makalah propaganda dan psywar (finish)-teori dan teknik-teknik propaganda
TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Suatu teori dibutuhkan sebagai pegangan pokok secara umum, terdiri dari sekumpulan data
yang tersusun dalam suatu pemikiran. Data yang terdiri dari berbagai fakta memiliki prinsip-
prinsip, untuk membentuk dalil-dalil itu seorang ahli dapat melanjutkan penelitiannya, guna
kemudian dapat meramalkan suatu rangkaian peristiwa selanjutnya. Teori adalah serangkaian
generalisasi yang tersusun secara sistematik, sedangkan metode adalah suatu prosedur atau
proses yang menggunakan teknik-teknik dan perangkat-perangkat tertentu dalam mengkaji
sesuatu guna menelaah, menguji dan mengevaluasi teori. Teori meliputi penyampaian
pandangan dan pemikiran; teori diharapkan memberikan petunjuk.
Adalah tidak mudah untuk melakukan pekerjaan tersebut, karena sekalipun data yang
ditemukan menunjukkan persamaan, namun analisa dan kesimpulan terhadap data sedemikian
yang dilakukan oleh berbagai ilmuwan yang mempelajarinya akan berbeda satu dengan lainnya.
Hal itu diakibatkan oleh adanya perbedaan “frame of reference” (kerangka pengetahuan) dan
“frame of experience” (kerangka pengalaman) ditambah dengan perbedaan pendekatan
(approach). Itulah pula sebabnya, bahwa kalau suatu penelitian pada suatu ketika mencapai
konvergensi, namun dalam perkembangan selanjutnya ia mengalami divergensi yang dapat
dijabarkan sebagai “perkembangan yang kemudian dipegaruhi oleh berbagai kondisi dan situasi
(sosial) sehingga oleh karenanya menjadi bertambah dengan berbagai variasi”. Dengan demikian
akhirnya timbul berbagai perbedaan bila dibandingkan dengan awalnya, sebelum mengalami
divergensi.
Demikian pula yang akan dapat dilihat dengan teori dari propaganda. Mengingat, bahwa
propaganda adalah merupakan salah satu ilmu dilingkungan Ilmu Sosial, maka akan dapat
dialami nanti, bahwa tidak akan terdapat teori yang tepat sama antara ilmuwan yang satu dengan
yang lain, dikarenakan hal-hal yang telah diuraikan diatas.
1
I.II Rumusan Masalah
Dalam makalah yang kami buat ini, kami mencoba merumuskan dua pertanyaan untuk
kemudian akan dibahas dalam bab selanjutnya. Berikut adalah rumusan masalah yang kami buat:
1. Bagaimana para teoritisi mendefiniskan apa itu Propaganda?
2. Apa saja teknik-teknik yang dapat dilakukan dalam ber-Propaganda?
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Propaganda
A.1 Salah satu teori tentang Ilmu Komunikasi (Communicology) adalah “Pernyataan antar
manusia yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti.”
Webster’s Third New International Dictionary tentang Propaganda mengemukakan sebagai
berikut:
“Doktrin, idea/gagasan/pemikiran, argumentasi/alasan/bantahan, fakta, pernyataan yang
disebarkan secara sengaja melalui sesuatu medium/sarana komunikasi untuk meneruskan
maksud seseorang guna menumbuhkan suatu gerak atau untuk menghancurkan kehendak
yang bertentangan dari pihak lainnya”.
A.2 Dalam kamus yang sama tetapi cetakan ke 5 Tahun 1975 dikemukakan sebagai
berikut:
“Pernyataan, fakta, pendapat/opini, argumentasi dan lain sebagainya disebarkan secara
sistematis dengan tujuan untuk membantu atau merusak seseorang, kelompok, lembaga
atau gerakan. Penyebar informasi (pesan) sedemikian, sekarang ini seringkali tidak
mengindahkan sesuatu yang kurang benar/nyata, distorsi/pemutar balikan. Menurut
kenyataan usaha sedemikan terutama dilakukan oleh partai politik”.
Dapatlah kiranya diketahui, bahwa antara rumusan dalam terbitan ke Tiga dan ke Lima
terdapat perbedaan, sabagai akibat dari berbagai pengalaman dan fakta serta pengamatan dan
pendekatan yang dilakukan/diperoleh perumus kamus tersebut selama perkembangannya.
Dengan demikian, maka dikemukakan oleh perumus-perumus dari kamus tersebut, bahwa
dalam cetakan ke-3 “dengan sengaja melakukan usaha merubah tingkah laku agar sesuai dengan
pola dari komunikator”, sedangkan dalam cetakan ke-5, pelaku propaganda disamping
“melakukan penyebaran pesan dengan sengaja juga mengabaikan sesuatu kebenaran atau sesuatu
pemutar balikan, dengan kata lain semua usaha dihalakan demi tujuan”.
Harrold Laswell, menyebut bentuk propaganda seperti yang diuraikan di atas sebagai suatu
“symbolic interaction” atau “interaksi yang simbolis”. Ia membandingkan dengan propaganda
3
“of the deed” atau propaganda dengan “perbuatan nyata”, yang merupakan suatu variasi penting
dalam propaganda politik.
A.3 Encyclopaedi Britannica volume 18 halaman 580 mengenai “propaganda of the deed”
menjelaskan sebagai berikut:
“Efek komunikasi kadang-kadang didapat dengan menerapkan sarana fisik yang biasanya
tidak digunakan untuk keperluan. Tindakan pembunuhan bukanlah suatu metoda
komunikasi, namun demikian pebunuhan dalam bahasa ‘lisan’ sehari-hari (spoken of)
adalah sebagai ‘propaganda dengan perbuatan nyata’, seperti halnya dengan pembunuhan
politik yang digunakan untuk mempengaruhi sikap”.
A.4 Telah dikemukakan terlebih dahulu, bahwa penggunaan kekerasan dan semacamnya
tidak termasuk dalam propaganda, namun demikian para ilmuwan telah memberikan
suatu justifikasi atau pembenaran terhadap penggunaan kekerasan atau propaganda “of
the deed”, dengan merumuskan sebagai berikut:
“Suatu kegiatan atau peragaan oleh publik dengan tujuan atau mencapai efek dalam
meneruskan sesuatu maksud atau menghalangi sesuatu keinginan tertentu”.
Dengan kata lain, para perumus dari Webster’s Third International Dictionary tidak
membiarkan kegiatan “propaganda of the deed” tanpa suatu landasan teoritis, sehingga dengan
demikian ia membuktikan bahwa sebenarmya propaganda dengan kekerasan itu ada dan
khususnya diterapkan dalam bidang propaganda politik.
Selanjutnya, dalam kaitan dengan “bentuk” lain dari propaganda sebagai “symbolic
interaction” yang merupakan tandingan dari “Propaganda of the deed” tersebut terdapat berbagai
rumusan sebagai berikut:
A.5 Qualter
“Propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja oleh beberapa individu
atau kelommpok untuk membentuk, mengawasi atau mengubah sikap dari kelompok-
kelompok lain dengan mengggunakan media komunikasi dengan tujuan bahwa pada
4
setiap situasi yang tersedia, reaksi dari mereka yang dipengaruhi akan seperti yang
diinginkan oleh si propagandis.”
Inti dari teori Qualter adalah menyangkut kepada: Secara sengaja memodifikasikan sikap
dengan menggunakan komunikasi
A.6 Lasswell
“Propaganda dalam arti yang luas, adalah bentuk teknik untuk mempengaruhi kegiatan
manusia dengan memanipulasikan representasinya (representasi dalam hal ini berarti
kegiatan atau berbicara untuk suatu kelompok).”
Dari rumusan tersebut digambarkan suatu pendapat, bahwa komunikasi bukanlah satu-
satunya medium baginya.
A.7 Lindsey Fraser
“Propaganda dapat dirumuskan sebagai aktivitas atau seni, untuk mengajak atau
menyebabkan orang lain bertingkah laku sedemikian rupa, hal mana tidak akan terjadi
tanpa adanya propaganda tersebut”.
Dengan rumusan tersebut maka, Fraser menekankan kepada suatu keadaan, bahwa tanpa
adanya suatu propaganda tidak akan timbul perubahan suatu tingkah laku tertentu. Ini berarti,
bahwa propaganda berfungsi sedemikian rupa, sehingga orang menjadi terangsang atau
terdorong untuk melakukan atau bertingkah laku sesuai dengan apa yang telah mereka terima
sebagai ajakan.
A.8 Ralph D. Casey
“Propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan sadar untuk
memantapkan suatu sikap atau merubah suatu pendapat yang berkaitan dengan suatu
doktrin atau program, dan di pihak lain, merupakan suatu usaha yang sadar dari lembaga-
lembaga komunikasi untuk menyebarkan fakta dalam semangat obyektivitas dan
kejujuran”.
5
A.9 Santoso Sastroputro atas dasar penganalisaan terhadap berbagai teori yang
dikemukakan oleh para ilmuwan yang diuraikan terdahulu berpendapat:
“Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan
secara seksama untuk merubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah laku dari
penerima-komunikan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh komunikator”.
Oleh karena itu tujuannya adalah merubah hal-hal seperti dikemukakan diatas, maka sudah
tentu semuanya itu haruslah didasarkan kepada suatu perencanaan dan menggunakan sistem-
sistem tertentu agar dapat mencapai tujuannya secara efektif.
Unsur-unsur atau elemen-elemen yang ada dalam propaganda menurutnya adalah:
1. adanya komunikator
2. adanya komunikan
3. kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang hendak
dicapai
4. pesan tertentu yang telah di”encode” atau dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai
tujuannya yang efektif, yaitu:
bahwa pesan itu dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
menumbuhkan perhatian komunikan dan mencapai tujuannya.
pesan disampaikan dengan menggunakan lambang-lambang yang dapat
dimengerti oleh komunikan.
pesan itu harus diusahakan dapat menimbulkan kebutuhan secara personal atau
pribadi dan memberikan saran tentang bagaimana dapat memenuhi kebutuhan
tersebut.
pesan harus memberikan saran untuk dapat memenuhi kebutuhan yang serasi atau
“appropriate” kepada situasi kelompok, sehingga yang bersangkutan dapat
menentukan secara baik sikapnya untuk memberikan responsnya.
6
B. Teknik-Teknik Propaganda
Kelompok kami memberikan dua pendapat atau pandangan tentang teknik-teknik propaganda
yaitu dari Pengamatan Institute of Propaganda Analysis dan Teknik Propaganda Hummel dan
Hunterss:
B.1 Pengamatan Institute of Propaganda Analysis
Sebagai hasil dari pengamatannya, IOPA telah menggolongkan interaksi-sosial didalam 7
devices (kelompok) yang biasa dilakukan oleh orang-orang yaitu:
1. Name-calling
Pemberian julukan atau sebutan dalam arti yang buruk dengan maksud untuk menurunkan
derajat nama seseorang atau prestise suatu idea di muka umum.
2. The use of glittering generalities
Suatu teknik dimana seorang propagandis menonjolkan gagasannya dengan sanjungan-sanjungan
agung, misalnya dengan kata-kata “demi keadilan, kemerdekaan, kebebasan”.
3. Testimonials
Cara menggunakan nama orang-orang terkemuka yang mempunyai otoritas dan prestise sosial
tinggi dalam menyodorkan atau meyakinkan sesuatu hal dengan jalan menyatakan misalnya,
bahwa hal tersebut didukung oleh orang-orang terkemuka tadi.
4. The transfer
Ciri-ciri kegiatan propaganda yang menggunakan teknik pemakaian pengaruh dari seseorang
tokoh yang paling berwibawa di lingkungan tertentu, dengan maksud menarik keuntungan-
keuntungan psikologis dari pengaruh-pengaruh itu.
5. The plain-folks
Cara propaganda dengan jalan memberi identifikasi terhadap idea, calon pemilih atau hal apa
saja yang dipropagandakan sebagai milik dari rakyat.
7
6. Card-stacking
Cara propaganda dengan jalan menonjolkan hal-hal baiknya saja, sehingga publik hanya dapat
melihatnya dari satu segi saja.
7. Bandwagon technique
Dilakukan diantaranya dengan jalan membesar-besarkan sukses yang telah dicapai oleh
seseorang atau oleh suatu kelompok atau barang (produk).
B.2 Teknik dari Hummel dan Hunterss
Kedua ilmuwan sosial ini telah mengemukakan tentang pendapatnya mengenai bagaimana
caranya menarik perhatian publik, oleh karena daya-upayanya untuk dapat mempengaruhi rakyat
harus didasarkan kepada syarat: bahwa rakyat mau mendengarkan, membaca atau
memperhatikan apa yang disajikan. Jika rakyat tidak memperdulikannya, maka kegiatan
propaganda itu berarti tidak efektif dan tidak ada faedahnya untuk diteruskan.
Jika usaha propaganda sudah dapat berhasil menarik perhatian, Hummel dan Hunterss
berpendapat bahwa pendekatan dan teknik yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut:
1. The Bald Appeal (Bald=botak, gundul: Appeal=minta)
Cara ini adalah cara yang paling umum, karena sifatnya mudah dan sederhana. Dengan “the
bald appeal” ini, dimaksudkan menyatakan suatu anjuran atau sugesti secara langsung tanpa
suatu komentar. Anjuran dan sugesti yang disingkat ini sebenarnya masih memerlukan
keterangan, alasan-alasan atau argumentasi untuk memperkuatnya. Akan tetapi propagandis yang
menggunakan “the bald appeal” tidak menggunakan hal-hal tersebut, karena kekuatannya
diletakkan dalam pengulangan yang dilakukan secara terus menerus tanpa henti-hentinya.
2. Humor
Manusia hampir seluruhnya suka ketawa. Humor selalu “welcome” dimana-mana.
Karikatur dan Cartoon adalah dua diantara berbagai cara untuk menyanjung atau merendahkan
sesuatu secara humoristis atau lucu. Akan tetapi, ia bisa juga tajam dan kadang-kadang bisa
8
sangat menyinggung perasaan. Demikianlah pula pidato propaganda akan dapat mencapai hasil
yang cukup baik, jika didalamnya dapat diselipkan humor atau sesuatu yang lucu.
3. Satire
Satire adalah semacam lelucon, tapi mengandung ironi (mencemoohkan) dan sarcasme
(ejekan), suatu pernyataan yang menyakiti hati. Satire biasanya mengandung kritik yang
mengandung ejekan-ejekan mengenai berbagai kepincangan didalam masyarakat. Faedahnya
dapat digunakan untuk mendukung suatu wibawa, tetapi sebaliknya juga dapat untuk
meruntuhkannya. Sarcasme sebagai pendukung Satire, kadang-kadang mengandung filsafah,
tetapi sifatnya selalu mengiris, pahit, tajam dan menyakiti hati.
4. Shock Technique
Dalam propaganda seringkali teknik ini ditemui. Misalnya dalam kampanye keselamatan lalu
lintas digunakan gambar-gambar atau kerangka mobil ringsek atau gambar korban “maut” yang
mengerikan sebagai akibat tabrakan; Iklan asuransi yang menggambarkan anak kecil yang nyaris
ditabrak. Semuanya itu sangat efektif dalam menarik perhatian komunikan.
5. Just Plain Lies
Dalam suatu kegiatan pengaruh-mempengaruhi dikehidupan manusia yang serba sulit ini,
seringkali terjadi berbagai peristiwa yang sukar diketahui asal mulanya secara pasti, oleh karena
pengamatan dan penyaksian setempat tidak selalu mungkin untuk dilakukan. Umumnya berbagai
peristiwa yang bersifat kontroversial seringkali diselubungi oleh prasangka dan berbagai macam
kepentingan, sehingga pandangan orang semakin jauh dari fakta yang sebenarnya.
6. Half-Truths
Cara ini seringkali dengan sengaja menyisihkan fakta atau catatan historis yang ada. Dalam
suatu perjuangan politik misalnya suatu partai politik bisa mengutuk kegiatan lawannya, padahal
yang sebenarnya kegiatan yang sama itu olehnya sendiri pernah dilakukan.
7. Argumentum ad Hominem
9
Istilah itu berarti “mengajukan argumentasi untuk seseorang”. Teknik demikian adalah yang
paling banyak terasa dan terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Efektivitasnya dapat dipetik untuk
membela dan meruntuhkan sesuatu argumentasi mengenai seseorang, biasanya berupa
sanjungan, dukungan atau pujian, tetapi juga sebaliknya bisa berupa cerca/cacian, hinaan, fitnah
dan ejekan.
8. Argumentum ad Populum
Istilah itu berarti pengajuan argumentasi yang diperkirakan dapat menyenangkan hati orang
banyak/rakyat dengan kata-kata yang bersifat “flattering” (merayu) atau “soft soap”. Cara
“Argumentum ad Populum” ini berlaku pula sampai tingkat menepuk-nepuk bahu rakyat biasa
atau menimang-menimang anak yang dijumpainya.
9. Snob-Appeal and Home-Folks
Dua teknik ini merupakan kebalikan dari yang satu dengan lainnya, akan tetapi kedua-duanya
sama-sama efektif. “Snob” adalah kegiatan seseorang yang dalam cara berbicara dan bertingkah
laku mengimitasikan orang yang mempunyai prestise sosial, status/kedudukan atau pengetahuan
tinggi. Snob-Appeal dalam propaganda biasanya dilakukan dengan menggunakan tokoh-tokoh
terkemuka atau kaum cendikiawan untuk memperkuat sesuatu pandangan atau hal lainnya.
Homefolks-appeal adalah kebalikannya. Cara ini, dapat diterapkan dalam perjuangan seorang
calon untuk sesuatu pemilihan. Gambar sang calon itu disiarkan secara luas dibubuhi keterangan
tentang cara hidupnya sehari-hari sebagai rakyat biasa.
10. Appeal of Power, Size and Skill
Teknik ini dalam pelaksanaannya menggunakan kekuasaan kebesaran dan keahlian
seseorang, sesuatu pihak atau sesuatu otoritas sebagi jaminan dan pangkal kekuatan untuk
menanam pengaruh dan sugesti.
11. Begging the Question
Maksud dari teknik ini adalah menyatakan sesuatu yang seolah-olah sudah pasti. Dalam
periklanan misalnya, seringkali dapat dibaca kalimmat: “sekali mencoba menjadi terbiasa”.
Secara psikologis, kalimat ini mengandung arti, bahwa jika produk itu benar memenuhi selera
10
dengan sendirinya akan disenangi orang banyak, sehingga orang menjadi terdorong untuk
mencobanya.
12. Effective Language
Penggunaannya adalah untuk maksud menjunjung atau merendahkan sesuatu. Dalam setiap
bahasa ada saja kata-kata yang bersifat efektif yang secara psikologis membawa pengaruh
kepada jalan pikiran seseorang, misalnya kata-kata “ces-pleng”, “antek-antek” dan sebagainya.
13. Insufficient or Immaterial Evidence
Teknik ini biasa juga disebut “post hoc ergo propter hoc” (suatu perubahan tak sengaja yang
dianggap sebagai akibat dari suatu tindakan tertentu). Secara lelucon hal ini dapat dimisalkan
dalam keadaan hujan lebat. Dalam situasi demikian, ada seseorang yang keluar rumah untuk
berpergian. Secara mendadak sekali hujan pun berhenti. Dalam keadaan demikian, orang tersebut
dapat menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa hujan itu berhenti karena ia hendak
keluar rumah.
14. Faulty Syllogism
Syllogisme adalah suatu skema analisa yang logis dari suatu argumentasi, yang terdiri dari
“major premises” dan “conclucion”. Jika premises dalam suatu syllogisme ini benar, maka hal
itu akan berakhir dalam konklusi yang benar pula. Akan tetapi, tidaklah selalu premises yang
benar akan berakhir dengan penarikan konklusi yang benar pula, apalagi jika seseorang
menyusun “premises” sedemikian rupa, sehingga dapat menyesatkan penarikan kesimpulan.
15. False Analogy and Analogy as proof
Analogy/persamaan adalah berguna sekali, baik bagi ilmu dan pengetahuan maupun bagi
kepentingan falsafah hidup manusia. Akan tetapi Analogy masih memerlukan pembuktian oleh
karena ia sering menimbulkan keadaan atau hasil yang meragukan, misalkan analogy berikut:
“Amerika Serikat terletak disebelah barat Inggris dan tidak pernah dikalahkan dalam dua kali
peperangan dengan Inggris. Jepang terletak disebelah barat dari Amerika Serikat dan karenanya
tidak mungkin dapat dikalahkan dalam peperangan oleh Amerika Serikat”.
11
Analogy diatas tidak benar, karena tidak pernah dapat dibuktikan, bahwa kondisi letak arah
negara berpengaruh terhadap sesuatu peperangan. Akan tetapi, analogi semacam itu dalam
propaganda adalah cukup efektif, terutama sekali di masyarakat yang masih primitif.
16. Dillemas
Adalah suatu situasi, didalam mana orang sudah tidak tahu jalan keluar, dalam arti jika ia
mengambil suatu langkah, maka ia akan menghadapi bahya; sebaliknya jika mengambil langkah
yang lain bahaya lain pun akan mengancamnya pula.
12
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Propaganda dapat berupa kegiatan saling pengaruh mempengaruhi dengan menggunakan
lambang-lambang tertentu, atau dalam bahaasa asing Inggris disebut dengan “symbolic
interaction”, dan dapat pula merupakan propaganda yang menggunakan kegiatan nyata, atau
yang disebut “propaganda of the deed”, yang pada umumnya merupakan propaganda dibidang
politik.
Satu sifat yang diterima secara umum adalah, bahwa semua kegiatan/penerapan propaganda
menggunakan komunikasi yang menyebarkan berbagai pesan melalui berbagai media guna
menciptakan di pihak audience/komunikan suatu kepercayaan, sikap atau tingkah laku yang
sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator (penyebar pesan).
Dalam kajian mengenai propaganda, dari pengertian propaganda mungkin dapat ditarik
suatu landasan mengenai objek kajian propaganda. Dalam kaitan itu, R. M. Simatupang
mengatakan, beragam alasan orang melakukan berbagai kegiatan propaganda baik di bidang
politik, ekonomi, agama dan lain-lain. Menurutnya, persoalan pokok didalam propaganda adalah
“how to influnce and to control the mind’s of men” – bagaimana mempengaruhi dan menguasai
pikiran manusia (Deppen RI, 1995:331)
13
Daftar Referensi
Deppen RI, 1995. Pengetahuan Penerangan bagi Petugas Penerangan, Proyek Operasi
Penerangan, Kanwil Deppen RI Provinsi Jawa Barat.
Munthe, Moeryanto Ginting & R. M. Simatupang. Propaganda dan Perang Urat Syaraf. Yayasan
Kampus Tercinta, Jakarta, 2012.
Sastroputro, Santoso. Propaganda Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa. Alumni, Bandung,
1983.
14