makalah neuralgia trigeminal

30
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di indonesia, jumlah penderita neuralgia trigeminal (NT) diperkirakan mencapai 30.000 orang yang terdeteksi. Menurut sofyanto, nyeri yang dirasakan pada penderita NT serangannya sangat mendadak dan sakitnya tidak terhingga. Rasanya bagaikan ditusuk seribu jarum, tersambar petir atau obeng yang dimasukan dan dikeluarkan dari hidung yang diakibatkan adanya masalah disaraf trigeminal. Dia mengatakan, penyakit langka ini sulit disembuhkan dengan cepat karena didalam otak terdapat 12 pasang saraf, jika terganggu akan timbul masalah. Jika saraf trigeminal yang terganggu, muncul nyeri pada hidung, wajah dan gigi. Dia menegaskan, penyakit ini timbul bukan karena gigi, melainkan stres, kelelahan atau pun kecemasan pada penderita, dikatakan penyakit langka ini biasanya diderita oleh orang yang usianya diatas 40 tahun, karena diusia tersebut otak manusia mengecil. Secara anatomi akan menyebabkan perubahan posisi organ-organ yang ada disekitarnya termasuk pembuluh darah yang ada disaraf batang otak Prevalensi penyakit ini diperkirakan 107,5 pada lelaki dan 200,2 pada perempuan per 1 juta populasi penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah

Upload: rina-ms

Post on 21-Feb-2016

83 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

penyakit saraf

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Neuralgia Trigeminal

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Di indonesia, jumlah penderita neuralgia trigeminal (NT) diperkirakan

mencapai 30.000 orang yang terdeteksi. Menurut sofyanto, nyeri yang dirasakan

pada penderita NT serangannya sangat mendadak dan sakitnya tidak terhingga.

Rasanya bagaikan ditusuk seribu jarum, tersambar petir atau obeng yang

dimasukan dan dikeluarkan dari hidung yang diakibatkan adanya masalah disaraf

trigeminal.

Dia mengatakan, penyakit langka ini sulit disembuhkan dengan cepat karena

didalam otak terdapat 12 pasang saraf, jika terganggu akan timbul masalah. Jika

saraf trigeminal yang terganggu, muncul nyeri pada hidung, wajah dan gigi. Dia

menegaskan, penyakit ini timbul bukan karena gigi, melainkan stres, kelelahan

atau pun kecemasan pada penderita, dikatakan penyakit langka ini biasanya

diderita oleh orang yang usianya diatas 40 tahun, karena diusia tersebut otak

manusia mengecil. Secara anatomi akan menyebabkan perubahan posisi organ-

organ yang ada disekitarnya termasuk pembuluh darah yang ada disaraf  batang

otak

Prevalensi penyakit ini diperkirakan 107,5 pada lelaki dan 200,2 pada perempuan

per 1 juta populasi penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah

dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2) dan merupakan penyakit pada kelompok

usia dewasa.

Dari masalah diatas sebagai calon perawat kita wajib memahami gangguan

yang terjadi pada  sistem saraf khususnya nervus ke-5 yaitu trigeminal. Oleh

sebab itu kelompok mengangkat masalah ini menjadi makalah.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui asuhan

keperawatan pada pasien Neuralgia Trigeminal.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Untuk mengetahui definisi dari neuralgia trigeminal.

Page 2: Makalah Neuralgia Trigeminal

2. Untuk mengetahui etiologi dari neuralgia trigeminal.

3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari neuralgia trigeminal.

4. Untuk mengetahui patofisiologi dari neuralgia trigeminal.

5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari neuralgia trigeminal.

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari neuralgia trigeminal.

7. Untuk mengetahui pengkajian dari neuralgia trigeminal.

Page 3: Makalah Neuralgia Trigeminal

Bab II

Landasan Teori

2.1 Anatomi dan Fisiologi Nervus Trigeminus

Saraf trigeminal atau saraf kranial ke 5 terutama memberi persarafan pada kulit

muka, konjungtiva dan kornea, mukosa dari hidung , sinus-sinus dan bagian

frontal dari rongga mulut, juga sebagian besar dari duramater. Saraf ini keluar dari

bagian lateral pons berupa akar saraf motoris dan saraf sensoris. Akar saraf yang

lebih kecil, yang disebut juga portio minor nervi trigemini, merupakan akar saraf

motoris. Berasal dari nukleus motoris dari saraf trigeminal dibatang otak terdiri

dari serabut-serabut motoris, terutama mensarafi otot-otot pengunyah. Secara

fisiologis perjalanannya akar saraf ini melalui ganglion disebelah medial dari akar

sensoris yang jauh lebih besar, sebelum bergabung dengan saraf mandibularis

pada saat melalui foramen ovale dari os. Sphenoid. Akar sensoris saraf trigeminal

yang lebih besar disebut dengan portio major nervi trigemini yang memberi

penyebaran serupa dengan akar-akar saraf dorsalis dari saraf spinal. 

Akar-akar saraf sensoris ini akan melalui ganglion trigeminal (ganglion gasseri)

dan dari sini keluar tiga cabang saraf tepi yaitu cabang optalmikus, cabang

maksilaris dan cabang mandibularis. Cabang pertama yaitu saraf optalmikus

berjalan melewati fissura orbitalis superior dan memberi persarafan sensorik pada

kulit kepala mulai dari fissura palpebralis sampai bregma (terutama dari saraf

frontalis) dan suatu cabang yang lebih kecil ke bagian atas dan medial dari

dorsumnasi. Konjungtiva, kornea dan iris, mukosa dari sinus frontalis dan

Page 4: Makalah Neuralgia Trigeminal

sebagian dari hidung, juga sebagian dari duramater dan pia-arakhnoid juga

disarafi oleh serabut, saraf sensoris dari saraf ophtalmikus. 

Cabang kedua, yaitu saraf maksilaris memasuki fossa pterygopalatina melalui

foramen maksilaris superior memberikan cabang saraf zygomatikus yang menuju

ke orbita melewati fissura orbitalis inferior. Batang utamanya yaitu saraf infra

orbitalis menuju ke dasar orbita melewati fissura yang sama. Sewaktu keluar dari

foramen infra orbitalis, saraf ini terbagi menjadi beberapa cabang yang menyebar

di permukaan maksila bagian atas dari wajah bagian lateral dari hidung dan bibir

sebelah atas. Sebelum keluar dari foramen infra orbitalis, didapat beberapa cabang

yang mensarafi sinus maksilaris dan gigi-gigi molar dari rahang atas, ginggiva dan

mukosa mulut yang bersebelahan. Cabang yang ketiga, merupakan cabang yang

terbesar yaitu saraf mandibularis. 

Saraf ini keluar dari rongga kepala melalui foramen ovale dari os sphenoid, selain

terdiri dari akar-akar saraf motoris dari saraf trigeminal, juga membawa serabut-

serabut sensoris untuk daerah buccal, ke rahang bawah dan bagian depan dari

lidah, gigi mandibularis, ginggiva. Cabang aurikulo temporalis yang memisahkan

diri sejak awal, mensarafi daearah didepan dan diatas daun telinga maupun meatus

akustikus eksternus dan membrana tympani. Serabut-erabut sensoris untuk

duramater yang merupakan cabang-cabang dari ketiga bagian saraf trigeminal

berperan dalam proyeksi rasa nyeri yang berasal dari intrakranial. Terdapat

hubungan yang erat dari saraf trigeminal dengan saraf otonomik/simpatis, dimana

ganglia siliaris berhubungan dengan saraf ophtalmikus , ganglion pterygopalatina

dengan saraf maksilaris sedangkan ganglion otikus dan submaksilaris

berhubungan dengan cabang mandibularis (Leksmono, 1997).

Nervus trigeminus merupakan saraf otak terbesar. Nervus trigeminus adalah

urat saraf sensorik yang bekerja pada sebagian besar kulit kepala dan wajah;

selaput lendir mulut, hidung, sinus paranasalis serta gigi. Nervus trigeminus

mempersarafi otot-otot pengunyah melalui sebuah cabang motorik kecil

(Pearce.2009).

Page 5: Makalah Neuralgia Trigeminal

2.2 Definisi

Neuralgia Trigeminal merupakan suatu keadaan pada saraf kranial ke lima, di

karakteristikan dalam bentuk nyeri paroksismal yang mirip dengan syok

elektrik atau sensasi rasa terbakar pada daerah yang dalam dengan satu atau

lebih cabang-cabang saraf trigeminal. (Smeltzer S, 2001)

Neuralgia Trigeminal Adalah serangan nyeri wajah pada area persarafan

nervus trigeminus pada satu cabang atau lebih secara progsismal berupa rasa

nyeri tajam, terkadang disertai kontraksi otot-otot (Rose C.F. 1997). 

Neuralgia Trigeminal Adalah penyakit yang disebabkan oleh sentuhan atau

penekanan pembuluh darah pada syaraf  ke 5 yaitu saraf nervus kranialis

terbesar yang mengatur rasa wajah yang letaknya disekitar batang otak.

Neuralgia trigeminal berarti nyeri pada nervus trigeminus, yang

menghantarkan rasa nyeri menuju kewajah. Neuralgia trigeminal adalah suatu

keadaan yang mempengaruhi N. V nervus kranialis terbesar.

2.3 Etiologi

Penyebab tidak nyata, tetapi tekanan kronik atau iritasi saraf trigeminal atau

perubahan degeneratif dalam ganglion gasserian dapat menunjukkan

penyebab. Beberapa penyelidik mempercayai bahwa keadaan ini dapat

disebabkan oleh tekanan dari keadaan abnormal struktur (ikatan arteri) yang

mengganggu saraf trigeminal, ganglion gasserian, atau daerah yang memasuki

radiks.

Etilogy neuralgia trigeminal masih tidak sepenuhnya dipahami. Ada satu teori

yang menyebutkan bahwa terjadinya karena pembuluh darah, terutama arteri

serebral superior, menjadi dekompresi, sehingga iritasi kronis dari saraf

Page 6: Makalah Neuralgia Trigeminal

trigeminal masuk ke bagian akar. Iritasi ini menyebabkan peningkatan

penyalahan kontrol aferen atau saraf sensorik. Faktor risiko yang dapat

memicu adalah multiple sclerosis dan hipertensi. Faktor lain yang dapat

menyebabkan neuralgia termasuk infeksi virus herpes, infeksi pada gigi dan

rahang, dan infark batang otak. (Miller, 2009 dalam Lewis 2011).

2.4 Manifestasi Klinis

Serangan awal, terlihat paling sering pada dekade kelima dari kehidupan, yang

biasanya ringan dan cepat. Interval tidak ada nyeri dapat di ukur dalam waktu

menit, jam, hari atau selamanya. Dengan bertambahnya tahun, episode nyeri

cenderung menjadi lebih dan lebih sering dan semakin menderita. Pasien

hidup dalam ketakutan akan serangan yang menetap.

Nyeri neuralgia ini dirasakan pada kulit, tidak dalam struktur yang dalam,

tetapi itu lebih meluas penyebarannya di daerah perifer pada saraf yang

terkena, khususnya sampai pada bibir, dahi, cuping hidung dan di dalam gigi.

Parokisme di timbulkan oleh beberapa stimulasi pada ujung cabang saraf yang

terkena, seperti membasuh wajah, mencukur, menyikat gigi, makan dan

minum.

Aliran udara dingin dan tekanan langsung melawan batang saraf dapat jga

menyebabkan nyeri. Daerah yang pasti disebut trigger point, karena sentuhan

sedikit yang tiba-tiba memulai sebuah paroksisme. Untuk menghindari

stimulasi pada daerah ini, pasien dengan neuralgia trigeminal mencoba tidak

menyentuh atau mencuci wajah mereka, mencukur, mengunyah atau

melakukan yang lainnya yang dapat menyebabkan serangan. Tingkah laku tipe

ini merupakan sebuah petunjuk diagnosa. (Smeltzer S, 2001)

Menurut Baughman (2000) Manifestasi klinis yang muncul pada kasus

neuralgia trigeminal adalah sebagai berikut:

1. Nyeri dirasakan pada kulit, bukan pada struktur yg lebih dalam,

lebih gawat pada area perifer dari distribusi dari syaraf yang

terkena, yaitu pada bibir, dagu, lobang hidung, dan pada gigi.

2. Paroksisme dirangsang oleh stimulasi dari terminal dari cabang-

cabang saraf yang terkena, yaitu mencuci muka, mencukur,

menyikat gigi, makan dan minum.

Page 7: Makalah Neuralgia Trigeminal

3. Aliran udara dingin dan tekanan langsung pada saraf trunkus dapat

juga menyebabkan nyeri. Hal tersebut terjadi karena aliran udara

dingin mengenai trigger area atau area nyeri pada bagian

percabangan dari saraf trigeminus (saraf kranial kelima). Aliran

udara dingin termasuk stimulus non-noksius (stimulus yang berupa

perabaan ringan, getaran atau stimulus mengunyah).

4. Titik pencetus adalah area pasti dimana sentuhan yang paling

ringan dengan segera mencetuskan paroksisme.

2.5 Patofisiologi

Patofisiologis terjadinya suatu neuralgia trigeminal adalah sesuai dengan

etiologi penyakit tersebut. Penyebab terjadinya neuralgia trigeminal adalah

penekanan mekanik oleh pembuluh darah, malformasi arteri vena

disekitarnya, penekanan oleh lesi atau tumor, sklerosis multipel, kerusakan

secara fisik dari nervus trigeminus yang disebabkan karena pembedahan atau

infeksi, dan yang paling sering yaitu secara idiopatik.

Penekanan mekanik pembuluh darah pada akar nervus ketika masuk ke

brainstem yang paling sering terjadi, sedangkan di atas bagian nervus

trigeminus atau portio minor jarang terjadi. Secara normal, pembuluh darah

tidak bersinggungan dengan nervus trigeminus. Penekanan ini dapat

disebabkan oleh arteri atau vena baik besar maupun kecil yang mungkin hanya

menyentuh atau tertekuk pada nervus trigeminus. Arteri yang sering menekan

akar nervus ini adalah arteri serebelar superior. Penekanan yang berulang

menyebabkan iritasi dan akan mengakibatkan hilangnya lapisan mielin

(demielinisasi) pada serabut saraf. Akibatnya terjadi peningkatan aktifitas

aferen serabut saraf dan penghantaran sinyal abnormal ke nukleus nervus

trigeminus dan menimbulkan gejala neuralgia trigeminal. Teori ini sama

dengan patofisiologi terjadinya neuralgia trigeminal akibat suatu lesi atau

tumor yang menekan atau menyimpang ke nervus trigeminus (Kaufmann,

2001 ; Bryce, 2004).

Page 8: Makalah Neuralgia Trigeminal

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan diagnostic yang bisa dilakukan pada kasus neuralgia

trigeminal antara lain adalah:

1. Pemeriksaan radiologis

CT scan dan MRI atau pengukuran elektrofisiologis periode laten kedipan

dan refleks rahang dikombinasikan dengan elektromiografi masseter dapat

digunakan untuk membedakan kasus-kasus simtomatik akibat gangguan

struktural dari kasus idiopatik.

2. Pemeriksaan tambahan baru diperlukan kalau ada keluhan neuralgia

trigeminal pada orang-orang muda; karena biasanya ada penyebab lain

yang tersembunyi. Itu pun perannya terbatas untuk eliminasi. Pemeriksaan

yang dapat dilakukan: Rontgen TMJ (temporomandibular joint) dan MRI

otak (untuk menyingkirkan tumor otak dan multiple sclerosis).

3. Pengukuran potensial somatosensorik yang timbul setelah perangsangan

nervus trigeminus dapat juga digunakan untuk menentukan kasus yang

disebabkan oleh ektasis arteri sehingga dapat ditangani dengan dekompresi

operatif badan saraf pada fossa posterior.

2.7 Penatalaksanaan

Agens-agens antikonvulsi seperti karbamazepin (Tegretol) dan Fenitoin

(Dilantin) mengurangi nyeri pada banyak pasien melalui penurunan

transmisi impuls pada ujung saraf. Karbamazepin diberikan dengan

makanan, dalam dosis yang perlahan-lahan di tingkatkan sampai

pengurangan tercapai. Efek samping meliputi mual, pusing, mengantuk,

dan disfungsi hati. Pantau pasien terhadap adanya depresi sumsum tulang

selama penggunaan terapi obatt. Fenitoid juga menghasilkan efek samping

seperti mual, pusing, somnolent, ataksia, dan alergi kulit.

Bila pengobatan gagal untuk memberikan pengurangan nyeri, maka

sejumlah keputusan pembedahan dipersiapkan, sebagai keputusan

selanjutnya. Pasien harus berpartisipasi dalam memilih prosedur yang

terbaik bagi status kesehatan mereka. Alkohol atau suntikan fenol pada

ganglion gasserian dan cabang-cabang perifer pada saraf trigeminal

Page 9: Makalah Neuralgia Trigeminal

mengurangi nyeri untuk beberapa bulan. Walaupun nyeri kembali

menyerang setelah terjadi regenerasi saraf.

Gangliolisis Trigeminal Radiofrekuensi Perkutan. Penghentian

radiofrekuensi perkutan terhadap ganglion gasserian, dimana serat dengan

mielin tipis dan serat kecil tidak bermielin yang menimbulkan nyeri

dirusak melalui cara termal, adalah prosedur bahan pilihan untuk neuralgia

trigeminal.

Dibawah anastesi lokal,jarum di masukkan melalui pipi pada sisi yang

terserang di bawah kontrol fluoroskopik, jarum elektroda dipimpin masuk

melalui foramen magnum ke dalam ganglion gasserian. Bagian-bagian

ganglion gasserian (mandibular, maksilaris, dan oftalmik) bertemu dengan

satu rangkaian. Stimulasi saraf dengan rangsangan kecil dapat

menimbulkan pasien bangun, pasien juga melaporkan perasaan sensasi

gatal. Bila jarum-jarum elektroda di tentukan posisinya, Pasien di beri

anestesi sedikit dan rangsangan radiofrekuensi (rangsangan panas merusak

saraf) diberikan, merupakan cara mengontrol cedera yang berhubungan

dengan ganglion trigeminal atau akar ganglionn. Pasien akhirnya bangun

dari anestesi dan kaji penurunan sensori.pengulangan lesi, dihasilkan

sampai tercapai pengaruh yang di inginkan. Prosedur operatif dilakukan

kurang dari satu jam dan memberikan pengurangan nyeri yang permanen

pada banyak pasien. Fungsi sentuhan dan proprioseptif tetap utuh.

Dekompresi mikrovaskular pada saraf Trigeminal. Satu pendekatan

intrakranial dapat digunakan untuk dekompresi saraf trigeminal, karena

nyeri dapat di sebabkankompresi vaskular zona entri radiks trigeminal

arterial oleh vena. Dengan bantuan mikroskop operasi, lengkung arteri di

angkat dari saraf untuk menghilangkan tekanan, dan alat prostetik yang

kecil dimasukkan untuk mencegah berulangnya kompresi pada saraf.

prosedur ini mengurangi nyeri wajah ini dilakukan sambil tetap menjaga

sensasi normal.ini adalah prosedur mayor yang dilakukan untuk masalah

ini adalah kraniotomi. Penatalaksanaan pasca operasi sama seperti

pembedahan intrakranial lainnya. (Smeltzer S, 2001)

Page 10: Makalah Neuralgia Trigeminal

2.7 Asuhan Keperawatan

2.7.1 Pengkajian

Berikut ini adalah tahap pengkajian keperawatan klien dengan trigeminal

neuralgia menurut Doenges, Marylinn E. (2000).

1. Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa,

pekerjaan, suku/kebangsaan, alamat, pendidikan, tanggal masuk rumah

sakit.

2. Keluhan utama : Nyeri pada bibir, dagu, lobang hidung, dan pada gigi

(daerah perifer, bukan pada struktur yang lebih dalam). Nyeri bersifat

tajam seperti tertusuk atau tersetrum listrik yang terjadi di sepanjang satu

atau lebih cabang inervasi N. V. Nyeri dapat tercetus oleh rangsangan

ringan (alodinia) seperti terpapar angin, berbicara,mengunyah atau cuci

muka.

3. Riwayat penyakit sebelumnya : Mengkaji apakah ada penyakit pada

bagian sistem saraf pusat yang mengarah pada penyebab peradangan saraf

trigeminal.

4. Anamnesis : Terdapat serangan nyeri paroksismal dengan awitan tiba-tiba

yang berlangsung selama beberapa detik sampai kurang dari 2 menit.

Nyeri bersifat tajam seperti tertusuk atau tersetrum listrik yang terjadi di

sepanjang satu atau lebih cabang inervasi N. V. Nyeri dapat tercetus oleh

rangsangan ringan (alodinia) seperti terpapar angin, berbicara,mengunyah

atau cuci muka. Pada anamnesa yang perlu diperhatikan adalah lokalisasi

nyeri, kapan dimulainya nyeri, menentukan interval bebas nyeri,

menentukan lamanya, efek samping, dosis dan respons terhadap

pengobatan, menanyakan riwayat penyakit lain seperti ada penyakit herpes

atau tidak, dsb.

5. Pemeriksaan fisik : Pada pemeriksaan fisik neurologi dapat ditemukan

sewaktu terjadi serangan, penderita tampak menderita sedangkan diluar

serangan tampak normal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Pada B3 ditemukan gangguan sensorik berupa hiperalgesi dan aldonia.

Page 11: Makalah Neuralgia Trigeminal

b. Menilai sensasi pada ketiga cabang nervus trigeminus bilateral

(termasuk refleks kornea).

c. Menilai fungsi mengunyah (masseter) dan fungsi pterygoideus

(membuka mulut, deviasi dagu)

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti CTscan kepala atau MRI

kepala. MRI dan CT-scan hanya dilakukan atas indikasi, misalnya terdapat

kecurigaan penekanan radiks N. V oleh aneurisma. Pemeriksaan lain yang

dapat dilakukan adalah Rontgen TMJ (Temporomandibular Joint). CTscan

kepala dari fossa posterior bermanfaat untuk mendeteksi tumor yang tidak

terlalu kecil dan aneurisma. MRI sangat bermanfaat karena dengan alat ini

dapat dildihat hubungan antara saraf dan pembuluh darah juga dapat

mendeteksi tumor yang masih kecil.

MRI juga diindikasikan pada penderita dengan nyeri yang tidak khas

distribusinya atau waktunya maupun yang tidak mempan pengobatan.

Indikasi lain misalnya pada penderita yang onsetnya masih muda, terutama

bila jarang-jarang ada saat-saat remisi dan terdapat gangguan sensibilitas

yang obyektif. Selain itu harus diingat, bahwa neuralgia trigeminal yang

klasik dengan hanya sedikit atau tanpa tanda-tanda abnormal ternyata bisa

merupakan gejala-gejala dari tumor fossa posterior.

2.7.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan trigeminal

neuralgia menurut Muttaqin, Arif (2010) dan Ackley, Betty J., Gail B. Ladwig

(2013) adalah sebagai berikut.

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d penekanan saraf trigeminal dan

inflamasi arteri temporalis.

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan

tubuh b/d sakit saat mengunyah

3. Koping individu tak efektif b/d nyeri berat, ancaman berlebih pada

diri sendiri.

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan

b/d keterbatasan kognitif.

Page 12: Makalah Neuralgia Trigeminal

5. Ansietas (cemas) b/d prognosis penyakit dan perubahan kesehatan

2.7.3 Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d penekanan saraf trigeminal dan inflamasi arteri temporalis.Tujuan           : Dalam waktu 3 x 24 jam, nyeri berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien.Kriteria hasil :

1. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan

nyeri

2. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi

3. Ekspresi wajah pasien tidak nampak kesakitan

4. Klien tidak gelisah

5. Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi

Intervensi Rasional

Tindakan Mandiri 1. Kaji terhadap nyeri yang

dirasakan oleh pasien meliputi:

P = pencetus nyeri yang dirasakan klienQ = kualitas nyeri yang dirasakan klien apakah tertusuk, tertimpa batuR = daerah yang mengalami nyeriS =  skala nyeri yang dirasakan klien (0-10)T = Waktu timbulnya nyeri

Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan pada pasien.

Pastikan durasi/ episode nyeri Memudahkan pilihan intervensi yang sesuai

Teliti keluhan nyeriNyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien

Bantu klien dalam identifikasi faktor pencetus

Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama

Page 13: Makalah Neuralgia Trigeminal

Evaluasi perilaku nyeriDapat diperkuat karengan persepsi pasien tentang nyeri tidak dapat dipercaya

Anjurkan pada klien untuk mengurangi aktivitas yang berat dan menambah waktu istirahat

Menghindari stimulus nyeri dan meningkatkan rasa nyaman

Kompres hangat atau dingin pada daerah yang nyeri

Kompres dingin dapat mengakibatkan vasodilatasi, sehingga dapat menurunkan nyeri. Kompres hangat dapat meningkatkan sirkulasi darah dan menurunkan tegangan otot

Ajarkan relaksasi: teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase

Relaksasi dapat melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan oksigen oleh jaringan akan terpenuhi sehingga akan mengurangi nyerinya

Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

Mengalihkan perhatian ke hal-hal yang menyenangkan

Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung

Pengetahuan akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik

Sampaikan perhatian anda atas respon pasien terhadap nyeri. Berukan kesempatan kepada pasien untuk membicarakan ketakutan, kemarahan, dan rasa frustasinya secara pribadi, pahami sulitnya situasi yang dihadapi.

a. Benarkan adanya rasa nyeri.b. Dengarkan dengan penuh

perhatian mengenai nyeri yang dikeluhkan.

c. Sampaikan bahwa perawat mengkaji nyeri karena ingin mengerti lebih tentang nyeri yang dialami (bukan untuk memulai apakah nyeri tersebut benar-benar ada).

Memberikan rasa nyaman pada pasien untuk mengekspresikan nyerinya dan mengurangi rasa nyeri secara psikologis (memberikan dukungan  emosi)

Page 14: Makalah Neuralgia Trigeminal

Observasi tingkat nyeri dan respon motorik klien 30 menit setelah pemberian obat analgesik untuk mengkaji efektifitasnya. Setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari

Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat

Tindakan kolaborasi1. Obat anti konvulsif

karbamazepin (tregetol) dan fenitoin (dilantin)

2. Berikan tregetol yang diminum bersama makan, dengan dosis secara bertahap ditingkatkan sampai diperoleh rasa lega.

3. Injeksi Alkohol :

a). Injeksi alkohol dilakukan pada ganglion gasserian dan cabang perifer dari saraf trigeminal yang terganggub). Injeksi alkohol perifer memiliki peran dalam pengelolaan neuralgia trigeminal

1. Mengurangi transmisi impuls pada ujung saraf tertentu, melegakan nyeri pada kebanyakan pasien.

2. Cara kerjanya pada membran permeabilitas menunjukkan bahwa kandungan tegretol dalam carbamazepine menutup saluran natrium pada konsentrasi terapi dan dapat menstabilkan membran neuron yang hiperaktif, menghalangi kerusakan neuron yang berulang dan mengurangi perambatan sinaptik impuls.

a). Berfungsi untuk mengurangi nyeri selama beberapa bulan.b). Berguna pada mereka yang refrakter terhadap manajemen medis dan pada mereka yang tidak mampu atau tidak mau menjalani perawatan bedah saraf. Alkohol blok ini sifatnya tidak permanen karena nyeri kembali setelah saraf berregenerasi.

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d sakit saat mengunyah

Tujuan : Dalam 1 minggu berat badan pasien meningkatKriteria Hasil :

1. Meningkatkan BB dalam batas ideal2. Pasien terlihat tidak lemas3. Hasil Lab Albumin normal

Page 15: Makalah Neuralgia Trigeminal

Intervensi RasionalObservasi kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk, dan mengatasi sekresi

Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi

Timbang berat badan sesuai indikasiMengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi

Mencatat intake dan output makanan pasien

Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi pasien

Edukasikan pada pasien tentang makan makanan yang lunak

Makanan yang lunak dapat meminimalisir rangsang nyeri

Menganjurkan pada pasien menguyah pada sisi yang tidak sakit

Agar asupan nutrisi tetap terpenuhi

Berikan makanan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan teratur.

Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.

Ciptakan lingkungan yang nyaman unutk pasien

Lingkungan yang nyaman disekitar pasien dapat meningkatkan nafsu makan pasien

Kolaborasi dengan ahli gizi unutk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit

Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasikan kebutuhan kalori/nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh dan keadaan penyakit.

3. Koping individu tak efektif b/d nyeri berat, ancaman berlebih pada diri sendiri.

Tujuan           : Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, koping pasien baikKriteria hasil :

a. Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinyab. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadic. Mengidentifikasi situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindarid. Mendemonstrasikan keterampilan metode koping efektif

Intervensi Rasional Kaji kapasitas fisiologi yang bersifat umum

Nyeri dapat mengurangi kemampuan koping

Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian

Menemukan kebutuhan psikologis yang akan meningkatkan harga diri

Page 16: Makalah Neuralgia Trigeminal

Bantu pasien dalam memahami perubahan konsep citra tubuh

Pasien mungkin menganggap dirinya sebagai seseorang “yang mengalami nyeri” dan mulai melihat dirinya sebagai seorang yang tidak mengalami nyeri

Kaji keefektifan strategi koping

Mekanisme adaftif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang , menghindari hipertensi kronis, mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari – hari.

Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, konsentrasi, peka rangsangan, toleransi sakit kepala

Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indikator, marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu tekanan darah diastolik

Bantu pasien mengidentifikasi stressor

Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor

Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan

Keterlibatan memberikan  pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapiutik.

Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup

Fokus realitas pasien pada situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan

Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup

Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d keterbatasan kognitif.

Tujuan            :  Dalam waktu 2 x 24 jam, kecemasan klien hilang atau berkurangKriteria Hasil :

a. Klien mampu mengenal perasaannya,b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang

mempengaruhinyac. Klien menyatakan ansietas berkurang atau hilang

Page 17: Makalah Neuralgia Trigeminal

Intervensi Rasional Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, dampingi klien dan lakukan tindakan bila timbul perilaku merusak

Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah

Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat

Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu

Tingkatkan kontrol sensasi klien

Kontrol sensasi klien (dan dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber–sumber koping (pertahanan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik pengalihan serta memberikan respon balik yang positif

Memberi kesempatan pada klien mengungkapkan kecemasannya

Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan

Bantu klien mengekspresikan marah, kehilangan, dan takut

Cemas yang berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung sselanjutnya.

Hindai konfrontasiKonfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan

Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat

Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman yang dipilih klien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi.

5. Ansietas (cemas) b/d prognosis penyakit dan perubahan kesehatan

Tujuan        : Dalam jangka waktu 1 x 30 menit klien akan memperlihatkan kemampuan pemahaman yang adekuat tentang penyakit dan pengobatannya

Krieria Hasil :

a. Klien mengatakan mengetahui tentang penyakit, pengobatan pada gejala-gejala yang timbul

b. Klien dapat mengikuti instrukasi yang diberikan secara akurat

Page 18: Makalah Neuralgia Trigeminal

Intervensi Rasional Jelaskan tentang penyakit yang di derita klien. Memberi pemahaman pada klien

Berikan pendidikan kesehatan tentang nama obat, dosis, waktu dan cara pemakian, efek samping, cara mengukur intake output.

Memberi pemahaman kepada pasien. Meningkatkan partisipasi terapeutik dan mencegah putus obat

Identifikasi tanda dan gejala yang perlu dilaporkan

Meningkatkan kesadaran kebutuhan tentang perawatan diri untuk meminimalkan kelemahan

Kaji ulang resiko efek samping pengobatan

Mengurangi rasa kurang nyaman dari pengobatan untuk perbaikan kondisi klien

Mendorong klien mengekspresikan ketidaktahuan/kecemasan dan beri informasi yang dibutuhkan

Memberikan kesempatan untuk mengoreksi persepsi yang salah dan mengurangi kecemasan

Jelaskan pentingnya tindak lanjut rawat jalan yang teratur.

Agar pasien tahu pentingnyapemantauan penyakit

Bab III

3.1 Kesimpulan

Page 19: Makalah Neuralgia Trigeminal

3.2 Saran

Daftar Pustaka

Meliala dkk .2001.Nyeri Neuropatik: Patofisiologi dan Penatalaksanaan. hal 129-137

Page 20: Makalah Neuralgia Trigeminal

Pearce, Evelyn c. 2009.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.Rumah Sakit Mitra Keluarga Group. 2011. Trigeminal Neuralgia and Hemifacial Spasm Care Center. Diakses pada tanggal 11 April 2014 dari Website : www.mitrakeluarga.com.http://www.perdossi.or.id/doc/cpd/attachment/308/3026/NEURALGIA%20TRIGEMINAL%20naskah.doc (diakses pada 13 maret 2015 pukul 12.38 WIB).