mastoiditis
TRANSCRIPT
MASTOIDITIS
1. PENGERTIAN
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada
telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala
proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal.
2. ETIOLOGI
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu
kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga
serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus
respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang
berbau busuk akibat infeksi traktus respiratorius.
Mastoiditis merupakan hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri
yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi
telinga tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah beberapa bakteri
yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa
keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang
juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir,
hampir sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit
infeksi telinga tengah sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini
adalah S. Pnemonieae.Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi
berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu
sendiri.
3. GEJALA KLINIS
Nyeri dan nyeri tekan di belakang telinga.Bengkak pada mastoid. GejalaDari
keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari
tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan
organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi
telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit.
Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi
mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan
dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien
yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul
atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
4. PATOFISIOLOGI
Keradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media supuratif akut dapat
menjalar ke mukosa antrum mastroid. Bila terjadi gangguan pengaliran sekret melalui
aditus ad antrum dan epitimpanum menimbulkan penumpukan sekret di antrum sehingga
terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan pada sel – sel mastoid.
5. PENATALAKSANAAN
Biasanya gejala umum berhasil, diatasi dengan pemberian antibiotik, kadang
diperlukan miringotomi. Jika terdapat kekambuhan akibat nyeri tekan persisten, demam,
sakit kepala, dan telinga mungkin perlu dilakukan mastoidektomi.
Tatalaksana Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti
peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi
pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.
Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid. Bedah yang dilakukan
berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu
mengembalikan ke fungsi yang normal.
6. PENGKAJIAN
a) Biodata
Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan sama-sama bisa terkena penyakit
mastoiditis.
b) Keluhan Utama.
Nyeri di belakang telinga.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Sedang menderita otitis media akut / kronik.
d) Riwayat Penyakit Dahulu.
Pernah menderita otitis media akut, maupun kronik.
e) Pola Fungsi Kesehatan
Pola istirahat dan tidur
Nyeri yang diderita klien dapat mengakibatkan pola istirahat dan tidurnya
terganggu.
Pola aktivitas
Nyeri yang dialami klien dapat membatasi gerak.
f) Pemeriksaan Anamnesis.
Otoskopi terlihat infeksi TT
g) Pemeriksaan Penunjang.
Periksa Darah
Foto Mastoid
Kultur Bakteri Telinga
7. DIAGNOSA
1. Perubahan persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah
atau kerusakan di syaraf pendengaran.
2. Rasa cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
3. Kerusakan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
8. PERENCANAAN
Diagnosa keperawatan yang dapat timbul:
1. Perubahan persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah
atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Kriteria hasil: Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensori pendengaran
sampai pada tingkat fungsional.
NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
Kaji tanda-tanda awal kehilangan pendengaran.
Bersihkan serumen yang tersembunyi dengan cara
irigasi.
- Pastikan bahwa klien tidak mengalami perforasi
pada membran timpaninya atau tidak mengalami
otitis media.
- Hangatkan cairan untuk irigasi sesuai dengan su-
hu tubuh.
Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh do-sis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat
alat pendengaran secara tepat.
Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-tek-
nik yang aman sehingga dapat mencegah
terjadinya ketulian lebih jauh.
Diagnosa awal terhadap kea-
daan telinga atau terhadap
masalah-masalah pendengar-
an yang ada memungkinkan
pemberian intervensi
sebelum pendengaran rusak
secara permanen.
Serumen yang letaknya ter-
sembunyi dapat menyebab-
kan tuli konduktif sehingga
menambah masalah pende-
ngaran yang sudah ada.
Penghentian terapi antibiotik
sebelum waktunya dapat me-
nyebabkan organisme sisa
berkembang biak sehingga
infeksi akan berlanjut.
Keefektifan alat pendengaran
tergantung pada tipe ganggu-
an/ketulian, pemakaian serta
perawatannya yang tepat.
Apabila penyebab pokok ke-
tulian tidak progresif, maka
pendengaran yang tersisa
sensitif terhadap trauma dan
infeksi sehingga harus dilin-
dungi.
2. Rasa cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
Kriteria hasil: Klien akan menyatakan bahwa rasa cemas mengenai komunikasi yang
terganggu berkurang dan akan lebih pandai dalam menggunkan
alternatif teknik komunikasi.
NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Demonstrasikan aktifitas yang dapat
meningkatkan pemahaman terhadap komunikasi
verbal.
- Atur posisi perawat langsung didepan klien.
- Yakinkan wajah anda (perawat) dan wajah klien
berada dalam pencahayaan yang cukup.
- Dapatkan perhatian klien terlebih dahulu sebe-
lum anda mulai bicara.
- Atur jarak anda sedekat mungkin dengan klien.
- Gunakan nada suara yang normal.
- Jangan berteriak.
- Jauhkan tangan & benda lain dari mulut anda ke-
tika berbicara dengan klien (karena dapat meng-
halangi klien untuk melihat gerak bibir anda).
- Apabila memungkinkan, lakukan percakapan di
ruang pribadi/tertutup tanpa ada gangguan suara
luar.
- Validasikan dengan klien mengenai pemahaman-
nya terhadap pernyataan perawat dengan cara:
suruh klien untuk mengulangi atau menjelaskan
kembali pernyataan tersebut dengan mengguna-
kan kata-kata klien sendiri.
- Gunakan indera atau media lain selama ber-
Menunjukkan kepada klien
bahwa dia dapat berkomuni-
kasi dengan efektif tanpa
menggunakan alat khusus,
se- hingga dapat mengurangi
ra-sa cemasnya.
Harapan-harapan yang tidak
realistik tidak dapat
mengura-ngi kecemasan,
justru malah menimbulkan
ketidakpercaya an klien
terhadap perawat.
Komunikasi dengan cara me-
nulis dapat efektif dalam
mempertahankan kemandiri-
an klien, harga diri serta kon-
tak sosialnya; bagaimanapun
komunikasi dengan cara ini
tidak nyaman atau tidak me-
mungkinkan bagi klien yang
minim keterampilan memba-
ca & menulisnya.
Memungkinkan klien untuk
komunikasi, seperti:
Gerakan tangan.
Perubahan/mimik wajah.
Sentuhan.
Gambar-gambar.
Tulisan.
Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengaran nya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.Kaji kemampuan klien dalam membaca &
menulis.
Beritahukan/kenalkan pada klien semua alternatif
metode komunikasi (seperti bahasa isyarat &
membaca bibir) dengan langkah yang tepat untuk
masing-masing klien.
Berikan informasi mengenai kelompok yang juga
pernah mengalami gangguan seperti yang dialami
klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan
alat-alat yang tersedia yang dapat membantu klien.
memilih metode komunikasi
yang paling tepat untuk kehi-
dupannya sehari-hari disesu-
aikan dengan tingkat kete-
rampilannya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas &
frustasinya.
Dukungan dari beberapa
orang yang memiliki penga-
laman yang sama akan
sangat membantu klien.
Agar klien menyadari sum-
ber-sumber apa saja yang ada
disekitarnya yang dapat men-
dukung dia untuk berkomu-
nikasi.
3. Kerusakan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Kriteria hasil:
Memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal: komunikasi tulisan, bahasa lam-
bang, berbicara dengan jelas pada telinga yang “baik”.
NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.
2.
Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan
& catat pada rencana perawatan metode yang
Dengan mengetahui metode
komunikasi yang diinginkan
3. diguna-kan oleh staf dan klien, seperti:
Tulisan.
Berbicara.
Bahasa isyarat.
Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara
ver-bal.
a. Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, ber-
bicara dengan perlahan & dengan jelas langsung
ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada
berbicara dengan keras).
Tempatkan klien dengan telinga yang baik
berhadapan dengan pintu.
Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
b. Jika klien dapat membaca ucapan:
Lihat langsung pada klien & bicaralah lam- bat
& jelas.
Hindari berdiri didepan cahaya karena dapat
menyebabkan klien tidak dapat membaca
bibir anda.
c. Perkecil distraksi yang dapat menghambat kon-
sentrasi klien.
Minimalkan percakapan jika klien kelelah-an
atau gunakan komunikasi tertulis.
Tegaskan komunikasi penting dengan me-
nuliskannya.
d. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan
penerjemah. Alamatkan semua komunikasi
pada klien, tidak kepada penterjemah. Jadi
seolah-olah perawat sendiri yang langsung
berbicara kepada klien dengan mengabaikan
keberadaan penterjemah.
oleh klien maka metode yang
akan digunakan dapat dise-
suaikan dengan kemampuan
& keterbatasan klien.
Pesan yang ingin disampai-
kan oleh perawat kepada kli-
en dapat diterima dengan ba-
ik oleh klien.
Memungkinkan komunikasi
dua arah antara perawat de-
ngan klien dapat berjalan de-
ngan baik & klien dapat me-
nerima pesan perawat secara
tepat.
Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pende-ngaran dan pemahaman.Bicara dengan jelas, menghadap individu.
Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi
pembicaraan.
Gunakan rabaan & isyarat untuk meningkatkan
komunikasi.
Validasi pemahaman individu dengan menga-
jukan pertanyaan yang memerlukan jawaban
lebih dari “ya” atau “tidak”.
ASUHAN KEPERAWATAN
MASTOIDITIS
PENGKAJIAN DATA
Nama : Ny. SM
Umur : 31 tahun
TTL : 28 Oktober 1945
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Merdeka No. 07 Palembang.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
MRS : 5 April 2010
Identitas Penaggung Jawab
Nama : Suami
Hub dengan klien : Anak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl Merdeka No. 07 Palembang..
II. Status Kesehatan Saat Ini:
Alasan kunjungan ke RS : Pendengaran menurun/tidak mendengar sejak 2
tahun, telinga kanan dan kiri.
Keluhan utama saat ini : Otore kanan dan kiri sejak 2 tahun, kumat-
kumatan. 1 bulan ini telinga kanan dan kiri sering basah..
III. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:
Tuli konduksi D/S, perforasi membran timpani/perforasi sub total D/S. Sudah 2 tahun
berobat ke RS Charitas Palembang dan ke dokter praktek. Klien tidak memiliki
riwayat alergi.
IV. Pengkajian Fisik
Tanggal 5 April 2010:
Sistem Pernafasan (B 1)
RR = 20 x/mnt, tidak ada sesak nafas, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki
riwayat asma dan suara nafas normal.
Sistem Hemodinamika (B 2)
TD = 130/80 mmHg, nadi = 84 x/mnt, suhu = 36,5 oC, suara jantung vesikuler.
Perfusi perifer baik, turgor baik, intake-output seimbang, infus RL 20 tts/mnt,
klien tampak gelisah.
Sistem Kesadaran dan Otak (B 3)
Kadang-kadang kepala pusing/vertigo, bentuk kepala simetris, GCS= 4 5 6, pupil
normal, orientasi baik, tuli konduksi telinga kiri dan kanan. Tidak ada tanda-tanda
parese pada syaraf VII. Post op Myringoplasty tanggal 6 April 2001, verban
tampak terpasang dan terawat baik.
Sistem Perkemihan (B 4)
Baik 2-3 x/hr, warna kuning jernih.
Sistem Pencernaan (B 5)
Nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, BAB 2 x/hr pagi dan sore. Klien tidak
ada sakit maag.
Sistem Integumen dan Muskuloskeletal (B 6)
Mandi 2 x/hr pagi dan sore, kulit bersih, tidak ada nyeri otot dan persendian.
V. Pengkajian Psikososial
Pola pikir dan persepsi : kesulitan yang dialami klien: klien kesulitan
melakukan komunikasi dengan orang lain.
Persepsi diri : saat ini selain klien memikirkan penyakitnya, juga
memikirkan kelu-arganya (suami dan anak-
anaknya).
Suasana hati : gelisah dan khawatir memikirkan bagaimana bisa
membeli alat bantu pendengaran (masalah
keuangan).
Hubungan/komunikasi : bicara dengan klien harus keras dan menggunakan
isyarat dengan tangan, jarak harus dekat dengan
klien.
VI. Data Laboratorium dan Radiologi:
Tanggal 7 Maret 2010
Foto Ro: - Mastoiditis bilateral tipe sklerotik.
Cor: besar dan bentuk normal.
Pulmo: tidak tampak kelainan.
Sinus phrenice-costalis kiri dan kanan.
Tanggal 7 Maret 2010
Laboratorium:
Urea N: 6 mg/dl.
Kreatinin serum: 0,7 mg/dl.
Bilirubin direk: 0,18 mg/dl.
Bilirubin total: 0,73 mg/dl.
SGOT: 20 U/L.
SGPT: 18 U/L.
VII. Terapi/Pengobatan
Infus RL 20 tts/mnt.
Klindamycin 3x300 mg.
Mefenamat acid 3x500 mg k/p.
Rawat luka (ganti verban).
Operasi Myringoplasty tanggal 6 April 2010.
ANALISA DATA
TGL KELOMPOK DATA KEMUNGKINANPENYEBAB
MASALAH DIAGNOSA
9/4/2010
10/4/2010
10/4/2010
DS:Klien mengatakan ia tidak bisa mendengar, bila diajak berbicara harus keras & dekat.
DO:Audiogram klien tuli konduksi sedang kanan & kiri.
Diajak bicara lebihbanyak diam.
Bicara dengan kli-enharus keras.
DS: Klien mengeluh pu-sing sewaktu duduk/ bangun tidur.
DO:TD: 130/80 mmHgNadi: 84x/mnt RR: 20 x/mnt.Gelisah.Post op Myringoplasty.
DS:Klien menanyakan bagaimana cara mera-wat telinganya bila pulang nanti.
DO: Klien gelisah.Bicara harus keras.Komunikasi deng-anorang lain sulit.Klien tinggal kotaPalembang.
Penurunan pende-ngaran.
Vertigo
Ketidakcukupan pengetahuan
Kerusakan Ko-munikasi
Cedera
Ketidak efek-tifan penata-laksanaan program terapeutik.
Kerusakan ko-munikasi ber-hubungan de-ngan penurun-an pendengaran
Resiko terha-dap cedera berhubungan dengan vertigo
Ketidak efek-tifak penata-laksanaan program tera-peutik berhu-bungan dengan ketidak cukup-an pengetahu-an tentang pe-rawatan telinga & tanda-tanda gejala kompli-kasi.
TINDAKAN KEPERAWATAN
NO
TGL
DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
RASIONAL IMPLEMENTASI
EVALUASI
1.
10/4/2010
Kerusakan komunikasi berhubungan dengan penu-runan pendengaran.
Klian mampu melaku-kan komunikasi dengan setiap orang.
Klien mampu:Menerima
pesan-pesan melalui metoda alternatif.
1.Gunakan faktor -fakto yang meningkatkan pendengaran & pengertian
2.Beri-kan meto-da alternatif komunika-si.
3.Berikan ling-kungan yang tenang.
4. Tulis
Memaksimalkan kemampuan komu-nikasi klien.Agar klien tahu dimana ia berada.
1. Bicara terang & jelas mengha-dap kearah klien.
2.Mengulangi & mempersingkat kata.
3.Menyentuh ta-ngan & bahu klien untuk me-ningkatkan ko-minikasi.
4.Mengg
Klien mampu melakukan komunikasi walau harus bicara dengan keras.
2.
10/4/2010
Resiko terhadap cedera berhubungan dengan verti-go.
Cedera tidak terjadi
Pusing/vertigo berkurang/hilang.
& bicara pesan-pesan yang penting.
1.Orientasikan klien terhadap sekelilingnya.
2.Awasi klien secara ketat.
3.Pertahankan tempat tidur pada ketinggi-an yang
Untuk menghin-dari & memper-kecil kemungki-nan cedera.
Memudahkan klien untuk turun naik tempat ti-dur.
unakan kertas & pensil untuk berkomu-nikasi.
1.Menjelaskan kondisi diruang
an.
2.Menganjurkan keluarga untuk mendampingi klien bila ingin kekamar mandi/ WC.
3.Menyarankan klien untuk ti-dak langsung bangun/duduk.
Pusing/verti-go tidak terja-di.
Cedera tidak terjadi.
3.
10/4/2010
Ketidakefektifan penata-laksanaan program tera-peutik berhubungan deng-an ketidakcukupan penge-tahuan tentang perawatan telinga; tanda-tanda gejala dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Penatalaksanaan program terapeutik efektif.
-Kllien tidak ge-lisah lagi.Klien mampu menjelaskan kembali/mengu-lang kembali apa yang telah dije-laskan perawat.
pa-ling rendah.
4.Berikan terapi analgesik: Asam Mefe-namat 500 mg 3x1 tab.
1.Identifikasi faktor-faktor penyebab yang meng-hambat pene-talaksanaan yang efektif.
2.Jelaskan & bi-carakan pro-ses
Untuk menghi-langkan/mengu-rangi nyeri.
Segera dapat me-ngetahui & me-ngatasi faktor yang menghala-ngi penatalaksa-naan yang efektif
Agar klien me-ngetahui & me-ngerti tentang perawata
4.Memberikan asam Mefena-mat 500 mg.
1.Menanyakan masalah-masa-lah yang mem-buat klien geli-sah & khawa-tir.
2.Menjelaskan bahwa:
-kemampuan penden
Klien & ke-luarga dapat mengerti apa yang telah di jelaskan & akan tetap kontrol ke RS bila telah sembuh.
Klien dapat memahami & mengerti ha-rus
penyakit, aturan pera-watan & pengobatan, perubahan ga-ya hidup, sumber-sum-ber dukungan yang tersedia.
3.Jelaskan bah-wa perubahan dalam gaya hidup & kebu-tuhan belajar akan
n & pe-ngobatan penya-kitnya.
Setiap perubahan memerlukan pro-ses adaptasi yang lama.
garan klien tetap tidak pulih, tetapi ke-luhan-keluhan-nya dulu akan hilang.
- Agar kontrol secara teratur.
- Me-nganjurkan untuk membeli alat bantu de-ngar.
3.Memberikan materi penjelas-an secara berta-hap & tertulis.
kemana bila mengala-mi kesulitan mengenai pe-rawatan te-linganya.
membu-tuhkan waktu untuk terinte-grasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders.
Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu
Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya.
Asuhan Keperawatan
MASTOIDITIS
O
L
E
H
Kelompok 1
TINGKAT 2.A
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2010/2011