k1 p2 finish teknik dan etika pemanduan kelompok besar (afrodita indayana

22
TEKNIK DAN ETIKA PEMANDUAN KELOMPOK SEDANG DAN KELOMPOK BESAR (Studi Kasus : Museum Wayang, Kota Tua) Oleh : Kelompok 1/ Praktikum 2 Bhintary Fauzya Putri (J3B110014) Helvira Kurniati (J3B110045) Afrodita Indayana (J3B110049) Beni Nuryanto (J3B210074) Dosen: Bedi Mulyana, S.Hut, M.Par, MMHTRL

Upload: afrodita-indayana

Post on 15-Feb-2015

81 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

TEKNIK DAN ETIKA PEMANDUAN KELOMPOK SEDANG DAN KELOMPOK BESAR

(Studi Kasus : Museum Wayang, Kota Tua)

Oleh :

Kelompok 1/ Praktikum 2

Bhintary Fauzya Putri (J3B110014)Helvira Kurniati (J3B110045)Afrodita Indayana (J3B110049)Beni Nuryanto (J3B210074)

Dosen:

Bedi Mulyana, S.Hut, M.Par, MMHTRL

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATAPROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012

Page 2: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemanduan dalam suatu tempat wisata atau rekreasi sangat dibutuhkan. Proses pemanduan yang dilakukan merupakan suatu fasilitas yang disediakan oleh pengelola tempat wisata atau rekreasi untuk membantu para wisatawan dalam mendapatkan suatu informasi secara lengkap dengan mudah. Berbagai teknik dalam pemanduan harus dikuasai oleh setiap pemandu untuk menghadapi setiap karakteristik dari masing-masing wisatawan. Berbeda halnya jika teknik pemanduan tersebut dilakukan secara tidak langsung. Pemanduan tersebut hanya dilakukan melalui, video, papan interpretasi, brosur, leftlet ataupun lainnya yang tentunya dapat memberikan suatu informasi kepada wisatawan yang berkunjung.

Pemanduan yang dilakukan secara langsung tentunya akan lebih efektif karena wisatawan dapat bertanya langsung kepada pemandu dan komunikasi pun berlangsung secara dua arah. Banyaknya jumlah wisatawan dapat mempengaruhi suatu teknik pemanduan. Wisatawan tersebut terbagi atas kelompok kecil, kelompok sedang dan kelompok besar. Pada kelompok kecil, wisatawan berjumlah satu sampai lima orang. Kelompok sedang enam sampai sepuluh orang dan kelompok sedang lebih dari sepuluh orang,. Proses pemanduan yang dilakukan pada kelompok kecil akan berbeda dengan pemanduan kelompok sedang maupun besar. Oleh karena itu, teknik dan etika pemanduan pada kelompok sedang dan kelompok besar penting untuk dilakukan agar proses pemanduan dapat berjalan dengan baik dan wisatawan mendapatkan banyak pengalaman baru.

B. Tujuan Praktik

Kegiatan praktikum teknik dan etika pemanduan kelompok sedang dan kelompok besar mempunyai beberapa tujuan guna memperoleh hasil yang diinginkan.Tujuan praktukum tersebut sebagai berikut.1. Mengenali, mengetahui, memahami dan mengerti serta mampu menjelaskan

teknik dan etika pemanduan dalam kelompok sedang dan kelompok besar2. Mahir dalam membedakan dan mahir mempraktikkan teknik dan etika

pemanduan dalam kelompok kecil dan kelompok besar.

1

Page 3: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teknik

Teknik atau rekayasa adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Hal ini diselesaikan lewat pengetahuan, matematika dan pengalaman praktis yang diterapkan untuk mendesain objek atau proses yang berguna. Menurut sejarahnya, banyak para ahli yang meyakini kemampuan teknik manusia sudah tertanam secara natural. Hal ini ditandai dengan kemampuan manusia purba untuk membuat peralatan peralatan dari batu. Dengan kata lain teknik pada mulanya didasari dengan trial and error untuk menciptakan alat untuk mempermudah kehidupan manusia.

B. Etika

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan. Sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ”Ethos” yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli.

Kode etik Pramuwisata Indonesia ditetapkan melalui Keputusan Musyawarah Nasional I Himpunan Pramuwisata Indonesia dengan Keputusan Nomor 07/MUNAS.I/X/1988, meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Pramuwisata harus mampu menciptakan kesan penilaian yang baik atas daerah, negara bangsa, dan kebudayaan.

2. Pramuwisata dalam menjalankan tugasnya harus mampu menguasai diri, senang, segar, rapi, bersih serta berpenampilan yang simpatik (menghindari bau badan, perhiasan, dan parfum yang berlebihan).

3. Pramuwisata harus mampu menciptakan suasana gembira dan sopan menurut kepribadian Indonesia.

4. Pramuwisata harus mampu memberikan pelayanan dan perlakuan yang sama kepada wisatawan dengan tidak meminta tip, tidak menjajakan barang dan tidak meminta komisi.

5. Pramuwisata mampu memahami latar belakang asal usul wisatawan serta mengupayakan untuk meyakinkan wisatawan agar mematuhi hukum, peraturan, adat kebiasaan yang berlaku dan ikut melestarikan objek.

6. Pramuwisata mampu menghindari timbulnya pembicaraan serta pendapat yang mengundang perdepatan mengenai kepercayaan, adat istiadat, agama, ras dan sistem politik sosial negara asal wisatawan.

7. Pramuwisata berusaha memberikan keterangan yang baik dan benar. Apabila ada hal-hal yang belum dapat dijelaskan maka pramuwisata harus

2

Page 4: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

berusaha mencari keterangan mengenai hal tersebut dan selanjutnya menyampaikan kepada wisatawan dalam kesempatan berikutnya.

8. Pramuwisata tidak dibenarkan mencemarkan nama baik perusahaan, teman seprofesi dan unsur-unsur pariwisata lainnya.

9. Pramuwisata tidak dibenarkan untuk menceritakan masalah pribadinya yang bertujuan untuk menimbulkan rasa belas kasihan dari wisatawan.

10. Pramuwisata saat perpisahan mampu memberikan kesan yang baik agar wisatawan ingin berkunjung kembali

C. Pemanduan Kelompok Sedang dan Kelompok Besar

Oka A. Yoeti mengemukakan bahwa pramuwisata didefinisikan sebagai seseorang yang memberi penerangan, penjelasan, serta petunjuk kepada wisatawan (tourist) dan travelers lainnya, tentang segala sesuatu yang hendak di lihat, disaksikan oleh wisatawan dan travellers yang bersangkutan, bilamana mereka berkunjung pada suatu objek, tempat atau daerah tertentu. Kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang jumlahnya relatif kecil sehingga anggotanya mudah untuk berkomunikasi. Komunikasi kelompok kecil terjadi ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya dibawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Inti dari definisi menyatakan bahwa masyarakat berinteraksi, mereka saling bergantung, dan saling mempengaruhi.

Pramuwisata adalah orang yang pertama kali dijumpai oleh wisatawan dalam rangka mewujudkan harapan dan impian atas tour yang telah dibayarnya. Wisatawan bagaikan seorang bocah kecil di tengah hiruk pikuknya pasar. Ia tidak tahu harus melangkah kemana, ia membutuhkan bimbingan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Adalah tugas Pramuwisata untuk menemani, mengarahkan, membimbing, menyarankan wisatawan di tengah-tengah ketidaktahuannya itu. Wajarlah jika wisatawan mempercayakan aktivitasnya kepada Pramuwisata, karena ia yang lebih tahu dan berpengalaman. Maka jadilah Pramuwisata itu sebagai teman perjalan bagi wisatawan. Sebagai teman yang baik maka akan sangat ironi jika seorang pramuwisata memanfaatkan ketidaktahuan wisatawan untuk mengali keuntungan untuk diri sendiri, misalnya dengan menaikan harga barang yang dibeli wisatawan, memaksa untuk memberikan imbalan lebih, dan sebagainya.

Skala yang lebih luas pramuwisata adalah duta bangsa atau setidaknya duta daerah tempat ia melakukan tugasnya. Apa yang diekspresikan oleh pramuwisata dianggap oleh wisatawan sebagai cerminan karakter masyarakat setempat, demikian pula apa yang disampaikan oleh pramuwisata akan dipercaya oleh wisatawan sebagai pengetahuan yang akan selalu diingat hingga kembali ke tempat asal. Mengingat hal tersebut, maka seorang pramuwisata hendaknya dapat memberikan informasi dengan benar dan baik menyangkut negara, kota, maupun suatu desa, objek wisata, budaya, dan lain sebagainya.

Pramuwisata adalah seseorang yang memegang peranan penting dalam kegiatan tur maupun transfer. Ia menjadi tumpuan harapan wisatawan, perusahaan yang mempekerjakannya, bahkan daerah atau negara tempat ia bekerja. Untuk itulah, ia harus memenuhi persyaratan tertentu agar dapat mengemban amanat yang demikian berat secara profesional. Persyaratan tersebut menyangkut hal-hal yang bersifat fisik maupun psikis.

1. Syarat fisik/Penampilan Pramuwisata. Pakaian dalam pengertian ini mengandung makna yang luas, tidak sekedar baju, celana, rok, sendal, dan sebagainya akan tetapi keseluruhan yang tampak dari luar diri seseorang itu.

3

Page 5: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

Secara manusiawi kesan seseorang terhadap orang lain pertama-tama biasanya dipengaruhi oleh penampilan orang yang dihadapi tersebut. Sebagai petugas yang pertama kali berhubungan dengan wisatawan saat penyelenggaraan tur, maka pramuwisata harus dapat berpenampilan secara maksimal, karena apa yang ditampilkan pertama kali itu akan berdampak terhadap kesan wisatawan selanjutnya.

2. Syarat Psikis/Kepribadian Pramuwisata. Secara teori yang dimaksud dengan kepribadian adalah integritas psiko-fisik sebagai resultan dari hereditas, lingkungan dan kematangan yang bersifat unik dan dinamis serta berbeda satu dengan yang lainnya. Jelasnya, kepribadian lahir karena perpaduan tiga faktor, yakni keturunan, lingkungan atau pergaulan, dan waktu atau kematangan. Ketiga unsur ini saling berkaitan dalam membentuk satu wujud kepribadian. Karena sifatnya yang spesifik, maka setiap orang memiliki kepribadiannya masing-masing.Ilmu jiwa mengemukakan bahwa kepribadian seseorang dapat berkembang

karena dua hal, yaitu bakat dan didikan. Kepribadian karena faktor bakat sulit untuk diubah atau diciptakan, akan tetapi kepribadian itu dapat pula dikembangkan melalui proses pendidikan. Agar dapat mengembangkan kepribadian yang menarik maka seseorang pramuwisata hendaknya menampilkan sifat-sifat (penuh perhatian, ketajaman daya ingatan, pandai bergaul, periang, jujur dan dapat dipercaya, penuh inisiatif, humoris, suka menolong, empati, pemimpin yang baik).

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi; kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small-group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan komunikasi antar pribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok (Mulyana, 2005: 74). Komunikasi kelompok besar (Large Group Discussion) adalah ditujukan kepada efeksi komunikan. Prosesnya berlangsung secara linier. Pesan disampaikan komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar ditujukan kepada afeksi komunikan.

4

Page 6: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

III. METODE PRAKTEK

A. Waktu dan lokasi

Praktikum teknik dan etika pemanduan kelompok sedang dilaksanakan pada pada hari Sabtu, 5 Mei 2012 dan kelompok besar pada hari Sabtu, 21 April 2012 pukul 11.00-14.00 WIB. Lokasi praktikum dilakukan pada Museum Wayang yang berada di Kawasan Wisata Kota Tua, Jalan Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta Barat 11110.

B. Alat dan bahan

Kegiatan praktikum yang dilakukan dengan observasi langsung ke lokasi pengamatan yang telah ditentukan. Alat yang digunakan untuk membantu kelancaran dan kemudahan praktikum memiliki fungsi masing-masing sebagai berikut (Tabel 1).

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakanNo. Alat-alat Fungsi1. Alat Tulis Mencatat objek pengamatan2. Tallysheet Mempermudah dalam pencatatan hasil3. Note book Membuat dan menyusun laporan4. Buku/internet Sumber Informasi5. Printer Mencetak hasil laporan6. Handycam Merekam kegiatan pemanduan7. Kamera Dokumentasi

C. Tahapan Kerja

Praktikum teknik dan etika pemanduan kelompok sedang dan kelompok besar memiliki berbagai langkah-langkah pengerjaan. Langkah pengerjaan ini bertujuan agar praktikum dapat berjalan sesuai dengan hasil yang diinginkan. Langkah pengerjaan yang dilakukan sebagai berikut.1. Menentukan lokasi kegiatan pemanduan yang akan diamati, yaitu Museum

Wayang2. Mengamati teknik dan etika pemanduan kelompok sedang dan besar.3. Mencatat teknik dan etika pemanduan kelompok sedang dan besar yang

diamati di dalam tallysheet yang telah disediakan.4. Membuat laporan praktikum dengan membahas tallysheet yang telah diisi.

5

Page 7: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktik

Proses pengamatan teknik dan etika pemanduan kelompok sedang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada guide dan kelompok besar dilakukan dengan mengamati proses pemanduan secara langsung sebagai berikut (Tabel 2).Tabel 2. Teknik dan Etika Pemanduan

No.

Teknik Pemanduan

Jumlah WisatawanKategori

KelompokSikap

PemanduBahasa Penampilan

Trik Pemanduan

Larangan dalam

Pemanduan

Cara Mengatasi Masalah

Durasi

1.Kelompok

sedang

Aktif, interaktif, ekspresif

dan friendly

Wisatawan instansi tertentu baku,

selain itu santai dan semi baku

Menarik dan rapi

Menyisipkan humor

Menyentuh wayang dengan pelan

Menggunakan alat

bantu berupa wayang dalam

proses pemanduan

akhir

40 menit

6-10 orang

2.Kelompok

besar

Aktif, interaktif, ekspresif dan sabar

Santai, tidak

terlalu baku

Menarik dan rapi

Menyisipkan humor

Menyentuh wayang dengan

pelan, tidak boleh

membawa pulang

kacamata 3D dan tidak

membawa makanan

Memberikan alat bantu

pemanduan tidak langsung berupa brosur dan film 3D,

menggunakan pengeras

suara.

50 menit

50 orang

B. Pembahasan

Teknik dan etika pemanduan dalam kelompok sedang dan besar masing-masing memiliki proses pemanduan yang berbeda-beda. Proses tersebut tergantung kepada karakteristik dari setiap wisatawan yang berkunjung. Proses pemanduan yang dilakukan oleh kelompok sedang dan kelompok besar akan dibahas sebagai berikut.

1. Lokasi Kegiatan Pemanduan (Bhintary Fauzya Putri, J3B110014)

Kegiatan pemanduan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung berlokasi di Museum Wayang. Museum Wayang adalah sebuah museum yang berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Jakarta Barat. Gedung yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini (Gambar 1).

6

Page 8: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

Gambar 1. Bagian Gereja Tua yang Masih Berdiri

Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini, misalnya dari Republik Rakyat Cina dan Kamboja. Hingga kini Museum Wayang mengkoleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan. Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal dari beberapa negara non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia. Selain itu secara periodik disenggelarakan juga pagelaran wayang pada minggu 2 dan ke 3 setiap bulannya. Pada tanggal 7 November 2003, PBB memutuskan mengakui wayang Indonesia sebagai warisan dunia yang patut dilestarikan (Gambar 2).

Gambar 2. Gedung Museum Wayang

2. Teknik dan Etika Pemanduan Kelompok Sedang dan Kelompok Besar

Teknik dan etika pemanduan oleh kelompok sedang dan besar dilakukan dengan jumlah wisatawan sebanyak 6-10 orang dan 50 orang. Pemanduan oleh kelompok sedang dan kelompok besar ini tentunya akan mempengaruhi berbagai teknik pemanduan yang akan dibahas sebagai berikut.

a. Teknik Pemanduan

Teknik pemanduan yang dilakukan oleh seorang pemandu tentunya akan berbeda-beda. Teknik pemanduan yang dilakukan dengan kelompok sedang akan berbeda dengan pemanduan yang dilakukan terhadap kelompok besar. Hal tersebut berkaitan dengan berbagai karakteristik dari wisatawan yang membuat pemandu menggunakan teknik yang berbeda. Teknik-teknik tersebut akan dibahas sebagai berikut.

7

Page 9: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

1) Teknik pemanduan (Bhintary Fauzya Putri, J3B110014)

Kelompok SedangPemanduan yang dilakukan pada kelompok sedang dengan menggunakan

teknik secara langsung. Hal ini dipilih agar proses pemanduan dapat berjalan dengan efektif. Selain itu, disela-sela pemanduan tidak langsung terdapat pula pemanduan secara tidak langsung pemanduan secara tidak langsung dengan menggunakan alat bantu seperti leaflet dan papan interpretasi. Alat bantu pemanduan secara tidak langsung tersebut juga dapat dijadikan sebagai suatu sumber informasi bagi para wisatawan yang berkunjung dengan proses visual melalui penglihatan. Papan interpretasi tersebut dapat dilihat dan dibaca oleh wisatawan ketika sedang melihat-lihat beraneka jenis wayang dan diinterpretasikan melalui papan interpretasi yang letaknya berdekatan dengan wayang tersebut. Sedangkan leaflet akan diberikan kepada wisatawan sebelum memasuki Museum Wayang leaflet tersebut tentunya dapat dijadikan sebagai pedoman untuk berwisata (Gambar 4).

Gambar 3. Papan Interpretasi dan Cover Leaflet

Kelompok BesarTeknik pemanduan yang dilakukan oleh kelompok sedang dan besar secara

langsung dengan menggunakan seorang pemandu wisata. Pemandu wisata tersebut berperan sebagai komunikator dalam semua bentuk informasi yang terdapat pada museum wayang tersebut. Teknik pemanduan secara langsung ini tentunya memiliki banyak keunggulan karena wisatawan dapat menanyakan secara langsung dan berdiskusi dengan pemandu ketika ada hal yang tidak dimengerti pada saat itu. Teknik pemanduan oleh kelompok sedang dan kelompok besar dimulai ketika wisatawan memasuki pintu masuk. Pada saat itulah kegiatan pemanduan dimulai dengan perkenalan antara guide dan wisatawan. Hal tersebut bertujuan untuk mencairkan suasana agar proses pemanduan tidak kaku dan berjalan dengan santai (Gambar 4).

8

Page 10: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

Gambar 4. Pemanduan secara Langsung Kelompok Besar

Prosses pemanduan secara langsung, terdapat pula proses pemanduan secara tidak langsung pada Museum Wayang dengan menggunakan alat bantu berupa brosur, papan interpretasi dan juga film 3D yang disediakan untuk wisatawan sebagai daya dukung dari proses pemanduan secara tidak langsung (Gambar 5).

Gambar 5. Studio 3D, Museum Wayang

2) Sikap pemandu (Afrodita Indayana, J3B110049)

Kelompok Sedang

Sikap dari pemandu wisata yang bernama Bapak Alex ini sangat aktif, interaktif, ekspresif dan friendly. Aktif karena Bapak Alex ini menjelaskan seluruh informasi yang berada di Museum Wayang tersebut. Interaktif karena Bapak Alex dapat membuat wisatawan mempunyai rasa keingintahuan yang lebih dan menimbulkan berbagai pertanyaan-pertanyaan sehingga proses pemanduan tersebut menghasilkan suatu kegiatan diskusi yang cukup menarik. Ekspresif ketika Bapak Alex menjelaskan sedikit alur cerita tentang tokoh pewayangan dengan mimik muka yang penuh penghayatan. Sikap pemandu dalam mendampingi kelompok sedang yang jumlah 6-10 orang hampir sama dengan kelompok besar dikarenakan pemandu yang sama. Yang membedakan hanya dari suara yang tidak terlalu keras dan gesture tubuh yang tidak terlalu berlebihan namun tetap friendly dan membuat wisatawan merasa nyaman.

Kelompok Besar

Sikap dari pemandu wisata yang bernama Bapak Alex ini sangat aktif, interaktif, ekspresif dan juga sabar. Aktif karena Bapak Alex ini menjelaskan seluruh informasi yang berada di Museum Wayang tersebut. Interaktif karena Bapak Alex dapat membuat wisatawan mempunyai rasa keingintahuan yang lebih dan menimbulkan berbagai pertanyaan-pertanyaan sehingga proses pemanduan

9

Page 11: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

tersebut menghasilkan suatu kegiatan diskusi yang cukup menarik. Ekspresif ketika Bapak Alex menjelaskan sedikit alur cerita tentang tokoh pewayangan dengan mimik muka yang penuh penghayatan. Sikap pemandu dalam mendampingi kelompok besar yang jumlah 50 orang ini sangat sabar. Pemandu mengayomi ibu-ibu yang menjadi wisatawan sehingga wisatawan tersebut merasa sangat senang. Hal ini terbukti ketika Bapak Alex mengantarkan wisatawan tersebut ke dalam ruangan 3D (Gambar 5).

Gambar 6. Pemandu dalam Mendampingi Wisatawan

3) Bahasa (Afrodita Indayana, J3B110049)

Kelompok Sedang

Bahasa yang digunakan dalam kelompok sedang dalam wisatawan pada instansi tertentu, menggunakan bahasa yang baku. Selain dari wisatawan tersebut, pemandu menggunakan bahasa yang santai dan semi baku. Bahasa baku yang digunakan pemandu untuk wisatawan kelompok sedang dari instansi tertentu dimulai dari perkenalan diri pemandu dengan kalimat, “Selamat siang Bapak dan Ibu, perkenalkan nama saya Amat Kusaini Al-Alexs. Bapak atau Ibu dapat memanggil saya dengan nama Alex.”

Kelompok Besar

Bahasa yang dilakukan pada proses pemanduan secara langsung pada kelompok besar menggunakan bahasa yang santai dan tidak terlalu baku. Pada kelompok besar dengan wisatawan ibu-ibu, pemandu menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Pada awal perkenalan, Bapak Alex memperkenalkan diri dengan menyebutkan namanya dan menanyakan kabar serta asal dari wisatawan tersebut. “Apa kabar Ibu-Ibu, perkenalkan nama saya Alex yang merupakan singkatan dari Anak Jelex.” Bahasa seperti itulah yang sering digunakan Bapak Alex dalam proses pemanduannya sehingga wisatawan yang dipandunya seringkali tertawa dengan bahasa yang digunakan.

4) Penampilan (Beni Nuryanto, J3B210074)

Penampilan pemandu kelompok sedang dan besar yang bernama Bapak Alex tergolong menarik dan rapih. Beliau menggunakan celana jeans, kemeja dan sepatu. Cara berdiri dan berbicara Bapak Alex tidak terlalu kaku dan dapat terbilang lemah lembut berhubungan dengan wisatawan yang dipandunya adalah ibu-ibu (Gambar 6). Pembawaan yang seperti itu, mampu membuat wisatawan merasa nyaman dengan Bapak Alex.

10

Page 12: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

Gambar 7. Penampilan Pemandu Wisata

5) Trik pemanduan (Beni Nuryanto, J3B210074)

Kelompok Sedang

Trik pemanduan yang digunakan dalam kelompok sedang berupa menyisipkan humor di tengah-tengah kegiatan pemanduan. Hal ini dilakukan oleh pemandu dengan tujuan untuk mencairkan suasana agar wisatawan tidak jenuh dengan kegiatan pemanduan yang sedang berlangsung.

Kelompok Besar

Pada kegiatan pemanduan kelompok besar, trik yang digunakan sama halnya dengan trik pemanduan pada kelompok sedang, yaitu dengan menyisipkan humor. Pada saat melakukan pemanduan di ruangan 3D, Bapak Alex menyisipkan humor yang dapat membuat wisatawan tertawa. Salah satu contohnya pada ucapan Bapak Alex, yakni “Bagaimana Ibu-ibu, bangkunya empuk kan? Ruangannya dingin pake AC yaa, BU. Sekarang silahkan dipakai kacamatanya ya Ibu biar makin keren.”

6) Larangan Pemanduan (Helvira Kurniati, J3B110045)

Kelompok Sedang

Proses pemanduan yang dilakukan pada kelompok sedang memiliki larangan kepada para wisatawan. Larangan pemanduan yaitu wisatawan harus menyentuh wayang dengan sangat hati-hati agar wayang yang dipajang pada Museum Wayang tersebut tidak rusak. Larangan tersebut disampaikan pemandu untuk menyentuh wayang saja dan tidak menggerakkannya. Selain itu, wisatawan hanya diperbolehkan untuk foto di samping wayang tersebut.

Kelompok Besar

Larangan pemanduan pada kelompok besar hampi sama dengan larangan pada kelompok sedang. Beberapa hal yang membedakan ketika wisatawan berada pada ruangan 3D. Wisatawan dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruangan 3D. Larangan ini bertujuan untuk menjaga ruangan agar kebersihannya tetap terjaga. Wisatawan juga dilarang untuk membawa pulang dan mengembalikan kacamata 3D yang dipakai setelah pemutaran film 3D tersebut selesai. Hal-hal tersebut disampaikan pemandu sebelum wisatawan memasuki ruangan 3D tersebut.

7) Cara mengatasi masalah (Helvira Kurniati, J3B110045)

11

Page 13: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

Kelompok Sedang

Cara mengatasi masalah dalam teknik pemanduan kelompok sedang yang dilakukan dengan cara menggunaan alat bantu peraga dalam proses penjelasan di akhir pemanduan. Pemandu akan mengajak wisatawan menyaksikan gerakan wayang lengkap dengan ceritanya. Hal ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Kelompok Besar

Pada pemanduan kelompok besar, memiliki beberapa cara mengatasi masalah. Dalam proses pemanduan secara langsung, dibantu juga dengan menggunakan pemanduan secara tidak langsung berupa brosur dan film 3D dengan tujuan mempermudah wisatawan untuk mendapatkan informasi yang kurang jelas dari pemandu. Wisatawan dapat membaca beberapa informasi yang berada pada brosur tersebut. Brosur dibagikan kepada wisatawan sebelum proses pemanduan dimulai. Film 3D sebagai fasilitas tambahan untuk wisatawan kelompok sedang juga dapat membantu pengunjung untuk lebih mudah dapat menyerap informasi tentang pewayangan. Pemanduan yang dilakukan pada kelompok besar mempunyai kendala bagi pemandu, yaitu volume suara. Namun, pemandu pada Museum Wayang ini selalu menggunakan pengeras suara agar seluruh wisatawan dalam kelompok besar dapat mendengar dan mengetahui informasi yang diucapan oleh pemandu.

8) Durasi (Helvira Kurniati, J3B110045)

Kelompok Sedang

Pemanduan yang dilakukan pada kelompok sedang memiliki durasi pemanduan sekitar 40 menit. Durasi tersebut terbagi atas tiga tahap. lima menit pertama untuk ucapan selamat datang dan perkenalan, 30 menit untuk proses pemanduan dan lima menit terakhir untuk penutupan dan ucapan terimakasih. Hal tersebut menjadi standarisasi pada Museum Wayang. Durasi dapat kurang ataupun lebih tergantung pada kegiatan atau aktivitas wisatawan yang berlangsung selama proses pemanduan.

Kelompok Besar

Pemanduan yang dilakukan pada kelompok besar di Museum Wayang ini memiliki durasi selama 50 menit. Lima menit pertama digunakan untuk ucapan selamat datang dan perkenalan dari pemandu. Sepuluh menit kemudian digunakan untuk menonton film 3D. Setelah puas menonton, wisatawan selanjutnya mendapatkan kegiatan interpreasi yang dilakukan oleh pemandu mengelilingi Museum Wayang selama 30 menit. Setelah sampai di dekat pintu keluar, pemandu menggunakan waktunya lima menit untuk melakukan penutupan dan ucapan terimakasih atas kunjungannya kepada wisatawan.

b. Jumlah wisatawan yang dipandu (Helvira Kurniati, J3B110045)

Jumlah wisatawan yang dipandu pada kelompok sedang berjumlah 6-10 orang. Sedangkan jumlah wisatawan yang dipandu dalam kelompok besar berjumlah 50 orang.

KESIMPULAN

12

Page 14: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

Teknik dan etika pemanduan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung jika pemandu wisata turut serta dan di dalamnya akan terjadi berbagai diskusi sehingga pesan yang disampaikan dapat dimengerti dengan baik oleh wisatawan. Pemanduan secara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa visual, audio ataupun audio visual. Di Museum Wayang terdapat dua teknik pemanduan, yaitu secara langsung dengan menggunakan pemandu wisata dan secara tidak langsung menggunakan papan interpretasi, leaflet dan film 3D. Teknik pemanduan tersebut sangat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah wisatawan. Wisatawan dalam kelompok sedang dan besar masing-masing memiliki teknik pemanduan yang berbeda. Ketika pemanduan pada kelompok besar dengan jumlah wisatawan 50 orang, menjadikan pemandu harus lebih bersabar dan mengeluarkan tenaga ekstra agar proses pemanduan berjalan lancar jika dibandingkan dengan kelompok sedang yang hanya berjumlah 6-10 orang.

DAFTAR PUSTAKA

Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Kuliah Dasar. Terjemahan oleh

13

Page 15: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

Agus Maulana. Jakarta; Professional Books.http://betetsays/2011/04/pemandu-wisata.html. A Little While Migration. Pemandu

Wisata. Jumat, 8 April 2011 (Diakses: Minggu, 6 Mei 2012. Pukul: 7.46 pm)

http://aditandinididot.com/2010/10/definisi-kelompok-kecil.html. Psikologi Kelompok. Selasa, 12 Oktober 2010. (Diakses: Minggu, 22 April 2012. Pukul: 8.01 pm)

Jalaluddin Rakhmat, 2001. Psikologi Komunikasi. Remadja Karya. Bandung.Liliweri, A. 2003.Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.Sendjaja, S Djuarsa. 1999. Teori Komunikasi. Materi Pokok IKOM4230. Universitas

Terbuka.

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… i

14

Page 16: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

DAFTAR TABEL………………………………………………………………………… iiDAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………… iiiI. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………… 1B. Tujuan Praktik………………………………………………………………………. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………………… 2

III. METODE PRAKTEKA. Waktu dan Lokasi…………………………………………………………………... 5B. Alat dan Bahan……………………………………………………………………… 5C. Langkah Pengerjaan……………………………………………………………….. 5

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Praktik…………………………………………………………………………. 6B. Pembahasan………………………………………………………………………… 6

KESIMPULAN……………………………………………………………………………. 13DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………14

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan...................................................................5

15

i

Page 17: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

Tabel 2. Teknik dan Etika Pemanduan.......................................................................6

16

ii

Page 18: K1 P2 FINISH Teknik Dan Etika Pemanduan Kelompok Besar (Afrodita Indayana

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagian Gereja Tua yang Masih Berdiri.....................................................7Gambar 2. Gedung Museum Wayang........................................................................7Gambar 3. Papan Interpretasi dan Cover Leaflet.......................................................8Gambar 4. Pemanduan secara Langsung Kelompok Besar......................................8Gambar 5. Studio 3D, Museum Wayang....................................................................9Gambar 6. Pemandu dalam Mendampingi Wisatawan............................................10Gambar 7. Penampilan Pemandu Wisata.................................................................11

17iii