m.askep bedah jantung.doc

30
MAKALAH ASKEP BEDAH JANTUNG Dosen Pembimbing: Disusun Oleh : Kelompok B 1 Agus rully kurniadi 2010-21-104 2 As’ari 2010-21-112 3 Nano subowo 2010-21-122 4 Nurjanto 2010-21-108 5 Nesia faternasa 2010-21-106 6 Deli yulia 2010-21-110 7 Aras 2010-21-120 8 Feni royani 2010-21-096 9 Hamdi 2010-21- 098 1 0 Rina gusniarti 2010-21-100 1 1 Rini utari 2010-21-114 1 2 Tari syfrida 2010-21-102 1 Sri kurnia 2010-21-092

Upload: riadhy

Post on 18-Jul-2016

36 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

cardio

TRANSCRIPT

Page 1: m.askep bedah jantung.doc

MAKALAHASKEP BEDAH JANTUNG

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh :

Kelompok B

1 Agus rully kurniadi 2010-21-1042 As’ari 2010-21-1123 Nano subowo 2010-21-1224 Nurjanto 2010-21-1085 Nesia faternasa 2010-21-1066 Deli yulia 2010-21-1107 Aras 2010-21-1208 Feni royani 2010-21-0969 Hamdi 2010-21-09810 Rina gusniarti 2010-21-10011 Rini utari 2010-21-11412 Tari syfrida 2010-21-10213 Sri kurnia ningsih 2010-21-09214 Widian anggranita 2010-21-11815 Yoga prasetio 2010-21-094

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBISTIKBA

PRODI S1 KEPERAWATAN2010-2011

Page 2: m.askep bedah jantung.doc

LAMPIRAN

Daftar Nama Kelompok B Beserta Tugasnya

NO NAMA TUGAS1 Yoga Prasetio Koordinator2 As’ari Cari Bahan3 Nesia faternasa Bendahara 4 Nurjanto Cari Bahan5 Deli yulia Cari bahan6 Feni royani Cari Bahan7 Nano subowo Cari Bahan8 Widian anggranita Meringkas9 Sri kurnia ningsih Meringkas10 Tari syfrida Cari Bahan11 Rini utari Mengeprint 12 Rina gusniarti Mengeprint13 Agus rully kurniadi Cari Bahan14 Hamdi Fotocopy15 Aras Cari bahan

i

Page 3: m.askep bedah jantung.doc

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulilah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT, atas berkat rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah SISTEM KARDIVASKULER yang berjudul “askep bedah jantung “ .

Penulisan makalah ini mendapatkan bimbingan , bantuan, dan dorongan dari Dosen pembimbing. untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya.

Dengan segala kemampuan penulis makalah ini, namun masih terda[at kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempatan, maka dari itu penulis menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menunjang kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini berguna dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada semua pihak dan penulis sendiri guna melanjutkan kejenjangan penelitian yang lebih tinggi.

Akhir kata penulis ucapka wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jambi, Mei 2011

Penulis

ii

Page 4: m.askep bedah jantung.doc

DAFTAR ISI

LAMPIRAN................................................................................................ iKATA PENGANTAR................................................................................ iiDAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang ........................................................................... 11.2. Perumusan Masalah.................................................................... 51.3. Tujuan ........................................................................................ 5

BAB II ASKEP KLIEN BEDAH JANTUNG2.1.

BAB III PEMBAHASAN3.1.

BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan..................................................................................4.2 Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 5: m.askep bedah jantung.doc

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1

Page 6: m.askep bedah jantung.doc

BAB IIASKEP BEDAH JANTUNG

2.1 DEFENISIBedah jantung adalah ; Usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan

koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.Macam –macam Operasi Jantung :

1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).

2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.

2.2. Tujuan Operasi Bedah JantungOperasi jantung dikerjakan dengan tujuan baermacam-macam antara lain :

1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot, Koreksi Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.

2. Operasi paliatif yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan operasi yang definitif/total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.

3. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami insufisiensi.

4. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.

5. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri koroner.

6. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak dengan blok total atrioventrikel.

7. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain.

2.3. Pemeriksaan Diagnostik Penderita Penyakit JantungUntuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu diagnosis

maka diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik/jasmani, laboratorium.. maka untuk jantung diperlukan pemeriksaan tambahan sebagai berikut :

2

Page 7: m.askep bedah jantung.doc

1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai alat elektrokardiografi.

2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk melihat pembesaran atrium kiri (foto lateral).

3. Fonokardiografi4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang

pendek dan pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali. Pemeriksaan ini terdiri dari M. mode dan 2 Dimentional, sehingga terlihat gambaran rongga jantung dan pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi Dopler Echocardiografi dengan warna, dimana dari gambaran warna yang terlihat bisa dilihat shunt, kebocoran katup atau kolateral.

5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena kemudian dengan “scanner” ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.

Dapat dibagi :1. Perfusi myocardial dengan memakai Talium 201.2. Melihat daerah infark dengan memakai Technetium pyrophospate 99.3. Blood pool scanning.

6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi jantung kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.

Pemeriksaan kateterisasi bertujuan :a) Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga jantung,

sehingga diketahui adanya peningkatan saturasi pada rongga jantung kanan akibat suatu shunt dan adanya hypoxamia pada jantung bagian kiri.

b) Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah tertentu misalnya LV grafi, aortografi, angiografi koroner dll.

c) Pemeriksaan curah jantung pada keadaan tertentu.7. Pemeriksaan enzym khusus, yaitu pemeriksaan enzym creati kinase dan

fraksi CKMB untuk penentuan adanya infark pada keadaan “ unstable angin pectoris”.

2.4. Indikasi Operasi 1,5).“Left to rigth shunt” sama atau lebih dari 1,5 (aliran paru

dibandingkan aliran ke sistemik “Cyanotic heart disease “. Kelainan anatomi pembuluh darah besar dan koroner Stenosis katub yang berat (symtomatik). Regurgitasi katub yang berat (symtomatik)

3

Page 8: m.askep bedah jantung.doc

Angina pektoris kelas III dan IV menurut Canadian Cardiology Society (CCS).

“Unstable angina pectoris”. Aneurisma dinding ventrikel kiri akibat suatu infark miokardium akut. Komplikasi akibat infark miokardium akut seperti VSD dan mitral

regurgitasi yang berat karena ruptur otot papilaris. “Arrhytmia” jantung misalnya WPW syndrom. Endokarditis/infeksi katub jantung. Tumor dalam rongga jantung yang menyebabkan obstruksi pada katub

misalnya myxoma. Trauma jantung dengan tamponade atau perdarahan.

2.5. Toleransi dan perkiraan resiko operasiToleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum penderita

yang biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York Heart Association.Klas I : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari.Klas II : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan cepat.Klas III : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan sehari-hari.Klas IV : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan lain-lain sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat tidur.

a. Waktu Terbaik (Timing) Untuk OperasiHal ini ditentukan berdasarkan resiko yang paling kecil. Misalnya umur yang tepat untuk melakukan total koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 - 4 tahun.Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena suatu insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada klas III. Hal ini adalah saat operasi dilakukan. Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat resikonya 2 X lebih tinggi bila dilakukan elektif.- Pembagian Waktu dibagi atas :1. Emergensi yaitu operasi yang sifatnya sangat perlu untuk menyelamatkan jiwa penderita. Untuk bypass coroner hal ini dilakukan kapan saja tergantung persiapan yang diperlukan.2. Semi Elektif yaitu operasi yang bisa ditunda 2 - 3 hari atau untuk koroner dilakukan 3 X 24 jam setelah dilakukan kateterisasi jantung.3. Elektif yaitu operasi yang direncanakan dengan matang atas indikasi tertentu, waktunya lebih dari 3 hari.

- Pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah :1. Apakah bisa dilakukan koreksi total2. Kalau tidak bisa dilakukan koreksi total karena keterbatasan umur dan anatomi/kelainan yang didapat maka harus dipilih tehnik operasi untuk membantu operasi definitif misalnya “ shunt “ pada Tetralogi Fallot.3. Apabila tidak bisa dilakukan koreksi total atau operasi definitif dengan resiko yang tinggi maka harus dipilih operasi untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita tersebut misalnya “shunt” saja.

4

Page 9: m.askep bedah jantung.doc

4. “Repair” katub lebih diutamakan/dianjurkan dari pada “replacement”/penggantian katub yang rusak.5. Hasil-hasil dari kasus-kasus yang sudah dikerjakan orang lain.b. Sayatan Operasi 1. Mid Sternotomi Posisi klien terlentang, kepala ekstensi dan daerah vertebra antara skapula kanan dan kiri diganjal secukupnya sehingga insisi cukup leluasa. Harus diperhatikan dalam setiap posisi :a) Seluruh daerah yang mengalami tekananan harus dilindungi dengan bantal atau karet busa misalnya kepala, daerah sakrum dan tumit.Tidak boleh ada barang-barang logam yang keras, kontak langsung dengan penderita sehingga dapat terjadi dekubitus.b) Pemasangan “lead EKG “, kateter urin, slang infus tidak boleh “kinking” dan melewati bawah kulit klien sehingga menimbulkan bekas.c) Pemasangan “plate kauterisasi” pada otot pinggul dan hati-hati terhadap N. ischiadicus yang berjalan di daerah sakrum dan penderita harus dihubungkan dengan kabel yang ke bumi.d) Posisi penderita harus difiksasi dengan stabil sehingga tidak mudah meluncur kalau meja operasi diputar atau tidak bergerak kalu dilakukan shock listrik.Insisi kulit pada daerah median mulai dari atas suprasternal notch vertikal sampai 3 cm di bawah prosesus xyphoideus dengan pisau No. 24 bila klien dewasa, untuk bayi dan anak-anak dengan pisau No. 15.Hemostasis dengan kauterisasi fasia sampai ligamen subra sternal dipotong, begitu juga prosesus xyphoideus ibelah dengan gunting kasar. Hemostasis dari vena yang melintang di atas prosesus xyphoideus harus baik.Tulang sternum dibelah dengan gergaji listrik biasanya dari arah prosesus xypoideus ke atas dan saat itu paru-paru dikolapskan beberapa detik untuk menghindari terbukanya pleura.Hemastasis pinggir sternum dengan kauter dan bila perlu gunakan bone wak.Selanjutnya sisa-sisa kelenjar timus, didiseksi sampai vena inominata kelihatan bebas. Perikardium dibuka di tengah atau agak ke kanan apabila akan digunakan untuk “patch” dan dilebarkan sedikit kearah lateral dibagian proksimal dan diafragma. Perikardium difixir ke pinggir luka sehingga jantung agak terangkat.Apabila prosedur utama telah selesai dan dinding dada akan ditutup maka harus diyakini benar bahwa hemostasis terhadap semua bekas insisi dan jahitan telah aman, perikardium kalau perlu tidak usah ditutup rapat, dipasang drain untuk mengeluarkan sisa darah, sternum diikat dengan kawat. Harus diingat saat menutup sternum apakah ada pengaruh terhadap tekanan darah terutama kalau tekanan darah turun. Jahitan kulit subkutikuler/kutikuler dengan dexon.2. Torakotomi posterolateralSayatan ini biasanya untuk klien koarktasio aorta, PDA, shunt atau aneurisma aorta desenden. Posisi klien miring ke kanan dengan syarat-syarat seperti di atas.Insisi kulit mulai dari garis aksila tengah ke posterior kira-kira 2 cm di bawah angulus inferior skapula dan prosesus spinosus vertebra. Kulit, subkutis, otot latisimus dorsi dipotong dengan hemostasis yang baik dengan kauter dan otot seratus anterios hanya dibelah dan dipotong pada insertionya.Rongga toraks dibuka pada sela iga ke 4 dengan diseksi di bagian atas iga ke V untuk menghindari pembuluh darah. Setelah selesai rongga toraks ditutup dengan

5

Page 10: m.askep bedah jantung.doc

mengikat iga dengan jahitan absorbable dan selanjutnya otot diapraksimasi kembali seperti aslinya dan kulit dijahit subkutikuler.3. Torakotomi AnterolateralPosisi penderita terlentang dan bagian kiri diganjal sedikit sehingga lebih . Insisi pada sela iga ke V. Pendekatan ini untuktinggi / miring 45 emergensi karena luka tusuk jantung dengan tamponade atau hanya perikardiotomi banding pulmonalis.2.6. Persiapan penderita prabedah.Setelah penderita diputuskan untuk operasi maka perlu dipersiapkan agar operasi dapat berlangsung sukses. Persiapan terdiri dari :a) Persiapan mentalMenyiapkan klien secara mental siap menjalani operasi, menghilangkan kegelisahan menghadapi operasi. Hal ini ditempuh dengan cara wawancara dengan dokter bedah dan kardiolog tentang indikasi operasi, keuntungan operasi, komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga hal-hal yang akan dialami/akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU dan alat yang akan dipasang, juga termasuk puasa, rasa sakit pada daerah operasi dan kapan drain dicabut.b) Persiapan medikal1. Obat-obatan

• Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu sebelum operasi (minimal 3 hari sebelum operasi).• Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi.• Digitalis dan diuretik dihentikan 1 hari sebelum operasi.• Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonversi dengan insulin injeksi

selama operasi.• Obat-obat jantung diteruskan sampai hari operasi.• Antibiotika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu

induksi anestesi di kamar operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum operasi apakah ada alergi.

2. Laboratorium 1 hari sebelum operasi antara lain :• Hematologi lengkap + hemostasis.• LFT.• Ureum, Creatinin.• Gula darah.• Urine lengkap.• Enzim CK dan CKMB untuk CABG.• Hb S Ag.• Gas darah.

Bila ada kelainan hemostasis atau faktor pembekuan harus diselidiki penyebabnya dan bila perlu operasi ditunda sampai ada kepastian bahwa kelainan tersebut tidak akan menyebabkan perdarahan pasca bedah3. Persiapan darah untuk operasi.Permintaan darah ke PMI terdiri dari :Packad cell : 750 ccFrash Frozen Plasma : 1000 ccTrombosit : 3 unit.Permintaan darah ke PMI minimal 24 jam sebelum operasi elektif dan tentu tergantung persediaan darah yang ada di PMI saat itu.

6

Page 11: m.askep bedah jantung.doc

4. Mencari infeksi fokal.Biasanya dicari gigi berlobang atau tonsilitis kronis dan ini konsultasikan ke bagian THT dan gigi. Kelainan kulit seperti dermatitis dan furunkolosis/bisul harus diobati dan juga tidak dalam masa inkubasi/infeksi penyakit menular.5. Fisioterapi dada.Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk mengajarkan bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi untuk mencegah retensi sputum. Bila penderita diketahui menderita asthma dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) maka fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan dan kadang-kadang spirometri juga membantu untuk melihat kelainan yang dihadapi. Bila perlu konsultasi ke dokter ahli paru untuk problem yang dihadapi.6. Perawatan sebelum operasi.Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang dari poliklinik maka perawatan sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1 - 2 hari sebelum operasi. Hal ini untuk mempersiapkan mental klien dan juga supaya tidak bosan di Rumah Sakit.

2.7. Perawatan pasca bedahPerawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU. Untuk mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi dengan baik.Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.Perawatan pasca bedah dibagi atas :1. Perawatan di ICU.a) Monitoring Hermodinamik.Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima antara perawat yang mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam. Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :• CVP, RAP, LAP,• Denyut jantung.• “Wedge presure” dan PAP.• Tekanan darah.• Curah jantung.• Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya, rutenya dan lain-lain.• Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pach jantung dll.b) EKGPemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang membahayakan.c) Sistem pernapasanBiasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan malahan diberikan sedasi sebelum ditransper ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat :

7

Page 12: m.askep bedah jantung.doc

• Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.• , PEEP.Tidak volume dan minut volume, RR, Fi O • Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal, kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat kultur.d) Sistem neurologisKesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.e) Sistem ginjalDilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis dan lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.f) Gula darahBila penderita adalah dabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.g) Laboratorium :Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :• HB, HT, trombosit.• ACT.• Analisa gas darah.• LFT / Albumin.• Ureum, kreatinin, gula darah.• Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.h) DrainDrain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi dikerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan muingkin memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.i) Foto thoraksPemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.j) Fisioterapi.Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).

2. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah. Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :

8

Page 13: m.askep bedah jantung.doc

• Elektrolit thrombosis.• Ureum• Gula darah.• Thoraks foto• EKG 12 lead.Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.Hari ke 6 - 10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis. Obat - obatan : Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada

waktu batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.

Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka terbuka.

Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan

untuk mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan.

Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat

tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari

ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat

2.8. Askep pada klien bedah jantung1.pengkajian

Aktivitas/istirahata. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,

insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital

berubah pad aktivitas. Sirkulasi

a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.

b. Tanda : 1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.

9

Page 14: m.askep bedah jantung.doc

3) Irama Jantung ; Disritmia.4) Frekuensi jantung ; Takikardia.5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah 6) posisi secara inferior ke kiri.7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat 8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.9) Murmur sistolik dan diastolic.10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian 12) kapiler lambat.13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.15) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting 16) khususnya pada ekstremitas.

Integritas egoa. Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan

penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah,

ketakutan dan mudah tersinggung. Eliminasi

Gejala: Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.

Makanan/cairana. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat

badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.

b. Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).

Higienea. Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas

Perawatan diri.b. Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

Neurosensoria. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.b. Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan

mudah tersinggung. Nyeri/Kenyamanan

a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.

b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.

10

Page 15: m.askep bedah jantung.doc

Pernapasana. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan

beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.

b. Tanda : 1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori

pernpasan.2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus

menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema

pulmonal)4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.

KeamananGejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.

Interaksi sosialGejala: Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

Pembelajaran/pengajarana. Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung,

misalnya : penyekat saluran kalsium.b. Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.

2. Diagnosa Keperawatan Pre Operatifa. Nyeri dada b/d ketidak seimbangan suplai dan demandb. Takut/cemas b/d ketidaktahuan akan tindakan operasic. Takut/cemas terhadap sakitd. Takut/cemas terhadap perubahan gambaran dirie. Takut/cemas terhadap kematian

Post operatifa. Resti terjadinya penurunan curah jantungb. Gangguan pola nafasc. Gangguan pertukaran gasd. Jalan nafas tidak efektife. Nutrisi kurang dari kebutuhan f. Kelebihan volume cairang. Koping tidak efektifh. Resti terjadi infeksi

11

Page 16: m.askep bedah jantung.doc

3. perencanaan.Umtuk mengatasi diagnosa keperawatan yang ada, maka rencana keperawatan yang dapat di berikan meliputi.

Pre operatifDiagnosa 1 :Nyeri dada berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan demand.Tujuan : Nyeri dada berkurang atau tidak adaIntervensi :

1. Ajarkan klien untuk melaporkan nyeri dada (1-100)2. Kaji dan catat serangan nyeri,lokasi penyebaran, lamanya dan faktor

pencetus ‘3. Kaji vital sign4. Rekam EKG 12 lead5. Kolaborasi : X-ray, pemeriksaan lab,enzim dan pemeriksaan terapi6. Beri oksigen dan nitrogliserin sesuai program.7. Evaluasi respon terapi8. Tirah baring, posisi semi fowler9. Limgkungan nyaman dan tenang10. Penuhi kebutuhan sehari-hari11. Tehnik relaksasi12. Diet porsi kecil danmakanan lunak

Diagnosa 2 :Takut atau cemas berhubungan dengan ketidaktahuan akan tindakn operasiTujuan : rasa cemas berkurang atau tidak adaIntervensi :

1. Beri penjelasan dan diskusikan tentang persiapan operasi2. Peraturan-peraturan dan tim bedah3. Pemeriksaan sebelum operasi4. Diet, puasa, obat-obatan, persiapan kulit5. Kunjungan tim bedah6. Jadwal operasi,set keluar7. ICU : peralatan yang digunakan 8. Perawatan rutin 9. Metode komunikasi10. Latihan batuk dan nafas dalam

Diagnosa 3 :Tujuan : cemas terhadap sakit berkurang.Intervensi :

1. Anjurkan klien mengungkapkan rasa takutnya2. Buat perbandingan antara sakit operasi dengan sakit yang lain3. Jelaskan tentang sedasi pre operasi, anastesi dll4. Yakinkan rasa sakit adalah normal

12

Page 17: m.askep bedah jantung.doc

5. Biarkan klien mengungkap kan rasa sakitnya, akan dilakukan intervensi perawat dan dokter

6. Ukur tanda-tanda vital

Diagnosa 4 :Takut atau cemas terhadap perubahan gambaran diriTujuan : cemas terhadap perubahan gambaran diri berkurang atau hilangIntervensi :

1. iJinkan klien mengungkapkan rasa takutnya2. diskusikan tentang anggapan klien salah3. beri kesempatan klien untuk bicara dengan klien yang telah di operasi4. yakinkan bahwa tim kesehatan akan menolong dalam proses enyembuhan

diagnosa 5 :takut atau cemas berat terhadap kematian intervensi :

1. ijinkan klien untuk mengekspresikan rasa takutnya2. yakinkan bahwa rasa takutny norma3. mengutamakan penjelasan post operasi agar tetap yakin akan keputusan

operasi4. bicarakan dengan keluarga untuk mendatangkan ulama/ pendeta bila perlu

pre operasidiagnosa 1 : resiko tinggi terjadi penurunan curah jantungtujuan : tidak terjadi penurunan curah jantungintervensi :

1. obstruksi tanda vital2. catat adanya aritmia dan obstruksi respon klien 3. obstruksi adanya perubahan status mental ( bingung, disorientasi,kurang

kooperatif)4. obstruksi perfusi jaringan5. obstruksi intake output6. ajarkan tekhnik relaksasi,nafas dalam 7. program perkembangan aktifitas, respon dll

diagnosa 2 :gangguan pola nafastujuan : gangguan pola nafas teratasiintervensi :

1. obstruksi pernafasan : frekuensi,pola , kedalaman,sesak nafas, penggunaan otot-otot cuping hidung

2. auskultasi bunyi nafas, area nafas yang hilang,ronchi.3. Obstruksi, bentuk,pergerakan,pengembangan,kesimetrisan dada

13

Page 18: m.askep bedah jantung.doc

4. Obstruksi batuk dan produksi sputum5. Obstruksi sianosis pada kulit, mukosa6. Atur posisi tidur yang nyaman (semi fowler)7. Ajarkan klien nafas dalam 7 batuk efektif8. Berikan analgetik sebelum fisioterapi sesuai program9. Pemeriksaan X-ray,lab,(AGDA, Hb)10. Berikan oksigen sesuai kolaborasi

Diagnosa 3 :Gangguan pertukaran gasTujuan : gangguan pertukaran gas teratasiIntervensi :

1. Obstruksi pernafasan : frekuensi, kedalaman, sesak nafas, penggunaan otot-otot tambahan, perubahan warna kulit, pucat

2. Auskultasi bunyi nafas dan pergerakan dada3. Obstruksi adanya kelainan ,status mental dan tingkat kesadaran4. Pertahankan kelancaran jalan nafas bila di perlu5. Ajarkan klien menarik nafas dalam melalui hidung dan mengeluarkan dari

mulut6. Catat jumlah dan jenis cairan drain sera perubahannya7. Kaji respon terhadap aktivitas: kooperatif a tidak8. Pemeriksaan X-ray,lab (AGDA,Hb)9. Berikan oksigen sesuai kolaborasi

Diagnosa 4 :Jalan nafas tidak efektifTujuan : jalan nafas menjadi efektifIntervensi :

1. Anjurkan klien untuk batuk efektif2. Tarik nafas dalam, tahan selama 3-5 detik dan batukkan dengan kuat ,

lakukan beberapa kali3. Support daerah dada dengan bantal dan tangan saat batuk4. Pertahankan hidrasi adekuat5. Buat rencana dan anjurkan klien istirahat6. Beri pendidikan kesehatan dan reinforcement positif

Diagnosa 5 :Nutrisi kurang dari kebutuhanTujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhiIntervensi :

1. Timbang BB dengan indikasi2. Beriksn makanan sesuai dengan program diet3. Auskultasi bising usus, catat dan kolaborasi bila ada mual ,muntah,nyeri4. Pertahankan nutrisi per oral5. Berikan makanan porsi kecil dan sering

14

Page 19: m.askep bedah jantung.doc

6. Pertahankan kebersihan mulut 7. Monitor dan catat intake output8. Ciptakan suasana makan yang nyaman 9. Obstruksi adanya tanda-tanda hipoglikemia10. Periksa gula darah,konsul gizi

Diagnosa 6 :Kelebihan volume cairanTujuan : kelebihan cairan tidak terjadiIntervensi :

1. Monitor intake output cairan2. Obstruksi tanda vital,auskultasi jantung dan paru3. Kaji pola, kualitas, kedalaman nafas, penggunaan otot tambahan

pernafasan serta periode apnea4. Obstruksi adanya edema preorbital dan sacral5. Timbang Timbang BB bila memungkinkan 6. Kaji masukan diit diit dan kebiasaan makanan yang mengakibatkan retensi

cairan7. Hindari konsumsi makanan yang mengandung garam8. Berikan diuretik, periksa X-ray dan lab sesuai program

Diagnosa 7 :Koping tidak efektifTujuan : koping klien lebih efektifIntervensi :

1. Kaji status kopin klien 2. Tentukan kapan mulai timbulnya gejala , perubahan perasaan /prilaku3. Kaji kemampuan klien dalam mengatasi stressor 4. Dengarkan ucapan dan amati ekspresi wajah, gerakan tubuh dan kontak

mata , inovasi dan intensitas bicara5. Berikan dukungan pada saat klien bicara6. Tenangkan klien dan lingkungan 7. Jika klen pesimis, berikan harapan dan pandangan yang realistis8. Jika klien marah/ dalam keadaan marah pertahan kan lingkungan dengan

stimulasi rendah 9. Perlihatkan sikap tenang dan menerima10. Perlihatkan bahwa tingkah laku tersebut dapat diterima 11. Jujur dan penuhi janji yang telah di buat 12. Jangan tanggapi kata-kata yang bermusuhan 13. Bantu klien mengenali saat marah dan bertanggung jawab terhadap

tindakanDiagnosa 8 :Resiko terjadi infeksiTujuan : infeksi tidak terjadi

15

Page 20: m.askep bedah jantung.doc

Intervensi :1. Obstruksi tanda-tanda infeksi dan radang2. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh klien 3. Pertahan kan tehnik aseptik dan antiseptik pada waktu melakukan

prosedur/tindakan4. Pertahankan kebersihan kulit klien, alat tenun kering tidak berkerut dan

bersih5. Aauskultasi bunyi paru dan saluran pernafasan 6. Obstruksi tanda-tanda vital7. Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda-tanda infeksi8. Berikan antibiotik spektrum luas dan periksa lab sesuai program

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 21: m.askep bedah jantung.doc

1.Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC;

Jakarta.

2.Carolin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2002.

3.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made

Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.

4.Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan,

Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.

5.Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit

FKUI, Jakarta.

6.Long, Barbara C, 1998, Perawatan Medikal Bedah, 1998, EGC, Jakarta.

7.PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses – Proses

Penyakit, EGC, Jakarta.

8.Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan

17