makalah stroke
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring laju perkembangan peradaban dunia, banyak terjadi perubahan
pola hidup dalam masyarakat. Masyarakat cenderung tidak disiplin dalam
menerapkan pola makan gizi seimbang, gaya hidup yang tidak sehat sehingga
akan memherikan dampak pada pergeseran pola penyakit, yaitu dari pola penyakit
infeksius bergeser ke pola penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif
yang tam
Kehidupan modern kini menuntut segala sesuatu serba instan dan cepat.
Seiring dengan itu ternyata kita harus membayar mahal dengan kesehatan kita. Di
dalam makanan ada beberapa faktor yang apabiia dikonsumsi terus menerus
dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas kesehatan tubuh kita. Oleh
karena itu, kita membutuhkan sesuatu yang dapat mempertahankan kesehatan
tubuh kita. khususnya dalam melancarkan peredaran darah, mengurangi timbunan
lemak dalam pembuluh darah ( mencegah penyumbatan ) dan meringankan kerja
jantung (zuifianto arbi, 2008 ).
Dewasa ini tingkat kepedulian masyarakat akan pemeliharaar kesehatan
terhadap berbagai resiko yang dapat menimbulkan stroke masih sangat rendah,
terlihat dari insiden stroke cenderung meningkat setiap tahunnya sehingga stroke
menjadi masalah serius yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat,
kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar ( Misbach, 2004).
1
Resiko stroke meningkat seiring dengan beratnya dan banyaknya faktor
resiko. Data epidemiologi menyebutkan resiko untuk timbulnya serangan ulang
stroke adalah 30 % dan populasi yang pernah menderita stroke memiliki
kemungkinan serangan ulang adalah 9 kali dibandingkan populasi normal
( Misbach, 2004 ).
Stroke merupakan sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresi cepat, berupa defisit neurologis vokal dan latau global, yang berlangsung
24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian. Penyebab stroke sangat
kompleks dengan berbagai faktor resiko seperti hipertensi, diabetes mellitus,
hiperkolesterolemia, gaya hidup dan ada penyebab yang tidak dapat dimodifikasi
seperti umur, jenis kelamin, genetik (Mansjoer, 2000).
Umumnya stroke berlanjut dengan depresi, artinya penderita sadar
kondisinya sudah lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari, hal ini disebabkan
oleh masalah-masalah yang timbul pada penderita stroke seperti kelumpuhan pada
salah satu sisi tubuh, menurun atau hilangnya perasaan (tidak bisa membedakan
panas dan dingin), gangguan lapangan pandang, gangguan persepsi (sulit
membedakan bentuk, ukuran, warna), rnasalah emosional (tertawa atau menangis
tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya), masalah komunikasi (kesulitan
dalam mengungkapkan pendapat atau tidak bisa bicara sama sekali). Penderita
sering bertanya mengapa hal ini terjadi, ada yang mengatakan mau segera mati
karena sudah tidak tahan lagi dengan keadaan tersebut (Idris, 2004).
2
Masalah-masalah yang timbul pada penderita stroke menyebabkan stres
berat pada keluarga, persoalan kecil menjadi masalah besar, terkadang
menimbulkan kemarahan yang akhirnya menyebabkan perpisahan antara anggota
keluarga, saudara laki-laki dan perempuan bertengkar masalah tanggung jawab,
sementara yang lainnya merasa depresi dan ingin bunuh diri. Merupakan hal yang
umum dan normal bila merasakan kemarahan terhadap orang sakit. Meskipun,
dalam hati sanubari, anda tahu itu tidak logis. Kelelahan sendiri dapat
menyebabkan situasi situasi yang bisa meledak, yang dapat berakibatkan
keretakan-keretakan perkawinan atau hubunga keluarga (Henderson, 2004).
Masa pengobatan adalah masa-masa menyusahkan seperti goncangan
yang disebabkan oleh serangan stroke yang tiba-tiba, biaya pengobatan yang
sangat besar dan memerlukan perawatan secara terus-menerus dalam jangka
waktu yang lama. Nielihat keadaan ini keluarga merasa frustasi dan
mengkhawatirkan tentang apa yang akan terjadi dikemudian hari ( Shimberg,
1998 ).
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan
setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke
merupakan gembunuh no.l di RS Pemerintah diseluruh penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 5 00.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut,
sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan
fungsional ringan sampai sedang dan repertiga sisanya mengalami gangguan
3
fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur
(www.medicastore.com).
Penderita stroke memerlukan banyak dukungan untuk mempercepat
kesembuhan. Tidak dapat dipungkin, merawat penderita stroke merupakan beban
psikososial yang tidak ringan. Perasaan cemas, tertekan, binggung, sedih, dan
jengkel akan menyelimuti anggota keluarga karena banyak faktor yang
mempengaruhinya teori tersebut. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang "Gambaran Tingkat Stres Keluarga Dalam Merawat
Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Rumah Sakit Umum Keluarga
Tanjung Morawa."
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui gambaran tingkat stres keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang menderita stroke di rumah sakit umum keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus :
Untuk mengidentifikasi gambaran tingkat stres keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang menderita stroke di rumah sakit umum
keluarga.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana tingkat stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
menderita stroke di rumah sakit umum keluarga?
4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai informasi tambahan bagi peneliti dalam memberikan
pengetahuan dalam meningkatkan kualitas hidup penderita stroke
sehingga dapat rneningkatkan mutu pelayanan keperawatan terutama
dalammemberikan asuhan keperawatan terhadap penderita dan keluarga.
1.4.2 Bagi pelayanan kesehatan
Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dirumah sakit yang lebih
komprehesif pada keluarga dan penderita stroke.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagi bahan masukan dalam memberikan materi perkuliahan
yang dapat bermanfaat untuk pengetahuan dan pengembangan ilmu
keperawatan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STRESS
2.1.1 Pengertian Stres
Stres dapat didefenisikan sebagai respon adaptif, dipengaruhi oleh
karakteristik individual dan / atau proses psikologis, yaitu akibat dari
tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik
dan / atau psikologis terhadap seseorang . (Ivancevich dan Matteson, 1980
dalam Kreitner dan Kinicki, 2004 ).
Stres adalah respons flsiologis terhadap naiknya emosi dan
menekankan fungsi adaptif dari reaksi" fight-or-flight "( menghadapi atau
lari dari stress ). Sementara Hans Selye, 1976, menyatakan bahwa stres
merupakan situasi dimana suatu tuntutan yang sifatnya tidak spesifik dan
mengharuskan seseorang memberikan respons atau mengambil tindakan
( Hidayat, 2007 ).
Menurut Dadang Hawari, 2001 stres adalah reaksi atau respon
tubuh terhadap stres psikososial ( tekanan mental atau beban kehidupan ).
Menurut Maramis, 1999 stress adalah segala masalah atau tuntutan
penyesuian diri dan karena itu, sesuatu yang menggangu keseimbangan
kita. Menurut Soeharto Heerdjan 1987, stres adalah suatu kekuatan yang
mendesak atau mencekam, yang menimbulkan tekanan, perubahan
ketegangan emosi, dan lain-lain.
6
Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht,
2000 bahwa yang dimaksudkan " stres adalah gangguan pada tubuh dan
pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang
dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam
lingkungan tersebut"
2.1.2 Jenis Stres
Ditinjau dari penyebabnya, stres dapat dibedakan kedalam beberapa jenis:
Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik seperti
suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising, sinar
matahari yang terlalu menyengat, dan lain-lain.
Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh
senyawa ia yang terdapat pada obat-obatan, zat beracun asam, basa,
faktor hormon atau gas, dan lain-lain.
Stres mikrobiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh kuman,
seperti: virus, bakteri, atau parasit.
Stres fisiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan fungsi
organ tubuh, antara lain: gangguan strukur tubuh, fungsi jaringan,
organ, dan lainlain.
Stres proses tumbuh kembang merupakan stres yang disebabkan oleh
proses tumbuh kembang seperti: pada masa pubertas, pernikahan,
pertambahan usia. Stres psikologis atau emosional, merupakan stres
yang disebabkan oleh gangguan situasi psikologis atau
7
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri,
misalnya dalam hubungan interpersonal, sosial budaya, atau
keagamaan (Hidayat, 2007 )
2.1.3 Penyebab Stres
Menurut Brench Grand, 2004 stres ditinjau dari penyebabnya
hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
Penyebab makro, yaitu: menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan,
seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
Penyebab mikro, yaitu: menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti:
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan
dimakan, dan antri.
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Stres
a. Faktor biologis-Herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik,
neurofsiologik, dan neurohormonal.
b. Faktor psikoedukatiflsosio cultural-perkembangan kepribadian,
pengalaman, dan kondisi lain yang mempengaruhi.
2.1.5 Sumber Stres
Stres yang diatami manusia berasal dari berbagai sumber. Menurut
Hidayat (2007) ada tiga sumber stres:
8
a. Dalam Diri
Pada umumnya disebabkan oleh konflik yang terjadi antara
keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai
permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak
mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres.
b. Dalam Keluarga
Stres bersumber dari masalah keluarga yang ditandai dengan
adanya perselisihan masalah keluarga (anggota keluarga sakit, putus
sekolah), masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara
keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu keadaan
yang dinamakan stres.
c. Dalam Masyarakat dan Lingkungan
Sumber stres dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada
umumnya seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai
stres pekerja karena Lingkungan fisik, kurangnya hubungan
interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga
sulit untuk berkembang kearah yang lebih baik( Hidayat, 2447 ).
2.1.6 Cara Mengendalikan Stres
Pengendalikan stres menurut Grant Brench, 2440 dalah sebagai
berikut;
a. Sikap, keyakinan, dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional, dan
adaptif terhadap orang lain.
9
b. Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan:
Kemampuan menyadari (awareness skills).
Kemampuan untuk menerima (acepetance skills).
Kemampuan untuk menghadapi { coping skill ).
Kemampuan untuk bertindak ( action skill ).
c. Perhatikan diri Anda, Proses interpersonaldan interaktif, serta
lingkungan
d. Lembangkan sikap efisien.
e. Relaksasi.
f. Visualisasi ( angan-angan terarah ).
g. Circuit breaker dan koridor stres (Sunaryo, 2007 ).
2.1.7 Cara Menilai Stres
Terdapat beberapa cara untuk menilai stres, antara lain Skala
Homes dan Rahe, 1967, beserta Skala Miller dan Smith, 1985.
Skala Holmes dan Rahe
Skala ini menghitung jumlah stres yang dialami seseorang dengan
cara menambahkan nilai relatif stres, yang disebut Unit Perubahan Hidup (
life Change Units - LCU ), untuk berbagai peristiwa yang dialami
seseorang.
Tingkat Stres
10
Tidak signifikan : <>
Rendah : 150 - 200
Sedang : 200 - 299
Tinggi : > 300
Skala Miller dan Smith
Beberapa aspek tertentu dari kebiasaan, gaya hidup, dan
lingkungan seseorang dapat menjadikannya lebih kebal atau lebih rentan
terhadap dampak negatif stres.
Skor Ketahanan Stres
0-10 : Memiliki ketahanan luar biasa terhadap stres
11-30 : Tidak terlalu rentan terhadap stres
31-50 : Cukup rentan terhadap stres
51-74 : Rentan tcrhada p stres
75-80 : Sangat rentan terhadap stres
( Hidayat, 2007 ).
Tahapan Stres
11
Menurut Van Amberg, sebagaimana dikemukakan oleh Hawari (2001) dal
Hidayat, 2004 mengenai tahapan stres :
1. Stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan,
mampu tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki menyelesaikan
pekerjaan penglihatan menjadi tajam.
2. Stres yang disertai keluhan seperti bangun pagi tidak segar atau letih,
lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan,
tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar,
hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
3. Tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur (kadang-
kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah
terjaga dan sulit tidur kembali, bangun terlalu pagi dan sulit tidur
kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
4. Stres dengan keluhan tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas
pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan
rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat menunm, serta timbul ketakutan dan
kecemasan.
5. Stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental,
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang ringan, gangguan
pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan
panik.
12
6. Stres dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras, sesak nafas,
badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, serta pingsan atau
collaps.
2.1.8 Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Reaksi terhadap stres berbeda-beda tergantung tingkat kedewasaan
kepribadiaan, pendidikan dan pengalaman hidup seseorang. Reaksi
psikologis yang mungkin timbul dalam menghadapi stres seperti
menghadapi langsung dengan segala resikonya, menarik diri dan tidak
mau tahu tentang persoalan yang dihadapinya, menggunakan mekanisme
pertahanan diri (Hadi, 2004).
2.1.9 Tingkatan Stres
Potter (2005), membagi stres menjadi tiga lingkaran besar :
1. Stres Ringan, stressor yang dihadapi setiap orang teratur seperti terlalu
banyak tidur, kemacetan lalu lintas situasi seperti ini biasanya
berlangsung bebcrap menit atau jam dan belum berpengaruh kepada
fisik dan mental hanya saja mulai sedikit tegang.
2. Stres Sedang, berlansung lebih lama, dari beberaa sampai beberapa
hari, misalnya perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan
kerja, anak yang sakit atau ketidakhadiran yang lama dari anggota
keluarga.
3. Stres Berat, situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus-menerus,
13
kesulitan finansial yang berkepanjangan, penyakit fisik yang
berkepanjangan, pada keadaan stres berat ini individu sudah mulai ada
gangguan fisik dan mental.
2.1.10 Gejala Stres
Beberapa gejala untuk mengetahui seseorang mengalami stres:
a) Gejala fisik
Ditandai dengan muncul rasa sakit kepala, sakit lambung, hypertensi
(darah tinggi), sakit jantung atau jantung yang sering berdebar-debar tanpa
sebab yang jelas, insomnia, mudah lelah, berkeringat, hilangnya selera
makan, sring buang air kecil. hl
b) Gejala psikis.
Ditandai dengan gelisah atau muncul kecemasan, sulit berkonsentrasi,
sikap apatis, pesimis, hilangnya rasa humor, sering melamun, kehilangan
gairah terhadap belajar atau pekerjaan, cenderung bersikap agresif baik
secara verbal maupun non-verbal (physic aggression)
(www.artiklpsikologi.com)
2.2 Pengertian Keluarga Menurut Friedm
14
Menurut Friedman (1998) bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterkaitan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing - masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Pakar konseling keluarga dari yogyakarta, syekti ( 1994 ) menulis
bahwa keluarga adalah suatu ikatan / persetujuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seseorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak sendiri atau adopsi, dan
tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut UU No. 10 Tahun1992 bahwa keluarga adalah unit kecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami - isteri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
2.2.1 Struktur Ketuarga
o Struktur peran yang menjelaskan peran masing-masing anggota
keluarga secara formal maupun informal baik di keluarga atau
masyarakat Nilai atau norma keluarga menjelaskan nilai atau norma
yang dipeiajari dan dianut oleh keluarga yang berhublmgan dengan
kesehatan.
o Pola komunikasi keluarga menjelaskan bagimana cara keluarga
berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama, dan bagaimana
peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi.
15
o Struktur kekuatan keluarga menjelaskan kemampuan keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk memgubah
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
2.2.2 Fungsi Keluarga
1. Fungsi ekonomi menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan
lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasiian keluarga.
2. Fungsi mentlapatkan status sosial menjelaskan tentang upaya keluarga
untuk memperoleh status sosial dimasyarakat tempat tinggal keluarga.
3. Fungsi Pendidikan menjelaskan upaya yang dilakukan oleh keluarga
dalam pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau
masya.rakat sekitar.
4. Fungsi sosialisasi menjelaskan tentang hubungan anggota keiuarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin, niiai, normal,
budaya, dan prilaku yang berlaku dikeluarga dan masyarakat,
5. Fungsi pemenuhan
kesehatan Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal
masalah kesehatan.
Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
16
Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat. { Supra.titno, 2004 }
2.2.3 Pengertian Stres Keluarga
Gangguan pada tubuh dan sikap yang disebabkan oleh adanya
suatu sistem sosial yang saling berinteaksi satu sama lain yang
menyebabka.n perubahan tuntutan kerja maupun penampilan individu
dalam lingkungan (Leininger dalam Mulyadsi, 2003).
2.3 STROKE
2.3.1 Pengertian Stroke
Stroke atau cedera serebrovaskular adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner dan
Suddrath, 2001). Menurut Tjahjono,dkk, 2000 Stroke adatah sindrom
klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit
neurologis vokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menunbulkan kematian dan sematamata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik.
2.3.2 Faktor Resiko Stroke
Faktor resiko stroke dibagi atas faktor yang dapat diubah dan faktor
yang tidak dapat diubah:
17
a. Faktor yang dapat diubah
Hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan
alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis
asimtomatis, hiperurisemia, dan dislipidemia.
b. Faktor yang tidak dapat diubah
Usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA
(Transient Ischemic Attack) atau stroke, penyakit jantung koroner,
fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosistinuria
(Mansjoer, 2000).
2.3.3 Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral, fungsi otak
yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Manifestasi klinis stroke
digolongkan atas lima bagian:
1. Kehilangan motorik.
Stroke adalah penyakit motorneuron atas dan mengakibatkan
kehilangan control volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron
motor atas melintas, gangguan control motor volunter pada salah satu
sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada motorneuron atas pada
18
sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah
hemiplegia (paralysis pada. salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak
yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
Di awal tahapan stroke gambaran klinis yang muncul adalah paralysis
dan hilang atau menurun refleks tendon dalam. Apabila refleks tendon
dalam ini kembali (biasanya dalam 48 jam), peningkatan tanus disertai
dengan spastisitis (peningkatan tonus otot abnormal) pada ekstremitas
yang terkena.
2. Kehilangan komunikasi.
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa
dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum.
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh disartria
(kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang atau reseptif.
Apraksia (ketidakmampua.n melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya.
3. Gangguan Persepsi.
Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual,
gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori.
Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer
diantara mata dan korteks visual. Homonimus hemianopsia
(kehilangan setengah lapang pandang) dapat terjadi karena stroke dan
19
mungkin sementara dan permanen. Sisi visual yang terkena berkaitan
dengan sisi tubuh yang paralysis dan kehilangan sensori yang akhir.
4. Disfungsi Kandung Kemih.
Setelah stroke pasien mesngalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan control motorik dan pastural. Kadang-kadang setelah stroke
kandung kemih menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dal respon
terhadap pengisisan kandung kemih.
5. Kerusakan Fungsi Kognitif dan Efek Psikologik.
Bila kerusakan telah terjadi pada labus frontal, mempelajari
kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi
mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian
terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang
menyehabkan pasien menghadapi masalah frustasi, depresi umum
terjadi dan diperberat oleh respons alamiah pasien terhadap penyakit
katastrofik. Masalah psikologik lain juga umum terjadi dan
dimanifestasikan oleh labilitas emosional, frustasi, dendam yang
kurang kerja sama (Brunner & Sudarth, 2002).
2.3.4 Pencegahan(P.R.E.V.E.N.T)
20
Tujuh rencana pokok NSW Stroke Recovery Association Untuk
pencegahan stroke :
1. Proper diet and exercise.
makan dan olah raga yang benar.
2. Reduce high blood Pressure (kurangi tekanan darah tinggi), yang
merupakan faktor resiko paling tinggi untuk terkena stroke.
3. Eliminate stress
singkirkan stres.
4. View diabetes and high blood pressure as high risks
pandanglah diabetes dan tekanan darah tinggi sebagai resiko tinggi.
5. End smoking habit
akhiri kebiasaan merokok
6. Notify your doctor of stroke warning signs
beri tahukan dokter anda tentang tanda - tanda peringatan stroke.
7. Take your medication as prescribed
makanlah obat - obatan yang diberikan dalam resep (Henderson,
2004).
21
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk Mengambarkan Tingkat
Stres Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita Stroke dalam
penelitian ini yang diteliti yaitu keluarga yang merawat pasien stroke.
Skema : Kerangka konseptual Gambaran Tingkat Stres Keluarga dalam
Merawat Keluarga yang Menderita Stroke di RSU Keluarga Tanjung Morawa.
Pembagian Tingkat Stres:
ü Ringan
ü Sedang Berat
ü Pasien stroke
22
Pasien Stroke
3.2 Defenisi Konseptual dan Operasional
3.2.1 Defenisi Konseptual
Stres adalah didefenisikan sebagai respon adaptif, dipengaruhi oleh
karakteristik individual danlatau proses psikologis, yaitu akibat dari tindakan, situasi,
atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau psikologi terhadap
seseorang (Ivancevich dan Matteson, 1980 dalam kreitneir dan Kinicki, 2004).
Pengertian stres keluarga adalah Gangguan pada tubuh dan sikap yang
disebabkan oleh adanya suatu sistem sosial yang saling berinteaksi saiu sama lain
yang menyebabkan perubahan tuntutan kerja maupun penampilan individu dalam
lingkungan (Leininger dalam Mulyadsi, 2003).
Potter (2005), membagi stres menjadi tiga lingkaran besar :
1. Stres Ringan, stressor yang dihadapi setiap orang teratur seperti terlalu banyak
tidur, kemacetan lalu lintas situasi seperti ini biasanya berlangsung beberap menit
atau jam dan belum berpengaruh kepada fisik dan mental hanya saja mulai sedikit
tegang.
23
2. Stres Sedang, berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari,
misalnya perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang
sakit atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga.
3. Stres Berat, situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus-menerus, kesulitan fmansial
yang berkepanjangan, penyakit fisik yang berkepanjangan, pada keadaan stres
berat ini individu sudah mutai ada gangguan fisik dan mental.
3.2.2 Defenisi Operasional
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun
penampilan individu didalam lingkungan tersebut. Reaksi terhadap stres berbeda-
beda tergantung tingkat kedewasaan kepribadiaan, pendidikan dan pengalaman hidup
seseorang.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis yang dimaksudkan untuk
menganalisa variabel yang sesuai dengan jenis penelitian.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umun Keluarga. Dan penelitian
akan dilakukan mulai pada tanggal 12 November – 31 November 2009
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh rumah tangga yang miskin di Rumah Sakit Umum
Keluarga yang berjumlah 106 rumah tangga.
2. Sampel
25
Sampel dipilih secara acak sederhana sebanyak 35 rumah tangga atau sekitar
31 % dari seluruh rumah tangga miskin di Rumah Sakit Umum Keluarga
yang berjumlah 106 rumah tangga
D. Pengumpulan Data
Berdasarkan sumbernya data yang dikumpulkan terdiri atas data primer
atau data sekunder. Data sekunder dikumpulkan melalui studi documenter pada
Rumah Sakit Umum Keluarga sedangkan data primer dikumpulkan pada rumah
tangga sampel
Data primer yang dikumpulkan adalah mengenai :
Karakteristik rumah tangga sampel, meliputi umur dan pangalaman kerja kepala
rumah tangga, pendidikan formal.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 1993. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhatara Karya Aksara : Jakarta
Djiteng Roedjito D. 1987. Perencanaan Gizi (Synopsis Dan Suntingan). PT. Media
Sarana Press : Jakarta
Hadi Prayitno dan Kuncalan Arsyad. 1987. Petani Desa Dan Kemiskinan. PBEE :
Jakarta
M. Khumandi. 1989. Gizi Masyarakat (Bahan Pengajaran). Dirjen Dikti
Depdikbud RI. Pangan dan gizi IPB, Bogor
Syahmien Moehji. 1986. Ilmu Gizi. Bhatara Karya Aksara : Jakarta
Suhardjo dan Hadi Riyadi. 1990. Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat (Petunjuk
Laboratorium) : Dirjen Dikti Depdikbut RI. Pangan dan Gizi IPB. Bogor
www.google.com
27
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan penelitian ..................................................................... 4
C. Pertanyaan penelitian................................................................ 4
D. Manfaat penelitian..................................................................... 4
BAB II. TINJAUN PUSTAKA
A. Stress ...................................................................................... 6
B. Pengertian keluarga menurut Friedm........................................ 13
C. Struktur keluarga....................................................................... 14
D. Fungsi keluarga......................................................................... 14
E. Pengertian stress keluarga......................................................... 15
F. Stroke......................................................................................... 16
G. Kerangka konsep....................................................................... 20
H. Defenisi konseptual dan operasional......................................... 21
28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.......................................................................... 23
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 23
C. Populasi dan Sampel.................................................................. 23
D. Pengumpulan data...................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 25
29