meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar pai...

577
ISBN: 978-602-1150-17-7 1421 MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR PAI PADA MATERI AKHLAK HIDUP SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING UNTUK SISWA KELAS V SDN MOJOREJO 01 TAHUN PELAJARAN : 2015/2016 Maimunah SDN Mojorejo 01 Kec. Junrejo Kota Batu Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan strategi role playing dalam meningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini mengunakan model tindakan kelas deskriptif kwantitatif . Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan mulai bulan Februari tahun 2016 sampai dengan bulan maret tahun 2016. Dilaksanakan terdiri dari dua siklus. Dengan metode Role Playing prestasi belajar siswa dapat meningkat, dilihat dari hasil siklus I sampai siklus II berturut- turut adalah pada siklus I, 6 siswa ( 30% ) yang diatas KKM, sedang pada siklus II ada, 16 siswa ( 80% ) diatas KKM hal ini menunjukkan metode Role Playing yang penulis gunakan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI, khususnya materi akhlak hidup sederhana. Kata kunci : Aktifitas, PAI, Akhlak, Role Playing Pendidikan agama merupakan fondasi dasar untuk kehidupan anak selanjutnya, peran orang tua sangatlah penting untuk menanamkan nilai-nilai dasar keagamaan itu. Orang tua tidak akan dapat memberikan pendidikan itu kepada putra-putrinya tanpa bantuan dari suatu lembanga, agar nantinya anak-anak dapat menjadi anak yang mempunyai akhlak terpuji. Lembaga yang dapat memberikan wadah untuk mengembangkan diri agar anak memperoleh kepandaian dan ilmu adalah sekolah. Disekolah Guru mempunyai peran penting yang sangat besar, disamping sebagai fasilitator dalam pembelajaran siswa, juga sebagai pembimbing dan mengarahkan peserta didiknya sehingga menjadi manusia yang mempunyai pengetahuan luas baik pengetahuan agama, kecerdasan, kecakapan hidup, keterampilan, budi pekerti luhur dan kepribadian baik ataupun bisa membangun dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya serta memiliki tanggung jawab besar dalam pembangunan bangsa.Karena tujuan pendidikan adalah untuk mengubah tingkah laku menjadi lebih baik Arti penting pendidikan disadari oleh para praktisi di dunia pendidikan.Kesadaran tersebut tertuang dalam sebuah perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sistem pendidikan di Indonesia. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai produk regulasi di dalam dunia pendidikan, menyatakan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. “Agama yaitu peraturan-peraturan yang terdiri dari pada kepercayaan-kepercayaan dan pekerjaan-pekerjaan yang berat dengan keadaan yang suci , artinya yang membedakan mana yang halal dan mana yang dilarang (haram) yang dapat membawa atau mendorong umat yang menganutnya untuk menjadi suatu umat yang mempunyai kesatuan rohani yang kuat”. (Anshari.1991).

Upload: vanbao

Post on 05-Feb-2018

459 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1421

    MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR PAI PADA

    MATERI AKHLAK HIDUP SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN

    METODE ROLE PLAYING UNTUK SISWA KELAS V SDN MOJOREJO 01

    TAHUN PELAJARAN : 2015/2016

    Maimunah

    SDN Mojorejo 01 Kec. Junrejo Kota Batu

    Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan strategi role

    playing dalam meningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini

    mengunakan model tindakan kelas deskriptif kwantitatif . Penelitian ini berlangsung

    selama 2 bulan mulai bulan Februari tahun 2016 sampai dengan bulan maret tahun

    2016. Dilaksanakan terdiri dari dua siklus. Dengan metode Role Playing prestasi

    belajar siswa dapat meningkat, dilihat dari hasil siklus I sampai siklus II berturut-

    turut adalah pada siklus I, 6 siswa ( 30% ) yang diatas KKM, sedang pada siklus II

    ada, 16 siswa ( 80% ) diatas KKM hal ini menunjukkan metode Role Playing yang

    penulis gunakan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran

    PAI, khususnya materi akhlak hidup sederhana.

    Kata kunci : Aktifitas, PAI, Akhlak, Role Playing

    Pendidikan agama merupakan fondasi dasar untuk kehidupan anak selanjutnya, peran

    orang tua sangatlah penting untuk menanamkan nilai-nilai dasar keagamaan itu. Orang tua

    tidak akan dapat memberikan pendidikan itu kepada putra-putrinya tanpa bantuan dari suatu

    lembanga, agar nantinya anak-anak dapat menjadi anak yang mempunyai akhlak terpuji.

    Lembaga yang dapat memberikan wadah untuk mengembangkan diri agar anak

    memperoleh kepandaian dan ilmu adalah sekolah. Disekolah Guru mempunyai peran penting

    yang sangat besar, disamping sebagai fasilitator dalam pembelajaran siswa, juga sebagai

    pembimbing dan mengarahkan peserta didiknya sehingga menjadi manusia yang mempunyai

    pengetahuan luas baik pengetahuan agama, kecerdasan, kecakapan hidup, keterampilan, budi

    pekerti luhur dan kepribadian baik ataupun bisa membangun dirinya untuk lebih baik dari

    sebelumnya serta memiliki tanggung jawab besar dalam pembangunan bangsa.Karena tujuan

    pendidikan adalah untuk mengubah tingkah laku menjadi lebih baik

    Arti penting pendidikan disadari oleh para praktisi di dunia pendidikan.Kesadaran

    tersebut tertuang dalam sebuah perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur

    tentang sistem pendidikan di Indonesia. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem

    Pendidikan Nasional sebagai produk regulasi di dalam dunia pendidikan, menyatakan bahwa

    fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk

    watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

    bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

    bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

    mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Agama yaitu peraturan-peraturan yang terdiri dari pada kepercayaan-kepercayaan

    dan pekerjaan-pekerjaan yang berat dengan keadaan yang suci , artinya yang membedakan

    mana yang halal dan mana yang dilarang (haram) yang dapat membawa atau mendorong umat

    yang menganutnya untuk menjadi suatu umat yang mempunyai kesatuan rohani yang kuat.

    (Anshari.1991).

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1422

    Dari difinisi tersebut dapatlah dimengerti bahwa agama islam adalah merupakan suatu

    tuntutan yang datang dari Allah.SWT ditujukan kepada manusia untuk mengatur pola

    hidupnya agar memperoleh ketentraman hidup.

    Dasar pendidikan agama islam adalah : Firman Allah dan Sunnah Rasulullah.

    ( Marimba.1974) . Yang sesuai dengan Firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Ahzab 71

    Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosa-mu. Dan

    barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan

    yang agung.

    Salah satu problematika pelaksanaan pendidikan agama islam adalah pada metodologi

    pembelajaran, guru masih bersifat normatif dan kognitif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

    dari Furchan(1993) menjelaskan bahwa "Penggunaan metode pembelajaran PAI di sekolah

    kebanyakan masih menggunakan cara-cara pembelajaran tradisional, yaitu ceramah monoton

    dan statis a-kontekstual, cenderung normatif, monolitik, lepas dari sejarah, dan semakin

    akademis."

    Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya

    interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton

    bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku,

    baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa

    menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

    Hambatan lain yang dihadapi siswa dalam pembelajaran adalah kurangnya semangat

    dan minat mereka dalam belajar. Hal itu disebabkan model pembelajaran yang digunakan guru

    kurang menarik bagi siswa. Guru hanya menerapkan metode ceramah saja dalam

    menyampaikan materi pembelajaran di kelas.

    Disamping itu proses KBM yang berjalan di kelas kurang efektif memberikan

    pemahaman dan motivasi untuk mengamalkan apa yang diperoleh oleh siswa. Masih kurangnya

    pemahaman siswa, terlihat dari nilai evaluasi yang masih rendah.

    Berkaitan dengan hal tersebut di atas, peneliti menemukan permasalahan yang menarik

    untuk dikaji lebih lanjut dalam dunia pendidikan agama Islam. Masalah tersebut adalah

    rendahnya prestasi belajar siswa kelas V dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi

    akhlak hidup sederhana. Dari 20 orang siswa di kelas V, tercatat baru sekitar 20% yang

    memperoleh hasil yang maksimal atau mencapai batas ketuntasan belajar minimal mereka.

    Sedangkan sisanya (80%) atau sekitar 16 siswa memperoleh rata-rata nilai di bawah 70, terdapat

    beberapa siswa yang masih belum memiliki kompetensi yang diharapkan mengenai materi

    Akhlak Hidup Sederhana.

    METODE

    Metode bermain peran adalah metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan

    adanya perilaku pura-pura dari siswa yang terlihat dan atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh

    sejarah sedemikian rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang

    melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran tokoh yang terlibat dalam proses sejarah

    role playing ada 3 yaitu :

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1423

    (1) permainan simulasi (simulation games) yakni suatu permainan di mana para pemainnya

    berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti ini jika mereka benar-benar

    terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan / atau berkompetisi untuk mencapai tujuan

    tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka

    (2) bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti

    berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi

    sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang

    akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi

    pada suatu tempat dan/ atau waktu tertentu, dan

    (3) sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang

    dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosiodrama

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan alternatif pemecahan masalah

    yang timbul dan menjadi perhatian kelompok. Metode demonstrasi adalah suatu metode

    mengajar yang dilakukan oleh guru dengan memperlihatkan kepada seluruh siswa tentang

    suatu proses atau suatu cara melakukan sesuatu.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus guna meningkatkan Aktifitas dan Prestasi

    Belajar siswa SDN Mojorejo 01 dalam memerankan drama melalui penggunaan metode Role

    Playing. Gambaran tentang proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan

    peneliti sajikan dibawah ini

    Hasil Penelitian Siklus I

    Kegiatan Apersepsi

    Kegiatan pembelajaran pendahuluan diawali dengan doa dan salam yang kemudian

    dilanjutkan menyapa peserta didik dengan memberikan yel-yel dan nyanyian bersama-sama.

    Suasana semakin hidup, antusias peserta didik semakin kelihatan menyenangkan.

    Guru melanjutkan pembelajaran dengan menghafalkan surat-surat pendek Q.S At-Tin

    dengan artinya, ternyata ada sebagian peserta didik yang tidak hafal. Guru menuntunnya

    kembali sampai bisa, ternyata dari kegiatan pembelajaran ini, ada satu peserta didik yang tidak

    mengikuti jalannya pembelajaran, bahkan dia enak-enak duduk bersandar dan sibuk dengan

    permainannya serta khayalannya sendiri. Guru menyapanya dan memberikan nasehat-nasehat

    agar siswa tersebut menyadari kesalahan serta kekhilafannya, dan apa yang dia lakukan tidak

    akan dicontoh oleh siswa yang lain.

    Guru memeriksa kehadiran peserta didik, ternyata ada beberapa peserta didik yang tidak

    hadir dalam pembelajaran karena sedang mengikuti pembinaan, gurupun memberi pengertian

    bahwa mencari ilmu itu adalah sangat penting.

    Guru memberikan pre tes yang berupa beberapa pertanyaan secara komonikatif yang

    berhubungan dengan materi yang lalu, ternyata ada beberapa anak yang tidak dapat menjawab

    pertanyaan yang telah disampaikan oleh guru. Ternyata setelah ditanya sebagian peserta didik

    merasa lupa dengan yang apa pelajari. Gurupun memberikan motivasi agar peserta didik tidak

    mudah melupakan yang pernah mereka pelajarinya.

    Kelaspun diatur dan dikondisikan yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran

    yang akan dilaksanakan . Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Setelah

    selesai membagi beberapa kelompok, guru melanjutkan dengan menyampaikan beberapa

    pertanyaan kebeberapa peserta didik. Dan pertanyaan pertanyaan yang disampaikan guru

    dikaitkan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk pertanyaan berikutnya. Peserta

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1424

    didikpun sebagian besar dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru dan sebagian

    kecil dari peserta didik masih belum dapat menjawabnya.

    Dengan demikian gurupun memberikan pemahaman bahwa tujuan dari pembelajaran

    ini, adalah untuk meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar siswa pada materi akhlak hidup

    sederhana.

    Kegiatan inti

    Agar peserta didik semua lebih mengerti dan faham, maka kali ini guru akan

    mempraktekkan cara pembelajaran dengan menggunakan metode bermain drama yang kali ini

    akan dipraktekkan oleh beberapa kelompok yang ada dikelas ini.

    Akan tetapi tidak semua kelompok disuruh untuk menampilkan dramanya,cukup

    diwakili oleh kelompok satu dan dua saja, sedang kelompok yang lain menanggapi bagaimana

    penampilan dari kelompok yang lainnya. Diharapkan dari kelompok yang menjadi komentator

    akan lebih jeli dan teliti dalam memberikan tanggapannya.

    Guru membagikan tugas kepada peserta didik yang akan melakukan drama bersama

    temanya, disesuaikan dengan pembelajaran yang akan dibahas yaitu hidup sederhana. Beberapa

    aturan yang nantinya akan dapat dijadikan pedoman bagi peserta didik.

    Kelompok yang pertama menceritakan tentang satu keluarga yang terdiri dari bapak,

    ibu, 2anak, dan seorang pembantu. Anak yang pertama seorang laki-laki yang mempunyai gaya

    hidup mewah, suka boros, uang saku tidak mau kalau Cuma sedikit, sedang satunya anak

    perempuan yang gaya hidupnya sederhana diantar kesekolah tidak mau dengan mobil akan

    tetapi menggunakan sepeda motor.

    Kelompok yang kedua menceritakan tentang sekelompok anak-anak yang sedang

    kumpul-kumpul dengan teman, kemudian yang lainnya mengajak salah satu dari temannya

    untuk bermain Game. Yang satunya menegur kenapa harus bermain game ? apakah kamu

    mempunyai uang banyak ? jawabnya dia masih mempunyai kelebihan uang saku dan bisa dibuat

    untuk main game lebih dari 2orang. Satunya lagi bertanya kenapa gak ditabung? Jawabnya aku

    gak biasa menabung, kenapa harus nabung, satunya memberikan pengertian bahwa dengan

    menabung maka kita punya tabungan dan jika sewaktu-waktu kita membutuhkan maka bisa kita

    ambil dan kita tidak akan merepotkan orang tua.

    Selama pementasan guru mengamati dan memberikan umpan balik dan penguatan

    dengan kata-kata bagus, baik sekali, indah sekali dan lain-lain. Akhir dari pementasan itu guru

    memberikan motivasi dengan mengacungkan ibu jari serta tepuk tangan yang diikuti oleh

    peserta didik.

    Selesai dari pementasan drama peserta didik diajak keluar dari peran mereka dengan

    bertepuk tangan tanda keberhasilan mereka yang telah mereka capai dan mengucapkan yel-yel

    agar peserta didik menjadi lebih bersemangat.

    Guru menyuruh peserta didik secara individu menanggapi hasil pementasan drama dan

    dapat dibuat kesimpulan bahwa dari kelompok yang pertama yaitu kurang dapat dimengerti,

    ceritanya agak kacau, sedang hasil pementasan dari kelompok yang kedua yaitu lebih dapat

    dimengerti walaupun ceritanya juga masih sedikit acak-acakan. Akan tetapi masih ada ceritanya

    yang dapat diambil kesimpulan yaitu manfaat hidup sederhana.

    Refleksi Siklus I

    Dari hasil Kegiatan pembelajaran yang telah guru lakukan terhadap peserta didik ada beberapa

    kelemahan yang harus dicarikan solusinya

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1425

    1. Kegiatan pendahuluan

    Dalam kegiatan ini sebagian peserta didik ada yang tidak hafal arti dari surah At-tiin,

    jika ditanya, mereka menjawab karena udah lama tidak dihafalkan, guru memberikan

    solusi dengan memberikan drill setiap ada pembelajaran pendidikan agama .

    sewaktu menghafalkan surah-surah pendek ada salah satu siswa yang tidak mengikuti

    hafalan dan bahkan duduknyapun menjauh dari teman-temannya, kelihatan sekali jika

    anak tersebut mempunyai beban, gurupun memberikan nasehat agar teman-teman yang

    lain mengajaknya untuk bersama anak tersebut, dan berusaha untuk mengajaknya

    bermain, serta ngobrol bersama.(untuk pembelajaran berikutnya guru mengajak peserta

    didik memutar video yang ada hubungannya dengan perilaku hidup sederhana )

    Setelah guru memberi bantuan pada siswa yang tidak konsentrasi, maka semua siswa

    sudah siap untuk menerima pelajaran

    2. Kegiatan Inti

    Pada pementasan drama yang pertama Siswa dalam bermain peran kurang dapat

    memahami karakter yang dibawakan, pada waktu bermain peran dimuka kelas kelihatan

    masih malu-malu. Suara dari para sebagian pemain drama kurang keras, yang membuat

    peserta didik lainnya tidak mendengar dialog dari pementasan drama tersebut.Setelah

    ditanya oleh guru ternyata sebagian dari peserta didik timbul rasa grogi dan belum hafal

    dengan kata-kata yang akan disampaikan. Dan hambatan yang paling menonjol adalah

    karena peserta didik selama ini belum pernah mempraktekkan pembelajaran dengan

    menggunakan metode bermain peran (Role Playing )

    Kalau diamati kendala yang dialami dari hasil kegiatan inti di atas, guru harus

    memberikan motivasi peserta didik , agar rasa grogi yang timbul dapat hilang, membuat

    cerita drama yang lebih singkat dan sederhana, dengan kalimat-kalimat yang mudah

    dihafalkan oleh peserta didik.

    Pada pementasan yang kedua satu kelompok terdiri dari 4 siswa, dengan

    menampilkan cerita yang lebih singkat dan sederhana. Akan tetapi ada satu siswa yang

    kurang dapat memainkan perannya, suara begitu amat pelannya, selalu membelakangi

    penonton, dan kalimat-klimat yang diucapkan tidak begitu hafal. Kalau dilihat dari

    pementasan kedua inipun peserta didik yang tidak dapat memainkan perannya, karena

    peserta didik tersebut tidak pernah tampil didepan kelas. Maka guru memberikan solusi

    dengan mengulang lagi pementasan drama dan memberikan motivasi agar peserta didik

    belajar menghafalkan naskah. Dan naskahnyapun dibuat kalimat-kalimat yang

    sesederhana mungkin.

    Hasil Penelitian Siklus II

    1. Kegiatan Apersepsi

    Kegiatan apersepsi diawali dengan doa dan salam, yang dijawab dengan

    antusias oleh para siswa, sepertinya mereka menginginkan untuk cepat-cepat memulai

    kegiatan pembelajaran yang sudah mereka persiapkan dua minggu yang lalu. Guru

    menanyakan bagaimana khabar mereka hari ini? apakah ada diantara mereka yang tidak

    hadir dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ? dan ternyata semua siswa dapat hadir

    untuk mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini.

    Pembelajaran dilanjutkan dengan membaca surat At-Tin ayat 1-8 dengan

    artinya, hafalan siswapun tidak seperti pada siklus I semua siswa dapat mengikuti

    hafalan dengan lancar. Dan tidak ada siswa yang tidak hafal Q.S.At-Tin dengan artinya.

    Agar kelihatan hidup dan bersemangat, maka guru memberikan yel-yel dan

    nyanyian bersama-sama. Setelah itu memberikan pertanyaan yang ada hubungan dengan

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1426

    pembelajaran meteri yang lalu dan materi yang akan datang secara lisan, selesai dengan

    beberapa pertanyaan, siswa diputarkan film pendek tentang hidup sederhana. Akan

    tetapi sebelum pemutaran film, guru memberikan penjelasan bahwa seusai pemutaran

    film ini, siswa diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang diutarakan oleh guru, atau

    siswa dapat memberikan tanggapan serta saran dari isi cerita film tersebut. Dengan

    tujuan agar siswa lebih memperhatikan tayangan drama tentang akhlak terpuji hidup

    sederhana.

    2. Kegiatan Inti

    Dalam kegiatan inti ini guru memberikan pengarahan dan petunjuk segaimana

    tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru pada minggu yang lalu, yang ada

    hubungannya dengan pementasan drama tentang materi akhlak hidup sederhana yang

    akan ditampilkan dihadapan teman-temannya.

    Tindakan selanjutnya adalah guru membagi beberapa kelompok menurut

    tugasnya, yaitu terdiri dari kelompok yang akan memainkan drama tentang materi

    akhlak hidup sederhana dan kelompok yang akan memberikan pendapat dan penilaian

    tentang pelaksanaan permainan drama yang dimainkan oleh kelompok lainnya.

    Agar pelaksanaan drama dapat berjalan dengan lancar dan tertib, maka guru

    memberikan tugas kepada salah satu pimpinan kelompok untuk mengadakan undian,

    kelompok mana yang akan tampil terlebih dahulu. Ternyata yang dapat giliran terlebih

    dahulu adalah kelompok kelinci. Kelompok kelinci bercerita tentang satu keluarga

    pengusaha yang mempunyai dua orang anak, dua pembantu. Akan tetapi salah satu dari

    anaknya (yang laki-laki) tidak pernah mau untuk makan dirumah, maunya ke Danking

    atau Restauran. Berbeda dengan anak yang perempuan kesekolah minta diantar dengan

    sepeda motor, sarapan pagi bersama keluarga dan pembantu, sisa uang jajan ditabung,

    disekolahpun mempunyai banyak teman.

    Guru memberikan semangat dan acungan jempol serta tepuk semangat, yang

    kemudian dilanjutkan dengan penampilan kelompok yang kedua. Kelompok kedua

    yang tampil adalah dari kelompok Landak. Epilog kelompok ini membuka drama

    dengan mengucapkan salam, dan menceritakan jika ada sekelompok anak-anak sekolah

    yang akan pergi kekantin, salah satu dari mereka ada yang jadi bos untuk mentraktir

    teman-temannya. Kelompok landak disini menceritakan tentang sekelompok anak-anak

    yang suka berfoya-foya untuk menghabiskan uangnya dengan mentraktir teman untuk

    makan-makan, bermain PS, jika akan mengerjakan PR (pekerjaan rumah) tinggal

    menyuruh teman untuk mengerjakan dengan mengasih imbalan uang, akhirnya apa

    yang dia peroleh hanya kebodohan dan tidak pernah mempunyai tabungan, tetapi

    akhirnya salah dari teman ada yang dapat menyadarkannya, bahwa hidup boros tidak

    disukai Allah dan menjadi teman syaiton. akhir dari cerita ini epilog menutup dengan

    salam dan memberi pengertian bahwa sederhana itu banyak manfaatnya diantaranya

    adalah mempunyai tabungan untuk masa depan, mempunyai banyak teman serta tidak

    menyusahkan orang tua.

    Selesai dari pementasan guru memberikan penguatan dengan kata-kata bagus

    sekali, memberikan acungan jempol dan memuji dengan kalimat hampir seperti artis

    drama yang ada ditelevisi, maka semua siswa memberikan tepuk tangan tanda puas

    dengan drama yang ditampilkan oleh kelompok landak.

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1427

    Refleksi Siklus II

    A. Kegiatan Pendahuluan

    Pada siklus kedua ini dikegiatan pendahuluan tidak ada yang perlu mendapat

    kritikan, karena mulai dari membuka salam sampai dengan guru memberikan

    pertanyaan yang ada hubungannya dengan penayangan film, siswa dapat menjawab

    dengan benar.

    B. Kegiatan Inti

    Pada Pementasan drama yang dilakukan kelompok kelinci suara epilognya

    kurang keras dan lupa memberi salam, beberapa para pemain kurang dapat mendalami

    karakternya. Akan tetapi untuk menghafalkan dialognya para pemain drama sangat

    lancar.

    Sedangkan drama yang dimainkan kelompok landak sangat bagus sampai-

    sampai para penonton melihatnya sangat terpesona dan sekali-kali memberikan tepukan

    serta yel-yel agar para memainnya bertambah semangat, apalagi epilognya

    membawakan dengan suara lantang dan tanpa ragu-ragu, sayangnya intonasi suara agak

    terlalu kecepatan. Dari pementasan kedua ini para siswa dapat memberi kesimpulan

    bahwa hidup sederhana banyak manfaatnya untuk kehidupan yang akan datang.

    KESIMPULAN

    Dari pembelajaran yang telah peneliti gunakan ternyata metode Role Playing dapat

    meningkatkan kemampuan belajar siswa SDN Mojorejo 01 dengan materi akhlak hidup

    sederhana, terbukti pada siklus II ada, 16 siswa (80%) diatas KKM dan yang dibawah KKM

    hanya ada 4 siswa (20%). Dan penggunaan metode Role Playing memiliki pengaruh yang

    positif yaitu siswa lebih aktif , lebih menarik, sehingga kelas menjadi dinamis dan antusias.

    Dalam ingatan siswa, siswa lebih berkesan dan merupakan pengalaman yang tidak mudah

    dilupakan serta sangat menyenangkan dalam pembelajaran.

    DAFTAR RUJUKAN

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional

    Anshari, Hafi, Dasar-dasar Ilmu Jiwa Agama, Usaha Nasional, Surabaya, 1991

    Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Surya Cipta Aksara. Surabaya, 1998

    Sujana, Nana & Ahmad, Rivai. 2002. Media Pengajaranl. Bandung: Sinar Bar

    Algensindonesiao

    Alipandie, I. 1986. Didaktik dan Metodik. Bandung : Tarsito.

    Seniawan dan Conny R. 2002. Belajar dan Pengembangan Prasekolah dan Sekolah Dasar.

    Jakarta: PT Indeks

    Sholeh, Asrorun Niam. 2006. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: eLSAS

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1428

    MENINGKATKAN KUALITAS MENGHORMAT, ANJALI DAN NAMASKAR

    SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA

    DENGAN METODE DEMONSTRASI DI SEKOLAH DASAR NEGERI

    JUNREJO 01KOTA-BATU

    Rakyan Sahasra Padma Dewi

    SD Negeri Junrejo 01 Kec. Junrejo-Batu

    Email: [email protected]

    Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas Namaskara siswa

    dalam pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dengan menggunakan metode

    demonstrasi, pada Sekolah Dasar Negeri Junrejo 01, kelas 1 Tahun Pelajaran 2015-

    2016. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi yang dilakukan dalam 2 kali

    pertemuan (tatapmuka). Tahapan pertama perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

    mendeskripsikan. Obyek penelitian adalah siswa kelas 1. Pengumpulan data dari

    pengamatan yang dilakukan oleh guru. Hasil pengamatan kemudian dianlisis untuk

    mengetahui keberhasilan penerapan metode pembelajaran. Hasil pengamatan

    menunjukkan peningkatan dari pertemuan ke satu hingga pertemuan ke 2. Yaitu dari

    posisi tangan, kaki dan pantat yang masih salah menjadi posisi tangan, kaki, dan

    pantat yang benar setelah diberikan contoh.

    Kata Kunci : Menghormat, Anjali, Namaskara, demonstrasi, altar

    Indonesia merupakan Negara merdeka, seluruh warga Negara Indonesia berhak

    mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

    Tahun 1945 Pasal 31 yang mengatur tentang pendidikan yaitu setiap warga Negara berhak

    mendapatkan pendidikan (naskah UUD 1945 amandemen ke-empat, 2002: 17). Pemerintah

    juga mencanangkan 9 tahun wajib belajar yang saat ini setiap sekolah di Indonesia tidak

    diperbolehkan untuk memungut biaya kepada wali murid. Hal ini juga dijelaskan di Undang

    Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No 20 Tahun 2003 yakni program

    pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab

    pemerintah dan pemerintah daerah. (http://www.gurupantura.com/ 2015/05/pendidikan-

    formal-nonformal-informal.html diakses tanggal 6 Februari 2016 pukul 9.36 WIB) Ini dilakukan

    agar semua warga negara Indonesia mendapatkan pendidikan sehingga diharapakan mampu

    menjadi Warga Negara yang cerdas, kreatif dan trampil.

    Pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

    dijelaskan pula bahwa Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta

    mensejahterakan kehidupan rakyat (naskah UUD 1945 amandemen ke-empat, 2002: 2). Dengan

    demikian masyarakat yang cerdas diharapkan mendapatkan kehidupan yang layak. Namun

    untuk mendapatkan masyarakat yang cerdas diperlukan peranan guru yang berkompetensi.

    Dengan demikian tujuan pendidikan dapat terlaksana.

    Selain itu, setiap sekolah juga memiliki Visi, Misi dan Tujuan. Visi, Misi dan Tujuan

    digunakan untuk meningkatkan kwalitas sekolah. Karena di dalam Visi, Misi terdapat indikator-

    indikator yang akan dicapai seperti di SD Negeri Junrejo 01. Di SD Negeri Junrejo 01 ini

    memiliki Visi sebagai berikut: Bermutu, berpijak pada potensi lokal, bersahabat dengan

    lingkungan dan berwawasan global (Wahyuni, 2013: 15). Visi, Misi dan Tujuan Sekolah yang

    jelas dan terarah serta peranan guru yang berkompetensi, maka pendidikan dapat terealisasikan

    dengan baik.

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1429

    Pendidikan memiliki dua jenis yakni pendidikan formal dan non formal

    (http://www.bpbatam.go.id/ini/livingInBatam/edu_overview.jsp diakses tanggal 6 Februari 2016

    pukul 9.21 WIB). Peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 pasal 60 ayat 1 menjelaskan

    bahwa penyelenggaraan pendidikan formal meliputi Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

    Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Pendidikan Tinggi (http://www.bpbatam.go.id/ini/

    livingInBatam/edu_overview.jsp diakses tanggal 6 Februari 2016 pukul 9.21 WIB). Sedangkan

    pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat

    yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau

    pelengkap pendidikan formal.

    Pendidikan formal di sebuah Sekolah Dasar memiliki kurikulum yang wajib

    dilaksanakan. Pembelajaran pendidikan formal mengacu pada kurikulum yang berlaku dalam

    lembaga pendidikan tersebut. Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan

    upaya untuk mengembangkan diri seseorang pada tiga aspek, yakni pandangan hidup, sikap

    hidup, dan ketrampilan hidup. Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa

    dilaksanakan di sekolah, luar sekolah, dan keluarga (Zamroni,2000: 81).

    Pada pendidikan formal di tingkat Sekolah Dasar setidaknya terdapat Pembelajaran

    tentang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Bahasa

    Indonesia serta pendidikan Agama. Hal ini juga dijelaskan oleh Direktur Jenderal Pendidikan

    Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013(http://www.sekolahdasar.net/

    2012/10/7-mata-pelajaran-untuk-sd-di kurikulum. html#ixzz3zOqn3RSj Diakses tanggal 6

    Februari 2016 pukul 21.55 WIB) bahwa terdapat tujuh mata pelajaran yang diajarkan pada

    Sekolah Dasar meliputi Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, PPKN, Matematika, Kesenian,

    pendidikan jasmani dan kesehatan, serta pengetahuan umum. Pendidikan agama pada Sekolah

    Dasar merupakan materi pembelajaran wajib bagi semua siswa (http://www.sekolahdasar.

    net/2012/10/7-mata-pelajaran-untuk-sd-di kurikulum.html#ixzz3zOqn3RSj Diakses tanggal 6

    Februari 2016 pukul 21.55 WIB) . begitu pula untuk mata pelajaran pendidikan Agama Buddha.

    Materi tentang Pendidikan Agama Buddha yang diajarkan pada Sekolah Dasar tidak hanya

    berupa materi mengenai konsep pendidikan agama Buddha namun juga meliputi sikap serta tata

    cara yang berlaku pada ajaran agama Buddha. Sehingga terdapat kesatuan yang menyeluruh

    (holistik) antara konsep serta sikap yang dapat dipelajari oleh siswa tersebut.

    Hasil pengamanatan yang dilakukan oleh peneliti pada Sekolah Dasar Junrejo 01

    menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yakni belum maksimalnya kesatuan antara konsep

    dengan sikap pada siswa beragama Buddha. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sikap yang

    cenderung mengikuti sikap teman lainnya. Namun demikian siswa masih kurang memahami

    makna dari sikap tersebut. Salah satu contohnya adalah ketika melaksanakan sikap namaskara.

    Namaskara secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah istilah arkeologi

    berupa sikap tangan yang dipersatukan di depan dada, menggambarkan orang sedang memberi

    hormat (http://kamus.cektkp.com/namaskara/ diakses tanggal 6 Februari 2016 pukul 22.17

    WIB) sedangkan dalam pendidikan agama Buddha, namaskara merupakan salah satu wujud

    dari penghormatan dan rasa terima kasih kita, atas jasa jasa luhur Sang Buddha

    (http://cahayakebahagiaan.tripod.com/kebaktian_dan_manfaatnya.html diakses tanggal 6

    Februari 2016 pukul 22.31 WIB).

    Berdasarkan pengamatan yang ada, sikap namaskara yang ditunjukkan oleh siswa

    masih belum memperlihatkan sikap yang sesuai dengan konsep namaskara yang telah diajarkan

    pada pendidikan agama Buddha. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan

    pemahaman siswa antara konsep dengan sikap. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

    Kelemahan pemahaman siswa dalam sebuah pembelajaran. Misalnya guru yang belum

    memahami materi atau konsep yang ada, kurangnya media pembelajaran sebagai instrumen

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1430

    untuk mengajarkan kepada siswa, serta kurangnya pemahaman tentang metode pembelajaran

    yang dapat digunakan untuk memberikan pemahaman materi.

    Salah satu usaha untuk mengatasi kelemahan siswa dalam memahami konsep dan sikap,

    dapat ditempuh melalui penggunaan metode pembelajaran yang mampu mengembangkan cara

    belajar siswa aktif. Dengan demikian, guru harus menguasai berbagai bentuk metode mengajar

    dan menggunakan metode yang sesuai untuk setiap materi yang akan diajarkannya (Jamil, 2011:

    28).

    Terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang ada. Salah satu metode

    pembelajaran yang sesuai dengan materi namaskara ialah metode demonstrasi. Menurut

    Sanjaya, 2006 (dalam Jamil 2011: 29) Metode demonstrasi merupakan metode penyajian

    pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa ten-tang suatu proses,

    situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Metode demonstrasi

    dianggap efektif karena membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri

    berdasarkan fakta atau data yang benar. Maksudnya adalah siswa mempraktekan pembelajaran

    tersebut setelah mendapatkan demonstrasi dari guru. Metode demonstrasi ini efektif digunakan

    sebagai metode pembelajaran sikap namaskara karena pada pembelajaran tersebut siswa

    diharuskan untuk mempraktekan secara langsung.

    Oleh sebab itu, penelitian ini penting dilakukan untuk meningkatkatan kualitas

    Namaskara Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dengan menggunakan

    metode Demontrasi di SD Negeri Junrejo 01.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini adalah penelitian diskriptif kualitatif , dengan subyek penelitian siswa

    kelas 1 pada Sekolah Dasar Negeri Junrejo 01 yang dilaksanakan pada tanggal 16 Pebruari dan

    tanggal 23 Pebruari tahun 2016. Tehnik observasinya dilaksanakan secara langsung oleh peneliti

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kegiatan Awal (Pertemuan Pertama)

    Ketika guru akan memasuki ke kelas 1, guru melaksanakan persiapan perangkat

    pebelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Salah satu perangkat pembelajarannya adalah

    RPP. Setelah memasuki kelas, Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah menanyakan keadaan

    siswa. Setelah itu guru mengucapkan salam Namo Buddhaya dengan sikap anjali. Siswa pun

    membalas salam guru dengan sikap anjali sambil mengucapkan Namo Buddhaya . Kemudian

    guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan dibahas adalah tentang

    menghormat dan sikap anjali.

    Guru :Sebelum pelajaran dimulai mari kita bersama-sama memanjatkan parita

    namaskharaghata. Arahang sammasambuddho bhagava Buddhang bhagavantang

    abhivademi, Swakkhato bhagavata dhammo dhammang namasami. Supatipanno

    bhagavato savakasangho sanghang namami. Sabbhesattabhavantu sukkhitata, semoga

    semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu. Pada pembelajaran

    pendidikan agama Buddha ini, kita akan membahas tentang menghormat kepada orang-

    orang yang patut kita hormati dan cara menghormat dengan sikap anjali.

    Kegiatan inti

    Pada kegiatan inti terjadi tanya jawab antara guru dengan siswa tentang materi

    pembelajaran. Untuk mengetahui kecakapan siswa maka guru menanyakan beberapa hal yang

    perlu diketahui oleh guru tentang materi pembelajaran menghormat dan anjali kepada siswa

    apabila sedang berada di rumah, di sekolah, maupun di vihara. Apabila di dalam percakapan

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1431

    terjadi jawaban siswa yang kurang benar maka guru secara langsung memberikan arahan atau

    jawaban yang benar kepada siswa . Percakapan itu terjadi sebagai berikut :

    Guru : Siapakah kira-kira yang patut kita hormati bila sedang ada di rumah ?

    Siswa : Ayah, Ibu, kakak, adek, kakek dan nenek

    Guru : Iya, bagus, semua warga yang ada di rumah wajib kita hormati. Coba,

    selain dirumah kita juga harus menghormati warga yang ada disekolah.

    Siapa saja yang harus kita hormatiketika berada di sekolah ?

    Siswa : Kepala sekolah, guru, penjaga sekolah, pak kebun, teman-teman, orang

    jualan di sekolah.

    Guru : Iya, pintar kamu ya. Kemudian sebagai umat Buddha kita juga wajib

    menghormati mereka yang patut dihormati di Vihara. Kira-kira siapa sajakah yang

    harus dihormati di Vihara?

    Siswa :Bhikkhu, Bu.

    Guru :Selain Bhikkhu, siapa lagi ayo, coba diingat-ingat.

    (Siswa diam saja karena lupa nama-nama mereka yang hidup di

    Lingkungan vihara,sehingga guru mengingatkan kembali kalau selain

    Bikkhu di Vihara juga terdapat Sila carini, Samanera, Silacaro.Mereka

    semua adalah orang orang yang patut kita hormati.Mengapa kita juga

    menghormati orang tua ?

    Siswa :Karena yang memberi makan saya, Bu

    Guru : Iya orang tua kita adalah orang yang sudah memberi makan, merawat

    Kita mulai dari kita kecil sampai kita menjadi besar. Ketika kita sakit,

    di bawa kedokter dan dibelikan obat, ketika kita berangkat sekolah

    diberi uang saku, coba apa lagi...?

    Siswa : Dibelikan mainan dan sepedah.

    Guru : Pintar, coba sekarang kamu lihat, gambar apa ini?

    Siswa : Orang anjali Bu.

    Guru :Iya ini adalah gambar orang yang sedang bersikap anjali. Kamu

    perhatikan tangannya ya ? Kedua telapak tangan ditelangkupkan di

    depan dada. Ibu kira hal ini tidak asing lagi bagi kamu. Bisakah kamu

    memberikan warna pada gambar orang yang besikap anjali dengan baik?

    Siswa : Bisa Bu

    Guru :Ya, mulai sekarang kamu mewarnai gambar orang yang sedang bersikap

    anjali sambil kamu perhatikan tangannya dengan benar. Supaya nanti

    kalau disuruh bersikap anjali biar benar. (Siswa diberi gambar orang

    yang bersikap anjali dan siswa mulai asyik memberi warna pada gamba)

    Ketika siswa telah selesai melaksanakan tugannya, maka guru

    memberikan penilaian pada hasil kerja siswa sambil mengucapkan

    pujian, siswa merasa sangat senang .

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1432

    Gambar 1Mewarnai gambar seorang siswa yang bersikap Anjali

    Kegiatan Akhir

    Pada kegiatan akhir guru membantu siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil

    pembelajaran, dan memberikan penekanan kembali tentang materi menghormat, dan harus

    dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pula guru memberikan penilaian tentang

    mewarnai gambar yang ditugaskan oleh guru kepada siswa. Setelah itu pembelajaran pendidikan

    agama Buddha ditutup dengan namaskara:

    Guru :Sebelum pelajaran diakhiri mari kita bersama-sama memanjatkan parita

    namaskharaghata. Arahang sammasambuddho bhagava Buddhang bhagavantang

    abhivademi, Swakkhato bhagavata dhammo dhammang namasami. Supatipanno

    bhagavato savakasangho sanghang namami. Sabbhesattabhavantu sukkhitata, semoga

    semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu.

    Siswa+Guru : Namo Buddhaya

    Kegiatan Awal (Pertemuan 2)

    Ketika guru akan memasuki ke kelas 1, guru melaksanakan persiapan perangkat

    pebelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Salah satu perangkat pembelajarannya adalah

    RPP. Setelah memasuki kelas, Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah menanyakan keadaan

    siswa. Setelah itu guru mengucapkan salam Namo Buddhaya dengan sikap anjali. Siswa pun

    membalas salam guru dengan sikap anjali sambil mengucapkan Namo Buddhaya .

    Guru :Sebelum pelajaran dimulai mari kita bersama-sama memanjatkan parita

    namaskharaghata. Arahang sammasambuddho bhagava Buddhang bhagavantang

    abhivademi, Swakkhato bhagavata dhammo dhammang namasami. Supatipanno

    bhagavato savakasangho sanghang namami. Sabbhesattabhavantu sukkhitata, semoga

    semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu. Pada pembelajaran

    pendidikan agama Buddha ini, ibu akan melanjutkan pembahasan pembelajaran minggu

    lalu yaitu tentang menghormat dan namaskara.

    Kegiatan Inti

    Pada kegiatan inti terjadi tanya jawab antara guru dengan siswa tentang materi

    pembelajaran. Untuk mengetahui kecakapan siswa maka guru menanyakan beberapa hal yang

    perlu diketahui yaitu, tentang materi pembelajaran menghormat dan namaskara kepada siswa

    apabila sedang berada di di vihara atau di rumah. Apabila di dalam percakapan terjadi jawaban

    siswa yang kurang benar maka guru secara langsung memberikan arahan atau jawaban yang

    benar kepada siswa .

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1433

    Selanjutnya, siswa diminta mempraktekkan namaskara sesuai dengan kemampuannya dan guru

    mengamati kegiatan tersebut.

    Guru : Apakah kamu pernah melaksanakan namaskara ?

    Siswa : Pernah Bu.

    Guru :Coba, ibu pingin tau bagaimana cara kamu bernamaskara.

    (Siswa melaksanakan namaskara sesuai dengan kemampuan yang

    dimiliki).

    Gambar 2. Sikap namaskara yang diperlihatkan oleh siswa melalui posisi tangan, kaki, dan pantat

    yang masih salah.

    Sementara guru mengamati siswa ketika siswa melaksanakan namaskara. Mulai dari

    posisi tangan ketika bersikap anjali, posisi kaki, posisi siku, dan posisi pantat ketika badan

    dibungkukkan hingga dahi menyentuh lantai. Pada gerakan namaskara inilah siswa masih

    terdapat kesalahan yang perlu dibenahi oleh guru. Ketika siswa selesai melaksanakan

    namaskara, guru tetap memberikan pujian dengan kata-kata pintar, walaupun siswa

    melaksanakannya masih ada kesalahan. Siswa menanggapi pujian guru hanya dengan

    tersenyum. Perlahan-lahan guru mengatakan, kamu sudah pintar namaskara tetapi masih ada

    yang perlu dibenahi ndhuk, yaitu pada saat bersikap anjali, jari-jari tangan kamu dirapatkan

    dan lurus ke atas, ibu jari juga lurus, tidak perlu disilangkan, seperti kuncup bunga teratai.

    Kemudian guru mendemonstrasikan sikap anjali yang benar. Sementara siswa mengamati jari-

    jari tangan guru. Kemudian siswa menirukan yang dicontohkan oleh guru. Guru memberikan

    pujian lagi dengan kata-kata yes !! kamu pinter. Dengan demikian siswa menjadi senang dan

    bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.

    Gambar 3. Sikap namaskara yang diperlihatkan melalui posisi tangan yang benar

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1434

    Kedua adalah posisi kaki ketika akan bernamaskara. Kita duduk berlutut, kemudian

    posisi jari-jari kaki kita luruskan ke belakang (bagi perempuan), jari-jari kaki ditekuk ke dalam

    (bila laki-laki), posisi pantat kita letakkan di antara tungkai kaki. Guru memberikan contoh cara

    duduk berlutut dengan posisi kaki yang benar. Siswa menirukan cara duduk berlutut dengan

    posisi kaki yang dicontohkan oleh guru. Setelah siswa benar cara menirukannya maka guru

    melanjutkan pada tahapan berikutnya.

    Gambar 4. Sikap namaskara yang diperlihatkan melalui posisi kaki yang benar

    Gambar 5. Sikap namaskara yang diperlihatkan melalui posisi pantat yang benar

    Coba perhatikan ibu, ibu sekarang mengangkat tangan yang sedang bersikap anjali dari

    depan dada dan meletakkan ibu jari di antara kedua alis kemudian menariknya lagi kebawah,

    setelah sampai pada paha kaki, tangan kita buka dan kita gerakkan lurus sesuai dengan paha

    kaki, kemudian telapak tangan menyentuh lantai selebar kepala, bersamaan dengan itu diikuti

    gerakan siku yang juga menyentuh lantai, posisi siku berada di depan lutut (bila laki-laki),

    disebelah lutut kanan dan kiri (bila perempuan) dan badan dibungkukkan hingga dahi

    menyentuh lantai. Ketika badan dibungkukkan posisi pantat tetap pada tempatnya ( pantat tidak

    terangkat). Bersujud atau namaskara kepada mereka yang patut kita hormati merupakan salah

    satu berkah utama. Halini sesuai dengan Sabda Sang Buddha (Dhammadiro, 2005: 33)

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1435

    Guru melakukan demontrasi gerakan ini setahap demi setahap dan berulang-ulang,

    Siswa juga mengikuti gerakan guru setahap demi setahap dan berulang ulang hingga siswa

    lancar dalam melakukan gerakan namaskara ini.

    Setelah mempraktekkan namaskara, guru memberikan penjelasan arti dari

    namakara. Namaskara adalah penghormatan dengan cara bersujud. Biasanya namaskara

    kita lakukan dihadapan Buddha rupang (patung Buddha) tetapi bisa juga dilakukan dihadapan

    orang tua, Bhikkhu, Samanera atau kepada siapa saja yang memang patut kita hormati. Oleh

    sebab itu biasakanlah melakukan namaskara di hadapan altar Sang Buddha ketika sedang berada

    di Vihara. Namaskara dihadapan ayah dan ibu bila sedang di rumah. Ayah dan ibu merupakan

    pengganti Sang Buddha. Bila menghormat ayah dan ibu berarti kita juga sudah menghormat

    kepada Buddha.Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh.

    Selesai penjelasan pengertian namaskara guru menawarkan kepada siswa mugkin ada

    yang perlu ditanyakan, siswa menanyakan, mengapa bernamaskara di depan patung Buddha?.

    Dari pertanyaan tersebut guru memberikan penjelasan, Bernamaskara di depan patung Buddha

    itu bukan berarti umat Buddha menyembah patung.

    Tetapi umat Buddha mengingat dan mengucapkan terima kasih kepada Sang Buddha yang dulu

    ketika Beliau masih hidup telah memberikan ajaran kebenaran kepada kita semua, sehingga kita

    semua mengerti perbuatan baik yang harus dilakukan dan perbuatan buruk yang harus dihindari.

    Buddha mengajarkan ajaran kebenaran tidak hanya pada manusia saja tetapi beliau juga

    mengajarkan kepada para Dewa (Dhammadiro, 2005: 95)

    Apabila melaksanakan perbuatan baik sebagai pahalanya akan hidup bahagia atau

    masuk surga tetapi apabila melakukan perbuatan buruk sebagai akibatnya akan hidup menderita

    atau masuk neraka. Penghormatan terhadap patung Buddha itu artinya sama saja dengan

    penghormatan terhadap bendera merah putih ketika sedang upacara bendera. Pada saat

    mengangkat tangan bersikap hormat pada bendera, yang dihormati bukan kainnya yang

    berwarna merah dan putih, tetapi jasa dari pengorbanan jiwa raga pahlawan yang dulu ikut

    berjuang mempertahankan kemerdekaan hingga Indonesia bisa lepas dari penjajahan bangsa

    asing yaitu Belanda, Jepang, Inggris dan lain-lain.

    Ajaran Buddha yang perlu diingat dan dilaksanakan, adalah ; Jangan berbuat jahat,

    Tambahlah kebajikan, Sucikan hati dan pikiran, (Widya, 2015: 72). Dengan ingat ajaran Sang

    Buddha maka umat Buddha akan mengerti manfaat kebenaran, Bila mengerti manfaat

    kebenaran, kita akan melaksanakan kebenaran itu. Karena melaksanakan kebenaran maka hidup

    kita bahagia. Bisa bahagia karena ajaran Sang Buddha maka itu kita menghormat atau bersujud

    atau bernamaskara di hadapan altar Buddha sebagai ucapan terima kasih. Begitu pula bila kita

    bersujud atau bernamaskara dihadapan orang tua, kita mengucapkan terima kasih kepada orang

    tua karena mereka telah merawat dan membesarkan kita. Oleh sebaab itu sudah merupakan

    kewjiban anak menghormat dan bernamaskara dihadapan orang tua .

    Orang tua mencegah anaknya berbuat kejahatan. Menganjurkan anaknya melakukan

    kebajikan. Memberikan pendidikan yang sesuai untuk anaknya. Mencarikan pasangan

    yang sesuai untuk anaknya. Jika tiba saatnya menyerahkan warisan kepada anaknya.

    (Widyadharma, 2007:272)

    Setelah mendemonstrasikan namaskara, memberi penjelasan materi dan menjelaskan

    pertanyaan dari siwa, guru memberikan gambar seorang siswa yang sedang bernamaskara dan

    dibuatlah sebuah parzzel. Gambar tersebut digunting-gunting oleh siswa sesuai dengan garis-

    garis yang ada dan kemudian ditempelkan kembali oleh siswa seperti semula pada kertas yang

    berbeda.

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1436

    Gambar 6. Puzzle sebagai media pembelajaran namaskara

    Untuk menunjang pembelajaran. peserta didik mendapat tugas melaksanakan

    namaskara setiap hari di depan altar di rumah masing-masing . Peserta didik mendapat lembar

    tugas yang harus diisi oleh peserta didik sesuai dengan yang dilaksanakan. Lembar tugas

    ditandatangani oleh orang tua murid sebagai pantauan bagi peserta didik apabila sedang

    melaksanakan namaskara. Jika peserta didik bernamaskara di rumah sudah benar orang tua

    sudah tidak memberikan pembetulan, tetapi apabila peserta didik masih melakukan kesalahan

    maka orang tua memberikan pembetulan. Dengan demikian ada kerja sama antara pendidik

    dengan wali murid untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi peserta didik.

    Tindak lanjut untuk materi pembelajaran ini, pendidik akan melaksanakan kegiatan

    pembiasaan bagi peserta didik untuk melaksanakan namaskara sebelum pembelajaran

    pendidikan agama Buddha dimulai, supaya peserta didik terbiasa melaksanakan namaskara di

    depan altar Buddha dengan benar .Dengan pelaksanaan pembiasaan ini diharapkan peserta didik

    tidak lagi mengalami kesalahan dalam tata cara dan langkah-langkah melaksanakan namaskara.

    Kegiatan Akhir

    Pada kegiatan akhir guru membantu siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil

    pembelajaran, dan memberikan penekanan kembali tentang materi menghormat dan namaskara,

    dan harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pula guru memberikan penilaian

    tentang pembuatan pazzel yang ditugaskan oleh guru kepada siswa. Setelah itu pembelajaran

    pendidikan agama Buddha ditutup dengan namaskara:

    Guru :Sebelum pelajaran diakhiri mari kita bersama-sama memanjatkan parita

    namaskharaghata. Arahang sammasambuddho bhagava Buddhang bhagavantang

    abhivademi, Swakkhato bhagavata dhammo dhammang namasami. Supatipanno

    bhagavato savakasangho sanghang namami. Sabbhesattabhavantu sukkhitata, semoga

    semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu.

    Siswa+Guru : Namo Buddhaya

    KESIMPULAN

    Pembelajaran pendidikan Agama Buddha tentang cara-cara menghormat kususnya

    namaskara bila diajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi sangat menyenangkan, baik

    bagi siswa maupun guru. Karena dengan contoh-contoh atau demonstrasi siswa dapat lebih

    mudah mengerti dan memahami pembelajaran yang diberikan. Sedangkan bagi guru lebih

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1437

    mudah untuk menyampaikannya kepada siswa. Kesalahan-kesalahan yang terdapat pada posisi

    namaskara akan segera diketahui oleh guru. Sehingga guru dapat dengan mudah memberikan

    pembetulan kepada siswa. Supaya siswa dapat melanjutkan pembelajaran dari guru maka guru

    melakukan pembiasaan namaskara di sekolah sambil membaca doa pembukaan pendidikan

    agama Buddha. Sementara di rumah guru juga tetap memberikan tugas namaskara yang benar

    bila sedang melakukan kebaktian bersama keluarga.

    Hal yang mendasar dalam pendidikan agama Buddha memang perlu disampaikan sejak

    usia dini. Orang tua, beserta guru agama bertindak sebagai fasilitas siswa untuk mengarahkan.

    Seorang guru, harus lebih kreatif dan menumbuhkan rasa ingin tahu dari siswa sehingga siswa

    memiliki keaktifan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru atau teman yang lain.

    Seorang guru juga harus sabar membimbing dan mengarahkan siswanya sehingga siswa dapat

    mengerti dan memahami apa yang diajarkan oleh guru. Dengan demikian maka siswa dapat

    mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari.

    DAFTAR RUJUKAN

    Dhammadiro. 2005. Paritta Suci. Yayasan Sangha Theravada Indonesia: Jakarta.

    Jamil, MHD, Sutarni. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Dan Sikap Siswa Kelas VI SDN 135/V

    Makmur Jaya Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi.

    Naskah UUD 1945 amandemen ke-empat, 2002: 17.

    Wahyuni, Sri. 2013. RencanaPengembangan Sekolah. Surabaya.

    Widya, Surya, Sasanadhaja. 2015. Dhammapada (Kitab Suci Agama Buddha) Khudakka

    Nikaya. Yayasan Abdi Dhamma Indonesia: Jakarta Utara.

    Widyadharma, Maha Pandita S. 2007. Riwayat Hidup Buddha Gautama. Magabudhi: Jakarta.

    www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2003/20TAHUN2003UU.htm diakses tanggal 6 Februari

    2016 pukul 9.17 WIB

    http://www.bpbatam.go.id/ini/livingInBatam/edu_overview.jsp diakses tanggal 6 Februari

    2016 pukul 9.17 WIB

    http://www.gurupantura.com/2015/05/pendidikan-formal-nonformal-informal.html diakses

    tanggal 6 Februari 2016 pukul 9.36 WIB

    http://www.sekolahdasar.net/2012/10/7-mata-pelajaran-untuk-sd-

    dikurikulum.html#ixzz3zOqn3RSj Diakses tanggal 6 Februari 2016 pukul 21.55 WIB

    http://kamus.cektkp.com/namaskara/ diakses tanggal 6 Februari 2016 pukul 22.17 WIB

    http://cahayakebahagiaan.tripod.com/kebaktian_dan_manfaatnya.html diakses tanggal 6

    Februari 2016 pukul 22.31 WIB.

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1438

    MENINGKATKAN KONSENTRASI SISWA DENGAN MEMBIASAKAN

    MEDITASI SEBELUM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA

    DI SDN MOJOREJO 01 KECAMATAN JUNREJO KOTA BATU

    Supar

    SDN Mojorejo 01 Kecamatan Junrejo Kota Batu

    [email protected]

    Abstrak: Membiasakan meditasi sebelum belajar sangat penting dalam meningkatkan

    konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran. Konsentrasi siswa dalam belajar sangat

    diperlukan agar materi pelajaran yang dipelajari dapat dipahami. Guru perlu

    membiasakan mengawali pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dengan meditasi.

    Pembelajaran yang bermakna bagi siswa bila pembelajaran itu bermanfaat bagi siswa

    untuk mengubah perilaku baik pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Berdasarkan

    penelitian yang dilakukan diketahui bahwa membiasakan meditasi sebelum

    pembelajaran dapat meningkatkan konsentrasi siswa sehingga siswa mampu memahami

    materi pelajaran yang dipelajari.

    Kata kunci; meningkatkan konsentrasi, pembelajaran dan meditasi

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

    proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

    memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

    mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara (UU No

    20 tahun 2003)

    Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional

    berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

    bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

    potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

    Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

    yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan banyak

    faktor yang harus dipenuhi, salah satunya proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

    Pembelajaran dapat diartikan suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

    mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatif

    dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan

    tertentu yang telah dirumuskan. Pembelajaran dapat dilaksanakan apabila adanya subjek

    pembelajaran yaitu guru dan siswa.

    Guru sebagai pendidik memainkan peran yang strategis dalam meningkatkan

    pendidikan yang berkualitas. Peran profesional guru dalam keseluruhan program pendidikan

    terdiri dari tiga bidang layanan yaitu; layanan instruksional, layanan administrasi dan layanan

    bimbingan (Soetjipto dan Kosasi, 2004: 2). Guru harus berusaha melakukan berbagai cara

    dalam proses belajar mengajar agar siswa berhasil. Guru harus selalu mengembangkan

    kompetensi mereka setiap waktu. Persiapan mengajar yang baik dan media yang tepat

    merupakan hal yang penting bagi seorang pengajar di sekolah.

    Guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan pada siswa tapi juga menjadi contoh

    atau teladan dan model yang baik bagi siswanya. Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh,

    panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan linkungannya. Oleh karena itu guru harus

    memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri,

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1439

    dan disiplin (Mulyasa, 2005: 27). Dengan demikian kompetensi guru akan berkembang secara

    efektif apabila guru tersebut berhasil membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

    Dalam pembelajaran sangat diperlukan konsentrasi agar materi yang dipelajari dapat

    dipahami secara maksimal. Konsentrasi dapat dilatih dengan memusatkan pikiran, karena

    pikiran itu merupakan pelopor, pemimpin dan pembentuk (Dhammadhiro. 2008: 1, 2). Pada

    kenyataannya ada sebagian siswa yang masih sulit untuk memusatkan perhatian saat belajar,

    masih sering melamun dan cepat merasa bosan. Kondisi siswa tersebut disebabkan karena guru

    tidak selalu membiasakan meditasi sebelum pembelajaran dan guru juga belum menerapkan

    metode pembelajaran yang bervariasi..

    Pembelajaran yang demikian akan berdampak buruk bagi siswa misalnya, siswa tidak

    bisa membiasakan diri untuk berlatih bermeditasi, siswa tidak paham tentang materi yang

    dipelajari sehingga nilai yang diperoleh tidak maksimal. Selain itu siswa tidak termotivasi untuk

    belajar, sehingga sangat diperlukan seorang guru yang memiliki beberbagai keterampilan

    mengajar.

    Untuk itu guru perlu membiasakan untuk mengawali pembelajaran Pendidikan Agama

    Buddha dengan meditasi agar siswa lebih tenang dan konsentrasi. Selain itu guru harus

    menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa aktif, kreatif dan

    menyenangkan, sehingga materi yang dipelajari mudah dipahami. Menggunakan berbagai

    metode dalam pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa dan menunjukkan keprofesionalan

    guru dalam pembelajaran.

    Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis menganggap perlu untuk melakukan

    penelitian dengan judul Meningkatkan Konsentrasi Siswa Dengan Membiasakan Meditasi

    Sebelum Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha di SDN Mojorejo 01 Kecamatan Junrejo

    Kota Batu.

    METODE

    Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan tahapan

    perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, observasi dan refleksi. Pada tahap

    perencanaan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang Kompetensi Dasar

    dan materi. Tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan di kelas 6 SDN Mojorejo Kecamatan

    Junrejo Kota Batu dengan jumlah siswa 2 orang, yang terdiri dari 1 laki-laki dan 1 perempuan

    mulai bulan Februari sampai Maret 2016. Dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus

    dilakukan observasi langsung. Untuk melakukan observasi peneliti menggunakan lembar

    observasi yang dilakukan peneliti dan siswa.

    Penelitian ini dilakukan dalam dua kali pertemuan, setiap pertemuan selama 4 jam

    pelajaran (4 x 35 menit). Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 10 Februari 2016 dan

    Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 2 Maret 2016. Setiap akhir pembelajaran dilakukan

    refleksi, untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan memperbaikinya untuk

    pembelajaran berikutnya.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pembelajaran Pertama

    Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, yang terdiri dari;

    perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Perencanaan; Sebelum melakukan pembelajaran

    peneliti menggunakan analisa konteks, kemudian menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP) dengan menggunakan metode demonstrasi.Pelaksanaan pembelajaran ini terdiri dari tiga

    tahap yaitu; kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1440

    Kegiatan Awal

    Pada pembelajaran ini dimulai dengan mengucapkan salam Buddhis Namo

    Buddhaya, kemudian dilanjutkan berdoa dengan membacakan Namakkara Patha. Sebelum

    pembelajaran guru mengajak siswa untuk latihan konsentrasi kira-kira lima menit. Saat latihan

    konsentrsi guru mengamati masih ada siswa yang kurang tepat dalam posisi duduk, sikap

    tangan dan kaki serta posisi badannya. Melihat posisi siswa yang masih kurang sempurna,

    guru melakukan tindakan membenarkan posisi meditasi yang kurang tepat secara bergiliran.

    Setelah selesai latihan konsentrasi guru menyampaikan apersepsi dengan cerita ada

    seseorang yang naik sepeda motor terjatuh masuk got karena pikirannya kacau, kurang

    konsentrasi. Orang tersebut pikirannya kacau karena habis bertengkar dengan temannya. Setelah

    mendengarkan cerita tersebut siswa mulai tertarik untuk mempelajari materi meditasi, sehingga

    guru baru mulai masuk pada materi tentang meditasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran

    serta memotivasi siswa agar semangat belajar.

    Kegiatan Inti

    Pada kegiatan inti terdiri dari lima langkah yaitu; mengamati, menanya,

    mengeksplorasi, menganalisis, dan mengomunikasikan. Pada awal materi, guru menyediakan

    gambar empat posisi meditasi yang biasa dilakukan dalam melatih konsentrasi yaitu posisi

    duduk, berdiri, berjalan dan berbaring. Guru mengajak siswa mengamati berbagai gambar

    orang meditasi yang telah ditempelkan di papan tulis. Lalu guru memberikan kesempatan

    siswa untuk membaca materi tentang meditasi yang ada di buku siswa.

    Setelah mengamati gambar dan membaca buku, guru memberi kesempatan kepada

    siswa untuk bertanya tentang gambar yang dilihat dan materi yang sudah dibaca. Saat itu ada

    siswa yang bertanya. Berikut dialog antara guru dan siswa;

    Siswa : Pak yang paling mudah konsentrasi itu posisi meditasi yang mana?

    Guru : Keberhasilan meditasi tidak terletak pada posisinya, tetapi bergantung pada tekad dan kemauan

    berlatih meditasi. Semua posisi meditasi baik duduk, berdiri, berjalan maupun berbaring bisa

    dilakukan sesuai dengan kemauan seseorang.

    Siswa : Tujuan kita berlatih meditasi itu apa Pak?

    Guru : Baik anak-anak untuk pertanyaan Mitta, coba dicari jawabannya di buku cetak Pendidkan

    Agama Buddha dan Budi Pekerti kelas 6 dan nanti kalau sudah ketemu silahkan dijawab.

    Siswa : Baik Pak.

    Siswa mencari jawaban di buku siswa dengan penuh semangat dan rasa ingin tahu.

    Dari kedua pertanyaan siswa itu, guru dapat mengambil kesimpulan bahwa siswa telah mampu

    mengamati dan tertarik untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti dan juga tertarik

    untuk belajar lebih lanjut. Pertanyaan yang kedua tidak langsung dijawab oleh guru, karena guru

    ingin mengarahkan siswa untuk mencari jawaban sendiri dengan cara eksplorasi.

    Pada kegiatan mengeksplorasi guru memberikan tugas kepada siswa untuk menggali

    lebih dalam materi meditasi untuk mencari jawaban dari pertanyaan siswa yang belum dijawab

    guru. Berikutnya guru juga menyampaikan dua pertanyaan yang harus dikerjakan. Berikut

    dialog antara guru dan siswa;

    Guru : 1. Bagaimanakan posisi tubuh yang benar saat meditasi duduk?

    2. Mengapa meditasi dengan posisi duduk sering dilakukan seseorang untuk melatih

    konsentrasi?

    Kedua jawaban itu silakan mencari jawaban di buku sumber/buku siswa dan berdiskusi !

    Siswa : Baik Pak.

    Siswa mencari jawabannya dengan membaca referensi lain dan berdiskusi.

    Siswa : 1. posisi duduk bersila, badan tegak lurus, kedua tangan dipangkuan, dan mata dipejamkan.

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1441

    Guru : Jawabanmu sudah benar, namun akan lebih lengkap kalau ditambah pada posisi duduk badan

    harus tegak dan rileks, tidak boleh tegang dan tangan kanan diletakkan diatas tangan kiri.

    Siswa : 2. (a) Karena Petapa Siddharta Gotama mencapai penerangan sempurna dengan meditasi

    posisi duduk. (b) Karena meditasi posisi duduk lebih mudah dilakukan.

    Guru : Bagus, jawaban kalian benar semua.

    Guru : Anak-anak sekarang bapak berikan contoh empat posisi meditasi, setelah itu anak- anak

    peragakan didepan kelas!.

    Siswa : Baik Pak. (Guru mendemonstrasikan sikap meditasi yang benar, kemudian siswa

    memeragakan) Berikut empat posisi meditasi yang diperagakan siswa

    Gambar 1: meditasi duduk Gambar 2: meditasi berdiri

    Gambar 3: meditasi berjalan Gambar 4: meditasi berbaring

    Pada gambar 1 ada siswa yang posisi meditasi duduk, badanya agak membungkuk dan agak

    tegang sebenarnya harus tegak dan rileks. Pada gambar 4 meditasi berbaring posisi kaki kurang

    tepat sebenarnya kaki kiri berada diatas kaki kanan.

    Jawaban siswa untuk pertanyaan kedua ada dua jawaban sehingga dapat dikategorikan

    bahwa; untuk jawaban pertama memang benar Petapa Siddharta Gotama mencapai penerangan

    sempurna dalam posisi meditasi duduk, namun tidak ada hubungannya dengan petanyaan.

    Untuk jawaban kedua sangat tepat, karena meditasi dengan posisi duduk mudah dilakukan dan

    lebih mudah untuk mengontrol anggota tubuh saat meditasi. Untuk itu guru menegaskan

    jawaban yang paling tepat adalah jawaban yang kedua. Siswa mampu menjawab pertanyaan

    yang disampaikan guru tersebut berdasarkan pemahaman materi yang dipelajari dan

    pengalaman yang diperolehnya. Untuk itu guru mengajak siswa menganalisis kedalaman materi

    dari berbagai sumber yang dipelajari.

    Pada kegiatan menganalisis ini, guru memberikan kesempatan siswa untuk menganalisa

    dengan pertanyaan yang bersifat penalaran, yaitu; Mengapa umat Buddha harus berlatih

    meditasi? Apakah hanya umat Buddha saja yang perlu konsentasi? Guru memberikan

    kesempatan siswa untuk berpikir. Untuk pertanyaan pertama salah satu siswa menjawab; karena

    semua umat Buddha harus melatih konsentrasi. Siswa yang lain menjawab; karena meditasi

    adalah ajaran Sang Buddha. Untuk pertanyaan kedua, dua siswa menjawab; tidak karena semua

    orang membutuhkan konsentrasi dalam setiap kegiatan. Setelah mengetahui jawaban siswa,

    guru memberikan apresiasi dan penguatan kepada siswa yang jawabannya tepat dengan acungan

    jempol dan kata-kata bagus!. Guru juga melengkapi jawaban siswa yang kurang tepat, bahwa

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1442

    umat Buddha itu perlu meditasi bukan sekedar mengikuti ajaran Buddha, tetapi karena

    konsentrasi memang sangat penting dalam setiap melakukan kegiatan.

    Selanjutnya guru mempersilakan siswa untuk membacakan atau mempresentasikan hasil

    kerja kelompok di depan kelas. Guru memberikan penegasan dan mengapresiasi keberanian

    siswa dalam menyampaikan pendapatnya di depan kelas.

    Kegiatan Penutup

    Dalam kegiatan penutup guru melakukan refleksi. Adakah hal yang menyenangkan dan

    tidak menyenangkan pada pembelajaran ini. guru mengajak siswa untuk mengingat kembali

    materi-materi penting yang telah dipelajari dengan beberapa pertanyaan, siswa juga disuruh

    memeragakan kembali posisi meditasi duduk, berdiri, berjalan dan berbaring . Guru dan siswa

    menyimpulkan materi yang telah pelajari. Hasil kesimpulan adalah sebagai berikut;

    (1) Meditasi adalah pemusatan pikiran pada satu objek. (2) Posisi meditasi ada empat yaitu;

    duduk, berdiri, berjalan dan berbaring. (3) Objek meditasi ketenangan/ samatha bhavana terdiri

    dari 40 objek. Manfaat meditasi bagi pelajar yaitu dapat menguatkan daya ingat, sehingga ilmu

    yang dipelajari lebih dipahami.

    Penilaian pada pembelajarn ini ada tiga aspek yaitu penilaian sikap, pengetahuan dan

    keterampilan. Untuk mengukur keberhasilan proses belajar siswa dilakukan evaluasi yang

    mencakup tiga aspek yaitu; (1) aspek sikap, (2) aspek keterampilan dan (3) aspek pengetahuan.

    Setelah dilaksanakan penilaian guru memberikan tugas siswa untuk membuat kliping tentang

    empat posisi meditasi. Pembelajaran ini diakhiri Namakkara Patha dan doa yang dipimpin guru.

    Refleksi

    Pada saat apersepsi siswa kurang tertarik mendengarkan cerita tentang akibat seseorang

    yang naik sepeda motor yang terjatuh karena kurang konsentrasi, karena tidak ada pertanyaan

    yang disampaikan siswa. Tindakan selanjutnya yang akan dilakukan adalah menyampaikan

    beberapa pertanyaan berkenaan dengan cerita itu yang dihubungkan dengan materi, untuk

    menjajagi kemampuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari.

    Dalam kegiatan inti, siswa kurang memahami posisi meditasi yang benar, karena hanya

    mengamati empat gambar posisi meditasi. Pembelajaran berikutnya yang akan dilakukan yaitu

    menambah media pembelajaran berupa gambar posisi meditasi dalam power point, agar siswa

    lebih memahami dan tertarik untuk belajar. Berikutnya juga masih ada siswa yang belum bisa

    memeragakan posisi meditasi duduk, berdiri, berjalan dan berbaring yang benar. Pembelajaran

    berikutnya yang akan dilakukan dengan mendemonstrasikan posisi meditasi duduk yang benar.

    Siswa juga kurang konsentrasi dalam belajar, sehingga tindakan yang akan dilakukan

    membiasakan meditasi sebelum pembelajaran dan menggunakan berbagai metode agar siswa

    tidak cepat bosan.

    Pembelajaran berikutnya

    Kegiatan Awal

    Pada pembelajaran ini dimulai dengan mengucapkan salam Buddhis Namo

    Buddhaya, kemudian dilanjutkan berdoa dengan membacakan Namakkara Patha. Sebelum

    pembelajaran guru mengajak siswa untuk latihan konsentrasi kira-kira lima menit. Saat latihan

    konsentrsi guru mengamati dan semua siswa sudah tepat dalam posisi duduk, sikap tangan dan

    kaki serta posisi badannya..

    Setelah selesai latihan konsentrasi guru menyampaikan apersepsi dengan

    menyampaikan beberapa pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari pertemuan minggu

    lalu. Setelah bertanya jawab, siswa merasa tertarik untuk memperdalam materi meditasi,

    sehingga guru baru mulai masuk pada materi tentang meditasi dan menyampaikan tujuan

    pembelajaran serta memberikan motivasi kepada siswa agar semangat belajar.

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1443

    Kegiatan Inti

    Pada kegiatan inti terdiri dari lima langkah yaitu; mengamati, menanya,

    mengeksplorasi, menganalisis, dan mengomunikasikan. Pada awal materi, guru menyediakan

    gambar empat posisi meditasi yang biasa dilakukan dalam melatih konsentrasi yaitu posisi

    duduk, berdiri, berjalan dan berbaring dalam bentuk power point agar lebih menarik siswa. Guru

    mengajak siswa mengamati berbagai gambar orang meditasi yang telah disiapkan, lalu

    memberikan kesempatan siswa untuk membaca materi tentang meditasi yang ada di buku

    siswa.

    Setelah mengamati gambar dan membaca buku, guru memberi kesempatan kepada

    siswa untuk bertanya tentang gambar yang dilihat dan materi yang sudah dibaca. Pada

    pembelajaran ini hanya satu siswa yang bertanya. Berikut dialog antara guru dan siswa:

    Siswa : Pak apa syarat meditasi itu bisa berhasil?

    Guru : Ada lima syarat keberhasilan meditasi yaitu; memiliki sila yang baik, tekad yang membaja,

    objek yang sesuai dengan caritanya, waktu yang tepat dan dilakukan secara kontinu.

    Kemudian guru mengajak siswa untuk menggali lebih dalam materi yang dipelajari pada

    kegiatan eksplorasi. Pada kegiatan mengeksplorasi guru memberikan tugas kepada siswa untuk

    menggali lebih dalam materi meditasi untuk menjawab pertanyaan secara kelompok.

    Guru : Mengapa meditasi harus dilakukan secara berkesinambungan?.

    Siswa : Agar meditasi cepat berhasil, agar pikiran terlatih untuk konsentrasi.

    Jawaban siswa tersebut sudah benar, sehingga, guru mempersilakan siswa memeragakan empat

    posisi meditasi untuk kedua kalinya.

    Guru : Anak-anak coba peragakan sekali lagi empat posisi meditasi !

    Siswa : Baik Pak. Siapa dulu Pak?

    Guru : Mitta dulu kemudian Pratama.

    Berikut empat posisi meditasi yang diperagakan siswa pada pertemuan kedua;

    Gambar 1: Meditasi duduk Gambar 2: Meditasi berdiri

    Gambar 3: Meditasi berjalan Gambar 4: Meditasi berbaring

    Dari empat posisi meditasi pada yang diperagakan pada pertemun kedua ini sikapnya

    lebih sempurna, sehingga guru hanya menegaskan untuk sering melakukan meditasi setiap saat.

    Selanjutnya guru mengajak siswa menganalisis kedalaman materi dari berbagai sumber

    yang dipelajari.

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1444

    Pada kegiatan menganalisis ini, guru memberikan kesempatan siswa untuk menganalisa

    pentingnya materi meditasi dan untuk dipraktikkan setiap saat dan secara berkesinambungan.

    Selanjutnya guru mempersilakan siswa untuk mempresentasikan pengalaman pribadi yang

    diperoleh saat praktik meditasi baik di rumah, di sekolah maupun di vihara. Guru memberikan

    penegasan bahwa yang disampaikan adalah pengalamannya bukan perkiraan dan mengapresiasi

    keberanian siswa dalam menyampaikan pengalamannya di depan kelas.

    Kegiatan Penutup

    Dalam kegiatan penutup guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi penting

    yang telah dipelajari dengan beberapa pertanyaan, siswa juga disuruh memeragakan kembali

    posisi meditasi duduk . Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah pelajari. Hasil

    kesimpulan adalah sebagai berikut;

    (1) Meditasi adalah pemusatan pikiran pada satu objek. (2) Posisi meditasi ada empat yaitu;

    duduk, berdiri, berjalan dan berbaring. (3) Objek meditasi ketenangan/ samatha bhavana terdiri

    dari 40 objek. Manfaat meditasi bagi pelajar yaitu dapat menguatkan daya ingat, sehingga ilmu

    yang dipelajari lebih dipahami. (4) Syarat meditasi agar berhasil adalah memiliki sila yang baik,

    tekad yang membaja, objek yang sesuai dengan carita, waktu dan tempat yang sesuai serta

    dilaksanakan secara berkesinambungan.

    Penilaian pada pembelajarn ini ada tiga aspek yaitu penilaian sikap, pengetahuan dan

    keterampilan. Untuk mengukur keberhasilan proses belajar siswa dilakukan evaluasi yang

    mencakup tiga aspek yaitu; (1) aspek sikap, (2) aspek keterampilan dan (3) aspek pengetahuan.

    Setelah dilaksanakan penilaian guru memberikan tugas siswa untuk membuat kliping tentang

    empat posisi meditasi. Pembelajaran ini diakhiri Namakkara Patha dan doa yang dipimpin guru.

    Refleksi

    Pada saat apersepsi siswa lebih tertarik dan senang untuk mengingat cerita dan materi

    yang telah dipelajari pada pertemuan berikutnya. Dalam kegiatan inti, siswa lebih memahami

    posisi meditasi yang benar, karena sudah mengamati empat gambar posisi meditasi yang

    disajikan melalui power poit. Pembelajaran yang kedua ini lebih menarik siswa untuk mencari

    tahu tentang materi meditasi dan mempraktikkannya. Pada pembelajaran ini kedua siswa sudah

    bisa memeragakan posisi meditasi duduk, berdiri, berjalan dan berbaring yang benar. Selama

    pembelajaran ini siswa sudah lebih konsentrasi , sehingga pembiasaan meditasi sebelum

    pembelajaran harus terus dilakukan.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembiasaan meditasi sebelum pembelajaran dapat

    meningkatkan konsentrasi siswa saat belajar. Pada pertemuan kedua ada peningkatan

    dibangdingkan dengan pertemuan pertama, yang dapat dilihat dari peragaan meditasi baik posisi

    duduk, berdiri, berjalan dan berbaring. Keempat posisi meditasi dapat diperagakan secara benar

    pada pertemuan kedua.

    DAFTAR RUJUKAN

    Dhammadhhiro bhikkhu, 200f8. Kitab Suci Dhammapada, Jakarta: Sangha Theravada

    Indonesia.

    Kosasi Raflis dan Soetjipto. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Reneka Cipta.

    Mulyasa, 2005, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rodaskarya.

    Undang-Undang No.20 Tahun 2003

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1445

    PENINGKATAN PEMBELAJARAN SHOLAT FARDHU SECARA TERTIB

    MELALUI PEMBIASAAN SHOLAT DHUHUR BERBASIS MOTIVASI MULTI

    ASPEK PADA SISWA KELAS VI SDN BULUKERTO 03 BUMIAJI

    KOTA BATU

    Leni Amalia Z.S

    SDN Bulukerto 03 kecamatan Bumiaji Kota Batu

    [email protected]

    Abstrak: Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya pemahaman,

    ketrampilan dan kebiasaan shalat fardhu bahkan kurangnya motifasi dari berbagai

    pihak, pada siswa kelas IV SDN Bulukerto 03 Bumiaji kota Batu. Oleh karena itu perlu

    diadakan penelitian pembiasaan sholat fardhu secara tertib. Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui: 1). pelaksanaan pembiasaan shalat fardhu dhuhur di sekolah, 2).

    dampak pembiasaan shalat fardhu berbasis motivasi multi aspek terhadap peningkatan

    pembelajaran shalat fardhu pada siswa kelas IV SDN Bulukerto 03 kecamatan Bumiaji

    Kota Batu tahun 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang

    bertujuan memperbaiki pelaksanaan pembelajaran di kelas. Penelitian dilakukan dalam

    dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan

    refkleksi hasil pembelajaran. Instrumen yang digunakan untuk mengambil data berupa

    lembar observasi siswa. Analisis data menggunakan teknik kuantitatif diadukan dengan

    teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosentase

    pembiasaan sholat fardhu secara tertib sebelum siklus adalah 17,78%. Pada siklus I

    penilaian diri dan teman sejawat 41,35 %, nilai penugasan 60,77%, unjuk kerja

    (praktek) 69,41%, pelaksanaan sholat fardhu secara tertib selama 7 hari 52,31%.

    Sedangkan pada siklus II penilaian diri dan sejawat 74,04%, nilai penugasan 80,00%,

    unjuk kerja(praktek) 86,71%, pelaksanaan sholat fardhu secara tertib selama 7 hari

    79,78%. Dengan demikian terdapat peningkatan pembelajaran dalam melaksanakan

    sholat fardhut secara tertib. Berdasarkan hasil tersebut dapat dibuat kesimpulan :

    Melalui pembiasaan sholat dhuhur berbasis pemberian motivasi multi aspek dapat

    meningkatkan hasil pembelajaran sholat fardhu secara tertib pada siswa kelas IV SDN

    Bulukerto 03 Bumiaji Kota Batu.

    Kata kunci : sholat fardhu , pembiasaan, motivasi multi aspek

    Pendidikan agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan manusia.

    Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai

    dan bermartabat. Betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka

    internalisasi nilai-nilai agama bagi dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan,

    yang ditemui melalui pendidikan, baik pendidikan dilingkungan keluarga sekolah, maupun

    masyarakat terutama ibadah sholat.

    Sholat adalah penghambaan dan pengabdian diri kepada Allah swt. Sesuai dengan

    tujuan penciptaan manusia dalam surat Adzariyat : 56

    Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-

    Ku.

    Shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam bentuk beberapa

    perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut

    syarat-syarat yang telah ditentukan syara. Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi umat

    muslim, diantaranya yaitu shalat wajib atau shalat lima waktu merupakan shalat yang wajib

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

    APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

    1446

    dilaksanakan oleh umat muslim apabila telah memenuhi syarat-syarat untuk melaksanakannya.

    Tanpa shalat maka kemusliman seseorang dipertanyakan. Bahkan Rasulullah saw. melarang

    menyalatkan orang meninggal yang tidak melaksanakan shalat selama hidupnya.

    Shalat memiliki keutamaan yang sangat besar. Amal yang paling pertama dihisab di

    akhirat adalah shalat. Siapa yang berhasil menegakkan shalat dan memeliharanya dengan

    ketepatan waktu, kekhusukan dan berjamaah akan mendapatkan ridha dan surga Allah swt.

    Sholat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, hal ini sesuai dengan firman Allah swt.

    Q.S Al Ankabuut : 45

    Artinya: Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar(QS Al

    Ankabuut : 45).

    Namun kenapa masih banyaknya perbuatan keji dan mungkar ditengah masyarakat yang

    dilakukan orang yang tidak shalat maupun orang yang shalat??.

    Materi Sholat fardhu masuk dalam aspek ibadah. Shalat fardhu ada lima, dan masing-

    masing mempunyai waktu yang ditentukan. Umat muslim diperintahkan untuk menunaikan

    berdasarkan dengan waktunya masing-masing. 1) Zhuhur, Awal waktunya setelah condong

    matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama

    panjangnya dengan semua itu. 2) Ashar, Waktunya mulai dari habisnya waktu zhuhur, sampai

    terbenamnya matahari. 3) Maghrib, Waktunya dari terbenamnya matahari sampai hilangnya

    syafaq (awal senja) merah. 4) Isya, Waktunya mulai dari tebenam syafaq ( awal senja ), hingga

    terbit fajar. 5) Subuh, Waktunya dari terbit fajar shidiq, hingga terbit matahari (Sabiq, 2010).

    Pada umumnya materi ibadah dipelajari siswa dengan cara mendengarkan ceramah

    guru. Pada survey awal diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa dengan model

    pembelajaran seperti itu siswa yang hanya melaksanakan hanya 17,78% yang sudah

    melaksanakan sholat lima waktu secara tertib lima kali sehari semalam. Bahkan belum punya

    kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan kewajibannya itu.

    Kenyataan di atas menunjukkan kepada kita bahwa pengamalan shalat lima waktu

    secara tertib masih perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan agar terbentuk pribadi-pribadi

    yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. secara mantap. Untuk dapat membentuk pribadi

    yang berimtaq maka harus dibiasakan sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah.

    Dalam pembelajaran guru dituntut untuk menguasai berbagai macam strategi dan

    metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi siswa. Mengaktifkan

    belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan

    melatih siswa untuk disiplin dan membiasakan mereka untuk melakukan apa yang telah mereka

    pelajari sehingga memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal (Aqib, 2010).

    Salah satu metode pembelajaran yang digunakan disini dalah metode pembiasan dan motivasi

    multi aspek dalam materi sholat.

    Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak

    didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam (Armai Arief,

    2005). Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dipakai pendidik untuk membiasakan anak

    didik secara berulang- ulang sehingga menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dan akan terus

    terbawa sampai di hari tuanya.

    Pembiasaan merupakan metode pendidikan yang jitu dan tidakhanya mengenai yang

    batiniah, tetapi juga lahiriah. Kadang-kadang ada kritik terhadap pendidikandengan pembiasaan

    karena cara ini tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukannya.

    Kelakuannya berlaku secara otomatis tanpa ia mengetahui baik buruknya. Sekalipun demikian,

    tetap saja metode pembiasaan sangat baik digunakan karena hal yang kita biasakan biasanya

  • ISBN: 978-602-1150-17-7

    1447

    adalah benar. Ini perlu disadari oleh guru sebab perilaku guru yang berulang-ulang, sekalipun

    hanya dilakukan secara main-main akan mempengaruhi anak didik untuk membiasakan perilaku

    itu. Karena pembiasaan berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan juga berguna untuk

    menguatkan hafalan

    (Ahmad Tafsir, 1994 : 114).

    Ciri khas metode pembiasaan adalah kegiatan yang berupa pengulangan berkali-kali

    dari suatu hal yang sama (Armai Arief, 2005). Pengulangan ini sengaja dilakukan berkali-kali

    supaya asosiasi antara stimulus dengan suatu respon menjadi sangat kuat. Atau dengan kata

    lain, tidak mudah dilupakan. Dengan demikian,terbentuklah pengetahuan siap atau keterampilan

    siap yang setiap saat siapuntuk dipergunakan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebagai

    awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam

    menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini

    kemudian akan termanifestasikan

    dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke arah dewasa.

    Metode pembiasaan tidak akan berhasil maksimal apabila tidak dibarengi dengan

    penggunaan media yang menunjang. Penyebabnya adalah 1) Metode ini dapat menghambat

    bakat dan inisiatif murid. Hal ini oleh murid lebih banyak dibawa kepada konformitas

    (kesesuaian) dan diarahkan kepada uniformitas (keseragaman). 2) Kadang-kadang pelatihan

    yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah

    membosankan. 3) Membentuk kebiasaan yang kaku karena murid lebih banyak ditujukan untuk

    mendapat kecakapan memberikan respon otomatis, tanpa menggunakan intelegensinya. 4)

    Dapat menimbulkan verbalisme (bersifat kabur atau tidak jelas) karena murid lebih banyak

    dilatih menghafal soal-soal dan menjawab secara otomatis ( Syaiful, 2003).

    Untuk dapat menghadapi kelemahan-kelemahan dari pembiasaan maka diperlukan juga

    suatu motivasi yang dapat menggugah kebiasaan siswa. Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi

    adala