laporan amphibi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vertebrata adalah istilah untuk menyebut hewan yang bertulang belakang.
Salah satunya amphibi. Amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu “amphi” yang
berarti dua dan “bios” yang berarti hidup. Amphibi merupakan hewan yang hidup
dengan dua habitat, termasuk hewan poikiloterm atau berdarah dingin. Pembagian
tubh terdiri atas kepala, badan dan ekor. Kulit lembab berlendir, terdiri dari dermis
dan epidermis.
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi tidak
tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibi mempunyai
dua bentuk kehidupan yaitu di air dan di darat, pada umumnya amphibi mempunyai
siklus hidup awal diperairan dan siklus kedua di daratan.
Pada masa berudu amphibi hidup di perairan. Pada pase ini berudu bergerak
dengan ekor. Pada fase dewasa hidup didarat dan bernafas dengan paru-paru dan fase
dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring
dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang
dan rangka insang lama kelamaam menghilang, pada anura tidak di temukan leher
sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara
melompat.
Amphibi mempunyai kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang
dengan baik. Pada mata terdapat membran nictitans yang berfungsi untuk melindungi
mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata.
Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak
depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna, pada
cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang.
Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan
pelembab/ perekat, walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup
1
dari perairan kedaratan,misalnya anggota plethodontidae, tetap tinggal di perairan dan
tidak menjadi dewasa, selama hidup tetap dalam fase berudu bernafas dengan insang
dan berkemabang biak secara neotoni.
Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya di daratan, tetapi
pada waktu tertentu kembali keair untuk berkembang biak, tetapi ada juga yang hidup
didarat selama hidupnya pada kelompok ini tidak terdapat setadium larva dalam air.
Karena kurangnya pengetahuan tentang sub kelas ini, maka hendaknya kita
mempelajari baik secara morfologi, anatomi, maupun fisiologinya, serta
pengklasifikasiannya dengan menggunakan metode praktikum.
B. Tujuan
Untuk mengetahui morfologi dan anatomi dari hewan vertebrata melalui
kegiatan pembedahan pada katak sawah (Rana cancarivora) dan kodok (Bufo sp).
C. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Senin/29 Juli 2013
Jam : 13.00-selesai WITA
Tempat : Kampus UNSULBAR ruang 9
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Amphibia berasal dari kata amphi = dua, bios = hidup. Jadi, Amfibi berarti
hewan yang hidup di dua alam. Ketika masa larva hidup di air tawar, setelah dewasa
hidup di darat. dalam hal praktikum kali ini kami mengambil contoh hewan dari
family bufonidae (kodok sejati). Bentuk tubuh kodok berbeda pada saat larva dan
dewasa. Bentuk larva cocok untuk hidup di air, bentuk dewasa sesuai dengan
lingkungan darat (Suntoro, 1994).
Amphibia hidup didua tempat, di air dan tempat yang lembab dari daratan.
Telur-telur individu yang belum matang adalah normal hidup di dekat air dan dan
dewasa tidak pernah jauh dari air, dari kemampuan mereka disebuah lingkungan
daratan, lebih tepat lagi tidak berkembang. Dewasa ditemukan ditanah dekat kolam-
kolam, aliran sungai dan bagian lain dari air segar yang mana mereka dapat istirahat
dan mendapatkan ketenangan, atau ditempat-tempat lain yang lembab seperti
dibawah pohon atau dibawah batu, di kayu-kayu yang agak lembab. Amphibia
daratan yang agak terkenal adalah katak khususnya, sangat aktif saat malam ketika
kelembaban relatif tinggi ( Bartlet, 1988 ).
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat
di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil
berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan
merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan
melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan
si betina (Anonimous, 2011)
Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar,
karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara
internal. Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita membedah
katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan berwarna hitam
yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu merupakan ovarium yang penuh berisi
3
sel telur, jumlahnya mencapai ribuan. Pada katak betina juga ditemukan semacam
lekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat ”pegangan” bagi katak
jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangi oleh katak jantan dengan
adanya struktur khusus pada kaki depannya, yaitu berupan telapak yang lebih kasar.
Fungsinya untuk memegang erat katak betina ketika terjadi fertilisasi (Iqbalali, 2009).
Amphibi adalah hewan berdarah dingin yang mampu menyesuaikan cara
hidupnya dengan lingkungan. Di daerah beriklim sedang, bila musim dingin tiba,
hewan ini bersembunyi dimana saja, misalnya mengubur diri dalam lumpur parit,
dikubanan atau di tanah yang basah di antara batu-batuan (Iqbalali, 2009).
Menurut Jasin (1984), amphibia tidak diragukan lagi berasal dari satu nenek
moyang dengan ikan. Mungkin hal ini terjadi pada zaman devon. Transisi dari air
kedarat tampak pada :
1. Modifikasi tubuh untuk berfalam, di darat, di samping masih memiliki
kemampuan berenang dalam air.
2. Tumbuhnya kaki sebagai pengganti pengganti beberapa pasang sirip.
3. Merubah kulit hingga memungkinkan menghalangi suasan udara.
4. Penggantian insang oleh paru-paru.
5. Merubah sistem sirkulasi untuk untuk keperluan respirasi dengan paru-paru dan
kulit.
6. Alat sensorisnya memiliki kemampuan berfungsi baik di udara maupun di darat.
Selama tidur pada waktu musim dingin, hewan ini tidak makan, dan sedikit
pertukaran udara yang dibutuhkannya, yang berlangsung melalui kulitnya.
(Anonimous, 2010).
Menurut Jasin (1984), adapun ciri–ciri amphibi dari literature lain yaitu:
1. Kulit selalu basah dan berkelenjar, tidak bersisik luar
4
2. Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan atau berenang, berjari 4–5 atau lebih
sedikit, tidak bersirip
3. Terdapat dua buah nares yang menghubungkan dengan cavum oris. Padanya
terdapat klep untuk menolak air. Mata berkelopak yang dapat digerakan, lembar
gendang pendengar terletak disebelah luar. Mulut bergigi dan berlidah yang dapat
dijulurkan di luar
4. Skeleton sebagian besar berupa tulang keras, tempurung kepalanya memiliki
condyl, bila memiliki costae tidak menempel pada sternum
5. Cor terbagi atas tiga ruangan, yakni dua ruangan auricular dan satu ruangan
ventriculum, mempunyai satu atau tiga pasang archus aorticus, erythrocyte
berbentuk oval dan bernucleus
6. Pernapasannya dengan insang, paru–paru, kulit atau garis mulut.
7. Otak memiliki 10 pasang nervi cranialis
8. Suhu tubuh tergantung dengan lingkungannya (poikilothermis)
9. Fertilisasi terjadi diluar atau didalam tubuh, kebanyakan ovivar.
Amphibia dikelompokan kedalam empat Ordo yaitu Gymnophiona (Caecilians),
Trachystomata (Sirens), Caudata dan Anura (Frogs and Toads). Sementara ahli lain
membagi amphibi kedalam tiga ordo meliputi Gymnophiona (Caecilians), Caudata
(Salamanders) dan Anura (Frogs and Toads). (Muetya. 2011)
a. Ordo Caecilia ( Gymnophiona)
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai
kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak
bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata
tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi
sebagai fotoreseptor. Dibagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai
organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase
larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang
5
mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan
akuatik (Djuhanda, 1982).
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,
Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili yang ada di indonesia
adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik,
ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva
berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang
walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota
famili ini yang ditemukan di indonesia adalahIchtyophis sp., yaitu di propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (Muetya, 2011).
b. Ordo Urodela
Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh
memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum.
Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai
insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat
mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir
mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak
dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia
Tengah, Jepang dan Eropa. Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea,
Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili
yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu
Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu
Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae,
Dicamptodontidae dan Salamandridae (Anonimous, 2010).
c. Ordo Anura
Anura merupakan ordo yang memiliki jumlah spesies terbesar dibandingkan
Ordo lainnya. Anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota
6
ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan,
tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar
daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat.
Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum
terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang
mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan
baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan
dangkal (Muetya, 2011).
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan
1. Katak sawah (Rana cancrivora)
2. Bufo sp
3. Ether/chloroform
B. Alat-alat yang diperlukan
1. Papan seksi/gabus
2. Alat seksi satu set (gunting, katter dan silet)
3. Jarum pentul
4. Loupe/kaca pembesar
5. Botol selai kosong/toples
6. Kapas
C. Cara Kerja
1. Pengamatan bentuk luar
1.1. Membius dengan ether, sebagai berikut:
1.1.1. Mengambil segulung kapas, dibasahi dengan ether sampai basah
separuhnya.
1.1.2. Memasukkan kapas basah tersebut ke dalam botol pembius.
1.1.3. Memasukkan katak dan kodok dalam botol pembius sampai katak dan
kodok tersebut lemas atau mati.
1.2. Meletakkan katak dan kodok yang sudah mati itu, di atas papan seksi pada
perutnya dan mengamati bagian demi bagian.
1.2.1. Bagian kepala: disini terdapat:
Mata yang mempunyai pelupuk, selaput kejap dan biji mata.
Membrane timpanium, kiri kanan
Celah mulut yang lebar
Lubang hidung luar
8
1.2.2. Leher, sangat pendek. Katak tidak bisa menoleh karena tidak ada sendi
antara tulang kepala dan tlang leher.
1.2.3. Bagian badan, meraba dengan ujung telunjuk bagian yang keras dan
lembut, untuk mengetahui bagian yang keras dan lembut, untuk
mengetahui bagian yang bertulang. Pada bagian ini terdapat dua
pasang kaki:
a) Kaki depan, terdiri atas bagian-bagian:
Lengan atas
Lengan bawah
Telapak
Jari-jari tidak berselaput
b) Kaki belakang, terdiri atas bagian-bagian:
Paha
Betis/tungkai
Telapak yang menyatu (pes)
Jari-jari yang berselaput
c) Pada pertemuan pangkal paha agak ke punggung terdapat kloaka.
1.2. Mengamati seluruh permukaan kulit katak dan kodok dengan loupe dan
meraba dengan ujung jari (basah?, kering?, berminyak?, berlendir?, atau
bersisik?).
1.3. Membuat gambar dengan pandangan dari punggung dan menunjukkan semua
bagian-bagian yang disebutkan.
2. Pembedahan untuk melihat alat-alat dalam tubuh
2.1. Mentelentangkan hewan mencoba (katak) di atas papan seksi.
2.2. Merentangkan kaki-kakinya dan menusuk telapak kaki dengan jarum pentul
untuk menahan agar tidak goyang atau tidak bergerak.
2.3. Menjepit kulit pertengahan perut dengan pinset secara melintang.
Menggunting lipatan kulit yang terjepit sehingga terjadi sobekan.
9
2.4. Memasukkan ujung yang tumpul dalam sobekan kulit tersebut, menggunting
kulit kearah kepala sampai gunting tertumbuk pada bagian dada.
2.5. Melanjutkan pula pengguntingan kulit kea rah ekor sampai tertumbuk pada
pangkal paha.
2.6. Mempelajari perlekatan kulit pada otot/daging. Tidak semua permukaan kulit
melekat langsung pada daging. Hanya pada bagian-bagian tertentu kulit
melekat pada otot, yang disebut septum. Dengan demikian terjadi kantong-
kantong antara kulit dengan otot yang disebut punggung.
2.7. Meletakkan kembali hewan tersebut pada punggungnya.
2.8. Merentangkan kaki-kakinya dan pasak kembali dengan jarum pentul agar
tidak mudah goyang.
2.9. Membuat torehan pada pertengahan otot perut secara membujur, sampai
tembus (hati-hati jangan sampai melukai isi perut).
2.10. Memasukkan ujung gunting yang tumpul kedalam celah yang terbentuk, dan
menggunting otot perut arah kepala sampai pada tulang dada. Melanjutkan
irisan ini kearah ekor sampai pangkal paha.
2.11. Masih dengan menggunakan gunting, membuat irisan ke samping dan tahan
dengan jarum pentul.
2.12. Menyingkapkan dinding perut ke samping dan tahan dengan jarum pentul.
2.13. Dengan terbukanya rongga badan ini, maka akan kelihatan alat-alat sebagai
berikut:
2.13.1. Jantung berada dalam pericardium (mungkin masih berdenyut).
2.13.2. Hati, merah coklat terdiri dari dua lobus besar.
2.13.3. Lambung, berwarna keputih-putihan disebalahdisebelah kiri hati.
2.13.4. Usus, jelas berkelok-kelok.
2.13.5. Kantong kencing/kemih, berupa gelembung bening. Kadang-kadang
tidak ditemukan karena pecah atau kosong/kempis.
2.13.6. Pada preparat betina jelas nampak ovarium/indung telur yang hampir
menutupi seluruh rongga perut, warna hitam berbintik-bintik putih.
10
2.13.7. Paru-paru, nampak terjepit disebelah kanan dan disebelah kiri
lambung.
2.14. Jangan dulu membongkar susunan alat-alat yang kelihatan tersubut.
2.15. Membuat gambar sederhana alat-alat yang nampak tersebut.
3. Sistem Peredaran Darah
3.1. Dengan loupe mengamati jantungpada tempatnya.
3.2. Buka pericardium dengan gunting. Mengambil sedikit kapas dan jepit
dengan ujung pinset. Menyerap cairan yang ada di sekitar jantung.
3.3. Dengan loupe mencari dan mengamati bagian-bagian jantung:
3.4. Bilik
3.5. Serambi kanan dan serambi kiri
3.6. Batang arteri yang keluar dari bilik, melengkung di sebelah atas
jantung kekiri dan kekanan.
4. Sistem parnapasan
4.1. Membuka mulut dan mencari celah pangkal tenggorok yang berada agak di
depan pangkal kerongkongan.
4.2. Memasukka ujung pipet pengisap minuman pada pangkal tenggorok dan tiup.
4.3. Alat yang terdapat dalam rongga badan di sebelah kanan hati.
4.4. Mengamati bentuk dan susunannya.
5. Sistem pencernaan
5.1. Menyingkapkan jantung kekanan dan mencari saluran di sebelah bawah
saluran pernapasan, pendek, lunak, inilah kerongkongan.
5.2. Kerongkongan mengalami pelebaran, berupa kantong disebelah kiri hati, alat
ini disebut lambung.
5.3. Mengikuti urutan-urutan dari bagian saluran ini, selanjutnya sampai ke
kloaka. Berturut-turut akan ditemukan alat-alat saluran pencernaan sebagai
berikut:
5.3.1. Kerongkongan, sangat pendek
5.3.2. Lambung
11
5.3.3. Usus dua belas jari, sebelah kanan lambung membelok ke kiri
5.3.4. Usus halus
5.3.5. Usus besar.
5.3.6. Poros yang bermuara ke kloaka.
5.3.7. Kloaka.
5.4. Alat-alat pencernaan yang lain, berupa kelenjar pencernaan anatara lain
sebagai berikut:
5.4.1. Hati, warna merah tua
5.4.2. Kantong empedu
5.4.3. Pangkreas
5.5. Membuat gambar skema alat-alat tersebut diatas!.
6. Sistem urogenitalia
6.1. Melepaskan alat-alat pencernaan dengan gunting, mulai pada kerongkongan
sampai poros.
6.2. Jika preparat betina, mencari dan mempelajari bagian-bagian:
6.2.1. Indung telur (ovum)
6.2.2. Saluran telur (oviduct)
6.2.3. Ginjal, panjang, berwarna coklat kemerah-merahan
6.2.4. Ureter, saluran dari ginjal ke kloaka.
6.3. Jika preparat jantan, mencari dan mempelajari bagian-bagian:
6.3.1. Testis, warna kuning yang dilengkapi dengan badan lemak yang
berwarna kuning berjurai-jurai.
6.3.2. Vasa efferentia, saluran dari testis masuk ke ginjal
6.3.3. Vesikula seminalis, menghasilkan getah untuk sperma
6.3.4. Ureter, salluran dari ginjal bermuara pada kloaka.
6.3.5. Kantong kemih/kencing.
6.4. Membandingkan hasil pengamatan dengan gambar 4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
Keterangan:
1. Hidung (Nares eksterna) 10. Femur (paha)2. Falang (jari tangan) 11. Valvebra superior (kelopak mata atas)3. Metacarpal (telapak tangan) 12. Valvebra inferior (kelopak mata bawah)4. Radius dan Ulna (lengan bawah)5. Humerus (lengan atas)6. Karpal (pergelamgan tangan)7. Tarsal (pergelangan kaki)8. Metatarsal (telapak kaki)9. Falanges (jari kaki)
A. Hasil pengamatan
Gambar morfologi katak sawah (rana cancrivora)
13
Keterangan:
1. Hidung (nares eksterna) 10. Femur (paha)2. Jembatan orbital 11. Valvebra superior (kelopak mata atas)3. Tonjolan kasar 12. Valvebra inferior (kelopak mata bawah)4. Metacarpal (telapak tangan) 13. Kloaka (Cloaca)5. Radius ulna (lengan bawah)6. Carpal (pergelangan tangan)7. Tarsal (pergelangan kaki)8. Metatarsal (telapak kaki)9. Falanges (jari)
Gambar morfologi kodok (Bufo sp)
14
Keterangan:
1. Hati (Hepar)2. Lambung (Ventriculus)3. Usus besar (Intestinum crassum)4. Usus halus (Intestinum)5. Jantung (Cor)6. Paru-paru (Pulmo)7. Uterus
Gambar anatomi katak sawah (Rana cancrivora)
15
Keterangan:
1. Paru-paru (Pulmo)2. Jantung (Cor)3. Usus halus (Intestinum)4. Usus besar (Intestinum crassum)5. Hati (Hepar)6. Lambung (Ventriculus)7. Kloaka (Cloaca)
Gambar anatomi kodok (Bufo sp)
16
Keterangan:
1. Nares eksterna (hidung)2. Gigi vumerin3. Saluran eustachius4. Bukaan saccus vocalis5. Lidah (Lingua)6. Bukaan esophagus7. Glottis8. Membrane timpanium9. Valvebra inferior (kelopak mata bawah)
Gambar rongga mulut
17
B. Pembahasan
a. Morfologi Katak Sawah (Rana cancrivora)
Klasifikasi katak (Rana cancrivora) sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub-Phylum : Vertebrata
Classis : Amphibia
Sub-Classis : Salienta (Anura)
Ordo : Diplasiocoela
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana cancrivora
Pada pengamatan yang kami lakukan, kami memperoleh morfologi atau
bentuk tubuh luar katak sawah (Rana cancrivora) adalah sebagai berikut:
1. Hidung (Nareks eksterna) : merupakan organ penciuman dan jalan utama keluar-
masuknya udara dari dan ke paru-paru. Juga memberikan tambahan resonansi
pada suara dan merupakan tempat bermuaranya sinus paranasalis dan saluran air
mata.
2. Organon visus (mata), berjumlah sepasang, berukuran besar dan bulat dilengkapi
Valvebra superior (kelopak mata atas) yang tebal dan Valvebra inferior (kelopak
mata bawah) yang tipis dan keduanya bersifat kaku, dan Membran nictitans
(kelopak mata ketiga) berupa selaput yang dapat bergerak ke arah dorsal
menutupi mata.
3. Extremitas anterior (kaki depan) yang pendek, terdiri atas
Humerus (lengan atas): merupakan tulang panjang pada lengan atas, yang
berhubungan dengan skapula melalui fossa glenoid.
Radius-ulna (lengan bawah): Radius merupakan tulang lengan bawah yang
terletak di sisi lateral pada posisi anatomis dan Ulna merupakan tulang lengan
bawah yang terletak di sisi medial pada posisi anatomis
18
Carpal (pergelangan tangan): Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang
berartikulasi dengan ujung distal ulna dan radius.
Metacarpal (telapak tangan): Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di
pergelangan tangan dan bagian proksimalnya bersambungan dengan bagian
distal tulang-tulang karpal.
Phalangus (jari-jari) yang berjumlah 4 jari dengan selaput renang.
4. Extremitas posterior (kaki belakang) yang panjang, terdiri atas
Femur (paha): Femur merupakan, yang di bagian proksimal bersambungan
dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia.
Tibia-fibula (betis): Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya
lebih medial dibanding dengan fibula. Fibula merupakan tulang tungkai
bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan tibia.
Tarsal (pergelangan kaki), Metatarsal (telapak kaki), dan Phalanges (jari-jari)
berjumlah 5 jari yang berselaput renang.
Pada bagian Rimma oris terdapat bagian-bagian yaitu: Nares eksterna (lubang
hidung), gigi vumerin, saluran eustachius, bukaan saccus vocalis, lidah,
bukaan esophagus, Glottis, Membrane niktitan, Membrane tympanium,
Valvebra inferior.
b. Morfologi Kodok (Bufo sp)Klasifikasi dari genus Bufo adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Bufonidae
Genus : Bufo
Bufo (kodok) mudah di kenali dari tubuhnya yang tampak seperti berjongkol
dengan 4 (empat) kaki untuk melompat, leher yang tidak jelas dan tanpa ekor,
kakibelakang berfungsi untuk melompat, lebih panjang dari pada kaki depan
19
yangpendek dan ramping. Kodok mempunyai kulit tubuh yang kasar, tertutup
olehtonjolan-tonjolan berduri di seluruh permukaan kulit, pada sisi tubuh terdapat
lipatankulit berkelenjar mulai dari belakang sampai di atas pangkal paha yang
disebutlipatan dorsalateral. Ada juga lipatan yang serupa yang disebut lipatan
supratimpatik yang mulai dari belakang mata memanjang di atas gendang telinga
danberakhir di dekat pangkal lengan. Pada kebanyakan jenis kodok betina
mempunyaiukuran tubuh lebih besar dari pada kodok jantan (Iskandar, 1998).
Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada
leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah halus lunak. Kepala
mempunyai mulut tang lebar untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares
externa yang kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan, 2 mata yang
besar spherik, dibelakangnya 2 lubang pipih tertutup oleh membrane tympani yang
berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap mata mempunyai
kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya mempunyai selaput mata bening
membrane nictitans untuk menutupi mata apabila berada di dalam air. Di bagian
ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang sisa-sisa
makananyang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari alat
reproduksi (Kastowo, 1982: 32 )
Kaki kodok terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang.
Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium), tangan
(manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis
(crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti) (Radiopoetro, 1996: 474). Secara umum kodok
jumlah jari tungkai depan biasanya empat jari dan tungkai belakang lima jari. Pada
tungkai belakang memanjang yang berpotensi untuk melompat. Kadang-kadang
dijumpai jari tambahan sebagai prehaluk pada sisi ventral kaki. Prehaluk ini pada
Spadefoot (kodok penggali tanah) berupa tulang -tulang keras yang digunakan untuk
menggali tanah sebagai tempat bersembunyi (Radiopoetro, 1996: 474).
Kulit amphibi sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Kulit yang tipis
fleksibel membagi bagian luar badan untuk melindungi organisme terhadap penyakit,
20
berfungsi dalam pernapasan, penyerapan air, sebab kodok tidak pernah minum. Di
lengkapi dengan kelenjar mukosa yang menyebabkan kulit terjaga kelembabannya,
bagi spesies yang hidup di air, mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh.
Sebagian besar memiliki kelenjar granular dan kelenjar mukus. Keduanya mirip, akan
tetapi hasil produksinya berbeda. Kelanjar granular memproduksi zat abnoxious atau
racun untuk melindungi diri dari musuh. Keduanya dikelompokkan sebagai kelenjar
alveolar (kelenjar yang tidak mempunyai saluran pengeluaran, tetapi produknya di
keluarkan lewat dinding selnya sendiri secara alami). Kelenjar racundapat
menimbukan iritasi pada kulit (Sukiya, 2005: 47).
Bufo adalah bilateral simetris, dengan bagian sisi kiri dan kanan equal. Bagian
tengah disebut medial, samping/lateral, badan muka depan adalah ujung anterior,
bagian belakang disebutujung posterior, bagian punggung atau dorsal, sedang bagian
muka ventral. Bagian badan terdiri atas kepala/ caput, kerongkongan/ cervik, dada/
thorax atau pectoral, perut atau abdomen, pantat pelvis serta bagian kaudal pendek
(Kastowo, 1982: 32).
c. Anatomi Katak Sawah (Rana cancrivora) dan Kodok (Bufo sp) Secara Umum
Setelah mengamati bagian morfologi dari hewan amphibi tadi, kemudian
kami melakukan pembedahan dan memperoleh bagian-bagian seperti dibawah ini:
1. Hati: terdiri atas tiga lobus, berwarna merah tua. Hati berfungsi menghasilkan
empedu yang berperan dalam proses pencernaan.
2. Lambung: terdiri atas tiga bagian, yaitu ardiak yang terdapat di bagian atas yang
berdekatan dengan hati, fundus yang terdapat dibagian tengah, dan filorus
terdapat di bagian bawah yang dekat dengan hati.
3. Paru-paru: terletak diantara hati sebelah kanan dan sebelah kiri lambung dan
berfungsi sebagai alat pernafasan.
4. Jantung: berada dalam pericardium yang terdiri atas tiga lobus yaitu dua anterium
dan satu ventrikal. Jantung berfungsi sabagai alat peredaran darah.
21
5. Usus halus merupakan saluran pencernaan yang paling panjang. Usus halus terdiri
dari duodenum, jejunum, dan ilenum.
6. Usus besar dilapisi dengan mukosa tanpa lapisan kecuali pada rectum. Usus besar
berfungsi pada proses reabsorbsi air dan membentuk lender.
7. Ovarium merupakan sepasang kantong yang terdiri dari sel-sel telur dan bila
banyak akan menutupi seluruh bagian abdomen serta dilindungi oleh selaput tipis
nesovarium yang dengan bantuan gerakan silia serta otot abdomen telur, telur
tersebut didorong kedepan menuju osteum tubau yang terletak di kiri dan kanan
dan merupakan pangkal dari saluran telur.
d. Fisiologi
a. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, dari mulut makanan melalui faring,
kemudian esophagus menghasilkan sekresi alkali mendorong makanan masuk ke
lambung, di lambung makanan di cerna dan diproses dengan enzim. Lambung juga
menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan makanankemudian makanan masuk
ke dalam usus melalui pyloris, kemudian sari-sari makanan masuk ke hati yang besar
terdiri atas beberapa lobus dan bilus, yang kemudian ditampung dalam kantung
empedu kemudian menuju ke rectum kemudian dikeluarkan melalui kloaka.
b. Sistem sirkulasi
Sistem Peredaran darah tertutup Kodok dan katak/Amphibia
Alat sirkulasi darah kodok terdiri atas jantung, arteri, vena, kapiler,
dan sinus venosus. Jantung terdiri dari 3 ruangan yaitu atrium kiri, atrium kanan, dan
satu ventrikel. Di antara atrium dan ventrikel terdapat sekat. Antara atrium kanan dan
kiri terdapat katup. Sinus venosus terletak di sebelah dorsal jantung.
Aliran darah diawali dari seluruh tubuh yang kaya CO2 masuk ke jantung
melalui vena kava. Darah ini mula-mula berkumpul di sinus venosus dan akan
masuk ke atrium kanan, dan menuju ventrikel, lalu dipompa menuju paru-paru.
Selanjutnya, darah dari paru-paru yang kaya O2 masuk ke atrium kiri dan menuju
22
ventrikel. Selain dari paru-paru, O2 juga dapat diperoleh melalui kapiler-kapiler di
bawah kulit. O2 ini masuk ke dalam kulit secara difusi.
Jadi, di dalam ventrikel kedua jenis darah bercampur. Selanjutnya, darah kaya
O2 dari ventrikel dipompa menuju arteri untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
Kulit amfibi juga berperan sebagai alat pernapasan. Oksigen masuk melalui kulit
secara difusi, ke kapiler-kapiler di bawah kulit.
c. Sistem saraf
Terdiri atas sistem nervorum central (pusat) dan sistem nervorum periforium
(tepi). Dalam Sistem nervorum central terdiri dari encephalon (otak) dan medulla
spinalis (nervecord). Encephalon terdapat dalam kotak otak (Cranium). Dari
pandangan sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfactorius menuju saccus nasalis,
dua hemispherium cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk ovoid yang
dihubungkan oleh comissura anterior sedang bagian anteriornya bergabung dengan
diencephalon medialis. Di bagian belakang terdapat dua bulatan lobus opticus yang
ditumpu otak tengah (mesencephalon) sebelah bawah dan selanjutnya diikuti oleh
cerebellum (otak kecil) yang merupakan bagian kecil.
Di belakangnya terdapat bagian yang terbuka sebelah atas yaitu medulla
oblongata yang selanjutnya berhubungan dengan medulla spinalis, berakhir di sebelah
caudal dengan felium terminale. Diencephalon mempunyai badan sebelah dorsal yang
disebut epiphyse atau glandulae pinealis. Di bawah diencephalon terdapat chiasma
opticua, yang selanjutnya diikuti oleh infudibulum yang tumbuh keluar sebagai
segitiga tumpul dengan hypophyse atau glandulae pituitaria pada posteriornya.
Di dalam otak terdapat rongga-rongga yang disebut ventriculus. Cairan
cerebrospinalis mengisi ventriculus-ventriculus tersebut dan sekitar otak. Pertukaran
zat atau metabolism pada otak dilakukan oleh pembuluh-pembuluh darah arteri dan
venulae yang meliputi jaringan permukaan otak. Otak dan medulla spinalis dibungkus
oleh dua membran yang tebal yaitu duramater yang berbatasan dengan tulang, dan
membran halus yaitu piamater yang berbatasan dengan jaringan saraf. System
23
nervorum perivorum terdiri atas nervi Cranialis dan nervi spinalis. Nervi spinalis
berpusat pada otak di berbagai lobus.
d. Sistem respirasi
Pada kodok, oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase
berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat
berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang
bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang
hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan
berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan
selaput rongga mulut, kodok bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karna
kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas
pernapasan mudah berdifusi (Godknecht, 2004).
e. Sistem Pernapasan
Kodok atau katak muda (berudu) menggunakan insang untuk mengambil O2
yang terlarut dalam air. Setelah berumur lebih kurang 12 hari, insang luar diganti
dengan insang dalam. Setelah dewasa, kodok bernapas menggunakan selaput rongga
mulut, paru-paru, dan kulit.
Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan
banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga
mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan glotis tertutup, sehingga udara berada di
rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Pernapasan dengan kulit dilakukan secara
difusi
Hal ini karena kulitnya yang tipis,
selalu lembap, dan mengandung banyak
kapiler darah. Pernapasan dengan kulit
berlangsung secara efektif baik di air maupun
di darat. Oksigen (O2) yang masuk lewat
kulit akan diangkut melalui vena kulit paru-
24
paru (vena pulmo kutanea) menuju ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Sebaliknya karbon dioksida (CO2) dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari jantung
dipompa ke kulit dan paru-paru melalui arteri kulit paru-paru (arteri pulmo kutanea).
Dengan demikian, pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi di kulit.
Katak atau kodok juga bernapas dengan paru-paru, tetapi belum sebaik paru-
paru Mammalia. Perhatikan Gambar 7.18. Paru paru kodok berupa sepasang kantung
tipis yang elastis sehingga udara pernapasan dapat berdifusi, dan dindingnya banyak
dikelilingi kapiler darah sehingga paru-paru kodok berwarna kemerahan. Paru-paru
dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Seperti pada ikan,
pernapasan pada kodok atau katak meliputi proses inspirasi dan ekspirasi yang
berlangsung pada saat mulut dalam keadaan tertutup. Mekanisme pernapasan ini
diatur oleh otot-otot pernapasan, yaitu: otot rahang bawah (submandibularis),
sternohioideus, geniohioideus, dan otot perut.
f. Sistem Otot
Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapai tampak
tanda-tanda perbedaan. Sekat horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari
otot epeksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi
bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.
Selanjutnya otot hipaksial terlepas atau terbagi-bagi dalam lapisan-lapisan,
kemudian membentuk otot-otot oblique eksternal,oblique internal dan otot tranversus,
sedangkan otot dermal sangat kurang.Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu,
berenang,berjalan, meloncat atau memanjat, melibatkan perkembangan berbagai tipe
otot.Beberapa diantaranya terletak dalam tungkai itu dan berupa otot intrinsik.
Tubuh kodok dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot daging,
yaitu otot daging berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging berserat
melintang. Perbedaan itu berdasar susunan secara mikroskopis dan fisologis. Otot
daging sebelah luar tediri atas otot daging skletal atau otot daging yang melekat pada
tulang-tulang.Otot daging tersebut terkendalikan oleh kemauan pada gerakannya.
Masing-masing otot daging itu terdiri atas serat-serat yang satu sama lain digabung
25
oleh jaringan ikat. Kedua ujung biasanya melekat pada tulang yang berlainan.Bagian
central yang sedikit gerak disebut “origin” sedang bagian distal yang merupakan
bagian yang banyak gerak disebut “insertion”. Banyak otot daging yang memiliki
perluasan dengan jaringan ikat sehingga dapat membungkus sebelah ujung tulang
yang disebut “tendon”.
Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan kontraksi yakni memanjang-
memendekkan jari;dengan demikian kedua tulang yang terikat olehnya akan
bergerak.Otot daging secara umum dibagi atas dua kelompok yang berlawanan.
Dibawah ini akan disebutkan tipe umum dari otot-otot daging dengan model
aktivitasnya dengan masing-masing contoh:
Flexor : Mengikat satu bagian dengan bagian lain; contoh biceps sebagai
pengikat lengan bawah dengan lengan atas.
Extensor : Meluruskan atau memperluas suatu bagian; contoh triceps meluruskan
lengan bawah pada lengan atas.
Abductor : Menarik suatu bagian menjauh dari sumbu tubuh (atau anggota);
contoh deltoid menarik lengan ke samping.
Adductor : Menarik satu bagian menuju ke arah sumbu tubuh (atau anggota);
contoh atianus dorsi menarik lengan keatas dan kembali.
Depressor : Menurunkan suatu bagian; contoh depresor manbulae menggerakkan
kebawah rahang bawah untuk menggerakkan mulut.
Levator : Mengangkat atau meninggikan suatu bagian;contoh masseter
mengangkat rahang untuk menutup mulut.
Rotator : Memutar suatu bagian;contoh pyriformis, meninggikan dan memutar
femur.
Dalam banyak gerakan berbagai tubuh beberapa otot daging bereaksi
bersama-sama dengan beberapa kontraksi. Koordinasi dalam hal tersebut
dilaksanakan oleh sistem saraf. Tiap-tiap serat atau berkas otot mempunyai akhir
ujung saraf motoris yang membawa perintah untuk merangsang kontraksi.
g. Skeleton (Rangka)
26
Tersusun dari endoskleton yang didukung oleh bagian-bagian yang lunak.
Fungsi fungsinya adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang vital,
melekatnya otot daging yang berguna untuk gerak dan berjalan. Tempurung kelapa,
vertebrae dan seternum merupakan skeleton axiale sedang kaki merupakan skeleton
appendiculare (Jasin, 1984).
Menurut Jasin, (1984) tempurung kelapa yang besar atau pipih terdiri atas:
a) Cranium yang sempit.
b) Beberapa pasang capsula sensoris dari hidung capsula, pendengar dan capsula
yang besar untuk mata.
c) Tulang-tulang rahang, os hyoid dan tulang rawan dari larynx (skeleton viceral).
Bagian atas cranium sebagian besar tersusun oleh os fronto parietalis os analisis
menutupi capsula nasalis, os prootic sebagai pelindung bagian dalam dari telinga,
sedang di sebelah posteriornya terdapat os exococipital yang mempunyai satu
tonjolan bulat occipitalis condylus pada masing-masingnya.
Tulang punggung yang tersambung dengan kepala dan extrimitas berfungsi
menyokong tubuh dan melindungi tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9
columna vertebralis dan urostyl yang silindris masing-masing vertebrae merupakan
satu segmen yang flexibel seperti vertebrae pada yang berbentuk sebagai rangka
yang melingkari alat-alat dalam thorax. Cingulum cranialis ini melekat vertebrae
dengan otot daging. Masing-masing setengahnya tewrdiri atas tulang rawan lebar
(Jasin, 1984).
h. Sistem Reproduksi
Sistem Reproduksi pada Kodok Jantan
Sistem reproduksi pada kodok jantan, yaitu :
27
a. Sepasang testis berbentuk bulat memanjang melekat pada selaput mesorehium
yaitu selaput yang menghubungkan testis dengan ginjal berfungsi
menghasilkan sperma dan kelenjar gonad.
b. Vas Defferentia, yaitu saluran yang menguhubungkan testis dengan
ginjal, pada kodok terdapat 5-8 saluran.
c. Ductus urospermaticus, yaitu saluran dari ginjal ke kloaka yang menyalurkan
air seni dan sperma.
d. Vasica seminalis, merupakan bagian yang melebur dari ductusurospermaticus,
tempat menyimpan sementara spermatozoa sebelum dikeluarkan.
Sistem Reproduksi pada Kodok Betina
Sistem reproduksi pada kodok betina, yaitu :
a. Ovarium, terdapat sepasang kiri dan kanan melekat pada mesovarium
yang berhubungan dengan dinding mediodorsal dari rongga tubuh.
b. Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk
dimulai dengan bagian yang mirip corong (infudibulum) denganlubangnya yang
disebut ostium abdominal. Oviduk di sebelah kaudalmengadakan pelebaran yang
disebut dutrus mesonfrus dan akhirnya bermuara di kloaka.
a. Perbedaaan Antara Katak Sawah (Rana cancrivora) dan kodok (Bufo sp)
Dapat kami simpulkan dari hasil praktikum yang telah kami lakukan dengan
spesies yang kami amati dengan spesies Katak (Rana sp) dan Kodok (Bufo sp).
Perbedaan Katak (Rana sp) dan Kodok (Bofo sp) ialah,
Katak ( Rana sp) Kodok (Bufo sp)
Ukuran badan lebih kecil
Kulit lebih licin dan mempunyai
warna yang mencolok
Tidak mempunyai pundi hawa
Tidak mengalami penebalan pada
Ukuran badan lebih besar
Kulitnya tidak licin dan warnanya
kecoklatan
Selaput renang tidak terlalu jelas
Mempunyai pundi hawa
28
kulit
Pankreasnya berwarna hijau
Lidahnya bercabang
Tidak mempunyai jembatan orbita
dan jari-jari yang mencakar
Mengalami penebalan oleh zat keratin
Pankreasnya berwarna hitam
Lidahnya tidak bercabang
Memiliki jembitan orbita
BAB V
PENUTUP
29
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa struktur
morfologinya terdiri dari mulut (Rima oris), mata (Organum visus), hidung (Nares
eksterna), jari-jari (Digity), paha (Femur), betis dan kloaka.
Adapun struktur anatomi dari katak, terdiri atas kerongkongan (Oesophagus),
empedu (Vesica felea), hati (Hepar), lambung (Ventriculum), usus halus (Intestinum
tenue), usus besar (Intestinum erassum), rectum, kloaka, aorta kiri, serambi kiri,
pembulu nadi, bilik, serambi kanan, aorta kanan, larink, parink, trakea, bronkus,
bronkiolus, alveolus, oviduk, tuba valopi, ginjal, ovarium, sel telur, testis, ureter, dan
kantong kemih.
Dan dapat kami simpulkan dari hasil pembahasan diatas antara organ
reproduksi pada katak dan kodok berbeda antara jantan dan betina. Pada jantan
terdapat sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih – putihan) terletak
disebelah atas ginjal. Testis diikat oleh alat penggantungnya yang disebut
mesdrchiutn. Jantung katak dan kodok terdiri dari tiga ruang yaitu : atrium kiri,
atrium kanan, dan ventrikel (2 atrium, 1 ventrikel). Atrium kanan menerima darah
yang sedikit oksigen dari seluruh tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah dari
paru–paru. Sistem syaraf katak dan kodok terdiri atas syaraf pusat dan syaraf tepi.
Syaraf pusat terususun atas otak dan tali spinal,sedangkan saraf tepi tersusun atas
saraf kranial, saraf spinal. Tubuh katak dan juga kodok tersusun atas 3 macam
otot, Otot lurik, Otot daging gilig, Otot daging sfingter.
B. Saran
Dari keseluruhan cabang ilmu Biologi semuanya berkaitan erat dengan morfologi,
anatomi dan fisiologi suatu makhluk hidup. Untuk memahami semua itu diperlukan
sarana baik tempat maupun alat-alat untuk melakukan praktikum, oleh karena itu
bagi pihak pengelola kampus kiranya dapat memperhatikan dan segera
30
mempersiapkan kebutuhan tersebut. Ruangan yang sempit dan alat-alat yang kurang
mengakibatkan praktikum ini berjalan kurang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
31
Anonim. 2010. Anatomi hewan vertebrata. (http://www.wikipediasains.org//).
Diakses pada hari selasa 30 Juli 2013.
Anonim. 2011. Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup. (online)
(http://www.Edukasi.Net//). Diakses pada hari selasa tanggal 30 Juli 2013.
Bartlett. 1988. Klasifikasi amphibi. (http://www.klasifikasi amphibi.com//) Diakses
pada tanggal 30 Juli 2013.
Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari empat Hewan Vertebrata_Armico: Bandung.
Iskandar, D.T. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan Lapangan. Puslitbang
Biologi-LIPI.
Iqbalali. 2009. Laporan praktikum katak. (http//www.laporanpraktikumkatak.com//).
Diakses pada tanggal 30 Juli 2013.
Jasin, Maskoeri.1984.Sistematik Hewan. Surabaya: Sinar Wijaya.
Kastowo, Mukayat J, 1982. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Muetya. 2011. Laporan prakitikum amphibi. Scrib (http//www.
laporanamphibi.scrib.com//). diakses pada tanggal 30 Juli 2013.
Radiopoetro, 1996. Zoologi. Penerbit Erlangga. Jakarta
Sukiya, 2005. Biologi Vertebrata. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta
32