mekanisme kerja nsaid

23
1. Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah adanya rangsang. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui reflex arc. Susunan saraf tak sadar. - Susunan saraf simpatis - Susunan saraf parasimpatis Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik ,interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhanahanya memerlukan dua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor

Upload: mario-johan-heryputra

Post on 28-Dec-2015

114 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mekanisme kerja non steroid anti inflamasi drugs

TRANSCRIPT

Page 1: Mekanisme kerja NSAID

1. Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah

adanya rangsang. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui reflex arc.

Susunan saraf tak sadar.

- Susunan saraf simpatis

- Susunan saraf parasimpatis

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap

rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi

tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks

misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang

dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari

neuron sensorik ,interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk

tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhanahanya memerlukan dua tipe sel

saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah

kesadaran dan kemauan seseorang.

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari

reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf,

diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim

tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan

pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila

saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau

mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf

penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur

saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron motor,yang

mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana

hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.

Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan

menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki

Page 2: Mekanisme kerja NSAID

dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan

keluarnya air liur tanpa disadari. Brikut skema gerak refleks:

Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung

disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung).Hal ini berbeda sekali dengan

ekanisme gerak biasa.

Gerak biasa rangsangan akan diterimaleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan

langsung ke ota. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga

terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak.

Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disaari.

3. Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan

jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui

serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula

spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan

didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi

sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan

nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang

dilepaskan karena trauma/inflamasi.

Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai

stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system

saraf pusat.

Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:

1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus

mekanis terhadap nosiseptor.

2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf

( neliola, et at, 2000 ).

3. Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.

4. Nyeri spikologik

Berdasarkan factor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai dalam istilah nyeri

osteoneuromuskuler, yaitu :

1. Nociceptor mechanism.

Page 3: Mekanisme kerja NSAID

2. Nerve or root compression.

3. Trauma ( deafferentation pain ).

4. Inappropiate function in the control of muscle contraction.

5. Psychosomatic mechanism.

Apabila elektroterapi ditujukan untuk menghambat mekanisme aktivasi nosiseptor baik

pada tingkat perifer maupun tingkat supra spinal. TENS sebagai salah satu cara/upaya

dalam aplikasi elektroterapi terhadap nyeri.

Nociceptor:

Sensor elemen yang dapat mengirim signal ke CNS akan hal–hal yang berpotensial

membahayakan. Sangat banyak dalam tubuh kita, serabut-serabut afferentnya terdiri dari:

1. A delta fibres, yaitu serabut saraf dengan selaput myelin yang tipis.

2. C fibres, serabut saraf tanpa myelin.

Tidak semua serabut-serabut tadi berfungsi sebagai nosiseptor, ada juga yang bereaksi

terhadap rangsang panas atau stimulasi mekanik. Sebaliknya nosiseptor tidak dijumpai

pada serabut-serabut sensory besar seperti A Alpha, A Beta atau group I, II. Serabut-

serabut sensor besar ini berfungsi pada “propioception” dan “motor control”.

Nociceptor sangat peka tehadap rangsang kimia (chemical stimuli). Pada tubuh kita

terdapat “algesic chemical” substance seperti: Bradykinine, potassium ion, sorotonin,

prostaglandin dan lain-lain.

Subtansi P, suatu neuropeptide yang dilepas dan ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe C,

mengakibatkan peningkatan mikrosirkulasi local, ekstravasasi plasma. Phenomena ini

disebut sebagai “neurogenic inflammation” yang pada keadaan lajut menghasilkan

noxious/chemical stimuli, sehingga menimbulkan rasa sakit. Deregulasi Sistem Motorik

yang Menyebabkan Rasa Sakit

Kita ketahui hypertonus otot dapat menyebabkan rasa sakit. Pada umumnya otot-otot yang

terlibat adalah “postural system”. Nosiseptif stimulus diterima oleh serabut-serabut

afferent ke spinal cord, menghasilkan kontraksi beberapa otot akibat “spinal motor

reflexes”. Nosiseptif stimuli ini dapat dijumpai di beberapa tempat seperti kulit visceral

organ, bahkan otot sendiri. Reflek ini sendiri sebenarnya bermanfaat bagi tubuh kita,

misalnya “withdrawal reflex” merupakan mekanisme survival dari organisme.

Disamping berfungsi tersebut, kita juga sadari bahwa kontraksi-kontraksi tadi dapat

meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan tendon. Makin sering dan

Page 4: Mekanisme kerja NSAID

kuat nosiseptor tersebut terstimulasi, makin kuat reflek aktifitas terhadap otot-otot

tersebut. Hal ini akan meningkatkan rasa sakit, sehingga menimbulkan keadaan “vicious

circle”, kondisi ini akan diperburuk lagi dengan adanya ischemia local, sebagai akibat dari

kontrksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai

akibat dari disregulasi system simpatik.

Pada gambar 1, terlihat input serabut afferent dan organ visceral, kulit, sendi, tendons,

otot-otot atau impuls dan otak yang turun ke spinal dapat mempengaruhi rangsangan

(exitability) dan alpha dan gamma motorneurons yang berakibat kontraksi otot (muscle

stiffness), misalnya meningkatkan input nosiseptif dari viscus abdominalis akan

meningkatkan tonus otot-otot abdomen. Atau input nosiseptif dari sendi kapsul dapat

meningkatkan “reflex excitability” dan beberapa otot-otot antagonis yang bersangkutan

dengan pergerakan sendi tersebut sehingga hal ini dapat memblok sendi tersebut, disebut

juga sebagai “neurogenic block”. Pengaruh yang paling besar berasal dari otak, stress dan

emosi dapat mengakibatkan “descending excitatory pathways”, sehingga merangsang

peningkatan reflek dari otot-otot postural.

Perasaan nyeri tergantung pada pengaktifan serangkaian sel-sel saraf, yang meliputi

reseptor nyeri afferent primer, sel-sel saraf penghubung (inter neuron) di medulla spinalis

dan batang otak, sel-sel di traktus ascenden, sel-sel saraf di thalamus dan sel-sel saraf di

kortek serebri. Bermacam-macam reseptor nyeri primer ditemukan dan memberikan

persarafan di kulit, sendi-sendi, otot-otot dan alat-alat dalam pengaktifan reseptor nyeri

yang berbeda menghasilkan kuatitas nyeri tertentu. Sel-sel saraf nyeri pada kornu dorsalis

medulla spinalis berperan pada reflek nyeri atau ikut mengatur pengaktifan sel-sel traktus

ascenden. Sel-sel saraf dari traktus spinothalamicus membantu memberi tanda perasaan

nyeri, sedangkan traktus lainnya lebih berperan pada pengaktifan system kontrol desenden

atau pada timbulnya mekanisme motivasi-afektif.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa thalamus lebih berperan dalam sensasi nyeri

dibandingkan daerah kortek serebri (willis WD, 1995). Meskipun demikian penelitian-

penelitian lain membuktikan peranan yang cukup berarti dan kortek serebri dalam sensasi

nyeri. Struktur diensepalik dan telesepalik seperti thalamus bagian medial, hipotalamus,

amygdala dan system limbic diduga berperan pada berbagai reaksi motivasi dan afektif

dari nyeri.

Nyeri merupakan pengalaman individu yang melibatkan sensasi sensori dan emosional

yang tidan menyenangkan. Nyeri dapat dibagi 2. Pertama, nyeri nosiseptf yang terjadi

akibat aktifasi nosi reseptor A-d dan C sebagai respon terhadap rangsangan noxius

Page 5: Mekanisme kerja NSAID

(termal , mekanik , kimia). Kedua, neyri neuropatik merupakan nyeri yang timbul akibat

kerusakan/perubahan patologis pada system saraf perifer atau sentral. Pada kasus reumatik

nyeri yang ditimbulkan adalah mixed pain, yaitu kombinasi antara nyeri nosiseptif dan

neuropatik.

Neuron, seperti sel-sel lainnya, selalu menciptakan gradien ionik antara kedua sisi

membran plasmanya melalui proses pemompaan ion-ion tertentu. Pemompaan yang

seringkali dilibatkan ialah pemompaan (Na+-K+) yang terkait dengan enzim (Na+-K+)-

ATPase. Proses ini memompa ion K kedalam sel namun memompa ion Na keluar sel

sehingga menghasilkan konsentrasi ionik intrasel maupun ekstrasel ion-ion tertentu seperti

yang tertera pada Gambar 1 (pada kesetimbangan). Beda potensial membran yang terjadi

antara kedua sisi membran, ΔΨ (potensial sisi luar relative dengan potensial sisi dalam),

dideskripsikan oleh persamaan Goldman Ko dan Ki ialah konsentrasi ion kalium di sisi

luar dan dalam membran. Nao dan Nai ialah konsentrasi ion natrium di sisi luar dan dalam

membran. Clo dan Cli ialah konsentrasi ion klor di sisi luar dan dalam membran. PK, PNa,

dan PCl ialah koefisien permeabilitas ion kalium, ion natrium, dan ion klor. Dengan

menerapkan data yang ada di Gambar 1 pada suhu 25oC, didapatlah ΔΨ yang besarnya –

83mV (bagian dalam membran lebih negatif). Hasil yang didapatkan melalui persamaan

tersebut sesuai dengan eksperimen. Eksperimen yang sering dilakukan ialah dengan

menggunakan akson katak atau cumicumi besar. Potensial membran tercipta oleh

ketidakseimbangan kecil pada distribusi ion antara sisi membran.

Menurut pengamatan, perbandingan ionion yang terpisah oleh membran ialah sekitar 1

pasang ion per sejuta. Namun dalam ukuran makroskopik dan tebal membran sekitar 5

nanometer, perbandingan ion itu sudah cukup membuat medan listrik yang besar pada

membran yaitu sekitar 170.000 V/cm [1].

4. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

kerusakan jaringan , baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam

bentuk kerusakan tersebut. Perasaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang berasal

dari somatopleura ( kulit, tulang dan jaringan pengikat ) dinamakan somastesia.

Viseroestesia ( interoseptif ) : persaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang tumbuh

Page 6: Mekanisme kerja NSAID

dari viseropleura ( usus, paru, limpa dsb ). Perasaan adalah suatu interpretasi dari apa

yang diraskan akibat suatu perangsangan.

Alat perasa ialah ujung-ujung susunan saraf aferen, sebagian memperlihatkan suatu bentuk

dan sebagian merupakan serabut bebas yang tidak memperlihatkan bentuk khusus disebut

nosiseptor ( alat perasa nyeri ).

Alat perasa panas : ruffini ( spt sisir )

Alat perasa dingin : krause ( bunga mawar kuncup )

Alat perasa raba : merkel ( spt piring ) dan meissner (kelompok piring terbungkus kapsul).

Apabila alat-alat tersebut dirangsang timbul potensial aksi dan dikenal sebagai impuls

sensorik.

Penyaluran impuls nyeri

Setelah impuls nyeri dicetuskan nosiseptor, dialirkan ke ganglion radiks posterior medula

spinalis ( ggl spinale ). Sebagian tiba di nukleus proprius setingkat radiks posterior dan

sebagian pada tingkat satu atau dua segmen lebih tinggi atau lebih rendah.

1. Nyeri neuropatik = deaferentasi ; sumber asal nyeri adalah kelainan fungsi atau patologi

dari saraf. Kelainan saraf bisa di saraf tepi dan bisa di saraf pusat.

2. Nyeri nosiseptik ; sumbernya dari kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan yg

sensitif thd rangsangan nyeri, yi jaringan kulit, muskuloskeletal dan visera.

Mediator dan substansi radang

Kerusakan sel akibat adanya noksi akan membebaskan berbagai mediator atau

substansi radang antara lain histamin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin, leukotrien

dan sebagainya. Histamin terdapat pada semua jaringan juga pada leukosit basofil. Di dalam

jaringan, histamin disimpan dalam sel mast dan dibebaskan sebagai hasil interaksi antigen

dengan antibodi IgE pada permukaan sel mast, berperanan pada reaksi hipersensitif dan

alergi. Substans tersebut merupakan mediator utusan pertama dari sedemikian banyak

mediator lain, segera muncul dalam beberapa detik. Reseptor-reseptor histamin adalah H1 dan

H2. Stimulasi pada kedua reseptor ini menyebabkan vasodilatasi pada arterial dan pembuluh

darah

Page 7: Mekanisme kerja NSAID

koronaria, merendahkan resistensi kapiler dan menurunkan tekanan darah sistemik. Pada

reaksi radang permeabilitas kapiler meningkat karena dibebaskannya histamin (Mutschler,

1991; Garrison, 1991).

Prazat kalikrein ialah kalikreinogen yang tidak aktif terdapat dalam pankreas, mukosa

usus dan plasma darah. Kalikreinogen diaktivasi oleh faktor Hageman, melalui penguraian

enzimatik dihasilkan kinin aktif yaitu bradikinin dan kalidin, keduanya autakoid. Sebagai

mediator radang bradikinin dan kalidin bereaksi lokal, menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi,

meningkatkan permeabilitas kapiler dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin

(Mutschler, 1991; Garrison, 1991).

Serotonin (5-hidroksitriptamin, 5-Hf), dalam konsentrasi tinggi terdapat pada platelet

darah, perifer mukosa usus dan di beberapa bagian otak. Salah satu reseptor 5-Hf yang

terdapat pada membran platelet ialah 5-Hf 2, jika distimulasi akan meningkatkan agrerasi

platelet (Garrison, 1991).

Mediator eikosanoid berasal dari dua famili berbeda, dari alur siklooksigenase

dihasilkan prostaglandin dan dari alur lipoksigenase dihasilkan leukotrien, termasuk semua

senyawa yang masih berhubungan dengan keduanya. Sebagai prazat adalah asam arakidonat.

Prostaglandin (PG) sebenarnya bukan sebagai mediator radang, lebih tepat dikatakan sebagai

modulator dari reaksi radang. Sebagai penyebab radang, PG bekerja lemah, berpotensi kuat

setelah berkombinasi dengan mediator atau substansi lain yang dibebaskan secara lokal,

autakoid seperti histamin, serotonin, PG lain dan leukotrien. Prostaglandin paling sensibel

pada reseptor rasa sakit di daerah perifer. Prostaglandin merupakan vasodilator potensial,

dilatasi terjadi pada arteriol, prekapiler, pembuluh sfingter dan postkapiler venula. Walaupun

PG merupakan vasodilator potensial tetapi bukan sebagai vasodilator universal

(Hirschelmann, 1991; Campbell, 1991). Selain PG dari alur sikooksigenase juga dihasilkan

tromboksan. Tromboksan A2 berkemampuan menginduksi agregasi platelet maupun reaksi

pembebasan platelet (Campbell, 1991).

Dari alur lipoksigenase dihasilkan mediator leukotrien (LT) dan hidroksi asam lemak.

Mediator LTB4 potensial untuk kemotaktik leukosit polimorfonuklir, eosinofil dan monosit.

Pada konsentrasi lebih tinggi LTB4 menstimulasi agregasi leukosit polimorfonuklir. Mediator

LTB4 mengakibatkan hiperalgesia. Efek terhadap mikrovaskulatur diinduksi oleh LTC4 clan

LTD4, beraksi di sepanjang endotel dari postkapiler venula yang menyebabkan eksudasi

plasma. Pada konsentrasi tinggi LTC4 dan LTD4 mempersempit arteriol dan mengurangi

eksudasi. Kombinasi LTC4 dan LTD4 merupakan mediator baru, dinamakan slow reacting

Page 8: Mekanisme kerja NSAID

substance of anaphylaxis (SRS-A) yang dapat menyebabkan peradangan, reaksi anafilaksi,

reaksi alergi dan asma (Campbell, 1991).

Platelet-activating factor (PAF) disimpan di dalam sel dalam bentuk prazat. PAF

disintesis oleh platelet, neutrofil, monosit, sel mast, eosinofil dan sel mesangial ginjal. PAF

merupakan stimulator agregasi platelet, agregasi leukosit polimorfonuklir dan monosit,

meningkatkan potensi LT, pembebasan enzim lisosomal dan superoksida, juga merupakan

faktor kemotaktik eosinofil, neutrofil dan monosit (Campbell, 1991).

Proses Radang

Respons kardiovaskular pada proses radang tergantung dari karakteristik dan

distribusi noksi. Dilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler di sekitar jaringan yang

mengalami pengaruh-pengaruh merusak pada fase akut berlangsung cepat dimulai 1 sampai

30 menit sejak terjadi perubahan-perubahan pada jaringan dan berakhir 15 sampai 30 menit

dan kadang-kadang sampai 60 menit (lnsel, 1991; Melmon dan Morreli, 1978; Robins, 1974).

Volume darah yang membawa leukosit ke daerah radang bertambah, dengan gejala klinis di

sekitar jaringan berupa rasa panas dan warna kemerah-merahan (PGE2 dan PGI2). Aliran

darah menjadi lebih lambat,

Page 9: Mekanisme kerja NSAID

leukosit beragregasi di sepanjang dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah

kehilangan tekstur. Peningkatan permeabilitas kapiler disebabkan kontraksi sel-sel endotel

sehingga menirnbulkan celah-celah bermembran. Permeabilitas kapiler ditingkatkan oleh

histamin, serotonin, bradikinin, sistim pembekuan dan komplemen dibawah pengaruh faktor

Hageman dan SRS-A. Larutan mediator dapat mencapai jaringan karena meningkatnya

permeabilitas kapiler dengan gejala klinis berupa udem (Korolkovas, 1988; Boyd, 1971;

Robins, 1974).

Fase radang sub-akut berlangsung lambat, mulai dari beberapa jam sampai beberapa hari

misalnya karena pengaruh noksi bakteri. Vasodilatasi dan peningkatan

permeabilitas kapiler masih berlangsung. Karakteristik paling menonjol adalah infiltrasi

fagosit yaitu sel polimorfonuklir dan monosit ke jaringan. Selain itu aliran darah lambat,

pendarahan dan terjadi kerusakan jaringan yang ekstensif. Proses fagosit mencapai daerah

peradangan dinamakan kemotaktik. Migrasi fagosit diaktivasi oleh salah satu fragmen dari

komponen komplemen, untuk leukosit polimorfonuklir yaitu C3 a. Selain itu LTB4 dan PAF

ikut berperanan. Fagosit bergerak pada permukaan sel endotel, pada ujung depan mengecil

dan memanjang sehingga dapat memasuki antar sel endotel kemudian melarutkan membran

(diapedesis). Fagosit melepaskan diri dari antar sel, masuk ke jaringan dan berakumulasi

(Insel, 1991; Melmon clan Morreli, 1978; Roitt, et al, 1985). Fagosit yang mula-mula ke luar

dari dinding pembuluh darah adalah leukosit polimorfonuklir yang menyerang dan mencerna

bakteri dengan cara fagositosis. Disusul datangnya monosit (makrofag) sebagai petugas

pembersih, mencerna leukosit polimorfonuklir dan sel jaringan yang telah mati akibat toksin

bakteri. Pada radang kronik makrofag juga ikut mencerna bakteri (Boyd, 1971).

Plasma darah setelah melewati dinding pembuluh darah yang permeable sifatnya berubah

disebut limfe radang. Leukosit dan limfe radang secara bersama membentuk eksudat radang

yang menimbulkan pembengkakan pada jaringan. Rasa sakit disebabkan tertekannya serabut

syaraf akibat pembengkakan jaringan. Selain itu rasa sakit disebabkan bradikinin dan PG.

Kerusakan jaringan disebabkan fagositosis, enzim lisosomal clan radikal oksigen. Deman

oleh pirogen endogen yang dihasilkan adalah karena kerusakan sel (Korolkovas, 1988; Boyd,

1971).

Mekanisme kerja NSAID

NSAID mempunyai efek yaitu: mengurangi rasa nyeri, mengurangi peradangan pada

jaringan, menurunkan demam serta menghambat agregasi platelet. Penelitian mengatakan

Page 10: Mekanisme kerja NSAID

bahwa prostaglandin akan dilepaskan apabila terdapat kerusakan sel. Efek terapi dan efek

samping sebagian besar NSAID tergantung dari penghambatan biosintesis prostaglandin.

Asam asetilsalisilat (aspirin) sebagai prototip nonsteroid anti-inflammatory drugs

(NSAID) merupakan analgetika nonsteroid, non-narkotik. Kerja utama asam asetilsalisilat

dan kebanyakan obat anti radang nonsteroid lainnya sebagai penghambat enzim

siklooksigenase yang mengakibatkan penghambatan sintesis senyawa endoperoksida siklik

PGG2 dan PGH2. Kedua senyawa ini merupakan prazat semua senyawa prostaglandin,

dengan demikian sintesis prostaglandin akan terhenti dapat dilihat pada Gambar-1

Prostaglandin di dalam tubuh mempunyai 2 efek yaitu efek fisiologis dan efek

patologis, bergantung pada penyebabnya dan enzim yang berperan. Untuk efek fisiologis,

prostaglandin dapat menurunkan sekresi asam lambung dengan adanya reseptor PGE2

sehingga dapat melindungi mukosa lambung serta meningkatkan aliran darah ke ginjal karena

adanya reseptor PGD2 yang berfungsi untuk vasodilatasi. Selain itu juga dapat menjadi

antiplatelet dengan adanya reseptor TXA2 yang penting untuk agregasi platelet.

Peran prostaglandin dalam proses patologis adalah sebagai mediator timbulnya rasa

sakit. Di dalam membran kita terdapat enzim fosfolipase A2 yang dapat menjadi asam

arakhidonat. Ketika terjadi peradangan, maka akan terbentuk asam arakhidonat dimana

kondisi PH menjadi turun lalu asam arakhidonat membentuk prostaglandin dengan bantuan

enzim siklooksigenase Cox-2. Enzim siklooksigenase yang mengubah asam arakhidonat

Page 11: Mekanisme kerja NSAID

menjadi prostaglandin ada 2 macam, yaitu siklooksigenase Cox1 yang menghasilkan

prostaglandin untuk peran fisiologis dan siklooksigenase cox 2 yang menghasilkan

prostaglandin untuk peran patologis.

Mekanisme kerja NSAID adalah

a) Menghambat biosintesis Prostaglandin melalui hambatan Cox-1 dan Cox-2

b) Menghambat fungsi fisiologis dari prostaglandin sehingga menghasilkan efek yang

tidak diinginkan

Klasifikasi obat-obat golongan NSAID:

Golongan asam Karboksilat

a.       Golongan Asam fenil asetat

-Diklofenak

-Fenklofenak

-Alkofenak

b.      Golongan asam salisilat

–Aspirin

-Diflunisal

c.       Golongan asam fenamat

-Asam mefenamat

-Asam flufenamat

-Asam Meklofenamat

d.      Golongan asam propionate

-Ibuprofen

-Ketoprofen

-Flurbiprofen

-Fenoprofen

-Fenbufen

-Naproxen

-Oxaprozin

-Asam tiaprofenat

e.      Golongan asam Karbo dan heterosiklik

-Indometasin

-Tolmetin

Page 12: Mekanisme kerja NSAID

-Sulindak

-Etodolak

2.       Golongan asam Enolat

a.       Golongan Oksikam

-Piroksikam

-Isoxicam

-Tenoxicam

b.      Golongan Pirazolon

-Butazon

-Propazon

3.       Golongan obat non asam

-Nabumetone

Sistem yang dipengaruhi obat analgetik NSAID:

1.       Sistem Saraf Pusat. TErjadi bila dosis yang digunakan dosis tinggi. Menyebabkan sakit

kepala hebat dan tinnitus (Budek sementara)

2.       Sistem Hati. TErjadi karena ada beberapa obat NSAID yang dimetabolisme di hati.

Contohnya parasetamol dan asetaminofen. Parasetamol termasuk hepatotoksi. Asetaminofen

dosis tinggi yaitu dosis 8 g ke atas dpat merusak hati. Orang yang mengalami gangguan

fungsi hati, sakit hati, sirosis hati jangan menggunakan obat ini tetapi menggunakan obat lain

seperti aspirin

3.       Sistem pencernaan. Dapat meningkatkan sekresi asam lambung, Untuk penderita tukak

lambung bisa menjadi lebih parah. Perlu dioilih obat gol. Cox-2 inhibitor yang efeknya tidak

terlalu parah untuk penderita tukak lambung

4.       Sistem ginjal. Dapat menurunkan aliran darah ke ginjal

5.       Agregasi Platelet. Obat NSAID dapat mencegah agregasi platelet sehingga untuk wanita

yang akan melahirkan tidak dianjurkan untuk menggunakan obat ini Karena dapat

menyebabkan pendarahan, waktu melahirkan yang lebih lama dan pendarahan post partum.

Untuk orang yang akan menjalani operasi pun tidak boleh menggunakan obat ini minimal 1

bulan sebelum operasi dilakukan dan 1 minggu sebelum waktu operasi bila merupakan

operasi kecil.

Efek Samping dari Obat NSAID:

1.       Insiden Tinggi: Nusea, vomiting, dyspepsia, flatulen, nyeri epigastrik, anoreksia dan diare

2.       Insiden rendah: Bleeding, ulserasi, perforasi

Page 13: Mekanisme kerja NSAID

3.       Kelompok orang yang mempunyai resiko tinggi: usia lanjut, riwayat tukak, menggunakan

kortikosteroid, pengguna antikoagulan

Cara mencegah efek samping obat analgetik opioid:

1.       Minum air yang banyak

2.       Obat NSAID ini dikonsumsi setelah makan sehingga ketika sekresi asam lambung

meningkat, mukosa lambung tidak rusak

3.       Menggunakan kombinasi obat yang dapat meningkatkan produksi bikarbonat dan mucus

seperti Misosprostol. Tetapi obat ini tidak boleh untuk wanita hamil karena dapat

menyebabkan teratogenik

4.       Dapat menggunakan kombinasi dengan Surfaktal, suatu Bismuthcolloidal, yang dapat

melapisi mukosa lambung

5.       Menggunakan kombinasi dengan Antasida untuk menetralkan asam lambung yang

berlebihan

Efek samping Obat NSAID pada Ginjal:

1.       Menurunkan aliran darah ke ginjal

2.       Menyebabkan retensi Na berakibat pada timbulnya udem. Dapat diatasi dengand iuretika

3.       Menybebabkan hyperkalemia. Dapat diatasi dengan diuretika golongan Diuretika tiazid

dan diuretika jerat henle

4.       Menyebabkan gangguan fungsi ginjal akut

Efek samping pada obat NSAID pada darah:

-Menghambat agregasi platelet. Pasien yang menggunakan NSAID perlu memperhatikan ciri

ciri pendarahan yaitu terjadi pendarahan pada gusi, Tinja berwarna kehitaman dan sakit

kepala hebat.

Efek Samping NSAID pada system Saraf Pusat:

1.       Sakit KEpala Hebat

2.       Kelelahan

3.       Menurunnya perhatian

4.       Tinnitus (Berhubungan dengan penggunaan salisilat dosis tinggi)

Efek NSAID Pada system Hati:

-Hepatotoksik. TErutama pada pasien usia lanjut, sakit hati, sirosis hati, gangguan fungsi hati

dan mengkonsumsi alcohol

Page 14: Mekanisme kerja NSAID

Contoh obat NSAID yang menghambat Cox-2 secara selektif:

1.       Meloxicam (Gol. Oxicam)

2.       Nimesulide

3.       Celecoxib

4.       Rofecoxib

5.       Parecoxib

6.       Lumiracoxib

7.       Valdecoxib

8.       Deracoxib

9.       Etoricoxib

10.   Etodolak (gol. Asam Karbo dan heterosiklik)

Faktor yang mempengaruhi pemilihan obat analgesic NSAID pada berbagai situasi klinik:

1.       Respon individu terhadap NSAID sangat besar meskipun dari NSAID dengan struktur

yang serupa

2.       Dosis rendah digunakan sebagai dosis awal untuk mengetahui efektivitas obat. Bila tidak

memberikan respon, diganti dengan obat lain.

3.       Apabila penderita kesulitan tidur akibat nyeri atau kaku duduk pada pagi hari, maka obat

diberkan malam hari dengan disis tunggal besar.

4.       Apabila penderita tidak memberikan respon manfaat dari satu NSAID, dapat diganti

dengan NSAID lain

5.       Hindari terapi dengan kombinasi sesame NSAID karena dapat meningkatkan efek

samping. EFek toksik yang ditimbulkan bergantung pada dosis yang diberikan

Penggunaan analgesic NSAID:

1.       Aspirin dan NSAID lain digunakan untuk mengurangi nyeri intensitas ringan sampai

sedang

2.       Untuk nyeri yang lebih hebat, diperlukan Analgesik opioid yang kurang atau tidak

menimbulkan ketergantungan seperti Tamadol

3.       Analgesik NSAID digunakan untuk nyeri asal integument seperti sakit kepala, myalgia,

dan bukan untuk nyeri asal visceral

Kriteria penggunaan Analgetik NSAID pada anak-anak:

1.       Pemilihan obat NSAID pada anak terbatas pada obat yang telah teruji keamanannya yaitu:

Aspirin (gol. Salisilat), Naproksen (gol. Asam propionate), tolmetin (gol. Asam karbo dan

heterosiklik)

Page 15: Mekanisme kerja NSAID

2.       Aspirin untuk menurunkan panas pada anak dapat diganti dengan parasetamol

3.       NSAID lainnya tidak dianjurkan untuk anak < 12 tahun

Kriteria penggunaan analgetik NSAID untuk wanita hamil:

1.       Penggunaan NSAID untuk wanita hamil tidak dianjurkan karena dapat menyebbakan

pendarahan, waktu melahirkan yang lebih lama, dan pendarahan post partum

2.       Bila sangat diperlukan, dapat digunakan aspirin dosis rendah