pembelajaran mengenal jenis -jenis...

373
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur 1048 PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS-JENIS PEKERJAAN DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK SISWA KELAS III SDN TULUNGREJO 02 BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Puspita Ayu Wijaya SDN Tulungrejo 02 [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas media foto untuk kompetensi mengenal jenis-jenis pekerjaan. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Dalam rancangan tersebut disajikan jenis-jenis pekerjaan dengan media gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media foto efektif untuk mengenalkan jenis-jenis pekerjaan. Rata-rata skor siswa 80 diatas KKM sebesar 70. Selain itu dengan media foto dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Kata Kunci : Media gambar, Jenis-jenis pekerjaan, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di semua jenjang pendidikan sejak di sekolah dasar sampai sekolah menengah. Belajar IPS akan mempengaruhi perilaku individu peserta didik di mana pada dasarnya setiap peserta didik bagian dari kehidupan sosial baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Depdikbud (2004) menyatakan bahwa “belajar adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah interaksi sumber belajar”. Sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan guru, teman sekelas. Tingkah laku sebagai hasil proses belajar ditunjukkan dalam bentuk ketrampilan sikap, kebiasaan, kecakapan, dan pemahaman. Proses pembelajaran merupakan salah satu pendukung bagi guru yang sadar akan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar. Disamping standar kompetensi yang dapat dirumuskan dan ditetapkan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran yang termuat dengan jelas dan tegas pada kurikulum. Pengalaman penulis ketika mengajar di SD Tulungrejo 02, Kec. Bumiaji kota Batu tentang mengenal jenis-jenis pekerjaan kelas III, Kurikulum 2006 menunjukan bahwa dengan media gambar kelas menjadi lebih dinamis. Apa pun pembelajarannya peran guru amat penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar. Guru sebagai pelaku utama dalam pendidikan di dalam kelas berperan dalam kesuksesan kegiatan pembelajaran. Praktik guru di sekolah sangat berpengaruh pada proses pembelajaran. Dampak dari praktik pembelajaran akan terlihat pada hasil penilaian. Masih banyak proses pembelajaran yang belum mencapai hasil yang optimal sehingga untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dibutuhkan metode ajar yang dapat meningkatkan aktifitas siswa agar siswa lebih aktif dibandingkan guru. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harafiah berarti “perantara atau penyalur”. Rianarwati (dalam Miarso, 2006), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga bisa mendorong terjadinya proses belajar. Schramm (1977) dalam Tawatuan (2015) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs (1977) melalui Tawatuan berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video, dan sebagainya. Sedangkan National Education Associaton (1969) dalam Tawatuan (2015) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari pendapat

Upload: vuongthien

Post on 30-Jan-2018

292 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1048

PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS-JENIS PEKERJAAN

DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK SISWA KELAS III SDN TULUNGREJO

02 BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Puspita Ayu Wijaya

SDN Tulungrejo 02

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas media foto untuk

kompetensi mengenal jenis-jenis pekerjaan. Penelitian ini menggunakan

rancangan deskriptif kualitatif. Dalam rancangan tersebut disajikan jenis-jenis

pekerjaan dengan media gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan media foto efektif untuk mengenalkan jenis-jenis pekerjaan.

Rata-rata skor siswa 80 diatas KKM sebesar 70. Selain itu dengan media foto dapat

membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.

Kata Kunci : Media gambar, Jenis-jenis pekerjaan, Pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

semua jenjang pendidikan sejak di sekolah dasar sampai sekolah menengah. Belajar IPS akan

mempengaruhi perilaku individu peserta didik di mana pada dasarnya setiap peserta didik bagian

dari kehidupan sosial baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Depdikbud (2004)

menyatakan bahwa “belajar adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah interaksi

sumber belajar”. Sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan guru, teman sekelas. Tingkah

laku sebagai hasil proses belajar ditunjukkan dalam bentuk ketrampilan sikap, kebiasaan,

kecakapan, dan pemahaman.

Proses pembelajaran merupakan salah satu pendukung bagi guru yang sadar akan tujuan

pembelajaran atau kompetensi dasar. Disamping standar kompetensi yang dapat dirumuskan dan

ditetapkan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran yang termuat dengan jelas dan tegas

pada kurikulum. Pengalaman penulis ketika mengajar di SD Tulungrejo 02, Kec. Bumiaji kota

Batu tentang mengenal jenis-jenis pekerjaan kelas III, Kurikulum 2006 menunjukan bahwa

dengan media gambar kelas menjadi lebih dinamis. Apa pun pembelajarannya peran guru amat

penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar.

Guru sebagai pelaku utama dalam pendidikan di dalam kelas berperan dalam kesuksesan

kegiatan pembelajaran. Praktik guru di sekolah sangat berpengaruh pada proses pembelajaran.

Dampak dari praktik pembelajaran akan terlihat pada hasil penilaian. Masih banyak proses

pembelajaran yang belum mencapai hasil yang optimal sehingga untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan dibutuhkan metode ajar yang dapat meningkatkan aktifitas siswa agar siswa lebih aktif

dibandingkan guru.

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”,

yang secara harafiah berarti “perantara atau penyalur”. Rianarwati (dalam Miarso, 2006), media

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan

siswa sehingga bisa mendorong terjadinya proses belajar. Schramm (1977) dalam Tawatuan

(2015) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat

dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs (1977) melalui Tawatuan berpendapat

bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran

seperti: buku, film, video, dan sebagainya. Sedangkan National Education Associaton (1969)

dalam Tawatuan (2015) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi

dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari pendapat

Page 2: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1049

diatas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan

pesan, dapat merangsang fisik, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong

terciptanya proses belajar pada diri siswa melalui buku, film, Video, dan sebagainya.

Media gambar berfungsi untuk menarik perhatian siswa. Jika perhatian siswa sudah tertarik

maka siswa semangat untuk belajar dan dapat menghidupkan pelajaran. Levie & Lenz dalam

(Arsyad, 2002) menyatakan bahwa media pembelajaran khususnya media visual (gambar)

mempunyai 4 fungsi yaitu (a) atensi, (b) kognitif, (c) afektif, serta (d) kompensatoris. Latuheru

(dalam Yulianto, 2014) menyatakan media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme

dalam suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). Sehingga dalam

pembelajaran mengenal jenis-jenis pekerjaan apabila digunakan media gambar siswa lebih

memahami maknanya.

Guru menggunakan media gambar untuk menciptakan suasana belajar yang dinamis dan

membantu siswa untuk membuka diri terhadap proses belajar yang menyenangkan sehingga

pembelajaran tidak terkesan monoton tetapi suasana menjadi lebih dinamis. Siswa akan lebih

aktif mengetahui apa yang dilihat dan cenderung tidak menghayal.

Media berupa gambar jenis-jenis pekerjaan dapat meningkatkan minat belajar siswa dan

menimbulkan semangat belajar. Jadi peran gambar dalam mengenal jenis-jenis pekerjaan sangat

membantu siswa. Siswa bertugas mengamati langsung gambar jenis pekerjaan, menyebutkan

jenis–jenis pekerjaan kemudian mengidentifikasi macam-macam pekerjaan serta menceritakan

pekerjaan yang disukai. Penggunaan media gambar ini memudahkan siswa mengenal jenis-jenis

pekerjaan.

Media gambar merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk digunakan dalam

kegiatan pembelajaran mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas III SD. Penelitian senada

pernah dilakukan oleh Wahyuni (2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media gambar

dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas VI SDN 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten

Karang Anyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kwalitatif. Dalam rancangan tersebut

didiskripsikan mengenal jenis-jenis pekerjaan dengan media gambar, dari perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian.

Subyek Penelitian ini adalah 31 siswa yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 15 siswa

laki-laki. Tempat penelitian dilaksanakan di SDN Tulungrejo 02 Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari Sabtu, 13 Pebruari 2016 dengan alokasi waktu 3 x 35

menit.

Data penelitian ini berupa hasil belajar dan proses pembelajaran. Data hasil belajar

dikumpulkan dengan test tulis obyektif dan uraian. Data hasil proses pembelajaran diperoleh

selama pembelajaran. Data hasil observasi dikumpulkan oleh tujuh orang observer teman sejawat

Dr. Budi Handoyo, Dra. Rustiyah, M.MPd, Suyono, S.Pd, Nurul Hidayati, S.Pd, Siti, S.Pd, Ulfa,

S.Pd, Vandi, S.Pd. Data dianalisis secara deskriptif.

Data, sumber data dan instrumen penelitian yang digunakan antara lain: (1) Data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dari siswa. Data tentang kegiatan pembelajaran diperoleh

dari hasil observasi. (2) Sumber data yang terdapat pada penelitian ini berasal dari kelas III SDN

Tulungrejo 02 Bumiaji Batu tahun ajaran 2015/2016.

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2009). Instrumen penelitian yang

digunakan dalam mengumpulkan data adalah soal tes dan lembar observasi.

Page 3: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1050

Pada penelitian ini menganalisis data dilakukan dengan cara menghitung prosentase

ketercapaian nilai.Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes yang dilaksanakan setelah

kegiatan pembelajaran. Data hasil tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tingkat

ketuntasan siswa ditentukan berdasarkan KKM SDN Tulungrejo 02 Bumiaji Batu adalah 70.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Pembelajaran

Ada 4 kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan: (1) penyusunan RPP, (2)

penyusunan lembar kerja, (3) penyusunan pengembangan media, dan (4) penilaian.

Pada tahap perencanaan penyusunan RPP guru melakukan sejumlah kegiatan sebagai

berikut: Pertama, menentukan standar kompetensi (SK) memahami jenis pekerjaan dan

penggunaan uang, Kompetensi Dasar (KD) mengenal jenis-jenis pekerjaan berdasarkan buku

kurikulum 2006 halaman 36. Dari Kompetensi Dasar tersebut dikembangkan ke dalam dua

indikator berikut: (1) menyebutkan jenis-jenis pekerjaan, (2) mengidentifikasi macam-macam

jenis pekerjaan, (3) menjelaskan secara tertulis hasi-hasil dari jenis-jenis pekerjaan dan (4)

menceritakan jenis-jenis pekerjaan yang disukai.

Kedua, menyusun RPP. RPP disusun berdasarkan waktu yang tersedia yaitu 3 x 35 menit.

Sesuai SK dan KD serta indikator yang ada maka diuraikan lagi dalam tujuan pembelajaran

yakni: (1) Melalui pengamatan gambar siswa dapat menyebutkan jenis-jenis pekerjaan, (2)

Melalui pengamatan gambar siswa dapat mengidentifikasi macam-macam jenis pekerjaan, (3)

Melalui diskusi siswa dapat membuat laporan tentang jenis-jenis pekerjaan.

Dengan metode deskriptif guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut: pertama,

kegiatan awal siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran yang diawali dengan salam dan

doa dilanjutkan absensi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang jenis-jenis

pekerjan, memotivasi siswa dengan menunjukkan pentingnya yang akan dipelajari pada hari ini,

guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini yaitu mengamati,

mengumpulkan data, sedikit menyampaikan materi tentang jenis-jenis pekerjaan dan tujuan

manusia bekerja.

Kedua, kegiatan inti siswa mengamati gambar jenis-jenis pekerjan yang ditayangkan

melalui power point. Siswa mencatat hasil pengamatannya tentang jenis-jenis pekerjaan dan tugas

yang harus dilakukan sesuai jenis pekerjaan serta mengidentifikasi pekerjaan yang menghasilkan

barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa. Siswa menyampaikan hasil pengamatan yang telah

dilakukan. Guru membentuk siswa dalam 6 kelompok. Tiap kelompok berjumlah 5 siswa ada

siswa laki-laki dan ada siswa perempuan.Tiap kelompok mendapat satu amplop yang berisi tugas

kelompok dan tugas individu. Bersama kelompok siswa melakukan diskusi. Perwakilan

kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas yang diikuti tanggapan kelompok

lain. Dilanjutkan pemajangan hasil diskusi kelompok di papan pajangan. Siswa mengerjakan

tugas individu. Siswa mempresentasikan hasil karya tugas individu dan memajang hasil karya di

papan pajangan.

Ketiga, Kegiatan akhir guru membuat kesimpulan hasil pembelajaran jenis-jenis

pekerjaan bersama siswa. Guru menyampaikan tugas untuk pertemuan yang akan datang.

Dilanjutkan dengan refleksi. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penutup dan doa.

Penyusunan lembar kerja dirancang dalam dua macam yaitu lembar kerja secara kelompok

dan tugas individu. Dalam lembar kerja secara kelompok, siswa membaca teks bacaan tentang

jenis-jenis pekerjaan kemudian siswa mengamati gambar petani padi yang sedang panen. Siswa

mendiskusikan hal-hal yang dapat meningkatkan hasil panen petani padi. Kemudian siswa

mengamati gambar pengemis dan mendiskusikan tentang jenis pekerjaan seorang pengemis.

Tugas individu berbentuk mengarang cerita. Siswa memilih salah satu jenis pekerjaan yang

Page 4: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1051

disukai kemudian membuat karangan tentang jenis pekerjaan tersebut dengan menggunakan

kalimat yang baik dan benar.

Penyusunan pengembangan media yang sesuai dengan materi jenis-jenis pekerjaan

yang dipilih adalah media gambar. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk

mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen

dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas.

Hasil penilaian berupa rubrik penilaian hasil dan penilaian sikap. Penilaian hasil

dilakukan untuk mengukur kemampuan mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas III yang

berjumlah 31 siswa dengan dua aspek yaitu 10 soal obyektif dan 5 soal esai. Rincian penilaian

untuk soal obyektif jika satu soal benar maka nilai 1, jika semua benar maka nilai 10. Untuk soal

esai, jika: (a) jawaban siswa tepat dan lengkap nilai 3, (b) jika jawaban siswa kurang tepat dan

tidak lengkap nilai 2, (c) jika jawaban siswa tidak tepat dan tidak lengkap nilai 1.Sehingga

jumlah skor maksimal adalah 25.

Dalam penilaian sikap digunakan untuk melihat proses belajar siswa selama melakukan

kegiatan diskusi dalam tugas kelompok yang terdiri dari tiga aspek yaitu: (1) keaktifan siswa

yang meliputi: (a) apakah siswa aktif menjawab pertanyaan dalam tugas kelompok, (b) apakah

siswa membantu menjawab pertanyaan dalam tugas kelompok, (c) apakah siswa tidak aktif

dalam menjawab pertanyaan dalam tugas kelompok, (2) partisipasi siswa yang meliputi: (a)

apakah siswa mau berpartisipasi mengerjakan tugas dalam kelompok, (b) apakah siswa kurang

berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok, (c) apakah siswa tidak berpartisispasi dalam

mengerjakan tugas kelompok, dan yang ketiga adalah (3) presentasi hasil kegiatan yang meliputi:

(a) apakah siswa sebagai penyaji dalam kelompok, (b) apakah siswa aktif dalam memberikan

pendapat atau komentar, (c) apakah siswa tidak aktif dalam memberikan pendapat atau komentar.

Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 9 Pebruari 2016 dengan materi mengenal

jenis-jenis pekerjaan. Guru mengimplementasikan sesuai dengan skenario. Guru menyiapkan

LCD. Guru mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa bersama

serta memeriksa kehadiran siswa. Guru mengondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk

siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran. Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan tanya jawab tentang pekerjaan

orang tua siswa. Siswa menjawab pertanyaan tentang pekerjaan orang tua masing-masing. Guru

menanyakan cita-cita siswa. Siswa menjawab dengan antusias cita-cita yang diinginkan. Guru

menunjukkan pentingnya yang akan dipelajari hari ini bahwa setiap orang harus bekerja untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa dapat menentukan

cita-citanya di masa depan. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengamati,

mengumpulkan data serta menyampaikan sedikit materi tentang jenis-jenis pekerjaan.

Kegiatan inti, secara klasikal siswa membaca teks bacaan dengan suara nyaring melalui

power point. Siswa dengan semangat dan suara nyaring membaca teks pada power point. Guru

menyampaikan penjelasan tentang isi teks. Siswa mendengarkan dengan seksama. Siswa

mengamati berbagai gambar jenis-jenis pekerjaan pada power point.

Selama mengamati dengan bimbingan guru siswa mencatat hal-hal penting tentang

macam-macam jenis pekerjaan, tugas yang harus dilakukan sesuai jenis pekerjaan, serta

mengidentifikasi pekerjaan yang menghasilkan barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa.

Sambil mengamati gambar guru menanyakan siapa yang ingin bekerja seperti yang ditunjukkan

pada gambar. Siswa sangat antusias menginginkan pekerjaan sebagai petani, guru, polisi, dan

pedagang.

Page 5: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1052

Pada saat guru menayangkan gambar pilot dan tentara guru bertanya siapa yang ingin

menjadi pilot dan tentara. Semua siswa terdiam tidak ada yang menjawab. Guru menanyakan

alasan mengapa siswa tidak mau menjawab. Ada dua siswa yang menjawab ternyata alasan

mereka takut jatuh dan takut perang. Guru memberikan motivasi kepada siswa bahwa semua

pekerjaan itu pasti ada resikonya. Selama kita bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh pasti

akan baik-baik saja. Jika kita mengalami sesuatu yang buruk mungkin jatuh dari pesawat ataupun

mati dalam perang semua itu adalah kehendak Tuhan yang Maha Kuasa karena nyawa kita adalah

milik Tuhan dan semua orang nantinya pasti akan mati sehingga kita tidak perlu takut pada jenis

pekerjaan kita. Siswa memahami apa yang dijelaskan guru.

Siswa menyampaikan hasil pengamatannya di depan kelas. Siswa dibentuk dalam

kelompok untuk melakukan diskusi. Tiap kelompok terdiri atas 5 siswa ada siswa laki-laki dan

ada siswa perempuan. Salah satu siswa dalam kelompok membacakan teks bacaan dan siswa

yang lain mendengarkan. Siswa dalam kelompok mengamati gambar petani dan gambar

pengemis kemudian membaca petunjuk tugas yang diberikan. Siswa mendiskusikan tentang

hal-hal apa saja yang dapat dilakukan petani agar dapat meningkatkan hasil panennya serta

memberikan tanggapan tentang jenis pekerjaan sebagai pengemis.

Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kelompok lain memberikan

tanggapan maupun saran dengan sangat aktif. Siswa memajang hasil diskusi kelompok di papan

pajangan. Dilanjutkan siswa mengerjakan tugas individu. Siswa memilih salah satu jenis

pekerjaan yang disukainya dan menulis karangan tentang jenis pekerjaan yang disukai dengan

menggunakan kalimat yang baik dan benar. Siswa mempresentasikan karya tulisnya dengan

perwakilan salah satu siswa laki-laki dan salah satu siswa perempuan. Siswa memajang hasil

karya tulis di papan pajangan.

Pada kegiatan akhir siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil

pembelajaran jenis-jenis pekerjaan secara tertulis. Guru menyampaikan tugas untuk pertemuan

yang akan datang yaitu membaca di rumah lks IPS halaman 8. Guru dan siswa melakukan refleksi

dengan meminta pendapat siswa tentang apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, yang

sulit pada pembelajaran hari ini. Siswa merasa sangat senang pada pembelajaran hari ini karena

merasa sangat mudah menerima materi tentang mengenal jenis –jenis pekerjaan dengan media

gambar dan merasa tidak membosankan sehingga siswa tidak mengalami banyak kesulitan.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penutup dan doa.

HASIL PEMBELAJARAN

Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dilakukan test dengan memberikan 15

soal dengan rincian 10 soal berbentuk obyektif dan 5 soal berbentuk esai. Siswa yang

mengerjakan soal sebanyak 31 siswa yang terdiri dari 16 perempuan dan 15 laki-laki. Dari hasil

pekerjaan siswa diperoleh data sebanyak 27 siswa yang mendapatkan skor lebih dari atau sama

dengan 7 yang merupakan batas minimal dari KKM di SDN Tulungrejo 02 Kecamatan Bumiaji

kota Batu. Dari data ini menunjukkan bahwa lebih dari 87% siswa yang berhasil mencapai

ketuntasan minimal. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 75 % kriteria ideal ketuntasan

masing-masing indikator berdasarkan KTSP. Keberhasilan ini tidak terlepas dari penggunaan

media gambar dalam pelaksanaan pembelajaran mengenal jenis-jenis pekerjaan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode media gambar

menunjukkan rata-rata nilai siswa 87%. Nilai tersebut diatas kriteria ketuntasan mengajar (KKM)

yaitu 70. Selain itu model pembelajaran tersebut dapat menunjukkan sikap positif siswa yang

berupa semangat belajar yang tinggi, percaya diri, berani berpendapat, termotivasi membuka diri

Page 6: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1053

terhadap proses belajar yang menyenangkan, aktif mengetahui apa yang dilihat dan cenderung

tidak menghayal dalam mengenal jenis-jenis pekerjaan.

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT GrafindoPersada.

Depdikbud. 2004. Kamis Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 (standar Kompetensi) Mata

Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas

Tawatuan (2015). Penggunaan Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk Siswa

Kelas III SMP Negeri 2 Essang Kecamatan Gemeh Kabupaten Talaud. .

Wahyuni (2013). Upaya Peningkatan Partisipasi Siswa Melalui Penggunaan Media Gambar

pada Mata Pelajaran IPS Materi Mengidentifikasi Benua-Benua pada Siswa Kelas VI

SDN 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten Karang Anyar Tahun Pelajaran

2012/2013.

http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/06/27/pengembangan-media pembelajaran/) tanggal

6 Pebruari 2016

Page 7: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1054

PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI BENUA-BENUA

DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK SISWA KELAS 6 SDN

TULUNGREJO 03 KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU TAHUN 2015/2016

Nurul Aeni

SDN Tulungrejo 03

[email protected]

Abstrak : Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui efektifitas penggunaan media

audio visualdalam mengidentifikasi benua-benua di permukaan bumi. Penelitian ini

menggunakan metode diskriptif kualitatif. Subjek pengamatannya adalah siswa kelas

6 SDN Tulungrejo 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu yang berjumlah 36 orang,. Hasil

penelitian menunjukkan media audio visual dapat menghasilkan rata-rata nilai hasil

belajar yang lebih tinggi daripada nilai KKM. Rata-rata nilai hasil belajar siswa 82

lebih tinggi daripada KKM sebesar 70.

Kata Kunci : pembelajaran, benua, audio visual

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS) pasal 3 dirumuskan bahwa tujuan Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, betujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab. Sesuai dengan rumusan tersebut, bahwa tujuan pendidikan

nasional tidak lain adalah menjadikan warga negara yang baik yang perlu dikontribusi oleh

berbagai mata pelajaran.

Mata pelajaran ini di SD sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, karena

materinya sangat luas dan memerlukan kemampuan untuk menghafal. Kebanyakan siswa merasa

enggan untuk menghafal berbagai macam materi – materi yang disajikan oleh guru.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di SDN Tulungrejo 03

diperoleh gambaran bahwa pembelajaran IPS belum berorientasi pada pemaksimalan keaktifan

siswa. Pembelajaran yang terjadi lebih banyak didominasi penyampaian informasi dari guru

kepada siswa dengan sedikit mengembangkan gagasan kreatif siswa.

Secara khusus hasil pengamatan tersebut dideskripsikan sebagai berikut; pembelajaran

yang dilakukan hanya menggunakan metode ceramah, penjelasan materi yang disampaikan oleh

guru kurang menarik, guru kurang memberikan motivasi belajar, siswa kurang aktif dalam

mengikuti pembelajaran. Oleh sebab itu untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran

maka diperlukan media yang bisa merangsang keaktifan siswa dalam belajar. Penggunaan media

pembelajaran yang menarik memungkinkan terciptanya proses belajar mengajar yang menarik.

Supardi, dkk. (2013) Penggunaan media diharapkan dapat menarik perhatian siswa, sehingga

siswa memusatkan pikirannya dan terdorong untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran IPS di

kelas.

Mata pelajaran IPS sebagai salah satu muatan yang membahas dinamika permasalahan

sosial memerlukan dukungan media yang dapat mengungkap aspek-aspek tersebut. Nina

Sundari. (2008) mengatakan mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat

memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global

sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya. untuk mencapai tujuan

Page 8: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1055

tersebut, sekolah dasar sebagai lembaga formal dapat mengembangkan dan melatih potensi diri

siswa yang mampu melahirkan manusia yang handal, baik dalam bidang akademik maupun

dalam aspek moralnya.

Untuk menumbuhkan minat belajar siswa, guru tidak hanya menggunakan metode

ceramah saja, tetapi hendaknya dapat menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan

materi yang akan diajarkan. Misalnya untuk matan pelajaran IPS kelas VI tentang

Mengidentifikasi Benua-Benua yang terdapat pada KD 1.3 , maka media yang digunakan adalah

media Visual yaitu tayangan video, Gambar Peta, Globe, dan Atlas.

Media pembelajaran sangat diperlukan oleh guru sebagai sarana untuk memperjelas

penyampaian pelajaran pada siswanya dalam membantu peserta didik untuk memahami pelajaran

atau materi yang disampaikan, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Fakta di

lapangan menunjukkan bahwa siswa lebih termotivasi dalam belajar apabila guru menggunakan

media pembelajaran.

Menurut Samaatmadja (dalam Sundari, 2008) media merupakan alat dari segala benda

yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar. Media sebagai segala bentuk dan

saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Menurut Wahyuni 2013,

media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau

menyebar ide gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu

sampai kepada penerima yang dituju. (Hamidjojo dalam Latuheru,1993)

Pengertian media menurut Briggs dalam Tawatun (1977) adalah “sarana fisik untuk

menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, dan sebagainya”. Sementara

itu, National Education Association dalam mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah

sarana komuikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat

keras (Tawatun, 2015), sedangkan Schramm (1977) media pembelajaran adalah teknologi

pembawa pesan yang dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Tawatun (2015)

menyimpulkan. Media pembelajaran menurut Marshall Mc Luhan dalam Hamalik (2003) adalah

alat-alat sederhana, seperti slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan guru, obyek-obyek nyata

serta kunjungan keluar sekolah, televisi dan radio yang banyak memberikan informasi kepada

siswa

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah

segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan

peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Penelitian senada pernah dilakukan oleh Sundari (2008) dan Wahyuni (2013). Dalam

penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan media dalam pembelajaran Pengetahuan

Sosial, sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Pembelajaran lebih bermakna, karena siswa

secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasiantara

lain, tanya jawab, pengamatan/observasi, dan diskusi kelompok sehingga proses pembelajaran

benar-benar menjadi menarik, menyenangkan dan efektif dalam pencapaian tujuan;Pembelajaran

dengan menggunakan media peta, dapat menciptakan suasana belajar yang membangkitkan

semangat dan gairah belajar sehingga dapat mendorong siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif;

Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang ditunjang oleh penggunaan media

peta, memberi peluang kepada siswa melakukan berbagai keterampilan seperti mengamati dan

memprediksi.

Pada penelitian yang yang dilakukan Sri Wahyuni ( 2013 ) dipaparkan hasil penggunaan

media gambar dalam pembelajaran IPS, untuk materi mengidentifikasi benua-benua, dapat

meningkatkan partisipasi siswa kelas VI SDN 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil pengamatan

selama proses pembelajaran yang dilaksanakan selama 2 siklus mengalami peningkatan pada

Page 9: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1056

setiap siklusnya. b. Partisipasi siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian hanya sebanyak 6

siswa (35,29%) dari 17 siswa, selanjutnya setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat

menjadi 10 siswa (58,82%) dari 17 siswa, kemudian pada hasil tindakan siklus II jumlah siswa

yang berpartisipasi sebanyak 17 siswa atau mencapai 100%

Terdapat berbagai jenis media pembelajaran, diantaranya; (1) Media Visual: grafik,

diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, (2) Media Audio: radio, tape recorder, laboratorium

bahasa dan sejenisnya, (3) Projected still media: slide; over head projektor (OHP), in focus dan

sejenisnya,dan (4) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer

dan sejenisnya.

Dari berbagai kajian di atas , dapat dirumuskan tiga masalah sebagai berikut; (1)

Bagaimanakah perencanaan pembelajaran mengidentifikasi benua-benua ,(2) Bagaimanakah

pelaksanaan pembelajaran IPS materi Mengidentifikasi Benua-benua di kls VI SDN Tulungrejo

03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu dengan bantuan audio visual dan (3) Bagaimana hasil dari

pembelajaran mengidentifikasi benua-benua dengan menggunakan media audio visual di kls VI

SDN Tulungrejo 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode Diskriptif Kualitatif. Dalam rancangan tersebut

didiskripsikan bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dengan materi mengidentifikasi

benua-benua, media apa yang digunakan dalam pembelajaran IPS dengan materi

mengidentifikasi benua-benua, mendeskripsikan hasil dari pembelajaran mengidentifikasi benua.

Subyek pengamatannya adalah siswa kelas 6 SDN Tulungrejo 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu

yang berjumlah 36 orang, yang terdiri atas laki-laki 20 orang dan perempuan 16 orang.

Data penelitian ini berupa hasil belajar dan proses pembelajaran. Data hasil belajar

diperoleh melalui tes obyektif dan uraian. Data hasil proses pembelajaran dikumpulkan selama

proses pemebelajaran berlangsung. Data dianalisis secara deskriptif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Pembelajaran

Ada 4 tahap dalam perencanaan: (Penyusunan RPP), (Penyususnan LKS),

(Pengembangan Media), dan (Penilaian). Pada tahap penyusunan RPP, dilakukan identifikasi

Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar ( KD ). Dari KD tersebut di jabarkan dalam tiga

indikator yaitu menunjukkan letak benua, menunjukkan batas-batas benua, menyebutkan

kenampakan alam dan kenampakan buatan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun

dalam 2 pertemuan dengan waktu yang tersedia 3 x 35 menit untuk satu kali pertemuan.

Pada pertemuan pertama ada tiga langkah yaitu (Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti,

Kegiatan Penutup). Pada tahap pendahuluan, Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran

tentang mengidentifikasi benua-benua guru menunjukkan lima gambar benua, sambil mengamati,

siswa diajak tanya jawab tentang gambar. Guru membimbing siswa mengidentifikasi nama-nama

benua tersebut, guru mengaitkan materi mengidentifikasi benua dengan materi sebelumnya.

Pada kegiatan inti siswa disajikan tayangan Power Point tentang benua-benua yang ada

di muka bumi. Sambil mengamati tayangan, siswa mencatat hal-hal penting, siswa diberi Lembar

Kerja Kelompok untuk didiskusikan bersama kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok

diberi permasalahan yang sama tetapi benua yang berbeda, Jumlah siswa 36 orang dibagi menjadi

8 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5 orang (2 orang perempuan dan 3 orang lali-laki).

Diskusi kelompok belangsung selama 15 menit. Setelah itu siswa mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain menanggapi. Kemudian siswa menukar

Page 10: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1057

hasil kerja kelompoknya ke kelompok lain, dilanjutkan dengan memajang hasil diskusinya di

papan pemajangan sebagai motivasi bagi siswa . Selanjutnya siswa diberi Lembar Kerja Individu.

Pada akhir pembelajaran guru dan siswa membuat kesimpulan, refleksi, dan kegiatan

ditutup dengan doa. Kesimpulan dilakukan secara bersama antar siswa dan guru. Refleksi

berkaitan dengan pembelajaran yang telah berlangsung

Pada pertemuan kedua sama dengan pertemuan pertama, ada tiga langkah yaitu

(Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, Kegiatan Penutup). Pada tahap Pendahuluan; guru

melakukan presensi, mengajak siswa berdoa bersama, tanya jawab tentang materi minggu lalu,

diskusi tentang tujuan dan tugas pembelajaran.

Pada kegiatan inti siswa mengamati video pembelajaran tentang mengidentifikasi

benua-benua yang ditayangkan kembali oleh guru, tanya jawab tentang hasil pengamatan siswa,

guru membagikan Lembar Kerja Individu, siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,

Siswa menukar hasil kerjanya dengan temannya, diskusi bersama membahas hasil kerja siswa,

guru melakukan penilaian. Pada kegiatan akhir guru dan siswa membuat simpulan, Refleksi, guru

memberi penguatan dan tugas rumah

Dalam penyusunan Lembar Kerja Siswa ada 2 yaitu Lembar Kerja Kelompok dan

Lembar Kerja Individu. Untuk lembar kerja Kelompok, masing-masing kelompok mendapat soal

yang sama tetapi benua yang berbeda. Pada Lembar Kerja Kelompok siswa diminta untuk

mengidentifikasi satu benua yang telah ditentukan sesuai dengan tayangan yang telah diamatinya,

mencakup letak benua, batas-batas benua, kenampakan alam benua, dan kenampakan buatan dari

benua tersebut. Pada lembar Kerja Individu siswa diberi soal yang terdiri dari 10 soal objektif dan

5 soal subjetif.

Memilih dan menentukan media yang sesuai dengan pembelajaran. Media pembelajaran

merupakan sarana yang dapat menunjang berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran, media yang

menarik bagi siswa akan membuat siswa belajar lebih aktif, dan suasana belajar lebih

menyenangkan. Dalam penyusunan media pembelajaran, mula mula menggunakan media

gambar yaitu gambar peta yang di pajang didepan kelas, atlas, Kemudian guru membuat media

pembelajaran dengan menggunakan Power Point yang berisi tentang gambar-gambar benua dan

deskripsinya, kemudian terdapat pula video yang berisi tentang pembelajaran benua-benua.

Penilaian ada dua yaitu penilaian hasil dan penilaian proses, penilaian proses dalam

penelitian ini adalah penilaian diskusi kelompok sedangkan penilaian hasil, adalah hasil kerja

siswa secara individu. Pada penilaian dicantumkan rubrik penilaian hasil dan sikap, rubrik

penilaian hasil digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran tentang

mengidentifikasi benua-benua.

Dalam menyusun soal untuk penilaian hasil ada dua jenis soal yaitu obyektif dan

subyektif. Untuk soal obyektif berjumlah 10 soal dengan skor 1 soal = 1, untuk soal subyektif

dengan skor 1 soal = 2 , sedangkan rubrik penilaian sikap untuk mengukur tingkat keaktifan siswa

dalam proses belajar mengajar. Rubrik penilaian sikap adalah: Kerjasama, Keaktifan, dan

Ketepatan penyelesaian tugas.

Dalam penilaian kerjasama, siswa yang mampu bekerjasama dengan baik mendapat skor

3, siswa yang kurang mampu bekerjasama mendapat skor 2, sedangkan siswa yang tidak dapat

bekerjasama mendapat skor 1. Dalam penilaian keaktifan dalam diskusi, siswa yang aktif diskusi

mendapat skor 3, siswa yang kurang aktif diskusi mendapat skor 2, siswa yang tidak aktif diskusi

mendapat skor 1. Dalam penilaian penyelesaian tugas, siswa yang mampu menyelesaikan tugas

dengan tepat (80%-100) mendapat skor 3, siswa yang mampu menyelesaikan tugas tetapi kurang

tepat (60%-79%) mendapat skor 2, siswa yang mampu menyelesaikan tugas tetapi tidak tepat(<

60%) mendapat skor 1

Page 11: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1058

Dengan mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran yang dilengkapi dengan media audio

visual akan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan

siswa. Selain itu siswa akan menjadi lebih aktif, mudah memahami materi karena dapat

mengalami langsung terkait dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari.

Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus 1 dilaksanakan tanggal 16 dan

17 Pebruari 2016, sedangkan pada siklus 2 dilaksanakan tanggal 23 dan 24 Pebruari 2016 di kelas

VI dengan mata pelajaran IPS , dengan materi mengidentifikasi benua-benua. Guru

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang tercantum dalam RPP

dan dibantu oleh 3 orang observer yang mengamati mulai dari awal pembelajaran sampai akhir

pembelajaran. Pada pertemuan ke 1,

Kegiatan awal

Di awal pembelajaran guru memberikan salam, berdoa bersama dan presensi. Guru

mengkondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran. Siswa diajak

bernyanyi bersama agar siswa lebih bersemangat. Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran

yang akan dilaksanakan. guru menunjukkan gambar lima benua melalui peta yang di pajang di

depan kelas. Tanya jawab tentang nama-nama benua.

Kegiatan Inti

Guru mengkondisikan pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan menayangkan

gambar benua melalui LCD Proyektor yang dilanjutkan dengan video pembelajaran tentang

mengidentifikasi benua-benua. Dengan bimbingan guru, siswa mengamati tayangan dengan

seksama dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Selesai mengamati tayangan, siswa dibagi

dalam 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang yaitu (3 orang putra, dan 2 orang putri).

Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok untuk didiskusikan. Satu kelompok mendapat satu

lembar kerja kelompok dengan masalah yang sama tetapi benua yang berbeda dengan kelompok

lain. Dengan bimbingan guru siswa berdiskusi mengidentifikasi benua sesuai dengan tugas

kelompoknya masing-masing, diskusi dibatasi dengan waktu. Kemudian setiap kelompok maju

untuk mempresentasikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain menanggapi, setelah

memprentasikan, siswa menukar hasil kerjanya dengan kelompok lain. Dilanjutkan dengan

menempel kasil kerjanya di papan pemajangan.

Kegiatan penutup

Kegiatan diakhiri refleksi, membuat simpulan dan penguatan.

Pada pertemuan kedua pelaksanaan pembelajaran dilakukan mirip dengan pelaksanaan

pembelajaran pertemuan pertama. Terdiri dari tiga langkah dalam pelaksanaan pembebelajaran

ke dua ini; kegiatan pendahuluan, Kegiatan Inti, Kegiatan Penutup.

Pada tahap Pendahuluan, Guru melakukan Presensi,mengajak siswa Berdoa

Bersama,Tanya Jawab tentang materi minggu lalu, Diskusi tentang tujuan dan tugas

pembelajaran. Pada kegiatan inti Siswa mengamati video pembelajaran tentang mengidentifikasi

benua-benua yang ditayangkan kembali oleh guru, Tanya jawab tentang hasil pengamatan siswa,

Guru membagikan Lembar Kerja Individu, Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,

Siswa menukar hasil kerjanya dengan temannya, Diskusi bersama membahas hasil kerja siswa.

Pada kegiatan akhir guru dan siswa membuat simpulan, Refleksi, dan penguatan.

Hasil dari pembelajaran

Untuk memperoleh hasil dari pembelajaran, dilakukan tes dengan memberikan 15 soal

dalam bentuk 5 soal uraian dan 10 soal pilihan ganda. Siawa yang mengerjakan soal sebanyak 36

siswa dengan rincian 20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Dari hasil pengkoreksian

pekerjaan siswa diperoleh data 34 siswa mendapatkan skor di atas 7 yang merupakan batas KKM

Page 12: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1059

dari SDN Tulungrejo 03. Ini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari atau sama dengan 93% siswa

yang sudah mencapai KKM. Dari data ini diperoleh gambaran bahwa pembelajaran dengan media

audio visual dapat meningkatkan prestasi siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif kualitatif

penggunaan media audio visual dapat diperoleh nilai diatas KKM lebih dari 93%, sedangkan

nilai KKM adalah 7, dari jumlah siswa 36 , siswa yang mendapat nilai diatas KKM berjumlah 34

orang

DAFTAR RUJUKAN

Angkowo dan Kosasih.2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 (Standar Kompetensi) Mata

Pengetahuan Sosial untuk sekolah Dasar dan Madrasah ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hamalik, Omar. 2003. Perencanaan pengajaran Berdasarkan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

Hamidjojo dalam Latuheru,1993. Media pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers.

Hopkins, David. 1993. A. Teacher Guide to Classroom Research. Philadephia: Open Univercity

Press.

Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial SD dan MI.

Depdiknas.

Sundari, Nina. 2008. Pemanfaatan Media Peta Dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran

Pengetahuan Sosial Di Sekolah Dasar.

Sriwahyuni, 2013. Upaya Peningkatan Partisipasi Siswa Melalui Penggunaan Media Gambar

Pada Mata Pelajaran IPS Materi Mengidentifikasi Benua-Benua Pada Siswa Kelas VI

SDN 02 Dawang Kecamatan Matesih Kabupaten Karang Anyar Tahun Pelajaran 2012 /

2013

Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodelogi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Tawatun., Melvin. Penggunaan Media Gambar Seri Dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk

Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Essang Kec. Gemeh Kabupaten. J-TEQIP 2015

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas). Citra Umbara Bandung. Pembelajaran dengan memanfaatkan media peta

Page 13: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1060

PEMBELAJARAN MENDESKRIPSIKAN GEJALA ALAM

DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK KELAS VI SDN GIRIPURNO 01

BUMIAJI KOTA BATU TAHUN 2015/2016

Fandi Firmansyah

SDN Giripurno 01 Kecamatan Bumiaji Kota Batu

[email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

peserta didik terhadap penggunaan media audio visual. Metode yang digunakan adalah

deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual

dalam membelajarkan peserta didik tentang gejala alam dengan rata-rata skor siklus 1

6,95 meningkat menjadi 8,20 pada siklus 2.

Kata kunci : Pembelajaran, gejala alam, media audio visual

Pembelajaran IPS yang selama ini dilakukan masih terfokus pada penyampaian informasi

kepada peserta didik. Mata pelajaran IPS seringkali dianggap pelajaran yang kurang menarik

dikarenakan pembelajaran dilakukan dengan cara berceramah dan hafalan. Hal itu menyebabkan

pembelajaran IPS yang diterima peserta didik menjadi sulit dan hasil belajar siswa kurang

optimal.

Pembelajaran IPS kelas VI semester 2 mendeskripsikan gejala ( peristiwa ) alam yang

terjadi di Indonesia dan negara tetangga bertujuan untuk mengenalkan kepada peserta didik

tentang gejala alam di Indonesia. Bila peserta didik telah dapat mengenal tentang gejala alam,

mereka dapat mengetahui dan mengetahui penyebab serta cara penganggulangan gejala alam

yang terjadi.

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di 2 pertemuan lempeng yaitu

lempeng Eurasia dan lempeng Indo – Australia sehingga banyak menyebabkan terjadinya gempa

bumi. Sehingga negara kita dikenal sebagai negara yang rawan terjadinya bencana. Selain itu

Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki banyak gunung berapi aktif yang setiap saat bisa

mengeluarkan bahan vulkanisnya setiap saat. Badan Nasional Penangggulangan Bencana

(BNPB) Indonesia mencatat ada 1582 bencana alam sepanjang tahun 2015, data tersebut turun 20

% dari tahun lalu. tercatat 248 korban meninggal dan 1,18 juta mengungsi (Republika, 26

Desember 2015). Dari data tersebut bencana tanah longsor, banjir dan puting beliung merupakan

peristiwa alam yang sering terjadi di Indonesia.

Materi gejala atau peristiwa alam terdapat di kelas VI semester yang ke 2. Daam 2 tahun

terakhir diperoleh hasil belajar peserta didik yang tidak berbeda tiap tahunnya. Tahun pelajaran

2013/2014 diperoleh rata-rata 6,38 dan 2014/2015 6,43. Nilai ini diperoleh dengan menggunakan

tes tulis berupa uraian dan pilihan ganda.

Hasil observasi terhadap siswa, penyebab hasil belajar yang tidak optimal adalah karena

kurangnya pengalaman nyata tentang materi. Dari gambar yang terdapat di buku kurang

menambah pengalaman belajar peserta didik. Akhirnya menjadi rasa yang tidak menarik bagi

peserta didik karena mereka hanya membayangkan materi yang diajarkan.

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar

(Ruminiati 2007:2.13-2.14). Menurut Putusutrisna (2011) keunggulan menggunakan media

audio visual antara lain: (1) menarik, beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran

yang diserap melalui media penglihatan sekaligus dengan pendengaran dapat mempercepat daya

serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan; (2) baik untuk semua peserta

Page 14: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1061

didik karena dapat mendengar dan melihat; (3) bisa menampilkan gambar, grafik, diagram,

maupun cerita; (4) variatif; (5) bisa diperlambat dan diulang; (6) dapat dipergunakn untuk

memberikan umpan balik. Dengan menggunakan media audio visual dapat menarik minat peserta

didik ketika pembelajaran berlangsung.

Kualitas media pembelajaran tampak dari: 1) dapat menciptakan pengalaman belajar

yang bermakna. 2) mampu memfasilitasi proses interaksi antara peserta didik dengan peserta

didik, peserta didik dengan guru, serta peserta didik dengan ahli bidang ilmu yang relevan. 3)

media pembelajaran dapat memperkaya pengalaman belajar peserta didik. 4) melalui media

pembelajaran, mampu mengubah susana belajar dari peserta didik pasif menjadi aktif berdiskusi

dan mencari informasi melalui berbagai sumber yang ada (Siti Muryani. 2013:17).

Oleh karena itu penulis berusaha memanfaatkan media terutama media gambar dalam

pembelajaran IPS agar menjadikan pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna dan

disukai peserta didik sehingga pemahaman dan prestasi mereka dapat diperoleh secara maksimal

atau memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran

mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di indonesia dengan media gambar, (2)

pelaksanaan pembelajaran menggunakan media audio visual untuk meningkatkan motivasi dan

prestasi belajar peserta didik, dan (3) penilaian peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja dari

pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode deskipsi kualitatif. Penelitian deskripsi kualitatif

yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri – ciri, dan sifat suatu fenomena

(Suryana, 2010:20). Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan hasil secara terperinci.

Deskripsi yang dilakukan berkaitan dengan (1) hasil perencanaan pembelajaran mendeskripsikan

gejala (peristiwa) alam yang terjadi di indonesia dengan media gambar, (2) hasil pelaksanaan

pembelajaran menggunakan media audio visual untuk meningkatkan motivasi dan prestasi

belajar peserta didik, dan (3) kemampuan peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja dari

pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.

Subyek peneitian adalah peserta didik kelas VI SDN Giripurno 01 Kecamatan Bumiaji

Kota Batu. Peserta didik yang terlibat adalah peserta didik kelas VI yang terdiri dari 30 peserta

didik. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Yang

menjadi observator adalah teman sejawat. Teman sejawat ini adalah guru kelas VI pada sekolah

yang sama tetapi pada tingkat pararel yang berbeda dan guru kelas IV A pada sekolah yang sama.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan 2 jenis tes yaitu tes tertulis dan

rubrik penilaian pengamatan. Tes tertulis terdiri dari pilihan ganda dan uraian. Tujuan dari tes

tulis ini yaitu untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mecapai tujuan pembelajaran.

Rubrik pengamatan digunakan untuk mengamati peserta didik dalam berdiskusi dalam satu

kelompoknya.

Analisis data yang digunakan pada umumnya adalah analisis data deskripsi kualitatif.

Artinya penelitian dideskripsikan dengan data-data yang diperoleh untuk kemudian disimpulkan

apakah telah terjadi perubahan atau belum terhadap permasalahan yang diubah atau ditingkatkan

(Syamsi). Permasalahan yang ingin diketahui perubahannya adalah penggunaan media audio

visual dalam pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Di dalam hasil dan pembahasan terdapat 3 tahapan yaitu tahapan 1) Perencanaan, 2)

Pelaksanaan Pembelajaran, dan 3) Penilaian.

Page 15: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1062

Perencanaan Pembelajaran

Kegiatan ini diawali dengan kegiatan perencanaan. Ada 4 kegiatan yang dilakukan dalam

kegiatan perencanaan, yaitu: 1) Penyusunan RPP; 2) Penyusunan LKS; 3) Pengembangan Media

dan 4) Penilaian.

Dalam pengembangan RPP kegiatan ini diawali dengan pemilihan kompetensi dasar yang

sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang ingin dilaksanakan. Setelah itu merinci kompetensi

dasar menjadi beberapa indikator yang sesuai. Indikator yang telah ditentukan dikembangkan

menjadi materi yang dapat dirumuskan untuk mecapai kompetensi dasar. Yang selanjutnya materi

ini dijadikan acuan untuk merumuskan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Dalam menyusun lembar kerja peserta didik dilaksanakan secara cermat untuk

mencapai kriteria atau kompetensi dasar yang ingin dicapai oleh peserta didik. Lembar kerja yang

dibuat ini bertujuan untuk menumbuhkan minat baca, dan dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan dari peserta didik dalam memahami pembelajaran. Manfaat adanya lembar kegiatan

peserta didik adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran serta bagi peserta

didik sendiri akan melatih untuk belajar secara mandiri dan belajar memahami suatu tugas secara

tertulis (Widyantini. 2013:3). Berdasarkan kutipan pendapat di atas maka manfaat dari lembar

kerja bagi guru adalah sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran untuk tingkat ketercapaian

tujuan pembelajaran. Dan bagi peserta didik adalah sebagai pedoman belajar baik secara mandiri

dan berkelompok dalam memahami kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Kegiatan selanjutnya yang dilaksanakan adalah pengembangan media pembelajaran.

Media pembelajaran yang digunakan adalah media audio visual karena selain ada gambar juga

ada suara sehingga peserta didik dapat tertarik konsentrasinya secara penuh pada kegiatan

pembelajaran. Dan yang paling penting peserta didik dapat lebih mudah memahami materi

pembelajaran yang diajarkan. Manfaat dari media pembelajaran audio visual adalah dapat

mempertinggi proses belajar peserta didik yang pada gilirannya akan mempertinggi prestasi

belajarnya (Yanti. 2013:9).

Pengembangan alat penilaian adalah kegiatan yang paling akhir dalam tahap

perencanaan. Penyusunan penilaian berdasarkan indikator yang ingin dicapai dalam kegiatan

pembelajaran. Penilaian yang diberikan kepada peserta didik adalah berupa tes tertulis yaitu

pilihan ganda dan uraian. Soal pilihan ganda terdiri dari 5 soal dengan pilihan jawaban a, b, dan c.

Sedangkan soal uraian terdiri dari 5 soal dengan kriteria menyebutkan dan mejelaskan dari

pertanyaan yang dibuat. Penilaian pengamatan dan kinerja dalam bentuk rubrik juga digunakan

untuk mengetahui sejauh mana kerjasama peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah dan

pemahaman konsep yang diberikan secara bersama – sama. Kriteria penilaian dalam rubrik yang

digunakan terdiri 2 aspek yaitu konsep dan kerjasama. Aspek konsep terdiri semua benar,

sebagian besar benar, sebagian kecil benar, dan semua salah. Skor dari kriteria ini mulai dari 1

sampai dengan 4. Yang kedua adalah aspek kerjasama yang terdiri dari kriteria aktif dan kurang

aktif. Yang mempunyai skor 1 sampai dengan 2.

Penilaian yang dilakukan mempunyai manfaat bagi pembelajaran. Salah satunya berguna

untuk mengukur pemahaman peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Serta untuk mengukur sejauhmana tingkat keberhasilan penggunaan media audio visual yang

digunakan.

Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pelaksanaan pebelajaran dilaksanakan sesuai peraturan menteri Pendidikan dan

Kebudayaan no.103 tahun 2014 yang terdiri dari 3 tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan

Page 16: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1063

kegiatan penutup. Kegiatan ini terdiri dari 2 sikus. Rincian kegiatan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

Siklus 1

1. Kegiatan Awal (10 menit)

Kegiatan ini diawali dengan berdoa dan diteruskan dengan mengabsensi peserta didik.

Dan dilanjutkan dengan apersepsi tentang kesiapan peserta didik dan memberi pertanyaan

pembuka yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, seperti :

Guru : “ Ada yang tahu tentang peristiwa alam “

Peserta didik : “ Ada “

Guru : “ Tahu dari mana? “

Peserta didik : “ Lihat dari televisi, pak! “

Dari beberapa pertanyaan dan jawaban dia atas dapat diketahui bahwa peserta didik

sudah mengenali peristiwa alam dari televisi atau media informasi yang lainnya. Selanjutnya guru

akan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan apa yang akan dilakukan selama kegiatan

pembelajaran pada hari itu kepada peserta didik. Penyampaian ini bertujuan agar peserta didik

mempunyai gambaran yang akan dipelajari pada kegiatan pembelajaran. Dengan mempunyai

gambaran yang akan dipelajari peserta didik akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan yang

akan dlaksanakan selanjutnya.

2. Kegiatan Inti (50 menit)

Dalam kegiatan ini peserta didik dibagi menjadi 7 kelompok yang setiap kelompoknya

terdiri dari 4-5 peserta didik. Peserta didik diberi penjelasan untuk mengamati media audio visual

yang akan diamati dan selama pengamatan membuat catatan tentang tampilan dari media. Media

yang ditampilkan adalah gambar atau foto dalam LCD. Selain media foto ditampilkan tayang dari

Liputan 6 SCTV yang merangkum semua gejala alam yang pernah terjadi di Indonesia. Tayangan

ini ditampilkan selama ± 6 – 7 menit. Respon dari peserta didik setelah ditampilkan media audio

visual ternyata sangatlah beragam. Mulai dari sekedar tahu sampai sudah pernah melihat di

televisi atau di daerah sekitarnya.

Setelah melihat media audio visual yang ditampilkan maka perwakilan kelompok maju

ke depan untuk membacakan hasil catatannya. Inti dari catatan tiap kelompok hampir sama

tentang beberapa gejala alam di Indonesia, beberapa ditambahi dengan akibat dari gejala alam

tersebut.

Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah perwakilan kelompok maju ke depan untuk

mengambil amplop yang berisi tentang gambar gejala yang sudah ditampilkan tetapi telah

dipotong menjadi beberapa bagian. Setelah itu peserta didik menyusun agar menjadi satu bagian

foto yang utuh. Seketika suasana kelas yang konsentrasinya sebagian terpecah karena media telah

dimatikan mejadi ramai. Peserta didik mulai bekerjasama menyusun gambar menjadi bagian yang

utuh. Hampir semua anggota kelompok terkonsentrasi penuh pada penyusunan. Hanya ada

sebagian anak yang bingung karena suasana menjadi ramai, tetapi ikut kembali berkonsentrasi

pada potongan gambar.

Kegiatan inti yang terakhir peserta didik mengerjakan lembar kerja yang telah

disediakan. Tugas ini diberikan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah memahami

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Kegiatan Penutup

Peserta didik membuat kesimpulan dengan dipandu guru. Kesimpulan yang dibuat

tentang peritiwa alam yang terjadi Indonesia. Setelah membuat kesimpulan dilakukan refleksi,

dari kegiatan ini ada salah satu peserta didik yang menyebutkan “ Enak kalau setiap hari

menggunakan media audio visual biar tidak bosan”. Sedangkan peserta didik yang lain

menambahi “ Kalau bisa setiap hari bisa menggunakan media audio visual”. Ketika refleksi telah

Page 17: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1064

dilaksanakan sebelum mengakhiri pelajaran peserta didik diberi tugas untuk dikerjakan di rumah

mengenai pembelajaran yang dilaksanakan pertemuan berikutnya.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil obesrvasi dari teman sejawat dapat diketahui beberapa masalah dalam

siklus 1. Masalah tersebut adalah: 1) pengaturan waktu yang tidak efisien sehingga ada

pembatasan kepada peserta didik dalam mengerjakan tugas kelompok, 2) pemotongan gambar

yang digunakan dalam permainan terlalu kecil 3) dalam penayangan gambar tidak disertai

dengan penjelasan sehingga peserta didik hanya melihat gambar tanpa mengetahui dekripsinya.

Masalah – masalah di atas menjadi kelemahan dalam pembelajaran yang akan diselesaikan dalam

siklus yang ke 2.

Siklus 2

Pada siklus ini kompetensi dan indikator yang ingin dicapai masih tetap sama seperti pada siklus

1. Rincian kegiatan yang dilakukan juga sama hanya terdapat perbaikan sesuai pada refleksi

siklus 1.

1. Kegiatan Awal (10 menit)

Kegiatan ini diawali dengan berdoa dan diteruskan dengan mengabsensi peserta didik.

Dan dilanjutkan dengan apersepsi tentang kesiapan peserta didik dan memberi pertanyaan

pembuka yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, seperti :

Guru : “ Ada tidak gejala alam atau peristiwa alam yang pernah

terjadi di sekitarmu ? “

Peserta didik : “ Ada “

Guru : “ Coba sebutkan peristiwa alam yang pernah terjadi di

sekitarmu ! “

Peserta didik : “ Ada longsor pak kemarin di daerah saya “

Guru : “ Apa akibatnya “

Peserta didik : “ Satu rumah hampir roboh pak. Rumah itu kepunyaan anak

kelas IV “

Dari beberapa pertanyaan dan jawaban dia atas dapat diketahui bahwa peserta didik

sudah mengenali gejala alam dan akibatnya dari pengalaman kehidupan sehari – hari. Selanjutnya

guru akan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan apa yang akan dilakukan selama

kegiatan pembelajaran pada hari itu kepada peserta didik. Penyampaian ini bertujuan agar peserta

didik mempunyai gambaran yang akan dipelajari pada kegiatan pembelajaran. Dengan

mempunyai gambaran yang akan dipelajari peserta didik akan termotivasi untuk mengikuti

kegiatan yang akan dlaksanakan selanjutnya.

2. Kegiatan Inti (50 menit)

Dalam kegiatan ini peserta didik dibagi menjadi 7 kelompok yang setiap kelompoknya

terdiri dari 4-5 peserta didik. Peserta didik diberi penjelasan untuk mengamati media audio visual

yang akan diamati dan selama pengamatan membuat catatan tentang tampilan dari media. Media

yang ditampilkan adalah gambar atau foto dalam LCD. Gambar yang ditampilkan beberapa

kejadian alam yang terjadi di kota batu seperti banjir di desa Bumiaji tahun 2015 dan di Coban

Rondo tahun 2016, longsor di desa Sisir tahun 2015, puting beliung di alun – alun kota Batu tahun

2015. Gambar tersebut ditampilkan agar peserta didik dapat mengetahui bahwa di daerah

sekitarnya pernah terjadi gejala alam dan mengetahui akibat dari peristiwa tersebut. Sedangkan

untuk gejala alam seperti gunung meletus ditampilkan peristiwa gunung kelud meletus tahun

2014 yang dampaknya sampai ke daerah Batu. Tsunami diberikan peristiwa di Aceh tahun 2004

dan tsunami Jepang tahun 2011. Gempa ditampilkan gempa yang melanda kota Padang yang

mengakibatkan seluruh kota porak poranda.

Page 18: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1065

Selain media foto ditampilkan tayang dari Liputan 6 SCTV yang merangkum semua

gejala alam yang pernah terjadi di Indonesia. Tayangan ini ditampilkan selama ± 6 – 7 menit. Dan

yang terakhir ditayang video BNPB agar peserta didik dapat mengetahui badan yang mengurusi

tentang bencana. Ternyata peserta didik mengetahui terlebih dahulu tentang BNPB karena satu

minggu yang lalu badan tersebut pernah ke dusun Durek di dekat sekolah untuk menangani

peristiwa tanah longsor.

Respon dari peserta didik setelah ditampilkan media audio visual ternyata sangatlah

beragam. Mulai dari sekedar tahu sampai sudah pernah melihat di televisi atau di daerah

sekitarnya. Setelah melihat media audio visual yang ditampilkan maka perwakilan kelompok

maju ke depan untuk membacakan hasil catatannya. Inti dari catatan tiap kelompok hampir sama

tentang beberapa gejala alam di Indonesia, beberapa ditambahi dengan akibat dari gejala alam

tersebut. Tetapi hasilnya lebih terperinci karena telah ada perbaikan dari siklus yang 1.

Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah perwakilan kelompok maju ke depan untuk

mengambil amplop yang berisi tentang gambar gejala yang sudah ditampilkan tetapi telah

dipotong menjadi beberapa bagian. Setelah itu peserta didik menyusun agar menjadi satu bagian

foto yang utuh. Peserta didik mulai bekerjasama menyusun gambar menjadi bagian yang utuh.

Hampir semua anggota kelompok terkonsentrasi penuh pada penyusunan. Hanya ada sebagian

anak yang bingung karena suasana menjadi ramai, tetapi ikut kembali berkonsentrasi pada

potongan gambar. Jika salah satu kelompok telah selesai terlihat peserta didik menjadi senang dan

kelompok lainnya mejadi bersemangan untuk menyelesaikan.

Kegiatan inti yang terakhir peserta didik mengerjakan lembar kerja yang telah

disediakan. Tugas ini diberikan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah memahami

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Kegiatan Penutup

Peserta didik membuat kesimpulan dengan dipandu guru. Kesimpulan yang dibuat tentang geala

alam yang terjadi Indonesia. Setelah membuat kesimpulan dilakukan refleksi, dari kegiatan ini

ada salah satu peserta didik yang menyebutkan “ Enak kalau setiap hari menggunakan media

audio visual biar tidak bosan”. Sedangkan peserta didik yang lain menambahi “ Kalau bisa setiap

hari bisa menggunakan media audio visual”. Ketika refleksi telah dilaksanakan sebelum

mengakhiri pelajaran peserta didik diberi tugas untuk dikerjakan di rumah mengenai

pembelajaran yang dilaksanakan pertemuan berikutnya.

4. Refleksi

Terdapat peningkatan siklus 1 tugas menjadi lebih lengkap dan terperinci. Kesulita dalam

penyusunan gambar yang dipotong lebih besar memudahkan siswa dalam penyusunan. Tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai sesuai yang diharapkan.

Penilaian

Untuk memperoleh data dari hasil penelitian maka peneliti menggunakan tes tertulis.

Tes tertulis yang diberikan berupa 5 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Kegiatan ini diikuti oleh

30 orang peserta didik. Ketuntasan belajar yang ingin dicapai pada pembelajaran ini adalah 7,00

sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hasil yang didapat

dari siklus 1 adalah 20 anak yang mendapat nilai di atas kriteria yang telah ditetapkan dan 10 anak

yang dinyatakan belum tuntas. dari hasil tersebut diperoleh persentase sebanyak 66,7 % anak

yang memperoleh nilai kiteria tuntas dan 13,3% yang mendapatkan kriteria di bawah ketuntasan

yang telah ditetapkan.

Siklus 2 diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda. Ada peningkatan dari siklus yang yang

telah dilakukan sebelumnya. Hasil yang didapat dari siklus 2 adalah 27 anak yang mendapat nilai

di atas kriteria yang telah ditetapkan dan 3 anak yang dinyatakan belum tuntas. dari hasil tersebut

Page 19: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1066

diperoleh persentase sebanyak 90% anak yang memperoleh nilai kiteria tuntas dan 10% yang

mendapatkan kriteria di bawah ketuntasan yang telah ditetapkan.

Dari hasil yang diperoleh dapat dinyatakan penggunaan media pembelajaran berupa

audio visual berhasil menunjang kegiatan pembelajaran. Dapat dikatakan berhasil karena ada

peningkatan dari pembelajaran siklus 1. Ketuntasan belajar siswa meningkat yang semula pada

siklus satu 66,7% pada siklus 2 menjadi 90%. Dengan kata lain media pembelajaran audio visual

berhasil meningkatkn prestasi belajar peserta didik.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan media

audiovisual pada materi gejala atau peristiwa alam dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

kelas VI A SDN Giripurno 01 Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun pelajaran 2015/2016.

DAFTAR RUJUKAN

Fatah, S, 2008. Buku Peserta didik Elektronik Hal.115. Jakarta: Penerbit Pusat Perbukuan

Depdiknas

Muryani, S, 2013. Penerapan Strategi Kreatif-Produktif Dengan Media Audio visual Untuk

Meningkatkankualitas Pembelajaran IPS Peserta didik Kelas V SDN Karanganyar 01Kota

Semarang. Disertasi tidak diterbitkan. Semarang : S1 PGSD Universitas Negeri

Semarang

Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan

Menengah. Diakses dari https://fatkoer.wordpress.com/2014/11/07 Tanggal 21

Februari 2016

Prasetyo, W, A, 2015. 1582 Bencana Landa Indonesia Sepanjang 2015. Diakses dari https:

//republika.co.id/berita/nasional tanggal 21 Februari 2016

Suryana, 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Syamsi, K, _. Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Widyatini, T, 2013. Penyusunan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) Sebagai Bahan Ajar. Jakarta:

Penerbit Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga

Kependidikan (PPPPTK) Matematika

Yanti, F, 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Keanekaragaman Makhluk

Hidup Dengan Menggunakan Media Audio visual Di Kelas VII D Peserta didik SMPN

5 Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal TEQIP-SMP. Malang : Penerbit Universitas Negeri

Malang

Page 20: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1067

PEMBELAJARAN MENGHARGAI PERANAN TOKOH PERSIAPAN

KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI SNOWBALL THROWING

DIBANTU SILENT READING PADA SISWA KELAS V MI ISKANDAR

SULAIMAN BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Siti Purwati

MI Iskandar Sulaiman Kota Batu

[email protected]

Abstrak: Efektifitas snowball throwing dalam membelajarkan peserta didik tentang

persiapan kemerdekaan Indonesia. Metode penelitian digunakan secara deskriptif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa model snowball throwing dengan bantuan silent reading

efektif dalam membelajarkan peserta didik tentang persiapan kemerdekaan Indonesia.

Hasil belajar peserta didik rata-rata sebesar 85% diatas kriteria ketuntasan minimal

sebesar 75.

Kata kunci: Pembelajaran menghargai, snowball throwing dibantu silent reading.

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru. Menurut Salmani dan Mujiono dalam Sardiman dkk,

2003 bahwa perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat

pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap

atau afektif. Menurut Geoch dalam Suprijono, 2011 bahwa belajar adalah perubahan performance

sebagai hasil latihan.

Selama ini pembelajaran yang dilakukan di kelas, jarang menggunakan model

pembelajaran yang ada. Peserta didik merasa bosan dan rata-rata hasil belajarnya masih dibawah

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ada di MI Iskandar Sulaiman. Sudjana (2010)

berpendapat bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil.

Banyak model pembelajaran yang dirancang untuk menarik minat belajar peserta didik.

Diantaranya yaitu snowball throwing dibantu silent reading. Peneliti memilih model

pembelajaran snowball throwing yang dibantu silent reading. Hal ini dimaksudkan untuk

memaparkan pembelajaran menghargai tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan

snowball throwing dibantu silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu Tahun

Pelajaran 2015/2016. Strategi snowball throwing dibantu silent reading adalah suatu strategi

yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membaca secara diam, kemudian peserta

didik membuat pertanyaan pada selembar kertas kosong untuk dibentuk bola. Bentuk bola inilah

yang akan dilemparkan kepada teman untuk dijawab. Hal seperti ini dilakukan secara bergantian

antar peserta didik.

Menurut Suherman (1988), membaca diam atau membaca dalam hati atau silent reading

adalah membaca sempurna dengan cara memandang saja, tanpa bersuara, berdesah atau

menggerakkan bibir. Kalimat yang tertulis diubah menjadi makna pada pikiran si pembaca tanpa

melewati tingkatan suara. Tujuannya untuk memahami maksud bacaan. Sebagian besar orang

membaca dengan cara diam atau dalam hati.

Langkah-langkah snowball throwing antara lain: (1) guru menyampaikan materi yang

akan disajikan, (2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil maasing-masing ketua

keompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, (3) masing-masing ketua kelompok

kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada

teman-temannya, (4) setiap siswa diberi lembar kertas untuk menuliskan satu pertanyaan yang

Page 21: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1068

menyangkut materi, (5) kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar

dari satu peserta didik kepada peserta didik yang lain selama 15 menit, (6) peserta didik yang

mendapat bola pertanyaan kertas diberikan kesempatan untuk menjawab dan melempar bola

kertas yang telah dibuat sendiri kepada teman yang lain, (7) evaluasi, (8) penutup (Suprijono,

2009).

Strategi snowball throwing dibantu silent reading dapat digunakan pada semua mata

pelajaran serta dapat berlaku untuk usia sekolah. Kelemahan snowball throwing dan silent

reading antara lain peserta didik membutuhkan waktu yang cukup lama.

Secara khusus perencanaan ini bertujuan mendeskripsikan: (1) persiapan pembelajaran

menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui snowball throwing dibantu

silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran 2015/2016, (2)

pelaksanaan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui

snawball throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran

2015/2016, (3) penilaian pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan

Indonesia melalui snawball throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu

tahun pelajaran 2015/2016.

Peneliti memilih Madrasah Ibtidaiyah (MI) Iskandar Sulaiman Kota Batu sebagai obyek

penelitian. Alasannya, kondisi para peserta didik cenderung kurang berminat dalam belajar dan

model pembelajaran yang diterapkan di lembaga tersebut masih kurang variatif. Berdasarkan

pengalaman tersebut, peneliti memilih judul “Pembelajaran Menghargai Peranan Tokoh

Persiapan Kemerdekaan Indonesia Melalui Snowball Throwing dibantu Silent Reading Siswa

Kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Dari kajian di atas, ada masalah yang muncul dalam artikel ini, antara lain: (1)

Bagaimanakah perencenaan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemedekaan

Indonesia melalui snowball throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman

Batu tahun pelajaran 2015/2016? (2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menghargai

peranan tokoh persiapan kemedekaan Indonesia melalui snowball throwing dibantu silent reading

siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran 2015/2016? (3) Bagaimanakah hasil

pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemedekaan Indonesia melalui snowball

throwing dibantu silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran

2015/2016?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal

ini peneliti mendeskripsikan pembelajaran snowball throwing dibantu silent reading dengan

fokus pada tahap persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Data dalam penelitian ini berupa informasi terkait pembelajaran snowball throwing dibantu silent

reading untuk menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.

Sumber datanya adalah seluruh siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Kota Batu dengan

jumlah 34 siswa. Data dikumpulkan dengan teknik observasi dan tes. Instrumen yang digunakan

adalah panduan observasi, wawancara, dan rambu-rambu analisis data penelitian. Pada kegiatan

ini dilakukan pembelajaran dengan metode snowball throwing dibantu silent reading untuk

kompetensi dasar menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu

akan dideskripsikan pembelajaran snowball throwing dan silent reading untuk menghargai tokoh

persiapan kemerdekaan Indonesia. Untuk mendapatkan data terdeskripsi pembelajaran, peneliti

dibantu oleh dua orang pengamat dan data hasil belajar diperoleh melalui tes.

Page 22: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1069

Unsur-unsur yang ada dalam lembar pengamatan antara lain: (1) membuka pembelajaran,

(2) melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, (3) menutup pembelajaran, (4) apakah secara

keseluruhan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP?

Pada saat membuka pembelajaran, hal-hal yang dilakukan antara lain pemberian

motivasi untuk memusatkan perhatian dan semangat siswa, apersepsi untuk mengaitkan materi

yang akan dipelajari dengan kehidupan/ pengetahuan siswa, tujuan dan aktivitas belajar dengan

cara penyampaian tujuan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa , dan karakter yang dipilih

kerja keras.

Pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran diamati dengan unsur penggunaan metode

pebelajaran, ketepatan materi, keterlaksanaan sintaks (langkah-langkah pembelajaran), dan

penggunaan media pembelajaran.

Kegiatan menutup pembelajaran diamati dengan hasil refleksi dan penilaian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini disampaikan hasil deskripsi terhadap pembelajaran pada tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

Persiapan Pembelajaran

Pada tahap persiapan pembelajaran atau perencanaan pembelajaran ada lima kegiatan

yang dilaksanakan peneliti antara lain: (1) mengidentifikasi perilaku siswa, (2) penyusunan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) penyusunan lembar kerja siswa, (4) Penyusunan

pengembangan media, dan (5) penilaian.

Sebelum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hal-hal yang dilakukan

peneliti yaitu mengidentifikasi perilaku siswa seperti mengamati perilaku yang kurang sopan

seperti berbicara dengan guru menggunakan bahasa jawa ngoko, dengan teman berani

membentak, tidak ikut upacara bendera hari Senin karena terlambat, melanggar peraturan sekolah

berkali-kali, meminta uang secara paksa kepada teman, membuang sampah tidak pada tempat

sampah.

Penyusunan perangkat pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran memuat

tentang identitas sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu, standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator ketercapaian, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,

penilaian, pembelajaran pengayaan dan remidial, media atau alat, bahan, dan sumber belajar.

Pada tahap penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS), yang dilakukan peneliti antara lain

mendalami metode snowball throwing dari berbagai sumber. Metode-metode ini yang akan

dijadikan patokan peneliti untuk membuat lembar kerja siswa. Peneliti memodifikasi metode

snowball throwing dengan diawali kegiatan silent reading atau membaca dalam hati.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam snowball throwing meliputi: (1) guru menyampaikan

materi yang akan disajikan, (2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil

masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, (3) masing-masing

ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang

disampaikan oleh guru kepada temannya, (4) kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar

kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua kelompok , (5) kertas kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti

bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama 20 menit, (6) setelah siswa dapat satu

bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang

tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, (7) evaluasi, (8) penutup.

Sedangkan silent reading dilakukan dengan cara membaca dalam hati. Snowball throwing dan

silent reading dilakukan dengan cara membaca dalam hati terlebih dahulu dan berikutnya

mengikuti langkah-langkah dalam snowball throwing.

Page 23: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1070

Tahap pembuatan media yang dilakukan peneliti antara lain mencari foto-foto sidang

BPUPKI dan PPKI, foto para tokoh BPUPKI dan PPKI dari berbagai sumber, kemudian diatur

pada kertas untuk diperbanyak dan dibagikan kepada siswa.

Langkah selanjutnya, adalah penilaian. Penilaian dilakukan untuk mengukur kemampuan

siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari. Menurut Sudrajat, 2008 bahwa hakikat

penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data

tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistemiatis dan

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Teknik penilaian yang digunakan peneliti adalah tes berupa tes tulis. Rambu-rambu penilaian

juga disiapkan agar penilaian dapat dilakukan secara objektif.

Pelaksanaan Pembelajaran

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran menghargai peranan

tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan model pembelajaran snowball throwing dibantu

silent reading yang terdiri atas: (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup.

Kegiatan awal dilakukan dengan pemberian salam, mengecek kehadiran siswa, berdoa,

penyampaian tujuan pembelajaran, mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi

sebelumnya, penyampaian pentingnya materi yang dipelajari, penyampaian uraian kegiatan yang

akan dilakukan dalam kegiatan belajar snowball throwing dibantu silent reading.

Kegiatan inti diawali dengan para siswa membaca materi menghargai tokoh persiapan

kemerdekaan Indonesia, dengan waktu yang telah ditentukan. Berdasar hasil membaca, siswa

membuat pertanyaan tanpa jawaban pada selembar kertas. Kertas tersebut dibentuk bola (yang

akan dilemparkan ke salah satu teman). Sebelum bola kertas dilempar, salah satu siswa menerima

lemparan bola kertas yang berisi pertanyaan dari guru. Siswa yang menerima menjawab

pertanyaan tersebut. Siswa yang telah menjawab kemudian melempar bola kertas yang telah

dibuatnya kepada teman lain. Begitu seterusnya. Siswa yang telah menjawab tidak diberi

lemparan bola kertas lagi. Jika ada siswa yang telah menjawab, maka guru menyampaikan kepada

siswa pembuat soal apakah jawaban teman itu sudah betul atau belum. Jika siswa pembuat soal

masih belum bisa maka guru bersama siswa untuk membetulkan soal dan jawaban yang masih

keliru.

Kegiatan penutup dilakukan dengan pemberian kuis atau evaluasi secara individu,

peserta didik disuruh membuat kesimpulan pembelajaran secara lisan, merefleksi pembelajaran

yang telah dilaksanakan, pemberian pekerjaan rumah untuk membaca kompetensi jasa dan

peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara ke siswa diperoleh data bahwa siswa merasa

senang dengan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia

melalui snowball throwing dan silent reading. Alasan siswa karena pembelajarannya lebih seru

dan menantang.

Evaluasi Pembelajaran

Untuk mengetahui kemampuan peserta didik, dilakukan tes dengan memberikan lima

soal dalam bentuk isian singkat. Soal dikerjakan oleh tiga puluh empat peserta didik dengan

rincian laki-laki berjumlah sepuluh dan perempuan berjumlah dua puluh empat. Dari tiga puluh

empat peserta didik diperoleh data dua puluh dua peserta didik memperoleh skor di atas tujuh

puluh lima yang merupakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Iskandar Sulaiman. Dari data ini menunjukkan bahwa pembelajaran menghargai peranan tokoh

persiapan kemerdekaan Indonesia dengan metode snowball throwing dan silent reading mampu

membuat siswa mencapai kompetensinya.

Page 24: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1071

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulannya antara lain bahwa

pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui snowball

throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Kota Batu tahun pelajaran

2015/2016 menggunakan tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut meliputi tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Ketiga tahapan tersebut diikuti oleh peserta didik sebanyak 34 ,

yang terdiri atas jumlah laki-laki sebanyak sepuluh dan perempuan sejumlah dua puluh empat.

Ternyata peserta didik merasa senang belajar kompetensi menghargai peranan tokoh

persiapan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model snowball throwing dibantu silent

reading.

DAFTAR RUJUKAN

Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.

Rifki Afandi. Integritas Pendidikan Karakter dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Salmani dan Agus Mujiono. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Stad Untuk

Meningkatkan Pemahaman Pemcerminan Siswa Kelas V Sdn 017 Penajam

Sudjana. 2010. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penilaian-hasil-belajar.pdf Diakses tanggal

20 Februari 2016 jam 11.34.

Page 25: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1072

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING

DALAM PEMBELAJARAN PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA

KELAS V MI ASSALAM BATU TAHUN AJARAN 2015-2016

Chulfa Roza Maula Septian Putri

MI Assalam Kecamatan Junrejo Kota Batu

[email protected]

Abstrak : Penelitian ini bertujuan mengetahui penggunaan metode role playing dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V

MI Assalam Beji Kota Batu. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

melakukan deskripsi terhadap inovasi pembelajaran dengan mengubah pola

pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pola

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai

rata – rata siswa sebesar 75 dan pada siklus II sebesar 85.

Kata Kunci : role playing, persiapan kemerdekaan, pembelajaran

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan

sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh

karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan nasional (Nurhadi, 2003). Tujuan pendidikan nasional merupakan bagian dari tujuan

nasional, sebagaimana yang tercantum dalam Alinea empat Pembukaan UUD 1945, yakni

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas:2008).

Keberhasilan prestasi belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor antara lain guru,

kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan, motivasi, administrasi dan peserta didik itu sendiri

(Mulyani, 2006). Keberhasilan prestasi belajar siswa akan mendukung tujuan pendidikan yang

ada di Indonesia khususnya pada mata pelajaran IPS.

Pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal

kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan

dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi (Solihatin & Raharjo, 2005).

Apabila ditinjau dari pembelajaran di kelas khususnya kelas V MI Assalam Desa Beji

Kecamatan Junrejo Kota Batu, dua masalah sering muncul dalam proses pembelajaran IPS.

Pertama, antusiasme siswa dalam belajar rendah. Hal ini tampak ketika siswa memasuki ruangan

kelas dan dimulai dengan belajar pengetahuan sosial para siswa kurang bersemangat untuk

mengikuti pembelajaran IPS, sehingga siswa cenderung tidak aktif dan tidak merasa menjadi

bagian dari kelas.

Gejala-gejala tersebut ditunjukkan dengan beberapa sikap siswa seperti: sering

mengobrol ketika pembelajaran berlangsung, menggambar tidak pada waktunya, dan sering

keluar masuk kelas. Kedua; materi pengetahuan sosial yang terlalu bersifat informatif dan

Page 26: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1073

menuntut aspek kognitif (hafalan) saja. Pembelajaran seperti ini membuat para siswa malas untuk

memahami informasi-informasi baik yang terdapat dalam buku maupun yang disampaikan oleh

guru.

Beberapa kondisi yang telah dikemukakan di atas, terdapat indikasi terhadap adanya

suatu masalah yang cukup signifikan, yaitu permasalahan yang bermuara pada kejenuhan siswa

dalam mengikuti pembelajaran pengetahuan sosial sehingga membuat hasil belajar siswa rendah

bahkan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Maka untuk

meningkatkan kreatifitas siswa dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran salah satunya

bisa dengan menggunakan metode Role Play (bermain peran).

Aqib (2010:20) berpendapat bahwa metode role play adalah suatu cara penguasaan bahan

pelajaran melalui pengembangan imajinasi, daya ekspresi, dan penghayatan dilakukan dengan

memerankan seseorang dari sejarah, dunia pengetahuan, dan lain-lain. Sedangkan Wahab (2009:

53) mengemukakan bahwa bermain peran merupakan berakting sesuai dengan peran yang telah

ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu.

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa role playing adalah suatu

cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan

dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Menurut Zain

(2006: 115) langkah –langkah penggunaan metode bermain peran adalah persiapan, pelaksanaan

dan evaluasi.

Uno Hamzah (2009: 26) menyebutkan prosedur bermain peran terdiri atas sembilan

langkah, yaitu (1) pemanasan (warming up), (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat

(observer), (4) menata panggung, (5) memainkan peran (manggung), (6) diskusi dan evaluasi, (7)

memainkan peran ulang (manggung ulang), (8) diskusi dan evaluasi kedua, (9) berbagai

pengalaman dan kesimpulan.

Untuk mengatasi berbagai temuan di atas, diperlukan pembelajaran yang dapat

memotivasi siswa untuk lebih aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan guna meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa mapel pengetahuan sosial kompetensi dasar Persiapan

Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan metode role playing (bermain peran).

Dua penelitian yang serupa dengan penelitian ini dilakukan oleh Kartini (2011) dan

Sitepu (2014). Kartini (2011) dalam penelitiannya berjudul “Penggunaan Metode Role Playing

Untuk Meningkatkan Minat Siswa Dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN

Cileunyi 1 Bandung” menemukan bahwa penggunaan metode role playing sangat efektif dalam

meningkatkan minat belajar anak. Efektivitas penggunaan metode tersebut dapat dilihat dari

dijumpainya beberapa perubahan yang positif, baik yang terjadi pada guru IPS itu sendiri maupun

yang terjadi pada diri siswa, terutama perubahan adanya peningkatan minat belajar siswa dalam

mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Sitepu (2014) dalam karyanya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Role Play

Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Babarsari Yogyakarta” menunjukan adanya

pengaruh penggunaan metode role play terhadap prestasi belajar IPS yang terlihat dari hasil

analisis data menunjukan bahwa prestasi siswa yang belajar dengan metode role play rata- rata

20.00 lebih tinggi daripada prestasi siswa yang belajar dengan metode konvensional.

Dari kajian di atas maka masalah yang muncul dalam artikel ini adalah (1) Bagaimana

persiapan pelaksanaan pembelajaran persiapan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan

metode role playing pada siswa kelas V MI Assalam Batu? (2) Bagaimana pelaksanaan

pembelajaran persiapan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan metode role playing pada

siswa kelas V MI Assalam Batu? (3) Bagaimana hasil dari pelaksaan kemerdekaan Indonesia

dengan menggunakan metode role playing pada siswa kelas V MI Assalam Batu?

METODE

Page 27: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1074

Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dalam rancangan tersebut dideskripsikan

tentang inovasi pembelajaran dengan mengubah pola pembelajaran yang selama ini berpusat pada

guru (teacher centered) menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).

Subyek penelitian ada 12 orang dengan 2 (pa) dan 10 (pi. Dilaksanakan di MI Assalam

Beji Kota Batu pada siswa kelas V tahun ajaran 2015/2016. Dengan 3 kelompok yang masing –

masing terdiri atas 4 siswa.

Data penelitian ini berupa hasil belajar dan proses pembelajaran. Data hasil belajar

dikumpulkan dengan tes tulis dengan bentuk uraian singkat. Data hasil proses pembelajaran

dikumpulkan dengan observasi. Observasi dilakukan oleh 7 observer yang terdiri dari teman –

teman guru.

Data dianalisis secara deskriptif. Yaitu menggambarkan fenomena yang ada. Jenis

penelitian kualitatif ini dipilih karena peneliti berusaha memecahkan masalah dengan

menggambarkan problematika yang terjadi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ada 4 kegiatan yang dilaksanakan pada penelitian ini yang meliputi : (1) penyususnan

RPP, (2) penyusunan Lembar Kerja Siswa, (3) penyusunan pengembangan media, dan (4)

penyusunan penilaian.

Dalam persiapan pelaksaaan pembelajaran yang pertama yaitu penyusunan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang

Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, bahwa tahap pertama dalam

pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan

kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dimulai dari mecantumkan

Identitas RPP, Tujuan Pembelajaran, Materi pembelajaran, Metode pembelajaran,

Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber belajar, dan penilaian. Setiap komponen

mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan.

Langkah – langkah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat guna

mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan indikator ketercapaian.

Kegiatan awal meliputi mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama,

memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran serta menyanyikan lagu Pantang

Mundur karya Titiek Puspa sebagai motivasi dan semangat dalam proses pembelajaran kali ini.

Kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi serta konfirmasi dengan menggunakan metode role

playing yang sesuai dengan RPP yang sudah dibuat. Dengan menggunakan metode role playing

diharapkan kemampuan pemahaman dapat dimiliki siswa secara mendalam. Karena dengan

metode role playing dapat mengarahkan siswa lebih merasakan secara langsung berproses nyata.

Kegiatan penutup dilakukan dengan penilaian dan refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan

secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran agar tercapai sesuai dengan tujuan maka kedudukan

Lembar Kerja Siswa (LKS) sangat penting sebagai penunjang proses pembelajaran, seperti yang

dikatakan oleh Sudjana (dalam Djamarah dan Zain, 2000) fungsi LKS adalah sebagai alat bantu

untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa. Selain sebagai

pelengkap proses belajar lembar kerja juga berfungsi sebagai peningkatan motivasi belajar siswa.

Seperti yang disampaikan oleh Arsyad (2005) bahwa meningkatkan motivasi siswa dengan

mengarahkan perhatian siswa, sehingga memungkinkan siswa belajar sendiri sesuai dengan

kemampuan dan minatnya.

Lembar Kerja Siswa (LKS) dilakukan dengan menyiapkan 3 lembar kerja siswa

per-individu yang dikerjakan diawal sebelum sosiodrama dimulai, lembar kerja siswa yang kedua

Page 28: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1075

dikerjakan siswa diakhir sosiodrama setelah selesai dilaksanakan secara berkelompok sesuai

dengan kelompok penokohan. Diakhir pembelajaran dilakukan post test pada siswa secara

individu untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa tentang materi yang dilakukan dan

juga sebagai refleksi peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode role

playing.

Pemilihan penggunakan media sangat menarik minat belajar siswa. Hal ini dikuatkan

dengan pernyataan Hamalik (dalam Arsyad, 2002) mengemukakan bahwa pemakaian media

pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Peneliti menggunakan beberapa media antara lain

media gambar tokoh – tokoh para pejuang dalam persiapan kemerdekaan Indonesia yang di

tempel papan tulis, yang kedua menggunakan media kertas yang digunakan sebagai topi yang

bertuliskan nama pejuang kemerdekaan, saat siswa menggunakan topi tersebut maka siswa secara

langsung berperan sebagai tokoh yang ada dalam topi tersebut. Dan yang ketiga adalah media

audio yang berupa 2 lagu perjuangan antara lain Bagimu Negeri karya Kusbini sebagai backsound

saat sosiodrama akan dimulai dan Hari Merdeka karya Mutahar saat kegiatan proklamasi

dilaksanakan.

Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan

untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka

membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbanagan tertentu (Zaenal:2009).

Oleh karena itu penilaian sangat dibutuhkan kemampuan atau keberhasilan siswa dalam

pembelajaran dengan menilai kinerja siswa baik kinerja secara individu maupun dalam kegiatan

kelompok. Penyusunan penilaian pada perencanaan pembelajaran di MI Assalam ini adalah

dengan menggunakan penilaian tes dan non tes. Pada penilaian non tes peneliti mengambil nilai

dari nilai proses berlangsungnya pembelajaran dan untuk penilaian tes peneliti mengambil nilai

dari penilaian hasil lembar kerja siswa yang dikerjakan.

Dari proses perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian diperoleh gambaran

bahwa metode role playing dapat membantu guru dalam hal mempermudah penyampaian materi.

Dari sisi siswa dengan menggunakan metode role playing dapat membuat siswa lebih berperan

aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terutama pada saat mereka memainkan peran yang

diberikan oleh guru kepada siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode role

playing menghasilkan nilai rata – rata diatas KKM. Nilai rata- rata siswa 80 dengan nilai KKM

70. Selain itu model pembelajaran tersebut dapat menumbuhkan sikap posistif siswa yang berupa

siswa lebih aktif berbicara, berlatih kerjasama dengan temannya, meningkatkan motovasi belajar

dan kemudahan dalam ketercapaian materi yang disampaikan.

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran materi persiapan kemerdekaan dengan metode

role playing maka perlu dilakukan penyusunan perencanaan pembelajaran yang meliputi:

penyusunan RPP, penyusunan lembar kerja, penyusunan pengembangan media, dan penyusunan

penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajarannya perlu menonjolkan tentang praktek bermain

peran yang dilakukan dengan bantuan lembar kerja yang sudah disusun.

Metode role playing merupakan salah satu alternatif yang layak dikembangkan untuk

keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran dengan pemahaman materi secara mendalam

di MI Assalam Beji Kota Batu karena dengan menggunakan metode role play siswa dapat

mengembangkan kreatifitasnya berdasarkan pemahaman mereka dan kerjasama yang baik antara

satu siswa yang berperan dengan siswa lainnya yang berperan. Penggunaan metode role play

Page 29: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1076

dapat dijadikan salah satu cara untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan siswa dalam proses

belajar mengajar

DAFTAR RUJUKAN

Arifin,Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arsyad,A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Arsyad,A. 2005. Media Pemblajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Aqib, Z. 2010. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.

Djamarah, & Zain,A.. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. 2008. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Kartini, T. 2007. Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam

Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi

Kabupaten Bandung. JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 8 - Oktober 2007

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:

Kemendikbud Republik Indonesia.

Mulyani, N. 2006. Pengaruh Motivasi Berprestasi, Kontinuitas Belajar dan Fasilitas Belajar

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MA Banat NU Kudus Tahun Pelajaran

2005/2006. Skripsi Fakultas Ekonomi : Universitas Negeri Semarang

Nurhadi, Senduk A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

(UMPRESS)

Sitepu, Melyina Sari. 2008. Pengaruh Penggunaan Metode Role Playing Terhadap Prestasi

Belajar IPS siswa kelas IV SDN Babarsari Yogyakarta. Jurnal Guru Pembelajaran di

Sekolah Dasar dan Menengah. Nomor 1, Volume 5, Juli 2008.

Solihatin, E. & Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.

Jakarta. Bumi Aksara.

Uno,B & Hamzah. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang

Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahab, A.A. 2009. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas.

Wiastra, I N Gd & I.M Gosong. 2013. Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Ix.3 Smp Negeri 2 Denpasar Tahun 2012/2013.

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 2 Tahun 2013):pp 1-11.

Zain, Aswan dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

http://digilib.uinsby.ac.id/10938/5/Bab2.pdf ( diakses tanggal 6 Februari 2016 )

http://digilib.unila.ac.id/1753/8/BAB%20II.pdf ( diakses tanggal 6 Februari 2016 )

http://eprints.uny.ac.id/9668/3/bab%202%20-%2008205244010.pdf (diakses tanggal 6 Februari

2016 )

https://phierda.wordpress.com/2012/10/30/penilaian-evaluasi-dalam-pembelajaran-ips-sd-2/

( diakses tanggal 20 Februari 2016 )

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Drs.%20Amat%20Jaedun,%20M.Pd./%28

1%29%20Ciri%20Penilaian%20Pendidikan.pdf ( diakses tanggal 20 Februari 2016 )

http://www.academia.edu/8547352/EVALUASI_PEMBELAJARAN ( diakses tanggal 20

Februari 2016 )

Page 30: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1077

PEMBELAJARAN MENDESKRIPSIKAN GEJALA ALAM

YANG TERJADI DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF

METODE JIGSAW BAGI SISWA KELAS VI SDN BEJI 01 KECAMATAN

JUNREJO KOTA BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Suyono

SDN Beji 01 Kecamatan Junrejo Kota Batu

[email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan kemampuan belajar siswa

dan peran guru dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan rancangan

deskriptif kualitatif dengan pendekatan kooperatif metode jigsaw. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kooperatif metode jigsaw nilai rata-rata

siswa mencapai 7,23 dan KKM mata pelajaran IPS adalah 7,00. Semangat belajar,

bekerja sama dan rasa percaya diri menunjukkan kemajuan kearah yang positip.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VI SDN Beji 01 Kecamatan Junrejo Kota

Batu.

Kata kunci: Gejala alam, Pendiskripsian, dan Jigsaw

Pembelajaran IPS yang selama ini dilakukan hanya sekedar memberikan informasi

kepada peserta didik dan akhirnya prestasi ditentukan dari tes yang dilakukan pada akhir

pembelajaran. IPS seringkali dianggap pelajaran yang membosankan dikarenakan pembelajaran

yang dilakukan hanya berupa cerita dan hafalan. Peserta didik merasa bosan selama mengikuti

pembelajara IPS dan akhirnya prestasinya menjadi rendah. Sehingga menjadikan pembelajaran

IPS yang diterima peserta didik menjadi sulit karena metode yang paling banyak digunakan

adalah ceramah.

Metode ceramah memiliki sejumlah kelemahan. Mengutip pendapat dari Gilstrap &

Martin, Gagne & Barliner, dan Moedjono, direktori file UPI mengemukakan kelemahan metode

ceramah adalah sebagai berikut: (1) cenderung terjadi proses komunikasi di dalam kelas satu

arah. (2) Cenderung ke arah pembelajaran berdasarkan keinginan guru (guru sentries). (3)

Menurunnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung bila ceramah dilakukan lebih dari 20

menit.

- Dengan ceramah hanya mampu menghasilkan ingatan dalam diri peserta didik dalam

jangka waktu yang pendek.

- Merugikan bagi peserta didik yang memiliki tipe pengamatan auditif.

- Merugikan bagi peserta didik yang mampu belajar sendiri dari pada diceramahi secara

klasikal.

- Tidak efektif untuk mngajarkan keterampilan motorik dan menanamkan sikap kepada

peserta didik.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw sangat diperlukan untuk

meningkatkan kerja sama dan motivasi belajar peserta didik. Menurut Ibrahim, (2000) model

pembelajaran kooperatif sangat cocok untuk meningkatkan kerja sama dan rasa social anak.

Menurut As‟ari 2003 tentang cooperative learning model jigsaw merupakan alternative

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pendekatan kooperatif metode jigsaw merupakan

pendekatan yang dapat membantu peserta didik untuk memahami konsep-konsep yang sulit, juga

memberikan efek terhadap sikap saling menerima perbedaan individu baik ras, agama, social

Page 31: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1078

ekonomi, budaya gender dan lain-lain. Selain itu pendekatan kooperatif metode jigsaw dapat

memberikan peningkatan ketrampilan bekerja sama dalam kelompok atau team work.

Pembelajaran IPS kelas VI semester 2 mendeskripsikan gejala ( peristiwa ) alam yang

terjadi di Indonesia dan negara tetangga bertujuan untuk mengenalkan kepada peserta didik

tentang gejala alam di Indonesia dan Negara tetangga. Bila peserta didik telah dapat mengenal

tentang gejala alam, mereka dapat mengetahui dan mengetahui penyebab serta cara

penganggulangan gejala alam yang terjadi.

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di 2 pertemuan lempeng yaitu

lempeng Eurasia dan lempeng Indo – Australia sehingga banyak menyebabkan terjadinya gempa

bumi. Selain itu Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki banyak gunung berapi aktif yang

setiap saat bisa mengeluarkan bahan vulkanisnya setiap saat. Sehingga negara kita dikenl sebagai

negara yang rawan terjadinya bencana. Badan Nasional Penangggulangan Bencana (BNPB)

Indonesia mencatat ada 1582 bencana alam sepanjang tahun 2015, data tersebut turun 20 % dari

tahun lalu. tercatat 248 korban meninggal dan 1,18 juta mengungsi ( Republika, 26 Desember

2015 ). Dari data tersebut bencana tanah longsor, banjir dan puting beliung.

Oleh karena itu penulis berusaha untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kooperatif metode jigsaw agar pembelajaran IPS menjadikan

pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna dan disukai peserta didik sehingga

pemahaman dan prestasi mereka dapat diperoleh secara maksimal atau memuaskan. Dalam

penelitian ini penulis bertujuan untuk mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran ......., (2)

pelaksanaan....., dan (3) penilaian .......

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan deskriptif kualitatif. Penelitian ini

dilaksanakan pada murid kelas VI SD Negeri Beji 01 Kecamatan Junrejo Kota Batu. Adapun

tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan belajar peserta didik juga peran

seorang guru dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam model pembelajaran kooperatip tipe

jigsaw adalah sebagai fasilitator, penelitian ini juga untuk mengetahui kualitas pembelajaran.

Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada penelitian ini ada 3 tahap yaitu: tahap

perencanaan,tahap pelaksanaan dan penilaian.

Ada 4 ( empat ) kegiatan pada tahap perencanaan:

(1.Penyusunan RPP),(2.Penyusunan Lembar Kerja Siswa),(3.Penyusunan dan Pengembangan

Media Pembelajaran, dan 4.Penilaian)

Tahap Perencanaan Pembelajaran

1.Penyusunan RPP

Penyusunan RPP merupakan syarat mutlak bagi seorang guru yang akan melaksanakan

pembelajaran di kelas, sebab RPP merupakan rancangan/gambaran, langkah-langkah, catatan

strategi,pendekatan,metode,indicator serta tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran yang

akan dilaksanakan. Dengan demikian RPP menjadi pegangan bagi guru agar dalam melaksanakan

pembelajaran tidak menyimpang dari apa yang sudah tertulis dalam RPP. Didalam RPP yang baik

akan tercermin kegiatan guru, aktivitas peserta didik,komunikasi antara guru dan peserta

didik,interaksi antara guru dan peserta didik, interaksi antara peserta didik dan terjadinya

transformasi ilmu pengetahuan.

2.Penyusunan Lembar Kerja Siswa

Penyusunan lembar kerja siswa dimaksudkan untuk memberikan gambaran kegiatan-kegiatan

yang akan dilaksanakan oleh peserta didik selama proses pembelajaran. Penyusunan lembar kerja

siswa mengacu pada metode,strategi dan pendekatan yang digunakan dalam proses

Page 32: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1079

pembelajaran,sehingga akhirnya dapat diketahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran

yang sudah direncanakan dan dilaksanakan, baik bagi guru maupun bagi siswa. Didalam lembar

kerja siswa juga ditampilkan bagaimana aktivitas peserta didik secara individu, interaksi antar

peserta didik dan kerja sama dalam membahas dan memecahkan masalah bersama.

3.Penyusunan Dan Pengembangan Media Pembelajaran

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam proses pembelajaran baik zaman dahulu maupun saat

ini, Penggunaan Media Pembelajaran sangat diperlukan. Karena media pembelajaran dapat

merangsang daya imajinasi, memperjelas obyek yang dipelajari dan membuat benda yang abstrak

menjadi nyata yang akhirnya dapat memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sementara

itu pengembangan media pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak,

perkembangan anak, kematangan anak. Disamping itu pengembangan atau pembuatan media

pembelajaran harus juga mempertimbangkan ketersediaan bahan yang dibutuhkan di lingkungan

sekitar. Pengembangan media pembelajaran harus disesuaikan juga dengan tipe belajar anak,

yaitu ada anak yang bertipe audio, anak yang bertipe visual dan ada anak yang bertipe

audiovisual. Sebab pada dasarnya proses belajar anak itu dimulai dari yang nyata/konkrit, dimulai

dari sederhana, dimulai dari yang biasa, oleh sebab itu apabila pemilihan bahan dan penggunaan

media dapat dilakukan dengan tepat dan konsisten akan dapat memberikan kesan belajar yang

mendalam bagi peserta didik.

4.Pengembangan Prosedur Penilaian

Penilaian merupakan tahapan dalam suatu kegiatan untuk mengetahui sejauh mana

tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk itu dalam menyusun

prosedur penilaian diharapkan sesuai dengan strategi, pendekatan,metode dan materi ajar,

disamping itu, juga harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik baik secara

emosional,spiritual maupun social. Karena dengan pendekatan kooperatif metode jigsaw

diharapkan dapat diketahui secara optimal perkembangan peserta didik secara emosional dan

social. Dengan demikian prosedur penilaian yang dipilih dalam proses pembelajaran harus bisa

dijadikan ukuran/patokan untuk melihat keberhasilan proses pembelajaran. Maka dengan

pendekatan kooperatif metode jigsaw kecerdasan emosional dan kecerdasan social peserta didik

dapat diketahui. Kecerdasan sosial meliputi: 1. Anak mampu bekerja sama dengan baik 2. Anak

kurang bisa bekerja sama 3. Anak

tidak bisa bekerja sama. Sedangkan kecerdasan emosional peserta didik dapat dilihat dari

tanggung jawab peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok dengan rubric

penilaian sebagai berikut: 1. Anak mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 2.

Anak kurang mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 3. Anak tidak mampu

bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pelaksanaan pembejaran merujuk pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional

No. 22 tahun 2006 tentang standar isi. Kegiatannya meliputi,kegiatan awal,kegiatan inti dan

penutup. Pada kegiatan awal dimulai dengan berdo‟a bersama lalu guru mengabsen kehadiran

siswa dengan cara menanyakan siapa yang tidak masuk pada hari ini,kemudian dilamjutkan

dengan menyampaikan tujuan dan tehnik pembelajaran yang akan dilaksanakan. Memasuki

kegiatan inti pada tahapan eksplorasi guru dan siswa bertanya jawab yang mengarah pada materi

pembelajaran yaitu:

Guru : “Apakah anak-anak pernah mendengar gejala alam atau bencana alam yang terjadi di

Indonesia?”

Siswa :”Pernah,pak”

Guru :”Bencana alam apa saja yang pernah terjadi?”

Siswa :”Banjir, gunung meletus, tsunami, longsor, gempa bumi dan kebakaran hutan.”

Page 33: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1080

Guru :”Bagus, apakah anak-anak juga tahu hal-hal yang menyebabkan bencana tersebut?”

Siswa :”Tahu,pak.”

Guru :”Coba Dimas sebutkan salah satu bencana dan hal yang menyebabkan.”

Dimas :”Banjir, hal yang menyebabkan hujan yang deras dan lama, membuang sampah sembarangan,

penebangan hutan, pembangunan rumah di lereng gunung.

Guru :”Bagus, sekarang kita akan mempelajari tentang hal-hal yang menyebabkan terjadinya

bencana/gejala alam.”

`Pada tahap elaborasi dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok, siswa dibagi

menjadi 6 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4 siswa, 6 kelompok yang sudah terbentuk disebut

sebagai kelompok asal, kemudian guru membagikan materi kepada semua kelompok,setelah

materi dipelajari ditiap kelompok, kemudian salah satu anggota dari tiap kelompok membentuk

kelompok lagi yang disebut kelompok ahli, sehingga kelompok ahli juga ada 6 kelompok, lalu

kelompok ahli berdiskusi tentang sub-sub materi yang sudah dipelajari, selesai diskusi

dikelompok ahli masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk

menyampaikan hasil diskusinya. Alur pembentukan kelompok sebagai berikut:

Kelompok asal dan kelompok ahli

Pada tahap konfirmasi masing-masing kelompok memresentasikan hasil diskusi dan

kelompok lain memperhatikan, menanggapi menyanggah dan menambahkan penyampaian dari

kelompok yang maju, demikian seterusnya.

Kegiatan penutup peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan

pembelajaran yang sudah dilaksanakan, refleksi guru menanyakan apakah peserta didik senang

dengan pembelajaran yang baru dilaksanakan dan informasi yang diperoleh peserta didik jadi

lebih luas dan mendalam selanjutnya guru memberi tugas untuk pertemuan berikutnya yaitu cara

untuk menghadapi berbagai macam bencana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari skenario pembelajaran yang telah disajikan tersebut, dapat diketahui bahwa proses

pembelajaran yang telah dilakukan ada peningkatan baik ditinjau dari guru maupun dari peserta

didik. Dalam hal ini peserta didik semakin aktif secara individu maupun kelompok sebab dilihat

dari alur pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif metode jigsaw yang

mengedepankan peran individu dalam kelompok dan kerja sama kelompok untuk individu.

Hasil yang diperoleh dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif metode

jigsaw menunjukkan hasil yang menggembirakan yaitu nilai rata-rata peserta didik mencapai 7,23

dan nilai tersebut telah melampaui nilai KKM mata pelajaran IPS yaitu 7,00. Disamping nilai

rata-rata peserta didik yang sudah ditunjukkan tersebut motivasi belajar peserta didik juga

semakin baik hal ini dapat dilihat dari semangat belajar, rasa percaya diri dan keberanian peserta

didik dalam menyampaikan pendapat.

Page 34: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1081

Dari 24 peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM ada 5 peserta didik, yang

sama dengan KKM ada 2 peserta didik dan yang diatas KKM ada 17 peserta didik, berarti anak

yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 70,72% atau tingkat keberhasilan pembelajaran

adalah 70,72%. Maka pembelajaran IPS dapat menggunakan pendekatan kooperatif metode

jigsaw atau pendekatan dan metode pembelajaran yang lain yang dapat merangsang atau

memotivasi semangat belajar peserta didik, menambah rasa percaya diri dan keberanian

menyampaikan hasil kerja kelompok di depan kelas.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan

pendekatan kooperatif metode jigsaw menunjukkan perolehan nilai rata-rata peserta didik

mencapai 7,23 ini berarti capaian nilai rata-rata siswa diatas dari KKM yaitu 7,00. Disamping itu

penerapan pendekatan kooperatif metode jigsaw juga dapat merangsang minat belajar peserta

didik, hal ini dapat dilihat dari semangat belajar peserta didik, keberanian menyampaikan

pendapat dan rasa percaya diri yang semakin baik.

DAFTAR RUJUKAN

As‟ari, 2003. Cooperative learning model jigsaw, alternative pembelajaran yang efektif dan

menyenangkan

Gulo, 2008. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA

Hasibuan, Moejiono, 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya

Page 35: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1082

PEMBELAJARAN MENDISKRIPSIKAN PERKEMBANGAN WILAYAH

LAUT TERITORIAL INDONESIA DENGAN MEDIA PETA BERTINGKAT

UNTUK SISWA KELAS VI SDN GIRIPURNO 03

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Andhika Affandy

SDN Giripurno 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu

[email protected]

Abstrak : Media peta bertingkat yang digunakan dalam pembelajaran mendiskripsikan

perkembangan wilyah laut teritorial Indonesia mampu memotivasi siswa dalam proses

pembelajaran di kelas. Dengan media peta bertingkat siswa menunjukan semangat belajar

yang tinggi, menjadi lebih terampil dan lebih memudahkan siswa serta berdampak pula

pada meningkatnya kreatifitas siswa dalam mendiskripsikan perkembangan wilyah laut

teritorial Indonesia, terlebih karena merupakan pengalaman pertama guru mengajar

dengan menggunakan media peta bertingkat. Oleh karena itu, disarankan pembelajaran

mendiskripsikan perkembangan wilyah laut teritorial Indonesia dapat digunakan media

peta bertingkat. Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran

mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan penggunaan

media gambar peta bertingkat siswa kelas VI SDN Giripurno 03 yang berjumlah 37 orang

92% berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 75. Hasil ini

menunjukan bahwa penggunaan media gambar peta bertingkat sudah dikuasai oleh siswa,

mampu memotavasi, mendorong semangat belajar, dan meningkatkan kreativitas.

Kata Kunci : peta bertingkat, wilayah Indonesia, pembelajaran

Berdasarkan kurikulum 2006 yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam dan

kehidupan sosial secara sistematis, sehingga IPS bukan hanya penguasaan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta

didik untuk mempelajari diri sendiri, lingkungan, dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran yang sementara ini masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru

sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.

Untuk itu diperlukan strategi belajar “baru” yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi

belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang

mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Menurut Wijaya, dkk (1987:188) bahwa ” Belajar dapat dikatakan bermakna apabila ada

keterlibatan intelektual, emosional siswa, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis,

maupun pembentukan sikap. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan

situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.”

Proses pembelajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama di antara siswa, maka

proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat

meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir dan aktivitas siswa dalam mengembangkan

konsep serta arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses

pembelajaran dapat meningkatkan kerja sama antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.

Page 36: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1083

Apabila siswa yang kurang mampu dibantu oleh siswa yang lebih pandai sehingga proses

pembelajaran menjadi lebih hidup dan dapat tercapai hasil yang maksimal. Pernyataan ini

berdasarkan pendapat Johnson & Smith (dalam Anita Lie, h. 5) bahwa, ”Kegiatan pendidikan

adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah

suatu proses pribadi, tetapi juga suatu proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang

berhubungan dengan orang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama.

Dalam suatu proses belajar diperlukan metode mengajar dan media pembelajaran, karena

fungsi utama dalam pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang mempengaruhi

kondisi lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Penggunaan media akan sangat

membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan isi pembelajaran. Media

pembelajaran juga dapat meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan

terpercaya, memudahkan dan memadatkan informasi.

Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa

pesan yang untuk menyampaikan isi/materi serta sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun

pandang – dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang

fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses

belajar pada diri anak didik (dalam Tawatuan hal. 60 tahun 2015).

Pada anak usia sekolah dasar khususnya kelas 6 dimana mereka yang mengalami tahap

perkembangan operasional formal. Dalam tahap perkembangan ini anak akan mudah menerima

materi apabila didukung oleh media, terlebih apabila materi tersebut berhubungan dengan

pengamatan. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan minat yang baru, membangkitkan keinginan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh – pengaruh

psikologis terhadap siswa. Pada dasarnya anak lebih senang belajar sambil bermain, oleh sebab

itu dengan menggunakan alat ini anak akan bermain sambil belajar. Anak juga dapat mengamati

secara langsung, sehingga materi akan lebih mudah diterima dan dipahami.

Salah satu kompetensi dasar mata pelajaran IPS (menurut Permendikbud Nomor 22 tahun

2006 untuk kelas 6 KD 1.1. ) yaitu mendiskripsikan sistem administrasi wilayah Indonesia akan

banyak kesulitan – kesulitan apabila tidak menggunakan media dalam proses belajar, misalnya

siswa akan kesulitan menghafal perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia dan

mengamati serta menunjukkan letak – letak propinsi yang mereka pelajari. Mereka akan berfikir

secara abstrak tentang perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia tersebut, padahal

untuk mengetahui pembagian dan letak propinsi tersebut haruslah melalui pengamatan. Oleh

karena itu dibuatlah media puzzle map untuk mengatasi semua kesulitan yang dialami anak didik

pada kompetensi dasar ini.

Pada meteri perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia ini, anak didik

membutuhkan pengembangan visual, dan anak usia sekolah dasar masih membutuhkan benda –

benda yang kongkrit (cari rujukan ) dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, guru bisa menggunakan

media pembelajaran puzzle map. Puzzle map berguna untuk memudahkan siswa dalam menerima

materi, selain itu puzzle map dalam penggunaannya tidak memerlukan bantuan dari media lain,

sederhana dan tujuan pembelajaran pun akan tercapai. Puzzle map dilengkapi dengan kartu –

kartu yang dapat digunakan siswa untuk belajar. Melalui media tersebut dapat dirancang berbagai

permainan yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi pokok. Sehingga

pembelajaran dapat berlangsung aktif dan menyenangkan karena siswa bermain sambil belajar.

Page 37: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1084

METODE

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yakni menggambarkan secara nyata yang

terjadi. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VI SDN Giripurno 03 Kecamatan Bumiaji Kota

Batu sejumlah 37 orang (laki-laki 20 orang, perempuan 17 orang). Pembelajaran dilaksanakan

pada Kamis tanggal 11 Pebruari 2016 jam ke 1 s.d. 2 (2x35 menit). Untuk memperoleh data

digunakan dua instrumen, tes menulis yang dilengkapi dengan rubrik penilaian hasil. Tes menulis

digunakan untuk menjaring kemampuan siswa mendeskripsikan perkembangan sistem

administrasi wilayah Indonesia, sementara itu rubrik penilaian hasil digunakan untuk mengoreksi

jawaban siswa yang dalam bentuk esai/uraiannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tiga kegiatan dilaporkan, yakni (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan

pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran.

Perencanaan Pembelajaran

Beberapa kegiatan dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran mendiskripsikan

perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia, yaitu : (1) penyusunan RPP, (2) penyusunan

lembar kerja, (3) pengembangan media, dan (4) penilaian. Pertama, Sesuai dengan

Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran bahwa

format RPP, terdiri dari : Identitas, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian

Kompetensi, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian, Remidial, dan Pengayaan,

Media/Alat, Bahan dan Sumber Belajar. Pada pembelajaran mendiskripsikan perkembangan

wilayah laut teritorial Indonesia, RPP disusun berdasarkan waktu yang tersedia yakni 2x35 menit.

Dari SK dan KD serta indikator yang ada maka diuraikan lagi dalam tiga tujuan pembelajaran

yakni (1) mampu menjelaskan perkembangan wilayah Indonesia dengan tepat, (2) mampu

menyebutkan isi Deklarasi Juanda, (3) mampu menyebutkan bagian laut wilayah perairan

Indonesia, dan (4) mampu membedakan bagian laut wilayah Indonesia.

Dengan metode kooperatif, guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut : (1)

kegiatan awal, Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran, siswa menyanyikan lagu

“Nenek Moyangku Seorang Pelaut”, guru mengaitkan materi dengan pengetahuan siswa

sebelumnya (apakah siswa sudah pernah belajar tentang perkembangan wilayah Indonesia

sebelumnya), siswa menerima kompetensi, materi, tujuan, dan langkah pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Guru memotivasi siswa bahwa belajar tentang perkembangan wilayah Indonesia

itu mudah dan dapat dilakukan siapapun guru memberikan motivasi menyampaikan maanfaat dan

tujuan belajar tentang perkembangan wilayah Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. (2)

kegiatan inti : pada kegiatan inti siswa mengamati video “Great Indonesia” yang berisi tentang

sejarah dan perkembangan wilayah Indonesia, secara individu siswa menuliskan hasil

pengamatan yang diikuti dengan pembentukan kelompok untuk mendiskusikan penyelesaian

lembar kerja yang dibagikan oleh guru. Setiap kelompok menyampaikan hasil pekerjaanya

didepan kelas, dengan cara menempelkan hasil pekerjaanya papan tulis guru dan siswa

menyunting, guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,

isyarat, maupun hadiah terhadap hasil kerja siswa (3) kegiatan penutup. Guru dan siswa

menyimpulkan materi pembelajaran, guru melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan

yang sudah dilaksanakan, guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

dan guru dan siswa menutup pembelajaran dengan doa.

Kedua Penyusunan lembar kerja, Lembar Kerja Siswa (LKS) menurut Indrianto dalam

Alan (2012) adalah lembar kerja siswa yang berisi pedoman bagi iswa untuk melakukan kegiatan

yang mencerminkan ketrampilan proses agar siswa memperoleh pengetahuan atau ketrampilan

yang perlu dikuasainya. Dalam pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilayah laut

Page 38: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1085

teritorial Indonesia lembar kerja yang disusun dengan jawaban terbuka yang diharapkan mampu

untuk memancing siswa dapat mengemukakan pendapatnya dengan maksimal. Dengan

memperhatikan petunjuk dalam LKS siswa dituntun untuk dapat menyelesaikan soal dalam LKS

secara berkelompok. Walaupun dalam pembelajarannya secara berkelompok, namun sebagian

besar siswa masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal pada LKS. Oleh karena itu,

peneliti segera membantu memberikan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal dalam LKS, baik secara individu maupun secara berkelompok. Dalam

pembelajaran ini ada 3 kelompok yang mampu menyelesaikan LKS. Presentasi dilakukan oleh

wakil kelompok yang terlebih dahulu dapat menyelesaikan LKS.

Ketidaklancaran dalam diskusi kelompok, disebabkan oleh belum terbiasanya siswa

bekerja secara kelompok. Dalam hal ini peneliti hanya memberikan pancingan jalan untuk

menyelesaikan soal dalam LKS, bukan memberi jawaban. Hal yang diperhatikan untuk kegiatan

selanjutnya adalah bagaimana membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Ketiga adapun langkah-langkah merancang dan mengembangkan media pembelajaran

adalah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi kompetensi utama yang dituntut dalam

kompetensi dasar yang akan dia-jarkan. Kedua, mengidentifikasi indikator dari kompetensi dasar

tersebut secara rinci dan menatanya dalam urutan yang sistematis. Ketiga, memilih media yang

sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator. Keempat, merancang media

pembelajaran yang sesuai bahan, bentuk, langkah pembuatan dan cara pemakai-annya. Kelima,

membuat media sesuai rancangan. Kelima, menguji media yang dikembangkan untuk melihat

efektivitas dan efisiennya. Keenam, melengkapi dan menyempurnakan media atas dasar masukan

dari lapangan. (Undang – Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas )

Keempat Bagian penilaian dicantumkan rubrik penilaian hasil dan sikap. Rubrik penilaian hasil

digunakan untuk mengukur kemampuan mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial

Indonesia siswa kelas 6 yang berjumlah 37 orang dengan pedoman pensekoran evaluasi

Dalam proses penilaian hasil belajar mendiskripsikan perkembangan wilayah laut

teritorial Indonesia, siswa dikelompokan menjadi 6 kelompok kemudian dibagikan amplop yang

berisi potongan gambar seri dan perintah dan petunjuk mengerjakan. Tiap kelompok dibagikan

juga rubrik penilaian hasil yangdigunakan utuk mengoreksi hasil pekerjaan kelompok yang lain

setelah mempresentasikan hasil pe-kerjanya masing-masing.

Penilaian sikap digunakan untuk mengontrol dan melihat proses belajar siswa yang terdiri

dari tiga aspek penilaian (1) keaktifan menjawab pertanyaan yang dijabarkan dalam dua aspek (a)

apakah siswa aktif bertanya dan (b) apakah siswa aktif menjawab pertanyaan, (2) kesungguhan

mengerjakan tugas dijabarkan dalam pertanyaan ―apakah siswa telah berusaha menyelesaikan

tugas dengan baik dan benar‖ (3) kemauan berpartisipasi me-ngerjakan tugas dalam kelompok

dengan jabaran (a) apakah siswa mau berpartisi-pasi mengerjakan tugasnya dalam kelom-pok (b)

apakah siswa mau mendengar bila kelompok menyajikan. Dalam penilaian proses guru yang

menilai proses belajar siswa berdasarkan rubrik penilaian sikap.

Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran dilaksanakan tanggal 11 Pebruari 2016 dengan materi mendiskripsikan

perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia. Guru mengimplemantasikan pembelajaran

sesuai dengan skenario. Pada awal pembelajaran guru memberikan salam, mengkondisikan dan

memusatkan perhatian siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Siswa dipersiapkan untuk

mengikuti pembelajaran, siswa mengamati tayangan “Great Indonesia” dengan baik dan benar,

siswa mengidentifikasi hal-hal apa yang ditemukan dari tayangan. Guru dan siswa mendiskusikan

hasil identifikasi, guru membimbing siswa mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial

Indonesia berdasarkan tayangan, guru mengaitkan materi dengan pengetahuan siswa sebelumnya,

Page 39: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1086

siswa menerima kompetensi, materi, tujuan, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Guru memotivasi siswa bahwa mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia

itu mudah dan dapat dilakukan siapapun, guru memberikan motivasi menyampaikan maanfaat

dan tujuan mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dalam kehidupan

sehari-hari.

Pada kegiatan inti siswa dibagi menjadi 6 kelompok, tiap kelompok beranggotakan 6

orang hal ini bertujuan untuk lebih mengaktifkan siswa bekerja kelompok juga memudahkan

pengawasan guru. Tiap kelompok mendapatkan amplop yang berisi potongan gambar peta dan

petunjuk mengerjakannya. Secara serentak tiap kelompok membuka amplop tersebut kemudian

mengerjakannya sesuai petunjuk yang ada didalam amplop. Dengan pengawasan guru siswa

mengurutkan gambar peta yang ada menjadi gambar yang runtut, setelah diurutkan menjadi peta

bertingkat yang benar, siswa mendiskripsikan gambar tersebut sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Kemudian mempresentasikannya didepan kelas dan langsung dikoreksi bersama.

Dari hasil kerja 37 siswa 92% berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) Selanjutnya

secara individu siswa menulis kembali deskripsi perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia.

Pada kegiatan inti siswa dan guru menyimpulkan materi menulis petunjuk, merefleksikan proses

pembelajaran, memberi umpan balik berupa apresiasi terhadap hasil kerja siswa dan menutup

pembelajaran dengan doa.

Penilaian pembelajaran

Bagian penilaian dicantumkan rubrik penilain hasil dan sikap. Rubik penilaian hasil

digunakan untuk mengukur kemampuan mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial

Indonesia siswa kelas VI yang berjumlah 37 orang dengan tiga aspek yang dinilai yakni (1)

urutan/sistematika yang yang dirinci kedalam tiga aspek (a) apabila siswa mendiskripsikan

perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan urutan/sistematika yang tepat diberi skor

5, (b) apabila siswa mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan

urutan / sistematika yang kurang tepat diberi skor 4, (c) apabila siswa mendiskripsikan

perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan urutan / sistematika yang tidak tepat

diberi skor 3. Untuk penilaian, (2) Penggunaan bahasa yang dirinci kedalam tiga aspek yakni (a)

Semua kalimat efektif dan komunikatif diberi skor 5, (b) sebagian besar kalimat efektif dan

komunikatif diberi skor 4, (c) terdapat sedikit kalimat efektif dan komunikatif diberi skor 3, (3)

ejaan/tanda baca yang dirinci kedalam tiga aspek yakni (a) tidak ada kesalahan penggunaan ejaan/

tanda baca diberi skor 5,(b) terdapat sedikit kesalahan penggunaan ejaan /tanda baca diberi skor 4,

(c) sebagian besar menggunakan kesala-han ejaan/tanda diberi skor 3.

Penilain sikap digunakan untuk mengontrol dan melihat proses belajar siswa yang terdiri

dari tiga aspek penilaian (1) keaktifan menjawab pertanyaan yang dijabarkan dalam dua aspek (a)

apakah siswa aktif bertanya dan (b) apakah siswa aktif menjawab pertanyaan, (2) kesung-guhan

mengerjakan tugas dijabarkan dalam pertanyaan apakah siswa telah berusaha menyelesaikan

tugas dengan baik dan benar? (3) kemauan berpartisipasi me-ngerjakan tugas dalam kelompok

dengan jabaran (a) apakah siswa mau berpartisi-pasi mengerjakan tugasnya dalam kelom-pok (b)

apakah siswa mau mendengar bila kelompok menyajikan?. Dalam penilaian proses guru yang

menilai proses belajar siswa berdasarkan rubrik penilaian sikap.

KESIMPULAN

Pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia

direncanakan melalui tahapan-tahapan yang meliputi pertama menyusun RPP, kedua menyusun

lembar kerja siswa, ketiga pemilihan media yang sesuai dengan materi pembelajaran, dan

keempat penilaian. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan, yaitu,

Page 40: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1087

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan inti proses kegiatan

pembelajarannya memanfaatkan media peta bertingkat. Pembelajaran terlaksana dengan baik dan

sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP. Dalam proses pembelajaran siswa

menunjukan semangat belajar yang tinggi, suasana kelas yang meyenangkan.

Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran mendiskripsikan

perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan penggunaan media gambar peta

bertingkat siswa kelas VI SDN Giripurno 03 yang berjumlah 37 orang 92% berhasil mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 75. Hasil ini menunjukan bahwa penggunaan

media gambar peta bertingkat sudah dikuasai oleh siswa, mampu memotavasi, mendorong

semangat belajar, dan meningkatkan kreativitas.

DAFTAR RUJUKAN

Sudrajat, A. 2008. Media Pembelajaran. (Online), (http://akhma-dsudrajat.wordpress.com/

2008/01/12/media-pembelajaran, diakses tanggal 10 Pebruari 2016).

Tawatuan, M, 2013. Penggunaan Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Essang Kec. Gemeh Kabupaten Talaud. Jurnal

TEQIP-SMP. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang

Tasbillah, Muhammad, 2016. Media Pembelajaran, Pendidikan, Makalah. (Online).

(mediapembelajaran-unm.blogspot.co.id/2013/04/undang-undang-ri-no-20thn-2003-tent

ang_2005.html?m=1. diakses tanggal 13 Maret 2016)

Agustaman. 2016. Peraturan perundang – undangan. (Online). (https://agustaman. wordpress.

com/ peraturan-perundang-undangan/. Diakses tanggal 12 Maret 2016).

Fatkoer. 2014. Format RPP pada Permendikbud Nomor 103 tahun 2014. (Online).( https://

fatkoer.wordpress.com/2014/11/07/format-rpp-pada-permendibud-nomor-103-tahun-20

14-tentang-pedoman-pelaksanaan-pembelajaran/, diakses tanggal 13 Maret 2016)

Page 41: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1088

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERJUANGAN TOKOH PEJUANG

JAMAN PENJAJAHAN BELANDA

DI KELAS V SEKOLAH DASAR CITRA BUNDA BATU

Suciati

SD Citra Bunda Batu

[email protected]

Abstrak : Rendahnya mutu pembelajaran IPS kelas V SD Citra Bunda tentang perjuangan

tokoh maka dirancang penelitian tindakan kelas ( PTK ) untuk meningkatkan mutu

pembelajaran dengan menggunaan gambar seri. Peneliti bertindak sebagai guru sekaligus

peneliti yang dibantu 2 observer dari teman sejawat. Obyek yang diteliti aktivitas siswa

dalam pembelajaran dan kemampuan siswa mendeskripsikan perjuangan tokoh pejuang

jaman Belanda. Prosedur pengumpulan data dilakukan teknik tes dan nontes yaitu

observasi dan tes tertulis. Instrumen penelitian ini berupa : 1) lembar kerja siswa, 2) lembar

observasi, 3) lembar soal tes. Indikator keberhasilan adalah ada 17 siswa yang mendapat

skor “ B “ untuk nilai aktivitas belajar dan 17 siswa mendapat nilai diatas KKM. Hasil

penelitian menunjukkan adanya peningkatan. Kegiatan pra siklus dari 20 siswa ada 45%

siswa mendapatkan nilai kategori B untuk aktivitas siswa, pada siklus I menjadi 60%

dan pada siklus II menjadi 90%. Aspek hasil belajarpun meningkat, pada kegiatan pra

siklus (40%) mencapai KKM dengan nilai rata-rata 68, pada siklus I mencapai 75%

dengan nilai rata-rata 86 dan pada siklus II mencapai ada 85% dengan nilai rata rata

mencapai 84. Disimpulkan bahwa penggunaan gambar seri meningkatkan kemampuan

belajar siswa dalam mendeskrpsikan perjuangan tokoh pejuang pada jaman Belanda.

Kata Kunci : gambar seri, peningkatan, hasil belajar.

Dalam Kurikulum SD Tahun 2006 , pengajaran IPS bertujuan agar peserta didik mampu

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam

kehidupan sehari-hari (Permendiknas, 2006). Ilmu pengetahuan sosial membahas hubungan

antara manusia dengan lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh

dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dengan berbagai permasalahan yang terjadi di

lingkungan sekitarnya. Menurut Somantri dalam Lasmawan ( 2014 ) Ilmu pengetahuan sosial

diajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan warga negara yang

baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama. Pembelajaran IPS

berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi,

sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial

masyarakatnya.

Silabus mata pelajaran IPS di kelas V semester II Kurikulum SD Citra Bunda memuat

KD pendiskripsian perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda. Materi ini sangat

berguna bagi siswa dalam upaya menguasai kompetensi pada pembelajaran berikutnya. Selain itu

juga memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengembangkan rasa menghargai

perjuangan pahlawan dan menanamkan rasa nasionalisme. Hal ini penting untuk membangkitkan

motivasi dalam mengembangkan sikap yang baik dalam kehidupan sehari hari.

Berdasar data hasil capaian siswa pada proses pembelajaran tentang mendeskripsikan

perjuangan para tokoh pejuang pada jaman penjajahan Belanda, khususnya di era zaman

penjajahan Belanda yang bersifat kedaerahan ternyata masih belum memenuhi harapan.

Pengamatan pada proses belajar mengajar yang dilaksanakan, menunjukkan sikap siswa kurang

Page 42: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1089

antusias dan tidak tertarik. Hal ini tampak pada hasil penilaian aspek sikap yaitu aktivitas siswa

dalam pembelajaran, hanya 55% atau 11 siswa yang mendapatkan nilai kategori B. Demikian

juga hasil ulangan, jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 40 % atau 8 siswa dari

keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain dari segi materi, siswa dan

guru. Dari segi materi, materi ini bukan merupakan peristiwa yang bersifat aktual tetapi hanya

bersifat pengetahuan tentang peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Anak sulit

membayangkan situasi pada jaman Belanda karna sangat jauh berbeda dengan situasi yang

dihadapi sekarang. apalagi harus menghafal sederetan nama waktu, dan tempat peristiwa. Hal ini

tentunya membuat anak kurang tertarik dan kurang antusias. Dari segi guru karena materi bersifat

pemaparan maka guru cenderung ceramah, interaksi pembelajaran bersifat guru sentries,siswa

cenderung pasif sehingga pembelajaran tidak bermakna bagi anak.

Fakta ini dijadikan indikasi bahwa pemahaman siswa tentang perjuangan para tokoh

pejuang masih kurang, jika hal ini tidak segera di atasi akan berdampak pada tingkat penguasaan

materi pada tahap berikutnya Dengan kata lain materi pendeskripsian perjuangan tokoh pada

jaman Belanda yang bersifat kedaerahan ini merupakan prasyarat untuk menguasai materi

perjuangan tokoh yang bersifat pergerakan nasional.Dengan demikian KD yang dirumuskan

dalam kurikulum tidak tercapai. Oleh sebab itu perlu dicari upaya agar kemampuan

mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang dengan menggunakan media pembelajaran yang

diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa.

Media pembelajaran yang sesuai merupakan hal yang penting, karena media belajar

merupakan sumber belajar yang harus dikembangkan demi tercapainya hasil belajar yang

optimal. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Hidayat ( 2008) bahwa dalam usaha

meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan

suatu hal yang sudah pasti kebenarannya yaitu bahwa, siswa sebanyak-banyaknya berinteraksi

dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai sulit diharapkan dapat diwujudkan

proses pembelajaran mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal. Salah satu

alternatif untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan menggunakan media gambar seri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gambar seri adalah gambar satu dengan

gambar lainnya memiliki hubungan keruntutan peristiwa. Dengan kata lain gambar seri adalah

gambar yang berurutan dalam menyajikan informasi yang terdapat pada gambar.

Menurut Yuliadi ( 2009) alasan digunakannya media gambar seri adalah agar media

gambar tersebut membantu menyajikan suatu kejadian peristiwa yang kronologis dengan

menghadirkan orang, benda, dan latar belakang. Kronologi atau urutan kejadian peristiwa

dapat memudahkan siswa untuk menuangkan idenya dalam kegiatan bercerita. Disamping itu

gambar seri sebagai media pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran,

menarik perhatian anak, membantu daya ingat sehingga anak terdorong lebih giat belajar. Selain

itu media gambar seri juga bermanfaat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

verbalistis, mengatasi sikap pasif anak, dan memungkinkan terjadi interaksi langsung dengan

lingkungannya. Melalui penggunaan media gambar diharapkan pembelajaran yang dilakukan

guru mudah diingat , sajian materi lebih bermakna sehingga menarik anak dan dapat dijadikan

prasyarat menguasai materi berikutnya.

Dari hasil studi pustaka yang dilakukan peneliti, media gambar seri banyak digunakan

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan IPS yang mengungkapkan bahwa penggunaan gambar

seri dapat meningkatkan kualitas pengajaran baik dari segi proses maupun hasil, diantaranya

adalah penelitian yang dilakukan oleh Umiarsih (2009) bahwa ada kenaikan hasil prestasi siswa

43,5 menjadi 63 di Siklus I dan menjadi 75 pada Siklus II. Aktivitas siswa pada siklus I mencapai

58,93% dan menjadi 80,35% di Siklus II. Disarankan bahwa untuk materi sejarah sebaiknya

menggunakan gambar media seri. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang

Page 43: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1090

dilakukan oleh Saktiani (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan gambar seri meningkatkan

hasil belajar siswa. Prawira (2014) menemukan bahwa penggunaan media gambar seri

meningkatkan kemampuan menggungkapkan pendapat siswa kelas IV tentang materi

perkembangan tehnologi produksi,komunikasi dan transportasi serta pengalaman

menggunakannya.

Berdasarkan pembahasan di atas dirumuskan masalah (1). Apakah penggunaan media

gambar seri dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.(2). Apakah

penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan prestasi pembelajaran perjuangan tokoh

pejuang jaman Belanda pada siswa kelas V di SD Citra Bunda Batu. Sedangkan tujuan

penelitian ini adalah untuk (1). mengetahui penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan

keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (2). mendeskripsikan penggunaan media

gambar seri dapat meningkatkan prestasi pembelajaran perjuangan tokoh pejuang masa

penjajahan Belanda. Adapun manfaat penelitian ini adalah (1). meningkatkan keterlibatan siswa

dalam proses belajar mengajar sehingga mampu mendiskripsikan perjuangan tokoh pejuang

jaman Belanda, (2). meningkatkan hasil belajar siswa dalam mendiskripsikan perjuang tokoh

pejuang

Materi deskripsi tokoh perjuangan jaman Belanda di kelas V pada semester II ini meliputi

tokoh perjuangan yang bersifat kedaerahan, perjuangan tokoh yang bersefat pergerakan dan

perjuangan tokoh peristiwa sumpah pemuda. Dalam penelitian ini diberikan batasan pada materi

tokoh pejuang yang bersifat kedaerahan. Mutu pembelajaran dalam penelitian ini meliputi

aktivitas siswa dan hasil belajarnya

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian

tindakan kelas yang bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran sebagaimana yang tertulis

dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas bahwa Penelitian Tindakan Kelas

merupakan penelitian praktis sebagai upaya guru untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu

pembelajaran di kelas. Artinya perbuatan yang dilakukan guru berupa tindakan perbaikan yang

dirancang sebaik-baiknya, dilaksanakan dan dievaluasi untuk peningkatan mutu pembelajaran.

Peneliti bertindak sebagai guru sekaligus peneliti dengan dibantu oleh 2 orserver dari teman

sejawat. Penelitian direncanakan sebanyak dua siklus. Siklus pertama dilakukan untuk

meningkatkan mutu pembelajaran pada pra siklus. Siklus kedua dilaksanakan jika target

ketercapaian prestasi hasil belajar pada siklus pertama belum tercapai. Perencanaan siklus ke II

dirancang berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. Setiap siklus terdiri atas perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Citra Bunda Batu pada semester II, Tahun

Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas V sebanyak 20 orang siswa.

Dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret tahun 2016, pada jam pelajaran di kelas dengan

alokasi 3 jam pelajaran yaitu 105 menit. Obyek yang diteliti adalah aktivitas siswa dalam

pembelajaran dan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan perjuangan tokoh pejuang jaman

Belanda.

Prosedur pengumpulan data dilakukan teknik tes dan nontes yaitu observasi dan tes

tertulis. Kegiatan observasi untuk memperoleh data tingkat keterlibatan siswa selama proses

belajar mengajar dan saat mengerjakan lembar kerja. Untuk memperoleh data tingkat

kemampuan siswa dilakukan tes tertulis setelah kegiatan belajar mengajar. Instrumen penelitian

ini berupa, (1) lembar kerja siswa, (2). lembar observasi untuk kemampuan guru dan keterlibatan

siswa yang akan diisi oleh observer dan lembar pengamatan untuk keterlibatan siswa yang diisi

oleh guru, (3). lembar soal tes.

Page 44: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1091

Instrumen lembar kerja digunakan untuk mengarahkan kegiatan siswa selama proses

belajar mengajar. Lembar pengamatan untuk observer dirancang untuk merekam data yang

berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengajar. Lembar pengamatan siswa dirancang untuk

menjaring tiga sikap yang dijadikan indikator tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar

mengajar yaitu keaktifan, kerjasama dan ketepatan. Masing masing indikator dibuatkan rubrik

penilaian dengan rentang nilai 1-4 dan membuat table konversi. Indikator keberhasilan yang

digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah 17 (85%) dari 20 siswa di kelas V SD Citra

Bunda mencapai nilai standar ” B “ untuk aktivitas pembelajaran. Lembar soal tulis terdiri atas

15 butir soal yang terdiri atas 10 butir bentuk isian dan 5 butir bentuk uraian. Indikator

keberhasilan hasil belajar jika 17 (85%) siswa mencapai KKM. KKM untuk KD ini minimal 73.

Dengan kata lain penelitian ini dikatakan berhasil jika ada 17 siswa yang mendapat skor “ B “

untuk aktivitas siswa dan 17 siswa yang mendapat nilai sesuai KKM

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus Pertama

Perencanaan

Kegiatan siklus pertama dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil belajar

pada pra tindakan. Peneliti bersama observer melakukan identifikasi masalah pembelajaran

yang terjadi pada tahap pra tindakan.Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai

berikut. (1) menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi IPS pada semester II

pada buku kurikulum, (2) mempelajari Indikator pada silabus, (3) menyusun Rencana

Pelaksanaan Pengajaran yang akan digunakan sebagai rencana tindakan, (4) mengembangkan

media yaitu gambar seri, (5). menyusun Instrumen Penelitian yaitu lembar tugas siswa, lembar

observasi dan lembar soal tes tertulis, (6). menyusun indicator keberhasilan,(7) menentukan

jadwal pelaksanaan.

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) dimulai dari kegiatan

pengembangan Kompetensi Dasar yaitu mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada

masa penjajahan Jepang dan Belanda menjadi tiga indicator. Indikatir tersebut adalah (1)

mengedentifikasi sebab sebab jatuhnya nusantara ke dalam kekuasaan Belanda,(2)

mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda, (3)

mendiskripsikan sikap sikap yang perlu diteladani dari tokoh pejuang Zaman penjajahan

Belanda. Dari tiga indikator tesebut dijabarkan menjadi 8 tujuan yang harus dicapai anak dalam

kegiatan siklus pertama ini. Metode yang digunakan adalah pemberian tugas dan kerja kelompok

dengan pola Numbered Head Together. Kegiatan pembelajaran yang direncanakan sebagaimana

tertulis pada RPP meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Pengembangan media pembelajaran digunakan berupa gambar seri tentang Pangeran

Diponegoro yang terdiri atas 4 lembar gambar tentang perjuangan Pangeran Dipanegoro. Lembar

kerja yang disiapkan dikerjakan secara kelompok tentang deskripsi perjuangan para tokoh

pejuang. Peneliti juga merancang lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar untuk merekam

tingkat keterlibatan siswa dan kemampuan guru dalam mengajar. Untuk memperoleh data

kemajuan belajar peneliti merancang serangkaian soal tes yang akan dikerjakan siswa pada akhir

kegiatan belajar mengajar. Soal tes berbentuk isian dan uraian. Setelah selesai pembelajaran

peneliti melakukan diskusi bersama observer membahas tentang hasil kegiatan.

Pelaksanaan

Kegiatan siklus pertama dilaksanakan pada Hari Jumat, tanggal 11 Maret 2016. Dalam

penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru dibantu oleh 2 orang observer. Kegiatan

dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pada kegiatan awal dimulai dengan

Page 45: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1092

kegiatan pemberian salam, mengajak siswa berdoa, memasang peta Indonesia di papan tulis,

mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal

anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas yang harus

dikerjakan anak.

Pada kegiatan inti guru meminta salah satu siswa membaca buku siswa tentang keadaan

nusantara dan perjuangan tokoh pejuang. Selanjutnya dengan menggunakan peta siswa bersama

sama guru menceritakan tentang keadaan nusantara sebelum penjajahan Belanda. Kemudian

dengan bimbingan guru siswa membentuk 4 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 anggota,

tiap tiap kelompok menamakan diri kelompok Patimura, Diponegara, Cut Nyak Dien dan Imam

bonjol. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Guru memberikan tugas dan

masing-masing kelompok mengerjakannya lembar kerja dengan cara mendiskusikan deskripsi

secara kronologis perjuangan Pangeran Diponegoro berdasarkan urutan gambar seri dan

mendiskripsikan sifat-sifat yang perlu diteladaninya selama 50‟. Setiap anggota harus dapat

mengerjakannya, secara bersamaan guru berkeliling melakukan kegiatan pengamatan dengan

menggunakan lembar pengamatan yang sudah direncanakan. Kegiatan dilanjutkan dengan

presentasi hasil masing masing kelompok dengan cara guru memanggil salah satu nomor siswa

untuk melaporkan hasil kerjasama mereka. Anggota kelompok lainnya menanggapi dengan

bertanya atau melengkapi. Masing masing kelompok mendapat kesempatan mempresentasikan

hasil diskusi selama 5‟. Kemudian dilanjutkan dengan bimbingan guru menyimpulkan materi.

Pada kegiatan penutup dilakukan refleksi dengan siswa untuk menggali pendapat anak

tentang pelaksanaan kegiatan belajar. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan siswa

mengerjakan pos tes selama 20 menit dan diakhiri dengan doa bersama.

Pengamatan

Pada tahap ini dilakukan pengamatan oleh observer terhadap jalannya proses pembelajaran

,merekam gejala gejala yang tampak dalam proses pembelajaran antara lain mencatat

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa, perubahan perubahan yang terjadi akibat

pembelajaran.

Pada kegiatan awal dimulai dengan kegiatan pemberian salam, mengajak siswa berdoa,

memasang peta Indonesia di papan tulis, mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya

jawab untuk menggali pengetahuan awal anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan

tujuan pembelajaran dan tugas yang harus dikerjakan anak. Kegiatan ini dapat dilaksanakan guru

dengan baik,suasana kelas menjadi aktif, pada umumnya siswa tampak antusias dalam menjawab

pertanyaan yang disampaikan guru. Siswa antusias memperhatikan penjelasan guru tentang

tujuan pembelajaran dan kegiatan yang harus dilakukan siswa karena guru menggunakan bahasa

lisan yang jelas, runtut dan mudah dipahami namun guru kurang menekankan bahwa setiap

anggota kelompok harus menguasai tugasnya karena harus siap a dipanggil sesuai dengan nomer

yang dimiliki. sehingga ada siswa yang kurang memahami apa yang harus dikerjakan.

Kegiatan inti diawali dengan guru meminta salah satu siswa membaca buku siswa tentang

kondisi nusantara dan perjuangan tokoh pejuang jaman Belanda.Kegiatan ini diikuti oleh siswa

dengan seksama namun guru lebih konsentrasi pada siswa yang membaca sehingga ada dua siswa

yang duduk di belakang membuka halaman tidak sesuai dengan yang dibaca temannya.

Selanjutnya dengan menggunakan peta siswa bersama sama guru menceritakan tentang keadaan

nusantara sebelum penjajahan Belanda. Kegiatan dilakukan oleh guru dengan baik namun karna

guru tidak meminta siswa untuk menceritakan secara individu tetapi secara klasikal sehingga

masih ada beberapa siswa yang belum memiliki pemahaman dengan benar, cenderung hanya

ikut–ikutan saja.

Page 46: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1093

Kemudian dengan bimbingan guru siswa membentuk 4 kelompok, setiap kelompok terdiri

atas 5 anggota untuk mengerjakan lembar kerja. Dalam kegiatan ini siswa berdiskusi

mengerjakan LKS dengan menggunakan media gambar seri siswa mendeskripsikan perjuangan

Pangeran Diponegoro dan sifat-sifat yang perlu diteladani selama 50‟ ( lima puluh menit ) secara

bersamaan guru berkeliling melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar

pengamatan yang sudah direncanakan. Kegiatan ini berjalan dengan baik, selama kegiatan ini

sebagian besar siswa tampak aktif dan senang dalam mengerjakan tugas, karna dengan

menggunakan media gambar seri membuat anak lebih terarah dalam mengungkapkan idenya,

meskipun masih ada dua orang dalam kelompok Patimura masih pasif, ragu-ragu

mengungkapkan pendapat. Juga pada kelompok Cut Nyak Dien ada satu anak belum konsentrasi

terhadap tugas yang dikerjakan.

Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil, dengan cara guru memanggil salah satu

nomor siswa untuk melaporkan hasil kerjasama mereka. Anggota kelompok lainnya menanggapi

dengan bertanya atau melengkapi. Masing masing kelompok mendapat kesempatan

mempresentasikan hasil diskusi selama 5‟. Setelah itu dilanjutkan dengan menyimpulkan hasil

diskusi. Kegiatan ini pada dasarnya sudah berjalan dengan baik namun masih ada beberapa siswa

yang tidak memperhatikan kegiatan presentasi yang dilakukan temannya. Hal ini terjadi karena

siswa tidak memahami presentasi teman secara jelas. Ada beberapa pertanyaan menurut peneliti

dan observer yang menarik ,contohnya pertanyaan yang diajukan pada saat siswa diberi

kesempatan bertanya adalah “ Apakah benar wajah Pangeran Diponegoro seperti itu ?”. “

Mengapa Pangeran Diponegoro tidak menggunakan senjata pistol “ Ada pertanyaan juga

“Pangeran Diponegoro kalah dengan Belanda, tapi mengapa disebut pahlawan?”

Pada saat menyimpulkan hasil diskusi guru hanya memperhatikan siswa yang terlibat saja,

sehingga ada beberapa siswa hanya melihat saja dan ada beberapa pertanyaan siswa yang kurang

mendapat jawaban dengan jelas oleh guru.Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan siswa

mengerjakan pos tes selama 20 menit dan diakhiri dengan doa bersama. Kegiatan ini dapat

terlaksana dengan baik, setiap siswa dapat mengerjakan soal dengan tenang.

Refleksi

Tahap ini merupakan tindakan yang dilakukan peneliti dengan mitra peneliti dalam

rangka menemukan kelemahan dan kekurangan pada kegiatan siklus I. Refleksi dilakukan

dengan melihat catatan pada setiap kegiatan mulai observasi sampai pada pelaksanaan di kelas

saat proses pembelajaran. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik skala

penilaian guna mendapatkan kecenderungan yang terjadi. Dari data-data yang ditemukan

diidentifikasi penyebabnya dan dicari pemecahannya. Rekomendasi tindak lanjut ditentukan

berdasarkan kegiatan refleksi ini. Tujuannya untuk menentukan perbaikan- perbaikan yang harus

dilakukan pada proses pembelajaran pada siklus ke dua.

Hasil diskusi dengan observer ditemukan bahwa (1) masih ada siswa yang kurang

antusias dan tidak mau mengungkapkan pendapat, (2) dari segi hasil masih terdapat 5 ( 25%)

siswa yang belum mencapai KKM ( 73 ) atau 15 ( 75% )siswa yang sudah mencapai KKM, (3)

ada 8 (40%) siswa yang belum mencapai nilai B untuk aktivitas pembelajaran atau 12 ( 60% )

siswa yang sudah mendapat nilai kategori B, (3) rata rata hasil tes adalah 86, (4) guru masih

cenderung sering memberi instruksi dan pengarahan serta ceramah, (5) ada penjelasan guru yang

kurang jelas terhadap pertanyaan siswa, (6) materi kurang luas , anak cepat selesai mengerjakan

tugas sehingga tidak sesuai dengan pengorganisasian waktu yang direncanakan.

Dengan kata lain hasil kegiatan siklus I adalah dari 20 siswa ada 12 ( 60%) siswa yang

termasuk kategori „B‟ pada aspek aktivitas siswa, dan dari hasil tes tulis yang dilakukan ternyata

ada 15 ( 80%) siswa yang mencapai KKM. Padahal indikator keberhasilan penelitian ini adalah

Page 47: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1094

jika ada 17 ( 85% ) siswa yang mendapat skor “ B “ dan 17 (85% ) siswa yang mendapat sesuai

KKM. Berdasarkan hasil observasi dan diskusi maka pada siklus II perlu dilakukan perbaikan

yaitu pengembangan materi agar lebih luas, perbaikan kegiatan pada Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran khusus dalam mengoptimalkan aktivitas siswa dan pengembangan media agar lebih

menarik. Hal keterlibatan siswa pada siklus II akan menjadi fokus perbaikan yang utama, karena

hasil dari Siklus I aktivitas siswa belum maksimal sedangkan dari segi hasil penguasaan materi

sudah mendekati harapan.

Siklus Kedua

Perencanaan

Kegiatan siklus kedua dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil belajar pada

tahap siklus pertama . Peneliti bersama observer melakukan identifikasi masalah masalah

pembelajaran yang terjadi pada kegiatan siklus pertama.Kegiatan perencanaan yang dilakukan

adalah sebagai berikut (1) memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pengajaran ( RPP ) yang akan

digunakan sebagai rencana tindakan, khususnya memfokuskan pada optimalisasi keterlibatan

siswa, mengingat pada siklus I keterlibatan siswa masih kurang maksimal, (2) mengembangkan

media yang lebih bervariasi sesuai materi, (3) mengembangkan instrumen lembar tugas siswa

yang dimodifikasi sesuai pengembangan materi pada RPP, (4) menyusun Instrumen Penelitian

yaitu lembar tugas siswa, lembar observasi dan lembar soal tes tertulis, (5) menggunakan acuan

indikator keberhasilan sebagaimana direncanakan pada siklus I, dan (6) menentukan jadwal

pelaksanaan.

Siklus kedua direncanakan menggunakan metode kelompok, model Tim Ahli yang

dikembangkan oleh Jigsaw. RPP yang disusun meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Pengembangan media pembelajaran digunakan berupa gambar seri tentang Pangeran

Diponegoro, Pangeran Antasari, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol dan Patimura. Lembar kerja yang

disiapkan dikerjakan secara kelompok tentang deskripsi perjuangan para tokoh pejuang. Peneliti

juga merancang lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar untuk merekam tingkat

keterlibatan siswa dan kemampuan guru dalam mengajar. Untuk memperoleh data kemajuan

belajar peneliti merancang serangkaian soal tes yang akan dikerjakan siswa pada akhir kegiatan

belajar mengajar. Soal tes berbentuk isian dan uraian. Setelah selesai pembelajaran peneliti

melakukan diskusi bersama observer membahas tentang hasil kegiatan.

Pelaksanaan

Kegiatan siklus II dilaksanakan pada Hari Rabu, tanggal 13 April 2016. Kegiatan

dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Kegiatan awal dimulai dengan

pemberian salam, mengajak siswa berdoa, mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya

jawab untuk menggali pengetahuan awal anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan

tujuan pembelajaran dan tugas yang harus dikerjakan anak.

Pada kegiatan inti guru meminta salah satu siswa menceritakan perjuangan Pangeran

Diponegoro. Kemudian dengan bimbingan guru siswa membentuk 4 kelompok, setiap kelompok

terdiri atas 5 anggota, tiap tiap kelompok menamakan diri kelompok Diponegoro, Cut Nyak

Dien, Imam bonjol dan Patimura. Anggota kelompok tetap seperti pengelompokan pada siklus I.

Setiap siswa dalam kelompok mendapat bagian materi yang berbeda dan tugas yang berbeda.

Kemudian tiap anggota dalam kelompok berkumpul dengan anggota kelompok lainnya yang

mendapat tugas yang sama. Mereka berdiskusi dan mengerjakan LKS dengan menggunakan

gambar seri mendeskripsikan perjuangan tokoh sesuai dengan tugasnya selama 50‟. dan

memastikan tiap anggota kelompok ahli dapat mengerjakannya, secara bersamaan guru

berkeliling melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan yang

Page 48: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1095

sudah direncanakan. Kemudian anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bergantian

mengajar anggota mereka tentang materi yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya

mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan mengerjakan LKS secara bersama-sama..

Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil masing masing kelompok. Anggota kelompok

lainnya menanggapi dengan bertanya atau melengkapi hasil presentasi. Masing masing kelompok

mendapat kesempatan mempresentasikan hasil diskusi selama 5‟. Kemudian dengan bimbingan

guru secara bersama sama siswa menyimpulkan materi. Pada kegiatan penutup dilakukan refleksi

dengan siswa untuk menggali pendapat anak tentang pelaksanaan kegiatan belajar. Kemudian

kegiatan dilanjutkan dengan siswa mengerjakan pos tes selama 20 menit dan diakhiri dengan doa

bersama.

Pengamatan

Pada kegiatan awal dimulai dengan kegiatan pemberian salam, mengajak siswa berdoa,

mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal

anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas yang harus

dikerjakan anak. Kegiatan ini dapat dilaksanakan guru dengan baik,suasana kelas menjadi aktif,

pada umumnya siswa tampak antusias dalam menjawab pertanyaan yang disampaikan guru.

Siswa antusias memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan yang

harus dilakukan siswa karena guru menggunakan bahasa lisan yang jelas, runtut dan mudah

dipahami dan dituliskan secara singkat di papan tulis dengan gambar ilustrasi berkaitan model

belajar Jigsaw..

Pada kegiatan inti diawali dengan guru meminta salah satu siswa menceritakan tentang

perjuangan Pangeran Diponegoro. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru maupun siswa dengan

baik . Guru mengajukan pertanyaan secara klasikal, siswa menjawab dengan cara mengacungkan

tangan. Siswa tampak antusias dalam menerima tugas guru hal ini karena anak sudah pernah

mendapatkan materi pada siklus I. Kemudian dengan bimbingan guru siswa membentuk 4

kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 anggota. Setiap siswa dalam kelompok diberi materi

dan tugas yang berbeda. Kemudian tiap anggota dalam kelompok berkumpul dengan anggota

kelompok lainnya yang mendapat tugas yang sama. ( kelompok ahli). Mereka berdiskusi dan

mengerjakan LKS dengan menggunakan gambar seri mendeskripsikan perjuangan tokoh sesuai

dengan tugasnya masing-masing selama 50‟. dan memastikan tiap anggota kelompok ahli dapat

mengerjakannya atau mengetahui jawabannya. Secara bersamaan guru berkeliling melakukan

kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan yang sudah direncanakan.

Kemudian anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar anggota

mereka tentang materi yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan

sungguh-sungguh, dilanjutkan megerjakan LKS. Kegiatan ini berjalan dengan baik, selama

kegiatan sebagian besar siswa tampak aktif dan senang dalam mengerjakan tugas, karna dengan

menggunakan media gambar seri membuat anak lebih terarah dalam mengungkapkan idenya.

Saat anggota tim ahli kembali ke kelompok asal, anggota kelompok tampak tertarik dengan

penjelasan temannya karena materi mereka berbeda dengan yang dia kerjakan.

Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil masing masing kelompok ahli dengan cara

guru menawarkan siapa yang berani mempresentasikan materi yang didapatkan dari hasil

kerjasama ketika bersama tim ahli. Anggota kelompok lainnya menanggapi dengan bertanya atau

melengkapi hasil presentasi. Masing masing wakil dari kelompok ahli mendapat kesempatan

mempresentasikan hasil diskusi selama 5‟. Setelah itu dilanjutkan dengan menyimpulkan hasil

diskusi. Kegiatan ini pada dasarnya sudah berjalan dengan baik namun masih ada dua siswa yang

tidak memperhatikan kegiatan presentasi yang dilakukan temannya dari kelompok Imam Bonjol.

Namun guru sudah melakukan tindakan yang tepat dengan cara memberikan arahan dengan

Page 49: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1096

bahasa isyarat sehingga mereka segera konsentrasi terhadap kegiatan presentasi. Dalam siklus II

ini ada beberapa pertanyaan namun menurut peneliti dan observer yang paling menarik, “

Mengapa pahlawan kita kalah semua Bu “. Guru menjawab dengan jelas dan denga bahasa yang

mudah dipahami anak dengan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari, bahwa

pahlawan kita sebenarnya dapat menang dalam mengusir penjajah Belanda tetapi karena belum

bersatu dan masih bersifat kedaerahan maka mudah diadu domba..

Pada saat menyimpulkan hasil diskusi guru sudah memperhatikan seluruh siswa, sehingga

siswa terlibat aktif dalam menyimpulkan materi. Guru menekankan pada pentingnya persatuan

dan kesatuan dalam membela tanah air. Guru memberikan penekanan juga terhadap pentingnya

menghargai jasa perjuangan para pahlawan dengan cara belajar yang rajin dan berperilaku sesuai

budaya bangsa Indonesia. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan siswa mengerjakan pos tes

selama 20 menit dan diakhiri dengan doa bersama. Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik,

setiap siswa dapat mengerjakan soal dengan tenang.

Refleksi

Hasil diskusi dengan observer ditemukan bahwa (1) secara umum seluruh siswa

menunjukkan sikap yang antusias dan tertarik dengan materi maupun kegiatan pembelajaran (2)

dari segi hasil terdapat 18 ( 90%) siswa yang mencapai KKM ( 73 ) dan ada 2 (10%) siswa yang

belum mencapai KKM. ( 3) ada 17 (85%) siswa yang sudah mencapai nilai B untuk aktivitas

siswa dan ada 3 ( 15%) siswa yang belum mendapatkan kategori B, ( 4) rata rata nilai hasil tes

telah mencapai 84, turun 0,2 dibandingkan hasil tes pada siklus I, (5) guru tidak mendominasi

kegiatan dan jarang memberi instruksi dan pengarahan serta ceramah, (6) guru sudah menjawab

pertanyaan siswa dengan bahasa yang dipahami siswa, (7) Guru sudah melaksanakan kegiatan

sesuai dengan RPP, (8) guru memberikan waktu yang cukup dalam kerja kelompok saat

mengerjakan LKS, ( 9 ), materi menarik , anak dapat mengerjakan tugas sesuai dengan

pengorganisasian waktu yang direncanakan.

Karena hasil kegiatan siklus II menunjukkan dari 20 siswa ada 17 siswa yang termasuk

kategori „B‟ pada aspek aktivitas siswa, dan dari hasil tes tulis yang dilakukan ternyata ada 18

siswa yang mencapai KKM. Nilai rata rata hasil tes mencapai 84 maka hal ini sudah sesuai

dengan indikator keberhasilan penelitian ini. Dengan meningkatnya hasil pembelajaran baik dari

segi hasil maupun proses ini maka kegiatan penelitian telah selesai. Rata rata hasil tes pada siklus

II mengalami penurunan karena materi pada siklus lebih luas dibandingkan materi pada kegiatan

siklus I yaitu tentang perjuangan Pangeran Diponegoro saja.

Pembahasan

Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SD Citra Bunda Batu pada tahun pelajaran

2015/2016, yang dilakukan sebanyak 2 siklus membuktikan bahwa penggunaan gambar seri

dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mendeskripsikan perjuangan tokoh pejuang

pada jaman Belanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kegiatan pra tindakan dari 20

siswa hanya ada 9 ( 45% ) siswa yang mendapatkan nilai kategori B untuk keterlibatan siswa

dalam pembelajaran, meningkat pada siklus I menjadi 12 ( 60%) dan pada kegiatan siklus II

menjadi 18 ( 90%). Dari aspek hasil belajarpun juga terjadi peningkatan, pada kegiatan pra siklus

dari 20 siswa ada 8 (40%) yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata 68, pada kegiatan siklus I

mencapai 15 ( 75%) dengan nilai rata-rata 86 dan pada kegiatan siklus II jumlah siswa yang

mencapai KKM berjumlah 17 ( 85%) dengan nilai rata rata kelas mencapai 84.

Penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kualitas pengajaran baik dari segi

proses maupun hasil yang dilakukan peneliti sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan

beberapa peneliti sebelumnya baik dilakukan pada pembelajaran Bahasa Indonesia maupun pada

Page 50: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1097

pembelajaran IPS diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Umiarsih (2009) bahwa ada

kenaikan hasil prestasi siswa 43,5 menjadi 63 di Siklus I dan menjadi 75 pada Siklus II, Aktivitas

siswa pada siklus I mencapai 58,93% dan menjadi 80,35% di Siklus II, disarankan bahwa untuk

materi sejarah sebaiknya menggunakan gambar media seri. Hasil penelitian tersebut juga

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Saktiani (2013) yang menyatakan bahwa

penggunaan gambar seri meningkatkan hasil belajar siswa. Juga hasil penelitian yang dilakukan

Prawira (2014) bahwa penggunaan media gambar seri meningkatkan kemampuan

menggungkapkan pendapat siswa kelas IV tentang materi perkembangan tehnologi

produksi,komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Didukung pula

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto ( 2012) bahwa penerapan gambar seri

bermanfaat dalam pembelajaran menulis, membantu siswa menemukan ide – ide cerita dengan

kreatif. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Tagur dan kawan-kawannya ( 2012)

bahwa rendahnya menulis karangan narasi di kelas V SDN Arjasa Jember dapat diatasi dengan

penggunaan media gambar seri.

Peningkatan mutu pembelajaran dengan menggunakan gambar seri pada siswa kelas

V SD Citra Bunda karena media gambar seri berpeluang meningkatkan perhatian, dan

memberikan ide atau arahan sehingga anak berusaha mendeskripsikan perjuangan tokoh

pahlawan dengan bahasanya sendiri berdasarkan urutan gambar. Penggunaan media gambar seri

mendorong siswa terlibat aktif, antusias dan ketertarikan baik pada materi maupun pengajaran

yang telah dirancang guru. Penggunaan gambar seri membantu meningkatkan kemampuan guru

dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan siswa

mendiskripsikan perjuangan tokoh pejuang pada jaman Belanda. mengurangi dominasi guru

dalam pembelajaran, tidak terlalu banyak menggunakan metode ceramah dan tidak memberikan

pengarahan terus menerus.

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada siswa kelas V SD Citra

Bunda Batu pada tahun pelajaran 2015/2016, yang dilakukan sebanyak 2 siklus ternyata

penggunaan gambar seri dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mendeskripsikan

perjuangan tokoh pejuang pada jaman Belanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

kegiatan pra tindakan dari 20 siswa hanya ada 9 ( 45% ) siswa yang mendapatkan nilai kategori

B untuk keterlibatan siswa dalam pembelajaran,terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 12 (

60%) dan pada kegiatan siklus II mencapai 18 ( 90%). Dari aspek hasil belajarpun terjadi

peningkatan, pada kegiatan pra siklus dari 20 siswa ada 8 (40%) yang mencapai KKM dengan

nilai rata-rata 68, pada kegiatan siklus I mencapai 15 ( 75%) dengan nilai rata-rata 86 dan pada

kegiatan siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM berjumlah 17 ( 85%) dengan nilai rata rata

kelas mencapai 84. Penurunan rata-rata nilai dari kegiatan siklus I ini karena materi pada siklus II

lebih luas yaitu tentang perjuangan tokoh Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Cut Nyak

Dien, Imam Bonjol dan Patimura sedangkan materi pada kegiatan siklus I hanya berkaitan dengan

Pangeran Diponegoro. Peningkatan prestasi siswa disebabkan karena siswa telah memahami

materi yang diajarkan karena siswa telah terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa menunjukkan

sikap antusias dan ketertarikan baik pada materi maupun pengajaran yang telah dirancang guru.

Selain itu hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan gambar seri juga

dapat membantu meningkatkan kemampuan guru dalam menentukan model pembelajaran yang

tepat dalam meningkatkan kemampuan siswa mendiskripsikan perjuangan tokoh pejuang pada

jaman Belanda. mengurangi dominasi guru dalam pembelajaran, tidak terlalu banyak

menggunakan metode ceramah dan tidak memberikan pengarahan terus menerus.

Page 51: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1098

Dengan demikian kegiatan penelitian telah menemukan jawaban dari masalah sebagaimana

tertulis dalam rumusan masalah dalam penelitian ini.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan

kemampuan siswa kelas V SD Citra Bunda Batu dalam mendiskripsikan perjuangan para tokoh

pejuang pada jaman Belanda maka peneliti ingin menyampaikan saran pada guru bahwa untuk

materi sejarah atau pelajaran lainnya, gambar seri sebagai media pembelajaran dapat membantu

menyampaikan pelajaran, mengurangi dominasi guru.Melalui penggunaan media gambar seri

pembelajaran lebih bermakna, karena bermanfaat memperjelas penyajian pesan, mengurangi

verbalistis, mengatasi sikap pasif anak, dan memungkinkan terjadi interaksi langsung dengan

lingkungannya. sehingga menarik perhatian, anak terdorong lebih giat belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto( 2012).Penerapan Media Gambar Seri Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan

Mengarang Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Semester I Di Sdn Kuwawur

02 Kabupaten Pati, Naskah Publikasi. Program Studi PGSD. Universitas

Muhammadiyah Surakarta dalam http://eprints.ums.ac.id/21614/1/3._HALAMAN_

DEPAN. Diakses 6-3-2016.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan( 1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta :Balai

Pustaka.

Hidayat, Mujinem, dkk. ( 2008 ). Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Kasiani (2008). Model Model Pembelajaran. Diktat. Materi PLPG.Panitia Sertifikasi Guru Rayon

15.Universitas Negeri Malang

Lasmawan (2010). Tujuan Pembelajaran IPS.dalam http://lasmawan.blogspot.co.id

/2010/10/tujuan-pembelajaran-ips-di-sekolah.html diakses 6-3-2016.

Permendiknas no 22 Tahun 2006. Tentang Standar Kopentensi Isi untuk Satuan Pendidikan

Sekolah Dasar dan Menengah, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, Jakarta.

Prawira, Yudha Okta (2014). Penelitian Tindakan Kelas Penggunaan gambar Seri Untuk

Meningkatkan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat di Kelas VI SDN Cisalasih

dalam Materi Pokok Mengenal Perkembangan Tehnologi Produksi, Komunikasi, dan

Transpotasi Serta Pengalaman Menggunakannya.Skripsi, Universitas Pendidikan

Indonesia, dalam http://repository.upi.edu/13826/2/S_PGSD_1003529 _Abstract.pdf

diakses 6-3-2016.

Saktiani,Wiwit (2013). Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Produksi Padi melalui Media

Gambar seri di Sekolah Dasar, Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, dalam

http://repository.upi.edu/5999/1/S_IPS_KDTASIK_0903565_Title.pdf diakses

27-2-2016.

Tagur ,Herman Yoseph,dkk (2013). Penggunaan Media Gambar Seri

Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas Iii Sdk Rangga

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat, J-TEQIP,Tahun III, Nomor 1, Mei

2012. http://teqip.com/wp-content/uploads/2013/11/42-46.pdf. diakses 6-3-2016.

Umiarsih (2009). Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata

Pelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Pancur 01 Pasuruan, Skripsi, Universitas Negeri

Malang, dalam http://library.um.ac.id/free-contents/download/ pub/pub.php/ 38733.pdf

diakses 27-2-2016.

Page 52: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1099

--------- (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama, diakses 6-3=2016.

Yuliadi, Musli ( 2014). Media Gambar Seri ( on line) |http://mi1kelayu.blogspot.co.id

/2014/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html, diakses 26-2-2016.

Page 53: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1100

MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MEMAHAMI AKTIVITAS DAN PERUBAHAN KEHIDUPAN MANUSIA

PADA SISWA KELAS 5 SD MUHAMMADIYAH 4 BATU

Rakhmad Supriadi

SD Muhammadiyah 4 Batu, Kota Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial. Penelitian dilakukan dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas

yang terdiri dari dua siklus. Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah 4 Batu. Hasil

analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran materi memahami aktivitas dan

perubahan kehidupan manusia menggunakan media gambar terbukti dapat memperbaiki

pembelajaran IPS di SD Muhammadiyah 4 Batu. Media gambar membantu siswa dalam

memahami materi pelajaran. Proses pembelajaran menjadi optimalsuasana pembelajaran

menjadi lebih menyenangkan, siswa bersemangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran,

aktif dalam diskusi kelompok, dan hasil belajar mereka juga lebih meningkat yakni:

96,5% siswa mencapai KKM.

Kata Kunci: media, gambar , aktivitas manusia, hasil belajar

Keberhasilan proses pembelajaran sangat penting dalam upaya meningkatkan hasil belajar

siswa secara optimal. Metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran maupun perilaku

dan sikap guru dalam mengelola proses belajar mengajar sangat dibutuhkan dalam pembelajaran.

Hal ini dilakukan untuk mempermudah siswa dalam menerapkan pengetahuannya di masyarakat

dan lingkungannya.

Pada pembelajaran di kelas V di SD Muhammadiyah 4 Batu pada umumnya siswa

menganggap pelajaran IPS adalah pelajaran yang mudah. Kondisi sekolah di pusat kota, jumlah

siswa 28 anak laki-laki 15 dan perempuan 13, pada proses pembelajaran pada umumnya dengan

metode ceramah, diskusi, penugasan . Dari pengamatan yang dilakukan di kelas V siswa tidak

terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa sangat sedikit yang menjawab pertanyaan dari guru dan

mengungkapkan pendapatnya setiap diminta oleh guru. Setelah pembelajaran guru memberikan

tugas ternyata hasil pekerjaan 60 % tidak selesai, hasil prestasi belajar siswa kelas V kurang

memuaskan yaitu dibawah KKM.

Kurang optimalnya hasil belajar siswa tersebut diindikasikan dengan belum optimalnya

hasil belajar siswa baik dari nilai rata-rata kelas maupun tingkat ketuntasan kelas, khususnya pada

siswa kelas V di semester genap tahun pelajaran 2015/2016.Berdasarkan hasil ulangan harian

yang dilaksanakan pada awal semester genap, dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan kelas

baru mencapai 45 %. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh masih di bawah KKM yang ditetapkan

sebesar 7,25. Atas dasar hal tersebut maka siswa kelas V belum mencapai ketuntasan belajar.

Hal tersebut setelah dilakukan analisis ternyata salah satu sebabnya adalah guru kelas V

belum menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran IPS, sehingga siswa hanya pasif

mudah bosan dan kurang tertarik dalam pembelajaran. Melihat kenyataan tersebut dibutuhkan

suatu usaha untuk meningkatkan keaktifan hasil belajar siswa. Salah satunya adalah dengan

menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Penggunakan media pembelajaran berupa gambar mempermudah dalam menyampaikan

pesan (isi atau materi ajar) dan lebih dapat diterima oleh peserta didik. Diharapkan dengan

Page 54: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1101

pemanfaatan sumber belajar berupa media pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan

belajar mengajar berlangsung lebih efektif (Gagne, 1985) dan efisien.

Media atau bahan adalah perangkat lunak berisi pesan atau

informasi pendidikan biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan

atau perangkat keras sendiri merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung pada

media tersebut.

Sudjana dan Ahmad Rifa‟i membedakan atau mengklasifikasikan media ke dalam empat

kelompok, yaitu media grafis (dua dimensi), misalnya gambar, foto, dan grafik. Media tiga

dimensi, misalnya model susun dan model kerja. Media proyeksi, misalnya OHP dan media

lingkungan (alam)

Media yang dipilih guru untuk mengaktifkan siswa adalah dengan menggunakan media

gambar ilustrasi.Dengan media gambar ilustrasi diharapkan siswa akan lebih tertarik dalam

mengikuti pelajaran sehingga siswa tersebut menjadi aktif bertanya, menjawab pertanyaan dan

mengemukakan pendapat dalam pembelajaran. Selain menumbuhkan keaktifan siswa, dengan

menggunakan media gambar guru lebih mudah menyampaikan materi karena siswa dapat melihat

langsung hal-hal yang berkaitan dengan penjelasan dari guru.

Media pembelajaran berupa gambar memiliki kelebihan di mana para siswa akan lebih

paham dan mengerti tentang materi yang disampaikan guru. Sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar, siswa dapat lebih paham akan materi serta dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Media pembelajaran adalah alat atau saranayang digunakan sebagai perantara

(medium) untuk dapat menyampaikan pesan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran

merupakan suatu komunikasi yang terdapat unsur-unsur: sumber pesan (guru), penerima pesan

(siswa), pesan (materi yang akan disampaikan).Fungsi MediaMenurut Basyaruddin Usman dan

H. Asnawir (2002;13-15). Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang

dimiliki siswa, mengatasi ruang kelas, memungkinkan adanaya interaksi langsung antara siswa

dengan lingkungan, menghasilkan keseragaman pengamatan, dapat menanamkan konsep dasar

yang benar, konkrit, dan realistis, dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan penglaman yang

integral dari sesuatu yang konkrit sampai kepada sesuatu yang bersifat abstrak.

Bentuk umun dari media gambar terangkum dalam pengertian dari media grafis. Karena

media gambar merupakan bagian dari pembuatan media grafis. Sebelum kita nengetahui lebih

lanjut mengenai media gambar ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu pengertian dari media

grafis.Menurut (I Made Tegeh, 2008) media grafis atau graphic material adalah suatu media

visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan, atau symbol visual yang

lain dengan maksud untuk menikthisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data

kejadian. Batasan tersebut memberi gambaran bahwa media grafis merupakan media dua dimensi

yang dapat dinikmati dengan menggunakan indra pengelihatan.

Media gambar merupakan media yang tepat dan baik digunakan dalam pembelajaran di

sekolah dasar karena kelebihan yang dimiliki oleh media gambar tersebutsebagai sebuah

karakteristik dari media gambar itu sendiri. Kelebihan media gambar :Sifatnya konkrit. Gambar/

foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal semata.Gambar

menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya.

Kekeliruan dalam hal ini akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan gambar yang palsu

dikatakan asli. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai

nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis.

Dari kelebihan media gambar tersebut maka peneliti memilih media gambar suatu upaya

perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga penguasaan konsep pada siswa semakin

meningkat.

Page 55: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1102

Permasa

Perencana

an

Pelaksanaan

tindakan I

Pengumpula

n data

Pengumpul

an data

Refleksi

tindakan I

Perencana

an Pelaksanaa

n tindakan

Refleksi

tindakan

Dilanjutkan ke siklus

Siklus

Sikl

Aktivitasmenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya adalah “kegiatan /

keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan.

S. Nasution menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan

kedua-keduanya harus dihubungkan.Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas manusia adalah

segala kegiatan yang dilakukan manusia dalam proses interaksi sesama manusia, manusia dengan

alam lingkungan dalam kehidupannya.

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah

diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi

acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran Dimyati dan

Mudjiono (2006). Definisi yang lain,hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah

laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahuHamalik (2008). Senada

dengan Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah

siswa kelas V SD Muhammadiyah 4 Batu pada mata pelajaran IPS materi Memahami aktivitas

dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan

keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup

nasional. Waktu penelitian dilaksanakan, yaitu pada hari Rabu, tanggal 16Maret

2016sampaiRabu, 23Maret 2016 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Penelitian tindakan kelas ini

direncanakan terdiri dari dua siklus dan tiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu: Perencanaan,

Pelaksanaan,Pengamatan danRefleksi, yang dapat digambarkan seperti pada Gambar 1

Gambar 1 Daur penelitian tindakan kelas

Dan secara lebih detail penjelasan tiap tahapan sebagi berikut:

Siklus I

Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan

mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia

dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan

sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal

aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi,

Page 56: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1103

pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS)

meliputi lembar kerja kelompok, menyusun lembar observasi guru dan siswa, lembar evaluasi

dan membuat media gambar ilustrasi .

Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

telah disusun dengan langkah: Pembukaan: guru membuka pelajaran menyampaikan tujuan

pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti Tanya jawab dengan siswa.

Kegiatan inti: guru menunjukan 4 gambar ilustrasi 1 siswa secara berkelompok berdiskusi untuk

mengisi lembar kerja kelompok kemudian mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh

kelompok yang lain. Kegiatan berikutnya siswa mengamati gambar 2 kemudian mengisi tes tulis

dan dikumpulkan. Pengamatan Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung di kelas

dalam pelaksanaan pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan kegiatan belajar siswa dengan

menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.Refleksidilakukan setelah pembelajaran

dipandu moderator, kesempatan pertama diberikan pada peneliti untuk memberikan ulasan

kemudian pada observer untuk menyampaikan hasil pengamatan selama pembelajaran dan

diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber (pakar)

Siklus II

Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan

mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia

dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan

sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal

aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi,

pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS)

meliputi lembar kerja kelompok dan individu .menyusun lembar observasi guru dan siswa,

lembar evaluasi dan membuat media gambar.

Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

telah disusun dengan langkah: Pembukaan: guru membuka pelajaran menyampaikan tujuan

pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti Tanya jawab dengan siswa.

Kegiatan inti: guru menunjukan 8 gambar ilustrasi 1 siswa secara berkelompok berdiskusi untuk

mengisi lembar kerja kelompok kemudian mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh

kelompok yang lain. Kegiatan berikutnya siswa mengamati gambar 2 kemudian mengisi lembar

kerja individu dan dikumpulkan. Pengamatan Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara

langsung di kelas dalam pelaksanaan pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan kegiatan

belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.Refleksidilakukan

setelah pembelajaran dipandu moderator, kesempatan pertama diberikan pada peneliti untuk

memberikan ulasan kemudian pada observer untuk menyampaikan hasil pengamatan selama

pembelajaran dan diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian tindakan kelas di kelas V SD Muhammadiyah 4 Batu untuk

mata pelajaran ilmu Pengetahuan Sosial pada kompetensi Memahami aktivitas dan perubahan

kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya

dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan

indikator: Mengenal aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang

Page 57: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1104

sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Berikut ini disajikan hasil

penelitian tindakan kelas setiap siklusnya yakni:

Siklus I

Penelitian siklus I yang telah dilaksanakan pada tanggal 16dan 23 Maret 2016dengan

hasil sebagai berikut:

Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan

mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia

dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan

sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal

aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi,

pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Menetukantujuan, materi pembelajaran serta

pendekatan, metode, kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan inti dan penutup

kemudian menetukan sumber dan media pembelajaran dan merumuskan penilaian serta

menyusun lembar kerja siswa secara kelompok,menyusun lembar observasi guru dan siswa dan

membuat media gambar ilustrasi terdiri dari 4 gambar besar.

Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan guru membuka pelajaran dengan berdo‟a bersama

menyampaikan tujuan pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti Tanya jawab

dengan siswa. Kegiatan inti: guru membagi siswa menjadi 7 kelompok masing-masing kelompok

terdiri dari 4 oarang siswa. Guru menunjukan 4 gambar ilustrasi ukuran 60 x 80 yang berisi

tentang, gambar manusia individu, gambar manusia berkelompok, teknologi jaman dulu dan

jaman modern, sampah, polusi, penebangan pohon. Siswa secara berkelompok mengamati

gambar dilanjutkan dengan berdiskusi tentang perubahan aktivitas manusia, selanjutnya siswa

mengisi lembar kerja kelompok. Siswa terlihat aktif mengamati gambar dan berdiskusi seperti

terlihat pada Gambar 1, sambil siswa mengisi lembar kerja (LKS) yang telah disediakan, seperti

pada Gambar 1.

Gambar 1 Siswa melaksanakan diskusi kelompok

Pada gambar 1 tersebut nampak siswa aktif dan antusias mengamati, berdiskusi dan

mengisi lembar kerja (LKS). Setelah siswa berdiskusi pada kelompoknya, selanjutnya

perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh

kelompok yang lain. Aktifitas presentasi dan menaggapi seperti pada Gambar 2

Gambar 2 Presentasi hasil diskusi kelompok

Page 58: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1105

Pada Gambar 2 nampak siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat.

Tiap –tiap kelompok yang mempresentasikan rata-rata mendapatkan dua tanggapan berupa

pertanyaan dan masukan dari kelompok lain. Kegiatan berikutnya siswa membuat rangkuman

materi pelajaran dibuku masing-masing. Selanjutnya siswa bersama guru membuat kesimpulan.

Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi guru memberikan tes tulis berupa soal esai yang

berjumlah 10 soal.

Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung pada pokok bahasan perubahan aktifitas manusia

dengan memanfaatkan media gambar, dilakukan obervasi yang dilakukan oleh 2 observer.

Observer merupakan teman sejawat dari sekolah yang sama. Hasil Obersevasi digunakan

sebagai bahan refleksi pembelajaran untuk perbaikan pada siklus berikutnya

Refleksi

Diawali pengantar oleh moderator, kesempatan pertama guru model untuk memberikan

ulasan tentang pengalamannya. Hasilnya guru model merasa suasana kelas agak berbeda dengan

kehadiran observer di kelas. Kemudian kesempatan kedua observer menyampaikan hasil

pengamatan selama pembelajaran dan diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber

(pakar). Ada beberapa masukan dari observer terkait pelaksanaan pembelajaran pada siklus satu

ini yakni anatara lain perlu penambahan jumlah media gambar disesuaikan dengan luasnya

materi, perlu dibuat lembar kerja individu sehingga siswa ada peningkatan dan terukur hasil

belajarnya secara individu.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan

media gambar ternyata sebagian besar siswa sudah terlihat aktif dalam pembelajaran dan

pembelajaran berlangsung sesuai rencana pembelajaran. Setelah dilakukan evaluasi

pembelajaran pada siklus satu ini ternyata hasilnya seperti terlihat seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No Uraian Hasil Siklus

I

1

2

3

4

Nilai rata-rata tes UH

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang belum tuntas

belajar

Persentase ketuntasan belajar

69,25

20

8

71 %

Hasil evaluasi dari 28 siswa, 20 orang siswa mencapai ketuntasan belajar sedangakan 8

orang siswa belum mencapai ketuntasan. Capaian ini menunjukan peningkatan dibandingkan

dengan hasil pada pra siklus. Hal tersebut karena siswa lebih antusias, lebih tertarik dan lebih

mudah memahami materi pelajaran dengan menggunakan media gambar. Namun demikian ada

beberapa hal yang perlu ditingkatkan sebagaimana yang disampaikan observer yaitu penambahan

jumlah media gambar dan lembar kerja individu yang akan dilaksanakan pada siklus II.

Siklus II

Penelitian siklus II yang telah dilaksanakan pada tanggal 30 Maret dan 6 April

2016didapatkan data sebagai berikut:

Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan

mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia

dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan

Page 59: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1106

sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal

aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi,

pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional.

Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS) meliputi lembar kerja kelompok dan

individu .menyusun lembar observasi guru dan siswa, lembar evaluasi dan membuat media

gambar.

Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan guru membuka pelajaran dengan berdo‟a

bersama menyampaikan tujuan pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti

Tanya jawab dengan siswa. Kegiatan inti: guru membagi siswa menjadi 7 kelompok

masing-masing kelompok terdiri dari 4 oarang siswa. Guru menunjukan 8 gambar ilustrasi ukuran

60 x 80 yang berisi tentang, gambar manusia individu, gambar manusia berkelompok, teknologi

jaman dulu dan jaman modern, sampah, polusi, penebangan pohon. Siswa secara berkelompok

mengamati gambar dilanjutkan dengan berdiskusi tentang perubahan aktivitas manusia,

selanjutnya siswa mengisi lembar kerja kelompok. Siswa terlihat aktif mengamati gambar dan

berdiskusi seperti terlihat pada Gambar 3, sambil siswa mengisi lembar kerja (LKS) yang telah

disediakan.

Gambar 3 Siswa melaksanakan diskusi kelompok

Pada gambar 3 tersebut nampak siswa aktif dan antusias mengamati, berdiskusi dan

mengisi lembar kerja (LKS), Setelah siswa berdiskusi pada kelompoknya, selanjutnya

perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh

kelompok yang lain. Aktifitas presentasi dan menaggapi seperti pada Gambar 4

Gambar 4Presentasi hasil diskusi kelompok

Pada Gambar 4 nampak siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat.

Tiap–tiap kelompok yang mempresentasikan rata-rata mendapatkan dua tanggapan berupa

pertanyaan dan masukan dari kelompok lain. Kegiatan berikutnya siswa mengisi lembar kerja

individu seperti pada Gambar 5.

Page 60: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1107

Gambar 5 Siswa mengisi Lembar Kerja Individu

Kegiatan berikutnya siswa membuat rangkuman materi pelajaran dibuku masing-masing.

Selanjutnya siswa bersama guru membuat kesimpulan. Untuk mengetahui tingkat penguasaan

materi guru memberikan tes tulis berupa soal esai yang berjumlah 10 soal.

Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung pada pokok bahasan perubahan aktifitas

manusia dengan memanfaatkan media gambar, dilakukukan obervasi yang dilakukan oleh 3

observer. Observer merupakan teman sejawat dari sekolah yang sama. Hasil obersevasi

digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran.

Refleksi

Diawali pengantar oleh moderator, kesempatan pertama guru model untuk memberikan

ulasan tentang pengalamannya. Hasilnya guru model merasa suasana kelas agak berbeda dengan

kehadiran observer di kelas. Kemudian kesempatan kedua observer menyampaikan hasil

pengamatan selama pembelajaran dan diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber

(pakar). Ada beberapa catatan masukan dari observer terkait pelaksanaan pembelajaran pada

siklus dua ini yakni anatara lain dengan penambahan jumlah media gambar siswa lebih cepat

memahami materi pelajaran, dalam pengisian lembar kerja individu lebih cepat namun secara

keseluruhan waktu pembelajaran lebih lama dari perencanaan dalam RPP.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan media

gambar ternyata sebagian besar siswa sudah terlihat aktif, dan pembelajaran berlangsung dengan

baik. Setelah dilakukan evaluasi pembelajaran pada siklus satu ini ternyata hasilnya seperti

terlihat seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

No Uraian Hasil

Siklus II

1

2

3

4

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang belum tuntas

belajar

Persentase ketuntasan belajar

79,46

27

1

96,5 %

Hasil evaluasi dari 28 siswa, 27 orang siswa mencapai ketuntasan belajar sedangakan 1

orang siswa belum mencapai ketuntasan. Capaian ini menunjukan peningkatan yag signifikan

dibandingkan dengan hasil pada siklus I. Sikap siswa pada saat pembelajaran berlangsung lebih

antusias, lebih mudah memahami materi pelajaran dengan menggunakan media gambar.

Page 61: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1108

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar pada

pembelajaran IPS materi memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia terbukti dapat

memperbaiki proses pembelajaran menjadi optimal, suasana pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan, siswa bersemangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran, aktif dalam diskusi

kelompok, dan hasil belajar mereka juga lebih optimal mencapai prosentase ketuntasan 96,5%.

Media gambar dapat meringankan guru dalam kegiatan pembelajaran terutama penggunaan

metode ceramah.

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas. 2003 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:

Depdiknas. 2004Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Bela-jar. Bandung: Tarsito.

Mudjiono & Dimyati. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta

Gulo, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. .

Hasibuan, Moejiono, 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya..

Wahyudi & Subanji, 2010. Model-model Pembelajaran. Malang: UM Press

Lestari, S.P.(2009). Contoh : Ptk Penggunaan Media GambarGuna MeningkatkanKeaktifan

Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas IV SD.Diunduh 20 November 2014 dari

http://bekompas.blogspot.com/2012/04/contoh-ptk-penggunaan-media-gambar-guna_

5706.html

Poerwadarminto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Muchtar, S. A. 2006. Pengembangan Berfikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Bandung: Gelar

Pustaka Mandiri.

Muhammad Ali. 1998. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Page 62: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1109

BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MENGENAL KEGIATAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS III SDN

SIDOMULYO 01 BATU

Elok Catur Wilujeng

SDN Sidomulyo 01 Batu

[email protected]

Abstrak : Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

mengenal kegiatan jual beli pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III

SDN Sidomulyo 01 Kecamatan Batu, Kota Batu melalui bermain peran. Penelitian

Tindakan Kelas ini bertolak dari instropeksi yang peneliti lakukan setelah

pembelajaran pada materi mengenal kegiatan jual beli, memperoleh hasil belajar yang

kurang memuaskan, yaitu hanya 8 siswa (kurang lebih 30%) dari 22 siswa yang

mendapatkan nilai diatas KKM 7,0. Sehingga Peneliti kemudian mencoba

memperbaiki proses pembelajaran dengan mengedepankan model PAIKEM melalui

bermain peran, ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas

melalui bermain peran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan

dari ketuntasan hasil belajar siswa siklus I mencapai 63%, menjadi 86 % pada siklus

II. Dengan demikian artinya bermain peran dapat dijadikan alternatif untuk

meningkatkan pembelajaran hasil belajar IPS khususnya pada materi kegiatan jual

beli.

Kata Kunci : Bermain peran, hasil belajar, PAIKEM.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

mulai dari tingkat sekolah dasar. Dalam IPS dikaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan

untuk dapat menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta yang cinta

damai (Depdiknas,2006:575)

Setiap pembelajaran selalu diarahkan kepada beberapa kompetensi yang akan dicapai.

Kompetensi yang akan dicapai tertuang dalam standar isi kurikulum dalam wujud kemampuan

dan ketrampilan yang tercakup dalam ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan tentunya tidak terlepas dari kreativitas guru dalam membelajarkan

siswa. Oleh karena itu, pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau

yang dikenal dengan PAIKEM sangat dibutuhkan. Untuk mewujudkan PAIKEM metode

bermain peran dianggap sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses

pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam berbagai bidang kehidupan di

masyarakat. Menurut Depdiknas (2006:575) mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri,memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen

dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) memiliki kemampuan

berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat

lokal, nasional dan global.

Hernawan dkk,(2006:95) mengartikan pembelajaran di sekolah dasar pada hakikatnya

merupakan suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru

dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Page 63: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1110

Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar

tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. Oleh karena

itu, harus diciptakan interaksi yang bermakna, agar dapat membantu siswa memperoleh

pengalaman nyata. Karena semakin siswa banyak beraktivitas dalam proses pembelajaran

memori siswa akan tertanam semakin kuat. Sehingga dengan demikian hasil belajar yang

diperoleh juga semakin baik.

Berdasarkan hasil observasi , prestasi hasil belajar siswa kelas III SDN Sidomulyo 01

Batu, mengenai materi mengenal jual beli di lingkungan rumah dan sekolah masih rendah,

banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hanya ada 8 siswa (

kurang lebih 30%) dari 22 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM 7,0. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh: (1) mata pelajaran IPS kurang menarik karena guru mengajar dengan cara

konvensional, (2) siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran, (3) guru kurang kreatif

dalam membelajarkan siswa,(4) tidak adanya media pembelajaran yang berarti untuk

mendukung materi pembelajaran.Untuk mengatasi masalah tersebut, maka guru harus (1),

berupaya menciptakan situasi belajar IPS yang menarik, (2) banyak melibatkan siswa dalam

proses pembelajaran, (3) lebih kreatif dan inovatif dalam membelajarkan siswa (4)

mengupayakan adanya media pembelajaran yang dapat mendukung ketercapaian materi.

Menurut Piaget (dalam Dahar, 2011:136-139), proses belajar seseorang akan mengikuti

pola dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini

bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat

belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap

perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu: yaitu (1) tahap senso motorik (usia 0 – 2 tahun) ;

(2) tahap pra operasional ( usia 2 – 7 tahun ) ; (3) tahap konkrit ( usia 7 – 11 tahun ) ; ( 4 ) tahap

formal operational ( usia 11 tahun ke atas ). Siswa kelas III sekolah dasar termasuk dalam tahap

konkrit yaitu pada kisaran usia 7 hingga 11 tahun. Pada umumnya, pada tahap ini anak-anak

sudah memiliki kemampuan memahami konsep konservasi ( concept of conservancy ). Ciri

pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang

jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan

berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah

suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam

dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya

sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan,

karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam

melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai

sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi.Namun sungguhpun anak telah dapat

melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia

tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf

berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik

perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret,

sehingga ia mampu menelaah persoalan. Namun anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah

mengenai masalah berpikir abstrak.

Metode Bermain Peran (Role Playing) adalah berperan atau memainkan peranan dalam

dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan

pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai dengan

tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berpikir orang lain (Depdikbud,

1964:171). Menurut Kamus Bahasa Indonesia ( Badudu- Zain,84) Bermain Peran atau Role

Playing adalah mengambil bagian dalam melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan baik

dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Prof. Dr. H. Endang Komara, M.Si menyatakan,

Page 64: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1111

Bermain Peran adalah Kegiatan yang mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara

memperagakan dan mendiskusikan sehingga orang dapat mengeksplor perasaan, sikap, nilai dan

berbagai strategi pemecahan masalah. Menurut Corsini (dalam Tatiek 92001:99)

mengemukakan bahwa Bermain Peran, suatu alat belajar yang mengembangkan ketrampilan-

ketrampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan

memerankan situasi-situasi yang pararel dengan yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya.

Selanjutnya, Bermain Peran dapat digunakan sebagai (a) alat untuk mendiagnosis dan mengerti

seseorang dengan cara mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi dan

kejadian yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya, (b) media pengajaran melalui proses

“modeling” anggota dapat lebih efektif melalui ketrampilan-ketrampilan antar pribadi dengan

menganut berbagai cara dalam memecahkan masalah, (c) metode latihan untuk melatih

ketrampilan-ketrampilan tertentu melalui keterlibatan secara aktif dalam proses bermain peran.

Dengan demikian melalui metode bermain peran, siswa diajak untuk belajar

memecahkan masalah pribadi dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya teman-teman

sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok

sosial. Melalui bermain peran para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan

antar manusia dengan cara memperagakannya dan hasilnya didiskusikan dalam kelas. Setiap

metode dalam pembelajaran pasti ada keunggulan dan kelemahannya. Adapun keunggulan

dalam menggunakan metode bermain peran ini adalah (1) dapat berkesan dengan kuat dan tahan

lama dalam ingatan siswa,disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit

untuk dilupakan, (2) sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkankelas menjadi dinamis

dan penuh antusias, (3) membangkitkan gairah dan semangat optimism dalam diri siswa serta

menumbuhkan rasa kebersamaan, (4) siswadapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu

yang akan dibahas dalam proses belajar. Sedangkan kelemahannya, (1) bermain peran memakan

waktu yang banyak, (2) siswa sering mengalami kesulitan untukmemerankan peran secara baik,

khususnya jika mereka tidak diarahkan atauditugasi dengan baik, siswa perlu mengenal dengan

baikapa yang akan diperankannya, (3) bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika

suasana kelas tidak mendukung, (4) jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan

tidak akan melakukan dengan sungguh-sungguh, (5) tidak semua materi pelajaran dapat

disajikan melalui metode ini.

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk membelajarkan siswa dengan aktivitas yang

optimal, peneliti memilih metode bermain peran sebagai sarana menyampaikan materi

mengenal jual beli pada siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu . Adapun tujuan pemilihan

metode ini agar hasil belajar siswa pada materi mengenal jual beli ini dapat meningkat dari

pembelajaran sebelumnya . Dengan demikian, judul penelitian ini adalah “Bermain Peran

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mengenal Jual Beli Pada Siswa Kelas III SDN Sidomulyo

01 Batu”, dengan rumusan masalah : “Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan hasil

belajar mengenal jual beli pada siswa kelas 3 SDN Sidomulyo 01 Batu?”.Tujuan yang ingin

dicapai adalah, “Dengan bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar mengenal jual beli

pada siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu.

METODE

Menurut Suharsimi A. (2004), dalam Sukayati (2008:7 ) ada tiga kata yang membentuk

pengertian PTK, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati

suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau

informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat dan

penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran

Page 65: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1112

yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan wujud ruangan tetapi diartikan sebagai

sekelompok siswa yang sedang belajar.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu bentuk kajian

yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan

rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap

tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut

dilakukan ( dalam Mukhlis,2000:3). Selain itu penelitian ini juga disebut classroom research,

karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini

juga termasuk penelitian deskriptif kualitatif, sebab menggambarkan suatu tehnik pembelajaran

yang diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Oja & Sumarjan (dalam Sugiarti,1997:8) mengelompokkan Penelitian Tindakan Kelas

menjadi empat macam yaitu (a) guru sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c)

simultan terintegratif, (d) administrasi sosial eksperimental. Dalam penelitian ini guru

berkolaborasi dengan kelompok guru IPS untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sidomulyo 01 Batu kelas III dengan jumlah siswa 22 anak

yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Penelitian dilakukan pada materi yang

mengacu pada kompetensi memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang dan Kompetensi

Dasar “memahami jual beli di lingkungan rumah dan sekolah”.

PTK ini dirancang menggunakan minimal (dua) siklus. Dipilihnya model siklus ini

dengan pertimbangan bahwa ketika dalam siklus I ditemukan adanya kekurangan, maka akan

direncanakan tindakan pada siklus II dan seterusnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Siklus I

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu dengan 2 siklus.

Pada siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Kamis tanggal 24 dan 31

Maret 2016 dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Perencanaan :

Pada tahap perencanaan ini peneliti berawal dari temuan yang terjadi di kelas yaitu hasil

belajar siswa kelas III terutama pembelajaran IPS materi kegiatan jual Beli, masih belum

memuaskan,banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Selanjutnya peneliti

menemukan beberapa alasan terkait hasil belajar siswa yang masih rendah. Salah satunya adalah

kegiatan yang kurang menarik dan variatif. Untuk itu peneliti mencoba merumuskan satu

tindakan, yaitu apakah dengan mencoba memilih metode bermain peran untuk dapat

meningkatkan hasil belajar mengenal jual beli pada siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu?.

Setelah itu barulah peneliti mulai menyusun rencana pelaksanaan tindakan. Kemudian

disusunlah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun sendiri oleh peneliti

berdasarkan kegiatan pra siklus . Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sidomulyo 01 Batu kelas

III dengan jumlah siswa 22 anak, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan

.Pada Standar Kompetensi, memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang, Kompetensi

Dasar Memahami jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Adapun indikator yang ingin

dicapai antara lain: (1) mendefinisikan tentang kegiatan jual beli, (2) menyebutkan tempat –

tempat jual beli di lingkungan sekitar siswa, (3) mengidentifikasi syarat-syarat terjadinya

kegiatan jual beli, (4) menjelaskan macam-macam pasar berdasarkan jenis barang yang dijual,

(5) membedakan pasar tradisional dengan pasar modern. Metode yang kami rencanakan antara

lain (1) ceramah, (2) tanya jawab, (3) bermain peran (4) diskusi.

Page 66: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1113

Adapun langkah –langkah pembelajarannya terdiri dari (1) kegiatan awal yaitu salam

pembuka dan do‟a bersama dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. (2) Kegiatan Inti meliputi

(a) Eksplorasi, Bertanya jawab tentang materi sebelumnya, (b) Elaborasi, setiap kelompok

membuat rancangan untuk sebuah drama yang menggambarkan keadaan di sebuah tempat

terjadinya kegiatan jual beli, Setiap kelompok harus menentukan peran sebagai pembeli,

penjual, dan menyiapkan barang-barang yang akan diperjualbelikan, Setiap kelompok praktek

bermain peran dalam kegiatan jual beli yang sudah dirancang dan kelompok lain mengamati,

Setiap kelompok melakukan presentasi hasil pengamatannya secara bergantian, dan

memberikan tanggapan berupa pertanyaan dan saran melalui lembar kerja siswa, Setelah

mendapat tanggapan, setiap kelompok menyempurnakan rancangannya dan membuat

kesimpulan, (c) Konfirmasi, Guru bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dan diketahui

siswa, Guru bertanya jawab untuk meluruskan kesalah pahaman dan memberikan penguatan

serta membantu siawa menyimpulkan materi.

Untuk pengembangkan media pembelajaran, dengan menyiapkan segala kebutuhan

untuk bermain peran misalnya ikat kepala yang bertuliskan penjual, pembeli, kasir, pramuniaga,

nama dada dan lain-lain. Selain itu juga disiapkan gambar-gambar yang menunjukkan beberapa

tempat jual beli seperti toko elektronik, mini market, pasar, koperasi sekolah, kantin sekolah,

toko mainan , café , apotek dan lain-lain.

Sumber belajar yang digunakan antara lain, buku siswa Buku IPS Kelas III (BSE),

Identitas untuk keperluan bermain peran, Gambar- gambar tentang kegiatan jual beli,

lingkungan sekitar siswa, Sumber lain yang relevan.

Adapun Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran ,dengan

menggunakan Teknik Penilaian Pengamatan dan tes tertulis dengan menggunakan Prosedur

Penilaian yaitu Penilaian Proses dan penilaian Hasil belajar.

Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang teman sejawat yang bertindak sebagai

observer (pengamat). Pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi.

Aspek-aspek yang diamati meliputi,(a) Kegiatan guru selama di kelas yang menerapkan metode

bermain peran (b) Kegiatan siswa di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik

kegiatan secara kelompok maupun kegiatan individu.

Pelaksanaan tindakan berupa kegiatan pembelajaran di kelas III SDN Sidomulyo 01

Batu dengan materi, Standar Kompetensi, memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang

Kompetensi Dasar, memahami jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Dilaksanakan dalam

dua kali pertemuan yaitu pada hari Kamis, tanggal 24 dan 31 Maret 2016 pada jam 1-3 yaitu

dimulai pada pukul 07.15 -09.00. Pada pertemuan I kegiatan awal guru mengawali dengan

salam, doa presensi siswa dan pembiasaan. Kemudian dilanjutkan kegiatan apersepsi dengan

mengajak siswa melakukan tanya jawab kegiatan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya

yaitu tentang materi barter.

G: anak-anak masih ingatkah kalian dengan pelajaran minggu lalu?

S: masih bu…barter…

G: apakah barter itu?

S: kegiatan tukar menukar barang dengan barang

G: bagus, kalau begitu sekarang akan kita lanjutkan dengan materi kegiatan jual beli.

Berdasarkan dialog di atas, terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan prasyarat

untuk belajar materi”kegiatan jual beli”. Pada kegiatan inti guru mulai dengan melakukan

langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah

direncanakan yaitu; (1) menyampaikan informasi tentang materi yang akan dibahas tentang

Page 67: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1114

kegiatan jual beli, namun sebelumnya siswa sudah diberi tugas untuk mengamati kegiatan jual

beli di sekitar tempat tinggalnya, selanjutnya merencanakan bersama kelompoknya menyusun

rencana memainkan peran pada kegiatan jual beli yang sudah diamatinya.

G: anak anak hari ini kita akan mempelajari materi kegiatan jual beli, sudahkah kalian

mengamati kegiatan jual beli yang ada di sekitarmu?

S: sudah bu…

G: di mana saja kamu bisa melihat kegiatan jual beli?

S : di toko bu…warung, kios, pasar, indomaret, apotek

G : bagus…artinya anak-anak sudah punya gambaran untuk memainkan peran seperti mereka

ya

Setelah itu dilanjutkan (2) penjelasan langkah-langkah bermain peran yang akan dilakukan

siswa di dalam kelas., (3) kelompok siswa secara bergiliran memainkan peran kegiatan jual beli,

ada 5 kelompok yang tampil, kelompok nusa memainkan peran jual beli di toko mainan,

kelompok bangsa memilih bermain jual beli di koperasi sekolah,kelompok bahasa di cafe,

kelompok nasional di kantin sekolah dan kelompok budaya bermain peran jual beli di

swalayan.(4) Sementara kelompok bermain peran, kelompok lain mengamati proses bermain

peran yang dilakukan temannya dengan mengisikan pada lembar kerja, (6) masing-masing

kelompok menyampaikan hasil pengamatannya., (7) siswa dengan bimbingan guru

menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran, (8) kegiatan penutup ,guru merefleksi kegiatan

pembelajaran pada hari itu, dan memberikan motivasi pada siswa.

Pada pertemuan II kegiatan diawali dengan (1) salam, doa presensi siswa dan

pembiasaan, (2) apersepsi dilaksanakan bertanya jawab tentang materi pada pembelajaran

sebelumnya (3) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang kompetensi yang akan dicapai

dilanjutkan kegiatan Elaborasi, (4) Siswa memperhatikan guru mempersiapkan keperluan untuk

memerankan peran dalam kegiatan jual beli (5) Siswa bermain peran untuk melakukan kegiatan

jual beli dengan bimbingan guru,(6) Siswa bertanya jawab tentang hasil pengamatan dalam

kegiatan jual beli, (7) Siswa bertanya jawab tentang macam-macam pasar berdasarkan jenis

barang yang dijual, (8) Siswa dengan bimbingan guru membedakan pasar tradisional dan pasar

modern,. Dalam kegiatan Konfirmasi, (9) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami

dan diketahui siswa, (10) Guru bersama siswa menyimpulkan materi kegiatan jual beli, (11)

Guru memberikan tes tertulis berkaitan dengan materi kegiatan jual beli, (12) Guru memotivasi

siswa untuk lebih giat belajar, (13) Salam penutup.

Pengamatan

Berdasarkan pengamatan pembelajaran pada siklus I, yang dibantu oleh observer

ditemukan beberapa kelemahan antara lain, masih ada beberapa siswa yang tidak aktif

mengikuti proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena (1) banyaknya model yang

diperankan dalam proses pembelajaran (2) beberapa siswa sibuk dengan barang-barang yang

dibawanya karena guru menugaskan siswa membawa sendiri kelengkapan barang yang

diperjualbelikan. Belum selesainya proses pembelajaranpertemuan I, peneliti melanjutkan

proses pembelajaran pada pertemuan II, dengan mengambil salah satu bagian bermain peran

untuk ditampilkan kembali dengan skenario yang sudah ditentukanoleh guru. Pada pertemuan II

ini, ditemukan masih ada beberapa siswa yang kurang konsentrasi namun sebagian besar sudah

lebih fokus. Hal ini disebabkan, segala kebutuhan pembelajarn dipersiapkan sendiri oleh guru,

sehingga perhatian siswa terarah pada satu kegiatan. Dengan demikian siswa yang lain lebih

konsentrasi dan lebih fokus melakukan pengamatan terhadap kegiatan bermain peran yang

dilakukan. Walaupun demikian karena kegiatan post tes baru dilakukan pada akhir pertemuan II,

hasil belajar siswa menunjukkan masih belum sesuai yang diharapkan. Yakni dari 22 siswa,

Page 68: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1115

yang hasil belajarnya sudah mencapai KKM 7,0 adalah 14 siswa, sedangkan 8 siswa masih

berada di bawah KKM. Jadi pada pengamatan siklus I diperoleh data hasil ketuntasan belajar

siswa baru mencapai 63 %.

Refleksi

Yaitu kegiatan mengingat dan merenungkan kembali hasil proses pembelajaran,

kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan revisi dan rekonstruksinya, sebagai bahan dalam

melaksanakan tindakan selanjutnya.Secara garis besar kegiatan pokok yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah (1) Kegiatan sebelum ke lapangan, sebagai penjajagan awal tentang

lingkungan sekolah khususnya di kelas berhubungan dengan guru, siswa dan kepala sekolah. (2)

Proses penelitian kelas, dengan menggunakan prosedur pengamatan yang bersifat reflektif,

partisipatif dan kolaboratif dengan menggunakan tiga langkah pokok secara siklus.

Dalam melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran ini, penulis menggunakan dua siklus

sebagai upaya untuk perbaikan tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi

kegiatan jual beli.

Setelah dilakukan diskusi antara peneliti, observer dan nara sumber, berdasarkan hasil

observasi dan tes formatif pada siklus I, karena masih banyak anak yang belum mencapai target

kompetensi yang diharapkan maka perlu disusun rencana tindakan pada siklus kedua. Dengan

harapan agar (1) motivasi dan tingkat keaktifan belajar siswa meningkat, sehingga da (2) dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk itu peneliti kembali menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus II.

Siklus II

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu pada siklus II

dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 07 April 2016 dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Perencanaan :

Pada tahap perencanaan ini peneliti bertolak dari temuan yang terjadi pada siklus I yaitu

hasil belajar siswa kelas III pada pembelajaran IPS materi kegiatan jual Beli, masih belum juga

memuaskan, masih ditemukan 8 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Selanjutnya

peneliti menemukan beberapa alasan terkait hasil belajar siswa yang masih rendah. Salah

satunya adalah kegiatan pembelajaran pada siklus I masih kurang optimal sehingga ada

beberapa siswa yang kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini antara lain

disebabkan adanya model bermain peran yang masih tradisional dan banyak dijumpai anak

sehari-hari sehingga kurang menarik. Untuk itu peneliti mencoba mengubah model bermain

peran yang berbeda yaitu menunjukkan kegiatan jual beli yang lebih lengkap, bersih, rapi

seperti yang terjadi di pasar modern atau swalayan. Agar hasil belajar mengenal jual beli pada

siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu semakin meningkat. Dan peneliti mulai menyusun

kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus II dengan sedikit mengubah

RPP yang sudah disusun sebelumnya. Adapun perubahan yang peneliti lakukan adalah pada

indikator pembelajaran menjadi, menjelaskan macam-macam pasar,membedakan pasar

tradisional dengan pasar modern.

Langkah-langkah pembelajarannya terdiri dari (1) kegiatan awal yaitu salam pembuka

dan do‟a bersama dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa, (2) Kegiatan Inti meliputi (a)

Eksplorasi, menyanyikan sebuah lagu tentang jual beli, bertanya jawab tentang materi

sebelumnya,

G: anak –anak tentu masih ingat dengan kegiatan pembelajaran kita minggu lalu bukan?

S: iya bu… bermain peran jual beli di koperasi sekolah, di kantin, di swalayan…

Page 69: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1116

G: pinter… anak-anak agar kalian lebih paham dengan materri yang kita pelajari, hari ini kita

akan mencoba bermain peran lagi kegiatan jual beli yang lebih menarik ya…

S: main drama lagi bu…?

G: ya anak-anak…

S: asyik…

Berdasarkan dialog di atas anak terlihat cukup antusias dengan kegiatan bermain peran.

Dilanjutkan kegiatan berikutnya yaitu (b) Elaborasi, siswa diajak menuju tempat jual beli yang

sudah disiapkan oleh guru, siswa memperhatikan petunjuk guru untuk mengamati dan

melakukan transaksi jual beli pada tempat tersebut, Setiap kelompok mendiskusikan kegiatan

yang sudah dilakukan dan mengisikan pada lembar kerja kelompok, Setiap kelompok

mempresentasikan hasil kegiatannya secara bergantian, setiap kelompok menyempurnakan hasil

kerja kelompoknya dan membuat kesimpulan, (c) Konfirmasi, Guru bertanya tentang hal-hal

yang belum dipahami dan diketahui siswa, Guru bertanya jawab untuk meluruskan kesalah

pahaman dan memberikan penguatan serta membantu siswa menyimpulkan materi, (3)

evaluasi,(4) penutup.

Untuk pengembangan media pembelajaran, peneliti menyiapkan segala kebutuhan

untuk bermain peran misalnya, membuat tempat jual beli yang ditata sedemikian rupa

menyerupai sebuah swalayan, membuat ikat kepala yang bertuliskan penjual, pembeli,

pramuniaga, kasir, dan lain-lain. Selain itu juga disiapkan gambar-gambar yang menunjukkan

beberapa tempat jual beli seperti toko elektronik, mini market, pasar, koperasi sekolah, kantin

sekolah, toko mainan , cafe , apotek dan swalayan.

Sumber belajar yang digunakan antara lain, buku siswa Buku IPS Kelas III (BSE),

Identitas untuk keperluan bermain peran, Gambar- gambar tentang kegiatan jual beli,

lingkungan sekitar siswa, sumber lain yang relevan.

Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran ,dengan

menggunakan teknik penilaian Pengamatan dan tes tertulis. Prosedur Penilaian menggunakan

penilaian proses dan penilaian hasil belajar.

Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang teman sejawat yang bertindak sebagai

observer (pengamat). Pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi.

Aspek-aspek yang diamati meliputi,(a) Kegiatan guru selama di kelas yang menerapkan metode

bermain peran (b) Kegiatan siswa di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik

kegiatan secara kelompok maupun kegiatan individu.

Pelaksanaan tindakan berupa kegiatan pembelajaran di kelas III SDN Sidomulyo 01

Batu dengan materi mengenal kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.

Dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada hari Kamis, tanggal 07 pada jam 1-3 yaitu

dimulai pada pukul 07.15 -09.00. Pada kegiatan siklus II ini, kegiatan awal yang dilakukan guru

adalah mengawali dengan salam, doa, presensi siswa dan pembiasaan. Kemudian dilanjutkan

kegiatan apersepsi dengan mengajak siswa menyanyikan sebuah lagu yang liriknya diganti

berkaitan dengan materi jual beli untuk menarik konsentrasi siswa. Pada kegiatan inti guru

mulai dengan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang sudah direncanakan yaitu; (1) menyampaikan informasi tentang materi yang

akan dibahas tentang kegiatan jual beli sebagai kelanjutan dari pembelajaran sebelumnya. (2)

penjelasan langkah-langkah bermain peran yang akan dilakukan siswa di dalam kelas., (3)

kelompok siswa memainkan peran kegiatan jual beli sebagaimana skenario yang sudah

dipersiapkan sebelumnya ,(4) setiap kelompok mendiskusikan kegiatan yang sudah dilakukan

dan menuliskan pada lembar kerja, (6) masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja

Page 70: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1117

kelompoknya., (7) siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran,

(8) evaluasi, (9) kegiatan penutup ,guru merefleksi kegiatan pembelajaran pada hari itu, dan

memberikan motivasi pada siswa.

Pengamatan

Berdasarkan pengamatan pembelajaran pada siklus II, yang dibantu oleh observer

ditemukan beberapa hal antara lain, siswa lebih banyak yang aktif mengikuti proses

pembelajaran walaupun ada beberapa yang kurang konsentrasi, Siswa sebagian besar bisa

melakukan transaksi jual beli pada sebuah swalayan atau pasar modern, siswa juga dapat

memerankan perannya sebagai tokoh yang menjadi pelaku dalam jual beli dengan baik, hal ini

disebabkan karena (1) rata-rata siswa sudah terbiasa melakukan jual beli di swalayan atau

sejenisnya (2) kegiatan pembelajaran cukup menarik karena siswa melakukan seperti jual beli

yang terjadi sesungguhnya. Pada pertemuan II ini, ditemukan juga ada beberapa siswa yang

kurang konsentrasi. Hal ini disebabkan, kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif, terlihat

beberapa anak tidak mengikuti proses kegiatan, suasana kelas yang ramai menyebabkan anak-

anak tertentu tidak melakukan apa-apa. Walaupun demikian pada kegiatan post tes yang

dilakukan pada akhir pertemuan siklus II sudah mengalami peningkatan, hasil belajar siswa

menunjukkan ,yakni dari 22 siswa, yang hasil belajarnya sudah mencapai KKM 7,0 adalah 19

siswa, sedangkan 3 siswa masih tetap di bawah KKM. Jadi pada pengamatan siklus II diperoleh

data hasil ketuntasan belajar siswa mencapai 86 %. Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran

berbantuan bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar kegiatan jual beli pada siswa kelas

III SDN Sidomulyo 01 Batu.

Refleksi

Setelah dilakukan diskusi antara peneliti, observer dan nara sumber, berdasarkan hasil

observasi dan tes formatif pada siklus II, sudah banyak anak yang mencapai target kompetensi

yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas III SDN sidomulyo 01, terutama pada materi kegiatan jual beli. Hal ini disebabkan,

(1) motivasi dan tingkat keaktifan belajar siswa meningkat, (2) dengan demikian dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik. (3) siswa terbawa dalam situasi nyata

sehingga dapat mengikuti proses pembelajaran menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil belajar

yang dicapai siswa pada siklus II meningkat dari 63 % menjadi 86 % sudah mencapai

ketuntasan belajar yaitu di atas KKM 7,0 maka peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus

berikutnya.

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti pada kegiatan pembelajaran

melalui simulasi bermain peran dilakukan dalam 2 siklus. Kegiatan pembelajaran dengan

bermain peran ini diterapkan pada mata pelajaran IPS kelas III khususnya materi kegiatan jual

beli. Dalam metode Bermain Peran (Role Playing) adalah berperan atau memainkan peranan

dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk

permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan

nilai dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berpikir orang lain

(Depdikbud, 1964:171). Menurut Kamus Bahasa Indonesia ( Badudu- Zain,84) Bermain Peran

atau Role Playing adalah mengambil bagian dalam melakukan suatu kegiatan yang

menyenangkan baik dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Prof. Dr. H. Endang Komara,

M.Si menyatakan, Bermain Peran adalah Kegiatan yang mengeksplorasi hubungan antar

manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikan sehingga orang dapat mengeksplor

Page 71: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1118

perasaan, sikap, nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah. Oleh karena itu dalam

pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran cukup banyak melibatkan siswa

dalam aktivitas pembelajaran.

Untuk mengukur hasil belajar siswa dilakukan penilaian proses pada saat pembelajaran

dan penilaian hasil pada akhir pembelajaran. Indikator penilaian proses meliputi keaktifan,

kerjasama dan kreativitas siswa. Sedangkan penilaian hasil sesuai dengan indikator yang ingin

kita capai berkaitan dengan materi pembelajaran. Berdasarkan kriteria penilaian di atas

keaktifan,kerjasama dan kreativitas siswa semakin meningkat pada setiap siklus. Begitu pula

pada hasil belajar siswa yang meningkat dari siklus ke siklus. Penelitian tindakan kelas sejenis

pernah dilakukan oleh Pesta Linda Togatorop SDN 04 Pasir Panjang Palang Karaya,

Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa dengan bermain peran mampu meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi kegiatan jual beli pada siswa kelas III. Begitu juga yang telah

dilakukan oleh peneliti, kegiatan pembelajaran dengan bermain peran ini yang diterapkan pada

mata pelajaran IPS kelas III khususnya materi kegiatan jual beli, pada pelaksanaan tindakan

siklus I dan siklus II diperoleh adanya peningkatan hasil belajar dari sebelumnya. Semula siswa

yang mencapai hasil belajar sebanyak 8 siswa dari keseluruhan siswa sebanyak 22 anak artinya

hanya 30% saja yang mampu mencapai ketuntasan belajarnya. Pada siklus I setelah adanya

tindakan maka ketuntatasan hasil belajar menjadi 63 % yaitu sebanyak 14 siswa dari 22 siswa

yang mencapai nilai di atas KKM. Sedangkan pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa

meningkat lagi menjadi 86% yaitu 19 siswa dari 22 siswa yang mampu mencapai nilai hasil

belajar di atas KKM yang ditentukan 7.0.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan dari kedua siklus di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa, dengan kegiatan bermain peran siswa menjadi bersemangat dalam belajar, siswa juga

dapat melakukan kegiatan pembelajaran seperti situasi sebenarnya, sesuai dengan tingkat

berpikirnya yang konkrit. Dengan bermain peran ternyata juga dapat meningkatkan pemahaman

dan penguasaan siswa terhadap pelajaran IPS terutama pada materi kegiatan jual beli,

khususnya pada siswa kelas III di SDN Sidomulyo 01 Batu.

Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan sesuai dengan tujuan apabila

dirancang dengan baik dan berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah

disusun. Disamping guru harus lebih bervariatif dalam proses pembelajaran guna mewujudkan

pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM).

Saran

Dalam meningkatkan wawasan dan keberhasilan pada pembelajaran, guru hendaknya

dapat membelajarkan siswa dengan model pembelajaran yang bervariasi sehingga lebih dapat

meningkatkan kemampuan dan hasil belajar yang kita harapkan, bersikap terbuka terhadap

masukan yang bersifat positif dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk itu ,guru

dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memilih dan menerapkan metode-metode

pembelajaran. Dengan demikian bermain peran dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif

pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Badudu, J S 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia

Page 72: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1119

Corsini , (dalam Tatiek 92001:99) http://s1pgsd. blogspot.co.id/2012/1 /model pembelajaran-

role playing.html?m=1

Dahar,2011, Piaget dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif, www.asikbelajar.com

(Depdikbud, 1964:171). http://s1pgsd.blogspot.co.id/2012/1/modelpembelajaran- role

playing.html?m=1

Depdiknas, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan SD/MI.

Jakarta: BP Cipta Jaya.

file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN_IPS_DI_SD/

Hermawan dkk,(2006:95), Metode PenelitianPendidikan Sekolah Dasar, Bandung:upi press

Mukhlis, (2000:3), Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Oja & Sumarjan (dalam Sugiarti,1997:8), 2013, 2013 Jurnal Ilmu Pendidikan dan

Pembelajaran ,Dinas Pendidikan Provinsi Jawa timur dan Institut Riset dan

Pengembangan

Piaget dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif, www.asikbelajar.com

Sukayati, 2008 Penelitian tindakan kelas di SD,Yogyakarta Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Page 73: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1120

PENERAPAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMAHAMI MATERI TENTANG KEGIATAN EKSPOR IMPOR MELALUI

BROWSING DI INTERNET PADA SISWA KELAS VI SEMESTER II ( DUA )

DI SDN SISIR 01 KOTA BATU TAHUN 2015 / 2016

Eni Wahyuningsih

SDN Sisir 01 Kecamatan Batu Kota Batu

[email protected]

Abstrak : kenyataan menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa kelas VI SDN

Sisir 01 Kota Batu materi kegiatan ekspor impor masih rendah, dari 30 siswa nilai yang

mencapai KKM (79) hanya 20 siswa/67%. Siswa mengalami kesulitan memahami

materi, konsep-konsep IPS tidak diberikan secara berkaitan.Guru juga sulit dalam

membelajarkan materi, belum tepatnya metode yang diterapkan. Diperlukan metode

tepat, inovatif, membantu siswa mengembangkan konsep yang dimiliki dengan cara

mudah, sederhana dan menyenangkan. Dipilih metode Mind Mapping untuk

mengatasinya. Penelitian dilaksanakan di SDN Sisir 01 Batu dalam 2 siklus. Tujuan

penelitian (1) meningkatkan kemampuan memahami materi kegiatan eksporI pada siswa

kelas VI SDN Siair 01Batu. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan

pelaksanaan pembelajaran dari pra tindakan kurang baik hanya mencapai 50%, siklus 1

cukup baik 67%, pada siklus 2 menjadi baik mampu mencapai 94%.

Kata Kunci : Mind Mpping, browsing, kegiatan ekspor impor, hasil belajar.

Kontribusi pendidikan untuk memberi bekal dalam menghadapi tantangan di era global

sangat urgen dan mendesak dibutuhkan siswa. Dengan pembelajaran yang bermakna,

kompetensi siswa dapat berkembang secara optimal. Setiap mata pelajaran memiliki beberapa

kompetensi yang akan dicapai melalui proses pembelajaran yang bermutu unggul. Kompetensi

yang harus dikuasai siswa sudah tertuang dalam standar isi kurikulum yang meliputi tiga ranah,

yaitu intelektual, sikap, dan ketrampilan.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki

kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Berbagai upaya optimal telah dilakukan guru untuk

menyajikan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, atau lebih

dikenal dengan sebutan PAIKEM. PAIKEM mengindikasikan pembelajaran yang lebih unggul

dan tepat guna dalam pencapaian kompetensi pembelajaran. Upaya yang dilakukan guru di

antaranya pemilihan beberapa metode dan tehnik pembelajaran yang tepat, pemilihan sumber

belajar yang menarik dan kaya informasi, sehingga dapat memacu siswa untuk belajar lebih

aktif dan kreatif agar siswa berperilaku ilmiah yang kritis ,kreatif, dan mandiri.

Menurut Depdiknas (2006:575) mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan kritis, rasa ingin tahu,

menemukan sendiri, memecahkan masalah, dan keterampilan,

dalam kehidupan sosial. Namun kenyataannya konsep- konsep IPS tidak diberikan secara

berkaitan, sehingga sulit untuk mengingat materi yang diberikan. Untuk itu diperlukan metode

pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dalam mengingat materi yang dipelajarinya.

Dalam era globalisasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat memengaruhi

berbagai bidang kehidupan. Melalui perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan ditemukan

produk- produk baru ataupun inovasi dari produk yang sudah ada menjadi produk yang baru,

yang ternyata dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu contoh adalah berbagai inovasi produk

Page 74: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1121

coklat, seperti brownies coklat, aneka minuman dengan bahan dasar coklat, dan lain- lain.

Berkembangnya ilmu pengetahuan melahirkan teknologi untuk menghasilkan produk- produk

yang baru. Produk dari negara lain membanjiri Indonesia, mulai dari produk makanan, pakaian,

elektronik, dan kendaraan. Karenanya perlu diketahui barang- barang yang diimpor Indonesia

dari negara lain, dan barang- barang Indonesia yang di ekspor ke negara lain. Untuk

mendapatkan informasi lebih lengkap dan terbaru, siswa dapat mencarinya melalui kegiatan

browsing di internet. Internet sebagai salah satu bentuk kemajuan teknologi menjadikan dunia

semakin sempit, memudahkan setiap orang menemukan informasi tentang negara lain. Selain

itu internet juga menyediakan hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh manusia modern

di seluruh dunia. Browsing di internet yang bisa dilakukan siapa saja yang melek teknologi

informatika termasuk para siswa, memungkinkan dia menemukan jawaban atas persoalan/

kebutuhan termasuk yang berkaitan dengan tugas sekolah.

Pembelajaran IPS di sekolah dasar dimulai dari lingkungan sempit yaitu diri sendiri

hingga lingkungan luas yaitu dunia. Karenanya seorang guru harus menguasai konsep- konsep

IPS, agar dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep- konsep IPS dan menuangkan

kembali ide- idenya. Metode belajar yang cocok untuk siswa sekolah dasar adalah melalui

pengalaman langsung, menghindari verbalisme, memberikan kedalaman makna dan pengertian

kepada siswa tentang topik yang dibahas. Salah satu model pembelajaran yang menekankan

pada aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif model mind mapping. Pada penerapannya

siswa dibimbing untuk berani menuangkan idenya sendiri sebanyak banyaknya.

Berdasarkan hasil ulangan semester II, hasil yang dicapai siswa kelas VI SDN Sisir 01

pada materi kegiatan ekspor dan impor masih belum memenuhi harapan. Dari 30 siswa, nilai

yang di atas KKM (79) hanya 20 siswa, atau baru mencapai 67 %. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor, baik dari pihak guru, siswa, maupun materinya. Dari faktor materi: (1)

materinya bersifat pengetahuan, fakta, dan data, yang harus diketahui luas dan banyak. (2)

konsep- konsep yang diberikan kepada siswa disampaikan terpisah- pisah. Dari faktor guru: (1)

dalam menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa cepat

bosan dan kurang bersemangat dalam merespon dan berpartisipasi, (2) guru juga kesulitan

dalam menyampaikan materi ini karena banyak fakta dan data aktual yang harus diingat dan

dihafalkan agar dapat menyampaikan materi sesuai dengan kondisi nyata yang sedang terjadi.

Dari faktor siswa: (1) siswa mudah lupa dengan apa yang sudah diingat sebelumnya karena

pembelajarannya terbatas pada kegiatan membaca buku paket dan mendengarkan penjelasan

guru saja. (2) siswa merasa bosan dengan apa yang dipelajari karena hanya menghafalkan

konsep- konsep, (3) siswa kurang memperoleh kesempatan dalam mengembangkan ide dan

pikirannya.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran materi Kegiatan Ekspor

dan Impor siswa mengalami kesulitan memahami materi, sehingga prestasi belajar siswa kurang

baik. Di samping itu guru sendiri mengalami kesulitan dalam membelajarkan materi ini karena

belum tepatnya metode pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan kondisi di atas perlu

dipikirkan cara untuk mengatasi masalah tersebut, misalnya dengan mengubah metode

pembelajaran yang lebih tepat dan inovatif. Metode yang digunakan harus dapat menciptakan

kebebasan pada siswa dalam mengkreasikan dan mengembangkan hasil pikirannya untuk

belajar, memberikan kemudahan kepada siswa untuk mengingat materi pelajaran yang telah

dipelajarinya, mengaktifkan siswa untuk belajar, menarik perhatian siswa dengan gambar dan

warna, membangkitkan antusiasme siswa dalam kegiatan pembelajaran, serta membantu siswa

lebih cepat menyelesaikan tugasnya. Selain itu guru juga harus dapat melaksanakan

pembelajaran yang berpusat pada diri siswa dan pola pikirnya. Siswa memerlukan bantuan

untuk mengembangkan konsep- konsep yang dimilikinya dengan cara yang lebih mudah,

Page 75: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1122

sederhana, cepat, dan menyenangkan. Untuk itulah metode pembelajaran Mind Mapping dipilih

untuk membantu siswa mengatasi kesulitannya tersebut.

Metode Mind Mapping adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan hubungan

antar konsep dalam pembelajaran berupa pemetaan pikiran dimana informasi berupa materi

pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan yang menggunakan cabang-

cabang kata- kata. Gagasan mucul melalui bahasa imaginasi, gambar, diagaram, kode, simbol,

grafik, dan sebagainya (Buzan, 2005:41).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Mind Mapping adalah suatu metode

pembelajaran untuk mempelajari konsep dengan memadukan dan mengembangkan potensi

kerja otak yang terdapat di dalam diri siswa. Metode Mind Mapping ini memudahkan siswa

untk mengingat materi pembelajaran, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi,

membantu mengorganisasikan materi dengan memberikan wawasan baru.

Kelebihan penggunaan metode Mind mapping dalam pembelajaran IPS kelas VI SDN

Sisir 01 Batu, pada materi kegiatan ekspor impor yaitu (1) penggunaan gambar dan ilustrasi

dalam Mand Mapping bisa mengaktifkan otak kanan dan menyeimbangkan otak kirinya

(2)Mind Mapping membantu siswa untuk lebih mudah dalam menuangkan ide- idenya,(3) Mind

Mapp menunjukkan suatu pengelompokan informasi yang sangat jelas sehingga mudah diingat ,

(4) pusat Mind Mapp ada di tengah kertas sehingga menarik perhatian mata dan otak untuk

fokus, (5) memungkinkan siswa dapat melihat gambaran materi secara keseluruhan sekaligus

mengetahui permasalahnnya detail dalam waktu yang bersamaan,(6) mudah mendapatkan

informasi secara lengkap mengenai materi pembelajaran, (7) penggunaan warna spidol pada

Mind Mapping selain mampu mengaktifkan otak kanan anak juga bisa digunakan untuk

memetakan kemampuan siswa (8) informasi lebih mudah diingat karena terasosiasi dengan

informasi lain yang sudah diingatnya sehingga keterkaitan antara informasi menjadi jelas dan

sistematis.

Kelebihan metode Mind Mapping digunakan guru untuk memperkenalkan konse-

konsep pada siswa kemudian dibuat suatu hubungan agar menyatu dan tidak terpisah - pisah,

konsep yang telah diterima dapat diingat siswa, sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna.

Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Mind Mapping dapat membimbing siswa untuk

tidak sekedar menghafal materi, tetapi juga mengingat materi, membimbing siswa secara aktif

untuk menghubungkan konsep dan pengetahuan awal secara utuh.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

permasalahannya:(1) Bagaimana pembelajaran IPS melalui metode Mind Mapping dapat

meningkatkan kemampuan memahami materi tentang kegiatan ekspor dan impor? (2) Apakah

metode Mind Mapping materi Kegiatan ekspor dan Impor dapat meningkatkan hasil belajar IPS

siswa kelas VI SDN Sisir 01 Batu? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk

meningkatkan kemampuan memahami materi kegiatan ekspor dan impor pembelajaran IPS

kelas VI SDN Sisir 01 Batu dengan metode Mind mapping, (2) untuk meningkatkan hasil

belajar IPS kelas VI SDN Sisir 01 Batu materi kegiatan ekspor dan impor menggunakan metode

pembelajaran Mind Mapping.

Manfaat penelitian dengan menggunakan metode Mind Mapping, bagi peneliti adalah:

(1) menemukan alternatif teknik pembelajaran yang lebih mudah meningkatkan kemampuan

mengembangkan materi IPS. (2) mendapatkan pengalaman berharga dalam berekplorasi

mengembangkan materi pembelajaran dengan dukungan teknologi informatika melalui kegiatan

browsing internet.

Bagi guru/ teman sejawat, manfaat yang didapat adalah: (1) sebagai inspirasi dalam

menggunakan metode pembelajaran yang lebih inovatif. (2) sebagai inspirasi dalam

Page 76: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1123

memanfaatkan teknologi informasi/ internet. (3) mengatasi ketidak berhasilan pembelajaran IPS

yang banyak dikeluhkan guru karena pemilihan metode yang kurang tepat.

Manfaat penelitian bagi siswa: (1) dapat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan. (2) memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengembangkan ide,

kreatifitas, dan pola pikir. (3) membantu siswa mengembangkan konsep materi IPS yang telah

dipelajari dengan cara lebih mudah dan cepat. (4) meningkatkan hasil belajar.

Bagi sekolah, manfaat dari penelitian ini adalah: (1) memberi sumbangsih kepada sekolah untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran hasil belajar siswa. (2) sebagai wahana peningkatan mutu

dan kreatifitas guru.

Untuk lebih memahami metode Mind Mapping, perlu dipelajari pengertian dari istilah

Mind Mapping. Menurut Buzan (dalam De Porter, dkk, 2005:175) Mind Mapping adalah

metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Setelah selesai,

catatan yang dibuat membentuk pola gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama di

tengah dan subtopik serta perincian menjadi cabang- cabangnya. Metode mencatat ini

didasarkan pada penelitian tentang cara otak memroses informasi. Para ilmuwan mengetahui

bahwa otak mengambil informasi, gambar, pikiran, dan memisah- misahkannya dalam bentuk

linear. Saat otak mengingat informasi, bisanya dilakukan dalam bentuk gambar warna- warni,

simbol, dan perasaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif, model pembelajaran Mind Mapping adalah suatu metode pembelajaran untuk

mempelajari konsep dengan memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat

pada diri siswa.

Berdasarkan pemahaman definisi Mind Mapping di atas, peneliti menyusun langkah-

langkah pembuatan Mind Mampping: (1) guru menginformasikan materi pembelajaran yang

akan dipelajari, (2) siswa diberi satu konsep utama dari materi yang akan dipelajari ,(3) siswa

dibagi menjadi 6 kelompok , (4) siswa bersama kelompoknya menyiapkan materi yang telah

ditentukan guru dan gambar-gambar yang sesuai dengan materi, (5) siswa dan kelompoknya

membuat hubungan antar konsep atau cabang - cabang dari konsep utama yang telah diberikan,

(6) siswa membuat garis hubung/ garis lengkung untuk setiap cabang konsep yang telah dibuat

dengan menggunakan spidol warna warni agar menarik , (7) siswa mempresentasikan hasil

kerja kelompok, (8) siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Meningkatkan, adalah upaya yang dilakukan peneliti agar pemahaman siswa terhadap materi

kegiatan ekspor impor menjadi lebih baik, yang diukur dengan nilai hasil belajar melalui post

test di akhir siklus.

Kemampuan dimaksudkan sebagai tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari

siswa.

Kegiatan ekspor impor, adalah aktivitas menjual barang ke luar negeri dan membeli barang dari

luar negeri, khususnya yang dilakukan Indonesia.

Browsing internet, dimaksudkan sebagai upaya kreatif siswa dalam melengkapi informasi

tentang materi yang dipelajari dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran

Pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping baik digunakan dalam semua

mata pelajaran. IPS sebagai salah satu pelajaran di sekolah dasar menggunakan metode mind

mapping ini membimbing siswa untuk tidak sekedar menghafal materi, tetapi juga mengingat

materi dan memahami materi, sehingga dapat secara aktif memikirkan hubungan antara konsep-

konsep yang telah dipelajari pada pengetahuan awal secara utuh dan tidak terpisah- pisah.

Pengertian belajar menurut Gagne (dalam Rosjidan 1996:2) adalah suatu proses yang

membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar

Page 77: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1124

mengajar yang menggambarkan keberhasilan siswa dalam mengikuti program pengajaran dalam

jangka tertentu. Pengertian belajar menurut Umar Malik (1980:28) bahwa “belajar adalah suatu

bentuk perubahan dan pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara- cara

bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”. Dapat disimpulkan bahwa, belajar

adalah perubahan tingkah laku seseorang yang diperoleh lewat latihan dan pengalaman.

Belajar sebagai proses konstruksi (konstruksivisme), memberi kesempatan kepada

siswa untuk dapat mengkonstruksi (membangun) pengalaman lama yang berkembang melalui

pengalaman belajar sehingga terbentuk pengalaman baru. Pola pembelajaran IPS menekankan

pada unsur pendidikan dan pembekalan siswa. penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada

upaya menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak

pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajari sebagai bekal untuk

kehidupannya di dalam masyarakat dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi

pembelajaran IPS. Oleh karena itu rancangan pembelajaran diarahkan dan difokuskan sesuai

dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-

benar berguna dan bermanfaat bagi siswa (Kosasih, 1994). Berpijak dari filsafat

konstruksivisme, belajar tidak hanya sekedar menghafal. Dalam belajar siswa harus

mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Siswa belajar dari mengalami sendiri,

bukan hanya pemberian guru. Siswa hendaknya dibiasakan untuk memecahkan masalah,

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide- idenya.

Setiap mata pelajaran memiliki beberapa kompetensi yang akan dicapai melalui proses

pembelajaran yang bermutu unggul. Kompetensi yang harus dikuasai siswa sudah tertuang di

dalam standar isi kurikulum yang meliputi 3 ranah yaitu: intelektual, sikap, dan keterampilan.

Dengan pembelajaran yang bermakna kompetensi siswa dapat berkembang secara optimal

sekaligus sebagai modal menghadapi tantangan hidup dan kehidupannya kelak. Karena itu mata

pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan

analisis terhadap kondisi sosial masyarakat, dalam memasuki masyarakat yang dinamis.

Peran guru sebagai fasilitator

Sntyasa (2005b) menyatakan, guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi

langsung sebagai perancang model, pelatih, dan pembimbing. Di samping sebagai fasilitator

secara spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learner, disini guru

diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu

yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar

dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mempelajarinya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan mendeskripsikan

kemampuan memahami materi kegiatan ekspor dan impor serta peningkatan hasil belajar IPS

kelas VI SDN Sisir 01 Batu dengan metode mind mapping melalui browsing di internet. Yang

menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Sisir 01 Batu dengan jumlah siswa 30

anak, yang terdiri dari 15 siswa laki- laki dan 15 siswa perempuan. Adapun lokasi penelitian

tindakan kelas adalah SDN Sisir 01 yang berlamat di Jl. Arjuno 40 D kecamatan Batu kota Batu.

Peneliti menggunakan rancangan model spiral refleksi diri (Kemimis dan Mc. Taggart, 1988)

yang dimulai dengan perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), refleksi

(reflection). Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Siklus I dilakukan pada tanggal 12

Maret 2016, dan siklus II pada 12 April 2016.

Page 78: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1125

Peneliti mengadakan penelitian di kelas VI SDN Sisir 01 Batu ini karena nilai siswa kelas VI

mata pelajaran IPS materi kegiatan ekspor dan impor masih ada yang di bawah KKM.terlihat

dari hasil nilai UH (ulangan harian) dari 30 siswa ,ada 10 siswa yang masih mendapat nilai di

bawah KKM ( 79 ).

Data yang dikumpulkan berupa data prestasi. Prestasi belajar dikaitkan dengan test hasil

belajar, pengukuran prestasi belajar dilakukan dengan cara melakukan test yang dirancang guru

sesudah materi pelajaran diberikan .kegiatan observasi digunakan untuk mengumpulkan data

sebagai bahan untuk refleksi dan analisis.observasi selain dilakukan oleh guru peneliti juga

dibantu guru lain untuk mandapatkan data yang rinci dan akurat.

Indikator keberhasilan yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah 90%

siswa dari 30 siswa mengalami ketuntasan belajar.Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata

pelajaran IPS dengan materi Kegiatan Ekspor Impor adalah 79. Jadi apabila 27 anak dari 30

anak memperoleh nilai 79 atau lebih maka target prestasi dikatakan berhasil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, maka rancangan penelitian ini berupa

siklus, yang secara garis besar terdiri dari empat bagaian, yaitu perencanaan, tindakan/

pelaksanaan kegiatan, pengamatan dan refleksi. Penerapan metode Mind Mapping dalam

pembelajaran IPS kelas VI SDN Sisir 01 Batu, dilaksanakan dalam 2(dua) tahap yaitu siklus I

dan siklus II. Adapun hasil penelitian yang diporoleh yaitu :

Siklus I

Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari

Rencana Pelansanaan Pembelajaran (RPP), materi yang akan dipelajari oleh siswa yaitu materi

SK 3) Memahami Peranan Bangsa Indonesia di Era Global. KD 3.2) Mengenal Manfaat Ekspor

dan Impor di Indonesia sebagai kegiatan ekonomi antar bangsa. Yang dikembangkan menjadi 6

indikator dan 6 tujuan pembelajaran.

Media yang akan digunakan dalam pembelajaran meliputi gambar-gambar komoditas

ekspor migas dan non migas Indonesia, dan gambar-gambar barang impor yang dibeli Indonesia

dari negara lain yang mereka dapatkan dari internet.

Langkah berikutnya peneliti menyusun LKS (Lembar Kerja Siswa) materi tentang

kegiatan ekspor dan impor dengan menggunakan metode Mind Mapping yang dikerjakan secara

berkelompok . Selain itu peneliti juga membuat lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa

dalam pembelajaran.setelah pembelajaran berakhir , peneliti melakukan koordinasi kepada

obsever untuk membahas hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I dan melakukan koordinasi

untuk. perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Pelaksanaan / tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I sesuai dengan RPP dengan menggunakan tehnik

Mind Mapping, pada hari Sabtu, tanggal 12 Maret 2016, dengan materi kegiatan tentang Ekspor

Impor. Pada pelaksanaan tindakan siklus 1 ini, peneliti bertindak sebagai guru, berkaloborasi

dengan guru IPS kelas V. Pelaksanaan tindakan siklus 1 dengan menggunakan metode Mind

Mapping. Tahap pertama diawali oleh peneliti membuka pelajaran dengan apersepsi, tanya

jawab antara siswa dan guru tentang materi ekspor dan impor.

G: anak –anak...yang rumahnya jauh tadi berangkat sekolah naik apa ?

S: diantar naik sepeda motor...Bu ! naik mobil...Bu !

G: makanan cepat saji apakah yang mudah kita temui di Food Center..?

Page 79: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1126

S: KFC..MC D..Burger..Pizza .. Bu!

G:Tahukah kalian..? barang-barang yang kalian sebutkan tadi berasal dari negara mana?

S: Jepang..Korea..Amerika Serikat..

G:masih banyak produk impor yang bisa kita jumpai setiap saat di lingkungan kita..hari ini kita

akan belajar tentang kegiatan ekspor dan impor..

Berdasarkan dialog tersebut, nampak bahwa siswa sudah memahami materi prasyarat

kegiatan ekspor dan impor. Guru juga menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dalam

pembelajaran, siswa memperhaikan penjelasan guru dengan tentang tujuan pembelajaran dan

tugas yang harus dikerjakan siswa.

Pada kegiatan inti, guru melakukan eksplorasi dengan siswa melalui gambar-gambar

yang ditunjukkan tentang kegiatan ekspor impor, agar siswa memiliki pemahaman yang benar

tentang kegiatan ekspor dan impor. Selanjutnya guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok ,

masing - masing kelompok terdiri dari 6 siswa.

Pada tahap elaborasi, guru memulai membuat Mind Mapping di papan tulis dengan cara

menempelkan sebuah gambar tentang kegiatan ekspor impor sebagai gagasan sentral di tengah

papan tulis, dengan menuliskan konsep utama akan memudahkan siswa dalam membuat sub

konsep atau cabang cabang dari konsep. Selanjutnya siswa mengerjakan tugas kelompok selama

30 menit. Dalam kegiatan ini siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk membuat Mind

Mapping tentang kegiatan ekspor dan impor. Siswa membuat beberapa cabang dari konsep

utama yang diberikan , membuat garis , gambar dan warna pada Mind Mapp. Selama kegiatan

berlangsung siswa tampak senang dan antusias dalam mengikuti pelajaran ,juga tampak lebih

kreatif karena dengan menggunakan Mind Mapp siswa dapat menuangkan idenya melalui

gambar dan tulisan yang menggunakan spidol warna warni. Guru melakukan konfirmasi dengan

menanyakan hal-hal yang belum dipahami oleh siswa berkaitan dengan kegiatan ekspor dan

impor.

Pada akhir siklus1, guru melakukan penguatan materi dengan cara memberikan

dorongan kepada siswa untuk mengulang kembali materi yang telah disampaikan oleh guru. Di

samping itu guru mendorong siswa untuk mencari informasi tentang kegiatan ekspor impor dari

internet, untuk meningkatkan pemahamannya. Selanjutnya siswa mengerjakan soal post test

yang dikerjakan secara individu.

Pengamatan

Pada tahap ini guru peneliti meminta bantuan pada guru lain sebagai pengamat yang

membantu mengisi lembar observasi yang telah disediakan oleh guru peneliti selama

pembelajaran berlangsung. Dari catatan kaborator, diperoleh informasi tentang kegiatan tanya

jawab antar siswa, Salah satu catatan tanya jawab yang disampaikan siswa adalah: “ sebutkan 5

barang ekspor dan 5 barang impor Indonesia!” Diperoleh jawaban dari mayoritas siswa lain :” 5

barang ekspor Indonesia adalah: gas alam cair, kayu lapis, kopi, ikan, dan kain batik. 5 barang

impor Indonesia adalah: mobil, barang elektronik, mesin- mesin, gula, dan beras.” pada tahap

ini guru juga mengobservasi kesulitan siswa dalam membuat Mind Mapping, melakukan

pengumpulan data dan menghitung prosentase tingkat keberhasilan hasil belajar.

Refleksi

Tahap refleksi dilakukan setelah praktik pembelajaran dilakukan peneliti. Pada tahap ini

peneliti dan guru kolaborator sekaligus sebagai obsever berdiskusi untuk menemukan

kekurangan dan kelebihan selama pembelajaran, pada kegiatan refleksi yang dilakukan

ditemukan beberapa hambatan yang terjadi selama PBM sebagai berikut : 1) siswa belum

semuanya bisa menuangkan ide-idenya dalam lembaran Mind Mapp, 2) pembagian anggota

Page 80: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1127

kelompok masih belum merata kemampuannya sehingga ada kelompok yang cepat dalam

menyelesaikan tugas dan ada yang lambat, 3) belum semua siswa mampu mencari materi

melalui browsing internet sehingga masih miskin konsep, 4) guru kurang terampil dalam

memberikan motivasi, 5) guru masih kurang dalam pengorganisasian alokasi waktu, 6)

kemampuan siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran secara mandiri perlu ditingkatkan, 7)

dari hasil ulangan harian guru memperoleh data bahwa siswa yang mencapai nilai diatas KKM

baru 20 siswa ( 67%) atau masih ada 10 anak (33%) yang belum KKM.

Kesimpulan yang diperoleh bahwa pembelajaran pada siklus I masih banyak terdapat

kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus II, antara lain: 1) guru

memperbanyak kegiatan yang melibatkan siswa dalam pembuatan mind mapp, 2) pembagian

kelompok dilakukan dengan bimbingan guru agar kemampuan siswa dalam setiap kelompok

lebih merata, 3) guru membimbing siswa browsing internet untuk mencari dan menemukan

materi yang dibutuhkan, 4) guru lebih intensif dalam memberi motivasi kepada siswa agar lebih

antusias dalam mengikuti pembelajaran, 5) guru lebih disiplin dalam pengorganisasian waktu

agar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, 6) guru membimbing siswa dalam

membuat kesimpulan secara mandiri, 7) siswa yang nilainya di atas KKM menjadi 94% atau

sebanyak 28 siswa.

Siklus II

Perencanaan tindakan siklus II berdasarkan refleksi pada tahap I. Kegiatan perencanaan

pada tahap ini dilakukan sebagai berikut : peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran ( RPP ) dengan menerapkan metode Mind Mapping. Peneliti menyiapkan

rangkuman materi tentang Kegiatan Ekspor dan Impor, kemudian menyiapkan media yang akan

digunakan dalam pembelajaran yaitu gambar - gambar Kegiatan Ekspor dan Impor .

Selanjutnya peneliti juga membuat Lembar Kerja siswa ( LKS ) yang dikerjakan secara

berkelompok dengan materi Kegiatan Ekspor dan Impor, serta menggunakan metode Mind

Mapping. Pada bagian akhir peneliti membuat test akhir untuk mengukur kemampuan siswa

dalam memahami materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II disusun dengan memperhatikan revisi siklus I yang telah

disusun, sehingga kekurangan siklus I tidak terulang pada siklus II. jadwal pertemuan siklus II

dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 9 April 2016. Dalam pelaksanaan ini peneliti

menyampaikan materi kegiatan tentang Ekspor Impor dengan menggunakan metode Mind

Mapping. Bertindak sebagai pengamat adalah 9 orang peserta Diklat KTI dan seorang

pembimbing. Adapun tujuannya adalah untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran

dengan metode Mind Mapping, membuat catatan tentang kelebihan- kelebihan dan kekurangan-

kekurangan metode Mind Mapping pada proses pembelajaran tersebut. Hasil pengamatan

dengan catatan- catatan yang dibuat para pengamat dan pembimbing itu nantinyadiharapkan

akan lebih menyempurnakan keahlian peneliti dalam mengembangkan metode pembelajaran

Mind Mapping. Terutama dalam menyempurnakan tindakan siklus I dengan mencapai target-

target perbaikan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

Tahap pertama siklus II diawali oleh guru membuka pelajaran dengan apersepsi,

melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Guru memberi motivasi

kepada siswa tentang pentingnya memahami kegiatan ekspor dan impor, bahwa dengan

memahaminya siswa akan mengerti produk yang baik, berkualitas, serta lebih menghargai

produk dalam negeri.

Page 81: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1128

Pada kegiatan inti, guru melakukan eksplorasi dengan memberikan penjelasan kepada

siswa tentang kegiatan ekspor dan impor sebagai kegiatan ekonomi antar bangsa di dunia. Guru

menunjukkan gambar-gambar tentang kegiatan ekspor impor yang diperoleh baik dari buku

sumber, media cetak lainnya, maupun hasil browsing internet, dengan tujuan agar siswa

memiliki pemahaman yang lebih baik dan benar tentang kegiatan ekspor dan impor. Selanjutnya

guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, masing - masing kelompok terdiri dari 5 siswa.

Dalam proses pembagian kelompok, guru menentukan penempatan siswa- siswa yang memiliki

kemampuan lebih menonjol dari lainnya, sehingga kemampuan tiap kelompok akan lebih

merata.

Pada tahap elaborasi, guru menugasi siswa secara kelompok untuk membuat Mind

Mapping di kertas asturo dengan menggunakan spidol warna- warni. Teknis/ langkah- langkah

pembuatan Mind Mapping: 1) guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan

dipelajari, yaitu tentang kegiatan ekspor dan impor, 2) guru memberi siswa satu konsep utama

tentang kegiatan ekspor impor yang ditulis di tengah kertas yang telah disiapkan masing-

masing kelompok, 3) siswa memberi gambar dan warna tentang barang ekspor dan impor yang

telah disiapkan sebelumnya, 4) siswa dalam kelompoknya membuat hubungan antar konsep atau

cabang- cabang dari konsep utama yang telah diberikan, 5) siswa membuat garis hubung untuk

setiap konsep yang telah dibuat dengan disertai gambar, 6) setiap siswa memberikan warna

sesuai warna spidol yang dipegangnya dengan maksud: a) menandai ide masing- masing

(dengan warna spidol yang berbeda), b) memudahkan guru memberi nilai kepada setiap siswa

berdasarkan ide yang dituangkannya, c) produk Mind Mapp yang dihasilkan setiap kelompok

menjadi lebih semarak dan hidup sehingga dapat menambah energi serta gairah para siswa

untuk menyelesaikannya dengan antusias.

Setelah setiap kelompok menyelesaikan tugasnya membuat Mind Mapp tentang

kegiatan ekspor impor, guru meminta setiap kelompok yang diwakili oleh 2 orang anggotanya

mempresentasikan hasil kerja kelompok pembuatan Mind Mapp. Kelompok lain menanggapi

dengan cara mengajukan pertanyaan, atau mengemukakan pendapat dengan memberikan data

atau informasi yang berbeda. Langkah selanjutnya, guru bersama siswa secara klasikal

menyimpulkan hasil diskusi.

Pada akhir siklus II, guru melakukan penguatan materi dengan cara memberikan

dorongan kepada siswa untuk mengulang kembali materi yang telah disampaikan oleh guru.

Selanjutnya siswa mengerjakan soal post test yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui

daya serap siswa setelah mengikuti pembelajaran pada siklus II. Siswa tampak antusias dalam

mengerjakan soal tes, yang menunjukkan bahwa pemahaman mereka meningkat setelah

mengikuti pembelajaran siklus II. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa

meningkat, dan rata-rata nilai siswa yang berada di atas KKM mengalami dari 76% menjadi

94%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran siklus II dapat meningkatkan kemampuan

siswa secara maksimal.

Pengamatan/ Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru serta aktivitas siswa beserta kelompoknya dalam proses pembuatan

Mind Mapping. Hasil pengamatan observer terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan

guru dengan menggunakan metode Mind Mapping mampu menuntaskan materi pembelajaran

kegiatan ekspor impor. Guru berperan aktif selama proses pembelajaran sebagai fasilitator,

namun demikian siswa tetap dominan dalam menyelesaikan tugas pembuatan Mind Mapping.

Selain mengadakan pengamatan terhadap aktivitas guru, observer juga mengadakan pengamatan

terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping.

Page 82: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1129

Dari hasil pengamatan disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode

Mind Mapping mendapat respon yang sangat baik dari siswa. Hal ini ditunjukkan dengan

antusiasme yang tinggi hampir seluruh siswa, serta nilai hasil tes yang meningkat.

Refleksi

Tahap refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran dilaksanakan, untuk memberikan

apresiasi kepada peneliti berkaitan dengan jerih payah peneliti untuk mengembangkan metode

Mind Mapping dalam menyampaikan materi pembelajaran kegiatan ekspor impor kepada siswa

kelas VI di SDN Sisir I Batu, dengan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

keberhasilan pada siklus II mencapai 94%, dibanding tingkat keberhasilan pada siklus I yang

baru mencapai 76%.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI SDN Sisir 01 Batu tahun pelajaran 2015/

2016 yang dilakukan dalam dua siklus, membuktikan bahwa penerapan metode mind mapping

dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam memahami materi tentang kegiatan ekspor

impor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kegiatan pra tindakan, dari 30 siswa hanya

ada 15 siswa atau 50% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. Meningkat pada siklus I

menjadi 24 siswa atau 76%. Pada kegiatan siklus II meningkat menjadi 28 siswa atau 94%.

Penerapan mind mapping dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dari segi proses

maupun hasil yang dilakukan peneliti sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya. Di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Umiarsih (2009).

Peningkatan mutu pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping pada siswa klas

VI SDN Sisir 01 karena metode mind mapping mampu memotivasi siswa untuk mengeksplorasi

potensi diri karena anak memperoleh kebebasan dalam menuangkan ide- idenya kreatifitasnya

sendiri. Penerapan metode mind mapping mendorong siswa untuk aktif, antusias, dan

ketertarikan kepada materi maupun pengajaran yang telah dirancang guru. Penggunaan mind

mapping membantu guru menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran siklus II, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dapat

meningkatkan aktivitas dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, 2)

meningkatkan prestasi belajar siswa, dari rata- rata keberhasilan 76% menjadi 94%.

SARAN

Sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa saran yang

dapat menjadi pertimbangan untuk kemajuan proses belajar mengajar di SDN Sisir 01 Batu: 1)

guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang inovatif seperti menggunakan metode Mind

Mapping, 2) guru menggunakan metode Mind Mapping dalam menyampaikan materi yang lain,

3) diharapkan siswa menyadari bahwa prestasi belajar dapat meningkat jika siswa aktiv dalam

mengikuti proses pembelajaran dan berani menuangkan ide- idenya.

DAFTAR PUSTAKA

Buzan, Tony.2006 Mind Mapp Untuk Kreatifitas. Jakarta GramediaPustaka Utama

Hasibuan,2006. Proses Belajar Mengajar: Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Page 83: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1130

Kasbolah, Kasihani. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Depppdikb

Rachnan, Saiful. 2006. Penelitian Tindakan Kelas dan Karya Tulis Ilmiah

Solihatin, Entin, Raharjo 2008,Cooperative learning analisis Model Pembelajaran IPS.

Jakata. Bumi Aksara

Page 84: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1131

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN ZIGSAW SISWA KELAS IV SDN SISIR 01 BATU

Sulistyowati

Abstrak: Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan di dalam kelas, dalam

penerapannya terkadang kurang menarik siswa dalam belajar sehingga siswa kurang

menyukai, pasif di dalam kelas, tidak mau menggali lebih dalam lagi pelajaran IPS yang

diterimanya. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa 9 dari 20 siswa kurang dari

KKM yang ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran IPS tersebut. Metode

pembelajaran menjadi bagian yang penting dalam upaya mencapai kesuksesan dalam

pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan

dikelas IV SDN SISIR 01 Batu dalam pelajaran IPS melalui model pembelajaran Jigsaw

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model jigsaw berdampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pencapaian nilai

pada siklus I dengan rata-rata nilai 73,5% dengan ketuntasan belajar sebesar 70 % atau

14 siswa dari 20 siswa dan Pada siklus II nilai rata-rata 7,7 % dengan ketuntasan belajar

siswa mengalami peningkatan 90 %.

Kata kunci: Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Jigsaw

Prestasi belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang telah di capai siswa

dalam penguasaan tugas tugas atau materi pelajaran yang di terima dalam jangka waktu tertentu.

Prestasi belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat

dibandingkan dalam satu kriteria ( Prakosa, 1991). Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984:4),

mengemukakan bahwa Prestaasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbul angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil

yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.menurut Dewa Ketut Sukardi

(1983:51) menyatakan “untuk mengukur prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang

dimaksud sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau learning

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan

ukuran keberhasilan kegiatan belajar dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode

tertentu. Menurut dimyati Mahmud ( 1989 : 84-87 ) menyatakan bahwa faktor – faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa mencangkup faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu ssendiri, yang terdiri dari N. Ach

(Need For Achievement) yaitu kebutuhan atau dorongan atau motif untuk untuk berprestasi.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat berupa

sarana prasarana, situasi lingkungan baik lingkungan keluarga, ssekolah maupun lingkungan

masyarakat.

Menurut pendapat Rooijakkers yang diterjemahkan oleh Soenoro ( 1982:30)

mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari faktor si pelajar dan

faktor si pengajar. Faktor dari si pelajar (siswas) ini meliputi motivasi, perhatian pada mata

pelajaran yang berlangsung, tingkat penerimaan dan pengingatan bahan, kemampuan

menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan memproduksi dan kemampuan menggeneralisasi.

Faktor dari si pengajar (guru) ini meliputi kemampuan membangun hubungan dengan si pelajar,

kemampuan menggerakkan minat pelajar, kemampuan menberikan penjelasan, kemampuan

menyebutkan pokok – pokok masalah yang diajarkan, kemampuan mengarahkan perhatian pada

pelajaran yang sedang berlangsung, kemampuan memberikan tanggapan terhadap reaksi. Dari

Page 85: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1132

pendapat Rooijakkers tentang faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat diberikan

kesimpulan bahwa prestasi siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari si

pelajar dan faktor yang berasal dari si pengajar (guru)

Hal ini juga terjadi pada kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru di dalam

kelas secara klasikal melalui metode ceramah di sekolah dimana dalam penerapannya kurang

menarik siswa dalam belajar sehingga siswa kurang menyukai, pasif di dalam kelas, tidak mau

menggali lebih dalam lagi pelajaran IPS yang diterimanya, dan pelajaran dianggap

menjenuhkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa 9 dari 20 siswa kurang dari KKM

yang ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran IPS tersebut.

Semua pendidik pasti menginginkan siswanya mencapai prestasi yang maksimal. Untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa maka dalam proses pembelajaran guru harus

memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran itu antara lain dari siswa

diberi tahu menuju siswa mencari tahu, dari guru sebagai satu – satunya sumber belajar menjadi

belajar berbasis aneka sumber, dari pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran

berpusat pada siswa.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis mencoba untuk menemukan mengidentifikasi

masalah dan mencari pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Dari proses pencarian

yang telah dilakukan terdapat salah satu model pembelajaran yang menarik bagi peneliti untuk

diterapkan dalam pembelajaran materi 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi

komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya dengan model pembelajaran “

Jigsaw “ .

Jigsaw merupakan teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini

mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Dimana dalam pelaksanaannnya

diawali denga pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru, dimana guru bisa menulis topik

yang akan dipelajari di papan tulis ataupun ditayangkan kelalui LCD. Guru menanyakan kepada

siswa apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut.Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan

untuk mengaktifkan skemata atau struktur konitif siswa agar lebih siap menghadapi kegiatan

pempelajaran yang baru.

Metode Jigsaw ini terdiri dari 5 langkah yaitu 1) Guru membagi kelas menjadi

kelompok – kelompok lebih kecil yang disebut home teams (kelompok asal). Jumlah kelompok

bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Misal, topik yang di

sajikan adalah metode penelitian sejarah, karena topik ini terdiri dari konsep heuristik,

kritik,interpretasi dan historiografi, maka kelompok terbagi menjadi 4.jika dalam kelas terdiri

dari 40 siswa maka satu kelompok ada 10 siswa. Keempat kelompok itu adalah kelompok

heuristik, kelompok kritik, kelompok interpretasi dan kelompok histeriograf. 2) setelah

kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap – tiap kelompok. 3)

Setiap siswa dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang

diterimanya dari guru. 4) untuk sesi berikutnya membentuk kelompok expert teams (kelompok

ahli) dimana kelompok ahli beasal dari gabungan beberapa kelompok asal. 5) setiap kelompok

diberi kesempatan untuk berdiskusi. Melalui diskusi kelompok ahli mampu memahai topik

pelajaran yang dipelajarinya ( Agus Suprijono,2009 )

Berdasarkan pengalaman dan observasi maka peneliti mengambil judul “Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa Tentang Perkembangan Teknologi Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Zigsaw Siswa Kelas IV SDN Sisir 01 Batu”

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan model pembelajaran

jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV materi Perkembangan Teknologi di SDN

Sisir 01 ?

Page 86: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1133

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk Mendiskripsikan langkah – langkah

pembelajaran model jigsaw yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV materi

Mengenal perkembangan teknologi, produksi, dan transportasi serta pengalaman

menggunakannya di SDN Sisir 01.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan perkembangan

teknologi bagi siswa dan untuk sesama pengajar sebagai rujukkan dalam pembelajaran

berikutnya.

METODE

Metode pembelajaran menjadi bagian yang penting dalam upaya mencapai kesuksesan

dalam pelaksanaan pembelajaran. Salah satu metode model pembelajaran yang dapat menjadi

salah satu pilihan adlah metode pembelajaran jigsaw. Menurut para ahli salah satunya Sudrajat

(2008:1) mengartikan pembelajaran jigsaw sebagai sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan

secara berkelompok, dimana dalam kelompok tersebut terdiri dari beberapa siswa yang

bertanggung jawab untuk menguasai dari materi ajar dan selanjutnya harus mengajarakan materi

yang telah dikuasai tersebut kepada teman satu kelompok.

Keunggualan metode model pembelajaran jigsaw akan menjadi sebuah solusi yang

efektif apabila diterapkan dalam pengajaran terhadap materi ajar yang dapat dibagi menjadi

beberapa bagian dan materi tersebut tidak harus urut dalam penyampaiannya.

Langkah-langkah metode model pembelajaran jigsaw yang disampaikan oleh Stepen,

Sikes and Snapp yaitu :1) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan anggota

maksimal 5 siswa tiap kelompok. 2) Masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberi materi

yang berlainan. 3) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi bagian materi yang ditugaskan.

4) Anggota kelompok lain yang telah mempelajari sub bagian yang sama berkumpul dalam

kelompok baru yang disini disebut sebagai kelompok ahli untuk mendiskusikan sub bab mereka.

5) Setelah anggota dari kelompok ahli selesai mendiskusikan sub bab bagian mereka, maka

selanjutnya masing-masing anggota dari kelompok ahli kembali kedalam kelompok asli dan

secara bergantian mengajar teman dalam satu kelompok mengenai sub bab yang telah dikuasai

sedangkan anggota lainnya mendengarkan penjelasan dengan seksama. 6) Masing-masing

kelompok ahli mempresentasikan hasail diskusi yang telah dilakukan. 7) Guru melaksanakan

kegiatan evaluasi. 8) Penutup.

Faktor penunjang keberhasilan penerapan metode model pembelajaran jigasaw antara

lain : a) Positive interdependence. Anggota dalam kelompok seharusnya mempunyai rasa saling

ketergantungan. B) Individual accountability. Masing-masing anggota kelompok seharusnya

mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kemajuan proses belajar semua anggota tanpa

terkecuali. C) Face to face promotive interaction. Adanya interaksi tatap muka dalam aktifitas

diskusi elaborasi dalam materi yang dibahas. d) Social skill. Masing-masing anggota harus

mempunyai kemampuan bersosialisasi yang baik dengan anggota lainnya sehingga

memungkinkan pemahaman matyeri bisa diterima secara kolektif. e) Group processing and

reflectin. Kelompok seharusnya dapat melakukan evaluasi terhadap proses belajar yang telah

dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja kelompok.

Page 87: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1134

HASIL

Siklus I

Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan ada 4 tahapan yang dilakukan yaitu: 1) Penyusunan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 2) Menyusun lembar kerja siswa. 3) Pengembangan media

pembelajaran. 4) Menyusun lembar observasi atau penilaian. Dalam penyusunan RPP dilakukan

sendiri oleh peneliti. Kompetensi dasar yang diangkat adalah 2.3 Mengenal perkembangan

teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya dan di

kembangkan dalam 4 indikator pembelajaran yaitu: (1) mengerti dan memahani pengertian

teknologi, (2) Mengidentifikasi jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang

digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa sekarang. 3) Mendiskripsikan jenis-

jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat

pada masa lalu dan masa sekarang. 4) Membandingkan jenis-jenis teknologi produksi,

komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa

sekarang.

Dalam kegiatan awal pembelajaran guru mengucapkan salam. siswa bersama guru

melakukan tanya jawab tentang kegiatannya mulai dari rumah sampai ke sekolah kemudian

guru menyampaikan materi yang akan dipelajarinya. Pada kegiatan inti siswa diminta untuk

mengamati macam-macam gambar teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan

transportasi yang digunakan pada masa lalu maupunpada masan sekarang. Setelah mengamati

gambar siswa membuat pertanyaan dari apa yang telah diamatinya. Secara klasikal siswa

dengan mengangkat tangan menyampaikan tugas yang telah dibuatnya. Kemudian siswa

membentuk 5 kelompok inti dalam satu kelompok tertidi 4 siswa dari 20 siswa. Salah satu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan untuk mengambil tugas dari guru.

Guru memberikan bimbingan tentang tugas yang telah diberikan dan langkah–langkah yang

harus diperhatikan oleh semua anggota kelompok. Kemudian salah satu perwakilan dari

kelompok yang mengambil tugas dari guru tadi membagikan tugas kepada anggota

kelompoknya. Selanjutnya semua anggota kelompok yang memiliki tugas yang sama dari tiap-

tiap kelompok berkumpul sesuai dengan tugas, yang selanjutnyan disebut dengan kelompok

ahli. Setelah selesai mengerjakan dikelompok ahli dengan waktu yang telah ditentukan siswa

kembali ke kelompok inti untuk menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahli. Masing-

masing anggota dari tiap kelompok mendengarkan hasil anggotanya dari diskusi di kelompok

alhi dan memberikan masukan atau tambahan jawaban atau perbaikan sebagai hasil diskusi

kelompok inti sesuai dengan rentang waktu yang telah diberikan. Masing-masing dari kelompok

mempresentasikan hasik kerja kelompoknya. Selanjutnya siswa mengerjakan lembar kerja siswa

secara individu. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa bwersama guru menyimpulkan materi

yang telah dipelajarinya.

Media yang digunakan pada metode model pembelajaran jigsaw berupa macam-macam

gambar alat produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu

maupun sekarang. Penggunaan media ini dipaparkan dalam kegiatan eksplorasi secara

demonstrasi.

Dalam pengembangan lembar kerja siswa ada 4 kegiatan yang dilakukan yaitu

mengidentifikasi jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan

masyarakat, mendiskripsikan jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang

di gunakan masyarakat dan membandingkan jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan

transportasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu maupun sekarang serta soal uraian yang

dikerjakan secara berkelompok.

Pelaksanaan Kegiatan

Page 88: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1135

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sesuai rencana yang telah dibuat.

Pertemuan pada siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 24 maret 2016, dengan materi

teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Pada pelaksanaan tndakan siklus I ini peneliti

bertindak sebagai guru dan dibantu oleh dua orang observer yaitu guru kelas VI dan guru dari

sekolah lain. Pada pertemuan ini peneliti menggunakan metode pembelajaran model jigsaw.

Pencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dilaksanakan dalam

pelaksanaan tindakan. Tahap pertama yang dilakukan oleh guru adalah mengucapkan salam,

memeriksa kehadiran siswa dan melakukan tanya jawab tentang apa yang dilakukan siswa dari

rumah sampai tiba di sekolah.

Guru: siapa tadi berangkat sekolah diantar oleh orang tua?

Siswa: saya bu.

Guru: diantar naik apa ?

Siswa: naik sepeda bu.

Berdasarkan dialog tersebut nampak bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal

tentang teknologi. Kegiatan dilanjutkan oleh guru dengan menyampaikan kompetensi yang

harus dicapai dalam pembelajaran dan manfaaat yang akan dilakukan.

Pada kegiatan inti siswa diminta untuk mengamati media pembelajaran berupa macam-

macam gambar teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan

pada masa lalu maupun pada masa sekarang. Setelah mengamati gambar siswa bersama guru

melakukan tanya jawab dan siswa diminta membuat pertanyaan dari apa yang telah diamatinya

secara tertulis. Setelah selesai secara klasikal siswa dengan mengangkat tangan menyampaikan

tugas yang telah dibuatnya dengan bergantian. Kemudian siswa membentuk 5 kelompok inti

dalam satu kelompok tertidi 4 siswa dari 20 siswa. Salah satu perwakilan dari masing-masing

kelompok maju ke depan untuk mengambil tugas dari guru. Guru memberikan bimbingan

tentang tugas yang telah diberikan dan langkah–langkah yang harus diperhatikan oleh semua

anggota kelompok. Kemudian salah satu perwakilan dari kelompok yang mengambil tugas dari

guru tadi membagikan tugas kepada anggota kelompoknya. Selanjutnya semua anggota

kelompok yang memiliki tugas yang sama dari tiap-tiap kelompok berkumpul dan mengerjakan

sesuai dengan tugasnya, yang selanjutnyan disebut dengan kelompok ahli dengan alokasi waktu

20 menit. Setelah selesai mengerjakan dikelompok ahli dengan waktu yang telah ditentukan

siswa kembali ke kelompok inti untuk menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahli.

Masing-masing anggota dari tiap kelompok mendengarkan hasil anggotanya dari diskusi di

kelompok alhi dan memberikan masukan atau tambahan jawaban atau perbaikan sebagai hasil

diskusi kelompok inti sesuai dengan rentang waktu yang telah diberikan. Masing-masing dari

kelompok mempresentasikan hasik kerja kelompoknya. Selanjutnya siswa mengerjakan lembar

kerja siswa secara individu. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa bwersama guru

menyimpulkan materi yang telah dipelajarinya.

Pengamatan

Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Berdasrkan hasil

pengamatan sselam pembelajaran, pada kegiatan awal siswa senang dan aktif untuk menjawab

pertanyaan tentang apa yang mereka amati. Pada kegiatan inti 50 % siswa kurang dalam bekerja

sama dengan kelompok (terlihat pada diskusi kelompok di kelompok ahli) sehingga terlihat

sseperti kerja individu dan hasil yang diharapkan kurang maksimal atau kurang memuaskan.

Hal ini dapat terlihat dalam hasil kerja siswa. Pada tahap akhir pembelajaran menunjukkan

bahwa hasil dari tiap-tiap kelompok kurang dalam mendiskripsikan jenis-jenis teknologi baik

teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta menyebutkan beragam barang disamping

kerja siswa secara individu. Sehingga dapat diperoleh hasil belajar 14 siswa ataun 70 %dari

Page 89: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1136

jumlah siswa keseluruhan 20 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas sejumlah 6 siswa atau

30 % dari jumlah siswa keseluruhan 20 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang

dilaksanakan sudah berhasil dengan baik. Nilai rata-rata siswa juga sudah mencapai diatas nilai

KKM yaitu 73,5. Namun karena masih ada 6 siswa yang belum tuntas, maka diadakan

perbaiakn pembelajaran pada silkus berikutnya.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, observer memberikan refleksi terhadap

pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh pada siklus I. Tahap refleksi dilakukan setelah praktik

pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Refleksi ini dilakukan melalui diskusi antar peneliti

dan mitra peneliti untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang ada pada praktik

pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti serta perbaikan pada siklus ke II. Pada hasil refleksi

siklus I ditemukan 6 siswa dari 20 siswa yang belum tuntas dalam pencapaian KKM yasng telah

ditentukan. Sehingga perlu diperbaiki melalui rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,

obnservasi dan refleksi.

Siklus II

Perencanaan

Perencanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi pada tahap siklus

I. Kegatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut. Peneiti menyiapkan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw. Matei yang

akan dipelajari oleh siswa adalah materi teknologi produksi, komunikasi dan transportasi

dengan Standar Kompetensi “2. Mengenal umber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan

teknologi dilingkungan kab/kota dan propinsi”, Kompetensi Dasar “2.3 Mengenal

perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman

menggunakannya”. Kemdian di kembangkan dalam 4 indikator pembelajaran yaitu: 1) Mengerti

dan memahani pengertian teknologi. 2) Mengidentifikasi jenis-jenis teknologi produksi,

komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa

sekarang. 3) Mendiskripsikan jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang

digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa sekarang. 4) Membandingkan jenis-

jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat

pada masa lalu dan masa sekarang.

Peneliti menyiapkan rangkuman materi tentang teknologi produksi, komunikasi dan

transportasi, kemudian menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu

berupa benda kongkrit dan gambar tentang macam-macam teknologi baik teknologi produksi,

komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu maupun sekarang.

Selanjutnya peneliti membuat lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan secara berkelompok

materi teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dengan metode

pembelajaran model jigsaw. Peneliti juga membuat tes akhir berkaitan dengan materi yang telah

dipelajari siswa.

Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sesuai rencana yang telah dibuat.

Pertemuan pada siklus II dilaksanakan pada hari kamis tanggal 14 april 2016, dengan materi

teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini peneliti

bertindak sebagai guru dan dibantu oleh seorang observer yaitu guru kelas VI. Pada pertemuan

ini peneliti menggunakan metode pembelajaran model jigsaw.

Pencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dilaksanakan dalam

pelaksanaan tindakan. Tahap pertama yang dilakukan oleh guru adalah mengucapkan salam,

memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan siswa agar siap belajar. Selanjutnya siswa dan

guru melakukan tanya jawab tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan

Page 90: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1137

transportasi yang ada di sekitar lingkungannya serta diajak untuk bernyanyi “ Naik kereta api”.

Guru juga menjelaskan kompetensi yang harus dicapai sisa dalam pembelajaran serta manfaat

pembelajaran yang akan dilakukan.

Pada kegiatan inti siswa diminta untuk mengamati media pembelajaran berupa benda

kongkrit dan gambar tentang macam-macam teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan

transportasi yang digunakan pada masa lalu maupun pada masa sekarang yang telah disediakan

oleh guru. Secara demonstrasi siswa bersama guru mendiskrisikan gambar yang telah

diamatinya dan selanjutnya mencoba untuk mendiskripsikan sendiri. Kemudian siswa

membentuk 5 kelompok inti dalam satu kelompok terdiri 4 siswa dari 20 siswa. Salah satu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk mengambil tugas dari guru.

Guru memberikan bimbingan tentang tugas yang telah diberikan dan langkah–langkah yang

harus diperhatikan oleh semua anggota kelompok. Kemudian salah satu perwakilan dari

kelompok yang mengambil tugas dari guru tadi membagikan tugas kepada anggota

kelompoknya. Selanjutnya semua anggota kelompok yang memiliki tugas yang sama dari tiap-

tiap kelompok berkumpul dan mengerjakan sesuai dengan tugasnya, yang selanjutnyan disebut

dengan kelompok ahli dengan alokasi waktu 20 menit. Setelah selesai mengerjakan dikelompok

ahli dengan waktu yang telah ditentukan siswa kembali ke kelompok inti untuk menyampaikan

hasil diskusinya di kelompok ahli. Masing-masing anggota dari tiap kelompok mendengarkan

hasil anggotanya dari diskusi di kelompok alhi dan memberikan masukan atau tambahan

jawaban atau perbaikan sebagai hasil diskusi kelompok inti sesuai dengan rentang waktu yang

telah diberikan. Masing-masing dari kelompok mempresentasikan hasik kerja kelompoknya.

Selanjutnya siswa mengerjakan lembar kerja siswa secara individu. Pada kegiatan akhir

pembelajaran siswa bwersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajarinya.

Pengamatan

Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil

pengamatan selama pembelajaran, pada kegiatan awal siswa senang, aktif dan bersemangat

melalui kegiatan bernyanyi sebagai awal pembelajaran. Pada kegiatan inti siswa mengamati

benda yang telah disediakan guru dan melakukan tanya jawab. Dalam kegiatan ini siswa aktif

dalam menjawab pertanyaan guru terutama ditekankan dalam mendiskripsikan benda tentang

teknologi. Selanjutnya siswa aktif dalam berdiskusi dengan kelompok dan mempresentasikan

hasil kerja kelompoknya. Selanjutnya siswa melaksanakan post tes.

Pada tahap akhir pembelajaran menunjukkan bahwa hasil dari tiap-tiap kelompok

sudah baik terutama dalam mendiskripsikan jenis-jenis teknologi baik teknologi produksi,

komunikasi dan transportasi serta menyebutkan beragam barang maupun hasil tes tulis siswa

secara individu. Sehingga dapat diperoleh hasil belajar 18 siswa ataun 90 % dari jumlah siswa

keseluruhan 20 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas sejumlah 2 siswa atau 10 % dari

jumlah siswa keseluruhan 20 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang

dilaksanakan sudah berhasil dengan baik. Nilai rata-rata siswa juga sudah mencapai diatas nilai

KKM yaitu 7,7. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan

model pembelajaran jigsaw sudah berhasil dengan baik.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, observer memberikan refleksi terhadap

pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh pada siklus II. Tahap refleksi dilakukan setelah

praktik pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Pada hasil refleksi siklus II tingkat

keberhasilan siswa sudah mencapai nilai rata-rata diatas nilai KKM yaitu 7,7dari KKM yang

telah ditentukan. Sehingga tidak perlu melaksaan siklus berikutnya.

Page 91: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1138

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan dikelas IV SDN SISIR 01 Batu

dalam pelajaran IPS melalui model pembelajaran Jigsaw menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan model jigsaw berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini

dapat dilihat dari hasil pencapaian nilai pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 24 maret

2016 dan siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 14 april 2016. Materi pada siklus ini

meliputi: Standar Kompetensi “2. Mengenal umber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan

teknologi dilingkungan kab/kota dan propinsi”, Kompetensi Dasar “2.3 Mengenal

perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman

menggunakannya”. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi pada tahap

pra tindakan, siklus I, dan siklus II yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang telah dibuat.

Pada siklus I persentase nilai rata-rata 73,5 % dengan ketuntasan belajar sebesar 70 %

atau 14 siswa dari 20 siswa dinyatakan tuntas belajar. Pembelajaran pada siklus I ini belum

mencapai ketuntasan maksimum karena masih ada 30 % atau 6 siswa dari 20 siswa ysng belum

tuntas terutama dalam pemahaman mendiskripsikan benda yang berkaitan dengan materi. Pada

siklus II persentase ketuntasn belajar siswa mengalami peningkatan 20 %, yang semula 70 %

menjasdi 90 %. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran pada siklus II sudah mencapai

ketuntasan. Peningkatan tersebut menunjukkan adanya perubahan sikap siswa dalam

bekerjasama, berkomunikasi dalam pemecahan masalah dan menghargai pendapat teman. Siswa

yang semula bersikap individu dan pasif dapat bersikap lebih aktif dan mau bekerjasama dengan

anggota kelompoknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran

jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasrkan hasil penelitian dan analisis data tang telah dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut : 1) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dikelas. 2) model pembelajaran

jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan

belajar dalam setiap siklus yaitu pada siklus I nilai rata-rata 73,5 % dengan ketuntasan belajar

sebesar 70 % atau 14 siswa dari 20 siswa dan Pada siklus II nilai rata-rata 7,7 % dengan

ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan 20 %, yang semula 70 % menjasdi 90 %. 3)

Siswa lebih tertarik dan senang dalam belajar.

Saran

Berdasrkan kesimpulan diatas maka dikemukakan saran sebagai berikut : 1) Guru

hendaknya menerapkan model pembelajaran jigsaw ini untuk materi pelajaran yang lain agar

siswa senang dalam mengikuti pembelajaran. 2) guru hendaknya juga menciptakan

pembelajaran yang inovatif dengan model pembelajaran jigsaw ini agar hasil belajar dapat

meningkat. 3) Guru dalam menggunakan model pembelajran ini perlu meningkatkan

penggunaan media agar siswa senang dalam belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Ketut Sukardi, Dewa. 1983:51.Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi

Prestasi Belajar. (online) https: //azharm2k.wordpress. com /2012/05/09. Diakses

tanggal 26 maret 2016.

Page 92: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1139

Prakosa, 1991. Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Prestasi Belajar.

(online) https: //azharm2k.wordpress. com /2012/05/09. Diakses tanggal 26 maret

2016.

Soenoro, 1982:30. Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Prestasi

Belajar. (online) https: //azharm2k.wordpress.com /2012/05/09. Diakses tanggal 26

maret 2016.

Sudrajat, 2008:1. Pengertian dan Langkah-Langkah amodel Pembelajran Jigsaw. (online)

https: //www.infoduniapendidikan.com /2015/06. Diakses tanggal 26 maret 2016.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learnibng: Teori dan Aplikasi Konsep.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Tirtonegoro, Sutratinah. 1984:4. Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi

Prestasi Belajar. (online) https: //azharm2k.wordpress. com /2012/05/09. Diakses

tanggal 26 maret 2016.

Page 93: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1140

PENERAPAN PEMBELAJARAN COORPERATIVE MODEL COURSE

REVIEW HORREY UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR JASA

PARA PAHLAWAN SISWA KELAS V SDN SUMBEREJO 01 BATU

Rustyalusi

SD Negeri Sumberejo 03 Batu

Absrtrak: Ditemukan permasalahan bahwa guru kelas V SDN Sumberejo 01 Batu

mengalami banyak kesulitan ketika harus mengembangkan dan mempraktikkan

penerapan pembelajaran cooperative course review horrey tentang belajar jasa para

pahlawan . Kesulitan tersebut berdampak pada kebiasaan praktik pembelajaran yang

terpusat pada guru dan kurang dibiasakan pembelajaran cooperative model course

review horrey dengan benar. Sehingga kualitas pembelajaran hasilnya rendah

,pemahaman konsep cooperative model course review horrey juga tidak

paham.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses penerapan

pembelajaran cooperative model course review horrey dan meningkatkan pemahaman

siswa kelasVSDN Sumberejo 01Batu tentang konsep belajar jasa para pahlawan .

Penelitian ini menggunakan rancanagan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dua

siklus , dengan latar kelas V SDN Sumberejo 01 Batu . Hasinya , penerapan

pembelajaran cooperative model course review horrey belajar jasa para pahlawan dalam

penelitian ini dapat meningkatkan kualitas proses penerapan pembelajaran cooperative

course review horrey dan pemahaman siswa tentang konsep belajar jasa para pahlawan .

Proses pembelajaran menjadi terpusat pada siswa, siswa menjadi aktif, kreatif , dan

dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan . Diharapkan bagi guru - guru kelas

V hendaknya meningkatkan kualitas penerapan pembelajaran cooperative course review

horrey dan meningkatkan pemahaman siswa kelasV tentang konsep belajar jasa para

pahlawan dengan penerapan pembelajaran cooperative course review horrey belajar jasa

para pahlawan seperti yang diterapkan pada penelitian ini .

Kata Kunci: Pembelajaran Cooperative, Jasa Para Pahlawan, Kualitas Pembelajaran

di SD.

Menurut Moeljono Cokrodikardjo, IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan

interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni

Sosiologi, Antropologi, Budaya, Psikologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik dan

Ekologi Manusia yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang

disederhanakan agar mudah dipelajari.

Kurangnya mutu pembelajaran di negeri ini membuat keprihatinan dan kegalauan

tersendiri bagi perkembangan kualitas generasi penerus . Lesunya tingkat berpikir siswa itu guru

dituntut untuk merancang dan melakukan program pengalaman belajar dengan tepat agar siswa

memdapat pengetahuan secara penuh sehingga pembelajatran ini berguna bagi siswa . Berguna

dalam arti siswa dapat memahami konsep - konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman

langsung , nyata , dan fungsional bagi kehidupan mereka . Sekolah Dasar memiliki fungsi

sangat foundamental dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas .Karena SD

merupakan fundasi pendidikan pada jenjang berikutnya . Oleh karena itu , pendidikan SD

hendaknya dilakukan dengan cara yang benar agar mampu memnjadi landasan yang kuat untuk

jenjang pendidikan berikutnya . (Sutama , 2006 ) .

Masalah pembelajaran IPS kurang berkembang adalah penyampaian materi yang

dilakukan guru masih berorientasi pada buku teks mengutamakan aspek kognitif , situasi

pembelajaran terkesan sangat formal , kurang mengaktifkan , kurang menyenangkan siswa . Hal

Page 94: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1141

tersebut didukung oleh penelitian Akbar ( 2003 ) bahwa kebiasan guru yang texbook oriented

ini telah berjalan puluhan tahun ,dan dinyatakan bahwa “ kurikulum sama buku teks “ , sehingga

guru mengalami kesulitan ketika harus mengajar dan hanya diberi standar kompetensi dasar saja

tanpa ada ketersediaan buku teks . Jadi , ketergantungan guru dengan buku teks masih sangat

tinggi .

Permasalaan yang muncul di kelas 5 SDN Sumberejo 01 Batu adalah kurangnya

pengembangan wawasan dan kemampuan guru dalam pengelolaan sarana dan prasarana yang

ada untuk pembelajaran dan pemahaman konsep lingkungan ,. Pemanfaatan potensi lingkungan

sekitar untuk pembelajaran dan pemahaman konsep lingkungan masih kurang . Demikian pula

dalam pemanfaatan media . Guru kelas 5 SDN Sumberejo Batu dalammengajar masih

cenderung menggunakan media gambar , buku pelajaran , lembar kerja siswa (LKS ).

Kemampuan pengembangan media oleh guru juga masih sangat rendah . Pola interaksi yang

terjadi dalam praktik pembelajaran kurang dapat mengaktifkan dan kurang menarik bagi siswa

sehingga siswa kurang berkonsentrasi dan kurang memahami materi yang disampaikan oleh

guru .

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa siswa SDN

Sumberejo 01 Batu sebagian besar menyatakan kurang berminat terhadap pelajaran IPS

sehingga menyebabkan nilai belajar IPS diperoleh rendah., rata-rata hasil belajar IPS siswa SDN

Sumberejo 01 Batu tahun ajaran lalu kelas V adalah rata - ratanya mendapat 53 .. Hasil ini

tergolong rendah karena masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan

oleh sekolah yaitu 65. Untuk itu peneliti melakukan observasi di kelas V untuk mengetahui

penyebab rendahnya hasil belajar IPS siswa . Penelitian ini di lakukan di SDN Sumberejo 01

Batu bertujuan untuk mengatasi masalah - masalah tersebut maka menerapkan pembelajaran

CRH yang konstruktis , mengaktifkan siswa menjadi siswa yang kreatif , aktiv , dan

menyenangkan , dan siswa agar mencapai KKM yang diharapkan ..

METODE

Penelitihan ini menggunakan rancangan penelihan tindakan kelas ( PTK ) . Dipandang

tepat karena materi diangkat dalam penelitian ini adalah masaalah yang terjadi di kelas V

Sumberejo 01Batu . Dalam proses tindakan yang dilakukan penelitian ini berupaya agar

masalah yang terjadi dapat teratasi , sekaligus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan

pemahaman konsep belajar IPS .

Dalam penelitian tindakan kelas , yang menjadi salah satu karateritas adalah penelitihan

dilakukan secara bersiklus . Setiap siklus terdiri atas perencanaan , tindakakan , observasi dan

merefleksi . Hasil refleksi digunakan sebagai dasar untuk perbaikan proses dan hasil

pembelajarann pada siklus berikutnya . Dalam penelitian ini penitian dilakukan dalam dua

siklus .

Tahap perencanan , dimulai pada saat penyusunan proposal. Bersama dengan

kolaborator , peneliti memulai dengan kulaborator, melakukan identifikasi masalah - masalha

pembelajaran di kelas V SDN Sumberejo 01 Batu . Peneliti melakukan observasi kelas dan

kemudian melakukan diskusi dengan rekan kerja yaitu pengajar yang lain untuk menemukan

permasalahan tersebut yang dianggap paling mendesak untuk segera diatasi dengan cara melalui

penelitian tindakan kelas ini.

Setelah teridentifikasi masalahnya , peneliti dengan kolaborator menyusun perangkat

pembelajran CRH berbasis kurikulum BSNP 2006 . Perangkat pembelajaran CRH yang disusun

antara lain pengembangan silabus untuk pembelajaran CRH belajar IPS , menyusun satuan

kegiatan mingguan , menyusun rencana pembelajaran CRH , menyusun dalam bentuk Satuan

Page 95: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1142

Kegiatan Pembelajaran harian , mengembangkan media pembelajaran , menyusun instrumen

penilaian pembelajaran CRH dan melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan .

Adapun peran kolaborasi melalui peneliti melakukan koordinasi dengan kolaburator

untuk membuat persiapan penelitian . Kerjasama secara kolaboratif dilakukan mulai dari

mengidentifikasi masalah , identifikasi kompetensi yang ada pada kurikulum BNSP 2006 ,

merancang silabus , mengembangkan instrumen penilaian , dan merancang penatan latar kelas .

Seluruhnya kegiatan dilakukan secara bersama - sama pada tahap perencanaan tindakan .

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini guru kelas V SDN Sumberejo 01 Batu mulai

menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembeljaran ( RPP ) CRH dlaam praktik di kelas . Praktik

pembelajaran ini dilakukan yang tahapannya sesuai dengan yang direncanakan dalam RPP ,

yaitu pembelajaran CRH dengan belajar IPS ..

Pada Tahap observasi peneliti ikut masuk kelas untuk mengamati jalannya proses

pembelajaran , mencatat gejala - gejala yang tampak dalam proses pembelajaran , merekam

jalannya proses pembelajaran , dan akibat - akibat yang tampak dalam proses pembelajaran .

Fokus dalam pengamatan adalah persiapan yang dilakukan guru , penerapan persiapan ,

penggunaan sumber belajar , penghargaan guru kepada siswa , proses penilaian , , latar kelas,

interaksi sosial kepada teman dalam pembelajaran , aktivitas siswa , kreatifitas siswa , rasa

senang siswa , dan pencapaian kemampuan siswa.

Pengalaman empirik dalam praktik pembelajaran yang terjadi pada siklus 1 yang

dilakukan guru sebagai dasar refleksi . Seperti kualitas RPP dibuat , langkah - langkah

pembelajaran , ssiuasi pembelajaran , aktivitas - aktivitas siswa , efektivitas pencapaian tujuan

pembelajaran , rasa senang siswa yang tampak , dan penilaian . Semuanya itu menjadi bahan

refleksi untuk memeperoleh gagasan - gagasan perbaikan praktik pembelajaran pada siklus

berikutnya . Hasil refleksi pada siklus 1 diperbaiki melalui rencana aksi pada siklus 11 dan

seterusnya .

Latar penelitian ini adalah siswa SDN Sumberejo 01 Batu. Sedangkan yang menjadi

subjek penelitian ini adalah siswa - siswa kelas 5 di SDN Sumberejo 01 Batu sebanyak 32 siswa

. Pengumpulan data dilakukan tehnik observasi , wawancara , dokumentasi , dan tes . Dalam

pengumpulan data , penelitian ini menggunakan instrumen yang berupa : Lembar Kegiatan

Siswa ( LKS ) , lembar ujian kompetensi : Yakni dengan tes , kuesioner , rubrik , penyekoran tes

essay , lembar observasi siswa , format penilaian , format penilaian hasil karya , dan penilaian

kerja kelompok .

Analisis data dilakukan secara deskriptif baik secara kualitas maupun kualitatif .

Analisiss dta secara kualitatif mengikuti prosedur analisis data secara kualitatif . Sebagaimana

dikemukakan Tantra ( 2005 ) bahwa analisis data dalam penelitian tindakan kelas dilakukan

dengan tahap - tahap : reduksi data , paparan data , dan penyimpulan hasil analisis .Reduksi data

adalah proses penyerhanaan data yang dilakukan melalui proses seleksi , pengelompokan , dan

pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi yang bermakna . Paparan data mere

pakan upaya menampilkan data secara mudah dipahami dalam bentuk narasi,grafik, atau bentuk

lainnya . Penyimpulan merupakan intisari sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk

pernyataan atau yang singkat , padat , dan bermakna .

Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas V SDN

Sumberejo 01 Batu yang dilakukan pada hari Jumat tanggal ..... diperoleh bahawa : ( a ) Guru

masih mendominasi pelaksanaan pembelajaran . Pada sat pembelajaran IPS berlangsung Guru

menerangkan materi dengan rinci sesuai dengan materi yang terdapat di buku paket siswa ,

kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal yang terdapat pada buku paket .

Guru juga meminta siswa mengerjakan latihan soal di buku paket sebagai pekerjaan rumah .

Jika siswa mengalami kesulitan , maka akan dibahas pada pertemuan berikutnya . ( b ) Sebagian

Page 96: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1143

besar siswa tidak aktif mengikuti pelajaran . Hanya beberapa siswa saja yang memeberi respon

terhadap penjelasan guru . Beberapa siswa juga terlihat mengerjakan yang lain sepserti bergurau

dengan temannya atau mengerjakan tugas yang tidak berkaitan dengan pembelajaran IPS . ( c )

Bedasarkan data nilai ulangan IPS kelas V diperoleh hanya sekitar 21, 25 % yaitu 10 siswa dari

32 siswa yang memenuhi Standart Ketuntasan Minimal ( SKM ) yang ditentukan sekolah yaitu

65 dari rentang 0 - 100 , ( d ) pada saat kegiatan pembelajaran IPS berlangsung sekitar 30 % dari

32 siswa yang aktif . Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar

siswa rendah . Oleh karena itu , dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat mengatasi

permasalahn tersebut . Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan

menerapkan Course Review Horre

Pembelajaran Course ReviewHorrey menurut Dwitantra (2010) model pembelajaran

Course Review Horay adalah Suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman

menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu

mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Sedangkan menurut Imran Model

pembelajaran Course Review Horey merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian

pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang

paling dulu mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung berteriak

horey. Berbekal dari pengertian para ahli diatas bahwa model pembelajaran Course Review

Horay (CRH) adalah suatu model atau disain pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa

dengan menggunakan strategi games yang mana jika siswa mampu menjawab benar maka siswa

akan berteriak ''horey''.

Model Course Review Horay (CRH) juga merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam

berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan

kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu siswa untuk mengingat konsep yang

dipelajari secara mudah. Model pembelajaran CRH ini juga merupakan suatau model

pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam kelas

dengan lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model

pembelajarn CRH ini, apabila siswa dapat menjawab secara benar maka siswa tersebut

diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh

kelompok maupun individu siswa itu sendiri.

Model pembelajaran CRH juga merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian

pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak

yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau

tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus berteriak „horay‟ atau menyanyikan yel-yel

kelompoknya. Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) tidak

hanya menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi akademik. Course Review Horay

sebagai salah satu proses learning to know, learning to do, learning to be and learning to live

together untuk mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik.

Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam

menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil (Natalia Ernawati : 2009).Model

Pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan

suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab

benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak „horey!‟ atau yel-yel lainnya yang disukai.

Model pembelajaran CRH ini merupakan suatau model pembelajaran yang dapat digunakan

guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan,

sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajarn CRH ini, apabila siswa

dapat menjawab secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata “ horey ”

Page 97: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1144

ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu

sendiri. Model pembelajaran CRH juga merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian

pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak

yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau

tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus berteriak „horay‟ atau menyanyikan yel-yel

kelompoknya. Dalam pelaksanaan model pembelajaran CRH ini pengujian pemahaman siswa

dengan mengguanakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan jawabannya. Dan siswa yang

lebih dulu mendapatkan tanda atau jawaban yang benar harus langsung menyoraki kata-kata

“horay” atau menyoraki yel-yelnya. Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat

dikaji secara terarah maka seiring dengan perkembangan dunia pendidikan model pembelajaran

CRH menjadi salah satu alternativ seabagai model pembelajaran yang mengarah pada

pemahaman konsep. Model pembelajaran CRH merupakan salah satu pembelajaran kooperatif

yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-

kelompok kecil. Model pembelajaran CRH yang dilaksanakan merupakan suatu pembelajaran

dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi

dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu

mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya.

Melalui pembelajaran CRH diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan

masalah dalam pembentukkan kelompok kecil langkah - langkahnya sebagai berikut : ( a) guru

menyampaikan kompetensi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai , ( b ) Guru menjelaskan

materi pelajaran , ( c ) guru memberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pembahasan

materi yang belum jelas , ( d ) guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan

jawabannya di dalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung

didiskusikan . Kalau benar memberi tanda check list ( V ) kalau salah memberi tanda ( X ) .

Bagi kelompok yang bisa menjawab benar dan membentuk garis vertikal atau horisontal pada

kotak yang dibuat maka berteriak “ horay “ atau menyanyikan yel - yelnya , ( e ) nilai siswa

dihitung dari jawaban jumlah horay yang diperoleh , ( f ) penutup , siswa menunjukkan sikap

untuk memelihara kekompakan kelompok dan berusaha berperan serta untuk mencapai tujuan

kelompok .

PEMBAHASAN

Pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan Course Reuview Horrey untuk

meningkatkan aktivitas , kreatifitas , pemahaman , rasa senang , dan hasil belajarnya siswa kelas

V SDN Sumberejo 01 Batu pada materi belajar jasa para pahlawan . Kegiatan pembelajaran

dilakukan dsebagai berikut: (1). Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, (2).

Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang

diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel, (3).

Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, (4). Menuliskan

penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan (5). Saling merevisi dan mengedit

pekerjaan/ penyelesaian . Langkah pertama dari course review horrey adalah menghadirkan

masalah kontekstual. Pada tahap ini yang dilakukan oleh guru adalah memberikan masalah

kontekstual yang dikemas didalam LKS yang dapat diamati oleh siswa. LKS diberikan secara

individual dan dikerjakan secara berkelompok dengan anggota 4-5 orang. Masalah kontekstual

yang diberikan berupa soal cerita yang berkaitan dengan materi pembelajaran atau berupa media

yang dapat diamati secara langsung oleh siswa. Setelah siswa melakukan pengamatan guru

memancing siswa untuk memberikan respon terhadap masalah kontekstual yang disajikan.

Respon yang diharapkan adalah berupa pertanyaan ataupun ide untuk menyelesaikan masalah

kontekstual tersebut. Pada siklus I siswa masih mengalami kesulitan untuk mengungkapkan

Page 98: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1145

pertanyaan maupun ide yang berkaitan dengan masalah kontekstual yang telah diberikan oleh

guru. Oleh karena itu, guru harus memberikan petunjuk maupun contoh pertanyaan kemudian

meminta siswa untuk membuat pertanyaan lain.

Langkah kedua menyelesaikan masalah kontekstual. Pada tahap ini siswa mencoba

menyelesaikan masalah kontekstual yang telah diberikan dengan menggunakan petunjuk yang

terdapat di LKS yang dapat membimbing siswa untuk mendapatkan penyelesaian yang benar

dari masalah kontekstual yang telah disajikan. Yang dilakukan oleh guru pada tahap ini adalah

berkeliling kelas dan memantau kerja kelompok yang dilakukan oleh siswa serta memfasilitasi

siswa yang bertanya terkait dengan pengerjaan LKS. Pada siklus I, siswa banyak bertanya

sebelum membaca LKS terlebih dahulu. Sehingga guru perlu menekankan kepada siswa untuk

terlebih dahulu membaca sebelum bertanya.

Langkah ketiga mendiskusikan selesaian masalah kontekstual. Pada tahap ini siswa

melakukan diskusi secara klasikal mengenai selesaian dari masalah kontekstual yang

sebelumnya telah dilakukan. Diskusi dilakukan dengan arahan dari guru sehingga dapat dicapai

kesimpulan yang benar. Pada saat diskusi berlangsung salah satu kelompok diminta untuk

membacakan hasilnya sedangkan kelompok yang lain memberikan tanggapan atau pertanyaan

terhadap kelompok yang sedang presentasi. Guru bertugas untuk mengarahkan dan memotivasi

siswa yang kurang aktif dalam mengikuti jalannya diskusi untuk mewakili kelompok dalam

memberikan tanggapan.

Langkah terakhir, siswa memberikan kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan

disertai dengan penguatan dari guru. Guru juga memberikan beberapa contoh soal yang dapat

dikerjakan oleh siswa untuk memperkuat pemahaman siswa.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari 5x pertemuan.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I diperoleh rata-rata skor 43,75 yang

dapat dikategorikan “baik” sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata skor 49 yang dapat

dikategorikan “sangat baik”. Penilaian aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan 16% dari

seluruh siswa yang melakukan aktivitas dengan kategori minimal “baik” dan meningkat pada

siklus II yaitu 81% dari seluruh siswa yang melakukan aktivitas dengan kategori minimal

“baik”. Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan 61% dari seluruh siswa yang

mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 dan meningkat pada siklus II yaitu 81% dari

seluruh siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65. Berdasarkan hasil yang

telah diperoleh oleh peneliti pada siklus II maka penelitian tidak dilanjutkan ke siklus

selanjutnya. Hal ini dikarenakan hasil data yang diperoleh telah sesuai dengan kriteria

keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti.

HASIL PENILAIAN AKTIVITAS SISWA

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat dalam kegiatan siklus I dan II tentang

keaktifan siswa sebagai berikut: sebagian besar siswa menunjukkan keaktifannya dalam proses

pembelajaran, siklus I tercatat 74 % dari jumlah siswa dan siklus II tercatat 95 % dari jumlah

siswa menunjukkan keaktifannya dalam pengikuti proses pembelajaran

HASIL TES AKHIR SIKLUS

Hasil tes akhir siklus I menunjukkan, dari 32 siswa yang mengikuti tes ada 19 orang

dengan presentase 61% yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 dan 13 orang

mendapatkan nilai kurang dari 65. Hasil tersebut meningkat pada siklus II dimana dari 32 siswa

yang mengikuti tes ada 25 orang dengan presentase 81% yang mendapatkan nilai lebih dari atau

sama dengan 65 dan 7 orang mendapatkan nilai kurang dari 65 .

Page 99: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Course

Review Horrey dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Sumberejo

01 Batu.

DAFTAR RUJUKAN

Akbar, Sa‟dun. 2009. Penelitian Tindakan Kelas: Yogyakarta: Cipta Media Aksara.

Akbar, Sa‟dun. 2009. Prosedur penyusunan laporan dan artikel hasil penelitian tindakan kelas.

Yogyakarta: Cipta Media Aksara.

Cokrodikardjo, Moeljono, http://hendriansdiamond.blogspot.co.id/2012/ 04/penge rtian- ips-

terpadu.html/ diunduh tgl. 22 April 2016

Hidayati. 2008. Penggunaan media dalam proses pembelajaran. Jakarta: Derektorat Jenderal

Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Widodo, Rachmad, https://wyw1d.wordpress.com/2009/11/10/model- pembelajar an-20-

course-review-horay/ diunduh tgl 22 April 2016

Page 100: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1147

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TSTS UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMBERIKAN CONTOH

SEDERHANA PENGARUH GLOBALISASI DI LINGKUNGANNYA

SISWA KELAS IV SDN SUMBEREJO 02 BATU

Etik Nuryanti

SDN Sumberejo 02 Batu

[email protected]

Abstrak: Pembelajaran PKn di kelas IV SDN Sumberejo 02, Batu terpusat pada guru,

sehingga menyebabkan hasil belajarnya rendah. Tercatat 9 dari 20 siswa mendapatkan

nilai di atas KKM yaitu 70,00. Untuk meningkatkan hasil belajar maka dilakukan

penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif TSTS. Hasil

penelitian menunjukkan pada siklus I terdapat 12 siswa mendapatkan nilai di atas

KKM, nilai rata-rata kelas 67,25. Pada siklus II terdapat 16 siswa yang mendapat nilai

di atas KKM dengan nilai rata-rata kelas 79,00. Penelitian ini berkesimpulan bahwa

penerapan model kooperatif TSTS dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

PKn siswa kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu.

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Model Two Stay Two Stray, Hasil Belajar

Setiap pemerintah berkepentingan mengajarkan pandangan hidup kepada generasi

selanjutnya agar mereka dapat meneruskan cita-cita para pendiri bangsa. Generasi tersebut

memerlukan bekal tidak hanya ilmu pengetahuan saja, pembinaan karakter juga perlu

ditanamkan dengan baik. Selain karakter moral, spiritual, juga perlu ditanamkan karakter

kebangsaan. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia. Karenanya Pancasila menjadi

wajib diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dengan harapan

generasi penerus bangsa ini memiliki karakter kebangsaan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur

Pancasila. Dalam kurikulum KTSP nilai kebangsaan ini ditanamkan melalui mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar

agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama-sama di masyarakat baik

sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun sebagai warga negara. Pendidikan

Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) (http://dodisupandiblog-

blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html) adalah mata pelajaran

yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi Warga Negara Indonesia yang cerdas,

terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Lebih

lanjut Sumantri (2010)(http://dodisupandiblog-blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan-

kewarganegaraan.html) mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha

untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan

dengan hubungan antar negara dan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar

menjadi warga negara yang dapat diandalkan bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Seorang guru merupakan elemen yang sangat strategis dalam sebuah sistem

pendidikan sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan, karena seorang guru merupakan

perencana dan pelaksana kurikulum di kelasnya. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan harus

didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh

Page 101: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1148

guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar

siswa.

Suparlan,(2006: 52-55), mengemukakan ada tujuh kaidah dalam proses pembelajaran

dan pengajaran yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu: a.Opportunity to Learn (Kesempatan

untuk Belajar dan Melakukan Sendiri), b. Connection and Challenge (Kaitan dan Tantangan),

c. Action and Reflection ( Melakukan sendiri dan Menghayati sendiri), d. Motivation and

Purpose (Motivasi dan Tujuan), e. Inclusivity and Difference (Inklusifitas dan Perbedaan), f.

Autonomy and Collaboration (Otonomi dan Kolabarasi), g. Supportive Environment (

lingkungan yang mendukung).

Terkait dengan tujuh kaidah proses pembelajaran dan pengajaran di atas, dari observasi

awal kegiatan pembelajaran mata pelajaran PKn di kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu,

menunjukkan adanya beberapa masalah yang terjadi di kelas. Masalah-masalah yang timbul

tersebut antara lain: 1) guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dan

melakukan sendiri karena kurangnya wawasan guru tentang cara memilih metode atau model

pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, 2) guru tidak

mengkaitkan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh

siswa, karena guru tidak melakukan kegiatan apersepsi, 3)guru tidak menyampaikan tujuandari

materi yang diajarkan dan relevansinya bagi kehidupan, 4) kurangnya interaksi antara siswa

dengan siswa lainnya dan antara siswa dengan guru, karena guru hanya menggunakan metode

ceramah, 5) siswa bosan atau tidak berminat mengikuti pelajaran sehingga timbul tindakan-

tindakan yang tidak bermanfaat seperti: asyik bermain-main peralatan menulis, menggambar,

mengobrol dengan temannya.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan, pokok permasalahan dari mata pelajaran PKn di

kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu adalah belum tercipta iklim pembelajaran yang kondusif.

Siswa tidak dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran karena metode yang digunakan guru tidak

bervariatif hanya ceramah saja dan penjelasan yang disampaikan guru masih bersifat abstrak

sehingga siswa kurang berminat pada mata pelajaran PKn. Hal tersebut menyebabkan

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran PKn kurang dan berakibat pada hasil belajar siswa

yang rendah.

Observasi awal tentang hasil belajar diperoleh informasi bahwa penguasaan mata

pelajaran PKn menunjukkan masih sangat rendah. Hasil belajar mata pelajaran PKn di kelas IV

SDN Sumberejo 02, Batu, materi Memberikan Contoh Sederhana Pengaruh Globalisasi di

Lingkungannya belum tuntas karena banyak siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM). Dari 20 siswa terdapat 11 siswa ( 55%) yang belum tuntas belajar, 9 siswa (45%) yang

tuntas belajar, dengan nilai rata-rata kelas untuk materi tersebut adalah 60,00. Indikasi

pembelajaran berhasil apabila terdapat 75 % telah tuntas belajar

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan

tersebut maka alternatif yang dipilih adalah menggunakan salah satu model pembelajaran

kooperatif yaitu model Two Stay Two Stay (TSTS) “Dua tinggal dua tamu”.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan

(1992)(http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipetwo.html).Model

pembelajaran tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan satu

kelompoknya ataupun dengan teman kelompok lain, berinteraksi sosial dengan membagikan

ide, mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dari hasil interaksinya tersebut (Lie, 2008).

Melalui model pembelajaran ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadi dan

kelompoknya serta saling keterkaitan dengan teman-teman sekelompoknya. Struktur TSTS yaitu

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok

membagi hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan

Page 102: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1149

belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan

tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar

sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS bisa memberikan sedikit gambaran pada

siswa mengenai kenyataan kehidupan dimasyarakat, yaitu dalam hidup bermasyarakat

diperlukan hubungan ketergantungan dan interaksi sosial antara individu dengan individu lain

dan antar individu dengan kelompok.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif,

baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi

yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran TSTS ini

karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat

bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat

proses belajar mengajar.

Dalam pembagian kelompok pembentukannya dilakukan secara permanen yang

memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan dengan anggota kelompok lain. Biasanya

pembentukan kelompok dilakukan sebanya 4 orang satu kelompok, sesuai dengan pendapat Lie

(2008) bahwa membentuk kelompok berempat memiliki kelebihan yaitu kelompok mudah

dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih banyak tugas yang bisa

dikerjakan dan guru lebih mudah memonitor. Sedangkan kekurangan kelompok berempat

adalah lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, jumlah genap

menyulitkan proses pengambilan suara dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan.

Penelitian penerapan model pembelajaran TSTS pernah dilakukan oleh Syamsiah dan

Gunansyah (2014) menemukakan sebagai berikut: 1) hasil rata-rata presentase aktivitas guru

berdasarkan pada masing-masing siklus pembelajaran dapat disimpilkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay teo stray

mengalami peningkatan, 2) hasil rata-rata prosentase aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray mengalami

peningkatan, 3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay teo stray dalam

pembelajaran IPS meningkatkan hasil belajar siswa, 4) diterapkannya model pembelajaran

kooperatif tipe two stay two stray tersebut membuat siswa semakin tertarik dan tidak

mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPS.

Penelitian kedua oleh Pangeribuan, Sabri dan Witara ( 2013 ), menemukan penenerapan

model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri II

Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. Pada siklus I rata-rata siswa sebesar 53,58 sedangkan

pada siklus II menjadi 76,41

Penelitian ketiga oleh Mariyam, Sumardi, dan Sukmanasa ( 2012 ), menunjukkan

bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus pertama memperoleh nilai 67,67 dengan

presentase 73,33% sedangkan siklus kedua memperoleh nilai 78,67 dengan presentase 100%

begitu pula dengan hasil observasi perilaku siswa menunjukkan adanya peningkatan pada

keaktifan dan kerjasama dengan memperoleh nilai pada siklus pertama yaitu 50,54 dengan

siklus kedua memperoleh nilai 70,24. Penelitian ini berkesimpulan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif TSTS dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu

pengetahuan alam pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Babakan Asem Bogor. Selain

itu, penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran

di kelas serta meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran.

Penelitian yang dilaksanakan peneliti pada kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu ini bertujuan

untuk meningkatkan hasil belajar mata pejaran PKn Kompetensi Dasar memberikan contoh

Page 103: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1150

sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dibantu 2 orang obsever

dan didampingi oleh seorang expert. Subyek yang dikenai perlakuan tindakan pada penelitian

ini adalah siswa kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu yang berjumlah 20 siswa, terdiri atas 8 siswa

laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sumberejo

02 Batu untuk mata pelajaran PKN dengan KD “memberikan contoh sederhana pengaruh

globalisasi di lingkungannya. Alasan dipilihanya sekolah ini sebagai lokasi penelitian karena

ditemukannya permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa kelas IV SDN

Sumberejo 02 Batu serta tempat dimana peneliti mengajar. Selain itu adanya keinginan dan

kebutuhan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Tiap-tiap

siklus meliputi tahap-tahap penelitian sebagai berikut: 1) Perencanaan dalam tahapan ini peneliti

mempersiapkan rencana perencanaan pembelajaran, bahan ajar, metode dan strategi

pembelajaran, teknik dan instrumen observasi serta evaluasi, 2) Pelaksanaan, tahapan ini

berlangsung di kelas sebagai realisasi dari yang telah direncanakan pada tahap perencanaan, 3)

Pengamatan, tahapan ini berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan

rencana dan mengetahui seberapa jauh pelaksanaan mencapai tujuan, 4) Refleksi, merupakan

kegiatan analisis sintesis, interprentasi dan eksplanasi ( penjelasan ) terhadap semua informasi

yang diperoleh dari tindakan. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengkaji, menganalisis dan

mendapatkan kejelasan serta gambaran keseluruhan proses pelaksanaan tindakan yang

kemudian dibuat menjadi suatu kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah aktivitas guru dan siswa, data hasil

belajar siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, yang terdiri

dari; 1)observasi aktivitas guru dan siswa. Observasi ini dilakukan oleh obsever yaitu guru,

teman sejawat, dan expert menggunakan pedoman pengamatan; 2) Tes Akhir yang digunakan

untuk menngetahui penguasaan siswa atas materi yang disampaikan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah, 1) lembar observasi aktivitas

guru dalam mengajar. Lembar aktivitas guru dalam mengajar digunakan untuk melihat aktivitas

dan kemampuan guru dalam mengajar, 2) lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk

melihat aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran;3) tes, menggunakan lembar

penilaian yang berisi soal pilihan ganda yang disesuaikan dengan materi. Bertujuan untuk

mengetahui penguasaan siswa atas materi yang disampaikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Siklus I

Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu 3 x 35 menit untuk satu

pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Rabu, 16 Maret 2016 dan pertemuan kedua pada hari

Rabu, 23 Maret 2016. Materi pembelajaran pada siklus I adalah Kompetensi Dasar

“Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya”, materi Perkembangan

globalisasi di berbagai bidang. Siklus I terdiri tahapan-tahapan sebagai berikut:

Perencanaan Kegiatan

Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1)

Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan metode

TSTS, 2) Peneliti menyiapkan media yang akan dipergunakan dalam pembelajaran yaitu kartu

Page 104: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1151

kuis untuk kegiatan kuiz, gambar bintang untuk memberikan penghargaan kepada kelompok

yang dapat menjawab, 3) Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS) sesua materi, 4) Peneliti

menyusun tes akhir yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari siswa berupa soal pilihan

ganda yang berjumlah 15 butir soal, 5) Peneliti menyusun lembar observasi keaktifan guru dan

siswa dalam pembelajaran menggunakan metode TSTS.

Setelah pembelajaran berakhir peneliti melakukan koordinasi dengan obever dan expert

membahas hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I dan mengkoordinasikan tindakan

perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan pertama dengan kompetensi dasar

memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, materi memberikan

contoh perkembangan globalisasi di berbagai bidang. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap

ini meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru

mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa dan memotivasi siswa siap untuk belajar

dengan senam otak. Untuk menggali pengetahuan awal, guru melakukan tanya jawab dengan

siswa.

G: Siapa yang berangkat ke sekolah naik kendaraan?

S1: saya naik sepeda motor

S2: Saya naik mikrolet

G: Menurut kamu sepeda motor dan mikrolet termasuk alat apa?

S: alat transportasi

G : coba bayangkan sebelum ada sepeda motor dan mikrolet, orang jaman dahulu naik apa ya?

S: kuda, ada juga yang jalan kaki

Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal

terkat dengan alat transportasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran, yakni memberikan contoh perkembangan alat komunikasi, informasi dan

transportasi. Guru menginformasikan prosedur pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Pada kegiatan inti: 1) guru menjelaskan secara singkat

materi tentang perkembangan alat-alat informasi, komunikasi, dan transportasi, 2) guru

mengkoordinasikan siswa menjadi beberapa kelompok, 3) guru membagikan lembar kerja siswa

kepada setiap kelompok, 4) guru meminta siswa mendiskusikannya dengan kelompok, 5) guru

membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan, 6) guru meminta dua orang siswa dari

tiap kelompok bertamu ke kelompok lain untuk mendiskusikan hasil pembahasan LKS dari

kelompok lain, dan anggota lain tetap berada di kelompoknya untuk menerima siswa yang

bertamu ke kelompoknya, 7) guru meminta siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya

masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota kelompok lain, hasil

kunjungan dibahas dan dicatat, 8) guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan

hasil diskusi, sedang kelompok yang lain memberikan tanggapan, 9) guru memberikan

klarifikasi jawaban yang benar, 10) guru mengadakan kegiatan kuis, 11) guru memberikan

penghargaan pada kelompok yang memenangkan kuis. Pada kegiatan akhir: 1) bersama-sama

siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dilakukan, 2) guru mengadakan refleksi dan

tidak lanjut.

Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan kedua tahap-tahap yang dilakukan guru

meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru

mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa dan memotivasi siswa siap untuk belajar

dengan senam otak. Untuk menggali pengetahuan awal, guru melakukan tanya jawab dengan

siswa.

Page 105: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1152

G : pertemuan kemarin kita belajar apa, ya?

S1: contoh alat komunikasi

S2: informasi

G: apakah model pakaian juga mengalami perkembangan?

S: ya...

G: coba siapa yang dapat menyebutkan contohnya?

S1: orang dulu pakai sarung sekarang pakai celana

S2:orang dulu pakai kebaya sekarang pakai kaos

Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal

terkat dengan alat transportasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran, yakni memberikan contoh perkembangan gaya hidup (makanan, pakaian dan

peralatan) Guru menginformasikan prosedur pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

Pada kegiatan inti: 1) guru menjelaskan secara singkat materi tentang perkembangan

sosial budaya, 2) guru mengkoordinasikan siswa menjadi beberapa kelompok, 3) guru

membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok, 4) guru meminta siswa

mendiskusikannya dengan kelompok, 5) guru membimbing setiap kelompok yang mengalami

kesulitan, 6) guru meminta dua orang siswa dari tiap kelompok bertamu ke kelompok lain untuk

mendiskusikan hasil pembahasan LKS dari kelompok lain, dan anggota lain tetap berada di

kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu ke kelompoknya, 7) guru meminta siswa

yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya

kepada anggota kelompok lain, hasil kunjungan dibahas dan dicatat, 8) guru meminta salah satu

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, sedang kelompok yang lain memberikan

tanggapan, 9) guru memberikan klarifikasi jawaban yang benar, 10) guru mengadakan kegiatan

kuis, 11) guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memenangkan kuis, 11) siswa

mengerjakan evaluasi, 12) siswa dan guru membahas hasil evaluasi. Pada kegiatan akhir: 1)

bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dilakukan, 2) guru

mengadakan refleksi dan tidak lanjut.

Pengamatan kegiatan

Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran penerapan model kooperatif tipe TSTS pada

kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu siklus I diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa,

obeservasi aktivitas guru, dan hasil evaluasi yang telah dipersiapkan.

Observasi aktivitas siswa dilakukan selama proses pembelajaran model TSTS yang

difokuskan pada kesiapan dalam mengikuti pelajaran, perhatian siswa dalam mengikuti

pembelajaran, mengkondisikan dalam bentuk kelompok belajar, menghargai pendapat orang

lain, kemampuan siswa dalam bertanya, kemapuan siswa dalam melaporkan, ketepatan waktu

menyelesaikan tugas.

Observasi aktivitas siswa dilakukan selama siklus I berlangsung. Dari data yang

diperoleh pada siklus ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang termasuk dalam kategori

kurang sebanyak 3 siswa (15%), kategori cukup sebanyak 8 siswa (40%), kategori baik 6 siswa

(30%), dan kategori sangat baik 3 siswa (15%) sedangkan ditinjau dari tiap-tiap aspek, aktivitas

siswa dengan menggunakan model pembelajaran TSTS adalah sebagai berikut: kategori baik

antara lain kesiapan nengikuti pelajarab 70%, perhatian dalam pelajaran 76,3%, menghargai

pendapat 65%, kemampuan menjelaskan 67,5%, ketepatan waktu mengerjakan soal 77,9%.

Sedangkan kategori cukup yaitu kerjasama dalam kelompok 52,5% dan kemampuandalam

menyalin laporan 52,5%,. Namun masih ada yang kategori kurang yaitu mengkondisikan dalam

bentuk kelompok 40 % dan kemampuan bertanya 42,5%.

Page 106: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1153

Observasi aktivitas guru dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung, data hasil

observasi kinerja guru ini digunakan untuk mengetahui kinerja guru selama proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran TSTS. Pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:

1) Kemampuan guru dalam menyampaikan tujuan dan materi secara klasikal sudah

dilaksanakan sangat baik karena menggunakan pengalaman siswa sebagai contoh dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran, 2) Mengajukan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa

dengan kriteria baik karena guru sudah membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan sullit,

3) Membagi siswa dalam kelompok dengan kreteria cukup karena dalam membagi kelompok

belum memperhatikan kemampuan siswa dan jenis kelamin, ada dua kelompok yang

anggotanya perempuan atau laki-laki saja, ada satu kelompok yang kemapuannya sedang dan

rendah saja, 4) Membimbig siswa dalam menyelesaikan tugas dengan kriteria sangat baik

karena guru melakukan pengamatan, berkeliling kelas, dan menghampiri siswa jika menemukan

kesulitan, 5) Melakukan pengamatan dengan kriteria penilaian baik karena guru berkeliling

kelas dan menghampiri siswa jika menemukan kesulita, 6) Memanggil dua nomor untuk

bertamu ke kelompok lain dengan kriteria cukup karena guru membimbing dua siswa dari tiap-

tiap kelompok untuk bergabung dengan kelompok lainnya, 7) Mengarahkan jawaban yang benar

dengan kriteria cukup karena guru membimbing siswa menjawab pertanyaan yang sulit, 8)

Memanggil nomor tertentu untuk presentasi didepan kelas dengan kriteria penilaian cukup

karena guru membimbing kelompok tertentu untuk presentasi hasil diskusi, 9) Memberikan

evaluasi belajar siswa dengan kriteria penilaian sangat baik karena guru memberikan evaluasi

dengan bertanya dan pemberian tugas individu/kelompok, 10) Memberikan kesimpulan dengan

kriteria penilaian cukup karena dalam membuat kesimpulan guru menggunakan pertanyaan

pancingan.

Pelaksanaan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

membahas materi tentang memberikan contoh perkembangan alat informasi, komunikasi,

transportasi, dan sosial budaya sebelum dan sesudah era globalisasi. Hasil belajar pada siklus I

diperoleh dari kegiatan evaluasi suklus I yang dikerjakan secara individu. Kegiatan evaluasi

dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I. tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal

pilihan ganda sebanyak 15 butir soal.

Setelah dilakukan analisi data hasil tes evaluasi siklus I diperoleh persentase ketuntasan

belajar klasikal sebesar 67,25%, nilai rata-rata 67,25, jumlah siswa yang mendapat nilai di atas

KKM sebanyak 12 siswa atau (60%) dan dinyatakan tuntas belajar sedangkan jumlah siswa

yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 8 siswa atau ( 40%) dan dinyatakan belum tuntas

belajar.

Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa meskipun jumlah siswa yang tuntas belajar

mengalami kenaikan, namun presentase ketuntasan belajar klasikal belum memenuhi indikator

penelitian yaitu sebesar 75 %. Untuk itu perlu diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya.

Refleksi

Refleksi dilakukan dengan diskusi antara peneliti dengan obsever dan didampingi

seorang expert. Dari hasil diskusi tentang kegiatan perbaikan pembelajaran mata pelajaran PKn

dengan menggunakan modep pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditemukan hal-hal sebagai

berikut: 1) rata-rata aktivitas siswa dalam proses pembelajaran belum mencapai indikator yang

diharapkan, 2) adanya beberapa kelompok yang tidak serius karena anggotanya laki-laki dan

perempuan saja, 3) pembagian tugas kelompok yang kurang jelas sehingga siswa yang bertugas

menjadi tamu pada pertemuan 1 dan pada pertemuan 2 adalah siswa yang sama, 4) penggunaan

waktu yang kurang efisien karena siswa lambat saat mengerjakan tugas, 5) meskipun jumlah

siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan, namun presentase ketuntasan belajar klasikal

belum memenuhi indikator penelitian yaitu sebesar 75 %.

Page 107: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1154

Dengan demikian perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II yang diharapkan

dapat memperbaiki kekurangan pada siklus I serta meningkatkan hhasil belajar siswa pada

siklus II.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu 3 x 35 menit untuk

satu pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Rabu, 6 April 2016 dan pertemuan kedua pada

hari Rabu, 13 April 2016. Materi pembelajaran pada siklus I adalah Kompetensi Dasar

“Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya”, materi Pengaruh

globalisasi. Siklus II terdiri tahapan-tahapan sebagai berikut:

Perencanaan Kegiatan

Dari analisis dan refleksi siklus I dilakukan perbaikan siklus II dengan perencanaan

sebagai berikut: 1) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), 2)Peneliti menyiapkan

media yang akan dipergunakan dalam pembelajaran yaitu nomor dada, untuk memudahkan

pembagian tugas siapa yang menjadi tamu dan siapa yang bertugas menjadi tuan rumah, kartu

kuis untuk kegiatan kuis, gambar bintang untuk memberikan penghargaan kepada kelompok

yang dapat menjawab, 3) peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing

terdiri dari 4 anggota, tiap kelompok terdapat siswa berkemampuan lebih, kurang dan sedang,

serta terdiri anggota laki-laki dan perempuan, 4) Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS)

sesuai materi, 5) Peneliti menyusun tes akhir yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari

siswa berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 15 butir soal, 6) Peneliti menyusun lembar

observasi keaktifan guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode TSTS. 7)

mengefiseinsikan waktu sebaik-baiknya dengan memberikan motivasi kepada siswa pada saat

pembelajaran.

Setelah pembelajaran berakhir peneliti melakukan koordinasi dengan obever membahas

hasil kegiatan pembelajaran pada siklus II.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan pertama dengan kompetensi dasar

memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, materi memyebutkan

pengaruh perkembangan globalisasi. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap ini meliputi:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal guru mengajak siswa

berdoa sebelum memulai pelajaran, presensi kehadiran siswa, memotivasi siswa untuk siap

belajar dengan senam jari,untuk menggali pengetahuan awal guru melakukan tanya jawab

dengan siswa

G: Pertemuan sebelum ini kita belajar apa saja?

S: Alat informasi bu....

G: Siapa yang bisa menyebutkan alat informasi modern?

S: televasi

G: Siapa yang dapat menjelaskan manfaat televisi

S: dapat Hiburan, informasi

G: Adakah Pengaruh buruk dari televisi?

S : bikin kita malas bu..

Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal

terkait pengaruh alat informasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran yakni menyebutkan pengaruh positif dan negatif dari perkembangan gaya hidup,

alat komunikasi, dan alat transportasi. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan dipelajari.

Pada kegiatan inti: 1)guru menjelaskan secara singkat tentang pengaruh positif

globalisasi, 2)guru mengorganisasikan siswa menjadi 5 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4

Page 108: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1155

orang anggota yang terdiri siswa bekemampuan tinggi, sedang, dan rendah.sesuai dengan aturan

pembentukkan kelompok model TSTS, 3) guru memberikan penomoran pada setiap siswa, 4)

guru menjelaskan aturan pembelajaran menggunakan model TSTS, yaitu: a)Kelompok

melakukan diskusi dan berfikir bersama menyelesaikan tugas yang di berikan guru, b)setelah

selesai anggota dengan nomor ganjil (nomor 1 dan 3) bertugas berkunjung/bertamu ke

kelompok lain sesuai perintah guru, untuk menanyakan hasil kerja kelompok tuan rumah, c) dua

anggota bernomor genap (nomor 2 dan 4) bertugas menjadi tuan rumah untuk menjelaskan

hasil kerja kelompok kepada tamu, d) setelah selesai bertamu, anggota yang menjadi tamu

melaporkan hasil bertamunya kepada anggota yang lain. 5) ketua kelompok mengambil Lembar

Kerja Siswa (LKS), 6)guru memberikan kesempatan bertanya .siswa mengajukan pertanyaan

berkaitan dengan tugas di LKS yang belum jelas, 7) siswa berdiskusi dengan model TSTS,

8)guru membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan, 8) guru meminta 2 orang

anggota bernomor 1 dan 3 bertamu ke kelompok lain untuk mendiskusikan hasil pembahasan

LKSnya ke kelompok lain, dan 2 orang anggota bernomor 2 dan 4 tetap berada di kelompoknya

untuk menerima siswa yang bertamu di kelompoknya, 9) guru mememinta siswa yang bertamu

kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada

anggota kelompok lain. Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat, 10) guru meminta

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya secara bergiliran, sedang

kelompok yang lain memberi tanggapan, 11)guru mengklarifikasi jawaban yang benar, 12)guru

mengadakan kuiz yang berkaitan dengan materi, 13)Guru memberikan penghargaan kepada

kelompok yang sering menjawab. Pada kegiatan akhir: 1) bersama-sama siswa membuat

kesimpulan dari materi yang telah dilakukan, 2) guru mengadakan refleksi dan tidak lanjut.

Pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan kedua dengan kompetensi dasar

memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, materi memyebutkan

pengaruh perkembangan globalisasi. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap ini meliputi:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal guru mengajak siswa

berdoa sebelum memulai pelajaran, presensi kehadiran siswa, memotivasi siswa untuk siap

belajar dengan senam jari,untuk menggali pengetahuan awal guru melakukan tanya jawab

dengan siswa

G: Pertemuan sebelum ini kita belajar apa saja?

S: Pengaruh televisi

S: pengaruh hp

G: apa pengaruh baik dari hp

S: bisa menghubungi dengan cepat

G: apa pengaruh buruk hp

S: jadi malas belajar

Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal

terkait pengaruh alat komunikasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran yakni menyebutkan pengaruh positif dan negatif dari perkembangan gaya hidup

perkembangan ekonomi dan alat-alat industri.

Pada kegiatan inti: 1)guru menjelaskan secara singkat tentang pengaruh positif

globalisasi, 2)guru mengorganisasikan siswa menjadi 5 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4

orang anggota yang terdiri siswa bekemampuan tinggi, sedang, dan rendah.sesuai dengan aturan

pembentukkan kelompok model TSTS, 3)memberikan penomoran pada setiap siswa, 4)Guru

menjelaskan aturan pembelajaran menggunakan model TSTS,yaitu; a)Kelompok melakukan

diskusi dan berfikir bersama menyelesaikan tugas yang di berikan guru, b)setelah selesai

anggota dengan nomor genap (nomor 2 dan 4) bertugas berkunjung/bertamu ke kelompok lain

sesuai perintah guru, untuk menanyakan hasil kerja kelompok tuan rumah, c)dua anggota

Page 109: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1156

bernomor ganjil (nomor 1 dan 3) bertugas menjadi tuan rumah untuk menjelaskan hasil kerja

kelompok kepada tamu, d)setelah selesai bertamu, anggota yang menjadi tamu melaporkan hasil

bertamunya kepada anggota yang lain. 5)Ketua kelompok mengambil Lembar Kerja Siswa

(LKS),6)guru memberikan kesempatan bertanya .siswa mengajukan pertanyaan berkaitan

dengan tugas di LKS yang belum jelas, 7)siswa berdiskusi dengan model TSTS, 8)guru

membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan, 8) guru meminta 2 orang anggota

bernomor 2 dan 4 bertamu ke kelompok lain untuk mendiskusikan hasil pembahasan LKSnya

ke kelompok lain, dan 2 orang anggota bernomor 1 dan 3 tetap berada di kelompoknya untuk

menerima siswa yang bertamu di kelompoknya, 9) guru mememinta siswa yang bertamu

kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada

anggota kelompok lain. Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat, 10) guru meminta salah

satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sedang kelompok yang lain

memberi tanggapan, 11)guru mengklarifikasi jawaban yang benar, 12)guru mengadakan kuiz

yang berkaitan dengan materi, 13)Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang sering

menjawab. Pada kegiatan akhir: 1) bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi yang

telah dilakukan, 2) guru mengadakan refleksi dan tidak lanjut.

Pengamatan kegiatan

Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran penerapan model kooperatif tipe TSTS pada

kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu siklus II diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa,

obeservasi aktivitas guru, dan hasil evaluasi yang telah dipersiapkan.

Observasi aktivitas siswa dilakukan selama proses pembelajaran model TSTS yang

difokuskan pada kesiapan dalam mengikuti pelajaran, perhatian siswa dalam mengikuti

pembelajaran, mengkondisikan dalam bentuk kelompok belajar, menghargai pendapat orang

lain, kemampuan siswa dalam bertanya, kemampuan siswa menjelaskan, kemampuan siswa

dalam menyalin laporan, dan ketepatan waktu menyelesaikan tugas.

Observasi aktivitas siswa dilakukan selama siklus II berlangsung. Dari data yang

diperoleh pada siklus ini tidak ditemukan aktivitas siswa yang berkatagori kurang, kategori

cukup sebanyak 1 siswa (5%), kategori baik 6 siswa (30%), dan kategori sangat baik 13 siswa

(65%) sedangkan ditinjau dari tiap-tiap aspek, aktivitas siswa dengan menggunakan model

pembelajaran TSTS adalah sebagai berikut: kategori sangat baik antara lain kesiapan nengikuti

pelajaran 86,25%, perhatian dalam pelajaran 69,25%, mengkondisikan dala bentuk kelompok

90%, menghargai pendapat 82,5%, kemampuan dalam bertanya 81,25%,kemampuan dalam

menyalin laporan 82,75%, ketepatan waktu mengerjakan soal 92,5%. Sedangkan kategori baik

yaitu kerjasama dalam kelompok 80% dan kemampuan dalam menjelaskan 72,5%, sudah tidak

ditemukan aspek yang kategari cukup maupun kurang.

Observasi aktivitas guru dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung, data hasil

observasi kinerja guru ini digunakan untuk mengetahui kinerja guru selama proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran TSTS. Pada siklus II diperoleh data sebagai berikut:

1) Kemampuan guru dalam menyampaikan tujuan dan materi secara klasikal sudah

dilaksanakan sangat baik karena menggunakan pengalaman siswa sebagai contoh dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran; 2) Mengajukan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa

dengan kriteria baik karena guru sudah membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan sulit; 3)

Membagi siswa dalam kelompok dengan kreteria sangat baik karena guru telah membagi siswa

terdiri dari 4 anggota secara heterogen dengan tegas diarahkan kepada seluruh siswa, 4)

Membimbig siswa dalam menyelesaikan tugas dengan kriteria sangat baik karena guru

melakukan pengamatan, berkeliling kelas, dan menghampiri siswa jika menemukan kesulitan;

5) Melakukan pengamatan dengan kriteria penilaian baik karena guru berkeliling kelas dan

menghampiri siswa jika menemukan kesulitan; 6) Memanggil dua nomor untuk bertamu ke

Page 110: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1157

kelompok lain dengan kriteria sangat baik karena siswa yang bertamu adalah siswa yang

berbeda, 7) Mengarahkan jawaban yang benar dengan kriteria sangat baik karena membimbing

siswa dalam memberikan alasan terhadap hasil kerja diskusi secara logis dalam berdiskusi, 8)

Memanggil nomor tertentu untuk presentasi didepan kelas dengan kriteria penilaian sangat baik

karena membimbing seluruh kelompok memaparkan hasil diskusi, 9) Memberikan evaluasi

belajar siswa dengan kriteria penilaian sangat baik karena guru memberikan evaluasi dengan

bertanya dan pemberian tugas individu/kelompok; 10) Memberikan kesimpulan dengan kriteria

penilaian sangat baik karena membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil diskusi.

Pelaksanaan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

membahas materi tentang pengaruh globalisasi. Hasil belajar pada siklus II diperoleh dari

kegiatan evaluasi suklus II yang dikerjakan secara individu. Kegiatan evaluasi dilaksanakan

pada akhir pertemuan siklus II. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal pilihan ganda

sebanyak 15 butir soal.

Setelah dilakukan analisi data hasil tes evaluasi siklus II diperoleh persentase

ketuntasan belajar klasikal sebesar 79% nilai rata-rata 79,00, jumlah siswa yang mendapat nilai

di atas KKM sebanyak 16 siswa atau (80%) dan dinyatakan tuntas belajar sedangkan jumlah

siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak .4siswa atau ( 40%) dan dinyatakan belum

tuntas belajar.

Refleksi

Pelaksanaan siklus II berjalan dengan baik. Keaktifan siswa pada aspek kesiapan

mengikuti pelajaran baik sekali yaitu siswa menyiapkan buku dengan tertib dan tenang. Pada

proses pembelajaran dengan menggunakan model TSTS sudah tidak kaku lagi. Dengan

memberikan penomoran pada anggota menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat

serta sudah tidak canggung untuk bertanya baik kepada guru maupun kepada temannya. Guru

sudah optimal dalam menggunakan model pembelajaran TSTS. Berdasarkan hasil diperoleh

persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 79% nilai rata-rata 79,00, jumlah siswa yang

mendapat nilai di atas KKM sebanyak 16 siswa atau (80%) dan dinyatakan tuntas. Dengan

demikian proses pembelajaran tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya

PEMBAHASAN

Pemilihan model pembelajaran yang tepat adalah salah satu hal yang mempengaruhi

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang

penting dalam mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan atau materi, tetapi bagaimana

siswa dapat berperan aktif mempelajari bahan sesuai dengan tujuan. Jadi aktivitas siswa sangat

berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rousseau dalam

Sardiman, (2009:96)(http://documen.tips-documents) yang memberikan penjelasan bahwa

segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri,

penyelidikan sendiri, dan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara

rohani maupun teknisis.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I sampai siklus II pelaksanaan pembelajaran

menggunakan model TSTS di kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu, mata pelajaran PKn materi

memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya menunjukkan aktivitas

dan hasil belajar yang baik

Hasil dari observasi aktivitas siswa dalam model pembelajaran TSTS pada siklus I

terdapat peningkatan pada siklus II yaitu sebagai berikut: 1) kesiapan dalam mengikuti pelajaran

70% meningkat menjadi 86,5%, 2) perhatian dalam pelajaran 76,3% meningkat menjadi 86,25

%, 3) mengkondisikan dalam bentuk kelompok 40% meningkat menjadi 90%, 4) kerjasama

dalam kelompok 52,5% meningkat menjadi 80%, 5) menghargai pendapat orang lain 60%

Page 111: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1158

meningkat menjadi 82,5%, 6) kemampuan dalam bertanya 42,5% meningkat menjadi 81,25%,

7) kemampuan dalam menjelaskan 67,5% meningkat menjadi 72,5%, 8) kemampuan dalam

menyalin laporan 52,5 meningkat menjadi 83,75, dan 9) ketepatan waktu mengerjakan soal 77,5

pada siklus I meningkat menjadi 92,5 pada siklus II.

Keberhasilan aktivitas siswa di atas tidak lepas dari dari aktivitas yang dilakukan guru

untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang ditemukan pada saat siklus I. Meskipun terkesan

pemaksaan namun pemberian nomor untuk masing-masing anggota mampu menggerakkan

siswa untuk melaksanakan tugasnya sebagai tamu dan tuan rumah dengan penuh tanggung

jawab. Pembentukan kelompok baru juga sudah heterogen sehingga tidak ada lagi siswa yang

memdominasi kelompok atau menggantungkan tugasnya pada salah satu anggota kelompok.

Selain aktivitas siswa hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Pada Siklus I

menunjukkan hasil nilai rata-rata siswa 67,25 dan presentase ketuntasan klasikal 60%

,banyaknya siswa yang tuntas 12 siswa dan sisanya 8 siswa yang tidak tuntas.meningkat pada

siklus II menjadi nilai rata-rata siswa 79,00 dan prosentasi ketuntasan klasikal 80%, banyaknya

siswa yang tuntas 16 siswa dan 4 siswa yang tidak tuntas.

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa telah

mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu aktivitas dalam proses pembelajaran

setiap aspek mencapai ≥ 60%. Demikian juga dengan hasil belajar, siswa yang tuntas belajar

sebanyak 16 siswa (80%) yang berarti sudah melebihi indikator keberhasilan yaitu ≥75%.

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa pembelajaran PKn dengan model pembelajaran

TSTS dapat meningkatkan hasil belajar kelas IV SDN Sumberejo 02, Batu. Peningkatan ini

ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar dari 45% pada kondisi sebelum siklus menjadi

60% pada siklus I dengan rata-rata nilai 67,25 pada siklus II ketuntasan belajar meningkat

menjadi 80% dengan rata-rata 79,00. Hasil pengamatan pada siswa dapat meningkatkan

keaktifan siswa. Hal ini dapat dilihat pada siklus I sebesar 60,42 % dan siklus II sebesar

83,89%. Terjadi peningkatan sebesar 23,47%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai maka diberikan beberapa saran sebagai

berikut: Diharapkan bagi guru lebih dapat mengembangkan model-model pembelajaran sebagai

variasi kegiatan belajar, salah satunya yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two

Stray sehingga siswa lebih aktif serta siswa juga dapat ikut terlibat langsung dalam proses

pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan SD/MI.

Jakarta: BP Cipta Jaya.

Depdiknas,2006.http://dodisupandiblog-blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan-

kewarganegaraan.html. diakses tanggal 30 maret 2016

http:// www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html. Diakses

tanggal 28 Februari 2016 pukul 20.51

https://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/model-pembelajaran-two-stay- two-

stray.html. Diakses tanggal 28 Februari 2016 pukul 20.51

Page 112: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1159

Mariyam, Sumardi, Sukmana, 2012. Penerapam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay

Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam . PGSD FKIP Unuversitas Pakuan.ejournal.unpak.ac.id

Pangeribuan, Sabri, Witara. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay

Two Stray Dalam Pembelajaran PKn untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa

Kelas IV SD Negeri 11 Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. ejurnal.untan.ac.id hal

13

Rousseau dalam Sardiman, 2009 http://documen.tips-documents

Sumantri,2010.http://dodisupandiblog-blogspot.com/2010/05/pengertian- pendidikan-

kewarganegaraan.html

Suparlan, 2006. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suyadi, 2010. Panduan penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta: Diva Press

Syamsiah, Gunansyah, 2014. Penerapan Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Mata

Pelajaran IPS untuk Meningkatkan hasil Belajar Siswa kelas IV A SDN Simomulyo 8

Surabaya.PGSD FIP UNESA. ejournal.unesa.ac.id-aricle-view

Page 113: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1160

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN KEMAMPUAN BERMUSYAWARAH

PELAJARAN PKN SISWA KELAS V SDN ORO-ORO OMBO 01 BATU

Indah Dwi Wijayanti

SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, Kota Batu

[email protected]

Abstrak : Kesadaran meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat perlu

ditanamkan sejak dini. Pembelajaran di kelas pada umumnya masih menggunakan

metode ceramah, hasil belajar siswa kelas V SDN Oro-oro Ombo 01 Kota Batu masih di

bawah KKM (66) yaitu 60,9. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil belajar

siswa setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi

bermusyawarah. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan menunjukkan model

kooperatif tipe STAD meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I naik sebesar 59 %

siswa yang tuntas, sedangkan pada siklus II menjadi 77% siswa yang tuntas.

Kata Kunci: model pembelajaran, kooperatif, hasil belajar, bermusyawarah

Seiring dengan berubahnya paradigma pendidikan dari teacher centered ke student

centered, maka sudah tidak zamannya lagi guru hanya bercerita saja dalam menyampaikan

materi pembelajaran. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003

menyatakan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan kewarganegaraan paradigma baru memiliki misi membentuk “warga negara

yang baik”. Dalam hal ini diupayakan bagi warga negara melalui proses pendidikan agar

mampu berperan serta aktif dalam sistem pemerintahan yang demokratis (Winarno, 2006).

Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mengambil keputusan atas

suatu masalah (Widihastuti dan Rahayuningsih, 2008). Berdasarkan UUD 1945 pasal 28J ayat 1

berbunyi “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. Hal tersebut sejalan dengan tujuan dalam

bermusyawarah.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2006). Hingga saat

ini pembelajaran PKn masih dipandang sebagai pelajaran yang sangat membosankan. Banyak

siswa yang malas membaca dan mengerjakan soal-soal latihan secara mandiri. Keberhasilan

dalam pembelajaran biasanya diukur dari banyaknya siswa yang menguasai materi pelajaran.

Semakin banyak siswa yang dapat mencapai tingkat pemahaman dan penguasaan materi maka

semakin tinggi keberhasilan dari proses pembelajaran tersebut.

Pada pembelajaran PKn di kelas V SDN Oro-oro Ombo 01 Kota Batu proses belajar

mengajar selama ini umumnya guru menggunakan metode ceramah, jumlah siswa 22

orang,yang terdiri dari 11 siswa laki- laki dan 11 siswa perempuan. Meskipun merupakan mata

pelajaran wajib, pada kenyataannya nilai rata-siswa pada semester genap tahun 2015- 2016

sangat rendah yaitu 60,9 di bawah nilai KKM yang seharusnya 66. Masalah yang dihadapi

Page 114: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1161

dalam pembelajaran di kelas salah satunya yaitu adanya siswa yang belum lancar membaca dan

menulis, kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, dan kurangnya minat siswa terhadap

pelajaran PKn.sehingga guru perlu mengenalkan pendekatan kooperatif,yang salah satunya

yaitu kooperatif tipe STAD. Metode tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil

belajarnya dan kemampuan berkomunikasi dalam mengemukakan pendapat.

Menurut Sanjaya (2008) dalam Nurhasanah (2010) pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil yaitu 4 sampai

6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku

yang berbeda. Metode kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, rasa percaya diri,

menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuannya dan keahlian yang dimiliki, serta

memperbaiki hubungan antar kelompok (Nurhasanah, 2010).

Model STAD (Student Achievement Division) merupakan model pembelajaran

kooperatif sederhana (Naurofiq, 2013) yang terdiri atas lima komponen utama yaitu penyajian

kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan, dan belajar kelompok yang merupakan

campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku (Slavin dalam Nurhasanah, 2010).

Guru menyajikan pelajaran dan siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh

anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang

materi tersebut dengan tidak diperbolehkan saling membantu (Slavin dalam Nurhasanah, 2010).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan cara peningkatan kualitas pembelajaran PKn

serta menganalisis hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada materi mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, Kota Batu, Jawa Timur

pada tanggal 29 Februari 2016 sampai dengan 16 Maret 2016. Obyek penelitian yaitu siswa

kelas V SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu. Jumlah siswa sebanyak 22 orang, yang terdiri dari 11

siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan

kuantitatif. Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari

tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Pada siklus I, tahap perencanaan meliputi penyusunan rencana perbaikan pembelajaran,

lembar kerja siswa, lembar observasi dan alat evaluasi. Tahap pelaksanaan: implementasi RPP

dan metode pembelajaran. Setelah guru mengajarkan materi pelajaran dilakukan pengumpulan

data dengan cara memberikan tugas kelompok dan tugas individu kepada siswa. Kemudian

menilai hasil belajar siswa dan sikap siswa. Data kualitatif yang telah diperoleh, dianalisis,

kemudian diubah menjadi data kuantitaf agar dapat digambarkan dalam sebuah grafik, dan

dianalisis secara deskriptif. Siklus II dilakukan dengan cara yang sama seperti siklus I namun

ditekankan pada perbaikan dalam proses pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus pertama ini peneliti pertama-tama melaksanakan proses

identifikasi masalah siswa kelas V serta menganalisa suatu permasalahan pembelajaran

khususnya mata pelajarana PKn. Setelah diketahui pokok permasalahannya peneliti mencari

alternatif memecahkan masalah tersebut dengan menyusun RPP untuk mengembangkan KD

menjadi indikator, menyusun tujuan pembelajaran serta langkah-langkah proses belajar

mengajar. Pada penyusunan RPP ini difokuskan untuk perencanaan langkah-langkah perbaikan

pembelajaran tentang bermusyawarah yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan

Page 115: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1162

pembelajaran yang terjadi pada siswa. Peneliti mengembangkan media pembelajaran dengan

menggunakan metode kooperatif STAD yang tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa.

Selanjutnya peneliti menyiapkan media pembelajaran yaitu kertas manila yang berisi

gambar dan foto-foto tentang musyawarah di kelas, di rumah, dan di masyarakat. Media tersebut

diarsipkan untuk ditempel di papan tulis sebagai contoh musyawarah sembari peneliti mengajar

di kelas.

Peneliti juga menyiapkan lembar kerja bagi siswa baik kelompok dan individu serta

selotip untuk menempelkan hasil kerja mereka di dinding kelas.

Langkah selanjutnya menyiapkan lembar observasi dan lembar evaluasi sebagai

perangkat untuk mengamati proses dan hasil perbaikan sekaligus digunakan sebagai instrumen

pengumpulan data. Lembar observasi dan lembar evaluasi tersebut diisi oleh peneliti dan

observer.

Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan pada minggu pertama bulan Maret 2016. Guru mengawali

pembelajaran dengan mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan

masing-masing. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa. Sebagai apersepsi, guru

menanyakan pengalaman siswa mengikuti rapat atau musyawarah di rumah, sekolah, maupun di

lingkungan masyarakat. Guru lalu mengajak siswa menyanyikan lagu pemilihan umum. Guru

juga menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan beserta tujuannya.

Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dimana masing-masing kelompok memiliki

kemampuan beragam dan jenis kelamin putra putri. Guru menunjukkan gambar-gambar orang

yang sedang bermusyawarah (Gambar 1), lalu memberikan lembar kerja pada tiap kelompok.

Gambar 1. Guru menunjukkan gambar-gambar contoh musyawarah

Gambar 2. Guru mengamati diskusi kelompok

Setiap kelompok mendiskusikan lembar kerja yang diberikan guru. Anggota kelompok

saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Masing-masing siswa mengerjakan sendiri

kemudian didiskusikan dengan teman dalam kelompoknya. Guru berkeliling mengamati

keaktifan tiap kelompok (Gambar 2) dan menunjuk salah satu siswa pada tiap kelompok untuk

Page 116: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1163

mempresentasikan hasil kerjanya (Gambar 3). Kemudian masing-masing kelompok memajang

hasil kerjanya. Guru membagikan tes individu untuk mengukur keberhasilan belajar yang telah

dicapai oleh masing-masing siswa.

Gambar 3. Siswa mepresentasikan hasil kerjanya

Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran, memberikan umpan balik,

merencanakan kegiatan tindak lanjut, melakukan penilaian, atau refleksi. Akhirnya guru

bersama siswa berdoa sebagai penutup pelajaran.

Pengamatan

Dalam penelitian ini, pengamatan dilaksanakan dengan beberapa aspek yang diamati

yaitu pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar, pengamatan terhadap siswa, serta

pengamatan model pembelajaran kooperatif. Pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar

meliputi persiapan dan penyajian guru dalam proses belajar mengajar. Pengamatan terhadap

siswa meliputi perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan model

pembelajaran kooperatif meliputi situasi kelas, konsentrasi belajar, keterlambatan siswa dalam

belajar, kesulitan siswa mengikuti pembelajaran, usaha guru mengatasi siswa yang lemah, cara

guru mengatasi masalah, terlaksananya pembelajaran, serta manfaat dari kegiatan pembelajaran

kooperatif.

Refleksi

Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus I melalui diskusi dengan tim

pengawas. Siswa menulis pendapat mereka tentang proses pembelajaran serta manfaatnya bagi

mereka pada siklus I. Bersama dengan observer, peneliti mencari kekurangan-kekurangan pada

siklus I dan memperbaikinya pada siklus II.

Hasil belajar siswa secara rata-rata kelas mencapai 72,95 (sudah di atas KKM). Hal

tersebut disebabkan karena meningkatnya motivasi siswa belajar dengan kelompoknya dan

siswa merasa senang karena berperan aktif. Analisa hasil refleksi siklus I masih ada

kekurangannya dimana jumlah siswa dalam kelas yang mampu menyerap materi hanya sebesar

59% atau hanya 13 anak dari 22 siswa. Oleh karena itu analisa tersebut digunakan oleh peneliti

untuk menyusun rencana siklus II.

Siklus II

Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus kedua ini peneliti pertama-tama melaksanakan proses

identifikasi masalah yang didasarkan pada siklus I. Kemudian menyusun perbaikan RPP untuk

siklus kedua. Peneliti juga menyiapkan lembar kerja bagi siswa baik kelompok dan individu

serta selotip untuk menempelkan hasil kerja mereka di dinding kelas.

Page 117: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1164

Langkah selanjutnya menyiapkan lembar observasi dan lembar evaluasi sebagai

perangkat untuk mengamati proses dan hasil perbaikan sekaligus digunakan sebagai instrumen

pengumpulan data. Lembar observasi dan lembar evaluasi tersebut diisi oleh peneliti dan

observer.

Pelaksanaan

Siklus II dilaksanakan pada minggu ketiga Maret 2016. Guru mengawali pembelajaran

dengan mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa. Sebagai apersepsi, guru menanyakan pengalaman

siswa mengikuti rapat atau musyawarah di rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.

Guru lalu mengajak siswa menyanyikan lagu pemilihan umum. Guru juga menginformasikan

kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan beserta tujuannya.

Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dimana masing-masing kelompok memiliki

kemampuan beragam dan jenis kelamin putra putri. Guru menunjukkan gambar-gambar orang

yang sedang bermusyawarah, lalu memberikan lembar kerja pada tiap kelompok. Setiap

kelompok mendiskusikan lembar kerja yang diberikan guru. Anggota kelompok saling

membantu untuk menguasai bahan ajar. Masing-masing siswa mengerjakan sendiri kemudian

didiskusikan dengan teman dalam kelompoknya. Guru menekankan pada siswa agar tiap

kelompok mendapat skor 100. Guru berkeliling mengamati keaktifan tiap kelompok (Gambar 4)

dan menunjuk salah satu siswa pada tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

Gambar 4. Guru mengamati keaktifan siswa dalam tiap kelompok

Gambar 5. Siswa memajang hasil kerja mereka

Page 118: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1165

Kemudian masing-masing kelompok memajang hasil kerjanya (Gambar 5). Guru

membagikan tes individu untuk mengukur keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh masing-

masing siswa.

Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran (Gambar 6), memberikan

umpan balik, merencanakan kegiatan tindak lanjut, melakukan penilaian, atau refleksi. Akhirnya

guru bersama siswa berdoa sebagai penutup pelajaran.

Gambar 6. Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran

Pengamatan

Dalam penelitian ini, pengamatan dilaksanakan melalui pendataan ulang untuk

mengetahui hasil dari tindakan siklus II. Adapun aspek yang diamati yaitu pengamatan terhadap

kegiatan belajar mengajar, pengamatan terhadap siswa, serta pengamatan model pembelajaran

kooperatif. Pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar meliputi persiapan dan penyajian

guru dalam proses belajar mengajar. Pengamatan terhadap siswa meliputi perilaku siswa dalam

kegiatan belajar mengajar. Pengamatan model pembelajaran kooperatif meliputi situasi kelas,

konsentrasi belajar, keterlambatan siswa dalam belajar, kesulitan siswa mengikuti pembelajaran,

usaha guru mengatasi siswa yang lemah, cara guru mengatasi masalah, terlaksananya

pembelajaran, serta manfaat dari kegiatan pembelajaran kooperatif.

Refleksi

Guru bersama dengan observer menemukan kelebihan-kelebihan pada siklus II antara lain

siswa yang mendapat nilai di atas 66 (5 siswa) dan di atas 75 (17 siswa). Banyak siswa yang

menunjukkan sikap positif terhadap metode kooperatif STAD yang ditunjukkan dengan

komentar mereka, misalnya “Saya menjadi lebih mengerti belajar dengan menggunakan model

seperti ini”. Adapula yang memberikan komentar, “Saya menjadi lebih berani mengemukakan

pendapat di depan kelas”.

Perbandingan hasil penskoran nilai kinerja siswa pada siklus I menunjukkan bahwa yang

mendapat kategori nilai sangat baik sebanyak 40 %, nilai baik 14%, nilai cukup 18%, nilai

kurang 14%, dan sangat kurang 14 %. Siklus kedua siswa yang mendapat kategori nilai sangat

baik sebanyak 80%, nilai baik 18%, nilai cukup 27%, nilai kurang 5%, dan nilai sangat kurang

0%. Seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (a) Secara individu bila

siswa sudah dapat mencapai skor 66 atau lebih berarti sudah menyerap materi atau dikatakan

menguasai materi, (b) Jumlah siswa dalam kelas dapat menyerap materi paling sedikit 75% dari

jumlah keseluruhan. Seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Page 119: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1166

Perbandingan rata- rata antara siklus I dan siklua II mengalami kenaikan 7,5.

Perbandingan penguasaan materi antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan 85%.

Perbandingan ketuntasan belajar antara sklus I dan siklus II mengalami kenaikan 18%.

Tabel 1. Perbandingan Hasil Penskoran Nilai Kinerja Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Tabel 2. Perbandingan rata-rata, penguasaan materi, dan ketuntasan belajar antara siklus I dan siklus II

Perbandingan Siklus I Siklus II Kenaikan

Rata-rata 72,95 80,45 7,5

Penguasaan materi 73% 81% 8%

Ketuntasan belajar 59% 77% 18

13 anak 17 anak

Hasil belajar siswa secara rata-rata kelas mencapai 80,45 (sudah di atas KKM) dan

jumlah siswa dalam kelas yang mampu menyerap materi hanya sebesar 77% atau hanya 17 anak

dari 22 siswa. Hasil kinerja siswa mengalami peningkatan karena siswa telah mempelajari

pokok bahasan terkait di siklus I. Siswa juga lebih memahami materi pada siklus II. Metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe cooperative learning yang

bertujuan mendorong siswa berdiskusi, saling membantu menyelesaikan tugas, menguasai dan

menerapkan keterampilan dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Siswa merasa

senang dan termotivasi untuk belajar sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran tersebut.

Dari hasil penskoran nilai kinerja siswa dapat terlihat peningkatan jumlah siswa dalam kategori

baik hingga sangat baik pada siklus I sebanyak 12 orang menjadi 15 orang pada siklus II (Tabel

1). Dengan demikian siklus II tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.

KESIMPULAN

Berdasarkan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Oro-oro Ombo 01

Batu, menunjukkan penerapan model kooperatif STAD meningkatkan hasil belajar yaitu nilai

rata-rata siswa pada prasiklus 60,9, pada siklus I 72,95, dan pada siklus II meningkat menjadi

80,45. Analisis hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD

menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah siklus II dimana penguasaan materi mencapai

81% dan ketuntasan belajar kelas mencapai 77%. Hal tersebut dibuktikan dengan siswa yang

menguasai materi pada siklus I sejumlah 16 siswa dan pada siklus II sejumlah 18 siswa.

Siklus Rentang Nilai Kategori Nilai Banyak Siswa Persentase

Siklus I 85 - 100 Sangat baik 9 40%

75 - 84 Baik 3 14%

60 - 74 Cukup 4 18%

50 - 59 Kurang 3 14%

≥ 49 Sangat kurang 3 14%

Siklus II 85 - 100 Sangat Baik 11 50%

75 - 84 Baik 4 18%

60 - 74 Cukup 6 27%

50 - 59 Kurang 1 5%

≥ 49 Sangat kurang 0 0%

Page 120: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1167

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta

Naurofiq, Didik. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Drama melalui Bermain Peran

Model STAD pada Siswa Kelas V SDN 02 Bongas Watukumpul. Skripsi. Fakultas Ilmu

Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Nurhasanah, Sarifah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk

Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia dalam Pelajaran IPS pada

Siswa Kelas V. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas

Maret. Surakarta

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dan Amandemennya. 2014. Penerbit

Sinduraya

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003

Widihastuti, Setiati dan Fajar Rahayuningsih. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI

Kelas V. BSE. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Winarno. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan: Standar Isi dan

Pembelajarannya. Jurnal Civics. Vol.3, No.1

Page 121: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1168

METODE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA KELAS IV BERKAITAN AKTIVITAS EKONOMI SDA

SDN SISIR 05 BATU

Kusdiyo

SD Negeri Sisir 05 Kecamatan Batu Kota batu

[email protected]

Abstrak: Tujuan dari penenilitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas iv

berkaitan aktivitas ekonomi di SDN Sisir 05 Batu. Penelitian tindakanini tediri dari

siklus. Hasil penelitian dan pembahasanya disimpulkan bahwa penerapan model picture

and picture dengan menggunakan media LCD dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas IV untuk mata pelajaran IPS KD tentang aktifitas ekonomi berkaitan dengan

sumber daya alam yang ada di sekitar daerahnya.

Kata Kunci: picture and picture, Peningkatan hasil belajar

Pembelajaran suatu pelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru

mengetahui tentang objek yang diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut

dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan

kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut

Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan

kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan

menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan

adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak).

Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep

seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual,

akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-

konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.

Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep

abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey

untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui

percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau

elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD bergerak dari

yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin

meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang

mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh,

dan seterusnya.

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan

untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan

belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik

dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan

kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan

penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan

Page 122: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1169

yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru.

Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan

berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah

mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK,

tujuan, prinsip, model, persyaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.

METODE PENELITIAN

Adapun kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sisir 05

Kec.Batu Kota Batu, mulai tanggal 26 Pebruari 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016.

Adapun karakteristik siswa kelas IV SDN Sisir 05 Kec. Batu Kota Batu diantaranya adalah

jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 9 orang perempuan usia siswa

rata-rata 9 - 11 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong ekonomi

menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan Pedagang / Wiraswasta dan

tempat tinggal tidak jauh dari sekolah. Berdasarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis

masalah bekerjasama dengan teman sejawat, kemudian diadakan rancangan perbaikan untuk

penelitian tindakan kelas .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan

Pada tahap ini guru menentukan SK ,KD,Indikator dan tujuan pembelajaran untuk

materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam di daerahnya.yang proses

pembelajaranya mengunakan metode picture and picture. Pada penentuan ini dihasilkan 5

indikator :Menyebutkan sumber daya alam berpotensi di daerah-nya,Mengelompokkan sumber

daya di daerahnya,Menjelaskan manfaat sumber daya alam yang ada di daerahnya,Menjelaskan

perlunya melestarikan sumber daya alam,Menyebutkan bentuk – bentuk kegiatan ekonomi di

daerah tempat tinggalnya.

Pelaksanaan

Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini diawalai dengan - Mengkondisikan

siswa. Guru mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa agar mengikuti

proses pembelajaran yang aktif.-Melaksanakan apersepsi: Guru memberikan pertanyaan

yang ada hubungannya dengan materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam

kemudian beberapa siswa merespon apa yang ditanyakan oleh guru.setelah siswa tertarik

terhadap materi yang dibahas maka guru melanjutkan ke materi pokok tentang kegiatan

ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam yang ada didaerahnya.guru mengajak siswa

menyanyi berjudul kolam susu kemudian siswa menirukan dan setelah itu siswa diminta untuk

mengambarkan kondisi alam Indonesia secara umum sampai kondisi alam disekitar

daerahnya,kemudian guru menayangkan gambar 1 dan 2 berupa peta konsep dan materi

pembelajaran.

Gambar 1 peta konsep materi tentang kegiatan ekonomi

Page 123: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1170

Kemudian gambar – gambar tentang kegiatan ekonomi yang berkaitan tentang sumber daya

alam dan potensi lain di daerahnya.

Gambar 1 pekerjaan di daerah perkebunan dan perikanan

setelah siswa mengamati contoh kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam

misalnya pekerjaan di perkebunan dan tambak seperti terlihat pada gambar 1 da 2 maka

selanjutnya siswa membentuk kelompok untuk mendiskusikan jenis – jenis pekerjaan lain yang

berkaitan dengan sumber daya alam yang ada disekitar daerahnya. Contohnya pekerjaan apa

yang banyak ditemukan di daerah pedesaan,jenis pekerjaan yang banyak ditemukan daerah

perkotaan dan daerah pesisir pantai.aktivitas siswa yang sedang diskusi seperti tampak pada 3

gambar dibawah ini.

Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan maka guru

memberikan evaluasi: Guru memberikan lembar evaluasi kepada siswa secara individu

sebanyak 10 soal berbentuk isian.-Rangkuman hasil Evaluasi Siklus I terlihat pada Tabel 1

Tabel 1 Prosentasi keberhasilan pembelajaran pada siklus I

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )

1. sangat Baik 0 0/24 x 100 = 0 %

1. Baik 6 orang 6/24 x 100 = 25 %

2. cukup 3 orang 3/24 x 100 = 12,5 %

3. Kurang 15 orang 15/24 x 100 = 62.5 %

Observasi

Dalam penelitian ini ,pengamatan di laksanakan dalam beberapa aspek yang di amati

yaitu siswa dalam kegiatan belajar,keterlambatan belajar,kosentrasi belajar,kesulitan belajar

dan guru dalam penyajian,metode serta model mengajar.

Page 124: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1171

Refleksi

Refleksi yang dilakukan saat di pimpin oleh moderator dan dibantu oleh expert.

ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah sebagai berikut :1.Guru terlalu cepat dalam

menyampaikan pembelajaran.2. penggunaan media gambar kurang jelas .3.Guru kurang

menyampaikan tujuan pembelajaran.4.Guru kurang memberikan penguatan kepada

siswa.5.kurang adanya diskusi antara siswa dan guru.6. guru banyak memberikan ceramah 7.

Siswa kurang di beri kesempatan untuk melakukan pemahaman materi. Seperti terlihat pada

tabel 1 dimana analisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik baru mencapai 25 %.

Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya

perbaikan pembelajaran. Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam

proses terbanyak yaitu sebesar 62,5 % dan yang berkategori sedang sebanyak 12,5 %. Itu

akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa yang berkategori sedang dan kurang harus mengalami

penurunan.Setelah permasalahan utama yang menjadi fokus perbaikan dalam mata pelajaran

IPS.

Siklus II

Perencanaan

Pada tahap ini guru menentukan SK ,KD,Indikator dan tujuan pembelajaran untuk

materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam di daerahnya.yang proses

pembelajaranya mengunakan metode picture and picture. Pada penentuan ini dihasilkan 5

indikator :Menyebutkan sumber daya alam berpotensi di daerah-nya,Mengelompokkan sumber

daya di daerahnya,Menjelaskan manfaat sumber daya alam yang ada di daerahnya,Menjelaskan

perlunya melestarikan sumber daya alam,Menyebutkan bentuk – bentuk kegiatan ekonomi di

daerah tempat tinggalnya.

Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II di laksanakan pada minggu ke 2 bulan april,

pengkondisian siswa :Guru mengucapkan salam,menanyakan kesehatan melakukan

apersepsi: Guru memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi aktivitas

ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam kemudian beberapa siswa merespon apa yang

ditanyakan oleh guru.setelah siswa tertarik terhadap materi yang dibahas melanjutkan mengajak

siswa menyanyikan lagu berjudul kolam susu kemudian siswa menirukan dan setelah itu siswa

diminta untuk mengambarkan kondisi alam Indonesia secara umum sampai kondisi alam

disekitar daerahnya,

Kemudian guru memberikan 2 contoh gambar tentang kegiatan ekonomi yang

berkaitan tentang sumber daya alam seperti tampak pada Gambar 1

Gambar 1 Aktifitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam.

Page 125: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1172

Kemudian guru member lembar kerja siswa secara berkelompok untuk mendiskusikan

jenis – jenis pekerjaan lain yang berkaitan dengan sumber daya alam yang ada disekitar

daerahnya. Contohnya pekerjaan apa yang banyak ditemukan di daerah pedesaan,jenis

pekerjaan yang banyak ditemukan daerah perkotaan dan daerah pesisir pantai.aktivitas siswa

yang sedang diskusi seperti tampak pada Gambar 2.

Gambar 2 : Aktifitas siswa berdiskusi menyelesaikan lembar kerja kelompok

Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan guru

memberikan penguatan dengan berkeliling ke masing–masing kelompok untuk menanyakan

kesulitannya dan setelah selesai masing–masing perwakilan kelompok untuk presentasi hasil

dari diskusinya di depan kelas selanjutnya di tempel di dinding kelas.mengakhiri kegiatan guru

memberikan evaluasi secara individu sebanyak 10 soal berbentuk jawaban singkat.

Rangkuman hasil Evaluasi Siklus II terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Tingkat keberhasilan pembelajaran pada siklus II

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )

1.Sangat baik 6 orang 6/24 x 100 = 25 %

2. baik 15 orang 3/24 x 100 = 62,5 %

3. cukup 3 orang 15/24 x 100 = 12.5 %

4.kurang 0 0/24 x 100 = 0 %

Observasi

Dalam penelitian ini ,pengamatan di laksanakan dalam beberapa aspek dan melalui

pendataan ulang dari siklus I yaitu siswa dalam kegiatan belajar,keterlambatan

belajar,kosentrasi belajar,kesulitan belajar dan guru dalam tujuan belajar ,penyajian materi

,metode pembelajaran , model pembelajaran,situasi kelas ,usaha guru mengatasi siswa yang

lemah dalam menerima materi,dan manfaat mengunakan model picture and picture.

Refleksi

Peneliti mengalisis semua tindakan pada siklus II dengan teman sejawat dan pengawas

dan mengkategorikan sebagai berikut: sangat baik 25 %, baik 62,5 % dan yang berkategori

cukup 12,5 % dan berkatagori kurang 0%. itu artinya belajar siswa sudah tuntas 100% dengan

kriteria ketuntasan minimal 70 dengan model pembelajaran Picture and picture tentang materi

kegiatan ekonomi masyarakat berkaitan sumber daya alam didaerahnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanya disimpulkan bahwa penerapan model

picture and picture dengan menggunakan media LCD dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Page 126: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1173

kelas IV untuk mata pelajaran IPS KD tentang aktifitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya

alam yang ada di sekitar daerahnya.

DAFTAR RUJUKAN

Andayani. (2009). Pemantapan Kemampuan Propesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :

Bumi Aksara.

Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology. Cambridge : Harvard University.

Farris, P.J. and Cooper, S.M. (1994). Elementary Social Studies. Dubuque, USA : Brown

Communications, Inc.

Sumantri, Mulyani. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim TAP FKIP. (2009). Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Wahyudin, dinn. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Weton, D. A and Mallan, J.T. (1988). Children and Their World. Boston : Houghton Mifflin

Coy.

Page 127: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1174

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

TENTANG BENTUK-BENTUK KERJASAMA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

PADA SISWA KELAS II SDN SONGGOKERTO 01 KECAMATAN BATU KOTA

BATU

Dewi maslamah

SDN Songgokerto 01 Kota Batu Jawa Timur

[email protected]

Abstrak: Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan untuk meningkatkan

pemahaman siswa tentang bentuk-bentuk kerja sama di lingkungan masyarakat pada

siswa kelas II SDN Songgokerto 01 kota Batu.Penelitian ini di lakukan dalam 2 siklus

dengan model pembelajaran diskusi . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan pemahaman siswa dari siklus 1 dibandingkan dengan pra siklus dengan

rata-rata 60,1 dari siklus 1 ke siklus 2 rata-rata 80,1. Kriteria ketuntasan minimal

tercapai pada siklus 2. Dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan

pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama.

Kata kunci : Diskusi meningkatkan pemahaman kerjasama

Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia untuk

menggunakan akal fikiran mereka sebagai jawaban dalam menghadapai berbagai masalah yang

timbul di masa yang akan datang. Salah satu tujuan pendidikan yaitu meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Dengan pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti perkembangan

zaman di masa yang akan datang. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai ruang

lingkup dan tujuan yang Menumbuhkan kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi dengan

lingkungan sekitar. Pada hakekatnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial diarahkan untuk

mempertajam kepekaan terhadap lingkungan tempat tinggal siswa.Dalam hal ini guru dituntut

memotivasi agar siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami bentuk-bentuk

kerjasama di lingkungan tetangga dan masyarakat, karena dengan memahami bentuk kerjasama

siswa dapat menarik manfaat bagi kehidupannya sehari hari. Sesuai dengan perkembangan

situasi dan kondisi kehidupan, akan membawa sikap mental tingkah laku anak didik. Hal ini

merupakan proses secara alami munculnya suatu permasalahan yang baru dalam dunia

pendidikan. Sehingga dalam penyampaian materi pelajaran dituntut untuk selalu menyesuaikan

dengan kondisi anak sekarang. Perlu di ketahui bahwa pendidikan kemarin, sekarang dan yang

akan datang banyak perubahan. Sebagai seorang pendidik harus tahu akan kebutuhan anak

didik, terutama dalam pelayanan dan penyampaian materi pelajaran.Sehingga sebagai pendidik

perlu mengadakan variasi metode pengajarannya. Manakah yang lebih tepat untuk

menyampaikan materi supaya hasil proses balajar mengajar berhasil maksimal. Maka guru

harus bisa mengarahkan siswa memiliki kepekaan sosial yang sesuai dengan kematangan jiwa

mereka.

Salah satu tugas guru adalah mengajar, hal ini akan menyebabkan adanya tuntutan

kepada setiap guru untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar?

Dengan kata lain setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki

kompetensi mengajar jika guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara teknis.

Berbicara mengenai keberhasilan dalam proses pembelajaran memang tidak ada

habisnya, seorang guru yang sudah berupaya dalam melaksanakan proses belajar mengajar

semaksimal mungkin mulai dari merencanakan pembelajaran sampai menilai hasil belajar

terkadang tidak mendapatkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan. Dalam proses

Page 128: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1175

pembelajaran guru sering menemui masalah yaitu hasil belajar yang tidak sesuai dengan tujuan

yang diharapkan sehingga guru berupaya untuk memperbaiki kinerja dengan cara memperbaiki

pembelajarannya melalui Penelitian Tindakan Kelas (Wardhani, 2005).

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam melaksanakan pembelajaran IPS kelas II

tentang bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan masyarakat menunjukkan bahwa tingkat

penguasaan secara klasikal siswa hanya 40%, hal tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan

standar minimum yaitu 75%. Sehubungan dengan masalah tersebut peneliti ingin meningkatkan

prestasi siswa-siswinya melalui kegiatan perbaikan pembelajaran melalui metode diskusi

kelompok, metode ini tidak hanya untuk menyampaikan informasi kepada para siswa, hal ini

bertujuan untuk menyampaikan informasi antara lain terbentuknya kondisi yang

menguntungkan bagi para siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Keterampilan-

keterampilan proses yang dapat dikembangkan melalui metode diskusi antara lain, keterampilan

pengamatan, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan menafsirkan.

Dengan menggunakan metode diskusi, penelitian ini bertujuan untuk:

(a)Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan menyimpulkan pada

diri siswa, (b)Mengembangkan sifat positif terhadap sekolah, Para guru dan bidang studi yang

dipelajari,(c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri (self concept)

yang lebih positif, (d)Meningkatkan pemahaman dan keberhasilan siswa dalam mengemukakan

pendapat atau diskusi pada materi pembelajaran.

Hasil perbaikan pembelajaran diharapkan akan sangat bermanfaat bagi pengelolaan

pembelajaran, khususnya guru kelas II, yaitu penelitian tindakan kelas tentang peningkatan

prestasi belajar pada mata pelajaran IPS ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak .

Penelitian ini akan dapat bermanfaat untuk tambahan bekal pengalaman sebagai pedoman lebih

lanjut dalam mengambil kebijakan di sekolah dalam memberikan bimbingan mengajar kepada

guru kelas II dan pengembangan lebih lanjut. Hasil penelitian ini dapatnya bermanfaat dalam

menambah khasanah keilmuannya, sehingga semakin luas wawasan kependidikan dan

bertambah wawasan berfikir inovatif dan kreatif dalam pendidikan ke depan. Terutama dalam

memperkaya bekal berimprovisasi dalam pembelajaran yang penuh kreatif yang pada akhirnya

akan mengembangkan dalam pembelajaran lebih lanjut. Metode diskusi kelompok ini dapat

memberi motivasi belajar yang lebih baik, lebih aktif dalam belajar serta memberikan

pengalaman bagi siswa.

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan

pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Metode diskusi ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok atau kerja kelompok

yang didalamnya melibatkan beberapa orang siswa untuk menyelesaikan pekerjaan , tugas, atau

permasalahan. Sering pula metode ini disebut sebagai salah satu metode yang menggunakan

pendekatan keterampilan proses. Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar yang

dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus

diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama. Kegiatan diskusi dapat

dilaksanakan dalam kelompok kecil (3-7 peserta), kelompok sedang (8-12 peserta), kelompok

besar (13-40 peserta) ataupun diskusi kelas.Diskusi pada kelompok kecil lebih efektif dibanding

dengan kelompok besar dan kelas. Kegiatan diskusi dipimpin oleh seorang ketua atau moderator

untuk mengatur pembicaraan cara mencapai target.

Girlstrap dan martin (1975:15) mengemukakan bahwa metode diskusi merupakan suatu

kegiatan sejauh orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat suatu topic

atau maslaah untuk mencari jawaban berdasarkan semua fakta yang memungkinkan.

Page 129: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1176

Pemahaman Konsep menurut Rosser (dalam Dahar, 1989:80), konsep adalah suatu

Abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan atau hubungan yang memiliki

atribut yang sama. Konsep merupakan abstraksi yang berdasarkan pengalaman.Bell (1995)

dalam Nono Sutarno (2007) memberikan batasan konsep dalam dua dimensi. Dimensi pertama

menyatakan konsep sebagai kontruk mental dari seorang yang ditandai oleh satu atau lebih kata

menyatakan konsep khusus.Dimensi kedua menyatakan konsep sebagai pengertian yang

diterima secara social.Pendidikan di sekolah diarahkan untuk belajar konsep dan struktur

pengetahuan yang saling berhubungan menjadi konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang

terorganisir.

Tempat yang digunakan untuk melaksanakan penelitian adalah SDN Songgokerto 01

Kecamatan Batu Kota Batu. Waktu yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian

tindakan kelas ini selama 2 siklus, yaitu pada tanggal 23 Maret 2016 (Siklus 1) dan 14 April

2016 (Siklus 2). Mata pelajaran yang diteliti adalah IPS dengan pokok bahasan Bentuk-bentuk

kerjasama di lingkungan masyarakat, Kelas II Semester II SDN Songgokerto 01 Tahun

pelajaran 2015/2016.Jumlah siswa SDN Songgokerto 01 Kelas II berjumlah 29 siswa, terdiri

dari 16 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.Latar belakang ekonomi sebagian besar siswa

berasal dari keluarga buruh atau petani, pendidikan orang tua pada umumnya hanya sebatas

lulus Sekolah Dasar (SD) atau SMP, hal ini mengakibatkan orang tua menyerahkan sepenuhnya

masalah pendidikan kepada guru (sekolah).

Kegiatan merancangkan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui tindakan kelas

ini dilaksanakan 2 siklus untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dimana masing-masing

siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: Planning (perencanaan), Acting (pelaksanaan), Observing

(pengamatan), dan Reflecting (refleksi). Keempat fase tersebut merupakan satu siklus dalam

sebuah penelitian tindakan kelas yang digambarkan dengan menggunakan spiral seperti gambar

1.1

Gambar 1.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins

Gambar 1.1 dapat terlihat bahwa Pelaksanaan siklus dalam penelitian tindakan kelas ini

dapat akan terus berputar dan berlanjut hingga tujuan penelitian tercapai.Adapun penjelasan

tahapannya sebagai berikut:

Rencana

Refleksi

Perbaikan Rencana Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Perbaikan Rencana

Page 130: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1177

Perencanaan:Menyusun dan menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan

pembelajaran, Menyiapkan gambar bentuk-bentuk kerjasama, Menyusun instrument observasi,

Menyusun instrument penelitian.

Pelaksanaan: Tahap ini merupakan implementasi yang ada dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran dan metode pembelajaran, yang terdiri dari kegiatan awal pembelajaran, kegiatan

int pembelajarani,dan kegiatan akhir pembelajaran.

Pengamatan : Hal yang diamati oleh peneliti saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung

antara lain: Pemahaman siswa tentang mendeskripsikan contoh bentuk kerjasama, keaktifan

siswa dalam diskusi kelompok, Kekompakkan siswa dalam diskusi kelompok, Keseriusan siswa

dalam mengerjakan tugas.

Refleksi : Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Penelitian Tindakan

Kelas pada siklus 1 telah dicapai siswa sesuai harapan peneliti.Penjelasan pelaksanaan siklus 2

sama dengan siklus 1, namun terdapat penekanan dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus 1 ini peneliti melaksanakan proses identifikasi masalah

pembelajaran pada siswa kelas 2, khususnya mata pelajaran IPS, Mencari solusi dari masalah

tersebut dengan cara bermusyawarah dengan teman sejawat, Menyusun dan mengembangkan

kopetensi dasar dan menentukan indikator, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan

perbaikan pembelajaran terutama pada proses pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk

kerjasama di lingkungan tetangga dan (masyarakat) yang tertuang dalam RPP. Peneliti

mengembangkan metode dalam pembelajaran yaitu dengan diskusi kelompok, tiap kelompok

terdiri dari 5-6 siswa. Peneliti Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar bentuk-bentuk

kerjasama di lingkungan tetangga dan masyarakat dan menunjukkannya pada siswa, Peneliti

Menyusun lembar kerja siswa baik itu lembar kerja secara kelompok maupun lembar kerja

individu. Selanjutnya menyusun instrument observasi yang akan di isi oleh observer,

Menyusun lembar evaluasi sebagai bahan untuk mengamati ketercapaian tujuan pembelajaran

yang diharapkan juga digunakan sebagai data.

Pelaksanaan

Tahap ini di laksanakan pada hari kamis, 23 Maret 2016 di SDN SONGGOKERTO 01.

Guru mengawali pembelajaran dengan berdo‟a sesuai dengan agama dan keyakinan siswa

masing-masing, guru mengecek kehadiran siswa,guru menjelaskan kegiatan yang akan di

laksanakan dan tujuan pembelajaran pada materi. Siswa diajak menyanyi lagu “Gotong

royong”, Guru menanyakan kegiatan apa yang pernah dilakukan siswa bersama keluarga atau

tetangga di lingkungan rumah, Guru menjelaskan dan memberikan contoh bentuk-bentuk

kerjasama di lingkungan rumah dan masyarakat,guru membagi kelas menjadi 6 kelompok yang

terdiri dari putra dan putri, dan nama kelompok terdiri dari nama contoh-contoh bentuk

kerjasama. Kemudian guru memberikan lembar kerja pada tiap kelompok, untuk di diskusikan

bersama kelompoknya masing-masing. Seperti tampak pada gambar.1.

Page 131: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1178

Gambar 1. siswa berdiskusi kelompok

Pada gambar.1. Kelompok “Kerja bakti membantu tetangga hajatan”

melaksanakan diskusi . Diskusi dilakukan sesuai dengan pembagian tugas tiap anggota

kelompok, dan tiap anggota saling membantu dan saling bertukar pendapat, dan hasilnya

dapat di tulis dalam lembar kerja yang sudah disediakan. Tampak pada gambar terdapat

salah satu anggota kelompok yang asyik bermain alat tulisnya sendiri, sedangkan anggota

yang lain serius mengerjakan tugasnya. Siswa yang kurang serius tadi perlu di beri

motivasi oleh guru agar paham terhadap tugas dan tanggung jawabnya, seperti pada

gambar .2.

Gambar.2. Guru mengamati dan membimbing kegiatan diskusi tiap kelompok

gambar.2. Dengan bimbingan guru siswa tampak aktif melaksanakan diskusi,

mengumpulkan informasi dan saling bertukar pendapat untuk memecahkan masalah

bersama kelompoknya. Selanjutnya siswa menuliskan hasil diskusinya di lembar kerja

siswa, setelah selasai tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas,

seperti gambar.3.

Gambar.3. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

Pada gambar.3. Tiap kelompok mepresentasikan hasil diskusinya di depan kelas untuk

melatih keberanian bicara di depan teman-temannya, tiap kelompok juga mendapat

Page 132: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1179

kritikan, saran karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok lain. Kemudian guru

bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi kerjasama berdasarkan diskusi, guru

memberikan tes individu untuk mengukur keberhasilan belajar siswa, guru melakukan

penilaian dan refleksi, kemudian merencanakan kegiatan tindak lanjut. Sebagai penutup

guru bersama siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan masing-masing.

Pengamatan

Hal-hal yang diamati oleh peneliti yaitu saat proses kegiatan belajar mengajar yang

sedang berlangsung mulai dari perersiapan guru sampai penyampaian materi kepada siswa.

Pengamatan terhadap siswa meliputi perilaku siswa, situasi dalam kelas, keaktifan siswa dalam

diskusi kelompok, Kekompakkan siswa dalam diskusi kelompok, Keseriusan siswa dalam

mengerjakan tugas, pengamatan terhadap model pembelajaran diskusi kelompok antara lain

mengamati kesulitan siswa dalam belajar dan mencari solusi pemecahannya.

Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Penelitian Tindakan

Kelas pada siklus 1 telah dicapai siswa sesuai tujuan pembelajaran. pada siklus 1 sudah ada

peningkatan dengan nilai rata-rata 60,1. Namun dengan nilai rata-rata itu masih dirasakan bagi

peneliti belum memuaskan karena masih ada beberapa siswa yang nilaianya dibawah KKM.

Jumlah siswa dalam kelas yang mampu menyerap hanya sekitar 13 anak dari 29 siswa.Peneliti

menganalisis data pada siklus 1 dengan berdiskusi bersama teman sejawat dan observer untuk

mencari kelebihan dan kekurangan pada siklus 1 sehingga menjadi acuan untuk perbaikan pada

siklus berikutnya.

Siklus 2

Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus 2 ini peneliti melaksanakan proses identifikasi masalah

pembelajaran pada siklus 1, khususnya mata pelajaran IPS, Mencari solusi dari masalah tersebut

dengan cara bermusyawarah dengan teman sejawat, Menyusun dan mengembangkan kopetensi

dasar dan menentukan indikator, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan

pembelajaran terutama pada proses pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama di

lingkungan tetangga dan (masyarakat) yang tertuang dalam RPP. Peneliti mengembangkan

metode dalam pembelajaran yaitu dengan diskusi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6

siswa. Peneliti Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar bentuk-bentuk kerjasama di

lingkungan tetangga dan masyarakat yang akan di tempel di papan tulis untuk di amati siswa,

Peneliti Menyusun lembar kerja siswa baik itu lembar kerja secara kelompok maupun lembar

kerja individu. Selanjutnya menyusun instrument observasi yang akan di isi oleh observer, dan

menyusun lembar evaluasi.

Pelaksanaan

Siklus ke 2 dilaksanakan pada minggu ke 2 bulan april 2016. Guru mengawali

pembelajaran dengan berdo‟a sesuai dengan agama dan keyakinan siswa masing-masing, guru

mengecek kehadiran siswa,guru menjelaskan kegiatan yang akan di laksanakan dan tujuan

pembelajaran pada materi.Siswa diajak menyanyi lagu “Gotong royong”, Guru menanyakan

kegiatan apa yang pernah dilakukan siswa bersama keluarga atau tetangga di lingkungan

rumah, melalui media gambar yang di pajang di papan, guru menjelaskan materi dan

memberikan contoh bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan rumah dan masyarakat, siswa di

suruh mengamati gambar, guru membagi kelas menjadi 6 kelompok yang terdiri dari putra dan

putri, kemudian memberikan lembar kerja pada tiap kelompok, setiap kelompok mendiskusikan

Page 133: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1180

lembar kerja. Bersama anggota kelompoknya saling membantu untuk mengerjakan tugas

kelompok. Guru berkeliling mengamati kegiatan tiap kelompok. Perwakilan dari tiap kelompok

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan memajang hasilnya di papan. Aktifitas siswa

memajang hasil lembar kerja hasil diskusi seperti gambar.4. di bawah ini.

Gambar 4. Memajang hasil diskusi

guru memberikan reward bagi kelompok yang terbaik dan kelompok yang masih kurang baik

guru memberikan motivasi agar tetap semangat dalam belajar, guru bersama siswa

menyimpulkan materi yang telah di pelajari, guru memberikan tes individu untuk mengukur

pemahaman belajar siswa ( gambar.5.)

Gambar .5. Tes individu

Pada gambar.5. guru memberikan tes individu kepada tiap siswa untuk mengukur

tingkat pemahaman siswa terhadap materi kerjasama yang sudah dipelajari, tes dilakukan

dengan waktu 15 menit kenudian di kumpulkan untuk di nilai oleh guru. Rangkuman penilaian

tes individu pada siklus 2 dari 29 siswa adalah : Dari analisis data semua tindakan pada siklus

1 dan siklus 2 dapat diketahui sebelum perbaikan pembelajaran nilai siswa sangat rendah

dengan nilai 54,1 setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 nilai rata-rata

meningkat menjadi 60,1 tetapi peneliti masih ingin nilai yang lebih baik lagi yang sesuai

dengan harapan. Akhirnya peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 dan dari

siklus 2 ini diperoleh nilai jauh diatas standart dengan nilai rata-rata 80,1, maka peneliti segera

menghentikan penelitiannya. Sebagai pemantapan materi guru memberikan pekerjaan rumah

kepada siswa seperti yang tampak pada gambar.6. berikut ini

Gambar 6. Guru Memberi PR

Page 134: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1181

Pengamatan

Hal-hal yang diamati oleh peneliti yaitu saat proses kegiatan belajar mengajar yang

sedang berlangsung mulai dari perersiapan guru sampai penyampaian materi kepada siswa.

Pengamatan terhadap siswa meliputi perilaku siswa,konsentrasi belajar siswa dalam mengikuti

pembelajaran, situasi dalam kelas, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, Kekompakan siswa

dalam diskusi kelompok, Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas, pengamatan terhadap

model pembelajaran diskusi kelompok antara lain mengamati kesulitan siswa dalam belajar dan

mencari solusi pemecahannya.

Refleksi

Peningkatan hasil belajar mulai dari sebelum perbaikan, peningkatan pada siklus 1 dan

perbaikan pada siklus 2 tidak lepas dari bantuan teman sejawat,observer dan expert selaku

pembimbing, yang telah memberi arahan, bimbingan sehingga peneliti menggunakan metode

diskusi serta memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, memberi kesempatan kepada

siswa untuk berpendapat dan melatih keberanian, dengan demikian siswa lebih mudah untuk

memahami materi yang diajarkan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran diskusi kelompok

berbantuan media gambar dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk

kerjasama siswa kelas II SDN Songgokerto 01 kota Batu. Peningkatan pemahaman siswa

terlihat pada siklus 1 dengan rata-rata 60,1 dan dari siklus 2 dengan rata-rata 80,1.

SARAN

Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran

hendaknya guru harus mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan

menyenangkan agar siswa lebih tertarik sehingga pelajaran akan mudah diserap dan dipahami

dengan baik dan yang lebih penting tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Girlstrap dan martin,(1975), Metide Pembelajaran. Boston: Allyn & Bacon

Lorong, Jhonny dan Asy Ari, 2003.

Tim Bina Karya guru, Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Kelas 2. Jakarta: Penerbit Erlangga

Mudjiono.(1986), Kapita Selekta Metode-metode Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Sutarno, nano,(2007), Pengertian Pemahaman Konsep. Jakarta: Pustaka Jaya.

Rosser.91989), Pemahaman Konsep. Boston: Allyn & Bacon.

Tim Komunikatif, (2002), Siswa Terampil IPS.Solo: Pustaka Bengawan

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 57.

Rosser, Pemahaman Konsep, (dalam dahar, 1989:80)

Bell (1995), Batasan Konsep, ( Nono Sutarno, 2007)

Zainul A. dan Mulyana, A. 2007. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta Universitas Terbuka.

Page 135: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1182

MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 018

MUARA KOMAM, PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE BERMAIN

PERAN (ROLE PLAY)

Muh.Arafa

SDN 018 Muara Komam Paser

[email protected]

Abstrak : Penelitian ini dilatarbelakangi kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS

yang masih rendah .rendahnya hasil pembelajaran tersebut ditandai oleh respon siswa

dalam pembelajaran IPS Yang mengunanakan metode ceramah sangat rendah ,ada

kecenderungan siswa ngantuk,jenuh,tidak memperhatikan,bahkan bermain sendiri tanpa

memperhatikan guru menerangkan lagi.Oleh karena itu,suatu metode kreatif yang dapat

mengatasi problem dalam pembelajaran tersebut yakni”Metode Bermain

Peran”.Dipilihnya metode ini didasari oleh pertimbangan teoritis dan praktis.Secara

teoritis menurut Vygostsky (1986) bermain peran mendukung awal mulanya muncul

dua kemampuan penting,yaitu kemampuan memisahkan pikiran dari kegiatan dan benda

serta memahami dorongan hati dalam memnyusun tindakan yang diarahkan sendiri

dengan sengaja dan fleksibel.Sedangkan secara praktis,dengan metode bermain peran

siswa akan tampak seperti bermain-main.Hal ini akan membebaskan siswa dari

tekanan,kejenuhan dalam pembelajaran.Dengan demikian bahwa bermain peran sangat

sederhana tetapi hasilnya cukup efektif dan menyenangkan.Peningkatan keaktifan

melalui metode bermain peran siswa kelas V SDN 018 Muara Komam melalui

Penelitian Tindakan Kelas Berjudul Meningkatkan Aktifitas dan Hasil belajar siswa

Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Metode Bermain Peran (Role Play). Penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran partisipasi dan hasil belajar siswa

yang masih rendah dalam proses pembelajaran IPS pada materi” Jasa dan Peranan

Tokoh di Sekitan Proklamasi Kemerdekaan di kelas VSDN 018 Muara Komam.

Pemecahan rendahnya partisipasi dan hasil belajar siswa di kelas V SDN 018 Muara

Komam adalah dengan penerapan metode bermain peran (role play). Metode bermain

peran merupakan metode mengajar yang dilakukan dengan jalan pemeranan sebuah

situasi dalam kehidupan manusia.Dalam pembelajaran IPS dengan sub materi

menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi. dengan

metode bermain peran, siswa akan memerankan sebagai tokoh-tokoh pejuang seperti

Sukarno,Hatta,Akhmad Subardjo dan lain-lain. Metode pembelajaran ini dilaksanakan

melalui beberapa tahap, dimulai dari penyusunan silabus, penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran, penyusunan skenario bermain peran, pelaksanaan

pembelajaran dan evaluasi. Pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus, Hasilnya

dapat dilihat melalui formatif I dan formatif II dalam kegiatan pembelajaran melalui

hasil angket dan respon siswa adalah sebagai berikut : faktanya hasil yang dicapai

adalah 53,8% menjadi 81,9% setelah pembelajaran menggunakan metode bermain

peran.

Kata Kunci: Aktifitas,Hasil Belajar,Bermain Peran

Pendidikan sangatlah penting bagi Bangsa yang ingin maju,sudah barang tentu harus

mempersiapkan Sumber Daya Manusia untuk pembangunan.Pembangunan mengikuti arus

perkembangan zaman bukan zaman mengikuti pembangunan.Perubahan ini tentu banyak

persoalan-persoalan baru yang bisa muncul.Oleh karena itu,permasalahan-permasalahan harus

segera diatasi agar mutu pendidikan berakhir pada hasil pendidikan yang diharpkan atau yang

dicapai.

Page 136: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1183

Guru sebagai pilar utama dalam menentukan hasil belajar dalam sebuah lembaga

pendidikan.Dalam pengembangannya guru lebih berperan banyak dalam proses pembelajaran di

dalam kelas.Peran Guru sebagai berikut:

Pertama,guru sebagai implementasi dalam sebuah kurikulum

Kedua , guru sebagai adaptasi kurikulum

Ketiga,guru sebagai pengembang kurikulum

Keempat, guru sebagai peneliti kurikulum.Dalam peran guru sebagai peneliti adalah sebagai

bagian dari pada profesional guru yang bertanggung jawab dalam meningkatkan kinerja guru itu

sendiri.

Peranan guru dikelas sangat besar dan penting bagi kaktifan dan keberhasilan seorang

guru mengantarkan siswanya menuju keberhasilan.Namun fakta yang menyatakan bahwa

masih banyak guru mengajar hanya skedar mengajar tidak membimbing siswa untuk

menerapkan pelajaran yang diajarkannya.

Dengan demikian sudah pasti nilai yang didapat oleh siswa tidaklah memuaskan.

Pendidikan bermakna dapat diartikan sebagai pendidikan untuk

memahami makna.Pemahaman makna ini penting karena pengetahuan yang tidak bermakna

(meaningless knowledge) tidak ada gunanya dan hanya menjadi beban hidup.Sebaliknya

pengetahuan yang bermakna(meaningful knowledge) merupakan sesuatu yang bersifat

fungsional dan berguna bagi kehidupan menurut Buchari(2001).Pendidikan yang bermakna

terjadi apabila proses pendidikan dilakukan secara mendasar,holistik,dan membumi. Pendidikan

ini terjadi apabila guru dan siswa mempunyai keleluasaan untuk arah pembelajaran yang relevan

dengan kebutuhan siswa.Kebutuhan siswa itu mencakup tingkat perkembangan siswa dan faktor

lingkungan tempat siswa itu berada.

Menurut pendapat Dimyati dan Mujiono (2006) bahwa hasil belajar adalah hasil yang

dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diadakan tes hasil belajar setiap akhir

pembelajaran.Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam

menerima materi pelajaran.

Menurut Nana Sudjana(2006:12) bahwa hasil belajar kemampuan –kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalamanbelajarnya.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,baik tujuan kurikulum maupun

tujuan instruksional,menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara

garis besarnya membagi tiga ranah,yaitu ranah kognitif,afektif,dan psikmotorik.Ketiga ranah ini

digunakan dalam penilaian hasil belajar pada kurikulum berbasis kompetensi.Ranah kognitif

berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.Penilaian dilakukan

dalam kurikulum 2004 adalah penilaian yang berbasis kompetensi yang berpijak pada konsep

belajar tuntas.Pencapaian hasil belajar mencakup aspek kognitif,afektif, dan

psikomotorik.Aspek dilakukan melalui ulangan harian dan ujian.Asfek afektif dilakukan melalui

pengamatan pada lembar pengamatan sedang asfek psikomotorikdi lakukan melalui ujian

praktikum atau unjuk rasa pada pembelajaran berlangsung (Depdikbud:2004:9-10).

Menurut Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh setelah

dilakukan aktifitas belajar.

Menurut Mulyasa (2008) bahwa hasil belajar adalah merupakan prestasi belajar siswa

secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi

Derajat perubahan prilaku yang bersangkutan.Kompetensi yang harus dikuasai

perlu dinyatakan sedemikian rupa agara dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar yang mengacu

pada pengalaman langsung.

Aktivitas siswa diartikan sebagai keaktifan dari suatu kegiatan .

Page 137: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1184

Menurut Alwi(2001). Jadi aktivitas diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan

didalam sekolah tetntang persoalan terhadap segala sesuatu selama proses belajar mengajar

khususnya menanyakan sesuatu pada guru.

Menurut Nasution(1986:92) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran setiap

siswa terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri.Perinsip aktif

mengendalikan tingkah lakunya,pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju

ketingkat perkembangan yang diharapkan.Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan

kearah tujuan tertentu.Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran perlu

ditekankan adanya aktivitas siswa baik secara fisik,mental ,intelektual maupun

emosional.Didalam pembelajaran siswa dibina dikembangkan keaktifannya melalui tanya

jawab,berfikir kritis,diberi kesempatan untuk mendapatkan untuk mendapatkan pengalaman

nyata dalam praktikum,pengamatan dan diskusi juga mempertanggungjawabkan segala hasil

dari pekerjaan yang ditugaskan.

Menurut Dierdrich sebagaiman dikutip Sardiman(1998:99-100) membuat daftar

berbagai macam kegiatan siswa yaitu :

a. Visual aktivities yang termasuk didalamnya adalah membaca,memperhatikan ,

demonstrasi,percobaan,pekerjaan orang lain.

b. Oral activities seperti; bertanya,menanyakan,memberi sesuatu,mengeluarkan

pendapat,mengadakan wawancara,diskusi dan interupsi.

c. Listening activities,misalnya;mendengarkan,uraian,percakapan,,music dan pidato.

d. Writing activities,misalnya; menulis cerita,karangan,laporan angket,dan menyalin.

e. Drawing activities,misalnya menggambar,membuat grafik,peta,da, diagram.

f. Motor activities ,misalnya melakukan percobaan,membuat konstruksi,model

persepsi,bermain,berkebun,dan beternak.

g. Mental activities misalnya;menganggap,mengingat,memecahkan soal, menganalisa,

melihat dukungan, mengambil keputusan.

h. Emosional activities,misalnya; menaruh minat merasa bosan,berani, tenang ,

gugup.Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang selalu memperhatikan

pengembangan aspek kognitif,afektif,dan psikomotorik yang diwujudkan dalam

beberapaaktivitas belajar.Ketiga aspek tersebut menyatu dalam suatu individu dan

tampil dalam bentuk suatu kreativitas.Sedang pembinaan dan pengembangan kreativitas

berarti mengaktipkan siswa dalam kegiatanbelajar mengajar.pada proses belaja,siswa

tidak hanya menerima tetapi diharapkan untuk menemukan sendidri.

Metode bermain peran ini terdiri dari dua kata yaitu:

Bermain adalah sebuah aktivitas bermain murni mencari kesenangan tanpa mencari

kemenangan (playing).Sebuah aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari

kesenangan dan kepuasan ,namun ditandai dengan adanya kemenangan dan kekalahan disebut

game.selanjutnya setiap aktivitas bermain selalu di dasarkan pada perolehan kesenangan dan

kepuasan,namun ditandai relaksasi dan menyenangkan disebut refreshing.

Menurut Nana Sujana 2004:62) bahwa metode role playing adalah suatu cara

penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan

siswa.Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan lebih dari satu orang,hal ini

bergantung dari apa yang diperankan.Role Playing adalah suatu tiruan yang bersipat drama yang

diperankan oleh dua orang atau lebih tentang peranan yang berbeda-beda dalam keadaan

tertentu.

Menurut Slameto (1991) bahwa role playing adalahperanan sebuah situasi dalam hidup

manusia dengan tanpa dilakukan latihan,dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai

sebagai bahan analisa oleh kelompok.Kelebihan role playing adalah sebagai berikut:

Page 138: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1185

1. Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk

memajukan kemampuan dalam bekerjasama.

2. Siswa dapat mengambil keputusandan berekpresi secara utuh.

3. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan

waktu yang berbeda.

4. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui siswa pada waktu melakukan

permainan.

5. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat

mengganggu pelajaran yang lain maupun menunda materi lain yang akan disampaikan

berikutnya. Peran atau role adalah cara seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu

.Role playing suatu metode mengajar yang merupakan tindakan dilakukan secara sadar oleh

sekelompok siswa dalam memperagakan secara singkat tentang materi pembelajaran dengan

memerankan tokoh.

Menurut Jill Hadfield (1986)strategi bermain peran (role playing) adalah suatu

permainan gerak yang didalamnya terdapat tujuan,aturan,dan sekaligus melibatkan adanya

unsure rasa senang.Dalam role playing siswa dikondisikan pada situasi tertentu diluar

kelas,meskipun saat itu pembelajaran terjadi didalam kelas.Bermain peran adalah metode atau

strategi pembelajaran yang termasuk kedalam kelompok model pembelajaran sosial (social

models),Metode ini menekankan pada sipat sosial pembelajaran dan memandang bahwa

perilaku koopratif dapat merangsang siswa baik secara sosial maupun intelektual.Berdasarkan

pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar dengan

menggunakan metode bermain peran sangat menyenangkan siswa-siswi SDN 018 Muara

Komam,dan nilai yang yang diperoleh sangat signifikan dimana siswa –siswi mendapat nilai 75

sampai dengan 80.jadi dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan

dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas pada bidang study Ilmu PengetahuanSosial(IPS)

melalui metode bermain peran di kelas V SDN 018 Muara Komam. Berdasarkan latar belakang

pada penelitian Tindakan Kelas ini ,maka dapatlah rumusan masalah yakni bagaimana

meningktakan Aktivitas dan Hasil Belajar mata pelajaran IPS melalui metode bermain peran

pada SDN 018 Muara Komam.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menumbuhkan kreatifitas guru dan keaktifan

siswa menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.

Tujuan khususnya adalah untuk mendeskripsikan penerapan penggunaan metode bermain peran

dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 018 Muara Komam terhadap mata

pelajaran IPS.

METODE PENELITIAN

Page 139: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1186

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dengan jumlah siswa

sebanyak 11 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 018 Muara Komam pada tahun

pelajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus, yaitu siklus I pada tanggal 1

Pebruari 2016 dan siklus II pada tanggal 15 Pebruari 2016.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengikuti model

Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Planning, merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk melakukan perbaikan;

Acting, apa yang dilakukan guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau

perubahan yang diinginkan; Observing, mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang

dilaksanakan terhadap siswa; dan Reflecting, merenungkan sekaligus mencari dan menemukan

solusi. Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Bila satu

siklus belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan penelitian

dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya, sampai menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

Dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus dengan rangkaian kegiatan seperti yang

terlihat pada bagan diatas tadi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada ceramah dan di lembar kerja siswa diperoleh ketuntasan belajar siswa sebesar

45%. Kondisi awal yang demikian salah satu sebabnya adalah belum digunakannya metode

yang efektif dalam pembelajaran IPS di kelas V Sehingga perlu adanya metode yang tepat untuk

meningkatkan hasil belajar Mata pelajaran IPS Kelas V SDN 018 Muara Komam.

Deskripsi Hasil Penelitian Tiap Siklus

1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Dari instrumen penilaian tugas individu berupa tes formatif pada akhir pertemuan

tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi dengan menggunakan

metode bermain peran diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel

Tabel 1 hasil tugas individu tes formatif I

Tes formatif

Nomor Nama PG Uraian Hasilnya

1 Yanti Purnamasari 5 8 87

2 Dimas Ridhana 2 6 53

3 Dedi Setiawan 4 4 53

4 Agus Harianto 2 4 40

5 Ayu.Lorensa 2 6 53

6 Nina Norlita 2 4 40

7 Nayla Saputri 4 4 53

8 Akhmad Maulana 3 4 47

9 Ahmada Zam-Zami 2 6 53

10 Muh.Revo Revaldo 2 6 53

11 Sefty Auzia Amina 3 6 60

12 Jumlah 592

Rata-rata: jumlah skor siswa seluruhnya / Jumlah siswa Jadi 592/11=53,8

Berdasarkan tabel diatas bahwa tes formatif I dapat dilihat hasilnya,dari 11 orang anak yang

tuntas hanya 6 orang saja berarti sekitar 54,5% mencapai nilai KKM yang ada di mata pelajaran

IPS adalah 70.Oleh karena itu ada 5 anak yang belum tuntas atau sekitar 45% belum mencapai

Page 140: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1187

kkm. Berdasarkan dari pada pengamatan terhadap proses berlangsungnya pembelajaran yang

menggunankan metode bermain peran pada materi IPS yakni” Peristiwa-peristiwa penting yang

terjadi disekitar proklamasi”. Adapun kegiatan siswa perlu perhatianmeliputi

kehadiran,keaktifan,kerja sama,komunikasi,kejujuran dapat dilihat pada tabel diatas. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode

bermain peran cukup baik namaun masih perlu peningkatan.

Ada pun lembar observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

Siklus I

Hari /Tanggal : Kamis /11 pebruari 2016

Materi : Persiapan sampai detik-detik proklamasi

Observer : Sapuani,S.PdI

Tabel 1 Observasi aktivitas siswa

NO

Nama Siswa

Aktifitas siswa yang dinilai

skor 1 2 3 4 5

1 Yanti P 3 2 3 3 2 13

2 Dimas R 3 1 1 2 1 8

3 Dedi S 3 1 1 2 1 8

4 Agus H 3 1 1 2 1 8

5 Ayu L 3 1 1 2 1 8

6 Nina N 3 1 1 2 1 8

7 Naila S 3 1 1 2 1 8

8 Akh. Maulana 3 1 1 2 1 8

9 Ahmada Z 3 1 1 2 1 8

10 Muh.Revo R 3 2 1 2 1 9

11 Sefty Auzia A 3 1 1 1 1 7

12 Rata-rata % 100% 45,5% 48,5% 66,7% 36,4%

Keterangan:

No Aspek Skor Kriteria

1 Kehadiran 3 Hadir tepat waktu

2 Terlambat

1 Tidak hadir

2 Keaktifan 3 Sering bertanya

2 Pernah bertanya

1 Tidak pernah bertanya

3 Kerja sama 3 Aktif dalam kelompok

2 Kurang aktif dalam kelompok

1 Tidak aktif dalam kelompok

4 Kejujuran 3 Jujur mengerjakan soal

2 Kurang jujur mengerjakan soal

1 Tidak jujur mengerjakan soal

5 Berkomunikasi 3 Cakap berkomunikasi

2 Kurang cakap berkomunikasi

1 Tidak cakap berkomunikasi

Page 141: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1188

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Dari instrumen penilaian tugas individu berupa tes formatif pada akhir pertemuan

tentang Tokoh-tokoh penting yang berperan dalam peristiwa proklamasi dengan menggunakan

metode bermain peran diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel serta lembar observasi siswa

dibawah ini.

Tabel 2 hasil tugas individu tes formatif II

Nomor

Nama

Tes formatif

Hasilnya PG Uraian

1 Yanti Purnamasari 5 10 100

2 Dimas Ridhana 5 8 87

3 Dedi Setiawan 5 6 73

4 Agus Harianto 5 7 80

5 Ayu.Lorensa 5 8 87

6 Nina Norlita 5 8 87

7 Naila Saputri 5 7 80

8 Akhmad Maulana 4 7 73

9 Ahmada Zam Zami 5 8 87

10 Muh.Revo Revaldo 5 8 87

11 Sefty Auzia Amina 3 6 60

12 Jumlah 901

Rata-rata : jumlah skor siswa seluruhnya / Jumlah siswa

Jadi 901/11= 81,9

Ada pun lembar observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

Siklus II

Hari /Tanggal : Senin /15 pebruari 2016

Materi : tokoh penting dalalm proklamasi kemerdekaan

Observer : Sapuani,S.PdI

Tabel 2 observasi aktifitas siswa

NO

Nama Siswa

Aktifitas Siswa Yang Dinilai

skor 1 2 3 4 5

1 Yanti P 3 2 3 3 3 14

2 Dimas R 3 2 3 2 3 13

3 Dedi S 3 1 3 2 2 11

4 Agus H 3 1 3 2 1 10

5 Ayu L 3 1 3 2 1 10

6 Nina N 3 1 3 2 1 10

7 Naila S 3 2 2 2 1 10

8 Akh. Maulana 3 1 2 2 2 10

9 Ahmada Z 3 2 2 2 1 10

10 Muh.Revo R 3 2 3 3 2 13

11 Sefty Auzia A 3 2 1 2 1 9

12 Rata-rata % 100% 50,5% 84,8% 72,7% 54,5%

Keterangan:

No Aspek Skor Kriteria

1 Kehadiran 3 Hadir tepat waktu

2 Terlambat

Page 142: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1189

1 Tidak hadir

2 Keaktifan 3 Sering bertanya

2 Pernah bertanya

1 Tidak pernah bertanya

3 Kerja sama 3 Aktif dalam kelompok

2 Kurang aktif dalam kelompok

1 Tidak aktif dalam kelompok

4 Kejujuran 3 Jujur mengerjakan soal

2 Kurang jujur mengerjakan soal

1 Tidak jujur mengerjakan soal

5 Berkomunikasi 3 Cakap berkomunikasi

2 Kurang cakap berkomunikasi

1 Tidak cakap berkomunikasi

PEMBAHASAN

Hasil siswa kelas V SDN 018 Muara Komam ,pada pelajaran IPS dengan metode

bermain peran sebagai berikut: Yanti Purnamasari,Dimas Ridhana,Dedi Setiawan,Agus

Harianto,Ayu Lorensa,Nina Norlita,Nayla Saputri,Akhmad Maulana,Ahmada Zam

Zami,Muh.Revo Revaldo,Sefty Auzia Amina. Berturut-turut 87,53,53,40,53,40,53,47,53,53,dan

60.Nilai tertinggi pada siklus ini adalah Yanti Purnamasari dengan nilai 87,sedangkan nilai yang

terendah Agus Harianto dengan nilai 40.Oleh karena itu ,ketuntasan KKM belum mencapai

harapan yang ditentukan dapat dilihat dari tabel 1 dan 2 diatas.Hasil ketuntasan pada tabel 1 tes

Individu formatif I,terterah hasil mencapai 53,4%. tuntas 9,10% berkisar 1 orang siswa

mencapai KKM.Sementara 90,9% tidak mencapai tuntas ,terdapat 10 siswa belum mencapai

KKM, Dari 11 orang siswa.Hasil dari pada tabel II terdapat tes individu formatif II yang

mengalami peningkatan signifikan mencapai 90.9% tuntas,dengan jumlah siswa 10 orang

dengan nilai masing-masing 100,87,73,80,87,87,80,73,87,87 dan 60 pada kali ini yang

memperoleh nilai tertinggi adalah Yanti Purnamasari dengan nilai 100 sedang nilai terendah

adalah sefty Auzia Amina dengan nilai 60.Begitu pula yang belum mencapai tuntas hanya

9,10% ,dengan jumlah siswa 1 orang.Atau denga kata lain ketuntasan pada tabel keII mencapai

81,9% maka dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran sangat signifikan peningkatan

hasil belajar dan keaktifan siswa kelas V SDN 018 Muara Komam.

Melihat hasil dari siklus I dapat dikatagorikan cukup baik.Sedang siklus II dengan

predikat sangat baik. Hal ini disebabkan dalam siklus IIsiswa lebih siap dalam bermain peran

pada scenario pembelajaran yang telah ditentukan,juga kepercayaan diri dalam melakoni peran

itu meningkat.Ada pun rekapan nilai pada siklus I dan II sebagai berikut:

Tabel 3 rekapan nilai siswa kelas V siklus I dan II

NO Nama KKM I II Keterangan

1 Yanti Puenamasari 70 87 100 Terlampaui

2 Dimas Ridhana 70 53 87 Terlampaui

3 Dedi Setiawan 70 53 73 Terlampaui

4 Agus Harianto 70 40 80 Terlampaui

5 Ayu Lorensa 70 53 87 Terlampaui

6 Nina Norlita 70 40 87 Terlampaui

7 Naila Saputri 70 53 80 Terlampaui

Page 143: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1190

8 Akhmad Maulana 70 47 73 Terlampaui

9 Ahmada Zam Zami 70 53 87 Terlampaui

10 Muh.Revo Revaldo 70 53 87 Terlampaui

11 Sefty Auzia Amina 70 60 60 Belum Tuntas

Hasil respon siswa terhadap metode bermain peran pada pembelajaran IPS kelas V

tentang “Jasa dan peran tokoh-tokoh disekitar proklamasi kemerdekaan”. Dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 4 Hasil Respon Siswa terhadap Penerapan Metode Bermain Peran dalam pembelajaran

Jasa dan Tokoh-tokoh disekitar proklamasi

No Pernyataan SS S TS STS Jumlah

1 Saya merasa puas adanya

pembelajaran bermain peran

8 3 11

2 Model pembelajaran bermain peran

dapat menghilangkan rasa bosan saat

proses kegiatan belajar mengajar

9 2 11

3 Dalam pembelajaaran bermain peran

motivasi saya untuk belajar semakin

meningkat

8 1 1 11

4 Model pembelajaran bermain peran

membuat saya semangat untuk

mempelajari IPS di rumah

7

2 2 11

5 Model bermain peran membuat saya

lebih aktif dalam pembelajaran

10 1 11

6 Dengan model bermain peran saya

menjadi sering bekerjasama dengan

teman dalam pembelajaran

9 2 11

7 Saya setuju model pembelajaran

bermain peran sangat cocok

diterapkan Pada pelajaran IPS

10 1 11

8 Dengan model pembelajaran

bermain peran membuat saya

bersungguh- sungguh mempelajari

mata pelajaran IPS

9 1 1 11

9 Saya setuju model pembelajaran

bermain peran diterapkan pada

materi pelajaran lain

8 1 1 1 11

10 Saya setuju bahwa model

pembelajaran bermain peran adalah

model yang efektif dan inovatif

10 1 11

11 Dengan model pembelajaran

bermain peran saya lebih mudah

memahami mata pelajaran IPS

9

2 11

Page 144: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1191

Keterangan pilihan jawaban:

1. = Sangat setuju

2. = Setuju

3. = Kurang setuju

4. = Tidak setuju

5. = Sangat tidak setuju

Hasil angket pada Tabel 4 di atas menggambarkan bahwa dari 11 siswa, sebanyak

82,30% menyatakan sangat setuju dan sebanyak 12,80% menyatakan setuju bahwa metode

bermain peran dapat diterapkan pada pembelajaran IPS. Karena dengan metode bermain peran

lebih menarik, dapat berbagi pengetahuan dengan teman, lebih mudah memahami materi, dapat

meningkatkan hasil belajar, salah satu model pembelajaran yang inovatif, dapat menghilangkan

rasa bosan, motivasi belajar meningkat, dapat berkerja sama dan tukar pikiran, sehingga mereka

puas dengan metode bermain peran. Adapun sebanyak 4,30% yang menyatakan tidak setuju dan

0,60% yang menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

metode bermain peran dapat tanggapan positif dari siswa sehingga dapat dijadikan salah satu

altenatif metode pembelajaran pada materi pembelajaran IPS.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar siswa

kelas V SDN 018 Muara Komam.

2. Keaktifan siswa signifikan peningkatannya selama pembelajaran berlangsung melalui

metode “Bermain Peran”.

3. Hasil belajar siswa sangat meningkat dibuktikan dengan tingkat pencapaian ketuntasan

begitu tinggi.

4. Pencapaian KKM pada siklus I sebanyak 53,8% sedangkan pada siklus II peningkatan

pencapaian KKMnya tinggi sebasar 81,9%.

12 Saya yakin model pembelajaran

bermain peran dapat meningkatkan

hasil belajar saya

10 1 11

13 Dengan model bermain peran siswa

menjadi lebih banyak bertanya

tentang jasa dan peran Tokoh-tokoh

proklamasi kemerdekaan

9 1 1 11

14 Dengan model bermain peran siswa

dapat berbagi pengetahuan dengan

teman pada saat pembelajaran

berlangsung

10 1 11

15 Model pembelajaran bermain peran

lebih menarik dibandingkan metode

ceramah.

9 1 1 11

Jumlah 135 21 7 1 164

Persentase 82,30 12,80 4,30 0,60 100

Page 145: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1192

SARAN

1. Bagi peneliti Sendiri,semoga dapat meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti

untuk meneliti sesuai dengan permasalahan yang ada.

2. Mamfaat bagi Sekolah ,diharapkan adanya peningkatan administrasi guru pada

kegiatan belajar mengajar yang lebih lengkap.

2. Mamfaat bagi Guru,semoga dapat meningkatkan kompetensinya,serta menciptakan

kesadaran guru tentang tanggungjawab terhadap pelaksanaan tugasnya serta mampu

berkreativitas yang lebih.

3. Mamfaat bagi Siswa diharapkan dapat lebih percaya diri didalam mengikuti pembelajaran

sehingga mencapai target yang diinginkan.Serta adanya kesiapan belajar,keseriusan

keingintahuan, dan semangat belajar tinggi terhadap pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi (2001). Pengertian Aktivitas Belajar siswa diakses 11 pebruari 2016 di Penelitian

Tindakan Kelas (PTS) yang bejudul meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas X4

SMAN 1 KUARO pada materi ikatan kimia dengan menggunakan metode Role

Play,Tahun 2013.

Anamulyana(2012) Hasil-hasil belajar dan factor belajar diakses tanggal 3 maret 2016 di

Http://anamulyana.blogspot.co.id/2012.

Dimyati danMujianono (2006). Defenisi Hasil Belajar menurut para ahli diakses pada tanggal

11 pebruari 2016 di Https://himitsuqalbu.wordpress.com

Giono(2013). Penelitian Tindakan Kelas (PTS) dengan judul meningkatkan HasilBelajar siswa

kelas X4 SMANegeri 1 Kuaro dengan materi Ikatan kimia menggunakan

metode Role Play.

JamarahdanZen (2006). Definisi Hasil Belajar menurut para ahli diakses pada tanggal 11

pebruari 2016 di Https://himitsuqalbu.wordpress.com

Mardhiyyah (2010) Metode role play dalam meningkatkan hasil belajar bahasa

Indonesia,diakses pada tanggal 29 pebruari 2016 di

novemdejavu.blogspot.com.id

Nana Sujana (2004:62) bahwa metode role playing di akses pada tanggal 29 pebruari 2016 di

novemdejavu.blohspot.com.id

Selameto (1991) bahwa role playing adalahperanan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan

tanpa dilakukan latihan diakses pada tanggal 29 pebruari 2016 di

novemdejavu.blogspot.com.id

Page 146: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1193

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SDN PESANGGRAHAN

02 BATU MELALUI MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATERI

AKTIVITAS EKONOMI

Nur Habibi Kholis

SDN Pesanggrahan 02

[email protected]

Abstrak : penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang

materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam di kelas 4 SDN

Pesanggrahan 02 Batu semester 2 dengan menggunakan model belajar examples non

examples. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus melalui 4

tahapan yaitu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media,

menyusun lembar kerja siswa, dan menyiapkan lembar observasi siswa. Model belajar

examples non examples dilakukan dengan cara membagi siswa dalam beberapa

kelompok dilanjutkan dengan memberikan gambar-gambar yang relevan dengan materi

dengan didukung oleh lembar kerja kelompok yang diawali dengan penjelasan dari

guru.

Kata kunci : meningkatkan pemahaman dengan examples non examples

Pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada

pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam

mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat. Bobot dan

keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Secara mendasar,

pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku

dan kebutuhannya. Di dalam Ilmu Pengetahuan Sosial seorang siswa dituntut untuk memahami

berbagai kegiatan ekonomi, berbagai gejala sosial yang ada di lingkungannya, dan juga masih

banyak lagi materi-materi lain yang sangat luas. Seorang siswa diharapkan untuk menguasai

setiap kompetensi yang diharapkan oleh pemerintah melalui acuan kurikulum yang ada. Teori

belajar behaviouristik menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku hasil

interaksi antara stimulus dan respon, yaitu peoses manusia untuk memberikan respon tertentu

berdasarkan stimulus yang datang dari luar. Stimulus dan Respon ini terdiri dari unsur

dorongan, rangsangan, respon dan penguatan.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pesanggrahan 02 kelas IV. Sekolah ini adalah

sekolah yang terdapat di area gunung panderman yang menjadi salah satu destinasi wisata alam

di kota Batu. Akan tetapi, walaupun menjadi daerah destinasi wisata, daerah ini masih tergolong

daerah tang tertinggal, tertinggal dalam pembangunan sarana prasarananya maupun

pengetahuan orang-orangnya. Hal ini yang mengakibatkan bahwa, bagi siswa aktivitas ekonomi

yang mereka kenal hanya tani dan ternak itu saja. Oleh karena itu media gambar dan film-film

aktivitas ekonomi di daerah lainnya dirasa perlu dan cocok dipraktekkan pada pokok bahasan

tersebut.

Dalam hal ini penulis telah melakukan pembelajaran IPS dalam kompetensi dasar

Aktivitas Ekonomi berkaitan dengan Sumber Daya Alam dan Potensi Lain di daerahnya. Disini

diharapkan siswa mampu untuk memahami materi tersebut dan akhirnya selain siswa

mendapatkan nilai yang baik, siswa juga telah mampu membedakan jenis kegiatan ekonomi dan

potensi yang ada sesuai dengan jenis daerahnya masing-masing. Namun hasilnya, ternyata

dengan melalui pembelajaran ini siswa menunjukkan hasil yang tidak seperti yang diharapkan.

Page 147: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1194

Banyak nilai yang masih dibawah KKM yang ditentukan. Hanya beberapa siswa saja yang

mendapatkan nilai diatas KKM. Selain itu banyak diantara mereka yang merasa tidak bisa

memahami materi ini. Hal ini mengingat mereka tinggal di daerah pegunungan, sehingga yang

mereka tahu adalah kegiatan ekonomi yang ada disekeliling mereka saja, untuk daerah lain

mereka tidak mengetahui secara langsung. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang

telah dilakukan oleh penulis belum menjadi pembelajaran yang efektif.

Model pembelajaran adalah Pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap

kegiatan (sintaks) keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan rangkaian kegiatan

pembelaran yang dilakukan guru (almahdi syahza “model-model pembelajaran”: 2008). Maka

dari itu penulis menentukan judul “Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Aktivitas

Ekonomi Berkaitan Dengan Sumber Daya Alam Dan Potensi Lain Di Daerahnya Melalui Model

Examples Non Examples”. Karena dirasa dengan menggunakan model Examples non Examples

anak-anak dapat lebih termotivasi untuk mengikuti dan secara berangsur-angsur memahami

berbagai contoh kegiatan ekonomi dan potensi lain di daerahnya maupun daerah lain yang

belum pernah mereka temui. Dalam hal ini pemahaman siswa dapat dilihat dari nilai yang

mereka dapatkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah dengan diterapkannya model pembelajaran Examples

non Examples diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang Aktivitas Ekonomi

berkaitan dengan Sumber Daya Alam dan Potensi lain di daerahnya. Tentunya hal ini dibuktikan

dengan bertambahnya motivasi belajar siswa, keaktifan siswa dalam pembelajaran, dan hasil

pembelajaran yang lebih baik daripada sebelumnya.

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu

bagi peneliti (Guru) diharapkan guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan

dalam pembelajaran IPS khususnya dan pelajaran lain pada umumnya sehingga pembelajaran

lebih efektif. Sedangkan bagi siswa diharapkan siswa dapat terpacu dan termotivasi pada

pembelajaran yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran IPS selain itu siswa dapat

memperoleh nilai yang sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang direncanakan terdiri

dari 2 siklus. Siklus I berlangsung selama 3 minggu dengan 3 kali pertemuan yaitu tanggal 1

Maret s/d 23 Maret 2016. Siklus II berlangsung antara tanggal 1 s/d 25 April 2016 selama 3 kali

pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV semester II SDN Pesanggrahan 02

yang berjumlah 22 orang terdiri dari 12 siswa putra dan 10 siswa putri, dengan lingkungan asal

yang relatif sama, karena berada pada satu desa yang sama di daerah pegunungan kota Batu.

Setiap pembelajaran dilaksanakan oleh guru peneliti dengan didampingi oleh 2 teman guru

sejawat yang berperan sebagai pengamat kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Tentunya guru-guru ini telah dibekali lembar pengamatan oleh guru peneliti.

Penelitian ini dinyatakan berhasil dan sesuai dengan tujuan apabila dapat mencapai

hasil belajar dengan nilai siswa diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada materi

aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam ditentukan KKMnya adalah 6,50 (enam

koma lima nol). Data awal didapat guru dari nilai siswa pada pra siklus, didukung dengan

adanya nilai pre test dan post test setiap siklus yang dilakukan.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang masing-masing dengan 4 tahapan, yaitu

tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Siklus I

Perencanaan, Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu, penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran, menyusun lembar

Page 148: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1195

kerja siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Pada tahap penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran disusun Kompetensi Dasar yang dipilih dan pengembangan Indikator

pembelajaran. Selanjutnya sebagai pendukung pembelajaran maka dikembangkan pula media

pembelajaran beserta lembarkerja siswa yang digunakan sebagai pedoman belajar siswa dengan

dilengkapi juga lembar observasi siswa sebagai tolak ukur keberhasilan perbaikan pembelajaran

yang dilakukan.

Pelaksanaan, tahapan ini adalah bentuk pelaksanaan dari rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini meliputi kegiatan awal seperti presensi kehadiran

dan appersepsi berupa lagu, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang didalamnya guru

menampilkan contoh gambar-gambar, sedangkan siswa menganalisa bersama dengan

kelompoknya. Berikutnya siswa menyampaikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas,

sedangkan kelompok lain menambah dan memberi tambahan. Dan terakhir guru memberikan

post test berupa tanya jawab dan soal tertulis. Kegiatan ini ditutup dengan menyimpulkan

bersama-sama siswa dan guru juga refleksi atas kegiatan pembelajaran yag telah dilakukan.

Pengamatan, tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan proses pelaksanaan. Guru peneliti

dibantu oleh guru-guru dari satu sekolah atau dari sekolah lain, dalam hal ini guru observer

berasal dari guru tertunjuk yang berasal dari satu sekolah peneliti, karena dirasa lebih efektif

dan fleksibel. Guru-guru tersebut berperan mengamati semua kegiatan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Bagaimana antusiasme anak, bagaimana keaktifan anak, bagaimana

semangat belajar anak dan hal-hal lain yang perlu untuk dijadikan bahan penelitian guru

peneliti. Tentunya pengamatan ini dibantu dengan instrumen pengamatan yang telah disiapkan

oleh guru peneliti.

Refleksi, tahap ini dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan dan pengamatan observer selesai.

Pada tahap ini guru peneliti menyampaikan kesan pesannya tentang kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan didepan semua guru observer dan satu guru yang berperan sebagai moderator

refleksi. Setelah peneliti selesai, dilanjutkan dengan penyampaian hasil pengamatan dari guru

observer atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru peneliti. Dari data-data

yang terkumpul ini akan menjadi perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Siklus II

Perencanaan, Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu, penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran, menyusun lembar

kerja siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Pada tahap penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran disusun Kompetensi Dasar yang dipilih dan pengembangan Indikator

pembelajaran. Selanjutnya sebagai pendukung pembelajaran maka dikembangkan pula media

pembelajaran beserta lembarkerja siswa yang digunakan sebagai pedoman belajar siswa dengan

dilengkapi juga lembar observasi siswa sebagai tolak ukur keberhasilan perbaikan pembelajaran

yang dilakukan.

Pelaksanaan, tahapan ini adalah bentuk pelaksanaan dari rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini meliputi kegiatan awal seperti presensi kehadiran

dan appersepsi berupa lagu, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang didalamnya guru

menampilkan contoh gambar-gambar, sedangkan siswa menganalisa bersama dengan

kelompoknya. Berikutnya siswa menyampaikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas,

sedangkan kelompok lain menambah dan memberi tambahan. Dan terakhir guru memberikan

Page 149: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1196

post test berupa tanya jawab dan soal tertulis. Kegiatan ini ditutup dengan menyimpulkan

bersama-sama siswa dan guru juga refleksi atas kegiatan pembelajaran yag telah dilakukan.

Pengamatan, tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan proses pelaksanaan. Guru peneliti

dibantu oleh guru-guru dari satu sekolah atau dari sekolah lain, dalam hal ini guru observer

berasal dari guru tertunjuk yang berasal dari satu sekolah peneliti, karena dirasa lebih efektif

dan fleksibel. Guru-guru tersebut berperan mengamati semua kegiatan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Bagaimana antusiasme anak, bagaimana keaktifan anak, bagaimana

semangat belajar anak dan hal-hal lain yang perlu untuk dijadikan bahan penelitian guru

peneliti. Tentunya pengamatan ini dibantu dengan instrumen pengamatan yang telah disiapkan

oleh guru peneliti.

Refleksi, tahap ini dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan dan pengamatan observer selesai.

Pada tahap ini guru peneliti menyampaikan kesan pesannya tentang kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan didepan semua guru observer dan satu guru yang berperan sebagai moderator

refleksi. Setelah peneliti selesai, dilanjutkan dengan penyampaian hasil pengamatan dari guru

observer atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru peneliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan

Kegiatan ini dilakukan dalam 4 tahapan kegiatan yaitu, penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran, menyusun lembar kerja

siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) diawali dengan menentukan Kompetensi Dasar, dan indikatonya.

Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana kegiatan yang akan dilakukan yang berupa

kegiatan awal, inti, dan penutup.

Setelah RPP telah tersusun dengan baik, selanjutnya dilakukan pengembangan media

yang akan digunakan pada pembelajaran. Karena model belajar yang dipakai pada penelitian ini

adalah examples non examples, maka peneliti menyiapkan media yang berupa contoh beberapa

gambar kegiatan ekonomi dicetak warna yang nantinya akan ditempelkan di papan tulis. Selain

itu peneliti juga menyiapkan gambar-gambar lain yang nantinya akan ditampilkan menggunakan

LCD Proyektor. Pada pertemuan kedua ditambah dengan disiapkannya film tentang berbagai

sumber daya alam yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi masyrakat. Film ini disiapkan

dalam rangka menyikapi rasa bosan siswa jika hanya melihat dan mengamati gambar.

Tahap berikutnya yang juga sangat penting, peneliti menyusun sebuah lembar kerja

siswa, baik itu lembar kerja kelompok maupun lembar kerja individu. Lembar kerja kelompok

berisi gambar-gambar yang harus diamati siswa dengan anggota kelompoknya. Siswa

mendiskripsikan gambar mulai dari apa maksud gambar, tempatnya dimana, menghasilkan apa,

atau dimanfaatkan untuk apa. Sementara itu, dari lembar kerja individu siswa menghubungkan

antara kegiatan ekonomi dan tempat yang sesuai dengan kegiatan ekonomi tersebut.

Kegiatan terakhir dalam tahap perencanaan berikutnya adalah dengan menyusun lembar

observasi siswa. Lembar observasi ini selain dibawa oleh guru peneliti juga dibawa oleh guru

dari teman sejawat selaku observer. Lembar observasi ini berisi tentang hasil observasi tingkah

laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tentu saja ditunjang dengan deskripsi

singkat tentang kegiatan siswa, sekaligus apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing

siswa yang perlu lebih diperhatikan oleh guru. Hal ini penting sekali karena berkaitan dengan

tindak lanjut berikutnya yang harus dilakukan pada siklus II.

Page 150: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1197

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini berlangsung selama 2 pertemuan, pertemuan

pertama berlangsung tanggal 3 maret 2016, sedangkan pertemuan kedua berlangsung pada

tanggal 10 maret 2016. Pada pertemuan pertama pembelajaran diawali dengan presensi siswa

dan dilanjutkan dengan siswa dan guru menyanyikan lagu menanam jagung. Dalam hal ini

siswa benar-benar menunjukkan semangat belajarn yang tinggi, siswa benar-benar termotivasi

untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilakukan. Setelah itu guru memberikan pertanyaan

sebagai apersepsi berkaitan dengan materi sumber daya alam. Pertanyaan tersebut meliputi,

apakah kalian sudah sarapan sebelum berangkat ke sekolah? makan apa? dapat dari mana

makanan tersebut? Pertanyaan pertanyaan ini ternyata mampu menggugah pemahaman awal

siswa tentang aktivitas ekonomi.

Kegiatan inti diawali dengan membagi siswa dalam 5 kelompok kecil. Karena semua

siswa berjumlah 22 siswa, maka kelompok 1 dan 2 berjumlah 5 anak, sedangkan kelompok 3-5

berjumlah 4 anak. Berikutnya guru mulai menempelkan gambar-gambar beberapa contoh

kegiatan ekonomi dilingkungan siswa, kegiatan ini ditunjukkan pada Gambar 1

Tampak pada Gambar 1, selain siswa memperhatikan gambar yang ditempelkan guru,

siswa juga mengamati gambar pada lembar kerja kelompok yang sama dengan gambar yang

ditempel di depan kelas. Dalam hal ini guru memberikan petunjuk pada siswa untuk berdiskusi

dengan kelompoknya masing-masing berkaitan dengan mencari kegiatan apa pada gambar,

biasanya terjadi dimana, dan apa hasilnya. Kegiatan diskusi siswa terlihat pada Gambar 2

Dapat dilihat melalui gambar 2 bahwa siswa sangat antusias untuk berdiskusi dengan

kelompoknya terkait gambar yang ditempelkan oleh guru di depan kelas. Dalam hal ini siswa

menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan gambar. Selama proses ini siswa banyak

dibimbing oleh guru terkait dengan apa yang ada pada gambar, dimana tempat terjadinya

Gambar 1. Siswa mengamati gambar yang ditempelkan

Gambar 2. Siswa menganalisa gambar pada Lembar Kerja Kelompok

Page 151: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1198

gambar, dan apa yang dihasilkan pada gambar. Untuk lebih jelasnya perhatikan psroses analisa

tersebut melalui Gambar 3.

Berikutnya dilanjutkan dengan perwakilan dari masing-masing kelompok membacakan hasil

analisanya didepan kelas, sementara itu kelompok yang lain banyak yang bertanya untuk

menyanggah maupun menambahi hasil analisa kelompok lain.

Pada kegiatan ini hampir semua siswa sangat aktif, meskipun ada beberapa yang masih

terkesan malu-malu dan tidak percaya diri dengan hasil analisa kelompoknya. Setelah semua

kelompok telah maju untuk menyampaikan hasil analisanya, guru memberikan penguatan dan

pembetulan konsep atas apa yang telah disampaikan oleh siswa melalui kelompok-kelompok

tersebut, siswa yang kurang jelas bertanya secara langsung kepada guru. Sementara itu pada

pertemuan kedua kegiatan inti ditambah dengan adanya penayangan film tentang aktivitas

ekonomi yang ada di daerah-daerah lain. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab guru dan

siswa tentang materi yang telah dipelajari sebagai post test kemampuan siswa. Post tes ini

diberikan untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi pembelajaran yang telah

disampaikan.

Dari kegiatan post test, dari 22 siswa diperoleh data bahwa sudah 17 siswa memperoreh

nilai diatas KKM (Tuntas), sedangkan 5 siswa masih memperoleh nilai dibawah KKM (Belum

tuntas). Dengan rentang nilai terendah 60 dan tertinggi 5. Sementara itu dari rata-rata kelas

didapatkan rata-rata 70,4 yang sebelumnya di pra siklus hanya sebesar 60,6. Dalam hal ini bisa

kita simpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil nilai siswa pada siklus I ini. Melalui model

pembelajaran examples non examples siswa lebih senang dan antusias dalam mengikuti

pembelajaran. Ditandai juga dengan adanya siswa yang pada pertemuan pertama kurang

memahami materi menjadi lebih paham materi yang dipelajarinya. Berikut ini perbandingan

rata-rata siswa pra siklus dan pada siklus I

Rata-rata kelas Keterangan

Pra Siklus Siklus I

60,6 70,4 Naik

Gambar 3. Suasana diskusi kelompok

Gambar 4. Perwakilan kelompok membacakan hasil dan kelompok lain memberikan tanggapan

Tabel 1. Rerata siklus I

Page 152: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1199

Dapat dilihat pada Tabel 1 terjadi kenaikan dimana pada pra siklus nilai rata-rata 60,6

sedangkan setelah siklus I rata-rata menjadi 70,4. Hal ini disebabkan karena pada siklus I

peneliti telah menggunakan examples non examples, yang didalamnya menampilkan gambar

dan berbagai video yang bermacam-macam. sehingga hal ini meningkatkan keaktifan dan

antusiasme siswa. Siswa tahu secara langsung contoh setiap aktivitas ekonomi dan sumber daya

alam yang ada. Akhirnya siswa mampu menyebutkan berbagai contoh kegiatan ekonomi dan

sumber daya alam yang tidak ada pada tempat tinggalnya.

Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang dibantu oleh 2 orang guru selaku observer pada

pembelajaran yang berlangsung pada pembelajaran yang pertama dengan penggunaan model

pembelajaran examples non examples siswa sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dari

awal pembelajaran yang diawali dengan nyanyi bersama, telah mampu menarik minat belajar

siswa. Saat ditanya oleh guru tentang apersepsi juga menunjukkan bahwa anak sedikit telah

mengetahui aktivitas ekonomi. Memasuki kegiatan inti siswa telah siap dan fokus mengikuti

pembelajaran dengan kelompoknya masing-masing. Siswa secara otomatis bahu membahu

untuk menganalisa gambar yang disajikan oleh guru. Namun masih didapati beberapa anak

masih mengalami kesulitan untuk mengungkapkan pendapatnya melalui kerja kelompok. Hal ini

didapati pada anak-anak yang memang masih membutuhkan perhatian khusus. Demikian halnya

sewaktu siswa yang lain maju untuk membacakan hasil kerja kelompoknya, masih ada beberapa

anak yang terkesan kurang perhatian dengan apa yang dibaca oleh temannya didepan kelas.

Sedangkan pada pertemuan kedua siswa juga masih melakukan hal yang sama, namun

ditambahi dengan ditampilkannya film dan gambar-gambar yang bermacam-macam melalui

proyektor. Dari sini diperoleh hasil yang mengalami peningkatan dari pertemuan yang pertama,

selain itu siswa juga lebih termotivasi dan lebih aktif daripada pertemuan pertama. Namun anak-

anak yang kemarin membutuhkan perhatian yang lebih masih juga didapati pada anak-anak

tersebut, sama seperti pertemuan sebelumnya. Beberapa hasil pengamatan ini akan menjadi

objek tindakan berikutnya di siklus II.

Refleksi

Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan adanya

refleksi yang dilakukan oleh guru peneliti dan guru observer. Kegiatan ini dimulai dari guru

yang berperan sebagai moderator membuka pembahasan dengan guru peneliti yang

menyampaikan kesan pesan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah itu 2 orang

guru observer memberikan beberapa tanggapan terkait pembelajaran yang dilakukan guru

peneliti. Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa pada dasarnya kegiatan pembelajaran berjalan

dengan baik dan efektif. Hampir semua siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan antusias

dan penuh gairah. Dari awal kegiatan yang bermula dengan menyanyi bersama dan dilanjutkan

dengan siswa yang dibagi menjadi kelompok kecil, siswa menunjukkan keaktifan yang lebih

baik dari pada pembelajaran sebelum penelitian. Dengan bekerja kelompok, siswa mau untuk

bekerja dengan temannya dan menyampaikan gagasannya pada temannya.

Dengan bantuan gambar yang ditempel dan ditampilkan guru melalui proyektor, mampu

menarik perhatian siswa. Siswa banyak menebak dan menganalisa gambar tersebut yang

dihubungkan dengan pengetahuan dasar mereka, rata-rata analisa mereka tidak menemui

kesulitan. Namun tak bisa dipungkiri bahwa masih ada beberapa anak yang kurang percaya diri,

beberapa siswa tidak berani memberikan gagasan mereka pada teman-teman kelompoknya. Saat

ada kelompok lain yang membaca hasil kerja kelompoknya di depan kelas, anak-anak tersebut

Page 153: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1200

juga kurang perhatian terhadapnya. Tak jarang mereka hanya duduk diam dan tak berkata apa-

apa.. Selain itu menurut guru observer, waktu yang diggunakan untuk kegiatan ini, saat anak-

anak bekerja kelompok sampai menyampaikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, waktu

yang dipakai kurang efektif, masih banyak waktu yang terbuang. Hal ini memang disebabkan

bahwa saat kegiatan kerja kelompok ada satu gambar yang kurang bisa dipahami oleh anak.

Sebabnya gambar tersebut terlalu luas dan kurang bisa dihubungkan dengan petunjuk kerja guru

meliputi kegiatan apa pada gambar, biasanya terjadi dimana, dan apa hasilnya. Beberapa

kekurangan ini akan ditindak lanjuti dan diperbaiki pada pembelajaran berikutnya di siklus II.

Siklus II

Perencanaan

Seperti halnya kegiatan pada siklus I, kegiatan pada siklus II ini dilakukan dalam 4

tahapan kegiatan yaitu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media

pembelajaran, menyusun lembar kerja siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Kegiatan

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dimulai dengan menganalisa hasil belajar

pada siklus I. Dalam hal ini, penulis merencanakan pembelajaran sebagai perbaikan atas

kekurangan dan masalah yang terjadi pada pembelajaran siklus I. Kompetensi dasar yang

diajarkan masih tetap sama dengan pembelajaran siklus I, namun indikator pada siklus II ini

dikembangkan dengan menambah indikator yang masih relevan dengan kompetensi dasarnya.

Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 8 April 2016, sedangkan pertemuan kedua

dilaksanakan pada tanggal 14 April 2016 .

Setelah RPP tersusun dengan baik, langkah berikutnya dilanjutkan dengan

mengembangkan media pembelajaran yang akan digunakan pada pembelajaran siklus II. Pada

siklus I terdapat kekurangan pada media pembelajaran berupa media gambar yang beberapa

diantaranya kurang bisa dimengerti oleh siswa, maka dalam siklus II ini disiapkan media

gambar yang lebih jelas dengan makna gambar yang lebih mudah diinterprestasikan oleh siswa.

Berikutnya setelah penentuan dan persiapan media pada pembelajaran siklus II, dilanjutkan

dengan pembuatan lembar kerja siswa yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran tersebut.

Dalam hal ini peneliti membuat lembar kerja berupa lembar kerja kelompok dan lembar kerja

individu.

Tahapan terakhir dalam tahap perencanaan ini disempurnakan dengan disiapkannya

lembar observasi oleh peneliti. Lembar observasi ini dibuat untuk menilai setiap aktivitas siswa

didalam kelompoknya secara individu. Yang diamati dalam hal ini meliputi kerjasama,

ketelitian, keberanian mengeluarkan pendapat, efektifitas kerja, serta hasil diskusi

kelompoknya. 5 hal ini yang nantinya menjadi acuan penilaian selama proses pembelajaran

siklus II berlangsung.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang dilaksanakan pada pertemuan pertama

tanggal 8 April 2016 berlangsung selama 2x35 menit (2 jam pelajaran). seperti halnya

pembelajaran yang lain, pertemuan pertama ini diawali dengan presensi kehadiran siswa dan

penyiapan kondisi siswa. Siswa diajak bernyanyi bersama tentang lagu ibu pertiwi. Melalui lagu

ini, peneliti menanyakan pengetahuan dasar siswa tentang makna sebenarnya dari lagu tersebut.

Hal ini dilakukan sebagai kegiatan apersepsi pembelajaran. Memasuki kegiatan inti, siswa telah

dibagi dalam beberapa kelompok kecil dengan pembentukan posisi tempat duduk yang juga

dikelompokkan. Langkah selanjutnya, siswa memperhatikan papan yang berisi gambar yang

ditempel oleh guru peneliti didepan kelas. Kemudian guru mulai membagikan lembar kerja

Page 154: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1201

kelompok pada masing-masing kelompok. Setelah mendapatkan lembar kerja kelompok secara

rata siswa mulai dengan memperhatikan setiap penjelasan langkah kerja pada lembar kerja A,

didukung dengan upaya guru untuk menjelaskan setiap langkah tersebut secara lisan. Dengan

dibatasi waktu yang ditentukan oleh guru, setiap kelompok mulai berdiskusi dengan selalu

dipandu oleh guru. Selama kegiatan ini guru selalu berkeliling pada masing-masing kelompok.

Tampak terlihat pada Gambar 5

Setelah kegiatan diskusi sesuai lembar kerja A, selanjutnya siswa mengamati video

yang ditayangkan oleh guru. Dalah hal ini guru menayangkan beberapa video yang berbeda

namun dengan tema yang sama. Dari video ini siswa diarahkan untuk melakukan lembar kerja

B. Pada lembar kerja B ini siswa diarahkan untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan

merusak sumber daya alam dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka

melestarikan sumber daya alam.

Selama kegiatan ini guru selalu berkeliling untuk membantu setiap diskusi kelompok

yang berlangsung. Setelah waktu yang ditentukan selesai, selanjutnya perwakilan dari masing-

masing kelompok menyampaikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas. Sementara itu

kelompok yang lain diminta untuk menanggapi hasil kerja kelompok temannya. Dalam hal ini

guru berperan sebagai moderator.

Kegiatan inti pembelajaran tersebut ditutup dengan guru yang mengajak siswa untuk memajang

hasil kerja kelompoknya ditempat yang telah disiapkan.

Sementara itu pada pembelajaran pertemuan kedua, karena pertemuan ini sebagai

penyempurna atas pertemuan pertama, guru masih menggunakan indikator yang sama. Maka

Gambar 5. Siswa berdiskusi secara berkelompok

Gambar 3. Siswa menyampaikan hasil diskusinya

Gambar 2. Siswa memperhatikan tayangan

video

Page 155: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1202

dari itu pada kegiatan inti, siswa diajak secara langsung mengamati secara langsung masalah

masalah yang dapat merusak sumber daya alam dan apa upaya pelestarian lingkungan yang

dapat dilakukan. Berbeda pada pertemuan pertama yang menggunakan video sebagai medianya,

dalam pertemuan pertama ini, siswa diajak keluar kelas untuk mengamati area lingkungan

sekolah dan sekitarnya. Disini siswa dibekali dengan lembar kerja kelompok untuk

memudahkan kegiatan pengamatan mereka. Diluar kelas siswa diajak melihat secara nyata apa

kegiatan yang merusak sumber daya alam yang terjadi dilingkungannya. Tahap berikutnya

siswa diarahkan untuk berfikir apa yang dapat dilakukan sebagai bentuk upaya untuk mengatasi

masalah-masalah tersebut. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator kegiatan. Dalam

waktu yang telah disepakati sebelumnya, siswa kembali kedalam kelas untuk menyampaikan

hasil pengamatannya didepan kelas dengan dipandu oleh guru. Sementara siswa yang lain

memberikan tanggapan pada hasil kerja kelompok lain.

Setelah semua kegiatan terlaksana, pada pertemuan kedua siswa diberikan post test

berupa soal yang harus dikerjakan secara individu. Akhirnya setelah kegiatan selesai siswa

diajak untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari disertai kegiatan refleksi.

Pada pertemuan pertama dan kedua ditutup dengan pemberian pekerjaan rumah berupa tugas

untuk membaca bab berikutnya.

Dari pertemuan pertama dan kedua pada siklus II didapatkan hasil post test siswa dengan data

rata-rata sebagai berikut :

Rata-rata kelas Keterangan

Pra Siklus Siklus I Siklus II

60,6 70,4 77,2 Naik

Dari data diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada hasil tes

pemahaman siswa. Pada siklus II rerata nilai siswa naik menjadi 77,2.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Pada

pertemuan pertama guru peneliti dibantu oleh 9 orang teman guru yang bertindak sebagai

observer. Dari sini didapatkan bahwa pembelajaran diawali dengan kondusif, hal ini

ditunjukkan dengan antusiasme yang tinggi dari siswa. Ketika siswa diajak untuk bernyanyi ini

menjadi permulaan kesiapan belajar siswa, tampak siswa sangat bersemangat. Di langkah

kegiatan berikutnya, setelah siswa duduk secara berkelompok, siswa mulai ingin tahu atas apa

yang akan dilakukan dengan teman sekelompoknya. Setelah gambar dipasang oleh guru, tampak

siswa mulai menabak gambar-gambar yang dipajang. Ini menandakan bahwa siswa antusia

mengikuti kegiatan pembelajaran yang mulai dilakukan. Setelah membaca dan mendengarkan

langkah kerja pada lembar kerja yang dibagikan oleh guru, siswa mulai diskusi dengan aktif.

Saat ada anak-anak yang kurang aktif, peneliti selalu berusaha membantu kesulitan mereka.

Dalam kegiatan diskusi ini, siswa benar-benar terbawa alur pembelajaran.

Setelah mengamati media gambar selesai, siswa disuguhi dengan tayangan beberapa

video yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan perusakan sumber daya alam. Tampak siswa

lebih antusias lagi dibandingkan dengan media gambar yang sebelum ini. Beberapa siswa mulai

mengomentari tayangan video tersebut. Ini bukti bahwa siswa sangat menikmati tayangan video

tersebut. Setelah video selesai, dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok untuk

menentukan apa saja kegiatan yang merusak sumber daya alam sesuai dengan video, dan siswa

Tabel 2. Rerata siklus II

Page 156: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1203

juga mulai menentukan apa contoh lain selain dari video. Tugas berikutnya, siswa berdiskusi

dengan kelompoknya mengenai apa hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi

permasalahan tersebut. Dalam hal ini siswa menemukan beberapa kesulitan, namun guru secara

sigap membantu setiap kesulitan tersebut. Pada pertemuan kedua, siswa lebih aktif lagi

mengikuti kegiatan belajar, hal ini dikarenakan siswa dajak secara langsung mengamati gejala-

gejala dilingkungannya. Meskipun dengan canda tawa dan riuh mereka, ternyata siswa tetap

dapat mengerjakan lembar kerja kelompok yang diberikan oleh guru. Hal ini dibuktikan dengan

hasil kerja mereka yang dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Refleksi

Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan, kegiatan selanjutnya adalah

refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh guru peneliti dengan guru observer yang telah

mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran pada siklus II. Guru peneliti mengawali refleksi

dengan mengungkapkan perasaan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti

mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan

skenario yang telah dibuat sebelumnya. Siswa juga telah mengikuti kegiatan pembelajaran

dengan sangat baik, meskipun ada beberapa diantara mereka kurang maksimal. Sementara itu

menurut observer, secara garis besar pembelajaran telah berjalan sangat baik, observer melihat

bahwa siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan media gambar dan

video telah menarik minat belajar siswa. Siswa cenderung aktif dan berani memberikan

pendapat atas setiap hasil diskusi kelompok lain.

Namun, pada pertemuan pertama masih beberapa kekurangan yang masih bisa

diperbaiki lagi paga pertemuan kedua. Masalah-masalah tersebut seperti, masih ditemukan

beberapa siswa yang kurang peduli dengan diskusi yang seharusnya dilakukan. Beberapa siswa

ada yang bermain sendiri dan acuh dengan tugas yang dihadapinya. Sebagian besar siswa

memang sangat aktif berdiskusi, namun siswa yang kurang pandai cenderung tidak berani

berpendapat. Ini karena siswa yang pintar cenderung menguasai diskusi dan lembar kerja yang

diberikan guru. Hal ini yang menjadi bagian rencana perbaikan peneliti pada pembelajaran

pertemuan kedua.

Pertemuan kedua ini siswa sangat antusias belajar. Hal ini disebabkan siswa diajak

untuk keluar kelas. Hal ini dilakukan agar siswa lebih antusias lagi belajar karena pertemuan

pertama yang telah menggunakan gambar dan video sebagai media. Kali ini siswa mengamati

contoh nyata masalah-masalah yang merusak sumber daya alam disekitar lingkungan sekolah.

Siswa dengan dipandu lembar kerja mengamati setiap kegiatan dilingkungannya yang akan

merusak sumber daya alam. Hal ini sangat efektif karena memang area sekolah yang ada

didaereah pegunungan dengan latar belakang petani dan peternak. pada kegiatan ini, sebagai

perbaikan atas pertemuan pertama, setiap anak yang kurang aktif didalam keleompoknya

ditunjuk sebagai ketua kelompok. Hal ini ternyata mampu meningkatkan keaktifan mereka.

Sementara anak-anak yang pintar menjadi penguat mereka.

Setelah didalami secara detail dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan yang dilakukan

peneliti mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II didapatkan peningkatan hasil belajar siswa.

Pada pra siklus didapatkan rerata nilai 60,6. Hal ini disebabkan karena siswa kurang mengerti

materi yang sedang dipelajarinya, karena pada pra siklus itu peneliti tidak menggunakan model

belajar yang sesuai. Berikutnya dilakukan kegiatan siklus I yang menunjukkan hasil belajar

yang mengalami kenaikan yaitu rerata nilai 70,4. Kenaikan ini disebabkan penggunaan model

belajar Examples non Examples dapat meningkatkan keaktifan siswa selama belajar, selain itu

siswa melihat secara langsung contoh nyata berkaiatan dengan materi yang dipelajarinya.

Sehingga secara tidak langsung meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Walaupun

Page 157: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1204

demikian penelitian harus dilanjutkan dengan siklus II. Tentu saja akhirnya pada siklus II terjadi

peningkatan secara signifikan. Kali ini didapat rerata nilai 77,2. Naik sebesar 3,8 poin

dibandingkan dengan siklus I dan naik 16,6 poin jika dibandingkan dengan pra siklus. Hal ini

karena dengan penggonaan model belajar ini mampu meningkatkan keaktifan siswa, dan

akhirnya memberikan dampak pisitif berupa kenaikan rerata hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model belajar Examples non Examples

dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa kelas IV tentang materi kegiatan ekonomi

berkaitan dengan sumber daya alam di SDN Pesanggrahan 02 Kelas IV. Hal ini dibuktikan

dengan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I maupun siklus II, dimana

siklus I dengan rerata 70,4 dan naik pada siklus II dengan rerata 77,2.

DAFTAR PUSTAKA

Almasdi, Syahza. 2008. Model-model Pembelajaran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Riau.

Triyanto, Agus. 2011. Teori-teori Belajar. Jurusan Psikologi Pendidikan bimbingan Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 158: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1205

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TYPE ONE STAY THREE STRAY

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN

TEKNOLOGI SISWA KELAS IVB MI BUSTANUL ULUM BATU

Wulida Khoirotul Ummah

MI Bustanul Ulum Batu

Abstrak: Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan utama dalam

penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar materi Perkembangan Teknologi

pada siswa kelas IVB MI Bustanul Ulum melalui pembelajaran kooperatif One Stay

Three Stay. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB MI Bustanul Ulum yang terdiri

dari 38 siswa, dengan perempuan 13 siswa dan laki-laki 25 siswa. Pelaksanaan

penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Hasil

penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar secara bertahap yaitu pada

siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 72,36 dengan persentase ketuntasan 71,05%.

Sedangkan siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 78,68 dengan persentase ketuntasan

78,94%. Penelitian ini berkesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif One

Stay Three Stray dapat meningkatkan hasil belajar materi perkembangan teknologi pada

siswa kelas IV B MI Bustanul Ulum. Selain itu, penerapan pembelajaran ini dapat

meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas serta meningkatkan keaktifan

dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci : One Stay Three Stray, Hasil Belajar, IPS, Perkembangan Teknologi

Upaya untuk meningkatkan kualitas pada diri manusia telah dilakukan pemerintah

melalui bidang pendidikan. Pendidikan bertujuan mengantarkan para siswa menuju pada

perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup

mandiri sebagai individu dan makhluk sosial (Sudjana, 2009:1). Dalam mencapai tujuan

tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses

pembelajaran. Proses pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah merupakan salah satu

kegiatan pokok dengan guru sebagai pemegang peranan utama.

Sekolah dan guru merupakan sarana penunjang keberhasilan siswa dalam proses

perolehan ilmu pengetahuan dalam belajar serta diharapkan mencapai prestasi yang baik. Dalam

belajar tersebut prestasi yang dicapai kadang mencapai prestasi yang telah ditetapkan (KKM

yang telah ditentukan) tetapi kadang kurang dari KKM yang telah ditargetkan. Hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa kemampuan daya serap siswa berbeda-beda ada yang cepat, sedang

dan ada yang lambat.

Pembelajaran IPS merupakan pelajaran yang sering kali membuat siswa menjadi merasa

bosan. Kebosanan itu bisa timbul disamping akibat dari kurang dipahaminya apa sebenarnya

IPS, juga metodologi pembelajaran yang digunakan sering tidak menarik perhatian siswa.

Bahkan guru sering kali tidak mempunyai acuan yang jelas, apalagi kreatifitas untuk

menciptakan metode yang menarik untuk digunakan dalam mengajar. Kebosanan juga bisa

timbul akibat materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat perkembangan dan konteks

kehidupan siswa.

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis melaksanakan pembelajaran menggunakan

metode ceramah pada mata pelajaran IPS dengan Kompetensi Dasar mengenal perkembangan

teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Ternyata siswa mengalami kesulitan belajar.

Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang memiliki rata-rata hanya 58,02 dan yang nilainya di

atas KKM hanya 21% dari 38 siswa.

Page 159: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1206

Dengan adanya fakta diatas maka siswa dalam mengenal teknologi produksi hanya

sebatas tahu tapi tidak dipahami yang mengakibatkan nilai IPS dalam kompetensi dasar ini di

bawah KKM yang telah ditetapkan. Menurut perkembangan siswa usia sekolah dasar pada

hakikatnya berada dalam tahap operasional konkrit, karena itu dalam pembelajaran IPS pun

dibutuhkan pengalaman nyata yang dapat dilihat atau dirasakan oleh siswa.

Untuk mengatasi permasalahan diatas dibutuhkan suatu model tertentu yang tepat atau

sesuai agar pembelajaran betul-betul efektif, salah satunya adalah model pembelajaran

kooperatif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif

yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat

seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2)

pengetahuan, nilai, dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai ( Agus

Suprijono, 2015 : 112). Metode-metode pada model pembelajaran kooperatif itu bermacam-

macam, salah satunya metode two stay two stray. Struktur Two Stay Two Stray adalah memberi

kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Anita Lie, 2010 : 61).

Metode ini dilakukan dengan cara bertamu antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.

Sebab dengan bertamu pada kelompok lain, dapat memupuk kerja sama antar siswa. Siswa

dapat berdiskusi bersama-sama, memecahkan masalah secara bersama-sama, dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Melihat kenyataan di atas maka penulis akan mencoba mengangkat permasalahan

tersebut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, tapi

dalam pelaksanaannya two stay two stray diganti dengan one stay three stay, yaitu satu siswa

tinggal, tiga siswa bertamu. Tujuannya agar setiap anggota kelompok berperan aktif dalam

pembelajaran ini. Satu siswa bertugas menerima tamu dan menyampaikan informasi tentang

materi yang telah didiskusikan dalam kelompok, tiga siswa sebagai tamu yang bertamu ke

kelompok lain untuk mencari informasi kemudian kembali ke kelompoknya sendiri untuk

mempresentasikan kepada anggota kelompoknya.

Latar belakang di atas mendorong penulis untuk mengambil fokus Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dengan judul, “Penerapan Cooperative Learning Type One Stay Three Stray untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Materi Perkembangan Teknologi Siswa Kelas IV B MI Bustanul

Ulum Batu”

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di MI Bustanul Ulum Batu pada semester II tahun pelajaran

2015/2016. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari sampai bulan April. Subjek penelitian

adalah siswa kelas IVB MI Bustanul Ulum Batu dengan jumlah siswa 38 orang terdiri dari 25

siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

Sumber data dari penelitian ini adalah siswa kelas IV B MI Bustanul Ulum dan guru

kelas IV B sebagai peneliti. Peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan, sedangkan mitra

peneliti yaitu guru kelas IV sebagai pengamat (observer) dalam pelaksanaan tindakan. Pengamat

(observasi) terdiri dari tiga rekan guru yang dipilih oleh peneliti sendiri.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: observasi,

tes, dan dokumen. Observasi digunakan peneliti untuk mengamati kegiatan yang dilakukan

siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Tes yang digunakan peliti dalam penelitian

ini adalah tes tulis untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa setelah pembelajaran selesai

dilaksanakan. Sedangkan dokumen digunakan untuk menggambarkan kejadian serta hasil nyata

dari pelaksanaan pembelajaran. Dokumen ini berupa foto kegiatan pembelajaran, rencana

pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pekerjaan siswa.

Page 160: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1207

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data

kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola,

menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2006 :

248). Langkah-langkah dalam kegiatan analisis data kualitatif yaitu: (1) melakukan pengolahan

data yang telah terkumpul dan melakukan pengklasifikasian data, (2) melakukan penyajian data

yaitu data yang terkumpul dan yang sudah diklasifikasikan berdasarkan jenisnya disajikan

dalam bentuk tabel dan narasi, lalu dibandingkan dan dipadukan dengan berbagai informasi atau

data yang diperoleh, (3) melakukan penyimpulan data, yaitu dilakuan penyimpulan akhir dari

data-data yang telah dikumpulkan. Tujuan penggunaan teknik analisis data ini untuk

mengetahui: (1) pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan cooperative learning type one

stay three stray, serta (2) peningkatan hasil belajar perkembangan teknologi.

Kegiatan analisis data diawali dengan kegiatan reduksi data, peneliti mengumpulkan

data berdasarkan observasi, tes, dan dokumentasi yang sesuai dengan kebutuhan untuk

memudahkan peneliti untuk penarikan kesimpulan. Dari reduksi tersebut diperoleh data yaitu:

(1) data hasil observasi dari para observer pada pembelajaran IPS dengan penerapan cooperative

learning type one stay three stray dan (2) data hasil belajar pembelajaran IPS dengan penerapan

cooperative learning type one stay three stray.

Hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk menentukan keberhasilan pemberian

tindakan. Selain itu hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk melaksanakan tindakan lanjutan,

jika pemberian tindakan sebelumnya belum berhasil. Penarikan kesimpulan dilihat dari hasil

belajar. Kualifikasi capaian hasil penelitian ditabulasi pada Tabel 1 Kualifikasi Capaian berikut

ini (Arikunto, 2004 : 19):

Tabel 1. Tabel Kualifikasi Capaian

NO Skor Kualifikasi Nilai Nilai Huruf

1 85 – 100 Sangat Baik A

2 70 – 84 Baik B

3 55 – 69 Cukup Baik C

4 40 – 54 Kurang Baik D

5 0 - 39 Sangat Kurang baik E

PTK ini dilakukan sebanyak 2 siklus; masing-masing siklus dilaksanakan 2 x

pertemuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action

Research (CAR). Desain penelitian yang akan digunakan mengacu pada model Kemmis dan

Taggart (Arikunto: 2006). Terdapat empat langkah penting dalam PTK yang meliputi

perencanaan, Tindakan, observasi, dan refleksi. Secara lebih terperinci uraian tahapan siklusnya

sebagai berikut:

Siklus I

Perencanaan: tahap perencanaan ini peneliti merancang perbaikan pembelajaran,

mengembangkan kompetensi dasar menjadi beberapa indikator, mengembangkan tujuan

pembelajaran yang sesuai dengan indikatornya, menentukan metode yang sesuai dengan

penelitian, mengembangkan media pembelajaran, mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS),

dan menyusun penilaian. Semua tahapan tersebut tertuang dalam RPP.

Pelaksanaan: tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan tindakan yang sesuai dengan

perencanaan yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam

Page 161: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1208

kegiatan awal peneliti menyiapkan siswa untuk belajar, berdoa, apersepsi dan menyampaikan

tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran inti, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan metode One Stay Three Stay. Dalam kegiatan penutup, peneliti memberikan evaluasi

pembelajaran, melakukan refleksi selama pembelajaran berlangsung, dan berdoa.

Pengamatan: pada tahap ini observasi dilakukan oleh 3 observer teman guru. Yang

diamati adalah aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung berlangsung. Peneliti

menyediakan lembar observasi berupa pertanyaan terbuka dan lembar observasi cek list.

Refleksi : setelah kegiatan pembelajaran langkah selanjutnya merefleksi kegiatan

pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan. Peneliti dan para observer melaksanakan refleksi

pembelajaran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam pemebelajaran tersebut.

Tahapannya adalah (1) guru model menyampaikan apa yang telah dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran; (2) para observer secara bergantian menyampaikan hasil pengamatan dalam

kegiatan pembelajaran; (3) guru model menanggapi dari hasil pengamatan dari para observer;

(4) menyimpulkan dari hasil refleksi sebagai rekomendasi perbaikan pada siklus II.

Siklus II

Pada siklus II ini tahapannya sama dengan siklus I tetapi penekanannya untuk

memperbaiki siklus I.

Perencanaan: tahap perencanaan ini peneliti merancang perbaikan pembelajaran yang

berpedoman pada pembelajaran pada siklus I, kemudian membuat RPP perbaikan siklus I untuk

dilakukan dalam siklus II. Peneliti juga menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Langkah

selanjutnya peneliti menyiapkan lembar observasi dan lembar evaluasi yang berupa tes tulis.

Pelaksanaan: tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan tindakan yang sesuai dengan

perencanaan yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam

kegiatan awal peneliti menyiapkan siswa untuk belajar, berdoa, apersepsi dan menyampaikan

tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran inti, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan metode One Stay Three Stay. Dalam kegiatan penutup, peneliti memberikan evaluasi

pembelajaran, melakukan refleksi selama pembelajaran berlangsung, dan berdoa.

Pengamatan: pada tahap ini observasi dilakukan oleh 3 observer teman guru. Yang

diamati adalah aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung berlangsung. Peneliti

menyediakan lembar observasi berupa pertanyaan terbuka dan lembar observasi cek list.

Refleksi : setelah kegiatan pembelajaran langkah selanjutnya merefleksi kegiatan

pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan. Peneliti dan para observer melaksanakan refleksi

pembelajaran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam pemebelajaran tersebut.

Tahapannya adalah (1) guru model menyampaikan apa yang telah dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran; (2) para observer secara bergantian menyampaikan hasil pengamatan dalam

kegiatan pembelajaran; (3) guru model menanggapi dari hasil pengamatan dari para observer;

(4) menyimpulkan dari hasil refleksi sebagai rekomendasi perbaikan pada siklus II.

HASIL DAN PEMBAHASAN

hasil penelitian tindakan kelas di mi bustanul ulum untuk pelajaran IPS pada materi

perkembangan teknologi dengan metode cooperative learning type one stay three stray.

Pemaparannya sebagai berikut:

Siklus I

Penelitian siklus I telah dilaksanakan pada minggu kedua dan ketiga pada bulan Maret

tahun 2016 dapat diperoleh data sebagai berikut:

Page 162: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1209

Perencanaan

Tahap perencanaan ini peneliti merancang perbaikan pembelajaran, mengembangkan

kompetensi dasar menjadi beberapa indikator, mengembangkan tujuan pembelajaran yang

sesuai dengan indikatornya menggunakan metode one stay three stray tentang materi teknologi

produksi, mengembangkan media dan sumber belajar untuk pembelajaran berupa gambar-

gambar yang sesuai materi yang diajarkan, mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan

menyusun penilaian yang berupa tes produk dan tes tulis yang semua tahapan tersebut tertuang

di dalam RPP. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi keaktifan siswa dan

lembar catatan lapangan bagi observer.

Pelaksanaan

Kegiatan awal guru menyiapkan siswa untuk belajar dengan memberikan tugas kepada

satu siswa untuk menyiapkan dan berdoa. Apersepsi dengan memberikan motifasi kepada siswa

agar bersemangat dalam kegiatan pembelajaran dan memberikan pertanyaan dasar tentang

teknologi produksi. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi teknologi produksi.

Kegiatan pembelajaran inti dilaksanakan dengan langkah-langkah (1) Tahap Eksplorasi,

yang meliputi: (a) siswa bertanya jawab dengan guru tentang teknologi produksi, komunikasi,

dan transportasi (b) siswa dibagi menjadi 9 kelompok, dalam 1 kelompok terdiri 4 sampai 5

siswa heterogen (c) Setiap kelompok diberikan tema yang berbeda-beda. Teknologi produksi

untuk 5 kelompok, Teknologi komunikasi untuk 3 kelompok, Teknologi transportasi untuk 1

kelompok (2) Tahap Elaborasi, yang meliputi: (a) secara berkelompok siswa membuat peta

konsep sesuai tema yang diberikan oleh guru (b) siswa membuat peta konsep dengan

menempelkan beberapa gambar teknologi dan menuliskan keterangan dari gambar teknologi

tersebut yang sesuai dengan tema yang diberikan guru, seperti ada Gambar 1

Gambar 1. Siswa sedang membuat peta konsep dengan menempelkan gambar dan memberikan

keterangan dari gamba-gambar tersebut

(c) setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan siapa yang menerima tamu dan siapa yang

bertamu (d) setiap kelompok melaksanakan tugasnya sesuai dengan diskusi pembagian tugas

dalam kelompoknya, seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Siswa sedang bertamu ke kelompok lain untuk mencari informasi

Page 163: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1210

(e) setiap anggota kelompok kembali ke posisi semula (f) setiap kelompok mendiskusikan hasil

yang diperoleh dari bertamu dan penerima tamu seperti yang terlihat pada Gambar 3 berikut

Gambar 3. Siswa kembali ke kelompok asal dan mendiskusikan hasil dari bertamu

(3) Tahap Konfirmasi, yang meliputi: (a) siswa diberi apresiasi atas tugas yang telah dikerjakan

(b) siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang belum dipahami.

Kegiatan penutup, kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) bersama guru, siswa

menyimpulkan tentang kegiatan yang telah dilakukan (b) berdoa. Pada akhir kegiatan ini guru

melakukan tes tulis kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Tes tulis

berbentuk soal pilihan ganda, dengan jumlah soal 20 butir yang sama dengan soal tes tulis pada

saat pre test. Perbandingannya sebagai Tabel 2:

Tabel 2. Perbandingan nilai antara pre test dan post test siklus I

Pada nilai pre test siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85 - 100 ada 5 anak

atau sebanyak 13,16% , siswa yang mendapatkan rentang skor antara 70 - 84 ada 3 siswa atau

sebanyak 7,8%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 55 - 69 ada 12 siswa atau

sebanyak 31,57%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 40 - 54 ada 14 siswa atau

sebanyak 36,84% dan siswa yang mendapatkan rentang skor antara 0 - 39 ada 5 siswa atau

sebanyak 10,52%.

Pada nilai post test siklus I siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85 - 100 ada

13 siswa atau sebanyak 34,21% , siswa yang mendapatkan rentang skor antara 70 - 84 ada 12

siswa atau sebanyak 31,57%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 55 - 69 ada 4 siswa

atau sebanyak 10,52%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 40 - 54 ada 6 siswa atau

sebanyak 15,78%, dan siswa yang mendapatkan rentang skor antara 0 - 39 ada 3 siswa atau

sebanyak 7,89% karena siswa-siswa tersebut sakit.

Standar nilai KKM yang ditetapkan pada kompetensi dasar ini adalah 68. Berdasarkan

data nilai siklus I di atas dapat kita lihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM ada

No Rentang Skor

Jumlah siswa

Pre test Nilai post test

siklus I

1 85 – 100 5 siswa 13 siswa

2 70 – 84 3 siswa 12 siswa

3 55 – 69 12 siswa 4 siswa

4 40 – 54 14 siswa 6 siswa

5 0 - 39 4 siswa 3 siswa

Rata-rata nilai siswa 55,65 72,36

Page 164: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1211

27 siswa, jika dipersentasikan menjadi 71,05% dan yang mendapatkan nilai di bawah KKM ada

11 siswa, jika dipersentasikan menjadi 34,21%. Sebagian besar siswa mengalami kenaikan, tapi

belum signifikan. Maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada siklus berikutnya. Untuk

mengetahui permasalahan siswa yang nilainya dibawah KKM, maka perlu adanya observasi

yang dilakukan oleh beberapa observer.

Observasi

Berdasarkan hasil pengamatan dari tiga teman sejawat pada proses pembelajaran siklus

1 ditemukan beberapa hal, yaitu: (1) Siswa mulai konsentrasi belajar ketika guru memberikan

media gambar berupa gambar orang menanam tanaman pada media air (2) Konsentrasi siswa

semakin meningkat ketika siswa bertemu kelompoknya masing-masing dan guru memberikan

gambar- gambar untuk ditempelkan dan diberi keterangan dari gambar-gambar tersebut. Namun

ada beberapa siswa yang konsentrasinya berkurang karena sibuk bermain dengan gunting dan

kertas lipatnya. Dari permasalahan yang terjadi, guru mengingatkan beberapa siswa yang

bermain sendiri agar lebih berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan tersebut (3) Banyak siswa

yang masih bingung dengan alur pembelajaran One Stay Three Stay. Dari permasalahan ini,

guru memberikan penjelasan alur pembelajarannya (4) Kesulitan siswa dalam menulis

keterangan gambar-gambar yang disediakan guru, karena siswa tidak terbiasa memberikan

keterangan gambar menggunakan bahasanya sendiri. Dari permasalahan tersebut, guru

memberikan bimbingan kepada siswa yang kesulitan dengan memberikan pertanyaan stimulus

yang sesuai dengan gambar (5) Banyak siswa yang tidak memperhatikan temannya yang

menjelaskan ketika metode One Stay Three Stay diterapkan, siswa-siswa yang bertamu sibuk

dengan menulis hasil bertamu sesuai dengan peta konsep yang disajikan penerima tamu. Dari

pemasalahan tersebut, guru memberikan pengarahan terhadap semua siswa yang bertamu untuk

menulis hal-hal yang penting saja untuk ditulis dalam catatannya.

Refleksi

Dalam kegiatan pembelajaran tersebut guru merasa senang karena metode One Stay

Three Stay merupakan metode yang belum pernah diterapkan sebelumnya dalam kegiatan

pembelajaran, meskipun diawali dengan rasa ragu dan bingung. Siswa menjadi aktif semua baik

yang kemampuan tinggi maupun yang berkemampuan rendah karena metode tersebut menuntut

semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dari hasil diskusi dengan tiga observer, maka ada beberapa masukan untuk

memperbaiki kegiatan pembelajaran tersebut, yaitu: (1) Kegiatan pembuka jangan terlalu lama

yang membuat siswa menjadi bosan (2) Siswa yang betugas untuk bertamu sebaiknya hanya

mencatat hal-hal yang penting saja, agar waktunya tidak terlalu lama (3) Sebaiknya disetiap

sesi bertamu diberi waktu yang konsisten agar waktunya sesuai dengan yang tercantum dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran.

Hasil belajar yang dilakukan pada siklus I diperoleh siswa yang nilainya diatas KKM

ada 65,78% dari 38 siswa dan yang mendapatkan nilai di bawah KKM ada 34,21% dari 38

siswa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kenaikan

hasil belajar, tapi belum signifikan. Maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada siklus

berikutnya.

Siklus II

Penelitian siklus II telah dilaksanakan pada minggu kedua dan ketiga pada bulan April

tahun 2016 dapat diperoleh data sebagai berikut:

Page 165: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1212

Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus II peneliti mengidentifikasi masalah yang terjadi pada

pembelajaran siklus I. Kemudian membuat RPP perbaikan siklus I untuk dilakukan dalam siklus

II.

Peneliti juga menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar evaluasi

yang berupa tes produk dan tes tulis. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi

keaktifan siswa dan lembar catatan lapangan bagi observer.

Pelaksanaan

Kegiatan awal guru menyiapkan siswa untuk belajar dengan memberikan tugas kepada

satu siswa untuk menyiapkan dan berdoa. Apersepsi dengan memberikan motifasi kepada siswa

agar bersemangat dalam kegiatan pembelajaran dan memberikan pertanyaan dasar tentang

teknologi produksi. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi teknologi produksi.

Kegiatan pembelajaran inti dilaksanakan dengan langkah-langkah (1) Tahap Eksplorasi,

yang meliputi: (a) siswa bertanya jawab dengan guru tentang teknologi produksi, komunikasi,

dan transportasi (b) siswa berkumpul bersama kelompoknya seperti pada pembelajaran ada

siklus I (c) setiap kelompok berdiskusi membuat kesimpulan pembelajaran tentang teknologi

sesuai pada materi sebelumnya yaitu dengan mencari kelebihan dan kekurangan masing-masing

teknologi melalui buku pedoman belajar IPS dan buku-buku lain yang mendukung pada

perpustakaan kelas seperti pada Gambar 3 berikut:

Gambar 3. Siswa berdiskusi mencari kelebihan dan kekurangan dari teknologi komunikasi

(2) Tahap Elaborasi, yang meliputi: (a) Secara berkelompok siswa menuliskan kesimpulan dari

hasil diskusi pada kertas asturo yang telah disiapkan. (b) setiap kelompok berdiskusi untuk

menentukan siapa yang menerima tamu dan siapa yang bertamu (c) setiap kelompok

melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang telah didiskusikan dengan waktu setiap sesinya

3 menit, Gambar 5.

Gambar 5. Siswa yang menjadi penerima tamu sedang memberikan penjelasan tentang hasil

diskusi kelompoknya kepada tamu dari kelompok lain

(d) setiap siswa kembali ke kelompoknya untuk mempresentasikan hasil bertamunya (3) Tahap

Konfirmasi, yang meliputi (a) siswa diberi apresiasi atas tugas yang telah dikerjakan (b) siswa

bertanya jawab dengan guru tentang materi yang belum dipahami.

Page 166: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1213

Kegiatan penutup, kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) bersama guru, siswa

menyimpulkan tentang kegiatan yang telah dilakukan (b) berdoa. Pada akhir kegiatan ini guru

melakukan tes tulis kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Tes tulis

berbentuk soal pilihan ganda, dengan jumlah soal 20 butir.

Observasi

Berdasarkan hasil pengamatan dari tiga teman sejawat pada proses pembelajaran siklus

II ditemukan beberapa hal, yaitu: (1) siswa sudah mengerti alur pembelajaran One Stay Three

Stray. Hal ini dibuktikan dengan semua siswa langsung memposisikan diri sesuai dengan tugas

dari masing-masing kelompok (2) siswa yang bertugas sebagai tamu memperhatikan penjelasan

teman penerima tamu dengan baik (3) siswa yang bertamu sudah bisa menulis hal-hal yang inti

yang disampaikan oleh penerima tamu.

Refleksi

Peneliti melakukan analisis semua tindakan pada pembelajaran siklus I dan siklus II

melalui diskusi dengan tiga observer. Pada akhir pembelajaran siklus II siswa menuliskan kesan

mereka terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan dan manfaat pembelajaran ini

terhadap kehidupan mereka.

Berikut ini pada Tabel 3 perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II:

Tabel 3. Perbandingan nilai antara post test siklus I dan post test siklus II

No Rentang

Skor

Kategori

Nilai

Jumlah siswa

Nilai post

test siklus I

Nilai post

test siklus

II

1 85 – 100 Sangat Baik 13 siswa 17 siswa

2 70 – 84 Baik 12 siswa 12 siswa

3 55 – 69 Cukup 4 siswa 7 siswa

4 40 – 54 Kurang 6 siswa 2 siswa

5 0 - 39 Sangat

Kurang 3 siswa

-

Rata-rata nilai siswa 72,36 78,68

Perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan

nilai sangat baik ada 34,21%, nilai baik ada 31,57%, nilai cukup ada 10,52%, nilai kurang ada

15,78%, dan mendapat nilai sangat kurang ada 7,89%. Pada siklus II menunjukkan bahwa siswa

yang mendapatkan nilai sangat baik ada 44,73%, nilai baik ada 31,57%, nilai cukup ada

18,42%, nilai kurang ada 5,26%, dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai sangat kurang.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar yang terlihat pada

rata-rata nilai siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 6,32.

Keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan diterapkan metode One

Stay Three Stray. Peningkatan tersebut merupakan wujud perubahan peningkatan hasil belajar

siswa ke arah yang lebih baik. Berdasarkan fakta diatas, maka pelaksanaan pembelajaran

menggunakan metode One Stay Three Stray dapat dikatan berhasil. Hal yang menjadi petunjuk

bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah daya serap siswa terhadap bahan

pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok dan

perilaku yang digariskan dalam indikator pembelajaran yang harus dicapai siswa baik secara

individu maupun kelompok (Djamarah, 2006 : 28).

Page 167: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1214

Meskipun terdapat peningkatan hasil belajar siswa, namun masih terdapat 9 siswa yang

mendapatkan nilai dibawah KKM. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu: (1) perbedaan

kemampuan siswa dalam memahami materi (2) siswa-siswa tersebut mengalami masalah lambat

belajar.

Keberhasilan dan hambatan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa itu

sendiri. Keberhasilan pembelajaran menggunakan metode One Stay Tree Stray karena minat

siswa terhadap pembelajaran tinggi. Hambatan pembelajaran pembelajaran menggunakan

metode One Stay Tree Stray karena terdapat 9 siswa yang mengalami masalah lambat belajar.

Kedua hal tersebut sangat berkaitan dengan pendapat Dimyati dan Mujiono (2002),

mengemukakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal yaitu

faktor dari dalam diri siswa, misalnya kondisi jasmani dan rohani. Kondisi fisiologis siswa

seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani

akan membantu dalam hasil belajar. Selain itu juga keadaan mental atau psikologi yang baik

juga mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis siswa meliputi minat, kecerdasan, bakat,

motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif (persepsi, ingatan, dan berpikir).

KESIMPULAN

Kesimpulan hasil penelitian adalah: Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui

metode pembelajaran One Stay Three Stray terlihat dari 38 siswa, yang belum tuntas ada 9

siswa karena rendahnya kemampuan siswa. Dengan demikian penerapan metode pembelajaran

One Stay Three Stray terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi teknologi

produksi di kelas IV B MI Bustanul Ulum. Keaktifan siswa mengalami peningkatan terlihat

dari aktifitas siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, bertamu dan menerima tamu, serta

menyampaikan hasil bertamu kepada kelompok asal.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pembelajran Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang

Kelas.Jakarta: PT Gramedia.

Moleong. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Rosdyakarya

Sudjana dan Ahmad R. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Page 168: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1215

PENGGUNAAN MEDIA DENAH DILENGKAPI MINIATUR UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LETAK RUMAH

KELAS IB MI BUSTANUL ULUM KOTA BATU

Mariana Ulfah

MI Bustanul Ulum Kota Batu

Abstrak: Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan utama dalam

penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar materi letak rumah pada siswa

kelas IB MI Bustanul Ulum melalui pembelajaran dengan menggunakan denah

dilengkapi miniatur lokasi rumah dan ruangan dalam rumah . Subjek penelitian ini

adalah siswa kelas IB MI Bustanul Ulum yang terdiri dari 39 siswa, dengan perempuan

18 siswa dan laki-laki 21 siswa. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada semester

genap tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan

ketuntasan hasil belajar siswa dari pra tindakan ke siklus I mengalami peningkatan dari

rata-rata semula 71,15 menjadi 78,59. Sedangkan rata-rata siklus I ke siklus II

mengalami peningkatan dari 78,59 menjadi 91,67 dengan persentase ketuntasan

58,97% pada siklus I sedangkan siklus II persentase ketuntasan 94,87%. Penelitian ini

berkesimpulan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan denah dengan dilengkapi

miniatur dapat meningkatkan hasil belajar materi letak rumah pada siswa kelas I B MI

Bustanul Ulum. Selain itu, penerapan media pembelajaran ini dapat meningkatkan

kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas serta meningkatkan keaktifan dan kerjasama

siswa dalam proses pembelajaran.

Kata kunci : hasil belajar, media denah, dilengkapi miniatur rumah

Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) sebagai proses pendidikan di

suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru,

siswa, kurikulum, lingkungan sosial, media pembelajaran dan lain-lain. Namun dari faktor-

faktor tersebut, guru dan siswa adalah faktor terpenting. Karena pada hakikatnya pembelajaran,

adalah sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan

kebutuhan minat dan bakatnya. Dalam usaha tersebut diperlukan adanya media yang tepat agar

proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk

terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang

kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Yusufhadi Miarso

(2004:458)

Media pembelajaran digunakan sebagai perantara untuk mengirim informasi kepada

siswa. Sesuai dengan pendapat Romoszowski (dalam Wibawa, 1992:8) bahwa “media

merupakan pembawa pesan dari sumber pesan (dapat berupa benda ataupun orang) kepada

penerima pesan”. Sedangkan menurut (Ibrahim dkk, 2006) “media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat

merangsang perhatiaan, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk

mencapai pembelajaran tertentu”. Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pelajaran)

untuk menarik perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa sehingga memungkinkan terjadinya

proses interaksi antara siswa dengan pesan yang disampaikan.

Page 169: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1216

Dengan adanya media diharapkan dapat memotifasi siswa dalam belajar, sehingga

siswa dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran, serta dapat menerima dan menyerap materi

yang disampaikan guru dengan mudah. Dengan demikian penggunaan media sebagai sumber

belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai arti yang sangat penting.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada MI Bustanul Ulum Kota

Batu yang terletak di jalan Cempaka no 25 desa Pesanggrahan Kota Batu, melihat kondisi letak

sekolah yang berada di daerah perdesaan di bawah lereng gunung Panderman pembelajaran

selama inikurang efektif, sehingga menyebabkan penurunan nilai mata pelajaran IPS. Adapun

nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPS yang diperoleh siswa Kelas IB MI Bustanul Ulum

Kota Batu tersebut pada penilaian awal adalah dibawah nilai KKM yaitu 7,1 sedangkan nilai

KKM yaitu 7,2. Sedangkan dalam aktifitas pembelajaran masih banyak yang bermalas-malasan.

Siswa terlihat sangat bosan dengan pembelajaran terutama pada materi letak rumah. Saat selesai

mengerjakan tugas individu siswa banyak yang ramai dan berbicara sendiri terutama siswa laki-

laki. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan nilai yang diperoleh siswa kurang memuaskan,

yang terlihat dari hasil nilai yang diperoleh kurang maksimal. Dari 39 siswa masih 23 siswa

yang mendapatkan nilai diatas KKM sedangkan 16 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM

yang telah ditentukan yaitu 7,2. Hal ini terjadi dikarenakan: (1) proses pembelajarannya masih

menggunakan metode ceramah dan tidak banyak menggunakan media pembelajaran , (2) tidak

ada minat pada siswa untuk belajar tentang materi letak rumah sehingga pada materi ini hasil

belajar siswa cukup rendah , (3) materi letak rumah dirasa membosankan karena siswa

mengganggap materi tersebut adalah materi yang sulit untuk dipelajari dan kurang

menyenangkan, (4) guru merasa kesulitan menguasai kelas ketika menjelaskan materi letak

rumah karena kurangnya media pembelajaran dan siswa yang cukup besar dalam kelas tersebut ,

(5) Selain itu perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anaknya juga kurang, dengan bukti

saat guru memberikan informasi tentang prestasi belajar anaknya yang sangat menurun, banyak

orang tua bersikap masa bodoh ini yang menyebabkan penurunan prestasi belajar.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan

media pembelajaran yang tepat. Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi

rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki

peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang

dijelaskan oleh Yusufhadi Miarso (2004:458)

Penggunaan media denah yang dilengkapi miniatur lokasi rumah dapat dijadikan salah

satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan

harapan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di kelas sehingga akan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak

hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk

merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.

Berdasarkan berbagai uraian di atas, bisa dikatakan bahwa penggunaan media dapat

meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa, oleh karena itu pada penelitian ini bertujuan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mendiskripsikan letak rumah dengan

menggunakan denah yang dilengkapi dengan miniatur lokasi rumah dan miniatur ruangan.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di MI Bustanul Ulum Kota Batu, dengan subyek penelitian

adalah seluruh siswa kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu. Siswa yang menjadi sasaran

penelitian berjumlah 39 siswa yang terdiri 18 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IB MI Bustanul Ulim Kota Batu pada semester II tahun

ajaran 2015/2016. Pada bulan Februari sampai dengan awal Mei.

Page 170: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1217

Sumber data dari penelitian ini adalah siswa Kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu,

guru kelas IB sebagai peneliti. Peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan, sedangkan mitra

peneliti yaitu 3 rekan sesama guru yang dipilih oleh peneliti sebagai pengamat (observer) dalam

pelaksanaan tindakan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: observasi,

tes dan dokumen. Observasi digunakan peneliti untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru

dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes tulis untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa setelah pembelajaran selesai

dilaksanakan. Sedangkan dokumen digunakan untuk menggambarkan kejadian serta hasil nyata

dari pelaksanaan pembelajaran. Dokumen ini berupa foto kegiatan pembelajaran, Rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan hasil pekerjaan siswa.

Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus yang masing-masing

siklusnya terdiri dari 4 kegiatan: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) observasi,

dan (4) refleksi. Seperti pada desain penelitian yang mengacu pada model kemmis dan taggart

(Arikunto, 2006) pada gambar berikut:

Gambar I. Desain Penelitian yang Mengacu pada Model Kemmis dan Taggart

Siklus I:

Perencanaan:Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian.

Beberapaperangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah:Menyiapkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar untuk mata

pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan skenario pembelajaran.Menentukan pokok bahasan

yang akan diajarkan pada setiap tindakan.Menyusun Lembar kerja siswa. Menyiapkan

alat/media yang diperlukan. Menyusun format-format penilaian (unjuk kerja) dan

observasi.Mengadakan tes awal untuk mengukur kemampuan awal sebelum tindakan.

Pelaksanaan:dalam pelaksanaannya peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan

skenario yang telah direncanakan, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti

Page 171: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1218

dan penutup. Dengan kegiatan pendahuluan siswa berdoa, apersepsi dan siswa diberi penjelasan

tentang langkah-langkah pembelajaran.Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan

pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari. Peneliti telah mempersiapkan sarana

yang digunakan. Pada kegiatan inti Peneliti melakukan observasi dan membimbing kegiatan

siswa. Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan setelah kegiatan selesai, dengan kegiatan

pembahasan yang dipandu oleh guru. Peneliti memberikan quis untuk mengetahui penguasaan

konsep yang dipelajari secara individual.

Observasi: Pengamatan atau observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap keterampilan dan pemahaman konsep

dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yang mencakup: Keaktifan siswa

dalam belajar, jumlah siswa dalam belajar, kesulitan yang dialami siswa, tanggapan siswa

terhadap pembelajaran dan perhatian, skill, minat, dan motivasi siswa.Dari hasil observasi yang

yang dilakukan, peneliti masih melihat ada beberapa siswa (khususnya laki-laki) yang masih

belum fokus dalam proses pembelajaran. Hal tersebut disebabkan karena minat dan motivasi

belajar yang rendah. Tapi sebagian besar sudah menunjukkan adanya motivasi, terbukti dengan

adanya minat untuk melakukan tanya jawab kepada guru setelah guru memberikan materi.

Reflesksi: hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa

dalam tahap ini. Dari hasil observasi, guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi,

apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan prestasi belajar.Kegiatan refleksi

meliputi:(1) menganalisis kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan (2) membahas

perbedaan atau kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan pembelajaran (3)

menentukan model evaluasi (4) menguraikan kendala yang ditemukan berkaitan dengan

tindakan dan pemecahan kaitannya dengan efektivitas pencapaian perencanaan yang telah

ditetapkan. Hasilanalisa data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai

acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data

kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen dalam Moleong (2006:248)

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milah menjadi satuan

yang dapat dikelola, menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat direncanakan kepada orang

lain. Langkah-langkah dalam kegiatan analisis data kualitatif yaitu: (1) melakukan pengolahan

data yang telah terkumpul dan melakukan pengklasifikasian data, (2) melakukan penyajian data

yaitu data yang terkumpul dan yang sudah diklasifikasikan berdasarkan jenisnya disajikan

dalam bentuk tabel dan narasi, lalu dibandingkan dan dipadukan dengan berbagai informasi atau

data yang diperoleh, (3) melakukan penyimpulan data, yaitu dilakukan penyimpulan akhir dari

data-data yang telah dikumpulkan. Tujuan penggunaan teknik analisis data ini untuk

mengetahui: (1) pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media denah dilengkapi

miniatur lokasi rumah serta (2) peningkatan hasil belajar materi letak rumah.

Kegiatan analisis data diawali dengan kegiatan reduksi data, peneliti mengumpulkan

data berdasarkan observasi, tes, dan dokumentasi yang sesuai dengan kebutuhan untuk

memudahkan peneliti untuk penarikan kesimpulan. Dari reduksi tersebut diperoleh data yaitu:

(1) data hasil observasi dari para observer pada pembelajaran IPS dengan menggunakan media

denah dilengkapi miniatur lokasi rumah dan (2) data hasil belajar pembelajaran IPS pada materi

letak rumah

Hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk menentukan keberhasilan pemberian

tindakan. Selain itu hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk melaksanakan tindakan lanjutan,

jika pemberian tindakan sebelumnya belum berhasil. Penarikan kesimpulan dilihat dari hasil

Page 172: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1219

belajar. Kualifikasi capaian hasil penelitian menurut Arikunto (2004:19) ditabulasi pada Tabel 1

sebagai Kualifikasi Capaian:

Tabel 1. Hasil Kualifikasi Capaian

NO Skor Kualifikasi Nilai Nilai Huruf

1 85 – 100 Sangat Baik A

2 70 – 84 Baik B

3 55 – 69 Cukup Baik C

4 40 – 54 Kurang Baik D

5 0 – 39 Sangat Kurang baik E

Siklus II

Perencanaan: Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Beberapa

perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: Menyiapkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar untuk mata

pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan skenario pembelajaran. Menentukan pokok bahasan

yang akan diajarkan pada setiap tindakan. Menyusun Lembar kerja siswa. Menyiapkan

alat/media yang diperlukan. Menyusun format-format penilaian (unjuk kerja) dan observasi.

Mengadakan tes akhir untuk mengukur kemampuan akhir dari penilaian siklus kedua.

Pelaksanaan:dalam pelaksanaannya peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan

skenario yang telah direncanakan, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti

dan penutup. Dengan kegiatan pendahuluan siswa berdoa, apersepsi dan siswa diberi penjelasan

tentang langkah-langkah pembelajaran. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan

pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari. Peneliti telah mempersiapkan sarana

yang digunakan. Pada kegiatan inti Peneliti melakukan observasi dan membimbing kegiatan

siswa. Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan setelah kegiatan selesai, dengan kegiatan

pembahasan yang dipandu oleh guru. Peneliti memberikan tes untuk mengetahui penguasaan

konsep yang dipelajari secara individual.

Observasi: Pengamatan atau observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap keterampilan dan pemahaman konsep

dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yang mencakup: Keaktifan siswa

dalam belajar, jumlah siswa dalam belajar, kesulitan yang dialami siswa, tanggapan siswa

terhadap pembelajaran dan perhatian, skill, minat, dan motivasi siswa.

Reflesksi: hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa

dalam tahap ini. Dari hasilobservasi, guru dapatmerefleksidiridenganmelihat data observasi,

apakahkegiatan yang dilakukantelahdapatmeningkatkanprestasibelajar.Kegiatan refleksi

meliputi:(1) menganalisis kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan (2) membahas

perbedaan atau kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan pembelajaran (3)

menentukan model evaluasi (4) menguraikan kendala yang ditemukan berkaitan dengan

tindakan dan pemecahan kaitannya dengan efektivitas pencapaian perencanaan yang telah

ditetapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan kajian terhadap observasi awal (pra

tindakan). Pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran diuji cobakan

soal pretes yang sebelumnya telah disusun. Selanjutnya data pre test diolah kemudian diperoleh

nilai pretes sebagai acuan untuk menentukan tingkat penguasaan siswa dan pembagian

Page 173: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1220

kelompok heterogenitas berdasarkan nilai akademik siswa. Kemudian setelah analisis terhadap

hasil awal tersebut, dilakukan perlakuan (tindakan) melalui siklus pembelajaran yang

berkelanjutan. Setiap siklus meliputi tahapan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi yang

akan menghasilkan perbaikan.

Hasil dari observasi pendahuluan adalah sebagai berikut. Dari segi guru, belum

menggunakan media pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, guru menjelaskan materi

dengan ceramah. Dari segi siswa, siswa mendengarkan penjelasan guru tetapi tidak mengajukan

pertanyaan, masih ada beberapa siswa yang mencontek pekerjaan temannya, dan masih ada

siswa di bagian belakang yang berbicara dengan temannya dan ketika ditanya oleh guru siswa

tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan.

Observasi pendahuluan menginformasikan bahwa nilai rata-rata siswa pada mata

pelajaran IPS yang diperoleh siswa Kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu tersebut pada

penilaian awal adalah dibawah nilai KKM yaitu 7,1 sedangkan nilai KKM yaitu 7,2. Sedangkan

dalam aktifitas pembelajaran masih banyak yang bermalas-malasan. Siswa terlihat sangat bosan

dengan pembelajaran terutama pada materi letak rumah. Saat selesai mengerjakan tugas

individu siswa banyak yang ramai dan berbicara sendiri terutama siswa laki-laki. Pembelajaran

seperti ini mengakibatkan nilai yang diperoleh siswa kurang memuaskan, yang terlihat dari

hasil nilai yang diperoleh kurang maksimal. Dari 39 siswa masih 23 siswa yang mendapatkan

nilai diatas KKM sedangkan 16 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan

yaitu 7,2. Dengan demikian untuk memperbaiki pembelajaran tersebut, maka peneliti

melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media denah dilengkapi miniatur

lokasi rumah.

Siklus I

Perencanaan: Membuat perencanaan tindakan perbaikan berdasarkan tujuan penelitian.

Pada tahap ini penelitimenyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai

dengan Standar Kompetensi yaitu mendeskripsikan lingkungan rumah dan Kompetensi dasar

yaitu mendeskripsikan letak rumah untuk mata pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan

indikator pembelajarannya, yang terdiri dari mengidentifikasi ruang dalam rumah dan

menceritakan fungsi tiap rumah. Menyusun Lembar kerja siswa berupa quis untuk mengetahui

kemampuan siswa pada materi yang diajarkan. Menyiapkan alat/media yang berupa denah

dengan dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah dengan dilengkapi miniatur ruangan.

Menyusun format-format penilaian (untuk quis) dan observasi.

Pelaksanaan:guru melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah

direncanakan, terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. (1)

Padakegiatan pendahuluan siswa berdoa, kemudian mengkondisikan siswa agar siap untuk

mengikuti pelajaran. Mengajak siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

dengan memberikan yel-yel berupa tepuk atau lagu. Kemudian siswa diberi penjelasan tentang

langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.Guru memberikan penjelasan tentang

tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari yaitu siswa mampu

mendeskripsikan letak rumah dengan menngunakan denah yang dilengkapi dengan miniatur

lokasi rumah. Guru telah mempersiapkan sarana yang akan digunakan, berupa denah yang

dilengkapi miniatur lokasi rumah.(2) Pada kegiatan inti guru bertanya jawab tentang arah mata

angin, kemudian siswa dibimbing dengan cara berdiri secara klasikal menunjukkan arah mata

angin sesuai arahan guru.Selanjutnya secara perwakilan siswa maju kedepan (5/6 anak) untuk

menunjukkan arah mata angin yang benar dengan jari telunjuknya. Kegiatan ini tampak pada

Gambar 2.

Page 174: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1221

Gambar 2. Siswa mejunjukkan arah mata angin

Selanjutnya siswa memperhatikan penjelasan guru tentang letak rumah, melalui denah yang

dilengkapi dengan miniatur rumah. Siswa mendeskripsikan letak rumahnya dengan cara

berdiskusi dengan teman sebangkunya dan bertanya jawab tentang hal-hal yang penting dalam

membaca denah rumah, tertera seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Siswa berdiskusi tentang membaca denah

Setelah itu siswa mengerjakan soal quis untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami

konsep tentang letak rumah. Setelah itu siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang

belum dipahami. (3) Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan dengan kegiatan

menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dengan dipandu oleh guru. Pada akhir kegiatan

ini untuk mengetahui pemahaman siswa dilaksanakan evaluasi pembelajaran berupa tes tulis

dengan jenis soal pilihan ganda berjumlah 20 soal yang sama dengan soal pada tes tulis saat pre

test. Yang perbandingannya sebagai berikut:

Tabel 2.Perbandingan nilai pre tes dan post test pada siklus 1

No Rentang Skor Jumlah siswa

Pre test Post test

1 85 – 100 17 siswa 18 siswa

2 70 – 84 9 siswa 5 siswa

3 55 – 69 9 siswa 10 siswa

4 40 – 54 1 siswa 5 siswa

5 0 – 39 3 siswa 1 siswa

Pada nilai pre test siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 17 siswa

atau sebanyak 43,58%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 9 siswa atau sebanyak

23,08%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 9 siswa atau sebanyak 23,08%, siswa

yang mendapatkan rentang skor 40-54 ada 1 siswa atau sebanyak 2,56%, siswa yang

mendapatkan rentang skor 0-39 ada 3 siswa atau sebanyak 7,69%.

Page 175: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1222

Pada nilai post test siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 18 siswa

atau sebanyak 46,15%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 5 siswa atau sebanyak

12,82%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 10 siswa atau sebanyak 25,64%,

siswa yang mendapatkan rentang skor 40-54 ada 5 siswa atau sebanyak 12,82%, siswa yang

mendapatkan rentang skor 0-39 ada 1 siswa atau sebanyak 2,56%.

Nilai KKM yang ditetapkan pada materi letak rumah mata pelajaran IPS kelas I adalah

7,2. Berdasarkan data nilai siswa pada siklus I dapat kita lihat hasil peningkatan nilai yang

diperoleh siswa, yaitu58,97% yang mendapatkan nilai diatas nilai KKM. Sebagian besar

mengalami kenaikan, meskipun belum signifikan. Untuk mengetahui permasalahan yang

dialami oleh siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM sekitar 41,03%, maka penulis

mencoba memperbaiki melaui proses Kegiatan Belajar Mengajar dengan meminta bantuan pada

teman sejawat yang dipilih oleh peneliti sebagai observer.

Observasi: Hasil Pengamatan atau observasi yang dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, peneliti melakukan pengamatan terhadap

keterampilan dan pemahaman konsep dengan menggunakan lembar observasi yang telah

disiapkan yang mencakup: Keaktifan siswa dalam belajar sudah ada peningkatan meskipun

dengan jumlah siswa dalam belajar termasuk kelas besar yaitu 39 anak dalam satu kelasnya,

tetapi masih ada kesulitan yang dialami oleh beberapa siswa terutama siswa yang belum lancar

baca tulisnya, mereka hanya diam dan mencoba mencari tahu jawaban dari temannaya yang lain

saat mengerjakan tugas. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media

denah yang dilengkapi miniatur lokasi sangat menyenangkan dan perhatian siswa semakin

bertambah, terutama ketika diskusi dengan memperhatikan denah miniatur lokasi rumah

tersebut, sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.Pada pengamatan

siklus pertama ini peneliti masih melihat ada beberapa siswa (khususnya laki-laki) yang masih

belum fokus dalam proses pembelajaran, mereka duduk pada kursi bagian belakang sehingga

asik ngobrol sendiri saat guru memberi penjelasan. Hal tersebut disebabkan karena minat dan

motivasi belajar yang rendah. Tapisebagianbesarsudahmenunjukkanadanyamotivasi,

terbuktidenganadanyaminatuntukmelakukantanyajawabkepada guru setelah guru

memberikanmateri.

Reflesksi: refleksi dilakukan dengan diskusi antara guru model dengan pengamat atau

observer, yang pada kali ini observer di pilih sendiri oleh guru model sebagai peneliti, yaitu 2

guru dari kelas Ia dan kelas Ic dan satu guru dari kelas Ivb. Hasil yang didapatkan dalam tahap

observasi adalah sebagian besar siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik meskipun

masih ada dua anak laki laki yang duduk pada bangku belakang ngobrol sendiri dengan

temannya saat guru memberikan materi. Hal ini disebabkan karena minat dan motivasi siswa

yang kurang dan terkesan menyepelekan materi yang sedang di pelajari. Ada juga siswa yang

belum fokus saat pembelajaran berlangsung, disebabkan kurang memahami materi yang sedang

diajarkan, guru terlalu cepat memberikan penjelasan. Pada saat melakukan diskusi sebagian

besar siswa sudah aktif, tetapi ada beberapa siswa yang hanya mengamati saja tanpa

memeberikan masukan atau menyampaikan pendapatnya, dikarenakan kurang faham dengan

materi tentang letak rumah. Saat mengerjakan soal yang diberikan guru, masih ada beberapa

anak yang mencoba melihat jawaban temannya. Hal ini di sebabkan siswa tersebut masih

kurang dalam baca tulisnya. Dan dari hasil tes pada siklus pertama ini diperoleh hasil yang

masih belum memenuhi indikator pencapaian, yaitu sekitar 16 anak atau 41, 03% yang nilainya

masih dibawah Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)yang sudah ditetapkan pada materi

letak rumah mata pelajaran IPS kelas I adalah 7,2. Sehingga diperlukan merencanakan siklus

berikutnya.

Page 176: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1223

Siklus II

Perencanaan: Membuat perencanaan tindakan perbaikan berdasarkan tujuan penelitian.

Pada tahap ini peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai

dengan Standar Kompetensi yaitu mendeskripsikan lingkungan rumah dan Kompetensi dasar

yaitu mendeskripsikan letak rumah untuk mata pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan

indikator pembelajarannya, yang terdiri dari mengidentifikasi ruang dalam rumah dan

menceritakan fungsi tiap ruangan dalam rumah. Menyusun Lembar kerja siswa berupa gambar

potongan (miniatur rumah, sekolah, rumah sakit, pohon, mobil dan lain lain) untuk mengetahui

kemampuan siswa pada materi denah. Menyiapkan alat/media yang berupa denah dengan

dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah dengan dilengkapi miniatur ruangan. Menyusun

format-format penilaian (untuk tes) dan observasi.

Pelaksanaan: guru melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah

direncanakan, terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. (1) Pada

kegiatan pendahuluan siswa berdoa, kemudian mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti

pelajaran. Mengajak siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan

memberikan yel-yel berupa tepuk atau lagu. Kemudian siswa diberi penjelasan tentang langkah-

langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan

pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari yaitu siswa mampu mendeskripsikan

letak rumah dengan menngunakan denah yang dilengkapi dengan miniatur lokasi rumah. Guru

telah mempersiapkan sarana yang akan digunakan, berupa denah yang dilengkapi miniatur

lokasi rumah. (2) Pada kegiatan inti guru bertanya jawab dengan siswa tentang denah yang

sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Siswa mengamati gambar yang diterima. Siswa

memotong gambar se suai petunjuk pada lembar kerja. Siswa menempelkan potongan gambar

dan menyusun menjadi sebuah miniatur denah rumah secara sederhana. Guru memberikan

penghargaan pada siswa yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dengan bimbingan

guru siswa mempresentasikan hasil karyanya Gambar 4.

Gambar 4. Siswa menggunting dan menempel untuk membuat denah miniatur lokasi

rumah secara sederhana.

Selanjutnya siswa bertanya jawab dengan bimbingan guru tentang denah miniatur lokasi rumah

dan denah miniatur ruangan tertera seperti pada Gambar 5 dibawah ini:

Page 177: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1224

Gambar 5. Siswa bertanya jawab tentang membaca denah

Setelah itu siswa mengerjakan soal untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami

konsep tentang letak rumah. Setelah itu siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang

belum dipahami. (3) Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan dengan kegiatan

menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dengan dipandu oleh guru. Pada akhir kegiatan

ini untuk mengetahui pemahaman siswa dilaksanakan evaluasi pembelajaran berupa tes tulis

dengan jenis soal pilihan ganda berjumlah 10 soal. Yang perbandingannya sebagai berikut:

Tabel 3.Perbandingan nilai pre tes dan post test pada siklus 1

No Rentang Skor Jumlah siswa

Siklus I Siklus II

1 85 – 100 18 siswa 31 siswa

2 70 – 84 5 siswa 6 siswa

3 55 – 69 10 siswa 2 siswa

4 40 – 54 5 siswa - siswa

5 0 - 39 1 siswa - siswa

Pada nilai siklus I siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 18 siswa

atau sebanyak 46,15%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 5 siswa atau sebanyak

12,82%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 10 siswa atau sebanyak 25,64%,

siswa yang mendapatkan rentang skor 40-54 ada 5 siswa atau sebanyak 12,82%, siswa yang

mendapatkan rentang skor 0-39 ada 1 siswa atau sebanyak 2,56%.

Pada nilai siklus II siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 31 siswa

atau sebanyak 79,48%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 6 siswa atau sebanyak

15,38%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 2 siswa atau sebanyak 5,13%, siswa

yang mendapatkan rentang skor 40-54 tidak ada, dan siswa yang mendapatkan rentang skor 0-

39 juga tidak ada.

Nilai KKM yang ditetapkan pada materi letak rumah mata pelajaran IPS kelas I adalah

7,2. Berdasarkan data nilai siswa pada siklus I dapat kita lihat hasil peningkatan nilai yang

diperoleh siswa, yaitu 94,87% yang mendapatkan nilai diatas nilai KKM. Sebagian besar

mengalami kenaikan. Hanya 5,13% yang belum mencapai KKM .

Observasi: Hasil Pengamatan atau observasi yang dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan pada siklus kedua, peneliti melakukan pengamatan terhadap keterampilan

dan pemahaman konsep dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yang

mencakup: Keaktifan siswa dalam belajar sudah ada peningkatan meskipun dengan jumlah

siswa dalam belajar termasuk kelas besar yaitu 39 anak dalam satu kelasnya, tetapi sudah

sebagian besar aktif dalam proses belajarnya. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan media denah yang dilengkapi miniatur lokasi sangat menyenangkan dan perhatian

siswa semakin bertambah, terutama ketika siswa belajar membuat denah dengan miniatur lokasi

rumah dengan cara menggunting dan menempel, sehingga dapat meningkatkan minat dan

Page 178: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1225

motivasi belajar siswa. Pada pengamatan siklus kedua ini peneliti melihat sebagian besar sudah

menunjukkan adanya motivasi, terbukti dengan adanya minat untuk melakukan tanya jawab

dengan bimbingan guru.

Reflesksi: refleksi dilakukan dengan diskusi antara guru model dengan pengamat atau

observer, yang pada kali ini observer di pilih sendiri oleh guru model sebagai peneliti, yaitu 2

guru dari kelas Ia dan kelas Ic dan satu guru dari kelas Ivb. Hasil yang didapatkan dalam tahap

observasi adalah sebagian besar siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada saat

mengerjakan tugas sebagian besar siswa sudah aktif. Saat mengerjakan soal yang diberikan

guru, siswa sudah mampu mengerjakan dengan tertib. Dan dari hasil tes pada siklus kedua ini

diperoleh hasil yang sudah cukup memenuhi indikator pencapaian, yaitu sekitar37 anak atau

94,87% yang mendapatkan nilai diatas nilai KKMdari 39 anak.

Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari pra tindakan ke siklus I mengalami

peningkatan dari rata-rata semula 71,15 menjadi 78,59. Sedangkan rata-rata siklus I ke siklus II

mengalami peningkatan dari 78,59 menjadi 91,67. Peningkatan hasil belajar siswa ini

dikarenakan peneliti menggunakan media denah dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah

dilengkapi miniatur ruangan dalam rumah seperti pada Gambar 6 berikut:

Gambar 6. Denah miniatur lokasi rumah dan denah miniatur ruangan dalam rumah

Peningkatan hasil belajar ini juga diimbangi dengan peningkatan aktivitas siswa

sehingga siswa aktif dan tidak bosan dalam pembelajaran. Hal ini dapat dikatakan bahwa

penggunaan menia denah dengan dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah dilengkapi

ruangan dalam rumah pada siswa kelas IB di MI Bustanul Ulum Kota Batu telah mencapai

keberhasilan

KESIMPULAN

Penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: pertama, penggunaan media denah

dilengkapi miniatur lokasi rumah dan ruangan dalam rumah untuk meningkatkan hasil belajar

siswa kelas IB pada mata pelajaran IPS telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat. Pada siklus I belum mencapai hasil yang optimal, tetapi mulai

meningkat pada siklus II. Kedua, pembelajaran IPS dengan menggunakan media denah

dilengkapi miniatur lokasi rumah dan ruangan dalam rumah dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil dari

siklus I mengalami peningkatan dari rata-rata semula 71,15 menjadi 78,59. Sedangkan rata-rata

siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dari 78,59 menjadi 91,67. Dengan jumlah 23 siswa

memperoleh nilai diatas KKM dan 16 siswa memperoleh nilai dibawah KKM pada siklus I.

Sedangkan pada siklus II jumlah 37 siswa memperoleh nilai diatas KKM dan 2 siswa

memperoleh nilai dibawah KKM.

Page 179: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1226

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pembelajaran Praktik. Jakarta:Rineka

Cipta

Arikunto, suharsimi. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta:Bumi Aksara

http://repository.upi.edu/9483/1/t_pd_0704902_chapter1.pdf

Ibrahim,dkk.(2006). Media Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang.

Moleong. 2006. Penelitian Kualitatifdan Kuantitatif. Jakarta: PT Rosdyakarya.

Yusufhadi Miarso. (2005). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta:Kencana

Page 180: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1227

MENINGKATKAN PEMAHAMAN PERAN ANGGOTA KELUARGA DENGAN

BANTUAN MEDIA WAYANG KARTON PADA MATA PELAJARAN IPS

KELAS 2

Sukmawidi Astutik

SDN Dadaprejo 02 Kota Batu

Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran

ilmu pengetahuan sosial materi peran dan kedudukan keluarga di SDN Dadaprejo 02

kelas II semester II dikecamatan junrejo dengan menggunakan media wayang karton.

Pada kegiatan pembelajaran tersebut menggunakn metode demonstrasi dan penggunaan

media wayang karton untuk bermain peran dalam pembelajaran menyimak ini dapat

mengaktifkan siswa, interaksi siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan guru dan

interaksi siswa dengan media. Pada pembelajaran tersebut, siswa berhasil meningkatkan

pemahaman siswa. Hal ini terbukti dengan penilaian hasil kerja siswa mencapai nilai di

atas 70 atau mencapai 79% dari 19 siswa.

Kata kunci: pemahaman,peran dan kedudukan keluarga,wayang karton.

Kebijakan pemerintah dalam penggembangan pendidikan di Indonesia hingga saat ini

telah menunjkkan adanya upaya serius dalam meningkatkan kualitas sistem management dan

sumberdaya manusia yang memadai.hal ini ditunukkan dengan adanya undang – undang tentang

pendidikan pp no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang berbunyi “guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi peserta didik”. Sampai saat ini pendidikan kita masih didominasi oleh

pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafalkan. Sekolah

sebagai institusi pendidikan dan miniatur masyarakat perlu mengembangkan pembelajaran yang

sesuai dengan tuntutan kebutuhan era global. Proses pembelajaran yang baik akan dapat

menciptakan prestasi yang berkualitas, oleh karena itu guru sebagai salah satu komponen

penting dalam keberhasilan pembelajaran, harus menempatkan dirinya sebagai sosok yang

mampu membangkitkan hasrat siswa untuk terus belajar (membelajarkan siswa).

SDN Dadaprejo 02 adalah salah satu lembaga pendidikan yang sangat menjunjung

keberhasilan pembelajaran, sehingga siswa yang dihasilkan mampu berperan dalam persaingan

global. Usaha kearah tersebut sudah banyak dilakukan oleh pihak sekolah terkait, seperti

pemenuhan sarana prasarana, media pembelajaran, guru yang profesional serta komponen lain

yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang dijalankan, dengan harapan akan mampu

menciptakan manajemen pembelajaran dengan baik, yang pada ujungnya akan menjadikan

sekolah yang berkualitas. Dari studi awal dilapangan diperoleh kenyataan bahwa saat ini masih

banyak permasalahan yang timbul di sekolah. Selama ini metode yang digunakan kurang

beragam dan kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.selain itu

metode ceramah menjadi pilihan utama,sehingga pembelajaran hanya berlangsung satu arah saja

dan siswa menjadi kurang aktif selama pembelajaran berlangsung. Strategi pembelajaran ini

mengakibatkan siswa menjadi cenderung bosan dan jenuh dengan pelajaran yang mereka

hadapi. Sehingga mereka tidak memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini, akan

membuat kualitas pembelajaran menjadi rendah, ditunjukkan dengan hasil belajar siswa selalu

mengecewakan dan tidak memenuhi KKM(Kriteria Ketuntasan Minimal) dan berdasarkan hasil

ulangan IPS hanya 2 siswa (11%) dari 19 siswa yang mencapai KKM (70). Dan hal ini perlu

diadakan perbaikan agar hasil belajar siswa menjadi lebih baik dengan nilai yang memuaskan.

Page 181: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1228

Dari permasalahan diatas,maka dibutuhkan tindakan yang mampu menjadi jalan

keluarnya. Salah satu solusinya adalah penggunaan metode yang tepat,yaitu metode yang

mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran. Metode mengajar

merupakan salah satu cara yang dipergunakan oleh guru dalam mendidik siswa. Oleh karena itu

peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Salah satu

alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna menjawab permasalahan-permasalahan

pembelajaran tersebut serta untuk lebih mengaktifkan pembelajaran di kelas maka Saat

mengajar sebaiknya kita harus merancang pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenagkan (PAIKEM). Santoso (2012:1) mengemukakan bahwa sangat bagus jika guru bisa

kreatif dalam melaksanakan pembelajaran. Akan tetapi akan lebih bagus jika guru mampu

melaksaakan pembelajaran yang penuh inovasi.

Pembelajaran dengan melibatkan media yang sama, akan memberikan informasi yang

persis sama untuk siswa-siswa lain. Media juga dapat mengurangi terjadinya kesenjangan

informasi diantara siswa di manapun berada (Rahadi, 2003). Dengan demikian pendaya-gunaan

media pembelajaran untuk melaksanakan pendidikan menjadi sangat penting dalam rangka

meningkatkan mutu hasil belajar. Salah satu media pembelajaran yang cukup efektif dan efisien

adalah wayang karton yang terbuat dari bahan sederhana dan murah (Winarto 2014).

Dengan demikian diharapkan setelah menggunakan media belajar ini hasil belajar siswa

menjadi meningkat dan siswa menjadi semangat dalam menerima pelajaran,maka dari sinilah

diadakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu

jenis penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Menurut

Suharsimi(2002) bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata “

penelitian,tindakan dan kelas.”penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek,

menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan

kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang dilakukan dengan tujuan

tertentu yang dalam pelaksanaanya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan

kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan

terjemahan dari classroom action research yaitu suatu penelitian tindakan yang dilakukan di

kelas. Berdasarkan keterangan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PTK adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan

tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa

dapat ditingkatkan. Bertolak dari pemikiran diatas maka dikembangkan media wayang karton

untuk meningkatkan pemahaman peran anggota keluarga yang merupakan sub pokok bahasan

dalam mata pelajaran IPS.Tujuan penelitian ini adalah: “Meningkatkan Pemahaman Peran

Anggota Keluarga dengan Bantuan Media Wayang Karton pada Mata Pelajaran IPS Kelas 2”.

Gambar 1. Media Wayang Karton

Page 182: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1229

METODE PENELITIAN

Subyek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Dadaprejo 02 yang berjumlah 19

siswa.Penelitian dilaksanakan selama bulan Februari sampai Maret 2016,Tempat penelitian di

SD Negeri Dadaprejo 02. Sedangkan prosedur penelitiannya di bagi menjadi empat tahapan

sesuai dengan metode PTK yang digunakan dalam penelitian, yaitu:1) Perencanaan, pada tahap

perencanaan peneliti sudah merencanakan apa yang akan dilakukan mulai dari observasi

lingkungan sekolah, persiapan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, model

pembelajaran yang akan digunakan. Wawancara dengan guru mata pelajaran. Apa yang

seharusnya nanti yang akan dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran agar

mendapatkan hasil yang maksimal. 2) Pelaksanaan, pelaksanaan akan diadakan di kelas II SD

Negeri 02 Dadaprejo Kecamatan Junrejo Kota Batu dengan memberikan materi peran

kedudukan keluarga. Kemudian langkah selanjutnya mengimplementasikan penjelasan-

penjelasan tersebut menggunakan media dokumentasi keluarga.3) Pengamatan atau observasi,

selama proses pelaksanaan guru ataupun peneliti membuat catatan-catatan apa yang terjadi

selama proses itu berlangsung. 4) Refleksi, setelah pelaksanaan dan pengamatan, diadakan

diskusi hasil dari kegiatan pengamatan pembelajaran di kelas. Kesimpulan yang diperoleh

dalam refleksi dipergunakan untuk memperbaiki langkah-langkah pembelajaran berikutnya.

Langkah-langkah pembelajaran dilakukan mengacu pada silabus KTSP dengan metode

demonstrasi dan cooperative learning. Secara rinci tahap-tahap pembelajaran sebagai berikut:

Pada siklus I keterlibatan guru dalam kegiatan pembelajaran masih dominan.guru sebagai

fasilitator secara intensif memberikan penjelasan – penjelasanyang jelas menggingat sesuai yang

diajar adalah siswa kelas II SD. Bimbingan guru kepada siswa berupa arahan – arahan tentang

pemahaman peran dan kedudukan keluarga dengan menggunakan media wayang karton. Dalam

prosedur pembelajaran yang disampaikan pada awal kegiatan, diluar itu guru sebagai fasilitator

memberi bimbingan kepada kelompok-kelompok yang meminta bantuan selama pelaksanaan

diskusi tesebut.pembentukan kelompok ditentukan guru secara acak dari 19 siswa yang hadir

terbentuk 4 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa.dasar

pembagian siswa menjadi kelompok adalah teman yang dekat tempat duduknya dengan

menggunakan media wayang untuk pemahaman dan pemantapan konsep tentang kedudkan dan

peran keluarga.pada pertemuan ke II ada perubahan pada LK individu yang ketiga dihilangkan

karena waktu tidak mencukupi disamping itu LK 3 hampir sama soalnya dengan LK 1.

Prosedur pelaksanaan tindakan siklus II hampir sama dengan prosedur siklus I.bedanya

pada siklus II skenario pembelajaran I ada perubahan pada merubah Lk kelompok menjadi lebih

fariatif sehingga memicu keaktifan siswa dalam bekerja kelompok.pada pertemuan ke II guru

lebih menggarahkan kegiatan pembagian kelompok tidak lagi secara acak tetapi disesuaikan

dengan kemampuan siswa sehingga tidak ada lagi penumpukan dalam satu kelompok siswa

yang berkemampuan rendah saja atau yang berkemampuan tinggi saja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari evaluasi siklus I baik pertemuan I dan pertemuan II dihasilkan evaluasi pada

akhir siklus I menunjukkan pada umumnya siswa sudah mampu memahami peran dan

kedudukan keluarga dengan media wayang karton.hal ini terlihat dari hasil perolehan nilai pada

siklus I pertemuan I yaitu dari 19 siswa diperoleh data 8 siswa (43%) memiliki hasil belajar

dengan predikat baik,11 siswa (57%) memiliki hasil belajar dengan predikat cukup

baik.akumulasi ketuntasannya mencapai 57% dengan KKM 70.sedangkan pada pertemuan ke II

memperoleh data dari 19 siswa,9 siswa(47%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik,10

siswa(52%) hasil belajar dngan predikat cukup baik.akumulasi ketuntasan mencapai 57%

denfan KKM 70.

Page 183: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1230

Sedangkan hasil pada siklus II diperoleh data sebagai berikut pertemuan I yaitu dari 19

siswa diperoleh data 13 siswa (68%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik,6 siswa (32%)

memiliki hasil belajar dengan predikat cukup baik.akumulasi ketuntasannya mencapai 68%

dengan KKM 70.sedangkan pada pertemuan ke II memperoleh data dari 19 siswa,15

siswa(79%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik,4 siswa(21%) hasil belajar dngan

predikat cukup baik.akumulasi ketuntasan mencapai 79% denfan KKM 70.

Proses pembelajaran di kelas pada siklus I dan siklus II dirangkum dalam data kualitatif sebagai

berikut:

Aspek Pra

tindakan

Siklus I Siklus II Total

peningkatan P.1 p.II Rata-

rata P. I P.II

Rata-

rata

Ketuntasan 11% 43% 47% 45% 68% 79% 73,5% 62,2%

siswa 2 8 9 9 13 15 14

Perbandingan Persentase Hasil Siswa dalam Peran dan Kedudukan Keluarga Sebelum Tindakan

dan Setelah Tindakan Pada Siklus I Dan II

katagori pratindakan Siklus I Siklus II

P.I P.II RT P.I P.II RT

Semua benar 0 4 6 5 3 5 4

Sebagian besar benar 5 10 8 9 15 14 14,5

Sebagian kecil benar 4 1 2 1,5 1 0 0,5

Semua salah 10 4 3 3,5 0 0 0

Grafik Perbandingan Peningkatan Pemahaman Peran dan Kedudukan Keluarga Dengan

Menggunakan Media Wayang Karton

Dari perbandingan data nilai yang di peroleh pada siklus I pertemuan I dan II maka

dapat ditarik kesimpulan yaitu: nilai siswa masih banyak yang kurang karena guru terlalu

0

10

20

30

40

50

60

70

80

pratindakan siklus Isiklus II

pertemuan I pertemuan II

rata-rata

Page 184: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1231

banyak memberikan tugas atau LK sehingga waktu yang diperlukan kurang dan siswa belum

matang atau faham memahami materi tersebut.

Dengan tercapainya akumulasi ketuntasan belajar siswa kelas II SD Negeri Dadaprejo

02 pada siklus 2 yang mencapai 79% maka peneliti dan kolaborator memutuskan untuk

menghentikan perlakuan berupa penggunaan media wayang karton pada mata pelajaran IPS

pokok bahasan memahami peran dan kedudukan keluarga.

PENUTUP

Setelah di laksanakannya penelitian, maka peneliti bisa menarik kesimpulan.

Kesimpulan dalam penelitian adalah sebagai berikut : (1) Hasil pembelajaran di Siklus 1 setelah

di terapkannya media dokumentasi keluarga menunjukkan hasil bahwa siswa mengalami

perkembangan. Berdasarkan data tersebut diketahui dari total 19 siswa, 9 siswa (47%) memiliki

hasil belajar dengan predikat baik dan 10 siswa (52%) memiliki hasil belajar dengan predikat

cukup,namun akumulasi persentase ketuntasan belajar siswa belum mencapai kkm 70 sehingga

peneliti dan kolaborator memutuskan untuk mengadakan siklus 2. (2) Berdasarkan data setelah

melakukan observasi siklus 2, peneliti mengevaluasi tindakan yang telah di terapkan pada siklus

dua yaitu dari total 19 siswa, masing-masing 15 siswa ( 79%) memiliki hasil belajar dengan

predikat baik, 4 siswa (21 %) memiliki hasil belajar dengan predikat cukup. Akumulasi

persentase ketuntasan belajar kelas II SD Negeri Dadaprejo 02 pada siklus 2 mencapai 79%.

Hasil ini telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 70, sehingga peneliti dan

kolaborator memutuskan untuk menghentikan perlakuan.Dari kedua siklus yang telah

dilaksanakan, maka dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar IPS pokok bahasan

memahami peran dan kedudukan keluarga pada siswa kelas II SD Negeri Dadaprejo 02

Kecamatan Junrejo Kota Batu dengan menggunakan media wayang karton.

Setelah peneliti menyusun kesimpulan dalam penelitian PTK ini, maka peneliti dapat

memberikan beberapa saran bagi beberapa pihak yang terlibat dalam penelitian ini adalah : (1)

Terkait dengan inovasi media pembelajaran, hendaknya pihak SD Negeri Dadaprejo 02 dapat

lebih mendukung ketersediaan media pembelajaran dan mengembangkan media - media baru

yang dapat menambah motivasi belajar siswa, sehingga siswa tidak bosan. (2) Guru di harapkan

dapat menerapkan dan membuat media pembelajaran sendiri yang bervariasi sehingga siswa

selalu tertarik untuk belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Rita kurnia rahayu novit,2010, Penggunaan Media Puzzle Dalam Pembelajaran Menulis

Pengumuman Berbasis Lesson Study Pada Siswa Kelas Iv Sdn 1 Sabang, J-TEQIP, Tahun

IV, Nomor 2, November 2013

Yanti febri,2013, Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Keanekaragaman Makhluk

Hidup Dengan Menggunakan Media Audio Visual Di Kelas Vii D Siswa Smpn 5

Kabupaten Muaro Jambi, 1231, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013.

Makmur maksimus & sainurdin alberts,2013, Optimalisasi Penggunaan Metode Demonstrasi

Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Kelas V Sekolah Dasar Katolik

Welu, Makur dan Sainurdin, Optimalisasi Penggunaan Metode Demonstrasi, 1231

Rahardi 2003,Basuki Wibowo 2003,Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta.Departemen.

Suharsimi,2002,Metodologi Penelitian.Rineka ciptaJakarta.

Winarto,Media Wayang Karton.2014 malang

Suharni dwi,2012, Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Cooperative

Learning Model Think Pair Share ( TPS ) Kelas III SDN Ngroto 02 Kecamatan Pujon-

Kabupaten Malang,tugas skripsi 2012.

Page 185: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1232

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI JENIS-JENIS

PEKERJAAN YANG MENGHASILKAN BARANG DAN JASA DENGAN

MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS SDN TEMAS 01 BATU

Heri Sismarjono

SD Negeri Temas 01 Batu Malang

Abstrak: Proses pembelajaran di SD masih belum mencapai hasil yang diharapkan,

karena pada umumnya masih bergantung pada buku pelajaran pegangan siswa dan tanpa

menggunakan media belajar yang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah apakah

penggunaan media dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS

di kelas 3 SDN Temas 01 Batu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang

direncanakan terdiri dari dua siklus . Penelitian dilakukandi SDN Temas 01, waktu

penelitian bulan Pebruari sampai dengan Mei 2016. Setiap siklus terdiri dari empat

tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi, refleksi, dan revisi. Instrumen

pengumpulan data tentang aktivitas siswa menggunakan lembar observasi. Data tentang

hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan soal tes. Data dianalisis secara

deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data hasil penilaian siswa tahap pra

siklus 11 dari 36 siswa mencapai nilai ketuntasan minimal yaitu 7, dengan nilai rata-

rata kelas 65,4. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media gambar dapat

meningkatkan hasil belajar IPS materi pembelajaran Jenis-jenis pekerjaan yang

menghasilkan barang dan jasa dengan menggunakan media gambar, secara berturut-

turut dari siklus I dan II mencapai nilai rata-rata kelas 69,4 dan 74,6. Aktivitas siswa

kelas 3 dalam belajar IPS meningkat. Siswa kelas 3 yang mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal pada siklus I sebanyak 25 siswa atau 69 % dan siklus II sebanyak 31 siswa

atau 86 %.

Kata kunci: media gambar, pembelajaran ips sd,

Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki fungsi sangat

penting dalam menyiapkan sumber daya manusia berkualitas. Pendidikan di Sekolah Dasar

merupakan landasan yang sangat penting dan mempunyai pengaruh terhadap pendidikan ke

jenjang berikutnya. Beberapa mata pelajaran harus diajarkan di sekolah dasar disajikan dalam

bentuk terpadu. Salah satu mata pelajaran di dalamnya adalah Ilmu Pendidikan Sosial.

Pengajaran IPS sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar karena siswa yang datang ke

sekolah berasal dari lingkungan yang berbeda. Pengenalan mereka tentang masyarakat tempat

mereka menjadi anggota dipengaruhi oleh lingkungan mereka tersebut.

Menurut Basyaruddin Usman dan H. Asnawir dalam Hidayati (2008; 7) Penggunaan

media dalam proses pembelajaran, mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut: (1) Media

dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa Pengalaman masing-

masing individu sangat beragam, misalnya dua siswa yang berasal dari dua lingkungan keluarga

dan masyarakat yang berbeda akan menentukan pengalaman yang berbeda pula. Media dapat

mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut. (2) Media dapat mengatasi ruang kelas Di dalam kelas

banyak hal yang sulit untuk dialami langsung oleh siswa. Misalnya obyek yang terlalu besar

atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, dan hal-hal yang

terlalu komplek, semuanya dapat diperjelas dengan menggunakan media. (3) Media

memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan Misalnya

mengamati, mengidentifikasi gejala fisik/lingkungan dan masalahmasalah sosial di masyarakat.

Page 186: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1233

(4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan Pengamatan yang dilakukan siswa secara

bersama-sama dapat diarahkan kepada hal-hal yang penting sesuai tujuan yang ingin dicapai. (5)

Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. Penggunaan media

gambar, film model, grafik, atau bahkan benda-aslinya dapat memberikan konsep yang benar.

(6) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan menggunakan media,

pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam, pemahaman konsep-konsep semakin

lengkap. Dengan demikian menambah rasa ingin tahu siswa, selanjutnya dapat menimbulkan

minat baru untuk belajar. (7) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa

untuk belajar. Pemasangan gambar dengan warna yang menarik di papan tulis, mendengarkan

siaran radio, pemutaran film, semuanya itu dapat menimbulkan rangsangan untuk belajar lebih

lanjut. 8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang konkrit sampai

kepada sesuatu yang abstrak. Pemutaran film tentang suatu benda atau peristiwa yang tidak

dapat dilihat secara langsung oleh siswa akan memberikan gambaran secara konkrit tentang

wujud, ukuran, dan lokasi. Selain itu juga dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang

arti kepercayaan dan kebudayaan.

Media cetakan dan grafis paling banyak dan paling sering digunakan didalam proses

belajar mengajar. Media ini termasuk kategori media visual non proyeksi yang berfungsi untuk

menyalurkan pesan dari pemberi ke penerima pesan (dari guru kepad siswa). Pesan yang

dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-gambar dan simbol-simbol yang

mengandung arti disebut “Media Grafis”. Media grafis termasuk media visual diam,

sebagaimana halnya dengan media lain media grafis mempunyai fungsi untuk menyalurkan

pesan dari guru kepada siswa. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan yang

dituangkan ke dalam simbol-simbol yang menarik dan jelas. Media ini termasuk media yang

relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya. Macam-macam media grafis

adalah: gambar/foto, diagram, bagan. Grafik, poster, media cetak, buku.

Media grafis paling umum digunakan dalam PBM, karena merupakan bahasa yang

mudah dimengerti oleh peserta didik. Kemudahan mencerna media grafis karena sifatnya visual

konkrit menampilkan objek sesuai dengan bentuk dan wujud aslinya sehingga tidak verbalistik.

Kelebihan media ini ialah: a).Sifatnya kongkrit, lebih realistik dibandingkan dengan media

verbal. (b) Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia muda

maupun tua. (c) Murah harganya dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam

penyampaiannya. Namun demikian memiliki kelemahan yaitu (a) Gambar/foto hanya

menekankan persepsi indera mata. (b) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Proses pembelajaran IPS materi Jenis-jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan

jasa di SD Negeri Temas 01 Batu masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Hasil studi

awal ditemukan data dari 36 siswa kelas 3B di SD Negeri Temas 01 Batu hanya 31 % siswa

yang tercatat dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 7. Tingkat kemampuan siswa

kelas 3B SD Negeri Temas 01 Batu berfariasi, hal ini merupakan faktor penyebab berfariasinya

pula hasil pembelajaran yang dicapai. Berpedoman pada hasil belajar yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran tersebut dianggap perlu melakukan perbaikan dalam proses

pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan di SDN Temas 01 Batu bertujuan untuk meningkatkan hasil

belajar IPS materi Jenis-jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa. Penelitian ini juga

bertujuan agar siswa kelas 3 SD Negeri Temas 01 Batu memahami konsep pekerjaan yang

menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka peneliti

menganggap penting untuk mengadakan penelitian dengan tema “Meningkatkan Hasil Belajar

IPS Materi Jenis-jenis Pekerjaan yang Menghasilkan Barang dan Jasa dengan Media Gambar

pada Siswa Kelas 3B SDN Temas 01 Batu”

Page 187: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1234

METODE

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model

Kemis dan MC. Taggart (dalam Akbar. 2009:28) dengan urutan kegiatan sebagai berikut:

Berdasarkan penemuan permasalahan di dalam kelas maka guru membuat perencanaan

pembelajaran yang diterapkan dalam siklus pertama, dilanjutkan pada langkah kedua

pelaksanaan sekaligus dilaksanakan observasi. Berpedoman pada hasil observasi dan evaluasi

hasil belajar murid, melakukan refleksi pelaksanaan pembelajaran. Hasil refleksi dijadikan dasar

untuk melakukan perbaikan yang akan dituangkan dalam perencanaan pelaksanaan siklus

kedua. Setiap siklus terdiri dari empat langkah kegiatan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan

Observasi, refleksi, dan terakhir refisi.

Peneliti terlibat langsung dalam penelitian ini, baik sebagai pelaku maupun sebagai

pengamat serta menyimpulkan hasil penelitian. Pelaksanaan observasi penelitian ini, peneliti

dibantu oleh teman sejawat.

Penelitian ini dilakukan di Kelas 3B, SD Negeri Temas 01, Batu, dengan jumlah murid

36 dan dilaksanakan pada semester kedua tahun pelajaran 2015-2016.

Rancangan Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas berbentuk siklus yang sekurang-kurangnya

dilakukan dalam dua siklus (Suharsimi Arikunto dalam Zainal Abidin, 2007) atau sampai dapat

mencapai tujuan yang diinginkan. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Siklus I

Perencanaan (Planning) 1

Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

skenario pembelajaran yang mencantumkan penggunaan media gambar serta menyusun LKS

yang berkaitan dengan materi yang akan dibelajarkan kepada siswa, mempersiapkan lembar

evaluasi, mempersiapkan format observasi aktivitas siswa, dan mempersiapkan media yang

akan digunakan dalam pembelajaran.

Tindakan dan Pengamatan (acting & observing) 1

Pengamatan proses pembelajaran meliputi pengamatan terhadap pembelajaran dengan

menggunakan media gambar, aktivitas siswa selama pembelajaran, dan nilai siswa pada hasil tes

di kegiatan akhir pembelajaran. Dalam pengamatan menggunakan instrumen berupa lembar

observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, kamera untuk

mendokumentasikan segala peristiwa yang terjadi.

Perefleksian (reflection) 1

Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi bersama guru pengamat terhadap pelaksanaan

pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mennjau kegiatan yang telah

dilakukan, tujuan yang sudah dicapai, kegiatan yang belum dicapai, masalah pembelajaran yang

belum dapat terpecahkan serta efektifitas penggunaan media yang telah direncanakan.

Perbaikan Rencana (revise plan) 1

Perbaikan dilakukan dengan berpedoman pada hasil refleksi. Langkah selanjutnya

menentukan aktivitas yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil

belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPS yang akan dilanjutkan pada siklus II.

Menyusun rencana pembelajaran dengan memperhatikan kekurangan yang terjadi pada kegiatan

sebelumnya.

Page 188: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1235

Siklus II

Tahapan dalam siklus kedua pada prinsipnya sama dengan siklus pertama, tetapi

pelaksanaan siklus kedua disusun berdasarkan hasil temuan dalam siklus pertama.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

observasi, tes, catatan lapangan yang diuraikan sebagai berikut: (1) Untuk memperoleh data

tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan media gambar dilakukan dengan teknik

observasi. Sedangkan untuk melengkapi data penelitian yang dibutuhkan digunakan teknik

catatan lapangan dengan mencatat kejadian/kegiatan pada saat pembelajaran berlangsung. (2)

Untuk memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa di kelas 3B SDN Temas 01 Batu dalam

pembelajaran IPS dengan menggunakan media gambar dilakukan dengan teknik observasi dan

dokumentasi. (3) Untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS

menggunakan media gambar dilakukan dengan teknik tes pada setiap siklus. Bentuk tes berupa

tes obyektif dan subyektif.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur keseluruhan

aspek yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yang meliputi pelaksanaan

pembelajaran, aktivitas siswa, serta hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran

menggunakan media gambar. Adapun instrumen yang digunakan meliputi: (1) Instrumen

penelitian yang digunakan peneliti untuk teknik observasi, berupa lembar observasi pelaksanaan

pembelajaran menggunakan media gambar. (2) Instrumen penelitian yang digunakan peneliti

untuk teknik observasi, berupa lembar observasi aktivitas siswa. (3) Instrumen penelitian yang

digunakan untuk teknik tes, berupa soal tes, kunci jawaban dan penskoran soal tes.

HASIL PENELITIAN

Siklus 1

Perencanaan

Melakukan revisi rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam kegiatan pra

siklus dengan memperhatikan temuan-temuan dalam kegiatan pra siklus. Menyusun rencana

kegiatan yang akan dilakukan pada Siklus I, menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses

pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I guru menggunakan gambar-

gambar tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang Menghasilkan Barang dan Jasa. Persiapan yang

dilakukan oleh peneliti pada siklus I meliputi: (1) Menyusun rencana pembelajaran yang

menggunakan alat bantu mengajar berupa gambar-gambar pekerjaan yang menghasilkan barang

dan jasa. (2) Menyusun soal evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dalam

mengukuti proses pembelajaran. (3) Membuat lembar observasi untuk mengetahui minat peserta

didik terhadap pembelajaran. (4) Mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam proses

pembelajaran.

Pelaksanaan dan Observasi

Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Maret 2016. Kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan pada Siklus I adalah sebagai berikut:

Kegiatan Awal, Guru membuka pelajaran dengan kegiatan apersepsi melalui tanya jawab

tentang pekerjaan yang dilakukan orang tua siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti, Pertemuan I guru melakukan tanya jawab tentang contoh pekerjaan yang ada di

lingkungan siswa. Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan tugas berpasangan yang berhubungan

dengan LKS 1. Guru memberi kesempatan siswa secara berpasangan mengerjakan LKS 1

dengan mengamati gambar-gambar tentang jenis-jenis pekerjaan. Beberapa pasangan diminta

mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Memberi kesempatan kepada siswa lain

memberikan tanggapan terhadap laporan yang telah dipresentasikan. Pertemuan II penjelasan

Page 189: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1236

guru tentang perbedaan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa. Siswa secara bergantian

diminta untuk menyebutkan pekerjaan orang tuanya. Siswa mengelompokkan jenis-jenis

pekerjaan ke dalam kelompok menghasilkan barang atau jasa. Dengan mengerjakan LKS 2

secara berpasangan. Beberapa pasangan diminta mempresentasikan hasil kerjanya di depan

kelas. Siswa yang lain memberikan tanggapan terhadap laporan yang telah dipresentasikan.

Kegiatan Penutup. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi, dilanjutkan dengan membahas

soal evaluai yang telah dikerjakan. Guru menegaskan kembali materi yang telah disampaiakan.

Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, dilakukan refleksi selama

proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi yang dilakukan observer dan capaian hasil

evaluasi siswa, ada beberapa temuan yang disampaikandalam kegiatan refleksi pada siklus I

meliputi: (1) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar cukup baik, namun masih belum mencapai

hasil yang diharapkan, dengan indikator ada beberapa siswa yang belum mencapai hasil yang

diharapkan. (2) RPP yang disusun oleh guru terlaksana dengan baik. (3) Sebagian besar siswa

memiliki minat terhadap proses pembelajaran yang berlangsung, tetapi masih ada beberapa

peserta didik yang masih terlihat kurang berminat, masih ada yang berbicara dengan teman. (4)

Berdasarkan hasil belajar peserta didik menunjukkan rata-rata kelas mencapai 69,4. Sebanyak

25 peserta didik sudah mencapai nilai KKM, namun sejumlah 11 peserta didik masih mendapat

nilai di bawah KKM yaitu 7. Berdasar hasil temuan di atas perlu dilakukan perbaikan dalam

siklus II.

Revisi

Berpedoman pada hasil refleksi siklus I, dilakukan perbaikan untuk diterapkan dalam

siklus II. Perbaikan tersebut meliputi: (1) Kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara

berpasangan pada siklus I, pada siklus II dilakukan secara individu. Dengan perubahan tersebut

siswa yang kurang aktif menjadi aktif.

Siklus II

Perencanaan

Melakukan revisi rencana pembelajaran sesuai hasil refleksi pada siklus I. Persiapan

yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II meliputi: (1) Menyusun rencana pembelajaran yang

menekankan pada kegiatan siswa secara individu. (2) Mempersiapkan perlengkapan yang

diperlukan dalam proses pembelajaran. (3) Menyusun soal evaluasi untuk mengetahui tingkat

pemahaman peserta didik dalam mengukuti proses pembelajaran. (4). Membuat lembar

observasi untuk mengamati aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan dan Observasi

Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 6 April 2016. Kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan pada Siklus ini sebagai berikut:

Kegiatan Awal, Guru membuka pelajaran dengan kegiatan apersepsi melalui Tanya jawab

tentang materi yang pernah di bahas pada siklus I. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

dan kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Inti, Pertemuan I guru melakukan tanya jawab untuk mengingat kembali materi

pembelajaran yang pernah dipelajari pada pertemuan siklus I. Kegiatan selanjutnya guru

menjelaskan tugas individu yang berhubungan dengan LKS 1. Guru memberi kesempatan siswa

secara individu mengerjakan LKS 1 tentang jenis-jenis pekerjaan dengan cara menempelkan

potongan gambar-gambar profesi sesuai kolom yang tersedia. Beberapa siswa diminta

membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Memberi kesempatan kepada siswa lain

memberikan tanggapan terhadap laporan yang telah dibacakan. Pertemuan II. Setelah

melakukan apersepsi, guru memberikan penjelasan tentang kegiatan siswa yang dilakukan

Page 190: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1237

secara individu. Tanya jawab singkat tentang perbedaan pekerjaan yang menghasilkan barang

atau jasa. Siswa secara individu mengelompokkan jenis-jenis pekerjaan ke dalam kelompok

menghasilkan barang atau jasa melalui mengerjakan LKS 2. Beberapa siswa diminta

membacakan hasil kerjanya di depan kelas. Siswa yang lain memberikan tanggapan terhadap

laporan yang telah bacakan.

Kegiatan Penutup. Guru memberikan pemantapan tentang materi yang telah dipelajari. Peserta

didik ditugasi mengerjakan soal evaluasi, setelah menyelesaikan tugasnya siswa diajak

membahas soal evaluai yang telah dikerjakan. Akhir kegiatan dilakukan refleksi tentang

kegiatan pembelajaran saat itu.

Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II, penyaji bersama observer

melakukan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Hasil observasi yang

dilakukan observer dan capaian hasil belajar melalui tes hasil belajar, ada beberapa temuan yang

disampaikan observer dalam kegiatan refleksi pada siklus II meliputi: (1) Pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar baik, mengalami peningkatan jika dibanding hasil pada siklus I, siswa secara

individu aktif mengerjakan tugas-tugasnya. (2) RPP yang disusun oleh guru terlaksana dengan

baik. (3) Sebagian besar siswa aktif mengikuti proses pembelajaran, yang di siklus I kurang

aktif pada siklus II ini sudah menunjukkan keaktifannya. (4) Hasil belajar peserta didik

menunjukkan peningkatan, rata- rata kelas mencapai 74,6. Sebanyak 31 peserta didik sudah

mencapai nilai KKM, sejumlah 4 peserta didik masih mendapat nilai di bawah KKM. Berdasar

capaian hasil dalam siklus II ini dapat disimpukan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan telah

berhasil, sehingga kegiatan penelitian ini diakhiri.

Revisi

Berpedoman pada hasil refleksi siklus II, yang telah menunjukkan terpenuhinya target

yang telah ditetapkan maka kegiatan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan

pembelajaran IPS materi menghasilkan barang atau jasa diakhiri.

KESIMPULAN

Perbandingan capaian hasil belajar peserta didik dalam tiap siklusnya mulai Pra Siklus,

Siklus I, hingga Siklus II, menunjukkan peningkatan capaian hasil belajar. Berdasar data

tersebut dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPS di kelas

3 SD Negeri Temas 01 Batu, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan minat

belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Sa’dun. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Cipta Media Aksara.

Akbar, Sa’dun. 2009. Prosedur penyusunan laporan dan artikel hasil penelitian tindakan kelas.

Yogyakarta: Cipta Media Aksara.

Hidayati. 2008. Penggunaan media dalam proses pembelajaran. Jakarta: Derektorat Jenderal

Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Nurhadi. 2009. Mengenal Lingkungan Sekitar. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen

Pendidikan Nasional,

Riana Cepi. 2008. Komputer dan Media Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Derektorat

Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Page 191: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1238

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP HAK DAN KEWAJIBAN

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS SISWA

KELAS 1 SDN ORO-ORO OMBO 01

Kusriyantinik

SDN Oro-Oro Ombo 01Batu

Abstrak: Pembelajaran di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu pada umumnya masih

menggunakan pembelajaran langsung dengan metode ceramah yang berpusat pada guru,

sehingga dampaknya siswa kurang aktif dan hasil belajar menurun. Penerapan model

pembelajaran yang kooperatf tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan pemahaman

konsep pelaksanaan hak dan kewajiban di rumah dan di sekolah. Penelitian ini bertujuan

untuk meningkatkan pemahaman konsep hak dan kewajiban anak pada pelajaran PKn di

kelas I SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

kelas. Tempat penelitian yaitu di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, waktu penelitian selama

3 bulan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I tingkat

pemahaman siswa dalam memahami konsep hak dan kewajiban mencapai 70%.

Ketuntasan minimal pada siklus I mencapai 85%. Sedangkan pada siklus II tingkat

pemahaman siswa dalam memahami konsep hak dan kewajiban mencapai 91,5%.

Ketuntasan minimal pada siklus II mencapai 100%.

Kata kunci: pemahaman konsep, model kooperatif, dan Two Stay Two Stray

Pembelajaran adalah sebuah proses belajar sebuah ajaran untuk mencapai sebuah tujuan

tertentu. Dalam proses pembelajaran tentunya membutuhkan sebuah model yang tepat supaya

tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pemilihan model yang tepat akan berpengaruh pada metode,

strategi, dan media yang sesuai. Hal tersebut harus dilakukan supaya pola belajar siswa menjadi

terarah dan menyenangkan. Hera, Agus Taufik, dan Puji lestari menyatakan bahwa pendidikan

di pandang bukan semata-mata sebagai sarana untuk menyiapkan individu bagi kehidupannya di

masa depan tetapi juga untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan

menuju ketingkat kedewasaan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan beberapa ciri

atau unsur umum dalam pendidikan yaitu pertama, pendidikan harus memiliki tujuan yaitu

pendidikan hakikatnya adalah pengembangan potensi individu yang bermanfaat bagi kehidupan

pribadinya maupun bagi warga negara atau warga masyarakat lainnya. Kedua, untuk mencapai

tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan upaya yang disengaja dan terencana yang meliputi

upaya bimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Ketiga, kegiatan tersebut harus diwujudkan di

dalam lingkungan keluarga sekolah dan masyarakat yang lazim disebut dengan pendidikan

formal,informal dan non formal.

Dalam pembelajaran semua mata pelajaran tentunya pendidik harus bisa memilih

sebuah model pembelajaran yang mampu menggiring siswa kepada tujuan pembelajaran. Pada

model pembelajaran PKn khususnya mempunyai paradigma baru yang memiliki karakteristik

sebagai antara lain, membelajarkan dan melatih siswa berfikir kritis, membawa siswa mngenal,

memilih dan memecahkan masalah, melatih siswa dalam berfikir sesuai dengan metode ilmiah

dan keterampilan sosial lain yang sejalan dengan pendekatan inkuiri (Udin S.Winaputra,dkk,

2007). PKn juga sebagai mata pelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep sosial,

sikap sosial yang kontekstual.

Pembelajaran PKn perlu dikembangkan model pembelajaran kontektual maupun

kooperatif, pembelajaran kooperatif sendiri diperlukan untuk melatih kerjasama antar siswa,

Page 192: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1239

berpikir kritis, dan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sosial mereka (Erna Febru

dan Ari dwi, 2012). Pembelajaran langsung atau Direct Intruction dikenal dengan sebutan active

teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-cllas teaching. Penyebutan itu

mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada

peserta didik dan mengajarkanya secara langsung kepada seluruh kelas (Agus Suprijono).

Pelaksanaan model pembelajaran langsung juga membutuhkan lingkungan belajar dan sistem

pengelolaan. Tugas-tugas yang terkait dengan mengelola lingkungan belajar selama pelajaran

dengan model pembelajaran langsung hampir identik dengan yang digunakan guru ketika

menerapkan model presentasi. Peneliti dalam pembelajaran langsung juga menstrukturisasikan

lingkungan belajarnya dengan sangat ketat, mempertahankan fokus akademis dan berharap

peserta didik menjadi pengamat, pendengar, partisipan yang tekun. Namun, pada kenyataannya

model pembelajaran langsung menjadi perilaku buruk selama proses belajar mengajar

berlangsung yang mengharuskan guru harus cepat menangani dengan akurat dan tepat. Model

pembelajaran langsung dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun, namun paling tepat untuk

mata pelajaran yang berorentasi kinerja atau performance, seperti membaca, menulis,

matematika, bahasa, kesenian, biologi, fisika, kimia, TIK (Teknologi Informatika dan

Komputer) dan pendidikan jasmani. Model pembelajaran langsung juga cocok untuk

komponen-komponen keterampilan dalam mata pelajaran yang lebih berorentasi pada informasi

seperti sejarah, sosiologi, dan sejenisnya (Agus Suprijono, 2015).

Berdasarkan pengalaman mengajar selama ini dan hasil observasi yang dilakukan

penulis, di kelas I SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu untuk mata pelajaran PKn materi Hak dan

Kewajiban Anak diperoleh hambatan-hambatan sebagai berikut, pertama, siswa belum

memahami konsep hak dan kewajiban anak. Kedua, siswa kurang aktif dalam mengikuti

pembelajaran di kelas. Ketiga hal ini menujukkan aspek ketrampilan sosial dan motivasi belajar

siswa pada mata pelajaran PKn hak dan kewajiban anak masih kurang, dan model pembelajaran

yang kurang menantang dan kurang menarik. Pembelajaran PKn di kelas I membutuhkan hal

yang konkrit, menarik, sesuai karakteristik anak SD senang bermain, senang bergerak, suka

berbagi dan bekerja sama (Mulyani Sumantri,Nana Syaodih, 2002).

Penulis di sini mencoba merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya

unsur permainan di dalamnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah

model pembelajaran yang serius tapi santai sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia

SD senang bekerja dalam kelompok dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Disamping

memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat pula bertolak dari

kebutuhan peserta didik (Mulyani Sumantri 2002). Model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang sesuai dan tepat untuk mata pelajaran PKn hak

dan kewajiban anak di kelas I SDN Ora-Oro Ombo 01 Batu, karena model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray konsepnya lebih luas yakni meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dibimbing dan diarahkan oleh guru. Pelaksanaan

prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola

kelas lebih efektif, memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta,

keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama.

Metode ini diawali dengan pembagian kelompok, setelah kelompok terbentuk guru

memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan

jawabannya. Setelah diskusi intra kelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok

meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok

yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari

suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu

tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok.

Page 193: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1240

Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.

Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka

yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka

tunaikan.

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, rendahnya pemahaman konsep di

sekolah dasar salah satunya dapat di atasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif,

sehingga peneliti menganggap penting untuk mengangkat tema penelitian dengan judul

“Meningkatkan pemahaman konsep hak dan kewajiban anak melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk mata pelajaran PKn hak dan kewajiban anak di kelas

I SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu”

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan terdiri dari 2

siklus. Pelaksanan penelitian dilaksanakan di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu kelas I. Waktu

penelitian dimulai bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2016. Setiap siklus dari penelitian

terdiri dari 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) pengamatan (4) refleksi

dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif. Alur pelaksanan tindakan dalam penelitian

tindakan kelas dapat di lihat seperti pada Gambar 1.

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 1 alur penelitian tindakan kelas di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu

Secara lebih terperinci tahapan setiap siklus dalam tahapan adalah sebagai berikut:

Siklus

Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini meliputi: membuat perencanaan perbaikan pembelajaran,

membuat tujuan pembelajaran sesuai dengan KD,menentukan pendekatan dan metode,

Pelaksanaan

Perencanaan Observasi

Refleksi

Observasi

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

Page 194: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1241

menentukan langkah-langkah pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran dan sumber

belajar, membuat lembar kerja siswa secara individu dan kelompok, membuat rubrik penilaian,

menyiapkan lembar observasi siswa dan guru.

Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah guru menyiapkan siswa masuk kelas

kemudian pembukaan pembelajaran diawali dengan doa,apersepsi,penyampaian tujuan

pembelajaran, pelajaran inti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS,evaluasi

penilaian,refleksi, penutup.

Pengamatan

Tahap pengamatan disini peneliti dalam melaksanakan penelitia tindakan kelas untuk

mengamati keaktifan siswa dan kegiatan mengajar guru, di bantu oleh teman sejawat dengan

menggunakan lembar observasi , pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Apabila dalam siklus ini dirasa siswa

masih belum memenuhi target kriteria ketuntasan minimal, maka direncanakan untuk pebaikan

pada siklus berikutnya hingga dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana

keberhasilan pelaksanaan tindakan.

Refleksi

Tahapan refleksi ini guru merekflesikan pembelajaran yang telah di laksanakan yang di

pimpin oleh moderator diskusi. Pada kegiatan ini pertama-tama kesempatan diberikan kepada

guru model untuk mengutarakan apa yang dirasakan pada proses pembelajaran, berikutnya

diberikan kesempatan kepada observer untuk menanggapi penampilan guru model, sebelum

kegiatan ini di tutup kesempatan diberikan kepada expert untuk memberikan pembahasan dan

tambahan masukan dan pemecahan pada masalah-masalah pada proses pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN .

Telah dilakukan penelitian tindakan kelas Di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu kelas I

untuk pelajaran PKn dengan menerapkan Model pembelajaran kooperatif metode Two Stay

Two Stray. Berikut ini disajikan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan adalah.

SIKLUS I

Siklus I dilaksanakan pada minggu I dan ke II pada bulan Maret 2016, dengan hasil

adalah sebagai berikut:

Perencanaan.

Kegiataan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah menyiapkan segala sesuatu yang

diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran siklus I yang telah direncanakan. Kegiatan yang

dilakukan antara lain: Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun indikator sesuai

KD, membuat tujuan pembelajaran yang merujuk pada indikator dengan Model Kooperatif tipe

Two Stay Two Stray sesuai dengan materi yang akan diajarkan yaitu hak anak di rumah dan di

sekolah. kemudian guru menyusun langkah-langkah pembelajaran tentang hak anak di rumah

dan di sekolah, menyiapkan media dan sumber belajar tentang pelaksanaan hak anak di rumah

dan di sekolah dan gambar gambar , membuat lembar kerja siswa atau alat evaluasi secara

individu dan kelompok tentang hak dan kewjiban anak dalam bentuk gambar dan isian.

Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi (lembar keaktifan siswa) dan

lembar catatan lapangan untuk mengamati proses pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan

Pada kegiatan pelaksanaan tindakan diawali dengan guru menyiapkan siswa masuk

kelas dengan berbaris diluar kelas terlebih dahulu, kemudian siswa masuk kelas berdoa, absensi,

guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang apa yang di lakukan sebelum berangkat

sekolah yang terkait dengan materi tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah.

Page 195: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1242

Kemudian siswa diajak menyanyi bersama “lagu selamat pagi” setelah itu guru menanyakan

makna dari isi lagu tersebut, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang

pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, serta pelaksanaan model pembelajaran

Kooperatif tipe Two Stay Two Stray.Guru memberikan penjelasan tentang hak anak di rumah

dan di sekolah dan tanya jawab tentang hak anak di rumah dan di sekolah serta pelaksanaannya

dalam kehidupan sehari-hari dengan melihat media gambar pelaksanaan hak anak di rumah dan

di sekolah.

Selanjutnya guru mengkondisikan siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan

kerja kelompok. Guru menyampaikan hal-hal yang akan dilakukan siswa yaitu siswa di bagi

menjadi beberapa kelompok diskusi, satu kelompok terdiri 4 anak berdasarkan kemampuan

membaca dan menulis yang heterogen. Masing-masing kelompok diberi masalah yang sama

yaitu gambar-gambar pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah dengan kalimat

pertanyaannya, kemudian guru membimbing siswa untuk bekerja sama dengan diskusi dalam

memecahkan masalah tentang hak anak di rumah dan di sekolah sesuai dengan konsep yang ada

di lembar kerja siswa. Kegiatan siswa yang melakukan diskusi seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Anak aktif diskusi dalam kelompok

Seperti pada Gambar 1. dengan bimbingan guru siswa tampak aktif untuk

mengumpulkan informasi dan bertukar pendapat guna memecahkan masalah bersama

kelompoknya. Selanjutnya siswa menuliskan hasil pekerjaannya di lembar kerja siswa,

kemudian masing-masing kelompok dua anak berkujung ke kelompok lain untuk melihat dan

membandingkan hasil kerja kelompok. Perbedaan pendapat dari kelompok atau kurang sesuai

dengan konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, siswa yang berkunjung

mengkritisi dan memberi komentar agar sesuai konsep tentang hak anak di sekolah dan di

rumah. Sedangkan 2 siswa anggota kelompok yang lain tetap diam di kelompoknya masing-

masing untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya dan menerima kritik serta saran dari

kelompok yang berkunjung, kegiatan siswa berdiskusi seperti pada Gambar 2

Gambar 2. Aktifitas anak berkunjung ke kelompok lain

Setelah siswa mengunjungi kelompok lain, selanjutnya mempresentasikan hasil diskusi

kelompok dari kelompok lain kepada anggota kelompokknya.

Page 196: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1243

Siswa kembali ke kelompok masing-masing kemudian menyampaikan hasil kerja dari

kelompok lain ke kelompoknya, beserta kritik dan saran yang berasal dari kunjungan dan

menempel hasil kerja pada papan pajangan, aktifitas siswa mamajang hasil karyanya seperti

pada gambar 3

Gambar 3. siswa menempel hasil kerja kelompok

Untuk mengetahui pemahaman konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di

sekolah, siswa diberikan tes evaluasi tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah.

Siswa diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan soal-soal evaluasi kemudian

mengumpulkan hasil kerja untuk di nilai. Rangkuman hasil penilaian evaluasi pada siklus I dari

23 siswa kelas I SDN Oro-Oro Ombo 01 untuk pelajaran PKn hak anak di rumah dan di sekolah

adalah sebagai berikut: hasil pre test nilai rata-rata kelas siswa 5,3, yaitu 9 (40%) siswa

mendapat nilai di atas rata-rata kelas dan 14 (60%) siswa mendapat nilai dibawah rata-rata

kelas. kriteria ketuntasan minimal(KKM)adalah 6,5 dan ternyata siswa yang mencapai KKM

hanya 4 anak sedangkan yang belum mencapai KKM 19 anak.

Hasil post test setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah

sebagai berikut: nilai rata-rata kelas mencapai 7,0 yaitu 16 (70%) siswa mendapat nilai diatas

rata-rata kelas dan 7(30%) siswa mendapat nilai dibawah rata-rata. Kriteria ketuntasan

minimal( KKM) 6,5 dan ternyata siswa yang mencapai KKM 20 anak sedangkan yang belum

mencapai KKM 3 siswa. sehingga jika dilihat dari jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

terjadi peningkatan dari 4 anak menjadi 20 anak, dan di lihat dari rata-rata kelas awalnya 5,3

menjadi 7,0. s Namun demikian meskipun dilihat yang mencapai KKM pada siklus I ini 20/23

(85%) standart KKM nya masih rendah hanya 6,5 dan masih ada 3 (15%) yang belum tuntas.

Sehingga masih diperlukan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.

Observasi.

Selama proses pembelajaran berlangsung guru di bantu teman sejawat melakukan

pengamatan dan penilaian proses terhadap kegiatan siswa serta kinerja mengajar guru dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray menggunakan lembar observasi

kegiatan siswa serta guru mengajar yang telah disediakan. Hasil pengamatan oleh teman sejawat

pada pembelajaran siklus I, yakni diperoleh data yakni antara lain siswa mulai tenang ketika

guru berhasil mengkondisikan pada awal pembelajaran dengan menyanyi, menyampaikan

tujuan, mengiformasikan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray serta contoh

pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, 3 anak masih ada yang belum memperhatikan

masih asyik mengobrol dengan teman satu kelompoknya, ini di karenakan siswa masih baru

pertama kali menerapkan model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray siswa masih belum

paham dengan model pembelajaran ini.

Siswa aktif dan senang berdiskusi kelompok dalam memecahkan masalah namun ada

juga siswa yang mengalami keterlambatan dalam belajar karena ada anak berkebutuhan khusus

serta ada siswa yang belum bisa membaca dalam satu kelompoknya sehingga siswa yang belum

bisa membaca menggantungkan pekerjaan kelompoknya. Kegiatan diskusi hanya di dominasi

Page 197: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1244

oleh siswa yang pandai sesuai pendapat Slmeto(2010)”Bahwa kecerdasan besar peranannya

dalam berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu.

Dalam kegiatan berkunjung siswa senang dan aktif berbagi pendapat dengan kelompok

lain namun masih ada juga siswa yang enggan berbagi dengan teman kelompok lain karena

beranggapan merasa kepandaiannya tidak boleh di bagi dengan orang lain. Siswa aktif mencatat

materi pada saat pemaparan atau presentasi pada kelompoknya perolehan dari kelompok lain,

yang menambah pengetahuan konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah.

Tetapi ada juga beberapa siswa yang tidak mencatat materi karena tidak bisa membaca akhirnya

lebih senang mengobrol dengan teman kelompoknny atau menggangagu kelompok lain yang

sama-sama senang mengobrol sehingga mengganggu proses pembelajaran. Begitu juga dengan

siswa berkebutuhan khusus jadi diam atau mengganggu temannya.

Refleksi

Berdasarkan catatan-catatan hasil temuan dari pengamatan teman sejawat terhadap

pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I, maka agar semua siswa lebih aktif dan tidak

bosan, mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray,

meningkatkan pemahaman konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah pada

tindakan siklus II , guru harus mengupayakan beberapa hal yaitu, guru memberikan gambaran

langkah-langkah dalam pengguanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

pada siswa agar siswa lebih paham dalam pelaksanaannya.

Guru menggunakan media gambar yang besar dan jelas tentang pelaksanaan hak anak di

rumah dan di sekolah untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa. Guru lebih sering

keliling kelas ke kelompok-kelompok untuk mengarahkan dan membimbing siswa yang belum

bisa membaca agar kerja kelompok lebih aktif misalnya siswa yang belum bisa membaca di

suruh menjawab pertanyaan atau berpendapat secara lisan dan tidak bergantung dengan hasil

kerja kelompoknya, kemudian siswa yang bisa membaca menuliskannya dalam lembar kerja

kelompok bergantung pada hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan tugas menggambar atau

menghiasi lembar kerja kelompok bagi siswa berkebutuhan khusus sesuai dengan

kemampuannya agar siswa merasa ikut bekerja dan tidak minder dalam kelompok sehingga

tidak mengganggu temannya. Untuk memotivasi siswa dalam pencatatan materi sebaiknya

presentasi hasil diskusi kelompok dilakukan di depan kelas oleh perwakilan kelompoknya agar

materi yang dipresentasikan benar-benar jelas dan dipahami seluruh siswa.

Siklus 2

Siklus II dilaksanakan pada minggu ke 2 sampai minggu ke 4 bulan April 2016, dan

hasilnya adalah sebagai berikut:

Perencanaan

Tahap kegiatan menyusun rencana pada siklus II yang di lakukan peneliti adalah,

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat indikator sesuai KD, menentukan

tujuan pembelajaran sesuai indikator dan materi pembelajaran yaitu pelaksanaan hak dan

kewajiban anak di rumah dan di sekolah, menyusun langkah-langkah pembelajaran tetap

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan pengembangan

materi kewajiban anak di rumah dan disekolah. Menyiapkan peraga gambar yaitu buku besar

yang berisi pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah, menyiapkan lembar

kerja kelompok dan individu, lembar pengatan keaktifan siswa serta pengamatan kegiatan

proses pembelajaran oleh guru. peneliti berusaha melengkapi kekurangan yang di temui pada

siklus I.

Page 198: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1245

Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan siklus II, diharapkan siswa sudah lebih paham dengan model

pembelajaran Two Stay Two Stray dan lebih meningkatkan pemahaman konsep tentang

pelaksanaan hak dan kewajiban di rumah dan di sekolah. Pelaksanaan proses pembelajaran pada

siklus II ini berlangsung berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah di

susun yaitu tentang pelaksanaan hak dan kewjiban anak dirumah dan di sekolah. Saat

pembelajaran dimulai siswa terlihat antusias dan bersemangat dengan tanya jawab tentang

materi yang sudah diajarkan yaitu pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, kemudian

menyanyi bersama lagu “Bangun Tidur” yang terkait dengan materi yaitu pelaksanaan

kewajiban anak di rumah dan di sekolah, penyampaian tujuan pelajaran oleh guru, pemaparan

materi siswa dan guru tanya jawab tentang pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di

sekolah.Guru menunjukkan peraga buku besar yang berisi gambar-gambar dan kalimat

pelaksanaan kewajiban anak di rumah dan di sekolah, siswa mengidentifikasi gambar-gambar

yang di tempel di papan tulis pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah

dengan tanya jawab untuk pemantapan peningkatan pemahaman konsep tentang pelaksanaan

hak dan kewajibaban anak di rumah dan di sekolah.Kemudian siswa melaksanakan diskusi

kelompok satu kelompok terdiri 4 siswa, dengan bimbingan guru siswa mendiskusikan jawaban

yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya yaitu

pelaksanaan kewajiban anak di rumah dan di sekolah.tampak seperti pada Gambar 5 siswa aktif

berdiskusi.

Gambar 5. siswa diskusi kelompok

Selesai diskusi kelompok dua orang masing-masing kelompok berkunjung ke kelompok

lain untuk melihat hasil kerja kelompok lain, sedangkan dua siswa yang masih tinggal dalam

kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu atau kelompok

yang berkunjung. Untuk melatih siswa berpikir kritis,percaya diri dan mau berbagi informasi

dengan temannya atau dengan kelompok lain. Kegiatan berkunjung ke kelompok lain seperti

tampak pada Gambar 6.

Gambar 6. Siswa berkunjung ke kelompok lain

Waktu berkunjung telah habis siswa yang berkunjung kembali ke kelompoknya masing-

masing dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, untuk memotivasi siswa kemudian

Page 199: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1246

secara bergiliran tiap kelompok maju ke depan kelas mempresentasikan hasil kerja kelompok

dan temuan informasi dari kelompok lain,guru membantu menyimpulkan hasil kerja kelompok

untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah

dan di sekolah. Seperti tampak pada Gambar 7siswa presentasi didepan kelas kemudian

memajang hasil kerja kelompok.

Gambar 7. Siswa presentasi dan memajang hasil kerja kelompok

Siswa memajang hasil kerja kelompok di tempat yang sudah di sediakan. untuk

pemantapan siswa mengerjakan lembar tugas individu. Keseluruhan kegiatan yang telah

dilakukan peneliti dengan bantuan obsever teman sejawat pada siklus II yang di laksanakan

SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, ditemukan adanya peningkatan pemahaman konsep dan aktivitas

siswa pada pelajaran PKn pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah.

Hasil tes perbaikan pelaksanaan pada siklus II sebagai berikut : nilai rata-rata kelas pada

siklus I 7,0 yaitu 16 siswa mendapat nilai di atas rata-rata ( 70%) pada siklus II meningkat

menjadi 8,5 yakni 21 siswa mendapat nilai diatas rata-rata (91,5%) artinya mengalami

peningkatan 21,5% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada siklus I 6,5 maka pada

siklus II KKM dinaikan menjadi 7. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata

kelas pada siklus I ada 7 siswa(30%) pada siklus II tinggal 2 siswa (8,5%) artinya mengalami

penurunan 21,5% siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata kelas. Jumlah siswa yang

berhasil mencapai ketuntasan minimal pada siklus I 20/23(85%),pada siklus II siswa yang

mengalami ketuntasan minimal 23/23 anak (100%) artinya semua siswa berhasil mencapai

ketuntasan minimal.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TSTS telah dapat meningkatkan hasil belajar atau pemahaman konsep oleh siswa SDN Oro-

Oro Ombo 01 pada materi pelaksanaan hak dan kewajiban anak dirumah dan di sekolah. Hal

tersebut terlihat dimana rata-rata tes pada siklus I 7,0 pada siklus II rata-rata yang dicapai 8,5

dan ketuntasan kriteria minimal 100%.

Observasi

Tahap observasi pada siklus II terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di

lakukan oleh guru dan di bantu teman sejawat sebagai observer. Instrumen pengamatan berupa

lembar observasi yang telah disediakan dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray telah

mengalami peningkatan yaitu siswa sudah mulai paham penerapan model pembelajaran Two

Stay Two Stray, siswa sudah bisa bekerjasama dan mulai berbagi informasi dengan kelompok

lain, meningkatkan motivasi belajar siswa kelas I di SDN Oro-Oro Ombo 01untuk mata

pelajaran PKn. Melatih siswa ameningkatkan konsep pelaksanaan hak dan kewajiban di rumah

dan di sekolah. Meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dengan mengalami kenaikan rata-rata

kelas, Semua siswa aktif mencatat materi hasil temuannya dari kelompok lain, begitu juga

Page 200: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1247

dengan anak yang berkebutuhan khusus merasa bisa mengikuti belajar bersama teman-temannya

tidak lagi diam atau mengganggu temannya karena sudah diberi tugas sesuai dengan

kemampuannya.

Refleksi

Proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus II yaitu: siswa sudah aktif dan mulai

terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sehingga tidak ada siswa yang

mengobrol dengan teman satu kelompoknya, diskusi tidak di dominasi oleh siswa yang pandai

saja karena masing-masing siswa sudah tahu tugasnya berdasarkan kemampuan membaca dan

menulis sehingga tidak ada siswa yang mengalami terlambat dalam kosentrasi belajar termasuk

siswa yang berkebutuhan khusus,semua siswa aktif terlibat dalam diskusi kelompok.

Peningkatan tersebut terjadi karena model kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang pelaksanaan hak dan kewajiban dirumah dan

disekolah pada saat berkunjung kekelompok lain pengetahuannya menjadi lebih komplek

dimana siswa dapat menyampaikan kembali suatu konsep menjadi lebih jelas dan mudah

dipahami,sesuai pendapat Bloom(1979).

Siswa berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan penuh

percaya diri, komunikasi guru dan siswa mengalami peningkatan serta memberikan hasil belajar

yang maksimal di buktikan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas . Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siklus II dilaksanakan oleh guru dengan

baik.

KESIMPULAN

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS telah dapat meningkatkan hasil

belajar atau pemahaman konsep oleh siswa SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu pada materi

pelaksanaan hak dan kewajiban anak dirumah dan di sekolah. Hal tersebut terlihat dimana rata-

rata tes pada siklus I 7,0 pada siklus II rata-rata yang dicapai 8,5 dan ketuntasan kriteria minimal

100%. Peningkatan tersebut terjadi karena model kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang pelaksanaan hak dan kewajiban dirumah dan

disekolah pada saat berkunjung kekelompok lain pengetahuannya menjadi lebih komplek

dimana siswa dapat menyampaikan kembali suatu konsep menjadi lebih jelas dan mudah

dipahami.

SARAN

Penggunaan model pembelajaran Two say two stray sangat efektif digunakan untuk

pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran TSTS mempunyai kelebihan yakni

mampu menjadikan siswa bekerja sama dalam satu tim, mampu menjadikan siswa

berkomunikasi dengan teman yang lain, dan mampu menjadikan siswa lebih aktif. Pembelajaran

TSTS tidak hanya dapat digunakan dalam mata pelajaran PKn namun, dapat juga digunakan

dalam mata pelajaran yang lain khususnya jika mata pelajaran tersebut membutuhkan kerja

kelompok.

DAFTAR RUJUKAN

Affandi I. dan Suryadi, K. 2007. Hak Asasi Manusia (HAM). Jakarta: Universitas Terbuka.

Aries, E.F. dan Haryono, A.D. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Media

Publishing.

Mikarsa, H.L., Taufik, A., dan Prianto, P.L. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Page 201: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1248

Suprijono, A. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Wardani, I.G.A.K, Wihardit, K., dan Nasution, N. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Winataputra, U.S., dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zainul A. dan Mulyana, A. 2007. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta Universitas Terbuka.

Page 202: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1249

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PPKn KELAS VII – A DI SMP

NEGERI 4 BATU MELALUI PEMBELAJARAN MODEL STAD

Susilo Hardiknyo, S.Pd

SMP Negeri 4 Batu

[email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar PPKn kelas

VII – A di SMP Negeri 4 Batu melalui pembelajaran model STAD. Penelitian

dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing dua kali pertemuan. Subjek penelitian

adalah 33 siswa. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan prestasi belajar dar

80,30 dengan ketuntasan belajar 75,75 % pada siklus I menjadi 83,03 dan ketuntasan

belajar 90,90 % pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar PPKn juga teramati dari

perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran antara lain antusias siswa dalam

mengikuti pembelajaran, interaksi antar siswa dan tumbuhnya tanggung jawab pribadi

maupun kelompok dalam pembelajaran.

Kata kunci : prestasi belajar, PPKn, pembelajaran STAD

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan

melestarikan nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat

diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa. Sesuai dengan PP Nomor 32

Tahun 2013 penjelasan pasal 77 J ayat (1) ditegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan

dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa

kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran

berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan

semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik

Indonesia.Titik sentral yang harus dicapai setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya

tujuan pengajaran. Apapun yang termasuk perangkat program pengajaran dituntut secara mutlak

untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan.

Siswapun dihapakan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu menanti

perintah guru.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru memiliki peranan penting dalam memberikan

motivasi belajar. Peran guru ikut memberikan andil dalam mencapai pemahaman siswa untuk

mencapai ketuntasan belajar. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan

kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik

guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-

mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang

efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran

dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai

tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru

dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa,

sehingga ia mau belajar karena siswalah subjek utama dalam belajar.

Pembelajaran pada mata pelajaran PPKn di kelas VII di SMP Negeri 4 Batu, melalui

penerapan metode ceramah selama ini masih belum memberikan dampak terhadap kualitas

pembelajaran. Masih terdapat beberapa permasalahan pembelajaran diantaranya: (1).kurangnya

motivasi siswa untuk belajar dan berprestasi di dalam belajar, (2) prestasi siswa belum mencapai

Page 203: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1250

hasil yang memuaskan dan belum mencapai KKM secara klasikal yang telah ditetapkan, (3)

perhatian dan konsentrasi belajar siswa kurang, (4) kemampuan bertanya siswa rendah, (5)

kurangnya dorongan mental orang tua karena tidak memahami apa yang dipelajari siswa, (6)

pelaksanaan pembelajaran yang kurang interaktif membuat pembelajaran menjenuhkan, (7)

minat siswa untuk belajar PPKn kurang, dan (8) hasil belajar siswa belum sesuai standar yang

telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu ada tindakan umtuk mengatasi permasalahan

pembelajaran PPKn di kelas tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif

tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Bayan (2011), Wahyuli (2011) dan Widyawati

(2012). Bayan melalui penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V - A SD Negeri Salero 1 Ternate Maluku

Utara” menghasilkan temuan bahwa pembelajaran dengan model STAD dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Peningkatan ini terjadi karena ada interaksi antara siswa yang kurang

memahami dengan siswa yang sudah memahami. Interaksi ini meningkatkan inspirasi siswa

untuk belajar karena belajar dengan teman lebih mudah dipahami dan lebih menyenangkan.

Wahyuli (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika pada Materi

Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat pada Peserta Didik Kelas X Teknik Komputer Jaringan

di SMK 45 Wonosari” menghasilkan temuan bahwa pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika materi

persamaan dan pertidaksamaan kuadrat pada peserta didik kelas X teknik komputer jaringan di

SMK 45 Wonosari.

Widyawati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul ”Peningkatan Antusias Belajar

PKn Kebebasan Berorganisasi melalui Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas V

Semester 1 SD Kebowan Kecamatan Winong Kabupaten Pati” menghasilkan temuan bahwa

adanya peningkatan dalam antusiasme belajar siswa tentang kebebasan berorganisasi.

ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 58% atau 15 siswa menjadi 92 % atau 24 siswa pada

siklus II.

Dari penelitian Bayan (2011), Wahyuli (2011), dan Widyawati (2012) dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA, matematia, dan PKn. Dengan STAD siswa lebih mudah

memahami materi pembelajaran yang ajarkan serta siswa dapat terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran yang dilakukan.

Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD menurut Bayan (2011:88) adalah model

pembelajaran yang dianggap mampu mengakomodasi tujuan pendidikan untuk membangun

kesadaran kritis sehingga siswa mampu memahami sebuah peristiwa dari berbagai perspektif,

membangun analisis yang logis, mampu mengambil keputusan yang tepat dan mampu

mempertanggung jawabkan keputusan tersebut terhadap orang lain. Menurut Slavin dalam

Bayan, (2011) model pembelajaran STAD dapat digunakan untuk berbagai macam kajian

dalam bidang social dan sain pada semua jenjang pendidikan Metode ini adalah paling

sederhana diantara metode-metode pembelajaran kooperatif lain. Selanjutnya menurut Arends

(dalam Bayan, 2011:88) guru yang menggunakan STAD, melalui pembelajarannya dengan

memberikan informasi akademik baru kepada siswa, baik secara verbal maupun melalui bahan

bacaan. Siswa dalam kelas dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota masing-masing

4 sampai 5 siswa, dan setiap kelompok dibuat heterogen. Guru menyajikan pelajaran dan

kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai ulangan tentang materi itu. Dan

pada saat ulangan mereka tidak boleh saling membantu. Pembelajaran kooperatif model STAD

Page 204: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1251

memberikan kesempatan kepada siswa terlibat aktif dan saling berkomunikasi dalam

kelompoknya

Pembelajaran model STAD adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana dan mudah dilakukan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran

kelompok yang terdiri 4 – 5 siswa dalam mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 4 kelas VII A

dilakukan dengan langkah pertama, persiapan, menyiapkan materi yang akan diajarkan dan

lembar kerja diskusi. Kedua, pembentukan kelompok, siswa dikelompokkan dengan masing-

masing kelompok terdiri dari empat sampai dengan lima orang. Angota-anggota kelompok

dibuat heterogen, meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan, motivasi belajar, jenis

kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda. Ketiga, kegiatan pembelajaran, guru

menerangkan apa yang akan dicapai dengan proses pembelajaran ini dan menyuruh siswa untuk

mulai menyelesaikan soal yang diberikan. Keempat, pemahaman konsep dilakukan dengan cara

siswa diberi tugas-tugas kelompok mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secaraa

serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan

masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa

tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban, tapi juga untuk mempelajari konsepnya.

Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi

sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut. Kelima, kuis, Siswa

diberi tes atau kuis individu dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain.

Tes individu ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep

dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang

dimiliki sebelumnya. Keenam, hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata

sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau

melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor

kelompok. Ketujuh, setelah itu guru memberikan penghargan kepada kelompok yang terbaik

prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu.

METODE

Penelitian menggunakan Class-room Action Research (Penelitian Tindakan Kelas).

Desain PTK yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart (1982) dalam Arikunto

(2006: 16) yang terdiri dari 4 tahapan yaitu 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3)

pengamatan (observing), dan 4) refleksi (reflection). Penelitian dilakukan di kelas VII - A SMP

Negeri 4 Batu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2016. Subjek penelitian

adalah 33 siswa kelas VII -A SMP Negeri 4 Batu yang terdiri dari 19 .siswa laki-laki dan 14

siswa perempuan.

Pada tahap perencanaan, dilakukan kegiatan menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang diterapkan di kelas, LKS, Media Pembelajaran, Lembar Obsevasi,

Lembar evaluasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model STAD, dengan

materi Bertoleransi dalam keberagaman kelas VII semester genap yaitu Kompetensi dasar

Memahami keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan gender. Pada tahap pelaksanaan,

dilakukan penerapan RPP yang sudah disusun pada tahap perencanaan dalam pembelajaran.

Tahap pelaksanaan pembelajaan dilakukan pengamatan oleh observer dengan menggunakan

lembar observasi yang sudah disiapkan. Pada tahap refleksi, peneliti bersama observer merinci

dan menganalisa permasalahan yang muncul dalam pembelajaran dan mencari solusi alternatif

sebagai upaya penyelesaian masalah. Solusi alternatif tersebut menjadi bahan perbaikan

pembelajaran pada siklus 2.

Instrumen utama penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar observasi tahapan

pembelajaran model kooperatif STAD dan lembar evaluasi. Observasi tahapan pembelajaran

Page 205: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1252

digunakan untuk membantu peneliti sebagai pelaksana dalam proses pembelajaran dan juga

membantu peneliti dan obsever untuk mengobservasi seluruh kegiatan yang berlangsung di

kelas. Butir soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang dilaksanakan sesudah

proses pembelajaran satu siklus berakhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus Pertama

Perencanaan

Perencanan penelitian dilaksanakan bulan Maret 2016 dengan mempersiapkan RPP,

LKS, format pengamatan KBM, format pengamatan kegiatan siswa, angket siswa, soal kuis, dan

berbagai sumber belajar yang diperlukan pada siklus I. Materi pembelajaran pada pertemuan ini

adalah keberagaman ras dan gender. Sebelum penerapan pembelajaran dengan menggunakan

model STAD, siswa diberi informasi lebih dahulu.

Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus pertama pembelajaran dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dengan langkah-langkah pembelajaran

yaitu persiapan, pembentukan kelompok, kegiatan pembelajaran dengan penjelasan materi,

pemahaman konsep dengan mengerjakan lembar kerja yang telah disiapkan, kuis, pemberian

penghargaan.

Langkah persiapan, mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan

berdoa, memeriksa kebersihan kelas, kerapihan kelas memberikan motivasi dengan

menyanyikan lagu daerah yang dikenal siswa, yang tampak dalam dialog sebagai berikut.

G: sebutkan nama lagu daerah yang kamu ketahui !

S: gundul pacul,

S: apose

G: ayo menyanyi bersama lagu Gundul pacul

Selanjutnya guru mengadakan tanya jawab untuk menggali pemahaman materi sebelumnya dan

pengetahuan awal siswa dikaitkan dengan materi sekarang, menyampaikan tujuan pembelajaran

dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yang tampak dari dialog berikut:

G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas keberagaman, jelaskan

keberagaman masyarakat Indonesia !

S: Suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat perbedaan dalam berbagai bidang

G: Bagus sekali, selanjutnya perbedaan itu meliputi apa saja ?”

S: Perbedaan meliputi suku, agama/keyakinan, ras, sosial budaya, politik, dan jenis

kelamin.

Dari dialog itu menunjukkan siswa telah memiliki pemahaman konsep keberagaman

masyarakat Indonesia yang berarti pada diri siswa telah memiliki pengetahuan prasarat atau

pengetahuan bekal awal yang selanjutnya dijadikan guru untuk mengaitkan materi yang akan

diajarkan pada pertemuan tersebut.

Pada langkah pembentukan kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok

masing-masing terdiri dari 5 – 6 siswa dengan cara guru menghitung siswa sesuai dengan urutan

tempat duduk, selanjutnya setelah siswa berkelompok guru memberikan penjelasan materi

secara singkat dan tanya jawab tentang keberagaman ras dan gender meliputi; pengertian ras,

macam-macam ras di Indonesia dan penyebarannya, pengertian gender, alasan sikap gender, dan

kesadaran gender.

Setelah memberikan penjelasan singkat guru membagikan LKS kepada masing-masing

kelompok terdiri 2 LKS yang harus dikerjakan dengan memerintahkan tiap kelompok untuk

Page 206: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1253

membagi tugas sesuai jumlah anggota dalam kelompok, jika anggota kelompok berjumlah 5

siswa dibagi 2 siswa mengerjakan LKS 1, 3 siswa mengerjakan LKS 2, kelompok yang

berjumlah 6 siswa dibagi masing-masing 3 siswa untuk mengerjakan LKS 1 dan LKS 2. Waktu

mengerjakan LKS selama 30 menit.

Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru menegaskan kembali

untuk pembagian tugas dalam kelompok dengan berkeliling melihat dan mengecek pembagian

tugas tiap-tiap kelompok sudah terbagi apa belum. Pada langkah ini guru mendapati satu

kelompok yang belum membagi kelompoknya, selanjutnya guru ikut menatanya dapat dilihat

dari dialog berikut.

Gambar 1: Guru mengecek pembagian tugas salah satu kelompok

G : Ini kelompok berapa

S : Kelompok 5

G : Karena jumlah anggotanya 5, silakan dibagi 2 yang dua anak mengerjakan LKS 1

dan yang tiga anak mengerjakan LKS 2

Selanjutnya guru berkeliling melihat proses diskusi untuk mengerjakan LKS diharapkan

semua siswa dapat menemukan dan bisa menyelesaikannya dengan membimbingnya untuk

mencari jawabannya dari buku sumber maupun dari penjelasan yang telah disampaikan guru.

Ketika proses diskusi kelompok ada siswa dari kelompok 1 bertanya untuk kejelasan soal no. 2

dari LKS 1

S : Pak yang dimaksud soal no. 2 itu ciri-ciri dari masing-masing Raskah?

G: Tidak, itu ciri-ciri ras secara umum/keseluruhan, tetapi kalau dijawab ciri masing-

ras juga boleh

S : Ya pak, terima kasih

G : Ayo, anak-anak semuanya ikut berpikir untuk menemukan jawabannya.

Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk

bertukar hasil pekerjaan LKS untuk memahami konsep keberagaman ras dan gender serta

bertanya kepada teman, memberikan saran dan pendapat. Selanjutnya jika masing-masing

kelompok sudah memahami materi yang didiskusikan, guru meminta salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok yang lain diminta memperhatikan

dan membandingkan dengan hasil pekerjaan kelompoknya untuk bahan bertanya pada saat

presentasi sesi tanggapan atau pertanyaan dilaksanakan. Hasil pekerjaan LKS ada 1 kelompok

yang menjawab soal LKS 2 no 2 belum benar.

Page 207: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1254

Gambar 2 : LKS yang dikerjakan salah satu kelompok

Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan

soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk

tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10

menit dan diakhiri dengan koreksi bersama. Melalui nilai KKM yang ditetapkan sebesar 75,

maka siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 22 siswa, sedangkan siswa yang

belum mencapai KKM sebanyak 11 siswa. Kelompok yang mendapat penghargaan adalah

kelompok 3 karena semua anggotanya berhasil memperoleh nilai diatas KKM, sementara

kelompok yang lain ada anggota yang belum KKM.

Pada pertemuan kedua siklus I tahapan pembelajaran melalui langkah persiapan, guru

mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan berdoa, memeriksa kebersihan

kelas, kerapihan kelas memberikan motivasi dengan meminta siswa menanyikan lagu wajib

nasional Satu Nusa Satu bangsa

G: Untuk menumbuhkan rasa kebangsaan, ayo bersama menyanyikan lagu satu nusa

satu bangsa!

S: Ya …Pak !

Selanjutnya guru mengadakan tanya jawab untuk menggali pemahaman materi sebelumnya dan

pengetahuan awal siswa dikaitkan dengan materi sekarang, menyampaikan tujuan pembelajaran

dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yang tampak dari dialog berikut:

G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas keberagaman ras dan jender,

sebutkan pengertian ras!

S: Sekelompok besar manusia yng memiliki ciri-ciri fisik yang sama

G: Bagus sekali, selanjutnya cirri-ciri fisik itu meliputi apa saja ?”

S: Warna kulit, bentuk rambut, bemtuk mata, hidung, …

G: Ya bagus.

Dari dialog itu menunjukkan siswa telah memiliki pemahaman konsep keberagaman ras

dan gender yang berarti pada diri siswa telah memiliki pengetahuan prasarat atau pengetahuan

bekal awal. Langkah berikutnya guru membentuk kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 6

kelompok masing-masing terdiri dari 5 – 6 siswa dengan cara guru menghitung siswa sesuai

dengan urutan nomor absen siswa, selanjutnya setelah siswa berkelompok guru memberikan

penjelasan materi secara singkat dan tanya jawab tentang arti penting memahami keberagaman

dalam masyarakat Indonesia, perilaku toleran terhadap keberagaman agama, suku,ras, budaya,

dan gender

Setelah memberikan penjelasan singkat guru membagikan LKS kepada masing-masing

kelompok terdiri 2 LKS yang harus dikerjakan dengan memerintahkan tiap kelompok untuk

membagi tugas sesuai jumlah anggota dalam kelompok, jika anggota kelompok berjumlah 5

Page 208: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1255

siswa dibagi 2 siswa mengerjakan LKS 1, 3 siswa mengerjakan LKS 2, kelompok yang

berjumlah 6 siswa dibagi masing-masing 3 siswa untuk mengerjakan LKS 1 dan LKS 2. Dalam

mengerjakan LKS diberi waktu 30 menit.

Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru menegaskan kembali

untuk pembagian tugas dalam kelompok dengan berkeliling melihat dan mengecek pembagian

tugas tiap-tiap kelompok.

Selanjutnya guru berkeliling melihat proses diskusi untuk mengerjakan LKS diharapkan

semua siswa dapat menemukan dan bisa menyelesaikannya dengan membimbingnya untuk

mencari jawabannya dari buku sumber maupun dari penjelasan yang telah disampaikan guru.

Ketika proses diskusi kelompok ada siswa dari kelompok 1 bertanya untuk kejelasan soal no. 2

dari LKS 2

S : Pak untuk soal no. 2 kok tidak ada di buku paket?

G: Oh ya, disitu ada uraian singkat coba kalian temukan sendiri perilaku toleran

dalam keberagaman suku dan ras menurut pendapatmu

S : Ya pak, terima kasih

G : Ayo, semuanya bekerja bagi tugas dengan baik

Setelah semua kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk bertukar hasil

pekerjaan LKS untuk memahami konsep arti penting memahami keberagaman masyarakat

Indonesia dan perilaku toleran terhadap keberagaman agama, suku, ras, social budaya dan

gender serta bertanya kepada teman, memberikanya saran dan pendapat. Selanjutnya jika

masing-masing kelompok sudah memahami materi yang didiskusikan, guru meminta salah satu

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok yang lain diminta

memperhatikan dan membandingkan dengan hasil pekerjaan kelompoknya untuk bahan

bertanya pada saat presentasi sesi tanggapan atau pertanyaan dilaksanakan.

Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan

soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk

tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10

menit dan diakhiri dengan koreksi bersama. Melalui nilai KKM yang ditetapkan sebesar 75,

maka siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 25 siswa, sedangkan siswa yang

belum mencapai KKM sebanyak 8 siswa. Kelompok yang mendapat penghargaan adalah

kelompok 3 karena semua anggotanya berhasil memperoleh nilai diatas KKM, sementara

kelompok yang lain ada anggota yang belum KKM.

Observasi

Tahapan observasi yang dibantu oleh observer dapat dihasilkan temuan sebagai berikut.

Pada siklus 1, kegiatan pembelajaran kooperatif STAD belum dapat dilaksanakan sepenuhnya.,

dalam pembentukan kelompok diskusi siswa tidak segera menata diri dalam kelompok, dalam

kerja kelompok masih ada siswa yang tidak aktif saling menunggu menggantungkan yang lain,

siswa dalam berdiskusi belum menunjukkan perilaku rasa ingin tahu terhadap materi, antusias

siswa dalam pembelajaran masih kurang, proses pembelajaran kooperatif belum efektif, soal

kuis yang dikerjakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran belum menunjukkan hasil

ketercapaian KKM secara klasikal.

Refleksi

Perolehan data pada siklus 1 mendorong guru untuk memperbaiki beberapa hal, yaitu

perlunya memperbaiki rencana persiapan pembelajaran. Diperlukan pengelolaan kelas yang

lebih baik, perlunya penanaman pemahaman pembelajaran kooperatif STAD dalam kelompok

sehingga siswa dapat menjawab kuis dengan jawaban yang tepat, perlunya pemberian motivasi

yang lebih kuat oleh guru, perlunya kontrol guru pada siswa pada saat kegiatan pembelajaran,

Page 209: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1256

dan saat mengerjakan soal kuis. Berdasarkan hal tersebut, perlu memutuskan untuk melakukan

pembelajaran siklus II

Pembahasan Siklus I

Berdasarkan temuan pada penelitian siklus I bahwa: kegiatan pembelajaran kooperatif

STAD belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, karena siswa masih asing dengan model

pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam pembentukan kelompok diskusi siswa tidak segera

menata diri dalam kelompok masih saling tanya antar siswa, mencari-cari teman anggota

kelompok . Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran dalam

kelompok.

Dalam kerja kelompok masih ada siswa yang tidak aktif saling menunggu

menggantungkan yang lain, dikarenakan siswa belum memiliki rasa tanggung jawab

keberhasilan belajarnya baik secara mandiri maupun berkelompok, siswa dalam berdiskusi

belum menunjukkan perilaku proses pembelajaran kooperatif yang efektif , karena anggota

dalam kelompok masih ada yang melamun dan bermain serta tidak segera melaksanakan

tugasnya.

Rasa ingin tahu terhadap materi, antusias siswa dalam pembelajaran masih kurang

karena ada beberapa siswa yang masih mencoba berdiskusi sendiri dengan teman lainnya,

sementara itu, siswa yang lain tidak segera mengingatkan atau memberitahukan bahwa tugas

harus segera dikerjakan.

Soal kuis yang dikerjakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran belum

menunjukkan hasil ketercapaian KKM secara klasikal. Hal ini disebabkan masih ada siswa yang

belum menguasai konsep-konsep yang telah diajarkan dan didiskusikan, soal-soal dalam kuis

yang menurut siswa dianggap sulit dan perlu dianalisis.

Siklus Kedua

Perencanaan

Perencanan penelitian dilaksanakan bulan Maret 2016 dengan mempersiapkan RPP,

LKS, format pengamatan KBM, format pengamatan kegiatan siswa, Angket siswa, soal kuis,

dan berbagai sumber belajar yang diperlukan pada siklus II. Materi pembelajaran pada

pertemuan ini adalah Keberagaman memelihara semangat persatuan Indonesia.

Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus kedua pembelajaran dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dengan langkah-langkah pembelajaran

yaitu persiapan, pembentukan kelompok, kegiatan pembelajaran dengan penjelasan materi,

pemahaman konsep dengan mengerjakan lembar kerja yang telah disiapkan, kuis, pemberian

penghargaan.

Langkah persiapan, mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan

berdoa, memeriksa kebersihan kelas, kerapihan siswa, memberikan motivasi dengan

menyanyikan lagu Dari Sabang sampai Merauke

G: Anak-anak, ayo menyanyikan lagu dari sabang sampai Merauke!

S: Ya, Pak!

Selanjutnya guru meminta siswa mempersiapkan buku dan alat tulisnya, mengadakan tanya

jawab untuk menggali pemahaman materi sebelumnya dan pengetahuan awal siswa dikaitkan

dengan materi sekarang, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang

akan dilakukan, yang tampak dari dialog berikut:

Page 210: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1257

G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas perilku toleran terhadap

keberagaman suku, ras, agama, sosial budaya, dan gender. Sebutkan contoh

perilaku toleran terhadap keberagaman agama !

S: Menghormati agama yang dianut orang lain

S : Tidak mengganggu kegiatan ibadah agama lain

G: Bagus sekali, selanjutnya amati gambar 7.1 pada buku paket kalian halaman 132,

dan jawab pertanyaannya

1. Apa tanggapan kalian setelah mengamati

gambar tersebut

2. Jelaskan pesan dari gambar tersebut

3. Apa yang kalian lakukan setelah

membaca pesan tersebut

Gambar 3 : Memelihara semangat

persatuan dan kesatuan

Dari jawaban-jawaban siswa dapat disimpulkan. Pertama, pentingnya memelihara persatuan

karena bangsa Indonesia memiliki keberagaman dengan semangat Bhinneka Tuggal Ika yang

terdapat dalam lambing Negara. Kedua, keberagaman bangsa merupakan keindahan dan

kekayaan bangsa, persatuan dan kesatuan menjadikan bangsa semakin kuat. Ketiga, memelihara

persatuan diantara warga tidak menonjolkan perbedaan yang dimiliki. Dari kesimpulan jawaban

siswa menunjukkan telah memiliki pemahaman konsep perilaku toleran terhadap keberagaman

masyarakat Indonesia yang berarti pada diri siswa telah memiliki pengetahuan prasarat atau

pengetahuan bekal awal yang selanjutnya dijadikan guru untuk mengaitkan materi yang akan

diajarkan pada pertemuan tersebut.

Pada langkah pembentukan kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok

masing-masing terdiri dari 4 – 5, selanjutnya setelah siswa berkelompok guru memberikan

penjelasan materi dan tanya jawab secara singkat dengan menayangkan video dan power point

tentang lambing Negara, arti dan makna Bhinneka Tunggal Ika. Selanjutnya guru mebagikan

LKS untuk dikerjakan dalam kelompok diskusi yang sudah terbentuk waktu mengerjakan LKS

diberi waktu 30 menit. Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru melihat

jalannya diskusi pada masing-masing kelompok, menunjukkan buku sumbernya untuk

menemukan jawabannya:

Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk

memahami hasil kerja kelompoknya, jika masing-masing kelompok sudah memahami materi

yang didiskusikan, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya

di depan kelas, kelompok yang lain diminta memperhatikan dan membandingkan dengan hasil

pekerjaan kelompoknya untuk bahan bertanya pada saat presentasi sesi tanggapan atau

pertanyaan dilaksanakan.

Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan

soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk

tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10

menit dan diakhiri dengan koreksi bersama.

Page 211: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1258

Pada pertemuan kedua siklus II tahapan pembelajaran melalui langkah persiapan, guru

mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan berdoa, memeriksa kebersihan

kelas, kerapihan kelas memberikan motivasi dengan mengadakan tanya jawab untuk menggali

pemahaman materi sebelumnya dan pengetahuan awal siswa dikaitkan dengan materi sekarang,

menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yang

tampak dari dialog berikut:

G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas pengertian dan makna Bhinneka

Tunggal Ika, apa makna Bhinneka Tunggal Ika dalam persatuan Indonesia ?

S: Meskipun bangsa dan Negara Indonesia terdiri berbagai macam suku bangsa yang

memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang beraneka ragam namun semuanya

merupakan satu persatuan yaitu bangsa Indonesa

G: Bagus sekali, selanjutnya terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa

diawali apa ?

S: Kesadaran persamaan senasib dan sepenanggungan

G:Ya bagus.

Dari dialog itu menunjukkan bahwa siswa telah memiliki pemahaman konsep makna Bhinneka

Tunggal Ika dalam persatuan Indonesia. Ini berarti bahwa pada diri siswa telah memiliki

pengetahuan prasarat atau pengetahuan bekal awal.

Langkah berikutnya guru membentuk kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 6

kelompok masing-masing terdiri dari 5 – 6 siswa dengan cara guru menghitung siswa sesuai

dengan urutan tempat duduk siswa dihitung dari belakang kebalikannya siklus I, selanjutnya

setelah siswa berkelompok guru memberikan penjelasan materi secara singkat dan Tanya jawab

tentang makna persatuan dan kesatuan, arti penting peratuan dan kesatuan serta Bhinneka

Tunggal Ika

Setelah memberikan penjelasan singkat guru membagikan LKS kepada masing-masing

kelompok terdiri 2 LKS yang harus dikerjakan dengan memerintahkan tiap kelompok untuk

membagi tugas sesuai jumlah anggota dalam kelompok, jika anggota kelompok berjumlah 5

siswa dibagi 2 siswa mengerjakan LKS 1, 3 siswa mengerjakan LKS 2, kelompok yang

berjumlah 6 siswa dibagi masing-masing 3 siswa untuk mengerjakan LKS 1 dan LKS 2. Dalam

mengerjakan LKS diberi waktu 30 menit.

Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru menegaskan kembali

untuk pembagian tugas dalam kelompok dengan berkeliling melihat dan mengecek pembagian

tugas tiap-tiap kelompok

Selanjutnya guru berkeliling melihat proses diskusi untuk mengerjakan LKS diharapkan

semua siswa dapat menemukan dan bisa menyelesaikannya dengan membimbingnya untuk

mencari jawabannya dari buku sumber maupun dari penjelasan yang telah disampaikan guru.

Ketika proses diskusi kelompok ada siswa dari kelompok 1 bertanya untuk kejelasan soal no. 2

dari LKS 2

S : Pak untuk soal no. 2 kok tidak ada di buku paket?

G: Oh ya, silahkan cari lagi pada materi makna negara persatuan di bab sebelumya

S : Ya pak, terima kasih

G : Ayo, semuanya bekerja bagi tugas dengan baik

Setelah semua kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk bertukar hasil

pekerjaan LKS untuk memahami konsep makna persatuan dan kesatuan, arti penting persatuan

dan kesatuan serta Bhinneka Tunggal Ika dengan saling bertanya kepada teman, memberikanya

saran dan pendapat. Selanjutnya jika masing-masing kelompok sudah memahami materi yang

Page 212: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1259

didiskusikan, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di

depan kelas, kelompok yang lain diminta memperhatikan dan membandingkan dengan hasil

pekerjaan kelompoknya untuk bahan bertanya pada saat presentasi sesi tanggapan atau

pertanyaan dilaksanakan.

Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan

soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk

tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10

menit dan diakhiri dengan koreksi bersama. Melalui nilai KKM yang ditetapkan sebesar 75,

diperoleh siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 30 siswa, sedangkan siswa yang

belum mencapai KKM sebanyak 3 siswa. Kelompok yang mendapat penghargaan adalah

kelompok 1, 2, 3, 6 karena semua anggotanya berhasil memperoleh nilai diatas KKM,

sementara kelompok yang lain ada anggota yang belum KKM.

Observasi

Tahapan observasi yang dibantu oleh observer dapat dihasilkan temuan sebagai berikut.

Pada siklus II, kegiatan pembelajaran kooperatif model STAD sudah dapat dilaksanakan dan

siswa mulai menyenangi, dalam pembentukan kelompok diskusi siswa sudah tidak saling

menunggu dan bertanya dan segera menata diri dalam kelompok, dalam kerja kelompok siswa

mulai tahu tanggung jawabnya masing-masing, antusias siswa dalam pembelajaran sudah baik,

soal kuis yang dikerjakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran sudah dapat

menunjukkan hasil ketercapaian KKM secara klasikal.

Refleksi

Pada siklus II kegiatan pembelajaran kooperatif STAD sudah dapat dilaksanakan

dengan baik dibanding siklus 1. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini mengalami

peningkatan dalam kegiatan diskusi kelompok, pemahaman terhadap materi pembelajaran.

Prestasi belajar PPKn mengalami peningkatan. Rata-rata hasil belajar PPKn pada siklus II

adalah 83,03 siswa yang belum mencapai KKM ada 3 siswa dan ketuntasan belajar 90,90 %

Pembahasan Siklus II

Kegiatan pembelajaran kooperatif model STAD menunjukkan adanya peningkatan,

siswa tidak asing lagi dengan model pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam pembentukan

kelompok diskusi siswa sudah dapat menata diri dalam kelompoknya dengan baik.

Dalam kerja kelompok siswa sudah menunjukkan keaktifannya dan sudah merasa

memiliki tanggung jawab keberhasilan belajarnya baik secara mandiri maupun berkelompok,

siswa dalam berdiskusi menunjukkan perilaku proses pembelajaran kooperatif yang efektif.

Rasa ingin tahu terhadap materi, antusias siswa dalam pembelajaran sudah adanya peningkatan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Arends (dalam Bayan, 2011:92) yang menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa.

Prestasi belajar siswa siklus I mengalami peningkatan pada siklus II. Peningkatan

tersebut terjadi karena guru melakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran pada kegiatan

pendahuluan yang lebih menarik sehingga siswa tebih termotivasi untuk belajar, pada kegiatan

inti guru selalu mengigatkan kepada siswa untuk bekerja sungguh-sungguh dan menumbuhkan

kesadaran tanggung jawabnya baik secara individu maupun bersama-sama. Hal ini

menunjukkan bahwa pembelajaran sebaiknya dilaksanakan dengan menyenangkan sehingga

siswa aktif belajar dan merasa nyaman dalam kelas. Peningkatan prestasi belajar siswa pada

penelitian ini dapat dilihat dari tabel (1) berikut

Page 213: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1260

Tabel 1 Prestasi Belajar PPKn Siswa Kelas VII A

NO Siklus Rata - rata

Tes Ketuntasan

1 I 80,30 75,75 %

2 II 83,03 90,90 %

Pembelajaran PPKn dengan menggunakan pembelajaran model STAD dapat me-

ningkatkan prestasi belajar PPKn dari rata-rata 80,30 menjadi 83,03. Peningkatan ini terjadi

karena siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan, siswa memiliki

tanggung jawab baik secara individu maupun kelompok tumbuhnya interaksi antar siswa

sehingga dapat meningkatkan kemauan siswa untuk belajar karena belajar dengan teman lebih

mudah dipahami dan lebih menyenangkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Kagan

(dalam Bayan, 2011:93) bahwa dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok

bekerja sama untuk memahami materi dengan saling memberikan dukungan dan bantuan, serta

setiap anggota kelompok harus ber-tanggungjawab terhadap pembelajaran sendiri dan semua

anggota kelompok (Kagan, 1994).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, pembelajaran model STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Melalui

STAD siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi lebih aktif dalam

kegiatan diskusi. Kedua, pembelajaran model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar pada

mata pelajaran PPKn. Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata 80,30 dengan

ketuntasan 75,75 % pada siklus pertama menjadi 83,03 dengan ketuntasan 90,90 % pada siklus

kedua.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Bayan, M. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD Untuk Menungkatkan Hasil belajar

IPA Siswa Kelas V A SD Negeri Salero 1 Ternate Maluku Utara. J-TEQIP, 2(1),

November: 87 – 93.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK Malang: Universitas

Negeri Malang.

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013, perubahan atas Peraturan pemerintah No. 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang. 2014. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan. SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia

Wahyuli, Endah Bekti. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika pada Materi Persamaan dan

Pertidaksamaan Kuadrat pada Peserta Didik Kelas X Teknik Komputer Jaringan di

SMK 45 Wonosari. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta, http://eprints.uny.ac.id/16, diunduh pukul 08.20 WIB

Widyawati, Retno Ayu. 2012. Peningkatan Antusias Belajar PKn Kebebasan Berorganisasi

melalui Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas V Semester 1 SD Kebowan

Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta, http://eprints.ums.ac.id/2, diunduh pukul 08.40 WIB

Page 214: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1261

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 02

BATU PADA MATA PELAJARAN PPKn MELALUI METODE

BERMAIN PERAN

Sri Sukatmini

SMPN2 Batu

[email protected]

Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang terjadi di

kelas VII SMPN 2 Batu dengan jumlah siswa 32 orang yakni: (1) siswa kurang

bersemangat dalam mengikuti pelajaran, (2) siswa malas mengikuti pelajaran

menganggap PPKn pelajaran membosankan, (3) siswa cenderung pasif, dan (4) siswa

tidak kondunsif sehingga mempengaruhi hasil belajar kurang maksimal. Untuk

mengatasi permasalahan tersebut dilakukan penerapan metode pembelajaran bermain

peran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui dua

siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil

hasil penelitan menunjukan bahwa pembelajaran bermain peran yang dilakukan dengan

penjelasan guru, membentuk siswa dalam peran tokoh, mempelajari sejarah perjuangan,

sosiodrama, diskusi penyimpulan materi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

Hasil belajar siswa dengan KKM yang ditentukan sebesar 75, pada siklus I siswa yang

belum tuntas sebesar 7 orang (20 %) dan mengalami peningkatan pada siklus II semua

siswa memperoleh nilai di atas KKM.

Kata kunci: peningkatan hasil belajar, PKn, metode bermain peran

Fungsi dan tujuan pendidikan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bertujuan

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dapat tercapai. Untuk mencapai

tujuan tersebut diperlukan peranan berbagai pihak, antara lain sekolah, masyarakat, dan

keluarga. Di sekolah guru PPKn mempunyai peranan yang strategis untuk mewujudkan

semangat nasioalisme dan patriotisme dalam melaksanakan Undang-Undang tersebut.

Guru PPKn perlu menanamkan nilai moral kepada siswa agar bisa menerapkan sikap

nasionalisme dan patriotisme sebagai generasi penerus perjuangan bangsa yang menghormati

nilai-nilai perjuangan para pendiri bangsa dan negara. Dalam hal ini sesuai dengan materi NKRI

pada mata pelajaran PPKn kelas VII di semester II 2015/2016, siswa diharapkan mampu

memiliki sifat nasionalisme terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun

demikian dalam praktik pembelajaran masih mengalami hambatan. Hambatan-hambatan

tersebut diantaranya: (1) siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran, (2) siswa malas

mengikuti pelajaran menganggap PPKn pelajaran membosankan, (3) siswa cenderung pasif,

(4) siswa tidak kondunsif dan mempengaruhi hasil belajar kurang maksimal. Hambatan ini

terjadi karena selama ini guru sebagai peneliti sering menggunakan ceramah dalam mengajar

PPKN. Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan penerapan metode belajar bermain

peran.

Menurut Aqib (2002:96) metode bermain peran merupakan suatu cara penguasaan

bahan pelajaran melalui pengembangan imajinatif, daya ekspresi dan penghayatan. Siswa

memerankan seseorang dari sejarah dunia pengetahuan dan lain-lain, atau peran lainnya dari

Page 215: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1262

dunia hewan dan tumbuhan. Kegiatan memerankan seseorang atau sesuatu akan membuat siswa

mudah memahami dan seringkali menghayati hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian

metode bermain peran pada prinsipnya melakukan penjiwaan terhadap yang diperankan oleh

siswa dan dipandu guru sebagai sutradara.

Langkah-langkah pembelajaran bermain peran ini antara lain: guru bersama siswa

menyiapkan skenario yang akan ditampilkan, membentuk kelompok sesuai kebutuhan peran,

guru memberikan penjelasan materi dan pemberian tugas, diskusi kelompok, sosio drama,

pengamatan drama, pembahasan hasil pengamatan oleh masing-masing kelompok, guru

memberikan kesimpulan secara umum, evaluasi dan penutup. Seorang siswa yang hendak

bermain drama perlu memperhatikan hal-hal praktis seperti di bawah ini: (1) menguasai naskah

cerita, (2) pemusatan pikiran (konsentrasi), (3) mengenal rahasia percakapan (dialog), (4)

mempertajam ingatan emosi, (5) mampu mengadakan pengamatan, (6) penetrapan mimik, (7)

cara-cara mengambil sikap, dan (8)menyesuaikan diri sebagai tokoh.

Cahyani dalam Chotimah (2015:10) menemukan bahwa pembelajaran bermain peran

lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa, mematangkan keberanian berpendapat

serta memberikan kesempatan pada siswa untuk menghubungkan faktor yang sudah

dipelajari. Chotimah (2015) menemukan bahwa dengan bermain peran, prestasi belajar siswa

mengalami peningkatan dari siklus I 72% ke siklus II 83,8%.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam peneliti ini diterapkan pembelajaran bermain

peran di kelas VII SMP Negeri 2 Batu materi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Harapannya siswa mampu melakukan atau membawakan suatu cerita atau peran-peran tertentu

dalam kehidupan seshari-hari, sehingga dapat menghayati dan penuh semangat belajar yang

menyenangkan.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua

siklus. Masing-masing siklus terdiri 3 pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi. Pada tahap perencanaan dimulai langkah awal dengan menyampaikan

kompetensi dasar dan metode pembelajaran kepada siswa. Langkah berikutnya adalah

melakukan perencanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara

lain: (1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta skenario pembelajaran

Bermain Peran dengan materi pembelajaran NKRI, (2) membuat soal evaluasi untuk dikerjakan

di kelas, (3) membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada

waktu pembelajaran dengan pembelajaran NKRI

Langkah awal dalam penelitian ini mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam

proses pembelajaran PPKn kelas VII G di SMPN 2 Batu . Berdasarkan temuan masalah,

dilakukan analisis masalah yaitu suatu upaya untuk menemukan akar penyebab masalah.

Pelaksanaan tindakan sebagai alternatif pemecahan masalah ditetapkan berdasarkan hasil

analisis masalah.

Setelah perencanaan selesai, kemudian dilakukan pembelajaran . Pada tahap

pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan melaksanakan skenario pembelajaran

yang telah direncanakan . Dalam pelaksaan pembelajaran ini , penulis bertindak

sebagai guru, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah guru sebagai teman

sejawat dan siswa yang bersangkutan di kelas yang diteli dimohon bantuan untuk

mengomentari dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penelitian tindakan kelas

dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus dilaksanakan dalam 3 pertemuan Pada

pertemuan terakhir masing-masing siklus diberi tes hasil belajar. Waktu pertemuan selama

2 jam pelajaran atau (70 Menit).

Page 216: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1263

Dalam pelaksanaan tindakan kelas dilakukan observasi (pengamatan) . Peneliti

sebagai guru melakukan tindakan pembelajaran dengan materi soal NKRI, sedangkan

untuk mengobservasi aktivitas siswa di dalam kelas diobservasi oleh guru teman

sejawat dengan menggunakan lembar observasi KBM , dan setelah selesai pembelajaran

dengan metode bermain peran dalam bentuk sosio drama perjuangan , siswa diminta

pendapatnya baik secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan lembar observasi

siswa.

Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk

melihat keberhasilan tindakan yang dilakukan. Pada tahap refleksi, peneliti bersama guru

yang mengikuti pengamatan mendiskusikan kembali segala sesuatu yang dilakukan dalam

kegiatan pembelajaran dan hasil- hasilnya, dengan melihat data hasil observasi setiap

siklus apabila terdapat kekurangan maka akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Selain

itu apakah soal materi NKRI dengan pembelajaran bermain peran dengan model sosio

drama dapat meningkatkan hasil belajar PPKn siswa? Hasil analisis data yang dilakukan

dalam tahap ini digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan berikutnya.

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Batu tahun pembelajaran 2015 - 2016

pada semester genap subyek dalam penelitian ini adalah 32 siswa kelas VII G SMPN 2

Batu . Sedangkan obyek penelitian adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas VII G

melalui pembelajaran metode bermain peran dengan model sosio drama perjuangan

pada materi NKRI.

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes awal ( pra tindakan ), tugas

tes akhir siklus dan observasi . Tes awal ditetapkan sebagai skor dasar . Tugas berupa

tugas individu dan tugas kelompok untuk mengetahui hasil belajar PPKn siswa pada

setiap siklus . Tugas individu berupa tugas yang dikerjakan di rumah, sedangkan

tugas kelompok merupakan hasil pekerjaan rumah yang didiskusikan di masing-masing

kelompok . Tes hasil belajar tiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar tiap siklus. Bentuk soal pada tes yang diberikan kepada siswa adalah soal

pilihan.

Data yang diperoleh kemudian disusun, dijelaskan, dianalisis, disimpulkan

dengan cara menggambarkan atau mendiskripsikan data tersebut ke dalam bentuk yang

sederhana. Secara rinci analisis dilakukan dalam 2 tahap. Setelah data diperoleh, kemudian

diperoleh, kemudian diolah secara sistematis dan berdasarkan data diambil kesimpulan

apakah sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan atau masuh belum .

Indikator keberhasilan tindakan pada penelitian ini adalah apabila nilai hasil

belajar siawa telah mencapai KKM 75 dan aktivitas guru dalam kategori baik. Apabila

telah mencapai KKM, berarti telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Paparan data penelitian didasarkan pada tahapan pembelajaran. Dalam hal ini ada 2

siklus. Pada siklus I dilaksanakan 3 pertemuan pembelajaran dan pada siklus II dilaksanakan 2

pertemuan pembelajaran

Siklus I

Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi dengan mengadakan dialog dengan

siswa seperti berikut.

G: Apa yang kamu ketahui tentang patriotisme

S: cinta tanah air

G: Apa yang kamu ketahui tentang nasionalisme

Page 217: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1264

S: cinta bangsa

G: Mengapa kita harus mencintai bangsa dan negara kita NKRI

S: Karena kita sebagai generasi penerus perjuangan bangsa yang dilahirkan, dibesarkan, di

Hidupi di tanah air tumpah darah Indonesia. Dan sebagai bangsa yang besar adalah

Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya dan NKRI merupakan hasil perjuang-

An para pahlawan pendiri bangsa dan negara kita Indonesia.

G: Sebutkan dasar hukum yang mencantumkan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesa

Tuan yang berbentuk republik.

S: tercantuma di pasal 1 ayat (1) UUD 1945

G; Baiklah anak-anak karena kalian semua sudah paham , kita semua harus mencintai bangsa

dan negara kita Indonesia. Maka kita lanjutkan bahwa materi pembelajaran hari ini

adalah NKRI melalui metode pembelajaran bermain peran dengan model sosio drama

perjuangan.

Selanjutnya guru bersama-sama siswa menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

Membentuk kelompok siswa yang anggotanya 8 orang yang terdiri dari 4 kelompok. Jumlah

siswa 32 orang, terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Langkah-

langkah pelaksanaan dengan metode bermain peran adalah sebagai berikut.

Pertemuan 1:

Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dan menjelaskan

tugas pada masing –masing kelompok untuk diskusi dan pembagian peran,hasil diskusi

dilengkapi dengan naskah sebagai laporan.

Pertemuan 2:

Guru memberikan tugas mandiri dan siswa harus sudah paham dengan perannya

masing-masing. Guru mengajak latihan bersama untuk berdialog dengan patner

mainnya untuk dipelajari seminggu sebelum KBM.

Pertemuan3:

Berikutnya setiap kelompok memperagakan skenarionya yang lainnya mengamati,

pembahasan hasil pengamatan oleh masing-masing kelompok. Guru memberikan kesimpulan

secara umum,evaluasi dan penutup.

Data menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa pada tes tertulis terdapat 25

siswa yang tuntas atau 80% dan 7 siswa belum tuntas atau 20% ulangan harian siklus I belum

mencapai ketuntasan minimal (KKM) secara keseluruhan, sehingga hasil tersebut masih belum

mencapai kriteria keberhasilan sebagai guru pengajar sekaligus sebagai peneliti.

Selain dari data hasil belajar siswa yang ditunjukkan melalui nilai ulangan harian tahap

1 pada akhir siklus I, ketidak berhasilan diperkuat dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh

teman sejawat diperoleh data rata-rata keberhasilah 4 kelompok 69,75%, sedangkan hasil

pengamatan kolaborator terhadap siswa diperoleh bahwa rata-rata keberhasilan oleh 4 kelompok

mencapai 72,25%.dan kolaborator terhadap guru saat mengajar mencapai kriteria 79%.

Dari penilaian motivasi pembelajaran yang dilakukan melalui penyebaran angket

diperoleh rata-rata ke3berhasilan masih mencapai 65,5%. Data tersebut menunjukkan bahwa

metode ini dalam pelaksanaannya belum dapat diterima siswa atau belum dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa tentang materi diajarkan, hal ini dikarenakan siswa belum tetrbiasa

dengan metode pembelajaran yang dilakukan, sehingga diperlukan latihan yang lebih matang

Page 218: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1265

untuk memahami materi dan metode tersebut. Oleh karena itu perlu mengadakan siklus II untuk

melakukan perbaikan perbaikan yang dilakukan peneliti dan kolaborator.

Kesimpulan ketidak berhasilan pada siklus I terdapat pada kendala sebagai berikut:

Siswa masih malu-malu, tidak percaya diri, sehingga pelaksanaan metodse bermain peran dalam

siklus I masih merupakan belajar, memotivasi siswa untuk berani tampil, tetapi belum

sempurna sebagai metode belajar bermain peran model sosio drama perjuangan sesungguhnya

yang diharapkan yang dipertegas dengan dialog dan memperjelas tokoh yang diperankan . Maka

dalam pe3laksanaan bermain peran masih seperti operet yang sebatas gaya dan gerakan saja

belum penjiwaan sepenuhnya.

Pedoman bermain drama seharusnya menurut Poedhyarto Trisaksono dalam bukunya

Tapak Tilas Pelaku Sejarah dikatakan bahawa drama ialah suatu usaha untuk memindahkan

segi kehidupan manusia kesebuah pentas untuk ditonton.

Karena baiknya suatu pementasan drama, maka para penonton (pengamat) yang semula waktu

datang bersifat pribadi (individual), menjadi masyarakat yang penuh kebersamaan seakan-akan

mereka bermain sendiri di atas pentas (kolektif).

Banyak unsur yang mendukung suksesnya suatu drama, misalnya dekorasi pentas, tata

rias, jenis-jenis busana, latar belakang lagu atau musik , dan teknik penyorotan lampu-lampu.

Yang paling penting dan pokok dalam drama adalah para pelaku (pemeran/aktor) yang sedang

Bertugas. Untuk itulah maka, di bawah ini diberikan sekedar pedoman bermain drama bagi para

siswa khususnya tingkat SMP.

Siklus II

Pada siklus II diperlukan waktu 2 kali pertemuan atau 4x 35 menit. Prosedur

pelaksanaan siklus II antara lain: Pre tes untuk mengetahui aspek pengetahuan dasar siswa,

penjelasan media pembelajaransesuai norma, tentang gambar dan peran-peran yang

berhubungan dengan perilaku ,menjelaskan petunjuk praktis bermain drama, menjelaskan

kesimpulan hasil bermain peran pada siklus I, menjelaskan secara singkat kronologis sejarah

yang akan diperankan melalui rangkuman dengan media skema, mempersempit

materi,menyeleksi kelompok terbaik yang akan memerankan dan yang lainnya mengamati.

Siap mempraktekan metode pembelajaran bermain peran dalam bentuk sosiodrama

perjuangan,siswa yang lain melalui kelompoknya masing-masing menjadi pengamat selama

pelaksanaan mencatat kontek isi cerita pada lembar kerja, guru menilai baik peragaan maupun

siswa yang mengamati,penutup dan diskusi untuk membuat kesimpulan bersama tentang materi

pembelajaran yang baru diperagakan . Pertemuan 2 pada siklus II diakhiri dengan ulangan

harian 2 untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pemahaman siswa tentang materi yang

baru dipelajari. Penilaian yang digunakan di kelas dalam menggunakan metode bermain ini

adalah observasi yaitu penilaian proses pembelajaran oleh guru / kolaborator, penilaian oleh

teman sejawat oleh siswa, penilaian pre tes dan pos tes pada setiap siklus dan penilaian motivasi

siswa. Pada pertemuan kedua siswa melakukan hal yang sama pada pertemuan pertama .

Data menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa pada pre tes terdapat yang

tuntas 80%. Pada pelaksanaan ulangan harian siklus II siswa yang mencapai ketuntasan minimal

(KKM), secara draktis meningkat 100% di atas KKM . Hal ini menunjukkan terdapat

prosentase peningkatan hasil belajar dari pre tes dan ulangan harian siklus II. Hasil pengamati

yang dilakukan oleh teman sejawat diperoleh data rata-rata keberhasilah 4 kelompok 83,75 %.

Hasil pengamatan kolaborator terhadap siswa diperoleh bahwa rata-rata keberhasilan

4 kelompok mencapai 83,75%. Sedangkan hasil pengamatan kolaborator terhadap guru saat

mengajar mencapai kriteria 84.

Page 219: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1266

Dari penilaian motivasi pembelajaran yang dilakukan melalui penyebaran angket

diperoleh rata-rata keberhasilan mencapai 75,5. Prosentase ketuntasan minimal dalam metode

bermain peran mencapai kriteria, terbukti dengan tercapainya rata-rata ketuntasan di atas KKM

yakni 100% pada siklus II jika dibanbingkan dengan rata-rata ketuntasan pencapaian siklus I

80 % ,maka dapat dikatakan pengguaan metode ini mengalami peningkatan 20%. Sedangkan

hasil pengamatan kolaborator terhadap guru saat pembelajaran mengalami peningkatan dari

siklus I mencapai 79 pada siklus II mencapai 84, berarti terdapat peningkatan 5%.

Ditinjau dari penilaian motivasi belajar siswa berdasarkan angket yang didistribusikan

kepada siswa pada siklus II diperoleh data terdapat peningkatan prosentase pada siklus

Iiini,yakni pada siklus I mencapai 80% pada siklus II mencapai 100% berarti terdapat

peningkatan 20%. Terjadinya peningkatan prosentase keberhasilan pada siklus II ini

dikarenakan pada siklus II terdapat perbaikan yang dilakukan guru bersama kolaborator antara

lain perbaikan dalam persiapan yakni sebelum peleksanaan metode bermain peran siswa

melaksanakan latihan terhadap peran yang akan ditampilkan secara maksimal , agar peran yang

akan ditampilkan penuh penghayatan/ penjiwaan,pelaksanaan di luar pembelajaran. Siswa

kelompok lain mengamati dengan antusias karena penampilan siswa lebih menarik. Guru dalam

pembelajaran memberi semangat dan mempertegas materi dengan suasana yang menyenangkan,

selesai pengamatan guru berdiskusi dengan siswa tentang pelaksanaan bermain peran, ulangan

dan penutup.

PEMBAHASAN

Tercapainya peningkatan hasil belajar siswa mulai dari uji pendahuluan sampai ulangan

harian pada siklus I dan II dikarenakan siswa diajak terlibat secara maksimal dalam

pembelajaran baik dalam ranah pengetahuan,ketrampilan maupun sikap. Melalui penerapan

metode bermain peran, dengan melibatkan seluruh siswa baik dengan pelaku bermain peran

maupun selaku pengamat kegiatan, dengan dibantu guru dan kolaboratorsebagai fasilitator dan

motivator kegiatanpembelajaran materi NKRI dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang dalam pelaksanaanya dengan menggunakan instrumen penilaian antara lain uji

pendahuluan,pre tes I dan II, pengamatan proses,oleh guru kolaborator bersama siswa sebagai

teman sejawatdan diakhiri pengisian angket tentang pembelajaran yang baru dilakukan oleh

siswa.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian ini dapat meningkatkanprestasi

belajar siswa khususnya materi NKRI.

Peningkatan hasil belajar pada penelitian tindakan relevan dengan pernyataan Aqib

(2002: 96) bahwa bermain peran suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan

imajinatif daya ekspresi dan penghayatan. Begitu juga sesuai dengan Trisaksono (1985). Dalam

arti yang sederhana drama ialah suatu usaha untuk memindahkan segi kehidupan manusia ke

sebuah pentas untuk ditonton.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembahasan yang telah dilakukan selama dua siklus , dan

berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

metode bermain peran dapat meningkatkan semangat, motivasi, aktif, kelas menjadi kondusif,

dan dan prestasi hasil belajar siswa meningkat. Telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa

dengan KKM yang ditentukan sebesar 75, pada siklus I siswa yang belum tuntas sebesar 7

orang (20 %) dan mengalami peningkatan pada siklus II semua siswa memperoleh nilai di atas

KKM.

Page 220: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1267

Page 221: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1268

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengajukan beberapa saran khususnya bagi

guru sejawat agar perlu mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan, untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa , dengan menerapkan metode bermain peran.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.

Anonim. - . Undang-Undang Dasar RI 1945. Surabaya: Apolo Lestari.

Chotimah, S. 2015. Metode Role Playing dalam Meningkatkan Prestasi Belajar tentang Norma

dalam Kehidupan Bermasyarakat. Makalah disampaikan dalam seminar MGMP tanggal

26 November 2015 di SMP Raden Patah Batu.

Mendiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomoir 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Trisaksono, P. 1985. Sosiodrama Pelengkap PSPB untuk SMP (Tapak Tilas Pelaku Sejarah)

Solo: Tiga Serangkai.

Page 222: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1269

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE JIGSAW PADA KLAS VIII E DI

SMP ISLAM I BATU

Sri Astuti

SMP Islam I Batu

[email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengatasi masalah pembelajaran IPS di KelasVIII

E SMP Islam I sebagai berikut: (1) motivasi belajar rendah (2) hasil belajar rendah.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode tindakan kelas. Tiap siklus terdiri dari empat

tahapan yaitu; perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun kelas yang

diteliti adalah siswa kelas VIII E SMP Islam I Batu dengan jumlah siswa 23 orang,

Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan, penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar siswa meningkat. Setelah menggunakan model pembelajaran

kooperatif Jijsaw pada mata pelajaran IPS materi angkatan kerja sebagai sumber daya

ekonomi, serta peran pemerintah dalam upaya penanggulangannya di kelas VIII E SMP

Islam I Batu Kota Batu, berdasarkan nilai rata-rata persiklus meningkat. Pada pra siklus

nilai rata-rata 66,7, siklus I nilai rata-rata 72,3, siklus II nilai rata-rata 76,3.

Kata kunci: motivasi belajar, pembelajaran kooperatif, jigsaw.

Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran IPS , kegiatan pembelajaran IPS

diselenggarakan secara interaktif,inspiratif , menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta

didik. Hal ini penting agar siswa berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi

tumbuhnya prakarsa, kreatifitas , kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psykologis peserta didik. Untuk itu perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan

pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas ketercapaian lulusan ,

sesuai dengan Permendikbud Nomor 54 tahun 2013 tentang SKL, Permendikbud Nomor 64

tahun 2013 tentang Standar Isi, dan Permendiknas No. 65 tentang Standar Proses. Khususnya

Standar Proses ada perubahan meliputi: (1) dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik

mencari tahu, (2) dari guru satu satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber,

(3) dari pendekatan tekstual menuju proses penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, (4) dari

pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi, (5) dari pembelajaran

berbasis pembelajaran parsial menuju pembelaran terpadu, dan (6) dari pembelajaran yang

menekankan jawaban tunggal menuju jawaban yang kebenaranya multidimensi. Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari mulai

dari SD/MI.SDLB sampai SMP/ MTs /SMP LB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata

pelajaran IPS memuat materi Geografi , Sejarah, Sosiologi , dan Ekonomi. Melalui mata

pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang

demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Di masa yang akan datang peserta didk akan menghadapi tantangan berat dalam

kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu

mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan

bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komperehensif, dan terpadu dalam proses

pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan

Page 223: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1270

pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas

dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Mata pelaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berukut :

(1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingngkunganya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen

dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan

berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat

nasional, dan global. Namun demikian yang terjadi pada pembelajaran IPS di SMP Islam 1

Batu mengalami beberapa permasalahan, sehingga menghambat capaian tujuan dan hasil

pembelajaran .

Salah satu masalah pembelajaran ditingkat satuan pendidikan manapun adalah masalah

adanya pola pembelajaran yang sangat teoritis dan kurang bervariasi. Pembelajaran di kelas

sering berupa textbook oriented dan kurang dikaikan dengan lingkungan dan situasi dimana

peserta didik berada . Seringkali kegiatan di kelas melalui metode ceramah dan dan diskusi

dengan latihan-latihan (drills) mengerjakan berbagai bentuk ketrampilan atau pemberian tugas

rumah. Hal ini dapat membuat peserta didik sering merasa bosan dan motivasi belajarnya

menurun, serta hasil belajar yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Tak dapat disangkal bahwa proses pembelajaran merupakan kegiatan yang komplek.

Meskipun demikian, hal ini dapat diatasi dan disederhanakan dalam sebuah bentuk sebuah

model. Kegunaan praktis dari model adalah agar pendidik dapat mengenal elemen penting

dalam proses pembelajaran dan kemudian dapat mengontrolnya dan memprediksi perubahan

yang terjadi terutama pada perilaku para siswanya (Hidayat, 2008).

Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu adanya inovasi dan reformasi dalam struktur

pembelajaran, seperti pemahaman dan penguasaan berbagai inovasi metode dan tehnik

pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Pola pembelajaran

dengan dengan mengimplementasikan berbagai mettode melalui pemberdayaan berbagai model

pembelajaran adalah sangat mutlak dilakukan, agar peserta didik merasakan pembelajaran

mempunyai nilai kebermaknaan bagi kehidupanya di lingkungan masyarakat.

Guru memiliki peranan yang penting didalam proses belajar dan mengajar dan belajar.

Guru berperan dalam merancang pembelajaran, mengendalikan proses pembelajaran ,

menyiapkan bahan ajar, media, dan melakukan penilaian,. Karena itu guru juga harus memiliki

kemampuan dalam menyampaikan materi atau menguasai materi. Salah satu upaya dalam

meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran cooperative

learning jigsaw.

Model pembelajaran cooperative learning Jigsaw menurut Keloug dalam Kasbulah (

2008), adalah sebagai suatu pembelajaran secara ber kelompok . Peserta didik belajar

bersama dan saling membantu dalam membuat tugas dengan penekanan saling suppor. Inti

dari pembelajaran cooperative learning (CL) adalah model pembelajaran yang membuat

peserta didik bekerja dalam kelompok dan lebih banyak waktu yang digunakan secara efektif.

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil akademik siswa meningkat dan siswa

dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan ketrampilan sosial.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan

adanya kelompok-kelompok serta didalamnya menekankan kerjasama (Anita , 2007).

Sementara menurut pendapat ahli salah satu yaitu Sudradjat (2008 : 1) pembelajaran jigsaw

sebagai sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana dalam

kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bertanggung jawab untuk menguasai bagian dari

Page 224: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1271

materi ajar dan selanjutnya harus mengajarkan materi yang harus dikuasai tersebut kepada

teman satu kelompok.

Menurut Aronson dkk. (dalam RIyono, 2005: 64) pembelajaran model Jigsaw

(Model Tim Ahli) ,(Aronson, Blaney, Stepen, Sikes, And Snapp, 1978) . dengan langkah- langkah

pembelajaran sebagai berikut: (1) siswa dikelompokkan dalam 4 anggota tim, (2) tiap orang

dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang

ditugaskan, (4) anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ sub bab yang

sama bertemu dalam kelompok baru ( kelompok ahli ) untuk mendiskusikan sub bab mereka,

(5) setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap kelompok kembali ke kelompok asal dan

bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang telah mereka kuasai dan tiap

anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, (6) tiap tim ahli mempersentasikan

hasil diskusi, (7) guru memberi evaluasi, dan (8) penutup.

Melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning jigsaw, diharapkan akan

dapat Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Cooperative

Tipe Jigsaw Pada Klas 8 Di SMP Islam I Batu.

METODE

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini

juga termasuk deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu tehnik pembelajaran

diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini

menggunakan model penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini prosedur penelitian

tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus . Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan.

Siklus I mencakup materi tenaga kerja, angkatan kerja, dan kesempatan kerja. Siklus II

mencakup materi permasalahan dasar yang berhubungan dengan tenaga kerja di Indonesia.

Setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan , observasi, dan refleksi. Sebelum

masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi masalah.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penganggung

jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti tidak

bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap

dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini

diharapkan diperoleh data yang seobyek mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII E SMP Islam I Batu yang berjumlah 23

orang. Waktu penelitian penelitian tindakan klas ini pada bulan maret - april 2016 ( semester

genap tahun pelajaran 2015-2016).

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dalam

proses pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Jigsaw, observasi aktivitas siswa dan guru,

interview siswa dan guru, angket evaluasi pembelajaran dan tes formatif. Sedangkan

instrument yang digunakan adalah silabus, RPP, lembar kegiatan siswa dan lembar observasi

penerapan metode pembelajaran kooperatif model Jijsaw, lembar observasi aktivitas siswa

dan guru , untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran, dan lembar

tes formatif untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPS.

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu

diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif,

yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai

Page 225: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1272

dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui pembelajaran dengan

menerapkan metode pembelajaran kooperatif Jijsaw, prestasi belajar yang dicapai siswa, dan

untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung serta upaya-upaya yang dilakukan dalam

mengatasi hambatan dan dukungan peningkatan prestasi IPS siswa Klas VIII E semester genap

di SMP Islam I Batu.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentasi keberhasilan siswa setelah proses

belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes

tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik

sederhana yaitu : untuk menilai ulangan atau tes formatif, dilakukan penjumlahan nilai yang

diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut atau

didaya serap. Untuk mengetahui ketuntasan belajar , dilakukan penjumlahan nilai yang

diperoleh siswa, yaitu : jumlah siswa yang tuntas belajar dibagi jumlah siswa.

Siklus I

Pelaksanaan siklus I, terdiri dari dua pertemuan yang dilaksanakan pada hari Senen,

tanggal 14 Maret 2016 dan hari Selasa, 15 Maret 2016 . Tahapan penelitian dalam siklus I

metiputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Perencanaan, dalam tahap perencanaan meliputi: (a) menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran, (b) menyiapkan materi pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran

bukti penunjang alat peraga, (c) menyusun tes akhir, (d) Membuat lembar observasi.

Pelaksanaan, dalam pelaksanaan tindakan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Kegiatan awal, guru memberikan salam, melakukan absensi kehadiran siswa, dan

melakukan apersepsi dari pembelajaran pada pertemuan minggu yang lalu yaitu guru

melakukan Tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan kegiatan pembelajaran serta

memberikan motivasi agar kegiatan pembelajaran hari ini bisa berhasil dengan baik.

Kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru

membagi siswa menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok terdiri 4 siswa ( 1, 2, 3,

4), dan guru membagi tugas pada masing-masing kelompok. Tugas kelompok 1, menjelaskan

pengertiana tenaga kerja, Tugas kelompok 2, menjelaskan pengertian angkatan kerja. Tugas

kelompok 3, menjelaskan pengertian kesempatan kerja. Tugas kelompok 4, menyebutkan

macam- macam tenaga kerja jasmani. Pembentukan kelompok ahli dan berkumpul untuk

mewakili masing-masing kelompok awal untuk mendiskusikan materi yang dibahas di

kelompok awal. Selanjut kelompok ahli kembali ke kelompok awal untuk berdiskusi, yang

selanjutnya dilakukan presentasi. Kegiatan inti berikutnya guru memberikan penguatan konsep.

Kegiatan penutup, guru memberikan evaluasi dari hasil diskusi. Evaluasi dalam

bentuk tes tulis dilaksanakan pada pertemuan pada siklus II.

Observasi, kegiatan observasi dibantu oleh observer menggunakan format observasi

untuk mengamati proses kegiatan pembelajaran yang meliputi aktifitas siswa dalam diskusi

kelompok, mengamati interaksi siswa dalam diskusi, kerjasama dalam kelompok, dan kualitas

hasil presentasi.

Refleksi, dalam kegiatan refleksi dilakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan dan

observasi hasil catatan dari observer. Hasil dari refleksi siklus I digunakan untuk melakukan

perbaikan dalam pembelajaran pada siklus II.

Siklus II

Pelaksanaan siklus II, dilaksanakan pada tanggal 28 dan 29 maret 2016. Siklus II,

disusun dan dikembangkan berdasarkan temuan pada siklus I.

Page 226: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1273

Tahapan penelitian dalam siklus II metiputi perencanaan, pelekasanaan, observasi, dan refleksi.

Perencanaan, dalam tahap perencanaan meliputi: (a) menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran siklus II berdasarkan temuan dari siklus I, (b) menyiapkan materi pembelajaran

dengan menggunakan media pembelajaran bukti penunjang alat peraga, (c) menyusun tes akhir,

(d) Membuat lembar observasi.

Pelaksanaan, dalam pelaksanaan tindakan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal, guru memberikan salam,

melakukan absensi kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dari pembelajaran pada

pertemuan minggu yang lalu.Kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok

terdiri 4 siswa ( 1, 2, 3, 4), dan guru membagi tugas pada masing-masing kelompok. Tugas

kelompok 1. Menjelaskan pengertian pengangguran Tugas kelompok 2.Menyebutkan masalah

ketenagakerjaan yang dihadapi pemerintah. Tugas kelompok 3. Menyebutkan dampak dari

pengangguran. Tugas kelompok 4. Menyebutkan peranan pemerintah dalam mengatasi masalah

ketenaga kerjaan Pembentukan kelompok ahli dan berkumpul untuk mewakili masing-masing

kelompok awal untuk mendiskusikan materi yang dibahas di kelompok awal. Selanjut kelompok

ahli kembali ke kelompok awal untuk berdiskusi, yang selanjutnya dilakukan presentasi.

Kegiatan inti berikutnya guru memberikan penguatan konsep.Kegiatan penutup, guru

memberikan evaluasi dari hasil diskusi. Evaluasi siklus II dalam bentuk tes tulis.Observasi,

kegiatan observasi dibantu oleh observer menggunakan format observasi untuk mengamati

proses kegiatan pembelajaran yang meliputi aktifitas siswa dalam diskusi kelompok, mengamati

interaksi siswa dalam diskusi, kerjasama dalam kelompok, dan kualitas hasil presentasi.

Refleksi, dalam kegiatan refleksi dilakukan evaluasi terhadap hasil pelksanaan dan

observasi hasil catatan dari observer. Hasil dari refleksi siklus II digunakan untuk melakukan

perbaikan dalam pembelajaran selanjutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas sebelum siklus adalah proses kegiatan

pembelajaran IPS dengan materi upaya pengendalian penyimpanagn sosial. Pada saat

pembelajaran berlangsung peneliti menggunakan metode ceramah, Tanya jawab , pemberian

tugas untuk menyampaikan materi pelajaran. Alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam pembelajara IPS berupa tes uraian. Ketuntasan belajar dari 23 siswa

yang tuntas 10 siswa dan yang belum tuntas 13 siswa atau 43,47 % siswa yang tuntas dan 56,53

% siswa yang belum tuntas

Hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran sebelum siklus dengan menggunakan

metode ceramah, Tanya jawab, pemberian tugas untuk meningkatkan kemampuan siswa

tentang upaya pengendalian penyimpangan sosial belum mencapai hasil yang diharapkan atau

belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal atau kurang memuaskan. Dalam proses

pembelajaran, keaktifan siswa, antusias siswa masih kurang terlihat, sehingga rendahnya hasil

belajar yang diperoleh. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I.

Siklus I

Perencanaan

Dalam penelitian tindakan kelas siklus I yaitu proses pembelajaran IPS dengan materi

tenaga kerja, angkatan kerja dan kesempatan kerja dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Jijsaw. Pada saat proses pembelajaran berlangsung para siswa sudah sedikit berani

bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas kepada guru yang berkaitan dengan materi

pembelajaran yaitu tentang tenaga kerja , angkatan kerja dan kesempatan kerja. Alat evaluasi

Page 227: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1274

yang digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam pembelajaran IPS berupa tes soal uraian.

Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran model kooperatif Jijsaw. Peneliti

membuat rencana perbaikan perbaikan pembelajaran terlebih dahulu. Langkah-langkah yang

dilakukan pada saat penelitian tindakan kelas yaitu :Kegiatan awal, guru memberikan salam,

melakukan absensi kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dari pembelajaran pada

pertemuan minggu yang lalu yaitu guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan

kegiatan pembelajaran serta memberikan motivasi agar kegiatan pembelajaran hari ini bisa

berhasil dengan baik.Kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok terdiri 4

siswa ( 1, 2, 3, 4), dan guru membagi tugas pada masing-masing kelompok. Tugas kelompok 1,

menjelaskan pengertiana tenaga kerja, Tugas kelompok 2, menjelaskan pengertian angkatan

kerja. Tugas kelompok 3, menjelaskan pengertian kesempatan kerja. Tugas kelompok 4,

menyebutkan macam- macam tenaga kerja jasmani. Pembentukan kelompok ahli dan

berkumpul untuk mewakili masing-masing kelompok awal untuk mendiskusikan materi yang

dibahas di kelompok awal. Selanjutnya kelompok ahli kembali ke kelompok awal untuk

berdiskusi, yang selanjutnya dilakukan presentasi. Kegiatan inti berikutnya guru memberikan

penguatan konsep. Kegiatan penutup, guru memberikan kesimpulan dan evaluasi dari hasil

diskusi. Evaluasi dalam bentuk tes tulis dilaksanakan pada pertemuan berikutnya

Observasi

Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dimana pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung, dimana pada tahap persiapan atau kegiatan awal guru

mengkondisikan siswa dengan mengabsen kehadiran siswa dan memberikan pertanyaan

sesuai dengan materi yang akan diberikan . Pada tahap pembelajaran atau kegiatan inti guru

menyampaikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran serta membagi beberapa kelompok yang

terdiri dari 4 orang untuk berdiskusi, setelah selesai diskusi siswa persentasi . Pada tahap akhir

atau penutup siswa dibimbing oleh guru dalm menyimpulkan hasil diskusi, setelah itu masing-

masing siswa mengejakan soal yang diberikan guru dan tes dilaksanakan pada pertemuan kedua.

Refleksi

Dari kegiatan proses pembelajaran yang berlangsung dilakukan diskusi dengan teman

sejawat, hasil temuan pada saat diskusi berlangsung pada siklus 1 masih ada beberapa siswa

yang kurang aktif atau antusias pada waktu diskusi, dan masih sulitnya siswa jika disuruh

bertanya. Dari hasil pengamatan observasi pada proses pembelajaran IPS di kelas VIII E pada

siklus I dapat disimpulkan pada saat proses pembelajaran pembelajaran berlangsung siswa

sudah mulai semangat dalam mengikuti pembelajaran, siswa mulai berkonsentrasi pada saat

guru menjelaskan, meskipun masih ada beberpa siswa yang masih kurang aktif pada saat

pembelajaran. Penelitian dalam siklus pertama dilakukan selama 2 kali pertemuan dilaksanakan

di SMP Islam I Batu pada hari senen tanggal 14 maret 2016 dan 15 maret 2016 di kelas VIII E

dengan jumlah siswa 23 siswa diperoleh hasil nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72,3

dan ketuntasan belajar mencapai 69,6 % atau ada 16 siswa sudah tuntas belajar dari 23 siswa,

lebih rendah dari ketuntasan yang dikendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena

siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksud dan digunakan guru dengan

menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw. Hasil yang diperoleh dari

pembelajaran IPS di kelas VIII E pada siklus 1 dengan menggunakan model pembelajaran

Jijsaw , dapat membuat perbaikan pembelajaran yang lebih menarik, meningkatkan antusias

untuk bertanya dan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran sudah mulai tampak, tapi

perlu diadakan perbaikan pada siklus 2.

Page 228: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1275

Siklus II

Perencanaan

Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas pada siklus II yaitu pada pembelajaran IPS

dengan materi permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam

kegiatan ekonomi , serta peran pemerintah dalam upaya penanggulanganya dengan

menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa

sudah aktif dan antusias dalam melakukan tanya jawab dan pelaksanaan diskusi bisa

berlangsung sesuai dengan yang diharapkan hai ini disebabkan guru sudah maksimal dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran. Alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS yaitu tes uraian. Proses pembelajaran menggunakan

model pembelajaran Jijsaw,peneliti membuat rencana perbaikan pembelajaran terlebih dahulu.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yaitu guru

melakukan apersepsi , memeriksa absen, kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran dengan

pelaksanaan diskusi. Dan ternyata pada siklus II lebih menarik, dimana siswa sudah aktif

dalam diskusi. Siswa melaksanakan evaluasi, kemudian membuat kesimpulan tentang materi

dibawa bimbingan guru.

Observasi

Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dimana pada

tahap persiapan guru mengabsen kehadiran siswa, melakukan apersepsi, dan motivasi dengan

melakukan Tanya jawab sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap pembelajaran

atau kegiatan inti siswa mengamati guru saan menjelaskan materi pembelajaran dengan

menggunakan media atau alat pembelajaran . Setelah itu masing-masing siswa mengerjakan soal

yang diberikan 0leh guru. Pada tahap akhir kegiatan penutup siswa dibimbing oleh guru dalam

menyimpulkan materi pembelajaran

Refleksi

Setelah diadakan refleksi dan revisi kemudian dilakukan siklus kedua. Pada siklus

kedua yang dilakukan dua kali pertemuan yang dilaksanakan hari Senen dan Selasa tanggal 28

dan 29 maret 2016 di kelas VIII E SMP Islam I Batu dengan jumlah siswa 23 siswa diperoleh

hasil rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,3 dan ketuntasan belajar mencapai 82,6 % atau

ada 19 siswa yang sudah tuntas belajar dari 23 siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus

kedua ini ketuntasan secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus

pertama. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan

bahwa setiap akhir pembelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan

selanjutnya siswa lebih termotivasi untuk lebih giat dalam belajar. Dan selain itu siswa juga

sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif model Jijsaw.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan dengan teman sejawat pada pelaksanaan pra siklus

penggunaan metode ceramah, Tanya jawab dan pemberian tugas kurang efektif dan kurang

maksimal . Karena masih ada siswa yang tidak berkonsentrasi pada saat guru menjelaskan

materi , sehingga hasil yang diperoleh tidak mmuaskan nilai dibawah criteria ketuntasan

minimal yaitu daya serap 66,7. Ketuntasan belajar dari 23 siswa yang tuntas 10 siswa dan yang

belum tuntas 13 siswa atau 43,47 % siswa yang tuntas dan 56,53 % siswa yang belum tuntas,

sehingga pada siklus satu peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif model Jijsaw.

Siklus I

Page 229: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1276

Pada siklus I guru menggunakan model pembelajaran koopratif Jijsaw, ternyata siswa

lebih tertarik dan dapat merangsang motivasi siswa untuk bertanya dan dalam memahami materi

dan dalam memahami materi pembelajaran. Ada beberapa temuan yang diperoleh guru yaitu

pada saat kegiatan awal dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru kurang maksimal

dalam penggunaan alat atau media pembelajar sehingga siswa kurang aktif dalam proses

pembelajaran hasil yang diperoleh yaitu dengan jumlah siswa 23 siswa diperoleh hasil nilai

rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72,3 dan ketuntasan belajar mencapai 69,6 % atau ada 16

siswa sudah tuntas belajar dari 23 siswa, lebih rendah dari ketuntasan yang dikendaki yaitu

sebesar 85 %.

Siklus II

Pada siklus dua ini guru memberikan perhatian lebih pada siswa yang kurang aktif saat

pembelajaran berlangsung dan lebih memaksimalkan penggunaaan alat peraga atau media

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbaikan yang Nampak pada

proses pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: Dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif Jijsaw siswa semakin termotivasi untuk ikut aktif dalam proses

pembelajaran dan proses pembelajaran lebih bermakna dan siswa kreatif dalam pembelajaran.

Dengan penggunaan media pembelajaran siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran serta

pemahaman terhadap materi pelajaran semakin meningkat, yaitu dengan jumlah siswa 23 siswa

diperoleh hasil rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,3 dan ketuntasan belajar mencapai 82,6

% atau ada 19 siswa yang sudah tuntas belajar dari 23 siswa.

Tabel. 1. Hasil Penelitian

No Kegiatan Pembelajaran Nilai Rata-Rata

Kelas

Ketuntasan

Belajar

1 Pra Siklus 66,7 43,5 %

2 Siklus I 72,3 69,6 %

3 Siklus II 76,3 82,6 %

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran

kooperatif Jijsaw memiliki pengaruh yang baik atau positif dalam meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya siswa dalam memahami

tujuan pembelajaran, mendengarkan penjelasan guru, memecahkan masalah dalam diskusi ,

antusiasme dalam melakukan tanya jawab serta semakin meningkatnya ketuntasan belajar dari

siklus pertama dan kedua yaitu masing-masing 69,6%, dan 82,6% , meskipun masih kurang

dari ketuntasan yang ingin dicapai yaitu sebesar 85%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan , penulis dapat menyimpulkan

bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif

Jijsaw pada mata pelajaran IPS pada materi angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber

daya dalam kegiatan ekonomi, serta peran pemerintah dalam penanggulanganya.

Meningkatnya keaktifan pada proses pembelajaran dibutuhkan metode dan model-

model pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik siswa agar tecapai suatu tujuan

pembelajaran yang bermakana. Pembelajaran dengan model kooperatif Jijsaw materi pelajaran

IPS di SMP Islam I Batu pada kelas VIII E memiliki dampak positif dalam meningkatkan

prestasi siswa dengan ketuntasan yaitu : Pra Siklus ( 43,5 % ), Siklus pertama (69,6 % ) dan

Siklus kedua ( 82,6 % ). Dalam proses pembelajaran peneliti juga menemui hambatan-

Page 230: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1277

hambatan dan hambatan itu dapat diatasi dengan memanfaatkan dukungan- dukungan yang ada

dan perbaikan rencana pembelajaran setelah diadakan refleksi.

SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh agar proses belajar mengajar IPS lebih efektif dan

lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran-saran antara lain

sebagai berikut: (1) Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif Jijsaw memerlukan persiapan

yang cukup matang, sehingga guru haru memilih atau menentukan tema yang benar-benar-benar

bisa diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif Jijsaw dalam proses belajar mengajar

sehingga diperoleh hasil yang maksimal. (2) Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa,

guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode yang sesuai, meskipun

dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,

memperoleh konsep dan ketrampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya. (3) Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan

perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN

Badan Standar Nasional Pendidikan,2006, Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi. Jakarta: Badan Standar Nasional

Pendidikan

Djihat. 2014. Mudahnya Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negri

Malang

Mutohir. Toho. Cholik. 2011, Dimensi Pedagogi Olah Raga.Malang, Wineka Media.

Riyono, Sugeng. 2005. Panduan Penelitian Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Penelitian Tindakan

Kelas). Trenggalek: PGRI Kabupaten Trenggalek

Suyanto, Kasihani K.E. 2007. Pendekatan, Metode Dan Tehnik Pembelajaran. Malang: Badan

Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 15, Universitas Negri Malang

Hasbiati. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Jijsaw Pada Mata Pelajaran IPA Materi Cahaya Dan Sifatnya Di Kelas V

SDN 002 Tanah Grogot. J-TEQIP. 6(1). 08-25

Page 231: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1278

PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX H MATA

PELAJARAN IPS DI MTS NEGERI BATU

Siti Anisah

Mts Negeri Batu, Jawa Timur, Indonesia

[email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengatasi masalah pembelajaran IPS di kelas 9 H

yang terjadi MTs Negeri Batu, meliputi : 1) motivasi dan minat belajar IPS yang masih

rendah, 2) siswa yang pasif ketika pembelajaran, dan hasil belajar yang perlu

ditingkatkan. Melalui metode kooperatif tipe jigsaw dalam kegiatan pembelajaran

diharapkan permasalahan tersebut dapat di atasi. Penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian tindakan kelas dengan duasiklus. Masing-masing siklus berlangsung empat

tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa metode kooperatif learning tipe jigsaw dapat meningkatkan

kreativitas dan hasil belajar siswa dalam materi negara maju dan negara berkembang di

kelas 9- H mata pelajaran IPS MTs Negeri Batu. Rata-rata nilai siswa yang berada

dibawah KKM berkurang dari 34% menjadi 9% sedangkan nilai siswa yang berada

diatas KKM meningkat dari 66% menjadi 91%. Dengan dekripsi sebagai berikut, siswa

yang mendapatkan nilai (57-65) dari 21% turun menjadi 9%, siswa yang memperoleh

nilai (66-74) dari 13% menurun menjadi 0%, siswa yang memperoleh nilai (75-83) dari

13% meningkat menjadi 25%, siswa yang memperoleh nilai (84-91) dari 28%

meningkat menjadi 38%, dan siswa yang mendapatkan nilai (92-100) dari 25%

meningkat menjadi 28%.

Kata kunci : Metode kooperatif tipe jigsaw dan Hasil Belajar Siswa

IPS pada hakikatnya mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial yang

mengadakan hubungan sosial dengan sesamanya mulai dari keluarga sampai masyarakat, baik

dalam lingkup lokal, nasional, regional dan internasional. Materi pembelajaran IPS di ambil dari

kehidupan nyata yang ada di lingkungan masyarakat. Bahan dan materi di ambil dari

pengalaman pribadi, teman sebaya serta lingkungan alam dan masyarakat sekitarnya. Dengan

cara ini diharapkan materi akan lebih mudah difahami karena mempunyai makna lebih besar

bagi para peserta didik daripada bahan pembelajaran yang abstrak dan rumit yang berasal dari

ilmu-ilmu sosial (Suciati dkk, 2014: 6).

Kegiatan pembelajaran IPS diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan

dan menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. ( suciati, dkk, 2014:5)

Prestasi hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal

maupun eksternal dari siswa itu sendiri. Faktor internal meliputi minat dan bakat siswa,

motivasi dan intelegensi sedangkan faktor eksternal meliputi metode belajar, fasilitas, media,

proses belajar baik di sekolah maupun luar sekolah. Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil

belajar siswa dapat ditempuh dengan penggunaan metode pembelajaran yang mampu

mengembangkan cara belajar siswa aktif. Dalam pembelajaran IPS diperlukan metode yang

bervariasi untuk menarik minat dan mempermudah siswa dalam belajar.

Hasil belajar berkaitan dengan evaluasi pendidikan sebagai alat ukur untuk mengetahui

sejauh mana penguasaan materi yang telahdiajarkan guru. Hasil belajar dapat digunakan untuk

Page 232: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1279

melihat apakah seseorang telah melakukan proses yang efektif dan efisien, sehingga dapat

ditunjukkan sampai sejauh mana bahan yang dipelajari dapat dikuasai. Menurut Sudjana dalam

Saputra, (2011:44), hasil belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku atau

keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan aspek lain lewat serangkaian

kegiatan membaca, mengamati, mendengar, meniru, menulis, dan lain sebagainya, sebagai

bentuk pengalaman individu dengan lingkungan.

Keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari peran aktif guru yang

mampu memberikan motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif dan

menyenangkan bagi siswa. Guru harus menguasai berbagai metode mengajar dan memilih

metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik.

Sebagai guru yang profesional dituntut untuk memiliki dan menguasai kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional seperti yang diamanatkan dalam

Undang-undang RI No. 14 tahun 2005. Sebagai agen dalam pembelajaran guru tidak hanya

bertugas sebagai pengajar dan pendidik saja, tetapi harus pula memiliki kemampuan dalam

memilih metode pembelajaran yang yang paling akomodatif dan kondusif untuk siswa dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Namun dalam

kenyataannya guru seringkali mendapat kendala bagaimana memilih dan menggunakan metode

dalam pembelajaran, metode dan strategi yang bagaimana yang tepat untuk membahas satu

materi pembelajaran.

Penulis sebagai guru mata pelajaran IPS seringkali menghadapi kendala dalam

menyampaikan materi pembelajaran, khususnya dalam memilih metode, apalagi mata pelajaran

IPS di SMP/MTs merupakan mata pelajaran yang disampaikan secara terpadu terdiri dari materi

sejarah, geografi, sosiologi dan ekonomi yang dianggap materi pelajaran hafalan yang

membosankan sehingga membutuhkan usaha bagaimana caranya agar pembelajaran tidak

membosankan. Disamping itu kenyataannya banyak guru IPS yang berlatar belakang satu

bidang ilmu sementara mata pelajaran IPS di SMP/MTs merupakan IPS terpadu..

Berdasarkan pengalaman dan hasil sharing dengan guru serumpun tentang

permasalahan diperoleh beberapa pandangan bahwa dalam pembelajaran masih banyak siswa

yang belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hal tersebut disebabkan oleh

strategi atau metode dan media mengajar yang belum maksimal. Perlu di gunakan metode

pembelajaran yang membuat siswa aktif dan semangat dalam kegiatan pembelajaran dan

akhirnya nilai yang diperoleh menjadi maksimal. Penggunaan dan pemilihan metode

pembelajaran yang optimal dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang merupakan

cerminan dari kualitas pengajaran.

Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif adalah metode

pembelajaran kooperatif. Menurut Sanjaya (2006:106) “Cooperative Learning” adalah suatu

kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,

menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan. Maka dalam

pembelajaran kooperatif siswa terlibat aktif membentuk konsep, prinsip, ataupun teori yang

dipelajarinya. Mereka tidak menerima secara mentah semua konsep, prinsip, dan teori yang

disajikan kepadanya, melainkan mengolahnya secara aktif, menyesuaikan dengan skema

pengetahuan yang sudah dimiliki dalam struktur kognitifnya, dan menambah atau menolak.

Sebagai gambaran pada materi negara maju dan negara berkembang merupakan materi

yang luas cakupannya dan bersifat abstrak sehingga harus ada kegiatan yang mendorong siswa

untuk bekerjasama dan saling membantu sehingga menjadikan siswa memahami materi tidak

hanya menghafal dan materi yang luas dapat dipelajari siswa dengan mudah dengan cara

bekerjasama dengan siswa lainnya untuk saling melengkapi. Salah satu metode pembelajaran

yang dapat digunakan adalah metode kooperative tipe jigsaw.

Page 233: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1280

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya. Jigsaw di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan orang lain, membangkitkan kerjasama antar anggota kelompok dan

mau menerima pendapat orang lain. Jigsaw tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tapi

mereka harus siap bekerja sama dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.

Oleh karena itu jigsaw dapat meningkatkan keterampilan bekerjasama, mengeluarkan pendapat,

menerima pendapat dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

Menurut Isjoni (2010: 58), model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level

dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun

keterampilan kelompok untuk belajar bersama, jenis materi yang paling mudah digunakan untuk

pendekatan ini adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial

membaca dan ilmu pengetahuan. Metode kooperatif tipe jigsaw mempunyai keunggulan, siswa

dilatih untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman, menyampaikan atau

mengkomunikasikan kepada anggota lain dan mengajarkan makna keberagaman kepada siswa.

Hal ini sesuai dengan konsep IPS, yakni mencetak siswa menjadi pribadi yang demokratis,

mampu bersosialisasi dan bermasyarakat. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memungkinkan

terciptanya situasi belajar yang menyenangkan, meningkatkan interaksi dan kerjasama siswa

baik terhadap kelompoknya maupun terhadap guru, serta menciptakan situsi belajar mengajar

yang kondusif. Adanya kompetisi dalam kelompok juga dapat menumbuhkan motivasi belajar

siswa yang nantinya berpengaruh terhadap hasil belajar dalam kelompok. Diskusi memfasilitasi

siswa untuk dapat berfikir kritis, bekerjasama, saling menyampaikan pendapat, menilai

kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman yang lain, mampu menerima perbedaan dan

menyumbangkan pikiran untuk memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi kelompok siswa

akan banyak menemukan perbedaan pandangan yang justru akan melatih mereka untuk dapat

menyatukan, meluruskan pendapat yang pada akhirnya akan menemukan konsep yang sama.

Dengan demikian dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi.

Menurut Aronson dkk, dalam Riyono, (2005:64), langkah pembelajaran Jigsaw (model

tim ahli) langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut : 1) Siswa dikelompokkan ke dalam = 4

anggota tiap tim, 2) Tiap orang dalam tim di beri bagian materi yang berbeda, 3) Tiap orang

dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan, 4) Anggota dari tim yang berbeda yang

telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli)

untuk mendiskusikan sub bab mereka, 5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota

kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang

mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, 6) Tim ahli

mempresentasikan hasil diskusi, 7) Guru memberi evaluasi, 8) penutup.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action

research, melalui dua siklus. Siklus I ada 2 pertemuan dan siklus II ada 2 pertemuan, jumlah jam

pelajaran IPS dalam satu minggu ada 4 jam pelajaran dimana 1 jam pelajaran 40 menit. Subyek

penelitian siswa kelas 9 H di MTs Negeri Batu pada semester ganjil tahun pelajaran 2015-2016.

Siswa yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas ini ada 32 siswa terdiri dari 13 putra dan

19 putri.

Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin seperti

disebutkan dalam Dikdasmen dalam saputra, (2011:46). Penelitian ini menggunakan rancangan

Page 234: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1281

penelitian tindakan kelas (classroom action research terdiri dari dan masing-masing siklus

terdiri dari empat tahap penelitian meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi: 1) Observasi, Observasi sebelum

tindakan dilakukan untuk mengetahui informasi tentang kegiatan pembelajaran di kelas yang

meliputi kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan observasi selama

tindakan berlangsung dilakukan pada saat tindakan penelitian. Tujuannya untuk melihat

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

2) Tes, Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif. Tes diberikan untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan, serta untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan yaitu proses

pembelajaran dengan menggunakan kooperatif learning tipe jigsaw.

Siklus 1

Perencanaan (planing), meliputi : a) menentukan SK, KD, materi, membuat RPP dan

skenario pembelajaran dengan kooperatif tipe jigsaw, sumber data, dan subyek penelitian, b)

menyiapkan lembar kerja siswa, menyusun lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan

lapangan, Koordinasi dengan guru serumpun.

Pelaksanaan tindakan, kegiatan ini terdiri dari kegiatan awal (apersepsi, motivasi dan

penjelasan tujuan pembelajaran), kegiatan inti (pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan yang direncanakan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw),

dan penutup (memberikan tes pada siswa untuk mengetahui ketercapaian KKM yang telah di

tetapkan.

Pengamatan dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan berlangsung. Proses

pengamatan dilakukan secara intensif dengan obyek yang di amati meliputi pengajar dan

aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar observasi telah disiapkan sebelumnya dan

lembaran catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi.

Refleksi, tahap ini dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan dan hasil

pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data yang di peroleh dari tes akhir,

observasi dan catatan lapangan. Tahapan refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan

dan menyimpulkan data. Hasil refleksi untuk melihat apakah siklus sudah mencapai kriteria atau

belum, penilaian terhadap hasil proses pembelajaran. Hasil refleksi dipergunakan juga sebagai

acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Siklus 2

Perencanaan (planing), meliputi : a) menentukan SK, KD, materi, membuat RPP dan

skenario pembelajaran dengan kooperatif tipe jigsaw, sumber data, dan subyek penelitian, b)

menyiapkan lembar kerja siswa, menyusun lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan

lapangan, Koordinasi dengan guru serumpun, c) menyiapkan media pembelajaran atlas, lem,

warna merah dan biru, manila.

Pelaksanaan tindakan, kegiatan ini terdiri dari kegiatan awal (apersepsi, motivasi dan

penjelasan tujuan pembelajaran), kegiatan inti (pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan yang direncanakan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw),

dan penutup (memberikan tes pada siswa untuk mengetahui ketercapaian KKM yang telah di

tetapkan.

Pengamatan dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan berlangsung.

Proses pengamatan dilakukan secara intensif dengan obyek yang di amati meliputi pengajar dan

aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar observasi telah disiapkan sebelumnya dan

lembaran catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi.

Page 235: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1282

Refleksi, tahap ini dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan dan hasil

pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data yang di peroleh dari tes akhir,

observasi dan catatan lapangan. Tahapan refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan

dan menyimpulkan data. Hasil refleksi untuk melihat apakah siklus sudah mencapai kriteria atau

belum, penilaian terhadap hasil proses pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Pada siklus 1 kegiatan pembelajaran diadakan dua kali pertemuan dengan langkah-

langkah pembelajaran sebagai berikut:

Perencanaan, membuat RPP dan skenario pembelajaran, menyusun media, menyusun lembar

kerja siswa, menyusun lembar observasi.

Pelaksanaan tindakan,

Kegiatan awal :

Guru : perhatikan kehidupan yang ada di sekelilingmu, bagaimana manusia dalam memenuhi

kebutuhannya sehari-hari ?

Siswa : ada yang dapat memenuhi kebutuhan dengan cukup, ada yang kurang dan ada yang

berlebih.

Guru : demikian juga dengan suatu negara, ada negara yang dapat memenuhi kebutuhan

dengan cukup, ada yang kurang dan ada yang berlebih.

Kegiatan inti

1) Di bentuk kelompok dengan cara berhitung 1 – 6 (kelompok ahli karakteristik/Ciri) dan

setiap siswa mendapat tugas sesuai abjad yang di dapat (1. Indonesia, 2. Australia, 3. Amerika

Serikat, 4. Brunei Darussalam, 5. Malaysia, 6. Jepang). Setiap siswa mendapat tugas sesuai

dengan nomer yang diperolehnya, 2) Setiap siswa yang mendapatkan nomer sama berkumpul

dan berdiskusi (kelompok ahli negara dengan tugas mengidentifikasi atau mencari informasi

tentang ciri/karakteristik masing-masing negara sesuai dengan yang didapatnya, 3) Setelah

selesai berdiskusi siswa (kelompok ahli negara) kembali ke kelompok asalnya (kelompok

karakteristik/ciri) untuk menyampaikan hasil diskusi, 4) Setelah di kelompok asal, kelompoh

ahli karakteristik menuangkan hasil diskusinya di lembar kerja, 5) Antar kelompok saling

berkunjung karya ke kelompok lain (A – B, B – C, dan seterusnya untuk mengamati hasil karya

dan memberikan komentar.

Penutup : tes dan refleksi

Observasi, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan

kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun.

Refleksi, hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis, selain itu juga hasil tes siswa.

Berdasarkan hasil observasi siklus I, dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa hal yang

harus diperbaiki antara lain ; 1) Awal penggunaan jigsaw mengalami kendala karena siswa

masih bingung dengan adanya dua kelompok ahli, 2) Pada saat diskusi di kelompok negara (tim

ahli negara) ada siswa yang tiduran malas untuk membaca setelah di dekati baru siswa

mengerjakan, 3) Guru kurang memancing pertanyaan kepada siswa, 4) Pada saat kegiatan

penutup (refleksi) ada siswa yang ketika di tunjuk tidak mau menjawab sehingga guru harus

menuntun siswa untuk menjawab

Page 236: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1283

PEMBAHASAN

Tabel. 1 Hasil penelitian Siklus-1

Rentang nilai siswa frekuensi Prosentase

57 – 65 7 21 %

66 – 74 4 13 %

75 – 83 4 13 %

84 – 91 9 28 %

92 – 100 8 25 %

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan metode kooperatif tipe jigsaw yang

dilaksanakan pada kelas 9 – H MTs Negeri Batu, Jika mengacu pada KKM terdapat 66% yang

memenuhi kriteria KKM yaitu 13% siswa mendapatkan rentang nilai 75-83, 28% siswa

mendapatkan rentang nilai 84 -91, 25% siswa yang mendapatkan rentang nilai 92-100.

Sedangkan 34% siswa yang tidak memenuhi kriteria KKM.

Siklus II

Perencanaan, membuat RPP dan skenario pembelajaran, menyusun media, menyusun lembar

kerja siswa, menyusun lembar observasi.

Pelaksanaan tindakan

Pembelajaran dilakukan dengan kooperatif tipe jigsaw yang terdiri atas : 1) Guru

menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan koopertif tipe jigsaw.

(kelompok sudah di bentuk sebelumnya dengan cara berhitung 1-6 dengan memperhatikan

siswa laki-laki dan perempuan. Tugas sesuai dengan nomer yang di dapat, (1. B. Asia, 2. B.

Eropa, 3. B. Afrika, 4. B. Australia dan selandia baru, 5. B. Amerika Utara dan 6. B. Amerika

Selatan), kemudian disebut tim ahli benua Benua, 2) Pada pertemuan sebelumnya siswa sudah

di beritahu untuk membentuk kelompok tim ahli dunia yang terdiri dari 6 benua, siswa

menentukan sendiri anggota kelompoknya), 3) Tim ahli benua membuat gambar peta benua

sesuai dengan yang di dapat, dan memberikan warna sesuai kesepakatan warna merah untuk

negara maju dan warna biru untuk negara berkembang, 4) Setelah selesai di tim ahli benua,

siswa kembali ke kelompok tim ahli dunia untuk diskusi hasil dari tim ahli benua secara

bergantian dan menenpelkan gambar benua di kertas manila sesuai dengan tempatnya, 5) Hasil

pekerjaan kelompok di tempel di dinding dan di beri lembaran untuk komentar dari kelompok

lain, 6) Antar kelompok saling berkunjung karya ke kelompok lain (A – B, B – C, dan

seterusnya untuk mengamati hasil karya dan memberikan komentar.

Observasi, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan

kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun.

Refleksi

1. Berdasarkan hasil observasi siklus II, dapat disimpulkan sebagai berikut ; 1) Siswa sudah

tidak bingung dengan metode jigsaw karena kelompok sudah di bentuk pada pertemuan

sebelumnya, 2) Guru menyediakan gambar benua untuk di gambar siswa, karena kalau

siswa mengambil dari atlas maka besarnya benua tidak sama ukurannya, 3) Ada dua siswa

yang tidak dapat kelompok di tim ahli I (kelompok dunia) di atasi dengan di masukkan ke

kelompok yang sudah ada, gambar benuanya di tempel yang terbaik karena ada dua siswa

yang membuat, 3) Ketika di bentuk kelokpok ahli II (kelompok benua sudah

memperhatikan gender) tapi pada saat kelompok ahli I (kelompok dunia) terjadi

pengelompokan siswa laki-laki sendiri dan perempuan sendiri, 4) Pada saat siswa masuk di

Page 237: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1284

tim ahli I (kelompok dunia) ada satu kelompok yang tidak lengkap membawa perlengkapan

yang harus di bawa sehingga harus pinjam ke kelompok lain, 5) Ada satu kelompok yang

menempatkan benuanya tidak sesuai tempatnya

Foto kegiatan diskusi tim ahli I

Foto ketika kunjung karya untuk memberikan komentar

Foto kelompok yang kurang tepat penempatan benuanya

Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus 2

Rentang nilai siswa frekuensi Prosentase

57 – 65 3 9 %

66 – 74 0 0 %

75 – 83 8 25 %

84 – 91 12 38 %

92 – 100 9 28 %

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan metode kooperatif tipe jigsaw yang

dilaksanakan pada kelas 9 – H MTs Negeri Batu, Jika mengacu pada KKM terdapat 91% yang

memenuhi kriteria KKM yaitu 25% siswa mendapatkan rentang nilai 75-83, 38% siswa

mendapatkan rentang nilai 84 -91, 28% siswa yang mendapatkan rentang nilai 92-100.

Sedangkan 9% siswa yang tidak memenuhi kriteria KKM.

Analisis data hasil belajar dilakukan dengan cara membandingkan nilai tes hasil belajar

pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui peningkatannya. Peningkatan hasil belajar siswa

kelas 9 – H MTs Negeri Batu dapat dilihat pada Tabel berikut :

Page 238: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1285

Tabel. 3 Perbandingan Hasil penelitian Siklus 1 dan Siklus 2

Rentang nilai siswa Siklus 1 Siklus 2

57 - 65 21 % 9 %

66 - 74 13 % 0 %

75 - 83 13 % 25 %

84 - 91 28 % 38 %

92 - 100 25 % 28 %

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas 9 H mata pelajaran IPS di MTs Negeri Batu, kemampuan siswa dalam

menjawab tes hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal itu ditunjukkan

dengan nilai rata-rata tes hasil belajar secara klasikal dan jumlah siswa yang lulus mengalami

peningkatan. Pada siklus I jumlah siswa yang mampu mencapai KKM berjumlah 66%,

sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang mampu mencapai SKM berjumlah 91%.

Peningkatan jumlah siswa yang lulus dari siklus I ke siklus II sebesar 25%.

Temuan penelitian yang diperoleh adalah pembelajaran dengan menggunakan

kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang baik dan dapat memberikan

perbaikan proses pembelajaran dalam perolehan hasil belajar IPS kelas 9 H MTs Negeri Batu.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa kooperatif learning tipe

jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi negara maju dan negara berkembang

(ciri negara maju dan berkembang beserta persebarannya di dunia) siswa kelas 9 H mata

pelajaran IPS di MTs Negeri Batu. Dengan deskripsi hasil sebagai berikut: rata2 nilai siklus 1

dan siklus 2 dari hasil tes siswa yang dibawah KKM (57-65) dari 34% menurun menjadi 9%,

sedangkan siswa yang diatas KKM ( 76- 100) siklus 1 sebesar 66% meningkat menjadi 91%,

siswa yang mendapatkan nilai (57-65) dari 21% menjadi 9%, siswa yang memperoleh nilai (66-

74) dari 13% menurun menjadi 0%, siswa yang memperoleh nilai(75-83) dari 13% meningkat

menjadi 25%, siswa yang memperoleh nilai (84-91) dari 28% meningkat menjadi 38%, dan

siswa yang mendapatkan nilai (92-100) dari 25% meningkat menjadi 28%.

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas penulis ingin menyampaikan saran yaitu

menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw pada kelas yang lain karena ada peningkatan hasil

belajar. Bagi guru, khususnya guru IPS sebagai informasi tentang alternatif pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode kooperatif jigsaw.

DAFTAR RUJUKAN

Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Riyono, Sugeng. 2005. Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Penelitian Tindakan Kelas).

Trenggalek: PGRI Kabupaten Trenggalek.

Saputra, Dian. 2011. Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SDN 09

Kepahiang Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. J-TEQIB, II (1) (43-50).

Suciati, dkk. 2014. IPS Buku Guru. Jakarta: Kemendikbud

Page 239: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1286

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn

KELAS VIIIb SMP IMMANUEL BATU MELALUI METODE

PEMBELAJARAN JIGSAW DAN DEMONSTRASI

Ratnawati Mistri Diani

SMP Immanuel Batu

ratnawati.m.diani @ gmail.com

Abstrak : Tujuan dalam penelitian ini untuk mengatasi masalah pembelajaran siswa

kelas VIIIb SMP Immanuel Batu, antara lain: (1) siswa memiliki minat membaca yang

rendah, (2) siswa pasif dalam belajar, (3) hasil ulangan masih banyak yang tidak tuntas,

(4) siswa memiliki daya ingat yang rendah. Sedangkan KKM yang ditetapkan adalah

75. Melalui penerapan Metode Jigsaw dan Demonstrasi. Penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian Tindakan Kelas melalui dua siklusdengan tahapan setiap siklusnya

ada dua pertemuan. Instrumen yang digunakan adalah yaitu dokumentasi dan test. Data

test dianalisis dengan menggunakan rata- rata nilai dan persentase ketuntasan belajar

klasikal. Berdasarkan nilai rata- rata persiklus akan meningkat. Pada pra siklus nilai

rata- rata siswa adalah 65.0, dan siklus 1 akan meningkat dengan nilai rata- rata 70.5 ,

dan nilai rata- rata pada siklus 2 adalah 80, sedangkan KKM yang di buat oleh guru

bidang studi PKn adalah 75.

Kata Kunci : hasil belajar, pembelajaran kooperatif Jigsaw dan demonstrasi

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang

dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilainya

adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya merupakan perubahan tingkah

laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran

hasil belajar dilakukan dengan menggunakan test hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif

berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan

pengajaran. Walaupun demikian, test dapat digunakan untuk mengukur atau menilai hasil

belajar dibidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2005).

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di

sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis

mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir

dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas

terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil tersebut merupakan hasil dari suatu

interaksi guru dan siswa. Dari sisi guru, pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan penggalan dan puncak proses belajar

(Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3)

Menurut Sudjana (2010:18) hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito dalam (Depdiknas, 2006: 125)

mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke

arah positif dan relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu

maka Wahidmurni,dkk (2010 : 18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan berhasil

dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya.

Permasalahan- permasalahan yang terjadi pada pembelajaran tentang Kedaulatan kelas

VIIIb di SMP Immanuel Batu diantaranya sebagai berikut: (1) siswa memiliki minat membaca

yang rendah, (2) siswa pasif dalam belajar, (3) hasil ulangan masih banyak yang tidak tuntas,

Page 240: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1287

(4) siswa memiliki daya ingat yang rendah dan siswa yang memiliki nilai KKM dibawah yang

ditetapkan masih cukup banyak. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi tersebut diperlukan

pembelajaran dengan metode Jigsaw dan demonsrasi.

Pembelajaran Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar

dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan

siswa bekerja sama saling ketergantungan, positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Menurut Lie (1993;73), Jigsaw mengkondisikan siswa memiliki banyak kesempatan untuk

mengemukakan pendapat, dan mengelola informasi yang didapat dan dapat meningkatkan

keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan

kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada

kelompoknya ( Rusman, 2008.203). Pembelajaran Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif

yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP,

1978). Model pembelajaran ini melatih siswa untuk berkesempatan menyampaikan

pendapatnya di depan umum, sekaligus melatih siswa untuk bertanggung jawab secara individu

terhadap keberhasilan kelompok belajarnya.

Model pembelajaran demonstrasi adalah model mengajar yang menggunakan peragaan

untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu

kepada peserta didik. Cara penyajian dengan memperagakan suatu proses kejadian. Melalui

demonstrasi akan lebih jelas dipahami siswa. Adapun pengertian demonstrasi menurut para ahli

antara lain Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/ 19990 mengemukakan bahasa

demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan peragaan dan pertunjukan kepada siswa

tentang suatu proses, situasi atau benda tertentuyang sedang dipeajari baik dalam bentuk

sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang di pertunjukkan oleh guruatau sumber belajar

lain. Dengan metode Jigsaw dan Demonstrasi yang dipilih oleh guru, diharapkan untuk dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIb di SMP Immanuel Batu tahun pelajaran 2015/

2016

METODE PENELITIAN

Rancangan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri empat tahapan yakni: perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi.

Tahap perencanaan meliputi : penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

berdasarkan waktu yang tersedia yaitu 2 x 40 menit,menyusun skenario pembelajaran pada

materi kedaulatan, menyusun kisi- kisi soal dan membuat alat evaluasi, mempersiapkan alat dan

bahan pembelajaran, membuat lembar observasi guru dan siswa beserta indikatornya.

Tahap pelakasanaan akan melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui tahapan

sebagai berikut : (1) guru akan menentukan tema dari bacaan buku yang relevan, (2)

Menyajikan materi yang akan di pelajari, (3) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok,

(4) guru membagi tugas masing kelompok untuk menunjukkan alat peraga sederhana, (5) guru

menanyakan alasan atau dasar peragaan yang dilakukan siswa(6) dengan kegiatan kerja

kelompok siswa guru akan mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kopetensi

yang ingin dicapai, dan (7) dilanjutkan untuk membuat kesimpulan dan rangkuman.

Tahap evaluasi akan dilakukan kegiatan sebagai berikut: urutan/ sistematika yang

dirinci ke dalam aspek yang dinilai yaitu (a) kemampuan menyampaikan pendapat, (b)

kemampuan memberikan argumentasi, (c) kemampuan memberikan kritik, (d) kemampuan

mengajukan pertanyaan, (e) kemampuan menggunakan bahasa yang baik, dan (f) kelancaran

berbicara. Penilaian dalam evaluasi menggunakan patokan skor sebagai berikut : (A) tidak baik,

skor 1 jumlah skor 24 – 30 = sangat baik, (B) Kurang baik skor 2 jumlah skor 18 – 23 = baik,

Page 241: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1288

(C) Cukup baik skor 3 jumlah skor 12 – 17 = cukup, (D) Baik skor 4 jumlah skor 6 – 11 =

kurang, (E) Sangat baik skor 5. Aktifitas guru dinilai dengan menggunakan lembar observasi

guru dan aktifitas siswa dinilai dengan menggunakan observasi siswa

Tahap refleksi meliputi kegiatan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang

menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil test. Hasil analisis

tersebut akan dipergunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan

sebagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus II.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Hasil penelitian pada siklus I dilakukan dua kali pembelajaran dengan langkah

pembelajaran sebagai berikut: persiapan pembelajaran, menyampikan materi pembelajaran,

membagi kelompok awal, bergabung dengan kelompok ahli, kembali pada kelompok awal,

presentasi hasil, menyimpulkan.

Persiapan yang dilakukan guru di awal pembelajaran siswa untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan berbagai media, alat, bahan yang diperlukan saat pembelajaran. Siswa

menyiapkan teman-temannya untuk memberi salam kepada guru. Guru melakukan absen pada

siswa dengan menanyakan, anak- anak siapa yang tidak hadir pada hari ini di kelas, lalu

jawaban siswa tidak hadir ada 1 siswa alpa belum ada kabar. Selanjutnya guru memeriksa

kebersihan kelas, karena ada beberapa sisa kertas ada dibawah meja, maka guru minta untuk

anak yang dekat dengan sisa kertas itu untuk mengambil dan membuang di tempat sampah.

Guru mulai merefleksi pada siswa tentang pembelajaran yang sudah lalu tentang Demokrasi

dan anak - anak sudah memahami.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan merumuskan pengertian kedaulatan

Rakyat, menyebutkan lembaga- lembaga pelaksana kedaulatan rakyat, dan menyebutkan

lembaga- lembaga pemegang kedaulatan rakyat. Selanjutnya guru melakukan tanya jawab

dengan siswa dengan dialog sebagai berikut.

G : Anak- anak coba kita melihat pada keluarga kita masing- masing, pernahkah

orang tua dari keluarga orang lain ikut mengatur rumah tangga keluarga kita ?

S1 : Tidak pernah Bu.

G : Lalu, mengapa orang tua kita jg tidak boleh ikut mengatur

rumah tangga keluaga yang lain?

S2 : Ya, memang tidak punya hak. Ya karena tidak punya hak.

G : Betul Fanny, memang yang tepat bahwa masing – masing keluarga punya

tanggung jawab kepada keluarga masing- masing, kalaupun ada permasalahan

dalam keluarga lain berarti kita tidak berhak ikut campur dalam urusan

keluarga mereka.

Dalam dialog tersebut materi yang akan diajarkan pada siswa tentang bagaimana suatu negara

tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara lain, guru melanjutkan dengan dialog

bersama siswa. Nah dari pertanyaan ibu tadi, hari ini kita akan membahas tentang kedaulatan,

berkaitan dengan kekuasaan.

Langkah pembelajaran berikutnya adalah guru melakukan pembagian kelompok siswa

yang terdiri 5- 6 siswa dengan nama kelompok tumbuhan antara lain: pohon kelapa, beringin,

palem, cemara, mangga, dan pinus. Masing-masing kelompok diberi identitas diri untuk

mempermudah pengenalan di setiap kelompok. Selanjutnya guru memberikan permasalahan

kepada setiap kelompok dengan permasalahan yang berbeda. Siswa melakukan diskusi di

kelompok masing- masing untuk memeroleh jawaban terhadap masalah yang ada. Misalnya

Page 242: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1289

untuk nomor 1, menyebutkan 5 macam kedaulatan yang pernah berlaku, nomor 2 menunjukkan

makna pentingnya kedaulatan, nomor 3 mendevinisikan pengertian dari kedaulatan, nomor 4

membedakan kedaulatan ke dalam dan kedaulatan keluar, nomor 5 menyebutkan lembaga

pelaksana kedaulatan RI, nomor 6 mencari contoh kedaulatan ke luar yang bisa dilakukan

bangsa Indonesia.

S1 : Wah apa saja kira- kira 5 macam kedaulatan yang pernah berlaku ?

S2 : Saya tahu kok kedaulatan rakyat ya, trus yang lain apa ada, yang di buku tida

ada

S1 : Bu guru, 5 macam kedaulatan itu apa ya bu, kok saya tidak pernah dengar

G : Diantara kalian siapa yang bawa buku sumber lain selain buku paket sekolah ?

S3 : Ya tidak bawa bu

G : Baik anak- anak ibu akan menunjukkan buku sumber lain, silahkan

sekarang kalian mencari dan menemukan

S4 : Bu, kedaulatan keluar itu, apa boleh kita ikut mengurus negara lain ?

G : Kedaulatan yang berkaitan dengan negara lain, bukan berarti kita boleh ikut mengurusi

urusan dalam negeri negara lain, tapi sebatas kerja sama dan saling membutuhkan

Dengan dialog yang dilakukan oleh guru bersama siswa maka siswa dapat menemukan

materi tentang 5 macam kedaulatan. Berdasarkan hasil kerja yang dilakukan oleh siswa

menunjukkan siswa mampu untuk mendiskripsikan tentang kedaulatan keluar

Berdasarkan hasil diskusi di kelompok awal, selanjutnya guru mempertemukan

perwakilan masing-masing kelompok pada kelompok ahli sesuai dengan nomor identitas dan

permasalahan yang sama. Saat kelompok ahli dipertemukan tidak menutup kemungkinan

terjadinya dialog, adapun dialog itu adalah :

S2 : Bu, ini saya melalui teman- teman kami bingung antara pengertian

kedaulatan dengan makna penting kedaulatan.

S2 : Bu, itu tadi kira- kira maksudnya apakah sama ?

G : Yang pasti berbeda, karena kedaulatan memiliki arti kekuasaan tertinggl

ada di tangan rakyat, tetapi kalau makna penting kedaulatan

S5 : Bu, contoh kedaulatan ke dalam itu, misalnya pemerintah membuat kebijakan

tentang kegiatan impor, apa bisa itu disebut kedaulatan ke dalam?

G : Bisa, karena tujuan pemerintah membatasi impor adalah agar kita tidak

terlalu bergantung kepada negara lain, juga agar kita

dapat menghargai hasil produksi dalam negeri kita sendiri. Nah, sekarang

coba mencari contoh yang keluarnya.

G : Mohon perhatian untuk semua kelompok, jika dianggap sudah

selesai semua pada masing- masing kelompok ahli bisa kembali ke

kelompok awal.

Melaui dialog yang dilakukan oleh guru dan siswa, maka dapat disimpulkan bahwa siswa

melalui pejelasan guru mampu mendiskripsikan contoh palaksanaan kedaulatan dalam serta

mencari contoh kedaulatan yang keluar.Hasil LKS yang di laksanakan adalah sebagai berikut :

Page 243: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1290

Gambar 1. LKS 1

Dari hasil kerja kelompok ahli yang sudah dilakukan dan dianggap semua sudah

memahami, maka sangat perlu bagi kelompok ahli untuk kembali pada kelompok awal untuk

menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya. Selanjutnya kita bisa melihat hasil dialog dari

masing- masing rekan kelompoknya.

S1 : Teman- teman coba dengarkan jawaban dari permasalahan saya, bahwa 5

macam teori kedaulatan yang pernah berlaku antara

lain adalah teori kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan Raja, teori kedaulatan

Negara, teori kedaulatan Hukum, teori kedaulatan rakyat.

G : Benar, mungkin untuk yang lain bisa disampaikan juga hasil

kerjanya, dan masing- masing bisa mencatat.

S2 : Kalau hasil saya begini, makna penting kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi

yang dimiliki oleh rakyat, dalam menjalankan dalam kehidupan negara,

kekuasaan pemerintahan harus berdasarkan persetujuan rakyat dan

dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

S3 :Pengertian kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi ada pada rakyat

S4 :Perbedaan kedaulatan ke dalam dan kedaulatan keluar adalah

kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh rakyat untuk mengatur

urusan pemerintah negaranya, sedangkan kalau yang bersifat keluar

adalah bagaimana cara pemerintah negara untuk

mengadakan hubungan kerjasama dengan negara lain.

S1 :Contoh kedaulatan keluar adalah kita masuk menjadi anggota ASEA, APEC,

OPEC, SEATO, NATO dan lainnya.

G :Apabila semua sudah mengerti hasil dari dialog antar anggota kelompok awal,

maka perlu untuk dipresentasikan di depan kelas,

maka perlu bagi guru untuk menunjuk perwakilan dari beberapa siswa sesuai nomor

peserta dalam kelompok. Antara lain nomor 1, diwakili oleh Ratna Eklesia, nomor 2

diwakili oleh Kevin Gabriano, nomor 3 diwakili oleh Joy Albert, nomor 4 diwakili

oleh Grace, dan nomor 5 diwakili oleh Eunike.

Kegiatan diskusi dan berdialog antar kelompok awal , kelompok ahli serta kembali

pada kelompok awal maka perlu dilakukan untuk presentasi yang akan diwakili oleh siswa

yang sudah ditunjuk. Adapun permasalahan yang akan dipresentasikan bisa di lihat dengan

dialog yang dilakukan sebagai berikut :

S1 : Hasil diskusi kelompok nomor 1, yaitu teori kedaulatan yang pernah berlaku

kami menemukan 5 macam yaitu teori kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan Raja,

teori kedaulatan Negara, teori kedaulatan Hukum, teori kedaulatan Rakyat.

G :Bagaimana dari klompok lain apakah ada tanggapan untuk perwakilan dari

Page 244: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1291

kelompok nomor 1 ?

G : Jika memang tidak ada, ibu akan menggaris bawahi, kalau teori kedaulatan yang

sudah disebutkan oleh nomor 1, itu sudah benar

dan urutannya juga sudah benar, tinggal ibu akan sampaikan untuk negara

menganut 2 teori kedaulatan Hukum dan teori

kedaulatan rakyat. Nah sekarang dilanjutkan dengan nomor berikutnya.

S2 : Menurut kelompok kami, makna pentingnya kedaulatan adalah kekuasaan

tertinggi yang dimiliki oleh rakyat, dalam menjalankan

dalam kehidupan negara, kekuasaan pemerintahan harus berdasarkan persetujuan

rakyat dan dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

G : Silahkan diamati, anak- anak, bagaimana jawaban dari kelompok 2, apa ada yang

kurang jelas?

S ; Sudah jelas bu.

G : ibu akan tambahkan sedikit untuk kelompok 2, selain ada pertanggungjawaban

yang dilakukan

rakyat tapi rakyat juga mempunyai kewenangan dalam hal pengawasaN

terhadap pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagaimana,

jelas ya ?

S3 : Dari jawaban kami pengertian kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi ada pada

rakyat

G : Bagaimana, ada yang mau di tanyakan, tidak bu.

G : Silahkan di lanjutkan untuk kelompok 4

S4 : dari kami, perbedaan kedaulatan ke dalam dan kedaulatan keluar

adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh rakyat untuk mengatur

urusan pemerintah negaranya, sedangkan kalau yang bersifat keluarga adalah

bagaimana cara pemerintah negara untuk mengadakan hubungan kerjasama

dengan negara lain.

G : Bagaimana anak- anak, mengerti apa belum ?

S : sudah bu.

G : Baiklah langsung kelompok terakhir, kelompok 5.

S5 : Kelompok kami membahas tentang, contoh kedaulatan keluar yang bisa

dilakukan oleh bangsa Indonesia yaitu masuk menjadi anggota ASEAN, APEC,

OPEC, SEATO, NATO dan lainnya.

G : anak- anak dari pendapat kelompok 6 apa ada yang mau menambah jawaban ?

S : Saya bu.Misalnya kita ada pertukaran pelajar, pertukaran tenaga ahli,

lomba seni budaya dan lain lainnya.

G ; Demikian anak- anak hasil diskusi kita pada siang hari ini.Silahkan disiapkan

alat tulisnya, kita akan kerjakan soal latihan yang sudah ibu siapkan.

Berdasarkan hasil nilai test pengamatan selama kegiatan pembelajaran, ada beberapa

hal yang menjadi perlu mendapat perhatian secara khusus, antara lain (1) dokumen diskusi yang

harus digunakan guru kurang siap, (2) kondisi siswa banyak yang sakit, (3) buku sumber tidak

lengkap, (4) siswa bingung dengan model pembelajaran yang sifatnya baru, (5) suasana diskusi

kurang hidup, (5) pembagian alokasi waktu yang kurang tepat.

Test yang dilakukan pada siklus I yaitu post test untuk mengetahui hasil yang dicapai

oleh siswa, setelah mengikuti proses pembelajaran pada pokok bahasan KD 5.1 tentang makna

kedaulatan rakyat. Dari hasil analisis hasil belajar pada siklus I, diperoleh nilai rata- rata 65dan

ketuntasan belajar secara klasikal adalah 70 termasuk kriteria cukup.

Page 245: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1292

Hasil pada siklus I belum menunjukkan kategori tuntas dalam belajar, karena dari 25

siswa yang mendapat nilai 75 keatas masih berjumlah 15 siswa, dan yang belum tuntas

berjumlah 10 siswa, Berdasarkan ketentuan dari BSNP yaitu kriteria ideal belajar secara

klasikal, apabila siswa di kelasmemperoleh nilai 7 keatas sebanyak 75% . (diadaptasi dari

Depdiknas, 2007: 62). Berdasarkan hasil test siklus I, dianggap belum tuntas dalam belajar.

analisis nilai test pada siklus I

1 Jumlah seluruh siswa 25

2 Jumlah siswa yang mengikuti test 25

3 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15

4 Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 10

5 Nilai rata- rata kelas 76,12

6 Ketuntasan belajar klasikal 60%

Ketidak tuntasan yang ada disebabkan : kesiapan guru kurang maksimal, media

pembebelajan kurang memadai, buku materi hanya bergantung satu sumber, intonasi suara guru

kurang keras, alat pembelajaran kurang disiapkan.

Adanya kelemahan- kelemahan yang ada pada siklus I ini tidak akan menjadi penghambat

untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu harapan pada siklus II akan

diupayakan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas VIIIb dengan sebaik- baiknya.

Siklus II

Hasil penelitian pada siklus II dilakukan dua kali pembelajaran dengan langkah

pembelajaran sebagai berikut: persiapan pembelajaran, menyampikan materi pembelajaran,

membagi kelompok awal, bergabung dengan kelompok ahli, kembali pada kelompok awal,

presentasi hasil, menyimpulkan.

Persiapan yang dilakukan guru di awal pembelajaran siswa untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan berbagai media, alat, bahan yang diperlukan saat pembelajaran. Guru

mengajak siswa untuk melakukan kegiatan renungan bersama dalam rangka meningkatkan

keimanan sebagai dasar untuk mengakui adanya kekuasaan Tuhan yang memimpin kehidupan

umatnya. Renungan dipimpin guru selama 15 menit yang diikuti siswa dengan membaca kitab

suci yang sudah disiapkan. Dan selanjutnya siswa menyiapkan teman-temannya untuk memberi

salam kepada guru. Guru melakukan absen pada siswa dengan menanyakan, anak- anak siapa

yang tidak hadir pada hari ini di kelas VIIIb sekarang ini, lalu jawaban siswa tidak hadir ada 2

siswa alpa belum ada kabar. Selanjutnya guru memeriksa kebersihan kelas, karena ada

beberapa sampah kertas ada dibawah meja, maka guru minta untuk anak yang terdekat dengan

sisa kertas itu untuk mengambil dan membuang di tempat sampah. Guru mulai merefleksi pada

siswa tentang pembelajaran yang sudah lalu tentang pengertian kedaulatan,makna kedaulatan,

macam- macam kedaulatan, teori kedaulatan ke dalam dan teori kedaulatan keluar.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan merumuskan tentang, tugas dan

kewajiban MPR sesuai dengan UUD 1945 hasil amandemen, Fungsi DPR, hak- hak DPR, tugas

dan fungsi DPD . Selanjutnya guru melakukan tanya jawab dengan siswa dengan dialog

sebagai berikut.

G : Anak- anak silahkan kalian membentuk kelompok, dan satu kelompok

berjumlah 6 orang.

S : Bu tapi kelompok kami jumlahnya tidak lengkap

G : Sisanya nomor 1 sampai 4 saja

Page 246: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1293

Guru langsung membagikan amplop yang berisi nomor peserta diskusi, kertas

permasalahan, lalu siswa berkumpul dengan tim ahli untuk membahas masalah yang diberikan.

Saat siswa mengerjakan masalah dalam kelompok, sambil mengamati kegiatan diskusi, guru

berkeliling ke masing- masing kelompok untuk memeriksa apa ada kesulitan, sekaligus

memberi nilai pada siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi. Guru menyampaikan penilaian

dalam diskusi kelompok antara lain: Sikap, keaktifan, wawasan, kemampuan dalam

menyampaikan pendapat, kerjasama. Kelompok pohon cemara ada yang tidak tidak jelas

dengan tugas DPR tentang fungsi anggaran. Demikian dialog itu dapat digambarkan sebagai

berikut:

S : Bu, saya mau bertanya, ada yang tidak jelas.

G : Iya nak, apa yang menjadi permasalahan

S : Bu, saya tidak mengerti apa yang dimaksud DPR mempunyai fungsi anggaran?

G : Nah, anak- anak, ini ada persoalan, teman kalian tidak mengerti, apa yang

dimaksud DPR memiliki fungsi anggaran? Siapa diantara kalian yang

mengerti atau pernah mendengar istilah tersebut.

G : Ayo, siapa yang mau menjawab, ada anak- anak? Tidak ada yang tahu ?

S : Tidak tahu bu.

G : Coba di cari di buku materi yang lain, kira– kira apa ada nak?

S : Bu buku materi kami cuma satu, dan itu tidak ada jawabannya bu.

G : Baiklah anak- anak jika kalian tidak menemukan dan tidak mengerti, maka

ibu jelaskan.

Yang dimaksud dengan DPR mempunyai fungsi anggaran bahwa DPR punya

tugas untuk menetapkan APBN, APBN di buat untuk satu tahun anggaran.

S : Lho bu, bedanya dengan RAPBN itu apa ?

G : Anak- anak, siapa yang tahu, apa perbedaan antara APBN dan RAPBN ?

S : Kalau RAPBN itu masih berupa rencana bu.

G : Benar nak, jika memang dikatakan RAPBN maka itu masih berupa rencana

anggaran, tetapi kalau APBN, itu sudah disahkan dan bisa untuk

dilaksanakan.

Baik anak- anak, dari sini apa masih ada yang belum jelas ?

S : Sudah bu.

G : Baiklah anak – anak kita akan lanjutkan untuk materi yang lain.

Dari dialog yang ada, maka guru bisa menarik kesimpulan siswa dapat menjelaskan

fungsi anggaran yang dimiliki oleh DPR dan siswa juga dapat membedakan antara perbedaan

APBN dan RAPBN melalui tanya jawab dengan guru.

Berdasarkan hasil diskusi di kelompok awal, selanjutnya guru mempertemukan

perwakilan masing-masing kelompok pada kelompok ahli sesuai dengan nomor identitas dan

permasalahan yang sama. Saat kelompok ahli dipertemukan tidak menutup kemungkinan

terjadinya dialog, adapun dialog itu adalah sebagai berikut:

S : Bu, kami mau bertanya apa boleh?

G : Iya nak, silahkan apa yang belum mengerti ?

S : Bu, untuk syarat calon presiden dan wakil presiden, kenapa masa jabatannya

kok harus di batasi?

G : Nah, ini ada pertanyaan, siapa kira- kira yang tahu, apa yang menjadi alasan,

mengapa kekuasaan presiden harus dibatasi? Ada yang tahu anak- anak?

S : Supaya tidak korupsi bu.

G : Benarkah seperti itu anak- anak ?

Page 247: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1294

S : Supaya tidak sewenang- wenang bu?

G : Nah, apa yang disampaikan teman kalian tidak salah, ibu menambahkan kalau

jabatan presiden tidak dibatasi maka tindakan presiden bisa menyalahi aturan

yang berlaku, seperti yang dikatakan teman kalian tadi, bisa korupsi, bisa juga

akan menyala gunakan kekuasaannya.

G : Bagaimana, bisa dipahami anak- anak?

S : Bisa ibuk.

Dengan interaksi yang di lakukan, siswa mampu mengerti alasan terhadap pembatasan

pada masa jabatan presiden.

Kegiatan selanjutnya, guru menunjuk salah satu perwakilan dari masing- masing kelompok

diskusi untuk menampilkan hasil diskusi pada kelompok ahli.

Kelompok yang akan mewakili adalah dari kelompok nomor urut 3, yang akan diwakili oleh

Fiona Beby.Demikian bisa kita lihat hasil interaksi yang terjadi:

G : Baik anak- anak, untuk siang ini kelaompok yang akan presentasi adalah

kelompok dari nomor 3 yang akan diwakili oleh Fiona Beby, Ayo silahkan

dari perwakilan kelompok 3

S : Iya buk, saya akan mempresentasikan hasil dari kelompok nomor 3.

G : Setelah disampaikan oleh hasil kerja kelompok 3, mungkin ada yang mau

ditanyakan dari kelompok lain?

S : Tidak ada bu.

G : Kalau tidak ada yang bertanya ( jawaban siswa secara serentak)

Kegiatan dilanjutkan dengan mengerjakan tugas LKS berkaitan dengan hak- hak

MPR,Syarat calon presiden dan wakil presiden, kekuasaan presiden, kedudukan dan kewajiban

dari BPK, kekuasaan MA,wewenang MA

Dalam LKS yang disampaikan guru, dapat menghasilkan

Kegiatan diskusi pada Siklus II

Gambar 2. Guru memberi penjelasan pada siswa yang belum paham

Gambar 3. Presentasi hasil diskusi kelompok ahli

Page 248: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1295

Gambar 4 : LKS siklus II

Berdasarkan pengamatan pada siklus I dan siklus II nampak ada peningkatan hasil

belajar siswa.Siswa mulai antusias dan bersemangat dalam belajar, dan bisa dilihat keterlibatan

siswa dalam belajar, siswa tidak lagi bekerja sendiri- sendiri, tetapi siswa sudah mulai mengerti

saat diskusi perlu adanya kerjasama, siswa mulai berani menyampaikan pendapatnya, siswa

dalam mencari hal yang baru mereka juga punya inisiatif untuk mencari buku sumber di

perpustakaan. Guru menambah sarana pembelajaran yang menarik dengan membuat tampilan

pada LCD, juga media yang menarik agar siswa bersemangat dalam belajar.

Dan sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, rata- rata ketuntasan

hasil belajar siswa memenuhi kriteria yang sangat baik. Siswa yang mengalami tuntas belajar

sudah melebihi dari 75%, sehingga penelitian ini dianggap dapat meningkatkan hasil belajar

siswa yang berupa peningkatan ketuntasan dan nilai rata- rata dari nillai pelaksanaan

pembelajaran siklus II.

Saat pembelajaran dengan menggunakan penuturan kata- kata (cerama) dalam proses

pembelajaran ternyata tidak menunjukkan hasil yang maksimal, berkaitan dengan peningkatan

hasil belajar siswa. Oleh karena itu supaya hasil belajar lebih bermakna, maka perlu di pikirkan

bentuk- bentuk media pembelajaran dan alat pembelajaran yang menarik dan membuat siswa

bersemangat untuk belajar. Dengan demikian pemilihan bentuk- bentuk media pembelajaran

dan alat pembelajaran sesuai dengan kepentingannya, maka akan meningkatkan hasil belajar

siswa yang diharapkan.

PENUTUP

Penerapan model pembelajaran jigsaw yang menggunakan sistem demonstrasi dapat

meningkatkan hasil belajar siswa Pkntentang kedaulatan rakyatdi SMP Immanuel Batu , hal ini

dapat ditunjukkan dari hasil analisis data yang dapat dilihat dalam proses pembelajaran, dari

kondisi awal siswa yang tuntas belajar 50% meningkat pada siklus I yang tuntas belajar 65%

dan meningkat lagi pada siklus II siswa yang tuntas 85%.

Dengan demikian siswa menjadi bersemangat, aktif, berani mengemukakan pendapat, dan rajin

untuk membaca buku sumber yang lain, serta di beri alat dan media pembelajaran sesuai dengan

kepentingan pembelajaran maka peningkatan hasil pembelajaran menjadi meningkat dan

menyenangkan.

DAFTAR RUJUKAN

Rasyid, H dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar, Yogyakarta: CV Wacana

Prima

Lie. 1993: 73 Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw. File///F/Model Pembelajaran

Kooperatif Jigsaw (hari kamis jam 11.00)

Page 249: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1296

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SMP

MUHAMMADIYAH 2 BATU KELAS VIII DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN STAD

Hermi Sugiarti

SMP Muhammadiyah 2 Batu

[email protected]

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran kooperatif

STAD siswa kelas VIII SMP MUHAMMADIYAH 2 BATU sebagai berikut:(1) siswa

malas belajar dan tidur – tiduran, (2) siswa kurang antusias, (3) siswa mudah lupa

dengan yang diajarkan guru, dan (4) KKM siswa masih ada beberapa anak yang belum

tuntas. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas yang

dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan observasi. Metode pembelajaran STAD dilaksanakan dengan langkah-

langkah sebagai berikut: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor, dan penghargaan

kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan

langkah-langkah: guru menjelaskan materi, diskusi kelompok materi kedaulatan,

presentasi dan kuis dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar

dari siklus I skor rata-rata 80,47 menjadi 85,60 pada siklus II.

Kata Kunci: hasil belajar, pembelajaran PKn, metode STAD

Pada dasarnya Pendidikan di Indonesia sangat penting, karena dapat mengantarkan

bangsa Indonesia pada kehidupan yang lebih baik. Untuk mengetahui difinisi pendidikan dalam

perspektifkebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana

termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni: pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (wordpress.com diunduh 28 Pebruari 2016).

Seorang guru dalam proses pembelajaran tugasnya tidak hanya menyampaikan

seperangkat materi pelajaran kepada siswa, melainkan juga bertanggung jawab dalam

membantu dan membimbing siswa untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Untuk itu peran

guru dalam memberikan motivasi demi peningkatan hasil belajar sangat dibutuhkan siswa,

karena bakat, minat, potensi, dan motivasi masing-masing berbeda. Dalam upaya membantu

peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara guru dihadapkan pada berbagai masalah di antaranya:

(1) sarana prasana yang kurang memadai, (2) ketersedian peralatan dan media pembelajaran, (3)

ketersediaan buku bacaan siswa, dan (4) proses belajar mengajar.

Khususnya proses belajar mengajar di SMP MUHAMMADIYAH 2 Batu, terdapat

permasalahan sebagai berikut: (1) siswa malas belajar dan tidur-tiduran, (2) siswa kurang

antusias, (3) siwa mudah lupa dengan apa yang diterangkan guru, dan (4) nilai KKM siswa

masih ada beberapa anak yang belum tuntas. Untuk mengatasi masalah pembelajaran di atas

diperlukan penerapan model pembelajaran STAD. Keunggulan model pembelajaran STAD

menurut Isjoni (2010) antara lain: (1) setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan

kontribusi yang subtansial kepada kelompoknya , dan posisi setara. (2) menggalahkan interaksi

secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik (3) Membantu

Page 250: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1297

siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih banyak, (4) melatih

siswa dalam mengembangkan aspek kecakapkan sosial disamping kecakapan kognitif.

Model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran yang efektif menyenangkan

dan merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif sederhana dan mudah untuk

dilaksanakan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang terdiri dari tiga

sampai enam siswa. Pembelajaran STAD yang dilakukan dengan cara membuat team belajar

yang mempunyai anggota 4 siswa untuk membuat kelompok ini, siswa tidak boleh memilih

sendiri, lebih baik guru yang melakukan pembagian kelompok. Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan tingkatan kerjanya, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Ini akan membuat

kelompok lebih random. Terdapat 5 komponen yang harus diperhatikan dalam model

pembelajaran STAD yaitu: (1) penyajian kelas, (2) belajar kelompok, (3) kuis, (4) skor, dan (5)

penghargaan kelompok.

Model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran yang melibatkan siswanya

dalam proses pembelajaran. Tak hanya guru menjelaskan di depan kelas dan siswa mencatat

semuanya tampa ada interaksi yang effektif. Sebagai guru harus bisa menciptakan suasana yang

menyenangkan. Menurut Slavin dalam Rusman (2012:214), pembelajaran STAD merupakan

variasi pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dalam

pembelajaran.

Sintaks Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) terdiri dari:

(1) guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara hiterogen, (2)guru menyajikan

pembelajaran (3) guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota

kelompok, (4) peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota

kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti, (5) guru memberi

kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik

tidak boleh saling membantu, (6) guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang

memiliki nilai/poin tertinggi, (7) guru memberikan evaluasi, dan (8) penutup.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian

Upaya meningkatan hasil belajar PKn di SMP Muhammadiyah 2 Batu Kelas VIII dengan model

pembelajaran STAD. Penerapan metode pembelajaran STAD diharapkan dapat mengatasi

permasalahan belajar siswa dan meningkatkan hasil belajarnya.

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan pembelajaran. Subjek

penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Kota Batu tahun

pelajaran 2015-2016, pada mata pelajaran PKn yang terdiri satu orang guru dan 15 siswa, terdiri

dari 8 laki-laki, dan 7 perempuan. Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 2 Maret 2016

sampai 30 Maret 2016. Materi yang digunakan adalah “Makna Kedaulatan”

Masing-masing siklus, terdiri dari dari empat tahapan penting yaitu: a) perencanaan

(planning); b) pelaksanaan tindakan (action); c) pengamatan (observatian); dan d) refleksi

(reflection). Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur yang

membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali kelangkah semula

(Arikunto, 2006).

Langkah awal dalam penilitian ini mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam

proses pembelajaran PKn di kelas VIII SMP MUHAMMADIYAH 2 BATU. Berdasarkan

temuan masalah, dilakukan analisis masalah yaitu suatu upaya untuk menemukan akar penyebab

masalah. Pelaksanaan tindakan sebagai altenatif pemecahan masalah ditetapkan berdasarkan

hasil analisis masalah.

Page 251: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1298

Langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan

pada tahap perencanaan antara lain: (1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP )

beserta skenario pembelajaran STAD dengan materi pembelajaran Makna Kedaulatan, (2)

membuat soal evaluasi pilihan ganda dan esay untuk dikerjakan di kelas , (3) membuat lembar

observasi untuk untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada waktu pembelajaran

dengan pembelajaran Makna Kedaulatan.

Setelah perencanaan selesai, kemudian dilakukan tindakan pembelajaran. Pada tahap

pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan skenario pembelajaran

yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan ini, Penulis bertindak sebagai guru, sedangkan

yang bertindak sebagai observer adalah guru sejawat atau serumpun.

Rancangan siklus II dilakukan seperti pada tahapan siklus I dengan beberapa modifikasi

jenis evaluasi dengan tes pilihan ganda saja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menerapkan pembelajaran STAD pada materi makna kedaulatan.

Penelitian dilakukan dalam 2 siklus yang dipaparkan seperti berikut.

Siklus 1 pertemuan 1

Kegiatan awal pembelajaran dilakukan dengan memberikan motivasi dan menggali

pengetahuan awal melaui tanya jawab.

G: anak – anak apakah yang dimaksud kedaulatan

S: kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara

G: Benar, jadi kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara,sekarang siapa

yang tahu pengertian Kedaulatan Rakyat .

S: Kedaulatan Rakyat adalah: Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat.

G: baiklah, sekarang apa ada hubungan dengan landasan negara kita

S: Ada bu, Pancasila dan UUD 1945

Dari dialog tersebut siswa sudah memahami materi prasyarat terkait dengan

Kedaulatan. Sehingga siswa sudah siap untuk melanjutkan pembelajaran. Dalam hal ini guru

melanjutkan ke kegiatan inti dengan membentuk kelompok.

G: kita sekarang membentuk kelompok diskusi ,masing – masing kelompok beranggotakan 4

orang.

S: iya bu.

G: masing –masing kelompok silahkan menunjuk ketua kelompok ,dan mengambil materi

diskusi

S: iya bu ,saya kelompok satu, saya kelompok dua, saya kelompok tiga ,saya kelompok empat.

Materi nya apa “ bu “

Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 membahas materinya

menjelaskan pengertian kedaulatan menurut para ahli, kelompok 2 membahas materi

“membedakan makna kedaulatan kedalam dan keluar”, kelompok membahas materi

“menjelaskan sifat – sifat kedaulatan”, dan kelompok 4 membahas materi “menyebutkan teori –

teori kedaulatan”.

Kegiatan berlanjut pada diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok, guru berkeliling

untuk memantau aktivitas diskusi. Dalam pemantauan guru ada kelompok yang mengalami

masalah. Guru mendekati dan mengajak dialog seperti berikut.

Page 252: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1299

G: mengapa kamu tidak aktif dalam diskusi mas,ibu perhatikan kamu bermalas –

malasan,tidurdan menganggu teman lainnya.

S: ngantuk bu, kemarin dirumah ada acara.jadi saya tidak bisa belajar.

G: coba sekarang kamu baca dulu materi makna kedaulatan dan bukunya silahkan dikeluarkan

supaya kamu dapat ikut beraktivitas.

S: iya bu.

Pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan penutup. Kegiatan yang dilakukan guru

adalah memberikan evaluasi dengan memberikan tes dan tugas selanjutnya.

G: anak –anak kumpulkan hasil diskusi kalian dan masing masing kelompok mempresentasikan

kedepan satu persatu.

S: iya bu.

G: baiklah ,silahkan kelompok I mempresentasikan hasil diskusi kalian dan diikuti kelompok

yang lain.

S: siap bu

G: anak – anak karena waktunya sudah habis kita lanjutkan presentasi kalian minggu depan

lalu ulangan materi hari ini.

Siklus I Pertemuan 2

Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah menanyakan materi sebelumnya.

G; anak –anak masih ingatkan materi yang lalu.

S: masih bu,makna kedaulatan

G: bagus ,sekarang kita lanjutkan presentasi kelompok yang lain.

Kegiatan dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang lain serta

guru beserta siswa mengambil kesimpulan bersama – sama. Kegiatan penutup. Kegiatan yang

dilakukan guru adalah memberikan evaluasi dengan memberikan tes dan tugas dirumah

merangkum materi peran lembaga – lembaga negara.

Berdasarkan pengamatan siklus 1 terhadap proses pembelajaran, ditemukan beberapa

permasalahan yaitu siswa belum mengerti akan materi yang didiskusikan dalam kelompoknya

karena siswa belum belajar,sehingga membuat keributan, malas – malasan, tidak aktif. Serta ada

beberapa masalah yang berkaitan dengan guru antara lain guru menerangkan terlalu cepat,

media pembelajarannya kurang memadai ,sarana prasananya kurang Akibatnya hasil belajar

siswa pada materi makna kedaulatan dari 15 siswa yang mencapai ketuntasan pada saat ulangan

hanya 10 orang. Hasil analisis nilai tes pada siklus I di sajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Tes Siklus I

Jumlah seluruh siswa 15

Jumlah siswa yang mengikuti tes 15

Jumlah siswa yang tuntas 10

Jumlah siswa yang tidak tuntas 5

Nilai rata – rata kelas 80,47

Ketuntasan belajar klasikal 66,67 %

Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat dijelaskan bahwa dari jumlah siswa yang sudah

tuntas dalam belajar sebanyak 10 siswa atau 66,67 %. Beberapa kendala belum tercapainya

ketuntasan siswa secara optimal dimungkinkan siswa masih belum konsentrasi penuh, siswa

Page 253: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1300

masih suka gaduh, ssebagian siswa masih tidur-tiduran karena mengalami kelelahan kerja

membantu orang tua.

Beberapa kendala yang dihadapi guru pada siklus I direfleksikan dan diperbaiki pada

siklus II.

Siklus II pertemuan I

Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah menanyakan materi pembelajaran hari ini

dengan terkaitan materi pertemuan minggu yang lalu.

G: anak – anak apakah materi peran lembaga – lembaga negara ada kaitannya dengan materi

makna kedaulatan rakyat

S: ada bu ,karena lembaga –lembaga negara yang kita pilih adalah wakil - wakil yang duduk

di pemerintahan tingkat I dan tingkat II.

G: bagus

Pembelajaran berikutnya guru memberi motivasi pada siswa dengan memberikan pertanyaan

sebagai berikut:

G: siapa yang bisa menyebutkan lembaga –lembaga negara kita.

S: Saya bu. MPR, PRESIDEN dan WAKILNYA, DPR, DPD

G: benar ,masing banyak wakil –wakil kita selain yang disebutkan oleh teman kamu. Contohnya

: BPK, dan lembaga –lembaga Yudikatif ( MA,MK, KY ).

Dari dialog tersebut siswa sudah memahami materi prasarat terkait materi Peran

Lembaga – lembaga Negara pelaksana Kedaulatan, sehingga siswa sudah siap melanjutkan

pembelajaran. Dalam hal ini guru melanjutkan ke kegiatan inti dengan membagi kelompok

diskusi.

G: anak – anak sekarang ibu guru akan membagi kelompok diskusi, masing – masing kelompok

terdiri dari 3 atau 4 orang, dengan pembagian kelompok sebagai berikut.

Kelompok I : membahas tugas dan kewajiban MPR sesuai dengan UUD 1945 hasil

amandemen.

Kelompok II : membahas tugas dan kewajiban Presiden.

Kelompok III : membahas tugas dan kewajiban DPR.

Kelompok IV : membahas tugas dan kewajiban DPD.

G: silahkan ambil bahas diskusi, tunjuk ketua kelompok diskusi kamu, dan nilai yang akan ibu

ambil dalam diskusi adalalah sikap, kerjasama, tepat waktu dan kemampuan mengemukakan

pendapat, sudah paham.

S: sudah bu.

Kegiatan berlanjut pada diskusi kelompok .guru berkeliling untuk melihat aktivitas

siswa serta memberi penilaian. Dalam pemantauan guru masih ditemukan siswa yang dalam

kelompoknya tidak aktif, menggangu temannya, ngantuk. Guru mendekati dan mengajak dialog.

G: mbak kenapa kamu tidak ikut diskusi dalam kelompokmu,ibu perhatikan tidak aktif,

mengganggu dan tidur –tiduran

S: saya belum belajar bu,kemarin sakit.

G: baiklah sekarang silahkan ikut diskusi biar dapat nilai.

S: baik bu.

Page 254: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1301

Setelah waktu yang ditentukan dalam diskusi kelompok habis kegiatan selanjutnya

adalah guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi.

G: anak-anak silahkan kumpulkan hasil diskusi kalian, masing –masing kelompok

mempresentasikan kedepan, kelompok siapa yang maju dulu.

S: kelompok I bu

G: silahkan. Setelah kelompok I,diikuti kelompok yang lain ya.

Setelah kegiatan presentasi selesai guru dan siswa membahas hasil diskusi dan

pemberian tugas akhir. siswa mencari tugas di internet tentang pembelajaran peran lembaga –

lembaga negara yang berkaitan MA, BPK, PD , KPU. Setelah pemberian tugas guru

mengakhiri dengan salam

Siklus II pertemuan II

Pembelajaran pada siklus II dilanjutkan dengan materi peran lembaga –lembaga negara

yang berkaitan dengan DPD, DPRD, KPU dan KY. Kegiatan pembelajaran pada siklus II

pertemuan II diawali dengan memberikan pertanyaan tentang materi sebelumnya dan

memberikan motivasi kepada siswa.

G: anak – anak pertemuan kita minggu yang lalu tentang apa.

S: peran lembaga – lembaga negara bu.

G: bagus , coba sebutkan kembali lembaga –lembaga negara yang kamu ketahui.

S: MPR, PRESIDEN, DPR, DPRD, MA, dll bu.

G: baiklah sekarang kita lanjutkan materi pembelajaran dengan membahas peran lembaga

lembaga negara dalam diskusi kelompok.

Kegiatan inti : kegiatan pembelajaran diawali guru membentuk kelompok diskusi.setiap

kelompok terdiri dari 3 atau 4 orang.

Kelompok I : membahas tugas dan kewajiban DPD.

Kelompok II: membahas tugas dan kewajiban DPRD.

kelompok III: membahas tugas dan kewajiban KPU.

Kelompok IV: membahas tugas dan kewajiban KY.

Dalam pelaksanaan diskusi kelompok, guru berkeliling memberikan penilaian serta

memberikan bimbingan pada kelompok yang belum bisa memecahkan masalahnya. dalam

pantauan guru siswa sudah aktif dan kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi oleh

masing masing kelompok.

Setelah masing –masing kelompok selesai presentasi, guru mengambil kesimpulan hasil

diskusi bersama – sama siswa dan dilanjutkan ulangan. Guru melakukan refleksi menanyakan

kembali manfaat pembelajaran hari ini dan pemberian tindak lanjut untuk pertemuan

selanjutnya. Hasil tes siklus II disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Tes Siklus II

Jumlah seluruh siswa 15

Jumlah siswa yang mengikuti tes 15

Jumlah siswa yang tuntas 13

Jumlah siswa yang tidak tuntas 2

Nilai rata – rata kelas 85,60

Ketuntasan belajar klasikal 86,67 %

Page 255: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1302

Berdasarkan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II dengan memperhatikan

refleksi perbaikan pada siklus I diperoleh data rata –rata hasil belajar pada siklus II mencapai

84,07 dengan ketuntasan belajar klasikal 86,67 %

Hasil belajar yang diuraikan diatas menggambarkan bahwa pembelajaran berjalan

dengan baik dan menyenangkan. Siswa sudah dapat berdiskusi dengan kelompoknya,setiap

kelompok sudah dapat meningkatkan kualitas hasil diskusinya, sehingga pelaksanaan diskusi

bisa tepat waktu, akhirnya dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar sudah ada peningkatan dan

dapat diakhiri,bagi siswa yang belum tuntas diberikan remidi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data,maka dapat diambil kesimpulan:

penerapan Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa SMP

MUHAMMADIYAH 2 batu. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar. Pada siklus I nilai rata -

rata kelas sebesar 80,47 dengan ketuntasan klasikal 66.67 % dan meningkat pada siklus II

dengan nilai rata – rata kelas 85.60 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 86.67%

berdasarkan kriteria yang ditentukan sekolah nilai KKM 75. siswa sudah banyak yang dapat

mencapai ketuntasan.

Hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan hasil belajar PKn, siswa melalui

diskusi dengan menggunakan metode STAD tidak lepas dari kerjasama yang baik antara guru

dan siswa . Karena guru sebagai motivator sehingga memotivasi siswa agar tetap menggunakan

kelompok dalam memecahkan soal – soal dan siswa menerima dengan baik motivasi yang

diberikan dari guru,karena siswa sudah dapat mengambil manfaatnya ,sehingga peningkatan

hasil belajar siswa setiap siklus menunjukkan hasil maksimal.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2015. Penelitian tindakan Kelas ( Edisi refisi ). Yogjakarta . Bumi Aksara.

Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif , Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi. Yogjakarta:

Pustaka Pelajar.

Rusman, 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

-----, 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Wordpress .com di unduh 28 Pebruari

2016.

Page 256: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1303

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR

MELALUI METODE CURAH PENDAPAT PADA SISWA KELAS IX.1

SMP MUHAMMADIYAH 8 BATU

Edy Susanto

SMP Muhammadiyah 8 Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran

PKn di Kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu sebagai berikut: siswa kurang aktif

dalam kegiatan diskusi, siswa kurang berani menyampaikan pendapat, siswa belum

terbiasa mengemukakan pendapat dalam forum diskusi, dan siswa yang belum

mencapai KKM sebesar 61 %. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan

kelas dengan dua siklus dengan tahapan setiap siklusnya meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi melalui metode pembelajaran curah pendapat.

Hasil penelitian siklus I: terjadi peningkatan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok

dan capaian KKM sebesar 75 % siswa memenuhi ketuntasannya. Hasil penelitian siklus

II: terjadi peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab serta

capaian KKM sebesar 89 % siswa memenuhi ketuntasannya.

Kata kunci: partisipasi belajar, hasil belajar, metode curah pendapat

Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi prioritas utama dari program pendidikan

nasional pada saat ini. Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (Trianto, 2010:1).

Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam melaksanakan pembelajaran, peran

yang strategis tersebut membawa dampak bahwa seorang guru harus memiliki berbagai

kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh

seorang guru dalam meningkatkan kompetensi profesinya yaitu kemampuan mengembangkan

model atau strategi pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, khususnya dalam pembelajaran PKn, terdapat

beberapa kesulitan dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi

atau tanya jawab. Hal ini terjadi di SMP Muhammadiyah 8 Batu pada kelas IX.1 dari jumlah 36

siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran PKn, hanya 13 siswa yang

berani mengemukakan pendapatnya (34 %), sisanya sekitar 23 siswa dalam diskusi kelas

cenderung pasif atau tidak berani mengemukakan pendapat (66 %), dan capaian berdasarkan

kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) sebanyak 18 siswa ( sebesar 50 % )belum memenuhi

KKM terhadap standar KKM yang ditetapkan sebesar 75. Hal tersebut disebabkan dalam

melaksanakan pembelajaran kurang bisa memberikan motivasi dan mengkondisikan peserta

didik, serta pembelajaran lebih cenderung terjadi satu arah atau monoton. Serta terdapat

kecenderungan siswa takut melakukan kesalahan dalam menyampaikan pendapatnya. Dari

tahun ke tahun kondisi ini selalu terjadi berulang-ulang sehingga diperlukan penerapan metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi, motivasi dan keberanian peserta didik dalam

Page 257: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1304

mengemukakan pendapat/gagasan/idenya. Salah satu metode yang digunakan adalah metode

curah pendapat atau brainstorming.

Metode curah pendapat atau brainstorming adalah suatu teknik atau mengajar yang

dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, yaitu dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh

guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin

masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai salah

satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat

(Roestiyah 2001: 73). Metode pembelajaran ini cocok untuk beberapa materi pada mata

pelajaran PKn, misalnya materi tentang prestasi diri. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut

untuk berpikir, misal tentang apa yang ditanyakan guru siswa mengerti dan mampu

menjelaskannya berdasarkan argumen dan pengetahuan siswa. Sebelum materi tersebut

dijelaskan guru, siswa dituntut untuk mengemukakan gagasan dari pertanyaan yang diajukan

guru. Menurut Suciati (1993:153) model curah pendapat (brainstorming) pada dasarnya

merupakan model untuk mencari pemecahan masalah (problem solving). Menurut Ruminiati

(2007:10) “metode problem solving adalah suatu metode berpikir, dan memecahkan masalah”.

Dalam hal ini siswa dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diminta untuk memecahkannya.

Menurut Suciati (1993:154) model curah pendapat terdiri dari dua tahap, tahap identifikasi

gagasan dan tahap evaluasi gagasan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model

curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat,

informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta didik. Berbeda dengan diskusi, dimana

gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati)

oleh peserta lain, pada penggunaan model curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk

ditanggapi.

Metode brainstorming ini pada umumnya digunakan dalam pembelajaran untuk

membantu peserta didik memikirkan gagasan dan ide brilian (Iksan, 2006: 138). Metode

tersebut juga membantu peserta didik lebih berani untuk mengemukakan pendapat/idenya. Hal

ini dikarenakan selama berlangsungnya curah pendapat atau brainstorming peserta didik

didorong untuk menghasilkan gagasan secara tepat dan cepat tanpa mengaitkan dengan nilai

pendapatnya. Penekanan metode ini pada kuantitas argumentasi atau gagasan siswa tidak pada

kualitas pendapatnya, tidak boleh ada kritik atau pembahasan atas pendapat peserta didik lain,

sehingga setiap peserta didik tidak perlu merasa khawatir atas gagasan-gagasan mereka.

Tugas guru dalam pelaksanaan metode ini adalah memberikan masalah yang mampu

merangsang pikiran siswa, sehingga mereka menanggapi, dan guru tidak boleh mengomentari

bahwa pendapat siswa itu benar/ salah, juga tidak perlu disimpulkan, guru hanya menampung

semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa di dalam kelas mendapat giliran, tidak

perlu komentar atau evaluasi. Siswa bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan

pendapat, komentar atau bertanya, atau mengemukakan masalah baru, mereka belajar dan

melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Siswa yang kurang

aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif, dan berani

mengemukakan pendapatnya.

Dengan penggunaan metode curah pendapat atau brainstorming ini diharapkan bisa

membantu keberanian dan partisipasi sekaligus memotivasi peserta didik untuk mengemukakan

pendapatnya tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut ingin mengkaji melalui penelitian tindakan

kelas (PTK) tentang penerapan metode brainstorming atau curah pendapat untuk meningkatkan

keberanian dan kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya di kelas IX.1

SMP Muhammadiyah 8 Batu.

Page 258: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1305

METODE

Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan oleh

peneliti, selaku guru yang mengajar di kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu. Rochiati

Wiriatmaja (2005:12) menjelaskan bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana

sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar

dari pengalaman mereka sendiri”. Dengan PTK guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran

mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Menurut Susilo (2010:19) “Penelitian

tindakan kelas dapat dilaksanakan melalui empat langkah utamaya itu perencanaan, tindakan,

observasi dan refleksi. Empat langkah utama yang saling berkaitan itu dalam pelaksanaan

penelitian tindakan kelas sering disebut dengan istilah siklus”. Penelitian ini bersifat kolaboratif

antara peneliti dan teman sejawat yaitu Lailatul Fitria, S.Pd pengajar mata pelajaran PKn kelas 7

dan 8 SMP Muhammadiyah 8 batu. Hal ini bertujuan untuk menjaga keobyektifan dari data

yang dikumpulkan karena jika guru menilai dirinya sendiri hasilnya tidak obyektif. Tempat

penelitian dilakukan di dalam kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu. Yang menjadi subyek

penelitian ini adalah 1 orang guru dan Siswa kelas IX.1 sebanyak 36 siswa terdiri dari 8 orang

siswa laki-laki dan 28 orang siswi perempuan.

Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif, dimana realitas dipandang

sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna. Penelitian ini mendeskripsikan tentang

penerapan metode Brainstorming atau curah pendapat untuk peningkatan keberanian peserta

didik dalam mengemukakan pendapat pada materi prestasi diri kelas IX.1 SMP Muhammadiyah

8 Batu.

Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 8 Batu Jl. Welirang no. 17 Sisir – Batu

dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu berjumlah 36,

terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan

Dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi: 1) Observasi, observasi

dilakukan untuk memperoleh gambaran aktivitas belajar yang berlangsung dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan metode brainstorming atau curah pendapat. Observasi difokuskan pada

aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Observasi menggunakan lembar observasi yang

didalamnya telah dicantumkan aspek-aspek kegiatan yang akan dinilai dimana penilaiannya

dilakukan dengan memberikan tanda centang pada kolom-kolom yang telah disediakan; 2)

Tes, tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes

hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau

diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur. Sedangkan tes yang dilakukan dalam

kegiatan ini adalah post tes.

Penelitian ini direncanakan terdiri dari 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dariempat

tahapan penelitian meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Siklus I

Perencanaan, dalam tahap perencanaan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a)

membuat skenario pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun. Skenario pembelajaran

yang disusun dengan menerapkan model pembelajaran curah pendapat, terkait dengan masalah

prestasi diri, dan (b) menyusun instrumen penelitian, berupa lembar observasi diskusi, format

pengamatan kegiatan belajar mengajar, dan format pengamatan siswa, format tersebut di

lampirkan pada laporan hasil penelitian ini.

Pelaksanaan, tahap ini merupakan kegiatan utama penelitian, yang dimulai dari

kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal, memberikan apersepsi dan motivasi

pada siswa serta penjelasan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti, Penjelasan secara umum

Page 259: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1306

konsep materi, pelaksanaan diskusi kelompok dengan langkah-langkah menggunakan metode

curah pendapat: (a) pemberian informasi dan motivasi; (b) identifikasi pendapat kelompok; (c)

melakukan klasifikasi pendapat berdasarkan kriteria; (d) memverifikasi pendapat kelompok; dan

(e) melakukan kesepakatan hasil diskusi, Presentasi hasil diskusi kelompok dan klarifikasi dari

guru bersama siswa terhadap hasil diskusi. Penutup, memberikan post tes untuk mengetahui

capaian KKM yang telah ditetapkan, tindak lanjut dan refleksi.

Pengamatan, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan proses

pembelajaran model curah pendapat dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan yang

telah disusun oleh guru, dengan aspek-aspek sebagai berikut: (a) keberanian menyampaikan

pendapat; (b) partisipasi atau peran serta dalam diskusi; (c) menghargai pendapat; dan (d)

kerjasama

Refleksi, dalam tahap refleksi ini, hasil observasi atau pengamatan dikumpulkan dan di

analisis baik hasil pengamatan diskusi, pengamatan kegiatan belajar mengajar, selain itu

dianalisis pula hasil post test yang telah diberikan pada siswa.

Siklus II

Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dilakukan beberapa

perbaikan-perbaikan pada siklus ke II melalui tahapan sebagai berikut.

Perencanaan, dalam tahap perencanaan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a)

membuat skenario pembelajaran berdasarkan RPP yang diperbaiki berdasarkan RPP

sebelumnya. Skenario pembelajaran yang disusun dengan menerapkan model pembelajaran

curah pendapat terkait dengan masalah prestasi diri, dan (b) menyusun instrumen penelitian,

berupa lembar observasi diskusi, format pengamatan kegiatan belajar mengajar, dan format

pengamatan siswa, format tersebut di lampirkan pada laporan hasil penelitian ini.

Pelaksanaan, tahap ini merupakan kegiatan utama penelitian, yang dimulai dari

kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal, memberikan apersepsi dan motivasi

pada siswa serta penjelasan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti, Penjelasan secara umum

konsep materi, pelaksanaan diskusi kelompok dengan langkah-langkah menggunakan metode

curah pendapat: (a) pemberian informasi dan motivasi; (b) identifikasi pendapat kelompok; (c)

melakukan klasifikasi pendapat berdasarkan kriteria; (d) memverifikasi pendapat kelompok; dan

(e) melakukan kesepakatan hasil diskusi, Presentasi hasil diskusi kelompok dan klarifikasi dari

guru bersama siswa terhadap hasil diskusi. Penutup, memberikan post tes untuk mengetahui

capaian KKM yang telah ditetapkan, tindak lanjut dan refleksi.

Pengamatan, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan proses

pembelajaran model curah pendapat dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan yang

telah disusun oleh guru, dengan aspek-aspek sebagai berikut: (a) keberanian menyampaikan

pendapat; (b) partisipasi atau peran serta dalam diskusi; (c) menghargai pendapat; dan (d)

kerjasama.

Refleksi, dalam tahap refleksi ini, hasil observasi atau pengamatan dikumpulkan dan

dianalisis baik hasil pengamatan diskusi, pengamatan kegiatan belajar mengajar, selain itu di

analisis pula hasil post test yang telah diberikan pada siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Siklus I

Hasil penelitian pada siklus I dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

sebanyak 2 kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

Page 260: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1307

Pertemuan I

Kegiatan Awal, melakukan apersepsi dan memberikan gambaran tentang pentingnya

mengemukakan pendapat dalam kegiatan pembelajaran yang dilanjutkan dengan memberikan

pertanyaan kepada semua siswa tentang mengapa kita harus berprestasi dan apa pentingnya

prestasi bagi kita, siswa menjawab secara bebas dan tidak boleh dikritik atau disalahkan ( semua

pendapat siswa di tulis di papan tulis ) dari semua jawaban siswa yang sudah tertulis di papan

tulis dilakukan identifikasi, klarifikasi dan kesepakatan bersama siswa mana jawaban yang

sesuai atau dianggap benar.

Kegiatan inti, guru memberikan penjelasan tentang pentingnya prestasi diri,

menampilkan foto tokoh nasional ( Bapak BJ. Habibi dan Susi Susanti ) yang memiliki prestasi

untuk keunggulan bangsa, siswa melakukan pengamatan dan guru meminta siswa untuk

menyebutkan peran dari masing-masing tokoh tersebut dan prestasinya yang telah dicapai untuk

keunggulan bangsa, siswa menjawab secara bebas ( curah pendapat ) dengan ditulis di papan

tulis, melakukan identifikasi pendapat semua siswa, mengklarifikasi semua pendapat bersama

siswa, menguji dan menyepakati pendapat semua siswa serta membuat kesimpulan dari

pendapat terhadap materi yang telah dipelajari.

Kegiatan penutup, melakukan umpan balik dengan tanya jawab tentang materi yang

telah dipelajari dan sebagai tindak lanjut dengan pemberian tugas kajian pustaka sebagai bahan

diskusi pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan II

Kegiatan awal, melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan

motivasi agar semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam keberanian

mengemukakan pendapat.

Kegiatan inti, Penjelasan konsep tentang peluang untuk berprestasi, kemudian

membentuk kelompok diskusi, dalam pembentukan kelompok, siswa dikelompok menjadi 6

kelompok secara demokratis dan memperhatikan masalah gender yaitu dengan melakukan

penghitungan 1 sampai 6 dilanjutkan lagi 1 sampai 6 dan seterusnya pada siswa laki-laki

terlebih dahulu karena jumlah siswa kelas IX.1 hanya 8 siswa agar menyebar ke semua

kelompok, Pelaksanaan diskusi, siswa diberikan 2 materi pertanyaan yaitu 1) menyebutkan ciri-

ciri orang yang memiliki prestasi diri; 2) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi diri, sebagai bahan diskusi yang dilakukan dengan menggunakan tahapan metode curah

pendapat yaitu guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan

mengajak peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya; semua siswa memberikan

pendapat sebanyak-banyaknya selanjutnya ditampung dan ditulis tanpa ditanggapi oleh anggota

kelompok yang lain; mengklasifikasikan semua pendapat anggota kelompok diskusi

berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok; menguji relevansi semua

pendapat dengan permasalahannya, apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah

satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret dengan pemberi sumbang saran bisa

diminta argumentasinya; semua anggota kelompok diskusi menyepakati hasil pendapat dari

anggota kelompok yang dianggap benar atau relevan, Presentasi hasil, diambil 3 kelompok

untuk mempresentasikan hasil diskusinya yang ditanggapi oleh kelompok lain, setelah itu guru

beserta seluruh mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang

disetujui, setelah itu diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap

paling tepat dan relevan.

Tes, dilakukan tes dengan menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 5 dan soal uraian

sebanyak 3 dilaksanakan selama 15 menit, walaupun waktu sudah habis tes tetap dilakukan

sebagai alat untuk mengukur ketercapaian hasil pembelajaran dengan memakai jam pelajaran

Page 261: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1308

berikutnya selama 15 menit. Dari 36 siswa yang memiliki ketuntasan sebanyak 25 siswa dan 7

siswa belum tuntas.

Berdasarkan hasil pengamatan di kelas IX.1 sebanyak 36 siswa, aktivitas siswa selama

proses pembelajaran dengan metode pembelajaran curah pendapat, dapat dikemukakan temuan-

temuan hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Ada perbaikan partisipasi dalam kegiatan

pembelajaran, siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran (diskusi kelompok).

Dalam kegiatan diskusi kelompok, mayoritas siswa telah mampu mengajukan pendapatnya,

hanya beberapa siswa yang masih pasif/tidak mengajukan pendapatnya yaitu sebanyak 7 siswa

atau sebesar 19,44 %; 2) Pendapat yang dikemukakan siswa dalam pelaksanaan model

pembelajaran curah pendapat sangat beragam, dalam arti memiliki tinjauan yang bervariasi,

namun tetap relevan dengan masalah pokok yang dikaji yaitu tentang faktor-faktor dan ciri-ciri

orang berprestasi; 3) Metode curah pendapat ini dapat melatih siswa untuk memiliki keberanian

mengemukakan pendapatnya serta dapat meningkatkan pemerataan partisipasi aktif siswa; 4)

Sedangkan hasil post tes yang dilakukan, siswa yang memenuhi KKM sebesar 75 sebanyak 27

dan yang belum tuntas sebanyak 9 atau sebesar 25%.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Adanya

kecenderungan pembicaraan yang bersifat meluas karena siswa diberikan kebebasan untuk

berpendapat tanpa ada tanggapan dari anggota kelompok yang lain; 2) Aktivitas siswa untuk

mengemukakan pendapat-pendapatnya memerlukan alokasi waktu yang relatif lama. Untuk

mengatasi kendala yang terjadi dalam siklus I akan dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan

siklus II.

Pembahasan Siklus I

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dan beberapa temuan penelitianpada siklus I,

maka dapat disimpulkan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: 1) Model curah pendapat

lebih efektif meningkatkan pertisipasi dan hasil belajar siswadari pada model kelompok belajar

konvensional mengisyaratkan pentingnya mempertimbangkan penerapan model curah pendapat

sebagai suatu alternatif model pembelajaran dalam melatih kemampuan berpikir, keterampilan

sosial dan membina sikap mental siswa walaupun masih terdapat beberapa siswa yang belum

aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran; 2) Partisipasi siswa pada tahap penyampaian

indormasi dan identifikasi masih kurang dikarenakan siswa masih terpaku pada buku teks, akan

tetapi pada tahap klarifikasi dan konklusi siswa mulai aktif berdiskusi hanya 7 siswa (19,44 %)

yang tidak aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab serta hasil post tes menunjukkan, siswa

yang berhasil memenuhi KKM sebanyak 27 dan siswa yang belum memenuhi KKM sebanyak 9

atau sebesar 25 %. Untuk itu pada siklus II nanti siswa harus memiliki pemahaman terlebih

dahulu terhadap materi yang akan di ajarkan, setelah itu dilakukan kegiatan curah pendapat agar

penguasaan siswa terhadap materi lebih bisa dan memungkinkan siswa mampu menyampaikan

pendapat serta mengefektifkan waktu pembelajaran biar tidak terlalu lama;

Agar model curah pendapat dapat diterapkan efektif dan dapat mengatasi kendala dalam

pembelajaran, maka: 1) sebelum menerapkan model curah pendapat guru merencanakan,

menyiapkan, dan memfungsikan program pembelajaran, sumber-sumber belajar serta alat/media

pengajaran, karena dalam siklus pertama penggunaan media pembelajaran sangat terbatas; 2)

dalam program pengajaran perlu dideskripsikan secara jelas kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukan guru dan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengkondisikan agar siswa siap

melaksanakan model curah pendapat sesuaiwaktu yang direncanakan; 3) siswa sebelum diskusi

hendaknya dituntut untuk menguasai bahan pelajaran dengan baik, supaya pada waktu

melakukan diskusi mereka tinggal mengembangkan pengetahuannya; 4) guru hendaknya

meningkatkan kemampuannya dalam mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengontrol

Page 262: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1309

kegiatan belajar siswa model curah pendapat, sehingga waktu proses pembelajaran yang ada

dapat dimanfaatkan dengan efisien dan efektif; 5) diusahakan agar siswa dalam kelompoknya

menemukan sendiri jawaban terhadap persoalan yang diajukan guru. Para guru sebagai sumber

informasi hendaknya dikurangi. Dalam pembelajaran guru hendaknya meningkatkan peran

sebagai fasilitator, pemimpin, moderator, motivator, evaluator proses dan produk.

Hasil Siklus II

Hasil Siklus 2

Hasil penelitian pada siklus 2 dengan tetap membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

sebanyak 2 kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan bertujuan

untuk memperbaiki siklus 1 sebagai berikut:

Pertemuan I,

Kegiatan Awal, melakukan apersepsi dan memberikan gambaran tujuan dari

pembelajaran kali ini, memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan yaitu menganalisa tokoh-tokoh yang ada dikoran dengan berdiskusi secara

berkelompok.

Kegiatan inti, guru memberikan penjelasan secara umum tentang contoh-contoh aktifitas

untuk mewujudkan prestasi diri di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, kemudian

membentuk kelompok diskusi, dalam pembentukan kelompok, siswa dikelompok menjadi 6

kelompok sama seperti siklus I secara demokratis dan memperhatikan masalah gender yaitu

dengan melakukan penghitungan 1 sampai 6 dilanjutkan lagi 1 sampai 6 dan seterusnya pada

siswa laki-laki terlebih dahulu karena jumlah siswa kelas IX.1 hanya 8 siswa agar menyebar ke

semua kelompok, guru membagi koran yang sudah terlebih dahulu disiapkan kepada semua

kelompok masing-masing kelompok sebanyak 6 koran. Pelaksanaan diskusi, siswa diminta

untuk menganalisa 3 tokoh yang ada dalam koran untuk dianalisa 1) aktifitasnya apa saja yang

mendukung kemajuan bangsa; 2) prestasi yang telah dicapai oleh tokoh tersebut, sebagai bahan

diskusi yang dilakukan dengan menggunakan tahapan metode curah pendapat sambil guru

memotivasi dan mengajak peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya; semua

siswa memberikan pendapat sebanyak-banyaknya selanjutnya ditampung dan ditulis tanpa

ditanggapi oleh anggota kelompok yang lain; mengklasifikasikan semua pendapat anggota

kelompok diskusi berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok; menguji

relevansi semua pendapat dengan permasalahannya, apabila terdapat sumbang saran yang sama

diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret dengan pemberi

sumbang saran bisa diminta argumentasinya; semua anggota kelompok diskusi menyepakati

hasil pendapat dari anggota kelompok yang dianggap benar atau relevan, Presentasi hasil,

diambil 3 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya yang ditanggapi oleh kelompok

lain, setelah itu guru beserta seluruh siswa menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan

masalah yang disetujui, setelah itu diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang

dianggap paling tepat dan relevan.

Kegiatan penutup, melakukan umpan balik dengan tanya jawab tentang materi yang

telah dipelajari dan sebagai tindak lanjut dengan pemberian tugas agar siswa mempelajari

prestasi yang mungkin bisa diwujudkan oleh siswa pada lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat.

Pertemuan II

Kegiatan awal, melakukan apersepsi; menjelaskan tujuan pembelajaran; dan

memberikan motivasi agar semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam

keberanian mengemukakan pendapat.

Page 263: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1310

Kegiatan inti, Penjelasan konsep tentang peluang untuk berprestasi dan bidang-bidang

prestasi untuk keunggulan bangsa; kemudian membentuk kelompok diskusi, dalam

pembentukan kelompok dilakukan sama seperti pada kelompok diskusi sebelumnya akan tetapi

dimulai dari tempat duduk yang belakang, Pelaksanaan diskusi, siswa diberikan 3 materi

pertanyaan yaitu 1) menyebutkan contoh-contoh mewujudkan prestasi diri di lingkungan

keluarga; 2) menyebutkan contoh-contoh perwujudan prestasi diri dilingkungan sekolah; dan 3)

menyebutkan contoh-contoh prestasi diri yang dapat menunjang keunggulan bangsa, sebagai

bahan diskusi yang dilakukan dengan menggunakan tahapan metode curah pendapat yaitu guru

menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak peserta didik aktif

untuk menyumbangkan pemikirannya; semua siswa memberikan pendapat sebanyak-banyaknya

selanjutnya ditampung dan ditulis tanpa ditanggapi oleh anggota kelompok yang lain;

mengklasifikasikan semua pendapat anggota kelompok diskusi berdasarkan kriteria yang dibuat

dan disepakati oleh kelompok; menguji relevansi semua pendapat dengan permasalahannya,

apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak

relevan bisa dicoret dengan pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya; semua

anggota kelompok diskusi menyepakati hasil pendapat dari anggota kelompok yang dianggap

benar atau relevan, Presentasi hasil, diambil 3 kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusinya yang ditanggapi oleh kelompok lain, setelah itu guru beserta seluruh mencoba

menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui, setelah itu diambil

kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat dan relevan.

Tes, dilakukan tes dengan menggunakan soal uraian sebanyak 4 item dilaksanakan

selama 15 menit. Dari 36 siswa yang memiliki ketuntasan belajar sebanyak 32 siswa dan 4

siswa belum tuntas.

Berdasarkan hasil pengamatan di kelas IX.1 sebanyak 36 siswa pada siklus II, aktivitas

siswa selama proses pembelajaran dengan metode pembelajaran curah pendapat, dapat

dikemukakan temuan-temuan hasil pengamatan sebagai berikut: 1) ada perbaikan partisipasi

dalam kegiatan pembelajaran, siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran ( diskusi

kelompok ). Dalam kegiatan diskusi kelompok, hampir seluruh siswa telah berani dan mampu

mengajukan pendapatnya, berdasarkan cek list yang dilakukan hanya 2 siswa yang masih

pasif/tidak mengajukan pendapatnya yaitu sebanyak 5,55 % saja; 2) kecenderungan pembahasan

atau jawaban siswa meluas sudah bisa teratasi yaitu dengan ditunjukkannya pendapat siswa

yang dicoret pada saat klarifikasi semakin sedikit; 3) pendapat yang dikemukakan siswa pada

siklus II ini dalam pelaksanaan model pembelajaran curah pendapat memiliki tinjauan yang

bervariasi, namun tetap relevan dengan masalah pokok yang dikaji yaitu tentang perwujudkan

dan bidang prestasi diri; 4) metode curah pendapat ini dapat melatih siswa untuk memiliki

keberanian mengemukakan pendapatnya serta dapat meningkatkan pemerataan partisipasi aktif

siswa; 5) sedangkan hasil post tes yang dilakukan, siswa yang memenuhi KKM sebesar 75

sebanyak 32 dan yang belum tuntas sebanyak 4 atau sebesar 11 %.

Kendala yang masih terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran di siklus II adalah sebagai

berikut: 1) pada siklus ke II ini kecenderungan pembicaraan yang bersifat meluas karena siswa

diberikan kebebasan untuk berpendapat tanpa ada tanggapan dari anggota kelompok yang lain

masih belum bisa dihilangkan; 2) aktivitas siswa pada siklus II ini untuk mengemukakan

pendapat-pendapatnya masih memerlukan alokasi waktu yang relatif lama walaupun siswa

sudah diberikan pemahaman untuk menyampaikan pendapatnya secara cepat dan tidak bertele-

tele.

Pembahasan Siklus I

Page 264: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1311

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dan beberapa temuan penelitian pada siklus II,

maka dapat disimpulkan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: 1) model curah pendapat

lebih efektif meningkatkan pertisipasi dalam pelaksanaan diskusi kelompok, diskusi kelas dan

hasil belajar siswa daripada model kelompok belajar konvensional mengisyaratkan pentingnya

mempertimbangkan penerapan model curah pendapat sebagai suatu alternatif model

pembelajaran dalam melatih kemampuan berpikir, ketrampilan sosial dan membina sikap

mental siswa walaupun masih terdapat beberapa siswa yang belum aktif berpartisipasi dalam

kegiatan pembelajaran; 2) partisipasi siswa pada tahap penyampaian indormasi dan identifikasi

sudah meningkat dengan adanya media koran dalam pelaksanaan diskusi sehingga siswa tidak

lagi terfokus pada buku teks, tetapi pada tahap klarifikasi dan konklusi siswa mulai aktif

berdiskusi hanya 2 siswa ( 5,5 % ) yang tidak aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab serta

hasil post tes menunjukkan, siswa yang berhasil memenuhi KKM sebanyak 32 dan siswa yang

belum memenuhi KKM sebanyak 4 atau sebesar 11 %; 3)

Agar model curah pendapat dapat diterapkan efektif sebagai perbaikan untuk kegiatan

pembelajaran berikut, maka: 1) sebelum menerapkan model curah pendapat guru merencanakan,

menyiapkan, dan memfungsikan program pembelajaran, sumber-sumber belajar serta alat/media

pengajaran, karena dalam siklus II penggunaan media pembelajaran sangat membantu dalam

penyelsaian tugas kelompok; 2) dalam program pengajaran perlu dideskripsikan secara jelas

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk lebih

mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan model curah pendapat sesuai waktu yang

direncanakan; 3) siswa sebelum diskusi hendaknya dituntut untuk menguasai bahan pelajaran

dengan baik, supaya pada waktu melakukan diskusi mereka tinggal mengembangkan

pengetahuan dan pemahamannya; 4) guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam

mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengontrol kegiatan belajar siswa model curah

pendapat,sehingga waktu proses pembelajaran yang ada dapat dimanfaatkan dengan efisien dan

efektif; 5) diusahakan dalam pembelajaran guru hendaknya meningkatkan peran sebagai

fasilitator, pemimpin, moderator, motivator, evaluator proses dan produk, agar metode curah

pendapat yang diterapkan dapat berjalan secara efektif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan pokok dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) penerapan model curah pendapat mampu meningkatkan partisipasi dalam kegiatan diskusi

dan tanya jawab serta hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional lainnya; 2) penerapan model pembelajaran curah pendapat mampu meningkatkan

pola interaksi pembelajaran antara siswa dengan siswa. Hal ini tercermin dari semakin

intensifnya kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas dalam memecahkan masalah-masalah

yang diajukan dalam kegiatan pembelajaran; 3) penerapan model pembelajaran curah pendapat

mampu meningkatkan pola interaksi pembelajaran antara siswa dengan guru. Hal ini tercermin

dari semakin intensifnya kegiatan tanya jawab dalam memecahkan masalah-masalah yang

diajukan guru dalam kegiatan pembelajaran.

Saran

Untuk upaya perbaikan berikut disampaikan saran-saran untuk: 1) mempersiapkan

dengan matang rencana pelaksanaan pembelajaran dengan senantiasa mempertimbangkan

kebutuhan siswa serta konteks dan realitas kehidupan siswa; 2) merancang penerapan model

pembelajaran curah pendapat seefektif mungkin, dengan cara melibatkan siswa sedari awal

sehingga perencanaan dan pelaksanaan kegiatan curah pendapat membawa hasil yang signifikan

untuk meningkatkan partisipasi siswa; 3) penggunaan media pembelajaran sangat dibutuhkan

Page 265: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1312

untuk dalam proses pembelajaran agar siswa tidak terfokus pada butu teks saja; 4) berupaya

secara terus menerus untuk memotivasi semangat dan keberanian siswa untuk mengemukakan

pendapatnya, tanpa harus ada perasaan takut, tertekan, merasa salah, dan sebagainya; 5)

mengkondisikan agar siswa terlibat secara aktif dan mampu bekerjasama dengan sesama siswa

untuk memecahkan masalah yang diajukan dalam kegiatan pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Diknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta

Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara

Iksan, Muhammad dkk, 2006. Panduan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk

SMTA Muhammadiyah. Jakarta: LP3 UMY dan The Asia Foundation

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Rochiati Wiraatmadja (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Suciati (1993). Model-model Pembelajaran Interaktif.Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka

Susilo (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher

Ruminiati (2007). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan.Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi, Depdiknas

Satori, Djam’an dan Komariah, A’an. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta

Page 266: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1313

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTs

HASYIM ASY’ARI BATU MATA PELAJARAN PKn MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Maslahah

MTs. Hasyim Asy’ari Batu

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran pada

mata pelajaran PKn di kelas VIII A melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD mengenai materi memahami kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di

Indonesia yang terdiri dari sub-sub materi pengertian kedaulatan, pengertian kedaulatan

rakyat, pengertian kedaulatan kedalam dan keluar, macam-macam teori kedaulatan dan

kedaulatan yang dianut Indonesia dan dasar hukumnya.. Permasalahan tersebut

diantaranya: siswanya kurang aktif, minat membacanya rendah beberapa siswa nilainya

belum memenuhi KKM. Metode Penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas

melalui dua siklus.Setiap siklus meliputi perencanaan,pelaksanaan,pengamatan dan

refleksi. Subjek penelitian adalah 27 siswa kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari. Hasil

penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar dari ketuntasan belajar 69,3%

pada siklus I menjadi 83,6% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar PKn juga teramati

dari perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran antara lain meningkatnya

keaktifan siswa dan interaktif, serta partisipatif siswa dalam belajar.

Kata Kunci: Peningkatan Hasil Belajar, PKn, STAD, Kedaulatan

Dalam era globalisasi sekarang ini pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak bisa

diabaikan. Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia turut ambil bagian salah satunya

pemerintah memperhatikan kompetensi para guru agar generasi yang akan datang bisa bersaing

dengan lulusan dari luar negeri.

Suatu pendidikan dapat dikatakan maju bila kemampuan pengetahuan sikap yang

dimiliki, dari lulusannya diterima di lembaga pendidikan yang lebih tinggi dan berguna bagi

perkembangan selanjutnya. Di samping peningkatan mutu maka perlu adanya relevansi

pendidikan yang diarahkan untuk mewujudkan setiap warga negara dalam menghadapi masa

depan dengan kesiapan yang memadai sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi.

Untuk itu maka pemerintah mengadakan bimbingan teknik sistem pemantapan kerja

guru untuk meningkatkan mutu dari lulusannya dan mutu pendidikan demi tercapainya tujuan

pendidikan Nasional,sebagaimana yang terdapat dalam Bab II pasal 3 UU RI Nomor: 20 tahun

2003 yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

(Depdiknas,2003:8).

Dalam mata pelajaran PKn bertujuan untuk membentuk karakter bangsa, berjiwa

nasionalis, bertanggung jawab, memiliki semangat bela negara, dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Untuk membentuk karakter tersebut diperlukan komitmen berbagai pihak

termasuk para guru, khususnya guru PKn dituntut untuk bisa memberikan keteladanan, mampu

memotivasi siswa, dan merancang pembelajaran yang efektif, inovatif, dan menyenangkan.

Berkaitan dengan hal di atas, khususnya mengenai materi memahami kedaulatan rakyat

dan sistem pemerintahan di Indonesia yang terdiri dari sub-sub materi pengertian kedaulatan,

Page 267: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1314

pengertian kedaulatan rakyat, pengertian kedaulatan kedalam dan keluar, macam-macam teori

kedaulatan dan kedaulatan yang dianut Indonesia dan dasar hukumnya. Kelas VIII A

merupakan salah satu kelas yang siswanya kurang aktif, minat membacanya rendah beberapa

siswa nilainya belum memenuhi KKM dalam mata pelajaran PKn.

Berdasarkan uraian di atas dibutuhkan adanya inovasi agar pembelajaran yang

dilakukan menjadi menyenangkan sehingga kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung

dapat menjadikan suasana kelas menjadi kondusif, siswa aktif, semangat belajar meningkat,

dan siswa memiliki kedisplinan yang tinggi, dan kehadiran tinggi/rajin. Oleh karena itu perlu

diterapkan metode pembelajaran yang efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat menggantikan metode

konvensional yakni metode ceramah.

Menurut Hosnan (2014:246) pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) merupakan salah satu pemelajaran kooperatif yang diterapkan untuk

menghadapi kemampuan siswa yang heterogen, dimana model ini dipandang sebagai metode

yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Sintak

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah menyampaikan tujuan dan motivasi siswa,

menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, evaluasi

dan pemberian penghargaan. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah model pembelajaran yang tepat untuk menghadapi siswa yang heterogen. Dalam model

ini siswa diajarkan untuk dapat bekerja sama untuk saling membantu temannya memahami

materi pada pembelajaran.

Menurut Hosnan (2014:246) model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah

satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerja sama, kreatif,

berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran

kooperatif yang sangat sederhana. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD ini diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif

saja, namun juga dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif dan psikomotor melalui

kemampuan kerja sama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman.

Fathurrahman (2015:54) menjelaskan langkah-langkah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) adalah sebagai berikut: (1) guru

menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai dengan kompetensi

dasar yang akan dicapai, (2) guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual sehingga

akan diperoleh skor awal, (3) guru membentuk beberapa kelompok yang setiap kelompoknya

terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) jika

mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan

gender, (4) bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai

kompetensi dasar, (5) guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari, (6) guru memberikan

tes/kuis kepada setiap siswa secara individual dan yang terakhir, dan (7) guru memberikan

penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual

dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa baik secara afektif, kognitif dan psikomotor.

Menurut Salmani (2010:4) STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat

dipilih sebagai model pembelajaran penunjang pemahaman konsep matematika khususnya pada

bab pencerminan dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa sebesar 12,25% dari

70,25% pada siklus 1 menjadi 82,50% pada siklus 2.

Page 268: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1315

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS 1

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS 2

Menurut Rochmah (2011:1) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aktivitas guru dan

siswa secara keseluruhan pada siklus I dinilai cukup dan meningkat pada siklus II menjadi baik.

Peningkatan bukan hanya terjadi pada hasil belajar siswa tetapi juga pada peningkatan perilaku

siswa terutama dalam hal pemahaman materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model STAD dapat

meningkatkan hasil belajar materi pecerminan siswa di kelas V A di SDN Kauman I Kecamatan

Bojonegoro tahun pembelajaran 2009/2010.

Menurut Bayan (2011:1) Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar

dari.72,0 dengan ketuntasan belajar 86,11 %.pada siklus I menjadi 86,90 dan ketuntasan belajar

91,11 %. pada siklus II. Peningkatan hasil belajar IPA juga teramati dari perubahan tingkah laku

siswa dalam pembelajaran antara lain meningkatnya keaktifan siswa dan interaktif, serta

partisipatif siswa dalam belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dapat meningkatkan motivasi, keaktifan, hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan

kualitas dan hasil belajar dengan adanya perubahan tingkah laku siswa dan hasil pembelajaran

yang mengarah ke segi positif sehingga pada penelitian ini diharapkan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

merupakan penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan

kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil

belajar. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Pada masing-masing siklus terdiri dari empat

tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi berdasarkan

siklus PTK Menurut Kemmis Mc Taggart (Arikunto, 2006:16).

Gambar 1. Siklus PTK Menurut Kemmis dan Mc Taggart(Arikunto, 2006: 16)

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar pada mata

pelajaran PKn kompetensi dasar menjelaskan makna kedaulatan rakyat pada kelas VIII A MTs.

Hasyim Asy’ari Batu.

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari tahun

ajaran 2015/2016 yang berjumlah 27 orang siswa. Materi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah materi mata pelajaran PKn kompetensi dasar menjelaskan makna kedaulatan rakyat.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 dan 21 Maret 2016.

Page 269: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1316

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), lembar observasi pembelajaran, lembar diskusi siswa, tes tertulis dan

dokumentasi.

Siklus I

Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), lembar observasi pembelajaran, lembar diskusi siswa, tes tertulis dan menyiapkan media.

Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan

awal guru membuka dengan berdo’a kemudian menanyakan kesehatan siswa terus kesiapan

menerima materi berikut absensi.

Kegiatan inti pembelajaran menjelaskan materi yang akan dipelajari, membagi siswa ke

dalam kelompok yang terdiri 4-5 orang, kemudian guru membagikan lembar diskusi,

selanjutnya siswa melakukan diskusi kelompok dibimbing oleh guru kemudian tiap kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah presentasi hasil kerja kelompok, guru memberikan tes

mandiri untuk mengukur kemampuan siswa.

Kegiatan penutup, setelah tes mandiri dilakukan guru membimbing siswa untuk

membahas soal tes mandiri. Hasil kerja siswa ditukarkan dengan teman sebelahnya untuk

dikoreksi sekaligus dibahas. Kemudian guru mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai

tertinggi yaitu kelompok yang memiliki jumlah nilai terbanyak dan memberikan reward berupa

bintang. Hal ini dilakukan sekaligus untuk merefleksi dan mengetahui pemahaman siswa

terhadap pelajaran. Kemudian para siswa diminta untuk mengungkapkan kesimpulan

menggunakan bahasanya sendiri.

Pengamatan

Selama tahap pengamatan kegiatan pembelajaran ditemukan beberapa kekurangan dari

guru maupun siswa yaitu sebagai berikut:

ketika guru menjelaskan materi ada beberapa siswa yang bergurau, siswa masih belum antusias

untuk bertanya dan menyampaikan pendapat, ada beberapa siswa yang pasif dan hanya

bergantung pada temannya saat diberi tugas, saat presentasi kelompok masih ada beberapa

siswa yang tidak memperhatikan presentasi temanya, alokasi waktu kurang sesuai dengan RPP,

hasil tes masih rendah karena dari 27 siswa hanya 9 siswa yang tuntas dan 18 orang sisanya

masih belum tuntas.

Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan siklus 1 maka penelitian ini dilanjutkan untuk siklus 2.

Sehingga perlu dilakukan refleksi agar kekurangan pada siklus 1 tidak terjadi lagi pada siklus 2.

Adapun refleksinya adalah sebagai berikut: (a) guru lebih banyak memberikan lembar kerja

dengan sedikit penyampaian materi untuk menghindari siswa bosan sehingga melakukan

kegiatan lain, (b) guru lebih sering mengingatkan siswa yang tidak memperhatikan dengan

memberikan pertanyaan agar siswa tersebut kembali memperhatikan, (c) pada saat presentasi

hasil kerja kelompok siswa yang presentasi diizinkan untuk memilih siapa yang akan presentasi

selanjutnya, (d) guru selanjutnya perlu memberikan perhatian lebih kepada siswa–siswa yang

belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah disebutkan dalam uraian di atas, dan (e) alokasi

waktu diperbaiki dan kegiatan siswa menyesuaikan alokasi waktu sehingga tidak terlalu terburu-

buru.

Page 270: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1317

Siklus II

Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), lembar observasi pembelajaran, lembar diskusi siswa, tes tertulis dan menyiapkan media.

Yang telah diperbaiki berdasarkan hasil refleksi siklus 1.

Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan

awal guru membuka dengan berdo’a kemudian menanyakan kesehatan siswa terus kesiapan

menerima materi berikut absensi.

Kegiatan inti pembelajaran menjelaskan materi yang akan dipelajari, membagi siswa ke

dalam kelompok yang terdiri 4-5 orang, kemudian guru membagikan lembar diskusi,

selanjutnya siswa melakukan diskusi kelompok dibimbing oleh guru kemudian tiap kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah presentasi hasil kerja kelompok, guru memberikan tes

mandiri untuk mengukur kemampuan siswa.

Kegiatan penutup, setelah tes mandiri dilakukan guru membimbing siswa untuk

membahas soal tes mandiri. Hasil kerja siswa ditukarkan dengan teman sebelahnya untuk

dikoreksi sekaligus dibahas. Kemudian guru mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai

tertinggi yaitu kelompok yang memiliki jumlah nilai terbanyak dan memberikan reward berupa

bintang. Hal ini dilakukan sekaligus untuk merefleksi dan mengetahui pemahaman siswa

terhadap pelajaran. Kemudian para siswa diminta untuk mengungkapkan kesimpulan

menggunakan bahasanya sendiri.

Pengamatan

Selama tahap pengamatan kegiatan pembelajaran kekurangan pada siklus 1 sudah

diperbaiki pada siklus 2. Perbaikan-perbaikan itu diantaranya: (a) guru aktif mengingatkan

siswa yang kurang memperhatikan dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi yang

dibahas sehingga jika tidak bisa menjawab siswa tersebut merasa malu dan kembali

memperhatikan pelajaran, (b) guru hanya menjelaskan materi secara singkat, siswa diberi

kebebasan untuk mengembangkan hasil pemikirannya sendiri sehingga pada saat presentasi

kelompok siswa lebih aktif bertanya, menyanggah dan mempertahankan argumentasi, (c)

alokasi waktu pada pertemuan ini sudah sesuai dengan RPP dan (d) hasil tes sudah meningkat

karena 27 siswa sudah tuntas semua.

Refleksi

Tahapan siklus dua merupakan perbaikan dari siklus I. Kekurangan-kekurangan yang

ditemukan berdasarkan hasil pengamatan di siklus I direfleksikan pada siklus II dan penelitian

berakhir dengan hasil peningkatan hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM yang telah

ditentukan, sehingga penelitian tindakan kelas berhasil mengatasi permasalahan yang ada di

dalam kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari.

Selanjutnya nilai hasil belajar dikonversi berdasarkan kriteria standar kualitas

ketuntasan hasil belajar siswa seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Standar Kualitas Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

No. Interval Skor (%) Kualifikasi

1 90-100 Sangat Baik (A)

2 80-89 Baik (B)

3 70-79 Cukup (C)

4 60-69 Kurang (D)

5 0-59 Sangat Kurang (E)

(Sumber : dikembangkan dari Sudjana (2011:118))

Page 271: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1318

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pembelajaran siklus 1 masih memiliki banyak kekurangan diantaranya: (a) ketika

guru menjelaskan materi ada beberapa siswa yang bergurau, (b) siswa masih belum antusias

untuk bertanya dan menyampaikan pendapat, (c) ada beberapa siswa yang pasif dan hanya

bergantung pada temannya saat diberi tugas, (d) saat presentasi kelompok masih ada beberapa

siswa yang tidak memperhatikan presentasi temanya, (e) alokasi waktu kurang sesuai dengan

RPP, (f) hasil tes masih rendah karena dari 27 siswa hanya 9 siswa yang tuntas dan 18 orang

sisanya masih belum tuntas.

Sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus 2 agar kekurangan pada siklus 1 tidak

terjadi lagi pada siklus 2. Adapun perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) guru lebih banyak

memberikan lembar kerja dengan sedikit penyampaian materi untuk menghindari siswa bosan

sehingga melakukan kegiatan lain, (b) guru lebih sering mengingatkan siswa yang tidak

memperhatikan dengan memberikan pertanyaan agar siswa tersebut kembali memperhatikan, (c)

pada saat presentasi hasil kerja kelompok siswa yang presentasi diizinkan untuk memilih siapa

yang akan presentasi selanjutnya, (d) guru selanjutnya perlu memberikan perhatian lebih kepada

siswa–siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah disebutkan dalam uraian di

atas, (e) alokasi waktu diperbaiki dan kegiatan siswa menyesuaikan alokasi waktu sehingga

tidak terlalu terburu-buru dan (f) terjadi peningkatan hasil tes karena 27 siswa sudah tuntas.

Tahapan siklus 2 merupakan perbaikan dari siklus 1. Kekurangan-kekurangan yang

ditemukan berdasarkan hasil pengamatan di siklus 1 direfleksikan pada siklus 2 dan penelitian

berakhir dengan hasil peningkatan hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM yang telah

ditentukan, sehingga penelitian tindakan kelas berhasil mengatasi permasalahan yang ada di

dalam kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari. Hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes mandiri

yang disajikan pada Tabel 2

Tabel 2. Hasil Belajar Siklus I

Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Siswa

Jumlah 9 18 27

Persentase Ketuntasan (%) 33,3 66,6 100

Rata-rata (Nilai) 69,3

Persentase ketuntasan belajar yang dicapai siswa sejumlah 33,3% dan nilai rata-

ratanya sebesar 69,3 kategori kurang berdasarkan Tabel 3.1 standar kualitas ketuntasan hasil

belajar siswa. Siswa yang tidak tuntas yaitu sebagai berikut: Ana Khoirotul Muazizah, Annisa

Fitri Yuliandra, David Ahmad Saputra, Dwi Nur Fadila, Erika Ira Wati, Fransditya Eka

Ramadhan, Hafeta Deu Tahmita, Hardy Maulana Hermawan, Ivan Febia Ananda Putra, M.

Irfan Setyo Budi, Mochammad Rizaldi Khakim, M. Farhan, M.Iqbal Romadhon, M. Zidan,

Noval Aditya, Nur Atiqa Zumma, Shinta Putri Yulianti dan Yahrotul Mufidah.

Banyaknya siswa yang belum tuntas tersebut dikarenakan masih banyak siswa yang

belum memahami materi yang dipelajari, siswa terkesan meremehkan materi dari guru.

Sehingga pada saat dilakukan evaluasi, banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM

yakni 75. Hasil belajar siklus II disajikan pada Tabel 3

Tabel 3. Hasil Belajar Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Siswa

Jumlah 27 0 27

Persentase Ketuntasan (%) 100 0 100

Rata-rata (Nilai) 83,6

Page 272: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1319

Persentase ketuntasan belajar yang dicapai siswa sejumlah 100% dan nilai rata-ratanya

sebesar 83,6 kategori baik berdasarkan Tabel 3.3 standar kualitas ketuntasan hasil belajar siswa.

Nilai rata-ratanya mengalami kenaikan 14,3% dibandingkan dengan hasil belajar siklus 1.

Berdasarkan hasil pengamatan selama 2 siklus, hasil ketuntasan hasil belajar siswa

meningkat. Hal ini dibuktikan dengan persentase ketuntasan siswa 100%. Rata-rata hasil

belajar siswa adalah 83,6 meningkat 14,3%.

Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II, karena mengalami peningkatan ketuntasan

belajar sebesar 100% maka penelitian dihentikan pada siklus II ini. Jika ingin melihat

peningkatan yang lebih baik lagi perlu dilakukan refleksi yang mendalam. Serta perlunya

keterlibatan guru dalam mengelola kegiatan belajar setiap siswa. Guru juga perlu

mengembangkan model pembelajaran sesuai dengan karakter mata pelajaran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Beberapa kesimpulan pokok dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai

berikut: (1) Setelah diberikan model pembelajaran STAD terdapat peningkatan hasil belajar, (2)

Setelah diberikan model pembelajaran STAD siswa menjadi termotivasi, (3) Setelah diberikan

model pembelajaran STAD hubungan antara guru dan siswa semakin akrab dan (4) Setelah

diberikan model pembelajaran STAD siswa menjadi berani mempresentasikan hasil diskusi

kelompok.

Untuk upaya perbaikan berikut disampaikan saran-saran: (1) Guru hendaknya dapat

memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk kemajuan belajar siswa, (2) Guru dituntut aktif

menerapkan berbagai model pembelajaran supaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan

(3) Siswa juga ikut aktif dalam proses belajar mengajar sehingga peningkatan hasil belajar

sesuai dengan harapan/maksimal.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Fathurrohman, M. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Maryam. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas V SD Negeri Salero 1 Ternate Maluku Utara.Malang: Universitas

Negeri Malang.

Rochmah, S dan Wati, E.Y. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk

Meningkatkan Pemahaman Materi Pencerminan Siswa Kelas V di SDN Kauman 1

Bojonegoro. Malang: Universitas Negeri Malang.

Salmani, M.A. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan

Pemahaman Materi Pencerminan Siswa Kelas V SDN 017 Penajam. Malang: Universitas

Negeri Malang.

Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Page 273: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1320

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE DI KELAS VIII

SMP TAMAN SISWA BATU

Muji Winantik

SMP Tamansiswa Batu

winantik [email protected]

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran PKn di SMP

Tamansiswa Batu diantaranya adalah sebagai berikut: siswa mengalami kesulitan

dalam memahami materi siswa merasa kurang termotivasi, cepat lupa, hasil belajar

sebagian masih berada di bawah KKM. Metode penelitian ini menggunakan penelitian

Tindakan Kelas dengan 2 siklus melalui model pembelajaran Take And Give. Setiap

siklup terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,dan refleksi. Hasil

penelitian siklus I bahwa: siswa meningkat motivasinya dalam mengikuti pembelajaran,

siswa yang masih berada di bawah KKM sebanyak 36.36..%. Hasil siklus II: Setelah

adanya perbaikan tindakan dalam pembelajaran melalui model pembelajaran Take And

Give ini peserta didik terpacu untuk berupaya untuk menguasai bahkan

mengembangkan materi yang dipelajari , sehingga selain dapat meningkatkan motivasi

belajar meningkatkan prestasi belajar peserta didik .Hal ini dapat dilihat dari hasil

pembahasan siklus II adanya peningkatan .Baik dari pengamatan, angket siswa maupun

hasil tes rata rata klasikal 70,91 pada siklus pertama meningkat menjadi 76,67 pada

siklus II. Ketuntasan belajar 63,64 % pada siklus pertama meningkat menjadi 83,33 %

pada siklus kedua.

Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran TAKE And Give

Menurut UU SPN No .20 Tahun 2003,pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian ,kecerdasan akhlak mulia, ser dita ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa,dan negara, Untuk mencapai tujuan di atas mata pelajaran PKn menduduki

posisi yang strategis.

Menurur kurikulum SMP/Mts yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan ( 2011 ) menjelaskan bahwa mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak

hak dan kewajibanya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,dan

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan pula PKn

sebagai bagian dari kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan

untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya

dalam kehidupan masyarakat, berbangsa,dan bernegara serta peningkatan kualitas dirinya

sebagai manusia. Komponen penting dalam pendidikan kewarganegaraan adalah komponen

ketrampilan bermasyarakat agar warga negara dapat menjalankan hak hak dan tanggung jawab

sebagai anggota masyarakat yang berpemerintahan sendiri, mereka perlu memiliki ketrampilan

intelektual partisipasi yang relevan.Ketrampilan intelektual dalam pelajaran PKn tidak terpisah

dari materinya ( Winataputra,2006

Page 274: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1321

Salah satu indikator tujuan pembelajaran PKn itu sendiri adalah menunjukkan sikap

positif terhadap pelaksanaan kehidupan demokratis dan kedaulatan rakyat dalam bidang hukum,

ekonomi, pertahanan keamanan dan lain lain, sehingga perlu memberikan materi Kedaulatan

rakyat dan peran lembaga lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim

pemerintahan Indonesia.

Negara Indonesia menggunakan sistem pemerintahan yang berkedaulatan Rakyat. Hal

ini berarti rakyat memegang kekuasaan (kedaulatan ) tertinggi dalam pemerintahan . Sebagai

wujud Negara yang Demokratis bangsa Indonesia selalu melibatkan partisipasi rakyat dalam

menyeleggarakan pemerintahan negara . Pelaksanaannya melalui lembaga lembaga negara ,

yang tugas dan wewenangnya diatur oleh UUD NRI 1945 pada Pembukaan alinia ke – 4, dan

pasal I ayat 2 .

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan dalam mempelajari materi

“Kedaulatan Rakyat dan peranan lembaga lembaga negara berdasarkan UUD 19 45” terutama

pada pokok bahasan Peran Lembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistim

Pemerintahan Indonesia pada mata pelejaran PKn umumnya siswa mengalami kesulitan dalam

memahami materi tersebut . Selain itu siswa merasa kurang termotivasi, cepat lupa, sehinga

hasil yang dicapai tidak sesuai yang diharapkan, di bawah kreteria ketuntasan minimal (KKM

).Dengan kata lain hasil prestasi belajar rendah. Demikian juga pembelajaran PKn yang ada di

SMP Tamansiswa Batu.

SMP Tamansiswa Batu yang hanya memiliki jumlah rombongan belajar 3 .yaitu klas

VII, VIII, dan IX. Diantara 3 rombongan belajar tersebut klas VIII yang paling menarik

perhatian dibanding rombongan belajar yang lainnya. Hampir setiap guru setelah melaksanakan

pembelajaran di kelas tersebut selalu komentar bahwa anak anak di kelas VIII ini sulit diatur,

malas , apatis , sering tidak mengikuti pelajaran, bahkan beberapa guru sering meberikan sanksi

kepada siswa karena tidak mengerjakan tugas, tidak melaksanakan piket kebersihan kelas . Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar di kelas VIII ini belum menyadari tugas dan

kewajibannya sebagai siswa , sehingga hasil prestasi belajar rendah di bawah KKM ( kreteria

ketuntasan belajar). Berkaitan dengan permasalahan di atas maka diperlukan cara untuk

mengatasi dalam proses pembelajaran PKn di SMP Tamansiswa Batu dengan menerapkan

model pembelajaran yang menarik yang memancing siswa langsung terlibat , aktif dengan

menggunakan model pembelajaran TAKE AND GIVE ( menerima dan memberi ).

Model pembelajaran Take and Give adalah model pembelaran dimana siswa saling

menerima dan memberikan informasi tentang materi pelajaran yang dikuasai pada siswa yang

lainnya yang sebaya. Beberapa ahli percaya bahwa suatu mata pelajaran bener – benar dikuasai

banyak apabila peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta lain. Silberman ( :175 )

menyatakan bahwa “ mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi nara sumber bagi

yang lain.,sehingga dengan berbagai informasi yang diterima dan diberikan siswa dapat

memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas dan lengkap. Menurut Yuanita (

2010), bahwa model pembelajaran Take And Give merupakan model pembelajaran yang

memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan

teman sebayanya.

Model pembelajaran Take And Give ( memberi dan menerima ) diterapkan untuk

melatih siswa menjadi nara sumber dan mitra belajar bagi teman teman yang lain, dengan saling

bertukar pengetahuan yang dimiliki. Olek karena itu setiap siswa dituntut untuk menguasai

materi yang menjadi topik bahasanya, dan mempunyai kemampuan untuk berkomunilasi,

sehingga ia dapat menyampaikan materi tersebut kepada siswa lain . Sedangkan siswa yang

Page 275: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1322

menerima informasi dituntut pula untuk dapat menangkap materi yang yang telah disampaikan

kepadanya dengan baik.

Suyatno ( 2009 : 76-77 ) menyatakan bahwa model pembelajaran Take And Give

adalah model pembelajaran yang memiliki sintaks pembelajaran dengan menggunakan media

kartu yang berisi nama siswa, bahan belajar dan nama yang diberi informasi. Menurut Widodo

( 2009 ) model pembelajaran Take And Give mempunyai banyak karakteristik yaitu (1) inter

aktif, (2) inspiratif, (3) kreatif, ( 4 ) menantang, dan ( 5 ) menyenangkan.

Adapun langkah langkah yang dilakukan dalam penerapan model pembelajaran TakeAnd

Give adalah : (1) guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya, (2) guru menyampaikan materi

sesuai dengan kompetensi yang sudah direncanakan, (3) untuk memantapkan penguasaan

peserta didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih kurang

10 menit, (4) semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi

informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan,

(5) demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing

masing (take and give ), (6) untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak

sesuai dengan kartunya ( kartu orang lain), (7) strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan

keadaan, (8) guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran, dan (9)

guru menutup pelajaran.

Indean ( 2012) mengungkapkan bahwa model pembelajaran TAKE AND GIVE

mempunyai keunggulan yaitu ( 1 ) model pembelajaran ini tidak kaku ,karena guru boleh

memodifikasi lagi penggunaan model pembelajaran ini sesuai dendan keinginan dan kebutuhan

serta situasi pembelajaran. ( 2 ) materi akan terarah ,karena guru terlebih dahulu menjabarkan

uraian materi sebelum dibagikan kartu kepada siswa, ( 3 ) melatih siswa untuk bekerja sama dan

menghargai kemampuan orang lain, ( 4 ) melatih siswa untuk berinteraksi secara baik degan

teman sekelasnya, ( 5 ) akan dapat memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa

melalui kartu yang dibagikan kepadanya, sebab mau tidak mau harus menghafal dan paling

tidak membaca materi yang diberikan kepadanya. ( 6 ) dapat meningkatkan tanggung jawab

siswa, sebab masing masing siswa diminta pertanggung jawaban atas kartu yang diberikan

kepadanya .

Sesuai dengan pendapat diatas maka model pembelajaran Take And Give siswa akan

lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapat informasi dari guru

dan siswa lain.Dan dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasan siswa akan

informasi. Namun kelemahannya bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat atau

salah ,maka informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang tepat .Sehingga perlu adanya

klarifikasi dari guru pada saat mengevaluasi keberhasilan.

Melalui penerapan model pembelajaran TAKE AND GIVE diharapkan siswa dapat

termotivasi untuk belajar memahami dan mengerti materi yang dipelajari bahkan mampu

menyampaikan sesama teman sehingga tercapai hasil belajar yang optimal dan kreteria

ketuntasan minimal .

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (

PTK ) .Ada empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas yaitu dimulai dari (a)

perencanaan (planning), (b) pelaksanaan tindakan (action), (c) pengamatan (observation ),dan d)

refleksi (reflection ). Yang terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa

kelas VIII SMP Tamansiswa Batu Tahun pelajaran 2015 / 2016 pada mata pelajaran PKn ,yang

terdiri dari 1 orang guru , 14 orang siswa.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016.

Materi yang digunakan adalah “Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat

Page 276: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1323

dalam sistim pemerintahan Indonesia,”Secara lebih terperinci prosedur tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Pra Siklus : pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dan pengamatan ( observasi )

baik melalui data maupun pelaksanaan pembelajaran. Hasil observasi data yang diperoleh

adalah hasil belajar PKn siswa kelas VIII SMP Tamansiswa Batu pada materi “Peran Lembaga

negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerintahan Indonesia” masih rendah

,belum memenuhi target ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah yang ditentukan ,serta tidak

sesuai dengan target yang diharapkan oleh guru.Kemudian peneliti melakukan refleksi dan

memutuskan bahwa solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas yaitu

dengan menerapkan model pembelajaran Take And Give .

Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan scenario pembelajaran

yang sesuai dengan RPP, yang terdiri dari kegiatan membuka, kegiatan inti, dan kegiatan

menutup yang telah direncanakan dengan menerapkan model pembelajaran Take And Give.

Kegiatan inti meliputi langkah: (1) guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya, (2) guru

menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi yang sudah direncanakan, (3) untuk

memantapkan penguasaan peserta didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk

dipelajari ( dihafal ) lebih kurang 10 menit, (4) semua siswa disuruh berdiri dan mencari

pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya

dalam kartu yang sudah diberikan, (5) demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling

memberi dan menerima materi masing masing (take and give ), (6) untuk mengevaluasi

keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya ( kartu orang lain), (7)

strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan, (8) guru dan siswa membuat kesimpulan

bersama mengenai materi pelajaran, dan (9) guru menutup pelajaran. Selama pelaksanaan

dilakukan observasi. Kemudian diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi dengan soal tes yang

telah dibuat.

Tahap pengamatan dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran. Pengamatan ini

dilakukan terhadap aktifitas guru dan siswa. Aktifitas guru dinilai dengan menggunakan lembar

obserfasi guru dan aktifitas siswa dinilai dengan menggunakan lembar obserfasi siswa yang

berperan sebagai observer adalah peneliti sebagai guru PKn yang dibantu dengan guru lain

sebagai kolaborator.

Tahap refleksi dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang

menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil tes. Hasil analisis

tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai

pedoman untuk menyusun rencana pada siklus II. Refleksi siklus 2 dilakukan analisis hasil

observasi dan penilaian untuk menentukan keberhasilan tindakan.Apabila hasil yang diinginkan

telah tercapai maka pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian.Baik yang

menyangkut penilaian proses (penilaian guru dan siswa ) maipun hasil tes.Hasil tersebut

digunakan sebagai rekomendasi bagi penelitian ini. Keseluruhan data dianalisis secara deskriptif

baik yang menyangkut hasil evaluasi maupun hasil tes.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi kegiatan (1) menyusun silabus, (2) menyusun skenario

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Take And Give yang dituangkan dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi peran lembaga negara sebagai pelaksana

kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia, (3) menyusun alat evaluasi, (4)

Page 277: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1324

menyiapkan alat dan bahan pembelajaran, dan (5) membuat lembar observasi guru dan siswa

beserta indikatornya.

Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian siklus I melalui tahapan pembelajaran sebagai berikut: (1)

guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya, (2) guru menyampaikan materi sesuai dengan

kompetensi yang sudah direncanakan, (3) untuk memantapkan penguasaan peserta didik, tiap

siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari (dihafal) lebih kurang 10 menit, (4)

semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap

siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan, (5) demikian

seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing masing (take

and give), (6) untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai

dengan kartunya (kartu orang lain), (7) strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan,

(8) guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran, dan (9) guru

menutup pelajaran dengan tes. Selama pelaksanaan dilakukan observasi.

Penyiapan kelas, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa dengan

mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi, dan

pengisian jurnal.

Guru : “Anak-anak sebelum kita belajar pada hari ini, mari kita berdoa terlebih

dulu agar kita bisa belajar dengan aman, nyaman, dan menyenangkan.

Ilmu yang kita pelajari akan bermanfaat bagi kita semua”.

Siswa : Siswa berdoa bersama.”Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru

mengadakan tanya jawab sebagai berikut:

Guru : Minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang demokrasi. Kalian masih

ingat Apa arti istilah demokrasi?”

Siswa : Demokrasi berasal dari bahasa Yunani. Dari kata demos dan cratien/

kratos Demos berarti rakyat, dan cratien berarti pemerintahan. Jadi

demokrasi adalah pemerintahan rakyat.

Guru : Bagus . Kalau begitu apa maksutnya pemerintahan rakyat?

Siswa 1 : Pemerintahan dari rakyat “

Siswa 2 : Pemerintahan rakyat memegang peranan penting.”

Guru : Ya. Semua benar. Intinya bahwa rakyatlah yang memegang kekuasaan

atau kedaulatan dalam pemerintahan. Nah hari ini kita akan belajar

tentang kedaulatan dan peranan lembaga negara dalam sistem

pemerintahan negara RI

Dari dialog di atas guru berupaya mengaitkan materi yang lalu dengan materi baru yang akan

diberikan. Siswa sudah memiliki gambaran materi yang dipelajari berikutnya. Sebelum

menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak menyanyi bersama lagu karya guru

yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak AKU ANAK SEHAT.

LEMBAGA NEGARA (LIRIK AKU ANAK SEHAT)

Lembaga negara di Indonesia

Berdasar UUD Tahun 45

MPR, DPR, DPD, PRESIDEN, BPK, MA, MK, serta KY

Saling kerja sama.

UUD 45 mengatur slalu.

Tugas wewenang lembaga itu

Jangan coba kianat kepercayaan rakyat

Laksanakan amanah dengan penuh setia.

Page 278: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1325

Dalam kegiatan ini sebagian siswa tampak kurang percaya diri, malu. Namun sebagian besar

tampak ceria dan semangat. Selanjutnya, guru menyampaikan materi secara singkat sesuai

dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta

didik setiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari (dihafal) lebih kurang 10

menit.

Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi

informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah

diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak antusias, bersemangat dalam

memberikan informasi kepada temannya. Namun, pada saat menerima informasi dari teman lain

siswa tampak pasif, kurang sungguh sungguh sehingga guru mendekati dan mengingatkan untuk

mencatat ringkasan informasi yang telah diterima tadi. Demikian seterusnya, sampai tiap peserta

dapat saling memberi dan menerima materi masing masing. Setiap anak menguasai semua topik

materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan

kartunya (kartu orang lain). Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lisan beberapa topik materi

yang bukan kartunya. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan. Guru dan siswa

membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. Saat guru melakukan pertanyaan

kepada siswa, jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh guru dan siswa mencatat

sebagai kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan menugasi peserta didik untuk mempelajari

materi berikutnya yang dibahas pada pertemuan berikutnya.

Pada pertemuan kedua, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa

dengan mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi,

dan pengisian jurnal.

Guru : Anak –anak sebelum kita belajar pada hari ini ,mari kita berdoa terlebih

dulu agar kita bisa belajar dengan aman , nyaman ,dan menyenangkan. Ilmu

yang kita pelajari akan bermanfaat bagi kita semua .”

Siswa : Siswa berdoa bersama.”Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru

mengadakan tanya jawab sebagai berikut :

Guru : Anak – anak minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang kedaulatan,

Kalian masih ingat apa arti istilah kedaulatan?”

Siswa : Kedaulatan berasal dari bahasa Arab. Dari kata daulah artinya kuasa. Jadi

kedaulatan artinya adalah kekuasaan tertinggi

Guru : Bagus. Kalau begitu apa maksutnya kedaulatan negara?

Siswa : Kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara “

Guru : :”Baik ! Menurut Jean Bodin kedaulatan negara dibedakan menjadi 2 apa

saja ”

Siswa : :”Kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar.”

Guru : “Ya benar ! Siapa yang bisa menjelaskan maksutnya kedaulatan ke dalam

dan ke luar ?

Siswa : :”Kedaulatan ke dalam maksutnya suatu negara itu berhak mengatur

pemerintahannya sendiri Bu !,dan kedaulatan ke luar maksutnya negara itu

berhak melakukan kerjasama dengan negara lain.

Guru : :”Baik. Kenapa kok perlu kerjasama dengan negara tetangga ?

Siswa : :”Ya Bu ! Agar tercapai tujuan bersama yang saling menguntungkan”.

Guru berusaha melacak pertanyaan sebagai penjajagan.

G:’ Nah hari ini kita akan melanjutkan materi minggu yang lalu .Kompetensi dasar sama

,namun indikator yang berbeda”

Page 279: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1326

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran . . Sehingga siswa sudah memiliki gambaran

materi yang dipelajari berikutnya.

Sebelum menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak menyanyi bersama

lagu karya guru yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak AKU ANAK

SEHAT.

G:’Anak anak ayo kita nyanyikan lagu ini dengan semangat Ya !

Siswa menyanyi sambil berdiri. Dalam kegiatan ini peserta didik tampak lebih percaya

diri karena teks lagunya ditayangkan melalui LCD. sebagian besar tampak ceria dan

semangat.Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat sesuai dengan

indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta

didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih

kurang 10 menit.

G:”Sekarang masing masing akan menerima kartu. Kartu ini berisi topik materi yang harus

kalian kuasai.Pelajari dan pahami topik ini dari berbagai sumber.Jika kalian ada yang

kesulitan memahami topic ini minta bimbingan bu guru agar tidak salah persepsi. Nanti

kalian akan menjelaskan ke temanmu secara bergantian.Namun sebelum memberikan

informasi kepada temanmu uraian materi kalian tulis dulu di kertas yang sudah

disediakan untuk mempermudah kalian memahami materi. Topik materi yang kalian

terima dari temanmu kamu tulis di kartu ini dan uraiannya tulis di buku tugas.Pelajari

dan pahami topik ini selama ± 15 menit.

S:” Mempelajari dan memahami topik materi pada buku paket dan buku sumber lain”.

Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi

informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah

diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak lebih antosias, dan bersemangat

dibanding pertemuan minggu lalu dalam memberikan informasi kepada

temannya.Namun dalam menerima informasi sebagian besar masih lambat .

Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi

masing masing (take and give), Setiap anak menguasai semua topik materi sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak

sesuai dengan kartunya (kartu orang lain), Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lesan

beberapa topic materi yang bukan kartunya . Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan

keadaan. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. Saat guru

melakukan pertanyaan kepada siswa ,jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh

guru dan siswa mencatat sebagai kesimpulan.

Guru menutup pelajaran dengan memberikan post tes. Selain melakukan pengamatan

pada saat proses pembelajaran, pada akhir pembelajaran dilakukan penilaian / evaluasi berupa

pos tes secara tertulis dengan bentuk objektif tes . .Hal ini digunakan untuk mengetahui apakah

hasil belajar sudah memenuhi target KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Kemudian

melakukan refleksi dengan memberikan angket kepada siswa .Yang semuanya digunakan

pedoman untuk melakukan tindakan pada siklus II

Pembahasan Hasil Siklus I

Saat melaksanakan proses pembelajaran ada beberapa masalah yang muncul antara lain

sebagai berikut (1) Siswa merasa kurang percaya diri dan merasa malu saat diajak menyanyi

bersama. (2) Siswa protes saat menerima topik yang bobotnya labih tinggi dan dianggap sulit.

Page 280: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1327

siswa kepingin tukar yang dianggap lebih mudah. (3) Siswa bersemangat dan antosias saat

memberi informasi tetapi pasif dalam menerima informasi.

Kendala-kendala yang muncul dalam kegiatan ini, yakni (1) teks lagu saat itu hanya

ditulis di papan tulis ,sehingga siswa yang duduk di belakang tidak jelas, (2) siswa sulit

memahami topik materi dari buku sumber, dan (3) siswa pasif dalam menerima informasi dari

teman sebayanya.

Pembahasan Hasil Siklus I

Siklus I Pertemuan II

Temuan yang unik dalam penelitian

Saat melaksanakan proses pembelajaran ada beberapa masalah yang muncul antara lain sebagai

berikut (1) Siswa yang merasa kurang percaya diri dan merasa malu saat diajak menyanyi

bersama, setelah syair lagunya ditayangkan melalui LCD takpak lebih merasa percaya diri .( 2)

Siswa tidak protes saat menerima topik yang bobotnya labih tinggi dan dianggap sulit karena

kartu diacak. Dan siswa tidak kepingin tukar yang dianggap lebih mudah. (3) Siswa

bersemangat dan antosias saat memberi informasi tetapi masih ada yang masih merasa kesulitan

dalam menerima informasi.

Kendala-kendala yang muncul dalam kegiatan ini antara lain: (1) Sebagian siswa masih

sulit memahami topik materi dari temannya. 2) .Waktu yang tersedia untuk memahami materi

yang diterima dari teman kurang. Dari hasil pengamatan dan hasil pos tes secara kuantitatif

ditunjukkan sebagai berikut :

1. Hasil pos tes

Dari 11 siswa peserta pos tes yang tuntas 7 siswa , dan yang belum tuntas 4 siswa Rata

– rata klasikal 70.61.Kreteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang telah ditentu Kan

sekolah dalam KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) 75 .Secara individu siswa

yang masih berada di bawah KKM sebanyak 36,36 %.

2. Lembar Observasi oleh pengamat.

Pengamat dalam kegiatan ini dilakukan 2 orang yaitu guru PKn teman sejawat dan Waka

Kurikulum .:

Dari data di atas terlihat bahwa hasil observasi siswa yang dilakukan oleh dua orang

pengamat terhadap 5 indikator aspek yang diamati (siswa bersemangat dalam

menghafalkan materi,aktif dalam memberikan informasi, bertanggung jawab menerima

informasi,mampu menyampaikan informasi, dan mampu memahami informasi yang

diterima) rekapitulasinya sebagai berikut.

Baik ( B ) = 5, Cukup ( C ) = 3 Kurang ( K ) = 2

Jika dibuat prosentase maka kategori baik ( B ) = 50 %, kategori Cukup (C)= 30 % , dan

kategori Kurang ( K ) = 20 %.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus I masih belum

Maksimal , perlu adanya perubahan tindakan pada siklus yang ke II.

3. Lembar observasi untuk guru.

Dari data lembar observasi untuk guru ,kedua pengamat memberi centang /

Mencontreng ya dari 5 indikator yang diamati. Hal ini berarti penggunaan

pembelajaran dengan model Pembelajaran Take And Give sudah dilaksanakan dengan

baik.

4.Lembar Angket siswa

Dari 12 siswa yang mengisi angket hasilnya dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Data di atas menunjukkan dari 12 siswa yang mencontreng atau mencen

Page 281: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1328

tang ya / positif yang mendukung metode ini dari 3 indikator no 1,2, dan 5 ada 26 yang

tidak 7. Sedangkan yang mencontreng indicator indicator negative yang kurang

mendukung menggunakan metode ini ,indicator no 2,dan 4 yang menjawab ya ada 6 dan

tidak 16. Dari data angket siswa yang merasa (lebih menyenangkan,lebih mudah

memahami,tidak merasa takut, tidak merasa sulit, lebih percaya diri. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa dengan Model pembelajaran ini siswa lebih senang,lebih mudah

memahami , lebih bersemangat ,dan lebih percaya diri ,serta lebih termotivasi.

PEMBAHASAN SIKLUS II

Pertemuan I

Observasi Aktifitas siswa dalam Proses pembelajaran pada Siklus II

Diskripsi Observasi Aktifitas Siswa.

Hasil analisis data observasi aktifitas siswa yang dilakukan oleh dua orang

pengamat pada siklus II merupakan gambaran aktifitas siswa dalam proses

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran TAKE AND GIVE (

menerima dan member informasi ) pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan

peran lembaga negara dalam sistem pemerintahan Indonesia dengan menggunakan

tahapan pembelajaran sebagai berikut : (1) guru menyiapkan kelas sebagaimana

mestinya, (2) guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi yang sudah

direncanakan, (3) untuk memantapkan penguasaan peserta didik ,tiap siswa diberi

masing masing satu kartu untuk dipelajari (dihafal) lebih kurang 10 menit, (4)

semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi

informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang

sudah diberikan, (5) demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi

dan menerima materi masing masing (take and give), (6) untuk mengevaluasi

keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu

orang lain), (7) strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan, (8) guru dan

siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran, dan (9) guru

menutup pelajaran dengan tes.. Selama pelaksanaan dilakukan observasi.

Penyiapan kelas, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa dengan

mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi, dan

pengisian jurnal.

G : “Anak –anak sebelum kita belajar pada hari ini ,mari kita berdoa terlebih dulu agar kita

bisa belajar dengan aman , nyaman ,dan menyenangkan. Ilmu yang kita pelajari akan

bermanfaat bagi kita semua .”

S: “Siswa berdoa bersama.”

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru mengadakan tanya jawab sebagai

berikut :

G : “ Minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang kedaulatan, Kalian masih ingat apa sifat

sifat kedaulatan?”

S: “Permanen , asli, bulat , dan mutlak “

G: “ Bagus . Kalau begitu apa maksutnya kedaulatan negara bersifat permanen?

S:“Kekuasaan negara tetap ada selama negara masih berdiri “

G :”Baik ! Menurut UUD 1945 kedaulatan apa yang dianut negara Indonesia ”

S :”Kedaulatan hukum dan rakyat.”

G : “Ya benar ! Siapa yang bisa menjelaskan maksutnya kedaulatan Rakyat ?

S:’Kedaulatan yang berasal dari rakyat ,oleh rakyat, dan untuk rakyat”

G:”Dimana hal itu diatur ?” Coba kalian lihat lagi catatanmu minggu yang lalu.!

Page 282: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1329

S:” Dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 2 Bu !”

G:” Bagaimana isinya ?”

S:” Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan UUD”.

G:”Hebat ! Siapa yang melaksanakan kedaulatan rakyat itu ?”

S:” DPR Bu ! , MPR Bu ! , DPRD Bu , DPD ya Bu !”

G:” Ya ! Semua yang kalian sebutkan tadi namanya lembega negara !”

Nah hari ini kita akan belajar tentang peranan lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan

rakyat dalam sistem pemerintahan negara RI. Dari dialog di atas guru berupaya mengaitkan

materi yang lalu dengan materi baru yang akan diberikan. Sehingga siswa sudah memiliki

gambaran materi yang dipelajari berikutnya.

Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Sebelum menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak menyanyi bersama

lagu karya guru yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak AKU ANAK SEHAT .

G : “ Anak – anak minggu yang lalu kalian sudah menyanyi lagu ini” AKU ANAK SEHAT’

Mari kita nyanyikan lagi bersama dengan berdiri.

Siswa menyanyi sambil berdiri. Dalam kegiatan ini siswa tampak lebih percaya diri

dibanding minggu lalu , sebagian besar tampak ceria dan semangat karena merasa sudah hafal.

Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat sesuai dengan indikator dan tujuan

pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta didik ,tiap siswa diberi masing

masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih kurang 10 menit. Topik materi diundi agar

siswa tidak protes .

G:”Seperti minggu yang lalu, sekarang kalian akan menerima kartu. Kartu ini berisi topik

materi yang harus kalian kuasai. Nanti kalian akan menjelaskan ke temanmu secara

bergantian. Topik materi yang kalian terima dari temanmu kamu tulis di kartu ini.

Pelajari dan hafalkan topik ini selama ± 10 menit. Sama seperti minggu lalu.

S:” Mempelajari dan memahami topik materi pada buku paket dan buku sumber lain.

LEMBAGA NEGARA (LIRIK AKU ANAK SEHAT) Lembaga negara di Indonesia Berdasar UUD Tahun 45 MPR,DPR,DPD,PRESIDEN,BPK,MA,MK,serta KY Saling kerja sama. UUD 45 mengatur slalu. Tugas wewenang lembaga itu Jangan coba kianat kepercayaan rakyat Laksanakan amanah dengan penuh setia.

Page 283: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1330

Siswa Mempelajari Topik Materi dari Buku Sumber

Siswa Belajar Memahami dan Menhafalkan Topik Materi

Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi

informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah

diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak antosias ,,bersemangat dalam

memberikan informasi kepada temannya. Namun pada saat menerima informasi dari teman lain

beberapa siswa saja tampak kurang sungguh sungguh sehingga guru mendekati dan

mengingatk

Gambar x: Siswa memberi dan menerima informasi dari teman sejawat

Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing

masing (take and give),Sehingga setiap anak menguasai semua topik materi sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan

kartunya ( kartu orang lain),Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lesan beberapa topic

materi yang bukan kartunya .Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadan. Guru dan

siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. Saat guru melakukan

pertanyaan kepada siswa ,jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh guru dan siswa

mencatat sebagai kesimpulan.

Page 284: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1331

Guru menutup pelajaran dengan menugasi siswa untuk mempelajari materi berikutnya

yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

Saat mempelajari , menguasai ,dan menghafal topik materi dalam buku paket dan sumber

belajar yang lain sebagian siswa tampak kesulitan untuk memahami . Sehingga pada siklus II ini

guru membimbing siswa yang merasa kesulitan memahami materi agar siswa lebih mudah

memahami dan menguasai topik yang dipelajari. Dalam memberi kan informasi sebagian besar

siswa tampak antosias dan bersemangat ,namun saat menerima informasi siswa tampak pasif

,kurang respon terhadap nformasi yang diterima, hal ini disebabkan karena pada awal

pembelajaran siswa belum ditekankan oleh guru bahwa informasi yang telah diterima harus

benar benar dikuasai oleh sebab itu pada siklus ini semua informasi yang telah diterima perlu

dicatat .Hasilnya kerja siswa dipajang di papan pajang

Hasil Kerja Siswa Di Pajang Di Papan Pajang

SIKLUS II PERTEMUAN II.

Observasi Aktifitas siswa dalam Proses pembelajaran pada Siklus II

Diskripsi Observasi Aktifitas Siswa.

Penyiapan kelas, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa dengan

mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi, dan

pengisian jurnal.

G : “Anak –anak sebelum kita belajar pada hari ini ,mari kita berdoa terlebih dulu agar kita

bisa belajar dengan aman , nyaman ,dan menyenangkan. Ilmu yang kita pelajari akan

bermanfaat bagi kita semua .”

S: “Siswa berdoa bersama.”

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru mengadakan tanya jawab sebagai

berikut :

G : “ Minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang peran lembaga negara sebagai pelaksana

kedaulatan rakyat, Kalian masih ingat siapa saja lembaga lembaga pelaksana

kedaulatan rakyat itu?”

Page 285: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1332

S:” MPR, DPR, DPD, PRESEDEN,BPK, MA,MK,KY :”

G:” Bagus ! Kalau begitu apa tugas dan kewajiban Presiden ? “

S:” Mengubah dan menetapkan UUD Bu !, Melantik Presiden dan wakil presiden Bu !”

G:” Baik ! Kalau DPR apa fungsinya ?

S:” Sebagai Legeslasi, Anggaran , dan Pengawasan !.

G:” Ya !

Nah hari ini kita akan melanjutkan materi minggu yang lalu .Kompetensi dasar sama ,namun

indikator yang berbeda”

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran . . Sehingga siswa sudah memiliki gambaran materi

yang dipelajari berikutnya. Sebelum menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak

menyanyi bersama lagu karya guru yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak Aku

Anak Sehat.

Siswa Menyanyi bersama

G:’Anak anak ayo kita nyanyikan lagu ini dengan semangat Ya !

Siswa menyanyi sambil berdiri. Dalam kegiatan ini peserta didik tampak lebih percaya

diri karena teks lagunya ditayangkan melalui LCD. sebagian besar tampak ceria dan

semangat.Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat sesuai dengan

indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta

didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih

kurang 10 menit.

Guru:”Sekarang masing masing akan menerima kartu. Kartu ini berisi topik materi yang harus

kalian kuasai.Pelajari dan pahami topic ini dari berbagai sumber.Jika kalian ada yang

kesulitan memahami topic ini minta bimbingan bu guru agar tidak salah persepsi. Nanti

kalian akan menjelaskan ke temanmu secara bergantian.Namun sebelum memberikan

informasi kepada temanmu uraian materi kalian tulis dulu di kertas yang sudah

disediakan untuk mempermudah kalian memahami materi. Topik materi yang kalian

terima dari temanmu kamu tulis di kartu ini dan uraiannya tulis di buku tugas.Pelajari

dan pahami topik ini selama ± 15 menit.

Siswa:” Mempelajari dan memahami topik materi pada buku paket dan buku sumber lain”.

Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi

informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah

diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak lebih antosias, dan bersemangat

dibanding pertemuan minggu lalu dalam memberikan informasi kepada

temannya.Namun dalam menerima informasi sebagian besar masih lambat .

Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing

masing (take and give),Sehingga setiap anak menguasai semua topik materi sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak

sesuai dengan kartunya ( kartu orang lain),Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lesan

beberapa topic materi yang bukan kartunya. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan

keadaan.

Page 286: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1333

Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. Saat guru

melakukan pertanyaan kepada siswa ,jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh

guru dan siswa mencatat sebagai kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan memberikan post

tes.

Selain melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran ,pada akhir pembelajaran

dilakukan penilaian / evaluasi berupa pos tes secara tertulis dengan bentuk objektif tes . .Hal

ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar sudah memenuhi target KKM yang telah

ditentukan oleh sekolah. . Kemudian melakukan refleksi dengan memberikan angket kepada

siswa .Yang semuanya digunaka pedoman untuk melakukan tindakan berikutnya.

Temuan yang Unik dalam Penelitian

Saat melaksanakan proses pembelajaran ada beberapa masalah yang muncul antara lain

sebagai berikut :1) Siswa yang merasa kurang percaya diri dan merasa malu saat diajak

menyanyi bersama, setelah syair lagunya ditayangkan melalui LCD takpak lebih merasa percaya

diri . 2) Siswa tidak protes saat menerima topik yang bobotnya labih tinggi dan dianggap sulit

karena kartu diacak. Dan siswa tidak kepingin tukar yang dianggap lebih mudah. 3) Siswa

bersemangat dan antosias saat memberi informasi tetapi masih ada yang masih merasa

kesulitan dalam menerima informasi.

Kendala-kendala yang muncul dalam kegiatan ini antara lain : 1) Sebagian siswa masih

sulit memahami topik materi dari temannya. 2) .Waktu yang tersedia untuk memahami materi

yang diterima dari teman kurang.Solusi yang dilakukan adalah memberi bimbingan secara

khusus dan menambah waktu pada kegiatan menerima informasi dengan cara mencatat hasil

informasi yang diterima pada lembar kerja siswa.

Dari hasil pengamatan dan hasil pos tes secara kuantitatif ditunjukkan sebagai berikut :

Hasil pos tes :

Dari 12 siswa peserta pos tes yang tuntas 10 siswa , dan yang belum tuntas 2 siswa Rata –

rata klasikal 76.67.Kreteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang telah ditentu Kan sekolah

dalam KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) 75 .Secara individu siswa yang masih

berada di bawah KKM sebanyak 36,36 %.

Lembar Observasi oleh pengamat.Pengamat dalam kegiatan ini dilakukan 2 orang yaitu guru

PKn teman sejawat dan Waka Kurikulum .Hasilnya terlihat sebagai berikut :

Dari data terlihat bahwa hasil observasi siswa yang dilakukan oleh dua orang

pengamat terhadap 5 indikator aspek yang diamati (siswa bersemangat dalam menghafalkan

materi,aktif dalam memberikan informasi,bertanggung jawab menerima informasi,mampu

Page 287: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1334

menyampaikan informasi, dan mampu memahami informasi yang diterima) rekapitulasinya

sebagai berikut.

Baik ( B ) = 7, Cukup ( C ) = 2 Kurang ( K ) = 1 Jika dibuat prosentase maka

kategori baik ( B ) = 70 %, kategori Cukup (C)= 20 % , dan kategori Kurang ( K ) = 10

%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus II sudah ada perubahan

yang signifikan dibanding siklus I.

3. Lembar observasi untuk guru.

Dari data lembar observasi untuk guru ,kedua pengamat memberi centang /

Mencontreng ya dari 5 indikator yang diamati. Hal ini berarti penggunaan

pembelajaran dengan model Pembelajaran Take And Give sudah dilaksanakan dengan

baik.

4.Lembar Angket siswa

Dari 12 siswa yang mengisi angket hasilnya dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Data di atas menunjukkan dari 12 siswa yang mencontreng atau mencen

tang ya / positif yang mendukung metode ini dari 3 indikator no 1,2, dan 5 ada 26 yang

tidak 7. Sedangkan yang mencontreng indicator indicator negative yang kurang

mendukung menggunakan metode ini ,indicator no 2,dan 4 yang menjawab ya ada 6 dan

tidak 16. Dari data angket siswa yang merasa (lebih menyenangkan,lebih mudah

memahami,tidak merasa takut, tidak merasa sulit, lebih percaya diri. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa dengan Model pembelajaran ini siswa lebih senang,lebih mudah

memahami , lebih bersemangat ,dan lebih percaya diri ,serta lebih termotivasi.

Tabel Prestasi Belajar PPKn Siswa Kelas VIII

NO Siklus Rata- rata

Tes Ketuntasan

1 I 70,91 63,64

2 II 76,67 83,33

Prestasi belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan pada pada siklus II. Peningkatan

belajar tersebut karena guru melakukan perubahan tindakan dalam kegiatan pembelajaran. Guru

berupaya melakukan perbaikan terhadap adanya berbagai permasalahan yang muncul ,mencari

solosi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada pertemuan yang berikutnya.

Pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran TAKE AND GIVE dapat

meningkatkan prestasi belajar PKn dari rata klasikal 70,91 menjadi 76,67.Peningkatan ini terjadi

karena siswa merasa mimiliki tanggung jawab yang tinggi untuk memahami , menguasai materi

, dan memiliki motivasi ingin menginformasikan materi yang dikuasai kepada teman sebayanya

dengan menarik dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widodo (

2009 ) model pembelajaran Take And Give mempunyai banyak karakteristik yaitu (1) inter aktif,

(2) inspiratif, (3) kreatif, ( 4 ) menantang, dan ( 5 ) menyenangkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitihan yang dilakukan di kelas VIII SMP TAMANSISWA

BATU ,dapat diambil kesimpulan kesimpulan bahwa model pembelajaran TAKE AND GIVE

dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas belajar peserta didik. Selain itu model

pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

PKn.Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan hasil pos tes . Dari rata rata klasikal 70,91 dari

ketuntasan 63,64 pada siklus pertama , meningkat menjadi rataa rata 76,67 dengan ketuntasan

83,33 pada siklus kedua.

Page 288: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1335

DAFTAR RUJUKAN

UU RI NO.20 Tahun 2003. tentang Sistem pendidikan Nasional, 2003. Bandung :Citra

Umbara.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi.

Winataputr, Udin .S 2006. Mareri dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

UUD RRI 1945. MPR RI Januari 2011 Jakarta.

Silberman, Mei . 2010. 101 Cara Penelitihan dan Pembelajaran Aktif . Terjemahan Dani

Dharyani . 101 Ways to Make Training Activi . 2015. Jakarta : Indeks

Yuanita, Eva. 2010 . Model Pembelajaran Take And Give. Tersedia pada http: // WYW 1d.

Wordpress . com / 2009 / 11/ 14/model pembelajaran – take – and – give /, diakses

tangal 14 Januari 2012.

Suyatno -2009 – Menjelajah Pembelajaran Inovatif . Jakarta : Bumi Aksara.

UURI N0 . 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional . 2003 . Bandung : Citra

Umbara.

Indien .2012 . Model Pembelajaran Take And Give . Tersedia pada http : // 007 Indien –

blogspot . com /2012 / 11 / model pembelajaran – take –and – give – html ( diakses

tanggal 22 Pebruari 2013 ).

Page 289: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1336

PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn

MATERI KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTIM PEMERINTAHAN

INDONESIA MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA

KELAS VIIIC SMP RADEN FATAH BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Endang Estu Pudjiharti

SMP Raden Fatah

[email protected]

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar materi kedaulatan

rakyat dalam sistim pemerintahan Indonesia pada siswa kelas VIII C SMP Raden Fatah

Batu menggunakan metode kooperatif jigsaw. Sebelum penelitian dilaksanakan hasil

prestasi belajar siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 50%. Hal ini

dikarenakan siswa malas membaca buku pelajaran, kurang semangat, tidak mandiri, dan

selalu bergantung pada teman yang rajin belajar. Untuk mengatasi masalah tersebut

perlu dilakukan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

siklus I terdapat peningkatan prosentase aktivitas siswa 61% pada pertemuan pertama

dan 68% pada pertemuan kedua, sedangkan pada siklus II sebesar 71% baik pada

pertemuan pertama dan 80% pada pertemuan kedua. Hasil belajar juga mengalami

peningkatan. Pada siklus I terdapat 61,29% siswa mencapai ketuntasan belajar dan

meningkat pada siklus II menjadi 80,64%. Tanggapan siswa juga positif, yang dapat

dilihat dari angket yang dijawab siswa yang merasa senang dengan model pembelajaran

ini.

Kata kunci: PKn, kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia, metode

kooperatif jigsaw

Peranan guru penting dalam perkembangan pendidikan,terdapat persepsi umum yang

mengakardalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat bahwa guru

merupakan sosok yang serba bisa.Beberapa pandangan yang kurang sejalan dengan abad 21

tentang sosok guru adalah sebagai berikut: (1)tugas guru hanya untuk mengajar, (2) guru hanya

menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan, dan (3)dalam situasi

belajar guru membebani dan menakutkan siswa karena tuntutan nilai yang tinggi.upaya-upaya

yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut diatas,perlu cara yang tepat,efektif dan

efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran.Dalam pembelajaran yang aktif dan efektif yang

paling penting bagi siswa adalah perilaku memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-

contoh, mencoba keterampilan dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan

yang dimiliki atau yang harus dicapai (Silberman dalam Hasbiati, 2015).Sejalan dengan hal

tersebut ada beberapa hambatan pembelajaran PKn di kelas VIII C SMP Raden Fatah sebagai

berikut: (1) siswa masih kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, (2) siswa malas

membaca materi pelajaran, dan (3) siswa yang malas hanya mengikut saja pada teman yang

rajin dalam satu kelompok, sehingga hasil belajar dari 31 siswa atau nilai ulangan hanya 16

orang atau 51,61% yang tuntas. Dalam penelitian ini dilakukan penerapan kooperatif jigsaw.

Pengertian berdasarkan Etimologinya kata Jigsaw merupakan kata yang berasal dara

bahasa inggris dengan terjemahan dalam bahasa Indonesianya “Gergaji Ukir”. Pola

pembelajaran model Jigsaw menyerupai pola cara penggunaan sebuah gergaji, yaitu siswa

melakukan aktifitas belajar dengan melakukan kerja sama dengan siswa lain dalam rangka

mewujudkan tujuan bersama.Sementara menurut pendapat ahli salah satunya Sudrajat (2008:1 )

.Pembelajaran model Jigsaw sebagai sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan secara

Page 290: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1337

kelompok, di mana dalam kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bertanggung jawab untuk

menguasai bagian dari materi ajar dan selanjutnya harus mengajarkan materi yang telah dikuasai

tersebut kepada teman satu kelompoknya. Model pembelajaran Jigsaw akan menjadi sebuah

solusi yang efektif apabila diterapkan dalam pengajaran terhadap materi ajar yang dapat dibagi

menjadi beberapa bagian dan materi ajar tersebut tidak harus urut dalam penyampaiannya.

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s,

(Aronson, Blaney Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka

juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.Sehingga

baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat diperlukan.Model pembelajaran

Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan

bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan

internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.

Jigsaw sebagai salah satu tipe pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pembelajaran

membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara.Teknik ini menggabungkan kegiatan

membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa

mata pelajaran, seperi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama,

dan bahasa.Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif,

siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan

keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari

masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota

kelompok yang lain.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan

kelompok asal.Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota

kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan

kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal)

yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota

kelompok asal.Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok

ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.

Kunci tipe Jigsaw ini adalah ketergantungan . Artinya para siswa harus memiliki

tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan

informasi dan memecahkan masalah yang diberikanLangkah-langkah kegiatan pembelajaran

dengan Model Pembelajaran tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: (1) membentuk kelompok

heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang, (2) tiap orang dalam kelompok diberi sub

topik yang berbeda, (3) setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing

dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli (4) anggota ahli dari

masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah

dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok, (5) kelompok ahli berdiskusi untuk membahas

topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut (6) setelah

memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing,

kemudianmenjelaskan materi kepada rekan kelompoknya,(7) tiap kelompok

memperesentasikan hasil diskusi, (8) guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran

tentang materi yang telah didiskusikan, dan (9) siswa mengerjakan tes individual atau

kelompok yang mencakup semua topik.

Page 291: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1338

METODE

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan

dalam dua siklus. Setiap siklus adalah permasalahan (problem), perencanaan (planning),

pelaksanaan(acting), observasi (observing atau monitoring), dan refleksi(reflecting atau

evaluating).

Tahap perencanaan dilakukan kegiatan: (1) menyusun rencana pembelajaran, (2)

menyiapkan materi pembelajaran PKn dengan menggunakan media pembelajaran buku paket

PKn(BSC) kelas VIII dan buku penunjang lainnya berupa artikel tentang makna kedaulatan, dan

(3) menyusun tes akhir. Tahap Pelaksanaan pembelajarandilakukan kegiatan: (1) guru

menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) menyajikan materi sebagai pengantar , (3)

guru membagi siswa menjadi 5 kelompok ,setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa, (4)

guru membagi sub materi yang berbeda pada masing- masing kelompok, (5) dari kegiatan kerja

kelompok siswa tersebut , guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan

kopetensi yang ingin dicapai, dan (6) Kesimpulan dan rangkuman. Kegiatan observasi

dilakukan melalui pengamatan langsung pada saat kegiatan pembelajaran oleh pengamat dari

guru sebagai teman sejawat sebagai observer. Pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat

untuk mencatat aktifitas dan interaksi pembelajaran di kelas pada saat guru melakukan

pembelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan dengan mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran,

kendala, dan alternative solusinya bersama observer. Tahapan kegiatan siklus 2, pada dasarnya

sama dengan siklus 1 dan merupakan perbaikan dari siklus. Tahapan penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut.

Siklus 1

Siklus 2

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Siklus I dilakukan pada tanggal 10 Maret 2016. Penelitian pada siklus pertama dilakukan

dua kali pembelajaran. Langkah pembelajaran metode kooperatif jigsaw adalah sebagai

berikut: pembentukan kelompok,pemberian sub topik,mendiskusikan sub topik masing-masing

dan menetapkan anggota ahli,mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai

dengan banyaknya kelompok.membahas sub topik yang diberikan dan saling membantu untuk

menguasai, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing,Tiap kelompok

Pengamatan terhadap

Situasi Pembelajaran

Evaluasi terhadap

situasi

Rencana Tindakan

Tindakan

Refleksi

Observasi

Rencana Tindakan

Refleksi

Tindakan

Observasi

Page 292: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1339

memperesentasikan hasil diskusi,memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang

materi yang telah didiskusikan. Pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi dengan

melakukan tanya jawab dengan siswa sperti berikut.

G:Pada pertemuan hari ini ,anak-anak akan belajar tentang makna

kedaulatan,apa yang kamu ketahui

tentang pengertian kedaulatan ?

S:Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi

G:Bagus !mungkin yang lain menambahkan ?

S:Kedaulatan berasal dari bahasa arab yaitu “Daulah”

G:Bagus ,semua jawaban yang kalian kemukakan benar, kedaulatan berasal

dari bahasa arab yang artinya kekuasaan

Berdasarkan dialog di atas, terlihat bahwa siswa sudah bisa memberikan penjelasan sederhana

tentang pengertian kedaulatan.

Gambar 2 . Guru memberi penjelasan pada kegiatan Apersepsi

Gambar 3. Pelaksanaan diskusi pada kelompok ahli

Kegiatan inti:

Pembentukan kelompok ,siswa dibagi menjadi 5 kelompok ,setiap kelompok

beranggotakan 5 orang siswa.Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota

kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing .Pada pelaksanaan diskusi kelompok

ahli masih ada beberapa siswa yang belum focus dan siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri.

Guru memberikan arahan dan Tanya jawab dengan siswa sebagai berikut:

G:Anak-anak yang namanya diskusi, saling bertukar pikiran sesame anggota

kelompok dan menyamakan

pendapat !jangan bekerja sendiri-sendiri .

S:Tadi,jawabannya saya tanya pada teman yang pintar bu !

G:Lha…,kalau begitu apa gunanya diskusi !kalian boleh bertanya ,tapi kalian

juga harus membaca buku

referensinya( buku paket dan artikel yang ibu bagikan tadi),kemudian sama-

sama

menemukan jawabannya dan menyamakan pendapat.

Page 293: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1340

S:Baik bu .

G:Diskusi supaya lebih hidup ,kalian harus saling mempertahankan pendapat

kalian masing-masing

Setelah pelaksanaan diskusi kelompok ahli,masing-masing anggota kelompok ahli

kembali ke kelompok asal dan saling menjelaskan pada temannya dalam satu

kelompok,kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.Pada

pelaksanaan presentasi di depan kelas masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan

asyik ngomong dengan teman sebelahnya,hal ini dikarenakan suara yang presentasi kurang

keras.Setelah selesai presentasi hail diskusi, guru memberikan kesimpulan dan penguatan pada

siswa tentang materi yang telah di diskusikan.Pada waktu guru memberikan penjelasan pada

siswa ,masih ada siswa tidak memperhatikan ,hal ini disebabkan tempat duduk siswa yang

membelakangiguru.

Pada pelaksanaan pertemuan ke dua tetap pada KD yang sama.

Kegiatan inti

Pada pembentukan kelompok, siswa dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok

beranggotakan 5 orang siswa. Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota

kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing. Pada diskusi kelompok masih ada

siswa yang bekerja sendiri-sendiri dan ada juga yang tidak konsentrasi pada pelaksanaan

diskusi, guru mendekati kelompok yang kurang konsentrasi tadi dan memberikan arahan:

G: Anak- anak pada pertemuan yang lalu ibu sudah menjelaskan diskusi

kelompok itu tidak bekerja sendiri –sendiri ,tapi kalian harus saling bertukar

pendapat dan pada akhirnya menyamakan pendapat dari masing –masing

anggota kelompok .

S: Baik bu kami akan melaksanakan sesuai dengan anjuran ibu.

G: Bagus kalian sudah mengerti ,silakan dilaksanakan.

S: Terima kasih bu atas peringatannya .

Setelah pelaksanaan diskusi selesai kelompok ahli kembali kelompok asal, dan masing-

masing anggota kelompok ahli saling menjelaskan pada kelompoknya masing-masing. Dari

lima kelompok, dua kelompok mewakili persentasi didepan kelas. Namun, pada pelaksanaan

persentasi didepan kelas, masih ada siswa yang kurang memperhatikannya. Setelah guru

memberikan penjelasan dan penguatan materi pada siswa, guru tidak menyuruh siswa untuk

menghadap kedepan kelas, sehingga ada beberapa siswa yang membelakangi guru tidak

memperhatikan dan ngomong dengan temannya sendiri, dan pada saat guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk bertanya, tidak ada siswa yang bertanya.

Setelah guru memberikan penjelasan guru memberikan tes individual pada akhir

pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan tes tertulis dilakukan dalam bentuk essay,

jumlah soal terdiri dari 5 item. Tes hasil belajar pada siklus I dengan ketentuan KKM (Kriteria

ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran PKn adalah 76. Hasil tes tulis pada siklus I, dari 31

siswa yang mencapai nilai KKM adalah 19 siswa atau 61.29% dan yang belum tuntas 12 siswa

atau 38.71%. Untuk mengetahui capaian kualitas pembelajaran dilakukan pemberian angket

kepada siswa, hasil yang diperoleh adalah: (1) Apakah pembelajaran yang baru berlangsung

menyenangkan? jawaban ya =19 siswa atau 61,29%, (2) jawaban tidak =12 siswa atau 38,71%,

(2) Apakah pembelajaran yang baru berlangsung dapat meningkatkan semangat belajar kalian?

Jawaban ya =21 siswa atau 67,74%, jawaban tidak =10 siswa atau 32,26%, (3) Apakah dengan

pembelajaran yang baru berlangsung kalian lebih mudah memahami pelajaran? jawaban ya=21

Page 294: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1341

siswa atau 67,74%, jawaban tidak=10 siswa atau 32,26%, (4) Apakah dengan pembelajaran

yang baru berlangsung dapat menumbuhkan kerukunan antar teman? jawaban ya=17 siswa atau

54,83%, jawaban tidak=14 siswa atau 45,16%.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan teman sejawat pada pelaksanaan siklus I, dengan

menggunakan metode kooperatif jigsaw masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu

diperbaiki, diantaranya adalah: pada pelaksanaan diskusi masih banyak siswa yang bekerja

sendiri-sendiri, kurang konsentrasi, anggota kelompok ahli kurang bisa menjelaskan ke

kelompok asalnya sehingga pelaksanaan diskusi kurang hidup, siswa yang persentasi didepan

kelas volume suaranya kurang keras sehingga sebagian siswa kurang memperhatikan dan

ngomong sendiri dengan temannya. Penjelasan guru dalam memberikan penguatan pada siswa,

tidak diperhatikan oleh semua siswa, terutama siswa yang membelakangi guru tempat

duduknya. Dari temuan kekurangan diatas maka perlu adanya perbaikan pada pelaksanaan

siklus ke II.

Siklus II

Siklus II dilakukan pada tanggal 8 April 2016, dilanjutkan kembali proses pembelajaran

mengenai makna kedaulatan rakya dan lembaga pelaksana kedaulatan. Penelitian pada siklus

kedua dilakukan dua kali pembelajaran. Langkah pembelajaran metode kooperatif jigsaw

adalah sebagai berikut: pembentukan kelompok, pemberian sub topik, mendiskusikan sub topik

masing-masing dan menetapkan anggota ahli, mengintegrasikan semua sub topik yang telah

dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok membahas sub topik yang diberikan dan saling

membantu untuk menguasai, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok asal masing-

masing. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi, memberikan tes individual pada akhir

pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan. Pada pelaksanaan diskusi kelompok,

tempat duduk siswa pada pertemuan pertama ini sudah dirubah posisinya membentuk leter U,

sehingga siswa tidak membelakangi papan tulis.

Pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi dengan melakukan tanya jawab

dengan siswa sperti berikut:

G : Anak –anak bagaimana dengan posisi tempat duduk kalian lebih nyaman

atau bagaimana?

S : Lebih nyaman bu,kita bisa melihat ke depan semua.!

G : Anak –anak ,kalian masih ingat pelajaran pada pertemuan yang lalu ? Ibu

mau mengingatkan dan

bertanya pada kalian, negara Indonesia menggunakan teori kedaulatan apa

?

S : Teori kedaulatan rakyat !

G : Selain kedaulatan rakyat masih adakah teori kedaulatan dipraktekkan di

Negara Indonesia?

S : Ada bu,yaitu kedaulatan Hukum !

G : Bagus ! tepuk tangan untuk Putri dan anggun.

S : Dasar hokum teori kedaulatan rakyat itu pasal I ayat( 2) atau pasal 2 aayt

(1) bu ?

G : Coba buka UUD 1945 ! Tunjukkan pasal yang menyebutkan kedaulatan

rakyat !

S : Pasal 1 ayat( 2) UUD 1945 “Kedaulatan ada ditangan dan dilakukan

menurut Undang Undang Dasar”.

G : Bagus kalian lebih giat lagi belajar dengan banyak membaca buku paket

maupun buku referensi yang Lain.

Page 295: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1342

Berdasarkan tanya jawab diatas dapat disimpulkan, bahwa siswa sudah bisa memahami

teori kedaulatan yang dipraktekkan di Negara Indonesia. Pada awal pembelajaran sudah

menunjukkan sebagian siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran PKn.

Kegiatan inti pada pertemuan pertama:

Pembentukan kelompok, siswa dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok

beranggotakan 4 orang siswa. Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota

kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing. Pada pelaksanaan diskusi kelompok

ada 4 sub topic ,setiap sub topic dibahas oleh dua kelompok. Guru memberikan arahan dan

Tanya jawab dengan siswa sebagai berikut:

G :Anak –anak bagaimana ? apakah kalian sudah bisa memahami perbedaan

tugas dan wewenang dari

DPR dan DPD ?

S : Sudah bu ,kalau DPR mempunyai wewenang antara lain membentuk

undang-undang yang dibahas

dengan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama.Kalau DPD

mengajukan pada DPR

rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah.

G :Hebat ! kalian sudah bisa memahaminya .

S : Perbedaan tugas dari DPR dan DPD itu bagaimana bu?

G : Bedanya kalau DPR melaksanakan tugas sesuai UU no 17 Tahun 2014

tentang MPR,DPR,DPD,dan

DPR,dimana tugas itu dilaksanakan di pemerintahan pusat.Sedangkan

DPD ,sesuai dengan UU yang

sama ,melaksanakan tugasnya di daerah.Bagaimana bisa dipahami ?

S : Bisa bu.

Setelah terjadi dialog dengan siswa maka dapat disimpulkan siswa sudah bisa memahami

tentang tugas dan wewenang DPR dan DPD, tetapi pada kelompok lain yang membahas tentang

materi yang lain yaitu tentang tugas dan wewenang MPR, diskusi tidak bisa berjalan dengan

baik karna masih ada dari anggota kelompok yang tidak ikut partisipasi dalam diskusi sehingga

hanya mengikut hasil dari pekerjaan teman sekelompoknya saja.

Pada pertemuan ke II

Pembentukan kelompok, siswa dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok

beranggotakan 4 orang siswa. Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota

kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing. Pada pelaksanaan diskusi kelompok

ada 4 sub topic, setiap sub topic dibahas oleh dua kelompok . Guru memberikan arahan dan

Tanya jawab dengan siswa sebagai berikut

G : Bagimana apakah kalian sudah bisa menjelaskan tentang kewenangan dari

Mahkamah Agung

,Mahkamah konstitusi ,Komisi Yudisial dan Badan Pemeriksa Keuangan ?

S : Sudah bu !

G : Baiklah kalau begitu ,ibu ingin menanyakan pada kalian apakah

perbedaan antara kewenangan dari

MahkamahAgung dan Mahkamah Konstitusi ?

S : Bisa bu MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk

menguji undang-undang

terhadap UUD.

Page 296: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1343

G : Betul itu adalah wewenang MK ,untuk wewenang MA adalah menguji

peraturan perundang-undangan

dibawah undang-undang terhadap undang-undang.

Setelah guru memberikan penjelasan guru memberikan tes individual pada akhir

pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan.Tes tertulis dilakukan dalam bentuk esay

,jumlah soal terdiri dari 4 item.Tes hasil belajar pada siklus I dengan ketentuan KKM (Kriteria

ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran PKn adalah 76.Hasil tes tulis pada siklus II ,dari 31

siswa yang mencapai nilai KKM adalah 25 siswa atau 80,64% dan yang belum tuntas adalah 6

siswa atau 19,35% . Untuk mengetahui capaian kualitas pembelajaran dilakukan pemberian

angket kepada siswa,hasil yang diperoleh adalah: (1)Apakah pembelajaran yang baru

berlangsung menyenangkan? jawaban ya =24 siswa atau 77,42%, (2) jawaban tidak =7 siswa

atau 22,58%, (2)Apakah pembelajaran yang baru berlangsung dapat meningkatkan semangat

belajar kalian? Jawaban ya =25 siswa atau 80,65%, jawaban tidak =6 siswa atau19,35%,

(3)Apakah dengan pembelajaran yang baru berlangsung kalian lebih mudah memahami

pelajaran?jawaban ya =24 siswa atau 77,42%,jawaban tidak=7 siswa atau 22,58%.(4)Apakah

dengan pembelajaran yang baru berlangsung dapat menumbuhkan kerukunan antar

teman?jawaban ya =26 siswa atau 83,87%,jawaban tidak =5 siswa atau 16,13%.Setelah proses

pembelajaran ditempuh sebanyak 4 kali pertemuan mulai dari siklus I sampai siklus ke II, maka

berdasarkan analisis data kegiatan siswa diperoleh peningkatan aktivitas siswa yang cukup

berarti. Berdasarkan dari data yang ada secara umum dikatakan bahwa hasil belajar meningkat.

Kenyataan ini bisa dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada materi “Kedaulatan rakyat

rakyat dalam sistim pemerintahan Indonesia “ dengan menggunakan model pembelajaran tipe

jigsaw menarik bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari materi pembelajaran

secara sungguh-sungguh. Dengan belajar sendiri maupun dengan memperhatikan penjelasan

temannya dan penjelasan guru yang memberikan bimbingan dalam diskusi. Hal ini juga terlihat

dari hasil angket siswa yang memperlihatkan motivasi yang dimiliki siswa dengan belajar tipe

jigsaw menyenangkan, maka pembelajaran akan dirasakan lebih efektif dan efisien dalam

menyampaikan materi pelajaran atau mengajarkannya, sehingga tercipta suasana belajar yang

kondusif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lestari (2003), Chalima (2006), Ulfa

(2008) dalam Hasbiati (2015), model jigsaw dapat meningkatkan aktifitas belajar, partisipasi

dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hal itulah yang diharapkan dari suatu pembelajaran

kooperatif. Siswa yang bekerja dalam kelompok diharapkan akan belajar lebih giat (1984)

dalam Yassa (2008) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses

pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan

dibandingkan dengan siswa yang kelasnya dikelola secara tradisional (Suryanto, 2009).

Trinandita menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan antar

siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi hidup dan kondusif, dimana masing-

masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktifitas yang timbul

dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan

mengarah pada peningkatan prestasi.

Berdasarkan uraian bahwa proses pembelajaran kedaulatan rakyat dalam system

pemerintahan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

terdapat hubungan antara motivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan hasil

belajar setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Jadi bisa dikatakan, apabila siswa aktif pada

saat diskusi membahas materi pelajaran baik dalam hal bertanya ataupun mengemukakan

pendapat, maka berarti siswa sudah mengerti dan paham apa yang sedang dipelajari. Sehingga

Page 297: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1344

hasil belajarnyapun meningkat. Dengan demikian, apabila siswa memahami materi

pembelajaran yang telah disampaikan maka secara otomatis akan berpengaruh baik terhadap

proses pembelajaran siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis temuan dan pembahasan yang diuraikan dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan: (1) motivasi belajar siswa hasil angket menunjukkan bahwa 81% siswa senang,

(2) aktifitas belajar siswa dalam angket pada siklus pertama dari 61% meningkat menjadi 68%

atau sebanyak 7%, dan pada siklus kedua dari 68% menjadi 77%, dengan kata lain meningkat

sebanyak 9%, (3) hasil belajar materi kedaulatan rakyat dalam system pemerintahan Indonesia

dilihat dari ketuntasan belajar siswa dimana KKM pada kelas VIII adalah 76. Dengan

menggunakan model pembelajaran Jigsaw KKM siswa kelas VIII mengalami peningkatan

dimana pada siklus pertama meningkat sebanyak 7% yaitu dari 61% menjadi 68%, dan pada

siklus kedua meningkat sebanyak 9% yaitu dari 68% menjadi 77%. Dengan hasil penelitian

tersebut, proses pembelajaran dengan pengaplikasian model pembelajaran Jigsaw membuat

hasil yang meningkat pada hasil belajar siswa.

Lebih lanjut lagi disarankan guru mengadakan penelitian lebih lanjut dengan

mengembangkan proses pembelajaran dengan model jigsaw agar diperoleh hasil yang akurat

dan memuskan.

DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat. 2008. Pembelajaran Model Jigsaw. Gramedia Bandung.

Arronson, Brandey dan Stephen. 1978 .Pengertian Hasil Belajar Siswa Definisi, Tujuan,

Penilaian, Jenis, Alat, dan Faktor yang mempengaruhi.

Hasbiati. 2015. Meningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw.

Chalimah, N.U. 2006. Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa MA Al Ashor Gunung-Pati Semarang

dengan Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw. Semarang; UNNES: Skripsi tidak

diterbitkan.

Lestari, E. 2003. Penigkatan HasilBelajar pada Konsep Hormon Melalui Strategi Jigsaw pada

Siswa kelas 9 SMP N 9 Semarang. Semarang: UNNES: Skripsi tidak Diterbitksan.

Ulfah, F.2008.Peningkatan Proses dan Hasil Belajar dalam menyelesaikan Soal Cerita melalui

Sratagi Cooperative Learning Tipe Jigsaw di kelas III SD Islam Sabililah

Malang.Yayasan Sabilillilah:Penelitian Tindakan Kelas.

Page 298: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1345

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JPS (JIGSAW

DENGAN SUMBER PRIMER DAN SEKUNDER) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 BATU

Suprapto Rasid

SMP Negeri 06 Batu

[email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik

menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan sumber primer dan

sekunder, rancangan pelaksanaaan perbaikan menggunakan Penelitian Tindakan

Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar peserta didik meningkat setelah menggunakan Model Pembelajaran ini.

berdasarkan nilai rata-rata prasiklus nilai rata-rata 61.18, siklus 1 nilai rata-rata 76.18

dan pada siklus 2 nilai rata-rata 80.15

Kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan sumber primer

dan sekunder

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses

pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan

pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan

mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

(Silberman, 2001)

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk

belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi

proses pembelajaran, dan peran guru adalah sebagai motivator dan fasilitator sehingga

pembelajaran berlangsung secara efektif dan efesien. Dalam pembelajaran hendaknya dapat

menimbulkan rasa ingin tahu dari peserta didik, disesuaikan dengan tingkat berpikir mereka dan

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang akan menimbulkan sikap positif terhadap IPS

Belajar adalah salah satu cara untuk untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum.

Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat

melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan strategi pembelajaran tertentu

untuk mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. IPS merupakan salah satu mata

pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan presentase jam 4 kali 40 menit tiap minggu

sebenarnya dibandingkan dengan isi dan muatan materi yang padat dan sarat pengetahuan waktu

yang tersedia sangat kurang, Permasalahan lain yang sering terjadi adalah proses pembelajaran

yang monoton, dan kurang bervariasi, metode yang kurang menarik dan menantang

menyebabkan peserta didik tidak menumbuhkan cara berpikir kritis, kreatif dan inovatif.

Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat akan menyebabkan peserta didik bosan

dan jenuh mereka hanya bisa berangan-angan dan membayangkan apa yang telah diterangkan

oleh guru, ketika materi yang disampaikan Kadang-kadang karena kebosanan yang sudah

memuncak pada peserta didik, mereka mendengarkan saja tanpa makna dan tangan mereka

mencorat-coret buku atau menggambar tokoh kartun dan sebagainya. Kebosanan itu berlanjut

Page 299: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1346

menjadi keadaan kelas yang tidak bersemangat peserta didik pasif dan guru sangat aktif , selain

itu masih rendahnya minat baca peserta didik membuat pelajaran ini menjadi lumpuh.

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar dimana peserta didik belajar

dalam kelompok kecil saling memiliki tingkat kemampuan berbeda. Menurut Thomson (dalam

Lince, 2001:14), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada

pembelajaran IPS Nur (2005:2) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif menciptakan

sebuah revolusi pembelajaran di dalam kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama

pembelajaran. Peserta didik dapat saling membantu satu sama lain guna menuntaskan bahan ajar

akademiknya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar

dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya. Contohnya menjadi pendengar yang

baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, peserta didik diberi

lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah : (1) Peserta didik bekerja dalam

kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajarnya. (2) Kelompok dibentuk

dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. (3) Bilamana mungkin,

anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda. (4)

Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi mampu memacu

keberhasilan individu melalui kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan pembelajaran yaitu : (1). Kemampuan akademik. (2).

Penerimaan perbedaan individu. (3). Penembangan keterampilan sosial. Pembelajaran

kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi peserta didik juga harus mempelajari

keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan

kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat

dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan

tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan tehnik yang paling banyak dipraktikkan,

setiap siswa mengajarkan sesuatu dan bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi pada

kelompok asal, yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain

membentuk kumpulan pengetahuan dan ketrampilan yang terpadu (silbermen, 2014:180).

Banyaknya anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw biasanya terdiri dari 4

– 6 orang. Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing, dan mereka wajib

menjelaskan apa yang ditugaskannya itu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang

mendapat tugas penguasaan materi itu disebut kelompok ahli. Sedangkan kelompok yang

dibentuk pertama adalah Kelompak Asal

Kunci keberhasilan Jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap peserta didik

bergantung kepada anggota timnya untuk mendapat informasi yang dibutuhkannya agar dapat

menyelesaikan permasalahan dengan baik. Langkah-langkah pokok pelaksanaan pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw adalah: (1). Peserta didik dikelompokkan ke dalam 4-6 anggota tim (2).

Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda (3). Tiap orang dalam tim diberi bagian

materi yang ditugaskan(4). Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub

bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab

mereka (5). Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan

bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap

anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh (6). Tiap tim ahli mempresentasikan

hasil diskusi (7). Guru memberi evaluasi (8). Penutup

Keragaman sumber belajarpun dibutuhkan, karena permasalahan tersebut dirasa sangat

berat maka untuk itulah penulis yang juga sebagai guru IPS mencoba metode dan pendekatan

Page 300: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1347

pembelajaran inovatif yang dapat membantu dan mengembangkan keaktifan peserta didik serta

selaras dengan tujuan pembalajaran IPS dengan Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan

sumber primer dan sumber sekunder dalam pembelajaran IPS.

Sebagian seorang guru yang mengajar pada SMP Negeri 06 Batu, penulis mengemukakan

bahwa mendapat kendala pada pelajaran IPS kelas VIII. Nilai evaluasi untuk materi ini masih

dibawah rata-rata. Sebagai tindak lanjut penulis melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), pada penelitian ini tindakan yang diberikan adalah menggunakan model pembelajaran

tipe jigsaw dengan sumber primer dan sumber sekunder. Upaya-upaya yang dilakukan guru

untuk mengatasi hal tersebut diatas, perlu cara yang tepat, efektif dan efisien dalam tercapainya

tujuan pembelajaran.

Dalam pembelajaran yang aktif dan efektif yang paling penting bagi peserta didik adalah

perilaku memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan dan

melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang dimiliki atau yang harus

dicapai. (Silberman, 2001).

Pembelajaran di SMP Negeri 06 Batu khususnya kelas VIII pada mata pelajaran Ilmu

Pengatahuan Sosial , penguasaan materi belum berhasil dengan baik. Oleh sebab itu perlu

segera mendapat penanganan dan perhatian peneliti. Pola pembelajaran yang dilakukan oleh

peneliti selama ini, hanya mengandalkan salah satu macam metode yang dianggap sesuai

dengan kondisi sekolah yaitu metode ceramah dan mash jarang mengunakan alat peraga sebagai

media belajar. Sehingga pembelajaran yang diharapkan belum tercapai dan hasil prestasi belajar

secara maksimal belum dicapai.

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar peserta

didik menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan sumber primer dan sumber

sekunder pada mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 06 Batu. Manfaat Penelitian

dengan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dapat bermanfaat bagi peserta didik, guru dan

sekolah, dalam meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan kemampuan berfikir kritis

dan kreatif, meningkatkan motivasi dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Bagi

peneliti, Alat evaluasi bagi penulis agar memilih model pembelajaran yang tepat, penulis dapat

mengatasi kekurangannya dalam proses belajar-mengajar. Bagi Peserta didik, mempermudah

memahami materi pelajaran IPS kelas VIII, materi pelajaran lebih mudah dipahami dan

dimengerti, membentuk sikap keingintahuan dan mandiri. Bagi Guru, penulis berharap bagi

teman sejawat dapat mendeteksi secara dini jika terdapat kendala dalam pembelajaran, sebagai

referensi bagi guru lain yang ingin melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bagi

Sekolah, ketuntasan pemahaman terhadap materi pelajaran menunjang keberhasilan peserta

didik dalam menentukan ketuntasan nilai, dapat memanfaatkan bahan penunjang sarana dan

prasarana pendidikan yang ada secara optimal sesuai dengan materi pembelajaran.

Sebenarnya banyak metode yang telah dicoba oleh guru ternyata masih kurang

menarik karena verbalitas yang tinggi membuat hasil pembelajaran ini masih rendah. hasil

observasi menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada KD 7.1 mendiskripsikan

permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi,

serta pemerintah dalam upaya penanggulangannya belum optimal. Hal ini terbukti dari hasil

Ulangan Harian masih mencapai 61,18 atau masih dibawah KKM yaitu 70. selama penilaian

proses, peserta didik belum menunjukkan rasa senang, kreatifitas serta keaktifannya juga tidak

muncul dalam mengikuti pembelajaran IPS. Untuk pembelajaran IPS yang mendapat respon

dari peserta didik, maka seyogyanya perlu dikembangkan metode pembelajaran perbaikan yang

mampu memfasilitasi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar, yaitu menggunakan

metode Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan sumber primer dan sekunder

Page 301: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1348

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action researh) yang

mencakup empat tahapan penting, yaitu: a) perencanaan (planning); b) pelaksanaan tindakan

(action); c) pengamatan/ observasi (observation) ; dan d) refleksi (reflection).

Siklus 1

Siklus 2

Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk membentuk

sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Penelitian

dilaksanakan dalam 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Dua pertemuan

pembelajaran dan satu pertemuan tes. Kegiatan perencanaan dilakukan dengan menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan bahan pembelajaran, menyiapkan tes. Kegiatan

pelaksanaan tindakan dilakukan dengan praktik pembelajaran di kelas dengan diobservasi.

Kegiatan observasi dilakukan oleh kolaborator 3 orang dengan menggunakan lembar observasi

untuk mengobservasi kegiatan peserta didik .

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII/A SMP Negeri 6 kota Batu yang berjumlah 34

peserta didik Waktu pelaksanaan pada bulan Februari-April 2016 dengan materi permasalahan

angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peran

pemerintah dalam upaya penanggulangannya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dalam 2 Siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan

dengan rincian dua kali pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes. Paparan hasil

penelitian mengikuti sintaks Jigsaw dengan langkah langkah sebagai berikut : (1) penjelasan

materi, (2) diskusi kelompok asal, (3) diskusi kelompok ahli dengan sumber primer dan sumber

sekunder (4) diskusi kelompok asal, (5) presentasi.

Permasalahan

Refleksi 1 Analisis data 1 Observasi 1

Alternative pemecahan

( Rencana tindakan 1) Pelaksanan

tindakan 1

Permasalahan

Refleksi 2 Analisis data 2 Observasi 2

Alternative pemecahan

(Rencana tindakan 2)

Pelaksanaan

tindakan 2

Ter

Selesai

kan

Ter

Selesai

kan

Page 302: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1349

Kelompok asal

Siklus I Pertemuan 1

Penjelasan materi dilakukan oleh guru dengan menayangkan gambar pengangguran pada LCD

dan mengajak peserta didik berdialog .

G : “ Silahkan perhatikan gambar berikut ini !

G : “gambar apa, ini ?”

S. : “ Gambar pengangguran…”

G : “ di sekitar tempat tinggalmu ada tidak orang yang menganggur?”

S : “ ada”

G : “ Mengapa mereka menganggur?.”

S : “ karena tidak memiliki pekerjaan…”

G : “ Nah sekarang, silahkan membentuk 6 kelompok masing-masing anggotanya 5/6 orang

harus ada putra dan putri!”

G : “ Bagaimana Sudah dapat kelompok semua?”

S : “ Sudaaah…”

G : “ Sekarang silahkan angkat jari telunjuknya.. silahkan diputar… hitungan ke tiga tujuk salah

satu temanmu untuk di jadikan ketua kelompok!”

Guru memberi nama kelompok awal A,B.C,D,E dan F dan memberikan 5 masalah yang sama

dengan diberi warna yang berbeda, dimasukkan dalam amplop tertutup untuk diberikan pada

masing kelompok asal .

Perbedaan angkatan kerja, tenaga kerja, kesempatan kerja

Hubungan antara jumlah penduduk,angkatan kerja, kesempatan kerja dan pengangguran

1,2,3

,4,5

1,2,3

,4,5

1,1,1,

1,1,1

2,2,2

,2,2,

2

3,3,3,

3,3,3

4,4,4,

4,4,4

5,5,5

,5,5,

5

1,2,3,

4,5

1,2,3,

4,5

1,2,3,

4,5

1,2,3,

4,5

Sumber

primer

Sumber

sekunder

Page 303: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1350

Mengapa jumlah mutu dan persebaran tenaga kerja tidak merata? .

Apakah dampak pengangguran terhadap keamanan lingkungan

Bagaimana peranan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja di Indonesia

G : “ Silahkan buka amplopnya berlahan-lahan.!”

G : “ Sudah dibuka ?

S : “ Sudah…”

G : “Silahkan dibagikan pada temanmu! satu orang satu masalah, untuk yang anggotanya 6

orang ada 1 masalah yang diselesaikan 2 orang.”

G :“Nah sekarang silahkan berkumpul di kelompok ahli dengan permasalahan dan warna yang

sama, merah dengan merah. Kuning dengan kuning dan seterusnya!”

G : “ Sudah berkumpul di kelompok ahli semua ?

S : “ Sudah….”

G : “Untuk menyelesaikan masalah, kalian dapat mencari sumber primer dan sumber sekunder

dengan mencari informasi di buku perpustakaan di internet maupun wawancara dengan

nara sumber yang sudah di siapkan. Nanti hasilnya didiskusikan dikelompok ahli.

G : “ waktunya sudah habis, silahkan kembali ke kelompok awal dan membawa hasil diskusi

dari kelompok ahli.

G : “ Silahkan pilih 2 orang temanku dalam kelompok untuk presentasi Kelompok A ke B, B ke

C, C ke D, D ke E, E ke F, dan F ke A.

G. : “Silahkan kembali ke kelompoknya. Dari diskusi yang kalian lakukan dapat disimpulkan

masalah ketenagakerjaan, dampak pengangguran terhadap lingkungan dan peran

pemerintah untuk menanggulangi pengangguran.

Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan gambar dan materi pembelajaran,

penilaian sikap dilakukan melalui kerja sama kepedulian dan tanggung jawab pada saat

mengerjakan LK, penilaan ketrampilan dilakukan melalui diskusi. Penilaian pengetahuan

dilakukan melalui tes esay. Rekapitulasi nilai hasil siklus 1 dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 1 Nilai hasil siklus 1

No Rentang Frekuensi Persentasi %

1 50 - 59 6 17.65

2 60 - 69 4 11.76

3 70 - 79 13 38.24

4 80 - 89 5 14.71

5 90 - 100 6 17.65

Jumlah 34 100

Page 304: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1351

Table 1 menunjukkan bahwa peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi dengan

rentang 90 sampai 100 sebanyak 17.65 %. sedangkan nilai yang paling banyak dengan rentang

70 sampai 79 adalah nilai 38.24 % dan nilai yang rendah dengan rentang 50 sampai 59

adalah17.65 %, jika menggunakan KKM sisa yang tuntas adalah 70.59 % dan yang dibawah

KKM adalah 29.41 % Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 dengan dibantu oleh

teman sejawat yang bertindak sebagai observatory telah berhasil mengetahui masalah yang ada

di kelas dengan cepat dan tepat melalui teknik pengumpulan data berupa tes tertulis dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dari pengamatan ini penulis berhasil

mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang sudah penulis ungkapkan didalam

latar belakang penelitian ini. Berdasarkan data permasalahan yang ada, penulis dapat dengan

cermat menentukan alat dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, yaitu

dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

d. Refleksi

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah pembelajaran

peserta didik, penulis berusaha melakukan refleksi untuk mengingat kembali apa masalah yang

telah terjadi didalam kegiatan pembelajaran, karena itu dengan dibantu oleh teman sejawat

penulis melakukan pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui 2 siklus dengan menggunakan

model pembelajaran jigsaw.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Maret 2016. Dengan langkah – langkah

sebagai berikut : a). Perencanaan ,Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyusun perencaan,

sebagai berikut : (1). Menyusun rencana pembelajaran,(2). Menyiapkan materi pembelajaran

IPS dengan menggunakan media pembelajaran buku penunjang, sumber belajar dari internet,(3).

Menyusun tes akhir . b). Pelaksanaan tindakan : paparan hasil penelitian mengikuti sintaks

Jigsaw dengan langkah langkah sebagai berikut : (1) penjelasan materi, (2) diskusi kelompok

asal, (3) diskusi kelompok ahli dengan sumber primer dan sumber sekunder (4) diskusi

kelompok asal, (5) presentasi

Diskripsi Pembelajaran siklus II

Pada pembelajaran siklus II ini sama dengan Siklus I yang diperbaikan berdasarkan hasil

refleksi. Langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.

Siklus II Pertemuan 1

Penjelasan materi dilakukan oleh guru dengan menayangkan gambar pasar tradisional dan pasar

modern pada LCD dan mengajak peserta didik berdialog .

G : “ Anak-anak perhatikan gambar berikut ini !

G : “ Anak-anak ini gambar apa ?”

S. : “ pasar tradisional dan pasar modern…”

G : “ hari ini kita akan membahas tentang sistem ekonomi?”

G : “ Sekarang silahkan membentuk 6 kelompok masing-masing anggotanya 5/6 orang harus

ada putra dan putri!”

G : “ Bagaimana Sudah dapat kelompok semua?”

S : “ Sudaaah…”

G : “ Sekarang silahkan angkat jari telunjuknya.. silahkan diputar… hitungan ke tiga tujuk salah

satu temanmu untuk di jadikan ketua kelompok!”

Guru memberi nama kelompok awal A, B, C, D, E dan F dan memberikan 5 masalah

yang sama dengan diberi warna yang berbeda, dimasukkan dalam amplop tertutup.

Sistem ekonomi tradisional

Sistem ekonomi Pasar (Liberal/Bebas/Kapitalis)

Page 305: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1352

Sistem ekonomi Komando/ Terpusat/ Etatisme/ Sosialis/ Komunis

Sistem ekonomi campuran,modern

Sistem ekonomi Indonesia

G : “ Silahkan buka amplopnya berlahan-lahan.!”

G : “ Sudah dibuka ?

S : “ Sudah…”

G : “Silahkan dibagikan pada temanmu! satu orang satu masalah, untuk yang anggotanya 6

orang ada 1 masalah yang di selesaikan 2 orang.”

G : “ Nah sekarang silahkan berkumpul di kelompok ahli dengan permasalahan dan warna yang

sama, merah dengan merah. Kuning dengan kuning dan seterusnya!”

G : “ Sudah berkumpul di kelompok ahli semua ?

S : “ Sudah….”

G : “Untuk menyelesaikan masalah, kalian dapat mencari sumber primer dan sumber sekunder

dengan mencari informasi di buku perpustakaan di internet yang sudah di siapkan. Nanti

hasilnya didiskusikan dikelompok ahli.

G : “ waktunya sudah habis, silahkan kembali ke kelompok awal dan membawa hasil diskusi

dari kelompok ahli.

G : “ Silahkan pilih 2 orang temanku dalam kelompok untuk presentasi Kelompok A ke B, B ke

C, C ke D, D ke E, E ke F, dan F ke A.

G. : “Silahkan kembali ke kelompoknya. Dari diskusi yang kalian lakukan dapat disimpulkan

masalah ketenagakerjaan, dampak pengangguran terhadap lingkungan dan peran

pemerintah untuk menanggulangi pengangguran.

Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan gambar dan materi pembelajaran,

penilaian sikap dilakukan melalui kerja sama kepedulian dan tanggung jawab pada saat

mengerjakan LK, penilaan ketrampilan dilakukan melalui diskusi. Penilaian pengetahuan

dilakukan melalui tes isay.

Tabel 2 Nilai hasil siklus 2

No Rentang frekuensi persentasi

1 60 – 69 3 8.82

2 70 - 79 9 26.47

3 80 - 89 18 52.94

4 90 - 100 4 11.8

Jumlah 34 100

Table 2 menunjukkan bahwa peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi dengan

retang 90 sampai 100 sebanyak 11,8 %. sedangkan nilai yang paling banyak dengan rentang 80

sampai 89 adalah nilai 52.94 % dan nilai yang rendah dengan rentang 60 sampai 69 adalah

8,82 %, jika menggunakan KKM peserta didik yang tuntas adalah 91.18 % dan yang dibawah

KKM adalah 8.82%

Refleksi

Pelaksanaan siklus 1 mengalami kendala teman sejawat sebagai observer ikut

memberikan perintah kepada peserta didik, hal ini menyebabkan peserta didik mengalami

kebingungan dalam melaksanakan tugas dari guru. selanjutnya yang akan dilakukan siklus 2

untuk mengatasi masalah pembelajaran peserta didik, penulis berusaha melakukan refleksi

untuk mengingat kembali apa masalah yang telah terjadi didalam kegiatan pembelajaran siklus

Page 306: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1353

1, karena itu dengan dibantu oleh teman tim, penulis melakukan pelaksanaan perbaikan

pembelajaran melalui 2 siklus dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw

Hasil temuan penelitian bahwa model pembelajaran jigsaw dengan sumber primer dan

sumber sekunder dapat meningkatkan hasil belajar mengenai ketenagakerjaan.

Berdasarkan praktek model pembelajaran jigsaw maka ada beberapa kunci atau prinsip

jigsaw antara lain: (a). Interdependence setiap peserta didik terhadap anggota tim yang

memberikan informasi yang diperlukan. Artinya “ para peserta didik harus memiliki tanggung

jawab dan kerjasama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi serta

memecahkan masalah yang diberikan (b). Peran guru adalah memfasilitasi para anggota

kelompok ahli arag mudah untuk memahami materi yang diberikan.

Kendala belajar yang sering dialami peserta didik dalam metode pembelajaran jigsaw

antara lain (1). Prinsip utama pembelajaran ini adalah “peer teaching” pembelajaran oleh teman

sendiri, hal ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang

didiskusikan bersama peserta didik lain.(2). Untuk peserta didik yang kurang percaya diri akan

sulit menyampaikan hasil diskusi kepada temannya. (3). Peserta didik yang aktif akan

mendominasi diskusi dan cenderung bosan

Kelebihan model pembelajaran jigsaw antara lain : (1). Memudahkan guru dalam

mengajar karena sudah ada kelompok ahli (2). Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai

dalam waktu singkat. (3). Melatih peserta didik untuk lebih aktif dalam berbicara dan

berpendapat. Hal ini didukung oleh Lev Vygotsky (Teori Konstruktivisme Sosial) teori

sosiogenesis: primer (kesadaran sosial) – skunder (individu), tataran pertumbuhan kemampuan:

sosial (interpsikologis, intermental) – spikologis (intrapsikologis, intramental) , pembentukan

pengetahuan dan perkembangan kognitif: faktor primer intermental, faktor skunder

(diturunkan/derivatif) intramental terbentuk melalui internalisasi / penguasaan proses sosial,

Peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan sosial tanpa makna, internalisasi / pengendapan,

pemaknaan / konstruksi pengetahuan baru, transformatif (menyebabkan perubahan, tidak

sekedar transfer), Tingkat perkembangan kemampuan: aktual (mandiri) dan potensial

(dibimbing, kolaborasi sebaya) – jarak : zona perkembangan proksimal), Perlunya contoh,

demontrasi, prakteks dari orang yang lebih dewasa, Proses konstruksi: konstruksi bersama,

dengan bantuan yang diistilahkan dengan scaffolding (contoh petunjuk, pedoman,

bagan/gambar, prosedur, balikan), Melandasi pembelajaran: kolaboratif/ kooperative, pbl,

kontekstual, autentik .

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Dalam historiografi, sumber

primer adalah suatu dokumen atau sumber informasi lain yang diciptakan pada atau di sekitar

waktu yang sedang dipelajari, sering kali oleh orang yang sedang dipelajari. Kata "primer"

0

2

4

6

8

10

Siklus 1 Siklus 2

Rata rata Nilai UH

Rata rata Nilai UH

Page 307: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1354

dalam hal ini bukan berarti superior, melainkan merujuk pada kenyataan bahwa sumber tersebut

dibuat oleh pelaku primer. Sumber semacam ini dibedakan dari sumber sekunder, yang

merupakan karya historis, seperti buku atau artikel, yang dibuat berdasarkan sumber-sumber

primer . Jenis-jenis sumber primer tergantung pada masalah yang sedang dipelajari.sumber

primer utama yang terpenting adalah dokumen seperti laporan resmi, pidato, surat dan catatan

harian oleh partisipan, laporan saksi mata (contohnya oleh seorang jurnalis yang ada pada saat

itu). Dalam arti luas, sumber primer juga dapat mencakup obyek fisik seperti foto, film, koin,

lukisan, atau bangunan yang diciptakan pada saat itu.

Sedangkan istilah Sumber sekunder adalah istilah yang digunakan dalam historiografi

untuk merujuk pada permasalahan yang ditulis berdasarkan pada sumber-sumber primer dan

biasanya dengan merujuk pula pada sumber-sumber sekunder lainnya. Hampir semua tulisan

ilmiah yang diterbitkan sekarang adalah sumber sekunder. Sumber sekunder ideal biasanya

mengandung laporan peristiwa pada masa lampau berikut generalisasi, analisis, sintesis,

interpretasi, dan atau evaluasi terhadap peristiwa tersebut.

KESIMPULAN

Hasil penelitian dan pembahasannya peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran kooperatif jigsaw dengan sumber primer dan sekunder untuk meningkatkan

hasil belajar peserta didik di kelas VIII SMP Negeri 6 Batu pada materi ketenagakerjaan.

Ketercapaian dari prasiklus rata-rata 61.18 meningkat nilainya rata-rata pada siklus satu 76.18

dan pada siklus 2 nilai rata-ratanya 80.15

DAFTAR RUJUKAN

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Kurikulum pendidikan dasar. Jakarta.

Djamarah, Saiful Bahri. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Hadisubroto, T. & Herawati, I.S, (1998). Pembelajaran terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamdayama Jumanta, SPd.,M Si (2015) Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan

Berkarakter. Jakarta

Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. Grafindo Persada

Idris & Marno. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jakarta. Arruzzmedia Serangkai

Pustaka Mandiri

Kusnandar.2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Raja-wali Press

Muslich, Masnur. 2008. KTSP Dasar Pemahaman Dan Pengembangan. Jakarta. Bumi aksara

Silberman, Melvin L. (2014). Active learning : 101 cara belajar siswa aktif. Bandung: Penerbit

Nuansa Cendekia.

Sutirjo, M.Pd (2004) Penulisan karya Ilmiah. Malang: Citra Mentari.

Taniredja, Tukiran. 2011. Model Pembelajaran Inovatif. Bandung. Alfabeta. 2006. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka

Wahab, A. (1996). Metodologi pengajaran Sosiologi . Jakarta: P2 LPTK

Yaumi Muhammad, Dr . M Hum, MA Prisip-prinsip DESAIN PEMBELAJARAN

Page 308: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1355

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS DENGAN METODE

PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIII A

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015 – 2016

DI SMP NEGERI 05 BATU

Sugeng Prayogi

SMP Negeri 05 Batu

[email protected]

Abstrak: Keberhasilan belajar dipengaruhi keaktifan siswa dengan dimotivasi guru.

Sumber IPS dari kehidupan sosial dipelajari dengan metode pembelajaran penemuan

terbimbing, memiliki tahapan orientasi masalah, organisasi belajar, membimbing

penyelidikan, presentasi hasil, dan evaluasi kegiatan. Tujuan penelitian untuk

meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui peningkatan kualitas belajar kelompok.

Metode penelitian menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas dua siklus.

Subyek penelitian siswa kelas VIII A. Rata-rata peningkatan keaktifan belajar siklus I

ke siklus II terhadap kerjasama 40 %, mengemukakan pendapat 27 %, menemukan

informasi 42 %, serta mengomunikasikan laporan 30 %.

Kata Kunci : Keaktifan Belajar, Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi keaktifan belajar siswa dengan dimotivasi

oleh metode pembelajaran yang digunakan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar. Rohani

(2004) mengemukakan bahwa belajar yang berhasil musti melalui berbagai macam aktifitas,

baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik ialah siswa giat aktif dengan anggota badan,

membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja. Ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat,

atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya

bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. saat siswa aktif

jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya.

Pembelajaran penemuan terbimbing dikembangkan berdasarkan pandangan kognitif

tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Menurut prinsip ini siswa dilatih dan

didorong untuk dapat belajar secara mandiri, Ibrahim dan Nur (2000). Dengan kata lain, belajar

secara konstruktivis lebih menekankan belajar berpusat pada siswa sedangkan peranan guru

adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip untuk diri mereka sendiri, bukan

memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.

Konstruktivis adalah salah satu pilar dari Contextual Teaching and Learning, dimana

siswa diharapkan membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru

berdasarkan pada pengalaman awal dan pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui

pengalaman-pengalaman belajar bermakna. Pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai

kesamaan dengan pembelajaran berdasarkan masalah dan inquiri yang juga penerapannya

berdasarkan teori konstruktivis, maka penemuan terbimbing termasuk salah satu pembelajaran

yang sesuai dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris”Inquiry” berarti pertanyaan, pemeriksaan,

atau penyelidikan. Model pembelajaran inkuiri/penemuan adalah rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari

dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, Sanjaya (2006).

Page 309: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1356

Metode pembelajaran penemuan terbimbing memiliki beberapa tahapan menurut

Ibrahim dan Nur (2000). Tahapan metode pembelajaran penemuan terbimbing ialah; 1)

orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik

yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang diberikan

guru, 2) mengorganisasikan siswa dalam belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan alat, 3)

membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan masalah, 4) menyajikan / mempresentasikan hasil kegiatan. Guru

membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya, 5)

mengevaluasi kegiatan. Guru membantu siswa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses

penemuan yang digunakan.

Metode pembelajaran penemuan terbimbing yang merupakan pembelajaran dengan

bimbingan guru mempunyai beberapa keunggulan, yaitu 1) siswa dapat memperoleh jawaban

dengan usahanya sendiri sehingga ingatan mereka lebih kukuh, 2) pengalaman penting yang

diperoleh siswa adalah dalam bentuk motivasi, 3) minat siswa dalam tajuk atau bidang yang

dipelajari akan bertambah, 4) strategi ini berperan pada domain kognitif tinggi seperti membuat

analisis, sintesis, dan penlaian, 5) siswa memperoleh kemahiran serta sikap yang perlu untuk

pengajaran sendiri.

Pembelajaran IPS yang memadukan konsep-konsep dasar berbagai ilmu sosial yang

bersumber dari kehidupan sosial telah dilaksanakan dalam kegiatan belajar siswa yang disusun

melalui pendekatan nilai-nilai pendidikan dan psikologis dengan memperhatikan kelayakan

kebermaknaan belajar. Sesuai dengan pengembangan kurikulum SMP Negeri 05 Batu jelas

bahwa siswa diharapkan dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif dalam proses

pembelajaran. Harapan pengembangan kurikulum tersebut siswa mampu memahami fenomena

sosial dengan menyikapinya melalui berfikir kritis, namun faktanya tidak demikian. Hasil

pengamatan kelas oleh guru pengampu mata pelajaran IPS adalah siswa belum optimal

melaksanakan keaktifan belajarnya. Beberapa bukti awal siswa belum optimal melaksanakan

keaktifan belajarnya adalah pada saat kegiatan diskusi kelompok ditemukan indikator rendahnya

keaktifan kerjasama sebesar 39,13 %, rendahnya keaktifan mengemukakan pendapat sebesar

26,08 %, rendahnya keaktifan menemukan informasi sebesar 52,17 %, dan rendahnya keaktifan

mengomunikasikan laporan kepada kelompok lain sebesar 30,43 %.

Setelah dilakukan wawancara dengan beberapa siswa terkait keaktifan belajar yang

kurang pada saat proses pembelajaran IPS, ternyata penyebabnya adalah metode pembelajaran

yang dilaksanakan guru kurang mendorong keaktifan belajar IPS dan siswa sulit menemukan

konsep-konsep IPS secara mandiri dari suatu sumber belajar. Oleh karenanya tindakan yang

sesuai untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPS adalah dengan metode

pembelajaran penemuan terbimbing yang diyakini dapat berhasil karena didasarkan pada hasil

penelitian terdahulu tentang metode pembelajaran penemuan terbimbing yang terbukti berhasil

dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Febrianto (2014) bahwa

metode ini dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan,

meningkatkan perhatian siswa, serta kreativitas belajar siswa. Hasil penelitian tentang metode

diskusi terbimbing yang dilakukan Sulistiani (2010) bahwa metode ini dapat meningkatkan

kompetensi berfikir kreatif siswa. Hasil penelitian Karim (2011) diketahui bahwa penerapan

metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan

kemampuan berfikir kritis siswa.

METODE

Page 310: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1357

Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan

model penelitian yang merujuk pada proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh

Kemmis & Taggart dalam Arikunto (2007:16-19), yaitu menyusun perencanaan (planning),

pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Kegiatan

tersebut berlangsung dalam satu siklus dan dapat dilanjutkan dengan siklus berikutnya jika

belum terjadi peningkatan yang diharapkan sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian.

Kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Kelas yang menjadi subyek penelitian adalah kelas VIII A dengan jumlah 23 siswa

terdiri dari 11 laki-laki dan 12 perempuan. Data dikumpulkan dengan cara menggunakan lembar

observasi oleh kolaborator yang melakukan observasi terhadap keaktifan belajar siswa dengan

metode pembelajaran penemuan terbimbing yang mencakup aspek penilaian kerjasama,

berpendapat, menemukan informasi, dan komunikasi dalam diskusi kelompok kemudian

dilakukan rekapitulasi terhadap hasil data proses pembelajaran. Adapun keaktifan belajar siswa

dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Data Keberhasilan Tindakan Siklus I dan Siklus II

No. Sebelum Tindakan Keaktifan Belajar Siswa Setelah Tindakan

Siklus I Siklus II

1 39,13 % Kerjasama 56,52 % 82,61 %

2 26,08 % Berpendapat 60,87 % 73,91 %

3 52,17 % Menemukan

Informasi

73,91 % 91,30 %

4 30,43 % Komunikasi 47,83 % 69,57 %

Data keaktifan belajar siswa diperoleh dari hasil pengamatan oleh kolaborator yang

menggunakan lembar observasi yang kemudian hasilnya dikumpulkan kedalam format

rekapitulasi hasil data proses pembelajaran yang dianalisis dengan cara sebagai berikut:

a) Keaktifan kerjasama dalam diskusi kelompok dihitung dengan rumus:

Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

SIKLUS I

SIKLUS II ?

Pengamatan

Pelaksanaan

Page 311: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1358

Jumlah skor siswa aktif bekerjasama X 100 %

Jumlah siswa keseluruhan

b) Keaktifan berpendapat dalam diskusi kelompok dihitung dengan rumus:

Jumlah skor siswa aktif berpendapat X 100 %

Jumlah siswa keseluruhan

c) Keaktifan menemukan informasi dalam diskusi kelompok dihitung dengan rumus:

Jumlah skor siswa aktif berpendapat X 100 %

Jumlah siswa keseluruhan

d) Keaktifan komunikasi dengan kelompok lain pada saat presentasi dihitung dengan rumus:

Jumlah skor siswa aktif berpendapat X 100 %

Jumlah siswa keseluruhan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siklus I telah berhasil

meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPS. Adapun sintak

metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat dijelaskan pada tahapan berikut ini: 1) siswa

membentuk kelompok belajar, 2) siswa mengamati sumber belajar dari media masa, 3) siswa

berdiskusi untuk mengidentifikasi fenomena dari sumber belajar dengan bimbingan guru, 4)

siswa melakukan penyelidikan terbatas dengan melakukan wawancara kepada narasumber

dengan bimbingan guru, 5) siswa mencari solusi dan menentukan sikap terkait hasil diskusi dan

hasil penyelidikan dengan bimbingan guru, 6) siswa menyajikan hasil kegiatan pembelajaran

dalam bentuk laporan untuk dipresentasikan, dan 7) siswa melakukan evaluasi kegiatan dengan

dikuatkan guru.

Pada saat pembentukan kelompok kegiatan pembelajaran siklus I siswa membentuk

sendiri kelompok belajarnya. Setelah dilakukan reffeksi maka kegiatan pembentukan kelompok

pada siklus II dibantu dengan pengorganisasian oleh guru. Kegiatan proses pembelajaran secara

keseluruhan dilakukan dengan dasar berpusat pada siswa karena kondisi dan karakteristik siswa

sangat beragam dalam hal pengetahuannya tentang fenomena yang dipelajarinya. Guru dalam

kapasitas sebagai fasilitator dalam mendampingi siswa belajar pada saat diskusi kelompok.

Dalam hal tertentu dimana ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan belajar maka

dengan segera guru membimbing dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan sampai siswa

tersebut menemukan sendiri pengetahuan yang ingin diperolehnya.

Pada siklus I hasil pengamatan oleh kolaborator terhadap keaktifan belajar siswa dalam

belajar IPS dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing telah mengalami peningkatan,

ada temuan lapangan pada kegiatan diskusi kelompok, yaitu; 1) siswa saling menunggu

informasi yang dibaca oleh salah satu anggota kelompok, 2) siswa belum optimal dalam

bertanya, 3) siswa yang berpendapat belum optimal, 4) siswa belum optimal untuk memperoleh

pengalaman belajar, dan 5) komunikasi antar kelompok belum berjalan optimal.

Dari hasil siklus I menunjukkan bahwa metode pembelajaran penemuan terbimbing

dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa utamanya proses kerjasama dalam diskusi

kelompok sebesar 56,52 %, proses mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok sebesar

60,87 %, proses menemukan informasi dari sumber belajar dalam diskusi kelompok sebesar

73,91 %, dan proses mengomunikasikan laporan hasil belajar kepada kelompok lain sebesar

47,83 %.

Page 312: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1359

Tabel 2.2 Data Keberhasilan Tindakan Siklus I

No. Sebelum Tindakan Keaktifan Belajar Siswa Setelah Tindakan Siklus

I

1 39,13 % Kerjasama 56,52 %

2 26,08 % Berpendapat 60,87 %

3 52,17 % Menemukan Informasi 73,91 %

4 30,43 % Komunikasi 47,83 %

Hasil pengamatan oleh observer, peranan guru selama mengelola pembelajaran

menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing diperoleh informasi bahwa

pelaksanaan pembelajaran untuk persiapan, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, ketrampilan

kooperatif, kegiatan penutup, pengelolaan waktu serta suasana kelas adalah baik. Namun

demikian masih dijumpai dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas ternyata guru masih

sering terlihat; 1) pendekatan kepada kelompok belajar kurang optimal sehingga ada kelompok

yang kurang terlayani dengan baik, 2) siswa dibiarkan mencari anggota kelompoknya sendiri,

sehingga pembentukan kelompok tidak heterogen, 3) tidak konsisten dengan rencana yang telah

diprogramkan dan terburu-buru.

Dari hasil refleksi dan evaluasi tindakan pada siklus I, maka perlu dilakukan sedikit

perubahan pada rencana tindakan pada siklus II, yaitu: 1) dibentuk kelompok belajar yang baru

dengan melibatkan guru dalam menentukan anggota masing-masing kelompok agar menjadi

kelompok yang heterogen, 2) optimalisasi bantuan yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan

diskusi harus berupa pancingan agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri. 3) peranan

guru sebagai fasilitator harus lebih intensif dalam membantu kegiatan belajar kelompok, 4) guru

selalu memperhatikan alokasi waktu yang ada pada perencanaan, sehingga sesuai dengan waktu

tindakan. 5) dalam kegiatan wawancara dengan nara sumber, hendaknya siswa diberikan

kesempatan seluas-luasnya dalam menggali informasi dengan pertanyaannya sendiri.

Hasil pengamatan tindakan pada siklus II oleh kolaborator terhadap keaktifan belajar

siswa dalam belajar IPS dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing, tampak ada

peningkatan keaktifan belajar siswa dalam berdiskusi. Hal ini tampak dari; 1) tidak terjadi lagi

siswa saling menunggu informasi, 2) siswa aktif bertanya, 3) banyak siswa yang berpendapat, 4)

siswa aktif dalam menggali informasi dari sumber belajar, dan 5) siswa telah berkesempatan

berkomunikasi dengan kelompok lain melalui presentasi kelompok.

Dalam siklus II terjadi peningkatan pada proses kerjasama dalam diskusi kelompok

sebesar 82,61 %, proses mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok sebesar 73,91 %,

proses menemukan informasi dari sumber belajar dalam diskusi kelompok sebesar 91,30 %, dan

proses mengomunikasikan laporan hasil belajar kepada kelompok lain sebesar 69,57 %.

Tabel 2.3 Data Keberhasilan Tindakan Siklus II

No. Tindakan Siklus I Keaktifan Belajar Siswa Tindakan Siklus II

1 56,52 % Kerjasama 82,61 %

2 60,87 % Berpendapat 73,91 %

3 73,91 % Menemukan Informasi 91,30 %

4 47,83 % Komunikasi 69,57 %

Peranan guru selama mengelola pembelajaran dengan metode pembelajaran penemuan

terbimbing diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pembelajaran untuk persiapan, kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, ketrampilan kooperatif, kegiatan penutup, pengelolaan waktu serta

suasana kelas adalah baik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah

sesuai dengan perencanaan.

Page 313: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1360

Penelitian yang menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing sudah

pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, diantaranya adalah:

1. Penelitian yang dilakukan Febrianto (2014) bahwa metode ini dapat meningkatkan aktifitas

siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, meningkatkan perhatian siswa, serta

kreativitas belajar siswa.

2. Hasil penelitian tentang metode diskusi terbimbing yang dilakukan Sulistiani (2010) bahwa

metode ini dapat meningkatkan kompetensi berfikir kreatif siswa.

3. Hasil penelitian Karim (2011) diketahui bahwa penerapan metode penemuan terbimbing

dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berfikir kritis siswa.

Teori yang sesuai mendukung penerapan metode penemuan terbimbing adalah teori

perkembangan kognitif Vygotsky, yang mana teori tersebut membincangkan perkembangan

kognitif akan lebih baik bila merujuk langsung pada konsep-konsep yang ditulis oleh para

pakarnya. Karena mereka telah melakukan analisis lebih jauh. Analisis yang dilakukanpun telah

diuji oleh banyak pihak. Teori perkembangan kognitif Vygotsky sering dijadikan salah satu

bahasan kajian. Alasannya, ia memiliki penilaian tersendiri yang membedakannya dengan para

tokoh yang lain.

Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang

sejalan dengan teori sosiogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan dimensi

individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan bersifat skunder. Artinya,

pengetahuan dan pengembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial diluar

dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya,

tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi

pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan

konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh

individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.

Teori psikologi yang dikemukakan oleh Vygotsky lebih mengacu pada konstruktivisme.

Karena ia lebih menekankan pada hakikat pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya,

perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga

ditentukan oleh lingkungan sosial secara aktif.

Oleh karena itu ada 3 hal yang saling mendukung perkembangan kognitif seseorang,

yaitu; 1) Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development). Setiap

kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan, yaitu; tataran sosial

lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya, 2) Zone perkembangan proksimal

(zone of proximal development). Perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan dalam

dua tingkat, yaitu; tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuannya

menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri, dan tingkat

perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas

atau pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa, 3) Mediasi. Mediator yang

diperankan lewat tanda maupun lambang adalah kunci utama memahami proses-proses sosial

dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif Vygotsky

akan ditemukan dua jenis mediasi. Media metakognitif dan mediasi kognitif. Media

metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan self

regulation (pengaturan diri) yang mencakup: self planning, self monitoring, self checking dan

self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Sedang media kognitif

adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan

pengetahuan tertentu. Sehingga media ini bisa berhubungan konsep spontan (yang bisa salah)

dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya). Dalam semua literatur yang mengupas

tetang teori perkembangan kognitif Vygotsky kerap menakjubkan. Pesan Vygotsky yang

Page 314: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1361

berbunyi; “untuk membantu anak mengembangkan pengetahuan yang sungguh-sungguh

bermakna adalah dengan cara memadukan antar konsep-konsep dan prosedur melalui

demonstrasi”.

Pada dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama, yaitu; 1) bahwa

intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-

ide tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui, 2) bahwa interaksi dengan orang lain

memperkaya perkembangan intelektual, 3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang

pembantu dan mediator pembelajaran siswa.

Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan bagaimana

otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi. Pandangan yang

ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif yang lebih mutakhir adalah penting dalam

memahami penggunaan-penggunaan strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka

menggarisbawahi peran penting pengetahuan awal dalam proses belajar. Kedua, mereka

membantu kita memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan. Dan

ketiga, mereka membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh manusia dan diproses

dalam sistem memori otak.

Tingkat pengetahuan atau pengetahuan berjenjang ini disebut scaffolding oleh Vygotsky,

menurutnya scaffolding ini yang berarti memberikan kepada seorang individu sejumlah bantuan

besar selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan

memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin

besar setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,

peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa

dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upaya

memecahkan permasalahan, yaitu; 1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, 2) siswa

mencapai keberhasilan dengan bantuan, 3) siswa gagal meraih keberhasilan. Scaffolding berarti

upaya guru untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru

sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang yang lebih tinggi menjadi optimum.

Konstruktivis Vygotskian memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara

kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses

dalam kognisi diarahkan memalui adaptasi intelektual dalam konteks sosial budaya. Proses

penyesuaian itu ekuivalen dengan pengkonstruksian pengetahuan secara intra individual yakni

melalui proses regulasi diri internal. Dalam hubungan ini, para konstruktivis Vygotskian lebih

menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual.

Teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran sosio kultural. Inti teori

Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran

dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Karena menurutnya, fungsi kognitif

manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam kontek budaya. Vygotsky

juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum

dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas

itu berada dalam zone of proximal development mereka. Zone of proximal development adalah

daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan

memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan

sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya

yang lebih mampu.

Berdasarkan teori Vygotsky di atas, maka diperoleh keuntungan jika:

a. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan

proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.

Page 315: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1362

b. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada tingkat

perkembangan aktualnya.

c. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan

intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya.

d. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah

dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat digunakan untuk melakukan tugas-

tugas dan memecahkan masalah.

e. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan

konstruksi, yaitu suatu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-

sama antar semua pihak yang terlibat didalamnya.

Kesesuaian penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing dalam penelitian ini

dengan teori Vygotsky adalah teori Vigotsky mengatakan bahwa hal ini tidak berarti bahwa

individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan

pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Hal ini sejalan

dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang mana siswa dalam belajar

membutuhkan bimbingan untuk menemukan pengetahuan baru yang disesuaikan dengan

pengetahuan yang telah dimilikinya.

KESIMPULAN

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan pada penelitian ini maka dapat

disimpulkan bahwa metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan keaktifan

belajar siswa dalam belajar IPS. Data dari siklus I meningkat pada siklus II tentang keaktifan

siswa bekerjasama dalam diskusi kelompok meningkat sebesar 26,09 %, keaktifan siswa

mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok meningkat sebesar 13,04 %, keaktifan siswa

menemukan informasi dalam diskusi kelompok meningkat sebesar 17,39 %, dan keaktifan siswa

mengomunikasikan laporan pengalaman belajar kepada kelompok lain meningkat sebesar

21,74%

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Bell, H. Frederick. 1978. Tujuan Spesifik Pembelajaran dengan Penemuan. Teaching and

Learning Mathematics: in Secondary School.

Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Karim, Asrul. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa

Sekolah Dasar. Kecamatan Kuta Blang, PGSD FKIP Universitas Almuslim.

Karya, Ibrahim M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.

Markaban, 2008. Model Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika SMK.

Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan.

Ormorod, 1995. Psikologi dan Pendidikan: Illeris, 2000.

Pebriyanto, Catur Galih. 2014. Peningkatan Kreatifitas Belajar dalam Mata Pelajaran IPS

melalui Penerapan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas V

SD Negeri Bulakan 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran

2013/2014.

Rieszcha, K. 2012. Teori Pembelajaran Vygotsky. (online) (https://penembushayal an.

wordpress.com/2012/05/26/teori-pembelajaran-vygotsky/), diakses 18 April 2013.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Silberman, Melvin. L. 1996. Active Learning 101 Strategies to Teach any Subject.

Page 316: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1363

Sulistiani, Asih. 2010. Aplikasi Metode Diskusi Terbimbing Dalam Meningkatkan Kompetensi

Berfikir Kreatif pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SDN I Kenteng Nogosari

Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010.

Tim pengembang sekolah, 2015. kurikulum SMP Negeri 05 Batu 2015-2016. Batu: TP.

Tim Penyusun Kamus, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional.

Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Rawamangun – Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Page 317: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1364

PENERAPAN METODE KOOPERATIF STAD

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII

DI MTS HASYIM ASY’ARI KOTA BATU

Khoirul Anwar

Madrasah Tsanawiyah Hasyim Asy’ari Kota Batu

[email protected]

Abstrak: Tujuan Penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

Perkembangan masyarakat pada masa kolonial dengan menerapkan metode STAD.

Penelitianinimenggunakanrancangan penelitian tindakan kelas dengan duasiklus.

Masing-masing siklus berlangsung empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan,

pengamatan, danrefleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode STAD dapat

meningkatkan kreativitas siswa dalam materi Perkembangan masyarakat pada masa

kolonial kelas 7-A mata pelajaran IPS MTs Hasyim asyari Batu. Rata-rata nilai siswa

yang berada dibawah KKM berkurang dari 76% menjadi 32 sedangkan nilai siswa yang

berada diatas KKM meningkat dari 34 menjadi 66.Dengan dekripsi sebagai berikut,

siswa yang mendapatkan nilai (40-60) dari 18% menjadi 0%, siswa yang memperoleh

nilai (61-74) dari 58% menurun dari58% menjadi 24%.

Kata kunci : STAD dan Hasil Belajar Siswa

Proses belajar adalah suatu upaya untuk mengubah tingkah laku peserta didik.

Perubahan tingkah laku siswa bergantung terhadap adanya interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya. Menurut seorang ahli pendidikaan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi

perubahan tingkal laku siswa (Gagne dalam Enoh, 1987:1). Yang pertama faktor dari dalam,

yaitu merupakan dimensi siap tidaknya siswa menerima perubahan tingkah laku tersebut. Bila

siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan awal yang sudah cukup ia akan dapat

meningkatkan pengetahuan atau keterampilannya dengan bantuan lingkungannya. Yang kedua

adalah faktor dari luar. Faktor dari luar ialah lingkungan siswa yang dapat merangsang,

menunjang dan memperlancar proses belajar.

Dengan demikian mengajar berarti mengatur lingkungan siswa supaya ada interaksi

antara siswa dengan lingkungannya sehingga proses belajar terjadi. Pendekatan kontekstual (

Contextual Teaching and Learning) dikenal dengan CTL merupakan konsep belajar yang tepat

di dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang selanjutnya disebut IPS. Karena

pendekatan CTL membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka (Depdiknas, 2002:1). Karena itu

lingkungan tersebut perlu diatur begitu rupa sehingga siswa hanya akan bereaksi terhadap

perangsang yang diperlukan saja. Pengaturan lingkungan tersebut perlu dilakukan secara

sistematik yang meliputi langkah-langkah pengidentifikasian kebutuhan siswa belajar, analisis

situasi siswa, perumusan tujuan atau indikator pencapaian hasil belajar (KBK, 2004),

penentuan materi pembelajaran, menentukan skenario pembelajaran, serta memilih media

pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan hasil ujian semester II KD. Memahami kehidupan sosial manusia para

siswa kelas VII A , hasil belajarnya cenderung belum menampakkan hasil yang maksimal. Dari

38 orang siswa, yang memperoleh nilai 75 keatas 34%, yang memperoleh nilai 61-74 hanya 58

Page 318: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1365

%, yang memperoleh nilai dibawah 60 mencacapai 8%, . Padahal ketuntasan Belajar Minimum

di MTs Hasyim Asyari Batu untuk Mapel IPS adalah 75.

Berdasarkan arsip guru mata pelajaran IPS MTs Hasyi Asyari Kota Batu, nilai rata -

rata peserta didik pada Ujian Tengah Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 1. Hasil Ujian Tengah Semester

Nilai Jumlah Siswa Presentase Keterangan

>75 20 51, 61% Nilai tertinggi: 92

<75 18 48, 38% Nilai terendah: 60

Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar, dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran yang lain, karena selama ini pembelajaran dilakukan

dengan ceramah bervariasi dan diskusi kelompok biasa dengan jumlah maksimum 5 orang tiap

kelompok. Pelaksanaan selama ini tidak memperhatikan perimbangan jenis kelamin dan urutan

berdasarkan kinerja akademik. Setiap akhir tatap muka tidak pernah diberikan tes.

Rencana pembelajaran semester genap tahun akademik 2015/2016, peneliti mencoba

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif

Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dalam STAD Slavin (1994) dalam Moh. Nur

(2004: 26) menempatkan siswa dalam tim belajar beranggotakan lima orang yang merupakan

campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja di

dalam tim mereka. Akhirnya, seluruh siswa dikenai tes tulis tentang materi itu, pada waktu tes

tulis mereka tidak dapat saling membantu. Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor pada

waktu sebelumnya (pre test).

Masalah yang tercakup dalam judul PTK ini cukup luas. Untuk itu permasalahan PTK

ini dibatasi seperti berikut ini.

1. Identifikasi hasil tes tulis awal sebelum diterapkannya metode pembelajaran

Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).

2. Peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Kooperatif STAD dengan

menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).

3. Aktivitas anggota tim/dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Kooperatif

STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).

4. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan

buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mendapatkan

gambaran tentang :

1. Hasil tes tulis awal sebelum menerapkan metode pembelajaran Kooperatif STAD dengan

menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).

2. Peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Kooperatif STAD dengan

menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).

3. Aktivitas anggota tim/kelompok ketika belajar dengan pembelajaran Kooperatif STAD

dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).

4. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar

dan lembar kerja siswa (LKS).

Page 319: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1366

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Konsep Mata Pelajaran IPS

Menurut Mohammad Nuh (2013 : iii) Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat

kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Proses

pencapaiannya melalui pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai satu

kesatuan yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Bila pada jenjang SD/MI,

semua mata pelajaran digabung menjadi satu dan disajikan dalam bentuk tema-tema, maka pada

jenjang SMP/MTs pelajaran sudah dipisah-pisah menjadi mata pelajaran. Selanjutnya sebagai

transisi pemisahan ini belum bisa dilakukan sepenuhnya, dan masih disajikan dalam Ilmu

Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.

2. Standar Kompetensi yang harus Dikuasai Siswa SMP/M.Ts

Seperti yang tercantum Kurikulum Tahun 2016, Standar Kompetensi Mata Pelajaran

IPS yang harus dikuasai oleh siswa SMP/M.Ts adalah sebagai berikut.

a. Kelas VII Semester I

1) Memahami lingkungan kehidupan manusia.

2) Memahami kehidupan sosial manusia.

3) Memahami usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan.

b. Kelas VII Semester 2

4) Memahami manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya.

5) Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu Budha sampai masa

kolonial Belanda.

6) Memahami Kegiatan Masyarakat.

3. Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi yang penulis pilih adalah memahami kehidupan sosial

manusia, sedangkan kompetensi dasar dari KD tersebut adalah :

a. Mendeskripsikan perubahan politik.

b. Mengidentifikasi perubahan sosial dan ekonomi.

c. Menguraikan proses Bangsa Eropa ke Asia Barat kaitanya mencari jalan langsung ke

Indonesia.

4. Indikator

a. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian perubahan politik

b. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian perubahan ekonomi.

c. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian perubahan sosial.

d. Siswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi Eropa mencari jalan ke

Indonesia

5. Pembelajaran Kooperatif STAD

Mengajar ialah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya

interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Terjadinya perubahan tingkah laku tersebut

tergantung pada dua faktor (Gagne dalam Enoh, 1987:1). Faktor dari dalam merupakan dimensi

siap tidaknya siswa menerima perubahan tingkah laku tersebut. Bila siswa telah memiliki

pengetahuan atau keterampilan awal yang sudah cukup ia akan dapat meningkatkan

Page 320: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1367

pengetahuan atau keterampilannya dengan bantuan lingkungannya. Faktor dari luar ialah

lingkungan siswa yang dapat merangsang, menunjang dan memperlancar proses belajar.

Dengan demikian di dalam proses pembelajaran selalu diperlukan suatu media, agar

tujuan yang akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan.

Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)

pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima pesan (anak didik),

dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa indera.

Dalam hubungan dengan media pembelajaran, maka Gagne (1975:5) mengatakan

bahwa media pembelajaran adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran.

Berpedoman pada pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah

bahan, alat, yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud agar proses interaksi

komunikasi edukatif antara guru dan siswa/warga belajar dapat berlangsung secara tepat guna

dan berdayaguna. Pembelajaran kooperatif dengan STAD, pada hekekatnya menggunakan

prinsip-prinsip teori dari Gagne

STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu, Mengajar - Belajar dalam

tim dengan dipandu oleh lembar kegiatan siswa. – Tes – Penghargaan tim ( Moh.

Nur,2004:32), langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari lima anggota, dengan

berimbang menurut jenis kelamin dan berdasarkan kinerja akademik (nilai yang lalu).

b. Membuat lembar kerja dalam pelajaran yang direncanakan

c. Mengatur meja-kursi untuk bekerja dalam tim/kelompok

d. Membagikan materi dan lembar kerja untuk setiap tim

e. Beri penekanan kepada siswa, mereka tidak boleh mengakiri kegiatan belajar, sebelum

anggota tim mereka dapat menjawab 100% sesuai waktu yang ditentukan

f. Berikan kunci jawaban lembar kerja untuk mengecek pekerjaan mereka dan teman-

temannya.

g. Beri kesempatan siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka, tidak sekedar

mencocokkan jawaban dengan lembar kunci jawaban

h. Kembali kepada klasikal, bagikan tes tulis , bila sudah tiba waktunya dan berikan waktu

yang cukup untuk mengejakan secara individual

i. Buatlah skor individual dan skor tim, didasarkan pada peningkatan skor dibanding yang

lalu.

6. Buku Ajar

Buku ajar adalah media pembelajaran yang ditulis oleh guru dan dipakai dalam

pembelajaran sebagai salah suatu rujukan guna memperlancar pemberian materi pembelajaran

secara efektif dan efisien, dan membantu keterbatasan siswa dalam menghadapi kesulitan

memperoleh literatur.

7. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar Kegiatan Siswa, memuat tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok

(Wardani, 1981:3), Di dalam LKS terdapat petunjuk untuk mengerjakan tugas, rujukan buku

yang harus dibaca, dan petunjuk kriteria keberhasilan siswa yang dinyatakan dengan skor

sebagai berikut.

Amat baik skornya 80 – 100

Baik skornya 66 - 79

Sedang skornya 56 - 65

Kurang skornya kurang dari 56

Page 321: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1368

METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas (PTK), yang

dirancang dengan tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan berdasarkan skenario pembelajaran

yang akan dicapai, setiap siklus satu kali tatap muka. Pada setiap akhir siklus dilakukan tes

formatif. Pre tes untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa dilaksanakan pada siklus

pertama yang dilanjutkan dengan pembelajaran. Hasil tes awal akan dibandingkan dengan tes

formatif pada setiap akhir siklus yang didasarkan pada evaluasidan refleksi, untuk mengetahui

kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam siklus sebelumnya. Adapun siklus dalam PTK

adalah sebagai berikut:

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa MTs Hasyim Asy’ari Kota Batu Kelas

VII A jumlahnya 38 orang. Sumber data yang lain adalah dari tim peneliti hasil observasi dalam

kegiatan. Jenis data yang diperoleh berupa data kuantitatif berupa hasil tes dari setiap siklus, dan

data kualitatif diperoleh dari refleksi berdasarkan hasil observasi tim terhadap pelaksanaan

pembelajaran, kelemahan LKS, dan angket tanggapan siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran kooperatif dengan STAD, serta jurnal .Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah

semester genap tahun akademik 2015-2016, lokasi di MTs Hasyi Asy’ari Kota Batu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Siklus I

a). Tahap perencanaan meliputi:

1. Menyusun skenario pembelajaran.

2. Menyiapkan buku ajar

3. Menyiapkan alat alat peraga

4. Menyusun lembar kerja untuk kegiatan tim/kelompok

5. Menyusun pre test/ post test

6. Menyiapkan lembar observasi

b). Pelaksanaan Tindakan

1. Menyusun skenario pembelajaran

2. Memberikan tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal dari siswa

3. Memberikan orientasi materi yang ada pada buku ajarl tentang KD. Potensi

dan Sebaran Sumber Daya Alam di Indonesia.

4. Membagikan lembar kerja untuk kegiatan kelompok

5. Melaksanakan diskusi kelompok berdasarkan STAD

6. Mencocokan hasil diskusi kelompok

Page 322: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1369

7. Melaksanakan tes individual berupa tes essei

d) Obsevasi/Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, untuk mengobservasi aktivitas siswa

dan dilakukan oleh teman sejawat.

Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus-1

Rentang Nilai Frekuensi Presentase

52 – 60 7 siswa 18 %

61 – 74 21 siswa 58 %

75 – 92 10 siswa 24 %

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan model STAD yang dilaksanakan

pada kelas 7 a MTs hasyim Asyari Kota Batu.

e). Melakukan refleksi

Kegiatan ini menganalisis hasil observasi dan hasil pretest/post test. Kelemahan didalam

pelaksanaan PTK, di identifikasi dan dicatat sebagai bahan perencanaan pada siklus II.

2) Siklus II

a). Tahap perencanaan meliputi:

1. Menyusun skenario pembelajaran

2. Menyiapkan materi pelajaran perubahan politik, ekonomi dan sosial di Eropa

dlm mencari jalan ke Indonesia.

3. Menyiapkan alat media dan peraga.

4. Menyusun lembar kerja untuk kegiatan dalam tim/kelompok

5. Menyusun post test.

6. Menyiapkan lembar observasi

b). Pelaksanaan Tindakan.

1. Memberikan orientasi materi dalam buku ajar

2. Membagikan lembar kerja untuk kegiatan diskusi kelompok

3. Melaksanakan kegiatan diskusi kelopok

4. Mencocokan hasil diskusi kelompok

5. Melaksanakan tes individual berupa tes essei

d) Obsevasi/Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, untuk mengobservasi

aktivitas siswa dan pelaksanaan diskusi yang dilakukan oleh teman sejawat

Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus-2

Rentang Nilai Frekuensi Presentase

52 – 60 0 siswa 0 %

61 – 74 8 siswa 24 %

75 – 92 30 siswa 76 %

e). Melakukan refleksi

Kegiatan ini menganalisis hasil observasi dan hasil.

pretest/post test. Kelemahan didalam pelaksanaan PTK, di identifikasi

Page 323: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1370

dan dicatat sebagai bahan perencanaan berikutnya.

2. Tingkat Keberhasilan

Berdasarkan deskripsi dari dua siklus yang dilaksanakan, maka indikator keberhasilan

siswa dianggap berhasil bilamana pada akhir siklus II, 75% dari jumlah siswa telah menguasai

sekurang-kurangnya 75% kompetensi yang telah ditetapkan .Sedangkan siswa dianggap aktif

bilamana dalam pembelajaran ini telah memberikan respon, bertanya, memberikan pendapat,

mewakili kelompoknya sekurang-kurangnya 3 kali.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa model STAD dapat

meningkatkan hasil pemanfaatan SDA siswa kelas VII mata pelajaran IPS di MTs Hasyi Asyari

Kota Batu Dengan rata2 nilai siklus 1 dan siklus 2 dari hasil tes siswa yang dilakukan

mengalami kenaikan.

DAFTAR RUJUKAN

Ditjen Dikdasmen, 2003, Sumber Belajar geografi, Modul : Geo C 05, Jakarta: Dit PLP,

Depdiknas.

Ditjen Dikdasmen, 2003, Media Pembelajaran Geografi, Modul : Geo C 04, Jakarta: Dit PLP,

Depdiknas.

Ditjen Dikdasmen, 2003, Kurikulum 2004, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan

Penilaian. Mata Pelajaran Geografi, Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.

Ditjen Dikdasmen, Direktorat PLP, 2002, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning). Jakarta. Depdiknas.

Gagne, R.M., 1975, Essentials of Learning for Instruction. New York. Hart Renerhart and

Winston.

Mochamad Enoh, 1987, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya. FPIPS IKIP Surabaya.

Mochamad Enoh. 1994. Pengantar Geografi Regional. Surabaya. University Press IKIP

Surabaya.

Mohammad Nuh, 2013, Pengantar Mata Pelajaran IPS Kelas VII, Jakarta. Kementerian

pendidikan dan Kebudayaan RI.

Mohamad Nur.2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam

Pengajaran. Edisi -4 Universitas Negeri Surabaya. Pusat Sains dan Matematika

Sekolah. Surabaya.

Page 324: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1371

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS 8 I DI SMP NEGERI 3 BATU

Dwi Sunarti,Soekirno

SMP Negeri 3 Batu

dwisunarti [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan

Sosial siswa kelas 8I dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw, pada Sub Tema

Pengelolaan Sumber Daya Alam. Rancangan penelitian dilakukan sebanyak dua siklus,

pada pra siklus nilai rata-rata siswa 77,74. Siklus pertama dengan sub-sub tema Prinsip-

Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Alam hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata

siswa 84,32. Pengusaan materi siswa masih rendah, untuk itu perlu ada perbaikan pada

siklus kedua dengan sub-sub tema Peran Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumber

Daya Alam dengan hasil nilai rata-rata siswa 91,18.

Kata Kunci : Jigsaw, Hasil Belajar

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran siswa secara aktif mengembangkan potensi diri nya untuk memiliki

kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadi an, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (Silberman, 2001)

Belajar merupakan proses perubahan perilaku individu yang bersifat menetap dan

merupakan hasil pengalaman serta interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran

merupakan,proses interaksi tranformasi timbal balik antar siswa dengan guru, siswa dengan

siswa, siswa dengan sumber belajar, pada lingkungan belajar tertentu untuk sasaran tertentu.

(Syaodih, 2008)

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka belajar harus efektif, menyenangkan dan

bermakna. Karena itu perlu dikembangkan pendekatan- model-model pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan, untuk meningkatkan

kualitas hasil pendidikan. Selain itu diperlukan strategi atau pendekatan serta model

pembelajaran yang efektif di kelas untuk memberdayakan potensi siswa.

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan hasil belajar tentang ―Prinsip-prisip

pengelolaan Sumber Daya Alam belum optimal‖. Hal itu terlihat dari hasil tes penilaian proses

dan penilaian pengetahuan, masih ada 6 siswa dari 31 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM,

rendahnya hasil pembelajaran tersebut disebabkan oleh beberapa faktor keberadaan siswa. Salah

satu faktor penyebab utamanya metode pembelajaran yang selama ini model pembelajaran yang

kurang sesuai serta pembelajaran pada dua jam terakhir. Sehingga pembelajaran yang

diharapkan belum tercapai dan hasil perstasi belajar secara maksimal sulit untuk dicapai. Oleh

karena itu perlu tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang efektif, kreatif,

inofatif agar hasil prestasi siswa lebih meningkat. Sebagai tindak lanjut dalam pelaksanaan

penelitian menggunakan metode Jigsaw.

Learning is active. It invoves reaching out of the mind. It involves organic

assimilationstarting from within. Literally,we must take our stand with the chlid and our

departure from him.It is he and not the subject-matter which determines both quality an

quantity of learning. (John Dewey dalam Richardson, 1997)

Page 325: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1372

Belajar itu aktif, dapat menjangkau pikiran, melibatkan asimilasi organik yang dimulai dari

dalam. Kita mengambil posisi untuk berada pada pihak anak dan juga berangkat darinya. Yang

perlu dipelajari itu adalah anak, bukan mata pelajaran yang menentukan kwalitas dan kwantitas

belajar. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa John Dewey telah meletakkan anak pada posisi

yang sangat penting, oleh karena itu belajar harus terpusat pada peserta didik.

Untuk itu tindakan yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari dua siklus. Masing-masing

siklus terdiri dari 3 pertemuan yaitu, dua pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes.

Diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif selama proses pembelajaran dan lebih tertarik untuk

mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Selama proses pembelajaran berlangsung berasal

dari konsep yang mereka alami sendiri, bukan hafalan dari buku atau yang mereka ketahui dari

guru, mempermudah memahami materi, mengembangkan kemampuan berfikir kritis kreatif,

meningkatkan motifasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Bagi Guru dan peneliti ,

merupakan evaluasi agar memilih model pembelajaran yang tepat serta dapat mendeteksi secara

dini jika terdapat kendala dalam pembelajaran,

Selain itu diharapkan pula bermanfaat bagi sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran,

mengembangkan kemampuan berfikir kritis kreatif, meningkatkan motifasi dan partisipasi

warga sekolah.

METODE PENELITIAN.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action researh) yang

mencakup empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian

dilaksanakan dalam 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Dua pertemuan

pembelajaran dan satu pertemuan tes. Kegiatan perencanaan dilakukan dengan menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan bahan pembelajaran, menyiapkan tes. Kegiatan

pelaksanaan tindakan dilakukan dengan praktik pembelajaran di kelas dengan diobservasi dan

direkam.

Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

SIKLUS I

SIKLUS II ?

Pengamatan

Pelaksanaan

Page 326: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1373

Siswa yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas 8I dengan jumlah siswa sebanyak 31

(tiga puluh satu) siswa tahun pelajaran 2015-2016 semester genap.

Kegiatan observasi, dilakukan secara berkelompok yang heterogen dengan lima anggota

masing-masing kelompok dengan permasalahan yang berbeda pada kelompok asli. Masing-

masing kelompok asli terdiri dari lima kelompok ahli, kelompok ahli dari masing-masing

kelompok mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan (enam kelompok), kelompok

ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai

topik tersebut, setelah memahami materi kelompok ahli kembali ke kelompok asal kemudian

menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya, tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.

Guru memberi tes individu pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah

didiskusikan, Siswa mengerjakan tes individu. Penelitian ini dilakukan di kelas 8I SMP Negeri

3 kota Batu yang berjumlah tiga puluh satu orang . Waktu pelaksanaan pada bulan Februari-

April 2016 dengan materi ―Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Alam‖.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

Perencanaan dalam penelitian pada Pra siklus tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam

berlangsung peneliti menggunakan metode ceramah bervareasi hasil yang diperoleh dari

pembelajaran pra siklus untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8I kurang memuaskan

karena pembelajaran didominasi oleh guru sehingga keaktifan siswa, antusias siswa tidak

nampak, untuk itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran dalam

penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan dengan

rincian dua kali pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes. Paparan hasil penelitian : (1)

penjelasan materi, (2) diskusi kelompok asal, (3) diskusi kelompok ahli, (4) diskusi kelompok

asal, (5) presentasi.

Siklus I

Penjelasan materi dilakukan oleh guru dengan membagikan gambar dan mengajak siswa

berdialog.

G : ― Bagilah kelompok dengan lima orang siswa , jangan lupa ada laki-laki ada perempuan‖

( sebagai kelompok asal )

S :― Siiiiiap Bu ―

G : ― Baiklah anak-anak, Ibu minta tolong masing-masing kelompok mengambil gambar

,Lembar Kerja dan materi pembelajaran untuk diamati―.

S : ― Baik Bu ―

G : ―OK .... anak-anak bentuklah kelompok ahli dari masing-masing kelompok dengan tugas

yang dibebankan oleh kelompok asal‖.

S : ― Siswa berdiskusi sesuai dengan kelompok ahli masing-masing.

Ahli 1, (gambar hutan yang gundul).

Ahli 2, (gambar sawah dengan mesin pembajak sawah yg modern)

Ahli 3, (gambar masyarakat melaksanakan reboisasi).

Ahli 4, (gambar kilang minyak di lepas pantai).

Ahli 5, (gambar rumah didaerah pegunungan)

G : ― Bagaimana anak-anak sudah selasai ? ―

S : ― Sudah Bu..... ―

G : ― Yaa.... kembalilah ke kelompok asal dengan membawa hasil diskusi kelompok ahli untuk

disusun menjadi sebuah laporan‖.

S : ― Siiap Bu... ―

Page 327: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1374

G : ― Anak-anak waktunya menyusun laporan sudah selesai, hasil laporan atau karya kalian

dikunjungkan ke kelompok secara melingkar searah jarum jam.

S : ― Sudah Bu... ―

G : ― Bagaimana anak-anak apa sudah mengerti tentang Pengelolaan sumberdaya alam ―

Baiklah anak-anak ― Pengelolaan sumber daya alam harus dikelola oleh Negara untuk

kemakmuran rakyat dengan prinsip-prinsip yang Optimal dan Lestari ―. Penilaian proses

dilakukan melalui pengamatan gambar, dan materi pembelajaran, penilaian Sikap dilakukan

melalui kerjasama, kepedulian dan tanggung jawab pada saat mengerjakan Lembar Kerja,

penilaian ketrampilan dilakukan melalui diskusi. Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes

esay.

Tabel 1 . Nilai pra siklus

No Rentang Nilai Frekwensi %

1 65-69 3 10

2 70-74 6 20

3 75-79 8 26

4 80-84 2 6

5 85-89 1 3

6 90-94 7 22

7 95-99 4 13

Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 75-89 sebanyak 26 % atau

22 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai 65-69 sebanyak 30% atau 9 siswa. Jika

menggunakan KKM 75 , maka siswa yang tuntas 70 % sedangkan yang belum tuntas 30 %,

(nilai rata-rata pra siklus 77,74).

Tabel 2. Nilai hasil siklus I

No Rentang Nilai Frekwensi %

1 65-69 3 10

2 70-74 3 10

3 75-79 2 6

4 80-84 4 13

5 85-89 8 26

6 90-94 7 23

7 95-99 4 13

Tabel 2 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 85-89 sebanyak 26 % atau

8 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai 65-69 sebanyak 10% atau 6 siswa. Jika menggunakan

KKM 75 , maka siswa yang tuntas 80 % sedangkan yang belum tuntas 20 %, (nilai rata-rata

84,32).

Refleksi

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, terdapat beberapa kendala antara lain:

rendahnya hasil pembelajaran yang disebabkan oleh beberapa faktor keberadaan siswa. Salah

satu faktor penyebab utamanya adalah metode pembelajaran yang selama ini model

pembelajaran yang kurang sesuai serta pembelajaran pada dua jam terakhir.

Langkah selanjutnya untuk mengatasi masalah tersebut diatas peneliti berusaha

melaksanakan pembelajaran dalam upaya meningkatkan motifasi dan partisipasi siswa dengan

penekanan pada pembelajaran Peran Kelembagaan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam

melalui Kooperatif Jigsaw.

Page 328: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1375

Diskripsi Pembelajaran siklus 2

Pada siklus kedua langkah-langkah pembelajaran sama dengan siklus I yang diperbaiki

berdasarkan hasil refleksi. Langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah-langkah permainan :

“Misteri Warna- Warni”

G : “Menyiapkan kertas karton putih satu lembar,

Menyiapkan guntingan kertas warna merah,kuning,hijau,unggu,putih dan pink yang

jumlahnya sama banyak (6 perwakilan masing-masing kelompok).

“Anak- anak silahkan 6 anak mengambil semua warna dengan meng gunakan dua jari.

Durasi 5 menit

S : “Siswa menghitung kertas warna yang diambil sesuai dengan warnanya

Pertanyaan : mengapa warna putih paling sedikit diambil ? Karena warna dasar

pada lingkungan asli adalah putih, yaitu karton sehingga potongan kertas warna putih

tidak mudah dilihat.

G : ― Bagilah kelompok dengan 5 orang siswa , jangan lupa ada laki-laki ada perempuan‖

(sebagai kelompok asal)

S : ― Siiiiiap Bu ―

G : ― Baiklah anak-anak, Ibu minta tolong masing-masing kelompok mengambil.gambar

,Lembar Kerja dan materi pembelajaran untuk diamati―.

S : ― Baik Bu ―

G : ― OK .... anak-anak bentuklah kelompok ahli dari masing-masing kelompok dengan tugas

yang dibebankan oleh kelompok asal‖.

S : ― Siswa berdiskusi sesuai dengan kelompok ahli masing-masing.

Ahli 1, (gambar Kilang gas Bumi).

Ahli 2, (gambar Perusahaan Perkebunan Nasional)

Ahli 3, (gambar Penebangan hutan liar di Indonesia).

Ahli 4, (gambar suasana rapat di gedung DPR).

Ahli 5, (gambar salah satu NGO Pemerhati Lingkungan)

G : ― Bagaimana anak-anak sudah selasai ? ―

S : ― Sudah Bu..... ―

G : ― Yaa.... kembalilah ke kelompok asal dengan membawa hasil diskusi kelompok ahli untuk

disusun menjadi sebuah laporan‖.

S : ― Siiap Bu... ―

G : ― Anak-anak waktunya menyusun laporan sudah selesai, hasil laporan atau karya kalian

dipersentasikan masing-masing kelompok didepan kelas.

S : ― Baik Bu... ―

G : ― Silahkan dimulai dari kelompok 1 dengan waktu 10’ menit dilanjut kelom

Pok 2, kelompok 3, kelompok 4, kelompok 5, dan kelompok 6.

S : ― Kami laksanakan Bu ―

G : ― Bagaimana anak-anak apa sudah mengerti tentang Peran Pengelolaan sumber daya alam

―.

Baiklah anak-anak, Pengelolaan sumber daya alam harus dikelola oleh Negara untuk

kemakmuran rakyat, serta peran kelembagaan dalam pengelolaan sesuai prinsip-prinsip yang

Optimal dan lestari ―. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan gambar, dan materi

pembelajaran , penilaian Sikap dilakukan melalui kerjasama, kepedulian dan tanggung jawab

pada saat mengerjakan Lembar Kerja, penilaian ketrampilan dilakukan melalui diskusi.

Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes esay.

Page 329: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1376

Tabel 3. Nilai hasil siklus 2

No Rentang Nilai Frekwensi %

1 70-74 1 3

2 80-84 8 26

3 85-89 1 3

4 90-94 14 45

5 95-99 7 23

Tabel 3 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 90-94 sebanyak 45 % atau

14 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai 70-74 sebanyak 3% atau satu siswa. Jika

menggunakan KKM 75 , maka siswa yang tuntas 97 % sedangkan yang belum tuntas 3 %,

(nilai rata-rata 91,18).

70

75

80

85

90

95

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Pada grafik tersebut diatas menunjukkan bahwa pada pra siklus nilai rata-rata siswa

77,74 yang tuntas 70% atau 22 (dua puluh dua) siswa, sedang yang belum tuntas 30% atau 9

(sembilan) siswa, Pada siklus kesatu yang dilakukan pada bulan Februari 2016 minggu ke 3

(tiga) di kelas 8I dengan jumlah siswa 31 (tiga puluh) nilai rata-rata siswa 84,32 yang tuntas

80% atau 25 (dua puluh lima) siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas 20% atau 6 (enam)

siswa. Hasil tersebut menunjukkan pada siklus kesatu secara klasikal siswa belum tuntas belajar,

karena siswa yang memperolah nilai dibawah KKM masih 20%. Hal ini disebabkan kare na

siswa masih malu mengemukakan pendapat baru dan belum bisa menerapkan metode

pembelajaran kooperatif Jigsaw secara tepat sehingga waktunya kurang.

Setelah diadakan refleksi dan revisi kemudian dilakukan siklus kedua menunjuk

kan hasil nilai rata-rata siswa 91,18 yang tuntas 97 % atau 30 (tiga puluh) siswa yang tuntas

sedang siswa yang belum tuntas 3% atau satu siswa.

Maka secara klasikal ketuntasan belajar pada siklus kedua termasuk katego ri tuntas,

pada siklus kedua ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus perta ma. Adanya

peningkatan hasil belajar pada siklus kedua sebesar 17 (tujuh belas) % yaitu dari 80% menjadi

97% siswa yang tuntas atau peningkatan nilai rata-rata dari 84,32 menjadi 91,18 (kenaikan nilai

rata-rata 6,86) ini dipengaruhi oleh ada nya peningkatan kemampuan guru dalam menerap kan

metode pembelajaran koopertif Jigsaw membuat siswa menjadi pemberani dan lebih percaya

diri lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam

memahami materi yang telah diberikan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa pembelajaran Kooperatif Jigsaw

memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan analisis juga

Page 330: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1377

diperoleh generalisasi bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial Sub Tema C. Pengelolaan Sumber Daya Alam dengan sub-sub tema Peran Kelembagaan

dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam metode pembelajaran kooperatif Jigsaw yang paling

dominan adalah bekerja sama dalam berdiskusi antar siswa atau siswa dengan guru, siswa

menjadi aktif, siswa menjadi pemberani. Respon yang cukup dari siswa walaupun masih perlu

perbaik an demi keefektifan suatu model tersebut. Untuk mengetahui lebih spesifik mengenai

pemberlakuan model Jigsaw berikut ini diuraikan skenario penggunaan dalam pembelajaran

sebagai berikut :

1. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok yang bersifat heterogin (masing masing

kelompok 5 orang).

2. Membagikan tugas sebagai bahan pengamatan ke dalam kelompok, (Lembar Kerja , materi

pembelajaran dan gambar).

3. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli dengan permasalahan berbeda yang akan dijadikan

bahan pengamatan ke dalam kelompok, yaitu :

Ahli 1, (gambar Kilang gas bumi).

Ahli 2, (gambar Perusahaan perkebunan Nasional)

Ahli 3, (gambar Penebangan hutan liar di Indonesia).

Ahli 4, (gambar suasana rapat di DPR).

Ahli 5, (gambar salah satu NGO Pemerhati Lingkungan)

4. Siswa berdiskusi dengan kelompok ahli sesuai keahlian masing-masing.

5. Setelah diskusi dengan kelompok ahli maka siswa kembali ke kelompok asal untuk

menjelaskan secara bergiliran materi yang dikuasainya kepada teman-teman di kelompok

asal, menuliskan hasil diskusi dalam bentuk laporan.

6. Karya masing-masing kelompok dipersentasikan didepan kelas mulai dari kelom pok 1,

kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4, kelompok 5, dan kelompok 6. kelompok lain

menanggapi hasil kelompok yang tampil didepan kelas.

Berdasarkan praktek model pembelajaran Jigsaw maka ada beberapa kunci atau prinsip

metode Jigsaw antara Lain:

a. Interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikaninformasi yang

diperlukan. Artinya ―Para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif

dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi serta memecahkan masalah yang

diberikan.

b. Peran guru adalah menfasilitasi dan memotifasi para anggota kelompok ahli agar mudah

untuk memahami materi yang diberikan.

Dari beberapa kunci atau prinsip metode Jigsaw maka hasil belajar siswa kelas 8

(delapan) I dapat meningkat. Sehingga pada penilaian akhir para siswa mendapat nilai diatas

KKM. Kendala belajar yang sering dialami siswa dalam metode pembelajaran Jigsaw antara

lain :

a. Prinsip utama pembelajaran ini adalah ―peer teaching” pembelajaran oleh teman sendiri, ini

akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan

didiskusikan bersama siswa lain.

b. Siswa yang kurang percaya diri sulit untuk menyampaikan hasil diskusi kepada

temannya.

c. Siswa yang aktif akan mendominasi diskusi dan cenderung bosan.

Kelebihan model pembelajaran model Jigsaw antara lain:

a. Mempermudah guru dalam mengajar karena sudah ada kelompok ahli.

b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu singkat.

c. Melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Page 331: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1378

Kelebihan model pembelajaran model jigsaw ini sesuai dengan teori Vygotsky antara

lain:

a. Teori sosiogenesis: primer (kesadaran sosial)–skunder (individu)

b. Tataran pertumbuhan kemampuan: sosial (interpsikologis, intermental)– spikologis

(intrapsikologis, intramental)

c. Pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif: faktor primer intermental, faktor

skunder (diturunkan/derivatif) intramental terbentuk melalui internalisasi/penguasaan proses

sosial

d. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan sosial tanpa makna, internalisasi/ pengendapan,

pemaknaan/konstruksi pengetahuan baru, transformatif (menyebabkan perubahan, tidak

sekedar transfer)

e. Tingkat perkembangan kemampuan: aktual (mandiri) dan potensial (dibimbing, kolaborasi

sebaya) –jarak: zona perkembangan proksimal)

f. Perlunya contoh, demontrasi, prakteks dari orang yang lebih dewasa

g. Proses konstruksi: konstruksi bersama, dengan bantuan yang diistilahkan dengan scaffolding

(contoh petunjuk, pedoman, bagan/gambar, prosedur, balikan)

h. Melandasi pembelajaran: kolaboratif/kooperative, pbl, kontekstual, autentik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya peneliti dapat menyimpul kan bahwa

penerapan model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8I pada Sub Tema

Pengelolaan Sumber Daya Alam, rata-rata nilai pra siklus 77,74 atau ketuntasan belajar

mencapai 70%, pada siklus satu dengan Sub-sub Tema Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber

Daya Alam nilai rata-rata sebesar 84,32 atau 80% ketuntasan belajar siswa menjadi 91,18 atau

97 % ketuntasan belajar siswa pada siklus kedua.

Ketercapian dari pra siklus ke siklus satu meningkat (6,58) atau 10% ketuntasan belajar

siswa dari siklus satu ke siklus dua meningkat (6,86) atau 17 % ketuntasan belajar siswa. Dalam

proses pembelajaran tersebut ada sedikit hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut

dapat diatasi dengan memanfa atkan dukungan yang ada perbaikan rencana pembelajaran

setelah diadakan refleksi.

DAFTAR RUJUKAN

Al Muchtar, S. (1995). Arah peningkatan mutu pendidikan Sosiologi di sekolah dasar

(Makalah). Bandung: Laboratorium PSosiologi SD FPSosiologi IKIP Bandung.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Kurikulum pendidikan dasar. Jakarta.

Djihad.M.KPd (2014) Mudahnya melaksanakan PTK

Hadisubroto, T. & Herawati, I.S, (1998). Pembelajaran terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamdayama Jumanta, SPd.,M Si (2015) Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan

Berkarakter. Jakarta

Kniep, M., Fiege, D.M., & Soodoak, L.C (1995). Curriculum Integration: An Expanded View of

a Abused Idea. Journal of Curriculum and Supervision 10 (3) 227-249.

Ningrum, E. (2002). Materi dan pembelajaran Sosiologi SD (Modul 9). Jakarta Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka.

Yaumi Muhammad, Dr . M Hum, MA Prisip-prinsip DESAIN PEMBELAJARAN

Sutirjo, M.Pd (2004) Penulisan karya Ilmiah. Malang: Citra Mentari.

Wahab, A. (1996). Metodologi pengajaran Sosiologi . Jakarta: P2 LPTK

Wahidmurni,Dr. MPd. ,Ak & Dr. H. Ali Nur, M.Pd ( 2008 )Penelitian Tindakan Kelas

Pendidikan Agama dan Umum

Page 332: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1379

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SILENT DEMONSTRATION

UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS SISWA KELAS 8 MATA

PELAJARAN IPS

MTs NEGERI KOTA BATU

Diah Ambarumi Munawaroh

Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu

[email protected]

Abstrak: Tujuan Penelitian ini untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam pranata

ekonomi dengan menerapkan metode Silent Demonstration. Penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Masing-masing siklus

berlangsung empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa metode Silent Demonstration dapat meningkatkan

kreativitas siswa dalam Pranata Ekonomi kelas 8-I mata pelajaran IPS MTs Negeri

Batu.

Peningkatan tersebut terlihat pada kreativitas siswa dalam 5 aspek kriteria yaitu kriteria

kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul, skor tertinggi 15% menjadi 35%.

Kriteria kedua siswa mampu memecahan masalah, skor tertinggi 81% menjadi 85%.

Kriteria ketiga ketepatan siswa dalam pemecahan masalah, yaitu skor tertinggi 46%

menjadi 57%. Kriteria keempat siswa memiliki alternatif dalam pemecahan masalah

yaitu, skor tertinggi 31% menjadi 38%. Dan kriteria kelima hasil kerja siswa

mendapatkan pengakuan dari kelompok lain tentang penemuannya, skor tertinggi 15%

menjadi 35%.

Kata kunci : Silent Demonstration Kreativitas Siswa

Salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa adalah pendidikan. Tidak dapat

dipungkiri bahwa keberhasilan pembangunan negara-negara berkembang menjadi negara maju

yang banyak bermunculan belakangan ini karena didukung oleh tersedianya sumber daya

manusia yang terdidik dalam jumlah yang memadai. Semakin disadari oleh pemerintah maupun

masyarakat bahwa kemajuan suatu bangsa amat bergantung pada kualitas sumber daya

manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas

tinggi tidak bisa lepas dari pendidikan. Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah

dilakukan antara lain melalui peningkatan pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-undang

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas, 2007).

Pendidikan merupakan suatu investasi sumber daya manusia, di mana peningkatan

kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung upaya manusia untuk berprestasi

di bidangnya. Pembelajaran IPS sebagai bagian dari pendidikan, umumnya memiliki peranan

penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik

yang berkualitas yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam

menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh isu perkembangan sosial.

Menurut UU Nomor. 41 Tahun 2006 tentang standart proses untuk satuan pendidikan

dasar dan menengah disebutkan,

Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik,

serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap

mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada

setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

Page 333: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1380

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Undang-undang tersebut menunjukkan bahwa proses pendidikan bertujuan dalam

pembentukan sikap, pengembangan intelektual dan pengembangan ketrampilan. Untuk

mencapai tujuan pendidikan maka guru perlu membenahi pembelajaran di kelas. Oleh karena

itu, diperlukan adanya kemampuan kreatifitas dari guru untuk menumbuhkan kemampuan

kreatifitas siswa. Kreatifitas siswa akan muncul, apabila guru sebagai fasilitator di dalam kelas

juga memiliki kemampuan kreatifitas yang memadai.

Berdasarkan pengamatan selama ini bahwa implementasi pembelajaran IPS dilapangan

masih belum berjalan optimal. Guru masih terfokus kepada pencapaian pemberian materi hasil

belajar berupa pengetahuan IPS. Posisi pendidikan IPS lebih ―sebagai pelajaran hapalan‖

(Muchtar, 2004). Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, menunjukkan bahwa

betapa pembelajaran di sekolah masih belum dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

siswa secara maksimal, khususnya memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang

dihadapinya.

Saat ini pembelajaran IPS di MTs Negeri Batu belum mampu mengasilkan siswa-siswa

yang kreatif. Hasil refleksi awal terlihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Nilai Kreativitas siswa UTS semeter 2 Tahun 2015/2016

Jumlah Siswa Presentase Total Skor Kreativitas

6 siswa 23 % Skor tertinggi: 87 - 97

9 siswa 35 % Skor Sedang : 76 - 86

11 siswa 42 % Skor terendah: 65 - 75

Tabel 1. Menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sebanyak 42% memiliki kreativitas

yang tergolong rendah, sementara siswa yang memenuhi kreativitas tinggi sebesar 23%. Hal ini

menunjukkan bahwa diperlukan perbaikan pembelajaran yang lebih kreatif.

Konsekuensi dari cara mengajar guru yang cenderung tidak melibatkan siswa dalam

pembelajaran tidak dapat membentuk siswa menjadi pribadi yang kreatif dan mandiri, maka

diperlukan adanya kemampuan kreatifitas dari guru untuk menumbuhkan kemampuan

kreatifitas siswa.

Metode Silent Demonstration (demonstrasi bisu) diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan proses IPS dan kesiapan siswa untuk belajar mendemonstrasikan prosedur,

menjaga pengamatannya karena kegiatan guru hanya mendemonstrasikan dengan

meminimalkan komentar. Keterampilan proses IPS meliputi keterampilan mengamati,

kreatifitas, menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan, interpretasi dan berkomunikasi.

Maslow dalam Munandar, 2009 mengemukakan Kreativitas adalah salah satu

kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan

merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di

dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui

pendidikan yang tepat (Munandar, 2009)

Kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s

Creativity, yaitu dimensi Person, Proses, Press dan Product. Dimensi Person adalah upaya

mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat

disebut kreatif. Dimensi Process yaitu proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus

pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif. Dimensi Press adalah

pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri

Page 334: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1381

sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif. Dimensi

Product merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang

dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan

yang inovatif.

Kreativitas adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami

keadaan/dunia, dalam menginterprestasikan pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara

yang baru dan asli. Beberapa kriteria kreativitas antara lain : Sensitivity to problem yaitu

kreativitas dilihat dari kepekaan terhadap masalah yang muncul. Originality yaitu pemecahan

masalah dengan cara baru. Breadth, yaitu ketepatan dalam pemecahan masalah dan berguna.

Ingenuity, yaitu adanya memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah. Recognity by

peers, yaitu adanya pengakuan dari kelompoknya tentang penemuannya.

Metode Silent Demonstration yang mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan-

keunggulan tersebut adalah, peserta didik mendapatkan pengetahuan dan keterampilan melalui

pengalaman langsung, belajar dapat dilakukan dalam situasi kehidupan nyata, belajar dilakukan

dalam suasana gembira dan partisipasif, perhatian dan pengamatan siswa fokus pada

demonstrasi guru, dan dapat mendorong tumbuhnya kreativitas peserta didik dalam menyusun

dan memperagakan bahan belajar. (Sudjana, 2010)

METODE

Penelitian ini termasuk dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus. Masing-

masing siklus berlangsung empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Keempat tahap tersebut merupakan langkah berurutan dalam satu siklus dan akan berhubungan

dengan siklus berikutnya. Adapun prosedur keempat tahap tersebut dapat digambarkan pada

diagram di bawah ini:

Gambar 3.1 Diagram Alur Desain Penelitian (Adaptasi Desain PTK Menurut Kemmis dan

Mc Tanggart dalam Tim Proyek PGSM, 1999:21)

1. Tahap Perencanaan

Tahap ini yang dilakukan adalah mempersiapkan perangkat penelitian. Perangkat

yang disiapkan sesuai dengan metode pembelajaran yang akan diterapkan. Langkah-langkah

yang dilakukan untuk tahap perencanaan, yaitu:

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berisi tentang langkah-langkah

pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Silent Demonstration yang akan

dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Page 335: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1382

b. Menyiapkan media yang akan diamati siswa sesuai dengan materi

c. Membuat format catatan lapangan untuk mencatat semua aktivitas dan data penting

yang tidak bisa terekam atau tercatat. Observer terlibat dalam mencatat semua aktivitas

yang dilakukan oleh siswa.

d. Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademik.

e. Mengkoordinasikan program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru IPS dan teman

sejawat.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini pelaksanaan tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang telah dibuat. Pada saat pelaksanaan penelitian guru (peneliti) menjadi

fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar IPS secara kooperatif

dengan menggunakan metode Silent Demonstration.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Penyajian kelas, berupa penyampaian atau menjelaskan alur atau tahapan yang harus

dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Guru meminta bantuan 3 siswa untuk

membantu silent demonstrasi di depan kelas, Siswa mendapatkan Lembar Kerja

pengamatan dari guru, guru menggunakan metode Silent Demonstrasi dan siswa

mencatat hasil kegiatan pengamatan guru, guru dan siswa bersama-sama membahas

kegiatan Silent Demonstration.

b) Kegiatan kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Masing-masing kelompok

mendapatkan tugas yang berbeda dan saling mengumpulkan informasi, guru meminta

kepada siswa untuk menuliskan argumennya berupa ide-ide kreatif pada lembaran

kertas yang disediakan.

c) Mengkomunikasikan atau presentasi, setiap kelompok diberi kesempatan untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya berupa Karya Kunjung.

d) Evaluasi, siswa bersama-sama guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang

dipelajari hari ini.

3. Tahap Pengamatan

Tahap ini yang diamati adalah aktivitas guru saat membelajarkan siswa selama

pembelajaran berlangsung. Tahap pengamatan ini dilaksanakan bersamaan pada saat guru

membelajarkan siswa. Pengamatan tersebut dilakukan oleh observer. Pengamatan aktivitas

guru berpedoman pada lembar observasi. Pengamatan dilakukan secara intensif oleh 9

observer. Objek yang diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai pemberi tindakan dan

aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan ini digunakan untuk

refleksi pada perencanaan tindakan siklus II.

4. Tahap Refleksi

Refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi selama

proses pembelajaran, apa yang dihasilkan dari pembelajaran, mengapa hal itu terjadi, dan

apa yang perlu dilakukan pada kegiatan selanjutnya. Pada kegiatan refleksi peneliti

melakukan diskusi dengan praktisi dan observer mengenai data-data yang telah

dikumpulkan untuk ditarik kesimpulan.

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas 8-I yang berjumlah 26 siswa

yang terdiri 22 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki.

Dalam penelitian ini guru sebagai perencana, pelaksana, dan penilai. Sebagai pelaksana

guru menyusun dan merencanakan pembelajaran dangan membuat RPP. Sebagai pelaksana guru

melaksanan proses pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun dan melaksanakan metode

Silent Demonstration sesuai tahapan. Sebagai penilai guru melaksanakan penilaian pada proses

pembelajaran dan hasil karya siswa.

Page 336: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1383

Penelitian ini melibatkan pengamatan teman sejawat. Observer pada penelitian ini

adalah teman sejawat guru IPS Kota Batu antara lain Ibu Nurul (SMPN 3 Batu), Ibu Endang

(SMPN 3 Batu), Ibu Dwi (SMPN 3 Batu) Bpk. Prapto (SMPN 6 Batu), Bpk. Husnul Marom

(MTs Hasyim Asy’ari), Bpk. Irul (MTs Hasyim Asy’ari), Ibu Siska (SMP Soleman Batu), Ibu

Sasi (SMPN 4 Batu), Ibu Siti Anisah (MTs Negeri Batu)

Teknik pengumpulan data merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi:

1. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan sebelum dan pada saat tindakan berlangsung.

Observasi sebelum tindakan dilakukan untuk mengetahui informasi tentang kegiatan

pembelajaran di kelas yang meliputi kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Sedangkan observasi selama tindakan berlangsung dilakukan pada saat tindakan penelitian.

Tujuannya untuk melihat dan mengamati kreativitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas

dan mengamati tingkah laku atau aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Tes

Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif. Tes diberikan untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan, serta untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan yaitu proses

pembelajaran dengan menggunakan metode Silent Demonstration.

G : Saya minta bantuan 4 siswa untuk membantu demonstrasi menggunakan

Metode silent demonstrasi untuk praktek di depan kelas.

S : Saya bu... (3 siswa mengangkat jari dan 1 siswa ditunjuk oleh guru)

G : Perhatikan dan amati apa yang saya demonstrasikan dengan teman kalian.. tuliskanlah

semua kegiatan yang kalian amati pada Lembar kerja yang sudah disediakan.

S : Okey bu...

G : Guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca catatan hasil pengamatannya, dan

mengulangi demonstrasi dengan menggunakan bahasa lesan, dan siswa mengamati

demonstrasi.

S : Bu dyah mengupas bahan mentah kemudian mengolah menjadi bahan jadi termasuk

kegiatan Produksi, Khilmy mengantar kripik ke toko dan pasar termasuk kegiatan

distribusi, Ijul membeli kripik ke toko kegiatan konsumsi.

G : Amatilah gambar yang ibu bagikan.. silakan di diskusikan dengan teman

kelompok kalian, jika kalian dirumah mempunyai bahan baku berlimpah seperti

digambar, kira-kira akan diolah menjadi apa? Gunakan kegiatan Pranata Ekonomi yaitu

produksi, konsumsi, dan distribusi dalam memaparkan ide kreativmu, serta buatlah label

yang bagus menurutmu !

S : woeei... digawe opo yo penake? (kluar ide-ide cemerlang siswa)

G : Setelah semua kelompok selesai... mari kita lakukan Karya Kunjung. Silakan kelompok

yang dikunjungi (tuan rumah) untuk mendengarkan presentasi dari kelompok yang

berkunjung (tamu), kemudian berikan komentar pada hasil kerja teman kalian. Silakan

kelompok 1 ke 2, 2 ke 3, 3 ke 4, 4 ke 5, 5 ke 6, 6 ke 1.

S : Langsung beranjak dari tempat duduk dan melaksanakan tugas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Penerapan Siklus I

Pembelajaran dilakukan dengan Silent Demontration yang terdiari atas :

1. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan metode Silent

Demonstration.

Page 337: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1384

2. Guru meminta 4 siswa untuk membantu sebagai model Silent Demonstration.

3. Guru membagikan Lembar Kerja pengamatan kepada siswa (individu)

4. Guru dan 4 siswa mendemonstrasikan kegiatan.

5. Siswa mengamati dan menuliskan hasil pengamatan pada Lembar Kerja yang

disediakan.

6. Siswa menyampaikan hasil pengamatan dan apabila belum jelas maka guru mengulangi

demonstrasi dari awal.

7. Guru dan siswa membahas dan mengulang kembali demonstrasi dengan menggunakan

bahasa lisan.

8. Guru membagikan gambar/obyek yang di demonstrasikan yang berbeda disetiap

kelompok.

9. Siswa memikirkan gagasan dan ide-ide kreatif untuk dituliskan dalam bentuk laporan

dan ditempelkan pada kertas plano.

10. Siswa melakukan Karya Kunjung, kelompok 1 ke 2 dan seterusnya.

11. Siswa memberi komentar pada hasil karya temannya.

Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus -1

Aspek Kreativitas Siswa

Setelah Tindakan

SIKLUS II

SKOR PROSENTASE

Kepekaan terhadap masalah yang muncul 15 8

17 11

18 31

19 35

20 15

Pemecahan masalah 17 8

19 11

20 81

Ketepatan pemecahan masalah dan

berguna

17 8

18 11

19 35

20 46

Memiliki alternatif dalam pemecahan

masalah

14 23

15 11

18 19

19 15

20 31

Pengakuan dari kelompok tentang

penemuannya

14 8

17 15

18 35

19 27

20 15

Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil penerapan metode silent demonstration yang

dilaksanakan pada kelas 8-I MTs Negeri Batu, jika mengacu pada aspek kreativitas dapat

dijabarkan sebagai berikut :

Page 338: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1385

1) Kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul adalah siswa yang mendapatkan skor 15

sejumlah 8%, skor 17 sejumlah 11%, skor 18 sebesar 31%, skor 19 sejumlah 35% dan skor

20 sejumlah 15%. Hal ini dapat dilihat bahwa kepekaan siswa terhadap masalah yang

muncul belum maksimal, hanya 15% siswa yang mampu peka secara optimal terhadap

masalah yang muncul.

2) Siswa dapat memecahan masalah dengan cara baru yaitu siswa mendapatkan skor 17

sejumlah 8%, skor 19 sejumlah 11% dan skor 20 sejumlah 81%. Data ini menunjukkan

bahwa siswa yang mampu memecahkan masalah dengan cara baru dengan mendapatkan

skor 20 sejumlah 81%. Kemampuan siswa mengungkapkan ide-ide kreatif dapat dijabarkan

pada kriteria kreativitas ini.

3) Siswa dapat menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat adalah siswa

mendapatkan skor 15 sejumlah 8%, skor 18 sejumlah 11%, skor 19 sejumlah 35% dan skor

20 sejumlah 46%. Pada kriteria menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat

terdapat 46% siswa yang dapat memecahkan masalah dengan berbagai ide-ide kreative

siswa.

4) Siswa memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah yaitu siswa yang mendapatkan

skor 14 sejumlah 23%, skor 15 sejumlah 11%, skor 18 sejumlah 19%, Skor 19 sejumlah

15%, dan skor 20 sejumlah 31%.

5) Siswa yang mendapat pengakuan dari kelompoknya dari hasil penemuannya adalah siswa

yang mendapatkan skor 14 sejumlah 8%, skor 17 sejumlah 15%, skor 18 sejumlah 35%,

skor 19 sejumlah 27%, dan skor 20 sejumlah 15%.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi siklus I, dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa hal yang

harus diperbaiki antara lain ;

1. Posisi duduk siswa yang cenderung membelakangi guru sehingga sulit untuk mengamati

demonstrasi guru dengan baik dan tidak fokus kepada guru

2. Penanganan khusus untuk satu anak yang antusias cenderung melihat buku dan membaca.

3. Penanganan dalam kelompok supaya tidak di dominasi oleh satu siswa.

4. Menangani siswa yang pasif.

5. Guru kurang memancing pertanyaan kepada siswa.

6. Guru lupa menunjukkan kelompok 1-2-3-4-5-6

Page 339: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1386

Pemecahan masalah untuk refleksi Siklus-1 adalah guru mengatur tempat duduk supaya

siswa lebih fokus dalam mengamati guru, guru melakukan pendampingan khusus untuk siswa

yang pasif dan cenderung mendominasi, guru memancing siswa untuk lebih aktif bertanya.

Diskripsi Penerapan Siklus II

Pembelajaran dilakukan dengan silent demontration yang terdiri atas :

1. Siswa membentuk kelompok dengan posisi duduk lebih fokus dalam mengamati guru.

2. Guru menayangkan gambar-gambar untuk memancing siswa bertanya

3. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan metode Silent

Demonstration.

4. Guru menunjukkan dan memberi tanda kelompok 1-2-3-4-5-6

5. Guru meminta 4 siswa untuk membantu sebagai model Silent Demonstration.

6. Guru membagikan Lembar Kerja pengamatan kepada siswa (individu)

7. Guru dan 4 siswa mendemonstrasikan kegiatan.

8. Siswa mengamati dan menuliskan hasil pengamatan pada Lembar Kerja yang disediakan.

9. Guru mengadakan pendampingan pada siswa yang pasif dan siswa yang cenderung

membaca buku.

10. Siswa menyampaikan hasil pengamatan dan apabila belum jelas maka guru mengulangi

demonstrasi dari awal.

11. Guru memancing siswa supaya lebih aktif bertanya tentang kegiatan Pranata Ekonomi.

12. Guru dan siswa membahas dan mengulang kembali demonstrasi dengan menggunakan

bahasa lisan.

13. Guru membagikan gambar/obyek yang di demonstrasikan yang berbeda disetiap kelompok.

14. Siswa memikirkan gagasan dan ide-ide kreatif untuk dituliskan dalam bentuk laporan

dengan menggunakan kertas yang berbeda warna, setiap siswa dalam kelompok

mempunyai tugas masing-masing dan menempelkan pada kertas plano.

15. Siswa melakukan Karya Kunjung, kelompok 1 ke 2 dan seterusnya.

16. Siswa memberi komentar pada hasil karya temannya.

Tabel. 3 Hasil penelitian Siklus-2

Aspek Kreativitas Siswa

Setelah Tindakan

SIKLUS II

SKOR PROSENTASE

Kepekaan terhadap masalah yang muncul 17 8

18 27

19 31

20 35

Pemecahan masalah 17 4

19 11

20 85

Ketepatan pemecahan masalah dan

berguna

17 2

18 8

19 27

20 57

Memiliki alternatif dalam pemecahan

masalah

17 11

18 15

19 27

Page 340: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1387

20 38

Pengakuan dari kelompok tentang

penemuannya

17 11

18 15

19 38

20 35

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan metode Silent Demonstration yang

dilaksanakan pada kelas 8-I MTs Negeri Batu, jika mengacu pada aspek kreativitas dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1) Kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul adalah siswa yang mendapatkan skor 17

sejumlah 8%, skor 18 sejumlah 27%, skor 19 sebesar 31%, dan skor 20 sejumlah 35%. Hal

ini dapat dilihat bahwa kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul ada perbaikan dari

siklus 1, yaitu terdapat 35% siswa yang mendapatkan skor 20 dan terdapat peningkatan

kepekaan dari siklus 1 yang berjumlah 15%.

2) Siswa dapat memecahan masalah dengan cara baru yaitu siswa mendapatkan skor 17

sejumlah 4%, skor 19 sejumlah 11% dan skor 20 sejumlah 85%. Data ini menunjukkan

bahwa siswa yang mampu memecahkan masalah dengan cara baru dengan mendapatkan

skor 20 sejumlah 85%. Kemampuan siswa mengungkapkan ide-ide kreatif terlihat tampak

pada kriteria kreativitas ini.

3) Siswa dapat menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat adalah siswa

mendapatkan skor 17 sejumlah 8%, skor 18 sejumlah 8%, skor 19 sejumlah 27% dan skor

20 sejumlah 57%. Pada kriteria menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat

terdapat 57% siswa yang dapat memecahkan masalah dengan mengembangkan berbagai

ide-ide kreative siswa.

4) Siswa memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah yaitu siswa yang mendapatkan

skor 17 sejumlah 11%, skor 18 sejumlah 15%, skor 19 sejumlah 27%, dan skor 20

sejumlah 38%.

5) Siswa yang mendapat pengakuan dari kelompoknya dari hasil penemuannya adalah siswa

yang mendapatkan skor 17 sejumlah 11%, skor 18 sejumlah 15%, skor 19 sejumlah 38%,

dan skor 20 sejumlah 35%.

0

20

40

60

80

100

14 15 17 18 19 20

Kepekaan terhadap masalah yangmunculPemecahan masalah

Ketepatan pemecahan masalah danberguna

Kreativitas siswa setelah tindakan Siklus II

Page 341: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1388

Analisis data hasil belajar dilakukan dengan cara membandingkan nilai hasil kreativitas

belajar pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui peningkatannya. Peningkatan hasil belajar

siswa kelas 8-I MTs Negeri Kota Batu dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4. Perbandingan siklus 1 dan siklus 2

Aspek Kreativitas Siswa

Setelah Tindakan

PROSENTASE

SKOR SIKLUS I SIKLUS II

Kepekaan terhadap masalah

yang muncul

15 8 -

17 11 8

18 31 27

19 35 31

20 15 35

Pemecahan masalah 17 8 4

19 11 11

20 81 85

Ketepatan pemecahan masalah

dan berguna

17 8 2

18 11 8

19 35 27

20 46 57

Memiliki alternatif dalam

pemecahan masalah

14 23 -

15 11 -

17 - 11

18 19 15

19 15 27

20 31 38

Pengakuan dari kelompok

tentang penemuannya

14 8 -

17 15 11

18 35 15

19 27 38

20 15 35

Tabel 4 diatas menunjukkan perbedaan dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu terletak pada

aspek kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul. Dari skor 15 sejumlah 8% pada siklus ke

2 tidak terdapat skor tersebut. Siswa yang mendapat skor 17 menurun dari 11% menjadi 8%,

skor 18 menurun dari 31% menjadi 27%, skor 19 menurun dari 35% menjadi 31% dan

sebaliknya skor 20 meningkat dari 15% menjadi 35%.

Pada aspek yang kedua siswa mampu memecahan masalah, yaitu skor 17 menurun dari

8% menjadi 4%, skor 19 tidak ada perubahan dari 11% tetap menjadi 11%, dan skor 20

meningkat dari 81% menjadi 85%.

Pada aspek ketiga ketepatan siswa dalam pemecahan masalah, yaitu skor 15 sejumlah

8% pada siklus ke 2 tidak terdapat skor minimal tersebut, skor 18 menurun dari 11% menjadi

8%, skor 19 menurun dari 35% menjadi 27%, dan skor 20 meningkat dari 46% menjadi 57%.

Pada aspek keempat siswa memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah yaitu,

skor 14 sejumlah 23% dan skor 15 sejumlah 11% skor tersebut tidak muncul pada siklus ke-2

melainkan skor terendah pada siklus ke II adalah 17 sejumlah 11%, skor 18 menurun dari 19%

menjadi 15%, skor 19 meningkat dari 15% menjadi 27%, dan skor 20 meningkat dari 31%

menjadi 38%.

Page 342: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1389

Pada aspek kelima hasil kerja siswa mendapatkan pengakuan dari kelompok lain tentang

penemuannya, yaitu skor 14 sejumlah 8% pada siklus ke-2 tidak muncul skor tersebut, skor 17

menurun dari 15% menjadi 11%, skor 18 menurun dari 35% menjadi 15%, skor 19 meningkat

dari 27% menjadi 38%, dan skor 20 meningkat dari 15% menjadi 35%.

Penerapan metode pembelajaran Silent Demonstration (Demonstrasi Bisu) dapat

meningkatkan kreativitas materi pranata ekonomi siswa kelas 8-I mata pelajaran IPS di MTs

Negeri Batu. Kemampuan siswa dalam lima aspek kreativitas dengan memaparkan ide-ide

kreatif siswa dari beberapa masalah yang disajikan oleh guru terlihat tampak jelas mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan dengan skor kreativitas yang

dihasilkan siswa pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan bahkan terdapat 4 kriteria

skor terendah pada siklus I yang tidak muncul lagi pada siklus II. Dalam 5 aspek kriteria

kreativitas, untuk kriteria yang pertama yaitu kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul

mengalami peningkatan skor tertinggi 20 meningkat dari 15% menjadi 35%, kriteria yang kedua

siswa mampu memecahan masalah, skor tertinggi 20 meningkat dari 81% menjadi 85%,

kriteria ketiga ketepatan siswa dalam pemecahan masalah, skor tertinggi 20 meningkat dari 46%

menjadi 57%, kriteria keempat siswa memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah skor

tertinggi 20 meningkat dari 31% menjadi 38%, kriteria kelima hasil kerja siswa mendapatkan

pengakuan dari kelompok lain tentang penemuannya, skor tertinggi 20 meningkat dari 15%

menjadi 35%.

Temuan penelitian yang diperoleh adalah pembelajaran dengan menggunakan metode

silent demonstration dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dengan baik dan dapat

mengembangkan ide-ide kreatif siswa yang muncul tanpa dikendalikan oleh guru. Siswa mampu

peka terhadap masalah yang muncul, dan dapat memecahkan masalah dengan memberikan

solusi yang tepat dengan banyak alternatif dalam pemecahan masalah tersebut. Siswa akan

sangat senang apabila hasil kerja dan hasil temuan siswa mendapatkan pengakuan dari

kelompok lain. Jadi metode silent demonstration dapat meningkatkan hasil kreativitas siswa

dalam proses pembelajaran IPS kelas 8 MTs Negeri Batu.

Hal ini sejalan dengan pendapat Heinich, dkk (1989) yang menyatakan bahwa

pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktifitas siswa untuk melakukan kegiatan

belajar karena terdorong dari dirinya untuk sukses, bekerja keras untuk memperoleh hasil

belajar yang tinggi.

Page 343: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1390

Hal ini sesuai dengan Hulbeck (1945), “Creative action is an imposing of one’s own

whole personality on the environment in an unique and characteristic way”. Dimana tindakan

kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dipertegas dengan Teori Vygotsky yang menekankan pentingnya peran aktif seseorang

dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut

dengan pendekatan konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping

ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan social yang aktif pula. Teori

psikologi yang dipegang oleh vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme. Karena ia lebih

menekan pada hakikat pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya, perkembangan kognitif

seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh

lingkungan social secara aktif.

Pernyataan teori Heinich, Hulbeck dan Vygotsky ini sesuai dengan kriteria hasil

kreativitas belajar IPS peserta didik yang sebelumnya rendah skor kreativitas mengalami

peningkatan, metode silent demonstration ini cocok untuk peserta didik yang berkemampuan

rendah maupun tinggi.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa metode Silent

Demonstration dapat meningkatkan kreativitas pranata ekonomi siswa kelas 8 mata pelajaran

IPS di MTs Negeri Batu. Dari kelima kriteria kreativitas yang dihasilkan siswa mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II antara lain; pada kriteria yang pertama kepekaan siswa

terhadap masalah yang muncul, skor tertinggi 20 meningkat dari 15% menjadi 35%, sedangkan

skor terendah 15 (8%) pada siklus ke 2 skor tersebut tidak muncul. Pada kriteria yang kedua

siswa mampu memecahan masalah, skor tertinggi 20 meningkat dari 81% menjadi 85%,

sedangkan skor terendah 17 menurun dari 8% menjadi 4%. Pada kriteria ketiga ketepatan siswa

dalam pemecahan masalah, skor tertinggi 20 meningkat dari 46% menjadi 57%, sedangkan skor

terendah 15 (8%) pada siklus ke 2 skor tersebut tidak muncul. Pada kriteria keempat siswa

memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah skor tertinggi 20 meningkat dari 31%

menjadi 38%, skor terendah 14 sejumlah 23% dan skor 15 sejumlah 11% tidak tampak pada

siklus ke-2, akan tetapi skor terendah pada siklus ke-2 adalah 17 sejumlah 11%. Pada kriteria

kelima hasil kerja siswa mendapatkan pengakuan dari kelompok lain tentang penemuannya,

skor tertinggi 20 meningkat dari 15% menjadi 35%, skor terendah 14 (8%) akan tetapi pada

siklus ke-2 tidak muncul skor tersebut.

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persyada

Budiarti, Yesi. 2011. Pengembangan Kemampuan Kreativitas Dalam Pembelajaran IPS.Skripsi

tidak diterbitkan Malang : Jurusan Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas

Muhammadiyah.

Departemen pendidikan dan kebudayaan. 2006. Pendidikan Menengah, (Online)

(www.kemdiknas.go.id/kemdikbu/d, diakses tanggal 18 Maret 2016).

Ngalimun.2012. strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Scripta Cendikia

Siregar, Mustikawati 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Demonstrasi Bisu (Silent

Demonstration) Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA Swasta

Teladan SEI RAMPAH Tahun Pembelajaran 2012/2013 Fakultas Bahasa dan Seni.

Universitas Negeri Medan.

Sudjana. 2010. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Page 344: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1391

Suprijono, Agus 2012. Cooperative Learning, Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjana, 2010. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif , Cet ke-2 Bandung: Falah.

Tim Pelatihan Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Depdikbud Ditjan DIKTI P2GSM

http://sharahhanifah.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-kreativitas-dan-teori.html

(diakses tanggal 23 maret 2016 )

http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-kreativitas-definisi-aspek.html

(diakses tanggal 23 maret 2016 )

www.bio-nica.info/biblioteca/VanGoundy2005101ActivitiesTeaching.pdf

(diakses tanggal 19 Maret 2016)

Page 345: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1392

PENERAPAN METODE CIRC UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 3 BATU TAHUN

2016

Endang Pudjowati

[email protected]

Abstrak : Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIF SMP Negeri 3 Batu

yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 16 laki-laki dan 14 perempuan pada Semester

II Tahun Pelajaran 2015/2016. Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan prestasi

belajar siswa dalam pelajaran IPS yang difasilitasi dengan model pembelajaran CIRC.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode CIRC dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa . Pada Pembelajaran siklus I nilai rata-rata siswa adalah 54,4 Rata-rata

siswa setelah diberi tindakan pada siklus II adalah 75,09 dan berkategori baik.

Peningkatan nilai rata-rata siswa setelah diberi tindakan siklus I dan siklus II sebesar

20,59 %. Perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran keterampilan membaca untuk

menemukan masalah dan pemecahannya dalam artikel Perubahan Masyarakat Indonesia

Pada Masa Penjajahan Bangsa Barat sangat positif.

Kata Kunci : Cooperitive Integrated Reading Comprehension, Hasil Belajar

Pembelajaran IPS selama ini kurang optimal. Kurang optimalnya pembelajaran IPS

terlihat dari rata-rata nilai IPS masih di bawah KKM, atau di bawah 75. Siswa yang

memperoleh nilai 65—69 sebanyak 6 siswa. Sebanyak 9 siswa belum tuntas dalam belajar

karena mendapat nilai di bawah 75. Hal ini menunjukkan bahwa 47% siswa mengalami

ketuntasan belajar, dan 53% siswa belum tuntas. Dan ditunjukkan nilai rata-rata yaitu 54 dengan

nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 65.

Selain hasil belajar peneliti juga menghamati aktifitas siswa dalam belajar, yaitu dilihat

dari tingkat kedisiplinan, minat, keaktifan, kerjasama dan kesungguhan. Dari 30 siswa ada 15

atau sekitar (50%) siswa yang menunjukkan kedisiplinan dikelas, Siswa yang menunjukkan

minat terhadap pembelajaran IPS dengan metode CIRC sebanyak 53% atau sejumlah 16 siswa,

Siswa yang sudah menunjukkan keaktifan dengan cara mengungkapkan pendapat bertanya,

menjawab pertanyaan, dan aktif dalam kegiatan diskusi sebanyak 15 siswa atau sebesar 50%.

Metode pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa secara menyeluruh

dalam proses pembelajaran perlu dikembangkan sehingga kegiatan pembelajaran tidak hanya

didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan

peran serta siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam hal ini, penulis memilih metode

pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Comprehension). Metode CIRC

merupakan metode pembelajaran yang menggunakan prinsip belajar kelompok dan

penekanannya pada keterpaduan membaca dan menulis. Keterpaduan membaca dan menulis

diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar IPS, terutama materi perubahan masyarakat

Indonesia pada masa penjajahan dan tumbuhnya semangat kebangsaan serta perubahan dalam

aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan dan politik.

KAJIAN TEORI

Prestasi belajar berkaitan dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar merupakan proses

belajar, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Para ahli mengemukakan

pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Menurut

Sumadi (2002: 7) prestasi belajar adalah merupakan ukuran keberhasilan belajar paling luas

Page 346: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1393

dipakai dalam penelitian. Pada umumnya prestasi belajar terdapat pada buku raport setelah

siswa melakukan aktivitas belajar di sekolah dalam kurun waktu tertentu, seperti catur wulan

atau semester. Dengan prestasi belajar maka guru, siswa dan orang tua akan mengetahui hasil

yang dicapai dalam pembelajaran atau pendidikan.

Prestasi belajar yang diraih siswa merupakan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Proses pembelajaran tersebut dimulai dari tahap

perencanaan berupa penetapan indikator keberhasilan setelah mengikuti tahapan berikutnya

yaitu proses pembelajaran, dan diakhiri dengan tahap penilaian. Pada tahap penilaian akan

diketahui tingkat ketercapaian dari indikator-indikator yang telah ditetapkan pada tahap

perencanaan. Wiryawan dalam Hajat (2007: 37) mengemukakan bahwa prestasi belajar yang

diperoleh siswa sebagai akibat dari proses belajar yang dilaksanakan siswa selama ini.

Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi yang dihasilkan oleh anak didik terhadap

pertanyaan atau persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru, tergantung dari

pengetahuan atau pemahaman.

Arifin (1991:2) mengemukakan fungsi utama prestasi belajar sebagai berikut.

a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kualitas pengetahuan yang telah dikuasai

siswa.

b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) siswa.

Sebagai suatu mata pelajaran yang terintergarasi dengan mata pelajaran lain, Ilmu

Pengetahuan Sosial memiliki objek kajian material yang sama, yaitu manusia (Hidayati, 2004:

4). Masih menurut Hidayati Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada awalnya berasal dari literatur

pendidikan Amerika Serikat dengan nama Social Studies. Ilmu Pengetahuan Sosial menurut

Arnie Fajar merupakan mata pelajaran yang di dalamnya mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan (arnie Fajar,

2004: 110). Menurut Saidiharjo (2005: 109), pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial ataupun

pengetahuan sosial bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan sosial, yang berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat.

Tujuan pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat

kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space

wilayah NKRI (BSNP, 2012: 2). Materi perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan

dan tumbuhnya semangat kebangsaan serta perubahan dalam aspek geografis, ekonomi, budaya,

pendidikan dan politik merupakan salah satu kompetensi dasar yang dikembangkan dalam

pelajaran IPS, khususnya kelas VIII SMP. Adapun indikator ketercapaian kompetensi dasar

tersebut sebagai berikut.

1) Menjelaskan perluasan penggunaan lahan.

2) Mendeskripsikan persebaran penduduk dan urbanisasi.

3) Menyebutkan tanaman baru.

4) Menjelaskan penemuan tambang-tambang.

5) Mendeskripsikan transportasi dan komunikasi pada masa penjajahan Barat

6) Mendeskripsikan perkembangan kegiatan ekonomi

7) Menjelaskan tentang uang

8) Mendeskripsikan perubahan dalam aspek Budaya

Indikator-indikator tersebut akan tercapai jika metode yang digunakan tepat. Metode

yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah metode scientific yang terdiri dari tahapan

Page 347: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1394

mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar, dan mengkomunikasikan. Namun, di

samping metode tersebut, peneliti mencoba mengkombinasikan metode scientific dan CIRC ke

dalam pembelajaran IPS dengan materi perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan

dan tumbuhnya semangat kebangsaan serta perubahan dalam aspek geografis, ekonomi, budaya,

pendidikan dan politik.

Metode CIRC sendiri menurut Kessler dalam Abidin (1992: 24) merupakan gabungan

kegiatan membaca dan menulis yang menggunakan pembelajaran baru dalam pemahaman

bacaan dengan menulis. Keberhasilan metode CIRC sangat bergantung pada proses

pembelajaran yang dilaksanakan. CIRC telah dikembangkan dalam pembelajaran sejak tahun

1986 di sekolah dasar. Sekarang, CIRC telah digunakan dalam berbagai tingkatan

kelas. Ahli yang terus mengembangkan metode ini adalah Robert Slavin, Robert Stiven, Nancy

Maden, dan Marie Farnish

Selanjutnya, Abidin (2012: 168) menjelaskan metode CIRC adalah kegiatan

pembelajaran membaca terkait pengajaran langsung memahami bacaan dan seni berbahasa

menulis terpadu. Metode CIRC merupakan pengembangan pembelajaran kooperatif TAI

(Slavin, 2005 dalam Abidin, 2012). Dalam pembelajarannya, aktivitas peserta didik belajar

dalam kelompok yang heterogen. Semua kegiatan melibatkan siklus reguler yang diawali

presentasi dari guru, latihan tim, latihan independen, pra penilaian teman, latihan tambahan, dan

tes.

Model pembelajaran CIRC ini merupakan sebuah model pembelajaran yang inovatif

yang kian dikembangkan saat ini. Awalnya model pembelajaran ini merupakan pengembangan

sebuah model pembelajaran kooperatif. Nama CIRC sendiri merupakan singkatan dari

Cooperative Integrated Reading Comprehansion. Metode ini sama dengan model

pembelajaran kooperatif yang lainnya, maka pada pembelajaran CIRC ini, proses pembelajaran

yang berlangsung, dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar. Hal tersebut bertujuan

untuk memunculkan integrasi sosial antara para peserta didik di dalam kelompoknya selama

kegiatan pembelajaran berlangsung.

Slavin, dalam Abidin (2012) mengemukakan unsur utama CIRC adalah (1) kelompok

pembaca, (2) kelompok membaca, dan (3) aktivitas menceritakan. Menurut Slavin (2010)

,langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah: (1) membentuk kelompok

yang anggotanya 4-5 orang yang secara heterogen, (2) guru memberikan wacana sesuai dengan

topik pembelajaran, (3) siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan masalah dan

pemecahannya, (4) mempresentasikan hasil kelompok, (5) guru membuat kesimpulan bersama,

dan (6) penutup. Berikut tahapan secara rinci:

1) Tahap Prabaca

a) Guru memperkenalkan bacaan Perubahan Masyarakat Indonesia Pada Masa Penjajahan

Bangsa Barat yang akan dibaca siswa.

b) Setelah bacaan diperkenalkan siswa diberikan paket artikel yang terdiri atas kumpulan

bacaan yang sesuai dengan materi dan serangkaian kegiatan yang harus mereka lakukan

dalam kelompoknya.

2) Tahap Membaca

a) Membaca berpasangan. Pada tahap ini, siswa membaca artikel dalam hati dan kemudian

ecara bergantian membaca keras cerita tersebut bersama pasangannya.

b) Setelah siswa membaca setengah dari artikel, siswa diperintahkan berhenti membaca

dan diperintahkan untuk melakukan kerja analisis atas berbagai pertanyaan yang

berkaitan dengan bacaan berupa artikel Perubahan Masyarakat Indonesia Pada

Penjajahan Bangsa Barat.

Page 348: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1395

c) Para siswa diminta untuk menemukan istilah yang sulit yang terdapat dalam artikel dan

membacakannya secara nyaring tanpa canggung dan ragu-ragu.

d) Berbagai kata sulit yang mereka temukan dalam artikel selanjutnya didiskusikan untuk

menemukan masalah dan pemecahannya. Daftar kata sulit dan maknanya dapat pula

diberikan guru secara langsung pada kelompok membaca. Kegiatan ini dapat dilakukan

dengan cara meminta membuka kamus atau ensiklopedi IPS.

e) Siswa berdiskusi tentang isi artikel yang dibaca.

f) Guru memberikan penilaian berdasarkan kinerja siswa.

c) Tahap Pascabaca

a) Setelah seluruh bacaan yang dibaca dan dibahas dalam kelompok, siswa diminta

membuat rangkuman bacaan.

b) Rangkuman yang dibuat siswa selanjutnya ditukarkan kepada temannya sehingga satu

sama lain dapat mengecek ketepatan rangkuman yang dibuat rekannya. Jika para siswa

telah menyelesaikan semua kegiatan ini, pasangan mereka memberikan formulir tugas

siswa yang mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan tugas tersebut.

c) Pada tahap selanjutnya, siswa diberi tes tentang pemahamaman isi artikel. Dan

membuat laporan tertulis. Hasil tes merupakan unsur utama skor tim.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan, yang mana pada siklus tersebut

siklus terdiri dari dari empat langkah. Menurut Arikunto dkk (2008: 6) sebagai berikut: (1)

perencanaan yaitu merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta

membuat rencana tindakan, (2) tindakan yang dilakukan sebagai upaya perubahan yang

dilakukan, (3) observasi, dilakukan secara sistematis untuk mengamati hasil atau dampak

tindakan terhadap proses belajar mengajar, (4) refleksi, yaitu mengkaji dan mempertimbangkan

hasil dampak tindakan yang dilakukan.

Secara umum alur pelaksanaan tindakan kelas dalam penelitian tindakan kelas ini

digambarkan sebagai berikut:

Page 349: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1396

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto dkk, 2008:6)

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh peneliti dibuat dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan guru sebelum melaksanakan pembelajaran adalah bertujuan

untuk memperlancar jalannya pembelajaran yang mana perencanaan tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Guru mempersiapkan sumber media belajar dan alat-alat peraga yang akan digunakan

dalam pembelajaran IPS.

b. Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan model

pembelajaran CIRC serta cara penilaian dalam pembelajaran.

c. Guru menyusun instrumen pengumpulan data berupa pedoman observasi

d. Guru memberitahukan dan memberikan pengarahan pada siswa tentang model

pembelajaran CIRC yang akan diterapkan pada siswa.

e. Dalam satu siklus dilaksanakan dalam dua pertemuan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilaksanakan oleh guru selama pembelajaran pada

siklus I adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Guru mengucapkan salam kemudian mengkondisikan siswa untuk

pembelajaran.

2) Guru mengajukan pertanyaan, sebagai apersepsi, ‖Sebutkan

negara yang pernah menjajah Indonesia!‖

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa membaca berpasangan. Pada tahap ini, siswa membaca artikel dalam hati

dan kemudian secara bergantian membaca keras cerita tersebut bersama

pasangannya.

2) Setelah siswa membaca setengah dari artikel, siswa diperintahkan berhenti

membaca dan diperintahkan untuk melakukan kerja analisis atas berbagai

pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan berupa artikel IPS.

3) Para siswa diminta untuk menemukan istilah IPS yang sulit yang terdapat dalam

artikel dan membacakannya secara nyaring tanpa canggung dan ragu-ragu.

4) Berbagai kata sulit yang mereka temukan dalam artikel selanjutnya ditentukan

maknanya. Daftar kata sulit dan maknanya dapat pula diberikan guru secara

langsung pada kelompok membaca. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara

meminta membuka kamus atau ensiklopedi IPS.

5) Siswa berdiskusi tentang isi artikel yang dibaca.

6) Guru memberikan penilaian berdasarkan kinerja siswa.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran dengan bimbingan guru.

2) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pertemuan berikutnya.

3. Observasi

Observasi ini dilakukan dalam setiap pelaksanaan siklus, yang mana kegiatan yang

dilakukan guru dalam tahap observasi ini adalah:

a. Guru memperhatikan siswa selama pembelajaran berlangsung, serta memberikan

bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan dalam

pembelajaran.

Page 350: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1397

b. Pada waktu guru memperhatikan dan mengamati siswa, guru mencatat kejadian-

kejadian yang terjadi dalam pembelajaran tersebut serta mencatat kualitas kinerja

siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

c. Pengamatan yang dilakukan pada siklus 1 sangat berpengaruh pada perencanaan

pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Untuk itu hasil

pengamatan pada siklus 1 akan segera didiskusikan bersama teman guru untuk

mencari alternatif-alternatif pemecahan yang terbaik pada kekurangan-kekurangan

yang terjadi pada siklus 2, ini dilakukan agar kekurangan tersebut tidak lagi terulang

pada siklus berikutnya.

4. Analisis dan Refleksi

Data yang diperoleh pada tahap observasi, selanjutnya dikumpulkan untuk dianalisis,

dengan begitu pihak guru dapat merefleksi diri apakah dengan model pembelajaran IPS yang

sudah dilaksanakan dapat memberikan peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa. Semua data

tersebut digunakan sebagai acuan untuk membuat perubahan dan perbaikan pembelajaran IPS

pada siklus berikutnya, agar penerapan pembelajaran IPS selanjutnya dapat diterapkan lebih

sempurna lagi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIF SMP Negeri 3 Batu

yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 16 laki-laki dan 14 perempuan pada Semester II

Tahun Pelajaran 2015/2016. Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar

siswa dalam pelajaran IPS yang difasilitasi dengan model pembelajaran CIRC.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Batu, yang beralamatkan di Jalan Raya

Beji Kota Batu. Dalam penentuan rencana tindakan, guru sebagai peneliti yang berkolaborasi

dengan guru lain untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan.

―Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data dalam penelitiannya‖ (Arikunto, 2008: 100). Pada penelitian ini proses

pengumpulan datanya melalui beberapa cara yaitu dengan pedoman observasi/pengamatan,

dokumentasi, tes. Apabila pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, maka

instrumennya adalah pengamat itu sendiri, dengan alat bantu berupa pedoman observasi.

Pengumpulan data yang dilakukan melalui pengujian, maka instrumennya adalah tes.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi berdasarkan

pedoman observasi dalam proses pembelajaran dan nilai tes hasil belajar siswa melalui pretes

dan postes. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk

melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

Data hasil analisis dalam penelitian ini dapat dilihat dari jumlah skor pada lembar

observasi yang digunakan. Persentase diperoleh dari akumulasi perolehan skor pada lembar

observasi untuk menentukan seberapa besar keaktifan siswa maupun guru dalam mengikuti

pembelajaran IPS dengan metode CIRC untuk setiap siklusnya. Data hasil observasi dianalisis

dengan kriteria sebagai berikut

Tabel Keaktifan Belajar Siswa

Presentse Keterangan

P > 80% Sangat tinggi

60% < P < 80% Tinggi

40% < P < 60% Sedang

20% < P < 40% Rendah

P < 20% Sangat rendah

Analisis data dilakukan dengan metode alur yang meliputi reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

Page 351: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1398

penyederhanaan data. Dalam hal ini peneliti memilih hal-hal yang penting sehingga pada

akhirnya dapat ditarik kesimpulan.

Penyajian data dilakukan setelah peneliti mereduksi data. Dalam tahap ini data diolah

dengan menyusun atau menyajikan dalam bentuk skema atau tabel yang sesuai dengan kondisi

data. Selain itu penyajian data ini juga berbentuk uraian singkat sehingga mudah dipahami

maknanya. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan tingkat minat dan hasil

belajar pada setiap tindakan putaran. Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan secara

induktif di akhir penelitian.

HASIL PENELITIAN

Pada siklus I masih terdapat kekurangan dalam pembelajaran, antara lain: Siswa masih

bingung dalam melaksanakan tugas pembelajaran karena tidak mengikuti pembelajaran dengan

baik, Beberapa siswa masih menunjukkan ketidaksiapan dalam mengikuti proses pembelajaran.

Hal itu terlihat karena siswa masih banyak yang tidak memperhatikan penjelasan guru.

Pembelajaran mayoritas masih merpusat pada guru, guru masih memberikan banyak intruksi

pada siswa dalam pembelajaran, Diskusi yang masih belum berjalan secara optimal karena

siswa masih ramai sendiri.

Pada tindakan siklus I ini siswa yang memperoleh nilai 65—69 sebanyak 6 siswa.

Sebanyak 9 siswa belum tuntas dalam belajar karena mendapat nilai di bawah 75. Hal ini

menunjukkan bahwa 47% siswa mengalami ketuntasan belajar, dan 53% siswa belum tuntas.

Dan ditunjukkan nilai rata-rata yaitu 54,4 dengan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah

adalah 65.

Selain hasil belajar peneliti juga menghamati aktifitas siswa dalam belajar, yaitu dilihat

dari tingkat kedisiplinan, minat, keaktifan, kerjasama dan kesungguhan. Dari 30 siswa ada 15

atau sekitar (50%) siswa yang menunjukkan kedisiplinan dikelas, Siswa yang menunjukkan

minat terhadap pembelajaran IPS dengan metode CIRC sebanyak 53% atau sejumlah 16 siswa,

Siswa yang sudah menunjukkan keaktifan dengan cara mengungkapkan pendapat bertanya,

menjawab pertanyaan, dan aktif dalam kegiatan diskusi sebanyak 15 siswa atau sebesar 50%.

Siswa yang sudah menunjukkan sikap bekerja sama dengan anggota kelompoknya

sebanyak 16 siswa. Persentase kerja sama siswa sebanyak 53% dan Siswa nampak bersungguh-

sungguh dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Siswa yang menunjukkan

kesungguhannya dalam pembelajaran IPS sejumlah 13 siswa (43%).

Tabel Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran IPS

No. Kriteria Frekuensi Prosentase

1. Kedisiplinan 15 50%

2. Minat belajar di

kelas

16 53%

3. Aktif dalam kegiatan

diskusi

15 50%

4. Bekerja Sama

dengan anggota

16 53%

5. Kesungguhan dalam

pembelajaran

13 43%

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 19

Maret 2016 di Kelas VIIIF dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal ini peneliti tetap bertindak

sebagai guru bidang studi. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelaksanaan

Page 352: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1399

pembelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan maupun

kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan

tindakan siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar atau evaluasi belajar yang diperoleh telah

mancapai target ketuntasan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah tabel hasil belajar pada

siklus II.

Tabel Hasil Belajar IPS Siklus 2

No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1. 60-69 5 17%

2. 70-74 4 13%

3. 75-79 10 33%

4. 80-84 7 23%

5 85-89 2 7%

6 90-94 1 3%

7 95-100 1 3 %

Berdasarkan data hasil penelitian siklus II pembelajaran IPS diperoleh nilai tertinggi

yang diperoleh siswa adalah 100, nilai terendah sebesar 70 dan rata-rata kelas sebesar 82,6.

terjadi kenaikan nilai rata-rata kelas siklus I sebesar 54,4 menjadi sebesar 75,09 pada siklus II.

Dari data diatas juga diperoleh sebanyak 9 atau 30% siswa tidak tuntas dengan nilai di

bawah 75 dan sebanyak 21 atau 70% siswa tuntas. Aktifitas siswa dalam pembelajaran yang

berlangsung dalam kerja kelompok sudah mengalami peningkatan. Partisipasi seluruh anggota

kelompok, tukar pendapat, bertanya, dan saling membantu antar anggota kelompok sudah cukup

bagus. Keseriusan dan konsentrasi siswa meningkat, walaupun memang masih saja ada siswa

yang berbincang-bincang sendiri. Kedisiplinan, kerja sama, keaktifan, dan kesungguhan siswa

dalam mengikuti pembelajaran sudah semakin meningkat, Diskusi kelompok sudah berjalan

secara maksimal.

Komponen yang menjadi indicator keberhasilan dalam penelitian ini sebagai adalah

adanya peningkatan minat belajar siswa dapat dilihat melalui lima indikator yaitu perhatian

siswa, rasa tertarik siswa, rasa ingin tahu, rasa senang mengikuti pelajaran dan antusias siswa

terhadap pelajaran IPS perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan dan tumbuhnya

semangat kebangsaan serta perubahan dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan dan

politik. Minat belajar siswa dikatakan meningkat apabila persentase dari data angket yang

diperoleh nilai rata-rata kelas di atas dari nilai KKM, 75, yakni sebesar 75,09.

Berikut ini akan ditampilkan grafik rata-rata nilai pelajaran IPS perubahan masyarakat

Indonesia pada masa penjajahan dan tumbuhnya semangat kebangsaan serta perubahan dalam

aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan dan politik pada siklus 1 dan siklus 2.

Grafik Rata-Rata Nilai Pelajaran IPS pada Siklus 1 dan Siklus 2

Page 353: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh

APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1400

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan

model CIRC dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII F. Peningkatan minat

siswa dapat diketahui dengan rata-rata pre-test 54 dan mengalami peningkatan rata-rata pada

siklus I sebesar 54,4. Pada siklus II rata-rata nilai siswa sebesar 75,09. Berdasarkan hasil

tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari pretes ke siklus 1 sebesar 0,4,

sedangkan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 20,69.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakater. Bandung: Refika

Aditama.

Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Pontianak: Alfabeta.

BSNP. 2006. Standar Isi: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta:

BSNP.

Djamarah. 2000. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Fajar, Arnie. 2004. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Hajat, Nurahma & I Ketut R, Sudiarditha. 2008. “Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi

Belajar Mahasiswa Program D-III Jurusan Ekonomi dan Adminsitrasi FE UNJ”.

Jurnal Econosains Volume VI, Nomor 1.

Hidayati. 2004. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Madya, Suwarsih. 2006. Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.

Maslahah, Ratna Eka . 2007. ―Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat

Pemahaman Akuntasi dengan Kepercayaan Diri sebagai Variabel Pemoderasi”.

Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Rahayu, Tri . 2005. “Pelayanan BK Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas

XI SMA Negeri 5 Semarang”. Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No.1,

Februari 2005.

Saidihardjo. 2005. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta : Depdiknas.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Rosdakarya.

Sapto Legowo. 2005. “Pengaruh Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Kelas Unggulan Di SD Sompok Semarang”. Jurnal Pendidikan Iswara Manggala

Volume I No. 3.

Savage, Tom, and Amstrong, David,. 1996. G.Effective Teaching in Elementary Social Studies.

Ohio : Prentice Hall.

Suryabrata, Sumardi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindi Persada.

Yohana, Corry. 2008. ―Pengaruh Antara SQ, EQ dan IQ Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

Fakultas Ekonomi UNJ‖. Jurnal Econosains Volume VI, Nomor 1

Page 354: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1401

PENERAPAN MODEL JIGSAW TERINTEGRASI PREDICTION GUIDE UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KENAMPAKAN ALAM

NEGARA DI SDN SONGGOKERTO 03

Sumarmi

SDN Songgokerto 03 Batu

Abstrak : Keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Songgokerto 03 dalam mata

pelajaran IPS tentang Kenampakan Alam dan Keadaan Sosial Negara Tetangga masih

sangat rendah. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar melalui model pembelajaran JIGSAW terintegrasi Prediction Guide.

Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas dua tahap. Subyek dalam penelitian

ini adalah guru dan siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

pengamatan, soal tes, serta daftar nilai kelas VI SDN Songgokerto 03 Kota Batu. Hasil

belajar sebelum siklus I adalah 29 % dari 28 jumlah siswa.yang mencapai KKM (nilai

70 ke atas). Hasil belajar aspek kognitif pada pada siklus I meningkat menjadi 61 %,

sedangkan pada aspek afektif yang meliputi keaktifan dan kreatifitas belajar adalah

memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa. Pada siklus

II mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu 93 % siswa mencapai nilai di atas

KKM, 93 % siswa ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar, peningkatan aktivitas

belajar siswa sampai 93 %. Dengan demikian dari penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa penggunaan model pembelajaran JIGSAW terintegrasi Prediction Guide dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelasVI SDN Songgokerto 03 Kota

Batu, pada materi Kenampakan Alam Negara Indonesia dan Negara Negara Kawasan

Asia Tenggara.

Kata Kunci : Prediction Guide, Jigsaw, Hasil belajar, Kenampakan alam

Tujuan Pendidikan Nasional termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 3 adalah mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Pelajaran IPS di kelas VI memuat Kompetensi Dasar Kenampakan Alam dan Keadaan Sosial

Negara Negara Tetangga.Setelah mempelajari materi tersebut diharapkan siswa dapat

membandingkan kenampakan alam dan sosial negara negara tetangga dengan baik sehingga semua

siswa di kelas VI dapat mencapai target hasil belajar di atas kriteria ketuntasan minimal serta sesuai

dengan Standart Kelulusan Nasional.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan untuk memahami, menghafalkan bagi

siswa usia sekitar 11 -12 tahun sulit, karena menuntut pemikiran yang lebih abstrak, sementara tingkat

berfikir mereka masih konkrit, sehingga efisiensi dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran

sangat rendah. Masalah tersebut juga disebabkan karena setiap

siswa memiliki karakteristik yang unik. Anak juga memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda

satu dengan yang lainnya baik dari segi minat, bakat, motivasi, daya serap dalam mengikuti pelajaran,

tingkat inteligensi, dan memiliki perkembangan sosial tersendiri. Anak usia SD umumnya senang

bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok serta senang merasakan/melakukan

sesuatu secara langsung. Oleh karena itu guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang

mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar

Page 355: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1402

dalam kelompok, serta memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam

pembelajaran.

Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran IPS di kelas VI SDN Songgokerto 03 aktivitas

belajar siswa masih rendah. Partisipasi siswa hanya mencatat, mendengarkan penjelasan guru dan

sedikit menjawab pertanyaan guru. Berdasarkan latar belakang di atas, timbul masalah yaitu kurang

tercapainya target ketuntasan minimal dalam pembelajaran dikarenakan proses belajar yang kurang

sesuai dengan usia serta karakteristik siswa. Masalah lain yang menjadikan pembelajaran kurang

berkembang adalah penyampaian materi yang dilakukan guru masih berorientasi pada buku teks,

mengutamakan aspek kognitif, situasi pembelajaran yang terkesan sangat formal dan kurang

mengaktifkan dan kurang menyenangkan siswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian Akbar ( 2003 )

bahwa “kebiasaan guru yang textbook oriented ini telah berjalan puluhan tahun dan dinyatakan bahwa

kurikulum sama dengan buku teks “. Berdasarkan pernyataan tersebut guru akan mengalami kesulitan

ketika harus mengajar dan hanya diberi standar kompetensi dasar saja tanpa pernyataan ketersediaan

buku teks.

Berdasarkan hasil belajar pada KD sebelumnya di kelas VI SDN Songgokerto 03 Kecamatan

Batu Kota Batu Tahun Ajaran 2015 – 2016 dari 28 siswa yaitu 13 laki laki dan 15 perempuan, hanya

8 anak atau 29 % yang tuntas belajar dengan nilai rata rata kelas 63,64 atau 35 % dengan kriteria

ketuntasan minimal 70, kondisi ini disebabkan pembelajaran IPS tentang Kenampakan Alam Negara

Indonesia dan Negara-Negara Kawasan Asia Tenggara masih bersifat konvensional sehingga terkesan

monoton, dan juga belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat untuk materi Kenampakan

Alam Negara Indonesia dan Negara-Negara Kawasan Asia Tenggara sehingga belum ada kolaborasi

antara guru dan siswa. Hal ini mendorong untuk dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas sebab

Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran yang bersifat individual dan luwes (Kasihani Kasbolah, 1998 : 2).

Berkenaan dengan masalah tersebut peneliti sebagai guru ingin melakukan perbaikan dalam

proses pembelajaran. Peneliti menyakini strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan

aktivitas siswa dan hasil belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran JIGSAW

terintegrasi Prediction Guide. Alasannya adalah model pembelajaran JIGSAW sebagai model

pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam pengakaran membaca, menulis, mendengarkan atau

berbicara karena melatih siswa untuk bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab

untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut

kepada anggota kelompok yang lain. Kunci tipe pembelajaran JIGSAW ini adalah interdependence

setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa

harus memiliki tanggung jawab dan kerjasama yang positif dan saling ketergantungan untuk

mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

Strategi pembelajaran prediction guide ini adalah bagian dari pembelajaran active learning.

Hal ini tampak pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran ini

menekankan kepada siswa untuk menebak atau memprediksi materi yang akan disampaikan oleh

pengajar. Selama proses pembelajaran, siswa diminta untuk mengidentifikasi materi yang sesuai

dengan tebakannya, sehingga siswa benar benar berperan serta dan berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran. Siswa cenderung untuk lebih cepat menghafal dan tidak mudah lupa, kelas menjadi

lebih dinamis dengan diadakan kompetisi antar kelompok untuk mencari kelompok dengan prediksi

yang paling banyak benarnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang Kenampakan

Alam Negara Indonesia dan Negara- Negara Kawasan Asia Tenggara dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif JIGSAW terintegrasi Prediction Guide di kelas VI SDN Songgokerto 03

Kecamatan Batu, Kota Batu. Siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk

menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan serta melatih siswa dapat bekerja secara

Page 356: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1403

mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun

kelompok sehingga seluruh siswa menguasai materi Kenampakan alam negara Indonesia dan negara-

negara kawasan Asia Tenggara secara tuntas.

Penelitian yang dilakukan ini untuk membuktikan apakah model pembelajaran JIGSAW

terintegrasi Prediction Guide dapat meningkatkan kualitas dan aktivitas belajar siswa atau tidak pada

sekolah ini. Berdasarkan rumusan masalah, secara umum tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

“Apakah dengan menggunakan model pembelajaran JIGSAW terintegrasi Prediction Guide dapat

meningkatkan aktivitas dan kualitas prestasi belajar siswa pada materi Kenampakan Alam dan

Keadaan Sosial Negara Negara Kawasan Asia Tenggara pada kelas VI SDN Songgokerto 03

Kecamatan Batu KotaBatu ?”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Songgokerto 03 Kecamatan Batu Kota

Batu. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Songgokerto 03 Kecamatan

Batu, Kota Batu yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 13 siswa laki laki dan 15 siswa

perempuan.Teman sejawat yang berfungsi sebagai observasi dalam proses pembelajaran siswa secara

berkelompok. Penelitian ini bersifat Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus yang

dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat. Penelitian dilaksanakan bulan Februari sampai

bulan April 2016. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : Perencanaan, Pelaksanaan,

Observasi dan Refleksi. Agar lebih jelasnya hubungan antar tahapan dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Tahapan penelitian tindakan kelas di SDN Songgokerto 03 Batu

Secara lebih terperinci kegiatan dalam setiap siklus dapat dijelaskan sebagai berikut :

Siklus I

Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti menentukan Kompetensi Dasar, membuat Indikator,

membuat tujuan pembelajaran, menentukan metode pembelajaran, membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi langkah awal, inti dan penutup. Memilih

alat peraga dan media,membuat rangkuman materi, membuat lembar kerja siswa dan lembar evaluasi

disertai kunci jawaban, menyusun alat evaluasi, menyiapkan lembar observasi.

Page 357: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1404

Pelaksanaan pembelajaran

Pada tahapan ini peneliti melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun

dengan langkah langkah sebagai berikut : langkah awal peneliti melakukan presensi, mengajak siswa

menyanyikan lagu Indonesia Raya, apersepsi serta menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai hari ini. Pada langkah inti pembelajaran guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

diskusi. Kelompok awal berpisah sesuai materi menjadi kelompok ahli kemudian kembali ke kembali

kelompok awal lagi. Presentasi hasil diskusi, siswa mengerjakan evaluasi kemudian guru melakukan

penilaian. Pada langkah akhir pembelajaran, guru bersama siswa membuat kesimpulan serta

merefleksi hasil dari kegiatan pembelajaran hari ini.

Observasi / Pengamatan

Pada observasi ini dilakukan oleh teman sejawat sejumlah tiga orang, lembar observasi sudah

disediakan berupa isian terbuka dan format check list. Pada isian terbuka berisi antara lain : kondisi

kelas, kapan siswa terganggu konsentrasi dan cara mengatasinya serta manfaat dari metode yang

digunakan.

Refleksi

Refleksi dilakukan setelah pembelajaran dengan dipandu moderator, ada penulis, peneliti

diberi kesempatan memberikan ulasan, kemudian observer memberikan ulasan dan pengamatannya

pada pembelajaran yang telah dilaksanakan. Terakhir Expert memberikan pembahasan dan masukan

mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu diperbaiki pada siklus I.

SIKLUS II

Siklus II merupakan perbaikan siklus 1 berdasarkan hasil refleksi siklus I di jelaskan sebagai berikut:

Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah meninjau kembali rancangan pembelajaran

yang disiapkan untuk siklus II dengan melakukan revisi sesuai hasil siklus I yaitu menentukan

Kompetensi Dasar, membuat indikator, membuat tujuan pembelajaran, menentukan metode

pembelajaran, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi langkah awal, inti dan penutup,

memilih alat peraga dan media, membuat rangkuman materi, membuat lembar kerja siswa dan lembar

evaluasi disertai kunci jawaban, menyusun alat evaluasi, menyiapkan lembar observasi.

Pelaksanaan pembelajaran

Pada tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran siklus II yang telah disiapkan sesuai revisi pada siklus I. Adapun langkah langkah

pembelajarannya sama seperti langkah langkah pada siklus I, hanya pada langkah inti dalam siklus II

model pembelajarannya menggunakan JIGSAW terintegrasi Prediction Guide dan pemberian gelar

pada kelompok yang terbanyak memprediksi.

Observasi / Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan dengan lembar observasi yang sama seperti pada siklus I

Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan observer mendiskusikan hasil pengamatan untuk mendapatkan

simpulan. Setelah berakhirnya siklus II diharapkan bahwa penerapan model pembelajaran JIGSAW

terintegrasi Prediction Guide pada materi Kenampakan Alam Negara Kawasan Asia Tenggara dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di SDN Songgokerto 03 Batu.

Page 358: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1405

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tindakan kelas di Sekolah Dasar Negeri Songgokerto 03 untuk pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial pada materi Kenampakan Alam dan Keadaan Sosial Negara-negara Kawasan Asia

Tenggara dengan model pembelajaran JIGSAW pada siklus I dipaparkan sebagai berikut :

Siklus I

Penelitian siklus 1 yang telah dilaksanakan pada minggu pertama dan kedua bulan maret tahun 2016

akhirnya dapat diperoleh data data sebagai berikut :

Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan

dalam melaksanakan skenario pembelajaran. Kompetensi Dasar yang ditentukan yaitu Kenampakan

Alam dan Keadaan Sosial Negara Negara Kawasan Asia Tenggara yang menghasilkan Indikator serta

tujuan pembelajaran yang akan dicapai meliputi: menunjukkan pada peta letak dan nama-nama negara

di kawasan Asia Tenggara, siswa dapat menyebutkan 10 negara tetangga dengan kondisinya serta

kenampakan alam yang ada dalam negara tersebut.

Metode dan model pembelajaran yang digunakan adalah pengamatan, tanya jawab, diskusi

kelompok, membaca, ceramah bervariasi dengan model pembelajaran Jigsaw. Sumber, media dan

bahan yang digunakan adalah buku text IPS, Internet, Peta Asia Tenggara, Atlas, gambar mata uang

dunia, gambar kenampakan alam negara kawasan Asia Tenggara, lembar kerja Siswa, membuat

rangkuman materi, membuat lembar kerja ahli yang terdiri dari 5 lembar kerja disertai kunci jawaban,

membuat lembar soal untuk evaluasi dan kunci jawaban.

Pelaksanaan

Dalam tahapan pelaksanaan siklus 1 pada materi Kenampakan alam dan keadaan sosial

negara negara kawasan Asia Tenggara, kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa dilanjutkan

menyanyikan lagu Indonesia Raya. Untuk mengetahui pemahaman awal siswa maka guru

menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan kehidupan sehari hari misalnya tentang

tetangga. Siapa sajakah yang termasuk tetangga, dan jawaban siswa yang muncul adalah tetangga

adalah orang yang tinggal di dekat rumah kita, dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai yaitu dapat menyebutkan 10 negara negara tetangga dengan

kondisinya serta kenampakan alam yang ada dalam negara tersebut.

Setelah melakukan apersepsi, secara klasikal guru menjelaskan materi yang divariasi tanya

jawab dengan media gambar peta Asia Tenggara, gambar kenampakan alam, gambar mata uang.

Untuk lebih memperdalam pemahaman siswa guru membagi siswa dalam 5 kelompok heterogen

sesuai klasifikasi akademik dengan perincian 2 kelompok terdiri 5 anak dan 3 kelompok terdiri dari 6

anak. Kemudian siswa membentuk kelompok yang disebut kelompok awal. Guru menyiapkan lembar

kerja ahli yang terdiri dari 5 warna yang berbeda pada tiap kelompok, warna itulah yang nantinya

menjadi penentu sebagai kelompok ahli. Secara acak siswa mengambil lembar kerja sesuai dengan

warna yang mereka sukai, siswa berpisah dari kelompok awal untuk membentuk kelompok ahli sesuai

dengan warnanya untuk mendiskusikan materi kenampakan alam negara Indonesia dan negara negara

tetangga Kawasan Asia Tenggara yang telah dibagi per sub bab dengan cara mengamati atlas dan

membaca buku teks IPS. Aktivitas diskusi kelompok ahli seperti pada Gambar 2.

Page 359: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1406

Gambar 2. Kegiatan diskusi kelompok ahli

Seperti pada Gambar 2 diskusi kelompok lembar kerja warna biru yang di bahas adalah Ibu

kota negara ASEAN, bentuk pemerintahan, kepala negara, kepala pemerintahan dan lagu kebangsaan.

Lembar kerja warna putih yang didiskusikan adalah letak negara ASEAN dengan cara mewarnai peta

buta serta memberi keterangan sesuai warna yang di kehendaki siswa, contoh warna oranye adalah

negara Indonesia. Lembar kerja warna kuning yang didiskusikan adalah Mata uang negara ASEAN,

bahasa resmi, penduduk asli/suku, agama, hasil utama. Lembar kerja warna hijau yang didiskusikan

adalah batas wilayah negara negara ASEAN, sedangkan lembar kerja warna merah muda adalah

tentang julukan negara kenampakan alam dan buatan negara negara ASEAN.

Untuk memudahkan siswa diskusi dan memahami materi, siswa melengkapi lembar kerja

yang telah ada dalam kertas warna tadi. Bersamaan dengan itu guru mengelilingi kelompok diskusi

untuk memastikan bahwa semua siswa aktif, dan memberikan penjelasan kepada siswa yang

mengalami kesulitan atau belum mengerti tentang materi seperti: kelompok ahli ada yang belum tahu

nama patung singa berkepala manusia, Kenampakan buatan Negara Laos karena di buku teks tidak

ada. Setelah selesai diskusi pada kelompok ahli, masing masing anggota kelompok ahli kembali ke

kelompok awal untuk mempresentasikan hasil diskusinya yang didapat dari kelompok ahli kepada

anggota kelompok awal secara bergiliran hingga semua materi dapat dipahami oleh anggota

kelompoknya.

Setelah semua siswa selesai mempresentasikan hasil diskusi kepada anggota kelompoknya,

guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi ke

depan kelas dan kelompok lainnya supaya memberi tanggapan atau bertanya. Namun siswa masih

belum berani maju sehingga guru menunjuk pada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusinya sekaligus guru memberikan pemantapan materi. Selanjutnya siswa dipandu guru membuat

kesimpulan tentang materi kenampakan alam negara kawasan Asia Tenggara.

Untuk mengetahui pemahaman siswa dan untuk mengukur hasil pencapaian indikator tentang

materi yang baru saja dipelajari, guru memberikan lembar evaluasi dalam bentuk essay yang

berjumlah 10 soal. Masing masing soal memiliki skor 10 dan penilaian yang dilakukan merupakan

Page 360: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1407

penilaian tanpa denda sehingga menggunakan rumus N = B X 10. Indikator keberhasilan pada

penelitian ini adalah hasil belajar dan aktivitas siswa yang meningkat. Hasil belajar siswa pada siklus

I adalah dari 28 siswa nilai rata rata kelas mencapai 71,2 atau 35 %, dengan jumlah siswa yang tuntas

17 siswa atau 61 % dan yang belum tuntas berjumlah 11 siswa atau 40 %. Hal ini menunjukkan

terjadinya peningkatan pada hasil belajar siswa ketika belajar menggunakan model pembelajaran

JIGSAW.

Adapun hasil dari pengamatan tiga observer pada kegiatan siswa dalam diskusi terlihat aktif

untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada, saat

dalam pembelajaran ada usaha serta motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran atau stimulus yang

diberikan guru sehingga siswa tidak keluar masuk ketika proses belajar mengajar. Siswa dapat

menjawab pertanyaan guru dengan tepat saat berlangsung KBM, hanya ada 2 siswa yang ditemukan

observer mengalami kesulitan belajar karena karakteristik siswa. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan pada aktivitas siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat konvensional.

Observasi / Pengamatan

Berdasarkan hasil observasi dari teman sejawat yang berjumlah tiga orangpada proses

pembelajaran siklus I ditemukan beberapa hal yaitu: pada hasil pengamatan lembar observasi terbuka

adalah 5 menit pertama siswa mulai konsentrasi belajar dengan disajikan media gambar peta wilayah

negara tetangga (ASEAN). Konsentrasi belajar semakin meningkat ketika siswa mencari informasi /

jawaban untuk melengkapi lembar kerja siswa yang telah dipilihnya dengan senang karena bertemu

kelompok baru. Namun, ada beberapa siswa dalam kelompok yang masih terlambat memulai

pelajaran karena konsentrasinya terpecah ketika harus berganti kelompok dengan mencari warna

lembar kerja yang sama, demikian juga ketika berpindah tempat duduk ada beberapa anak yang buku

catatannya tertinggal di meja kelompok awal, tetapi guru langsung mengarahkannya.

Pada saat kembali dari kelompok ahli ke kelompok awal masing masing ahli aktif

menerangkan hasil diskusinya kepada anggota kelompoknya sampai faham. Namun masih ditemukan

siswa yang mengalami kesulitan ketika menyampaikan hasil diskusinya kepada siswa yang kurang

aktif. Siswa tersebut cenderung mendengarkan saja disebabkan merasa bukan tanggung jawabnya,

tetapi guru selalu mengelilingi memberikan pendampingan pada tiap kelompok diskusi untuk

membimbing dan membangkitkan kembali semangat siswa ketika konsentrasinya mulai menurun

karena menunggu temannya mempresentasikan hasil diskusi ahlinya.

Ketika mempresentasikan hasil diskusinya tentang keseluruhan materi di depan kelas, siswa

masih takut untuk maju mewakili kelompoknya masing masing sehingga guru menunjuk salah satu

kelompok. Pada hasil lembar format pengamatan kegiatan belajar mengajar sebagai berikut : Guru

sudah melaksanakan skenario pembelajaran, memberikan motivasi pembelajaran yang menarik

berkaitan dengan tujuan pembelajaran, keterpaduan bahan, menerapkan strategi pembelajaran,

menggunakan alat/media pembelajaran, pembahasan hasil kerja melibatkan keaktifan siswa,

memberikan bimbingan, melaksanakan evaluasi, penilaian, dan memberikan tindak lanjut dengan

baik.

Refleksi

Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus Ipeneliti bersama ketiga observer berdiskusi

tentangpelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hasilnya antara lain : (a) Berdasarkan

pengamatan observer media yang digunakan siswa hanya peta dan atlas, untuk mempertajam ingatan

siswa tentang wilayah negara dan batas - batasnyadapat ditunjang dengan menempel wilayah masing

masing negara dan nama negara dengan warna yang berbeda karena dengan siswa mewarna akan

lebih lama waktu pengerjaannya dan menambah daya ingat siswa. (b) Siswa masih takut maju ke

depan untuk mempresentasikan hasil diskusinya sehingga harus memberikan motivasi serta penguatan

Page 361: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1408

kepada siswa sehingga mempunyai kepercayaan diri. (c) Hasil belajar siswa masih belum maksimal

karena masih ada 11 siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa perlu diadakannya perbaikan pada siklus II agar

aktivitas siswa meningkat sehingga meningkatkan pula hasil belajar siswa pada materi kenampakan

alam negara–negara kawasan Asia Tenggara. Perencanaan perbaikan yang dilakukan oleh peneliti

untuk pelaksanaan siklus II berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus I adalah guru

mempelajari lebih lanjut dan memahami skenario pembelajaran siklus II yaitu dengan

mengkombinasikan model pembelajaran jigsaw terintegrasi Prediction Guide dalam bentuk game

kelompok. Model ini untuk menyiasati siswa yang belum percaya diri mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas serta membuat siswa lebih aktif dan serius memperhatikan ahlinya dalam

menjelaskan materi yang nantinya digunakan dalam game.

Siklus II

Telah dilakukan penelitian tindakan kelas di Sekolah Dasar Negeri Songgokerto 03 untuk

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi Kenampakan Alam dan Keadaan Sosial Negara-

negara Kawasan Asia Tenggara dengan model pembelajaran JIGSAW terintegrasi Prediction Guide.

Penelitian siklus II yang telah dilaksanakan pada minggu pertama dan kedua bulan maret tahun 2016

akhirnya dapat diperoleh data data sebagai berikut :

Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan

dalam melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan kekurangan pada siklus 1.

Menentukan Kompetensi Dasar yaitu Kenampakan alam dan keadaan sosial negara negara kawasan

Asia Tenggara yang menghasilkan Indikator serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai meliputi:

menunjukkan pada peta letak dan nama-nama negara di kawasan Asia Tenggara, siswa dapat

menyebutkan 10 negara tetangga dengan kondisinya serta kenampakan alam yang ada dalam negara

tersebut.

Metode dan model pembelajaran yang digunakan adalah pengamatan, tanya jawab, diskusi

kelompok, membaca, ceramah bervariasi dengan model pembelajaran Jigsaw terintegrasi Prediction

Guide. Sumber, media dan bahan yang digunakan adalah Buku text IPS, Internet, Peta Asia Tenggara,

Atlas, gambar mata uang dunia, gambar kenampakan alam negara kawasan Asia Tenggara, lembar

kerja Siswa, kertas lipat warna warni. Peneliti juga membuat rangkuman materi, membuat lembar

kerja ahli yang terdiri dari 5 lembar kerja disertai kunci jawaban, membuat lembar soal untuk evaluasi

dan kunci jawaban.

Pelaksanaan

Dalam tahapan pelaksanaan siklus II pada materi Kenampakan Alam dan Keadaan Sosial

Negara Negara Kawasan Asia Tenggara, kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa dilanjutkan

menyanyikan lagu Indonesia Raya. Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah

dipelajari pada siklus I maka guru menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan materi

keadaan Alam Negara Kawasan Asia Tenggara misalnya tentang kenampakan alam. Kenampakan

alam apakah yang terdapat di Negara Malaysia? Dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai yaitu dapat menyebutkan 10 negara negara tetangga dengan

kondisinya serta kenampakan alam yang ada dalam negara tersebut.

Setelah melakukan apersepsi, siswa membentuk kelompok awal seperti pada siklus I. Guru

menyiapkan lembar kerja ahli yang terdiri dari 5 warna yang berbeda pada tiap kelompok, warna

itulah yang nantinya menjadi penentu sebagai kelompok ahli . Secara acak siswa mengambil lembar

kerja sesuai dengan warna yang mereka sukai, siswa berpisah dari kelompok awal untuk membentuk

kelompok ahli sesuai dengan warnanya untuk mendiskusikan materi kenampakan alam negara

Indonesia dan negara tetangga kawasan Asia Tenggara yang telah dibagi per sub bab dengan cara

Page 362: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1409

mengamati atlas dan membaca buku teks IPS. Untuk memudahkan siswa diskusi dan memahami

materi, siswa melengkapi lembar kerja yang telah ada dalam kertas warna tadi. Untuk lembar kerja 1

yaitu menentukan letak wilayah serta nama negara pada peta buta guru menyiapkan kertas lipat 10

macam warna yang dipotong kecil – kecil untuk ditempelkan pada peta buta dengan warna yang

berbeda sebagai identitas nama negara tersebut.

Ketika siswa diskusi guru mengelilingi kelompok diskusi untuk memberikan pendampingan

serta membimbing siswa dalam mengerjakan lembar kerja. Guru memberikan beberapa kuis kepada

masing masing kelompok ahli untuk mengukur pemahaman siswa. Setelah selesai diskusi pada

kelompok ahli, masing masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok awal untuk

mempresentasikan hasil diskusinya yang diperoleh dari kelompok ahli kepada anggota kelompok awal

secara bergiliran sampai semua materi dapat dipahami oleh anggota kelompoknya.

Setelah semua siswa selesai mempresentasikan hasil diskusi kepada anggota kelompoknya,

selanjutnya untuk mengkomunikasikan hasil diskusinya tentang materi secara keseluruhan masing

masing kelompok mempersiapkan diri untuk bermain sambil belajar dengan model pembelajaran

Prediction Guide. Guru menyampaikan satu kata kunci contoh Negara Singapura, masing masing

siswa dari anggota kelompok secara bergiliran maju ke depan untuk memprediksi sebanyak

banyaknya tentang negara tersebut berdasarkan materi yang baru saja dipelajari pada papan pajangan

yang telah disiapkan sebelumnya. Ketika memprediksi masing masing anggota kelompok diberi

waktu 3 menit untuk satu negara. Guru menghitung skor perolehan prediksi terbanyak dan

memberikan gelar Golden Teams untuk kelompok yang memprediksi terbanyak dengan jawaban yang

tepat. Aktivitas game untuk mengkomunikasikan materi dengan model pembelajaran prediction guide

dapat terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kegiatan game Prediction Guide dan hasil prediksinya

Seperti terlihat pada Gambar 3 masing masing siswa dari tiap kelompok wajib memberikan

prediksinya secara berurutan sehingga masing masing siswa harus menguasai materi untuk

mempersiapkan dirinya dalam kompetisi karena keberhasilan kelompok adalah tergantung dari

penguasaan materi pada masing masing individu.

Untuk mengetahui pemahaman siswa dan untuk mengukur hasil pencapaian indikator tentang

materi yang baru saja dipelajari, guru memberikan lembar evaluasi dalam bentuk essay yang

berjumlah 10 soal. Masing masing soal memiliki skor 10 dan penilaian yang dilakukan merupakan

penilaian tanpa denda sehingga menggunakan rumus N = B X 10. Hasil belajar siswa pada siklus I

adalah sebagai berikut dari 28 siswa nilai rata rata kelas mencapai 83,7 atau 36 %, dengan jumlah

Page 363: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1410

siswa yang tuntas 26 siswa atau 93 %. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan terjadinya

peningkatan pada hasil belajar siswa ketika belajar menggunakan model pembelajaran JIGSAW

terintegrasi Prediction Guide.

Adapun hasil dari pengamatan tiga observer pada kegiatan siswa dalam diskusi terlihat aktif

untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada,

tidak ada yang terlambat atau kesulitan belajar karena ada usaha serta motivasi untuk mempelajari

bahan pelajaran atau stimulus yang diberikan guru sehingga siswa tidak keluar masuk ketika proses

belajar mengajar. Dari pernyataan 3 observer menyatakn semua siswa aktif dalam pembelajaran. Hal

ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada aktivitas siswa ketika kegiatan proses belajar

mengajar menggunakan model pembelajaran JIGSAW terintegrasi Prediction Guide.

Observasi / Pengamatan

Berdasarkan hasil observasi dari teman sejawat yang berjumlah tiga orang pada proses

pembelajaran siklus 2 ditemukan beberapa hal yaitu pada hasil pengamatan lembar observasi

terbuka,diawalpembelajaran siswa sudah mulai konsentrasi dengan mencari informasi/jawaban untuk

melengkapi lembar kerja siswa yang telah dipilihnya dengan semangat. Konsentrasi siswa lebih

meningkat ketika siswa diminta memprediksi masing masing negara dibuktikan dengan kesibukan

siswa dengan bertanya kepada anggota kelompoknya kemudian menuliskan jawabannya secara

bergilir. Pada lembar kerja siswa 1, siswa lebih cepat mengerjakannya karena tidak mewarnai dengan

krayon tetapi hanya dengan menempel kertas warna dan menuliskan nama negara. Tidak ada lagi

siswa yang terlambat belajar atau buku catatannya tertinggal di meja kelompok awal ketika berpindah

kelompok dari kelompok awal ke kelompok karena sudah berpengalaman di siklus I. Tidak ditemukan

lagi siswa yang pasif hanya mendengarkan saja, karena semua siswa aktif tanya jawab untuk

persiapan game prediction guide termotivasi untuk mendapatkan gelar Golden Teams.

Hasil pengamatan observer pada hasil lembar format pengamatan kegiatan belajar mengajar

sebagai berikut : Guru sudah melaksanakan skenario pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan kekurangan siklus I, memberikan motivasi

pembelajaran yang menarik berkaitan dengan tujuan pembelajaran, keterpaduan bahan, menerapkan

dua strategi pembelajaran dengan harmonis dan menyenangkan, menggunakan alat/media

pembelajaran, pembahasan hasil kerja melibatkan keaktifan siswa, memberikan bimbingan,

melaksanakan evaluasi, penilaian, dan memberikan tindak lanjut dengan baik.

Refleksi

Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus II peneliti bersama ketiga observer

berdiskusi tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW terintegrasi Prediction Guide.

Hasilnya adalah aktivitas belajar siswa meningkat sehingga meningkat pula pada hasil belajar siswa

pada materi Kenampakan alam Negara Kawasan Asia Tenggara di SDN Songgokerto 03 Batu. Hal

ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata rata kelas pada tiap siklusnya. Secara keseluruhan hasil

belajar siswa dan aktivitas siswa dalam proses belajar dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil belajar siswa pra siklus, siklus I, siklus II

No Pencapaian Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Nilai rata – rata kelas 63,6 71,2 83,7

2 Nilai terendah 35 41 65

3 Nilai Tertinggi 90 97 100

4 Siswa yang belum tuntas 20 11 2

5 Siswa yang tuntas 8 17 26

6 Persentase ketuntasan belajar 29 % 61 % 93 %

Page 364: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1411

Adapun perbandingan hasil belajar siswa mulai dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 dapat

dilihat pada Grafik 1 sebagai berikut :

Grafik 1. Perbandingan hasil belajar siswa pra siklus, siklus 1 dan siklus 2

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa mulai dari pra siklus ada peningkatan hasil

belajar ketika menggunakan model pembelajaran JIGSAW tetapi masih banyak siswa yang belum

tuntas, dilanjutkan dengan siklus II dengan model pembelajaran JIGSAW terintegrasi Prediction

Guide hasilnya mengalami peningkatan sangat baik. Nilai rata rata kelas yang semula 71,2 meningkat

menjadi 83,7 yang berarti telah mencapai lebih dari kriteria ketuntasan minimal, sehingga peneliti

memutuskan tidak perlu diadakan siklus 3, hanya dilakukan remidi saja pada 2 siswa yang belum

tuntas. Begitu juga dengan aktivitas belajar siswa, berdasarkan temuan ketiga observer pada proses

pembelajaran terbukti bahwa dengan model pembelajaran JIGSAW terintegrasi Prediction Guide

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa terbukti di siklus II siswa terlibat aktif berdiskusi untuk

memecahkan masalah, bertanya, menjawab, mengeluarkan pendapat, memprediksi dan melaksanakan

tugas dalam kerja kelompok telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Peningkatan aktivitas siswa

yang diiringi dengan peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

penerapan pendekatan model pembelajaran JIGSAW terintegrasi Prediction Guide dalam upaya

peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPS tentang Kenampakan Alam Negara Indonesia dan

Negara Kawasan Asia Tenggara kelas VI SDN Songgokerto 03 Batu Kecamatan Batu dikatakan

berhasil karena lebih bermakna. Siswa menggali informasi sendiri, berkompetisi dengan gembira

sehingga konsep yang tertanam sangat bagus meskipun tanpa menghafal.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan model pembelajaran JIGSAW terintegrasi

Prediction Guide pada mata pelajaran IPS kelas VI SDN Songgokerto 03 dengan materi

Kenampakan Alam dan Keadaan Sosial Negara- Negara Tetangga dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran JIGSAW terintegrasi Prediction Guide mampu meningkatkan

aktivitas belajar siswa yang positif dan menurunkan aktivitas belajar siswa yang

peningkatan hasil belajar siswa. Nilai rata rata kelas yang semula pada siklus I mencapai 71,2 dengan

prosentase ketuntasan belajar 61 % meningkat pada siklus II menjadi 83,7 dengan prosentase

ketuntasan belajar 93 %.

DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah dan Sulthon, Mohammad. 2013. Sukses Uji Kompetensi Guru. Jakarta: Dunia Cerdas.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Rohaeni, Maya Asih. 2013. Penerapan Peer Assessment Pada Model Pembelajaran Jigsaw Untuk

Menilai Kemampuan Berkomunikasi Lisan Siswa SMP Materi Pencemaran Lingkungan.

(http://repository.upi.edu/id/eprint/176 diakses tanggal 26 Maret 2016).

63.6

35

90

20 8

71.2

41

97

11 17

83.7 65

100

2 26

020406080

100120

Pra siklus

Siklus 1

Siklus 2

Page 365: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1412

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Cara Efektif dan Menyenangkan Pacu Prestasi

Seluruh Peserta Didik. Bandung: Nusa Media.

Handayani,Sri. 2014. Efektivitas Model diakses tanggal 26 Maret 2016).

Sudrajat, Akhmad. 2008. Cooperative learning – Tehnik Jigsaw

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com. diakses tanggal 26 maret 2016).

Sugianto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Elanatio, Venny. 2013. Strategi Pembelajaran Prediction Guide. Ed. April, 29 (https : //Velanatio.

Wordpress.com/2013/04/29/Strategi-Pembelajaran-Prediction/ diakses tanggal 26 Maret

2016).

Wahyuningsih, Fitri. 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Matematika

Sifat Bangun Datar Dengan Metode Prediction Guide. (jurnal – fkip – uns. Ac.id / index.php/

s 2 math / article / view / 3537/2471 di akses tanggal 26 maret 2016).

Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Page 366: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1413

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

TENTANG BENTUK-BENTUK KERJASAMA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

PADA SISWA KELAS II SDN SONGGOKERTO 01 KECAMATAN BATU

KOTA BATU

Dewi maslamah

SDN Songgokerto 01 Kota Batu Jawa Timur

[email protected]

Abstrak: Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman

siswa tentang bentuk-bentuk kerja sama di lingkungan masyarakat pada siswa kelas II SDN

Songgokerto 01 kota Batu.Penelitian ini di lakukan dalam 2 siklus dengan model pembelajaran

diskusi . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman siswa dari

siklus 1 dibandingkan dengan pra siklus dengan rata-rata 60,1 dari siklus 1 ke siklus 2 rata-rata

80,1. Kriteria ketuntasan minimal tercapai pada siklus 2. Dapat disimpulkan bahwa metode

diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama.

Kata kunci : Diskusi meningkatkan pemahaman kerjasama

Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia untuk menggunakan

akal fikiran mereka sebagai jawaban dalam menghadapai berbagai masalah yang timbul di masa yang

akan datang. Salah satu tujuan pendidikan yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan

pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti perkembangan zaman di masa yang akan datang.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang Menumbuhkan

kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Pada hakekatnya pembelajaran

Ilmu Pengetahuan sosial diarahkan untuk mempertajam kepekaan terhadap lingkungan tempat tinggal

siswa.Dalam hal ini guru dituntut memotivasi agar siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk

memahami bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga dan masyarakat, karena dengan

memahami bentuk kerjasama siswa dapat menarik manfaat bagi kehidupannya sehari hari. Sesuai

dengan perkembangan situasi dan kondisi kehidupan, akan membawa sikap mental tingkah laku anak

didik. Hal ini merupakan proses secara alami munculnya suatu permasalahan yang baru dalam dunia

pendidikan. Sehingga dalam penyampaian materi pelajaran dituntut untuk selalu menyesuaikan

dengan kondisi anak sekarang. Perlu di ketahui bahwa pendidikan kemarin, sekarang dan yang akan

datang banyak perubahan. Sebagai seorang pendidik harus tahu akan kebutuhan anak didik, terutama

dalam pelayanan dan penyampaian materi pelajaran.Sehingga sebagai pendidik perlu mengadakan

variasi metode pengajarannya. Manakah yang lebih tepat untuk menyampaikan materi supaya hasil

proses balajar mengajar berhasil maksimal. Maka guru harus bisa mengarahkan siswa memiliki

kepekaan sosial yang sesuai dengan kematangan jiwa mereka.

Salah satu tugas guru adalah mengajar, hal ini akan menyebabkan adanya tuntutan kepada

setiap guru untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar? Dengan kata lain

setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar

jika guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara teknis.

Berbicara mengenai keberhasilan dalam proses pembelajaran memang tidak ada habisnya,

seorang guru yang sudah berupaya dalam melaksanakan proses belajar mengajar semaksimal mungkin

mulai dari merencanakan pembelajaran sampai menilai hasil belajar terkadang tidak mendapatkan

hasil yang maksimal seperti yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran guru sering menemui

masalah yaitu hasil belajar yang tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan sehingga guru berupaya

Page 367: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1414

untuk memperbaiki kinerja dengan cara memperbaiki pembelajarannya melalui Penelitian Tindakan

Kelas (Wardhani, 2005).

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam melaksanakan pembelajaran IPS kelas II tentang

bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan masyarakat menunjukkan bahwa tingkat penguasaan secara

klasikal siswa hanya 40%, hal tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan standar minimum yaitu

75%. Sehubungan dengan masalah tersebut peneliti ingin meningkatkan prestasi siswa-siswinya

melalui kegiatan perbaikan pembelajaran melalui metode diskusi kelompok, metode ini tidak hanya

untuk menyampaikan informasi kepada para siswa, hal ini bertujuan untuk menyampaikan informasi

antara lain terbentuknya kondisi yang menguntungkan bagi para siswa untuk meningkatkan hasil

belajar siswa. Keterampilan-keterampilan proses yang dapat dikembangkan melalui metode diskusi

antara lain, keterampilan pengamatan, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan menafsirkan.

Dengan menggunakan metode diskusi, penelitian ini bertujuan untuk: (a)Mengembangkan

keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan menyimpulkan pada diri siswa,

(b)Mengembangkan sifat positif terhadap sekolah, Para guru dan bidang studi yang dipelajari,(c)

Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri (self concept) yang lebih positif,

(d)Meningkatkan pemahaman dan keberhasilan siswa dalam mengemukakan pendapat atau diskusi

pada materi pembelajaran.

Hasil perbaikan pembelajaran diharapkan akan sangat bermanfaat bagi pengelolaan

pembelajaran, khususnya guru kelas II, yaitu penelitian tindakan kelas tentang peningkatan prestasi

belajar pada mata pelajaran IPS ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak . Penelitian ini

akan dapat bermanfaat untuk tambahan bekal pengalaman sebagai pedoman lebih lanjut dalam

mengambil kebijakan di sekolah dalam memberikan bimbingan mengajar kepada guru kelas II dan

pengembangan lebih lanjut. Hasil penelitian ini dapatnya bermanfaat dalam menambah khasanah

keilmuannya, sehingga semakin luas wawasan kependidikan dan bertambah wawasan berfikir inovatif

dan kreatif dalam pendidikan ke depan. Terutama dalam memperkaya bekal berimprovisasi dalam

pembelajaran yang penuh kreatif yang pada akhirnya akan mengembangkan dalam pembelajaran

lebih lanjut. Metode diskusi kelompok ini dapat memberi motivasi belajar yang lebih baik, lebih aktif

dalam belajar serta memberikan pengalaman bagi siswa.

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Metode diskusi ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok atau kerja kelompok yang

didalamnya melibatkan beberapa orang siswa untuk menyelesaikan pekerjaan , tugas, atau

permasalahan. Sering pula metode ini disebut sebagai salah satu metode yang menggunakan

pendekatan keterampilan proses. Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar yang dalam

pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan

berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama. Kegiatan diskusi dapat dilaksanakan dalam

kelompok kecil (3-7 peserta), kelompok sedang (8-12 peserta), kelompok besar (13-40 peserta)

ataupun diskusi kelas.Diskusi pada kelompok kecil lebih efektif dibanding dengan kelompok besar

dan kelas. Kegiatan diskusi dipimpin oleh seorang ketua atau moderator untuk mengatur pembicaraan

cara mencapai target.

Girlstrap dan martin (1975:15) mengemukakan bahwa metode diskusi merupakan suatu

kegiatan sejauh orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat suatu topic atau

maslaah untuk mencari jawaban berdasarkan semua fakta yang memungkinkan.

Pemahaman Konsep menurut Rosser (dalam Dahar, 1989:80), konsep adalah suatu Abstraksi

yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan atau hubungan yang memiliki atribut yang sama.

Konsep merupakan abstraksi yang berdasarkan pengalaman.Bell (1995) dalam Nono Sutarno (2007)

memberikan batasan konsep dalam dua dimensi. Dimensi pertama menyatakan konsep sebagai

Page 368: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1415

kontruk mental dari seorang yang ditandai oleh satu atau lebih kata menyatakan konsep

khusus.Dimensi kedua menyatakan konsep sebagai pengertian yang diterima secara social.Pendidikan

di sekolah diarahkan untuk belajar konsep dan struktur pengetahuan yang saling berhubungan menjadi

konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang terorganisir.

Tempat yang digunakan untuk melaksanakan penelitian adalah SDN Songgokerto 01

Kecamatan Batu Kota Batu. Waktu yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian tindakan

kelas ini selama 2 siklus, yaitu pada tanggal 23 Maret 2016 (Siklus 1) dan 14 April 2016 (Siklus 2).

Mata pelajaran yang diteliti adalah IPS dengan pokok bahasan Bentuk-bentuk kerjasama di

lingkungan masyarakat, Kelas II Semester II SDN Songgokerto 01 Tahun pelajaran

2015/2016.Jumlah siswa SDN Songgokerto 01 Kelas II berjumlah 29 siswa, terdiri dari 16 siswa laki-

laki dan 13 siswa perempuan.Latar belakang ekonomi sebagian besar siswa berasal dari keluarga

buruh atau petani, pendidikan orang tua pada umumnya hanya sebatas lulus Sekolah Dasar (SD) atau

SMP, hal ini mengakibatkan orang tua menyerahkan sepenuhnya masalah pendidikan kepada guru

(sekolah).

Kegiatan merancangkan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui tindakan kelas ini

dilaksanakan 2 siklus untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dimana masing-masing siklus

terdiri dari 4 tahapan yaitu: Planning (perencanaan), Acting (pelaksanaan), Observing (pengamatan),

dan Reflecting (refleksi). Keempat fase tersebut merupakan satu siklus dalam sebuah penelitian

tindakan kelas yang digambarkan dengan menggunakan spiral seperti gambar 1.1

Gambar 1.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins

Gambar 1.1 dapat terlihat bahwa Pelaksanaan siklus dalam penelitian tindakan kelas ini dapat

akan terus berputar dan berlanjut hingga tujuan penelitian tercapai.Adapun penjelasan tahapannya

sebagai berikut:

Perencanaan:Menyusun dan menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan pembelajaran,

Menyiapkan gambar bentuk-bentuk kerjasama, Menyusun instrument observasi, Menyusun

instrument penelitian.

Pelaksanaan: Tahap ini merupakan implementasi yang ada dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dan metode pembelajaran, yang terdiri dari kegiatan awal pembelajaran, kegiatan int

pembelajarani,dan kegiatan akhir pembelajaran.

Pengamatan : Hal yang diamati oleh peneliti saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung

antara lain: Pemahaman siswa tentang mendeskripsikan contoh bentuk kerjasama, keaktifan siswa

Rencana

Refleksi

Perbaikan Rencana Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Perbaikan Rencana

Page 369: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1416

dalam diskusi kelompok, Kekompakkan siswa dalam diskusi kelompok, Keseriusan siswa dalam

mengerjakan tugas.

Refleksi : Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

pada siklus 1 telah dicapai siswa sesuai harapan peneliti.Penjelasan pelaksanaan siklus 2 sama dengan

siklus 1, namun terdapat penekanan dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus 1 ini peneliti melaksanakan proses identifikasi masalah

pembelajaran pada siswa kelas 2, khususnya mata pelajaran IPS, Mencari solusi dari masalah tersebut

dengan cara bermusyawarah dengan teman sejawat, Menyusun dan mengembangkan kopetensi dasar

dan menentukan indikator, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan pembelajaran

terutama pada proses pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga

dan (masyarakat) yang tertuang dalam RPP. Peneliti mengembangkan metode dalam pembelajaran

yaitu dengan diskusi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Peneliti Menyiapkan media

pembelajaran berupa gambar bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga dan masyarakat dan

menunjukkannya pada siswa, Peneliti Menyusun lembar kerja siswa baik itu lembar kerja secara

kelompok maupun lembar kerja individu. Selanjutnya menyusun instrument observasi yang akan di

isi oleh observer, Menyusun lembar evaluasi sebagai bahan untuk mengamati ketercapaian tujuan

pembelajaran yang diharapkan juga digunakan sebagai data.

Pelaksanaan

Tahap ini di laksanakan pada hari kamis, 23 Maret 2016 di SDN SONGGOKERTO 01. Guru

mengawali pembelajaran dengan berdo’a sesuai dengan agama dan keyakinan siswa masing-masing,

guru mengecek kehadiran siswa,guru menjelaskan kegiatan yang akan di laksanakan dan tujuan

pembelajaran pada materi. Siswa diajak menyanyi lagu “Gotong royong”, Guru menanyakan kegiatan

apa yang pernah dilakukan siswa bersama keluarga atau tetangga di lingkungan rumah, Guru

menjelaskan dan memberikan contoh bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan rumah dan

masyarakat,guru membagi kelas menjadi 6 kelompok yang terdiri dari putra dan putri, dan nama

kelompok terdiri dari nama contoh-contoh bentuk kerjasama. Kemudian guru memberikan lembar

kerja pada tiap kelompok, untuk di diskusikan bersama kelompoknya masing-masing. Seperti tampak

pada gambar.1.

Gambar 1. Siswa Berdiskusi Kelompok

Page 370: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1417

Pada gambar.1. Kelompok “Kerja bakti membantu tetangga hajatan” melaksanakan diskusi . Diskusi dilakukan

sesuai dengan pembagian tugas tiap anggota kelompok, dan tiap anggota saling membantu dan saling bertukar

pendapat, dan hasilnya dapat di tulis dalam lembar kerja yang sudah disediakan. Tampak pada gambar terdapat

salah satu anggota kelompok yang asyik bermain alat tulisnya sendiri, sedangkan anggota yang lain serius

mengerjakan tugasnya. Siswa yang kurang serius tadi perlu di beri motivasi oleh guru agar paham terhadap

tugas dan tanggung jawabnya, seperti pada gambar .2.

Gambar.2. Guru mengamati dan membimbing kegiatan diskusi tiap kelompok

Dengan bimbingan guru siswa tampak aktif melaksanakan diskusi, mengumpulkan

informasi dan saling bertukar pendapat untuk memecahkan masalah bersama kelompoknya.

Selanjutnya siswa menuliskan hasil diskusinya di lembar kerja siswa, setelah selasai tiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, seperti gambar.3.

Gambar.3. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

Pada gambar.3. Tiap kelompok mepresentasikan hasil diskusinya di depan kelas untuk

melatih keberanian bicara di depan teman-temannya, tiap kelompok juga mendapat kritikan, saran

karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok lain. Kemudian guru bersama siswa membuat

kesimpulan tentang materi kerjasama berdasarkan diskusi, guru memberikan tes individu untuk

mengukur keberhasilan belajar siswa, guru melakukan penilaian dan refleksi, kemudian

merencanakan kegiatan tindak lanjut. Sebagai penutup guru bersama siswa berdo’a menurut agama

dan keyakinan masing-masing.

Pengamatan

Hal-hal yang diamati oleh peneliti yaitu saat proses kegiatan belajar mengajar yang sedang

berlangsung mulai dari perersiapan guru sampai penyampaian materi kepada siswa. Pengamatan

terhadap siswa meliputi perilaku siswa, situasi dalam kelas, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok,

Kekompakkan siswa dalam diskusi kelompok, Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas,

pengamatan terhadap model pembelajaran diskusi kelompok antara lain mengamati kesulitan siswa

dalam belajar dan mencari solusi pemecahannya.

Page 371: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1418

Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

pada siklus 1 telah dicapai siswa sesuai tujuan pembelajaran. pada siklus 1 sudah ada peningkatan

dengan nilai rata-rata 60,1. Namun dengan nilai rata-rata itu masih dirasakan bagi peneliti belum

memuaskan karena masih ada beberapa siswa yang nilaianya dibawah KKM. Jumlah siswa dalam

kelas yang mampu menyerap hanya sekitar 13 anak dari 29 siswa.Peneliti menganalisis data pada

siklus 1 dengan berdiskusi bersama teman sejawat dan observer untuk mencari kelebihan dan

kekurangan pada siklus 1 sehingga menjadi acuan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus 2

Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus 2 ini peneliti melaksanakan proses identifikasi masalah

pembelajaran pada siklus 1, khususnya mata pelajaran IPS, Mencari solusi dari masalah tersebut

dengan cara bermusyawarah dengan teman sejawat, Menyusun dan mengembangkan kopetensi dasar

dan menentukan indikator, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan pembelajaran

terutama pada proses pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga

dan (masyarakat) yang tertuang dalam RPP. Peneliti mengembangkan metode dalam pembelajaran

yaitu dengan diskusi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Peneliti Menyiapkan media

pembelajaran berupa gambar bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga dan masyarakat yang

akan di tempel di papan tulis untuk di amati siswa, Peneliti Menyusun lembar kerja siswa baik itu

lembar kerja secara kelompok maupun lembar kerja individu. Selanjutnya menyusun instrument

observasi yang akan di isi oleh observer, dan menyusun lembar evaluasi.

Pelaksanaan

Siklus ke 2 dilaksanakan pada minggu ke 2 bulan april 2016. Guru mengawali pembelajaran

dengan berdo’a sesuai dengan agama dan keyakinan siswa masing-masing, guru mengecek kehadiran

siswa,guru menjelaskan kegiatan yang akan di laksanakan dan tujuan pembelajaran pada materi.Siswa

diajak menyanyi lagu “Gotong royong”, Guru menanyakan kegiatan apa yang pernah dilakukan

siswa bersama keluarga atau tetangga di lingkungan rumah, melalui media gambar yang di pajang di

papan, guru menjelaskan materi dan memberikan contoh bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan

rumah dan masyarakat, siswa di suruh mengamati gambar, guru membagi kelas menjadi 6 kelompok

yang terdiri dari putra dan putri, kemudian memberikan lembar kerja pada tiap kelompok, setiap

kelompok mendiskusikan lembar kerja. Bersama anggota kelompoknya saling membantu untuk

mengerjakan tugas kelompok. Guru berkeliling mengamati kegiatan tiap kelompok. Perwakilan dari

tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan memajang hasilnya di papan.

Aktifitas siswa memajang hasil lembar kerja hasil diskusi seperti gambar.4. di bawah ini.

Gambar 4. Memajang hasil diskusi

Guru memberikan reward bagi kelompok yang terbaik dan kelompok yang masih kurang baik guru

memberikan motivasi agar tetap semangat dalam belajar, guru bersama siswa menyimpulkan materi

yang telah di pelajari, guru memberikan tes individu untuk mengukur pemahaman belajar siswa

(gambar.5.)

Page 372: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

ISBN: 978-602-1150-17-7

1419

Gambar .5. Tes individu

Pada gambar.5. guru memberikan tes individu kepada tiap siswa untuk mengukur tingkat

pemahaman siswa terhadap materi kerjasama yang sudah dipelajari, tes dilakukan dengan waktu 15

menit kenudian di kumpulkan untuk di nilai oleh guru. Rangkuman penilaian tes individu pada

siklus 2 dari 29 siswa adalah : Dari analisis data semua tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 dapat

diketahui sebelum perbaikan pembelajaran nilai siswa sangat rendah dengan nilai 54,1 setelah

diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 nilai rata-rata meningkat menjadi 60,1 tetapi

peneliti masih ingin nilai yang lebih baik lagi yang sesuai dengan harapan. Akhirnya peneliti

mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 dan dari siklus 2 ini diperoleh nilai jauh diatas

standart dengan nilai rata-rata 80,1, maka peneliti segera menghentikan penelitiannya. Sebagai

pemantapan materi guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa seperti yang tampak pada

gambar.6. berikut ini

Gambar 6.guru memberi PR

Pengamatan

Hal-hal yang diamati oleh peneliti yaitu saat proses kegiatan belajar mengajar yang sedang

berlangsung mulai dari perersiapan guru sampai penyampaian materi kepada siswa. Pengamatan

terhadap siswa meliputi perilaku siswa,konsentrasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran,

situasi dalam kelas, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, Kekompakan siswa dalam diskusi

kelompok, Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas, pengamatan terhadap model pembelajaran

diskusi kelompok antara lain mengamati kesulitan siswa dalam belajar dan mencari solusi

pemecahannya.

Refleksi

Peningkatan hasil belajar mulai dari sebelum perbaikan, peningkatan pada siklus 1 dan

perbaikan pada siklus 2 tidak lepas dari bantuan teman sejawat,observer dan expert selaku

pembimbing, yang telah memberi arahan, bimbingan sehingga peneliti menggunakan metode diskusi

serta memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk

berpendapat dan melatih keberanian, dengan demikian siswa lebih mudah untuk memahami materi

yang diajarkan.

Page 373: PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS -JENIS …apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-6-pp.-1048-1420.pdf · Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,

Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur

1420

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran diskusi kelompok berbantuan

media gambar dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama siswa

kelas II SDN Songgokerto 01 kota Batu. Peningkatan pemahaman siswa terlihat pada siklus 1 dengan

rata-rata 60,1 dan dari siklus 2 dengan rata-rata 80,1.

SARAN

Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran hendaknya

guru harus mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan menyenangkan

agar siswa lebih tertarik sehingga pelajaran akan mudah diserap dan dipahami dengan baik dan yang

lebih penting tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Girlstrap dan martin,(1975), Metide Pembelajaran. Boston: Allyn & Bacon

Lorong, Jhonny dan Asy Ari, 2003.

Tim Bina Karya guru, Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Kelas 2. Jakarta: Penerbit Erlangga

Mudjiono.(1986). Kapita Selekta Metode-metode Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Sutarno. nano. (2007). Pengertian Pemahaman Konsep. Jakarta: Pustaka Jaya.

Rosser. (1989). Pemahaman Konsep. Boston: Allyn & Bacon.

Tim Komunikatif. (2002). Siswa Terampil IPS.Solo: Pustaka Bengawan

Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 57.

Rosser, Pemahaman Konsep, (dalam dahar, 1989:80)

Bell (1995), Batasan Konsep, ( Nono Sutarno, 2007)

Zainul A. dan Mulyana, A. 2007. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta Universitas Terbuka.