2005; Johnson
76
et al., 2007), sedangkan pada Latihan Pendular Codman perbaikan fleksibilitas
jaringan sekitar hipomobilitas rotasi eksternal kurang spesifik.
Keberhasilan ini ditentukan oleh skill, dedikasi fisioterapis dan pemahaman
pasien yang baik akan problemnya, tujuan terapi. Pasien ikut juga berpartisipasi
untuk meningkatkan ROM dan kemampuan fungsional sendi glenohumeral pada
penderita frozen shoulder.
77
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Latihan Pendular Codman dapat meningkatkan ROM pada sendi
glenohumeralis penderita frozen shoulder.
2. Penerapan Teknik Manual Therapy dan Latihan Pendular Codman
meningkatkan ROM sendi glenohumeralis penderita frozen shoulder.
3. Penambahan Teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman lebih
meningkatkan ROM sendi glenohumeralis daripada latihan pendular
Codman pada penderita frozen shoulder.
7.2 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, disarankan beberapa hal yang berkaitan
dengan peningkatan ROM sendi glenohumeralis pada penderita frozen shoulder.
1. Perlu penelitian multi-senter dengan protokol yang sama di pusat-pusat
pendidikan Fisioterapi di Indonesia. Perlu juga dilakukan meta analisis atas
hasil-hasil penelitian yang telah ada di Indonesia.
2. Penambahan Teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman dapat
digunakan menjadi salah satu pilihan utama untuk meningkatkan ROM sendi
glenohumeralis pada penderita frozen shoulder.
78
3. Teknik Manual Therapy dapat digunakan sebagai salah satu intervensi
fisioterapi yang efektif untuk meningkatkan ROM sendi glenohumeralis pada
penderita frozen shoulder.
4. Latihan Pendular Codman masih dapat digunakan sebagai salah satu
intervensi yang efektif untuk meningkatkan ROM sendi glenohumeralis
pada penderita frozen shoulder dengan meningkatnya kemampuan fisioterapis
dalam melakukan clinical reasoning.
5. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan alternatif lain bagi rekan-
rekan fisioterapi mengembangkan Teknik Manual Therapy dan terapi latihan
lainnya untuk meningkatkan ROM sendi bahu penderita frozen shoulder.
79
DAFTAR PUSTAKA
Adiatmika, I P.G. 2002. Pengukuran Kesegaran Jasmani. Denpasar : Udayana
University Press.
Andrews, J.R., Harrelson, G.L., Wilk, K.E. 2012. Physical Rehabilitation of the
Injured Athlete. 4th edition. Philadelphia : Mosby Elsevier.
Brotzman, S.B., Manske, R.C. 2011. Clinical Orthopaedic Rehabilitation an
Evidence-Based Approach. third edition. Philadelphia : Elsevier.
Bunker, T.D., Reilly, J., Baird, K.S. 2000. Expression of growth factors, cytokines
and matrix metalloproteinases in frozen shoulder. The Journal Bone Surg Br;
82: 768-773.
Buomans, M.T.A., Ooy, A. 2009. The Examination of the Upper Extremities. first
edition. Netherlands : Massticht University.
Burkhart, S.S., Craig, D.M., Kibler, W.B. 2003. The SICK Scapular, Scapular
dyskinesis, the kinetic chain and Rehabilitation. The Journal of Arhtroscopic
and Related Surgery; 19 (6): 641-661.
Cook, C.E. 2007. Orthopedic Manual Therapy An Evidence-Based Approach. first
edition. Canada : Pearson Education LTD.
Cools, A.M., Dewitte, V., Lanszweert, F., Notebaert, D., Roets A., Soetens, B.,
Cagnie, B., Witvouw. 2007. Rehabilitation of Scapular Muscle Balance. The
American Journal of sports Medicine; 35 (10): 1744-1751.
Diercks, R.L., Stevens, M. 2004. Gentle thawing of the frozen shoulder : a
prospective study of supervised neglect versus intensive physical therapy in
seventy-seven patients with frozen shoulder syndrome followed up for two
years.The Journal Shoulder Elbow surg; 13: 499-502.
Donatelli, R.A. 2004. Physical Therapy of The Shoulder. fourth edition. Philadelphia
: Churchill Livinston.
Durall, C. 2011. Adhesiva Capsulitis. In : Brotzman, S.B., Manske, R.C., editors.
Clinical Orthopedic Rehabilitation :an evidence-based. second edition.
Philadelphia : Elsevier.
Edmond, S.L. 2006. Joint mobilization/manipulation, extremity and spinal
techniques. second edition. New Jersey : Mosby Elsevier.
Egmond, D.L., Schuitemaker, R. 2006. Extremiteiten manuele therapie in enge en
ruime zin, 9de
druk. Houten : Bohn Stafleu van Loghum.
80
El, A.D. 2010. Orthopaedic Manual Therapy Diagnosis. 1st Edition. U.S.A. : Jones
and Bartlett Publisher.
Ellsworth, A.A., Mullaney, M., Tyler, T.F., McHugh, M., Nicholas, S.J. 2006.
Electromyography of selected shoulder musculature during un-weighted and
weighted pendulum exercises.The Journal Sports Phys Ther; 1(2) : 73-79.
F ldi, M. 2005. Foundation of Manual Lymph Drainage. 3rd
Edition. Missouri USA
: Elsevier.
Gleyze, P., Flurin, P.H., Laprelle, E., Katz, D., Taussaint, B., Benkalfalte, T.,
Salignac, N., Levigne, C. 2011. Pain management in the rehabilitation of stiff
shoulder : prospective multicenter comparative, study of 193 cases. The
Journal Orthopedies & Traumatology; Surgery & Research; 452(9): 1-8.
Griggs, S.M., Ahn, A., Green, A. 2000. Idiopathic adhesive capsulitis, apospective
functional outcome study of nonoperative treatment. The Journal Bone Joint
Surg Am ; 82: 1398-1407.
Hand, G.C., Athanasou, N.A., Matthews, T. 2007. The pathology of frozen shoulder.
J Bone Joint Surg Br; 89: 928-932.
Hannafin, J.A., Chiaia, T.A. 2000. Adhesive capsulitis: a treatment approach. Clin
Orthop Related Res; 372: 95-109.
Hegedeus, E.J., Goode, A., Campbell, S., Morin, A., Tamaddoni, M., Moorman,
C.T., Cook, C. 2008. Physical examination tests of the shoulder : a systematic
review with meta-analysis of individual tests. The Journal Sports Med ; 42: 80-
92.
Herbert, R. 2011. Practical Evidence- Based Physiotherapy. Second Edition. London
: Churchill Livingstone.
Holey, E., Cook, E. 2008. Evidence-based Therapeutic Massage. Second Edition.
London : Churchill Livingstone.
Hsu, J.E., Anakwenze, O.A., Warrander, W.J., Abboud, J.A. 2011. Current review of
adhesive capsulitis. The Journal Shoulder Elbow Surg; 20: 502-514.
Johnson, A.J., Godges, J.J., Zimmerman, G.J. 2007. The effect of anterior versus
posterior glide joint mobilization on external rotation range of motion in
patients with shoulder adhesive capsulitis. The Journal Orthop Sports Phys
Ther; 37(3): 88-99.
81
Jurgel, J., Rannama, L., Gapeyeva, H. 2005. Shoulder function in patients with
frozen shoulder before and after 4-week rehabilitation. The Journal Medicina
(Kaunas); 41: 30-38.
Kelley, M.J., Mcclure, P.W., Leggin, B.G. 2009. Frozen shoulder : evidence and a
proposed model guiding rehabilitation. J Orthop Sports Phys Ther; 39(2): 135-
148.
Kisner, C. 2007. Therapeutic Exercise. Fifth Edition. Philadelphia: F.A Davis
Company.
Konin, J.G., Brittaney, J. 2012. Range of Motion and Flexibility. In : Andrews, J.R.,
Harrelson, G.L., Wilk, K.E., editors. Physical Rehabilitation of the Injured
Athlete. 4th edition. Philadelphia : Mosby Elsevier.
Lee, J.C., Sykes, C., Saifudin. 2005. Adhesive capsulitis: sonographic changes in the
rotator cuff interval with arthroscopic correlation. Skeletal Radiol; 34: 361-368.
Magee, D.J. 2008. Orthopedic Physical Assessment. Fifth Edition. Sounders
Elsevier : Philadelphia.
Maund E., Craig, D., Suekarran, S., Neilson, A.R., Wright, K., Brealey, S., Dennis,
L., Goodchild, L., Hanschood, N., Rangan, G., Richardson, G., Robertson, J.,
McDaid, C. 2012. Management of frozen shoulder a systematic review and
cost effectiveness analysis. Health Technology Assessment; 16(11): 1-264.
Netter, F.H. 2010. Atlas of Human Anatomy. Fifth Edition. UK : Sounders.
Neumann, D.A. 2010. Kinesiology of the musculoskletal system, Foundations for
Rehabilitation. Second Edition. Missouri 63043 : Mosby Elsevier.
Pangkahila, W. 2011. Anti- Aging Tetap Muda dan Sehat, first edition. Jakarta :
Penerbit Buku Kompas.
Pocock. 2008. Clinical Trials A Practical Approach. A Willey Medical Publication :
New York.
Robinson, C.M., Seah, K.T.M., Chee, Y.H., Hindle, P., Murray, I.R. 2012. Frozen
shoulder.The Journal of Bone and Joint surgery; 94-B (1): 1-9.
Rothstein, J.M., Echternach, J.L., Riddle, D.L. 2003. The Hypothesis-Oriented
algorithm for Clinicians II (HOACII) : A Guide for Patient Mangement.
Physical Therapy; 83 (5): 455-470.
82
Salim, J.S., Siahaan, T. 2011. Terapi MLDV meningkatkan LGS dan kemampuan
fungsional sendi glenohumeralis dengan cepat pada beberapa pasien
penderita frozen shoulder. Medan
Salvo, S. 2011. Massage therapy;Principles and Practice. Fourth Edition.
Philadelphia : W.B. Sounders Company.
Scanlon,V.C., Sanders, T. 2007. Essential of Anatomy and Physiology.Fifth Edition.
Philadelphia : F.A. Davis Company.
Snell, R.S. 2007. Clinical anatomy by systems. First Edition. Baltimore : Lippincott
Williams&Wilkins.
Stenvers, J.D. 2009. Primary frozen shoulder frequent asked questions. Available
from: URL: http://www.nsastenvers.nl
Tennent, T.D., Beach, W.R., Meyers, J.F. 2003. A Review of the Special Tests
Associated with Shoulder Examination.The American Journal of Sports
Medicine; 31(2): 301-307.
Uhthoff, H.K., Boileau, P. 2007 . Primary frozen shoulder; global capsular stiffness
versus localized contracture. Clin Orthop Rela Res; 456: 79-84.
Vermeulen, H.M., Obermann, W.R., Burger, B.J., Rozing, P.M., van Den Ende, C.H.
2000. End range mobilization techniques in adhesive capsulitis of the shoulder
joint, a multiple-subject case report. Phys Ther; 80: 1204-1213.
Vizniak, N.A. 2010. Quick Reference Evidence-Based Physical Medicine. Third
Edition. Canada : Profesional Health Systems.
Vizniak, N.A. 2010. Quick Reference Evidence-Based Physical Assessment. Third
Edition. Canada : Profesional Health Systems.
Watson, L.A., Pizzari, L.A., Balster, S., 2009.Clinical manifestations, differentiation
and treatment pathways. Available from http://www.elsevier.com/math.
Wies, J. 2005. Treatment of eight patients with frozen shoulder; a case study series.
Journal of Bodywork and Movement Therapies; 9: 58-64.
Wilk, K.E., Macrina, L.C, Arrigo., C. 2012. Shoulder Rehabilitation in Physical
Rehabilition of the Injured Athlete. 4th Edition. Philadelphia : Elsevier
Sounders.
Wittlinger, G. 2004. Texbook of Dr. Vodder’s Manual Lymph Drainage Vodder. 7th
Edition. Stuttgart : Thieme.
83
Yang, J.L., Chang, C.W., Chen, S.Y., Wang., S.F., Lin, J.J. 2007. Mobilization
techniques in subjects with frozen shoulder syndrome; randomized multiple-
treatment trial. Phys Ther; 87: 1307-1315.
Zuckerman, J.D., Rokito, A. 2011. Frozen shoulder: a consensus definition. J
Shoulder Elbow Surg; 20 : 322-325.
Zuther, J.E. 2009, Lymphedema Management, 2nd Edition, Thieme, Stuttgart – New
York.
84
Lampiran 1
INFORMED CONSCENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Menyatakan tidak keberatan menjadi subjek penelitian “PENAMBAHAN
TEKNIK MANUAL THERAPY PADA LATIHAN CODMAN PENDULAR LEBIH
MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI PADA SENDI GLENOHUMERAL
PENDERITA FROZEN SHOULDER” yang dilakukan oleh Johanes S. Salim
mahasiswa pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, Bali.
Demikian surat pernyataan ini saya buat tampa paksaan pihak manapun.
Medan, Maret 2013
Responden
85
Lampiran 2
Data Deskriptif Subjek Penelitian
NO
KELOMPOK I KELOMPOK II
NAMA UMUR JENIS
KELAMIN
BERAT
BADAN
TINGI
BADAN IMT NAMA UMUR
JENIS
KELAMIN
BERAT
BADAN
TINGGI
BADAN IMT
1 Ria Sinaga 50 P 64 169 22 Jo Gek
Hwee 61 P 60 161 23
2 Magdalena 47 P 57 161 22 Johanes 46 L 63 170 22
3 Rama
Helena 60 P 59 159 23 Elisabeth 52 P 54 155 22
4 Fauziah 60 P 63 164 23 Tetty
Hutagalung 49 P 61 158 24
5 Aulia 47 P 65 163 24 Yenni
Manurung 46 P 58 153 25
6 H. Abidin 60 L 75 168 27 Neslianta 50 P 60 159 24
7 Jefri
Kusnandar 59 L 75 170 26 Nuraini 57 P 60 157 24
8 Riska 58 P 61 160 24 Elfida 54 P 64 162 24
86
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
UMUR1 8 47 60 441 55.13 6.010
BB1 8 57 75 519 64.88 6.770
TB1 8 159 170 1314 164.25 4.268
IMT1 8 22 27 192 24.00 1.604
UMUR2 8 46 61 415 51.88 5.276
BB2 8 54 64 480 60.00 3.071
TB2 8 153 170 1275 159.38 5.208
IMT2 8 22 25 189 23.64 1.067
Valid N (listwise) 8
87
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation
prefleksi1 8 84.75 5.922
preekstensi1 8 26.63 4.749
preabduksi1 8 80.50 5.529
preekso1 8 37.13 4.612
preendo1 8 44.00 4.408
postfleksi1 8 93.38 5.236
postekstensi1 8 32.25 5.203
postabduksi1 8 90.88 5.194
postekso1 8 42.00 4.567
postendo1 8 50.63 5.069
prefleksi2 8 83.75 7.555
preekstensi2 8 26.38 3.852
preabduksi2 8 78.25 9.254
preekso2 8 38.63 5.476
preendo2 8 48.63 7.190
postfleksi2 8 159.75 16.816
postekstensi2 8 45.13 1.959
postabduksi2 8 155.13 15.606
postekso2 8 70.75 3.495
postendo2 8 77.25 3.370
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
selisihfleksi1 8 3 19 9.88 5.139
selisihfleksi2 8 49 91 76.00 13.320
selisihekstensi1 8 2 9 5.62 2.446
selisihekstensi2 8 15 22 18.75 3.059
selisihabduksi1 8 4 17 10.37 4.596
selisihabduksi2 8 47 93 76.88 15.123
selisiheksorotasi1 8 3 6 4.88 1.246
selisiheksorotasi2 8 23 41 32.13 6.175
selisihendorotasi1 8 1 14 6.63 3.962
selisihendorotasi2 8 21 45 28.63 8.434
Valid N (listwise) 8
88
Lampiran 3
Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Tests of Normality
Kelompok
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
preFLEKSI Klp Codman Pendular .898 8 .278
Klp Manual therapy + Codman Pendular .898 8 .276
preEKSTENSI Klp Codman Pendular .876 8 .171
Klp Manual therapy + Codman Pendular .974 8 .925
preABDUKSI Klp Codman Pendular .951 8 .718
Klp Manual therapy + Codman Pendular .897 8 .271
preEKSOROTASI Klp Codman Pendular .874 8 .165
Klp Manual therapy + Codman Pendular .936 8 .568
preENDOROTASI Klp Codman Pendular .873 8 .160
Klp Manual therapy + Codman Pendular .952 8 .731
89
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
preFLEKSI Based on Mean .165 1 14 .691
Based on Median .048 1 14 .830
Based on Median and with adjusted
df .048 1 12.159 .831
Based on trimmed mean .190 1 14 .669
preEKSTENSI Based on Mean .147 1 14 .707
Based on Median .120 1 14 .734
Based on Median and with adjusted
df .120 1 13.186 .735
Based on trimmed mean .110 1 14 .745
preABDUKSI Based on Mean 1.320 1 14 .270
Based on Median .843 1 14 .374
Based on Median and with adjusted
df .843 1 11.189 .378
Based on trimmed mean 1.358 1 14 .263
preEKSOROTASI Based on Mean .443 1 14 .516
Based on Median .588 1 14 .456
Based on Median and with adjusted
df .588 1 13.266 .457
Based on trimmed mean .503 1 14 .490
preENDOROTASI Based on Mean 1.110 1 14 .310
Based on Median .600 1 14 .451
Based on Median and with adjusted
df .600 1 11.047 .455
Based on trimmed mean 1.035 1 14 .326
90
Tests of Normality
Kelompok
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
postFLEKSI Klp Codman Pendular .893 8 .248
Klp Manual therapy + Codman
Pendular
.921 8 .435
postEKSTENSI Klp Codman Pendular .777 8 .016
Klp Manual therapy + Codman
Pendular
.957 8 .778
postABDUKSI Klp Codman Pendular .906 8 .326
Klp Manual therapy + Codman
Pendular
.889 8 .230
postEKSOROTASI Klp Codman Pendular .830 8 .059
Klp Manual therapy + Codman
Pendular
.952 8 .731
postENDOROTASI Klp Codman Pendular .978 8 .951
Klp Manual therapy + Codman
Pendular
.843 8 .080
91
Tests of Normality
Kelompok
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
postFLEKSI Klp Codman Pendular .893 8 .248
Klp Manual therapy + Codman
Pendular
.921 8 .435
postEKSTENSI Klp Codman Pendular .777 8 .016
Klp Manual therapy + Codman
Pendular
.957 8 .778
postABDUKSI Klp Codman Pendular .906 8 .326
Klp Manual therapy + Codman
Pendular
.889 8 .230
postEKSOROTASI Klp Codman Pendular .830 8 .059
Klp Manual therapy + Codman
Pendular
.952 8 .731
postENDOROTASI Klp Codman Pendular .978 8 .951
Klp Manual therapy + Codman
Pendular
.843 8 .080
92
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
postFLEKSI Based on Mean 7.315 1 14 .017
Based on Median 5.008 1 14 .042
Based on Median and with
adjusted df
5.008 1 7.740 .057
Based on trimmed mean 6.684 1 14 .022
postEKSTENSI Based on Mean 4.689 1 14 .048
Based on Median 1.110 1 14 .310
Based on Median and with
adjusted df
1.110 1 7.999 .323
Based on trimmed mean 4.003 1 14 .065
postABDUKSI Based on Mean 7.269 1 14 .017
Based on Median 4.135 1 14 .061
Based on Median and with
adjusted df
4.135 1 8.598 .074
Based on trimmed mean 6.524 1 14 .023
postEKSOROTASI Based on Mean .432 1 14 .522
Based on Median .133 1 14 .720
Based on Median and with
adjusted df
.133 1 11.072 .722
Based on trimmed mean .353 1 14 .562
postENDOROTASI Based on Mean 1.383 1 14 .259
Based on Median 1.340 1 14 .266
Based on Median and with
adjusted df
1.340 1 9.419 .275
Based on trimmed mean 1.381 1 14 .259
93
Tests of Normality
Kelompok
Shapiro-Wilk
df Sig.
selisihfleksi Klp Codman Pendular 8 .836
Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 .317
selisihekstensi Klp Codman Pendular 8 .403
Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 .053
selisihabduksi Klp Codman Pendular 8 .366
Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 .250
selisiheksorot Klp Codman Pendular 8 .017
Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 .862
selisihendorot Klp Codman Pendular 8 .928
Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 .113
94
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
selisihfleksi Based on Mean 4.146 1 14 .061
Based on Median 4.033 1 14 .064
Based on Median and with
adjusted df 4.033 1 9.152 .075
Based on trimmed mean 4.116 1 14 .062
selisihekstensi Based on Mean 2.035 1 14 .176
Based on Median 1.923 1 14 .187
Based on Median and with
adjusted df 1.923 1 13.985 .187
Based on trimmed mean 2.033 1 14 .176
selisihabduksi Based on Mean 7.547 1 14 .016
Based on Median 7.077 1 14 .019
Based on Median and with
adjusted df 7.077 1 8.704 .027
Based on trimmed mean 7.484 1 14 .016
selisiheksorot Based on Mean 7.415 1 14 .016
Based on Median 7.090 1 14 .019
Based on Median and with
adjusted df 7.090 1 7.128 .032
Based on trimmed mean 7.448 1 14 .016
selisihendorot Based on Mean 2.875 1 14 .112
Based on Median 2.130 1 14 .167
Based on Median and with
adjusted df 2.130 1 9.537 .177
Based on trimmed mean 2.517 1 14 .135
95
Lampiran 4
Uji Beda Hipotesis I
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 prefleksi1 84.75 8 5.922 2.094
postfleksi1 94.63 8 4.658 1.647
Pair 2 preabduksi1 80.50 8 5.529 1.955
postabduksi1 90.88 8 5.194 1.837
Pair 3 preekso1 37.13 8 4.612 1.630
postekso1 42.00 8 4.567 1.615
Pair 4 preendo1 44.00 8 4.408 1.558
postendo1 50.63 8 5.069 1.792
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 prefleksi1 & postfleksi1 8 .550 .158
Pair 2 preabduksi1 & postabduksi1 8 .634 .091
Pair 3 preekso1 & postekso1 8 .963 .000
Pair 4 preendo1 & postendo1 8 .659 .076
96
Paired Samples Test
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4
preflexi1 -
postflexi1
preabduksi1 -
postabduksi1
preekso1
-
postekso1
preendo1 -
postendo1
Paired
Differences
Mean -9.875 -10.375 -4.875 -6.625
Std.
Deviation
5.139 4.596 1.246 3.962
Std. Error
Mean
1.817 1.625 .441 1.401
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower -14.171 -14.218 -5.917 -9.937
Upper -5.579 -6.532 -3.833 -3.313
T -5.435 -6.385 -11.063 -4.730
Df 7 7 7 7
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .002
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
preekstensi1 8 26.63 4.749 17 31
postekstensi1 8 32.25 5.203 21 37
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
postextensi1 - preextensi1 Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 8b 4.50 36.00
Ties 0c
Total 8
a. postekstensi1 < preekstensi1
b. postekstensi1 > preekstensi1
97
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
postextensi1 - preextensi1 Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 8b 4.50 36.00
Ties 0c
Total 8
a. postekstensi1 < preekstensi1
b. postekstensi1 > preekstensi1
c. postekstensi1 = preekstensi1
Test Statisticsb
postekstensi1 -
preekstensi1
Z -2.536a
Asymp. Sig. (2-tailed) .011
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
98
Lampiran 5
Uji Beda Hipotesis II
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 prefleksi2 83.75 8 7.555 2.671
postfleksi2 159.75 8 16.816 5.945
Pair 2 preekstensi2 26.38 8 3.852 1.362
postekstensi2 45.13 8 1.959 .693
Pair 3 preabduksi2 78.25 8 9.254 3.272
postabduksi2 155.13 8 15.606 5.518
Pair 4 preekso2 38.63 8 5.476 1.936
postekso2 70.75 8 3.495 1.236
Pair 5 preendo2 48.63 8 7.190 2.542
postendo2 77.25 8 3.370 1.191
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 prefleksi2 & postfleksi2 8 .639 .088
Pair 2 preekstensi2 & postekstensi2 8 .617 .103
Pair 3 preabduksi2 & postabduksi2 8 .348 .398
Pair 4 preekso2 & postekso2 8 .106 .802
Pair 5 preendo2 & postendo2 8 -.167 .693
99
Paired Samples Test
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
prefleksi
2 -
postfleki
2
preekstensi2
-
postekstensi
2
preabduksi2
-
postabduksi
2
preekso2
-
postekso
2
preendo2
-
postendo
2
Paired
Difference
s
Mean -76.000 -18.750 -76.875 -32.125 -28.625
Std.
Deviatio
n
13.320 3.059 15.123 6.175 8.434
Std.
Error
Mean
4.709 1.082 5.347 2.183 2.982
95%
Confidenc
e Interval
of the
Difference
Lower -87.136 -21.307 -89.518 -37.287 -35.676
Upper -64.864 -16.193 -64.232 -26.963 -21.574
T -16.138 -17.337 -14.378 -14.716 -9.600
Df 7 7 7 7 7
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
100
Lampiran 6
Uji Beda Hipotesis III
T-Test
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Selisihfleksi Klp Codman Pendular 8 9.88 5.139 1.817
Klp Manual therapy +
Codman Pendular 8 76.00 13.320 4.709
Selisihextensi Klp Codman Pendular 8 5.63 2.446 .865
Klp Manual therapy +
Codman Pendular 8 18.75 3.059 1.082
Selisihabduksi Klp Codman Pendular 8 10.38 4.596 1.625
Klp Manual therapy +
Codman Pendular 8 76.88 15.123 5.347
Selisihendorot Klp Codman Pendular 8 6.63 3.962 1.401
Klp Manual therapy +
Codman Pendular 8 28.63 8.434 2.982
Independent Samples Test
Selisihfleksi
Equal variances
assumed
Levene's Test for Equality
of Variances
F 4.146
Sig. .061
t-test for Equality of Means T -13.100
Df 14
Sig. (2-tailed) .000
Mean Difference -66.125
Std. Error Difference 5.048
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower -76.951
Upper -55.299
101
Independent Samples Test
selisihfleksi
Equal variances not
assumed
t-test for Equality of
Means
T -13.100
Df 9.039
Sig. (2-tailed) .000
Mean Difference -66.125
Std. Error Difference 5.048
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower -77.536
Upper -54.714
Independent Samples Test
selisihekstensi
Equal variances
assumed
Levene's Test for Equality
of Variances
F 2.035
Sig. .176
t-test for Equality of Means T -9.479
Df 14
Sig. (2-tailed) .000
Mean Difference -13.125
Std. Error Difference 1.385
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower -16.095
Upper -10.155
Independent Samples Test
selisihekstensi
Equal variances not assumed
t-test for Equality of
Means
T -9.479
Df 13.354
Sig. (2-tailed) .000
Mean Difference -13.125
Std. Error Difference 1.385
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower -16.108
Upper -10.142
102
Independent Samples Test
selisihabduksi
Equal variances
assumed
Levene's Test for Equality of
Variances
F 7.547
Sig. .016
t-test for Equality of Means T -11.900
Df 14
Sig. (2-tailed) .000
Mean Difference -66.500
Std. Error Difference 5.588
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower -78.485
Upper -54.515
Independent Samples Test
selisihabduksi
Equal variances not
assumed
t-test for Equality
of Means
T -11.900
Df 8.282
Sig. (2-tailed) .000
Mean Difference -66.500
Std. Error Difference 5.588
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower -79.310
Upper -53.690
Independent Samples Test
Selisihendorot
Equal variances assumed
Levene's Test for Equality
of Variances
F 2.875
Sig. .112
t-test for Equality of Means T -6.678
Df 14
Sig. (2-tailed) .000
Mean Difference -22.000
Std. Error Difference 3.294
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower -29.066
Upper -14.934
103
Independent Samples Test
selisihendorot
Equal variances not assumed
t-test for Equality of
Means
T -6.678
Df 9.946
Sig. (2-tailed) .000
Mean Difference -22.000
Std. Error Difference 3.294
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower -29.346
Upper -14.654
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Selisihexorot Klp Codman Pendular 8 4.50 36.00
Klp Manual therapy + Codman Pendular 8 12.50 100.00
Total 16
Test Statisticsb
Selisih
eksorotasi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 36.000
Z -3.398
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok