topografi sebaran titik bor

32
TOPOGRAFI SEBARAN TITIK BOR i

Upload: argado-insani-hutabarat

Post on 16-Feb-2016

137 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Teknik Pertambangan Pemodelan dan Evaluasi Tambang

TRANSCRIPT

Page 1: Topografi Sebaran Titik Bor

TOPOGRAFI SEBARAN TITIK BOR

i

Page 2: Topografi Sebaran Titik Bor

ii

Page 3: Topografi Sebaran Titik Bor

DAFTAR PERSAMAAN

halaman

Persamaan 3.1 Volume dengan metode blok model ……...................................... 12Persamaan 3.2 Tonase dengan metode blok model ……....................................... 13Persamaan 3.3 Volume dengan metode penampang (cross section)…….............. 14Persamaan 3.4 Tonase dengan metode penampang (cross section)……............... 14Persamaan 3.5 Tonase dengan metode USGS Circular 1983……......................... 18Persamaan 3.6 Volume dengan metode segitiga……............................................. 20

iii

Page 4: Topografi Sebaran Titik Bor

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endapan mineral merupakan kekayaan alam yang berpengaruh dalam perekonomian sebuah

negara khususnya di Indonesia. Oleh karena itu upaya untuk mengetahui kuantitas dan

kualitas endapan mineral harus selalu diusahakan dengan tingkat kepastikan yang lebih tinggi

seiring dengan pentahapan eksplorasinya. Semakin lanjut tahapan eksplorasi maka semakin

besar pula tingkat keyakinan akan kuantitas da kualitas sumberdaya mineral dan cadangan.

Berdasarkan tahapan eksplorasi yang menggambarkan pula tingkat keyakinan akan

potensinya dilakukan usaha pengelompokan atau klasifikasi sumberdaya mineral dan

cadangan.

Semua keputusan teknis yang berhubungan dengan kegiatan penambangan sangat tergantung

pada jumlah cadangan endapan, dengan demikian perhitungan cadangan endapan Bahan

galian baik Batubara ataupun Mineral, merupakan hal yang penting pada evaluasi suatu

kegiatan penambangan. Harus pula diingat bahwa perhitungan cadangan menghasilkan suatu

kisaran. Model cadangan yang dibuat adalah hasil pendekatan dari kondisi sebenarnya yang

diharapkan berdasarkan informasi yang diperoleh dari eksplorasi.sehingga hasil dari

perhitungan ini masih mengandung ketidakpastian. Tugas seorang ahli eksplorasi adalah

meminimalkan ketidakpastikan tersebut dengan menggunakan teknik-teknik perhitungan

yang komprehensif.

Beberapa manfaat dari penaksiran dan perhitungan cadangan adalah yang pertama

memberikan hasil perhitungan kuantitas maupun kualitas (kadar) endapan, yang kedua

memberikan perkiraan geometri tiga dimensi dari endapan serta distribusi ruang (spasial) dari

nilainya. Hal ini penting untuk menentukan urutan penambangan yang pada gilirannya akan

mempengaruhi pemilihan peralatan dan NPV (Net Present Value). Dan yang ketiga jumlah

cadangan menentukan umur tambang, hal ini penting dalam kaitannya dengan perancangan

pabrik pengolahan dan kebutuhan insfrastruktur yang lain.

4

Page 5: Topografi Sebaran Titik Bor

Metode yang digunakan dalam proses perhitungan cadangan bahan galian dibagi menjadi

dua, yakni metode konvensional (klasik) dan metode non konvensional (non klasik), metode

konvensional dengan menggunakan penafsiran variabel dan perhitungan cadangan,

sedangkan metode non-konvensional menggunakan pendekatan geostatistik dalam proses

penafsiran variabel atupun perhitungan cadangan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang

perhitungan kadar blok dan perhitungan kadar total.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang akan di jelaskan dalam karya ilmiah ini yaitu, tenatng metode-metode yang

digunakan dalam perhitungan kadar blok ataupun kadar total.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan makalah adalah sebagai berikut :

- Untuk mengetahui metode-metode perhitungan kadar blok dan kadar total.

- Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari metode penampang (cross section).

- Untuk mengetahui perbedaan dari metode poligon dan metode segitiga dalam

perhitungan kadar blok dan kadar total.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah yang dituliskan di dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :

- penerapan konsep “perhitungan kadar blok serta kadar total” pada bahan galian.

- Objek penerapan hanya dalam ruang lingkup Batubara dan Mineral (bahan galian) di luar

minyak, gas bumi panas bumi, dan air tanah.

1.5 Sistematika penulisan

Penulisan karya ilmiah ini menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari :

Penulisan laporan Makalah menggunakan sistematika penulisan laporan yang terdiri dari 4

Bab sebagai berikut:

5

Page 6: Topografi Sebaran Titik Bor

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan makalah,

batasan masalah, dan sistematika penulisan makalah.

BAB II : DASAR TEORI

Pada bab ini berisikan suatu materi yang mendukung, penulisan makalah,

yaitu tentang Eksplorasi, sumberdaya, cadangan, dan bahan galian.

BAB III : PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan pembasan tentang metode-metode dalam perhitungan

kadar blok dan kadar total.

BAB III : PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan hasil pembahasan dan saran untuk

penulis selanjutnya.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Eksplorasi

6

Page 7: Topografi Sebaran Titik Bor

Menurut Notosiswoyo (2000), proses ekplorasi mempunyai hubungan yang erat dengan

keadaan dan perilaku suatu endapan bahan galian, yaitu proses untuk mengetahui bagaimana

suatu endapan terbentuk (terakumulasi), bagaimana penyebaran dan bentuk (geometri)

endapan tersebut dialam, berapa banyak endapan tersebut yang dapat diambil, serta

bagaimana tingkat (nilai) keekonomian endapan tersebut.

Karena sangat erat dengan pengetahuan keberadaan suatu cebakan endapan, maka

pemahaman filosifi akumulasi suatu cebakan endapan menjadi sangat penting. Konsep

cebakan suatu endapan dikerak bumi dapat disederhanakan menjadi tiga faktor utama yaitu:

- Adanya sumber (source),

- Adanya proses perpindahan (migration/transportation),

- Adanya tempat/ wadah/ perangkap dimana bahan berharga dapat terbentuk/ terkumpul

(place).

Suatu proses eksplorasi dapat disederhanakan menjadi suatu sistem yang terintegrasi, berawal

dari analisis suatu kemungkinan sumber, proses perpindahan yang terjadi, sampai dengan

penafsirankemungkinan terjebak dalam suatu perangkap (teoritik). Sebaliknya dapat pula

berawal dari analisis suatu tanda-tanda mineralisasi, kemudian adanya cebakan pada

perangkapnya sampai dengan ditemukan sumbernya.

Menurut Balfas (2015), eksplorasi cebakan mineral dilakukan dalam beberapa tahapan secara

sistematis untuk mereduksi resiko investasi yang sangat besar. Kegiatan eksplorasi diawali

dengan melakukan “eksplorasi diatas meja” (desk exploration) dengan tujuan untuk

menentukan daerah-daerah target yang memiliki prospek untuk diselediki. Kegiatan ini

meliputi pengumpulan data awal dan informasi-informasi tersebut untuk mendapatkan

hubungan antara ukuran (size), keterdapatan (sebaran), serta kadar endapan tersebut dalam

beberapa kondisi geologi yang berbeda.

Informasi tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti textbook geologi/ekonomi,

publikasi dari badan-badan pemerintahan berupa peta-peta geologi dan geofisika, data-data

dari tambang endapan sejenis, data remote sensing seperti foto udara dan citra satelit, data

hasil survei geofisika udara, dll.

7

Page 8: Topografi Sebaran Titik Bor

2.2 Sumber Daya Mineral (Mineral Resource)

Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat

dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat

berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi

kriteria layak tambang, adapun sumberdaya mineral diklasifikasikan sebagai berikut. SNI

(1998)

- Sumber Daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource)

Adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan

perkiraan pada tahap Survai Tinjau.

- Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource)

Adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil

tahap Prospeksi.

- Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource)

Adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil

tahap Eksplorasi Umum.

- Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource)

Adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil

tahap Eksplorasi Rinci.

Tabel 2.1 Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi (SNI 5015: 2011)

Kondisi Geologi Kriteria (m)

S u m b e r d a y a

Tereka Terunjuk Terukur

Sederhana Jarak Titik Informasi 1000 < x ≤1500 500 < x ≤1000 x ≤ 500

Moderat Jarak Titik Informasi 500 < x ≤1000 250 < x ≤ 500 x ≤ 250

Komplek Jarak Titik Informasi 200 < x ≤400 100 < x ≤ 200 x ≤ 100

Uraian tentang batasan umum untuk masing-masing kondisi geologi di atas adalah sebagai

berikut:

8

Page 9: Topografi Sebaran Titik Bor

1. Kondisi Geologi Sederhana

Dengan ciri sebagai berikut:

a. Endapan batubara umumnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas tektonik seperti sesar,

lipatan dan intrusi.

b. Lapisan batubara umumnya landai, menerus secara lateral sampai ribuan meter, dan

hampir tidak memiliki percabangan.

c. Ketebalan lapisan batubara secara lateral dan kualitasnya tidak menunjukkan variasi

yang berarti.

d. Contoh batubara di Bangko Selatan dan Muara Tiga Besar (Sumsel), Senakin Barat

(Kalsel), dan Cerenti (Riau).

2. Kondisi Geologi Moderat

Dicirikan dengan keadaan sebagai berikut:

a. Endapan batubara sampai tingkat tertentu telah mengalami pengaruh deformasi

tektonik.

b. Pada beberapa tempat, intrusi batuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas

batubaranya.

c. Dicirikan oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang.

d. Sebaran percabangan batubara masih dapat diikuti sampai ratusan meter.

e. Contoh batubara di Senakin, Formasi Tanjung(Kalsel), Loa Janan – Loa Kulu,

Petanggis (Kaltim), Suban dan Air Laya (Sumsel), serta Gunung Batu Besar (Kalsel).

3. Kondisi Geologi Kompleks

Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Umumnya telah mengalami deformasi tektonik yang intensif.

b. Pergeseran dan perlipatan akibat aktifitas tektonik menjadikan lapisan batubara sulit

dikorelasikan.

c. Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan kemiringan lapisan yang terjal.

d. Sebaran lapisan batubara secara lateral terbatas dan hanya dapat diikuti sampai puluhan

meter.

e. Contoh batubara di Ambakiang, Formasi Warukin, Ninian, Belahiang dan Upau

(Kalsel), Sawahluhung (Sumbar), Air Kotok (Bengkulu), Bojongmanik (Manik), serta

daerah batubara yang mengalami ubahan intrusi batuan beku di Bunian Utara (Sumsel).

9

Page 10: Topografi Sebaran Titik Bor

2.3 Cadangan (Reserve)

Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran,

kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial

dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan, , adapun sumberdaya mineral

diklasifikasikan sebagai berikut. SNI (1998)

- Cadangan Terkira (Probable Reserve)

Adalah sumber daya mineral terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang

tingkat keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan

tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat

dilakukan secara ekonomik

- Cadangan Terbukti (Proved Recerve)

Adalah sumber daya mineral terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua

faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara

ekonomik.

Selain kedua kategori cadangan batubara di atas, ada pula tiga tipe cadangan batubara dari

sumberdaya terukur yang perlu diketahui berdasarkan standar Australia, yaitu:

- Cadangan Tertambang (Mineable Reserves)

Cadangan batubara insitu dari sumberdaya terukur atau terunjuk yang dapat ditambang

atas pertimbangan lingkungan, peraturan pemerintah dan teknologi yang digunakan saat

ini.

Dasar dari perhitungan cadangan tertambang yang menjadi faktor pembatas untuk

perhitungan cadangan tertambang ini sendiri adalah:

a. Ketebalan minimum lapisan batubara yang ekonomis yang diambil

b. Ketebalan lapisan tanah penutup (Overburden)

c. Kualitas batubara yang sesuai dengan spesifikasi penjualan

d. Kedalaman maksimum perencanaan disesuaikan dengan kondisi alat yang ada

e. Metode penambangan, menggunakan metode Open Pit atau Underground Mining

f. Nisbah pengupasan atau stripping ratio atas penambangan harga jual batubara dan

biaya operasi saat ini

10

Page 11: Topografi Sebaran Titik Bor

Pada perhitungan cadangan tertambang ini juga diperhitungkan faktor kehilangan

(losses), yaitu faktor-faktor kehilangan cadangan akibat tingkat keyakinan geologi

maupun akibat teknis pertambangan. Beberapa faktor losses tersebut antara lain:

a. Geological losses, yaitu faktor kehilangan akibat adanya variasi ketebalan, parting,

maupun pada saat pengkorelasian batubara

b. Mining losses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis penambangan, seperti faktor

alat, faktor safety, dan lain-lain.

c. Processing losses, yaitu faktor kehilangan akibat diterapkannya metode pencucian

batubara atau kehilangan pada proses lanjut di stockpile.

Faktor-faktor pembatas umumnya sudah cukup jelas. Dalam penerapannya faktor-faktor

pembatas ini akan menjadi pit limit dalam penambangan. Akan tetapi, faktor-faktor

losses diterapkan pada saat perhitungan cadangan, dan dapat dikuantifikasi besar nilai

losses tersebut.Berikut pengkuantifikasian faktor losses tersebut.

a. Geological Losses

Biasanya untuk kemudahan, langsung diambil nilai umum yaitu 5-10%.Namun

dapat juga dengan memperhatikan pola variasi ketebalan batubara.

b. Mining Losses

Secara umum, untuk metode strip mining digunakan mining losses sebesar 10%,

sedangkan untuk tambang bawah tanah digunakan mining losses sebesar 40-50%.

Untuk metode strip mining (open pit) terkadang juga digunakan pendekatan

ketebalan lapisan batubara yang akan ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof dan 10 cm

pada floor.

c. Processing losses

Faktor kehilangan ini sangat tergantung pada hasil uji ketercucian (washability test),

dimana harga perolehan (yield) ditentukan dari hasil uji tersebut.

- Cadangan Terperoleh (Recoverable Reserves)

Cadangan batubara dari mineable reserves yang pasti tertambang atas dasar perhitungan

biaya operasi penambangan yang ditetapkan saat ini serta telah memperhitungkan faktor

prosentase perolehan penambangan.

11

Page 12: Topografi Sebaran Titik Bor

Dasar perhitungan recoverable reserves yaitu:

a. Optimum batubara yang ekonomis untuk ditambang

b. Maksimum overburden yang diangkut ke disposal area berdasarkan faktor slope

penambangan, kelongsoran, pengendalian air permukaan dan pembuatan jalan

disposal

c. Kualitas batubara yang sesuai dengan spesifikasi penjualan

d. Kedalaman maksimum perencanaan tambang disesuaikan dengan kondisi dan

jumlah alat kerja yang ada

e. Metode penambangan, menggunakan metode Open Pit atau Underground Mining

f. Faktor mining recovery maksimum 90% untuk metode open pit dan 50% - 60%

untuk metode underground mining

g. Nisbah pengupasan atau stripping ratio yang ditetapkan saat ini berdasarkan

pertimbangan harga jual batubara dengan biaya saat ini

- Cadangan Terpasarkan (Marketable Reserves)

Cadangan batubara dari recoverable reserves yang dapat dijual atas perhitungan Run Of

Mine (ROM), coal blending dan kualitas batubara.

Dasar perhitungan marketable reserves adalah:

a. Optimum batubara yang terangkut ke stockpile

b. Optimum batubara yang biasa terjual dengan pertimbangan spesifikasi kualitas

batubara yang diminta oleh pembeli atau kontrak penjualan saat ini

c. Kualitas batubara untuk menentukan harga jual batubara saat ini

2.4 Bahan Galian

Bahan Galian Industri Merupakan Semua Mineral dan Batuan kecuali mineral logam dan

energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan akhir industri dan konstruksi termasuk

juga minerallogam yang bukan untuk dilebur seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan,

zircon dan lainnya.

Bahan galian menurut pemanfaatannya dikelompokkan atas tiga golongan :

a. Bahan galian Logam / Bijih (Ore); merupakan bahan galian yang bila dioleh dengan

teknologi tertentu akan dapat diambil dan dimanfaatkan logamnya, seperti timah, besi,

tembaga, nikel, emas, perak, seng, dll

12

Page 13: Topografi Sebaran Titik Bor

b. Bahan galian Energi; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk energi, misalnya

batubara dan minyak bumi.

c. Bahan galian Industri; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti

asbes, aspal, bentonit, batugamping, dolomit, diatomae, gipsum, halit, talk, kaolin, zeolit,

tras

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perhitungan Kadar Blok dan Kadar Total

Metode perhitungan cadangan yang merupakan proses kuantifikasi formal suatu endapan

bahan galian (bijih dan batubara). Perhitungan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang

didasarkan pada pertimbangan empiris maupun teoritis. Volume, tonase, kadar dan kuantitas

mineral merupakan atribut-atribut (variable/parameter) yang umum diperhitungkan.

Seiring dengan perkembangan teknologi, maka metode perhitungan cadangan telah sangat

berkembang secara komputerisasi dengan menggunakan software yang sudah ada sekarang

ini tanpa mengubah filosofi perhitungannya. Prinsip perhitungan cadangan adalah

berdasarkan hasil suatu kisaran. Model cadangan yang dibuat adalah hasil pendekatan dari

kondisi yang sebenarnya yang dihasilkan dari kegiatan eksplorasi. Adapun metodenya adalah

sebagai berikut.

3.1.1 Metode Block Model 3D

13

Page 14: Topografi Sebaran Titik Bor

Sulistyana (2010) berargumen bahwa permodelan sumberdaya batubara secara komputer

didasarkan pada kerangka model blok. Ukuran blok merupakan fungsi geometri mineralisasi

di daerah telitian dan sistem penambangan yang akan digunakan.

Gambar 3.1 Contoh geometri model blok 3D (Waterman Sulistyana. 2010)

Model blok telah umum digunakan untuk permodelan cadangan berupa suatu cebakan

mineral. Volume tiga dimensi cebakan mineral yang akan ditambang dibagi ke dalam unit-

unit yang lebih kecil (blok/unit penambangan terkecil).

Dalam kerangka model blok inilah semua tahap pekerjaan akan dilakukan, mulai dari

penaksiran kadar, perancangan batas penambangan hingga ke perencanaan tambang jangka

panjang dan jangka pendek. Dimensi unit-unit blok tergantung pada jenis cebakan mineral,

tujuan pembuatan model, dan metode penambangan. Tiap-tiap blok akan memiliki atribut

(variable model) misalnya topografi, jenis batuan, berat jenis, taksiran kadar, klasifikasi hasil

taksiran, aspek pengolahan.

Gambar 3.2 Konsep dasar perhitungan blok model 3D ( Tino Ardhyanto. 1995)

Dalam menentukan jumlah cadangan dalam blok dengan titik x, y ,z maka perlu dihitung

terlebih dahulu volumenya, volume dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

14

Page 15: Topografi Sebaran Titik Bor

................................…….(3.1)

Keterangan :

x : jarak ketitik x dari sumbu utama berdasarkan sumbu koordinat X – axis (meter)

y : jarak ketitik y dari sumbu utama berdasarkan sumbu koordinat Y – axis (meter)

z : jarak ketitik z dari sumbu utama berdasarkan sumbu koordinat Z – axis (meter)

Setelah didapat volume dari blok dengan titik x, y, z maka untuk mendapatkan tonnase dapat

digunakan persamaan sebagai berikut :

.............................................. (3.2)

Keterangan :

Volume xyz : Jumlah volume dalam blok dengan titik x, y, z (m3)

Mineral density : Nilai densitas dari mineral ( ton/m3)

Gambar 3.3 Diagram matriks dari model block 3D (Hustrulid,W. & M. Kuchta. 1995)

3.1.2 Metode Cross Section atau Penampang

Sulityana (2010) berargumen bahwa metode ini dilakukan dengan cara membagi daerah

permodelan menjadi penampang – penampang melintang (cross section), dengan interval

yang teratur. Metode ini merupakan metode konvensional dan sangat mudah untuk diterapkan

karena dapat dilakukan dengan manual maupun dengan mengunakan bantuan komputerisasi,

selain itu metode ini lebih mudah untuk digambarkan, dimengerti dan mudah untuk diperiksa.

15

Page 16: Topografi Sebaran Titik Bor

Metode penambangan lebih cocok digunakan untuk tipe endapan yang mempunyai kontak

tajam seperti bentuk tabular (perlapisan atau vein). Pola eksplorasi (bor) umumnya teratur

yang terletak sepanjang garis penampang, metode ini dapat diaplikasikan baik secara vertikal

seperti tubuh intrusi, batugamping terumbu dll, ataupun penyebarannya secara horizontal

(isoline) seperti tubuh sill dan endapan berlapis. Menurut Notosiswoyo (2005)

Keuntungan dari metode ini adalah proses perhitungannya tidak rumit dan sekaligus dapat

dipergunakan untuk menyajikan hasil interpretasi model dalam sebuah penampang atau irisan

horizontal. Sedangkan kekurangan metode penampang adalah tidak bisa digunakan sebagai

tipe endapan dengan mineralisasi yang kompleks. Disamping itu hasil perhitungan secara

konvensional ini dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk mengecek hasil perhitungan

yang lebih canggih misalnya dengan sistem blok.

Gambar 3.4 Sketsa perhitungan volume bijih dengan rumus mean area

Rumus yang digunakan pada metode penampang melintang (cross section) adalah sebagai

berikut (Popoff, 1996) :

................................................... (3.3)

Keterangan :

L1,L2,...,Ln = Jarak antar penampang (m)

S1,S2,...,Sn = Luas setiap penampang (m2)

Untuk mendapatkan jumlah tonase cadangan digunakan rumus :............................................................................................................... (3.4)

16

Page 17: Topografi Sebaran Titik Bor

Keterangan :T : Tonnase Cadangan (ton)V : Volume Cadangan (m3)

: Densitas Cadangan ( ton/m3)

3.1.3 Metode Poligon (Area of Influence)

Metode ini umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan mempunyai

geometri yang sederhana. Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai data

yang berada di tengah- tengah poligon sehingga metoda ini sering disebut dengan metoda

17

Page 18: Topografi Sebaran Titik Bor

poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua

jarak antara dua titik conto dengan satu garis sumbu, lihat gambar dibawah ini.

Gambar 3.5 Metode Poligon

Andaikan ketebalan bijih pada titik 1 adalah t1 dan luas daerah pengaruhnya adalah S1

maka volume (V) = S1 x t1 (volume pengaruh). Bila specific gravity dari bijih = ρ, maka

tonase bijih = S1 x t1 x ρ ton.

Untuk data yang sedikit metoda poligon ini mempunyai kelemahan, antara lain :

Belum memperhitungkan tata letak (ruang) nilai data di sekitar poligon,

Tidak ada batasan yang pasti sejauh mana nilai c onto mempengaruhi distribusi ruang.

3.1.4 Metode USGS Circular 891 (1983)

Sistem United States Geological Survey (USGS, 1983) merupakan pengembangan dari sistem

blok dan perhitungan volume biasa. Sistem USGS ini dianggap sesuai untuk diterapkan

dalam perhitungan sumberdaya batubara, karena sistem ini ditujukan pada pengukuran bahan

galian yang berbentuk perlapisan (tabular) yang memiliki ketebalan dan kemiringan lapisan

yang relatif konsisten. Sumberdaya yang dihitung terdiri dari sumberdaya terukur (measured

coal) dan sumberdaya terunjuk (indicated coal), yang keduanya termasuk kedalam jenis

sumberdaya demonstrated coal. Prosedur atau teknik perhitungan dalam sistem usgs adalah

dengfann mnembuat lingkaran-lingkaran (setengah lingkaran) pada setiap titik informasi

endapan batubara, yaitu singkapan batubara dan lokasi titik pengeboran. Notosiswoyo (2005)

Bandan Standardisasi Nasional (2011) menerangkan bahwa daerah dalam radius lingkaran 0-

500 m adalah sumberdaya terukur, daerah dalam radius 500-1000 m adalah sumberdaya

terunjuk dan daerah dalam radius 1000-1500 m adalah sumberdaya tereka. Nilai diatas

berlaku apabila endapan batubara terletak pada kondisi geologi sederhana. Sedangkan untuk

18

Page 19: Topografi Sebaran Titik Bor

kondisi geologi yang lainnya, radius yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Teknik

perhitungan metode ini hanya berlaku untuk kemiringan lapisan lebih kecil atau sama dengan

30o ( o ). Sedangkan untuk batubara dengan kemiringan lapisan lebih besar dari 30o

( >30o ) caranya adalah dengan mencari harga proyeksi radius lingkaran-lingkaran tersebut ke

permukaan terlebih dahulu.

Garis lingkaran atau setengah lingkaran dengan radius terkecil atau paling mendekati titik

informasi merupakan batas untuk area sumberdaya terukur, sedangkan garis lingkaran

selanjutnya merupakan batas untuk area sumberdaya terunjuk dan garis lingkaran terakhir

merupakan batas untuk area sumberdaya tereka.

Dalam eksplorasi, bisanya didapatkan beberapa data yang diambil dari beberapa titik

dilapangan. Apabila terdapat beberapa titik pengukuran batubara (point of measurement)

maka radius-radius lingkaran dikorelasikan sehingga membentuk polygon area sumberdaya

seperti pada Gambar 3.7 sebagai berikut:

Gambar 3.6 Menentukan area sumberdaya dengan metode USGS Circular 891 (1983).

Proses selanjutnya adalah perhitungan untuk mengetahui kuantitas (tonnase) dari sumberdaya

batubara. setelah mendapatkan nilai luas area sumberdaya, ketebalan rata-rata batubara dan

densitas batuabara, kuantitas (tonnase) sumberdaya dapat diestimasikan.

Estimasi atau perkiraan tonnase dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan 3.5

sebagai berikut:

19

Page 20: Topografi Sebaran Titik Bor

Tonnase batubara = A x B x C ............................................................................ (3.5)

dengan: A = Ketebalan rata-rata batubara (m)B = Densitas batubra (Ton/m3) C = Luas area sumberdaya (m2)

Gambar 3.7 Cara perhidungan cadangan dengan dip < 30° (atas) dan > 30° (USGS, 1983)

20

Page 21: Topografi Sebaran Titik Bor

Gambar 3.8 Kontur struktur pada batas sumberdaya batubara (USGS, 1983)

3.1.5 Metode Segitiga

Disamping digunakan untuk menaksir parameter, metode segitiga juga sekaligus digunakan

untuk menghitung sumberdaya/cadangan. Rumus perhitungan hampir sama dengan metode

poligon hanya saja dalam metode segitiga tiga titik data digunakan untuk mewakili

parameter seluruh area segitiga, sedangan metode poligon men ggunakan titik data yang

berada di tengah luasan poligon.

Metode segiitiga memodelkan daerah estimasi sumber daya dalam bentuk segitiga yang

berasal dari tiga titik data (lihat gambar 3.9), nilai titik segitiga didasarkan pada nilai rata-rata

disetiap sudut-sudut segitiga, baik kadar (g) maupun ketebalan (t). Tahapan perhitungan

dimulai dengan mengukur luas (A), masing-masing segitiga bijjih (biasanya dengan

planimeter). Luas segitiga dikalikan dengan ketebalan bijih rata-ratanya untuk mendapatkan

volume masing-masing segitiga:

Vbijih = Σ Ai x ti dimana ti = (t1 + t2 + t3 ) : 3 ......................................... ................... ( 3.5)

21

Page 22: Topografi Sebaran Titik Bor

Gambar 3.9 Metode Segitiga (Balfas, 2015)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik tiga buah kesimpulan

sebagai berikut :

- metode-metode perhitungan kadar blok dan kadar total yang dapat digunakan disini

penulis menjelaskan ada 5 (lima) metode yaitu metode blockmodel, cross section

(penampang), Poligon (area of influence), USGS Circular 891 (1983) dan Metode

Segitiga.

22

Page 23: Topografi Sebaran Titik Bor

- Keuntungan dari metode Cross section (penampang) adalah proses perhitungannya tidak

rumit, sekaligus dapat dipergunakan untuk menyajikan hasil interpretasi model dalam

sebuah penampang atau irisan horizontal. Sedangkan kekurangan metode penampang

tidak bisa digunakan sebagai tipe endapan dengan mineralisasi yang kompleks.

Disamping itu hasil perhitungan secara konvensional ini dapat dipakai sebagai alat

pembanding untuk mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih misalnya dengan

sistem blok.

- Rumus perhitungan hampir sama dengan metode poligon hanya saja dalam metode

segitiga, tiga titik data digunakan untuk mewakili parameter seluruh area segitiga,

sedangan metode poligon menggunakan titik data yang berada di tengah luasan poligon.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat ditarik dalam penulisan makalah ini yaitu:

- Metode perhitungan baik kadar blok ataupun kadar total dapat digunakan berdasarkan

kebutuhan yang ada, dari keempat metode terdapat kekurangan dan kelebihan dimasing-

masing sisi.

- Sebaiknya untuk penulis selanjutnya dapat melengkapi kekurangan dalam hal penulisan

maupun isi dari makalah yang ditulis oleh penulis sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Balfas, M Dahlan, 2015, Geologi Untuk Pertambangan Umum, Graha Ilmu : Yogyakarta

2. Notosiswoyo, S., Syafrizal, Heriawa M.N., 2000, Teknik Eksplorasi, Institute Teknologi

Bandung : Bandung.

3. Notosiswoyo, S., Syafrizal, Heriawa M.N., Widayat A.H., 2005, Metode Perhitungan

Cadangan –Edisi 1, Institute Teknologi Bandung : Bandung.

4. Standar Nasional Indonesia, 2011, Pedoman Pelaporan, Sumberdaya, dan Cadangan

Batubara, Badan standardisasi Nasional, Indonesia

5. Standar Nasional Indonesia, 1998, Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan,

Badan standardisasi Nasional, Indonesia

6. Sulistyana, W., 2010, Perencanaan Tambang, Jurusan Teknik Pertambangan UPN,

Anugerah Print : Yogyakarta

23

Page 24: Topografi Sebaran Titik Bor

7. Husturlid, W., Kuchta, M., & Martin, R., 2013, Open Pit Mine Planning & Design

Volume 1 – Fundamentals 3rd Edition, CRC Press/Balkema, Rotterdam, Brookfield

24