makalah ob ii

25
MAKALAH ORAL BIOLOGI II (NYERI PADA TEMPOROMANDIBULAR JOINT) FAKULTAS KEDOKTERA GIGI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH 2011/2012

Upload: siti-hardianti-mahlan

Post on 24-Apr-2015

37 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

makalah tentang ob

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ob II

MAKALAH ORAL BIOLOGI II

(NYERI PADA TEMPOROMANDIBULAR JOINT)

FAKULTAS KEDOKTERA GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2011/2012

Page 2: Makalah Ob II

KELOMPOK DKetua: Ari Sasda Dewi 1110070110087

Sekretaris/Notulis: Elsya Octavianti 1110070110063

Moderator: Uswatun Nisa 1110070110067

Penyaji:

Anggota: Yanes Asri 1110070110049

Ravenska Mutia J 1110070110051

Igul Hendra M 1110070110053

Miftahul Rahmah 1110070110055

Izzati Hasan 1110070110057

Erva septriana 1110070110059

Mira Novita Irawan 1110070110061

Maiyani Lestari 1110070110065

Trinanda Akasuma 1110070110069

Fitria Mandasari 1110070110071

Menola Astrigiona 1110070110073

Bulan Purnama Sari 1110070110075

Sigit Banu Rohmadi 1110070110077

Muhammad Tawakal1110070110079

Wulan Kurnia Asani1110070110081

Ulya Rahmi 1110070110083

Wara Riski Cahyani 1110070110087

Jordi Goza Fernando1110070110091

Mardiani Putri 1110070110093

Page 3: Makalah Ob II

KATA PENGANTAR

Puji syukur  penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “NYERI PADA TEMPOROMANDIBULAR JOINT”

Salawat beserta salam juga tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini dibuat untuk  mendalami materi tentang NYERI PADA TEMPOROMANDIBULAR JOINT          

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khsusnya kepada :ü  Dosen pembimbing mata kuliah Oral Biologi IIü  kelompok D 

Pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di atas muka bumi ini. Untuk itu penulis minta maaf jika ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini.

Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan juga pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya kepada penulis serta memaklumi kekurangan makalah ini.                                                                                  

 

Padang, 03 oktober 2012

Penulis

Page 4: Makalah Ob II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Tujuan Penulisan................................................................................................2

C. Rumusan Masalah..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengartian Breket..............................................................................................4

B. Jenis-Jenis Kawat Gigi.......................................................................................5

C. Perbedaan antara Breket Titanium dan Breket Baja Nikarat.............................7

D. Trauma Fisik akibat Penggunaan Breket...........................................................8

E. Cara Mengatasi Reaksi Hipersensitivitas Akibat Baja Nirkarat dan Breket......9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................10

B. Saran.................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Makalah Ob II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri pada disfungsi TMJ dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya

antara lain: adanya hiperfungsi atau disfungsi dari system musculoskeletal (otot, ligamen) yang

berkaitan dengan TMJ, hiperfungsi ini dapat diakibatkan dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang

dilakukan seseorang seperti mengerat gigi, sering menguap, mengunyah pada satu sisi,  faktor

degenerasi pada TMJ  dapat menimbulkan gangguan fungsi TMJ disebabkan adanya

pembebanan yang terus menerus, faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi geraham

belakang yang tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus menerus serta adanya

kelainan anatomi rahang  dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri pada TMJ.

Pada diskus artikularis dapat terjadi aktifitas pergeseran yang meningkat sehingga diskus

mengalami over use menyebabkan fleksibilitas diskus menurun, bila hal ini berlanjut dapat

menyebabkan  terjadinya ruptur atau inflamasi discus yang menyebabkan timbulnya nyeri.

Pada otot terjadi hipertonus sebagai reaksi dari hiperfungsi system musculoskeletal

tersebut yang dapat menyebabkan hipertonus / spasme otot atau hipotonus yang dapat

menyebabkan terjadinya kelemahan otot dan inflamasi  yang dapat menyebabkan timbulnya

nyeri.

Ligamen-ligamen yang berhubungan dengan TMJ juga akan mengalami kekakuan

sebagai akibat  penekanan-penekanan dari kontraksi otot yang menyebabkan fleksibilitas dari

ligamen-ligamen tersebut akan berkurang atau menurun dapat menimbulkan kekakuan

hipomobile yang berakibat terjadi kontraktur serta menimbulkan laxity hipermobile yang

berakibat terjadi ruptur dan dapat menimbulkan rasa nyeri.

Pada saraf sensasi nyeri ditimbulkan karena adanya iskhemia lokal sebagai akibat dari

adanya hiperfungsi kontraksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak

adekuat sebagai akibat dari disregulasi sistem simpatik dimana dengan adanya aktifasi

Page 6: Makalah Ob II

berlebihan pada sistem saraf simpatis akan menimbulkan mikrosirkulasi yang berakibat nutrisi

pada jaringan berkurang sehingga menyebabkan iskhemik pada jaringan tersebut maka akan

terjadi nyeri.

B. Rumusan Masalah

1. Struktur anatomis apa yang bekerja saat membuka mulut ?

2. Sebutkan penyebab terjadinya gangguan pada TMJ ?

3. Bagaimana pemeriksaan Klinis dan Diagnosis pada gangguan TMJ ?

4. Apa dampak gangguan pada TMJ ?

5. Bagaimana respon imunitas pada rongga mulut ?

6. Bagaimana pencegahan dan penanganan gangguan TMJ ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Struktur anatomis yang bekerja saat membuka mulut

2. Mengetahui penyebab terjadinya gangguan pada TMJ

3. Mengetahui pemeriksaan Klinis dan Diagnosis pada gangguan TMJ

4. Mengetahui dampak gangguan pada TMJ

5. Mengetahui respon imunitas pada rongga mulut

6. Mengetahui pencegahan dan penanganan gangguan TMJ

Page 7: Makalah Ob II

BAB II

PEMBAHASAN

A. Struktur Anatomis yang Bekerja Saat Membuka Mulut

Dalam proses membuka dan menutup mulut, terdapat beberapa struktur anatomi yang

berperan yaitu otot membuka dan menutup mulut, sendi temporomandibula (temporomandibula

joint/TMJ). Otot membuka mulut terdiri dari otot pterygoideus lateralis, dan otot suprahioid.

Sedangkan otot yang berfungsi menutup mulut adalah otot master, otot temporalis,

ototpterigoideus medialis. Seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur anatomi saat membuka mulut

Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan

fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung

jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang

letaknya dibawah depan telinga (Gambar 2). 

Page 8: Makalah Ob II

Gambar 2. Temporomandibular Joint

Membuka dan menutup mulut merupakan gerakan disadari. Sebagaimana diketahui

bersama bahwa terjadinya gerakan merupakan kerja motorik dari otot. Dalam hal ini, yang

berfungsi untuk mengatur pergerakan TMJ dan musculus sekitar TMJ ialah sistem saraf. Inervasi

pada daerah temporomandibula ialah N.Trigeminus (N.V)

B. Gangguan TMJ

Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi

sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah

tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan

dapat menyebabkan mulut terkunci.

Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular. Salah

satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut

dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya

kelainan sendi temporomandibular.

Gangguan temporomandibular (temporomandibular disorder; TMD) adalah istilah yang

luas, dengan dibagi menjadi penyakit sendi yang sesungguhnya (true joint disease; TMJ) dan

sindroma nyeri / disfungsi miofasial (myofascial pain/ dysfunction syndrome; MPD).

Page 9: Makalah Ob II

Istilah gangguan sendi temporomandibular (temporomandibular joint; TMJ) secara salah

untuk menggambarkan keadaan sendi sendiri bukan merupakan sumber utama disfungsi.

Gangguan musculoskeletal, dibandingkan dengan penyakit sendi, lebih sering merupakan

sumber gejala dan keluhan di rahang atau daerah pembiasan di kepala dan leher.

Keluhan ini dapat berupa nyeri di wajah, leher, bahu, dan punggung; nyeri kepala;

ketidakmampuan menemukan posisi istirahat bagi rahang; kesulitan membuka mulut; dan nyeri

pada pengunyahan.Etiologi disfungsi temporomandibula sampai saat ini masih banyak

diperdebatkan dan multifaktorial, beberapa penulis menyatakan sebagai berikut.

Stress emosional merupakan penyebab utama disfungsi temporomandibula. Factor-factor

etiologi disfungsi sendi dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :

1. Faktor predisposisi

Merupakan factor yang meningkatkan resiko terjadinya dsifungsi sendi. Terdiri dari :

a. Keadaan sistemik. Penyakit sistemik yang sering menimbulkan gangguan sendi

temporomandibula adalah rematik

b. Keadaan structural. Keadaan structural yang mempengaruhi sendi temporomandibular adalah

oklusi dan anatomi sendi, meliputi :

1) Hilangnya gigi posterior openbite anterio

2) Impaksi molar 3

3) Overbite yang lebih dari 6-7 mm, dll

2. Faktor inisiasi (presipitasi)

Merupakan factor yang memicu terjadinya gejala-gejala disfungsi sendi

temporomandibula misalnya kebiasaan parafungsi oral dan trauma yang diterima sendi

temporomandibula. Trauma pada dagu dapat menimbulkan traumatic atritis sendi

temporomandibula.

Page 10: Makalah Ob II

Beberapa tipe parafungsi oral seperti kebiasaan menggigit pipi, bibir, dan kuku dapat

menimbulkan kelelahan otot, nyeri wajah, dan keausan pada gigi-gigi.

Kebiasaan menerima telepon dengan gagang telepon disimpan antara telinga dan bahu,

posisi duduk atau berdiri/berjalan dengan kepala lebih ke depan dapat mengakibatkan kelainan

fungsi fascia otot, karena seluruh fascia dalam tubuh saling memiliki keterkaitan maka adanya

kelainan pada salah satu organ tubuh mengakibatkan kelainan pada organ lainnya

3. Factor Perpetuasi

Merupakan factor etiologi dalam gangguan sendi temporomandibula yang menyebabkan

terhambatnya proses penyembuhan sehingga gangguan ini bersifat menetap, meliputi tingkah

laku sosial, kondisi emosional, dan pengaruh lingkungan sekitar.

Adapun tanda dan gejala dari gangguan TMJ adalah sebagai berikut :

1) Sakit atau gangguan yang terasa di rahang

2) Rasa sakit di sekitar telinga

3) Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan

4) Rasa sakit di sekitar wajah

5) Suara clicking atau perasaan tidak mulus ketika mengunyah atau membuka mulut

6) Rahang terkunci, sehingga mulut sulit dibuka atau ditutup.

7) Sakit kepala

8) Gigitan yang tidak pas

9) Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami

kontak prematur (lebih awal dari yang lain)

Page 11: Makalah Ob II

C. Pemeriksaan Klinis dan Diagnosis Gangguan TMJ

Pemeriksaan klinis untuk pasien dengan kemungkinan gangguan fungsi/penyakit TMJ

sebagian besar didasarkan atas pengamatan/ pemanfaatan, palpasi dan auskultasi.

1. Oklusi.

Gangguan oklusi secara umum bisa langsung diperiksa, yaitu misalnya gigitan silang

(crossbite), gigitan dalam (deep overbite), gigi supra erupsi dan daerah tak bergigi yang tidak

direstorasi, adanya bruxism.

2. Pembukaan antar insisal

Pembukaan antar insisal bervariasi lebarnnya, tetapi biasanya pada orang dewasa sekitar

40 hingga 50 mm.

3. Pergerakan lain

Pergeseran lateral juga diukur, biasanya pada titik atau garis tengah, dan dibandingkan

kesimetrisannya (angka yang didapat biasanya 8 hingga 10 mm). gangguan internal misalnya

dislokasi discus, akan membatasi pergeseran ke sisi yang berlawanan

4. Palpasi

Palpasi otot pengunyahan secara bimanual, terutama otot maseter dan temporalis serta otot

leher dan bahu.

Dalam mendiagnosis pasien diperlukan riwayat yang menyeluruh. Keluhan utama yang

paling sering dirasakan pada penyakit/gangguan fungsi sendi temporomandibula adalah rasa

nyeri dan rasa tidak enak, yang disertai dengan kliking atau keluhan sendi lainnya.

1) Rasa sakit/nyeri. Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, maka yang paling penting untuk

diketahui adalah lokasi, sifat, dan lama terjadinya rasa nyeri/sakit tersebut.

Page 12: Makalah Ob II

2) Bunyi sendi. Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara berkeretak), maka

saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut merupakan informasi yang perlu

diketahui.

3) Perubahan luas pergerakan. Penyembuhan kliking seringkali diikuti oleh keluhan baru, yaitu

nyeri akut dan berkurangnya luas pergerakan yang nyata, khususnya pada jarak antar insisal,

dimana penemuan inimerupakan petunjuk utama terjadinya closed lock.

4) Perubahan oklusi. Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan. Keluhan ini dapat

merupakan tanda terjadinya perubahan degenerative tingkat lanjut atau spasme otot akut.

5) Informasi keadaan kolateral. Setelah riwayat utama diperiksa secara menyeluruh, selanjutnya

dapat dikumpulkan informasi keadaan kolateral. Kondisi-kondisi lain yang mengenai kepala

dan leher, seperti sinusitis akut atau kronis, sakit pada telinga, dll.

6) Perawatan sebelumnya. Kronologi perawatan sebelumnya baik pemberian obat, mekanis,

maupun secara bedah juga dicatat.

7) Stress. Untuk menentukan dengan tepat keadaan emosional pasien biasanya dibutuhkan

beberapa kunjungan dengan kemungkinan pengiriman/rujukan untuk evaluasi psikologis, dan

terapi control stress selanjutnya.

D. Dampak Gangguan TMJ

1. Permasalahan dalam proses makan

Berkurangnya kemampuan membuka mulut menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi

penderita trismus. Penderita tidak sanggup memakan makanan dalam porsi yang biasa. Penderita

biasanya akan mengalami penurunan berat badan dan mengalami kekurangan gizi. Hal ini perlu

diperhatikan bila penderita tersebut membutuhkan suatu proses penyembuhan setelah menjalani

proses pembedahan, khemoterapi, atau radiasi. Kehilangan berat badan sebesar 10 % dari berat

badan awal memiliki indikasi terjadi intake gizi dan kalori yang kurang pada penderita.

Masalah di atas juga timbul akibat gangguan menelan pada penderita trismus, hal tersebut

berhubungan dengan pembentukan bolus makanan yang terganggu akibat proses salivasi dan

pergerakan lidah yang tidak sempurna. Selain itu akan banyak ditemukan sisa makanan yang

tidak seluruhnya ditelan. Kombinasi dari gangguan pada otot mastikasi, pembentukan bolus yang

Page 13: Makalah Ob II

tidak sempurna dan peningkatan dari sisa makanan akan menyebabkan aspirasi dari sisa

makanan tersebut.

2. Permasalahan dalam kesehatan gigi dan mulut

Gangguan dalam membuka mulut akan dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan

gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut yang jelek akan dapat menimbulkan karies yang dapat

menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi yang lebih lanjut terutama pada mandibula akan

menyebabkan terjadinya osteoradionekrosis.

Osteoradionekrosis ini terdapat pada penderita kanker yang menjalani terapi pada

mandibula. Meskipun jarang terjadi, gangguan ini dapat mengganggu fungsi rahang dan menjadi

fatal. Hal ini terjadi akibat matinya jaringan tulang mandibula oleh radiasi. Pada keadaan ini

terapi yang dibutuhkan adalah oksigen hiperbarik.

3. Permasalahan dalam proses menelan dan berbicara.

Kebanyakan dari penderita trismus akan mengalami gangguan menelan dan berbicara.

Berbicara akan terganggu jika mulut tidak dapat terbuka secara normal sehingga bunyi yang

dihasilkan tidak akan sempurna. Proses menelan akan terganggu jika otot mengalami kerusakan,

laring tidak akan sanggup dielevasikan secara sempurna saat bolus makanan melaluinya.

4. Permasalahan akibat immobilasi sambungan rahang

Meskipun gejala utama trismus adalah ketidakmampuan dalam membuka mulut, hal lain

yang sangat perlu mendapat perhatian adalah permasalahan pada temporomadibular joint. Saat

temporomadibular joint mengalami immobilisasi, proses degeneratif akan timbul pada

sambungan tersebut, perubahan ini hampir mirip dengan perubahan yang terjadi pada proses

artritis, dan biasanya akan diikuti oleh nyeri dan proses inflamasi.

Jika tidak ditangani segera proses ini akan terus berlanjut dan kerusakan akan menjadi

permanen. Dan juga akan dapat timbul proses degenarasi pada otot-otot pengunyah sehingga jika

terus berlanjut akan menimbulkan atropi pada otot tersebut.

Page 14: Makalah Ob II

E. Respon Imunitas Rongga Mulut

Saat terjadi trismus yang salah satunya disebabkan oleh inflamasi bakteri, tubuh akan

merespon dengan respon inflamasi salah satunya edema yang ditunjukkan oleh adanya bengkak.

Dimana, edema ini kemungkinan berada pada M.Pterygoideus medialis sehingga menyebabkan

trismus

F. Pencegahan dan Penanganan Gangguan TMJ

Dalam melakukan perawatan terhadap gangguan TMJ sangatlah rumit. Namun perawatan

tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara: Perawatan sendiri/fisioterapi/terapi fisik:Pasien

dapat melakukan sendiri kompres dengan lap panas. Caranya : di atas lap diletakkan botol berisi

air panas, lama terapi 10-15 menit dilakukan terus-menerus sekurang-kurangnya 3 minggu.

Pemijatan sekitar sendi, sebelumnya dengan krim mengandung metal salisilat. Latihan membuka

dan menutup mulut secara perlahan tenpa terjadi deviasi, dilakukan di depan cermin.

Caranya: garis median pasien ditandai, lalu pasien disuruh membuka-menutup mulut di

depan cermin tanpa terjadi penyimpangan garis median. Fisioterapi dengan alat seperti Infrared

yang berguna untuk menghilangkan nyeri, relaksasi otot superficial, menaikan aliran dara

superficial, dll. Perawatan dengan Obat Analgetik seperti Aspirin, Asetaminophen, Ibuprofen ;

Anti inflamasi seperti Naproxen dan Ibuprofen ; dll.

Memakai alat di dalam mulut Splin oklusal atau Michigan splin. Fungsi splin oklusal

adalah menghilangkan gangguan oklusi, mensatbilkan hubungan gigi dan sendi, merlaksasi otot,

menghilangkan kebiasaan parafungsi, melindungi abrasi terhadap gigi, mengurangi beban sendi

temporomandibula, menghilangkan rasa nyeri akibat disfungsi sendi temporomandibula berikut

otot-ototnya, sebagai alat diagnostic untuk memastikan bahwa oklusi lah yang menyebabkan rasa

nyeri dan gejala-gejala yang sulit diketahui sumbernya.

Bila gejala-gejala gangguan sendi temporomandibula sudah hilang pada pasien dan posisi

kondilus sudah stabil pada tempatnya, otot-otot pengunyahan sudah normal, kondisi psikologik

Page 15: Makalah Ob II

pasien sudah stabil, postur tubuh sudah normal maka dapat dilakukan perawatan berikutnya yaitu

perawatan ortodontik, pembuatan gigi tiruan cekat, pembuatan gigi tiruan lepasan (jika memang

dibutuhkan).

Page 16: Makalah Ob II

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyeri pada disfungsi TMJ dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya

antara lain: adanya hiperfungsi atau disfungsi dari system musculoskeletal (otot, ligamen) yang

berkaitan dengan TMJ, hiperfungsi ini dapat diakibatkan dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang

dilakukan seseorang seperti mengerat gigi, sering menguap, mengunyah pada satu sisi,  faktor

degenerasi pada TMJ  dapat menimbulkan gangguan fungsi TMJ disebabkan adanya

pembebanan yang terus menerus, faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi geraham

belakang yang tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus menerus serta adanya

kelainan anatomi rahang  dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri pada TMJ.

Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi

sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah

tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan

dapat menyebabkan mulut terkunci

Keluhan ini dapat berupa nyeri di wajah, leher, bahu, dan punggung; nyeri kepala;

ketidakmampuan menemukan posisi istirahat bagi rahang; kesulitan membuka mulut; dan nyeri

pada pengunyahan.Etiologi disfungsi temporomandibula sampai saat ini masih banyak

diperdebatkan dan multifaktorial

B. Saran

Memakai alat di dalam mulut Splin oklusal atau Michigan splin. Fungsi splin oklusal

adalah menghilangkan gangguan oklusi, mensatbilkan hubungan gigi dan sendi, merlaksasi otot,

menghilangkan kebiasaan parafungsi, melindungi abrasi terhadap gigi, mengurangi beban sendi

temporomandibula, menghilangkan rasa nyeri akibat disfungsi sendi temporomandibula berikut

Page 17: Makalah Ob II

otot-ototnya, sebagai alat diagnostic untuk memastikan bahwa oklusi lah yang menyebabkan rasa

nyeri dan gejala-gejala yang sulit diketahui sumbernya.

Bila gejala-gejala gangguan sendi temporomandibula sudah hilang pada pasien dan posisi

kondilus sudah stabil pada tempatnya, otot-otot pengunyahan sudah normal, kondisi psikologik

pasien sudah stabil, postur tubuh sudah normal maka dapat dilakukan perawatan berikutnya yaitu

perawatan ortodontik, pembuatan gigi tiruan cekat, pembuatan gigi tiruan lepasan (jika memang

dibutuhkan).

Page 18: Makalah Ob II

DAFTAR PUSTAKA

Jubhari, Eri.H (2002) Proses Menua Sendi Temporomandibula pada Pemakai Gigitiruan

Lengkap. Cermin Dunia Kedokteran 137, 42-45.

Shulman DH, Shipman B, Willis FB (2009) Treating trismus with dynamic splinting: a case

report. Journal of Oral Science 51, 141-144.

Dhanrajani PJ, Jonaidel O (2002) Trismus: Aetiology, Differential Diagnosis and Treatment.

Dental Update 29, 88-94.

Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC. 1996. p. 306-309.

Kurnikasari, Erna, Perawatan Disfungsi Sendi Temporomandibula Secara Paripurna. FKG

Unpad.

Louhenapessy J, Kaelani Y. Analisa Kelelahan Material Condylar Prosthesis dari Groningen

Temporomandibular Joint Prosthesis Menggunakan Metode Elemen Hingga. ITS Surabaya.

Schwartz, MW. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.2004.

Diposkan oleh Khadijah di 21:12