media indonesia pembenahan lp mandek - ftp.unpad.ac.id filejumat, 5 november 2010 | media indonesia...

1
Politik & HAM | 3 JUMAT, 5 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA L EMBAGA pema- syarakatan (LP) di ba- wah naungan Kemen- terian Hukum dan HAM masih mendapatkan rapor merah dari Komisi Pem- berantasan Korupsi (KPK). Hasil survei terbaru yang dirilis KPK menunjukkan nilai layan- an publik LP adalah 5,34. Ang- ka itu di bawah standar nilai integritas normal, yakni 6,00. Survei KPK itu dilakukan terhadap 353 unit layanan yang tersebar di 23 instansi pusat, 6 instansi vertikal, dan 22 peme- rintah kota selama April-Agus- tus 2010. Hasil survei ini tidak beda jauh dengan survei yang sama pada 2008. Skor yang berada di bawah standar tersebut menun- jukkan mandeknya pembenah- an internal di LP. Dari sisi re- gulasi ataupun aksi, tidak ada tindakan luar biasa yang bisa ditangkap oleh publik. Peneliti Indonesia Corrup- tion Watch (ICW) Donal Fariz mencatat, untuk memperbaiki nilai integritas KPK tersebut belum ada langkah konkret dari Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar. Yang terlihat hanya kunjungan dari LP ke LP, dan itu sifatnya seremonial. “Patrialis belum mengambil langkah konkret. Kita melihat dia belum melakukan sesuatu yang signikan untuk merefor- masi LP, belum melakukan hal-hal yang sifatnya konkret. Hanya sekadar untuk mengun- jungi (LP),” kata Donal, di Ja- karta, kemarin. Skor terendah layanan publik tersebut juga tidak lepas dari adanya data yang menyebut- kan lebih dari 80% pengguna layanan menyatakan dipersulit bila tidak memberikan uang kepada petugas. Ketika dimintai konrmasi mengenai hal itu, Menkum dan HAM mengaku angkat tangan untuk bisa membersihkan selu- ruh praktik pungli ataupun suap yang ada di LP. Mantan anggota Komisi III DPR ini memilih menunggu adanya program remunerasi di LP. “Informasi dari pimpinan KPK, untuk naik 0,5 saja sangat sulit. Untuk membersihkan total tidak mungkin dilakukan apabila kesejahteraan pegawai tidak ditingkatkan,” tukas Pa- trialis. Meski demikian, pernyataan Patrialis itu dianggap Donal sebagai bentuk keputusasaan. “Saya melihatnya ini bentuk keputusasaan dan ketidakmam- puan Patrialis untuk membe- rantas korupsi di LP. Sebaiknya ia mundur,” kata Donal. Setengah mati Dirjen Pemasyarakatan Ke- menkum dan HAM Untung Sugiyono tak membantah soal adanya kongkalikong antara oknum petugas dan narapidana atau antara petugas dan pe- ngunjung. Namun, ia beralasan hal itu terjadi karena minimnya peng- a wasan akibat berlebihnya daya tampung LP. “Dari overca- pacity saja, untuk melakukan pengawasan itu setengah mati. Untuk melakukan pelayanan yang optimal, setengah mati,” ulangnya. Terkait dengan survei KPK, Untung menambahkan, inisiatif suap terbesar di LP datang dari pengunjung. Untuk mengatasi hal itu, pihaknya mengaku akan membersihkan praktik pungutan liar (pungli) ataupun suap di LP dan rumah tahanan (rutan) mulai dari bagian kun- jungan. Para pengunjung akan di- minta mengisi data mengenai siapa yang akan dikunjungi dan diberikan nomor antrean. Proses penggeledahan juga di- percepat untuk mencegah pe- numpukan pengunjung. “Dari prosedurnya kita be- nahi, simpul-simpul yang ke- mungkinan menjadi tempat terjadinya pungli, itu juga kita awasi,” jelasnya. Kemenkum dan HAM me- miliki 456 LP dan rutan serta 756 unit pelaksana tugas (UPT) yang tersebar di seluruh Indo- nesia. Tentu, apa yang terlihat di Rutan Salemba saat itu tidak bisa dijadikan patokan. (P-4) [email protected] Pembenahan LP Mandek Upaya mereformasi LP saat ini cuma sebatas seremonial. Sekadar bersafari dari satu LP ke LP lain. Edy Asrina Putra DINAMIKA Masih Ada Kementerian Dapat Rapor Merah SEJUMLAH menteri dan kepala instansi saat ini mungkin tidak bisa tidur nyenyak karena eva- luasi kinerja Kabinet Indonesia Bersatu II sudah nal. Ketua Unit Kerja Presiden untuk Peng awasan dan Pe- ngendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusu- broto mengatakan masih ada rapor merah dalam evaluasi kinerja menteri. Namun, jum- lahnya berkurang dan secara umum kinerja menteri baik. “Ya masih ada yang merah, tetapi jumlah merahnya ber- kurang,” kata Kuntoro seusai rapat di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, kemarin. Menurut Kuntoro, evaluasi kementerian/lembaga negara bulan September-Oktober 2010 masih lebih baik jika diban- dingkan dengan Juli-Agustus 2010. Ketika ditanyakan ke- menterian mana saja yang memperoleh rapor merah, Kun- toro menyatakan tidak bisa menyebutkannya. “Oh enggak boleh (saya sebut),” ujarnya. Kuntoro menyatakan telah menyerahkan evaluasi menteri kepada Presiden pada Rabu (3/11) dan Wapres kemarin. Menurutnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wa- pres Boediono senang dengan kinerja menteri yang makin membaik. “Oh baik. Jadi dia senang, secara umum bagus. Meningkat. Tetapi enggak bisa disebut,” katanya. Ia menyatakan, setelah dise- rahkan kepada Presiden dan Wapres, kemudian Presiden Yudhoyono selaku kepala pe- merintahan yang akan memu- tuskan evaluasi ini untuk diba- has di sidang kabinet. “Setelah sidang kabinet baru bisa kita sampaikan,” katanya. Ditanya apakah evaluasi akan dibahas di sidang kabinet pekan depan, Kuntoro berharap demikian. Namun yang pasti, UKP4 bukanlah pihak yang bisa mengusulkan evaluasi menteri menjadi agenda sidang kabinet. Sebab setelah diserah- kan, evaluasi itu menjadi we- wenang Presiden. “Oh saya tidak pernah meng- usulkan (dibahas di Sidang kabinet), dan bukan wewenang saya lagi setelah disampaikan,” ujarnya menanggapi permin- taan evaluasi kinerja kabinet yang rutin dilakukan Presiden Yudhoyono. (Tup/P-3) Kejaksaan Diminta SP3 Kasus Agusrin PENGADILAN Negeri Jakarta Pusat meminta agar Kejaksaan Agung segera mengambil keputusan terkait dengan kasus dugaan korupsi bagi hasil pajak PBB dan BPHTB yang menyeret Gubernur Bengkulu Agusrin M Najamuddin. Pasalnya, kasus yang terjadi sejak 2007 tersebut sampai sekarang masih terka- tung-katung akibat kejaksaan tidak juga melimpahkannya ke pengadilan. Hal itu diungkapkan kuasa hukum Agusrin, Marthen Pongrekun, setelah berkonsul- tasi dengan pihak pengadilan terkait dengan kasus Agusrin di Jakarta, kemarin. Dia menjelaskan, Agusrin ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung dalam perkara dugaan korupsi dana bagi Hasil PBB dan BPHTB pada 2007. Padahal, Agusrin adalah korban dari kejahatan yang dilakukan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Bengkulu ketika itu, Chairuddin. Penetapan tersangka dilaku- kan sebelum ada vonis dari Pengadilan Tinggi Bengkulu terkait masalah pemalsuan tanda tangan oleh Chairuddin. Ternyata, vonis pengadilan memunculkan novum baru, yaitu pemalsuan tanda tangan Agusrin oleh Chairuddin, se- hingga seolah-olah Agusrin menyelewengkan alokasi peng- gunaan PBB. “Seharusnya dengan kepu- tus an itu kejaksaan harus menghentikan penuntutan atau menerbitkan SP3,” cetus Mar- then. Keputusan Pengadilan Ne- geri Bengkulu No.272/ PJD.B/2009/PN/BKL tanggal 16 Juli 2009 yang diperkuat de- ngan Keputusan Pengadilan Tinggi No.93/Pid.2009/PT.BKL tanggal 3 September 2009 telah memvonis Chairuddin dengan pidana penjara enam bulan. Keputusan tersebut didasari surat Gubernur Bengkulu ke Menteri Keuangan yang bela- kangan terbukti dipalsukan Chairuddin, tentang pengalih- an rekening Kas Daerah Pro- vinsi Bengkulu dari Bank Beng- kulu ke Bank Rakyat Indonesia Cabang Bengkulu. Gubernur Agusrin, menurut Marthen, baru mengetahui masalah pemalsuan itu setelah adanya temuan BPK atas pe- meriksaan dana PBB, BPHTB, serta penerimaan lainnya un- tuk tahun 2006 dan 2007. Saat itu juga, Agusrin langsung me- merintahkan Chairuddin untuk mengembalikan uang ke kas daerah. (*/S-4) Agusrin M Najamuddin Gubernur Bengkulu MI/RAMDANI Berkas Yusril Dinyatakan Lengkap KEJAKSAAN Agung menyatakan berkas tersangka dugaan ko- rupsi Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) Kemen- terian Hukum dan HAM, Yusril Ihza Mahendra dan Hartono Tanoesudibyo, sudah lengkap. “Berkas Yusril dan Hartono sudah siap dilimpahkan ke peng- adilan, Kamis (4/11) malam ini, akan ditandatangani untuk di- ajukan ke penuntutan,” kata Direktur Penyidikan (Dirdik) pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (JAM-Pidsus) Jasman Pandjaitan di Jakarta, kemarin. Yusril yang juga mantan Menteri Kehakiman dan HAM itu, pada Rabu (3/11) seharusnya diperiksa penyidik. Namun, yang bersangkutan mangkir dan beralasan tengah berada di Denpasar, Bali. Sementara itu, mantan Kuasa Pemegang Saham PT Sarana Rekatama Dinamika (SRD), Hartono Tanoesudibyo, diperiksa penyidik pada Kamis (4/11). (Ant/*/P-4) Polri Periksa 4 Saksi Kasus Cirus BADAN Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri akan meme- riksa empat saksi dugaan pemalsuan rencana penuntutan kasus Gayus HP Tambunan, hari ini. Hingga saat ini, kepolisian menga- ku mengalami kesulitan dalam melengkapi barang bukti. “Ya, kalau dapat mudah-mudahan asli. Kalau besok dia datang, mudah-mudahan bawa ini. Kalau mau menjadikan perkara ini goal. Tapi kalau tidak, ya enggak dapat,” ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Marwoto Soeto, ketika ditemui wartawan di kantornya, di Mabes Polri, Jakarta, kemarin. Namun, dia mengaku belum mengetahui nama-nama saksi yang akan menjalani pemeriksaan tersebut. Kejaksaan Agung mengajukan sepuluh saksi kepada Bareskrim Polri, terkait laporan dugaan tindak pidana pemalsuan surat rencana penuntutan Gayus HP Tambunan. Ke-10 saksi tersebut adalah Widyo Pranowo, Sucipto, Untung Wijaya, T Banjar Mahor, Lubis, Rosalina Sibariba, Fabil Regan, Emo Sudarmo, Benu El Amrusya, dan Gayus HP Tambunan. (*/P-4) TNI Serahkan Berkas ke Mahmil Papua MABES TNI menyerahkan berkas penyelidikan dugaan penyik- saan yang dilakukan anggota TNI terhadap warga Papua ke Mahkamah Militer Papua. Ada lima anggota yang terlibat. “Pelaku kejadian di Papua, tiga tamtama dan dua pama,” demikian keterangan Kadispenad Brigjen S Widjonarko, dalam pesan singkatnya kepada Media Indonesia, di Jakarta, tadi malam. Panglima TNI Agus Suhartono menolak menyebutkan pangkat dan inisial para personel tersebut. Namun sebagai informasi, kelima pelaku adalah anggota dari Kodam XVII Cenderawasih. “Karena itu (kasusnya) di wilayah. Mahkamah Militer di Ja- yapura,” ujarnya. Kelima anggota TNI tersebut, kata Panglima TNI, kini sudah ditahan. Mereka sudah ditahan sejak penyidikan dilakukan pe- jabat Mabes TNI dan Kodam XVII Cenderawasih empat hari yang lalu. (*/P-4)

Upload: buixuyen

Post on 26-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Politik & HAM | 3JUMAT, 5 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

LE M B A G A p e m a -syarakatan (LP) di ba-wah naungan Kemen-terian Hukum dan

HAM masih mendapatkan rapor merah dari Komisi Pem-berantasan Korupsi (KPK). Hasil survei terbaru yang dirilis KPK menunjukkan nilai layan-an publik LP adalah 5,34. Ang-ka itu di bawah standar nilai integritas normal, yakni 6,00.

Survei KPK itu dilakukan ter hadap 353 unit layanan yang tersebar di 23 instansi pusat, 6 instansi vertikal, dan 22 peme-rintah kota selama April-Agus-tus 2010.

Hasil survei ini tidak beda jauh dengan survei yang sama pada 2008. Skor yang berada di bawah standar tersebut menun-jukkan mandeknya pembenah-an internal di LP. Dari sisi re-gulasi ataupun aksi, tidak ada tindakan luar biasa yang bisa ditangkap oleh publik.

Peneliti Indonesia Corrup-tion Watch (ICW) Donal Fariz mencatat, untuk memperbaiki nilai integritas KPK tersebut belum ada langkah konkret dari Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar. Yang terlihat hanya kunjungan dari LP ke LP, dan itu sifatnya seremonial.

“Patrialis belum mengambil langkah konkret. Kita melihat dia belum melakukan sesuatu yang signifi kan untuk merefor-masi LP, belum melakukan

hal-hal yang sifatnya konkret. Hanya sekadar untuk mengun-jungi (LP),” kata Donal, di Ja-karta, kemarin.

Skor terendah layanan publik tersebut juga tidak lepas dari adanya data yang menyebut-kan lebih dari 80% pengguna layanan menyatakan dipersulit bila tidak memberikan uang kepada petugas.

Ketika dimintai konfi rmasi mengenai hal itu, Menkum dan HAM mengaku angkat tangan untuk bisa membersihkan selu-ruh praktik pungli ataupun suap yang ada di LP. Mantan anggota Komisi III DPR ini memilih menunggu adanya program remunerasi di LP.

“Informasi dari pimpinan

KPK, untuk naik 0,5 saja sangat sulit. Untuk membersihkan total tidak mungkin dilakukan apabila kesejahteraan pegawai tidak ditingkatkan,” tukas Pa-trialis.

Meski demikian, pernyataan Patrialis itu dianggap Donal sebagai bentuk keputusasaan. “Saya melihatnya ini bentuk ke putusasaan dan ketidakmam-puan Patrialis untuk membe-rantas korupsi di LP. Sebaiknya ia mundur,” kata Donal.

Setengah matiDirjen Pemasyarakatan Ke-

menkum dan HAM Untung Sugiyono tak membantah soal adanya kongkalikong antara oknum petugas dan narapidana

atau antara petugas dan pe-ngunjung.

Namun, ia beralasan hal itu terjadi karena minimnya peng-a wasan akibat berlebihnya daya tampung LP. “Dari overca-pacity saja, untuk melakukan pengawasan itu setengah mati. Untuk melakukan pelayanan yang optimal, setengah mati,” ulangnya.

Terkait dengan survei KPK, Untung menambahkan, inisiatif suap terbesar di LP datang dari pengunjung. Untuk meng atasi hal itu, pihaknya mengaku akan membersihkan praktik pungutan liar (pungli) ataupun suap di LP dan rumah tahanan (rutan) mulai dari bagian kun-jungan.

Para pengunjung akan di-minta mengisi data mengenai siapa yang akan dikunjungi dan diberikan nomor antrean. Proses penggeledahan juga di-percepat untuk mencegah pe-numpukan pengunjung.

“Dari prosedurnya kita be-nahi, simpul-simpul yang ke-mungkinan menjadi tempat terjadinya pungli, itu juga kita awasi,” jelasnya.

Kemenkum dan HAM me-miliki 456 LP dan rutan serta 756 unit pelaksana tugas (UPT) yang tersebar di seluruh Indo-nesia. Tentu, apa yang terlihat di Rutan Salemba saat itu tidak bisa dijadikan patokan. (P-4)

[email protected]

Pembenahan LP MandekUpaya mereformasi LP saat ini cuma sebatas seremonial. Sekadar bersafari dari satu LP ke LP lain.

Edy Asrina Putra

DINAMIKA

Masih Ada Kementerian Dapat Rapor Merah

SEJUMLAH menteri dan kepala instansi saat ini mungkin tidak bisa tidur nyenyak karena eva-luasi kinerja Kabinet Indonesia Bersatu II sudah fi nal.

Ketua Unit Kerja Presiden untuk Peng awasan dan Pe-ngendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusu-broto mengatakan masih ada rapor merah dalam evaluasi kinerja menteri. Namun, jum-lahnya ber kurang dan secara umum kinerja menteri baik.

“Ya masih ada yang merah, tetapi jumlah merahnya ber-kurang,” kata Kuntoro seusai rapat di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, kemarin.

Menurut Kuntoro, evaluasi kementerian/lembaga negara bulan September-Oktober 2010 masih lebih baik jika diban-

dingkan dengan Juli-Agustus 2010. Ketika ditanyakan ke-menterian mana saja yang memperoleh rapor merah, Kun-toro menyatakan tidak bisa menyebutkannya. “Oh enggak boleh (saya sebut),” ujarnya.

Kuntoro menyatakan telah menyerahkan evaluasi menteri kepada Presiden pada Rabu (3/11) dan Wapres kemarin. Menurutnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wa-pres Boediono senang dengan kinerja menteri yang makin mem baik. “Oh baik. Jadi dia senang, secara umum bagus. Meningkat. Tetapi enggak bisa disebut,” katanya.

Ia menyatakan, setelah dise-rahkan kepada Presiden dan Wapres, kemudian Presiden Yudhoyono selaku kepala pe-

merintahan yang akan memu-tuskan evaluasi ini untuk diba-has di sidang kabinet. “Setelah sidang kabinet baru bisa kita sampaikan,” katanya.

Ditanya apakah evaluasi akan dibahas di sidang kabinet pekan depan, Kuntoro berharap demikian. Namun yang pasti, UKP4 bukanlah pihak yang bisa mengusulkan evaluasi men teri menjadi agenda sidang kabinet. Sebab setelah diserah-kan, evaluasi itu menjadi we-wenang Presiden.

“Oh saya tidak pernah meng-usulkan (dibahas di Sidang ka binet), dan bukan wewenang saya lagi setelah disampaikan,” ujarnya menanggapi permin-taan evaluasi kinerja kabinet yang rutin dilakukan Presiden Yudhoyono. (Tup/P-3)

Kejaksaan Diminta SP3 Kasus Agusrin

PENGADILAN Negeri Jakarta Pusat meminta agar Kejaksaan Agung segera mengambil keputusan terkait dengan kasus dugaan ko rupsi bagi hasil pajak PBB dan BPHTB yang menyeret Gu bernur Bengkulu Agusrin M Najamuddin. Pasalnya, kasus yang terjadi sejak 2007 tersebut sampai sekarang masih terka-tung-katung akibat kejaksaan tidak juga melimpahkannya ke pengadilan.

Hal itu diungkapkan kuasa hukum Agusrin, Marthen Pong rekun, setelah berkonsul-tasi dengan pihak pengadilan ter kait dengan kasus Agusrin di Jakarta, kemarin.

Dia menjelaskan, Agusrin ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung dalam perkara dugaan korupsi dana bagi Hasil PBB dan BPHTB pada 2007. Padahal, Agusrin ada lah korban dari kejahatan yang dilakukan Kepala Dinas Pendapatan Dae rah Bengkulu ketika itu, Chairuddin.

Penetapan tersangka dilaku-kan sebelum ada vonis dari Pengadilan Tinggi Bengkulu terkait masalah pemalsuan tanda tangan oleh Chai ruddin. Ternyata, vonis pengadilan memunculkan novum baru, yaitu pemalsuan tanda tangan Agusrin oleh Chai ruddin, se-hingga seolah-olah Agusrin menyelewengkan alokasi peng-gunaan PBB.

“Seharusnya dengan kepu-tus an itu kejaksaan harus meng hentikan penuntutan atau menerbitkan SP3,” cetus Mar-then.

Keputusan Pengadilan Ne-g e r i B e n g k u l u N o . 2 7 2 /PJD.B/2009/PN/BKL tanggal 16 Juli 2009 yang diperkuat de-ngan Keputusan Pengadilan Tinggi No.93/Pid.2009/PT.BKL tanggal 3 September 2009 telah memvonis Chairuddin dengan pidana penjara enam bulan. Keputusan tersebut didasari surat Gubernur Bengkulu ke Menteri Keuangan yang bela-kangan terbukti dipalsukan Chai ruddin, tentang pengalih-an rekening Kas Daerah Pro-vinsi Bengkulu dari Bank Beng-kulu ke Bank Rakyat Indonesia Cabang Bengkulu.

Gubernur Agusrin, menurut Marthen, baru mengetahui masalah pemalsuan itu setelah adanya temuan BPK atas pe-meriksaan dana PBB, BPHTB, serta penerimaan lainnya un-tuk tahun 2006 dan 2007. Saat itu juga, Agusrin langsung me-merintahkan Chairuddin untuk mengembalikan uang ke kas daerah. (*/S-4)

Agusrin M NajamuddinGubernur Bengkulu

MI/RAMDANI

Berkas Yusril Dinyatakan LengkapKEJAKSAAN Agung menyatakan berkas tersangka dugaan ko-rupsi Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) Kemen-terian Hukum dan HAM, Yusril Ihza Mahendra dan Hartono Tanoesudibyo, sudah lengkap.

“Berkas Yusril dan Hartono sudah siap dilimpahkan ke peng-adilan, Kamis (4/11) malam ini, akan ditandatangani untuk di-ajukan ke penuntutan,” kata Direktur Penyidikan (Dirdik) pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (JAM-Pidsus) Jasman Pandjaitan di Jakarta, kemarin.

Yusril yang juga mantan Menteri Kehakiman dan HAM itu, pada Rabu (3/11) seharusnya diperiksa penyidik. Namun, yang bersangkutan mangkir dan beralasan tengah berada di Denpasar, Bali.

Sementara itu, mantan Kuasa Pemegang Saham PT Sarana Rekatama Dinamika (SRD), Hartono Tanoesudibyo, diperiksa penyidik pada Kamis (4/11). (Ant/*/P-4)

Polri Periksa 4 Saksi Kasus CirusBADAN Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri akan meme-riksa empat saksi dugaan pemalsuan rencana penuntutan kasus Gayus HP Tambunan, hari ini. Hingga saat ini, kepolisian menga-ku mengalami kesulitan dalam melengkapi barang bukti.

“Ya, kalau dapat mudah-mudahan asli. Kalau besok dia datang, mudah-mudahan bawa ini. Kalau mau menjadikan perkara ini goal. Tapi kalau tidak, ya enggak dapat,” ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Marwoto Soeto, ketika ditemui wartawan di kantornya, di Mabes Polri, Jakarta, kemarin. Namun, dia mengaku belum mengetahui nama-nama saksi yang akan menjalani pemeriksaan tersebut.

Kejaksaan Agung mengajukan sepuluh saksi kepada Bareskrim Polri, terkait laporan dugaan tindak pidana pemalsuan surat rencana penuntutan Gayus HP Tambunan. Ke-10 saksi tersebut adalah Widyo Pranowo, Sucipto, Untung Wijaya, T Banjar Mahor, Lubis, Rosalina Sibariba, Fabil Regan, Emo Sudarmo, Benu El Amrusya, dan Gayus HP Tambunan. (*/P-4)

TNI Serahkan Berkas ke Mahmil Papua MABES TNI menyerahkan berkas penyelidikan dugaan penyik-saan yang dilakukan anggota TNI terhadap warga Papua ke Mahkamah Militer Papua. Ada lima anggota yang terlibat.

“Pelaku kejadian di Papua, tiga tamtama dan dua pama,” demikian keterangan Kadispenad Brigjen S Widjonarko, dalam pesan singkatnya kepada Media Indonesia, di Jakarta, tadi malam.

Panglima TNI Agus Suhartono menolak menyebutkan pangkat dan inisial para personel tersebut. Namun sebagai informasi, kelima pelaku adalah anggota dari Kodam XVII Cenderawasih. “Karena itu (kasusnya) di wilayah. Mahkamah Militer di Ja-yapura,” ujarnya.

Kelima anggota TNI tersebut, kata Panglima TNI, kini sudah ditahan. Mereka sudah ditahan sejak penyidikan dilakukan pe-jabat Mabes TNI dan Kodam XVII Cenderawasih empat hari yang lalu. (*/P-4)