b. materi modul penyusutan

38
Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat

Upload: ludiniggo

Post on 27-Dec-2015

122 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: b. Materi Modul Penyusutan

Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah

Pusat

Page 2: b. Materi Modul Penyusutan

TUJUAN MODUL PENYUSUTAN

Modul Penyusutan BMN Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat ini dimaksudkan sebagai pedoman atau acuan bagi entitas Pemerintah Pusat dalam melakukan penghitungan,

penyajian dan pengungkapan penyusutan Aset Tetap sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas

Pemerintah Pusat, sehingga penyusutan tersebut dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, optimal, dan terintegrasi.

Page 3: b. Materi Modul Penyusutan

GAMBARAN MODUL PENYUSUTAN1. Tujuan2. Ketentuan Umum3. Asumsi4. Masa Manfaat5. Formula 6. Ketentuan Lain-lain7. Ilustrasi Kasus8. Penyajian dan Pengungkapan

Page 4: b. Materi Modul Penyusutan

Ketentuan Umum (1)1. Penyusutan dilakukan atas aset tetap yang berada dalam

pengelolaan Pengelola Barang dan Pengguna Barang.2. Penyusutan dilakukan oleh satker atas aset tetap berupa gedung

dan bangunan; peralatan dan mesin; jalan, irigasi dan jaringan; serta aset tetap lainnya berupa aset tetap renovasi dan alat musik modern.

3. Aset tetap sebagaimana angka 2 (dua) di atas yang direklasifikasi menjadi Aset Lainnya dalam neraca disusutkan sebagaimana layaknya Aset Tetap.

4. Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus.

5. Penyusutan dilakukan tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.

Page 5: b. Materi Modul Penyusutan

Ketentuan Umum (2)6. Penghitungan dan pencatatan penyusutan Aset Tetap dilakukan

dalam satuan mata uang Rupiah dengan pembulatan hingga satuan Rupiah terkecil.

7. Aset Tetap berupa Aset Tetap Renovasi yang memenuhi persyaratan kapitalisasi Aset Tetap, disusutkan sebagaimana layaknya Aset Tetap.

8. Aset Lainnya berupa Aset Kemitraan Dengan Pihak Ketiga dan Aset Idle, disusutkan sebagaimana layaknya Aset Tetap.

9. Penyusutan Aset Tetap setiap semester disajikan sebagai akumulasi penyusutan di Neraca periode berjalan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual.

10. Penyusutan Aset Tetap diakumulasikan setiap semester dan disajikan dalam akun Akumulasi Penyusutan sebagai pengurang nilai Aset Tetap dan Diinvestasikan dalam Aset Tetap di Neraca.

Page 6: b. Materi Modul Penyusutan

Ketentuan Umum (3)11. Pelaksanaan penyusutan dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

O Penyusutan pertama kaliO Penyusutan pada saat terjadinya transaksi BMNO Penyusutan yang dilakukan secara periodik

Page 7: b. Materi Modul Penyusutan

Penyusutan Pertama Kali

7

Hanya dilakukan satu kali (Penerapannya Semester I Tahun 2013)

Akumulasi Penyusutan = Nilai Buku BMN Masa ManfaatNilai Buku merupakan akumulasi nilai BMN per NUP s.d 31-12-2012Masa Manfaat = Menggunakan Tabel Masa Manfaat I (tabel I)

Page 8: b. Materi Modul Penyusutan

Melekat pada saat dibukukannya transaksi BMN

Jenis Transaksi BMN yang terkait penyusutan :

- Tanggal Perolehan beda periode (semester) dengan tanggal Buku (Ex : saldo awal, reklasifikasi masuk, transfer masuk dll)

- Transaksi koreksi yang menyebabkan berubahnya nilai BMN (Ex: Transaksi koreksi perubahan nilai kuantitas)

- Transaksi Reklasifikasi Antar Akun (Penghentian/ Penggunaan Kembali BMN)

8

Penyusutan Transaksional

Page 9: b. Materi Modul Penyusutan

Penyusutan Periodik

9

Dilakukan secara periodik (semesteran) atas seluruh objek penyusutan

Penyusutan= Nilai BMN Yang Dapat Disusutkan Masa Manfaat

Masa Manfaat = Menggunakan Tabel Masa Manfaat I (tabel I)

Page 10: b. Materi Modul Penyusutan

ASUMSIAsumsi yang digunakan dalam pengembangan aplikasi penyusutan:I. Asumsi Penyusutan Pertama KaliII. Asumsi Penyusutan Periode Berjalan

Page 11: b. Materi Modul Penyusutan

ASUMSI PENYUSUTAN PERTAMA KALI (1)1. Aset Tetap yang diperoleh sebelum tanggal 1 Januari 2013,

menggunakan nilai buku per 31 Desember 2012 sebagai nilai yang dapat disusutkan.

Catatan : Asumsi ini tidak berlaku untuk Aset Tetap Renovasi2. Dalam hal terjadi perubahan nilai aset tetap sebagai akibat

penambahan atau pengurangan kuantitas dan/atau nilai Aset Tetap, maka penambahan atau pengurangan tersebut diperhitungkan dalam nilai yang dapat disusutkan.

3. Aset Tetap yang hanya dapat dipergunakan bersamaan dengan Aset Tetap lain sehingga dicatat dan dibukukan secara berkelompok, penghitungan dan pencatatan penyusutan Aset Tetap juga dilakukan secara berkelompok.

Page 12: b. Materi Modul Penyusutan

ASUMSI PENYUSUTAN PERTAMA KALI (2)4. Aset Tetap yang sebelumnya dicatat secara berkelompok dan

akan dicatat secara tersendiri, nilai akumulasi penyusutan Aset Tetap-nya dialokasikan secara proporsional berdasarkan nilai masing-masing Aset Tetap.

5. Aset Tetap yang diperoleh sebelum diberlakukannya penyusutan Aset Tetap, dikenakan koreksi penyusutan Aset Tetap sebagai berikut:

O Aset Tetap yang dilakukan Inventarisasi dan Penilaian dalam rangka penyusunan neraca awal pemerintah pusat, dikenakan koreksi penyusutan terhitung mulai perolehan Aset Tetap.

O Aset Tetap yang diperoleh setelah penyusunan neraca awal pemerintah pusat, dikenakan koreksi penyusutan terhitung mulai perolehan Aset Tetap.

Page 13: b. Materi Modul Penyusutan

ASUMSI PENYUSUTAN PERTAMA KALI (3)O Koreksi penyusutan Aset Tetap diperhitungkan sampai

dengan satu semester sebelum diberlakukannya penyusutan.

O Koreksi penyusutan Aset Tetap diperhitungkan sebagai penambah nilai akun Akumulasi Penyusutan dan pengurang nilai ekuitas pada neraca.

O Koreksi penyusutan Aset Tetap diperhitungkan sebagai koreksi saldo awal periode berjalan.

O Koreksi penyusutan Aset Tetap,dikecualikan untuk Aset Tetap yang sudah dihapuskan pada akhir semester diberlakukannya penyusutan Aset Tetap.

6. Seluruh Aset Tetap telah diinput dalam Aplikasi SIMAK BMN.7. Seluruh Aset Tetap yang diperoleh sebelum 2004 telah dilakukan

Inventarisasi dan Penilaian.

Page 14: b. Materi Modul Penyusutan

ASUMSI PENYUSUTAN PERTAMA KALI (4)6. Pada tahun pertama penyusutan, terdapat kemungkinan bahwa

masa manfaat aset sudah habis.7. Masa manfaat Aset Tetap dihitung sejak tahun perolehan.8. Pengembangan nilai aset yang dikapitalisasi tidak berdampak

pada perubahan masa manfaat.9. Dalam hal masa penyusutan habis, maka nilai yang dapat

disusutkan adalah sebesar nilai yang tersisa.

Page 15: b. Materi Modul Penyusutan

ASUMSI PENYUSUTAN PERIODE BERJALAN (1)

1. Nilai dasar penyusutan didasarkan pada nilai buku semesteran dan tahunan.

2. Dalam hal terjadi perubahan nilai aset tetap sebagai akibat penambahan atau pengurangan kuantitas dan/atau nilai Aset Tetap, maka penambahan atau pengurangan tersebut diperhitungkan dalam nilai yang dapat disusutkan.

3. Pengembangan nilai aset yang dikapitalisasi dapat berdampak sebagai berikut:

O Menambah masa manfaat aset tetap sebagaimana Tabel Masa Manfaat II.

O Tidak menambah masa manfaat.

Page 16: b. Materi Modul Penyusutan

ASUMSI PENYUSUTAN PERIODE BERJALAN (2)

4. Persentase penambahan masa manfaat didapat dari perbandingan antara realisasi pengembangan nilai aset dibandingkan dengan nilai buku aset sampai dengan dilakukannya pengembangan nilai aset diluar nilai akumulasi penyusutan.

5. Akumulasi sisa masa manfaat dan penambahan masa manfaat sebagaimana dampak atas pengembangan nilai aset yang menambah umur ekonomis, tidak dapat melebihi Tabel Masa Manfaat I.

6. Penambahan masa manfaat sebagai dampak dari pengembangan nilai aset atas Aset Tetap yang sudah habis masa manfaatnya, diperhitungkan pada akhir periode penyusutan berikutnya.

Page 17: b. Materi Modul Penyusutan

ASUMSI PENYUSUTAN PERIODE BERJALAN (3)

7. Aset Tetap dalam kondisi rusak berat dan telah diusulkan penghapusannya kepada Pengelola Barang tidak disusutkan.

8. Aset Tetap yang hilang dan telah diusulkan penghapusannya kepada Pengelola Barang tidak disusutkan.

9. Memungkinkan terjadi perubahan nilai yang disusutkan.10. Memungkinkan terjadi perubahan masa manfaat.

Page 18: b. Materi Modul Penyusutan

DEFINISI MASA MANFAAT

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010, definisi masa manfaat adalah:I. Periode suatu aset diharapkan digunakan untuk aktivitas

pemerintahan dan/atau pelayanan publik;II. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh

dari aset untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik

Page 19: b. Materi Modul Penyusutan

FORMULA PENYUSUTAN

Metode yang digunakan dalam melakukan penghitungan penyusutan Aset Tetap adalah Garis

Lurus.

Penyusutan per Periode =Nilai Yang Dapat Disusutkan

Masa Manfaat

Page 20: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

Kriteria Data BMN bermasalah:1. BMN dengan kuantitas kurang dari 0, tetapi memiliki nilai Rp0;2. BMN dengan kuantitas kurang dari 0 dan memiliki nilai kurang dari Rp0;3. BMN dengan kuantitas kurang dari 0, tetapi memiliki nilai lebih dari Rp0;4. BMN dengan kuantitas 0, tetapi memiliki nilai kurang dari Rp0; 5. BMN dengan kuantitas 0, tetapi memiliki nilai lebih dari Rp0;6. BMN dengan kuantitas lebih dari 0, tetapi memiliki nilai kurang dari Rp0;7. BMN dengan kuantitas lebih dari 0, tetapi memiliki nilai Rp0;8. BMN dengan tanggal perolehan kosong;9. BMN dengan kodefikasi yang tidak sesuai dengan ketentuan PMK

29/2010;10. BMN dengan kodefikasi kurang dari 10 digit.

BMN Dengan Kuantitas dan Nilai Yang Tidak Wajar (1)

Page 21: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Melakukan konfirmasi pada aplikasi Migrasi Data SIMAK BMN dan Penyusutan Pertama kali, atas data BMN dengan kuantitas dan nilai yang tidak wajar.

2. Melakukan reklasifikasi data BMN tersebut ke dalam Daftar Normalisasi Data Barang Milik Negara. Dampak dari proses reklasifikasi tersebut adalah tidak dicantumkannya BMN tersebut di dalam Laporan Barang Kuasa Pengguna, Posisi BMN di Neraca, dan Buku Barang.

3. Proses reklasifikasi data BMN sebagaimana angka 2 (dua) di atas dilakukan dengan menggunakan jenis transaksi koreksi normalisasi atas Aset Tetap (209) dan koreksi normalisasi atas Aset Lain-lain (299).

BMN Dengan Kuantitas dan Nilai Yang Tidak Wajar (2)

Page 22: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

4. Setelah melakukan reklasifikasi data BMN, satker diharuskan melakukan beberapa hal sebagai berikut:

O Menelusuri keberadaan fisik BMN tersebut. O Dalam hal secara fisik keberadaan BMN tersebut ada, maka satker

diharuskan melakukan pencatatan atas BMN tersebut pada Aplikasi SIMAK BMN melalui menu Transaksi BMN, sub menu Saldo Awal BMN (jenis transaksi 100).

O Dalam hal secara fisik keberadaan BMN tersebut tidak ada, maka satker diharuskan membuat surat keterangan yang menyatakan bahwa telah terjadi kesalahan dalam membukukan BMN tersebut di dalam SIMAK-BMN. Surat keterangan tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai Kode BMN, Uraian BMN, Nomor Urut Pendaftaran/Nomor Aset, Kuantitas BMN, dan Nilai BMN.

O Melakukan pengungkapan di dalam Catatan atas Laporan Barang Milik Negara.

BMN Dengan Kuantitas dan Nilai Yang Tidak Wajar (3)

Page 23: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

5. Proses reklasifikasi data BMN sebagaimana angka 2 (dua) di atas tidak menghilangkan kewajiban satker dalam mencetak dan melaporkan Daftar Normalisasi Data Barang Milik Negara dan Laporan Normalisasi Data Barang Milik Negara, serta mengungkapkannya dalam Catatan atas Laporan BMN dan Catatan atas Laporan Keuangan.

6. Penyusutan tidak dilakukan terhadap BMN yang direklasifikasi sebagaimana angka 2 (dua) di atas.

BMN Dengan Kuantitas dan Nilai Yang Tidak Wajar (4)

Page 24: b. Materi Modul Penyusutan

BMN Dengan Kuantitas dan Nilai Yang Tidak Wajar (5)

KETENTUAN LAIN-LAIN

Page 25: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Pada saat suatu BMN diketahui kondisinya rusak, satker segera melakukan perubahan kondisi BMN dengan menerbitkan surat keterangan atas kondisi BMN tersebut.

2. Satker mengusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan atas BMN tersebut dengan menyertakan syarat-syarat sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

3. Setelah melakukan pengusulan kepada Pengelola Barang, selanjutnya satker melakukan reklasifikasi BMN tersebut ke dalam Daftar Barang Rusak Berat. Dampak dari proses reklasifikasi tersebut adalah tidak dicantumkannya BMN tersebut di dalam Laporan Barang Kuasa Pengguna, Posisi BMN di Neraca, dan Buku Barang.

BMN Dengan Kondisi Rusak Berat (1)

Page 26: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

4. Proses reklasifikasi data BMN sebagaimana angka 3 (tiga) di atas tidak menghilangkan kewajiban satker dalam mencetak dan melaporkan Daftar Barang Rusak Berat dan Laporan Barang Rusak Berat, serta mengungkapkannya dalam Catatan atas Laporan BMN dan Catatan atas Laporan Keuangan.

5. Penyusutan tidak dilakukan terhadap BMN yang direklasifikasi sebagaimana angka 3 (tiga) di atas.

BMN Dengan Kondisi Rusak Berat (2)

Page 27: b. Materi Modul Penyusutan

BMN Dengan Kondisi Rusak Berat (3)

KETENTUAN LAIN-LAIN

Page 28: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Pada saat suatu BMN dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber yang sah, satker mengusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan atas BMN tersebut dengan menyertakan syarat-syarat sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

2. Setelah melakukan pengusulan kepada Pengelola Barang, selanjutnya satker melakukan reklasifikasi BMN tersebut ke dalam Daftar Barang Hilang. Dampak dari proses reklasifikasi tersebut adalah tidak dicantumkannya BMN tersebut di dalam Laporan Barang Kuasa Pengguna, Posisi BMN di Neraca, dan Buku Barang.

3. Proses reklasifikasi data BMN sebagaimana angka 2 (dua) di atas tidak menghilangkan kewajiban satker dalam mencetak dan melaporkan Daftar Barang Hilang dan Laporan Barang Hilang, serta mengungkapkannya dalam Catatan atas Laporan BMN dan Catatan atas Laporan Keuangan.

BMN yang Dinyatakan Hilang (1)

Page 29: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

4. Penyusutan tidak dilakukan terhadap BMN yang direklasifikasi sebagaimana angka 2 (dua) di atas.

5. Dalam hal BMN berupa Aset Tetap yang dinyatakan hilang diketemukan kembali, dilakukan pencatatan sebagaimana perolehan BMN, yaitu:a. Dicatat sebagai transaksi perolehannya apabila diperoleh pada

tahun anggaran berjalan.b. Dicatat sebagai transaksi saldo awal apabila diperoleh sebelum

tahun anggaran berjalan.

BMN yang Dinyatakan Hilang (2)

Page 30: b. Materi Modul Penyusutan

BMN yang Dinyatakan Hilang (3)

KETENTUAN LAIN-LAIN

Page 31: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

O ATR merupakan renovasi atas aset tetap yang tidak terdaftar dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna satuan kerja tersebut, melainkan terdaftar dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna satuan kerja lain atau milik satuan kerja perangkat daerah yang memenuhi persyaratan kapitalisasi aset tetap

O Adanya perbedaan karakteristik antara ATR dengan Aset Tetap secara umum mengakibatkan perlunya penambahan/pembedaan asumsi atas penyusutan ATR

Aset Tetap Renovasi (1)

Page 32: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

1. ATR yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2012 diasumsikan tidak memiliki masa manfaat.

2. ATR yang diperoleh setelah 31 Desember 2012 dan menambah masa manfaat aset tetap induk.

O ATR yang menambah masa manfaat disusutkan sebagaimana layaknya aset tetap.

O Sebelum proses serah terima ATR kepada K/L dengan Aset Tetap induk dilakukan, penyusutan ATR yang menambah masa manfaat di hitung tersendiri di satker yang bersangkutan.

O Serah terima ATR yang menambah masa manfaat kepada K/L dengan Aset Tetap induk dituangkan dalam bentuk Berita Acara Serah Terima (BAST).

O BAST minimal harus menyajikan informasi tanggal perolehan ATR, nilai buku ATR, sisa masa manfaat ATR dan tanggal penyerahan ATR.

Aset Tetap Renovasi (2)

Page 33: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

O Pada saat ATR yang menambah masa manfaat diserahterimakan, sisa masa manfaat ATR dan nilai buku ATR diperhitungkan ke dalam Aset Tetap induk, terhitung sejak tanggal penyerahan.

O Apabila ATR diserahkan pada saat nilai buku 0 maka tidak ada penyesuaian masa manfaat di Aset Tetap induk.

3. ATR yang diperoleh setelah 31 Desember 2012 dan tidak menambah masa manfaat Aset Tetap induk.

O ATR yang tidak menambah masa manfaat tidak disusutkan.O serah terima ATR yang tidak menambah masa manfaat kepada K/L

dengan Aset Tetap induk dituangkan dalam bentuk BAST.O BAST minimal harus menyajikan informasi tanggal perolehan ATR,

nilai ATR, dan tanggal penyerahan ATR.

Aset Tetap Renovasi (3)

Page 34: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

O pada saat penyerahan ATR yang tidak menambah masa manfaat ke Aset Tetap induk, maka nilai ATR akan menambah nilai Aset Tetap induk dan disusutkan sesuai sisa umur masa manfaat Aset Tetap induk dengan penyesuaian akumulasi penyusutan sebesar masa manfaat yang telah dikonsumsi sejak tanggal perolehan ATR sampai dengan tanggal penyerahan ATR ke Aset Tetap induk.

O informasi penyesuaian akumulasi penyusutan akibat penambahan nilai ATR yang tidak menambah masa manfaat terhadap Aset Tetap induk dijelaskan ke dalam Catatan Ringkas Barang dan Catatan Atas Laporan Keuangan pada saat akhir periode serah terima dilakukan.

O tanggal perolehan ATR yang tidak menambah masa manfaat adalah tanggal dimana serah terima dari pihak ke-3 dilakukan.

O Selanjutnya Aset Tetap induk disusutkan secara normal.O Dalam hal saat serah terima Aset Tetap induk = 0, maka nilai ATR nya akan

langsung disusutkan hingga 0 pada periode serah terima.

Aset Tetap Renovasi (4)

Page 35: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

Transfer BMN merupakan perpindahan kepemilikan BMN dari satu satker ke satker lainnya dimana kedua satker tersebut merupakan entitas Pemerintah

Pusat. Satker Pemberi1. Penghapusan BMN dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima

BMN.2. Penghapusan BMN dari pembukuan (SIMAK-BMN) dilakukan dengan cara

menghapus nilai buku BMN dan akumulasi penyusutannya.3. Serah terima BMN dilengkapi dengan serah terima Arsip Data Komputer

atas BMN yang ditransfer keluar.4. Arsip Data Komputer merupakan output SIMAK-BMN yang memuat

informasi data BMN, nilai buku BMN, serta akumulasi penyusutan atas BMN tersebut.

Transfer BMN (1)

Page 36: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

Satker Penerima1. Pencatatan BMN dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima BMN.2. Tanggal perolehan BMN dibukukan berdasarkan tanggal perolehan awal

satker pemberi. Hal tersebut dimaksudkan agar masa manfaat aset dapat diukur berdasarkan perolehan awalnya.

3. Tanggal pembukuan BMN dibukukan berdasarkan tanggal Berita Acara Serah Terima BMN.

4. Pencatatan BMN dilakukan dengan cara membukukan nilai buku BMN dan akumulasi penyusutannya.

5. Pencatatan BMN dilakukan dengan cara melakukan proses terima Arsip Data Komputer atas BMN yang diterima.

6. Arsip Data Komputer merupakan output SIMAK-BMN yang memuat informasi data BMN, nilai buku BMN, serta akumulasi penyusutan atas BMN tersebut.

Transfer BMN (2)

Page 37: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

Hibah BMN merupakan perpindahan kepemilikan BMN dari satker (entitas pemerintah pusat) ke unit lainnya dimana unit lainnya tersebut bukan

merupakan entitas Pemerintah Pusat.

Entitas Pemerintah Pusat sebagai Pemberi1. Penghapusan BMN dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima

BMN.2. Penghapusan BMN dari pembukuan (SIMAK-BMN) dilakukan dengan cara

menghapus nilai buku BMN dan akumulasi penyusutannya.

Hibah BMN (1)

Page 38: b. Materi Modul Penyusutan

KETENTUAN LAIN-LAIN

Entitas Pemerintah Pusat sebagai Penerima1. Pencatatan BMN dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima BMN.2. Tanggal perolehan BMN dibukukan berdasarkan tanggal perolehan awal

unit pemberi. Hal tersebut dimaksudkan agar masa manfaat aset dapat diukur berdasarkan perolehan awalnya.

3. Tanggal pembukuan BMN dibukukan berdasarkan tanggal Berita Acara Serah Terima BMN.

4. Pencatatan BMN dilakukan dengan cara membukukan nilai buku BMN dan akumulasi penyusutannya. Akumulasi penyusutan atas BMN yang diperoleh dari Hibah dihitung secara otomatis oleh Aplikasi SIMAK-BMN pada saat satker melakukan pencatatan BMN.

Hibah BMN (2)