materi intan mbull cerorit kapaktujeng sirsirsir

8
Ragam Infeksi Yang Dialami Ibu Hamil Dapat Membahayakan Janin Kelahiran bayi prematur (28-36 minggu kehamilan) bisa terjadi karena berbagai faktor. Umumnya karena ibu hamil mengalami infeksi. Sayangnya, kebanyakan kasus infeksi ternyata tak memperlihatkan gejala alias tersembunyi atau tak diketahui (asimptomatik). Bahkan, ibu sama sekali tak mengalami demam atau gejala sakit lainnya, tahu-tahu si jabang bayi lahir prematur. Selain risiko lahir prematur, infeksi kuman juga menyebabkan berbagai dampak lain. Sebut saja pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, dan mudah terserang penyakit karena sistem imunitas belum terbentuk sempurna. Risiko kematian pun mengintai lantaran bayi belum siap hidup di luar rahim dengan paru-paru dan hati yang belum matang. Sementara sistem imunitasnya belum terbentuk sempurna. Pada kehamilan berikutnya, ibu juga berisiko melahirkan bayi prematur. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, tentu saja efek negatif infeksi dapat diminimalisasi. Melalui pemeriksaan dan perawatan intensif, hal-hal yang dicemaskan takkan terjadi. Contohnya, bayi menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui jenis kuman sehingga bisa ditentukan bentuk pengobatan yang tepat. Dalam dunia kedokteran ada istilah drug of choice. Artinya, pilihan obat yang tepat sesuai dengan penyakitnya, jadi tak asal melakukan terapi. RAGAM INFEKSI Berikut berbagai infeksi yang dialami ibu hamil yang membahayakan janin. 1. INFEKSI VIRUS Dampak merugikan dari infeksi virus terhadap kehamilan sebetulnya amat tergantung apakah virus yang menyerang melewati barier plasenta atau tidak. Umumnya ada 3 infeksi virus yang banyak dialami ibu hamil, di antaranya Rubella, Sitomegalovirus dan Herpesvirus hominis * Infeksi Rubela (German Measles) Perlu diketahui, di luar kehamilan, rubela sebetulnya tidak berbahaya. Namun dalam kehamilan penyakit ini bisa menyebabkan kelainan bawaan pada janin. Bayi yang dilahirkan wanita hamil yang terkena infeksi ini berisiko mengalami cacat mata, semisal katarak, glaukoma dan

Upload: ananta-wijaya

Post on 25-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hjfhfghf

TRANSCRIPT

Ragam Infeksi Yang Dialami Ibu Hamil Dapat Membahayakan JaninKelahiran bayi prematur (28-36 minggu kehamilan) bisa terjadi karena berbagai faktor. Umumnya karena ibu hamil mengalami infeksi. Sayangnya, kebanyakan kasus infeksi ternyata tak memperlihatkan gejala alias tersembunyi atau tak diketahui (asimptomatik). Bahkan, ibu sama sekali tak mengalami demam atau gejala sakit lainnya, tahu-tahu si jabang bayi lahir prematur.

Selain risiko lahir prematur, infeksi kuman juga menyebabkan berbagai dampak lain. Sebut saja pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, dan mudah terserang penyakit karena sistem imunitas belum terbentuk sempurna. Risiko kematian pun mengintai lantaran bayi belum siap hidup di luar rahim dengan paru-paru dan hati yang belum matang. Sementara sistem imunitasnya belum terbentuk sempurna. Pada kehamilan berikutnya, ibu juga berisiko melahirkan bayi prematur.

Dengan penanganan yang cepat dan tepat, tentu saja efek negatif infeksi dapat diminimalisasi. Melalui pemeriksaan dan perawatan intensif, hal-hal yang dicemaskan takkan terjadi. Contohnya, bayi menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui jenis kuman sehingga bisa ditentukan bentuk pengobatan yang tepat. Dalam dunia kedokteran ada istilah drug of choice. Artinya, pilihan obat yang tepat sesuai dengan penyakitnya, jadi tak asal melakukan terapi.

RAGAM INFEKSIBerikut berbagai infeksi yang dialami ibu hamil yang membahayakan janin.1. INFEKSI VIRUSDampak merugikan dari infeksi virus terhadap kehamilan sebetulnya amat tergantung apakah virus yang menyerang melewati barier plasenta atau tidak. Umumnya ada 3 infeksi virus yang banyak dialami ibu hamil, di antaranya Rubella, Sitomegalovirus dan Herpesvirus hominis* Infeksi Rubela (German Measles)Perlu diketahui, di luar kehamilan, rubela sebetulnya tidak berbahaya. Namun dalam kehamilan penyakit ini bisa menyebabkan kelainan bawaan pada janin. Bayi yang dilahirkan wanita hamil yang terkena infeksi ini berisiko mengalami cacat mata, semisal katarak, glaukoma dan sebagainya. Disamping kelainan jantung, telinga bagian dalam, susunan saraf pusat dan kelainan serius lainnya.

Namun risiko cacat bawaan pada janin ini lagi-lagi bergantung pada usia kehamilan saat terjadinya infeksi. Triwulan pertama menimbulkan risiko kecacatan sebesar 30-50 persen, triwulan kedua 6,8 persen, sedangkan pada triwulan ketiga hanya sekitar 5,3 persen. Dari sini terlihat, makin muda usia kehamilan saat terkena infkesi, semakin besar pula risiko mengalami kecacatan. Sayangnya, untuk kasus-kasus ini tak ada obat-obatan yang mampu mencegah rubela. Pengobatan pun sebatas terapi simptomatis, yakni menghilangkan gejala sakit.

* Infeksi SitomegalovirusInfeksi ini menyebabkan kelainan kongenital janin. Di antaranya hidrosefalus, mikrosefalus, mikroftalmia, ensefalitis, kelainan darah dan kebutaan. Sayangnya, pengobatan untuk infeksi ini belum ada.

* Infeksi Herpesvirus HominisInfeksi ini sering kali tanpa gejala klinis, namun bukan berarti penyakitnya tergolong ringan. Pasalnya, infeksi ini dapat memengaruhi kondisi kehamilan, maupun janin, bahkan bayi yang kelak dilahirkan. Proses penularannya sendiri berasal dari vagina lalu naik ke atas menuju rahim yang berisi janin. Jika penularan terjadi pada trimester pertama bisa mengakibatkan kematian janin dalam rahim. Sedangkan bila terjadi pada trimester kedua dapat menyebabkan kelahiran prematur. Sementara pada kulit tubuh maupun konjungtiva dan selaput lendir mulut bayi yang dilahirkan didapati gelembung-gelembung. Kelainan yang muncul pada bayi sangat beragam, misalnya ensefalitis, mikrosefali (kepala kecil) atau hidrosefalus.

Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir bahkan bisa berakibat fatal. Kurang lebih 60 persen angka kematian bayi terjadi karena infeksi ini. Sementara separuh dari bayi yang hidup akan menderita cacat saraf atau kelainan pada matanya. Bayi yang terkena infeksi virus ini menjalani pemeriksaan kultur virus, fungsi hati dan cairan otak (serebrospinalis). Sang bayi juga mendapatkan pengawasan yang cukup ketat karena bisa berdampak buruk bila tak segera ditangani.

Biasanya ibu dengan infeksi ini pada enam minggu terakhir masa kehamilannya dianjurkan untuk menjalani operasi sesar. Meski demikian tindakan pembedahan tak selalu dilakukan. Untuk mengantisipasi dampak lebih jauh, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaaan virus dan darah, setidaknya saat usia kehamilan 32-36 minggu. Selanjutnya, seminggu sekali dilakukan kultur sekret servika dan genital eksternal. Jika kultur virus menunjukkan hasil yang baik, persalinan normal tentu bisa ditempuh. Sedangkan, pada infeksi primer, masih dipertimbangkan untuk mendapat terapi pengobatan dengan obat-obatan tertentu yang aman bagi kehamilan.

* Hepatitis infeksiosaIbu hamil yang menderita infeksi penyakit hati selain berisiko melahirkan prematur juga berkemungkinan mengalami keguguran. Pada kasus sirosis bilier primer, kehamilan dapat memperburuk penyumbatan aliran empedu. Pada kondisi tertentu bahkan bisa menyebabkan "sakit kuning" dimana air seninya berwarna gelap. Pada penderita sirosis, risiko perdarahan meningkat terutama pada trimester ketiga.

* Infeksi virus coxssakieSelain lahir prematur, janin yang dikandung juga bisa meninggal karena kelainan atau infeksi jantung (miokarditis) atau infeksi otak (ensefalomielitis).

* RubelaPenyakit campak pada wanita hamil akan berdampak buruk pada janin. Infeksi penyakit ini dapat menyebabkan abortus, kematian janin, dan menimbulkan cacat bawaan pada janin.

2. INFEKSI BAKTERI* Tifus abdominalisIbu hamil yang menderita tifus memiliki risiko kematian 15 persen atau lebih. Janin yang dikandungnya, berpeluang sekitar 60-80 persen gugur atau lahir prematur. Infeksi ini bisa dicegah dengan vaksinasi. Ibu yang mengalami infeksi setelah melahirkan disarankan untuk tidak menyusui bayinya karena dikhawatirkan bisa menular. Selain itu, ibu dianjurkan untuk banyak istirahat, menjalani pengobatan simptomatik dan minum obat antibakteri.

* Infeksi karies gigiInfeksi karies atau lubang gigi dapat menyebabkan kelahiran prematur. Ah...apa iya sih? Bisa saja karena karies gigi merupakan tempat yang baik bagi masuknya kuman. Di kemudian hari kondisi ini menyebabkan terjadinya infeksi selaput ketuban dan ketuban pecah sebelum waktunya. Infeksi ini pun dapat menyebar ke organ-organ lain, termasuk otak. Itulah mengapa, ibu hamil disarankan memeriksakan kondisi giginya secara teratur, setidaknya 6 bulan sekali, terutama sebelum hamil.

* Infeksi saluran kemihInfeksi saluran kemih sering terjadi selama hamil. Kemungkinan karena pembesaran uterus yang menghambat aliran air kemih. Jika aliran air kemih lambat, bakteri tertahan di saluran kemih dan inilah yang menyebabkan peningkatan peluang terjadinya infeksi saluran kemih. Selanjutnya, infeksi akan memperbesar risiko terjadinya persalinan prematur dan pecahnya ketuban sebelum waktunya. Tidak jarang infeksi kandung kemih akan menyebar ke saluran kemih, bahkan sampai ke ginjal dan menyebabkan infeksi ginjal. Untuk mengatasinya diberikan obat-obatan antibiotika.

* ErisipelasInfeksi ini disebabkan oleh streptococcus hemolitikus. Bila terjadi semasa hamil, si kuman jadi lebih patogen yang bisa menyebabkan sepsis. Kalau sudah begini, akan berisiko terjadinya infeksi nifas yang dapat mengancam jiwa si ibu hamil. Sementara si janin berisiko terkena infeksi yang bisa mengakibatkan kematian. Salah satu terapi yang dilakukan adalah menjalani isolasi agar tak menular pada orang lain. Kemudian, si ibu mesti istirahat/dirawat dengan baik serta menjalani terapi antibiotika.

3.INFEKSI PROTOZOA* ToksoplasmosisDisebabkan oleh toksoplasma gondii yang bersumber dari anjing , kucing, tikus dan binatang lainnya. Gejalanya, nyeri pada kelenjar limfe yang membesar, disertai pneumonia dan sebagainya. Dampak terhadap kehamilan adalah terjadinya abortus, lahir prematur, kematian janin maupun kematian bayi. Selain itu, bayi yang dilahirkan pun berisiko mengalami cacat bawaan, kelainan mata, hidrosefalus dan sebagainya. Itulah sebabnya, wanita hamil amat disarankan untuk menghindari sumber-sumber penularan.

MENCEGAH LEBIH BAIKAgar tak berdampak buruk pada bayinya kelak, ibu hamil yang terserang infeksi apa pun jenisnya, semestinya menjalani pengobatan intensif. Meski begitu, terapi yang dilakukan haruslah aman bagi kehamilan itu sendiri, jadi tak boleh sembarangan. Selain itu harus diupayakan pula agar kondisi kesehatan ibu prima dengan mengonsumsi makanan bergizi cukup. Berikut beberapa langkah yang mesti dilakukan:- Seperti kata pepatah, mencegah memang lebih baik daripada mengobati. Sebaiknya wanita yang berencana hamil memeriksakan kondisi kesehatannya secara menyeluruh. Dengan demikian bila terjadi gangguan, bisa segera ditanggulangi.- Jika infeksi terjadi saat hamil, sebaiknya ibu tak lalai untuk rutin memeriksakan kesehatannya. Terutama untuk terus memantau apakah infeksi yang dialami sudah merambah bahkan sampai mengancam keselamatan janin dan sebagainya.- Jika sebelumnya pernah mengalami keguguran atau prematur hendaknya ibu hamil lebih berhati-hati. Cari tahu apa sumber/penyebab keguguran atau kelahiran prematur tersebut. Bisa jadi pada kehamilan kali ini atau berikutnya, hal serupa terjadi lagi.- Yang jelas, siapkan mental dan fisik secara prima. Dengan begitu, kehamilan dan proses melahirkan dapat dijalani dengan lancar.

3BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hipertensi Dalam Kehamilan 2.2.1 Hipertensi esensial Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ini termasuk juga hipertensi ringan. Gejalanya : Biasanya tidak terasa ada keluhan dan pusing atau berat ditekuk kepala. a. Tekanan darah sistolenya antara 140-160 mmhg b. Tekanan darah diastolenya antara 90-100 mmhg c. Tekanan darahnya sukar diturunkan Penanganannya : Memantau tekanan darah apabila diketahui tinggi dan mengurangi segala sesuatu yang bisa menyebabkan tekanan darah naik seperti : gaya hidup, diet dan psikologis.2.1.2 Hipertensi Karena KehamilanAdalah hipertensi yang disebabkan atau muncul selama kahamilan1). Terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan 48 jam pasca persalinan.2). Lebih sering pada primigravida3). Risiko meningkat pada : a. Masa plasenta besar (gamelli, penyakit trofoblas) b. Diabetes mellitus c. Faktor herediter d. Masalah vaskuker4). Ditemukan tanpa protein dan oedema, tekanan darah meningkatKenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalampengukuranberjarak1jamatautekanandiastoliksampai110mmhg.Penanganan :1).Pantau tekanan darah, proteinuria, reflek dan kondisi janin2).Jika tekanan darah meningkat tangani sebagai preeklampsia3).Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janinterhambat, rawat dan pertimbangan terminasi kehamilan.2.1.3PreeklampsiaAdalah bila ditemukannya hipertensi yang ditambah denganproteinuriadanoedema.Proteinuriaadalahtandayangpentingpadapreeklampsia,tidakadanyatandainiakanmembuatdiagnosapreeklampsiadipertanyakan.Proteinuriajikakadarnya lebihdari300mg dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam urin 6 jam.Ibu hamil mana pun dapat mengalami preeklampsia.Tapi,umumnya ada beberapa ibu hamil yang lebih berisiko, yaitu :1)Ibu hamil untuk pertama kali2)Ibu dengan kehamilan bayi kembar3)Ibu yang menderita diabetes4)Memiliki hipertensi sebelum hamil5)Ibu yang memiliki masalah dengan ginjal6)Hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau di atas35 tahun.7)Ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilansebelumnya akan ada kemungkinan berulang pada kehamilanberikutnyaSayangnya penyebab preeklampsia sampai saat ini masihmerupakan misteri. Tak bisa diketahui dengan pasti, walaupunpenelitianyangdilakukanterhadappenyakitinisudahsedemikian