materi makalah amphibi

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Amphibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata dengan jumlah hanya 3000 spesies. Seperti ikan dan reptil, amfibi adalah hewan berdarah dingin sehingga dapat dikatakan bahwa amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badannya. Awalnya amfibi mengawali hidup diperairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan (Ville,1999). Amphibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di daerah kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda- beda seperti hutan hujan, kolam dan danau. Umumnya amfibhi memerlukan tempat yang lembab. Kebanyakan orang sulit membedakan anggota dari kelas amphibi yaitu antara katak dan kodok. Maka dari itulah kita perlu mengenal lebih jauh lagi mengenai anggota dari kelas amphibia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini antara lain sebagai berikut: 1. bagaimana ciri umum dari Kelas Amphibia?,

Upload: fanditri

Post on 13-Jul-2016

121 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

kh

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Makalah Amphibi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Amphibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata dengan jumlah hanya

3000 spesies. Seperti ikan dan reptil, amfibi adalah hewan berdarah dingin

sehingga dapat dikatakan bahwa amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya

sendiri. Untuk itu amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badannya.

Awalnya amfibi mengawali hidup diperairan dan melakukan pernapasan

menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya

berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan (Ville,1999).

Amphibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di daerah kutub. Mereka

menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam dan

danau. Umumnya amfibhi memerlukan tempat yang lembab. Kebanyakan orang

sulit membedakan anggota dari kelas amphibi yaitu antara katak dan kodok. Maka

dari itulah kita perlu mengenal lebih jauh lagi mengenai anggota dari kelas

amphibia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

makalah ini antara lain sebagai berikut:

1. bagaimana ciri umum dari Kelas Amphibia?,

2. bagaimana klasifikasi Kelas Amphibia?,

3. bagaimana struktur morfologi dan anatomi Kelas Amphibia? dan

4. bagaimana ciri khusus dari Kelas Amphibia?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini antara lain sebagai berikut:

1. untuk mengetahui ciri umum dari Kelas Amphibia,

2. untuk mengetahui klasifikasi Kelas Amphibia,

3. untuk mengetahui struktur morfologi dan anatomi Kelas Amphibia, dan

4. untuk mengetahui ciri khusus dari Kelas Amphibia.

1

Page 2: Materi Makalah Amphibi

2

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ciri Umum Kelas Amphibia

Ada sekitar 3000 spesies amphibia hidup di dunia, yang dikelompokkan

dalam 3 golongan yaitu Anura (katak dan kodok). Caudata atau Urodela

(salamander) dan Gymnophiona atau Apoda (Caecilia). Hanya ada sekitar 60

spesies Caecilia dan sekitar 200 jenis salamander, jadi sebagian besar bangsa

amphibia terdiri atas katak dan kodok.

Terminologi “amphibia” diterapkan pada anggota kelas ini karena

sebagian besar hewan menghabiskan tahap awal siklus kehidupannya di dalam air,

dari bentuk larva berupa kecebong yang bernapas dengan insang luar kemudian

larva mengalami metamorfosis menjadi anak katak dengan alat pernapasan berupa

paru-paru. Kehidupan demikian ini tidak mutlak untuk semua amphibi, ada

beberapa yang tidak pernah meninggalkan air dan yang lainnya ada yang tidak

pernah masuk ke dalam air pada tahap tertentu dari siklus kehidupannya. Ada juga

yang tidak punya paru-paru sampai dewasa dan bernapas melalui kulit, karenanya

kulit tersebut selalu basah dan glandular (Sukiya, 2001: 33).

Kelompok amphibia adalah vertebrata yang hadir pertama kali hidup di

darat. Pada dasarnya mereka memiliki pentadaktil (lima ujung jari-jari kaki),

meskipun jumlah jari kakinya dapat saja berkurang. Seperti ikan dan reptil, maka

amphibi adalah ektoterm atau perubahan suhu tubuh bergantung pada suhu

lingkungan. Pada kebanyakan amphibia meninggalkan telur-telurnnya dalam

kolam dan di aliran-aliran air dan tidak seekorpun dapat berjalan di tanah begitu

menetas, sedikit spesies yang hidup jauh dari air.

2.2 Klasifikasi Amphibia

Klasifikasi dari kelas Amphibia terdiri dari 6 ordo dengan 2 ordo terbesar

yaitu ordo Anura dan ordo Caudata atau Urodela. Klasifikasi kelas Amphibia

dapat dilihat pada tabel 2.1.

2

Page 3: Materi Makalah Amphibi

3

Tabel 2.1 Klasifikasi Kelas Amphibia.

Kelas AMPHIBIA

Subkelas Apsidospondyli

Superordo Labirinthodonta

Ordo Temnospondyli

Ordo Anthracosauria

Superordo Salientia

Ordo Proanura

Ordo Anura (katak dan kodok)

Familia Ada 17 familia: Pipidae, Discoglossidae, Rhinophrynidae, Pelobatidae, Leptodactylidae, Bufonidae, Rhinodermatidae, Dendrobatidae, Atelopidae, Hylidae, Centrolenidae, Heleophrynidae, Pseudidae, Ranidae, Rhacophoridae, Microhylidae, Phrynomeridae.

Subkelas Lepospondyli

Ordo Aistopoda

Ordo Nectridia

Ordo Caudata atau Urodela

Familia Ada 8 familia: Hynobiidae, Cryptobranchidae, Ambystomidae, Salamandridae, Amphiunidae, Plethodontidae, Proteidae, Sirenidae.

Ordo Gymnophiona atau Apoda

Familia Caeciliidae

Sumber: Sukiya, 2001: 34.

2.3 Struktur Anatomi dan Morfologi Kelas Amphibia

1. Sistem Rangka

Amphibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara proporsional,

kebalikan dari ikan. Tengkorak amphibia modern mempunyai tulang-tulang

premaksila, nasal, frontal, parietal dan skuamosa. Kebanyakan permukaan dorsal

dari tubuh Anura tidak seluruhnya tertutup tulang. Bagian dari kondrokranium

masih belum mengeras, hanya daerah oksipital dan eksoksipitalnya mengeras, dan

masing-masing memiliki kondila bertemu dengan vertebra pertama. Tidak ada

langit-langit palatum sekunder pada amfibi, akibatnya nares internal lebih maju di

Page 4: Materi Makalah Amphibi

4

dalam langit-langit mulut. Di bagian ventral otak ditutupi oleh tulang dermal yang

dinamakan parasfenoid. Gigi ada pada premaksila, maksila, palatine, vomer,

parasfenoid dan tulang dental. Ada beberapa amfibi yang sama sekali tidak

memiliki gigi atau gigi pada rahang bawah mereduksi (Sukiya, 2001: 34).

Jumlah vertebra atau ruas tulang belakang pada amfibi bervariasi dari 10

ruas pada Salientia sampai 200 pada Gymnophiona. Tengkorak bersendi dengan

tulang tengkuk, jumlah vertebra kaudal bervariasi. Pada Salientia ada satu elemen

vertebra yang mengalami elongasi (memanjang) dinamakan urostile memanjang

dari sakrum ke ujung posterior pelvis.

Gambar 2.1 Sistem Rangka pada katak dan bagian-bagiannya

Sumber: Storer, et al., 1983

Bangsa amphibia merupakan vertebra yang pertama mempunyai sternum

(tulang dada) tetapi perkembangannya kurang sempurna. Tulang iga hanya

pendek dan kurang berkembang sehingga tidak berhubungan dengan sternum

seperti yang terjadi pada reptil, burung atau pada mamal.

Sebagian besar amfibi mempunyai 2 pasang tungkai dengan 4 jari kaki

pada kaki depan dan 5 jari pada kaki belakang. Jumlah jari mungkin ada yang

berkurang sebanyak 2 buah. Tungkai belakang berkurang seperti pada salamander

dan pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia. Tungkai biasanya tidak

mempunyai kuku, tetapi ada semacam tanduk pada jari-jarinya (Sukiya, 2001: 35).

Page 5: Materi Makalah Amphibi

5

2. Sistem Otot

Sistem otot pada amphibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai

transisi antara ikan dan reptil. Sistem otot pada ikan terpusat pada gerakan tubuh

ke lateral, membuka dan menutup mulut serta gill apertura (operculum atau

penutup lubang celah insang) dan gerakan sirip yang relatif sederhana. Kebutuhan

hidup di darat mengubah susunan ini.

Sistem otot aksial pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapi

tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat horisontal membagi otot dorsal dan ventral.

Bagian dari sistem otot epaksial dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot

ventral adalah menjadi bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh

amfibi (Sukiya, 2001: 36). Selanjutnya, otot hipaksial terlepas atau terbagi dalam

lapisan-lapisan kemudian membentuk otot-otot oblique eksternal, oblique internal

dan otot tranversus, sedangkan otot dermal sangat kurang. Berbagai macam

gerakan pada amfibi yaitu berenang, berjalan, meloncact atau memanjat,

melibatkan perkembangan berbagai tipe otot. Beberapa diantaranya terletak dalam

tungkai itu sendiri dan berupa otot-otot intrinsik.

Gambar 2.2 Sistem Otot pada katak

Sumber: Kardog, 1998

3. Sistem Sirkulasi

Page 6: Materi Makalah Amphibi

6

Sebagian besar amphibi mempunyai problem untuk mengisi jantung yang

menerima darah oksi dari paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung

oksigen dari tubuh. Untuk mencegah banyaknya pencampuran dua jenis darah

tersebut, bahwa amfibi telah mengembangkan ke arah sistem sirkulasi

transisional. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong ventrikular dan

pembagian konus arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari.

Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus venosus kemudian masuk ke

sisi kanan ventrikel dan dari sini dipompa ke paru-paru. Darah yang mengandung

oksigen dari paru-paru masuk ke atrium kiri lewat vena pulmonalis kemudian

menuju sisi kiri ventrikel untuk selanjutnya dipompa menuju ke seluruh tubuh.

Beberapa pengecualian terjadi pada salamander yang tidak mempunyai paru-paru,

di mana celah interatrial tidak lengkap dan vena pulmonalis tidak ada (Sukiya,

2001: 37).

Kebanyakan pada amphibi pasangan arkus aorta pertama, kedua dan

kelima hilang. Arkus aorta ketiga pada sisi dasar karotid internal, dan arkus aorta

keempat merupakan sistem arkus yang menuju ke posterior berupa dorsal aorta.

Bagian proksimal dari pasangan keenam arkus aorta cabang dari arteri

pulmokutaneus, membawa darah ke paru-paru dan ke kulit dimana aerasi terjadi.

Sistem venosus pada amfibi sangat mirip pada ikan paru-paru, kecuali pada vena

abdominal masuk sistem portal hepatik ke sinus venosus.

Gambar 2.3 Sistem Sirkulasi pada katak

Sumber: Campbell, 2000

4. Sistem Pencernaan

Page 7: Materi Makalah Amphibi

7

Katak air butuh sedikit kelenjar oral, karena makanan mereka berada di

air sehingga tidak memerlukan banyak kelenjar mukus di mulut. Kelenjar-kelenjar

ini banyak terdapat pada katak (frog) dan kodok (toad) darat, khususnya pada

lidahnya, yang digunakan untuk menangkap mangsa.

Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding

mulutnya. Ada beberapa amphibia yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi

sebagian besar bangsa amphibia mempunyai lidah yang dapat dijulurkan keluar

(Protrusible tongue) serta pada katak dan kodok lidah digulung ke belakang bila

tidak digunakan. Esofagus pendek dapat dibedakan dari lambung. Usus

menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil

dan tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok

terdapat usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka ke kloaka

(Sukiya, 2001: 38).

Gambar 2.4 Organ dan saluran pencernaan katak

Sumber: Miller dan Harley, 1999

5. Sistem Pernapasan

Selama tahap larva, sebagian amfibi bernapas dengan insang. Insang ini

bertipe eksternal. Struktur insang luar adalah filamenous, tertutup epitelium

bersilia, umumnya mereduksi selama metamorfosis. Pada beberapa amfibi

berekor, insang luar akan terus ada selama hidupnya.

Page 8: Materi Makalah Amphibi

8

Umumnya pada larva akuatik, kadar hemoglobin lebih rendah sebagai

akibat sedikitnya sirkulasi eritrosit sehingga insang lebih efisien karena secara

umum aktivitas di lingkungan air lebih sedikit dibandingkan di daratan.

Struktur paru-paru pada amfibi yang hidup di air, pada permukaan dalam

dari paru-paru lembut tetapi sebagian besar dinding paru-paru pada katak dan

kodok berisi lipatan alveoli sehingga meningkatkan permukaan pernapasan.

Beberapa amfibi dari ordo Caudata memiliki trakhea pendek, disokong oleh

kartilago yang terbagi dalam dua cabang yang membuka ke arah paru-paru. Ujung

dari trakhea atas diperluas, khususnya pada katak dan kodok untuk membentuk

larink atau voice box (sakus vocalis= kotak suara) dimana pita suara berada.

Pertemuan antara faring dan laring disebut glotis. Pada umumnya udara dipompa

ke dalam paru-paru melalui proses yang sederhana. Sebagian besar amfibi

bernapas melalui kulit, sehingga kelembaban kulit harus tetap dijaga (Sukiya,

2001: 39).

Kulit amphibia sangat tipis dan hanya terdiri dari 5-8 sel, banyak

mengandung kelenjar mukosa sehingga selalu basah dan kaya kapiler darah yang

merupakan lanjutan dari arteri kutanea, memungkinkan Amphibia untuk

melakukan pernapasan kulit. Pernapasan kulit terjadi baik di darat maupun di air.

Urodela akuatik memperoleh ¾ kebutuhan oksigennya melalui pernapasan kulit,

katak pohon ¼ dan katak darat 1/3. Sebagian besar (hampir 90%) pengeluaran

CO2 pada amphibia dilakukan melalui kulit (Tenzer, et al., 2014). Amfibi darat

dalam menjaga kelembaban dibantu dengan adanya sejumlah kelenjar mukus yang

didistribusikan di permukaan tubuhnya. Tetapi pada salamander ketika dewasa

akan mendapatkan oksigen melalui kulit dan epitelium oral.

Gambar 2.5 Sistem Pernapasan pada Amfibi (katak)

Sumber: Campbell, 2000

Page 9: Materi Makalah Amphibi

9

6. Sistem Urogenital

Pada amfibi berekor, ginjalnya berstruktur elongasi seperti pada

Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada tendensi menjadi pendek. Pembuluh

arfinefrik (hanya melakukan transpor sperma) amfibi jantan berupa genital

ekskretori.

Bangsa amfibi memiliki kandung kemih yang merupakan hasil dari

perluasan ujung pembuluh arkinefrik distal melewati pembuluh ginjal menuju

kloaka, kemudian menuju ke penampung urine. Pada amfibi darat, air dari urine

yang terkum[ul diserap kembali pada waktu tertentu untuk mengimbangi

kelembaban kulit yang berkurang. Amfibi yang banyak menghabiskan waktu di

dalam tanah seperti spadefoot toad (Scaphious), dapat menyerap air dari tanah

selama tekanan osmotik cairan tubuh lebih tinggi daripada tegangan air dalam

tanah (Sukiya, 2001: 40).

Indung telur pada amfibi berpasangan dan berisi rongga yang di dalamnya

berisi getah bening. Oviduk juga berpasangan meskipun di daerah distal menyatu.

Pada ujung distal masing-masing oviduk diperluas ke uterus membentuk struktur

ovidak sebagai tempat penyimpanan ova secara temporer sebelum dikeluarkan.

Kelenjar yang mengeluarkan jelli untuk melumuri telur-telur biasanya berada di

dalam ovidak (Sukiya, 2001: 41).

Testis berpasangan dan berhubungan langsung dengan tubulus mesonefrik

ke kloaka, tidak ada organ kopulasi spesial. Pada kodok terdapat struktur yang

disebut organ Bidder terletak di anterior setiap testis.

Page 10: Materi Makalah Amphibi

10

Gambar 2.6 Sistem Urogenital katak Jantan dan Betina

Sumber: Storer, et al., 1983

7. Sistem Saraf

Pusat kegiatan otak berada pada bagian dorsal otak tengah, dimana sel-sel

saraf terkonsentrasi di dalam tektum. Telensefalon secara alami merupakan bagian

penciuman, sehingga memperluas hemisfer cerebral. Lineal body ditemukan pada

semua amfibi, tapi pada Anura memiliki parietal body atau ujung organel pineal.

Cerebellum pada amfibi sangat kecil yang menyebabkan amfibi bergerak lamban,

kecuali pada Caecilia. Amfibi hanya memiliki 10 saraf kranial. Akar dorsal dan

ventral dari saraf spinal bergabung melalui foramen invertebrata.

Gambar 2.7 Sistem saraf pada katak

Sumber: Storer, et al., 1983

Page 11: Materi Makalah Amphibi

11

8. Organ Indera

Organ perasa amfibi hanya terbatas pada dinding mulut dan lidah. Khoane

internal, apertura nasal berfungsi sebagai penciuman dan juga saluran udara.

Biasanya epitelium olfaktori lembut dan terbatas pada bagian dorsal nasal.

Struktur olfaktori yang lain pada amfibi adalah organ Jacobson (organ

vomeronasal). Organ tersebut menjadi alat bantu dalam merasakan makanan.

Mata amfibi seperti vertebrata lain. Lensa mata tetap tidak berubah

kecembungannya untuk jarak pandang yang relatif jauh. Pupil apertura vertikal,

horizontal ataupun tiga hingga empat sudut. Kelopak mata bagian bawah lebih

mudah bergerak dibandingkan bagian atas. Kornea mata pada amfibi rentan akan

kekeringan sehingga perlu dibasahi dengan cairan yang dihasilkan kelenjar

Harderian. Lecrimal atau kelenjar air mata pada amfibi, kurang bagus

perkembangannya (Sukiya, 2001: 42).

Parietal dan pineal body berfungsi sebagai fotoreseptor, sensitif terhadap

gelombang panjang dan intensitas cahaya, berperan dalam termregulasi dan

orientasi arah. Alat pendengaran pada salamander tidak memiliki pendengaran

tengah, sedangkan pada katak dan kodok memiliki pendengaran tengah dan

gendang telinga. Suara ditransmisikan dari gendang telinga dalam melewati

sebuah tulang kolumella. Di bagian ventral sakulus pada telinga dalam terdapat

ventral outpocketing yang disebut lagena yang menjadi resepsi vibrasi suara

(Sukiya, 2001: 43).

9. Kelenjar Endokrin

Amfibi memiliki kelenjar paratiroid sebagai regulator kalsium dalam

endokrin. Kelenjar adrenal, korteks dan medula bergabung (tidak terpisah seperti

pada ikan). Kelenjar tiroid tidak hanya mengatur aktivitas metabolisme tubuhh

tetapi juga berpengaruh dalam periode pengelupasan lapisan kulit luar (Sukiya,

2001: 43).

Page 12: Materi Makalah Amphibi

12

2.4 Ciri Khusus

1. Kulit dan kelenjar kulit

Kulit amfibi sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Kulit terjaga

kelembabannya dengan adanya kelenjar mukosa. Sebagian besar amfibi memiliki

kelenjar granular dan kelenjar mukus. Kelenjar granular berbeda dengan mukus

karena kelenjar ini memproduksi zat obnoxious (menjijikkan) atau racun untuk

melindungi dari musuh.

Kelenjar racun pada katak dan kodok dapat menimbulkan iritasi pada kulit

jika seseorang menyentuh binatang ini. Racun pada katak mengandung steroidal

alkaloid yang berefek pada saraf dan aktivitas otot. Tipe racun pada amfibi adalah

neurotoksin, halusinogen, vaskonstriktor, hemolitik, dan local irritant. Ketika

beberapa spesies amfibi ditempatkan besama-sama ditempat sempit, ada spesies

tertentu cepat mati karena racun yang dikeluarkan spesies yang lain (Sukiya,

2001: 44).

Gambar 2.8 Kulit Amfibi

Sumber: Ville, et.al., 1999

Kelenjar mukus dan granular dikelompokkan sebagai kelenjar alveolar.

Kelenjar alveolar adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran pengeluaran,

tetapi produknya dikeluarkan lewat dinding selnya sendiri secara alami. Pada

beberapa amfibi memiliki kelenjar alveolar tubuler yang sering ditemukan di ibu

jari katak dan kodok dan terkadang juga ditemukan dibagian dadanya. Kelenjar ini

fungsional selama musim reproduksi dan mengeluarkan cairan yang membantu

pejantan dalam melekatkan diri ke betina selama musim kawin, bahkan pada

Page 13: Materi Makalah Amphibi

13

salamander terdapat kelenjar tubular pada dagu pejantanya yang mengeluarkan

cairan khhusus untuk menarik betina selama musim reproduksi (Sukiya, 2001:

44).

Gambar 2.9 Kulit Amfibi yang menampakkan kelenjar racun

Sumber: Ville, et.al., 1999

2. Warna tubuh

Amfibi sangat beraneka ragam warnanya, ada yang hijau terang, kuning,

orange dan emas, sedangkan warna merah dan biru jarang ditemukan. Warna

tubuh amfibi bisa disebabkan oleh pigmen atau secara struktural, atau dihasilkan

keduanya. Pigmen terletak pada kromatofora di kulit. Sel-sel pigmen ini biasanya

dinamakan menurut jenis pigmen yang dikandung. Melanofora mengandung

pigmen cokelat dan hitam dan lipofora mengandung pigmen merah, kuning dan

orange. Amfibi juga memiliki sel-sel pigmen yang disebut guanofora, semacam

iridosit pada ikan, mengandung kristal guanin yang dapat memproduksi iridesen

atau efek putih terang. Umumnya lipofora terletak didekat permukaan kulit, lebih

ke arah dalam terdapat guanofora dan yang paling dalam terdapat melanofora

(Sukiya, 2001: 45).

Kromatofora bentuknya agak ameboid dengan prosesus protoplasmik

meluas ke luar dari tubuh selnya ke sel lain. Pigmen dalam kromatofora mampu

berpindah sehingga pigmen dapat terkonsentrasi untuk menebalkan warna atau

terpencar sehingga dapat pula menipiskan warna.

Pada beberapa amfibi apabila ditempatkan di lingkungan gelap maka

warna kulitnya tampak bercahaya. Hal ini disebabkan karena hasil simulasi

Page 14: Materi Makalah Amphibi

14

kelenjar pineal menghasilkan melatonin yang mampu mengurangi kuantitas

cahaya atau sinar gelombang panjang. Kontak hormon kromatrofik hipofisislah

yang menyebabkan perluasan melanofora sehingga berkontraksi dan

menghasilkan efek tubuh lebih bercahaya (Sukiya, 2001: 45).

3. Pergantian kulit

Seluruh kulit amfibi akan terlepas secara periodik. Proses ini berlangsung

dibawah kontrol hormon. Lapisan luar kulit tidak hanya satu bagian, tetapi dalam

fragmen. Pengelupasan pada tiap spesies berbeda-beda. Pada katak pohon hijau,

pegelupasan biasanya terjadi setiap satu bulan atau lebih (Sukiya, 2001: 45).

4. Alat gerak (appendages)

Meskipun dipercaya bahwa ansestor Amfibia mempunyai dua pasang

tungkai pentadaktila, ternyata dapat terjadi variasi oleh adaptasi untuk hidup di

darat, air, arboreal (di atas pohon), dan di bawah tanah. Semua caecilia di daerah

tropis bertungkai, tubuhnya memanjang (wormlike), dan teradaptasi hidup di liang

dengan cara menggali humus atau kayu-kayu yang membusuk.

Sebagian besar amfibi berekor modern memiliki empat tungkai relatif

lemah yang tidak cocok untuk berjalan cepat di tanah. Umumnya kaki depan

memiliki 4 jari dan kaki belakang 5 jari, tetapi pada beberapa spesies terjadi

penguranagan (Sukiya, 2001: 46).

Secara umum, katak dan kodook memiliki jumlah jari tungkai dpan

berjumlah 4 buah, tungkai belakang memanjang dan biasanya untuk melompat.

Kebanyakan katak dan kodok memiliki 5 jari pada tungkai belakang dan jari

tambahan sebagai prehaluk pada sisi vental. Prehaluk ini pada spedefoot (katak

penggali tanah) berupa tulang-tulang yang tajam yang digunakan untuk

menggali/bersembunyi, ditanah. Beberapa katak jenis aboreal mempunyai jari

lebih lebar dan adesive.

Ada berbagai struktur kaki belakang Anura, yaitu berselaput meluas

sampai ke jari dan ada pula yang tidak meluas sampai ke jari, bahkan tidak ada

selaput sama sekali. Anura tidak mampu melakukan regenerasi tungkai ataupun

jari yang hilang, tetapi pada salamander mampu melakukannya (Sukiya, 2001:

46).

Page 15: Materi Makalah Amphibi

15

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat di ambil beberapa simpulan

sebagai berikut.

1. Ciri umum dari anggota kelas ampibi adalah sebagian besar hewan

menghabiskan tahap awal siklus kehidupannya di dalam air, bernapas dengan

insang luar, paru-paru dan terkadang dengan kulit. Hewan ini bersifat ektoterm.

2. Kelas amfibia dibagi menjadi 2 subkelas, yaitu subkelas Apsidospondyli dan

subkelas Lepospondyli. Subkelas Apsidospondyli dibagi menjadi superordo

Labirinthodonta (Ordo Temnospondyli dan Anthracosauria) dan superordo

Salientia (Ordo Proanura dan Anura), sedangkan subkelas Lepospondyli dibagi

menjadi 3 ordo yaitu Aistopoda, Nectridia, dan Caudata/Urodela.

3. Ciri morfologi dan anatomi amfibi yaitu bernapas dengan insang sewaktu

masih larva dan menggunakan kulit dan paru-paru saat dewassa, amfibi bersifat

monoceus, sistem saraf berpusat pada otak tengah, organ indera perasa terbatas

pada dinding mulut dan lidah, dan memiliki kelenjar paratiroid.

4. Anggota kelas amfibi memiliki ciri khusus kulit yang berperan untuk respirasi

dan proteksi, warna tubuh yang beranekaragam karena adanya pigmen kulit,

seluruh kulit yang dapat mengalami pergantian secara periodik, serta memiliki

alat gerak yang meliputi kaki depan (4 jari) dan kaki belakang (5 jari).

3.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca adalah:

1. Sebaiknya pembaca mencari literatur lebih banyak lagi mengenai kelas

amphibia agar mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam.

2. Pembaca hendaknya lebih menghargai segala ciptaan Tuhan dengan

memelihara keseimbangan makhluk hidup di alam.

DAFTAR RUJUKAN15

Page 16: Materi Makalah Amphibi

16

Campbell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Jakarta: Erlangga.

Kardog, K.V. 1998. Vertebrates: Comparative Anatomy, Function, Evolution 2nd

Ed. Boston: McGraw-Hill Companies, Inc.

Kastawi,Yusuf, Sri Endah Indriwati, Ibrohim, Masjhudi, Sofia Ery Rahayu.

2003. Zoologi Avertebrata. UM Press.

Miller, S.A. and J.B. Harley. 1999. Zoology. Fourth Edition. Boston: McGraw-

Hill Companies, Inc.

Storer, T. I., R.L. Usinger, R.C. Stebbins and J.W. Nybakken. 1983. General

Zoologi. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Tenzer, Amy, Umie Lestari, Nursasi Handayani, Abdul Gofur, Masjhudi, Sofia

Ery Rahayu, Nuning Wulandari, Siti Imroatul Maslikah. 2014.

Hand Out Struktur Perkembangan Hewan I (NBIO606). Malang:

Universitas Negeri Malang.

Ville, A. Claude, Warren F. Walker, Robert D. Barnes. 1999. Zoologi Umum

(terjemahan). Jakarta: Erlangga.

16