bronkiektasis intan fix

31
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat penting pada negara-negara berkembang. Di negara-negara maju seperti AS, bronkiektasis mengalami penurunan sering dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan golongan sosial ekonomi yang rendah. 1,2 Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui pasti. Di negara- negara Barat, insidensi bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Insidensi bronkiektasis cenderung menurun dengan adanya kemajuan pengobatan antibiotika. Akan tetapi perlu diingat bahwa insidensi ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, polusi udara dan kelainan kongenital. 2,3 Karadag dkk menggambarkan bahwa bronkiektasis tetap menjadi salah satu penyebab paling umum dari morbiditas anak di negara-negara berkembang. 4 Twiss dkk baru-baru ini menunjukkan bahwa anak- anak dengan bronkiektasis memiliki obstruksi jalan napas yang memburuk secara signifikan dari waktu ke waktu. 5 1

Upload: alifah-nur-mala-sari

Post on 29-Jan-2016

55 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bRONKIEKTASIS

TRANSCRIPT

Page 1: Bronkiektasis Intan Fix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat penting

pada negara-negara berkembang. Di negara-negara maju seperti AS,

bronkiektasis mengalami penurunan sering dengan kemajuan pengobatan.

Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan golongan

sosial ekonomi yang rendah. 1,2

Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui

pasti. Di negara-negara Barat, insidensi bronkiektasis diperkirakan

sebanyak 1,3% diantara populasi. Insidensi bronkiektasis cenderung

menurun dengan adanya kemajuan pengobatan antibiotika. Akan tetapi

perlu diingat bahwa insidensi ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan

merokok, polusi udara dan kelainan kongenital. 2,3

Karadag dkk menggambarkan bahwa bronkiektasis tetap menjadi

salah satu penyebab paling umum dari morbiditas anak di negara-negara

berkembang.4 Twiss dkk baru-baru ini menunjukkan bahwa anak-anak

dengan bronkiektasis memiliki obstruksi jalan napas yang memburuk

secara signifikan dari waktu ke waktu. 5

Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti

mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan

di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki maupun wanita. Penyakit ini

dapat diderita mulai sejak anak bahkan dapat berupa kelainan kongenital 2,3,6

B. Tujuan

Tujuan penulisan referat ini adalah mengetahui tentang definisi,

etiologi, patogenesis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan

prognosis bronkiektasis di bidang ilmu kesehatan anak.

1

Page 2: Bronkiektasis Intan Fix

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi

(ektasis) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik,

persisten atau irrevesibel. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-

perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis, otot polos

brokus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah. Bronkus yang terkena

umumnya adalah bronkus ukuran sedang (medium size), sedangkan bronkus besar

umumnya jarang. 2

B. Klasifikasi

Berdasarkan kelainan anatomis bronkiektasis, dibagi 3 variasi:

1. Bronkiektasis tabung (tubular, silindris, fusiformis), merupakan

bronkiektasis yang paling ringan dan sering ditemukan pada bronkiektasis

yang menyertai bronchitis kronik.

2. Bronkiektasis Kantong (saccular) merupakan bentuk bronkiektasis yang

klasik, ditandai dengan adanya dilatasi dan penyempitan bronkus yang

bersifat irregular. Bentuk ini kadang – kadang berbentuk kista (cystic

bronkiektasis).

3. Bronkiektasis varicose merupakan bentuk diantara bentuk tabung dan

kantung. Istilah ini digunakan karena perubahan bentuk bronkus

menyerupai varises pembuluh vena.

C. Etiologi

Etiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas. Namun diduga

bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat.

1. Kelainan kongenital

Bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan. Faktor genetik atau

faktor pertumbuhan dan perkembangan memegang peranan penting. Bronkiektasis

yang timbul kongenital biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada

satu atau kedua bronkus. Selain itu, bronkiektasis kongenital biasanya menyertai

2

Page 3: Bronkiektasis Intan Fix

penyakit-penyakit kongenital seperti Fibrosis kistik, Kertagener Syndrome,

William Campbell syndrome, Mounier-Kuhn Syndrome, Young syndrome, Ciliary

dyskinesia, Marfan syndrome, Bruton agammaglobulinemia, dll. 2,7

2. Kelainan didapat

Bronkietasis yang didapat sering berkaitan dengan obstruksi bronkus.

Dilatasi bronkus mungkin disebabkan karena kelainan didapat dan

kebanyakan merupakan akibat dari proses berikut:

a. Infeksi

Bronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak menderita

pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia

merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa

anak, tuberkulosis paru, dan sebagainya.2

Kehadiran Staphylococcus aureus dikaitkan dengan fibrosis kistik

atau aspergillosis bronkopulmonalis alergi. Aspergillus fumigatus

merupakan organisme komensal. Aspergillosis bronkopulmonalis alergi

adalah suatu keadaan yang mempengaruhi pasien asma dan melibatkan

kerusakan saluran napas yang disebabkan oleh beberapa faktor.

Bronkiektasis pada pasien dengan aspergillosis bronkopulmonalis alergi

ini disebabkan oleh reaksi imun pada aspergillus, kerja dari mikotoksin,

elastase dan interleukin-4 dan interleukin-5 dan pada tahap lanjut terjadi

invasi jamur secara langsung pada saluran napas. Sebuah laporan baru-

baru ini menunjukkan peningkatan dan penurunan fungsi paru dengan

penggunaan kortikosteroid setelah terapi itrakonazol menunjukkan

organisme Aspergillus juga mungkin menginfeksi. Tidak mengherankan

bahwa bronkiektasis dapat digambarkan pada pasien dengan Acquired

Immunodeficiency Syndrome (AIDS), menyebabkan terjadinya infeksi

saluran pernapasan berulang dan merusak respons host. Kebanyakan

pasien memiliki jumlah CD4 yang rendah, sebelumnya ada infeksi

piogenik, pneumocystic, dan infeksi mikobakteri, dan pneumonia

interstisial limfositik (pada anak). 6

3

Page 4: Bronkiektasis Intan Fix

b. Obstruksi bronkus

Obstruksi bronkus dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab

seperti korpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar lainnya

terhadap bronkus. Menurut penelitian para ahli diketahui bahwa infeksi

ataupun obstruksi bronkus tidak selalu nyata (automatis) menimbulkan

bronkiektasis.

Gambar 1. Perbedaan gambaran paru normal dengan paru pengidap

bronkiektasis.

c. Aspirasi kronis, yang berhubungan dengan disfungsi menelan, penyakit

gastroesophageal reflux, atau fistula trakeoesofageal

d. Gangguan jaringan ikat, termasuk rheumatoid arthritis dan lupus

eritematosus sistemik

e. Trakea stenosis dengan gangguan pembersihan mukosiliar

f. Tracheomalacia berat atau bronchomalacia dengan gangguan clearance

mukosiliar

g. Penyakit fibrosis paru-paru yang berhubungan dengan sarkoidosis atau

fibrosis paru idiopatik

h. atelektasis persistent 7,8

4

Page 5: Bronkiektasis Intan Fix

D. Epidemiologi

Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat penting pada

negara-negara berkembang. Di negara-negara maju seperti AS, bronkiektasis

mengalami penurunan seiring dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi

bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan golongan sosioekonomi yang

rendah. Sebab kematian yang terbanyak pada bronkiektasis adalah karena gagal

napas. Bronkiektasis lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. 1,9

E. Patogenesis

Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan

dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang

merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding

bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah akibat dari suatu proses

infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi, nitrit okside dan netrophilic

protease yang dilepaskan oleh sistem imun tubuh sebagai respon terhadap

antigen.9

Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dinding

bronkus atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan

nafas. Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil pada jalan

nafas. Silia tersebut bergerak berulang-ulang, memindahkan cairan berupa mucus

yang normal melapisi jalan nafas. Partikel yang berbahaya dan bakteri yang

terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan dipindahkan naik ke tenggorokan

dan kemudian batukkan keluar atau tertelan.9

Gambar 2. Gambaran bronkus pada bronkiektasis

5

Page 6: Bronkiektasis Intan Fix

F. Diagnosis

1. Gambaran klinis

Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan produksi

sputum harian yang mukopurulen sering berlangsung bulanan sampai

tahunan. Batuk kronik yang produktif merupakan gejala yang menonjol.

Dapat juga terjadi infeksi berulang pernapasan, sesak napas, dan sesekali

hemoptisis. 2,6,7

Sputum yang bercampur darah atau hemoptisis dapat menjadi

akibat dari kerusakan jalan napas dengan infeksi akut. Sputum yang

dihasilkan dapat berbagai macam, tergantung berat ringannya penyakit dan

ada tidaknya infeksi sekunder. Sputum dapat berupa mukoid,

mukopurulen, kental dan purulen. Jika terjadi infeksi berulang, sputum

menjadi purulen dengan bau yang tidak sedap. Dahulu, jumlah total

sputum harian digunakan untuk membagi karakteristik berat ringannya

bronkiektasis. Sputum yang kurang dari 10 ml digolongkan sebagai

bronkiektasis ringan, sputum dengan jumlah 10-150 ml perhari

digolongkan sebagai bronkiektasis moderat dan sputum lebih dari 150 ml

digolongkan sebagai bronkiektasis berat. Namun sekarang, berat ringannya

bronkiektasis dikalsifikasikan berdasarkan temuan radiologis. Pada pasien

fibrosis kistik, volume sputum pada umumnya lebih banyak dibanding

penyakit penyebab bronkiektasis lainnya. Dispnea dan mengi terjadi pada

75 % pasien. Nyeri dada pleuritis terjadi pada 50 % pasien dan

mencerminkan adanya distensi saluran napas perifer atau pneumonitis

distal yang berdekatan dengan permukaan pleura viseral.6

2. Pemeriksaan fisik

Ditemukannya suara napas tambahan pada pemeriksaan fisik dada,

termasuk crackles (70 %), wheezing (34 %), dan ronki (44 %) adalah

petunjuk untuk diagnosis. Dahulu, clubbing finger atau jari tabuh adalah

gambaran yang sering ditemukan, tapi saat ini prevalensi gambaran

tersebut hanya 3 %.

6

Page 7: Bronkiektasis Intan Fix

3. Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan radiologis

Rontgen thoraks

Temuan umum yang diharapkan pada radiografi posterior-

anterior dan lateral meliputi:

a. Peningkatan gambaran corakan paru

Gambar 3. Radiografi thorax posteroanterior pada anak

karena aspirasi kronis

b. Honeycomb

Honeycomb appearance merupakan gambaran seperti

sarang lebah, yang merupakan kista multipel yang meng

andung cairan. 2

Gambar 4. Gambaran honeycomb appearance

7

Page 8: Bronkiektasis Intan Fix

c. Atelektasis

Atelektasis berasal dari bahasa Yunani yaitu ateles dan

ekstasis yang berarti pengembangan yang tidak sempurna.10

Atelektasis merupakan kolapsnya paru atau alveolus,

alveolus yang kolaps tidak mengandung udara sehingga

tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. Kondisi ini

mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia

untuk proses difusi dan kecepatan pernafasan berkurang.11

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-

paru akibat  penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun

bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.12

Gambar 5. Atelektasis

Dengan pemeriksaan foto thoraks, maka pada bronkiektasis dapat

ditemukan gambaran spesifik seperti dibawah ini 1,9

a. Bronkus yang melebar pada bronkiektasis varikosa

b. Kista kluster pada bronkiektasis kistik

c. Garis linear lusen dan tram tracking pada bronkiektasis silindris

/ Tramline shadow

Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru. Bayangan

ini terlihat terdiri atas dua garis paralel yang putih dan tebal yang

dipisahkan oleh daerah berwarna hitam. Gambaran seperti ini

8

Page 9: Bronkiektasis Intan Fix

(A) (B)

sebenarnya normal ditemukan pada daerah parahilus. Tramline

shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan pada daerah

parahilus.

d. Ring shadow

Terdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai ukuran (dapat

mencapai diameter 1 cm). Dengan jumlah satu atau lebih bayangan

cincin sehingga membentuk gambaran ‘honeycomb appearance’

atau ‘bounches of grapes’. Bayangan cincin tersebut menunjukkan

kelainan yang terjadi pada bronkus.

e. Tubular shadow Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal.

Lebarnya dapat mencapai 8 mm. Gambaran ini sebenarnya

menunjukkan bronkus yang penuh dengan sekret. Gambaran ini

jarang ditemukan, namun gambaran ini khas untuk bronkiektasis.

Gambar 6. (A). Tanda panah menunjukan gambaran Ring shadow, (B).

Gambaran tubular shadow.

Bronkografi

Merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media kontras

ke dalam sistem saluran bronkus pada berbagai posisi (AP, Lateral,

Oblik). Pemeriksaan ini selain dapat menentukan adanya

bronkiektasis, juga dapat menentukan bentuk-bentuk bronkiektasis

yang dibedakan dalam bentuk silindris (tubulus, fusiformis), sakuler

(kistik) dan varikosis.6

9

Page 10: Bronkiektasis Intan Fix

Gambar 7. Bronkografi; dapat menunjukkan bronkiektasis silindris

yang disertai dilatasi bronkus lobus bawah

CT-Scan thorax

CT-Scan dengan resolusi tinggi berguna untuk mengkonfirmasi

dan monitoring bronkiektasis.13 CT-Scan dengan resolusi tinggi

menjadi pemeriksaan penunjang terbaik untuk mendiagnosis

bronkiektasis, mengklarifikasi temuan dari foto thorax dan melihat

letak kelainan jalan napas yang tidak dapat terlihat pada foto polos

thorax. CT-Scan resolusi tinggi mempunyai sensitivitas sebesar 97%

dan spesifisitas sebesar 93%. CT-Scan resolusi tinggi akan

memperlihatkan dilatasi bronkus dan penebalan dinding bronkus.

Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus mana yang terkena,

terutama penting untuk menentukan apakah diperlukan pembedahan. 1,2

CT-Scan, terutama resolusi tinggi dapat menghasilkan gambar

yang menunjukan dilatasi saluran napas dengan ketebalan dengan

ketebalan 1,0-1,55 mm. Sebagai konsekuensinya, saat ini pemeriksaan

ini adalah teknik standar atau untuk mengkonfirmasi diagnosis

bronkiektasis. 1,2

10

Page 11: Bronkiektasis Intan Fix

G. Diagnosis banding 7

Aspiration Pneumonitis Bacterial Pneumonia Chronic Obstructive Pulmonary Disease Emfisema Asthma Bronchitis Tuberkulosis

H. Penatalaksanaan

a. Non medikamentosa

Pengelolaan ini ditujukan terhadap semua pasien bronkiektasis, meliputi:

1. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien

Contohnya membuat ruangan hangat, udara ruangan kering, mencegah

atau menghentikan paparan terhadap rokok, mencegah atau menghindari

debu, asap dan sebagainya. 2

2. Memperbaiki drainase sekret bronkus

Melakukan drainase portural tindakan ini merupakan cara yang

paling efektif untuk mengurangi gejala, tetapi harus terjadi secara terus-

menerus. Pasien diletakkan dengan posisi tubuh sedemikaian rupa

sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimal. Tiap kali

11

Gambar 8. Pada CT resolusi tinggi menunjukan dilatasi saluran napas pada kedua lobus dan lingula. Pada potongan melintang, dilatasi saluran napas menunjukan ringlike appearance.

Page 12: Bronkiektasis Intan Fix

melakukan drainase postural dikerjakan selama 10-20 menit samapi

sputum tidak keluar lagi dan tiap hari dikerjakan 2 sampai 4 kali. Prinsip

drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum dengan bantuan

gravitasi. Untuk keperluan tersebut, posisi tubuh saat dilakukan drainase

postural harus disesuaikan dengan letak bronkiektasisnya. Tujuannya

adalah untuk menggerakkan sputum dengan pertolongan gaya gravitasi

agar menuju ke hilus paru bahkan mengalir sampai tenggorokan sehingga

mudah dibatukkan keluar. Apabila dengan mengatur posisi tubuh pasien

seperti tersebut diatas belum diperoleh drainase sputum secara maksimal

dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan dengan jari pada

punggung pasien (tabotage). 2

b. Medikamentosa

1. Antibiotik

Antibiotik pada bronkiektasis dapat digunakan:1). Secara kontinyu

untuk mengontrol infeksi bronkus (ISPA), 2). Untuk pengobatan

eksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru, atau 3). Keduanya. Pemilihan

antibiotik mana yang harus dipakai sebaiknya berdasarkan hasil uji

sensitivitas kuman terhadap antibiotik. Antibiotik intravena diberikan

apabila terdapat eksaserbasi infeksi akut. Antibiotik diberikan selama 7-10

hari, terapi tunggal atau kombinasi beberapa antibiotik, samapai kuman

penyebab infeksi terbasmi atau sampai terjadi konversi warna sputum

yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid (putih jernih).

Selanjutnya ada dosis pemeliharaan. Ada yang berpendapat bahwa

kemoterapi dengan antibiotik ini apabila berhasil akan dapat mengurangi

gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat ada

eksaserbasi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara. 2,7

Antibiotik yang dapat digunakan antara lain:

a. Amoksisilin

Amoksisilin menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan

mengikat penicillin-binding proteins. Untuk usia < 3 bulan

dosis 30 mg/kg/hari PO dibagi tiap 12 jam. Untuk usia > 3

12

Page 13: Bronkiektasis Intan Fix

bulan, jika infeksi ringan diberi 20 mg/kg/hari PO dibagi tiap 8

jam, atau 25 mg/kg/hari PO dibagi tiap 12 jam. Jika pada

infeksi berat, infeksi saluran nafas bawah, sinusitis, diberi 40

mg/kg/hari PO dibagi tiap 8 jam, atau 45 mg/kg/hari PO dibagi

tiap 12 jam. Jika berat badan >40 kg, maka diberikan seperti

dosis dewasa. 7

b. Ciprofloksasin

Untuk usia dibawah 1 tahun, keamanan dan efikasinya belum

diketahui. Untuk usia > 1 tahun (IV) 6-10 mg/kg dibagi tiap 8

jam.; individual dose, maximal 400 mg, diberikan selama 10-

21 hari. ≥1 tahun (PO) 10-20 mg/kg dibagi tiap 12 jam;

individual dose, maksimal 750 mg, diberikan selama 10-21

hari. Untuk kasus kistik fibrosis dosis lebih besar, yaitu PO: 40

mg/kg/hari, dibagi tiap 12 jam; maksimal 2 g/hari . untuk IV:

20-30 mg/kg/hari, dibagi tiap 8-12 jam; maksimal 1.2 g/hari. 7

c. Trimethoprim dan sulfamethoxazole

Agen ini adalah antibiotik sintetik kombinasi. Mekanisme kerja

dengan menghambat biosintesis asam nukleat dan protein yang

dibutuhkan oleh banyak mikroorganisme. Agen ini

menyediakan dapat digunakan untuk organisme gram positif

dan gram negatif. Obat ini dikontraindikasikan untuk bayi usia

< 2bulan. Untuk infeksi ringan dan sedang dosis 8 mg /kg/hari

PO dibagi tiap 12 jam. Untuk infeksi berat dosis 15-20 mg

/kg/hari PO dibagi tiap 6 jam, atau 8-12 mg /kg/hari IV dibagi

tiap 6-12 jam. 7

d. Levofloksasin

Fluoroquinolones digunakan secara empiris pada pasien dengan

eksaserbasi karena organisme resisten terhadap antibiotik

lainnya. Levofloxacin biasa digunakan pada pneumonia.

Mekanisme kerjanya dengan menghambat aktivitas DNA

girase. Untuk rhinosinusitis bakterial akut dosis 10-20

mg/kg/hari PO dibagi tiap 12 jam. Untuk pneumonia, pada usia

13

Page 14: Bronkiektasis Intan Fix

6 bulan - 5 tahun dosis 16-20 mg/kg/hari PO untuk 10 hari.

Untuk usia 5-16 tahun: 8-10 mg/kg/hari PO selama 10 hari,

maksimal 750 mg/hari. 7

2. Drainase sekret dengan bronkoskop

Cara ini penting dikerjakan terutama pada permulaan perawatan

pasien. Keperluannya antara lain adalah untuk 1). Menentukan darimana

asal sekret, 2). Mengidentifikasi lokali stenosis atau obstruksi bronkus, dan

3). Menghilangkan obstruksi bronkus dengan sustion drainage daerah

obstruksi tadi (misalnya pada pengobatan atelektasis paru).

3. Pengobatan simtomatik

Pengobatan ini hanya diberikan jika timbul gejala yang mungkin

menganggu atau membahayakan pasien.

a) Pengobatan obstruksi bronkus

Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus. Sebaiknya saat

diketahui adanya tanda obstruksi saluran, dilakukan tes terhadap obat

bronkodilator. Apabila hasil tes bronkodilator positif, pasien perlu

diberikan obat bronkodilator tersebut.2 Bronkodilator yang dapat

digunakan antara lain:

i) Albuterol

Albuterol melemaskan otot polos bronkus dengan bekerja

pada beta2-reseptor. Ini memiliki sedikit efek pada

kontraktilitas otot jantung. Dosis untuk inhaler aerosol

digunakan pada usia ≥4 tahun: 90-180 mcg (1-2 puffs)

dihirup PO tiap 4-6 jam. Untuk usia <4 tahun belum

diketahui keamanan dan efikasinya. Sedangkan dosis untuk

nebulizer

<2 tahun: 0.2-0.6 mg/kg/hari dibagi tiap 4-6 jam

2-12 tahun dan <15 kg: 2.5 mg/0.5mL (0.5 % solution)

tiap 6-8 jam; maksimal 10 mg (4 vials)/24 jam

2-12 tahun dan >15 kg: 1 vial (2.5 mg/3mL) tiap 6-8

jam; maksimal 10 mg (4 vials)/24 jam

>12 tahun: 2.5 mg (1 vial) tiap 6-8 jam PRN. 7

14

Page 15: Bronkiektasis Intan Fix

ii) Levalbuterol

Levalbuterol digunakan untuk pengobatan atau pencegahan

bronkospasme. Ini adalah agen agonis beta2 selektif.

Dosis untuk nebulizer solution

<5 tahun: 0.31-1.25 mg tiap 4-6 jam PRN

5-12 tahun: 0.31 mg tiap 8 jam; maksimal 0.63 mg

tiap 8 jam PRN

>12 years: 0.63-1.25 mg tiap 8 jam PRN

Aerosol

<4 tahun: keamanan dan efikasi belum diketahui.

≥4 tahun: 90 mcg (2 aktuasi metered-dose inhaler)

tiap 4-6 jam PRN. 7

b) Pengobatan hipoksia

Pada pasien yang mengalami hipoksia (terutama pada waktu

terjadinya eksaserbasi akut) perlu diberikan oksigen. Apabila pada

pasien telah terdapat komplikasi bronkitis kronik, pemberian oksigen

harus hati-hati, harus dengan aliran rendah (cukup 1 liter/menit). 2

Terapi oksigen bertujuan untuk mempertahankan saturasi

oksigen di atas 95%. Terapi oksigen ini diindikasikan pada kasus

hipoksia, sesak nafas, dan kenaikan denyut jantung yang diikuti

dengan penurunan saturasi oksigen (SaO2) secara progresif. 14 Menurut

PDPI pemberian oksigen diindikasikan pada kondisi PaO2 < 60mmHg

atau Saturasi O2 < 90% PaO2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 >

89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P pullmonal, Ht >55% dan

tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain. 15

Sehingga kebutuhan oksigen tiap pasien berbeda dan pemberian terapi

oksigen tergantung kondisi klinis, saturasi oksigen pasien tersebut, dan

alat bantu oksigen yang digunakan (headbox, nasal kanul, beberapa

jenis masker). 14

c) Pengobatan hemoptisis

15

Page 16: Bronkiektasis Intan Fix

Apabila perdarahan cukup banyak (masif), mungkin

merupakan perdarahan arterial yang memerlukan tidakan operatif

segera untuk menghentikan perdarahannya, dan sementara harus

diberikan transfusi darah untuk menggantikan darah yang hilang. 2

Hemoptisis yang mengancam kehidupan (lebih dari 600 ml darah

per hari) dapat terjadi pada pasien dengan bronkiektasis. Setelah jalan

napas telah dilindungi dengan pasien berbaring di sisi tempat

perdarahan yang dicurigai atau dengan intubasi endotrakeal,

bronkoskopi atau CT dari thoraks diyakinkan membantu menentukan

lobus atau sisi yang mengalami perdarahan. Jika intervensi radiologi

tersedia, aortography dan kanulasi dari arteri bronkial dapat digunakan

untuk memgambarkan lokasi ekstravasasi darah atau neovaskularisasi

sehingga embolisasi yang dapat ditunjukan. Pembedahan mungkin

masih diperlukan untuk direseksi daerah yang dicurigai mengalami

perdarahan. 2,6

d) Pengobatan demam

Pada pasien dengan eksaserbasi akut sering terdapat demam,

terlebih jika terjadi septikemia. Pada keadaan ini selain perlu diberikan

antibiotik yang sesuai, dosis cukup, perlu ditambahkan abat antipiretik

lainnya.

e) Pembedahan

Peran pembedahan untuk bronkiektasis telah menurun tetapi

tidak menghilang. Tujuan dari operasi pengangkatan tumor termasuk

menghilangkan tumor obstruktif atau residu dari benda asing,

pengangkatan segmen atau lobus yang paling rusak dan diduga

berkontribusi terhadap eksaserbasi akut, sekret yang sangat kental,

impaksi lendir. Pengambilan daerah yang memiliki perdarahan

abnormal yang tidak terkontrol, dan pengambilan dari paru rusak yang

dicurigai mengandung organisme seperti M. TB atau Mycobacterium

avium. Tiga pusat bedah telah menggambarkan pengalaman mereka

dengan operasi tersebut selama dekade terakhir, dengan rata-rata

tindak lanjut empat sampai enam tahun. Mereka telah mencatat

16

Page 17: Bronkiektasis Intan Fix

perbaikan dalam gejala di lebih dari 90 % pasien, dengan mortalitas

perioperatif kurang dari 3 %. 6

Indikasi pembedahan berupa pasien bronkiektasis yang terbatas

dan resektabel yang tidak berespon terhadap tindakan konservatif yang

adekuat, dan pasien bronkiektasis yang terbatas tetapi sering

mengalami infeksi berulang atau hemoptisis masif. Kontraindikasi

pembedahan berupa pasien bronkiektasis dengan PPOK, pasien

bronkiektasis berat dan pasien dengan komplikasi korpulmonum

kronik dekompensata. 2

I. Komplikasi

Bronkiektasis progresif dari penyakit yang mendasari (misalnya,

fibrosis kistik) atau kerusakan paru yang sedang berlangsung (misalnya,

sindrom aspirasi) menyebabkan obstruktif progresif dan dapat berujung

pada gangguan pernapasan. Hal ini dapat bermanifestasi sebagai dyspnea

pada saat istirahat atau dengan olahraga dan gangguan pernapasan saat

tidur. Pada akhirnya, pasien mungkin mengalami hipoksemia kronis,

hipertensi paru, cor pulmonale, hiperkarbia, kegagalan pernafasan, dan

kematian. 7

J. Prognosis

Prognosis pasien dengan bronkiektasis tergantung pada berat-

ringannya serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali.

Pemilihan pengobatan secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat

memperbaiki prognosis penyakit. Pada kasus yang berat dan tidak diobati,

prognosisnya buruk, survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Pada

kasus-kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat dan difus biasanya

disabilitasnya ringan. 2

Namun secara keseluruhan bronkiektasis memiliki prognosis yang

baik. Kunci keberhasilan adalah menentukan apakah penyebab (misalnya,

aspirasi kronis) dan kemudian mengobati masalah mendasar. Pertumbuhan

jaringan paru baru pada anak-anak berlangsung cepat sampai sekitar usia 6

17

Page 18: Bronkiektasis Intan Fix

tahun dan kemudian berangsur-angsur berkurang saat masa kanak-kanak.

Kerusakan pada usia dini dapat dikompensasikan dengan pertumbuhan

paru sehat yang normal dengan tidak adanya kerusakan yang sedang

berlangsung. Dengan tidak adanya kondisi yang mendasari, anak-anak

dengan bronkiektasis sering memiliki prognosis yang baik.7

III. KESIMPULAN

18

Page 19: Bronkiektasis Intan Fix

1. Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi

(ektasis) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan

kronik, persisten atau irrevesibe.

2. Etiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas. Bronkiektasis

dapat timbul secara kongenital maupun didapat.

3. Tanda gejala dari bronkiektasis adalah batuk, produksi sputum, infeksi

berulang pernapasan, sesak napas, dan hemoptisis.

4. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan crackles (70 %), wheezing (34 %),

dan ronki (44 %) dan clubbing finger.

5. Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan adalah rontgen thorax, CT scan

thorax, dan bronkografi.

6. Penatalaksanaaan bronkiektasis meliputi non medikamentosa dan

medikamentosa.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Bronkiektasis Intan Fix

1. Emmons EE. 2014. Bronchiectasis. Diakses pada tanggal 1 Juli 2015. dari

http://emedicine.medscape.com/article/296961-overview#showall.

2. Rahmatullah P. Bronkiektasis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II

Edisi Kelima. Editor Aru W Sudoyo. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009

3. Alsagaff H, Mukty A. Bronkiektasis. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru,

Surabaya : Airlangga University Press; 2006. Pp 256-61

4. Karadag B, Karakoc F, Ersu R, et al. Non-cystic-fibrosis bronchiectasis in

children: a persisting problem in developing countries. Respiration. 2005

May-Jun. 72(3):233-8.

5. Twiss J, Stewart AW, Byrnes CA. Longitudinal pulmonary function of

childhood bronchiectasis and comparison with cystic fibrosis. Thorax.

2006 May. 61(5):414-8.

6. Barker, Alan F. Bronchiectasis. The New English Journal of Medicine,

Vol. 346, No. 18 May 2, 2002

7. Bye, Michael R. 2013. Pediatric Bronchiectasis. Diakses tanggal 30 Juni

2015 dari http://emedicine.medscape.com/article/1004692-overview#a4

8. Sirmali M, Turut H, Kisacik E, et al. 2005. The relationship between time

of admittance and complications in paediatric tracheobronchial foreign

body aspiration. Acta Chir Belg. 2005 Nov-Dec. 105(6):631-4

9. Hassan I, Holbert John M. 2013. Bronchiectasis Imaging.Diakses pada

tanggal 1 Juli 2015 dari http://emedicine.medscape.com/article/354167-

overview# showall.

10. Madappa, Tarun, Rylan P Byrd, et al. 2014. Atelectasis. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/296468-overview tanggal 1 Juli

2015.

11. Corwin, Elizabeth J. Buku Suku Patofisiologi . Jakarta: EGC; 2009

12. Price, Sylvia, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses

Penyakit, Ed. 6. Jakarta: EGC; 2006

13. Marcdante, Karen J, Robert M Kliegman. Nelson Essentials of Pediatrics

7th Edition. Philadelphia: Elsevier Inc; 2015

20

Page 21: Bronkiektasis Intan Fix

14. 14. Goddard, Bernadette. Guideline Oxygen Therapy an Delivery Devices

for Paediatrics John Hunter Children’s Hospital. New South Wales:

Kaleidoscope The Children’s Health Network; 2012

15. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK) Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:

PDPI; 2003

21