proceeding icon 2 978-979-796-176-3 - unsil

13

Upload: others

Post on 27-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL
Page 2: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL

International Conference on Nursing 978-979-796-176-3ii Proceeding ICON 2

Hak Cipta @ Prodi Pendidikan Biologi Bekerja-sama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) UniversitasMuhammadiyah Malang. 2016

Hak Terbit pada UMM Press

Penerbitan Universitas Muhammadiyah MalangJl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144Telepon (0341) 464318 Psw. 140,Fax. (0341) 460435E-mail: [email protected]://ummpress.umm.ac.idAnggota APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia)

Cetakan Pertama, Maret 2016

ISBN : 979-979-796-179-4

xxiv, 1228 hlm; 21 cm x 29,7 cm

Setting Layout : FendiDesign Cover : AndiPenyunting : Dr. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si., Dr. Nurul

Mahmudati, M.Kes., Dr. Yuni Pantiwati, M.M., M.Pd.,Dr. Lud Waluyo, M.Kes., Dr. Rr. Eko Susetyarini, M.Si.,Dr. Ainur Rofieq, M.Kes., Dr. Poncojari Wahyono,M.Kes., dan Dr. Iin Hindun, M.Kes

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyakkarya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasukfotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harapmenyebutkan sumbernya.

ProsidingProsidingProsidingProsidingProsiding

Page 3: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL

xv

The Masteryof Inquiry Learning Model Of The Science Junior

High School Teacher In Situbondo

100. Tiara Ermina Sari,

Atok Miftachul,

Poncojari

BIODIVERSITAS DAN KEARIFAN LOKAL TUMBUHAN

PAKU PADA MASYARAKAT DI KAWASAN TAMAN

HUTAN RAYA RADEN SOERJO CANGAR KOTA BATU

Biodiversity And Local Wisdom Of Plant Ferns In The Forest

Park Raden Soerjo Cangar Batu City

1003-1009

101. Fuad Jaya Miharja LITERASI ISLAM & LITERASI SAINS SEBAGAI PENJAMIN

MUTU KUALITAS MANUSIA INDONESIA DI ERA

GLOBALISASI

1010-1018

102. Dian Aprilyani,

Susriyati Mahanal,

Lia Yuliati

PENERAPAN TEKNIK CRI TERMODIFIKASI UNTUK

MENGIDENTIFIKASI MISKONSESPSI SISWA

Applying Modified CRI Technique to Identifies Students’

Misconceptions

1019-1028

103. Endang Srilestari, IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

DALAM MEWUJUDKAN KAMPUS BERBUDAYA

LINGKUNGAN

Implementation Of Environmental Education In The Making

Cultured Campus Environment

1029-1037

104. Agita Dzulhajh

Anggraini, Surjani

Wonorahardjo,

Yudhi Utomo

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

BERBASIS COMMUNITY OF INQUIRY (CoI) DITINJAU

DARI HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA

MATERI KROMATOGRAFI

The Effectiveness of Blended Learning Based on Community of

Inquiry (CoI) Viewed from The Students’ Cognitive Learning

Outcome in Chromatography

1038-1046

105. Budhi Utami,

Berry Fakhry

Hanifa, Novy Nur

Choiriyah

STUDI PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN REPTIL

DAN AMFIBI DI KAWASAN EKOWISATA AIR TERJUN

ROROKUNING, NGANJUK DAN IRONGGOLO, KEDIRI

SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN YANG

BAIK.

Comparative Study of Reptile and Amphibian Diversity in

Rorokuning and Ironggolo Waterfall Ecotourism Area as

Environmental Bio Indicator.

1047-1054

106. Diana Hernawati,

Mohamad Amin

PERSEPSI MAHASISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS INQUIRY TERINTEGRASI PROJECT BASED

LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

DAN SCIENTIFIC LITERACY MAHASISWA

The Student Perceptions On Learning Models Of Inquiry

Integrated Project Based Learning Towards Science Process Skill

Of Student And Scientific Literacy

1055-1063

107. Jirana, Mohammad

Amin

PERSEPSI DOSEN DAN MAHASISWA TERHADAP BUKU

AJAR DAN METODE PEMBELAJARAN YANG

DIGUNAKAN DALAM MEMBELAJARKAN CALON GURU

BIOLOGI

The Perception Of Lecturer And Students Toward Text Book And

Methods Learning To Conducted Teaching Lerning In Presevice

Biology Teacher’s

1064-1071

108. Dina Maulina dan

Mohamad Amin

ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN AJAR MATA KULIAH

FISIOLOGI HEWAN DI UNIVERSITAS LAMPUNG

The Analysis Of Necessity Teaching Materials On Animal

Physiology Learning In Lampung University

1072-1076

109. Arif Setiawan PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI KATALIS UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS ISI

BACAAN SISWA KELAS X MA MUHAMMADIYAH 1

MALANG

The Effect Of Catalyst For Use Strategy Analyze The Contents Of

Ability To Improve Reading Class X Ma Muhammadiyah 1

Malang

1077-1085

Page 4: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

1055

PERSEPSI MAHASISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

INQUIRY TERINTEGRASI PROJECT BASED LEARNING TERHADAP

KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SCIENTIFIC LITERACY MAHASISWA

The Student Perceptions On Learning Models Of Inquiry Integrated Project Based

Learning Towards Science Process Skill Of Student And Scientific Literacy

Diana Hernawati1,2)

, Mohamad Amin1)

1) Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

Jl. Semarang No. 5, Malang 2) Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Siliwangi

Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya

Hp. 082119606014 Surel: [email protected]

Abstrak

Studi ini menganalisis persepsi mahasiswa pada model pembelajaran berbasis inquiry

terintegrasi project based learning terhadap keterampilan proses sains dan scientific

literacy mahasiswa. Analisis ini didasarkan pada data empiris yang dikumpulkan dari

mahasiswa pendidikan Biologi di Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Sebuah analisis dari

32 kuesioner mengungkapkan berbagai perbedaan berdasarkan tingkat pengalaman.

Selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan menggunakan statistik deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa mahasiswa bisa melakukan

pemecahan masalah (31,3%) dalam perkuliahan teori, keterampilan dalam menemukan

(84,4%) dalam perkuliahan praktikum, kebiasaan dibantu dan dibimbing oleh dosen

(78,1%), belum terbiasa menghubungkan isi pembelajaran dengan proses yang terkait

dalam kehidupan sehari-hari (12,5%), kemampuan dalam mengembangkan dan

menyajikan hasil kerja (62,5%), belum terbiasa ada tagihan berupa produk (9,4%), terbiasa

melakukan aktivitas ilmiah terkait proses sains (84,4), dan dapat memberikan penjelasan

secara logis terkait materi (40,6%). Berdasarkan hal tersebut tergambarkan bahwa

mahasiswa cukup terbiasa dengan pembelajaran berbasis inquiry, tetapi mahasiswa belum

terbiasa mengembangkan inquiry secara luas apabila diintegrasikan dengan model project

based learning, sehingga kemampuan keterampilan proses sainsnya tidak diimbangi

dengan kemampuan dalam menjelaskan keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari,

serta kemampuan literasinya yang masih perlu untuk ditingkatkan.

Kata kunci: pembelajaran berbasis inquiry terintegrasi project based learning,

keterampilan proses sains, scientific literacy

Abstract

The purpose of this study was to analyse student perception on integrated inquiry and

project based learning model towards the students skill of science process and scientific

literacy. This analysed based on empirical data was collected from Biology Education

students of Siliwangi University, Tasikmalaya. The results of 32 questionnaire analysis

showed that there were several differences based on experience level. The data obtained

was analysed by descriptive statistics. Based on the research results, it was indicate that the

students could to solve the problem (31,3%) on theoretical class, students have been the

skill on finding the solution on practicum class (84,4%), student usually to supervised on

trained by lecturers (78,1%), students ware not accustomed to relate the content of learning

with the context of real life (12,5%), students have been the ability to develop and present

the work/task (62,5%), students ware not accustomed to have the project work with group

(9,4%), students ware not accustomed to do the scientific activities regarding to the science

process (84,4%), and students could not the logical exlpanation dealing with the content

Page 5: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

1056

(40,6%). Based on the finding, it could be described that the students were accustomed to

the inquiry based learning, but they were not accustomed yet to develop inquiry

extensively if it was integrated to the project based learning. In the order words science

process was not followed by the ability to exlpain the relationship between course material

and life experience as well as literacy skill which needs to be improved.

Key words: inquiry project based learning, skill of science process, scientific literacy

PENDAHULUAN

Paradigma pendidikan nasional sampai sekarang masih berdasarkan pada UU

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan reformasi,

untuk memburu ketertinggalan bangsa dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

perkembangan dunia secara umum. Analisa tentang proses pendidikan sangat diperlukan

untuk memudahkan dari mana dan bagaimana perbaikan-perbaikan dalam peningkatan

kualitas pendidikan dapat dilakukan. Evaluasi harus terus dilakukan untuk melihat adanya

kesenjangan tajam antara tujuan ideal pendidikan yang dicita-citakan dengan hasil yang

dicapai, salah satunya mengevaluasi bagaimana proses pendidikan yang selama ini

berlangsung, dan sekaligus menentukan bagaimana perbaikan-perbaikan yang diperlukan

untuk merespons tantangan dimasa mendatang.

Kecenderungan pembelajaran secara umum menurut Trianto (2007) adalah peserta

didik mempelajarinya sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum, keadaan ini

diperparah oleh pembelajaran yang berorientasi pada tes/ujian. Hal yang serupa juga

dikatakan oleh Sahrudin (2014) mahasiswa tidak membangun pengetahuannya sendiri tapi

cenderung hanya sebagai objek pembelajaran. Suardi (2015) juga mengatakan bahwa

belajar bukanlah proses penyerapan yang berlangsung tanpa usaha yang aktif dari yang

bersangkutan. Habok and Nagy (2016) guru masih merasa bahwa peran besar guru di

dalam proses pembelajaran harus lebih besar. Dengan demikian mereka tidak akan

kehilangan kontrol terhadap aktifitas kelas.

Mematikan kreativitas dan pemikiran tentu berlawanan dengan teori-teori

konstruktivisme seharusnya guru hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk

membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan

pengetahuan. Sehingga menurut (Santoso, 1999) masih jauh dari harapan. Hapsoro (2014)

juga menyatakan dalam pidatonya bahwa perguruan tinggi belum mampu secara optimal

melahirkan signifikan orientasi job creation dan kemandirian. Perguruan tinggi harus

mampu memberdayakan proses pendidikan yang sedemikian rupa agar seluruh

mahasiswanya berkembang menjadi lulusan sebagai sumber daya manusia yang

berkualitas (Sukidin, 2014).

Sistem pembelajaran yang sedang berlaku sekarang, khususnya di perguruan tinggi,

berorientasi kepada mahasiswa, idealnya sebagaimana dikemukakan dalam Bab II, Bagian

Keempat Pasal 11 Permendikbud RI Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Proses

bahwa salah satu karakteristik proses pembelajaran adalah berpusat pada mahasiswa. Oleh

karena itu, faktor mahasiswa harus menjadi perhatian dalam pembelajaran. Proses belajar

mengajar di kelas harus dapat mengembangkan cara belajar siswa untuk menggali

informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau

informasi, menyajikan data atau informasi dilanjutkan menganalisis, menalar, kemudian

Page 6: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

1057

menyimpulkan dan mencipta, serta mampu berpikir konseptual, prosedural dan mampu

mengembangkan keterampilan berpikir proses.

Pendidikan di abad 21 adalah tentang bagaimana membangun mahasiswa melalui

penggunaan model pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran yang lebih

bermakna dengan melatih berbagai keterampilan sebagai salah satu aspek keberhasilan

sebuah proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah inquiry. Inquiry

sebagai salah satu strategi pembelajaran yang mengutamakan proses penemuan melalui

pengamatan, pengumpulan data, pengamatan dan penganalisisan data untuk memperoleh

pengetahuan. Inquiry pada dasarnya adalah proses menemukan sendiri pengetahuan yang

harus dimiliki siswa dalam kegiatan belajarnya. Inquiry juga memberi pemahaman

pengetahuan, berpikir dasar dan berpikir tingkat tinggi.

Untuk mendorong kemampuan mahasiswa dalam menghasilkan karya yang bersifat

konstektual, baik individu maupun kelompok sangat disarankan menggunakan pendekatan

pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based

learning) (Thomas, 2000). Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang

menantang yang dapat melibatkan siswa dalam desain pembelajaran, pemecahan masalah,

dan pengambilan keputusan (Bas, 2011), serta mempunyai pengaruh yang positif terhadap

materi pengetahuan (See, 2015), (Gokhan, 2011).

Hal lain yang mendukung kemampuan mahasiswa untuk berinquiri dan

menghasilkan suatu produk dari proses pembelajaran adalah literasi sains. Literasi sains

seseorang dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran yang dapat melatih skillnya

tidak terkecuali kemampuan kognitifnya (Bybee (2009), Wend (2013), Westby & Torres-

Velaquez (2000). Salah satu cara meningkatkan kemampuan literasi sains seseorang

banyak dilakukan melalui proses praktik/percobaan seperti dalam kajian Biologi dan

bidang ilmu pengetahuan lainnya yang bersifat aplikatif (Bauer (1996), Bisanz,

Zimmerman, & Bisanz (1998), Jagger & Yore (2012). Pembelajaran sains berbasis inkuiri

menjadi pilihan terkini untuk meningkatkan kemampuan literasi dan pengembangan

keterampilan (Gormally, et al, 2009).

Tujuan dilakukannya penelitian ini dengan maksud untuk mendeskripsikan

bagaimana persepsi mahasiswa pada model pembelajaran berbasis inquiry terintegrasi

project based learning terhadap keterampilan proses sains dan scientific literacy

mahasiswa. Temuan ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam memberdayakan

kemampuan mahasiswa khususnya dalam hal keterampilan proses sains dan scientific

literacy.

METODE

Sebanyak 32 mahasiswa yang telah mengikuti dan lulus pada perkuliahan zoologi

vertebrata pada semester 6 dijadikan sebagai sampel penelitian. Sampel diambil dengan

menggunakan teknik simple random sampling dari populasi yang berjumlah 100

mahasiswa.

Metode penelitian yang digunakan adalah survai dengan teknik pengumpulan data

menggunakan angket untuk mengungkap pendapat mahasiswa mengenai proses

pembelajaran pada mata kuliah zoologi vertebrata terutama pada aspek keterampilan

proses sains dan scientific literacy yang mereka peroleh setelah mengikuti kegiatan

Page 7: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

1058

perkuliahan. Selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan menggunakan statistik

deskriptif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian berupa deskripsi umum persepsi mahasiswa pada model

pembelajaran berbasis inquiry terintegrasi project based learning terhadap keterampilan

proses sains dan scientific literacy mahasiswa, yang diperoleh dari angket yang diberikan

pada mahasiswa.

Pembelajaran Berbasis Inquiry

Berdasarkan gambar 1 jelas terlihat kemampuan mahasiswa masih kurang dalam

melakukan pemecahan masalah pada proses pembelajaran, ini ditunjukkan sebanyak

31,3% yang mengatakan ya dan 68,8% yang mengatakan tidak. Mahasiswa belum terbiasa

apabila dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka memahami masalah.

Mahasiswa juga belum terbiasa mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-

masalah yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya kemampuan dalam

memecahkan masalah ini kurang membantu mahasiswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

Juga tidak dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun

proses belajarnya.

Gambar 1. Grafik perbedaan persepsi mahasiswa tentang pembelajaran berbasis Inquiry

Kebiasaan mahasiswa dalam mengikuti proses perkuliahan berupa praktikum

ditunjukkan oleh persentase yang tinggi, sebanyak 84,4% menunjukkan kemampuan

mahasiswa cukup terlatih dikarenakan selama proses kegiatan praktikum mahasiswa sudah

terbiasa mendapat bimbingan dan arahan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan

bimbingan yang dilakukan oleh dosennya, memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk

memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa.

Page 8: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

1059

Dalam rangka mengembangkan kemampuan eksperimen pada diri mahasiswa

melalui kegiatan praktikum perlu dilatihkan kemampuan observasi secara cermat, agar

mereka mampu melihat kesamaan dan perbedaan serta menangkap sesuatu yang essensial

dari fenomena yang diamatinya tanpa harus ada bimbingan yang dilakukan oleh dosennya.

Hal ini terbukti dari ketergantungan mahasiswa dalam proses pembelajaran dengan

melibatkan dosen dan membantu dalam menganalisis ataupun mengevaluasi setiap

masalah yang akan dipecahkan ditunjukkan dengan persentase yang cukup besar 78,1 %.

Dalam hal ini peran serta dosen sebagai pembimbing menjadi suatu kebiasaan yang

dilakukan dalam perkuliahan tersebut. Untuk itu mahasiswa kurang terlatih dalam

membiasakan dirinya melakukan hal-hal yang bersifat mandiri. Mahasiswa juga kurang

dalam mengeksplor potensi yang dimilikinya.

Dengan kondisi seperti ini tentunya tidak memberi kesempatan pada mahasiswa

untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya

secara nyata dalam praktek. Mahasiswa tidak banyak berpikir sehingga potensi untuk

pengembangan intelektualnya kurang berkembang.

Project Based Learning

Gambar 2. Grafik perbedaan persepsi mahasiswa tentang pembelajaran Project Based

Learning

Konsep pembelajaran kontekstual yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya

dengan situasi nyata dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga

dan masyarakat belum tergambarkan dengan jelas. Persentase sebesar 12,5% pada gambar

2 belum menunjukkan adanya kemampuan yang dimiliki mahasiswa tentang keterkaitan

yang relevan antara konsep materi terhadap peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dan

banyaknya konsep materi yang harus dipahami.

Page 9: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

1060

Pembelajaran konstektual yang menjadi solusi tepat untuk dapat membangun atau

menyiapkan pengetahuan baru dan mengaplikasikan dalam konteks bermakna masih

kurang dimiliki oleh mahasiswa. Transfer pengetahuan berupa hasil masih menjadi

prioritas utama, padahal mahasiswa seharusnya melakukan proses yang menjadi prioritas

utamanya. Artinya mahasiswa belum dapat menemukan hubungan antara materi yang

dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Untuk itu mahasiswa dituntut untuk dapat

membuat hubungan antara pengalaman belajarnya dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat

penting sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan

nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat

dalam memori mahasiswa sehingga tidak akan mudah terlupakan.

Hasil atau tagihan dalam kegiatan perkuliahan hasilnya stagnan dan tidak variatif

menghasilkan suatu produk. Ini dibuktikan dari hasil sebanyak 62,5% mahasiswa hanya

membuat laporan hasil dari setiap kegiatan yang dilaksanakan. Kecenderungan yang terjadi

pada mahasiswa ini diakibatkan belum terlatihnya mahasiswa mengeksplor potensi dirinya

untuk mengembangkan kreativitasnya. Kreativitas mahasiswa belum terlatih untuk

mengembangkan kemampuan dalam mengekspresikan serta menghasilkan sesuatu yang

baru. Artinya kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru melalui daya

pikir untuk membayangkan kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang

dalam proses pembelajaran.

Persentase yang cukup kecil 9,4% dari jawaban mahasiswa tentang produk yang

dihasilkan dari hasil kegiatan pembelajaran, dikarenakan mahasiswa belum terbiasa juga

melatih dirinya untuk menghasilkan suatu karya baru yang dapat disajikan dan

dikomunikasikan sebagai inovasi baru. Dalam hal ini kreativitas yang dimiliki mahasiswa

belum terealisasikan sebagai suatu karya baru. Suatu karya yang inovatif untuk

menciptakan produk baru perlu dijadikan gagasan baru, artinya mahasiswa

dengan kemampuan yang dimilikinya harus diarahkan untuk menghasilkan karya yang

lebih baik dari sebelumnya.

Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan suatu pendekatan pengajaran yang memberikan

kesempatan kepada mahasiswa untuk ikut terlibat melakukan proses penemuan atau

penyusunan suatu konsep. Terkait dengan kegiatan praktikum yang secara eksplisit telah

tergambarkan dalam pembelajaran berbasis inquiry, ini dapat dilihat pada gambar 3

sebagai bukti bahwa mahasiswa cukup terbiasa dengan melakukan aktivitas ilmiah terkait

proses sains ditunjukkan dari jawaban mahasiswa sebanyak 84,4% seperti gambar di

bawah ini.

Page 10: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

1061

Gambar 3. Grafik perbedaan persepsi mahasiswa tentang keterampilan proses sains

Keterampilan proses yang sudah baik dimiliki oleh mahasiswa ini dapat dijadikan dasar

logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa yang lebih kompleks dan

dijadikan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat

penting dimiliki dan dilatihkan bagi mahasiswa sebelum melanjutkan ke keterampilan

proses yang lebih rumit dan kompleks.

Scientific Literacy

Gambar 2. Grafik perbedaan persepsi mahasiswa tentang scientific literacy

Kemampuan menjelaskan secara logis terkait materi perkuliahan sebanyak 40,6%. Hal ini

sebagai gambaran adanya hubungan kemampuan scientific literacy mahasiswa dengan

hasil yang didapat. Kemampuan scientific literacy kenapa sangat diperlukan, karena

memberikan keuntungan bagi mahasiswa terkait informasi ilmiah dan cara berpikir ilmiah

untuk lebih bisa meningkatkan pemahaman dan kemampuan terkait sains yang akan

mendukung dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan hasil-hasil yang produktif.

Page 11: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

1062

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa mahasiswa cukup

terbiasa dengan pembelajaran berbasis inquiry, tetapi mahasiswa belum terbiasa

mengembangkan inquiry secara luas apabila diintegrasikan dengan model project based

learning, sehingga kemampuan keterampilan proses sainsnya tidak diimbangi dengan

kemampuan dalam menjelaskan keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari, serta

kemampuan literasinya yang masih perlu untuk ditingkatkan.

Saran

Penelitian ini harus ditindaklanjuti untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas sesuai

indikator yang diharapkan dalam keterlaksanaan model pembelajaran inquiry terintegrasi

project based learning terhadap kemampuan keterampilan proses sains dan scientific

literacy.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional

Bas. G. 2011. Investigating The Effects Of Project-Based Learning On Student‘s

Academic Achievement And Attitudes Towards English Lesson. Selçuk

University Ahmet Kelesoglu Education Faculty Educational Sciences/Curriculum

and Instruction Department Meram, Konya, Turkey. Volume 1, Issue 4

Bauer, K. L. 1996. An Analysis of Attitudes Regarding Scientific Literacy among Students

and Faculty in the Department of Biological Sciences, Idaho State University

(Order No. 9701769). Available from Proquest Dissertations & Theses Full Text:

The Humanities And Social Sciences Collection. (304331451).

Bisanz, J., Zimmerman, C., & Bisanz, G. L. 1998. Everyday Scientific Literacy: do

Students Use Information about the Social Context and Methods of Research to

Evaluate News Briefs about Science, Alberta Journal of Educational Research, 44

(2), 188.

Bybee, R. W. 2009. Program for International Student Assessment (PISA) 2006 And

Scientific Literacy: A Perspective for Science Education Leaders*. Science

Educator, 18(2), 1-13.

Gormally, Cara; Brickman, Peggy; Hallar, Brittan; and Armstrong, Norris. 2009. Effects of

Inquiry-based Learning on Students‘ Science Literacy Skills and Confidence.

International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning: Vol. 3: No. 2,

Article 16. Available at: http://digitalcommons.georgiasouthern.edu/ij-

sotl/vol3/iss2/16

Habók and Nagy. 2016. In-service teachers‘ perceptionsof project-based learning.

SpringerPlus. DOI 10.1186/s40064-016-1725-4.

Hapsoro, 2014. Tantangan dan Peluang Perguruan Tinggi Indonesia. Orasi Ilmiah Wisuda

STMIK Atmaluhur

Jagger, S. L., & Yore, L. D. 2012. Mind The Gap: Looking for Evidence-Based Practice of

Science Literacy for All in Science Teaching Journals, Journal of Science Teacher

Education, 23(6), 559-577.

Page 12: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

1063

Sahrudin. 2014. Implementasi Strategi Pembelajaran Discovery untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Motivasi Belajar Siswa SMA.

Jurnal Pendidikan UNSIKA. Vol. 2 (1) ISSN 2338-2996. (online) Diakses 15

September 2015

Santoso. 1999. Tantangan Pengembangan Universitas Abad XXI. Membangun Paradigma

Baru. Surabaya: Universitas Surabaya.

See, Y. G., & Rashid, A. M. 2015. The Effect of Project Based Learning on Level of

Content Knowledge of Pre-Vocational Subject. Mediterranean Journal of Social

Sciences, 6(6 S4), 369

Suardi, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Deepublish

Sukidin, 2014. Eksistensi Perguruan Tinggi dalam Era Globalisasi. Proceeding

International Seminar. Good Practices in Education Across Disciplines and Grade

Levels

Thomas, J. W. 2000. A review of research on PBL. Retrieved from

http://www.bobpearlman.org/BestPractices/PBL_Research.pdf.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Wendt, J. L. 2013. The Effect of Online Collaborative Learning on Middle School Student

Science Literacy and Sense of Community (Order No. 3559209), Available from

Proquest Dissertations & Theses Full Text: The Humanities and Social Sciences

Collection. (1353391474).

Westby, C., & Torres-Velaquez, D. 2000. Developing Scientific Literacy, Remedial and

Special Education, 21 (2), 101.

Page 13: Proceeding ICON 2 978-979-796-176-3 - UNSIL