makalah pre-klinis lbp

73
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber daya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada upaya penyembuhan penderita secara berangsur- angsur berkembang kearah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dan dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat (Depkes RI, 1992). Fisioterapi sebagai salah satu pelayanan kesehatan dengan modalitas yang dimilikinya ikut mengambil peran serta aktif dan ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat. Disini Fisioterapi sangat berperan dalam bidang kapasitas fisik dan kemampuan fungsional secara optimal yang mencakup aspek – aspek peningkatan (promoti ), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) (WCPT, 1999). Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah suatu gangguan neuro muskuloskeletal berupa nyeri yang terbatas

Upload: tedi-hartoto

Post on 26-Jul-2015

846 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah pre-klinis lbp

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan

sumber daya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna

mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

upaya penyembuhan penderita secara berangsur-angsur berkembang kearah

keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh. Oleh karena itu, pembangunan

kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan dan dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat

(Depkes RI, 1992).

Fisioterapi sebagai salah satu pelayanan kesehatan dengan modalitas yang

dimilikinya ikut mengambil peran serta aktif dan ikut bertanggung jawab terhadap

kesehatan individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat. Disini Fisioterapi sangat

berperan dalam bidang kapasitas fisik dan kemampuan fungsional secara optimal

yang mencakup aspek – aspek peningkatan (promoti ), pencegahan (preventif),

pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) (WCPT, 1999).

Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah suatu gangguan neuro

muskuloskeletal berupa nyeri yang terbatas pada regio thoraco lumbal dan sakral,

tapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu Radiks saja, namun

secara luas berasal dari degenerasi discus intervertebralis lumbalis (Sidharta,

1984).

Di Amerika serikat mechanical low back pain merupakan keluhan pasien

terbanyak disampaikan kepada dokter, kurang lebih 60-80% populasi dewasa

terkena, sehingga Low Back Pain menduduki ranking 4 keluhan pasien terbanyak

dipoliklinik rawat jalan. Ditinjau dari beban biaya yang dikeluarkan, Low back

pain merupakan rangking 3 paling mahal setelah penyakit kanker dan penyakit

jantung. Keluhan Low Back Pain ini paling sering menyebabkan kehilangan hari

kerja (Agus Soedomo, 2002). Nyeri punggung bawah merupakan suatu

permasalahan yang sering dijumpai dan mengenai kira – kira 60 – 80 % populasi

Page 2: Makalah pre-klinis lbp

2

dalam suatu masa selama hidupnya. Dari semua kasus, hanya 20-30% kasus yang

ditemukan kelainan anatomisnya. Sementara itu, sisanya sebanyak 70-80% tidak

diketahui penyebabnya (idiopatik) (Andre Yanuar, 2002). Tetapi nyeri punggung

bawah dapat disebabkan oleh strain otot-otot vertebra, HNP, spondylosis,

spondylolisis, Miogenik, tumor vertebra, infeksi.

Pada karya tulis ilmiah ini penulis hanya membahas nyeri punggung

bawah akibat Miogenik. Miogenik merupakan salah satu bentuk kelainan pada

struktur tulang belakang umumnya terjadi karena trauma dan pergeseran yang

terjadi kearah antero-posterior, meskipun terjadi juga ke lateral kanan atau kiri.

Miogenik paling sering terjadi pada sendi Lumbo-Sacral, karena beban yang

paling banyak pada tulang punggung terletak pada persendian ini (Prasodjo,

2002).

Kondisi ini dapat disertai nyeri atau tanpa nyeri. Insiden timbulnya nyeri

karena Miogenik dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu, (1) Kelompok umur

diatas 40 tahun akan didapati nyeri pada kondisi Miogenik,(2) Kelompok umur

dibawah 26 tahun hanya nyeri disebabkan Miogenik, (3) Kelompok umur diatas

26 tahun kemungkinan besar didapati nyeri punggung bawah yang disebabkan

oleh Miogenik (Cox, 1990).

Nyeri didefinisikan sebagai rasa yang tidak menyenangkan dan merupakan

pengalaman emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual

maupun potensial atau sering didiskripsikan sebagai istilah adanya kerusakan

jaringan.(Borenstein, 1989, Kuntono, 2000).

Nyeri jarang menimbulkan kematian, tetapi pada penderita yang

mengalami nyeri akan terjadi gangguan aktivitas sehingga nyeri tidak dapat

dianggap remeh. Nyeri dapat berupa nyeri tekan, nyeri gerak, ataupun nyeri yang

menjalar pada daerah tungkai, yang diikuti spasme otot dan berlanjut pada

keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS) serta penurunan kekuatan otot. Dampak

dari kondisi tersebut akan menimbulkan keterbatasan kemampuan fungsional

seperti gangguan saat membungkuk, saat jalan dan saat bangun dari duduk

(Soedomo, 2002). Nyeri yang dirasakan akan bertambah saat melakukan aktivitas

dan rasa kaku pada punggung bawah.

Page 3: Makalah pre-klinis lbp

3

Fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk mengembalikan dan

mengatasi gangguan impairment dan activity limitation sehingga pasien dapat

beraktivitas kembali. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan

modalitas fisioterapi seperti Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS),

Short Wave Diathermy (SWD), Infra Red (IR), Micro Wave Diathermy (MWD),

dan Terapi Latihan serta pemberian edukasi merupakan suatu modalitas fisioterapi

yang dipilih penulis pada kasus nyeri punggung bawah akibat Miogenik yang

dibahas pada proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Terapi latihan untuk mengoreksi impairment, meningkatkan fungsi

muskuloskeletal atau memelihara agar lebih baik. Latihan dapat menambah

kekuatan otot elastisitas, luas gerak sendi dan ketahanan. (Borenstein, 1989)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Sesuai dengan judul makalah yang di angkat oleh penulis '' LOW BACK

PAIN MIOGENIK Di RSUD Cilacap '' . berkaitan dengan judul tersebut maka

masalahnya dapat di identifikasi sebagai berikut :

1. Adanya Nyeri

2. Keterbatasan LGS

3. Spasme

4. Penurunan mobilitas

5. Penurunan aktivitas fungsional

C. PEMBATASAN MASALAH

Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan maka makalah akan di

batasi dengan yang sesuai makalah penurunan aktifitas fungsional dan nyeri

dengan modalitas SWD, TENS, dan Terapi Latihan

D. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang muncul pada nyeri punggung bawah akibat Miogenik dapat

dirumuskan sebagai berikut

1. Apakah SWD, TENS dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri punggung

bawah akibat Miogenik?

Page 4: Makalah pre-klinis lbp

4

2. Apakah SWD, TENS dan Terapi Latihan dapat meningkatkan kemampuan

aktifitas fungsional pada nyeri punggung bawah akibat Miogenik?

E. TUJUAN PENULISAN

Dari berbagai perumusan yang ada di atas, maka dapat diketahui yang

menjadi tujuan penulis yaitu:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penatalaksanaan Fisioterapi terhadap kondisi Low Back

Pain Myogenic dengan menggunakan modalitas berupa SWD, TENS dan Terapi

Latihan

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui pengaruh pemberian modalitas berupa SWD, TENS dan

Terapi Latihan terhadap kemampuan aktifitas fungsional.

b) Mengetahui pengaruh pemberian modalitas berupa SWD, TENS dan

Terapi Latihan terhadap penurunan nyeri

BAB II

A. DISKRIPSI TEORITIS

1. DEFINISI

Low back pain atau nyeri punggung bawah adalah suatu gangguan neuro

musculoskeletal berupa nyeri yang terbatas pada regio thoraco lumbal dan sacral,

tapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radix saja, namun

secara luas berasal dari degenerasi diskus intervertebralis lumbalis (Sidharta,

1984). Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung

Page 5: Makalah pre-klinis lbp

5

bawah yang dapat berupa nyeri local maupun nyeri radikuler atau bahkan oleh

keduanya.

Nyeri punggung bawah miogenik berhubungan dengan stress/strainotot

punggung, tendo, ligament yang biasanya ada bila melakukan aktivitas sehari-hari

berlebihan. Nyeri bersifat tumpul, intensitas bervariasi sering kali menjadi kronik,

dapat terlokalisir atau dapat meluas ke sekitar glutea. Nyeri ini tidak disertai

dengan parestesi, kelemahan atau deficit neurologis. Bila batuk atau bersin tidak

menjalar ke tungkai (Paliyama, 2003).

2. ANATOMI FUNGSIONAL VETEBRA

Vertebra terdiri dari 7 tulang cervical, 12 tulang thoracal, 5 tulang lumbal,

5 tulang sacral dan tulang coccygeus. Tulang cervical, thoracal dan lumbal

membentuk columna vertebralis, sedangkan tulang sacral dan coccygeus satu

sama lain menyatu (Putz dan Pabs, 2002).

a. Struktur tulang vertebrae lumbal

Vertebra lumbal terletak di regio punggung bawah antara region thorax dan

sacrum. Vertebra lumbal ditandai dengan corpus dan arcus yang kuat. Vertebra

lumbal berjumlah lima, ke atas bersendi dengan thoracal ke 12 dan ke bawah

bersendi dengan tulang sacral. Vertebra dibentuk oleh corpus yang berfungsi

sebagai penyangga berat badan. Procecius spinosus merupakan bagian dari

vertebra bagian posterior yang bila diraba terasa seperti tonjolan, terutama

berfungsi sebagai tempat melekatnya otot – otot punggung. Procecius transversus

terletak pada kedua sisi corpus vertebra dan sedikit kearah atas dan bawah dari

procecius transversus, terdapat facies articularis vertebra dengan vertebra yang

lainnya. Bentuk permukaan facet joint akan mencegah atau membatasi gerakan

yang berlawanan arah dengan permukaan facet joint. Pada daerah lumbal, facet

terletak pada bidang sagital memungkinkan gerak fleksi dan ekstensi kearah

anterior dan posterior (Cailliet, 1981).

Page 6: Makalah pre-klinis lbp

6

Page 7: Makalah pre-klinis lbp

7

Gambar 2.1

Tulang punggung (Sobotta, 1995)

Keterangan Gambar 2.1:

1. Vertebra cervical

2. Vertebra thoracal

3. Vertebra lumbal

4. Vertebra sacral

Page 8: Makalah pre-klinis lbp

8

5. Vertebra coccygeus

6. Vertebra prominem

7. Pancecius spinosus

8. Pancecius tranversus

9. Discus invertebralis

Page 9: Makalah pre-klinis lbp

9

Gambar 2.2

Vertebra lumbalis ke IV, tampak dari cranial (Sobotta, 1995)

Keterangan Gambar 2.2:

1. Body

2. Pedicle

3. Processius tranversus

4. Facies Articularis

5. Lamina

6. Processius Spinosus

Page 10: Makalah pre-klinis lbp

10

7. Foramen Vertebrae

8. Facies Articularis Inferior

b. Discus intervertebralis

Discus Intervertebralis merupakan struktur elastik diantara korpus vertebra.

struktur discus bagian dalam disebut nucleus pulposus, sebagian tepi disebut

annulus fibrasus. Discus berfungsi sebagai bantalan sendi antara korpus yang

berdekatan sebagai penahan pada berbagai tekanan dalam menumpu berat badan

(Kapandji, 1974).

Page 11: Makalah pre-klinis lbp

11

Bila terjadi suatu tekanan atau kompresi yang merata bekerja pada

vertebra maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh discus

intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi saja, nucleus pulposus akan

melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi yang berlawanan.

Keadaan ini terjadi pada gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi dan latero fleksi

(Cailliet, 1981).

c. Stabilisasi vertebra lumbalis

Stabilisasi vertebra lumbalis terutama terdiri dari bentuk tulang vertebra dan

ligament sebagai stabilisasi pasif serta otot sebagai stabilisasi aktif. Ligamen yang

memperkuat persendian columna vertebralis regio lumbal antara lain (1)

Ligamen longitudinal anterior dan posterior, (2) Ligamen flavum, (3) Ligamen

interspinosus, (4) Ligamen supraspinosus, dan (5) Ligamen intertransversus

(Yanuar, 2002 ).

Page 12: Makalah pre-klinis lbp

12

Gambar 2.3

Segmen pergerakan Lumbal Skema, potongan medial (Sobotta, 1995).

Keterangan Gambar 2.3 :

1. Ligament longitudinal posterior

2. Anulus fibrosus

3. Nucleus pulposus

4. Ligament longitudinal anterior

5. Ligament flavum

6. Processus articularis superior

Page 13: Makalah pre-klinis lbp

13

7. Ligament supraspinale

8. Processus spinosus

9. Ligament interspinale

10. Processus articularis inferior

11. Foramen intervertebrale

Gerak fleksi dibatasi oleh ligamen flavum, ligamen supraspinosus dan ligamen

longitudinal posterior, sedangkan pada gerak ekstensi vertebra slide ke posterior.

Gerakan ekstensi dibatasi oleh ligamen longitudinal anterior. Pada gerak

lateralfleksi dibatasi oleh ligamen interspinalis, corpus vertebra pada sisi

kontralateralsaling melebar dan pada sisi lateral saling mendekat (Kapandji, 1974)

Page 14: Makalah pre-klinis lbp

14

Sedangkan otot – otot yang berfungsi sebagai stabilitas aktif dan berfungsi

sebagai flexor antara lain (1) m. rectus abdominis, (2) m. obligus internus, (3) m.

obligus eksternus, (4) m. ilio psoas, (5) m. quadratus lumborum. Adapun yang

berfungsi sebagai ekstensor yaitu : (1) m. interspinalis, (2) m. transversus

spinalis, (3) m. sacrospinalis. Sebagai lateral flexor yaitu : m. psoas mayor, (2) m.

quadratus lumborum (Kapandji, 1974).

Page 15: Makalah pre-klinis lbp

15

Gambar 2.4

Otot Lumbal (Sobotta, 1995).

Keterangan Gambar 2.4:

1. Rectus Abdominis

2. External Oblique

3. Internal Oblique

4. Transversus Abdominis

Page 16: Makalah pre-klinis lbp

16

d. Biomekanika vertebra lumbal

Dalam lingkup gerak sendi lumbosacral saat gerak fleksi adalah 85 derajat,

saat gerak ekstensi adalah 30 derajat (Russe dan Gerhard, 1975). Biomekanik

columna vertebralis regio lumbal facet jointnya memiliki arah sagital dan medial

sehingga memungkinkan gerakan fleksi - ekstensi dan latero fleksi, rotasi yang

terjadi dengan aksis vertical melalui prosessus spinosus dengan sudut normal 45

derajat, gerakan ini dibatasi otot rotasi samping berlawanan dan ligamen

interspinosus (Kapandji, 1974). Facet joint di region lumbal memiliki bidang

Page 17: Makalah pre-klinis lbp

17

gerak sagital dan frontal sehinga memungkinkan gerakan fleksi, ekstensi, lateral

fleksi, dan rotasi. Gerakan 40° fleksi hanya terjadi pada lumbal dan 60° fleksi bila

dipengaruhi oleh pelvic complek. Gerak 30° karena dibatasi oleh ligamentum

longitudinal anterior dan procecus spinosus yang saling bertemu.

Page 18: Makalah pre-klinis lbp

18

Gambar 2.5

Otot – otot punggung ( Sobota, 1995 )

Keterangan Gambar 2.5:

1. M. Illiocostalis thoracic

2. M. Latisimus dorsi

3. M. Illiocostalis thoracic

4. M. Erector spine

5. M. Spinalis thoracic

Page 19: Makalah pre-klinis lbp

19

6. M. Longisimus dorsi

7. M. Illiocostalis

8. Obliqus internus abdominis

Dilihat dari struktur anatomi dan aligment vertebra, lumbal mudah terjadi

pergeseran karena lengkungan lordosis lumbal yang berlangsung bersendi dengan

tulang sacrum yang berbentuk kifosis. Sedangkan ditinjau dari jaringan sekitar,

region lumbal kurang stabil karena tidak ada tulang yang memfiksasi, berbeda

dengan region thoracal yang difiksasi oleh tulang costa. Selain itu vertebra

Page 20: Makalah pre-klinis lbp

20

lumbal berfungsi menahan berat badan sehingga cenderung terkena cedera

(Cailiet, 1981).

3. PATOLOGI

Pada kondisi nyeri punggung bawah pada umumnya otot ekstensor lumbal

lebih lemah disbanding otot fleksor, sehingga tidak kuat mengangkat beban. Otot

sendiri sebenarnya tidak jelas sebagai sumber nyeri, tetapi muscle spindles jelas di

inverse system syaraf simpatis. Dengan hiperaktitas kronik, muscle spindles

mengalami spasme sehingga mengalami nyeri tekan. Pelengketan otot tidak

sempurna akan melapaskan pancaran rangsang syaraf berbahaya yang akan

mengakibatkan nyeri sehingga menghambat aktivitas otot (Soedomo, 2002).

4. ETIOLOGI

Menurut harsono (1996), kelainan nyeri punggung bawah miogenik dapat

disebabkan karena :

a. Ketegangan otot

Ketegangan otot dapat timbul disebabkan oleh sikap tegang yang konstan

atau berulang-ulang pada posisi yang sama sehingga akan memendekan otot-

otot yang akhirnya menimbulkan nyeri. Nyeri juga dapat timbul karena

regangan yang berlebihan pada pelekatan otot terhadap tulang.

b. Spasme/kejang otot

Spasme/kejang otot disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana

jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang/kaku/kurang

pemanasan. Spasme otot ini memberikan gejala yang khas, ialah dengan

adanya kontraksi otot disertai rasa nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan

memperberat ras nyeri sekaligus menambah kontraksi. Akan terjadi lingkaran

suatu nyeri, kejang atau spasme dan ketidakmampuan bergerak.

c. Defisiensi otot

Defisiensi otot dapat disebabkan oleh kurangnya latihan sebagai akibat

dari tirah baring yang lama maupun immobilitas.

d. Otot yang hipersensitif

Page 21: Makalah pre-klinis lbp

21

Otot yang hipersensitif akan menciptakan satu daerah kecil yag apabila di-

rangsang akan menimbulkan rasa nyeri ke daerah tertentu. Daerah kecil tadi

disebut sebagai noktah picu(trigger point). Dalam pemeriksaan klinik ter-

hadap penderita nyeri punggung bawah, tidak jarang dijumpaia adanya nok-

tah picu ini. Titik ini bila ditekan akan menimbulakan ras nyeri bercampur

rasa sedikit nyaman.

5. TANDA DAN GEJALA KLINIS

a. Nyeri

Nyeri didefinisikan sebagai rasa yang tidak menyenangkan dan merupakan

pengalaman emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual

maupun potensial atau sering didiskripsikan sebagai istilah adanya kerusakan

jaringan. (Borenstein, 1989 dikutip oleh Kuntono, 2000). Nyeri yang dirasakan

akan bertambah saat melakukan aktivitas dan rasa kaku pada punggang bawah.

b. Spasme otot

Jika pada pemeriksaan ditemukan kelainan yang ringan berupa spasme

ringan pada otot-otot punggung bawah dan otot – otot perut serta gangguan

pergerakan tulang belakang. Spasme otot biasanya mengenai m. erector spine

dan pada m. quadratus lumborum.

b. Keterbatasan gerak

Pergerakan tulang belakang menjadi terbatas saat fleksi, ekstensi dan side

fleksi, karena kencangnya jaringan lunak serta nyeri.

c. Kelemahan otot

Kekuatan otot-otot punggung menjadi menurun tergantung daerah yang

nyeri. dan dikarenakan adanya nyeri yang membatasi terjadinya gerakan yang

akan dilakukan pasien, sehingga terjadi kecenderungan kelemahan otot karena

pasien enggan bergerak. Biasanya otot – otot yang mengalami kelemahan

adalah m. quadratus lumborum.

d. Gangguan fungsional

Terganggunya seseorang dalam melakukan aktivitas sehari–hari.

Pengukuran kemampuan fungsional bertujuan untuk mengetahui seberapa

Page 22: Makalah pre-klinis lbp

22

besar kemungkinan terganggunya pasien dalam melakukan aktivitas sehari-

hari.

6. KOMPLIKASI

Komplikasi yang muncul pada spondylolisthesis kongenital muncul pada

usia dini, sering berlanjut sampai terjadi pergeseran yang berat dan membawa re-

siko komplikasi neurologist yang besar apabila dibiarkan tanpa ada tindakan ter-

api maka akan terjadi penekanan pada saraf-saraf disekitarnya sehingga akan

melemahkan jaringan otot (Apley, 1994). Sedang menurut Priguna Sidharta

(1984), Spondylolisthesis derajat III dan IV bisa timbul kelemahan otot pada ke-

dua tungkai dan dapat pula disertai gangguan spincter ani dan uretra berikut den-

gan hiperestesia karena penekukan pada cauda equina. Selain itu juga dapat ter-

jadi hiperlordosis lumbal dan penurunan LGS lumbosacral.

7. PROGNOSIS

Kelainan nyeri punggung bawah miogenik ini prognosisnya baik, umumnya

sembuh dalam beberapa minggu jika dilakukan tindakan terapi secara dini

(Wirawan, 2004). Strain otot membaik dengan mengendalikan aktivitas fisik.

Tirah baring sedikitnya 2 hari menunjukkan efektifitas dalam mengurangi nyeri

punggung. Ketika nyeri berkurang, pasien dianjurkan untuk melakukan aktifitas

fisik ringan, dan aktifitas mulai ditingkatkan setelah beberapa hari selama nyeri

tidak bertambah (Mirawati, 2006).

8. DIAGNOSA BANDING

Apabila terjadi keluhan nyeri pada punggung kita juga harus melihat penyebab

lain yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan punggung selain Miogenik

antara lain :

a. Spondylosis

satu proses degenerasi pada vertebra lumbosacral dan dapat terjadi pada

corpus vertebra, arcus serta ligament (Prasodjo, 2002). Nyeri biasanya bertambah

bila pasien dalam keadaan berdiri tegak dan terlalu lelah.

b. Spondylolisis

Page 23: Makalah pre-klinis lbp

23

Merupakan fraktur istmus pars inter articularis vertebra tanpa disertai

pergeseran corpus vertebra. Untuk membedakannya dengan spondylolisthesis

dapat dilihat dengan foto rontgen (Prasodjo, 2002).

c. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

Suatu proses degenerasi pada discus dimana serat - serat annulus fibrosus

mongering dan teputus - putus, sehingga tidak mampu menjadi bantalan yang

kenyal terhadap nucleus pulposus. Pasien akan mengeluh nyeri tajam dalam di

punggung dan menjalar sampai ke tungkai. (JB Prasodjo, 2002).

d. Tumor Vertebra

Tumor pada lumbal akan menimbulkan nyeri, biasanya akan bertambah saat

malam hari dan nyeri tidak akan berkurang dengan adanya aktivitas dan

perubahan posisi. Selain itu pasien juga kehilangan berat badannya. (Prasodjo,

2002).

e. Infeksi

Adanya infeksi pada discus oleh virus tubercolose akan menimbulkan nyeri

yang biasanya akan bertambah saat malam hari dan nyeri pada punggung bawah.

Pada pemeriksaan radiologi akan tampak penyempitan dan pemendekan discus

(Prasodjo, 2002).

9. PROBLEMATIK FISIOTERAPI

Problematik yang dihadapi pada kasus LBP karena spondylolisthesis meliputi

sebagai berikut :

a. Impairment

Adanya rasa nyeri pada pinggang karena adanya pergeseran corpus vertebra

kearah depan dan adanya proses degenerasi. Dengan adanya nyeri tersebut maka

mengakibatkan spasme otot-otot paravertebra, maka akan timbul keterbatasan

gerak trunk kearah fleksi dan ekstensi. Sehingga mekanisme perlindungan nyeri

dengan tidak bergerak akan dilakukan oleh pasien, karena kurangnya aktivitas

maka potensial terjadi penurunan lingkup gerak sendi (LGS) lumbosacral dan

potensial terjadi penurunan kekuatan otot.

b. Fungsional limitation

Page 24: Makalah pre-klinis lbp

24

Adanya gangguan atau kesulitan dalam beraktivitas seperti aktivitas

membungkuk, jongkok, bangun, duduk lama, dan terutama BAB dan BAK.

c. Disability

Karena adanya nyeri dan spasme otot dapat menimbulkan berkurangnya

aktivitas keseharian terutama aktivitas yang melibatkan interaksi sosial.

B. PROSES FISIOTERAPI

Assessment adalah suatu mata rantai yang sangat penting dalam manajemen

penatalaksanaan fisioterapi agar dapat menangani pasien Low Back Pain

Miogenik dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal. Sebelum

memberikan pelayanan kepada pasien, seorang terapis seharusnya selalu memulai

dengan melakukan “assessment” yang terdiri dari pengumpulan data, pemeriksaan

dasar, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan lain yang diperlukan untuk

menukung dalam pelaksanaan dan pemecahan masalah untuk. Fisioterapi harus

dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat pada pasiennya, apakah

ada masalah impairment dan functional limitation dengan lingkungan sebagai

obyek fisioterapi. Masalah ini akan menjadi dasar yang sangat penting untuk

menentukan program fisioterapi, karena program ini ditujukan untuk

menghilangkan masalah yang timbul. Dengan melakukan assessment secara

berkala, fisioterapi akan dapat mengetahui kemajuan atau kemunduran pasiennya

dan dapat mengetahui metode yang dipilih apakah sudah sesuai dengan keadaan

dan kebutuhan pasien.

Pada bab ini akan dibahas bagaimana proses pemecahan masalah yang

dihadapi oleh pasien Low Back Pain Miogenik.

PENGKAJIAN DATA

a) Anamnesis

Anamnesis adalah cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara

terapis dengan sumber data. Anamnesis yang digunakan pada kondisi ini

menggunakan metode autoanamnesis yaitu: Mengadakan tanya jawab secara

langsung kepada penderita tentang keluhan atau gangguan yang timbul

sehubungan dengan penyakitnya, autoanamnesis dilakukan pada tanggal Juli

2010.Anamnesis terdiri dari dua macam, yaitu:

b ) Anamnesis umum

Page 25: Makalah pre-klinis lbp

25

yang berisi tentang identitas penderita seperti nama, umur, jenis

kelamin,agama, alamat dan pekerjaan. Dalam hal ini didapatkan data pasien

bernama T n . H e r m a w a n , Umur : 66 Tahun, Jenis kelamin : P e r e m p u a n ,

Agama : Islam, Pekerjaan : Buruh tani, Alamat : Jl.Krawang sari

Rt05/12,CILACAP

c) Anamnesis khusus

Anamnesis khusus yang berisi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

riwayat penyakit yang diderita oleh pasien sekarang, antara lain:

1. Keluhan utama

Merasakan sakit pinggang kanan saat jongkok dan berjalan memperberat

aktivitas pembebanan pada pinggang saat berdiri teralu lama dan berjalan jauh,

memperingan saat aktivitas tanpa pembebanan saat istirahat, sifat keluhan tidak

menjalar, tidak terus menerus.

2. Riwayat penyakit sekarang

Sejak satu setengah tahun yang lalu pasien mengalami pegal-pegal di

pinggang kanan dan diperiksakan ke dokter syaraf dan diberi obat ras sakit serta

diberi suntikan beberapa kali tidak ada perubahan dan kemudian dibawa ke dokter

syaraf kemudian diberi rujukan ke RSUD .

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu adalah penyakit yang pernah dialami pasien yang

berhubungan dengan munculnya keluhan sekarang. Disini pasien mempunyai

darah rendah

4. Riwayat Pribadi

Riwayat pribadi digunakan untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari

yang kemudian berkaitan dengan penyakit yang dideritanya. Pasien adalah

seorang pensiunan kopral yang setiap harinya mengurus cucunya

5. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga merupakan penelusuran adanya penyakit yang bersifat

menurun atau menular dari orang tua atau keluarga. Pada pasien ini penyakit

yang diderita bukan penyakit menular ataupun penyakit herediter dan hanya

pasien yang menderita penyakit seperti ini.

6. Anamnesis sistem

Page 26: Makalah pre-klinis lbp

26

a. Kepala dan leher

Pasien tidak mengeluh adanya pusing kepala, Pasien tidak mengeluh adanya

kaku leher.

b. Sistem kardiovaskuler

Berdebar-debar tidak dirasakan oleh pasien, Tidak ada keluhan

c. Sistem respirasi

Sesak nafas tidak dirasakan oleh pasien

d. Sistem gastrointestinal

Buang air besar pasien terkontrol karena bisa merasakan dan tidak ada

gangguan pencernaan

e. Sistem urogenitalis

Buang air kecil pasien terkontol karena pasien bias merasakan

f. Sistem musculoskeletal

Pasien merasakan sakit pinggang saat jongkok dan berjalan.

g. Sistem nervorum

Pasien Tidak merasakan kesemutan pada pinggang

7. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Dalam pemeriksaan fisik membutuhkan beberapa memeriksaan seperti: Tekanan

Darah,Denyut nandi ,Pernafasan ,Temperatur , Tinggi Badan , Berat Badan.

b. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat atau mengamati kondisi

pasien secara langsung. Inspeksi statis dalam hal ini didapat bahwa kondisi

umum pasien baik, Inspeksi dinamisnya ekspresi wajah seperti menahan nyeri

dan sakit saat membungkuk dan kembali tegak, tidak ada deformitas pada tulang

belakang, adanya keterbatasan LGS trunk.

c. Palpasi

Palpasi adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba,

menekan dan memegang organ atau bagian tubuh pasien yang mengalami

gangguan. Dalam pemeriksaan ini didapat adanya nyeri tekan pada daerah

lumbal, suhu lokal pada daerah pinggang normal, adanya spasme otot pada

paravertebra

Page 27: Makalah pre-klinis lbp

27

d. Perkusi

Perkusi adalah cara pemeriksaan dengan cara mengetuk bagian tubuh pasien.

Pada pemeriksaan ini tidak dilakukan.

e. Auskultasi

Auskultasi adalah cara pemeriksaan dengan menggunakan indera

pendengar dan biasanya menggunakan alat bantu seperti stetoskop. Pada

pemeriksaan ini tidak dilakukan.

8. Pemeriksaan gerak dasar

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan gerak pasif, gerak aktif dan gerak aktif

melawan tahanan :

a. Gerak Aktif

Pemeriksaan gerak aktif adalah suatu cara pemeriksaan yang dilakukan oleh

terapis pada pasien dengan pasien mengerakan secara aktif. Dari pemeriksaan ini

gerak aktif pada trunk ke segala arah gerakan tidak full ROM, Ada keluhan nyeri.

b. Gerak paif

Pasien diminta untuk menggerakan anggota gerak yang diperiksa secara pasif

oleh terapis, hasil pemeriksaan gerak pasif untuk trunk ke segala arah full ROM

dengan menahan nyeri ke arah fleksi dan ekstensi.

c. Gerakan isometrik melawan tahanan

Pemeriksaan gerak yang di lakukan oleh pasien secara aktif sementara terapis

memberikan tahanan yang berlawanan arah dari gerakan tahanan yang berlawanan

arah dari gerak yang di lakukan oleh pasien .hasil pemeriksaan untuk trunk ke

segala arah ada keluhan nyeri.

9. Kognitif, intrapersonal dan interpersonal

a) Kognitif

Kognitif adalah cara pemeriksaan pengetahuan pasien yang mengkaitkan

perilaku manusia dengan susunan saraf otak Dari pemeriksaan ini didapat bahwa

atensi dan memori pasien baik, pasien dapat menceritakan kejadiannya dengan

baik.

b) Intrapersonal

Pasien mempunyai keinginan dan motivasi yang besar untuk sembuh.

c) Interpersonal

Page 28: Makalah pre-klinis lbp

28

Pasien dapat diajak kerja sama dan berkomunikasi dengan baik dengan terapis

dalam melakukan tindakan terapis.

10. Kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas

a. Fungsional dasar

1. Bila pasien bangun tidur pinggangnya kanan merasakan nyeri

2. Pasien belum kuat mengangkat barang dari jongkok ke berdiri

3. Pasien belum mampu duduk lesehan lama

b. aktivitas Fungsional

1. Adanya gangguan dari posisi tidur ke berdiri

2. Adanya gangguan saat aktifitas sholat

3. Adanya gangguan fungsional dari jongkok ke berdiri

c. Lingkungan aktivitas

Ruang di Poli Fisioterapi di RSUD Cilacap sangat mendukung pasien

melakukan program terapi, ventilasi dan penerangan cukup, lantai tidak licin

dan datar, tetapi jarak toilet dari tempat perawatan cukup jauh.

11. Pemeriksaan Spesifik

Pemeriksaan spesifik dilakukan untuk mengetahui informasi yang belum

jelas, sehingga fisioterapi mempunyai dasar untuk memperkuat diagnosa

fisioterapi. Pemeriksaan spesifik pada kasus Low Back Pain Miogenik antara lain:

a. Nyeri dengan Verbal Descriptive Scale (VDS)

Pada pemeriksaan ini didapatkan informasi tentang nyeri yang dirasakan oleh

pasien. Pemeriksaan VDS ini bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosa

fisioterapi, menentukan jenis terapi yang akan diberikan dan sebagai bahan

evaluasi. VDS merupakan cara pengukuran derajat nyeri dengan tujuh skala

penilaian yaitu 1: tidak nyeri, 2: nyeri sangat ringan, 3: nyeri ringan, 4: nyeri

tidak begitu berat, 5: nyeri cukup berat, 6: nyeri berat, 7: nyeri tidak tertahankan.

Diperoleh pada kasus ini dalam keadaan diam (nyeri diam) nyeri ringan, pada saat

ditekan (nyeri tekan) nyeri tidak begitu berat, pada saat gerak (nyeri ngerak)

nyeri tidak begitu berat.

b. Kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT)

Pada pemeriksaan MMT ini penting dilakukan pada kasus ini karena untuk

membantu menegakkan diagnosa fisioterapi, menentukan jenis terapi atau alat

Page 29: Makalah pre-klinis lbp

29

bantu yang akan diberikan, menentukan prognosis pasien, serta sebagai bahan

untuk evaluasi. Untuk mengetahui MMT pada gerakan flexi, extensi pada trunk

diantaranya sebagai berikut :

1. Gerakan aktif trunk

Pada posisi berdiri, Pasien diminta mengerakan secara aktif dengan

membungkukkan badan ke depan untuk gerakan fleksi dan gerakan ekstensi

pasiendengan membungkukkan badan ke belakang.

2. Gerakan lateral fleksi

Pada posisi berdiri pasien diminta menekuk badan ke samping kanan dan

kiri.

3. Gerakan rotasi

Pada posisi berdiri pasien diminta merotasikan/memutar badan kekanan

dan kiri, Dari pemeriksaan gerak aktif dapat diperoleh informasi antara lain :

ada tidaknya rasa nyeri pada lumbal, keterbatasan lingkup gerak sendi,

gerakan dilakukan dengan cepat tanpa kesulitan ataukah dengan bantuan dan

lambat.

4. Gerakan pasif trunk

Pasien pada posisi duduk, rileks terapis mengerakan badan pasien ke

arah fleksi, ekstensi, lateral fleksi dan rotasi. Dari pemeriksaan ini informasi

yang dapat kita peroleh yaitu ada tidaknya keterbatasan linkup gerak sendi, end

feel, dan provokasi nyeri. Nyeri yang timbul biasanya merupakan

kelainan/gangguan pada kapsul maupun sendi, tetapi tidak menutup

kemungkinan nyeri berasal dari otot/tendon yang mengalami

kontraktur/memendek karena terulur

12. Menentukan Diagnosa

Setelah dilakukan beberapa tahap pemeriksaan di atas, maka dapat diperoleh

beberapa permasalahan yang menyangkut impairment dan fungsional limitation

pada pasien Low Back Pain Miogenik. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan

pada kondisi ini didapatkan impairment dari penderita: (1) Adanya nyeri gerak

dan tekan pada pinggang bawah, (2) Adanya spasme otot paravertebra, (3)

Adanya keterbatasan LGS ban kelemahan otot pinggang bawah. Sedangkan untuk

permasalahan fungsional limitation yaitu Adanya gangguan dari posisi tidur ke

Page 30: Makalah pre-klinis lbp

30

berdiri, Adanya gangguan saat aktifitas sholat, Adanya gangguan fungsional dari

berdiri ke jongkok

13. Tujuan fisioterapi

Pada tujuan fisioterapi dibagi menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek

dan tujuan jangka panjang, dimana kedua hal tersebut saling berhubungan dan

berkesinambungan.

a. Tujuan jangka pendek

1. Mengurangi nyeri tekan dan gerak pada daerah pinggang

2. Mengurangi spasme pada otot paravertebra

3. Meningkatkan kelemahan otot pinggang bawah

b. Tujuan jangka panjang

Meningkatkan kemandirian kemampuan fungsional aktivitas penderita

14. Penatalaksanaan Fisioterapi

Berdasarkan permasalahan yang muncul maka dapat ditentukan tindakan

fisioterapi dengan Short Wave Diathermy (SWD), TENS dan terapi latihan william

flexion exercise.

Short Wave Diathermy (SWD)

a. Persiapan alat

Emiter dipasang pada lengan emiter dan dihubungkan ke mesin dengan kabel

emiter, kemudian mesin dihidupkan ± 5 menit untuk pemanasan, lengan terapis

dihadapkan pada emitter dan intensitas dinaikkan sampai terasa hangat lalu knob

intensits dikembalikan ke posisi awal.

b. Persiapan pasien

Sebelum dilakukan pengobatan pasien diberi penjelasan tujuan pengobatan dan

panas yang dirasakan yaitu rasa hangat. Pakaian didaerah pengobatan (pinggang)

harus dilepaskan. Posisi pasien tengkurap dengan kepala disupport bantal juga

dibawah kaki sehingga pasien merasa nyaman. Kemudian dilakukan tes

sensibilitas untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan sensibilitas

atau tidak, dengan menghidupkan alat lalu naikkan intensitas dan menanyakan

apakah intensitas arus yang diberikan sudah mulai terasa hangat pada permukaan

kulit yang mendapatkan diterapi. Setelah itu nol kan kembali inensitas. Pada

pasien ini tidak mengalami gangguan sensibilitas.

Page 31: Makalah pre-klinis lbp

31

c. Pelaksanaan

Posisi pasien tengkurap dengan kepala dan di bawah kaki disupport bantal

sehingga pasien merasa nyaman. Emiter diatur sejajar kulit yaitu diatas lumbal 6

cm dari permukaan kulit, atur tombol pengatur. Waktu 10 menit, naikkan

intensitas sampai pasien merasakan hangat, dosis intensitas tergantung toleransi

pasien, frekuensi terapi setiap hari.

Selama pengobatan terapis menanyakan pada pasien apakah ada rasa tidak

nyaman. Juga mempalpasi daerah lumbal apakah ada tanda kemerahan karena

terlalu panas. Setelah waktu habis, mesin akan otomatis intensitasnya kembai nol

lalu terapis memutar knob ke angka nol (0).Transcutaneus Electrical Nerve

Stimulatuion (TENS)

a. Persiapan alat

Pastikan mesin masih dalam keadaan baik. Siapkan elektroda yang sama besar

dan dalam kondisi yang cukup basah sehingga hantaran listrik yang sampai ke

jaringan dapat penuh. Harus diperhatikan pula pemasangan kabel, metode

pemasangan dan penempatan elektroda sampai pemilihan frekuensi, durasi pulsa,

durasi waktu dan intensitas.

b. Persiapan pasien

Posisikan pasien pada posisi aman dan nyaman, yaitu dengan posisi tidur

tengkurap. Beri penjelasan pada pasien tentang terapi yang akan dilakukan.

Penjelasan bisa berupa nama terapi, mengapa terapi ini dipilih, rasa yang

diharapkan selama terapi dan efek terapi.

c. Pelaksanaan terapi

Pasang elektroda pada otot paravertebra lumbal atau pada daerah yang nyeri.

Kemudian hidupkan mesin dan atur arus dengan gelombang bisymetris, fase durasi

220µs, frekuensi 140 Hz, frekuensi modulasi program 1/30, intensitas 20,5 mA,

dan waktu 15 menit, setelah 5 menit terapi berjalan periksalah pasien untuk

mengetahui apa yang dirasakan.jika pasien tidak lagi merasakan arus, maka

intensitas harus dinaikkan. Pertimbangkanlah untuk menggunakan bentuk

modulasi atau ubah durasi dan frekuensi pulsa tetap pada parameter yang telah

ditentukan. Setelah terapi selesai mesin dimatikan dan lepas elektroda dari pasien,

serta dapat dilanjutkan program terapi yang lainnya.

Page 32: Makalah pre-klinis lbp

32

15. Evaluasi dan tindak lanjut

Evaluasi

Evaluasi dapat dilakukan sebelum, selama maupun sesudah tindakan

terapi. Evaluasi sebelum dilakukan sebelum pemberian terapi oleh fisioterapi

sedangkan evaluasi selama dilakukan selama pemberian terapi dan evaluasi

sesudah dilakukan setelah pemberian terapi yang terakhir. Dalam kasus ini,

evaluasi yang digunakan hanya evaluasi selama (evaluasi sesaat) dan evaluasi

sesudah (evaluasi akhir).

Evaluasi sesaat

Dilakukan selama dilaksanakan tindakan terapi. Evaluasi ini dilakukan

pada hari pertama sampai hari keenam. Evaluasi sesaat hanya meliputi hal-hal

yang mungkin terjadi setelah setiap kali dilaksanakan terapi, antara lain: a) nyeri

dengan VDS, b) kekuatan otot dengan MMT, c) lingkup gerak sendi dengan

midline

Evaluasi Akhir

Dilakukan pada hari terakhir pemberian terapioleh fisioterapis. Evaluasi

akhir diantaranya: a) nyeri dengan VDS, b) lingkup gerak sendi dengan midline,

c) kekuatan otot dengan MMT.

Seorang pasien dengan kondisi Low Back Pian Miogenik yang berusia

tahun setelah diberikan terapi sebanyak 6 kali, didapat hasil nyeri berkurang

pada saat diam tidak ada nyeri (1), saat gerak nyeri ringan (3), saat ditekan nyeri

ringan (2). Peningkatan lingkup gerak sendi pada fleksi trunk 4 cm, ekstensi

trunk 4 cm,slide lateral fleksi kanan 4 cm, slide lateral fleksi kiri 4 cm.

Kemampuan fungsional sehari-hari mandiri.

Tindak lanjut

Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan dan dilakukan terapi, kita dapat

melakukan evaluasi sesaat untuk menentukan program terapis selanjutnya yang

akan diberikan. Dengan evaluasi ini kita bisa mengetahui bagaimana hasil terapi

yang telah dicapai.

Page 33: Makalah pre-klinis lbp

33

Edukasi:

Dianjurkan melakukan latihan seperti yang telah diberikan dan diajarkan oleh

terapis (William Flexion Exercise), untuk dilakukan setiap hari ( sehari 2 kali

sesi ) jangan hanya pada saat sakit saja.

a. Melakukan kompres panas / hangat

pada otot- otot punggung bawah dengan cara merendam handuk pada air

hangat, kemudian dibalutkan pada otot punggung bawah, diganti setiap 5

menit dengan waktu 20 – 30 menit.

b. Diajarkan dan dianjurkan untuk mengangkut beban secara benar (lifting

technique), antara lain : (1) beban harus sedekat mungkin dengan tubuh,

(2) punggung dalam keadaan lurus, (3) hindari torsi / gerakan berputar

pada vertebra, (4) percepatan mengangkat konstan.

c. Pemakaian korset saat beraktivitas untuk mengurangi mobilitas vertebra

yang berlebihan.

d. Dianjurkan saat duduk dalam waktu lama sebaiknya : (1) alas jangan

terlalu lunak, (2) punggung kursi dianjurkan mempunyai kontur S (seperti

kontur tulang belakang), (3) usahakan punggung sebanyak mungkin kontak

dengan punggung kursi, (4) letakkan salah satu kaki lebih tinggi dari yang

satunya, (5) kursi jangan terlalu tinggi sehingga lutut lebih rendah dari paha,

(6) selingi berdiri tiap 30 menit sekali, lakukan streching badan (berdiri,

angkat ke atas dengan jari tangan kanan kiri saling ditautkan lalu putar

badan ke kana – ke kiri, tekuk badan ke kanan – ke kiri dan ke belakang,

serta dorong tangan ke depan dan ke belakang)

Page 34: Makalah pre-klinis lbp

34

C.KERANGKA BERFIKIR

1. SWD2. TENS3. Terapi Latihan

1. Adanya Nyeri

2. Keterbatasan LGS

3. Spasme

4. Penurunan mobilitas

5. Penurunan aktivitas fungsional

LBP MYOGENIC

1. Nyeri berkurang

2. Adanya peningkatan aktifitas

fungsional

1. Penurunan aktifitas fungsional

2. Nyeri

LBP

Page 35: Makalah pre-klinis lbp

35

BAB III

ANALISA KASUS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD CILACAP

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI

LAPORAN HASIL PRAKTIK KLINIS FISIOTERAPI

Nomor Urut :

Nama Mahasiswa : Tedi hartoto Tempat Praktek : RSUD Cilacap

N. I. M : 190 111 027 Pembimbing : Edi susilo.st.FFT

Tanggal Pembuatan :

KASUS : FT A / FTB / FT C/ FT D

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama : Hermawan

Umur : 62 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Buruh pabrik

Agama : Islam

Alamat : Jln,Krawang sari Rt 05/12

II. DATA MEDIS RUMAH SAKIT

A. DIAGNOSIS MEDIS : Low Back Pain myogenik

B. CATATAN KLINIS :

Vertbra Lumbal sakral

Page 36: Makalah pre-klinis lbp

36

1. Spondilo artrosis (sepur) di Vetbra Lumbal

2. spondilo listensis great 01antara vetbra lumbal 4-5 terdapat limup

ringan di daerah tersebut

C. TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT) :

D. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER :

III. SEGI FISIOTERAPI

A. PEMERIKSAAN

1. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama : Nyeri pada daerah Pinggang

b. Riwayat Penyakit Sekarang : pada tanggal 3 juli 2012, Px datang

ke RSUD Cilacap .Px mengeluh adanya nyaeri pada tulang

belakang sudah lama sejak 1tahun lalu .Px sudah pernah datang

dan berobat kerumah sakit beberapa kali, Px masih merasakan

nyeri pada pinggang, hal yang memperingan tidak melakukan

aktivitas, duduk berdiam diri ,tidur dan hal yang memperberat

ketika berjalan cepat,mengangkat barang berat , membungkukan

badan,duduk terlalu lama.awal mula timbul rasa nyeri tidak

diketahui asal mulanya

c. Riwayat Penyakit Dahulu : Px sebelumnya pernah menderita

penyakit Liver dan kolestrol tinggi

d. Riwayat Pribadi : Tn Hermawan adalah seorang yang berkerja

sebagai buruh pabrik

e. Riwayat Keluarga : tidak ditemukan adanya keluhan yang sama

pada anggota keluarga pasien

f. Anamnesis Sistem :

1. Kepala & Leher : tidak ditemukan adanya

keluhan yang dirasakan pasien

2. Sistem Kardiovaskuler : tidak adanya keluhan

yang dirasakan

3. Sistem Respirasi : tidak adanya keluhan

yang dirasakan

Page 37: Makalah pre-klinis lbp

37

4. Sistem Gastrointestinal : tidak adanya keluhan

yang di rasakan

5. Sistem Urogenitalis : tidak adanya keluhan

yang di rasakan

6. Sistem Muskuloskeletal : adanya spasme pada

otot pinggang latisimus dorsi

7. Sistem Nervorum : tidak ditemukan adanya

rasa kesemutan pada pasien

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda-tanda Vital :

1. Tekanan Darah : 120/70 mmHg

2. Denyut Nadi : 84 kali

3. Frek. Pernafasan :

4. Temperatur : 36 derajat

5. Tinggi Badan : 154 cm

b. Inspeksi :

1.statis : kedaan pasien baik tidak di temukan adanya

odem,kaki kanan/kiri terlihat sama

besar(normal) ,postur tubuh pasien simestris,duduk

di kursi roda

2.dinamis : berdiri dengan gerak perlahan-lahan,ketika

berjalan seringkali badan di bungkukan sambil

menahan nyeri

c. Palpasi :

adanya nyeri tekan pada daerah lumbal,suhu lokal

daerah lumbal normal, adanya spasme otot pada par-

avertebra

d. Perkusi : tidak dilakukan pengetukan daerah lumbal

e. Auskultasi : tidak dilakukan

f. Gerak Dasar :

Page 38: Makalah pre-klinis lbp

38

1. Gerak Aktif : dilakukan gerakan

aktif pada trunk kesegala arah: flexi lumbal ,exstensi lumbal,

rotasi dextra, rotasi sinestra ditemukan adanya gerakan tidak

full ROM

2. Gerak Pasif : dilakukan gerakan

pasif trunk ke segala arah : flexi lumbal,exstnsi lumbal, rotasi

dextra, rotasi sinestra full ROM

3. Gerak Aktif Melawan Tahanan :

dilakukan gerakan melawan

tahanan trunk kesegala arah di temukan adanya nyeri yang di

rasakan

g. Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal :

Kognitif : pasien mampu menjawab pertanyaan terapis

dengan baik,memori pasien baik,pasien dapat

menceritakan kejadian dengan baik

intrapersonal : pasien mempunyai keinginan dan motivasi

untuk sembuh

interapersonal : Pasien dapat diajak kerja sama dan berkomu-

nikasi dengan baik dengan terapis dalam

melakukan tindakan terapis.

h. Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktifitas :

1. Fungsional Dasar :

a. pasien saat bangun tidur punggungnya merasakan

sakit

b. pasien belum kuat untuk mengangkat barang berat

dari jongkok ke berdiri

c. pasien belum mampu untuk duduk lesehan

2. Fungsional Aktifitas :

a. Adanya gangguan posisi tidur ke berdiri

b. Adanya gangguan saat aktivitas sholat

c. Adanya gagnguan fungsional dari jongkok ke berdiri

Page 39: Makalah pre-klinis lbp

39

3. Lingkungan Aktifitas :

Pasien tidak bisa pergi ke tempat kerjanya dengan mandiri

3. PEMERIKSAAN SPESIFIK UNTUK FT A/ FT B/ FT C/ FT D/ FT E

a. Pemeriksaan menggunakan VDS dinilai:

1. diam : 3 (nyeri ringan)

2. tekan : 4 (nyeri tidak begitu berat)

3. gerak : 4 (nyeri tidak begitu berat)

b. pemeriksaan menggunakan MMT

-pasien diminta menggerakan aktif trunk

flexi trunk : 4

exstensi trunk : 3

latero dexstra trunk : 3

latero sinestra trunk : 3

keterangan :

nilai 0 : tidak ada kontraksi dan gerakan anggota gerak

nila 1 : ada kontrasi otot,tidak ada gerakan sendi

nilai 2 : ada kontraksi,gerak sendi tidak full ROM

nilai 3 : ada kontraksi ,gerak full ROM tidak mampu melawan

tahanan

nilai 4 : ada kontraksi otot, gerak full ROM mampu melawan

tahanan minimal

nilai 5 : ada kontraksi otot, gerak full ROM mampu melawan

tahanan maxsimal

B. INTERPRETASI DATA DAN DIAGNOSIS FISIOTERAPI

1. Impairment :

a. adanya rasa nyeri pada pinggang

b. adanya spasme pada para vetbral

c. adanya penurunan kekuatan otot

2. Functional Limitation :

Page 40: Makalah pre-klinis lbp

40

a. adanya gangguan pada posisi tidur

ke berdiri

b. adanya gagngguan pada saat

gerakan sholat

3. Disability : tidak bisa lagi datang ke tempat

kerja

C. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI

1. TUJUAN :

a. Tujuan Jangka Pendek :

1. mengurangi nyeri tekan dan gerak pada

daerah pinggang

2. mengurangi spasme pada otot paravetbra

3. meningkatkan MMT

b. Tujuan Jangka Panjang :

1. meningkatkan kemandirian fungsional pada

pasien

2. menjaga dan memelihara kekuatan otot

paravetbra

2. TINDAKAN FISIOTERAPI :

a. Tehnologi Fisioterapi

1. Tehnologi Terpilih :

a. IR (Infra Red )

b. SWD (soft Wave

Diathermy )

c. MWD ( Micro Wave

Diathermy )

d. US (Ultra Sound )

e. ES (Electrick

Stimulasi)

f. TENS (Transcuta-

neus Electrical Nerve Stimulatuion)

g. Terapi Latian

Page 41: Makalah pre-klinis lbp

41

2. Tehnologi Alternatif :

a. SWD(Soft Wave Diathermy)

b. TENS ( Transcutaneus

Electrical Nerve Stimulatuion)

c. Traksi

d. Terapi Latian

3. Tehnologi yang Dilaksanakan :

a. SWD ( Soft Wave Diathermy )

b. TENS ( Transcutaneus Electrical Stimulatuion )

c. Terapi Latihan

b. Edukasi :

1. pasien di anjurkan tidur pada tempat tidur

yang datar dan keras

2. pasien diminta tidak melakukan aktivitas

yang membebani tulang belakang

3. pasien di anjurkan melakukan terapi latian di

rumah untuk menjaga kekuatan otot

paravetbra

3. RENCANA EVALUASI :

a. mengetahui adanya

penurunn rasa nyeri menggunakan VDS

b. mengetahui adanya

penurunan kekuatan otot menggunakan MMT

D. PELAKSANAAN FISIOTERAPI

Dilakukan pada hari pertama pada tanggal 3 juli 2012.

Short Wave Diathermy(SWD)

a. Posisi pasien supine lying ,pasien tiduran di atas bad

di ruang poli fisioterapi

b. Persiapan alat,Emiter dipasangkan pada daerah yang

merasakan nyeri,kabel emiter tidak boleh menyilang tombol on/off di

nyalakan,cek arus menggunakan neon kecil,intensitas di atur sesuai

Page 42: Makalah pre-klinis lbp

42

toleransi pasien ,waktu 15 menit, terapis harus selalu cek keadaan pasien

terlalu panas atau tidak

c. Tujuan meringankan rasa nyeri

pasien,merileksasikan otot pada paravetbra

Transcutaneus Electrical Stimulatuion( TENS)

a. posisi pasien supien

lying pasien tiduran pada bad atau tempat tidur di ruang poli fisioterapi

RSUD Cilacap

b. persiapan alat ,pet

elektroda di pasangkan pada daerah yang di rasakan nyeri pada tulang

belakang ,intensitas sesuai toleransi pasien,waktu yang digunakan 15

menit

c. tujuan mengurangi

rasa nyeri pada pasien

Dilakukan pada hari ke dua pada tanggal juli 2012.

Short Wave Diathermy(SWD)

a. Posisi pasien supine lying ,pasien tiduran di atas bad

di ruang poli fisioterapi

b. Persiapan alat,Emiter dipasangkan pada daerah yang

merasakan nyeri,kabel emiter tidak boleh menyilang tombol on/off di

nyalakan,cek arus menggunakan neon kecil,intensitas di atur sesuai

toleransi pasien ,waktu 15 menit, terapis harus selalu cek keadaan pasien

terlalu panas atau tidak

c. Tujuan meringankan rasa nyeri

pasien,merileksasikan otot pada paravetbra

Transcutaneus Electrical Stimulatuion(TENS) :

a. posisi pasien supien lying pasien tiduran pada bad

atau tempat tidur di ruang poli fisioterapi RSUD Cilacap

b. persiapan alat ,pet elektroda di pasangkan pada

daerah yang di rasakan nyeri pada tulang belakang ,intensitas sesuai

toleransi pasien,waktu yang digunakan 15 menit

c. tujuan mengurangi rasa nyeri pada pasien

Page 43: Makalah pre-klinis lbp

43

di lakukan terapi hari ke tiga pada tanggal juli 2012.

Short Wave Diathermy(SWD)

a. Posisi pasien supine lying ,pasien tiduran di atas bad

di ruang poli fisioterapi

b. Persiapan alat,Emiter dipasangkan pada daerah yang

merasakan nyeri,kabel emiter tidak boleh menyilang tombol on/off di

nyalakan,cek arus menggunakan neon kecil,intensitas di atur sesuai

toleransi pasien ,waktu 15 menit, terapis harus selalu cek keadaan pasien

terlalu panas atau tidak

c. Tujuan meringankan rasa nyeri

pasien,merileksasikan otot pada paravetbra

Transcutaneus Electrical Stimulatuion(TENS)

a. posisi pasien supien lying pasien tiduran pada bad

atau tempat tidur di ruang poli fisioterapi RSUD Cilacap

b. persiapan alat ,pet elektroda di pasangkan pada

daerah yang di rasakan nyeri pada tulang belakang ,intensitas sesuai

toleransi pasien,waktu yang digunakan 15 menit

c. tujuan mengurangi rasa nyeri pada pasien

dilakukan terapi pada hari ke empat pada tanggal juli 2012.

Short Wave Diathermy(SWD)

a. Posisi pasien supine lying ,pasien tiduran di atas bad

di ruang poli fisioterapi

b. Persiapan alat,Emiter dipasangkan pada daerah yang

merasakan nyeri,kabel emiter tidak boleh menyilang tombol on/off di

nyalakan,cek arus menggunakan neon kecil,intensitas di atur sesuai

toleransi pasien ,waktu 15 menit, terapis harus selalu cek keadaan pasien

terlalu panas atau tidak

c. Tujuan meringankan rasa nyeri

pasien,merileksasikan otot pada paravetbra

Transcutaneus Electrical Stimulatuion(TENS)

a. posisi pasien supien lying pasien tiduran pada bad

atau tempat tidur di ruang poli fisioterapi RSUD Cilacap

Page 44: Makalah pre-klinis lbp

44

b. persiapan alat ,pet elektroda di pasangkan pada

daerah yang di rasakan nyeri pada tulang belakang ,intensitas sesuai

toleransi pasien,waktu yang digunakan 15 menit

c. tujuan mengurangi rasa nyeri pada pasien

Terapi Latihan

Terapi I

a) Assesment.

b) Pasive Movement = Posisi supin lying,terapis menggerakan

semua regio AGA dan AGB dengan 8 kali reptisi

c) Free aktive movement = Posisi pasien supin lying , pasien diminta

untuk menggerakan semua regio tanpa bantuan terapis

Terapi II

a) Pasive Movement = Posisi supin lying,terapis menggerakan

semua regio AGA dan AGB dengan 8 kali reptisi

b) Free aktive movement = Posisi pasien supin lying , pasien diminta

untuk menggerakan semua regio tanpa bantuan terapis

Terapi III

a) Pasive Movement = Posisi supin lying,terapis menggerakan

semua regio AGA dan AGB dengan 8 kali reptisi

b) Free aktive movement = Posisi pasien supin lying , pasien diminta

untuk menggerakan semua regio tanpa bantuan terapis

Terapi IV

a) Pasive Movement = Posisi supin lying,terapis menggerakan

semua regio AGA dan AGB dengan 8 kali reptisi

b) Free aktive movement = Posisi pasien supin lying , pasien diminta

untuk menggerakan semua regio tanpa bantuan terapis

E. PROGNOSIS :

Quo ad vitam : Baik

Quo ad Sanam : Baik

Qua ad Cosmeticam : Baik

Page 45: Makalah pre-klinis lbp

45

Quo ad Fungsionam : Baik

F. EVALUASI

Pasien mulai datang pada tanggal 3 juli 2012 di RSUD Cilacap dengan

datang sendiri ke ruang poli fisioterapi ,pasien bernama bpk,H. Umur 62

tahun ,jenis kelamin laki-laki pekerjaan buruh sewasta

Pengukuran menggunakan VDS :

Hari pertama hari ke dua

Nyeri tekan : 4 Nyeri tekan : 4

Nyeri diam : 2 Nyeri diam : 2

Nyeri gerak : 3 Nyeri gerak : 4

Hari ke tiga hari ke empat

Nyeri tekan : 3 Nyeri tekan : 3

Nyeri diam : 1 Nyeri diam : 1

Nyeri gerak : 4 Nyeri gerak : 3

Pengukuran menggunakan MMT:

01.Hari pertama 02.Hari ke dua

Fleksi trunk : 3 Fleksi trunk : 4

Exstnsi trunk : 3 Exstnsi trunk : 3

03.Hari ke tiga 04.Hari ke empat

Fleksi trunk : 4 Fleksi trunk : 4

Exstnsi trunk : 4 Exstensi trunk : 4

G. HASIL TERAPI TERAKHIR

Pasien mulai datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap,pasien datang sendiri

tanpa rujukan dari dokter saraf ,pasien bernama Bpk Hermawan ,umur 62

tahun,jenis kelamin laki-laki pekerjan sebagai buruh,pasien datang dengan

keluhan adanya nyeri pada tulang belakang atau yang disebut dengan LBP

myogenik pasien di terapi menggunakan alat terapi SWD,TENS, dan terapi latian

Pasien di terapis sebanyak enam kali di RSUD Cilacap di ruang Poli fisioterapi

Setelah dilakukan pengukuran menggunakan VDS dan MMT pasien mengalami

sedikit keadaan membaik yaitu adanya rasa nyeri yang di rasakan pasien

berkurang

Menggunakan VDS terapi pertama

Page 46: Makalah pre-klinis lbp

46

Nyeri tekan : 4

Nyeri diam : 2

Nyeri gerak : 3

Menggunakan VDS hasil terapi ke enam

Nyeri tekan : 3

Nyeri diam : 1

Nyeri gerak : 3

Menggunakan MMT terapi pertama

Fleksi trunk : 3

Exstnsi trunk : 3

Menggunakan MMT hasil terapi ke enam

Fleksi trunk : 4

Exstnsi trunk : 4

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN HASIL

Page 47: Makalah pre-klinis lbp

47

Nyeri punggung bawah miogenik adalah suatu pengalaman sensorik dan

emosional yang tidak menyenangkan di daerah antara vetebra torakal

12sampai dengan bagian bawah pinggul atau lubang dubur. Yang timbul

akibat adanya potensi kerusakan ataupun adanya kerusakan jaringan antara

lain:dermis pembulu dara, facia,muskulus, tendon, cartilago, tulang ligament,

intra artikuler meniscus, bursa (pa liyama, 2003)

Seorang pasien dengan kondisi Low Back Pian Miogenik yang berusia 29

tahun setelah diberikan terapi sebanyak 6 kali, didapat hasil nyeri berkurang

pada saat diam tidak ada nyeri (1), saat gerak nyeri ringan (3), saat ditekan

nyeri ringan (2).

Dalam pembahasan studi kasus ini menceritakan tentang bagaimana

kondisi Low Back Pain Miogenik pada waktu sebelum diterapi dan sesudah

diterapi sebanyak 6 kali.

Dalam hal ini fisioterapi berperan sebagai tim rehabilitasi dalam

pengembalian kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Adapun

permasalahan-permasalahan fisioterapi yang dihadapi adalah: (1) Adanya

spasme pada otot paravertebra, (2) Adanya nyeri tekan dan gerak pada daerah

punggung bawah, (3) Adanya penurunan kekuatan otot flexor, extensor

punggung, (5) Adanya keterbatasan LGS trunk karena nyeri, Untuk mengatasi

permasalahan di atas modalitas yang digunakan adalah SWD, TENS, Terapi

latihan.

SWD digunakan untuk - untuk mengatasi permasalahan Mengurangi

Spasme,vasodilatasi,TENS untuk mengatasi mengurangi nyeri.

Terapi latihan bertujuan: mengurangi nyeri, melancarkan sirkulasi

darah, mencegah kekakuan sendi, menambah LGS, mengurangi spasme,

menambah kekuatan otot dan untuk menjaga fisiologis otot.

B. HASIL PENANGANAN KASUS

1. Nyeri

Page 48: Makalah pre-klinis lbp

48

Grafik 4.1 Pada kasus Low Back Pain Miogenik

Dari grafik di atas didapat hasil data sebagai berikut: nyeri diam

T1 = nyeri sangat ringan menjadi T4= tidak nyeri, nyeri tekan T1 =

nyeri tidak begitu berat menjadi T4= nyeri ringan, nyeri gerak T1 = nyeri

ringan menjadi T4= nyeri ringan.

Nyeri didefinisikan sebagai suatu rasa yang tidak menyenangkan

dan merupakan pengalaman emosional yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan aktual maupun potensial dan terkadang nyeri

digunakan untuk menyatakan adanya kerusakan jaringan.(Parjoto,2003)

Rasa nyeri dapat berupa nyeri spontan, nyeri gerak, maupun nyeri

tekan. Setelah menjalani terapi latihan sebanyak 4 kali terjadi

pengurangan nyeri karena dengan adanya mobilisasi akan memberikan

efek sedatif (penenangan). Gerakan ringan dan perlahan-lahan

merangsang propioseptor yang merupakan aktifitas dari serabut afferent

(serabut saraf sensoris) untuk menghambat aktivasi reseptor nyeri

(nosiceptor) sehingga mencegah impuls nyeri yang dihantarkan ke tingkat

yang lebih tinggi di susunan saraf pusat. Serabut saraf berdiameter besar

akan diaktifkan sehingga susunan saraf berdiameter kecil terhalang

menyampaikan rangsang nyeri ke pusat saraf dan menutup spinal gate.

Dengan menutupnya spinal gate maka informasi nyeri terputus (Mardiman,

2001).

Menurut Kisner, 1996, SWD memberikan efek peningkatan

pumping action yang menyebabkan dinding kapiler yang terletak pada

otot melebar sehingga sirkulasi darah sekitar menjadi lancar. Sirkulasi darah

Page 49: Makalah pre-klinis lbp

49

yang lancar menyebaban zat ”P” (zat yang menyebabkan nyeri) akan

ikut terbuang, sehingga nyeri akan ikut terbuang atau hilang.

2. Kekuatan Otot

Grafik 4.2 Evaluasi kekuatan otot Fleksor dan ekstensor trunk dengan

MMT Pada kasus Low Back Pain Miogenik

Dari grafik di atas didapat ada peningkatan kekuatan otot Fleksor

dan ekstensor trunk.

Dengan terapi latihan secara aktif, maka akan terjadi peningkatan

kekuatan otot karena gerakan tubuh selalu disertai oleh kontraksi otot.

Sedangkan kontraksi otot tergantung dari motor unitnya. Apabila tahanan

yang diberikan pada otot yang berkontraksi, otot akan beradaptasi dan

memaksa otot bekerja sehingga bergerak untuk melawan gerakan tersebut

dan secara tidak langsung kekuatan otot akan meningkat. Hal ini juga

didukung dengan adanya nyeri yang sudah berkurang, maka kerja otot un-

tuk berkontraksi semakin kuat (Kisner, 1996).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Page 50: Makalah pre-klinis lbp

50

Nyeri punggung bawah miogenik berhubungan dengan stress / strain

otot punggung, tendo, ligament yang biasanya ada bila melakukan aktivitas

sehari-hari berlebihan. Nyeri bersifat tumpul, intensitas bervariasi seringkali

menjadi kronik, dapat terlokalisir atau dapat meluas ke sekitar glutea. Nyeri

ini tidak disertai dengan parestesi, kelemahan atau defisit neorologis. Bila

batuk atau bersin tidak menjalar ke tungkai (Paliyama, 2003).

Pada pasien Tn, X 62 tahun dengan medis LBP Miogenik dengan

dengan permasalahan nyeri pada punggung bawah terutama seblah kiri,

penurunan LGS trunk yang mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan

aktivitas fungsional.

Setelah dilakukan intervensi fisioterapi selama 4 kali dengan

modalitas SWD, TENS dan terapi latihan, dan edukasi hasilnya membaik yaitu

adanya penurunan nyeri pada nyeri diam yaitu ; dari nyeri sangat ringan

(skala 2) menjadi tidak merasa nyeri (skala 1), nyeri gerak ; dari nyeri

ringan (skala 3) menjadi nyeri sangat ringan (skala 2), dan nyeri tekan ; dari

nyeri tidak begitu berat (skala 4) menjadi nyeri sangat ringan (skala 2).

Peningkatan LGS.

Dari hasil tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa SWD, TENS,

terapi latihan metode william flexion exercise merupakan modalitas fisioterapi

yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yaitu

nyeri pada punggung bawah terutama sebelah kiri, penurunan LGS trunk yang

mengakibatkan terjadimya penurunan kemampuan aktivitas fungsional.

Walaupun belum seratus persen permasalahan tersebut dapat diatasai

mengingat keterbatasan waktu terapi hanya 4 kali, sehingga terapis harus

memberikan dorongan semangat kepada apsien untuk tetap malaksanakan

home program dan edukasi yang telah dianjurkan dan diajarkan oleh terapis.

B. SARAN

1) bagi pasien Disarankan untuk melakukan terapi secara rutin, serta melakukan

latihan-latihan yang telah diajarkan fisioterapis secara rutin di rumah.

Page 51: Makalah pre-klinis lbp

51

a) lifting da Eafrying Technik

b) tidur alasnya jangan terlalu lunak

c) Bila lelah muncul keluhan maka di kompres dengan air hangat

2) bagi fisioterapis Hendaknya benar-benar melakukan tugasnya secara

professional, yaitu melakukan pemeriksaan dengan teliti sehingga dapat

menegakkan diagnosa, menentukan problematik, menentukan tujuan terapi

yang tepat, untuk menentukan jenis modalitas fisioterapi yang tepat dan

efektif buat penderita, fisioterapis hendaknya meningkatkan ilmu pengetahuan

serta pemahaman terhadap hal-hal yang berhubungan dengan studi kasus

karena tidak menutup kemungkinan adanya terobosan baru dalam suatu

pengobatan yang membutuhkan pemahaman lebih lanjut.

3) bagi masyarakat umum untuk berhati-hati dalam melakukan aktivitas kerja

yang mempunyai resiko untuk terjadinya trauma atau cidera. Disamping itu,

jika telah terjadi cidera yang dicurigai terjadi patah tulang maka tindakan yang

harus dilakukan adalah segera membawa pasien ke rumah sakit bukan ke

alternatif misalnya sangkal putung karena dapat terjadi resiko cidera dan

komplikasi yang lebih berat.