meningitis bakteri akut sesudah masa neonatus

7
Meningitis Bakteri Akut Sesudah Masa Neonatus Meningitis bakteri merupakan salah satu dari infeksi yang kemungkinan paling serius pada bayi dan anak yang lebih tua. Infeksi ini disertai dengan frekuensi akut dan risiko morbiditas kronis yang tinggi. Pola meningitis bakteri dan pengobatannya selama masa neonatus (0-28 hari) biasanya berbeda dengan polanya pada bayi yang lebih tua dan anak-anak. Meskipun demikian, pola klinis meningitis pada masa neonatus dan pasca neonatus dapat tumpang tindih, terutama pada penderita usia1 sampai 2 bulan yang padanya streptokokus grup B, H. influenzae tipe b, meningokokus dan pneumokokus semuanya dapat menimbulkan meningitis. Insiden meningitis bakteri cukup tinggi sehingga penyakit ini harus dimasukkan pada diagnosis banding bayi demam yang menunjukkan perubahan status mental, iritabilitas atau bukti adanya disfungsi neurologis lain. Meningitis purulenta ialah radang selaput otak (araknoidea dan piamater) yang menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman nonspesifik dan nonvirus. Kuman penyebab lainnya antara lain adalah pneumococcus, H. influenzae, staphylococcus,

Upload: poppyt

Post on 04-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Meningitis Bakteri Akut Sesudah Masa Neonatus

TRANSCRIPT

Meningitis Bakteri Akut Sesudah Masa Neonatus

Meningitis bakteri merupakan salah satu dari infeksi yang kemungkinan paling serius pada bayi dan anak yang lebih tua. Infeksi ini disertai dengan frekuensi akut dan risiko morbiditas kronis yang tinggi. Pola meningitis bakteri dan pengobatannya selama masa neonatus (0-28 hari) biasanya berbeda dengan polanya pada bayi yang lebih tua dan anak-anak. Meskipun demikian, pola klinis meningitis pada masa neonatus dan pasca neonatus dapat tumpang tindih, terutama pada penderita usia1 sampai 2 bulan yang padanya streptokokus grup B, H. influenzae tipe b, meningokokus dan pneumokokus semuanya dapat menimbulkan meningitis.Insiden meningitis bakteri cukup tinggi sehingga penyakit ini harus dimasukkan pada diagnosis banding bayi demam yang menunjukkan perubahan status mental, iritabilitas atau bukti adanya disfungsi neurologis lain.

Meningitis purulenta ialah radang selaput otak (araknoidea dan piamater) yang menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman nonspesifik dan nonvirus.

Kuman penyebab lainnya antara lain adalah pneumococcus, H. influenzae, staphylococcus, streptococcus, E. coli, meningococcus dan salmonella. Di Jakarta penyebab terbanyak ialah pneumococcus dan H. influenzae. Di Negara Barat penyebab terbanyak adalah meningococcus, sedangkan di Jakarta jarang ditemukan.

Meningitis purulenta pada bayi dan anak di Indonesi, khususnya di Jakarta masih merupakan penyakit yang belum mengurang. Angka kejadian tertinggi pada umur antara 2 bulan 2 tahun. Umumnya terdapat pada anak yang distrofik, yang daya tahan tubuhnya rendah. Di Negara yang sudah maju, angka kejadian sudah sangat berkurang.

Meningitis purulenta pada umumnya sebgai akibat komplikasi penyakit lain. kuman secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronkopneumonia, endokarditis dan lain-lain. Dapat pula terjadi sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ/jaringan di dekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus kavernosus dan lain-lain.

Tampak serbukan sel radang akut yang terdiri dari sel polimorfonukleus yang memenuhi rongga subaraknoidea disertai pelebaran pembuluh darah setempat yang mengandung jenis kuman penyebab.

1. gejala infeksi akutanak menjadi lesu, mudah terangsang, panas, muntah, anoreksia dan pada anak yang besar mungkin didapatkan keluhan sakit kepala. Pada infeksi yang disebabkan oleh meningococcus terdapat petekia dan herpes labialis.

2. gejala tekanan intracranial yang meningkatanak serinh muntah, nyeri kepala (pada anak besar), moaning cry (pada neonatus) yaitu nangis yang merintih. Kesadaran bayi/anak menurun dari apatis sampai koma. Kejang yang terjadi dapat bersifat umum, fokal atau twitching. Ubun-ubun besar menonjol dan tegang, terdapat gejala kelainan serebral lainnya seperti paresis atau paralisi, strabismus. Crack pot sign dan pernafasan Cheyne Stokes. Kadang- kadang pada anak besar terdapat hipertensi dan Choked disc dari papilla nervus optikus.

3. gejala rangsangan meninggealterdapat kaku kuduk, bahkan dapat terjadi rigiditas umum. Tanda-tanda spesifik seperti Kernig, Brudzinsky I dan II positif. Pada anak besar sebelum gejala di atas terjadi, sering terdapat keluhan sakit di daerah leher dan punggung.

Bila terdapat gejala tersebut di atas, selanjutnya dilakukan pungsi lumbal untuk mendapatkan cairan serebrospinal. Umunya cairan serebrospinal berwarna opalesen sampai keruh, tetapi pada stadium dini dapat diperoleh cairan yang jernih. Reaksi Nonne dan Pandy umumnya positif kuat. Jumlah sel umumnya ribuan permilimeter kubik cairann yang sebagian besar terdiri dari sel polimorfonukleus. Pada stadium dini didapatkan jumlah sel hanya ratusan permilimeter kubik dengan hitung jenis lebih banyak limfosit daripada segmen . oleh karena itu pada keadaan demikian, pungsi lumbal perlu diulangi keesokan harinya untuk menegakkan diagnosis yang pasti. Keadaan seperti ini juga ditemukan pada stadium penyembuhan meningitis purulenta. Kadar protein dalam likuor meninggi. Kadar gula menurun tetapi tidak serendah pada meningitis tuberkulosa. Kadar klorida kadang-kadang merendah.Dari pemeriksaan sediaan langsung di bawah mikroskop mungkin dapat ditemukan kuman penyebab (jarang). Diferensisiasi kuman yang dapat dipercaya hanya dapat ditentukan secara pembiakan dan percobaan binatang. Tidak ditemukan kuman pada sediaan langsung bukannlah indikasi kontra terhadap diagnosis.pada pemeriksaan darah tepi ditemukan leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri. Umumnya terdapat anemia megaloblastik.

Ditentukan atas dasar gejala klinis dan hasil pemeriksaan mikroskopik likuor serebrospinalis yang didapatkan dengan pungsi lumbal pada saat anak masuk di rumah sakit. Diagnosis dapat diperkuat dengan hasil positif pemeriksaan langsung sediaan berwarna di bawah mikroskop dan hasil biakan. Namun hasil negatif daripada 2 jenis pemeriksaan ini tidak merupakan indikasi kontra terhadap pengobatan secara meningitis purulenta.

1. setiap penderita dengan kejang atau twitching baik yang diketahui dari anamnesis atau yang dilihat sendiri.2. Adanya paresis atau paralysis. Dalam hal ini termasuk strabismus karena paresis N. VI3. Koma4. Ubun-ubun besar menonjol5. Kuduk kaku dengan kesadaran menurun6. Tuberculosis miliaris7. Leukemia8. Spondilitis tuberkulosaDapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat. Komplikasi yang mungkin ditemukan ialah efusi subdural, empiema subdural, ventrikulitis, abses serebri, sekuele neurologis berupa paresis atau paralysis sampai desebrasi, hidrosefalus akibat sumbatan pada jalannya atau resorbsi atau produksi likuor serebrospinalis yang berlebihan. Pada pengawasan yang lama mungkin akan ditemukan tanda-tanda retardasi mental, epilepsy maupun meningitis berulang

1. penderita meningitis purulenta pada umumnya berada dalam kesadaran yang menurun yang seringkali disertai muntah-muntah dan atau diare. Oleh karenanya untuk membina masukan yang baik, penderita perlu langsung mendapat cairan intravena. Bila didapatkan tanda sianosis maka hal ini harus dikoreksi dengan memberikan cairan yang mengandung korektor basa. Darah atau plasma dapat diberikan menurut keperluan. 2. Bila anak masuk dalam status konvulsivus, diberikan diazepam 0,5 mg/kgBB/kali intravena yang dapat diulang dengan dosis yang sama 15 menit kemudian bila kejang belum berhenti. Ulangan pemberian diazepam berikutnya (yang ketiga kali) dengan dosis yang sama tapi diberikan secara intramuscular. Setelah kejang dapat diatasi, diberikan fenobarbital dosis awal untuk neonatus 30mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg dan diatas 1 tahun 75 mg. selanjutnya untuk pengobatan rumatan diberikan fenobarbital dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, diberikan selama 2 hari (dimulai 4 jam setelah pemberian dosis awal). Hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Bila tidak tersedia diazepam, dapat digunakan langsung fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya dosis rumatan.3. Karena penyebab utama meningitis purulenta pada bayi dan anak di Indonesia (Jakarta) ialah Hemophilus influenzae dan Pneumococcus, sedangkan Meninggococcus jarang sekali, maka diberikan ampisilin intravena sebanyak 400 mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 dosis