mekanisme dan efek toksikologi

20
Mekanisme Dan Efek Toksikologi Terhadap Lingkungan Pendahuluan Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia. Penggunaan pestisida dengan dosis besar dan dilakukan secara terus menerus akan menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan. Manusia akan mengalami keracunan baik akut maupun kronis yang berdampak pada kematian. Toksikologi adalah sifat bawaan pestisida yang menggambarkan potensi pestisida untuk menimbulkan kematian langsung (atau bahaya lainnya) pada hewan tingkat tinggi, termasuk manusia. Toksisitas dibedakan menjadi toksisitas akut, toksisitas kronik, dan toksisitas subkronik. Toksisitas akut merupakan pengaruh merugikan yang timbul segera setelah pemaparan dengan dosis tunggal suatu bahan kimia atau pemberian dosis ganda dalam waktu kurang lebih 24 jam. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan

Upload: daenghanifan

Post on 08-Apr-2016

467 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Mekanisme dan dampak dari Toksikologi pestisida

TRANSCRIPT

Page 1: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

Mekanisme Dan Efek Toksikologi Terhadap Lingkungan

Pendahuluan

Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk

mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda,

gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad

renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.

Penggunaan pestisida dengan dosis besar dan dilakukan secara terus menerus akan

menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan terakumulasi pada produk-

produk pertanian, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, keracunan

pada hewan,

keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan. Manusia akan mengalami

keracunan baik akut maupun kronis yang berdampak pada kematian.

Toksikologi adalah sifat bawaan pestisida yang menggambarkan potensi pestisida untuk

menimbulkan kematian langsung (atau bahaya lainnya) pada hewan tingkat tinggi, termasuk

manusia. Toksisitas dibedakan menjadi toksisitas akut, toksisitas kronik, dan toksisitas

subkronik. Toksisitas akut merupakan pengaruh merugikan yang timbul segera setelah

pemaparan dengan dosis tunggal suatu bahan kimia atau pemberian dosis ganda dalam waktu

kurang lebih 24 jam.  Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di

reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme,

paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sedangkan toksisitas merupakan

sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau

penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme(Wirasuta,2006).

Page 2: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

Bahan aktif pestisida

1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)

Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neuro toxins) yang merangsang

sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia, menyebabkan tremor dan kejang-

kejang.

2. Organofosfat (Organo phosphates – Ops)

Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut terhadap

binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal (cicak) dan mamalia),

mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Organofosfat dapat

menghambat aktifitas dari cholinesterase, suatu enzim yang mempunyai peranan penting

pada transmisi dari signal saraf.

3. Karbamat (carbamat)

Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat menghambat enzim-enzim tertentu,

terutama cholinesterase dan mungkin dapat memperkuat efek toksik dari efek bahan

racun lain. Karbamat pada dasarnya mengalami proses penguraian yang sama pada

tanaman, serangga dan mamalia. Pada mamalia karbamat dengan cepat diekskresikan dan

tidak terbio konsentrasi namun bio konsentrasi terjadi pada ikan.

4. Piretroid

Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester yang

disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus Chrysantemum. Jenis pyretroid

yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvlerate.

Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga

adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,

flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan

alergi pada orang yang peka, dan mempunyai keunggulan diantaranya: diaplikasikan

dengan takaran yang relatif sedikit, spekrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan

memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik.

Page 3: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

Sifat dan cara kerja racun pestisida (djojosumarto, 2008)

1. Racun kontak

Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat kulit

(kutikula) dan di transportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja.

2. Racun pernapasan

Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat sistem pernapasan

3. Racun lambung

Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk ke dalam

organ pencernaannya.

4. Racun sistemik

Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan herbisida. Racun

sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman akan terserap ke

dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun, sehingga dapat membunuh hama yang

berada di dalam jaringan tanaman seperti jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik,

serangga akan mati setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah

disemprot

5. Racun metabolisme

Pestisida ini membunuh serangga dengan mengintervensi proses metabolismenya.

6. Racun protoplasma

Ini akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak.

Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan

Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia, atau bahanbahan lain yang

bersifat bioaktif. Pada dasarnya, pestisida itu bersifat racun. Oleh sebab sifatnya sebagai racun

pestisida dibuat, dijual, dan digunakan untuk meracuni organisme pengganggu tanaman (OPT).

Setiap racun berpotensi mengandung bahaya Terhadap lingkungan, Oleh karena itu,

ketidakbijaksanaan dalam penggunaan pestisida pertanian bisa menimbulkan dampak negatif.

Beberapa dampak negatif dari penggunaan pestisida antara lain :

1. Dampak bagi keselamatan Pengguna

2. Dampak bagi konsumen

3. Dampak bagi kelestarian lingkungan (satwaliar)

Page 4: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

1. Dampak bagi keselamatan Pengguna

Penggunaan pestisida bisa mengkontaminasi pengguna secara langsung sehingga

mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini, keracunan bisa dikelompokkan menjadi 3

kelompok yaitu, keracunan akut ringan, akut berat dan kronis. Keracunan akut ringan

menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan, badan terasa sakit, dan diare.

Keracunan akut berat menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulit bernafas,

keluar air liur, pupil mata mengecil, dan denyut nadi meningkat. Keracunan yang sangat

berat dapat mengakibatkan pingsan, kejang-kejang, bahkan bisa mengakibatkan

kematian.

Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan tidak

menimbulkan gejala serta tanda yang spesifik. Namun, keracunan kronis dalam jangka

waktu lama bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang

sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya iritasi mata dan kulit,

kanker, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan pernafasan.

2. Dampak bagi konsumen

Dampak pestisida bagi konsumen umumnya berbentuk keracunan kronis yang

tidak segera terasa. Namun, dalam jangka waktu lama mungkin bisa menimbulkan

gangguan kesehatan. Meskipun sangat jarang, pestisida dapat pula menyebabkan

keracunan akut, misalnya dalam hal konsumen mengkonsumsi produk pertanian yang

mengandung residu dalam jumlah besar.

3. Dampak bagi kelestarian Lingkungan (satwaliar)

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan keracunan yang

berakibat kematian pada satwa liar seperti burung, lebah, serangga penyubur dan satwa

liar lainnya. Keracunan tersebut dapat terjadi secara langsung karena kontak dengan

pestisida maupun tidak langsung karena melalui rantai makanan (Bio Konsentrasi).

Setiap racun berpotensi mengandung bahaya terhadap lingkungan khusus satwa

liar yang dilindungi. Parameter yang tepat dalam melakukan pengukuran efek-efek

pestisida pada satwaliar adalah kadar ld 50.

Page 5: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

Tingkat Keracunan Pestisida terhadap satwaliar

Pestisida masuk kedalam tubuh binatang sedikit demi sedikit dan mengakibatkan

berbagai efek keracunan ;

Keracunan Akut

Keracunan Kronis

Keracunan Akut

Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada saat

dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida. Parameter yang tepat dalam

melakukan pengukuran efek-efek pestisida pada satwaliar adalah kadar ld 50 yang tepat.

Data utama keracunan akut bisa memberikan urutan keracunan pestisida secara umum

dan juga dapat mengungkapkan hubungan kerentanan binatang terhadap pestisida.

Tabel nilai ld 50 (insektisida) terhadap beberapa spesies satwaliar

Spesies Organoklorin Organofosfat Karbamat

DDT Dieldrin Endrin Abate Dursban Parathion Carbaryl Propoxur Zectran

Mallards 2240 381 5,64 80-

100

75,6 1,90 2179 11,9 3,0

Pheasants 1296 79 1,78 21,5 17,7 12,4 707 11,9 4,5

Coturnix 841 70 84,1 17 5,95 2290 28,3 3,2

Pigeons 4000 27 2,5 50,1 26,9 2,52 1000-

3000

60,4 6,5

Lesser

sandhill

cranes

1200 25-50 40-60 1,0-4,5

Bullfrogs 2000 2000 400 4000 595 283-

800

House

sparrows

78 35,4 21 3,36 12,8 50,4

Canada

geese

50-150 80 1790 5,95 2,64

Gray 9 16

Page 6: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

partridge

Mule deer 75-150 22-44 200-400 100-350 20-30

Tuker dan Crabtree (1970) ; data 14-30 hari

Terlihat pada table di atas menunjukan bahwa Organofospat secara umum lebih beracun

dari pada Drusbun atau abate dan DDT insektisida yang paling sedikit kadar racunnya,

pada table tersebut kodok merupakan hewan yang tahan terhadap insektisida, diantara

beberapa jenis burung bebek liar lebih tahan terhadap insektisida dibandingkan angsa

kecuali untuk parathion yang lebih beracun terhadap ketiga binatang tersebut.

Dalam banyak kasus sifat racun dari beberapa jenis tertentu insektisida terhadap

organisme makhluk hidup. Contohnya: ikan secara umum sangat rentan terhadap

pyrethroid dan clorined,sementara mamalia lebih sensitif terhadap organofospat dan

karbamat (cope, 1971). Diflubenzuran secara khusus beracun terhadap hewan-hewan

invetebrata air seperti copepod,diaptomus spp,cladoceran dan amphipod (ali dan mula,

1978). (macek dan mcallister, 1970) menemukan 12 spesies ikan 5 diantara yang

mewakili jenis family ikan, jenis family ikan salmon yang sangat rentan terhadap ujicoba

semua jenis insektisida (nine chlorinated hydrocarbon,organophospat dan carbamat);

ictalurids dan cyprinids merupakan jenis yang lebih tahan terhadap ujicoba pestisida.

Ikan memilik sistem pernapasan yang tidak effisien untuk melakukan detoksifikasi

terhadap insektisida yang menyebabkan ikan lebih mudah terkontaminasi. Kumpulan data

mengenai tingkat racun pestisida untuk beberapa jenis non target kini bisa diperoleh

(Pimentel,1971).

Keracunan Kronis

Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam waktu

yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk

kelainan syaraf dan perilaku (bersifat neuro toksik) atau mutagenitas.

Telah semakin jelas terlihat bahwa data mengenai keracunan akut itu sendiri tidak

bisa mewakili secara kesuluruhan bahaya pestisida dari ekologi. (Data 10-6), misalnya

mungkin salah menyimpulkan Bahwa DDT adalah insektisida yang paling aman terhadap

margasatwa(binatang liat) dan Zectran merupakan paling berbahaya. Bagaimanapun

Page 7: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

keracunan dampak kronis dari sebuah insektisida mungkin sedikit berbeda dengan

keracunan jangka pendeknya, seperti pada kasus DDT dan Zectran.(terdapat banyak

alasan untuk perbedaan ini antara akut Ld 50, kerapuhan dan kerentanan ekologi).

Tabel Ration perbedaan Acute Ld 50 dan minimum kronis Ld dari perlakuan beberapa

insektisida pada burung Mallard

Pestisida Minimum kronis LD

(EMLD) (mg/kg/hari)

Jumlah Perbandingan

(acute ld 50/EMLD)

DDT 50 44,8

Dieldrin 1,25 76

Endrin 0,125 45

Abate 2,5 32-40

Dursban 2,5 30

Parathion 3-6 2,7-5,3

Sevin 125 17,4

Baygon 1,25 2,4

(tucker dan crabtree,1970)

Secara umum perlakuan ekologi mengakibatkan pembangunan dalam jangka

waktu yang lama dari pestisida oleh konsentrasi lingkungan. Data ditunjukkan pada table

diatas diindikasikan perbandingan diantara acute ld 50 dan krosis dosis minimum, ratio

yang rendah dapat ditunjukkan sebagai data dari berkumpul racun,sejak ini diartikan

dosisnya tiap hari(1-3 dosis total) tidak kurang dari jumlah pestisida yang dibandingkan

untuk membu nuh binatang dalam sekali terpapar dalam suatu kasus, binatang secara

efektif meeliminasi racun melalui detoksifikasi atau mekanisme pencernaan di akhir

pada setiap harinya.perbedaannya rasionya tinggi seperti

DDT,Dieldrin,Endrin,diindikasikan pengkumulatifan dari insektisida Chlorinated

Hydrocarbon

Page 8: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

Faktor yang mempengaruhi tingkat keracunan

Ukuran dan umur

Merupakan dua faktor penting yang mempercepat kerentanan dan itu sudah

terbukti pada ikan dimana tingkat keracunan insektisida diukur dengan cara perubahan

konsentrasi pada kelarutan air (bukan pada jumlah yang dibedakan per berat badan,

seperti yang dilakukan pada binatang lain). Contohnya air danau Michigan mengandung

sekitar 1 ppt dari DDT,tetapi konsentrasi yang rendah itu cukup beracun untuk

mempengaruhi tempat penetasan telur untuk ikan salmon. Ikan yang lebih besar tidak

terpengaruh oleh konsentrasi tersebut.

(reinert, 1970) telah mengajukan teori yang menarik efek dari usia dan ukuran

dapat Diukur perkembangan tubuh bukti yang mendukung dating dari data yang didapat

dari ikan danau Michigan. Seperti ikan superior. Perbandingan alewives,bloaters,lake

trout dan yellowperch diindikasi bahwa ratio antara konsentrasi DDT dan persentasi

ukuran menjadi konstan dibandingkan terhadap spesies dan perbedaan ukuran contoh

bloaters menunjuk kan tiga kali kadar DDT lebih banyak dari yellow perch. Hal ini tidak

mudah walaupun begitu untuk menghubungkan interspesifik dalam akumulasi pestisida

dengan variasi kerentanan beberapa spesies dapat meakumulasi lebih dari yang lain tanpa

menunjukkan efek keracunan apapun.

Terlebih dalam ikan peran dari pergerakan ukuran dengan hasil kebalikan dari

pestisida yang disimpan tidak dapat dimengerti secara jelas. (brigde et all,1963) meneliti

bahwa residu DDT pada trout secara essensial ditinggalkan sama dalam 15 bulan setelah

perawatan pada kolam dengan 0,22 ppm, mengindikasikan rendah atau tidaknya timbale

balik dari DDT menilai berdasarkan data yang diperoleh (eberhardt at al, 1971). Ini juga

membuktikan bahwa tingkat DDT tidak diterima,sangat lambat pada kedua small green

fish,smallcrap. Kesimpulan disini; kerentanan terhadap pestisida tergantung

kepada spesies,tetapi diantara tingkat keracunan dalam spesies dapat ditentukan

oleh ukuran dan usia dari hewan terse but sebanding dengan pestisida yang

diterimanya.

Page 9: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

Lingkungan

Kebanyakan faktor lingkungan mempengaruhi tingkat racun dalam pestisida,

faktor ini termasuk temperature,kadar ph air dan tanah,keberadaan organisme

lain,karakteristik dasar lingkungan akuatik.

Keadaan fisik hewan itu sendiri juga mempengaruhi tingkat racun pestisida, terdapat dua

perbedaan jenis faktor lingkungan yang perlu diperhatikan ;

1. Faktor yang mempengaruhi ketersedian pestisida yang melewati proses penyerapan

dan

Degradasi

2. Faktor yang berhubungan dengan fisik atau biologis dan keadaan kimia hewan dan

keadaan kiwia pestisida

Diteliti secara berskala hewan dan tumbuhan pada tanah atau air,sejak dua media

mendukung tingkat yang tinggi dari pestisida yang dapat diserap dengan system berbeda

contoh; pestisida lebih sedikit terdapat ditanah organic,bagi tanaman yang tumbuh

ditanah non organic menyerap jumlah yang lebih besar pestisida( Lichtenstein dan schulz,

1960) dari tumbuhan yang tumbuh ditanah dengan komposisi organic yang tinggi.

Efek dari temperature lebih sedikit dimengerti sebagai contoh DDT dikenal lebih

beracun pada kebanyakan system biologis disuhu rendah. Terdapat bukti bahwa jumlah

faktor fisik mempengaruhi eksperimen keracunan kronis. (gish dan chura, 1970)

mempelajari efek dari berat badan,kondisi lingkungan,jenis kelamin dalam kerentanan

Japanese quail terhadap DDT dalam dua sel eksperimen pemeliharaan 21 hari mereka

menemukan bahwa burung yang kelaparan.kebanyakan terkena DDT. Burung yang lebih

berat bertahan lebih lama tapi pengurangan berat badan adalah ancaman bagi mereka.

Dalam hal lain yakni pada perbedaan jenis kelamin jantan lebih rentan dari betina.

(lincer et al,1970) mempelajari efek racun DDT dan edrin pada ikan fathead

dalam keadaan statis dan dinamis. Dia menemukan bahwa kedalam insektisida tersebut

lebih beracun pada ikan dalam kondisi standar biologis statis.hal ini karena pelepasan

konsentrasi O2 yang diikuti peningkatan sampah metabolis(ammonia,CO2

dll)meningkatkan kadar racun dalam DDT selama kondisi statis. (schoettger,1970)

menguji faktor yang mempengaruhi tingkat racun Thiodan ditemukan variasi konsentrasi

kalsium dan magnesium tidak mempengaruhinya secara signifikan.

Page 10: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

Kelarutan pestisida dan adsorpsi di lingkungan

Dalam pengaplikasian pestisida di lingkungan dapat menimbulkan pencemaran

lingkungan, karena ada sebahagian pestisida yang tidak mengenai sasaran. Proses yang

mempengaruhi efek bahaya dari pestisida di dalam lingkungan diantaranya adalah; Kelarutan

dan Adsorpsi

Kelarutan

Kelarutan pestisida di air dapat digunakan sebagai salah parameter patokan untuk

memprediksi akumulasi bahan pestisida di lingkungan (perairan). Secara umum,jika kelarutan

dalam air cukup besar dan bahan memiliki stabilitas tinggi,tinggalnya dalam lingkungan

memerlukan waktu yang lama dan dapat berakibat pencemaran pestisida(fatimah,2005). Selain

itu data kelarutan bahan pestisida berkaitan dengan interaksi senyawa aktif pestisida dengan

organisme di lingkungan melalui media transport air. Berdasarkan hal ini,kelarutan bahan

pestisida memberikan kontribusi pada sifat toksikologinya terhadap organisme di lingkungan.

Data kelarutan pestisida

No Nama Kelarutan

dalam air

(ppm)

No Nama Kelarutan

dalam air

(ppm)

1 Cyanofenpos 0,6 10 Fensulfotion 700

2 Cyanofos 46 11 Etoprop 750

3 Diazonin 40 12 Fention 55

4 Diklofention 0,245 13 Fosfletan 50000000

5 Dimetoat 25000 14 Forat 22

6 Malation 145 15 Metil parathion 500

7 Pentoat 11 16 Temefos 1

8 Phosalon 10 17 Metamidofos 1000000

9 Karbofention 0,34 18 pirimiphos 9

Page 11: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

Adsorpsi

adalah pengikatan pestisida untuk partikel tanah. Jumlah pestisida diserap ke dalam tanah

bervariasi dengan jenis pestisida, tanah, tekstur kelembaban, pH tanah, dan tanah. Pestisida yang

sangat teradsorpsi ke tanah yang tinggi di tanah liat atau bahan organik. Mereka tidak sekuat

teradsorpsi ke tanah berpasir. Sebagian besar tanah-terikat pestisida cenderung untuk

mengeluarkan uap atau leach melalui tanah. Mereka juga kurang mudah diambil oleh tanaman.

Untuk alasan ini, Anda mungkin memerlukan tingkat yang lebih tinggi yang tercantum pada

label pestisida untuk tanah tinggi di tanah liat atau bahan organik.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pencemaran pestisida di lingkungan :

Volatilization adalah proses padat atau cairan mengkonversi menjadi gas, yang dapat

bergerak jauh dari situs aplikasi awal. Gerakan ini disebut uap melayang. Penyimpangan uap dari

beberapa herbisida dapat merusak tanaman di dekatnya. Pestisida volatize paling mudah dari

tanah berpasir dan basah. Cuaca panas, kering, atau berangin dan semprot kecil tetes penguapan

meningkat. Dimana direkomendasikan, menggabungkan pestisida ke dalam tanah dapat

membantu mengurangi penguapan.

Spray Drift adalah gerakan udara dari tetesan semprot menjauh dari situs pengobatan

selama aplikasi. Semprot melayang dipengaruhi oleh:

ukuran tetesan semprot - semakin kecil tetesan, semakin besar kemungkinan mereka akan

melayang

kecepatan angin - semakin kuat angin, semprot pestisida lebih akan hanyut

Page 12: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

jarak antara nozzle dan tanaman target atau tanah - semakin besar jarak, semakin angin

dapat mempengaruhi semprotan

Drift dapat merusak tanaman sensitif terdekat atau dapat mengkontaminasi tanaman siap panen.

Drift juga dapat menjadi bahaya bagi manusia, hewan domestik, atau serangga penyerbuk. Drift

dapat mengkontaminasi air di kolam, sungai, dan saluran air dan ikan membahayakan atau

tanaman air lainnya dan hewan. Penyimpangan yang berlebihan juga mengurangi pestisida

diterapkan pada target dan dapat mengurangi efektivitas pengobatan.

Runoff adalah gerakan pestisida dalam air di atas permukaan miring. Para pestisida baik

dicampur dalam air atau terikat ke tanah mengikis. Limpasan juga dapat terjadi ketika air

ditambahkan ke lapangan lebih cepat daripada yang dapat diserap ke dalam tanah. Pestisida

dapat bergerak dengan limpasan sebagai senyawa dilarutkan dalam air atau melekat pada partikel

tanah.

Jumlah limpasan pestisida tergantung pada:

- lereng

- tekstur tanah

- isi kelembaban tanah

- jumlah dan waktu dari peristiwa hujan (irigasi atau curah hujan)

- jenis pestisida yang digunakan

Limpasan dari daerah yang dirawat dengan pestisida dapat mencemari sungai, kolam, danau, dan

sumur. Residu pestisida dalam air permukaan dapat membahayakan tanaman dan hewan dan

mencemari air tanah. Pencemaran air dapat mempengaruhi ternak dan tanaman hilir.

Leaching adalah gerakan pestisida dalam air melalui tanah. Leaching terjadi ke bawah,

ke atas, atau ke samping. Faktor yang mempengaruhi apakah pestisida akan tercuci ke tanah

meliputi karakteristik tanah dan pestisida, dan interaksi mereka dengan air dari acara hujan

seperti irigasi atau curah hujan. Faktor-faktor ini dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Leaching dapat meningkat ketika:

pestisida larut air

tanah berpasir

hujan-peristiwa terjadi tak lama setelah penyemprotan

pestisida tidak kuat teradsorpsi ke tanah

Page 13: Mekanisme Dan Efek Toksikologi

Faktor serupa mempengaruhi pergerakan pestisida di limpasan permukaan, kecuali bahwa

pestisida dengan kelarutan air rendah dapat bergerak dengan limpasan permukaan jika mereka

sangat teradsorpsi ke partikel tanah dan memiliki beberapa tingkat ketekunan. Karakteristik

tanah yang penting bagi gerakan pestisida. Tanah liat memiliki kapasitas tinggi untuk menyerap

bahan kimia, termasuk pestisida dan nutrisi tanah. Tanah berpasir memiliki kapasitas jauh lebih

rendah untuk menyerap pestisida. Bahan organik di dalam tanah juga dapat menyerap pestisida.

Struktur tanah mempengaruhi pergerakan air dan pestisida. Kasar tanah berpasir bertekstur

dengan ruang udara yang besar memungkinkan gerakan lebih cepat daripada air tanah bertekstur

atau dipadatkan baik dengan ruang udara lebih sedikit. Karakteristik lain dari situs, seperti

kedalaman air tanah, atau jarak ke air permukaan, adalah penting. Akhirnya, pola air yang jatuh

di tanah melalui irigasi atau curah hujan yang signifikan. Volume kecil air pada interval jarang

cenderung untuk memindahkan pestisida dibandingkan volume besar air pada interval lebih

sering.

Page 14: Mekanisme Dan Efek Toksikologi