menghitung bor

13
MENGHITUNG BOR, ALOS, TOI, DAN BTO Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap : 1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur) BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Rumus : (jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100% (jlh tempat tidur × jlh hari dalam satu periode) 2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Rumus : (jumlah lama dirawat) (jlh pasien keluar (hidup + mati)) 3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus : ((jumlah tempat tidur × Periode) Hari Perawatan) (jlh pasien keluar (hidup + mati))

Upload: midha

Post on 19-Nov-2015

113 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

MENGHITUNG BOR, ALOS, TOI, DAN BTOIndikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).Rumus :(jumlah hari perawatan di rumah sakit) 100%(jlh tempat tidur jlh hari dalam satu periode)2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)ALOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).Rumus :(jumlah lama dirawat)(jlh pasien keluar (hidup + mati))3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.Rumus :((jumlah tempat tidur Periode) Hari Perawatan)(jlh pasien keluar (hidup + mati))4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)BTO menurut Huffman (1994) adalah the net effect of changed in occupancy rate and length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.Rumus :Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)(jumlah tempat tidur)5. NDR (Net Death Rate)NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.Rumus :Jumlah pasien mati >48 jam 100%(jumlah pasien keluar (hidup + mati))6. GDR (Gross Death Rate)GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.Rumus :Jumlah pasien mati seluruhnya 100%(jumlah pasien keluar (hidup + mati))MENGHITUNG TENAGA PERAWATA. Cara rasioMetoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :Tipe RSTM/TTTPP/TTTPNP/TTTNM/TT

A & B1/(4-7)(3-4)/21/31/1

C1/91/11/5

D1/151/21/62/3

KhususDisesuiakan

Keterangan :TM = Tenaga MedisTT = Tempat TidurTPP = Tenaga Para Medis PerawatanTPNP = tenaga para medis non perawatanTNP = tenaga non medisCara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.B. Cara DemandCara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:1. untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit2. untuk kasus mendesak : 71,28 menit3. untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menitHasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai berikut:NoJenis pelayananRata rata jam perawatan / hari

1Non bedah3,4

2Bedah3,4

3Campuran bedah dan non bedah3,5

4Pos partum3,0

5Bayi baru lahir2,5

Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need.C. Cara GilliesGillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy unit perawatan adalagh sebagai berikut:Keterangan :A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hariB = rata-rata jumlah pasien /hariC= Jumlah hari/tahunD = Jumlah hari libur masing-masing perawatE = jumlah jam kerja masing-masing perawatF = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahunG = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahunH = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebutPrinsip perhitungan rumus Gillies:Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:a) Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk: self care dibutuhkan x 4 jam : 2 jam partial care dibutuhkan x 4 jam : 3 jam Total care dibutuhkan 1- 1 x 4 jam : 4-6 jam Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jamb) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, 1994)c) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari.v Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus:o Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100% Jumlah tempat tertentu x 365 Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari1. Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari.2. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)3. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)D. Metoda Formulasi NinaNina (1990) menggunakan lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.Contoh pengitungannya:Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatrkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adaalah 4 jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb: Tahap IDihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh diatas A= 4 jam/ hari Tahap IIDihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari.B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200 Tahap IIIDihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun.C= B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam Tahap IVDihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama setahun.D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan. Tahap VDidapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.E= 985500/ 1878 = 524,76 (525 orang)Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 52 hari minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)E. Metoda hasil Lokakarya KeperawatanMenurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas, tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian ( sedangkan angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).

Antara Lama Dirawat (LD) dan Hari Perawatan (HP)

dr. Rano Indradi S, M.Kes(Health Information Management Consultant)

Dalam penghitungan statistik pelayanan rawat inap di rumah sakit (RS) dikenal dua istilah yang masih sering rancu dalam cara pencatatan, penghitungan, dan penggunaannya. Dua istilah tersebut adalah Lama Dirawat (LD) dan Hari Perawatan (HP). Masing-masing istilah ini memiliki karakteristik cara pencatatan, penghitungan, dan penggunaan yang berbeda.

Lama Dirawat (LD)LD menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu episode perawatan. Satuan untuk LD adalah hari. Cara menghitung LD yaitu dengan menghitung selisih antara tanggal pulang (keluar dari RS, hidup maupun mati) dengan tanggal masuk RS. Dalam hal ini, untuk pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama LDnya dihitung sebagai 1 hari.

Contoh penghitungan LD:

Beberapa istilah lain yang timbul berkaitan dengan penghitungan LD, antara lain: total LD (LD) dan rerata LD. LD menunjukkan total LD dari seluruh pasien yang dihitung dalam periode yang bersangkutan.

Contoh penghitungan LD di suatu bangsal atau suatu RS:

Ket: o : tanggal masuk x : tanggal keluar A-H : kode pasien Pasien G sampai akhir bulan Juni belum pulang Pasien H masuk tanggal 20 Mei Pada tabel diatas, tampak bahwa: pasien A dirawat selama 7 hari, pasien B dirawat 1 hari (masuk dan keluar pada hari yang sama), LD pasien G belum dapat dihitung karena pasien tersebut belum pulang, dan LD pasien H (masuk tanggal 20 Mei) adalah 18 hari. Dari tabel diatas pula tampak bahwa LD periode Juni di bangsal Mawar tersebut adalah 76 hari. Dengan cara membagi LD dengan jumlah pasien yang keluar pada periode tersebut maka didapatkan rerata LD periode Juni di bangsal Mawar, yaitu: Rerata LD = 76 / 7 = 10,86 hariAngka rerata LD ini dikenal dengan istilah average Length of Stay (aLOS). aLOS merupakan salah satu parameter dalam penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur (TT) suatu bangsal atau RS. aLOS juga dibutuhkan untuk menggambar grafik Barber-Johnson (BJ). Kesalahan dalam mencatat dan menghitung LD berarti juga akan menyebabkan kesalahan dalam menggambar grafik BJ dan kesalahan dalam menghitung tingkat efisiensi penggunaan TT.Jadi, untuk bisa menghitung LD dibutuhkan data tentang tanggal masuk dan tanggal keluar (baik keluar hidup maupun mati) dari setiap pasien. Umumnya data ini tercantum dalam formulir Ringkasan Masuk dan Keluar (RM-1).Dalam beberapa kasus tidak cukup hanya mencatat tanggal masuk dan keluar saja, tapi juga butuh mencatat jam pasien tersebut masuk perawatan dan keluar perawatan, terutama jika pasien tersebut keluar dalam keadaan meninggal. Data jam ini dibutuhkan untuk menentukan apakah pasien tersebut meninggal sebelum atau sesudah 48 jam dalam perawatan. Angka statistik yang berkaitan dengan jam meninggal ini adalah Gross Death Rate (GDR) dan Net Death Rate (NDR).

Hari Perawatan (HP)Jika LD menunjukkan lamanya pasien dirawat (dengan satuan hari), maka HP menunjukkan banyaknya beban merawat pasien dalam suatu periode. Jadi satuan untuk HP adalah hari-pasien.

Cara menghitung HP berbeda dengan cara menghitung LD (seperti telah dijelaskan terdahulu) maupun menghitung Sensus Harian Rawat Inap (SHRI). Dalam SHRI, maka angka utama yang dilaporkan adalah jumlah pasien sisa yang masih dirawat pada saat dilakukan penghitungan / sensus, sedangkan HP menghitung juga jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama meskipun saat dilakukan sensus pasien tersebut sudah tidak ada lagi.

Kembali pada ilustrasi penghitungan LD diatas:

Ket: o : tanggal masuk x : tanggal keluar A-H : kode pasien Pasien G sampai akhir bulan Juni belum pulang Pasien H masuk tanggal 20 Mei Diasumsikan tgl 14-24 tidak ada pasien masuk maupun keluar. Dari tabel diatas tampak, bahwa: HP tanggal 5 Juni yaitu 5 hari-pasien, berarti tanggal 5 Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 5 pasien termasuk 1 orang pasien yang masuk dan keluar pada hari itu, HP tanggal 6 Juni yaitu 4 hari-pasien, berarti tanggal 6 Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 4 pasien, HP tanggal 13 Juni 2 hari-pasien, berarti tanggal 13 Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 2 pasien, dan HP tanggal 30 Juni 1 hari-pasien, berarti tanggal 30 Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat hanya 1 pasien. Total HP (HP) selama bulan Juni yaitu 73 hari-pasien, berarti selama bulan Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 73 pasien (atau rerata beban kerjanya selama bulan Juni setara dengan merawat 2,4 pasien per hari).Dibandingkan dengan hasil sensus (SHRI), maka yang tampak berbeda adalah hasil SHRI tanggal 5 Juni dengan hasil penghitungan HP pada tanggal yang sama. Jika HP tanggal 5 ada 5 hari-pasien, maka SHRI tanggal 5 adalah 4 pasien. Berarti pada tanggal 5 beban bangsal Mawar setara dengan merawat 5 pasien, namun pada saat dilakukan penghitungan sensus (umumnya dilakukan menjelang tengah malam) yang tersisa tinggal 4 pasien. Dengan pengertian ini maka angka HP lebih bisa memberi gambaran mengenai beban kerja dibandingkan hasil sensus.Dari angka HP dapat dihitung angka lainnya, misalnya: Jumlah TT terpakai (Occupaid bed / O) = HP dibagi jumlah hari dalam periode tersebut.Dalam contoh tabel diatas, berarti O = 57/30 = 1,9 buah. Tingkat penggunaan TT (Bed Occupancy Rate / BOR) = HP dibagi (jumlah hari dikali jumlah TT tersedia) dikali 100%. Dalam contoh tabel diatas dengan asumsi bangsal Mawar memiliki 5 buah TT siap pakai, berarti BOR bangsal Mawar periode Juni = 57/(30x5)x100% = 57/150x100%=38%. Rerata jumlah hari dimana TT tidak terpakai atau TT menganggur (Turn Over Interval / TOI) = ((jumlah TT x jumlah hari)- HP) / jumlah pasien keluar periode tersebut.Dalam contoh tabel diatas dengan asumsi terdapat 5 TT siap pakai, berarti TOI bangsal Mawar periode Juni = ((5x30)-57)/7=13,3 hari (jumlah pasien keluar periode Juni ada 7 orang menurut tabel diatas). Jadi detiap TT rata-rata kosong 13,3 hari sebelum ditempati oleh pasien baru.KesimpulanJelas sudah bahwa LD dan HP berbeda cara pencatatan, penghitungan, dan penggunaannya. Sangat disayangkan bahwa masih cukup banyak RS yang tertukar dalam menggunakan LD dan HP untuk menghitung rumus-rumus indikator pelayanan rawat inap. Demikian pula antara LD, HP, dan SHRI.Dengan memperhatikan cara pencatatan, penghitungan, dan penggunaan yang benar antara LD, HP, dan SHRI maka akan didapatkan informasi yang lebih akurat dan valid untuk manajemen pasien rawat inap.

GBJ versi Barber Johnson vs GBJ versi Departemen Kesehatan RI Grafik Barber Johnson????

Grafik Barber johnson merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur di Rumah Sakit. Dimana ada 4 parameter pokok yang menjadi dasar pembuatan grafik ini, yaitu BOR, LOS, TOI, dan BTO.

Tapi........yang jadi masalah ada 2 aturan dalam pembuatan grafik barber johnson sehingga menimbulkan 2 grafik barber johnson yang berbeda meskipun tidak terlalu jauh.

Barber JohnsonBarry Barber dan David Johnsonmerupakan pelopor dari grafik barber johnson, Dimana mereka menentukan cara penghitungan 4 parameter tersebut dan standart ideal dari 4 parameter tersebut, yakni :- BOR (Bed Occupancy Ratio) dengan standart ideal 75 % - 85 %

Hari Perawatan BOR= ---------------------------- x100% Jumlah TT x Jumlah Hari

- LOS (Length Of Stay)dengan standart ideal3 Hari - 12 Hari

Hari Perawatan LOS= -------------------------------- Pasien Keluar (Hidup+Mati)

- TOI (Turn Over Interval)dengan standart ideal1 Hari - 3 Hari (Jumlah TT x Jumlah Hari) - Hari Perawatan TOI= -------------------------------------------------------------- Pasien Keluar (Hidup+Mati)

- BTO (Bed Turn Over)dengan standart ideal30 Kali - 40 Kali per Tahun Jumlah TT BTO= -------------------------------- Pasien Keluar (Hidup+Mati)

Departemen Kesehatan RIDepkes RI dalam "SIRS 6" terdapat sebuah aturan dalam membuat grafik barber johnson yaitu :

-BOR (Bed Occupancy Ratio)dengan standart ideal65 % - 85 %

Hari Perawatan BOR= ---------------------------- x100% Jumlah TT x Jumlah Hari

-LOS (Length Of Stay)dengan standart ideal6 Hari - 9 Hari

Lama Dirawat LOS= -------------------------------- Pasien Keluar (Hidup+Mati)

-TOI (Turn Over Interval)dengan standart ideal1 Hari - 3 Hari (Jumlah TT x Jumlah Hari) - Hari Perawatan TOI= -------------------------------------------------------------- Pasien Keluar (Hidup+Mati)

-BTO (Bed Turn Over)dengan standart ideal40 Kali - 50 Kaliper Tahun Jumlah TT BTO= -------------------------------- Pasien Keluar (Hidup+Mati)

Terdapat Perbedaandiantara 2 aturan tersebut, dimana menghasilkan fungsi yang sama. meskipun perbedaannya tidak terlalu jauh yakni : standart ideal danrumus penghitungan LOS.Namun hal tersebut akan menimbulkan 2 hasil analisis karena standart ideal dari DEPKES memiliki rentang lebih sedikit dibandingkan standart ideal aturan BARRY BARBER dan DAVID JOHNSON, meskipun dari penghitungan rumus tidak akan terlalu jauh pergeserannya.

Sehingga kita harus memiliki 2 grafik barber johnson, dengan aturan dari masing-masing.

bingung untuk membedakannya????sekarang mudah, karena saya akan membantu anda dengan aplikasi yang telah saya buat. yaitu :-GBJ 1.1 D, yang merupakan revisi dari GBJ 1.0 D.Ini merupakan aplikasi Grafik Barber Johnson yang sangat sederhana yang akan menampilkan 2 macam Grafik Barber Johnson yang menganut dari 2 aturan pembuatan GBJ diatas.

-GBJ 2.1 D,yang merupakan revisi dariGBJ 2.0 D.Berbeda dengan versi sebelumnya aplikasi Grafik Barber Johnson dilengkapi dengan penghitungan BULANAN, TRIWULAN dan TAHUNAN. dimana beberapa laporan tersebut yang sering menjadi bahan manajemen dalam mengambil keputusan. Sama halnya aplikasiGBJ 1.1 D,GBJ 2.1 Djuga menampilkan 2 macam Grafik Barber Johnson masing-masing dengan aturan pembuatan GBJ diatas.

-GBJ 3.1 D, merupakan penyempurnaan dariGBJ 3.0 D.Aplikasi ini dibuat jauh lebih kompleks, dimana aplikasi ini dibuat sedemikian rupa untuk mempermudah kita dalam pembuatan Grafik Barber Johnson hingga pembuatan pelaporan data statistik pasien rawat inap. Dimana dalam Aplikasi ini kita hanya dituntut mengisi sensus rawat inap dengan benar, dan akan menghasilkan :- nilai-nilai indikator,- nilai-nilai parameter,- Grafik Barber Johnson dalam 2 macam diatas aturan dan- Pelaporan statistik pasien rawat inap akan terhitung secara otomatis, serta- Akan lebih dipermudah dengan area print out yang telah disesuaikan sehingga kita hanya tinggal mencetak sesuai dengan yang diinginkan.