laporan zovert amphibi

41
SUPERKELAS TETRAPODA (KELAS AMPHIBIA DAN KELAS REPTILIA) A. Waktu Pelaksanaan Hari/tanggal : Rabu, 4 November 2009 Waktu : 08.40 - selesai Tempat : Laboratorium Struktur Hewan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia B. Tujuan Praktikum Untuk melatih mahasiswa agar terampil dalam menggunakn kunci identifikasi dikhotomis berdasarkan ciri-cirinya. Dapat menyebutkan bagian-bagian tubuh katak, kodok maupun anggota anura lain yang penting untuk identifikasi. Dapat melakukan identifikasi berbagai jenis anggota Anura yang tersedia dengan menggunakan kunci identifikasi. Untuk mengurutkan taksa macam-macam Reptilia dari phylum samapai filum C. Landasan Teori Amphibia merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk

Upload: rini-astrid-utami

Post on 04-Jul-2015

980 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

SUPERKELAS TETRAPODA

(KELAS AMPHIBIA DAN KELAS REPTILIA)

A. Waktu Pelaksanaan

Hari/tanggal : Rabu, 4 November 2009

Waktu : 08.40 - selesai

Tempat : Laboratorium Struktur Hewan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

B. Tujuan Praktikum

Untuk melatih mahasiswa agar terampil dalam menggunakn kunci identifikasi

dikhotomis berdasarkan ciri-cirinya.

Dapat menyebutkan bagian-bagian tubuh katak, kodok maupun anggota anura lain

yang penting untuk identifikasi.

Dapat melakukan identifikasi berbagai jenis anggota Anura yang tersedia dengan

menggunakan kunci identifikasi.

Untuk mengurutkan taksa macam-macam Reptilia dari phylum samapai filum

C. Landasan Teori

Amphibia merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh

rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu

Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai

hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya,

amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan.

( Zug, 1993)

Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini

berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan

paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas

yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya

insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher

Page 2: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara

melompat. (Zug, 1993)

Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada

mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu,

kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf

mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar

dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak

berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan

pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari

kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae,

tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase

berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis

amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali

ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat

selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and

Trueb, 1986).

Adapun ciri-ciri umum anggota amphibia adalah sebagai berikut:

1. Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada apoda

yang anggota geraknya terduksi.

2. Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibia yang pada

ujung jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus

sp..

3. Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil

(biasanya beracun).

4. Pernafasan dengan insang, kulit, paru-paru.

5. Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal dengan

tympanum.

6. Jantung terdiri dari tiga lobi ( 1 ventrikel dan 2 atrium)

7. Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum.

8. Merupakan hewan poikiloterm.

Page 3: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda (Caecilia),

dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah).

Ordo Caecilia ( Gymnophiona)

Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki

sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai,

dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup

oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di

bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini

menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan

bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya

ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi

secara internal ( Webbet.al, 1981). Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu

Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae.

Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan

Typhlonectinae. ( Webbet.al, 1981)

Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri

tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan

oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang

segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis.

Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi

DIY.

Ordo Urodela

Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang,

mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat

dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang

lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan

pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase

dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola

persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. (Pough

et. al, 1998)

Page 4: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan

Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan

sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae.

Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae,

Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae.

( Pough et. al., 1998)

Ordo Proanura

Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah

punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya

sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa. Ciri-ciri umumnya adalah

mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang dilapisi bahan

tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami sedikit

perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam daur hidupnya.

(Duellman and Trueb, 1986)

Ordo Anura

Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo

ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak

mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada

tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa

famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan

kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat

digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara

eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal (Duellman and

Trueb, 1986). Ada 5 Famili dari ordo ini yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae,

Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai

kelima famili tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bufonidae

Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan

berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di

kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis melebar. Bufo

mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih

Page 5: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi

berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300

spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper,

Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica. ( Eprilurahman,

2007 )

b. Megophryidae

Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas

matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili

ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan

kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada

fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan

air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan

Leptobranchium hasselti. ( Eprilurahman, 2007)

c. Ranidae

Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai

relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang.

Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe

firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan

terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi

secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh

spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana

nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli,

Occidozyga sumatrana. ( Eprilurahman, 2007 )

d. Microhylidae

Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang

dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi

beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka

pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh

spesiesnya adalah: Microhyla achatina. ( Eprilurahman, 2007)

Page 6: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

e. Rachoporidae

Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang

kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada

maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis

gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal. ( Eprilurahman,

2007)

Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada

umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di

dalam perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena

unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel

di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut

bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa

dibuahi jantannya. Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di

bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang

paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya. Amphibi

berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili

amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)

Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan

kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan peru-paru. Ciri

umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup

oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada

beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian

kulit baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada

anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir

tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit

sekali kelenjar kulit (Zug, 1993).

Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada

beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada

serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya

memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia

mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru (Zug, 1993).

Page 7: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

Semua Reptil bernafas dengan paru-paru. Jantung pada reptil memiliki 4 lobi, 2

atrium dan 2 ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri

tidak sempurna sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil

merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan

atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu

berjemur di bawah sinarmatahari. Saluran ekskresi Kelas Reptilia berakhir pada kloaka. Ada

dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang

terdapat pada Ordo Squamata yaitu Sub-ordo Lacertilia dan Sub-ordo Ophidia. Kloaka

dengan celah membujur yaitu terdapat pada Ordo Chelonia dan Ordo Crocodilia. (Zug,

1993).

Pada anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri

penting untuk identifikasi. Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada

saat jouvenile, reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang

kemudian gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa. Beberapa

jenis reptil memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar atupun

tidak. Pada beberapa jenis lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata pada reptil ada

yang berkelopak dan ada yang tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada reptil ada

yang dapat digerakkan dan ada yang tidak dapat digerakkan dan ada juga yang berubah

menjadi lapisan transparan.

Habitat dari Kelas Reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan

akuatik seperi penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu Ordo Crocodilia dan

beberapa anggota Ordo Chelonia, beberapa Sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada

kebanyakan Sub-kelas Lacertilia dan Ophidia, bebepapa anggota Ordo Testudinata, sub

terran pada sebagian kecil anggota Sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil Sub-

ordo Ophidia dan Lacertilia.

Kelas reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya: Tuatara)

Testudinata / Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata (Contohnya:

Serpentes, Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator,

Senyulong, dan Caiman).

Page 8: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu :

1. Subordo Lacertilia/ Sauria

2. Subordo Serpentes/ Ophidia

3. Subordo Amphisbaenia

Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh

sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang

disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kultikula

baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara

keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan

susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung

tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik

mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat,

memiliki ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa

spesies Ordo Lacertilia. Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar

dengan vertilisasi internal.

SUBORDO LACERTILIA/ SAURIA

Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan sisik yang

bervariasi. Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang sisiknya

termodifikasi membentuk tuberkulum. Dan sebagian lagi menjadi spina. Sisik-sisik ini dapat

mengelupas. Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian tidak semua sisik

mengelupas pada saat yang bersamaan (Zug, 1993).

Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang bersatu

pada rahang atas pada bagian yang disebut satura. Selain itu pada Lacertilia mereka memiliki

kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu pada beberapa anggota Subordo Lacertilia, ada

yang dapat melepaskan ekornya(Zug, 1993). Lidah Lacertilia panjang dan ada pula yang

bercabang. Pada beberapa spesies lidah ini dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa

seperti pada Chameleon sp. Dari kebanyakan famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang

ada di indonesia, yaitu Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae.

Page 9: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

Agamidae

Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau yang

tersusun seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup sisik. Lidahnya

pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta bervilli. Jari-jarinya kadang bergerigi atau

berlunas Tipe gigi acrodont. Pada Draco volans memiliki pelebaran tulang rusuk dengan

lipatan kulit. Habitatnya di pohon dan semak.

Scincidae

Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama besar,

demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris. Lidahnya

tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting. Tipe

giginya pleurodont. Matanya memiliki pupil yang membulat dengan kelopak mata yang

jelas. Ekornya panjang dan rapuh. Contoh spesies famili ini adalah Mabouya multifasciata.

Varanidae

Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian

dorsalnya sedang di bagian ventral sisik melintang dan terkadang terdapat lipatan kulit di

bagian leher dan badannnya. Lehernya panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik yang

berbentuk polygonal. Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont. Pupil

matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata (Zug, 1993).

Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus komodoensis ) yang

panjangnya dapat lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil

di Nusa Tenggara. Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda, yaitu

marga Varanus yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh dunia) dan marga Lanthanous

yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis yang bersalah dari kalimantan. Marga

Lanthanous ini merupakan biawak yang bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga.

Gekkonidae

Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang berbeda

dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan gecko yang lain.

Kebanyakan gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan matanya dilapisi membrane

transparan yang dibersihkan dengan cara dijilat. Banyak spesies anggota gekkonidae yang

memiliki jari khusus yang termodifikasi untuk memudahkannya memanjat permukaan

Page 10: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

vertikal maupun melewati langit-langit dengan mudah Kebanyakan gecko berwarna gelap

namun ada pula yang berwarna terang. Beberapa spesies dapat mengubah warna kulitnya

untuk membaur dengan lingkungannya ataupun dengan temperature lingkungannya.

Beberapa spesies dapat melakukan parthenogenesis dan juga beberapa spesies betina dapat

berkembang biak tanpa pembuahan

Kebanyakan kadal tinggal di atas tanah (terrestrial), sementara sebagiannya hidup

menyusup di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas

atau di batang pohon. Untuk komodo sangatlah endemik yaitu terbatas persebarannya di

beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara, seperti pulau Komodo, Padar, Rinca dan di ujung

barat pulau Flores.

Biawak umumnya menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepi danau, pantai, dan

rawa-rawa. Di perkotaan, biawak sering diketemukan hidup di gorong-gorong saulran air

yang bermuara ke sungai. Sedangkan cecak hidup di dinding dan atap rumah. Di alam cecak

biasanya hidup pada tempat teduh. Persebaran lacertilia sangat hempir setiap tempat dapat

ditemukan kecuali di daerah Arktik, Antartik dan Greenland.

Lacertilia secara umum berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara

internal. Biawak berkembang biak dengan bertelur. Sebelum mengawini betinanya, biawak

jantan biasanya berkelahi terlebih dahulu untuk memperlihatkan penguasaannya. Telur-telur

biawak disimpan di pasir atau lumpur di tepian sungai bercampur dengan daun-daun busuk

dan ranting. Panas dari matahari dan proses pembusukan sarasah akan menghangatkan telur

sehingga menetas.

SUBORDO OPHIDIA/ SERPENTES

Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang seluruh

anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa semua

jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya

tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik yang

transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata yang lain,

pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan ligament elastis (Zug, 1993).

Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya

termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya

Page 11: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang

disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan

Thermosensor. Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk

melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah mangsa (Zug,

1993).

Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :

o Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.

o Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan).

Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.

o Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak

dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.

o Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya.

Contohnya pada Famili Hydrophiidae

Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan

mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu :

o Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara menyerang

sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah: Colubridae dan

Viperidae.

o Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang

jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan

akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik.

Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.

o Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah sehingga

tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae dan

Hydrophiidae adalah contoh famili yang memiliki bisa tipe ini.

Dari kebanyakan famili-famili Subordo sarpentes, hanya ada beberapa yang terdapat di

Page 12: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

Indonesia antara lain:

Typhlopiidae

Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata

yang vestigial. Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya terdapat sisik

yang mengalami penandukan. Secara keseluruhan badannya pun berbentuk bulat dan

panjangnya hanya mencapai kurang lebih 30cm. Hidupnya di bawah tanah, di dalam serasah,

atau meliang. Genusnya yang paling dikenal adalah dari Genus Typhlops sedangkan yang

lainnya adalah Xenotyphlops, Acutotyphlops,dan lain-lain. Terdiri dari 6 genus dengan 240

spesies. Umumya ditenukan di daeran tropis di Asia, Afrika, dan Amerika.

Boidae

Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan

persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah dan organ

pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang vestigial. Moncongnya

dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini memiliki genus diantaranya: Acrantophis,

Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes, Gongylophis, dan Sanzinia.

Hydropiidae

Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi.

Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famili ini kebanyakan Proteroglypha dengan tipe bisa

neurotoxin. Biasanya warnanya belang-belang dan sangat mencolok. Bagian ekor

termodifikasi menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsi untuk membantu

pergerakan di air. Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu kebanykan di

Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Untuk spesies Pelamis platurus

persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung untuk

hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke

permukaan untuk bernafas.

Elapidae

Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang banyak

ditemukan di daerah tropis dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies yang telah

diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha dan ketika menutup gigi bisanya

akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin. Dekat kekerabatannya

Page 13: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata membulat karena kebanyakan merupakan hewan

diurnal. Famili ini dapat mencapai ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar

namun adapula yang ovovivipar (Hemachatus).

Colubridae

Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain diantaranya

sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya.

Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis. Ekor

umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies ular di

dunia. Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak

terlalu mematikan bagi manusia. Gigi bisanya tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin

Genusnya antara. lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan Elaphe.

Viperidae

Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili ini

kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang hidup di

daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya biasanya termodifikasi menjadi

lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping. Memiliki facial pit sebagai

thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang ovovivipar dan

beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri

dari 18 genus dan 151 spesies.

Pythonidae

Python merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya

sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae karena

mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tukang kecil di bagian paling depan dan

tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuan Tropis. Merupakan ular

yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python reticulatus). Beberapa

spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan tungkai belakang yang vestigial berupa taji di

kanan dan kiri kloaka. Taji ini lebih besar pada yang jantan dan berguna untu merangsang

pasangannya pada saat kopulasi.

Page 14: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

Xenopeltidae

Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila

terkena cahaya. Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah

permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya. Salah satu spesiesnya

Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di dalam

tanah. Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993).

Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Ular dapat

diketemukan di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan

pemukiman, sampai ke lautan. Sebagaimana hewan berdarah dingin, ular semakin jarang

diketemukan di tempat-tempat yangdingin seperti puncak-puncak gunung dan daerah padang

salju atau kutub.

Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir

tidak pernah menyentuh tanah. Ada jenis lainnya yang hidup melata di atas permukaan tanah

atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian

yanglain hidup akuatik atau semi akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut.

Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa

beberapa butir saja hingga puluhan dan ratusan. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang

tanah, gua, lubang kayu lapu, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular

diketahui menunggui telurnya hingga menetas.

Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut, melahirkan

anaknya. Melahirkan disini tidak seperti pada mamalia, melainkan telurnya berkembang dan

menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil. Sejenis

ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya

diketahui yang betinanya saja. Ular kecil yang seperti cacing ini diduga mampu bertelur dan

berkembang biak tanpa ular jantan.

SUBORDO AMPHISBAENIA

Subordo Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak berkaki

namum memiliki kenampakan seperti cacing karena warnanya yang semu merah muda dan

sisiknya yang tersusun seperti cincin. Kelangkaanya dan kehidupnya yang meliang

Page 15: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini (Zug, 1993).

Kepalanya tidak memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras, memiliki

gigi median di bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan matanya tersembunyi

oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya hampir menyerupai

kepalanya (Zug, 1993).

 Anggota ordo ini memiliki ciri yang spesifik yaitu tubuhnya dilindungi oleh

bangunan yang disebut cangkang atau tempurung. Dalam bahasa Indonesia, dikenal empat

kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yaitu penyu ( sea turtle), labi-labi ( Shoftshell

Turtle), Kura-kura air tawar ( Fresh water Turtle/ Terrapine), kura-kura darat ( Tortoise).

 Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian

dorsal, dan plastron yang bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian

karapaks terdapat tulang vertebra/ neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal,

tulang nuchal dan tulang peripheral. Pada bagian plastron terdapat tulang epiplastron, tulang

entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan tulang xiphiplastron. ( Pough et.

al, 1998; Zangler, 1969).Di atas tulang-tulang penyusun karapaks dan plastron terdapat

lapisan yang disebut keping perisai. Keping perisai pada karapaks terdiri dari keping

vertebral, keping costal, keping marginal, keping nuchal, dan keping supracaudal. Keping

perisai pada plastron terdiri dari keping gular, keping humeral, keping pectoral, keping

abdominal, keping anal,dan keping femoral.( Pough et. al, 1998; Erns et. al, 2007 ). Pada

beberapa famili ada yang tidak dilapisi dengan keping perisai seperti pada Famili

Trionychidae dan Famili Charettochelydae.

Ekstrimitasnya termodifikasi sesuai dengan habitat hidupnya. Untuk anggota Ordo

Testudinata yang hidup di laut, ekstrimitasnya termodifikasi menjadi bentuk seperti dayung

untuk memudahkan hewan tersebut dalam bergerak di air (berenang). Sedangkan untuk

anggota yang hidup di darat, alat geraknya termodifikasi menjadi bentuk batang atau

tonggak, tanpa selaput dan untuk yang hidup pada habitat semiakuatik, terdapat selaput

renang diantara jari-jarinya. Untuk hewan yang hidup di darat, jari-jarinya dilengkapi dengan

cakar yang pada jantan, cakar ini lebih panjang yang fungsinya antara lain sebagai alat untuk

berpegangan pada pasangannya pada saat kopulasi. (Zug, 1993).

Reproduksi anggota Ordo Testudinata terjadi secara ovipar dengan pembuahan secara

Page 16: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

internal. Telur yang dihasilkan disimpan dalam tanah, pasir atau serasah dengan suhu yang

relatif konstan. Pada penyu, biasanya dalam periode tertentu mereka akan mendarat di pantai

untuk meletakkan telur-telurnya. Anggota ordo ini tidak mempunyai gigi (giginya

mereduksi) dan diganti dengan semacam modifikasi pada rahang (keratinasi) menjadi bentuk

seperti paruh. Ordo Testudinata (Chelonia) dibagi menjadi 2 sub-ordo yaitu :

Subordo Cryptodira

Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi akuatik dan ada pula yang

akuatik. Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam

cangkang membentuk huruf S, mempunyai 12 sisik plastral, dan 9-8 tulang plastral. Pada

sebangsa kura-kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang sangat penting artinya

terutama dalam mengidentifikasi jenisnya (Zug, 1993). Karapaks Subordo Cryptodira

bermacam-macam, mulai dari tipis hingga tebal, dengan warna dan bentuk yang bermacam-

macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal) sesuai dengan lingkungan hidup masing-masing

jenisnya.

Subordo Pleurodira

Sub-ordo Pleurodira merupakan kura-kura akuatik dengan ciri memiliki leher yang

panjang. Kepalanya dapat dilipat ke samping badan namun tidak dapat ditarik ke dalam

tempurungnya. Karapaks biasanya berbentuk oval dan berwarna gelap, memiliki 13 sisik

plastral dan 9-11 tulang plastral. Pelvisnya bersatu dengan tempurung/cangkang. Merupakan

hewan karnivora, pemakan siput, kura-kura, dan amphibi (Zug, 1993).

Kura-kura berkembang biak dengan bertelur (ovipar). sejumlah telur yang dihasilkan

oleh testudinata diletakkan pada lubang pasir di tepi sungai atau laut untu kemudian

ditimbun dan dibiarkan menetas dengan bentuan panas matahari. Jenis kelamin anak kura-

kura ditentukan oleh suhu pasir tempat telur-telur itu disimpan. Pada kebanyakan jenis kura-

kura, suhu diatas rata-rata biasanya akan menghasilkan individu betina. Dan sebaliknya,

suhu di bawah rata-rata cenderung menghasilkan banyak hewan jantan.

Page 17: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

D. Alat dan Bahan

Kunci identifikasi Untuk kelas Amphibia dan Reptilia

Luv

Sarung tangan

Masker

Macam-macam awetan Amphibia dan Reptilia

E. Cara Kerja

Mengamati masing-masing awetan Amphibia dan Reptilia

Mengidentifikasi masing-masing awetan Amphibia dan Reptilia tersebut

menggunakan kunci identifikasi

F. Hasil Pengamatan

Kelas Amphibia

No

.

Gambar

(hasil Dokumentasi)Hasil Determinasi Keterangan

1.

1.b

2.a

9.a Famili Bufonidae

1.b

2.b

3.b

5.b Bufo sp.

Memiliki kelenjar

paratoid yang jelas

dan tubuhnya kuat.

2.

---------------

1.b

2.a

3.b

4.b

5.a

6.a Famili Ranidae

Ada gigi vomer

Page 18: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

1.b

4.b Rana sp.

3.

1.b

2.a

3.b

4.a Famili Rhacophoridae

Memiliki tulang

rawan intercalary

diantara dua ruas jari

terakhir.

Kelas Reptilia

No

.

Gambar

(hasil Dokumentasi)Hasil Determinasi Ciri Khas

Page 19: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

1.

1.b

2.b Ordo Squamata

3.b Sub Ordo Serpentes

1.a

2.b

3.b

8.a Famili Crotalidae

Terdapat “facial

pits” yaitu lubang

kecil diantara hidung

& mata

2.

1.b

2.b Ordo Squamata

3.b Sub Ordo Serpentes

1.b Famili Hydropiidae

Penampang

melintang ekornya

pipih lateral

3.

1.b

2.b Ordo Squamata

3.b Sub Ordo Serpentes

1.a

2.a Famili Typhlopiidae

Matanya tidak jelas

karena tertutup sisik

transparan dan sisik

badan sama.

4. 1.b

2.b Ordo Squamata

3.b Sub Ordo Serpentes

1.a

2.b

3.a

4.b

6.b

7.b Famili Colubridae

Tidak memiliki gigi

bisa, atau kalau ada

letaknya di maxilla

bagian posterior.

Page 20: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

5.

1.b

2.b Ordo Squamata

3.a Sub Ordo Lacertilia

1.b Famili Varanidae

Lidah panjang dan

ujungnya bercabang

dua

6.

1.b

2.b Ordo Squamata

3.a Sub Ordo Lacertilia

1.b Famili Varanidae

Lidah panjang dan

ujungnya bercabang

dua

7.

1.b

2.b Ordo Squamata

3.a Sub Ordo Lacertilia

1.a

2.a

3.b Famili Agamidae

1.b

(1) Genus Herpesaurus

Ujung moncong ada

tonjolan pipih

8. 1.b

2.b Ordo Squamata

3.a Sub Ordo Lacertilia

1.a

2.a

3.b Famili Agamidae

1.b

2).

Jantan dengan

kantung leher sisik-

sisik dorsal sama

besar.

Page 21: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

b.

(2). Genus Calotes

9.

1.b

2.b Ordo Squamata

3.a Sub Ordo Lacertilia

1.a

2.b

4.b Famili Scincidae

Badan ditutupi oleh

sisik sikloid yang

tersusun merata

seperti genting &

tidak memiliki

preanal proses.

10.

1.a Ordo Testudinata

1.b

3.b Famili CheloniidaeKepala dan leher

dapat ditarik dan

kaki seperti dayung

1-2 cakar.

11.

1.a Ordo Testudinata

1.b

3.a Famili Testudinidae Kaki tidak seperti

dayung dengan 4-5

cakar.

12.

1.a Ordo Testudinata

1.a

2.b Famili TrionychidaeRumah ditutupi oleh

kulit yang liat.

G. Pembahasan

Page 22: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

Pada praktikum kali ini, spesies dari kelas Amphibi yang diamati terdiri dari 3 spesies

yang mewakili 3 family. 3 family tersebut semuanya berasal dari ordo Anura. Spesies

pertama adalah kodok yang memiliki ciri-ciri berupa memiliki tungkai, memiliki gigi-gigi

maksila, dan memiliki kelenjar parotoid. 3 ciri tersebut membuat spesies yang dimaksud

termasuk ke dalam family Bufonidae. Selanjutnya untuk mengidentifikasi spesiesnya,

ditemukan ciri berupa memiliki sisi ventral kaki beragam, jari keempat kaki belakang tidak

berselaput lebar sampai ke ujung, lubang hidung menghadap ke samping, jari-jari kaki depan

tumpul membulat atau membengkak tidak melebar menjadi diskus yang tumpul, kelenjar

parotoid jelas dan tubuh kuat. Ciri-ciri tersebut merupakan ciri dari genus bufo. Ciri yang

paling menunjukkan bahwa hewan tersebut adalah genus bufo yaitu kelenjar paratoid yang

menonjol dibagiamn dorsal.

Spesies kedua yang diamati memiliki ciri berupa memiliki tungkai dan gigi-gigi

maxilla, jari-jari dengan tuberculum subarticularis, tanpa tulang rawan intercalary, terdapat

gigi vomer, ujung lidah terbelah, gelang bahu firmisternal. Ciri-ciri tersebut merupkan kunci

identifikasi family Ranidae. Ciri yang paling jelas terlihat dan merupakan ciri khas Ranidae

adalah memiliki gigi-gigi vomer dan memiliki ujung lidah yang terbelah. Berikutnya untuk

mengidentifikasi spesies dari family ranidae diperoleh ciri berupa memiliki gigi vomer dan

memiliki atau tidak memiliki discus pada jari-jari kaki depan tetapi tidak nyata dan lebih

lebar dari tympanum. Ciri tersebut merupakan ciri khas dari spesies Rana sp..

Spesies ketiga yang diamati memiliki ciri berupa memiliki tungkai dan gigi-gigi

maxilla, jari-jari dengan tuberculum subarticularis, memiliki tulang rawan intercalary yang

terdapat diantara dua ruas jari terakhir. Ciri-ciri tersebut merupkan kunci identifikasi family

Rhacoporidae. Ciri yang paling jelas terlihat dan merupakan ciri khas Ranidae adalah

memiliki tulang rawan intercalary yang terdapat diantara dua ruas jari terakhir.

Hewan berikutnya yang diamati merupakan spesies-spesies yang berasal dari kelas

reptilia. Spesies-spesies tersebut hanya mewakili ordo squamata dan chelonia/testudinata.

Ciri khas dari ordo chelonia adalah badan ditutupi rumah dari bahan tulang terdiri dari bagian

dorsal dan bagian ventral (plastron) sedangkan ordo squamata memiliki ciri khas berupa

badan tidak dibungkus oleh rumah dan kloaka melintang (transversal dan tubuh ditutupi oleh

sisik).

Page 23: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

Spesies dari chelonia yang pertama, memiliki rumah yang ditutupi oleh zat tanduk,

kepala dan leher dapat ditarik, kaki tidak seperti dayung dengan 1-2 cakar. Ciri khas yang

disebut diatas merupakan ciri dari family cheloniidae.

Spesies berikutnya, masih dari ordo chelonian/testudinata memiliki kulit yng ditutupi

zat tanduk, kepala dan leher dapat ditarik, kaki tidak seperti dayung dengan 4-5 cakar.

Beberapa ciri tersebut menunjukkan ciri dari family Testudinidae.

Selanjutnya, spesies yang terakhir dari ordo Chelonia yang diamati memiliki ciri rumah

yang ditutupi oleh kulit yang liat, kepala dan leher dapat ditarik, kaki seperti dayung

bercakar. Ciri tersebut merupakan ciri dari family Trionychidae.

Ordo Squamata terdiri dari sub ordo Lacertilia dan sub ordo Sarpentes. Sub ordo

Lacertilia memiliki ciri berupa memiliki belahan mandibula bersatu pada bagian muka,

hampir semua spesies, mempunyai dua pasang tungkai dan kelopak mata digerakkan.

Sedangkan sub ordo Sarpentes memiliki belahan mandibula disatukan oleh ligament yang

elastic, tidak terdapat tungkai, kelopak mata transparan dan tidak dapat digerakkan.

Ada 4 spesies yang mewakili sub ordo Sarpentes yakni spesies yang berasal dari

family Crotalidae, Hydropiidae, Typhloiidae, dan Colubridae. Family Crotalidae

memiliki ciri khas berupa memiliki penampang melintang ekor lebih kurang membulat,

memiliki mata jelas (sempurna), rahang bergigi, maksila menonjol, terdapat gigi bisa

yang dapat dilipatkan ke belakang, serta ciri yang paling menonjol adalah memiliki facial

pits. Facial pits merupakan lubang kecil diantara hidung dan mata. Facial pits ini

berukuran sangat kecil, sehingga apabila melihat ada atau tidaknya facial pits harus

menggunkan lup atau kaca pembesar.

Spesies kedua dari sub ordo sarpentes adalah spesies yang berasal dari family

Hydropiidae. Family ini memiliki ciri khas berupa memiliki penampang melintang ekor

pipih lateral dan gigi bisa di depan (proteroglypa serta hidup di laut. Sebenarnya apabila

melihat ular dengan penampang melintang ekor pipih lateral, kita bisa langsung

memasukkannya ke dalam family Hydropiidae.

Spesies ketiga berasal dari family Typhlopiidae yang memiliki penampang

melintang ekor kurang membulat dan memiliki mata yang tidak jelas ransparan, sisik

badan sama dan mandibula tidak tidak bergigi. Spesies keempat, adalah spesies yang

berasal dari family Colubridae.memiliki ciri penampang melintang ekor lebih kurang

Page 24: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

membulat, memiliki mata jelas (sempurna), rahang bergigi, maksila letaknya mendatar,

tidak terdapat sisa kaki belakang, rahang atas bagian depan (premaksila) bergigi, dan

mata relative besar, tidak mempunyai gigi bisa, atau kalau ada letaknya di maksila bagian

posterior.

Spesies berikutnya adalah spesies-spesies yang termasuk kedalam sub ordo

Lacertilia (ordo squamata). Ciri khas yang dimiliki oleh semua anggota dari sub ordo

lacertilia yaitu memiliki belahan mandibula bersatu pada bagian muka, hamper semua

spesies mempunyai dua pasang tungkai dan kelopak mata yang dapat digerakkan. Spesies

pertama dari sub ordo lacertilia ini termasuk kedalam family Varanidae yang mempunyai

ciri khas famili yakni memiliki lidah yang panjang dengan ujung bercabang dua dan

dapat ditarik masuk kedalam sarung bagian dasar atau pangkalnya, kepala memanjang

dan sisik kecil tanpa osteoderm.

Spesies selanjutnya memiliki lidah yang licin dengan papilla panjang atau papilla

pendek yang tersusun seperti genting, kepala tidak memanjang, bagian dorsal kepala

ditutupi bintil (sisik granuler) atau sisik yang kecil, serta badan pipih arah tegak (vertical)

dan ditutupi oleh sisik yang tersusun seperti genting kadan-kadang terdapat sisir (crest)

yang menunjukkan ciri khas dari famili agamidae. Dilanjutkan dengan kunci identifikasi

famili agamidae sampai ke genusnya. Ciri lain yang didapati adalah kulit pada sisi tubuh

tidak mengalami pelebaran, ujung moncong ada tonjolan pipih. Ciri tersebut merupakan

ciri khas dari genus Herpesaurus yang diduga nenek moyangnya adalah dinosaurus.

Selanjutnya spesies yang diamati memiliki lidah yang licin dengan papilla panjang

atau papilla pendek yang tersusun seperti genting, kepala tidak memanjang, bagian dorsal

kepala ditutupi bintil (sisik granuler) atau sisik yang kecil, serta badan pipih arah tegak

(vertical) dan ditutupi oleh sisik yang tersusun seperti genting kadan-kadang terdapat sisir

(crest) yang menunjukkan ciri khas dari famili agamidae. Selanjutnya mengidentifikasi

genusnya, diamati kembali ciri lain yakni kulit pada sisi tubuh tidak mengalami

pelebaran, ujung moncong tidak memiliki tonjolan pipih, tidak memiliki melintang pada

tenggorokan. Ciri terakhir yang diamati adalah pada jantan, terdapat kantung leher, sisik-

sisik dorsal sama besar yang merupakan ciri dari genus Calotes.

Spesies terakhir yang diamati memiliki lidah yang licin dengan papilla panjang atau

papilla pendek yang tersusun seperti genting, kepala tidak memanjang, bagian dorsal

Page 25: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

kepala ditutupi oleh sisik besar yang simetris. Ciri tersebut merupakan ciri khas dari

famili Scincidae.badan ditutpi oleh sisk sikloid yang tersususn merata seperti genting,

tidak terdsapat preanla pores atau femoral pores.

Jadi dari pengamatan dari beberapa spesies diatas kita telah dapat metentukan atau

mengidentifikasi takson dari berbagai macam Reptilia mulai dari phylum sampai famili

secara berurutan. Dengan keragaman jenis spesies tersebut juga didapati hasil identifikasi

takson yang sangat bervariasi pula walaupun tidak mencapai kesempurnaan.

H. Pertanyaan dan Jawaban Pertanyaan

1. Pada bufo terdapat sepasang kelenjar racun. Dimanakah letak kedua kelenjar itu, dan

apakah namanya ?

Jawaban :

Letak kedua kelenjar itu di bagian dorsal anterior yang dinamakan dengan paratoid gland.

2. Pada Rhacophorus terdapat discus interkalatus yang terdapat di antara dua ruas tulang

jari. Sebutkan kedua ruas tulang jari tersebut?

Jawaban :

Phalanges sebelum discus interkalatus dan phalanges sesudahnya.

3. Gelang bahu anggota anura memiliki arti penting dalam klasifikasinya. Jelaskan

bagaimana kepentingannya tersebut ?

Jawaban :

Gelang bahu pada anggota anura digunakan untuk keperluan identifikasi tingkat familia

dan spesies.

4. Apakah kedudukan choana dan gigi vomer berbeda bagi spesies yang tidak sama.

Jelaskan dengan contoh.

Jawaban :

Ya, misalnya pada Carcophryne barbonica choana letaknya agak mendekati bagian luar

mulut sedangkan pada pseudobufo subasper agak ke dalam mulut.

Page 26: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

5. Bagaimana pengukuran panjang badan anggota anura?

Jawaban :

Pengukuran panjang badan anura dilakukan dengan mengukur dari anterior ke posterior.

6. Mengapa letak lubang hidung anggota anura mempunyai nilai taksonomi?

Jawaban :

Karena anggota anura pada tingkat spesiesnya, beda letak hidung beda spesies.

7. Jari-jari kaki manakah yang berselaput pada anggota anura, dan bagaimanakah pelebaran

selaput itu?

Jawaban :

Jari yang ke 1, 2, 3, 4, dan 5. Selaput tersebut akan melebar saat dilakukan untuk

berenang.

8. Bagaimana cara menentukan nomor urut jari-jari mulai jari ke 1 – jari ke 5?

Jawaban :

Caranya, jari pertama dihitung mulai dari jari yang paling dekat dengan perut. Kemudian

jari ke 2 didekatnya dan seterusnya.

9. Apa yang dimaksud dengan tuberculum metatarsalis luar. Dan bagaimana kedudukannya

terhadap uirutan nomor jari-jari?

Jawaban :

Tuberculum metatarsalis luar merupakan suatu titik berbentuk bulat yang terletak diatas

jari pertama.

10. Selain gelang bahu, gelang panggul juga penting untuk klasifikasi anggota anura.

Bagaimana, jelaskan?

Page 27: LAPORAN ZOVERT AMPHIBI

Jawaban :

Gelang panggul setiap spesies anggota anura berbeda-beda, sehingga dengan adanya

perbedaan gelang panggul tersebut memberikan cirri khas pada masing-masing spesies.

I. Kesimpulan

1. Berdasarkan pengamatan, spesies dari kelas Amphibi yang diamati terdiri dari 3 spesies

yang mewakili 3 family dimana 3 family tersebut semuanya berasal dari ordo Anura.

2. Dari 12 spesies dari kelas Reptil yang diamati, didapati 2 ordo, 2 subordo dan 10 jenis

famili bahkan ada 2 spesies yang diidentifikasi sampai ke genus.

3. Hasil identifikasi spesies dari kelas reptil dan kelas amphibi menunjukkan keragaman

takson pada hewan-hewan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2008. Tersedia. www.dunia-reptil//nrpi09/nk/sj/009 [Online] : 7 November 2009.

Anonim 2. 2007. Tersedia.

http//www.amphibianfrog-frogsRhacopor//Ranoidae//04788gf/st0657/989gth [Online] : 7

November 2009.

Asiah, Soesy dkk. 2008. Zoologi Vertebrata for Apis Indica Society. Bandung : FPMIPA

Universitas Pendidikan Indonesia.