peningkatan kemampuan menulis puisi menggunakan media...

252
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur 796 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA POHIMAJI SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 06 BATU SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015 2016 Alise Nur Saadah SMP Negeri 06 Kota Batu [email protected] Abstrak: Kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Batu masih kurang maksimal disebabkan siswa belum mampu memilih dan memilah diksi yang puistis yang akan digunakan dalam menulis puisi. Hal ini diketahui berdasarkan observasi hasil karya puisi siswa yang memperoleh KKM berjumlah 22%. Untuk mengatasi kondisi tersebut dipilih media gambar pohon imajinasi. Media pohon imajinasi ini dapat membantu siswa menemukan pilihan kata/diksi yang puitis yang diperlukan dalam menulis sebuah puisi. Hasil penelitian siklus 1, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 69% dan pada siklus 2 menjadi 87%. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan sebesar 18%. Artinya hasil yang dicapai tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan. Peningkatan nilai hasil ini membuktikan bahwa pohon imajinasi menjadi kerangka puisi yang dapat menuntun siswa untuk menghasilkan puisi dengan kualitas tulisan yang lebih baik. Kata kunci: kemampuan menulis puisi, pohon imajinasi Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan mempersiapkan siswa untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah. Kurikulum 2006 Bahasa Indonesia untuk sekolah menengah pertama mengamanatkan bahwa tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia adalah (1) siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial, (2) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa secara lisan maupun tulis, (3) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk pengembangan pribadi, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (4) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia (Depdiknas, 2004:3-4). Tujuan umum tersebut memberikan arahan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama bermuara pada penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa. Penggunaan tersebut haruslah didasari oleh beberapa hal, yaitu (1) pengetahuan dan kemampuan yang memadai tentang mendengar, berbicara, membaca, dan menulis, (2) berbahasa Indonesia yang baik dan benar, dan (3) pemahaman tentang aspek kesastraan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu memiliki kemampauan menyimak, berbicara, membaca dan menulis yang tercakup dalam keterampilan berbahasa dan sastra. Keterampilan berbahasa dan sastra dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini harus terintergasi dalam semua keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, peran guru amatlah penting dalam proses pembelajaran, karena harus mampu memberikan metode, strategi, dan media pembelajaran yang strategis, inovatif, dan menarik sehingga siswa mampu menguasai keempat keterampilan berbahasa dalam pelajaran bahasa Indonesa. Artinya siswa harus menguasai keempat keterampilan tersebut secara seimbang. Namun, pada kenyataannya, keterampilan menulislah yang sangat kurang digemari oleh siswa, terutama keterampilan menulis sastra, terutama puisi. Hal ini

Upload: doanphuc

Post on 30-Jan-2018

458 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

796

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

MENGGUNAKAN MEDIA POHIMAJI

SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 06 BATU

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015 – 2016

Alise Nur Saadah

SMP Negeri 06 Kota Batu

[email protected]

Abstrak: Kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Batu masih

kurang maksimal disebabkan siswa belum mampu memilih dan memilah diksi yang puistis

yang akan digunakan dalam menulis puisi. Hal ini diketahui berdasarkan observasi hasil

karya puisi siswa yang memperoleh KKM berjumlah 22%. Untuk mengatasi kondisi

tersebut dipilih media gambar pohon imajinasi. Media pohon imajinasi ini dapat membantu

siswa menemukan pilihan kata/diksi yang puitis yang diperlukan dalam menulis sebuah

puisi. Hasil penelitian siklus 1, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 69% dan pada

siklus 2 menjadi 87%. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan sebesar 18%. Artinya hasil

yang dicapai tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan. Peningkatan nilai hasil ini

membuktikan bahwa pohon imajinasi menjadi kerangka puisi yang dapat menuntun siswa

untuk menghasilkan puisi dengan kualitas tulisan yang lebih baik.

Kata kunci: kemampuan menulis puisi, pohon imajinasi

Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan mempersiapkan siswa untuk melakukan interaksi yang

bermakna dengan bahasa yang alamiah. Kurikulum 2006 Bahasa Indonesia untuk sekolah menengah

pertama mengamanatkan bahwa tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia adalah (1) siswa

memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

kematangan emosional, dan kematangan sosial, (2) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan

berbahasa secara lisan maupun tulis, (3) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra

untuk pengembangan pribadi, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa, dan (4) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia (Depdiknas,

2004:3-4).

Tujuan umum tersebut memberikan arahan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah

menengah pertama bermuara pada penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa. Penggunaan tersebut

haruslah didasari oleh beberapa hal, yaitu (1) pengetahuan dan kemampuan yang memadai tentang

mendengar, berbicara, membaca, dan menulis, (2) berbahasa Indonesia yang baik dan benar, dan (3)

pemahaman tentang aspek kesastraan.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu memiliki kemampauan

menyimak, berbicara, membaca dan menulis yang tercakup dalam keterampilan berbahasa dan sastra.

Keterampilan berbahasa dan sastra dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini harus terintergasi dalam

semua keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, peran guru amatlah penting

dalam proses pembelajaran, karena harus mampu memberikan metode, strategi, dan media

pembelajaran yang strategis, inovatif, dan menarik sehingga siswa mampu menguasai keempat

keterampilan berbahasa dalam pelajaran bahasa Indonesa. Artinya siswa harus menguasai keempat

keterampilan tersebut secara seimbang. Namun, pada kenyataannya, keterampilan menulislah yang

sangat kurang digemari oleh siswa, terutama keterampilan menulis sastra, terutama puisi. Hal ini

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

797

dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, perasaan, dan pikiran melalui

tulisan.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa produktif. Hal itu

membutuhkan banyak latihan dan upaya yan harus dilkukan secara terus-menerus dan bertahap.

Keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada

pihak lain melalui bahasa tulis (Abbas, 2006:125) Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif

dan ekspresif (Tarigan, 1998:4) Menulis tidak datang secara otomatis melainkan harus melalui

latihan. Kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta-fakta, pesan sikap, dan isi pikiran

secara jelas dan efektif kepada para pembacanya. Artinya, pembelajaran menulis dititikberatkan pada

keterampilan mengungkapkan perasaan secara tertulis, menuliskan informasi sesuai dengan konteks

dan situasi, meningkatkan kegemaran menulis, serta meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga dapat

bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dengan pembelajaran menulis sastra,

khususnya puisi. Pembelajaran menulis sastra diharapkan mampu menumbuhkan dan meningkatkan

daya imajinasi dan apresiasi sastra yaitu penghayatan terhadap nilai seni yang terkandung dalam

sastra khususnya puisi melalui unggkapan perasaan, ide, gagasan lewat tulisan.

Hasil pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran menulis puisi di kelas VII E kurang

maksimal karena masih banyak nilai siswa yang kurang dari KKM. Dari 34 siswa kelas VII E hanya

22% siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yaitu nilai 70. Padahal menulis puisi adalah salah satu

kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Berdasarkan observasi diketahui bahwa hal ini

disebabkan oleh kondisi yang kurang kondusif, yaitu (1) siswa belum mampu memilih dan memilah

kata apa yang akan digunakan untuk mengawali sebuah puisi, (2) siswa belum mampu memilih

pengalaman yang akan ditulis menjadi puisi, (3) siswa belum mampu mentukan judul puisi yang

dikembangkan berdasarkan pengalaman mereka, (4) siswa lemah dalam diksi, (5) siswa belum

mampu mengimajinasikan kata-kata sehari-hari menjadi kata-kata puitis, (6) siswa belum mampu

mengekspresikan perasaan melalui diksi, dan (7) siswa ragu-ragu dengan kata-kata yang mereka

tuliskan (sudah puitis atau belum). Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, peneliti bersama

teman sejawat berkolaboratif melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan media pohon

imajinasi untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa, terutama dalam mememilih dan

menentukan pilihan kata.

Media pohon imajinasi adalah sebuah media gambar yang dibuat peneliti untuk memotivasi dan

menarik siswa dalam menulis sebuah puisi, yang merupakan visualisasi gambar peta pikiran. Media

ini berisi gambar sebuah pohon yang di dahannya diberi satu kata yang merupakan kata kunci dari

peristiwa atau pengalaman siswa untuk dilanjutkan siswa dalam bentuk dahan dan ranting. Dahan dan

ranting yang telah dibentuk dari kata dalam pohon tersebut, siswa dapat menyusun larik-larik puisi

yang indah dari pilihan kata yang mereka temukan dan sesuai dengan aturan dalam menulis sebuah

puisi.

Media pohon imajinatif merupakan perwujudan dari metode Peta Pikiran atau yang aslinya

bernama Mind Mapping, yang telah dimodifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan siswa. Metode

ini merupakan satu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan”

pikiran-pikiran kita (Buzan, 2008: 4) Dengan menggunakan Peta Pikiran, siswa akan terbantu dalam

menulis karena Peta Pikiran akan memandu mereka menulis dengan rincian gagasan yang tepat. Peta

Pikiran akan menjadi kerangka tulisan mereka. Selama proses menulis, mereka juga dapat

menambahkan ide pejelas yang diperlukan. Kreativitas mereka juga akan mendapat tempat. Metode

Peta Pikiran sebenarnya bukanlah hal baru. Dalam dunia pembelajaran, sistem ini telah digunakan

selama bertahun-tahun. Sistem ini ditemukan dan dipopulerkan di awal tahun 1970 oleh Dr. Tony

Buzan, seorang penulis dan konsultan guruan kelahiran Inggris. Artinya, sistem ini telah teruji cukup

lama (Alamsyah, 2009: 20).

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

798

Dalam metode Peta Pikiran tersebut, pertama-tama siswa menulis satu kata kunci utama

sesuai dengan tema yang dipilih berdasarkan jenis teks yang akan dilatihkan. Kata kunci utama

tersebut diletakkan di tengah kertas. Kata kunci itu kemudian dijabarkan dalam cabang-cabang yang

diisi kata-kata kunci lain sebagai subunsur pendukung atau penjelas kata kunci utama. Pada dasarnya,

dengan metode ini, siswa dituntun untuk membuat perencanaan sebelum menulis teks. Bila dalam

perencanaan tulisan sering dikenal dengan pembuatan kerangka karangan (outlining), maka dalam

Peta Pikiran, out-lining tersebut berupa kata kunci yang dilengkapi dengan gambar berwarna yang

dipetakan. Selain lebih menarik, kelebihan lain dari Peta Pikiran ini adalah siswa dapat menambah

kata kunci di mana pun jika di tengah kegiatan menulis mendapatkan ide baru. Peta Pikiran tersebut

dapat terus berkembang sesuai dengan keinginan penulisnya. Dengan demikian, siswa dibebaskan

untuk menulis apapun sesuai dengan keinginan serta kreativitas. Di samping itu, simbol serta gambar

berwarna yang digunakan berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak kanan yang memacu

kreativitas serta imajinasi sehingga diharapkan siswa tidak kehabisan ide dalam menulis teks. Karena

bentuknya yang demikian, Peta Pikiran disebut juga dengan diagram radial hirarkis nonlinier.

Berdasarkan hal tersebut, penggunaan gambar pohon imajinasi ini merupakan salah satu

visualisasi gambar peta pikiran yang digunakan sebagai sarana untuk memberikan inspirasi siswa

dalam berkreasi, berimajinasi, dan berapresiasi dalam menulis sebuah puisi. Gambar pohon imajinasi

digunakan sebagai metode atau strategi yang sama dengan peta pikiran, dimana pusat pohon berupa

tema sedangkan dahan-dahan diisi dengan pilihan kata/diksi yang sesuai dengan tema dan bersifat

puitis. Gambar pohon imajinasi ini memang sering digunakan dalam pembelajaran menulis, tetapi

dalam pembelajaran menulis puisi ini penulis menggunakan gambar pohon imajinasi untuk mengajak

siswa bernalar dan berfikir secara imajinatif.

Gambar 1. Pohon Imajinasi

Berdasarkan uraian di atas, penggunaan gambar pohon imajinasi dalam pembelajaran menulis

puisi diharapkan akan mampu memberikan respon positif pada diri siswa. Dengan gambar,

pembelajaran menulis puisi akan mudah siswa diarahkan pada suatu tema atau topik tertentu.

Penggunaan media gambar adalah suatu upaya yang diharapkan mampu merangsang pola pikir,

wawasan, penalaran, dan imajinasi siswa. Penggunaan media gambar juga merupakan salah satu

sarana memberikan inspirasi siswa dalam berpendapat, berkreasi, berimajinasi dan berapresiasi yang

lebih bervariatif.

Pemanfaatan media gambar dalam penelitian untuk pembelajaran menulis puisi pernah

dilakukan oleh Ratnawati (2015). Namun, Ratnawati menekankan pada penggunaan media gambar

untuk menulis puisi. Hasil penelitian itu menginformasikan bahwa media gambar benda (bunga) dapat

meningkatkan kemampuan menulis puisi. Penelitian sejenis dilakukan oleh Yusniar (2014).Hasil dari

penelitian tersebut menginformasikan terjadinya peningkatan kemampuan menulis puisi dengan

media gambar keindahan alam. Dengan demikian gambar sangat penting bagi siswa untuk

membangkitkan skemata siswa dalam pembelajaran menulis puisi karena gambar merupakan media

yang cukup menarik minat siswa dan mempunyai daya tarik tersendiri.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

799

Dari dasar itulah, maka peneliti akan berusaha memanfaatkan gambar pohon imajinatif

sebagai media pembelajaran menulis. Media gambar pohon imajinasi ini merupakan visualisasi

gambar peta pikiran yang berupa media gambar yang cukup menarik sehingga pemanfaatan media

gambar pohon imajinatif ini tentunya layak digunakan karena mampu menjadi sarana meningkatkan

kemampuan menulis puisi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Metode

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan dalam upaya perbaikan kualitas dan hasil

pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus (countinous improvement). Desain penelitian yang

digunakan mengacu pada model Kemmis dari M.C. Taggart (Arikunto, 2009:16) yang terdiri atas

empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan ini

dilakukan dalam dua siklus, yang masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Siklus pertama dilaksanakan pada

tanggal 16 Maret 2016 untuk pertemuan pertama dan tanggal 17 Maret 2016 untuk pertemuan kedua.

Siklus kedua dilaksakan pada tanggal 23 Maret untuk pertemuan pertama dan tanggal 30 Maret untuk

pertemuan kedua.

Adapun tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 06 Batu yang beralamat di Jalan Raya

Giripurno nomor 284 Bumiaji,kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Untuk subyek penelitian adalah siswa

kelas VII E semester II tahun pelajaran 2015 – 2016. Peserta kelas kelas VII E berjumlah 33 yang

terdiri 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, yaitu metode

pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung

(Arikunto 2011:220). Obsevasi dilakukan untuk pengambilan data aktivitas siswa dan guru dalam

proses belajar, serta dukumen yang berupa hasil pekerjaan siswa, RPP, dan foto kegiatan

pembelajaran siswa. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data hasil diambil dari hasil menulis puisi

siswa setelah mereka belajar menulis puisi dengan rangsangan gambar pohon imajinasi. Teknik

analisis data yang digumakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Untuk

instrumen pengumpulan data peneliti menggunakan lembar observasi dan lembar hasil kerja siswa.

Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil jika 85% siswa menguasai kompetensi

dasar menulis puisi dan terjadinya peningkatan motivasi siswa selama proses belajar berlangsung.

Penguasaan kompetensi siswa dilihat dari hasil tes keterampilan menulis sebuah puisi berdasarkan

pengalaman yang pernah dialami. Peningkatan motivasi siswa diketahui dari hasil observasi selama

proses pembelajaran..

Hasil dan Pembahasan

Langkah-langkah pembelajaran menulis puisi pada siklus I terdiri atas dua kali pertemuan

yang terdiri atas dua kali tatap muka untuk pembelajaran, dan satu kali pertemuan untuk tes. Masing-

masing pertemuan menggunakan tahapan-tahapan pembelajaran: orientasi, merumuskan masalah,

membangun hipotesis, menguji jawaban, dan menarik kesimpulan.

Siklus I

Pembelajaran diawali dengan mengkordinasikan siswa dalam kelas dengan memberikan

motivasi, semangat, dan dorongan dalam belajar. Kemudian guru menunjuk satu siswa untuk

membacakan sebuah puisi. Setelah pembacaan puisi, guru berdialog dengan siswa seperti kutipan (1)

berikut ini.

Guru : “Puisi yang dibacakan oleh teman kalian, apa isi dari puisi tersebut?

Siswa : “Kerinduan.”

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

800

Siswa : “Kesedihan seorang anak.”

Siswa : “Kasih sayang ibu.”

Guru : “Bagus semua jawaban dari kalian, kerinduan seorang anak kepada ibunya.

Coba sekarang kira-kira peristiwa apa yang dialami oleh penyair?”

Siswa : “Ibunya pergi jauh”

Siswa : “Ibunya mati.”

Guru : “Iya...Bagus, penyair ditinggal mati oleh ibunya, penyair menggunakan

kata/diksi apa?

Siswa : “Bunga lily”

Guru : “Bagus, jadi penyair rindu kepada ibunya karena ibunya meninggal,

Nah, coba peristiwa apa yang pernah kalian alami?”

Siswa : “Jatuh dari sepeda.”

Siswa : “Nenek meninggal dunia”

Siswa : “Ayah kerja di Taiwan.”

Guru : “Bagus, Nah, anak-anak, tujuan pembelajaran hari ini adalah menulis puisi

berdasarkan peristiwa yang pernah kalian alami.

Dari awal dialog tersebut, terlihat siswa sangat antusias dalam pengikuti pembelajaran

menulis puisi. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengacungkan tangan dan saling bersautan

saat diminta menjawab pertanyaan guru. Antusias siswa ini menandakan siswa siap mengikuti

kegiatan pembelajaran. Proses ini sesuai dengan pendapat Sudiana (2005:91) keberhasilan suatu

pembelajaran sangat ditentukan oleh motivasi siswa. Motivasi peserta belajar selama proses

pembelajaran didasarkan pada aspek motivasi keaktifan, keanusiasan, dan keceriaan selama belajar

(Zubaidah, 2006:5).

Guru melanjutkan dengan menunjukan g

ambar pohon imajinasi untuk diisi dengan salah satu peristiwa. Guru menempelkan gambar pohon

imajinatif di papan tulis dan menanyakan peristiwa apa yang akan diisikan dalam gambar pohon

imajinatif. Kemudian siswa diajak untuk memilih diksi dari peristiwa yang dipilih. Pengisian gambar

pohon imajinatif terlihat dalam kutipan dialog (2) berikut

Gambar 2. Hasil Pengisian Pohon Imajinasi

Guru : “Ayo, peristiwa apa yang akan kita pilih untuk dimasukkan dalam pohon

imajinatif ini?”

Siswa : “Ayah bekerja di Taiwan.”

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

801

Siswa : “Ibu bekerja di Arab Saudi.”

Siswa : “Ditinggal ibu karena mati.”

Guru : “Baik, kalau begitu kita pilih diksi ibu.” Nah, kata ibu, kita tulis dibagian

tengah pohon, dan sekarang kita pilih lagi kata-kata yang berkaitan

dengan kata ibu.”

Siswa : “Kasih sayang”

Siswa : “Mengandung”

Siswa : “Membela.”

Guru : “Bagus, kalian sudah dapat memilih kata-kata/diksi yang dapat digunakan

untuk menulis sebuah puisi.”

Dialog di atas menunjukan bahwa siswa tertarik dan lebih antusias mengikuti proses pembelajaran

menulis puisi dengan mengikuti setiap tahapan yang harus dilalui yang telah dituangkan secara jelas

dalam LKS. Hal ini tampak pada keantusiasan dalam kegiatan pencarian ide (berpikir), membuat

catatan-catatan kecil tentang ide yang diperoleh setelah membaca contoh-contoh puisi pada awal

pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Yamin dan Antasari (2009:85) tahap think atau berpikir mencari

ide dapat dilihat dari aktivitas siswa setelah membaca suatu teks yang kemudian membuat catatan apa

yang telah dibacanya. Dalam menulis catatan, siswa dapat membedakan dan mempersatukan ide

kemudian menterjemahkan dalam bahasanya sendiri.

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat dan

tiga siswa. Setelah siswa duduk berkelompok, guru membagikan gambar pohon imajinasi dan

kelompok berdiskusi mendata peristiwa yang pernah dialami kemudian memilih tiga peristiwa untuk

dituliskan pada lembar kerja dan memilih satu peristiwa untuk dimasukkan dalam gambar pohon

imajinasi dan dikembangkan untuk memilih kata-kata yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Saat

berdiskusi kelompok ada siswa dalam kelompok yang kurang jelas dengan apa yang harus mereka

lakukan. Pertanyaan siswa terlihat pada kutipan dialog (3) berikut.

Siswa : “Peristiwa apa saja yang boleh dimasukkan dalam gambar ini?”

Guru : “Peristiwa yang pernah kalian alami, bisa gembira, bisa sedih, kemudian

pilih satu kata kunci untuk memilih kata yang sesuai dengan kata kunci

tersebut.”

Dialog di atas menunjukkan guru memberikan orientasi dan elisitasi yang diperlukan untuk

membangkitkan minat siswa terhadap topik yang dibahas. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan

oleh Robert E Yager (dalam Rosalin, 2008:15) mengatakan bahwa siswa dituntun agar mau

mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentang apa yang mereka amati dalam

lingkungan hidupnya sehari-hari.

Ada pula kelompok yang sudah memahami dan menanyakan apakah boleh dahan dan ranting

dalam pohon imajinasi ditambah. Guru memperbolehkan untuk menambah bahan dan ranting seperti

dalam kutipan dialog (4) berikut.

Siswa : “Bu, saya sd menentukan kata „ayah‟ dan sudah memilih kata-kata yang

berkaitan dengan kata „ayah‟ tapi masih kurang dahan dalam gambar pohon

imajinasi ini?

Guru : “Boleh, kalian boleh menambah dahan dan ranting sebanyak-banyaknya

jika memang masih diperlukan.”

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

802

Dari dialog di atas terlihat siswa sangat termotivasi dengan gambar pohon imajinasi untuk menulis

puisi dari peristiwa yang mereka alami. Media gambar dapat menjadi motivasi bagi siswa dan

merangsang imajinasi siswa. Imajinasi adalah penggerak kreativitas (Roekhan, 1990; Siswanto,

2011). Dengan terangsangnya imajinasi siswa, kreativitas siswa pun meningkat. Kreativitas yang

meningkatkan akan mendorong siswa menggunakan segala potensi menulis yang dimilikinya

sehingga memudahkan siswa menuangkan hasil pemikirannya dalam pilihan kata yang tepat dan

larik-larik puisi yang menarik. Hal ini sesuai dengan Hartanto (2008) proses pembelajaran pada

dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik agar terjadi respon yang positif

pada diri anak didik.

Setelah kelompok berdiskusi mengisi gambar pohon imajinasi dengan pilihan kata/diksi

kemudian secara berkelompok menyusun larik-larik puisi dengan kata-kata yang terdapat dalam

pohon imajinasi. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun larik-larik menjadi bait-bait puisi. Pada

proses penyusunan larik dalam kelompok, masing-masing anggota kelompok mengungkapkan ide

dalam menuliskan larik-larik puisi. Dalam proses ini, guru memberikan bimbingan pada setiap

kelompok. Setelah menjadi puisi hasil kerja kelompok, dilanjutkan dengan menukar hasil kelompok

dengan kelompok lain untuk diberi tanggapan dan komentar. Komentar yang diberikan pada

kelompok dititik beratkan adanya judul, pilihan kata sesuai dengan pilihan kata yang diisikan dalam

pohon, isi sesuai dengan peristiwa yang dipilih, dan menggunakan rima atau tidak. Pada kesempatan

ini ada satu kelompok yang menyunting puisi tetapi berbentuk narasi, kutipan dialog (4) berikut.

Siswa : “Bu, ini puisinya kok seperti cerita?”

Guru : “Gak, pa-pa, nanti diberi masukan untuk disederhanakan, ada kata-kata

yang perlu dihilangkan sehingga menjadi sebuah puisi.”

Dari dialog di atas, diketahui masih ada siswa dan kelompok yang belum memahami menulis puisi.

Kemudian guru menyarankan untuk memberikan masukan tanggapan untuk menyederhanakan

kalimat sehingga dapat menjadi sebuah puisi. Selanjutnya secara kelompok memperbaiki puisi

berdasarkan masukan dari kelompok lain dan dilanjutkan presentasi pembacaan puisi di depan kelas.

Saat presentasi di depan kelas, kelompok lain memberikan tanggapan dan komentar. Presentasi

merupakan publikasi hasil karya siswa yang dilakukan dalam rangka memperoleh masukan dari orang

lain terhadap teks yang telah disusun. Kegiatan tukar pikiran yang dilakukan dalam publikasi dapat

membantu penulis menyempurnakan tulisannya. Masukan dapat diperoleh dari teman sendiri dalam

kelompok kecil, dari guru, atau dari khalayak ramai ketika publikasi dilakukan melalui media cetak.

Gambar 3. Presentasi Pembacaan Hasil Menulis Puisi

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

803

Proses selanjutnya guru memberikan penguatan tentang pemilihan kata/diksi, judul,

rima/sajak, dan isi puisi berdasarkan peristiwa yang pernah dialami berdasarkan gambar pohon

imajinasi dalam penulisan puisi.

Pada pertemuan kedua, pembelajaran diawali dengan pembacaan doa, pemberian salam, dan

absensi siswa. Setelah itu guru bertanya jawab tentang pembelajaran sebelumnya, kutipan dialog (5)

berikut.

Guru : “Apa yang kita pelajari pada pertemuan yang lalu, ya Abiyasa?”

Siswa : “Menulis puisi dengan gambar pohon imajinasi.”

Guru : “Bagus, apa saja yang harus diperhatikan dalam menulis puisi, Ayu?”

Siswa : “Pilihan kata dan tema.”

Guru : “tepat, coba sekarang Albrani?”

Siswa : “Sajak.”

Guru : “Sekedar mengingatkan, apa yang dimaksud dengan pilihan kata? Ayo

Albela?”

Siswa : “Pilihan kata adalah .....

Guru : “Nah, sekarang Ibu bertanya, “Bagaimana perasan kalian saat menulis

sebuah puisi?”

Pesera didik : “Sedih, Bu, karena ingat pada ayah.”

Siswa : “Senang karena ingat ketika dapat hadiah dari orang tua.”

Guru : “Bagus, sekarang tujuan pembelajaran kita hari ini adalah menulis puisi

berdasarkan peristiwa yang pernah kalian alami secara individu.” Masih

ingat gambar pohon imajinasi?”

Siswa : “Masih.”

Kutipan dialog di atas, menandakan siswa masih mengingat apa yang telah diajarkan pada

pembelajaran sebelumnya. Siswa terlihat antusias saat menjawab pertanyaan guru dan siap untuk

mengikuti pembelajaran selanjutnya.

Langkah berikut adalah siswa duduk secara berkelompok, namun menulis puisi secara

individu. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang bisa dapat membantu siswa yang kurang bisa.

Selanjutnya guru membagikan gambarkan pohon imajinasi pada setiap siswa kemudian setiap

individu mendata dan mengidentifikasi peristiwa. Dilanjutkan memilih satu peristiwa/pengalaman

yang dimasukkan dalam pohon imajinasi dan memasukkan pilihan kata yang sesuai dengan peristiwa

yang dipilih. Pada langkah ini ada salah satu siswa yang belum paham sama sekali dengan apa yang

diperintahkan, seperti kutipan dialog (6) berikut.

Siswa : “Bu, ini saya isi dengan hobi saya, yang ini saya isi dengan kata sepak

bola, renang, bola voli, dan basket?”

Guru : “Ada teman yang bisa menjelaskan?”

Siswa : “Diisi dengan kata, misalnya kata sahabat, dilanjutkan dengan kata yang

berhubungan dengan kata sahabat”

Guru : “Bagus, misalnya, ayo siapa bisa membantu?”

Siswa : “Tempat curhat, teman akrab”

Dari dialog terlihat ada siswa yang kurang paham kemudian dibantu oleh siswa lain. Hal ini

menandakan adanya saling membantu antara satu siswa dan siswa lain. Menurut Nurhadi (2004:61)

dalam pembelajaran kooperatif/kelompok guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

804

merasa saling membutuhkan dan saling ketergantungan yang positif, yang memungkinkan sesama

siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.

Setelah mendata kata dalam pohon imajinasi, siswa menyusun kata-kata tersebut dalam larik-

larik puisi, dilanjutkan menyusun larik-larik tersebut menjadi bait-bait puisi. Langkah berikutnya

adalah siswa menukar hasil menulis puisi dengan hasil karya siswa lain untuk diberi tanggapan

tentang judul, pilihan kata, isi, dan menggunakan sajak atau tidak. Masih seperti saat menyusun puisi

secara kelompok, ada siswa yang menulis puisi seperti cerita.

Jatuh dari sepeda

Sepedaku

Adalah sepeda pemberian orang tuaku

Karena kegemaranku

Bersedpeda setiap hari

Bersepeda adalah kegemaranku

Hatiku riang mengayah sepedaku

Aku merasa semua beban hilang

Hingga suatu hari

Aku terperosok ke selokan

Sungguh banyak memoriku

Bersepeda itulah salah satunya

Memori bersepedaku

Refleksi dilakukan dalam bentuk pembacaan dan penafsiran kembali hasil penilaian dari

kinerja siswa dalam menulis puisi dan catatan lapangan dari proses pembelajaran. Setelah dianalisis

diketahui bahwa 69% siswa masih mendapat skor di bawah KKM (70). Puisi siswa sebagian besar

belum menunjukkan keutuhan pengungkapan gagasan, diksinya masih kurang tepat dan kurang puitis,

tetapi dari segi pilihan judulnya sebagian sudah tepat dan menarik. Namun ada juga puisi yang masih

berbentuk cerita atau narasi.Pada proses berkelompok, siswa masih bergantung pada teman yang

dinggap lebih pandai. Proses saling belajar antarsiswa berlangsung intensif. Akan tetapi, hasilnya

belum mencapai target tindakan yang ditetapkan yaitu KKM 70. Peningkatan hasil belajar menulis

puisi dengan media pohimaji pada pra siklus dan siklus 1 dapat dilihat pada diagram (1) berikut.

Diagram 1: Peningkatan Hasil Belajar Menulis Puisi Pra Siklus dan Siklus 1

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

805

Melihat hasil tindakkan di atas, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan tindakan siklus ke-2

agar target pembelajaran baik proses maupun hasil tercapai. Pada siklus 2, guru dan kolabolator perlu

menambah strategi pembelajaran sehingga siswa-siswa lebih antusias dalam menulis puisi, yaitu

dengan menambah kartu kata untuk ditempel pada pohon imajinasi. Kartu kata ini dibagikan pada

setiap siswa dengan jumlah yang sama tetapi jika siswa masih memerlukan diperbolehkan untuk

menambah kartu kata. Hal ini dilakukan karena pada siklus 1, siswa yang kurang pandai

mengandalkan teman yang pandai. Siklus 2 ini juga masih dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,

yaitu pertemuan pertama dengan strategi berkelompok dan pertemuan kedua secara individu untuk

mendapat hasil kemampuan menulis puisi siswa. Sementara itu, guru sebagai motivator dan fasilitator

membimbing siswa yang masih banyak mengalami kesulitan menulis puisi. Cara ini diharapkan dapat

memaksimalkan hasil belajar siswa, dan terjadi proses pembelajaran antarsiswa.

Tindakan siklus ke-2

Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi pada siklus 2 dilakukan dengan strategi pembelajaran

individual dan kelompok. Hal itu dilakukan berdasarkan hasil analisis pelaksanaan tindakan siklus 1.

Pada pertemuan pertama siklus ke-2, guru bertanya jawab tentang peristiwa yang pernah dialami

siswa. Kemuadian salah satu siswa membacakan sebuah puisi, dilanjutkan dengan tanya jawab

tentang isi puisi. Selanjutnya tanya jawab unsur pembangun puisi. Setelah berhasil membangkitkan

kembali pengetahuan dan pengalaman siswa dalam menulis puisi, guru mengajak siswa mencermati

gambar pohon imajinasi yang dipajang di papan untuk menentukan peristiwa dan pilihan kata yang

puitis sebagai kerangka menulis puisi. Dilanjutkan menyampaikan kompetensi dan tujuan

pembelajaran hari ini.

Proses selanjutnya adalah pembagian kelompok berdasarkan hitungan, masing-masing

kelompok beranggotakan empat siswa laki-laki dan perempuan. Kemudian masing-masing kelompok

menerima gambar pohon imajinasi dan kartu kata, masing-masing anggota kelompok mendapat tiga

kartu untuk menuliskan tema dan kata-kata pembentuk puisi beserta diksi-diksi yang puitis kemudian

ditempel pada gambar pohon imajinasi. Hal ini dimaksudkan agar semua siswa dapat berpartisipasi

dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Proses ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2004) bahwa

bahan ajar hendaknya dibagikan kepada semua siswa agar mereka dapat berpartisipasi dalam

pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Saat menulis dan menempel kartu warna-warni, siswa menanyakan boleh menambah kartu

warna-warni untuk menambah diksi yang masih belum dicantumkan. Hal ini dapat dilihat pada

kutipan dialog (7) berikut.

Siswa : “Bu, saya boleh menambah kartu warna-warninya? Karena saya masih

mempunyai kata yang belum dicantumkan dalam pohon imajinasi.”

Guru : “Boleh, silahkan pilih warna sesuai yang kamu sukai.”

Siswa : “Bu, saya ambil warna merah”

Siswa : “Saya warna orange”

Siswa : “Saya juga, Bu. Saya senang warna hijau muda.”

Guru : “Iya, silahkan, ambil sesuai kebutuhan kalian untuk menuliskan diksi-

diksi yang kalian temukan.”

Dialog di atas terlihat siswa sangat senang dan antusias dalam mengerjakan diksi kemudian ditempel

pada pohon imajinasi. Pada kerja kelompok di siklus kedua ini, siswa sangat termotivasi dengan kartu

warna-warni yang ditempel pada pohon imajinasi. Hal ini menunjukan bahwa media pembelajaran

sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

806

pendapat Hartanto (2008) bahwa proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus

kepada anak didik agar terjadi respon yang positif pada diri anak didik.

Setelah kelompok berdiskusi mengisi gambar pohon imajinasi dengan pilihan kata/diksi yang

ditulis pada kartu warna-warni dan ditempel kemudian secara individu dalam berkelompok menyusun

larik-larik puisi dengan kata-kata yang terdapat dalam pohon imajinasi. Kemudian dilanjutkan dengan

menyusun larik-larik menjadi bait-bait puisi. Saat penyusunan larik dan bait terlihat adanya kerjasama

kelompok, gambar pohon imajinasi diputar berkeliling anggota kelompok. Hal ini sesuai pendapat

Nurhadi (2004:61) bahwa dalam pembelajaran kelompok, guru menciptakan suasana yang mendorong

agar siswa merasa saling membutuhkan (saling ketergantungan positif). Saling ketergantungan positif

menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberkan motivasi

untuk meraih hasil belajar yang optimal. Setelah menjadi puisi hasil kerja individu dalam kelompok,

dilanjutkan dengan menukar hasil kelompok dengan kelompok lain untuk diberi tanggapan dan

komentar. Komentar yang diberikan pada kelompok dititik beratkan adanya judul, pilihan kata sesuai

dengan pilihan kata yang diisikan dalam gambar pohon imajinasi, isi sesuai dengan peristiwa yang

dipilih, dan menggunakan rima atau tidak.

Gambar 4. Proses Menulis Puisi dan Hasil Menulis secara Berkelompok

Pada siklus 2 ini kuantitas pembimbingan dan pengarahan guru kepada siswa dioptimalkan,

baik selama mereka menulis puisi secara kelompok maupun selama mereka menulis puisi secara

individual. Untuk itu, selama pembelajaran berlangsung guru aktif berkeliling kelas untuk memantau

proses belajar siswa. Selama pelaksanaan tindakan siklus 2 ini, siswa serius bekerja baik secara

individual maupun kelompok. Kelas terasa menggairahkan dan menyenangkan selama proses

pembelajaran berlangsung.

Pada pertemuan kedua siklus 2, guru mengawali pembelajaran dengan bertanya jawab tentang

kegiatan menulis kreatif puisi. Setelah tanya jawab tentang perasaan siswa saat menulis sebuah puisi,

dilanjutkan dengan tanya jawab pembelajaran sebelumnya. Guru mengingatkan siswa dengan

menempelkan hasil pohon imajinasi hasil kerja kelompok pada pertemuan sebelumnya. Kemudian

tanya jawab tentang unsur pembangun puisi yaitu tema, pilihan kata/diksi yang puitis, rima, dan

tipografi. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran saat itu.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

807

Gambar 5. Hasil Pohon Imajinasi Kelompok

Proses selanjutnya adalah pembagian gambar pohon imajinasi dan kartu warna-warni pada siswa.

Setiap siswa mendapat sembilan kartu warna-warni untuk ditulisi tema dan pilihan kata/diksi yang

puitis. Pada proses ini siswa boleh menambah kartu warna-warni jika dibutuhkan untuk menambah

dahan pohon imajinasi. Setelah siswa menempel kartu warna-warni pada gambar pohon imajinasi

dengan pilihan kata/diksi yang ditulis kemudian menyusun larik-larik puisi dengan kata-kata yang

terdapat dalam pohon imajinasi. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun larik-larik menjadi bait-bait

puisi. Pada proses ini, guru berkeliling membimbing siswa yang belum memahami terutama untuk

diksi yang puitis. Hal ini sesuai pendapat Rosalin (2008:8) bahwa guru perlu mengerti pengalaman

belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dengan berpartisipasi ditengah proses

pembelajaran. Setelah menjadi puisi hasil kerja individu, dilanjutkan dengan menukar hasil dengan

siswa lain untuk diberi tanggapan dan komentar. Komentar yang diberikan pada hasil kerja individu

yang dititik beratkan judul, pilihan kata sesuai dengan pilihan kata yang diisikan dalam pohon, isi

sesuai dengan peristiwa yang dipilih, dan menggunakan rima atau tidak. Kemudian dikembalikan

untuk diperbaiki.

Proses selanjutnya pembacaan puisi ke depan kelas oleh beberapa siswa dan diberi tanggapan

pembacaannya oleh siswa yang lain. Selanjutnya hasil karya menulis puisi dipajang di papan pajang.

Pemajangan hasil karya siswa ini bertujuan untuk dijadikan motivasi dan dapat dijadikan sebagai

sumber belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2008:61) bahwa hasil belajar siswa dapat

dijadiakan sebagai sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariatif.

Pada siklus 2 ini kuantitas pembimbingan dan pengarahan guru lebih banyak difokuskan

kepada kelompok siswa yang belum mampu menulis puisi. Untuk itu, selama pembelajaran

berlangsung guru aktif memantau dan membimbing proses belajar siswa yang belum mencapai target.

Selama pelaksanaan tindakan siklus 2 ini, siswa serius bekerja baik secara individual maupun

kelompok. Kelas terasa lebih menggairahkan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai

dengan pendapat Newmann dan Wehlage dalam Nurhadi (2004:29) bahwa guru menyediakan bagi

siswa sumber-sumber belajar yang dapat membantu siswa dan guru menciptakan lingkungan belajar-

mengajar yang berkualitas.

Pada proses PTK ini, peneliti menemukan beberapa kekurangan yaitu (1) siswa masih kurang

memahami diksi yang puitis, (2) Masih ada beberapa puisi karya siswa yang berbentuk narasi/cerita

yang dipenggal-penggal menjadi emapat kata tiap bait, (3) siswa masih kurang dapat menyusun rima

yang menarik sehingga hanya ada rima bebas, dan (4) isi puisi masih ada yang kurang padu, gagasan

meloncat-loncat. Untuk mengatasi hal ini guru memberikan contoh beberapa puisi untuk dibaca oleh

siswa.

Setelah dianalisis diketahui bahwa tinggal 13% siswa yang masih mendapat skor di bawah

KKM (70). Akan tetapi skor siswa sudah mendekati target. Puisi sudah menunjukkan keutuhan

pengungkapan gagasan, diksinya sudah tepat dan lebih variatif, dan pilihan judulnya juga lebih tepat

dan lebih menarik. Proses saling belajar antarsiswa berlangsung lebih intensif. Karena hasilnya sudah

mencapai target tindakan dan proses maka penelitian ini dihentikan.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

808

Untuk lebih jelasnya perkembangan peningkatan hasil kemampuan menulis puisi siswa kelas

VII E SMP Negeri 6 Batu dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram 2. Peningkatan Hasil Menulis Puisi Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2

Diagram di atas menunjukan adanya peningkatan hasil belajar menulis puisi dengan media gambar

pohon imajinasi. Peningkatan hasil belajar menulis puisi berdasarkan aspek judul, pemilihan diksi,

rima, dan kepaduan isi.

PENUTUP

Berdasarkan hasil kegiatan penelitian, pembahasan dan analisis yang telah dilakukan

diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Kemampuan menulis puisi dengan menggunakan media

pohimaji siswa kelas mengalami peningkatan . Pertama peningkatan dalam proses pembelajaran

menulis puisi dengan media pohimaji terlihat pada antusias, minat, dan motivasi dalam proses

pembelajaran. Kedua peningkatan nilai hasil ini membuktikan bahwa pohon imajinasi menjadi

kerangka puisi yang dapat menuntun siswa untuk menghasilkan puisi dengan kualitas tulisan yang

lebih baik Hal ini diketahui berdasarkan observasi hasil karya puisi siswa yang memperoleh KKM

berjumlah 22%. Untuk mengatasi kondisi tersebut dipilih media gambar pohon imajinasi. Media

pohon imajinasi ini dapat membantu siswa menemukan pilihan kata/diksi yang puitis yang diperlukan

dalam menulis sebuah puisi. Hasil penelitian siklus 1, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 69%

dan pada siklus 2 menjadi 87%. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan sebesar 18%. Artinya hasil

yang dicapai tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan.

DAFTAR RUJUKAN

Afriyanti. 2013. Penggunaan Media Gambar Untuk Jurnal Untan. Untan, 2, Jurnal untan. ac.id.

diunduh pukul 16.45 WIB. Tanggal 8 April 2016

Arikunto, Suharsimi dan Supandi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara

Baksin, Askurifai. 2008. Aplikasi Praktis Pengajaran Sastra. Bandung: Pribumi Mekar

Depdiknas. 2004. Kurikulum Bahasa Indonesia 2004 SMP. Jakarta: Depdiknas

Hermawan, Hendi. 2006. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung:Citra Raya

Nurhadi dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press

Putra, Weda. 2013. Pengertian Media Menurut Pakar dan Ahli (online) (delomangkalan.

blogspot.co.id,diakses tanggal 28 Februari 2016

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

809

Rosalin, Elin. 2008. Gagasan Mertancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri

Persada

Susilana, Rudi, dan Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajarn. Bandung: CV Wacana Prima

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC

Tarigan, H. G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

810

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA

SEBUAH PARAGRAF DENGAN METODE THINK PAIR SHARE SISWA KELAS VII

SMP DARUSH SHOLIHIN BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Endang Susilowati

SMP Darush Sholihin Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menemukan gagasan

utama pada teks dengan menggunakan metode think pair share pada siswa kelas VII SMP

Darush Sholihin. penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya minat baca yang dialami siswa

pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan menemukan gagasan utama. Hasil penelitian ini mnunjukkan bahwa

penggunaan metode think pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menemukan gagasan utama pada teks.

Kata Kunci: Think Pair Share, membaca, gagasan utama paragraf

Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan baik di lingkungan sekolah

maupun dalam lingkungan masyarakat.

Dalam proses pembelajaran di sekolah perlu diketahui bahwa keaktifan siswa sangat menjadi

peranan, di samping itu siswa dituntut untuk melatih keberanian dalam mengemukakan pendapat,

memberikan usul atau saran yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Lebih-lebih siswa harus

mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.Dengan

demikian bahwa keaktifan siswa, keberanian, dan semangat harus saling berkaitan.

Berbagai masalah yang terjadi dalam pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia, masih

banyak siswa yang menganggap bahwa bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang sulit. Dalam

kenyataannya Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah mempunyai peranan penting untuk semua

mata pelajaran yang ada di sekolah. Pembelajaran Bahasa Indonesia menuntut siswa untuk lebih

banyak dan rajin membaca.

Membaca merupakan kebutuhan setiap orang. Bahkan dapat dikatakan membaca merupakan

kebutuhan primer manusia modern. Berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia modern

selalu berhubungan dengan kegiatan membaca. Membaca pada hakikatnya adalah kegiatan

memahami gagasan penulis. Gagasan penulis dalam sebuah bacaan dapat dipilah menjadi dua, yaitu

gagasan utama atau ide pokok dan gagasan penjelas. Gagasan penulis, pada tataran lebih kecil

tampakpada gagasan dalam paragraf. Sebuah paragraf berisi gagasan pokok dan gagasan penjelas.

Oleh karena itu, pengenalan terhadap gagasan pokok dan gagasan penjelas merupakan hal yang sangat

penting dalam membaca. Di sisi lain, membaca juga dimaksudkan untuk memberikan kritikan

terhadap bacaan

Membaca merupakan salah satu keterampilan untuk mengetahui isi suatu teks bacaan. Dalam

hal ini, untuk meningkatkan hasil belajar siswa diharapkan dapat menentukan kalimat utama,

menentukan gagasan utama dan dapat menentukan kalimat-kalimat penjelas pada sebuah paragraf.

Permasalahan yang berkaitan dengan siswa salah satunya yaitu kurangnya minat baca dan motivasi

belajar, tidak berani bertanya ketika kegiatan belajar sedang berlangsung.

Keadaan pengajaran bahasa pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), khususnya

membaca belum memuaskan. Pada hakikatnya, minat baca siswa masih kurang. Banyak faktor yang

melatarbelakangi hal ini. Faktor tersebut antara lain kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

811

kurang sesuainya bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki. Betapa pun besarnya

manfaat dari membaca buku, jika siswa kurang memiliki kesadaran tentang pentingnya membaca

buku, terciptanya suatu peradaban yang lebih baik. Untuk itu siswa didorong lebih rajin membaca

buku atau media lain, karena banyak informasi yang akan didapat. Siswa harus lebih aktif dan

mempunyai prinsip kalau membaca itu penting.

Membaca adalah keterampilan berbahasa reseptif (dapat menerima). Membaca banyak

manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Karenanya, keterampilan membaca adalah salah satu

keterampilan berbahasa yang strategis dan mutlak dikuasai oleh siswa SMP setelah mampu menyimak

dan berbicara Khalik (2009:22) dalam Silondae (2015). Melalui pembelajaran membaca siswa dapat

menentukan kalimat utama , hal ini sejalan dengan pendapat Syafi„ie (dalam Nisbah, 2013)

Dalam silondae, 2015 yang mengemukakan bahwa kemampuan membaca dan ketrampilan

baca tulis, khususnya ketrampilan membaca, karena kemampuan dan keterampilan ini secara langsung

berkaitan dengan seluruh proses kegiatan belajar di sekolah.

Briggs (1977) dalam tawatun (2015) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana

fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti buku, video dan sebagainya. Selain

itu ada pendapat yang menyatakan bahwa, media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan

yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm, 1977) dalam Tawatun (2015).

Permasalahan yang ada di lapangan yaitu siswa kelas VII SMP Darush Sholihin antara lain input

siswa rendah dan malas membaca yang berdampak sulit untukmengikuti pembelajaran mata pelajaran

Bahasa Indonesia. Dalam hal ini menentukan kalimat utama dalam suatu bacaan, menemukan gaga-

san utama dan menentukan letak gagasan utama paragraf ada hambatan sehingga yang terjadi suka

mengganggu teman,bengong dan mondar-mandir mengelilingi teman sekitarnya. Pengembangan

potensi siswa melalui kegiatan membaca dapat terwujud melalui proses belajar yang melibatkan siswa

secara aktif dan rajin. Dengan demikian, siswa terus mengasah kecerdasan logika saat merumuskan

ide-ide itu atau gagasan utama dari teks bacaan.

Berbagai informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini pada umumnya

disajikan secara efektif dan menarik melalui media cetak sehingga untuk memperoleh informasi

tersebut diperlukan keterampilan membaca gagasan utama yang memadai. Siswa yang memiliki

keterampilan dan kebiasaan membaca gagasan utama dengan baik dapat menyerap dan menggunakan

informasi-informasi dengan baik pula. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk

mendapatkan ilmu. Ilmu yang terkandung dalam berbagai buku harus digali melalui kegiatan

membaca.Keterampilan kita dalam membaca sangat menentukan hasil dari pencarian ilmu tersebut.

Oleh karena itu, membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap

orang, terlebih lagi bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kebiasaan membaca. Keuntungan yang

diperoleh bilasiswa dapat menjadi pembaca teks yang baik siswa akan memiliki kemampuan untuk

memperoleh informasi baik informasi secara umum maupun secara khusus, misalnya informasi yang

terkait dengan materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Kemampuan membaca yang baik dapat

meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama dalam teks.

Pembelajaranmerupakankegiatanutama sekolah, yang dalam pelaksanaannya sekolah diberi ke-

bebasan memilih strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif, sesuai

dengan karakteristik matapelajaran, siswa, guru, sertakondisinya sumberdaya yang tersedia dan siap

didayagunakan di sekolah. Pemilihan dan pengembangan strategi, pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran hakekatnya berpusat pada peserta didik (student centered), agar dapat melibatkan

mereka secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

Yang menjadipersoalanpokokdalam proses pembelajaran ialah bagaimana memilih dan

menggunakan teknik belajar dengan permasalahan membaca yaitu menemukan gagasan utama dalam

teks. Teknik belajar mengajar merupakan alat interaksi di dalam proses belajar mengajar. Strategi

belajar yang digunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

812

dapat tercapai secara maksimal. Dari hal inilah,maka diperlukan salah satu metode pembelajaran yang

melibatkan siswa aktif adalah teknik pembelajaran kooperatif. Pembelajarankooperatif adalah

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar( https://kurniawanbudi 04 wor). Dan

diperjelas lagi bahwa pembelajarankooperatifsecarasadarmenciptakaninteraksi yang silih salah

sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru danbuku ajar tetapijuga sesama manusia.

Bagisebagiansiswa, pembelajaranBahasa Indonesia sangat membosankan karena penyampaian materi

yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi

tersebut.

Membaca merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia. Kualitas pengajaran bahasa

Indonesia menyangkut pula pada kualitas pengajaran membaca. Penelitimerasakan problem

pembelajaran yang terjadiselamaini. Karena dalam pembelajaran proses belajar mengajar masih di

dominasi oleh guru, siswakurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Selamaini guru semata–

mata hanya memberikan pengetahuan kepada siswa tanpa membuat suatu informasi menjadi

bermakna dan relevan bagi siswa sehingga siswa kesulitan membangun konsep di dalam pikirannya

sendiri.Teori kognitif mendefinisikan belajar sebagai perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak

selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak sehingga dapat diasumsikan bahwa proses

belajar akan belajar dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur

kognitif yang telah dimiliki seseorang.

Beberapa kesulitan belajar sering terjadi sekolah, salah satunya adalah SMP Darush Sholihin

Batu, siswa di kelas ini banyak mengalami kesulitan ketika diberi tugas untuk menentukan gagasan

utama dalam teks. Apalagi guru tidak memberikan metode yang bisa membangkitkan semangat

belajar siswa. Padahal sebagai komponen pembelajatran,cara mengajar guru, termasuk di dalamnya

penggunaan metode pembelajaran sangat penting demi keberhasilan pembelajaran tersebut. Oleh

karena itu, metode pengajaran membaca yang paling efektif akan mempercepat siswa dalam belajar

dan memotivasi siswa untuk gemar membaca. Teknik membaca untuk menyerap pengetahuan perlu

dipelajari, sehingga kemampuan membaca memberikan banyak manfaat.

Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menentukan gagasan

utama adalah Think Pair Share (TPS). Pembelajaran membaca untuk menentukan gagasan

utama dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode think pair share. Metode think pair

share adalah satu metode yang membantu siswa memfokuskan pikiran dan perilaku pada

masalah yang dihadapi. Metode ini dapat meningkatkan partisipasi dan informasi yang dapat

diingat siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

“Peningkatan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama dalam Teks dengan Metode Think

Pair Share Siswa kelas VII SMP Darush sholihin Batu.”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)

yang terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan

tindakan, (3)pengamatan, dan (4) refleksi. Pemilihan rancangan PTK ini dalam rangka meningkatkan

kemampuan menemukan gagasan utama pada teks. Sumber data penelitian ini adalah siswa Kelas

VII SMP Darush Sholihin Batu Tahun Pelajaran 2015/2016yang terdiri dari 18orang siswa laki-laki

dan 8 orang siswa perempuan.Data dalam penelitianadalah (1) nilai hasil tes siswa dan (2) proses

pembelajaran yang meliputi a. Keaktifan, b. keberanian, dan c. semangat. Nilai hasil tes siswa

dijaring dengan menggunakan instrumen tes tulis yang dilengkapi rubrik penilaian. Data pelaksanaan

dijaring melalui pedoman observasi yang terbagi dalam tiga hal yaitu afektif, kognitif, dan

psikomotor. Adapun yang menjadi observer adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

813

Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam pengolahan datayaitu melakukan

observasi, guru menggunakan pedoman observasi yang sudah disiapkan. Data kemampuan mene-

mukan gagasan utama pada paragraf dijaring melalui tes menemukan gagasan utama dengan sajian

beberapa paragraf yang berbeda-beda.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus guna meningkatkan kemampuan siswa kelas VII

dalam menemukan gagasan utama paragraf dengan menggunakan metode TPS , masing-masing

siklus dilakukan dalam satu kali pertemuan. Gambaran proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam

penelitian sebagaimana disajikan di bawah ini.

Perencanaan

Perencanaan pembelajaran

Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode TPS dilakukan melalui proses yaitu

pertama Penyusunan RPP meliputi (a) menentukan SK dan KD dari kurikulum, (b) menjabarkan KD

menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) memilih metode

pembelajaran yang sesuai (e) mengembangkan media belajar (f) menyediakan alat penilaian. Kedua

menyediakan lembar observasi yang berkaitan denganpelaksanaan pembelajaran yaitu dengan rincian

sebagai berikut keaktifan siswa dalam belajar, keberanian, dan semangat siswa untuk mengikuti

pembelajaran. Ketiga mengembangkan media pembelajaran. Adapun media yang digunakan dalam

pembelajaran yaitu dalam bentuk teks yaitu (a)siswa diberi contoh teks satu paragraf, (b) siswa

menentukan kalimat utama, (c) siswa menentukangagasan utama. Dalam pelaksanaannya siswa

berkelompok untuk mendiskusikan jawaban, dan siswa berbagi jawaban dan masing-masing

kelompok melaporkan jawabannya.

Dalam menyusun RPPharus sesuai dengan kompetensi dasar, ( KD 11.2) Menemukan

gagasan utama pada teks yang dibaca.Indikator (1) mampu menemukan kalimat utama dalam suatu

paragraf, (2) mampu mengungkapkan gagasan utama/ide pokok dalam setiap paragraf , dan (3)

menentukan kalimat-kalimat penjelas dalam paragraf . Tujuan pembelajarandiharapkan siswa dapat

menemukan gagasan utama pada paragraf , serta langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan

ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

Dalam menyusun LKS. Penyusunan lembar kerja siswa disesuaikan dengan materi yang

diajarkan. Lembar kerja siswa diberikan pada siswa untuk mengetahui atau mengukur kemampuan

siswa dalam bentuk tes subjektif yaitu dengan menyajikan beberapa paragraf, siswa diminta untuk

menentukan kalimat utama dalam paragraf dilanjutkan dengan menentukan gagasan utama dalam

paragraf tersebut. Untuk tes objektif disajikan soal dalam bentuk pilihan ganda dengan memilih

jawaban yang benar di antara empat jawaban yang disediakan yang berupa kunci jawaban.

Dalam menyusun pedoman observasi, untuk melihat perilaku siswa ketika mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan ketentuan sebagai berikut (1) keaktifan siswa mengikuti pembelajaran dalam

bertanya, menyumbangkan pendapat, (2) keberanian siswa berpendapat, (3) semangat belajar yang

tinggi, dan (4)kerja siswa baik secara individu maupun kelompok.

Dalam penyiapan media,beberapa aspek yang digunakan dalam menyiapkan media, yakni

menyediakan media dengan teks yang diambil dari buku paket bahasa Indonesia atau surat kabar

Pengembangan alat penilaian dalam bentuk instrument penilaian, yaitu disajikan soal-

soalyang berupa paragraf dengan bentuk soal subjektif dengan pedoman nilai jika siswa dapat

menjawab dengan tepat mendapat nilai atau skor 4, jika menjawabnya kurang tepat mendapat skor 2,

dan siswa menjawab tidak tepat mendapat skor 1. Untuk soal objektif, jika memilih menjawab benar

siswa mendapat nilai 2 dan jika memilih menjawab salah mendapat nilai 0

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

814

Kegiatan yang dilakukan guru adalah menyiapkan bahan ajar dan media pembelajaran yaitu

buku paket dan surat kabar, dengan menggunakan metode ceramah bervariasi. Kegiatan pembelajaran

menemukan gagasan utama pada paragraf yang disampaikan pada siswa yaitu paragraf deduktif dan

paragraf induktif. Pada akhir pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan siswa digunakan alat

penjaring dalam bentuk tes subjektif dan tes objektif.

Tahap Pelaksanaan dan pengamatan

Pada tahap pelaksanaan guru mengamati sikap siswa ketika pembelajaran di dalam kelas

sedang berlangsung bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tindakan oleh guru. Pengamatan

dilakukan oleh guru dimulai siswa membaca teks. Pada penelitian ini diperlukan suatu perencanaan,

yaitu persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai berikut

a) MENYUSUN RPP

Dalam menyusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pembelajaran

membaca pemahaman dilanjutkan menemukan gagasan utama pada teks yang dibaca, harus

disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran yang akan diterapkan ketika pembelajaran di

kelas yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup serta disesuaikan dengan karakteristik siswa.

b) KEGIATAN AWAL

Kegiatan awal dilakukan siswa diminta menyiapkan untuk berdoa,mengucap salam, mengecek

kehadiran siswa , dan dilanjutkan refleksi. Refleksi dilakukan untuk merangsang siswa dalam

kegiatan pembelajaran dengan melakukan dialog, yaitu dengan memberikan contoh teksdengan

melakukan Tanya jawab

peneliti : Anak-anak yang kalian baca tadi adalah contoh –contoh teks

satu paragraf, yang memuat satu gagasan utama

siswa : “diam

peneliti : melanjutkan, apakah kalian sudah tahu tentang paragraf?

Siswa : (siswa menjawab ), sudaaah…. Beluuum..

peneliti : kalian adayang sudah tahu dan ada yang belum.

Coba yang tahu, berilah penjelas apa itu paragraf?

Siswa : diam......

Peneliti :” kalian tidak berani menjawab ?‟ takut.. apa malu ...!

Peneliti : “Baiklah... akan ibu jelaskan...

Melalui apersepsi seperti di atas, secara tidak langsung guru menjelaskan konsep tentang

pengertian paragraf dan jenis-jenis paragraf, maka mereka menyambutnya. Kegiatan ini akan

menjadi modal awal bagi siswa dalam belajar menemukan gagasan utama .

c) KEGIATAN INTI

Kegiatan inti diawali dengan membagikan beberapa contoh paragraf kepada seluruh

siswa. Siswa diminta membaca dengan cermat kemudian diminta menemukan kalimat utama

paragraf, setelah itu menemukan gagasan utama dan dilanjutkan menentukan kalimat penjelas.

Aktivitas ini merupakan tahap Think, yaitu guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan

dengan pelajaran, kemudian siswa diminta memahami atau memikirkan sendiri tentang gagasan

utama pada paragraf untuk sesaat.

Pada tahap awal ini, hampir semua siswa tidak konsentrasi, kebingungan, berbicara

dengan teman kanan-kirinya, ada yang menggambar. Ada juga yang keliling-keliling mengham-

piri teman sambil menggangu temannya karena mereka belum memahami materi yang diberikan

oleh guru, tidak menutup kemungkinan ada yang tidur –tiduran di bangku.Namun ada hanya

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

815

beberapa anak yang sibuk mengerjakan tugas guru dan berdiskusi dengan temannya. Dari hasil

kerja siswa 61,54 % yang berhasil mencapai KKM.

Pada tahap Pair guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang dipikirkan pada tahap pertama. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat

berbagi ide dengan teman pasangannya jika telah diberikan suatu pertanyaan.Biasanya guru

memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan yaitu mereka saling mencocokkan pemikiran

tentang gagasan utama dan merevisi berdasarkan kesepakatan. Tetap dalam tahap Pair, guru

menjelaskan tentang menemukan gagasan utama paragraf. Siswa tampak memperhatikan dengan

baik penjelasan guru, tetapi ada beberapa siswa yang bermain sendiri, ada yang masih bergurau

dengan pasangannya sehingga mereka ditukarkan dengan pasangan yang lainnya. Karena dari

awal kegiatan pembelajaran mereka tidak bisa konsentrasi. Setelah pembelajaran dilakukan

secara berpasangan siswa diminta untuk menemukan gagasan utama pada paragraf. Dalam hal

ini guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain.

Pada tahap Share , guru meminta pada salah satu pasangan untuk berbagi dengan

seluruh siswa di kelas tentang apa yang mereka diskusikan. Hal ini lebih efektif jika dilakukan

secara bergiliran sehingga semua pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil

diskusinya. Dari masing-masing kelompok diminta mewakili kelompoknya untuk membacakan

tentang apa yang mereka diskusikan.Kalau jawaban itu benar mereka memberikan penilaian

benar kalau jawaban itu salah mereka memberi penilaian salah.

Pada akhir kegiatan inti terlebih dulu guru membimbing siswa untuk menemukan

gagasan utama pada paragraf. Guru menegaskan bahwa gagasan utama terdapat dalam kalimat

utama dan kalimat utama itu terletak di awal paragraf dan di akhir paragraf dan kalimat-

kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelas. Selanjutnya guru memberikan penguatan . Guru

menegaskan menemukan gagasan utama ke dalam beberapa paragraf-paragraf dan siswa

diminta untuk menjawabnya. Jawaban siswa yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa siswa

telah memahami materi .Berdasarkan hasil penyajian dan komentar siswa tersebut, selanjutnya

guru menjelaskan materi menemukan gagasan utama sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

d) KEGIATAN AKHIR

Kegiatan akhir ini guru dan siswa mengadakan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Dengan menanyakan hal-hal yang sudah dipahami dan yang belum dipahami

siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu membaca dan berlatih menemukan

gagasan utama.

e) REFLEKSI

Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah refleksi. Guru melakukan refleksi pada

akhir tindakan siklus 1. Refleksi ini dapat membantu guru untuk mengetahui kelemahan dan

kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus 1. Refleksi menjadi modal utama guru untuk

memutuskan apakah pembelajaran perlu dilakukan pengulangan atau remidi terkait dengan

keinginana dan kebutuhan siswa terhadap materi yang membantu siswa membantu siswa

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru.

Siklus II

Pada siklus II persiapan tidak jauh beda dari penelitian siklius I. Hanya saja pada siklus II peneliti

berusaha mencapai hasil ketuntasan nilai siswa sampai 80% dengan cara memberikan bimbingan

lanjut pembelajaran mengenai gagasan utama dan membimbing siswa memecahkan kesulitan yang

dihadapi.

Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 13 April 2016. Dengan langkah – langkah sebagi berikut:

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

816

a. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyusun perencaan, sebagai berikut :

1. Menyusun rencana pembelajaran.

2. Menyiapkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media pembelajaran

buku penunjang

3. Menyusun tes akhir (Lembar Kerja Siswa)

b. Pelaksanaan tindakan

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Menyajikan materi sebagai pengantar.

3. Guru membagi siswa menjadi beberapa pasang.

4. Guru membagi tugas masing-masing pasangan untuk menemukan gagasan utama

5. Dari kegiatan kerja siswa tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai

dengan kopetensi yang ingin dicapai.

c. Observasi

Penelitian dibantu oleh teman sejawat mengadakan supervisi kelas (observasi pelaksanaan proses

belajar mengajar) dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan untuk mengetahui

sejauh mana pelaksanaan tindakan pembe-lajaran dengan rencana yang telah disusun sebelumnya

dan mengetahui seberapa jauh proses yang terjadi dapat dilakasanakan menuju tujuan yang

diharapkan.

d. Refleksi

Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah refleksi. Guru melakukan refleksi pada

akhir tindakan siklus II. Refleksi ini dapat membantu guru untuk mengetahui kelemahan dan

kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus II. Refleksi menjadi modal utama guru untuk

memutuskan apakah pembelajaran perlu dilakukan pengulangan atau remidi terkait dengan

keinginana dan kebutuhan siswa terhadap materi yang membantu siswa membantu siswa

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru.

Penilaian Pembelajaran

Bagian penilaian dicantumkan rubrik penilaian hasil dan sikap. Rubrik penilaian hasil

digunakan untuk mengukur kemampuan menemukan gagasan utama pada teks siswa kelas VII yang

berjumlah 26 orang dengan tiga aspek yang dinilai yaitu (1) menemukan kalimat utama pada teks, (2)

menemukan gagasan utama paragraf, (3) menentukan letak kalimat utama dalam paragraf.

Dalam proses penilaian hasil belajar menemukan gagasan utama, siswa dimodel berpasang-

pasangan. Hasil yang digunakan untuk mengoreksi hasil pekerjaan pasangan siswa yang lain setelah

mempresentasikan hasil pekerjaan masing-masing.

Penilaian sikap digunakan untuk mengontrol dan melihat proses belajar siswa yang terdiri

dari tiga aspek penilaian yaitu (1) keaktifan siswa mengikuti pembelajaran,(2) kesungguhan

mengerjakan tugas, (3) kemauan berpartisipasi mengerjakan tugas.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas pembelajaran menemukan gagasan utama melalui tahapan-tahapan

yang meliputi pertama menentukan SK dan KD, kedua menyusun RPP, ketiga pemilihan media yang

sesuai dengan materi pembelajaran. Pembelajaran menemukan gagasan utama pada teks sudah

dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP. Dalam proses

pembelajaran siswa menunjukan semangat belajar yang tinggi, suasana kelas yang meyenangkan.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

817

Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran menemukan gagasan utama pada teks

yang berjumlah 6 orangmasih mendapat skor dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

ditetapkan 70. Pembelajaranmenemukan gagasan utama dalam paragraf dengan menggunakan metode

think pair share sebenarnya dapat memotavasi, mendorong semangat belajar, meningkatkan

kreativitas, membantu siswa untuk menemukan gagasan utama pada teks. Akan tetapi, hasilnya belum

mencapai target tindakan yang ditetapkan dengan rata-rata 6,75.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto,Suharsimi &Supandi 2006 PenelitianTindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas 2006, Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan Jakarta: Balai Pustaka

Tawatun,Melvin (2015) Penggunaan Materi dalamPembelajaran MenulisPetunjuk siswa Kelas VIII

SMP NEGERI 2 ESSANGKecamatanGemeh Kabupaten Talud

Kurniawan Budi Raharjo,Model Pembelajaran Koopratif (cooperative learning).https://kurniawan

budi 04.wordpress.com.

http://alif-rizzzky.blogspot.co./2013/04/metode think-pair-share-tps-13.html

Suyatno,(2004) Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra Surabaya:SIC

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

818

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI

TENTANG PERISTIWA YANG DIALAMI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA

GAMBAR BAGI SISWA KELAS VII SMP PGRI 02 BATU

Eni Sulistiati

SMP PGRI 02 Batu

[email protected]

Abstrak: Menulis puisi merupakan pembelajaran yang kurang disukai siswa kelas

VIIB SMP PGRI02 Batu Kebanyakan siswa hanya mampu menulis puisi berda-

sarkan contoh yang sudah ada atau dengan cara menyalin puisi. Kekurangmam-

puan siswa menulis puisi berdampak pada rendahnya tingkat kreativitas siswa

dalam menulis puisi. permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan penggunaan

media dalam pembelajaranmenulis puisi, terutama media gambar. Melalui media

gambar, siswa terarah imajinasi dan kreativitasnya, akhirnya meningkatkan ke-

mampuan mereka dalam menulis puisi.

Kata kunci: Peningkatan, media gambar, kemampuan menulis puisi.

Menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit dan

paling kompleks. Hal itu dikarenakan keterampilan menulis melibatkan tiga komponen lainnya yaitu

keterampilan membaca menyimak, dan keterampilan berbicara. Mengingat kompleksnya komponen

bahasa yang terlibat dalam kegiatan menulis, maka perlu usaha yang maksimal dan bersungguh-

sungguh dari seorang guru. Siswa benar-benar dibimbing agar nantinya memiliki keterampilan yang

memadai dan bermanfaat dalam kehidupannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:1219) disebutkan menulis yaitu melahirkan

pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menurut Kuswari (2009:28),

menulis merupakan kegiatan yang mengaksikan, bahkan menulis bisa disebutkan sebagai kegiatan

kreatif yang akan mengantarkan siswa akan menjadi orang yang sukses di bidang karya tulis. Pradopo

(2002:7) menyatakan bahwa menulis puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan

perasaan yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama.

Puisi (dari bahasa yunani kuno : Noleo / nol (Poieo/ poio =Icreate ) adalah seni tertulis

dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, selain arti semantiknya .

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan meter dan rima

adalah yang membedakan puisi dari prosa.puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan

perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama mantra, rima penysunan lirik dan bait serta penuh

makna. Menurut Herman Waluyo puisi adalah karya sastra tertulis yang palin awal ditulis oleh

manusia.

Menulis puisi merupakan materi pembelajaran yang kurang di kuasai siswa. Suasana tidak

menggairahkan , Siswa ogah- ogahan dalam mengkuti pembelajaran, dan kemampuan menulis puisi

siswa pun rendah. Pembelajaran menulis puisi yang tidak kondusif tersebut disebabkan oleh beberapa

hal: (a) guru kurang menyukai pembelajaran sastra terutam menulis puisi, (b) Guru kurang atau

bahkan tidak berpengalamandengan karya sastra, terutama menulis puisi, dan (c) metode

pembelajaran yang dipilih kurang tepat. Dalam mengajar menulis puisi pada siswa kelas VIIB SMP

PGRI 02, guru menugasi siswa menulis puisi berdasarkan contoh puisi yang diberikan oleh guru , atau

berdasarkan gambar yang dipasang oleh guru di papan tulis.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

819

Seringkali guru membelajarkan siswa menulis puisi dengan menjelaskan teori puisi.

Beberapa guru yang sedikit kreatif, mereka membelajarkan menulis puisi kepada siswa. Setelah itu,

siswa diminta untuk menulis puisi. Bagaimana menulis puisi, diserahkan kepada siswa. Dengan model

pembelajaran semacam ini, siswa besar kemungkinan terjadi, siswa tidak mengetahui bagaimana

langkah konkret menulis puisi atau contoh langkah yang harus ditempuh dalam menulis puisi.

Sejauh ini masih banyak siswa kelas VII B SMP PGRI 02 BATU kurang berhasil dalam

menulis kreatif puisi. Baik menentukan pilihan kata, menyusun larik-larik puisi, menyusun rima

bahkan menyusun majas masih banyak kesalahan dalam menulis puisi. Selain itu siswa juga tidak bisa

melanjutkan menulis, merenung, mondar-mandir, dan sampai batas akhir ada yang belum selesai

bahkan yang sudah selesaipun belum maksimal hasilnya. Serta belum tercapainya dalam batas

ketuntasan minimal (KKM 70), karena masih banyak kesalahan pilihan diksi, rima, larik puisi

sehingga puisi yang dihasilkan masih sangat kurang.

Berdasarkan identifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan yang tepat untuk menulis

kreatif puisi adalah dengan menggunakan media gambar, karena dengan menggunakan media

gambar.kemungkinan anak akan berhasil dalam menulis kreatif puisi.

Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum dipakai dan

merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Menurut Sadiman

(2003:21), media gambar merupakan media yang bersifat konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan

pokok masalah dibanding media verbal semata, gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu,

media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, dapat memperjelas suatu masalah dalam

bidang apa saja, murah harganya, serta mudah didapatkan dan digunakan.

Peneliti berharap dengan adanya pembelajaran melalui media gambar, pelaksanaan

pembelajaran akan memungkinkan mengaktifkan peserta didik dengan lebih optimal serta guru dapat

mengelola kelas lebih efektif. Peneliti juga berharap sebagai langkah konkret untuk membantu

mengatasi masalah yang dihadapi guru di kelas.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)

yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan dan refleksi

dari dua kali pertemuan.

Tehnik pengumpulan data pembelajaran dilakukan dengan media gambar oleh guru dan

kolabulator dan dalam observasi ini menggunakan pedoman observasi yang sudah di siapkan.

Sedangkan tehnik pengumpulan data hasil diambil dari hasil menulis puisi siswa kelas VIIB SMP

PGRI 02 Batu dengan rangsangan gambar. subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas VIIB SMP

PGRI 02 Batu Tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang terdiri dari 10

orang siswa laki-laki dan 11 orang perempuan.Waktu penelitian dimulai pada 16 Maret sampai 1

April 2016. Materi yang digunakan adalah “Menulis Kreatif Puisi Tentang Peristiwa Yang Dialami.”

Data dalam penelitian ini adalah (1) nilai karya siswa, (2)catatan lapangan. Dalam melakukan

observasi guru menggunakan pedoman observasi yang sudah disiapkan. Data kemampuan menulis

kreatif puisi.

Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan penting, yaitu: (a) perencanaan (planning);

(b) pelaksanaan tindakan (action); (c) pengamatan (observation) dan (d) refleksi (reflektion). Keempat

tahapan dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus,yaitu

satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada kegiatan ini ada tiga tahap kegiatan yang dilaporkan,yakni (1)perencanaan

pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran,dan (3)penilaian pembelajaran.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

820

Perencanaan Pembelajaran

Siklus I

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran menjelaskan petunjuk

penggunaan alat, pertama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Langkah penting

dalam menyusun RPP meliputi: (a)menentukan SK dan KD dari kurikulum, (b) menjabarkan KD

menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) memilih metode dan

model pembelajaran yang cocok, mengembangkan media belajar, (f) mengembangkan alat

media.kedua,mengembangkan lembar observasi terhadap pelaksanaan. Kedua, pada tahap menyusun

LKS, peneliti merancang kegiatan yang dilakukan siswa dan di sesuaikan dengan indikator. Dalam

LKS siswa diminta menulis puisi berdasarkan peristiwa yang dialami. Ketiga, mengembangkan

pedoman observasi. Observasi pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang

nampak pada objek peneliti. Keempat, memilih dan menentukan media pembelajaran yang sesuai

dengan materi pembelajaran. Media pembelajaran yang diplih adalah gambar keluarga. Kelima,

mengembangkan alat evaluasi. Pada rubrik penilaian diuraikan sistem penilaian yang mencakup

indikator kesesuaian pilihan diksi, rima , larik puisi, dan bait.

Pelaksanaan Pembelajaran

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis kreatif puisi dengan model

pembelajaran media gambar terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Kegiatan awal

Kegiatan awal dilakukan dengan salam, mengecek kehadiran siswa, dan berdoa. Apersepsi

dilakukan dengan bertanya jawab bersama siswa untuk hal yang berkaitan dengan menulis kreatif

puisi yang dialami.

Kegiatan inti guru memajang media gambar di papan tulis (gambar keluarga) tampak

siswa tertarik dengan media tersebut. Tanpa disuruh siswa mengamati gambar tersebut dan beberapa

siswa memberi komentar. Guru meminta siswa mengamati gambar di papan tulis secara cermat dan

memandunya dengan sejumlah pertanyaan pengamatan.

Guru : Coba gambar apakah ini anak- anak ?

Siswa : Orang bergandengan tangan.

Siswa : Keluarga bu.

Guru : Bagus jawaban kalian benar , Jadi ini keharmonisan seorang

keluarga.

Siswa : Keluargaku tidak harmonis.

Siswa : Ibu dan bapak selalu cek- cok.

Guru : Baik ,berarti peristiwa apa yang pernah kamu alami?

Siswa : Orang tua saya cerai.

Guru : Bagus, nah tujuan pembelajaran hari ini adalah menulis puisi

bedasarkan peristiwa yang pernah dialami.

Dari awal dialog tersebut, terlihat siswa sangat antosias dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi.

Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengerjakan tugas saat diminta untuk menjawab

pertanyaan guru. Antosias ini menandakan bahwa siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kemudian peserta didik dajak untuk memilih diksi dari peristiwa yang dipilih.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

821

Guru : Ayo peristiwa apa yang akan kalian pilih?

Siswa: Ayah pisah dengan ibu.

Siswa: Ibu bekerja di kalimantan.

Guru : Baik, kalau begitu kita pilih diksi ibu. Sekarangkita pilih lagi

Kata- kata yang berkaitan dengan kata ibu.

Siswa: Kasih sayang.

Siswa: Rindu.

Guru : Bagus, kalian sudah dapat memilih kata- kata/ diksi yang dapat

digunakan untuk menulis sebuah puisi.

Guru membagi kelompok guru menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas

empat dan tiga kelompok siswa. Setelah siswa duduk berkelompok, guru membagi gambar keluarga

dan kelompok berdiskusi mendata peristiwa yang pernah dialami. Saat berdiskusi kelompok ada

siswa dalam kelompok yang kurang jelas dengan apa yang harus mereka lakukan. Pertanyaan peserta

didik terlihat pada kutipan dialog berikut.

Siswa: Peristiwa apa saja yang boleh ditulis?

Guru : Peristiwa yang pernah kalian alami, bisa gembira, bisa sedih,

kemudian pilih satu kata kunci untuk memilih kata yang sesuai

dengan kata kunci tersebut.

Setelah berdiskusi untuk memilih kata kunci. Kemudian secara mandiri melanjutkan dengan

menyusun larik- larik menjadi bait- bait puisi. Setelah menjadi puisi, hasil kerja siswa dibacakandi

depan kelas teman yang lain memberi tanggapan. Tanggapan yang diberikan pada teman dititik

beratkan pada judul, pilihan kata, isi sesuai dengan peristiwa yang dipilih, dan menggunakan rima

atau tidak. Pada kesempatan ini ada satu siswa yang menyunting puisi teman tetapi berbentuk narasi,

kutipan dialog berikut.

Siswa : Bu, ini puisinya kok seperti cerita?

Guru : Tidak apa- apa, nanti disederhanakan, ada kata- kata yang perlu

dihilangkan sehingga menjadi sebuah puisi.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

822

Wonder Woman

Keluarga...

Kekuatan disaat aku rapuh

Dorongan disaat aku hampir berhenti

Doa disaat aku tak sanggup mengucap kata

Keluarga...

Banyak makna yang tak sanggup kulukis

Banyak kisah yang tak bisa kuucap

Ada tangis dibalik sukses

Dan...

Ada tawa dibalik luka

Yang tak mampu kugores

Dari dialog di atas, diketahui masih ada siswa yang belum memahami menulis puisi.

Kemudian guru menyarankan untuk memberikan masukan tanggapan untuk menyederhankan kalimat

sehingga menjadi sebuah puisi. Sela njutnya secara mandiri memperbaiki puisi berdasarkan masukan

dari teman yang lain dan guru. Dan dilanjutkan presentasi pembacaan puisi di depan kelas.Saat

presentasi di depan kelas, teman yang lain memberi tanggapan dan komentar. Kemudian guru

memberi penguatan tentang pemilihan kata/ diksi, judul, sajak,dan isi puisi berdasarkan peristiwa

yang pernah dialami berdasarkan gambar keluarga dalam penulisan puisi.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui media gambar belum mampu meningkatkan

kemampuan menulis puisi. Karena hasil yang dicapai siswa dalam menulis puisi dengan media

gambar belum mencapai 70%. Peneliti memutuskan untuk melaksanakan siklus II dengan target

mencapai ketuntasan 80 %. Target tersebut dapat dicapai jika media gambar digunakan sebagai media

menulis puisi sesuai keinginan masing-masing siswa.

Pelaksanaan Tindakan Siklus 2

Pada pertemuan kedua, pembelajaran diawali dengan pembacaan doa, pemberian salam, dan

absensi siswa. Setelah itu guru bertanya jawab tentang pembelajaran sebelumnya, kutipan dialog

berikut.

Guru : Apa yang kita pelajari pada pertemuan yang lalu?

Siswa: Menulis puisi dengan gambar keluarga.

Guru : Bagus, apa saja yang harus diperhatikan dalam menulis puisi?

Siswa: diksi dan rima bu.

Guru : bagus

Setelah berhasil membangkitkan kembali pengetahuan dan pengalaman siswa dalam menulis

puisi, guru mengajak siswa mencermati gambar yang dipajang di papan tulis. Seperti pada siklus I,

guru memandu siswa dalam mengamati gambar dengan pertanyaan pemandu.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

823

(Gambar apa ini? Bagaimana kegiatan di sekolah? Ke mana libur sekolah). Setelah

pengamatan siswa atas gambar dinilai cukup cermat, guru membagi siswa ke dalam kelompok. Setiap

kelompok di minta membuat satu deskripsi hasil pengamatan.

Selama membuat deskripsi gambar, guru melakukan pembimbingan secara kelompok, guru

berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Setiap kelompok mendapat bimbingan dan

pengarahan sesuai dengan jenis kesulitan dan permasalahan yang mereka hadapi. Cara ini terbukti

membuat siswa lebih bergairah dalam bekerja dan lebih mudah memahami penjelasan guru. Selain itu

cara ini juga ternyata membuat siswa dapat bekerja lebih cepat dan lebih baik. Kesulitan yang

dihadapi siswa segera dipecahkan dan diatasi.

Selanjutnya, siswa diminta oleh guru menuliskan hasil pengamatan mereka secara individual.

Walaupun secara individual, siswa tetap diminta menulis dalam kelompok mereka masing-masing.

Tujuannya agar siswa yang kurang atau belum mampu menulis puisi bisa mendapat bantuan atau

bimbingan dari temannya yang sudah mampu menulis puisi.

Pada siklus 2 ini kualitas pembimbingan dan pengarahan guru kepada siswa dioptimalkan,

baik selama mereka menulis puisi secara individual. Untuk itu selama pembelajaran berlangsung guru

aktif berkeliling kelas untuk membantu proses belajar siswa. Selama ini pelaksanaan tindakan siklus

2, siswa serius bekerja baik secara individual maupun kelompok. Kelas terasa menggairahkan selama

proses pembelajaran berlangsung. Setelah dianalisis diketahui bahwa 6% siswa masih mendapat skor

di bawah target ( 70 ). Puisi siswa sebagian besar sudah menunjukkan keutuhan pengungkapan

gagasan, diksinya sudah tepat, dan pilihan judulnya juga tepat dan menarik. Proses saling belajar

antar siswa berlangsung intensif. Akan tetepi, hasilnya belum mencapai target tindakan yang

ditetapkan ( rata- rata 6,87 ).

Contoh puisi yang belum baik.

Liburan Sekolah

Libuaran telah tiba

Aku ke rumah nenek

Bermain dengan teman

Contoh puisi yang sudah baik.

Liburan Sekolah

Liburan sekolah sudah tiba

Sepeda merahku melonjak gembira

Sambil ngebut di jalan pulang ia meminta

Besok ajak aku piknik ya bang, aku jenuh

Tiap hari mengantarmu pergi pulang sekolah

Aku ingin jalan- jalan ke bukit dan lembah

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

824

Refleksi

Melihat hasil tindakan di atas, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan tindakan siklus 2

agar target pembelajaran, baik proses maupun hasil, tercapai. Pada siklus 2 guru perlu memanfaatkan

siswa- siswa yang telah mampu menulis puisi dengan baik untuk membantu teman-teman mereka

yang masih sedikit mengalami kesulitan menulis puisi. Sementara itu, guru dapat berkonsentrasi

untuk membantu siswa yang masih banyak mengalami kesulitan menulis puisi. Cara ini diharapkan

dapat memaksimalkan hasil belajar siswa, dan terjadi proses pembelajaran antar siswa.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa media gambar,terutama media gambar yang

dilengkapi model penulisan puisi terbukti dapat meningkatkan imajinasi ,kreatifitas menulis siswa,

dan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Melalui media gambar, perhatian terfokus pada

pembelajaran yang sedangberlangsung, suasana kelas menjadi menyenangkan dan menggairahkan

sehingga siswa termotifasi untuk belajar. Tumbuhnya semangat kegairahan siswa dalam belajar

membuat proses siswa dalam menguasai kemampuan menulis puisi berjalan lebih baik dan lebih

optimal hasilnya. Penggunaan pembelajaran secara kelompok terbukti membuat siswa bergaiah

belajar karena terjadi proses saling belajar antar siswa.

Berdasarkan kesimpulan di atas diajukan saran kepada guru sebagai berikut. Media gambar

hendaknya dijadikan salah satu pilihan bagi guru untuk mengajarkan berbagai kompetensi, baik untuk

pembalajaran Bahasa Indonesia maupun untuk pembelajaran lainnya. Sebab gambar terbukti lebih

mampu menarik perhatian siswa, serta menumbuhkan minat dan gairah belajar siswa. Karena

pembelajaran kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara baik dan optimal terbukti

pembelajaran siswa lebih baik, disarankan hendaknya guru dapat memanfaatkan strategi pembelajaran

kelompok ini secara tepat. Dengan demikian pembelajaran kelompok tidak menjadi pembelajaran

terkelola dengan baik dan menutupi kelemahan guru.

DAFTAR RUJUKAN

Arikuto,Suharsiami dan Supandi. 2016. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksam.

Afrianti.2013.Penggunaan Media gambar untuk jurnal Unta, 2, Jurnal Unta. Ac.id. diunduh pukul

16.45 wib tanggal 8 April 2016.

Yayan. Y. 2012. Pengertian Media Pembelajaran. Eprints. Uny. ac. id. Diunduh pukul 17.00 wib

tanggal 8 April 2016.

Muslim, Arifin.2011. Pembelajaran menulis.Files. worpress.com. Diunduh pukul 17.00 wib tanggal

8 April 2016.

Sinaga, SL. 2013. Pengertian Metode Pembelajaran. Repository. Usu. ac.id. Diunduh pukul 17.15

wib tanggal 8 April 2016.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

825

PENINGKATKAN KEMAMPUAN MEREFLEKSI PUISI

MENGGUNAKAN MEDIA GURITA IMAJINASI (GURMAJI)

PADA SISWA KELAS VII SMP IMMANUEL BATU

TAHUN PELAJARAN 2015-2016

Jumiati, S.Pd.

SMP Immanuel Batu

Abstrak: Sebagai sebuah karya sastra, puisi memiliki ciri khas dalam wujud dan bahasa

yang digunakan. Salah satu ciri puisi adalah menggunakan kata-kata kiasan dan simbol-

simbol tertentu.Selain itu sifat pemadatan kata tertentu menambah kesulitan bagi siswa

untuk memahami isi puisi. Dalam pembelajaran puisi pada K.D 13.2 merefleksi puisi yang

dibacakan pada siswa SMP kelas 7 semester2, siswa dituntut memiliki kemampuan

mengartikan kata-kata simbol dan konotasi dalam puisi, memehami isi puisi, dan mampu

merefleksi puisi dalam kehidupan siswa. Untuk itu diperlukan media yang tepat untuk

meningkatkan kemampuan merefleksi puisi yang dibacakan.Penulis menggunakan media

Gurita Imajinasi(GurMaji) dalam penelitiaan ini. Media ini dipakai untuk memotivasi siswa

untuk lebih aktif melakukan kegiatan merefleksi puisi. Terbukti hasil pembelajaran sejak

siklus 1 menunjukkan peningkatan hingga siklus II. Dengan media ini siswa merasa senang

dan terlihat lebih proaktif dalam pembelajaran merefleksi puisi.

Kata Kunci: Penggunaan media Gurita Imajinasi (GurMaji), peningkatan kemampuan

merefleksi isi puisi, Siswa lebih aktif.

Bahasa merupakan media komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa seseorang

dapat memahami tujuan komunikasi dan maksud apa yang dikomunikasikan. Untuk itu, dalam

komunikasi seseorang harus paham dengan bahasa yang digunakan.

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi dapat berupa kata-kata baku atau simbol-simbol

tertentu. Ketika bahasa yang digunakan berupa kata-kata baku yang tidak perlu dimaknai lain, maka

memaknai komunikasi itu akan lebih mudah. Namun, ketika bahasa yang digunakan berupa simbol

atau kata yang memiliki makna lain di samping makna aslinya, maka memaknai komunikasi itu

menjadi hal yang sulit. Salah satu bahasa yang banyak menggunakan kata-kata simbolis adalah bahasa

puisi.

Puisi merupakan karya tulis sastra yang bersifat singkat, padat, dan memiliki makna yang

dalam. Bahasa yang digunakan banyak berupa simbol atau konotasi dengan makna yang berbeda

dengan makna aslinya. Untuk memahami sebuah puisi, siswa harus mengerti arti kata atau kalimat

yang terdapat dalam puisi tersebut. Secara umum, siswa kelas VII belum mampu memahami arti kata

dan kalimat yang terdapat dalam puisi. Hal ini dikarenakan siswa kesulitan dalam memahami arti

kata-kata simbol.

Kata simbolis merupakan kata yang menggunakan benda, warna, suasana, bunyi, dan

lambang tertentu di sekitar sebagai perbandingan. Dalam puisi, penggunaan kata-kata simbolis

dimaksudkan untuk membuat puisi tersebut memiliki nilai keindahan. Tanpa kata-kata simbolis, puisi

tidak berbeda dengan karya tulis lainnya. Untuk dapat memahami kata-kata simbol diperlukan

kesadaran bahwa kata-kata tersebut bukanlah kata dengan makna yang sebenarnya. Kata-kata tersebut

memiliki arti tersembunyi yang harus diungkap melalui beberapa cara, seperti membandingkannya

dengan benda-benda di sekitar baik dari segi fisik, sifat, maupun karakteristiknya.

Kemampuan memahami kata-kata simbolis inilah yang menjadi kesulitan siswa. Mereka

cenderung memaknai kata-kata tersebut secara lugas sesuai kemampuan logis mereka. Akibatnya,

pemahaman isi puisi siswa tidak sesuai dengan isi puisi yang sebenarnya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

826

Merefleksi isi puisi merupakan kegiatan memaknai isi puisi dan menghubungkan dalam

kehidupan nyata siswa . Karena siswa tidak mampu memahami kata simbol dan konotasi yang

terdapat dalam puisi, maka siswa tidak mampu memahami isi puisi tersebut. Karena siswa tidak

memahami isi puisi, maka secara otomatis mereka tidak mampu merefleksikan isi puisi.

Salah satu keterampilan dalam Kurikulum 2006, atau yang dikenal dengan sebutan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), adalah mendengar. Salah satu Kompetensi Dasar (KD) dari

keterampilan mendengar tersebut adalah merefleksi puisi yang dibacakan. Materi tersebut harus

dikuasai oleh siswa jejang kelas VII SMP pada semester 2. Uraian dalam KD tersebut tidak saja

menuntut siswa untuk mampu mendengar pembacaan puisi, tetapi juga harus mampu memahami dan

merefleksikannya dengan berbagai peristiwa dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hasil kerja siswa, diketahui bahwa masih terdapat siswa

yang tidak mampu merefleksi puisi dengan tepat. Dari 30 orang siswa kelas VII B terdapat 90% siswa

belum mampu merefleksi puisi. Masih terdapat 28 siswa yang nilainya di bawah KKM 75. Dan baru 2

siswa yang memiliki nilai di atas KKM.

Permasalahan juga terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa pasif dan cenderung

hanya menunggu stimulus yang diberikan guru. Kadang untuk meresponnya membutuhkan waktu

lama. Siswa hanya menunggu informasi dari guru, kemudian mencatanya. Kondisi ini membuat

pembelajaran K.D 13.2 Merefleksi puisi menjadi tidak efektif, kurang menarik, dan membosankan.

Permasalahan lain muncul karena guru pengajar kurang sabar menunggu proses siswa

menemukan makna kata simbolis dalam puisi. Guru lebih cepat memberikan jawaban pada persoalan

yang dihadapi siswa sebelum siswa memberikan jawabannya. Akibatnya, siswa kurang mendapat

kesempatan mengeksplor imajinasinya untuk menemukan makna kata simbolis. Selain itu, dalam

pembelajaran guru cenderung hanya menggunakan metode kovensional, yaitu ceramah dan

pemodelan, tanpa media belajar yang menarik.

Permasalahan di atas perlu mendapat perhatian dari guru selaku mediator dan fasilitator. Guru

harus mencarikan solusi, baik dalam penggunaan metode maupun media. Guru perlu memilihkan

metode dan media yang tepat agar siswa dapat tertarik dengan pembelajaran KD merefleksi puisi.

Metode dan media yang menarik akan memotivasi siswa untuk aktif dalam menemukan makna kata-

kata simbol dalam puisi.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan merefleksi puisi

yang dibacakan adalah dengan menggunakan media. Menurut Ali (dalam Putra, 2013), media adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar.

Dengan kata lain, media dapat membuat siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar,. Menurut

Susilana & Riyana (2008:9), media mempunyai kegunaan untuk menimbulkan gairah belajar,

interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

Dengan media siswa akan lebih bersemangat dalam belajar. Penggunaan media membuat

belajar identik dengan bermain. Siswa menjadi bergairah dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan baik. Demikian halnya dengan pembelajaran merefleksi puisi, perlu media yang

dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar merefleksi puisi. Media yang dimaksud adalah

media Gurita Imajinasi.

Media gurita imajinasi (GurMaji) merupakan media pembelajaran yang berwujud gambar

mirip gurita. Pada media ini, kepala gurita di tempel puisi sementara pangkal kakinya digunakan

untuk menempel kata-kata simbol atau konotasi yang ditemukan oleh siswa dalam puisi dalam bentuk

potongan kertas warna-warni. Selanjutnya dari kata simbol atau konotasi yang ditemukan, siswa harus

mencari makna kata yang berhubungan dengan simbol atau kata konotasi yang sudah ditempel pada

pangkal kaki gurita.demikian seterusnya.Media ini dekat dengan metode peta konsep. Hanya bentuk

media dan warna-warni kertas yang digunakan dalam media GurMaji ini membuat siswa merasa

bermain sehingga memotivasi siswa untuk lebih aktif terlibat dalam kegitan pembelajaran.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

827

Dengan media ini siswa menjadi lebih tertarik untuk mengungkap arti kata-kata simbol dalam

puisi. Siswa juga termotivasi untuk mengeksplor imajinasinya dan menghasilkan kata-kata yang

berhubungan dengan kata simbol yang ada. Kejenuhan siswa saat menemui kesulitan memaknai

simbol dapat ditekan oleh kesenangan mereka dalam „bermain-main‟ dengan media gumaji.

Penelitian tindakan kelas untuk mereflksi puisi pernah dilakukan oleh Surani (2008) dengan

judul penelitian ”Peningkatan Kemampuan Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan

Komunikatif serta Penerapan CTL pada Siswa Kelas VIIE Semester Gasal SMP Negeri 2 Magelang

Tahun Pelajaran 2007/2008”. Penelitian oleh Surani ini menekankan penerapan pendekatan

komunikatif dalam pembelajaran merefleksi puisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

CTL dalam pendekatan komunikatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam merefleksi isi

puisi.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Dasih dengan judul “Peningkatan Kemampuan

Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan Komunikatif serta Penerapan CTL pada

Siswa Kelas Enam Semester 1 SD Negeri Mojorembun Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang

tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan signifikan dari

beberapa siswa yang tadinya tidak tuntas dalam merefleksi puisi menjadi tuntas semua.

Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian tindakan kelas yang ditujukan untuk

meningkatkan kemampuan merefleksi puisi menggunakan media Gurita Imajinasi (GurMaji) pada

siswa kelas VIIB SMP Immanuel Batu tahun pelajaran 2015-2016.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Melalui metode ini

peneliti berusaha meningkatkan kemampuan merefleksi puisi secara sistematis , dari pesrsiapan

sampai penilaian. Melalui metode ini peneliti mendapatkan informasi apa adanya tentang keadaan

serta praktik-praktik yang dilakukan di dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini objek yang diamati adalah pembelajaran secara langsung terhadap KD

merefleksi puisi. Dalam hal ini peneliti terlibat secara langsung proses serta situasi yang dialami.

Tujuannya untuk memperoleh informasi secara langsung sesuai dengan situasi yang dialami. Objek

yang diteliti adalah pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan secara langsung oleh

peneliti, yaitu pada siswa kelas VII B SMP Immanuel Kota Batu dengan jumlah siswa 30 orang.

Untuk memperoleh data secara akurat, peneliti menggunakan instrumen yaitu tes tertulis

dalam bentuk butir soal. Tes yang digunakan berbentuk esai. Tes tertulis bentuk esai digunakan untuk

memperoleh informasi tentang kemampuan siswa merefleksi. Sementara itu, rubrik penilaian

digunakan untuk mengoreksi jawaban siswa dalam bentuk uraian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran Siklus I

Dalam siklus I ada tiga kegiatan yang dilakukan guru, yakni (1) perencanaan pembelajaran, (2)

pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran.

Perencanaan Pembelajaran

Beberapa kegiatan dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran K.D 13.2 Merefleksi Puisi.

Pertama, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Langkah penting dalam menyusun

RPP meliputi (a) menentukan SK dan KD dari kurikulum, (b) menjabarkan KD menjadi indikator-

indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) memilih metode dan model

pembelajaran yang cocok, (e) mengembangkan media belajar. Adapun langkah-langkah merancang

dan mengembangkan media pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi

kompetensi utama yang dituntut dalam kompetensi dasar yang akan diajarkan. Kedua,

mengidentifikasi indikator dari kompetensi dasar tersebut secara rinci dan menatanya dalam urutan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

828

yang sistematis. Ketiga, memilih media yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator.

Keempat, merancang media pembelajaran yang sesuai bahan, bentuk, langkah pembuatan dan cara

pemakai-annya. Kelima, membuat media sesuai rancangan.

Pelaksanaan Pembelajaran

Langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji)

dilakukan melalui tahapan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal

pembelajaran guru mengajak doa bersama yang dipimpin oleh guru, mengecek kehadiran siswa, dan

persiapan siswa mengikuti pelajaran yang akan dilaksanakan. S\elanjutnya, dikemukakan dialog guru-

siswa pada tahap apersepsi seperti kutipan (1) berikut.

Kutipan (1)

Guru : Anak-anak pada pertemuan-pertemuan sebelumnya kita sudah belajar tentang

menanggapi pembacaan puisi. Saat itu Ibu sudah menerangan apa dan

bagaimana puisi itu. Hari ini kita akan masuk ke K.D 13.2 merefleksi puisi.Baik

kita akan mengingat tentang sifat puisi.Puisi memiliki sifat . . . . ayo, siapa yang

bisa, angkat tangan.

Siswa : Padat, singkat.

Guru : Dan . . . .

Siswa : Terdiri dari bait dan baris.

Guru : Bagus, jadi memahami puisi itu sulit atau gampang?

Siswa : Sulit, karena banyak kata simbolis dan kata-kata yang bermakna ganda.

Guru : Menurut kalian apa yang dimaksud dengan kata simbolis?

Siswa : Kata-kata yang tidak memiliki makna sebenarnya

Dari dialog tersebut nampak bahwa siswa masih belum memahami dengan tepat arti kata

simbolis. Siswa memaknai kata simbolis sebagai kata yang tidak memiliki makna sebenarnya.

Padahal, seharusnya, kata simbolis adalah kata yang membandingkan gagasan dengan suatu yang

dapat melukiskan makna dari gagasannya tersebut yang dapat menggunakan simbol berupa hewan

atau tokoh atau lambang atau benda-benda tertentu yang dapat menggantikan kata yang ingin

diutarakan. Untuk meluruskan pemahaman siswa tentang kata simbolis, selanjutnya guru memberi

beberapa contoh kata simbolis beserta makna simbolnya. Berdasarkan beberapa contoh tersebut,

kemudian guru mengarahkan siswa pada makna kata simbolis yang sebenarnya.

Pada tahap kegiatan inti guru memberi waktu selama 60 menit. Pada tahap ini guru mulai

masuk pada materi K.D 13.2 Merefleksi Puisi. Guru memberi penjelasan tentang merefleksi puisi dan

langkah-langkah merefleksi puisi serta memberi contoh cara merefleksi puisi. Pada pembelajaran ini

guru menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji).

Gambar 1 Siswa sedang menggunakan Media Gurita Imajinasi (Gurmaji)

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

829

Media ini dimaksudkan untuk mempermudah dan mendorong siswa mengartikan kata-kata

simbolis yang ditemukan dalam puisi karena media ini dibuat dalam bentuk gurita dengan kaki-

kakinya yang memanjang serta kertas warna-warni yang akan ditempelkan pada kaki-kaki gurita.Hal

ini membuat siswa merasa senang. Guru menerangkan cara menggunakan media Gurita Imajinasi

(Gurmaji).

Pada tahap berikutnya guru membaca puisi yang berjudul “Perahu” karya Yayang Mujiyatun.

Setelah mendengar pembacaan puisi, siswa mendiskusikan kata-kata simbolis yang terdapat dalam

puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji). Dengan media ini siswa

menempelkan puisi pada kepala gurita. Setelah itu siswa mendiskusikan kata-kata simbolis yang

terdapat dalam puisi dan menempelkan pada pangkal kaki gurita. Pada kegiatan ini guru juga

membimbing siswa selama proses diskusi. Selanjutnya setiap siswa berkewajiban mencari kata-kata

yang berhubungan dengan kata simbolis yang sudah ditentukan berdasarkan imajinasi masing-masing

siswa dan menempelkannya pada kaki-kaki gurita.

Dalam kegiatan ini siswa nampak antusias dan senang mengikuti proses pembelajaran dengan

menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji). Hal itu nampak pada siswa yang dengan segera

menulis apa yang diimajinasikan tentang kata simbol dan berusaha segera menulis pada kertas warna

–warni yang sudah tersedia serta menempelkan pada kaki-kaki gurita.Warna-warni kertas yang

digunakan dalam media ini ternyata menarik siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi. Setelah itu

siswa mendiskusikan dan menentukan arti kata simbolis yang tepat.

Gambar 2 Siswa sedang berdiskusi dan guru membimbing

Langkah berikutnya siswa membuat parafrase puisi yang dilanjutkan dengan merefleksi puisi

dalam bentuk prosa. Kemudian siswa menuliskan hasil diskusi pada kertas plano yang tersedia dan

menyertakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji) yang berisi proses siswa menemukan arti kata

simbolis. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, maka masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil dikusinya di depan teman-temannya. Saat menampilkan hasil diskusi

nampak siswa merasa puas dan bangga karena sudah mampu menghasikan imajinasi tentang kata

simbolis bahkan dapat dilihat oleh semua siswa.

Gambar 3 Siswa sedang presentasi hasil diskusi

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

830

Hasil pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 menunjukkan bahwa belum seluruh siswa

paham penjelasan guru tentang kata simbolis. Sekitar 67% siswa masih memahami kata simbolis

sebagai „semua kata yang bukan makna sebenarnya‟ atau kata konotasi. Hal ini dikarenakan siswa

belum memahami konsep kata simbolis dan konotasi. Dan belum mampu membedakan antara kata

simbolis dengan kata konotasi akibatnya dari 6 kata simbolis yang terdapat dalam puisi yang

ditemukan berkembang menjadi lebih dari 6. Akibatnya hasil merefleksi puisi yang dilakukan siswa

yang berupa prosa masih banyak yang belum sesuai dengan isi puisi yang sebenarnya.Hal ini nampak

pada hasil evaluasi sesuai data.pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Uji Kemampuan Merefleksi Isi Puisi pada siklus 1

Interval Frekuensi Prosentase

40-54 11 37%

55-64 2 7%

65-74 7 23%

75-84 8 26%

85-99 2 7%

Jumlah 30 100%

Standart ketuntasan K.D merefleksi puisi 75.Data pada tabel di atas menunjukan bahwa siswa

yang mendapat nilai di bawah 75 ada 20 siswa. Hal itu menunjukan bahwa pada siklus I kemampuan

siswa dalam merefleksi puisi 70% masih di bawah standar KKM yang ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merefleksi

puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) masih memiliki kekurangan. Dari fakta

yang ada kekurangan bukan pada media yang dipakai, Beberapa kelemahan yang meng-akibatkan

ketidaktuntasan siswa pada pembelajaran pada siklus I antara lain yaitu: (1) penyampaian konsep

makna kata simbolis dan konotasi masih kurang, (2) Kemampuan siswa mengasosiasikan makna kata-

kata konotasi/kiasan dan simbolis masih kurang, (3) Kemampuan siswa untuk menentukan isi puisi

masih kurang, (4) Kemampuan siswa merefleksi puisi dalam bentuk prosa masih kurang.

Kondisi di atas menyebabkan kegiatan merefleksi puisi tidak berjalan maksimal. Banyak

siswa yang tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan mereka bingung apa yang akan

ditulis.Yang pandai lebih dominan mengerjakan itupun dengan pemahaman yang kurang.Sedangkan

yang tidak bisa, mereka pasif dan hanya menunggu pertolongan temannya

Berdasarkan kondisi pada siklus I maka perlu dilakukan pemecahan masalah untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam mereflekasi puisi yaitu dengan melakukan kegiatan siklus II.

Pembelajaran Siklus II

Dalam siklus II ada tiga kegiatan yang dilakukan guru, yakni (1) perencanaan pembelajaran, (2)

pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran.

Perencanaan Pembelajaran

Dalam siklus II ini pada dasarnya perencanaan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan siklus I dalam

mempersiapkan pembelajaran K.D 13.2 Merefleksi Puisi. Pertama, menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Langkah penting dalam menyusun RPP meliputi (a) menentukan SK dan KD

dari kurikulum, (b) menjabarkan KD menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan

materi pokok, (d) menggunakan metode dan model pembelajaran tetap pada siklus I (e)

mengembangkan media belajar. Adapun langkah-langkah merancang dan mengembangkan media

pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi kompetensi utama yang dituntut

dalam kompetensi dasar yang akan diajarkan. Kedua, mengidentifikasi indikator dari kompetensi

dasar tersebut secara rinci dan menatanya dalam urutan yang sistematis. Ketiga, membuat lagi media

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

831

pembelajaran yang sesuai bahan, bentuk, langkah pembuatan dan cara pemakai-annya seperti pada

siklusI..

Pelaksanaan Pembelajaran

Langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji)

dilakukan melalui tahapan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal

pembelajaran guru mengajak doa bersama yang dipimpin oleh guru, mengecek kehadiran siswa, dan

persiapan siswa mengikuti pelajaran yang akan dilaksanakan. Selanjutnya, dikemukakan dialog guru-

siswa pada tahap apersepsi seperti kutipan (1) berikut.

Kutipan (2)

Guru : Pada pertemuan terdahulu kalian sudah belajar bagaimana merefleksi puisi

dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) baik secara kelompok

maupun individu. Secara individu hasil yang diperoleh menunjukan bahwa

masih banyak dari kalian yang belum bisa merefleksi puisi ke bentuk prosa dan

dalam kehidupan nyata. Menurut kailan, bagian mana yang sulit?

Siswa : Apa beda kata simbolis dengan kata-kata biasa? Bagaimana

membedakan?

Dari kutipan dialog di atas diketahui bahwa pada siklus I beberapa siswa masih mengalami kesulitan

dalam membedakan kata yang bersifat simbolis dengan kata yang bermakna sebenarnya. Untuk itu

pada siklus II ini guru mengulangi pemahaman siswa tentang kata simbolis dengan memberikan

contoh simbol-simbol yang sering digunakan penyair dalam mengungkapkan perasaannya dalam

puisi. Simbol –simbol itu dapat berupa benda, warna, susana, dan suara Berdasarkan penjelasan

tersebut, kemudian guru membagi dalam kelompok kecil. Perkelompok terdiri dari 4 siswa. Kemudian

guru mengarahkan siswa bagaimana mengeksplor imajinasi siswa dala m memahami kata simbol

yang terdapat dalam puisi.

Gambar 4 Guru sedang menerangkan kembali tentang kata simbolis

Pada tahap kegiatan inti guru memberi waktu selama 60 menit. Pada tahap ini guru mulai

masuk pada kegiatan K.D 13.2 Merefleksi Puisi. Guru kembali mengigatkan langkah-langkah

merefleksi puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) seperti pada siklus I. Hanya

pada siklus II ini langkah –langkah pembelajaran lebih pendek . Hal itu disebabkan guru memberi

batasan jumlah kata simbolis dan konotasi yang harus ditemukan dan siswa dapat dengan cepat

menulis kata-kata simbolis dan kata konotasi yang ditemukan karena jumlah anggota kelompok yang

relatif sedikit dibanding pada kelompok siklus I.Selanjutnya guru membagikan Lembar Kerja Siswa

tentang merefleksi puisi. Guru membacakan puisi yang berjudul “Menyesal” karya Ali Hasjmi. Pada

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

832

kegiatan ini guru menugasi siswa menemukan beberapa kata simbolis dan konotasi yang terdapat

dalam puisi , Siswa menemukan arti kata-kata simbolis dan konotasi dalam puisi dengan

menggunakan media Gurita Imajinasi,(Gurmaji). Setelah siswa menemukan kata simbolis dan

konotasi serta mengartikannya, siswa merefleksi puisi menjadi bentuk prosa.Selanjutnya siswa dapat

merefleksi puisi dalam kehidupan nyata.

Gambar 5 Siswa mengeksplor imajinasinya untuk mereflek puisi

Setelah siswa menemukan kata simbolis dan konotasi siswa menempelkan kertas warna yang

tersedia pada pangkal kaki gurita. Langkah berikutnya siswa menulis arti kata- simbolis yang

ditemukan pada setiap batang kaki guritas. Dari media yang sudah digunakan untuk mengeksplor

imajinasi siswa, siswa sudah mendapat gambaran apa isi puisi. Setelah itu siswa merefleksi puisi

menjadi bentuk prosa dan menulisnya pada lembaran kertas yang sudah disediakan, sebagai tugas

pertama.Selanjutnya siswa merefleksi puisi dalam kehidupan nyata sebagai tugas kedua.

Dari kegiatan siklus II yang sudah dilaksanakan nampak ada perubahan sikap dari siswa

dalam merespon tugas. Siswa lebih aktif untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Jumlah siswa

yang pasif pada siklus I sangat berkurang. Hal ini disebabkan jumlah kelompok yang kecil memberi

peluang yang banyak pada siswa untuk berperan aktif.

Dari hasil evaluasi dalam bentuk lembar kerja siswa, nilai yang didapat siswa pada siklus I

mengalami peningkatan. Hal itu nampak pada hasil evaluasi yang terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Hasil Uji Kemampuan Merefleksi Isi Puisi pada siklus II

Interval Frekuensi Prosentase

40-54 0 0%

55-64 3 10%

65-74 3 10%

75-84 18 60%

85-99 6 20%

Jumlah 30 100%

Dari tabel data di atas menunjukan bahwa siswa yang mampu merefleksi puisi dengan nilai di

atas KKM ada 24 siswa. Sementara yang mendapatkan nilai di bawah KKM ada 6 siswa.Kondisi ini

menunjukan ada perubahan nilai yang signifikan pada siklus II dibanding siklus I.

Pada siklus II ini sudah terjadi perubahan nilai yang cukup signifikan. Namun, target yang

diharapkan seluruh siswa mendapatkan nilai minimal KKM belum tercapai. Dari 30 siswa masih

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

833

terdapat 6 siswa yang belum mencapai nilai minimal 75. Itu berarti 26 siswa sudah mampu mencapai

nilai ketuntasan minimal.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merefleksi

puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) masih memiliki kelemahan. Kelemahan

itu mengakibatkan 6 siswa pada pembelajaran pada siklus II tidak bisa mencapai nilai KKM . Hal ini

disebabkan kemampuan siswa mengasosiasikan makna kata-kata konotasi/kiasan dan simbolis masih

kurang. Alternatif pemecahan masalah bagi 6 siswa yang belum tuntas KKM melalui remidi.

PENUTUP

Dalam pembelajaran merefleksi puisi, siswa harus mengetahui isi puisi.Agar dapat

mengaetahui isi puisi maka harus mengerti kata-kata simbolis atau konotasi yang terdapat dalam

puisi. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran merefleksi

puisi.Untuk itu perlu media yang mampu merangsang siswa untuk termotivasi menemukan makna

kata simbolis atau konotasi yang terdapat dalam puisi. Media Gurita imajinasi merupakan media yang

dapat menolong siswa dalam menemukan arti kata-kata simbol dalam puisi dan terbukti mampu

meningkatkan kemampuan siswa dalam merefleksi puisi.

Daftar Pustaka

Dasih. 2014.Peningkatan Kemampuan Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan

Komunikatif serta Penerapan CTL pada Siswa Kelas Enam Semester 1 SD Negeri

Mojorembun Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang tahun Pelajaran 2013/2014.Rembang

Putra, Weda.2013. Pengertian Media Menurut Pakar dan Ahli (online) (delomangkalan.

blogspot.co.id, diakses tanggal 28 Februari 2016)

Susilana,Rudi dan Cepi Riyana.2008.Media Pembelajaran.Bandung : CV Wacana Prima

Surani. 2008. Peningkatan Kemampuan Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan

Komunikatif serta Penerapan CTL pada Siswa Kelas VIIE Semester Gasal SMP Negeri 2

Magelang Tahun Pelajaran 2007/2008.Magelang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

834

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS

TEKS EKSPLANASI DENGAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA ALAM

DI KELAS VII-J SMP NEGERI 01 BATU

Lukitaningtyas

SMP Negeri 01 Batu

[email protected]

Abstrak: Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran berbasis

teks, salah satu teks yang diajarkan adalah teks eksplanasi di kelas VII. Pada aplikasinya,

pembelajaran tersebut tidak seluruhnya berjalan dengan baik. Seperti yang terjadi di kelas

VII J SMP Negeri 1 Batu yang mengalami hambatan atau masalah dalam pembelajaran

menyusun teks eksplanasi, yang dibuktikan dengan hasil siswa dalam kegiatan menyusun

teks yang kurang dari standar nilai yang ditetapkan.Hal ini diketahui berdasarkan observasi

hasil karya menulis teks eksplanasi siswa yang memperoleh KKM berjumlah 37%.

Permasalahan tersebut disebabkan oleh media yang digunakan guru kurang sesuai dengan

materi pembelajaran, sehingga membuat siswa merasa jenuh di dalam kelas. Karena itu

dalam penelitian ini digunakan media gambar peristiwa alam yang sesuai dengan

pembelajaran menyusun teks eksplanasi. Hasil penelitian siklus 1, siswa yang memperoleh

nilai di atas KKM 67% dan pada siklus 2 menjadi 90%. Hal ini menunjukan terjadi

peningkatan sebesar 23%. Artinya hasil yang dicapai tersebut telah memenuhi target yang

ditetapkan penulis yaitu 80%.

Kata kunci: menyusun, teks eksplanasi, media gambar

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah melatih cara berpikir secara sistematis, logis,

kritis, kreatif dan konsisten. Sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lagi mengutamakan pada

penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan

kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui

latihan-latihan atau tugas bahasa Indonesia dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide

kepada orang lain, (Hartanto, 2011).

Dalam Kurikulum 2013 pembelajaran Bahasa Indonesia disajikan dalam bentuk teks baik lisan

maupun tulisan yang di dalamnya ada tiga kompetensi yang menekankan pentingnya keseimbangan

kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan, kemampuan berbahasa yang dituntut tersebut

dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan:dimulai dengan meningkatkan kompetensi pengetahuan

tentang jenis kaidah dan konteks suatu teks, dilanjutkan kompetensi ketrampilan menyajikan suatu

teks tulis dan lisan baik terencana maupun spontan, dan bermuara pada pembentukan sikap

kesantunan berbahasa dan penghargaan terhadap Bahasa Idonesia sebagai warisan budaya bangsa

Zabadi, dkk. (Bahasa Indonesia Wahana pengetahuan SMP Kelas VII, 2013). Guru mau tidak mau

harus mengajarkan macam-macam teks tersebut kepada peserta didik melalui proses pembelajaran

dikelas sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.

Untuk mencapai kompetensi tersebut dalam proses belajar mengajar guru sering menghadapi

beberapa kendala atau masalah-masalah ketika guru melaksanakan tugas. Kendala atau masalah yang

dihadapi terutama berhubungan dengan penilaian proses dan hasil belajar yang tidak sesuai dengan

yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena media yang digunakan dalam pembelajaran kurang tepat

atau tidak bervariasi sehingga memicu peneliti untuk mengadakan penelitan guna mencari treatment

yang tepat untuk menangani kasus atau permasalahan tersebut.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

835

Berhubungan dengan kendala atau masalah yang sering dihadapi guru di atas, peserta didik juga

mengalami permasalahan dalam hubungannya dengan penilaian proses dan hasil belajar. Berdasarkan

pembelajaran berbasis teks yang disajikan, peserta didik rata-rata mengalami kesulitan dalam

ketrampilan menulis teks.

Menyusun teks eksplanasi adalah salah satu kegiatan pembelajaran yang kurang diminati siswa

di SMP Negeri 01 Batu. Hal tersebut disebabkan siswa sering mengalami kesulitan dalam menen-

tukan struktur dan kalimat yang benar serta penggunaan kaidah kebahasaan dalam teks eksplanasi.

Apalagi media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang memperhatikan karakteristik dan

kesesuaian dengan materi yang diajarkan. Padahal penggunaan media pembelajaran sangatlah penting

karena hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diajarkan.

Pembelajaran yang demikian akan membuat minat dan kemampuan siswa dalam menyusun teks

eksplanasi kurang maksimal. Akhirnya berdampak pada nilai siswa berada di bawah KKM yang

ditetapkan di SMP Negeri 01 Batu. KKM yang ditetapkan yaitu 78, sedangkan ketuntasan belajar

siswa dalam menyusun teks eksplanasi sebesar 37%.

Berdasarkan permasalahan di atas diketahui bahwa peserta didik merasa menulis merupakan

suatu keterampilan yang sulit untuk dikuasai. Hal itu dikarenakan menulis membutuhkan perhatian

khusus terutama dari segi struktur teks, pengorganisasian paragraf, struktur kalimat, tata bahasa,

penggunaan ejaan dan tanda baca. Hal itu sesuai dengan pernyataan Richards dan Renandya

(2002:303) yang mengatakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa menulis merupakan ketrampilan yang

sangat sulit untuk dikuasai oleh siswa. Dalam hal ini penulis harus memperhatikan kemampuan atau

ketrampilan tingkat lebih tinggi seperti perencanaan dan pengorganisasian teks dan juga ketrampilan

tingkat rendah seperti ejaan, tanda baca, dan pilihan kata.

Selanjutnya peneliti mengangkat menulis sebagai permasalahan yang mendesak dan penting

untuk segara dicarikan pemecahannya disebabakan menulis merupakan suatu ketrampilan yang

mutlak diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi

dasar dalam kurikulum 2013.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi peserta didik SMP Negeri 1 Batu terutama kelas VII-

J, ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya masalah tersebut. Berdasarkan analisis kajian

teori dan empirik di lapangan faktor-faktor tersebut berhubungan dengan: (1) media pembelajaran

yang monoton; (2) kurangnya latihan menulis dengan menggunakan tanda baca dan organisasi

kalimat yang benar.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah dalam penelitian ini digunakan media gambar.

Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum yang dapat

digunakan dalam berbagai mata pelajaran, termasuk di dalamnya termasuk mata pelajaran bahasa

Indonesia. Menurut Arif. (2003:21), media gambar berfungsi untuk menyanpaikan pesan dari guru

kepada siswa. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang

terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah dapat terlihat dengan

jelas.

Menurut Purwanto dan Alim (1997:63), kelebihan media gambar adalah (1) sifatnya konkret,

gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media ferbal semata, (2).

gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, (3) media gambar dapat mengatasi keterbatasan

pengamatan, (4) dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, (5) murah harganya, mudah

didapatkan dan digunakan. Kelemahan media gambar menurut Purwanto dan Alim (1997:63) adalah

(1) gambar menekankan persepsi indra mata, (2) gambar berada yang terlalu kompleks kurang efektif

untuk kegiatan pembelajaran, (3) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Media gambar digunakan karena media gambar ini mampu meningkatkan aktivitas belajar

siswa, baik secara kognitif maupun fisik. Selain itu, media gambar menjadikan siswa lebih mudah

dalam memahami materi yang dipelajari dan efektif sebagai sarana melatih keberanian dan melatih

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

836

kedisiplinan. Penggunaan media gambar dalam kegiatan menyusun teks eksplanasi sangat sesuai

mengingat menyusun adalah kegiatan menyesuaikan atau menempatkan kalimat berdasarkan struktur

teks, sedangkan penggunaan media gambar adalah mengamati gambar untuk dijadikan teks

eksplanasi.

Materi teks eksplanasi pernah diteliti sebelumnya oleh Janatun Naim (2014) dengan judul

“Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tumijajar Tahun Pelajaran

2013/2014. Penelitian tersebut difokuskan untuk mencari perencanaan, penilaian, dan pelaksanaan

pembelajaran teks eksplanasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tumijajar. Oleh karena itu, hasil dari

penelitian ini diketahui jika guru sebelum pelajaran membuat RPP dan ketika melaksanakan

pembelajaran terhadap tiga tahap diantaranya pendahuluan, inti, dan penutup, serta penilaian yang

dilakukan guru mencakup penilaian kompetensi sikap dengan teknik obsevasi, penilaian kompetensi

pengetahuan dengan teknik tes tulis dan tes lisan, dan penilaian kompetensi keterampilan dengan tes

praktik.

Media gambar ini juga pernah dipakai dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal

(2002) dengan judul Strategi Pembelajaran Matematika yang Efektif dan Menyenangkan dengan

Menggunakan Media gambar. Penelitian itu di dalamnya membahas tentang penggunaan media

gambar dalam pembelajaran matematika yang dapat melahirkan kesan positif dan rasa menyenangkan

anak dalam belajar, tanpa merasa adanya beban.

Kedua penelitian tersebut adalah penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Keterkaitannya

adalah jika dalam penelitian pertama memiliki kesaman dalam materi yang digunakan, yakni teks

eksplanasi, sedangkan penelitian yang kedua adalah sama-sama menggunakan media gambar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua

siklus, yang setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Setiap siklus terdiri atas 1 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-J tahun ajaran

2015/2016 pada mata pelajaran bahasa Indonesia, yang terdiri atas 1 orang guru, 13 orang siswa laki-

laki dan 18 orang siswa perempuan. Waktu penelitian dimulai pada Maret s.d. April 2016.

Data pelaksanaan pembelajaran dikumpulkan dengan metode observasi yang dilakukan oleh

para guru sejawat. Dalam melakukan observasi guru menggunakan pedoman observasi yang sudah

disiapkan. Data kemampuan menulis teks eksplanasi dijaring melalui tes menulis dengan rangsang

gambar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus guna meningkatkan kemampuan siswa kelas VII

dalam menulis teks eksplanasi melalui penggunaan media gambar. Masing-masing siklus dilakukan

dalam satu kali pertemuan. Gambaran proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini

sebagaimana disajikan di bawah ini.

Perencanaan

Perencanaaan adalah persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan

Kelas. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi menyusun RPP, menyiapkan media

pembelajaran, menyiapkan instrumen, menyuapkan reward, dan menyiapkan alat penunjang.

Dalam menyusun RPP, langkah-langkah pembelajarannya disesuaikan dengan langkah-langkah

penerapan penyusunan teks ekplanasi dengan menggunakan media gambar. Dalam menyusun RPP,

dilakukan diskusi dengan guru matapelajaran mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan

diterapkan di kelas. Hal ini bertujuan agar langkah-langkah yang direncanakan berjalan dengan

maksimal sesuai dengan karakteristik belajar siswa yang dipahami oleh guru yang bersangkutan.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

837

Menyiapkan media pembelajaran, media yang digunakan pada siklus I yaitu video interaktif, gambar,

dan teks peristiwa alam. Menyiapkan instrumen penelitian, yaitu berupa instrumen pengamatan

aktivitas belajar siswa serta angket yang akan dibagikan pada siswa di akhir kegiatan pembelajaran.

Menyiapkan reward bagi siswa, yaitu berupa hadiah kecil untuk menambah motivasi belajar

siswa.Alat penunjang pembelajaran lainnya yang mendukung.

Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penggunaan media gambar untuk menyusun

teks eksplanasi dengan struktur yang benar disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran pada

Kurikulum 2013 yakni (1) mengamati, (2) menanya, (3) menalar atau mengeksplorasi, (4)

mengasosiasi, dan (5) mengomunikasikan.

Kegiatan perbaikan dimulai dengan kegiatan mengamati. Guru memberikan contoh teks

eksplanasi dan beberapa gambar fenomena alam, kemudian tiap siswa memilih salah satu gambar

untuk diamati. Salah satu contoh gambar adalah fenomena alam yang terkait dengan banjir di Jakarta.

Harapannya siswa bisa menyusun teks eksplanasi berdasarkan fenomena yang disajikan dengan

struktur yang benar. Berikut disajikan Gambar (1) tentang peristiwa alam.

Gambar 1: Peristiwa Alam

Proses pengamatan gambar diikuti dengan tanya jawab dengan siswa sebagai berikut.

Guru : “Menurut kalian gambar apa ini.”

Siswa : “Gambar banjir Bu...!”

Guru : “Ada pendapat lain tentang gambar ini?”

Siswa : “Ada bu, itu gambar kemacetan di jalan raya.

Guru : “Ya, semua jawaban bagus, coba diamati lagi gambar apa itu.”

Siswa : “Banjir Bu!”

Dari tanya jawab tadi menunjukkan antusiasme siswa mengikuti pembelajaran tentang teks eksplanasi

dengan memakai media gambar

Menanya

Setelah siswa berhasil mengamati gambar dan memaknai gambar, guru meminta siswa untuk

mengembangkan pertanyaan dari fenomena alam tersebut.

Guru : “Apa banjir itu?”

Siswa : “Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan

merendam daratan.”

Guru : “Ada yang mempunyai jawaban lain?”

Siswa : “Peredaman sementara oleh air pada daratan.”

Guru : “Ya, dari pengertian banjir itu kalian bisa menyusun satu paragraf struktur teks

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

838

pernyataan umum seperti contoh teks. Coba sekarang sebutkan ciri struktur

penyataan umum.”

Siswa “Berisi pendapat secara umum, bahasanya ringkas, menarik.”

Guru : Pernyataan umum itu berisi satu statemen umum tentang suatu topik, yang akan

dijelaskan proses keberadaannya, proses terjadinya, proses terbentuknya, dsb. Nah,

sekarang kalian tulis satu paragaraf pernyataan umum.

Dari dialog di atas terlihat siswa dapat memahami ciri pernyataan umum untuk menulis

pernyataan umum teks eksplanasi berdasarkan contoh gambar yang telah dibagikan.

Menalar/mengeksplorasi

Setelah siswa dapat menulis pertanyaan umum berdasarkan gambar yang sudah dibagikan,

siswa bertanya tentang stuktur selanjutnya yaitu deret penjelas dari teks eksplanasi.

Dalam proses ini ada salah satu siswa yang bertanya tentang isi deret penjelas.

Guru : Apa isi deret penjelas itu bu?

Siswa : Deret penjelas itu berisi proses terjadinya fenomena alam. Dalam deret penjelas proses

terjadinya fenomena alam harus ditulis berurutan.

Dari dialog di atas ternyata masih ada siswa yang kurang memahami struktur deret penjelas teks

eksplanasi. Guru memberi bimbingan secara individu kepada siswa yang kurang memahami dengan

memberi contoh teks eksplanasi. Setelah menulis deret penjelas dilanjutkan menulis kesimpulan.

Dalam menulis kesimpulan tidak ada siswa yang bertanya dan guru menganggap mereka sudah

mampu menulis struktur kesimpulan dari teks eksplanasi

Gambar 2 : Guru memberikan bimbingan pada siswa

Mengasosiasi

Langkah selanjutnya siswa menggabungkan unsur-unsur teks yang ditulis menjadi teks

eksplanasi secara padu dan sesuai karakteristik teks. Dalam proses ini siswa kesulitan mengga-

bungkan unsur-unsur teks menjadi teks ekplanasi yang padu. Hal ini dapat dilihat dari hasil mengga-

bungkan struktur teks eksplanasi secara utuh, kemudian siswa membandingkan teks eksplanasi yang

telah disusun dengan teks eksplanasi yang disusun teman. Dalam membandingkan teks eksplanasi

siswa menemukan berbedaan dalam penulisa ejaan khususnya penggunaan huruf kapital. Guru

memberikan masukan dan membimbing siswa untuk memperbaiki penulisan huruf kapital tersebut.

Mengomunikasikan

Pada tahap ini siswa mempresentasikan hasil menyusun teks eksplanasi dengan bahasa yang

lugas. Siswa lain memberikan tanggapan tentang isi teks yang bertema sama, dengan struktur teks

yang sama tetapi menghasilkan gaya tulisan yang berbeda.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

839

Pengamatan

Selama proses pembelajaran juga dilakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa yang

bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh guru. Mulai dari

pemilihan gambar peristiwa alam, masih ada beberapa siswa yang belum mengerti alasannya memilih

gambar peristiwa alam tersebut. Kemudian, dari gambar tersebut siswa dengan antusias menuliskan

pernyataan umum tentang gambar peristiwa alam. Hal ini terlihat pada saat mereka bertanya pada

temannya atau pada guru pembimbingnya. Tahap selanjutya, siswa menuliskan deret penjelas dan

kesimpulan yang diakhiri dengan menuliskan teks eksplanasi secara utuh dengan menggabungkan

semua struktur teks. Di sini masih banyak siswa yang kesulitan memadukan antar paragraf menjadi

teks eksplanasi yang utuh. Namun, siswa terus bertanya kepada guru sampai mereka mengerti.

Berdasarka pemaparan tersebut, dapat diketahui siswa memiliki antusiasme dan semangat belajar

tinggi dalam mengikuti setiap langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan memungkinkan pada siklus II akan menunjukkan

pengamatan aktivitas siswa yang lebih meningkat. Peristiwa ini tentu dimanfaatkan oleh guru dengan

meksimal agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan, terutama dalam

peningkatan hasil menyusun teks eksplanasi.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui madia gambar belum maksimal dalam

meningkatkan kemampuan menyusun taks eksplanasi. Karena hasil nilai siswa dalam menyusun taks

eksplanasi dengan menggunakan media gambar peristiwa alam belum mencapai 80%. Peneliti

memutuskan untuk melaksanakan siklus II dengan target mencapai ketuntasan minimal 80%. Target

tersebut dapat dicapai jika media gambar peristiwa alam sesuai dengan keinginan masing-masing

siswa.

Siklus II

Siklus II adalah perbaikan dari siklus I. Karena itu, segala kekurangan yang tedapat pada

siklus I diperbaiki dalam siklus II, termasuk memperbaiki langkah-langkah pembelajarannya. Secara

garis besar langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan dalam siklus II hampir sama dalam siklus

I, hanya saja terdapat perbedaan pada media gambar yang digunakan siswa untuk menyusun sebuah

teks eksplanasi.

Perencanaan

Sebelum tahap perencanaan dilakukan berbagai persiapan. Berdasarkan kekurangan atau

kelemahan yang terdapat pada siklus I, perencaan pada siklus II difokuskan untuk memperbaikinya.

Di dalam siklus II ini persiapan peneliti tidak jauh berbeda dari penelitian siklus I. Hanya saja

di dalam siklus II peneliti membagikan gambar peristiwa alam dan masing-masing siswa memilih

gambar yang paling disukai. Gambaran proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini

sebagaimana disajikan di bawah ini.

Pelaksanaan

Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun, langkah pembelajaran pada

siklus II lebih difokuskan dalam kegiatan menyusun teks eksplanasi dengan media gambar peristiwa

alam yang lebih beragam daripada siklus I. Langkah kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal,

inti, dan akhir. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 maret 2016 dengan alokasi waktu 120 menit (3

jam pelajaran). Pada kegiatan awal terdapat kegiatan apersepsi dan motivasi. Dalam apersepsi

kegiatan yang dilakukan adalah menyampaikan tujuan pembelajaran, menyepakati langkah-langkah

pembelajaran yang akan dilaksanakan, dan tanya jawab mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap

teks eksplanasi setelah diajarkan pada siklus I sedangkan dalam kegiatan motivasi, siswa diberikan

motivasi oleh guru agar mengikuti pembelajaran menyusun teks eksplanasi pada siklus II lebih aktif,

semangat, dan penuh motivasi sehingga akan berdampak pada keberhasilan yang akan dicapai.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

840

Kegiatan berikutnya adalah kegiatan inti, diantaranya adalah mengamati, menanya, menalar,

mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Dalam kegiatan mengamati siswa diminta untuk membaca

teks eksplanasi yang bertema peristiwa alam. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai teks eksplanasi. Berikutnya, dalam kegiatan menanya,

siswa mempertanyakan hal-hal yang masih belum dipahami utamanya yang berkaitan dengan struktur

teks dan kaidah kebahasaan dalam teks eksplanasi. Kegiatan menanya ini difokuskan pada kesulitan

belajar siswa pada siklus I agar tidak terulang dalam siklus II.

Langkah pembelajaran berikutnya adalah menalar, siswa menagmbil satu buah gambar yang

paling disukai tentang pristiwa alam. Setelah itu, siswa menentukan judul dari objek yang telah

mereka pilih, menuliskan pernyataan umum, menuliskan deret penjelas, menuliskan simpulan dan

yang terakhir menulis teks eksplanasi dengan menggabungkan semua struktur teks. Pada tahap ini

guru juga membimbing dengan intensif pada siswa-siswa yang mengalami kesulitan baik dalam

menuliskan pernyataan umum, menuliskan deret penjelas, menuliskan simpulan maupun ketika

menggabungkan semua struktur menjadi teks eksplanasi. Langkah pembelajaran pada kegiatan inti

adalah mengkomunikasikan, jadi siswa mempresentasikan hasil menyusun teks eksplanasi dengan

bahasa yang lugas dan percaya diri. Kemudian, siswa memberi dan menerima masukan terhadap

tulisan yang telah dibuat untuk perbaikan.

Kegiatan pembelajaran yang terakhir yaitu penutup. Siswa bersama guru membuat kesimpulan

tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan atau melakukan refleksi.

Pengamatan

Ketika kegiatan pembelajaran berlangsun, dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan

terhadap pembelajaran menyusun teks eksplanasi, guru mengamati segala aktifitas yang dijalankan

oleh siswa. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan dengan

menggunakan media gambar dalam pembelajaran di kelas. Secara garis besar, hasil pengamatan pada

siklus II ini menunjukan bahwa siswa atau suasana pembelajaran dalam kelas ketika penggunaan

media gambar peristiwa alam diterapkan, lebih kondusif dan siswa menjadi antusias dalam mengikuti

setiap langkah langkah pembelajaran. Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dalam

siklus II menunjukkan perbaikan 5 aspek yang diamati dari perolehan yang didapat pada siklus I.

Dari 30 siswa di siklus I yang tuntas sebanyak 67% dan di siklus II sebanyak 90%. Perolehan ini

menunjukkan bahwa media gambar peristiwa alam yang digunakan dapat diterima baik oleh siswa

sehingga mampu membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan menyusun teks eksplanasi.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan tes, dapat diketahui nilai yang diperoleh siswa pada siklus II

setelah diterapkan pengguanaan madia gambar peristiwa alam mengalami peningkatan yang

signifikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media gambar peristiwa alam mampu

meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun teks eksplanasi. Ini terbukti dengan ketuntasan

hasil belajar siswa yang mencapai 90% atau lebih dari 80% dengan nilai rata-rata 87. Berikutnya tidak

perlu dilakukan siklus III karena hasil yang diperoleh telah melebihi target yang ditentukan.

Gambar 3 : Siswa berdiskusi dengan teman Gambar 4 : Guru memberikan bimbingan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

841

Gambar 5 : Siswa memberi dan menerima Gambar 6 : Siswa mempresentasikan hasilnya

masukan untuk perbaikan

Gambar 7: Siswa memajang karyanya Gambar 8 : Karya siswa

Gambar 9 : Karya siswa

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dalam

pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII J di SMP Negeri 01 Batu, dapat menarik minat dan

motivasi siswa dalam belajar, dapat membuat siswa aktif dalam belajar, siswa dapat menuangkan ide

dengan mudah, dan pelajaran menulis teks eksplanasi lebih menyenangkan. Ini bisa dilihat dari hasil

tes siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 67% sedangkan pada siklus II yang tuntas sebanyak 90%.

DAFTAR RUJUKAN

Hartanto. 2011. Learning Community( Comunitas Belajar). Template simple:learning community.

html.

Iqbal, Muhammad. 2002. Strategi Pembelajaran Matematika yang Effektif dan Menyenangkan dengan

Menggunakan Media Media Gambar. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Tahun VIII,

Edisi Khusus, Juli 2002

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

842

Kemendikbud. (2013). Buku Guru Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Politeknik

Negeri Media Kreatif.

Naim, Janatun (2014). Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Tumijajar Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi tidak diterbitkan. Lampung: FKIP. Unila.

Richard, J.C. & Renandya, Willy A. 2002. Methodology in Language Teaching. An Anthology of

Current Practice. New York : Cambride University Press.

Zabadi, dkk.(2013). Bahasa Indonesia Wahana pengetahuan SMP Kelas VII. Jakarta: Politeknik

Negeri Media Kreatif.

.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

843

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERPEN

MELALUI KARTU BERGAMBAR KELAS VIIC SEMESTER GENAP

SMP KATOLIK WIDYATAMA BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Marhaeni Widi Sesanti

SMP Katolik Widyatama Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran menulis teks cerita

pendek dengan media bergambar/gambar berseri dalam pembelajaran teks cerpen.

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya aktivitas belajar dan keterampilan menulis teks

yang dialami siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan

untukmeningkatkan keterampilan menulis melalui penerapan media gambar berseri.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, model Kemmis

&Taggart. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan media gambar berseri pada

pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa pada

pembelajaran teks cerpen.

Kata kunci: media gambar berseri, teks cerpen.

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi dunia pendidikan.

Menurut Rosidi, menulis membantu siswa berlatih berpikir, mengungkapkan gagasan, dan meme-

cahkan masalah (2009:3). Sementara itu, Leonhardt mengatakan bahwa anak-anak yang gemar

menulis menjadi murid yang mudah unggul dalam semua mata pelajaran (2005:16). Menulis dapat

menjadi sarana latihan bagi siswa dalam rangka pengembangan diri mereka menjadi insan yang lebih

matang dalam menghadapi permasalahan.

Bagi sebagian besar siswa menulis cerpen masih merupakan pembelajaran yang sulit dan

menakutkan. Siswa beranggapan bahwa menulis butuh keterampilan khusus atau bakat menulis.

Anggapan inilah yang menghambat proses pembelajaran menulis utamanya menulis cerpen.

Siswa kelas 7C SMP Katolik Widyatama masih menemui kesulitan dalam menulis teks cerpen.

Kesulitan tersebut muncul ketika hasil karya siswa dikoreksi. Kesalahan yang terjadi disebabkan oleh

kurangnya perbendaharaan kata yang dimiliki siswa, kurangnya penguasaan merangkai kalimat,dan

banyaknya kesalahan ejaan. Kesulitan yang dihadapi siswa antara lain,siswa tidak fokus ketika

mendapatkan tugas, tidak segera mengerjakan tetapi mondar-mandir tanpa menentu dan bertanya-

tanya kepada siswa lain, bahkan kadang mereka termenung lama sehingga menghabiskan waktu

akibatnya hasil tulisan siswa tidak maksimal hanya beberapa kalimat saja. Dari segi hasil yang

dicapai, lebih dari 50% siswa tulisannya belum mencapai nilai KKM yaitu 75 karena banyaknya

kesalahan ejakan, kurangnya perbendaharaan kata dalam merangkai kalimat sehingga kalimat yang

dihasilkan masih sangat kurang apalagi jika kalimat tersebut dirangkai menjadi sebuah paragraf.

Judul tersebut perlu diteliti untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia

utamanya menulis teks cerpen. Dalam pembelajaran ini hasil karya siswa masih banyak kekurangan

sehingga diperlukan langkah-langkah untuk perbaikan agar mencapai hasil yang diinginkan (sesuai

dengan KKM =75). Berdasarkan paparan tersebut, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas

untuk meningkatkan keterampilan dengan menggunakan gambar berseri bagi siswa kelas 7C semester

ganjil SMPK Widyatama Batu tahun pelajaran 2015-2016. Dengan pemilihan media gambar berseri

diharapkan siswa mampu mengalihkan cerita dari gambar yang dilihatnya menjadi sebuah cerita

pendek. Media gambar seri dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternatif yang tepat

untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis teks cerpen. Media berupa potongan gambar

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

844

seri beru-kuran 15 cm X 10 cm. (rancangan media) yang saling berhubungan satu dengan yang lain

merupakan satu rangkaian cerita. Gambar seri juga dapat meningkatkan minat belajar siswa,

menimmbulkan gairah belajar. Jadi peran gambar seri dalam pembelajaran menulis cerpen sangat

membantu siswa. Siswa bertugas mengamati secara langsung potongan gambar seri,

menyusun/merangkai potongan gambar seri menjadi gambar yang runtut sebagai media munyusun

teks cerpen. Media gambar dapat mempermudah menemukan kalimat dan memfokuskan ide-ide

yang akan dijelaskan. Pada kegiatan awal guru sudah memotivasi siswa dengan menggali

pengalamannya menggunakan suatu alat. Dengan pancingan pertanyaan yang diberikan guru, siswa

berebutan untuk menjelaskan penggunaan alat yang pernah digunakannya. Siswa akan merasa bangga

apabila apa yang pernah dilakukannya sekecil apapun diakui oleh gurunya. Lebih-lebih dalam

kegiatan pembelajaran terlihat siswa termotivasi saat guru memajang gambar di papan tulis

(Hendriaty, 2015:613)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam dua siklus, yang

masing-masingnya dengan mengikuti pandangan Arikunto (2006) terdiri atas empat kegiatan, yakni

(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Pemilihan rancangan PTK ini

dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran menulis teks cerpen. Sumber data dalam penelitian

ini adalah siswa kelas VIIC SMP Katolik Widyatama Batu yang berjumlah 21 siswa terdiri atas 8

siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Data dalam penelitian ini adalah (1) nilai karya siswa, (2)

catatan lapangan. Nilai karya siswa dijaring dengan menggunakan instrumen teks menulis yang

dilengkapi rubrik penilaian. Data pelaksanaan dijaring melalui pedoman observasi yang terbagi dalam

3 hal yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Adapun yang menjadi observer adalah guru mata

pelajaran bahasa Indonesia.

Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

Pertama, reduksi data. Data yang sudah terkumpul diseleksi sesuai dengan tujuan penelitian. Data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya. Kedua, penyajian data (data display) merupakan

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Ketiga, penarikan kesimpulan/ verifikasi (conclusion drawing/verification)

merupakan proses akhir dari penelitian perbaikan pembelajaran ini.

Materi menulis teks cerpen pernah diteliti sebelumnya oleh Melvin Tawantuan pada

penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Media Gambar Seri Dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Essang Kecamatan Gemeh Kabupaten Talaut”. Penelitian media

gambar juga dilakukan oleh Afriyanti pada penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Media Gambar

Untuk Jurnal Untan”

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Berikut dikemukakan potret pelaksanaan perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, serta refleksi

dari siklus I

Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus 1 terdapat lima kegiatan, yaitu (1) menyusun RPP, (2) menyusun

LKS, (3) menyusun pedoman observasi, (4) mengembangkan media, dan (5) mengembangkan alat

evaluasi.

Pertama, pada tahap menyusun RPP peneliti melakukan sejumlah kegiatan sebagai berikut: (a)

menentukan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), beserta indikator keberhasilan

pembelajaran, dan (b) merancang langkah-langkah perbaikan pembelajaran. Indikator akan dicapai

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

845

adalah (1) menentukan langkah-langkah menyususun teks cerita pendek, (2) menulis cerpen dari

media gambar, (3) menulis cerpen dari media gambar, (4) menulis pembuka cerpen (orientasi/

perkenalan tokoh dan peristiwanya), (5) menghidupkan tokoh dengan dialog, (6) mengembangkan

latar untuk menghidupkan cerita, (7) menulis penyelesaian cerita.

Kedua, pada tahap penyusunan LKS, peneliti merancang kegiatan yang dilakukan siswa dan

disesuaikan dengan indikator. Dalam LKS siswa diminta menulis teks cerpen sesuai gambar berseri.

Contoh LKS disajikan dalam lampiran.

Ketiga, mengembangkan pedoman observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan

secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian, pengamatan dan pencatatan

yang dilakukan terhadap objek di tempat atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observed berada

bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Metode observasi ini digunakkan untuk

mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakkan

media gambar berseri.

Dalam penelitian ini dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi

yang terbagi atas kognitif siswa dan sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Adapun yang

menjadi observer adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

Keempat, memilih dan menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran. Media pembelajaran yang dipilih adalah gambar seri, yakni gambar bertema

“persahabatan”. Gambar seri merupakan potongan gambar yang berhubungan satu sama yang lain dan

merupakan rangkaian cerita pendek yang berkesinambungan.

Kelima, mengembangkan alat evaluasi. Pada rubrik penilaian diuraikan sistem penilaian yang

mencakup indikator kesesuaian cerita dengan gambar, kelengkapan unsur-unsur intrisik cerpen,

keorsinilan tema, kelengkapan struktur, dan ketepatan ejaan dan tanda baca.

Pelaksanaan Pembelajaran

Gambar 1. Siswa berkelompok menulis teks cerpen

Pembelajaran dilaksanakan tanggal 17 Maret 2016 dengan materi menulis teks cerpen. Guru

mengimplemantasikan pembelajaran sesuai dengan skenario. Pada awal pembelajaran guru

memberikan salam, mengkondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk siap mengikuti

pembelajaran.

Guru : “Apakah kalian senang membaca cerpen”

Siswa : (semua siswa menjawab)” Ya”

Guru : “Pernahkah kalian menulis cerpen?”

Siswa: “Belum...”

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

846

Guru : “Hari ini kita akan belajar menulis cerpen, jika kalian pandai menulis cerpen, kalian akan

menjadi penulis terkenal dan akan mendapatkan uang dari tulisan itu. Apakah kalian tertarik

untuk belajar menulis cerpen?”

Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran, siswa mengamati gambar berseri yang

dibagikan, siswa mengidentifikasi hal-hal apa yang ditemukan dari gambar berseri, guru dan siswa

mendiskusikan hasil identifikasi, guru membimbing siswa berlatih menulis teks cerpen berdasarkan

gambar berseri dimulai dari orientasi, guru dan siswa memperhatikan cara menempatkan tokoh,

mengembangkan latar, dan menghidupkan cerita, dengan bantuan unsur intrinsik cerpen. Guru

memotivasi siswa bahwa menulis cerpen itu mudah dan dapat dilakukan siapapun. Guru memberikan

motivasi menyampaikan maanfaat dan tujuan menulis cerpen dalam kehidupan sehari-hari.

Pada kegiatan inti siswa dibagi menjadi 7 kelompok, tiap kelompok ber-anggotakan 3 orang

hal ini bertujuan untuk lebih mengaktifkan siswa bekerja kelompok juga memudahkan pengawasan

guru. Tiap kelompok mendapatkan amplop yang berisi potongan gambar seri. Secara serentak tiap

kelompok membuka amplop tersebut kemudian mengerjakannya sesuai petunjuk yang ada didalam

amplop. Dengan pengawasan guru siswa mengurutkan gambar seri yang ada menjadi gambar yang

runtut, setalah diurutkan siswa menuliskannya menjadi sebuah teks cerpen. Kemudian mempresen-

tasikannya didepan kelas dan langsung dikomentari bersama. Dari hasil kerja siswa 21 siswa 80%

berhasil mencapai nilai KKM. Pada kegiatan inti siswa dan guru menyimpulkan materi menulis teks

cerpen, merefleksikan proses pembelajaran, memberi umpan balik berupa apresiasi terhadap hasil

kerja siswa dan menutup pembelajaran dengan doa.

Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan

Pada tahap ini guru mengamati sikap siswa ketika melaksanakan pembelajaran didalam kelas,

bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh guru. Pengamatan dilakukan

oleh guru dimulai dari siswa mengurutkan gambar. Setelah gambar diurutkan siswa mulai menuliskan

bagian struktur orientasi atau pembuka cerpen. Masih ada siswa yang urutan gambarnya tidak urut.

Kemudian siswa menuliskan cerita pendek dari gambar yang sudah disusunnya, ada beberapa siswa

yang masih terlihat kesulitan ketika merangkai kalimat karena pengembangan ide yang dirasakan

sulit. Guru membantu siswa memecahkan masalah tersebut dengan bantuan gambar berseri yang

digunakan sebagai media pembelajaran. Setelah merangkai bagian orientasi, siswa melanjutkan

bagian komplikasi. Pada bagian ini kesulitan yang dihadapi siswa ketika memunculkan masalah yang

potensial untuk menjadi puncak masalah. Guru memberikan bantuan berdasarkan gambar yang

digunakan sebagai media. Pada bagian akhir cerita atau resolusi tidak ada kesulitan yang berarti bagi

siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui siswa memiliki antusiasme yang tinggi dalam

mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan

memungkinkan pada siklus II akan menunjukkan pengamatan aktivitas siswa yang lebih meningkat.

Peristiwa ini akan dimanfaatkan oleh guru agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang

telah direncanakan terutama dalam peningkatan hasil menyusun teks cerpen.

Pada tahap refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui media gambar berseri belum mampu

meningkatkan kemampuan menyusun teks cerpen. Karena hasil nilai yang dicapai siswa dalam

menyusun teks cerpen dengan menggunakan media gambar berseri belum mencapai 70% . Peneliti

memutuskan untuk melaksanakan siklus II dengan target mencapai ketuntasan mencapai 85%. Target

tersebut dapat dicapai jika media gambar berseri yang digunakan sebagai media menulis teks cerpen

sesuai dengan keinginan masing-masing siswa.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

847

Siklus II

Pada siklus II persiapan peneliti tidak jauh berbeda dari penelitian siklus I. Hanya saja pada

siklus II peneliti berusaha mencapai hasil ketuntasan nilai siswa sampai 85% dengan cara memberikan

bimbingan lanjut mengenai pemahaman terhadap media gambar berseri yang digunakan sebagai

media pembelajaran dan membimbing siswa memecahkan kesulitan yang dihadapi.

Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus II terdapat lima kegiatan, yaitu (1) menyusun RPP untuk siklus

II, (2) menyusun LKS siklus II, (3) menyusun pedoman observasi siklus II, (4) mengembangkan

media, dan (5) mengembangkan alat evaluasi untuk siklus II.

Pertama, pada tahap menyusun RPP peneliti melakukan sejumlah kegiatan sebagai berikut: (a)

menentukan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), beserta indikator keberhasilan

pembelajaran, dan (b) merancang langkah-langkah perbaikan pembelajaran. Indikator akan dicapai

adalah (1) menentukan langkah-langkah menyususun teks cerita pendek, (2) menulis cerpen dari

media gambar, (3) menulis cerpen dari media gambar, (4) menulis pembuka cerpen (orientasi/

perkenalan tokoh dan peristiwanya), (5) menghidupkan tokoh dengan dialog, (6) mengembangkan

latar untuk menghidupkan cerita, (7) menulis penyelesaian cerita.

Kedua, pada tahap penyusunan LKS, peneliti merancang kegiatan yang dilakukan siswa dan

disesuaikan dengan indikator. Dalam LKS siswa diminta menulis teks cerpen sesuai gambar berseri.

Contoh LKS disajikan dalam lampiran.

Ketiga, mengembangkan pedoman observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan

secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian, pengamatan dan pencatatan

yang dilakukan terhadap objek di tempat atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observed berada

bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Metode observasi ini digunakkan untuk

mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakkan

media gambar berseri.

Dalam penelitian ini dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi

yang terbagi atas kognitif siswa dan sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Adapun yang

menjadi observer adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

Keempat, memilih dan menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran. Media pembelajaran yang dipilih adalah gambar seri, yakni gambar bertema

“persahabatan”. Gambar seri merupakan potongan gambar yang berhubungan satu sama yang lain dan

merupakan rangkaian cerita pendek yang berkesinambungan.

Kelima, mengembangkan alat evaluasi. Pada rubrik penilaian diuraikan sistem penilaian yang

mencakup indikator kesesuaian cerita dengan gambar, kelengkapan unsur-unsur intrisik cerpen,

keorsinilan tema, kelengkapan struktur, dan ketepatan ejaan dan tanda baca.

Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran siklus II dilaksanakan tanggal 28 Maret 2016 dengan materi menulis teks

cerpen. Guru mengimplemantasikan pembelajaran sesuai dengan skenario. Pada awal pembelajaran

guru memberikan salam, mengkondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk siap mengikuti

pembelajaran. Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran, siswa mengamati gambar berseri

yang disediakan, siswa mengidentifikasi hal-hal apa yang ditemukan dari gambar berseri, guru dan

siswa mendiskusikan hasil identifikasi, guru membimbing siswa berlatih menulis teks cerpen

berdasarkan gambar berseri dimulai dari orientasi, guru dan siswa memperhatikan cara menempatkan

tokoh, mengembangkan latar, dan menghidupkan cerita, dengan bantuan unsur intrinsik cerpen. Guru

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

848

memotivasi siswa bahwa menulis cerpen itu mudah dan dapat dilakukan siapapun. Guru memberikan

motivasi menyampaikan maanfaat dan tujuan menulis cerpen dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar 2. Media gambar yang disediakan Gambar 3. Siswa menulis teks cerpen

untuk siklus II secara mandiri

Pada kegiatan inti siswa menulis sendiri teks cerpen dari gambar yang disediakan oleh guru

hal ini bertujuan untuk memudahkan pengamatan hasil individu yang dilakukan, dengan bekerja

mandiri guru dapat memastikan kemampuan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran ini. Guru

menempelkan gambar berseri yang sudah urut pada papan tulis, lalu siswa menulis teks cerpen secara

mandiri. Kemudian mempresentasikannya di depan kelas dan langsung dikomentari bersama. Dari

hasil kerja siswa 21 siswa 85% berhasil mencapai nilai KKM. Pada kegiatan inti siswa dan guru

menyimpulkan materi menulis teks cerpen, merefleksikan proses pembelajaran, memberi umpan

balik berupa apresiasi terhadap hasil kerja siswa dan menutup pembelajaran dengan doa.

Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan

Pada tahap ini guru mengamati sikap siswa ketika melaksanakan pembelajaran didalam kelas,

bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh guru. Pengamatan dilakukan

oleh guru dimulai dari siswa menuliskan bagian pembuka cerpen, mengenalkan tokoh dan

mengembangkan cerita, menulis bagian komplikasi dan memunculkan puncak masalah sampai cara

siswa menutup cerita. Pengamatan juga dilakukan terhadap antusiasme siswa ketika mengikuti

pembelajaran ini. Pada siklus II ini diharapkan ada peningkatan hasil yang diperoleh siswa.

Pada tahap refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui media gambar berseri mampu meningkatkan

kemampuan menyusun teks cerpen. Karena hasil yang dicapai siswa dalam menyusun teks cerpen

dengan menggunakan media gambar berseri dapat mencapai 85% dinyatakan tuntas . Peneliti

memutuskan untuk mengakhiri siklus II karena target yang diharapkan sudah mencapai ketuntasan

mencapai 85% dari jumlah siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas pembelajaran menulis teks cerpen direncanakan melalui tahapan-

tahapan yang meliputi pertama menentukan SK dan KD, kedua menyusun RPP, ketiga pemilihan

media yang sesuai dengan materi pembelajaran.

Pembelajaran menulis teks cerpen menggunakan media gambar seri sudah dilaksanakan dengan baik

dan sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP. Dalam proses pembelajaran siswa

menunjukan semangat belajar yang tinggi, suasana kelas yang meyenangkan.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

849

Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran menulis teks cerpen dengan penggunaan

media gambar seri siswa kelas VIIC SMP Katolik Widyatama yang berjumlah 21 orang 70%

berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 75. Hasil ini menunjukan

bahwa penggunaan media gambar seri sudah dikuasai oleh siswa, mampu memotavasi, mendorong

semangat belajar, meningkatkan kreativitas, membantu siswa menentukan petunjuk yang akan ditulis,

untuk menghasilkan teks cerpen. Penelitian ini akan dilanjutkan sampai siklus II karena terget yang

diinginkan peneliti mencapai 85% penguasaan siswa.

RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi & Supandi. 2006. Pe-nelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Afriyanti. 2013. Penggunaan Media Gambar Untuk Jurnal Untan. Untan, 2, jurnal untan.ac.id,

Diunduh pukul 16.45 wib tanggal 8 April 2016.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran. (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

2008/01/12/media-pembelajaran, diunduh tanggal 5 April 2016).

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

850

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MENGGUNAKAN MEDIA

KARTU KATA PUITIS BAGI SISWA KELAS VIII B MTs NEGERI BATU

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Ninik Alfiana

MTs Negeri Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas

siswa di MTs Negeri Batu. Hal ini dilakukan karena rendahnya kemampuan siswa dalam

menulis puisi dapat dilihat dari hasil karya siswa pada kegiatan pra siklus. Hasilnya hanya

40% dari 35 siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B MTs Negeri Batu

berjumlah 35 siswa. Pembelajaran menulis puisi bebas ini dilakukan dengan menggunakan

media kartu kata puitis. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan observasi

dan tes menulis puisi. Hasil penelitian ini menunjukkan pada siklus I 51% dan siklus II

100%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa puisi siswa ketika menggunakan

media kartu kata puitis mengalami peningkatan.

Kata Kunci: peningkatan, menulis puisi bebas, media kartu kata.

Menulis merupakan salah satu dari empat ketrampilan dalam berbahasa dan bersastra.

Ketrampilan itu meliputi: membaca,menulis, berbicara, dan menyimak. Penelitian tentang ketrampilan

menulis ini pernah dilakukan oleh Badudu sekitar delapan belas tahun silam.

Keberhasilan pembelajaran menulis di sekolah ditentukan oleh enam faktor, yaitu kurikulum,

guru, siswa, administrasi, fasilitas penunjang, dan lingkungan belajar. Dalam hal ini, mutu pendidikan

berkaitan erat dengan guru. Kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat ditentukan oleh

guru. Iklim belajar di kelas yang dipimpin oleh guru sangat menentukan arah dan keberhasilan belajar

para siswa. Jika siswa dalam kelas di sekolah diajar oleh guru yang tidak professional maka tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan akan sulit dicapai (Sriatun, 2011:73).

Seorang guru dalam menyampaikam materi pembelajaran/kompetensi dasar hendaknya

mempunyai cara yang beraneka ragam. Khususnya pembelajaran materi menulis puisi. Guru harus

kreatif dalam penyampaian materi sehingga siswa tertarik ketika menerima pembelajaran materi

menulis puisi. Smith (dalam Suparno & Yunus, 2002) menjelaskan bahwa pengalaman belajar

menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi guru yang yang membelajarkan

menulis. Pada umumnya guru tidak terampil menulis. Guru juga tidak dipersiapkan untuk mumpuni

mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa. Program yang dirancang guru masih belum ber-

pedoman pada aspek-aspek yang perlu di-perhatikan dan dikerjakan siswa pada setiap tahap menulis.

Akibatnya, guru tidak optimal dalam membimbing siswa untuk ber-pikir mengenai apa yang akan

ditulis dan bagaimana cara menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Siswa pun tidak optimal dalam

mengaplikasikan kemampuan menulisnya.

Salah satu keterampilan menulis yang diajarkan kepada siswa kelas VIII adalah menulis puisi.

Keterampilan menulis puisi dapat mengasah siswa dalam mengungkapkan rasa dan mengaktuali-

sasikan diri melalui puisi. Menulis puisi juga dapat mempertajam rasa percaya diri pada diri siswa.

Menulis puisi merupakan kegiatan merangkai kata-kata menjadi kalimat puitis (bait-bait puisi/ larik-

larik puisi).

Menulis puisi bukan merupakan hal yang mudah. Persoalan yang dialami siswa dalam proses

menulis puisi sangatlah komplek. Fakta yang terjadi pada siswa kelas VIII MTs Negeri Batu terkait

pembelajaran menulis puisi menunjukkan bahwa dari 35 siswa hanya 14 (40%) siswa memperoleh

skor melampaui KKM yaitu 75. Sementara 21 (60%) siswa yang lain tidak mencapai KKM. Selain

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

851

itu, siswa cenderung malas mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi. Hal ini tampak dari

aktivitas beberapa siswa yang termenung sementara beberapa siswa yang lain berjalan mondar-

mandir. Sampai waktu pembelajaran usai, terdapat sejumlah siswa yang hanya menulis beberapa kata

dan bahkan judul saja. Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan

dalam membuat kata-kata puitis dan merangkai kata-kata menjadi larik puisi. Mereka masih enggan

menuangkan idenya dalam puisi. Secara umum, hasil pra siklus menunjukkan bahwa kemampuan

siswa dalam menulis puisi masih rendah. Untuk itu perlu ada tindakan untuk menyelsaikan

permasalahan ini.

Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat dilihat dari karya siswa ketika pra

siklus. Hasil pra siklus 40% siswa yang dapat menulis puisi berdasarkan pengalamannya. Berdasarkan

hasil pengamatan pra siklus tersebut, diketahui bahwa sebagian siswa tidak mampu menulis puisi

secara baik dan benar. Hasil identifikasi terhadap puisi-puisi tersebut menunjukkan bahwa kelemahan

umum yang dialami siswa. Kelemahan tersebut meliputi: kalimat-kalimat puisi kurang luas dan

kurang bermakna, susunan kalimat masih belum runtut sesuai dengan tema serta penggunaan pilihan

kata kurang cermat sehingga tidak terbentuk kalimat puitis.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan media yang dapat membantu guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis puisi. Menurut Ibrahim (dalam Kusubakti dan Pratiwi,

2011:4) (dalam Sri Gusnilla prosiding 2015: 647) ada tiga kelebihan kemampuan media

1. Kemampuan fiksatif, media pembelajaran dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan

kembali suatu objek atau kejadian.

2. Kemampuan manipulatif, dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam

perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya,

serta dapat pula diulang–ulang penyajiannya.

Media adalah salah satu perangkat pembelajaran yang harus disiapkan guru sebelum melaksanakan

pembelajaran. Penggunaan media sangatlah penting untuk menarik perhatian siswa, khususnya kelas

rendah. Media diartikan sebagai perantara, penghubung yang terletak diantara dua pihak (orang,

golongan dsb). Media pembelajaran memiliki fungsi sebagai perantara atau membawa informasi dari

guru menuju siswa.

Media dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Media akan membuat

pembelajaran menjadi terasa lebih menyenangkan. Siswa tidak jenuh dalam belajar karena dengan

media mereka dapat belajar sambil bermain. Karenanya, pemakaian media dalam pembelajaran,

termasuk di antaranya pembelajaran menulis puisi, menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.

Berdasarkan permasalahan sebagaimana disampaikan di atas, media yang cocok untuk

pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII B MTs Negeri Batu adalah media kartu kata puitis.

Kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama

dengan karcis) Kata adalah unsur bahasa yang diucapkanatau ditulis yang merupakanperwujudan

kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.(Kamus Besar Bahasa

Indonesia).

Media kartu kata puitis merupakan media yang paling tepat untuk pembelajaran menulis

puisi. Kelebihan media kartu kata puitis akan memberikan kemudahan bagi siswa ketika menulis

puisi. Karena dengan kartu kata yang ada hasil karya puisi siswa lebih terarah. Beberapa penelitian

sejenis pernah dilakukan oleh Sriatun (2011), YM Andrina (2011), dan S. Rahmawati (2012).

Hasil penelitian Sriatun berjudul “Pemanfaatan Media Permainan Benda Model untuk

Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas V Seklah Dasar” menunjukkan hasil bahwa

pemanfaatkan media permainan benda model memiliki dampak positif dalam meningkatkan

keterampilan menulis puisi siswa kelas V sekolah dasar. Hal ini ditandai dengan terjadinya

peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu 46, 9% pada siklus I menjadi 87,5%

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

852

pada siklus II. Pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media permainan

benda model dapat juga diterapkan dalam pembelajaran menulis lainnya. Pada pembelajaran

mengarang, misalnya, dapat diguna-kan media permainan benda model untuk menumbuhkan

imanjinasi siswa dalam ber-kreasi menulis. Pada intinya, dalam pembelajaran menulis dapat

digunakan media per-mainan benda model untuk membantu siswa membuat kata-kata atau kalimat.

Media per-mainan benda model sudah menjadi per-mainan siswa sehari-hari, sehingga siswa merasa

senang dan mudah menuangkan apa yang dipikirannya sesuai dengan topik yang diinginkan.

Tentunya, media permainan ben-da model yang disarankan harus disesuaikan dengan tema yang

diinginkan.

Penelitian Andrina (2011) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan

Media Kartu Mimpi Bergambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Magelang” menunjukkan hasil

tindakannya dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa. Kartu mimpi bergambar yang

dilakukan pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 8 Magelang di lakukan dalam dua siklus. Berdasarkan

hasil pada pratindakan dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi masihtergolong

kurang. Nilai yang diperoleh siswa masih di bawah standar ketuntasan minimal yakni 70. Selama

proses tindakan, secara bertahap keterampilan menulis puisi siswa mengalami peningkatan, baik dari

segi proses maupun hasil.

S.Rakhmawati 2012 yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Gambar Peristiwa dalam

Meningkatkan Ketrampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta”.

Hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil posttest kemampuan menulis puisi antara

kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang menggunakan media gambar peristiwa dan kelompok

kontrol, yaitu kelompok yang tidak menggunakan media gambar peristiwa. Kelompok eksperimen

memiliki peningkatan kemampuan menulis puisi yang signifikan daripada kelompok kontrol.

Perbedaan hasil posttest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen .

Peneliti akan melakukan penelitian yang hampir sama dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Menulis Puisi Bebas Menggunakan Media Kartu Kata Puitis bagi Siswa Kelas VIII B

MTs Negeri Batu Tahun pelajaran 2015/2016.

Dari uraian di atas dipandang perlu penelitian tindakan kelas ini untuk dilaksanakan di MTs

Negeri Batu. Penelitian sangat berguna untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam proses belajar

yang dilaksanakan di MTs Negeri Batu. Serta peningkatan kompetensi guru dalam mengajar agar

sesuai dengan karakter siswa yang diajarnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)

yang terdiri dari tiga kali pertemuan. Diawali dengan kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II.

Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa Kelas VIII B MTs Negeri Batu Tahun Pelajaran

2015/2016 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang terdiri dari seorang guru, pengamat, dan 35

siswa. Jumlah siswa terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Waktu

penelitian dimulai pada 22 Maret 2016 sampai pada 2 April 2016.

Kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menulis puisi bebas dengan

menggunakan pilihan kata yang tepat. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VIII B MTs Negeri

Batu tahun pelajaran 2015/2016.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis puisi bebas dengan

menggunakan pilihan kata yang tepat. Untuk mendapatkan data secara akurat, peneliti menggunakan

rubrik penilaian. Rubrik penilaian digunakan untuk melihat kemampuan menulis siswa dalam menulis

puisi bebas menggunakan media kartu kata.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

853

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rencana kegiatan pembelajaran ini akan penelitian lakukan dalam dua tahapan yang

meliputi: siklus I, dan siklus II. Diawali dengan pra siklus. Peneliti akan menyiapkan RPP mulai

siklus I, siklus II. Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I didasarkan pada kegiatan sebelumnya.

Kegiatan siklus II didasarkan pada kegiatan siklus I. Masing-masing pelaksanaan kegiatan mulai

prasiklus sampai dengan siklus II akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

Perencanaan Pembelajaran Siklus I

Siklus I akan dilaksanakan setelah kegiatan pra siklus. Hasil yang diperoleh pada kegiatan pra

siklus akan dievaluasi dan diadakan perbaikan demi kemajuan siswa. Peneliti akan menggunakan

media kartu kata puitis sebelum kegiatan menulis puisi dilaksanakan secara individu. Kemudian dari

kartu kata tersebut digunakan untuk menulis puisi.

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Langkah-langkah yang dilakukan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup.

Kegiatan Awal

Kegiatan diawali dengan salam, menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa. Apersepsi

dilakukan dengan bertanya jawab bersama siswa hal yang berkaitan dengan menulis puisi yang

pernah dialami siswa.

Dialog guru dan siswa sebelumkegiatan inti:

Guru : ”Anak-anak pada pertemuan sebelumnya kita sudah menulis puisi

bebas berdasarkan pengalaman. Bagaimana ketika pegalaman

menulis puisi pada pertemuan kemarin?”

Siswa : “Sebagiaan anak-anak menjawab: senang bu, susah bu, sulit dan

seterusnya jawaban siswa”.

Guru : “Kita hari ini akan belajar menulis puisi dengan media kartu kata

puitis.Bagaimana?

Siswa : ”Mau bu. (Ada sebagian siswa yang diam saja tidak mau menjawab)”

Guru : ”Menjelaskan dan memberi contoh media kartu kata puitis agar siswa

tertarik. Bagaimana?”

Siswa : ”Sebagian siswa menjawab ya bu sebagianyang lain masih berpikir.

Kemudian mereka serentak menjawab ayo kita mulai bu nanti keburu

waktu pembelajaran selesai. Ayo kita mulai.”

Kegiatan Inti

Kegiatan inti diawali dengan mengamati contoh puisi. Menunjukkan kartu kata puitis yang

akan digunakan dalam penulisan puisi. Materi yang diberikan terkait dengan cara-cara yang mudah

menulis puisi dengan menggunakan media kartu kata puitis dan contoh-contohnya kepada siswa.

Siswa mencermati contoh- contoh kartu kata puitis tersebut. Kemudian mereka berimajinasi sesuai

dengan tema puisi yang akan mereka tulis. Setelah itu siswa disuruh mencoba membuat puisi

berdasarkan kartu kata puitis secara mandiri yang sesuai dengan imajinasinya. Kemudian siswa

menulis puisi sesuai dengan instrumen yang telah disampaikan oleh guru dan mereka menulis puisi

berdasarkan kartu kata puitis menyusunya dalam bentuk larik-larik puisi.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

854

Contoh kartu kata puitis individu

Proses pembelajaran yang berlangsung selama proses siklus I siswa begitu bersemangat dalam

kegiatan menulis puisi. Hal ini terlihat ketika guru memberikan kertas kartu kata kemudian mereka

mencari sinonimnya di kamus.

Dialog yang terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung:

Siswa : “ Bu bolehkah lihat kamus di perpustakaan?‟

Guru :” Boleh”

Siswa : “ Sebagian siswa menuju perpustakaan untuk meminjam kamus

(Bu lihat kamus lebih mudah)”

Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, peserta didik dan guru menyimpulkan materi pembejaran bersama-

sama. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang menulis puisi

dengan menggunakan kartu kata puitis. Selanjutnya guru memberi penguatan terhadap hasil karya

menulis peserta didik. Ternyata menulis puisi dengan menggunakan media kartu kata puitis lebih

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

855

mudah, walaupun hasil yang kalian tulis belum sempurna. Untuk itu perlu ditingkatkan pada kegitan

menulis berikutnya.

Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah kurikulum KTSP.

Kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menulis puisi bebas dengan

menggunakan pilihan kata yang tepat. Penelitian ini diberi judul: “Peningkatan Kemampuan Menulis

Puisi Bebas dengan Menggunakan Media Kartu Kata Puitis Bagi Siswa Kelas VIII B MTs Negeri

Batu Tahun Pelajaran 2015/2016”. Hasil pembelajaran menulis puisi pada siklus I mencapai

peningkatan 10% dari kegiatan sebelunya. Kegiatan sebelumnya 40% pada siklus I mencapai 51%. Ini

menunjukkan adanya peningkatan dari kegiatan sebelumnya.

Refleksi

Kegiatan di siklus I peneliti menggunakan media kartu kata puitis. Kartu ini berfungsi untuk

menulis kata-kata yang digunakan untuk menulis puisinya. Kata-kata tersebut ditulis kemudian dicari

persamaanya (sinonim) secara individu. Hasilnya digunakan menulis puisi siswa sudah cukup baik.

Jika dibandingkan dengan kegiatan sebelumnya. Kesulitannya karena kerja mandiri, maka terlalu

lama. Untuk itu perlu adanya perbaikan di siklus II.

Perencanaan Siklus II

Siklus II akan dilaksanakan setelah kegiatan siklus I. Hasil yang diperoleh pada kegiatan

siklus I menunjukkan perlu ada perbaikan pada siklus II. Peneliti akan menggunakan media kartu kata

puitis sebelum kegiatan menulis puisi dilaksanakan secara individu terlalu lama, maka pada kegiatan

siklus II ini kartu kata puitis yang dibuat secara individu akan diubah menjadi kelompok . Setelah

kartu kata dicari sinonim kata yang puitis kemudian digunakan untuk menulis puisi secara mandiri.

Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Langkah-langkah yang dilakukan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup.

Kegiatan Awal

Kegiatan diawali dengan salam, menanyakan kabar dan mengecek kehadiran peserta didik.

Apersepsi dilakukan dengan bertanya jawab bersama peserta didik untuk hal yang berkaitan dengan

menulis puisi dengan menggunakan kartu kata yang telah digunakan pada pertemuan sebelumnya.

Dialog guru dan siswa:

Guru : “Bagaimana pengalaman pada pertemuan yang lalu ketika kita

membuat puisi dengan kartu kata secara mandiri?”

Siswa : “Sebagian siswa menjawab sulit bu cari persamaannya atau makna

kiasnya. Sebagian siswa menjawab mudah Bu”.

Guru : “Untuk memudahkan kalian ketika menulis puisi kita buat kartu kata

secara berkelompok kemudian membuat puisinya secara individu.

Bagaimana?”

Siswa : “(Semua siswa menjawab) Setuju, Setuju, Setuju Bu dengan

semangat”.

Kegiatan Inti

Kegiatan inti diawali dengan memberi contoh kartu kata puitis yang akan digunakan dalam

penulisan puisi. Materi yang diberikan terkait dengan cara-cara yang mudah menulis puisi dengan

menggunakan media kartu kata puitis dan contoh-contohnya kepada siswa. Siswa mencermati contoh-

contoh kartu kata puitis tersebut. Kemudian mereka berimajinasi sesuai dengan tema puisi yang akan

mereka tulis. Setelah itu siswa disuruh mencoba membuat puisi berdasarkan kartu kata puitis secara

kelompok untuk berdiskusi.Kemudian siswa menulis puisi sesuai dengan instrumen yang telah

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

856

disampaikan oleh guru dan mereka menulis puisi berdasarkan kartu kata puitis menyusunya dalam

bentuk larik-larik puisi secara mandiri.

Contoh kartu kata puitis kelompok:

Kegiatan yang dilakukan selama proses siklus II berlangsung siswa lebih semangat karena kegiatan

yang dilakukan ketika menulis kartu kata dilakukan secara berkelompok dengan berdiskusi. Jadi bagi

siswa malas dalam menulis puisi bisa lebih mudah untuk mendapatkan ide dan mengungkapkanya ke

larik-larik puisi. Dialog yang terjadi ketika siklus II berlangsung:

Guru : “Apakah menulis puisi ini mudah anak-anak?”

Siswa :” Mudah bu kita bisa diskusi dulu sebelum menulis puisi.”

Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup guru dan peserta didik mengadakan refleksi kegiatan pembelajaran yang

telah dilaksanakan. Dengan menanyakan hal-hal yang sudah dipahami dan belum dipahami siswa.

Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu berlatih menulis puisi dalam berbagai

kesempatan. Bila sebuah ide muncul langsung berimajinasi. Jangan merasa bosan dan jenuh untuk

terus berlatih dan berlatih. Hal ini untuk membiasakan dan meningkatkan kegiatan menulis puisi

dengan hasil yang lebih baik.

Hasil Belajar Siswa

Kegiatan pembelajran pada siklus II mengalami peningkatan 49% dari kegiatan siklus I.

Peningakatan ini sangat pesat jika sebelumnya hanya meningkat 10%. Penulisan kartu kata puitis

sebelum menulis puisi secara berkelompok ternyata lebih menarik dan antusias daripada secara

individu. Siswa lebih semangat ketika mengerjakan secara berkelompok. Hasilnya meningkat dari

siklus I 51% menjadi 100% ketuntasannya dalammenulis puisi bebas.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

857

Refleksi

Kegiatan menulis puisi pada kegiatan siklus II sudah menunjakan hasil yang lebih baik dari

kegiatan sebelumnya. Peserta didik sudah menghasilkan karya puisi yang lebih bagus dari kegiatan

sebelumnya. Hasil tes menulis sudah 100% . Untuk itu perlu guru membiasakan peserta didik terbiasa

membuat tulisan. Terutama menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

Ketrampilan menulis ini perlu diasah terus-menerus dengan karya siswa di pajang di mading

madrasah. Hal ini harus dilakukan oleh guru demi membekali siswa menulis untuk proses belajar

selanjutnya ditingkat yang lebih tinggi. Mading di madrasah merupakan tempat yang tepat untuk

membiasakan kegiatan setelah selesai proses pembelajaran.

Pembahasan

Setelah kegiatan siklus II ini dapat dilihat dari tabel rekapitusi skor perolehan siswa dalam

menulis puisi. Hasil skor dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel Rekapitulasi Perolehan Skor Siswa

No Nama Nilai

Pra

siklus

Ketun

tasan

Nilai

Siklu

s I

Ketun

tasan

Nilai

Siklus

II

Ketun

tasan

KKM

1 ADINDA WAHDA

SALSABILLA

50 B 75 T 85 T 75

2 AFIFAH MIFTACHUL

JANNAH

80 T 75 T 90 T

3 AGUSTINA TRI

WULANDARI

80 T 65 B 85 T

4 ALGA TITO ANDRIAN 45 B 50 B 75 T

5 ARY AKBAR LANANG

SURYA KINASIH

60 B 60 B 75 T

6 BAYU WICAKSONO 40 B 50 B 75 T

7 CANDRA BAYU TRIAS

SETIAWAN UTOMO

90 T 80 T 95 T

8 DICKY MUHAMMAD

HARYS

85 T 75 T 90 T

9 ERINDA PRADITA 75 T 90 T 95 T

10 ERLYSA

KRISDAMAYANTI

70 B 85 T 95 T

11 FICO YAYAN

PURWADI

85 T 60 B 75 T

12 FITRIA ANGGRAINI 55 B 75 T 90 T

13 HARVIAN NUR

ASHAR'I

50 B 60 B 85 T

14 HIKMAH TSABITA

AUNILLAH

85 T 90 T 95 T

15 IRBAN FARID MALIK

FAUZAN

40 B 50 B 75 T

16 LINDA BRELLIANDA

FASA

25 B 75 T 90 T

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

858

17 MAULIDDINA SEKAR

NATASYA

40 B 50 B 75 T

18 MELINDA ARIANA

DEVI

65 B 60 B 85 T

19 MOCH. MIFTAKHUL

ACHYAR

50 B 70 B 75 T

20 MOCHAMMAD

ZUCHRIYAL

25 B 50 B 85 T

21 PUSPA INDRA BUANA 85 T 75 T 85 T

22 PUTRI DENAVIA 80 T 75 T 90 T

23 RAFY AHMAD 60 B 75 T 90 T

24 RASTA BIMO

SETYAWAN

25 B 40 B 75 T

25 RIZAL RAMLI 50 B 65 B 75 T

26 RYANT CANDRA

GURITNA

25 B 75 T 85 T

27 SALMA NUR RAHMA 80 T 75 T 85 T

28 SHOFWATI

SALSABILA PRAWSTI

80 T 50 B 80 T

29 TEGUH MAULANA

FATCHUR ROHMAN

45 B 60 B 75 T

30 TORIQUL ULUM NUR

ABDUL AZIZ

75 T 75 T 80 T

31 TSANIA RIRIS NUR

AISYAH

60 B 80 T 90 T

32 VALENTINA NIKEN

FEBRIANA

60 B 80 T 90 T

33 WIDIA SAFITRI 75 T 75 T 75 T

34 YESSI TRI PUTRI

YULIANA

90 T 80 T 75 T

35 YUVI ANGGA

WAHYUDI

35 B 50 B 75 T

Jumlah 2120 14 2375 18 2935 35

Rata-rata 60,57 67,8

5

83,85

Prosentase ketuntasan 40% 51% 100%

Hasil kegiatan pada pra siklus menunjukkan siswa tampak mengalami kesulitan menulis

puisi. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya siswa yang hanya 40% dari hasil menulis puisi siswa.

Pada kegiatan siklus I beberapa siswa tampak kesulitan dalam menulis kartu kata puitis secara

individu. Sehingga perlu dilakuakan perbaikan pada siklus II. Kegiatan siklus II menampakkan

peningkatan yang cukup dengan kerja kelompok ketika menulis kartu kata puitis . Mereka lebih

antusias berdiskusi dengan temanya untuk menulis kartu kata puitis yang hendak dijadikan bahan

dalam menulis puisi. Ketika menulis puisi pada siklus II ini dapat dilihat hasil karya siswa lebih baik.

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menulispuisi dengan kartu kata puitis membawa

dampakyang positif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII B MTs Negeri Batu.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

859

SIMPULAN

Proses pembelajaran menulis puisi bebas bebas dengan menggunakan pilihan kata yang tepat

dengan menggunakan kartu kata puitis memudahkan siswa dalam menulis puisi. Siswa yang

sebelumnya malas untuk menulis puisi menjadi senang dan antusias karena ada hal yang memudahkan

siswa yaitu kartu kata puitis. Menulis puisi dengan menggunakan kartu kata puitis dapat meningkatan

kemampuan siswa dalam kegiatan menulis puisi bebas. Hal ini perlu dibiasakan dan dilatih terus

untuk menghasilkan karya yang lebih baik.

Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa media kartu kata puitis dapat

meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas siswa dengan menggunakan pilihan kata yang tepat

siswa kelas VIII B MTs Negeri Batu tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari hasil

penelitian ketika pra siklus tanpa menggunakan kartu kata hasilnya 40%. Ketika menggunakan kartu

kata puitis hasilnya pada siklus I 51%. Ketika penggunaan kartu kata puitis disempurnakan lagi

hasilnya 100%. Hal ini menunjukkan peningkatan yang luar biasa.

Penggunaan media kartu kata puitis dalam menulis puisi lebih efektif jika dibanding tanpa

menggunakan kartu kata puitis. Guru membimbing dan mengarahkan siswa sesuai dengan langkah-

langkah dalam kegiatan menulis puisi dengan memperhatikan unsur-unsur penulisan puisi melalui

media kartu kata puitis. Ketrampilan menulis puisi bebas terlihat baik dan siswa antusias pada proses

pembelajaran maupun hasil karya siswa.

DAFTAR RUJUKKAN

J-TEQIP, edisi nomor 1, Mei 2011, hal 73-79 oleh Sriatun

Suroso, DR. Classroom Action Research. 2007. Yogyakarta. Penerbit: Pararaton Publishing.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2013. Jakarta. Penerbit: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Prosiding 2015 Hal: 647 oleh Sri Gusnilla

YM Andrina 2011 eprintes.uny.ac.id yang berjudul “PeningkatanKemampuan Menulis Puisi dengan

Media Kartu Mimpi Bergambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Magelang”.

S.Rakhmawati 2012 eprintes.uny.ac.id yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Gambar

Peristiwa dalam Meningkatkan Ketrampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri

4 Depok Yogyakarta”.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

860

PENERAPAN STRATEGI PQ4R UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIIA

SMP ISLAM 01 BATU TAHUN AJARAN 2015/2016

Siti Alifah

SMP Islam 1 Batu

Abstrak: Kemampuan memahami bacaan pada siswa kelas VIIa di SMP Islam I Batu

masih kurang maksimal, hal ini disebabkan aktifitas membaca siswa kurang dan minat baca

siswa perlu perhatian . Hal ini dapat diketahui berdasarkan nilai ujian memahami wacana

tulis melalui membaca intensif dan memindai yang belum memenuhi KKM. Untuk

mengatasi kondisi tersebut dipilih penerapan strategi PQ4R. Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas yang bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan siswa

dalam membaca pemahaman dengan strategi PQ4R. Penelitian dilakukan di SMP Islam 1

Batu dengan fokus siswa kelasVIIa Jumlah sumber data 21 orang. Pengumpulan data

dilakukan melalui teknik tes Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi PQ4R ini dapat

membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Hasil penelitian siklus

1 siswa yang memperoleh nilai sama atau diatas KKM 68% dan pada siklus 2, 72%. Hal

ini menunjukkan terjadi peningkatan nilai 4%. Peningkatan ini membuktikan bahwa

langkah-langkah PQ4R dapat menuntun siswa untuk memahami wacana.

Kata kunci: membaca pemahaman, penerapan strategi PQ4R

Membaca sering terlihat sebagai kegiatan yang sangat sederhana, tetapi sebenarnya membaca

adalah kegiatan yang rumit dan kompleks. Ketika membaca, bukan hanya semata-mata menyuarakan

simbol-simbol dalam bentuk tulisan, tetapi juga harus memahami apa yang dibaca. Dalam membaca

diharapkan bisa mengamati, memahami, memikirkan yang dilakukan dengan ketepatan dan kecepatan

tertentu.

Dengan membaca, bisa diperoleh interaksi antara pikiran dan perasaan, bersantai,

memperoleh informasi, dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Dengan membaca bisa diketahui

berbagai peristiwa besar dalam kebudayaan suatu bangsa, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi mutakhir di dunia.

Membaca memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Keberhasilan anak didik

dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam

membaca. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa

tulis, sehingga menuntut anak harus melakukan aktivitas membaca guna memperoleh pengetahuan.

Kemampuan membaca ini tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran yang

sebagian merupakan tanggungjawab guru, sehingga guru dituntut untuk dapat membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuan membacanya. Oleh karena itu pembelajaran membaca mempunyai

kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran.

Melalui aktivitas membaca yang baik dan benar yaitu anak mampu mengambil intisari bacaan

yang dibacanya, anak bisa mendapatkan sesuatu dari aktivitas membaca yang dilakukannya. Semakin

banyak intisari yang bisa dipahami dari bahan bacaannya maka semakin banyak pula pengetahuan

yang diperoleh. Dengan banyaknya pengetahuan ini tentunya akan sangat membantu dalam

perkembangan kemampuan nalar anak.

Setiap guru bahasa haruslah menyadari dan memahami bahwa membaca merupakan suatu

keterampilan yang kompleks dan rumit yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil.

Keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu (a) pengenalan terhadap aksara serta tanda-

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

861

tanda baca, (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal,

(c) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning (Broughton dalam Tarigan,

1979:11).

Kegiatan pembelajaran membaca dengan perencanaan yang baik dirasakan sangat mendesak

dan harus segera dilaksanakan, mengingat kegiatan membaca sangat penting untuk semua anak.

Dalam proses belajar mengajar tentunya tidak semua anak memiliki kemampuan yang sama dalam

memahami bacaan.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama menjadi guru di SMP Islam 01 Batu, khususnya

kelas VII, masih banyak siswa yang belum mampu memahami, mengungkapkan gagasan,

mengomentari, menjawab pertanyaan serta menarik kesimpulan yang berkaitan dengan isi teks

bacaan. Secara umum hal ini dibuktikan dengan rendahnya daya serap mata pelajaran bahasa

Indonesia kelas VII semester 1 Tahun Ajaran 2015 – 2016, yaitu kelas VIIA = 50.5 %, kelas VIIB =

59.3%, kelas VIIC = 63,6%, kelas VIID = 55.8%, kelas VIIE = 55,1%, kelas VIIF= 58,5% yang

kesemuanya di bawah standar ketuntasan yaitu 75%.

Sedangkan dalam kompetensi dasar memahami wacana tulis melaui kegiatan membaca

intensif dan membaca memindai siswa kelas VIIA belum memenuhi KKM yang disyaratkan. Untuk

itulah siswa tersebut perlu diberikan strategi yang tepat dengan tujuan untuk meningkatkan

kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk

membantu siswa dalam memahami isi bacaan adalah strategi PQ4R (Trianto, 2007:147).

Strategi PQ4R merupakan salah satu bagian dari strategi elaborasi. Strategi elaborasi adalah

proses penambahan perincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Proses

penambahan perincian tersebut membuat pengkodean menjadi lebih mudah. Strategi ini membantu

pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, melalui

penciptaan gabungan dan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah diketahui. Strategi ini

digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca (Trianto, 2007:146).

Pemilihan strategi PQ4R ini juga didasarkan pada pengamatan penulis bahwa selama ini

siswa belum melakukan aktivitas membaca secara sistematis,

hanya sekedar membaca sekilas. Telah banyak dilakukan penelitian tentang strategi-strategi belajar

jenis PQ4R, dan metode ini telah terbukti efektif dalam membantu siswa mengingat kembali

informasi dari bacaan (Nur dalam Trianto, 2007:149).

Strategi membaca PQ4R terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama, membaca selintas

dengan cepat terhadap keseluruhan bacaan, yang disebut juga dengan Preview. Tahap kedua,

Question, yaitu mengajukan atau menyususn pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan materi

bacaan. Tahap ketiga, Read atau membaca, yaitu tahap siswa membaca bacaan secara intensif.

Tahap keempat, Reflect, merupakan satu komponen esensial yang tidak bisa dipisahkan dari langkah

Read. Tahap kelima adalah merenung atau mengingat kembali informasi yang telah dipelajari, yang

disebut Recite. Tahap keenam adalah Review, yaitu mengingat atau mengulang kembali informasi-

informasi penting telah dipelajari.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Pendekatan kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan antara lain

(1) berlatar alamiah, (2) menggunakan manusia sebagai alat (instrumen), (3) bersifat deskriptif, (4)

menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen, serta (5)

lebih mementingkan proses daripada hasil. Sedangkan strategi PTK dilaksanakan dengan

pertimbangan (1) dilakukan hanya dalam konteks atau skala kelas dalam sekolah, (2) termasuk

penelitian terapan yang mana peneliti terlibat aktif dalam pemecahan masalah, (3) desain penelitian

dapat dikembangkan selama penelitian berlangsung, (4) peneliti berfungsi ganda sebagai guru dan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

862

sebagai peneliti, (5) ditujukan untuk perbaikan realitas pengajaran dan pendidikan, serta (6)

dilaksanakan dalam siklus yang sistematis. Pada penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru

kelas VIID. Dalam hal ini peneliti berperan sebagai guru sedangkan teman sejawat berperan sebagai

pengamat

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA SMP Islam 01 Batu Tahun Ajaran 2015/2016

sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 7 siswa putri dan 14 siswa putra. Berdasarkan hasil survey awal

dan wawancara, serta diperkuat hasil pretes, diketahui bahwa siswa di kelas ini memiliki kelemahan

dalam pembelajaran membaca pemahaman dibandingkan dengan kelas lainnya.

Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan meliputi (1) data tentang proses

pembelajaran / proses belajar mengajar membaca pemahaman, (2) interaksi guru dan siswa, dan siswa

dengan siswa sebelum dan sesudah dilakukan tindakan, serta (3) hasil belajar siswa. Sedangkan

sumber data dalam penelitian ini meliputi (1) siswa, (2) guru, (3) kepala sekolah, dan (4) staf.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara,

dan tes. Observasi dilakukan untuk melihat perkembangan pembelajaran membaca pemahaman yang

dilakukan oleh guru dan siswa, mulai awal, tengah dan akhir kegiatan, dengan alat pengumpul data

lembar observasi. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dari guru, siswa, atau informan

lainya, dengan alat pengumpul data pedoman wawancara. Tes digunakan untuk mengetahui

keberhasilan pelaksanaan tindakan berupa tes pemahaman isi bacaan, dengan alat pengumpulan data

berupa butir soal tes.

Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dan teknik analisis deskriptif

interaktif. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai

tes antar siklus dengan indikator keberhasilan, sedangkan hasil observasi maupun wawancara

dianalisis dengan analisis deskriptif interaktif. Evaluasi ditujukan kepada hasil belajar siswa melalui

asesmen kinerja, tes dan respon siswa melalui penyebaran angket. Sedangkan refleksi yang

merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan dengan menggunakan

5 komponen, yaitu analisa, sintesa, pemaknaan, penjelasan dan penyusunan kesimpulan

Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil jika 75% siswa menguasai kompetensi dasar

memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai dan terjadinya

motivasi siswa selama proses berlangsung. Penguasaan kompetensi siswa dilihat dari hasil tes

memahami bacaan. Peningkatan motivasi diketahui dari hasil observasi selama proses pembelajan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Langkah-langkah pembelajaran menulis puisi pada siklus I terdiri atas dua kali pertemuan

yang terdiri atas dua kali tatap muka untuk pembelajaran, dan satu kali pertemuan untuk tes. Masing-

masing pertemuan menggunakan tahapan-tahapan pembelajaran: orientasi, merumuskan masalah,

membangun hipotesis, menguji jawaban, dan menarik kesimpulan.

Siklus 1

Pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam, menanyakan kehadiran siswa, dan

melakukan apersepsi. Kemudian guru berdialog dengan siswa

Guru : “ Anak-anak apa kalian suka membaca ?”

Siswa : “ Suka , Bu”

Siswa : “ Tidak, Bu! “

Guru : “Mengapa kamu tidak suka membaca ?”

Siswa : “Bosan, Bu”

Siswa : “Lebih enak nonton TV”

Siswa : “Sulit, Bu!”

Guru : “Baik, agar kalian tidak merasa sulit dan bosan dalam

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

863

membaca, ibu akan memberikan strategi membaca yang baru

yaitu PQ4R

Siswa “Apa itu Bu?”

Setelah melakukan dialog tersebut kemudian pendidik memulai pembelajaran. Berdasarkan

perencanaan yang telah disusun, kegiatan pembelajaran dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pra

baca, tahap membaca, dan tahap pasca baca.

Pada tahap pra baca atau preview ini kegiatan yang dilakukan guru meliputi menyampaikan

tujuan pembelajaran, menyiapkan wacana yang akan dibaca siswa, memperkenalkan strategi PQ4R,

membimbing siswa membaca dengan cepat satu atau dua kalimat sehingga memperoleh gambaran

sedikit apa yang akan dipelajari. Pada saat guru memperkenalkan strategi PQ4R siswa tampak

antusias. Mereka tampak memperhatikan penjelasan guru dan bertanya untuk beberapa langkah yang

mereka belum paham. Pada saat guru membimbing siswa membaca cepat. Siswa yang mampu dapat

melakukan apa yang telah ditugaskan padanya dengan baik, sementara siswa yang kurang mampu

perlu mendapat perhatian lebih dari guru dalam wujud guru mendampingi siswa yang belum.

Siswa :”yang dimaksud dengan preview itu apa, Bu”

Guru :”Yaitu tahapan membaca selintas, judul,sub judul, topik maupun sub topik”

Siswa :”Bagaimana caranya Bu”

Guru :”Baca secara garis besarnya saja, untuk menemukan pokok-pokok bacaannya”

Siswa : “Baik, Bu terima kasih”

Dari dialog diatas terlihat bahwa siswa sangat tertarik untuk mengikuti pembelajaran

membaca dengan strategi PQ4R. Hal tersebut terlihat dari respon siswa yang sudah siap untuk

mengikuti pembelajaran. Hal ini berarti siswa sudah memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi belajar

adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75).

Tahap Question (tahap memahami perintah dan guru) merupakan tahap yang mana guru

membimbing siswa menyusun pertanyaan yang akan dicari sendiri jawabannya melalui proses

membaca intenrsif. Pada kegiatan ini banyak siswa yang belum paham pertanyaan yang harus dibuat,

sehingga guru harus mengulang kembali penjelasannya.

Guru : “Anak-anak perhatikan paragraf berikut”

Pertanyaan apa yang jawabannya terdapat dalam teks tersebut

Siswa :”Apa judul bacaan tersebut”

Guru :”bagus pertanyaanmu nak!, tetapi itu tidak menunjukkan tingkat berfikir yang tinggi,

ayo dibuat pertanyaan yang berkaitan dengan isi

Teks bacaan “Keindahan Alam Bawah Lau”

Siswa :”Bagaimana caranya kita menjaga kelestarian Keindahan Alam Bawah Laut?

Dari dialog tersebut guru berusaha membangkitkan motivasi siswa dalam menyusun

pertanyaan dengan menggunakan kata tanya yang tepat. McClelland dan Atkinson dalam Sri Esti

(1989: 161) mengemukakan bahwa motivasi yang paling penting untuk psikologis pendidikan adalah

motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung untuk berjuang mencapai sukses atau memilih

kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Intensitas motivasi siswa akan sangat

menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar siswa tersebut.

Pada tahap membaca ini kegiatan guru adalah membimbing siswa membaca dalam hati,

membimbing siswa untuk menemukan jawaban pertanyaan, membimbing siswa menandai bagian

yang dianggap penting,membimbing siswa menemukan kalimat utama dan ide pokok, dan

membimbing siswa untuk membuat catatan-catatan pendek.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

864

Sedangkan dalam refleksi kegiatan guru adalah membimbing siswa untuk membandingkan

informasi yang telah diperolehnya, dan menghubungkan informasi yang telah diperolehnya dengan

hal-hal yang baru diketahui. Pada kegiatan ini guru dan siswa bersama-sama membaca untuk mencari

dan menemukan jawaban atas pertanyaan yang disusun dan menemukan kalimat utama ataupun ide

pokok. Pada tahap recite guru membimbing siswa untuk mengingat kembali informasi yang telah

dipelajari dengan membuat intisari materi dari bacaan, dari catatan-catatan yang dibuat terdahulu

berlandaskan ide pokok, siswa menyusun intisari dari bacaan untuk menguji bahwa siswa telah

memahmi atau belum dari bacaan yang dibaca.

Pada tahap pasca baca ini guru membimbing siswa untuk membaca kembali secara sekilas

wacana yang diberikan guru, kegiatan guru dan siswa pada tahap ini adalah bersama-sama melihat

kembali jawaban siswa dan mencocokkan dengan bacaan.

Pada pertemuan kedua guru memberikan LKS dengan teks bacaan berjudul “Lingkungan

Hidup dan Upaya Pelestariannya” yang harus dikerjakan siswa secara mandiri. Soal-soal dalam LKS

ini sekaligus menjadi soal tes yang harus diselesaikan siswa. Soal-soal tersebuty meliputi menyusun

pertanyaan, menjawab pertanyaan, menentukan gagasan utama, dan menceritakan kembali wacana

yang telah dibaca dengan kalimatnya sendiri.

Dari hasil tes di siklus pertama hanya 68 % siswa yang mampu menentukan gagasan utama

hal ini disebabkan saat meliha teks bacaan mereka merasa malas untuk memulai membaca, dan lebih

senang bercerita sendiri.

Tindakan siklus ke-2

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 ini dilakkukan dengan strategi pembelajaran

individu.Hal ini dilakukan berdasarkan hasil analisis pada siklus pertama. Kemudian guru melakukan

tanya jawab mengingatkan kembali tentang strategi PQ4R yang pernah dipelajari.

Guru : “Anak-anak apa masih ingat strategi membaca yang kita pelajari minggu yang lalau?”

Siswa : “tidak Bu”

Siswa : “Masih Bu”

Guru :”Apa nama strateginya”

Siswa : “PQ4R Bu”

Guru : “Bagus sekali!‟

Dari dialog tersebut guru berusaha membangkitkan kembali ingatan siswa tentang PQ4R yang sudah

dipelajari pada minggu sebelumnya. Setelah berhasil membangkitkan ingatan kembali tentang strategi

PQ4R, guru memotivasi siswa tentang pentingnya memahami suatu bacaan, dan manfaat membaca

intensif, pembaca dapat menguasai isi teks secara mantap, dapat mempunyai daya ingat yang lebih

lama yang berhubungan dengan teks. Dilanjutkan dengan menyampaikan kompetensi yang harus

dipelajari dan tujuan pembelajaran.

Proses selanjutnya adalah mengingatkan kembali langkah-langkah memahami teks bacaan

dengan strategi PQ4R yang meliputi,preview (membaca sekilas),question (menyusun pertanyaan yang

jawabannya dicari melalui proses membaca), read (membaca), refleksi (memahami informasi yang

dibaca), recite (menceritakan kembali/merangkum), review (meninjau kembali teks yang dibaca).

Kemudian guru membagikan lembar kerja siswa secara individu dengan teks bacaan berjudul”

Manfaat Kopi bagi kulit” untuk mengerjakan tes yang berhubungan dengan mengajukan

pertanyaan,menjawab pertanyaan,menemukan gagasan utama,dan menyusun rangkuman dari teks

yang dibaca

Pada siklus 2 ini pembimbingan dan arahan guru dilakukan secara individu untuk itu guru

aktif mendampingi dan membimbing siswa terutama pada siswa yang kurang senang membaca dan

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

865

lebih banyak berbicara dengan temannya, siswa yang tidak mampu menemukan gagasan utama.

Selama siklus 2 ini tampak siswa lebih serius dibandingkan pada siklus sebelumnya.

Pada proses PTK ini peneliti masih menemukan beberapa kekurangan (1) masih ada siswa

yang belum mampu menyusun pertanyaan dari teks yang dibaca dengan menggunakan kata tanya

mengapa, bagaimana (2) siswa masih kesulitan ketika diminta untuk menceritakan kembali teks yang

dibaca dengan kalimatnya sendiri (3) masih ada yang belum mampu menemukan gagasan utama.

Setelah dilakukan analisis diketahui bahwa 72% siswa telah mendapatkan nilai yang

mendekati KKM

PENUTUP

Membaca intensif merupakan membaca dengan penuh pemahaman untuk menemukan ide-ide

pokok pada tiap-tiap paragraf, dan ide-ide penjelas.Dengan penerapan strategi PQ4R ini diharapkan

dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran terutama materi-materi yang lebih sukar dan

menolong siswa untuk berkonsentrasi lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Esti, Sri.1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo

http://pradietapelestarianlingkunganhidup.blogspot.com/2011/04/pengertian-Lingkungan-hidup-html

MoleongJ,Lexy.2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt Remajarosdakarya

Sardiman, A,M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali

Trianto. 2007. Metode Pembelajaran Inovatif Beroientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka

Publiser.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

866

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN

DENGAN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN DAN MEDIA FILM

PADA SISWA KELAS 8D SEMESTER GENAP SMPK WIDYATAMA

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Suci Wahyuni

SMP Katolik Widyatama, Batu

[email protected]

Abstrak: Penggunaan media film pendek dalam pembelajaran menulis teks ulasan mampu

memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka menulis. Bagi kebanyakan

siswa, media ausio visual lebih mudah ditangkap dengan penggambaran yang jelas. Adapun

penggunaan peta pikiran sebagai metode pembelajaran menulis teks ulasan, membantu

siswa mengembangkan ide yang mereka temukan pada saat menonton film menjadi teks

ulasan. Peta pikiran dapat membantu siswa mengorganisasikan dengan benar alur

pemikiran untuk menjadi paragraf-paragraf yang tersusun dengan runtut sesuai dengan

struktur isi teks ulasan. Mengingat efektifnya penggunaan metode peta pikiran dan media

film dalam pengajaran di sekolah, maka melalui PTK ini diharapkan kedua metode dan

media tersebut dapat dijadikan alternatif alat bantu mengajar khususnya dalam materi

menulis teks ulasan siswa kelas 8D semester genap di SMPK Widyatama tahun Pelajaran

2015/2016.

Kata Kunci: Metode, Peningkatan kualitas, Peta pikiran, menulis teks ulasan, Media film

pendek

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi dunia

pendidikan. Menurut Rosidi, menulis membantu siswa berpikir, mengungkapkan gagasan, dan

memecahkan masalah (2009:3). Sementara itu, Leonhardt mengatakan bahwa anak-anak yang gemar

menulis menjadi murid yang mudah unggul dalam semua mata pelajaran (2005:16). Menulis dapat

menjadi sarana latihan bagi siswa dalam rangka mengembangkan diri mereka menjadi insane yang

lebih matang dalam menghadapi permasalahan.

Menulis teks merupakan kegiatan belajar yang dianggap sulit oleh kebanyakan siswa. Pada

umumnya permasalahan yang dialami oleh siswa adalah kemampuan mengungkapkan ide agar

menjadi paragraf atau cerita yang padu dan runtut sehingga mudah dipahami oleh siswa yang lain

atau pembaca secara umum. Selain pengungkapan ide, masalah lainnya adalah penggunaan ejaan

yang meliputi penggunaan huruf kapital, konjungsi, dan tanda baca.

Teks ulasan merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas VIII-D semester genap.

Materi dalam teks ulasan tersebut siswa diminta untuk mengomentari isi novel, cerpen, puisi yang

dibaca atau film yang dilihat. Bahasan dalam teks ulasan meliputi Orientasi, tafsiran, evaluasi, dan

rangkuman.

Siswa kelas 8D SMPK Widyatama pun tidak lepas dari kesulitan tersebut. Ketika materi

menulis teks ulasan ajarkan, penulis mendapati beberapa permasalahan, yaitu : 1) kesulitan yang

terjadi yaitu siswa sulit mengungkapkan ide menuangkan apa yang mereka amati dan baca dari

cerpen. Hasil pengamatan menunjukkan siswa hanya mampu menuliskan judul ulasan dan identitas

cerpen yang diamati. Beberapa siswa lain, begitu mendapatkan tugas untuk membuat ulasan cerpen

yang diamati, langsung berdiskusi dengan temannya dan saling bertanya tetapi tidak menulis apapun.

Siswa yang lain sepertinya serius menulis tetapi banyak menghapus, menganggap tulisan mereka

salah. Ada juga yang menghabiskan waktu yang tersedia hanya dengan merenung. Setelah ditanya,

mereka menjawab takut menulis karena takut salah. 2) Beberapa siswa lain mengatakan bahwa

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

867

mereka tidak tahu bagaimana dan apa yang harus ditulis. 3) Siswa lain merasa tidak tertarik dengan

cerpen.

Setelah dilakukan pengamatan terhadap hasil tulisan mereka, didapati banyak kesalahan. Ada

banyak kesalahan dalam pengorganisasian kalimat dalam paragraf. Dalam satu paragraf terdapat

kalimat yang tidak padu. Hasil lainnya, terdapat kesalahan ejaan, mulai dari penggunaan huruf kapital,

penggunaan kata penghubung, dan kalimat efektif.

Berbagai kesulitan yang terjadi di kelas 8D tersebut, membuat mereka tidak mampu

menyelesaikan tugas dengan baik. Penguasaan materi rendah. Pada akhirnya, setelah tugas portofolio

mereka diamati, banyak terjadi kesalahan dalam penulisan huruf kapital, penggunaan kata

penghubung yang diulang dalam satu kalimat. Mereka tidak mampu membedakan penggunaan kata

penghubung intra kalimat dan antarkalimat. Kalimat yang mereka buat tidak efektif. Pada akhirnya,

nilai siswa berada di bawah KKM. Dari 25 siswa kelas 8D, siswa yang dinyatakan tuntas dalam

menulis teks ulasan hanya 30%, sedangkan sisanya 70% masih di bawah KKM. KKM yang harus

dicapai untuk menulis teks ulasan adalah 80.

Menyadari hal tersebut, maka perlu dipikirkan alternatif kegiatan pembelajaran yang

memfasilitasi para siswa untuk menguasai keterampilan menulis baik. Satu metode yang ditawarkan

adalah dengan menggunakan Peta Pikiran. Peta Pikiran atau yang aslinya bernama Mind Mapping ini

merupakan satu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan “memetakan” pikiran-

pikiran kita (Buzan, 2008: 4) Dengan menggunakan Peta Pikiran, siswa akan terbantu dalam menulis.

Peta Pikiran akan memandu mereka menulis dengan rincian gagasan yang tepat. Peta Pikiran akan

menjadi kerangka tulisan mereka. Selama proses menulis, mereka juga dapat menambahkan ide

penjelas yang diperlukan. Kreativitas mereka juga akan mendapat tempat. Peta Pikiran akan dapat

melatih mereka dalam menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan, sehingga dengan latihan menulis

teks menggunakan Peta Pikiran para siswa dapat menjadi generasi muda yang utuh karena otak kiri

dan kanannya berkembang secara seimbang (Suyati, 2015:88)

Lebih lanjut Suyati (2015) mengemukakan bahwa peta pikiran adalah suatu teknik untuk

mengorganisasikan suatu konsep atau ide dalam bentuk diagram radial hirarkis nonlinier. Dalam peta

pikiran, tema, gagasan utama, dan gagasan penjelas yang dituangkan dengan kata-kata kunci

dihubungkan dengan garis lengkung dan divariasikan dengan gambar atau simbol yang sesuai dan

warna-warna yang menarik, sehingga peta pikiran melatih keseimbangan kerja otak kanan dan otak

kiri. Peta pikiran dapat membantu siswa menyeleksi dan mengelompokkan kata-kata kunci yang

diperlukan dalam menulis teks. Peta Pikiran yang tertata dengan baik akan menjadi kerangka tulisan

yang dapat menuntun siswa untuk menghasilkan teks dengan kualitas tulisan yang lebih baik pula.

Peta pikiran membantu siswa belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin

informasi yang diperlukan, dan mengelompokkannya dengan cara yang alami (Buzan, 2008: 13).

Tulisan yang baik memerlukan banyak ide atau gagasan, baik berupa gagasan utama maupun gagasan

penjelas.Banyak siswa merasa tidak dapat menulis karena kehabisan ide. Di sisi lain, ide atau gagasan

tersebut harus disusun dan dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu, sehingga tulisan yang

dihasilkan juga akan baik dari segi penataan ide. Peta pikiran mampu mengakomodasi hal-hal

tersebut.

Beberapa keunggulan peta pikiran dalam proses pembelajaran menulis teks, antara lain (1).

dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas berpikir siswa. Hal ini menimbulkan sikap kemandirian

belajar yang lebih pada siswa. (2). Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik,

yang akan memudahkan belajar. (3). Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara

lebih komprehensif dalam setiap komponen konsep-konsep dan mengenali hubungan antara konsep-

konsep berikut. (Suyati, 2015:95).

Pemilihan film pendek sebagai media untuk membantu siswa kelas 8D dalam memahami

penulisan teks ulasan didasarkan bahwa keunggulan film pendek, antara lain film dapat memikat

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

868

perhatian anak. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya sesuai dengan

kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas. Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera kita

(penglihatan) dan dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak. Anak akan lebih fokus

terhadap materi yang disampaikan daripada mereka membaca buku. Waktu yang digunakan untuk

penyampaian materi lebih singkat dan cepat dipahami daripada kalau mereka membaca buku. Film

dapat digunakan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil.

Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan menulis siswa pernah dilakukan oleh beberapa

penulis . Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yohana L.A. Suyati (2015) berjudul

“Peta Pikiran dan Kemampuan Menulis Siswa Kelas VII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berbasis Teks pada Kurikulum 2013”. Dalam penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa peta

pikiran sangat berguna dalam menjabarkan atau menemukan ide-ide dalam menulis. Peta Pikiran

merupakan satu cara untuk menyiapkan kerangka tulisan dengan memanfaatkan kata-kata kunci yang

digu-nakan sebagai tema, ide atau gagasan utama, dan ide atau gagasan penjelas. Kata-kata kunci

tersebut dihubungkan dengan garis lengkung sebagai cabang dari tema yang ditentukan berdasarkan

jenis teks yang sedang dipelajari. Dalam Peta Pikiran, kata-kata kunci yang digunakan ditata

berdasarkan kelompoknya. Penggunaan gambar atau simbol yang sesuai dengan kata kunci yang

dipilih dan penggunaan warna yang bervariasi dapat melatih kerja otak kanan.Penggunaan kata-kata

kunci dalam Peta Pikiran dapat melatih kerja otak kiri. Dengan demikian, Peta Pikiran dapat melatih

keseimbangan kerja otak kanan dan otak kiri. Penataan gagasan dalam Peta Pikiran akan membantu

siswa dalam mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka, sehingga siswa akan lebih terarah

dalam menulis teks yang dilatihkan kepada mereka. Peta Pikiran akan menjadi kerangka tulisan

mereka dan diharapkan dengan kerangka tulisan yang telah tertata tersebut, kualitas tulisan yang

mereka hasilkan akan menjadi lebih baik.

Penelitian lain dilakukan oleh Pande Putu Edi Harnata, I Wayan Rasna, Ni Made Rai

Wisudarian. Pande Putu Edi Harnata, dkk. mengambil media film dalam kaitannya dalam upaya

meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada pembelajaran menulis siswa kelas X2 SMAN

Tampaksiring, Bali. Penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan

Keterampilan Kenulis Cerpen Siswa Kelas x2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring” Hasil dari penelitian

tersebut menyebutkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media film dapat meningkatkan

keterampilan menulis cerpen siswa kelas X2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring. Di samping

meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa, penggunaan media film juga dapat meningkatkan

respons siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen dan mampu menumbuhkan respons sangat

positif pada diri siswa yang mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Dengan melihat tayangan film,

siswa merasa senang dan menyambut dengan antusias.Dari isi film tersebut, siswa sangat terbantu

untuk membuat sebuah cerpen, mulai dari membuat tema, menentukan jalan cerita, dan

menggambarkan tokoh dalam cerita.

Pemilihan judul : Peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks ulasan film dengan

menggunakan peta pikiran dan media film pada siswa kelas 8 semester genap smpk widyatama tahun

pelajaran 2015/2016” sebagai dasar penelitian karena peneliti menyadari bahwa siswa perlu

memiliki keterampilan dalam hal menulis terutama membuat teks ulasan. Dengan menggunakan

metode peta Pikiran dan media film tersebut diharapkan kemampuan anak dalam menulis dapat

meningkat, bukan hanya dapat menulis tetapi kualitas tulisan dalam ejaan dan pengorganisasian ide

dalam kalimat efektif dapat meningkat. Selain itu, penelitian dengan menggunakan metode peta

pikiran dengan media film bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan fokus siswa terhadap materi

dan menghindari kejenuhan.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

869

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)

yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Setiap siklus terdiri atas tiga pertemuan, dua kali pertemuan tatap muka dan satu kali

pertemuan untuk tes. Untuk memperoleh data digunakan dua instrumen, yaitu instrumen berupa

lembar observasi dan instrument untuk menilai hasil. Lembar observasi digunakan untuk menjaring

data keaktifan dan keantusiasan siswa dalam mengikuti proses lembelajaran. Adapun untuk menilai

hasil kerja siswa tentang kemampuan siswa menulis teks ulasan terhadap film “Surat Kecil untuk

Tuhan”. Instrumen penilaian berupa pertanyaan esai / uraian digunakan sebagai panduan untuk

menilai teks ulasan hasil kerja siswa.

Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-D SMPK Widyatama Batu tahun Pelajaran

2015-2016 pada mata pelajaran bahasa Indonesia, yang terdiri 10 orang siswa laki-laki dan 15 orang

siswa perempuan. Waktu penelitian dimulai pada 1 Maret sampai 16 April 2016. Materi yang

digunakan adalah Teks Ulasan film “Surat Kecil untuk Tuhan”

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Pembelajaran

Pada tahap perencanaan terdapat lima kegiatan, yaitu menyusun RPP, menyusun LKS,

menyusun pedoman observasi, mengembangkan media pembelajaran, dan menyusun evaluasi.

Langkah-langkah dalam penyusunan RPP, pertama, menentukan Kompetensi Inti (KI) dan

Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi inti (KI) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3.1

Memahami teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi baik melalui

lisan maupun tulisan, sedangkan kopetensi dasar (KD) yang digunakan adalah 4.2 Menyusun teks

cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi sesuai dengan karakteristik teks

yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan KD tersebut, dijabarkan ke dalam 4

indikator, 1) Siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dari film “Surat kecil untuk Tuhan”dengan

menggunakan metode peta pikiran. 2) Siswa dapat menjelaskan keunggulan dan kelemahan film

“Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan metode peta pikiran. 3) Siswa dapat menjelaskan

kualitas film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan metode peta pikiran . Dan, 4) Siswa

dapat menyusun teks ulasan film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan metode peta

pikiran.

Kedua, menyusun RPP. RPP disusun berdasarkan waktu yang tersedia yakni 3x40 menit yang

terdiri atas 2 x 40 menit tatap muka pembelajaran dan 1 x 40 menit nontatap muka berupa pemberian

tes evaluasi untuk menjaring data . Dari SK dan KD serta indikator yang ada maka diuraikan lagi

dalam lima tujuan pembelajaran yakni setelah peserta mengikuti pembelajaran tentang menulis teks

ulasan film menggunakan metode peta pikiran, peserta dapat : 1) menentukan unsur intrinsik dari

film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran, 2) menentukan keunggulan dan

kelemahan film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran”, 3) menentukan

kualitas film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran, dan 4) menyusun teks

ulasan film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran.

Tahapan rencana pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran dengan media

film, yaitu pada bagian awal, siswa diajak untuk mengamati bentuk-bentuk peta konsep, fungsi, dan

manfaat, serta penggunaannya dalam membuat teks ulasan. Tahap selanjutnya yang merupakan

tahapan inti dalam pembelajaran, siswa mengamati film secara cermat dan sungguh-sungguh. Para

siswa dibekali tujuan yang ingin diperoleh dari pengamatan film dilakukan yaitu unsur intrinsik,

keunggulan dan kelemahan film, serta kualitas film. Setelah pengamatan dilakukan, siswa

mendiskusikan tugas yang diberikan tersebut dan mencoba memasukkannya melalui peta pikiran.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

870

Kemudian, setelah mendiskusikan hasilnya, mereka mengomunikasikan lewat presentasi

wakil kelompok , sedangkan siswa dari kelompok lain menanggapinya. Setelah mendapatkan

perbaikan, para siswa yang memiliki karya tersebut bersama guru dan siswa lainnya mengevaluasi

secara keseluruhan dengan memperhatikan penuangan ide, kalimat efektif dan ejaan yang digunakan.

Pada tahap akhir dari evaluasi, siswa melakukan perbaikan. Selanjutnya, karya tersebut dikumpulkan

untuk dinilai oleh guru berdasarkan rubrik penilaian yang telah dibuat.

Berdasarkan tahapan langkah-langkah tersebut, kegiatan pembelajaran di kelas dituangkan

dalam jabaran RPP Siklus I pertemuan pertama sebagai berikut : pada tahap awal, dalam waktu 20

menit, terbagi dalam beberapa kegiatan yaitu 1) guru memberikan salam dan menanyakan kabar para

siswa. 2), guru memberikan motivasi agar semangat dalam mengikuti pelajaran hari ini. 3), guru

mengajak siswa untuk menggali ingatan mereka tentang materi sebelumnya yaitu struktur teks ulasan

serta hal-hal yang termasuk di dalam masing-masing bagian struktur teks. 4) Guru menjelaskan KD,

tujuan, dan materi pembelajaran hari ini. 5) guru menampilkan satu contoh bentuk peta pikiran

kemudian bertanya jawab dengan siswa tentang pengetahuan mereka dalam memahami pengertian,

fungsi, dan manfaat serta penggunaan peta pikiran. Dan, 6) Guru membagi siswa menjadi 7

kelompok dengan masing-masing kelompok 3 orang anggota kemudian membagikan lembar kerja

siswa.

Selanjutnya, pada tahap inti dalam waktu 50 menit, 1) siswa mengamati film pendek “Cinta

dalam Diam” 2) di dalam kelompok, siswa mendiskusikan temuan dari film yang diamati dan

mengisi LKS berkaitan dengan unsur intrinsik, keunggulan dan kelemahan, serta kualitas penyajian

film, lalu memasukkan hasil temuan dalam pohon peta pikiran. 3) Kelompok yang telah selesai

berdiskusi, mempresentasikan di depan kelompok lain, dan kelompok lain menanggapinya. 4) Siswa

dalam kelompok mengembangkan peta pikiran untuk menjadi teks ulasan. 5) Siswa memasang hasil

karya mereka di papan pajang, kemudian 6) guru bersama siswa kelompok lain mengevaluasi dari

segi isi dan bahasa.

Pada bagian penutup dengan waktu 10 menit, 1) guru bersama siswa melakukan simpulan

hasil pembelajaran hari ini untuk memastikan pemahaman yang benar tentang penggunaan peta

pikiran untuk menyusun teks ulasan film. 2) Guru menjelaskan rencana materi dan tugas untuk

pertemuan kedua….

Berikutnya, pada pertemuan kedua Siklus I, bagian awal kegiatan pembelajaran (10 menit)

yaitu 1) Guru menyampaikan salam dan siswa menanggapinya. 2) Guru mengajak siswa untuk

mengingat kembali simpulan temuan tentang peta pikiran dan teks ulasan, mengisi pohon peta pikiran

serta cara mengembangkannya dalam teks ulasan. 3) Guru menyampaikan materi pembelajaran hari

ini.

Pada bagian inti (60 menit), secara individu, 1) siswa diminta mengamati film “Surat Kecil

untuk Tuhan” (SKuT) karya Harris Nizam. 2) Siswa mengerjakan LKS berupa pohon peta pikiran

tentang film “SKuT” yang diberikan guru. 3) Siswa mengembangkan pohon peta pikiran tersebut

menjadi teks ulasan. 4) Setelah selesai, siswa mengumpulkan hasil karya mereka kepada guru untuk

dilakukan penilaian.

Pada bagian penutup selama 10 menit, 1) guru bersama siswa melakukan refleksi tentang

hasil pembelajaran menyusun teks ulasan yang telah dilakukan selama 2x pertemuan. 2) Guru

menjelaskan pelaksanaan penilaian (tes) sehubungan dengan teks ulasan pada pertemuan berikutnya.

Pelaksanaan

Siklus I

Pada tahap awal, selama 20‟ guru menyampaikan tujuan pembelajaran kali ini yaitu menulis

teks ulasan berdasarkan film yang dilihat dengan menggunakan metode peta pikiran. Sebelum

memutarkan film, guru dan siswa saling menanya tentang struktur teks ulasan dengan tepat. Setelah

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

871

mendapatkan pemahaman yang benar tentang struktur teks ulasan, Guru memutarkan film pendek

motivasi berjudul “Cinta dalam Diam” dan siswa mengamati film tersebut. Selanjutnya, Guru

menanya tentang hasil temuan mereka berkaitan dengan materi ulasan film. Berdasarkan jawaban

siswa dapat disimpulkan bahwa lebihh dari 70% siswa kesulitan mengungkapkan hasil temuan

mereka secara runtut. Kemudian guru membantu siswa dengan dengan menggunakan peta pikiran

untuk merumuskan hasil temuan mereka. Siswa menuliskan point-point hasil pengamatan mereka ke

dalam struktur teks ulasan. Hasil temuan didiskusikan dalan kelompok untuk mendapat tanggapan

siswa anggota kelompok.

Pada tahap pelaksanaan 60‟, Siswa menonton film pendek berjudul “Surat kecil untuk

Tuhan”. Selanjutnya, mereka menuliskan hasil temuan berdasarkan struktur teks ulasan dengan

bantuan peta pikiran. Tugas tersebut dilakukan di dalam kelompok. Kemudian, hasil peta pikiran

tersebut mereka tuliskan dalam teks ulasan sesungguhnya. Didapati, lebih dari 65% mereka belum

tuntas. Para siswa kelas VIIID yang berjumlah 25 orang masih sulit ketika harus menentukan tafsiran

mereka yaitu memberi penilaian kelebihan dan kelemahan film tersebut. Dari 25 siswa, 8 siswa

memperoleh nilai 75, 7 siswa memperoleh nilai 70, dan sisanya mendapat nilai 65. Padahal KKM

yang diharapkan adalah 75. Berdasarkan hasil tersebut, persentase nilai terendah terdapat pada bagian

truktur tafsiran, yaitu kemampuan siswa menentukan kelebihan dan kelemahan film tersebut.

Pada tahap akhir siklus I guru dan siswa menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut terjadi

karena siswa kurang teliti dalam mengamati film sehingga tidak dapat menentukan kelebihan dan

kelemahan film. Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru menyampaikan rencana pertemuan siklus

II serta tujuan pembelajaran berikutnya.

Siklus II

Pada tahap awal, selama 10‟ guru menyampaikan tujuan pembelajaran kali ini yaitu menulis

teks ulasan berdasarkan film yang dilihat dengan menggunakan metode peta pikiran secara

mandiri.Guru dan siswa menanya untuk mengingat kembali struktur teks ulasan, serta kesulitan yang

dihadapi siswa pada pertemuan pada siklus I.

Pada tahap pelaksanaan 60‟, Siswa menonton film pendek berjudul “Forrest Gump”. Guru

mengganti judul dan materi film. Pengubahan tersebut dilakukan karena film SKuT pada siklus I

terlalu datar alurnya sehingga menjelang akhir, siswa mulai bosan. Pelajaran mulai Nampak

menjenuhkan. Forrest Gump dipilih karena menurut peneliti, filom ini lebih hidup dan menginspirasi

karena berupa film motivasi. Selanjutnya, mereka menuliskan hasil temuan berdasarkan struktur teks

ulasan dengan bantuan peta pikiran. Pada siklus II tersebut, siswa langsung mengomunikasikan

kepada guru untuk mendapat perbaikan berkaitan dengan hasil pembuatan peta pikiran. Setelah

Memperbaiki, siswa langsung menyusun teks ulasan secara mandiri.

Pada tahap penutup 10‟, guru bersama siswa merefleksi hasil pembelajaran dengan

menyimpulkan penggunaan peta pikiran dalam menyusun teks ulasan dengan tepat.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian

ini. Pertama, peningkatan skor rata-rata menulis teks ulasan siswa dengan menggunakan metode peta

pikiran dan media film terjadi pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, hasil yang diperoleh siswa

kurang memuaskan, yaitu Dari 25 siswa, 8 siswa memperoleh nilai 75, 7 siswa memperoleh nilai 70,

dan sisanya mendapat nilai 65. Sedangkan pada siklus II, nilai tersebut mengalami peningkatan

sebesar 5,07.

Kedua, Penggunaan Metode Peta Pikiran dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam

mengorganisasikan pikiran mereka secara runtut sesuai dengan alur film yang ditampilkan. Siswa

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

872

mudah untuk menjabarkan ide-ide tersebut dslam paragraf karena telah terbantu langkah-langkah dan

isinya sesuai dengan peta pikiran yang tekah dibuat.

Ketiga, media film yang mampu meningkatkan kemampuan siswa menulis cerpen adalah

media film yang bisa menarik perhatian siswa dan sesuai dengan tingkat kematangan audiens (siswa

SMP), serta sesua dengan kegemaran mereka saat ini. Film tentang romantisme, percintaan, kesetiaan,

dan motivasi tentang kahidupan adalah jenis film yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran

menulis ulasan di SMP. Dengan menayangkan film yang berjudul “Surat Kecil untuk Tuhan” (sebagai

film remaja) dan “Forrest Gump” (sebagai film motivasi tentang kahidupan remaja), siswa merasa

senang dan menyambut dengan antusias. Dari isi film tersebut, siswa sangat terbantu untuk menyusun

sebuah teks ulasan, mulai dari orientasi, tafsiran, evaluasi, dan simpulan.

Keempat, pada intinya, langkah -langkah proses belajar-mengajar menulis teks ulasan dengan

menggunakan metode peta pikiran dan media film, yaitu guru membuka pelajaran dengan

mengucapakan salam, guru mengkondisikan kelas supaya kelas menjadi lebih tenang dan nyaman dan

guru mengecek kehadiran siswa, guru memberikan apersepsi, guru menyampaikan kompetensi dasar

dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru memberikan arahan atau gambaran mengenai

kegiatan yang akan dilakukan, guru mulai menjelaskan materi. Pada saat menjelaskan peta pikiran,

guru menyertakan contoh membuat pikiran dengan cara mengajak siswa menonton film pendek.

Selanjutnya, bertanya jawab tentang struktur teks ulasan dan mengisikan hasil temuan sesuai struktur

teks dalam peta pikiran. Setelah kegiatan pra tersebut, didapat simpulan bahwa siswa sangat

dimudahkan pembelajaran menggunakan metode peta pikiran. Selanjutnya, dalam siklus II

peningkatan kemampuan siswa yang diwujudkan dengan peningkatan perolehan nilai dan jumlah

siswa yang tuntas KKM semakin banyak.

Terakhir, Siswa memberikan respons sangat positif terhadap penggunaan media film dalam

pembelajaran menulis cerpen. Hal ini bisa dilihat dari 25 siswa yang mengisi kuesioner, 20

memberikan respons sangat positif dan 5 siswa atau memberikan respons positif terhadap penggunaan

metode peta pikiran dan media film dalam pembelajaran menulis teks ulasan.

Berdasarkan simpulan di atas, adapun saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian

ini, yaitu sebagai berikut. 1) Penelitian ini disarankan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia untuk

menggunakan media film sebagai salah satu media alternatif dalam meningkatkan kualitas menulis

tekis ulasan siswa. Penggunaan metode peta pikiran juga dapat dijadikan sebagai alternatif metode

pembelajaran yang ternyata lebih efektif untuk memudahkan siswa mengorganisasikan ide.Selain itu,

penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menulis sastra lainnya. Guru juga hendaknya memberikan banyak contoh agar siswa lebih memahami

materi yang disampaikan,memberikan penguatan atau motivasi kepada siswa, menggunakan media

film yang tepat, dan memberikan apresiasi supaya siswa menjadi lebih aktif ketika proses belajar

mengajar berlangsung. 2) Penelitian ini hendaknya dijadikan pengetahuan baru bagi siswa dalam

menulis cerpen. Ketika menulis cerpen, siswa bisa menggunakan film sebagai medianya. Siswa juga

diharapkan selalu menyimak dan memerhatikan perintah dan penjelasan yang diberikanoleh guru

ketika proses belajar-mengajar menulis teks ulasan dengan menggunakan metode peta pikiran dan

media film berlangsung. 3) Peneliti lain hendaknya dapat melakukan penelitian lanjutan terkait

dengan penerapan media pada aspek pembelajaran bahasa, khususnya pada aspek menulis. Selain itu,

penelitian ini hanya terbatas pada subjek penelitian di kelas 8D saja. Untuk memperoleh informasi

yang luas dalam mengkaji pembelajaran menulis teks ulasan dengan menggunakan metode peta

pikiran dan media film ini,peneliti lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan subjek

yang berbeda, seperti kelas 8A, 8B, 8C, dan 8E.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

873

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi & Supandi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Kurikulum

Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Penerbit PT Gra-media Pustaka Utama

Derewianka, Beverly. 1995. Exploring

Harnata, Pande Putu Edi, dkk.2014. Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Keterampilan

Menulis Cerpen Siswa Kelas X2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring.FPBS.

Leonhardt, Mary. 2005. 99 Cara Menja-dikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung: Penerbit

Kaifa

Suherli. 2007. Menulis Karangan Ilmi-

Rosidi, Imron. 2009. Menulis.... Siapa Takut?Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

874

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA

MELALUI METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION(STAD)

BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA SMP PGRI 01 BATU

Umi Kalsum

SMP PGRI 01 Batu

[email protected]

Abstraksi: Kemampuan menulis berita pada siswa kelas VII E SMP PGRI 01 Batu masih

kurang maksimal disebabkan siswa kurang memahami cara menulis berita, siswa kurang

antusias dalam pembelajaran, cara mengajar yang monoton Hal ini dapat diketahui

berdasarkan observasi hasil menulis berita siswa yang memperoleh KKM berjumlah

38,24%. Untuk mengatasi kondisi tersebut dipilih metode STAD Berbantuan Gambar

Peristiwa .Metode ini dapat membantu siswa menyusun pokok-pokok berita, menyusun

berita, menggunakan kalimat,efektif, ketepatan ejaan dan tanda baca.Hasil penelitian siklus

1, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 38,24% dan pada siklus 2 menjadi 94,12%.

Hal ini menunjukan terjadi peningkatan sebesar 65,88%. Artinya hasil yang dicapai tersebut

telah memenuhi target yang ditetapkan. Peningkatan nilai hasil ini membuktikan bahwa

metode STAD Berbantuan Gambar Peristiwa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh

dapat menuntun siswa untuk menulis berita secara singkat,padat, dan jelas.

Kata kunci:Kemampuan Menulis,Berita,Metode STAD Berbantuan Gaambar Peristiwa

Kurikulum Tingkat Satuan Guruan (KTSP), materi pembelajaran bahasa Indonesia terdiri

atas dua jenis keterampilan yaitu keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra. Seperti yang

dikemukakan Tarigan (2008:1) bahwa keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yaitu,

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan

menulis. Setiap keterampilan tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

Salah satu kompetensi dasar yang diajarkan di SMP khususnya siswa kelas VIII dan

berkaitan dengan keterampilan menulis yaitu menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas.

Kompetensi dasar ini merupakan bagian dari standar kompetensi ke 12.

Berdasarkan pengalaman penulis, hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menulis teks

berita secara singkat dan jelas pada siswa kelas VIII-E SMP PGRI 01 Batu masih rendah dan belum

mencapai kreteria ketuntasan minimal (KKM) 75.Siswa yang memperoleh nilai tuntas 13 dari 34

siswa, dan yang belum tutas 21 siswa.

Tujuan pembelajaran menulis berita dengan singkat, padat, dan jelas sebagai mana tercantum

dalam rencana pembelajaran belum dapat dikuasai siswa dengan baik.Rendahnya hasil belajar siswa

tersebut disebabkan oleh beberapa hal (1) siswa belum paham cara menulis teks berita berita secara

singkat, padat dan jelas, (2) siswa kurangantusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga

pembelajaran terkesan kurang efektif. (3) metode yang digunakan guru belum efektif dan kurang

menarik sehingga pembelajaran terkesan monoton.(4) pembelajaran berpusat pada guru (teacher

center).

Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis selaku pengajar di kelas VIII-E bermaksud

meningkatkan kemampuan menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas. Hal ini pula yang

membuat penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas tentang kemampuan menulis

berita secara singkat dan jelas, dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Melalui

Metode Student Team Achievement Division(STAD)Berbantuan Media Gambar Pada Siswa SMP

PGRI 01 Batu.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

875

Metode STAD berbantuan gambar dapat menjadi metode yang menarik bagi siswa dalam

pembelajran menulis berita dengan cara singkat, padat dan jelas.Metode STAD menuntut siswa

bekerja secara berkelompok sehingga mereka akan memecahkan masalah bersama tamansehingga

siswa tidak perlu takut karena masalah yang dihadapi dipecahkan bersama.Melalui gambar siswa akan

beremajianai. Dengan imajinasi siswa akan berpikir lebih luas tanpa batas sehingga apa yang ada

dipikirannya akan tergali luar biasa (Iwan 2011:106).

Pemanfaatan gambar peristiwa sebagai media untuk mengamati suatu kejadian yang akan

ditulis menjadi sebuah teks berita sangat tepat. Menulis teks berita dengan teknik pengamatan gambar

peristiwa akan memberikan kebebasan kepada siswa untuk membahasakannya. Jadi, siswa yang satu

dengan yang lain akan bervariasi dalam membahasakan gambar peristiwa yang diamati. Dengan

variasinya jawaban siswa dalam mengamati gambar akan menambah pengetahuan bagi siswa untuk

menulis berita.

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan

suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik

tersebut yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa penulis. Pesan yang dibawa oleh penulis

melalui gambar huruf-huruf disebut karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat,

pengalaman disusun secara sistematis dan logis (Sutari, 1997:26)

Menurut Kridalaksana (2005: 968) menulis adalah melahirkan pikiran tematik atau perasaan

seperti mengarang, membuat surat dalam tulisan. Akhadiah (2002: 2) juga mengungkapkan bahwa

menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat.

Menulis berarti mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan dan wawasan ke dalam tulisan

yang sistematis dan bisa dipahami oleh orang lain.Menurut KBBI, pengertian menulis adalah

melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Menulis berarti menuangkan isi

hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang

orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan seseorang dalam menuangkan isi hatinya ke dalam

sebuah tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu

atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal yang penting bahwa

terkait dengan aktifitas menulis, seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan

pembacanya.

Untuk meningkatkan keaktifan siswa serta hasil belajar, guru menggunakan model

pembelajaran kooperatif. Metote pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara

berkelompok untuk kerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan,

atau inkuiri. Beberapa unsure dasar yang membedakan pembelajaran kooperatif dari pembagian

kelompok biasa.Menurut Kunandar (2009:271) pembelajaran kooperatif terdiri dari empat unsur yaitu

1) Saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling tergantung dalam menyelesaikan pekerjaan dan

saling ketergantungan peran. 2) Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling

bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan

sesame teman. 3) Akuntabilitas individu adalah nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar

semua anggotanya, oleh karena itu anggota kelompok harus member kontribusi demi keberhasilan

kelompok. 4) Keterampilan menjamin hubungan antarpribadi.

Menurut Sukandar (2009:275) pelaksanaan tipe STAD melalui tahapan sebagai berikut 1)

penjelasan materi pembelajaran, 2) Diskusi atau kerja kelompok belajar, 3) Validasi oleh guru, 4)

Evaluasi, 5) Menentukan nilai-nilai individu dan kelompok, 6) Pengarahan individu atau kelompok.

Slavin (dalam Trianto 2007: 52) menyatakan bahwa STAD, siswa ditempatkan dalam tim

belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin,

dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

876

bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberi tes

tantang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

mementingkan kerja sama anrsiswa untuk memecahkan persoalan dengan terlebih dahulu guru

memberikan bekal materi. Siswa akan memperoleh nilai secara kelompok dan secara individu dan

nilai rata-rata menjsdi nilai akhir.

Penelitian sejenis yang berhubungan dengan metode STADdilakukan oleh1) Hariyani (2010)

dengan judulPenerapan Pembelajaran Kooperatif STAD untuk Meningkatkan Keterampilan

Mengurutkan Pecahan Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sidakaton 04.Dalam penelitian ini

disimpulkan bahwaadanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari jumlah 29 siswa yang tuntas

dengan KKM : 60 pada siklus 1 PTK sebanyak 23. Kemudian setelah diadakan siklus 2 PTK

ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 28 siswa (96 %). 2)Arumningtiyas,

Win.(2012)Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Divisions) untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar IPA Siswa Kelas IV MI AL-HIKMAH Melis

Gandusari Trenggalek. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa rata-rata aspek yang diteliti

prosentasenya meningkat. 3)Salmani (2010) Penerapan Pembelajaran Kooperatif MetodeSTAD untuk

Meningkatkan Pemahaman MateriPemcerminan Siswa Kelas VSDN 017 Penajam. Dalam penelitian

disimpulkan bahwapembelajaran matematika dengan menggunakan kooperatif metode STAD dapat

meningkatkan motivasi yang tinggi dari siswa selama pembelajaran, dan kemampuan dalam

melaksanakan diskusi kelompok berjalan dengan baik. 4) Haryati,Sri (2012) Peningkatan

Keterampilan Menulis Berita dengan Metode Kooperatif Tipe STAD pada SMP Negeri I Sanggau.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa dari semua aspek yang diteliti prosentasenya mengalami

peningkatan.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

dilaksanakan di kelasVII-E SMP PGRI 01 Batu dengan menggunakan

metode STAD berbantuan gambar.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan

penelitian tindakan kelas yangterdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus meliputi (1) perencanaan

(planning); (2) pelaksanaan tindakan (action);(3) observasi (observing); dan (4) refleksi

(reflecting).Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan.

Lokasi dan subjek dalam penelitian ini kelas VIII-E SMP PGRI 01 Batu tahun pelajaran

2015/2016.Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah 34 siswa (21 siswa laki-laki dan 13

siswa perempuan).Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2016sampai dengan bulan

April2016.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-E sebanyak 34 siswa, guru yang

mengajar bahasa Indonesia untuk melihat keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode

STAD.Sumber data utama penelitian adalah hasil belajar siswa selama pembelajaran, yang dimulai

dari siklusI sampai siklus II.

Pengambilan data berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh rekan sejawat.Dalam

melaksanakan pengamatan, guru menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan pada tahap

perencanaan. Data kemampuan siswa dalam memahami menulis berita dijaring melalui evaluasi

bentuk tes yang dilakukan setelah proses pembelajaran dengan menerapkan metode STAD

berbantuan gambar peristiwa.Instrumen tes berbentuk LKS yang dilengkapi dengan rubric penilaian.

Kreteria penilaian menerapkan metode STAD dalam upaya meningkatkan kemampuan

menulis teks berita siswa kelas VIII-D SMP PGRI 01 Batu dikaitkan denganstandar ketuntasan belajar

yang digunakan di sekolah tersebut.Jika siswa mendapatkan nilai 75% ke atas maka metode STAD

dikatakan berhasil. Aspek penilaian yang dijadikan kreteria tingkat pencapaian siswa dalam menulis

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

877

tes berita berpatokan pada lima kreteria penilaian, yaitu ketepatan penulisan strktur berita,

kelengkapan unsur berita,diksi, keefektifan kalimat, dan ketepatan ejaan. Taraf keberhasilan yang

dicapai siswa didasarkan pada klasifikasi tingkat kemampuan

(Trianto: 2007) .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan identifikasi serta perumusan masalah tersebut, penulis akan menguraikan secara

singkat dan sederhana tentang langkah-langkah perbaikan yang telah dilaksanakan dalam dua siklus.

Setiap siklus ada tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, serta refleksi.

Siklus I

Perencanaan

Perencanaan Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan perencanaan, yang didahului

identifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa. Kemudian bersama kolabolator, guru merumuskan

masalah, menyusun RPP, lembar kerja, lembar obsevasi, dan rubrik penilaian.

Langkah-langkah pembelajaran menulis teks berita pada siklus I terdiri atas dua kali

pertemuan yang terdiri atas dua kali tatap muka untuk pembelajaran, dan satu kali pertemuan untuk

tes.

Pelaksanaan dan Pengamatan

Pertemuan I

Proses pembelajaran diawali dengan kegiatanpemberian apersepsi oleh guru. Kegiatan

apersepsi dilakukan dengan mengecek kehadiran siswa, memberikan motivasi, mengecek kesiapan

belajar siswa.Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang hal-hal yang akan

dipelajari seperti kutipan (1) berikut.

Guru : Siapa yang sudah membaca atau mendengarkan berita hari ini? Dan apa

isi berita yang kamu baca?

Siswa : Saya Bu, Tentang tanah longsor di Tasik Malaya, 11 rumah rakyat retak-

retak

Guru : Bagus, tepuk tangan untuk Amelia Putri. Apakah yang lain juga ada

yang membaca berita?

Siswa : Banjir di Bojonegoro, akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo,

sekitar45 rumah penduduk terendam air.

Siswa : Di televisi ada kecelakaan lalu lintas. Bus menabrak warung di pinggir

jalan karena sopir mengantuk.

Guru : Bagus anak-anak, ternyata kalian ada yang sudah membaca berita dan

ada yang mendengarkan berita. Nah, tujuan pembelajaran hari ini

adalah menuliss berita secara singkat, padat dan jelas.

Antusianisme siswa dalam menjawab pertanyaan guru menunjukkan siswa sudah siap

mengikuti pembelajaran.Dalam hal ini sisswa sudah termotivasi untuk belajar. Sesuai dengan

pendapat…..

Selanjutnya guru meminta siswasecara klasikal untuk mengamati beberapa gambar peristiwa

yang ditayangkan melalui LCD. Seperti gambar (1) berikut.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

878

Setelah mengamati gambar peristiwa tersebut, gurudansiswabertanya jawab seperti kutipan (2) berikut

ini.

Guru : Anak-anak coba kamu amati gambar peristiwa pada tayangan berikut!

Kemudian apa yang bisa kamu data dari tayangan tersebut?

Siswa : Air menggenang ,orang mengangkut barang, Bu.

Guru : Bagus, yang disebutkan Disca Reta tadi. Apakah masih ada yang bisa

menambahkan? Apa judul yang tepat untuk gambar tersebut?

Siswa : Rumah tergenang air Bu.

Siswa : Banjir Bu.

Guru : Bagus jawaban kalian semua benar, nah dari mengamati gambar

ternyata kalian sudah bisa menyimpulkan peristiwa yang terjadi.

Walaupun jawaban Fikco kurang sempurna. Mungkin judul bisa

diperjelas sehingga pembaca mudah memahami. Misalnya “Banjir

Menggenangi Kampung Sumber Sari Desa SumberejoKota Batu.

Dari kutipan dialog yang dilakukan antarsiswa dengan guru, membuktikan bahwa dengan

gambar peristiwa siswa terangsang untuk pembelajaran menulis teks berita dengan cara meng-

identifikasi gambar.Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang berminat menjawab pertanyaan

yang diberikan guru.

Pada kegiatan inti guru bertanya jawab dengan siswa tentangmateri tatacara penulisan dan

sistematika teks berita.Siswa membentuk kelompok-kelompok kecil,masing-masing kelompok terdiri

dari 4-5 siswa yang heterogen (tanpa memperhatikan prestasi siswa/anggota kelompok pilihan

siswa).Selanjutnya guru membagikan beberapa gambar peristiwa kepada masing-masing

kelompok.Kelompok berdiskusi untukn memilih gambar peristiwa sebagai bahan menulis teks

berita.Gambar yang telah dipilih diamati dan analisis dalam diskusi kelompok untuk mendata hal-hal

yang dapat digunakan sebagai pokok-pokok berita. Data yang telah terkumpul disusun menjadi

pokok-pokok berita dengan menggunakan pertanyaan 5W + 1H.Pokok-pokok berita yang telah

tersusun dikembangkan menjadi teks berita dengan memperhatikan struktur/sistematika berita,

penggunan kalimat efektif dan ketepatan ejaan.

Selanjutnya hasil kerja masing-masing kelompok ditukarkan dengan kelompok lain untuk

dikoreksi ketepatan pokok-pokok berita dan ketepatan susunan berita, ketepatan diksi, kalimat efektif,

dan ketepatan penggunaan ejaannya. Teks berita yang sudah dikoreksi dikembalikan kepada

kelompok masing-masing untuk diperbaiki secara individu sebagai tugas rumah.

Ada kelompok yang yang menanyakan untuk apa gambar-gambar ini seperti kutipan dialog

(3) berikut.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

879

Siswa : Gambar ini diapakan Bu?

Siswa : Apakah gambar ini dikerjakan semua?

Guru : Nah anak-anak tadi Ibu meminta kalian bagaimana?

Siswa : Memilih salah satu gambar dan mendata hal-hal apa saja yang terdapat

dalam gambar. Menyusun pokok-pokok berita dengan 5W + 1H.

Siswa : Merangkai pokok-pokok berita menjadi berita.

Guru : Nah sekarang kamu lihat lagi pada tayangan LCD langkah-langkah

pembelajaran yang harus kamu lakukan.

Dialog di atas menunjukkan bahwa masing-masing kelompok memiliki kemampuan yang berbeda

kareana prestasi siswa dalam kelompok berbeda. Dengan media gambar dapat memotivasi dan

imajinasi siswa. Imajinasi adalah penggerak kreativitas (Roekhan,1990;Siswanto 2011). Denan

terangsanya imajinasi maka akan terangsang pula kreativitas siswa dalam belajar.

Pada kegiatan penutup, guru merefleksi kegiatan pembelajaran dengan menyimpulkan

pembelajaran bahwa masih ada kelompok yang aktif dan ada kelompok yang pasif. Guru juga

memberi penguatan bahwa di dalam menulis teks berita siswa harus memperhatikan struktur berita,

dan penggunaan 5W+1H, di samping penggunaan diksi, kalimat efektif, pengguaan ejaan. Kemudian

guru menyampaikan pembelajaran yang akan datang.Guru meminta kepada siswa agar hasil kerja

kelompok diperbanyak untuk dibagikan kepada masing-masing anggota.

Pertemuan II

Proses pembelajaran pada pertemuan kedua diawali dengan mengucapkan salam dan

memberikan stimulus dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan pembelajran sebelumnya,

seperti kutipan dialog (4)berikut.

Guru : Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Anak-anak masih

ingatkah apa yangkita pelajari kemarin? ( ada beberapa siswa yang

mengangkat tangan, guru memilih salah satu siswa)

Siswa : Masih Bu. Menulis teks berita menggunakan bahasa yang singkat,

padat dan jelas.

Guru : Apa yang di maksud singkat, padat, dan jelas?

Siswa : Menggunakan kalimat efektif Bu.

Siswa : Tidak banyak pemborosan kata Bu.

Guru : Hebat, ternyata kalianmasih mengingat KD yang kita pelajari kemarin.

Nah anak-anak hari ini kita akan belajar dalam Kompetensi Dasar yang

sama.

Dialogdi atas menunjukkan bahwa siswa masih mengingat pada pembelajaran menulis teks

berita yang telah dipelajarinya. Hal ini membuktikan bahwa siswa masih termotivasi untuk mengikuti

pembelajaran menulis teks berita.

Pada kegiatan inti beberapa siswa menuliskan kalimat tidak efektif yang terdapat dalam teks

berita yang ditulisnya di papan tuilis dan pembetulannya. Siswa lain menuliskan kalimat yang tidak

tepat penggunaan ejaan, tanda bacadan pembetulannya.Secara klasikal guru memberikan penegasan

jawaban siswa di papan tulis.Sebagai penilaian guru membagikan LKS kepada masing-masing

siswa.Siswa mengerjakan LKS sesuai prosedur yang terdapat dalam LKS.Pada uji Kompetensi siswa

cukup mengerjakan gambar 1 dan gambar 3.LKS yang sudah dikerjakan ditukarkan dengan teman

satu bangku unuk dikoreksi.Selesai mengoreksi pekerjaan teman LKS dikumpulkan untuk ambil

nilainya oleh guru.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

880

Pada akhir kegiatan siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang dilaksanakan

selama dua pertemuan.Setelah dilaksanakan pengamatan pembelajaran ini menunjukkan hasil belum

maksimal.Setelah dianalisis diketahui bahwa 55,88% siswa masih dibawah KKM (75)Siswa paham

pokok-pokok8(,77%),menyusun pokok-pokok berita menjadi berita (78%), siswa yang paham

penggunakan kalimat efektif (67,65%),dan penggunaan ejaan dan tanda baca (69,41%).Hasil

pembelajaran ini tampak pada diagram berikut.

Tabel 1: Hasil Belajar Siklus I

Aspek Penilaian Prosentase

Pokok-pokok berita 69,41%

Menyusun berita 74,71%

Penggunaan kalimat efektif 67,65%

Ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca 69,71%

Hal ini dikarenakan dalam pembagian kelompok belajar tidak diperhatikan prestasi siswa (sehingga

bisa homogen) .Ada kelompok yang seluruh anggotanya siswa berprestasi, ada kelompok yang

seluruh anggotanya siswa kurang berprestasi.Akibatnya ada kelompok yang hanya main-main dan

bekerja secara asal-asalan (tidak aktif mengikuti pembelajaran).Ada juga kelompok yang bekerja

sesuai skenario pembelajaran yang telah dirancang guru (antusias mengikuti pembelajaran).

Pembelajaran ini kurang efektif, terlihat adanya siswa yang antusias mengikuti pembelajaran,

tetapi ada juga siswa tidak aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi pengelompokan secara

homogeny (yang berpretasi mengelompok dengan yang berprestasi dan yang kurang berprestasi

dengan yang tidak berprestasi).

Seperti tampak pada gambar berikut.

Gambar 2. Siswa Antusias Memilih Gambar Gambar 3. Guru Menghampiri Siswa yang Tidak

Aktif Mengikuti Pembelajaran

Berdasarkan hasil pembelajaran tersebut yang menunjukkan adanya siswa yang tidaak

antusias mengikuti pembelajaran dan kurang termotivasi mengikuti pembelajaran.Kelompok belajar

yang dipih siswa tidak hetrogen.Hal ini berakibat siswa kurang memiliki minat dalam melakukan

tindakan.Maka perlu dilakukan tindakan siklus II agar target pembelajaran dan hasil pembelajaran

tercapai.

Sukartini dan Muhammad (2007:143) menyatakan bahwa motivasi seseorang cenderung akan

meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.

Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan

minat siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya.Para pengajar diharapkan mampu menumbuhkan

dan mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan

memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik, selanjutnya dapat menumbuhkan motivasi belajar

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

881

secara efektif dan produktif. Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa minat siswa dalam

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada siklus II ini guru bersama kolaboratormengganti strategi.Anggota kelompok ditentukan

oleh guru.Kelompok beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,

jenis kelamin, dan suku.Dengan kelompok yang heterogen ini akan memotivasi siswa dalam

memecahkan masalah yang dihadapi. Proses pembelajaran di siklus II ini diharapkan dapat

meningkatkan prestsi belajar minimal tercapainya KKM (75).

Siklus II

Tahapan penelitian siklus II sama dengan tahapan siklus I yang meliputi kegiatan

perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan tindakan, serta refleksi. Perencanaan dilaksanakan dalam

upaya perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi siklus I.

Perencanaan

Kegiatan perencanaan dilaksanakan untuk (1) menyusun rencana pembelajaran, (2) menyusun

lembar kerja siswa, (3) menyiapkan pedoman observasi, dan (4) menyusun rubric penilaian.. Rencana

pembelajaran disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I untuk perbaikan pembelajaran yang akan

dilaksanakan pada siklus II. Rencana pembelajaran disusun berdasarkan langkah-langkah atau tahapan

penyusunan RPP sebagaimana pada tahapan perencanaan di siklus I.

Lembar kerja disusun untuk mengukur kemampuan individu dalam menulis berita secara

singkat padat dan jelas.. Pada lembar kerja ini berita yang digunakan berbeda berita pada pertemuan

di siklus I. Hal ini bertujuan untuk memperkaya infoformasi siswa di bidang menulis berita. Pedoman

observasi yang digunakan dalam siklus II sama dengan siklus I. Hal tersebut dilakukan sebab

pedoman observasi pada siklus I dianggap sudah cukup memadai untuk pengambilan data proses dan

hasil pembelajaran.

Pelaksanaan dan Pengamatan

Pertemuan Pertama

Seperti halnya pembeljaran pada siklus I kegitan pembelajaran pada siklus II meliputi tiga

kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.Pertemuan pertama siklus II diawali

apersepsi dengan tanya jawab tentang apa itu berita, unsur-unsur berita, dan bagaimana cara menulis

berita yang baik untuk memotivasi kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini untuk

memperbaiki pembelajaran pada siklus I.Tanya jawab yang dilakukan antara siswa dengan guru

seperti dalam dialog (5) berikut.

Guru : Anak-anak apakah kalian masih ingat apa berita itu?

Siswa : Informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi.

Siswa : Laporan yang disampaikan oleh wartawan.

Guru : Bagus, anak-anak jawaban temanmu tadi tidak salah tapi kurang

sempurna. Berita itu adalah informasi mengenai sesuatu yang sedang

terjadi yang disampaikan lewat media cetak, elektronik, atau dari mulut

ke mulut kepada orang ke tiga atau orang banyak.

Guru ; Masih ingtkah kalian, apasaja unsure bera itu?

Siswa : Judul, teras berita, isi berita

Guru : Ya, bagus, ternyata kalian masih mengingatnya dengan baik.

Guru : Masih ingatkah kalian bagaimana menulis berita yang baik?

Siswa : Berita harus memenuhi 5W + 1H

Siswa : Berita harus factual dan aktual Bu.

Guru : Wah luar biasa, Ibu suka ini awal pembelajaran yang menyenangkan.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

882

Anak-anak tujuan pembelajaran kita kali ini tetap pada menulis berita

secara singkat, padat, dan jelas. Namun kali ini Ibu yang akan

menentukan kelompok belajar kaian.

Dialog di atas menunjukkan bahwa siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran

menulis berita, sekalipun pembelajaran ini sudah pernah dpelajarkan kepada siswa. Dengan bekal

semangat ini akan menumbuhkan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis berita dan dapat

memperbaiki nilai pada siklus I.

Kegiatan inti siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut.Pertama, siswa membentuk kelompok

diskusi yang terdiri dari 4-6 orang.Kelompok diskusi ini merupakan kelompok yang heterogen terdiri

atas siswa laki-laki dan perempuan dengan kemampuan berbeda (tinggi dan rendah). Hal ini

dimaksudkan agar masing-masing kelompok dapat bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas

kelompok dengan baik dan tepat waktu. Siswa dengan kemampuan yang lebih tinggi dari teman-

temannya dipilih menjadi ketua kelompok untuk menjadi tutor sebaya.

Kedua, guru membagikan empat gambar peristiwa kepada masing-masing kelompok.

Gambar-gambar tersebut merupakan gambar peristiwa yang baru terjadi. Gambar-gambar tersebut

akan memberikan inspirasi bagi siswa denagn pengamatan yang teliti. Gambar tersebut akan

membawa siswa berimajinasi dan berkreasi dalam menulis berita.

Ketiga, kelompok bekerja samamemilih gambar yang menarik untuk diberitakan. Keempat,

masing-masing anggota mendata hal-hal yang terdapat dalam gambar sesuai imajinasinya dan

kreativitasnya.Kelima, data dari masing-masing aanggota dikumpulkan dan dipilh untuk dijadikan

pokok-pokok berita.Kelima, bersama kelompoknya siswa menyusun berita berdasarka pokok-pokok

berita yang telah mereka tulis. Keenam, masing-masing kelompok menukarkan pekerjaannya dengan

kelompok lain untuk disunting susunan berita, penggunaan kalimat efekti, ketepatan penggunaan

ejaan dan tanda bacanya.Setelah selesai perjaan siswa dikembalikan pada kelompok masing-masing

untuk diperbaiki.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan merefleksi pembelajaran anrata guru dengan

siswa.Selanjutnya guru menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya.

Pertemuan Kedua

Proses pembelajaran pada pertemuan kedua pada dasarnya sama seperti pada siklus I. Pada

pertemuan kedua ini proses pembelajaran difokuskan kegiatan individu.

Langkah-langkah pada pertemuan ini adalah setelah guru member apersepsi dan motivasi, masing-

masing siswa mengerjakan LKS yang sebelumnya sudah dibagikan oleh guru.Siswa mengrjakan LKS

sesuai prosedur yang tertulis dalam LKS.Pada uji kompetensi siswa menulis berita berdasarkan

gambar nomor 2 dan 4.Karena gambar nomor 1 dan 3 sudah dikerjakan pada siklus I. Setelah LKS

selesai dikerjakan siswa menukarkan pekerjaannya dengan teman sebangku untuk saling mengoreksi

dengan bimbingan guru.LKS yang sudah selesai dikoreksi dikumpulkan kepada guru untuk dinilai.

Pada kegiatan akhir siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran dan menyimpulkan

pembelajaran.

Sebagaimana dilaksanakan pada siklus I, pengamatan pada siklus II meliputi pengamatan

proses dan hasil. Pada proses pembelajaran siswa nampak lebih aktif terlibat dalam diskusi. Hal

tersebut disebabkan oleh adanya media piramida pokok-pokok berita yang menuntut siswa untuk

lebih aktif bekerja sama dan mendiskusikan pemecahan masalah. Hasil belajar menunjukkan adanya

peningkatan siswa dalam memahami pokok-pokok berita . Hal tersebut nampak pada hasil belajar

yang meningkat dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I, sebagaimana nampak pada tabel 2

berikut.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

883

Aspek Penilaian Prosentase

Pokok-pokok berita 82,94%

Menyusun berita 84,12%

Penggunaan kalimat efektif 75,29%

Ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca 85,29%

Table tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal sudah mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM). Masih ada dua siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal,

akan mendapatkan remedial pada kompetensi menulis berita secara singkat, padat dan jelas.

Pembahasan

Hasil penelitian tindakan kelas tentang kompetensi menulis berita secara singkat, padat

danjelas yang dilakukan sebanyak dua siklus dengan metode STAD berbantuan gambar peristiwa,

menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mencapai kometensi dan tujuan

pembelajaran. Perkembangan hasil belajar menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas yang

diperoleh melalui instrumen menyusun poko-poko berita, menyusun berita, penggunaan kalimat

efektif, ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca pada kegiatan siklus I hingga siklus II dapat

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3: Perkembangan Hasil Belajar Siswa

Aspek Penilaian Siklus I Siklus II

Pokok-pokok berita 69,41% 82,94%

Menyusun berita 74,71% 84,12%

Penggunaan kalimat efektif 67,65% 75,29%

Ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca 69,71% 85,29%

Dari tabel 3 tersebut diketahui peningkatan kemampuan siswa pada materi menulis berita

secara singkat, padat, dan jelas , di mana pada kegiatan siklus I rata-rata siswa belum memahami

menulis berita . Hal tersebut tampak pada hasil belajar klasikal melalui instrument yang disiapkan.

Dari analisis tersebut dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode metode

STADberbantuan gambar peristiwa, dengan dua siklus. Hasil belajar siklus I menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar klasikal pada instrumen menyebutkan pokok-pokok berita , yaitu mencapai

69,41%. Sehingga perlu ada perbaikan pembelajaran untuk lebih memahamkan siswa tentang pokok-

pokok berita, pada instrumen menyebutkan tahapan menyusun berita (74,71%),penggunaan kalimat

efektif (67,5%) dan ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca (69,41%). Hasil belajar klasikal

menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada siklus II.Seluruh instrumen memenuhi

ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 75. Pada instrumen menyebutkan tahapan pokok-pokok

berita 82,94% pada instrumen menyebutkan tahapan menyusun berita (84,12%), penggunaan kalimat

efektif (75,29%) dan ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca (85,29%). Pada instrument tersebut

semua memenuhi KKM.

Penggunaan metode STAD berbantuan media gambar peristiwa, dapat memperlancar proses

belajar menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas, siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran

dengan efektif. Hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan pada kels VIII E SMP PGRI 01 Batu

tahun pelajaran 205/2016

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

884

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.Pertama Metode

STAD berbantuan media gambar peristiwa dapat meningkatkan kemampuan peserta didik kelas VIII

SMP SMP PGRI 01 Batu Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menulis teks berita secara singkat, padat

dan jelas.. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar menulis teks berita secara singkat,

padat dan jelas secara klasikal pada siklus I sebesar 38,24% dari jumlah siswa 34 tuntas belajar 13

siswa, tidak tuntas 21 siswa , meningkat menjadi 94,12% pada siklus II, dari sjumlah siswa 34, tunas

belajar 32 siswa, tidak tuntas belajar 2 siswa.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan pembelajaran menulis teks berita

secara singkat, padatda jelas di SMP PGRI 01 Batu tahun pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan

metote STAD berbantuan gambar peristiwa mengalami peningkatan 65,88% .

Kedua, telah terbuktinya pembelajaran metote STAD berbantuan gambar peristiwa, maka

disarankan (1) dalam kegiatan pembelajaran guru menjadikan alternative dalam pembelajaran bahas

Indonesia untuk meningkatkan kemampuan menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas. (2)

diharapkan kegiatan ini dilakukan secara berkesinanmbungan, karena kegiatan ini bermanfaat bagi

guru dan siswa.

DAFTAR RUJUKAN

(https://core.ac.uk/download/files/478/12348501.pdf),diunduh 18 Maret 2016

Sukartini, Sri Patmah dan Muhammad Imam Faisal Baihaqi. 2007. Teori Psikologi

Pendidikan

[Skripsi], INSTITUTIONAL REPOSITORY of IAIN Tulungagung (IRIT),http://digilip.iain-

tulungagung.ac.id,diunduh 18 Maret 2016.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Tarianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi

Pustaka

Tarigan,Henry Guntur .1982. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

885

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI

MENGGUNAKAN MEDIA FORMULIR

Sri Retno Sulistyarin

Guru SDN Dadaprejo 02

Absrak: Bahasa merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan

mendasar untuk dipelajari di sekolah dasar. Salah satu ketrampilan berbahasa yang

harus dikuasai anak adalah ketrampilan menulis. Menulis narasi merupakan

ketrampilan yang kurang disukai anak. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara

lain pembelajaran yang monoton, media yang kurang menarik, serta tidak tepatnya

pendekatan yang digunakan untuk menarik perhatian siswa agar bersemangat

belajar. Satu alternatif penyelesaian persoalan tersebut adalah pemanfaatan media

formulir untuk menulis narasi.Hasil penggamatan menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan media formulir terbukti mampu meningkatkan ketrampilan

menulis narasi berdasarkan informasi yang ada di dalam formulir. Hal ini terlihat

dari rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 44% dan

ketuntasan hasil pembelajaran pada siklus II sebanyak 78%. Penelitian ini

dilaksanakan di kelas VI SDN Dadaprejo 02 Kota Batu dengan jumlah murid 25

siswa

Kata kunci: ketrampilan menulis, narasi, formulir

Pengajaran Bahasa Indonesia di SD, terdiri atas empat keterampilan berbahasa yakni

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis yang dipelajari siswa di

sekolah memiliki peranan penting, tidak saja bagi mata pelajaran itu sendiri, tetapi juga bagi

pembelajaran mata pelajaran yang lain. Selain itu, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif

dan ekspresif.

Dalam kehidupan sehari-hari, kebiasaan menulis masih belum berkembang dengan baik pada

anggota masyarakat termasuk anak sekolah. Kecenderungan menyampaikan informasi melalui per-

cakapan (lisan) masih lebih kuat daripada melalui tulisan. Hal ini sebagai bukti bahwa keterampilan

menulis di kalangan siswa masih relatif rendah. Pada waktu istirahat atau sebelum masuk sekolah

anak-anak lebih sering terlihat bercakap-cakap daripada menulis.

Menulis merupakan suatu tindakan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis

sebagai alat atau medianya. Pembelajaran menulis narasiuntuk siswa kelas VI SD, yang melibatkan

ketepatan aspek, kesesuaia isi, tata bahasa, keruntutan, dan kerapian sangatlah penting bagi siswa.

Dalam mengembangkan keempat potensi di atas, perlu keterampilan dari guru dalam mengelolah

pembelajaran agar pembelajaran benar-benar menjadi aktivitas siswa yang menyenangkan (Dep-

diknas, 2003).

Badudu ( 1998 ) berpendapat bahwa ketrampilan munulis siswa di Indonesia masih rendah.

Hal ini dapat ditengarai oleh rendahnya frekuensi kegiatan menulis siswa, buruknya kualitas karya

tulis, rendahnya antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia pada

umumnya dan menulis pada khususnya, serta rendahnya kreativitas belajar siswa pada saat kegiatan

pembelajaran menulis berlangsung.

Kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menulis sangat ditentukan oleh guru.Iklim

belajar di kelas yang dipimpin oleh guru sangat menentukan arah dan keberhasilan belajar para siswa.

Jika siswa dalam kelas dikelola oleh guru yang tidak profesional maka tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan akan sulit dicapai.

Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide, pikiran,

gagasan dan pengetahuan.Dalam kegiatan menulis ini, maka penulis haruslah terampil memanfaatkan

struktur bahasa, dan kosakata. Disebut sebagai kegiatan produktif karena kegiatan menulis

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

886

menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai kegiatan yang ekspresif karena kegiatan menulis adalah

kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca

(Tarigan 1983:3-4).

Smith ( dalam Suparno & Yunus, 2002 ) menjelaskan bahwa pengalaman belajar menulis

yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi guru yang yang membelajarkan menulis.

Pada umumnya guru tidak terampil menulis. Guru juga tidak dipersiapakan untuk mumpuni

mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa. Program yang dirancang guru masih belum

berpedoman pada aspek – aspek yang perlu diperhatikan dan dikerjakan siswa pada setiap tahap

menulis. Akibatnya, guru tidak optimal dalam membimbing siswa untuk berpikir mengenai apa yang

akan ditulis dan bagaimana cara menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Siswa pun tidak optimal

dalam mengaplikasikan kemampuan menulisnya.

Salah satu keterampilan menulis yang dikuasai siswa SD menulis narasi. Narasi dapat

diartikan penyampaian cerita yang dilakukan oleh seseorang terhadap sekelompok atau beberapa

orang dengan isi serta metode tertentu. Menulis narasi merupakan materi yang tidak dikuasai siswa

secara baik. Pada umumnya siswa menulis narasi tidak tersusun dengan baik serta tidak

memeperhatikan isi maupun kebahasaannya, sehingga hasil karya keterampilan menulis narasi kurang

luas kalimatnya, kurang padat isinya, dan kurang tepat susunan kebahasaannya.

Pengalaman di kelas selama ini menunjukkan bahwa ketrampilan menulis narasi para siswa

kelas VI SDN dadaprejo 02 Kota Batu masih sangat perlu ditingkatkan. Hampir sebagian besar siswa

mengalami kesulitan dalam menulis narasi. Berdasarkan dari hasil evaluasi yang telah dilakukan ada

21 siswa dari jumlah seluruhnya 25 siswa mengalami kesulitan menulis narasi hanya 4 siswa yang

dapat menulis narasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil karya siswa yang belum memenuhi

kaidah menulis narasi seperti belum adanya kesesuaian isi dengan tema, minimnya tata bahasa yang

dimiliki siswa sehingga mengakibatkan nilai evaluasi masih jauh dari KKM yang ditetapkan yakni 70

dengan prosentase ketuntasan 75 % dari jumlah siswa yang mencapai KKM.

Paparan di atas ditunjang oleh pengamatan awal yang peneliti lakukan terhadap hasil tulisan

narasi siswa kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02 kecamatan Junrejo Kota Batu yang mana sebagian

besar siswa diantaranya tidak mampu menulis narasi secara baik dan benar. Hasil identifikasi terhadap

hasil karya tulisan narasi tersebut menunjukan bahwa kelemahan umum yang dialami siswa terjadi

pada : (1) kalimat-kalimat narasi yang kurang luas dan (2) susunan kalimat narasi yang masih belum

runtut sesuai dengan tema, (3) penggunaan pilihan kata dan tanda baca yang kurang cermat sehingga

tidak tersusun kalimat narasi yang kreatif, dan (4) tulisan yang dibuat kurang rapi.

Formulir adalah media sederhana, murah dan mudah mendapatkannya meskipun demikian

sangat efektif untuk membantu siswa dalam meningkatkan ketrampilan menulis permulaan, dalam hal

ini menulis narasi. Media formulir sebagai media pembelajaran bahasa diharapkan dapat merangsang

anak untuk berperan aktif, membangkitkan motifasi belajar dan mempermudah siswa dalam menulis

narasi berdasarkan informasi yang ada pada formulir. Informasi yang ada pada formulir sangat

membantu siswa dalam membuat kalimat naratif dimana isi kalimatnya akan sesuai dengan tema , tata

bahasa kalimat narasinya akan terlihat, keruntutan alur cerita akan terjaga dan kerapian penulisanpun

akan meningkat. Berdasarkan alasan tersebut maka formulir dipilih dengan harapan mampu

meningkatkan ketrampilan menulis narasi pada siswa kelas VI SDN Dadaprejo 02 Kota Batu dan

sebagai salah satu alternatif mengatasi masalah yang terjadi.

Selama ini guru cenderung mengatasi kelemahan tersebut dengan melakukan semacam

analisis terhadap kesalahan-kesalahan siswa dalam menulis narasi. Guru berasumsi bahwa siswa akan

belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat sebelumnya dan tidak akan mengulangi

kesalahan – kesalahan yang sama dalam menulis narasi.

Tindakan guru tersebut didasarkan pada pola pikir kaum behavioris yang melihat pengetahuan

sebagai kumpulan pasif dari subjek dan objek yang diperkuat oleh lingkungannya, dan melihat

mengajar sebagai suatu upaya mengatur lingkungan agar dapat membantu siswa dalam belajar. Dapat

diambil suatu pengertian bahwa kaum behavioris menempatkan kegiatan belajar mengajar lebih

sebagai suatu proses pengajaran, bukan pembelajaran. Dalam hal ini gurulah yang aktif mendulang

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

887

siswa dengan berbagai informasi pelajaran. Strategi mengajar seperti di atas berpotensi membentuk

siswa menjadi individu yang pasif. Kreativitas siswa tidak berkembang, kemampuan bernalar siswa

tidak tersalurkan, pengetahuan siswa tidak tergali, sehingga kemandirian siswa dalam belajar pun

menjadi hilang.

Media formulir dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternative yang tepat untuk

di gunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi bagi siswa SD. Briggs (1977) berpendapat

bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti :

buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan

bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,

termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran,

perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri

peserta didik.

Sejalan dengan pendapat ahli di atas maka penelitian ini memanfaatkan media formulir untuk

mengatasi permasalahan dalam pembelajaran siswa SD kelas VI dalam menulis narasi. Pengertian

formulir menurut para ahli

Menurut Rama dan Jones (2008: 234), formulir adalah dokumen terpola yang berisi field

kosong yang dapat diisi pengguna dengan data.

Menurut Puspitawati (2011: 67) Formulir dapat definisikan sebagai secarik kertas atau media yang

memiliki ruang untuk diisi dengan berbagai informasi sebagai dasar pencatatan transaksi atau aktifitas

ekonomi suatu unit organissasi.

Dapat disimpulkan bahwa formulir adalah secarik kertas yang memiliki ruang yang terformat dan diisi

oleh penggunanya. Di dalam formulir berisi data atau informasi yang dapat digunakan sebagai urutan

menulis narasi dengan cara mengembangkan kalimat naratif dari data atau informasi yang ada pada

formulir sehingga menjadi paragraf yang padu dan padan tanpa meninggalkan unsur ketatabasaan dan

kerapian tulisan dalam menyusun kalimat narasi.

Langkah - langkah pemanfaatan media formulir dalam proses pembelajaran menulis narasi

meggunakan strategi kooperatif dan pendekatan saintifik.

Rendahnya kemampuan keterampilan menulis narasi kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02

kecamatan Junrejo kota Batu perlu dicarikan solusinya. Mengingat keterampilan menulis narasi dapat

mengasah siswa dalam mengungkapkan rasa dan ungkapan hati dengan tulisan yang akhirnya dapat

mempertajam rasa empati pada diri siswa. Penelitian perlu dilakukan untuk mencari solusi yang

dihadapi siswa serta untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis narasi. Penelitian ini

menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dengan demikian, penelitian ini

bertujuan untuk meningkatankan keterampilan menulis narasi menggunakan media formulir siswa

kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02.

Dari berbagai latar belakang tersebut maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK

) dengan judul “ Peningkatan Ketrampilan Menulis Narasi Menggunakan Media Formulir pada siswa

kelas VI SDN Dadaprejo 02 Kecamatan Junrejo Kota Batu.

Selama ini guru cenderung mengatasi kelemahan tersebut dengan melakukan semacam

analisis terhadap kesalahan-kesalahan siswa dalam menulis narasi. Guru berasumsi bahwa siswa akan

belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat sebelumnya dan tidak akan mengulangi

kesalahan – kesalahan yang sama dalam menulis narasi.

Tindakan guru tersebut didasarkan pada pola pikir kaum behavioris yang melihat pengetahuan

sebagai kumpulan pasif dari subjek dan objek yang diperkuat oleh lingkungannya, dan melihat

mengajar sebagai suatu upaya mengatur lingkungan agar dapat membantu siswa dalam belajar. Dapat

diambil suatu pengertian bahwa kaum behavioris menempatkan kegiatan belajar mengajar lebih

sebagai suatu proses pengajaran, bukan pembelajaran. Dalam hal ini gurulah yang aktif mendulang

siswa dengan berbagai informasi pelajaran. Strategi mengajar seperti di atas berpotensi membentuk

siswa menjadi individu yang pasif. Kreativitas siswa tidak berkembang, kemampuan bernalar siswa

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

888

tidak tersalurkan, pengetahuan siswa tidak tergali, sehingga kemandirian siswa dalam belajar pun

menjadi hilang.

Media formulir dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternative yang tepat untuk

di gunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi bagi siswa SD. Briggs (1977) berpendapat

bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti :

buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan

bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,

termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran,

perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri

peserta didik.

Sejalan dengan pendapat ahli di atas maka penelitian ini memanfaatkan media formulir untuk

mengatasi permasalahan dalam pembelajaran siswa SD kelas VI dalam menulis narasi. Pengertian

formulir menurut para ahli, Menurut Rama dan Jones (2008: 234), formulir adalah dokumen terpola

yang berisi field kosong yang dapat diisi pengguna dengan data. Menurut Puspitawati (2011: 67)

Formulir dapat definisikan sebagai secarik kertas atau media yang memiliki ruang untuk diisi dengan

berbagai informasi sebagai dasar pencatatan transaksi atau aktifitas ekonomi suatu unit organissasi.

Dapat disimpulkan bahwa formulir adalah secarik kertas yang memiliki ruang yang terformat dan diisi

oleh penggunanya. Di dalam formulir berisi data atau informasi yang dapat digunakan sebagai urutan

menulis narasi dengan cara mengembangkan kalimat naratif dari data atau informasi yang ada pada

formulir sehingga menjadi paragraf yang padu dan padan tanpa meninggalkan unsur ketatabasaan dan

kerapian tulisan dalam menyusun kalimat narasi. Langkah - langkah pemanfaatan media formulir

dalam proses pembelajaran menulis narasi meggunakan strategi kooperatif dan pendekatan saintifik.

Rendahnya kemampuan keterampilan menulis narasi kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02

kecamatan Junrejo kota Batu perlu dicarikan solusinya. Mengingat keterampilan menulis narasi dapat

mengasah siswa dalam mengungkapkan rasa dan ungkapan hati dengan tulisan yang akhirnya dapat

mempertajam rasa empati pada diri siswa. Penelitian perlu dilakukan untuk mencari solusi yang

dihadapi siswa serta untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis narasi. Penelitian ini

menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dengan demikian, penelitian ini

bertujuan untuk meningkatankan keterampilan menulis narasi menggunakan media formulir siswa

kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengatasi masalah pembelajaran, yaitu keterampilan siswa

dalam menulis narasi. Tindakan yang dilakukan siswa untuk menulis narasi adalah menggunakan

media formulir. Selama penelitian berlangsung, dibutuhkan keterlibatan guru yang bekerja secara

koloboratif. Paparan tersebut mengisaratkan bahwa (1) terdapat permasalahan factual dalam

pembelajaran, yaitu keterampilan siswa dalam menulis narasi masih rendah, (2) ada tindakan yang

dilakukan untuk memperbaiki permasalahantersebut, yaitu penggunaan media formulir dalam menulis

narasi, dan (3) terjadi koloborasi antara peneliti dengan guru atau teman sejawat selama penelitian

berlangsung. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas

dengan satu kasus dalam satu situasi (Suyatno, 2002).

Model rancangan penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

rancangan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1992). Model ini mengikuti alur yang

terdiri dari empat komponen pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan

refleksi. Pada tahap awal dilakukan studi pendahuluan dan pengamatan terhadap proses pembelajaran

dalam menulis narasi untuk mengidentifikasi permasalahan di kelas. Berdasarkan hasil pengamatan

tersebut disusun rencana tindak siklus I yang diwujudkan dalam bentuk Satuan Pembelajaran.

Selanjutnya, rencana tindak siklus I itu diaplikasikan dalam pelaksanaanpelaksanaan tindakan

pembelajaran yang nyata di kelas dengan melibatkan keberadaan guru sebagai tenaga pelaksananya.

Sementara itu, dilakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pembelajaran tersebut sambil

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

889

mencatat hal-hal yang sekiranya perlu mendapat perlakuan baru. Hasil pengamatan direfleksikan dan

dijadikan dasar bagi penyusunan rencana tindakan siklus II yang juga diwujudkan dalam bentuk

Satuan Pembelajaran. Selanjutnya, rencana tindakan siklus II tersebut diaplikasikan dalam

pelaksanaan tindakan pembelajaran yang nyata di kelas dengan melibatkan keberadaan guru sebagai

tenaga pelaksananya.

Langkah –langkah dalam menggunakan formulir tersebut adalah: a) Diawali dengan

pembentukan kelompok , b)selanjutnya guru membagikan formulir kepada siswa, c) guru menyuruh

mengamati dan mengidentifikasi bagian-bagian formulir, d) siswa mengisi tiap-tiap bagian formulir

dengan teliti, e) siswa menuliskan informasi yang ada di formulir menjadi kalimat yang naratif, f)

siswa merangkai kalimat-kalimat naratif menjadi paragraf yang padu dan padan, g) siswa menentukan

judul dari paragraf yang telah dibuatnya, h) siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti meliputi metode tes, observasi,

wawancara dan dokumentasi. Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik

dalam menulis narasi sesuai dengan syarat narasi. Tes diberikan pada setiap akhir pertemuan.

Observasi dilakukan untuk mengamati guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran menulis

narasi menggunakan formulir. Kegiatan dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data atau

mendokumentasikan proses pembelajaran yang berupa foto, serta untuk mengumpulkan dokumen

portofolio siswa yaitu berupa hasil karya narasi siswa.

Analisis data dilakukan dengan menterjemahkan data dari observasi dan tes menjadi

data kualitatif dan deskriptif. Analisis data yang berasal dari observasi aktivitas guru adalah dengan

menguraikan data aktivitas guru selama mengajar dengan menggunakan media formulir. Nilai

keterampilan menulis narasi bebas dapat diketahui dari hasil karya narasi yang dianalisa dengan

menggunakan rubrik yang telah disiapkan. Aspek yang ukur adalah : kesesuaian isi dengan tema,

tatabahasa, keruntutan, dan kerapian tulisan siawa..

Data dalam penelitian ini berupa data tindakan, data tuturan, dan data hasil penelitian. Data

tindakan merupakan data nonverbal berupa informasi tindakan pembelajaran yang di berikan oleh

guru dan aktifitas siswa berkaitan dengan pemberian tindakan tersebut. Data tuturan merupakan data

verbal yang berupa tuturan lisan dan tertulis yang diperoleh sebelum, selama, dan setelah tindakan

berlangsung. Sedangkan, data hasil penelitian diperoleh melalui kajian terhadap proses dan produk

tindakan di tiap tahap pembelajaran. Proses setiap tahap pembelajaran dikaji dari kerjasama kelompok

dan tanggung jawab siswa dalam kelompok serta partisipasi siswa dalam kelompok, sedangkan

produk tindakan pada setiap tahap pembelajaran melalui perkembangan kemampuan siswa dalam

menulis narasi dengan melalui pemanfaatan media formulir dalam menulis narasi. Adapun sumber

data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02 dan guru kelas II di sekolah

tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan tujuan meningkatkan keterampilan siswa kelas

VI SD Negeri Dadaprejo 02 dalam menulis narasidengan media formulir. Masing- masing siklus

dilakukan dalam dua kali pertemuan.

masih Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan

menganalisa hasil belajar siswa dalam menulis narasi pada pembelajaran bahasa Indonesia materi

menulis formulir dan merubahnya menjadi narasi.diketahui bahwa dari 25 siswa hanya 4 siswa atau

16% siswa yang tuntas atau telah mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan,

sehingga ada 21siswa atau 84 % siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.

Hasil siklus I pertemuan I

Hasil penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis naras5i

dilakukan dengan menganalisis hasil karya narasi siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai dan

hasilnya nilai siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimum adalah sebanyak10 siswa atau

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

890

40 % dan dilihat dari kategori keterampilan siswa dalam membuat karya narasi pada pembelajaran

siklus I pertemuan I ini adalah sebanyak 5 siswa atau 20% siswa dalam kategori sangat trampil,

sebanyak 5 siswa atau 20% dalam kategori trampil, sebanyak 9 siswa atau 36% siswa masuk dalam

kategori cukup trampil, sedangkan sebanyak 2 siswa atau 8% siswa termasuk dalam kategori kurang

trampil, dan siswa yang masuk kategori sangat kurang trampil adalah sebanyak 4 siswa atau 16%.

Secara keseluruhan persentase aktivitas siswa adalah 46%.Pada kegiatan inti Guru tidak

mengingatkan siswa untuk mengidentifikasi dulu bagian bagian formulir yang merupakan informasi

dalam menulis narasi , sehingga siswa kebinggungan dalam mengisi formulir dan merubahnya dalam

membuat kalimat naratif yang sesuai dengan tema. Saat pembentukan kelompok suasana gaduh dan

sebagian besar sibuk pilih -pilih teman kelompok, demikian juga saat pembagian LKS siswa

cenderung ramai, masih banyak siswa yang tidak mau ikut terlibat dalam pengisian formulir dan

menulis kalimat naratif dari informasi yang ada di dalam formulir, mereka hanya diam dan melihat

temannya.

Hasil siklus I pertemuan II

Setelah kegiatan pembelajaran pertemuan II siklus I nilai siswa yang telah mencapai kriteria

ketuntasan minimum adalah sebanyak 12 siswa atau 48 % dan dilihat dari kategori keterampilan siswa

dalam membuat karya puisi bebas pada pembelajaran siklus I pertemuan II ini adalah sebanyak 5

siswa atau 20% siswa dalam kategori sangat trampil, sebanyak 5 siswa atau 20% dalam kategori

trampil, sebanyak 12 siswa atau 48% siswa masuk dalam kategori cukup trampil, sedangkan sebanyak

1 siswa atau 4% siswa termasuk dalam kategori kurang trampil, dan siswa yang masuk kategori

sangat kurang trampil adalah sebanyak 2 siswa atau 8 % juga.Secara keseluruhan persentase aktivitas

siswa adalah 50%.

Refleksi dari hasil observsi dan analisis data pada siklus I pertemuan I dan II, diperoleh data

bahwa pembelajaran belum mencapai kriteria ketuntasan. Sehingga perlu adanya perbaikan pada

pertemuaan berikutnya. Berdasarkan hasil observasi dan analisis pada pertemuan ini, didapatkan

beberapa hal sebagai berikut: (1) siswa sudah mulai tertarik pada kegiatan pembelajaran

menggunakan media formulir, (2) siswa sudah mulai mengerti dan mengembangkan informasi yang

ada di dalam formulir, (3) guru masih belum menerapkan dengan baik rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah disusun, (4)banyak siswa yang tidak ikut terlibat aktivitas saat kegiatan

memilih kartu, akhirnya mereka ramai dan membuat gaduh. Oleh karena itu anggota kelompok perlu

diperkecil. (5) hasil karya narasi masih banyak yang belum memenuhi unsur rnarasi sehingga rata-rata

siswa yang telah mencapai KKM dari pertemuan I dan II adalah 40% masih jauh dari persentase

ketuntasan klasikal , oleh karena itu pada pertemuan berikutnya guru akan berupaya untuk dapat

menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik sesuai yang direncanakan, meningkatkan

pembimbingan secara menyeluruh pada tiap kelompok dan siswa pada setiap tahap penggunaan media

formulir, (6) meningkatkan keterampilan dalam mengelola kelas serta memotivasi siswa agar lebih

aktif dalam proses pembelajaran.

Hasil siklus II pertemuan I

Pada siklus II kali ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I yang kurang

berhasil. Tindakan yang dilakukan tetap menggunakan media formulir dengan tema yang lain.Jika

pada siklus I kegiatan diskusi kelompok terdiri dari 5 siswa maka pada siklus 2 tiap kelompok hanya

terdiri dari 3-4 siswa. Jumlah formulir juga ditambah mengingat jumlah kelompok bertambah banyak.

Dalam pembentukan kelompok, guru memperhatikan aspek kemampuan siswa sehingga tiap

kelompok terdapat tingkat kemampuan yang beragam. Kegiatan dilanjutkan dengan persiapan LKS

yang kemudian guru membagikan LKS kepada tiap kelompok. Siswa melaksanakan tugas yang

diberikan guru sesuai LKS

Penilaian aktivitas guru selama pembelajaran pada siklus II pertemuan I menunjukkan

presentase sebesar 80% dan termasuk pada kategori baik. Pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media formulir secara umum sudah dilakukan dengan baik

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

891

Hasil penilaian keterampilan siswa dalam menulis narasi dilakukan dengan menganalisis hasil

karya narasi siswa setelah kegiatan pembelajaran pertemuan I siklus II dan hasilnya nilai siswa yang

telah mencapai kriteria ketuntasan minimum adalah sebanyak 17 siswa atau 68 % dan dilihat dari

kategori keterampilan siswa dalam membuat karya narasi pada pembelajaran siklus II pertemuan I ini

adalah sebanyak 5 siswa atau 20% siswa dalam kategori sangat trampil, sebanyak 12 siswa atau 48%

dalam kategori trampil, sebanyak 8 siswa atau 32% siswa masuk dalam kategori cukup trampil,

sedangkan untuk kategori kurang trampil 0 siswa atau 0%, demikian juga dengan yang masuk

kategori sangat kurang trampil adalah 0 % .

Hasil siklus II pertemuan II

Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan II disusun berdasarkan hasil refleksi

pembelajaran pada pertemuan I yang telah dilaksanakan sebelumnya. Peneliti tetap menggunakan

media formulir untuk mengatasi permasalahan yang muncul saat pertemuan I. Jumlah anggota

kelompok juga tetap 3-4 orang. Persiapan yang peneliti lakukan pada tahap perencanaan ini adalah:(1)

membuat RPP yang sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan media formulir, (2)

menyusun instrumen yang akan digunakan pada siklus II pertemuan II.

Penilaian aktivitas guru selama pembelajaran pada siklus II pertemuan II menunjukkan

presentase sebesar 93% dan termasuk pada kategori sangat baik. Pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media formulir secara umum sudah dilakukan dengan baik.Hasil penilaian

keterampilan siswa dalam menulis narasi dilakukan dengan menganalisis hasil karya puisi siswa

setelah kegiatan pembelajaran pertemuan II siklus II. Nilai siswa yang telah mencapai kriteria

ketuntasan minimum adalah sebanyak 20 siswa atau 78 % dan dilihat dari kategori keterampilan siswa

dalam membuat karya puisi bebas pada pembelajaran siklus II pertemuan II ini adalah sebanyak 6

siswa atau 24% siswa dalam kategori sangat trampil, sebanyak 16 siswa atau 64% dalam kategori

trampil, sebanyak 3 siswa atau 12% siswa masuk dalam kategori cukup trampil,sedangkan untuk

kategori kurang trampil 0%, demikian juga dengan kategori sangat kurang trampil adalah 0 % .

Dengan demikian persentase Ketuntasan Belajar Minimal yang direncanakan untuk dicapai telah

tercapai pada siklus II Pertemuan II ini.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, dan siswa serta catatan lapangan baik pada siklus I

maupun siklus II Peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh : (1) guru melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan (2) jumlah anggota

kelompok yang sedikit sehingga siswa berkesempatan untuk aktif berpartisipasi dalam kerja

kelompok, (3)penggunaan media formulir yang menfasilitasi siswa untuk mencipta kalimat-kalimat

naratif yang terangkai menjadi paragraf yang padu dan padan. Dari data hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa penggunaan media formulir dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran pada

materi menulis formulir dan merubahnya dalam bentuk narasi.

Perbandingan peningkatan ketrampilan menulis siswa dalam menulis narasi dengan media formulir

ASPEK PRA

TINDAKAN

SIKLUS I SIKLUS II TOTAL

PENING-

KATAN P.I P.II

RATA-

RATA P.I P.II

RATA-

RATA

KENTUTASAN 16 % 40% 48 % 44 % 68 % 80 % 78 % 62 %

SISWA 4 10 12 11 17 22 20

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

892

Gambar 1. Grafik Ketuntasan Menulis

Gambar 2. Grafik Ketuntasan Siswa

PENUTUP

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan

seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan pemanfaatkan media

formulir memiliki dampak positif dalam meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas

VI SDNegeri Dadaprjo 02 kecamatan Junrejo Kota Batu. Hal ini ditandai dengan peningkatan ketun-

tasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (48%) dengan jumlah 12 siswa dan siklus II

(80%) dengan jumlah 20 siswa. Setelah melakukan penelitian dan pembahasanya dapat ditarik

kesimpulan bahwa pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan metode formulir di SDN

Dadaprejo 02 berjalan dengan baik dan penggunaan media formulir dapat meningkatan ketrampilan

menulis narasi, peningkatan tersebut ditunjukan adanya kemampuan peningkatan aspek kesesuaian isi

dengan tema, ketatabasaan, keruntutan, dan kerapian tulisan. Sebagai saran untuk guru yang lain

media formulir dapat digunakan sebagai media alternatif untuk pembelajaran menulis narasi

permulaan.

DAFTAR RUJUKAN

Badudu,1998.Buku panduan penulisan tatabahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Briggs,1977.Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampekan materi

Suyatno,2002.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta bumi aksara

Tarigan, H.G. 1983. Berbicara suatu Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Penerbit Angkasa.

ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7

893

National Education Associaton (1969 )

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Berbahasa Pengembangan Keterampilan dan Saatra di SD,

Bandung

Sutedjo dan Kasnadi, 2008. Menulis Kreatif: Kiat Cepat Menulis Puisi. Yogyakarta: Waluyo, H.J.

1991, Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Nadi PustakaTarigan, H.G. 1986. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Sudikin Mundir, 2005. Metode Penelitian: Membimbing Dan Mengantar

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

894

MAKE AND CHALLENGE USING PARTIAL DICTATION TO IMPROVE

IXA GRADE STUDENTS’ LISTENING ABILITY AT SMPN 1 SANGGAU

Ernawati

SMP Negeri 1 Sanggau, West Kalimantan.

[email protected]

Abstract: “Make and Challenge using Partial Dictation” is an activity modified

from dictation technique. It is created by the researcher as a strategy to improve

students’ ability in listening and also to motivate and attract the students’ interests in

listening. The partial/cloze tests for this activity are created by students in groups.

They make 10 missing words for English short text, and rewrite the text with 10

words missing words inside. Then, they challenge other group to fill the missing

words they made. One of the students in the group comes in front of the classroom

to read out (dictate) the text to the group they challenge. This research used

Classroom Action Research (CAR), consisting of planning, acting, observing and

reflecting in two cycles. The mean scores of the students were 58.33 in the first

cycle and 76.66 in the second cycle. The finding shows that this strategy can

improve the students’ listening ability.

Keywords: make and challenge, partial dictation, listening ability

Listening takes a very important thing in communication. The skill of listening plays

widely important in accepting information. Listening requires an active participation of the

listeners in order to achieve the message that the speaker means. Listening is the process of

receiving, constructing meaning from and responding to spoken and/or nonverbal message

(Emmert cited in Flowerdew and Miller, 2005). When listening someone in delivering

information, it is needed to listen the information clearly to get right messages of the

communication itself. Miscomprehension could be happened when people are not able to

receive the information clearly. But not all the people including students in a classroom can get

the messages or information well when the communication takes place.

Based on the researcher’s experien-ces in teaching English of Junior High School, most

of the students found difficulties in listening. It can be seen by the results of their listening test

where most of the students got low scores in listening, even they were not able to reach the

minimum grade (KKM). It also happened to IX A grade students of SMPN 1 Sanggau in the

academic year 2015/2016. Most of them get difficulties in identifying main idea, predicting and

guessing words, whereas, IX A grade students could reach the minimum grade (KKM), even

stand over the KKM for other skills of English, because the students who sit in this class are

grouped from the first until the thirtieth rank of all nine grade students of SMP N 1 Sanggau.

But, this condition do not make listening become easier for most of them, they still find that

listening is difficult for them.

Since the researcher found the problems of the students’ listening skill, the researcher

needs to find an appropriate method as a strategy to solve the problems. Joubert (2001:21)

claimed that some strategies may help to promote creative thinking, but teachers need to

develop a full repertoire of skills which they can adapt to different situations. Thus, the

researcher prepared a strategy based on the situation of the students and the material which are

going to be taught, that is “Make and Challenge Using Partial Dictation”. This strategy is

purposed to improve the students’ ability in listening. Harmer (2002: 228) states that improving

ISBN: 978-602-1150-17-7

895

students listening skills is important since it helps students to gain many valuable language

inputs.

Partial dictation is a teaching technique where the students are given a written version of

the text where the written text has some missing words. The students must listen to the spoken

material and fill in the blanks in the written version. A partial test (also cloze deletion test) is an

exercise, test, or assessment consisting of a portion of text with certain words removed, where

the participant is asked to replace the missing words. Flowerdew and Miller (2005: 200) defines

dictation as a simple technique that the listener listens to an oral text and write down what they

hear, the passage may be presented more than once and it needs to be presented in segments or

information units. According to Oller (as cited in Marzban & Abdollahi, 2013),) result showed

that dictation test results were powerful predictors of language ability as measured as other kind

of language tests.

The effectiveness of Partial dictation has been proved by Marzban & Abdollahi (2013)

The result of their study showed that dictation had a significant effect on the listening

comprehension ability of the participants in their experimental group. The mean gain scores of

the experimental group were significantly higher than those of the control group. On the other

hand Humairo( 2016) claimed from the result of her study at at the 11th Grade Students of

SMAN 1 Labuapi in Academic Year 2015/2016 indicated that Partial was more effective than

Standard dictation in teaching listening comprehension at the 11th grade of SMAN 1 Labuapi in

Academic year 2015/2016. Moreover, from the questionnaires it showed that Partial Dictation

was more effective than Standard Dictation because Partial in listening comprehension since it

was less boring, helps them improve their listening ability, increases their focus, helps students

understand faster, and helps them understand the text easier. These previous research make the

researcher convince to applied a strategy using Partial Dictation in purpose to improve students’

ability in Listening which is called “Make and Challenge Using Partial Dictation”.

Make and Challenge Using Partial Dictation is a kind of dictation technique which is

modified by the researcher. Ferrance (2000:10) suggested a teacher may be using the latest

fashionable teaching strategy, yet not really knowing or understanding what or how kids are

learning. Make and Challenge using Partial Dictation. This strategy is hoped can improve

students’ ability in listening.

In doing communication especially the oral one, people need to have listening skill to

get the message from what they hear. Harmer (2001) expressed that listening is a “receptive

skill” where people obtain the main idea according to what they hear. Besides, Helgsen (cited

by Gonzales Moncada, 2003) supports that listening helps learner to be “flexible listeners”, to

know how to listen in order to get the general idea or the specific information needed to

understand videos. Similarly, Richard & Rubin (cited by Van Duzer, 1997) argue that “although

listening is a passive skill it is very much anactive process of selecting and interpreting

information from auditory and visual clues”.

Meanwhile, Rost (2002:279) states that listening is mental process of constructing

meaning from spoken input. She also adds that listening is vital in the language classroom

because it provides input for the learner. Without understanding input at the right level, any

learning simply cannot begin. Listening is thus fundamental to speaking. To understand the

message from spoken language, it is not enough to just understand the words themselves;

instead the incoming sound needs to be processed involving any available cues like background

noises, the speakers, the setting, etc. Listening as a basic input material is very important for the

students in learning English. It is highly complex process that draw on knowledge of the

linguistic code (language form) and cognitive processing skill (the skill process in the mind).

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

896

Dictation is described as a technique used in both language teaching and language

testing in which a passage is read aloud to students, with pauses during which they must try to

write down what they heard as accurately as possible (Richards, Platt, and Platt, cited by

Marzban and Abdollahi 2013). Dictation is used as a technique where the learners receive some

spoken input, hold this in their memory for a short time, and then write what they heard. This

writing is affected by their skill at listening, their command of the language, and their ability to

hold what they have heard in their memory. As a teaching technique, dictation helps language

learning by making learners focus on phrase- and clause- level constructions. This focusing is

accuracy- based, ( Marzban and Abdollahi, 2013)

In partial dictation a passage with some deletions is given to the tests, but read in

complete form. The tests are required to fill in the deleted parts as they hear the passage. Partial

dictation is, in fact, an activity between cloze and dictation tasks. It is similar to dictation in that

the passage is read to the tests. However, it is different from dictation in that the tests are

provided with an incomplete form of the passage. Furthermore, it is similar to cloze in that the

tests should fill in the blanks. It is, however, different from close in that the deleted parts are

given to the tests through reading the passage (Farhadi, Jafarpur and Birjandi, as cited by

Marzban and Abdollahi, 2013).

Martinez Lopez (as cited in Gonzalez, 2008) mentioned many advantages of partial

dictation for the teachers and the students. For the students: practice in note taking, associating

sound and spelling, discovering things which are not heard, learning from errors on a feedback

session, reinforcing learning and the possibility of self-correction. The advantages for the

teachers: it can be used in a large class, it is quick to prepare and administer and easy to score,

many things can be asked for in short time, it constitutes a source of information for problem

areas a good reference of the general progress of students.

Other benefit of using partial dictation is students do not only pay attention to the sound

of the words read by the teacher but also understand about the meaning and be able to transfer

the dictated passages to their graphical representations. The students are expected to

comprehend the contents of the passage and recognized all the words and sentences being read.

During and after the dictation, all the students are active (Montalvan, 2006).

Make and Challenge using Partial Dictation

Make and Challenge using Partial Dictation is an activity modified from a dictation

technique. It is created by the researcher as a strategy to improve students’ ability in listening

and also to motivate and attract students’ interests in teaching learning process of listening.

(Puspita as cited by Hasyuni 2006:4) states that a suitable material can make the students want

to learn. The material which is suitable with the students has to be interesting, in the right level

of students’ difficulty, and presented in various activities. In concluding, the teacher is better to

know the students’ interest in learning listening with some kind of activities. If not, the students

will get bored and uninterested in learning anymore.

According to Fisher and Terry (1980: 138), teaching listening is not a simple thing,

whether it is for elementary school, junior high school, or even senior high school students.

Teacher should have an appropriate technique and strategies in order to make an enjoyable

situation for students in teaching learning listening.

Brown (2007) states that there are many possible techniques are available for teaching

listening skills, and it will be helpful for us to think in terms of several kinds of listening

performance. The cloze tests used for this activity are created by students in group by using

texts in their English books, and also the texts prepared by the teacher. They make 10 missing

words for each text, and rewrite the text with 10 words missing words inside. Then, they

ISBN: 978-602-1150-17-7

897

challenge other group to fill the missing words they made. One of the students in the group

comes in front of the classroom to read out (dictate) the text to the group they challenge.

METHOD

The researcher found that the listening ability of IX A grade students is needed to be

improved, thus, she do an action research where the problems found hopefully could be solved

by applying a method of teaching learning activity for the students. As Mettetal (2001) said that

Classroom Action Research is a method of finding out what works best in your own classroom

so that you can improve student learning. He added that the goal of CAR is to improve your

own teaching in your own classroom (or your department or school). While there is no

requirement that the CAR findings be generalized too their situations, as in traditional research,

the results of classroom action research can add to the knowledge base.

Ferrance (2000:1) action research is a process in which participants examine their own

educational practice systematically and carefully, using the techniques of research. From the

definition above it can be conclude that action research can be defined as a systematic study to

overcome education problems or to change things related to educational problems for better

done by teachers or practitioners, or in collaboration of teacher and researcher by means of their

own practical action and by means of their own reflection toward the effect of those action.

The purpose of this research is to improve IXA grade students’ ability in listening. In

doing this research, the researcher will helped by a collaborator. She is also an English teacher

at SMPN 1 Sanggau where the researcher teach. The research will conduct in some cycles,

where each cycle consists of planning, acting, observing and reflecting stage.

In planning stage, the researchers identify the problems and make lesson plan based on

the problem finding. The researcher also prepares the instruments to collect the data, for

instance: note books, camera, including students’ observation list and the researcher ask the

students to bring some English texts from their English book, depends of what the text which is

going to be learnt.

In acting phase, the researcher is accompanied by a collaborator as an observer to

observe the activity of the teaching learning process and especially the students’ activity while

the process runs. The steps of this activity are described as follow:

1. Students are divided into group of four students

2. Students find out a short text. The texts are taken from any kind of English book they bring.

3. Students in group discuss about the text they found to make 10 missing words of the text.

4. Students in the group rewrite the text with 10 missing words inside.

5. Start from group 1, the students in a group challenge other group they want to fill the missing

word in a text they have.

6. One of the students in a group, read out (dictate) the text to the group they challenge loudly.

In observation phase, the researcher and the observer observe the teaching and learning

process. The assessment was focused on the activities done by the students. The observer

observes the students’ activities by filling out the observation list prepared by the researcher.

The observer also writes anything occurred during the teaching learning process. The obstacles

could be found in this phase, thus, the researcher and the observer make different notes in

finding the obstacles in order to find good solutions to overcome the obstacles.

Reflecting phase consists of measuring the data collected and the results of the

observation to get some important feedback. The feedback is very important to be the

researcher’s guidance to find any other treatments to overcome the problems and obstacles

occurred during the research. So that the researcher could find the best way for the next cycle

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

898

FINDING AND DISCUSSION

Finding

This research was done in Grade IXA of SMPN 1 Sanggau at the first semester in the

academic year 2015/2016. The researcher was helped by an observer to observe the students’

activities while the strategy was applied in the teaching learning process, to notice whether the

students improve their ability in listening.

First cycle was started with the preparation of the researcher for the research. The

researcher prepared any kinds of equipment needed in this research. Making lesson plan and

observation lists based on what the objective of the teaching learning process are the first thing

to do. When the researcher got into the classroom, the process of teaching and learning was

started by opening activities and delivering the objective of the teaching learning process. When

the researcher gave some explanation about the instructions of what the students have to do,

they listened very carefully. The researcher also played as model of how the activity would be

done. The students looked interested to what the researcher did. Cremin (2007) said that creative

teachers model creativity and take part as learners in the classrooms; they experiment with

resources, engage in problem-solving, take up different roles, and generate and critique their

ideas.

There were 30 students in the class, the researcher divided the students into group of

five randomly, and there were six groups. As Kelly and Stafford (1993:18) concluded that small

groups can be an effective learning situation in which students learn both through instruction

from their teachers and from interaction with each other. The group also provides opportunities

for individuals to speak in front of others and to receive feedback from teachers and peers.

Then, the researcher asked the students to find a procedure text (the materials that

should be taught to the students in this meeting was listening procedure text) in their English

book and discussed the text in their group to make 10 missing words, and rewrite the text they

have made with 10 missing words inside. All the students in the group wrote a copy of the text,

because one group got one text. 15 minutes were given to do this part. After finishing rewrite

the text, started from group 1, they challenged other group they wanted to fill the missing words

of their text. Then, they gave the text they wrote to the group. One student from group 1 came in

front of the classroom to read aloud their text to other group they challenged. Before reading the

text, the students asked the teacher about how to pronounce some difficult words, especially the

missing words. The same group may not meet for the second time. The reading was done in

three times. The scores of the partial dictations of each group could directly be seen, because,

after filling the missing words the scores were counted. The results of getting scores for each

group for this cycle are described in the table bellow

Table 1: The results of cycle 1

Group Scores

1 40

2 60

3 50

4 70

5 70

6 60

Means scores 58.33

ISBN: 978-602-1150-17-7

899

The table shows that there only two groups are able to reach the minimum grade (KKM) in

which the school minimum grade for English is 70. There were some discussions between the

researcher and the observer about the results.

Based on the observation of the observer during the activity, the students were very

enthusiastic doing this activity. Most of the students took part in making the missing words for

their group. The students also paid attention when their friends were reading out the text in front

of the classroom. Not only the group challenged but also other groups listened the reading

carefully and tried to fill the missing words. But, the mean score for this cycle was still

unsatisfied, 58.33. The mean score is still under the minimum grade.

The researcher also did some informal interview with the students after the class over.

Ferrance (2000:19) said that, as a team, we interviewed our students and asked for their views

on which of our strategies helped them to become stronger readers. It is powerful to listen to

students. Even as seasoned teachers, we can make wrong assumptions about how a child is

learning.

There were some students complained about the way how their friends read the text.

They said that they were very difficult to listen about what their friends said. The pronunciation

is difficult to understand, sometimes they read the text too fast and they didn’t read the text

loudly. Their voice could not be heard clearly especially from the back side, so that the students

who sat in back side could not hear the voice clearly. Moreover, most of the missing words

given were unfamiliar and difficult to be guest. They also said that they were confused in

choosing short text for their groups, It took much time to decide it.

The discussion above became the researcher’s notes to set a plan for the next cycle.

Hopefully the next cycle would be better for the results and also for the running process of the

activity. Mettetal (2001) said that there are many ways to improve knowledge about teaching.

Many teachers practice personal reflection on teaching; that is, they look back at what has

worked and has not worked in the classroom and think about how they can change their

teaching strategies to enhance learning.

The reflections of the cycle 1 guided the researcher to take some actions for the second

cycle. As Ferrance (2000: 11) stated that, the collection of data is an important step in deciding

what action needs to be taken. The second cycle was started by making a new lesson plan and

setting up some strategies for the students in doing the activity. The researcher made some rules

as treatments to reinforce the students in order to overcome the problems appeared in the first

cycle. Firstly, the researcher prepared some reading texts that will be used in the classroom.

Hence, the students do not need to find out the text by themselves, because it took much time

for the students to decide the text they want to use. The rules of the activity are; the missing

words they made should be familiar enough, the students who read the text in front of the

classroom, should read the text loudly, with clear pronunciation, they can re check the

pronunciation in the dictionary or asked the teacher about how to pronounce the words before

reading them. They should also read the text slowly.

When the activity took place, the students got ready to do that, because they had

already knew the steps of the activity. The researchers gave some rules to do this activity, the

students listened carefully. The researcher gave the students some texts prepared by the

researcher, (the materials for the meeting was listening report text). Then, the researcher asked

the students to discuss the text in their group to make 10 missing words, and rewrite the text

they have made with 10 missing words inside. 15 minutes were given to do this part. After

finishing rewrite the text, started from group 1, they challenged other group they wanted to fill

the missing words of their text. One student from group 1 came in front of the classroom to read

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

900

aloud their text to other group they challenged. The same group can’t meet for the second time.

The results for this cycle can be seen in the table below:

Table 2: The results of cycle 2

Group Scores

1 70

2 80

3 70

4 80

5 80

6 80

Means scores 76,66

The table above shows an improvement from the previous cycle. The treatments and

reinforcements given worked well. The students did the activity as well as the researcher hoped.

They stayed on the rules given, they looked happy and enthusiastic doing this activity. All the

group could reach the KKM, even stood over the KKM. This activity could guide and motivate

the students in improving their ability especially in listening. The improvements of each group

can be seen in Figure 1. The results showed and convinced the writer that this activity was

helpful to improve the students’ ability in listening.

Figure 1: The improvements of each group from cycle 1 to cycle

Discussion

After the researcher implemented the activity of Make and Challenge Using Partial

Dictation in teaching listening, it showed there were several improvements from the students’

results. Students were being enthusiastic in learning English listening. Most of students paid

attention to the teacher explanation and could accomplish the task well. It was analyzed of each

cycle, the mean score from cycle I and cycle II briefly can be seen in the diagram below.

Figure 2: The mean score for each cycle

The mean scores of the students were 58.33 in the first cycle and 76.66 in the second cycle.

There were many factors that influenced the result of study. One of the factors was an

40

60 50

70 70 60

70 80

70 80 80 80

0

20

40

60

80

100

CYCLEI

58.33

76.66

0

20

40

60

80

100

CYCLE 1 CYCLE 2

ISBN: 978-602-1150-17-7

901

appropriate strategy in applying a teaching learning method. The activity of Make and

Challenge Using Partial Dictation could stimulate students’ interests in learning English

happier. Most of the students enjoyed the activity because it was fun for them and fun learning

can stimulate students’ spirit to be active. In addition, the role of teacher in guiding the

classroom management especially in using “Make and Challenge Using Partial Dictation” is

considered important and beneficial. The researcher also put students in comfortable situation,

for instance, the researcher guides and monitors students’ activities in doing the activity. The

researcher encouraged them to ask if they have difficulties. So that, their participation could

increase in the form of their attitudes such as their cooperation, initiative, and attention work

well. Based on what the researcher found in implementing “Make and Challenge Using Partial

Dictation” that it effectively could help teacher to make better learning process and students’

better achievement.

CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS

Conclusions

Improving students’ listening skills through Make and challenge Using Partial Dictation

is suitable to be implemented in teaching English especially in teaching listening. This activity

can arouse students’ interests and motivate them to learn English more enjoyable, because the

students involve in making task and read out the task directly to other students. This strategy

can make the environment of the classroom become more interesting and fun for the students.

The research finding showed that there were some improvements from before the strategy

applied, where most of the students could not reach KKM. The way how applied Partial

Dictation can be modified based on the students’ need. Using new strategy or method which are

more interesting and effective is needed to create good atmosphere and results for teaching

learning process. It can be conclude that this activity could motivate students to be more

interesting in learning English and help them to overcome the difficulties they face in listening.

Suggestions

The activity of “Make and Challenge Using Partial Dictation” is recommended as an

alternative strategy or way to be used in teaching English, not only in teaching listening but also

other skills of English. This activity can improve both listening ability and students’ interests in

teaching learning process. But, before applying this activity, it will be better for a teacher to

prepare and give clear instructions and rules for students, so that they will not confused how to

do this activity.

REFFERENCES

Brown, H.D. 2001. Teaching by Princi-ples: An Interactive Approach to Language Pedagogy.

New York: Pearson Education

Cremin, T, Burnard, P and Craft, A. 2006. Pedagogies of Possibility Thinking. International

Journal of Thinking Skills and Creativity, 1(2), 108–19. 10.54 am. 01.04.2015

Davis, P. and Rinvolucri, M. 1995. Dictation: New Methods, New Possibilities. Cambridge:

Cambridge University Press.

Ferrance, E. 2000. Action Research. Northeast and Islands Regional Educational Laboratory:

Brown University

Fisher, Carol. J and C. Ann Terry. 1980. Children’s Language and the Language Arts. New

York: McGraw-Hill

Flowerdew, J and Miller, L. 2005. Second Language Listening: Theory and Practice. New

York: Cambridge University Press

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

902

Gwynn, Mettetal. 2001. The What, Why and How of Classroom Action Re-search. Journal of

Scholarship of Teaching and Learning. Board of Trustees of Indiana University.

Accessed, http//www.iupui.edu/ josotl/archive-vol.2/no1/ v2n1mettetal.pdf, 09.44 am. 01.

04. 2015

Fachrurrazy. 2011. Teaching English as a Foreign Language for Teachers in Indonesia.

Malang: UM Press

Harmer, J. 2001. The Practice of English Language Teaching. Harlow: Pear-son Education

Limited

Hasyuni. 2006. The Students’ Preferred Activities for English Listening Classes (A Survey

Conducted to the Second and Fourth Semester Students of English Department of FKI,

Universitas Bengkulu Academic Year 2005/2006). Unpublished Thesis of Teacher

Training and Education Faculty of Universitas Bengkulu

Joubert, M.M. 2001. The art of creative teaching: NACCCE and beyond, In Craft, A, Jeffrey, B

and Liebling, M (eds.) Creativity in Education. London: Continuum

Marzban, A. & Abdollahi, M. 2013. The Effect of Partial Dictation on the Listening

Comprehension Ability of Iranian Intermediate EFL. Learners International Research

Journal of Applied and Basic Sciences ISSN 2251- 838X / Vol, 5 (2): 238-244 Science

Explorer Publications. 10.55 am. 01.02.2016

Montalvan, R. 2006. Dictation Updated: Guidelines for Teacher-Training Workshops,

http://exchanges.state. gov/education/engteaching/dictationhtml. 10.44 am. 01.02.2016

Rost, M. 2002. Teaching and Researching Listening. London: Longman.

ISBN: 978-602-1150-17-7

903

MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA SISWA KELAS 7 A

DENGAN MENGGUNAKAN KOSAKATA YANG DIPAKAI DALAM TEKS

DESKRIPTIVE UNTUK SISWA SMP NEGERI 02 BATU

Zulmeyta Rahma

SMP Negeri 02 Batu

[email protected]

Abstrak : Pembelajaran di SMP Negeri 02 Batu khususnya kelas 7 A pada mata

pelajaran Bahasa Inggris tentang teks descriptive dalam penguasaan materi masih sangat

rendah atau belum berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan penguasaan kosakata siswa

yang masih rendah. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

penguasaan kosakata siswa kelas 7 A dengan menggunakan kosakata yang dipakai

dalam teks deskriptive untuk siswa SMP Negeri 02 Batu. Pelaksanaan perbaikan

menggunakan Classroom Action Research (PTK). Tindakan yang dilakukan terdiri dari

2 tindakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: planning, acting,

observing dan reflecting. Adapun kelas yang diteliti adalah kelas 7 A SMP Negeri 02

Batu dengan jumlah siswa 33 orang. Berdasarkan hasil perbaikan yang telah

dilaksanakan, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat.

Pada siklus 1 nilai rata-rata 65 dan pada siklus 2 nilai rata-rata 80.

Kata Kunci :Kosakata, PTK

Pada saat ini berbagai masalah terjadi di dalam pendidikan Bahasa Inggris. Salah satu

masalah itu adalah lemahnya penguasaan kosakata siswa di SMP Negeri 02 Batu terutama kelas

7, khususnya kelas 7 A. Oleh karena itu peneliti mencoba meneliti tentang penggunaan

vocabulary yang dipakai dalam teks descriptive untuk siswa SMP. Dalam hal ini peneliti

menggunakan kelas 7 A sebagai percobaannya. Peneliti di kelas ini sudah hampir 1 tahun. Dan

dirasa ada suatu permasalahan yang terjadi di kelas tersebut yaitu bagaimana cara meningkatkan

perbendaharaan kosa kata siswa kelas 7 A dengan menggunakan vocabulary yang dipakai dalam

teks descriptive untuk anak SMP Negeri 02 Batu. Penyebab permasalahan itu muncul karena

kurangnya kemampuan siswa untuk menghafal kosa kata yang telah diajarkan sebelumnya.

Sehingga peneliti mencoba mencari solusinya, dengan cara member gambar dan siswa

mendeskripsikan gambar tersebut dengan menggunakan kosakata yang disediakan oleh guru.

Setelah itu siswa diminta menyusun noun phrase dari teks descriptive. Kemudian, hasil yang

telah disusun ditempelkan di papan tulis. Guru mengucapkan kosakata yang baru dan siswa

menirukannya. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan

penguasaan kosakatanya.

Penelitian yang pernah dilaksanakan dengan menggunakan teks bacaan untuk

meningkatkan kosakata siswa belum pernah dilaksanakan. Peneliti mencoba menggunakan

kosakata yang dipakai dalam teks descriptive untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa

kelas 7 A di SMP Negeri 02 Batu. Dengan demikian masalah penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:“ Bagaimana Meningkatkan Penguasaan Kosakata Siswa Kelas 7 A Dengan

Menggunakan Kosakata Yang Dipakai Dalam Teks Deskriptive Untuk Siswa SMP Negeri 02

Batu?”

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru kelas yang bersangkutan untuk

memecahkan masalah yang terjadi di kelas tersebut. Bagi guru Bahasa Inggris yang lain,

diharapkan temuan penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk mengatasi problem yang

sama.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

904

METODE PENELITIAN

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 7 A di SMP Negeri 02 yang berjumlah 33

orang. Waktu penelitian tindakan kelas ini pada bulan Maret 2016. Tempat penelitian tindakan

kelas 7A dilaksanakan di SMP Negeri 02 Batu. Pembelajaran Bahasa Inggris materi teks

descriptive hasilnya belum mencapai ketuntasan sehingga diadakan perbaikan pada siklus

selanjutnya.

Metode Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

yang mencakup empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyusun perencanaan, sebagai berikut :

1. Menyusun rencana pembelajaran.

2. Menyiapkan materi pembelajaran tentang teks descriptive dengan menggunakan

gambar yang sudah disediakan oleh guru.

3. Menyusun tes akhir.

b. Pelaksanaan tindakan

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Menyajikan materi sebagai pengantar.

3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

4. Guru menyuruh masing –masing kelompok untuk mengambil satu gambar dan

dideskripsikan dengan menggunakan noun phrase yang sudah disediakan oleh guru.

5. Siswa menyusun noun phrase tersebut di papan tulis.

6. Guru menyuruh siswa untuk menirukan kosakata yang baru didengar oleh siswa.

7. Guru member latihan tentang kosakata baru tersebut, untuk mengukur seberapa jauh

peningkatan penguasan kosakata mereka.

c. Observasi

Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti dibantu oleh teman sejawat yang bertindak

sebagai observer untuk mengetahui masalah yang ada di kelas dengan cepat dan tepat

melalui teknik pengumpulan data berupa tes tulis..

d. Refleksi

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah pembelajaran

siswa ini dengan penulis berusaha melakukan refleksi untuk merumuskan masalah yang

telah terjadi didalam kegiatan pembelajaran.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.Hasil

penelitian dideskripsikan dengan cara memilah –milah data yang akan digunakan dalam proses

pembuatan penelitian, Data hasil penelitian dianalisis dengan descriptive kualitatif. Sedangkan

hasil nilai rata –rata siswa menggunakan analisis data kuantitatif.

TEMUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus,siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan.

Pertemuan 1 pada tgl 15 Maret 2016 dan pertemuan 2 pada tgl 17 Maret 2016. Pada pertemuan

1 kegiatan awal adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa menjawabnya,guru

menjelaskan tentang materi descriptive, saat itu guru menjelaskan teks descriptive secara umum,

sesuai dengan RPP yang dibuat oleh guru.Maka dipilihlah untuk mendeskripsikan tentang

bermacam –macam binatang. Anak –anak diberi contoh tentang binatang beserta deskripsinya.

Misalnya :

Do you ever go to the zoo?

ISBN: 978-602-1150-17-7

905

If you go to the zoo,what you can find it?

Please mention and describe it.

Guru membagi siswa berdasarkan absen. Akhirnya terbentuklah 4 kelompok. Guru

memanggil masing –masing perwakilan kelompok untuk mengambil gambar dan menerima

selembar kertas. Kemudian siswa mengerjakan bersama kelompoknya masing –masing. Setelah

siap dengan hasil kerjanya, mereka menempelkan hasil kerja mereka di papan tulis. Ketika hasil

kerja kelompok sudah tertempel di papan tulis guru menyuruh siswa untuk menirukan kosakata

yang ada. Bila dalam pengucapan ada yang kurang tepat guru langsung membetulkannya.

Pada pertemuan 2 kegiatan awalnya adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa

menjawabnya, guru mengulang kembali kosa kata pada pertemuan yang lalu dan anak anak

disuruh untuk mengingatnya. Guru membagi siswa menjadi kelompok yang lebih kecil lagi.

Akhirnya terbentuklah 6 kelompok.Guru memanggil masing-masing perwakilan kelompok

untuk mengambil gambar serta menyuruh siswa mengambil ciri- ciri binatang yang sesuai

dengan gambar dalam bentuk noun phrase. Dan siswa mengerjakan bersama kelompoknya

masing-masing. Sebelum siswa maju untuk menempel hasil kerja kelompok di papan tulis,

siswa menyusunnya di meja terlebih dahulu. Setelah selesai semua kemudian guru melihat hasil

kerja siswa.Guru menyuruh siswa untuk menirukan kosa kata yang ada di papan tulis.Bila ada

pengucapan yang salah guru akan langsung membetulkan. Kelihatannya siswa lebih senang

dengan cara ini, karena mereka tidak merasa menghafalkan tetapi sudah melaksanakannya

Sebagai akhir dari siklus 1 ini peneliti menggunakan tes akhir untuk mengukur seberapa jauh

peningkatan penguasaan kosakata siswa.

Dari pelaksanaan siklus 1 dirumuskan siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 siswa

(30 %) . Rendahnya pencapaian siswa disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam

menyusun kalimat dengan kosakata yang sudah disediakan. Untuk mengatasinya, maka peneliti

melakukan pemantapan kembali pada penggunaan gambar yang dilaksanakan pada siklus 2.

Sedangkan siklus 2 juga terdiri dari 2 kali pertemuan. Pertemuan 1 pada tgl 5 April 2016 dan

pertemuan 2 pada tgl 7 April 2016.

Pada pertemuan 1 kegiatan awal adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa

menjawabnya,guru menjelaskan tentang materi descriptive, saat itu guru menjelaskan teks

descriptive secara umum, sesuai dengan RPP yang dibuat oleh guru.Maka dipilihlah untuk

mendeskripsikan tentang bermacam –macam binatang. Anak –anak diberi contoh tentang

binatang beserta deskripsinya.Misalnya :

Do you ever go to the zoo?

If you go to the zoo,what you can find it?

Please mention and describe it.

Guru membagi siswa berdasarkan absen. Akhirnya terbentuklah 4 kelompok. Guru

memanggil masing –masing perwakilan kelompok untuk mengambil gambar dan menerima

selembar kertas. Kemudian siswa mengerjakan bersama kelompoknya masing –masing. Setelah

siap dengan hasil kerjanya, mereka menempelkan hasil kerja mereka di papan tulis. Ketika hasil

kerja kelompok sudah tertempel di papan tulis guru menyuruh siswa untuk menirukan kosakata

yang ada. Bila dalam pengucapan ada yang kurang tepat guru langsung membetulkannya.

Pada pertemuan 2 kegiatan awalnya adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa

menjawabnya, guru mengulang kembali kosa kata pada pertemuan yang lalu dan anak anak

disuruh untuk mengingatnya.Guru membagi siswa menjadi kelompok yang lebih kecil lagi.

Akhirnya terbentuklah 6 kelompok.Guru memanggil masing –masing perwakilan kelompok

untuk mengambil gambar serta menyuruh siswa mengambil cirri –ciri binatang yang sesuai

dengan gambar dalam bentuk noun phrase. Dan siswa mengerjakan bersama kelompoknya

masing –masing. Sebelum siswa maju untuk menempel hasil kerja kelompok di papan tulis,

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

906

siswa menyusunnya di meja terlebih dahulu. Setelah selesai semua kemudian guru melihat hasil

kerja siswa.Guru menyuruh siswa untuk menirukan kosa kata yang ada di papan tulis.Bila ada

pengucapan yang salah guru akan langsung membetulkan.Kelihatannya siswa lebih senang

dengan cara ini, karena mereka tidak merasa menghafalkan tetapi sudah melaksanakannya

Sebagai akhir dari siklus 2 ini peneliti menggunakan tes akhir untuk mengukur seberapa jauh

peningkatan penguasaan kosakata siswa. Hasil tes pada siklus 2 menunjukkan 23 siswa (70 %)

mencapai KKM.

Tabel 1 hasil nilai siswa pada siklus 1

No Nama Siswa Nilai

1 Alisha 80

2 Feva 80

3 Maulidia 79

4 Randi 79

5 Mardiyansyah 78

6 Yordan 78

7 Riki 78

8 Rizki 75

9 Fikri 75

10 Binar 75

11 Melani 74

12 Shofy 74

13 Belqis 74

14 Salma 73

15 Diva 73

16 Evan 73

17 Jenny 70

18 Titania 70

19 Candra 70

20 Armandito 70

21 Reyhan 70

22 Sofi 69

23 Vira 69

24 Dayu 67

25 Nuraidin 67

26 Rido 65

27 Tegar 65

28 Anugrah 65

29 Rendi 65

30 Risma 64

31 Nayelie 64

32 Agista 60

33 Julio 60

Dari tabel diatas ditemukan 10 siswa (30%) mencapai nilai KKM,sedangkan 23

siswa(70%) belum mencapai KKM. Berikut ini tabel hasil nilai siswa pada siklus yang ke 2.

Tabel 2 hasil nilai siswa pada siklus 2

No Nama Siswa Skor 1 Melani 95

2 Shofy wahyu 95 3 Belqis 90

4 Salma 90

ISBN: 978-602-1150-17-7

907

Pada tabel di atas ditemukan 23 siswa(70%) mencapai nilai KKM, sedangkan 10

siswa(30%) belum mencapai KKM. Berdasarkan tabel dari siklus 1 ke siklus 2 ada kenaikan

nilai yang dicapai oleh siswa. Pada siklus 1 siswa yang mencapai nilai KKM hanya 10 siswa

(30%) dari jumlah siswa sebanyak 33, sedangkan siklus 2 siswa yang mencapai nilai KKM

sudah meningkat menjadi 23 siswa(70 %) dari jumlah siswa secara keseluruhan. Nilai KKM di

SMP Negeri 02 Batu: 75 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Dengan kenaikan jumlah siswa

yang mencapai KKM, maka penelitian ini dianggap sudah berhasil.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan kosakata dalam teks descriptive dapat meningkatkan penguasaan kosakata

siswa kelas 7A SMP Negeri 02 Batu. Kepada guru Bahasa Inggris yang memiliki masalah yang

sama dianjurkan untuk menggunakan teknik meningkatkan kosakata dalam konteks bacaan yang

sama atau yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Kusnandar,2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta.Rajawali Press.

Idris & Marno. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jakarta. Arruzmedia Serangkai Pustaka

Mamdiri

5 Diva 90

6 Evan 90 7 Jenny 85

8 Titania 85 9 Candra 85

10 Amandito 85

11 Reyhan 80 12 Sofi 80

13 Vira 80 14 Dayu 80

15 Nuraidin 80 16 Rido 80

17 Tegar 80

18 Anugrah 80 19 Rendi 80

20 Risma 75 21 Nayelie 75

22 Agista 75

23 Julio 75 24 Alisha 74

25 Feva 74 26 Maulidia 74

27 Randi 73 28 Mardiyansyah 73

29 Yordan 70

30 Riki 70 31 Rizki 69

32 Fikri 65 33 Binar 65

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

908

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DALAM MENULIS TEKS DESKRIPTIF

DENGAN OBJEK NYATA DI KELAS VII SMPN 2 BATU

Yayuk Siti Muawanah

SMPN 2 Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis

teks deskriptif pada siswa kelas 7 I SMPN 2 Batu.dengan menggunakan model

pembelajaran pengamatan objek secara langsung, siswa memperoleh

pengalaman belajar lebih banyak dan bervariasi baik dalam memahami

konsep,menuliskan struktur teks dan menulis teks secara efektif, melalui

pengamatan objek secara langsung. Penelitian ini menggunakan PTK. Hasil

penelitian menunjukkan kenaikan pada siswa yang mencapai KKM (75) dari

66,6% pada siklus 1 menjadi 93,3% pada siklus 2.

Kata kunci: menulis, deskriptif, objek langsung

Pada saat ini berbagai masalah terjadi di dalam pembelajaran bahasa Inggris. Banyak

siswa yang kurang minat dalam pelajaran membaca maupun menulis.Hal ini karena dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya kemajuan tehnologi yang semakin canggih dan bergesernya

nilai-nilai budaya sehingga mendorong siswa, lebih suka bermain game. Ini menyebabkan siswa

malas berfikir atau menulis. Mereka lebih suka segala sesuatu yang instan. Untuk itulah peneliti

ingin meneliti pembelajaran menulis di kelas 7 I, karena di kelas tersebut sering dijumpai siswa

menggunaka HP untuk mentranslate tulisan mereka.Dan untuk itu peneliti ingin memberikan

ketrampilan menulis teks deskriptif dengan model pembelajaran yang berbeda. Untuk itu model

pembelajaran pengamatan objek secara langsung akan membuat siswa memperoleh informasi

lebih banyak dan detail di banding kalau siswa hanya memperoleh informasi dari buku teks

/buku siswa.

Dalam metode pembelajaran ini siswa dibentuk per kelompok dan tiap kelompok

mempunyai tugas untuk mengamati dan menggali informasi tentang aktivitas/kegiatan yang

dilakakukan sesuai profesinya. Kemudian siswa diminta mendeskripsikan hasil pengamatan dan

informasi yang diperoleh dalam bentuk teks tulis deskriptif.

Jika dihubungkan antara masalah dan solusi melalui tehnik pembelajaran yang

direncanakan maka sangatlah tepat jika kegiatan pembelajaran teks deskriptif pada kemampuan

menulis ini menggunakan teknik pengamatan objek nyata karena dengan demikian siswa

memperoleh informasi yang lebih lengkap,disamping itu siswa mendapatkan pengalaman

belajar yang berbeda sehingga akan mendorong mereka untuk menulis teks deskriptif dengan

benar.

Penelitian tentang menggunakan objek nyata sebenarnya sudah pernah dilalukan oleh

beberapa peneliti diantaranya, Sari (2011) Magelang Jateng, Sandy (2013) Kudus dan Nadira

(2013) Malang. Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana

meningkatkan kemampuan dalam menulis teks deskriptif tentang seseorang yang melakukan

kegiatan secara langsung di kelas 7 I SMPN 2 Batu. Sedangkan manfaat hasil penelitian ini bagi

guru kelas adalah untuk memecahkan masalah kelas tersebut. Bagi guru Bahasa Inggris yang

lain bermanfaat sebagai pembanding untuk masalah yang sama.

ISBN: 978-602-1150-17-7

909

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan

dalam dua siklus. Langkah-langkah yang dilewati dalam setiap siklus adalah permasalahan

(problem), perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pemantauan (observing atau

monitoring), dan penilaian (reflecting atau evaluating). Dalam penelitian ini, siklus Penelitian

Tindakan Kelas yang dilakukan dihentikan setelah siklus kedua selesai dilaksanakan karena

hasil yang diharapkan telah tercapai, Suyati (2013).

Pada siklus satu dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan

pada tanggal 15 maret 2016. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Batu yang beralamat di

Jalan Bromo 34 Kota Batu, pada kelas 7 I semester genap tahun pelajaran 2016. Penelitian

dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/ 2016. KelasVII I tersebut terdiri dari 32

peserta didik kdengan rincian 20 peserta didik perempuandan 12 peserta didik laki-laki. Guru

bertindak sebagai pengajar, pengamat, penganalisis data, dan sekaligus melaporkan hasil

penelitian. Bertindak sebagai kolaborator adalah ibu Didien Ika, S.Pd, guru Bahasa Inggris

SMP Negeri 2 Batu. Sumber data dalam penelitian iniadalah 32 orang peserta didik kelas VII I

SMP Negeri 2 Batu Tahun Pelajaran2015/2016. Instrumen penelitian yang digunakan untuk

menjaring data dalam penelitian ini adalah lembar observasi kegiatan. Lembar observasi

digunakan untuk menilai aktivitas peserta didik selama penelitian ini dilakukan.Dan untuk

penilaian hasil kerja siswa guru menggunakan rubrik penilaian teks tulis.

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN SIKLUS I

Pada siklus satu dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan petama dilaksanakan

pada tanggal 15 maret th 2016, pada pertemuan pertama menggunakan tehnik scientific

approach.

Pertemuan pertama

Pendahuluan

Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan

siswa untuk mengikuti pembelajaran.

Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang

telah diajarkan dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari

Kegiatan inti

- Peserta didik diminta mengamati gambar-gambar yang di tunjukkan oleh guru dan

menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru sbb:

“ what is the picture?”

“ what do you think about it ?”

- Peserta didik diminta mencocokkan antara profesi orang dengan kegitan/aktivitas

yang ada dalam tabel.

- Peserta didik menjawab pertanyaan secara lisan tenteng profesi orang dengan

kegiatan/aktifitas yang dilakukan secara bergantian.

- Peserta didik mengidentifikasi dan menemukan social function dan language feature

dan kemudian guru memberikan penguatan tentang simple present tense generic

struture dari teks deskriptif.

- Secara berkelompok ( 4 siswa ) diminta mengamati dan mencari informasi tentang

kegiatan/aktifitas seseorang sesuai profesinya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

910

- Dengan bimbingan guru siswa diminta mendeskripsikan hasil pengamatan dan

informasi yang didapat dari lapangan.

- Kemudian secara berkelompok siswa di minta mempresentasikan hasilnya didepan

kelas dan guru memberikan feedback.

Kegiatan akhir

- Guru dan peserta didik bersama-sama membuat tingkasan dan menyimpukan materi

yang yang sudah dipelajari pada pertemuan ini dan melakukan refleksi terhadap

kegiatan belajar yang telah mereka lakukan.

- Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mrngamati aktivitas seseorang yang

terdekat dengan kehidupan sekitar siswa sebagai pembelajaran berikutnya.

Pertemuan ke dua

Pendahuluan

Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan

siswa untuk mengikuti pembelajaran.

Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang

telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari

Kegiatan inti

Peserta didik diminta untuk membaca teks deskriptif pendek tentang aktivitas atau

kegiatan yang dilakukan seseorang sesuai dengan profesinya.

Guru memberikan arahan lagi bagaimana cara mambuat/menulis teks deskriptif dengan

benar.

Peserta didik diminta mendeskripsikan aktivitas/kegiatan seseorang yang ada

dilingkungan terdekatnya.

Peserta didik diminta mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas.

Kegiatan akhir

- Guru dan peserta didik bersama-sama membuat tingkasan dan menyimpulkan

materi yang yang sudah dipelajari pada pertemuan ini dan melakukan refleksi

terhadap kegiatan belajar yang telah mereka lakukan.

Untuk memberikan penilaian pada produk siswa menulis teks deskriptif di skor

dengan menggunakan rubrik penilaian sebagai berikut:

Rubrik Penulisan Writing

No Nama Aspek yang dinilai Skor

content Kosa kata grammar

ISBN: 978-602-1150-17-7

911

kontent 4 : jika isi sangat sesuai dengan judul

3: jika isi sesuai dengan judul

2 : jika isi cukup sesuai dengan judul

1 : jika isi tidak sesuai dengan judul

Kosa kata 4: kosa kata sangat tepat tdk terdapat kesalahan

3 : kosa kata tepat terdapat 1- 3 kesalahan

2 : kosa kata cukut tepat terdapat 4-7 kesalahan

1 : kosa kata kurang tepat terdapat lebih dari 7 kesalahan

Grammer 4 : tata bahasa sangat tepat tidak terdapat kesalahan

3 : tata bahasa tepat terdapat 1-3 kesalahan

2 : tata bahasa kurang tepat terdapat 4-7 kesalahan

1 : tata bahasa kurang tepat terdapat lebih dari 7 kesalahan

Nilai perolehan x 100 = skor

Nilai maksimal

Dan hasil penilaian penulisan teks deskriptif dengan objek nyata

Writing

No Nama Aspek yang dinilai Skor

content Kosa kata grammar

1 Aulia 4 4 3 91

2 Ongki 4 4 3 91

3 Rizal 4 3 4 91

4 Safira 4 4 3 91

5 Galuh 4 2 4 83

6 Norma 4 3 3 83

7 Oktavia 4 3 3 83

8 Adinda 3 3 3 75

9 Andri 3 3 3 75

10 Brilian 4 2 3 75

11 Candra 4 3 2 75

12 Dinda 3 3 3 75

13 Elma 3 3 3 75

14 Faisal 3 3 3 75

15 Hamima 3 3 3 75

16 Naja 3 3 3 75

17 Rahma 3 3 3 75

18 Tika 3 3 3 75

19 Anjali 3 3 3 75

20 Bagas 3 3 3 75

21 djordi 3 2 3 66

22 Marcel 3 3 2 66

23 Sukma 3 3 2 66

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

912

24 Fadli 2 3 2 58

25 Kalina 3 2 2 58

26 Nadira 3 2 2 58

27 Putri 3 2 2 58

28 Rizki 3 2 2 58

29 Happy 2 2 2 50

30 Munir 2 2 2 50

Refleksi

Pada siklus 1 peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran 2 kali pertemuan dan pada

siklus II peneliti melaksanakan kegiatan 3 kali pertemuan hal ini di karenakan pada saat

penelitian pada siklus 1. Peneliti merasa waktu yang digunakan kurang mencukupi,karena

pengamatan objek secara langsung yang dilakukan diluar kelas membutuhkan waktu lebih

banyak. Sehingga pada saat penelitian untuk siklus 1 pada pertemuan 1 terkesan terburu-buru.

Dilihat dari proses pembelajaran menulis teks deskriptif di kelas 7 I dan hasil skor yang

di peroleh siswa dalam menulis teks deskriptif tersebut dapat di lihat bahwa siswa yang berhasil

mendapatkan skor diatas KKM terdiri dari 20 siswa 66,6% dari jumlah siswa. Siswa yang

mendapatkan skor sesuai KKM terdiri dari 10 siswa 33.3% dari jumlah siswa,dan siswa yang

mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 10 siswa 33,3% dari jumlah siswa. Dari pencapaian

nilai tersebut diatas maka penulis beranggapan bahwa pembelajaran teks deskriptif tentang

seseorang yang melakukan kegiatan secara langsung dianggap berhasil,namun demikian masih

perlu pembenahan lagi karna masih ada 33% dari siswa yang belum bisa menulis teks deskriptif

sesuai harapan, dikarenakan penguasaan tata bahasa,kosa kata yang masih rendah.

Untuk meningkatkan penguasaan tata bahasa dan kosakata pada siswa maka di siklus ke

dua peniliti akan melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan cara menanbah waktu dan

pembekalan tentang struktur teks dan unsur kebahasaan yang digunakan untuk menulis teks

deskriptif, serta contoh –contoh teks deskriptif,baik berupa jumble sentece ataupun dalam

bentuk yang lain.

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN SIKLUS II

Pada siklus dua dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan.Pertemuan pertama dilaknanakan

pada tanggal 2 April 2016,pertemuan ke dua dilaksanakan pada tanggal 4 April 2016 dan

pertemuan ke tiga dilaksanakan pada 6 April 2016 pertemuan ini menggunakan tehnik

scientific approach.

Pertemuan pertama

Pendahuluan

Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan

siswa untuk mengikuti pembelajaran.

Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang

telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari.

Kegiatan inti

- Siswa diminta mengamati sebuah pohon dalam pot yang di tunjukkan oleh guru dan

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sbb:

“ Mention the part of this plant?”

- Siswa diminta membaca teks deskriptif tentang pohon jambu air dan dengan arahan

guru siswa diminta menganalisa tentang struktur teks dan unsur kebahasaan dari

teks.

ISBN: 978-602-1150-17-7

913

- Siswa diminta menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan teks.

Kegiatan akhir

- Guru menegaskan kembali tentang apa yang telah dipelajari.

- Guru meminta siswa untuk mempelajari teks deskriptif tentang tanaman dengan

membaca buku-buku d perpustakaan.

Pertemuan ke dua

Pendahuluan

Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan

siswa untuk mengikuti pembelajaran.

Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang

telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari

Kegiatan inti

- Siswa diminta menjadi beberapa kelompok (4 siswa) dan masing-masing kelompok

diminta mengamati sebuah pohon yang berbeda dilingkungan sekolah.

- Secara berkelompok siswa diminta mendeskripsikan tentang pohon yang telah

diamati.

- Secara berkelompok siswa diminta memaparkan hasil dikusinya di depan kelas.

Kegiatan akhir

- Guru dan siswa bersama-sama membuat tingkasan dan menyimpukan materi yang

yang sudah dipelajari pada pertemuan ini dan melakukan refleksi terhadap kegiatan

belajar yang telah mereka lakukan.

- Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati sebuah pohon yang ada di

lingkungan rumahnya sebagai bahan pembelajaran berikutnya.

Pertemuan ke tiga

Pendahuluan

Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan

siswa untuk mengikuti pembelajaran.

Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang

telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

914

Kegiatan inti

- Siswa diminta melengkapi teks deskriptif tentang tanaman dengan pilih kata

yang tersedia.

- Guru memperingatkan lagi ke siswa bagaimana cara menulis teks deskriptif dengan

benar.

- Secara individu siswa diminta mendeskripsikan tanaman yang ada disekitar

rumahnya dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas.

Kegiatan akhir

Guru dan siswa bersama-sama membuat ringkasan dan menyimpulkan materi yang

sudah dipelajari pada pertemuan ini dan refleksi rethadap kegiatan belajar yang telah

mereka lakukan.

Dan hasil penilaian penulisan teks deskriptif dengan objek nyata

Writing

No Nama Aspek yang dinilai Skor

content Kosa kata grammar

1 Anjali 4 4 4 100

2 Djourdi 4 4 4 100

3 Elma 4 4 4 100

4 Galuh 4 4 4 100

5 Munir 4 4 4 100

6 Nova 4 4 4 100

7 Rizal 4 4 4 100

8 Risqi 4 4 4 100

9 Aulia 4 3 4 91

10 Bagas 4 3 4 91

11 Chandra 4 3 4 91

12 Dinda 4 3 4 91

13 Faizal 4 3 4 91

14 Hamimah 4 3 4 91

15 Nadira 4 3 4 91

16 Norma 4 4 3 91

17 Oktavia 4 4 3 91

18 Ongky 4 3 4 91

19 Safira 4 3 4 91

20 Andrianto 4 3 3 83

21 Brilian 4 3 3 83

22 Fadli 3 3 3 75

23 Kalina 3 3 3 75

24 Naja 3 3 3 75

25 Rahma 3 3 3 75

26 Sukma 3 3 3 75

27 Tika 3 3 3 75

28 Happy 3 3 3 75

29 Adinda 3 2 3 66

ISBN: 978-602-1150-17-7

915

30 Putri 3 2 3 66

Refleksi

Pada siklus 2 peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran tiga kali pertemuan.

Dengan harapan dengan waktu lebih banyak maka siswa dapat memperoleh pembekalan

struktur teks dan ciri kebahasaan untuk menulis teks deskriptif lebih banyak dan akan lebih

dipahami. Pada pertemuan 1 guru memberikan pembekalan berupa kosa kata yang berhubungan

dengan tanaman. Siswa mengamati parts of plant dan menyebutkan nama-nama bagian dari

tanaman tersebut dan kosakata lainnya yang terkait. Tahap berikutnya guru menjelaskan tentang

struktur teks dan unsur kebahasaan yang digunakan dalan menulis teks deskriptif. Kemudian

siswa di beri teks deskriptif tentang pohon jambu air, dari teks tersebut siswa diminta

menganalisa struktur teks dan unsur kebahasaan (simple presen tense). Kemudian guru besama-

sama dengan siswa membahas hasil temuan-temuan siswa. Pada pertemuan 2 guru

mengingatkan lagi kepada siswa tentang kosa kata yang terkait dengan tanaman. Siswa secara

berkelompok diminta mengamati salah satu pohon yang ada di lingkungan sekolahnya dan

mendeskripsikan hasil pengamatan kelompoknya. Dan secara berkelompok siswa

mempresentasikan hasilnya didepan kelas. Pada pertemuan ketiga siswa secara individu

diminta melengkapi teks deskriptif tentang tanaman dengan pilihan kata yang tersedia.

Selanjutnya siswa secara individu diminta mendeskrisikan salah satu tanaman yang ada

disekitar rumahnya. Dan mempresentasikan hasilnya.

Keunggulan dalam model pembelajaran pengamatan objek secara langsung, siswa

memperoleh pengetahuan lebih banyak dengan kondisi yang sebenarnya, disamping itu siswa

akan lebih bertanggung jawab denga pengalaman belajarnya. Sedangkan kekurangan yang

terjadi pada pembelajaran melalui pengamatan objek secara langsung ini membutuhkan waktu

lebih lama karena jarak antara benda yang diamati dan letak kelas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilkaukan, peneliti menyimpulkan bahwa

menulis teks deskriptif dengan pengamatan objek secara langsung dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis teks deskriptif.

Saran

Penelitian ini dilakukan agar dapat menjadi pedoman maupun sumber rujukan bagi

penelitian lain. Bagi guru, diharapkan menggunakan penelitian ini sebagai cara untuk

meningkatkan kemampuan dalam menulis teks deskriptif.

DAFTAR RUJUKAN

Afrida. 2014. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Menulis ParagrDeskriftif

Pada Siswa Kelas IV Di SDN 001 Ranai Kabupaten.

Nadirah, Khafidhatun. 2013. Teaching Descriptive Writing Using Realia as Media in Learning

Activity. Malang.

Sandy, Intan Ifadella. 2013. The Writing Ability Descriptive Text of The VIII Grade Student of

SMP 4 Bae Kudus in the Academic Year 2012/2013 Tought by Using Real Object. Skripsi

Sarjana Thesis. Universitas Muria Kudus.

Sari, Dita Anggunia P. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Deskriptif dengan Metode

Pembelajaran di Luar Ruang Kelas Pada Peserta Didik Kelas X-H SMA Negeri 1 Kota

Mungkit Magelang Jawa Tengah. Jawa Tengah.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

916

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI INFORMASI RINCI PADA

BACAAN TEKS BERBENTUK NARATIVE SISWA KELAS VIII-I SMP

NEGERI 1 BATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SQ3R”

Saifullah

SMPN 1 Batu

[email protected]

Abstrak: Membaca merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam

pembelajaran bahasa Inggris. Namun bagi siswa, membaca sering kali masih

merupakan kegiatan pembelajaran yang sering dianggap sulit dan kurang

menyenangkan. Dengan metode SQ3R diharapkan proses pembelajaran akan lebih

menyenaangkan karena siswa terlibat langsung dalam proses belajar secara aktif.

Metode SQ3R terdiri dari lima langkah. Pembelajaran ditekankan pada kemampuan

membaca. Pada penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri 1 Batu Negeri

menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode SQ3R menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam memahami informasi rinci yang sangat signifikan,

berdasarkan hasil tes ketuntasan nilai siswa mencapai peningkatan 29,9 %. Dengan

demikian pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan

pemahaman membaca siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Batu.

Kata kunci: metode SQ3R, membaca, teks naratif

Reading (membaca) merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

pembelajaran bahasa Inggris. Dengan membaca dan memahami makna bacaan, siswa dapat

memperoleh berbagai informasi dan memperkaya pengetahuannya. Oleh karena itu, guru perlu

merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga siswa dapat mengumpulkan informasi

dengan tepat melalui kegiatan membaca. Di tingkat SMP kegiatan membaca telah dimasukkan

sebagai Skill yang harus dibiasakan. Hal ini memiliki peran penting dalam perkembangan

kognitif.

Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan

dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran,

buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan

belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam

membaca. Oleh karena itu proses kegiatan belajar dan mengajar harus menggunakan metode

yang sesuai dan menyenangkan bagi siswa.

Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni terjadinya

perubahan tingkah laku sebagai dam-pak dari pengalaman individu. Pengalaman dapat berupa

situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya.

Peristiwa belajar yang terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar diri individu sebagai

pembelajar biasa disebut proses pembelajaran. Proses ini biasa dirancang oleh guru. Istilah

belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku pada diri individu yang biasanya

terjadi setelah adanya interaksi dengan sumber belajar, sumber belajar ini dapat berupa buku,

lingkungan, guru atau sesama teman. Menurut Sudjana (1985:5), belajar adalah sesuatu proses

yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri sese-orang. Perubahan sebagai hasil dari

proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pe-

mahaman, sikap, dan tingkah laku, kete-rampilan, kecakapan, kebiasaan serta peru-bahan aspek-

aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

ISBN: 978-602-1150-17-7

917

Adapun istilah mengajar adalah menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa

untuk belajar. Hal ini tidak harus berupa proses transformasi penge-tahuan dari guru kepada

siswa. Rooyakkers (1984:13) menyatakan bahwa proses mengajar adalah menyampaikan bahan

pe-lajaran yang berarti melaksanakan bebe-rapa kegiatan. Kegiatan tersebut tidak ada gunanya

jika tidak mengarah pada tujuan tertentu. Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu bentuk

pendidikan yang multi variabel sudah tentu dalam proses penye-lenggaraannya akan turut

dipengaruhi serta melibatkan faktor-faktor lain. Faktor tersebut menurut Syah (1995:132) secara

umum terbagi atas tiga macam. (1) Faktor inter-nal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

siswa seperti halnya minat, bakat dan kemampuan. (2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang

berasal dari lingkungan di sekitar siswa seperti keadaan keluarga, la-tar belakang ekonomi dan

kemampuan gu-ru dalam mengajar. (3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa

yang meliputi strategi dan metode yang diguna-kan dalam melakukan kegiatan pembe-lajaran.

Dengan demikian, untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat dibutuhkan suatu

formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja menyeluruh, dalam arti proses

pembelajaran melibatkan aktivitas siswa

Peneliti mengajar di SMP Negeri 1 Batu kelas VIII-I. Di kelas yg diajar oleh peneliti

ditemukan permasalahan-persalahan pada siswa seperti minimnya kosa kata yang dimiliki

siswa, rendahnya minat siswa pada kemampuan mendengar, dan rendahnya minat siswa

terhadap kebiasaan membaca. Menurut peneliti masalah-masalah tersebut disebabkan oleh

beberapa hal diantaranya adalah kurangnya minat siswa dalam membaca teks bacaan karena

dipengaruhi oleh terbatasnya kosa kata dan juga teknik pembelajaran ketrampilan membaca

yang kurang sesuai dengan tema dan kondisi di kelas.

Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mendalami masalahan pada

peningkatan siswa dalam memahami teks bacaan dengan menggunakan metode SQ3R.

Metode SQ3R adalah satu langkah yang sangat bagus yang bisa digunakan untuk

pembelajaran reading. SQ3R merupakan suatu prosedur belajar yang sistematik dan bersifat

praktik. Metode SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan

membaca secara intensif dan rasional. Robinson (dalam Hanafiah, 2010: 59) menyatakan

tentang Effective Study, melalui kegiatan membaca dengan metode SQ3R, yaitu: a) Survey,

yaitu menyelidiki terlebih dahulu untuk mendapat gambaran selintas mengenai isi/pokok yang

akan dipelajari, b) Question, yaitu mengajukan pertanyaan dari ide pokok atau isi buku yang

dibaca secara selintas, c) Read, yaitu membaca secara aktif untuk memberikan jawaban

terhadap pertanyaan yang dibuat, d) Recite, yaitu mengucapkan kembali atas jawaban yang

diberikan terhadap pertanyaan dengan tidak melihat buku/menengok terhadap catatan kecil yang

menjadi garis besar, dan e) Review, yaitu mengulang apa yang dibacanya dengan memeriksa

kertas catatannya.

Menurut Fransis Robinson (2009:2), metode SQ3R adalah lima langkah pembelajaran

yang di tekankan pada kegiaatan membaca siswa supaya dapat menemukan informasi dan siswa

mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi sehingga tidak mudah melupakan

apa yang telah dibacanya.

One of the most popular methods was invented more than fifty years ago by a

psychology instructor named Francis Robinson. The method is called SQ3R, and it

reflects everything Robinson knew about the workings of the human mind.

Robinson knew, for instance, that we tend to forget new information right after

learning it. For this reason, SQ3R has a step built in to decrease forgetting right

after reading. Robinson also knew that good reading comprehension relies heavily

on the mind’s ability to make and confirm predictions about how an author’s

thoughts will unfold. For that reason, his five-step system starts by giving readers a

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

918

basis for making predictions, which can then be confirmed or contradicted through

the actual reading of the text.

Menurut penelitian terdahulu yang menggunakan metode SQ3R menyimpulkan bahwa

terdapat peningkatan minat membaca pada siswa, penelitian di lakukan di SMA Negeri 1

Sumberlawang siswa kelas X.3, melalui penerapan metode SQ3R muncul beberapa hal baru

yang positif dari siswa yang ditandai dengan: (a) usaha siswa dalam membaca artikel yang

diberikan, (b) daya tahan siswa dalam melakukan aktivitas membaca, (c) sikap senang yang

ditunjukkan siswa saat melakukan aktivitas membaca, (d) kesadaran siswa akan manfaat

membaca, dan (e) peningkatan nilai rata-rata hasil angket minat membaca siswa. Siti

Khuzaimah, (2009: 28).

Oleh Karena itu peneliti juga menggunakan SQ3R untuk penelitian ini sebagai bentuk

upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca khususnya meningkatkan kemampuan

memahami informasi rinci pada bacaan teks berbentuk Narative,

Jika dihubungkan antara masalah dan solusi melalui teknik pembelajaran yang

direncanakan maka sangatlah tepat jika kegiatan pembelajaran naratif pada kemampuan

membaca ini menggunakan metode SQ3R yang sangat praktis melalui lima langkah yang runtun

dan berkesinambungan.

Adapun rumusan masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimana penggunaan metode SQ3R dapat meningkatkan pemahami informasi rinci pada

bacaan teks berbentuk Narative siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Batu?

Manfaat dari penelitian ini adalah: a) Bagi guru yang mengajar dikelas tersebut sebagai

tindakan penelitian dan sekaligus memecahkan masalah yang dihadapi siswa, b) Bagi guru

bahasa Inggris yang lain hasil penelitiaan ini dapat digunakan jika mempunyai kondisi kelas

yamg sama.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas (clasroom action research).

Karenanya, penelitian tersebut didasarkan pada kondisi dan karakteristik sebagai berikut.

Pertama, terdapat permasalahan yang ditemui peneliti mata pelajaran Bahasa Inggris , yaitu

rendahnya kemampuan siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Batu dalam memahami teks bacaan.

Kedua, dilakukan perencanaan pembelajaran melalui dua siklus, setiap satu siklus dilakukan dua

kali pertemuan.

Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin seperti

disebutkan dalam Dikdasmen (2003:18). Adapun tahap-tahap atau yang biasa disebut siklus

(putaran) terdiri dari empat komponen yang meliputi: (a) perencanaan (planning), (b) aksi atau

tin-dakan (acting), (c) observasi (observing), (d) refleksi (reflecting). Prosedur pene-litian

tindakan kelas ini secara garis besar dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Siklus I Perencanaan · Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan

· Menentukan pokok bahasan

· Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran

· Menyiapkan sumber belajar seperti buku

· Mengembangkan format evaluasi

Tindakan · Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana

pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan

· Melakukan evaluasi dalam bentuk tes kemampuan pemahaman

konsep yang dipelajari (narrative text)

ISBN: 978-602-1150-17-7

919

Pengamatan Melakukan observasi dengan menggunakan format observasi

Refleksi · Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi

efektifitas waktu yang telah dilaksanakan

· Membahas hasil tindakan

· Memperbaiki pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan yang

belum mencapai sasaran

· Evaluasi tindakan

Indikator

Keberhasilan

Siklus I

· Instrumen-instrumen yang telah disiapkan pada siklus I dapat

dilaksanakan semua

· Telaksananya pembelajaran dengan baik dan peserta didik merasa

senang dengan metode pembelajaran SQ3R tersebut .

· Peserta didik mampu menemukan informasi dari teks naratif yang

telah dibaca.

Siklus II Perencanaan · Identifikasi masalah dan penetapan alternatife pemecahan masalah

yang ditemukan pada kegiatan siklus I

· Pengembangan program tindakan II

Tidakan Pelaksanaan program tindakan II

Pengamatan Pengumpulan data tindakan II

Refleksi Evaluasi tindakan II

Indikator

keberhasilan

siklus II

· Instrument-instrumen yang telah disiapkan pada siklus II dapat

terlaksanakan semua

· Aktifitas siswa dalam pembelajaran meningkat

· Motivasi siswa dalam pembelajaran meningkat

· Pencapaian hasil belajar menunjukan peningkatan

TEMUAN PENELITIAN

Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII-I pada Peserta didik SMP

Negeri I Batu dengan jumlah siswa 28 orang, Penelitian Tindakan kelas dilaksanakan dalam

dua siklus.

Siklus I dilaksanakan dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Selasa, 15

Maret 2016 pada jam pelajaran ke 4-5 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada Jumat, 18 maret

2016 pada jam pelajaran ke 3-4.

Siklus II dilaksanakan dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada selasa, 29

Maret 2016 pada jam pelajaran ke 4-5 dan pertemuan kedua pada Jumat,1 April 2016 pada jam

pelajaran ke 3-4.

Temuan penelitian siklus 1 pertemuan pertama.

Pelaksanaan siklus I dan II penetiti melaksanakan metode SQ3R secara optimal

menggunakan teknik pembelajaran SQ3R (survey, question, read, recite, dan review). Adapun

rincian kegiatan dan temuan diuraikan sebagai berikut:

Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses

pembelajaran dan dilanjutkan memberi motivasi belajar kepada siswa dengan tujuan supaya

siswa benar-benar siap untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Inti Siklus 1 pertemuan pertama, sesuai dengan metode SQ3R langkah

pertama yaitu Survey. Pada kegiatan awal ini peserta didik diajak mereviu materi sebelumnya.

Kegiatan diawali dengan melakukan dialog sederhana:

Guru : What have we learnt last meeting?

Siswa : a. We have performed the dialog

b. We have learnt about Recount text.

c. We have learnt how to tell the pas experience.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

920

Siswa mempunyai jawaban yang bervariasi tentang materi yang telah dipelajari pada

pertemuan berikutnya namun dari beberapa jawaban yang disampaikan oleh siswa dapat diambil

kesimpulan bahwa mereka telah mempelajari sebuah teks recount.

Selanjutnya guru bertanya kepada siswa untuk memberi stimulasi untuk memulai

memperkenalkan teks naratif yang akan dipelajari dengan dialog sebagai berikut:

Guru : Do you ever read a narrative text?

Siswa : a. Yes. I have ever read it.

b. Yes. I ever listen the story of narrative text

c. No. I don’t read narrative text.

Guru : What are the topic have you ever red or listened?

Siswa : Malin Kundang, Cinderela, Pinokio, Si kancil nyolong Timun, Timun Emas, Rusa dan Buaya,

dll.

Dari jumlah 28 siswa terdapat beberapa pengalaman yang berbeda-beda mengenai teks

naratif, ada yang sudah pernah, bahkan sudah sering membaca teks naratif (berbahasa

Indonesia), sebagian lagi ada peserta didik yang hanya mendengarkan dan melihat cerita

berbentuk naratif melalui Televisi, ada lagi sebagian peserta didik yang belum pernah membaca

teks naratif karena alasan kurang menyukai isi cerita.

Berdasarkan hasil respon siswa diatas menunjukkan bahwa siswa mempunyai latar

belakang yang berbeda-beda mengenai teks naratif. Oleh karena itu guru memberikan motivasi

dan menyampaikan tujuan pembelajaran teks naratif. Pada proses kegiatan pengenalan materi

baru dan tujuan pembelajaran ini peneliti menggunakan langkah tahapan awal pada metode

SQ3R yaitu Survey atau mengamati melalui kegiatan mendengar.

Guru menawarkan sebuah cerita Forktale: The Mouse Deer and the Elephant, The Ant

and the Dove,The Deer and the Crocodile. Sebagian besar siswa tertarik dan antusias untuk

mendengarkan cerita The Deer and the Crocodile. Guru memberikan cerita singkat kemudian

diakhir cerita tentang The Deer and the Crocodile menayakan nilai moral dari teks naratif yang

telah didengar.

Pada tahap metode SQ3R yang kedua yaitu Question/menanya. siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok kemudian secara berkelompok mereka diminta untuk mempersiapkan

beberapa pertanyaan berhubungan dengan cerita yang akan didengarkan untuk kali keduanya.

Tahapan metode SQ3R ketiga adalah read/membaca, tahapan ini siswa diberi teks

naratif dengan judul Rabbit and Bear. Peserta didik diharapkan bisa membaca secara intensif

supaya dapat menemukan informasi secara detail sehingga bisa menjawab pertanyaan yang

telah dibuat bersama kelompok pada saat kegiatan question/menanya. Setelah kegiatan

membaca selasai siswa mendiskusikan isi bacaan dan menjawab pertanyaan.

Tahapan metode SQ3R keempat adalah Recite/menceritakan. Pada tahapan ini hanya

dua kelompok yang mendapat kesempatan untuk menceritakan dan mempresentasikan hasil

jawaban yang telah didiskusikan bersama kelompok, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu

pembelajaran dikelas pada pertemuan pertama.

Tahapan metode SQ3R yang terakhir adalah review/memeriksa. Pada kegiatan ini siswa

memeriksa kembali jawaban yang telah dikerjakan bersama kelompok masing-masing

kemudian menyempurnakan jawaban setelah mendengarkan presentasi dari kelompok lain.

Kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan pertama diakhiri dengan bersama-sama

menyimpulkan isi bacaan teks naratif kemudian guru memberikan balikan/feedback terhadapan

kesimpulan yang telah dipelajari bersama. Untuk persiapan kegiatan berikutnya siswa dibentuk

kelompok baru dan diberi tugas mencari satu contoh teks naratif untuk materi penunjang

pembelajaran.

ISBN: 978-602-1150-17-7

921

Temuan penelitian siklus I pertemuan kedua.

Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada jumat, 18 Maret 2016 dimulai dengan

kegiatan awal mengecek kesiapan siswa dan tugas kelompok yang telah diberikan pada

pertemuan sebelumnya kemudian guru meminta peserta didik bergabung dengan anggota

kelompok masing-masing.

Pertemuan kedua siklus I juga menggunakan metode SQ3R sebagaimana yang telah

dilaksanakan pada pertemuan pertama, namun pelaksanaanya lebih ditekankan pada kegiatan

Survey dengan alasan pada saat ketiaatan survey siswa diberikan penyajian pemahaman konsep

tentang teks naratif.

Kegiatan awal 5 menit untuk mempersiapkan siswa menit, kegiatan inti dilaksanakan selama

55 menit dan 30 menit untuk mengerjakan test.

Kegiatan pertama dimulai dengan survey, peserta didik diberikan setimulasi berupa

beberapa pertanyaan:

Guru : What is the topic of your narrative text?

(Guru bertanya kepada setiap kelompok)

Siswa : Students answer based on their narrative text!

Guru : Guru menanyakan beberapa pertanyaan berhubungan dengan tokoh, permasalahan yang

dihadapi oleh tokoh, seting waktu, dan seting tempat.

Siswa : Siswa ada yang sudah mampu menjawab dengan benar, namun terdapa pula siswa yang belum

mampu menjawab pertanyaan dari guru cecara benar.

Selanjutnya guru menjelaskan struktur paragraf/generic structure, ciri

kebahasaan/language feature ; tata bahasa, kosa kata, kata penghubung yang digunakan pada

teks naratif.

Setelah kegiatan Survey/peninjauan adalah Question/ bertanya. Pada kegiatan ini siswa

diberikan setimulasi untuk bertanya tentang struktur paragraf/generic structure, ciri

kebahasaan/language feature; tata bahasa, kosa kata, kata penghubung yang digunakan pada

teks naratif. Peserta didik diminta menuliskan daftar pertanyaan secara berkelompok sebanyak

mungkin sekaligus mencoba menjawabnya setelah mereka diberi kesempatan membaca teks

bacaan yang telah mereka persiapkan masing-masing.

Untuk dapat mengingat dan mengemukakan jawaban dan isi bacaan teks yang telah

dibaca setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya maju kedepan kelas secara bergantian, kelompok yang yang tidak maju kedepan

bisa memeriksa jawaban yang jenis pertanyaanya sama atau mungkin mendekati.

Lima tahap SQ3R telah dilaksanakan secara utuh kemudian kegiatan pembelajaran

diakhiri dengan membuat ringkasan pemahaman dasar tentang teks naratif berupa

paragraf/generic structure, ciri kebahasaan/language feature ; tata bahasa, kosa kata, kata

penghubung yang digunakan pada teks naratif. Salah satu siswa diminta maju kedepan untuk

membacakan/menyampaikan apa yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini.

Sebelum pembelajaran berakhir, siswa mengerjakan tes selama 30 menit, Soal tes

berbentuk ganda dengan jumlah 5 soal.

Hasil tes pada siklus pertama didapatkan nilai siswa sebagai berikut:

NAMA SISWA NILAI TES

Abdul Gahfur 40

Annisa Agniasari P. 80

Anugrah Bahtera P.W 80

Arke Lu‟lu il A.A.W 40

Asvin Alfalah E. 80

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

922

Dian ari Agus K.C. 80

Eyvianisya Verika V. 80

Fajar Fauzian K.P. 80

Fillius Dei FiFi 100

Fitria Karina sari 80

Fransisca Lidya W.A. 80

Heppi Ayu Retno 60

I Kadek Aprilian W.A. 60

Irvan Ide Cahyani -

Kadek Krisna S.P. 80

Kukuh Dwi P. 60

Laras Nur Sekarlangit 40

Maharena Enggar P. 80

Muhammad Dafa A.A. 60

Nurrohman David P. 80

Pramadita Dafa S. 80

Presila Dwiky A. 40

Putra Ofito P. 60

Rama Andika a.F. 80

Sadewa Aimar 60

Seravina A.S. 80

Wahyudwi A.S. 80

Dana Dyahsah 80

Rata-Rata 71

Hasil tes siswa dapat diketahui bahwa nilai tertinggi 100 hanya 1 siswa, nilai 80

sebanyak 16 siswa, nilai 60 sebanyak 7 siswa, dan nilai 40 sebanyak 3 siswa, dan 1 siswa tidak

masuk kelas. Adapun nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 71.

Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai oleh siswa adalah 78. Berdasarkan

pencapaian hasil tes dapat disimpulkan bahwa siswa yang telah tuntas dalam mencapai KKM

adalah sejumlah 17 siswa (62.9%), dan yang belum mencapai KKM adalah sejumlah 10 siswa

(37,0 %), sedangkan 1 siswa tidak mengikuti proses pembelajaran.

Pada kegiatan pembelajaran pertemuan pertama siklus I (satu) secara umum proses

kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik, namun masih ditemukan beberapa kendala :

1. siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan

2. siswa kurang terbiasa membaca teks secara komprehensif

3. siswa kurang teliti dalam membaca teks bacaan

4. siswa lebih suka memilih kelompok diskusi sendiri

5. siswa tidak berusaha untuk menemukan kata sulit dengan bantuan kamus

Sebagai alternatif pemecahan permasalahan untuk tindakan berikutnya adalah:

1. siswa diberi bimbingan dan contoh bagaimana cara membuat pertanyaan yang erat

kaitanya dengan materi pembelajaran.

2. Pada tahapan menanya siswa diberikan media pembelajaran berupa Scaffolding

untuk panduan menemukan informasi dalam bacaan dan menyusun daftar

pertanyaan.

3. Proses pembelajaran pada tahap read/membaca harus mendapat perhatian dan

pendampingan dari guru, bila perlu harus mendapat prioritas tambahan waktu yang

cukup untuk kegiatan membaca.

ISBN: 978-602-1150-17-7

923

4. Siswa diberi kesempatan untuk memilih anggota kelompok masing-masing.

5. Siswa diberikan fasilitas meminjam kamus di Perpustakaan untuk dipergunakan

untuk menemukan makna kata yang belum diketahui.

6. Pada siklus II pertemuan pertama kegiatan pembelajaran difokuskan pada teknik

SQ3R langkah pengamatan, bertanya, dan membaca. Sedangkan pada pertemuan

kedua ditekannkan pada menceritakan dan memeriksa.

Temuan penelitian siklus II pertemuan pertama dan kedua.

Kegiatan pembelajaran siklus II ini dilaksanakan dua kali pertemuan, pertemuan

pertama dan kedua masing-masing 2 x 40 menit. Pada pertemuan pertama kegiatan

pembelajaran meliputi 3 langkah dari SQ3R yaitu Survey, Question, dan Read. Adapun

pertemuan kedua adalah Recite dan Review. Pembagian teknik ini dilakukan karena pada

pertemuan kedua dilaksanakan tes tulis siswa.

Sebagaimana biasanya kegiatan pembelajaran diawali dengan guru meminta ketua kelas

untuk memimpin doa sebelum mengikuti proses pembelajaran dan dilanjutkan guru memberi

motivasi belajar kepada siswa dengan tujuan supaya siswa benar-benar siap untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Inti Siklus II pertemuan pertama, sesuai dengan metode SQ3R langkah

pertama yaitu Survey. Pada kegiatan awal ini peserta didik diajak mereviu materi sebelumnya.

Kegiatan diawali dengan melakukan dialog sederhana :

Guru : How many narrative texts have you read at home for a week?

Siswa : ( Jawaban siswa bervariasi, ada yang menyawab 1-2 teks, 3 teks, dan bahkan ada yang

menjawab tidak membaca sama sekali).

Guru : What kinds of narrative did you read?

( Guru bertanya kepada siswa yang telah membaca teks narative lebih dari dua judul)

Siswa : Ciderella, Sura and Baya, Mouse deer and Crocodile, etc.

Guru : What the main Character of Mouse deer And Crocodile.

(Setelah siswa menjawab pertanyaan guru, guru menunjukkan sebuah gambar cerita

(The Hungry Lion and the Foolish Stag)

Guru : Guru mengajak siswa memahami gambar dan menemukan karakter pada cerita.

Tahap SQ3R yang kedua adalah Question/menanya. Pada tahapan ini siswa sudah

mulai mencoba untuk menemukan beberapa pertanyaan melalui gambar. Contoh pertanyaan

yang rata-rata dimunculkan oleh siswa adalah: 1) What is the main character?

2) When it was happened?

3) What are the problems?

4) What is the endding of story?

Dari beberapa pertanyaan yang telah dimunculkan oleh siswa maka hal ini akan

memudahkan siswa dalam menemukan informasi rinci melalui tahap berikutnya yaitu

read/membaca.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

924

Pada tahapan teknik observasi dan bertanya ini telah ditemukan hal-hal yang luar biasa dari

siswa diantaranya:

1. Siswa sangat tertarik dengan gambar singa yang diberikan oleh guru walaupun

gambarnya sangat kurang jelas.

2. Setelah siswa masing-masing mendapat gambar singa mereka menempelkan Gambar

tersebut di dada meraka dengan mengucapkan Bravo Arema, I love Arema, Ongis nade,

dll.

3. Guru membuat kesimpulan awal bahwa mereka sangat semangat belajar karena topik

bacaannya adalah tentang Singa, dimana Singa adalah lambang dari salah satu Club

sepak bola kebanggaan mereka yaitu Arema.

4. Dengan modal senang mereka bersemangat untuk mengetahui cerita lebih jauh tengan

Singa yang menjadi lambang Club sepak bola kebanggaanya.

5. Banyak sekali pertanyaan yang telah mereka susun walaupun ada sebagian kecil yang

menggunakan bahasa indonesia. Namun dengan bantuan kamus dan guru mereka

akhirnya dapat menerjamahkan ke dalam bahasa Inggris.

Setelah siswa mempunyai dartar pertanyaan mereka sangat antusias untuk dapat

menemukan jawaban melalui tahapan read/membaca. Sebelum siswa diberi teks bacaan guru

memberikan Scaffolding untuk menuliskan seluruh informasi dari teks bacaan dengan tujuan

siswa dapat menuliskan informasi rinci dari teks yang telah dibaca.

Dari tahapan read/membaca dengan cara intensif dan menyenangkan ternyata dapat

mendukung tahap SQ3R selanjutnya yaitu recite/menceritakan dan review/memeriksa. Tahapan

recite/menceritakan dan review/memeriksa dilaksanakan pada Siklus II pertemuan kedua, Siswa

dengan sangat percaya diri berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali isi cerita

pendek dari The Hungry Lion and the Foolish Stag dengan bantuan Scaffolding. Pada saat

siswa perwakilan maju ke depan kelas, siswa yang lain memeriksa dan memberi komentar

terhadap presentasi temannya.

Kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan kedua diakhiri dengan bersama-sama

menyimpulkan isi bacaan teks naratif kemudian guru memberikan balikan/feedback terhadapan

kesimpulan yang telah dipelajari bersama. Di kegiatan akhir siklus II pertemuan kedua ini

dilaksanakan tes tulis selama 30 menit.

Secara umun temuan pada kegiatan siklus II pertemuan pertama dan kedua dapat di

simpulkan bahwa 1) Siswa sudah mulai bisa menemukan pertanyaan atau bertanya walaupun

masih dalam bentuk tulisan, 2) Kegiatan tahap membaca telah dilakukan oleh siswa dengan

penuh semangat untuk menemukan informasi secara detail, 3) Siswa mempunyai keberanian

untuk menceritakan isi bacaan walaupun masih dengan cara membaca catatan pendek dalam

bentuk Scaffolding, 4). Dengan topik bacaan yang menyenangkan akan memacu semangat siswa

dalam belajar.

Diakhir pembelajaran siklus II pertemuan kedua siswa mengerjakan tes selama 40

menit, Soal tes berbentuk ganda dengan jumlah 5 soal dan Esay pendek 5 soal.

Adapun hasil tes pada siklus II didapatkan nilai siswa sebagai berikut:

NAMA SISWA NILAI TES

Abdul Gahfur 75

Annisa Agniasari P. 95

Anugrah Bahtera P.W 90

Arke Lu‟lu il A.A.W 78

Asvin Alfalah E. 85

Dian ari Agus K.C. 95

ISBN: 978-602-1150-17-7

925

Eyvianisya Verika V. 90

Fajar Fauzian K.P. 90

Fillius Dei FiFi 95

Fitria Karina sari 85

Fransisca Lidya W.A. 90

Heppi Ayu Retno 78

I Kadek Aprilian W.A. 80

Irvan Ide Cahyani 78

Kadek Krisna S.P. 90

Kukuh Dwi P. 78

Laras Nur Sekarlangit 78

Maharena Enggar P. 90

Muhammad Dafa A.A. 80

Nurrohman David P. 85

Pramadita Dafa S. 90

Presila Dwiky A. 78

Putra Ofito P. 78

Rama Andika a.F. 90

Sadewa Aimar 88

Seravina A.S. 90

Wahyudwi A.S. 90

Dana Dyahsah 88

Raya-rata 85,5

Hasil tes siswa pada siklus II rara-rata meningkat dengan urutan sebagai berikut: nilai

tertinggi 95 sebanyak 3 siswa, nilai 90 sebanyak 10 siswa, nilai 88 sebanyak 2 siswa, nilai 85

sebanyak 3 siswa, nilai 80 sebanyak 2 siawa, nilai 78 sebanyak 6 siswa, dan nilai 75 sebanyak 2

siswa. Jadi dari hasil tes hanya terdapat 2 siswa yang tidak .

Jika dibandingkan dengan nilai tes pada siklus pertama dan kedua maka dapat

disimpulkan bahwa tingkat kenaikan nilai tas adalah meningkat yaitu dari rata-rata 71 menjadi

85,5 dan tingkat ketuntasan dari 17 siswa menjadi 26 siswa.

Temuan dari kegiatan siklus I dan II dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Dalam proses kegiatan pembelajaran diperlukan media dan teknik yang tepat.

2. Kelima metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan siswa manakala langkah-

langkahnya dapat dilaksanakan dengan benar.

3. Pada kegiatan survey siswa perlu diberi stimulasi supaya merasa senang dan

penasaran terhadap informasi baru yang perlu diketahui.

4. Tahap Question: Pada siklus I siswa belum terbiasa mengutarakan pertanyaan,

sehingga pada siklus ke II guru mencoba memberikan bimbingan dengan cara

memberi siswa panduan bertanya melalui Scaffolding.

5. Melalui Scaffolder ternyata siswa lebih mudah membuat pertanyaan dan sekaligus

menemukan jawaban.

6. Tahapan membaca harus benar-benar ditekankan kepada siswa supaya bisa

menjadi kebutuhan dan kebiasaanuntuk dapat menemukan informasi.

7. Tema atau judul materi pelajaran yang menyenangkan bagi siswa akan sangat

membantu siswa dalam menggali informasi melalui tahap membaca.

8. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II telah dilakukan sedikit penyempurnaan

dari siklus I, sehingga siswa telah mengetahui tahapan-tahapan proses

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

926

pembelajaran, sebagai hasilnya adalah siswa telah belajar lebih optimal dalam

memahani sebuah teks bacaan melalui metode SQ3R.

9. Kesulitan siswa dalam memahami kosa kata dapat dipecahkan oleh siswa sendiri

dengan cara sharing dan membuka kamus.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan yang diuraikan, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan: 1) Motivasi

belajar siswa, 2) pemahaman siswa terhadap teks narrative

Sehingga didapatkan hasil bahwa tingkat ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 17

siswa atau sebesar 62,9%, dan pada siklus II meningkat sebanyak 26 siswa atau 92,8%.

Disarankan guru mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode

pembelajaran SQ3R, agar siswa lebih termotivasi minat belajarnya sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar yang baik.

RUJUKAN /REFERENSI

Ahmadi, A. 1984. Didaktik Metodik, Semarang, C.V. Toha Putera

Flemming, L. E. 2009. Reading for Thinking. Houghton Mifflin Harcourt Publishing

Company: Boston New York.

Harsiati, T. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hanafiah, 2010. Pengertian Dan Manfaat Metode SQ3R. Tersedia pada

http://globallavebookx.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-dan- manfaat-metode-

sq3r.html. Diakses 14 Maret 2016

Khuzaimah, Siti. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan

metode SQ3R Pada Siswa SMU Negeri 1 Sombarlawang. Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

Rooyakkers, A. 1984. Mengajar dengan Sukses, Bandung, Gramedia.

Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar

Baru.

Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H. G. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

ISBN: 978-602-1150-17-7

927

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPTIF DENGAN

METODE CHAIN WRITING SISWA KELAS VII I SEMESTER II MTs

HASYM ASY’ARI BATU

Ahmad Mudhofar

Mts Hasyim Asy‟ari Batu

ahmad mudhofar 68 @gmail.com.

Abstrak :Adanya kenyataan bahwa siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah mengalami

kesulitan didalam mempelajari Bahasa Inggris terutama pada standar kompetensi

menulis, menjadi fokus dari tulisan ini. Indikasinya bisa dilihat dari hasil ujian

semester dimana sebagian besar dari mereka gagal mendapatkan nilai yang bagus.

Salah satu penyebab dari kegagalan ini adalah adanya budaya pengajaran yang tidak

kondusif . Di dalam kelas siswa-siswi diharapkan untuk duduk manis, mendengarkan

keterangan Bapak/Ibu Guru dengan seksama, penuh perhatian dan penuh hormat.

Guru adalah dianggap sebagai satu-satunya orang yang mengetahui segala sesuatu dan

selalu mendominasi kegiatan di kelas (teknik tradisional). Hal ini bertentangan

dengan prinsip kurikulum baru yaitu proses belajar mengajar yang berpusat pada

siswa (student centered). Peran guru adalah membekali siswa-siswinya dengan

pengalaman tertentu guna mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam

standar isi (Depdiknas, 2006,2013). Jika budaya ini tidak dirubah, maka niscaya usaha

apapun yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran akan sia-sia.

Penggunaan strategy Chain Writing ini adalah salah satu alternative pembelajaran

yang diterapkan di MTs Hasym Asyari Batu Kelas VII Semester II guna mewujudkan

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif menyenangkan dan Inovative. Hal ini sangat

dimungkinkan karena pembelajaran bisa dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas.

Penelitian tindakan kelas di MTs Hasym Asy‟ari ini mencoba mencari sejauh mana

penggunaan strategi Chain Writing dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.

Kemampuan menulis dimaksud adalah menulis karangan Deskriptif dengan

memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan yang merupakan Kompetensi

Dasar menulis untuk kelas VII Semester II.

Kata Kunci : Pembelajaran, Chain Writing, Menulis Teks Deskriptif

Secara umum Pembelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan

budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan

imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pemerintah pusat telah menentukan standar kompetensi (SK) yang harus dimiliki oleh

siswa. Ada macam 4 SK yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kompetensi mendengarkan,

berbicara, membaca, dan menulis. SK yang cakupan materinya masih bersifat umum ini

kemudian dijabarkan dalam sejumlah kompetensi minimum atau yang lebih dikenal dengan

istilah kompetensi dasar (KD). Salah satu KD yang merupakan jabaran dari SK, kemampuan

menulis yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan menulis Teks Deskriptif (Depdiknas,

2006).

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

928

Banyak yang mengatakan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris tidak berhasil. Salah

satu sebab kegagalan ini adalah budaya pengajaran di kelas yang kita miliki tidak kondusif

untuk menunjang proses pembelajaran. Di dalam kelas murid dituntut untuk duduk manis,

mendengarkan guru secara seksama dan mematuhi semua keterangannya. Guru adalah

merupakan satu-satunya orang yang dianggap mengetahui segala sesuatu dan oleh karena itu,

dia mendominasi kegiatan di kelas. Ditambah lagi keadaan kualitas guru yang masih kurang

bagus kualitas kerjanya, dimana semua itu tidak dapat dilepaskan dari manajemen pendidikan.

Oleh karena itu, program peningkatan kualitas guru dalam melaksanakan PBM (proses belajar

mengajar), harus menjadi sesuatu yang utama disekolah disamping tiga aspek yang lain, yaitu

kemampuan, semangat kerja dan dedikasi dan aspek kesejahteraan (Zamroni, 2000:120). Jika

budaya semacam ini masih dipertahankan, niscaya usaha apapun yang dilakukan dalam rangka

meningkatkan kwalitas pendidikan akan sia-sia.

Sejauh ini sudah cukup banyak tulisan-tulisan di media massa yang secara terbuka

mempertanyakan mengapa pelajaran menulis dianaktirikan di negeri ini (Marahimin, 2001: 16).

Pelajaran menulis rasanya tidak diberikan di sebagian besar sekolah-sekolah kita, mulai dari

Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pelajaran menulis hanya diberikan teori-teorinya saja,

itupun ada yang tidak sejalan dengan metode pengajaran menulis. Selain itu, buku-buku

pegangan dan buku teks pelajaran menulis bagi siswa memang masih langka, untuk tidak

mengatakan belum ada sama sekali.

Kurikulum terbaru yang sedang dikembangkan saat ini yaitu kurikulum 2006/KTSP

lebih menuntut seorang guru untuk berbuat maksimal mengadakan reformasi dalam

pembelajarannya.

Selanjutnya timbul pertanyaan strategi pembelajaran apa yang relevan dengan KTSP?

Maka paling tidak seorang guru harus paham tentang strategi pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL), Quantum Teaching-Learning dan juga

Pembelajaran PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dimana

Chain Writing adalah salah satu pilihan.

Diberlakukannya kurikulum KTSP merupakan hal yang sangat mengembirakan bagi

pelajaran menulis, karena menulis mendapatkan porsi seimbang dengan empat kemampuan

berbahasa yang lainnya tak terkecuali pelajaran menulis Teks Deskriptif.

Akan tetapi pembelajaran menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VII di MTs Hasym

Asy‟ary masih menemui banyak kendala. Kendala tersebut tampak karena: (1) pembelajaran

menulis oleh sebagian besar guru kelas masih dianggap tidak terlalu penting, (2) keterbasan

sebagian guru dalam pengetahuan menulis. Kendala itu bertambah lagi ketika mengetahui

pembelajaran menulis Teks Deskriptif dalam kurikulum KTSP merupakan salah satu KD di

kelas VII.

Ditemukan di beberapa sekolah, pembelajaran menulis dengan model pemberian tugas

tanpa arah yang jelas. Setelah menerangkan unsur-unsur menulis (bahkan sebagian guru tidak

menerangkan sebelumnya), guru lalu menugasi siswa untuk menulis. Ketika siswanya bertanya,

”Bagaimana caranya, Bu?” Guru itu menjawab ”Terserah anak-anak.” Ada juga guru

menjawab, ”Tulislah berdasarkan kemampuan penguasaan kosa kata yang kamu miliki.”

Namun ketika siswa berkomentar ”Saya tidak bisa , Bu...”, guru pun seperti kehabisan akal.

Dalam keadaan seperti itu, guru pun ganti menekan siswanya untuk menulis apa saja tanpa

banyak berkomentar. Akhirnya siswa belajar menulis Teks Deskriptif dengan perasaan

‟tersiksa‟ dan ‟terbebani‟. Perasaan semacam itu akan terus berulang setiap kali guru masuk

dan menagih hasil tulisan siswanya.

Berangkat dari kondisi tersebut, penelitian ini berusaha untuk mencari bentuk

pembelajaran menulis Teks Deskriptif yang tidak ‟menyiksa, tidak ‟membebani‟, tetapi yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

929

‟menyenangkan‟, yang dapat dinikmati siswa maupun guru, yang bisa meningkatkan

kerjasama/gotong royong, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, yaitu

pembelajaran menulis Teks Deskriptif dengan menggunakan strategi Chain Writing.

Kembali pada variasi metode mengajar dan keluwesan dalam penerapan pembelajaran

yang sesuai dengan kondisi murid terutama dalam pembelajaran Chain Writing merupakan

salah satu pilihan. Chain Writing adalah sebuah game yang menciptakan kolaborasi pertukaran

pikiran, perasaan, dan ide antara beberapa orang yang menyebabkan efek yang sepadan pada

masing-masing individu (Brown, 1994)

Sebuah laporan penelitian efek dari Chain Writing diantara murid-murid sekolah

menengah (Lampe, 1996) mengindikasikan bahwa game ini meningkatkan pencapaian nilai

siswa, menimbulkan rasa percaya diri, dan memperbaiki hubungan sesama teman. Penulis

yakin, teknik ini akan sesuai untuk setting/keadaan siswa di Indonesia karena perasaan orang

Indonesia pada umumnya suka gotong royong dan bekerjasama dari pada sifat individual dan

suka berkompetisi/persaingan.

Berdasarkan uraian di atas dan agar supaya penelitian ini menjadi terarah, maka fokus

tulisan ini dikhususkan pada penerapan Chain Writing dalam pengembangan kemampuan

menulis Teks Deskriptif berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan

penggunaan ejaan.

Pada Zaman dahulu di Cina, orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi contoh

lukisan yang sudah jadi dan baik, yang mana lukisan tersebut dibuat oleh seorang master, yaitu

seorang ahli melukis yang sudah terkenal. Sang calon pelukis disuruh meniru lukisan master

tadi sampai sebisa-bisanya, semirip mungkin. Sesudah sepuluh-dua puluh kali mencoba, sang

murid akan mendapatkan sebuah master baru untuk ditiru. Begitulah seterusnya sampai sang

calon pelukis itu bisa melukis sendiri, dan mulai menemukan bentuk yang khas yang sesuai

dengan kepribadiannya. Metode ini dinamakan Copy the Master, yang artinya menirukan

tulisan seorang ahli (Marahimin, 2001:21).

Lain di Cina, lain pula di Barat. Kata orang kalau kita belajar melukis cara Barat, kita

belajar mulai dari garis dan bentuk dulu, kemudian anatomi, perspektif, warna, dan sebagainya

menurut urutan-urutan yang sesuai dengan pendirian guru yang mengajar.

Pembelajaran menulis karangan pun mengenal kedua metode itu, yaitu melalui kaidah-

kaidah yang disuruh hafalkan, dan copy the master. Belajar menulis karangan melalui kaidah-

kaidah menurut hemat penulis adalah ibarat belajar berenang di darat, dan juga cara copy the

master yang justru mematikan kreativitas siswa.

Tujuan orang menulis adalah untuk menjelaskan dan melaporkan responnya atas suatu

pengalaman yang menarik, menyenangkan atau menyedihkan dalam hidup ini (Barnet, 1979:

27). Sesuatu pengalaman yang menarik, menyenangkan ataupun menyedihkan itu bisa

berbentuk sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, maupun dalam bentuk yang lain.

Berangkat dari pemikiran inilah, memperdengarkan karangan atau menayangkan cerita

pengalaman adalah merupakan sumber pembelajaran menulis yang sangat efektif.

Sebuah penelitian yang diadakan oleh Cohen (1994) dari Stanford University, dengan

judul: Restructuring the Classroom, telah sampai pada kesimpulan bahwa kelompok kerja

semacam Chain Writing bisa diterima sebagai metode dalam mencapai peningkatan tujuan

pembelajaran. Cara seperti ini menghasilkan pemerolehan belajar, pengembangan daya pikir

yang lebih tinggi, perkembangan perilaku sosial, cara mengadakan interaksi dan merupakan

sebuah cara untuk memanage keheterogenan akademis dalam kelas.

Secara teori, Chain Writing adalah dikerjakan dalam kelompok-kelompok yang akan

memberikan kesempatan istimewa pada siswa siswi untuk aktif menulis (Nystrand, 1986),

adalah merupakan teknik yang direkomendasikan dalam rekonstruksi sekolah (Newmann,

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

930

1986). Teknik kelompok ini juga secara luas direkomendasikan sebagai cara memperoleh

derajat rasa persamaan dalam kelas (Oakes and Lipton, 1990). Manfaat dari Chain Writing

yang dilaksanakan secara berkelompok ini adalah tersedianya peningkatan kesempatan

komunikasi yang besar sesama siswa (Kerr, 1985)

Barness dan Todd (1977) menyimpulkan bahwa belajar secara berkelompok lebih

efektif dari cara atau teknik yang lain. Dibanding dengan metode yang lain, kompetisi dan

individual, teknik bekerja secara berkelompok mempunyai nilai lebih (Johnson, 1984). Dalam

teknik kompetisi, murid bekerja berlawanan dengan yang lain dengan tujuan mencapai sesuatu

yang hanya bisa diperoleh oleh seorang siswa, yaitu juara 1. Tentu saja tujuan ini tercapai kalau

saja dan jika saja siswa yang lain gagal. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang aktif karena

mereka mengira hanya merekalah yang bisa mencapai tujuan itu, sementara sebagian besar

siswa yang lain hanya ogah-ogahan karena mereka yakin tidak memperoleh kesempatan sebagai

juara 1.

Secara singkat perbedaan antara metode Chain Writing dengan teknik tradisional

adalah:

Chain Writing Tradisional

o kerja sama

o persamaan individu

o heterogen

o pembagian kepemimpinan

o pembagian tanggung jawab pada masing-

masing individu

o ditekankan pada tugas dan

penyelesaiannya

o ketrampilan bersosialisasi diperoleh

langsung

o guru sebagai fasilitator

o grup memproses keaktifannya

o tanpa kerjasama

o tanpa persamaan individu

o homogen

o tanpa pembagian kepemimpinan

o tanggung jawab hanya ada pada diri

pribadi

o ditekankan pada tugas individu saja

o ketrampilan bersosialisasi diabaikan

o guru sebagai pusat pembelajaran (teacher

centered)

o tanpa proses gruping

Adapun strategi pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan Chain Writing

ini adalah sebagai berikut:

(1) Menyediakan kertas plano, marker (spidol), selotip, dan gunting.

(2) Menyiapkan naskah/teks yang berisi Teks Deskriptif .

(3) Memperdengarkan/mempertunjukkan kepada siswa Teks Deskriptif .

(4) Meminta siswa untuk memusatkan pikiran dan memperhatikan Deskriptif Teks dengan

baik-baik.

(5) Mengamati dan merumuskan secara bersama penulisan Teks Deskriptif .

(6) Memberi penjelasan tentang karangan yang baik yaitu menggunakan pemilihan kata-

kata yang tepat , penggunaan ejaan yang benar, keterkaitan antara kalimat sebelum dan

sesudahnya yang harus nyambung, dan adanya kalimat penutup yang bagus.

(7) Membagi kelas menjadi lima kelompok, yang masing-masing kelompok

beranggotakan 7 siswa. Dan ada satu kelompok yang beranggotakan 6 orang (Karena

jumlah siswa adalah 34 orang).

(8) Menempel kertas plano yang telah diawali dengan tulisan frasa pembuka, di dinding.

(9) Mempersilahkan kelima kelompok untuk mengambil jarak sekitar 5 meter, dengan cara

berbaris berbanjar pada masing masing kelompok yang telah ditentukan.

(10) Memulai Chain Writing.

(11) Menilai bersama sama hasil menulis Teks Deskriptif .

ISBN: 978-602-1150-17-7

931

(12) Mengadakan refleksi secara bersama-sama.

Pembelajaran ini disebut Chain Writing karena fokusnya adalah menulis secara berantai.

Ada beberapa jenis teks yang harus dicapai dalam Kompetensi Dasar khususnya aspek

menulis (writing) oleh siswa kelas VII .Salah satu jenis teks tersebut adalah Teks Deskriptif.

Teks Deskriptif adalah wacana/ bacaan yang mendiskripsikan sesuatu, orang atau tempat (

Larson,1984 : 366 ) .

Dengan menguasai Teks Deskriptif siswa diharapkan dapat menjabarkan karakteristik

dari suatu benda, orang atau tempat. Kompetensi siswa dalam hal menulis akan semakin

berkembang dengan menggunakan kemampuan kosa kata yang mereka miliki. Untuk mencapai

kompetensi ini salah satu strategi yang dipakai adalah strategi Chain Writing, di mana siswa

dituntut kreatif di dalam kelompok untuk menghasilkan teks deskriptif.

Sehubungan dengan latar belakang masalah, ada satu masalah yang ingin ditetapkan

oleh penulis sebagai masalah utama dalam karya tulis ini yaitu:

Bagaimana Peningkatan Kemampuan Siswa dalam menulis Teks Deskriptif dengan Metode

Chain Writing siswa kelas VII I Semester II di MTs Hasym Asy‟ary Batu Tahun Pelajaran

2015-2016 ?

Manfaat yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi teori pembelajaran

Bahasa Inggris, khususnya pembelajaran menulis Teks Deskriptif.

(2) Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Inggris di

Madrasah Tsanawiyah sebagai alternatif memecahkan masalah pembelajaran menulis

Teks Deskriptif. Dan oleh siswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai

petunjuk praktis, konkret, dan operasional dalam menulis Teks Deskriptif.

B. METODE PENELITIAN

B.1 Obyek dan Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Hasyim Asy‟ari Batu, Jln. Semeru. Penelitian

dilakukan pada siswa kelas VII semester II. Penelitian ini akan dilakukan dalam jangka waktu

satu minggu pada waktu pembelajaran bahasa Inggris terhitung dari 10 s.d. 17 Maret 2016.

B.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini mengandung tindakan yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran menulis

karangan menggunakan Chain Writing. Oleh karena penelitian ini termasuk jenis penelitian

tindakan, maka penelitian ini menggunakan jenis Deskriptif Kualitatif.

B.3 Prosedur Penelitian

Proses penelitian ini merupakan siklus-siklus sebagaimana dinyatakan Kemmis dan Mc

Taggart (1992) yang diawali dengan mengembangkan perencanaan, melakukan tindakan sesuai

rencana, melakukan observasi terhadap tindakan, dan melakukan refleksi. Refleksi merupakan

tahap perenungan terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan yang diperoleh.

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan , setiap tindakan dan siklusnya selalu bersifat

partisipatoris dan kolaboratif.

Berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan (action research), prosedur penelitian

ini melalui langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Penyusunan Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang dilakukan dimulai dari perumusan rancangan tindakan strategi

pembelajaran menulis teks deskriptif:

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

932

1) Menyusun rancangan tindakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

meliputi tujuan pembelajaran, memilih dan menetapkan materi pembelajaran,

menetapkan kegiatan belajar-mengajar, memilih dan menetapkan sumber/bahan/alat

pembelajaran yaitu berupa naskah yang berisi tentang karangan deskriptif, dan

menyusun evaluasi.

2) Menyusun indikator, deskriptor, dan kriteria keberhasilan pembelajaran menulis teks

deskriptif menggunakan Chain Writing.

3) Menyusun observasi sebagai alat perekam data, pedoman wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi.

4) Melakukan pengecekan terhadap RPP, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran menulis

karangan yang dilakukan oleh guru.

(2) Pelaksanaan Tindakan (Siklus I)

Kegiatan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam siklus-siklus: siklus I, siklus II, dst.

Setiap siklus dimulai dengan memperdengarkan teks deskriptif. Fokus tindakan berupa pada

setiap siklus untuk menulis Teks Deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Pelaksanaan Kegiatan Guru Pada Tahap Pembelajaran

Tahap

Pembelajaran

Fokus Pembelajaran Prosedur Pembelajaran Tindakan

Pra Menulis 1. Memperdengarkan

deskriptif teks “Mr Danu”

1. Memberi contoh teks

deskriftif

2. Mendiskusikan teks

deskriptif

1. Menyiapkan

karangan/cerita deskriptif

2. Memperdengarkan

karangan /menayangkan

cerita tersebut

Proses Menulis 2. Meningkatkan

kemampuan menulis

karangan berdasarkan

pengamatan

3. Mengembangkan

kemampuan menulis

karangan berdasarkan

pengamatan dengan

memperhatikan pilihan

kata dan penggunaan

ejaan yang baik dan benar

3. Memberi kesempatan

kepada siswa untuk

mengembangkan

kemampuan menulis

karangan berdasarkan

pengamatan siswa terhadap

sesuatu, seseorang atau

tempat menggunakan

strategi Chain Writing.

3. Memulai Chain

Writing

Pasca Menulis 4. Membaca karangan

yang telah ditulis

5. Mengadakan

penilaian/koreksi bersama

6. Refleksi

4. Pembacaan karangan

yang telah selesai

5. Koreksi bersama

4. Meminta wakil dari

kelompok untuk

membacakan hasil

karangan

5. Mengadakan koreksi

dan evaluasi bersama

(3) Observasi dan Evaluasi

Pada saat tindakan dilaksanakan, observasi dan evaluasi dilakukan pada saat

pembelajaran berlangsung sehingga diharapkan dapat mengidentifikasi masalah dan hambatan

yang dihadapi dalam pelaksanaan Chain Writing. Berdasarkan refleksi hasil tindakan pada siklus

I, peneliti membuat kesimpulan sebagai dasar untuk pelaksanaan tindakan siklus II, lalu

dilaksanakan refleksi pelaksanaan tindakan siklus II dan seterusnya sehingga dapat mencapai

ISBN: 978-602-1150-17-7

933

hasil sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan. Hasil kegiatan refleksi setiap tindakan

digunakan untuk menyusun simpulan terhadap hasil tindakan I, dan II.

(4) Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap ini peneliti mengadakan

perenungan terhadap tindakan yang baru dilakukan. Hal-hal yang direnungkan meliputi (1)

pelaksanaan kegiatan pada tahap pembelajaran, (2) keberhasilan mengajar, (3) pencapaian

keberhasilan siswa. Semua kegiatan ini tergambar melalui kegiatan telaah analisis, sintesis,

pemahaman, dan solusi.

(5) Tindakan siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II ini berfokus pada hasil refleksi siklus I. Kegiatan analisis dan

observasi II dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan siklus I ini akan

menjadi bahan refleksi siklus II.

B.4 Data Penelitian/Hasil penelitian

Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi yang berupa karangan hasil pembelajaran. Rincian data berkaitan dengan

kegiatannya adalah sebagai berikut ini:

(1) perencanaan, yaitu berupa RPP, pemilihan media, dan perencanaan evaluasi;

(2) pelaksanaan, berkaitan dengan perilaku guru dan siswa yang meliputi interaksi belajar

mengajar antara guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru dalam pembelajaran menulis

karangan berdasarkan pengalaman mulai dari pra menulis, proses menulis, dan pasca

menulis;

(3) evaluasi, baik yang berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil;

(4) hasil produk berupa karangan teks deskriptif.

Sumber data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, siswa kelas VII MTs Hasym

Asy.ari Batu dan guru Bahasa Inggris MTs Hasym Asy.ari batu. Siswa kelas VII MTs Hasym

Asy‟ari Batu dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan

bahwa berdasarkan standar isi kurikulum KTSP, siswa kelas VII harus memiliki kemampuan

menulis karangan teks deskriptif dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.

Data penelitian dikumpulkan dengan mengunakan catatan lapangan, wawancara, dan

penugasan yang menghasilkan produk berupa karangan. Masing-masing dapat dijelaskan

sebagai berikut.

(1) Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang paling praktis dan

mudah dilaksanakan kapan saja dan dimana saja. Pencatatan ini dilakukan untuk

mencatat tindakan praktis sewaktu pembelajaran. Hal-hal yang dicatat mengacu pada

guru dan siswa yang diteliti. Disamping itu, catatan lapangan dapat berupa catatan

reflektif yang diperkaya.

(2) Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati tempat berlangsungnya pembelajaran

menulis karangan. Dengan berpedoman pada lembar observasi, peneliti mengamati apa

yang terjadi dalam proses pembelajaran. Butir-butir yang menjadi sasaran pengamatan

diberi tanda cawang bila muncul.

(3) Wawancara

Wawancara dipergunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi

dikelas dari unsur guru dan siswa.

(4) Data Produk

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

934

Data produk yaitu berupa karya tulisan berbentuk karangan hasil pembelajaran yang

dibuat oleh siswa. Berdasarkan data ini dapat diketahui apakah pembelajaran menulis karangan

deskriptif tergolong efektif ataukah sebaliknya.

Analisis data penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur analisis data yang

dikembangkan oleh Miles dan Hubberman (1992: 15-20). Kegiatan analisis dimulai dengan

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

(1) Reduksi Data

Kegiatan pada tahap ini adalah mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan melakukan

pengkodean terhadap data. Kegiatan mereduksi ini dipusatkan pada karangan itu

sendiri, apakah sudah menggunakan pemilihan kata-kata dan ejaan yang sesuai dan

baik.

Reduksi data juga difokuskan pada kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan

tindakan, dan data selama kegiatan evaluasi

(2) Penyajian Data

Hasil dari kegiatan reduksi data disajikan dalam klasifikasi-klasifikasi berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu sehingga memberikan gambaran yang mengarah pada

pemerolehan jawaban atas masalah penelitian.

(3) Penyimpulan Hasil

Pada tahap penyimpulan, kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasi data untuk

menghasilkan temuan. Kegiatan penyimpulan kemudian diikuti oleh peninjauan

kembali catatan lapangan, bertukar pikiran dengan para ahli, teman sejawat, dan guru

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini disajikan hasil analisis data yang menggambarkan proses dan hasil

tindakan yang dilakukan di lapangan. Proses dan hasil tindakan itu tergambar dalam dua siklus

penelitian, yaitu siklus I, dan siklus II. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut.

1 Hasil Penelitian Siklus I

Tindakan 1 pembelajaran menulis teks deskriptif menggunakan metode Chain Writing

dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2016 pada siswa kelas VII MTs Hasyim Asy‟ari Jln

Semeru. Tindakan 1 ini diikuti oleh 35 siswa yang dilaksanakan di dalam sekolah.

Pelaksanaan siklus I penelitian ini diawali dengan melakukan persiapan-persiapan untuk

melaksanakan pembelajaran menulis teks deskriptif menggunakan Chain Writing. Persiapan-

persiapan itu antara lain adalah sebagai berikut.

(a) Menulis RPP menulis teks deskriptif selama 2 x 40 menit yang berisi langkah-langkah yang

harus dilakukan oleh guru dan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dalam rangka

mengimplementasikan tindakan pembelajaran menulis teks deskriptif menggunakan strategi

Chain Writing.

(b) Memeriksa dan mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang dibutuhkan, seperti

kertas plano/ manila, selotip, gunting, dan marker (spidol) dan tak kalah pentingnya field

note.

Tahap berikutnya pelaksanaan. Secara garis besar tahapannya dilaporkan sebagai

berikut:

(a) Memperdengarkan teks deskriptif dengan cara guru membacakan karangan dengan keras

dan jelas dalam tempo yang tidak terlalu cepat. Deskriptif yang dijelaskan adalah sebagai

berikut :

My Father

This is Mr. Danu. He is tall. He has black hair.

He wears glasses. He wears shirt

ISBN: 978-602-1150-17-7

935

(b) Selesai menjelaskan teks deskriptif, guru dan siswa mendiskusikan teks deskriptif

(c) Guru memberi penjelasan tentang karangan yang baik yaitu menggunakan pemilihan kata-

kata yang tepat, penggunaan ejaan yang benar, keterkaitan antara kalimat sebelum dan

sesudahnya yang harus koheren.

(d) Menempelkan kertas plano/ manila pada jarak sekitar 2 meter dari barisan murid yang

disiapkan secara berbanjar masing-masing kelompok.

(e) Chain Writing dilakukan.

(f) Setelah kelima kelompok menuliskan kalimat-kalimat masing-masing, dilaksanakan koreksi

dan penilaian bersama.

(g) Fokus penilaian adalah tentang ketepatan pemilihan kata (diction) dan penggunaan ejaan

yang tepat (spelling), keterkaitan antar kalimat (coheren) dan struktur kalimat (grammar).

(h) Pengumuman kelompok pemenang dan pemberian hadiah/ reward.

Setelah pelaksanaan Metode Chain Writing, diadakan test terhadap siswa. Siswa harus

mengarang Teks Deskriptif sesuai dengan tema yang telah ditentukan minimal 50 kata atau 5

baris kalimat. Dari hasil test dapat dilaporkan tentang, keterkaitan antar kalimat (coheren), dan

struktur kalimat (grammar), penggunaan ejaan (spelling), pemilihan kata (diction) sebagai

berikut:

1. Koherensi Kalimat:

Contoh 1. Mrs. Susi is beautiful. He is wears a tie.

Kata He tidak koheren dengan Mrs. Susi.

Contoh 2. My mother tall. He is a father. He has a glasses.

Kata mother tidak koheren dengan He dan father

2. Struktur Kalimat

Contoh 1. My father handsome

Contoh 2. My classroom it has cupboard

Contoh 3. This desk my

Pada contoh kalimat 1, tidak lengkap karena tidak ada is. Contoh ke-2 juga tidak benar karena

menggunakan 2 subyek yaitu: it sebagai pengganti My classroom. Pada contoh ke-3 juga

tidak tepat karena tidak membentuk kalimat, hanya berupa frase-frase.

3. Ejaan

Contoh 1. Icha is my bres friend (seharusnya best)

Contoh 2. It has white bord (seharusnya board)

Contoh 3. She is beutiful (seharusnya beautiful)

4. Pilihan Kata (Diksi)

Contoh 1. My friend very good nice ( seharusnya My friend is very nice)

Contoh 2. In deep clas to cupboard (in deep maksudnya adalah Di dalam seharusnya In class,

there is a cupboard)

Contoh 3. She is has tall hair (tall yang dimaksud adalah panjang. Seharusnya She has long

hair)

Penilaian kepada siswa dalam memahami penggunaan koherensi, struktur,ejaan , dan diksi

dapat dilihat pada tabel berikut :

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

936

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Test Siklus I

NO NAMA SISWA

NIL

AI

KO

HE

RE

NS

I

ST

RU

KT

UR

EJ

AA

N

DIK

SI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Achmad Iqbal Robbany 25 v v v v

2 Akbar Bagus Cahyo Putro 69 v V v v

3 Aldino Firmansyah Pratama 56 v V v v

4 Alexander Junetto Indhi

Pradana

88 v v v v

5 Alfiana Sindy Firanata 0

6 Annisa Rahma Harum

Melati

31 v v v v

7 Arafah Alif Ramadhiansyah 88 v v v v

8 Ayub Fardana 25 v v v v

9 Choirur Rozikin 100 v v v v

10 Cindy Renamaya Afdilah 94 v v v v

11 Della Anggraeni 25 v v v v

12 Dirham Wiranata Wahyudi 56 v v v v

13 Dita Wahyu Indah Sari 81 v v v v

14 Faisal Risqianto 25 v v v v

15 Ferdiansyah Gilang Saputra 25 v v v v

16 Fito Setyo Utomo 25 v v v v

17 Habibatun Najibah 44 v v v v

18 Krisna Bayu Setyawan 88 v v v v

19 Kristina Maharani 81 v v v v

20 Mega Nur Alita 88 v v v v

21 Muhammad Alief Rahman

Hakim

56 v v v v

22 Nadya Anggi Pratiwi 75 v v v v

23 Nia Dinata 38 v v v v

24 Putra Rizki Taufik 50 v v v v

25 Revina Indah Pratiwi 75 v v v v

26 Setiya Dwi Wulandari 69 v v v v

27 Sevira Ayu Kartika Sari 56 v v v v

28 Shellina Farra Anggraeni 44 v v v v

29 Sony Candra Firmansyah 69 v v v v

30 Syinta Rahayu Lailatul Nada 88 v v v v

31 Uka Abdi Negara 44 v v v v

32 Zulfatul Hasanah 75 v v v v

33 Firda Ainun Ma'ulkhaya 75 v v v v

34 Dimas Yoga Darma Pratama 50 v v v v

35 Siska Ningtyas Ramadhani 94 v v v v

JUMLAH 207

2

16 4 5 9 7 15 6 6 7 8 9 10 7 8 9 10

ISBN: 978-602-1150-17-7

937

Dari tabel diatas kita dapat mengetahui prosentase kemampuan siswa dalam memahami

koheren struktur, ejaan dan diksi dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Koheren

Contoh: perhitungan koherensi kategori 1

Prosentase skor koheren =

x 100%

=

x100%

= 47,05%

b. Struktur

Contoh: perhitungan struktur kategori 1

Prosentase skor struktur =

x 100%

=

x100%

= 20,58%

c. Ejaan

Contoh: perhitungan Ejaan kategori 1

Prosentase skor Ejaan =

x 100%

=

x100%

= 20,58%

d. Diksi

Contoh: perhitungan Diksi kategori 1

Prosentase skor Diksi =

x 100%

=

x100%

= 20,58%

Dari perhitungan diatas diperoleh Prosentase Hasil Penilaian Siswa dalam memahami

koheren struktur, ejaan dan diksi seperti tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Prosentase Hasil Penilaian Siswa Siklus I

NO KOHEREN STRUKTUR EJAAN DIKSI

Siklus I Siklus I Siklus I Siklus I

(%) (%) (%) (%)

1 47.1 20.58 20.58 20.58

2 11,76 44.11 23.52 23.52

3 14.7 17.64 26.47 26.47

4 26.47 17.64 29.41 29.41

Setelah menganalisa hasil test di atas, maka prosentase yang diperoleh sebagai berikut

1. Koherensi Kalimat

Prosentase karangan yang tidak koheren (kategori 1) sebanyak 47,1 %.

2. Struktur Kalimat

Prosentase karangan yang tidak menggunakan struktur dengan benar (kategori 1) sebanyak

20,58%.

3. Ejaan

Adapun prosentanse penggunaan ejaan yang tidak benar (kategori 1) di dalam karangan

sebanyak 20,58%.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

938

4. Pilihan Kata

Adapun prosentanse pemilihan kata yang tidak benar (kategori 1) di dalam karangan

sebanyak 20,58%.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa belum menguasai bagaimana

membuat karangan yang koheren dan penggunaan struktur yang tepat. Sebaliknya siswa telah

menguasai penggunaan ejaan dan pilihan kata yang tepat. Maka dalam siklus ke II direncanakan

perlu penekanan dalam menjelaskan kalimat yang koheren dan penggunaan struktur kalimat

yang benar.

Hasil Penilaian Kinerja Guru

Adapun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang terdapat pada lampiran tabel.

Pengamatan Kinerja Guru terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki, antara lain :

a. Pada awal pembelajaran guru tidak melakukan presensi terhadap siswa.

b. Apersepsi yang diberikan kepada siswa masih bersifat umum, tidak fokus pada topik yang

akan disampaikan pada siswa.

c. Guru tidak menjelaskan metode yang digunakan di dalam pembelajaran.

d. Kompetensi Dasar yang akan dibahas sebaiknya ditulis di papan.

e. Pada pelaksanaan metode Chain Writing, guru tidak membagi kelompok di dalam kelas,

sehingga terjadi ketidaktertiban siswa di luar kelas.

f. Instruksi test tidak ditulis dalam lembaran tes yang diberikan pada siswa.

g. Tidak ada petunjuk skor penilaian, sehingga mempersulit guru dan tidak adil dalam

memberikan penilain.

Refleksi Hasil Penilaian Guru

Dari hasil observasi di atas, maka:

a. Pada awal pembelajaran guru seharusnya melakukan presensi terhadap siswa.

b. Guru perlu memfokuskan apersepsi tentang topik yang akan disampaikan kepada siswa.

c. Guru harus menjelaskan metode apa yang akan digunakan dalam pembelajaran.

d. Kompetensi Dasar yang akan dibahas sebaiknya ditulis di papan.

e. Pada pelaksanaan metode Chain Writing, guru seharusnya membagi kelompok di dalam

kelas untuk menghindari adanya kericuhan.

f. Instruksi test sebaiknya ditulis dalam lembaran tes yang diberikan pada siswa.

g. Guru harus membuat petunjuk/ panduan penilaian, agar penilaian obyektif.

Beberapa kekurangan yang terjadi, akan ditindak lanjuti dengan beberapa perbaikan

yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya, yaitu siklus II.

2 Hasil Penelitian Siklus II

Tindakan pada siklus II dilakukan sesuai dengan hasil refleksi dan evaluasi tindakan

pada siklus I. Tindakan ke-2 dilaksanakan pada 17 Maret 2016, pada kelas yang sama, kelas

VII selama 2 x 40 menit atau dua jam pelajaran. Tindakan 2 ini diberikan contoh model siswa

untuk membuat Teks Deskriptif.

Siklus II ini diawali dengan melakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan

pembelajaran menulis karangan Teks Deskriptif menggunakan metode Chain Writing.

Persiapan-persiapan itu antara lain:

(a) Membuat RPP menulis karangan Teks Deskriptif berdasarkan pengalaman selama 2 x 40

menit yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dan kegiatan yang

dilakukan oleh siswa dalam rangka mengimplementasikan tindakan pembelajaran menulis

karangan Teks Deskriptif dengan menggunakan metode Chain Writing.

ISBN: 978-602-1150-17-7

939

(b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang dibutuhkan, seperti kertas plano,

selotip, gunting, dan marker (spidol) dan tak kalah pentingnya field note.

Tahap berikutnya pelaksanaan. Secara garis besar tahapannya dilaporkan sebagai berikut:

(a) Menampilkan model di depan kelas untuk merangsang siswa menyampaikan pendapatnya

dengan mendeskripsikan model yang ditampilkan .

Karangan Deskriptif Teks berdasarkan model yang ditampilkan ringkasannya adalah

sebagai berikut.

My Friend

I have a friend. His name is Hidayatullah.

He is Tall. He has straight hair. He likes apples.

He also likes meatball. He is patient.

Every student like hin very much.

(b) Guru memberi penjelasan tentang karangan yang baik yaitu keterkaitan antara kalimat

sebelum dan yang sesudahnya harus padu, menggunakan struktur kalimat yang tepat,

penggunaan ejaan yang benar, menggunakan pemilihan kata-kata yang tepat, dan adanya

kalimat penutup yang bagus.

(c) Menempelkan kertas plano pada jarak sekitar 5 meter dari barisan murid yang

disiapkan secara berbanjar masing-masing kelompok.

(d) Chain Writing dilakukan.

(e) Setelah kelima kelompok menuliskan kalimat-kalimat masing-masing, dilaksanakan koreksi

dan penilaian bersama.

(f) Fokus penilaian adalah tentang keterkaitan antar kalimat, struktur kalimat, penggunaan ejaan

yang tepat serta ketepatan pemilihan kata.

(g) Pengumuman kelompok pemenang dan pemberian hadiah/reward.

Setelah dilakukan evaluasi dan refleksi, tindakan pada siklus II ini memperoleh hasil

yang meningkat, dalam hal ini kesalahan yang dibuat dalam karangan hasil Chain Writing

menurun dengan signifikan jika dibanding tindakan pada siklus I.

Hal ini dibuktikan dengan prosentase berikut ini:

1. Koherensi Kalimat

Prosentase karangan yang tidak koheren (kategori 1) turun dari 47% dari 18%.

2. Struktur Kalimat

Prosentase karangan yang tidak menggunakan struktur dengan benar ( kategori 1) turun

dari 21% menjadi 18%.

3. Ejaan

Adapun prosentanse penggunaan ejaan yang tidak benar (kategori 1) turun dari 21% menjadi

15%.

4. Pilihan Kata

Adapun prosentanse pemilihan kata yang tidak benar (kategori 1) naik dari 21% menjadi

29%.

Dari hasil analisa ini, dapat disimpulkan bahwa pada siklus ke II ada peningkatan pada

koherensi kalimat, struktur kalimat, dan ejaan kata. Tetapi pada poin pilihan kata terdapat

penurunan. (Lihat tabel 4.4 dan 4.5)

Berdasarkan hasil test siklus I dan II juga dapat diketahui bahwa ada peningkatan rata-rata nilai

siswa dalam membuat karangan deskriptif. (Lihat tabel 4.6)

Hasil Penilaian Kinerja Guru

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

940

Adapun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah mengalami peningkatan dan

sesuai dengan prosedur proses pembelajaran yang diharapkan. Guru sudah melakukan perbaikan

sebagai berikut:

a. Pada awal pembelajaran guru sudah melakukan presensi terhadap siswa.

b. Apersepsi yang diberikan kepada siswa sudah fokus pada topik yang akan dibahas.

c. Guru menggunakan contoh model sebagai bahan apersepsi.

d. Guru memberikan contoh kosakata yang umum digunakan dalam menulis teks deskripsi.

e. Guru sudah menjelaskan metode yang digunakan di dalam pembelajaran.

f. Kompetensi Dasar yang akan dibahas sudah ditulis di papan.

g. Pada pelaksanaan metode Chain Writing, guru sudah membagi kelompok di dalam kelas,

sehingga siswa keluar kelas dengan tertib.

h. Instruksi test ditulis dalam lembaran tes yang diberikan pada siswa.

i. Ada petunjuk skor penilaian, sehingga mempermudah guru dalam memberikan penilaian.

Penilaian kepada siswa dalam memahami penggunaan koherensi, struktur,ejaan , dan

diksi pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Test Siklus II

NO NAMA SISWA

NIL

AI

KO

HE

R

EN

SI

ST

RU

KT

UR

EJA

AN

DIK

SI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Achmad Iqbal

Robbany

31 v v V v

2 Akbar Bagus Cahyo

Putro

50 v v v v

3 Aldino Firmansyah

Pratama

63 v v v v

4 Alexander Junetto

Indhi Pradana

94 v v v v

5 Alfiana Sindy

Firanata

- - - - - - - - - - - - - - - - -

6 Annisa Rahma

Harum Melati

31 v v v v

7 Arafah Alif

Ramadhiansyah

94 v v v v

8 Ayub Fardana 31 v v v v

9 Choirur Rozikin 94 v v v v

10 Cindy Renamaya

Afdilah

75 v v v v

11 Della Anggraeni 25 v v v v

12 Dirham Wiranata

Wahyudi

88 v v v v

13 Dita Wahyu Indah

Sari

69 v v v v

14 Faisal Risqianto 69 v v v v

ISBN: 978-602-1150-17-7

941

15 Ferdiansyah Gilang

Saputra

38 v v v v

16 Fito Setyo Utomo 38 v v v v

17 Habibatun Najibah 94 v v v v

18 Krisna Bayu

Setyawan

69 v v v v

19 Kristina Maharani 94 v v v v

20 Mega Nur Alita 31 v v v v

21 Muhammad Alief

Rahman Hakim

50 v v V v

22 Nadya Anggi Pratiwi 63 v v v v

23 Nia Dinata 75 v v v v

24 Putra Rizki Taufik 69 v v v v

25 Revina Indah Pratiwi 94 v v v v

26 Setiya Dwi

Wulandari

88 v v v v

27 Sevira Ayu Kartika

Sari

88 v v v v

28 Shellina Farra

Anggraeni

38 v v V v

29 Sony Candra

Firmansyah

44 v v V v

30 Syinta Rahayu

Lailatul Nada

88 v v v v

31 Uka Abdi Negara 50 v v V v

32 Zulfatul Hasanah 75 v v v v

33 Firda Ainun

Ma'ulkhaya

75 v v v v

34 Dimas Yoga Darma

Pratama

50 v v V v

35 Siska Ningtyas

Ramadhani

94 v v v v

JUMLAH 6 6 11 11 6 12 10 6 5 6 13 10 10 9 11 4

Dari tabel diatas kita dapat mengetahui prosentase kemampuan siswa dalam memahami

koheren struktur, ejaan dan diksi pada siklus II dengan perhitungan sebagai berikut:

e. Koheren

Contoh: perhitungan koherensi kategori 1

Prosentase skor koheren =

x 100%

=

x100%

= 17,64%

f. Struktur

Contoh: perhitungan struktur kategori 1

Prosentase skor struktur =

x 100%

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

942

=

x100%

= 17,64%

g. Ejaan

Contoh: perhitungan Ejaan kategori 1

Prosentase skor Ejaan =

x 100%

=

x100%

= 14,70%

h. Diksi

Contoh: perhitungan Diksi kategori 1

Prosentase skor Diksi =

x 100%

=

x100%

= 29,41%

Dari perhitungan diatas diperoleh Prosentase Hasil Penilaian Siswa dalam memahami koheren

struktur, ejaan dan diksi seperti tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4. Prosentase Hasil Penilaian Siswa Siklus II

Berikut adalah tabel yang menampilkan perbandingan Prosentasi Hasil Penilaian pada siklus I

dan II.

Tabel 4.5 Perbandingan Prosentase Hasil Penilaian Siswa pada Siklus I dan II

NO

KOHEREN STRUKTUR EJAAN DIKSI

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1 47.1 17.64 20.58 17.64 20.58 14.7 20.58 29.41

2 11,76 17.64 44.11 32.29 23.52 17.64 23.52 26.47

3 14.7 32.35 17.64 29.41 26.47 38.24 26.47 32.35

4 26.47 32.35 17.64 17.64 29.41 29.41 29.41 11.76

Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Penilaian Test Pada Siklus I Dan II

NO KOHEREN STRUKTUR EJAAN DIKSI

Siklus II Siklus II Siklus II Siklus II

(%) (%) (%) (%)

1 17.64 17.64 14.7 29.41

2 17.64 32.29 17.64 26.47

3 32.35 29.41 38.24 32.35

4 32.35 17.64 29.41 11.76

NO. NAMA SISWA NILAI NILAI

Siklus I Siklus II

1 Achmad Iqbal Robbany 25 31

2 Akbar Bagus Cahyo Putro 69 50

3 Aldino Firmansyah Pratama 56 63

ISBN: 978-602-1150-17-7

943

4.3 Efektifitas Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif Menggunakan Metode Chain

Writing

Indikasi efektifitas pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan metode Chain

Writing dapat dilihat dari tiga aspek perkembangan. Pertama, adanya peningkatan yang

signifikan pada kemampuan menulis karangan siswa pada aspek koherensi kalimat, penggunaan

struktur kalimat, dan penggunaan ejaan.

Kedua, maka secara umum siswa setuju dengan penggunaan strategi Chain Writing

untuk meningkatkan kompetensi menulis karangan berdasarkan pengalaman diterapkan dalam

pembelajaran. Berdasar kuisener, hampir semua siswa menyatakan setuju dengan alasan: (a) ide

bisa muncul, (b) pikiran rileks, (c) mempermudah mengarang, (d) tidak membosankan, (e) lebih

4 Alexander Junetto Indhi Pradana 88 94

5 Alfiana Sindy Firanata - -

6 Annisa Rahma Harum Melati 31 31

7 Arafah Alif Ramadhiansyah 88 94

8 Ayub Fardana 25 31

9 Choirur Rozikin 100 94

10 Cindy Renamaya Afdilah 94 75

11 Della Anggraeni 25 25

12 Dirham Wiranata Wahyudi 56 88

13 Dita Wahyu Indah Sari 81 69

14 Faisal Risqianto 25 69

15 Ferdiansyah Gilang Saputra 25 38

16 Fito Setyo Utomo 25 38

17 Habibatun Najibah 44 94

18 Krisna Bayu Setyawan 88 69

19 Kristina Maharani 81 94

20 Mega Nur Alita 88 31

21 Muhammad Alief Rahman Hakim 56 50

22 Nadya Anggi Pratiwi 75 63

23 Nia Dinata 38 75

24 Putra Rizki Taufik 50 69

25 Revina Indah Pratiwi 75 94

26 Setiya Dwi Wulandari 69 88

27 Sevira Ayu Kartika Sari 56 88

28 Shellina Farra Anggraeni 44 38

29 Sony Candra Firmansyah 69 44

30 Syinta Rahayu Lailatul Nada 88 88

31 Uka Abdi Negara 44 50

32 Zulfatul Hasanah 75 75

33 Firda Ainun Ma'ulkhaya 75 75

34 Dimas Yoga Darma Pratama 50 50

35 Siska Ningtyas Ramadhani 94 94

JUMLAH 2072 2207

RATA – RATA 62,78 66,87

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

944

praktis, (f) membuat lebih konsentrasi, (g) lebih produktif, dan (h) film yang ditayangkan bisa

menghilangkan beban pikiran.

Proses pembelajaran di MTs Hasyim Asy‟ari pada pelajaran bahasa Inggris, cenderung

menggunakan metode ceramah. Hal ini terlihat dari 82,35 % siswa menginformasikan bahwa

Bapak/ Ibu Gurunya sering menggunakan metode ceramah di dalam proses belajar mengajar,

sementara yang lain 17,65 memberi jawaban tidak.

Namun demikian siswa merasa senang dengan metode ceramah yang dilakukan guru

dan mendapat kemudahan dalam belajar menulis teks deskriptif dengan metode tersebut. Hal

ini nampak dalam jawaban mereka ketika ditanya apakah metode ceramah menyenangkan,

94,12% menjawab ya dan 5,88% menjawab tidak. Sebanyak 85,29% siswa menganggap

metode ceramah mempermudah mereka belajar menulis, 14,71% menjawab tidak.

Bapak/Ibu guru MTs Hasym Asy‟ari juga mengaplikasikan metode-metode lain selain

ceramah, 94,12% menjawab ya ketika diberikan pertanyaan apakah Bapak/Ibu gurunya

menggunakan metode lain selain ceramah dan sisanya 5,88% menjawab tidak. Siswa juga

mendapat kemudahan dalam belajar menulis teks deskriptif dengan prosentase 85,29%

menjawab ya dan 14,71% menjawab tidak.

Metode Chain Writing ternyata menjadi salah satu metode lain selain ceramah, yang

juga dipakai dalam proses belajar mengajar. 94,12% menjawab ya dan 5,88% menjawab tidak.

Siswa juga merasa senang ketika diaplikasikan metode chain writing dengan prosentase

jawaban ya sebesar 94,12% sementara 5,88% menjawab tidak. Dan sebagian kecil mereka

merasa kesulitan dalam memainkan chain writing dengan prosentase 29,41% menjawab ya dan

70,59 menjawab tidak.

Sebagian besar siswa, 88,24% merasa bermain chain writing dalam kegiatan belajar

dapat mendorong untuk menulis kalimat atau karangan, sedangkan sisanya 11,76% tidak.

Dengan kondisi siswa yang merasa terdorong untuk menulis karangan dengan metode chain

writing, maka tingkat pemahaman mereka akan karangan deskriptif juga meningkat. Hal ini

tampak jelas dari 88,24% siswa dapat memahami karangan deskriptif dengan metode chain

writing, sementara 11,76% yang lain tidak.

KESIMPULAN

Penerapan metode Chain Writing pada kegiatan Belajar Mengajar Menulis Teks

Deskriptif Siswa Kelas VIIA Semester II MTs Hasyim Asy‟ari Tahun Pelajaran 2015-2016

dapat kami simpulkan sebagai berikut :

1. Terjadi peningkatan pada pemahaman menulis teks deskriptif khususnya terhadap

koherensi, struktur dan ejaan dari siklus I dan siklus II, sedangkan pada diksi menglami

penurunan.

2. Terjadi peningkatan kinerja guru dalam menyampaikan materi khususnya pada

penyampaian kosa kata.

3. Siswa merasa senang diaplikasikannya metode lain selain ceramah, khususnya chain

writing. Sehingga terjadi peningkatan kemampuan siswa membuat Teks Deskriptif.

SARAN

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan, baik secara teoritis maupun praktis.

Sacara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan berupa konsep teoritis tentang

penggunaan metode Chain Writing dalam pembelajaran menulis teks deskriptif. Namun

demikian, untuk memantapkan metode Chain Writing diperlukan penelitian lanjutan.

Kepada peneliti yang tertarik terhadap permasalahan ini disarankan untuk mengadakan

pengembangan penelitian ini dari sudut pandang yang lebih luas, misalnya memberikan teks

ISBN: 978-602-1150-17-7

945

deskriptif yang lebih bervariasi. Pun juga, penerapan metode Chain Writing dapat diperluas

kepada subjek siswa yang levelnya lebih tinggi, bahkan kepada mahasiswa.

Kepada para guru/praktisi pengembang pelajaran Bahasa Inggris, disarankan untuk

memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran untuk

Kompetensi Dasar menulis teks deskriptif khususnya dan teks bentuk yang lain pada

umumnya..

DAFTAR RUJUKAN

Barnes, D., and Todd, F. 1997. Communication and Learning in Small Groups. London:

Routledge & Kegan Paul.

Barnet, Sylvan. 1979. A Short Guige to Writing about Literature. (fourth edition). Boston

Toronto: Litle, Brown and Company.

Bogdan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen. 1992. Qualitative Research for Education: an

Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Brown, H. D. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey: Prentice

Hall Regents Englewood Cliffs. San Francisco State University.

Cohen, E. G. 1994. “Restructuring the Classroom: Conditions for Productive Small Groups,

” Review of Educational Research Vol 64, No.1, p.1 Washington, DC: A Quarterly

Publication.

Departemen Pendidikan Nasional, (2006). “ Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan

Dasar Dan Menengah”. Jakarta

Djamarah, Syaiful B dan Azwan Zain, (2002), “Strategi Belajar Mengajar”, Jakarta, Rineka

Cipta

D. Sudjana S.,(2005) ,“Metode & Teknik Pembelajaran Pertisipatif” Bandung ,Falah

Production.

Howat, A. and Dakin, J. 1974. “Language Laboratory Materials.” Journal ed. J. P. B.

Allen, S. P. B. Allen and S. P. Corder.

Johnson, D. W. Et. Al. 1984. Circles of Learning. Minnesota: The association for

Supervision and Curriculum Development.

Johnson, Keith (1990). “Communicative Syllabus Design and Methodology.” Pergamon

Institute of English.

Krahnke, Karl (1987). “Approaches to Syllabus Design for Foreign Language Teaching.”

Prentice Hall regents, Englewood Cliffs. NJ07632

Lampe, J. R. “Effects of Small group Chain Writing among Hispanic Students in Elementary

Social Studies.” The Journal of Education Research. Vol 89(3) Jan/Feb 1996.

Larson, Mildred L.” Meaning Based Translation; a guide to cross- language equivalence,

Lanham, MD : University Press of America,” 1984.

Mile, H.M dan A.M. Reninger. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi

Rokidi. Jakarta: UI Press.

Newmann, F. 1991. “Linking Restructuring to Authentic Students Achievement,” Phi Delta

Kappan, 72. 458-63.

Soeparno, (1987), Media Pengajaran Bahasa, Jakarta, Logos.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

946

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT SIMPLE PAST TENSE

PADA SISWA KELAS VIII-I SMPN 3 BATU DENGAN MENGGUNAKAN PGR

(PRACTICE, GENERALIZATION, REVISION)

Hariyati

SMP Negeri 3 Batu

[email protected]

Abstrak : Kemampuan siswa dalam menulis kalimat Simple Past Tense masih rendah,

siswa masih sulit membedakan penggunanan to be dan kata kerja, nilai siswa pada

materi Simple Past Tense masih belum maksimal. Oleh sebab itu perlu dilakukan

Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran agar menjadi

lebih berkualitas sehingga penguasaan kompetensi siswa meningkat dengan menggunakan

metode PGR (practice, generalization, revision). Penelitian dilakukan di kelas VIII-I

dengan jumlah siswa 31 dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahapan:

perencanaan, pelaksanaan, pengambilan data, dan refleksi. Observer mengambil data

aktivitas siswa pada tiap siklus, sedangkan data hasil belajar diperoleh dari tes tertulis di

akhir siklus.Pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa mencapai 51,61%. Siklus 2 ketuntasan

belajar siswa mencapai 77,41%. Berdasarkan hasil tersebut, kualitas pembelajaran Bahasa

Inggris khususnya Simple Past Tense di kelas VIII-I SMPN 3 Batu mengalami peningkatan

setelah diterapkan Metode PGR. Metode ini disarankan untuk diterapkan pada materi lain

sesuai dengan karakteristik materi tersebut.

Kata Kunci: Simple Past Tense, PGR

Bahasa Inggris adalah Bahasa utama yang dipakai untuk berkomunikasi antar bangsa

baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Untuk tercapainya tujuan berkomunikasi inilah

pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat SMP ada 4 ketrampilan yang harus dimiliki oleh siswa

yaitu mendengarkan ,berbicara ,membaca dan menulis.

Salah satu KD (Kompetensi Dasar) yang harus dimiliki oleh siswa kelas 8 adalah

menyusun teks lisan dan tulis untuk menyatakan kegiatan yang dilakukan diwaktu lampau.

Dalam pembelajaran untuk mencapai KD tersebut, penulis telah melakukan proses

pembelajaran di kelas 8I dan menemukan bahwa kemampuan siswa dalam menulis kalimat

Simple Past Tense masih rendah, siswa masih sulit membedakan penggunanan to be dan kata

kerja, nilai siswa pada materi Simple Past Tense masih belum maksimal .

Berdasarkan masalah diatas, penulis memiliki alternative solusi menggunakan teknik PGR

(Practice, Generalization, Revision). Metode PGR sangat efektif diterapkan pada pembelajaran

materi Simple Past Tense. Adapun tahapan penerapan metode ini adalah sebagai berikut :

Tahap Practice:

Guru memberikan latihan kepada siswa

Guru meminta siswa bekerja secara berkelompok

Guru meminta siswa mendiskusikan jawabannya

Guru meminta setiap perwakilan kelompok untuk menuliskan jawabannya di papan tuli

Guru meminta peserta kelompok lainnya untuk memberikan tanggapan

Guru melakukan penguatan berupa penegasan kembali tentang jawaban-jawaban yang tepat

Tahap Generalization

Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok

Guru memberikan tugas kepada kelompok yang berisi pertanyaan Konsep, Generalisasi Fungsi,

Bentuk, dan Unsur lainnya tentang materi bahasan

Guru mendiskusikan jawaban bersama siswa secara kelasikal

ISBN: 978-602-1150-17-7

947

Guru memberikan resume untuk mengingatkan kembali tentang : Fungsi, Bentuk, dan

Penerapan unsur bahasa yang berkaitan dengan pokok bahasan

Tahap Revision

Memberikan tugas kepada siswa secara individu

Guru meminta siswa mengerjakan tugas secara perorangan

Guru meminta siswa mendiskusikan jawabannya di kelas

Guru memberikan tindak lanjut berupa pemberian tugas pekerjaan rumah

Dalam materi pembelajaran saat ini sering muncul beberapa pokok bahasan yang

berulang-ulang, artinya pokok bahasan grammar yang pernah diajarkan pada level sebelumnya

diulang kembali pada level berikutnya. Dari dasar pemikiran ini kita mungkin menganggap

bahwa pokok bahasan tersebut merupakan materi essensial yang sering dijadikan bahan untuk

Ujian Nasional. Jika pernah mencoba melakukan bedah SKL, kita bisa membuat suatu

pemetaan bahan/materi mana saja mulai dari SMP hingga SMA yang termasuk materi essensial.

Untuk mengajarkan materi yang pernah diajarkan sebelumnya khususnya materi kajian bidang

structure/grammar, alangkah baiknya kita pergunakan metode PGR. Metode PGR ini lebih

cocok di pergunakan untuk mengajarkan materi bahasan yang sebelumnya pernah diajarkan

kepada para siswa.

Dengan latar belakang diatas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimana meningkatkan kemampuan membuat kalimat simple past tense dengan

menggunakan metode PGR ?” Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi guru yang

bersangkutan untuk mengatasi permasalahan pengajaran simple past tense dikelas 8I serta bagi

guru Bahasa Inggris yang lain untuk memecahkan masalah yang sama

METODE PENELITIAN

Subjek penelitian terdiri dari 13 siswa laki laki dan 18 siswi perempuan kelas VIII-I

pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 di SMP Negeri 3 Batu. Objek penelitian yaitu

kualitas pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dan hasil belajar/penguasaan kompetensi

siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII-I, SMPN 3 Batu, Kota Batu,

propinsi Jawa Timur. Identifikasi masalah dan perencanaan tindakan dilaksanakan Maret 2016.

Pelaksanaan tindakan akan dilaksanakan dalam 1 siklus dengan catatan apabila dalam siklus

pertama gagal yakni tidak mencapai kriteria sukses dengan ketuntasan klasikal sebanyak 75%

makan akan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dalam 1 siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan

pengumpulan data dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan. Karena siklus pertama belum

mencapai kriteria kesuksesan maka, peneliti melanjutkannya ke siklus 2.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Prosedur atau langkah-

langkah penelitian yang dilakukan terbagi dalam bentuk siklus kegiatan mengacu pada model

yang diadopsi dari Arikunto, dkk (2007), dimana setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok

adalah kegiatan: perencanaan tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Empat kegiatan

pokok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan tindakan

Masalah-masalah menulis yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah

perencanaan tindakan yaitu menyusun instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), soal pre-test, soal post-test, lembar observasi, dan quesioner.

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan pre-test, program pembelajaran,

pengisian lembar observasi oleh observer, pelaksanaan post-test, dan pengisian quesioner

oleh siswa. Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan siklus adalah Simple Past Tense. Pada

langkah ini peneliti melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan metode

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

948

PGR sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya dan

dengan memperhatikan tahapan yang dijalankan dalam metode tersebut yaitu tahapan

practice, generalization dan revision. Pada tahapan practice, siswa diberikan latihan secara

berkelompok tentang penggunaan simple past tense dan diminta untuk mendiskusikannya.

Pada tahapan generalization, siswa diberikan tugas kelompok yang berisi pertanyaan

Konsep, Generalisasi Fungsi, Bentuk, dan Unsur lainnya tentang materi bahasan dan

diminta untuk membuat resumenya.

Pada tahapan revision, siswa diberikan tugas secara individu dan diminta untuk

mendiskusikannya di depan kelas.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Peneliti bese rta 2 observer

lainnya mencatat semua langkah – langkah pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan tes tulis. Pengamatan keberhasilan penggunaan metode PGR terhadap

siswa dilakukan dengan memberikan tes tulis berupa soal tentang materi Simple Past Tense

sebanyak 20 butir. Jika siswa mendapatkan nilai ≥75, maka dianggap tuntas.

4. Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi tentang mutu hasil tindakan, membahas hasil evaluasi

tentang skenario pembelajaran, memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi

untuk digunakan pada siklus berikutnya. Bagaimana aktifitas siswa selama pembelajaran,

aktifitas guru, kendala yang dihadapi oleh siswa dan guru dikaji kembali. Semua data yang

didapat dianalisis dan dievaluasi untuk menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya

atau perlu tidaknya perlakuan yang diberikan kepada siswa dilanjutkan.

Bagan 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Penjelasan alur diatas adalah :

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan

masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk didalamnya instrument

penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai

upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari

diterapkannya metode pembelajaran.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan

yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasrakan hasil refleksi dari pengamat membuat

rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya

Refleksi

Tindakan / Obeservasi

Refleksi

Tindakan / Observasi

Rencana awal /

rancangan

Rencana yang direvisi

Siklus 2

Siklus 1

ISBN: 978-602-1150-17-7

949

HASIL

Pada setiap kegiatan pembelajaran diadakan observasi terhadap aktivitas siswa sebagai

alat untuk mengetahui tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan

siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran.

Siklus 1

Practise

Langkah – langkah pembelajaran :

1. Guru memberikan latihan membuat kalimat dalam simple past yang dikerjakan dalam

kelompok

2. Guru meminta siswa mengerjakan sesuai dengan contoh yang diberikan secara

berkelompok.

3. Guru meminta siswa untuk menuliskan hasil pekerjaannya dipapan tulis.

4. Guru meminta anggota kelompok lain untuk memberikan tanggapan.

Generalization

1. Guru meminta siswa untuk mencermati kalimat hasil pekerjaan siswa.

2. Guru meminta siswa untuk membuat generalisasi fungsi, bentuk dan unsur lainnya.

3. Guru meminta siswa untuk menuliskan resume berkaitan dengan materi Simple Past

Tense

Revision

1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas materi simple past tense secara

perorangan.

2. Guru meminta siswa mendiskusikan jawabannya dikelas.

3. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas pekerjaan rumah.

Guru melakukan penilaian penguasaan menyusun kalimat materi Simple Past Tense dengan cara

memberikan tes tertulis dan hasil yang didapat adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Nilai tes siklus 1

NO Rentang Nilai Jumlah siswa Persentase

1. 50 – 60 7 22,58%

2. 65 – 70 8 25,80%

3. 75 – 80 13 41,93%

4. 85 – 90 3 9,67

Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai tuntas sebesar 51,60%.

Sehingga hasil yang diharapkan masih belum tercapai. Kendala yang ditemukan pada siklus 1

adalah siswa masih sulit membedakan penggunaan to be dan verb

Siklus 2

Pada siklus 2 langkah pembelajaran sama dengan siklus 1 yang diperbaiki berdasarkan

hasil refleksi. Langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

Practice

1. Guru memberikan latihan merubah materi simple past dari bentuk positive menjadi bentuk

negative (-) dan interrogative (?) dikerjakan secara berkelompok.

2. Guru meminta siswa secara berkelompok mengerjakan latihan sesuai dengan contoh yang

diberikan.

3. Guru meminta siswa menuliskan hasil pekerjaannya dipapan tulis.

4. Guru meminta anggota kelompok lain untuk memberikan tanggapan.

Generalization

1. Guru meminta siswa untuk mencermati kalimat-kalimat hasil pekerjaan siswa.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

950

2. Guru meminta siswa untuk membuat generalisasi fungsi,bentuk dan unsur lainnya.

3. Guru menuliskan resume berkaitan dengan materi kalimat simple past tense dalam

bentuk negative(-) maupun interrogative (?).

Revision

1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas merubah kalimat positive menjadi

kalimat negative dan interrogative dari materi simple Past Tense secara perorangan.

2. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil kerjanya di kelas.

3. Guru memberikan tindak lanjut berupa tes tulis tentang merubah kalimat positive

menjadi kalimat negative dan interrogative dari materi simple Past Tense.Hasil tes tulis

yang diperoleh siswa digunakan sebagai penilaian untuk siklus 2 dan hasilnya tertulis

pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai Hasil Tes Tulis Siklus 2

NO Rentang Nilai Jumlah siswa Persentase

1. 60 – 70 7 22,58%

2. 75 – 85 18 58,06%

3. 90 – 100 6 19,35%

Dari siklus 2 terlihat jumlah siswa yang tuntas sebesar 77,41%. Dari hasil tes tulis ini

bisa disimpulkan bahwa siswa yang memcapai KKM sudah sesuai dengan target yang

diharapkan. Dengan demikian penelitian dihentikan.

PEMBAHASAN

Pada setiap akhir siklus diadakan tes sebagai alat untuk mengukur pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran. Pelaksanaan tes individual ini dilakukan setiap akhir

pembelajaran. Ketuntasan belajar individual ditetapkan jika siswa mendapat nilai ≥ 75 dan

ketuntasan belajar klasikal ditetapkan ≥ 75% siswa mendapatkan nilai ≥ 75. Data hasil tes setiap

akhir siklus dan sebelum pelaksanaan tindakan disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3. Hasil Tes Tertulis Siswa pada Tiap Siklus

Keterangan Siklus 1 Siklus 2

Nilai Tertinggi 90 100,00

Nilai Terendah 50 60

Ketuntasan Klasikal Belajar Siswa 51,83% 77,41%

Grafik 1. Pencapaian Ketuntasan Belajar

51.83

77.41

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

siklus 1 siklus 2

Pencapaian Ketuntasan Belajar

ISBN: 978-602-1150-17-7

951

Hasil belajar individual maupun klasikal mengalami kenaikan yang signifikan.

Meningkatnya jumlah nilai siswa yang tuntas belajar secara klasikal tersebut menunjukan

peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Melalui pendekatan metode

PGR, materi yang dibahas menjadi lebih mudah dipahami, lebih menarik, sehingga pemahaman

siswa lebih mendalam.

Pada siklus 2, siswa diminta untuk mengerjakan latihan membuat kalimat positif dan

merubahnya menjadi kalimat negative . Kegiatan tersebut membuat siswa lebih mampu untuk

mempelajari dan memahami materi pelajaran yang disampaikan. Siswa belajar dengan baik

karena mereka terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan berkesempatan untuk

menemukan sendiri. Hasil belajar tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan

dunia fisik dan lingkungannya melaui sumber belajar yang dirancang oleh guru.

Peningkatan pemahaman siswa juga sangat dipengaruhi keaktifan dan keterlibatan

siswa dalam pembelajaran. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran

merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar. Hal ini dapat dilihat dari

meningkatnya nilai rata-rata siswa yang sejalan dengan meningkatnya ketuntasan siswa pada

tiap siklus.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan peneliti dapat menyimpulkan

bahwa metode PGR berperan dalam meningkatkan kualitas belajar dan pembelajaran maupun

penguasaan kompetensi pada materi Simple Past Tense dikelas VIII-I SMPN 3 Batu

Metode PGR (Practice, Generalization, Revision) perlu diterapkan pada materi lain sesuai

dengan karakteristik materi tersebut.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. dkk., 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara

https://edgarismar.wordpress.com/teknik-pengajaran-structure-grammar/

http://mys.yoursearch.me/web?q=teknik+pembelajaran+PGR

http://oramaido.blogspot.co.id/2014/09/contoh-ptk-bhs-inggris-smp-upaya.html

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

952

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN TEKS NARATIF

MENGGUNAKAN STRATEGI MEMBACA BEFORE, DURING, AFTER (BDA)

Rosariningsih

SMPK Widyatama Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan memahami teks naratif pada

siswa kelas VIIIC di SMPK Widyatama Batu. Berdasarkan pengamatan penulis,

kemampuan siswa dalam memahami bacaan belum maksimal karena masih banyak siswa

yang mendapatkan nilai bahasa Inggris dibawah KKM (KKM=75) yang ditetapkan

sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut penulis mencoba menerapkan strategi membaca

BDA (Before, During, After) dalam pembelajaran. Penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas. Penelitian memerlukan waktu selama 2 bulan (Maret-April 2016),

melibatkan 23 siswa SMPK Widyatama. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Masing-

masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu

perencanaan, penerapan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan

adalah observasi dan test. Hasil akhir menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode

BDA mampu meningkatkan kemampuan memahami teks naratif pada siswa kelas VIIIC

di SMPK Widyatama Batu.

Kata kunci: reading comprehension, narrative text, BDA reading strategy.

Pendidikan merupakan aspek yang berperanan penting untuk memajukan sebuah bangsa

karena pendidikan merupakan proses peningkatan kualitas hidup manusia dalam segala aspek

kehidupan. Didalam pendidikan dimana siswa sebagai konsumen pendidikan dan guru sebagai

pelaku dalam pendidikan sangat berkaitan erat. Kompetensi guru dalam memajukan pendidikan

memegang peranan penting karena guru yang berkualitas membantu mempersiapkan para siswa

sebagai generasi penerus bangsa secara optimal.

Salah satu mata pelajaran yaitu Bahasa Inggris yang dituangkan dalam Permendikbud

No. 58 Tahun 2014 merumuskan kompetensi berbahasa Inggris sebagai “kompetensi

melaksanakan fungsi sosial dengan menggunakan teks berbahasa Inggris yang runtut dan runut

dan unsur kebahasaan yang tepat dan berterima, secara terampil dengan didasari pemahaman

yang baik pada setiap unsur kompetensi.”

Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris terdapat 4 keterampilan berbahasa yaitu

mendengar, berbicara, membaca dan berbicara. Diantara 4 keterampilan tersebut, keterampilan

membaca memiliki bagian yang cukup besar dalam Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa

Inggris. Pada ujian nasional siswa diharapkan mampu untuk menjawab pertanyaan tentang teks

berbahasa Inggris sehingga dalam hal ini kemampuan siswa untuk memahami teks sangat

dibutuhkan.

Pentingnya kemampuan membaca siswa untuk memahami teks bahasa Inggris membuat

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa kelas VIIIC SMPK Widyatama karena

kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris terutama memahami teks naratif masih

kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai bahasa Inggris siswa yang kurang dari KKM

sebanyak 65%. KKM Bahasa Inggris saat ini adalah 75. Dari masalah yang ada, peneliti tertarik

untuk mendalaminya.

Informasi yang didapat dari angket siswa, hasilnya mengatakan sebagian besar siswa

menuliskan bahwa mereka kesulitan memahami teks yang ada. Kesulitan memahami teks

ISBN: 978-602-1150-17-7

953

bahasa Inggris tersebut disebabkan keterbatasan kemampuan siswa untuk menghubungkan

informasi yang ada didalam teks, keterbatasan kosakata yang dimiliki serta minat siswa untuk

membaca masih kurang. Dengan penyebab masalah tersebut, penulis mencoba mencarikan

solusi dengan mencobakan model pembelajaran menggunakan strategi membaca BDA (Before

– During – After).

Strategi BDA merupakan strategi yang digunakan untuk membuat siswa mengaktifkan

pengetahuan yang telah mereka ketahui dengan teks yang ada sehingga dapat menghubungkan

informasi yang telah dimiliki dengan informasi yang terdapat pada teks yang baru. Strategi ini

terdiri dari 3 bagian yaitu Before (sebelum), During (selama), After (sesudah) membaca. Before

merupakan bagian dimana pengetahuan yang telah dimiliki siswa tentang topik yang ada digali.

Bagian kedua During merupakan interaksi siswa dengan teks pada saat membaca tentang apa

yang ingin mereka ketahui tentang topik tersebut. Bagian yang ketiga After (sesudah) membaca,

siswa menghubungkan apa yang telah mereka baca ke dalam pengetahuan yang mereka miliki

sehingga mereka mendapatkan sebuah informasi baru yang lebih lengkap. KELEBIHAN

Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan agar siswa dapat

meningkatkan kemampuan membaca teks naratif sehingga nilai mata pelajaran Bahasa Inggris

diharapkan mengalami peningkatan.

Penelitian terdahulu yang pernah menggunakan metode BDA belum ditentukan.

Penelitian sejenis yaitu KWL (Know, What to Know, Learning) dilaksanakan oleh Jafrizal

(2003) dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Melalui

Teknik KWL dan Permainan Bahasa”. Dari hasil penelitian terdahulu terbukti KWL dapat

meningkatkan partisipasi siswa didalam pembelajaran sehingga hasil ulangan harian siswa yang

diajarkan lebih baik dan persentase ketuntasan belajar siswa lebih tinggi.

Peneliti Maarif (2014) membuat penelitian dalam Tesis, Jurusan Pendidikan Bahasa

Inggris, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang berjudul “Improving 9th Graders‟

Reading Comprehension Ability Through KWL (Know, Want to know and Learned) Strategy in

SMP Sunan Ampel. Peneliti mendapatkan hasil bahwa penggunaan strategi membaca KWL

pada subjek penelitian menunjukan peningkatan pemahaman membaca report teks. Hasil rata-

rata skor dari test memahami bacaan kelompok atas adalah 86. Sementara itu standar skor

lulusnya 85. Skor kelompok tengah adalah 71. Sementara itu skor standar lulusnya 70. Dan skor

kelompok bawah adalah 62. Sementara itu skor standar lulusannya 60. Semua kategori telah

mencapai standar kelulusan yang telah ditentukan. Ini berarti dengan menggunakan strategi

membaca KWL dalam mengajar pemahaman membaca siswa di dalam teks report dapat

meningkat dari waktu ke waktu.

Hasil penelitian lainnya adalah Tesis dengan judul “The Implementation of K-W-L

Technique and Analytical Exposition Graphic Organizer to Improve the Reading

Comprehension of the Eleventh Grade Students of SMA Negeri 8 Malang” dilakukan oleh

Gultom, Arwijati_Wahyudi, Suharmanto (2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

strategi K-W-L dan AEGO dalam pengajaran dan pembelajaran pemahaman membaca

meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca. Hasilnya adalah sebanyak 100% nilai

siswa lulus KKM dan rata-rata kelas meningkat dari 77.6 menjadi 94.6. Disamping itu, K-W-L

dan AEGO juga meingkatkan keikutsertaan siswa dalam proses belajar mengajar dari 50 %

menjadi 85.3 %.

Dari hasil penelitian terdahulu terbukti strategi KWL yang prosesnya serupa dengan

BDA terbukti dapat meningkatkan kemampuan reading siswa dalam membaca. Nilai siswa yang

mendapatkan minimal KKM dan nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan. Disamping itu

siswa lebih aktif dalam keikutsertaan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu peneliti

menggunakan BDA untuk penelitian. Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

954

“Bagaimana penggunaan strategi BDA dapat meningkatkan kemampuan membaca untuk

memahami teks naratif di kelas VIIIC SMPK Widyatama Batu.”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2

siklus. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIIIC SMPK Widyatama Batu dengan jumlah

siswa 23 orang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Peneliti memilih kelas

ini karena memiliki minat membaca yang rendah serta nilai rata-rata kelas yang rendah dalam

mata pelajaran Bahasa Inggris.

Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan McTaggart, yaitu model

spiral (dalam Wiraatmaja, 2006: 66). Dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan

dari setiap siklus terdiri dari (1) perencanaan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi serta (4)

refleksi.

Gambar 1. Alur PTK menurut Kemmis dan McTaggart

Di dalam penelitian ini peneliti mempunyai target 80% siswa yang mencapai minimal 75 (sesuai

KKM) 80% atau lebih, jika tercapai maka pembelajaran menggunakan BDA dapat dianggap

berhasil.

Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan survey kepada siswa yang akan dijadikan

subyek pengajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa

sehubungan dengan memahami teks bahasa Inggris. Selain itu dikarenakan peneliti bukan

merupakan guru pengajar di kelas tersebut. Berikutnya peneliti mengidentifikasi faktor-faktor

hambatan pembelajaran. Setelah itu peneliti merumuskan alternatif tindakan yang akan

dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Inggris terutama untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam memahami teks naratif. Di dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti

adalah melaksanakan pembelajaran membaca teks naratif dengan menggunakan strategi BDA.

Selanjutnya tahap pengamatan, peneliti bekerjasama dengan teman sejawat mengobservasi

proses KBM. Tahap selanjutnya refleksi, peneliti menganalisis pelaksanaan pembelajaran dan

hasil belajar siswa).

Penelitian ini dilaksanakan di SMPK Widyatama Batu dengan alamat Jl. Panglima

Sudirman No. 59. Subyek penelitian adalah siswa di kelas VIIIC dengan jumlah siswa 23 orang

ISBN: 978-602-1150-17-7

955

terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Karakter siswa pada dasarnya hampir

sama (homogen). Penelitian dilakukan pada bulan Maret dan April 2016.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian siklus I terdiri dari 2 pertemuan dilaksanakan tanggal 15 Maret 2016 dan 17

Maret 2015. Sedangkan siklus II juga terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 1

April 2016 dan 4 April 2016.

Temuan pada Siklus I

Siklus I – Pertemuan I

Pada siklus I pertemuan I, materi yang dibahas adalah teks naratif berupa fabel berjudul

“Mousedeer and Crocodiles”. Siklus ini dilakukan dalam 2 pertemuan, 1 pertemuan terdiri dari

2 jam pelajaran (2x40 menit).

Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya

tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan

materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru yang tampil

sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis topik pelajaran dan menyiapkan tabel BDA

(Before, During, After) di papan tulis.

Pada kegiatan inti ada 3 bagian yaitu Before, During dan After.

BEFORE

Guru meminta siswa mengamati gambar yang ada di halaman 214.

Kemudian guru meminta siswa membuat sebuah pertanyaan tentang topik atau gambar yang dia

amati atau hal yang ingin diketahui tentang topik yang akan dibahas dan menuliskan di kertas

biru muda (Before) dan menempelkannya di depan kelas pada kolom Before.

DURING

Setelah itu guru membacakan cerita Mousedeer and Crocodiles tersebut, murid

mendengarkan dengan seksama. Sambil mendengarkan cerita siswa diminta membuat sebuah

pertanyaan tentang cerita yang didengarkannya dan menuliskan pertanyaan di kertas berwarna

merah muda lalu menempelkan pada kolom (During).

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

956

AFTER

Sesudah guru selesai membacakan cerita Mousedeer and Crocodiles, guru memberi

waktu siswa untuk membuat sekali lagi 1 pertanyaan seputar cerita yang telah didengar atau hal

yang ingin mereka ketahui setelah proses mendengarkan secara keseluruhan. Mereka

menuliskan pertanyaan itu pada selembar kertas merah muda lalu menempelkan pada karton di

kolom AFTER.

ISBN: 978-602-1150-17-7

957

Siswa membuat pertanyaan Siswa menempelkan sesuai kolom

Setelah semua pertanyaan itu tertempel sesuai dengan kolom masing-masing guru

memfasilitasi dengan membacakan pertanyaan-pertanyaan dimulai dari kolom Before. Pada saat

guru membacakan pertanyaan tersebut siswa yang mengetahui jawaban diminta menjawab

secara lisan dan guru menuliskan di bawah kolom masing-masing. Guru memberi tanda

pertanyaan apakah pertanyaan tersebut mendukung cerita, atau tidak adanya informasi yang ada

pada cerita itu, atau pertanyaan yang tidak ada hubungannnya sama sekali dengan cerita itu

sehingga tidak menunjang pemahaman cerita.

Hasil pekerjaan siswa

Semua jawaban siswa tersebut setelah tertulis sesuai dengan kolom masing-masing

merupakan hasil dan kesimpulan dari proses pembelajaran saat itu. Pada akhir kegiatan ada 2

tugas yang dikerjakan siswa. Siswa diminta bekerja secara berkelompok. Masing-masing

kelompok diberi jumbled paragraf yang berisi tentang cerita yang Mousedeer and Crocodile

yang lengkap. Kelompok tersebut diminta menyusun dan paragraf acak itu menjadi cerita yang

baik sesuai yang mereka dengarkan.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

958

Siswa menyusun dan menempel paragraf acak menjadi cerita yang baik dan runut.

Hasil pekerjaan kelompok lalu ditempelkan di depan kelas, kelompok yang lain

memeriksa apakah cerita tersebut sudah tersusun dengan runut dan baik. Kelompok lain

diperbolehkan memberi komentar atau saran terhadap hasil pekerjaan temannya.

Kelompok lain memeriksa dan memberi komentar hasil pekerjaan teman dari kelompok lain

Pada kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran. Guru bersama

dengan siswa menarik kesimpulan apa yang telah mereka pelajari pada pelajaran saat itu.

Siklus I – Pertemuan II

Pada siklus I pertemuan II materi yang dibahas adalah teks naratif berupa fabel berjudul

“A Wolf in Sheep Clothing.”

Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya

tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan

materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru meminta

perwakilan siswa untuk membacakan dengan keras secara bergantian teks Mousedeer and

Crocodiles yang telah disusun pada pertemuan lalu. Guru bertanya strukture teks tentang tokoh,

setting tempat, waktu, permasalahan yang muncul, akhir dari cerita secara lisan. Guru

menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan kedua ini.

Pada kegiatan inti, guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis

topik pelajaran dan menyiapkan tabel BDA (Before, During, After) di papan tulis.

BEFORE

Guru meminta siswa mengamati judul cerita yang ada di halaman 217. Guru meminta

siswa membuat pertanyaan tentang apa yang mereka ketahui tentang judul atau topik cerita.

ISBN: 978-602-1150-17-7

959

DURING

Setelah itu guru meminta siswa membaca secara mandiri dalam hati cerita tentang “A

Wolf in Sheep Clothing” tersebut. Sambil membaca cerita siswa diminta membuat sebuah

pertanyaan tentang cerita yang dibacanya jika ada yang tidak dimengerti dan menuliskan

pertanyaan di kertas berwarna merah muda.

AFTER

Sesudah siswa selesai membaca cerita, guru memberi waktu siswa untuk membuat sekali

lagi 1 pertanyaan seputar cerita yang telah dibaca atau hal yang ingin mereka ketahui setelah

proses membaca secara keseluruhan. Mereka menuliskan pertanyaan itu pada selembar kertas

merah muda.

Setelah selesai ketiga proses BDA tersebut, siswa diminta untuk menempelkan

pertanyaannya sesuai dengan kolom yang telah disediakan Before, During, After. Beberapa

siswa diminta membaca pertanyaan temannya sedangkan siswa yang lain jika mengetahui

jawabannya bisa menjawab pertanyaan tersebut dan menuliskannya di papan tulis. Peran guru

sebatas fasilitator jika dibutuhkan. Setelah selesai seluruh jawaban siswa merupakan rangkuman

sederhana dari cerita yang mereka baca. Jika informasi kurang lengkap guru berperan untuk

memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menjawab sehingga mereka dapat

memahami cerita lebih jelas.

Kegiatan selanjutnya untuk lebih memahami cerita siswa diminta melengkapi lembar

kerja tentang A Wolf in Sheep Clothing yang telah mereka baca. Siswa bekerja secara

berkelompok.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

960

Siswa melengkapi lembar kerja secara berkelompok

Setelah selesai melengkapi lembar kerja secara berkelompok, tugas ditukar antar kelompok dan

siswa saling memeriksa hasil pekerjaan dari kelompok lain.

Di akhir kegiatan, guru memberikan tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman

siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan

yang dialami selama proses pembelajaran.

Hasil dari tes tersebut menunjukkan bahwa siswa yang tuntas berjumlah 9 orang (39%).

Sedangkan yang belum tuntas 14 orang (61%).

Data Siklus I

No. Keterangan Hasil

1 Nilai rata-rata kelas 65.5

2 Jumlah siswa yang tuntas 9

ISBN: 978-602-1150-17-7

961

3 Jumlah siswa yang belum tuntas 14

4 Prosentase siswa yang tuntas 39%

5 Prosentase siswa yang belum tuntas 61%

Dari siklus I ditemukan beberapa kendala untuk diperbaiki pada siklus II. Kendala tersebut

antara lain adalah ada siswa jika bekerja berkelompok tidak maksimal karena kurang cocok

dengan teman sekelompok, petunjuk dari guru kurang jelas, waktu pengerjaan masih kurang.

Perencanaan untuk perbaikan untuk siklus 2 adalah guru lebih mengarahkan dalam

pemilihan kelompok disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa serta diberikan

tugas dalam bentuk individual. Dalam pemberian instruksi guru memberikan lebih detail serta

contoh pertanyaan untuk membantu siswa, untuk siswa yang masih kurang mendapatkan

perhatian lebih intensif.

Temuan pada Siklus II

Siklus II – Pertemuan I

Pada siklus II pertemuan I, materi yang digunakan adalah teks naratif berupa fabel

berjudul “The Goose and the Golden Egg.”. Siklus ini dilakukan dalam 2 pertemuan,

Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya

tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan

materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru yang tampil

sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis topik pelajaran dan menyiapkan tabel BDA

(Before, During, After) di papan tulis.

Kegiatan inti dilakukan menggunakan 3 tahapan Before, During dan After.

BEFORE

Guru meminta siswa mengamati gambar yang disediakan. Kemudian guru meminta

siswa membuat sebuah pertanyaan tentang topik atau gambar yang dia amati atau hal yang ingin

diketahui tentang topik yang akan dibahas dan menuliskan di kertas biru muda (Before).

DURING

Setelah itu guru meminta membaca dengan keras cerita tersebut kalimat demi kalimat

bergantian. Siswa yang tidak membaca secara lisan diminta mengikuti membaca dalam hati

sambil mendengarkan temannya dengan seksama. Sambil mendengarkan cerita, siswa diminta

membuat sebuah pertanyaan tentang cerita yang didengarkannya dan menuliskan pertanyaan di

kertas berwarna merah muda.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

962

AFTER

Sesudah selesai membaca cerita, guru memberi waktu siswa untuk membuat sekali lagi 1

pertanyaan seputar cerita yang telah didengar atau hal yang ingin mereka ketahui setelah proses

mendengarkan secara keseluruhan. Mereka menuliskan pertanyaan itu pada selembar kertas

merah muda.

Setelah selesai 3 tahapan tersebut, kertas ditempelkan di tabel yang sudah disiapkan.

Siswa diminta menempelkan pada kolom yang sesuai. Guru meminta 3 orang siswa sukarela

untuk membacakan masing-masing kolom.

Setelah dibacakan pertanyaannya, siswa menjawab pertanyaan yang ada dimasing-

masing kolom. Dari jawaban tersebut dapat dirangkai menjadi ringkasan sederhana. Selanjutnya

guru mengulang beberapa kosakata yang masih menjadi kendala pada waktu membaca lisan.

Kosakata baru yang ditemukan dibahas bersama secara klasikal.

Kegiatan berikutnya siswa diminta melengkapi tabel berdasarkan cerita yang ada

secara individu.

Place Time

Characters

Complication

(Problem arise)

Resolution (ending of

the story)

Setelah selesai pembahasan tabel secara klasikal, siswa saling menukar pekerjaan dengan teman

yang lain untuk diperiksa.

Pada kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran. Guru bersama

dengan siswa menarik kesimpulan apa yang telah mereka pelajari pada pelajaran saat itu

Siklus II – Pertemuan II

Pada siklus II pertemuan II materi yang dibahas adalah teks naratif berupa fabel

berjudul “A Bear and A Rabbit.”

ISBN: 978-602-1150-17-7

963

Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya

tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan

materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru bertanya

struktur teks tentang tokoh, setting tempat, waktu, permasalahan yang muncul, akhir dari cerita

“The Goose and the Golden Egg.” secara lisan. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan

pada pertemuan kedua ini.

Pada kegiatan inti, guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis

topik pelajaran dan membagikan siswa tabel BDA. Kali ini mereka membuat pertanyaan secara

mandiri pada tabel yang disediakan.

BEFORE DURING AFTER

BEFORE

Guru meminta siswa membuat sebuah pertanyaan tentang apa yang akan ada di cerita

“A Bear and A Rabbit.” pada tabel.

DURING

Setelah itu guru meminta siswa membaca secara mandiri dalam hati cerita tentang “A

Bear and A Rabbit.” tersebut. Sambil membaca cerita siswa diminta membuat sebuah

pertanyaan tentang cerita yang dibacanya jika ada yang tidak dimengerti dan menuliskan

pertanyaan pada tabel.

A bear and a rabbit

Once upon a time there lived as neighbours, a bear and a rabbit. Unlike the bear, the

rabbit was a good hunter. Therefore, the bear always asked the rabbit to hunt for him. The rabbit

could not refuse the bear‟s demand because he is afraid of the bear.

Every week, the rabbit went to the woods to shoot buffaloes. He shot and killed so many

buffaloes. However, the bear was very gluttonous. He did not allow the rabbit to get any meats.

Poor rabbit would have to go home hungry all the time.

The bear was the father of five children. The mother bear always gave her youngest boy

an extra large piece of meat. But the baby bear never ate the extra meat. Secretly, he would take

the meat outside and pretend to play ball with it. Then, the baby bear would kick down the meat

towards the rabbit‟s house. When he got close to the door, he would give the meat such a great

kick that it would fly into the rabbit‟s house. In this way, poor rabbit would get his meal

unknown to the papa bear.

AFTER

Sesudah siswa selesai membaca cerita, guru memberi waktu siswa untuk membuat sekali

lagi pertanyaan seputar cerita yang telah dibaca atau hal yang ingin mereka ketahui setelah

proses membaca secara keseluruhan. Mereka menuliskan pertanyaan itu pada tabel.

Setelah selesai ketiga proses BDA tersebut, siswa diminta untuk saling menukar tabel

mereka. Teman yang dapat menjawab pertanyaan dapat menambahkan jawaban pada tabel yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

964

ada. Beberapa siswa diminta membaca pertanyaan pada tabel dan jawaban yang ada. Sedangkan

siswa yang lain mendengarkan dan mengoreksi jawaban yang ada.

Peran guru sebatas fasilitator jika dibutuhkan. Setelah selesai seluruh jawaban siswa

merupakan rangkuman sederhana dari cerita yang mereka baca. Jika informasi kurang lengkap

guru berperan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menjawab sehingga

mereka dapat memahami cerita lebih jelas.

Di akhir kegiatan, guru memberikan tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman

siswa.

Hasil dari tes tersebut menunjukkan bahwa siswa yang tuntas berjumlah 18 orang

(79%). Sedangkan yang belum tuntas 5 orang (21%).

Data Siklus II

No. Keterangan Hasil

1 Nilai rata-rata kelas 76.6

2 Jumlah siswa yang tuntas 18

3 Jumlah siswa yang belum tuntas 5

4 Prosentase siswa yang tuntas 79%

5 Prosentase siswa yang belum tuntas 21%

Pembahasan

Penerapan strategi BDA untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa

terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa. Ini terlihat dari tabel berikut:

Hasil Penelitian

No. Keterangan Siklus I Siklus II

1 Nilai rata-rata kelas 65.5 76.6

2 Jumlah siswa yang tuntas 9 18

3 Jumlah siswa yang belum tuntas 14 5

4 Prosentase siswa yang tuntas 39% 79%

5 Prosentase siswa yang belum tuntas 61% 21%

Dari tabel diatas terlihat ada peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata kelas 65.5

menjadi 76.6. Prosentase siswa yang tuntas dari 39% menjadi 79%. Hasil sebanyak 79%

memang belum mencapai target yaitu 80%. Namun disini terlihat ada peningkatan yang

significan. Peningkatan disebabkan penerapan strategi BDA pada siklus I yang direvisi pada

siklus II dengan solusi guru lebih mengarahkan dalam pemilihan kelompok disesuaikan dengan

karakteristik dan kemampuan siswa serta diberikan variasi tugas dalam bentuk individual.

Dalam pemberian instruksi guru memberikan lebih detail serta contoh pertanyaan untuk

membantu siswa. Siswa yang lambat belajar diberi perhatian ekstra. Penenitian ini dihentikan

karena dianggap sudah bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

PENUTUP

Kesimpulan

Penerapan strategi BDA pada pembelajaran keterampilan membaca pemahaman pada

siswa kelas VIIIC SMPK Widyatama Batu dapat meningkatkan membaca pemahaman pada

siswa tersebut. Hal ini ditunjukkan dari hasil rata-rata kelas siklus I yaitu 65.5 dibandingkan

ISBN: 978-602-1150-17-7

965

dengan hasil rata-rata kelas pada siklus II sebesar 76.6 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas

sebesar 11. 1

Saran

Strategi BDA dapat digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai alternatif untuk

meningkatkan kemampuan memahami teks lebih efektif dan menarik. Guru mata pelajaran

bahasa Inggris harus lebih kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan pembelajaran agar hasil

pembelajaran lebih meningkat.

DAFTAR RUJUKAN

Gultom, M.R, Arwijati_Wahyudi, Suharmanto. 2013. The Implementation of K-W-L Technique

and Analytical Exposition Graphic Organizer to Improve the Reading Comprehension

of the Eleventh Grade Students of SMA Negeri 8 Malang. Thesis, Jurusan Pendidikan

Bahasa Inggris, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Maarif, S. 2014. Improving 9th Graders’ Reading Comprehension Ability Through KWL (Know,

Want to know and Learned) Strategy in SMP Sunan Ampel. Thesis, Jurusan

Pendidikan Bahasa Inggris, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta:

Bumi Aksara.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

966

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RECOUNT TEXT DENGAN

MENGGUNAKAN GRAPHIC ORGANIZER PADA SISWA KELAS VIII A

SMP NEGERI 2 BATU

Didien Ika Herayani

SMP Negeri 2 Batu, East Java.

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks

recount pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 2 Batu dengan menggunakan graphic

organizer. Menurut pengamatan penulis masih banyak siswa di kelas VIII A ini yang

kesulitan untuk menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasannya untuk menulis teks

recount yang baik, ini dapat di lihat dari nilai ketrampilan menulis teks recount

siswa yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu < 75. Untuk

mengatasi masalah tersebut peneliti mencoba menerapkan penggunaan Graphic

Organizer untuk membantu siswa dalam menulis teks recount. Penggunaan media ini

mempermudah siswa menuangkan ide atau gagasan mereka sebelum menulis teks

recount. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subject penelitian adalah

siswa kelas VIII A pada tahun pelajaran 2015/2016 semester genap. Penelitian ini

terdiri dari 2 siklus, dengan setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu

perencanaan,tindakan, observasi dan refleksi. Instrument penilaian yang digunakan

adalah observasi dan tes. Hasil Penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan

graphic organizer terjadi peningkatan ketrampilan menulis siswa dalan teks recount

dengan prosentase 78,12 % (siklus 1) dan 87,5 % pada siklus 2.

Kata Kunci: menulis, recount text, graphic organizer

Pendidikan sangat penting untuk kemajuan setiap bangsa. Oleh karena itu kemajuan

pendidikan setiap bangsa tergantung dari kompetensi seorang guru dalam mendidik anak bangsa

sebagai penerus dalam membangun bangsanya. Begitu juga dengan bangsa Indonesia, kemajuan

bangsa kita ditentukan oleh kerja keras para pendidik, yaitu guru-guru yang profesional dalam

mengajar di jenjang sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Pembelajaran Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting

untuk kemajuan pendidikan yang ada di Indonesia, karena Bahasa Inggris merupakan Bahasa

Internasional sebagai alat komunikasi di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Begitu juga di

jenjang SMP, pembelajaran Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran essential yang

harus dikuasai peserta didik, khususnya di SMPN 2 Batu. Pada saat ini SMP Negeri 2 Batu

menerapkan kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang berbasis kompetensi. Seperti yang tertuang

dalam Permendikbud No, 58 tahun 2014, pada kurikulum 2013 terdapat empat Kompetensi Inti

(KI) yang harus di kuasai pada setiap mata pelajaran . Keempat kompetensi Inti tersebut adalah

KI 1 (Spritual), KI 2 (sikap), KI 3 (pengetahuan) dan KI 4 (ketrampilan). Keempat Kompetensi

Inti tersebut harus terintegrasi di setiap mata pelajaran. Begitu juga untuk pelaajaran Bahasa

Inggris di SMP Negeri 2 Batu.

Dari keempat Ketrampilan Inti tersebut KI 4 yaitu tentang ketrampilan merupakan

salah satu Kompetensi Inti yang harus di kuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris di

SMP. “Menyusun teks recount lisan dan tulis, pendek dan sederhana, tentang kegiatan,

kejadian, peristiwa, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan

yang benar dan sesuai konteks “ adalah salah satu Kompetensi Inti Ketrampilan yang yang

harus di kuasai oleh peserta didik yang ada di SMPN 2 batu. (Pemendikbud No. 58, 2014)

ISBN: 978-602-1150-17-7

967

Pembelajaran tentang Menyusun teks recount lisan dan tulis, pendek dan sederhana

tersebut telah dilakukan guru di kelas. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa ditunjukkan

contoh teks recount tentang “experience”, kemudian guru meminta siswa untuk membaca cotoh

teks tersebut dan bertanya-jawab hal-hal terkait yang tidak dipahami dalam teks tersebut.

Selanjutnya guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi social function,

structure of the text, language feature dan mendiskusikan hasilnya bersama-sama. Setelah

kegiatan tersebut guru menerangkan grammar tetang simple past tense untuk pembekalan

membuat teks recount, dan meminta siswa secara individu membuat teks recount tentang

pengalamanya sendiri. Ternyata hasil kegiatan pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan yang

diharapkan penulis, hal ini dilihat dari selama proses menulis teks recount siswa kesulitan

menuangkan ide-idenya dalam menulis teks recount sehingga hasil kerja mereka berupa tulisan

teks recount tentang pengalaman yang pernah mereka alami nilainya banyak yang di masih

bawah nilai KKM. Dari total jumlah siswa kelas VIII A sebanyak 32 siswa, hanya terdapat 15

siswa yang mendapatkan nilai KKM yaitu >75. Dan terdapat 17 siswa yang belum tuntas. Jadi

secara prosentasi ketuntasan secara klasikal hanya 46,87 % yang tercapai. Fenomena ini jauh

sekali dari yang di harapkan guru yaitu 85%.

Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah gambaran kegagalan terhadap hasil belajar

siswa dan hal tersebut merupakan masalah dalam pembelajaran yang harus segera diatasi.

Sebagai upaya untuk memperbaiki kegagalan tersebut penulis berusaha mencari sebuah media

pembelajaran sebagai solusi selanjutnya. Peneliti sadar di era Kurikulum 2013 ini yang

menggunakan Scientific approach dengan model pembelajaran Cooperative learning, Dicovery

Learning dan Problem Based Learning, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif.

Pembelajaran di kelas tidak berpusat pada guru (teacher centre) tetapi berpusat pada siswa

(student centre), jadi peran guru disini adalah sebagai fasilitator yang mampu memfasilitasi

siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan.

Dalam hal ini penulis memilih media graphic organizer untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis teks recount tentang pengalaman yang pernah mereka alami,

sehingga dengan Media ini dapat membatu siswa untuk memahami struktur teks recount dan

menata ide-ide atau gagasan-gagasan mereka untuk menulis teks recount. “Grapich organizer ”

adalah alat pedagogik yang penting dan efektif untuk mengorganisasi isi atau ide-ide dan

memfasilitasi pemahaman siswa dalam memperoleh informasi-informasi yang baru (McKnight,

2010:1) . Penggunaan graphic organizer ini diharapkan mampu membantu siswa untuk menulis

teks recount yang baik tentang experience.

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada permasalahan yang

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah penggunaan graphic organizer dapat

meningkatkan kemampuan menulis teks recount pada siswa kelas VIII A semester genap di

SMPN 2 Batu?”

Pada penelitian ini diharapkan 85% siswa mendapatkan nilai diatas KKM (75) secara

klasikal. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi

guru kelas yang bersangkutan untuk mengatasi masalah kelas yang dihadapinya, khususnya

dapat memotivasi siswa agar lebih mudah untuk menuangkan ide-idenya untuk menulis teks

recount dengan bantuan graphic organizer sesuai dengan generic structure, sehingga pada

akhirnya siswa mampu menulis teks recount tentang experience dengan baik. Selain itu peneliti

juga berharap agar pembelajaran menggunakan graphic organizer membuat pembelajaran

bahasa inggris lebih menyenangkan dan nilai siswa dalam kemampuan menulis meningkat. Dan

bagi guru Bahasa Inggris yang lain, penelitian ini bisa menjadi bahan masukan untuk

pembelajaran ketrampilan menulis dalam bentuk teks recount. Serta diharapkan agar dapat

berfungsi sebagai kajian untuk penelitian yang mempunyai masalah yang sama.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

968

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Dalam penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini

adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam

penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sesuai dengan jenis

penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model

penelitian tindakan dari Kemmis dan McTaggart (dalam Hariyati, 2009), yaitu berbentuk spiral

dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana),

action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum

masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

gambar berikut.

Siklus 1

Siklus 2

Gambar 1. Alur PTK (dimodifikasi dari Hariyati, 2009)

Tindakan

Perencanaan

Observasi

Refleksi

Refleksi

Tindakan

Observasi

Perencanaan

berhasil Belum berhasil

ISBN: 978-602-1150-17-7

969

Siklus 1

Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:

1. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran dengan media graphic organizer untuk 2

kali pertemuan

2. Menyiapkan tes tulis untuk ketrampilan menulis dan instrumen (lembar observasi,

kriteria /rubrik penialain ketrampilan menulis teks recount).

3. Menyiapkan media pembelajaran dan student worksheet.

Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:

a. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan pembelajaran (RPP).

b. Menggunakan media graphic organizer pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks

recount.

c. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan menulis teks recount tentang

experience.

Tahap Mengamati (Observation), mencakup:

1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan media graphic organizer pada

kegiatan pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi.

2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan media graphic

organizer pada kegiatan pemebelajaran menulis teks recount.

3. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk

pengumpulan data

Tahap refleksi (Reflection), mencakup:

a. Menganalisis dan mengintrepetasi data temuan saat melakukan observasi.

b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan media graphich

organizer dalam pembelajaran menulis teks recount untuk mempertimbangkan dan

menentukan langkah selanjutnya.

c. Melakukan refleksi terhadap penerapan media graphic organizer pada pembelajaran

menulis teks recount.

d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahanatau

kekurangan yang dilakukan guru sebagai saran dan perbaikan untuk pembelajaran

berikutnya pada siklus 2.

Penelitian ini telah dilaksanakan dengan 2 siklus oleh peneliti dan dilakukan di kelas

VIII A semester ganjil di SMPN 2 Batu tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 32 siswa.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer (teman sejawat) dan pada langkah observasi

menggunakan instrument pengamatan terhadap pelakasanaan pembelajaran. Untuk refleksi akan

di bahas hasil-hasil penelitian, kendala-kendala yang dialami dan solusinya. Kehadiran peneliti

sebagai guru di kelas tetap dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti.

Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang

diperlukan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus. Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan

tanggal 11-12 Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan tanggal 2-3 April 2016 , berikut adalah

temuan dan hasil penelitian

Temuan pada penelitian siklus 1

Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka,satu kali

pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu

kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

970

Siklus 1 pertemuan 1

Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh

memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian

guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan

mengkaitkanya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari, yaitu dengan memberikan

beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran sebelumnya kepada siswa dan mengkaitkan

dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Setelah itu guru menyampaikan topik, tujuan

pembelajaran dan hasil yang diharapkan pada pembelajaran ini. Untuk menggiring opini siswa

masuk pada materi, guru memberikan prompt questions dan menunjukan fenomena tertentu

kepada peserta didik terkait dengan experience mereka ketika liburan, contoh peranyaan guru:

1). What did you do to spend your holiday?

2). Where did you spend your holiday?

3). How did you feel after you spend your holiday?

4). Was there any problems you had?and how to solve that problem?

Setelah diberikan pertanyaan seperti yang telah disebutkan di atas. Guru mengaitkan jawaban-

jawaban dari siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu menulis teks recount tentang

pengalaman atau experience mereka.

Pada tahap pembelajaran dikegiatan inti, yang guru lakukan pertama kali adalah

meminta siswa mengamati sebuah gambar salah satu tempat wisata yang ada di kota Batu, yaitu

gambar tempat wisata malam Batu Night Spectacular (BNS), seperti yang di tunjukan pada

gambar di bawah ini;

Gambar 2. Media gambar tempat wisata BNS

Setelah mengamati gambar tersebut, guru meminta siswa untuk merumuskan berbagai

pertanyaan terkait informasi yang terdapat pada gambar tersebut. Pada kegiatan selanjutnya,

guru memberikan contoh teks recount tentang experience dan meminta siswa untuk membaca

secara individu, seperti yang ditunjukan pada teks berikut ini;

Gambar 3. Contoh teks recount yang diberikan guru untuk pemodelan

TRAVELING TO BATU NIGHT SPECTACULER (BNS)

ORIENTATION... Last holiday my friends and I visited BNS. BNS is one of the night recreation places in

Batu city. We went there by private car.

EVENT I ... There, we saw many wonderful attactions. Then, we enjoyed the lampion garden. The garden

was full of many shapes of lampions. After taking a picture in lampion garden area, we walked around the night

market to buy some souvenirs.

EVEVT2 ... Next, I could not continue to enjoy my holiday there because I got dizzy by sudden. I called

my friend to bring me to the nearest clinic. There, the doctor examined me and gave me some

medicines. After that, I asked my friend to accompany me staying in the car.

RE-ORIENTATION … Finally, I was very tired, because I got sick spending my holiday there.

ISBN: 978-602-1150-17-7

971

Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang

berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi

dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi

dan menemukan social function dan language feature dari contoh teks recount tersebut dan

mendiskusikan hasilnya bersama-sama. Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks recount

mempunyai ciri kebahasaan yaitu menggunakan Simple Past Tense. Selanjutnya Guru

memberikan penjelasan tentang pola Simple Past Tense dan meminta siswa secara individu

untuk membuat 5 kalimat tentang kejadian atau peristiwa yang pernah mereka alami dengan

pola Simple Past Tense. Dalam kegiatan menulis kalimat dengan pola Simple Past Tense

tersebut merupakan kegiatan yang sangat esensial sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk

menulis teks recount, sehingga perlu penguatan kepada siswa. Selain tentang language feature .

Siswa juga perlu pembekalan dan pemahaman tentang generic stucture tentang teks recount.

Untuk kegiatan ini secara berkelompok guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang

generic structure dari teks recount dan mediskusikan hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari

kegiatan ini diperoleh hasil bahwa teks recount memiliki generic structure: Orientation, event

dan re-orientation. Untuk mendalami tentang generic structure secara detail guru meminta

siswa untuk mengklasifikasikan kalimat –kalimat yang terdapat dalam teks recount tentang

experience “TRAVELING TO BNS” berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab

beberapa pertanyaan yang ada pada graphic organizer seperti yang terlihat pada graphic

organier di bawah ini:

Gambar 4. Graphic Organizer untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat pada recount teks

“Traveling to BNS”

Recount text

What is the title ? .... 1. ORIENTATION

Who went there?

...........................

Where did S/He

go?

...........................

When did S/he go

there?

......................

How did you go

there?

.....................

..............

2.EVENT 1

What did you do

there?

.......

What did you do

after that?

..........

3. EVENT 2

What did you do

there?

.......

What did you do

after that?

..........

4. RE-ORIENTATION

Were you happy

going there?

......................

What made you

happy there?

.........................

Why were you

happy/sad?

.....................

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

972

Dari kegiatan ini didapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok siswa sebagai

berikut:

Gambar 5. Kegiatan kelompok siswa Gambar 6. Hasil kerja kelompok siswa

Setelah masing-masing kelompok meyelesaikan pekerjaanya, guru meminta perwakilan

dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian guru dan

siswa menarik kesimpulan dari hasil kerja kelompok tadi yaitu tentang generic structure dari

teks recount terdiri dari orientation, event dan re-orentation. Untuk kegiatan kelompok

selanjutnya, guru meminta siswa untuk menyusun paragraph acak recount menjadi teks yang

padu dengan bantuan graphic organizer berdasarkan generic structure-nya. Grapich organizer,

paragraph acak recount dan hasil kerja siswa dapat dilihat pada gambar berikut;

Gambar 7. Grapich organizer untuk menyusun paragraph acak menjadi teks recount yang padu.

Gambar 5. Paragraph acak teks recount

Gambar 8. Paragraph acak recount

Recount text

What is the title ? .... 2. ORIENTATION

2.EVENT 1

3. EVENT 2

4.RE-ORIENTATION

My Holiday

In the morning, my friend and I saw Mount Bromo. The scenery was very

beautiful. We rode on horseback. It was scary, but it was fun. Then, we went to get a closer look

at the mountain. We took pictures of the beautiful scenery there.

Last week I went to Mount Bromo. I stayed at my friend's house in Probolinggo, East

Java. The house has a big garden with colorful flowers and a small pool.

We were very tired. However, I think it was really fun to have a holiday like this. I

hope my next holiday will be more interesting.

After that, we took a rest and had lunch under a big tree. Before we got home, we went

to the zoo at Wonokromo. We went home in the afternoon.

ISBN: 978-602-1150-17-7

973

Gambar 9. Kegiatan kerja kelompok siswa dan hasil kerja siswa.

Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas kelompoknya, guru meminta masing-masing

kelompok untuk menukar hasil kerjanya dan saling memberikan komentar terhadap hasi kerja

kelompok lain. Selanjutnya, guru meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan

hasilnya di depan kelas dan guru memberikan feedback.

Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil dari kegiatan

pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu yaitu tentang teks recount yang meliputi

social function, language feature (Simple Past Tense) dan generic stucture. Untuk kegiatan

pembelajaran pertemuan ke-2, guru memberikan tugas pada masing-masing siswa untuk

membawa gambar tempat-tempat wisata yang ada di kota Batu atau Malang Raya yang pernah

mereka kunjungi. Setelah itu diakhir pembelajaran siswa dan guru melakukan refleksi terhadap

kegiatan pembelajaran saat itu.

Dari kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 1 ini didapat hasil kegiatan siswa

yaitu menulis kalimat dengan pola simple past tense, mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang

ada dalam teks recount berdasarkan generic stucture dan menyusun paragraph acak teks recount

menjadi teks recount yang padu dengan bantuan graphic organizer.

Siklus 1 pertemuan 2

Pada kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2, diawali dengan kegiatan awal

yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak

siswa me-review tentang pembelajaran yang telah diajarkan sebelumya dengan memberikan

pertanyaan pada siswa, yaitu tentang recount text meliputi social function, language feature dan

generic stucture. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi yang telah

mereka pelajari sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini.

Pada kegiatan inti siswa di minta untuk menulis teks recount tentang experience

berdasarkan gambar tempat wisata di kota Batu atau Malang Raya yang pernah mereka

kunjungi dengan bantuan Graphic organizer. Pertama-tama siswa diminta untuk menuliskan

ide-ide nya dengan menjawab beberapa pertanyaan pada graphic organizer seperti yang terlihat

pada gambar berikut ini;

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

974

Gambar 10. Graphic organizer untuk membatu siswa menuangkan ide-idenya dalam menulis

teks recount

Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa kerangka karangan teks

recount yang berupa ide-ide siswa tentang kegiatan atau peristiwa yang di alami siswa ketika

mengunjungi tempat wisata tersebut. Hasil kerja siswa berupa gagasan atau ide-ide siswa dalam

graphic organizer dapat dilihat pada gambar serikut:

Gambar 11. Kegiatan kerja individu siswa dan hasil kerja siswa.

Setelah kegiatan ini, siswa mengembangkan ide- ide atau gagasan yang telah mereka tuliskan di

graphic organizer menjadi paragraph teks recount. Dalam kegiatan menulis teks recount ini

dapat dilihat pada gambar berikut;

Recount text

What is the title ? .... 1. ORIENTATION

Who went there?

...........................

Where did you

go?

...........................

When did you go

there?

......................

How did you go

there?

.....................

2.EVENT 1

What did you do

there?

.......

What did you do

after that?

..........

3. RE-ORIENTATION

Were you happy

going there?

......................

What made you

happy there?

.........................

Why were you

happy/sad?

.....................

ISBN: 978-602-1150-17-7

975

Gambar 12. Kegiatan siswa menulis teks recount tentang experience mengunjungi salah tempat

wisata yang ada di kota Batu atau Malang Raya

Gambar 13. Hasil kerja siswa berupa tulisan teks recount visting a recreation place in Batu city

or Malang

Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang pegalaman siswa

mengunjungi tempat wisata tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan menulis.

Nilai ketrampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel di bawah

ini;

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

4

5

Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Jumlah total siswa

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang belum tuntas belajar

Persentase siswa yang tuntas belajar

Persentase siswa yang belum tuntas belajar

75

32 siswa

25 siswa

7 siswa

78,12 %

21,88 %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan graphic

organizer pada pembelajaran menulis teks recount diperoleh nilai rata-rata ketrampilan menulis

siswa adalah 78,49 dan ketuntasan belajar mencapai 78,12% atau ada 25 siswa dari 32 siswa

sudah tuntas belajar dengan nilai KKM:75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus

pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75

hanya sebesar 78,12 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar

85%.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

976

Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran pada siklus 1 ini masih

ditemukan beberapa kendala diantaranya masih ada nilai beberapa siswa yang dibawah KKM.

Hal ini disebabkan ternyata pada proses pembelajaran siswa banyak yang kurang menguasai

kosa -kata yang berhubungan dengan teks recount tentang experience sehingga mereka sering

bertanya pada guru. Selain itu siswa juga masih kesulitan tentang grammar khususnya pola

kalimat simple past tense, mereka masih belum paham tentang bentuk past dari kata kerja

tertentu, baik regular maupun irregular verb, oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk

kendala di siklus 1 ini. Alternatif solusi tersebut yaitu penambahan pemberian key words dan

latihan soal tentang grammar (simple past tense), selain itu mereka perlu membawa kamus.

Temuan pada penelitian siklus 2

Seperti pada siklus 1, siklus 2 ini terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali

tatap muka, satu kali pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan

tahapan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Siklus 2 pertemuan 1

Pada kegiatan awal di siklus 1 pertemuaan 1, guru mengecek kehadiran siswa dan

memberi salam. Selanjutnya guru mengajak siswa untk mereview materi yang telah di pelajari

pada pembelajaran di siklus 1 dan mengkaitkanya dengan pembelajaran yang akan di pelajari.

Guru memberikan brainstorming untuk menggiring opini siswa masuk pada materi dengan

memberikan beberapa pertanyaan tentang unforgettable experience sebagai berikut:

Do you have any interesting experience/ unforgettable experience?

Can you recall it?

Will you tell your experience to your friend?

Pada kegiatan inti, guru mengawali kegiatan dengan meminta siswa untuk megamati

sebuah gambar tentang logo Danone Cup seperti yang di tunjukan dengan gambar berikut:

Gambar 14. Danone club

Setelah mengamati gambar tersebut diatas, guru meminta siswa untuk

memformulasikan pertanyaan terkait dengan gambar tesebut dengan bimbingan guru, contoh

pertanyaan yang dibuat siswa:

1. Where did the tournament take place?

2. When did the tournamnent take place?

3. Who joined the tournamnent?

Setelah siswa membuat pertanyaan dan bertanya jawab dengan guru dan siswa, Guru

memberikan contoh teks recount tentang unforgatable experience seperti contoh berikut ini:

ISBN: 978-602-1150-17-7

977

Gambar 15. Contoh Teks recount unforgetable experience

Siswa diminta untuk membaca dan memahami isi bacaan teks tersebut. Kemudian

diminta untuk menggaris bawahi kata-kata yang sulit dan membahasnya bersama-sama dengan

guru. Setelah itu siswa menjawab beberapa pertanyaan terkait isi dari bacaan tersebut secara

lisan. Selanjutnya guru dan siswa mereview kembali tentang social function, language feature

dan generic structure dari teks recount. Terkait dengan language feature, Guru memberikan

pemantapan dan penguatan tentang simple past tense, karena hasil dari siklus 1 siswa masih

mengalami kesulitan dalam grammar ketika menulis paragraph recount, oleh karena itu

pemantaan tentang grammar dilakukan pada kegitan pembelajaran di siklus 2 ini. Selain teori

tentang simple past tense pada kegiatan inti ini siswa banyak diberi latihan- latihan soal yang

berhubungan sengan pola simpla past tense. Pertama siswa di minta untuk mengkalsifikasikan

regullar dan iregular verbs yang ada di dalam contoh teks recount dan mencari artinya secara

berkelompok, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Klasifikasi regular dan irregular verb

N

o

Regullar verb N

o

Irregullar verb

Verb 2 (past) Verb 1 (present) Meaning Verb 2 (past) Verb 1

(present)

meaning

1

2

3

Setelah dibahas, ternyata siswa mampu mengklasifikasikan regular dan irregular verb

dengan bantuan dictionary dan bimbingan guru. Untuk lantihan grammar selanjutnya siswa

diminta untuk menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar dengan pola simple past tense.

Berikut ini adalah contoh jumbled sentence yang di kerjakan siswa secara berkelompok.

Arrange the jumbled sentences in a good order using simple past tense

1) I - some - extracurricular - at school - joined – exercises.

Unforgettable Experience

Last year, I attended a soccer tournament Danone Cup in Malang City. I went there with my football

club. Many football clubs in East Java are registered, but only 32 teams could join the tournament,

including my team. I was very pleased to be able to follow the tournament. If we could be the champion,

We would represent the East Java Province to the National level.

The game had started. In the first game, we won by score “1-0” and the second game we won ”2-0”.

The next day, we faced the third game, I scored the third game in the second half. I was very happy,

because my goal brought my team to the top 16 level.

The next, we competed in a huge stadium. The competition was viewed by hundreds of spectators.

My team faced Persema Junior team. We lost by a score “2-0”. We were all very disappointed.

Finally, my disappointment was lost when Arema players came to Persema Stadium. We greeted and

took pictures with them. It was like a dream to meet directly with Robert Albert, Roman Camelo, Kurnia

Meiga and many more. We were very pleased to meet them.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

978

2). were - so - having - the - experience – glad.

3). Bought - book- in gramedia - They - some - two days ago

4). supermarket - went - to - some - snacks - yesterday - She - buy

Ketika siswa langsung di suruh mengerjakan soal ini terlihat beberapa siswa mengalami

kesulitan untuk menyusun menjadi kalimat yang benar, kata mana yang menjadi urutan yang

pertama dan seterusnya, dengan demikian guru membimbing siswa untuk menyusun kalimat

tersebut mulai dari Subject-Verb2-Object-Adverb atau Subject-tobe (was/were)-Adjective-

complement. Dengan dibimbing seperti ini sangat membantu siswa. Selanjutnya siswa diminta

membuat 5 kalimat dengan pola simple past tense tentang peristiwa/kegiatan yang pernah

mereka alami secara individu.

Setelah semua siswa selesai menulis kalimat, guru meminta beberapa siswa menuliskan

hasil tulisanya di papan tulis. Guru mengambil sampel siswa yang menulis dengan benar dan

siswa yang menulis belum benar. Ternyata dari kegiatan ini ada beberapa siswa yang kurang

teliti dalam membuat kalimat, ada yang tidak memakai tobe was /were dan masih ada yang

tidak memakai verb 2, disini siswa dan guru bersama2 mengoreksi hasil kerja mereka dan

melakukan pembetulan bagaimana menulis kalimat dengan pola simple past tense yang benar .

Guru meminta siswa tersebut untuk mengoreksi kalimat hasil tulisaanya dan meminta mereka

untuk membenarkanya. Sehingga dari kegiatan ini siswa lain dapat membentulkan kalimat yang

mereka buat jika ada kesalahan seperti yang di cotohkan beberapa siswa di papan tulis tersebut.

Untuk kegiatan selnjutnya, siswa secara berkelompok diminta untuk menyusun

paragraph acak menjadi teks recount yang padu dengan bantuan grapahic organizer dengan

memperhatiaka generic stucture yang telah dibahas pada pertemuan di siklus 1 seperti yang

terlihat dari gambar berikut ini:

Gambar 16. Paragraph acak recount teks

Falling from tree

Because no one dared to climb the tree, I braced myself to climb it. I knew that I could not

climb the tall tree. However, I want to show them that I was great. Then I climbed the tree. Having

reached the top, I started looking for fruit which I would take. I saw my friends from the bottom

praised me. “Great, you are awesome!” said one of my friends. “Fetch the fruit!” begged my friend.

Then I tried to reach the fruit. However, when I was about to pick it up, the trunk where I stand

broken. I felt from the tree. “Gubraaakk” My body crushed the ground. I cried in pain. I see blood

was coming out of my head.

When I was kid, I felt out of my friend‟s mango tree. At that time, my friends and I wanted

to eat mango in front of my friend‟s house. The tree was very high. We could not climb it because at

that time we were little.

At that moment, I was ushered by my friend to my home. They told my mother that I fell

out of a mango tree. Then my mother treated my wounds. Until now the wound is still seen in my

arm. Every time I see it, I remember my childhood that careless and love to be praised.

ISBN: 978-602-1150-17-7

979

Pada pertemuan 1 ini waktu yang digunakan untuk membahas hasil kerja kelompok

siswa dalam menyusun paragraph acak menjadi teks recount yang padu tidak mencukupi, oleh

karena itu dilanjutkan pembahasanya pada pertemuan ke 2.

Siklus 2 pertemuan 2

Kegiatan pembelajaran di siklus 2 pertemuan 2, diawali dengan kegiatan awal yaitu

guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak siswa

mereview tentang pembelajaran yang telah diajarkan sebelumya dengan memberikan

pertanyaan pada siswa, yaitu tentang recount text meliputi social function, language feature dan

generic structure. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi yang telah

mereka pelajari sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini.

Pada kegiatan inti siswa diajak mendiskusikan hasil kerja kelompok pada pertemuan

pertama yaitu menyusun paragraph acak menjadi teks recount yang padu sesuai dengan generic

structure-nya. Pada kegiatan ini guru meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk

membacakan hasilnya di depan kelas dan membahasnya bersama-sama, ternyata siswa paham

tentang bagaimana menyusun paragraph acak recount. Selanjutnya guru meminta siswa

membahas kata-kata yang sulit dari paragraph acak yang telah disusunnya agar siswa

mempunyai perbendaharaan kata yang banyak sebelum mereka menulis teks recount tentang

unforgettable experience berdasarkan pengalamanya sendiri. Untuk memahami isi dari bacaan

teks recount tentang Falling from the tree, siswa menjawab berbagai pertanyaan secara lisan

yang diberikan oleh guru.

Pada kegiatan selanjutnya agar siswa bisa menulis teks recount dengan lancar, guru

memberikan pembekalan kosa-kata yang bisa membantu siswa dalam menulis teks recount

seperti yang di lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.Regullar and Irregular Verbs

No Regullar verb No Irregullar verb

Verb 2

(past)

Verb 1

(present)

Meaning Verb 2

(past)

Verb 1

(present)

meaning

1 faced face menghadapi 1 fell fall terjatuh

2 played play bermain 2 felt feel merasakan

3 enjoyed enjoy menikmati 3 went go Pergi

4 reached reach mencapai 4 brougt bring membawa

5 arrived arrive sampai 5 bought buy membeli

6 climbed climb memanjat 6 write wrote menulis

7 wanted want ingin 7 came come datang

8 looked look menatap 8 Got out

of

Get out of Keluar dari

9 tried try mencoba 9 ate eat makan

10 begged beg memohon 10 took take mengambil

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

980

11 show showed menunjukan 11 put put meletakan

12 Picked

up

Pick up menjempit 12 read read membaca

13 Lifted

up

Lift up mengangkat 13 saw see melihat

14 loved Love menyayangi 14 have had mempunyai

15 praised praise memuji 15 dream dream bermimpi

16 treated treat merawat 16 knew know mengetahui

Selain diberi key words tentang regular and irregullar verb siswa diminta menggunakan

kamus untuk mempermudah mereka menemukan kata-kata sulit yang tidak mereka ketahui

ketika menulis teks recount tentang unforgettable experience yang pernah mereka alami.

Seperti pada langkah menulis teks recount di siklus 1, siswa sebelum menulis diminta

menulis gagasan-gagasan atau ide-ide mereka dengan bantuan grapic organizer seperti di bawah

Gambar 17. Graphic organizer untuk menuliskan ide-ide sebelum menulis teks recount

RECOUNT TEXT

What is the title?

TITLE :

1. ORIENTAT

ION

Who got the

experience?

...................................

......

Where did it happen?

...................................

.......

When did it happen?

...................................

......

How did it happen?

...................................

.....

2.EVENT

What did you do there?

.....................................

What did you do after that?

.............................................

Did you find some problem

there?

..........................................

What problem did you find there?

.........................................

What did you do to solve the

problem?

3. RE-ORIENTATION

Were you happy

getting the

experience?

................................

What made you

happy/sad?

................................

Why were you

happy/sad?

.................................

...

ISBN: 978-602-1150-17-7

981

Setelah itu siswa menulis ide-idenya yang telah mereka tulis di grapic organizer menjadi

paragraph recount text, seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 18. Kegiatan siswa menulis paragrah recount

Selesai menulis teks recount tersebut, beberapa siswa diminta untuk membacakan hasil

tulisannya di depan kelas. Dan guru memberikan feedback. Kemudian semua siswa memasanag

hasil karyanya berupa tulisan teks recount tentang unforgettable experience berdasarkan

pengalamanya sendiri di papan pajang..

Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang unforgettable

experience yang telah mereka alami tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan

menulis. Nilai ketrampilan menulis siswa dalam bentuk essay teks recount di siklus 2 dapat

dilihat pada tabel di bawah ini;

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus 1

No Uraian Hasil Siklus 1

1

2

3

4

5

7

Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Jumlah total siswa

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang belum tuntas belajar

Persentase siswa yang tuntas belajar

Persentase siswa yang belum tuntas belajar

75

32 siswa

28 siswa

4 siswa

87,5 %

12,5 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan graphic

organizer pada pembelajaran menulis teks recount di siklus 2 ini, diperoleh prosentase nilai

ketuntasan belajar siswa mencapai 87,5% atau ada 28 siswa dari 32 siswa sudah tuntas belajar

dengan nilai KKM ≥ 75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus ke-2 secara klasikal

siswa tuntas belajar, seperti yang di kehendaki peneliti yaitu persentase ketuntasan sebesar 85%.

Hasil pada siklus 2 ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus 1. Adanya peningkatan

hasil belajar pada siklus 2 ini dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menerapkan graphic

organizer sehingga siswa menjadi lebih mudah menuangkan ide-idenya dalam menulis teks

recount. Pada siklus 2 ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya

sampai pada siklus 2.

PEMBAHASAN

Graphic organizer adalah alat pedagogik yang penting dan efektif untuk

mengorganisasi isi atau ide-ide dan memfasilitasi pemahaman siswa dalam memperoleh

informasi-informasi yang baru (McKnight, 2010:1). Graphic organizer ini dapat mempermudah

siswa menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasanya sebelum menulis teks recount, sehingga

mempermudah mereka menulis essay teks recount. Dan melalui hasil peneilitian ini

menunjukan bahwa penggunaan graphic organizer memiliki dampak positif dalam

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

982

meningkatkan kemampuan menulis bahasa Inggris siswa dalam teks recount dengan tema

visiting recreation place dan unforgetable experience. Hal ini dapat dilihat dari semakin

mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru sehingga hasil tes writing

dalam bentuk recount text mengalami peningkatan dari siklus I dan 2 yaitu masing-masing

78,12 % dan 87,5%. Dengan kata lain telah terjadi peningkatan ketrampilan menulis siswa

dalam bentuk teks recount dengan menggunakan graphic organizer. Dalam penelitian ini terjadi

peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan standar ketuntasan yang diharapkan yaitu

ketuntasan belajar secara klasikal adalah 85% berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar

mengajar kurikulum 1994 (dalam Hariyati, 2009). Ini berarti pada siklus II ini ketuntasan

belajar siswa secara klasikal telah tercapai yaitu mencapai 87,5 % bahkan melampaui standart

ketuntasan. Sehingga peneliti merasa cukup jika penelitian ini hanya dilakukan sampai pada

siklus 2.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan

berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran menulis (writinga0 dalam bentuk teks recount dengan menggunakan graphic

organizer memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan menulis siwa ditandai

dengan peningkatan hasil tes ketrampilan menulis (writing) siswa dalam setiap siklus, yaitu

siklus I (78,12 %) dan siklus II (87,5%).

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar

mengajar bahasa Inggris lebih efektif dan menyenangkan sehingga lebih memberikan hasil yang

optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk menerapkan penggunaan graphic organizer diperlukan persiapan yang cukup

matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih materi dan tema yang

benar-benar bisa diterapkan dengan penggunaan graphic organizer dalam proses belajar

mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya untuk meningkatan

ketrampilan menulis Bahasa Inggris siswa dalam teks recount , guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai media yang menarik walau dalam taraf yang

sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh

konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-

masalah yang dihadapinya. Selain itu guru dalam mengajar Bahasa Inggris tidak hanya

berorientasi pada model ceramah saja dan menggunakan LKS sehingga proses belajar

mengajar dikelas terkesan membosankan bagi siswa.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di

SMPN 2 Batu tahun pelajaran 2015/2016.

DAFTAR RUJUKAN

Haryati, 2009. Pendekatan Reading Activity Dengan Menggunakan Cerita Rakyat Pada Mata

Pelajaran Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII/C

SMPN 03 Batu. Karya Tulis Ilmiah. SMP Negeri 2 Batu.

McKnight, K.S. 2010. The Teacher’s Big Book of Graphic Organizer. San Fransisco: John

Wiley.

Pemendikbud No. 58, 2014. http://www. Gussmart.com.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARRATIVE DENGAN

ISBN: 978-602-1150-17-7

983

MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA

KELAS VIII B MTs HASYIM ASYA’ARI BATU

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Siti Sudaryani

MTs Hasyim Asy‟ari Batu

Abstrak : Menulis (Writing) merupakan salah satu dari empat bagian ketrampilan

berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Sebab dengan menulis seseorang dapat

menyampaikan pesan, saran, pendapat, menceritakan suatu peristiwa, benda dan lain

sebagainya. Penelitian ini dilaksanakan untuk menentukan bagaimana model

Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan kemampuan menulis narrative pada

siswa kelas VIII B MTs. Hasyim Asy‟ari Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: Menulis (Writing), Narrative , Model Pembelajaran Make a Match.

Dalam lampiran standar isi SK KD PERMENDIKNAS Nomor 22 Tahun 2006 untuk

mata pelajaran Bahasa Inggris tingkat SMP/MTS menyatakan bahwa Bahasa Inggris merupakan

alat berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian

yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan

teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu

menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).

Kemampuan atau keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari empat

keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Hal ini menunjukan bahwa untuk mampu

menulis diperlukan juga berbagai keterampilan ataupun pengetahuan. Menulis tidak cukup

hanya mempunyai kemampuan menuangkan ide (gagasan). Akan tetapi menyangkut juga

masalah-masalah bagaimana menuangkan ide-de kedalam tulisan dengan tepat, bagaimana

menyusun kepaduan antara kalimat dan antara alenia, menemukan pilihan kata yang tepat, dan

masalah-masalah ketatabahasaan. Oleh karena itu pengajaran menulis seyogyanya diberikan dan

dilaksanakan secara positif.

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Sebab,

dengan menulis seseorang dapat menyampaikan pesan, saran, pendapat, menggambarkan

peristiwa, benda, dan lain sebagainya. Sayangnya menulis sering menjadi aktivitas berbahasa

yang tidak disukai banyak orang sehingga selama ini keterampilan menulis tidak banyak

tersentuh (Akhadiyah, 1997: v). Menulis bukan aktivitas yang mudah tetapi bisa dipelajari.

Aktivitas menulis bisa dilakukan oleh siapapun dibangku sekolah. Kemampuan menulis akan

menambah wawasan pengetahuan bagi anak. Dalam mengembangkan keterampilan menulis

dibutuhkan kemauan atau keinginan yang kuat.

Untuk mengetahui masalah-masalah pokok yang dihadapi dalam pembelajaran menulis

sekaligus menanggulanginya, perlu diadakan penelitian. Mengingat tujuan penelitian yang

dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis,

maka penelitian dilakukan di kelas yang dianggap bermasalah.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di lapangan, masalah yang muncul pada

siswa kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU yang berhubungan dengan keterampilan

menulis teks narrative. Hasil observasi pra siklus menunjukkan hasil belajar siswa tergolong

rendah. Hal ini dibuktikan dengan prosentase ketuntasan 72% dari 35 jumlah siswa kelas VIII

B. Kategori nilai siswa yang sudah tuntas 26 siswa sedangkan nilai siswa dibawah KKM ada 9.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

984

Nilai KKM dari pelajaran Bahasa Inggris 75. Selain itu, terdapat masalah-masalah yang

dihadapi siswa dalam menulis, antara lain:

1. Siswa belum bisa menentukan topik yang digunakan sebagai bahan tulisan.

2. Fokus atau topik yang disediakan terkadang jauh sekali dari kehidupan siswa sehari-hari

sehingga siswa kesulitan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan.

3. Siswa tidak terbiasa membuat kerangka tulisan pada saat memulai menulis..

4. Siswa belum bisa mengembangkan tulisan dengan bentuk teks narrative..

Padahal berdasarkan SK KD pada mata pelajaran Bahasa Inggris, pembelajaran Bahasa

Inggris di tingkat SMP/MTS itu sendiri ditargetkan agar peserta didik memiliki kemampuan

functional yaitu kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Keadaan ini disebabkan

umumnya karena pembelajaran Bahasa Inggris dilakukan hanya mengacu pada soal – soal Ujian

Nasional yang mencakup kemampuan membaca (Reading Comprehension), menulis (Writing)

menjadi terabaikan. Padahal Writing (menulis) merupakan kompetensi penting bagi siswa

Sekolah Menengah Pertama karena merupakan salah satu SKL (Standar Kompetensi Lulusan)

Ujian Nasional bagi Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah. Belajar menulis itu

penting karena bisa membuat siswa cerdas, menambah wawasan, dan menumbuhkan semangat

untuk menggali ilmu (http://menulisbuku.com). Dengan keadaan ini kompetensi writing

menjadi hal yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa perlu didorong

untuk menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dengan jelas, hidup, menarik dan

jujur. Mereka tidak perlu atau harus ditakuti dan jangan dibunuh semangatnya dengan cara-cara

yang salah dalam koreksi dan pertanyaan-pertanyaan asal.

Sebaliknya siswa yang belum berpengalaman hendaknya mendapat kesempatan khusus

untuk menulis dengan bantuan dan bimbingan yang positif pada waktu aktualisasi proses

menulis, didalam menyampaikan dan menjelaskan gagasan-gagasan, didalam memilih jenis kata

dan kadang kadang didalam menghadapi masalah mekanik tulisan..

Model pembelajaran make a match yang dipakai merupakan konsep belajar yang

membantu siswa mengaitkan antara kalimat yang satu dengan yang lain sesuai materi yang

diajarkan sambil belajar mengenai konsep teks narrative dalam suasana yang menyenangkan.

Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses

pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan

mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada

hasil.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilaksanakan peningkatan kemampuan menulis

narrative anak dengan PTK melalui perbaikan pembelajaran terutama dengan menggunakan

model pembelajaran make a match. Model pembelajaran ini diharapkan bisa menjadi solusi

yang tepat karena dapat membantu siswa dalam merangkai suatu kalimat dan memotivasi

siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian kekurangmampuan anak dalam mengekspresikan pikiran dan

perasaan dimasa mendatang dapat diatasi sejak dini. Penulis berkeinginan memperbaiki

pembelajaran menulis dengan menggunakan model pembelajaran yang mampu melibatkan

semua siswa. Hal ini dilaksanakan agar peserta didik mampu menerima pesan-pesan yang ada di

dalam kehidupan nyata atau lingkungan sekitar kemudian dengan mudah dapat

mengekspresikan ke dalam bentuk tulisan narrative.

Berdasarkan latar belakang tesebut diatas, maka masalah yang diangkat dalam

penelitian ini adalah “ Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran make a match

dalam meningkatkan kemampuan menulis teks narrative siswa kelas VIII B MTs Hasyim

Asy‟ari Batu?” Kegiatan ini dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif, aktif

ISBN: 978-602-1150-17-7

985

dan menyenangkan dan kondusif sehingga meningkatkan kemampuan menulis teks narrative

pada siswa kelas VIII B di MTs Hasyim Asy‟ari Batu tahun pelajaran 2015/2016. Diharapkan

hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Guru

1. Meningkatkan kreativitas guru dengan menerapkan berbagai pendekatan-pendekatan

pengajaran.

2. Meningkatkan professionalisme.

2. Siswa

1. Meningkatkan kemampuan menulis teks narrative.

2. Meningkatkan pemahaman teori, karakteristik, struktur dan tujuan umum teks

narrative.

3. Meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis teks narrative.

3. Sekolah

Hasil karya ilmiah ini digunakan sebagai sarana atau bahan pembelajaran bagi guru –

guru di sekolah agar lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Siswa Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU

Tahun Pelajaran 2015/2016. Kelas yang akan dipilih dalam penelitian tindakan ini adalah kelas

VIII. Ditinjau dari kuantitas dan kualitas, MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU memiliki 24 kelas

dengan jumlah keseluruhan siswa 779 siswa. Karakter Kelas VIII B MTs HASYIM

ASYA‟ARI BATU tidak jauh berbeda dengan kelas lain. Hasil belajar siswa yang belum

menggembirakan (belum menunjukkan peningkatan) khususnya pada pembelajaran bahasa

Inggris melalui aspek menulis dan sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian yang

mendalam tentang masalah tersebut.

Penelitian tindakan ini berlangsung dua bulan dimulai bulan Februari sampai Maret

2016. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI

BATU sebanyak 35 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 19 perempuan. Penelitian ini

menggunakan strategi penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu

planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), dan reflecting (refleksi).

Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data dalam penelitian adalah

dokumen, peristiwa, dan hasil tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dokumentasi, observasi, wawancara dan test. Untuk menjamin kevaliditasan data,

penelitian menggunakan triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis data yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

` Pada kondisi awal pada pembelajaran bahasa inggris Kelas VIII B MTs HASYIM

ASYA‟ARI BATU dengan menggunakan metode ceramah. Kegiatan awal ini sebagai kegiatan

prasiklus bertujuan untuk mengukur keterampilan menulis narrative siswa sebelum dilakukan

tindakan penelitian. Prasiklus ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 10 Februari 2016.

Proses pembelajaran bahasa Inggris, mulai dibuka guru dengan memberikan apresiasi kepada

siswa tentang teks narrative kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran , tujuan

pembelajaran, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kondisi awal guru

belum menggunakan model pembelajaran make a match akan tetapi menggunakan metode

ceramah.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

986

Adapun beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, antara lain: (a) Rendahnya

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran bahasa Inggris khususnya menulis teks narrative,

(b) kurangnya konsentrasi siswa ketika pembelajaran bahasa Inggris berlangsung, (c) siswa

kurang aktif, (d) siswa kurang berminat dan kurang tertarik dalam pembelajaran menulis

narrative dan (e) rendahnya keberanian siswa untuk bertanya.

Dalam pembelajaran menulis narrative pada kondisi awal, guru menggunakan metode

ceramah diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 60,03 dan tingkat ketuntasan belajar

mencapai 72% atau ada 26 siswa yang sudah tuntas belajar dari 35 siswa. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena siswa yang memperoleh

nilai diatas ketercapaian penguasaan materi sebanyak 72% lebih kecil dari persentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 99,9%. Hal ini memerlukan tindakan belajar untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis khususnya teks narrative. Tindakan tersebut

dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran make a match dalam pembelajaran dengan

dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.

Setelah adanya proses prasiklus, fakta yang muncul pada siswa Kelas VIII B MTs

HASYIM ASYA‟ARI BATU yang berhubungan dengan keterampilan menulis yaitu bahwa

hasil belajar siswa tergolong rendah . Hal ini dibuktikan dengan rata-rata 60 dan prosentase

ketuntasan hanya 26 siswa atau 72% dari 35 jumlah siswa kelas VIII B. Hal ini menunjukkan

bahwa: (1) Guru menggunakan metode ceramah di dalam pembelajaran sehingga masih banyak

siswa yang kurang aktif karena monoton. Selain itu, guru memberikan penugasan dan sedikit

tanya jawab. (2) Siswa belum mampu memahami materi menulis (writing) dengan benar

sehingga pada saat diberi tugas menulis narrative siswa belum mampu menentukan topik yang

digunakan sebagai bahan tulisan. (3) Nilai rata-rata dan ketercapaian ketuntasan belajar masih

rendah. Ketuntasan belajar yang ditetapkan dalam penelitian ini sebesar 60-100%.

Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Februari 2016

pembelajaran dilaksanakan selama 2x40 menit (80 menit) proses belajar mengajar dengan

menggunakan model pembelajaran make a match. Observasi dilakukan teman sejawat,

diperoleh hasil bahwa (1) Rencana pelaksanaan pembelajaran sudah dijalankan dengan baik, (2)

kegiatan guru sudah sesuai dengan RPP, (3) kegiatan siswa tampak aktif dan tidak monoton.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil observasi siklus I sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan dengan baik sedangkan kegiatan guru dalam

pembelajaran sudah cukup baik, sementara itu kegiatan siswa masih dalam kategori cukup.

Pada tindakan siklus II ini, peneliti mengawali pembelajaran mendengarkan dan berbicara

dengan memberikan salam dan mempresensi siswa serta mengkondisikan siswa agar tidak

ramai. Peneliti menyampaikan apersepsi pembelajaran mendengarkan dan berbicara sama

seperti pada siklus I. Kemudian, peneliti bertanya pada siswa mengenai materi pertemuan

kemarin. Peneliti bersama siswa mengulas kembali sedikit materi pertemuan yang lalu. Dengan

tujuan untuk memancing ingatan siswa mengenai materi teks narrative yang telah diajarkan

oleh peneliti. Pada siklus II ini, dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 13 Maret 2016.

Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan dibekali pedoman dan observas yaitu

mencatat semua kegiatan guru dari pendahuluan, pengembangan, penerapan, penutup serta

menuliskan keterangan tambahan yang belum terjaring, seperti inisiatif dan reaksi baik dari guru

maupun siswa, situasi kelas dan kendala proses tindakan, serta memberikan kesimpulan dan

saran secara umum dari tindakan yang dilakukan. Hasil observasi menunjukkan bahwa (1)

rencana perbaikan pembelajaran sudah dilakukan dengan sempurna, (2) kegiatan guru sudah

baik, dan (3) kegiatan siswa sudah baik.

Penggunaan model pembelajaran make a match pada pembelajaran membaca dan

menulis diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 87,5 dan tingkat ketuntasan belajar

ISBN: 978-602-1150-17-7

987

mencapai 99,9% atau ada 32 siswa yang sudah tuntas belajar dari 35 siswa. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa secara klasikal siswa sudah tuntas belajar karena siswa yang memperoleh

nilai ≥ 62,5 sebesar 99,9% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 85%.

Adapun kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran make a match

dalam menulis adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan

a. Siswa memperoleh pemahaman teks narrative melalui pengalaman mengerjakan.

b. Siswa merasa nyaman dalam mengerjakan tugas menulis.

2. Kelemahan

a. Situasi kelas ramai.

b. Guru harus mampu mengendalikan kelas dan bisa berperan maksimal menjadi

fasilitator bagi siswa

c. Siswa kurang memaksimalkan waktu yang disediakan guru

d. Fokus guru terbelah karena siswa memilih tempat sendiri-sendiri.

Secara utuh hasil pembelajaran siswa Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI Batu dapat

dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel Hasil Belajar Menulis narrative Siswa

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

Nilai Rata-rata 60 75 87,5

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada pra siklus nilai ratarata siswa adalah 60,

pada siklus I meningkat menjadi 75, dan pada siklus II meningkat menjadi 87,5. Dilihat dari

ketercapaian penguasaan materi 60 bahwa pada prasiklus ada 60 (18,75%), pada siklus I

menjadi (71,88%), dan pada siklus II menjadi 30 (93,75%). Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan yang signifikan dari pra siklus, siklus I, dan siklu II.

Grafik Rata-rata Hasil Belajar Siswa

Dalam penelitian ini, upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks

narrative dengan menggunakan model pembelajaran make a match dapat terwujud.

Keberhasilan pembelajaran ini tentunya ditentukan banyak faktor seperti guru yang

menggunakan model pembelajaran make a match, faktor proses pembelajaran yang aktif, faktor

Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata

0 , 00

00 10 ,

20 , 00

30 00 ,

40 , 00

50 , 00

60 , 00

70 , 00

80 , 00

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

988

bahan ajar atau materi yang melibatkan siswa yang mau memperhatikan penjelasakan guru, dan

faktor sarana prasarana (media) belajar. Dengan model pembelajaran make a match siswa diajak

secara langsung untuk mempelajari kemudian menuangkan dalam tulisan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Akhmad Sudrajat bahwa ada kecendrungan dewasa ini

untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan

alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan

mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam

kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan

dalam kehidupan jangka panjang.

Dalam pembelajaran menulis menggunakan model pembelajarn make a match siswa

dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, mereka

menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan

pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan menarik.

Selain itu, siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti di kelompoknya serta belajar yang

diatur sendiri, dimana siswa dalam pembelajaran aktif, mandiri, melibatkan kegiatan

menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi

siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan

gaya belajarnya sendiri.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa (1)

Model Pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan menulis narrativei Kelas

VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari

hasil nilai rata-rata pra siklus siswa adalah 60 meningkat menjadi 75 pada siklus I, dan menjadi

87,5 pada siklus II. Dilihat dari ketercapaian penguasaan materi 63 bahwa pada prasiklus ada 6

(18,75%), pada siklus I menjadi 23 (71,88%), dan pada siklus II menjadi 30 (93,75%). (2)

Peningkatan yang dicapai oleh Kelas VIIIB MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU Tahun Pelajaran

2015/2016 dalam belajar menulis narrative dengan menggunakan model pembelajaran make a

match sebesar 15,07 point. (3) Langkah-langkah mengajar

Bahasa Inggris khususnya menulis narrative dengan menggunakan model make a

match (a) Kegiatan Awal, guru mengucapkan, siswa menjawab ucapan salam, guru

mempersilahkan siswa berdoa, menanyakan menanyakan siswa yang tidak masuk dan

menyampaikan tujuan pembelajaran, (b) Kegiatan Inti, Guru menjelaskan materi tentang

menulis terutama tentang narrative teks dengan menggunakan metode ceramah dan siswa

mendengarkan penjelasan guru, guru memberikan pertanyaan, guru membuat contoh satu

paragraf teks narrative, dan menjelaskan langkah-langkah menulis narrative dengan baik, siswa

diberi contoh teks narrative , siswa menulis teks narrative pendek di lembar karangan yang

telah disediakan dan dibiarkan mencari tempat yang nyaman untukmenulis, dan siswa diberikan

kesempatan oleh guru untuk menanyakan materi pembelajaran bahasa Inggris

khususnyamenulis teks narrative. (c) Kegiatan Akhir, siswa diberikan penguatan materi dari

guru dengan menyampaikan kesimpulan, dan guru menutup pelajaran dengan bacaan hamdalan

dan mengucapkan salam perpisahan, dan (4) Kelebihan dan kekurangan penggunaan model

pembelajaran make a match pada Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU Tahun

Pelajaran 2015/2016 bahwa kelebihannya (a) Siswa memperoleh pemahaman teks narrative

melalui pengalaman mengerjakan dan (b) Siswa merasa nyaman dalam mengerjakan tugas

menulis. Sedangkan kekurangannya yaitu (a) kelas ramai sehingga mengganggu kelas yang lain,

(b) Siswa kurang memaksimalkan waktu yang disediakan guru, karena terkadang mengobrol

ISBN: 978-602-1150-17-7

989

sama teman-temannya, dan (c) Fokus guru terbelah karena siswa memilih tempat sendiri-

sendiri.

DAFTAR RUJUKAN

Akhadiah, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa inggris. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Atmawidjaya, Timbul Sudwijo. 2000. Peningkatan kemampuan Menulis Karangan Deskripsi

Melaui Metode Wisata pada Siswa Kelas VII MTS Negeri 1 Wanasari Tahun

Pelajaran 1999/2000..

Darcy Haag, Granello. Juni 2000. Contextual Teaching and Learning in Counselor Education.

Counselor Education & Supervision, Vol. 39 Issue 4, p270, 14p.

Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta

Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, Khaerudin. 2008 Model Pengajaran menulis Bahasa Inggris. Yogyakarta: UNY.

Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nasution, 2000. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung : Tarsito

Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar. Jakarta: Bumi

Aksara.

NN, 2005. http://www.clearinghouse.dikmenum.go.id

Nursisto. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada

Sudrajat, Akhmad. 2007. Model Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/model-pembelajaran-01/ diakses

pada tanggal 04-11-2007

Sudrajat, Akhmad. 2007. Pembelajaran Kontekstual, Pengembangan Pembelajaran

Kontekstual.Jakarta:Depdiknas

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/pembelajaran-kontekstual/ diakses pada

tanggal 04-11-2007.

Supriatijah. 2000. Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Deskripsi dengan Teknik

Menghadirkan Model di kelas pada Siswa Kelas VII MTs Negeri Semarang..

Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada

Press.

http://pintarberbahasa.wordpress.com/mengarang-2/

http://bahterasia.blogspot.com/2009/10/jenis-karangan-dan-langkah-langkah.html

http://seseor.blogspot.com/2012/06/kemampuan-mengarang-deskripsi-siswa.html

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

990

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUNRECOUNT TEXT SISWA

KELAS VIII MENGGUNAKAN PICTURES SERIES PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INGGRIS SMP NEGERI 01 BATU

Trise Rosida Prihantini

SMP Negeri 1 Batu, East Java.

[email protected]

Abstrak : Penelitian ini adalah untuk menemukan pemecahan masalah dalam

kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris di dalam kelas. Tujuanya adalah untuk

meningkatkan nilai hasil belajar bahasa Inggris dalam menyusun

teksrecount.Penelitian ini merupakan tindakan guru untuk memperbaiki dan

memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar di kelas delapan SMP N 1 Batu

dari bulan Februari sampai bulan April 2016. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan

dalam 2 siklus. Dalam penelitian ini teknik dan alat pengumpul data yang digunakan

adalah melalui tes tulis dengan uraian dan pemahaman gambar.Hasil penelitian dari

penerapan teknik picture series menunjukkanadanya peningkatan hasil belajar

siswa.Hal ini bisa dilihat dari hasil evaluasi tes dan hasil observasi yang selalu

mengalami peningkatan selama penerapan teknik ini. Pada siklus I yang mencapai

ketuntasan nilai sebanyak82,35%, dengan dilaksanakanya kegiatan pada siklus IItelah

ada peningkatan menjadi 91,18% dengan kategori baik dari 85% target ketuntasan

yang ingin dicapai pada penelitian ini.

Kata Kunci :media gambar berseri, menulis teks recount

Peneliti sudah mengajar di sekolah ini selama kurang lebih delapan tahun. Sekarang

Peneliti mengajar di kelas 8 E sudah hampir satu tahun, mulai semester 1 tahun 2015 sampai

sekarang.Ketika mengajar pada kelas tersebut peneliti menemukan beberapa masalah,

diantaranya adalah: 1. kurangnya motivasi siswa dalam menulis dikarenakan menulis dianggap

oleh sebagian besar siswa sebagai keterampilan sulit untuk dipelajari; (2) siswa kurang percaya

diri dalam menulis sebuah teks recount karena perasaan tidak nyaman untuk menulis dalam

bahasa Inggris; (3) masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah batas terendah dari

ketentuan sekolah (KKM), yaitu nilai 78, karena sebagian besar siswa belum memahami

sepenuhnya bagaimana harus mulai menulis, bagaimana mendapatkan gagasan yang harus

ditulis, dan bagaimana mengorganisasikan gagasan tersebut untuk ditulis dalam sebuah teks

terpadu; dan (4) siswa diberikan tugas untuk menulis sebuah teks recount dengan kondisi siswa

belum sepenuhnya menguasai materi pembelajaran,. Peneliti akhirnnya memilih untuk

mendalami masalah pada pengajaran menulis dimana keterampilan siswa dalam menulis

sebuah teks masih rendah . Diperkirakan penyebab masalah tersebut adalah siswa belum

sepenuhnya menguasai materi pembelajaran, teknik penyampaian pelajaran yang kurang hidup,

kurang menarik, juga kurang menyenangkan, dan kurangnya bimbingan yang diberikan oleh

guru.Peneliti memberikan solusi yaitu dengan menggunakan media berupa gambar berseri guna

meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun atau menulis sebuah teks berbentuk recount.

Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum

dipakai dan merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana.

Menurut Sadiman (2003:21), media gambar adalah “suatu gambar yang berkaitan dengan materi

pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar ini

dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah

ISBN: 978-602-1150-17-7

991

sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih

jelas”. Menurut Purwanto dan Alim (1997 : 63), kelebihan media gambar adalah:

1. Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan

media verbal semata

2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu

3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan

4. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja

5. Murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan

Yang dimaksud dengan gambar berseri adalah rangkaian gambar yang digunakan dalam

memberikan stimulus berupa gambar kepada siswa untuk memudahkan siswa memunculkan

ide-ide yang ada serta siswa dapat menulis karangan secara terurut dan teratur.Menggunakan

media gambar berseri sebagai media pembelajaran juga dapat mempermudah daya tangkap

siswa pada materi yang diberikan. Beberapa peneliti terdahulu tentang gambar berseri yang

digunakan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut;

Pertama, rujukan kajian pustaka penelitian ini adalah artikel pada jurnal yang berjudul

“Upaya Meningkatkan Kemampuan dalam Pembelajaran Menulis Laporan Perjalanan dengan

Media Gambar pada Siswa Kelas IX SMPN 01 Ombe Baru Tahun Pelajaran 2008/2009” yang

dilakukan oleh Jauhariyah (2009). Dalam penelitiannya, media gambar digunakan sebagai

media yang efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa dan dibuktikan

berdasarkan hasil penelitiannya.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemerolehan nilai

siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yang dilakukan, yaitu siklus I tanpa

menggunakan media gambar dan siklus II dengan menggunakan gambar.Kelemahannya, tidak

dijelaskan secara spesifik kriteria dalam penulisannya, baik prosedur skematis dalam penulisan

laporan perjalanan yang dimaksud maupun ketentuan tense yang digunakan, sedangkan pada

penelitian ini digunakan picture series, planning organizer, and composing

organizer.Relevansinya adalah baik penelitian yang dilakukan oleh Jauhariyah maupun

penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Namun penelitian ini mengetengahkan

recount text dengan menggunakan teknik picture series sebagai media pembelajaran yang

efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa.

Kedua, rujukan kajian pustaka yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh

Testiana (2009) dengan judul tesis “A Comparative Study on Student’s Recount Writings Using

Role Play and Pictures as Media”.Dalam penelitian yang dilakukakan, peneliti membandingkan

penggunaan teknik role play dan gambar dalam menulis sebuah recoun text pada siswa kelas 8 I

SMPN 2 Purworejo.Peneliti membagi siswa menjadi dua kelompok.Perlakuan kelompok

pertama adalah bermain peran, sedangkan kelompok kedua adalah dengan gambar.Metode yang

penelitian yang dipakai adalah penelitian eksperimental khususnya intact group comparison

design.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik peran dibuktikan lebih efektif

daripada menggunakan gambar sebagai media yang mampu meningkatkan kemampuan siswa

dalam menulis recount text. Kelemahannya, perlakuan dengan membagi siswa secara

berkelompok dan hanya menerapkan satu teknik dalam satu kelompok diragukan dapat

mewakili kemampuan siswa dalam satu kelas tersebut karena kemampuan yang dimiliki oleh

setiap siswa berbeda.Relevansinya dengan penelitian yang dilakukan ini adalah melakukan

penelitian tindakan kelas. Namun yang difokuskan dalam penelitian ini hanya menggunakan

satu teknik untuk meningkatkan kemampuan menulis recount text dengan menggunakan media

gambar tanpa membandingkan dengan teknik lainnya demi keakuratan hasil analisis penelitian

ini.

Kajian pustaka ketiga yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan

oleh Hidayati (2011) dengan judul tesis”Peningkatan Kemampuan Menulis Wacana Narasi

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

992

Melalui Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Visual Gambar Berseri pada Mahasiswa

FKIP-KMM”. Dalam analisis penelitian tindakan kelas yang dilakukan, media visual gambar

berseri digunakan sebagai media yang efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis narasi

pada mahasiswa FKIP-UMM.Analisis wacana yang dilakukan berdasarkan format kriteria

penelitian menulis wacana narasi dengan menggunakan media visual gambar berseri, yaitu

kesesuaian judul, tingkat kerincian wacana narasi yang sesuai dengan urutan kronologi,

kesesuaian kalimat, pilihan kata, serta kohesi dan koherensi.Kelemahannya, teknik gambar

berseri yang diterapkan kurang tepat karena objek penelitiannya adalah mahasiswa. Dilihat dari

faktor usia, mahasiswa sudah dapat berpikir secara kritis, memiliki daya imajinasi dan fokus

pikiran yang tinggi serta mampu berpikir mandiri. Relevansinya adalah picture series

merupakan teknik yang sama yang juga diterapkan dalam penelitian ini, tetapi teks yang

diberikan dan cara penyajian gambar yang dilakukan berbeda. Perbedaan lainnya adalah

pengguanan teknik picture series pada keterampilan menulis recount text yang dianalisis adalah

(1) organisasi, (2) pengembangan ide, (3) tata bahasa, dan (4) mekanik.

Selanjutnya, kajian pustaka yang keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh

Maryani (2009) berupa artikel dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis

Karangan Menggunakan Media Gambar Seri di Kelas V SD Cibulan”.Keunggulan tulisan ini

adalah membahas secara terperinci pemanfaatan media gambar sebagai sarana pembelajaran

yang efektif kepada siswa khusunya dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis sebuah

karangan.Kelemahanya, tidak dipaparkannya rubrik penilaian sebagai pedoman penilaian

dengan jelas dalam penelitian yang dilakukan yang mampu menunjukkan keberhasilan

penerapan teknik yang digunakan. Relevansinya dengan penelitian yang dilakukan ini adalah

menggunakan teknik yang sama dan melakukan penelitian tindakan kelas. Namun penelitian

yang dilakukan ini lebih mengacu kepada karangan yang memiliki struktur skematis yang

relevan dengan penerapan teknik picture series, yaitu recount text. Perbedaanya terletak pada

sumber data, dimana pada penelitian sebelumnya adalah siswa kelas IV SD sedangkan

penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP.

Dari kelima penelitian di atas tentang penelitian tindakan kelas dalam upaya

meningkatkan kemampuan menulis berbahasa Inggris belum ada yang melakukan

pengombinasian teknik picture series dengan instrumen baru yaitu penggunaan planning

organizer dalam proses belajar di kelas. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan media gambar dengan teknik picture series yang dikombinasikan dengan

penggunaan instrumen tambahan dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis

recount text. Picture series yang ditayangkan menggunakan slide untuk menarik perhatian siswa

serta memfokuskan pikiran mereka terhadap kejadian-kejadian ataupun peristiwa yang terjadi

pada gambar yang berurutan. Dengan menggunakan slide yang diperlihatkan di hadapan mereka

maka sangat memudahkan pengajar dalam membangun daya nalar siswa untuk berpikir lebih

kritis dan terarah tentang ide-ide yang ditulis dan dikembangkan dalam recount text.

Dengan kata lain, berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, maka peneliti juga

mencoba menggunakan gambar berseri untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis teks

recount. Oleh karena itu rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimana

meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris dalam kemampuan menulis teks recount melalui

penggunaan pictures series untuk kelas VIII E di SMP N 1 Batu tahun pelajaran 2015-2016”.

Manfaat penelitian adalah: 1) Guru mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri, dalam arti ia sendiri perancang dan

pelaku perbaikan tersebut. 2) Melalui penelitian ini peneliti berharap setelah dimanfaatkanya

gambar-gambar berseri sebagai sarana pembelajaran untuk memperjelas dan mempermudah

memahami dari konsep yang abstrak akan menjadi lebih jelas dan pada akhirnya nanti siswa

ISBN: 978-602-1150-17-7

993

mendapat hasil belajar yang meningkat. Peneliti juga berharap melalui gambar berseri dapat

meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris. 3) Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat

bagi guru di kelas tersebut untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks recount.

Untuk guru-guru Bahasa Inggris yang lain yang memiliki masalah yang sama

diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memecahkan masalah di kelas

mereka.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang menggunakan PTK(Classroom Action Research).Dalam

penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih,

yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan.Model

penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas (PTK) yang diaplikasikan dalam mengkaji

aspek linguistik dan linguistik terapannya dalam hal ini pembelajaran dan pengajaran

bahasa.PTK ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif di mana penyajian datanya

berupa tabel dan presentase yang disajikan secara deskriptif dalam mengukur tingkat

pemahaman tata bahasa Inggris siswa.Metode deskriptif kualitatif disajikan melalui deskriftif

interpretatif yang mengukur tingkat pemahaman menulis siswa dengan pengaplikasian picture

series.Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran

di kelas dimana guru secara penuh terlibat.Alasannya adalah karena peneliti ingin meneliti

sekaligus memeberikan solusi yang dialami oleh guru.

Dalam penelitian ini, siklus digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan

kemampuan siswa sebelum dan setelah menggunakan teknik picture series dalam upaya

meningkatkan kemampuan menulis recount text pada kelas VIII SMP Negeri 1 Batu. Menurut

Arikunto (2012: 16), ada empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu; (1) Tahap Perencanaan (plan),

(2) Pelaksanaan/tindakan (act), (3) Observasi/pengamatan (observe) ,dan (4)

Refleksi/perenungan (reflect). Adapun model tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

994

Gambar 1: Model Penelitian Tindakan Kelas

Sumber: Arikunto dkk (2012:16)

Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan dua siklus pertama walaupun sudah

tampak perubahan namun masih belum sesuai harapan peneliti karena diteruskan ke siklus

kedua.Pada siklus kedua telah tampak tejadinya peningkatan yang siknifikan sehingga

penelitian dianggap telah berhasil.Adapun proses dalam tiap-tiap siklus dibagi sebagai berikut.

Proses Siklus 1

perencanaa

refleksi pelaksanaan

pengamatan

perencanaa

pengamatan

refleksi pelaksanaan

?

Siklus II

Siklus II

ISBN: 978-602-1150-17-7

995

Proses siklus I dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi,

dan refleksi.Keempat tahap tersebut dijabarkan seperti berikut ini.

1. Tahap Perencanaan (Planning),mencakup:

a. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan media gambar berseri

untuk 2 kali pertemuan

b. Rencana evaluasi dalam bentuktes tulis untuk mengukur dan mengetahui kemampuan

siswa dalam menulis recount text (kriteria/rubrik penialain ketrampilan menulis teks

recount).

c. Menyiapkan kelengkapan instrument dan saran penelitian lainya (media pembelajaran

dan student worksheet).

2. Tahap Melakukan Tindakan (Action),mencakup:

a. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan pembelajaran

(pemberian materimenulis teks recount).

b. Memberikan contoh teks recount yang telah dikombinasikan dengan teknik picture

series.

c. Meminta siswa untuk membuat karangan recount text berupa teks imajinatif yang

dibangun dengan teknik picture series.

d. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan menulis teks recount tentang

experience.

3. Tahap Mengamati (Observation), mencakup:

a. Melakukan pengamatan selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

b. Melakukan pengamatan dengan observasi langsung (mencatat setiap kegiatan dan

perubahan yang terjadi saat penerapan media pisture seriespada kegiatan pemebelajaran

menulis teks recount) sehingga dapat mengamati seluruh perilaku siswa.

c. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk

pengumpulan data

4. Tahap refleksi (Reflection)

a. Observasi (menganalisis dan mengintrepetasi data temuan)

b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan media picture series

dalam pembelajaran menulis teks recount untuk mempertimbangkan dan menentukan

langkah selanjutnya.

c. Melakukan refleksi terhadap penerapan media picture series pada pembelajaran menulis

teks recount.

d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang

kelemahanataukekurangan yang dilakukan guru sebagai saran dan perbaikan untuk

pembelajaranberikutnya pada siklus 2.

Penelitian ini telah dilaksanakan dengan 2 siklus oleh peneliti dan dilakukan di kelas

VIIIE semester genap di SMPNegeri1 Batu tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 34

siswa.Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer (teman sejawat) dan pada langkah

observasi menggunakan instrument pengamatan terhadap pelakasanaan pembelajaran. Untuk

refleksi akan di bahas hasil-hasil penelitian, kendala-kendala yang dialami dan

solusinya.Kehadiran peneliti sebagai guru di kelas tetap dilakukan seperti biasa, sehingga siswa

tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin

demi kevalidan data yang diperlukan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

996

Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan tanggal 17-18 Maret 2016 dan siklus

2 dilaksanakan tanggal 1 dan 8 April 2016 , berikut adalah temuan dan hasil penelitian

Temuan penelitian siklus 1

Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka,satu kali

pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu

kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Siklus 1 pertemuan 1

Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh

memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian

guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan

mengkaitkanya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari, yaitu dengan memberikan

beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran sebelumnya kepada siswa dan mengkaitkan

dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Setelah itu guru menyampaikan topik,tujuan

pembelajaran dan hasil yang diharapkan pada pembelajaran ini. Untuk menggiring opini siswa

masuk pada materi, guru memberikan prompt questions dan menunjukan fenomena tertentu

kepada peserta didik terkait dengan experience mereka ketika liburan, contoh pertanyaan guru:

1). Did you go somewhere on your holiday?

2) Where did you go on your holiday?

3). Whatdid you do to spend you holiday?

4). How didyou feel after you did your activity?

Setelah diberikan pertanyaan seperti yang telah disebutkan diatas. Guru mengaitkan jawaban-

jawaban dari siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu menulis teks recount tentang

pengalaman atau experience mereka.

Pada tahap pembelajaran dikegiatan inti, yang guru lakukan pertama kali adalah

meminta siswa mengamati gambar berseri tentang suatu kegiatan yang telah dilakukan

(eprerience), seperti contoh gambar di bawah ini;

Gambar 2. Media gambar tentang melakukan suatu kegiatan

(When English Rings The Bell)

Setelah mengamati gambar tersebut, Guru meminta siswa untuk merumuskan berbagai

pertanyaan terkait informasi yang terdapat pada gambar tersebut. Pada kegiatan selanjutnya,

guru memberikan contoh teks recounttentang experience dan meminta siswa untuk membaca

secara individu, seperti yang ditunjukan pada teks berikut ini;

ISBN: 978-602-1150-17-7

997

Contoh teks recount yang diberikan guru untuk pemodelan

Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang

berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi

dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi

dan menemukan social function dan language feature dari contoh teksrecount tersebut dan

mendiskusikan hasilnya bersama-sama.

Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks recount mempunyai ciri kebahasaan yaitu

menggunakan Simple Past Tense. Selanjutnya Guru memberikan penjelasan tentang pola Simple

Past Tense dan meminta siswa secara individu untuk membuat 5 kalimat tentang kejadian atau

peristiwa yang pernah mereka alami dengan pola Simple Past Tense. Dalam kegiatan menulis

kalimat dengan pola Simple Past Tense tersebut merupakan kegiatan yang sangat esensial

sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk menulis teks recount, sehingga perlu penguatan

kepada siswa.

Selain tentang language feature, siswa juga perlu pembekalan dan pemahaman tentang

generic stucture tentang teks recount. Untuk kegiatan ini secara berkelompok guru meminta

siswa untuk mengidentifikasi tentang generic structure dari teks recount dan mediskusikan

hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa teks recount

memiliki generic structure: Orientation,event dan re-orientation. Untuk mendalami tentang

generic structure secara detail guru meminta siswa untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat

yang terdapat dalam teks recount tentang experience “MAKING GARDEN BENCHES”

berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada

planning organizier. Planning Organizer adalah perencanaan sebuah recount text yang

berisikan struktur organisasi dan ketentuan-ketentuan yang mendukung teks itu sendiri.

Penambahan instrument ini bertujuan untuk menidentifikasikan tentang fungsi recount text,

seperti yang terlihat pada planning organizierdi bawah ini:

MAKING GARDEN BENCHES

ORIENTATION... Three weeks ago Udin and his brother stayed at home to spend their holiday. They wanted to

make something, but they didn‟t know yet what would they make.

EVENT I ... Their father cut down an old mango tree behind their house . Then, they saw a big piece of

wood. Than they had an idea.They told their fsther that they wanted to make garden benches from

the wood. He agreed and he promised to help them. He sewed the wood into threepieces, 25 cm in

lenght.

EVEVT II ... After that they rubbed the wood with sandpaper to make them smooth. Then they dried them in

the sun for one week. They painted the woods, one red, one green, and one blue. Then they dried

them again in the sun for three days.

RE-ORIENTATION… Finally, theywere very tired but they felt happy, because the benches were so perfect and

colouful.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

998

Gambar 3:Planning Organizer untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat

pada recount teks “Making garden benches”

ORIENTATION

Who….? What….? Where….? When….? How….?

SEQUENCE OF EVENTS

EVENT 1 EVENT 2 EVENT 3

RE-ORIENTATION

(conclusion and commentary)

PLANNING ORGANIZER

- Use of past tense

- Lingking words to with

time; first, second, then,

next, finally

- Participants; I, she, he,

Agung, Rina, Dayu

What is recount ?

Recount is the text to

retell the past events

TITTLE

ISBN: 978-602-1150-17-7

999

Dari kegiatan ini didapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok

siswasebagai berikut: Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan pekerjaannya, guru

meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas

kemudian guru dan siswa menarik kesimpulan dari hasil kerja kelompok tadi yaitu tentang

generic structure dari teks recount terdiri dari orientation,event dan reorentation.Untuk kegiatan

kelompok selanjutnya, guru meminta siswa untuk menyusun paragraph acak recount text

menjadi teks recount yang padu dengan bantuan series pictures berdasarkan generic structurnya.

Gambar berseri, paragraph acak recount text dan hasil kerja siswa dalam kelompok dapat dilihat

pada gambar berikut;

Gambar 4: Media gambar berseri tentang suatu kegiatan Sumber: Let’s Talk Grade VIII

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1000

Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas kelompoknya, guru meminta masing-

masing kelompok untuk menukar hasil kerjanya dan saling memberikan komentar terhadap hasi

kerja kelompok lain, di sini guru memberikan feedback. Selanjutnya, guru meminta perwakilan

dari kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian siswa dan guru

memberikan feedback.

Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil dari kegiatan

pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu yaitu tentang teks recount yang meliputi

social function, language feature (Simple Past Tense)dan generic stucture. Untuk kegiatan

pembelajaran pertemuan ke-2, Guru memberikan tugas pada masing-masing siswa untuk

membawa gambar tempat-tempat wisata yang ada di kota Batu atau Malang Raya yang pernah

mereka kunjungi. Setelah itu diakhir pembelajaran siswa dan guru melakukan refleksi terhadap

kegiatan pembelajaran saat itu.

Dari kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 1 ini di dapat hasil kegiatan siswa

yaitu menulis kalimat dengan pola simple past tense, mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang

ada dalam teks recount berdasarkan generic stucture dan menyusun paragraph acak teks recount

menjadi teks recount yang padu dengan bantuan picture series.

Siklus 1 pertemuan 2

Pada kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2 , diawali dengan kegiatan awal

yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak

siswa mereview tentang pembelajaran yang telah diajarkan sebelumya dengan memberikan

pertanyaan pada siswa, yaitu tentang recount text meliputi social function, language feature dan

generic stucture. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi yang telah

mereka pelajari sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini.

Pada kegiatan inti siswa di minta untuk menulis teks recount tentang experience

berdasarkan gambar tentang suatu kegiatan pribadiyang sering mereka lakukan dengan bantuan

Picture series. Pertama-tama siswa diminta untuk menuliskan ide-ide nya dengan

bantuanpicture series seperti yang terlihat pada gambar berikut ini;

Gambar 5: Picture series untuk membatu siswa menuangkan ide-idenya dalam menulisteks recount

(When English Rings The Bell)

ISBN: 978-602-1150-17-7

1001

Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa karangan teks

recount yang berupa ide-ide siswa tentang apa kegiatan atau peristiwa yang telah/pernah di

lakukan siswa. Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang

melakukan suatu kegiatan tertentu tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan

menulis. Nilai ketrampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 78 siswa

2. Jumlah total siswa 34 siswa

3. Jumlah siswa yang tuntas belajar 28 siswa

4. Jumlah siswa yang belum tuntas belajar 6 siswa

5. Persentase siswa yang tuntas belajar 82,35 %

6. Persentase siswa yang belum tuntas belajar 17,65 %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan picture

series pada pembelajaran menulis teks recount diperolehjumlah siswa yang telah mencapai

ketuntas nilai KKM sebanyak 28 siswa ( 82,35%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada

siklus pertama siswayang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa (17,65%).

Padahal target penelitian ini agar 85% siswa dapat mencapai ketuntasan.

Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran pada siklus 1 ini masih

ditemukan beberapa kendala diantaranya masih ada nilai beberapa siswa yang dibawah KKM.

Hal ini disebabkan ternyata pada proses pembelajaran siswa banyak yang kurang menguasai

kosakata yang berhubungan dengan teks recount tentang experience sehingga mereka sering

bertanya pada guru. Selain itu siswa juga masih kesulitan tentang grammar khususnya pola

kalimat simple past tense, mereka masih belum paham tentang bentuk past dari kata kerja

tertentu, baik regullar maupun iregular verb, oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk

kendala di siklus 1 ini. Alternatif solusi tersebut yaitu penambahan pemberian key word dan

latihan soal tentang grammar (simple past tense), selain itu mereka perlu membawa

kamus.Alternatif solusi ini dilaksanakan pada kegiatan siklus II.

Temuan Penelitian Siklus II

Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka,satu kali

pertemuan untuk kegiatan pemantapan materi, dimana padamasing-masing pertemuan

menggunakan tahapan pembelajaran yaitu kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Pertemuan kedua untuk evaluasi

Siklus II pertemuan 1

Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh

memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian

guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan

memberikan latihan-latihan serta mendiskusikannya, yaitu dengan memberikan beberapa

latihan yang menggunakan gambar berseri untuk menulis teks recount yang dikerjakan baik

secara berkelompok dan dilanjutkan dengan kerja individu. Setelah itu guru bersama siswa-

siswa mendiskusikanya. Dimana hal tersebut akan memantapkan pemahaman siswa pada materi

yang dibahas dan dibicarakan. Untuk lebih memantapkan pemahaman siswa tentang materi

yang dibicarakan, maka guru memberikan lagiplanning organizer.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1002

Setelah diberikan latihan-latihan dengan menggunakan gambar berseri dan planning

organizer seperti yang telah disebutkan diatas, guru membahas hasil kerja dari siswa dan

mengaitkanya pada materi yang akan dipelajari yaitu menulis teks recount tentang pengalaman

atau experience mereka. Pada tahap pembelajaran dikegiatan inti, yang guru lakukan pertama

kali adalah meminta siswa mengamati gambar berseri tentang suatu kegiatan yang telah

dilakukan (eprerience), seperti contoh gambar di bawah ini.

Gambar 6. Media gambar tentang melakukan suatu kegiatan

Setelah mengamati gambar tersebut, Guru meminta siswa untuk menuliskan paragraph

berdasarkan gambar-gambar yang telah mereka amati. Pada kegiatan selanjutnya, guru dan

siswa membahas dan mendiskusinya dengan jalan memberikan penilaian atau tanggapan pada

hasil kerja kelompok (masing-masing kelompok memberikan penilain dan tanggapan pada hasil

kerja kelompok lain). Meminta siswa untuk membaca secara individu dari tulisan yang telah

mereka buat.

ISBN: 978-602-1150-17-7

1003

Gambar 7:Contoh teks recount yang diberikan guru untuk pemodelan

Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang

berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi

dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi

dan menemukan social function dan language feature dari contoh teksrecount tersebut dan

mendiskusikan hasilnya bersama-sama.

Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks recount mempunyai ciri kebahasaan yaitu

menggunakan Simple Past Tense. Selanjutnya Guru memberikan penjelasan tentang pola Simple

Past Tense dan meminta siswa secara individu untuk membuat 5 kalimat tentang kejadian atau

peristiwa yang pernah mereka alami dengan pola Simple Past Tense. Dalam kegiatan menulis

kalimat dengan pola Simple Past Tense tersebut merupakan kegiatan yang sangat esensial

sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk menulis teks recount, sehingga perlu penguatan

kepada siswa.

Selain tentang language feature, siswa juga perlu pembekalan dan pemahaman tentang

generic stucture tentang teks recount. Untuk kegiatan ini secara berkelompok guru meminta

siswa untuk mengidentifikasi tentang generic structure dari teks recount dan mediskusikan

hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa teks recount

memiliki generic structure: Orientation,event dan re-orientation. Untuk mendalami tentang

generic structure secara detail guru meminta siswa untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat

yang terdapat dalam teks recount tentang experience “Camping” dan “My terrible holiday”

berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada

planning organizier. Planning Organizer adalah perencanaan sebuah recount text yang

berisikan struktur organisasi dan ketentuan-ketentuan yang mendukung teks itu sendiri.

Penambahan instrument ini bertujuan untuk menidentifikasikan tentang fungsi recount text,

seperti yang terlihat pada planning organizierdi bawah ini:

Camping

Last weekend, my friends and I went camping. We reached the camping ground after we

walked for about one and a half hour from the parking lot. We built the camp next to a small

river. It was getting darker and colder, so we built a fire camp.

The next day, we spent our time observing plantation and insects

while the girls were preparing meals. In the afternoon we went to the river and caught some

fish for supper. At night, we held a fire camp night. We sang, danced, read poetry, played

magic tricks, and even some of us performed a standing comedy.

On Monday, we packed our bags and got ready to go home.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1004

Gambar 8:Planning Organizer untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat

pada recount teks “My Terible holiday”

Dari kegiatan ini didapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok

siswasebagai berikut: Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan pekerjaannya, guru

meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas

kemudian masing-masing kelompok menanggapi hasil kerja kelompok tadi yaitu tentang

generic structure dari teks recount terdiri dari orientation,event dan reorentation.Untuk kegiatan

selanjutnya adalah kerja individu, guru meminta siswa untuk menyusun recount text

berdasarkan gamber berseri yang diberikan oleh guru agar menjadi teks recount yang padu

dengan bantuan series pictures berdasarkan generic structurnya. Gambar berseri, text recount

dari hasil kerja siswa secara kelompok dan atau individu dapat dilihat pada gambar berikut;

ORIENTATION

Who….? What….? Where….? When….? How….?

SEQUENCE OF EVENTS

EVENT 1 EVENT 2 EVENT 3

RE-ORIENTATION

(conclusion and commentary)

PLANNING ORGANIZER

- Use of past tense

- Lingking words to with

time; first, second, then,

next, finally

- Participants; I, she, he,

Agung, Rina, Dayu

What is recount ?

Recount is the text to

retell the past events

TITTLE

ISBN: 978-602-1150-17-7

1005

Gambar 9: Media gambar berseri tentang suatu kegiatan

Setelah semua siswa menyelesaikan tugasnya dalam menyusun teks, guru meminta

masing-masing kelompok untuk menukar hasil kerjanya dan saling memberikan komentar

terhadap hasi kerja kelompok lain, di sini guru memberikan feedback. Selanjutnya, guru

meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian

siswa dan guru memberikan feedback.

Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil dari kegiatan

pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu yaitu tentang teks recount yang meliputi

social function, language feature (Simple Past Tense)dan generic stucture. Untuk kegiatan

pembelajaran pertemuan ke-2, Guru menginformasikan kepada siswa tentang test pada

pertemuan berikutnya.Setelah itu diakhir pembelajaran siswa dan guru melakukan refleksi

terhadap kegiatan pembelajaran saat itu.

Dari kegiatan pembelajaran di siklus II pertemuan 1 ini di dapat hasil kegiatan siswa

yaitu menulis kalimat dengan pola simple past tense, mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang

ada dalam teks recount berdasarkan generic stucture dan menyusun paragraph acak teks recount

menjadi teks recount yang padu dengan bantuan picture series.

Siklus II pertemuan 2

Pada kegiatan pembelajaran di siklus II pertemuan 2 , diawali dengan kegiatan awal

yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengecek

kesiapan siswa untuk mengikuti tes, meminta siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti tes.

Guru memberika soal berupa Picture seriesdan meminta siswa menulis sebuah teks berdasarkan

gambar-gambar yang disediakan sebgai berikut;

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1006

Gambar 10: Picture series untuk membatu siswa menuangkan ide-idenya dalam mengerjakan tes

tulis (menulisteks recount)

Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa karangan teks

recount yang berupa ide-ide siswa tentang apa kegiatan atau peristiwa yang terjadi berdasarkan

gambar-gambar yang diberikan guru.

Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang suatu kegiatan

yang telah dilakukan tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan menulis. Nilai

ketrampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 78 siswa

2. Jumlah total siswa 34 siswa

3. Jumlah siswa yang tuntas belajar 31 siswa

4. Jumlah siswa yang belum tuntas belajar 3 siswa

5. Persentase siswa yang tuntas belajar 91,18 %

6. Persentase siswa yang belum tuntas belajar 8,82 %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan picture

series pada pembelajaran menulis teks recount diperolehjumlah siswa yang telah mencapai

ketuntas nilai KKM sebanyak 31 siswa ( 91,18%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada

siklus pertama siswayang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa (8,82%).

Padahal target penelitian ini agar 85% siswa dapat mencapai ketuntasan.

Refleksi terhadap tindakan yang dikemukakan bahwa memang selama pembelajaran

penulis belum menggunakan media gambar berseri, sehingga berakibat rata-rata hasil nilai

ulangan harian kurang baik atau masih di bawah KKM. Berdasarkan analisis dan refleksi

tersebut diatas disusun rencana pembelajaran yang memungkinkan daya tangkap melalui

gambar-gambar berseri akan lebih mudah dipahami dengan harapan hasil belajar bahasa Inggris

dalam keterampilan menulis teks recount yang diperoleh siswa bisa meningkat.

KESIMPULAN

ISBN: 978-602-1150-17-7

1007

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, simpulan hasil

penelitian yang terkait dengan kamampuan siswa dalam menulis recount text adalah sebagai

berikut.

1) Sebelum menggunakan teknik picture series dari 34 orang siswa hanya lima belas orang yang

memenuhi nilai KKM 78. Artinya, terlampauinya nilai KKM yang ditentukan, yaitu 78

masih jauh dari ketuntasan.Hasil tes awal (pratindakan) menunjukkan bahwa pada hasil

karangan siswa masih banyak ditemukan kesalahan, yaitu terdapat pada struktur organisasi,

pengembangan ide, tata bahasa, dan mekanik yang menjadi perhatian lebih ke depannya.Hal

paling utama yang sering menjadi perhatian adalah kesalahan tata bahasa yang dilakukan

oleh siswa.Contohnya, mereka masih kesulitan memahami perubahan verb dari present

menjadi past.

2) Kemampuan siswa dalam menulis recount text setelah menggunakan teknik picture series

dapat dibagi menjadi dua siklus, yaitu seperti di bawah ini.

a. Pada siklus I, teknik picture series diterapkan, hasilnya menunjukkan sebanyak 82,35%

siswa mampu memeroleh nilai baik, dan 17,65% mendapat nilai di bawah KKM.

Peningkatan ini dapat dilihat dari aspek tata bahasa dimana kalimat-kalimat yang

dihasilkan siswa pada setiap paragrafnya sudah menunjukkan peningkatan karena siswa

sudah memerhatikan pola perubahan verb dan keterangan waktu yang dapat

mengindikasikan bahwa kalimat yang dibuat adalah past. Akan tetapi, masih ditemukan

kurangnya kemampuan siswa dalam mengembangkan ide-ide dalam paragraf, yang ada

menjadi sebuah paragraf yang dibuat serta kalimat utama belum didukung oleh anak-

anak kalimat sebagai keutuhan sebuah paragraf. Dikarenakan hal tersebut maka pada

siklus satu ditambahkan satu instrument, yaitu Planning organizer yang berguna dalam

perencanaan penyusunan recount text yang akan membantu megembangkan ide-ide

mereka. Peningkatan yang terjadi pada siklus I belum dapat memenuhi standar nilai

KKM 78 karena beberapa diantara siswa masih belum mampu memeroleh nilai KKM

yang ditentukan sehingga perlu dilaksanakan siklus II.

b. Pada siklus II, untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa guna memenuhi target

penelitian yaitu ketuntasan nilai yang dicapai siswa sejumlah 85%, makan ditambahkan

lagiinstrumenplanning organizer yang berguna dalam perencanaan recount text yang

membantu mengembangkan ide mereka secara terorganisir. Hasil karangan siswa pada

siklus II memenuhi KKM. Presentase kesalahan organisasi pada kegiatan pratindakan,

siklus I dan siklus II adalah pada kesalahan organisasi berkurang dari 45% menjadi 25%

dan 9%, kesalahan pengembangan ide berkurang dari 58% menjadi 32% dan 16%,

kesalahan tata bahasa berkurang dari 80% menjadi 48% dan 25%, dan kesalahan

mekanik berkurang dari 25% menjadi 16% dan 6%,.

3) Faktor-faktor yang memengaruhi hasil evaluasi pada penerapan teknik picture series dalam

menulis recount text yang ditampilkan dengan menggunakan slide dapat memberikan

stimulus kepada siswa tentang pembelajaran baru khususnya dalam menulis recount text.

Dengan demikian, memudahkan siswa untuk memunculkan ide-ide yang ada dalam pikiran

mereka yang akan dituangkan menjadi sebuah tulisan. Penambahan instrumen-instrumen

baru dapat memudahkan siswa untuk menulis sebuah recount text dengan teknik picture

series yang diterapkan. Di samping itu, dengan adanya pengulangan materi yang diberikan

dan penguatan (reinforcement) yang memberikan respons baik terhadap hasil menulis siswa

serta motivasi yang diberikan guru ketika pembelajaran berlangsung menyebabkan siswa

bersemangat dalam menulis.

SARAN

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1008

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan

menulis recount text dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Guru bahasa Inggris

Dalam proses pembelajaran bahasa inggris hendaknya disusun beberapa model pembelajaran

yang dikombinasikan dengan teknik baru yang mampu memberikan warna baru dalam proses

pembelajaran dikelas sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa khususnya dalam

menulis.

2. Siswa

Penerapan teknik picture series harus tetap dilaksanakan semaksimal mungkin agar

hasil yang diperoleh lebih meningkat.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian yang menggunakan teknik picture series sangat memungkinkan apabila

dilakukannyapenelitian lanjutan guna menyempurnakan penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asthika, I Made Dharma. 2012. Improving The Ability To Use Verbs In

Paragraph Writing Through Grammar Transformational Teaching Method. Denpasar:

Universitas Udayana.

Hidayati. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Wacana Narasi Melalui Pengguanaan Media

Gambar Berbasis Visual Gambar Berseri pada Mahasiswa FKIP UMM. Denpasar:

Universitas Udayana.

Maryani . (2009) berupa artikel dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam

Menulis Karangan Menggunakan Media Gambar Seri di Kelas V SD Cibulan”.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. “When English Rings The Bell Grade VIII”.

Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mustriana, Bachtiar Bima dan Cicik Kurniawati. 2005. Let’s Talk Grade VIII. Jakarta: Pakar

Raya.

Baehaqi, Imam. 2009. A Handbook of English Grammar, Panduan Lengkap dan Praktis Belajar

Tata Bahasa Inggris. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.

Brown, J.D & Bailey, M. 1984. A Categorical Instrument for Scoring Second Language Writing

Skills.Language Learning Reasearch Club.University of Michigan.

Brown, J.D . 1978. Prinsiple of Language and Teaching. Englewood Clift,

N.J.: Prentice-Hall.

Disney Enterprises. 2013. Lost. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Dykes, Barbara. 2007. Grammar for Everyone: Victoria: Acer Press

Emilia, Hermawan & Tati, 2008. Pendekatan Genre Based dalam Kurikulum Bahasa Inggris

Tahun 2006: Penelitian Sebuah Tindakan Kelas di Sebuah SMP Negeri di Badung.

Bandung : Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FPBS UPI.

Fadlun, Bahasa. 2011. Rangkuman Intisari Bahasa Inggris. Surabaya : Pustaka Agung Harapan.

Ghazali, H.A Syukur 2010.Pembelajaran keterampilan Berbahasa.Malang :

Aditama.

Leech, Geoffery. 2006. Glossary of Englsih Grammar: Edinburgh United Kingdom: Edinburgh

University Press.

ISBN: 978-602-1150-17-7

1009

Iskandarwassid dan Dadang Suendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Jauhariyah (2009). “Upaya Meningkatkan Kemampuan dalam Pembelajaran Menulis Laporan

Perjalanan dengan Media Gambar pada Siswa Kelas IX SMPN 01 Ombe Baru Tahun

Pelajaran 2008/2009” .

Milati, Ni Made. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Kalimat Passive Simple Presnt

Tense Siswa SMPN 1 Tegalallang dengan Pendekatan Chain Card Game‖. Denpasar :

Universitas Udayana.

Munadi, Yudi. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001 Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE.

Paizaluddin dan Ermalinda. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.

Permana, Maryani T. 2009. “Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Karangan

Melalui Penggunaan Media gambar Seri Di Kelas V SD Cibulan II Desa Cibulan”

Semedang: Universitas Pendidikan Indonesia.

Purwanto. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Skinner. 1957. Verbal Behavior. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 2000. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Yule, George. 2010. The Study Of Language Fourth Edition. New York. Cambridge University

Press. 133

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1010

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS SISWA, MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DI KELAS 7.2

SMP MUHAMMADIYAH 8 BATU

Supriyati

SMP Muhammadiyah 8 Batu

[email protected]

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

membaca teks siswa, melalui Model Jigsaw di kelas 7.2 SMP Muhammadiyah

8 Batu yang berjumlah 30 siswa. Data diperoleh dengan wawancara, observasi

dan tes. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan

PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dengan menggunakan model pembelajarana Jigsaw dapat

meningkatkan kemampuan membaca siswa, meningkatkan aktifitas dan kerja

sama dalam menyelasaikan tugas kelompok/individu. Pembelajaran menjadi

menyenangkan sehingga siswa tak mudah jenuh dan termotivasi untuk belajar

Bahasa inggris.

Kata-kata kunci : Model Jigsaw, Membaca, teks Descriptive

Di SMP Muhammadiyah 8 Batu banyak siswa khususnya kelas VII yang merasa

kesulitan dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggris khususnya pada aspek reading. Sebagai

contoh, pada waktu diberi tugas membaca teks berbentuk descriptive yang sudah ditentukan

tema atau judulnya, kebanyakan siswa tidak segera melaksanakan, bahkan malah ditinggal

ngobrol dengan temannya.

Ada kemungkinan kesulitan itu dikarenakan bahwa selama ini, kebanyakan siswa

menganggap mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai momok atau mata pelajaran yang sulit dan

tidak menarik. Karena sulit dan tidak menarik, siswa cenderung tidak suka, malas dan ingin

menghindarinya. Akibatnya, siswa malas mengikuti pelajaran itu atau kurang serius dan malas

mengerjakan tugas yang dibebankan oleh gurunya. Kamus, sebagai sarana pendukung yang

penting dalam belajar bahasa asing, juga jarang yang memilikinya. Ada yang memiliki, tapi

malas membawanya karena berat. Itu semua terjadi karena kurangnya motivasi dan kurang

minatnya terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris. Terutama pada aspek membaca bacaan,

banyak siswa yang kurang percaya diri dengan cara membaca. Mereka takut kalau salah baca

ataupun salah mengucapkan bacaannya. Nampaknya masalah yang dihadapi kebanyakan siswa

kelas VII SMP Muhammadiyah 8 Batu pada pembelajaran aspek reading ini cukup kompleks.

Mulai dari kurangnya minat, kurangnya sarana, kurangnya motivasi sehingga kurang serius

dalam mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris sehingga berdampak pada lemahnya

penguasaan kosa kata dan tata bahasa yang sangat diperlukan dalam pembelajaran aspek

membaca. Kalau melihat pengelompokan pemaham pada isi bacaan, langkah retorika dan

informasi yang terdapat pada bacaan secara tersirat maupun tersurat.Benar-benar

memprihatinkan. Terlebih lagi, Bahasa Inggris termasuk mata pelajaran yang diUNASkan.

Kalau tidak ada hal yang dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris,

entah itu metode, strategi, ataupun approach, nampaknya mereka akan semakin jauh atau benci

dengan mata pelajaran Bahasa Inggris. Yang pada gilirannya akan menurunkan kompetensi dan

ISBN: 978-602-1150-17-7

1011

prestasi Bahasa Inggris mereka. Seperti itulah gambaran betapa beratnya tugas guru Bahasa

Inggris menghadapi tantangan UNAS dan siswa yang seperti itu kondisinya.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, peneliti mencoba

menggunakan model Jigsaw untuk mengatasi sebagian dari permasalahan-permasalahan itu. .

Dengan digunakannya metode ini diharapkan para siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti

mata pelajaran Bahasa Inggris. Bagi siswa yang suka menggambar, dapat mengekspresikan

gagasannya melalui gambar yang beraneka ragam dan warna dalam mind mappingnya. Kalau

siswa sudah merasa tertarik, guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi kepada siswa.

Yang akibatnya diharapkan siswa tidak lagi merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran Bahasa

Inggris khususnya pada kompetensi atau aspek writing.

Metode Jigsaw

Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas

Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya.melalui metode Jigsaw kelas

dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik

yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa

bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota

dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian

akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan

tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar (expert group). Selanjutnya,

para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams)

untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.

Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams , para siswa dievaluasi secara

individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Berdasarkanuraian tersebut diatas

penulismencobamenerapkan salah satu Model pembelajaran Jigsaw. Dengan model

pembelajaran tersebut diharapkan siswa – siswi dapat menyelasaikan masalah dalam teks.

Dalam rangka mengumpulkan dan menganalisis data, penelitian tindakan kelas ini

menggunakan dua jenis instrument, yakni (1) instrument utama dan (2) instrument

pendamping. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bodgan dan Biklen (2007:158) bahwa peneliti

sebagai intrumen utama atau instrument kunci merupakan perencana tindakan , pengumpulan

data, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian, maka dalam penelitian ini instrument utamanya

adalah peneliti dan guru karena keduanya berkolaborasi dalam merencanakan tindakan,

mengumpulkan data, menafsir data, dan melaporkan hasil penelitian. Di samping itu, penelitian

ini juga menggunakan instrument pendamping, yaitu (1) lembar observasi yang digunakan

untuk mengamati seluruh kegiatan guru dan siswa ketika pembelajaran dilaksanakan, (2) alat

perekam (visual) untuk penunjang pengamatan, dan (3) lembar wawancara untuk memperjelas

dan mendalami hasil observasi.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kemampuan pengguasahaan isi bacaan siswa kelas 7.2 SMP

Muhammadiyah 8 kota Batu, dalam merespon makna teks esei pendek .

2. Untuk mengembangkan Metode Jigsaw yang efektif dan menyenangkan dalam

meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas 7. 2 SMP Muhammadiyah 8 kota Batu.

Merujuk pada uraian dan latar belakang tersebut di atas, dapat dikaji ada permasalahan

yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah penggunaan Model pembelajaran

Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan Membaca pada siswa kelas 7.2 semester genap di SMP

Muhammadiyah 8 Batu?”

Pada penelitian ini diharapkan kurang lebih ada peningkatan 85% siswa mendapatkan

nilai diatas KKM (75) secara klasikal. Disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan manfaat dan kontribusi pada guru kelas yang bersangkutan untuk dapat mengatasi

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1012

masalah kelas yang dihadapi khususnya pada pembelajaran Bahasa inggris, khususnya pada

aspek reading dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Peneliti berharap pula Modeln

pembelajaran Jigsaw dapat menginspirasi sesame guru bahasa inggris dalam memberikan warna

lain untuk mencapai keberhasilan yang jauh dari yang diharapkan sebelumnya. Serta dapat

diharapkan agar dapat berfungsi sebagai kajian untuk penelitian yang sama pada materi bahasa

Inggris khususnya pada aspek membaca.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Penelitian tindakan Kelas ( Classroom Action Research).

Dalam penelitian ini guru sebagai peneliti. Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas ini

adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara langsung terlibat

penuh dalam penelitian ini . Dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Penelitian ini dibagi menjadi dua siklus yang disesuaikan dengan kebutuhan. Masing-

masing siklus terdiri dari empat langkah ( Kemmis dan McTaggart, dalam : 1988 ) yaitu : a)

Perencanaan, yaitu merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta

membuat rencana tindakan, b) Tindakan, yang dilakukan sebagai upaya perubahan yang

dilakukan, c) Observasi, dilakukan secara sistematis untuk mengamati hasil atau dampak

tindakan terhadap proses belajar-mengajar, dan d) Refleksi, yaitu mengkaji dan

mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan yang dilakukan. Keempat langkah tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut :

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 7.2 SMP Muhammadiyah 8 Batu, pada semester

Genap tahun Pelajaran 2015 – 2016. Siklus1 dilakukan pada hari Selasa – Rabu,tanggal 15 – 16

Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan pada hari Jum”at – sabtu, tanggal 01 – 02 April 2016.

Jumlah siswa dari kelas 7.2 adalah 30 siswa, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 19 perempuan.

Penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar observasi untuk guru sebagai

observer dan tes tulis untuk menilai hasil akhir siswa yang dinilai berdasarkan rubric penilaian.

Siklus 1

Tahap Perencanaan ( planning ), mencangkup:

1. Menyusundan membuat Rencana Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran

Jigsaw untuk 2 kali pertemuan.

2. Menyiapkan Teks bacaan untuk ketrampilan membaca dan menggunakan instrument (

lembar observasi, dan rubric penilaian ketrampilan membaca teks berbentuk Descriptive).

3. Menyiapkan media pembel;ajaran dan students worksheet.

Tahap Melakukan Tindakan ( action ), mencangkup :

Refleksi

Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan

ISBN: 978-602-1150-17-7

1013

1. Melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai Perencanaan Pembelajaran ( RPP).

2. Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw pada pelaksanaanPembelajaran membaca teks

berbentuk descriptive.

3. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan memahami isi suatu bacaan berbentuk

descriptive teks.

Tahap Mengamati ( Observation ), mencangkup :

1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw pada

kegiatan pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi.

2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan Model Pembelajaran

Jigsaw pada kegiatan pembelajaran membaca teks berbentuk Descriptive.

3. Mendokumentasikan data semua jeniskegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1

untuk mengumpulkan data.

Tahap Refleksi ( reflection ), mencangkup:

1. Menganalisis dan menintrepetasi data temuan saat melakukan observasi.

2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan Model Pembelajaran

jigsaw dalam pembelajaran mambaca teks berbentuk Descriptive untuk

mempertimbangkan dan menentukan langkah selanjutnya.

3. Melakukan relfeksi terhadap penerapan Model pembelajaran Jigsaw pada pembelajaran

membaca teks berbentuk Descriptive.

4. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan

yang dilakukan guru sebagai saran danperbaikan untuk pembelajaran berikutnya pada

pelaksanaan siklus 2.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer ( teman sejawad MGMPS ),

menggunakan instrument pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Untuk refleksi

akan di bahas hasil-hasil penelitian, kendala-kendala yang dialami dan solusinya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan

pada tanggal 15 – 16 Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 01 – 02 April 2016,

berikut adalah temuan dan hasil penelitian.

Temuan pada penelitian Siklus 1 :

Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka, satu kali

pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu:

kegiatan Awal, kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir.

Siklus 1 pertemuan 1

Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh

memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian

guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan

mengkaitkanya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari, yaitu dengan memberikan

beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran sebelumnya kepada siswa dan mengkaitkan

dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Setelah itu guru menyampaikan topik,tujuan

pembelajaran dan hasil yang diharapkan pada pembelajaran ini. Untuk menggiring opini siswa

masuk pada materi, guru memberikan prompt questions dan menunjukan fenomena tertentu

kepada peserta didik terkait dengan cara memaparkan/ mendiskripsikan seseorang, benda, atau

tempat contoh peranyaan guru:

1). What is your parents look like ?

2). What is your hobbies ?

3). Where you done your hobbies ?

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1014

4). What is your favourite person ? why?

Setelah diberikan beberapa pertanyaan pada siswa yang telah disebutkan diatas, guru

mengaitkan jawaban-jawaban dari siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu membaca teks

berbrentuk Descriptive teks.

1. Kegiatan Inti ( 25‟ )

a. Pre Reading

Siswa menyimak penjelasan tentang teks deskriptif oleh guru.

b. Whilst Reading

c. Siswa dibagi dalam kelompok Home Group dengan anggota 4 orang.

Setiap siswa anggota Home Group diberi materi/pertanyaan yang berbeda.

d. Setiap siswa membentuk Expert team berdasarkan nomor/alphabet untuk membahas materi

materi yang berbeda.

Siswa diminta kembali ke masing masing Home Group untuk menjelaskan materi kepada

anggota Home Group yang lain.

Anggota Home Group menggabungkan materi/informasi yang mereka perolah di Expert

Group dengan anggota Home Group yang lain. Kegiatan selanjutnya, guru memberikan

contoh teks berbentuk Descriptive dan meminta siswa untuk membaca dan membahasnya

secara berkelompok sesuai yang telah ditentukan.

Lionel Messi, his full name is Lionel Andres Messi. He was born in Rosario,

Argentina, on 24 June 1987. His father's name is Jorge Horacio Messi, and his mother is

Celia Maria Cuccittini. He has 2 brothers and 1 sister. His brothers‟ names are Rodrigo

and Matias. His sister's name is Maria Sol.

Luis Lionel Andres Messi is a professional footballer. He started playing

football for the Newell's Old Boys at the age of 8. The doctors diagnosed him as suffering

from a hormone deficiency that disturbed his growth, but it is not the reason for Messi to

be a professional football player. He is a very talented footballer. He can run very fast

although his body is too short for a footballer. He can pass the ball well and help his team

winning a game. Lionel Messi is also an excellent goal getter. He often goals in every

game he plays.

Lionel Messi has several achievements. He has ever won the best footballer in

the world 3 times. In Spain he has several achievements such as the best goal scorer and

top goal scorer. He brings Barcelona to win trophy of La Liga and Champions League

many times. Unfortunately, his achievement in La Liga doesn't bring anything to his

career in Argentina's team. Since he has joined the national team, they never win a

trophy. Messi is well-known as a very kindhearted person. He is very polite in and

outside the pitch. He founds an institution of charity to help children in health and

education.

Adapted from http://www.sekolahoke.com/ 2012/ 11/ descriptive- text-lionel-

messi. html

ISBN: 978-602-1150-17-7

1015

Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang

berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi

dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi

dan menemukan social function dan language feature dari contoh text descriptive tersebut dan

mendiskusikan hasilnya bersama-sama. Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks descriptivet

mempunyai ciri kebahasaan yaitu menggunakan Simple Present Tense. Selanjutnya Guru

memberikan penjelasan tentang pola Simple Present Tense dan meminta siswa secara individu

untuk membuat 5 kalimat berbentuk Simple Present Tense dan membacanya. Dalam kegiatan

membaca kalimat dengan pola Simple Present Tense tersebut merupakan kegiatan yang sangat

esensial sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk membaca teks descriptive, sehingga perlu

penguatan kepada siswa. Selain tentang language feature . Siswa juga perlu pembekalan dan

pemahaman tentang generic stucture tentang teks descriptive. Untuk kegiatan ini secara

berkelompok guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang generic structure dari teks

descriptive dan mediskusikan hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari kegiatan ini diperoleh

hasil bahwa teks decsriptive memiliki generic structure: Identification dan description. Untuk

mendalami tentang generic structure secara detail guru meminta siswa untuk

mengklasifikasikan kalimat –kalimat yang terdapat dalam teks descriptive tentang my favourite

footballer berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ada

pada graphic organizer seperti yang terlihat pada graphic organier di bawah ini:

Dari kegiatan ini didapatkan dokumentasi proses kegiatan dan hasil kerja kelompok

siswa sebagai berikut :

Descriptive Texts

What is the title ? ....

2. Description

Where he was born?

………………………….

Where he was come

from?

………………………….

3. Identification

Who is he ?

...........................

Where is he life?

...........................

Gambar 1 Kegiatan Kelompok Diskusi Siswa Gambar 2 Hasil Diskusi Kelompok Siswa

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1016

Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan pekerjaannya, guru meminta

perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas, kemudian guru dan

siswa menarik kesimpulan dari hasil kerja kelompok. Untuk menemukan ide pokok paragraph

dan generic structure pada bacaan tersebut.

Siklus 1 pertemuan 2

Kemudian guru mengajak siswa mereview tentang pembelajaran yang telah diajarkan

sebelumya dengan memberikan pertanyaan pada siswa, yaitu tentang descriptive text meliputi :

Identification dan Description. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi

yang telah mere Pada kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2 , diawali dengan

kegiatan awal yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. ka pelajari

sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini.

Pada kegiatan ini siswa diberikan teks descriptive dan masing-masing mengerjakan

untuk menemukanide poko pada setiap paragraph dan generic structure pada bacaan tersebut.

Serta menemukan beberapa kata sulit yang belum dimengeti artinya.

Dari hasil kegiatan kelompok /individu untuk menemukan ide pokok maupun generic

structure/ langkah retorika dalam memahami teks berbentuk descriptive dapat disimpulkan

pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil tes ketrampilan memahami isi bacaan/ide pokok paragraph serta

generic structure siswa pada siklus 1

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

4

5

6

Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Jumlah total siswa

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang belum tuntas belajar

Persentase siswa yang tuntas belajar

Persentase siswa yang belum tuntas belajar

75

30 siswa

12 siswa

18 siswa

37,5 %

62,5 %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan model

jigsaw pada pembelajaran membaca teks descriptive diperoleh nilai rata-rata ketrampilan

membaca dan dapat nengerjakan beberapa pertanyaan pada bacaan siswa adalah 62,5 % dan

ketuntasan belajar mencapai 37,5 % atau ada 12 siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar dengan

nilai KKM:75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa

belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 37,5 % lebih kecil

dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran pada siklus 1 ini masih

ditemukan beberapa kendala diantaranya masih ada nilai beberapa siswa yang dibawah KKM.

Hal ini disebabkan ternyata pada proses pembelajaran siswa banyak yang kurang menguasai

kosa -kata yang berhubungan dengan teks descriptive tentang animal sehingga mereka sering

bertanya pada guru. Selain itu siswa juga masih kesulitantentang grammarkhususnya pola

kalimat simple presentt tense, mereka masih belum paham tentang bentuk past dari kata kerja

tertentu, baik regullar maupuniregular verb, oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk

kendala di siklus 1 ini. Alternatif solusi tersebut yaitu penambahan pemberian key word dan

latihan soal tentang grammar (simple present tense),selain itu mereka perlu membawa kamus.

Temuan pada penelitian siklus 2

Seperti pada siklus 1, siklus 2ini terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali

tatap muka,satu kali pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan untuk kegiatan

ISBN: 978-602-1150-17-7

1017

masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan

inti dan kegiatan akhir.

Siklus 2 pertemuan 1

Pada kegiatan awal di siklus 1 pertemuaan satu, guru mengecek kehadiran siswa dan

memberi salam. Selanjutnya guru mengajak siswa untk mereview materi yang telah di pelajari

pada pembelajaran di siklus 1dan mengkaitkanya dengan pembelajaran yang akan di pelajari.

Untuk menggiring opini siswa pada materi yang akan di pelajari guru memberikan

brainstorming dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang My Mom sebagai berikut:

1. Do you have parents? What is your mother‟s names ?

2. Do you love much to your mother‟s ? why ?

Setelah siswa membuat pertanyaan dan bertanya jawab dengan guru dan siswa, guru

:memberikan contoh teks descriptive tentang My Mom seperti contoh berikut ini :

Siswa diminta untuk membaca dan memahami isi bacaan teks tersebut. Kemudian

diminta untuk menggaris bawahi kata kata yang sulit dan membahasnya bersama-sama dengan

guru. Setelah itu siswa memjawab beberapa pertanyaan terkait isi dari bacaan tersebut secara

lisan. Selanjutnya guru dan siswa mereview kembali tentang social function, language feature

dan generic structure dari teks recount. Terkait dengan language feature, Guru memberikan

pemantapan dan penguatan tentang simple present tense, karena hasil dari siklua pertama siswa

banyak melakukan kaesalahan dalam grammar section ketika menulis paragraph recount, oleh

karena itu pemantauan tentang grammar dilakukan pada kegiatan pembelajaran di siklus 2 ini.

selain teori tentang simple present tense pada kegiatan inti ini siswa banyak di beri latihan

latihan soal yang berhubungan dengan pola simpla present tense. Yang pertama siswa di minta

untuk menemukan pada bacaan tersebut yang ternasuk dalam pola kalimat yang menggunakan

simple present tense/ verb 1.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1018

Example‟s :

1. My mother is a beautiful person.

2. She is not tall but not short.

3. She has a beautiful smile.

4. She is a very kind person, etc…...

Tabel 4. Hasil Kegiatan diskusi pada pelaksanaan siklus 2 di SMP Muhammadiyah 8 Batu

No Kelompok Kreteria

1 2 3

1 Kelompok 1 V

2 Kelompok 2 V

3 Kelompok 3 V

4 Kelompok 4 V

5 Kelompok 5 V

6 Kelompok 6 V

7 Kelompok 7 V

8 Kelompok 8 V

Jumlah 7 1 0

Keterangan :

1. Menjawab Pertanyaan benar semua : 7 Kelompok

2. Menjawab Pertanyaan sebagian benar : 1 Kelompok

3. Menjawab Pertanyaan salah semua : 0

Klasikal : Tuntas

Tabel 5. Hasil Tugas Diskusi Siswa pada Siklus 2

No Uraian Hasil Siklus 2

1

2

3

Menjawab Pertanyaan benar semua

Menjawab Pertanyaan sebagian benar

Menjawab Pertanyaan salah semua

87,5 %

12,5 %

0 %

ISBN: 978-602-1150-17-7

1019

Tingkat keberhasilan pada siklus 2 adalah 95 %. Siswa yang bisa menjawab

pertanyanan dengan benar. Dan terdapat 1 kelompok yang masih belum bisa menjawab benar

pada semua pertanyaan yang tersaji. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus 2 ini ketuntasan

belajar secara klasikal telah tercapai. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus 2 ini

dipengaruhi juga oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model jigsaw

sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telag=h diberikan, khususnya pada

aspek membaca.

a. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih

kurang baik dalam proses belajar mengajar denganpemaham belajar menggunakan model

jigsaw. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut ;

1. Selama prosesbelajar mengajar guru telah melaksanakan semuapembelajaran dengan

baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase

pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar

berlangsung.

3. Kekurangan pada siklus 1 sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi

lebih baik.

4. Hasil belajar siswa pada siklus 2 telah mencapai ketuntasan.

b. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus 2 guru telah menerapkan model jigsaw dengan baik dan dapat dilihat dari

aktifitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan

dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu bantyak,tetapiyang perlu diperhatikan untuk

tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan

tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya pemahaman model jigsaw

dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai,

KESIMPULAN

1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cara belajar/diskusi dengan

menggunakan model jigsaw , pengajaran yang terarah memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru ( ketuntasan belajar

meningkat dari siklus 1 dan 2 ) yakni masing-masing dari 37,5% menjadi 87,5 %. Pada

siklus 2 ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalamMengelolah Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswadalamproses belajar diskusi dengan

menggunakan model jigsaw mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap

prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada

setiap siklus.

Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ) pada dasarnya merupakan

upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan khusus dalam proses pembelajaran. Jenis

penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan

dampak langingkatan diperoleh rata-rata kadar partisipasi aktif siswa dalam bentuk perbaikan

dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelolah pembelajaran di kelas, dengan

mengkaji berbagai indicator keberhasilan dan kesulitan dalam proses pembelajar pada guru dan

hasil belajar yang terjadi pada siswa di kelas.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1020

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelasdalam peningkatan partisipasi belajar

khususnya Bahasa Inggris : Meningkatkan Kemampuan Membaca Teks Siswa, Melalui Model

Pembelajaran Jigsaw di kelas 7.2 SMP Muhammadiyah 8 Batu, dapat diambil kesimpulan

bahwa ;

1. Setelah dilakukan pengamatan terhadap kegiatan aktivitas siswa memperhatikan

bahwa terjadi peningkatan yang diperoleh rata-rata kadar partisipasi aktif siswa dalam

pembelajaran Bahasa Inggris pada siklus 1 presentase keaktifan siswa adalah 37,5 % ,

meningkat menjadi 87,5 % pada siklus 2.

2. Karena dalam penelitian ini, skor rata-rata pada setiap siklus telah mencapai diatas 20 %,

maka peneliti berkesimpulan bahwa, meningkatkan kemampuan membaca teks siswa,

melalui model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas

7.2 SMP Muhammadiyah 8 Batu.

SARAN

Agar proses pembelajaran ini dapatterus berlangsung dengan peningkatan partisipasi

pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka pihak sekolah dan guru perlu

melakukan ;

1. Mengatur ruang kelas, dan denah tempat duduk siswa sesuai dengan karakteristik dan

kebutuhan siswa.

2. Guru selalu mensupport/membantu dan memotivasi siswa untuk terbiasa berdiskusi,

membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan agar siswa mempunyai percaya diri

dalam berinteraksi dengan sesama siswa.

3. Para Guru harus memiliki sikap keterbukaan, kesediaan menerima kritik dan saran

terhadap kelemahan-kelemahan dalam proses belajar.

4. Mendukung guru-guru untuk mengembangkan macam-macam model pembelajaran

dalam proses pembelajaran agar selalu ada peningkatan kualitas pembelajaran baik dari

proses maupun hasil belajar siswa.

5. Guru hendaknya menyesuaikan metode dan strategi pembelajaran juga memahami

karakteristik dan kemampuan siswa, karena masing-masing siswa pada dasarnya

mempunyai karakter dan kemampuan yang berbeda-beda.

6. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan

kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambingan dalam pembelajaran Bahasa

Inggris maupun mata pelajaran lainnya.

7. Memotivasi guru untuk menulis Karya Ilmiah dengan salah satu cara melaksanakan

penelitian tindakan kelas.

ISBN: 978-602-1150-17-7

1021

PENGGUNAAN METODE GUIDING QUESTIONS UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS TEKS RECOUNT PADA SISWA KELAS 8 SMPN 06

BATU TAHUN PELAJARAN 2015-2016

Sri Ekowati

SMP Negeri 06 Batu

[email protected]

Abstrak: Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis teks

recount pada siswa kelas 8 D SMP Negeri 06 Batu, yang selama ini jumlah siswa yang

mencapai KKM kurang dari 50%. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mencoba

menerapkan “Aktivitas Menulis Terbimbing” (AMT). Penelitian ini menggunakan

Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus dengan setiap siklusnya ada 4 tahap,

yaitu: perencanaan, penerapan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian yang

digunakan adalah observasi dan hasil lembar kerja siswa. Dari hasil penelitian ini siklus 1

dengan ketuntasan belajar klasikal 48,5%, siklus 2 dengan ketuntasan belajar 68,8 %, jadi

meningkat (20,3%). Dengan metode AMT dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas

8D SMP Negeri 06 Batu di dalam menulis teks recount.

Kata kunci: Writing, Guiding Questions, Recount Text.

Peneliti mengajar di kelas 8 D sudah hampir satu tahun, mulai semester 1 tahun 2015

sampai sekarang. Permasalahan yang muncul dalam pengajaran Bahasa Inggris adalah

keterampilan menulis siswa yang masih rendah. Peneliti mendapatkan fakta-fakta sebagai

berikut: (1) motivasi siswa dalam menulis masih rendah dikarenakan kesan (menulis) sebagai

keterampilan rumit untuk dipelajari; (2) siswa kurang percaya diri dalam menulis teks recount

karena perasaan tidak nyaman untuk menulis dalam bahasa Inggris; (3) nilai siswa masih di

bawah batas terendah dari ketentuan sekolah, yaitu nilai 70, karena siswa tidak mengetahui

bagaimana harus mulai menulis, bagaimana mendapatkan gagasan yang harus ditulis, dan

bagaimana mengorganisasikan gagasan tersebut untuk ditulis dalam sebuah teks terpadu; dan

(4) guru menugaskan siswa untuk menulis tanpa memberikan bimbingan di dalam proses

menghasilkan sebuah teks. Oleh sebab itu, peneliti sangat terdorong untuk memecahkan

masalah-masalah tersebut (terutama masalah-masalah nomor 3 dan 4) dengan penerapan

strategi “Aktifitas Menulis Terbimbing”(AMT).

Yang dimaksud dengan AMT adalah membimbing siswa dalam menulis menggunakan

beberapa pertanyaan guna memberikan inspirasi dalam menulis sehingga siswa lebih fokus

terhadap menulis sebuah teks sesuai dengan jenis teks dan tema yang diinginkan, modifikasi

menurut Jeffrey Wilhem, dan Langkah-langkah utama dari AMT adalah (1) Guru memberikan

beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan teks recount tentang travelling. (2) Siswa

menuliskan kalimat berdasarkan pertanyaan yang diberikan. Kelebihan dari AMT adalah (1)

Siswa lebih aktif di dalam menulis teks recount. (2) Siswa lebih runtut dalam menuliskan idenya

menjadi teks recount.dst.

Penelitian terdahulu yang menggunakan AMT dilaksanakan oleh Septianingsih (2013)

dengan temuan pada post test hasilnya lebih tinggi (72,9) dari pre test sebelumnya (61,5),

ternyata Wardani (2014) juga meneliti tentang AMT, yang hasilnya adalah meningkat secara

signifikant yaitu t-count (11,97) lebih tinggi dari t-table (1,729).

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1022

Melalui strategi AMT, peneliti ini juga berharap mampu meningkatkan keterampilan

siswa di dalam menulis teks recount. Strategi ini dipilih karena dianggap dapat mendorong

siswa untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan menulis sehingga keterampilan menulis mereka

menjadi meningkat. Oleh sebab itu, rumusan masalah penelitihan ini adalah “Bagaimana

strategi Aktifitas Menulis Terbimbing dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis

teks recount bagi siswa kelas 8 D SMP Negeri 06 Batu?”

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru di kelas tersebut dalam mengatasi

kesulitan menulis teks recount, dan tentunya bagi guru Bahasa Inggris yang lainnya, yang

mempunyai masalah yang sama, diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk

memecahkan masalah di kelas mereka.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini diadakan di SMP Negeri 06 Batu, kelas 8D semester genap dengan jumlah

33 siswa, siswa laki-laki berjumlah 17 dan siswa perempuan berjumlah16, penelitian dilakukan

selama 1 bulan. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research). Dalam penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti. Tujuan utama dari penelitian

tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh

terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sesuai

dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini

menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan McTaggart, yaitu berbentuk spiral

dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana),

action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum

masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1 Alur PTK

Refleksi

Tindakan/

Observasi

Refleksi

Tindakan/

Observasi

Refleksi

Tindakan/

Observasi

Rencana

awal/rancangan

Rencana yang

direvisi

Rencana yang

direvisi

Putaran 1

Putaran 2

Putaran 3

ISBN: 978-602-1150-17-7

1023

Peneliti merencanakan kegiatan penelitian ini dengan 2 siklus dan dilakukan di

kelas VIII D semester genap di SMPN 06 Batu tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 33

siswa. Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer. Pada langkah observasi ini

menggunakan instrument pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Untuk refleksi akan

di bahas hasil –hasil penelitian, kendala- kendala yang dialami dan solusinya. Kehadiran

peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa

tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin

demi kevalidan data yang diperlukan.

Proses Pembelajaran ini diteliti melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus

dengan kegiatan sebagai berikut:

Siklus 1

Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:

a. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran dengan metode AMT untuk 2 kali

pertemuan

b. Menyiapkan instrumen ( lembar observasi, kriteria /rubrik penilaian ketrampilan

menulis teks).

c. Menyiapkan 2 contoh teks recount dan beberapa pertanyaan bimbingan.

Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:

a. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan pembelajaran (RPP).

b. Menggunakan metode AMT pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks recount.

c. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan menulis teks recount tentang

travelling.

Tahap Mengamati (Observation), mencakup:

a. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan metode AMT pada kegiatan

pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi.

b. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode AMT pada

kegiatan pemebelajaran menulis teks recount.

c. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk

pengumpulan data

Tahap Refleksi (Reflection), mencakup:

a. Menganalisis dan mengintrepetasi data temuan saat melakukan observasi.

b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan metode AMT dalam

pembelajaran menulis teks recount untuk mempertimbangkan dan menentukan

langkah selanjutnya.

c. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode AMT pada pembelajaran menulis teks

recount.

d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahan – kelemahan

atau kekurangan yang dilakukan guru sebagai saran dan perbaikan untuk pembelajaran

berikutnya pada siklus 2.

Kriteria keberhasilan ditentukan 70% siswa mencapai skor 70. Selama ini jumlah siswa

yang mencapai KKM kurang dari 50%.

TEMUAN PENELITIAN

Siklus I terdiri atas 2 kali pertemuan yang terdiri atas 1 kali pertemuan tatap muka

untuk pembelajaran, satu kali pertemuan untuk tes. Masing-masing pertemuan menggunakan

tahapan pembelajaran: Observasi teks yang diberikan, menuliskan (kata kerja /V2, jawaban

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1024

berdasarkan guiding questions) yang terdapat di dalam teks recount yang diberikan,

mempresentasikan /menyajikan.

Siklus 1 pertemuan ke 1

Pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa di dalam kelas dengan

memberikan motivasi siswa dengan cara guru menunjukkan gambar tempat wisata yang ada

dikota Batu (Selekta).

Guru : Anak-anak pada pertemuan minggu yang lalu kita sudah belajar tentang reading yang jenis

teksnya apa?

Siswa : Jenis teksnya recount.

Guru : Apa tujuan komunikatif dari teks recount?

Siswa : Menceritakan kejadian yang sudah terjadi/berlalu.

Guru : Masih ingat apa saja generic structure dari teks recount?

Siswa : Ya bu ada 3 yaitu orientation, events dan reorientation.

Guru : Gambar apakah ini?

Siswa : Gambar Selekta.

Guru : Sudah pernah ke Selekta?

Siswa : Sudah.

Guru : Dengan siapa, bagaimana, apa yang kamu lakukan di sana?

Siswa : Bersama keluarga, naik mobil, melakukan sederetan aktivitas yang runtut yang sudah dilakukan

di Selekta.

Guru membagi kelompok dengan cara Numbered Head Together,dengan mempertim-bangkan

gender.

Guru : Sekarang saya memberikan contoh teks recount yang lain, amatilah teks kemudian tuliskan kata

kerja yang temukan di dalam teks recount yang saya berikan, kerjakan dengan anggota

kelompokmu

Siswa : (Mengobservasi teks recount yang diberikan dan menuliskan V2 yang ditemukan

kemudian mencari V1/kata kerja dasarnya serta artinya ke dalam bahasa Indonesia).

Guru : (Berkeliling serta membimbing siswa dengan cara memberikan pertanyaan-

pertanyaan bimbingan agar siswa bisa menemukan kata kerja yang dimaksud).

Siswa: (Siswa bersama dengan kelompoknya berdiskusi untuk menemukan V2 dan mencari Verb1 nya

beserta artinya, dan kemudian menuliskannya).

Guru : Untuk pertemuan berikutnya kita masih belajar tentang teks recount, dan saya harap kalian

mencari dan membaca teks recount yang lain, karena tujuan dari

pembelajarannya kalian diharapkan bisa menulis teks recount dengan tema

“Travelling”.

Dari dialog di atas ditemukan masalah siswa masih banyak melakukan kesalahan

menuliskan kata kerja irregular verbs bentuk ke 2 (ate, bought, rode, saw).Setelah aktivitas

semuanya sudah dilaksanakan sampai mempresentasikan hasilnya dilanjutkan dengan kegiatan

menuliskan kalimat bentuk Past Tense boleh menggunakan kata kerja yang sudah ditemukan

atau kata kerja 2 yang lainnya.

Guru : Sekarang diskusikan dengan kelompok, tuliskan minimal 5 kalimat bentuk Past

Tense.

Siswa: (Menuliskan kalimat bentuk Past Tense bersama dengan kelompoknya).

Dari hasil kerja siswa ditemukan ini:

1. I and my friends went to coffe last Sunday.

2. I and my friends fisited to grandmotherhouse last week.

3. I and my team football loste played football last Monday.

4. I and my friend saw videos in my house,We watched this video‟s of Bayuskak is

youtubers. Everyweek his upload new videos at 03.00 pm on Saturday. Everyweek I

waited the new videos and today we will watched. We watched on last holiday.

ISBN: 978-602-1150-17-7

1025

Dari hasil kerja siswa menulis ditemukan masalah siswa masih sangat minim kosa kata.

Siswa belum paham tentang pemakaian V2 di dalam kalimat, jadi masih bingung membedakan

Present Tense dan Past Tense.

Siklus 1 pertemuan ke 2

Pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa di dalam kelas dengan

memberikan motivasi siswa dengan cara bertanya jawab tentang pelajaran yang lalu tentang

perjalanan ke Selekta.

Guru : Masih ingat pelajaran pada pertemuan yang lalu?

Siswa : Masih bu tentang pergi ke Selekta.

Guru : Hari ini kita masih belajar tentang teks recount dan diakhir pembelajaran kalian harus

mengumpulkan hasil tulisan teks recount yang kalian tuliskan.

Siswa : Ya bu

Guru : Sekarang saya berikan 3 contoh teks recount untuk memberikan inspirasi di dalam menulis nanti

dan saya berikan juga beberapa pertanyaan panduan biar generic structure dari teks recountnya

jelas jadi alurnya juga jelas.

Siswa : (Siswa mulai menulis teks recount).

Guru : (Guru berkeliling dan memberikan bimbingan siswa dalam menulis teks recount).

Temuan:

Last week my family went to beach. We went there together by car at 08.00 a.m. Along

trip, we enjoyed beautiful scenery . and I saw very much bird.

In trip I and my family feel hungry, because we don‟t breakfast. So, we stop in cottage.

After that, we continue trip to beach. Finally I and my family arrived in beach.

In beach I took pictures,playing water, and playing sand. After that I and family climb

banana bout. It is fun and very sharp.

After that satisfied playing we return to lunch in prep coconut tree. After satisfied we go

to home.

- Masih sering lupa menggunakan kata kerja 2 di dalam teks recount.

- Masih minim kosakata yang dimiliki

PEMBAHASAN

Siklus 1

Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan tanggal 10-12 Maret 2016 dan siklus

2 dilaksanakan tanggal 2 – 4 April 2016, berikut adalah temuan dan hasil penelitian.

Siklus 1 pertemuan 1

Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini guru

memberikan pertanyaan pertanyaan yang terkait dengan materi pembelajaran sebelumnya dan

mengaitkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Guru memberikan gambar tempat wisata

Selecta dan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan gambar dan kegiatan yang sudah

terjadi/ in the past time.

Contoh : 1. What picture is it?

2. Have you ever gone to Selekta?

3. When did you go there

4. How do you go there?

Setelah menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dilanjutkan memberikan teks recount

dengan tema travelling.

Pada tahap pembelajaran di kegiatan inti, guru meminta siswa untuk mengamati teks

recount yang diberikan, dan menuliskan V2 yang ditemukan pada bacaan yang diberikan dan

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1026

mencari V1 dan arti dalam Bahasa Indonesia. Dilanjutkan dengan tugas berikutnya yaitu

menuliskan kalimat Simple Past Tense.

Dari kegiatan ini di dapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok siswa sebagai

berikut:

.

Gambar 1 Gambar 2

Siswa secara kelompok menganalisis V2 Siswa menempelkan hasil kerja kelompok

yang terdapat pada teks recount. (V2 yang ditemukan pada teks recount).

Kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2, diawali dengan kegiatan awal yaitu

pendahuluan, guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Guru bertanya sekilas

tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran yang akan

dipelajarinya.

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk menuliskan teks recount dengan

menjawab pertanyaan panduan yang diberikan oleh guru.

Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa tulisan teks recount

tentang travelling. Hasil tulis tersebut dijadikan guru sebagai hasil tes ketrampilan menulis.

Nilai keterampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Table1: Hasil nilai keterampilan siswa dalam menulis teks recount

No Nama Nilai Siswa keterangan

1 A.S 75 Tuntas

2 B.R 50 Tidak Tuntas

3 D.P 75 Tuntas

4 D.A 83 Tuntas

5 F.F 67 Tidak tuntas

6 R. I 75 Tuntas

7 V.I 58 Tidak tuntas

8 Z. M 75 Tuntas

9 A.R 58 Tidak tuntas

10 A.K 58 Tidak Tuntas

11 B.P 83 Tuntas

ISBN: 978-602-1150-17-7

1027

12 G.D 67 Tidak Tuntas

13 I.F 75 Tuntas

14 L.N 67 Tidak tuntas

15 R.B 67 Tidak tuntas

16 S.L 67 Tidak Tuntas

17 Y.G 67 Tidak Tuntas

18 F.R 75 Tuntas

19 I.I 67 Tidak tuntas

20 S.F 67 Tidak Tuntas

21 W.P 58 Tidak Tuntas

22 Y.S 67 Tidak tuntas

23 Y.A 75 Tuntas

24 Y.B 83 Tuntas

25 A.A 58 Tidak Tuntas

26 A.I 83 Tuntas

27 F.S 75 Tuntas

28 M.F 50 Tidak tuntas

29 D.V 75 Tuntas

30 D.A 58 Tidak tuntas

31 I.A 75 Tuntas

32 L.N 83 Tuntas

33 M.Y 75 Tuntas

Keterangan = * Jumlah siswa Tuntas =16 = 48,5%

* Jumlah siswa Tidak Tuntas =17 =51,5%

* Prosentasi = 48,5%

Dari hasil di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode AMT diperoleh

jumlah siswa yang mencapai KKM baru 48,5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus

1 secara klasikal siswa belum tuntas belajar sesuai dengan KKM yang yang ditentukan dalam

penelitian ini, yaitu 70% siswa mencapai KKM.

Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran siklus 1 ini masih

ditemukan beberapa kendala antara lain masih ada nilai siswa yang di bawah KKM. Hal ini

disebabkan siswa masih sangat minim kosakata. Siswa belum paham tentang pemakaian V2 di

dalam kalimat, jadi masih bingung membedakan Present Tense dan Past Tense. Siswa masih

sering lupa menggunakan V 2 di dalam teks recount. Oleh karena itu perlu dicarikan solusi

untuk mengatasi kendala-kendala di siklus 1 tersebut. Alternatif solusi yang ditawarkan adalah

sering berlatih menemukan V2 yang terdapat pada teks recount, latihan soal tentang menuliskan

kalimat bentuk Past Tense, diberikan pertanyaan bimbingan untuk membimbing siswa pada

saat pembelajaran menulis teks recount, dan dipinjami kamus Bahasa Inggris disetiap

kelompok. Alternatif solusi ini dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus 2.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1028

Siklus 2

Tahap Perencanaan (Planing), mencakup:

1. Mengevaluasi hasil refleksi dari siklus 1 dan mencari solusi untuk diterapkan pada

siklus 2 .

2. Mendata masalah dan kendala yang ditemukan pada saat pembelajaran di siklus 1.

3. Merancang perbaikan dan penyempurnaan di dalam menyusun RPP untuk selanjutnya

diterapkan pada pembelajaran di siklus 2.

4. Menyiapkan 2 contoh teks recount dengan tema Holiday dan beberapa pertanyaan

bimbingan.

Tahap Melaksanakan Tindakan (Action), mencakup:

1. Membentuk 6 kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa.

2. Melaksanakan langkah – langkah pembelajaran sesuai dengan RPP siklus 2.

3. Menggunakan metode AMT pada saat siswa menulis teks recount.

4. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa keterampilan menulis teks recount tentang

Holiday.

Tahap Mengamati (Observation), mencakup:

1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan metode AMT pada kegiatan

pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi.

2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode AMT pada

kegiatan pembelajaran menulis teks recount.

3. Mendokumentasikan semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 2

untuk pengumpulan data

Tahap refleksi (Reflection), mencakup:

1. Merefleksi proses pembelajaran dengan metode AMT pada siklus ke 2..

2. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode AMT pada pembelajaran menulis teks

recount.

3. Menganalisis dan mengintrepetasi data temuan saat melakukan observasi pada siklus 2.

Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2, diharapkan agar siswa memiliki kemampuan

menulis teks recount yang baik dan terjadi peningkatan prestasi di dalam menulis teks recount

dan lebih termotivasi di dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

Siklus 2

Siklus 2 dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan RPP yang sudah diperbaiki

dan disempurnakan dengan mempertimbangkan kendala dan kekurangan- kekurangan pada

siklus 1. Siklus 2 pelaksanaannya diadakan pada tanggal 29 Maret sampai tanggal 4 April 2016.

Pembelajaran pada siklus 2 dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan.

Siklus 2 Pertemuan 1 (hari Selasa, tgl 29 Maret 2016)

Pertemuan pertama untuk siklus 2 diawali dengan pertanyaan guru tentang materi

pembelajaran sebelumnya.

Guru : Anak-anak masih ingat materi pelajaran yang lalu, tentang apa?

Siswa: Masih bu, tentang menulis teks recount.

Guru : Betul, anak-anak. Hari ini kita akan membahas temuan kesalahan kesalahan yang

ditemukan pada hasil tulisan kalian minggu lalu

Siswa: Baik bu....

Guru : (Menuliskan kesalahan kesalahan siswa di dalam menulis dan membetulkan

bersama-sama dengan siswanya).

Guru : Tugas selanjutnya, analisis teks recount tema holiday yang saya berikan, tuliskan

ISBN: 978-602-1150-17-7

1029

V2 yang kalian temukan dan cari V1nya dan artinya ke dalam Bahasa Indonesia

secara berkelompok.

Siswa: (Siswa bersama dengan kelompoknya berdiskusi untuk menemukan V2 dan mencari Verb1nya

beserta artinya, dan kemudian menuliskannya).

Siklus 2 Pertemuan 2 (hari Senin, tgl 4 April 2016

Pertemuan pertama untuk siklus 2 diawali dengan pertanyaan guru tentang materi

pembelajaran sebelumnya.

Guru : Masih ingat apa saja generic structure dari teks recount?

Siswa : Ya bu ada 3 yaitu orientation, events dan reorientation.

Guru : Sekarang saya berikan 2 contoh teks recount dengan tema Holiday, beserta

beberapa pertanyaan panduan untuk menuliskan teks recount.

Siswa : Ya bu.

Guru : (Guru berkeliling dan memberikan bimbingan siswa dalam menulis teks recount).

Dari kegiatan ini di dapatkan dokumen proses kegiatan:

Gambar 3 dan gambar 4 guru sedang mendampingi dan membimbing siswa di dalam menuliskan

teks recount.

Nilai keterampilan menulis siswa dalam menulis teks recount pada siklus 1 dan 2 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Table2 hasil nilai ketrampilan siswa dalam menulis teks recount pada siklus 1 dan 2.

No Nama Siswa Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2

1 A.S 75 75

2 B.R 50 67

3 D.P 75 75

4 D.A 83 83

5 F.F 67 83

6 R. I 75 75

7 V.I 58 75

8 Z. M 75 83

9 A.R 58 75

10 A.K 58 58

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1030

11 B.P 83 83

12 G.D 67 75

13 I.F 75 67

14 L.N 67 67

15 R.B 67 67

16 S.L 67 -

17 Y.G 67 67

18 F.R 75 75

19 I.I 67 75

20 S.F 67 75

21 W.P 58 67

22 Y.S 67 67

23 Y.A 75 75

24 Y.B 83 83

25 A.A 58 67

26 A.I 83 83

27 F.S 75 83

28 M.F 50 75

29 D.V 75 75

30 D.A 58 67

31 I.A 75 75

32 L.N 83 83

33 M.Y 75 75

Jml anak tuntas 16 22

Prosentase tuntas 48,5% 68,8%

Tabel 2.1. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis (writing) siswa siklus 2

No Uraian Hasil siklus 2

1 Jumlah siswa yang tuntas belajar 22

2 Persentase ketuntasan belajar 68,8%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode AMT

pada pembelajaran menulis teks recount dapat meningkatkan motivasi dan prestasi keterampilan

menulis siswa, karena dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus 1 diperoleh

ketuntasan belajar mencapai 48,5% atau ada 16 siswa dari 33 siswa, sedangkan pada siklus 2

ketuntasan belajar mencapai 68,8% atau ada 22 siswa dari 32 siswa.

Jadi penelitian ini dihentikan sampai siklus 2 karena sudah ada peningkatan secara

signifikant dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 20,3%. Secara keseluruhan siswa sudah memahami

generic stucture dari teks recount, dan sudah memahami penggunaan V2 di dalam kalimat Past

Tense, karena pada siklus 2 ini siswa diberikan tambahan menganalisis V2 yang terdapat pada

contoh teks recount dengan tema lain (Holiday), serta menuliskan kalimat Past Tense. Guru juga

memberikan bimbingan kepada siswa pada saat pembelajaran di dalam menulis teks recount

dengan menggunakan beberapa pertanyaan panduan, agar tulisan siswa alurnya runtut sesuai

dengan struktur teks recount.

ISBN: 978-602-1150-17-7

1031

KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran menulis yang sudah dilaksanakan selama 2 siklus di

kelas 8D SMP 06 Batu, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode AMT dapat memberikan

dampak positif bagi siswa dan hasil belajar siswa menjadi meningkat dari siklus 1 sebesar

48,5% siswa secara klasikal mencapai KKM ke siklus 2 sebesar 68,8% siswa secara klasikal

mencapai KKM.

SARAN

Dari kesimpulan di atas, disarankan agar guru hendaknya lebih melakukan persiapan

yang cukup matang untuk melaksanakan model AMT, karena harus mempersiapkan contoh–

contoh teks recount yang lebih bervariatif yang di dalam teks tersebut menggunakan V2 baik

regular maupun irregular verbs serta daftar pertanyaan yang berhubungan dengan teks recount

yang diberikan sehingga dapat mengembangkan wawasan siswa tentang V2 sehingga dapat

menambah kosa siswa. Guru diharapkan dengan sabar juga memberikan bimbingan kepada

siswa pada saat pembelajaran di dalam menulis teks recount dengan menggunakan beberapa

pertanyaan panduan, agar tulisan siswa alurnya runtut sesuai dengan struktur teks recount.

Untuk guru Bahasa Inggris lain yang memiliki masalah yang sama disarankan

melakukan penelitian lebih lanjut, karena penelitian ini hanya dilakukan di SMPN 06 Batu

2015/2016 saja.

DAFTAR RUJUKAN

Kemmis, S. dan McTaggart, R. 1988. The Action Research Planner. Deakin: Deakin University.

Septianingsih, R. 2014. The Ability of Writing Recount Text of the Eighth Grade

Students of SMP 1 Mejobo, Kudus, in the Academic Year 2013/2014

Taught by Using Guiding Questions Technique. eprints.umk.ac.id (online).

Wardani, I. 2014. Improving the Ability in Writing Descriptive Text Through Guided-Questions

Technique. Jurnal.untad.ac.id, Vol.12 No. 1

Wilhelm, J.2007. Engaging Readers and Writers With Inquiry. New York: Scholastic.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1032

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ESEI PENDEK SEDERHANA

DALAM TEKS BERBENTUK PROCEDURE PADA PESERTA DIDIK KELAS

VII DI SMPN SATU ATAP GUNUNGSARI 04 BATU SEMESTER GENAP

TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DENGAN PEMBELAJARAN

MENGGUNAKAN MEDIA TAYANGAN VIDEO

Henu Lismiyati

SMP Negeri Satu Atap Gunungsari 04 Batu

[email protected]

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis teks

procedure tentang pembuatan makanan dan minuman pada kelas VII SMPN Satu Atap

Gunungsari 4 Batu pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil

tes awal diperoleh hasil bahwa tulisan peserta didik belum memuaskan karena ada

beberapa kesalahan tata bahasa, pemilihan kosakata yang tidak tepat dan kesalahan

ejaan serta kemampuan dalam mengembangkan ide belum maksimal karena sebagian

besar peserta didik hanya menyalin karya teman maupun teks yang ada di buku paket.

Untuk mengatasi permasalahan ini penulis mencoba menggunakan media tayang

video dalam pembelajaran menulis teks procedure. Penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas dengan subyek peserta didik kelas VII yang berjumlah 26 orang yang

terdiri dari 9 perempuan dan 17 laki-laki. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana

setiap siklus memiliki 4 tahapan yaitu perencanaan, penerapan, bservasi dan refleksi.

Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan media tayang vide dapat meningkatkan keterampilan menulis teks

procedure peserta didik kelas VII di SMPN Satu Atap Gunungsari 4 Batu.

Kata kunci: Writing, Procedure Text, MediaTayangan Video

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII karena peneliti mengajar mata pelajaran Bahasa

Inggris di kelas ini sudah hampir satu tahun, yaitu mulai semester 1 tahun pelajaran 2015/2016

sampai dengan sekarang. Permasalahan yang muncul dalam pengajaran Bahasa Inggris adalah

rendahnya keterampilan menulis. Peneliti mendapatkan fakta-fakta sebagai berikut: (1)

motivasi siswa dalam menulis masih rendah dikarenakan kesan (menulis) sebagai keterampilan

rumit untuk dipelajari; (2) siswa kurang percaya diri dalam menulis teks procedure karena

perasaan tidak nyaman untuk menulis dalam bahasa Inggris; (3) nilai siswa masih di bawah

batas terendah dari ketentuan sekolah (KKM), yaitu nilai 71, karena siswa tidak mengetahui

bagaimana harus mulai menulis, bagaimana mendapatkan gagasan yang harus ditulis, dan

bagaimana mengorganisasikan gagasan tersebut untuk ditulis dalam sebuah teks terpadu; dan

(4) guru menugaskan siswa untuk menulis tanpa memberikan bekal pengetahuan tentang

kosakata yang memadai dalam proses menghasilkan sebuah teks. Oleh sebab itu, peneliti sangat

terdorong untuk memecahkan masalah-masalah tersebut (terutama masalah-masalah nomor 3

dan 4) dengan penerapan penggunaan media tayangan video.

Yang dimaksud dengan penggunaan media tayangan video adalah dalam proses

pembelajaran guru menggunakan tayangan video tentang cara membuat makanan untuk

membimbing dan membantu siswa dalam memahami text procedure dan memberikan inspirasi

dalam menulis sehingga siswa lebih focus terhadap menulis sebuah text sesuai dengan jenis text

dan tema yang diinginkan.

Penelitian terdahulu yang menggunakan media tayangan video dilaksanakan oleh

Bambang Yudi Cahyono (tahun2013?) dengan temuan pada post test hasilnya lebih tinggi (0)

ISBN: 978-602-1150-17-7

1033

dari pre test sebelumnya (0),ternyata Sukirno (tahun2010?) juga meneliti tentang penngunaan

media tayangan video, yang hasilnya adalah meningkat secara significant bahwa nilai post test

(0) lebih tinggi dari pre test (0).

Melalui penggunaan media tayangan video, peneliti ini juga berharap mampu

meningkatkan keterampilan peserta didik di dalam menulis teks procedure. Strategi ini dipilih

karena dianggap dapat mendorong peserta didik untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan

menulis sehingga keterampilan menulis mereka menjadi meningkat. Oleh sebab itu, rumusan

masalah penelitihan ini adalah “Bagaimana penggunaan media tayangan video dapat

meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis teks procedure bagi peserta didik kelas

VII SMP Negeri Satu Atap Gunungsari 04 Batu?”

Penelitian ini dianggap berhasil jika jumlah siswa yang memperoleh nilai sama dengan

atau lebih tinggi dari 71 (KKM) mencapi 80 % . Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat

bagi guru di kelas tersebut dalam mengatasi kesulitan menulis teks procedure, dan tentunya bagi

guru Bahasa Inggris yang lainnya,yang mempunyai masalah yang sama, diharapkan dapat

menggunakan hasil penelitian ini untuk memecahkan masalah di kelas mereka.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action

research) yang berusaha mengkaji dan merefleksikan beberapa aspek dalam kegiatan belajar-

mengajar , yaitu keaktifan peserta didik secara individu dan kelompok dalam menulis esei

pendek berbentuk teks procedure.

Penelitian ini dibagi dalam dua siklus yang disesuaikan dengan kebutuhan. Masing-

masing siklus terdiri dari empat langkah (Kemmis dan McTaggart, dalam ….. ? 1988) yaitu :a)

perencanaan, yaitu merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta

membuat rencana tindakan, b) tindakan,yang dilakukan sebagai upaya perubahan yang

silakukan, c) observasi, dilakukan secara sitematis untuk mengamati hasil atau dampak

tindakan terhadap proses belajar-mengajar, dan d) refleksi, yaitu mengkaji dan

mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan yang dilakukan. Keempat langkah tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut:

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMPN Satu Atap Gunungsari 04 Batu pada

semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah peserta didik sebanyak 26 orang.

Siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu – Kamis, tanggal 16 – 17 Maret 2016 dan siklus 2

dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2016 dan Jumat, 1 April 2016.

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1034

Penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar observasi untuk guru/observer

dan tes tulis untuk menilai hasil kerja siswa yang dinilai berdasarkan rubric penilaian.

Proses pembelajaran ini diteliti melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus

kegiatan sebagai berikut:

Siklus 1

Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan:

1. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran menggunakan media tayang video

untuk dua kali pertemuan

2. Menyiapkan instrument berupa lembar bservasi dan rubric penilaian keterampilan

menulis

3. Menyiapkan media tayang video

Tahap Pelaksanaan, meliputi kegiatan:

1. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP)

2. Menggunakan media tayang video pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks

procedure

3. Menilai hasil tes tulis berupa unjuk kerja keterampilan menulis teks procedure

tentang pembuatan makanan atau minuman

Tahap Mengamati, meliputi kegiatan:

1. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan

media tayang video

2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan media tayang

video pada pembelajaran menulis teks procedure

3. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk

pengumpulan data

Tahap Refleksi, meliputi kegiatan:

1. Menganalisis dan menginterpretasi data temuan saat melakukan pengamatan

2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan penggunaan media

tayang video dalam pembelajaran menulis teks procedure

3. Melakukan refleksi terhadap penggunaan media tayang video dalam pembelajaran

menulis teks procedure

4. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahan atau

kekurangan yang dilakukan guru sebagai bahan masukan untuk perbaikan pada

proses pembelajaran berikutnya pada siklus 2

TEMUAN PENELITIAN

Siklus 1 Pertemuan 1, Rabu, 16 Maret 2016

Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian

guru mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan

dibahas. Untuk menarik perhatian peserta didik, guru menunjukkan gambar yang terdapat pada

layar LCD yaitu gambar pancake dan scrambled eggs dan bertanya jawab tentang berbagai hal

terkait gambar tersebut, misalnnya What is in the picture? What do you know about pancake

and scrambled eggs? Do you know how to make pancake and scrambled eggs? Do you know

the materials and tools used to make pancake and scrambled eggs? Kemudian guru meminta

peserta didik untuk mendiskusikan alat, bahan dan cara membuat pancake dan scrambled eggs

dengan teman sebangku.

Pada tahap berikutnya, guru meminta peserta didik untuk menyaksikan tayangan video

tentang cara pembuatan pancake dan scrambled eggs yang ditayangkan sebanyak dua kali.

ISBN: 978-602-1150-17-7

1035

Kemudian guru menanyakan kepada peserta didik apakah alat dan bahan membuat pancake dan

scrambled eggs yang didiskusikan dengan teman sebangku terdapat dalam tayangan video.

Kemudian guru meminta peserta didik berkelompok tiga sampai empat orang untuk

menulis teks procedure tentang cara membuat pancake dan scrambled eggs berdasarkan

tayangan video yang telah dilihat. Untuk menghemat waktu, kelompok dibentuk berdasarkan

kedekatan tempat duduk peserta didik. Dari jumlah dua puluh enam peserta didik terbagi

menjadi tujuh kelompok. Setelah selesai, peserta didik diminta untuk memajang hasil karya

kelompok di dinding. Kemudian peserta didik diminta untuk melihat dan memberi komentar

terhadap hasil karya kelompok lain. Kelompok satu melihat dan memberi komentar terhadap

hasil karya kelompok dua, kelompok dua melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya

kelompok tiga, dan seterusnya. Peserta didik hanya mengamati dan mengomentari apakah hasil

karya kelompok lain sudah sesuai dengan langkah retorika teks procedure yaitu memuat tujuan,

bahan dan langkah-langkah cara pembuatan. Pada kegiatan ini ditemukan tiga dari tujuh

kelompok menulis teks procedure menggunakan Bahasa Indonesia karena belum sempat

menerjemahkannya dalam Bahasa Inggris.

Diakhir pelajaran, guru memberi kesempatan peserta didik untuk menanyakan kesulitan

mereka dan memberi tugas peserta didik untuk mengamati atau mewawancarai ibu dirumah

masing-masing terkait cara memasak makanan atau membuat minuman.

Siklus 1 Pertemuan 2, Kamis, 17 Maret 2016

Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian

guru mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan

dibahas. Pada kegiatan inti peserta didik secara idividu menulis teks procedure tentang cara

pembuatan makanan atau minuman berdasarkan hasil observasi atau wawancara dengan ibu

dirumah masing-masing. Karena keterbatasan waktu, hasil karya peserta didik belum sempat

dipajang tetapi langsung dikumpulkan. Kemudian guru melakukan penilaian dengan

menggunakan rubric penilaian menulis yang meliputi aspek tata bahasa dengan skor 1-4, aspek

diksi dengan skor 1-4, aspek isi dengan skor 2-8, dan aspek ejaan dengan skor 1-4, dengan total

skor 20.

Dari hasil penilaian diperoleh data yaitu 73% peserta didik (19 orang) memperoleh nilai

sama dengan atau lebih tinggi dari 71 (KKM) dan 27% (7 orang) peserta didik belum mencapai

nilai KKM. Sedangkan nilai rata-rata tes menulis pada siklus 1 adalah 74.

Refleksi Siklus-1

Dari hasil pengamatan dan penilaian pada siklus-1 diperoleh data bahwa penggunaan

media tayang video dapat menarik perhatian dan membantu peserta didik dalam meningkatkan

keterampilan menulis teks procedure tentang pembuatan makanan dan minuman. Seluruh

peserta didik telah menulis cara pembuatan makanan atau minuman sesuai dengan langkah

retorika teks procedure yang terdiri dari tujuan, bahan dan langkah-langkah. Namun hasil test

menullis pada siklus-1 tersebut menunjukkan bahwa pengusaan tata bahasa khususnya dalam

menulis kalimat perintah atau „imperative sentence’ masih kurang dan pemilihan kosakata

(vocabulary) belum tepat. Selain itu dalam siklus-1 juga terdapat kesalahan ejaan, tanda baca

dan penulisan huruf besar atau kecil, namun guru hanya memberi penekanan pada penguasaan

tata bahasa dan kosakata

Pada penulisan kalimat perintah atau „imperative sentence’, beberapa peserta didik

masih menggunakan bentuk kata kerja yang tidak tepat. Mereka menggunakan kata kerja bentuk

lampau (verb-2 dan verb-3), kata kerja bentuk verb-ing dan kata sifat atau adjective serta kata

benda (noun) diawal kalimat. Seharusnya mereka menggunakan kata kerja bentuk dasar (verb-1)

untuk menulis kalimat perintah. Berikut ini contoh kesalahan dalam menulis kalimat perintah

yang ditemukan pada siklus-1.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1036

NO CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK SEHARUSNYA

1. Broken egg interior bowl. Break the egg into a bowl.

2. Washing garlic, onion, carrot, etc. Wash garlic, onion, carrot, etc.

3. Input the noodle instant in the pan. Put the instant noodle into a pan

Lemahnya penguasaan kosakata (vocabulary) peserta didik dapat dilihat dari pemilihan

kata (diksi) yang tidak tepat seperti yang terlihat pada table dibawah ini:

NO CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK SEHARUSNYA

1. After that stir to smooth. After that stir thoroughly.

2. After noodle ripe, leak through

noodle.

After the noodle is done, drain it.

3. Finally, coll fried rice depth plate. Finally, put/serve fried rice on a plate.

Dari hasil tes siklus-1 juga ditemukan bahwa ada enam orang peserta didik yang

memiliki tulisan yang sama atau menyontek, sehingga mereka mendapatkan nilai rendah atau

tidak tuntas. Oleh karena itu guru merencanakan untuk memberi penjelasan dan latihan

tambahan untuk menulis kalimat perintah dan latihan kosakata pada siklus-2 serta meminta

peserta didik untuk lebih kreatif dalam menulis teks procedure dengan cara mengembangkan

ide sendiri dan tidak menyntek hasil karya temannya.

Siklus 2

Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan:

1. Mengevaluasi hasil refleksi dari siklus 1 dan mencari solusi untuk diterapkan pada

siklus 2

2. Mendata masalah dan kendala yang ditemukan pada proses pembelajaran di siklus 1

3. Merancang perbaikan dan penyempurnaan dalam menyusun dan membuat rencana

pembelajaran menggunakan media tayang video untuk diterapkan pada proses

pembelajaran di siklus 2

4. Menyiapkan instrument berupa lembar observasi dan rubric penilaian keterampilan

menulis

5. Menyiapkan media tayang video yang berbeda dari siklus 1

Tahap Pelaksanaan, meliputi kegiatan:

1. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP)

2. Menggunakan media tayang video pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks

procedure

3. Menilai hasil tes tulis berupa unjuk kerja keterampilan menulis teks procedure

tentang pembuatan makanan atau minuman

Tahap Mengamati, meliputi kegiatan:

ISBN: 978-602-1150-17-7

1037

1. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan

media tayang video

2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan media tayang

video pada pembelajaran menulis teks procedure

3. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 2 untuk

pengumpulan data

Tahap Refleksi, meliputi kegiatan:

1. Menganalisis dan menginterpretasi data temuan saat melakukan pengamatan

2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan penggunaan media

tayang video dalam pembelajaran menulis teks procedure

3. Melakukan refleksi terhadap penggunaan media tayang video dalam pembelajaran

menulis teks procedure

Siklus 2 Pertemuan 1, Selasa, 29 Maret 2016

Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian guru

mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan dibahas.

Pada kegiatan ini guru mengulas langkah retorika dan ciri kebahasaan dari teks procedure. Pada

kegiatan inti, guru menunjukkan kesalahan diksi dan tata bahasa yang ditemukan pada tulisan

peserta didik di siklus 1 dan menayangkan video tentang kosakata yang sering digunakan

dalam teks procedure pembuatan makanan atau minuman.

Untuk meningkatkan penguasaan kosakata dan „imperative sentence’ atau kalimat

perintah, guru meminta peserta didik secara berpasangan untuk mendiskusikan penggunaan

kosakata yang tepat dalam kalimat pada teks procedure dan kemudian membahas latihan

tersebut secara bersama-sama.

Pada tahap berikutnya, guru menunjukkan gambar „chicken nuggets’ dan bertanya

jawab tentang berbagai hal terkait „chicken nuggets’. Kemudian guru menayangkan video

tentang “how to make chicken nugget” sebanyak dua kali. Tayangan video ini digunakan untuk

menarik perhatian peserta didik dan memberikan latihan menulis teks procedure yang berbeda

dari siklus-1. Selanjutnya guru meminta peserta didik berkelompok tiga sampai empat orang

untuk menulis teks procedure tentang pembuatan chicken nuggets berdasarkan video yang telah

ditayangkan. Dari jumlah dua puluh enam peserta didik terbagi menjadi tujuh kelompok.

Setelah selesai, peserta didik diminta untuk memajang hasil karya kelompok di dinding.

Kemudian peserta didik diminta untuk melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya

kelompok lain. Kelompok satu melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya kelompok

dua, kelompok dua melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya kelompok tiga, dan

seterusnya. Peserta didik hanya mengamati dan mengomentari apakah hasil karya kelompok lain

sudah sesuai dengan langkah retorika teks procedure yaitu memuat tujuan, bahan dan langkah-

langkah cara pembuatan. Pada kegiatan ini ditemukan bahwa seluruh kelompok telah menulis

teks procedure dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Diakhir pelajaran, guru memberi kesempatan peserta didik untuk menanyakan kesulitan

mereka dan memberi tugas peserta didik untuk mempraktekkan cara memasak makanan atau

membuat minuman. Guru juga mengingatkan peserta didik untuk mengerjakan tugas sendiri dan

tidak menyontek hasil karya temannya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1038

Siklus 2 Pertemuan 2, Jumat, 1 April 2016

Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian

guru mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan

dibahas.

Pada kegiatan inti peserta didik secara idividu menulis teks procedure tentang cara

pembuatan makanan atau minuman berdasarkan hasil praktek membuat makanan atau minuman

yang dilakukan dirumah dan melengkapinya dengan gambar. Karena keterbatasan waktu, hasil

karya peserta didik belum sempat dipajang tetapi langsung dikumpulkan. Kemudian guru

melakukan penilaian dengan menggunakan rubric penilaian menulis yang meliputi aspek tata

bahasa dengan skor 1-4, aspek diksi dengan skor 1-4, aspek isi dengan skor 2-8, dan aspek

ejaan dengan skor 1-4, dengan total skor 20.

Dari hasil penilaian diperoleh data yaitu 85% peserta didik (22 orang) memperoleh nilai

sama dengan atau lebih tinggi dari 71 (KKM) dan 15% (4 orang) peserta didik belum mencapai

nilai KKM. Sedangkan nilai rata-rata tes menulis pada siklus 2 adalah 81.

Refleksi Siklus-2

Tidak jauh berbeda dari siklus-1, hasil pengamatan dan penilaian pada siklus-2 juga

meenunjukkan data bahwa penggunaan media tayang video dapat menarik perhatian dan

membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan menulis teks procedure tentang

pembuatan makanan dan minuman. Seluruh peserta didik telah menulis cara pembuatan

makanan atau minuman sesuai dengan langkah retorika teks procedure yang terdiri dari tujuan,

bahan dan langkah-langkah. Namun hasil test menullis pada siklus-2 tersebut menunjukkan

bahwa pengusaan tata bahasa khususnya dalam menulis kalimat perintah atau „imperative

sentence’ masih kurang dan pemilihan kosakata (vocabulary) belum tepat. Selain itu dalam

siklus-2 juga terdapat kesalahan ejaan, tanda baca dan penulisan huruf besar atau kecil, namun

guru hanya memberi penekanan pada penguasaan tata bahasa dan kosakata.

Pada penulisan kalimat perintah atau „imperative sentence’, beberapa peserta didik

masih menggunakan bentuk kata kerja yang tidak tepat. Mereka menggunakan kata kerja bentuk

lampau (verb-2 dan verb-3), kata kerja bentuk verb-ing dan kata sifat atau adjective serta kata

benda (noun) diawal kalimat. Seharusnya mereka menggunakan kata kerja bentuk dasar (verb-1)

untuk menulis kalimat perintah. Berikut ini contoh kesalahan dalam menulis kalimat perintah

yang ditemukan pada siklus-2.

NO CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK SEHARUSNYA

1. Mixed milk and yogurt. Mix milk and yogurt.

2. Cooking until ripe. Cook until it is done.

3. Blender strawberry and water. Blend strawberry and water.

Lemahnya penguasaan kosakata (vocabulary) peserta didik dapat dilihat dari pemilihan

kata (diksi) yang tidak tepat seperti yang terlihat pada table dibawah ini:

NO CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK SEHARUSNYA

1. 4 canine tooth garlic. 4 cloves garlic.

2. 4 spoon eat maple syrup. 4 table spoons maple syrup.

3. Ready glass and pour coffee to glass. Prepare a glass and pour the coffee into it.

Dari hasil tes siklus-2 juga ditemukan bahwa ada lima orang peserta didik yang

memiliki tulisan yang sama atau menyontek, sehingga mereka mendapatkan nilai rendah atau

tidak tuntas. Dari hasil nilai pre-test, siklus-1 dan siklus-2 ada peningkatan kemampuan siswa

dalam menulis teks procedure dapat dilihat pada table dibawah ini:

ISBN: 978-602-1150-17-7

1039

Table 3: Rekap nilai pretest, siklus 1 dan siklus 2 menulis teks procedure

NO NAMA JK NILAI

Pretest Siklus 1 Siklus 2

1 ABZ L 55 75 75

2 ARU L 65 60 70

3 AFR L 65 65 80

4 AU P 80 65 85

5 BAP L 65 75 85

6 BP L 65 85 75

7 DR P 80 65 80

8 DIDR L 55 85 75

9 EARD P 85 85 90

10 FDI L 80 65 95

11 FP L 65 75 95

12 IGP L 75 75 80

13 IDP P 65 85 75

14 KAH L 65 75 60

15 MDEDS L 65 65 65

16 MJGH L 65 75 70

17 M. TNF L 65 75 75

18 NEP P 80 75 90

19 PR L 65 75 75

20 PHSB P 85 80 95

21 SFSH L 65 75 75

22 SRS L 85 50 75

23 S FU P 85 75 90

24 SKW P 85 75 90

25 SVP P 85 85 90

26 TM P 85 85 95

Rata-rata 72 74 81

Table 4: Rekap ketuntasan belajar menulis teks prcedure

NO

HASIL

TEST TUNTAS

TIDAK

TUNTAS

JUMLAH

SISWA

PROSENTASE

KETUNTASAN

1 Pre Test 14 12 26 54%

2 Siklus 1 19 7 26 73%

3 Siklus 2 22 4 26 85%

Dilihat dari table diatas tampak ada peningkatan dari nilai pre-test, siklus-1 dan siklus-

2. Hasil dari siklus-2 menunjukkan bahwa target penelitian telah terlampaui. Target ini

terlampaui karena kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus-2 memberi kesempatan

kepada siswa untuk mempelajari kosakata yang berhubungan dengan kegiatan memasak

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1040

melalui tayangan video, kemudian berlatih menulis kalimat perintah dengan menggunakan

kosakata tersebut serta menyaksikan contoh teks procedure melalui tayangan video.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembelajaran menulis yang dilaksanakan dalam dua siklus ini dapat

disimpulkan bahwa penggunaan media tayang video dapat meningkatkan keterampilan menulis

teks procedure tentang pembuatan makanan dan minuman pada siswa kelas VII SMPN Satu

Atap Gunungsari 4 Batu pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yaitu sebesar 12 poin

dari siklus-1 sebesar 73% peserta didik mendapat nilai diatas KKM menjadi 85% peserta

didik tuntas pada siklus-2.

Dengan demikian disarankan kepada guru bahasa Inggris lainnya yang memiliki

masalah yang sama agar dapat menggunakan media tayang video pada proses pembelajaran

menulis teks procedure.

DAFTAR RUJUKAN

- Bambang Yudi Cahyono

- Sukirno

ISBN: 978-602-1150-17-7

1041

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS TEKS

SEDERHANA TENTANG بيتي DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU

MUFRODAT PADA SISWA KELAS VII F SEMESTER GENAP MTsN BATU

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Nur Yayuk Faridah

MTs Negeri Batu

[email protected]

Abstrak : Pada pembelajaran bahasa Arab di kelas 7 F MTs Negeri Batu pada

umumnya siswa masih kurang menyukai, hal tersebut disebabkan kurangnya siswa

dalam memahami mufrodat bahasa Arab, ini karena siswa MTsN latar belakang

pendidikannya kebanyakan dari SD. Mereka masih kurang dalam pemahaman dan

juga cara membaca bahasa Arab dengan benar, apalagi dalam penulisan kalimat

ataupun paragraf sederhana.

Kata Kunci : MTsN Batu menulis kalimat bahasa Arab

Berbagai masalah masih terjadi dalam pendidikan Bahasa Arab.Masih banyak siswa

yang menganggap Bahasa Arab sebagai pelajaran yang sulit, menganggap Bahasa Arab sebagai

mata pelajaran yang hanya bisa dijangkau oleh siswa yang notabennya dari MI atau yang

berdomisili di pesantren saja.Dan belajar Bahasa Arab itu membosankan.Oleh sebab itu perlu

adanya peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks sederhana dengan menggunakan media

kartu,agar siswa dapat lebih mudah memahami dan menulis teks bahasa arab.

Keterampilan menulis merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai

siswa,pembelajaran menulis merupakan cara menyampaikan informasi dan pesan. Lewat media

kartu kata diharapkan siswa dapat menulis teks sederhana yang benar,dan menggunakan struktur

kalimat yang benar.Dengan menggunakan potensi-potensi tersebutdiperlukan ketrampilan guru

dalam mengolah kelas dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai agar pembelajaran

benar-benar menjadi aktifitas yang menyenangkan bagi siswa.

Permasalahan yang berkaitan dengan siswa, misalnya adalah kurangnya minat baca dan

motivasi belajar, ketidakberanian bertanya, kekurangterampilan dalam berbicara dan kurangnya

keterampilan dalam mengarang atau menulis teks sederhan. Hal ini disebabkan sedikitnya

mufrodat yang dikuasai,banyaknya kesalahan dalam menyusun teks sederhana dan siswa

banyak yang termenung,ngobrol dengan temannya atau hanya mondar mandir saja di kelas.

Berbagai kesulitan siswa kelas 7F dalam mengonstruksi konsep bahasa arab seringkali

menjadi sumber lemahnya siswa dalam menguasai materi bahasa Arab. Hal ini bisa dilihat dari

hasil kerja siswa kelas 7F selama ini,60 persen dari jumlah siwa rata-rata nilainya masih kurang

dari KKM yang sudah ditentukan (70). Oleh karena itu perlu adanya motivasi belajar siswa

agar mereka berani bertanya dan berbicara dengan bahasa arab walaupun sedikit. Dengan

menggunakan media kartu (kartu mufrodat dan kartu kalimat acak) diharapkan siswa dapat

termotivasi dan lebih antusias dalam mempelajari bahasa Arab.

Selain itu, penulis sering mendapati siswanya mengalami kesulitan dalam mencapai

suatu kompetensi dasar. Hal ini dikarenakan penguasaan kosakata bahasa Arab siswa kurang

memadai, sehingga sangat mengganggu pencapaian kompetensi seperti yang tertera dalam

kurikulum. Sehingga proses pencapaian suatu kompetensi dasar akan berjalan lebih lama.

Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi dan memecahkan

permasalahan tersebut. Dengan bertitik pada uraian di atas, penulis mengambil judul “

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1042

Peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks sederhana tentang تيتي menggunakan media

kartu”.

Scram mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan

yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Tawatuan, 2015). Sementara itu, Brigs

berpendapat bahwa media pembelajaran adalah saran fisik untuk menyampaikan materi atau isi

pembelajaran seperti : buku,film, vidio, kartu dan lain sebagainya (Tawatuan, 2015).Sedangkan

menurut National Education Associaton (1996) dalam Tawatuan (2015) mengungkapkan bahwa

media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang

dengar.Termasuk teknologi perangkat kelas.Dari ketiga pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang

fikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses

belajar pada diri peserta didik.

Media kartu dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk

digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis teks sederhana siswa kelas 7F MTsN Batu.

Kartu merupakan media berbasis visual. Media kartu adalah kata jamak dari medium yamg

berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha,istilah

media digunakan juga dalam media pengajaran atau pendidikan yang istilahnya menjadi media

pendidikan atau media pembelajaran (Sanjaya,2006:161).

Didalam pembelajaran ini, kartu yang digunakan berupa kertas berbentuk persegi

panjang yang berisi kartu gambar, konsep atau pernyataan berdasarkan informasi pesan tertulis

atau gambar. Jadi kartu merupakan media berbasis visual (Arsyad,1996:106). Di sini media

kartu yang dimaksud adalah kartu kecil.

Menurut Arsyad (1996:120), kelebihan dari penggunaan kartu ini antara lain bahannya

murah dan mudah diperoleh, siswa dapat langsung menggunakannya, dapat menarik perhatian

siswa,metode mengajar akan lebih berfariasi. Sedangkan kekurangan dari penggunaan kartu,

yaitu tidak dapat menampilkan benda atau objek yang terlalu besar, ukurannya terlalu kecil

untuk ditampilkan secara klasikal, membutuhkan waktu yang cukup lama.

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Mufidah (2011) dengan judul “Permainan Media

Kartu Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi

permainan dapat mendukung antusiasme siswa dalam belajar. Khaerur (2013) juga melakukan

penelitian sejenis dengan judul “Penggunaan kartu Gambar dalam Peningkatan Kemampuan

Pelafalan Mufrodat Bahasa Arab pada Siswa Tuna Rungu di SDLB Negeri Ungaran Tahun

2012/2013”. Melalui penelitian tersebut, ia menyatakan media kartu mufrodat sangat efektif

digunakan, terutama bagi siswa dengan keterbatasan pendengaran. Media kartu tersebut dapat

membantu siswa dalam melafalkan mufrodat dengan baik dan benar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

(PTK) yang terdiri dari dua siklus,yang setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan, pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri atas 2 pertemuan. Subjek

penelitian ini adalah siswa Kelas VII MTsN Batu tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran

bahasa Arab, yang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Waktu

penelitian dimulai pada 1 Maret sampai1 April 2016. Materi yang digunakan adalah “تيتي”

Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan penting, yaitu (1) perencanaan

(planning); (b) pelaksanaan tindakan (action); (c) pengamatan (observation); dan (d) refleksi

(reflection). Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk

membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah

semula (Arikunto, 2006).

ISBN: 978-602-1150-17-7

1043

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Pada kegiatan ini ada tiga tahap kegiatan yang dilaporkan, yakni perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

Perencanaan Pembelajaran

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran menjelaskan

petunjuk penggunaan alat. Pertama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Langkah penting dalam menyusun RPP meliputi (a) menentukan KI dan KD dari kurikulum,

(b) menjabarkan KD menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi

pokok, (d) memilih metode dan model pembelajaran yang tepat, (e) mengembangkan media

pembelajaran, serta (f) mengembangkan alat penilaian. Kedua mengembangkan lembar

observasi terhadap pelaksanaan. Ketiga, merancang dan mengembangkan media pembelajaran.

Adapun media yang digunakan dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk penggunaan alat

berupa kartu mufrodat.

Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini menggunakan metode unjuk kerja. Kegiatan

awal dilakukan dengan salam, doa bersama yang dipimpin salah satu siswa , dan memeriksa

kehadiran dan kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran.

Guru menanyakan keadaan siswa dengan mengucapkan “ كيف حالكن “ kemudian siswa

menjawab “ اًي تخيس والحود هلل “. Beberapa siswa nampak antusias menjawab pertanyaan dari

guru, tetapi ada beberapa siswa yang masih cuek dan kurang menghiraukan pertanyaan guru (

disertai bukti fisik berupa foto)kemudian guru mengulang pertanyaannya “ كيف حالكن ؟ “, siswa

menjawab dengan antusias dengan mengangkat tangan mereka ( disertai foto ).

Guru menanyakan topik sebelumnya dengan maksud untuk tidak melupakan materi

yang telah dipelajari dilanjutkan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar

yang akan dicapai. Guru bertanya kepada anak2.

Guru : “anak – anak....... apa nama tempat tinggal kita ?”

Siswa : rumah bu ........

Guru : betul anak-anak.... sekarang siapa yang tahu apa bahasa arabnya rumah ?

Siswa : saya bu ( sambil angkat tangan ) هدزسح bu.....

Guru : bukan anak – anak....... coba, siapa yang bisa ayo angkat tangan.....

Siswa : saya bu.... تيتي bu....

Guru : ya... betul anak-anak.... lebih tepatnya تيت

Guru juga memberikan stimulus terkait materi yang akan dipelajari dengan bertanya kepada

siswa sambil menunjukkan gambar,

Guru : menunjukkan gambar “ها هرٍ الصىزج ؟ “,

siswa : “ gambar rumah bu “.

Guru : bagus anak-anak هرٍ صىزج تيتي , coba sebutkan ruangan yg ada didalam rumah

Siswa : ruang tamu, ruang tidur, dapur, ruang belajar, dan ruang makan bu

Guru : . . . . . طية

Seluruh siswa merasa tertantang dan termotivasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan oleh guru. Selanjutnya guru menampilkan beberapa gambar ruangan dalam rumah.

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1044

Kegiatan inti

Selanjutnya dalam kegiatan inti terdiri dari mengamati, menanyakan, menalar atau

mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Pada kegiatan mengamati, guru

menanpilkan beberapa gambar ruangan dalam rumah kemudian siswa menanyakan arti

mufrodat beberapa benda yang ada di dalam ruangan – ruangan tersebut.

Siswa : apa bahasa arabnya meja tamu bu?

Guru : هٌضدج

Siswa : apa bahasa arabnya tempat tidur bu ?

Guru : bahasa Arabnya tempat tidur adalah سسيس

Siswa : bu..... apa bahasa arabnya ruang tamu ?

Guru : ruang tamu bahasa Arabnya adalah, غسفح الجلىس atau غسفح الضيىف

Siswa : kalau bahasa Arabnya kamar mandi apa bu ?

Guru : kamar mandi artinya الحوام

Guru membentuk kelompok, masing-masing kelompok mulain mengidentifikasi

mufrodat-mufrodat dari ruangan-ruangan yang ada didalam rumah. setiap kelompok menempel

hasil identifikasi mereka di kertas asturo dan diberi gambar dari masing-masing mufrodat

tersebut.

Kegiatan Akhir

Pada kegiata akhir ini, guru dan siswa mengadakan refleksi kegiatan pembelajaran yang

telah dilaksanakan dengan memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran.

Guru : “Anak-anak...... apakah kalian sudah mengetahui mufrodat bahasa Arab dari benda-benda yang

ada didalam rumah “ ?

Siswa I : “ Alhamdulillah bu......sudah, sekarang saya sudah mulai mengerti”

Guru : “ Syukurlah kalau begitu, bagaimana dengan yang lain” ?

Siswa II : “ Saya masih kurang faham bu” ?

Guru : “ baiklah anak-anak, agar kalian bisa lebih memahami materi yang akan kita pelajari, tolong nanti

di rumah dibaca kembali mufrodat yang sudah kita pelajari, pada pertemuan berikutnya, kita lanjutkan

dengan membuat kalimat sempurna dari mufrodat yang sudah diidentifikasi, هلل زب , ًٌتهى هرا الدزس تقىل الحود

العالويي.

Observasi

Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh

informasi tentang pembelajaran yang dilakukan pada siklus I, obserfasi ini dilakukan untuk

mengetahui minat siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan motifasi yang diberikan oleh

guru, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam bertanya dan memahami mufrodat tentang

Pencapaian materi pembelajaran masih belum maksimal, pemahaman siswa . الغسف في الثيت

terhadap materi yang disampaikan oleh guru tentang mufrodat dari الثيت yang meliputi الغسف في

ISBN: 978-602-1150-17-7

1045

masih mencapai 50% . Hal tersebut bisa diketahui dari hasil tes tulis maupun tes lisan yang الثيت

dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung.

SIKLUS II

Perencanaan

Kegiatan ini meliputi pembuatan rencana pengajaran, mempersiapkan alat peraga dan

mendesain alat evaluasi.

Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan ini, Guru melaksanakan kegiata pembelajaran yang sudah

direncanakan, meliputi kegiatan membuka pelajaran, melaksanakan kegiatan inti dan penutup.

Kegiatan awal

Pada kegiatan awal ini, Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,

kemudian mengawali pembelajaran dengan berdoa dan apersepsi terhadap pembelajaran

kemaren dengan mengingatkan sisawa tentang mufrodat عي الثيت dan mufrodat tentang nama-

nama benda yang ada didalam rumah.Selanjutnya Guru bertanya kepada siswa.

Guru : “ كيف حالكن ؟ "

Siswa : “ اًي تخيس والحود هلل “

Guru : “anak-anak ... apakah kalian masih ingat mufrodat yang kita pejari kemaren ?”

Siswa : “ masih ingat bu....”

Guru : “ apa artinya kamar tidur ?”

Siswa : “ غسفح الٌىم يا استاذج “

Guru : “ طية . . . األى ها هعٌى kamar mandi ?”

Siswa : “ الحوام تا استاذج “

Guru : “ طية . . . األى . . ها هعٌى الوٌضدج ؟ “

Siswa : “ meja tamu bu.....”

Guru : “ bagus ! anak-anak ... sekarang apa bahasa Arabnya sendok ?”

Sambil mengacungkan tangannya, salah satu siswa menjawab dengan lantang “ هلعقح bu “

Guru : “ ya... bagus. Selanjutnya guru menunjukkan beberapa gambar ruangan dalam rumah.

Guru mengadakan dialog dengan siswa dalam rangka untuk mengetahui minat belajar

dan pengetahuan siswa tentang mufrodat yang sudah dipelajari kemaren. Selanjutnya guru

menjelaskan pada siswa tentang KD dan tujuan pembelajaran pada materi menulis kalimat

sederhana dengan menggunakan kartu mufrodat.

Gambar 1. guru menjelaskan tujuan pembelajaran

Kegiatan inti

Kegiatan inti pada materi Menulis kalimat Sederhana dengan Menggunakan kartu

Mufrodat dilaksanakan selama 50 menit.Sebelumnya guru menjelaskan cara merangkai

mufrodat menjadi kalimat sempurna. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1046

berikut : Siswa dibentuk kelompok, satu kelompok terdiri dari 5 siswa, kemudian masing-

masing kelompok di beri gambar ruangan dan kartu mufrodat yang berbeda-beda.

Gambar 2. Siswa melakukan kerja kelompok

Guru menyampaikan tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok.

Siswa mengamati gambar ruangan dalam rumah yang dibagikan oleh guru, selanjutnya siswa

mulai bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk membuat kalimat sederhana dengan

menggunakan struktur kalimat yang sudah dijelaskan oleh guru, yaitu dengan menggunakan

struktur kalimat mubtada‟ khobar atau khobar muqoddam mubtada‟ muakhor.

Selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka yang

diwakili oleh salah satu anggota kelompok, untuk membacakan kalimat yang telah ditulisnya.

Gambar 1. masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

Kegiatan penutup

Dalam kegiatan penutup yang dilakukan selama 15 menit guru dan siswa

menyimpulkan hasil belajar yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap materi pejaran. Adapun untuk mengetahui keberhasilan proses

belajar siswa, dilakukan evaluasi ter tulis secara individu. Selanjutnya guru memberi semangat

kepada siswa untuk lebih semangat lagi dalam belajar.

Refleksi

Pada tahap refleksi observer menyampaikan hasil pengamatan yang sudah dilakukan

selama mengamati pembelajaran yang telah disajikan Guru model dalam pembelajaran

penggunaan kartu mufrodat dalam membuat kalimat sederhana pada pelajaran bahasa Arab.

Selanjutnya Guru model menyampaikan perasaannya ketika melaksanakan pembelajaran, siswa

semangat dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab, ketika mengajar

Guru semakin percaya diri karena dengan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan

motivasi peserta didik dalam belajar.

Pada kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas 7 F MTsN Batu, pada waktu

refleksi setelah kegiatan pembelajaran, observer menyampaikan hasil pengamatan.

ISBN: 978-602-1150-17-7

1047

Diawal pembelajaran siswa terlihat siap dan sangat antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran, karena siswa aktif dan antusias, siswa merespon dengan baik ketika guru

menyampaikan materi, siswapun aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang siajukan oleh

Guru dengan konsep awal yang dimiliki. Antara siswa terjadi interaksi dalam kelompok sejak

media pembelajaran dibagikan, meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam

beberapa kelompok. Antara guru dan siswa terjadi interaksi sejak di awal pembelajara.

Semangat siswa sudah terlihat sejak guru mulai menanyakan arti kata mufrodat pada

siswa diawal mpembelajaran. Sedangkan untuk mengatasi siswa yang kurang aktif pada saat

diskusi kelompok, Guru berusaha menegur dan membimbing siswa tersebut agar senantiasa ikut

aktif dalam kegiatan kerja kelompok.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari model pembelajara penggunaan kartu mufrodat

dalam membuat kalimat sederhana membuat siswa lebih aktif dan mudah memahami kosa kata

bahasa Arab, sehingga mereka lebih percaya diri dan pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan dan bermakna. Siswa bisa lebih mudah memahami bahasa Arab. Pembelajaran

lebih menarik dan menanamkan pemahaman materi yang kongkrit sehingga daya ingat siswa

dapat bertahan lama.

DAFTAR RUJUKAN

Tawatuan,Melvin.(2015). Penggunaan media gambar seri Dalam Pembelajaran Menulis

Petunjuk siswa Kelas VIII SMP NEGERI 2 ESSANG Kecamatan Gemeh Kabupaten

Talaud

Yesiiiiii.blogspot.com 2012. Yesikarsila : Media Pembelajaran Menggunakan Kartu

Mufidah, Azizah. (2011). Permainan Media Kartu Dalam Pembelajaran Bahasa

Arab.www.bahasaarabsdit.com/2009/07/permainan-dan-media-kartu-dalam-html

Khaerur. (2013). Penggunaan Kartu Gambar Dalam Peningkatan Pelafalan Mufrodat Bahasa

Arab Pada Siswa Tuna Rungu di SDLB Negeri Ungaran Tahun 2012/2013.