makalah pbl blok 28

16
Mengenali Tanda-Tanda serta Cara Penanganan dan Pencegahan akibat Paparan Karbon Disulfida Nelson Peter Nikijuluw 102011127 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara Nomor 6, Jakarta 11510 : [email protected] Pendahuluan Karbon disulfida telah menjadi bahan kimia industri yang penting sejak tahun 1800 memiliki sifat yang dapat melarutkan lemak, karet, fosfor, sulfur, dan elemen lainnya. Karbon disulfide digunakan dalam keperluan industri pembuatan viscose rayon, Film plastik, karbon tetraklorida, xanthogenates dan tabung vakum elektronik. Selain itu Karbon disulfida juga digunakan sebagai insektisida untuk fumigasi biji-bijian, melindungi buah segar dari serangga dan jamur selama pengiriman. Keadaan yang berisiko tinggi untuk keracunan biasanya terjadi dalam pengaturan industri disebabkan karena ketidak sengajaan menelan atau menghirup karbon disulfida selama bekerja. 1.

Upload: itha-sagiitariius-blue-loverz

Post on 12-Dec-2015

211 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

makalah blok 28

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pbl Blok 28

Mengenali Tanda-Tanda serta Cara Penanganan dan

Pencegahan akibat Paparan Karbon Disulfida

Nelson Peter Nikijuluw

102011127

Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara Nomor 6, Jakarta 11510 :

[email protected]

Pendahuluan

Karbon disulfida telah menjadi bahan kimia industri yang penting sejak tahun 1800

memiliki sifat yang dapat melarutkan lemak, karet, fosfor, sulfur, dan elemen lainnya. Karbon

disulfide digunakan dalam keperluan industri pembuatan viscose rayon, Film plastik, karbon

tetraklorida, xanthogenates dan tabung vakum elektronik. Selain itu Karbon disulfida juga

digunakan sebagai insektisida untuk fumigasi biji-bijian, melindungi buah segar dari serangga

dan jamur selama pengiriman. Keadaan yang berisiko tinggi untuk keracunan biasanya terjadi

dalam pengaturan industri disebabkan karena ketidak sengajaan menelan atau menghirup

karbon disulfida selama bekerja.1.

Diagnosis klinis

Langkah pertama dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis

dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan melakukan diagnosis

klinis. Diagnosis klinis meliputi anamnesis, pemeriksaa fisk, pemeriksaan penunjang dan

pemeriksaan tempat kerja seandainya diperlukan. Pada anamnesis, yang perlu ditanyakan pada

pasien adalah riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat pekerjaan. Pada

pemeriksaan fisik dapat dilakukan pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus. Pemeriksaan

penunnjang boleh dilakukan sesuai dengan indikasi penyakit. Pemeriksaan tempat kerja boleh

Page 2: Makalah Pbl Blok 28

dilakukan untuk memeriksa beberapa hal yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan.2

Berikut adalah hasil diagnosis klinis laki-laki berusia 45 tahun.

1. Anamnesis

Nama Pasien :

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : karyawan di pabrik

Keluhan utama : pasien datang dengan keluhan kesemutan, susah tidur, sulit

konsentrasi, dan sering merasa gelisah sudah sejak 1 tahun terakhir.

Riwayat penyakit sekarang : pasien tidak memiliki masalah psikologis dengan

atasan maupun dengan rekan sekerja.

Riwayat penyakit dahulu : pasien sudah berobat sebanyak 3 kali namun belum ada

perubahan .

Riwayat penyakit keluarga : -

Riwayat pekerjaan : pasien bekerja di pabrik pembuatan karbon tetraklorida dan

tabung vakum elektronik yag banyak memakai karbon disulfide.

2. Pemeriksaan Fisik :

Berdasarkan kasus pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan Indeks Massa

Tubuh. Hasil pemeriksaan IMT dalam batas normal.

3. Pemeriksaan Penunjang

Berdasarkan kasus, pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan

darah ,urin lengkap , gula darah dan lipid menunjukan hasil dalam batas normal.

Kemudian pasien juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan EEG.

Pajanan yang dialami.

Langkah kedua dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan

menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah mencari tahu pajanan yang dialami oleh

pasien dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Pajanan yang dinilai haruslah meliputi pajanan

yang dialami saat ini dan juga pajanan yang dialami sebelumnya. Informasi mengenai pajanan

yang dialami oleh pasien boleh didapatkan melalui Anamnesis.2

Page 3: Makalah Pbl Blok 28

Dimana berdasarkan anamnesis diketahui bahwa pasien pasien bekerja di pabrik

pembuatan karbon tetraklorida dan tabung vakum elektronik yang banyak memakai karbon

disulfide.

Hubungan pajanan dengan penyakit

Langkah ketiga dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan

menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mecari tahu hubungan pajanan

yang dialami oleh pasien dengan penyakit. Langkah ini dimulai dengan identifikasi pajanan

yang ada, lalu dicari apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit yang dialami pasien

tersebut. Hubungan antara pajanan dan penyakit ini haruslah didukung oleh bahan ilmiah seperti

literature atau penelitian. Seandainya belum ada bahan ilmiah yang mampu membuktikan

hubungan antara pajanan dan penyakit, seorang dokter boleh menggunakan pengalaman yang

ada padanya untuk menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit.2

Dalam kasus seorang laki-laki berusia 45 tahun. Berdasarkan hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang diagnosis kerja yang digunakan untuk kasus ini

adalah intoksikasi karbon disulfide. Intoksikasi karbon disulfide bisa terjadi karena pajanan

langsung dengan bahan tersebut. Jalur masuk pajanan tersebut sampai menyebabkan efek

gangguan kesehatan pada pasien ada bermacam-macam diantarnya terutama melalui inhalasi,

ingesti dan kulit. Inhalasi merupakan jalur utama penyerapan di manusia diamana  Konsentrasi

1-1,2 mg / L (320-390 ppm) yang tertahankan selama beberapa jam, akan menimbulkan sakit

kepala dan perasaan tidak menyenangkan yang  muncul setelah 8 jam. Pada kosentrasi 3,6 mg /

L (1.150 ppm) , akan menimbulkan rasa pusing yang terjadi setelah pemaparan selama 30 menit

- 1 jam, untuk kosentrasi 6,4-10 mg / L (2.000 - 3.200 ppm) akan menimbulkan intoksikasi

ringan.sedangkan pada konsentrasi lebih dari 15 mg / L (4.800 ppm) dapat menimbulkan

ketidaksadaran yang  terjadi setelah beberapa penarikan (ILO, 1983). Karbon disulfida dapat

diserap melalui kulit dan ini telah dikonfirmasi dalam sejumlah studi. Tingkat penyerapan

sebanding dengan konsentrasi bahan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kelainan- kelainan

pada kulit berupa lecet dan lebih parahnya dapat meyebabkan luka bakar. Selain itu dapat juga

diserap melalui ingesti jarang terjadi namun dapat menyebabkan toksisitas yang serius.3

Page 4: Makalah Pbl Blok 28

Pajanan yang dialami cukup besar

Langkah keempat dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis

dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mencari tahu apakah

pajanan yang dialami oleh pasien cukup besar sehingga dapat menimbulkan penyakit yang

dialaminya. Langkah ini melibatkan pemahaman mengenai patofisiologi penyakit, disertai bukti

kuantitatif yaitu epidemiologinya dan bukti kualitatif. 2

Bukti epidemiologi

Kapasitas produksi karbon disulfida di seluruh dunia adalah sekitar 1 juta ton; sebagian

besar digunakan dalam produksi serat viscose dan Film plastik. Selain itu karbon disulfide juga

digunakan sebagai produk sampingan dalam pengolahan minyak dan gas, industri kimia dan ban

manufaktur. Karbon disulfida Telah terdeteksi di udara, air, sedimen, dan tanah; Namun yang

terbanyak ditemukan terutama di udara. Konsentrasi tertinggi karbon disulfida di udara terutama

di negara Kanada yang telah diukur pada tempat-tempat yang dekat dengan sumber industri,

khususnya di dekat pabrik pengolahan gas alam dan situs dengan flare gas alam yang

mengandung sulfur.Data yang mendasari perkiraan paparan karbon disulfida sangat terbatas;

Namun, udara tampaknya menjadi rute utama dari eksposur untuk anggota dari populasi umum.

Eksposur udara diperkirakan akan meningkat untuk populasi di sekitar sumber titik industri.

Karbon disulfida secara ekstensif dapat diserap secara inhalasi namun juga dapat melalui kulit.4

Berdasarkan hasil penelitian dari pekerja yang terpapar karbon disulfida, sistem saraf

tampaknya menjadi target penting untuk toksisitas karbon disulfide hal ini, diwujudkan dengan

berkurangnya kecepatan konduksi pada saraf perifer dan gangguan kinerja dalam pengujian

psikomotor. Efek lainnya yang cukup berat dan terbukti pada manusia yang terpapar karbon

disulfida yaitu terjadi perubahan dalam lipid serum dan tekanan darah yang kemudian dikaitkan

dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, efek oftalmologis sistemik, berupa

kerusakan pada pembuluh darah retina, dan (dengan eksposur yang lebih tinggi) dapat terjadi

peningkatan mortalitas akibat penyakit jantung. Selain itu juga dilaporkan bahwa pada pria yang

pekerjaan terkespose karbon disulfide dengan kosentrasi tinggi dapat menyebabkan terjadinya

penurunan libido / impotensi.4

Page 5: Makalah Pbl Blok 28

Bukti Kualitatif

Buki kualitatif meliputi beberapa hal seperti cara dan proses kerja, lama kerja dan lingkungan

kerjanya.

Lingkungan Kerja

Pasien bekerja di pabrik pembuatan karbon tetraklorida dan tabung vakum elektronik yag

banyak memakai karbon disulfide.

Pemakaian APD.

Berdasarkan kasus tidak diberitahukan apakah pasien dalam melakukan pekerjaan di

pabrik menggunakan alat pelindung diri.

Jumlah pajanan

Untuk jumlah pajanan diperlukan pengukuran langsung besarnya pajanan di tempat kerja

pasien.

Pajanan Faktor individu

Langkah kelima dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis

dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mencari tahu apakah ada

factor individu yang boleh menimbulkan penyakit yang dialaminya. Factor individu mencakup

status kesehatan fisik pasien, factor kesehatan mental pasien dan higinis perorangan pasien.2

Berdasarkan kasus, tidak dijelaskan adanya pajanan factor individu. Dan dalam anamnesis

diketahui bahwa : pasien tidak memiliki masalah psikologis dengan atasan maupun dengan rekan

sekerjanya.

Pajanan faktor lain di luar pekerjaan.

Langkah keenam dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis

dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mencari tahu apakah ada

factor lain di luar pekerjaan termasuk hobi, kebiasaan sehari-hari, pajanan di rumah dan juga

pajanan dari kerja sambilan seandainya ada. Berdasarkan kasus tidak dijelaskan adanya pajanan

factor lain di luar pekerjaan.2

Page 6: Makalah Pbl Blok 28

Diagnosis Okupasi

Langkah terakhir dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan

menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah penarikan diagnosis okupasi berdasarkan

hasil dari langkah pertama sampai langkah ke enam. Penarikan diagnosis haruslah berdasarkan

pada bukti ilmiah dapat dibagi atas :2

1. Penyakit Akibat kerja (PAK) atau Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)

2. Penyakit yang diperberat pajanan di tempat kerja

3. Belum dapat ditegakan

4. Bukan Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Hasil dari pendekatan klinis terhadap laki-laki berusia 45 tahun yang didasari dengan bukti

ilmiah dapat ditarik kesimpulan bahwa laki-laki berusia 45 tahun mengalami keracunan karbon

disulfida akibat kerja.3,4

Intoksikasi karbon disulfida dapat berefek klinis secara sistematis pada berbagai macam

system tubuh diantaranya: kardiovaskuler, pernapasan, neurologis, gastrointestinal, hati, kemih,

endokrin dan sistem reproduksi, dermatologis, Mata, telinga, hidung, tenggorokan.3,4

Pada kardiovaskuler : Dapat terjadi penyakit jantung coroner pada pekerja yang terpapar selama

bertahun-tahun dengan kosentrasi 10-30ppm. Sedangkan untuk pekerja yang terpapar karbon

disulfide tidak terlalu lama biasanya dapat terjadi peningkatan LDL, tekanan darah diastolic,

vasokonstriksi terutama pada ekstrimitas atas dan bawah.3,4

Pada pernafasan : Dapat terjadi iritasi pada saluran nafas sehingga terjadi perubahan ventilasi

dan perfusi ringan yang hanya bersifat sementara.3,4

Pada neurologis : Pada Sistem Saraf Pusat (SSP). Pada keracunan akut, dapat menimbulkan

gejala SSP diantaranya; sakit kepala, pusing, agitasi, euforia, dan perilaku agresif, dan bahkan

dapat menyebabkan kematian yang disebabkan karena gagal napas. Sedangkan pada keracunan

kronis tanda-tanda pertama yang dapat muncul adalah tanda-tanda psikologis: gelisah, eksitasi,

perubahan mood, kelesuan, pasien menjadi depresi,  cemas, paranoid dengan kecenderungan

bunuh diri, mimpi buruk, Ilusi, delusi, dan  insomnia. Dalam perjalanan selanjutnya akibat

intoksikasi karbon disulfide dapat menyebabkan menonjolnya tanda-tanda neurologis berupa

Page 7: Makalah Pbl Blok 28

gejala–gejala Parkinson. Pada system saraf perifer. Tanda-tanda klinis awal yang dapat

ditemukan adalah  kelainan sensorik. Tanda khas keracunan karbon disulfida pada manusia yaitu

dapat menyebabkan polineuropati yang biasanya simetris. Pada pekerja yang terpapar tidak

terlalu lama dapat menyebabkan penurunan kecepatan konduksi serabut motoric. Selain itu dapat

juga berpengaruh pada saraf kranial, yang menyebabkan gangguan pada pengelihatannya dan

penyempitan bidang visual. Paparan karbon disulfida ini juga dapat mengganggu kemampuan

mendengar. Berdasarka pemeriksaan audiometri pada pekerja menunjukkan bukti tuli saraf dan

juga penurunan kemampuan untuk membedakan suara dengan kisaran  Intensitas 1,5-3,0 db. 3,4

Gastrointestinal : pada keracunan akut dapat terjadi mual, muntah dan sakit perut. Sedangkan

pada keracunan kronis dapat menyebabkan gastritis, dyspepsia, dan ulkus duodenum.3,4

Hati : pada keracunan akut dapat menyebabkan pembesaran hati. Sedangkan pada keadaan

kronis dapat meyebabkan nekrosis hati.3,4

Ginjal : pada keracunan karbon disulfide dapat terjadi gagal ginjal kronis dengan nilai clearance

kreatinin yang normal.3,4

System endokrin dan reproduksi : pada keracunan karbon disulfide umumnya terjadi hilangnya

libido dan gangguan menstruasi pada wanita.3,4

Dermatologis : Karbon disulfide yang cair adalah iritan yang parah baik pada kulit dan mukosa.

Dapat menyebabkan lecet dan lebih parahnya lagi dapat menyebabkan luka bakar.3,4

Mata : pada paparan karbon disulfide kronis dapat terjadi peningkatan mikroaneurysme retina.

Sedangkan pada serangan akut dapat menyebabkan retinopati, dan penyempitan visual.3,4

Tanda-tanda keracunan akut dan kronis

Keracunan karbon disulfida akut jarang terjadi tapi sangat berbahaya. Penyerapan terjadi

melalui kulit, konsumsi makanan yang terkontaminasi atau terhirup. Dalam keracunan berat,

pasien dengan cepat menjadi koma dan kematian terjadi dalam beberapa jam, biasanya karena

depresi pernapasan dan kejang-kejang. Dalam kasus yang lebih ringan dapat terjadi iritasi lokal,

Page 8: Makalah Pbl Blok 28

mual, muntah dan sakit perut yang diikuti oleh sakit kepala, euforia, halusinasi, manic delirium,

reaksi paranoid dan kecenderungan bunuh diri.3,4,5

Pajanan kronis lebih umum. Setelah 10 -15 tahun dapat menyebabkan neuropati sensorik

dan motorik, perubahan neuropsikiatri dan parkinsonisme. Aterosklerosis, penyakit jantung

koroner tertentu, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal dan hati, dan gangguan permanen

fungsi reproduksi juga terjadi setelah eksposur jangka panjang. Selain itu, gangguan tidur,

kelelahan, anoreksia, dan penurunan berat badan adalah keluhan umum yang terjadi pada

pekerja yang terpapar. Kontak lokal dapat menyebabkan iritasi, rasa terbakar, terik atau luka

bakar dalam. Konjungtivitis, rasa sakit dan kabur .3,4,5

Peralatan protektif personal

Karyawan harus diperlengkapi dengan sarung tangan, pelindung wajah (minimal delapan

inci), dan pakaian pelindung yang sesuai , yang diperlukan untuk mencegah contac kulit

dengan karbon disulfida cair.6

Pakaian yang tidak tahan yang menjadi terkontaminasi dengan disulfida karbon harus

segera dilepaskan dan tidak boleh dipakai sampai karbon disulfida di pakaian itu

dihilangkan.6

karyawan harus dilengkapi dengan kacamata keselamatan / safty goggles untuk

mencegah carbon disulfide kontak dengan mata. 6

Prosedur pertolongan pertama darurat

Eksposur mata

jika cairan karbon disulfida kontak dengan mata, cuci mata segera dengan air dalam jumlah

besar, mengangkat bawah dan atas kelopak sesekali. jika muncul iritasi setelah dicuci, segera

hubungi dokter. lensa kontak, seharusnya tidak dipakai ketika bekerja dengan bahan kimia ini.3,4,6

Paparan kulit

jika karbon disulfida cairan masuk pada kulit, segera cuci kulit yang terkontaminasi dengan

sabun atau deterjen ringan dan air, kemudian segera hubungi dokter. 3,4,6

Bernapas

jika seseorang menghirup karbon disulfida dalam jumlah besar, langkah yang harus dilakuakn

Page 9: Makalah Pbl Blok 28

adalah memindahkan orang tersebut ke udara segar. jika napas telah berhenti, dapat dilakukan

pernapasan buatan. mendapatkan perhatian medis sesegera mungkin.3,4,6

Menelan

ketika karbon disulfida cair telah tertelan dan orang tersebut sadar, meminta pasien tersebut

untuk mengkonsumsi air dalam jumlah banyak dan kemudain merangsang pasien tersbut untuk

muntah dengan memasukan jari ke dala tenggorakannya. Namun apabila pasien dalam keadaan

tidak sadar kita tidak mungkin dapat membuat orang tersebut untuk muntah. Maka dari itu kita

perlu segera merujuk orang tersebut ke rumah sakit untuk mendapatkan perhatian medis berupa

aspirasi lambung atau lavage jika racun itu baru saja tertelan.3,4,6

Penyelamatan

memindahkan orang yang mengalami keracunan dari paparan langsung bahan tersebut. jika

orang terkena paparan telah diatasi, kita perlu memberitahukan orang lain dan kemudia

diberlakukan prosedur penyelamatan darurat.3,4,6

Tidak ada penawar untuk keracunan karbon disulfida. Pengobatan biasanya tergantung pada

gejala individu / simtomatis. Individu dengan paparan berat mungkin perlu dirawat di rumah

sakit. Antidepresan dapat diresepkan untuk perubahan mood atau gejala yang berhubungan

dengan neuropati perifer.3,4,6

Prognosis

Prognosis tergantung pada tingkat dan durasi paparan. Seorang individu yang telah mengalami

paparan tunggal dan pulih dengan cepat tidak mungkin memiliki efek jangka panjang. Kematian

dapat terjadi jika seorang individu akut terkena tingkat yang sangat tinggi dari karbon disulfida.6

Kesimpulan

Laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan kesemutan, susah tidur, sulit kosentarsi, dan sering

merasa gelisah didiagnosis menderita keracunan Karbon disulfida akibat pekerjaannya di pabrik

pembuatan karbon tetraklorida dan tabung vakum elektronik yang banyak memakai karbon

disulfide. Diagnosis ini ditegakan berdasarkan 7 langkah diagnosis okupasi yaitu : diagnosis

klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan diagnosis klinis, jumlah pajanan yang

dialami, peranan factor individu, factor lain di luar pekerjaan, dan diagnosis PAK atau bukan.

selain itu dapat juga diketahui diagnosisnya melalui tanda-tanda akut dan kronis dari keracunan

Page 10: Makalah Pbl Blok 28

karbon disulfide, kemudian dapat dilakukan penangan dan pencegahan awal pada kasus

keracunan karbon disulfide, untuk mencegah kemungkinan penyakitnya bertambah parah yang

nantinya berakibat fatal.

Daftar Pustaka

1. Barry S, Levy, et al. occupational and environmental helath. Ed.5. USA;2000.h. 505-9.

2. Jeyaratnam J. Buku ajar prakek kedokteran kerja. Jakarta : EGC;2010.h.206-15.

3. Diunduh dari : http://www.inchem.org/documents/pims/chemical/pim102.htm

Tanggal: 19 Oktober 2014

4. Diuduh dari : http://www.inchem.org/documents/cicads/cicads/cicad46.htm#1.0

Tanggal: 19 Oktober 2014

5. Spyker DA et al. (1999).Health effects of acute carbon disulphide exposure. J Toxicol &

Clin Toxicol.19(1): 87.

6. Rutchik, Jonathan S. "Organic Solvents." eMedicine. Eds. Roberta J. Seidman, et al. 18 Jan. 2002. Medscape. 27 Oct. 2004