materi budidaya jamur
TRANSCRIPT
A. Latar Belakang
BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI
Jamur telah kita kenal dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak
sebaik tumbuhan yang lain. Dalam sejarahnya jamur telah dikenal sejak 3000
tahun yang lalu yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina,
pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan sudah dimulai sejak 2000 tahun
silam. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia
telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan. Budidaya jamur
merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan pangan yang
berkembang dimasyarakat, bisnis budidaya jamur juga menjanjikan penghasilan
yang tidak sedikit mengingat permintaan dari konsumen yang semakin meningkat.
Pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan sudah dimulai sejak dua ribu
tahun silam. Jamur merang merupakan jenis jamur yang pertama kali dapat
dibudidayakan secara komersial. Jamur merang mulai dibudidayakan sejak
pertengahan abad 17, dan di Indonesia tanaman ini diperkirakan mulai
dibudidayakan sekitar tahun 1950-an.
Dewasa ini budidaya jamur (Mushrooming the mushroom) yang dapat
dimakan telah banyak dilakukan dengan menggunakan limbah pertanian sebagai
media tumbuhnya. Budidaya jamur yang dapat dimakan (edible mushroom)
merupakan salah satu cara mengatasi kekurangan pangan dan gizi serta
menganekaragamkan pola konsumsi pangan rakyat. Dari analisa menunjukkan
kandungan mineral jamur lebih tinggi daripada daging sapi dan domba, bahkan
hampir dua kali lipat jumlah garam mineral dalam sayuran. Beberapa jenis jamur
yang telah dibudidayakan dimasyarakat sebagai makanan dan sayuran
diantaranya adalah jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur
kuping,(Auricularia auricular), jamur payung shitake (Lentinus edodes) dan jamur
tiram (Pleurotus cormucopiae)
B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang
teknik budidaya jamur konsumsi dan melatih mahasiswa untuk berwira usaha
1
C. Tinjauan Pustaka
I. PENGENALAN JENIS JAMUR KONSUMSI
a. Jamur Tiram
Jamur Tiram atau Oyster Mushroom merupakan jamur perombak kayu.
Ada beberapa spesies yaitu Pleurotus ostreatus (Tiram putih), Pleutorus
flabelatus (Tiram merah), Pleurotus sajor-caju, P. sapidus, P. cornucopiae,
dan P. eryngii. Jamur ini dapat tumbuh pada serbuk gergaji, jerami padi,
sekam, limbah kapas, limbah daun teh, klobot jagung, ampas tebu, limbah
kertas,dan bahan lignoselulosa lain. Jamur tiram hidup sebagai saprofit
pada bagian organisme lain yang sudah mati atau pada sampahnya,
seperti pada kotoran (Moore and Landecker, 1982).
Jamur Tiram (Pleurotus sp) termasuk Basidiomycetes kelompok white
rot fungi. Jamur ini banyak ditanam karena menghasilkan badan buah
yang dapat dimakan. Setelah pertumbuhan miselium kurang lebih 30 hari,
dengan induksi cahaya dan diberi aerasi serta kelembapan yang cukup
maka akan muncul badan buah. Bentuk badan buah sangat tergantung
pada tempat tumbuhnya. Apabila tumbuh di sisi samping substrat, badan
buah sering tidak bertangkai, atau bertangkai pendek yang letaknya
asimetri (seperti kerang).
Jamur memiliki manfaat yang bermacam-macam, tidak hanya sebagai
bahan makanan namun, beberapa jenis jamur juga dimanfaatkan sebagai
bahan obat-obatan. Pengolahan jamur sebagai bahan makanan misalnya
untukcampuran sayur sop, jamur krispi, keripik jamur, sate jamur dll.
sebagai bahan obat-obatan , jamur memiliki banyak fungsi karena
kandungan asam folat yang tinggi dapat digunakan sebagai anti tumor dan
kandungan kolesterol yang rendah dimanfaatkan sebagai pencegah
timbulnya penyakit darah tinggi dan serangan jantung.
Sistematika jamur tiram menurut Alexopolous (1962) dalam Djarijah
dan Djarijah (2001) adalah sebagai berikut :
2
Super Kingdom : Eukaryota
Kingdom : Myceteae (fungi)
Divisio : Amastigomycota
Sub-Divisio : Basidiomycotae
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Agaricacea
Genus : Pleurotus
Species : Pleurotus spp
Jamur mempunyai kandungan gizi cukup baik. Komposisi kimia yang
terkandung tergantung jenis dan tempat tumbuhnya. Dari hasil penelitian,
rata-rata jamur tiram mengandung 19-35% protein. Dibanding beras (7,38
%) dan gandum (13,2 %), ia berkadar protein lebih tinggi. Asam amino
esensial yang terdapat pada jamur, sekitar ada sembilan jenis dari 20
asam amino yang dikenal. Yang istimewa 72 persen lemaknya tidak jenuh,
jamur juga mengandung berbagai jenis vitamin, antara lain B1 (thiamine),
B2 (riboflavine), niasin dan biotin. Selain elemen mikro, jamur juga
mengandung berbagai jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg, dan Cu.
Kandungan gizi bebrapa jamur tiram menurut Cahyana , dkk (2001)
adalah sebagai berikut:
Table 1. Kandungan gizi bebrapa jenis jamur tiram
Komposisi Jamur Tiram Coklat(Pleurotus cystidiosua)
Jamur Tiram Putih (Pleurotus flarida)
ProteinLemak
KarbohidratSeratAbu
Kalori
26.6%2%
50.7%13.3%6.5%
300 kkal
27%1.6%58%
11.5%9.3%
265 kkal
Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi
protein, lemak, fosfor, besi, thiamin, dan riboflavin lebih tinggi
dibandingkan dengan jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam
asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung
kolesterol. Macam asam amino yang terkandung dalam jamur tiram
adalah isoleusin, lysine, methionin, cystein, penylanin, tyrosin, treonin,
3
tryptopan, valin, arginin, histidin, alanin, asam asparat, asam glutamat,
glysin, prolin, dan serin (Djarijah dan Djarijah, 2001).
b. Jamur kuping
Jamur kuping ( Auricularia auricular) memiliki bentuk tubuh yang
melebar seperti bentuk daun telinga manusia, karena itulah jamur yang
masuk dalam jelly fungi ini diberi nama jamur kuping oleh masyarakat.
Jamur kuping terrnasuk jenis yang cukup toleran setelal1 jamur tiram
(Pleurotud sp.). nama jamur kuping oleh masyarakat luas, kata “kuping”
diambil dari Bahasa Jawa yang memiliki arti daun telinga.
Umumnya jamur kuping bisa ditanam di daerah beriklim dingin sampai
daerah yang beriklim panas. Perkembangan budidaya jamur kuping di
Indonesia semakin pesat, sifatnya yang mampu bertahan hidup dimana
saja inilah yang membuat budidaya jamur kuping sangat merebak di
berbagai daerah. Namun idealnya jamur ini akan tumbuh subur pada
suhu antara 20-30°C, dengan tingkat kelembapan sekitar 80-90%.
Beberapa jenis jamur kuping yang mulai dibudidayakan petani di
Indonesia antara lain jamur kuping merah (Auricularia yudae), jamur
kuping hitam (Auricularia polytricha), serta jamur kuping agar (Tremella
fuciformis).
Saat ini konsumsi jamur kuping di kalangan masyarakat memang
cukup tinggi, bahkan untuk memenuhi pasar ekspor para petani mulai
menawarkan jamur kuping kering sebagai alternatifnya. Strategi ini
sengaja dilakukan para petani agar jamur kuping bisa bertahan lebih lama,
yaitu kurang lebih selama 1 tahun. Jadi selama proses pengiriman
berlangsung, kualitas jamur kuping tidak menurun.
Kandungan nutrisi, lemak, dan vitamin yang terdapat pada jamur
kuping sering dimanfaatkan konsumen sebagai salah satu bahan pangan
yang nikmat dan juga bagus untuk kesehatan. Disamping itu jamur kuping
hitam juga bermanfaat untuk obat sakit jantung, menurunkan kolesterol,
juga sebagai anti-pendarahan. Untuk pemasarannya, para petani bisa
menawarkan jamur kuping segar ataupun jamur kuping kering yang
harganya laku tinggi di pasaran. Potensi inilah yang mendorong sebagian
besar masyarakat untuk mulai tertarik menekuni bisnis budidaya jamur
kuping sebagai alternatif peluang usaha yang cukup menjanjikan.
4
Table 2. Kandungan gizi bebrapa jenis jamur kuping
kandungan komposisi
air 14,8 g
Energy 284 kal
Protein 9,25 g
Lemak 0,73 g
Karbohidrat 73 g
Serat 70, 1 g
Manfaat lain dari jamur kuping :
mengurangi penyakit panas dalam dan rasa sakit pada kulit akibat luka
bakar
Kandungan senyawa yang terdapat dalam lendir jamur kuping juga efektif
untuk menghambat pertumbuhan karsinoma dan sarkoma (sel kanker)
hingga 80 – 90%
berfungsi sebagai zat anti koagulan (mencegah dan menghambat proses
penggumpalan darah).
mengatasi penyakit darah tinggi (hipertensi),
kekurangan darah (anemia),
pengerasan pembuluh darah akibat penggumpalan darah,
c. Jamur Merang
Jamur merang dapat tumbuh pada media limbah, karena jamur
mampu mendegradasi limbah organik. Dengan kemampuannya tersebut
jamur dapat dimanfaatkan untuk menambah nilai guna limbah. Kebutuhan
jamur merang di pasaran dalam negeri juga mempunyai prospek yang
sangat cerah. Jamur merang merupakan jenis jamur yang pertama kali
dapat dibudidayakan di Cina sekitar tahun 1650, dan mulai dibudidayakan
di Indonesia pada tahun 1950.Kebutuhan jamur merang untuk: Jakarta,
Bogor, Sukabumi, Bandung, dan sekitarnya rata-rata 15 ton setiap harinya
(Mayun,2007). Secara taksonomi menurut Singer (1975) jamur merang
masuk dalam klasifikasi sebagai berikut :
5
Kelas : Basidiomycetes
Subkelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Plutaceae
Genus : Volvariella
Spesies : Volvariella volvaceae
Jamur mempunyai nilai gizi (terutama protein) yang cukup tinggi
namun berkolesterol rendah juga berkhasiat obat (Anonim, 1999).
Jamur merang umumnya tumbuh pada media yang mengandung
sumber selulosa, misalnya pada tumpukan merang, limbah penggilingan
padi, limbah pabrik kertas, ampas sagu, ampas tebu, sisa kapas, kulit
buah pala, dan sebagainya. Selain pada kompos merang, jamur dapat
tumbuh pada media lain yang merupakan limbah pertanian sehingga
limbah tidak terbuang sia-sia karena memberi nilai tambah, namun
demikian walaupun tidak tumbuh pada media merang nama Volvariella
volvaceae selalu diartikan jamur merang (Sinaga Meity, 2000).
Jamur merang merupakan salah satu makanan alternatif, termasuk
sayuran organik bernilai gizi tinggi, mengandung protein tinggi dan mineral
yang baik dengan kandungan kalium dan fosfor yang tinggi, cukup
mengandung Na, Ca, Mg, Cu, Zn dan Fe serta berkadar lemak rendah.
Jamur merang adalah makanan bergizi tinggi, berikut nilai gizi dalam 100
gr jamur tiram
Table3 . Kandungan gizi bebrapa jenis jamur merang
Kandunga
n
komposis
i
Protein 3,2 gr
Kalsium 51 mg
Fosfor 223 mg
Kalori 105 Kj
Lemak 0,9 gr
6
II. MEDIA JAMUR KONSUMSI
a. Media jamur tiram dan jamur kuping
Untuk pembudidayaan jamur merang dan jamur tiram campuran
bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu
bahan tambahan berupa bekatul. Disamping itu perlu ditambahkan
bahan-bahan lain seperti kapur (Calsium carbonat) sebagai sumber
mineral dan pengatur pH media (Dinas Pertanian, 2002). Bahan baku
yang digunakan sebagai media dapat berupa batang kayu yang sudah
kering
1. Serbuk gergaji
Serbuk gergaji merupakan media utama dalam pembudidayaan
jamur tiram dan jamur kupiing. Berdasarkan pengalaman produsen
jamur, media serbuk kayu gergaji lebih menguntungkan karena mudah
dikondisikan dan dapat ditambah nutrisi lain. Serbuk gergaji yang baik
untuk media adalah berasal dari kayu yang tidak mengandung zat
ekstraktif dan getah karena dapat menghambat pertumbuhan jamur
(Nunung & Abbas, 2001)
2. Bekatul
Penambahan bekatul dimaksudkan untuk meningkatkan nutrisi
media tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan
nitrogen, serta untuk meningkatkan nutrisi media tanam juga berfungsi
untuk pemicu tumbuhnya tubuh buah. Bekatul yang digunakan
sebaiknya yang masih baud an tidak berbau dan tidak rusak. Menurut
hasil penelitian Sumiati. (2003) bahan baku alternatif selain serbuk
kayu gergaji albasia adalah dengan penembahan bahan aditif berupa
bekatul untuk budidaya jamur tiram putih
3. Kapur
Penambahan kapur bertujuan untuk sumber Ca (kalsium), jenis
kapur yang digunakan adalah CaCo3 (kalsium karbonat) atau bias
digunakan juga kapur gamping, namun penggunaannya harus
direndam dahulu sehingga bongkahan gamping hancur serta tidak
panas. Fungsi penambahan kapur yang lain adalah sebagai pengatur
pH. pH ideal media adalah 6.5-7
7
4. Air
Air yang terkandung didalam media berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur, kandungan air
terlalu rendah berpengaruh terhadap terhentinya perkembangan jamur,
sedangkan jika terlalu tinggi kandungan airnya menyebabkan
busuknya misellium jamur. Kandungan air dalam media berkisar antara
60 – 65 %.
b. Media jamur merang
1. bahan baku tempat (media) tumbuhnya jamur merang yaitu jerami
Selama ini jerami dari hasil panen padi tidak dimanfaatkan dengan
baik malah dibakar begitu saja padahal akan unsur karbon yang
terkandung di dalamnya dapat merusak kesuburan tanah. Bahan baku
ini dapat dipadukan dengan limbah pertanian yang tersedia di sekitar
lokasi budidaya, misalnya kapas bekas dari pemintalan benang,
ampas aren, ampas tebu, kardus bekas, eceng gondok yang telah
dikeringkan
2. Bahan tambahan lain adalah dedak dan kapur
3. Air.
III. Proses pembuatan media / baglog jamur tiram dan jamur
kuping
Alat :
1. Cangkul/ sekop
2. Botol saus
3. Plastic lebar
4. Timbangan
5. Ember
6. Kukusan (dibuat dari drum yang difungsikan mirip dandang) sebagai
alat sterilisasi
8
Bahan :
1. 100 kg serbuk gergaji/ kulit kacang
2. dedak/bekatul 15-20%,(15-20 kg)
3. kapur 2%, (2 kg)
4. air 50-60%,
5. atau juga bisa ditambahkan tepung jagung 2%.,
6. karet gelang
7. kapas
8. alkohol
Pemilihan serbuk gergaji harus dari kayu yang tidak
bergetah/berdamar, selain dari itu jenis kayu apa saja bisa dipakai.
Serbuk gergaji sebaiknya dilapukkan terlebih dahulu selama kurang lebih
3-4 minggu dengan cara dicampur sedikit kapur. Bekatul juga harus yang
baru, tidak bau apek, tidak berkutu.
Cara pembuatan :
1. Pengayakan, Cara pembuatannya adalah serbuk gergaji
diayak,tujuannya untuk memisahkan atau menyaring serbuk kayu
gergaji yang bersar dan kecil/halus sehingga didapatkan serbuk kayu
gergaji yang halus dan seragam
2. Pencampuran, serbuk kayu gergaji dengan dedak dan kapur sesuai
takaran untuk mendapatkan komposisi media yang merata.
Tujuannya menyediakan sumber hara/nutrisi yang cukup bagi
pertumbuhan dan perkembangan jamur.
Serbuk gergaji 100 kg sebagai media tanam
Dedak 15 kg sebagai sumber makanan tambahan bagi
pertumbuhan jamur
Kapur 2kg untuk mendapatkan pH 6-7 media tanam sehingga
memperlancar proses pertumbuhan jamur
3. Penambahan air, Setelah rata tambahkan air bersih, jangan lupa
mengukur pH serbuk gergaji (pH yg baik adalah 5-7)
4. Pemeraman, setelah itu campuran media ditutup dengan plastik dan
dibiarkan mengompos minimal 1 hari. semakin lama pengomposan
9
akan semakin bagus. Tujuannya menguraikan senyawa-senayawa
kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh senyawasenyawa
kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh senyawa-
senyawa yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah dicerna oleh
jamur dan memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih baik.
5. Pengisian baglog, Setelah media cukup waktu lalu dimasukkan
kedalam plastik tahan panas/plastik PP (biasanya ukuran 18×30,
18×35, 20×30, 20x35 dan dipadatkan dengan menggunakan botol,
alat atau mesin pengepress baglog, semakin padat media akan
semakin bagus. Ujung plastic disatukan dan dipasang ring/ cincin.
6. Sterilisasi, baglog disterilkan dgn suhu minimum 70 derajat selama
5-7 jam. Setelah media cukup dingin atau bersuhu sekitar 25-30
derajat (pendinginan sekitar 8 jam) lalu dilakukan proses
inokulasi/penanaman bibit, tujuannya untuk menonaktifkan mikroba,
kapang, bakteri maupun khamir yang dapat menganggu
pertumbuhan jamur.
IV. Penginokulasian bibit jamur kedalam baglog:
Tahapan penginokulasian:
Mensterilkan tangan dengan alcohol 70%
Buka kapas penutup pada bagian atas media tumbuh (baglog log)
yang telah disterilkan.
Mengeluarkan 2 sendok makan media dengan sendok yan
disterilkan dengan api terlebih dahulu
Menginokulasi bibit jamur kedalam baglog tadi. Gunakan sendok
yang telah dipanaskan di atas nyala api, usahakan jangan berbicara
pada saat menginokulasi bibit jamur
Rapatkan kembali plastik bagian atas. Isi dengan kapas sebesar ibu
jari kaki. Ikat dengan karet. Tarik ujung-ujung plastic agar rapat ke
media
Bag log sudah jadi, siap disimpan/diinkubasikan sampai satu bulan
10
V. Proses pembuatan media jamur merang
Alat :
1. Cangkul/ sekop
2. Plastik lebar
3. Timbangan
4. Ember
Bahan:
1. Jerami
2. Kapur/ dolomite
3. Dedak/ bekatul
4. Bibit jamur merang
Cara pembuatan :
1. Pembuatan media
a. Jerami di celupkan dalam kolam air sampai air meresap pada
jerami-jerami, setelah meresap angkatlah jerami tersebut
dengan disusun berlapis-lapis, jerami lapis pertama di gelar dan
di atasnya ditaburi dengan dedak bersama kapur. Taruhlah
jerami lapis kedua diatasnya dan taburi lagi dedak, sampai 3-4
lapis jerami. Perbandingan antara jerami,bekatul dan kapur
adalah 15 : 2 : 1.
b. Memasukkan kompos kedalam kumbung
2. Pemeraman
a. Kemudian tutuplah lapis-lapis jerami tersebut dengan plastik
rapat-rapat selama satu minggu pada hari ke 4 dibalik dan taburi
bubuk dedak dan kapur. Setelah hari ke 8 pada pagi harinya
jerami susun dalam rak-rak yang telah disiapkan
3. Sterilisasi kubung
a. lantai kumbung dibersihkan
b. Kemudian tutuplah kerangka bangunan/ kumbung tadi dengan
plastik rapat-rapat.
c. Setelah rapat benar uapilah dengan cara memasak air di drum
dan uapnya di salurkan ke dalam bangunan yang sudah tertutup
rapat
11
d. Suhu diusahakan berkisar 70 derajat celcius selama selama 7-8
jam, suhu dipertahankan selama 4-5 jam.
e. Penanaman bibit dilakuakan setelah istirahat selama 1 hari.
4. Inokulasi bibit
a. pH diusahakan mencapai netral (pH 7)
b. peralatan yang digunakan untuk inokulasi bibit disterilkan
terlebih dahulu
c. Bibit log dihancurkan agar lembut
d. Bibit ditabur pada 2/3 media dari tinggi media / bagiantengah
tidak ditaburi
5. Pemeliharaan media
a. Penyiraman dilakukan selama 3 sampai 4 hari setelah tanam
b. Temperature ruangan 34-36 ° C
6. Pemanenan
a. Ciri jamur yang siap panen : bila masih ada tonjolan panen
dilakuak keesokan harinya, bila sudah bulat merata jamur siap
dipanen
b. Cara pemanenan, pengambilan jamur menggunakan tangan
yang telah disterilkan terlebih dahulu, atau dengan
menggunakan pisau yang telah disterilisasi dahulu.
c. Dalam pemanenan usahakan media tidak ikut terangkat
12
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulos, C.Jr : Introductory Mycology, 2d ed., Wiley, New York, 1962
Anonim. 1999. Budidaya jamur Kayu. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
daerah Tingkat I Jateng. Semarang.
Cahyana, Y. A., Muchroji dan M. Bakrun., 2001. Jamur Tiram. Penebar Swadaya,
Jakarta. Hal 1, 8, 37, 38.
Djarijah, Nunung M dan Abbas Siregar Djarijah. 2001. Budidaya jamur tiram.
Kanisius, Yogyakarta
Mayun,I.A.2007. Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvaceae0 pada
Berbagai Media Tumbuh. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Udayana
Moore, e and Landecker., 1982. Fundamental of The fungi. Prentice Hall, Inc.
Englewoo Cliff, new Jersey. p 275, 337.
Nunung dan Abbas, 2001. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Yogyakarta. Hal 24-
30.
Sinaga, Meity Suradji. (2003). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Depok:
Swadaya.
Sinaga, Meity. 2000. Jamur Merang dan Budidayanya. Penebar Swadaya.
Jakarta. 86 hal.
Sumiati, E.; Suryaningsih dan Puspita., 2003. Perbaiakan Produksi Jamur Tiram
Pleurotus ostreatus Strain Florida dengan Modifikasi Bahan baku Utama
Substrat. http://ww.baitsa.org/resecr.pht. 16 September 2007.
13