mastoiditis

28
MASTOIDITIS 1. PENGERTIAN Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. 2. ETIOLOGI Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk akibat infeksi traktus respiratorius. Mastoiditis merupakan hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir,

Upload: anisa-putri

Post on 04-Jul-2015

1.280 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mastoiditis

MASTOIDITIS

1. PENGERTIAN

Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada

telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala

proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal.

2. ETIOLOGI

Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu

kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga

serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus

respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang

berbau busuk akibat infeksi traktus respiratorius.

Mastoiditis merupakan hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri

yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi

telinga tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah beberapa bakteri

yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa

keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang

juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir,

hampir sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit

infeksi telinga tengah sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini

adalah S. Pnemonieae.Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi

berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu

sendiri.

3. GEJALA KLINIS

Nyeri dan nyeri tekan di belakang telinga.Bengkak pada mastoid. GejalaDari

keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari

tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan

organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi

Page 2: Mastoiditis

telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit.

Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi

mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan

dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien

yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul

atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

4. PATOFISIOLOGI

Keradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media supuratif akut dapat

menjalar ke mukosa antrum mastroid. Bila terjadi gangguan pengaliran sekret melalui

aditus ad antrum dan epitimpanum menimbulkan penumpukan sekret di antrum sehingga

terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan pada sel – sel mastoid.

5. PENATALAKSANAAN

Biasanya gejala umum berhasil, diatasi dengan pemberian antibiotik, kadang

diperlukan miringotomi. Jika terdapat kekambuhan akibat nyeri tekan persisten, demam,

sakit kepala, dan telinga mungkin perlu dilakukan mastoidektomi.

Tatalaksana Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti

peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi

pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.

Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid. Bedah yang dilakukan

berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu

mengembalikan ke fungsi yang normal.

6. PENGKAJIAN

a) Biodata

Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan sama-sama bisa terkena penyakit

mastoiditis.

b) Keluhan Utama.

Nyeri di belakang telinga.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Page 3: Mastoiditis

Sedang menderita otitis media akut / kronik.

d) Riwayat Penyakit Dahulu.

Pernah menderita otitis media akut, maupun kronik.

e) Pola Fungsi Kesehatan

Pola istirahat dan tidur

Nyeri yang diderita klien dapat mengakibatkan pola istirahat dan tidurnya

terganggu.

Pola aktivitas

Nyeri yang dialami klien dapat membatasi gerak.

f) Pemeriksaan Anamnesis.

Otoskopi terlihat infeksi TT

g) Pemeriksaan Penunjang.

Periksa Darah

Foto Mastoid

Kultur Bakteri Telinga

7. DIAGNOSA

1. Perubahan persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah

atau kerusakan di syaraf pendengaran.

2. Rasa cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.

3. Kerusakan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.

8. PERENCANAAN

Diagnosa keperawatan yang dapat timbul:

1. Perubahan persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah

atau kerusakan di syaraf pendengaran.

Kriteria hasil: Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensori pendengaran

sampai pada tingkat fungsional.

Page 4: Mastoiditis

NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.

2.

3.

4.

5.

Kaji tanda-tanda awal kehilangan pendengaran.

Bersihkan serumen yang tersembunyi dengan cara

irigasi.

- Pastikan bahwa klien tidak mengalami perforasi

pada membran timpaninya atau tidak mengalami

otitis media.

- Hangatkan cairan untuk irigasi sesuai dengan su-

hu tubuh.

Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh do-sis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat

alat pendengaran secara tepat.

Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-tek-

nik yang aman sehingga dapat mencegah

terjadinya ketulian lebih jauh.

Diagnosa awal terhadap kea-

daan telinga atau terhadap

masalah-masalah pendengar-

an yang ada memungkinkan

pemberian intervensi

sebelum pendengaran rusak

secara permanen.

Serumen yang letaknya ter-

sembunyi dapat menyebab-

kan tuli konduktif sehingga

menambah masalah pende-

ngaran yang sudah ada.

Penghentian terapi antibiotik

sebelum waktunya dapat me-

nyebabkan organisme sisa

berkembang biak sehingga

infeksi akan berlanjut.

Keefektifan alat pendengaran

tergantung pada tipe ganggu-

an/ketulian, pemakaian serta

perawatannya yang tepat.

Apabila penyebab pokok ke-

tulian tidak progresif, maka

pendengaran yang tersisa

sensitif terhadap trauma dan

infeksi sehingga harus dilin-

dungi.

Page 5: Mastoiditis

2. Rasa cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.

Kriteria hasil: Klien akan menyatakan bahwa rasa cemas mengenai komunikasi yang

terganggu berkurang dan akan lebih pandai dalam menggunkan

alternatif teknik komunikasi.

NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Demonstrasikan aktifitas yang dapat

meningkatkan pemahaman terhadap komunikasi

verbal.

- Atur posisi perawat langsung didepan klien.

- Yakinkan wajah anda (perawat) dan wajah klien

berada dalam pencahayaan yang cukup.

- Dapatkan perhatian klien terlebih dahulu sebe-

lum anda mulai bicara.

- Atur jarak anda sedekat mungkin dengan klien.

- Gunakan nada suara yang normal.

- Jangan berteriak.

- Jauhkan tangan & benda lain dari mulut anda ke-

tika berbicara dengan klien (karena dapat meng-

halangi klien untuk melihat gerak bibir anda).

- Apabila memungkinkan, lakukan percakapan di

ruang pribadi/tertutup tanpa ada gangguan suara

luar.

- Validasikan dengan klien mengenai pemahaman-

nya terhadap pernyataan perawat dengan cara:

suruh klien untuk mengulangi atau menjelaskan

kembali pernyataan tersebut dengan mengguna-

kan kata-kata klien sendiri.

- Gunakan indera atau media lain selama ber-

Menunjukkan kepada klien

bahwa dia dapat berkomuni-

kasi dengan efektif tanpa

menggunakan alat khusus,

se- hingga dapat mengurangi

ra-sa cemasnya.

Harapan-harapan yang tidak

realistik tidak dapat

mengura-ngi kecemasan,

justru malah menimbulkan

ketidakpercaya an klien

terhadap perawat.

Komunikasi dengan cara me-

nulis dapat efektif dalam

mempertahankan kemandiri-

an klien, harga diri serta kon-

tak sosialnya; bagaimanapun

komunikasi dengan cara ini

tidak nyaman atau tidak me-

mungkinkan bagi klien yang

minim keterampilan memba-

ca & menulisnya.

Memungkinkan klien untuk

Page 6: Mastoiditis

komunikasi, seperti:

Gerakan tangan.

Perubahan/mimik wajah.

Sentuhan.

Gambar-gambar.

Tulisan.

Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengaran nya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.Kaji kemampuan klien dalam membaca &

menulis.

Beritahukan/kenalkan pada klien semua alternatif

metode komunikasi (seperti bahasa isyarat &

membaca bibir) dengan langkah yang tepat untuk

masing-masing klien.

Berikan informasi mengenai kelompok yang juga

pernah mengalami gangguan seperti yang dialami

klien untuk memberikan dukungan kepada klien.

Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan

alat-alat yang tersedia yang dapat membantu klien.

memilih metode komunikasi

yang paling tepat untuk kehi-

dupannya sehari-hari disesu-

aikan dengan tingkat kete-

rampilannya sehingga dapat

mengurangi rasa cemas &

frustasinya.

Dukungan dari beberapa

orang yang memiliki penga-

laman yang sama akan

sangat membantu klien.

Agar klien menyadari sum-

ber-sumber apa saja yang ada

disekitarnya yang dapat men-

dukung dia untuk berkomu-

nikasi.

3. Kerusakan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.

Kriteria hasil:

Memakai alat bantu dengar (jika sesuai).

Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal: komunikasi tulisan, bahasa lam-

bang, berbicara dengan jelas pada telinga yang “baik”.

NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.

2.

Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan

& catat pada rencana perawatan metode yang

Dengan mengetahui metode

komunikasi yang diinginkan

Page 7: Mastoiditis

3. diguna-kan oleh staf dan klien, seperti:

Tulisan.

Berbicara.

Bahasa isyarat.

Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara

ver-bal.

a. Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, ber-

bicara dengan perlahan & dengan jelas langsung

ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada

berbicara dengan keras).

Tempatkan klien dengan telinga yang baik

berhadapan dengan pintu.

Dekati klien dari sisi telinga yang baik.

b. Jika klien dapat membaca ucapan:

Lihat langsung pada klien & bicaralah lam- bat

& jelas.

Hindari berdiri didepan cahaya karena dapat

menyebabkan klien tidak dapat membaca

bibir anda.

c. Perkecil distraksi yang dapat menghambat kon-

sentrasi klien.

Minimalkan percakapan jika klien kelelah-an

atau gunakan komunikasi tertulis.

Tegaskan komunikasi penting dengan me-

nuliskannya.

d. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan

penerjemah. Alamatkan semua komunikasi

pada klien, tidak kepada penterjemah. Jadi

seolah-olah perawat sendiri yang langsung

berbicara kepada klien dengan mengabaikan

keberadaan penterjemah.

oleh klien maka metode yang

akan digunakan dapat dise-

suaikan dengan kemampuan

& keterbatasan klien.

Pesan yang ingin disampai-

kan oleh perawat kepada kli-

en dapat diterima dengan ba-

ik oleh klien.

Memungkinkan komunikasi

dua arah antara perawat de-

ngan klien dapat berjalan de-

ngan baik & klien dapat me-

nerima pesan perawat secara

tepat.

Page 8: Mastoiditis

Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pende-ngaran dan pemahaman.Bicara dengan jelas, menghadap individu.

Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi

pembicaraan.

Gunakan rabaan & isyarat untuk meningkatkan

komunikasi.

Validasi pemahaman individu dengan menga-

jukan pertanyaan yang memerlukan jawaban

lebih dari “ya” atau “tidak”.

Page 9: Mastoiditis

ASUHAN KEPERAWATAN

MASTOIDITIS

PENGKAJIAN DATA

Nama : Ny. SM

Umur : 31 tahun

TTL : 28 Oktober 1945

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Merdeka No. 07 Palembang.

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

MRS : 5 April 2010

Identitas Penaggung Jawab

Nama : Suami

Hub dengan klien : Anak

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl Merdeka No. 07 Palembang..

II. Status Kesehatan Saat Ini:

Alasan kunjungan ke RS : Pendengaran menurun/tidak mendengar sejak 2

tahun, telinga kanan dan kiri.

Keluhan utama saat ini : Otore kanan dan kiri sejak 2 tahun, kumat-

kumatan. 1 bulan ini telinga kanan dan kiri sering basah..

Page 10: Mastoiditis

III. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:

Tuli konduksi D/S, perforasi membran timpani/perforasi sub total D/S. Sudah 2 tahun

berobat ke RS Charitas Palembang dan ke dokter praktek. Klien tidak memiliki

riwayat alergi.

IV. Pengkajian Fisik

Tanggal 5 April 2010:

Sistem Pernafasan (B 1)

RR = 20 x/mnt, tidak ada sesak nafas, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki

riwayat asma dan suara nafas normal.

Sistem Hemodinamika (B 2)

TD = 130/80 mmHg, nadi = 84 x/mnt, suhu = 36,5 oC, suara jantung vesikuler.

Perfusi perifer baik, turgor baik, intake-output seimbang, infus RL 20 tts/mnt,

klien tampak gelisah.

Sistem Kesadaran dan Otak (B 3)

Kadang-kadang kepala pusing/vertigo, bentuk kepala simetris, GCS= 4 5 6, pupil

normal, orientasi baik, tuli konduksi telinga kiri dan kanan. Tidak ada tanda-tanda

parese pada syaraf VII. Post op Myringoplasty tanggal 6 April 2001, verban

tampak terpasang dan terawat baik.

Sistem Perkemihan (B 4)

Baik 2-3 x/hr, warna kuning jernih.

Sistem Pencernaan (B 5)

Nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, BAB 2 x/hr pagi dan sore. Klien tidak

ada sakit maag.

Sistem Integumen dan Muskuloskeletal (B 6)

Mandi 2 x/hr pagi dan sore, kulit bersih, tidak ada nyeri otot dan persendian.

V. Pengkajian Psikososial

Pola pikir dan persepsi : kesulitan yang dialami klien: klien kesulitan

melakukan komunikasi dengan orang lain.

Persepsi diri : saat ini selain klien memikirkan penyakitnya, juga

Page 11: Mastoiditis

memikirkan kelu-arganya (suami dan anak-

anaknya).

Suasana hati : gelisah dan khawatir memikirkan bagaimana bisa

membeli alat bantu pendengaran (masalah

keuangan).

Hubungan/komunikasi : bicara dengan klien harus keras dan menggunakan

isyarat dengan tangan, jarak harus dekat dengan

klien.

VI. Data Laboratorium dan Radiologi:

Tanggal 7 Maret 2010

Foto Ro: - Mastoiditis bilateral tipe sklerotik.

Cor: besar dan bentuk normal.

Pulmo: tidak tampak kelainan.

Sinus phrenice-costalis kiri dan kanan.

Tanggal 7 Maret 2010

Laboratorium:

Urea N: 6 mg/dl.

Kreatinin serum: 0,7 mg/dl.

Bilirubin direk: 0,18 mg/dl.

Bilirubin total: 0,73 mg/dl.

SGOT: 20 U/L.

SGPT: 18 U/L.

VII. Terapi/Pengobatan

Infus RL 20 tts/mnt.

Klindamycin 3x300 mg.

Mefenamat acid 3x500 mg k/p.

Rawat luka (ganti verban).

Operasi Myringoplasty tanggal 6 April 2010.

Page 12: Mastoiditis

ANALISA DATA

TGL KELOMPOK DATA KEMUNGKINANPENYEBAB

MASALAH DIAGNOSA

9/4/2010

10/4/2010

10/4/2010

DS:Klien mengatakan ia tidak bisa mendengar, bila diajak berbicara harus keras & dekat.

DO:Audiogram klien tuli konduksi sedang kanan & kiri.

Diajak bicara lebihbanyak diam.

Bicara dengan kli-enharus keras.

DS: Klien mengeluh pu-sing sewaktu duduk/ bangun tidur.

DO:TD: 130/80 mmHgNadi: 84x/mnt RR: 20 x/mnt.Gelisah.Post op Myringoplasty.

DS:Klien menanyakan bagaimana cara mera-wat telinganya bila pulang nanti.

DO: Klien gelisah.Bicara harus keras.Komunikasi deng-anorang lain sulit.Klien tinggal kotaPalembang.

Penurunan pende-ngaran.

Vertigo

Ketidakcukupan pengetahuan

Kerusakan Ko-munikasi

Cedera

Ketidak efek-tifan penata-laksanaan program terapeutik.

Kerusakan ko-munikasi ber-hubungan de-ngan penurun-an pendengaran

Resiko terha-dap cedera berhubungan dengan vertigo

Ketidak efek-tifak penata-laksanaan program tera-peutik berhu-bungan dengan ketidak cukup-an pengetahu-an tentang pe-rawatan telinga & tanda-tanda gejala kompli-kasi.

Page 13: Mastoiditis

TINDAKAN KEPERAWATAN

NO

TGL

DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI

RASIONAL IMPLEMENTASI

EVALUASI

1.

10/4/2010

Kerusakan komunikasi berhubungan dengan penu-runan pendengaran.

Klian mampu melaku-kan komunikasi dengan setiap orang.

Klien mampu:Menerima

pesan-pesan melalui metoda alternatif.

1.Gunakan faktor -fakto yang meningkatkan pendengaran & pengertian

2.Beri-kan meto-da alternatif komunika-si.

3.Berikan ling-kungan yang tenang.

4. Tulis

Memaksimalkan kemampuan komu-nikasi klien.Agar klien tahu dimana ia berada.

1. Bicara terang & jelas mengha-dap kearah klien.

2.Mengulangi & mempersingkat kata.

3.Menyentuh ta-ngan & bahu klien untuk me-ningkatkan ko-minikasi.

4.Mengg

Klien mampu melakukan komunikasi walau harus bicara dengan keras.

Page 14: Mastoiditis

2.

10/4/2010

Resiko terhadap cedera berhubungan dengan verti-go.

Cedera tidak terjadi

Pusing/vertigo berkurang/hilang.

& bicara pesan-pesan yang penting.

1.Orientasikan klien terhadap sekelilingnya.

2.Awasi klien secara ketat.

3.Pertahankan tempat tidur pada ketinggi-an yang

Untuk menghin-dari & memper-kecil kemungki-nan cedera.

Memudahkan klien untuk turun naik tempat ti-dur.

unakan kertas & pensil untuk berkomu-nikasi.

1.Menjelaskan kondisi diruang

an.

2.Menganjurkan keluarga untuk mendampingi klien bila ingin kekamar mandi/ WC.

3.Menyarankan klien untuk ti-dak langsung bangun/duduk.

Pusing/verti-go tidak terja-di.

Cedera tidak terjadi.

Page 15: Mastoiditis

3.

10/4/2010

Ketidakefektifan penata-laksanaan program tera-peutik berhubungan deng-an ketidakcukupan penge-tahuan tentang perawatan telinga; tanda-tanda gejala dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Penatalaksanaan program terapeutik efektif.

-Kllien tidak ge-lisah lagi.Klien mampu menjelaskan kembali/mengu-lang kembali apa yang telah dije-laskan perawat.

pa-ling rendah.

4.Berikan terapi analgesik: Asam Mefe-namat 500 mg 3x1 tab.

1.Identifikasi faktor-faktor penyebab yang meng-hambat pene-talaksanaan yang efektif.

2.Jelaskan & bi-carakan pro-ses

Untuk menghi-langkan/mengu-rangi nyeri.

Segera dapat me-ngetahui & me-ngatasi faktor yang menghala-ngi penatalaksa-naan yang efektif

Agar klien me-ngetahui & me-ngerti tentang perawata

4.Memberikan asam Mefena-mat 500 mg.

1.Menanyakan masalah-masa-lah yang mem-buat klien geli-sah & khawa-tir.

2.Menjelaskan bahwa:

-kemampuan penden

Klien & ke-luarga dapat mengerti apa yang telah di jelaskan & akan tetap kontrol ke RS bila telah sembuh.

Klien dapat memahami & mengerti ha-rus

Page 16: Mastoiditis

penyakit, aturan pera-watan & pengobatan, perubahan ga-ya hidup, sumber-sum-ber dukungan yang tersedia.

3.Jelaskan bah-wa perubahan dalam gaya hidup & kebu-tuhan belajar akan

n & pe-ngobatan penya-kitnya.

Setiap perubahan memerlukan pro-ses adaptasi yang lama.

garan klien tetap tidak pulih, tetapi ke-luhan-keluhan-nya dulu akan hilang.

- Agar kontrol secara teratur.

- Me-nganjurkan untuk membeli alat bantu de-ngar.

3.Memberikan materi penjelas-an secara berta-hap & tertulis.

kemana bila mengala-mi kesulitan mengenai pe-rawatan te-linganya.

Page 17: Mastoiditis

membu-tuhkan waktu untuk terinte-grasi.

Page 18: Mastoiditis

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.

Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders.

Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta.

Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu

Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya.

Page 19: Mastoiditis

Asuhan Keperawatan

MASTOIDITIS

O

L

E

H

Kelompok 1

TINGKAT 2.A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2010/2011