makalah penyusutan

37
PENYUSUTAN 1. Latar Belakang Penyusutan Pada umumnya perusahaan dalam kegiatan usahanya melakukan pemotongan pajak (tax deductions) yang disebabkan karena adanya pengeluaran kas, baik untuk pembelian barang, membayar tenaga kerja, maupun jasa lainnya yang digunakan dalam kegiatan operasional. Pengakuan biayanya sederhana tergantung apakah perusahaan menggunakan dasar kas atau dasar akrual dalam pembukuannya. Namun ada jasa yang digunakan dalam kegiatan operasional yang harus dibeli terlebih dahulu seperti gedung, mesin, dan tanah. Pengeluaran kas untuk hal tersebut memberikan manfaat lebih dari satu periode. Untuk kepentingan pajak, perlakuan terhadap pengeluaran semacam ini dapat menimbulkan masalah dalam penentuan pajak penghasilan. 2. Pengertian Penyusutan Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi (PSAK17). Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dan

Upload: bayu-abdila

Post on 28-Dec-2015

1.954 views

Category:

Documents


231 download

DESCRIPTION

Matkul : Manajemen Pajak

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PENYUSUTAN

PENYUSUTAN

1. Latar Belakang Penyusutan

Pada umumnya perusahaan dalam kegiatan usahanya melakukan pemotongan

pajak (tax deductions) yang disebabkan karena adanya pengeluaran kas, baik untuk

pembelian barang, membayar tenaga kerja, maupun jasa lainnya yang digunakan dalam

kegiatan operasional. Pengakuan biayanya sederhana tergantung apakah perusahaan

menggunakan dasar kas atau dasar akrual dalam pembukuannya. Namun ada jasa yang

digunakan dalam kegiatan operasional yang harus dibeli terlebih dahulu seperti gedung,

mesin, dan tanah. Pengeluaran kas untuk hal tersebut memberikan manfaat lebih dari satu

periode. Untuk kepentingan pajak, perlakuan terhadap pengeluaran semacam ini dapat

menimbulkan masalah dalam penentuan pajak penghasilan.

2. Pengertian Penyusutan

Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang

masa manfaat yang diestimasi (PSAK17). Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat

yang diberikan dan nilai dari aset tersebut semakin berkurang. Pengurangan nilai aset

dibebankan secara bertahap.

Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu, keadilan

pajak, kebijakan ekonomi, dan administrasi, penjelasannya sebaai berikut :

1. Keadilan pajak (tax equity)

Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari Wajib Pajak, apakah

perusahaan manufaktur atau perusahaan jasa, bagaimana struktur modalnya, padat

modal, atau padat karya. Dengan adanya penyusutan maka kegiatan usaha

Page 2: MAKALAH PENYUSUTAN

manufaktur dn jenis usaha yang padat modal akan lebih diuntungkan dibanding

dengan yang lainnya.

2. Kebijakan ekonomi

Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan modal. Jika

penyusutan besar maka laba setelah pajak juga besar, sehingga arus kas menjadi

tinggi. Menurut ketentuan perpajakan, perhitungan penyusutan dimulai pada tahun

perolehan. Secara ekonomis dapat diatur dengan peraturan tertentu secara selektif,

untuk mendorong atau menghambat suatu peningkatan modal. Penyusutan secara

selektif dapat dibedakan menjadi :

a. Penyusutan untuk barang baru atau barang bekas;

b. Penyusutan berdasarkan jenis industri tertentu;

c. Penyusutan berdasarkan jenis aset;

d. Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil)

3. Administrasi

Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sederhana dan

kompleks. Pemilihan jenis penyusutan, baik yang sederhana ataupun yang kompleks,

bergantung pada beberapa hal, seperti besarnya biaya administrasi, sumber daya

manusia, dan kepatuhan dari wajib pajak.

3. Karakteristik dari Aset yang Dapat Disusutkan

1. Digunakan dalam kegiatan usaha.

Aset yang boleh disusutkan adalah aset yang dipakai dalam usaha atau menjalankan

usaha. Aset ini dapat dibedakan menjadi aset bisnis, aset campuran, dan aset pribadi.

Untuk aset bisnis dapat disusutkan semuanya, sedangkan untuk aset campuran boleh

disusutkan sebagian sesuai dengan yang digunakan dalam kegiatan usaha.

Page 3: MAKALAH PENYUSUTAN

2. Nilainya menurun secara bertahap

Nilai aset yang dapat disusutkan harus menurun secara bertahap, baik karena

semakin buruk fisiknya atau karena faktor kualitas. Kalau nilainya tidak menurun

secara bertahap maka tidak dapat disusutkan tetapi langsung dibiayakan. Adapun aset

yang tidak dapat disusutkan adalah tanah, aset pendanaan, barang dagangan, atau

persediaan.

3. Aset berwujud dan aset tidak berwujud

Aset berwujud maupun aset tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu

periode dapat disusutkan. Untuk aset tidak berwujud penyusutannya disebut dengan

amortisasi.

4. Pihak yang berhak melakukan penyusutan

Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah:

a. Pihak yang menggunakan aset tersebut dalam kegiatan usaha;

b. Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner.

5. Saat dilakukan penyusutan

Secara umum saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan, tetapi adakalanya

pada tahun perolehan.

6. asar untuk melakukan penyusutan

7. Pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut :

a. Harga perolehan (historical cost)

Termasuk di dalamnya adalah harga, ongkos, dan pajak. Pajak yang dapat

dikreditkan, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dapat dikreditkan

dengan pajak keluaran tidak termasuk dalam harga perolehan.

b. Harga penggantian (replacement cost)

Page 4: MAKALAH PENYUSUTAN

Pada prinsipnya harga penggantian tidak diperkenankan, karena untuk

kepentingan pencatatan menggunakan harga perolehan.

c. Revaluasi (revaluation)

Suatu aset yang telah direvaluasi biasanya disusutkan berdasarkan nilai

revaluasinya.

Penyusutan yang Dipercepat

Penyusutan dapat dipercepat untuk meningkatkan arus kas, karena jika penyusutannya

besar, maka pajak yang dibayar lebih kecil dan pengembalian atas investasi menjadi

tinggi.

Metode yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

1. Dipercepat (accelerated), misalnya dengan metode penyusutan saldo menurun/

menurun ganda

2. Memperpendek umur

3. bebas

4. Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan

Menurut Pasal 9 ayat (2) UU PPh bahwa pengeluaran untuk mendapatkan

manfaat, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih

dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui

penyusutan. Hal ini sesuai dengan kelaziman dunia usaha dan selaras dengan prinsip

penandingan antara pengeluaran dan penerimaan (matching cost against revenue). Dalam

ketentuan ini, pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan mempertahankan

penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dapat dikurangkan

Page 5: MAKALAH PENYUSUTAN

sebagai biaya sekaligus pada tahun pengeluarannya. Namun demikian, dalam perhitungan

dan penerapan tarif penyusutan untuk keperluan pajak, perlu diperhatikan dasar hukum

penyusutan fiskal, karena dapat berbeda dengan penyusutan untuk akuntansi (komersial).

Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap

dilakukan secara individual per aset, tidak lagi secara gabungan (berdasarkan golongan)

seperti yang berlaku sebelumnya kecuali untuk alat-alat kecil (small tools) yang sama

atau sejenis masih boleh menggunakan penyusutan secara golongan.

Saat Mulainya Penyusutan

Undang-undang PPh secara khusus dan eksplisit menetapkan saat dimulainya

penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan. Penyusutan fiskal harus dilakukan

sebulan penuh. Pengecualian dari ketentuan ini hanya dapat terjadi karena hal-hal berikut

ini.

1. Harta/aset yang masih dalam proses pengerjaan

2. Harta/aset dalam usaha sewa guna usaha (leasing)

3. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak.

Harta/Aset dalam Pengerjaan

Untuk harta/aset tetap dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada

tahun selesainya pekerjaan tersebut. Jadi walaupun pada umunya penyusutan atas

harta/aset dimulai pada tahun perolehan tetapi untuk harta/aset yang pengerjaannya

memerlukan waktu lebih dari satu tahun, perhitungan penyusutan dimulai saat selesainya

harta/aset yang bersangkutan.

Harta/Aset dalam Usaha Sewa Guna Usaha

Page 6: MAKALAH PENYUSUTAN

Penyusutan terhadap harta dalam usaha sewa guna usaha (leasing) khususnya

sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) dimulai pada bulan harta tersebut

disewagunausahakan.

Persetujuan Dirjen Pajak

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak, apabila tidak

mengikuti prinsip umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru dilakukan pada tahun

harta/aset tersebut menghasilkan.

Pengelompokan Harta Berwujud

Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap berwujud yang

memenuhi syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi dua

golongan sebagai berikut.

1. Harta berwujud kelompok bukan bangunan

2. Harta berwujud kelompok bangunan

Harta berwujud bukan bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya sebagai berikut.

Kelompok Bukan Bangunan Masa Manfaat

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

4 tahun

8 tahun

16 tahun

20 tahun

Harta berwujud bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya sebagai berikut.

Kelompok Bukan Bangunan Masa Manfaat

Page 7: MAKALAH PENYUSUTAN

Bangunan permanen

Bangunan tidak permanen

20 tahun

10 tahun

Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal

Mulai tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan

fiskal untuk aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode saldo menurun ganda atau

metode garis lurus. Metode mana yang akan dipakai bergantung pada Wajib Pajak,

sepanjang dilaksanakan dengan taat asas. Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa

metode yang dipilih harus diterapkan terhadap seluruh kelompok harta. Maksudnya,

Wajib Pajak tidak dapat menggunakan metode saldo menurun terhadap kelompok yang

satu dan menerapkan metode garis lurus terhadap kelompok lainnya. Dalam hal Wajib

Pajak memilih metode saldo menurun, maka pada tahun terakhir masa manfaat nilai sisa

buku harta yang bersangkutan disusutkan seluruhnya. Aset tetap bangunan hanya

menggunakan satu metode yaitu metode garis lurus. Sebagai akibat dari adanya dua

metode penyusutan ini, timbul perbedaan persentase penyusutan fiskal.

Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Bukan Bangunan

Kelompok Bukan

Bangunan

Tarif Penyusutan

Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

25,00%

12,50%

6,25%

5%

50,00%

25,00%

12,50%

10,00%

Page 8: MAKALAH PENYUSUTAN

Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Berupa Bangunan

Kelompok Bangunan Tarif Penyusutan (Metode Garis Lurus)

Bangunan Permanen

Bangunan tidak permanen

5%

10%

5. Penyusutan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan

Aset tetap dan akuntansi penyusutan diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di

dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 Tentang Aset Tetap

dan Aset Lain-Lain, PSAK Nomor 17 Tentang Akuntansi Penyusutan.

Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau

dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan

untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat

lebih dari satu tahun.

Tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya tidak

dianggap sebagai suatu aset yang dapat disusutkan. Namun, tanah yang memiliki masa

manfaat terbatas bagi perusahaan diperlakukan sebagai aset tetap yang dapat disusutkan.

Penyusutan adalah alokasi sistematis suatu nilai aset yang dapat disusutkan

sepanjang masa manfaat yang dapat diestimasi. Penyusutan periode akuntansi dibebankan

ke pendapatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah jumlah perolehan

suatu aset atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan

keuangan dikurangi nilai sisanya.

Page 9: MAKALAH PENYUSUTAN

Pengukuran penyusutan aset tetap berdasarkan pada umur ekonomis maupun

umur teknis. Umur ekonomis bisa lebih pendek dari umur teknis misalnya karena

perubahan teknologi yang cepat.

Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh

pada akhir masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan.

Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu aset mungkin dapat ditukar atau suatu

kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan

transaksi yang wajar (arm’s length transaction).

Jumlah tercatat (carrying amount) adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu

aset setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.

Biaya Perolehan

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai

wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau

konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk

digunakan.

Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri atas harga belinya, termasuk biaya impor

dan PPN masukan tidak boleh direstitusikan (nonrefundable), dan setiap biaya yang dapat

didistribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat

aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan, setiap potongan dagang

dan rabat dikurangkan dari pembelian. Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara

langsung adalah sebagai berikut.

1. Biaya persiapan tempat

Page 10: MAKALAH PENYUSUTAN

2. Biaya pengiriman awal (initial delivery), biaya simpan, dan biaya bongkar muat

(handling cost).

3. Biaya pemasangan (instalation cost)

4. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.

Apabila suatu aset diperoleh secara gabungan maka harga perolehan ditentukan

dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar

masing-masing aset yang bersangkutan.

Aset tetap yang diperoleh dengan pertukaran atau pertukaran sebagian untuk aset

tetap yang tidak serupa atau aset lainnya, biaya perolehannya diukur berdasarkan nilai

wajar aset yang dilepaskan atau yang diperoleh, yang mana yang lebih andal sesuai

ekivalen dengan nilai wajar aset yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah

setiap kas atau setara kas yang ditransfer.

Aset tetap yang diperoleh dengan pertukaran atas suatu aset yang serupa yang

memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki suatu nilai

yang wajar, biaya perolehannya adalah jumlah tercatat dari aset yang dilepaskan. Jadi,

karena proses perolehan penghasilan (earning process) tidak lengkap, maka keuntungan

atau kerugian yang timbul tidak diakui.

Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan atau donasi harus dicatat sebesar harga

taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun ‘modal donasi’.

Pada umumnya, SAK menganut penilaian berdasarkan harga perolehan atau harga

pertukaran, jadi tidak mengizinkan penilaian kembali aset tetap (revaluasi). Penyimpanan

dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini

laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga

Page 11: MAKALAH PENYUSUTAN

perolehan di dalam penyajian aset tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap

gambaran keuangan perusahaan.

Kriteria Aset yang dapat disusutkan

1. Diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi ; dan

2. memiliki suatu masa manfaat yang terbatas ; dan

3. ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang

dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.

Masa manfaat

1. periode suatu aset diharapkan digunakan oelh perusahaan.

2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset oleh perusahaan.

Metode Penyusutan Ativa Tetap

Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan

menurut akuntansi komersial, yaitu :

1. Berdasarkan kriteria waktu

a. Metode Garis Lurus

b. Metode pembebanan Menurun

1. Metode jumlah angka tahun

2. Metode saldo menurun/ saldo menurun ganda

1. Berdasrkan kriteria penggunaan

a) Metode jam jasa

b) Metode jumlah unit produksi

2. Berdasarkan kriteria lainya

a) Metode berdasarkan jenus dan kelompok

b) Metode anuitas

Page 12: MAKALAH PENYUSUTAN

Metode penyusutan menurut ketentuan perundang – undangan perpajakn

sebagaimana telah di atur dalam pasal 11 Undang – Undang Pajak Penghasilan :

1. Metode Garis Lurus ( Straight Line Method), atau saldo menurun (Declining

Balance Method) untuk Aset Tetap Berwujud bukan bangunan;

2. Metode garis lurus untuk Aset Tetap Berwujud diisyaratkan taat asas (konsisten)

Penyusutan kelompok dan gabungan

Dalam ketentuan fiskal disebut sebagai golongan harta. Besarnya penyusutan

dihitung dengan cara mengalikan tarif nilai seluruh aset yang sejenis. Apabila kelompok

aset tidak sejenis maka penyusutan dihitung dengan cara gabungan.

Saat dimulainya penyusutan

Pada umumnya penyusutan dimulai pada tahun pengeluaran. Untuk aset tetap yang masih

dalam proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada tahun selesainya pengerjaan tersebut.

Beda dengan penyusutan fiskal yang harus setahun penuh, penyusutan komersial boleh

dilakukan untuk jangka yang lebih pendek.

Dasar penyusutan

Adalah biaya perolehan awal, baik melalui pembelian maupun pendirian, penambahan,

dan perbaikan. Apabila perusahaan melakukan penilaian kembali (revaluasi) maka dasar

penyusutannya adalah nilai setelah nilai revaluasi.

Page 13: MAKALAH PENYUSUTAN

Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

1. Aset/harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu priode tidak boleh

langsung dibebankan pada tahun pengeluarannya tetapi harus dikapitalisir dan

disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya.

2. Aset/harta yang dapat disusutkan adalah aset tetap, baik bangunan maupun bukan

bangunan.

3. Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali jika tanah tersebut memilik masa

manfaat yang terbatas.

Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal

Page 14: MAKALAH PENYUSUTAN

Masa manfaat :

Masa manfaat aset ditentukan

berdasarkan taksiran umur

ekonomismaupun umur teknis

Ditelaah ulang secara periodik

Nilai residu bisa diperhitungkan

Harga perolehan :

Untuk pembelian menggunakan harga

sesungguhnya

Untuk pertukaran aset tidak sejenis

menggunakan harga wajar

Untuk pertukaran sejenis berdasarkan

nilai buku aset yang dilepas

Aset sumbangan berdasarkan harga

pasar

Metode Penyusutan :

Masa manfaat :

Ditetapkan berdasarkan keputusan

Meteri Keuangan

Nilai residu tidak diperhitungkan

Harga perolehan :

Untuk transaksi yang tidak mempunyai

hubungan istimewa berdasarkan harga

yang sesungguhnya

Untuk transaksi yang mempunyai

hubungan istimewa berdasarkan harga

pasar

Untuk transaksi tukar menukar adalah

berdasarkan harga pasar

Dalam rangka likuidasi, peleburan,

pemekaran, pemecahan, atau

penggabungan adalah harga pasar kecuali

ditentukan oleh Menteri Keuangan

Jika direvaluasi adalah sebesar nilai

setelah direvaluasi.

Metode penyusutan :

Untuk aset tetap banguna adalah garis

Page 15: MAKALAH PENYUSUTAN

Garis lurus

Jumlah angka tahunan

Saldo menurun/ menurun ganda

Metode jam jasa

Unit produksi

Anuitas

Sistem persediaan

Perusahaan dapat memilih salah satu

metode yang dianggap sesuai, namun harus

diterapkan secara konsisten dan harus

ditelaah secara periodik

Sistem Penyusutan :

Penyusutan individual

Penyusutan gabungan/kelompok

Saat Dimulainya Penyusutan :

Saat perolehan

Saat penyelesaian

lurus

Untuk aset tetap bukan bangunan wajib

pajak dapat memilih garis lurus atau

saldo menurun ganda asal diterapkan

secara taat asas.

Sistem penyusutan :

Penyusutan secara individual kecuali

untuk peralatan kecil, boleh secara

gabungan

Saat dimulainya penyusutan :

Saat perolehan

Dengan izin Menteri Keuangan dapat

dilakukan pada tahun penyelesaian atau

tahun mulai menghasilkan.

6. Perencanaan Pajak untuk Penyusutan

Page 16: MAKALAH PENYUSUTAN

Penentuan metode penyusutan secara tepat penting untuk dilakukan dalam

perencanaan pajak, terutama untuk perusahaan-perusahaan padat modal. Berdasarkan

pasal11 UU PPh metode penyusutan yang dapat digunakan untuk melakukan penyusutan

terhadap aset tetap bukan bangunan adalah metode garis lurus atau saldo menurun.

PENILAIAN KEMBALI (REVALUASI) ASET

TETAP

1. Pendahuluan

Dalam kondisi inflasi, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk melakukan

revaluasi, karena nilai buku tidak bisa mencerminkan harga pasar yang berlaku saat ini.

Hal yang perlu diperhatikan adalah pembayaran PPh sebesar 10% atas selisih lebih nilai

wajar atau nilai pasar dikurangi nilai buku fiskal. Asset yang telah direvaluasi tak dapat

dialihkan dalam waktu lima tahun, jika dialihkan maka akan dikenakan PPh Tambahan

15% lagi dari selisih revaluasi yang telah dikenakan pajak, kecuali dialihkan kepada

pemerintah, untuk menggabungkan, peleburan, dan pemekaran usaha.

Penilaian kembali asset tetap bagi perusahaan mempunyai fungsi sebagai berikut.

1. Perhitungan harga pokok akan menghasilkan nilai yang mendekati harga

pokok yang wajar.

Page 17: MAKALAH PENYUSUTAN

2. Meningkatan struktur modal sendiri, artinya perbandingan antara pinjaman

dengan modal sendiri/akuitas atau rasio utang terhadap ekuitas menjadi

membaik.

Pembayaran PPh atas selisih lebih penilaian kembali asset tetap sebesar 10% yang

bersifat final apakah cukup menarik bagi perusahaan untuk melakukan revaluasi

2. Revaluasi Aset Tetap Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan

Revaluasi asset tetap dalam akuntansi pada umumnya tidak diperkenankan kecuali

ditentukan berdasarkan peraturan pemerintah, misalnya peraturan pajak. Dalam PSAK

No. 16 disebutkan bahwa penelitian kembali asset tetap pada umumnya tidak

diperkenankan karena Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menganut penilaian asset

berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Dalam hal ini, laporan keuangan

harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan didalam

penyajian asset tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan

perusahaan. Selisih revaluasi dengan nilai buku asset tetap dibukukan dalam akun modal

dengan nama ‘selisih penilaian kembali asset tetap’.

3. Revaluasi Aset Tetap Berdasarkan Undang-Undang Pajak

Berdasarkan KMK-384/KMK.04/1998 tanggal 14 agustus 1998 dan SE Dirjen

Pajak Nomor 29/PJ.42/1998, menjelaskan hal-hal sebagai berikut.

1. Wajib pajak yang dapat melakukan revaluasi adalah wajib pajak badan

dalam negeri yang terletak atau berada di Indonesia. Wajib pajak badan

Page 18: MAKALAH PENYUSUTAN

dalam negeri adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha

yang meliputi perseroan terbatas, perseroan kamanditer, perseroan lainnya,

Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk

apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuamn perkumpulan,

yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi yang

sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

2. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak

terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Kewajiban

pajak yang dimaksud terdiri dari:

a. Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPnBM)

c. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

d. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangungan (BPHTB)

Asset tetap yang dapat direvaluasi antara lain sebagai berikut.

1. Asset tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan

bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual.

2. Asset tersebut terletak atau berada di wilayah Indonesia.

3. Penilaian kembali dapat dilakukan terhadap seluruh asset tetap (revaluasi

total) atau terhadap sebagian asset tetap (revaluasi parsial) yang dimiliki

perusahaan.

4. Penilaian kembali asset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai

wajar asset tetap pada saat penilaian dilakukan, yang ditetapkan oleh

perusahaan penilai atau penilai yang diakui oleh pemerintah.

Page 19: MAKALAH PENYUSUTAN

5. Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan

penilai atau penilai yang diakui oleh pemerintah ternyata kemudian tidak

mencerminkan keadaan yang sebenarnya, maka Dirjen Pajak akan

menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar yang bersangkutan.

6. Selisih antara nilai pasar atau nilai wajar dengan nilai buku fiskal asset tetap

yang dinilai kembali wajib dikompensasikan terlebih dahulu dengan

kerugian fiskal tahun berjalan dan sisa kerugian fiskal tahun-tahun

sebelumnya yang mudah dapat dikompensasikan.

7. Selisih lebih karena penilaian kembali setelah dilakukan kompensasi

kerugian dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final, sebesar 10%.

8. Bagi wajib pajak yang melakukan pengggabungan usaha, pajak penghasilan

yang terutang sebesar 10% diatas, dapat dibayar dalam jangka waktu paling

lama 5 tahun terhitung sejak tahun dilakukannya penilaian kembali asset

tetap perusahaan.

9. Pajak penghasilan yang harus dilunasi untuk setiap tahun paling sedikit

sebesar 20% dari jumlah pajak yang terutang, kecuali pelunasan untuk

tahun terakhir.

10. Apabila wajib pajak melakukan penilaian kembali asset tetap sebelum akhir

tahun pajak, maka kerugian fiskal pada tahun buku yang bersangkutan,

diperhitungkan sampai dengan dilakukannya revaluasi asset tetap tersebut.

11. Nilai pasar atau nilai wajar meruapakan dasar penyusutan asset mulai tahun

pajak dilakukannya penilaian kembali asset tetap tersebut. Penyusutan

dialakukan sesuai dengan Pasal 11 UU PPh.

Page 20: MAKALAH PENYUSUTAN

12. Asset tetap yang telah dilakukan penilaian kembali dan telah dikenakan PPh

tidak dapat dialihkan pada pihak lain sebelum lewat jangka waktu 5 tahun

setelah dilakukannya penilaian kembali.

13. Apabila wajib pajak mengalihkan asset tetap tersebut sebelum lewat jangka

5 tahun, maka atas selisih penilaian asset tetap tersebut tetap dikenakan PPh

yang terutang sebesar 10% dan tambahan PPh final sebesar 15%.

14. Dikecualikan dari jangka waktu 5 tahun jika asset tetap tersebut dialihkan

kepada pemerintah atau dialihkan dalam rangka penggabungan, peleburan,

atau pemekaran usaha.

Persyaratan Administratif Setelah Revaluasi Aset Tetap

Setelah melakukan revaluasi asset tetap maka wajib pajak memberitahukan hasil

penilaian kembali dengan mengisi formulir yang telah disediakan kepada Dirjen Pajak cq.

Kepala KPP tempat wajib pajak terdaftar dengan melampirkan hal-hal sebagai berikut.

1. Laporan penilaian dari perusahaan penilai/penilai professional yang diakui

oleh pemerintah

2. Neraca penyesuaian yang telah diaudit oleh akuntan publik yang secara jelas

terlihat nilai asset sebelum dan sesudah dilakukannya revaluasi asset tetap.

3. Penghitungan selisih lebih akibat revaluasi asset tetap dan perhitungan

besarnya PPh terutang

4. Surat Setoran Pajak (SSP).

Tarif Perlakuan Khusus

Selisih lebih akibat revaluasi asset tetap setelah dikompensasikan dengan kerugian

fiscal dan/atau sisa kerugian fiscal pada tahun-tahun yang lalu (Pasal 6 a 2 UU PPh)

dikenakan PPh final sebesar 10%.

Page 21: MAKALAH PENYUSUTAN

Khusus bagi WP yang melakukan penggabungan usaha,PPh final dapat

dibayarkan dalam waktu paling lama 5 tahun terhitung sejak tahun fiscal dilakukan

revaluasi asset tetap, sepanjang PPh yang dibayarkan/dilunasi setiap tahunnya tidak boleh

kurang dari 20% jumlah PPh terutang,kecuali pelunasan untuk tahun terakhir.

Jangka Waktu Pengambilan Keputusan oleh Otoritas Pajak

Paling lama 1 bulan setelah tanggal pemberitahuan WP diterima secara lengkap

Dirjen Pajak cq. Ka. KPP wajib menerbitkan SK pengesahan/penolakan atas neraca

penyesuaian yang dilaporkan oleh WP yang melakukan revaluasi asset tetap. Apabila

dalam waktu tersebut Dirjen Pajak cq. Ka. KPP tidak/belum memberikan

pengesahan/penolakan, maka neraca penyesuaian yang disampaikan oleh WP dianggap

disetujui demi kepastian hukum.

Teknis Akuntansi atas Selisih Lebih Akibat Revaluasi Aset Tetap

Selisih lebih akibat revaluasi aset tetap setelah diperhitungkan dengan kompensasi

kerugian dibukukan dalam perkiraan tersendiri yang diberi nama “Selisih Penilaian

Kembali Aset” dan termasuk dalam kelompok perkiraan modal.

Kebijakan Efisiensi

Apabila neraca penyesuaisn dalam rangka revaluasi asset tetap telah dilakukan

pemeriksaan umum oleh KAP, maka neraca penyesuaian tersebut tidak perlu lagi

dilakukan pemeriksaan khusus,sedangkan apabila belum dilakukan pemeriksaan umum

maka neraca enyesuaian tersebut cukup dilakukan pemeriksaan khusu oleh akuntan

public.

Page 22: MAKALAH PENYUSUTAN

4. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Revaluasi

Revaluasi Parsial/menyeluruh

Objek revaluasi adalah asset berwujud dalam bentuk tanah,kelompok banguna

dan bukan bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan/dijual/bukan barang

dagangan.

Revaluasi parsial berarti perusahaan hanya melakukan revaluasi atas sebagian

asset tetap yang ada sesuai pertimbanagan perusahaan. Bagi perusaan tertentu,misalnya

perusahaan perkebunan, revaluasi atas tanah tidak menarik, sebab adanya pembayaran

PPh 10% atas selisih lebih penilaian kembali asset padahal tanah tidak

disusutkan,sehingga tambhan beban penyusutan tahun mendatang hanya dari selisih lebih

revaluasi atas asset tetap selain tanah,padahal asset tanah nilainya paling besar

dibandingkan dengan yang lainnya.

Pembayaran PPh sebesar 10% bersifat final

Aset tetap yang sudah direvaluasi akan disusutkan berdasarkan nilai revaluasi.

Biaya penyusutan akan mengurangi Penghasilan Kena Pajak. Jangka waktu penyusutan

dilakukan sesuai dengan kelompok asset yang bersangkutann,walaupun asset yang

direvaluasi tasdinya sudah digunakan lebih dari separuh umur.

Page 23: MAKALAH PENYUSUTAN

Pembayaran Pajak Selama Lima Tahun

KMK No 422/KMK.04/1998 menegaskan bahwa WP yang melakukan

penggabungan,peleburan/ pemekaran harus melunasi seluruh utang pajak dari tiap

perusahaan terkait.

Apabila perusahaan yang melakukan gabungan usaha tersebut tidak melaksanakan

kewajiban kekurangan PPh final yang terutang,pada tahun berikutnya akan menyulitkan

administrasi dan penagihan pajaknya karena badan yang bergabung tersebut sudah

bubar/dilikuidasi sehingga untuk mengejar penanggung pajaknya tidak mudah.

5. Perencanaan Pajak terhadap Revaluasi Aset Tetap

Kapan suatu perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi aset ? apakah akan dilakukan

revaluasi total atau revaluasi parsial ? untuk yang berkaitan dengan masalah pajak

pertimbangan yang harus diperhatikan adalah kondisi perusahaan yang bersangkutan,

seperti berikut ini:

1. Kondisi perusahaan dalam laba atau rugi?

2. Jika laba berapa labanya? Apakah sudah mencapai lapisan kena pajak dengan tarif

tertinggi?

3. Jika rugi, kapan rugi terjadi? Tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya? Kapan

batas akhir kompensasi kerugian ?

4. Bagaimana dengan revaluasi terhadap beban pajak tahun berjalan dan tahun-tahun

yang akan datang ?

Contoh:

Page 24: MAKALAH PENYUSUTAN

PT Melati pada tahun 2005 membeli aset tetap berupa mesin dengan harga perolehan

Rp400.000.000. Mesin tersebut termasuk dalam aset kelompok 2 dan selam ini

perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus. Pada awal tahun 2008

berdasarkan penilaian dari perusaha jasa penilai yang diakui pemerintah , nilai wajar dari

mesin sebesar Rp 600.000.000. apakah sebaiknya perusahaan melakukan revaluasi ? jika

kondisi perusahaan diasumsikan sebagai berikut:

1. Perusahaan tidak mempunyai rugi fiskal

2. Pada tahun 2003 perusahaan mengalami rugi fiskal sebesar Rp 1.000.000.000 dan

sampai tahun 2007 baru sebesar Rp 500.000.000 yang telah dikompensasi dan

laba tahun berjalan diprediksi Rp 200.000.000.

Jika dilakukan revaluasi

Harga perolehan mesin Rp400.000.000

Akumulasi penyusutan Rp150.000.000

Nilai buku mesin Rp600.000.000

Nilai revaluasi Rp600.000.000

Selisih lebih revaluasi Rp350.000.000 (selisih lebih adalah objek PPh

tariff 10%.

Perusahaan tidak mempunyai rugi fiscal

Karena perusahaan tidak mempunyai rugi fiskal maka harus dipertimbangkan

adalah besarnya laba yang diperoleh tahun berjalan. Apakah laba masih diterapkan pada

tariff terendah (10%), atau sudah mencapai tariff tertinggi (30%). Jika laba perusahaan

masih dikenakan tarif terendah yakni 10% maka sama dengan tariff PPh yang harus

dibayar. Hal ini kurang menguntungkan karena pembebanan selisih harus melalui

penyusutan sesuai dengan umur aset yang bersangkutan. Jika laba mencapai tariff

Page 25: MAKALAH PENYUSUTAN

tertinggi, maka perlu dihitung nilai tunai dari jumlah penyusutan aset yang berasal dari

selisih lebih, baru kemudian dibandingkan dengan PPh final yang harus dibayar.

yang mempunyai rugi fiskal

Jika perusahaan mempunyai rugi fiskal, misalnya Rp 500.000.000 dan laba tahun

berjalan diprediksi hanya Rp 200.000.000 maka aka nada kompensasi kerugian yang

hangus sebesar Rp300.000.000(karena sudah 5 tahun). Dari pada kompensasi tersebut

hangus, perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi pada tahun 2008. Hal ini karena

selisih lebih revaluasi sebsar Rp 350.000.000 dikompensasi terlebih dahulu dengan sisa

rugi fiskal, sehingga tidak dikenakan rugi fiskal. Dengan demikian, rugi fiskal pada

tahun 2008 tinggal sebesar Rp 150.000.000, dan apabila laba tahun berjalan Rp

200.000.000, maka perusahaan hanya tinggal membayar pajak untul laba setelah

dikompensasi sebesar Rp 50.000.000 yang dikenakan tariff terendah. Disamping itu

perusahaan juga akan mendapat tambah beban penyusutan dari revaluasi, yang juga kan

mengurangi laba fiskal.Perusahaan