manajemen stres

10
Manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik. Manajemen stress bisa dilakukan dengan menerapkan beberapa teknik. Dalam dunia psikiatri teknik mengolah stress tersebut dikelompokkan ke dalam empat metode yakni kerekayasaan organisasi, kerekayasaan pribadi, teknik penenangan pikiran serta teknik penenangan melalui aktivitas fisik. Manajemen stress ini erat kaitannya dengan istilah “Flight or Fight”. Flight berarti menanggalkan kondisi yang menekan mental sedangkan Fight adalah melawan dengan baik kondisi tersebut. Opsi Fight ini yang kemudian bermuara pada manajemen stress. Teknik pertama dalam manajemen stress adalah Kerekayasaan

Upload: nedia-ulive-rahmawati

Post on 03-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Stres

Manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara

efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul

karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk

memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.

Manajemen stress bisa dilakukan dengan menerapkan beberapa teknik. Dalam dunia

psikiatri teknik mengolah stress tersebut dikelompokkan ke dalam empat metode

yakni kerekayasaan organisasi, kerekayasaan pribadi, teknik penenangan pikiran serta

teknik penenangan melalui aktivitas fisik. Manajemen stress ini erat kaitannya dengan

istilah “Flight or Fight”. Flight berarti menanggalkan kondisi yang menekan mental

sedangkan Fight adalah melawan dengan baik kondisi tersebut. Opsi Fight ini yang

kemudian bermuara pada manajemen stress. 

Teknik pertama dalam manajemen stress adalah Kerekayasaan organisasi. Adalah

usaha untuk mengubah lingkungan kerja dengan tujuan untuk membuatnya lebih

nyaman dan menyenangkan. Hal yang perlu diubah adalah faktor-faktor yang

berpotensi sebagai pembangkit stres. Secara kuantitatif banyaknya kegiatan dapat

dikurangi, misalnya dengan penambahan tenaga kerja. Sedangkan secara kualitatif

dapat dikurangi derajat kemajemukan keterampilan yang diperlukan termasuk di

dalamnya pengurangan tanggung jawab. Menurut Elkin dan Rosch, sejumlah strategi

mengurangi stress dengan mendesain ulang tugas, merancang lingkungan kerja yang

bersahabat, membuat jadwal kerja fleksibel, mendorong manajemen partisipatif,

membangun tujuan-tujuan, memberikan dukungan sosial serta umpan balik dan masih

Page 2: Manajemen Stres

banyak lagi lainnya.

Sementara itu, kerekayasaan kepribadian merupakan strategi yang digunakan dalam

upaya untuk menimbulkan perubahan-perubahan terkait kepribadian individu.

Tujuannya untuk mencegah timbulnya stres sehingga ambang stres bisa lebih

ditingkatkan. Perubahan-perubahan yang dituju mencakup pengetahuan, kecakapan,

keterampilan dan nilai-nilai yang mempengaruhi persepsi dan sikap tenaga kerja

terhadap pekerjaannya. Program pelatihan keterampilan merupakan salah satu strategi

untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja sehingga timbul rasa percaya diri akan

kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaannya. 

Teknik ketiga adalah penenangan pikiran. Teknik ini bertujuan mengurangi kegiatan

pikiran, yaitu proses berpikir dalam bentuk merencana, mengingat, berimajinasi,

menalar secara bersinambungan kita lakukan dalam keadaan bangun, dalam keadaan

sadar. Jika berhasil mengurangi kegiatan pikiran, rasa cemas dan khawatir akan

berkurang, kesigapan umum untuk bereaksi akan berkurang sehingga pikiran menjadi

tenang dan stres pun berkurang. Penenangan pikiran ini bisa dilakukan dengan cara

meditasi, yoga, berdzikir, pelatihan relaksasi autogenic, pelatihan relaksasi

neuromuscular dan lain-lain.

Metode terakhir dalam lingkup manajemen stress adalah teknik penenangan melalui

aktivitas fisik. Tujuan teknik penenangan melalui aktivitas fisik adalah untuk

Page 3: Manajemen Stres

menghamburkan atau untuk menggunakan sampai habis hasil-hasil stres yang

diproduksi oleh ketakutan dan ancaman, atau yang mengubah sistem hormon dan

saraf kita ke dalam sikap mempertahankannya. Manfaat yang kedua dari aktivitas

fisik adalah bahwa ia menurunkan reaktivitas kita terhadap stres di masa mendatang

dengan cara mengkondisikan relaksasi. Aktifitas fisik semacam olahraga terbukti

membantu kita agar lebih kebal terhadap stress.

Menurut Sheridan dan Radmacher (1992), ada tiga faktor penyebab stres kerja, yaitu

yang berkaitan dengan lingkungan, organisasi, dan individu yang diuraikan sebagai

berikut:

1. Faktor lingkungan

yaitu keadaan secara global. Lingkungan yang dapat menyebabkan stres ialah

ketidakpastian lingkungan, seperti ketidakpastian situasi ekonomi,

ketidakpastian politik, dan perubahan teknologi. Kondisi organisasi ini akan

mempengaruhi individu yang terlibat di dalamnya (Sheridan & Radmacher,

1992).

2. Faktor organisasional

yaitu kondisi organisasi yang langsung mempengaruhi kinerja individu.

Kondisi-kondisi tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Karakteristik intrinsik dalam pekerjaan, yaitu setiap pekerjaan memiliki

kondisi yang berkaitan dengan pekerjaan. itu sendiri. Karakteristik

intrinsik tersebut antara lain berupa

Page 4: Manajemen Stres

(1) tuntutan kerja (task demands), seperti disain kerja, otonomi, keragaman

tugas, tingkat otomatisasi (Sheridan & Radmacher, 1992), otoritas

bertingkat ganda (multilevel of authority), heterogenitas personalia, saling

ketergantungan dalam pelaksanaan tugas, dan spesialisasi (Schultz, 1982)

dan juga

(2) beban kerja yang berupa satuan tugas atau pekerjaan yang harus

diselesaikan dalam satuan waktu tertentu. Tugas yang berlebihan (work

overload) dan sebaliknya, beban kerja yang terlalu ringan pun dapat

menyebabkan stres sama besarnya (Gibson, dkk., 1994).

b) Karakteristik peran individu. Pekerjaan atau jabatan yang disandang individu

memunculkan peran. Hal ini merupakan norma-norma sosial yang harus dituruti

individu menurut posisinya dalam pekerjaan (Riggio, 1996). Karakteristik 68

Ummu Hany Almasitoh PSIKOISLAMIKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8

No . 1 Tahun 2011 yang berhubungan dengan peran, antara lain:

(1) konflik peran, muncul ketika terjadi ketidakseimbangan antara tugas dan

standar, atau nilai-nilai pada diri individu dan atau keluarganya (Schultz, 1982;

Beutell & Greenhauss, 1983; Luthans, 1998).

(2) ketidakjelasan peran, muncul ketika individu tidak memahami dengan jelas

ruang lingkup, tanggung jawab, atau apa yang diharapkan dalam melaksanakan

tugas. (3) beban peran, berhubungan dengan tuntutan peran yang terlalu tinggi

atau terlalu rendah bagi kedudukan dalam jabatan (Anaroga, 1992). (4) ketiadaan

kontrol, terjadi ketika individu merasa tidak mempunyai kontrol atas lingkungan

Page 5: Manajemen Stres

kerja atau sikapnya sendiri dalam bekerja (Riggio, 1996). c) Karakteristik

lingkungan sosial. Komposisi personalia dalam organisasi akan membentuk pola

hubungan interpersonal. Kondisi sosial yang menjadi sumber stres terjadi pada

bentuk pola hubungan antar rekan kerja, atasan dengan bawahan, dan dengan

klien dengan konsumen (Fontana, 1993). Hubungan yang kurang baik antar

kelompok kerja akan mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan individu dan

organisasi (Gibson, dkk., 1994). d) Iklim organisasi, yaitu yaitu karakteristik

khas yang bersifat relatif tetap dari lingkungan suatu organisasi yang

membedakannya dengan organisasi lainnya. Iklim organisasi meliputi sistem

penggajian, disiplin kerja dan proses pengambilan keputusan (Sheridan &

Radmacher, 1992); budaya kerja yang mencakup rasa memiliki, konsultasi, dan

komunikasi (Gibson, dkk., 1994). e) Karakteristik fisik lingkungan kerja. Kondisi

fisik lingkungan suatu pekerjaan memiliki pengaruh penting pada kinerja dan

kepuasan kerja (Gifford, 1987). Beberapa kondisi fisik dapat mempengaruhi

kemunculan stres, seperti polusi bahan kimia, penggunaaan asbes, polusi asap

rokok, batu bara, dan kebisingan (Napoli, Kilbride, & Tebs 1988).

3. Faktor individual

terdapat dalam kehidupan pribadi individu di luar pekerjaan, seperti masalah

keluarga dan ekonomi (Sheridan & Radmacher, 1992).

Jenis-Jenis Stres Kerja Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi

dua, yaitu: (1) Eustress, adalah akibat positif yang ditimbulkan oleh stres yang berupa

Page 6: Manajemen Stres

timbulnya rasa gembira, perasaan bangga, menerima sebagai tantangan, merasa cakap

dan mampu, meningkatnya motivasi untuk berprestasi, semangat kerja tinggi,

produktivitas tinggi, timbul harapan untuk dapat memenuhi tuntutan pekerjaan, serta

meningkatnya kreativitas dalam situasi kompetitif. (2) Distress, adalah akibat negatif

yang merugikan dari stres, misalnya perasaan bosan, frustrasi, kecewa, kelelahan

fisik, gangguan tidur, mudah marah, sering melakukan kesalahan dalam pekerjaan,

timbul sikap keragu-raguan, menurunnya motivasi, meningkatnya absensi, serta

timbulnya sikap apatis.