7 manajemen stres

32
MAKALAH PERILAKU ORGANISASI MANAJEMEN STRES Disusun oleh: Azka Meidiny Yostika 170610120101 Devita Putri Retnowati 170610120061 Mulyatun Amanah 170610120069 Yoga Bayu Satria 170610120057 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

Upload: arissusanto

Post on 15-Jan-2016

263 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Good Manajemen

TRANSCRIPT

Page 1: 7 Manajemen Stres

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

MANAJEMEN STRES

Disusun oleh:Azka Meidiny Yostika 170610120101

Devita Putri Retnowati 170610120061

Mulyatun Amanah 170610120069

Yoga Bayu Satria 170610120057

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

APRIL 2014

KATA PENGANTAR

Page 2: 7 Manajemen Stres

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik

dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Manajemen

Stres” untuk melengkapi nilai mata kuliah Perilaku Organisasi.

Makalah ini dibuat dengan mencari dari berbagai sumber dan beberapa bantuan dari

berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama

mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.

Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang

dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk

penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Jatinangor, April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

2

Page 3: 7 Manajemen Stres

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Tujuan Makalah 5

BAB II PEMBAHASAN 6

2.1 Pengertian Stres 6

2.2 Pengertian Stres Kerja 9

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Stres 10

2.4 Dampak Stres Pada Perusahaan dan Karyawan 13

2.5 Strategi Penanganan Stres 14

2.6 Managing Stress 17

BAB III PENUTUP 21

3.1 Kesimpulan 21

DAFTAR PUSTAKA 22

BAB I

3

Page 4: 7 Manajemen Stres

PENDAHULUAN

 1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yangmengalami stres.

Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial-ekonominya saja tetapi juga dalam

bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulitserta keadaan sekitar yang penat juga akan dapat

menyebabkan stres dalam bekerja.

Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebutdalam

kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenaigejala stres

tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapatdilakukan dengan maksud

agar terjaminnya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang

mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam

bekerja.

Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus stabil

agar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang

terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang

dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada

setiap karyawan atau pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari

pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami

stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

Disinilah muncul peran dari perusahaan untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan

(stres) yang dialami oleh pekerjanya. Dalam hal ini perusahaan dapat menentukan

penaganan yang terbaik bagi pekerja tersebut serta tidak mengurangi kinerja

karyawan tersebut.

Melihat kejadian stres yang sering terjadi serta bagaimana penangannya yang

baik kami akan membahasanya dalam makalah ini agar kita bisa mengetahui

bagaimana stres dan penanggulangannya serta pencegahan stres itu terutama dalam

bekerja.

4

Page 5: 7 Manajemen Stres

1.2 Identifikasi Masalah

Berkaitan dengan latar belakang penulisan makalah yang sudah dijelaskan

sebelumnya, maka dapat dapat disimpulkan masalah-masalah yang akan kami

identifikasi adalah sebagai berikut:

1) Apa yang dimaksud dengan stres?

2) Apa yang dimaksud dengan stres kerja?

3) Apa saja faktor-faktor penyebab stress kerja?

4) Apa saja dampak stress pada perusahaan dan karyawan?

5) Bagaimana strategi penanganan stress?

6) Bagaimana cara manajemen stres?

1.3 Tujuan

Dari identifikasi masalah yang sudah disimpulkan diatas, tujuan dari penulisan

makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan stres

2) Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan stres kerja

3) Mengetahui dan memahami faktor-faktor penyebab stress kerja

4) Mengetahui dan memahami dampak stress pada perusahaan dan karyawan

5) Mengetahui dan memahami strategi penanganan stress

6) Mengetahui dan memahami bagaimana manajemen stres

BAB II

PEMBAHASAN

5

Page 6: 7 Manajemen Stres

2.1 Pengertian Stres

Konsep stres sangatlah kompleks. Demikian kompleksnya hingga pada

kenyataannya para peneliti tidak dapat setuju dengan satu definisi saja. Hal ini

disebabkan oleh beragamnya reaksi dan perasaan terhadap stres (Kahn dan oysiere,

dalam Beehr, 1995)

Pelopor penggunaan istilah ini adalah Hans Selye pada tahun 1936, ketika ia

menyatakan bahwa dalam lingkungan ini ada unsur yang disebut stresor. Reaksi

spesifik dari individu ketika berhadapan dengan stresor inilah yang dinamakan stres

(Kusein, dalam Izzati 1996).

Menurut bidang ilmu fisik, stres diartikan sebagai suatu kekuatan yang

menyebabkan tubuh mengalami ketegangan. Dalam ilmu biologi, stres didefinisikan

sebagai perubahan dalam fungsi fisiologis. Berikutnya dalam bidang ilmu psikologi,

stres merupakan bagian dari hasil interaksi organisme dengan lingkungannya. Bila

ditinjau dari segi psiko-fisiologis, stres diartikan sebagai stimulus yang memperdaya

dan menimbulkan ketegangan, sehingga tidak mudah diakomodasi oleh tubuh. Stres

ini akan muncul dalam bentuk gangguan kesehatan (Pestonjee, 1992).

Ivancevich dan Mateson (dalam Luthans, 1995) menyatakan bahwa stres adalah

konsekuensi wajar dari interaksi tersebut, tetapi respon fisik dan psikologis yang

muncul merupakan respon yang menyimpang dari keadaan normal individu, yang

dapat menimbulkan akibat psikologis yang negatif seperti kecemasan, ketegangan

atau sebaliknya yang positif seperti penyesuaian diri yang konsumtif. Bermacam-

macam definisi tentang stres dikemukakan oleh banyak ahli. Berdasarkan banyak

pendapat tersebut, dapat disimpulkan adanya 3 pendekatan tentang definisi stres,

yaitu:

a) Pendekatan stres sebagai stimulus, memandang stres sebagai suatu variabel

"sebab". Dengan kata lain, stres adalah suatu stimulus yang berasal dari

lingkungan eksternal individu. Lingkungan tersebut mengangkat lingkungan fisik

maupun sosial. Stres dipandang sebagai suatu situasi atau peristiwa yang

6

Page 7: 7 Manajemen Stres

menimbulkan tuntutan untuk bereaksi, untuk kemampuan individu dianggap tidak

mencukupi sebagai sumber kebutuhannya. Stres dianggap sebagai stimulus yang

menyebabkan munculnya berbagai macam reaksi dan perasaan; meningkatkan

ketegangan; menimbulkan respon atau tuntutan fisiologis dan atau psikologis;

serta mengganggu keseimbangan fisiologis dan emosional. Situasi yang

menyebabkan stres ini bisa juga disebut stresor, misalnya ujian akhir, keadaan

keuangan yang buruk, kesulitan hubungan dengan atasan, polusi bau bahan kimia,

kebisingan, beban kerja berlebihan, atau bahkan promosi jabatan, perkawinan,

kehamilan dan liburan (Gibson, dkk,1994).

b) Pendekatan stres sebagai respon, memandang stres sebagai variabel "akibat".

Stres dipandang sebagai suatu respon yang timbul dari dalam diri individu.

Stres didefinisikan sebagai suatu konsekuensi atau respon adaptif dan respon

perilaku (Gibson, dkk, 1994); tanggapan tubuh yang non-spesifik (Selye, dalam

Rachmaningrum, 1999); ketidakseimbangan antara tuntutan lingkungan dan

kemampuan individu yang menyebabkan respon dalam bentuk fisiologis dan

atau perilaku (Krantz, dalam Luthans, 1995); serta pengalaman yang tidak

seimbang tersebut (Cox dan Mackay, dalam Frese, 1985), yang semua itu

dipengaruhi oleh karakteristik individual (Gibson, dkk, 1994). Respon terhadap

stres ini juga disebut dengan strain. Menurut Duffy dan Wong (dalam

Rachamningrum, 1999), respon terhadap stresor dibagi menjadi dua, yaitu:

Respon Fisiologis

Mengacu pada konsep dr. Hans Selye tentang general adaptation

syndrome (GAS), tahap pertama dari GAS ini disebut alarm stage atau

peringatan. Tahap ini ditandai dengan diaktifkannya sistem saraf simpatis

oleh munculnya situasi yang menekan, yang menyebabkan detak jantung

makin cepat, berkeringat, serta peningkatan kekuatan otot dan respon

fisiologis lainnya, sehingga tubuh akan siap melakukan tindakan yang

diperlukan untuk mengatasi situasi. Tahap kedua disebut dengan

resistance stage atau perlawanan. Beberapa bagian atau organ tubuh

tertentu yang dibutuhkan pada tahap ini mulai diaktifkan untuk

7

Page 8: 7 Manajemen Stres

menghadapi stresor, baik untuk melawan atau menarik diri. Besarnya

penolakan terhadap suatu stresor lain yang tidak saling berhubungan

berbeda. Meskipun secara fisik tampak baik-baik saja, pertahanan tubuh

individu sebenarnya terkikis. Inilah sebabnya individu yang mengalami

ketegangan emosi menjadi lemah terhadap penyakit fisik atau gangguan

lain. Akhirnya apabila ketegangan yang harus dihadapi sangat besar atau

berlangsung dalam jangka waktu lama, maka individu akan mengalami

tahap terakhir yang di sebut dengan exhaustion atau kelelahan karena

tubuh tidak sempat memperbaiki kondisinya. Hal ini dapat mengakibatkan

kematian.

Respon psikologis

Respon psikologis terhadap stres sangat bervariasi. Reaksi individu

terhadap stres dapat berupa penurunan kesehatan psikologis (bahkan

psikopatologis), pengembangan diri pribadi melalui strategy coping yang

efektif, atau dengan tanpa adanya perubahan psikologis yang berarti.

Menurut Napoli (dalam Rachamningrum, 1999) respon tersebut dapat juga

berupa pemikiran yang tidak logis dan tidak koheren (illogical and non-

coheren thinking), misalnya mudah lupa, sulit berkonsentrasi, mimpi

buruk, atau penurunan kemampuan memecahkan masalah; atau berupa

emosi negatif (negative emotion), misalnya marah, cemas, perasaan

bersalah, mudah tersinggung atau depresif. Masih terdapat satu respon

lain yaitu respon perilakuan, yang biasanya tampak sebagai perilaku yang

berlebihan dan kompulsif (excessive and compulsive behaviour), seperti

lebih banyak merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, terlalu

banyak makan, menggigit kuku atau bahkan diam sama sekali.

Pendekatan interaksional/transaksional, menyatakan bahwa stres akan terjadi

bila ada tuntutan dari lingkungan terhadap diri individu yang melebihi kemampuan

penyesuaiannya. Stres merupakan gejala yang terjadi di dalam proses interaksi antara

faktor-faktor lingkungan dengan individu (Lazarus, dalam Rachmaningrum, 1999).

Lingkungan dapat mempengaruhi individu. Sebaliknya, individu mampu

8

Page 9: 7 Manajemen Stres

mempengaruhi lingkungan dan mengendalikan tingkat stres yang ditimbulkan,

misalnya dengan mengurangi jumlah terpaan stimulus atau mengubah suasana

mencekam menjadi lebih menyenangkan (Schuler, dalam Rachmaningrum, 1999).

Stresor menimbulkan berbagai macam respon atau tanggapan yang berbeda-

beda. Cara individu berespon terhadap stresor dapat juga menjadi penyebab

munculnya stres yang lain, atau bahkan memperberat stres yang sudah ada (Duffy dan

Wong, dalam Rachmaningrum, 1999). Beberapa orang lebih mampu mengatasi stres

dapat menyesuaikan perilakunya dengan stresor. Mampu tidaknya individu

menyesuaikan diri dengan stres juga tergantung dari persepsi mengenai rangsangan

yang mengancam (Gibson, dkk, 1994). Interaksi antara lingkungan dan individu ini

menimbulkan dinamika psikologis yang unik. Ada proses internal individu yang

mempengaruhi persepsi terhadap stresor (Schuler, dalam Jex, dkk, 1992). Hal ini

sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa satu hal terpenting dalam

menghadapi stresor ialah faktor persepsi atau interpretasi individu yang bersangkutan

(Riggio, 1996).

Persepsi sangat penting artinya untuk menentukan seberapa besar kejadian

dalam lingkungan individu diartikan stres. Penilaian individu tentang peristiwa atau

keadaan tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, inteligensi,

motivasi, kebutuhan, status soaial, latar belakang budaya, keperibadian, serta

pengalaman individu dalam menghadapi masalah (Maramis, 1990).

Secara umum, stres didefinisikan sebagai kondisi yang mengancam, menekan,

dan tidak menyenangkan bagi individu. Lebih spesifik lagi, stres merupakan reaksi fisik

dan psikis terhadap perubahan-perubahan yang dialami oleh individu. Bentuk reaksi

fisik itu antara lain, detak jantung semakin cepat, tekanan darah meningkat, dan

timbul penyakit psikosomatis seperti tukak lambung. Reaksi psikis dapat berupa sikap

penarikan diri dan terbentuknya mekanisme pertahanan ego. Perubahan-perubahan

tersebut merupakan salah satu bentuk adaptasi individu untuk berinteraksi dengan

lingkungan (Tyrer, 1984).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan kondisi yang

berhubungan reaksi fisik maupun psikis terhadap perubahan-perubahan yang dialami

9

Page 10: 7 Manajemen Stres

individu yang disertai stresor.

2.2 Pengertian Stres Kerja

Anwar (1993:93) mengemukakan bahwa stress kerja adalah suatu perasaan yang

menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi

pekerjaannya, sedangkan Yoder dan Staudohar (1982: 308) berbicara bahwa stress

kerja adalah suatu tekanan akibat bekerja yang mempengaruhi emosi, proses

berpikir dan kondisi fisik seseorang, di mana tekanan itu berasal dari lingkungan

pekerjaan tempat individu tersebut berada. Pandji Anoraga (2001:108), stress

kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental

terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan

mengakibatkan dirinya terancam.

Jadi stress kerja dapat diartikan sebagai rasa tidak nyaman seorang

karyawan terhadap pekerjaanya dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara

karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya

dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan.

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Stres

Menurut Robbins (2001:565-567) terdapat tiga faktor penyebab atau sumber

munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor

invidual atau personal.

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan satu hal yang sangat mungkin dengan cepat

mengalami perubahan, baik itu perubahan ke arah yang lebih baik maupun

selanjutnya. Kondisi lingkungan tidak menentu tersebut akan berpengaruh

kepada struktur organisasi yang tidak sehat kepada karyawan. Faktor-faktor yang

mendukung faktor lingkungan antara lain adalah perubahan situasi bisnis yang

menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila perekonomian itu menjadi menurun,

orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.

10

Page 11: 7 Manajemen Stres

Selanjutnya ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti

yang terjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang

tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat membuat orang

merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena ada yang berdemo atau

mogoknya angkutan umum dan membuat para karyawan terlambat masuk kerja.

Kemajuan teknologi yang terlalu pesat juga bisa berakibat buruk bagi karyawan,

khususnya karyawan yang sudah terbiasa dengan teknologi sebelumnya maka

karyawan itu harus menyesuaikan diri kembali.

Terorisme juga merupakan sumber stress yang disebabkan lingkungan yang

semakin meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan

gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang Amerika merasa

terancam keamanannya dan merasa stres.

b) Faktor Organisasi

Organisasi merupakan tempat dimana para karyawan tersebut bekerja.

Namun organisasi pula yang dapat menjadi faktor timbulnya stres pada karyawan.

Ada banyak sekali hal dalam organisasi yang menyebabkan stres. Tekanan dalam

menyelesaikan tugas dalam waktu terbatas, pimpinan yang menuntut dan tidak

peka, rekan kerja yang tidak menyenangkan, dan lain sebagainya. Faktor-faktor

yang menimbulkan stres di organisasi, yaitu role demands, interpersonal

demands, organizational structure dan organizational leadership.

Role Demands

Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu

organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk

memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi

tersebut.

Interpersonal demands

Tekanan atau hambatan yang berasal dari karyawan lainnya di organisasi.

Hubungan komunikasi tidak baik yang terjalin antara karyawan satu dengan

11

Page 12: 7 Manajemen Stres

karyawan lainnya akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sosial si

karyawan, yang akan menghambat sikap serta pemikirannya.

Organizational Structure

Tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan

jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan

maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.

Organizational Leadership

Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam

suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group

(Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih

mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung

antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang

hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.

c) Faktor Individu

Faktor ini berasal dari dalam diri karyawan, baik itu keluarga, masalah

ekonomi pribadi, dan karakeristik pribadi tiap individu.

Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan

bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu

yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan

disiplin anak-anak merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres

bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.

Sedangkan masalah ekonomi, diciptakan oleh individu yang tidak dapat

mengelola sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan

pribadi yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian

mereka dalam bekerja.

Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat

menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang

tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan

harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.

12

Page 13: 7 Manajemen Stres

2.4 Dampak Stres Pada Perusahaan dan Karyawan

a) Dampak Stres Pada Perusahaan

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun

perusahaan. Tetapi di sisi lain stres juga bersifat positif konstruktif bagi individu

dimana karyawan yang mampu mengatasi dan mengubah stres menjadi motivasi.

Bagi perusahaan, konsekuensi negatif yang timbul dari stres kerja bersifat tidak

langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas,

dan secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, hingga turnover.

Sedangkan dampak positif konstruktif stres terhadap perusahaan adalah

dimana produktifitas perusahaan meningkat, daya saing perusahaan yang

meningkat, kualitas output yang baik, tingkat absensi karyawan menurun,

kepuasan kerja karyawan meningkat dan finansial perusahaan mengalami surplus.

Karena itu pengelolaan stres dalam perusahaan sangatlah penting dimana

karyawan maupun perusahaan akan mengalami dampak dari stres tersebut.

Pengelolaan stres yang baik akan berpengaruh positif bagi perusahaan maupun

karyawan. Sedangkan pengelolaan stress yang buruk akan berdampak negatif bagi

perusahaan maupun karyawan.

b) Dampak Stres Pada Karyawan

Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat psikis maupun fisik.

Biasanya pekerja atau karyawan yang stres akan menunjukkan perubahan

perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi

stres.

Munculnya stres, baik yang disebabkan oleh sesuatu yang menyenangkan

atau sesuatu yang tidak menyenangkan akan memberikan akibat tertentu pada

seseorang. Cox membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres,

yaitu:

Pengaruh psikologis, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan,

depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang

rendah.

13

Page 14: 7 Manajemen Stres

Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak nafsu

makan atau makan berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, menurunnya

semangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit.

Pada saat stres juga terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, baik di rumah,

ditempat kerja atau di jalan.

Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya

konsentrasi, dan peka terhadap ancaman.

Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang

berupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya, atau memicu timbulnya

penyakit tertentu.

2.5 Strategi Penanganan Stres

Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres

tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat

berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.

Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan,

bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih

sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.

Berikut adalah strategi untuk penangan stress. Secara umum strategi

manajemen stres kerja dapat dikelompokkan menjadi strategi penanganan individual,

organisasional dan dukungan sosial:

a) Strategi Penanganan Individual

Strategi penanganan individual merupakan salah satu strategi yang

dikembangkan secara pribadi atau individual. Strategi individual ini bisa

dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kognitif.

Artinya, jika seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan

ketegangan, para karyawan tersebut seharusnya time out terlebih

dahulu. Cara time out ini bisa macam-macam, seperti istirahat sejenak

14

Page 15: 7 Manajemen Stres

namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat (jika

menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air

dingin atau berwudlu bagi orang Islam, dan sebagainya.

Melakukan relaksasi dan meditasi.

Kegiatan relaksasi dan meditasi ini bisa dilakukan di rumah pada malam

hari atau hari-hari libur kerja. Dengan melakukan relaksasi, karyawan

dapat membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. Dengan demikian

karyawan yang melakukan relaksasi diharapkan dapat mentransfer

kemampuan dalam membangkitkan perasaan rileks ke dalam

perusahaan di mana mereka mengalami situasi stres. Beberapa cara

meditasi yang biasa dilakukan adalah dengan menutup atau

memejamkan mata, menghilangkan pikiran yang mengganggu,

kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa.

Melakukan diet dan fitnes.

Beberapa cara yang bisa ditempuh adalah mengurangi masukan atau

konsumsi garam dan makanan mengandung lemak, memperbanyak

konsumsi makanan yang bervitamin seperti buah-buahan dan sayur-

sayuran, dan banyak melakukan olahraga, seperti lari secara rutin, tenis,

bulutangkis dan sebagainya.

b) Strategi Penanganan Organisasional.

Strategi penanganan organisasional ini didesain oleh manajemen untuk

menghilangkan atau mengontrol penekan tingkat organisasional untuk

mencegah atau mengurangi stres kerja untuk pekerja individual.

Manajemen stres melalui organisasi dapat dilakukan dengan:

Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.

Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur

birokratik yang tinggi dengan menyertakan infleksibel, iktim impersonal.

Ini dapat membawa pada stres kerja yang sungguh-sungguh. Sebuah

strategi pengaturan mungkin membuat struktur lebih terdesentralisasi

dan organik dengan pembuatan keputusan partisipatif dan aliran

15

Page 16: 7 Manajemen Stres

komunikasi ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin

menciptakan Iklim yang lebih mendukung bagi pekerja, memberikan

mcreka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin

mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.

Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik

dengan meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung jawab,

pengakuan, dan kesempatan untuk pencapaian, peningkatan, dan

pertumbuhan) atau dengan meningkatkan karakteristik pekerjaan pusat

seperti variasi skill, identitas tugas, Signifikansi tugas, otonomi, dan

timbal balik mungkin membawa pada pernyataan motivasional atau

pengalaman berani, tanggung jawab, pengetahuan hasil-hasil.

Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional.

Konflik peran dan ketidakjelasan diidentifikasi lebih awal sebagai

sebuah penekan individual utama. Ini mengacu pada manajemen untuk

mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional sehingga

penyebab stres ini dapat dihilangkan atau dikurangi. Masing-masing

pekerjaan mempunyai ekspektansi yang jelas dan penting atau sebuah

pengertian yang ambigu dari apa yang dia kerjakan. Sebuah strategi

klarifikasi peran yang spesifik memungkinkan seseorang mengambil

sebuah peranan menemukan sebuah catatan ekspektansi dari masing-

masing pengirim peran. Catatan ini kemudian akan dibandingkan

dengan ekspektansi fokal seseorang, dan banyak perbedaan akan

secara terbuka didiskusikan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan dan

negoisasikan untuk memecahkan konflik.

Rencana dan pengembangan jalur karir dan menyediakan konseling.

Secara tradisional, organisasi telah hanya menunjukkan melalui

kepentingan dalam perencanaan karir dan pengembangan pekerja

mereka. Individu dibiarkan untuk memutuskan gerakan dan strategi

karir sendiri.

c) Strategi Dukungan Sosial

16

Page 17: 7 Manajemen Stres

Dukungan sosial sangat membantu dalam mengurangi stres kerja,

dibutuhkan dukungan sosial terutama orang yang terdekat, seperti keluarga,

teman sekerja, pemimpin atau orang lain. Agar diperoleh dukungan

maksimal, dibutuhkan komunikasi yang baik pada semua pihak, sehingga

dukungan sosial dapat diperoleh seperti dikatakan Landy dan Goldberger &

Breznitz. Karyawan dapat mengajak berbicara orang lain tentang masalah

yang dihadapi, atau setidaknya ada tempat mengadu atas keluh kesahnya.

2.6 Managing Stress

Sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa orang yang memiliki banyak

ikatan sosial (pasangan, kawan kerabat, anggota kelompok) hidup lebih lama dan

kurang rentan mengalami penyakit yang berhubungan dengan stres dibandingkan

orang yang memiliki sedikit kontak sosial suportif (Collen & Wills, 1985). Kawan-kawan

dan keluarga dapat memberikan dukungan dalam banyak cara. Mereka dapat

meningkatkan harga diri dengan mencintai kita apapun masalah kita. Mereka dapat

memberikan informasi dan nasehat, dampingan untuk mengalihkan perhatian kita dari

kekuatiran kita, dan bantuan finansial atau material. Semua hal itu cenderung

menghilangkan perasaan tidak berdaya dan meningkatkan percaya diri kita tentang

kemampuan kita menghadapi masalah.

Stres lebih mudah ditoleransi jika penyebab stres diceritakan kepada orang lain.

Dukungan emosional dan perhatian dari orang lain dapat menjadikan stres lebih dapat

ditanggung. Kecemasan dan konflik individual cenderung dilupakan saat orang bekerja

bersama melawan musuh yang sama atau mengejar tujuan yang sama. Tetapi kadang

keluarga dan kawan dapat meningkatkan stres. Meremehkan keseriusan masalah atau

memberikan keyakinan buta bahwa segalanya akan baik dapat menimbulkan lebih

banyak stres dan bukannya memberikan dukungan sama sekali. Orang lain juga dapat

memberikan tuntutan atau menciptakan beban pada seseorang setiap kali ia

menghadapi stresor lain.

17

Page 18: 7 Manajemen Stres

Selain mencari dukungan sosial yang positif pada saat stres, orang juga dapat

mempelajari teknik lain untuk menurunkan efek negatif dari stres terhadap tubuh dan

pikiran. Berikut ini teknik yang dapat kita gunakan untuk menangani stres:

a) Behavioral Techniques

Behavioral therapy merupakan metoda psikoterapi yang menggunakan prinsip

metoda belajar. Beberapa teknik perilaku yang telah digunakan untuk membantu

orang mengendalikan respons fisiologisnya terhadap situasi stres adalah sebagai

berikut:

Biofeedback Training

Biofeedback training merupakan prosedur yang memungkinkan individu

memantau proses fisiologisnya sendiri (seperti tekanan jantung, tekanan

darah) yang dalam keadaan normal tidak disadari, untuk belajar

mengendalikannya. Individu menerima informasi tentang suatu aspek

keadaan fisiologis mereka dan kemudian berupaya mengubah keadaan itu.

Relaxation Training

Latihan berbagai teknik untuk merelaksasi ketegangan otot. Prosedur

didasarkan pada metode relaksasi progresif Jacobson, dimana individu belajar

merelaksasikan kelompok otot satu per satu, dengan asumsi bahwa relaksasi

otot efektif menimbulkan relaksasi emosional.

Aerobic Exercise

Faktor lain yang penting dalam mengendalikan stres adalah kebugaran fisik.

Individu yang secara teratur melakukan latihan aerobik menunjukkan

kecepatan denyut jantung dan tekanan darah yang lebih rendah secara

bermakna sebagai respons terhadap situasi stres dibandingkan dengan

individu yang tidak berolahraga secara teratur. Aerobic exercise merupakan

aktivitas yang dilakukan secara cepat untuk meningkatkan kecepatan denyut

jantung sehingga meningkatkan konsumsi oksigen, seperti joging, berenang,

bersepeda, atau jalan cepat.

b) Cognitive Techniques

18

Page 19: 7 Manajemen Stres

Terapi perilaku kognitif berupaya membantu orang mengidentifikasi situasi stres

yang menghasilkan gejala fisiologis atau emosional dan mengubah cara mereka

menghadapi situasi tersebut. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

Subjek diminta untuk membuat catatan tentang timbulnya nyeri kepala dan

memberikan nilai keparahan nyeri kepala serta situasi dimana nyeri tersebut

terjadi.

Memantau responnya terhadap perilaku stres dan diminta mencatat

perasaan, perasaan, dan perilaku sebelum, selama, dan setelah peristiwa

nyeri kepala.

Mencoba mengidentifikasi harapan atau keyakinan yang mungkin

menjelaskan reaksi nyeri kepala.

Langkah terakhir dan paling sulit adalah mencoba untuk mengubah sesuatu

tentang situasi stres, cara pemikiran subjek tentang hal itu, atau perilaku

individual. Misalnya menemukan pekerjaan yang kurang menimbulkan stres

atau belajar bertindak secara lebih tegas dalam interaksi, bukannya menarik

diri.

c) Modifying Type A Behavior

Kombinasi teknik kognitif dan perilaku secara efektif menurunkan perilaku tipe A.

Cognitive behavior therapy merupakan pendekatan yang menekankan pengaruh

keyakinan, pikiran dan pernyataan diri seseorang terhadap perilaku.

Mengkombinasikan metoda terapi perilaku dengan teknik yang ditujukan untuk

mengubah cara berpikir individu tentang dirinya dan peristiwa. Langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut:

Subjek dibantu untuk menurunkan perasaan dikejar-kejar waktu dengan

berlatih berdiri di antrian dan menggunakan kesempatan untuk mengenang

hal-hal yang dalam keadaan normal mereka tidak memiliki waktu untuk

memikirkannya, atau dengan mengamati orang, atau memulai percakapan

dengan orang yang tidak dikenal.

19

Page 20: 7 Manajemen Stres

Subjek juga belajar untuk mengekspresikan diri mereka sendiri tanpa

meledak-ledak pada orang dan mengubah perilaku psesifik tertentu (seperti

menyela pembicaraan oranglain atau berbicara atau makan tergesa-gesa).

Kemudian ahli terapi membantu subjek untuk menilai kembali keyakinan

dasar mereka (seperti pendapat bahwa keberhasilan tergantung pada jumlah

kerja yang dihasilkan) yang mungkin mendorong sebagian besar perilaku

tergesa-gesa dan permusuhan orang tipe A.

Terakhir, subjek menemukan cara untuk membuat lingkungan rumah dan

pekerjaan menjadi kurang stres (seperti menurunkan jumlah keterlibatan

sosial yang tidak diperlukan.

BAB III

PENUTUP

20

Page 21: 7 Manajemen Stres

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu keadaan yang

bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan,

dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Terjadinya stres kerja

adalah dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian

karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada

semua kondisi pekerjaan dimana gejala-gejala stress dapat dilihat dari watak, fisik,

perilaku, emosional, interpersonal seseorang yang mengalami perubahan dari

biasanya. Untuk mengatasi stres kita dapat menggunakan manajemen stres dengan

pendekatan yang disesuaikan dengan masalah yang kita hadapi. Stres dapat

menyebabkan dampak pada diri kita baik dampak negatif maupun positif yang dapat

mempengaruhi bagaimana langkah kita kedepan untuk lebih matang dalam bertindak

dan tidak gegabah sehingga dapat menagani masalah dengan baik. Yang dapat

mengurangi dampak negatif dari stres dengan belajar dari pengalaman dan mencoba

trik manajemen stres tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: 7 Manajemen Stres

Robbins, Stephen P. and Judge. Timothy A. 2009. Perilaku Organisasi Buku I. Jakarta:

Salemba Empat

Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks

H Weiss, Donald. 2008. BM MANAJEMEN STRES Edisi Revisi. Jakarta: Karisma

http://arsip.uii.ac.id/files//2012/08/05.2-bab-292.pdf

http://elearning-dev.unpad.ac.id/mod/resource/view.php?id=1057

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/

pustaka_unpad_motivasi_dan_manajemen_stress.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI/

SUSANTI_KURNIAWATI/MAKALAH/STREES_MAN.pdf

22