mekanisme degenerasi.docx

9
1. DEGENERASI PADA SKELERA,PUPIL,IRIS 1. Sklera Sklera adalah pembungkus lapisan luar. Fungsinya untuk melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan memungkinkan melototnya otot mata. Mekanisme degenerasinya : sklera jaringan ikat dilapisan luar berwarna putih dibangunoleh fibrosa kornea melindungi bola mata dari 2. Iris Iris adalah selaput brwarna atau mengandung pigmen mlanin merupakan bagian depan koroidea. Fungsinya untuk melindungi refleksi cahaya dalam mata dan mengendalikan kerja pupil. Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil. 3. Pupil Pupil adalah celah yang terbentuk akibat iris. Fungsinya untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk kedalam mata untuk mendapatkan fungsi visual yang terbaik pada berbagai derajat intensitas cahaya. Mekanisme degenerasinya pupil Patofisiologi semuanya Degenerasi penglihatan erat kaitannya dengan presbiopi ( old sight). Lensa akan kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat akan berkurang. Terjadi penurunan kemampuan akomodasi,kontriksi pupil sinilis, peningkatan kekeruhan lensa dengan perubahan warna menjadi menguning sehingga mengakibatkan kesukaran dalam membaca huruf kecil sensitifitas terhadap cahaya dan penurunan penglihatan. Patofisiologi normal iris bertangung jawab mengontrol diameter dan ukuran pupil serta jumlah yang masuk ke retina.dalam merespon jumlah Cahaya yang masuk ke mata otot yang melekat ke iris meregangkan atau mengkontraksikan apartura pada sentral iris yang di kenal sebagai pupil. Semakin besar pupil, maka semakin banyak

Upload: padi-ta

Post on 29-Sep-2015

17 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bagus

TRANSCRIPT

1.DEGENERASI PADA SKELERA,PUPIL,IRIS1. SkleraSklera adalah pembungkus lapisan luar. Fungsinya untuk melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan memungkinkan melototnya otot mata.Mekanisme degenerasinya : sklera jaringan ikat dilapisan luar berwarna putih dibangunoleh fibrosa kornea melindungi bola mata dari2. IrisIris adalah selaput brwarna atau mengandung pigmen mlanin merupakan bagian depan koroidea. Fungsinya untuk melindungi refleksi cahaya dalam mata dan mengendalikan kerja pupil.Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.3. PupilPupil adalah celah yang terbentuk akibat iris. Fungsinya untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk kedalam mata untuk mendapatkan fungsi visual yang terbaik pada berbagai derajat intensitas cahaya.Mekanisme degenerasinya pupil

Patofisiologi semuanyaDegenerasi penglihatan erat kaitannya dengan presbiopi ( old sight). Lensa akan kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat akan berkurang. Terjadi penurunan kemampuan akomodasi,kontriksi pupil sinilis, peningkatan kekeruhan lensa dengan perubahan warna menjadi menguning sehingga mengakibatkan kesukaran dalam membaca huruf kecil sensitifitas terhadap cahaya dan penurunan penglihatan.

Patofisiologi normaliris bertangung jawab mengontrol diameter dan ukuran pupil serta jumlah yang masuk ke retina.dalam merespon jumlah Cahaya yang masuk ke mata otot yang melekat ke iris meregangkan atau mengkontraksikan apartura pada sentral iris yang di kenal sebagai pupil. Semakin besar pupil, maka semakin banyak cahaya yang masuk. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi humor akueus. Didalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior.

2.Degeneratif pusat pendengaran koagulasi cairan yang terjadi selama otitis media atau tumor seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat diatasi dengan operasi. Hilangnya sel-sel koklear, reseptor sensorik primer sistem pendengaran atau sel saraf koklear ganglion,brain stem trucksdikenal dengansensoric neural hearing loss. Kerusakan sistem ini sangat kompleks dan umumnya tidak dapat disembuhkan.Lansia biasanya mereka akan mengalami menieres Diseases yaitu suatu sindrom yang ditandai adanya pembengkakan telinga bagian dalam kemudian lansia akan merasakan dengungan sehingga menyebabkan terjadi penurunan pendengaran dan terjadi vertigo, sehingga mereka akan mengalami kesulitan dalam membedakan suara

3.Degeneratif indera peraba Diawali dengan atrofi pada saraf indara peraba (Mekanoreseptor, Thermoreseptor, Reseptor Nyeri) yang mengakibatkan respon terhadap stimulus taktil menurun dan resiko terhadap bahaya thermal yang berlebihan. Selanjutnya saraf yang mengalami atrofi akan menghambat jalan impuls saraf yang membawa informasi dari reseptor somatosensori menuju ke otak atau saraf tepi.

4.Hilangnya fungsi Neurotransmitter pada indra pendengaranGelombang suara masuk dala ke dalam liang telinga kemudian memukul gendang telinga (membrane timpani). Sehingga bergetar dan getaran membrane timpani di transmisikan melintasi telinga tengah, kemudian getaran ditransmisikan ke telinga dalam melalui membrane jendela oval ke koklea, selanjtnya getaran dari jendela oval ditansmisikan ke cairan limfa dalam koklea, kemudian getaran diteruskan dengan gerak berlawanan arah ke jendela bundar, kemudian di koklea terdapat korti, dan korti berisi sel-sel rambut, menyebabkan getaran yang ditransmisikan ke korti tida bisa menimbulkan getaran pada sel-sel rambut dalam membrane basiler, Karena disebabkan frekuensi getaran yang diterima terlalu kecil sehingga Neurotransmitter tidak muncul/hilang. Sehingga impuls tida dapat dihantarkan ke otak, dan akhirnya menyebabkan tidak dapat mendengar.

5.Mekanisme degenerasi sel sensorik mukosa hidung. Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus menerus terbentuk didalam hidung sesuai proses penuaan, menyebabkan hidung menonjol lebih tajam. Atropi progresif pada tonjolan olfaktorius juga terjadi, mengakibatkan kemunduran terhadap dalam indra penciuman. Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah gangguan pada penciuman terhadap bau-bauan.Kenikmatan makan akan didukung oleh indra pembau, makan yang dibau akan merangsang mukosa hidung untuk menghantar impuls ke otak untuk menyimpulkan bahwa makan itu enak atau tidak. Ini juga akan berpengaruh terhadap keinginan pemenuhan nutrisi.Dalam keadaan normal prosesus tersebut tertutup/diselimuti oleh mukus yang basah, sehingga materi untuk dapat dibau(dicium) harus mengalami pelarutan terlebih dahulu sebelum mencapai sel sensoris.Menurut Darmojo (2009), perubahan atrofik mukosa hidung dan degenerasi sel sensorik penghidu mengakibatkan penurunan produksi mukus sehingga zat tidak dapat terkait pada mukosa hidung dan penurunan persepsi sensorik terhadap bau.

6.Perlambatan proses informasi di SSPUjung sel rambut sensori organ korti berperan terhadap transduksi mekanik, yaitu murubah stimulus mekanik menjadi sinyal elektrokimia. 2 kelompok famili CADHERIN yaitu CADHERIN 2 3 (CDH23) dan protocadherin 15 (PCDH 15) telah diidentifikasi sebagai penyusun ujung sel rambut koklea. CDH23 dan PCDH15 saling berinteraksi untuk transduksi mekanoelektrikal dengan baik. Terjadinya mutase akibat penuaan akan menimbulkan defek dalam interaksi dua molekul ini yang akan menyebabkan gangguan pendengaran.CDH23 berlokasi diatas dan PCDH15 disebelah bawah. Antibodi yang mengenali epitop spesifik sepanjang CDH23 dan PCDH15 diberi label extracellular cadherin domains (EDC). Kedua cadherin saling berinteraksi melalui N-termini yang ada pada ujung sel rambut juga. Terjadinya mutasi delesi pada CDH23 menyebabkan berkurangnya fenotip DFNB12. Fenotip ini mempengaruhi Ca+ pada CDH23 dan PCDH15 yang berakibat terhadap penurunan pendengaran peranan protein (MYOIC , MYO3 , MYO7 , MYO15) pada stereosilia yang berikatan dengan protein cadherin mengontrol transduksi elektromekanik pada sinaps. Sel rambut tidak akan mengalami regenerasi, sehingga terjadi defleksi stereosilia akibat stimulus abnormal disertai proses penuaan akan menimbulkan gangguan dalam transpor elektromekanik sinyal yang dapat menimbulkan penurunan pendengaran akibat usia.

7.Degenerasi sistem saraf motorikMekanisme penghantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi melalui proses penghantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu. saraf eferen di sebut sebagai saraf motorik terdiri dari dua bagian yaitu saraf motorik somatik dan saraf somatik autonom

Saraf motorik somatikSaraf motorik somatik membawa implus dari pusat ke otot rangka sebagai organ efektor.melalui proses komunikasi secara biolistrik di saraf dan proses komunikasi melalui neurotransmitor di hubungkan saraf-otot, dapat terbangkit kontraksi otot. Baik kekuatan maupun jenis kontraksi oto rangka dapat dikendalikan oleh sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi. Sistem saraf somatik turut berperan dalam proses pengendalian kinerja otot rangka yang diperlukan untuk menyelengarakan berbagai sikap dan gerakan tubuh.1. Saraf-saraf Tulang Belakang (Spinal Nerves)Saraf tulang belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik; dimulai dari ujung saraf dorsal dan ventral dari sumsum tulang belakang (bagian di luar sumsum tulang belakang). Saraf-saraf tersebut mengarah keluar rongga dan bercabang-cabang di sepanjang perjalanannya menuju otot atau reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang-cabang saraf tulang belakang ini umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama cabang-cabang yang menuju otot-otot kepala (skeletal muscles). Mekanisme input (masuknya informasi-informasi sensoris ke sumsum tulang belakang) dan output dari proses tersebut yang menghasilkan informasi-informasi motorik dapat Soma sel dari axon-axon saraf tulang belakang yang membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di luar sistem saraf pusat (kecuali untuk sistem visual karena retina mata adalah bagian dari otak). Axon-axon yang datang membawa informasi sensoris ke susunan saraf pusat ini adalah saraf-sarafafferent. Soma-soma sel dari axon yang membawa informasi sensoris tersebut berkumpul di dorsal rootganglia. Neuron-neuron ini merupakan neuron-neuron unipolar. Batang axon yang bercabang di dekat soma sel, mengirim informasi ke sumsum tulang belakang dan ke organ-organ sensoris. Semua axon di dorsal root menyampaikan informasi sensorimotorik.2. Saraf-saraf Kepala (Cranial Nerves)Saraf-saraf kepala Terdiridari 12 pasang saraf kepala yang meninggalkan permukaan ventral otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengontrol fungsi sensoris dan motorik di bagian kepala dan leher. Salah satu dari kedua belas pasang tersebut adalah saraf vagus (vagus nerves/saraf yang berkelana), yang merupakan saraf nomor sepuluh yang mengatur fungsi-fungsi organ tubuh di bagian dada dan perut. Disebut vagus atau saraf yang berkelana karena cabang-cabang sarafnya mencapai rongga dada dan perut.Saraf motorik autonomSaraf motorik autonom merupakan salah satu komponen sistem saraf autonom yang menegendalikan otot polos, otot jantung dan kelenjar. Sistem saraf autonom (SSAU) termasuk berbagai pusat pengendali di otak, pada dasarnya melaksanakan kegiatan secara independen dan tidak langsung dikendalikan oleh kesadaran. Sistem saraf autonom terutama mengendalikan berbagai fungsi organ viseral yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, antara lain fungsi jantung dalam mengatur volume curah jantung(cardiac ouput), fungsi pembuluh darah dalam mengatur aliran darah keberbagai organ, dan fungsi pencernaan.Saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf autonom terdiri dari system saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Organ yang dilayani oleh saraf autonom bekerja secara autonom. Sistem ini biasanya disebut system motor dan serabut aferen yang kembali dari organ interna bukan merupakan bagian dari system ini. Sebagian besar organ menerima seperangkat serabut ganda, satu perangkat melalui saraf simpatik dan yang lain melalui parasimpatik. Ujung akson pada saraf tersebut mengeluarkan suatu zat transmitter yang berbeda pada pada efektor. Serabut-serabut system simpatik mengeluarkan norepinefrin dan serabut- serabut system parasimpatik mengeluarkan asetilkolin.Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.. Ada tiga ganglion simpatis yang tidak tergabung dalam ganglion paravertebralis yaitu ganglion kolateral yang terdiri dari ganglion seliaka, ganglion mesenterikus superior dan ganglion mesenterikus inferior. Ganglion parasimpatis terletak relatif dekat kepada alat yang disarafinya bahkan ada yang terletak didalam organ yang dipersarafi. Semua serat preganglion baik parasimpatis maupun simpatis serta semua serat postganglion parasimpatis, menghasilkan asetilkolin sebagai zat kimia perantara. Neuron yang menghasilkan asetilkolin sebagai zat kimia perantara dinamakan neuron kolinergik sedangkan neuron yang menghasilkan nor-adrenalin dinamakan neuron adrenergik. Sistem saraf parasimpatis dengan demikian dinamakan juga sistem saraf kolinergik, sistem saraf simpatis sebagian besar merupakan sistem saraf adrenergik dimana postganglionnya menghasilkan nor-adrenalin dan sebagian kecil berupa sistem saraf kolinergik dimana postganglionnya menghasilkan asetilkolin. Distribusi anatomik sistem saraf otonom ke alat-alat visera, memperlihatkan bahwa terdapat keseimbangan pengaruh simpatis dan parasimpatis pada satu alat. Umumnya tiap alat visera dipersarafi oleh keduanya. Bila sistem simpatis yang sedang meningkat, maka pengaruh parasimpatis terhadap alat tersebut kurang tampak, dan sebaliknya. Dapat dikatakan pengaruh simpatis terhadap satu alat berlawanan dengan pengaruh parasimpatisnya.

8.Mekanisme Degenerasi Indera Pengecap Reseptor sensasi kecap terletak di papil pengecap (taste bud) yang terletak sebagian besar di mulut Jumlah papil pengecap ini akan berkurang seiring dengan pertambahan usia (Guyton, 2007). Tiap papil pengecap memiliki , pori pengecap (taste pore), tempat bertemunya cairan dalam mulut dengan permukaan sel reseptor (Sherwood,2011). Terjadinya depolarisasi pada sel pengecap akan mengubah potensial listrik di sel pengecap sehingga menimbulkan terjadinya potensial reseptor yang selanjutnya akan mengeksitasi vesikel sinaps dan mengeluarkan neurotransmitter untuk memicu neuron sensorik orde pertama Berkurangnya kenegatifan dalam sel reseptor kecap ini terjadi karena menempelnya substansi kecap pada rambut pengecap. Penurunan potensial sebanding dengan logaritma konsentrasi dari substansi yang memberi stimulasi (Guyton, 2007).Impuls pencepan pada dua pertiga anterior lidah melewati saraf lingualis kemudian melalui korda timpani berlanjut ke saraf fasialis, dan akhirnya ke traktis solitarius (area gustatori) ke batang otak. Sensasi rasa yang berasal dari papila sirkumvalata di bagian nelakang leidah dan dari regio posterior lainnya dari mulut dan kerongkongan ditransmisikan melalui nervus glosofaringeal juga ke traktus solitarius, tapi pada daerah yang lebih posterior. Kemudian untuk daerah dasar lidah dan daerah faring melalui nervus vagus (Sherwood,2011).Dari nukleus traktus solitarius, impuls dilanjutkan oleh neuron orde kedua ke ventral posterior medial nukleus talamus. Impuls lain ada yang dibawa oleh neuron orde kedua menuju sistem limbik dan ke hipotalamus(Tortora, 2009). Dari talamus, neuron orde ketiga akan menuju ke girus postsentral di kortex cerebri parietal, yang terletak di fisura silvia dan ke area insular opercular (Sherwood,2011). Dari traktus solitarius, banyak sinyal pengecapan yang ditransmisikan ke dalam batang otak sendiri ke nukleus salvitori inferior dan superior, dan area ini akan mentransmisikan sinyal ke kelenjar submandibula, sublingual, dan parotid untuk membantu mengobtrol sekresi saliva selama penelanan dan pencernaan makanan (Sherwood,2011).

9.MEKANISME ATROFI KUKU Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin menurun. Jika cadangan besi menurun, maka keadaan ini disebut iron depleted state/negative iron balance. Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila jumlah besi menurun terus maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar haemoglobin mulai menurun, akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut juga sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya.

10.MEKANISME PERUBAHAN WARNA KULITcechymisenPigmen menjadi bewarna coklat pada kulit (liver spot)Kulit menjad mudah retakPerubahan jaringan kalogen dan jaringan elastisdermisAtropi glandula subasea dan glandula sudoriferaKulit kekurangan cairanKulit mengalami atropi,kendur,kering dan tidak elastis